fakultas tarbiyah institut agama islam negeri...

78
STUDI KOMPARASI PRESTASI BELAJAR BIOLOGI ANTARA SISWA YANG MENJADI ANGGOTA PALANG MERAH REMAJA (PMR) DAN YANG TIDAK, PADA SISWA KELAS XI IPA SEMESTER GASAL MA WALISONGO PECANGAAN JEPARA TAHUN AJARAN 2010/2011 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Biologi Oleh: EDY ARIF TIRTANA NIM. 053811143 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011

Upload: phungthuy

Post on 09-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

STUDI KOMPARASI PRESTASI BELAJAR BIOLOGI

ANTARA SISWA YANG MENJADI ANGGOTA PALANG

MERAH REMAJA (PMR) DAN YANG TIDAK, PADA SISWA

KELAS XI IPA SEMESTER GASAL MA WALISONGO

PECANGAAN JEPARA TAHUN AJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam

Ilmu Pendidikan Biologi

Oleh:

EDY ARIF TIRTANA

NIM. 053811143

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2011

PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi

ini tidak berisi materi yang telah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian

juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi

yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Semarang, Juni 2011

Deklarator

Edy Arif Tirtana

NIM. 053811143

NOTA PEMBIMBING Semarang, 06 Juni 2011

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo

di Semarang

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan

koreksi naskah skripsi dengan:

Judul : “Studi Komparasi Prestasi Belajar Biologi Antara Siswa yang

Menjadi Anggota Palang Merah Remaja (PMR) dan yang tidak,

pada Siswa Kelas XI IPA MA Walisongo Pecangaan Jepara

Tahun Ajaran 2010/2011”.

Nama : Edy Arif Tirtana

NIM : 053811143

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Tadris Biologi

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqasyah.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Pembimbing I

Drs. Listyono, M.Pd

NIP. 1969101620080

NOTA PEMBIMBING Semarang, 06 Juni 2011

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo

di Semarang

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan

koreksi naskah skripsi dengan:

Judul : “Studi Komparasi Prestasi Belajar Biologi Antara Siswa yang

Menjadi Anggota Palang Merah Remaja (PMR) dan yang tidak,

pada Siswa Kelas XI IPA MA Walisongo Pecangaan Jepara

Tahun Ajaran 2010/2011”.

Nama : Edy Arif Tirtana

NIM : 053811143

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Tadris Biologi

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqasyah.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Pembimbing II

Hj. Tuti Qurrotul Aaini, M.SI

NIP. 197210161997032001

ABSTRAK

Judul : Studi Komparasi Prestasi Belajar Biologi Antara Siswa yang

Menjadi Anggota Palang Merah Remaja (PMR) dan yang tidak,

pada Siswa Kelas XI IPA MA Walisongo Pecangaan Jepara Tahun

Ajaran 2010/2011

Nama :Edy Arif Tirtana

NIM :(053811143),

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara

prestasi belajar biologi siswa yang menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR)

dengan yang tidak menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR) pada siswa MA

Walisongo Pecangaan Jepara Tahun Ajaran 2010/2011.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (fiel reseach) yang bersifat

deskriptif kuantitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah dokumentasi. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas

XI IPA MA Walisongo Pecangaan Jepara tahun ajaran 2010/2011 yang jumlahnya

sebanyak 29 siswa.

Data hasil penelitian yang terkumpul, dianalisis dengan menggunakan

teknik analisis statistik. Pengujian hipotesis menggunakan analisis uji-t. Dari

penghitungan tersebut menunjukkan bahwa prestasi belajar biologi siswa yang

menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR) pada siswa kelas XI IPA MA

Walisongo Pecangaan Jepara tahun ajaran 2010/2011 mempunyai nilai rata-rata

73,5. yang berada dalam interval 70 – 74 dengan kategori kurang. Sedangkan

prestasi belajar biologi siswa yang tidak menjadi anggota Palang Merah Remaja

(PMR) pada siswa kelas XI IPA MA Walisongo Pecangaan Jepara tahun ajaran

2010/2011 adalah 74 nilai itu berada dalam interval 72 – 74 dengan kategori

cukup. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis statistik bahwa nilai t sebesar -

0,1126225 berada lebih kecil daripada nilai t yang ada dalam tabel baik pada taraf

signifikansi 5% yaitu 1,703 dan pada taraf signifikansi 1% yaitu 2,473 dengan dk

27.

Dengan dk sebesar 27 diperoleh t tabel pada taraf signifikansi 5% = 1,701

dan pada taraf signifikansi 1% = 2,473. atau dapat ditulis, dalam taraf signifikansi

1% thitung -0,1126225 < ttabel 2,473 . jika thitung -0,1126225 > ttabel 1,703. Jadi

hipotesa alternatif (Ha) yang diajukan yaitu ada perbedaan adalah ditolak, dan

hipotesa nihil (Ho) yang mengatakan tidak terdapat perbedaan yang signifikan

adalah diterima.

Dari hasil penghitungan di atas, dapat diketahui bahwa tidak ada

perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar biologi siswa yang menjadi

anggota Palang Merah Remaja (PMR) dan yang tidak, pada siswa kelas XI IPA

MA Walisongo Pecangaan Jepara tahun ajaran 2010/2011.

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT atas

karunia-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul :

“Studi Komparasi Prestasi Belajar Biologi Antara Siswa yang Menjadi Anggota

Palang Merah Remaja (PMR) dan yang tidak, pada Siswa Kelas XI IPA MA

Walisongo Pecangaan Jepara Tahun Ajaran 2010/2011”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai gelar

Sarjana pada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

Tersusunnya Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari

berbagai pihak. Maka sudah sepantasnya penulis menyampaikan ucapan terima

kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. DR. Sujai, M.Ag., Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo.

2. Drs. Listyono, M.Pd selaku Pembimbing I dan Hj. Tuti Qurrotul Aini, M.SI

selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan motivasi hingga

terselesainya skripsi ini.

3. Kepala Sekolah MA Waalisongo Pecangaan Jepara yang telah memberikan

izin untuk pelaksanaan penelitian.

4. Dosen-dosen IAIN Walisongo Semarang yang telah ikhlas membagi ilmunya.

5. Orang tua tercinta di Jepara yang senantiasa mendukung, mendo’akan dan

mengarahkan, sehingga skripsi ini bisa terselesaikan.

6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

penyelesaian skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu kependidikan

pada umumnya dan para pembaca pada khususnya.

Semarang, Juni 2010

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................

PERNYATAAN KEASLIAN...........................................................................

PENGESAHAAN..............................................................................................

NOTA PEMBIMBIMBING..............................................................................

ABSTRAK.........................................................................................................

KATA PENGANTAR.......................................................................................

DAFTAR ISI.....................................................................................................

i

ii

iii

iv

v

vi

vii

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................

A. Latar Belakang Masalah ...........................................................

B. Rumusan Masalah ....................................................................

C. Manfaat Penelitian ...................................................................

1

1

4

5

BAB II LANDASAN TEORI......................................................................

A. Kajian Pustaka...........................................................................

B. Kerangka Teoritik......................................................................

1. Prestasi Belajar Biologi.......................................................

a. Pengertian Belajar........................................................

b. Pembelajaran Biologi...................................................

c. Prestasi Belajar.............................................................

2. Keterkaitan Kegiatan Ekstrakulikuler dan Prestasi Belajar

di Sekolah.............................................................................

3. Organisasi Palang Merah Remaja (PMR) di sekolah……...

C. Hipotesis Penelitian ..................................................................

6

6

7

7

7

9

12

20

24

26

BAB III METODE PENELITIAN .............................................................

A. Jenis Penelitian.........................................................................

B. Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................

C. Populasi dan Sampel Penelitian................................................

27

27

27

27

D. Variabel Penelitian....................................................................

E. Teknik Pengumpulan Data Penelitian.......................................

F. Teknik Analisis Data Penelitian................................................

29

28

30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................

A. Deskripsi Hasil Penelitian .........................................................

1. Analisis Pendahuluan...........................................................

2. Analisis Uji Hipotesis..........................................................

3. Analisis Lanjut. ...................................................................

B. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................

C. Keterbatasan Penelitian .............................................................

34

34

34

41

45

47

48

BAB V PENUTUP .....................................................................................

A. Kesimpulan ..............................................................................

B. Saran ........................................................................................

C. Penutup ....................................................................................

49

49

49

50

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL

DAFTAR LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

DAFTAR LAMPIRAN

1. Profil MA Walisongo Pecangaan Jepara.

2. Rekapitulasi pembagian tugas mengajar MA Walisongo Pecangaan Jepara

tahun pelajaran 2010/2011.

3. Daftar nama siswa kelas XI IPA MA Walisongo Pecangaan Jepara tahun

pelajaran 2010/2011.

4. Daftar nama siswa kelas XI IPA MA Walisongo Pecangaan Jepara tahun

pelajaran 2010/2011 yang menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR).

5. Daftar Nilai raport siswa kelas XI IPA MA Walisongo Pecangaan Jepara

tahun pelajaran 2010/2011.

6. Struktur kurikulum MA Walisongo Pecangaan Jepara tahun pelajaran

2010/2011.

7. Struktur Kepengurusan Palang Merah Remaja (PMR) WIRA Yudha Utama

MA Walisongo Pecangaan Jepara tahun pelajaran 2010/2011.

8. Kurikulum Palang Merah Remaja (PMR) WIRA Yudha utama MA

Walisongo Pecangaan Jepara tahun pelajaran 2010/2011.

9. Surat ijin riset.

10. Surat keterangan telah melakukan riset.

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kegiatan yang berintikan interaksi antara siswa

dengan pendidik serta berbagai sumber pendidikan1. Sedangkan proses belajar

mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan

guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam

suatu interaksi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau

hubungan timbal balik antara guru dengan siswa itu merupakan syarat utama

bagi berlangsungnya proses belajar mengajar.

Interaksi dalam peristiwa belajar mengajar mempunyai arti yang lebih

luas, tidak sekedar hubungan antara guru dengan siswa, tetapi berupa interaksi

edukatif. Proses belajar mengajar ini bukan hanya penyampaian pesan berupa

materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang

sedang belajar.2

Lebih khusus lagi, bahwa biologi merupakan ilmu yang mempelajari

seluk beluk makhluk hidup, hewan, tumbuhan, dan jasad renik.3 Dalam

biologi juga dipelajari tentang struktur fisik dan fungsi alat-alat tubuh manusia

dengan segala keingintahuannya. Segenap alat-alat tubuh manusia bekerja

masing-masing tetapi satu sama lain saling membantu. Biologi mempelajari

hal tersebut berkaitan dengan lingkungannya. Kedua aspek itu, baik tubuh

manusia maupun alam dipandang sebagai sistem, dan dalam setiap sistem

terdapat komponen-komponen yang saling menunjang agar keseluruhan

sistem dapat berlangsung.4

Keseluruhan paparan di atas sejalan dengan pandangan Dirjen

Dikdasmen yang menyebutkan bahwa pendidikan tidak hanya berorientasi

1 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2005), Cet. 1, hlm. 24-25. 2 Moh.Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya

2006), Cet. 19, hlm. 4. 3 M.H. Sitorus, Istilah-istilah Biologi, (Bandung : Irama Widjaya, 1999), hlm. 23.

4 Nuryani, Y. Rustman, dkk, Strategi Belajar Mengajar Biologi, (Jakarta: Universitas

Pendidikan INS Jurusan Pendidikan Biologi, 2004), hlm. 14.

2

pada nilai akademik yang bersifat pemenuhan aspek kognitif, tetapi juga

berorientasi pada cara anak didik dapat belajar dari lingkungan, pengalaman,

dan kehebatan orang lain, kekayaan dan luasnya hamparan alam sehingga

mereka bisa mengembangkan sikap kreatif dan daya pikir imajinatif.

Dengan pendekatan kontekstual tersebut, seorang guru berusaha

menunjukkan kepada siswa, betapa materi lingkungan hidup yang dipelajari

sebenarnya sangat dekat, bahkan berinteraksi secara langsung dengan

pengalaman keseharian mereka. Akibatnya, pembelajaran materi lingkungan

hidup dapat berlangsung dengan penuh makna, sehingga pada akhirnya dapat

meningkatkan kesadaran siswa terhadap lingkungan hidup.

Untuk merealisasikan tujuan tersebut, sekolah sebenarnya telah

memiliki piranti-piranti yang terbentuk dalam sistem. Dalam hal ini adalah

kegiatan intra dan ekstrakulikuler. Diharapkan keduanya dapat bersinergi

secara seimbang dan saling mendukung. Sehingga tidak akan muncul

benturan-benturan yang kadang memaksa pendidik ataupun siswa untuk

memilih satu dari kedua pilihan yang menyulitkan.

Dalam kenyataannya terdapat suatu pilihan yang dilematis antara

pendidik dan peserta didik dalam pelaksanaan kegiatan intra dan

ekstrakulikuler. Hal tersebut karena tidak adanya hubungan yang sinergis

antara keduanya. Atau belum ditemukan formula yang ampuh untuk

mengkolaborasikan kedua potensi itu.

Fakta lapangan menunjukkan bahwa seorang siswa memperoleh nilai

rendah pada mata pelajaran tertentu, sementara siswa itu menjadi siswa yang

paling rajin dalam kegiatan ekstrakulikuler di sekolahnya. Ia selalu menjadi

wakil sekolah dalam setiap ajang pertemuan maupun perlombaan dan tak

jarang ia mendapatkan juara. Apakah segenap aktifitas ekstrakulikulernya itu

menyita waktu belajarnya di rumah sehingga nilai pelajarannya menjadi

korban.5 Anggapan itulah yang banyak muncul ketika seorang siswa

mendapatkan nilai kurang memuaskan pada suatu pelajaran.

