fakultas syari’ah dan hukumrepository.radenfatah.ac.id/6971/1/skripsi bab i.pdf · 2020. 6....

30
i i PANDANGAN HAKIM PENGADILAN NEGERI PALEMBANG TERHADAP PELAKSANAAN HAK RESTITUSI BAGI ANAK YANG MENJADI KORBAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM SKRIPSI OLEH : ICHLASUL AMAL NIM : 1651600045 PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG 2020

Upload: others

Post on 07-Feb-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    i

    PANDANGAN HAKIM PENGADILAN NEGERI PALEMBANG

    TERHADAP PELAKSANAAN HAK RESTITUSI BAGI ANAK YANG

    MENJADI KORBAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF

    HUKUM PIDANA ISLAM

    SKRIPSI

    OLEH :

    ICHLASUL AMAL

    NIM : 1651600045

    PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM

    FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

    2020

  • ii

    ii

  • iii

    iii

  • iv

    iv

  • v

    v

  • vi

    vi

  • vii

    vii

    ABSTRAK

    Skripsi ini berjudul Pandangan Hakim Pengadilan Negeri Palembang Terhadap

    Pelaksanaan Hak Restitusi bagi Anak yang Menjadi Korban Tindak Pidana Menurut

    Perspektif Hukum Pidana Islam. Dimana anak sebagai korban tindak pidana dalam praktik

    penerapan hukum pidana selama ini hanya diposisikan sebagai “saksi korban” dan

    terkadang mengabaikan posisi korban sebagai “pencari keadilan” serta menanggung sendiri

    kerugian yang di deritanya baik kerugian secara materiil (yang dapat dihitung) dan kerugian

    immateriil (tidak dapat dihitung). Namun dalam Pasal 71 D Ayat (1) Undang-Undang

    Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak berbunyi : ”Setiap anak yang menjadi

    korban sebagaimana dimaksud Pasal 59 Ayat (2) huruf b anak yang berhadapan dengan

    hukum), huruf d (anak yang dieksploitasi secara seksual dan ekonomi), huruf f (anak yang

    menjadi korban pornografi), huruf h (anak korban penculikan, penjualan, dan

    perdagangan), huruf i (anak korban kekerasan fisik dan psikis) dan huruf j (anak korban

    kejahatan seksual) berhak mengajukan ke pengadilan berupa hak restitusi yang menjadi

    tanggung jawab pelaku kejahatan”.

    Adapun permasalahan yang di angkat sebagai fokus penelitian adalah 1)

    Bagaimana pandangan hakim Pengadilan Negeri Palembang terhadap pelaksanaan hak

    restitusi bagi anak yang menjadi korban tindak pidana di wilayah hukum pengadilan negeri

    palembang 2) Bagaimana tinjauan hukum pidana Islam terhadap pelaksanaan hak restitusi

    bagi anak yang menjadi korban tindak pidana.

    Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bentuk penelitian hukum yuridis-

    empiris, yaitu penelitian hukum mengenai pemberlakuan atau implementasi ketentuan

    hukum normatif secara in action pada setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam

    masyarakat, jenis data yang digunakan adalah data kualitatif, sumber data yang digunakan

    adalah sumber data primer yang diperoleh secara langsung dari studi lapangan, dan data

    sekunder diperoleh dari studi kepustakaan, kemudian disimpulkan secara deduktif.

    Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa

    Pandangan Hakim Pengadilan Negeri Palembang Terhadap pelaksanaan hak restitusi bagi

    anak yang menjadi korban tindak pidana adalah belum terlaksana pelaksanaanya di wilayah

    hukum Pengadilan Negeri Palembang mengingat belum adanya putusan yang mengarahkan

    bahwa putusan tersebut harus memberikan hak restitusi. Adapun tinjauan hukum pidana

    Islam terhadap pelaksanaan hak restitusi adalah dapat berupa hukuman pokok (qishash-

    diyat) dimana berorientasi pada perhatian dan perlindungan terhadap korban dalam

    penyelesaiannya melalui perdamaian atau melalui pendekatan restorative justice dan juga

    dapat berupa hukuman tambahan takzir yang diperberat dengan diyat yang telah ditentukan

    oleh ulil amri.

    Kata Kunci : Hak Restitusi, Perlindungan Anak, Anak Korban Tindak Pidana

  • viii

    viii

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    MOTTO:

    َصِغيَرنَا َويَُوق ِْر َكبِيَرنَا لَْيَس ِمنَّا َمْن لَْم يَْرَحْم

    “Bukan golongan kami orang yang tidak menyayangi yang lebih muda atau tidak

    menghormati yang lebih tua. ”(HR. at-Tirmidzi no. 1842 dari shahabat Anas bin

    Malik)

    Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

    ❖ Allah Swt. karena rahmat-Nya yang begitu besar, anugerah ilmu, nikmat

    kesempatan dan kesehatan dari-Nya, penulis mampu menyelesaikan

    penulisan skripsi ini.

    ❖ Kedua orang tuaku, Ibunda (Siti Rukhanah, S.Pd) dan Ayahanda (Edy

    Syafiq, S.H) yang selalu memberikan pendidikan yang baik, dukungan, doa

    yang tiada henti, serta motivasi, semangat yang besar dalam hidupku,

    sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Selalu Menjadi teladan yang baik,

    selalu siap mendengarkan keluh kesah selama menulis skripsi.

    ❖ Kakakku (M. Riv’at Ridlo, S.T) dan Adikku (Inayah Alvisyahr) tersayang

    yang selalu memberi semangat dan motivasi agar dapat menyelesaikan

    skripsi ini.

    ❖ Untuk Dosen Pembimbingku yang selalu sabar membimbing dalam

    penyusunan skripsi hingga selesai.

    ❖ Untuk keluarga besarku tercinta.

    ❖ Untuk seluruh teman-teman seperjuangan kelas Jinayah 2 Prodi Hukum

    Pidana Islam Angkatan 2016 untuk semua suka duka, canda tawa dan

    kenangan selama 4 tahun ini saya ucapkan terima kasih banyak.

    ❖ Dan Almamater tercinta UIN Raden Fatah Palembang

  • ix

    ix

    KATA PENGANTAR

    Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

    Syukur Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, karena dengan ridha dan rahmat-

    Nya. Sholawat seiring salam senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad

    SAW, keluarga, sahabat, serta pengikutnya hingga akhir zaman.

