fakultas ekonomi dan bisnis islam universitas islam...
TRANSCRIPT
-
ANALISIS ALOKASI DANA BANTUAN PENDIDIKAN
BAGI MASYARAKAT KURANG MAMPU
(Studi di BAZNAS Provinsi Banten)
SKRIPSI
Diajukan Pada Jurusan Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri
Sultan Maulana Hasanuddin Banten
Sebagai Salah satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah ( S.E)
Oleh:
DEWI ASIAH
NIM: 121400969
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
2019 M / 1440 H
-
i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dan
diajukan pada Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten ini
sepenuhnya asli merupakan hasil karya tulis ilmiah saya pribadi.
Adapun tulisan maupun pendapat orang lain yang terdapat
dalam skripsi ini telah saya sebutkan kutipannya secara jelas sesuai
dengan etika keilmuan yang berlaku di bidang penulisan karya ilmiah.
Apabila dikemudian hari terbukti bahwa sebagian atau seluruh
skripsi ini merupakan hasil perbuatan plagiarisme atau mencontek
karya tulis orang lain, saya bersedia untuk menerima sanksi berupa
pencabutan gelar kesarjanaan yang saya terima ataupun sanksi
akademik lain sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Serang, Februari 2019
Penulis,
Materai 6000
Dewi Asiah
NIM: 121400969
-
ii
ABSTRAK
Dewi Asiah, NIM. 121400969, judul skripsi: Analisis Alokasi Dana
Bantuan Pendidikan Bagi Masyarakat Kurang Mampu (Studi di
BAZNAS Provinsi Banten).
Kewajiban zakat dalam Islam memiliki makna yang sangat
fundamental. Pengelolaan zakat yang baik akan dapat meminimalisir
kesenjangan ekonomi yang merupakan salah satu kelemahan struktur
ekonomi dan mampu membawa pengaruh yang signifikan terhadap
kemampuan masyarakat dalam meningkatkan pendidikan. Adanya
fenomena yang terjadi di masyarakat khususnya masyarakat yang kurang
mampu dalam aspek pendidikan membuat BAZNAS Provinsi Banten ikut
andil dalam menangani bidang pendidikan melalui program-program
pendidikan yang dimilikinya seperti pemberian beasiswa dan lain
sebagainya.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana pengelolaan dana zakat bagi
pendidikan masyarakat kurang mampu? 2) Berapa besarkah alokasi dana
pendidikan dan total dana penghimpunan zakat pada tahun 2015-2017?
Tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui pengelolaan
dana zakat bagi pendidikan masyarakat kurang mampu. 2) Untuk
mengetahui besaran alokasi dana pendidikan dan total dana penghimpunan
zakat pada tahun 2015-2017.
Penelitian ini dilaksanakan di BAZNAS Provinsi Banten. Penelitian
ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik
pengumpulan data menggunakan instrument wawancara, observasi,
dokumentasi dan studi pustaka. Teknik analisis data yang digunakan yaitu
reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah: Pengelolaan
dana zakat bagi pendidikan masyarakat kurang mampu termasuk kedalam
program Banten Cerdas yang meliputi bantuan pendidikan berupa beasiswa
SD-Perguruan Tinggi dan bantuan pendidikan siswa SD-SLTA insidentil
Kab./Kota. Alokasi dana pendidikan bagi masyarakat kurang mampu dari
tahun 2015-2017 mengalami peningkatan yang cukup besar yaitu dari Rp.
234.700.000 (tahun 2015) menjadi Rp.338.500.000 (tahun 2017) terdapat
peningkatan alokasi dana pendidikan bagi masyarakat kurang mampu dari
tahun 2015 sampai dengan tahun 2017 sebesar Rp.103.800.000.
