fikih kedokteran kontemporerrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v surat...

532
i FIKIH KEDOKTERAN KONTEMPORER (Analisis Produk Pemikiran Hukum Majmaal-Fiqh al- Isla> mi> 1985 2010 dalam Bidang Kedokteran) DISERTASI Diajukan guna memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Doktor (S3) Konsentrasi Syariah Oleh : Endy Muhammad Astiwara NIM : 09.05.3.00.1.01.01.0073 Pembimbing: Prof. Dr. Huzaemah T. Yanggo, MA Prof. Dr. dr. M.K. Tajudin, Sp.And SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H / 2014 M

Upload: others

Post on 25-Jan-2021

10 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • i

    FIKIH KEDOKTERAN KONTEMPORER

    (Analisis Produk Pemikiran Hukum Majma‘ al-Fiqh al-

    Isla>mi> 1985 – 2010 dalam Bidang Kedokteran)

    DISERTASI

    Diajukan guna memenuhi syarat-syarat memperoleh

    gelar Doktor (S3) Konsentrasi Syariah

    Oleh :

    Endy Muhammad Astiwara

    NIM : 09.05.3.00.1.01.01.0073

    Pembimbing:

    Prof. Dr. Huzaemah T. Yanggo, MA

    Prof. Dr. dr. M.K. Tajudin, Sp.And

    SEKOLAH PASCASARJANA

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA 1436 H / 2014 M

  • ii

  • iii

    PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI

    Yang bertanda tangan di bawah ini :

    Nama : Endy Muhammad Astiwara

    NIM : 09.05.3.00.1.01.01.0073

    Program : Strata-3

    Judul Disertasi : FIKIH KEDOKTERAN KONTEMPORER (Analisis

    Produk Pemikiran Hukum Majma‘ al-Fiqh al-Isla>mi> 1985 – 2010 dalam

    Bidang Kedokteran)

    Menyatakan bahwa Disertasi tersebut adalah karya orisinil hasil penelitian saya

    sendiri dan tidak mengandung unsur-unsur plagiarisme sebagaimana yang

    disebutkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.

    17 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan

    Tinggi. Adapun tulisan atau pendapat orang lain, telah saya sebutkan kutipannya

    secara jelas dan sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku. Saya pun telah

    melakukan pengecekan melalui http://www.plagiarisma.net dengan hasil sebagai

    berikut (bukti pengecekan terlampir):

    1. Bab 1 : 94% originality 2. Bab 2 : 100% originality 3. Bab 3 : 95% originality 4. Bab 4 : 97% originality 5. Bab 5 : 98% originality 6. Bab 6 : 100% originality 7. Bab 7 : 100% originality 8. Bab 8 : 99% originality

    Apabila di kemudian hari terbukti bahwa disertasi ini merupakan hasil plagiarisme,

    maka saya bersedia untuk menerima sanksi pencabutan gelar yang saya terima

    maupun sanksi akademik lainnya sesuai dengan peraturan yang berlaku.

    Jakarta, 28 Januari 2015

    7 Rabi>‘ al-Tha>ni> 1436

    Saya yang membuat pernyataan,

    (Endy Muhammad Astiwara)

  • iv

    HASIL UJI PLAGIARISME

    Berikut ini ialah hasil uji naskah disertasi untuk mencegah

    plagiarism. Nilai arbahwa setiap kutipan teks selalu disertai dengan catatan

    kaki sebagai keterangan sumber. Dengan cara ini dapat dieliminir adanya

    kemungkinan plagiat dalam suatu karya ilmiah.

    Pengujian ini menggunakan Plagirisma.net sebagai Plagiarism

    Checker, karena inilah metode yang paing valid dan dapat untuk menguji

    karakter teks yang sangat banyak dan mampu menjangkau hingga kl 158

    bahasa di dunia.

    Pengujian dilakukan per Bab sesuai dengan Bab-bab dalam disertasi. Akan

    tetapi telah dilakukan sejumlah perubahan hingga dalam bentuk buku ini.

    Results generated by Plagiarisma.Net

    http://plagiarisma.net

    1. Total 42675 chars (2000 limit exeeded) , 263 words, 13 unique

    sentences, 94% originality

    2. Total 151644 chars (2000 limit exeeded) , 264 words, 1 unique

    sentences, 100% originality

    3. Total 37708 chars (2000 limit exeeded) , 276 words, 13 unique

    sentences, 95% originality

    4. Total 262069 chars (2000 limit exeeded) , 291 words, 28 unique

    sentences, 97% originality

    5. Total 52463 chars (2000 limit exeeded) , 303 words, 25 unique

    sentences, 98% originality

    6. Total 197999 chars (2000 limit exeeded) , 273 words, 17 unique

    sentences, 100% originality

    7. Total 170400 chars (2000 limit exeeded) , 284 words, 28 unique

    sentences, 100% originality

    8. Total 4731 chars (2000 limit exeeded) , 252 words, 13 unique sentences,

    99% originality

    http://plagiarisma.net/

  • v

    SURAT PERSETUJUAN PEMBIMBING

    Disertasi yang berjudul "Fikih Kedokteran Kontemporer (Analisis Produk

    Pemikiran Hukum Majma‘ al-Fiqh al-Isla>mi> 1985 – 2010 dalam Bidang

    Kedokteran)" yang disusun oleh Endy Muhammad Astiwara, NIM:

    09.05.3.00.1.01.01.0073, telah dikomunikasikan dengan Pembimbing dan dinilai

    layak untuk diajukan dalam Ujian Promosi Terbuka pada Sekolah Pascasarjana

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta..

    Jakarta, 30 Januari 2015

    Pembimbing:

    Prof. Dr. Huzaemah T. Yanggo, MA ………………………….

    Tanggal: ………………..

    Prof. Dr. dr. M.K. Tajudin, Sp. And …………………………..

    Tanggal: …………………

  • vi

  • vii

    SURAT PERSETUJUAN PENGUJI

    Disertasi yang berjudul "Fikih Kedokteran Kontemporer (Analisis Produk

    Pemikiran Hukum Majma‘ al-Fiqh al-Isla>mi> 1985 – 2010 dalam Bidang

    Kedokteran)" yang disusun oleh Endy Muhammad Astiwara, NIM:

    09.05.3.00.1.01.01.0073, telah diperbaiki dan dikomunikasikan dengan Para Penguji

    Ujian Pendahuluan serta dinilai layak untuk diajukan dalam Ujian Promosi Terbuka

    pada Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Jakarta, 30 Januari 2015

    TIM PENGUJI:

    Prof. Dr. SUWITO, MA

    (Ketua sidang merangkap Penguji)

    Prof. Dr. H. M. ATHO MUDZHAR, MSPD

    (Penguji)

    Prof. Dr. dr. ICHRAMSJAH A. RACHMAN, SpOG (K)

    (Penguji)

    Prof. Dr. dr. M.K. TAJUDIN, SpAnd

    (Pembimbing merangkap Penguji)

    Prof. Dr. HUZAEMAH T. YANGGO, MA

    (Pembimbing merangkap Penguji)

    (……………………)

    (……………………..)

    (……………………..)

    (……………………..)

    (…………………….)

  • viii

  • ix

    Kata Pengantar

    Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Alla>h Taba>raka wa Ta‘a>la>, karena

    berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan disertasi yang berjudul

    "FIKIH KEDOKTERAN KONTEMPORER (Analisis Produk Pemikiran Hukum

    Majma‘ al-Fiqh al-Isla>mi> 1985 – 2010 dalam Bidang Kedokteran)". Penyusunan

    disertasi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor dalam

    program studi Pengkajian Islam Sekolah Pascasarjana (SPs) Universitas Islam

    Negeri (UIN) Jakarta.

    Dalam penyusunan disertasi ini, berbagai pihak telah banyak memberikan

    dorongan, bantuan serta masukan yang sangat berharga bagi penulis. Oleh karena

    itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-

    besarnya kepada :

    1. Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA atas semua kebijakannya dalam memudahkan

    penulis menyelesaikan studi di Sekolah Pascasarjana (SPs) Universitas

    Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

    2. Mantan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA dan Direktur Sekolah

    Pascasarjana (SPs) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

    Jakarta, Bapak Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA atas semua kebijakannya

    dalam memberikan fasilitas dan pelayanan maksimal yang mendukung

    studi penulis selama menimba ilmu di Sekolah Pascasarjana (SPs)

    Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. Direktur Program Doktor Sekolah Pascasarjana (SPs) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta; Bapak Prof. Dr. Suwito, MA

    yang telah banyak meluangkan waktu kepada penulis untuk berdiskusi dan

    memberi masukan yang sangat berharga.

    4. Ibu Prof. Dr. Huzaemah T. Yanggo, MA dan Bapak Prof. Dr. dr. M.K. Tajudin, Sp.And selaku promotor yang dengan penuh ketulusan dan

    kesungguhan telah memberikan pengetahuan dan bimbingannya yang

    sangat bermanfaat bagi penulisan hingga penyelesaian disertasi ini.

    5. Bapak Prof. Dr. H. M. Atho Mudzhar, MSPD dan Bapak Prof. Dr. Dr. Ichramsjah A. Rachman, SPOG (K), yang telah berkenan meluangkan

    waktu kepada penulis untuk berdiskusi dan memberi masukan yang sangat

    berharga.

    6. Direktur Program Magister Sekolah Pascasarjana (SPs) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta; Bapak Dr. Yusuf Rahman, MA,

    yang sebelumnya menjabat sebagai Deputi Direktur Bidang Administrasi,

  • x

    dan telah banyak membantu proses administrasi penulis sehingga dapat

    menyelesaikan program Doktor ini.

    7. Seluruh dosen dan staf pengajar serta karyawan Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

    memberikan pelayanannya dengan sungguh-sungguh baik berupa ilmu

    pengetahuan maupun proses administrasi selama penulis menimba ilmu di

    Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

    Jakarta ini.

    8. Yang teramat mulia ibunda tercinta, Ibu Hj. Sriyatin Mulyati yang dengan tulus ikhlas selalu mendo’akan keberhasilan penulis dalam menempuh dan

    menyelesaikan studi ini.

    9. Yang tercinta isteri penulis, Euis Nurmala, S.Pd, yang dengan penuh kesetiaan mendampingi penulis dalam suka maupun duka selama

    menempuh studi di Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta. Tentu saja

    yang paling istimewa kedua buah hati penulis; Fathiyyah Ash-Shafa dan

    Mumtaz Arafah yang selalu menjadi pendorong motivasi penulis untuk

    menyelesaikan studi ini.

    10. Semua pihak yang telah membantu penulis baik dalam studi maupun dalam penyelesaian disertasi ini yang tidak mungkin penulis sebutkan namanya

    satu persatu. Semoga Alla>h Jalla wa ‘Ala> membalas semua kebaikan

    mereka dengan balasan yang berlipat ganda. Amin.

    Penulis menyadari bahwa dalam penulisan disertasi ini masih banyak

    kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat

    konstruktif sangat penulis harapkan guna menyempurnakan penulisan disertasi ini.

    Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih dan semoga disertasi

    ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

    Jakarta, 28 Januari 2015

    7 Rabi>‘ al-Tha>ni> 1436

    Penulis,

    Endy Muhammad Astiwara

  • xi

    A B S T R A K

    Disertasi ini memperoleh temuan bahwa dalil sadd al-dhari>‘ah digunakan dalam semua topik kedokteran dalam mu'tamar-mu'tamar Majma‘ al-Fiqh al-Isla>mi>

    al-Dawli> yang dibahas dalam penelitian ini. Masing-masing topik menggunakan

    beberapa dalil atau metode, dengan satu metode utama, yaitu metode sadd al-dhari>‘ah digunakan pada pembahasan Bank Sperma dan Rahim Titipan; al-istis}h}a>b dan al-mas}lah}ah al-mursalah digunakan pada pembahasan Inseminasi Buatan dan Bayi Tabung; al-istih}sa>n bi al-nas}s} dan sadd al-dhari>‘ah digunakan pada pembahasan Bank Air Susu Ibu; al-istih}sa>n bi qa‘idah raf‘ al-h}araj wa al-mashaqqah dan sadd al-dhari>‘ah digunakan pada pembahasan Alat Bantu Hidup dan Penentuan Kematian; serta al-mas}lah}ah al-mursalah dan al-istih}sa>n bi al-mas}lah}ah digunakan pada pembahasan Transplantasi Organ. Hal tersebut membuktikan

    bahwa semakin suatu tindakan medis membawa kepada kerusakan (mafsadat) yang

    lebih besar, maka lebih cenderung digunakan dalil yang bersifat preventif.