5 Drs. Suparlan, M. Ed, Membangun Sekolah Efektif, (Yogyakarta: Hikayat Publising,

2008), hlm. 164.

3

Jalan keluar dari problema di atas adalah adanya sinergitas antara

kegiatan intra dan ekstrakulikuler. Dalam kegiatan Palang Merah Remaja

(PMR) yang ada di MA Walisongo Pecangaan Jepara, jika dilihat dari

materinya, terdapat suatu hubungan yang saling mendukung dengan kegiatan

belajar mengajar. Materi-materi yang diajarkan dalam PMR sebagian besar

merupakan aplikasi dari materi biologi yang diterima dalam kelas.

Dapat dicontohkan pada materi Pertolongan Pertama (PP), dalam

materi tersebut dipelajari ilmu fa’al (anatomi) terlebih dahulu dan diikuti

dengan studi kasus kemudian praktik lapangan ataupun simulasi. Dalam

materi Perawatan Keluarga (PK), siswa diajarkan tentang ilmu gizi, gejala

infeksi penyakit, dasar-dasar kesehatan dan kebersihan tubuh. Sedang pada

materi Tranfusi Darah, siswa diajarkan tentang hal-hal yang berkaitan dengan

tranfusi darah beserta praktiknya. Selain materi yang sesuai, Palang Merah

Remaja (PMR) juga menawarkan penghayatan hidup dan pembentukan

kepribadian serta mental siswa.

Di samping materi yang sesuai, dalam Palang Merah Remaja (PMR)

juga terdapat materi yang memang tidak berhubungan dengan pelajaran

biologi seperti sejarah Palang Merah Indonesia (PMI), dasar-dasar ke-PMR-

an, kepemimpinan dan keorganisasian, baris berbaris dan sebagainya. Dalam

beberapa materi itulah yang disinyalir menimbulkan kurangnya waktu belajar

siswa di rumah.

Berangkat dari anggapan tersebut, maka penulis berusaha untuk

memunculkan fakta penelitian bahwa apakah sebenarnya kesibukan seorang

siswa dalam kegiatan ekstrakulikuler, dalam hal ini Palang Merah Remaja

(PMR) dapat menghambat prestasi belajar siswa. Atau kegiatan

ekstrakulikuler tersebut menjadi kegiatan yang positif untuk prestasi belajar

siswa di kelas XI IPA MA Walisongo Pecangaan Jepara.

Mengingat urgensi dari permasalahan yang terurai di atas, maka

penulis akan melakukan penelitian tentang perbandingan prestasi belajar

antara siswa yang menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR) dan siswa

yang tidak menjadi angggota ekstrakulikuler Palang Merah Remaja (PMR).

4

Berangkat dari anggapan tersebut, maka penulis berusaha untuk

memunculkan fakta penelitian bahwa apakah sebenarnya kesibukan seorang

siswa dalam kegiatan ekstrakulikuler, dalam hal ini Palang Merah Remaja

(PMR) dapat menghambat prestasi belajar siswa. Atau kegiatan

ekstrakulikuler tersebut menjadi kegiatan yang positif untuk prestasi belajar

siswa di kelas XI IPA MA Walisongo Pecangaan Jepara.

Mengingat urgensi dari permasalahan yang terurai di atas, maka

penulis akan melakukan penelitian tentang perbandingan prestasu belajar

antara siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler Palang Merah Remaja

(PMR) dan siswa yang tidak mengikuti atau menjadi angggota ekstrakulikuler

Palang Merah Remaja (PMR). Dengan demikian, judul yang diajukan adalah

“Studi Komparasi Prestasi Belajar Biologi Antara Siswa yang Menjadi

Anggota Palang Merah Remaja (PMR) dengan Siswa yang tidak Menjadi

Anggota Palang Merah Remaja (PMR) pada Siswa Kelas XI IPA MA

Walisongo Pecangaan Jepara Tahun Ajaran 2010/2011.

B. Rumusan Masalah

Dari pemaparan latar belakang di atas, dapat diketahui permasalahan

yang ada adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana prestasi belajar biologi siswa yang menjadi anggota Palang

Merah Remaja (PMR) di kelas XI IPA MA Walisongo Pecangaan Jepara?

2. Bagaimana prestasi belajar biologi siswa yang tidak menjadi anggota

Palang Merah Remaja (PMR) di kelas XI IPA MA Walisongo Pecangaan

Jepara?

3. Adakah perbedaan yang terjadi antara prestasi belajar biologi siswa yang

menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR) dan yang tidak di kelas XI

IPA MA Walisongo Pecangaan Jepara?

5

C. Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini terselesaikan, yang diharapkan adalah adanya

kemanfaatan. Setidaknya, manfaat yang dapat diambil penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi dan

telaah para pendidik untuk meningkatkan dedikasi dan loyalitas terhadap

tugas dan tanggung jawab pendidik maupun siswa.

2. Hasil dari penelitian ini dapat menjadi bahan koreksi hubungan antara

materi pelajaran biologi dan ekstrakulikuler Palang Merah Remaja (PMR).

3. Hasil dari penelitian ini dapat menjadi bukti bahwa apakah kegiatan

ekstrakulikuler Palang Merah Remaja (PMR) memang menjadi penyebab

turunnya prestasi belajar siswa atau tidak.

4. Untuk menambah khazanah bahan kepustakaan bagi yang berkecimpung

dalam dunia pendidikan.

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. KAJIAN PUSTAKA

Berikut adalah beberapa kajian pustaka yang relevan dan berkaitan

dengan skripsi ini:

Skripsi Choirul Achyar (3502003) yang membahas tentang “Studi

Komparasi Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam antara Siswa yang

Belajar di Taman Pendidikan Qur’an dan yang tidak Belajar di Taman

Pendidikan Qur’an di Sekolah Dasar Tawangharjo 01 Kecamatan Wedarijaksa

Kabupaten Pati Pada Tahun 2004”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

siswa yang belajar di TPQ cenderung mendapat nilai prestasi PAI lebih tinggi

dibandingkan dengan nilai prestasi siswa yang tidak belajar di TPQ, hal ini

membuktikn bahwa belajar di TPQ menjadi faktor pendukung dalam prestasi

belajar, tidak hanya prestasi belajar PAI saja tetapi juga mata pelajaran yang

lainnya. Oleh karena itu belajar di TPQ pada sore hari sangat dianjurkan pada

siswa agar dapat membantu prestasi belajar.

Skripsi saudara Miftachudin (3102215) yang berjudul “Studi

Komparasi Prestasi Belajar PAI Siswa Kelas XI Antara Siswa yang Tinggal

Bersama Orang Tua dan Siswa yang Tinggal di Kos di SMA Islamic Centre

Sultan Fattah Demak Tahun Ajaran 2005/2006”. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar PAI siswa kelas XI

antara siswa yang tinggal bersama orang tua dan siswa yang tinggal di kos.

Hal ini dibuktikan dengan analisis t-tes yang didapat oleh peneliti lebih besar

dari t-tabel.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh saudara Absor (350023)

yang berjudul “Studi Komparasi Tentang Minat Belajar Pendidikan Agama

Islam Antara Siswa yang Berlatar Belakang Orang Tua Berpendidikan Agama

dengan Siswa yang Berlatar Belakang Orang Tua Berpendidikan Umum Di

Madrasah Ibtidaiyah Negeri Selo Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan

Tahun 2003/2004”. hasil penelitian menunjukkan bahwa minat belajar PAI

7

antara siswa yang berlatar belakang orang tua berpendidikan agama dengan

siswa yang berlatar belakang orang tua berpendidikan umum berbeda secara

signifikan. Itu terjadi karena dukungan dari masing-masing orang tua yang

berbeda dan minat dari anak itu sendiri dalam mengikuti mata pelajaran PAI.

B. LANDASAN TEORI

1. Prestasi Belajar Biologi

Untuk mengetahui prestasi belajar biologi, terlebih dahulu akan

dibahas tentang pengertian belajar, pembelajaran biologi kemudian

barulah akan dibahas tentang prestasi belajar biologi secara menyeluruh.

a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai

macam kompetensi, keterampilan dan sikap. Belajar dimulai sejak

manusia lahir sampai akhir hayat dan merupakan proses yang ditandai

dengan adanya perubahan pada diri seseorang.1 Dalam hal ini, belajar

mensyaratkan adanya perubahan pada diri tiap individu yang belajar.

Dalam buku yang lain, belajar belajar diartikan sebagai

serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman indivudu dan interaksi

dengan lingkungan yang menyangkut kognitif, afektif dan

psikomotorik.2 Jadi, dalam menjalankan proses belajar hendaknya

tidak hanya mengacu pada satu ranah saja, melainkan harus

mengkolaborasikan antara berbagai macam ranah demi tercapainya

hasil belajar yang optimal.

Sedangkan Shaleh Abdul Azis dan Abdul Majid dalam kitab

Attarbiyah wa Turuqu Tadris, mendefinisikan belajar sebagai

perubahan dalam diri peserta didik berdasarkan pengalaman masa lalu,

sehingga tercipta perubahan yang baru. Berikut adalah kutipan

1 Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta:

Arruzz, 2007), hlm. 11. 2 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 141.

8

pendapat beliau sesuai yang terdapat dalam kitab Attarbiyah wa

Turuqu Tadris:

.جديدا تغييرا فيها فيحدث سابقت خبرة على يطرأ المتعلم ذهه في هوتغيير التعلم أن3

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa belajar merupakan

rangkaian kegiatan jiwa raga atau psiko-fisik untuk menuju ke arah

perkembangan pribadi manusia seutuhnya yang berarti menyangkut

unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Pernyataan lain tentang belajar dikemukakan oleh Throndike salah satu

pendiri aliran teori belajar tingkah laku, bahwa belajar adalah proses

interaksi antara stimulus (yang mungkin berupa pikiran, perasaan atau

gerakan) dan respon (yang juga dapat berupa pikiran, perasaan atau

gerakan). Atau lebih jelasnya, perubahan tingkah laku itu dapat

berwujud sesuatu yang konkret (dapat diamati) atau nonkonkret (tidak

bisa diamati).4

Masih tentang belajar, Oemar Hamalik dalam bukunya Proses

Belajar Mengajar menyebutkan bahwa belajar merupakan

memodifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman

(learning is defined as the modification or strengthening of behavior

through expreriencing). Menurut pengertian trersebut, belajar

merupakan proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.

Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih dalam dari pada itu,

yakni mengalami. Dan hasil belajar bukan merupakan suatu

penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan.5 Dari

pernyataan tersebut dapat ditangkap bahwa keberhasilan dalam belajar

dapat diukur dari seberapa bisa pelajar mempraktikan sesuatu yang

dipelajari dalam kehidupannya sehari-hari.

Melihat beberapa definisi di atas, maka belajar dapat disebut

sebagai jenis kegiatan yang menghasilkan perubahan tingkah laku.

3 Shaleh Abdul Azis dan Abdul Azis Abdul Majid, At-Tarbiyah wa Turuqu Tadris,

(Mesir: Darul Ma’arif), hlm. 169. 4 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, (Yakarta: PT Bumi

Aksara, 2008), hlm. 7. 5 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), hlm. 27.

9

Perubahan tingkah laku yang dihasilkan dari proses belajar masih

sangat umum dan bisa mengarah kemana saja, tergantung individu

yang melakukannya. Dapat dikatakan bahwa belajar menghasilkan

suatu perubahan tinggkah laku dimana tingkah laku itu dapat menuju

keaarah yang lebih baik, tetapi ada juga kemungkinan menuju kearah

yang lebih buruk.6 Sehingga perubahan tingkah laku yang dihasilkan

dari belajar, tergantung dari masing-masing individu pelajar. Jadi

belum tentu setelah belajar akan didapat hasil atau menimbulkan

perilaku yang lebih baik.

Dari berbagai pendapat para ahli tentang belajar, dapat

dikemukakan adanya beberapa elemen penting dalam belajar. Adapun

elemen-elemen penting tersebut yaitu:7

1) Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, di mana

perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik,

tetapi juga kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih

buruk.

2) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan

atau pengalaman, dalam arti perubahan-perubahan yang

disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap

sebagai hasil belajar.

3) Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif

mantap, harus merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang

cukup panjang.

b. Pembelajaran Biologi

Pengertian pembelajaran serta biologi menjadi hal yang wajib

untuk diuraikan sebelum peneliti membahas tentang pembelajaran

biologi. Hal tersebut dilakukan demi menghindari pembahasan yang

6 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Rosyda Karya, 2000), hlm.

85. 7 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1990)

Cet V, hlm. 85.

10

tidak fokus. Berikut akan dibahas berturut-turut mengenai pengertian

biologi dan pembelajaran biologi.

Biologi merupakan ilmu yang mempelajari seluk beluk

makhluk hidup, hewan, tumbuhan dan jasad renik, masing-masing

dikenal sebagai zoologi dan botani.8 Pembelajaran biologi merupakan

proses yang diselenggarakan guru untuk pembelajaran siswa dalam

belajar bagaimana memperoleh dan memproses pengetahuan,

keterampilan dan sikap dalam mempelajari seluk beluk makhluk

hidup.

