fakultas ekonomi universitas syiah kuala banda aceh, 21 · pdf filekorupsi tetap membayangi...

31
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011 1 PERSEPSI WAJIB PAJAK TERHADAP DUNIA PERPAJAKAN INDONESIA SETELAH FENOMENA KASUS “GAYUS TAMBUNAN” DENGAN PENDEKATAN TRIANGULASI Dian Purnama Sari Unika Widya Mandala Surabaya Abstract Improvement in Indonesian taxation world was being done. But “Gayus Tambunan” case has broken image of Indonesian taxation. Gayus Tambunan, an Indonesian tax officer, did tax fraud, estimated reach trillion rupiahs. “Gayus Tambunan” phenomenon changes people perception also, especially for the tax payer. The main purpose of this research is to understand perception of tax payer to Indonesian taxation world after “Gayus Tambunan” case. Method used in this research is Mixed Method. Mixed method is defined as combination of quantitative and qualitative method. Quantitative method is tested using Partial Least Square (PLS). The result of PLS test showed significant negative correlation between tax payer perception with tax payer’s honesty and obedience. Qualitative method was done using phenomenology method. Result of the deep interview with taxpayer, there are 3 understandings, namely: 1. Image of indonesian taxation worsens, like saying “sudah jatuh tertimpa tangga”; 2. “Gayus Tambunan” phenomenon finally opens tax payer’s eye and affects tax payer’s behavior; dan 3. The underst anding about tax means the understanding between country and God. The research shows that Indonesian people’s perception about Indonesian taxation world before “Gayus Tambunan” case was already bad and after “Gayus Tambunan” case, tax payer more realizes about the deterioration of Indonesian taxation world. But bad perception is not able to make tax payer disobedient and dishonest, because tax payer still has good will to serve his/her country and God. Keyword : Perception, tax payer, Gayus Tambunan, mixed method

Upload: trantram

Post on 05-Feb-2018

221 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21 · PDF filekorupsi tetap membayangi denyut nadi pemerintahan, termasuk dalam masalah pajak. Kasus yang begitu menghebohkan adalah

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

1

PERSEPSI WAJIB PAJAK TERHADAP DUNIA PERPAJAKAN INDONESIA

SETELAH FENOMENA KASUS “GAYUS TAMBUNAN” DENGAN

PENDEKATAN TRIANGULASI

Dian Purnama Sari

Unika Widya Mandala Surabaya

Abstract

Improvement in Indonesian taxation world was being done. But “Gayus Tambunan” case has

broken image of Indonesian taxation. Gayus Tambunan, an Indonesian tax officer, did tax fraud,

estimated reach trillion rupiahs. “Gayus Tambunan” phenomenon changes people perception also,

especially for the tax payer. The main purpose of this research is to understand perception of tax

payer to Indonesian taxation world after “Gayus Tambunan” case. Method used in this research is

Mixed Method. Mixed method is defined as combination of quantitative and qualitative method.

Quantitative method is tested using Partial Least Square (PLS). The result of PLS test showed

significant negative correlation between tax payer perception with tax payer’s honesty and obedience.

Qualitative method was done using phenomenology method. Result of the deep interview with

taxpayer, there are 3 understandings, namely: 1. Image of indonesian taxation worsens, like saying

“sudah jatuh tertimpa tangga”; 2. “Gayus Tambunan” phenomenon finally opens tax payer’s eye

and affects tax payer’s behavior; dan 3. The understanding about tax means the understanding

between country and God. The research shows that Indonesian people’s perception about Indonesian

taxation world before “Gayus Tambunan” case was already bad and after “Gayus Tambunan” case,

tax payer more realizes about the deterioration of Indonesian taxation world. But bad perception is

not able to make tax payer disobedient and dishonest, because tax payer still has good will to serve

his/her country and God.

Keyword : Perception, tax payer, Gayus Tambunan, mixed method

Page 2: Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21 · PDF filekorupsi tetap membayangi denyut nadi pemerintahan, termasuk dalam masalah pajak. Kasus yang begitu menghebohkan adalah

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

2

Latar Belakang Penelitian

Dunia perpajakan di Indonesia telah mengalami banyak perubahan. Sejak periode

pemerintah di bawah Presiden Suharto sampai dengan pemerintahan Presiden Susilo

Bambang Yudhoyono. Perubahan-perubahan tersebut meliputi hukum dan aturan perpajakan

sampai pada pembenahan institusi serta pelayanan perpajakan itu sendiri. Saat ini, wajah

perpajakan Indonesia telah dipoles sedemikian rupa sehingga dapat menarik hati setiap

Warga Negara Indonesia untuk rajin dan taat untuk menjalankan kewajibannya dalam

membayar pajak. Motto “Lunasi Pajaknya, Awasi Penggunaannya” juga semakin melekat

sebagai tanda kejujuran terhadap penggunaan pajak. Perpajakan Indonesia kembali hidup dan

menjadi salah satu fokus dalam program pemerintah. Pemerintah juga tidak tanggung-

tanggung dalam menghidupkan kembali dunia perpajakan Indonesia. Berbagai fasilitas juga

ditawarkan bagi Wajib Pajak yang setia dan jujur dalam membayar pajak. Kemudahan serta

banyaknya fasilitas yang ditawarkan pemerintah juga mendukung naiknya devisa negara

melalui pajak. Namun, di tengah melonjaknya “polesan wajah” perpajakan di Indonesia,

korupsi tetap membayangi denyut nadi pemerintahan, termasuk dalam masalah pajak. Kasus

yang begitu menghebohkan adalah kasus “Gayus Tambunan”.

Kasus Gayus Tambunan yang meledak pada Bulan April 2010 telah mencoreng wajah

dunia perpajakan Indonesia. Kasus ini sangat menyedot dan menarik perhatian semua

kalangan di Indonesia. Bagaimana tidak, Pegawai Negeri Sipil golongan IIIA mampu

“menggelapkan” pajak hingga milyaran rupiah. Banyak pengamat ekonomi pun menyatakan

kekhawatiran mereka terhadap “golongan-golongan” di atas Gayus yang mungkin saja

Page 3: Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21 · PDF filekorupsi tetap membayangi denyut nadi pemerintahan, termasuk dalam masalah pajak. Kasus yang begitu menghebohkan adalah

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

3

memperoleh uang pajak jauh di atas perolehan Gayus. Banyak pula kalangan pula yang mulai

kembali meragukan citra dan institusi perpajakan di Indonesia. Nama Gayus Tambunan

memang sarat dengan polemik dan kontroversi. Mulai dari kelihaiannya menggelapkan uang

pajak yang jumlahnya sangat besar, kehebatannya untuk menghindari penangkapan sampai

keahliannya untuk “meloloskan” diri dari jeruji besi saat sedang ditahan. Tak salah apabila

setiap mendengar nama Gayus Tambunan disebut, maka masyarakat akan langsung teringat

dengan “lubang” dalam dunia perpajakan Indonesia. Semakin terkenal nama Gayus

Tambunan, semakin dalam “lubang” di dalam dunia perpajakan Indonesia.

Wajib Pajak merupakan individu-individu yang aktif dalam dunia perpajakan

Indonesia. Seorang Wajib Pajak memiliki hak dan kewajiban dalam perpajakan. Sesuai

sistem pemungutan pajak yang dianut oleh Negara Indonesia, yaitu self assessment system,

maka Wajib Pajak-lah yang diberikan wewenang, kepercayaan dan tanggungjawab untuk

menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang

harus dibayar (Siahaan, 2010:177). Karena itu, kepatuhan dan ketaatan Wajib Pajak kepada

peraturan perpajakan serta kejujuran merupakan hal yang penting dengan sistem yang dianut

di Indonesia. Diri Wajib Pajak-lah yang banyak berperan dalam kehidupan pajak

individualnya. Ketaatan dan kejujuran menjadi hal penting dalam penuaian hak dan

kewajiban dalam perpajakan.

