farmakodinamik

8
FARMAKODINAMIK Pada umumnya, pemberian Epi menimbulkan efek mirip stimulasi saraf adrenergik. Ada beberapa perbedaan karena neurotransmitor pada saraf adrenergik adalah NE, Efek yang paling menonjol adalah efek terhadap jantung, otot polos pembuluh darah dan otot polos lain. KARDIOVASKULAR. Pembuluh darah. Efek vaskular Epi terutama pada arteriol kecil dan stingter prekapiler, tetapi vena dan anteri besar juga dipengaruhi. Pembuluh darah kulit, mukosa dan ginjal mengalami konstriksi akibat aktivasi reseptor α oleh Epi. Pembuluh darah otot rangka mengalami dilatasi oleh Epi dosis rendah, akibat aktivasi reseptor β₂ yang mempunyai afinitas Iebih besar pada Epi dibandingkan dengan reseptor α . Epi dosis tinggi bereaksi dengan kedua jenis reseptor. Dominasi reseptor α menyebabkan peningkatan resistensi perifer yang berakibat peningkatan tekanan darah. Pada waktu kadar Epi menurun, efek terhadap reseptor α yang kurang sensitif lebih dulu menghilang. Efek Epi terhadap reseptor β₂ masih ada pada kadar yang rendah ini, dan menyebabkan hipotensi sekunder pada pemberian Epi secara sistemik. Jika sebelum Epi telah diberikan suatu penghambat reseptor α, maka pemberian Epi hanya menimbulkan vasodilatasi dan penurunan tekanan darah. Gejala ini disebut epinephrine reversal. Suatu kenaikan tekanan darah yang tidak begitu jelas mungkin timbul sebelum penurunan tekanan darah ini; kenaikan yang selintas ini akibat stimulasi jantung oleh Epi. Pada manusia, pemberian Epi dalam dosis terapi yang menimbulkan kenaikan tekanan darah tidak menyebabkan konstriksi arteriol otak, tetapi menimbulkan peningkatan aliran darah otak. Epi dalam dosis yang tidak banyak mempengaruhi tekanan darah, meningkatkan resistensi pembuluh darah ginjal dan mengurangi aliran darah ginjal sebanyak 40%. Ekskresi Na, K, dan CI berkurang; volume urin mungkin bertambah, berkurang atau tidak berubah. Tekanan darah arteri maupun vena paru meningkat oleh Epi. Meskipun terjadi konstriksi pembuluh darah paru, redistribusi darah yang berasal dari sirkulasi sistemik akibat konstriksi vena-vena besar juga berperan penting dalam menimbulkan kenaikan

Upload: febri-zii-alfiantz

Post on 16-Apr-2015

70 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

yes

TRANSCRIPT

Page 1: farmakodinamik

FARMAKODINAMIK

Pada umumnya, pemberian Epi menimbulkan efek mirip stimulasi saraf adrenergik. Ada

beberapa perbedaan karena neurotransmitor pada saraf adrenergik adalah NE, Efek yang paling

menonjol adalah efek terhadap jantung, otot polos pembuluh darah dan otot polos lain.

KARDIOVASKULAR. Pembuluh darah. Efek vaskular Epi terutama pada arteriol kecil dan

stingter prekapiler, tetapi vena dan anteri besar juga dipengaruhi. Pembuluh darah kulit, mukosa

dan ginjal mengalami konstriksi akibat aktivasi reseptor α  oleh Epi. Pembuluh darah otot rangka

mengalami dilatasi oleh Epi dosis rendah, akibat aktivasi reseptor  β₂ yang mempunyai afinitas

Iebih besar pada Epi dibandingkan dengan reseptor α . Epi dosis tinggi bereaksi dengan kedua

jenis reseptor. Dominasi reseptor α  menyebabkan peningkatan resistensi perifer yang berakibat

peningkatan tekanan darah. Pada waktu kadar Epi menurun, efek terhadap reseptor α  yang

kurang sensitif lebih dulu menghilang.

