fenomena sosial budaya dalam perspektif kajian transkultural (lexy)
DESCRIPTION
documentTRANSCRIPT
TRANSKULTURAL KEPERAWATAN I
´FENOMENA SOSIAL BUDAYA
DALAM PERSPEKTIF KAJIAN
TRANSKULTURAL
NAMA : RANI LEKSI. NDOLU
KELAS : KPN-101C
PRODY : S1 – KEPERAWATAN
DOSEN : BENEDIKTUS B.NIRON.SS.M.Si
STIKES NUSANTARA KUPANG
20111
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan bimbingan - Nya sehingga Tugas Transkultural Keperawatan II dengan
judul ´Fenomena Sosial Budaya Dalam Perspektif Kajian Transkultural sehingga
dapat diselesaikan dengan baik.
Dalam penyusunan makalah ini kami mendapat bimbingan dan pengarahan
dari semua pihak. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Bapak Benediktus B. Niron, SS, Msi selaku Dosen Transkultural Keperawatan
II yang telah memberikan pengarahan serta membimbing kepada kami.
2. Kedua Orang Tua dan saudara-saudari kami yang telah membantu dan
mendukung kami.
3. Rekan-rekan seangkatan dan semua pihak yang telah membantu dan bekerja
sama dengan kami sehingga dapat terselesainya makalah ini dengan baik.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
enyempurnaan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari semua pembaca.
Kupang, 03 Oktober 2011
Rani Leksi Ndolu
2
DAFTAR ISI
Halaman :
Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .ii
Bab I. Pendahuluan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
Bab II. Pembahasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
A. Pengertian Konsep Diri & Interaksi Sosial . . . . . . . . . 3
B. Pembahasan Tentang Konsep Diri . . . . . . . . . . . . . . . .4
C. Pembahasan Tentang Interaksi Sosial . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
Bab III. Penutup . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .16
Daftar Pustaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18
BAB I
PENDAHULUAN3
1.1. Latar Belakang
Pendidikan memiliki peran yang sangat strategis dalam perkembangan suatu
bangsa. Melalui pendidikan, kualitas sumber daya manusia suatu bangsa dapat
ditingkatkan. Oleh karena itu, pendidikan merupakan salah satu wujud interaksi sosial
dalam pengembangan juga terhadap konsep diri. Sebagai makhluk sosial, disadari
atau tidak, setiap harinya manusia melakukan interaksi dengan individu lain. Dengan
demikian tidak dapat dipungkiri antara manusia dan lingkungannya memiliki
hubungan yang sangat erat dan saling mempengaruhi dalam berbagai faktor. Dalam
memenuhi konsep interaksi sosial di haruskan mengetahui pengertian dari interaksi
sosial itu sendiri. Dengan kata lain, akan ada penyebab interaksi sosial yang muncul
dari pengertiannya.
Konsep diri berkaitan erat dengan individu termasuk ide, pikiran, kepercayaan
serta keyakinan yang diketahui dan dipahami oleh individu tentang dirinya. Hal ini
akan mempengaruhi kemampuan individu dalam membina hubungan dengan orang
lain. Setiap orang akan mendasarkan, membanding, merepon dan bentuk perlaku
sesuai dengan konsep dirinya.
Konsep diri terbentuk melalui proses yang terjadi sejak lahir kemudian secara
bertahap mengalami perubahan seiring dengan tingkat pertumbuhan dan perkembanga
individu. Pembentukan konsep diri sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Konsep diri
juga akan dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain termasuk
berbagai tekanan yang dialami individu. Hal ini akan membentuk persepsi individu
terhadap dirinya sendiri dan penilaian terhadap pengalaman akan situasi tertentu.
1.2. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
a. Untuk mengetahui pengertian Konsep Diri & Interaksi Sosial.
b. Untuk mengetahui hal-hal yang termasuk dalam konsep diri.
c. Untuk menjelaskan tentang interaksi sosial dan beberapa faktor dan bentuk serta
contoh yang berkaitan dengan interaksi sosial.
4
Dengan makalah ini diharapkan proses interaksi sosial dapat berlangsung dengan baik
dalam bermasyarakat sehingga tercapai sebuah gambaran nyata mengenai kehidupan
manusia serta dapat memenuhi kebutuhan manusia satu dengan manusia lainnya.