Para Wajib Pajak di Indonesia juga tentu tidak akan melewatkan fenomena kasus

Gayus Tambunan yang meledak di masyarakat. Fenomena ini tentu meninggalkan bekas di

hati dan pikiran para Wajib Pajak serta membentuk persepsi di benak setiap Wajib Pajak.

Page 4: Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21 · PDF filekorupsi tetap membayangi denyut nadi pemerintahan, termasuk dalam masalah pajak. Kasus yang begitu menghebohkan adalah

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

4

Karena itu, penelitian ini ingin memahami persepsi Wajib Pajak terhadap dunia perpajakan

Indonesia setelah kasus Gayus Tambunan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui perubahan persepsi Wajib Pajak terhadap dunia perpajakan Indonesia setelah

kasus “Gayus Tambunan”.

Persepsi: Pandangan Subyektif dalam Diri Manusia

Persepsi menurut Kamus Bahasa Indonesia (1995) dalam Hermansyah dkk (2009)

adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu, atau merupakan proses seseorang

mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Robbins (2003:123), menuturkan bahwa

persepsi didefinisikan sebagai suatu proses dengan mana individu-individu

mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna pada

lingkungan mereka. Menurut Schiffman and Kanuk (1994) dalam Hermansyah dkk (2009:5),

persepsi merupakan salah satu faktor psikologis selain motivasi, belajar kepribadian dan

sikap. Persepsi sendiri merupakan proses memilih, mengorganisir, dan menginterpretasikan

stimuli ke dalam gambaran yang mempunyai arti dan masuk akal sehingga dapat dimengerti.

Persepsi timbul karena adanya stimuli dari luar yang akan menekan syaraf sensorik seseorang

dan melalui panca indera, stimulus tersebut diseleksi, diorganisir oleh setiap konsumen

dengan cara tersendiri.

Menurut Robin (1996) dalam Djasmoredjo (2004:318), mendefinisikan persepsi

sebagai suatu proses yang digunakan individu-individu untuk mengatur dan

menginterpretasikan kesan-kesan sensori mereka supaya member makna terhadap

Page 5: Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21 · PDF filekorupsi tetap membayangi denyut nadi pemerintahan, termasuk dalam masalah pajak. Kasus yang begitu menghebohkan adalah

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

5

lingkungannya. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, persepsi memang merupakan

pandangan dari dalam diri individu terhadap sesuatu berdasarkan faktor eksternal. Secara

sadar maupun tidak sadar, persepsi seseorang akan mempengaruhi keputusan dan tindakan

yang diambil oleh seseorang. Persepsi muncul akibat faktor-faktor yang masuk ke dalam

psikologis individu dan akan merasuk di dalam pikiran individu tersebut. Inilah yang

menyebabkan persepsi mampu mempengaruhi tindakan individu.

Kasus “Gayus Tambunan” dan Coreng Moreng Wajah Perpajakan Indonesia

Gayus Halomoan Partahanan Tambunan, atau dikenal luas dengan nama Gayus

Tambunan saja, merupakan nama yang “panas” untuk disebut dan dibahas. Nama Gayus

Tambunan terus melambung dan belum mengalami penurunan sejak kasusnya mencuat pada

April 2010 yang lalu. Namanya terus menjadi perbincangan sampai tahun 2011. Hebohnya

berita mengenai Gayus Tambunan semakin terpatri dalam setiap insan yang melihat dan

mendengar berita tentang Gayus Tambunan. Dari anak kecil sampai orang dewasa pasti tahu

siapa itu Gayus Tambunan. Koruptor, pencuri dan mafia pajak pasti menjadi julukan Gayus

Tambunan selama masa-masa tersebut. Gayus Tambunan memang menjadi sangat terkenal

terkait pengelabuan uang pajak sampai bermilyar-milyar jumlahnya. Namun, siapa

sebenarnya Gayus Tambunan yang sensasional ini?

Masa kecil Gayus Tambunan dihabiskan di sebuah kampung di Jakarta Utara yang

dilahirkan sebagai anak kedua dari lima bersaudara. Semasa kecil hingga beranjak dewasa,

Gayus hidup di lingkungan yang keras dan keluarga berada di garis hidup menengah ke

Page 6: Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21 · PDF filekorupsi tetap membayangi denyut nadi pemerintahan, termasuk dalam masalah pajak. Kasus yang begitu menghebohkan adalah

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

6

bawah. Gayus Tambunan adalah sosok yang doyan membaca buku dan pada masa kecilnya

dia berprinsip tidak mau seperti anak-anak lainnya yang hanya doyan bermain dan

menghambur-hamburkannya waktu tiada guna (Yuwono, 2011:52). Rupa-rupanya kehidupan

yang dikepung oleh kesulitan ekonomi itu tidak membuat Gayus Tambunan tidak memiliki

“semangat hidup”, namun semakin memicu Gayus Tambunan untuk “menjinakannya”

dengan cara belajar dengan tekun dan keras hingga akhirnya dia masuk dalam jajaran orang-

orang yang tergolong cerdas dan pintar. Namun demikian, ketika Gayus berhasil menjadi

seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) ternyata impiannya untuk memperoleh gaji yang bagus

sangat mengecewakan. Dan oleh karena itulah dengan kecerdasannya, Gayus selalu mencari

celah untuk memperoleh “uang sampingan” selain gaji pokok dan tunjangan lain, yang pada

gilirannya, “uang sampingan” tersebut justru lebih besar atau berlipat ganda luar biasa dari

gaji pokoknya.

Gayus Tambunan adalah sosok laki-laki yang selalu berpikir keras bagaimana

menjadi kaya. Akhirnya karena dia berpikir bahwa untuk menjadi kaya dengan melalui jalur

formal adalah mustahil, maka dia pun merentang jalur yang “berlorong gelap” dengan cara

mengutak-atik jabatan yang tengah digenggamnya pada saat itu. Gayus pun melihat adanya

peluang untuk menjadi kaya dengan cara membantu menyelesaikan kasus-kasus pajak.

Kepandaiannya dalam bergaul membuatnya berani untuk melakukan rencana-rencana

busuknya dan tentunya ditambah dengan peluang yang ada maka rencananya tersebut

akhirnya berjalan dengan mulus dan lancar (Yuwono, 2011:58). Gayus Tambunan sebagai

pegawai negeri sipil golongan IIIA, telah memiliki materi yang sangat berlimpah. Mulai dari

Page 7: Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21 · PDF filekorupsi tetap membayangi denyut nadi pemerintahan, termasuk dalam masalah pajak. Kasus yang begitu menghebohkan adalah

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

7

rumah yang mewah, banyaknya mobil yang dimiliki serta kemampuannya untuk pesiar ke

berbagai tempat meskipun dalam kondisi “seharusnya dipenjara”. Berbagai kejutan yang

diungkapkan oleh media mengenai Gayus tentu semakin membuat kita semakin geleng-

geleng kepala. Kehebatan Gayus ini memang semakin menyakitkan saja bagi mereka yang

merasa telah membayar pajak kepada negara dari keringat dan darah.

