pendekatan kontemporer

17
www.company.com Pendekatan Kontemporer dalam Ilmu Pemerintahan Caroline Paskarina, S.IP., M.Si. Metodologi Ilmu Pemerintahan

Upload: ipunpad

Post on 02-Jul-2015

680 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pendekatan Kontemporer

www.company.com

Pendekatan Kontemporerdalam Ilmu Pemerintahan

Caroline Paskarina, S.IP., M.Si.

Metodologi Ilmu Pemerintahan

Page 2: Pendekatan Kontemporer

Pengantar

• Perkembangan Ilmu Pemerintahan tidak dapat dilepaskan dari Ilmu Politik sebagai induknya, sehingga pendekatan-pendekatan yang dipakai pun mengacu pada yang dipakai dalam Ilmu Politik

• Perubahan dalam praktik pemerintahan mendorong munculnya pendekatan baru yang memandang pemerintahan sebagai gejala kehidupan sehari-hari, yang disebut dengan pendekatan kontemporer/pascabehavioralis/kritis

Page 3: Pendekatan Kontemporer

Perubahan Praktik Pemerintahan

• Institusi formal institusi informal

• Lokus pada negara/sovereign body (Weber, Rawls, Hobbes) lokus pada kehidupan sosial/individu/public sphere/lifeworld (Arendt, Habermas)

• Government governance

• Aktor tunggal multiaktor

• Hirarkhi jejaring

Page 4: Pendekatan Kontemporer

Kritik Metodologi terhadap Perubahan Praktik Pemerintahan

• Pendekatan klasik terlampau berfokus pada hal-hal yang ideal, abai terhadap fakta empirik, kurang dapat merespon perubahan dengan cepat, lemah dari sisi metodologi karena parokial

• Pendekatan modern memiliki bias ideologi, dikotomi fakta dan nilai, serta kecenderungan lebih mengutamakan metodologi dibandingkan relevansi dengan kebutuhan empirik

• Ilmu dan metodologi harus digunakan untuk kepentingan umat manusia, bukan untuk ilmu an sich

• Pemisahan antara nilai dan fakta tidak mungkin dilakukan

Page 5: Pendekatan Kontemporer

Pendekatan Kontemporer

• Pendekatan yang mengkombinasikan antara aspek etikal (yang punya relevansi dengan kebutuhan publik) dengan aspek empirisIlmu politik tak bisa bebas nilaiNilai dan kepentingan inheren dalam pemilihan

topik.Setiap tindakan manusia selalu melibatkan nilai.

Page 6: Pendekatan Kontemporer

Credo of Relevance(Easton, 1969)

1. Substansi diutamakan ketimbang teknik. Lebih penting untuk menjadi relevan dan bermakna untuk merespon problem sosial kontemporer ketimbang mengembangkan metodologi yang canggih

2. Pendekatan behavioral abai tehadap aspek ideologi dan memandang fenomena empirik secara konservatif. Membatasi diri pada deskripsi analisis dari suatu fenomena hanya akan menghalangi pemahaman yang sesungguhnya terhadap fakta dan konteks yang melatarbelakanginya

3. Riset-riset behavioral tidak boleh kehilangan pijakan dengan realitas yang sebenarnya

4. Riset tentang dan dalam rangka membentuk nilai-nilai adalah bagian juga dari Ilmu Politik

Page 7: Pendekatan Kontemporer

5. Para ilmuwan punya tanggungjawab sebagai intelektual, yakni melindungi dan memperjuangkan nilai-nilai peradaban manusia

6. Memiliki pengetahuan/ilmu tertentu artinya bertanggungjawab untuk bertindak dalam rangka membentuk/menata ulang masyarakat ke arah yang lebih baik

7. Jika intelektual punya kewajiban untuk menerapkan pengetahuannya, maka organisasi-organisasi keilmuan, seperti asosiasi profesi dan perguruan tinggi harus ikut berpartisipasi pula dalam memperjuangkan kehidupan manusia yang lebih baik

Page 8: Pendekatan Kontemporer

Ciri Utama Pendekatan Kontemporer

• Menekankan pada kemampuan ilmuwan politik untuk memberi

makna dan interpretasi dari tindakan sosial.

• Tindakan sosial bermakna subyektif sehingga ilmuwan harus mampu masuk ke dalam alam pikiran pelaku untuk dapat memahami tindakan tersebut– understanding merupakan proses interaksi antara interpreter dan interpretasi

• Esensi ini melahirkan metode

hermeneutika/interpretatif/ penafsiran (Schleiermarcher dan Dilthey)

Page 9: Pendekatan Kontemporer

Cara Kerja Pendekatan Kontemporer

• Memahami sifat alamiah bahwa nilai selalu intrinsik dalam setiap riset.

• Karena itu, ungkapkan nilai secara eksplisit.• Menggunakan pengetahuan yang sudah

terverifikasi sebagai basis penilaian normatif.

• Memahami bahwa selalu ada implikasi tanggung jawab yang dibawa oleh perkembangan ilmu pengetahuan.