BAB II
5
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konsep Diri & Interaksi Sosial
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang
diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan
dengan orang lain (Stuart dan Sudeen, 1998). Hal ini temasuk persepsi individu akan
sifat dan kemampuan, in teraksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai - nilai yang
berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya.
Beck, Willian dan Rawlin (1986) menyatakan bahwa konsep diri merupakan
cara individu memandang dirinya secara utuh, baik fisik, emosional intelektual, sosial
dan spiritual. Konsep diri merupakan suatu ukuran kualitas yang memungkinkan
seseorang dianggap dan dikenali sebagai individu yang berbeda dengan individu
lainnya. Kualitas yang membuat seseorang memiliki keunikan sendiri sebagai
manusia, tumbuh dan berkembang melalui interaksi sosial, yaitu berkomunikasi dan
menjalin hubungan dengan orang lain. Individu tidak dilahirkan dengan membawa
kepribadian tetapi dipengaruhi oleh lingkungan disekitarnya. Pengalaman dalam
kehidupan akan membentuk diri (kepribadian), tetapi setiap orang juga harus
menyadari apa yang sedang terjadi dan apa yang telah terjadi pada diri pribadinya.
Kesadaran terhadap diri pribadi merupakan suatu proses persepsi yang ditujukan pada
dirinya sendiri. Interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan - hubungan sosial
yang dinamis. Hubungan sosial yang dimaksud dapat berupa hubungan antara
individu yang satu dengan individu lainnya, antara kelompok yang satu dengan
kelompok lainnya, maupun antara kelompok dengan individu. Dalam interaksi juga
terdapat simbol, di mana simbol diartikan sebagai sesuatu yang nilai atau maknanya
diberikan kepadanya oleh mereka yang menggunakannya.
B.Pembahasan Tentang Konsep Diri
6
Faktor-faktor yang mempengaruhi KonsepDiri
Perkembangan Konsep diri bukan bawaan (hereditas) sejak lahir, tetapi
berkembang melalui tahapan tertentu karena interaksi dengan lingkungan. Sejak lahir
seseorang mulai mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain. Dengan
demikian pembentukan konsep diri melalui suatu p roses belajar. Dalam melakukan
kegiatannya seseorang memiliki batasan diri yang terpisah dari lingkungan dan
berkembang melalui kegiatan eksplorasi lingkungan, penggunaan bahasa, suara,
pengalaman atau pengenalan tubuh, nama panggilan, pangalaman budaya, interaksi
sosia, hubungan interpersonal, kemampuan dalam bidang terntentu yang dinilai oleh
diri, kelompok atau masyarakat serta aktualisasi diri dengan merealisasikan potensi
yang dimilikinya. Orang terpenting atau yang Terdekat (Significant Other).
Pembentukan konsep diri terjadi melalui kedekatan dan hubungan personal dengan
orang terdekat disekitarnya. Hal ini dipelajari melalui kontak dan pengalaman pribadi
dengan orang lain. Belajar melalui cermin orang lain dengan cara pandangan diri
Merupakan interprestasi diri atas pandangan orang lain terhadap dirinya. Ketika anak
mulai tumbuh dewasa akan sangat dipengaruhi oleh orang tua (ayah dan ibunya),
dimana perilakunya akan banyak dibentuk dengan ukuran dan interpretasi dengan
tindakan³ perilaku orang tuanya. Demikian halnya, pada saat remaja dipengaruhi oleh
teman di lingkungan bermain, sekolah, atau orang lain yang dekat dengan dirinya,
pengaruh orang dekat atau orang penting sepanjang siklus hidup, pengaruh budaya
dan sosialisasi akan membentuk konsep diri seseorang. Persepsi Terhadap Diri
Pribadi (Self-Perception) Proses psikologis diasosiasikan dengan interpretasi dan
pemberian makna terhadap orang atau objek tertentu yang dikenal dengan persepsi.
Menurut Fisher, persepsi didefenisikan sebagi interpretasi terhadap berbagai
sensasi sebagai representasi dari objek eksternal. Dengan demikian persepsi
merupakan pengetahuan yang dapat ditangkap oleh panca indera.