    Disertasi ini mendukung hasil kajian Jam‘i>yah al-‘Ulu>m al-T{ibbi>yah al-

    Isla>mi>yah al-Urduni>yah dalam buku Qad}a>ya> T{ibbi>yah Mu‘a>s}irah. Namun demikian berbeda dengan hasil penelitian Mus}t}afa> Di>b al-Bugha> dalam bukunya Athar al-Adillah al-Mukhtalaf fi>ha> fi> al-Fiqh al-Isla>mi> dan penelitian Mus}lih} Ibn ‘Abd al-H{ayy al-Najja>r dalam bukunya Al-Adillah al-Mukhtalaf fi>ha> ‘inda al-Us}u>li>yyi>n wa Tat}biqa>tuha> al-Mu‘a>s}irah.

    Sumber primer disertasi ini ialah “Majallah Majma‘ al-Fiqh al-Isla>mi>”>, yang berisi kumpulan makalah penyaji, pembanding, dan notulen mu'tamar-

    mu'tamar Majma‘ al-Fiqh al-Isla>mi> al-Dawli> Munaz}z}amah al-Ta‘a>wun al-Isla>mi>

    atau International Islamic Fiqh Academy of Organization of Islamic Cooperation

    (IIFA – OIC). Hingga tahun 2010, Majallah Majma‘ berjumlah 36 jilid buku, masing-masing setebal kurang lebih 500 halaman. Adapun bidang kedokteran

    mencakup sekitar 10% dari seluruh topik pembahasan Majma‘. Selama kurun

    waktu 1985 s.d. 2010 telah dibahas 23 masalah kedokteran dalam 29 kali mu'tamar.

    Penelitian ini memilih 4 (empat) dari 23 topik di atas, dengan alasan bahwa topik-

    topik tersebut merupakan tema yang penting dalam dunia kedokteran serta menjadi

    acuan pokok dari topik-topik kedokteran berikutnya.

    Penulis menganalisis cara pengeluaran hukum (t}ari>q al-istinba>t}) yang dilakukan oleh Majma‘ al-Fiqh dari seluruh sumber-sumber hukum Islam yang ada.

    Selanjutnya menguji dalil-dalil manakah yang paling relevan untuk digunakan

    memecahkan persoalan kedokteran tersebut. Dengan demikian disertasi ini

    menggunakan metode penelitian deskriptif analitis yang bersifat yuridis melalui

    pendekatan us}u>l al-fiqh, al-qawa>‘id al-fiqhi>yah, fiqh, ilmu kedokteran, dan lain-lain.

  • xii

  • xiii

    A B S T R A C T

    This research is written on the basis of the fiqh contemporary issues on medical field. Since medicine is not merely a science but also an implemented

    knowledge which directly embraces every side of human life. Medicine has become

    the example of contemporary problems which dynamically move along with human

    notion about healthy and sickness, life and death, and aesthetical matters.

    The main source of this research is “Majallah Majma‘ al-Fiqh al-Isla>mi>”, a series of books consists of selective papers (either of the presenters, discussants or

    comparators) and minutes of meeting of conferences of Majma‘ al-Fiqh al-Isla>mi>

    al-Dawli> Munaz}z}amah al-Ta‘a>wun al-Isla>mi> or International Islamic Fiqh

    Academy-Organization of Islamic Cooperation (IIFA –OIC). IIFA-OIC has released

    36 volumes up to the year of 2010 and each volume consists of more than 500

    pages whereas only 10% concerning medicine topics. During the year of 1985 to

    2010, the conference has been discussing 23 medical topics concerning medical

    issues in 29 conferences. However, only 4 topics of medical issues have been

    chosen to be discussed in this research.

    The author is to analyse medical problems from the point of view of all of Islamic legal main resources.

    This research concludes that even one of the medical treatment more carry

    to make a damage (mafsadat), so it's the way through to be prevented. The reason of its conclusion is that Majma‘ al-Fiqh al-Isla>mi> has been

    using several methods in each topic of contemporary medical issues. The main

    method of sadd al-dhari>‘ah is used in Sperm Banking and Surrogacy; al-istis}h}a>b and al-mas}lah}ah al-mursalah method are used in Artificial Insemination and Test Tube Baby; al-istih}sa>n bi al-nas}s} and sadd al-dhari>‘ah are used in Breastmilk; al-mas}lah}ah al-mursalah and al-istih}sa>n bi al-mas}lah}ah are used in Organ Transplantation; al-istih}sa>n bi qa‘idah raf‘ al-h}araj wa al-mashaqqah and sadd al-dhari>‘ah also used in Ventilator as well as Definition of Death. And last, the research reveals that sadd al-dhari>‘ah method is used in all of the topics also.

    The conclusion above is relatively equal to study of Jam‘i>yah al-‘Ulu>m al-

    T{ibbi>yah al-Isla>mi>yah al-Urduni>yah in its book named Qad}a>ya> T{ibbi>yah Mu‘a>s }irah. Nevertheless, it has been distinctiveness with the standpoint of Mus}t}afa> Di>b al-

    Bugha> in his book named Athar al-Adillah al-Mukhtalaf fi>ha> fi> al-Fiqh al-Isla>mi> and Mus}lih} Ibn ‘Abd al-H{ayy al-Najja>r in his book named Al-Adillah al-Mukhtalaf fi>ha> ‘inda al-Us}u>li>yyi>n wa Tat}biqa>tuha> al-Mu‘a>s}irah.

    Along with the more complexity of modern issues or problems, the more

    demand for the scholar verdicts or fatwa> or decision for ijtiha>d deserves more authoritative way among Muslim society in the form of collective ijtiha>d (al-ijtiha>d al-jama>‘i>)) rather than individual ijtihad (al-ijtiha>d al-fardi>). Collective ijtiha>d means that the opinion of Islamic laws or fata>wa> issued are based on the ijtiha>d of the expert assembly which consists of Islamic jurists and medical doctors in various

    related knowledge.

  • xiv

  • xv

    ملخص البحث

    ،ذل مااتذناالطذالطاا ذ ااوذياا ذضوعااولتذل ب اا الطبقضاات تذهذالرسااتل ذاختاات هذ اا

    ذ.ذنواحيذل يتةالبشر ال يذ تع قذنيذوتطبيقيذل منتحيتيذ

    كثاارةذالمئااتلمذالمعتااارةذالشااتلو ذالماا كو ةذتتط اا ذاللتااتومذالتاا ذالت ضاا ذضاا ذ

    ذ.ضنهجذاإلسالمذضنذنتحي ،ذوضنذنتحي ذأخرمذتواك ذتطو اهذال يتة

    ذالتعااتوطرجاا ذ اا االب ذ ااوذضم اا ذالممماا ذاللقااوذاإلسااالضيذالاا وليذلمن ماا ذض

    أضاتذ.ذاإلسالضيذالمطبوعذنئ ذوثالثينذضم اذوفيذخمسذضتل ذال ذفيذكمذضم ذتقر بت

    ضئتلمذالطبي ذالتيذن ثنتذلنهتذفتشممذلشرةذنتلمتلا ذضانذجميا ذالموعاولتهذالتايذن ا ذ

    ذ02ون ااا ذالمممااا ذاللقاااوذذ0252حتااا ذذ5891المممااا ذاللقاااوذلنهاااتذضااانذضااا ةذسااان ذ

    لناتو نذضنهاتذل ب ا ذفايذ ا هذالرساتل ذذ4ضؤتمراه،ذوضنذثمذ ختات ذذ08ضوعولتهذفيذ

    ذ.ال كتو ة

    ضمماا ذاللقااوذالاا وليذ ااوذذت اا ذولا ةذوضئاا ولي ذا ضتناا ذالعتضاا ذل من ماا ذو ااوذ

    ضنئاا ذليوااوطذض اامذال اساا ذفاايذ اا هذالرسااتل ،ذ نااوذالممماا ذالاا وليذالمعاارو ذنقااوةذ

    إلحتط ذنوامذالما ا ذالمتبعا ذفضاالذلانذالب اورذوال اساتهذالمق ضا ذضانذاإلستنبتطذوا

    ذ.الع متذوذالبتحثين،ذكمتذأطذذلضو ذالممم ذتمثمذالب اطذا لضتءذنتلمن م

    أضتذضنذنتحي ذوستنبتطذالممم ،ذ رمذالبتح ذنلنوذالذنوتليذنتلمصاتل ذوا ااو ذ

    ذا ااو ذالمخت افذفيهاتذالمتلقذل يهتذف ئ ذولونذ تتجذول ذا او ذا خرمذوتئام

    أوذا لل ذالمخت فذفيهتذو ايذاإلست ئاتطذوالمصاتللذالمرسا ذوسا ذال عا ذو ارعذضانذ

    كاااامذذالبتحاااا ذذط اااا وضاااانذ نااااتذا.ذقب نااااتذواإلستصاااا ت ذوأقااااوا ذالصاااا تن ذوالعاااار

    كثاارذوسااتخ اضهتذمخت اافذفيهااتذالضصااتل ا حوتمذوضبااتلحذا حوااتمذضاانذالمتلااقذل يهااتذوذ

    .الممم كمصتل ذالستنبتطذنلتتومذ

    أطذك متذا لمت ذالطبي ذتميمذوليذضلئ ةذضنذوخالا ذضتذتوامذوليوذالبتح ذ وذ

    ذا لل ذأوذ ئتخ مذل ةذأطذالممم ذذتؤخ ذالخالا ذضنذ.أيذضلتس ذفهنتكذ نبغيذتمنبهت

    تذذكرذفيذوأ مذا او ذ ت ققذفيذكمذالموعوعذكم.ذالمنهمي ذفيذكمذضوعوعذاللتوم

    ذالتتلي ذاستخ م. ذلنذفتإلست ئتط ذن ذال ي ونن ذاإلنعتشوذك ذال يتةذذأجه ة ونهت

    ذوذ.اإلنئتني ذأضت ذالمرس ذوت خ ضاسالمصتلل ذالصنتلي ذالت قيل ذن ذلن أطلت ذ

    ذس ذال ع أضتذوذ.ونـتلتعذاإلنئـتطذنللضـتءذجئمذونئـتطذأخرذحيتذكتطذأوذضيتتوذا نتني

    ذت خ ضاس ذن ذلن ذو ذالمني ذذ.المئتلجرذمالرحننوك ذضنهج ذال ع وأ ضت ذس

    ذ.لن ذكمذضوعوعذالطبي ذت خ ضاس

    تتمثامذفايذاإلجتهاتلذالمماتليذالم ا ةذذممئتلالل ا،ذقرا اهذاللقهي ذالموثوقذضنذ

    ذ.نع ومذالطبي ذذالخبراءاللقهتءذوذول ذضنضممعاللتتومذيذا هذ ال

    ذ

    http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&ved=0CEUQFjAE&url=http%3A%2F%2Fwww.eiiit.org%2Fresources%2Feiiit%2Feiiit%2Feiiit_article_read.asp%3FarticleID%3D616&ei=9g3XU6PTFtC_uASAi4KwAQ&usg=AFQjCNHBir90VWSnYr5dcuATr6JePto4QQ&sig2=660fnbuHxlYRu5ScotNmPA

  • xvi

  • xvii

    PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

    Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

    alif Tidak اdilambangkan

    Tidak dilambangkan

    ba b be ب

    ta t te ت sa th te dan ha ث Jim j je ج (ha ḥ ha (titik di bawah ح kha kh ka dan ha خ dal d de د zal dh de dan ha ذ ra r er ر zai z zet ز sin s es س shin sh es dan ha ش (sad ṣ es (titik di bawah ص (dad ḍ de (titik di bawah ض (ta ṭ te (titik di bawah ط (za ẓ zet (titik di bawah ظ ain ...‘..... Koma terbalik di atas‘ ع gain gh ge dan ha غ fa f ef ف qaf q qi ق kaf k ka ك lam l el ل mim m em م nun n en ن wau w we و ha h ha ه hamzah ...’ ... apostrof ء ya y ye ي

  • xviii

    Catatan:

    Huruf madd berupa alif dilambangkan dengan ā seperti qāla (قال) Huruf madd berupa waw dilambangkan dengan ū seperti qālū (قالوا) Huruf madd berupa ya dilambangkan dengan ī seperti qīla (قيل) Huruf tā’ marbūṭah (ة) yang terletak di akhir kata ditulis h, Sedangkan tā’ marbūṭah (ة) yang menjadi mu«āf ditulis t seperti wazārat al-tarbiyah (وزارة الرتبية). Sedangkan kata yang di akhirnya tā marbūṭah (ة) yang menjadi ṣifat dan mawṣūf ditulis h seperti al-risālah al-qaṣīrah (الرسالة القصرية) Kata-kata serapan dari bahasa Arab yang telah biasa digunakan, ditulis sesuai

    dengan ejaan bahasa Indonesia, seperti: Islam, darurat, fikih.

