fakultas peternakan universitas udayana tahun … · pengembangan peternakan sapi yang masih...

59
LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA ANALISIS FINANSIAL USAHATANI PEGEMBANGBIAKKAN SAPI BALI PADA SISTEM PERTANIAN TERINTEGRASI (SIMANTRI) (Studi Kasus pada Simantri No 096, di Desa Saba-Blahbatuh-Gianyar) TIM PENELITI 1. I Wayan Sukanata, S.Pt., M.Si. (Ketua) 2. Budi Rahayu Tanama Putri, S.Pt., MM. (Anggota) DIBIAYAI DARI DANA DIPA BLU UNIVERSITAS UDAYANA TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN SURAT PERJANJIAN KONTRAK NO. 74.45/UN14.2 PNL.01.03.00/2013 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS UDAYANA TAHUN 2013

Upload: lamkien

Post on 17-Jul-2019

252 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI PEGEMBANGBIAKKAN SAPI BALI PADA

SISTEM PERTANIAN TERINTEGRASI (SIMANTRI) (Studi Kasus pada Simantri No 096, di Desa Saba-Blahbatuh-Gianyar)

TIM PENELITI

1. I Wayan Sukanata, S.Pt., M.Si. (Ketua) 2. Budi Rahayu Tanama Putri, S.Pt., MM. (Anggota)

DIBIAYAI DARI DANA DIPA BLU UNIVERSITAS UDAYANA TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN SURAT PERJANJIAN KONTRAK NO. 74.45/UN14.2 PNL.01.03.00/2013

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS UDAYANA

TAHUN 2013

2

LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA

--------------------------------------------------------------------------------------------------- 1. Judul Penelitian : Analisis Finansial Usahatani

Pengembangbiakkan Sapi Bali pada Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri), (Studi Kasus pada Simantri No 096, di Desa Saba-Blahbatuh-Gianyar)

--------------------------------------------------------------------------------------------------- 2. Ketua Peneliti

a. Nama lengkap dengan gelar : I Wayan Sukanata, S.Pt., M.Si. b. Jenis Kelamin : Laki b. Pangkat/Gol/NIP : Penata Muda Tk.I/IIIb/197703082003121001 c. Jabatan Fungsional : Lektor/- d. Pengalaman penelitian : (terlampir dalam CV) e. Program Studi/ Fakultas : Ilmu Peternakan/Peternakan f. Universitas : Universitas Udayana g. Bidang Ilmu yang Diteliti : Ekonomi Peternakan

---------------------------------------------------------------------------------------------------3. Jumlah Tim Peneliti : 2 orang --------------------------------------------------------------------------------------------------- 4. Lokasi Penelitian : Desa Saba-Blahbatuh-Gianyar ---------------------------------------------------------------------------------------------------5. Jangka waktu penelitian : 6 bulan --------------------------------------------------------------------------------------------------- 7. Biaya yang diperlukan : Rp 7.500.000,- (tujuh juta lima ratus ribu rupiah) ---------------------------------------------------------------------------------------------------

Denpasar, 18 Nopember 2013 Mengetahui Ketua Peneliti Dekan Fakultas Peternakan Unud (Dr. Ir. Ida Bagus Gaga Partama, MS.) (I Wayan Sukanata, S.Pt., M.Si.) NIP: 19590312 198601 1 001 NIP: 197703082003121001

Menyetujui

Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Udayana

(Prof. Dr. Ir. I Ketut Satriawan, MT.) NIP 19640717 198903 1 001

3

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI PEMBIBITAN SAPI BALI PADA SISTEM

PERTANIAN TERINTEGRASI (SIMANTRI) (Studi Kasus di Simantri No 096, Desa Saba-Blahbatuh-Gianyar)

I Wayan Sukanata dan Budi Rahayu Tanama Putri

RINGKASAN

Penelitian ini dilaksanakan pada Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri)

No. 096 yang berlokasi di Br. Blangsinga, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh,

Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali, dari bulan Juni hingga Oktober 2013. Tujuan

penelitian ini adalah untuk menentukan tingkat pendapatan petani, kelayakan

finansial usahatani pembibitan sapi bali, skala pemeliharaan induk dan harga anak

sapi yang menguntungkan, kelayakan finansial pemanfaatan Kredit Usaha

Pembibitan Sapi (KUPS), sensitivitas kelayakan finansial terhadap perubahan

suku bunga KUPS, pada usahatani pembibitan sapi bali model Simantri.

Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif dan data kualitatif,

yang bersumber dari data primer dan data sekunder. Data dikumpulkan melalui

observasi, wawancara, dan dokumentasi. Wawancara dilakukan terhadap 20 orang

anggota Simantri No. 096 yang memelihara sapi secara bersama dalam satu

kandang koloni, disamping juga terhadap 3 key informan.

Kelayakan finansial usahatani pembibitan sapi bali ditentukan dengan

melakukan penilaian terhadap kriteria kelayakan investasi seperti: NPV, Net B/C,

IRR, dan jangka waktu pengembalian investasi (payback period). Skala

pemeliharaan induk dan harga anak yang menguntungkan ditentukan dengan

mencari switching value-nya masing-masing. Kelayakan finansial pemanfaatan

KUPS ditentukan dengan melakukan simulasi. Sedangkan pendapatan petani

ditentukan dengan memproyeksikan laba (rugi) selama jangka waktu penilaian

investasi. Penilaian kelayakan dan pendapatan tersebut di atas dilakukan

berdasarkan sistem perhitungan penerimaan dan biaya tunai (penerimaan dan

biaya yang riil diterima atau dikeluarkan oleh peternak.

4

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usahatani pembibitan sapi bali

pada Simantri No. 096 layak secara finansial untuk dilaksanakan. Hal ini dapat

dilihat dari nilai NPV sebesar Rp. 105.278.000,-, IRR 20,06%, dan Net B/C 1,46.

Biaya investasi dapat dikembalikan dalam jangka waktu 5,6 tahun. Titik impas

dapat dicapai ketika jumlah induk yang dipelihara sebanyak 12 ekor, atau ketika

harga anak sapi rata-rata Rp. 1.105.670/ekor. Dengan demikian maka jumlah

induk yang harus dipelihara agar menguntungkan adalah lebih dari 12 ekor.

Sedangkan harga anak yang menguntungkan adalah rata-rata di atas harga tersebut

di atas. Berdasarkan hasil simulasi, biaya investasi yang diperlukan pada

pembibitan sapi bali model Simantri layak didanai dari KUPS, semasih suku

bunga KUPS di bawah 15,26%/tahun.

Kata kunci: Simantri, pembibitan, sapi bali, kelayakan finansial

5

FINANCIAL FEASIBILITY ANALYSIS OF BALI CATTLE BREEDING FARM IN THE INTEGRATED

FARMING SYSTEMS (SIMANTRI) (Case Study at Simantri No. 096 in the Saba village – Blahbatuh – Gianyar)

I Wayan Sukanata, Budi Rahayu Tanama Putri

SUMMARY

The research was conducted on Integrated Farming Systems (Simantri)

No. 096 is located in Br. Blangsinga, Saba village, Blahbatuh district, Gianyar

regency, Bali province from June to October 2013. The purpose of this study was

to determine the level of farmers' income, financial feasibility of Bali cattle

breeding farm, the number of cow and the prices of calves that give profit,

financial feasibility of KUPS utilization on cattle breeding farm, financial

feasibility sensitivity to KUPS interest rate changes, on bali cattle breeding farm

in Simantri model.

Type of data used is quantitative data and qualitative data, which is

sourced from the primary data and secondary data . Data were collected through

observation, interviews, and documentation. Interviews are conducted with 20

member of Simantri No. 096 who keep cows together in one cage colonies,

besides 3 key informants .

Financial feasibility of Bali cattle breeding farm determined by assessing

the eligibility criteria of investment such as: NPV , Net B/C , IRR , and payback

period. The number of cow and calves prices that give profit are determined by its

switching value. Financial feasibility of KUPS utilization determined by

simulation. While the farmers' income is determined by projecting profit (loss) for

the period of investment appraisal. The income and finansial feasibility

assessment was conducted based on the calculation of the revenue and cash cost

(the only real revenue and cost that received or issued by the farmers).

The results of this study indicate that the bali cattle breeding farm at

Simantri No. 096 financially feasible to be continued. It can be seen from the

NPV of Rp. 105 278 000, - , IRR 20.06 % , and Net B/C 1.46. Investment costs

can be refunded within a period of 5.6 years. Breakeven can be achieved when the

6

number of cow that are maintained as much as 12 tails, or when the calf prices an

average of Rp. 1.105.670/tail. Thus the number of cow to be maintained in order

to benefit are more than 12 tails, While the price of the calf is higher than

Rp. 1.105.670/tail. Based on the result of simulation, investment cost in the bali

cattle breeding farm of Simantri model is also feasible funded by KUPS as long as

the KUPS interest rate lower than 15.26 %/year.

Keywords : Simantri , breeding, bali cattle, financial feasibility

7

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu. Puja dan puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan

Yang Maha Esa, karena berkat rakhmat beliau penelitian ini dapat berjalan dengan

baik. Penelitian ini diharapkan akan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang

sering muncul ketika kami melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat

khususnya mengenai kelayakan finansial dari usahatani pembibitan sapi bali.

Ketidakjelasan mengenai kelayakan finansial pembibitan sapi bali sering

menimbulkan berbagai keraguan dari petani maupun pengusaha untuk

berinvestasi dalam pembibitan sapi bali. Hal ini terlihat dari penyerapan skim-

skim kredit seperti Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS) untuk membiayai

pengembangan peternakan sapi yang masih rendah. Hasil penelitian ini akan

memberikan gambaran yang jelas mengenai kelayakan finansial pembibitan sapi

bali khususnya pada pembibitan sapi bali dalam model Simantri.

Kami sangat menyadari bahwa penelitian ini dapat terlaksana adalah

berkat bantuan, arahan, dorongan, dan doa berbagai pihak. Oleh karena itu,

melalui kesempatan ini pula kami menyampaikan rasa terimakasih dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Rektor Universitas Udayana atas kepercayaannya dan kesempatan yang

telah diberikan kepada kami untuk melaksanakan penelitian ini.

2. Bapak Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Universitas Udayana beserta staf atas pelayanan dan arahan-arahan yang

diberikan kepada kami sehubungan dengan pelaksanaan penelitian ini.

3. Bapak Dekan Fakultas Peternakan Universitas Udayana atas kepercayaan dan

kesempatan yang diberikan kepada kami untuk melaksanakan penelitian ini.

4. Bapak Putra Astawa, SE. M.Si., di Dinas Peternakan Provinsi Bali atas semua

pelayanan dan informasi yang diberikan sehubungan dengan penelitian ini.

5. Bapak Made Astawa (ketua Simantri No. 096) dan semua anggotanya atas

segala pelayanan dan informasi yang diberikan.

Dan kepada semua pihak lain yang belum kami sebutkan, kami juga

sampaikan rasa terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Kami juga

8

meminta maaf kepada semua pihak jika selama berlangsungnya penelitian ini ada

hal-hal yang kurang berkenan.

Kami menyadari bahwa tiada gading yang tak retak, tentu pelaksanaan

penelitian dan penulisan laporan ini masih banyak kekurangannya, namun

demikian penulis tetap berharap semoga karya ini bermanfaat bagi pengembangan

peternakan sapi ke depan.

Denpasar, Nopember 2013

Tim Peneliti

9

DAFTAR ISI

LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN.................................................... 2

RINGKASAN/SUMMARY.................................................................................. 3

KATA PENGANTAR…………………..………………………………………. 7

DAFTAR ISI........................................................................................................ 8

DAFTAR TABEL ............................................................................................... 11

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... 12

I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 13

1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 13

1.2. Perumusan Masalah ................................................................................ 14

1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................... 15

1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................. 15

II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. . 17

2.1. Sistem Pertanian Terintegrasi ……………….......…..……............. 17

2.2. Sapi Bali ……………………....………………………..……........... .. 18

2.3. Potensi Bali sebagai Sumber Bibit Sapi Unggul................................ ... 19

2.4. Perkembangan Populasi Sapi Induk di Bali .......................................... 20

2.5. Skim Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS) ....................................... 20

2.6. Analisis Kelayakan Finansial............................................................. .. 22

2.7. Analisis Sensitivitas ............................................................................ 24

III. METODE PENELITIAN…………………………………..……..…....….. 25

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. 25

3.2. Pengumpulan Data…............................................................................ 25

3.3. Analisis Data .......................…............................................................. 25

3.3.1. Analisis Deskriptif ................................................................ ..... 26

3.3.2. Penentuan Pendapatan Peternak ........................................... ..... 26

3.3.3. Penentuan Kelayakan Finansial Usahatani Pembibitan sapi... ... 26

3.3.4. Penentuan Jumlah Induk dan Harga Anak yang Menguntungkan .29

3.3.5. Simulasi Pemanfaatan KUPS ...................................................... 29

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ……..……………………………………. 30

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian …………………………………. 30

10

4.2. Karakteristik Peternak ……..……………………………………… …. 30

4.2.1. Umur Peternak ……..………………………………………..…. 30

4.2.2. Tingkat Pendidikan Peternak ………………………………..…. 31

4.2.3. Pekerjaan Utama Peternak …………………………………..…. 32

4.3. Karakteristik Usahatani Peternak ……..………………………………. 32

4.3.1. Penguasaan Ternak ……..………………………………………. 32

4.3.2. Luas Lahan Garapan ……..…………………………………….. 33

4.3.3. Manajemen Pemeliharaan Sapi ……..…………………………. 34

4.3.4. Pemasaran Hasil…..…………..…….………………………... .. 36

4.4. Kelayakan Finansial Pembibitan Sapi Bali pada Simantri no. 096 ....... 37

4.4.1. Penampilan Produksi dan Reproduksi ………………...………. 37

4.4.2. Arus Manfaat (Benefit) …..……………………….……………. 40

4.4.3. Proyeksi Input Fisik …..……………………….………...……. 41

4.4.4. Arus Biaya (Cost) …..……………………………....…………. 43

4.4.4.1. Biaya Investasi …..…………………………...………. 43

4.4.4.2. Biaya Operasi …..………………………….....………. 45

4.4.5. Pendapatan Peternak dari Pembibitan Sapi Bali …………….… 45

4.4.6. Kelayakan Finansial Pembibitan Sapi Bali …..…………...…... 49

V. SIMPULAN DAN SARAN ……..…………………………………………. 51

5.1. Simpulan……………………………………………………………............ 51

5.2. Saran…………………………………………………………………............ 51

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………...... ....... 52

11

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Perkembangan Populasi Sapi Induk di Bali ............................................ 20