Efek Epi terhadap reseptor β₂ masih ada pada kadar yang rendah ini, dan menyebabkan hipotensi

sekunder pada pemberian Epi secara sistemik. Jika sebelum Epi telah diberikan suatu

penghambat reseptor α, maka pemberian Epi hanya menimbulkan vasodilatasi dan penurunan

tekanan darah. Gejala ini disebut epinephrine reversal. Suatu kenaikan tekanan darah yang tidak

begitu jelas mungkin timbul sebelum penurunan tekanan darah ini; kenaikan yang selintas ini

akibat stimulasi jantung oleh Epi.

Pada manusia, pemberian Epi dalam dosis terapi yang menimbulkan kenaikan tekanan darah

tidak menyebabkan konstriksi arteriol otak, tetapi menimbulkan peningkatan aliran darah otak.

Epi dalam dosis yang tidak banyak mempengaruhi tekanan darah, meningkatkan resistensi

pembuluh darah ginjal dan mengurangi aliran darah ginjal sebanyak 40%. Ekskresi Na, K, dan

CI berkurang; volume urin mungkin bertambah, berkurang atau tidak berubah.

Tekanan darah arteri maupun vena paru meningkat oleh Epi. Meskipun terjadi konstriksi

pembuluh darah paru, redistribusi darah yang berasal dari sirkulasi sistemik akibat konstriksi

vena-vena besar juga berperan penting dalam menimbulkan kenaikan tekanan darah paru. Dosis

Epi yang berIebih dapat menimbulkan kematian karena udem paru.

Arteri koroner. Epi meningkatkan aliran darah koroner. Di satu pihak Epi cenderung

menurunkan aliran darah koroner karena kompresi akibat peningkatan kontraksi otot jantung,

dan karena vasokonstriksi pembuluh darah koroner akibat efek reseptor α. Di lain pihak Epi

memperpanjang waktu diastolik, meningkatkan tekanan darah aorta, dan menyebabkan

dilepaskannya adenosin, suatu metabolit yang bersifat vasodilator, akibat peningkatan kontraksi

jantung dan konsumsi oksigen miokard; semuanya ini akan meningkatkan aliran darah koroner.

Autoregulasi metabolik merupakan faktor yang dominan, sehingga hasil akhirnya adalah

vasodilatasi dan peningkatan aliran darah koroner. Tetapi, efek Epi ini tidak dapat dimanfaatkan

pada keadaan iskemia miokard, karena manfaat peningkatan aliran darah ditiadakan oleh

bertambahnya kerja miokard akibat perangsangan Iangsung oleh Epi.

Page 2: farmakodinamik

Jantung. Epi mengaktivasi reseptor β₁ di otot jantung, sel pacu jantung dan jaringan konduksi.

Ini  merupakan dasar efek inotropik dan kronotropik positif Epi pada jantung.

Epi mempercepat depolarisasi fase 4, yakni depolarisasi lambat sewaktu diastole, dari nodus

sino-atrial (S-A) dan  sel otomatik lainnya, dengan demikian mempercepat firing rate pacu

Jantung dan merangsang pembentukan fokus ektopik dalam ventrikel. Dalam nodus SA, Epi juga

menyebabkan perpindahan pacu jantung ke sel yang mempunyai firing rate yang lebih cepat.

Epi mempercepat konduksi sepanjang jaringan konduksi, mulai dari atrium ke nodus

atrioventrikular (AV), sepanjang  bundle of His dan serat purkinje sampai ke ventrikeI. Epi juga

mengurangi blockade AV yang terjadi  akibat penyakit, obat atau aktivitas vagal. Selain lu Epi

memperpendek periode refrakter nodus AV dan berbagai bagian jantung lainnya.