    Skripsi yang berjudul “PANDANGAN HAKIM PENGADILAN NEGERI

    PALEMBANG TERHADAP PELAKSANAAN HAK RESTITUSI BAGI ANAK

    YANG MENJADI KORBAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF

    HUKUM PIDANA ISLAM”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat guna

    memperoleh gelar Sarjana Hukum (SH) dalam Fakultas Syari’ah di UIN Raden Fatah

    Palembang. Dengan penuh kesadaran dan kerendahan hati, penulis menyampaikan bahwa

    skripsi ini tidak mungkin terselesaikan tanpa adanya do’a, dukungan dan bantuan moril dan

    materiil dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga skripsi

    ini akan lebih berarti dengan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah

    membantu dalam proses ini. Pada kesempatan ini, penyusun mengucapkan terimakasih

    kepada:

    1. Terucap pertama kali rasa syukur kepada Allah Swt. untuk setiap kemudahan

    kelancaran disetiap proses skripsi ini.

    2. Kedua orang tua yang selama ini merawat dengan baik, membesarkan dengan penuh

    kasih sayang, menyediakan seluruh kebutuhan dengan lebih dari cukup, dan

    bimbingan ilmu yang diberikannya.

    3. Bapak Prof. Drs. H. Muhammad Sirozi, Ph.D selaku rektor Universitas Islam Negeri

    Raden Fatah Palembang.

    4. Bapak Prof. Dr. Romli M.Ag selaku Dekan Fakultas Syari’ah Universitas Islam

    Negeri Raden Fatah Palembang.

    5. Bapak Fatah Hidayat, S.Ag. M.Pd.I selaku ketua jurusan Jinayah Fakultas Syari’ah

    Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang.

    6. Bapak Syaiful Aziz, S.H.I., M.H.I selaku sekretaris jurusan Jinayah Fakultas

    Syari’ah Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang.

    7. Ibu Hj. Rusmala Dewi, S.H., M.Hum Sebagai Penasihat Akademik yang telah

    meluangkan waktunya untuk memberikan nasihat dan arahan selama masa

    perkuliahan.

  • x

    x

    8. Bapak Dr. H. Marsaid, MA Selaku pembimbing pertama yang telah meluangkan

    waktunya untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.

    9. Bapak Antoni, SH., M.Hum Selaku pembimbing kedua yang telah meluangkan

    waktunya untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.

    10. Seluruh Dosen Fakultas Syari’ah yang dengan sabar memberikan petunjuk,

    bimbingan serta bekal ilmu, penuh kesabaran dalam membimbing saat mengikuti

    perkuliahan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Fakultas Syariah dan

    Hukum.

    11. Teman seperjuangan selama bimbingan skripsi yang selalu membantu dan

    memberikan petunjuk dalam pembuatan skripsi, Arib, Fauzan, Leo, Pithra, Inten,

    Mada, Rizki, Aji, dll.

    12. Civitas Akademik Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden

    Fatah Palembang.

    Mudah-mudahan segala amal perbuatan yang bersangkutan mendapat nilai ibadah

    disisi Allah Swt. serta penulis menyadari ketidaksempurnaan dalam penyusunan skripsi ini,

    maka dari itu kritik dan saran yang membangun diperlukan dalam penyempurnaan

    penulisan skripsi ini, dan semoga skripsi ini mampu menginspirasi dan memberikan

    manfaat kepada penulis dan pembaca serta bermanfaat bagi perkembangan hukum dimasa

    yang akan datang serta menambah ilmu pengetahuan kita.

    Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatu.

    Palembang, 2020

    Penyusun

    ICHLASUL AMAL

    NIM: 1651600045

  • xi

    xi

    TRANSLITERASI ARAB-LATIN

    Penulisan transliterasi Arab-Latin dalam Skripsi ini menggunakan pedoman

    transliterasi Berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan

    dan Kebudayaan R.I. No. 158 Tahun 1987 dan No. 0543b/U/1987 yang secara garis besar

    dapat diuraikan sebagai berikut:

    A. Konsonan

    Huruf Nama Penulisan

    Alif Tidak dilambangkan ا

    Ba B ب

    Ta T ت

    Tsa S ث

    Jim J ج

    Ha H ح

    Kha Kh خ

    Dal D د

    Zal Z ذ

    Ra R ر

    Zai Z ز

    Sin S س

    Syin Sy ش

    Sad Sh ص

    Dlod Dl ض

    Tho Th ط

    Zho Zh ظ

    ‘ Ain‘ ع

    Gain Gh غ

    Fa F ف

    Qaf Q ق

    Kaf K ك

    Lam L ل

    Mim M م

    Nun N ن

    Waw W و

    Ha H ه

  • xii

    xii

    ` Hamzah ء

    Ya Y ي

    Ta (Marbutoh) T ة

    B. Vokal

    Vokal bahasa Arab seperti halnya dalam vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal

    (monoftong) dan vokal rangkap (diftong).

    C. Vokal Tunggal

    Vokal tunggal dalam bahasa Arab:

    Tanda Nama Huruf Latin

    َ --- Fathah A

    َ --- Kasrah I

    َ --- Dammah U

    Contoh:

    ن ر Munira : م

    Kataba : كتب

    zukira (Pola I) atau zukira (Pola II) dan seterusnya : ذكر

    D. Vokal Rangkap

    Lambang yang digunakan untuk vokal rangkap adalah gabungan antara harakat dan

    huruf, dengan transliterasi berupa gabungan huruf.

    Tanda/Huruf Tanda Baca Huruf

    Fathah dan ya Ai a dan i ي

    Fathah dan waw Au a dan u و

    Contoh:

    Kaifa :ك ْيف

    Haula :ه ْول

    \

    E. Mad

    Mad atau panjang dilambangkan dengan harakat atu huruf, dengan transliterasi berupa

    huruf dan tanda.

    Harakat dan Huruf Tanda Baca Keterangan

  • xiii

    xiii

    Fathah dan أي

    alif atau ya

    Ā A dan garis

    panjang di atas

    Kasroh dan ya Ī I dan garis di atas أي

    Dlommah dan او

    waw

    Ū U dan garis di

    atas

    Contoh:

    qāla : قال

    rama: رمي

    iz qala yusufu liabihi : اذ قال يوسف ال بيه

    F. Ta’Marbutah

    Transliterasi untuk ta marbutah ada dua macam:

    1. Ta’Marbutah hidup atau yang mendapat harakat fathah, kasroh, dan dlammah,

    maka transliterasinya adalah /t/.

    2. Ta’Marbutah yang mati atau mendapat harakat sukun, maka transliterasinya adalah

    /h/.

    3. Kalau pada kata yang terakhir dengan ta marbutah diikuti dengan kata yang

    memakai al serta bacaan keduanya terpisah, maka ta marbutah itu ditransliterasikan

    dengan /h/.

    4. Pola penulisan tetap 2 macam.

    Contoh:

    Rauḍlatul aṭhfāl رومضة االطفال

    al-Madīnah al-Munawwarah المدينة المنورة

    G. Syaddah (Tasydid)

    Syaddah atau tasydid dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda, yaitu

    tanda syaddah atau tasydid. Dalam transliterasi ini tanda syaddah tersebut dilambangkan

    dengan huruf yang diberi tanda syaddah tersebut.