2. Sebaran Responden Berdasarkan Umur ..........….................................... 31

3. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ............................ 31

4. Sebaran Responden Berdasarkan Pekerjaan Utama ................................ 32

5. Sebaran Responden Berdasarkan Pengalamannya dalam Beternak Sapi 32

6 Sebaran Responden Berdasarkan Jumlah Induk yang Dipelihara ............ 33

7 Sebaran Responden Berdasarkan Jumlah Sapi yang Dipelihara .............. 33

8. Sebaran Responden Berdasarkan Luas Lahan Garapan............................ 34

9. Data Reproduksi pada Usahatani Pembibitan Sapi Bali pada Simantri no. 096, Desa Saba-Blahbatuh-Gianyar..................................................... 38

10. Proyeksi Produksi Usahatani Pembibitan Sapi Bali pada Simantri no. 096, Desa Saba-Blahbatuh-Gianyar..................................................... 39

11. Arus Benefit Usahatani Pembibitan Sapi Bali pada Simantri no. 096 dengan Skala 20 Ekor Induk.................................................................................... 40

12. Proyeksi Input Fisik Usahatani Pembibitan Sapi Bali pada Simantri no. 096 ..................................................................................... 42

13. Biaya Investasi Usahatani Pembibitan Sapi Bali pada Simantri no. 096 dengan Skala 20 Ekor Induk....................................................................... 44

14. Biaya Operasi Usahatani Pembibitan Sapi Bali pada Simantri no. 096 dengan Skala 20 Ekor Induk, dalam Ribuan Rupiah.................................. 46

15. Proyeksi Pendapatan Peternak dari Usahatani Pembibitan Sapi Bali pada Simantri No. 096 dengan Skala 20 Ekor Induk, dalam Ribuan Rupiah ..... 48

12

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Koefisien Teknis Kebutuhan Input Fisik pada Usahatani Pembibitan Sapi Bali pada Simantri No. 096 ..................................................................... ... 54

2. Kelayakan Finansial Pembibitan Sapi Bali pada Simantri No. 096 dengan Skala 20 Ekor Induk, dalam Ribuan Rupiah.............................. 55

3. Hasil Simulasi Pemanfaatan KUPS untuk Mendanai Biaya Investasi pada Simantri No. 096, dengan Skala 20 Ekor Induk ............................ 56

4. Personalia Penelitian ............................................................................... 57

5. Biodata Peneliti ....................................................................................... 58

13

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan populasi sapi di Bali masih jauh dari harapan. Hasil

Sensus pertanian tahun 2013 menunjukkan bahwa populasi sapi di Bali pada

tahun 2013 menurun sekitar 25% dibandingkan tahun 2011 (BPS, 2013). Peranan

usahatani pembibitan sangat penting sebagai “mesin biologis” penghasil anak sapi

dalam rangka mencapai swasembada daging nasional. Oleh karena itu usaha-

usaha untuk merangsang tumbuhnya pembibitan sapi bali sangat penting

dilakukan sehingga dapat meningkatkan populasi sapi pada masa yang akan

datang. Untuk mencapai cita-cita tersebut pemerintah telah menargetkan

penambahan populasi induk sapi secara nasional sebanyak 1 juta ekor dalam

kurun waktu 5 tahun (sampai tahun 2014).

Dalam rangka mendukung pengembangan pembibitan sapi, pemerintah

pusat juga telah mengeluarkan kebijakan memberikan subsidi bunga bagi usaha

pembibitan sapi berupa kredit berbunga rendah yang dikenal dengan sebutan

Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS). Namun demikian penyerapan KUPS

masih jauh dibawah flapon yang disediakan. Data Ditjen Peternakan (2011)

menunjukkan bahwa jumlah KUPS yang sudah dimanfaatkan oleh peternak

sampai bulan Juli tahun 2011 hanya 7,2% dari plafon sebesar Rp 3,822 triliun.

Kondisi ini juga terjadi di Bali, padahal pembibitan sapi bali mendapat prioritas

untuk di kembangkan karena berbagai keunggulannya. Ada kekhawatiran

peternak bahwa mereka akan rugi jika memelihara sapi pembibitan dengan

menggunakan KUPS.

Simantri merupakan salah satu program unggulan yang dicanangkan

oleh pemerintah Provinsi Bali sejak tahun 2009. Kegiatan utama dalam Simantri

adalah mengintegrasikan usaha budidaya tanaman dengan ternak, dimana limbah

tanaman diolah untuk pakan ternak dan cadangan pakan pada musim kemarau dan

limbah ternak (faeces, urine) diolah menjadi pupuk organik dan bio gas. Jenis

ternak yang paling banyak dikembangkan dalam model simantri adalah sapi

khususnya sapi pembibitan. Program ini diharapkan akan dapat meningkatkan

populasi sapi di Bali. Sejak tahun 2009 sampai 2012, Pemerintah Bali telah

14

meluncurkan sekitar 325 unit Simantri dengan memberikan bantuan hibah kepada

setiap kelompok tani peserta sebagai modal awal pengembangan Simantri.

Program percontohan ini diharapkan dapat diadopsi oleh petani disekitarnya

sehingga dapat mempercepat pembangunan di pedesaan untuk meningkatkan

pendapatan petani. Namun demikian, sampai saat ini, petani atau kelompok tani

maupun swasta masih sangat jarang mengadopsi program ini secara swadaya.

Salah satu permasalahannya adalah bahwa masih ada keraguan di antara petani

untuk melaksanakan usaha pembibitan seperti model Simantri yang disebabkan

oleh kurangnya informasi mengenai kelayakan finansial dari penerapan model

tersebut, mengingat biaya investasi yang diperlukan cukup besar.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini sangat penting dilakukan untuk

menguji apakah model usaha pembibitan sapi bali pada model Simantri

layak/feasible atau tidak secara finansial.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini sangat penting di lakukan untuk

menguji apakah apakah model usaha pembibitan sapi bali pada model Simantri

layak/feasible atau tidak secara finansial. Hasil penelitian ini akan sangat

membantu peternak dalam mengambil keputusan yang lebih cepat terkait dengan

usahatani pembibitan sapi bali, termasuk pemanfaatan skim-skim kredit yang

bunganya disubsidi oleh pemerintah seperti KUPS. Bagi pemerintah, hasil

penelitian ini juga akan sangat bermanfaat sebagai bahan untuk mengevalusi

program simantri termasuk program subsidi bunga kredit.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian

ini adalah:

1. Bagaimana tingkat pendapatan petani dari usahatani pembibitan sapi bali

pada model Simantri?

2. Bagaimana kelayakan finansial usahatani pembibitan sapi bali pada model

Simantri

3. Berapa skala minimal pemeliharaan induk dalam usahatani pembibitan

sapi bali pada model simantri yang menguntungkan bagi petani?

4. Berapa harga minimal anak sapi yang menguntungkan bagi petani

15

5. Bagaimana kelayakan finansial usahatani pembibitan sapi bali pada model

Simantri jika biaya investasi yang diperlukan didanai dari skim kredit

Usaha Pembibitan Sapi (KUPS)

6. Bagaimana sensitivitas kelayakan finansial usahatani pembibitan sapi bali

pada model Simantri terhadap perubahan suku bunga KUPS

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menentukan tingkat pendapatan petani dari usahatani pembibitan sapi bali

pada model Simantri.

2. Menentukan kelayakan finansial usahatani pembibitan sapi bali pada

model Simantri

3. Menentukan skala minimal pemeliharaan induk dalam usahatani

pembibitan sapi bali pada model simantri yang menguntungkan bagi petani

4. Menentukan harga minimal anak sapi yang menguntungkan bagi petani

5. Menentukan kelayakan finansial usahatani pembibitan sapi bali pada

model Simantri jika biaya investasi yang diperlukan didanai dari skim

kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS)

6. Menentukan sensitivitas kelayakan finansial usahatani pembibitan sapi bali

pada model Simantri terhadap perubahan suku bunga KUPS

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat baik bagi petani, pemerintah,

maupun bank yang dijadikan mitra oleh pemerintah dalam menyalurkan skim

kredit. Adapun manfaat tersebut adalah sebagai berikut.

1. Bagi petani, sebagai bahan informasi yang dapat memberikan gambaran

mengenai kelayakan finansial usahatani pembibitan sapi pada model Simantri,

kelayakan pemanfaatan skim kredit untuk sapi pembibitan, berapa skala

pemeliharaan induk dan harga anak sapi minimal yang menguntungkan bagi

petani.

16

2. Bagi pemerintah, sebagai bahan informasi untuk mengevaluasi program

Simantri maupun program subsidi bunga kredit sehingga dapat berjalan lebih

baik

3. Bagi lembaga keuangan khususnya yang menjadi mitra pemerintah dalam

menyalurkan kredit, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk menilai

kelayakan usaha pembibitan sapi bali.

17

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Pertanian Terintegrasi

Sistem pertanian terintegrasi merupakan suatu sistem pertanian terpadu

yang mengkombinasikan tanaman dengan ternak. Limbah pertanian seperti jerami

dan hijauan lainnya yang dihasilkan di sawah akan dijadikan sebagai pakan bagi

ternak. Sementara itu, pupuk yang dihasilkan ternak akan dimanfaatkan untuk

memupuk tanaman. Dengan demikian akan tercipta suatu usahatani tanpa limbah

(zero waste), yang dapat menekan biaya produksi, ramah lingkungan, dan

berkelanjutan. Konsep pertanian terintegrasi yang memadukan tanaman dengan

ternak sebenarnya sudah lama diterapkan oleh petani di Indonesia yaitu sejak

mereka mengenal pertanian, namun penerapannya masih bersifat tradisional,

tanpa memperhitungkan untung-rugi, baik secara finansial maupun dalam konteks

pelestarian lingkungan hidup, (Diwyanto et al., 2002).

Sistem usahatani terpadu sudah diperkenalkan sejak tahun 1970-an,

sampai akhirnya muncul istilah crop-livestock system (CLS). Melalui CLS,

penggunaan input dari luar usahatani diharapkan dapat diminimalkan untuk

menekan biaya produksi sehingga lebih menguntungkan dan berkelanjutan.

Pendekatan tersebut dikenal dengan istilah LEISA (low external input sustainable

agriculture). Menurut Devendra (1993) ada 8 keuntungan penerapan CLS antara

lain: (1) diversifikasi penggunaan sumberdaya produksi; (2) mengurangi

terjadinya risiko; (3) efisiensi penggunaan tenaga kerja; (4) efisiensi penggunaan

komponen produksi; (5 mengurangi ketergantungan terhadap energi kimia dan

energi biologi serta masukan sumberdaya lainnya dari luar; (6) sistem ekologi

lebih lestari dan tidak menimbulkan polusi sehingga dapat melindungi lingkungan

hidup; (7) meningkatkan output; dan (8) mengembangkan rumah tangga petani

yang lebih stabil.

Konsep sistem pertanian terintegrasi telah di adopsi oleh Pemerintah Bali

yang kemudian diwujudkan dalam program yang dikenal dengan istilah simantri.

Sejak tahun 2009 sampai 2012, Pemerintah Bali telah meluncurkan 325 unit

percontohan sistem pertanian terintegrasi (simantri) dengan memberikan bantuan

18

hibah (Distan Provinsi Bali, 2012). Bantuan ini diberikan kepada kelompok tani

yang ada di desa untuk mendirikan percontohan Simantri yang dikelola secara

berkelompok, sehingga nantinya dapat diikuti oleh petani disekitarnya. Kegiatan

Simantri berorientasi pada usaha pertanian tanpa limbah yang dapat menghasilkan

4F (Food, feed, fertilizer, dan fuel). Kegiatan utama Simantri adalah

mengintegrasikan budidaya tanaman dengan ternak dalam kandang koloni,

dimana limbah pertanian dari tanaman akan diolah menjadi pakan ternak

sedangkan limbah peternakan akan di olah menjadi pupuk organik (pupuk padat

dan pupuk cair (biourine)), biogas, dan biopestisida. Simantri juga mendorong

penguatan kelembagaan petani dan berkembangnya agribisnis/usaha ekonomi

produktif di perdesaan.