Lebih dikerucutkan lagi, pembelajaran biologi bertujuan untuk

menanamkan kesadaran terhadap keindahan dan ketertatanan alam

semesta sehingga siswa dapat meningkatkan keyakinan dan keimanan

terhadap Tuhan. serta menumbuhkan kesadaran untuk melestarikan

dan menjaganya dari kerusakan. Selain itu, pembelajaran biologi

bertujuan untuk menjadikan warga negara yang menguasai sains dan

teknologi demi terwujudnya kehidupan yang lebih baik dan

melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Jika diurai lebih

rinci, pembelajaran biologi bertujuan untuk: 9

a. Meningkatkan kesadaran akan kelestarian lingkungan, kebanggaan

nasional serta keimanan terhadap Tuhan.

b. Memahami konsep-konsep biologi dan saling keterkaintannya

dengan bidang yang lain.

c. Mengembangkan daya penalaran untuk memecahkan permasalahan

yang dialami sehari-hari dalam kehidupan.

d. Menerapkan konsep dan prinsip biologi untuk menghasilkan karya

teknologi sederhana yang berkaitan dengan kebutuhan manusia.

8 MH. Sitorus, Istilah-istilah Biologi, (Bandung: Irma Widjaya, 1999), hlm. 23.

9 Nuryani Y. Rustaman, dkk., Strategi Belajar Mengajar Biologi, (Jurusan Pendidikan

Biologi Fakultas Pendidikan Matemátika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan

Indonesia, 2003), hlm. 61.

11

e. Mengembangkan keterampilan proses untuk memperoleh konsep-

konsep biologi kemudian menumbuhkan nilai dan sikap ilmiah.

f. Memberikan bekal dan pengetahuan dasar untuk melanjutkan

belajar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Setelah dipaparkan beberapa pengertian tentang belajar, maka

pembelajaran dapat didefinisikan sebagai proses interaksi antara peserta

didik dengan lingkungannya sehingga dapat mengakibatkan terjadinya

perubahan tingkah laku. Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling

utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya

perubahan tingkahlaku menuju ke arah yang lebih baik bagi peserta didik.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), sistem

penyampaian dan indikator pencapaian hasil belajar dirumuskan secara

tertulis sejak perencanaan dimulai, sehingga hasil belajar atau kompetensi

yang diharapkan dapat tercapai.10

Pembelajaran mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Rencana, ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur, yang

merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran dalam suatu rencana

tertentu.

b. Interdependence atau saling tegantung, dalam arti unsur-unsur dalam

sistem pembelajaran serasi dalam suatu keseluruhan.

c. Tujuan, berarti sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang

hendak dicapai.11

Pelajar diharapkan mampu mengaplikasikan pengetahuan

ataupun ilmu yang diperoleh dalam praktik kehidupan sehari-hari.

Sehingga pembiasaan atau praktik bisa dipandang sangat penting

dalam rangka mensukseskan tujuan pendidikan biologi ataupun ilmu-

ilmu yang lain. Hal tersebutlah yang sangat ditekankan dalam

pembelajaran biologi.

10

Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum KTSP dan Sukses Dalam

Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT Raja Gravindo Persada, 2007), hlm. 287. 11

Oemar Hamalik, op. cit,. hlm. 66.

12

c. Prestasi belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh setelah melalui

proses belajar.12

Dalam hal ini, belajar merupakan suatu proses. Hasil

belajar dapat berupa keilmuan dan pengetahuan, konsep atau fakta

kognitif, kepribadian, sikap, afektif, Kelakuan, keterampilan dan

penampilan psikomotorik.13

Hasil belajar bukan hanya berupa penguasaan pengetahuan.

akan tetapi kecakapan dan keterampilan lihat, menganalisis,

memecahkan masalah, membuat rencana dan mengadakan pembagian

kerja dilihat sangat penting. Dengan demikian, aktivitas dan produk

yang dihasilkan dari kegiatan belajar ini mendapatkan penilaian.14

Lebih lanjut lagi, setelah hasil belajar mendapatkan penilaian maka

akan menimbulkan statu efek yang dinamai prestasi belajar. Penilaian

yang dimaksud disini bukan hanya berwujud nilai ataupun angka-

angka, melainkan lebih dari itu. Nilai adalah suatu respon dari sesuatu

yang telah dilakukan.

Prestasi merupakan hasil dari usaha yang dilakukan

sebelumnya atau dapat dikatakan sebagai hasil dari apa yang telah

dilakukan atau dikerjakan.15

Sedangkan belajar diartikan sebagai

sesuatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.16

Dalam

hal ini prestasi belajar diartikan sebagai kemampuan yang dimiliki

siswa setelah ia menerima pengalaman belajar dan diberi penilaian.

12

Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta:

Rineka Cipta, 1999), hlm. 37. 13

Sudirman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo,

2001), hlm. 28-29. 14

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT

Remaja Rosydakarya, 2004), hlm. 179. 15

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), hlm.

700. 16

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta

1995), hlm. 2.

13

Selanjutnya, prestasi belajar merupakan penguasaan atau

keterampilan yang dikembangkan dari mata pelajaran, biasanya

ditunjukan dengan nilai-nilai tes atau angka yang diberikan oleh

pendidik.17

Tes merupakan salah satu wahana program penilaian

pendidikan. Sebagai salah satu alat penilaian, tes biasanya

didevinisikan sebagai kumpulan butir soal yang jawabannya dapat

dinyatakan dengan benar atau salah.18

Sedang penilaian atau tes

tersebut berfungsi untuk melihat sejauh mana kemajuan belajar yang

telah dicapai peserta didik dalam suatu program pengajaran.

Jika dilihat dari segi alatnya, penilaian hasil belajar dapat

dibedakan menjadi dua macam, yaitu tes dan non tes. Tes ini dapat

diberikan secara tulisan, lisan, maupun tindakan. Soal-soal tes ada

yang disusun dalam bentuk objektif dan ada juga yang disajikan

dalam bentuk essay atau uraian. Sedangkan yang termasuk non tes

sebagai alat penilaian mencakup observasi, kuesioner, wawancara,

skala, sosiometri, dan studi kasus.19

Prestasi belajar ini bisa dibuktikan dan ditunjukkan melalui

nilai atau angka nilai dari hasil evaluasi atau tes yang dilakukan oleh

pendidik terhadap tugas anak didik dan ulangan-ulangan atau ujian

yang ditempuhnya.20

Dengan demikian untuk menuju prestasi belajar,

memerlukan hasil yang bias dibuktikan dengan serangkaian tes.

Setelah dilakukan tes, maka diperolehlah nilai dan kemudian prestasi.

Hasil belajar yang dicapai peserta didik merupakan hasil

interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya. Baik faktor

yang berasal dari dalam diri (internal) maupun faktor dari luar diri

(eksternal). Pengenalan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

17

Tulus Tu’lu, Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa, (Jakarta: Grasindo,

2004), hlm. 75. 18

Mudjijo, Tes Hasil Belajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 1. 19

Nana Sudjana, Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja

Rosydakarya, 2004), hlm. 5. 20

Tulus Tu’lu, op.cit., hlm. 75.

14

penting artinya dalam mewujudkan kompetensi sesuai dengan yang

diharapkan. Faktor-faktor tersebut meliputi:

1) Faktor internal

a) faktor jasmaniah (fisiologi, morfologi dan lain sebagainya)

b) Faktor psikologis: intelegensi, perhatian, minat, kesiapan dan

kematangan.

2) Faktor eksternal

a) faktor keluarga: cara orang tua mendidik, keadaan ekomoni

keluarga, latar belakang kebudayaan, pengertian orang tua dan

suasana rumah.

b) Faktor sekolah, matode mengajar, kurikulum, relasi guru

dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah,

waktu sekolah, metode belajar dan lain sebagainya.

c) Faktor masyarakat meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat,

teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.21

Hal serupa juga dipaparkan oleh Ngalim Purwanto dalam

bukunya Psikologi Pendidikan. Tetapi dalam buku itu ia

menambah faktor yang mempengaruhi hasil belajar dengan satu

item tambahan, yaitu faktor teknik belajar.

Teknik belajar merupakan cara yang digunakan pelajar

untuk memahami atau mengambil ilmu dari apa yang ia pelajari

saat itu. Ada beberapa teknik belajar yang dikemukakannya, antara

lain:

1) Teknik totalitas

Metode ini sering disebut dengan metode global.

Pembahasan pelajaran dilakukan secara menyeluruh. Oleh

karena itu, metode ini hanya baik digunakan untuk mempelajari

bahan pelajaran yang tak begitu banyak dan panjang. Misalnya,

menghafal devinisi, kata-kata yang sulit, dan sebagainya.

21

Slameto, op.cit., hlm. 54.

15

2) Teknik bagian

Metode ini digunakan jika bahan pelajaran terlalu banyak

dan panjang. Bahan pelajaran secara terpaksa dipotong-potong

dan dipelajari secara bertahap, atau secara sepotong demi

sepotong.

3) Teknik gabungan

Metode ini merupakan kolaborasi antara metode global

dan metode bagian. Adapun langkah-langkah yang digunakan

dalam metode ini adalah sebagai berikut:

a) Mempelajari bahan pelajaran secara musyawarah.

b) Membaginya menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.

c) Mempelajari bagian demi bagian.

d) Diahiri dengan mempelajari secara menyeluruh.

e) Teknik berencana (sistematis).

Sebenarnya, seseorang yang belajar mengikuti rencana atau

jadwal dengan tarjet-tarjet tertentu dapat dikatakan telah melakukan

kegiatan belajar secara sistematis. Siapa yang dapat mencapai tarjet

belajarnya dengan manajemen waktu dan pikiran yang tepat dan cepat,

maka ia dikatakan telah berhasil dalam belajar. Belajar tidak boleh

hanya berdasarkan hasrat kemauan dan keinginan saja, sebab dengan

hal tersebut akan menyebabkan adanya penumpukan tugas yang

akhirnya dapat memicu stres. Oleh karena itu, belajar yang efektif dan

efisien adalah belajar yang teratur, yaitu dengan menggunakan metode

belajar secara sistematis.22

Sedangkan menurut Wasty Soemanto, faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar digolongkan menjadi tiga, yaitu :23

22

M. Ngalim Purwanto, op.cit., hlm. 115-120. 23

Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hlm. 113-121.

16

1). Faktor-faktor stimulus belajar yaitu segala hal di luar individu yang

merangsang individu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar.

Stimulus dalam hal ini mencakup :

a). Panjangnya bahan pelajaran

Panjangnya bahan pelajaran berhubungan dengan jumlah

bahan pelajaran. Semakin panjang bahan pelajaran, semakin

panjang pula waktu yang diperlukan oleh individu untuk

mempelajarinya. Sehingga memunculkan faktor kelelahan dan

kejemuan dalam menghadapi atau mengerjakan bahan yang banyak

pada diri siswa. Di samping itu juga menimbulkan “interferensi”

yaitu gangguan kesan ingatan akibat terjadinya pertukaran

reproduksi antara kesan lama dengan kesan baru sehingga terjadi

kesalahan maksud yang tidak disadari.

b). Kesulitan bahan pelajaran

Tingkat kesulitan bahan pelajaran mempengaruhi kecepatan

siswa, demikian juga bahan yang sulit memerlukan aktivitas

belajar yang intensif.

c). Berartinya bahan pelajaran

Bahan yang berarti adalah bahan yang dapat dikenali yang

berarti memungkinkan individu untuk belajar.

d). Berat ringannya tugas

Mengenai berat atau ringannya suatu tugas berhubungan

dengan tingkat kemampuan individu, karena kapasitas intelektual

serta pengalaman masing-masing siswa berbeda. Di samping itu,

kematangan usia siswa menjadi indikator atas berat atau ringannya

tugas.

e). Suasana lingkungan eksternal

Suasana lingkungan eksternal seperti cuaca, waktu, kondisi

kebersihan tempat dan sebagainya mempengaruhi sikap dan reaksi

individu dalam aktivitas belajarnya, karena belajar adalah interaksi

dengan lingkungannya.

17

2). Faktor-faktor metode belajar meliputi hal-hal sebagai berikut :

a). Kegiatan berlatih atau praktek

Berlatih sebaiknya diberikan secara terdistribusi karena dapat

menjamin terpeliharanya stamina dan kegairahan belajar. Dan

jangan diberikan secara maraton (non stop) karena dapat

mengakibatkan kelelahan dan kebosanan.

b). Overlearning dan drill

Overlearning berlaku bagi latihan ketrampilan motorik seperti

bermain piano atau menjahit. Dan drill berlaku bagi kegiatan

berlatih abstraksi seperti berhitung.

c). Resitasi selama belajar

Kombinasi kegiatan membaca dengan resitasi sangat

bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan membaca dan juga

kemampuan menghafal bahan pelajaran.

d). Pengenalan tentang hasil-hasil belajar

Pengenalan terhadap hasil atau kemajuan belajar siswa adalah

penting, karena dengan mengetahui hasil-hasil yang sudah dicapai

akan lebih berusaha meningkatkan hasil belajar selanjutnya.

e). Belajar dengan keseluruhan dan dengan bagian-bagian

Belajar mulai dari keseluruhan ke bagian-bagian adalah lebih

menguntungkan daripada belajar mulai dari bagian-bagian, karena

dengan cara tersebut siswa dapat menemukan set yang tepat untuk

belajar. Tetapi kelemahan metode keseluruhan adalah

membutuhkan banyak waktu dan pemikiran sebelum belajar yang

sesungguhnya berlangsung.

f). Penggunaan Modalitas Indra

Modalitas indra yang dipakai oleh masing-masing siswa

dalam belajar tidaklah sama. Namun yang penting dalam belajar

adalah mengfungsikan ketiga impresi yaitu oral, visual dan

kinestetik dengan selaras.

g). Penggunaan dalam belajar

18

Arah perhatian seseorang sangat penting bagi belajarnya. Dan

belajar tanpa set adalah kurang efektif.

h). Bimbingan dalam belajar

Bimbingan seharusnya diberikan kepada siswa dalam batas-

batas yang diperlukan karena bimbingan yang terlalu banyak

cenderung membuat siswa menjadi tergantung.

i). Kondisi-kondisi intensif

Intensif adalah obyek atau situasi eksternal yang dapat

memenuhi motif individu. Intensif akan menentukan tingkat

motivasi belajar siswa di masa-masa mendatang.