Yuwono (2011:63) menuliskan modus operandi versi Gayus Tambunan yang

dibacakan Gayus Tambunan sendiri dalam pledoinya, sehingga dapat memenuhi pundi-pundi

uangnya, yaitu:

a. Negosiasi di tingkat pemeriksaan pajak oleh tim pemeriksa pajak, sehingga output

pemeriksaan, yaitu Surat Ketetapan Pajak (SKP) tidak mencerminkan nilai yang

sebenarnya

b. Negosiasi di tingkat penyidikan pajak, misal dalam mengungkap penyidikan atas faktur

pajak fiktif, di mana atas pengguna faktur pajak fiktif selain dihimbau untuk pembetulan

SPT Masa PPN juga ditakut-takuti untuk berubah statusnya dari saksi jadi tersangka,

yang ujung-ujungnya adalah uang, sehingga status pengguna faktur pajak fiktif tersebut

tetap sebagai saksi

c. Penyelewengan fiskal luar negeri dengan berbagai macam modus di bandara-bandara

yang melayani rute penerbangan internasional sebelum berlakunya UU KUP yang baru

pada 1 Januari 2008, di mana kepada setiap orang yang berpergian keluar negeri

diwajibkan membayar pajak sebesar Rp 2.500.000,-

Page 8: Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21 · PDF filekorupsi tetap membayangi denyut nadi pemerintahan, termasuk dalam masalah pajak. Kasus yang begitu menghebohkan adalah

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

8

d. Penghilangan berkas surat permohonan keberatan Wajib Pajak, sehingga pada saat jatuh

tempo penyelesaian keberatan, yaitu 12 bulan, permohonan tersebut tidak selesai atau

belum diproses, sehingga sesuai Pasal 26 ayat (1) UU No. 16 Tahun 2000, Direktur

Jenderal Pajak dalam jangka waktu 12 bulan sejak tanggal surat keberatan diterima harus

memberi keputusan atas keberatan yang diajukan, berapa rupiahpun nilai keberatan yang

dimintakan

e. Penggunaan perusahaan di luar negeri, khususnya Belanda, dimana terdapat celah hukum

pembayaran bunga kepada perusahaan Belanda di mana bunga tersebut lebih dari 2 tahun,

maka dikenakan PPh pasal 26 sebesar 0%. Di sini terdapat potensi penggelapan PPh pasal

25 (Badan) dan PPh pasal 26 atas biaya bunga yang dibebankan tersebut dan potensi

tersebut dapat mencapai ratusan miliar rupiah bahkan triliunan rupiah

f. Kerugian investasi yang dibukukan dalam SPT Tahunan, hal ini dikarenakan adanya

kerugian akibat pembelian dan penjualan saham antar perusahaan yang diduga masih satu

grup (dilakukan oleh orang-orang dalam suatu sindikat), di mana diduga tidak pernah ada

transaksi tersebut secara riil dan nilai jual beli saham perusahaan tersebut tidak

mencerminkan nilai perusahaan sesungguhnya. Dengan terjadinya kerugian investasi jual

beli saham tersebut, mengakibatkan Wajib Pajak tidak bayar PPh Pasal 25 (Badan) karena

kerugian tersebut dibebankan sebagai biaya sehingga menggerus atau menguras

keuntungan perusahaan dari usaha realnya. Potensi tersebut dapat mencapai ratusan miliar

rupiah bahkan triliunan rupiah dan masih banyak lainnya.

Page 9: Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21 · PDF filekorupsi tetap membayangi denyut nadi pemerintahan, termasuk dalam masalah pajak. Kasus yang begitu menghebohkan adalah

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

9

Berbagai modus operasi Gayus Tambunan ikut membuka mata kita tentang coreng

moreng dunia perpajakan Indonesia yang dapat diatur dari berbagai sisi dan cara sehingga

pada akhirnya menguntungkan segelintir orang dan merugikan masyarakat Indonesia pada

umumnya. Kasus Gayus Tambunan memang belum berhenti dan masih terus bergulir

menjadi bola panas yang dapat menerjang siapa saja. Masyarakat Indonesia juga telah

mampu mengendus bau “busuk” dunia perpajakan Indonesia dan meninggalkan persepsi

dalam diri masing-masing individu. Penelitian ini memang ingin menyoroti persepsi

masyarakat pada umumnya dan Wajib Pajak pada khususnya terhadap dunia perpajakan di

Indonesia setelah kasus Gayus Tambunan. Inilah wajah dunia perpajakan Indonesia yang

ingin dipotret dalam penelitian ini.

Metode Triangulasi: Gerakan Metodologis Ketiga

Metode triangulasi mulai ramai diperbincangkan sejak munculnya penelitian kualitatif

yang dipandang sebagai tandingan dan reaksi terhadap metodologi penelitian kuantitatif yang

dominan sepanjang dua dasawarsa terakhir abad XX (Tashakkori dan Teddlie, 2010).

Rancangan metode triangulasi juga memasukkan beragam teknik dari tradisi kuantitatif

sekaligus kualitatif sambil memadukan keduanya secara unik untuk menjawab berbagai

permasalahan penelitian. Menurut Raharjo (2010), triangulasi pada hakikatnya merupakan

pendekatan multimetode yang dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan dan menganalisis

data. Ide dasarnya adalah bahwa fenomena yang diteliti dapat dipahami dengan baik sehingga

diperoleh kebenaran tingkat tinggi jika didekati dari berbagai sudut pandang. Memotret

Page 10: Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21 · PDF filekorupsi tetap membayangi denyut nadi pemerintahan, termasuk dalam masalah pajak. Kasus yang begitu menghebohkan adalah

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

10

fenomena tunggal dari sudut pandang yang berbeda-beda akan memungkinkan diperoleh

tingkat kebenaran yang handal. Karena itu, triangulasi ialah usaha mengecek kebenaran data

atau informasi yang diperoleh peneliti dari berbagai sudut pandang yang berbeda dengan cara

mengurangi sebanyak mungkin bias yang terjadi pada saat pengumpulan dan analisis data.

Norman K. Denkin dalam Raharjo (2010) mendefinisikan triangulasi sebagai

gabungan atau kombinasi berbagai metode yang dipakai untuk mengkaji fenomena yang

saling terkait dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda. Sampai saat ini, konsep

Denkin ini dipakai oleh para peneliti kualitatif di berbagai bidang. Menurutnya, triangulasi

meliputi empat hal, yaitu (1) Triangulasi metode yang dilakukan dengan cara

membandingkan informasi atau data dengan cara yang berbeda; (2) Triangulasi antar-peneliti

yang dilakukan dengan cara menggunakan lebih dari satu orang dalam pengumpulan dan

analisis data; (3) Triangulasi sumber data yaitu menggali kebenaran informasi tertentu

melalui berbagai metode dan sumber perolehan data; serta (4) Triangulasi teori yang dapat

meningkatkan kedalaman pemahaman asalkan peneliti mampu menggali pengetahuan

teoretik secara mendalam atas hasil analisis data yang telah diperoleh.

Dengan melihat berbagai cara dalam triangulasi, penelitian ini akan menggunakan

triangulasi metode, yaitu membandingkan hasil metode kuantitatif dengan metode kualitatif

demi memastikan keakuratan hasil penelitian. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif

dengan menyebarkan kuisioner dan mengolahnya dengan menggunakan alat uji statistik,

yaitu Partial Least Square (PLS). Analisis PLS adalah teknik statistika multivariate yang

melakukan pembandingan antara variabel dependen berganda dan variabel independen

Page 11: Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21 · PDF filekorupsi tetap membayangi denyut nadi pemerintahan, termasuk dalam masalah pajak. Kasus yang begitu menghebohkan adalah

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

11

berganda (Jogiyanto dan Abdillah, 2009). Metode penelitian kualitatif dilakukan dengan

menggunakan metode fenomenologi. Fenomenologi merupakan pandangan berpikir yang

menekankan kepada pengalaman-pengalaman subjektif manusia dan interpretasi-interpretasi

dunia (Khairin, 2008). Metoda fenomenologi bertujuan memahami respon atas keberadaan

manusia/masyarakat serta pengalaman yang dipahami dalam berinteraksi (Saladien, 2006

dalam Izza dan Hamzah, 2009:9).