2.2. Sapi Bali

Ternak sapi merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui sebagai

salah satu aset nasional yang sangat berharga. Di antara berbagai jenis sapi yang

ada di dunia, sapi bali (Bibos sondaicus) merupakan jenis sapi unggul yang

merupakan keturunan langsung dari banteng liar (Bos sondaicus atau Bos

javanicus) (Payne, 1970). Sapi bali memiliki berbagai keunggulan sehingga

sangat diminati oleh berbagai pihak, baik dalam maupun luar negeri. Sapi Bali

kini telah menyebar ke hampir seluruh wilayah Indonesia (Handiwirawan dan

Subandriyo, 2004). Namun demikian yang masih terjamin kemurnian genetiknya

adalah yang ada di Bali.

Sapi bali memiliki banyak keunggulan dibandingkan jenis sapi lainnya. Ia

dapat hidup dengan memanfaatkan hijauan yang kurang bergizi, memiliki daya

cerna yang baik terhadap serat, adaptif terhadap lingkungan, tingkat fertilitas yang

tinggi (80-85%), selang beranak yang pendek (12-14 bulan), dan memiliki

persentase karkas tinggi (56%), (Bandini, 2001). Di samping itu, menurut Arka

(1984), daging sapi bali mengandung protein yang cukup tinggi (19.65-21.28%),

dan lemak yang rendah (2.01-6.86%).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sapi bali cukup responsif

terhadap perbaikan manajemen. Mastika dan Puger (2009) menyatakan bahwa

perbaikan kualitas pakan dapat meningkatkan pertambahan berat badan harian

19

sapi bali. Ia menjelaskan bahwa sapi bali jantan yang diberi pakan yang terdiri

dari 70% rumput gajah dan sisanya gamal hanya mampu memberikan

pertambahan berat badan harian sebesar 320 gram/ekor/hari. Namun demikian,

pemberian pakan rumput di tambah 4 kg konsentrat yang baik (mengandung

18.34%CP dan 72% TDN) mampu memberikan tambahan berat badan hingga

mencapai 851.67 gram/ekor/hari.

2.3. Potensi Bali Sebagai Sumber Bibit Sapi Unggul

Sapi bali memiliki berbagai keunggulan sehingga dipandang sebagai

kekayaan nasional yang patut dijaga kelestariannya. Hal ini mendorong lahirnya

keputusan Dewan Raja-Raja di Bali tanggal 25 Juli 1947 yang isinya di buat

untuk mempertahankan kemurnian genetik sapi bali yang ada di daerah ini. Hal

ini juga diperkuat dengan Pergub Bali No. 45 tahun 2004 tentang pelestarian sapi

bali. Berdasarkan hal tersebut, maka jenis sapi yang boleh dikembangkan di

Provinsi Bali hanyalah sapi bali, dimana sapi dari luar Bali (termasuk juga sapi

bali) dilarang dimasukkan atau dipelihara di Bali. Dengan demikian sapi bali yang

ada di Bali sampai saat ini masih terjaga kemurnian genetiknya.

Sapi bali yang di hasilkan di Bali memiliki penampilan yang jauh lebih

unggul dibandingkan sapi bali yang dihasilkan di daerah lain. Keunggulan-

keunggulan tersebut menjadikan daerah Bali mempunyai peluang yang besar

untuk menjadi sumber plasma nutfah penghasil bibit sapi yang unggul. Sampai

saat ini permintaan pasar terhadap bibit sapi yang berasal dari daerah ini sangat

tinggi, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Namun demikian sebelum

akhir tahun 2011, pemerintah tidak mengijinkan pemasaran bibit sapi dari Bali ke

luar. Namun demikian, sejak akhir tahun 2011, berdasarkan Peraturan Gubernur

Bali No. 46 th 2011 pemerintah telah memberikan ijin pengeluaran bibit sapi bali

dari daerah ini untuk memenuhi permintaan dari luar. Dengan demikian,

pertumbuhan peternakan pembibitan sapi di daerah ini harus terus ditingkatkan,

sehingga peluang pasar yang begitu besar dapat diraih. Di saqmping itu,

Handiwirawan dan Subandriyo (2004) menyatakan bahwa pelestarian sapi bali

perlu terus dilakukan dan harus dipandang sebagai upaya antisipatif penyediaan

20

’’bahan baku’’ untuk menghasilkan jenis sapi baru untuk dapat mengantisipasi

perubahan selera pasar dimasa depan.

2.4. Perkembangan Populasi Sapi Induk di Bali

Pembibitan memegang peranan sangat penting dalam peternakan sapi.

Sapi induk betina merupakan “mesin biologis” penghasil anak-anak sapi. Oleh

karena itu jika ingin meningkatkan produksi maka populasi induk harus

ditingkatkan terlebih dahulu. Menurut Sukanata et al (2009), populasi sapi betina

induk berpengaruh positif dan nyata secara statistik (p<0.05) terhadap produksi

sapi di Bali. Hal ini menunjukkan bahwa gairah peternak untuk memelihara sapi

induk untuk menghasilkan bibit harus terus ditingkatkan untuk meningkatkan

produksi dimasa mendatang.

Pertumbuhan populasi sapi induk di Bali masih sangat rendah sehingga

target populasi induk sapi di Bali sebanyak 300.000 ekor masih jauh dari harapan.

Menurut data Dinas Peternakan Provinsi Bali, selama lima tahun terakhir,

populasi sapi induk betina di Bali rata-rata tumbuh hanya 2.39%/tahun seperti

yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan Populasi Sapi Induk di Bali

Tahun Populasi Induk

(ekor)

Pertumbuhan

(%)

2010 215.440 2.14

2009 210.919 1.72

2008 207.360 3.69

2007 199.978 2.01

2006 196.047 -

Rata-rata 2.39

Sumber: Disnak, 2011.

2.5. Skim Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS)

Peranan kredit sangat penting untuk menunjang usaha peternakan.

Sukanata et al, (2009) menjelaskan realisasi kredit berpengaruh nyata pada

21

produksi sapi potong di Bali. Hal ini juga didukung oleh Kariyasa (2004) yang

menunjukkan bahwa suku bunga berpengaruh positif terhadap produksi daging

sapi nasional. Salah satu skim kredit yang digulirkan kepada peternak sapi adalah

skim Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS). KUPS adalah skim kredit yang

digunakan untuk mendukung pendanaan pelaksanaan pengembangan usaha

pembibitan sapi potong maupun sapi perah oleh pelaku usaha dengan suku bunga

yang disubsidi oleh pemerintah. Pelaku usaha pembibitan meliputi perusahaan,

koperasi, gabungan kelompok peternak atau kelompok peternak. Suku bunga yang

dibebankan kepada pelaku usaha tersebut sebesar 5% per tahun dengan jangka

waktu kredit paling lama 6 tahun, dan masa tenggang (grace periode) paling lama

24 bulan.

Landasan hukum pelaksanaan KUPS adalah Permenkeu

No.131/PMK.05/2009 tanggal 18 Agustus 2009 tentang KUPS dan Permentan

No. 40/Permentan/PD.400/9/2009 tanggal 8 September 2009 tentang Pedoman

Pelaksanaan KUPS. Menindaklanjuti Permentan No. 40/2009 tentang KUPS,

Direktorat Jenderal Peternakan mengeluarkan Surat Edaran No.

12020/SE/KU.340/F/03/2010 tanggal 12 Maret 2010 tentang Kebijakan

Penggunaan dan Pemanfaatan Microchip untuk Identifikasi Kredit Usaha

Pembibitan Sapi (KUPS).

Data Ditjen Peternakan (2011) menunjukkan bahwa jumlah KUPS yang

sudah dimanfaatkan oleh peternak sampai bulan Juli tahun 2011 sangat rendah,

yaitu hanya 7,2% dari plafon sebesar Rp 3,822 triliun. Sementara itu di Bali

sendiri realisasi KUPS sampai dengan bulan September 2012 adalah sebesar Rp.

20.322.566.200, yang dipinjam oleh 33 peminjam yang terdiri dari 31 kelompok

peternak sapi, 1 perusahan peternakan sapi, dan 1 koperasi, (Disnak, 2012). Bank

yang menyalurkan KUPS tersebut hanyalah Bank BPD Bali. Di daerah penelitian

yaitu di Kabupaten Klungkung hanya ada 1 kelompok peternak yang

memanfaatkan skim kredit ini, yaitu kelompok peternak sapi “Satwa Winangun”

yang berlokasi di Desa Tangkas.

22

2.6. Analisis Kelayakan Finansial

Analisis kelayakan yang juga sering disebut dengan feasibility study

merupakan suatu analisis terhadap suatu kegiatan usaha sebagai bahan

pertimbangan untuk menentukan apakah kegiatan usaha yang dimaksud

layak/feasible atau tidak untuk dilaksanakan. Layak tidaknya suatu kegiatan usaha

dapat dilihat dari apakah kegiatan tersebut dapat memberikan manfaat (benefit),

baik dalam arti financial benefit maupun social benefit.

Analisis kelayakan finansial pada umumnya mempunyai beberapa tujuan

antara lain untuk (Ibrahim, 2003): (1) mengetahui tingkat keuntungan yang dapat

dicapai melalui suatu investasi usaha/proyek, (2) menhindari pemborosan

sumberdaya, yaitu dengan menghindari pelaksanaan usaha/proyek yang tidak

menguntungkan (3) membantu menentukan pilihan terhadap berbagai alternatif

usaha/proyek sehingga dapat dipilih usaha/proyek yang paling menguntungkan,

dan (3) untuk menentukan prioritas investasi.

Menurut Kadariah, et al. (1999), analisis kelayakan finansial merupakan

suatu analisis terhadap biaya dan manfaat dari suatu usaha, dilihat dari sudut

badan atau orang-orang yang menanamkan modalnya dan yang berkepentingan

langsung dalam usaha tersebut. Kadariah, et al. (1999) dan Ibrahim (2003)

menjelaskan ada beberapa kriteria investasi yang dapat digunakan sebagai suatu

ukuran untuk menilai layak tidaknya suatu kegiatan usaha atau investasi secara

finansial. Beberapa kriteria tersebut antara lain: Net Present Value (NPV),

Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost ratio (Net B/C), Gross Benefit

Cost ratio (Gross B/C), Profitabilitas Indek (PI), dan Payback Period (PBP).

Menurut Gray et al. (2005), Gross B/C dan Profitabilitas Indek memiliki

kelemahan sehingga tidak dianjurkan untuk dipergunakan dalam analisa

kelayakan finansial.

NPV merupakan nilai sekarang (present value) dari tingkat keuntungan

yang diperoleh selama umur kegiatan investasi/proyek bersangkutan. NPV

diperoleh dari selisih present value dari manfaat (benefit) yang diperoleh selama

masa kegiatan investasi dengan present value dari biaya yang dikeluarkan selama

masa kegiatan investasi. Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), NPV

disimpulkan sebagai kriteria penilaian investasi yang terbaik. Suatu kegiatan

23

investasi dikatakan layak (feasible) jika present value dari nilai seluruh manfaat

yang diterimanya melebihi present value biaya yang dikeluarkan. Jadi suatu

kegiatan usaha/proyek dikatakan layak jika memberikan NPV > 0. Jika NPV < 0,

maka tidak layak (tidak feasible), sedangkan jika NPV = 0 menandakan keadaan

breakeven point (BEP), dimana present value total revenue sama dengan present

value total cost.

Net B/C merupakan keuntungan atau manfaat bersih yang diperoleh dari

setiap biaya yang dikeluarkan dalam bentuk present value. Net B/C dapat dihitung

berdasarkan rasio manfaat bersih (net benefit) yang bernilai positif dengan

manfaat bersih (net benefit) yang bernilai negatif. Suatu kegiatan usaha/investasi

dikatakan layak (feasible) jika nilai net B/C > 1, dan dikatakan tidak layak jika net

B/C < 1, jika net B/C = 1 maka kegiatan usaha/investasi tersebut dikatakan berada

dalam keadaan breakeven point (BEP).

Internal Rate of Rreturn (IRR) merupakan tingkat discount rate tertinggi

dimana suatu kegiatan investasi/usaha atau proyek masih memberikan manfaat

atau keuntungan yang positif. Secara lebih mudah, IRR dapat dikatakan sebagai

suatu tingkat discount rate yang menghasilkan NPV sama dengan nol. IRR

menunjukkan seberapa besar tingkat pengembalian kegiatan usaha terhadap

investasi yang ditanamkan. Suatu kegiatan investasi/usaha atau proyek dikatakan

layak (feasible) jika nilai IRR lebih besar dari tingkat discount rate. Jika IRR

sama dengan tingkat discount rate maka dikatakan kegiatan investasi/usaha

tersebut berada dalam keadaan breakeven point. Sedangkan jika IRR lebih kecil

dari tingkat discount rate, maka kegiatan investasi/usaha tersebut tidak layak

(tidak feasible) untuk dilaksanakan.

Pay Back Period (PBP) adalah jangka waktu tertentu yang menunjukkan

present value arus kas masuk (cash inflow) atau benefit secara kumulatif sama

dengan present value arus kas keluar (cash outflow) atau biaya. Jadi penilaian ini

berguna untuk mengetahui berapa lamakah suatu kegiatan investasi/proyek dapat

mengembalikan biaya investasi yang ditanam. Semakin pendek pay back period

semakin baik. Suatu proyek dikatakan layak jika proyek tersebut mempunyai pay

back period yang lebih pendek dari umur proyek. Salah satu cara untuk

menentukan PBP adalah dengan menutup segala pengeluaran yang dikeluarkan

24

dengan aliran kas bersih pada tahun berikutnya sampai biaya investasi tersebut

dapat ditutupi.