    Contoh:

    Robbana ربنا

    Nazzala نزل

  • xiv

    xiv

    H. Kata Sandang

    Diikuti oleh Huruf Syamsiah

    Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiah ditransliterasikan bunyinya dengan huruf

    /I/ diganti dengan huruf yang langsung mengikutinya. Pola yang dipakai ada dua seperti

    berikut.

    Contoh:

    Pola Penulisan

    Al-tawwabu At-tawwabu التواب

    Al-syamsu Asy-syamsu الشمس

    Diikuti huruf Qomariah

    Kata sandang yang diikuti huruf qomariyah ditransliterasikan sesuai dengan aturan- aturan

    diatas dan dengan bunyinya.

    Contoh:

    Pola Penulisan

    Al-badi’u Al-badi’u البديع

    Al-qomaru Al-qomaru القمر

    Catatan : Baik diikuti huruf syamsiah maupun maupun qomariyah, kata sandang ditulis

    secara terpisah dari kata yang mengikutinya dan diberi tanda hubung (-).

    I. Hamzah

    Hamzah ditransliterasikan dengan opostrof. Namun hal ini hanya berlaku bagi hamzah

    yang terletak ditengah dan akhir kata. Apabila terletak diawal kata, hamzah tidak

    dilambangkan karena dalam tulisannya ia berupa alif.

    Contoh:

    Pola Penulisan

    Ta’khuzuna تا خذون

    Asy-syuhada’u الشهداء

    Umirtu اومرت

    Fa’tibiha فاتي بها

  • xv

    xv

    J. Penulisan Huruf

    Pada dasarnya setiap kata, baik fi’il, isim maupun huruf ditulis terpisah. Hanya kata-kata

    tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab sudah lazim dirangkaikan dengan kata-kata

    lain karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan. Maka penulisan kata tersebut

    dirangkaikan juga dengan kata lain yang mengikutinya. Penulisan dapat menggunakan

    salah satu dari dua pola sebagai berikut:

    Contoh Pola Penulisan

    -Wa innalaha lahuwa khair al وان لها لهو خير الراز قين

    raziqin

    Fa aufu al-kaila wa al-mizani فاو فوا الكيل والميزان

  • xvi

    xvi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

    HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................... ii

    PENGESAHAN DEKAN ............................................................................................... iii

    PENGESAHAN PEMBIMBING ................................................................................... iv

    HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ....................................................................... v

    IZIN PENJILIDAN ........................................................................................................ vi

    ABSTRAK ....................................................................................................................... vii

    HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN........................................................... viii

    KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ix

    PEDOMAN TRANSLITERASI .................................................................................... xii

    DAFTAR ISI................................................................................................................. xviii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ....................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah .................................................................. 9

    C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan ............................................ 9

    D. Tinjauan Pustaka .................................................................. 10

    E. Metode Penelitian ................................................................ 12

    F. Sistematika Penulisan .......................................................... 17

    BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA, ANAK

    KORBAN KEJAHATAN DAN RESTITUSI

    A. Tindak Pidana ...................................................................... 20

    1. Pengertian Tindak Pidana .............................................. 20

    2. Unsur-Unsur Perbuatan Pidana ...................................... 23

    3. Pemidanaan .................................................................... 26

    B. Anak Korban Kejahatan ....................................................... 30

    1. Anak ............................................................................... 30

    2. Korban dan Kejahatan ................................................... 34

    3. Perlindungan Anak ........................................................ 36

    C. Restitusi ............................................................................... 40

    1. Restitusi dalam berbagai Konsep ................................... 40

    2. Sejarah Restitusi ............................................................ 45

    3. Konsep Restitusi dari Sudut Viktimologi ...................... 50

    4. Asas-Asas Pelaksanaan Hak Restitusi ........................... 51

    BAB III GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

    A. Sejarah Pengadilan Negeri Palembang Kelas IA Khusus ...... 53

    B. Tugas, Fungsi dan Kewenangan ............................................ 53

    C. Struktur Organisasi ................................................................ 54

    D. Tugas dan Fungsi Pegawai ..................................................... 57

    E. Visi dan Misi .......................................................................... 61

  • xvii

    xvii

    F. Perkara di Pengadilan Negeri Palembang Kelas IA Khusus .. 63

    BAB IV PEMBAHASAN

    A. Pandangan Hakim Pengadilan Negeri Palembang Terhadap

    Pelaksanaan Hak Restitusi bagi Anak yang Menjadi Korban Tindak

    Pidana ................................................................................... 64

    B. Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Pelaksanaan Hak Restitusi

    bagi Anak yang Menjadi Korban Tindak Pidana ................. 81

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan ............................................................................ 87

    B. Saran ...................................................................................... 88

    DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 89

    Lampiran-lampiran ............................................................................. 93

    Daftar Riwayat Hidup ....................................................................... 99

  • 18

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Anak adalah amanah dari Allah Swt. oleh karena itu, menjaga, memelihara, dan mendidik

    kelangsungan hidupnya adalah tanggung jawab keluarga (orang tua), pemerintah, dan masyarakat serta

    lembaga-lembaga perlindungan anak dan masyarakat luas. Dengan demikian setiap anak mempunyai

    harkat dan martabat yang patut dijunjung tinggi dan setiap anak yang terlahir harus mendapatkan hak-

    haknya tanpa anak tersebut meminta.1

    Islam memberikan perhatian secara khusus dan serius terhadap anak, mulai anak masih dalam

    kandungan ibunya sampai anak menjelang dewasa. Kewajiban menyusui (radha’ah), mengasuh

    (hadhanah), kebolehan ibu tidak berpuasa saat hamil dan menyusui, kewajiban memberi nafkah,

    berlaku adil, memberi nama yang baik, mendidik, merupakan wujud dari kasih sayang tersebut. Seperti

    dalam Firman Allah Swt:

    َ َوْليَقُولُ فًا َخافُو۟ا َعلَْيِهْم فَْليَتَّقُو۟ا ٱَّللَّ يَّةً ِضعََٰ و۟ا قَْوًًل َسِديًداَوْليَْخَش ٱلَِّذيَن لَْو تََرُكو۟ا ِمْن َخْلِفِهْم ذُر ِ

    1 Marsaid, Perlindungan Hukum Anak Pidana Dalam Perspektif Hukum Islam (Maqashid Asy-Syari’ah),

    (Palembang: Noerfikri Offset, 2015), hlm. 1.