  • xix

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL

    PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI

    HASIL UJI PLAGIARISME

    PERSETUJUAN PEMBIMBING

    PERSETUJUAN PENGUJI

    KATA PENGANTAR

    ABSTRAK

    PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

    DAFTAR ISI

    DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

    i

    iii

    iv

    v

    vii

    ix

    xi

    xvii

    xix

    xxv

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah B. Permasalahan

    1. Identifikasi Masalah 2. Pembatasan Masalah 3. Perumusan Masalah

    C. Kajian Terdahulu yang Relevan D. Kerangka Teori E. Metodologi Penelitian F. Tujuan dan Manfaat Penelitian G. Sistematika Penulisan

    1

    1

    9

    9

    11

    12

    13

    14

    15

    17

    18

    BAB II

    TEORI ISTINBA

  • xx

    BAB III

    F. Qawl al-S{ah}a>bi> G. Shar‘u Man Qablana> H. Al-Istih{sa>n I. Al-Mas}a>lih{ al-Mursalah J. Sadd al-Dhara>’i‘ K. Al-‘Urf

    PROFIL MAJMA‘ AL-FIQH AL-ISLA><

    A. Latar Belakang dan Sejarah B. Struktur Organisasi C. Pedoman dan Prosedur Mu'tamar Majma‘

    51

    57

    60

    64

    70

    75

    85

    85

    95

    104

    BAB IV REPRODUKSI DAN PERMASALAHANNYA

    A. Teori Kromosom B. Fertilisasi C. Tahapan Perkembangan Embrio D. Infertilitas E. Macam-macam Terapi Infertilitas F. Bayi Tabung G. Pembahasan Fikih tentang Inseminasi Buatan

    dan Bayi Tabung

    1. Filosofi Pernikahan dalam Pandangan Islam 2. Inseminasi Buatan dalam Sejarah Kedokteran Islam 3. Proses Awal Kejadian Manusia 4. Keselarasan Wahyu dan Logika vs Materialisme Barat 5. Ruang Lingkup Terapi Fertilitas dan Problematikanya 6. Analisis ‘Illat Hukum Bayi Tabung 7. Obyek Hukum pada Kasus Bayi Tabung 8. Dasar Pertimbangan Majma‘

    H. Keputusan Majma‘ al-Fiqh tentang Inseminasi Buatan dan Bayi Tabung

    I. Pengantar Pembahasan Bank Sperma J. Analisis Kualitas Sperma K. Pembekuan dan Penyimpanan Sperma L. Bank Sperma M. Pembahasan Fikih tentang Bank Sperma

    1. Pandangan dari Al-Qur'a>n dan al-H{adi>th 2. Pandangan dari Para Fuqaha>' 3. Nikah istibd}a>‘ Versi Kontemporer 4. Dasar Pertimbangan Majma‘

    N. Rahim dan Kehamilan dalam Pandangan Kedokteran O. Rahim Titipan P. Pembahasan Fikih tentang Rahim Titipan

    1. Hukum Memiliki Anak 2. Pandangan Ulama tentang Rahim Titipan

    107

    109

    115

    116

    123

    130

    141

    144

    144

    149

    150

    152

    154

    160

    166

    171

    177

    178

    182

    184

    191

    195

    196

    197

    200

    202

    205

    217

    222

    222

    223

  • xxi

    3. Perdebatan Ulama tentang Status Ibu dari Bayi yang Dilahirkan

    4. Perdebatan Ulama Seputar Alasan Keharaman Rahim Titipan

    5. Dasar Pertimbangan Majma‘

    226

    231

    234

    BAB V

    BANK AIR SUSU IBU (BUNUn 4. Kemuliaan Jiwa Manusia 5. Pengertian tentang Jiwa, Kapan Seseorang Dikatakan

    Hidup atau Mati Menurut Al-Qur'a>n

    6. Kehidupan dan Kematian Menurut Para Fuqaha’ 8. Penggunaan Alat Bantu Hidup 9. Dasar Pertimbangan Majma‘

    M. Keputusan Majma‘ al-Fiqh

    267

    268

    279

    286

    290

    293

    297

    300

    306

    310

    313

    321

    323

    324

    325

    328

    335

    337

    344

    350

    351

    355

    361

  • xxii

    BAB VII TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH DARI ORANG

    HIDUP MAUPUN DARI JENAZAH (INTIFA

  • xxiii

    BAB VIII PENUTUP

    A. Kesimpulan B. Saran-Saran

    441

    441

    442

    DAFTAR PUSTAKA

    A. Jurnal dan Buletin Ilmiah B. Buku-Buku C. Kepustakaan dari Internet D. Rujukan Utama untuk Takhri>j al-H{adi>th

    GLOSARI

    INDEKS

    BIODATA PENULIS

    445

    445

    464

    476

    485

    487

    491

    503

  • xxiv

  • xxv

    DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

    Gambar

    Gambar

    Gambar

    Gambar

    Gambar

    Gambar

    Gambar

    Gambar

    Gambar

    Gambar

    Gambar

    Gambar

    Gambar

    Gambar

    Gambar

    Gambar

    Gambar

    Gambar

    Gambar

    Gambar

    Gambar

    Gambar

    Gambar

    Gambar

    Gambar

    Gambar

    Gambar

    Gambar

    Gambar

    Gambar

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    9.

    10.

    11.

    12.

    13.

    14.

    15.

    16.

    17.

    18.

    19.

    20.

    21.

    22.

    23.

    24.

    25.

    26.

    27.

    28.

    29.

    30.

    Tahapan Mitosis

    Struktur Spermatozoa

    Proses Oogenesis

    Fertilisasi Sperma Menuju Ovum

    Stadium Cleavage

    Bentuk Morula pada Embrio Manusia

    Throphoblast pada Endometrium

    Stadium Blastula

    Primordial Germ Cells and Yolk Sac

    Janin (Foetus) Usia 12 Minggu

    Ukuran Kepala Janin Dibandingkan dengan Tubuh

    Janin dalam Rahim pada Posisi Normal

    Prosentase Penyebab Infertilitas di Amerika Serikat

    Prosedur ART

    Perkembangan Ovum dari Ovarium

    Teknik Fertilisasi In Vitro dan Tranplantasi Embrio

    Potongan Sagital Organ Reproduksi Pria

    Potongan Testis dan Pembelahan Sel Sperma

    Potongan Sagital Organ Reproduksi Wanita

    Anatomi Uterus dan Cervix Uteri

    Anatomi Uterus dan Sekitarnya

    Sel Neuron

    Potongan Sagital Anatomi Otak

    Pembagian Area Fisiologi Otak

    Skema Area Fisiologi Otak dan Batang Otak

    Arah Kompresi Dada pada RJP

    Alat Ventilator

    Defibrilator Internal Terpasang

    Pemasangan Implantable Defibrillator

    Transplantasi yang Umum Dilakukan di AS

    109

    111

    113

    115

    116

    117

    118

    118

    120

    121

    122

    123

    126

    131

    135

    136

    178

    181

    206

    209

    211

    269

    272

    273

    275

    303

    306

    311

    312

    371

  • xxvi

    Tabel

    Tabel

    Tabel

    Tabel

    Tabel

    Tabel

    Tabel

    Tabel

    Tabel

    Tabel

    Tabel

    Tabel

    Tabel

    Tabel

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    9.

    10.

    11.

    12.

    13.

    14.

    Masalah Kedokteran yang Dibahas Majma‘ 1985-2010

    Organ Reproduksi Pria dan Fungsinya

    Kandungan Semen pada Pria

    Grafik Kadar Hormon pada Siklus Haid

    Tabel Keputusan Majma‘ tentang Reproduksi

    Cara Menegakkan Diagnosa Mati Batang Otak (MBO)

    Beberapa Kesukaran Dalam Diagnosa MBO

    Refleks untuk Menegakkan Diagnosa MBO

    Kesimpulan Majma‘ tentang Penghentian Alat Bantu Hidup

    Transplantasi Organ Tubuh yang Biasa Dilakukan

    Negara-Negara yang Menggunakan Sistem Opt-In

    (Informed Consent) dan Opt-Out (Presumed Consent)

    Masa Hidup Pasien pada Berbagai Jenis Transplantasi

    Kesimpulan Majma‘ tentang Transplantasi dari Sisi

    Pendonor

    Kesimpulan Penggunaan Dalil dalam Masalah Kedokteran

    10

    179

    184

    213

    240

    294

    296

    297

    362

    369

    378

    381

    439

    441

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    1. Masalah-masalah Kontemporer dalam Bidang Kedokteran Kedokteran merupakan salah satu cabang ilmu terapan (applied science)

    yang terpenting, kalau tidak dapat dikatakan yang terpenting. Hal tersebut karena

    bidang ini menyentuh secara langsung ke dalam kehidupan setiap insan. Persoalan-

    persoalan dalam bidang kedokteran merupakan suatu contoh problematika

    kontemporer. Bidang tersebut selalu bergerak dinamis seiring cara pandang

    masyarakat tentang sehat dan sakit, hidup dan mati, hasrat manusiawi untuk tetap

    sehat dan bugar, estetika, serta perkembangan teknologi medis yang terus

    berkembang pesat.

    Demikian pula dari sisi klasifikasi sains, ilmu kedokteran terus maju dan

    berkembang, yang mengerucut kepada fokus yang lebih detail, seperti bidang-

    bidang subspesialisasi yang sebelumnya belum pernah ada. Misalnya bidang

    radiologi intervensi, kardiologi anak non-invasive, rehabilitasi medik geriatri, dsb.

    Ketatnya tuntutan spesialisasi dalam ranting disiplin ilmu tertentu membawa

    pengaruh pula terhadap penguasaan seorang dokter terhadap ilmu pengetahuan

    kedokteran secara umum.

    Istilah kedokteran kontemporer mencakup semua masalah kedokteran yang

    muncul pada akhir abad 20 dan awal abad 21 ini, dan oleh karenanya membutuhkan

    penetapan hukum fikih untuk menerima, menolak, ataupun memodifikasinya agar

    sesuai syariah islam. Bidang ini meliputi berbagai aspek yang saling berkaitan.

    Diantaranya ialah timbulnya penyakit-penyakit degeneratif yang terkait dengan

    gaya hidup,1 pekerjaan,

    2 maupun dampak pencemaran lingkungan.

    3 Kemudian

    teknologi kedokteran yang berkembang pesat berikut penggunaannya yang semakin

    merata, baik untuk diagnosa maupun terapi.4 Juga akibat berubahnya paradigma

    masyarakat terhadap hal-hal yang mendasar dalam kehidupan umat manusia,

    misalnya apa yang disebut sakit, konsep menjadi tua adalah masalah, pandangan

    materialistik tentang apa yang disebut dengan baik dan sempurna.5

    Adapun disertasi ini menjadikan sejumlah problema kedokteran

    kontemporer sebagai obyek penelitiannya. Namun demikian, agar lebih fokus

    1Biasa diistilahkan dengan life style disease. Seperti penyakit gastritis kronis

    akibat terlalu sibuk bekerja sehingga makan tidak teratur, atau atherosclerosis akibat terlalu

    banyak memakan junk food.

    2Biasa disebut dengan occupational disease, yaitu penyakit akibat jenis pekerjaan

    tertentu, seperti conjunctivitis kronis pada pekerja yang banyak terpapar bahan kimia.

    3Seperti dermatitis allergic pada penduduk yang menggunakan air sungai yang

    tercemar limbah industri.

    4Seperti cryopreservasi pada penyimpanan sperma di Bank Sperma.

    5Bagi masyarakat yang semakin hedonistic, maka menjadi tua adalah sebuah

    tragedi. Akibatnya tumbuh menjamur berbagai sentra terapi agar orang (tampak) lebih

    muda, dari mulai terapi hormonal, botox, hingga bedah kosmetik.

  • 2

    kepada apa yang dituju dalam penelitian ini dan tidak melebar kepada hal-hal

    lainnya, maka topik-topik yang dipilih ialah yang pada umumnya menjadi dasar

    dari problema-problema kedokteran yang terus berkembang. Contohnya ialah

    pembahasan tentang transplantasi organ. Kesimpulan hukum atas topik ini ini

    menjadi dasar untuk pembahasan Majma‘ al-Fiqh selanjutnya, yaitu tentang stem

    cell, kloning, transplantasi organ janin, dan lain-lain.

    2. Urgensi Ijtihad dalam Mengatasi Problematika Kontemporer Apabila kita menelaah nus}u>s} (teks-teks) Al-Qur'a>n atau sunnah Nabi, maka

    akan dijumpai bahwa sebagian hukum telah diputuskan secara tegas dan jelas.

