tugas walisongo

49
Kisah Sunan Kalijaga Sunan Kalijaga dengan nama panggilan Raden Mas Said atau yang bergelar “Sunan Kalijaga” merupakan putra dari Ki Tumenggung Wilatikta yaitu Bupati Tuban merupakan salah satu dari Walisongo yang mempunyai peran penting dalam penyebaran islam. Nama lengkap ayah Sunan Kalijaga adalah Raden Sahur Tumenggung Wilatikta. Selain mempunyai anak Sunan Kalijaga, beliau juga mempunyai putri yang bernama Dewi Roso Wulan. Sunan Kalijaga atau Sunan Kalijogo adalah seorang tokoh Wali Songo yang sangat lekat dengan Muslim di Pulau Jawa, karena kemampuannya memasukkan pengaruh Islam ke dalam tradisi Jawa. Makamnya berada di Kadilangu, Demak Masa kecil Sunan Kalijaga sudah merasakan dan melihat lingkungan sekitar yang kontradiktif dengan kehidupan rakyat jelata yang serba kekurangan, menyebabkan ia bertanya kepada ayahnya mengenai hal tersebut, yang dijawab oleh ayahnya bahwa itu adalah untuk kepentingan kerajaan Majapahit yang membutuhkan dana banyak untuk menghadapi pemberontakan. Maka secara diam-diam ia bergaul dengan rakyat jelata, menjadi pencuri untuk mengambil sebagian barang-barang di gudang dan membagikan kepada rakyat yang membutuhkan. Namun akhirnya ia ketahuan dan dihukum cambuk 200 kali ditangannya dan disekap beberapa hari oleh ayahnya, yang kemudian ia pergi tanpa pamit. Mencuri atau merampok dengan topeng ia lakukan, demi rakyat jelata. Tapi ia tertangkap lagi, yang menyebabkan ia di usir oleh ayahnya dari Kadipaten. Akhirnya ia pun pergi, tinggal di hutan Jadiwangi dan menjadi perampok orang-orang kaya dan berjuluk Brandal Lokajaya. Selain gelar tersebut sebenarnya Sunan Kalijaga juga mempunyai nama-nama lain seperti R. Abdurrahman, Syeh Malaya, Pangeran Tuban serta Jogoboyo. Masyarakat Cirebon berpendapat bahwa nama Sunan Kalijaga berasal dari dusun Kalijaga di Cirebon. Sunan Kalijaga memang pernah tinggal di Cirebon dan bersahabat erat dengan Sunan Gunung Jati. Kalangan Jawa mengaitkannya dengan kesukaan wali ini untuk berendam (‘kungkum’) di sungai (kali) atau “jaga kali”. Namun ada yang menyebut istilah itu berasal dari bahasa Arab “qadli dzaqa” yang menunjuk statusnya sebagai “penghulu suci” kesultanan.

Upload: fakhrurrazi-fakhri

Post on 03-Dec-2015

189 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sejarah

TRANSCRIPT

Page 1: tugas walisongo

Kisah Sunan Kalijaga

Sunan Kalijaga dengan nama panggilan Raden Mas Said atau yang

bergelar “Sunan Kalijaga” merupakan putra dari Ki Tumenggung Wilatikta yaitu Bupati Tuban

merupakan salah satu dari Walisongo yang mempunyai peran penting dalam penyebaran islam.  Nama

lengkap ayah Sunan Kalijaga adalah Raden Sahur Tumenggung Wilatikta. Selain mempunyai anak

Sunan Kalijaga, beliau juga mempunyai putri yang bernama Dewi Roso Wulan. Sunan

Kalijaga atau Sunan Kalijogo adalah seorang tokoh Wali Songo yang sangat lekat dengan Muslim di

Pulau Jawa, karena kemampuannya memasukkan pengaruh Islam ke dalam tradisi Jawa. Makamnya

berada di Kadilangu, Demak

Masa kecil Sunan Kalijaga sudah merasakan dan melihat lingkungan sekitar yang kontradiktif dengan

kehidupan rakyat jelata yang serba kekurangan, menyebabkan ia bertanya kepada ayahnya mengenai

hal tersebut, yang dijawab oleh ayahnya bahwa itu adalah untuk kepentingan kerajaan Majapahit yang

membutuhkan dana banyak untuk menghadapi pemberontakan. Maka secara diam-diam ia bergaul

dengan rakyat jelata, menjadi pencuri untuk mengambil sebagian barang-barang di gudang dan

membagikan kepada rakyat yang membutuhkan. Namun akhirnya ia ketahuan dan dihukum cambuk

200 kali ditangannya dan disekap beberapa hari oleh ayahnya, yang kemudian ia pergi tanpa pamit.

Mencuri atau merampok dengan topeng ia lakukan, demi rakyat jelata. Tapi ia tertangkap lagi, yang

menyebabkan ia di usir oleh ayahnya dari Kadipaten. Akhirnya ia pun pergi, tinggal di hutan Jadiwangi

dan menjadi perampok orang-orang kaya dan berjuluk Brandal Lokajaya. Selain gelar tersebut

sebenarnya Sunan Kalijaga juga mempunyai nama-nama lain seperti R. Abdurrahman, Syeh Malaya,

Pangeran Tuban serta Jogoboyo.

Masyarakat Cirebon berpendapat bahwa nama Sunan Kalijaga berasal dari dusun Kalijaga di Cirebon.

Sunan Kalijaga memang pernah tinggal di Cirebon dan bersahabat erat dengan Sunan Gunung Jati.

Kalangan Jawa mengaitkannya dengan kesukaan wali ini untuk berendam (‘kungkum’) di sungai (kali)

atau “jaga kali”. Namun ada yang menyebut istilah itu berasal dari bahasa Arab “qadli dzaqa” yang

menunjuk statusnya sebagai “penghulu suci” kesultanan.

Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Dengan demikian ia

mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit (berakhir 1478),Kesultanan Demak, Kesultanan

Cirebon dan Banten, bahkan juga Kerajaan Pajang yang lahir pada 1546 serta awal kehadiran Kerajaan

Page 2: tugas walisongo

Mataram dibawah pimpinan Panembahan Senopati. Ia ikut pula merancang pembangunan Masjid

Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak. Tiang "tatal" (pecahan kayu) yang merupakan salah satu

dari tiang utama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga.

Kelahiran

Sunan Kalijaga diperkirakan lahir pada tahun 1450 dengan nama Raden Said. Dia adalah putra

adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur. Nama lain Sunan Kalijaga

antara lain Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban, dan Raden Abdurrahman. Berdasarkan satu versi

masyarakat Cirebon, nama Kalijaga berasal dari Desa Kalijaga di Cirebon. Pada saat Sunan Kalijaga

berdiam di sana, dia sering berendam di sungai (kali), atau jaga kali.

Silsilah

Mengenai asal usul beliau, ada beberapa pendapat yang menyatakan bahwa beliau juga masih

keturunan Arab. Tapi, banyak pula yang menyatakan ia orang Jawa asli. Van Den Berg menyatakan

bahwa Sunan Kalijaga adalah keturunan Arab yang silsilahnya sampai kepada Rasulullah Shallallahu

'alaihi wa Sallam. Sementara itu menurut Babad Tuban menyatakan bahwa Aria Teja alias 'Abdul

Rahman berhasil mengislamkan Adipati Tuban, Aria Dikara, dan mengawini putrinya. Dari perkawinan

ini ia memiliki putra bernama Aria Wilatikta. Menurut catatan Tome Pires, penguasa Tuban pada tahun

1500 M adalah cucu dari peguasa Islam pertama di Tuban. Sunan Kalijaga atau Raden Mas Said adalah

putra Aria Wilatikta. Sejarawan lain seperti De Graaf membenarkan bahwa Aria Teja I ('Abdul Rahman)

memiliki silsilah dengan Ibnu Abbas, paman Muhammad. Sunan Kalijaga mempunyai tiga anak salah

satunya adalah Umar Said atau Sunan Muria. Namun beberapa sumber yang saya temukan bahwa

sunan kalijaga mempunyai 8 anak dari dua istri.

Pernikahan

Beliau menikah dengan dewi Sarokah dan mempunyai 5 (lima) anak, yaitu:

1. Kanjeng Ratu Pembayun yang menjadi istri Raden Trenggono (Demak)

2. Nyai Ageng Penenggak yang kemudian kawin dengan Kyai Ageng Pakar

3. Sunan Hadi (yang menjadi panembahan kali) menggantikan Sunan Kaijaga sebagai kepala Perdikan

Kadilangu.

4. Raden Abdurrahman

5. Nyai Ageng Ngerang.

Dalam suatu cerita dikatakan bahwa Sunan Kalijaga pernah juga menikah dengan Dewi Sarah binti

Maulana Ishak, Sunan Kalijaga mempunyai tiga orang putra, masing-masing ialah:

1. Raden Umar Said (Sunan Muria)

2. Dewi Ruqoyah

3. Dewi Sofiyah

Berda'wah

Sunan Kalijaga terlahir dari kalangan ningrat (darah biru) yang serba berkecukupan dari materi

maupun pendidikan. Ia adalah putra Tumenggung Wilatika (Aria Teja IV), seorang Adipati di Tuban.

Aria Teja IV sendiri adalah keturunan Adipati Ronggolawe, salah satu tokoh pendiri kerajaan Majapahit

yang kemudin mendapat kedudukan sebagai adipati di Tuban. Akan tetapi, alih-alih mewarisi jabatan

Page 3: tugas walisongo

yang empuk dari ayahandanya, Raden Syahid justru memilih manjadi pendakwah ajaran Islam di tanah

jawa.

Harta dan tahta yng sudah ada di depan mata justru membuat Raden Syahid hidup dengan penuh

kagalauan. Raden Syahid merasa risau melihat ketidakadilan dan penindasan terjadi di mana-mana.

Hal itu terjadi setelah Kerajaan majapahit yang secara sosial politik dan budaya banyak mengalami

kemunduran. Keadaan seperti ini menjadikan pejabat Negara banyak bergelimang harta dan berfoya-

foya dari hasil upeti rakyat.

Hati nurani Raden Syahid tidak tahan melihat penderitaan rakyat Tuban yang diperas dan ditindas

untuk kepentingan pejabat Negara. Apalagi pada saat itu sedang terjadi kemarau panjang. Secara

diam-diam, Raden Syahid membobol gudang perbekalan. Hasil curiannya kemudian dibagi-bagikan

kepada rakyat miskin. Tindakan ini dilakukan berkali-kali. Perbuatan ini pada awalnya tidak diketahui

penjaga di kadipaten. Namun, setelah diselidiki perbuatan tadi ternyata dilakukan Raden Syahid yang

juga pewaris tahta Kadipaten Tuban. Tindakan ini membuat ayahanda Raden Syahid malu. Ayahnya

marah besar sehingga mengusir Raden Syahid keluar dari wilayah Kadipaten Tuban.

Raden Syahid akhirnya keluar memilih menjadi penyamun. Ia memimpin segerombolan perampok,

menghadang orang-orang kaya dan pejabat Negara yang korup. Anehnya, hasil rampokan itu tidak

digunakan untuk dirinya, tetapi dibagi-bagikan kepada rakyat miskin.  Suatu hari, Saat Raden Said

berada di hutan, ia melihat seseorang kakek tua yang bertongkat. Orang itu adalah Sunan Bonang.

Karena tongkat itu dilihat seperti tongkat emas, ia merampas tongkat itu. Katanya, hasil rampokan itu

akan ia bagikan kepada orang yang miskin. Tetapi, Sang Sunan Bonang tidak membenarkan cara itu.

Ia menasihati Raden Said bahwa Allah tidak akan menerima amal yang buruk. Lalu, Sunan Bonang

menunjukan pohon aren emas dan mengatakan bila Raden Said ingin mendapatkan harta tanpa

berusaha, maka ambillah buah aren emas yang ditunjukkan oleh Sunan Bonang. Karena itu, Raden

Said ingin menjadi murid Sunan Bonang. Raden Said lalu menyusul Sunan Bonang ke Sungai. Raden

Said berkata bahwa ingin menjadi muridnya. Sunan Bonang lalu menyuruh Raden Said untuk

bersemedi sambil menjaga tongkatnya yang ditancapkan ke tepi sungai. Raden Said tidak boleh

beranjak dari tempat tersebut sebelum Sunan Bonang datang. Raden Said lalu melaksanakan perintah

tersebut. Karena itu,ia menjadi tertidur dalam waktu lama. Karena lamanya ia tertidur, tanpa disadari

akar dan rerumputan telah menutupi dirinya. Tiga tahun kemudian, Sunan Bonang datang dan

membangunkan Raden Said. Karena ia telah menjaga tongkatnya yang ditanjapkan ke sungai, maka

Raden Said diganti namanya menjadi Kalijaga. Kalijaga lalu diberi pakaian baru dan diberi pelajaran

agama oleh Sunan Bonang. Kalijaga lalu melanjutkan dakwahnya dan dikenal sebagai Sunan Kalijaga.

Dalam Hikayat Patani, Raden Syahid dikenal sebagai seorang tabib karena pernah mengobati Raja

Patani yang menderita sakit kulit hingga sembuh. Di wilayah itu ia dikenal sebagai Syekh Sa’id. Ia

dikenal juga sebagai Syekh Malaya. Setelah beberapa tahun berguru di Pasai dan berdakwah di

Malaya, Sunan Kalijaga kembali ke tanah Jawa. Ia kemudian diangkat menjadi anggota Wali Songo.

Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan mentor sekaligus sahabat dekatnya, Sunan Bonang.

