farmakodinamik
DESCRIPTION
yesTRANSCRIPT
FARMAKODINAMIK
Pada umumnya, pemberian Epi menimbulkan efek mirip stimulasi saraf adrenergik. Ada
beberapa perbedaan karena neurotransmitor pada saraf adrenergik adalah NE, Efek yang paling
menonjol adalah efek terhadap jantung, otot polos pembuluh darah dan otot polos lain.
KARDIOVASKULAR. Pembuluh darah. Efek vaskular Epi terutama pada arteriol kecil dan
stingter prekapiler, tetapi vena dan anteri besar juga dipengaruhi. Pembuluh darah kulit, mukosa
dan ginjal mengalami konstriksi akibat aktivasi reseptor α oleh Epi. Pembuluh darah otot rangka
mengalami dilatasi oleh Epi dosis rendah, akibat aktivasi reseptor β₂ yang mempunyai afinitas
Iebih besar pada Epi dibandingkan dengan reseptor α . Epi dosis tinggi bereaksi dengan kedua
jenis reseptor. Dominasi reseptor α menyebabkan peningkatan resistensi perifer yang berakibat
peningkatan tekanan darah. Pada waktu kadar Epi menurun, efek terhadap reseptor α yang
kurang sensitif lebih dulu menghilang.
Efek Epi terhadap reseptor β₂ masih ada pada kadar yang rendah ini, dan menyebabkan hipotensi
sekunder pada pemberian Epi secara sistemik. Jika sebelum Epi telah diberikan suatu
penghambat reseptor α, maka pemberian Epi hanya menimbulkan vasodilatasi dan penurunan
tekanan darah. Gejala ini disebut epinephrine reversal. Suatu kenaikan tekanan darah yang tidak
begitu jelas mungkin timbul sebelum penurunan tekanan darah ini; kenaikan yang selintas ini
akibat stimulasi jantung oleh Epi.
Pada manusia, pemberian Epi dalam dosis terapi yang menimbulkan kenaikan tekanan darah
tidak menyebabkan konstriksi arteriol otak, tetapi menimbulkan peningkatan aliran darah otak.
Epi dalam dosis yang tidak banyak mempengaruhi tekanan darah, meningkatkan resistensi
pembuluh darah ginjal dan mengurangi aliran darah ginjal sebanyak 40%. Ekskresi Na, K, dan
CI berkurang; volume urin mungkin bertambah, berkurang atau tidak berubah.
Tekanan darah arteri maupun vena paru meningkat oleh Epi. Meskipun terjadi konstriksi
pembuluh darah paru, redistribusi darah yang berasal dari sirkulasi sistemik akibat konstriksi
vena-vena besar juga berperan penting dalam menimbulkan kenaikan tekanan darah paru. Dosis
Epi yang berIebih dapat menimbulkan kematian karena udem paru.
Arteri koroner. Epi meningkatkan aliran darah koroner. Di satu pihak Epi cenderung
menurunkan aliran darah koroner karena kompresi akibat peningkatan kontraksi otot jantung,
dan karena vasokonstriksi pembuluh darah koroner akibat efek reseptor α. Di lain pihak Epi
memperpanjang waktu diastolik, meningkatkan tekanan darah aorta, dan menyebabkan
dilepaskannya adenosin, suatu metabolit yang bersifat vasodilator, akibat peningkatan kontraksi
jantung dan konsumsi oksigen miokard; semuanya ini akan meningkatkan aliran darah koroner.
Autoregulasi metabolik merupakan faktor yang dominan, sehingga hasil akhirnya adalah
vasodilatasi dan peningkatan aliran darah koroner. Tetapi, efek Epi ini tidak dapat dimanfaatkan
pada keadaan iskemia miokard, karena manfaat peningkatan aliran darah ditiadakan oleh
bertambahnya kerja miokard akibat perangsangan Iangsung oleh Epi.
Jantung. Epi mengaktivasi reseptor β₁ di otot jantung, sel pacu jantung dan jaringan konduksi.
Ini merupakan dasar efek inotropik dan kronotropik positif Epi pada jantung.