    Namun sebagian lainnya, bahkan sebagian terbesar, belum atau tidak dinyatakan

    demikian.6 Oleh karenanya Alla>h menyediakan indikasi (amara>t) dan sarana yang

    memungkinkan manusia untuk memutuskannya melalui upaya intelektual yang

    sungguh-sungguh, yaitu ijtihad.7 Hal inilah sebenarnya yang dapat menjadikan

    hukum Islam mampu menjawab setiap persoalan umat manusia, yang semakin

    banyak dan kompleks. Tanpa adanya ijtihad, seolah-olah hukum Islam tidak

    berdaya menghadapi kemajuan zaman. Di sinilah tampak urgensi ijtihad.8

    Namun demikian dalam sejarah intelektual umat Islam, telah terjadi

    kebekuan berijtihad selama berabad-abad. Setelah melalui masa jumu>d yang cukup

    6Muhammad Shahru>r, Nah}w Us}u>l Jadi>dah li al-Fiqh al-Isla>mi>, terj: Sahiron et al.

    (Yogyakarta: Elsaq Press, 2004) , 295-303.

    7Kata ‚ijtiha>d‛ diambil dari kata al-jahd dan al-juhd yang berarti kemampuan dan

    kesungguhan, yaitu bersungguh-sungguh dalam menuntut sesuatu. Adapun secara

    terminologis, terdapat beragam definisi yang berbeda-beda, namun memiliki inti pengertian

    yang relatif sama, yaitu: ‚Ijtihad ialah segala daya upaya yang dicurahkan oleh seorang

    faqi>h untuk menghasilkan suatu hukum shara‘ yang bersifat z}ann‛. Lihat: ‘Abd al-Ma>jid l-Su>su>h, Dirasa>t fi> al-Ijtiha>d (Bayru>t: Da>r al-Bas}a’ir al-Islami>yah, 1423H-2003M), 11-12, 15. ‘Abd al-Rah}ma>n al-Bana>ni>, H}ashi>yah al-Bana>ni> (Bayrut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmi>yah, 1418H-1998M), j. II, 585-586. Abu> H}a>mid al-Ghaza>li>, al-Mustas}fa> (Bayrut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmi>yah, t.t), j. II, 350.Al-T}ayyib Khud}ri> al-Sayyid, Al-Ijtiha>d fi>ma> La> Nas}s} fi>h (Al-Riya>d}: Maktabah al-Haramayn, 1983), j. I, 11.

    8Menilik kepada perbincangan di atas mengenai ijtihad, maka dapat disimpulkan

    bahwa terdapat empat kriteria yang harus dipenuhi dalam definisi ijtihad, yaitu:

    a. Mencurahkan semua kemampuan (istifra>gh al-wus‘), baik konsentrasi, kemampuan intelektual, maupun komitmen moral dan akhlaq.

    b. Seorang ahli fikih (al-faqi>h), meskipun tidak mencapai peringkat mujtahid. Diantara syarat terpenting bagi seorang faqi>h ialah memahami situasi dan kondisi kontemporer,

    serta memahami permasalahan yang akan difatwakan. Bahkan seorang faqi>h tidak boleh

    berfatwa tentang sesuatu yang tidak faham tentang masalah tersebut dengan baik.

    c. Menghasilkan kesimpulan hukum yang bersifat z}anni> (li tah}s}i>l al-z}ann), tidak sampai kepada peringkat qat}‘i>.

    d. Hukum shara‘ (bi h}ukm shar‘i>), yaitu bidang yang dilakukan ijtihad ialah hanya pada hukum-hukum shara‘ saja. Bukan pada topik-topik keimanan dan akhlak, dan bukan

    pula pada perkara-perkara yang semata-mata bersifat empiris (h}issi>ya>t) dan rasional (‘aqli>ya>t) saja.

  • 3

    lama, kemudian muncul para pembaharu (mujaddid) dan mujtahid untuk menyelesaikan persoalan yang timbul pada masanya.

    9

    Adapun bagi ulama dan pakar keislaman pada era kontemporer ini, dapat

    dikatakan seluruhnya berpendapat bahwa tidak boleh dalam suatu periode terjadi

    kekosongan dari keberadaan mujtahid. Mereka pun sepakat untuk menyatakan

    bahwa keberadaan mujtahid dan ijtihad adalah wa>jib kifa>’i>.10 Ijtihad, tak dapat dipungkiri, diperlukan untuk masuk di relung-relung

    kehidupan masyarakat yang semakin majemuk ini. Sejak generasi awal umat ini

    sudah menggalakkan ijtihad dalam area yang memang tidak tersentuh Al-Qur'a>n

    dan al-Sunnah secara rinci. Ini bisa disimak dari hadis yang sangat masyhur,

    manakala Rasulullah SAW akan mengangkat Mu‘a>dh Ibn Jabal sebagai gubernur di

    Yaman:

    : "

    :

    :

    " .11

    Sesungguhnya tatkala Rasu>lulla>h SAW mengutus Mu‘a>dh ke Yaman, Beliau

    bertanya: "Bagaimana engkau memutuskan hukum jika diajukan kepadamu suatu

    masalah?". Dia menjawab:"Aku memutuskan dengan Kitab Alla>h". Beliau bertanya

    lagi:"Lalu apabila engkau tidak dapati di dalam Kitab Alla>h?" Dia menjawab: "Aku

    akan memutuskan dengan Sunnah Rasu>lulla>h SAW". Beliau pun bertanya lagi:" lalu

    apabila tidak kau dapati dalam Sunnah Rasu>lulla>h?" Dia pun menjawab: "Aku akan

    berijtihad dengan pikiranku dan tidak berpaling (lagi) darinya". Kemudian Nabi

    SAW menepuk dadanya seraya berkata: "Segala puji bagi Alla>h yang telah

    menepati Rasu>lulla>h SAW dengan apa yang Dia ridhai untuk Rasu>lulla>h".

    Secara umum, para ulama mengklasifikasikan dalil-dalil Al-Qur’a>n dan al-

    Sunnah, kepada al-Thawa>bit dan al-Mutaghayyira>t. Yang pertama berarti hal-hal yang baku (qat}’i>) dan tetap sepanjang masa serta tidak memerlukan ijtihad, sedangkan yang kedua ialah hal-hal yang dapat bahkan harus terus dilakukan

    interpretasi dan reinterpretasi agar sesuai dengan kemaslahatan pada masa dan

    tempat tertentu dalam sejarah.12

    Di samping itu, ijtihad yang diperlukan pada masa kini ialah termasuk

    bagaimana mempermudah penerapan syariah Islam di tengah masyarakat, serta

    bagaimana mendorong mereka untuk melaksanakan perintah-perintah agama dan

    menjauhkan diri dari larangan-larangannya.13

    Hukum Islam (dalam arti fiqh) adalah

    9Lihat buku-buku tentang Ta>ri>kh al-Tashri>‘ (sejarah perkembangan hukum Islam).

    10

    Jama>l ‘At}i>yah, Al-Tajdi>d al-Fiqhi> al-Manshu>d (Dimashq: Da>r al-Fikr, 1422H-2002M), 19.

    11

    Riwayat Abu> Da>wud, al-Tirmidhi>, Ah}mad, al-Da>rimi>, al-Bayhaqi>, ‘Abd Ibn

    H{umayd, Abu> Da>wud al-T{aya>li>si>, Ibn Abi> Shaybah, al-T{abra>ni>, al-T{ah}a>wi>, Muh}ammad Ibn

    Sa‘d al-Zuhri>, Ibn ‘Asa>kir, Yu>suf al-Mizzi>, dan al-Khat}i>b al-Baghda>di>.

    12

    Wahbah al-Zuh}ayli>, Tajdi>d al-Fiqh al-Isla>mi> (Dimashq: Da>r al-Fikr, 2002), 172.

    13Sali>m al-‘Awwa>, Al-Fiqh al-Isla>mi> fi> T}ari>q al-Tajdi>d (Dimashq: al-Maktab al-

    Isla>mi>, 1998), 15.

  • 4

    hukum yang berkembang secara kontinyu. Perkembangan itu merupakan tabiat

    hukum Islam yang terus hidup.14

    Dalam pada itu sifat dinamis dari fikih tersebut, haruslah tetap mengacu

    secara teguh kepada Al-Qur’a >n dan Hadis Sahih. Hal ini senantiasa diingatkan oleh

    para ulama us}ul al-fiqh, diantaranya ialah ‘Abd al-Maji>d al-Su>su>h: ‚Fikih merupakan hasil ijtihad para ulama atas shari>’ah Isla>mi>yah, dimana

    syariat Islam ini bersumber kepada wahyu Alla>h Ta‘a>la, baik berupa Al-Qur’a>n

    maupun al-H{adi>th al-S}ah}i>h}. Oleh karenanya maka ijtihad bukanlah suatu keputusan

    yang sama sekali baru (al-insha>’), melainkan merupakan uraian, prediksi, maupun implementasi dari apa-apa yang diinginkan oleh Alla>h Jalla> wa ‘Ala> bagi ummat

    manusia (al-kashf wa al-iz}}ha>r li mura>d al-Sha>ri‘).‛ 15 Dalam terminologi fikih, masalah-masalah kedokteran, termasuk dalam apa

    yang disebut dengan na>zilah (jamak: nawa>zil), yaitu masalah-masalah baru yang belum pernah dibahas oleh para fuqaha>' sebelumnya.

    16 Mengingat kompleksitas dan

    keragaman masalah-masalah kontemporer,17

    mujtahid18

    dewasa ini dipandang

    belum cukup memadai jika hanya memenuhi persyaratan-persyaratan ijtihad hukum

    fikih terdahulu semata,19

    sebagaimana telah dirumuskan oleh ulama terdahulu.20

    Untuk masa sekarang ini persyaratan dan ilmu lain perlu juga dimiliki oleh faqi>h, seperti epistemologi, sosiologi, antropologi budaya, dan pengetahuan tentang

    masalah yang akan digali hukumnya.21

    Ilmu-ilmu ini menjadi lebih penting, jika

    masalah yang akan digali hukumnya adalah masalah-masalah kontemporer yang

    bukan hanya tidak dimuat secara jelas dalam teks Al-Qur'an dan al-Sunnah, namun

    juga masalah-masalah tersebut terus berkembang seiring kemajuan ilmu dan

    teknologi. Jika masalah itu berkaitan dengan masalah kedokteran dan kesehatan

    misalnya, maka dari seorang ulama dituntut pula untuk memahami kerangka

    berfikir dan prinsip-prinsip ilmu kedokteran, terutama yang langsung berkaitan

    dengan masalah yang sedang dibahas. Tidak terkecuali dalam hal ini ialah jtihad

    dalam memformulasikan pandang-dunia Islam (Islamic world view) maupun fikih Islam tentang kedokteran kontemporer.

    14Muhammad Shahru>r, Nah}w Us}ul Jadi>dah li al-Fiqh al-Isla>mi>, 44-45.

    15

    ‘Abd al-Maji>d al-Su>su>h, Dira>sa>t fi> al-Ijtiha>d wa Fahm al-Nass}}, 136. 16

    Yu>suf Ibn ‘Abdilla>h Ibn Ah}mad al-Ah}mad, Ah}ka>m Naql A‘d}a>' al-Insa>n fi> al-Fiqh al-Isla>mi> (Al-Riyad}: Da>r Kunu>z Ishbi>li>ya, 1427H-2006M), 25.

    17Muh}ammad al-Shawka>ni>, Irsha>d al-Fuh}u>l (Bayru>t: Da>r al-Kita>b al-‘Arabi>,

    1424H-2003M), j.II, 205-227.

    18

    Ta>j al-Di>n al-Subki>, Al-Ibha>j fi> Sharh} al-Minha>j (Bayru>t: Da>r al-Kutub al-‘Ilmi>yah, 1404H-1984M), j.III, 254-256.

    19

    Ibn al-Qayyim al-Jawzi>yah, I‘la>m al-Muwaqqi‘i >n (Bayru>t: Da>r al-Fikr, 1397H-1977M), j.IV, 205-218.

    20

    Abu> al-Baraka>t Hafiz} al-Di>n al-Nasafi>, Kashf al-Asra>r (Bayru>t: Da>r al-Kutub al-‘Ilmi>yah, t.t.) j.II, 300-310. Muh}ammad Ibn al-Najja>r, Sharh} al-Kawkab al-Muni>r (Makkah al-Mukarramah: Ja>mi‘ah Umm al-Qura>, 1408H-1987M) j.IV, 459-472.

    21

    ‘Abd al-Wahha>b Khalla>f, Us}u>l al-Fiqh (Al-Kuwayt: Al-Da>r al-Kuwayti>yah, 1968), 17.

  • 5

    3. Ijtiha>d Jama>‘i> (Ijtihad Kolektif) dalam Bidang Kedokteran Pada uraian di atas, tampak bahwa ajaran Islam tidak bisa diartikan

    seluruhnya sebagai agama langit yang rigid, final, dan siap pakai. Kejumudan akan membuat Islam segera usang dan kehilangan kemampuan untuk menghadapi

    berbagai persoalan yang terus berkembang dengan pesat. Selain itu, eksistensi

    manusia sebagai makhluk yang berakal, harus dihargai dengan cara memberinya

    peluang untuk berpikir lebih maju. Oleh karena itu, berkenaan dengan bidang

    hukum, Alla>h Ta‘a>la> tidak menjelaskan semua hukum secara rigid (qat}‘i>) dalam setiap aspek kehidupan insani.

    Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh individu faqi>h untuk berijtihad, ialah sebagaimana yang disebutkan oleh Imam al-Subki> dalam Jam‘ al-Jawa>mi‘ :22 a. Ba>ligh, yaitu telah sampai pada usia yang mampu mengidentifikasi hal-hal yang

    baik dan buruk, serta berperilaku baik.

    b. Berakal (‘a>qil), yaitu seorang faqi>h yang yang telah mumayyiz, dalam keadaan sadar (alert) dan tanpa tekanan dari pihak manapun.

    c. Mengetahui dalil ‘aqli> dan memiliki kecakapan hukum (mukallaf) dalam rangka menerapkan keputusan tersebut.

    d. Memiliki pengetahuan yang memadai dalam bidang bahasa, baik i‘ra>b, lughah, maupun bala>ghah.

    e. Memahami ayat-ayat Al-Qur’a>n dan al-Sunnah yang terkait dengan masalah-masalah hukum, meskipun tidak menghafalnya.

    f. Mengerti kaidah-kaidah syara’ secara global serta penggunaannya, yang dikaitkan dengan maqa>s}id al-shari>‘ah.

    g. Mengerti ilmu-ilmu Al-Qur’a>n, terutama al-na>sikh wa al-mansu>kh dan asba>b al-nuzu>l.

    h. Mengerti tentang hadis-hadis mutawa>tir dan a>ha>d, s}ahi>h dan d}a‘i>f, serta perihal para periwayat hadits.

    Hal yang penting dicatat ialah bahwa Imam Ibn al-Subki> tidak

    mensyaratkan bagi mujtahid untuk mengerti Ilmu Kalam dan cabang-cabang fikih.

    Selain Ibn al-Subki>, banyak ulama yang menyusun persyaratan bagi seseorang yang

    akan berijtihad. Semuanya dilandasi pertimbangan agar klaim ijtihad tidak secara

    gegabah disandarkan kepada siapa saja yang belum memiliki kapabilitas untuk itu.

    Adapun persyaratan yang diajukan oleh Imam al-Ra>fi‘i> dan al-Nawawi> ialah:23

    a. Memahami ayat-ayat Al-Qur’a>n yang berkaitan dengan bidang hukum, dan tidak diharuskan memahami seluruh ayat Al-Qur’a>n. Demikian pula tidak

    disyaratkan hafal Al-Qur’a>n.

    b. Memahami hadis-hadis Nabi SAW yang berkaitan dengan hukum. c. Mengetahui pendapat para ulama dari kalangan sahabat Nabi serta generasi

    sesudahnya, baik yang disepakati maupun yang diperselisihkan.

    d. Memahami tentang qiya>s.

    22Al-Bana>ni>, H}a>shi>yah al-Bana>ni>, j. II, 589-594.

    23

    Jala>l al-Di>n al-Suyu>t}i>, Taysi>r al-Ijtiha>d (Makkah al-Mukarramah: Al-Maktabah al-Tija>ri>yah, t.t.), 33-34.

  • 6

    e. Memahami bahasa Arab dengan baik.

    Pada sisi lain, para ulama era modern sekarang ini menambahkan sejumlah

    kriteria bagi yang akan berijtihad, yaitu:24

    a. Memiliki kapabilitas intelektual. b. Memiliki kemampuan berpikir dan analisa yang cermat, sehingga relatif dapat

    dikatakan ra>sikh fi> al-‘ulu>m. c. Memahami isu-isu sentral pada zamannya. d. Memiliki kepedulian yang tinggi terhadap persoalan-persoalan kemasyarakatan.

    Kebutuhan akan seorang faqi>h dengan kapasitas yang memenuhi kualifikasi di atas, juga disitir oleh Omar Hasan Kasule, guru besar dalam bidang fikih

    kedokteran:

    Religion, rationality and wisdom call us to employ our minds to look for the public interest and to accurately evaluate the ensuing needs so that we can be fully aware of the particularities of our present era. The ultimate goal is to acquire a thorough understanding of our contemporary problems, issues and needs.25 ‚Agama, rasionalitas, dan sikap bijaksana menuntut kita untuk menggunakan akal

    pikiran dalam bidang kepentingan publik dan secara akurat menilai kebutuhan-

    kebutuhan umat manusia, sehingga mampu menyadari karakteristik zaman kini.

    Tujuan akhirnya ialah untuk memahami secara utuh tentang problem-problem

    kontemporer, topik-topik, dan kebutuhannya‛.

    Dengan demikian, persyaratan untuk berijtihad tidaklah mudah, namun

    tidak terlalu sulit untuk dipenuhi. Para ulama memberikan motivasi kepada setiap

    muslim untuk tetap membuka pintu ijtihad. Diantara keterangan yang mereka

    sampaikan kepada kita ialah:

    ‚Ijtihad pada zaman kini adalah lebih mudah dibandingkan pada masa awal. Hal ini disebabkan karena telah tersedianya pelbagai sarana untuk meneliti hadis-hadis dan bidang-bidang lainnya yang telah dibukukan, sehingga lebih mudah untuk mengambil referensi darinya. Ini berbeda dengan pada masa awal, dimana sarana-sarana ijtihad belum dibukukan secara sistematis‛.26

    Secara teoritis, berkat kemajuan sains dan teknologi, ketersediaan fasilitas

    untuk menguasai ilmu-ilmu yang menjadi persyaratan ijtihad akan semakin mudah.

    Akan tetapi, semakin kompleksnya persoalan modern, maka dituntut suatu

    keputusan fatwa yang bukan hanya sesuai (comply) dengan ajaran nilai-nilai Islam, namun juga dapat diterapkan (applicable) di dunia nyata.

    Demikian pula dalam bidang ilmu-ilmu keislaman (al-‘ulu>m al-Isla>mi>yah), seperti fikih. Bisa jadi seorang yang faqi>h dalam ilmu fiqh al-mu‘a>mala>t, namun

    tidak sedalam itu pengetahuannya dalam fiqh al-‘iba>da>t. Belum lagi mungkin yang

    bersangkutan mendalaminya dari sisi mazhab tertentu saja, dan tidak dari sisi

    24Bust}a>mi> Sa‘i>d, Mafhu>m Tajdi>d al-Di>n, 31-33.

    25

    Abdulaziz Othman Altawjiri, Ijtihad and Modernity in Islam, p.5, http://www.isesco. org.ma/english/publications/Islamtoday/24/p1.php. Diakses pada 15

    Nopember 2013.

    26

    Al-Suyu>t}i>, Taysi>r al-Ijtiha>d, 27.

  • 7

    mazhab yang lain. Termasuk dalam hal ini ialah penguasaan ilmu-ilmu yang

    menjadi persyaratan mujtahid. Apalagi jika kategorisasi fikih dipandang dari sudut

    ilmu pengetahuan modern, maka akan memunculkan pendekatan-pendekatan baru

    dalam ilmu tersebut. Misalnya fikih ekonomi, fikih wanita, fikih pariwisata, dan

    fikih kedokteran.

    Ijtihad individual (ijtiha>d fardi>), lebih banyak menerima kritik dan bantahan dibandingkan dengan hasil ijtihad kolektif (ijtiha>d jama>‘i>). Hal ini disebabkan karena keterbatasan penguasaan ilmu-ilmu kontemporer dari seorang pemberi

    fatwa.

    Kondisi di atas menunjukkan bahwa ijtiha>d fardi> pada era modern nampaknya akan menemui banyak kendala untuk dapat diterima luas oleh masyarakat. Oleh karena itu, kiranya tidak berlebihan jika dikatakan bahwa kegiatan ijtihad yang lebih otoritatif ialah dengan mengambil bentuk ijtiha>d jama>‘i>. Ijtihad jenis ini dalam implementasinya di bidang kedokteran ialah berupa

    himpunan sejumlah pakar yang terdiri dari para ahli ilmu-ilmu Islam serta para ahli

    dalam berbagai bidang kedokteran, sehingga kelompok tersebut telah memenuhi

    persyaratan yang diperlukan dalam berijtihad. Dengan kata lain, segala persyaratan

    ijtihad yang telah dirumuskan oleh para ahli us}u>l al-fiqh telah terpenuhi secara

    kolektif oleh kelompok/lembaga yang melakukan ijtihad, dan bukan secara

    individual. Dengan demikian, lembaga ijtihad kolektif inilah yang berperan

    melakukan kegiatan ijtihad.

    Salah Osman27

    menjelaskan dengan ringkas akan kebutuhan terhadap

    ijtihad kolektif tersebut:

    Finally, given the complexity of contemporary issues and their distribution among astronomy, medicine, law and economics, as well as morality and aesthetics, there is no room for the individual absolute ijtihad in our time, in the sense that the problems of today are not as those in the past time, which can be solved by one jurist. But the efforts of scientists and experts from various fields must be combined to reach the religious opinion that is suit variables of our era. That requires that the jurist, or the jurisdiction, have experts in the various disciplines, should be consulted, and they must be, naturally, from the people of piety and devoutness, in addition to their expertise and specializations.28

    "Akhirnya, untuk menghadapi kompleksitas masalah-masalah dalam bidang

    astronomi, kedokteran, hukum, dan ekonomi, sebagamana juga problema moralitas

    dan estetika modern, maka tidak ada ruang bagi ijtihad individual pada era kita ini.

    Dengan suatu pemikiran bahwa problem-problem masa kini tidak sama dengan

    problem-problem pada masa lalu, ketika dapat diselesaikan oleh seorang faqi>h.

    Upaya para saintis dan para ahli dalam berbagai bidang harus dipadukan untuk

    dapat menghasilkan opini syariah yang cocok dengan zaman sekarang. Semua hal

    itu memerlukan ahli fikih, atau bahkan tata hukum, yang mempunyai keahlian

    27Salah Mahmoud Osman Mohamed. Guru besar ilmu logika dan filsafat sains pada

    Munifiya university, Mesir. Menjadi pembicara dalam sejumlah seminar Kedokteran Islam

    tingkat internasional.

    28

    Salah Osman, A Contemporary Reading of the Logic of Islamic Jurisprudential Measurement (Paper, offprint, 2006), 35.

  • 8

    dalam sejumlah disiplin ilmu, diman mereka sepatutnya lahir dari kalangan

    masyarakat yang tulus dan penuh pengabdian".

    Pada saat ini terdapat banyak Lembaga Fatwa atau lembaga ijtihad kolektif

    (ijtiha>d jama>‘i>) di berbagai negeri muslim. Lembaga-lembaga tersebut pada umumnya lebih dapat dipercaya dan menjadi panutan bagi komunitasnya. Ada yang

    berskala nasional dan lebih dikenal sehingga diikuti oleh komunitas mereka masing-

    masing, seperti Majlis Tarjih Muhammadiyah, Bahtsul Masa-il Nahdlatul ’Ulama,

    Dewan Hisbah Pusat Pimpinan Persatuan Islam (PERSIS). Ada pula yang bersifat

    lokal, seperti Lajnah Mut}a>la’ah dari suatu Pesantren, MUI Kabupaten, ataupun Tim

    Pengasuh rubrik fikih di sejumlah majalah atau web Islam.

    Di samping itu terdapat pula lembaga fatwa berskala nasional yang

    memiliki otoritas di pemerintah (regulator) dan masyarakat pada umumnya.

    Lembaga dalam kategori ini di Indonesia ialah Majelis Ulama Indonesia, dimana

    fatwa-fatwanya dikeluarkan oleh Komisi Fatwa MUI, sedangkan fatwa dalam

    bidang ekonomi dan keuangan dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional ” MUI.

    Selain lembaga-lembaga tersebut di atas, terdapat pula sejumlah lembaga

    fatwa, yang berskala nasional maupun internasional, yang tidak jarang dijadikan

    sebagai referensi penting ataupun pembanding bagi banyak lembaga fatwa tingkat

    nasional maupun lokal, termasuk dalam bidang kedokteran. Diantara lembaga-

    lembaga tersebut ialah:

    a. Majma‘ al-Buhu>th al-Isla>mi>, al-Azha>r al-Shari>f, Kairo. b. Majma‘ al-Fiqh al-Isla>mi> li Ra>bit}ah al-‘Ami>, Makkah. c. Majma‘ al-Fiqh al-Isla>mi> Munaz}z}amah al-Mu’tamar al-Isla>mi>, Jeddah. d. Jama>‘ah Ahl al-H{adi>th, Isla>ma>ba>d. e. Hay’ah Kiba>r al-ulama, Riya>d}. f. Hay’ah al-Muh}a>sabah wa al-Mura>ja‘ah li al-Mu’assasa>t al-Ma>li>yah al-

    Isla>mi>yah (Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial

    Institutions), Bah}rayn.

    g. Ida>rah al-Da‘wah wa al-Irsha>d al-Di>ni>, Qat}r. h. Lajnah al-Fatwa> bi al-Kuwa>yt. i. Al-Hay'ah al-‘A

  • 9

    seiring cara pandang masyarakat tentang sehat dan sakit, hidup dan mati, estetika,

    serta perkembangan teknologi medis yang terus berkembang pesat.