Paham keagamaannya cenderung "sufistik berbasis salaf" -bukan sufi panteistik (pemujaan semata). Ia

juga memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah.

Ia sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang

pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara bertahap: mengikuti sambil memengaruhi. Sunan

Page 4: tugas walisongo

Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama hilang. Tidak

mengherankan, ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis dalam mengenalkan Islam. Ia menggunakan

seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Beberapa

lagu suluk ciptaannya yang populer adalah Ilir-ilir dan Gundul-gundul Pacul. Dialah menggagas baju

takwa, perayaan sekatenan, garebeg maulud, serta lakon carangan Layang Kalimasada dan Petruk

Dadi Ratu ("Petruk Jadi Raja"). Lanskap pusat kota berupa kraton, alun-alun dengan dua beringin serta

masjid diyakini pula dikonsep oleh Sunan Kalijaga.

Metode dakwah tersebut sangat efektif. Sebagian besar adipati di Jawa memeluk Islam melalui Sunan

Kalijaga, di antaranya adalah adipati Pandanaran, Kartasura, Kebumen, Banyumas, serta Pajang.

Jasa-jasa Sunan Kalijaga

1. Bidang strategi perjuangan

Sunan Kalijaga di dalam menyebarkan ajaran Islam benar-benar memahami dan mengetahui keadaan

rakyat yang masih tebal dipengaruhi kepercayaan agama Hindu Budha dan gemar menampilkan

budaya-budaya Jawa yang berbau kepercayaannya itu, maka bertindaklah beliau sesuai dengan

keadaan yang demikian itu, sehingga taktik dan strategi perjuangan beliau disesuaikan pula dengan

keadaan, ruang dan waktu.

2. Bidang kesenian

Sunan Kalijaga ternyata mampu menciptakan kesenian dengan berbagai bentuknya. Maksud utama

kesenian itu diciptakan adalah sebagai alat dalam bertabligh mengelilingi berbagai daerah, ternyata

malah mempunyai nilai yang berharga bagi bangsa Indonesia.

3. Bidang lain-lain

Selain jasa-jasa beliau di atas tadi, masih ada jasanya yang lain seperti pendirian Masjid Agung

Demak, Sunan Kalijaga tidak ketinggalan ikut serta membangun masjid bersejarah itu. Malah ada hasil

karya beliau yang sangat terkenal sampai sekarang, yaitu “Soko Total” artinya tiang pokok dalam

masjid Agung Demak yang terbuat dari potongan-potongan kayu jati, lalu disatukan dalam bentuk

tiang buat berdiameter kurang lebih 70 cm.

Peninggalan-peninggalan Sunan Kalijaga

photo : cheibowlbowl.blogspot.com 

Page 5: tugas walisongo

1. Masjid Sunan Kalijaga

2. Masjid Kadilangu

3. Keris Kyai Clubuk

4. Keris Kyai Syir’an

5. Kotang Ontokusumo

Menurut beberapa cerita rakyat menyatakan bahwa dahulu waktu para Walisongo sudah selesai

menunaikan shalat subuh di masjid Agung Demak, tiba-tiba terlihatlah ada sebuah bungkusan yang

terletak di depan mikhrab. Maka oleh Sunan Bonang diminta supaya Sunan Kalijaga mengambil dan

memeriksanya. Ternyata bungkusan tersebut berisi “baju” (kutang), dan secarik kertas yang

menerangkan baju itu adalah anugerah dari Nabi Muhammad Saw, dan menerangkan supaya kulit

kambing yang terdapat juga dalam bungkusan itu dibuat baju juga. Menurut cerita kedua baju itu

sampai sekarang masih terawat baik, yang pertama “baju ontokusumo” yang disimpan di musium

kraton Solo dan “baju kyai Gondil” ada dalam makam Sunan Kalijaga di Kadilangu.

Sejarah Kisah Sunan Muria

Sunan muria adalah salah satu anggota walisongo dan putra dari salah satu walisongo juga

yaitu Sunan Kalijaga dan Dewi Saroh. Nama asli dari Sunan Muria adalah Raden Umar Syahid. Beliau

menyebarkan agama islam dengan cara yang halus seperti yang dilakukan oleh ayahanda beliau

Sunan Kalijaga. Raden Umar Syahid mempunyai peran penting dalam proses penyebaran isalm di

sekitar gunung muria. Tempat tinggal sunan muria berada di puncak gunung muria, yang salah satu

puncaknya bernama Colo. Gunung tersebut terletak di sebelah utara kota kudus.

Page 6: tugas walisongo

Cara Berdakwah

Berbeda dengan sang ayah, Sunan Muria lebih suka tinggal di daerah yang sangat terpencil dan jauh

dari pusat kota untuk menyebarkan agama Islam. Tempat tinggal beliau terletak di salah satu puncak

Gunung Muria yang bernama Colo. Di sana Sunan Muria banyak bergaul dengan rakyat jelata sambil

mengajarkan keterampilan-keterampilan bercocok tanam, berdagang dan melaut. 

Sunan muria menyebarkan agama islam kepada para pedagang, nelayan, pelaut dan rakyat jelata.

Cara beliau menyebarkan agama islam dengan tetap mempertahankan kesenian gamelan dan wayang

sebagai alat dakwah. Beliau juga yang telah menciptakan berbagai tembang jawa. Salah satu hasil

dakwah beliau melalui media seni adalah tembang Sinom dan Kinanti. Tempat dakwahnya berada di

sekitar gunung muria, kemudian dakwahnya diperluas meliputi Tayu, Juwana, kudus, dan lereng

gunung muria. Ia dikenal dengan sebutan sunan muria karena tinggal di gunung muria.

Lewat tembang-tembang itulah ia mengajak umatnya mengamalkan ajaran Islam. Karena itulah,

Sunan Muria lebih senang berdakwah pada rakyat jelata ketimbang kaum bangsawan. Maka daerah

dakwahnya cukup luas dan tersebar. Mulai lereng-lereng Gunung Muria, pelosok Pati, Kudus, Juana,

sampai pesisir utara. Cara dakwah inilah yang menyebabkan Sunan Muria dikenal sebagai sunan yang

suka berdakwah topo ngeli. Yakni dengan ''menghanyutkan diri'' dalam masyarakat.

Sunan Muria sering berperan sebagai penengah dalam konflik internal di Kesultanan Demak (1518-

1530). Beliau dikenal sebagai pribadi yang mampu memecahkan berbagai masalah betapapun

rumitnya masalah itu. Solusi pemecahannya pun selalu dapat diterima oleh semua pihak yang

berseteru. Sunan Muria berdakwah dari Jepara, Tayu, Juwana hingga sekitar Kudus dan Pati.

Tak ada yang meragukan reputasi Sunan Muria dalam berdakwah. Dengan gayanya yang moderat,

mengikuti Sunan Kalijaga, menyelusup lewat berbagai tradisi kebudayaan Jawa. Misalnya adat kenduri

pada hari-hari tertentu setelah kematian anggota keluarga, seperti nelung dino sampai nyewu, yang

tak diharamkannya.  Hanya, tradisi berbau klenik seperti membakar kemenyan atau menyuguhkan

sesaji diganti dengan doa atau salawat. Sunan Muria juga berdakwah lewat berbagai kesenian Jawa,

misalnya mencipta macapat, lagu Jawa. Lagu sinom dan kinanti dipercayai sebagai karya Sunan Muria,

yang sampai sekarang masih lestari.

Sunan muria adalah wali yang terkenal memiliki kesaktian. Ia memiliki fisik yang kuat karena sering

naik turun gunung muria yang tingginya sekitar 750 meter. Bayangkan, jika ia dan istrinya atau

muridnya harus naik turun gunung setiap hari untuk menyebarkan agama islam kepada penduduk

setempat, atau berdakwah kepada para nelayan dan pelaut serta para pedagang. Hal itu tidak dapat

dilakukannya tanpa fisik yang kuat.

Kesaktian Sunan Muria

Page 7: tugas walisongo

Bukti bahwa sunan muria adalah guru yang sakti mandraguna dapat ditemukan dalam kisah

perkawinan sunan muria dengan dewi Roroyono. Dewi Roroyono adalah putri Ngerang, yaitu seorang

ulama yang disegani masyarakat karena ketinggian ilmunya, yang bertempat tinggal di juana, pati

jawa tengah. Demikian sakti sunan ngerang sehingga sunan muria dan sunan kudus sampai berguru

kepadanya.

Beliau memiliki ilmu yang dapat mengembalikan serangan dari lawannya. Itu terjadi ketika Kapa adik

seperguruan beliau yang telah menculik istri sunan muria menyerang sunan muria dengan

mengerahkan aji pamungkas. Namun serangan itu berbalik menghantam dirinya sendiri sehingga

merenggut nyawanya.

Makam Sunan Muria

Sunan Muria dimakamkan di atas puncak bukit bernama bukit Muria. Dari pintu gerbang masih naik

lewat beratus tangga (undhagan) menuju ke komplek makamnya, yang terletak persis di belakang

Masjid Sunan Muria. Mulai naik dari pintu gerbang pertama paling bawah hingga sampai pelataran

Masjid jaraknya kurang lebih 750 meter jauhnya.

Setelah kita memasuki pintu gerbang makam, tampak di hadapan kita pelataran makam yang

dipenuhi oleh 17 batu nisan. Menurut Juru Kunci makam, itu adalah makamnya para prajurit dan

pada punggawa (orang-orang terdekat, ajudan dan semacam Patih dalam Keraton).

Di batas utara pelataran ini berdiri bangunan cungkup makam beratapkan sirap dua tingkat. Di

dalamnya terdapat makamnya Sunan Muria. Di sampingnya sebelah timur, ada nisan yang konon

makamnya puterinya perempuan bernama Raden Ayu Nasiki.

Dan tepat di sebelah barat dinding belakang masjid Muria, sebelah selatan mihrab terdapat

makamnya Panembahan Pengulu Jogodipo, yang menurut keterangannya Juru Kunci adalah putera

sulungnya Sunan Muria.

Sejarah Walisongo Sunan Ampel

Seperti halnya Walisongo yang lain, Sunan Ampel juga mempunyai peran yang sangat penting dalam

proses penyebaran islam di Indonesia. Selain dikenal dengan nama Sunan Ampel beliau juga dikenal

dengan nama Raden Rahmat. Dan nama aslinya adalah Sayyid Ali Rahmatullah. Sunan Ampel

Page 8: tugas walisongo

diperkirakan wafat pada tahun 1481 di Demak dan dimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel,

Surabaya. Beberapa murid dan putera Sunan Ampel sendiri menjadi anggota Wali Songo, mereka

adalah Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajad, Sunan Kalijaga, Sunan Muria, Sunan Kota atau Raden

Patah, Sunan Kudus dan Sunan Gunung Jati.

Sunan Ampel diperkirakan lahir pada tahun 1401 di Champa. Ada dua pendapat mengenai lokasi

Champa ini. Encyclopedia Van Nederlandesh Indie mengatakan bahwa Champa adalah satu negeri

kecil yang terletak di Kamboja. Pendapat lain, Raffles menyatakan bahwa Champa terletak di Aceh

yang kini bernama Jeumpa. Menurut beberapa riwayat, orang tua Sunan Ampel adalah Makhdum

Ibrahim (menantu Sultan Champa dan ipar Dwarawati).

Dalam Serat Darmo Gandhul, Sunan Ampel disebut Sayyid Rahmad merupakan keponakan dari Putri

Champa permaisuri Prabu Brawijaya yang merupakan seorang muslimah.

Raden Rahmat dan Raden Santri adalah anak Makhdum Ibrahim  (putra Haji Bong Tak Keng),

keturunan suku Hui dari Yunnan yang merupakan percampuran bangsa Han/Tionghoa dengan bangsa

Arab dan Asia Tengah (Samarkand/Asmarakandi). Raden Rahmat, Raden Santri dan Raden

Burereh/Abu Hurairah (cucu raja Champa) pergi ke Majapahit mengunjungi bibi mereka bernama

Dwarawati puteri raja Champa yang menjadi permaisuri raja Brawijaya. Raja Champa saat itu

merupakan seorang muallaf. Raden Rahmat, Raden Santri dan Raden Burereh akhirnya tidak kembali

ke negerinya karena Kerajaan Champa dihancurkan oleh Kerajaan Veit Nam.

Menurut Hikayat Banjar dan Kotawaringin (= Hikayat Banjar resensi I), nama asli Sunan Ampel adalah

Raja Bungsu, anak Sultan Pasai. Beliau datang ke Majapahit menyusul/menengok kakaknya yang

diambil istri oleh Raja Mapajahit.

Kerajaan Majapahit sesudah ditinggal Mahapatih Gajah Mada dan Prabu Hayam Wuruk mengalami

kemunduran Drastis. Kerajaan terpecah belah karena terjadinya perang saudara. Dan para adipati

banyak yang tidak loyal dengan keturunan Prabu Hayam Wuruk yaitu Prabu Brawijaya Kertabumi.

Ratu Dwarawati, yaitu isteri Prabu Brawijaya mengetahui kerisauan hati suaminya. Dengan

memberanikan diri dia mengajukan pendapat kepada suaminya mengenai keponakan yaitu Raden

Rahmat  yang ahli mendidik dalam hal mengatasi kemerosotan budi pekerti.