Pada hakikatnya, penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian, misalnya perilaku,

persepsi, motivasi, tindakan, dan sebagainya, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam

bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode ilmiah Moleong (2005: 6). Karakter khusus riset kualitatif

terutama adalah berupaya mengungkapkan keunikan individu, kelompok, masyarakat dan

atau organisasi tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan ini merupakan suatu metode

penelitian yang diharapkan dapat menghasilkan suatu deskripsi tentang ucapan, tulisan atau

perilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, dan atau organisasi

tertentu dalam suatu setting tertentu pula. Kasus “Gayus Tambunan” memang telah menjadi

fenomena baru di masyarakat. Hampir seluruh masyarakat Indonesia yang “melek” informasi

pasti pernah mendengar nama Gayus Tambunan dan menimbulkan berbagai pendapat di

masyarakat. Berdasarkan jalan pemahaman metodologi ketiga ini, pemahaman persepsi

masyarakat, khususnya Wajib Pajak, terhadap dunia perpajakan Indonesia setelah kasus

Page 12: Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21 · PDF filekorupsi tetap membayangi denyut nadi pemerintahan, termasuk dalam masalah pajak. Kasus yang begitu menghebohkan adalah

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

12

Gayus Tambunan diharapkan dapat menemukan langkah awal penemuan-penemuan

berikutnya.

Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, sumber data berasal dari hasil kuisioner, catatan hasil wawancara

dengan informan, pendalaman latar belakang informan, catatan hasil pengamatan serta

dokumen-dokumen yang mungkin masih terkait dengan penelitian ini. Informan merupakan

orang yang bersedia untuk memberikan informasi mendalam yang diperlukan dalam

penelitian ini. Menurut Sutopo (2003:117), sumber data yang sangat penting dalam penelitian

kualitatif adalah manusia yang menjadi narasumber atau informan. Untuk mengumpulkan

informasi dari sumber data ini diperlukan teknik penyebaran kuisioner dan wawancara

mendalam.

Pemilihan informan yang tepat sangat mendukung keberhasilan penelitian ini. Karena

itu, informan yang dipilih dalam penelitian ini adalah seorang Wajib Pajak yang memiliki

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), memperoleh penghasilan lebih dari satu pemberi kerja

untuk melihat kepatuhan, ketaatan dan kejujuran Wajib Pajak serta bersedia memberikan

informasi sejujur-jujurnya kepada peneliti dengan jaminan bahwa peneliti tentu tidak akan

memberikan informasi tersebut kepada siapapun. Mempertimbangkan kriteria, metode

penelitian dan keterbatasan waktu, maka informan yang terpilih dalam penelitian ini

berjumlah 12 orang Wajib Pajak.

Page 13: Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21 · PDF filekorupsi tetap membayangi denyut nadi pemerintahan, termasuk dalam masalah pajak. Kasus yang begitu menghebohkan adalah

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

13

Untuk memperoleh data primer, sebagai tahap awal, peneliti akan melakukan metode

survei terlebih dahulu untuk melengkapi data secara kuantitatif. Tahapan kedua, peneliti

melakukan wawancara tidak terstruktur yang dilakukan seperti bincang-bincang biasa untuk

mengetahui informasi yang dimiliki informan tentang apa yang ingin diketahui oleh peneliti.

Wawancara tidak terstruktur, sering pula disebut wawancara mendalam, dilakukan dalam

suasana tidak formal dan dengan pertanyaan yang mengarah pada kedalaman informasi.

Wawancara ini dilakukan berulang sesuai dengan kebutuhan peneliti yang berkaitan dengan

kejelasan dan kemantapan informasi yang diberikan. Kedalaman informasi yang diinginkan

diperoleh melalui wawancara yang mendalam dan hal ini dilakukan dalam situasi akrab agar

wawancara tersebut tidak terkesan sebagai sebuah aktivitas interogasi yang menyebabkan

informasi tidak turun sepenuhnya. Tahap yang ketiga adalah pengumpulan dokumen-

dokumen yang terkait apabila dibutuhkan.

Jalan Awal Pencarian: Alat Uji Statistik Partial Least Square (PLS)

Model penelitian kuantitatif dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan

alat uji statistika Partial Least Square (PLS) dengan model penelitian sebagai berikut:

Gambar Model Penelitian dengan menggunakan PLS

Dari model di atas dapat terlihat bahwa penelitian ini akan melihat persepsi Wajib Pajak

terhadap dunia perpajakan Indonesia. Variabel independen (X) adalah persepsi Wajib Pajak

Dapat dilihat di Gambar 1

Page 14: Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21 · PDF filekorupsi tetap membayangi denyut nadi pemerintahan, termasuk dalam masalah pajak. Kasus yang begitu menghebohkan adalah

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

14

dan variabel dependen (Y) adalah dunia perpajakan Indonesia yang diukur melalui variabel

patuh, taat dan jujur. Variabel independen akan diukur melalui kategori-kategori pertanyaan,

yaitu yang berhubungan dengan Gayus Tambunan (GT), Citra (CT) dan Niat Wajib Pajak

(NT). Variabel dependen (Y) yaitu dunia perpajakan Indonesia, akan diproksikan dengan

kepatuhan Wajib Pajak terhadap peraturan UU Perpajakan (PT, contohnya kepatuhan dalam

pelaporan dan penyetoran pajak dan sebagainya), ketaatan Wajib Pajak terhadap peraturan

UU Perpajakan (TT, contohnya ketaatan dalam penggunaan norma, besar PTKP dan

sebagainya) serta kejujuran Wajib Pajak dalam melaporkan penghasilannya (JJ). Data

diperoleh melalui metode survei.

Dari hasil alat uji statistika dengan menggunakan SmartPLS versi 1.01, maka

diperoleh hasil sebagai berikut :

Gambar Hasil Uji PLS terhadap Model Penelitian

Setelah melakukan uji statistik dengan menggunakan SmartPLS versi 1.01, maka diketahui

bahwa model penelitian ini valid dan realibel. Namun, bagi variabel Kepatuhan Wajib Pajak

(lv1) dinyatakan tidak valid, baik uji validitas konvergen dan uji validitas diskriminan.

Variabel Kepatuhan Wajib Pajak tidak valid karena nilai Average Variance Extracted (AVE)

lebih rendah dari 0,5, yaitu 0,483 serta nilai akar AVE lebih rendah dari nilai Correlations of

the latent variables, yaitu 0,695 terhadap 0,993. Karena itu Kepatuhan Wajib Pajak (lv1)

tidak digunakan dalam pengujian ini.

Dapat dilihat di Gambar 2

Page 15: Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21 · PDF filekorupsi tetap membayangi denyut nadi pemerintahan, termasuk dalam masalah pajak. Kasus yang begitu menghebohkan adalah

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

15

Variabel Ketaatan Wajib Pajak (lv5) dan Kejujuran Wajib Pajak (lv6) dinyatakan

valid dan realibel sehingga dapat digunakan dalam penelitian ini. Valid dapat dilihat dari nilai

AVE Ketaatan Wajib Pajak (lv5) dan Kejujuran Wajib Pajak (lv6), yaitu sebesar 0,553 dan

0,627 yang berada di atas 0,5 serta akar AVE yang lebih tinggi dari nilai Correlations of the

latent variables. Realibel untuk variabel Ketaatan Wajib Pajak (lv5) dan Kejujuran Wajib

Pajak (lv6) dilihat melalui nilai Composite reliability, yaitu 0,770 dan 0,831 yang lebih tinggi

dari 0,7 sehingga dikatakan realibel.