    B. Permasalahan

    1. Identifikasi Masalah Disertasi ini berjudul "FIKIH KEDOKTERAN KONTEMPORER (Analisis

    Produk Pemikiran Hukum Majma‘ al-Fiqh al-Isla>mi> 1985 ” 2010 dalam Bidang

    Kedokteran)". Ini menunjukkan bahwa penelitian ini menjadikan bidang fikih

    sebagai acuan pokok. Lebih spesifik lagi ialah analisis terhadap produk hukum hukum, sehingga ini berarti menitikberatkan kepada metodologi pengambilan keputusan hukum, dan bukan kepada hasil keputusan hukumnya. Di samping itu istilah kontemporer berarti bahwa masalah yang dibahas ialah problem kedokteran

    yang berkembang dewasa ini.

    Sebelum penulis masuk ke dalam pokok kajian, maka perlu diterangkan

    bahwa terdapat beberapa lembaga di dunia Islam yang menggunakan nama Majma‘

    al-Fiqh. Adapun Lembaga Majma‘ al-Fiqh al-Isla>mi> yang dimaksud dalam

    penelitian ini ialah Majma‘ al-Fiqh al-Isla>mi> al-Dawli> Munaz}z}amah al-Ta‘a>wun al-

    Isla>mi> atau International Islamic Fiqh Academy of Organization of Islamic

    Cooperation (IIFA ” OIC). Lembaga ini merupakan lembaga keulamaan yang

    bersifat otonom di bawah kordinasi Sekretariat Jenderal OIC (Organisation of

    Islamic Cooperation, dulu bernama Organisation of Islamic Conference.

    Selanjutnya disebut: OKI ” Organisasi Kerjasama Islam). Untuk selanjutnya,

    Majma‘ al-Fiqh yang dimaksud, akan cukup disebut dengan Majma‘. Kantor Majma‘ berdekatan dengan kantor Sekretariat Jenderal OKI di ‘Imarah al-Qurayshi>,

    Sha>ri‘ Filist}i>n, Jeddah, Saudi Arabia. Adapun sidang-sidang atau rapat-rapat

    Majma‘ diselenggarakan berpindah-pindah di berbagai negara anggota OKI.

    Sumber utama disertasi ini ialah makalah-makalah (penyaji, pembanding,

    dan penyanggah) serta notulasi atas diskusi-diskusi pada mu'tamar-mu'tamar

    Majma‘. Yang dimaksud dengan mu'tamar Majma‘ ialah rapat tahunan yang

    dihadiri oleh seluruh anggota Majma‘ dan pakar-pakar yang diundang untuk

    membahas suatu masalah. Sebagian besar masalah yang dibahas dalam mu'tamar

    Majma‘ ialah bidang ekonomi dan keuangan. Selain itu bidang-bidang bahasan

    berikutnya ialah penerapan suatu prinsip atau kaidah us}u>l al-fiqh, politik, budaya,

    akidah, hak-hak sipil, hak dan peranan wanita, hukum perang dan damai, zakat, dan

    ‘iba>dah mah}d}ah. Adapun penelitian ini berfokus pada topik bidang kedokteran dan

    kesehatan. Pemilihan ini beralasan bahwa:

    a. Bidang kedokteran termasuk bidang yang paling pesat perkembangannya, seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi, baik dari sisi diagnostik maupun

    terapi, berikut berbagai perangkat penunjangnya.

    b. Bidang tersebut bersifat urgen dan vital bagi keberlangsungan kehidupan manusia.

  • 10

    Berikut ini adalah tabel daftar masalah-masalah kedokteraan yang dibahas

    dalam mu'tamar Majma‘ pada periode 1985 s.d. 2010. Beberapa topik dibahas

    sampai dua atau tiga kali mu'tamar. Hingga tahun 2014, tidak ada penambahan

    masalah kedokteran yang dibahas oleh Majma‘.

    Tabel 1. Masalah Kedokteran yang Dibahas Majma‘ pada 1985-2010

    TOPIK

    1 Inseminasi Buatan dan Bayi Tabung

    2 Bank Air Susu Ibu

    3 Alat Bantu Hidup

    4 Transplantasi Organ Tubuh Manusia dari Orang Hidup atau dari Jenazah

    5 Keluarga Berencana

    6 Transplantasi Otak dan Sumsum Tulang Belakang

    7 Inseminasi In-Vitro ketika Sangat Diperlukan

    8 Penggunaan Janin untuk Transplantasi Organ

    9 Transplantasi Organ Reproduksi

    10 Transplantasi Anggota Tubuh pada Orang Cacat Akibat Hukum Qis}a>s}

    11 Terapi Medik

    12 Rahasia Profesi Dokter

    13 Etika Kedokteran: Konsekuensi dan Cakupannya

    14 Diagnosa dan Terapi oleh Dokter Pria pada Pasien Wanita

    15 Penyakit AIDS

    16 Penyakit AIDS dan Hukum-hukum Fikih yang Terkait Dengannya

    17 Pembatal-pembatal Puasa karena Menjalani Terapi Medik

    18 Kloning pada Manusia

    19 Tanggung Jawab Profesi Medik

    20 Batasan-batasan Syariat Islam dalam Pembahasan Biologi Medik

    pada Manusia

    21 Diabetes dan Puasa Ramad}a>n

    22 Operasi Kecantikan dan Hukum-hukum Fikih Tentangnya

    23 Izin pada Tindakan Operasi Gawat Darurat

  • 11

    Dari keseluruhan topik mu'tamar Majma‘ selama kurun waktu tersebut,

    bidang kesehatan dan kedokteran mencakup hanya sekitar 10% (sepuluh persen)

    dari keseluruhan topik pembahasan Majma‘. Dalam kurun waktu tahun 1985 s.d.

    2010 telah dibahas 23 masalah kedokteran dalam 29 kali mu'tamar. Dari jumlah

    tersebut dipilih 4 (empat) diantaranya. Adapun alasan pemilihannya ialah bahwa

    topik-topik tersebut merupakan masalah kontemporer yang belum menjadi

    pembahasan para ulama terdahulu, serta menjadi acuan berpikir (pokok) dalam

    membahas topik-topik kedokteran lainnya. Topik-topik kedokteran yang dibahas

    pada mu'tamar-mu'tamar berikutnya, pada umumnya adalah derivasi dari tema

    pokok yang dibahas dalam disertasi ini.

    Dengan demikian dapat diidentifikasi masalah pokok dalam penelitian ini,

    ialah mengenai bagaimana prosedur dan proses berlangsungnya pembahasan topik-

    topik kedokteran kontemporer dalam mu'tamar-mu'tamar Majma‘. Selain itu dapat

    pula diidentifikasi bahwa dari seluruh sumber hukum Islam, maka sumber atau

    metodologi us}u>l al-fiqh apa saja yang digunakan oleh Majma‘ untuk mengambil keputusan fikih terhadapnya.

    2. Pembatasan Masalah Penulis berasumsi bahwa untuk memecahkan masalah-masalah kedokteran

    kontemporer tidak cukup hanya berpedoman kepada sumber-sumber hukum Islam

    klasik yang telah disepakati, yaitu Al-Qur’a>n, al-H{adi>th, al-Ijma>‘, dan al-Qiya>s.

    Masing-masingnya, al-Qur’a>n dan al-Sunnah dikenal sebagai mas}a>dir al-ah}ka>m,

    sedangkan al-Ijma>‘ dan al-Qiya>s dikenal sebagai maba>di’ al-ah}ka>m. Dikenal dengan

    istilah al-us}u>l al-muttafaq ‘alayha>. Untuk itu masih diperlukan lagi perangkat us}u>l al-fiqh yang cukup penting

    yaitu sejumlah sumber pokok di luar yang empat tersebut, meskipun sumber-

    sumber yang terakhir ini diperselisihkan oleh para ulama tentang penggunaannya.

    Sumber-sumber hukum Islam jenis ini terdiri dari 7 (tujuh) pokok yang

    biasa dijadikan acuan oleh para fuqaha>'. Acuan ini merupakan suatu cara berpikir

    dalam memutuskan suatu hukum, yang oleh karenanya disebut pula sebagai

    metodologi pokok dalam hukum Islam. Metode tertentu digunakan oleh sebagian

    fuqaha>' dan sebagian lainnya menggunakan metode yang lain lagi. Oleh karena itu

    metodologi hukum Islam ini biasa disebut dengan al-us}u>l al-mukhtalaf fi>ha> atau al-adillah al-mukhtalaf fi>ha>, yaitu : a. Al-Istis}h}a>b b. Qawl al-S{ah}a>bi> c. Shar‘ Man Qablana> d. Al-Istih}sa>n e. Al-Mas}lah}ah al-Mursalah f. Sadd al-Dhari>‘ah g. Al-‘Urf

  • 12

    Asumsi tersebut di atas didasarkan pada penelitian Mus}t}afa> Di>b al-Bugha>

    dalam bukunya Athar al-Adillah al-Mukhtalaf fi>ha> fi> al-Fiqh al-Isla>mi>,29 dan penelitian Mus}lih} Ibn ‘Abd al-H{ayy al-Najja>r dalam bukunya Al-Adillah al-Mukhtalaf fi>ha> ‘inda al-Us}u>li>yyi>n wa Tat}biqa>tuha> al-Mu‘a>s}irah.30 Namun demikian, contoh-contoh kasus implementasi yang disebutkan

    dalam kedua buku di atas bukanlah masalah-masalah kedokteran saja. Berbeda

    dengan itu, penelitian ini mengambil kasus pada problematika kedokteran

    kontemporer. Dengan demikian penelitian ini menggunakan seluruh sumber hukum

    Islam yang ada sebagai pisau analisis terhadap masalah-masalah kedokteran yang

    dibahas oleh Majma‘. Keseluruhan sumber hukum Islam yang dimaksud ialah empat

    yang disepakati (Al-Qur'a>n, al-Sunnah, al-Ijma>‘, al-Qiya>s) dan tujuh yang

    diperselisihkan (al-Istis}h}a>b, Qawl al-S{ah}a>bi>, Shar‘ Man Qablana>, al-Istih}sa>n, al-

    Mas}lah}ah al-Mursalah, Sadd al-Dhari>‘ah, al-‘Urf).

    Atas dasar itu, kemudian disusun sistematika pembahasan dalam penelitian

    ini sebagai berikut:

    a. Profil kelembagaan Majma‘. Berikut pedoman dan referensi kepustakaan Majma‘ dalam pengambilan keputusan hukum fikih (qara>r), serta prosedur penetapan fatwa Majma‘.

    b. Pemaparan dari sisi ilmu kedokteran yang terkait dengan masalah yang akan dibahas dalam mu'tamar.

    c. Pemaparan dan analisis penulis terhadap makalah-makalah dan diskusi para ulama anggota Majma‘.

    d. Kesimpulan analisis penulis tentang t}ari>q al-istinba>t} dalam masalah kedokteran terkait.

    3. Perumusan Masalah Penelitian ini mengkaji, menyusun, dan melakukan kategorisasi berbagai

    dalil dan alur berpikir para anggota Majma‘ yang didiskusikan dalam mu'tamar-

    mu'tamar hingga keputusan Majma‘. Rumusan masalah disertasi ini ialah dalil-dalil

    atau metodologi us}u>l al-fiqh apa saja yang digunakan oleh Majma al-Fiqh al-Isla>mi>

    al-Dawli> dalam fatwa-fatwanya (qara>ra>t) tentang masalah-masalah kedokteran, dan bagaimana kecenderungan pengutamaan penggunaan dalil tertentu dibandingkan

    dengan dalil lainnya. Rumusan masalah ini dapat dirinci ke dalam dua pertanyaan

    pokok, yaitu:

    29Buku tersebut berasal dari disertasinya dalam bidang Us}u>l al-Fiqh pada

    universitas al-Azhar Mesir, dan lulus dengan peringkat cum laude. Urgensi al-adillah al-mukhtalaf fi>ha> disebutkan secara ringkas dalam pengantar bukunya, serta diuraikan panjang lebar pada setiap babnya. Lihat: Mus}t}afa> Di>b al-Bugha>, Athar al-Adillah al-Mukhtalaf fi>ha> fi> al-Fiqh al-Isla>mi> (Dimashq: Da>r al-Qalam, 1993), 7-9.