3). Faktor-faktor individual yaitu menyangkut hal-hal sebagai berikut :

a). Kematangan

Kematangan memberikan kondisi di mana fungsi-fungsi

fisiologis termasuk sistem saraf dan fungsi otak menjadi

berkembang. Dengan berkembangnya fungsi otak dan sistem

syaraf akan menumbuhkan kapasitas mental siswa dan

mempengaruhi hal belajar siswa.

b). Faktor usia kronologis

Usia kronologis merupakan faktor penentu daripada tingkat

kemampuan belajar siswa. Anak yang lebih tua adalah lebih kuat,

lebih sabar, lebih sanggup melaksanakan tugas-tugas yang lebih

berat, lebih mampu mengarahkan energi dan perhatiannya di dalam

waktu yang lebih lama, lebih memiliki koordinasi gerak kebiasaan

kerja dan ingatan yang lebih baik daripada anak yang lebih muda.

c). Faktror perbedaan jenis kelamin

Fakta menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang berarti

antara pria dan wanitia dalam hal intelegensi. Namun barangkali

yang dapat membedakan antara pria dan wanita adalah dalam hal

peranan dan perhatiannya terhadap suatu pekerjaan, dan ini

merupakan akibat dari pengaruh kultural.

d). Pengalaman sebelumnya

19

Lingkungan banyak memberikan pengalaman kepada siswa.

Dan pengalaman yang diperoleh siswa ikut membawa pengaruh

terhadap belajarnya, terutama pada transfer belajar siswa.

e). Kapasitas mental

Dalam tahap perkembangan tertentu, individu mempunyai

kapasitas-kapasitas mental yang berkembang akibat fungsi

fisiologis pada sistem saraf dan jaringan otak.

f). Kondisi kesehatan jasmani

Belajar membutuhkan kondisi bahan yang sehat karena badan

yang sakit atau kelelahan akan berakibat pada belajar yang tidak

efektif.

g). Kondisi kesehatan rohani

Gangguan serta cacat mental seperti sedih, frustasi atau putus

asa dan sebagainya pada diri siswa akan mengganggu belajarnya.

h). Motivasi

Motivasi akan menggerakkan siswa pada tindakan dan

mencapai tujuan belajar yang paling dirasa berguna bagi

kehidupan.

Untuk mendapatkan prestasi belajar yang memuaskan, sebaiknya

diperhatikan prinsip-prinsip belajar sebagai berikut:

1) Belajar akan berhasil jika disertai dengan kemauan dan tujuan tertentu.

2) Belajar akan lebih berhasil jika disertai dengan berbuat, latihan dan

ulangan.

3) Belajar akan lebih berhasil jika memberikan hasil yang menyenangkan.

4) Belajar akan lebih berhasil jika tujuan belajar berhubungan dengan

aktifitas belajar atau berhubungan dengan kebutuhan hidupnya.

5) Belajar akan lebih berhasil jika bahan yang sedang dipelajari dipahami

bukan sekedar menghafal kata.

6) Hasil belajar dibuktikan dengan adanya perubahan pada si pelajar.

20

7) Ulangan dan latihan diperlukan, tetapi harus didahului oleh

pemahaman.

Selain memperhatikan prinsip-prinsip di atas, kita jugas harus

melihat pendapat Bobbi dePorter yang mengutip pendapat Dr. Vernon A.

Magnesen, bahwa orang belajar 10 % dari apa yang dibaca, 20 % dari apa

yang didengar, 30% dari apa yang dilihat, 50 % dari apa yang dilihat dan

didengar 70 % dari apa yang dikatakan, 90 % dari apa yang dikatakan dan

dilakaukan.24

Ia juga melanjutkan bahwa keberhasilan belajar ditentukan

dengan suasana menyenangkan dan menggembirakan. Semakin suasana

mendukung untuk dilakukan suatu pembelajaran, tentu saja hasil belajar

yang dicapai akan semakin maksimal. Suasana disini menyangkut suasana

eksternal maupun internal individu.

2. Keterkaitan Kegiatan Ekstrakulikuler dan Prestasi Belajar di Sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan, yang menampung peserta

didik dan dibina agar mereka memiliki kemampuan, kecerdasan dan

keterampilan. Dalam proses pendidikan diperlukan pembinaan secara

berkoordinasi dan terarah. Dengan Demikian siswa diharapkan dapat

mencapai prestasi belajar yang maksimal sehingga tercapainya tujuan

pendidikan.

Kegiatan ekstrakurikuler atau pengembangan diri merupakan

kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari

kurikulum sekolah. Kegiatan ini bertujuan untuk mengekspresikan diri

sesuai dengan kebutuhan bakat dan minat peserta didik sesuai dengan

kondisi sekolah. Banyak siswa yang kurang mengetahui bakat dan minat

yang ada pada dirinya sehingga siswa juga kurang maksimal dalam

pemilihan kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah. Dalam hal ini

konselor mempunyai peran yang sangat penting yaitu dalam pelaksanaan

layanan penempatan dan penyaluran yang memungkinkan siswa

memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat sesuai dengan

24

Bobbi dePorter, Quantum Teaching, (Bandung: Kaifa, 2000), hlm. 57.

21

kemampuan, bakat, minat dan ciri-ciri pribadinya, selain kegiatan

ekstrakurikuler yang mendukung peningkatan hasil belajar siswa,

kebiasaan belajar juga memiliki hubungan yang erat dalam hal

peningkatan hasil belajar siswa. Dengan demikian untuk memperoleh hasil

belajar yang baik maka diperlukan pengelolaan kegiatan ekstrakurikuler

dan kebiasaan belajar yang baik pula.

Sesungguhnya, kegiatan ekstrakulikuler dan intrakulikuler

merupakan kegiatan utama sebuah institusi sekolah. Anak-anak berlatih

menari di ruang yang telah disediakan. Anak-anak mempersiapkan lomba

di sekolah. Anak-anak berlatih English Conversation di laboratorium

bahasa sekolah. Bahkan anak-anak sehabis olahraga pergi ke kantin

sekolah untuk mengurangi rasa lapar dan haus. Semua kegiatan itu

dilakukan di semolah. Semua itu pula adalah kegiatan ekstra dan

intrakulikuler. Keduanya adalah kegiatan yang saling mendukung dan

mempengaruhi.25

Dalam pembinaan siswa di sekolah, banyak wadah atau program

yang dijalankan demi menunjang proses pendidikan yang kemudian atas

prakarsa sendiri dapat meningkatkan kemampuan, keterampilan ke arah

pengetahuan yang lebih maju.

Salah satu wadah pembinaan siswa di sekolah adalah kegiatan

ekstrakurikuler. Kegiatan-kegiatan yang diadakan dalam program

ekstrakurikuler didasari atas tujuan dari pada kurikulum sekolah. Melalui

kegiatan ekstrakurikuler yang beragam siswa dapat mengembangkan

bakat, minat dan kemampuannya.

Kegiatan-kegiatan siswa di sekolah khususnya kegiatan

ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang terkoordinasi terarah dan terpadu

dengan kegiatan lain di sekolah, guna menunjang pencapaian tujuan

kurikulum.

25

Drs. Suparlan, M. Ed, Membangun Sekolah Efektif, (Yogyakarta: Hikayat Publising,

2008), hlm. 164.

22

Yang dimaksud dengan kegiatan terkoordinasi di sini adalah

kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan program yang telah ditentukan.

Dalam pelaksanaannya kegiatan ekstrakurikuler dibimbing oleh guru,

sehingga waktu pelaksanaan berjalan dengan baik.

Dengan Demikian, kegiatan ekstrakurikuler di sekolah ikut andil

dalam menciptakan tingkat kecerdasan yang tinggi. Kegiatan ini bukan

termasuk materi pelajaran yang terpisah dari materi pelajaran lainnya,

bahwa dapat dilaksanakan di sela-sela penyampaian materi pelajaran,

mengingat kegiatan tersebut merupakan Bagian penting dari kurikulum

sekolah.26

Kegiatan ini menjadi salah satu unsure penting dalam membangun

kepribadian murid. Seperti yang tersebut dalam tujuan pelaksanaan

ekstrakurikuler di sekolah menurut Direktorat Pendidikan Menengah

Kejuruan (1987), bahwa kegiatan ekstrakurikuler harus meningkatkan

kemampuan siswa beraspek kognitif, afektif dan psikomotor.

Mengembangkan bakat dan minat siswa dalam upaya pembinaan pribadi

menuju pembinaan manusia seutuhnya yang positif. Dapat mengetahui,

mengenal serta membedakan antara hubungan satu pelajaran dengan

pelajaran lainnya.27

Dari tujuan ekstrakurikuler di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

ekstrakurikuler erat hubungannya dengan prestasi belajar siswa. Melalui

kegiatan ekstrakurikuler siswa dapat bertambah wawasan mengenai mata

pelajaran yang erat kaitannya dengan pelajaran di ruang kelas. Melalui

kegiatan ekstrakurikuler juga siswa dapat menyalurkan bakat, minat dan

potensi yang dimiliki.

Hasil yang dicapai siswa setelah mengikuti pelajaran

ekstrakurikuler dan berdampak pada hasil belajar di ruang kelas yaitu pada

26

Amal A.A, Mengembangkan Kreatifitas Anak (Pustaka Al-Kautsar: Jakarta Timur,

2005), hlm. 378. 27

B. Suryobroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah (PT. Rineka Cipta: Jakarta 1997).

hlm. 272

23

mata pelajaran tertentu yang ada hubungannya dengan ekstrakurikuler

yaitu mendapat nilai baik pada pelajaran tersebut. Biasanya siswa yang

aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler akan terampil dalam berorganisasi,

mengelola, memecahkan masalah sesuai karakteristik ekstrakulikuler yang

diikuti.

3. Organisasi Palang Merah Remaja (PMR) di sekolah

Palang Merah Remaja (PMR) dibentuk oleh Palang Merah

Indonesia (PMI) di Jakarta pada tanggal 1 Maret 1950 yang dipimpin oleh

Nn. Siti Dasimah, kemudian tokoh lainnya adalah Nn. Paramita

Abdurachman. Palang Merah Remaja (PMR) dahulu bernama Palang

Merah Pemuda (PMP). Saat itu 15 cabang PMI yang memiliki Palang

Merah Pemuda (PMP) membawahi 2047 orang anggota. Hal ini adalah

perwujudan dari keputusan Liga Perhimpunan Palang Merah dan Bulan

Sabit Merah. Berikut adalah dasar hukum yang menjamin

keberlangsungan Palang Merah Remaja (PMR) dalam institusi pendidikan:

a. Perjanjian kerjasama antara Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

RI dengan Palang Merah Indonesia Nomor 0118/U/1995; Nomor

0090.Kep/pp/V/95, tanggal 24 Mei 1995, tentang pembinaan dan

pengembangan kepalangmerahan di kalangan siswa, warga belajar dan

mahasiswa.

b. Keputusan bersama antara Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI

dengan Palang Merah Indonesia No. D119/U/1996; Nomor

0320A.KEP/PP/V/96 tanggal 7 Mei 1996 tentang pembentukan Tim

Pembinaan Pengembangan Kepalangmerahan di kalangan siswa, warga

belajar dan mahasiswa.

c. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor:

0461/U/1984 tanggal 18 Oktober 1984, tentang pembinaan kesiswaan.

d. Keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah,

Nomor: 226/C/Kep/0/1992, tanggal 27 Juni 1992, tentang pedoman

pembinaan kesiswaan.

24

e. Surat edaran Jenderal Pendidikan Nomor: 1.1-052.1974, tanggal 20 Juni

1974, tentang pembentukan Palang Merah Remaja (PMR) di sekolah.

Tercantum dalam Bab IV pasal 6 perjanjian kerjasama Depdikbud

RI-PMI disebutkan bahwa, kegiatan Palang Merah Remaja (PMR) di

sekolah secara fungsional merupakan bagian dari kegiatan Organisasi

Siswa Intra Sekolah di bawah pembinaan seksi kesegaran jasmani dan

daya kreasi.

Dengan kata lain, bahwa Palang Merah Remaja (PMR) merupakan

kegiatan ekstrakurikuler sekolah dan masih merupakan bagian dari

Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). Berarti, Palang Merah Remaja

(PMR) berada di bawah naungan dua lembaga, yaitu sekolah dan Palang

Merah Indonesia (PMI).

Berturut-turut susunan pengurus Palang Merah Remaja (PMR) di

sekolah adalah sebagai berikut:

a. Pembina Palang Merah Remaja (PMR) adalah kepala sekolah yang

mengatur tugas pembina teknis dan pelatih Palang Merah Remaja

(PMR) yang ada di sekolah tersebut.

b. Pembina teknis Palang Merah Remaja (PMR) adalah guru atau

pelaksana tugas admnistrasi di sekolah tersebut yang sehari-hari

membantu kepala sekolah melaksanakan tugas pembinaan Palang

Merah Remaja (PMR).

c. Pengurus Palang Merah Remaja (PMR) terdiri dari siswa / siswi yang

telah menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR) dan setelah

mengikuti pendidikan dasar Palang Merah Remaja (PMR).

d. Kemudian pengurus harian Palang Merah Remaja (PMR) terdiri dari:

seorang ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara, unit bakti

masyarakat, unit kesehatan, unit persahabatan, unit umum.