2.7. Analisis Sensitivitas

Menurut Gittinger (1990), usaha pertanian sangat sensitif terhadap empat

masalah utama yaitu: (1) perubahan harga, (2) Keterlambatan pelaksanaan, (3)

kenaikan biaya, dan (4) perubahan produksi. Semua perubahan-perubahan di atas

sebetulnya merupakan perubahan atas arus penerimaan dan atau pengeluaran

selama masa kegiatan investasi, sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi

kondisi kelayakan kegiatan investasi yang akan dilaksanakan. Perubahan-

perubahan kelayakan tersebut dapat dilihat dari perubahan nilai-nilai kriteria

investasi sebagai akibat dari perubahan-perubahan atas arus penerimaan dan atau

pengeluaran. Dengan demikian, maka perlu dilakukan suatu kajian untuk

menganasis kembali bagaimana kondisi kelayakan suatu kegiatan usaha jika

misalnya terjadi perubahan-perubahan terhadap harga input, termasuk perubahan

suku bunga kredit, dan perubahan harga output.

Tingkat kepekaan kelayakan suatu kegiatan investasi terhadap perubahan-

perubahan yang terjadi pada kondisi sebelumnya baik perubahan yang berkaitan

dengan penerimaan maupun pengeluaran, dapat diketahui dengan analisis

sensitivitas. Analisis ini dapat dilakukan dengan mencari switching value dari

variabel penting yang akan dianalisis. Switching value merupakan besaran nilai

suatu variabel yang menghasilkan NPV = 0. Disamping itu analisis sensitivitas

juga dapat dilakukan dengan membuat sekenario perubahan pada variabel-

variabel penting yang akan diuji dan kemudian melakukan perhitungan kembali

untuk melihat perubahan-perubahan nilai dari kriteria investasi.

25

III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri)

No. 096 yang ada di Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Tumang Sejahtera,

yang berlokasi di Br. Blangsinga, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten

Gianyar, Propinsi Bali. Pemilihan lokasi dilakukan dengan sengaja didasarkan

pada pertimbangan bahwa Simantri ini merupakan sistem pertanian terintegrasi

yang mengintegrasikan tanaman padi dengan ternak sapi pembibitan. Di samping

itu, Simantri di atas merupakan Simantri terbaik pada tahun 2012. Penelitian ini

dilaksanakan dari bulan Juni hingga Oktober 2013

3.2. Pengumpulan Data

Data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data

tersebut dikumpulkan melalui pendekatan survei, menggunakan metode

wawancara secara terstruktur, dengan alat bantu kuisioner. Responden adalah

seluruh petani anggota kelompok tani Simantri No. 096, yang berlokasi di Desa

Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. Data sekunder

sebagai data pendukung dikumpulkan dari Dinas Peternakan, dan instansi lain

yang terkait. Untuk memperkuat data yang diperoleh, wawancara secara

terstruktur juga dilakukan kepada 3 key informan yang berkompetensi dibidang

pembibitan sapi, yang berasal dari perguruan tinggi, pemerintah, dan tokoh

peternak.

Data primer meliputi: karakteristik peternak, sistem pemeliharaan, modal

investasi, modal kerja, harga jual output, pemanfaatan kredit, serta biaya-biaya

dan penerimaan yang terkait dengan pembibitan sapi bali. Sedangkan data

sekunder meliputi: data tentang keadaan umum dan profil daerah penelitian,

populasi sapi, serta data-data lainya yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.3. Analisis Data

Data yang terkumpul kemudian ditabulasikan dan selanjutnya diolah dan

dianalisis untuk menjawab tujuan penelitian. Analisis yang dilakukan dalam

26

penelitian ini meliputi: analisis deskriptif, analisis biaya dan pendapatan, dan

analisis kelayakan finansial.

3.3.1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif akan digunakan untuk menjelaskan tentang kondisi

umum daerah penelitian, kondisi kelompok tani Simantri No 096, karakteristik

peternak, sistem pemeliharaan, serta pemanfaatan skim kredit untuk usaha ternak

sapi pembibitan. Melalui data yang diperoleh juga akan di deskripsikan mengenai

hambatan-hambatan atau kendala-kendala yang dihadapi khususnya dalam

mengembangkan usahatani pembibitan sapi bali pada model Simantri.

3.3.2. Penentuan Pendapatan Peternak

Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya yang

dikeluarkan. Pendapatan yang diperoleh dari usahatani pembibitan sapi bali pada

model Simantri ditentukan berdasarkan rumus (Soekartawi, 2002) sebagai berikut.

π = TR - B

dimana :

TR = Y x Py π = pendapatan (Rp) TR = penerimaan (Rp) Y = Produksi (ekor) Py = Harga Y per unit (Rp/ekor) B = biaya (Rp)

Biaya penyusutan kandang dan peralatan merupakan biaya yang akan ditentukan

berdasarkan metode garis lurus (Ibrahim, 2003).

3.3.3. Penentuan Kelayakan Finansial Usahatani Pembibitan Sapi

Tingkat kelayakan finansial usahatani pembibitan sapi bali pada model

simantri ditentukan berdasarkan pada penilaian terhadap: Net Present Value

(NPV), Net Benefit Cost ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan

Payback Period (PBP). Formula yang akan digunakan untuk menghitung besaran

kriteria-kriteria ini adalah berdasarkan Kadariah (1999), Ibrahim (2003), dan Gray

et al (2005), sebagai berikut:

27

Net Present Value (NPV)

n

tttt

iCB

NPV0 )1(

dimana:

ti)1(1

merupakan tingkat discount factor

Bt = benefit yang diperoleh dengan adanya kegiatan usaha pada tahun t

Ct = cost yang dikeluarkan dengan adanya kegiatan usaha pada tahun t

t = jumlah waktu (tahun)

n = umur ekonomis usaha

i = discount rate

Kriteria Penilaian Kelayakan Usaha:

NPV > 0, artinya usaha pembibitan sapi bali dinyatakan layak

NPV < 0, artinya usaha pembibitan sapi bali dinyatakan tidak layak

NPV = 0, artinya usaha dinyatakan berada dalam keadaan break event point

Net Benefit Cost ratio (Net B/C)

Net B/C =

n

tttt

n

tttt

iBC

iCB

0

0

)1(

)1(

Kriteria Penilaian Kelayakan Usaha:

Jika Net B/C > 1, artinya usaha pembibitan sapi bali dinyatakan layak

Net B/C < 1, artinya usaha pembibitan sapi bali dinyatakan tidak layak

Net B/C = 1, artinya usaha dinyatakan berada dalam keadaan break event

point

Internal Rate of Return (IRR)

)( 1221

11 ii

NPVNPVNPViIRR

dimana:

…….Untuk (Bt – Ct) > 0

…….Untuk (Bt – Ct) < 0

28

i1 = tingkat discount rate yang mengakibatkan NPV bernilai positif

i2 = tingkat discount rate yang mengakibatkan NPV bernilai negatif

NPV1 = NPV pada tingkat discount rate i1

NPV2 = NPV pada tingkat discount rate i2

Kriteria Penilaian Kelayakan Usaha:

Jika IRR > i, artinya usaha pembibitan sapi bali dinyatakan layak

IRR < i, artinya usaha pembibitan sapi bali dinyatakan tidak layak

IRR = i, usaha dinyatakan berada dalam keadaan break event point.

Pay Back Period (PBP)

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui berapa lama waktu yang

dibutuhkan untuk mengembalikan semua biaya investasi yang telah dikeluarkan.

Semakin pendek waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan semua biaya

investasi yang telah dikeluarkan tentu akan semakin baik (layak). Formula untuk

mengitung PBP adalah sebagai berikut.

tp

n

ttp

n

tt

tp B

BITPBP

0

10

1

dimana:

Ttp-1 = tahun sebelum terdapat PBP

= jumlah investasi yang telah didiscount

= benefit yg telah didiscount pd PBP berada

= jumlah benefit yg telah didiscount sebelum PBP berada

Penilaian kelayakan tersebut di atas dilakukan berdasarkan sistem

perhitungan biaya tunai (Soekartawi, 2002), yaitu berdasarkan biaya yang riil

dikeluarkan peternak. Pakan hijauan dan tenaga kerja tidak diperhitungkan

sebagai biaya karena peternak tidak mengeluarkan biaya untuk hal tersebut.

Kelayakan finansial diperhitungkan dengan menggunakan tingkat discount rate

sebesar 12%, dengan batasan waktu analisis (umur proyek) 10 tahun. Calon induk

mulai dipelihara umur 17 bulan.

tI

tpB

1tpB

29

3.3.4. Penentuan Jumlah Induk dan Harga Anak yang Menguntungkan

Skala pemeliharaan induk dan harga anak sapi yang menguntungkan bagi

petani akan ditentukan dengan mencari nilai switching value-nya masing-masing.

Switching value dari jumlah pemeliharaan induk dan harga anak sapi adalah

jumlah pemeliharaan induk dan harga anak sapi yang menghasilkan NPV sama

dengan 0 (titik impas). Dengan mengetahui jumlah pemeliharaan induk dan harga

anak sapi ketika mencapai titik impas kita dapat menentukan jumlah minimal

pemeliharaan induk maupun harga minimal anak sapi yang memberikan

keuntungan bagi petani.

3.3.5. Simulasi Pemanfaatan KUPS

Kelayakan pemanfaatan Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS) ditentukan

dengan melakukan simulasi dimana skenario yang digunakan adalah dengan

membiayai investasi yang diperlukan pada awal tahun (tahun ke-0) dengan kredit

KUPS. Besarnya bunga dari kredit tersebut adalah 5%/tahun dengan grace period

pembayaran angsuran pokok selama 2 tahun. Selanjutnya dilakukan penghitungan

ulang terhadap kriteria kelayakan finansial. Tingkat kepekaan kelayakan finansial

usaha pembibitan sapi bali pada model Simantri terhadap perubahan suku bunga

KUPS ditentukan dengan mencari switching value dari suku bunga kredit.

30

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Secara geografis Desa Saba terletak di Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten

Gianyar, Provinsi Bali. Desa ini mempunyai luas wilayah sekitar 600,60 Ha yang

membentang dari utara ke selatan dengan ketinggian 0-500 m dari permukaan

laut. Ditinjau dari klimatologisnya, Desa Saba mempunyai iklim tropis dengan

dua musim yaitu musim penghujan dan kemarau. Musim penghujan terjadi dari

bulan Oktober – April, sedangkan musim kemarau dari bulan April - Oktober.

Sebagian besar penduduk di desa ini bermata pencaharian sebagai petani.

Pendapatan penduduk yang menonjol di desa ini bersumber dari pertanian lahan

basah, peternakan, dan perikanan. Peternakan yang dominan dikembangkan di

desa ini adalah peternakan sapi. Luas lahan pertanian yang cukup luas di desa ini

menjadi sumber pakan sapi yang cukup banyak, sehingga di daerah ini peternakan

sapi dapat berkembang dengan baik. Daerah ini merupakan daerah sentra

pembibitan sapi bali sehingga populasi sapi betina lebih dominan dibandingkan

dengan populasi sapi jantan.

4.2. Karakteristik Peternak

4.2.1. Umur Peternak

Berdasarkan hasil penelitian ini, umur peternak responden berada pada

kisaran 36-70 tahun, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2. Dilihat dari

proporsinya, tampak bahwa usahatani pembibitan sapi bali di daerah penelitian

80% dilakukan oleh peternak dengan usia yang sudah tua di atas 50 tahun. Secara

keseluruhan rata-rata umur peternak adalah 57,4 tahun. Hal ini perlu mendapat

perhatian untuk keberlanjutan usahatani pembibitan sapi di Bali. Jika tidak banyak

generasi muda yang tertarik untuk beternak sapi maka populasi sapipun akan

terancam di masa yang akan datang. Untuk itu perlu perhatian yang lebih besar

dari pemerintah atau instansi terkait agar uasahatani ini menarik terutama bagi

31

generasi muda jika ingin meningkatkan populasi sapi di Bali di masa yang akan

datang.

Tabel 2. Sebaran Responden Berdasarkan Umur

Umur (Tahun)

Jumlah (Orang)

Proporsi (%)

61-70 8 40 51-60 8 40 41-50 3 15 36-40 1 5

Jumlah 20 100

4.2.2. Tingkat Pendidikan Peternak

Sebagian besar peternak responden yaitu sekitar 60% sudah pernah

mengenyam pendidikan formal. Namun demikian tingkat pendidikan formal

mereka sebagian besar yaitu 40% hanyalah setingkat SD dan hanya 20% yang

berpendidikan SMA. Sementara itu jumlah peternak yang tidak pernah

mengenyam pendidikan formal cukup banyak yaitu sekitar 40%. Sisanya sekitar

40% peternak tidak pernah mengenyam pendidikan formal. Secara rinci tingkat

pendidikan peternak responden dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Formal

Jumlah (Orang)

Proporsi (%)%

Tidak Sekolah 8 40 SD 8 40

SMA 4 20 Jumlah 20 100

Walaupun peternak memiliki pendidikan formal yang rata-rata tergolong

rendah, namun dilihat dari segi lamanya beternak, mereka sudah mulai beternak

cukup lama. Lamanya beternak tersebut tentu akan memberikan bekal

pengalaman yang cukup dalam beternak sapi. Lamanya peternak sudah

memelihara sapi berkisar 3-50 tahun dengan rata-rata secara keseluruhan sekitar

14,45 tahun.