Dari uji validitas dan reabilitas, maka model dapat dilanjutkan untuk memprediksi

hubungan kausal antar variabel. Hasil Gambar 2 menunjukkan bahwa korelasi hubungan

antara Persepsi Wajib Pajak (lv0) kepada Ketaatan Wajib Pajak (lv5) adalah sebesar -0,570.

Korelasi hubungan antara Persepsi Wajib Pajak (lv0) kepada Kejujuran Wajib Pajak (lv6)

adalah -0,729. Dengan melihat nilai T-Statistik, diperoleh hasil yang signifikan untuk

masing-masing hubungan variabel karena Ketaatan Wajib Pajak (lv5) dan Kejujuran Wajib

Pajak (lv6) masing-masing memiliki nilai 6,557 dan 10,916 yang lebih besar dari 1,96.

Hubungan korelasi tersebut menunjukkan bahwa variabel persepsi Wajib Pajak memiliki

korelasi negatif terhadap ketaatan Wajib Pajak dan kejujuran Wajib Pajak secara signifikan.

Hal ini menunjukkan apabila persepsi Wajib Pajak semakin dipengaruhi oleh kasus “Gayus

Tambunan”, maka ketaatan dan kejujuran Wajib Pajak akan semakin rendah.

Page 16: Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21 · PDF filekorupsi tetap membayangi denyut nadi pemerintahan, termasuk dalam masalah pajak. Kasus yang begitu menghebohkan adalah

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

16

Jalan Setapak Pemahaman Melalui Fenomenologi dalam Fenomena “Gayus

Tambunan”

Secara kualitatif, model penelitian akan dilakukan dengan penelitian ini menggunakan

paradigma interpretif. Alat analisis yang digunakan adalah fenomenologi. Kasus Gayus

Tambunan, disadari maupun tidak telah menjadi fenomena yang cukup ekstrem di kalangan

masyarakat. Data akan diperoleh melalui pengamatan kata-kata dan tindakan informan yang

didapat secara langsung (sumber primer) yang terekam baik melalui pencatatan maupun

dengan alat-alat elektronik. Kemudian, penulis melengkapi data dengan menggunakan data

tambahan, seperti dokumen-dokumen. Dokumen yang mungkin dibutuhkan, misalnya catatan

keuangan Wajib Pajak, SPT Wajib Pajak dan sebagainya.

Setiap Wajib Pajak Indonesia tentu memiliki persepsi yang berbeda-beda dalam

melihat dunia perpajakan Indonesia. Fenomena “Gayus Tambunan” merupakan sebuh cerita

yang mampu menghebohkan masyarakat Indonesia dan semakin mewarnai persepsi masing-

masing Wajib Pajak. Menurut uji statistika diperoleh hasil bahwa semakin persepsi Wajib

Pajak dipengaruhi kasus “Gayus Tambunan”, maka ketaatan dan kejujuran Wajib Pajak akan

semakin rendah. Pengaruh ini menarik untuk dikaji lebih lanjut, karena fenomena ini telah

mampu merasuk ke dalam pikiran dan hati para Wajib Pajak dalam persepsi mereka dan

berujung pada tindakan. Secara mayoritas, para informan memang menganggap fenomena

“Gayus Tambunan” adalah permasalahan pajak, meskipun sebagian percaya bahwa

permasalahan pajak ini telah dipolitisasi sehingga menjadi bola panas ke arah politik.

Pandangan awal para informan ini penting karena membuka jalan ke dalam persepsi bahwa

Page 17: Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21 · PDF filekorupsi tetap membayangi denyut nadi pemerintahan, termasuk dalam masalah pajak. Kasus yang begitu menghebohkan adalah

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

17

kasus “Gayus Tambunan” memang berhubungan dekat dengan pajak dan bukan secara

politik. Berawal dari satu pandangan ke pandangan yang lain dan satu persepsi ke persepsi

yang lain membawa fenomena “Gayus Tambunan” tergali lebih dalam dalam benak masing-

masing informan. Beberapa pemahaman muncul dari jalan setapak dalam bayang-bayang

fenomena “Gayus Tambunan”.

Pemahaman pertama: Citra Dunia Perpajakan Indonesia Ibarat Sudah Jatuh Tertimpa

Tangga

Dunia perpajakan Indonesia sedang berbenah. Hal itu mungkin yang sering terlintas

saat kita melihat berbagai spanduk dan iklan yang ditampilkan oleh pemerintah, dalam hal ini

Direktorat Jenderal Pajak, berusaha menonjolkan transparansi dan kegunaan pajak bagi

masyarakat Indonesia. Slogan “Lunasi Pajaknya, Awasi Pengunaannya” tentu sudah tidak

asing di telinga kita. Hasil dari penggunaan pajak juga diproklamirkan, seperti program-

program kesehatan bagi rakyat yang tidak mampu, sekolah gratis bagi siswa-siswi tidak

mampu dan sebagainya. Berbagai cara digunakan oleh Direktorat Jenderal Pajak yang telah

mengalami masa keterpurukan sejak jaman Orde Baru. Namun, apakah semua jalan yang

telah ditempuh oleh Direktorat Jenderal Pajak telah mampu mengubah paradigma buruk

dunia perpajakan Indonesia di mata para Wajib Pajaknya?

Banyak dari Wajib Pajak ternyata belum “goyah” dengan janji-janji manis Direktorat

Jenderal Pajak. Citra dunia perpajakan Indonesia yang buruk tetap melekat dalam benak

Wajib Pajak di Indonesia. Salah satu informan dengan jelas menyatakan “Dari dulu sebelum

Page 18: Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21 · PDF filekorupsi tetap membayangi denyut nadi pemerintahan, termasuk dalam masalah pajak. Kasus yang begitu menghebohkan adalah

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

18

kasus “Gayus Tambunan” muncul, persepsi terhadap perpajakan di Indonesia memang sudah

negatif”. Pernyataan tersebut dengan gamblang menunjukkan bahwa citra perpajakan

Indonesia dalam pandangan Wajib Pajak Indonesia belum mengalami perbaikan. Mayoritas

informan menyatakan hal yang senada. Pendapat yang lebih ekstrem tercermin dari pendapat

berikut ini “Sebelumnya saya sudah punya citra buruk pada lembaga ini (Lembaga

Perpajakan di Indonesia). Rahasia umumlah kalau lembaga ini merupakan lahan basah untuk

mengeruk keuntungan dan menimbun kekayaan”. Ataupun pendapat lain yang menyatakan,

“Sebelum kasus Gayus Tambunan sudah tidak terlalu percaya pada pemerintah termasuk

mengenai pengelolaan pajaknya”. Secara mayoritas pendapat yang disampaikan oleh

informan memang mencerminkan persepsi mereka yang memang sudah buruk sedari awal,

bahkan sebelum adanya kasus Gayus Tambunan. Para informan percaya bahwa dunia

perpajakan Indonesia memang sulit untuk dipercaya “kebersihannya”. Bahkan secara ekstrem

menyebutkan bahwa perpajakan Indonesia merupakan “lahan basah” dalam artian

merupakan tempat yang mudah untuk mengeruk keuntungan dan menimbun kekayaan secara

halal maupun tidak.