  • 19

    Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang

    mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh

    sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan

    perkataan yang benar.(Q.S An-Nisa (4): 9)

    Kandungan ayat tersebut memerintahkan agar kita memiliki rasa khawatir meninggalkan anak

    keturunan yang lemah. Lemah dalam hal fisik, psikis, ekonomi, kesehatan, moral, dan termasuk anak

    yang berhadapan dengan hukum dan lain sebagainya. Ayat ini mengandung pesan untuk melindungi

    anak-anak bahkan yang belum lahir sekalipun, jangan sampai nanti ia lahir dalam keadaan tidak sehat,

    tidak cerdas, menderita dan terlantar tidak terpelihara.2

    Sebagaimana Islam memberikan perhatian khusus bagi anak, Pemerintah Indonesia memiliki

    kewajiban dalam melindungi dan juga menjamin hak-hak anak untuk kelangsungan hidup, tumbuh, dan

    berkembangnya serta hak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi hal ini telah diamanatkan

    di dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 B Ayat 2 memperlihatkan bahwa anak adalah aset

    bangsa yang harus dijaga, dipelihara dan dipersiapkan sebaik mungkin agar kelak bisa menjadi penerus

    bangsa yang bisa diandalkan.3

    Berkaitan dengan berbagai hak anak, terdapat Instrumen Internasional dan Nasional yang

    terkait, yakni Deklarasi Hak-Hak Anak (Declaration Of The Right Of The Child) adalah konvensi yang

    mengatur hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial dan kultural anak-anak yang tertuang dalam Resolusi

    PBB (Persatuan Bangsa-Bangsa) 1386 (XIV) tanggal 20 November 1959. Secara substansial, Deklarasi

    Hak-Hak Anak ini memuat seruan bagi umat manusia untuk memberikan yang terbaik bagi anak (the

    best interest for child). Deklarasi Hak-Hak Anak memuat prinsip-prinsip perlindungan terhadap anak

    sebagai seruan kepada dunia untuk secara bertahap mewujudkan berbagai perlindungan kepada anak

    sesuai dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :

    1. Anak berhak menikmati semua haknya sesuai ketentuan yang terkandung dalam deklarasi ini. Setiap anak tanpa pengecualian harus dijamin hak-haknya tanpa membedakan suku,

    agama, warna kulit, jenis kelamin, bangsa, bahasa, pandangan politik atau pandangan lain,

    kebangsaan atau tingkatan sosial, kaya miskin, serta kelahiran atau status lain, baik yang ada

    pada dirinya maupun keluarganya.

    2. Anak berhak memperoleh perlindungan khusus dan harus dijamin oleh hukum dan sarana lain, baik yang ada pada dirinya maupun keluarganya.

    3. Anak sejak lahir berhak akan nama dan kebangsaan. 4. Anak berhak dan harus terlibat dalam kemasyarakatan untuk tumbuh secara sehat. 5. Anak yang cacat fisik, mental dan lemah kedudukan sosialnya akibat suatu keadaan tertentu

    harus memperoleh pendidikan, perawatan, dan perlakuan khusus.

    6. Agar kepribadian anak tumbuh secara maksimal dan harmonis, ia memerlukan kasih sayang dan pengertian.

    2 Muhammad Zaki, “Perlindungan Anak dalam Perspektif Islam”, Jurnal ASAS Vol. 6 No.2, Juli 2014. 3 UUD 1945 pada Pasal 28B ayat 3 berbunyi : “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan

    berkembang serta hak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”

    1

  • 20

    7. Anak berhak mendapatkan pendidikan wajib secara cuma-cuma sekurang-kurangnya ditingkat sekolah dasar.

    8. Dalam keadaan apapun anak harus didahulukan dalam menerima perlindungan dan pertolongan.

    9. Anak harus dilindungi dari segala bentuk kealpaan, kekerasan dan penghisapan. 10. Anak harus dilindungi dari perbuatan yang mengarah ke dalam bentuk diskriminasi sosial,

    agama dan bentuk-bentuk diskriminasi lainnya. 4

    Berdasarkan semangat yang tertuang dalam Deklarasi Hak-hak Anak tersebut diatas, sehingga

    dapat diketahui bahwa upaya untuk memberikan yang terbaik bagi anak menjadi sesuatu yang

    diprioritaskan dalam kondisi apapun anak tetap harus memperoleh perlindungan dan layanan sebagai

    anak dan insan generasi penerus yang akan menjadi ahli waris penerima tongkat estafet dalam

    kehidupan. Dalam konteks ini, hak-hak anak menjadi hal yang bersifat prioritas. Masa depan anak

    adalah masa depan bangsa. Sejauh itu anak akan siap menghadapi dunianya.5

    Pemerintah Indonesia telah mengatur Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang

    Perlindungan Anak untuk melindungi terjaminnya hak-hak anak Indonesia sehingga prinsip

    penyelenggaraan tentang perlindungan anak ini harus mampu menjamin terwujudnya penyelenggaraan

    hak-hak anak tersebut terhadap:

    1. Agama (Pasal 42) Maksudnya setiap anak mendapat penyelenggaraan untuk beribadah menurut agama, jika

    anak tersebut belum dapat menentukan pilihannya, maka agama yang dipeluk anak adalah

    mengikuti agama orang tuanya.

    2. Kesehatan (Pasal 44) Pemerintah menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan upaya kesehatan yang

    komprehensif bagi anak, agar setiap anak memperoleh derajat kesehatan yang optimal sejak

    dalam kandungan.

    3. Pendidikan (Pasal 48) Untuk menjamin hak anak dalam pendidikan maka pemerintah wajib menyelenggarakan

    pendidikan dasar minimal 9 (sembilan) tahun untuk semua anak.

    4. Sosial (Pasal 55) Dalam hal ini Undang-Undang mewajibkan pemerintah untuk menyelenggarakan

    pemeliharaan dan perawatan anak telantar, baik dalam lembaga maupun di luar lembaga.

    5. Perlindungan Khusus (Pasal 59 Ayat (2)) Undang-Undang mewajibkan pemerintah dan lembaga negara lainnya berkewajiban dan

    bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan khusus terhadap anak dalam situasi

    darurat dan anak yang dikategorikan sebagai berikut :

    a. Anak dalam situasi darurat;

    b. Anak yang berhadapan dengan hukum;

    c. Anak dari kelompok minoritas dan terisolasi;

    d. Anak yang dieksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual;

    e. Anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat

    adiktif lainnya;

    f. Anak yang menjadi korban pornografi;

    g. Anak dengan HIV/AIDS;

    h. Anak korban penculikan, penjualan, dan/atau perdagangan;

    i. Anak korban kekerasan fisik dan/atau psikis;

    4 Marsaid, Perlindungan Hukum Anak Pidana, hlm. 92. 5 Marsaid, Perlindungan Hukum Anak Pidana, hlm. 94.

  • 21

    j. Anak korban kejahatan seksual;

    k. Anak korban jaringan terorisme;

    l. Anak penyandang disabilitas;

    m. Anak korban perlakuan salah dan penelantaran;

    n. Anak dengan perilaku sosial menyimpang; dan

    o. Anak yang menjadi korban stigmatisasi dari pelabelan terkait dengan kondisi Orang

    Tuanya. 6

    Perlindungan khusus dalam hal ini anak yang berhadapan dengan hukum, anak yang

    dieksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual, anak yang menjadi korban pornografi, anak korban

    penculikan, penjualan, dan/atau perdagangan, Anak korban kekerasan fisik dan/atau psikis dan anak

    korban kejahatan seksual haruslah dilindungi karena dalam praktik penerapan hukum pidana selama ini

    apabila terjadi tindak pidana terhadap anak, pihak korban tidak hanya menanggung sendiri kerugian

    materiil (yang dapat dihitung) dan kerugian immateriil (tidak dapat dihitung) antar lain kerugian berupa

    rasa malu, kehilangan harga diri, rendah diri, dan/atau kecemasan berlebihan bersifat traumatik.