32

4.2.3. Pekerjaan Utama Peternak

Ditinjau dari jenis pekerjaannya, sebagian besar dari peternak responden,

yaitu sekitar 70% memiliki pekerjaan utama sebagai petani terutama petani

tanaman pangan di lahan basah, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4. Hal ini

menunjukkan bahwa secara umum peternakan sapi di daerah penelitian bukan

merupakan pekerjaan utama, melainkan merupakan pekerjaan sambilan.

Tabel 4. Sebaran Responden Berdasarkan Pekerjaan Utama

Pekerjaan Utama Jumlah (Orang) Proporsi (%) Petani 14 70 Pegawai Swasta 4 20 PNS 1 5 Pedagang 1 5 Jumlah 20 100

Lamanya peternak responden dalam beternak sapi berkisar pada 7-30

tahun (Tabel 5) dan berlangsung secara kontinyu. Semua responden memiliki

pengalaman beternak yang sudah cukup lama yaitu lebih dari 7 tahun.

Tabel 5. Sebaran Responden Berdasarkan Pengalamannya dalam Beternak Sapi

Pengalaman Beternak Sapi (Tahun) Jumlah (Orang) Proporsi (%) 7-10 12 40.00 11-20 8 26.67 21-30 10 33.33 Jumlah 30 100

4.3. Karakteristik Usahatani Peternak

4.3.1. Penguasaan Ternak

Peternak responden merupakan peternak yang hanya melakukan

usahatani pengembangbiakkan, dimana anak sapi yang dihasilkan akan dijual

pada umur rata-rata 6 bulan. Mereka merupakan peternak rakyat dengan jumlah

pemeliharaan sapi induk betina hanya 1-3 ekor. Sebagian besar dari mereka (yaitu

sekitar 80%) memelihara induk betina sebanyak 1 ekor seperti yang dapat dilihat

pada Tabel 6.

33

Tabel 6. Sebaran Responden Berdasarkan Jumlah Sapi Induk yang Dipelihara Jumlah Pemeliharaan

Induk Betina Jumlah (orang)

Proporsi (%)

1ekor 16 80 2 ekor 3 15 3 ekor 1 5

Jumlah 20 100 Selain memelihara sapi di kandang koloni milik kelompok Simantri,

beberapa peternak juga memelihara sapi di luar kandang koloni yaitu di kandang

milik sendiri. Di Kandang koloni milik kelompok simantri rata-rata jumlah sapi

induk yang dipelihara sebanyak 1 ekor per peternak, yang diperoleh melalui

Bansos Simantri pada bulan Juni tahun 2011. Peternak umumnya tidak

memelihara sapi pejantan. Untuk mengawinkan sapinya mereka biasanya

menggunakan Inseminasi Buatan (IB) dan atau kawin secara alami (dengan

menyewa pejantan dari peternak lain). Adapun jumlah populasi sapi yang ada di

kandang koloni milik kelompok saat ini adalah 25 ekor yang terdiri dari induk 13

ekor, dara 10 ekor, dan anak yang masih menyusu 2 ekor. Secara keseluruhan

jumlah pemeliharaan sapi oleh peternak (baik dikandang koloni milik kelompok

simantri maupun di kandang milik sendiri berkisar 1-9 ekor. Seperti yang dapat

dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Sebaran Responden Berdasarkan Jumlah Sapi Dipelihara Jumlah

Pemeliharaan Sapi Jumlah (orang)

Proporsi (%)

1 ekor 11 55 2 ekor 6 30 3 ekor 2 10 9 ekor 1 5

Jumlah 20 100

4.3.2. Luas Lahan Garapan

Luas lahan garapan peternak berkisar 0-200 are, dengan rataan 54,65 are

per orang. Sekitar 25% dari mereka memiliki luas lahan garapan yang relatif

sempit, yaitu 0-25 are, dan bahkan ada 2 orang diantara mereka yang sama sekali

tidak memiliki lahan garapan. Sekitar 60% dari jumlah peternak responden

memiliki lahan berkisar 26-75 are, dan sisanya hanya 15% yang memiliki lahan

34

yang relatif luas yaitu lebih dari 75 are, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 8.

Hal ini menunjukkan bahwa secara umum usahatani di daerah tersebut merupakan

usahatani kecil. Namun demikian, responden tidak pernah kekurangan pakan

hijauan, karena pakan hijauan masih gampang diperoleh dengan memanfaatkan

limbah pertanian milik orang lain yang ada di sekitar lokasi peternakan.

Responden yang memiliki lahan garapan juga tidak menyediakan lahan secara

khusus untuk menanam hijauan pakan, kecuali pada pematang sawah atau

pematang tegalan.

Tabel 8. Sebaran Responden Berdasarkan Luas Lahan Garapan

Luas Lahan Garapan (are)

Jumlah Peternak (Orang)

Proporsi (%)

0-25 5 25 26-50 6 30 51-75 6 30 >75 3 15

Jumlah 20 100

4.3.3. Manajemen Pemeliharaan Sapi

Daerah di sekitar lokasi penelitian merupakan daerah pertanian tanaman

pangan seperti padi, jagung, kacang tanah, dan tanaman palawija lainnya. Dengan

demikian ketersediaan limbah pertanian maupun berbagai jenis hijauan lainnya

sangat mudah diperoleh disekitar lokasi peternakan sebagai pakan sapi, dan dapat

diperoleh dengan cuma-cuma (tanpa harus membeli). Jenis limbah pertanian

tersebut antara lain: jerami padi, jerami kacang tanah, dan jerami jagung, gulma,

batang pisang, dan lain sebagainya. Pada pematang sawah atau tegalan umumnya

ditanami beberapa jenis tanaman pakan seperti rumput gajah, dan juga tanaman

leguminosa seperti gamal, lamtoro, dan waru.

Peternakan sapi pada kelompok kelompok simantri ini merupakan

pekerjaan sambilan, namun demikian tujuan utama peternak dalam beternak sapi

adalah untuk meningkatkan pendapatan. Walaupun ada diantara anggota

kelompok yang tidak memiliki lahan garapan, mereka tetap masih bisa beternak

sapi dengan memanfaatkan limbah pertanian milik petani lainnya yang tidak

dimanfaatkan oleh pemiliknya. Responden selama ini juga tidak melakukan

35

pengolahan atau pengawetan terhadap jenis pakan tersebut, karena peternak tidak

pernah kekurangan pakan, walaupun pada saat musim kering.

Kelompok peternak usahatani pembibitan sapi pada Simantri No. 096

memelihara sapi secara bersama dalam satu lokasi kandang koloni milik

kelompok. Kandang tersebut mampu untuk memelihara sapi induk sebanyak 24

ekor. Kandang di bangun di atas lahan seluas sekitar 7 are yang disewa oleh

kelompok dari salah satu anggota kelompok. Kandang ini di bangun dengan

cukup permanen dengan bahan lantai, tempat pakan, dan tiang dari beton. Atap

kandang di buat dari asbes, sedangkan kerangka atap dibuat dari kayu dan bambu.

Kandang juga dilengkapi dengan bangunan lainnya seperti, gudang pakan, gudang

pupuk organik.

Setiap anggota kelompok bertanggung jawab memelihara sapi miliknya

sendiri seperti menyediakan dan memberi pakan, memandikan, membersihkan

kandang, mengawinkan, dan aktivitas pemeliharaan lainnya. Aktivitas pengolahan

kotoran maupun urin sapi menjadi pupuk organik dilakukan secara bersama-sama.

Aktivitas tersebut di atas dilakukan langsung oleh peternak dengan curahan kerja

rata-rata sekitar 6,75 Hari Kerja Setara Pria (HKSP) per Satuan Ternak (ST) per

bulan. 1 HKSP adalah setara dengan seorang tenaga pria dewasa bekerja selama 8

jam per hari. 1 ST setara dengan 1 ekor sapi dewasa. Dengan demikian untuk

memelihara 1 ST termasuk pengolahan kotoran membutuhkan waktu sekitar 1,8

jam per hari.

Sapi induk umumnya diberi pakan dengan pakan utama adalah berupa

hijauan yang diberikan 2 kali sehari, dengan jumlah pemberian rata-rata 28

kg/ekor/hari. Hijauan utama yang digunakan sebagai pakan sapi adalah limbah

pertanian seperti yang tersebut di atas. Hijauan tersebut diberikan dalam bentuk

segar dengan sistem cut and carry. Peternak tidak memberikan pakan tambahan

seperti pakan penguat komersial atau feed additif. Dalam hal sistem pengawinan

induk, sebagian besar peternak sudah menerapkan Inseminasi Buatan (IB). Namun

demikian karena berbagai kendala beberapa peternak juga biasa mengawinkan

sapinya dengan menggunakan pejantan yang disewa dari peternak lain yang ada di

sekitar lokasi peternakan.

36

Dalam mencegah penyakit peternak tidak melakukan vaksinasi terhadap

sapinya. Demikian pula terhadap pemberian vitamin. Pemberian obat-obatan baru

diberikan pada sapi yang mengalami sakit. Jika ada sapi yang sakit, peternak akan

mengobatinya dengan memanggil dokter hewan yang ada di sekitar lokasi

peternakan.

Limbah utama yang dihasilkan dari peternakan pembibitan sapi pada

Simantri ini berupa kotoran dan urin sapi. Kotoran sapi sebelum diolah menjadi

pupuk organik terlebih dahulu diolah menjadi biogas. Jenis pupuk yang dihasilkan

di peternakan ini ada 2 jenis yaitu pupuk organik padat dan pupuk organik cair

(biourine). Aktivitas pengolahan limbah menjadi pupuk organik di lakukan oleh

peternak anggota Simantri secara bersama-sama. Biogas yang dihasilkan hanya

digunakan untuk keperluan memasak dan itupun masih terbatas hanya untuk

dilokasi kandang. Sedangkan pupuk organik yang dihasilkan disamping

digunakan oleh anggota kelompok untuk memupuk tanaman juga sudah mampu di

jual.

Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh peternak adalah masalah

harga, terutama harga anak sapi betina yang rendah, sehingga peternak merasa

rugi jika menghasilkan anak betina. Dalam hal kesehatan, seringkali terjadi kasus

mencret darah pada anak sapi. Permasalahan lain yang dihadapi peternak adalah

dalam hal reproduksi, dimana banyak induk yang majir atau mengalami kegagalan

reproduksi. Sejak awal pemeliharaan sapi yaitu bulan juni 2011 ada sekitar 7 ekor

induk yang bermasalah seperti majir, dan gagal bunting walau sudah dikawinkan

sampai 3 kali. Dengan demikian hanya 13 ekor (65%) induk yang berhasil bunting

dan mempunyai anak dari 20 ekor calon induk yang dipelihara.

4.3.4. Pemasaran Hasil

Pemasaran anak-anak sapi maupun pupuk organik yang dihasilkan oleh

anggota kelompok Simantri no. 096 di Desa Saba di lakukan di lokasi kandang.

Karena keberadaan kelompok ini sudah terkenal, maka para pembeli datang

langsung ke lokasi kandang. Para pembeli yang biasanya membeli sapi peternak

adalah para peternak lainnya dari luar kelompok untuk dipelihara maupun para

belantik (pedagang pengumpul) untuk dijual kembali. Sistem penjualan anak-anak

37

sapi yang dihasilkan dilakukan secara sendiri-sendiri tanpa dikoordinir oleh

kelompok. Keputusan harga berada di tangan anggota kelompok pemilik sapi.

Penjualan anak sapi dilakukan dengan tanpa timbangan (sistem cawangan).

Peternak biasanya memperoleh informasi harga dari para peternak lain yang yang

sudah lebih dahulu menjual maupun dari pedagang pengumpul (belantik). Harga

anak sapi sangat dipengaruhi oleh jenis kelamin dan penampilan anak sapi

tersebut. Ada selisih harga yang sangat menjolok antara anak sapi jantan dan

betina. Anak sapi rata-rata dijual pada umur 6 bulan, dengan harga anak jantan

rata-rata Rp. 3,5 juta/ekor, sedangkan yang betina Rp. 2,5 juta/ekor. Sedangkan

induk yang sudah tidak produktif akan diafkir dan dijual dengan harga rata-rata

Rp. 6 juta/ekor. Harga induk afkir juga sangat dipengaruhi oleh kondisi tubuh dari

sapi tersebut, yang lebih gemuk harganya akan lebih tinggi. Induk afkir biasanya

dibeli oleh pedagang pengumpul (belantik) dengan sistem cawangan (tanpa

ditimbang).

Pupuk organik yang dihasilkan oleh Simantri ini sudah dikemas dan sudah

dipasarkan ke berbagai daerah di Bali. Konsumen dari pupuk tersebut adalah para

petani maupun pengusaha tanaman hias yang ada di Bali. Pupuk organik padat

dijual dengan harga Rp. 1.000,-/kg, sedangkan biourine Rp. 3.000,-/liter. Jumlah

penjualan pupuk organik padat sejak bulan Oktober 2011 sampai Juli 2013 rata

1.735 kg per bulan, sedangkan penjualan biourine rata-rata sebanyak 337,05 liter

per bulan.

4.4. Kelayakan Finansial Pembibitan Sapi Bali pada Simantri no. 096

4.4.1. Penampilan Produksi dan Reproduksi

Calon induk mulai dipelihara di Simantri No. 096 rata-rata umur 17

bulan. Kawin pertama kali dilakukan rata-rata setelah tiga bulan sejak mulai

dipelihara. Rata-rata service per conception 1,6 dan lama kebuntingan 9,5 bulan.