Epi memperkuat kontraksi dan mempercepat relaksasi. Dalam  mempercepat denyut jantung

dalam kisaran fisiologis, Epi memperpendek waktu sistolik tanpa mengurangi waktu diastolik.

Akibatnya curah jantung bertambah, tetapi kerja jantung pemakaian oksigen sangat bertambah

sehingga efisiensi jantung (kerja dibandingkan dengan pemakaian oksigen) berkurang. Dosis Epi

yang berlebih di samping menyebabkan tekanan darah naik sangat tinggi, juga menimbulkan

kontraksi ventrikel prematur, diikuti takikardi ventrikel , dan akhirnya fibrilasi ventrikel.

Tekanan darah. Pemberian Epi IV dengan cepat (pada hewan) menimbuIkan kenaikan tekanan

darah yang cepat dan berbanding Iangsung dengan besarnya dosis. Kenaikan sistolik Iebih besar

daripada kenaiakan diastolik, sehingga tekanan nadi membesar. tekanan darah kemudian turun

sampai dibawah normal sebelum kembali pada tekanan semula.  Kenaikan  tekanan darah

disebabkan oleh perangsangan jantung dan terutama oleh konstriksi artriol kulit,  mukosa dan

ginjal, serta konstriksi vena. Denyut nadi mula-mula bertambah cepat, kemudian dapat menjadi

sangat lambat pada waktu tekanan darah mencapai puncaknya karena pengaruh konpensasi

vagal. Turunnya tekanan darah dibawah normal yang ditimbulkan oleh dosis kecil, atau dosis

besar pada fase akhir, adalah akibat aktivasi hanya reseptor β₂.

Pemberian  Epi pada manusia secara SK atau secara IV dengan lambat menyebabkan kenaikan

tekanan sistolik  yang sedang dan penurunan tekanan diastolic. Tekanan nadi bertambah besar,

tetapi tekanan darah rata-rata (mean arterial pressure) jarang sekali menunjukkan kenaikan yang

besar. Resistensi perifer berkurang akibat kerja Epi pada reseptor β₂ di pembuluh darah otot

rangka, di mana aliran darah bertambah. Karena kenaikan tekanan darah tidak begitu besar,

refleks kompensasi vagal yang melawan efek Iangsung Epi terhadap jantung juga tidak begitu

kuat. Dengan demikian, denyut jantung, curah jantung, curah sekuncup dan kerja ventrikel

meningkat akibat stimulasi langsung pada jantung dan peningkatan alir balik vena (venous

return). Biasanya efek vasodilatasi Epi mendominasi sirkulasi; kenaikan tekanan sistolik

terutama disebabkan oleh peningkatan curah jantung.

OTOT POLOS. Efek Epi pada otot polos berbagai organ bergantung pada jenis reseptor

adrenergik pada otot polos yang bersangkutan.

Page 3: farmakodinamik

Saluran cerna. MeIaIui reseptor α dan β₂. Epi menimbulkan relaksasi otot polos saluran cerna

pada umumnya: tonus dan motilitas usus dan lambung berkurang. Reseptor α₁ dan β₂ terdapat

pada membran sel otot polos sedangkan reseptor α₂ pada membran saraf mienterik kolinergik.

Aktivasi reseptor α menyebabkan hambatan penglepasan ACh. Pada sfingter pilorus dan

ileosekal, Epi menimbulkan kontraksi melalui aktivasi reseptor α₁.

Uterus. Otot polos uterus manusia mempunyai reseptor α₁ dan β₂. Responsnya terhadap Epi

berbeda-beda, tergantung pada fase kehamilan dan dosis yang diberikan. Selama kehamilan

bulan terakhir dan diwaktu partus, Epi menghambat tonus dan kontraksi uterus melalui reseptor

β₂; efek ini tidak mempunyai arti klinis karena singkat dan disertai efek kardiovaskular. Tetapi

β₂-agonis yang Iebih selektif seperti ritodrin atau terbulatin ternyata efektif untuk menunda

kelahiran prematur.