Gambaran diri (Body Image)
Gambaran diri (body image) merupakan sikap seseorang terhadap tubuhnya secara
sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran,
bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara
berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap individu (Stuart and
Sundeen, 1991). Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerima
stimulus dari orang lain, kemudian mulai memanipulasi lingkungan dan mulai sadar
7
dirinya terpisah dari lingkungan (Keliat,1992). Gambaran diri berhubungan dengan
kepribadian, cara individu memandang dirinya memiliki dampak terhadap
perkembangan psikologisnya. Pandangan yang realistis terhadap dirinya dengan
menerima dan mengukur bagian tubuhnya akan terhindar dari rasa cemas dan
meningkatkan harga diri (Keliat, 1992). Individu yang stabil, realistis dan konsisten
terhadap gambaran dirinya akan memperlihatkan kemampuan yang mantap terhadap
aktualisasi diri dalam rangka memperbaiki hubungan dengan orang lain, penerimaan
diri dan menjadi pemicu sukses dalam kehidupannya.
1. Ideal Diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana dirinya harus
berperilaku dan bertindak berdasarkan standar, aspirasi, tujuan atau penilaian personal
tertentu (Stuart and Sundeen, 1991). Standar diri terkait dengan tipe orang yang akan
diinginkan ³patokan atau sejumlah aspirasi, cita-cita, nilai-nilai yang ingin di capai.
Ideal diri akan mewujudkan cita-cita, nilai-nilai yang ingin dicapai. Ideal diri akan
mewujudkan harapan dan cita-cita pribadi berdasarkan norma sosial (keluarga
budaya) serta kepada siapa ingin dilakukan. Ideal diri sebagai cermin dari konsep diri
mulai berkembang sejak masa kanak ²kanak yang di pengaruh orang-orang
terdekat³penting dalam hidupnya yang memberikan keuntungan dan harapan pada
perkembangan berikutnya. Ideal diri akan di bentuk melalui proses identifikasi pada
oranglian seperti, teman, guru, pemimpin, orang tua, dan sebagainya.
2. Identitas dan Kesadaran Diri
Identitas diri adalah cara-cara yang digunakan untuk membedakan individu
satu dengan individu-individu lainnya. Dengan demikian diri adalah suatu pengertian
yang mengacu pada identitas spesif ik dari individu. Identitas diri adalah kesadaran
akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan sintesa
dari semua aspek konsep diri sendiri sebagai satu kesatuan yang utuh (Stuart and
Sudeen, 1991). Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan
memandang dirinya berbeda dengan orang lain. Kemandirian timbul dari perasaan
berharga (aspek diri sendiri), kemampuan dan penyesuaian diri. Seseorang yang
mandiri dapat mengatur dan menerima dirinya.
8
3. Pembentukan Konsep Diri
Wuryanano (2007) menguraikan bagaimana membentuk konsep diri menjadi
lebih baik, maka terlebih dahulu Anda harus mengetahui hal-hal yang mempengaruhi
Konsep Diri, yaitu:
cita-cita diri
Cita-cita diri adalah keinginan untuk mencapai sesuatu tujuan, harapan, dan
keinginan pribadi yang dipengaruhi oleh lingkungan disekitarnya seperti, orang tua,
teman atau tetangga. Hal ini biasanya sangat kuat mempengaruhi kehidupan
seseorang di masa depan. Seringkali terjadi cita-cita diri bukanlah harapan pribadi,
tetapi sudah terjadi dan dijalani saat ini, tidaklah mungkin mengubah secara fisik apa
yang saat ini sudah terjadi. Misalnya, Anda tidak bercita-cita untuk menjadi seorang
guru, tetapi karena orang tua sangat menginginkan punya anak seorang guru, maka
akhirnya di dalam perjalanan pendidikan Anda sudah terarah untuk menjadi pendidik.
Hal ini secara fisik sangat sulit untuk dirubah. Seseorang akan tetap menjadi seorang
guru, dokter, insinyur atau pengacara. Hal ini sebenarnya tidak begitu berpengaruh
pada kehidupan pribadi. Tetapi yang penting di pahami, bahwa kehidupan pribadi
sangat dipengaruhi oleh sesuatu yang lebih prinsip, sesuatu dari dalam diri yang
diyakini, yaitu citra diri.