Epi mempercepat depolarisasi fase 4, yakni depolarisasi lambat sewaktu diastole, dari nodus
sino-atrial (S-A) dan sel otomatik lainnya, dengan demikian mempercepat firing rate pacu
Jantung dan merangsang pembentukan fokus ektopik dalam ventrikel. Dalam nodus SA, Epi juga
menyebabkan perpindahan pacu jantung ke sel yang mempunyai firing rate yang lebih cepat.
Epi mempercepat konduksi sepanjang jaringan konduksi, mulai dari atrium ke nodus
atrioventrikular (AV), sepanjang bundle of His dan serat purkinje sampai ke ventrikeI. Epi juga
mengurangi blockade AV yang terjadi akibat penyakit, obat atau aktivitas vagal. Selain lu Epi
memperpendek periode refrakter nodus AV dan berbagai bagian jantung lainnya.
Epi memperkuat kontraksi dan mempercepat relaksasi. Dalam mempercepat denyut jantung
dalam kisaran fisiologis, Epi memperpendek waktu sistolik tanpa mengurangi waktu diastolik.
Akibatnya curah jantung bertambah, tetapi kerja jantung pemakaian oksigen sangat bertambah
sehingga efisiensi jantung (kerja dibandingkan dengan pemakaian oksigen) berkurang. Dosis Epi
yang berlebih di samping menyebabkan tekanan darah naik sangat tinggi, juga menimbulkan
kontraksi ventrikel prematur, diikuti takikardi ventrikel , dan akhirnya fibrilasi ventrikel.
Tekanan darah. Pemberian Epi IV dengan cepat (pada hewan) menimbuIkan kenaikan tekanan
darah yang cepat dan berbanding Iangsung dengan besarnya dosis. Kenaikan sistolik Iebih besar
daripada kenaiakan diastolik, sehingga tekanan nadi membesar. tekanan darah kemudian turun
sampai dibawah normal sebelum kembali pada tekanan semula. Kenaikan tekanan darah
disebabkan oleh perangsangan jantung dan terutama oleh konstriksi artriol kulit, mukosa dan
ginjal, serta konstriksi vena. Denyut nadi mula-mula bertambah cepat, kemudian dapat menjadi
sangat lambat pada waktu tekanan darah mencapai puncaknya karena pengaruh konpensasi
vagal. Turunnya tekanan darah dibawah normal yang ditimbulkan oleh dosis kecil, atau dosis
besar pada fase akhir, adalah akibat aktivasi hanya reseptor β₂.
Pemberian Epi pada manusia secara SK atau secara IV dengan lambat menyebabkan kenaikan
tekanan sistolik yang sedang dan penurunan tekanan diastolic. Tekanan nadi bertambah besar,
tetapi tekanan darah rata-rata (mean arterial pressure) jarang sekali menunjukkan kenaikan yang
besar. Resistensi perifer berkurang akibat kerja Epi pada reseptor β₂ di pembuluh darah otot
rangka, di mana aliran darah bertambah. Karena kenaikan tekanan darah tidak begitu besar,
refleks kompensasi vagal yang melawan efek Iangsung Epi terhadap jantung juga tidak begitu
kuat. Dengan demikian, denyut jantung, curah jantung, curah sekuncup dan kerja ventrikel
meningkat akibat stimulasi langsung pada jantung dan peningkatan alir balik vena (venous
return). Biasanya efek vasodilatasi Epi mendominasi sirkulasi; kenaikan tekanan sistolik
terutama disebabkan oleh peningkatan curah jantung.
OTOT POLOS. Efek Epi pada otot polos berbagai organ bergantung pada jenis reseptor
adrenergik pada otot polos yang bersangkutan.
Saluran cerna. MeIaIui reseptor α dan β₂. Epi menimbulkan relaksasi otot polos saluran cerna
pada umumnya: tonus dan motilitas usus dan lambung berkurang. Reseptor α₁ dan β₂ terdapat
pada membran sel otot polos sedangkan reseptor α₂ pada membran saraf mienterik kolinergik.