Page 10: Pendekatan Kontemporer

Karakter Teori dari Pendekatan Kontemporer

Page 11: Pendekatan Kontemporer

Contoh Teori-teori Kontemporer

• Teori-teori pembangunan ketergantungan (Prebisch, Gunder-Frank, Escobar) – Prebisch: strategi substitusi impor yang diterapkan negara-

negara berkembang justru menyebabkan ketergantungan negara-negara itu terhadap modal dari negara industri maju

– Gunder-Frank: relasi negara maju dan negara berkembang dalam pembangunan menyebabkan munculnya fenomena centre-periphery

– Escobar: alih-alih mensejahterakan, pembangunan menyebabkan bencana karena degradasi kemanusiaan

Page 12: Pendekatan Kontemporer

• Teori-teori Demokrasi (Strukturalis Rueschmeyer, 1992; Törnquist, 2007; Robison dan Hadiz, 2004) ; Deliberatif (Dryzek, 2000; Habermas)– menegaskan pentingnya perubahan hubungan kekuasaan yang akan

menentukan apakah demokratisasi dapat menghasilkan konsolidasi atau tidak.

– Kapitalisme sebagai hasil dari pertumbuhan ekonomi dan liberalisasi akan menghasilkan kelas sosial baru, tapi demokratisasi baru akan benar-benar bermakna bila perubahan tersebut mampu menggeser keseimbangan kekuasaan kelas (Rueschmeyer, 1992).

– Teori-teori demokratisasi yang berorientasi pada relasi kekuasaan mengkritik teori-teori sebelumnya yang hanya hirau pada desain institusional tetapi mengabaikan mekanisme relasi-relasi kekuasaan dalam lembaga-lembaga ekonomi dan politik di mana kekuasaan beroperasi secara aktual (Hadiz, 2008).

– Demokrasi berlangsung melalui pertarungan argumen rasional di antara individu dan/atau kelompok dalam ruang publik otonom (Habermas, Dryzek)

Page 13: Pendekatan Kontemporer

• Teori-teori Governance– Governance sebagai aturan-aturan (rules) dalam

pembuatan keputusan kolektif dalam situasi di mana terdapat beragam aktor atau organisasi dan tidak ada sistem kontrol formal yang dapat mengarahkan syarat-syarat relasi di antara para aktor dan organisasi tsb (Chottra dan Stoker, 2009)

– Governance adalah rules-in-use (aturan-aturan yang berlaku) yang merupakan kombinasi dari institusi formal dan informal yang mempengaruhi apa keputusan yang diambil, bagaimana prosesnya, dan siapa yang seharusnya memutuskan (Ostrom, 1999)

Page 14: Pendekatan Kontemporer

Daftar Pustaka

• Apter, David E. 1996. Pengantar Analisa Politik. Jakarta: LP3ES.

• Hadiz, Vedi R. 2008. “The Indonesia Election Industry: Getting Ready for 2009”. Artikel, diunduh dari http://opinionasia.com/TheIndonesianElectionsIndustry, pada 23 September 2010.

• Johari, J.C. 1987. Contemporary Political Theory. New Delhi : Sterling Publishers.

• Johnson, Janet B. dan Richard A. Joslyn. 1986. Political Science Research Methods. Washington DC : Conggresional Quarterly Inc.

Page 15: Pendekatan Kontemporer

Lagu sebagai Unit Analisis dalam Pendekatan Kontemporer

• Lirik kritis simbolis maupun langsung• Pilihan irama semangat• Ada makna yang tegas tentang perubahan yang diinginkan• Mendorong perubahan provokatif• Representasi/keterwakilan pada kelompok marginal terlihat dari

pilihan kata • Tidak hanya dari rakyat ke penguasa, tapi juga dari sisi pemegang

otoritas (Viva La Vida-Coldplay, Negara-Iwan Fals)• Kontekstual kemunculan banyak lagu kritik mencerminkan

kondisi pemerintahan pada suatu masa• Penjiwaan + keberpihakan tema utama dari substansi lagu

Page 16: Pendekatan Kontemporer

Panggung Politik

Melihat ke atas / saat posisi di bawah

Menengok ke kiri / bila kanan tak peduli

Maju satu langkah / lalu mundur tiga langkah

Kapan itu terjadi / kala di panggung politik

Kewenangan itu / jangan disalahgunakan

Kekayaan itu / bukan untuk kebebasan

Kedudukan itu / harus ditanggungjawabkan

Tukang kibul itu / musti dimusnahkan

Jangan atas namakan rakyat / bila kau tak perjuangkan

Apa-apa yang kau janjikan / hanya tuk sebuah jabatan

Cepat turun kau dari sana / Jika tak sanggup wujudkan

Perubahan yang diharapkan / kenyataan yang diinginkan

Deskripsi simbol

nilai

kritik

Page 17: Pendekatan Kontemporer

Manusia Setengah Dewa

• Ekspektasi terhadap figur pemimpin

• Etika kepemimpinan

Bento

• Kritik terhadap karakter atau sifat tertentu yang mendapat kemudahan tapi tidak melalui cara yang absah

• ‘Bento’ tidak selalu menunjuk pada figur orang, tapi sifat