Citra Diri
Citra Diri merupakan suatu produk dari pengalaman masa lalu beserta sukses
dan kegagalannya. Citra diri dibangun oleh sebuah gambaran tentang diri yang
menurut keyakinan dianggap benar. Citra Diri sebenarnya muncul sebagai "Konsepsi
diri mengenai seperti apakah diri Anda sebenarnya". Seringkali keyakinan tentang diri
tidak tepat atau memang salah. Tetapi yang sering terjadi seseorang menganggap hal
itu sesuatu yang sesungguhya. Seseorang bisa menjadikan pengalaman hidup dan
aktualisasi dirinya sebagai sebuah kisah sukses, atau sebaliknya suatu kisah penuh
kegagalan, keburukan, keterpurukan, dan kesulitan. Semuanya tergantung pada apa
yang akan dilakukan terhadap citra dalam dirinya. Dengan kata lain citra diri
merupakan alat penting untuk mencapai kebaikan atau keburukan. Upaya mengubah,
memperbaiki dan meningkatkan citra diri harus menggunakan kekuatan pikiran super,
bekerja keras dengan sebuah wawasan³cara pandang dan berfikir baru. Semua
9
tindakan dan emosi akan selalu konsisten dengan citra diri. Anda akan bertindak
sesuai dengan diri yang menurut pikiran menunjukk an keberadaan dirinya. Anda
tidak bisa bertindak selain dari itu, meskipun mungkin melatih seluruh daya
kemampuannya. Jika orang berpikir dengan keyakinan bahwa dirinya sebagai "tipe
orang gagal", maka dirinya akan menemukan cara untuk mendekati kegagalan;
biarpun dia sudah berusaha keras sekali agar berhasil. Orang yang berpikir dirinya
"tidak beruntung" seperti itu akan mendapatkan bukti bahwa dia memang selalu
ditimpa kemalangan dalam hidupnya, meskipun dia selalu mencoba berusaha agar
berhasil. Hal pent ing yang perlu ditekankan bahwa citra diri sebagai landasan
sekaligus pilar yang menyangga seluruh kepribadian seseorang. Hal ini menandakan
bahwa citra diri dapat dirubah atau masih mungkin untuk diperbaiki sesuai kehendak
dirinya.
Harga Diri :
Harga diri merupakan penilaian diri terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisis seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart and Sundeen, 1991).
Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah atau harga
diri yang tinggi. Jika indi vidu sering gagal, maka cenderung harga diri rendah. Harga
diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Aspek utama adalah di cintai dan
menerima penghargaan dari orang lain (Keliat, 1992). Biasanya harga diri sangat
rentan terganggu pada saat remaja dan usia lanjut. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa masalah kesehatan fisik mengakibatkan harga diri rendah. Harga Diri
merupakan ukuran seberapa besar seseorang bisa memberikan penghargaan terhadap
diri sendiri akan menentukan seberapa tinggi harga dirinya. Jika seseorang kerapkali
tidak mampu menghargai diri sendiri, menganggap remeh dirinya, maka orang
lainpun dipastikan tidak akan menghargai dirinya sebagaimana mestinya. Citra Diri
juga sangat kuat pengaruhnya terhadap harga diri. Oleh karena itu, langkah awal yang
harus diperhatikan bagaimana membentuk citra diri lebih baik, sehingga menentukan
tingkat harga diri yang diharapkan. Satu hal yang mendasar bahwa citra diri dapat
diubah. Orang tidak pernah terlalu muda atau terlalu tua untuk bisa mengubah citra
dirinya. Individu memulai hidup baru secara lebih produktif, kreatif, inovatif serta
berani mengambil risiko. Seseorang memungkinkan untuk mengubah citra dirinya.
Kebanyakan orang kurang menyadari bahwa kesulitan terletak pada penilaian atas diri
10
sendi ri. Begitu banyak di antara kita yang kurang menghargai diri sendiri.
Keberhasilan seseorang dalam memperbaiki atau membentuk kembali konsep diri
yang benar sesuai keinginan, sangat ditentukan oleh sikap pribadinya. Sikap tidak
lebih dari kebiasaan berpikir dan kebiasaan yang dapat dibentuk dan dipelajari. Sikap
yang sehat secara pasti akan membimbing menuju kesuksesan. Sikap yang sehat harus
terus menerus dipupuk dan dibiasakan dalam kehidupan sehari -hari.
C. Pembahasan Tentang Interaksi Sosial
Konsep Teori
Sosiologi memperhatikan kedua segi dari masyarakat, yaitu segi statis dan segi
dinamis. Segi statis masyarakat, yaitu struktur masyarakat, sedangkan segi
dinamisnya yaitu fungsi masyarakat. Perubahan dan perkembangan masyarakat
mewujudkan segi dinamisnya. Hal ini disebabkan adanya hubungan antarindividu
ataupun kelompok sosial. Sebelum hubungan interaksi sosial mempunyai bentuk yang
konkret, terlebih dahulu dialami suatu proses kearah bentuk konkret yang sesuai
dengan nilai-nilai sosial dalam masyarakat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
proses-proses interaksi sosial adalah cara-cara berhubungan yang dapat dilihat jika
kelompok-kelompok manusia saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-
bentuk hubungan tersebut. Dengan perkataan lain, proses-proses interaksi sosial
diartikan sebagai pengaruh timbal balik antar berbagai segi kehidupan masyarakat.