    Kerugian ini seharusnya juga ditanggung oleh pelaku dalam bentuk restitusi sebagai bentuk ganti rugi

    atas penderitaan yang dialami anak yang menjadi korban tindak pidana maupun pihak korban. Sebagai

    contoh beberapa anak yang menjadi korban tindak pidana yang peneliti temukan di berbagai media,

    yaitu:

    1. Kamis, 17 Oktober 2019. “Ngaku Khilaf, Tiga Kali Cabuli Korban Diberi Uang Rp2 Ribu”.

    Perbuatan SP (46) tak patut ditiru. Pasalnya, pria tersebut tega mencabuli bocah, sebut saja

    namanya Bunga (12), yang juga teman bermain anak kandungnya. Karena perbuatannya,

    pelaku akan dijerat Pasal 82 Ayat (1) Undang-Undang Perlindungan Anak dengan ancaman

    di atas 20 tahun penjara.7

    2. Jum’at, 28 Juni 2019. “Oknum Guru Jadi Tersangka Pelecehan Seksual”. Diketahui tersangka

    HI diduga telah mencabuli sedikitnya tujuh siswi kelas 2 SD. Kejadian itu terungkap setelah

    beberapa orang tua curiga karena anaknya tidak mau sekolah dan ketakutan dengan oknum

    guru tersebut. Sehingga terungkap siswi-siswi tersebut telah mengalami pelecehan seksual.8

    3. Sabtu, 5 Oktober 2019. “Bocah 5 Tahun Jadi Korban Pencabulan Anak di Palembang”.

    Terlapor yang bernama SA(30), melakukan pelecehan seksual kepada GQ(5) di dalam kamar

    mandi di rumah keluarganya sehabis bermain dengan kedua temannya, perbuatan itu telah

    terjadi sebanyak tiga kali.9

    Selain kasus diatas masih banyak lagi kasus-kasus lain yang terjadi kepada anak yang terjadi di

    Kota Palembang. Melihat kasus diatas anak sebagai korban hanya diposisikan sebagai “saksi korban”

    6 Darwin Prist, Hukum Anak Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti.2003), hlm. 159. 7 Koran Sumatera Ekspres. “Ngaku Khilaf, Tiga Kali Cabuli Korban Diberi Uang Rp2 Ribu”. Kamis, 17

    Oktober 2019, hlm. 20.

    8 Koran Sumatera Ekspres. “Oknum Guru Jadi Tersangka Pelecehan Seksual”. Jum’at, 28 Juni, 2019, hlm.

    24. 9 Koran Sumatera Ekspres. “Bocah 5 Tahun Jadi Korban Pencabulan”. Sabtu, 5 Oktober 2019, hlm. 22

  • 22

    dan terkadang mengabaikan posisi korban sebagai “pencari keadilan”. Dalam proses persidangan

    korban diwakilkan kepada penegak hukum. Reaksi terhadap pelaku delik menjadi hak penuh negara

    untuk diselesaikan.10 Hal tersebut disebabkan karena sistem peradilan pidana diselenggarakan untuk

    mengadili pelaku tindak pidana, bukan untuk melayani kepentingan korban tindak pidana, keberadaan

    sistem peradilan pidana ditujukan untuk kepentingan negara dan masyarakat, bukan untuk kepentingan

    personal warga masyarakat. Hal ini menyebabkan kerugian akibat tindak pidana yang diderita oleh

    korban tindak pidana merupakan musibah yang harus ditanggung korban itu sendiri karena bukan

    merupakan fungsi sistem peradilan pidana untuk menanggungnya.11

    Pasal 71 D Ayat (1) Undang-Undang Perlindungan Anak berbunyi : “Setiap anak yang menjadi

    korban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 Ayat (2) huruf b, huruf d, huruf f, huruf h, huruf i, dan

    huruf j berhak mengajukan ke pengadilan berupa hak atas restitusi yang menjadi tanggung jawab pelaku

    kejahatan. “Restitusi” adalah pembayaran ganti kerugian yang dibebankan kepada pelaku berdasarkan

    putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap atas kerugian materiil dan/atau imateriil yang

    diderita korban atau ahli warisnya. Khusus untuk Anak yang berhadapan dengan hukum yang berhak

    mendapatkan restitusi adalah anak korban tindak pidana. Menurut Mardjono Reksodiputro, dalam hal

    penderitaan atau kerugian yang bersifat materiil yang dialami oleh korban sebagai akibat dari tindak

    pidana yang dilakukan oleh orang lain, sepantasnyalah pelaku kejahatan (orang lain tersebut) yang

    menyendiakan ganti kerugian itu.12 Restitusi merupakan suatu perwujudan dari resosialisasi tanggung

    jawab sosial dalam diri si pelaku. Dalam hal ini, restitusi bukan terletak pada kemanjurannya membantu

    korban, melainkan berfungsi sebagai alat untuk lebih menyadarkan pelaku atas perbuatan pidana (akibat

    perbuatannya) kepada korban.13

    Anak yang memperoleh Hak Restitusi adalah anak yang menjadi korban tindak pidana

    sebagaimana meliputi Pasal 59 Ayat (2) Undang-Undang Perlindungan Anak yakni, anak yang

    berhadapan dengan hukum, anak yang dieksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual, anak yang

    menjadi korban pornografi, anak korban penculikan, penjualan, dan/atau perdagangan, anak korban

    kekerasan fisik dan/atau psikis dan anak korban kejahatan seksual. Restitusi bagi anak yang menjadi

    korban tindak pidana tersebut berupa:14

    1. Ganti kerugian atas kehilangan kekayaan.

    2. Ganti kerugian atas penderitaan sebagai akibat tindak pidana.

    10.Maya Indah, Perlindungan Korban Suatu Perspektif Viktimologi dan Kriminologi, (Jakarta: Kencana,

    2014), hlm. 135. 11 Fauzy Marasabessy, Restitusi Bagi Korban Tindak Pidana: Sebuah Mekanisme Baru, Jurnal Hukum dan