Kata Kunci: Dana Bantuan Pendidikan, Maysarakat Kurang Mampu,
Baznas Provinsi Banten
-
KEMENTRIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
“SULTAN MAULANA HASANUDDIN” BANTEN
كلية االقتصاد االسالميFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
Jl. Jend. Sudirman No. 30 Serang 42118 telp. 0254 – 2000323 Fax. 0254-200022
iii
Nomor : Nota Dinas Kepada Yth
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam UIN “SMH” Banten
di-
Serang
Lampiran : 1 (satu) eksemplar
Hal : Usulan Munaqasyah
a.n Dewi Asiah
NIM: 121400969
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dipermaklumkan dengan hormat, bahwa setelah membaca dan
menganalisis serta mengadakan koreksi seperlunya, kami berpendapat bahwa
skripsi saudari Dewi Asiah, NIM: 121400969 yang berjudul Analisis Alokasi
Dana Bantuan Pendidikan Bagi Masyarakat Kurang Mampu (Studi di
BAZNAS Provinsi Banten) telah dapat diajukan sebagai salah satu syarat untuk
melengkapi ujian munaqasyah pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Jurusan
Ekonomi Syariah Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten.
Demikian, atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Serang, Februari 2019
Pembimbing I
Dr. H. Efi Syarifudin, S.Ag., M.M.
NIP. 197803142005011005
Pembimbing II
Hendrieta Ferieka, SE., M.Si.
NIP. 19836112006042001
-
iv
PERSETUJUAN
ANALISIS ALOKASI DANA BANTUAN PENDIDIKAN
BAGI MASYARAKAT KURANG MAMPU
(STUDI DI BAZNAS PROVINSI BANTEN)
Oleh:
DEWI ASIAH
NIM: 121400969
Menyetujui,
Pembimbing I
Dr. H. Efi Syarifudin, S.Ag., M.M.
NIP. 19780314 200501 1 005
Pembimbing II
Hendrieta Ferieka, SE., M.Si.
NIP. 1983611 200604 2 001
Mengetahui
Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Dr. Hj. Nihayatul Masykuroh, M.SI.
NIP. 19640212 199103 2 003
Ketua
Jurusan Ekonomi Syariah
Hj. Mukhlishotul Jannah, S.E., M.M., M.Ak
NIP. 19740822 200501 2 003
-
v
PENGESAHAN
Skripsi a.n. Dewi Asiah, NIM: 121400969 yang berjudul Analisis Alokasi
Dana Bantuan Pendidikan Bagi Masyarakat Kurang Mampu (Studi di
BAZNAS Provinsi Banten) telah diujikan dalam sidang Munqasyah Universitas
Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten, pada tanggal 7 Mei 2019.
Skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi (S.E.) pada Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten.
Serang, 7 Mei 2019
Sidang Munaqasyah,
Ketua Merangkap Anggota
Dr. Budi Sudrajat, M.A.
NIP. 19740307 200212 1 004
Sekertaris Merangkap Anggota
Di’amah Fitriyyah, M.Pd.
NIP. 19870306 201503 2 003
Anggota-anggota
Penguji I
Dr. Hj. Nihayatul Masykuroh, M.SI.
NIP. 19640212 199103 2 003
Penguji II
Surahman, M.E.
NIP. 19810911 201503 1 003
Pembimbing I
Dr. H. Efi Syarifudin, S.Ag., M.M.
NIP. 19780314 200501 1 005
Pembimbing II
Hendrieta Ferieka, SE., M.Si.
NIP. 1983611 200604 2 001
-
vi
Segala puji syukur kehadirat Illahi Robbi Allah SWT.
Dengan tulus ikhlas
Ku persembahkan sebuah karya kecil ini untuk Kedua Orangtua:
Bapak Tersayang Rusli
dan
Ibunda Tercinta Khusnayati
Yang telah memberikan do’a dan kasih sayangnya kepada penulis
sejak kecil hingga dapat menyelesaikan studi di perguruan tinggi.
PERSEMBAHAN
-
vii
MOTTO
قِيُموا َْلَٰوةََْْوأ ْ ْٱلصَّ َكٰوةََْوَءاتُوا ٰكِعِيََْمَعْْٱۡرَكُعوا ْوَْْٱلزَّ ٤٣ْْْٱلرَّ
Artinya:
Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku´lah beserta
orang-orang yang ruku´ (Q.S Al-Baqarah: 43)
-
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Serang, pada tanggal 6 Mei 1992 tepatnya di Jl.