Menurut Abu Ahmadi (dalam Abdul Syani, 2002, 152) mengatakan bahwa
dengan proses sosial kita amati apabila perubahan -perubahan mengganggu cara hidup
yang telah ada. Dengan konsep interaksi, ia memberikan batasan proses sosial sebagai
pengaruh timbal balik antarindividu dan golongan di dalam usaha mereka untuk
memecahkan persoalan yang dihadapi dan didalam usaha mereka untuk mencapai
tujuan mereka. Sementara menurut pendapat ahli yang lain (Gillin dan Gillin) dalam
buku Soerjono Soekanto mengatakan bahwa bentuk lain proses sosial hanya
merupakan bentuk-bentuk khusus dari interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan
hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-
orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang
perorangan dengan kelompok manusia. Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial
dimulai pada saat itu. Mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara atau
bahan mungkin berkelahi.
11
Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial
Bentuk-bentuk interaksi sosial yang berkaitan dengan proses asosiatif dapat
terbagi atas bentuk kerja sama, akomodasi, dan asimilasi. Kerja sama merupakan
suatu usaha bersama individu dengan individu atau kelompok-kelompok untuk
mencapai satu atau beberapa tujuan. Akomodasi dapat diartikan sebagai suatu
keadaan, di mana terjadi keseimbangan dalam interaksi antara individu-individu atau
kelompok-kelompok manusia berkaitan dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai
sosial yang berlaku dalam masyarakat. Usaha-usaha itu dilakukan untuk mencapai
suatu kestabilan. Sedangkan Asimilasi merupakan suatu proses di mana pihak-pihak
yang berinteraksi mengidentifikasikan dirinya dengan kepentingan-kepentingan serta
tujuan-tujuan kelompok. Bentuk interaksi yang berkaitan dengan proses disosiatif ini
dapat terbagi atas bentuk persaingan, kontravensi, dan pertentangan. Persaingan
merupakan suatu proses sosial, di mana individu atau kelompok-kelompok manusia
yang bersaing, mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan. Bentuk
kontravensi merupakan bentuk interaksi sosial yang sifatnya berada antara persaingan
dan pertentangan. Sedangkan pertentangan merupakan suatu proses sosial di mana
individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang
pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan kekerasan.
Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial adalah :
1. Proses-proses yang asosiatif
Merupakan interaksi sosial yang mengarah kepada bentuk -bentuk asosiatif seperti :
a. Kerja sama (cooperation)
Menurut Soerjono Soekanto, kerjasama merupakan suatu usaha bersama
antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa
tujuan bersama.
b. Akomodasi
Akomodasi adalah Usaha-usaha untuk menunjukkan pada suatu keadaan dan
untuk menunjukkan pada suatu proses. Akomodasi yang menunjukkan suatu keadaan,
adanya suatu keseimbangan dalam interaksi antar orang-perorang dan kelompok-
kelompok manusia sedangkan dalam suatu proses yaitu menunjukkan usaha-usaha
manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha untuk mencapai kestabilan.
12
Salah satu tujuannya adalah untuk mengurangi pertentangan antar orang atau
kelompok manusia dan untuk mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk
sementara waktu.
c. Asimilasi
Merupakan proses sosial yang timbul bila ada kelompok masyarakat dengan
latar belakang kebudayaan yang berbeda saling bergaul dalam jangka waktu lama
sehingga lambat laun kebudayaan asli berubah sifat dan wujudnya membentuk
kebudayaan baru. Proses asimilasi timbul bila ada kelompok-kelompok manusia yang
berbeda kebudayaannya, orang-perorangan sebagai warga kelompok saling bergaul
secara langsung dan intensif untuk waktu yang lama sehingga kebudayaan dari
kelompok manusia tersebut masing-masing berubah dan saling menyesuaikan diri.