Kandung kemih. Epi menyebabkan relaksasi otot detrusor melaiui reseptor β₂ dan kontraksi otot

trigon dan sfingter melalui reseptor α₁, sehingga dapat menimbulkan kesulitan urinasi serta

retensi urin dalam kandung kemih.

Pernapasan. Epi mempengaruhi pernapasan terutama dengan cara merelaksasi otot bronkus

melaIui reseptor β₂. Efek bronkodilatasi ini jeIas sekali bila sudah ada kontraksi otot polos

bronkus karena asma bronkial, histamin, ester kolin, pilokarpin, bradikinin, zat penyebab

anafilaksis yang bereaksi lambat (SRS-A), dan lain-lain. Di sini Epi bekerja sebagai antagonis

fisiologik. Pada asma, Epi juga menghambat penglepasan mediator Inflamasi dan sel-sel mast

melalui reseptor β₂. serta mengurangi sekresi bronkus dan kongesti mukosa melalui reseptor α₁.

SUSUNAN SARAF PUSAT. Epi pada dosis terapi tidak mempunyai efek stimulasi SSP yang

kuat karena obat ini relatif polar sehingga sukar masuk SSP. Tetapi pada banyak orang Epi dapat

menimbulkan kegelisahan, rasa kuatir, nyeri kepala dan tremor; sebagian karena efeknya pada

sistem kardiovaskular.

PROSES METABOLIK. Epi menstimulasi glikogenolisis di sel hati dan otot rangka melalui

reseptor β₂ ; glikogen diubah menjadi glukosa. 1 fosfat dan kemudian glukosa-6-fostat. Hati

mempunyai glukosa-6-fosfatase tetapi otot rangka tidak, sehingga hati melepas glukosa

sedangkan otot rangka melepas asam laktat. Epi juga menyebabkan penghambatan sekresi

insulin akibat dominasi aktivasi reseptor α₂ yang menghambat, terhadap aktivasi reseptor β₂ yang menstimulasi sekresi insulin. Selain itu Epi menyebabkan berkurangnya ambilan (uptake)

glukosa oleh jaringan perifer, sebagian akibat efeknya pada sekresi insulin. Akibatnya, terjadi

peningkatan kadar glukosa dan laktat dalam darah, dan penurunan kadar glikogen dalam hati dan

otot rangka.

Epi melalui aktivasi reseptor β₃ meningkatkan aktivitas lipase trigliserida dalam jaringan lemak,

sehingga mempercepat pemecahan trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol.

Akibatnya, kadar asam lemak bebas dalam darah meningkat.

Page 4: farmakodinamik

Efek kalorigenik Epi terlihat sebagai peningkatan pemakaian oksigen sebanyak 20 sampai 30%

pada pemberian dosis terapi. Efek ini terutama disebabkan oleh peningkatan katabolisme lemak,

yang menyediakan Iebih banyak substrat untuk oksidasi.

Suhu badan sedikit meningkat, hal ini antara lain disebabkan vasokonstriksi di kulit.

LAIN-LAIN. Kelenjar. Efek Epi terhadap berbagai kelenjar tidak nyata; kebanyakan kelenjar

mengalami penghambatan sekresi, sebagian disebabkan berkurangnya aliran darah akibat

vasokonstriksi. Epi merangsang sekresi air mata dan sedikit sekresi mukus dan kelenjar Iudah.

Aktivitas pilomotor tidak timbul setelah pemberian Epi secara sistemik, tetapi timbul setelah

penyuntikan Intradermal larutan Epi atau NE yang sangat encer; demikian juga dengan

pengeluaran keringat dan kelenjar keringat apokrin di telapak tangan dan beberapa tempat lain

(adrenergic sweating). Efek-efek ini dihambat oleh α bloker.