Raya Takari Link. Kepandean RT.02/07 Kel. Taktakan Kec. Taktakan
Kota Serang, orang tua penulis Bapak Rusli dan Ibu Khusnayati
Memberi nama penulis “Dewi Asiah”.
Pendidikan formal yang ditempuh penulis adalah sebagai
berikut: SDN Cigabus Lulus tahun 2004, SMPN 6 Serang lulus tahun
2007, Madrasah Aliyah Daar El-Istiqomah Kota Serang Banten lulus
tahun 2011, dan pada tahun 2012 masuk perguruan tinggi IAIN Sultan
Maulana Hasanuddin Banten yang sekarang berubah nama menjadi
Universitas Islam Negeri Banten, pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam Jurusan Ekonomi syariah.
-
ix
KATA PENGANTAR
ِحْيمِ ْحَمِن الرَّ بِْسِم هللاِ الرَّ
Puji Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah
SWT atas Rahmat dan Hidayah-Nya yang telah diberikan. Hanya
dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat
serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan Nabi besar kita Nabi
Muhammad SAW. Beserta keluarga, sahabat dan pengikut sampai akhir
zaman.
Dengan pertolongan Allah dan usaha yang sungguh-sungguh penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : Analisis Alokasi Dana
Bantuan Pendidikan Bagi Masyarakat Kurang Mampu (Studi di
BAZNAS Provinsi Banten).
Penulis telah menyadari bahwa dalam skripsi ini tidak terlepas
dari kekurangan, kelemahan dan masih jauh dari kesempurnaan,
keterbatasan, pengalaman serta kemampuan penulis. Oleh sebab itu,
penulis mengharapkan berbagai pendapat, saran dan kritik yang bersifat
membangun guna mencapai kesempurnaan pada masa yang akan
datang.
Skripsi ini kemungkinan besar tidak dapat diselesaikan tanpa
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karenanya penulis ingin
-
x
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tinginya, terutama kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Fauzul Iman, M.A., Rektor UIN Sultan Maulana
Hasanuddin Banten yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk bergabung dan belajar di lingkungan UIN SMH
Banten.
2. Ibu Dr. Hj. Nihayatul Masykuroh, M.SI, Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam UIN SMH Banten yang telah mendorong
penyelesaian studi dan skripsi ini.
3. Ibu Hj. Mukhlishotul Jannah, SE, MM, M.AK, Ketua Jurusan
Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN SMH
Banten yang telah mengarahkan, mendidik serta memberikan
motivasi kepada penulis.
4. Bapak Dr. H. Efi Syarifudin, MM, sebagai pembimbing I dan Ibu
Hendrieta Ferieka, SE., M.Si. yang telah memberikan bimbingan
dan saran-saran kepada penulis selama penuyusunan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten,
terutama yang telah mengajar dan mendidik penulis selama kuliah
di UIN SMH Banten.
-
xi
6. Pimpinan, Pengurus dan staff BAZNAS Provinsi Banten yang telah
memberikan penulis kesempatan untuk melakukan penelitian di
BAZNAS Provinsi Banten.
7. Keluarga, Sahabat, dan rekan-rekan yang telah memberikan
motivasi selama penyusunan skripsi ini.
Atas segala bantuan yang telah diberikan, penulis berharap
semoga Allah SWT., membalasnya dengan pahala yang berlimpah.
Amin.
Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari segi isi maupun metodologi penulisannya.