Jarak kelahiran dengan kawin kembali rata-rata 4 bulan. Masalah yang dihadapi

pada Simantri ini adalah banyaknya kegagalan reproduksi seperti induk yang

majir. Dari 20 ekor induk yang dipelihara, hanya 65% yang menghasilkan anak.

Anak yang dihasilkan 53,85% adalah jantan, dan sisanya 46,15% betina. Data

reproduksi sapi bali pada Simantri ini dapat dilihat pada Tabel 9. Calon induk

38

dikawinkan pertama kali pada umur 20 bulan, lama kebuntingan 9,5 bulan, jarak

melahirkan dengan kawin kembali 4 bulan. Lama menyusui rata-rata sekitar 5

bulan. Induk dipelihara sampai melahirkan anak 8 kali sebelum diafkir.

Sedangkan rata-rata umur anak saat dijual adalah 6 bulan.

Tabel 9. Data Reproduksi pada Usahatani Pembibitan Sapi Bali pada Simantri no. 096, Desa Saba-Blahbatuh-Gianyar

No Uraian Rata-raata

1. Umur Pertama kali dikawinkan (bulan) 20 bulan

2. Lama Bunting (bulan) 9,5 bulan

3. Jarak melahirkan dengan kawin kembali (bulan) 4 bulan

4. Sex rasio anak (jantan : betina) 53,85% : 46,15%

6. frekuensi melahirkan sebelum diafkir 8 kali

7. service per conception (S/C) 1,6

8. Induk produktif 65%

Pupuk yang dihasilkan adalah berupa pupuk padat dan biourine. Rata-

rata produksi pupuk padat sekitar 2,89 kg/satuan ternak/hari, sedangkan biourine

sekitar 0,56 liter/satuan ternak/hari.

Berdasarkan data diatas maka dapat dibuat proyeksi produksi seperti

pada Tabel 10. Tabel tersebut menunjukkan bahwa kelahiran anak pertama terjadi

pada tahun kedua, dan selanjutnya melahirkan setiap tahun kecuali pada tahun ke-

8. Penjualan anak dapat dilakukan mulai pada tahun ke-2 dan seterusnya.

39

Tabel 10. Proyeksi Produksi Usahatani Pembibitan Sapi Bali pada Simantri no. 096, Desa Saba-Blahbatuh-Gianyar

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10Induk betina 0 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20Kelahiran anak Anak betina 0 0 6 6 6 6 6 6 0 6 6 Anak jantan 0 0 7 7 7 7 7 7 0 7 7Rata-Rata Jumlah Satuan Ternak (ST) 0 20 21,625 21,625 21,625 21,35 21,08 21,08 21,35 21,625 21,625

PenjualanInduk betina afkir 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 20Anak betina (ekor) 0 0 6 6 6 0 6 6 6 6 6Anak Jantan (ekor) 0 0 7 7 7 0 7 7 7 7 7Jumlah Penjualan (ekor) 0 0 13 13 13 0 13 13 13 13 33

Pembelian TernakCalon Induk betina 20Jumlah Pembelian Ternak 20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Sisa ternak pada akhir tahun (ekor) 20 20 20 20 33 33 33 20 20 0

Produksi pupuk padat rata-rata (kg) 0 20.823 22.515 22.515 22.515 22.233 21.951 21.951 22.233 22.515 22.515 Produksi biourine (liter) 0 4.045 4.373 4.373 4.373 4.318 4.264 4.264 4.318 4.373 4.373

KeteranganTahun ke-

40

4.4.2. Arus Manfaat (Benefit)

Manfaat atau benefit yang diperoleh dari usahatani pengembangbiakkan

sapi bali merupakan semua penerimaan dalam bentuk rupiah yang diterima

peternak dari usahatani tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa benefit

yang diperoleh dari usahatani pembibitan sapi bali pada Simantri no. 096 di Desa

Saba dengan skala 20 ekor induk berupa penjualan anak sapi, induk afkir, pupuk

organik padat dan biourin, serta nilai sisa seperti yang dapat dilihat pada Tabel 11.

Nilai sisa tersebut merupakan perkiraan nilai peralatan dan bangunan pada akhir

tahun ke-10. Penjualan anak pertama kali baru dapat dinikmati pada tahun ke-2,

yaitu tepatnya di akhir bulan ke-7 pada tahun tersebut. Benefit pada tahun ke-1

hanya berasal dari penjualan pupuk. Harga jual anak sapi jantan dan betina pada

umur 6 bulan berbeda, dimana yang jantan Rp. 3,5 juta/ekor sedangkan yang

betina 2,5 juta/ekor. Harga jual pupuk organik padat adalah Rp. 1.000,-/kg, harga

biourine Rp. 3.000,-/lt, sedangkan harga induk afkir Rp. 6 juta/ekor.

Tabel 11. Arus Benefit Usahatani Pembibitan Sapi Bali pada Simantri no. 096 dengan Skala 20 Ekor Induk

Penjualan Anak Jantan

(Rp. x 1000)

Penjualan Anak Betina (Rp. x 1000)

Penjualan Induk Betina

Afkir (Rp. x 1000)

0 - - - - - -

1 - - - 32.956 - 32.956

2 24.500 15.000 - 35.634 - 75.134

3 24.500 15.000 - 35.634 - 75.134

4 24.500 15.000 - 35.634 - 75.134

5 - - - 35.188 - 35.188

6 24.500 15.000 - 34.742 - 74.242

7 24.500 15.000 - 34.742 - 74.242

8 24.500 15.000 - 35.188 - 74.688

9 24.500 15.000 - 35.634 - 75.134

10 24.500 15.000 120.000 35.634 34.333 229.467

Penjualan Sapi Penjualan Pupuk (Rp. x

1000)

Nilai Sisa (Rp. x 1000)

Total Benefit (Rp. x 1000)

Tahun ke-

Di samping benefit tersebut di atas, benefit yang juga dihasilkan adalah

berupa biogas. Namun demikian pemanfaatannya belum maksimal, dimana hanya

digunakan sendiri untuk keperluan kecil seperti memasak air dan itupun masih

sebatas di lokasi kandang saja.

41

4.4.3. Proyeksi Input Fisik

Infut fisik yang dibutuhkan pada usahatani pembibitan sapi bali di

Simantri no. 096 antara lain calon induk, pakan, obat-obatan, Inseminasi Buatan

(IB), tenaga kerja, dan bahan tambahan untuk membuat pupuk organik. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata kebutuhan berbagai input pada

usahatani pembibitan sapi bali pada Simantri no. 096 dapat dilihat pada

Lampiran 1. Pakan yang diberikan pada sapi dapat berupa pakan hijauan. Rata-

rata jumlah pemberian hijauan adalah 28 kg per Satuan Ternak (ST) per hari.

Rata-rata jumlah Inseminasi Buatan (IB) yang diperlukan sampai menghasilkan

satu kebuntingan adalah sebanyak 1,6. Tenaga kerja yang diperlukan adalah untuk

aktivitas pemeliharaan dan aktivitas mengolah limbah menjadi pupuk organik.

Jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk melakukan aktivitas tersebut adalah

6,75 hari kerja setara pria (HKSP) per ST per bulan. Peternak tidak biasa

melakukan vaksinasi maupun pemberian vitamin atau feed additif terhadap sapi

yang dipelihara. Pemberian obat-obatan baru dilakukan jika ada kasus penyakit.

Untuk memproduksi pupuk organik dari kotoran maupun urin sapi maka

diperlukan juga bahan-bahan tambahan lain seperti Larutan A yaitu larutan

dekomposer yang membantu proses fermentasi, Larutan B yang membantu

sterilisasi dan netralisasi PH, serta bahan organik untuk peningkatan kualitas.

Berdasarkan pada data-data di atas maka dapat dibuat proyeksi

kebutuhan input fisik usahatani pembibitan sapi bali pada Simantri no. 096

dengan skala 20 ekor induk seperti yang dapat dilihat pada Tabel 12.

42

Tabel 12. Proyeksi Input Fisik Usahatani Pembibitan Sapi Bali pada Simantri no. 096 dengan Skala 20 Ekor Induk, dalam Ribuan Rupiah

Keterangan 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Calon Induk betina (ekor) 20

Hijauan (kg) 201.600 217.980 217.980 217.980 215.250 212.520 212.520 215.250 217.980 217.980

Obat-Obatan (unit) 40

IB (Unit) 0 32 32 32 32 32 32 32 0 32 0

Tenaga kerja (HKSP) 0 1.620 1.752 1.752 1.752 1.730 1.708 1.708 1.730 1.752 1.752

Bahan Pupuk

Larutan A (lt) 0 56 61 61 61 60 59 59 60 61 61

Larutan B (lt) 0 72 78 78 78 77 76 76 77 78 78

Bahan organik (kg) 0 1.122 1.213 1.213 1.213 1.198 1.183 1.183 1.198 1.213 1.213

Kemasan pupuk padat (unit) 0 1.041 1.126 1.126 1.126 1.112 1.098 1.098 1.112 1.126 1.126

Kemasan pupuk biourine (unit) 0 809 875 875 875 864 853 853 864 875 875

Tahun ke-

43

Disamping input fisik di atas maka pada awal tahun (tahun ke-0) juga diperlukan

input fisik berupa, lahan, kandang dan bangunan-bangunan lainnya, peralatan

kandang, instalasi listrik dan instalasi air. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

luas lahan yang digunakan untuk lokasi kandang koloni adalah sekitar seluas 7 are

yang disewa dari salah satu anggota kelompok. Jumlah kandang yang ada adalah

sebanyak 1 unit dengan ukuran masing-masing 18m x 5m dengan kapasitas 24

ekor induk. Tidak ada kandang khusus untuk anak, karena anak dijual pada umur

rata-rata 6 bulan. Gudang pakan dan gudang pupuk dibuat sebanyak masing-

masing 1 unit dengan ukuran masing-masing 7m x 5m. Peternakan ini juga

dilengkapi dengan instalasi biogas dan instalasi biourine dengan luas masing-

masing 11 M3 dan 6,75 M3. Tidak ada areal excercise di peternakan ini, sehingga

setiap saat sapi ada di kandang koloni.

4.4.4. Arus Biaya (Cost)

4.4.4.1. Biaya Investasi

Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membiayai

input fisik yang tidak habis dalam satu periode produksi. Biaya investasi yang

diperlukan pada usahatani pembibitan sapi bali pada Simantri no. 096 dengan

skala 20 ekor induk berupa pembelian calon induk betina, pembuatan kandang

dan bangunan lainnya, sewa lahan, pembelian peralatan, biaya pemasangan

instalasi listrik dan instalasi air. Besarnya biaya investasi yang diperlukan pada

pembibitan sapi bali ini adalah sekitar Rp. 229.160.000,-, seperti yang dapat

dilihat pada Tabel 13. Untuk beberapa barang investasi seperti peralatan umur

ekonomisnya kurang dari batasan waktu analisis (umur proyek) 10 tahun sehingga

diperlukan investasi kembali pada tahun tertentu sesuai dengan umur

ekonomisnya.

44

Tabel.13. Biaya Investasi Usahatani Pembibitan Sapi Bali pada Simantri no. 096 dengan Skala 20 Ekor Induk

1 Investasi Ternak Calon induk ekor 20 4.000 80.000 -

Jumlah 80.000 - 2 Bangunan

Kandang m2 72 333,33 24.000 1.200 15 Tempat Pengolahan Pakan m2 35 228,571 8.000 400 15 Tempat Pengolahan Kompos m2 35 228,571 8.000 400 15 Instalasi Biourine unit 1 9.000 9.000 0 15 Instalasi Biogas (11 m3) unit 1 25.000 25.000 0 15

Jumlah 74.000 2.000 3 Sewa lahan

Area Kandang 10 tahun are 7 5.000 35.000 0 10 4 Peralatan

Mesin pencacah pupuk buah 1 25.000 25.000 0 15 Ear Tag pasang 20 15 300 0 10 Aplikator unit 1 420 420 0 10 Cangkul buah 5 50 250 0 2 Sekop buah 4 100 400 0 2 Ember buah 20 20 400 0 2 Selang m 20 8 160 0 10 Sabit buah 20 30 600 0 2 Sprayer/semprotan buah 1 250 250 0 10 Tangki air (3m3) unit 1 4.000 4.000 0 10 Arko unit 2 450 900 0 10 Kantong biogas unit 6 500 3.000 0 5 Terpal unit 1 150 150 0 2 Kartu ternak lembar 20 1,5 30 0 10

Jumlah 35.860 - 5 Instalasi Listrik (900 watt) unit 1 2.500 2.500 06 Instalasi Air unit 1 1.800 1.800 0

Jumlah 229.160

No Komponen Biaya Investasi Satuan Jumlah Fisik

Harga per Satuan (Rp x

1000)

Biaya Investasi

(Rp x 1000)

Nilai Sisa (Rp x 1000)

Umur Ekonomis (Tahun)

4.4.4.2. Biaya Operasi

Biaya operasi merupakan biaya di luar biaya investasi yang diperlukan

untuk membiayai input fisik yang diperlukan. Biaya operasi usahatani pembibitan

sapi bali pada Simantri no. 096 dengan skala 20 ekor induk dapat dibedakan

menjadi biaya tetap dan biaya variabel seperti yang dapat dilihat pada Tabel 14.