2. Proses-proses yang disosiatif
Proses disosiatif disebut juga proses oposisi. Oposisi dapat diartikan cara yang
bertentangan dengan seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan tertentu. Untuk
kepentingan ilmu pengetahuan, oposis i atau proses-proses yang disosiatif.
a. Bentuk-bentuk persaingan, antara lain :
1. Persaingan ekonomi
2. Persaingan kebudayaan
3. Persaingan kedudukan dan peranan
4. Persaingan ras
b. Kontravensi (contravention)
Kontravensi merupakan bentuk proses sosial yang berbeda antara persaingan
atau pertikaian. Kontravensi merupakan sikap mental yang tersembunyi terhadap
orang-orang lain atau terhadap unsur-unsur kebudayaan golongan tertentu. Bentuk-
bentuk Kontravensi adalah sebagai berikut :
1. Perbuatan, penolakan, perlawa nan dan lain-lain
2. Menyangkal pernyataan orang lain dimuka umum
3. Melakukan penghasutan
4. Berkhianat
5. Mengejutkan lawan, dan lain-lain
c. Pertentangan (pertikaian atau conflict).
13
Pertentangan atau pertikaian adalah suatu proses sosial dimana individu atau
kelompok berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan
dengan ancaman atau kekerasan. Bentuk-bentuk pertentangan antara lain :
1. Pertentangan pribadi
2. Pertentangan rasial
3. Pertentangan antara kelas-kelas sosial, umumnya disebabkan oleh karena
adanya perbedaan-perbedaan kepentingan.
4. Pertentangan politik.
5. Pertentangan yang bersifat internasional.
3. Bentuk Interaksi Sosial Menurut Proses Terjadinya.
Imitasi
Imitasi adalah pembentukan nilai melalui dengan meniru cara-cara orang lain.
Salah satu dari segi positif adalah bahwa imitasi dapat mendorong seseorang untuk
mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku.
Contoh : Seorang anak sering kali meniru kebiasan-kebiasan orang tuanya .
Identifikasi
Identifikasi adalah menirukan dirinya menjadi sama dengan orang yang
ditirunya . Identifikasi sifatnya lebih mendalam daripada imitasi, karena kepribadian
seseorang dapat ter batas atas dasar faktor ini. Contoh : Seorang anak laki-laki yang
begitu dekat dan akrab dengan ayahnya suka mengidentifikasikan dirinya menjadi
sama dengan ayah nya.
Sugesti
Sugesti dapat diberikan dari seorang individu kepada kelompok.
Kelompok kepada kelompok kepada seorang individu. Faktor ini berlangsung apabila
seseorang memberi suatu pandangan yang berasal dari dirinya yang kemudian
diterima orang lain.
Contoh :
Seorang remaja putus sekolah akan dengan mudah ikut-ikutan terlibat
´Kenalan Remaja´. Tanpa memikirkan akibatnya kelak.
Motivasi
Motivasi juga diberikan dari seorang individu kepada kelompok.
Contoh :
14
Pemberian tugas dari seorang guru kepada muridnya merupakan salah satu
bentuk motivasi supaya mereka mau belajar dengan rajin dan penuh rasa tanggung
jawab.
Simpati
Perasaan simpati itu bisa juga disampaikan kepada seseorang / kelompok orang atau
suatu lembaga formal pada saat-saat khusus.
Misalnya apabila perasaan simpati itu timbul dari seorang perjaka terhadap
seorang gadis / sebaliknya kelak akan menimbulkan perasaan cinta kasih / kasih
saying.
Empati
Empati itu dibarengi perasaan organisme tubuh yan g sangat dalam.
Contoh :
Jika kita melihat orang celaka sampai luka berat dan orang itu kerabat kita,
maka perasaan empati menempatkan kita seolah-olah ikut celaka.
Jenis Interaksi Sosial
Ada empat jenis interaksi sosial dengan lingkungannya, yaitu :
- Individu dapat bertentangan dengan lingkungannya.
- Individu dapat memanfaatkan lingkungannya.
- Individu dapat berinteraksi dengan lingkungannya.
- Individu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Lingkungan di sini bisa berupa lingkungan fisik (alam bend a-benda yang konkrit),
lingkungan psikis (jiwa, badan, orang-orang dalam lingkungan) serta lingkungan
rohaniah (keyakinan-keyakinan, ide-ide, dan filsafat-filsafat yang terdapat di
lingkungan individu).