Upaya-upaya perbaikan yang disampaikan oleh lembaga perpajakan Indonesia

rupanya tidak mampu membentuk citra yang lebih baik bagi dunia perpajakan Indonesia

sekarang ini. Salah satu informan menyatakan, “Persepsi awal sudah buruk. Lalu muncul

kasus Gayus pada saat sistem perpajakan yang sedang berbenah. Kasus ini jelas menjadi batu

sandungan dalam proses perbaikan itu”. Upaya yang diupayakan lembaga perpajakan yang

dibangun dengan tertatih-tatih menjadi hancur kembali karena munculnya kasus Gayus

Page 19: Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21 · PDF filekorupsi tetap membayangi denyut nadi pemerintahan, termasuk dalam masalah pajak. Kasus yang begitu menghebohkan adalah

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

19

Tambunan. Masyarakat tidak dapat menerima upaya perbaikan perpajakan namun malah

berbalik ke selera asal, yaitu persepsi yang negatif. Salah satu informan juga menyebutkan,

“Karena adanya kasus Gayus, banyak orang yang berpikir negatif dengan petugas pajak yang

lain”. Pendapat ini menyiratkan bahwa masyarakat selain tidak menerima kesan yang baik

terhadap upaya perbaikan malah ditambah dengan kecurigaan terhadap petugas pajak selain

Gayus. Kondisi citra dunia perpajakan Indonesia ibarat “Sudah jatuh tertimpa tangga”.

Kondisi dunia perpajakan yang sedang mencoba untuk merangkak dan berdiri, dijatuhkan

dengan adanya kasus heboh milik Gayus Tambunan dan ditimpa pula dengan kelanjutan

masalah kasus Gayus Tambunan yang tentu menyeret nama-nama “teman” petugas pajak

yang lain.

Pemahaman kedua: Fenomena “Gayus Tambunan” Membuka Mata dan Sikap

Sebelum kasus Gayus Tambunan terkuak, dunia “mafia” dalam perpajakan Indonesia

seakan tertutup rapat. Selama ini masyarakat hanya berusaha mengendus-endus “bau busuk”

dunia perpajakan tanpa memperoleh kenyataan yang terbuka secara gamblang di depan mata.

Namun, kasus Gayus Tambunan seakan menyuguhkan kenyataan yang selama ini hanya

menjadi kasak-kusuk dalam masyarakat. Salah satu informan menyebutkan bahwa kasus

Gayus Tambunan membuat masyarakat semakin tahu dan jelas bagaimana fakta yang terjadi

di dalam perpajakan Indonesia sekarang ini maupun yang kemarin-kemarin. Kasus Gayus

telah mampu membuka fakta yang ada di Indonesia. Praktik-praktik “mafia” pajak akhirnya

terungkap dan menjadi buah bibir di masyarakat. Berbagai bukti dan fakta yang terbuka

Page 20: Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21 · PDF filekorupsi tetap membayangi denyut nadi pemerintahan, termasuk dalam masalah pajak. Kasus yang begitu menghebohkan adalah

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

20

dalam kasus Gayus Tambunan telah mampu menyadarkan masyarakat untuk membuka mata

dalam menyaksikan drama demi drama “kebusukan” dunia perpajakan Indonesia.

Fakta-fakta semakin banyak terungkap. Salah satu informan menyatakan, “Kasus

Gayus semakin membuka wawasan bahwa banyak penyelewengan yang terjadi dalam

pengelolaan pajak”. Apa yang selama ini hanya terlihat samar-samar menjadi terbuka dengan

jelas. Berbagai penyelewengan dalam pengelolaan pajak yang selama ini tidak diketahui oleh

masyarakat umum terbuka dengan jelas. Misalnya, dengan pledoi yang disampaikan Gayus

dalam sidangnya menunjukkan beberapa modus operandi yang biasa dilakukannya dalam

melakukan penyelewengan pajak. Masyarakat menjadi jelas bahwa “pengaturan” dalam hal

perpajakan dapat dilakukan sesuai pledoi yang disampaikan Gayus. Salah satu informan

menyatakan bahwa dirinya semakin yakin bahwa perpajakan di Indonesia bisa „diatur‟.

Munculnya keyakinan ini tentu didasarkan pada fakta-fakta yang muncul dalam kasus Gayus

Tambunan. Meskipun sebelum kasus Gayus, sang informan telah mencurigai adanya

pengaturan tersebut, namun sebelum ada bukti yang jelas, beliau juga tidak berani untuk

mengambil kesimpulan pasti. Tetapi didukung dengan fakta-fakta dari fenomena “Gayus

Tambunan”, sang informan berani untuk menyatakan kenyakinannya mengenai “pengaturan”

dalam dunia perpajakan Indonesia.

Fenomena Gayus Tambunan sampai pada titik memberikan pengaruh kepada

masyarakat. Salah satu informan menyatakan, “Untuk apa saya bayar pajak tiap bulan

kemudian tiap tahun juga laporan ke kantor pajak, tapi uang pajak yang saya bayarkan malah

dipakai buat memperkaya pihak-pihak tertentu. Saya merasa ngapain bayar pajak hanya

Page 21: Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21 · PDF filekorupsi tetap membayangi denyut nadi pemerintahan, termasuk dalam masalah pajak. Kasus yang begitu menghebohkan adalah

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

21

untuk memperkaya pihak-pihak tertentu di perpajakan, bukannya untuk membangun negara

lebih baik. Tetapi kenyataannya makin banyak org miskin, fasilitas dan prasarana yang rusak

dan tidak layak“. Sang informan juga mengakui adanya perubahan sikap, yang dulunya

patuh, taat dan jujur dalam urusan perpajakan, sekarang menjadi lebih tidak patuh, taat dan

jujur. Persepsi bahwa uang yang dibayarkan kepada negara tidak dipergunakan dengan benar

yang membuat informan enggan untuk kembali patuh, taat dan jujur dalam urusan

perpajakan. Kenyataan senada juga diakui oleh informan lain, “Jadi malas bayar pajak.

Penghasilan ngak seberapa harus dipotong pajak, sedangkan orang yang nyata-nyata harus

bayar pajak besar malah memanipulasi pajak tersebut. Sungguh tidak adil”.

Fenomena Gayus Tambunan memang telah banyak menyerap energi dan perhatian

masyarakat. Fenomena Gayus Tambunan memang semakin membuka mata masyarakat

tentang buruknya sistem perpajakan di Indonesia. Semakin banyak masyarakat yang percaya

dan yakin bahwa dunia perpajakan Indonesia penuh dengan manipulasi dan intrik untuk

saling menguntungkan di kalangan pihak-pihak tertentu tetapi menyengsarakan masyarakat-

masyarakat kecil yang tidak sanggup berlaku bagai pemilik-pemilik kekayaan yang aduhai

dalam “meyuap” petugas pajak seperti Gayus. Fenomena Gayus Tambunan juga

menyebabkan para informan sampai pada titik jenuh untuk membayar pajak dengan alasan

bahwa pajak yang mereka bayarkan tidak dipergunakan dengan benar. Kewajiban membayar

pajak pun dirasa tidak adil karena jumlah pembayaran pajak yang bisa diatur dan

dimanipulasi bagi mereka yang seharusnya membayar pajaknya dalam jumlah besar.

Page 22: Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21 · PDF filekorupsi tetap membayangi denyut nadi pemerintahan, termasuk dalam masalah pajak. Kasus yang begitu menghebohkan adalah

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

22

Fenomena Gayus Tambunan telah mampu membuka mata dan sikap masyarakat terhadap

dunia perpajakan Indonesia.