Aktivasi reseptor α menyebabkan hambatan penglepasan ACh. Pada sfingter pilorus dan
ileosekal, Epi menimbulkan kontraksi melalui aktivasi reseptor α₁.
Uterus. Otot polos uterus manusia mempunyai reseptor α₁ dan β₂. Responsnya terhadap Epi
berbeda-beda, tergantung pada fase kehamilan dan dosis yang diberikan. Selama kehamilan
bulan terakhir dan diwaktu partus, Epi menghambat tonus dan kontraksi uterus melalui reseptor
β₂; efek ini tidak mempunyai arti klinis karena singkat dan disertai efek kardiovaskular. Tetapi
β₂-agonis yang Iebih selektif seperti ritodrin atau terbulatin ternyata efektif untuk menunda
kelahiran prematur.
Kandung kemih. Epi menyebabkan relaksasi otot detrusor melaiui reseptor β₂ dan kontraksi otot
trigon dan sfingter melalui reseptor α₁, sehingga dapat menimbulkan kesulitan urinasi serta
retensi urin dalam kandung kemih.
Pernapasan. Epi mempengaruhi pernapasan terutama dengan cara merelaksasi otot bronkus
melaIui reseptor β₂. Efek bronkodilatasi ini jeIas sekali bila sudah ada kontraksi otot polos
bronkus karena asma bronkial, histamin, ester kolin, pilokarpin, bradikinin, zat penyebab
anafilaksis yang bereaksi lambat (SRS-A), dan lain-lain. Di sini Epi bekerja sebagai antagonis
fisiologik. Pada asma, Epi juga menghambat penglepasan mediator Inflamasi dan sel-sel mast
melalui reseptor β₂. serta mengurangi sekresi bronkus dan kongesti mukosa melalui reseptor α₁.
SUSUNAN SARAF PUSAT. Epi pada dosis terapi tidak mempunyai efek stimulasi SSP yang
kuat karena obat ini relatif polar sehingga sukar masuk SSP. Tetapi pada banyak orang Epi dapat
menimbulkan kegelisahan, rasa kuatir, nyeri kepala dan tremor; sebagian karena efeknya pada
sistem kardiovaskular.
PROSES METABOLIK. Epi menstimulasi glikogenolisis di sel hati dan otot rangka melalui
reseptor β₂ ; glikogen diubah menjadi glukosa. 1 fosfat dan kemudian glukosa-6-fostat. Hati
mempunyai glukosa-6-fosfatase tetapi otot rangka tidak, sehingga hati melepas glukosa
sedangkan otot rangka melepas asam laktat. Epi juga menyebabkan penghambatan sekresi
insulin akibat dominasi aktivasi reseptor α₂ yang menghambat, terhadap aktivasi reseptor β₂ yang menstimulasi sekresi insulin. Selain itu Epi menyebabkan berkurangnya ambilan (uptake)
glukosa oleh jaringan perifer, sebagian akibat efeknya pada sekresi insulin. Akibatnya, terjadi
peningkatan kadar glukosa dan laktat dalam darah, dan penurunan kadar glikogen dalam hati dan
otot rangka.
Epi melalui aktivasi reseptor β₃ meningkatkan aktivitas lipase trigliserida dalam jaringan lemak,
sehingga mempercepat pemecahan trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol.
Akibatnya, kadar asam lemak bebas dalam darah meningkat.
Efek kalorigenik Epi terlihat sebagai peningkatan pemakaian oksigen sebanyak 20 sampai 30%
pada pemberian dosis terapi. Efek ini terutama disebabkan oleh peningkatan katabolisme lemak,
yang menyediakan Iebih banyak substrat untuk oksidasi.
Suhu badan sedikit meningkat, hal ini antara lain disebabkan vasokonstriksi di kulit.
LAIN-LAIN. Kelenjar. Efek Epi terhadap berbagai kelenjar tidak nyata; kebanyakan kelenjar
mengalami penghambatan sekresi, sebagian disebabkan berkurangnya aliran darah akibat
vasokonstriksi. Epi merangsang sekresi air mata dan sedikit sekresi mukus dan kelenjar Iudah.