Proses Interaksi Sosial
Proses Interaksi sosial menurut Herbert Blumer adalah pada saat manusia
bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna yang dimiliki sesuatu tersebut bagi
manusia. Kemudian makna yang dimiliki sesuatu itu berasal dari interaksi antara
seseorang dengan sesamanya. Dan terakhir adalah Makna tidak bersifat tetap namun
dapat dirubah, perubahan terhadap makna dapat terjadi melalui proses penafsiran
15
yang dilakukan orang ketika menjumpai sesuatu. Proses tersebut disebut juga dengan
interpretative process.
Interaksi sosial dapat terjadi bila antara dua individu atau kelompok terdapat
kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial merupakan tahap pertama dari terjadinya
hubungan sosial Komunikasi merupakan penyampaian suatu informasi dan pemberian
tafsiran dan reaksi terhadap informasi yang disampaikan. Karp dan Yoels
menunjukkan beberapa hal yang dapat menjadi sumber informasi bagi dimulainya
komunikasi atau interaksi sosial. Sumber Informasi tersebut dapat terbagi dua, yaitu
Ciri Fisik dan Penampilan.
Ciri Fisik, adalah segala sesuatu yang dimiliki seorang individu sejak lahir
yang meliputi jenis kelamin, usia, dan ras. Penampilan disini dapat meliputi daya tarik
fisik, bentuk tubuh, penampilan berbusana, dan wacana.
Interaksi sosial memiliki aturan, dan aturan itu dapat dilihat melalui dimensi
ruang dan dimensi waktu dari Robert T Hall dan Definisi Situasi dari W.I. Thomas.
Hall membagi ruangan dalam interaksi sosial menjadi 4 batasan jarak, yaitu jarak
intim, jarak pribadi, jarak sosial, dan jarak publik. Selain aturan mengenai ruang Hall
juga menjelaskan aturan mengenai Waktu. Pada dimensi waktu ini terlihat adanya
batasan toleransi waktu yang dapat mempengaruhi bentuk interaksi. Aturan yang
terakhir adalah dimensi situasi yang dikemukakan oleh W.I. Thomas.
Definisi
Situasi merupakan penafsiran seseorang sebelum memberikan reaksi.
Definisi situasi ini dibuat oleh individu dan masyarakat.
Faktor-Faktor Yang Mendorong Terjadinya Interaksi Sosial
1. Tindakan Sosial
16
Tidak semua tindakan manusia dinyatakan sebagai tindakan sosial misalnya:
Seorang pemuda yang sedang mengkhayalkan gadis impiannya secara diam-diam .
Menurut MAX WEBER , tindakan sosial adalah tindakan seorang individu yang dapat
mempengaruhi individu-individu lainnya dalam masyarakat .
Tindakan sosial dapat dibedakan menjadi 4 macam yaitu :
a. Tindakan Rasional Instrumental : Tindakan yang dilakukan dengan
memperhitungkan kesesuaian antara cara dan tujuan. Contoh : Bekerja Keras
untuk mendapatkan nafkah yang cukup .
b. Tindakan Rasional Berorientasi nilai : Tindakan-tindakan yang berkaitan
dengan nilai-nilai dasar dalam masyarakat . Contoh : Tindakan-tindakan yang
bersifat Religio magis .
c. Tindakan Tradisional; Tindakan yang tidak memperhitungkan pertimbangan
Rasional . Contoh : Berbagai macam upacara / tradisi yang dimaksudkan
untuk melestarikan kebudayaan leluhur .
d. Tindakan Ofektif : Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh seorang /
kelompok orang berdasarkan perasaan / emosi
2. Kontak Sosial
Dalam kehidupan sehari-hari kontak sosial dapat dilakukan dengan cara :
Kontak Sosial yang dilakukan menurut cara pihak-pihak yang berkomunikasi .
Cara kontak sosial itu ada 2 macam yaitu :
Kontak Langsung : Pihak komunikator menyampaikan pesannya
secara langsung kepada pihak komunikan.
Kontak Tidak Langsung : Pihak komunikator menyampaikan pesannya kepada
pihak komunikan melalui perantara pihak ketiga .
Kontak Sosial yang dilakukan menurut terjadinya proses komunikasi .
Ada 2 macam kontak sosial:
Kontak Primer
Kontak Sekunder
Komunikasi Sosial
Komunikasi artinya berhubungan atau bergaul dengan orang lain.
Orang yang menyampaikan komunikasi disebut komunikator , orang yang menerima
komunikasi disebut komunikan. Tidak selamanya kontak sosial akan menghasilkan
17
interaksi sosial yang baik apabila proses komunikasinya tidak berlangsungnya secara
komunikatif .