    30Dalam banyak bagian dari bukunya, al-Najja>r menguraikan urgensi keempat

    pokok tersebut berikut implementasinya yang relevan dengan problematika kontemporer.

    Mus}lih} Ibn ‘Abd al-Hayy al-Najja>r, Al-Adillah al-Mukhtalaf fi>ha> ‘inda al-Us}u>li>yi>n wa Tat}bi>qa>tuha> al-Mu‘a>s}irah (Al-Riya>d}: Maktabah al-Rushd, 1424H-2003M), 13-15.

  • 13

    1. Dalil-dalil apa saja yang digunakan dan diutamakan oleh Majma‘ al-Fiqh al-Isla>mi> al-Dawli> dalam fatwa-fatwanya (qara>ra>t) tentang masalah-masalah kedokteran;

    2. Bagaimana pola kecenderungan penggunaan dalil dalam fatwa-fatwa (qara>ra>t) Majma‘ al-Fiqh al-Isla>mi> al-Dawli> dalam masalah-masalah kedokteran.

    C. Kajian Terdahulu yang Relevan

    Penulis belum menjumpai tulisan dengan topik yang serupa ataupun yang

    menganalisis Keputusan-keputusan Majma‘, khususnya dalam bidang kedokteran.

    Akan tetapi penulis mendapati penelitian lain dengan obyek ijtihad secara

    kolegial. Penelitian tersebut dilakukan oleh M. Atho Mudzhar, Fathurrahman

    Djamil, Wahiduddin Adams,31

    dan Hasanudin. Penelitian yang dilakukan oleh Atho,

    membuktikan adanya pengaruh politik terhadap fatwa dan dinamika respon

    masyarakat terhadap fatwa.32

    Penelitian yang dilakukan oleh Djamil, membuktikan

    penggunaan prinsip-prinsip maqa>s}id al-shari>ah dalam pengambilan keputusan fatwa.

    33 Penelitian Wahiduddin menunjukkan proses transformasi fatwa dalam

    peraturan perundang-undangan, serta membuktikan adanya pengaruh dan

    sumbangsih fatwa dalam penyusunan perundang-undangan. Penelitian ini

    menunjukkan adanya dialektika antara MUI (juga fatwa) dengan negara.

    Disamping itu, terdapat disertasi Dede Rosyada di IAIN Jakarta (1998),

    yang menelusuri ijtihad kolektif para ulama Dewan Hisbah Persis tentang proses

    penetapan hukum dan metode-metode yang digunakan dalam penetapan hukum.

    Penelitian berikutnya adalah disertasi Hasanudin tentang fatwa Dewan

    Syariah Nasional, lembaga otonom di MUI yang berfungsi mengeluarkan fatwa

    ekonomi syariah. Disertasi ini membuktikan adanya pergeseran pemikiran hukum

    Islam ulama Indonesia (MUI) dengan mengadopsi konsep multi akad yang

    sebelumnya ditolak oleh para ulama. Fatwa yang dikeluarkan oleh DSN”MUI ini

    menjadi rujukan bagi lembaga dan otoritas keuangan di Indonesia.34

    Adapun kajian terdahulu yang berupa penelitian tentang pandangan fikih

    terhadap bidang kedokteran tertentu, maka penulis mencermati empat karya ilmiah

    yang cukup penting:

    a. Ah}ka>m al-Jara>h}ah al-T{ibbi>yah wa al-Ar al-Mutarattabah ‘Alayha> (Hukum-hukum Pembedahan dan Berbagai Implikasi yang Terkait Dengannya), terdiri

    dari 2 jilid, ditulis oleh Muh}ammad Ibn Muh}ammad al-Mukhta>r Ibn Ah}mad

    Mazi>d al-Jakni> al-Shanqit}i> ini. Buku ini pada asalnya adalah disertasi Doktor

    31Lihat: Wahiduddin Adams, Pola Penyerapan Fatwa Majelis Ulama Indonesia

    MUI dalam Peraturan Perundang-undangan 1975 ” 1997 (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah), Disertasi.

    32 Lihat: M. Atho Mudzhar, Fatwas of the Council of Indonesia Ulama: a Study of

    Islamic Legal Thought in Indonesia 1975 ” 1988 (INIS, t.t.), Disertasi.

    33Fathurrahman Djamil, Ijtihad Muhammadiyah dalam Masalah Fikih

    Kontemporer, (Jakarta: IAIN Syarif Hidayatullah, 1994), Disertasi.

    34Hasanudin, Konsep Multi Akad dalam Fatwa Dewan Syariah Majelis Ulama

    Indonesia (DSN-MUI (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2008), Disertasi.

  • 14

    bidang fikih di Universitas Madi>nah tahun 1414H. Diterbitkan oleh Maktabah

    al-S}ah}a>bah, al-Shariqah, al-Ima>ra>t al-‘Arabi>yah al-Muttah}idah (Uni Emirat

    Arab) tahun 2010.

    b. Ah}ka>m Naql A‘d}a>' al-Insa>n fi> al-Fiqh al-Isla>mi> (Hukum-hukum Transplantasi Organ Manusia dalam Pandangan Fikih Islam), yang ditulis oleh Yu>suf Ibn

    ‘Abdilla>h Ibn Ah}mad al-Ah}mad. Buku ini pada asalnya merupakan disertasi

    Doktor pada Universitas Imam Muh}ammad Ibn Su‘u>d di Riyad} pada tahun

    1425H. Diterbitkan oleh Da>r Kunu>z Ishbiliya>, Riya>d} tahun 1427H-2006M.

    c. Qad}a>ya> T{ibbi>yah Mu‘a>s}irah (Keputusan-keputusan Masalah Kedokteran Masa Kini), terdiri dari 2 jilid. Disusun oleh tim Jam‘i>yah al-‘Ulu>m al-T{ibbi>yah al-

    Isla>mi>yah, suatu sindikasi (niqa>bah) dari Asosiasi Dokter Yordania. Diterbitkan oleh Da>r al-Bashi>r, ‘Amma>n, Yordania pada tahun1415H-1995M.

    d. Ikhtiya>r Jins al-Jani>n wa al-Intifa>‘ bi al-Ajinnah wa al-Khala>ya> al-Jidh‘i >yah wa al-Ikhs}a>b al-T{ibbi> al-Musa>‘id min Manz }u>r al-Isla>mi> (Pemilihan Kelamin Janin dan Penggunaan Organ Janin dan Otak Janin dan Sumsum Tulang Belakangnya

    dan Fertilisasi Buatan dalam Pandangan Islam), yang ditulis oleh ‘Abd al-

    Fatta>h Mah}mu>d Idri>s, Guru Besar dan Kepala Departemen Fikih Perbandingan,

    Fakultas Syariah dan Perundang-Undangan, Universitas al-Azhar. Diterbitkan

    oleh Da>r al-S{ami>‘i>, Riya>d} tahun 1433H-2012M.

    Buku Ah}ka>m al-Jara>h}ah al-T{ibbi>yah berisi tentang pembedahan dan berbagai masalah yang terkait dengannya dari sudut pandang fikih. Buku Ah}ka>m Naql A‘d}a>' al-Insa>n membahas tentang transplantasi berbagai macam organ tubuh dari sudut pandang fikih.

    Adapun buku Ikhtiya>r Jins al-Jani>n wa al-Intifa>‘ merupakan pembahasan fikih dalam masalah seputar janin. Yaitu meliputi proses embriologi dalam

    pandangan Al-Qur'a>n, pemilihan jenis kelamin janin dan bagaimana status hukum

    fikih tentang pemanfataan organ janin. Agak berbeda dengan buku-buku tersebut,

    buku Qad}a>ya> T{ibbi>yah Mu‘a>s}irah membahas status hukum fikih terhadap banyak masalah kedokteran, namun dengan pembahasan fikih yang jauh lebih ringkas

    dibandingkan dengan paparan makalah dan pembahasan Majma‘ al-Fiqh.

    Berbeda dengan karya-karya ilmiah di atas, hal terpenting dari disertasi ini ialah fokus pada proses ataupun diskusi metodologi fikih yang digunakan, bukan pada kesimpulan hukum fikihnya.

    D. Kerangka Teori

    Sebelum ini telah diuraikan bahwa pokok masalah yang hendak dijadikan

    kajian dalam disertasi ini ialah uraian masalah kedokteran yang dijadikan materi

    pembahasan. Mengingat bahwa mu'tamar Majma‘ terkait telah berlangsung cukup

    lama, maka penulis merekonstruksi kembali dengan referensi kedokteran yang lebih

    mutakhir. Referensi tersebut baik berupa buku teks maupun jurnal-jurnal

    kedokteran. Di samping itu penulis pun meringkas pemaparannya dibandingkan

    dengan teori kedokteran yang disajikan dalam mu'tamar Majma‘.

    Selain itu teori us}u>l al-fiqh tentang metode istinba>t} yang diambil dari kitab-kitab ulama periode klasik maupun periode modern, ditulis secara ringkas dan

  • 15

    dipilih yang relevan dengan penelitian ini. Sebagai pengantar pembahasan, uraian

    ringkas tentang teori sumber hukum Islam dimuat dalam Bab II.

    E. Metodologi Penelitian 35

    1. Jenis Pendekatan Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif analitis yang bersifat

    yuridis, melalui ilmu interdisipliner. Ilmu-ilmu yang menonjol digunakan dalam

    penelitian ini adalah pendekatan us}u>l al-fiqh, qawa>‘id fiqhi>yah, fiqh, dan ilmu kedokteran. Penggunaan pendekatan us}u>l al-fiqh dan qawa>‘id fiqhi>yah dimaksudkan

    untuk membuat rekonstruksi secara sistematis dan objektif, dengan cara

    mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasikan, serta mensintesiskan data-data

    untuk mendukung fakta memperoleh kesimpulan yang kuat. Dalam penelitian ini

    penulis membatasi pada periode persidangan 1985 s.d. 2010. Periodisasi ini

    diperlukan agar dapat dipetakan peran dan perkembangan ijtihad Majma‘ pada

    kurun waktu tersebut.

    2. Sumber, Teknik dan Proses Pengumpulan Data Sumber utama disertasi ini ialah ‚Majallah Majma‘ al-Fiqh al-Isla>mi‛>, yaitu serial buku yang berisi kumpulan makalah (penyaji, pembanding, dan

    penyanggah) serta notulasi atas diskusi-diskusi pada mu'tamar-mu'tamar Majma‘.

    Yang dimaksud dengan mu'tamar Majma‘ ialah rapat tahunan yang dihadiri oleh

    seluruh anggota Majma‘ dan pakar-pakar yang diundang untuk membahas berbagai

    masalah. Dengan demikian ‚Majallah‛ ialah judul dari rangkaian buku-buku yang terus bertambah seiring dengan diadakannya rapat-rapat Majma‘. Hingga tahun

    2010 telah dibukukan dalam 36 jilid, masing-masing setebal kurang lebih 450-520

    halaman. Penelitian ini hanya mengambil masalah kedokteran dan kesehatan.

    Di dalam sumber utama penelitian tersebut, tidak terdapat kata ataupun

    istilah yang menunjukkan bahwa Majma‘ menggunakan metodologi fikih tertentu

    dalam pengambilan keputusannya. Penulis yang menganalisis dan menarik

    kesimpulan bahwa Majma‘ menggunakan metodologi fikih tertentu untuk setiap

    topik kedokteran yang dibahas dalam disertasi ini.

    Ada dua jenis data dalam penelitian ini, primer dan sekunder baik yang

    bersumber dari kepustakaan, lembaga-lembaga atau individual. Data primer adalah

    data yang berasal dari makalah-makalah para anggota Majma‘ yang disajikan pada

    rapat-rapat (disebut dengan mu'tamar) Majma‘ berikut notulen atas diskusi yang

    terjadi. Selain itu penulis melakukan studi kepustakaan, baik terhadap rujukan yang

    mereka gunakan maupun referensi-referensi lainnya yang signifikan.

    Data primer adalah data yang diperoleh dari literatur atau kepustakaan.

    Penelitian ini berangkat dari referensi yang digunakan para pemakalah, kemudian

    35Johnny Ibrahim, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif (Malang:

    Bayumedia Publishing, 2006), 284-292. Mattulada, Studi Islam Kontemporer, dalam Taufik Abdullah et.al., Metodologi Penelitian Agama (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1991), 3-8.