Komponen biaya tetap terdiri dari biaya listrik dan biaya penyusutan. Biaya listrik

hanya sekitar Rp. 40.000 per bulan. Air yang digunakan adalah air irigasi

45

sehingga tidak perlu membayar. Sedangkan biaya penyusutan besarnya sekitar Rp.

12.072.667/tahun, yang terdiri dari biaya penyusutan bangunan, peralatan dan

sewa lahan.

Biaya varibel pada usahatani pembibitan sapi bali pada Simantri no. 096

dengan skala 20 ekor induk meliputi biaya IB, obat-obatan, dan bahan pupuk.

Bahan pupuk dibedakan menjadi Larutan A (dekomposer), Larutan B (pensteril

dan penetral PH), bahan organik untuk meningkatkan kualitas, dan kemasan.

Harga Larutan A adalah 20.000,-/lt, sementara Larutan B Rp. 30.000,-/lt.

Sedangkan harga bahan organik adalah Rp. 2.000,-/kg. Pupak padat maupun cair

sudah dikemas untuk mempermudah dalam pemasarannya. Pupuk padat dikemas

dengan isi 20 kg dalam 1 kemasan, sedangkan pupuk biourine dikemas dalam

kemasan 5 lt. Harga kemasan tersebut per unit masing-masing Rp. 1500,- dan Rp.

3.750,-

Peternak secara riil tidak mengeluarkan biaya untuk tenaga kerja dan

pakan. Peternak tidak menggaji orang untuk bekerja di kandang begitupula tidak

membeli pakan. Semua aktivitas dipeternakan sapi dilakukan oleh peternak.

Sedangkan pakan diperoleh dari limbah pertanian, sehingga tidak ada biaya yang

dikeluarkan.

4.4.5. Pendapatan Peternak dari Pembibitan Sapi Bali

Berdasarkan penerimaan dan pengeluaran riil yang diterima atau dikeluarkan oleh

peternak, maka usahatani pembibitan sapi bali menguntungkan untuk diusahakan.

Hal ini dapat ditunjukkan oleh proyeksi pendapatan peternak dari usahatani

pembibitan sapi bali pada simantri no. 096 yang dapat dilihat pada Tabel 15.

Adanya aktivitas pengolahan kotoran maupun urin sapi menjadi pupuk organik

memberikan nilai tambah yang sangat signifikan bagi penambahan pendapatan

peternak. Pada tahun pertama, walaupun belum dapat memperoleh hasil penjualan

anak tapi sudah untung (laba) karena sudah memperoleh pendapatan dari

penjualan pupuk organik. Rata-rata pendapatan peternak per tahun dari

Pembibitan Sapi Bali pada Simantri No.096 adalah sekitar Rp. 41.878.000, atau

sekitar Rp. 2.094.000,- per tahun per orang peternak.

46

Tabel 14. Biaya Operasi Usahatani Pembibitan Sapi Bali pada Simantri no. 096 dengan Skala 20 Ekor Induk, dalam Ribuan Rupiah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Biaya Variabel

Hijauan - - - - - - - - - -

Tenaga Kerja - - - - - - - - - -

IB 1.600 1.600 1.600 1.600 1.600 1.600 1.600 - 1.600 -

Obat-obatan 2.000 - - - - - - - - -

Bahan pupuk 10.130 10.953 10.953 10.953 10.815 10.678 10.678 10.815 10.953 10.953

Jumlah Biaya Variabel 13.730 12.553 12.553 12.553 12.415 12.278 12.278 10.815 12.553 10.953

Biaya Tetap

Penyusutan 12.073 12.073 12.073 12.073 12.073 12.073 12.073 12.073 12.073 12.073

Listrik 480 480 480 480 480 480 480 480 480 480

Jumlah Biaya Tetap 12.553 12.553 12.553 12.553 12.553 12.553 12.553 12.553 12.553 12.553 Jumlah Biaya Operasi 26.282 25.105 25.105 25.105 24.968 24.831 24.831 23.368 25.105 23.505

Tahun ke-Komponen Biaya

47

Tabel 15. Proyeksi Pendapatan Peternak dari Usahatani Pembibitan Sapi Bali pada Simantri No. 096 dengan Skala 20 Ekor Induk, dalam Ribuan Rupiah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10A Penerimaan

Penjualan anak betina - 15.000 15.000 15.000 - 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000

Penjualan anak jantan - 24.500 24.500 24.500 - 24.500 24.500 24.500 24.500 24.500

Penjualan Induk betina afkir - - - - - - - - - 120.000

Penjualan pupuk kandang 32.956 35.634 35.634 35.634 35.188 34.742 34.742 35.188 35.634 35.634

Jumlah pendapatan 32.956 75.134 75.134 75.134 35.188 74.242 74.242 74.688 75.134 195.134

B Biaya Biaya Variabel 13.730 12.553 12.553 12.553 12.415 12.278 12.278 10.815 12.553 10.953

Biaya Tetap 12.553 12.553 12.553 12.553 12.553 12.553 12.553 12.553 12.553 12.553

Total Biaya 26.282 25.105 25.105 25.105 24.968 24.831 24.831 23.368 25.105 23.505

C Pendapatan 6.674 50.029 50.029 50.029 10.220 49.411 49.411 51.320 50.029 171.629

No Uraian Tahun

48

4.4.6. Kelayakan Finansial Pembibitan Sapi Bali

Hasil analisis data menunjukkan bahwa usahatani pembibitan sapi bali

pada simantri no. 096 di Desa Saba layak secara finansial. Hal ini ditunjukkan

oleh hasil penilaian kelayakan yang dapat dilihat pada Lampiran 2. Tabel tersebut

memperlihatkan bahwa nilai NPV positif sebesar Rp. 105.278.000,-, IRR sebesar

20,06%, dan Net B/C sebesar 1,46. Nilai NPV tersebut menunjukkan bahwa

dalam jangka waktu 10 tahun, usahatani pengembangbiakkan sapi bali dengan

skala usaha sebanyak 20 ekor induk mampu memberikan keuntungan bersih

sebesar Rp. 105.278.000,-,dalam bentuk present value. Hasil ini sejalan dengan

hasil penelitian Antara dan Sweken (2012) maupun Sukanata dan Putri, (2012).

Hasil perhitungan IRR di atas menjunjukkan bahwa usahatani pembibitan

sapi bali pada simantri no. 096 di Desa Saba mampu memberikan keuntungan

sampai pada tingkat discount rate atau suku bunga sosial 20,06%. Jika tingkat

discount rate atau suku bunga sosial lebih besar dari angka tersebut, maka

usahatani ini tidak layak lagi diusahakan. Sedangkan nilai Net B/C di atas

menunjukkan bahwa setiap rupiah biaya yang dikeluarkan untuk usahatani

tersebut akan memberikan manfaat bersih sebesar Rp. 1,64, sehingga akan

memberikan keuntungan bersih sebesar Rp. 0,64, dalam bentuk present value.

Berdasarkan analisis payback period (PBP), usahatani pembibitan sapi

bali pada simantri no. 096 di Desa Saba, mampu mengembalikan biaya investasi

dalam jangka waktu yang relatif singkat, yaitu 5,6 tahun atau pada tahun ke-6. Hal

ini menunjukkan bahwa usahatani ini layak dilaksanakan karena investasi mampu

dikembalikan sebelum jangka waktu investasi berakhir (10 tahun).

Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa nilai switching value

jumlah induk adalah 12 ekor. Artinya titik impas (breakeven) akan tercapai ketika

jumlah induk yang dipelihara sebanyak 12 ekor. Dengan demikian, usahatani ini

akan layak atau menguntungkan ketika jumlah induk yang dipelihara minimal

sebanyak 13 ekor sementara kondisi lainya tetap. Nilai switching value harga anak

sapi juga menunjukkan bahwa kondisi titik impas (breakeven) juga dapat tercapai

ketika harga anak sapi umur 6 bulan rata-rata Rp. 1.105.670,-/ekor sementara

kondisi lainnya tetap. Harga yang lebih tinggi dari angka itu akan menguntungkan

49

secara finansial, dan sebaliknya merugikan jika harganya lebih rendah dari angka

tersebut

Hasil simulasi pemanfaatan kredit KUPS menunjukkan bahwa biaya

investasi yang dibutuhkan pada usahatani pembibitan sapi bali di Simantri no. 096

di Desa Saba layak didanai dengan KUPS. Simulasi tersebut menghasilkan NPV

sebesar Rp. 70.773.000,-, IRR 17,19%, Net B/C 1,31, dan Payback Period 5,6

tahun, seperti yang dapat dilihat pada Lampiran 3. Nilai switching value suku

bunga KUPS adalah 15,26%. Artinya, Semasih suku bunga KUPS di bawah

15,26% usahatani pembibitan sapi bali di Simantri no. 096 di Desa Saba masih

menguntungkan bagi petani, sehingga biaya investasi yang dibutuhkan layak

didanai dari KUPS. Namun jika suku bunga KUPS diatas angka tersebut maka

tidak menguntungkan bagi petani sehingga biaya investasi yang dibutuhkan tidak

layak didanai dari KUPS

50

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

1. Usahatani pembibitan sapi bali pada Simantri no. 096 di Desa Saba, Kabupaten

Gianyar mampu memberikan tambahan pendapatan yang signifikan kepada

peternak rata-rata sekitar Rp. 41.878.000,- per tahun, atau sekitar Rp.

2.094.000,- per orang peternak per tahun.

2. Usahatani pembibitan sapi bali pada Simantri No. 096 di Desa Saba,

Kabupaten Gianyar layak secara finansial, dengan nilai NPV sebesar Rp.

105.278.000,-, IRR 20,06%, Net B/C 1,46, dan jangka waktu pengembalian

investasi selama 5,6 tahun.

3. Biaya Investasi yang diperlukan pada usahatani pembibitan sapi bali di

Simantri No. 096 di Desa Saba, Kabupaten Gianyar layak didanai dari KUPS

semasih suku bunganya di bawah 15,26%.

4. Usahatani pembibitan sapi bali di Simantri No. 096 di Desa Saba, Kabupaten

Gianyar akan menguntungkan bagi peternak jika jumlah induk yang dipelihara

minimal 13 ekor atau harga anak di atas Rp. 1.105.670,-/ekor.

5.2. Saran

1. Usahatani pembibitan sapi bali di Simantri No. 096 di Desa Saba, Kabupaten

Gianyar dapat terus dilanjutkan semasih tidak membeli pakan dan membayar

tenaga kerja.

2. Proteksi lahan pertanian sangat diperlukan untuk dapat terus menjamin

ketersediaan pakan secara gratis

3. Pemanfaatan biogas agar lebih ditingkatkan sehingga memberikan benefit yang

lebih besar.

4. Perbaikan manajemen produksi sehingga dapat mencegah banyaknya jumlah

induk yang majir atau mengalami kegagalan reproduksi

51

DAFTAR PUSTAKA

Arka, I.B. 1984. Pengaruh Penggemukan terhadap Kualitas Daging dan Karkas pada Sapi Bali. Disertasi. Universitas Pajajaran. Bandung.

Bandini Y. 2001. Sapi Bali. PT. Penebar Swadaya, Jakarta. BPS. 2013. Sensus Pertanian 2013. Dalam Web. Badan Pusat Statistik Provinsi

Bali. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali. 2011. Informasi Data

Peternakan Provinsi Bali. Dinas Peternakan Provinsi Bali, Denpasar. Ditjen Peternakan. 2011. Realisasi Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS).

Direktorat Jenderal Peternakan Departeman Pertanian. Jakarta. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali. 2012. Realisasi Kredit

KUPS Sapi di Provinsi Bali (KUPS). Gittinger, J.P. 1990. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Terjemahan.

Edisi Kedua. UI-Press. Gray, C., Payaman S., L.K. Sabur, P.L.F. Maspaitella, dan R.C.G. Varley. 2005.

Pengantar Evaluasi Proyek.Edisi 2. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Handiwirawan, E. dan Subandriyo. 2004. Potensi dan Keragaman Sumberdaya

Genetik Sapi Bali. Wartazoa. 14(3) : 107-115. Husnan, S. dan Suwarsono, M. 2000. Studi Kelayakan Proyek. UPP AMP YKPN.

Yogyakarta. Ibrahim, H.M.Y. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Rineka Cipta., Jakarta. Kadariah, L. Karlina dan C. Gray. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. FE-UI .

Jakarta. Kadarsan, H.W. 1995. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan Perusahaan

Agribisnis. Gramedia. Jakarta. Kariyasa, K. 2004. Analisis Penawaran Dan Permintaan Daging Sapi di Indonesia

Sebelum dan Saat Krisis Ekonomi: Suatu Analisis Proyeksi Swasembada Daging Sapi 2005. SOCA. Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness. 4(3) : 11-12.

Mastika, I.M. dan A.W. Puger. 2009. Upaya Perbaikan Penampilan (Performance) Sapi Bali Melalui Perbaikan Ketersediaan dan Kualitas Pakan. Makalah Disampaikan pada Seminar Sapi Bali di Unud dalam Rangka Dies Natalis Unud ke-47, 5-6 Oktober 2009. Universitas Udayana. Denpasar.

Payne, W.J.A. 1970. Cattle Production in the Tropics. Vol. 1. Longmans, London. Pergub Bali, 20011. Peraturan Gubernur Bali No. 46 th 2011 tentang Tata Cara

Pengeluaran Sapi bibit. Permenkeu. 2009. Peraturan Menteri Keuangan No.131/PMK.05/2009 Tentang

Kredit Usaha Pembibitan Sapi. Depkeu. Jakarta. Permentan, 2009. Peraturan Menteri Pertanian No. 40/Permentan/PD.400/9/2009

Tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Pembibitan Sapi. Deptan. Jakarta.