Contoh : Pesan yang disampaikan tidak jelas, berbelit-belit , bahkan mungkin sama
sekali tidak dapat dipahami .
Contoh-Contoh Interaksi Sosial
Untuk contoh-contoh interaksi sosial sudah disinggung sedikit dalam konsep
teori. Jika dua orang atau lebih bertemu, mereka akan saling menegur, berjabat tangan
atau mungin berkelahi, ini merupakan contoh interaksi sosial. Contoh lain, sangat
banyak terjadi di kehidupan bermasyarakat. Seperti, belanja di warung atau pasar,
menolong tetangga yang dalam kesulitan, datang ke acara pesta, bahkan berbicara
melalui media elektronik termasuk dalam contoh interaksi sosial dan masih banyak
contoh interaksi sosial dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh interaksi sosial yang sedang hangat dibicarakan adalah masalah kasus
KPK dan Kapolri. Menurut harian Dumai Pos yang terbit pada tanggal (03 November
2009) memaparkan tentang kasus unjuk rasa yang dilakukan oleh sejumlah orang. Di
dalam internet yang dikenal dengan istilah e-mail, banyak orang yang pro dan kontra
terhadap interaksi sosial tidak akan terjadi jika manusia mengadakan hubungan yang
langsung dengan sesuatu yang sama sekali tidak berpengaruh terhadap sistem
syarafnya sebagai akibat hubungan tersebut.
BAB III
PENUTUP18
A. Kesimpulan
Kunci keberhasilan hidup adalah konsep diri positif. Konsep diri memainkan
peran yang sangat besar dalam menentukan keberhasilan hidup seseorang, karena
konsep diri dapat dianalogikan sebagai suatu ´operating systemµ yang menjalankan
suatu komputer. Terlepas sebaik apapun perangkat keras komputer dan program yang
di-install, apabila sistem operasinya tidak baik dan banyak kesalahan, maka komputer
tidak dapat bekerja dengan maksimal. Hal yang sama berlaku bagi manusia. Konsep
diri merupakan sistem operasi yang menjalankan komputer mental, yang
mempengaruhi ke mampuan berpikir seseorang. Konsep diri setelah terinstall akan
masuk di pikiran bawah sadar dan mempunyai bobot pengaruh sebesar 88% terhadap
tingkat kesadaran seseorang dalam suatu saat. Semakin baik konsep diri, maka akan
semakin mudah seseorang untuk be rhasil.
Proses-proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dapat dilihat jika orang
perorangan dan kelompok -kelompok manusia saling bertemu dan menentukan sistem
serta bentuk-bentuk hubungan tersebut. Interaksi sosial didirikan oleh individu itu
sendiri dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Karena pada dasarnya
manusia berinteraksi dengan manusia lainnya. Sesuatu yang didasarkan pada
kebiasaan -kebiasaan sehari-hari yang tercipta dapat dikategorikan kedalam proses
sosial dalam interaksi sosial.
B. Saran
Dalam interaksi sosial, dapat terjadi hubungan yang positif maupun hubungan
yang negatif. Interaksi sosial yang positif terjadi dikarenakan hubungan antara kedua
belah pihak saling menguntungkan sehingga hubungan tersebut dapat berlangsung
lebih lama dan aman serta dapat mengarah pada suatu kerja sama. Sedangkan
interaksi sosial yang negatif akan mengakibatkan suatu pertentangan atau
perselisihan. Secara otomatis, akan merugikan kedua belah pihak yang bersangkutan.
Dengan kata lain, hendaknya kita sebagai makhluk sosial dasar akan peran dalam
masyarakat dan menjaga hubungan baik dengan manusia atau pun lingkungan
masyarakat dimanapun kita berada. Maka dengan hubungan yang baik akan
mewujudkan interaksi sosial yang positif. Serta perlu ditingkatkan pengetahuan
19
pengetahuan dalam batas interaksi sosial agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diingin
kan.
DAFTAR PUSTAKA
20
1. Soekanto, Soerjono, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
2. Sunarto, Kamanto, 2004, Pengantar Sosiologi, Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, Jakarta.
3. Syani, Andal, 2002, Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan, Bumi Aksara,
Jakarta.
4. Harian Dumai Pos, Terbitan 03 November 2009.
5. Web : http :// www . sosiologi . com .
21