Aktivitas pilomotor tidak timbul setelah pemberian Epi secara sistemik, tetapi timbul setelah
penyuntikan Intradermal larutan Epi atau NE yang sangat encer; demikian juga dengan
pengeluaran keringat dan kelenjar keringat apokrin di telapak tangan dan beberapa tempat lain
(adrenergic sweating). Efek-efek ini dihambat oleh α bloker.
Mata. Midriasis mudah terjadi pada perangsangen simpatis tetapi tidak bila Epi diteteskan pada
konyungtiva mata normal. Tetapi, Epi biasanya menurunkan tekanan intraokuler yang normal
maupun pada penderita glaukoma sudut lebar. Timbulnya efek ini mungkin karena berkurangnya
pembentukan cairan mata akibat vasokonstriksi dan karena bertambahnya aliran ka luar.
Anehnya, timolol, suatu β bIoker, juga mengurangi tekanan intraokuler dan efektif untuk
pengobatan glaukoma.
Otot rangka. Epi tidak langsung merangsang otot rangka, tetapi melalui aktivasi reseptor α dan β
pada ujung saraf somatik, Epi meningkatkan Influks Ca⁺⁺ (reseptor α) dan meningkatkan kadar
siklik AMP intrasel (reseptor ) sehingga meningkatkan penglepasan neurotransmitor ACh pada
setiap impuls dan terjadi fasilitasi transmisi saraf-otot. Hal ini terjadi terutama setelah stimulasi
saraf somatik yang terus-menerus. Epi dan 2-agonis memperpendek masa aktif otot merah yang
kontraksinya lambat (dengan mempercepat sekuestrasi Ca⁺⁺ dalam sitoplasma) sehingga
stimulasi saraf pada kecepatan fisiologis menyebabkan kontraksi otot yang terjadi tidak
bergabung dengan sempurna dan dengan demikian kekuatan kontraksinya berkurang. Efek ini
disertai dengan peningkatan aktivitas listrik dan otot (akibat aktivasi reseptor ) sehingga
menyebabkan terjadinya tremor yang merupakan efek samping pada penggunaan β₂ -agonis
sebagai bronkodilator.
Pembekuan darah. Epi mempercepat pembekuan darah. Mekanismenya diduga melalui
peningkatan aktivitas faktor V.
Farmakokinetik
ABSORPSI. Pada pemberian oral, Epi tidak mencapai dosis terapi karena sebagian besar dirusak
oleh enzim COMT dan MAO yang banyak terdapat pada dinding usus dan hati. Pada
penyuntikan SK absorpsi yang lambat terjadi karena vasokonstriksi lokal, dapat di percepat
dengan memijat tempat suntikan. Absorpsi yang lebih cepat terjadi dengan penyuntikan IM. Pada
pemberian lokal secara inhalasi, efeknya terbatas terutama pada saluran napas, tetapi efek
sistemik dapat terjadi, terutama bila digunakan dosis besar.
BIOTRANSFORMASI DAN EKSKRESI. Epi stabil dalam darah. Degradasi Epi terutama
terjadi dalam hati yang banyak mengandung kedua enzim COMT dan MAO, tetapi jaringan lain
juga dapat merusak zat ini. Sebagian besar Epi mengalami biotransformasi mula-mula oleh
COMT dan MAO, kemudian terjadi oksidasi, reduksi dan /atau konjugasi, menjadi meta nefren,
asam 3-metoksi-4-hidroksimandelat, 3- metoksi – 4-hidroksifeniletilenglikol, dan bentuk
konjugasi glukuronat dan sulfat. Metabolit-metabolit ini bersama epi yang tidak diubah
dikeluarkan dalam urin. Pada orang normal, jumlah Epi yang utuh dalam urin hanya sedikit.
Pada penderita feokromositoma urin mengandung Epi dan NE utuh dalam jumlah besar bersama
metabolitnya.