Mata. Midriasis mudah terjadi pada perangsangen simpatis tetapi tidak bila Epi diteteskan pada

konyungtiva mata normal. Tetapi, Epi biasanya menurunkan tekanan intraokuler yang normal

maupun pada penderita glaukoma sudut lebar. Timbulnya efek ini mungkin karena berkurangnya

pembentukan cairan mata akibat vasokonstriksi dan karena bertambahnya aliran ka luar.

Anehnya, timolol, suatu β bIoker, juga mengurangi tekanan intraokuler dan efektif untuk

pengobatan glaukoma.

Otot rangka. Epi tidak langsung merangsang otot rangka, tetapi melalui aktivasi reseptor α dan β

pada ujung saraf somatik, Epi meningkatkan Influks Ca⁺⁺ (reseptor α) dan meningkatkan kadar

siklik AMP intrasel (reseptor ) sehingga meningkatkan penglepasan neurotransmitor ACh pada

setiap impuls dan terjadi fasilitasi transmisi saraf-otot. Hal ini terjadi terutama setelah stimulasi

saraf somatik yang terus-menerus. Epi dan 2-agonis memperpendek masa aktif otot merah yang

kontraksinya lambat (dengan mempercepat sekuestrasi Ca⁺⁺ dalam sitoplasma) sehingga

stimulasi saraf pada kecepatan fisiologis menyebabkan kontraksi otot yang terjadi tidak

bergabung dengan sempurna dan dengan demikian kekuatan kontraksinya berkurang. Efek ini

disertai dengan peningkatan aktivitas listrik dan otot (akibat aktivasi reseptor ) sehingga

menyebabkan terjadinya tremor yang merupakan efek samping pada penggunaan β₂ -agonis

sebagai bronkodilator.

Pembekuan darah. Epi mempercepat pembekuan darah. Mekanismenya diduga melalui

peningkatan aktivitas faktor V.

Farmakokinetik

ABSORPSI. Pada pemberian oral, Epi tidak mencapai dosis terapi karena sebagian besar dirusak

oleh enzim COMT dan MAO yang banyak terdapat pada dinding usus dan hati. Pada

penyuntikan SK absorpsi yang lambat terjadi karena vasokonstriksi lokal, dapat di percepat

dengan memijat tempat suntikan. Absorpsi yang lebih cepat terjadi dengan penyuntikan IM. Pada

pemberian lokal secara inhalasi, efeknya terbatas terutama pada saluran napas, tetapi efek

sistemik dapat terjadi, terutama bila digunakan dosis besar.

Page 5: farmakodinamik

BIOTRANSFORMASI DAN EKSKRESI. Epi stabil dalam darah. Degradasi Epi terutama

terjadi dalam hati yang banyak mengandung kedua enzim COMT dan MAO, tetapi jaringan lain

juga dapat merusak zat ini. Sebagian besar Epi mengalami biotransformasi mula-mula oleh

COMT dan MAO, kemudian terjadi oksidasi, reduksi dan /atau konjugasi, menjadi meta nefren,

asam 3-metoksi-4-hidroksimandelat, 3- metoksi – 4-hidroksifeniletilenglikol, dan bentuk

konjugasi glukuronat dan sulfat. Metabolit-metabolit ini bersama epi yang tidak diubah

dikeluarkan dalam urin. Pada orang normal, jumlah Epi yang utuh dalam urin hanya sedikit.

Pada penderita feokromositoma urin mengandung Epi dan NE utuh dalam jumlah  besar bersama

metabolitnya.

INTOKSIKASI, EFEK SAMPING DAN KONTRAINDIKASI

Pemberian Epi dapat menimbulkan gejala seperti perasaan takut, kuawatir, gelisah, tegang, nyeri

kepala berdenyut, tremor, rasa lemah, pusing, pucat, sukar bernapas dan palpitasi. Gejala-gejala

ini mereda dengan cepat setelah istirahat. Penderita hipertiroid dan hipertensi Iebih peka

terhadap efek-efek tersebut di atas maupun terhadap efek pada sistem kardiovaskular, Pada

penderita psikoneurotik Epi memperberat gejala-gejalanya.