Pemahaman ketiga: Pajak, antara Negara dan Tuhan

Pemahaman pertama dan kedua di atas menunjukkan betapa masyarakat pada

umumnya dan Wajib Pajak pada khususnya, tidak mampu lagi mempercayai dunia

perpajakan Indonesia. Begitu banyak manipulasi, intrik dan korupsi yang mewarnai wajah

perpajakan Indonesia. Namun, tidak semua Wajib Pajak bersikap apatis dan tidak mau

membayar pajak secara patuh, taat dan jujur. Mayoritas informan masih menyatakan kasus

Gayus Tambunan tidak mengubah kepatuhan, ketaatan dan kejujuran diri mereka dalam

urusan perpajakan. Banyak faktor yang mendasari sikap para informan tersebut. Banyak di

antara mereka yang menyatakan masih takut melanggar hukum dengan tidak melaporkan dan

membayar pajak secara benar. Salah satu informan menyatakan “Saya tetap melaporkan dan

membayar dengan sejujur-jujurnya namun tentu sekarang harus semakin hati-hati apabila

berurusan dengan perpajakan”. Pendapat informan ini menunjukkan bahwa para informan

masih mau patuh, taat dan jujur meskipun sudah tidak percaya lagi dengan lembaga

perpajakan di Indonesia. Informan lain juga menyebutkan, “Kewajiban saya adalah tetap taat

pajak kepada Negara”. Pendapat ini menunjukkan masih adanya rasa cinta kepada Negara

dan paling tidak diwujudkan dengan membayar pajak. Mau tidak mau, informan tetap harus

membayar pajaknya dengan patuh, taat dan jujur meskipun persepsi mereka terhadap dunia

perpajakan Indonesia telah menurun.

Page 23: Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21 · PDF filekorupsi tetap membayangi denyut nadi pemerintahan, termasuk dalam masalah pajak. Kasus yang begitu menghebohkan adalah

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

23

Kejujuran juga merupakan sebuah hal yang harus kita pertanggungjawabkan pada

Tuhan, bukan kepada sesama manusia. Salah satu informan dengan yakin mengatakan,

“Kasus Gayus memang tidak mempengaruhi ketaatan dan kejujuran saya dalam pembayaran

pajak, karena jujur dan tidak jujur adalah urusan saya dengan Tuhan. Jadi saya taat bukan

karena takut pada negara atau pegawai pajak, tetapi karena takut pada Tuhan”. Persepsi buruk

Wajib Pajak terhadap dunia perpajakan Indonesia belum mampu mengikis kejujuran Wajib

Pajak karena relasi spiritual mereka dengan Tuhan. Keimanan seseorang juga menjadi

patokan dalam ketaatan dan kejujurannya melaporkan dan membayar pajak. Meskipun

informan memiliki persepsi yang buruk terhadap dunia perpajakan Indonesia, dengan didasari

keimanan dan niat yang baik, maka ketaatan dan kejujuran Wajib Pajak masih terjaga.

Pajak adalah urusan individu Wajib Pajak dengan Negara dan juga Tuhan mereka.

Wajib Pajak masih berusaha untuk berbakti kepada Negara meskipun tidak yakin dengan

penggunaan pajak itu sendiri. Dalam hubungan yang lebih tinggi, Wajib Pajak melihat bahwa

yang mereka lakukan berhubungan langsung dengan Sang Maha Tinggi, yaitu Tuhan.

Kejujuran yang mereka junjung bukan untuk Negara ataupun petugas pajak. Pajak memang

bagian dalam suatu Negara. Namun dalam ajaran-ajaran agama juga ditekankan masalah

kejujuran yang salah satunya juga berbicara mengenai pajak. Mengutip Izza dan Hamzah

(2009:13), salah satu teologi agama yang secara jelas berbicara tentang pajak adalah

“Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan pada Kaisar dan kepada Allah apa

yang wajib kamu berikan kepada Allah”. Hal ini menunjukkan hubungan antara Pajak,

Page 24: Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21 · PDF filekorupsi tetap membayangi denyut nadi pemerintahan, termasuk dalam masalah pajak. Kasus yang begitu menghebohkan adalah

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

24

Negara dan Tuhan yang mengakibatkan sebagian Wajib Pajak masih berusaha patuh, taat dan

jujur dalam pelaksanaan urusan perpajakan.

Mata Ketiga: Merangkul Setiap Pencarian dan Pemahaman

Pencarian dan pemahaman telah dilalui. Selangkah demi selangkah dalam setapak

demi setapak dalam jalan yang tidak mudah, pemahaman dicari, diamati dan pada akhirnya

didalami. Pencarian awal dilakukan dengan menggunakan alat uji statistika, yaitu PLS. Dari

hasil uji tersebut diketahui bahwa persepsi Wajib Pajak berpengaruh negatif terhadap

ketaatan dan kejujuran Wajib Pajak secara signifikan. Artinya, semakin persepsi Wajib Pajak

dipengaruhi kasus Gayus Tambunan, maka ketaatan dan kejujuran Wajib Pajak akan semakin

rendah. Kondisi ini dijelaskan dengan nilai korelasi hubungan antara Persepsi Wajib Pajak

kepada Ketaatan Wajib Pajak adalah sebesar -0,570. Korelasi hubungan antara Persepsi

Wajib Pajak kepada Kejujuran Wajib Pajak adalah -0,729. Dengan melihat nilai T-Statistik,

diperoleh hasil yang signifikan untuk masing-masing hubungan variabel karena dunia

perpajakan Indonesia yang dinilai dari indicator variabel Ketaatan Wajib Pajak dan Kejujuran

Wajib Pajak masing-masing memiliki nilai 6,557 dan 10,916 yang lebih besar dari 1,96.

Pencarian dilanjutkan pada usaha memahami fenomena yang terkandung di dalamnya.

Fenomena Gayus Tambunan yang “hidup” dan sensasional dalam masyarakat Indonesia tentu

meninggalkan jejak-jejak ingatan dan persepsi dalam diri masyarakat dan Wajib Pajak.

Melalui pendekatan fenomenologi, usaha untuk memahami menunjukkan sinar. Terdapat tiga

pemahaman yang didalami dalam penelitian ini. Pemahaman pertama yang terurai adalah

Page 25: Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21 · PDF filekorupsi tetap membayangi denyut nadi pemerintahan, termasuk dalam masalah pajak. Kasus yang begitu menghebohkan adalah

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

25

citra dunia perpajakan Indonesia ibarat sudah jatuh tertimpa tangga. Peribahasa tersebut

sangat sesuai dengan kenyataan dunia perpajakan Indonesia. Kondisi dunia perpajakan yang

sedang mencoba untuk merangkak dan berdiri, dijatuhkan kembali milik Gayus Tambunan

dan ditimpa pula dengan kelanjutan masalah kasus Gayus Tambunan yang tentu menyeret

nama-nama “teman” petugas pajak yang lain. Citra dunia perpajakan Indonesia dalam

persepsi Wajib Pajak tidak mengalami perbaikan namun tentu mengalami kemunduran,

padahal sebelum ada kasus Gayus Tambunan, mayoritas informan telah memiliki citra yang

buruk tentang dunia perpajakan Indonesia.

Pemahaman kedua yang terekam adalah fenomena “Gayus Tambunan” membuka

mata dan sikap. Sebelum kasus Gayus Tambunan, “kebusukan” dunia perpajakan Indonesia

masih tertutup rapat dan sulit terendus oleh masyarakat. Namun, kasus Gayus Tambunan

telah mampu membuka mata Wajib Pajak terhadap fakta-fakta dan bukti terjadinya

manipulasi, intrik serta korupsi di dunia perpajakan Indonesia. Fakta-fakta ini pula turut

membangun sikap para Wajib Pajak dalam menunaikan urusan perpajakannya. Semakin

banyak Wajib Pajak yang merasa malas dan enggan untuk membayar pajak apalagi secara

taat dan jujur. Inilah pemahaman kedua yang mampu terekam dalam proses perjalanan.