Tidak semua orang dapat disebut sebagai pengurus ataupun

anggota Palang Merah Remaja (PMR), sebab dalam Palang Merah Remaja

(PMR) mensyaratkan adanya kemauan dan kemampuan untuk menolong

sesama umat manusia yang memerlukan bantuannya atas dasar rasa

25

kemanusiaan yang luhur dan disertai dengan fisik dan mental yang kuat.

Selain itu harus mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh Palang

Merah Indonesia (PMI) berupa pendidikan dan latihan kepalangmerahan.

Oleh karena itu dalam penerimaan anggota Palang Merah Remaja (PMR)

terdapat beberapa syarat, yaitu:

f. Warga negara Republik Indonesia

g. Berusia antara 7 sampai dengan 21 tahun / belum menikah.

h. Dapat membaca dan menulis

i. Atas dasar kemauan sendiri atau tanpa paksaan dari pihak manapun

j. Mendapat persetujuan dari orang tua atau wali

k. Sebelum menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR) penuh,

bersedia melaksanakan tugas kepalangmerahan selaku anggota Palang

Merah Remaja (PMR) secara sukarela.

l. Permintaan menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR) disampaikan

secara kolektif kepada pengurus cabang Palang Merah Indonesia (PMI)

setempat melalui pembina Palang Merah Remaja (PMR) di sekolah

masing-masing bagi yang bersekolah. Bagi yang tidak bersekolah

langsung menghubungi cabang / kepala markas Palang Merah Indonesia

(PMI) cabang di masing-masing tempat tinggalnya.28

Persyaratan-persyaratan tersebut diadakan karena Palang Merah

Remaja (PMR) mempunyai tugas dan kewajiban yang harus dilaksanakan

untuk mendukung terlaksananya tugas dan kewajiban yang nantinya akan

dibebankan kepada anggota Palang Merah Remaja (PMR). Dari itu, tiap

anggota Palang Merah Remaja (PMR) memerlukan pendidikan sesuai

dengan tingkatannya.

Palang Merah Remaja (PMR) diperbantukan dalam tugas-tugas

kepalangmerahan seperti membantu memberikan pertolongan pertama

pada kecelakaan, membantu korban bencana, dan lain sebagainya. Namun

tugas dan kewajiban utama atau tiga pedoman kegiatan Palang Merah

28

Palang Merah Indonesia, Materi Pendidikan Palang Merah Remaja, (Jakarta: Markas

Besar Palang Merah Indonesia, 1991), hlm. 62.

26

Remaja (PMR) yang biasa disebut Tri Bakti Palang Merah Remaja (PMR)

adalah sebagai berikut:

a. Berbakti kepada masyarakat.

b. Mempertinggi mutu keterampilan dan memelihara kebersihan dan

kesehatan.

c. Mempererat persahabatan nasional dan internasional.29

C. HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas permasalahan yang

diteliti, jawaban ini dapat benar atau salah tergantung pembuktian di

lapangan. Sebagaimana diungkapkan oleh Sutrisno Hadi, “Hipotesis adalah

dugaan yang mungkin benar, mungkin salah atau palsu, dan akan diterima

jika faktor-faktor membenarkannya.30

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengajukan hipotesi sebagai

berikut:

Ada perbedaan yang signifikan pada prestasi belajar biologi siswa

yang menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR) dengan siswa yang tidak

menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR) pada siswa kelas XI IPA MA

Walisongo Pecangaan Jepara tahun pelajaran 2010/2011.

29

Palang Merah Indonesia, Materi Pendidikan, hlm. 62. 30

Sutrisno Hadi, Metodologi Research I, (Yogyakarta: Andi Offset, 2000), hlm. 63.

27

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini peneliti menggunakan jenis penelitian

kuantitatif yang bersifat Ex-Post Facto. Ex-Post Facto digunakan karena

penelitian ini mencoba mengungkap dampak dari suatu perlakuan yang tidak

didahului dengan pengontrolan maupun manipulasi ubahan yang mengganggu

kemurnian hubungan komparatif dari objek yang diteliti.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 1 Mei sampai 18 Mei 2011 di

Madrasah Aliyah Walisongo Pecangaan Jepara. Adapun objek penelitian

adalah kelas XI IPA.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi yaitu keseluruhan (benda, alat-alat, pelajaran, kurikulum)

yang dapat dijadikan sumber data. Senada dengan devinisi tersebut,

Suharsimi Arikunto mengemukakan bahwa populasi adalah keseluruhan

subjek penelitian atau totalitas dari semua objek atau semua individu yang

mempunyai karakteristik tertentu.1

Dengan demikian, yang dijadikan populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh siswa kelas XI IPA baik yang menjadi anggota Palang

Merah Remaja (PMR) maupun yang tidak menjadi Anggota PMR di MA

Walisongo Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2010/2011 yang berjumlah

29 siswa yang terkumpul dalam satu kelas.

1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi 5,

(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), hal. 96.

28

Adapun siswa yang tercatat menjadi anggota Palang Merah Remaja

(PMR) adalah 14 siswa. Sedangkan yang tidak menjadi anggota Palang

Merah Remaja adalah 15 siswa.

2. Sampel

Sampel, adalah penarikan sebagian dari populasi untuk mewakili

dari seluruh populasi.2

Mengenai pengambilan sampel, maka peneliti berpedoman pada

pendapat Suharsimi Arikunto yang mengatakan bahwa “Apabila

subyeknya kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semua sehingga

penelitiannya merupakan penelitian populasi sedangkan jika jumlahnya

lebih dari 100 orang dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%.3

Jika ditilik lebih lanjut, penelitian ini bersifat ex-post facto, dalam

populasi itu sebelumnya tidak dilakukan rekayasa atau perlakuan tertentu

dari peneliti, melainkan sampel diambil dari objek yang mendapat

perlakuan sama, dari segi kurikulum, jam pelajaran, guru mata pelajaran,

dan yayasan yang sama.

Dalam penelitian ini, populasi terdiri dari 29 siswa. Terbagi menjadi

14 siswa yang menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR) dan 15

siswa yang tidak menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR). Karena

objek penelitian kurang 100, maka siswa diambil semua sebagai objek

penelitian, berarti ada 29 siswa.

Menurut Prof. DR. Sugiyono dalam bukunya yang berjudul Statistika

untuk Penelitian, bila jumlah n1 tidak sama dengan n2 sedangkan varian

dinyatakan homogen dapat digunakan rumus t-test dengan polled varians

dan dengan besaran dk = n1+ n2 – 2.

Sedang untuk n1 tidak sama dengan n2 sementara variannya tidak

homogen, dapat digunakan t-test dengan rumus separated varians. Untuk

harga t sebagai pengganti harga t tabel dihitung dari selisih harga tabel

2 Winarno Surahman, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik, (Bandung:

Tarsito, 1990), hlm. 93 3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, hlm. 120

29

dengan dk = n1 – 1 dan dk = n2 – 1, dibagi dua dan kemudian ditambah

dengana harga t yang terkecil.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah obyek penelitian atau yang menjadi titik

perhatian suatu penelitian.4 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan satu

variabel yaitu prestasi belajar pada siswa yang menjadi anggota Palang Merah

Remaja (PMR) sebagai variabel (X1) dan prestasi belajar pada siswa yang

tidak menjadi Anggota Palang Merah Remaja (PMR) sebagai variabel (X2).

E. Tehnik Pengumpulan Data Penelitian

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi,

peneliti menggunakan beberapa metode yang diklasifikasikan menjadi dua

jenis, yaitu :

1. Data Kepustakaan

Data kepustakaan digunakan untuk memperoleh informasi dalam

rangka menyusun teori yang ada kaitannya dengan judul penelitian ini.

2. Data Lapangan

Data lapangan diperoleh dari hasil atau penelitian lapangan, dalam

hal ini peneliti menggunakan metode sebagai berikut :

a. Metode Observasi

Metode observasi, adalah suatu cara pengumpulan data yang

diperoleh dari pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap

gejala yang tampak pada obyek penelitian.5 Metode ini digunakan

untuk memperoleh data tentang keadaan umum MA Walisongo

Pecangaan Jepara seperti kondisi fisik bangunan, keadaan sosial dan

lainnya yang dianggap perlu.

4 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Edisi Revisi III,

(Jakarta: Rineka Cipta, 1992), hal. 91 5 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 1997), hlm.

118

30

b. Metode Dokumentasi

Dokumentasi adalah sekumpulan data yang berupa tulisan

dokumen, sertifikasi, buku, majalah, peraturan-peraturan, struktur

organisasi, jumlah guru, jumlah siswa, kurikulum dan sebagainya.6

Metode ini digunakan untuk mendapatkan data dokumentasi dan

dokumen-dokumen yang ada seperti, struktur organisasi, keadaan

siswa, keadaan kepegawaian, letak geografis serta keadaan sarana dan

prasarana.

Selain itu, peneliti menggunakan dokumentasi berupa nilai raport

biologi semester gasal untuk mendapatkan data nilai yang selanjutnya

dapat diolah dan diketahui prestasi belajar siswa yang

diperbandingkan, sehingga peneliti tidak perlu melakukan tes untuk

mendapatkan nilai yang akan di olah. Hal tersebut didukung pula

bahwa penelitian ini bersifat ex-post facto.

F. Teknik Analisis data Penelitian

Metode Analisis Data Penelitian

1. Pengolahan Data

Setelah semua dapat terkumpul dengan lengkap, selanjutnya

mengolah data tersebut melalui tahapan sebagai berikut :7

a. Koding

Yaitu usaha untuk mengklasifikasikan dengan tanda atau kode

tertentu.

b. Tabulating

Yaitu proses penyusunan data ke dalam bentuk tabel.

6 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Teori dan Praktek,

(Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm. 143 7 S. Margono, Metodologi Penelitian, hal. 191-192

31

c. Editing

Yaitu mengolah data dengan meneliti kembali catatan para

pencari data untuk mengetahui apakah catatan itu cukup baik dan dapat

dilanjutkan ke tahap berikutnya.

d. Analisa Data

Dalam menganalisa data yang telah terkumpul dari penelitian

yang bersifat kuantitatif, maka peneliti menggunakan analisis data

statistik.

Analisis tersebut peneliti menggunakan rumus statistik yaitu t

test “Pooled Varians” dengan sampel kecil menggunakan langkah-

langkah sebagai berikut :

1) Analisis Pendahuluan

Dalam analisis ini peneliti memasukkan data yang terkumpul

dalam tabel distribusi untuk memudahkan perhitungan dan

mempermudah keterbatasan yang ada dalam langkah pengolahan

data selanjutnya.

a) Menentukan Kualifikasi dan interval nilai

K

RP dimana R = NT –NR dan K = 1+3.3 log N

P = Panjang Interval Kelas NT = Nilai Tertinggi

R = Rentang Nilai NR = Nilai Terendah

K = Banyaknya Kelas N =Jumlah Responden

b) Menentukan tabel frekuensi

c) Mencari nilai rata-rata dari variabel X1 dan X2

Mean variabel X1 dengan rumus :

n

XMe

1

Mean variabel X2 dengan rumus:

n

XMe

2

d) Mencari varian sampel X1 dan X2

32

Varians sampel X1

1

2

112

1

n

XXS

varians sampel X2

1

2

222

2

n

XXS

2) Analisis Uji Hipotesis

Analisis ini digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis

yang peneliti ajukan. Dalam analisis ini peneliti mengadakan

perhitungan lebih lanjut mengenai tabel distribusi frekuensi yang

ada dalam statistik yaitu t test “Pooled Varians“. Atau “Separated

varians.“

Rumus statistik t test “ Pooled Varians “ yang digunakan

adalah :8

2121

2

22

2

11

21

11

2

11

nnnn

snsn

XXt

Keterangan :

T : hasil akhir dari perhitungan rumus diatas

1X dan 2X : nilai rata-rata hitung data kelompok 1 dan 2

S12 dan S2

2 : varians sampel data kelompok 1 dan 2

n1 dan n2 : banyaknya data kelompok 1 dan 2

Dalam menentukan data yang dihasilkan homogen atau tidak, maka

digunakan cara Varians Terbesar dibagi Varians Terkecil.

Dengan hipotesis:

Ho : µ1 = µ2

Ha : µ1 ≠ µ2

Atau dapat ditulis:

8 Sugiyono, Stastiktika Untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2007), hlm. 138

33

Ho : Tidak ada perbedaan antara motivasi belajar biologi siswa

yang bertempat tinggal di pondok pesantren dengan siswa

yang bertempat tinggal di rumah.

Ha : Ada Perbedaan antara prestasi belajar siswa yang menjadi

anggota Palang Merah Remaja (PMR) dan siswa yang tidak

menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR).

3) Analisis Lanjut

Analisis ini merupakan pengolahan lebih lanjut dari hasil

analisis uji hipotesis. Dalam analisis ini peneliti membuat

interpretasi dari rumus di atas dengan t tabel t 5% atau 1 %.

Dengan Interpretasi sebagai berikut :

a. Jika harga t test dari perhitungan lebih besar atau sama dengan t

tabel maka hipotesis nilai ditolak, berarti ada perbedaan mean

yang signifikan antara kedua variabel.

b. Jika harga t test dari perhitungan lebih kecil dari t tabel maka

hipotesis nilai diterima, berarti tidak ada perbedaan yang

signifikan antara kedua variabel.

Atau dengan kata lain, kriteria pengujian adalah Ho diterima,

jika thitung < ttabel. jika thitung > ttabel maka Ha diterima.

34

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Analisis Pendahuluan

Untuk memperoleh data tentang prestasi belajar biologi siswa kelas

XI IPA di MA Walisongo Pecangaan Jepara yang menjadi anggota Palang

Merah Remaja (PMR) dan yang tidak, data yang peneliti ambil adalah

nilai raport siswa. Berikut adalah data siswa kelas XI IPA yang menjadi

anggota Palang Merah Remaja (PMR) dan yang tidak dengan nilai

raportnya.