Hasil didikan Raden Rahmat yang terkenal adalah falsafah Moh Limo atau tidak mau melakukan lima

hal tercela yaitu :

1. Moh Main atau tidak mau berjudi

2. Moh Ngombe atau tidak mau minum arak atau bermabuk-mabukan

3. Moh Maling atau tidak mau mencuri

4. Moh Madat atau tidak mau mengisap candu, ganja dan lain-lain.

5. Moh Madon atau tidak mau berzinah/main perempuan yang bukan isterinya.

Prabu Brawijaya sangat senang atas hasil didikan Raden Rahmat. Raja menganggap agama Islam itu

adalah ajaran budi pekerti yang mulia, maka ketika Raden Rahmat kemudian mengumumkan

Page 9: tugas walisongo

ajarannya adalah agama Islam maka Prabu Brawijaya tidak marah, hanya saja ketika dia diajak untuk

memeluk agama Islam ia tidak mau. Ia ingin menjadi raja Budha yang terakhir di Majapahit.

Raden Rahmat diperbolehkan menyiarkan agama Islam di wilayah Surabaya bahkan diseluruh wilayah

Majapahit, dengan catatan bahwa rakyat tidak boleh dipaksa, Raden Rahmat pun memberi penjelasan

bahwa tidak ada paksaan dalam beragama.

Silsilah

Sunan Ampel @ Raden Rahmat @ Sayyid Ahmad Rahmatillah bin

Maulana Malik Ibrahim @ Ibrahim Asmoro bin

Syaikh Jumadil Qubro @ Jamaluddin Akbar al-Husaini bin

Ahmad Jalaludin Khan bin

Abdullah Khan bin

Abdul Malik Al-Muhajir (Nasrabad,India) bin

Alawi Ammil Faqih (Hadhramaut) bin

Muhammad Sohib Mirbath (Hadhramaut)

Ali Kholi' Qosam bin

Alawi Ats-Tsani bin

Muhammad Sohibus Saumi'ah bin

Alawi Awwal bin

Ubaidullah bin

Ahmad al-Muhajir bin

Isa Ar-Rumi bin

Muhammad An-Naqib bin

Ali Uraidhi bin

Ja'far ash-Shadiq bin

Muhammad al-Baqir bin

Ali Zainal Abidin bin

Imam Husain bin

Ali bin Abi Thalib dan Fatimah az-Zahra bin Muhammad

Jadi, Sunan Ampel memiliki darah Uzbekistan dan Champa dari sebelah ibu. Tetapi dari ayah leluhur

mereka adalah keturunan langsung dari Ahmad al-Muhajir, Hadhramaut. Bermakna mereka termasuk

keluarga besar Saadah BaAlawi.

Isteri dan Anak

1. Isteri Pertama, yaitu: Dewi Condrowati alias Nyai Ageng Manila binti Aryo Tejo Al-Abbasyi,

berputera:

Maulana Mahdum Ibrahim/Raden Mahdum Ibrahim/ Sunan Bonang/Bong Ang

Syarifuddin/Raden Qasim/ Sunan Drajat

Siti Syari’ah/ Nyai Ageng Maloka/ Nyai Ageng Manyuran

Siti Muthmainnah

Siti Hafsah

2. Isteri Kedua adalah Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning, berputera:

Page 10: tugas walisongo

Dewi Murtasiyah/ Istri Sunan Giri

Dewi Murtasimah/ Asyiqah/ Istri Raden Fatah

Raden Husamuddin (Sunan Lamongan)

Raden Zainal Abidin (Sunan Demak)

Pangeran Tumapel

Raden Faqih (Sunan Ampel 2)

Sejarah dakwah

Di Kerajaan Champa, Maulana Malik Ibrahim berhasil mengislamkan Raja Champa, yang akhirnya

mengubah Kerajaan Champa menjadi Kerajaan Islam. Akhirnya dia dijodohkan dengan putri raja

Champa (adik Dwarawati), dan lahirlah Raden Rahmat. Di kemudian hari Maulana Malik Ibrahim hijrah

ke Pulau Jawa tanpa diikuti keluarganya.

Sunan Ampel (Raden Rahmat) datang ke pulau Jawa pada tahun 1443, untuk menemui bibinya,

Dwarawati. Dwarawati adalah seorang putri Champa yang menikah dengan raja Majapahit yang

bernama Prabu Kertawijaya.

Sunan Ampel menikah dengan Nyai Ageng Manila, putri seorang adipati di Tuban yang bernama Arya

Teja. Mereka dikaruniai 4 orang anak, yaitu:

Putri Nyai Ageng Maloka,

Maulana Makdum Ibrahim (Sunan Bonang),

Syarifuddin (Sunan Drajat) dan

Syarifah, yang merupakan istri dari Sunan Kudus.

Pada tahun 1479, Sunan Ampel mendirikan Mesjid Agung Demak. Dan yang menjadi penerus untuk

melanjutkan perjuangan dakwah beliau di Kota Demak adalah Raden Zainal Abidin yang dikenal

dengan Sunan Demak, beliau merupakan putra beliau dari istri dewi Karimah.Sehingga Putra Raden

Zainal Abidin yang terakhir tercatat menjadi Imam Masjid Agung tersebut yang bernama Raden

Zakaria (Pangeran Sotopuro).

Kisah Sunan Giri

Sunan Giri merupakan salah seorang Walisongo yang berjasa dalam proses

penyebaran islam di Indonesia khususnya pulau jawa. Beliau pendiri kerajaan Giri Kedaton, yang

berkedudukan di daerah Gresik, Jawa Timur. Lahir di Blambangan tahun 1442. Sunan Giri memiliki

Page 11: tugas walisongo

beberapa nama julukan, yaitu Raden Paku, Prabu Satmata, Sultan Abdul Faqih, Raden 'Ainul

Yaqin dan Joko Samudra. Ketika wafat beliau dimakamkan di desa Giri, Kebomas, Gresik.

Beberapa babad menceritakan pendapat yang berbeda mengenai silsilah Sunan Giri. Mari kita simak

beberpa pendapat tentang silsilah Sunang Giri

1. Ada Beberapa babad yang berpendapat bahwa ia adalah anak Maulana Ishaq, seorang mubaligh

yang datang dari Asia Tengah. Maulana Ishaq diceritakan menikah dengan Dewi Sekardadu, yaitu putri

dari Menak Sembuyu penguasa wilayah Blambangan pada masa-masa akhir kekuasaan Majapahit.

2. Pendapat lainnya yang menyatakan bahwa Sunan Giri juga merupakan keturunan Rasulullah SAW,

yaitu melalui jalur keturunan Husain bin Ali, Ali Zainal Abidin, Muhammad al-Baqir, Ja'far ash-

Shadiq, Ali al-Uraidhi, Muhammad an-Naqib, Isa ar-Rumi, Ahmad al-Muhajir, Ubaidullah, Alwi Awwal,

Muhammad Sahibus Saumiah, Alwi ats-Tsani, Ali Khali' Qasam, Muhammad Shahib Mirbath, Alwi Ammi

al-Faqih, Abdul Malik (Ahmad Khan), Abdullah (al-Azhamat) Khan, Ahmad Syah Jalal (Jalaluddin

Khan), Jamaluddin Akbar al-Husaini(Maulana Akbar), Ibrahim Zainuddin Al-Akbar As-Samarqandy

(Ibrahim Asmoro), Maulana Ishaq, dan Ainul Yaqin (Sunan Giri). Umumnya pendapat tersebut adalah

berdasarkan riwayat pesantren-pesantren Jawa Timur, dan catatan nasab Sa'adah BaAlawi Hadramaut.

3. Dalam Hikayat Banjar, Pangeran Giri (alias Sunan Giri) merupakan cucu Putri Pasai (Jeumpa?) dan

Dipati Hangrok (alias Brawijaya VI). Perkawinan Putri Pasai dengan Dipati Hangrok melahirkan seorang

putera. Putera ini yang tidak disebutkan namanya menikah dengan puteri Raja Bali, kemudian

melahirkan Pangeran Giri. Putri Pasai adalah puteri Sultan Pasai yang diambil isteri oleh Raja Majapahit

yang bernama Dipati Hangrok (alias Brawijaya VI). Mangkubumi Majapahit masa itu adalaha Patih

Maudara.

Kisah Masa Kecil Sunan Giri Hingga Menjadi Salah Satu Walisongo

Sunan Giri merupakan buah pernikahan dari Maulana Ishaq, seorang mubaligh Islam dari Asia Tengah,

dengan Dewi Sekardadu, putri Prabu Menak Sembuyu penguasa wilayah Blambangan pada masa-

masa akhir Majapahit. Namun kelahirannya dianggap telah membawa kutukan berupa wabah penyakit

di wilayah tersebut. Maka ia dipaksa ayahandanya (Prabu Menak Sembuyu) untuk membuang anak

yang baru dilahirkannya itu. Lalu, Dewi Sekardadu dengan rela menghanyutkan anaknya itu ke

laut/selat bali sekarang ini.

Versi lain menyatakan bahwa pernikahan Maulana Ishaq-Dewi Sekardadu tidak mendapat respon baik

dari dua patih yang sejatinya ingin menyunting dewi sekardadu (putri tunggal Menak sembuyu

sehingga kalau jadi suaminya, merekalah pewaris tahta kerajaan. Ketika Sunan Giri lahir, untuk

mewujudkan ambisinya, kedua patih membuang bayi sunan giri ke laut yang dimasukkan ke dalam

peti.

Kemudian, bayi tersebut ditemukan oleh sekelompok awak kapal (pelaut) - yakni sabar dan sobir - dan

dibawa ke Gresik. Di Gresik, dia diadopsi oleh seorang saudagar perempuan pemilik kapal, Nyai Gede

Pinatih. Karena ditemukan di laut, dia menamakan bayi tersebut Joko Samudra.

Page 12: tugas walisongo

Ketika berumur 11 tahun, Nyai Ageng Pinatih mengantarkan Joko Samudra untuk berguru kepada

Raden Rahmat atau Sunan Ampel di Surabaya. Menurut beberapa sumber mula pertama  Joko

Samudra setiap hari pergi ke Surabaya dan sorenya kembali ke Gresik. Sunan Ampel kemudian

menyarankan agar anak itu mondok saja dipesantren Ampeldenta supaya lebih konsentrasi dalam

mempelajari agama Islam.

Tak berapa lama setelah mengajarnya, Sunan Ampel mengetahui identitas sebenarnya dari murid

kesayangannya itu. Kemudian, Sunan Ampel mengirimnya beserta Makdhum Ibrahim (Sunan Bonang),

untuk mendalami ajaran Islam di Pasai. Mereka diterima oleh Maulana Ishaq yang tak lain adalah ayah

Joko Samudra. Di sinilah, Joko Samudra, yang ternyata bernama Raden Paku, mengetahui asal-muasal

dan alasan mengapa dia dulu dibuang.

Di negeri Pasai banyak ulama besar dari negeri asing yang menetap dan membuka pelajaran agama

Islam kepada penduduk setempat, hal ini tidak disia-siakan oleh Raden Paku dan Maulana Makdum

Ibrahim. Kedua pemuda itu belajar agama dengan tekun, baik kepada Syekh Maulana Ishak sendiri

maupun kepada guru-guru agama lainnya.

Ada yang beranggapan bahwa Raden Paku dikaruniai Ilmu Laduni yaitu ilmu yang langsung berasal

dari Tuhan, sehingga kecerdasan otaknya seolah tiada bandingnya. Disamping belajar ilmu Tauhid

mereka juga mempelajari ilmu Tasawuf dari ulama Iran, Bagdad dan Gujarat yang banyak menetap di

negeri Pasai.

Setelah tiga tahun berguru kepada ayahnya, Raden Paku atau lebih dikenal dengan Raden 'Ainul

Yaqin kembali ke Jawa. Ia kemudian mendirikan sebuah pesantren giri di sebuah perbukitan di desa

Sidomukti, Kebomas. Dalam bahasa Jawa, giri berarti gunung. Sejak itulah, ia dikenal masyarakat

dengan sebutan Sunan Giri.

Pesantren Giri kemudian menjadi terkenal sebagai salah satu pusat penyebaran agama Islam di Jawa,

bahkan pengaruhnya sampai ke Madura, Lombok, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. Pengaruh Giri

terus berkembang sampai menjadi kerajaan kecil yang disebut Giri Kedaton, yang menguasai Gresik

dan sekitarnya selama beberapa generasi sampai akhirnya ditumbangkan oleh Sultan Agung.

Terdapat beberapa karya seni tradisional Jawa yang sering dianggap berhubungkan dengan Sunan

Giri, diantaranya adalah permainan-permainan anak seperti Jelungan, dan Cublak Suweng; serta

beberapa gending (lagu instrumental Jawa) seperti Asmaradana dan Pucung.

Jasa-jasa Sunan Giri

Jasa yang terbesar tentu saja perjuangannya dalam menyebarkan agama Islam di tanah jawa bahkan

ke nusantara.

Beliau pernah menjadi hakim dalam perkara pengadilan Syekh Siti Jenar, seorang wali yang dianggap

murtad karena menyebarkan faham Pantheisme dan meremehkan syariat Islam yang disebarkan para

wali lainnya. Dengan demikian sunan Giri ikut  menghambat tersebarnya aliran yang bertentangan

dengan faham Ahlussunnah wal jama’ah.

Page 13: tugas walisongo

Keteguhannya dalam menyiarkan agama Islam secara murni dan konsekuen membawa dampak positif

bagi generasi Islam berikutnya. Islam yang disiarkannya adalah Islam sesuai ajaran Nabi tanpa

dicampuri dengan adat istiadat lama.

Di dalam kesenian beliau juga berjasa besar, karena beliaulah yang pertama kali menciptakan

Asmaradana dan Pucung, beliau pula yang menciptakan tembang dan tembang dolanan anak-anak

yang bernafas Islam antara lain: jamuran, Cublak-ublak Suweng, Jithungan dan Delikan.