    Pembangunan Tahun ke-45, No.1 (Januari-Maret 2015): hlm. 54. 12 Madjono Reksodiputro, Kriminologi dan Sistem Peradilan Pidana, (Jakarta: Pusat Pelayanan Keadilan

    dan Pengabdian Hukum Lembaga Kriminologi Universitas Indonesia, 2007), hlm. 77. 13 Marlina, Hak Restitusi terhadap Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang, (Bandung: Refika

    Aditama, 2015), 39. 14 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014

  • 23

    3. Penggantian biaya perawatan medis dan/atau psikologis.

    Pelaksanaan Hak Restitusi ini diatur dalam Pasal 71 D Ayat (2) Undang-Undang Nomor 35

    Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

    yakni, melalui Peraturan Pemerintah dalam hal ini Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2017

    Tentang Pelaksanaan Restitusi Bagi Anak yang Menjadi Korban Tindak Pidana. Peraturan Pemerintah

    Nomor 43 Tahun 2017 melengkapi mekanisme ganti rugi dan restitusi yang telah diatur dalam Kitab

    Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang

    Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang

    Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2008

    tentang Pemberian Kompensasi, Restitusi, dan Bantuan kepada Saksi dan Korban, dan Undang-Undang

    Nomor 31 Tahun 2014 tentang Perlindungan Saksi dan Korban.

    Dapat dikatakan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2017 menjadi peraturan yang lebih

    bersifat khusus, yakni mengatur mekanisme restitusi bagi anak korban tindak pidana. Lembaga

    Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) merupakan salah satu lembaga yang dapat membantu korban

    mengajukan hak restitusi berdasarkan Pasal 7A Undang-Undang Perlindungan Saksi dan Korban.

    Namun dalam pelaksanaannya sebelum Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2017 belum secara luas

    diterapkan dalam proses peradilan pidana di Indonesia.15 Sehingga Pelaksanaan Hak Restitusi bagi

    Anak yang Menjadi Korban Tindak Pidana ini belum maksimal penerapannya dalam proses peradilan

    peradilan pidana ini padahal segala komponen untuk menerapkan peraturan itu telah ada.

    Maka dari uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul:

    “PANDANGAN HAKIM PENGADILAN NEGERI PALEMBANG TERHADAP

    PELAKSANAAN HAK RESTITUSI BAGI ANAK KORBAN YANG MENJADI KORBAN

    TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF ISLAM”.

    B. Rumusan Masalah

    Dari latar belakang masalah yang telah di uraikan di atas, maka penulis mengambil rumusan

    masalah yang akan di bahas yaitu sebagai berikut:

    1. Bagaimana pandangan hakim pengadilan negeri palembang terhadap pelaksanaan hak

    restitusi bagi anak yang menjadi korban tindak pidana?

    2. Bagaimana tinjauan hukum pidana Islam terhadap pelaksanaan hak restitusi bagi anak yang

    menjadi korban tindak pidana?

    C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan

    Adapun tujuan dari penelitian yang penulis kaji, yaitu:

    15 Haris Sibuea. Persoalan Hukum Atas Restitusi Terhadap Anak Korban Tindak Pidana,” Majalah Info

    Singkat Hukum, Vol. IX, No. 21/I/Puslit (November 2017), hlm.2.

  • 24

    1. Untuk mendapat gambaran bagaimana pandangan hakim pengadilan negeri palembang

    terhadap pelaksanaan hak restitusi bagi anak yang menjadi korban tindak pidana.

    2. Untuk mengetahui bagaimana tinjauan hukum pidana islam terhadap pelaksanaan hak restitusi

    bagi anak yang menjadi korban tindak pidana.

    Adapun kegunaan dari penelitian ini yang penulis kaji, berkaitan dengan judul di atas,maka

    penelitian ini mempunyai dua jenis kegunaan, yaitu:

    a. Kegunaan teoritis

    1. Secara teoritis, dari penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam rangka pengembangan

    ilmu pengetahuan dan menambah perbendaharaan kepustakaan terutama bidang hukum.

    2. Dapat menambah ilmu pengetahuan dan pembentukan pola pikir kritis bagi penulis

    sendiri pada khususnya, serta untuk pemenuhan persyaratan dalam menyelesaikan studi

    di Jurusan Hukum Pidana Islam Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri

    Raden Fatah Palembang.

    b. Kegunaan Praktis

    Dengan penelitian ini, diharapkan agar hasil penelitian ini dapat menambah wawasan

    pengetahuan bagi penulis, praktisi-praktisi hukum baik itu penegak hukum serta lembaga-

    lembaga hukum dan berbagai elemen masyarakat dalam tindak pidana kekerasan kepada anak

    sehingga dapat memberikan pemenuhan hak restitusi bagi anak korban tindak pidana tersebut

    serta bahan masukan bagi pihak terkait. Kemudian, Untuk mengetahui, memahami dan

    menganalisis mekanisme pemberian restitusi terhadap korban kejahatan berdasarkan Undang-

    Undang Nomor 35 Tahun 2014 Pasal 71 D Ayat (2).

    D. Tinjauan Pustaka

    Karya hasil penelitian baik berupa buku, jurnal, artikel, maupun skripsi yang membahas tentang

    pemenuhan hak restitusi pada korban tindak pidana telah banyak dijumpai. Namun, yang membahas

    secara khusus tentang pemenuhan hak restitusi terhadap korban tindak kekerasan pada anak dan hukum

    pidana islam belum ditemukan. Akan tetapi ditemukan beberapa karya yang masih ada kaitannya

    dengan permasalahan ini. Terhadap karya-karya ini kedepannya akan di jadikan penulis sebagi bagian

    refrensi dan rujukan dalam penulisan skripsi ini. Berikut ini beberapa karya ilmiah tersebut diantaranya

    sebagai berikut:

    Tabel 1

    No Nama/ Tahun/

    Judul / Jenis

    Karya Ilmiah

    Pokok Pembahasan Penelitian

    Terdahulu

    Perguruan Tinggi

  • 25

    1 Dian Eka Putri/

    2017/ Hak

    Restitusi Bagi

    Korban Tindak

    Pidana

    Perdagangan

    Orang (Human

    Trafficking)/

    Skripsi

    Penelitian ini bertujuan untuk

    mengetahui implementasi

    pemenuhan hak restitusi bagi korban

    tindak pidana perdagangan orang

    (Human Trafficking) dan

    pemenuhan hak restitusi dalam

    putusan Pengadilan Negeri

    Makassar dimana hasil dari

    penelitian ini menunjukkan peranan

    penegak hukum tidak maksimal

    dalam memperjuangkan hak restitusi

    korban serta dari studi kasus penulis

    tidak ada satu pun putusan

    Pengadilan Negeri Makassar yang

    menjatuhkan hukuman tambahan

    berupa pemberian ganti rugi oleh

    pelaku kepada korban.16

    Universitas

    Hasanuddin

    Makassar

    2 Atmi Resmi

    Viarti/ Restitusi

    Sebagai

    Hukuman

    Tambahan Bagi

    Pelaku Tindak

    Pidana

    Perkosaan (Studi

    Komparasi

    Antara Hukum

    Islam Dan

    Hukum Positif/

    2013/ Skripsi

    Penelitian ini memberikan

    Komparasi pemenuhan hak restitusi

    bagi korban tindak pidana

    pemerkosaan dalam hukum positif

    dan juga hukum Islam dimana baik

    hukum Islam maupun hukum positif,

    keduanya melegalkan penjatuhan

    hukuman tambahan bagi pelaku

    perkosaan, dalam bentuk

    pembayaran ganti kerugian kepada

    korban perkosaan. 17

    Sekolah Tinggi

    Agama Islam Negeri

    Purwokerto

    16 Dian E. Putri, “Hak Restitusi Bagi Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (Human Trafficking).”

    (Skripsi, Universitas Hasanuddin Makassar, 2017), hlm. 88. 17 Atmi R. Viarti, “Restitusi Sebagai Hukuman Tambahan Bagi Pelaku Tindak Pidana Perkosaan (Studi

    Komparasi Antara Hukum Islam Dan Hukum Positif).” (Skripsi, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Purwokerto,

    2013), hlm. 127.

  • 26

    3 Irawan Adi

    Wijaya/

    Pemberian

    Restitusi

    Sebagai

    Perlindungan

    Hukum Korban

    Tindak Pidana/

    2018/ Jurnal

    Dalam penelitian ini menunjukkan

    bahwa penegakan hukum dalam

    pemberian restitusi masih belum

    tercapai disebabkan kelemahan yang

    berhubungan dengan peraturan

    perundang-undangan. Hal ini dapat

    dilihat dari adanya peraturan

    perundang-undangan yang mengatur

    mekanisme terkait restitusi kepada

    korban tindak pidana yang kurang

    memberikan kepastian hukum serta

    tidak seragamnya pengaturan

    pemberian restitusi, seharusnya

    diselaraskan antar peraturan-

    peraturan yang terkait restitusi.18

    Universitas Sebelas

    Maret Surakarta

    Berdasarkan penelitian terdahulu telah adanya penulisan tentang pemenuhan hak restitusi

    namun belum ada yang membahas tentang pemenuhan hak restitusi bagi anak korban tindak pidana

    sehingga penelitian ini penting untuk dilakukan.

    E. Metode Penelitian

    Metode merupakan cara atau jalan bagaimana seseorang harus bertindak. Metode penelitian

    pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu19.

    1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

    Menurut Jonaedi efendi dan Johnny Ibrahim jenis penelitian hukum dibagi menjadi dua, yakni

    : Pertama, Penelitian Normatif, penelitian normatif adalah penelitian untuk menelaah ketentuan-

    ketentuan hukum positif, dan perangkat hukum positif yang diteliti secara normatif akan digunakan

    sebagai sumber bahan hukum. Kedua, penelitian empris, yaitu penelitian yang didasarkan pada

    pemahaman tentang ilmu hukum yang tidak dipandang sebagai law as what it is in the books atau hukum

    seperti apa yang telah diatur, melainkan secara empiris yang teramati didalam realitas sosial sehingga

    hukum bukanlah sekedar kaidah akan tetapi ia juga fakta sekaligus.20 Dalam penulisan Skripsi ini,

    penulis menggunakan penelitian hukum yuridis-empiris, yaitu adalah penelitian hukum mengenai

    18 Irawan A. Wijaya, “Pemberian Restitusi Sebagai Perlindungan Hukum Korban Tindak Pidana,” Jurnal

    Hukum Pembangunan dan Ekonomi Vol. 6 No. 2 (Juli-Desember 2018): hlm. 109. 19 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 2. 20 Jonaedi Efendi dan Johnny Ibrahim. Metode Penelitian Hukum Normatif Empiris, (Depok: Pranamedia

    Group, 2018), hlm. 176.

  • 27

    pemberlakuan atau implementasi ketentuan hukum normatif secara in action pada setiap peristiwa

    hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat.21

    2. Jenis dan Sumber Data

    a. Jenis Data

    Muri Yusuf dalam bukunya menjelaskan bahwa jenis data dibagi menjadi dua yaitu

    kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang bersifat deskriptif dan cenderung

    menggunakan analisis subjektif peneliti dengan memanfaatkan landasan teori sebagai panduan

    dilapangan. Sedangkan data kuantitatif adalah data sistematis, terencana dan terstruktur dengan

    jelas sejak awal hingga hasil akhir penelitian berdasarkan pengumpulan data informasi yang

    berupa simbol dan angka.22 Adapun dalam penelitian ini menggunakan data kualitatif untuk

    mendapat data yang berkaitan dan menguraikan data-data dilapangan yang berhubungan

    dengan pelaksanaan hak restitusi bagi anak yang menjadi korban tindak pidana.

    b. Sumber Data

    Sumber data, menurut Zainuddin Ali sumber data dalam penelitian hukum dibagi menjadi

    dua, yakni :23

    1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama diperoleh

    dengan cara melakukan wawancara dan dokumentasi.24

    2. Data Sekunder, yaitu data yang sudah diperoleh dari bahan-bahan pustaka, dokumen

    resmi, buku-buku dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pelaksanaan hak restitusi

    bagi anak yang menjadi korban tindak pidana. Adapun sumber data yang digunakan dalam

    penelitian ini menggunakan data primer yang dilengkapi dengan data sekunder, maka

    dalam rangka untuk mendekati sumber data sekunder menggunakan pendekatan sumber

    bahan hukum, sumber bahan hukum dibagi menjadi tiga, yakni :25

    1) Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum mengikat yang terdiri atas peraturan

    perundang-undangan secara hierarki dan putusan pengadilan. Bahan hukum primer dalam

    penelitian ini meliputi :

    1. Al-Qur’an dan Hadits

    2. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

    3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara

    Pidana;

    21 Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti,2004). hlm. 134. 22 Muri Yusuf, Metode Penelitian Kulitatif, Kuantitatif dan Penelitian Gabungan, (Jakarta: Kencana,

    2017), hlm. 28. 23 Zainuddin Ali, Metode Penlitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2015), hlm. 106. 24 Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, ( Jakarta: Raja Grafindo, 2004), hlm.

    105. 25 Jonaedi Efendi dan Johnny Ibrahim. Metode Penelitian Hukum Normatif Empiris, hlm. 235.