Tabel 4.1

Data Nilai Raport Siswa Kelas XI IPA

No Nama Siswa Nilai Rapor

1 A 75

2 B 79

3 C 73

4 D 73

5 E 71

6 F 72

7 G 72

8 H 74

9 I 72

10 J 75

11 K 71

12 L 75

13 M 73

14 N 72

15 O 72

16 P 75

35

17 Q 73

18 R 75

19 S 78

20 T 75

21 U 71

22 V 66

23 W 75

24 X 75

25 Y 72

26 Z 71

27 Aa 76

28 Bb 76

29 Cc 72

Sedang untuk mengetahui lebih jelas mengenai hasil penelitian

tersebut dapat dilihat pada deskripsi sebagai berikut:

a. Deskripsi data tentang prestasi belajar biologi siswa yang menjadi

anggota Palang Merah Remaja (PMR)

Untuk menentukan nilai kualitatif prestasi belajar biologi siswa

yang menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR), yang dalam hal

ini disimbolkan dengan X1 adalah dengan menjumlahkan nilai raport

siswa sesuai dengan urutan. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada

Tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2

Nilai Raport Variabel X1

No Nama Responden Nilai Rapor

1 A 75

2 B 79

3 C 73

4 D 73

36

5 E 71

6 F 72

7 G 72

8 H 74

9 I 72

10 J 75

11 K 71

12 L 75

13 M 73

14 N 72

Jumlah 1027

Berdasarkan tabel di atas, kemudian diadakan analisis sebagai berikut:

1) Mencari Interval Nilai

Untuk mencari interval nilai dan menentukan klasifikasi serta

interval di gunakan rumus sebagai berikut:

K

RP dimana R = NT – NR dan K = 1+3,3 log N

P = Panjang Interval Kelas NT = Nilai Tertinggi

R = Rentang Nilai NR = Nilai Terendah

K = Banyaknya Kelas N = Jumlah Responden

Maka:

R = NT – NR

= 79 – 71

= 8

K = 1+3,3 log N

= 1+3,3 log 14

= 1+ 3,782

= 4,782 dibulatkan menjadi 5

37

K

RP

5

8P

= 1,666 dibulatkan menjadi 2

2) Mencari Rata-Rata Prestasi belajar biologi Siswa yang Menjadi

anggota Palang Merah Remaja (PMR)

Untuk mencari rata-rata prestasi belajar, digunakan

perhitungan dengan tabel sebagai berikut:

Tabel 4.3

Deskripsi Frekuensi Variabel X1

Interval f X fX Mean

79 – 80 1 79,5 79,5

14

1029Me

= 73,5

77 – 78 - 77,5 -

75 – 76 3 75,5 226,5

73 – 74 4 73,5 294

71 – 72 6 71,5 429

Jumlah 14 1029

3) Kualitas Variabel Prestasi belajar biologi Siswa yang Menjadi

anggota Palang Merah Remaja (PMR)

Setelah diketahui nilai rata-rata prestasi belajar biologi siswa

yang menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR), maka

kemudian hasil tersebut dicocokan pada Tabel 4.4 berikut.

Tabel 4.4

Kualitas Variabel X1

No Interval Keterangan

1 79 – 80 Istimewa

2 77 – 78 Baik

3 75 – 76 Cukup

4 73 – 74 Kurang

38

5 71 – 72 Buruk

Melihat dari tabel kualitas variabel diatas, menunjukkan bahwa

prestasi belajar biologi siswa yang menjadi anggota Palang Merah

Remaja (PMR) dalam kategori ”kurang” terlihat dari rata-rata prestasi

belajar biologi siswa yang menjadi anggota Palang Merah Remaja

(PMR) adalah 73,5. Sesuai dengan tabel 4.3, nilai tersebut berada

dalam interval 70 – 74.

b. Deskripsi data tentang prestasi belajar biologi siswa yang tidak

menjadi anggota Palang Merah Ramaja (PMR)

Seperti diatas, untuk menentukan nilai kualitatif prestasi belajar

biologi siswa yang tidak menjadi anggota Palang Merah Remaja

(PMR) yang dalam hal ini disimbolkan dengan X2 adalah dengan

menjumlahkan nilai raport siswa sesuai dengan urutan. Untuk lebih

jelasnya, dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5

Data nilai raport siswa kelas XI IPA

yang tidak menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR)

No Siswa Nilai Rapor

1 A 72

2 B 75

3 C 73

4 D 75

5 E 78

6 F 75

7 G 71

8 H 66

9 I 75

10 J 75

11 K 72

39

12 L 71

13 M 76

14 N 76

15 O 72

Jumlah 1102

Berdasarkan tabel di atas, kemudian diadakan analisis sebagai berikut:

1) Mencari Interval Nilai

Untuk mencari interval nilai dan menentukan klasifikasi serta

interval di gunakan rumus sebagai berikut:

K

RP dimana R = NT – NR dan K = 1+3,3 log N

P = Panjang Interval Kelas NT = Nilai Tertinggi

R = Rentang Nilai NR = Nilai Terendah

K = Banyaknya Kelas N = Jumlah Responden

Maka:

R = NT – NR

= 78 – 66

= 12

K = 1+3,3 log N

= 1+3,3 log 15

= 1+3,881

= 4,881 dibulatkan menjadi 5

K

RP

5

12P

= 2,4 dibulatkann menjadi 3

40

2) Mencari Rata-Rata Prestasi belajar biologi Siswa yang tidak

menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR)

Untuk mencari rata-rata prestasi belajar, digunakan

perhitungan dengan tabel sebagai berikut:

Tabel 4.6

Deskripsi Frekuensi Variabel X2

Interval F X fX Mean

78 – 80 1 79 79

15

1110Me

= 74

75 – 77 7 76 532

72 – 74 4 73 292

69 – 71 2 70 140

66 – 68 1 67 67

Jumlah 15 1110

3) Kualitas Variabel Prestasi belajar biologi Siswa yang tidak menjadi

anggota Palang Merah Remaja (PMR)

Setelah diketahui nilai rata-rat prestasi belajar biologi siswa

yang tidak menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR), maka

kemudian hasil tersebut dicocokan pada Tabel 4.7 berikut.

Tabel 4.7

Kualitas Variabel X2

No Interval Keterangan

1 78 – 80 Istimewa

2 75 – 77 Baik

3 72 – 74 Cukup

4 69 – 71 Kurang

5 66 – 68 Buruk

Melihat dari tabel kualitas variabel diatas, menunjukkan bahwa

prestasi belajar biologi siswa yang tidak menjadi anggota Palang

Merah Remaja (PMR) dalam kategori ”cukup” terlihat dari rata-rat

41

prestasi belajar biologi siswa yang tidak menjadi aggota Palang Merah

Remaja (PMR) adalah 74 apabila disesuaikan dengan tabel 4.6, nilai

tersebut berada dalam interval 72 – 74.

2. Analisis Uji Hipotesis

Untuk membuktikan ada tidaknya perbedaan serta diterima tidaknya

hipotesa yang diajukan, maka dilakukan perhitungan dengan

menggunakan rumus :

2121

2

22

2

11

21

11

2

11

nnnn

snsn

XXt

Keterangan :

t : hasil akhir dari perhitungan rumus diatas

1X dan 2X : nilai rata-rata hitung data kelompok 1 dan 2

S12 dan S2

2 : varians sampel data kelompok 1 dan 2

n1 dan n2 : banyaknya data kelompok 1 dan 2

Dalam menganalisis data ini, digunakan langkah-langkah sebagai

berikut :

a. Mencari Mean Variabel X1

b. Mencari Mean Variabel X2

c. Mencari Varians Sampel X1

d. Mencari Varians Sampel X2

e. Mencari t

Adapun langkah-langkah pelaksanaannya adalah sebagai berikut :

a. Mencari Mean Variabel X1

Untuk mendapatkan nilai rata-rata (mean) dari variabel X1, maka

digunakan rumus :

n

XMe

1

Keterangan:

Me : rata-rata

X : nilai variabel

42

n : jumlah individu

hasilnya adalah:

n

XMe

1

= 1027

14

= 73,357

Jadi, mean dari variabel X1 adalah 73,357

b. Mencari Mean Variabel X2

Untuk mendapatkan nilai rata-rata (mean) dari variabel X2 maka

digunakan rumus :

n

XMe

2

Keterangan:

Me : rata-rata

X : nilai variabel

n : jumlah individu

hasilnya adalah:

n

XMe

2

= 1102

15

= 73,466

Jadi, mean dari variabel X2 adalah 73,466

c. Mencari Varians Sampel X1

Tabel 4.8

Varians Sampel X1

No. Resp. 1X

1X 11 XX 211 XX

1 75 73,357 1,643 2.699449

2 79 73,357 5,643 31.84345

3 73 73,357 0,643 0.127449

43

4 73 73,357 0,643 0.127449

5 71 73,357 -2,357 5.555449

6 72 73,357 -1.357 1.841449

7 72 73,357 -1.357 1.841449

8 74 73,357 0.643 0.413449

9 72 73,357 -1.357 1.841449

10 75 73,357 1.643 2.699449

11 71 73,357 -2.357 5.555449

12 75 73,357 1.643 2.699449

13 73 73,357 -0.357 0.127449

14 72 73,357 -1.357 1.841449

Jumlah 59.21429

1

2

112

1

n

XXS

114

59.21429

= 4.554945

Jadi, varians sampel X1 adalah 4.554945

d. Mencari Varians Sampel X2

Tabel 4.9

Varians Sampel X2

No. Resp. 2X 2X 22 XX 222 XX

1 72 73,466 -1.466 2.149156

2 75 73,466 1.534 2.353156

3 73 73,466 -0.466 0.217156

4 75 73,466 1.534 2.353156

5 78 73,466 4.534 20.55716

6 75 73,466 1.534 2.353156

7 71 73,466 -2.466 6.081156

8 66 73,466 -7.466 55.74116

44

9 75 73,466 1.534 2.353156

10 75 73,466 1.534 2.353156

11 72 73,466 -1.466 2.149156

12 71 73,466 -2.466 6.081156

13 76 73,466 2.534 6.421156

14 76 73,466 2.534 6.421156

15 72 73,466 -1.466 2.149156

Jumlah 119.7333

1

2

222

2

n

XXS

115

119.7333

= 8.552381

Jadi, varians sampel X2 adalah 8.552381

Sebelum masuk pada rumus t-test yang akan digunakan, maka perlu

diuji dulu varians kedua sampel homogen atau tidak. Pengujian

homogenitas varians digunakan uji F dengan rumus sebagai berikut:

iliansterkec

ariansterbesF

var

var

4.

552381.8F

= 1.877603

Harga F hitung tersebut perlu dibandingkan dengan F tabel, dengan dk

pembilang = 15-1 dan dk penyebut = 14-1.

Berdasarkan dk pembilang = 14 dan dk penyebut = 13, dengan taraf

kesalahan ditetapkan = 5%, maka harga F tabel = 2,55.

Dalam hal ini berlaku ketentuan, bila harga F hitung lebih kecil atau

sama dengan F tabel (Fh ≤ Ft), maka H0 diterima dan Ha ditolak. H0

diterima berarti varians homogen, dan kalau Ha yang diterima, maka

varians tidak homogen.

45

Hasil dari perhitungan ini di dapat bahwa Fh lebih kecil dari Ft, maka

itu menunjukan bahwa varians homogen.

e. Mencari t

2121

2

22

2

11

21

11

2

11

nnnn

snsn

XXt

15

1

14

1

21514

8.552381115877603.4114

73,466357,73t

15

1

14

1

27

733334.119408839.63

109,0t

15

1

14

1

27

142173.183

109,0t

0666666,00714285,07830434.6

109,0

t

936705.0

109,0t

967835.0

109,0t

t -0,1126225

3. Analisis Lanjut

Setelah harga t diketahui, kemudian akan diinterpretasikan dengan

identifikasi bahwa apabila nilai t yang diperoleh dari hasil observasi sama

atau lebih besar dari t dalam tabel, baik pada taraf signifikansi 5% atau

1%, maka hasil penelitian ini menunjukkan signifikan, tetapi apabila nilai t

yang diperoleh dari hasil observasi ternyata lebih kecil dari nilai t dalam

tabel, maka hasil penelitian non signifikan yaitu tidak terdapat perbedaan.

46

Untuk mengetahui nilai t dalam tabel sebagai pedoman dasar

pembuktian signifikan terlebih dahulu dicari derajat kebebasan (degree of

fredom) atau dk nya dengan rumus sebagai berikut :

dk = n1 + n2 – 2

Dari rumus diatas, maka peneliti memilih salah satu yaitu dk = n1 + n2 – 2

sehingga dk = n1 + n2 – 2

= 14 + 15 – 2

= 27

Jadi dk nya dapat diketahui sebesar 27 kemudian dijadikan sebagai

dasar pembuktian signifikansi. Sedangkan tabel nilai t yang dijadikan

dasar adalah sebagai berikut :

Tabel 4.10

Nilai t Tabel

d. k Harga t pada Taraf Signifikansi

5 % 1 %

26 1,706 2,479

27 1,703 2,473

28 1,701 2,467

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dk sebesar 27

diperoleh t tabel sebagai berikut :

- Pada taraf signifikansi 5% = 1,701

- Pada taraf signifikansi 1% = 2,473

Karena t yang diperoleh dalam perhitungan (yaitu t = -0,1126225)

adalah lebih kecil dari pada t tabel (baik pada taraf signifikansi 5%

maupun pada taraf signifikansi 1%) maka hipotesa nihil diterima. Berarti

antara variabel X1 dan variabel X2 tidak terdapat perbedaan atau

kesenjangan yang signifikan.