Sunan Bonang

Sunan Bonang

Tahukah kalian dengan lagu “Tombo Ati” atau “Obat Hati”?

Tahukah teman, siapa sebenarnya yang menciptakan lagu yang legendaris itu?

Sebenarnya pencipta lagu tersebut adalah Sunan Bonang.

Sunan Bonang adalah salah satu dari Sembilan Wali (Wali Sanga) yang merupakan orang-orang shalih yang telah menyebarkan Islam di pulau Jawa. Berikut ini akan diulas Biografi Sunan Bonang.

Biografi Sunan Bonang

Sunan Bonang memiliki nama asli Raden Maulana Makdum Ibrahim. Sunan Bonang dilahirkan pada tahun 1465 masehi. Beliau adalah salah satu putera dari Sunan

Page 14: tugas walisongo

Ampel dengan nama ibunya adalah Nyai Ageng Manila yang merupakan puteri adipati Tuban. Nama Sunan Bonang diduga adalah Bong Ang sesuai nama marga Bong seperti nama ayahnya Bong Swi Hoo alias Sunan Ampel.

Sunan Bonang dikabarkan juga masih memiliki hubungan darah dengan Nabi Muhammad SAW. Berikut ini adalah silsilah dari Sunan Bonang hingga sampai Nabi Muhammad SAW.

Sunan Bonang (Makdum Ibrahim) bin

Sunan Ampel (Raden Rahmat) Sayyid Ahmad Rahmatillah bin

Maulana Malik Ibrahim bin

Syekh Jumadil Qubro (Jamaluddin Akbar Khan) bin

Ahmad Jalaludin Khan bin

Abdullah Khan bin

Abdul Malik Al-Muhajir (dari Nasrabad,India) bin

Alawi Ammil Faqih (dari Hadramaut) bin

Muhammad Sohib Mirbath (dari Hadramaut) bin

Ali Kholi' Qosam bin

Alawi Ats-Tsani bin

Muhammad Sohibus Saumi'ah bin

Alawi Awwal bin

Ubaidullah bin

Muhammad Syahril

Ali Zainal 'Abidin bin

Hussain bin

Ali bin Abi Thalib (dari Fatimah az-Zahra binti Muhammad SAW).

Page 15: tugas walisongo

Sunan Bonang mempelajari berbagai ilmu agama Islam dari pesantren sang ayah (Sunan Ampel) di Ampel Denta. Setelah dirasa sudah cukup mahir dan cukup umur, Sunan Bonang mulai berdakwah dengan berkelana ke pelosok negeri. Ia pergi ke Kediri yang masyarakatnya masih menganut Hindu. Di sana ia mendirikan masjid Sangkal Daha dan mendirikan Pasujudan Sunan Bonang yang sangat terkenal.

Dalam berkelananya itu, Sunan Bonang akhirnya menetap di desa kecil di Lasem Jawa Tengah yaitu kurang lebih berjarak 15 km dari Rembang. Daerah itu kemudian terkenal dengan nama Bonang – sesuai nama Sunan Bonang. Di sana Sunan Bonang mendirikan pesantren yang saat ini bernama Watu Layar. Sunan Bonang juga ditunjuk sebagai imam besar Kesultanan Demak, beliau juga diangkat sebagai panglima tertinggi.

Sunan Bonang tetap mengunjungi daerah-daerah terpencil untuk menyebarkan Islam. Daerah seperti Tuban, Pati, Madura bahkan Pulau Bawean yang sangat sulit dijangkau pernah disentuh dengan dakwahnya.

Ajaran yang dibawa Sunan Bonang adalah campuran dari ajaran tasawuf dan ahlussunnah. Sunan Bonang sangat menguasai ilmu fiqih, usuludin, tasawuf, seni,sastra dan arsitektur. Sunan Bonang juga mendalami ilmu kebatinan dan ilmu dzikir. Bagi masyarakat yang pernah dikunjunginya, Sunan Bonang terkenal karena keahliannya dalam menemukan sumber air bagi daerah yang kering.

Dalam menyampaikan ajaran Islam, Sunan Bonang piawai memadukannya dengan tradisi masyarakat disana. Sunan Bonang juga bekerja sam adengan muridnya yaitu Sunan Kalijaga dalam menciptakan media penyampaian dakwah yang mudah difahami masyarakat.

Page 16: tugas walisongo

Contohnya dalam pementasan wayang, Sunan Bonang sangat piawai menjadi dalang. Sunan Bonang menggubah lakon dan memasukkan ajaran Islam yang membuat penonton secara sadar ataupun tidak akhirnya menjadi pemeluk Islam yang benar. Sunan Bonang juga menggubah gamelan jawa yang saat itu sangat kental dengan ajaran Hindu. Sunan Bonang menambahkan instrumen Bonang. Gubahannya sangat kental dengan nuansa dzikir yang selalu mengingatkan masyarakat akan Alloh SWT. Salah satu karya Sunan Bonang yang sangat legendaris dan terkenal adalah tembang “Tombo Ati” atau lagu “Obat Hati”. Saat ini lagu tersebut dibawakan oleh penyanyi religi Opick.

Gamelan yang digubah Sunan Bonang

Sunan Bonang wafat tahun 1525 masehi. Makam aslinya sebenarnya berada di desa Bonang. Akan tetapi yang saat ini sering diziarahi adalah makam yang di Tuban. Mengapa seperti ini, karena konon saat beliau meninggal, seorang murid yang dari Madura ingin membawa jenazah gurunya untuk dimakamkan di Madura. Namun murid tersebut hanya berhasil membawa kain kafannya serta bajunya saja. Saat sampai Tuban, sang murid dari Madura dicegat oleh murid Sunan Bonang yang dari Tuban. Oleh sang murid yang dari Tuban, murid yang dari Madura disangka membawa jenazah sang Guru. Mereka pun berebut dan murid dari Tuban tadi berhasil membawa kain kafan dan baju-baju Sunan Bonang yang dikira jenazah Sunan Bonang, dia kemudian menguburkannya di Tuban.

Itulah Biografi Sunan Bonang, semoga bisa menambah khazanah keilmuan kita tentang penyebaran Islam di pulau Jawa.

Page 17: tugas walisongo

Makam Sunan Bonang

SUNAN KUDUS

1. Asal Usul

Menurut salah satu sumber, Sunan Kudus adalah putera Raden Usman haji yang bergelar Sunan Ngudung dari Jipang Panolan. Ada yang mengatakan letak Jipang Panolan ini disebelah utara kota Blora. Di dalam babad tanah jawa, disebutkan bahwa Sunan Ngudung pernah memimpin pasukan Majapahit. Sunan ngudung selaku senopati Demak berhadapan dengan Raden Husain atau Adipati Terung dari Majapahit. Dalam pertempuran yang sengit dan saling mengeluarkan aji kesaktian itu Sunan Ngudung gugur sebagai pahlawan sahid. Kedudukannya sebagai senopati Demak kemudian digantikan oleh sunan Kudus yang puteranya sendiri yang bernama asli Ja’far Sodiq.

Pasukan Demak hampir saja menderita kekalahan, namun berkat siasat Sunan Kalijaga, dan bantuan pusaka Raden Patah yang dibawa dari Palembang kedudukan Demak dan Majapahit akhinya berimbang.

Page 18: tugas walisongo

Selanjutnya melalui jalan diplomasi yang dilakukan Patih Wanasalam dan Sunan Kalijaga, peperangan itu dapat dihentikan. Adipati Terung yang memimpin laskar Majapahit diajak damai dan bergabung dengan Raden Patah yang ternyata adalah kakaknya sendiri. Kini keadaan berbalik. Adipati Terung dan pengikutnya bergabung dengan tentara Demak dan menggempur tentara Majapahit hingga ke belahan timur. Pada akhirnya perang itu dimenangkan oleh pasukan Demak.

2. Guru-gurunya

Disamping belajar agama kepada ayahnya sendiri, Ja’far Sodiq juga belajar kepada beberapa ulama terkenal. Diantaranya kepada Kiai Telingsing, Ki Ageng Ngerang dan Sunan Ampel.

Nama asil Kiai Telingsing ini adalah Ling Sing, beliau adalah seorang ulama dari negeri cina yang datang ke pulau jawa bersama laksamana jenderal Cheng Hoo. Sebagaimana disebutkan dalam sejarah, jenderal Cheng Hoo yang beragama Islam itu datang ke pulau jawa untuk mengadakan tali persahabatan dan menyebarkan agama Islam melalui perdagangan.

Di jawa, the Ling Sing cukup dipanggil dengan sebutan Telingsing, beliau tinggal di sebuah daerah subur yang terletak diantara sungai Tanggulangin dan sungai Juwana sebelah Timur. Disana beliau bukan hanya mengajarkan Islam, melainkan juga mengajarkan kepada penduduk seni ukir yang indah.

Banyak yang datang berguru seni kepada Kiai Telingsing, termasuk Ja’far Sodiq itu sendiri. Dengan belajar kepada ulama yang berasal dari cina itu, Raden Ja’far Sodiq mewarisi bagian dari sifat positif masyarakat cina yaitu ketekunan dan kedisiplinan dalam mengejar atau mencapai cita-cita. Hal ini berpengaruh besar bagi kehidupan dakwah Ja’far Sodiq dimasa akan datang yaitu tatkala menghadapi masyarakat yang kebanyakan masih beragama Hindu dan Budha.

Selanjutnya, Raden Ja’far Sodiq juga berguru kepada Sunan Ampel di Surabaya selama beberapa tahun.

3. Cara Berdakwah yang Luwes

A. Strategi Pendekatan kepada Massa

Sunan Kudus termasuk pendukung gagasan, Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang yang menerapkan strategi dakwah kepada masyarakat sebagai berikut :

Page 19: tugas walisongo

1. Membiarkan dulu adat istiadat dan kepercayaan lama yang sukar dirubah. Mereka sepakat untuk tidak mempergunakan jalan kekerasan atau radikal menghadapi masyarakat yang demikian.

2. Bagian adat yang tidak sesuai dengan ajaran Islam tetapi mudah dirubah maka segera dihilangkan.

3. Tut Wuri Handayani, artinya mengikuti dari belakang terhadap kelakuan dan adat rakyat tetapi diusahakan untuk dapat mempengaruhi sedikit demi sedikit dan menerapkan prinsip Tut Wuri Hangiseni, artinya mengikuti dari belakang sambil mengisi ajaran agama Islam.

4. Menghindarkan konfrontasi secara langsung atau secara keras didalam cara menyiarkan agama Islam. Dengan prinsip mengambil ikan tetapi tidak mengeruhkan airnya.

5. Pada akhirnya boleh saja merubah adat dan kepercayaan masyarakat yang tidak sesuai dengan ajaran Islam tetapi dengan prinsip tidak menghalau masyarakat dari umat Islam. Kalangan umat Islam yang sudah tebal imannya harus berusaha menarik simpati masyarakat non muslim agar mau mendekat dan tertarik dengan ajaran Islam. Hal itu tak bisa mereka lakukan kecuali dengan konsekuen. Sebab dengan melaksanakan ajaran Islam secara lengkap otomatis tingkah laku dan gerak-gerik mereka sudah merupakan dakwah nyata yang dapat memikat masyarakat non-muslim.

Strategi dakwah ini diterapkan oleh Sunan Kalijaga, Sunan Bonang, Sunan Muria, Sunan Kudus dan Sunan Gunung Jati. Karena siasat mereka dalam berdakwah tak sama dengan garis yang ditetapkan oleh Sunan Ampel maka mereka disebut kaum Abangan atau Aliran Tuban. Sedang pendapat Sunan Ampel yang didukung Sunan Giri dan Sunan Drajad disebut Kaum Putihan atau Aliran Giri.

Namun atas inisiatif Sunan Kalijaga, kedua pendapat yang berbeda itu pada akhinya dapat dikompromikan.

B. Merangkul Masyarakat Hindu

Di Kudus pada waktu itu penduduknya masih banyak yang beragama Hindu dan Budha. Untuk mengajak mereka masuk Islam tentu bukannya pekerjaan mudah. Terlebih mereka yang masih memeluk kepercayaan lama dan memegang teguh adat-istiadat lama, jumlahnya tidak sedikit. Di dalam masyarakat seperti itulah Ja’far Sodiq harus berjuang menegakkan agama.

Pada suatu hari Sunan Kudus atau Ja’far Sodiq membeli seekor sapi (dalam riwayat lain disebut Kebo Gumarang). Sapi tersebut berasal dari Hindia, dibawa para pedagang asing dari kapal besar.

Sapi itu ditambatkan dihalaman rumah Sunan Kudus.

Rakyat Kudus yang kebanyakan beragama Hindu itu tergerak hatinya, ingin tahu apa yang akan dilakukan Sunan Kudus terhadap sapi itu. Sapi dalam pandangan Hindu adalah hewan suci yang menjadi

Page 20: tugas walisongo

kendaraan para dewa. Menyembelih sapi adalah perbuatan dosa yang dikutuk para dewa. Lalu apa yang dilakukan Sunan Kudus?

Apakah Sunan Kudus hendak menyembelih sapi dihadapan rakyat yang kebanyakan justru memujanya dan menganggap binatang keramat. Itu berarti Sunan Kudus melukai hati rakyatnya sendiri.

Dalam tempo singkat halaman rumah Sunan Kudus dibanjiri rakyat, baik yang beragama Islam maupun Budha. Setelah jumlah penduduk yang datang bertambah banyak, Sunan Kudus keluar dari dalam rumahnya.