Pemahaman terakhir adalah Pajak, antara Negara dan Tuhan. Mayoritas Wajib Pajak memang

memiliki persepsi yang buruk terhadap dunia perpajakan Indonesia, namun hal tersebut tidak

mengubah perilaku mereka untuk patuh, taat dan jujur dalam urusan perpajakan. Perilaku ini

muncul karena ketakutan mereka untuk melanggar hukum dengan tidak patuh, taat dan jujur

dalam melaporkan dan membayar pajak. Dorongan dari para Wajib Pajak untuk tetap

Page 26: Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21 · PDF filekorupsi tetap membayangi denyut nadi pemerintahan, termasuk dalam masalah pajak. Kasus yang begitu menghebohkan adalah

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

26

berbakti kepada Negara juga menjadi salah satu faktor tegaknya kepatuhan, ketaatan dan

kejujuran Wajib Pajak. Lebih dari itu, Wajib Pajak juga merasa bahwa ketaatan dan kejujuran

bukan hanya urusan dunia belaka namun lebih jauh mengarah kepada yang Maha Tinggi,

yaitu Tuhan.

Pencarian dan pemahaman terangkul dan berjalan beriringan untuk menemukan

makna yang terkadung dalam perjalanan ini. Dua langkah yang berbeda menyatu dalam jalan

ketiga dan menemukan makna yang lebih mendalam. Pencarian dan pemahaman telah

menemukan titik temu dan berangkul dalam memaknai hasil bersama. Fenomena Gayus

Tambunan memang telah merasuk dalam diri, jiwa dan persepsi Wajib Pajak dengan berbagai

hasil. Gayus Tambunan telah mampu membuka mata dan sikap Wajib Pajak dalam

menyingkapi dunia perpajakan Indonesia. Berbagai pengertian yang muncul dalam diri Wajib

Pajak adalah wujud refleksi dari persepsi yang mendalam dan diwujudkan dalam bentuk

sikap. Fenomena Gayus Tambunan semakin memperburuk persepsi Wajib Pajak terhadap

dunia perpajakan Indonesia. Hasil ini menunjukkan kuatnya fenomena Gayus Tambunan

dalam benak Wajib Pajak Indonesia.

Penutup

Pencarian dan pemahaman telah bertemu dalam jalan ketiga. Hasil penelitian di atas

menunjukkan adanya hubungan negatif antara persepsi Wajib Pajak dengan ketaatan dan

kejujuran Wajib Pajak setelah kasus Gayus Tambunan. Dari hasil pemahaman juga

ditemukan adanya citra perpajakan Indonesia yang memang sudah buruk sebelum terjadinya

Page 27: Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21 · PDF filekorupsi tetap membayangi denyut nadi pemerintahan, termasuk dalam masalah pajak. Kasus yang begitu menghebohkan adalah

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

27

kasus Gayus Tambunan. Fakta yang terungkap dalam kasus Gayus Tambunan juga telah

mampu membuka mata para Wajib Pajak tentang buruknya sistem perpajakan di indonesia.

Pemahaman terakhir menunjukkan di tengah buruknya persepsi Wajib Pajak terhadap dunia

perpajakan Indonesia, dorongan untuk tetap berbakti kepada Negara dan mengikuti perintah

Tuhan masih tetap dipegang oleh para Wajib Pajak.

Dalam usaha pencarian dan pemahaman masih banyak keterbatasan yang ditemui.

Penelitian ini menfokuskan informan adalah Wajib Pajak Orang Pribadi dan bukan badan.

Penelitian ini juga menggunakan jumlah informan dalam jumlah yang tidak besar, karena itu

penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan. Pengembangan penelitian ini masih sangat

mungkin dilakukan, baik dari sisi informan, kuantitas maupun metode penelitian. Peneliti

berharap pengembangan penelitian ini dapat dilakukan dalam usaha pengembangan ilmu

pengetahuan.

Daftar Pusataka

Djasmoredjo, Bene D. M., 2004. Persepsi Karyawan Laki-Laki terhadap Pemimpin

Perempuan Bersifat Lebih Asuh Daripada Pemimpin Laki-Laki. Jurnal Widya

Manajemen & Akuntansi Volume 4 Nomor 3, Desember: 316-333

Hermansyah, Wawan, Tarjo dan Nuril Herawati. 2009. Persepsi Wajib Pajak terhadap

Sunset Policy. Simposium Nasional Akuntansi (SNA)-XII Palembang

Page 28: Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21 · PDF filekorupsi tetap membayangi denyut nadi pemerintahan, termasuk dalam masalah pajak. Kasus yang begitu menghebohkan adalah

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

28

Izza, Ika Alfi Nur dan Ardi Hamzah. 2009. Etika Penggelapan Pajak Perspektif Agama:

Sebuah Studi Interpretatif. Simposium Nasional Akuntansi (SNA)-XII Palembang

Jogianto, H.M. dan Willy Abdillah. 2009. Konsep & Aplikasi PLS (Partial Least Square)

untuk Penelitian Empiris. Yogyakarta: BPFE

Khairin, Fibriyani Nur. 2008. Independensi dan Conflict of Interest Auditor di KAP Ditinjau

dari Perspektif Teori Konflik. Tesis Universitas Brawijaya: Malang

Moleong, L.J., 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosda Karya. Bandung

Raharjo, Mudjia. 2008. Triangulasi dalam Penelitian Kualitatif. www.mudjiaraharjo.com. 11

Januari 2011

Robbins, Stephen P., 2003. Organizational Behaviour. Tenth Edition. New Jersey: Prentice

Hall Inc.

Siahaan, Marihot Pahala. 2010. Hukum Pajak Elementer: Konsep Dasar Perpajakan

Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu

Sutopo, H.B. 2003. Pengumpulan dan Pengolahan Data Penelitian Kualitatif, Dalam

Metodologi Penelitian Kualitatif; Tinjauan Teoritis dan Praktis, Lembaga Penelitian

Universitas Islam Malang dan Visipress. Malang

Tashakkori, Abbas dan Charles Teddlie. 2010. Handbook of Mixed Methods. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar

Yuwono, Ismantoro Dwi. 2011. The Story of Gayus. Jakarta: PT. Buku Seru

Page 29: Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21 · PDF filekorupsi tetap membayangi denyut nadi pemerintahan, termasuk dalam masalah pajak. Kasus yang begitu menghebohkan adalah

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

29

Lampiran 1

Gambar 1

Model Penelitian dengan menggunakan PLS

Sumber: Peneliti

Gambar 2

Hasil Uji PLS terhadap Model Penelitian

Sumber: Hasil Output Smart PLS

Patuh

GT 1

GT 2

GT 3

CT 1

CT 2

NT 1

NT2

Persepsi

Wajib Pajak

PT1

PT2

PT3

TT1

TT2

TT3

JJ1

JJ2

JJ3

Taat

Jujur

Page 30: Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21 · PDF filekorupsi tetap membayangi denyut nadi pemerintahan, termasuk dalam masalah pajak. Kasus yang begitu menghebohkan adalah

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

30

Lampiran 2

Hasil OUTPUT dengan SmartPLS versi 1.01

Akar AVERAGE VARIANCE EXTRACTED (AVE)

Akar AVE

lv 1 0,695

lv 5 0,744

lv 6 0,729

Page 31: Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21 · PDF filekorupsi tetap membayangi denyut nadi pemerintahan, termasuk dalam masalah pajak. Kasus yang begitu menghebohkan adalah

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

31