Dosis  Epi yang besar atau penyuntikan IV  cepat yang tidak disengaja dapat menimbulkan

perdarahan otak karena kenaikan tekanan darah yang hebat. Bahkan  penyuntikan SK 0,5 ml

larutan 1 : 1000 dapat menimbulkan perdarahan subaraknoid dan hemiplegia. Untuk

mengatasinya, dapat diberikan vasodilator yang kerjanya cepat, misalnya nitrit atau natrium

nitroprusid; α-bloker mungkin juga berguna.

Epi dapat menimbulkan aritmiaventrikel. Fibrilasi ventrikel bila terjadi, biasanya bersifat fatal;

ini terutama terjadi bila epi diberikan sewaktu anesthesia dengan hidrokarbon berhalogen, atau

pada penderita penyakit jantung organik. Pada penderita asma bronkial yang sudah lama dan

menderita emfisema, yang  sudah mencapai usia di mana penyakit jantung degeneratif sering

terdapat, pemberian Epi harus sangat hati-hati. Pada penderita syok, Epi dapat memperberat

penyebab dari syok. Pada penderita anginapektoris, Epi mudah menimbulkan serangan karena

obat ini meningkatkan kerja jantung sehingga memperberat kekurangan akan kebutuhan oksigen.

Epi dikontraindikasikan pada penderita yang mendapat α-bloker nonselektif, karena kerjanya

yang tidak terimbangi pada reseptor α pembuluh darah dapat menyebabkan hipertensi yang berat

dan perdarahan otak.

PENGGUNAAN KLINIS

Manfaat Epi dalam klinik berdasarkan efeknya terhadap pembuluh darah, jantung dan otot polos

bronkus. Penggunaan paling sering ialah untuk menghilangkan sesak napas akibat

bronkokonstriksi, untuk mengatasi reaksi hipersensitivitas terhadap obat maupun alergen

lainnya, dan untuk memperpanjang masa kerja anestetik lokal. Epi juga dapat digunakan untuk

merangsang jantung pada waktu henti jantung oleh berbagai sebab. Secara lokal obat ini

digunakan untuk menghentikan perdarahan kapiler. Penggunaan lain dapat dilihat pada akhir bab

ini.

Page 6: farmakodinamik

POSOLOGI DAN SEDIAAN

Epinefrin adalah isomer I.

Suntikan epinefrin adalah larutan steril 1:1.000 Epi HCI dalam air untuk penyuntikan SK; ini

digunakan untuk mengatasi syok anafilaktik dan reaksi-reaksi hipersensitivitas akut lainnya.

Dosis dewasa berkisar antara 0.2-0,5 mg (0,2-0,5 ml larutan 1 :1.000). Untuk penyuntikan IV,

yang jarang dilakukan, larutan ini harus diencerkan lagi dan harus disuntikkan dengan sangat

perlahan-lahan. Dosisnya jarang sampai 0,25 mg, kecuali pada henti jantung, dosis 0,5 mg dapat

diberikan tiap 5 menit. Penyuntikan intrakardial kadang-kadang dilakukan untuk resusitasi dalam

keadaan darurat (0,3-0,5 mg).

Inhalasi epinefrin adalah larutan tidak steril 1% Epi HCI atau 2% Epi bitartrat dalam air untuk

inhalasi oral (bukan nasal) yang digunakan untuk menghilangkan bronkokonstriksi.

Epinefrin tetes mata adalah larutan 0,1-2% Epi HCI, 0,5-2% Epi borat dan 2% Epi bitartrat.Print   PDF

Berapa nilai artikel ini? Kasih rating, yuk!

4

.17 / 5 5

1 / 5