Sedulur-sedulur yang saya hormati, segenap sanak kadang yang saya cintai, Sunan Kudus membuka suara. Saya melarang saudara-saudara menyakiti apalagi menyembelih sapi. Sebab diwaktu saya masih kecil, saya pernah mengalami saat yang berbahaya, hampir mati kehausan lalu seekor sapi datang menyusui saya.

Mendengar cerita tersebut para pemeluk agama Hindu terkagum-kagum. Mereka menyangka Ja’far Sodiq itu adalah titisan dewa Wisnu, maka mereka bersedia mendengarkan ceramahnya. Demi rasa hormat saya kepada jenis hewn yang pernah menolong saya, maka dengan ini saya melarang penduduk Kudus menyakiti atau menyembelih sapi.

Kontan para penduduk terpesona atas kisah itu.

Sunan kudus melanjutkan, salah satu diantara surat-surat Al-Qur’an yaitu surat yang kedua dinamakan Surat Sapi atau dalam bahasa Arabnya Al-Baqarah, kata Sunan Kudus.

Masyarakat semakin tertarik. Kok ada sapi di dalam Al-Qur’an mereka menjadi ingin tahu lebih banyak dan untuk itulah mereka harus sering-sering datang mendengarkan keterangan Sunan Kudus.

Demikianlah, sesudah simpati itu berhasil diraih akan lapanglah jalan untuk mengajak masyarakat berduyun-duyun masuk agama Islam.

Bentuk mesjid yang dibuat Sunan Kudus pun tak jauh bedanya dengan candi-candi milik orang Hindu. Lihatlah menara Kudus yang antik itu, yang hingga sekarang dikagumi orang di seluruh dunia karena keanehannya. Dengan bentuknya yang mirip candi itu orang-orang Hindu merasa akrab dan tidak takut atau segan masuk ke dalam mesjid guna mendengarkan ceramah Sunan Kudus.

Page 21: tugas walisongo

C. Merangkul Masyarakat Budha

Sesudah berhasil menarik umat Hindu kedalam agama Islam hanya karena sikap toleransi yang tinggi, yaitu menghormati sapi yang dikeramatkan umat Hindu dan membangun menara mesjid mirip dengan candi Hindu. Kini Sunan Kudus bermaksud menjaring umat Budha. Caranya? Memang tidak mudah, harus kreatif dan tidak bersifat memaksa.

Sesudah mesjid berdiri, Sunan Kudus membuat padasan atau tempat wudhu dengan pancuran yang berjumlah delapan. Masing-masing pancuran diberi arca kepala kebo gumarang diatasnya. Hal ini disesuaikan dengan ajaran Budha, “Jalan berlipat delapan” atau Sanghika Marga” yaitu :

1. Harus memiliki pengetahuan yang benar

2. Mengambil keputusan yang benar

3. Berkata yang benar

4. Hidup dengan cara yang benar

5. Bekerja dengan benar

6. Beribadah dengan benar

7. Dan menghayati agama dengan benar.

Usahanya pun membuahkan hasil, banyak umat Budha yang penasaran, untuk itu Sunan Kudus memasang lambang wasiat Budha itu di padasan atau tempat berwudhu, sehingga mereka berdatangan ke mesjid untuk mendengarkan keterangan Sunan Kudus.

D. Selamatan Mitoni

Didalam cerita tutur disebutkan bahwa Sunan Kudus itu pada suatu ketika gagal mengumpulkan rakyat yang masih berpegang teguh pada adat istiadat lama.

Seperti diketahui, rakyat jawa banyak melakukan adat istiadat yang aneh, yang kadang kala bertentangan dengan ajaran Islam, misalnnya berkirim sesaji dikuburan untuk menunjukkan bela sungkawa atau berduka cita atas meninggalnya salah seorang anggota keluarga, selamatan neloni. Mitoni dan lain-lain. Sunan Kudus sangat memperhatikan upacara-upacara ritual tersebut dan berusaha sebaik-baiknya untuk merubah atau mengarahkannya dalam bentuk Islami. Hal ini dilakukan juga oleh Sunan Kalijaga dan Sunan Muria.

Page 22: tugas walisongo

Contohnya, bila seorang isteri orang jawa hamil tiga bulan maka akan dilakukan acara selamatan yang disebut mitoni sembari minta kepada dewa bahwa bila anaknya lahir supaya tampan seperti Arjuna, jika anaknya perempuan supaya cantik seperti Dewi Ratih.

Adat tersebut tidak ditentang secara keras oleh Sunan Kudus. Melainkan diarahkan dalam bentuk Islami. Acara selataman boleh terus dilakukan tapi niatnya bukan sekedar kirim sesaji kepada para dewa, melainkan bersedekah kepada penduduk setempat dan sesaji yang dihidangkan boleh dibawa pulang. Sedangkan permintaannya langsung kepada Allah dengan harapan anaknya lahir laki-laki akan berwajah seperti nabi Yusuf, dan bila perempuan seperti Siti Maryam ibunda Nabi Isa. Untuk itu sang ayah dan ibu harus sering membaca surat Yusuf dan surat Maryam dalam Al-Qur’an.

Sebelum acara selamatan dilaksanakan diadakanlah pembacaan Layang Ambiya atau sejarah para Nabi. Biasanya yang dibaca adalah bab Nabi Yusuf. Hingga sekarang acara pembacaan Layang Ambiya yang berbentuk tembang Asmarandana, Pucung dll itu masih hidup di kalangan masyarakat pedesaan.

Berbeda dengan cara lama, pihak tuan rumah membuat sesaji dari berbagai jenis makanan, kemudian diikrarkan (hajatkan dihajatan) oleh sang dukun atau tetua masyarakat setelah upacara sakral itu dilakukan sesajinya tidak boleh dimakan melainkan diletakkan di candi, di kuburan atau tempat-tempat sunyi dilingkungan tuan rumah.

Ketika pertama kali melaksanakan gagasannya, Sunan Kudus pernah gagal, yaitu beliau mengundang seluruh masyarakat. Baik yang Islam maupun yang Hindu dan Budha ke dalam mesjid. Dalam undangan disebutkan hajat Sunan Kudus yang hendak Mitoni dan bersedekah atas hamilnya sang isteri yang telah tiga bulan.

Sebelum masuk mesjid, rakyat harus membasuh kaki dan tangannya dikolam yang sudah disediakan. Dikarenakan harus membasuh tangan dan kaki inilah banyak rakyat yang tidak mau, terutama dikalangan Hindu dan Budha. Inilah kesalahan Sunan Kudus. Beliau terlalu mementingkan pengenalan syariat berwudhu kepada masyarakat, tapi akibatnya masyarakat malah menjauh. Apa sebabnya? Karena iman mereka atau tauhid mereka belum terbina.

Maka pada kesempatan lain, Sunan Kudus mengundang masyarakat lagi. Kali ini tidak usah membasuh tangan dan kakinya waktu masuk mesjid, hasilnya sungguh luar biasa. Masyarakat berbondong-bondong memenuhi undangannya, disaat inilah Sunan Kudus menyisipkan bab keimanan dalam agama Islam secara halus dan menyenangkan rakyat. Caranya menyampaikan materi cukup cerdik, ketika rakyat tengah memusatkan perhatiannya pada keterangan sunan Kudus tetapi karena waktu sudah terlalu lama, dan dikuatirkan mereka jenuh Sunan Kudus mengakhiri ceramahnya.

Page 23: tugas walisongo

Cara tersebut kadang mengecewakan, tapi disitulah letak segi positipnya, rakyat ingin tahu kelanjutan ceramahnya. Dan pada kesempatan lain mereka datang lagi ke mesjid, baik dengan undangan maupun tidak, karena ingin tahu itu demikian besar mereka tak peduli lagi pada syarat yang diajukan Sunan Kudus yaitu membasuh kaki dan tangannya lebih dahulu, yang lama-lama menjadi kebiasaan untuk berwudhu.

Dengan demikian Sunan Kudus berhasil menebus kesalahannya dimasa lalu. Rakyat menaruh simpati dan menghormatinya. Cara-cara yang ditempuh untuk mengislamkan masyarakat cukup banyak. Baik secara langsung melalui ceramah agama maupun adau kesaktian dan melalui kesenian, beliaulah yang pertama kali menciptakan tembang Mijil dan Maskumambang. Didalam tembang-tembang tersebut beliau sisipkan ajaran-ajaran agama Islam.

Sunan Kudus di Negeri Mekkah

Didalam legenda dikisahkan bahwa Raden Ja’far Sodiq itu suka mengembara, baik ke tanah Hindustan maupun ke tanah Suci Mekkah.

Sewaktu berada di Mekkah beliau menunaikan ibadah haji. Dan kebetulan disana ada wabah penyakit yang sukar diatasi. Penguasa negeri arab mengadakan sayembara, siapa yang berhasil melenyapkan wabah penyakit itu akan diberi hadiah harta benda yang cukup besar jumlahnya.

Sudah banyak orang mencoba tapi tidak pernah berhasil. Pada suatu hari Sunan Kudus atau Ja’far Sodiq menghadap penguasa negeri itu tapi kedatangannya disambutnya dengan sinis.

Dengan apa tuan akan melenyapkan wabah penyakit itu? Tanya sang Amir.

Dengan doa jawab Ja’far Sodiq singkat.

Kalau hanya doa kami sudah puluhan kali melakukannya, di tanah arab ini banyak ulama dan syekh-syekh ternama. Tapi mereka tak pernah berhasil mengusir wabah penyakit ini.

Saya mengerti memang tanah arab ini gudangnya para ulama. Tapi jangan lupa ada saja kekurangannya sehingga doa mereka tidak terkabulkan, kata Ja’far Sodiq.

Hem, sungguh bernai tuan mengatakan demikian, kata amir itu dengan nada berang. Apa kekurangan mereka?

Page 24: tugas walisongo

Anda sendiri yang menyebabkannya, kata Ja’far Sodiq dengan tenangnya. Anda telah menjanjikan hadiah yang menggelapkan mata hati mereka sehingga doa mereka tidak ikhlas. Mereka berdoa hanya karena mengharapkan hadiah.

Sang Amir pun terbungkam seribu bahasa atas jawaban itu.

Ja’far Sodiq lalu dipersilahkan melaksanakan niatnya. Kesempatan itu tak disia-siakan. Secara khusus Ja’far Sodiq berdoa dan membaca beberapa amalan. Dalam tempo singkat wabah penyakit mengganas dinegeri arab telah menyingkir. Bahkan beberapa orang yang menderita sakit keras secara mendadak langsung sembuh.

Bukan main senangnya hati sang Amir. Rasa kagum mulai menjalari hatinya. Hadiah yang dijanjikannya bermaksud diberikan kepada Ja’far Sodiq.

Tapi Ja’far Sodiq menolaknya, dia hanya ingin minta sebuah batu yang berasal dari Baitul Maqdis. Sang Amir mengijinkannya. Batu itu pun dibawa ke tanah jawa, dipasang di pengimaman mesjid Kudus yang didirikannya sekembali dari tanah suci.

Rakyat kota Kudus pada waktu itu masih banyak yang beragama Hindu dan Budha. Para wali mengadakan sidang untuk menentukan siapakah yang pantas berdakwah di kota itu. Pada akhirnya Ja’far Sodiq yang bertugas didaerah itu.

Karena mesjid yang dibangunnya dinamakan Kudus maka Raden Ja’far Sodiq pada akhirnya disebut Sunan Kudus.

Sejarah Kisah Sunan Drajat (Drajad)

Page 25: tugas walisongo

Sunan Drajat adalah salah satu dari para wali yang berjasa menyebarkan

agama islam. Diperkirakan lahir pada tahun 1470 Masehi. Nama kecilnya adalah Raden Qasim,

kemudian mendapat gelar Raden Syarifudin. Beliau juga diketahui mempunyai banyak nama antara

lain Masaikh Munat, Pangeran Kadrajat, Pangeran Syarifudin, Syekh Masakeh, Maulana Hasyim, Raden

Imam, Sunan Muryapada, dan Sunan Mahmud.

Sunan Drajat merupakan putra dari Sunan Ampel dari pernikahannya dengan Nyi Ageng Manila alias

Dewi Condrowati. Raden Qasim merupakan satu dari empat bersaudara. Saudara-saudaranya antara

lain adalah  Sunan Bonang, Siti Muntisiyah (istri Sunan Giri), Nyi Ageng Maloka (istri Raden Patah), dan

seorang putri yang merupakan istri Sunan Kalijaga.

Setelah menguasai pelajaran islam beliau menyebarkan agama Islam di desa Drajat sebagai tanah

perdikan di kecamatan Paciran. Tempat ini diberikan oleh kerajaan Demak. Ia diberi gelar Sunan

Mayang Madu oleh Raden Patah pada tahun saka 1442/1520 masehi

Sejarah Singkat

Sunan Drajat menghabiskan masa kanak-kanak dan remajanya di kampung halamannya di Ampel

Denta, Surabaya. Setelah dewasa, beliau diperintahkan oleh ayahandanya, Sunan Ampel, untuk

berdakwah ke pesisir barat Gresik. Maka, berlayarlah Sunan Drajat. Dari Surabaya, dengan

menumpang biduk nelayan. Di tengah perjalananannya, perahu yang ditumpangi Sunan drajat terseret

badai dan kemudian pecah dihantam ombak di daerah Lamongan, sebelah barat Gresik. Sunan Drajat

selamat dengan berpegangan pada dayung perahu. Selanjutnya, beliau ditolong oleh ikan cucut dan

ikan talang (ada juga yang menyebut ikan cakalang). Dengan menunggang pada kedua ikan tersebut,

Sunan Drajat berhasil mendarat di sebuah tempat yang kemudian dikenal sebagai Kampung Jelak,

Banjarwati. Berdasarkan sejarah, peristiwa ini terjadi sekitar tahun 1485 Masehi. Di sana, Sunan Drajat

Page 26: tugas walisongo

disambut baik oleh tetua kampung bernama Mbah dan Mbah Mayang Madu.