Untuk itu, kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan guna
perbaikan selanjutnya. Akhirnya hanya kepada Allah SWT., penulis
berharap, semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Serang, Februari 2019
Penulis,
Dewi Asiah
-
xii
DAFTAR ISI
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ......................................................... i
ABSTRAK ........................................................................................................ ii
NOTA DINAS .................................................................................................. iii
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. v
PERSEMBAHAN ............................................................................................ vi
MOTTO ............................................................................................................ vii
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 8
E. Sistematika Pembahasan ......................................................................... 9
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Alokasi Dana Zakat Untuk Bantuan Pendidikan ................................... 11
1. Pengertian Zakat .............................................................................. 11
2. Hukum Zakat ................................................................................... 15
3. Macam-Macam Zakat ...................................................................... 17
4. Tujuan Zakat .................................................................................... 19
5. Asnaf Zakat ...................................................................................... 21
6. Manfaat Zakat .................................................................................. 27
7. Pengelolaan Dana Zakat .................................................................. 28
-
xiii
B. Masyarakat Kurang Mampu .................................................................. 30
1. Pengertian ........................................................................................ 30
2. Pendidikan Bagi Masyarakat Kurang Mampu ................................. 36
C. Kerangka Pemikiran .............................................................................. 40
D. Penelitian Terdahulu .............................................................................. 43
E. Hipotesis ................................................................................................. 45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian .................................................................................. 47
1. Pendekatan Penelitian ...................................................................... 47
2. Sumber Data .................................................................................... 49
B. Tempat dan Waktu ................................................................................. 51
1. Tempat Penelitian ............................................................................ 51
2. Waktu Penelitian .............................................................................. 52
C. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 53
D. Teknik Analisis Data .............................................................................. 55
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian ...................................................................................... 60
1. Profil BAZNAS Provinsi Banten ..................................................... 60
2. Pengelolaan Dana Zakat BAZNAS Provinsi Banten UntukPendidikan
Bagi Masyarakat Kurang Mampu Tahun 2015-2017 ....................... 65
3. Total Penghimpunan Dana Zakat dan Besaran Alokasi DanaPendidikan
BAZNAS Provinsi Banten Tahun 2015-2017 ................................. 68
4. Persentase Alokasi Dana Pendidikan BAZNAS ProvinsiBanten Tahun
2015-2017 ......................................................................................... 74
B. Pembahasan ............................................................................................ 77
-
xiv
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 81
B. Saran 82
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Zakat merupakan salah satu jenis ibadah (umat Islam) yang
memiliki dimensi ganda, yakni transendental (berkaitan dengan
hubungan manusia dan Tuhannya) dan horizontal (berkaitan dengan
hubungan sosial kemasyarakatan). Oleh karena itu, zakat dipandang
sebagai salah satu ibadah yang memiliki posisi sangat penting,
strategis, dan sangat menentukan baik dari segi syari’ah (agama)
maupun dari segi sosial terutama pembangunan ekonomi dalam
masyarakat.
Kewajiban zakat dalam Islam memiliki makna yang sangat
fundamental. Selain berkaitan erat dengan aspek-aspek ketuhanan,
juga ekonomi dan sosial. Di antara aspek-aspek ketuhanan
(Transendental) adalah banyaknya ayat-ayat Al-Qur’an yang
menyebut masalah zakat, termasuk diantaranya dua puluh tujuh ayat
yang menyandingkan kewajiban zakat dengan kewajiban shalat
secara bersamaan.
-
2
Zakat sebagai salah satu rukun Islam yang asasi merupakan
media yang tepat untuk menghubungkan antara yang kaya dan
miskin, sekaligus berfungsi untuk membina Ukhuwah Islamiyyah.
Karena pada dasarnya prinsip zakat adalah harta orang mampu
dibagikan kepada mustahik dan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dan agama.1
Sedangkan dari aspek keadilan sosial (al-‘adalah al-
ijtima’iyyah), perintah zakat dapat dipahami sebagai satu kesatuan
sistem yang tak terpisahkan dalam pencapaian kesejahteraan sosial-
ekonomi dan kemasyarakatan. Zakat diharapkan dapat
meminimalisir kesenjangan pendapatan antara orang kaya dan
miskin. Di samping itu, zakat juga diharapkan dapat meningkatkan
atau menumbuhkan perekonomian, baik pada level individu
maupun pada level sosial masyarakat.2
Kemiskinan sangat rentan terhadap religiusitas seseorang,
sehingga Islam sangat memperhatikan persoalan kemiskinan ini.