47

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Dari hasil perhitungan nilai variabel X1 diketahui nilai rata-rata 73,357.

Hal ini berarti bahwa prestasi belajar biologi siswa yang menjadi aggota

Palang Merah Remaja (PMR) dalam kategori cukup, yaitu pada interval nilai

75-76. Sedangkan nilai variabel X2 diketahui dengan rata-rata 73,466, yang

berarti bahwa prestasi belajar biologi siswa yang tidak menjadi anggota

Palang Merah Remaja (PMR) dalam kategori kurang, yaitu pada interval nilai

72-74.

Dengan demikian meskipun terdapat perbedaan antara mean prestasi

belajar biologi siswa yang menjadi aggota Palang Merah Remaja (PMR)

dengan mean prestasi belajar biologi siswa yang tidak menjadi anggota Palang

Merah Remaja (PMR) pada siawa kelas XI IPA MA Walisongo Pecangaan

Jepara, namun perbedaan itu bukanlah perbedaan atau kesenjangan yang

signifikan setelah diinterpretasikan dengan taraf signifikan 5% maupun 1%.

Dimana didapat hasil thitung lebih kecil daripada ttabel, yang berarti H0 diterima

sedangkan Ha ditolak.

Dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar biologi antara siswa yang

menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR) dan yang tidak menjadi

anggota Palang Merah Remaja (PMR) pada siswa MA Walisongo Pecangaan

Jepara tahun ajaran 2010/2011 tidak terdapat perbedaan atau kesenjangan

yang signifikan (berarti).

Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa prestasi belajar

biologi siswa tidak hanya dipengaruhi oleh banyak atau sedikitnya alokasi

waktu belajar dan kesibukan siswa untuk melakukan kegiatan diluar belajar

materi biologi. Melainkan dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor tersebut

berasal dari dalam diri siswa itu sendiri (faktor internal) ataupun berasal dari

luar diri siswa (faktor eksternal).

Faktor internal seperti, kesehatan fisik ataupun mental siswa,

kecerdasan, perhatian, minat, kesiapan serta kematangan siswa. Adapun faktor

dari luar diri siswa juga sangat berpengaruh besar atas prestasi siswa. Prestasi

48

belajar siswa tidak akan membaik jika tidak didukung oleh keterpaduan dari

masing-masing faktor internal dan eksternal siswa.

Selain faktor internal, terdapat faktor yang berasal dari luar diri siswa

(faktor eksternal). Faktor eksternal itu misalnya, faktor kondisi keluarga,

faktor kondisi sekolah, faktor lingkungan masyarakat dan lain sebagainya.

Tidak adanya saling mendukung antar faktor internal dann eksternal siswa,

maka prestasi belajar tidak akan bisa maksimal.1

Tidak semua materi yang diajarkan dalam Palang Merah Remaja

(PMR) sesuai dengan materi pelajaran biologi yang diajarkan dikelas. Karena

dalam kurikulum Palang Merah Remaja (PMR) terdapat materi-materi

kepemimpinan, kedisiplinan dan lain sebagainya disamping materi yang

benar-benar berkesesuaian. Misalnya, materi Pertolongan Pertama, Materi

Kesehatan Reproduksi Remaja, Materi Ilmu Fa’al dasar dan lain sebagainya.

Karena heterogenitas fokus materi Palang Merah Remaja (PMR) tersebut,

maka kecerdasan siswa dalam mengatur waktu dan mensikapi suatu hal sangat

berpengaruh.

C. Keterbatasan Penelitian

Hasil apapun telah dilakukan secara optimal oleh peneliti, namun

peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini pasti terjadi banyak kendala

dan hambatan. Hal tersebut bukan karena faktor kesengajaan, melainkan

terjadi karena adanya keterbatasan dalam melakukan penelitian. Adapun

keterbatasan yang dialami peneliti dalam penelitian ini adalah pengukuran

penelitian yang hanya pada prestasi belajar biologi dan populasi yang diteliti

hanya satu kelas saja.

Selain itu, tempat penelitian hanya terbatas di MA Walisongo

Pecangaan Jepara, sehingga apabila dilakukan di sekolah lain, hasil penelitian

ini dimungkinkan berbeda.

1 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta

1995), hlm. 54

49

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan setelah diadakan pembahasan, maka

dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Prestasi belajar biologi siswa yang menjadi anggota Palang Merah Remaja

(PMR) pada siswa kelas XI IPA MA Walisongo Pecangaan Jepara tahun

ajaran 2010/2011 mempunyai nilai rata-rata 73,5. yang berada dalam

interval 70 – 74 dengan kategori kurang.

2. Prestasi belajar biologi siswa yang tidak menjadi anggota Palang Merah

Remaja (PMR) pada siswa kelas XI IPA MA Walisongo Pecangaan Jepara

tahun ajaran 2010/2011 adalah 74 nilai itu berada dalam interval 72 – 74

dengan kategori cukup.

3. Berdasarkan pada analisis kuantitatif di atas menunjukkan bahwa Prestasi

belajar biologi antara siswa yang menjadi anggota Palang Merah Remaja

(PMR) dan yang tidak menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR)

pada siswa kelas XI IPA di MA Walisongo Pecangaan Jepara tidak

terdapat perbedaan atau kesenjangan yang signifikan.

Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis statistik bahwa nilai t sebesar

-0,1126225 berada lebih kecil daripada nilai t yang ada dalam tabel baik

pada taraf signifikansi 5% yaitu 1,703 dan pada taraf signifikansi 1% yaitu

2,473.

Jadi hipotesa alternatif (Ha) yang diajukan yaitu ada perbedaan

adalah ditolak, dan hipotesa nihil (Ho) yang mengatakan tidak terdapat

perbedaan yang signifikan adalah diterima.

B. Saran-saran

Dengan merendahkan hati dan tetap menaruh rasa hormat kepada pihak

manapun, peneliti akan mengajukan beberapa saran demi kemajuan mutu

pendidikan dan sekaligus akan menjadi pelengkap skripsi yang peneliti buat.

50

Adapun saran-saran yang peneliti ajukan adalah sebagai berikut :

1. Saran bagi siswa :

a. Siswa hendaknya bisa aktif di kegiatan ekstrakulikuler yang

diselenggarakan di sekolah. Karena dengan itu diharapkan siswa

mampu memperkaya pengalaman.

b. Jika prestasi belajar siswa menurun, maka secepatnya harus

melakukan introspeksi diri sehingga tidak terlalu cepat menyalahkan

faktor-faktor lain di luar dirinya. Lebih banyak menurunnya prestasi

belajar siswa disebabkan olah ketidak mampuan siswa dalam

mengatur waktu belajar dan kegiatan-kegiatan lain.

c. Siswa harus terus belajar dengan sungguh-sungguh dalam keadaan

apapun, baik di rumah maupun sekolah.

2. Saran bagi Guru dan Pembina Palang Merah Remaja (PMR):

a. Hendaknya guru atau pembimbing pada ekstrakulikuler Palang Merah

Remaja (PMR), dapat mengintegrasikan materi pelajaran pada tiap

materi Palang Merah Remaja (PMR).

b. Baik guru mata pelajaran maupun Pembina Palang Merah Remaja

(PMR), bisa lebih kreatif dalam menyampaikan materi.

3. Saran bagi orang tua :

a. Bagi orang tua, seharusnya dapat selalu memberikan dukungan pada

siswa untuk melakukan kegiatan disekolah sesuai dengan hatinya.

b. Hendaknya tidak menyalahkan keikutsertaan siswa dalam kegiatan

ekstrakulikuler jika terjadi kegagalana siswa dalam belajar. Karena

kegagalan itu terjadi karena banyak sebab.

C. Penutup

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, akhirnya terselesaikanlah

skripsi ini. Selanjutnya sangat diharapkan saran serta kritik yang membangun

dari pembaca. Semoga dapat menjadi referensi untuk melakukan penelitian-

penelitian yang selanjutnya dan bermanfaat bagi para pembaca. Amiin.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta:

Rineka Cipta, 1999.

AM, Sudirman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Raja

Grafindo, 2001.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi

5, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Edisi Revisi

III, Jakarta: Rineka Cipta, 1992.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Teori dan Praktek,

Jakarta: Rineka Cipta, 1999.

Azis, Shaleh Abdul dan Abdul Azis Abdul Majid, At-Tarbiyah wa Turuqu Tadris,

(Mesir: Darul Ma’arif), hlm. 169.

Azwar, Syaifuddin, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997.

Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jogjakarta:

Arruzz, 2007.

Chaniago, Mukhtar dan Tuti Tarwiyah Adi, Analisis SWOT Kebijakan Era

Otonomi Daerah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar

dan Menengah serta Direktorat Pembinaan Kesiswaan, Petunjuk

Pelaksanaan Palang Merah Remaja di Sekolah, Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, 1996.

dePorter, Bobbi, Quantum Teaching, Bandung: Kaifa, 2000.

Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.

Hadi, Sutrisno, Metodologi Research I, Yogyakarta: Andi Offset, 2000.

Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008.

Hamid, Jabir Abdul, Siikuuluujjiyyah at-Ta’lim, Mesir: Darun Nadloh al-

Arobiyah, 1978.

Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum KTSP dan Sukses Dalam

Sertifikasi Guru, Jakarta: PT Raja Gravindo Persada, 2007.

Margono, S., Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta, 1997.

Mudjijo, Tes Hasil Belajar, Jakarta: Bumi Aksara, 1995.

Mustaqim Dan Abdul Wahib, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1991.

Palang Merah Indonesia, Materi Pendidikan Palang Merah Remaja, Jakarta:

Markas Besar Palang Merah Indonesia, 1991.

Purwanto, M. Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

1990.

Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Rosyda Karya, 2000.

Rustaman, Nuryani Y., dkk., Strategi Belajar Mengajar Biologi, Jakarta: Jurusan

Pendidikan Biologi Fakultas Pendidikan Matemátika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia, 2003.

Sitorus, MH., Istilah-istilah Biologi, Bandung: Irma Widjaya, 1999.

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, Jakarta: Rineka Cipta

1995.

Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1998.

Sudjana, Nana, Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja

Rosydakarya, 2004.

Sugiyono, Stastiktika Untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta, 2007.

Sukmadinata, Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung:

PT Remaja Rosydakarya, 2004.

Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2005.

Supriadi, Dedi, Membangun Bangsa Melalui Pendidikan, Bandung: Rosyda

Karya, 2004

Surahman, Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik,

Bandung: Tarsito, 1990.

Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik,

Surabaya: Prestasi Pustaka, 2009.

Tu’lu, Tulus, Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa, Jakarta:

Grasindo, 2004.

Uno, Hamzah B., Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, Yakarta: PT

Bumi Aksara, 2008.

Usman, Moh.Uzer, Menjadi Guru Professional, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya 2006.

Profil MA Walisongo Pecangaan Jepara

1. Tinjauan Historis

Sejarah dan perkembangan MA Walisongo Pecangaan Jepara tidak

bisa lepas dari berdirinya sebuah lembaga pendidikan Nahdlatul Ulama

yang berdiri pada tanggal 5 Agustus 1965 yaitu Muallimin NU. Lembaga

inilah yang menjadi cikal bakal bagi seluruh lembaga pendidikan yang

sekarang dikelola oleh Yayasan Walisongo, yakni: Madrasah Diniyah

Awwaliyah, Wustho, Ulya, MTs, MA, SMP, SMA, MA dan SMK.

Keberadaan MA Walisongo Pecangaan semakin kuat secara yuridis

setelah dikelola oleh sebuah yayasan yang berbadan hukum melalui Akta

Notaris J. Moelyani SH Nomor 100 pada tanggal 15 Februari 1980 yang

bernama Yayasan Walisongo yang berkedudukan di Pecangaan.

Sejak nama Madrasah berubah menjadi MA Walisongo Pecangaan

sampai dengan tahun ke-15 keberadaannya berjalan dengan apa adanya

dan tetap berstatus terdaftar. Hal ini tidak terlepas dari tidak adanya

political will dari pemerintah. Pada usianya yang ke-16 status MA

Walisongo Pecangaan menjadi diakui setelah lulus akreditasi yang

dikuatkan dengan Surat Keputusan Dirjen Binbaga Agama Islam No.

SK/Sc/28/PgmMA/1979 tertanggal 31 Oktober 1979.

Tahun 1998, setelah akreditasi diakui, berdasarkan SK Dirjen

Binbaga Agama Islam Nomor E.IV/PP.03.2/KEP/13/1998, MA Walisongo

Pecangaan memiliki status Disamakan. Pada 28 April 2005 MA

Walisongo Pecangaan melaksanakan reakreditasi yang dilaksanakan

Dewan Akreditasi Madrasah yang dibentuk oleh Departemen Agama

Provinsi Jawa Tengah dengan standar kualitas A berdasarkan SK

Departemen Agama Kantor Wilayah Provinsi Jawa Tengah Nomor:

KW.11.4/4/PP.03.2/625.20.19/2005.

2. Visi dan Misi

a. Visi MA Walisongo Pecangaan Jepara

Visi MA Walisongo Pecangaan Jepara adalah “Terwujudnya

lulusan yang BERAKHLAKUL KARIMAH DAN BERKOMPETENSI

YANG BERSTANDARKAN ISLAMI.”

b. Misi MA Walisongo Pecangaan Jepara

1) Menyelenggarakan pendidikan yang berkompeten dalam mencapai

prestasi akademik dan non-akademik.

2) Menyelenggarakan tata kelola madrasah yang efektif, efisien,

transparan dan akuntabel.

3) Meningkatkan kompetensi dan profesionalisme tenaga

kependidikan sesuai dengan perkembangan.