Dua tokoh tersebut sudah diislamkan oleh pendakwah asal Surabaya, yang juga terdampar di tempat

itu beberapa tahun sebelumnya. Sunan Drajat lantas menetap di Jelak, dan menikah dengan

Kemuning, putri dari Mbah Mayang Madu. Di Jelak, Raden Qasim kemudian mendirikan sebuah surau,

dan akhirnya menjadi pesantren tempat mengaji ratusan penduduk. Jelak, yang mulanya hanyalah

dusun kecil yang terpencil, lama kelamaan tumbuh menjadi kampung yang besar dan ramai. Namanya

pun berubah menjadi Banjaranyar. 3 tahun kemudian, Sunan Drajat pindah ke selatan, sekitar satu

kilometer dari Jelak, menuju tempat yang lebih tinggi dan terbebas dari banjir pada musim hujan.

Tempat tersebut kemudian  dinamai Desa Drajat. Dari sinilah beliau mulai mendapatkan gelar Sunan

Drajat.

Akan tetapi, Sunan Drajat masih menganggap lokasi tersebut belum strategis untuk dijadikan pusat

dakwah Islam. Sunan Drajat kemudian diberi izin oleh Sultan Demak, yang merupakan penguasa

Lamongan waktu itu, untuk membuka lahan baru di wilayah perbukitan yang ada di selatan. Lahan

yang masih berupa hutan belantara tersebut dikenal oleh penduduk sekitar sebagai daerah yang

angker. Berdasarkan sahibul kisah, banyak makhluk halus yang marah saat pembukaan lahan

tersebut. Mereka lantas meneror penduduk di malam hari, dan menyebarkan penyakit. Akan tetapi,

berkat kesaktiannya, Sunan Drajat mampu mengatasinya. Sesudah pembukaan lahan selesai, Sunan

Drajat bersama para pengikutnya kemudian membangun permukiman baru, seluas sekitar 9 hektar.

Atas petunjuk Sunan Giri, melalui mimpi, Sunan Drajat menempati sisi perbukitan selatan, yang saat

ini menjadi kompleks pemakaman, dan disebut Ndalem Duwur. Sunan Drajat kemudian mendirikan

masjid sedikit jauh di bagian barat tempat tinggalnya. Masjid inilah yang kemudian menjadi tempat

dakwah beliau  menyampaikan ajaran Islam kepada penduduk. Sunan Drajat menghabiskan sisa

hidupnya di Ndalem Duwur, sampai beliau akhirnya wafat pada tahn 1522. Di tempat ini saat ini

dibangun sebuah museum sebagai tempat penyimpanan barang-barang peninggalan Sunan Drajat

(termasuk dayung perahu yang dulu pernah menyelamatkannya). Sementara lahan bekas tempat

tinggal Sunan Drajat saat ini dibiarkan kosong, dan dikeramatkan.Sunan Drajat terkenal akan kearifan

dan kedermawanannya. Beliau menurunkannya kepada para pengikutnya kaidah tak saling menyakiti,

baik itu melalui perkataan ataupun perbuatan. ''Bapang den simpangi, ana catur mungkur,'' demikian

petuah beliau. Yang kurang lebih maksudnya adalah, "jangan mendengarkan pembicaraan yang

menjelek-jelekkan orang lain, apalagi melakukan perbuatan itu".

Page 27: tugas walisongo

Sunan Drajat memperkenalkan Islam dengan konsep dakwah bil-hikmah, dengan cara bijak, tanpa

paksaan. Dalam menyampaikan ajarannya, Sunan Drajat menempuh  5 metode. Pertama, melalui

pengajian secara langsung di masjid ataupun langgar. Kedua, dengan menyelenggarakan pendidikan

di pesantren. Ketiga, memberi fatwa dan petuahnya dalam menyelesaikan masalah. keempat, dengan

kesenian tradisional. Sunan Drajat seringkali berdakwah melalui tembang pangkur dengan iringan

gending. Kelima, beliau juga menyampaikan ajaran Islam melalui ritual adat tradisional, asalkan tidak

bertentangan dengan ajaran Islam.

Desa Drajat wilayah Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan sebagai pusat kegiatan dakwah Sunan

Drajat sekitar abad XV dan XVI Masehi. Ia memegang kendali kerajaan di wilayah perdikan Drajat

sebagai otonom kerajaan Demak selama 36 tahun.

Beliau sebagai Wali penyebar Islam yang terkenal berjiwa sosial, sangat memperhatikan nasib kaum

fakir miskin. Ia terlebih dahulu mengusahakan kesejahteraan sosial baru memberikan pemahaman

tentang ajaran Islam. Motivasi lebih ditekankan pada etos kerja keras, kedermawanan untuk

mengentas kemiskinan dan menciptakan kemakmuran.

Usaha ke arah itu menjadi lebih mudah karena Sunan Drajat memperoleh kewenangan untuk

mengatur wilayahnya yang mempunyai otonomi.

Sebagai penghargaan atas keberhasilannya menyebarkan agama Islam dan usahanya menanggulangi

kemiskinan dengan menciptakan kehidupan yang makmur bagi warganya, beliau memperoleh gelar

Sunan Mayang Madu dari Raden Patah Sultan Demak pada tahun saka 1442 atau 1520 Masehi.

Silsilah Sunan Drajat

Sunan Drajat adalah putra Sunan Ampel dari istri yang bernama Dewi Condrowati atau Nyi Ageng

Manila. Dewi Condrowati atau Nyi Ageng Manila , ada yang mengatakan bahwa ia adalah putri raja

Majapahit , tetapi ada juga yang mengatakan bahwa ia adalah putri Adipati Tuban yang bernama Arya

Teja.

Maka dari itu , sebagai putra Sunan Ampel , dapat disimpulkan bahwa Sunan Drajat mempunyai

silsilah sebagai keturunan Nabi Muhammad saw dari garis keturunan

Fatimah az-Zahra dan Ali bin Abi Thalib

Page 28: tugas walisongo

- Imam Husain

- Ali Zainal Abadin

- Muhammad al-Baqir

- Ja'far ash-Shadiq

- Ali al-Uraidhi

- Muhammad al-Naqib

- Isa ar-Rumi

- Ahmad al-Muhajir

- Ubaidullah

- Alwi Awwal

- Muhammad Sahibus Saumiah

- Alwi ats-Tsani

- Ali Khali' Qasam

- Muhammad Shahib Mirbath

- Alwi Ammi al-Faqih

- Abdul Malik Azmatkhan

- Abdullah Khan

- Ahmad Syah Jalal

- Jamaludin Akbar al-Husaini atau Syekh Jumadil Qubro

- Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik

- Raden Rahmat atau Sayyid Ahmad Rahmatillah atau SunanAmpel dan Dewi Condrowati , yang

kemudian lahir Raden Qasim atau Sunan Drajat.

Filosofi Sunan Drajat

Filosofi Sunan Drajat dalam pengentasan kemiskinan kini terabadikan dalam sap tangga ketujuh dari

tataran kompleks makam Sunan Drajat.

Secara lengkap makna filosofi ketujuh sap tangga tersebut sebagai berikut :

1. Memangun resep tyasing Sasomo = Kita selalu membuat senang hati orang lain.

2. Jroning suka kudu eling lan waspada = Di dalam suasana riang kita harus tetap ingat dan waspada.

3. Laksmitaning subrata tan nyipta marang pringgabayaning lampah = Dalam perjalanan untuk

mencapai cita-cita luhur kita tidak perduli dengan segala bentuk rintangan.

Page 29: tugas walisongo

4. Meper Hardaning Pancadriya = Kita harus selalu menekan gelora nafsu-nafsu.

5. Heneng - Hening - Henung = Dalam keadaan diam kita akan memperoleh keheningan dan dalam

keheningan itulah kita akan mencapai cita-cita luhur.

6. Mulya guna Panca Waktu = Suatu kebahagiaan lahir-batin hanya bisa kita capai dengan sholat lima

waktu.

7. Empat ajaran Pokok

Paring teken marang kang kalunyon lan wuta = Berikan tongkat kepada yang terpeleset dan buta.

Bermakna : Berilah ilmu agar orang menjadi pandai dan tidak melakukan kesalahan

Paring pangan marang kang kaliren = Berikan makanan kepada yang kelaparan.

Bermakna : Sejahterakanlah kehidupan masyarakat yang miskin

Paring sandang marang kang kawudan = Berikan pakaian kepada yang telanjang.

Bermakna : Ajari kesusilaan pada orang yang tidak punya malu

Paring payung marang kang kodanan = Berikan payung kepada yang kehujanan.

Bermakna : Beri perlindungan pada orang yang menderita.

Cara Berdakwah

Sunan Drajat terkenal akan kearifan dan kedermawanannya.

Ia menurunkan kepada para pengikutnya kaidah tak saling menyakiti , baik melalui perkataan maupun

perbuatan.

"Bapang den simpangi , ana catur mungkur", demikian petuahnya yang berarti :

Jangan dengarkan pembicaraan yang menjelek-jelakan orang lain , apalagi melakukan perbuatan

tersebut.

Sunan Drajat memperkenalkan Islam melalui kosep dakwah bil-hikmah , dengan cara-cara bijak , tanpa

memaksa.

Dalam menyampaikan ajarannya , Sunan Drajat menempuh 5 cara.

» Pertama , lewat pengajian secara langsung di masjid atau langgar.

» Kedua , melalui penyelenggaraan pendidikan di pesantren.

» Ketiga , memberi fatwa atau petuah dalam menyelesaikan suatu masalah.

Page 30: tugas walisongo

» Keempat , melalui kesenian tradisional dengan kerap berdakwah lewat tembang yang diiringi

gamelan. Karena itu ia dikenal sebagai seorang wali pencipta tembang Mocopat yakni Pangkur.

Sisa-sisa Gamelan Singo Mengkoknya kini tersimpan di Museum Daerah.

» Kelima , ia juga menyampaikan ajaran agama melalui ritual adat tradisional , asal tidak bertentang

dengan ajaran Islam.

Empat pokok ajaran Sunan Drajat dari sap tangga ketujuh yang terakhir adalah

1. Paring teken marang kang kalunyon lan wuta = Berikan tongkat kepada yang terpeleset dan buta.

2. Paring pangan marang kang kaliren = Berikan makan kepada yang kelaparan.

3. Paring sandang marang kang kawudan = Berikan pakaian kepada yang telanjang.

4. Paring payung marang kang kodanan = Berikan payung kepada yang kehujanan.

Sunan Drajat sangat memperhatikan masyarakatnya.

Ia kerap berjalan mengitari perkampungan pada malam hari , sehingga penduduk merasa aman dan

terlindungi dari gangguan makhluk halus yang konon merajalela selama dan setelah pembukaan hutan

tersebut.

Ia juga sering mengobati warga yang sakit dengan ramuan tradisional dan doa.

Istri Sunan Drajat

Dalam beberapa naskah , Sunan Drajat disebut-sebut menikahi tiga perempuan.

1. Dewi Sufiyah putri Sunan Gunung Jati.

Menurut Babad Tjerbon bahwa sebelum sampai ke Lamongan , ia sempat dikirim ayahnya untuk

berguru mengaji kepada bekas murid ayahnya yaitu Sunan Gunung Jati dan menikahi putrhnya.

2. Kemuning putri Mbah Mayang Madu , salah satu tokoh tetua yang pernah menolong Sunan Drajat

ketika terdampar di Jelak.Dan mungkin karena menikah dengan putri Mbah Mayang Madu inilah ,

Sunan Drajat mendapat gelar dari Raden Patah dengan sebutan Sunan Mayang Madu.

3. Retnayu Condrowati putri Adipati Kediri yang bernama Raden Suryadilaga. Peristiwa itu diperkirakan

terjadi pada tahun 1465.

Page 31: tugas walisongo

Dalam Babad Tjerbon diceritakan, setelah menikah dengan Dewi Sufiyah , ia tinggal di Kadrajat. Ia pun

biasa dipanggil dengan sebutan Pangeran Kadrajat atau Pangeran Drajat.

Di desa Drajat , terdapat sebuah masjid besar yang diberi nama Masjid Nur Drajat.

Naskah Badu Wanar dan Naskah Drajat mengkisahkan bahwa dari istri pertama yaitu Dewi Sufiyah

mendapat keturunan tiga anak.

1. Pangeran Rekyana atau Pangeran Tranggana.

2. Pangeran Sandi.

3. Dewi Wuryan.

Penghargaan

Dalam sejarahnya Sunan Drajat juga dikenal sebagai seorang Wali pencipta tembang Mocopat yakni

Pangkur. Sisa - sisa gamelan Singo mengkok-nya Sunan Drajat kini tersimpan di Museum Daerah.

Untuk menghormati jasa - jasa Sunan Drajat sebagai seorang Wali penyebar agama Islam di wilayah

Lamongan dan untuk melestarikan budaya serta benda-benda bersejarah peninggalannya Sunan

Drajat, keluarga dan para sahabatnya yang berjasa pada penyiaran agama Islam, Pemerintah

Kabupaten Lamongan mendirikan Museum Daerah Sunan Drajat disebelah timur Makam.Museum ini

telah diresmikan oleh Gubernur Jawa Timur tanggal 1 Maret 1992.