Sukanata, I W., et al., 2009. Strategi Peningkatan Produksi Sapi Potong di Provinsi Bali dalam Menunjang Swasembada Daging Nasional. Laporan Penelitian. Fapet Unud, Denpasar.

52

Sukanata, I W., dan B.R.T. Putri. 2012. Uji Kelayakan Finansial Pemanfaatan Skim Kredit KUPS pada Pengembangbiakkan Sapi Bali. Prosiding Seminar Nasional Sapi Bali. Pusat Kajian Sapi Bali, Universitas Udayana. Denpasar.

Soekartawi, et al. 2002. Analisis Usahatani. UI-Press. Jakarta. Antara, M., dan Sweken, E. 2012. Kelayakan Usaha Pembibitan Sapi Bali di Desa

Gerokgak, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali. Prosiding Seminar Nasional. PKSB Universitas Udayana. Denpasar.

53

LAMPIRAN

Lampiran 1. Koefisien Teknis Kebutuhan Input Fisik pada Usahatani Pembibitan Sapi Bali pada Simantri No. 096

Infut Fisik Jumlah

Hijauan segar (kg/hari/ST) 28

Curahan kerja (HKSP/ST/bulan) 6,75

Obat-obatan (unit) 40

IB (unit/kebuntingan) 1,6

Bahan Pupuk Organik Padat

Larutan A 25 lt/1 ton kotoran kering

Larutan B 25 lt/1 ton kotoran kering

Bahan organik 50 kg/1 ton kotoran kering

Bahan Pupuk Organik Cair

Larutan A 1 lt/1000 lt urin

Larutan B 5 lt/1000 lt urin

Bahan organik 20 kg/1000 lt urin

54

Lampiran 2. Kelayakan Finansial Pembibitan Sapi Bali pada Simantri No. 096 dengan Skala 20 Ekor Induk, dalam Ribuan Rupiah

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10A Benefit

Penjualan Anak Betina - - 15.000 15.000 15.000 - 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 Penjualan Anak Jantan - - 24.500 24.500 24.500 - 24.500 24.500 24.500 24.500 24.500 Penjualan Induk Afkir - - - - - - - - - - 120.000 Penjualan Pupuk - 32.956 35.634 35.634 35.634 35.188 34.742 34.742 35.188 35.634 35.634 Nilai Sisa - - - - - - - - - - 34.333 Jumlah Benefit - 32.956 75.134 75.134 75.134 35.188 74.242 74.242 74.688 75.134 229.467

B Biaya a. Biaya Investasi 229.160 - - 1.800 - 1.800 3.000 1.800 - 1.800 - b. Biaya Variabel 13.730 12.553 12.553 12.553 12.415 12.278 12.278 10.815 12.553 10.953 c. Biaya Tetap 480 480 480 480 480 480 480 480 480 480 Jumlah Biaya 229.160 14.210 13.033 14.833 13.033 14.695 15.758 14.558 11.295 14.833 11.433

C Net Benefit (229.160) 18.747 62.101 60.301 62.101 20.492 58.483 59.683 63.392 60.301 218.035 Discount Factor (12%) 1,0000 0,8929 0,7972 0,7118 0,6355 0,5674 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220 PV net benefit (229.160) 16.738 49.507 42.921 39.467 11.628 29.629 26.998 25.603 21.745 70.201 Comulative PV Net Benefit (229.160) (212.422) (162.915) (119.994) (80.527) (68.899) (39.270) (12.272) 13.331 35.076 105.278 PV investasi 229.160 - - 1.281 - 1.021 1.520 814 - 649 - Comulatif PV Investasi 229.160 229.160 229.160 230.441 230.441 231.463 232.982 233.797 233.797 234.446 234.446 PV benefit - 29.425 59.896 53.479 47.749 19.966 37.613 33.583 30.165 27.094 73.882 Comulative PV Benefit - 29.425 89.322 142.801 190.550 210.516 248.129 281.712 311.878 338.972 412.854 PV Jumlahl Biaya 229.160 12.687 10.390 10.558 8.282 8.339 7.984 6.585 4.562 5.349 3.681 Comulatif PV Total Biaya 229.160 241.847 252.237 262.794 271.077 279.415 287.399 293.984 298.546 303.895 307.576

D KELAYAKAN USAHANPV (Rp) 105.278IRR 20,06%Net B/C 1,46PBP (tahun) 5,60

E Analisis Sensitivitas12 ekorRp. 1.105.670Switching Value Harga Anak

Switching value Jumlah Induk

Tahun ke-UraianNo

PV= Present Value

55

Lampiran 3. Hasil Simulasi Pemanfaatan KUPS untuk Mendanai Biaya Investasi pada Simantri No. 096, dengan Skala 20 Ekor Induk, dalam Ribuan Rupiah

A BenefitPenjualan Anak Betina - - 15.000 15.000 15.000 - 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 Penjualan Anak Jantan - - 24.500 24.500 24.500 - 24.500 24.500 24.500 24.500 24.500 Penjualan Induk Afkir - - - - - - - - - - 120.000 Penjualan Pupuk - 32.956 35.634 35.634 35.634 35.188 34.742 34.742 35.188 35.634 35.634 Nilai Sisa - - - - - - - - - - 34.333 Jumlah Benefit - 32.956 75.134 75.134 75.134 35.188 74.242 74.242 74.688 75.134 229.467

B Biaya a. Biaya Investasi 229.160 - - 1.800 - 1.800 3.000 1.800 - 1.800 - b. Biaya Variabel 13.730 12.553 12.553 12.553 12.415 12.278 12.278 10.815 12.553 10.953 c. Biaya Tetap 11.938 11.938 10.625 7.761 4.896 2.032 480 480 480 480 Jumlah Biaya 229.160 25.668 24.491 24.978 20.313 19.112 17.310 14.558 11.295 14.833 11.433

C Net Benefit (229.160) 7.289 50.643 50.156 54.821 16.076 56.932 59.683 63.392 60.301 218.035 Discount Factor (12%) 1,0000 0,8929 0,7972 0,7118 0,6355 0,5674 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220 PV net benefit (229.160) 6.508 40.373 35.700 34.840 9.122 28.843 26.998 25.603 21.745 70.201 Comulative PV Net Benefit (229.160) (222.652) (182.280) (146.579) (111.740) (102.617) (73.774) (46.776) (21.173) 572 70.773 PV investasi 229.160 - - 1.281 - 1.021 1.520 814 - 649 - Comulatif PV Investasi 229.160 229.160 229.160 230.441 230.441 231.463 232.982 233.797 233.797 234.446 234.446 PV benefit - 29.425 59.896 53.479 47.749 19.966 37.613 33.583 30.165 27.094 73.882 Comulative PV Benefit - 29.425 89.322 142.801 190.550 210.516 248.129 281.712 311.878 338.972 412.854 PV Jumlahl Biaya 229.160 22.917 19.524 17.779 12.909 10.844 8.770 6.585 4.562 5.349 3.681 Comulatif PV Total Biaya 229.160 252.077 271.601 289.380 302.289 313.134 321.903 328.489 333.051 338.400 342.081

D KELAYAKAN USAHANPV (Rp) 70.773IRR 17,19%Net B/C 1,31PBP (tahun) 5,60

E Analisis Sensitivitas15,26% Switching value suku bunga KUPS tb

n

ttb

n

tt

tb B

BCTBEP

0

10

1

T = th sebelum terdapat BEP PV= Present Value

56

Lampiran 4. Personalia Penelitian

1. Ketua Peneliti

a. Nama Lengkap dan Gelar : I Wayan Sukanata, S.Pt., M.Si. b. Pangkat/Golongan : Penata Muda Tk. I/ III/b c. NIP : 197703082003121001 d. Jabatan Fungsional/Struktural : Lektor/- e. Program Studi/Fakultas : Peternakan/Peternakan f. Perguruan Tinggi : Universitas Udayana g. Bidang Keahlian : Ekonomi Peternakan h. Jangka Waktu Penelitian : 6 bulan

2. Anggota Peneliti

a. Nama Lengkap dan Gelar : Budi Rahayu Tanama Putri,S.Pt., MM. b. Pangkat/Golongan : Penata Muda Tk. I/ III/c c. NIP : 19781226 200501 2 004 d. Jabatan Fungsional/Struktural : Lektor/- e. Program Studi/Fakultas : Peternakan/Peternakan f. Perguruan Tinggi : Universitas Udayana g. Bidang Keahlian : Agribisnis Peternakan h. Jangka Waktu Penelitian : 6 bulan

57

Lampiran 5. Biodata Peneliti Ketua Peneliti

1. Nama Lengkap : I Wayan Sukanata, S.Pt., M.Si. 2. NIP. : 197703082003121001 3. Tempat dan Tanggal Lahir : Gianyar 8 Maret 1977 4. Jenis Kelamin : Laki-laki 5. Pangkat/Gol : Penata Muda Tingkat I / III/b 6. Jabatan fungsional : Lektor 7. Jabatan Struktural : - 8. Alamat Kantor : Lab Ekonomi Ternak, Fakultas Peternakan Unud. 9. Alamat Rumah : Jl. Katrangan Gang 10 No. 5A Denpasar 10. Riwayat Pendidikan :

Pendidikan Nama Perguruan Tinggi Gelar Tahun Lulus

Bidang Studi

S1 Fakultas Peternakan UNUD S.Pt. 2000 Produksi Ternak

S2 Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Institut Pertanian Bogor

M.Si. 2008 Ekonomi Pertanian

11. Pengalaman Penelitian : No Judul Penelitian Kedudukan

dalam Tim Tahun

1 Pusat Perbibitan dan Pengembangan Sapi Bali di Nusa Penida Anggota 2006

2 Analisis Penawaran Sapi Potong di Provinsi Bali Ketua 2008 3 Analisis Efisiensi Ekonomis Usahatani

Penggemukan Sapi Potong (Studi Kasus di Desa Lebih, Kabupaten Gianyar)

Ketua 2009

4 Strategi Peningkatan Produksi Sapi Potong di Provinsi Bali dalam Menunjang Swasembada Daging Nasional

Ketua 2009

5 Kontribusi Usaha Peternakan Kambing Dalam Rangka Mengentaskan Kemiskinan di Pedesaan (Studi Kasus di Desa Batungsel Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan),

Anggota 2009

6 Kajian Kritis terhadap Penerapan Kebijakan Kuota Perdagangan dan Efisiensi Pemasaran Sapi Potong Antar Pulau

Ketua 2010

58

12. Publikasi Ilmiah: No.

Judul Artikel Jurnal/Majalah lmiah Tahun

1 Analisis Penawaran Sapi Potong di Provinsi Bali.

SOCA (Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness

2009

2

Impact of Trade Quota Decline Policy on The Bali Cattle Population and Farmers’Welfare in Bali Province. 2010.

Proceedings International Seminar “Conservation and Improvement of World Indigenous Catlle. SCBC Unud. Denpasar.

2011

Denpasar, 18 Nopember 2013

I Wayan Sukanata, S.Pt. M.Si. NIP. 19770308 200312 1 001

59

Anggota Peneliti

1. Nama Lengkap : Budi Rahayu Tanama Putri,S.Pt.,MM. 2. NIP. : 19781226 200501 2 004 3. Tempat dan Tanggal Lahir : Karangasem, 26 Desember 1978 4. Jenis Kelamin : Perempuan 5. Pangkat/Gol : Penata Muda Tk. I/ III/C 6. Jabatan fungsional : Lektor 7. Jabatan Struktural : - 8. Alamat Kantor : Lab Ekonomi Ternak, Fakultas Peternakan Unud, Jl. PB. Sudirman, Denpasar 9. Alamat Rumah : Jl. Tukad Yeh Aya No 30 B - Denpasar 10. Riwayat Pendidikan :

Pendidikan Nama Perguruan Tinggi Gelar Tahun Lulus

Bidang Studi

S1 Universitas Udayana S.Pt 2000 Produksi Ternak

S2 Program Pascasarjana,IPB MM 2003 Agribisnis Peternakan

11. Pengalaman Penelitian : No Judul Penelitian Kedudukan

dalam Tim Tahun

1. Analisis Strategi Pemasaran DOC Pedaging Pada PT X Unit Bali

Penelitian Mandiri 2003

2. Kontribusi Usaha Peternakan Kambing Dalam Rangka Mengentaskan Kemiskinan di Pedesaan (Studi Kasus di Desa Batungsel Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan),

Anggota 2009

3. Efisiensi Ekonomis Usaha Penggemukan Sapi Potong (Studi Kasus di Desa Lebih Kabupaten Gianyar)

Anggota 2009

4. Strategi Peningkatan Produksi Sapi Potong di Provinsi Bali dalam Menunjang Swasembada Daging Nasional

Anggota 2009

12. Publikasi Ilmiah: No Judul Artikel Jurnal/Majalah lmiah Tahun 1

Impact of Trade Quota Decline Policy on The Bali Cattle Population and Farmers’Welfare in Bali Province. 2010.

Proceedings“Conservation and Improvement of World Indigeneous Cattle”. SCBC Unud.

2011

Denpasar, 18 Nopember 2013

(Budi Rahayu Tanama Putri,S.Pt.,MM)

NIP. 19781226 200501 2 004