4) Menyelenggarakan pembelajaran yang aktif, kreatif, emansipatif

dan menyenangkan.

5) Melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka pembentukan

karakter akhlaqul karimah.

3. Letak Geografis

Secara geografis letak MA Walisongo Pecangaan berada di lokasi

yang strategis. Karena lokasinya berada di pusat kecamatan atau pusat

keramaian, tepatnya di Jl. Kauman No.01 Pecangaan sehingga mudah

dijangkau oleh sarana transportasi.

MA Walisongo Pecangaan merupakan sebuah institusi pendidikan

Islam yang telah berkiprah dalam kurun waktu cukup lama. Sejak

berdirinya tahun 1965 sampai sekarang (tahun 2011), usianya sudah 46

tahun, termasuk kategori lembaga pendidikan yang seharusnya sudah

sangat dewasa dan mampu bersaing dengan sekolah-sekolah negeri yang

lain di kota Jepara. Sampai saat ini MA Walisongo Pecangaan telah

mengalami perpindahan lokasi sebanyak 2 kali, pada awalnya di Gedung

Koperasi Tenun di Desa Troso. Kemudian pindah ke gedung milik sendiri.

Selanjutnya, dengan alasan memilih lokasi yang strategis pindah di

kecamatan Pecangaan.

4. Struktur Organisasi

Struktur organisasi madrasah dibuat dalam rangka pengaturan

aktivitas madrasah agar semua kegiatan dan proses belajar mengajar dapat

berjalan dengan baik dan lancar. Begitu juga yang ada di MA Walisongo

Pecangaan, untuk mengatur dan mengkoordinir seluruh elemen dan staf

madrash agar sesuai dengan tugas yang ada, maka dibuatlah struktur

organisasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam lampiran.

5. Keadaan guru, karyawan dan siswa

a. Keadaan guru di MA Walisongo Pecangaan Jepara

Berdasarkan dokumentasi MA Walisongo Pecangaan diketahui

bahwa jumlah guru yang ada sebanyak 45 orang. Dengan kompetensi

kelulusan S.2 sebanyak 2 orang, S.1 sebanyak 40 orang dan 3 orang

lulusan D3 yang terdiri dari 32 laki-laki dan 13 perempuan.

b. Keadaan pegawai

Keadaan pegawai atau tenaga administrasi di MA Walisongo

Pecangaan Jepara berjumlah 8 orang yang terdiri dari 7 laki-laki dan 1

perempuan.

c. Keadaan siswa

Pada tahun ajaran 2010/2011 jumlah siswa MA Walisongo

Pecangaan Jepara sebanyak 310 yang terdiri dari 129 laki-laki dan

181 perempuan.

Tabel

Rekapitulasi Data Siswa MA Walisongo Pecangaan Jepara

Tahun Ajaran 2010/2011

No Kelas L P Jumlah

1 XA 18 23 41

2 XB 18 24 42

Jumlah 36 47 83

4 XI IPA 1 4 25 29

6 XI IPS 16 13 29

7 XI Bahasa 9 19 28

8 XI Keagamaan 16 11 27

Jumlah 45 68 113

9 XII IPA 12 20 32

10 XII IPS 1 12 19 31

11 XII Bahasa 9 21 30

12 XII Keagamaan 15 6 21

Jumlah 48 66 114

Jumlah Total 129 181 310

(Sumber: Dokumen MA Walisongo Pecangaan Jepara)

6. Sarana Prasarana

Sarana dan Prasana yang dimiliki oleh MA Walisongo Pecangaan

adalah sebagai berikut:

a) Ruang Kepala Madrasah

b) Ruang Tata Usaha

c) Ruang Guru

d) Ruang BP/ BK

e) Ruang Perpustakaan

f) Ruang Lab. IPA

g) Ruang Lab. Bahasa

h) Ruang Lab. Multimedia

i) Ruang OSIS

j) Musholla

k) Koperasi

l) Kamar Kecil Guru

m) Kamar Kecil Siswa

n) Ruang Kelas

o) Ruang Kegiatan

p) Ruang Kesehatan

q) Kantin

7. Ekstra Kurikuler

Seperti halnya madrasah-madrasah lain, di MA Walisongo

Pecangaan diadakan berbagai macam kegiatan ekstra kurikuler yang antara

lain meliputi:

a) Seni Baca al-Qur’an

b) Rebana

c) Seni Lukis

d) Sepak Bola

e) Bola Voli

f) Pencak Silat

g) Tata Boga

h) Menjahit

i) Palang Merah Remaja (PMR)

j) Pusat Informasi Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR)

k) Patroli Keamanan Sekolah (PKS)

l) Pramuka

m) Komputer

n) Latihan Khithobah

o) IPNU dan IPPNU

p) Jurnalistik

q) Bola Basket

8. Kegiatan Keagamaan

Kegiatan Keagamaan yang dilaksanakan di MA Walisongo

Pecangaan adalah sebagai berikut:

a) Shalat Dhuhur Berjamaah

b) Istighotsah Berjamaah

c) Safari Maulid

d) Peringatan Hari Besar Islam (PHBI)

e) Pesantren Ramadhan

f) Pembagian Zakat

STRUKTUR PENGURUS ORGANISASI PMR WIRA YUDHA

UTAMA MA WALISONGO PECANGAAN JEPARA

PERIODE 2010/2011

Pelindung : Kepala Sekolah MA Walisongo Pecangaan Jepara

Penanggung Jawab : Ainun Najib, S.Ag

Pembina : Irbab Aulia, S.Pd

Ketua : Ahmad Jauharudin

Wakil Ketua : Emala Sholikhah

Sekretaris : Anis Maghfiroh

Dewi Munifatul Khaliyah

Bendahara : Fairuzza Nurol Aini

Helmi Rohmawati

Seksi-Seksi :

Seksi Perlengkapan : Isfi Nurfaizah

Siti Rofiqoh

Dewi Manifatul

Niswatur Rohmah

Yunisa Afiani

Seksi Humas : Mimin Aminatuzzuhriyah

Naila Syu’batul Ulya

Dewi Yulianingrum

Rosita Ana

Fifi Nurhayati

Seksi Kesehatan : Puji Arista

Rina Ayu Nurlaela Sari

Silviyani

Tutik Barokhati

Fitriyah Durrotun N

KURIKULUM PMR WIRA YUDHA UTAMA

MA WALISONGO PECANGAAN JEPARA

PERIODE 2010/2011

NO POKOK

BAHASAN

MATERI

BAHASAN

TUJUAN

PEMBELAJARAN

WAKTU

1 PMI - Sejarah PMI

- Organisasi,

tugas dan

kegiatan PMI

- Mengetahui sejarah

perjalanan

organisasi PMI

2 x 45

menit

2 Palang Merah

Internasional

dan HPI

- Prinsip-prinsip

gerakan Palang

Merah dan

Bulan Sabit

Merah

International.

- Palang Merah

initernasional

- Komite

Internacional

Palang Merah

dan Bulan Sabit

Merah

- Peraturan dasar

HPI

- Tugas Palang

Merah sesuai

konverensi

Gengeva 1949

- Awal mula

perkembangan

- Memahami Dan

Menghayati 7

Prinsip Palang

Merah Dan Bulan

Sabit Merah

Dalam

Kehidupan

Sehari-Hari

- Memahami Sejarah

Lahirnya Palang

Merah

- Memahami Tugas,

Fungsi Dan

Kerjasama Ke 3

Komponen PMI

- Memahami Awal

Mula Dan

Perkembangan

HPI

- Memahami Tugas

Palang Merah

2 x 45

menit

HPI

- Penyebarluasan

di lingkungan

remaja

Sesuai

Konverensi

Geneva 1949

- Memahami

Peranan PMR

Dalam

Penyebarluasan

HPI/Prinsip

Palang Merah

3 PMR - Dasar-dasar ke-

PMR-an

- Memahami

organisasi PMR

dan

persyaratannya

- Memahami

kegiatan PMR

2 x 45

menit

4 Kepemudaan

dan organisasi

- Peranan

generasi muda

- Memahami

peranan generasi

muda dalam

penerus dan

perkembangan

kehidupan

berbangsa dan

bernegara

- Mampu

mengembangkan

persahabatan

2 x 45

menit

5 Hubungan antar

manusia

- Dasar-dasar

kepemimpinan

- Dasar-dasar

komunikasi

- Mampu

memimpin,

berkomunikasi,

bekerjasama dan

4 x 45

menit

- Kerjasama

- Baris berbaris

- Dasar-dasar

persahabatan

bersikap disiplin

- Mampu memimpin

baris berbaris

- Mampu menjalin

persahabatan

6 Pengabdian

masyarakat

- Pembangunan

kesehatan

masyarakat desa

dan

kesejahteraan

masyarakat

- Pelayanan UKS

atau pos

kesehatan desa

- Memahami prinsip

pengabdian

- Mampu melakukan

mawas diri dalam

masyarakat dan

bagaimana

memecahkan

permasalahannya

6 x 45

menit

7 Penanggulangan

bencana alam,

DU,

penampungan

sementara

- Penanggulangan

musibah/bencan

a

- Prinsip dapur

umum

- Penampungan

sementara

- Memahami prinsip

bantuan PM

dalam

penanggulangan

bencana

- Memahami

peranan PMR

dalam

penanggulangan

bencana

- Memahami prinsip

penyelenggaraan

dapur umum

6 x 45

menit

8 P 3 K - BBP P3K MB

PMI

- Dasar-dasar

- Memahami dasar-

dasar P3K dan

kesehatan

30 x 45

menit

P3K

- Ilmu urai dan

fa’al tubuh

manusia

- Gangguan

umum

- Gangguan lokal

- Gangguan

khusus

- Balut membalut

- Pengangkutan

korban

- Memahami ilmu

urai fa’al tubuh

manusia

- Memahmi

gangguan umum

- Memahmi

gangguan lokal

- Memahmi

gangguan khusus

- Balutmembalut

- Pengankutan

korban

9 PK - BP PK I

- Dasar-dasar

kesehatan dan

PK

- Gejala penyakit

- Perawatan

sehari-hari

- Perawatan bayi

- Makanan dan

obat-obatan

- Memahami dasar-

dasar kesehatan

(kebersihan,

imunisasi, Gizi)

dan dasar PK

- Memahami

pertolongan pada

beberapa gejala

penyakit penting

- Memahami

perawatan sehari-

hari di rumah

- Memahami cara

merawat bayi

- Memahami cara

memberikan

makanan yang

tepat bagi orang

sakit

25 x 45

menit

- Memahami bahaya

NARKOBA

10 Transfusi darah - Donor darah

dan motivasi

donor

- Memahami

persyaratan

donor darah

sukarela dan

memahami

service cost

- Mengetahui cara

menjadi donor

darah sukarela

dan cara

mendapatkan

darah

- Memahami

peranan PMR

dalam

pelaksanaan

donor darah

- Memahami

DORAS

2 x 45

menit

11 TMS - TMS - Memahami

pelaksanan TMS

dan memahami

peranan PMR

dalam bidang

TMS

2 x 45

menit

12 Kesehatan

remaja

- Dasar-dasar

kesehatan dan

pola hidup

- Memahami dasar-

dasar kesehatan

4 x 45

menit

13 Evaluasi akhir

RIWAYAT HIDUP PENULIS

A. Identitas Diri

1. Nama Lengkap : Edy Arif Tirtana

2. Tempat & tgl. Lahir : Jepara, 17 Desember 1986

3. NIM : 053811143

4. Alamat Rumah : Tubanan Timbul RT 01/ 02 Kembang Jepara

HP : 085 290 953 301

E-mail : [email protected]

B. Riwayat Pendidikan

Pendidikan Formal:

1. SD Negeri Tubanan VI Lulus Tahun 1998

2. SMP Negeri I Kembang Jepara Lulus Tahun 2001

3. MA Hasyim Asy’ari Jepara Lulus Tahun 2004

4. IAIN Walisongo Semarang angkatan 2005

Pendidikan non formal:

1. Pondok Pesantren Darut Ta’lim Jepara

2. Pondok Pesantren Roudlotus Sa’idiyah Semarang

C. Karya Ilmiah

Studi Komparasi Prestasi Belajar Biologi Antara Siswa yang Menjadi

Anggota Palang Merah Remaja (PMR) dan yang Tidak, pada Siswa Kelas XI

IPA MA Walisongo Pecangaan Jepara Tahun Ajaran 2010/2011

Semarang, Juni 2011

Edy Arif Tirtana

NIM: 053811143

RIWAYAT HIDUP PENULIS

A. Identitas Diri

1. Nama Lengkap : Edy Arif Tirtana

2. Tempat & tgl. Lahir : Jepara, 17 Desember 1986

3. NIM : 053811143

4. Alamat Rumah : Tubanan Timbul RT 01/ 02 Kembang Jepara

HP : 085 290 953 301

E-mail : [email protected]

B. Riwayat Pendidikan

Pendidikan Formal:

1. SD Negeri Tubanan VI Lulus Tahun 1998

2. SMP Negeri I Kembang Jepara Lulus Tahun 2001

3. MA Hasyim Asy’ari Jepara Lulus Tahun 2004

4. IAIN Walisongo Semarang angkatan 2005

Pendidikan non formal:

1. Pondok Pesantren Darut Ta’lim Jepara

2. Pondok Pesantren Roudlotus Sa’idiyah Semarang

C. Karya Ilmiah

Studi Komparasi Prestasi Belajar Biologi Antara Siswa yang Menjadi

Anggota Palang Merah Remaja (PMR) dan yang Tidak, pada Siswa Kelas XI

IPA MA Walisongo Pecangaan Jepara Tahun Ajaran 2010/2011

Semarang, Juni 2011

Edy Arif Tirtana

NIM: 053811143