Upaya Bupati Lamongan R. Mohamad Faried, S.H. untuk menyelamatkan dan melestarikan warisan

sejarah bangsa ini mendapat dukungan penuh Gubernur Jawa Timur dengan alokasi dana APBD I yaitu

pada tahun 1992 dengan pemugaran Cungkup dan pembangunan Gapura Paduraksa senilai Rp.98 juta

dan anggaran Rp.100 juta 202 ribu untuk pembangunan kembali Mesjid Sunan Drajat yang diresmikan

oleh Menteri Penerangan RI tanggal 27 Juni 1993. Pada tahun 1993 sampai 1994 pembenahan dan

pembangunan Situs Makam Sunan Drajat dilanjutkan dengan pembangunan pagar kayu berukir,

renovasi paséban, balé ranté serta Cungkup Sitinggil dengan dana APBD I Jawa Timur sebesar RP. 131

juta yang diresmikan Gubernur Jawa Timur M. Basofi Sudirman tanggal 14 Januari 1994.

Wafat

Page 32: tugas walisongo

Sunan Drajat wafat pada tahun 1522. Makamnya di Desa Drajat Kec. Paciran Kab. Lamongan. Tak jauh

dari makam terdapat sebuah museum

SUNAN GUNUNG JATI

1. Asal Usul Sunan Gunung Jati

Dalam usia yang begitu muda Syarif Hidayatullah ditinggal mati oleh ayahnya. Ia ditunjuk untuk menggantikan kedudukannya sebagai Raja Mesir tapi anak yang masih berusia dua puluh tahun itu tidak mau. Dia dan ibunya bermaksud pulang ke tanah jawa berdakwah di Jawa Barat. Kedudukan ayahnya itu kemudian diberikan kepada adiknya yaitu Syarif Nurullah.

Sewaktu berada di negeri Mesir Syarif Hidayatullah berguru kepada beberapa ulam besar didaratan timur tengah. Dalam usia muda itu ilmunya sudah sangat banyak, maka ketika pulang ke tanah leluhurnya yaitu Jawa ia tidak merasa kesulitan melakukan dakwah.

2. Perjuangan Sunan Gunung Jati

Sering kali terjadi kerancuan antara nama Fatahillah dengan Syarif Hidayatullah yang bergelar Sunan Gunung Jati. Orang menganggap Fatahillah dan Syarif Hidayatullah adalah satu, tetapi yang benar adalah dua orang. Syarif Hidayatullah cucu Raja Pajajaran adalah seorang penyebar Islam di Jawa Barat yang kemudian disebut Sunan Gunung Jati. Sedangkan Fatahillah adalah seorang pemuda Pasai yang dikirim Sultan Trenggana membantu Sunan Gunung Jati berperang melawan Portugis. Bukti bahwa Fatahillah bukan Sunan Gunung Jati adalah makam dekat Sunan Gunung Jati yang ada tulisan Tubagus Pasai adalah Fathullah atau Fatahillah atau Faletehan menurut Lidah Orang Portugis......

Page 33: tugas walisongo

Syarif Hidayatullah dan ibunya Syarifah Muda’im datang ke negeri Caruban Larang Jawa Barat pada tahun 1475 sesudah mampir dahulu di Gujarat dan Pasai untuk menambah pengalaman. Kedua orang itu disambut gembira oleh Pangeran Cakrabuana dan keluarganya. Syekh Datuk Kahfi sudah wafat, guru Pangeran Cakrabuana dan Syarifah Muda’im itu dimakamkan di Pasambangan. Dengan alasan agar selalu dekat dengan makam gurunya. Syarifah Muda’im minta diizinkan tinggal di Pasambangan atau Gunung Jati.

Syarifah Muda’im dan puteranya Syarif Hidayatullah meneruskan usaha Syekh Datuk Lahfi. Sehingga kemudian hari Syarif Hidayatullah terkenal sebagai Sunan Gunung Jati. Tibalah saat yang ditentukan, pangeran Cakrabuana menikahkan anaknya yaitu Nyi Pakungwati dengan Syarif Hidayatullah. Selanjutnya yaitu pada tahun 1479 karena usia lanjut pangeran Cakrabuana menyerahkan kekuasaan negeri Caruban kepada Syarif Hidayatullah dengan gelar Susuhan yaitu orang yang dijunjung tinggi.

Disebutkan, pada tahun pertama pemerintahannya Syarif Hidayatullah berkunjung ke Pajajaran untuk mengunjungi kakeknya yaitu Prabu Siliwangi. Sang Prabu diajak masuk Islam kembali tetapi tidak mau. Meski Prabu Siliwangi tidak mau masuk Islam, dia tidak menghalangi cucunya menyiarkan agama Islam di wilayah Pajajaran.

Syarif Hidayatullah kemudian melanjutkan perjalanannya ke Serang. Penduduk Serang sudah ada yang masuk Islam dikarenakan banyaknya saudagar dari Arab dan Gujarat yang sering singgah ke tempat itu. Kedatangan Syarif Hidayatullah disambut baik oleh Adipati Banten. Bahkan Syarif Hidayatullah dijodohkan dengan puteri Adipati Banten yang bernama Nyi Kawungten. Dari perkawinannya inilah kemudian Syarif Hidayatullah dikaruniai dua orang putera yaitu Nyi Ratu Winaon dan Pangeran Sebakingking. Dalam menyebarkan agama Islam di tanah jawa, Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati tidak bekerja sendirian, beliau sering bermusyawarah dengan anggota para wali lainnya di mesjid Demak. Bahkan disebutkan beliau juga membantu berdirinya mesjid Demak.

Dari pergaulannya dengan Sultan Demak dan para wali lainnya ini akhirnya Syarif Hidayatullah mendirikan Kesultanan Pakungwati dan ia memploklamirkan diri sebagai raja yang pertama dengan gelar Sultan. Dengan berdirinya Kesultanan tersebut Cirebon tidak lagi mengirim upeti kepada Pajajaran yang biasanya disalurkan lewat Kadipaten Galuh.

Dengan bergabungnya prajurit dan perwira pilihan ke Cirebon maka makin bertambah besarlah pengaruh Kesultanan Pakungwati. Daerah-daerah lain seperti: Surakanta, Japura, Wanagiri, Telaga dan lain-lain menyatakan diri menjadi wilayah Keslutanan Cirebon. Lebih-lebih dengan diperluasnya Pelabuhan Muara Jati, makin bertambah besarlah Kasultanan Cirebon. Banyak pedagang besar dari negeri asing datang menjalin persahabatan. Diantaranya dari negeri Tiongkok. Salah seorang keluarga istana Cirebon kawin dengan pembesar dari negeri Cina yang berkunjung ke Cirebon yaitu Ma Huan. Maka jalinan antara Cirebon dan negeri Cina makin erat.

Page 34: tugas walisongo

Bahkan Sunan Gunung Jati pernah diundang ke negeri Cina dan kawin dengan puteri Kaisar Cina bernama puteri Ong Tien. Kaisar Cina pada saat itu dari dinasti Ming juga beragama Islam. Dengan perkawinan itu sang Kaisar ingin menjalin erat hubungan baik antara Cirebon dan negeri Cina, hal ini ternyata menguntungkan bangsa Cina untuk dimanfaatkan dalam dunia perdagangan.

Sesudah kawin dengan Sunan Gunung Jati, puteri Ong Tien diganti namanya menjadi Nyi Ratu Rara Semanding. Kaisar ayah puteri Ong Tien ini membekali puterinya dengan harta benda yang tidak sedikit. Sebagian besar barang-barang peninggalan puteri Ong Tien yang dibawa dari negeri Cina itu sampai sekarang masih ada dan tersimpan di tempat yang aman. Istana dan Mesjid Cirebon kemudian dihiasi lagi dengan motif-motif hiasan dinding dari negeri Cina.

Mesjid Agung Sang Ciptarasa dibangun pada tahun 1980 atas prakarsa Nyi Ratu Pakungwati atau isteri Sunan Gunung Jati. Dari pembangunan mesjid itu melibatkan banyak pihak, diantaranya Wali Songo dan sejumlah tenaga ahli yang dikirim oleh Raden Patah. Dalam pembangunan itu Sunan Kalijaga mendapat penghormatan untuk mendirikan Soko Tatal sebagai lambang persatuan umat. Selesai membangun mesjid, diteruskan dengan membangun jalan raya yang menhubungkan Cirebon dengan daerah-daerah Kadipaten lainnya untuk memperluas pengembangan Islam diseluruh tanah pasundan. Prabu Siliwangi hanya bisa menahan diri atas perkembangan wilayah Cirebon yang semakin luas itu. Bahkan wilayah Pajajaran sendiri sudah semakin terhimpit.

Pathak Warak menyumpah-nyumpah, hatinya marah sekali diperlakukan seperti itu. Apalagi dilihatnya para tamu undangan menertawakan kekonyolan itu, diapun semakin malu. Hampir saja Roroyono ditamparnya kalau tidak ingat bahwa gadis itu adalah puteri gurunya.

Pada tahun 1511 Malaka diduduki oleh bangsa Portugis. Selanjutnya mereka ingin memperluas kekuasaannya ke pulau jawa. Pelabuhan sunda kelapa yang jadi incaran mereka untuk menancapkan kuku penjajahan. Demak Bintoro tahu bahaya besar yang mengancam kepulauan nusantara. Oleh karena itu Raden Patah mengirim adipati Unus atau Pangeran Sabrang Lor untuk menyerang Portugis di Malaka. Ada salah seorang pejuang Malaka yang ikut ke tanah jawa yaitu Fatahillah. Ia bermaksud meneruskan perjuangannya di tanah jawa. Dan dimasa Sultan Trenggana ia diangkat menjadi panglima perang.

Pengalaman adalah guru yang terbaik, dari pengalamannya bertempur di Malaka tahulah Fatahillah titik-titik lemah tentara dan siasat Portugis. Itu sebabnya dia dapat memberi komando dengan tepat dan setiap serangan Demak-Cirebon selalu membawa hasil gemilang. Akhirnya Portugis dan Pajajaran kalah, Portugis kembali ke Malaka, sedang tentara Pajajaran cerai berai tak menentuk arahnya.

Selanjutnya Fatahillah ditugaskan mengamankan Banten dari gangguan para pemberontak yaitu sisa-sisa pasukan Pajajaran. Usaha ini tidak menemui kesulitan karena Fatahillah dibantu putera Sunan Gunung Jati yang bernama Pangeran Sebakingking. Dikemudian hari Pangeran Sebakingking ini menjadi penguasa Banten dengan gelar Pangeran Hasanuddin.

Page 35: tugas walisongo

Kurang lebih sekitar tahun 1479, Sunan Gunung Jati pergi ke daratan Cina dan tinggal didaerah Nan King. Di sana ia digelari dengan sebutan Maulana Insanul Kamil.

Daratan Cina sejak lama dikenal sebagai gudangnya ilmu pengobatan, maka disanalah Sunan Gunung Jati juga berdakwah dengan jalan memanfaatkan ilmu pengobatan. Beliau menguasai ilmu pengobatan tradisional. Disamping itu , pada setiap gerakan fisik dari ibadah Sholat sebenarnya merupakan gerakan ringan dari terapi pijat atau akupuntur, terutama bila seseorang mau mendirikan Sholat dengan baik, benar lengkap dengan amalan sunah dan tuma’ninahnya. Dengan mengajak masyarakat Cina agar tidak makan daging babi yang mengandung cacing pita, dan giat mendirikan sholat lima waktu, maka orang yang berobat kepada Sunan Gunung Jati banyak yang sembuh sehingga nama Gunung Jati menjadi terkenal di seluruh daratan Cina.

Di negeri naga itu Sunan Gunung Jati berkenalan dengan Jenderal Ceng Ho dan sekretaris kerajaan bernama Ma Huan, serta Feis Hsin, ketiga orang ini sudah masuk Islam. Pada suatu ketika Sunan Gunung Jati berkunjung ke hadapan kaisar Hong Gie, pengganti kaisar Yung Lo dengan puteri kaisar yang bernama Ong Tien. Menurut versi lain yang mirip sebuah legenda, sebenarnya kedatangan Sunan Gunung Jati di negeri Cina adalah karena tidak sengaja. Pada suatu malam, beliau hendak melaksanakan sholat tahajjud. Beliau hendak sholat di rumah tetapi tidak khusu’ lalu beliau sholat di mesjid, di mesjid juga belum khusu’. Beliau heran padahal bagi para wali, sholat tahajjud itu adalah kewajiban yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Kemudian Sunan Gunung Jati sholat diatas perahu dengan khusu’. Bahkan dapat tidur dengan nyenyak setelah sholat dan berdo’a.

Ketika beliau terbangun beliau merasa kaget. Daratan pulau jawa tidak nampak lagi. Tanpa sepengetahuannya beliau telah dihanyutkan ombak hingga sampai ke negeri Cina. Di negeri Cina beliau membuka praktek pengobatan. Pendudu Cina yang berobat disuruhnya melaksanakan sholat. Setelah mengerjakan sholat mereka sembuh. Makin hari namanya makin terkenal, beliau dianggap sebagai sinshe yang berkepandaian tinggi terdengar oleh kaisar. Sunan Gunung Jati dipanggil keistana, kaisar hendak menguji kepandaian Sunan Gunung Jati sebagai tabib dia pasti dapat mengetahui mana seorang yang hamil muda atau belum hamil.