  • 16

    diperluas dengan kepustakaan yang relevan dengan masalah yang dibahas. Data

    primer dari literatur terbagi menjadi sumber primer dan sumber sekunder.

    a. Sumber primer adalah kumpulan makalah, notulasi rapat dan pernyataan keputusan rapat (mu'tamar) Majma’, yang merupakan kajian dan pembahasan

    yang berkaitan langsung dengan masalah penelitian.

    b. Sumber sekunder adalah buku-buku referensi atau buku-buku teks. Penulis mengkaji referensi dalam berbagai bidang ilmu, khususnya ilmu kedokteran,

    tafsi>r Al-Qur'a>n, sharh} al-h}adi>th, us}u>l al-fiqh dan fiqh. Ini semua dalam rangka untuk memahami latar belakang, argumentasi, alur dan corak pemikiran para

    anggota Majma‘ tersebut.

    Demikian pula, penulis telah tiga kali berkunjung ke kantor sekretariat

    Majma‘ al-Fiqh di Jeddah. Penulis sempat berdialog dengan Usta>dh Muh}ammad

    ‘Adna>n (sekretaris Majma‘) dan Shaykh Dr. ‘Abd al-H{ali>m (anggota Majma‘ yang

    sering berada di kantor Majma‘).

    3. Pengolahan dan Analisis Data Karya tulis ini disusun secara teratur dan sistematis, sehingga penelitian ini

    bersifat kualitatif deskriptif analitis. Untuk melakukan analisis terhadap data,

    penulis mengelompokkan data-data tersebut dalam kategori-kategori tertentu

    sesuai dengan pokok permasalahan yang ingin dijawab.

    Pada tahap analisis ini, penulis menggunakan metode analisis deskriptif36

    kualitatif, dengan pendekatan analisis isi (content analysis).37 Analisis tersebut mengikuti tahapan-tahapan berikut; reduksi data, display data, dan kesimpulan. Adapun penjelasan tentang tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

    a. Reduksi Data. Data yang diperoleh melalui studi dokumen dan kepustakaan akan dicek kelengkapannya dan kemudian dipilah-pilah berdasarkan satuan

    konsep, kategori, atau tema tertentu. Konsep yang dimaksud ialah konsep

    tentang ‚Sumber-sumber hukum Islam‛. Konsep berikutnya ialah tentang topik

    masalah kedokteran yang dibahas Majma‘.

    Tema yang diteliti ialah tema-tema kedokteran saja, dengan kategorisasi ilmu

    kedokteran modern. Selanjutnya dikaji lebih jauh dari segi metodologi us}u>l al-fiqh yang digunakannya. Sementara itu data yang tidak diperlukan disisihkan, yaitu tema non-kedokteran, sehingga yang diperlukan saja yang akan dipakai.

    b. Kesimpulan. Data yang telah dipolakan dan disusun secara sistematik, baik melalui penentuan topik, tema maupun kategorisasi yang telah dibuat,

    kemudian dianalisis sehingga makna data dapat ditemukan.

    36Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta:

    Rineka Cipta, 1996), 243.

    37

    Sutrisno Hadi, Methodology Research (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), j.II, 12.

  • 17

    4. Teknik Penulisan Teknik penulisan penelitian ini merujuk pada ‚Pedoman Penulisan Bahasa

    Indonesia, Transliterasi, dan Pembuatan Notes dalam Karya Ilmiah" Sekolah

    Pascasarjana (SPs) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,

    Februari 2014.

    F. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1. Tujuan Penelitian Penelitian ini akan mengurai alur berpikir dalam pembahasan topik-topik

    kedokteran oleh para anggota Majma‘. Setelah itu dapat ditarik kesimpulan

    mengenai dalil-dalil atau metodologi us}u>l al-fiqh apa saja yang dominan digunakan

    oleh Majma‘ dalam mengambil keputusan hukum Islam. Oleh karenanya tujuan dari

    penelitian ini adalah:

    a. Untuk mengetahui apakah Majma‘ menggunakan dalil atau metode tersebut sesuai dengan kaidah dan cara para ulama terdahulu.

    b. Di antara metode-metode tersebut, metode yang mana saja yang lebih dominan digunakan dalam pengambilan keputusan Majma‘

    2. Manfaat Penelitian Penulis memilih topik tersebut di atas, mengingat manfaat dan urgensinya

    yang dapat ditinjau dari berbagai aspek, yaitu:

    a. Keputusan-keputusan Majma‘ sering menjadi bahan pertimbangan yang sangat penting bagi banyak lembaga-lembaga keulamaan (fatwa) di seluruh dunia.

    Oleh karenanya dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

    aplikatif tentang prosedur dan metode ijtihad bagi para pengambil keputusan

    bidang hukum Islam.

    b. Dengan ditelitinya cara pengambilan keputusan Majma‘, maka dapat menjadi benchmark bagi lembaga-lembaga serupa di Indonesia, seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI), Majlis Tarjih Muhammadiyah, Bahts al-Masa’il NU

    (Nahdhatul Ulama), Dewan Hisbah PERSIS (Persatuan Islam), dan lain-lain.

    c. Dapat memahami urgensi atas penguasaan dalil-dalil atau metodologi us}u>l al-fiqh, baik yang disepakati maupun yang diperselisihkan, bagi pemecahan

    masalah kedokteran kontemporer.

    d. Pemahaman atas metode-metode tersebut, berikut aplikasinya dapat menjadi bahan masukan bagi kurikulum serta studi lanjutan, baik untuk Fakultas

    Kedokteran UIN maupun komunitas akademik profesi hukum Islam dan profesi

    kedokteran.

  • 18

    G. Sistematika Penulisan

    BAB I : PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan tentang Latar Belakang Masalah,

    Identifikasi dan Pembatasan serta Perumusan Masalah, Langkah-langkah

    Penelitian, Tujuan dan Manfaat Penelitian, serta Sistematika Penulisan

    BAB II : TEORI ISTINBAt} hukum, pengertian beberapa kata kunci

    dalam us}u>l al-fiqh, dan sumber-sumber hukum Islam. Dalam setiap pembahasannya,

    disertakan perdebatan ataupun perbedaan pendapat ulama tentang suatu sumber

    hukum tertentu, namun dibuat secara ringkas dan dipilih yang relevan dengan

    penelitian ini.

    BAB III : PROFIL MAJMA‘ AL-FIQH AL-ISLA

  • 19

    BAB II

    TEORI ISTINBAt} dan Dalil Hukum Islam 1

    Kata istinba>t} secara etimologis berarti ‚mengeluarkan sesuatu dari persembunyiannya‛, sedangkan secara terminologis berarti ‚upaya mengeluarkan hukum dari sumbernya‛, yaitu pemahaman, penggalian, dan perumusan hukum dari sumber-sumber hukum Islam.

    Secara garis besar terdapat ada dua pendekatan yang dikembangkan oleh

    para ulama dalam melakukan istinba>t}, yakni melalui: 1. Analisa kaidah-kaidah linguistik ialah memahami bahasa teks ayat-ayat Al-

    Qur’a>n dan al-Sunnah, menggunakan tata bahasa Arab. Diantaranya ialah

    memahami makna amr, nahy, ‘am, khas, mutlaq, muqayyad, mufassar,

    mubham, dll. Demikian pula termasuk analisa untuk menggali hukum melalui

    makna suatu pernyataan hukum, yaitu analisa makna terjemah (‘iba>rah al-nas}s}), analisa pengembangan makna (dila>lah al-nas}s}), analisa kata kunci dari suatu pernyataan (isha>rah al-nas}s}), dan analisa relevansi makna (iqtid}a>’ al-nas}s}).2

    2. Pemahaman tentang maksud dan tujuan syariat (maqa>s}id al-shari>‘ah).3

    Kata "sumber" dalam terminologi us}u>l al-fiqh berarti rujukan yang pokok atau utama dalam menetapkan hukum Islam. Adapun "dali>l" secara terminologis berarti suatu petunjuk yang dijadikan landasan berfikir yang benar untuk meraih

    keputusan hukum syariat yang bersifat praktis, atau bisa pula berarti segala sesuatu

    yang menunjukan kepada madlu>l. Madlu>l itu adalah hukum syariat yang diaplikasikan berdasarkan dalil. Untuk sampai kepada madlu>l dibutuhkan pemahaman atau tanda penunjuknya (dala>lah).4

    Adapun kata istidla>l berarti upaya menemukan landasan hukum Islam atas suatu kasus. Imam al-Dimyathi memberikan arti istidlâl secara umum, yaitu mencari dalil untuk mencapai tujuan yang diminta. Ada ulama yang bependapat

    bahwa istilah istibat ialah mengeluarkan hukum dari nass, sedangkan istidlal ialah

    mengeluarkan hukum dari selain nas}s}, ijma>‘ dan qiya>s, yaitu mengambilnya dari

    sumber-sumber ijtiha>di>yah, seperti istis}h}a>b, istih}sa>n, dan lain-lain.5

    Berikut ini adalah klasifikasi ringkas tentang dali>l:

    1. Dali>l ditinjau dari segi asalnya:

    a. Dali>l al-naqli>; yaitu dalil-dalil yang berasal langsung dari nas}s} Al-Qur'a>n dan al-Sunnah.

    1Wahbah al-Zuh}ayli>, Us}u>l al-Fiqh al-Isla>mi>, (Dimashq: Da>r al-Fikr, 1406H-

    1986M), j.I, 197-203. 2‘Abd al-Wahha>b Khalla>f, Us}u>l al-Fiqh, 126-134. Wahbah al-Zuh}ayli>, Us}u>l al-Fiqh

    al-Isla>mi>, 249-356. 3‘Abd al-Wahha>b Khalla>f, Us}u>l al-Fiqh, 173-181.

    4Abu> al-Qa>sim Muh}ammad Ibn Ah}mad al-Kalbi> al-Gharna>t}i>, Taqri>b al-Wus}u>l ila>

    ‘Ilm al-Us}u>l (Bayru>t: Da>r al-Kutub al-‘Ilmi>yah, 1424H-2003M), 145. 5Al-Shawka>ni>, Irsha>d al-Fuh}u>l, j.II, 172.

  • 20

    b. Dali>l al-‘aqli>, yaitu dalil-dalil yang berasal bukan dari nas}s} langsung, melainkan dengan menggunakan akal pikiran (Ijtihad).

    2. Dalil ditinjau dari ruang lingkupnya:6

    a. Dali>l al-kulli>, yaitu dalil yang mencakup banyak satuan ataupun kaidah-kaidah yang bersifat menyeluruh atau global.

    b. Dalil al-juz'i>, atau tafs}i>li> yaitu dalil yang menunjukkan kepada suatu hukum tertentu atau yang terperinci.

    3. Dalil ditinjau dari sisi kekuatannya: 7

    a. Dali>l al-qat}'i>., yang terdiri dari dua jenis, yaitu: 1) Dali>l qat}‘i> al-wuru>d, yaitu dalil yang meyakinkan dan tidak

    mengandung keraguan sedikitpun akan keberadaannya. Dalil ini sampai

    kepada umat Islam secara mutawa>tir, yaitu Al-Qur'a>n dan Hadis

    Mutawa>tir.

    2) Dali>l qat}‘i> al-dala>lah, yaitu dalil yang secara literal memiliki pengertian dan maksud tertentu secara tegas dan jelas, sehingga tidak membuka

    peluang multitafsir.

    b. Dali>l al-z}anni>, yang terdiri dari dua jenis pula: 1) Z{anni> al-wuru>d, yaitu dalil yang memiliki asumsi kuat berasal dari

    Nabi SAW. Dalam hal ini masuk kategori hadis a>h}a>d. 2) Z{anni> al-dala>lah, yaitu dalil yang secara literal dapat memiliki beberapa

    alternatif pemahaman. Tidak menunjukan kepada satu arti dan maksud

    tertentu.

    Pertentangan diantara Dalil-dalil dan Penyelesaiannya

    Pertentangan diantara dalil-dalil disebut dengan ta‘a>rud} al-adillah. Imam al-Shawka>ni> mendefinisikannya dengan: ‚Suatu dalil menentukan hukum tertentu

    terhadap satu kasus, sedangkan dalil yang lain menentukan hukum yang berbeda‛.

    Para ulama menetapkan bahwa pertentangan antar dalil itu sebenarnya bersifat

    superficial ( ), dan bukan pada hakekatnya. Demikian pula apabila

    pertentangan itu terjadi pada dalil yang berbeda derajat, seperti pertentangan antara

    dalil yang qat}‘i> dan dalil yang z}anni>, maka yang diunggulkan adalah dalil yang

    qat}‘i>.8 Wahbah az-Zuhaili berpendapat bahwa pertentangan itu tidak mungkin

    muncul dari dalil-dalil fi‘li>yah (perbuatan). Misalnya, jika ada dalil yang menunjukkan Rasu>lulla>h berpuasa pada hari tertentu, sementara ada dalil lain yang

    menyatakan bahwa pada hari itu beliau juga berbuka (tidak berpuasa).9

    Cara penyelesaian dua dalil yang bertentangan menurut ulama kalangan

    Ma>liki>yah, Sha>fi‘i>y