INTOKSIKASI, EFEK SAMPING DAN KONTRAINDIKASI
Pemberian Epi dapat menimbulkan gejala seperti perasaan takut, kuawatir, gelisah, tegang, nyeri
kepala berdenyut, tremor, rasa lemah, pusing, pucat, sukar bernapas dan palpitasi. Gejala-gejala
ini mereda dengan cepat setelah istirahat. Penderita hipertiroid dan hipertensi Iebih peka
terhadap efek-efek tersebut di atas maupun terhadap efek pada sistem kardiovaskular, Pada
penderita psikoneurotik Epi memperberat gejala-gejalanya.
Dosis Epi yang besar atau penyuntikan IV cepat yang tidak disengaja dapat menimbulkan
perdarahan otak karena kenaikan tekanan darah yang hebat. Bahkan penyuntikan SK 0,5 ml
larutan 1 : 1000 dapat menimbulkan perdarahan subaraknoid dan hemiplegia. Untuk
mengatasinya, dapat diberikan vasodilator yang kerjanya cepat, misalnya nitrit atau natrium
nitroprusid; α-bloker mungkin juga berguna.
Epi dapat menimbulkan aritmiaventrikel. Fibrilasi ventrikel bila terjadi, biasanya bersifat fatal;
ini terutama terjadi bila epi diberikan sewaktu anesthesia dengan hidrokarbon berhalogen, atau
pada penderita penyakit jantung organik. Pada penderita asma bronkial yang sudah lama dan
menderita emfisema, yang sudah mencapai usia di mana penyakit jantung degeneratif sering
terdapat, pemberian Epi harus sangat hati-hati. Pada penderita syok, Epi dapat memperberat
penyebab dari syok. Pada penderita anginapektoris, Epi mudah menimbulkan serangan karena
obat ini meningkatkan kerja jantung sehingga memperberat kekurangan akan kebutuhan oksigen.
Epi dikontraindikasikan pada penderita yang mendapat α-bloker nonselektif, karena kerjanya
yang tidak terimbangi pada reseptor α pembuluh darah dapat menyebabkan hipertensi yang berat
dan perdarahan otak.
PENGGUNAAN KLINIS
Manfaat Epi dalam klinik berdasarkan efeknya terhadap pembuluh darah, jantung dan otot polos
bronkus. Penggunaan paling sering ialah untuk menghilangkan sesak napas akibat
bronkokonstriksi, untuk mengatasi reaksi hipersensitivitas terhadap obat maupun alergen
lainnya, dan untuk memperpanjang masa kerja anestetik lokal. Epi juga dapat digunakan untuk
merangsang jantung pada waktu henti jantung oleh berbagai sebab. Secara lokal obat ini
digunakan untuk menghentikan perdarahan kapiler. Penggunaan lain dapat dilihat pada akhir bab
ini.
POSOLOGI DAN SEDIAAN
Epinefrin adalah isomer I.
Suntikan epinefrin adalah larutan steril 1:1.000 Epi HCI dalam air untuk penyuntikan SK; ini
digunakan untuk mengatasi syok anafilaktik dan reaksi-reaksi hipersensitivitas akut lainnya.
Dosis dewasa berkisar antara 0.2-0,5 mg (0,2-0,5 ml larutan 1 :1.000). Untuk penyuntikan IV,
yang jarang dilakukan, larutan ini harus diencerkan lagi dan harus disuntikkan dengan sangat
perlahan-lahan. Dosisnya jarang sampai 0,25 mg, kecuali pada henti jantung, dosis 0,5 mg dapat
diberikan tiap 5 menit. Penyuntikan intrakardial kadang-kadang dilakukan untuk resusitasi dalam
keadaan darurat (0,3-0,5 mg).
Inhalasi epinefrin adalah larutan tidak steril 1% Epi HCI atau 2% Epi bitartrat dalam air untuk
inhalasi oral (bukan nasal) yang digunakan untuk menghilangkan bronkokonstriksi.
Epinefrin tetes mata adalah larutan 0,1-2% Epi HCI, 0,5-2% Epi borat dan 2% Epi bitartrat.Print PDF
Berapa nilai artikel ini? Kasih rating, yuk!
4
.17 / 5 5
1 / 5