Dua orang puteri kaisar disuruh maju. Seorang diantara mereka sudah bersuami dan sedang hamil muda atau baru dua bulan. Sedang yang seorang lagi masih perawan namun perutnya diganjal dengan bantal sehingga nampak seperti orang hamil. Sementara yang benar-benar hamil perutnya masih kelihatan kecil sehingga nampak seperti orang yang belum hamil. Hai tabib asing, mana diantara puteriku yang hamil? Tanya kaisar.

Sunan Gunung Jati diam sejenak. Ia berdoa kepada Tuhan.

Hai orang asing mengapa kau diam? Cepat kau jawab! Teriak kaisar Cina.

Page 36: tugas walisongo

Dia! Jawab Sunan Gunung Jati sembari menunjuk puteri Ong Tien yang masih Perawan. Kaisar tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban itu. Demikiann pula seluruh balairung istana kaisar.

Namun kemudian tawa mereka terhenti, karena puteri Ong Tien menjerit keras sembari memegangi perutya.

Ayah! Saya benar-benar hamil.

Maka gemparlah seisi istana. Ternyata bantal diperut Ong Tien telah lenyap entah kemana. Sementara perut puteri cantik itu benar-benar membesar seperti orang hamil.

Kaisar menjadi murka. Sunan Gunung Jati diusir dari daratan Cina. Sunan Gunung Jati menurut, hari itu juga ia pamit pulau ke pulau jawa. Namun puteri Ong Tien ternyata terlanjur jatuh cinta kepada Sunan Gunung Jati maka dia minta kepada ayahnya agar diperbolehkan menyusul Sunan Gunung Jati ke pulau Jawa.

Kaisar Hong Gie akhirnya mengijinkan puterinya menyusul Sunan Gunung Jati ke pulau Jawa. Puteri Ong Tien dibekali harta benda dan barang-barang berharga lainnya seperti bokor, guci emas dan permata. Puteri cantik itu dikawal oleh tiga orang pembesar kerajaan yaitu Pai Li bang seorang menteri negara. Lie Guan Chang dan Lie Guan Hien. Pai Li Bang adalah salah seorang murid Sunan Gunung Jati tatkala beliau berdakwah di Cina.

Dalam pelayarannya ke pulau jawa, mereka singgah di kadipaten Sriwijaya. Begitu mereka datang para penduduk menyambutnya dengan meriah sekali. Mereka merasa heran.

Ada apa ini? Pai Li Bang bertanya kepada tetua masyarakat Sriwijaya.

Tetua masyarakat balik bertanya. Siapa yang bernama Pai Li Bang?

Saya sendiri, jawab Pai Li Bang.

Kontan Pai Li Bang digotong penduduk diatas tandu. Dielu-elukan sebagai pemimpin besar. Dia dibawa ke istana Kadipaten Sriwijaya.

Page 37: tugas walisongo

Setelah duduk dikursi Adipati, Pai Li Bang bertanya, sebenarnya apa yang terjadi?

Tetua masyarakat itu menerangkan. Bahwa adipati Ario Damar selaku pemegang kekuasaan Sriwijaya telah meninggal dunia. Penduduk merasa bingung mencari penggantinya, karena putera Ario Damar sudah menetap di Pulau Jawa. Yaitu Raden Fatah dan Raden Hasan.

Dalam kebingungan itulah muncul Sunan Gunung Jati, beliau berpesan bahwa sebentar lagi akan datang rombongan muridnya dari negeri Cina, namanya Pai Li Bang. Muridnya itulah yang pantas menjadi pengganti Ario Damar. Sebab muridnya itu adalah seorang menteri negara di negeri Cina.

Setelah berpesan begitu Sunan Gunung Jati meneruskan pelayarannya ke pulau jawa. Pai Li Bang memang muridnya. Dia semakin kagum dengan gurunya yang ternyata mengetahui sebelum kejadian, tahu kalau dia bakal menyusul ke pulau jawa. Pai Li Bang tidak menolak keinginan gurunya, dia bersedia menjadi adipati Sriwijaya. Dalam pemerintahannya Sriwijaya maju pesat sebagai kadipaten yang paling makmur dan aman. Setelah Pai Li Bang meninggal dunia maka nama kadipaten Sriwijaya diganti menjadi nama kadipaten Pai Li Bang, dalam perkembangannya karena proses pengucapan lidah orang Sriwijaya maka lama kelamaan kadipaten itu lebih dikenal dengan sebutan Palembang hingga sekarang.

Sementara itu puteri Ong Tien meneruskan pelayarannya hingga ke pulau jawa. Sampai di Cirebon dia mencari Sunan Gunung Jati, tapi Sunan Gunung Jati sedang berada di Luragung. Puteri itupun menyusulnya. Pernikahan antara puteri Ong Tien denga Sunan Gunung Jati terjadi pada tahun 1481, tapi sayang pada tahun 1485 puteri Ong Tien meninggal dunia. Maka jika anda berkunjung ke makam Sunan Gunung Jati di Cirebon jangan lah merasa heran disana banyak ornamen cina dan nuansa cina lainnya. Memang ornamen dan barang-barang antik itu berasal dari cina.

Wali songo selalu bermusyawarah apabila menghadapi suatu masalah pelik yang berkembang di masyarakat. Termasuk kebijakan dakwah yang mereka lakukan kepada masyarakat jawa.

Mula-mula sunan Ampel tidak setuju atas cara dakwah yang dilakukan Sunan Kalijaga danSunan Bonang. Namun Sunan Kudus mengajukan pedapatnya. Saya setuju dengan pendapat Sunan Kalijaga, bahwa adat istiadat lama yang masih bisa diarahkan kepada agama tauhid maka kita akan memberikannya warna Islami. Sedang adat dan kepercayaan lama yang jelas-jelas menjurus ke arah kemusyrikan kita tinggal sama sekali. Sebagai misal, gamelan dan wayang kulit, kita bisa memberinya warna Islam sesuai dengan selera masyarakat. Adapun tentang kekuatiran kanjeng Sunan Ampel, saya mempunyai keyakinan bahwa dibelakang hari akan ada orang yang menyempurnakannya.

Adanya dua pendapat yang seakan bertentangan tersbut sebanarnya mengandung hikmah. Pendapat Sunan Kalijaga dan Sunan Kudus ada benarnya yaitu agar Islam cepat diterima oleh orang jawa, dan ini terbukti, dikarenakan dua wali tersebut pandai mengawinkan adat istiadat lama yang dapat ditolerir

Page 38: tugas walisongo

Islam maka penduduk jawa banyak yang berbondong-bondong masuk agama Islam. Pada prinsipnya mereka mau menerima Islam dengan lebih dahulu dan sedikit demi sedikit kemudian mereka akan diberi pengertian akan kebersihan tauhid dalam iman mereka.

Sebaliknya, adanya pendapat Sunan Ampel yang menginginkan Islam harus disiarkan dengan murni dan konsekuen juga mengandung hikmah kebenaran yang hakiki, sehingga membuat umat semakin berhati-hari menjalankan syariat agama secara benar dan bersih dari segala macam bid’ah. Inilah jasa Sunan Ampel yang sangat besar, dengan peringatan inilah beliau telah menyelamatkan aqidah umat agar tidak tergelincitr ke lembah musyrik.

Sunan Gresik

Maulana Malik Ibrahim –, Maulana Malik Ibrahim merupakan wali yang tertua dari Sembilan wali

atau wali songo , di kenal juga  dengan sebutan = Maghribi ,atau syekh maghribi, meskipun bukan orang jawa. Namun sangat berjasa sekali atas perkembangan islam di tanah jawa, bahkan adanya konsep islam yang radikal dan revolusioner dalam bidang sosial,, ,kaum waisya dan syudra sangat senang menerima konsep yang tidak membedakan antara miskin dan kaya , pejabat dan rakyat,,,tidak ada kasta,,,dst,,namun bagi kaum brahmana dan ksatria pada umumnya tidak suka memeluk islam ,bahkan tidak sedikit yang melarikan diri ke pulau bali dan menetap sampai sekarang ,,hal ini sangat di mengerti karna bagi mereka agak berat untuk duduk sejajar dengan kaum waisya da syudra,

Maulana Malik Ibrahim, atau Makdum Ibrahim As-Samarkandy diperkirakan lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal abad 14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah Jawa terhadap As-Samarkandy, berubah menjadi Asmarakandi.

Page 39: tugas walisongo

Maulana Malik Ibrahim atau syekh maghribi, sebagian rakyat malah menyebutnya Kakek Bantal. Ia bersaudara dengan Maulana Ishak, ulama terkenal di Samudra Pasai, sekaligus ayah dari Sunan Giri (Raden Paku). Ibrahim dan Ishak adalah anak dari seorang ulama Persia, bernama Maulana Jumadil Kubro, yang menetap di Samarkand. Maulana Jumadil Kubro diyakini sebagai keturunan ke-10 dari Syayidina Husein, cucu Nabi Muhammad saw.

Maulana Malik Ibrahim pernah bermukim di Campa, sekarang Kamboja, selama tiga belas tahun sejak tahun 1379. Ia malah menikahi putri raja, yang memberinya dua putra. Mereka adalah Raden Rahmat (dikenal dengan Sunan Ampel) dan Sayid Ali Murtadha alias Raden Santri. Merasa cukup menjalankan misi dakwah di negeri itu, tahun 1392 M Maulana Malik Ibrahim hijrah ke Pulau Jawa meninggalkan keluarganya.

Beberapa versi menyatakan bahwa kedatangannya disertai beberapa orang. Daerah yang ditujunya pertama kali yakni desa Sembalo, daerah yang masih berada dalam wilayah kekuasaan Majapahit. Desa Sembalo sekarang, adalah daerah Leran kecamatan Manyar, 9 kilometer utara kota Gresik.

Maulana Malik Ibrahim mulai menyebarkan islam di tanah jawa , melalui jawa timur dari sanalah mul;ai menyingsingkan lengan bajunya berjuang untuk mengembangkan islam

Aktivitas pertama yang dilakukannya adalah dengan cara mendekati anak negri dengan tutur bahasa yang santun dan budibahasa yang ramah serta ketinggian akhlak yang selalu di perlihatkan kepada orang2 yang masih beragama budha hindhu , bahkan tidak melarang / menentang secara tajam adat yang berlaku di dalam masarakat ,, melainkan hanya memperlihatkan budi pekerti ,ke indahan ,dan ketinggian ajaran ajaran islam , berkat keramah annya dan pergaulan yang sopan santun, banyak anak negeri yang masuk agama islam

Untuk mempersiapkan kader umat yang terdidik untuk melanjutkan perjuangan guna menegakan ajaran islam di tanah air kita , maka di bukalah pesantren 2 yang merupakan perguruan islam tempat mensdidik dan menggembleng pra siswa bagi calon mubaligh islam untuk masa depan, bertambah banyak yang masuk islam bertambah berat juga perjuangannya , mereka yang baru masuk islam harus di berikan didikan dan penerangan secukupnya sehingga iman nya mejadi kuat dan kokoh,

Adanya demikian , dari hasil didikannya lah ahirnya tersebar mubaligh2 islam ke penjuru tanah air untuk menyiarka ajaran ajaran islam,. Selain itu secara khusus Malik Ibrahim juga menyediakan diri untuk mengobati masyarakat secara gratis. Sebagai tabib, kabarnya, ia pernah diundang untuk mengobati istri raja yang berasal dari Campa. Besar kemungkinan permaisuri tersebut masih kerabat istrinya.

. Selesai membangun dan menata pondokan tempat belajar agama di Leran, tahun 1419 M Maulana Malik Ibrahim wafat. Makamnya kini terdapat di kampung Gapura, Gresik, Jawa Timur.

Dalam riwayat lain di katakan , maulana malik Ibrahim adalah keturunan dari Zainal abidin bin Hasan bin Ali ra, keterangan ini menurut buku karangan sir Thomas Stamford raffles ( 1781 -1826 ) adalah seorang ahli politik inggris ,serta bekas letnan gubernur inggris di tanah jawa dari tahun (1811-1816 ) adapun

Page 40: tugas walisongo

bukunya yang terkenal mengenai tanah jawa ialah “ history of java “ yangb di tulisnya pada tahun 1817 M

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Karier awal Raffles (1781-1826) sebagai juru tulis sebuah perusahaan

Hindia-Timur (1795) memberikan latar belakang ketekunannya sebagai penulis. Di samping itu, menurut sebuah biografi, Raffles dikenal sebagai seorang yang tekun, rajin belajar, ulet, dan berkemauan keras. Tanpa itu semua mustahil mahakarya "The History of Java" akan selesai dikerjakannya. Raffles mempunyai semua syarat sebagai penghasil mahakarya (masterpiece).

Raffles berada di Jawa pada 1811-1816, pertama kali sebagai Lieutenant Governor of Java yang bertanggung jawab kepada Gubernur Jenderal Inggris di India yaitu Lord Minto (nama aslinya Sir Gilbert Elliot Murray-Kynynmond). Tahun 1814 Lord Minto meninggal dunia dan Raffles menjadi Gubernur Jenderal di Jawa sampai 1816. Saat Jawa kembali ke tangan Belanda, Raffles tengah menggagas dan mengerjakan proyek arkeologi dan botani di Jawa. Kemudian sampai tahun 1823 Raffles menjadi Gubernur di Bengkulu. Beberapa wilayah di Sumatra (Belitung, Bangka dan Bengkulu) memang berdasarkan suatu perjanjian tak diserahkan ke tangan Belanda.

----------------------------------------------------------------------------

--------------------------------------------------------------

Dari berbagai sumber, termasuk Wikipedia, sekitar wali sanga=menara kudus

Wallahu a’lam,,,,,,,,,,,,, hanya allah yang maha tahu secara pasti,,,,,,,