  • 28

    4. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak

    5. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Saksi dan korban;

    2) Bahan hukum sekunder, yakni bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai

    bahan hukum primer, adapun bahan hukum sekunder dalam penelitian ini terdiri dari kitab

    tafsir, fiqh jinayah, buku teks, jurnal hukum, pendapat para pakar, yurisprudensi dan

    peraturan pemerintah, yakni Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2017 Tentang

    pelaksanaan hak restitusi bagi anak yang menjadi korban tindak pidana.26

    3) Bahan hukum tersier, yakni bahan-bahan yang memberi petunjuk atau penjelasan

    terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, misalnya berupa bahan dari

    media internet, kamu-kamus, ensiklopedia dan sebagainya.27

    3. Lokasi Penelitian

    Lokasi dalam penelitian ini dilakukan di wilayah hukum Pengadilan Negeri Palembang Kelas

    IA Khusus untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian mengenai pelaksanaan

    restitusi bagi anak yang menjadi korban tindak pidana.

    4. Populasi dan Sampel

    a. Populasi

    Menurut Sugiyono, populasi adalah wilayah generalitas yang terdiri dari atas objek/subjek

    yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

    dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya28. Populasi dalam penelitian ini adalah pihak-pihak

    yang terlibat dalam pelaksanaan hak restitusi bagi anak yang menjadi korban tindak pidana.

    b. Sampel

    Menurut Sugiyono, Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

    populasi29 Pengambilan sampel menggunakan purposive sample bertujuan berdasarkan

    penilaian tertentu karena unsur-unsur, atau unit-unit yang dipilih dianggap mewakili populasi.

    Dalam pengambilan sempel ini peneliti melakukannya dengan berbekal pengetahuan yang

    cukup tentang populasi untuk memilih anggota-anggota sampel.30 Adapun pihak-pihak yang

    terkait dalam pelaksanaan hak restitusi ini di ambil berdasarkan jenjang kepangkatan

    (Stratified), adalah sebagai berikut: Hakim Pengadilan Negeri Palembang Kelas IA Khusus (2

    Orang) yang menangani Tindak Pidana Perlindungan Anak dan/atau yang telah menangani

    permintaan pemenuhan hak restitusi.

    1. Teknik Pengumpulan Data

    26 Jonaedi Efendi dan Johnny Ibrahim. Metode Penelitian Hukum Normatif Empiris, hlm. 172 27 Bambang Sunggono, Metodolagi Penelitian Hukum, (Jakarta; Raga Grafindo Perkasa, 2003), hlm. 117. 28 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2003), hlm. 297. 29 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R&D, hlm. 91. 30 Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, (Bandung: Mandar Maju: 2008). hlm. 166.

  • 29

    a. Wawancara

    Menurut Patton dalam proses wawancara dengan menggunakan pedoman umum wawancara

    ini, interview dilengkapi dengan pedoman wawancara yang sangat umum, serta mencantumkan

    isu-isu yang harus diliput tanpa menentukan urutan pertanyaan, bahkan mungkin tidak

    terbentuk pernyataan yang eksplisit wawancara langsung ini dimaksudkan untuk memperoleh

    imformasi yang benar dan akurat dari sumber yang telah ditetapkan sebelumnya31. Wawancara

    dilakukan di Pengadilan Negeri Palembang Kelas I A Khusus.

    b. Studi Kepustakaan (Dokumentasi)

    Studi kepustakaan merupakan teknik awal yang digunakan dalam setiap penelitian hukum,

    baik penelitian hukum normatif maupun penelitian hukum empiris. Studi dokumentasi

    dilakukan atas bahan hukum yang relevan dengan permasalahan penelitian ini.32

    2. Analisis Data

    Suratman dan Dillaphilips dalam bukunya Metode Penelitian Hukum mengatakan bahwa

    analisis lazimnya dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pendekatan kualitatif (sulit diukur dengan

    angka) dan kuantitatif (dapat diukur dengan angka).33 Adapun analisis data yang digunakan penulis

    pada penelitian ini analisis kualitatif dengan menyajikan, menggambarkan atau menguraikan

    sejelas-jelasnya seluruh masalah yang ada pada rumusan masalah secara sistematis, faktual dan

    akurat. Kemudian disimpulkan secara deduktif, yakni dengan menarik kesimpulan dari pernyataan-

    pernyataan yang bersifat umum ke khusus.

    F. Sistematika Penulisan

    Untuk memudahkan pembahasan dalam skripsi ini, penulis membagi pembahasan dengan beberapa

    bagian agar dapat di uraikan secara tepat dan mendapat kesimpulan yang benar dan utuh. Adapun

    bagian-bagian tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

    BAB I : PENDAHULUAN

    Bab ini menguraikan tentang Latar Belakang Masalah yang terangkum di dalamnya tentang

    apa yang menjadi alasan memilih judul dan Rumusan Masalah. Selanjutnya untuk lebih memperjelas

    maka dikemukakan pula Tujuan dan Kegunaan Penulisan yang mengacu pada rumusan masalah.

    Kemudian agar tidak terjadi pengulangan dan penjiplakan maka dibentangkan pula berbagai hasil

    penelitian terdahulu yang dituangkan dalam Tinjauan Pustaka. Demikian pula Metode Penelitian

    diungkapkan dengan maksud dapat diketahui apa yang menjadi sumber data, teknik pengumpulan data,

    analisis data, dan pengembangannya kemudian tampak dalam Sistematika Penulisan.

    BAB II : TINJAUAN UMUM

    31 Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Hukum, hlm. 167. 32 I Made Pasek Diantha, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta, Pranamedia, 2017), hlm. 192. 33 Suratman dan Dillaphilips, Metode Penelitian Hukum, (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 145.

  • 30

    Bab ini penulis akan memaparkan tentang Tinjauan Umum, dalam hal ini tinjauan umum, dalam

    hal ini pelaksanaan hak restitusi bagi anak yang menjadi korban tindak pidana. Menurut hukum pidana

    yang meliputi: Pengertian Pengertian yang berkaitan dengan pelaksanaan hak restitusi bagi anak yang

    menjadi korban tindak pidana.

    BAB III : GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

    Bab ini berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian, yaitu sejarah, struktur organisasi, tugas

    dan fungsi pegawai, visi dan misi dan tugas pokok.

    BAB IV PEMBAHASAN

    Bab ini berisi tentang pembahasan bagaimana pandangan hakim pengadilan negeri palembang

    terhadap pelaksanaan hak restitusi bagi anak yang menjadi korban tindak pidana dan bagaimana

    tinjauan hukum pidana Islam terhadap pelaksanaan hak restitusi bagi anak yang menjadi korban tindak

    pidana

    BAB V : PENUTUP

    Bab ini merupakan bagian terakhir yang akan menyimpulkan dari keseluruhan pembahasan,

    mulai dari pembahasan awal sampai pembahasan akhir, dan memberikan saran-saran yang bersifat

    membangun untuk perbaikan dan kesempurnaan skripsi yang di susun.