Salah satu nilai instrumen ekonomi yang terkadang dalam ajaran
Islam adalah peralihan kekayaan melalui zakat. Zakat merupakan
1 Abdullah Zaky Al-Kaaf, Ekonomi Dalam Perspektif Islam, Cet. 1
(Bandung: Pustaka Setia, 2002), 132. 2 Nurudin Mhd Ali, Zakat Sebagai Instrumen Dalam Kebijakan Fiskal, Cet.
1 (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), 1-2.
-
3
salah satu tata hubungan yang menghubungkan hamba secara
vertikal kepada Tuhan serta menjembatani hamba secara horizontal
dalam hal agar ada keseimbangan dan stabilitas sosial ekonomi.
Sebagaimana yang dilakukan oleh Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) Provinsi Banten yang berlokasi di Jl. Veteran No. 41B,
Serang, Banten 42117 memiliki beberapa program unggulan, yaitu
pembinaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang diantaranya
memberikan beasiswa dari tingkat SD/MI (Madrasah Ibtidaiyyah)
sampai tingkat Sarjana, kesejahteraan, pembinaan guru dan
marbot.3
Zakat yang diberikan untuk biaya pendidikan termasuk ke
dalam golongan yang berhak menerima zakat (Mustahik) yaitu Ibnu
Sabil yang berarti musafir, bepergian atau orang yang bepergian.
Terdapat pandangan dari ulama membagi Ibnu Sabil kedalam dua
golongan, yaitu orang yang mengadakan perjalanan di tanah airnya
sendiri dan orang yang mengadakan pekerjaan di negeri orang.
Surat-surat dalam Al-Qur’an menjelaskan tentang zakat secara
mendetail berdasarkan apa yang telah dilakukan oleh Rasulullah
SAW.
3 http://pusat.baznas.go.id/rumah-cerdas-anak-bangsa/, diakses pada tanggal
15 Juli 2018.
http://pusat.baznas.go.id/rumah-cerdas-anak-bangsa/
-
4
Dalam hal ini Allah juga telah menjadikan zakat sebagai salah
satu tujuan untuk memberikan kekuasaan di bumi. Tidak ada sebab
bagi seseorang yang mengaku dirinya sebagai Muslim mengelak
dari tuntutan zakat dalam semua cabang-cabang zakat apabila ia
memenuhi syarat wajib zakat tersebut.
Zakat yang wajib dikeluarkan oleh setiap muslim dibagi dalam
dua bagian, yaitu zakat fitrah dan zakat harta (Mal). Zakat fitrah
adalah zakat yang wajib dikeluarkan pada setiap akhir Ramadhan
oleh setiap keluarga yang ditanggungnya yang memiliki kelebihan
makanan untuk sehari pada hari raya Idul Fitri. Sedangkan yang
dimaksud dengan zakat harta adalah zakat atas harta yang wajib
dikeluarkan oleh muslim apabila telah sampai nisab dan atau haul.4
Tujuan utama zakat adalah untuk mengentaskan kemiskinan
mustahiq (orang-orang yang berhak menerima zakat) dari
kemiskinan, bahkan merubah mereka dari mustahiq menjadi
muzakki (orang-orang yang membayar zakat).5
Berkaitan dengan tujuan zakat yaitu salah satunya mengangkat
derajat fakir miskin atau masyarakat kurang mampu, maka lembaga
4 A. Djazuli dan Yani Janwari, Lembaga-lembaga Perekonomian Umat
(sebuah pengenalan), (Jakarta: PT. Raja Grarindo Persada, 2002), 41. 5 Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, (Malang: UIN
Malang Press, 2008), 215.
-
5
pengelola zakat berkewajiban untuk mengalokasikan sebagian dana
zakat untuk mereka yang kurang mampu baik dari segi pendidikan
maupun kesehatan.
Adanya fenomena yang terjadi di masyarakat khususnya
masyarakat yang kurang mampu dalam aspek pendidikan membuat
BAZNAS Provinsi Banten ikut andil dalam menangani bidang
pendidikan melalui program-program pendidikan yang dimilikinya
seperti pemberian beasiswa dan lain sebagainya.6
Istilah “masyarakat kurang mampu” identik dengan istilah
“masyarakat miskin”. Berdasarkan pengertian yang dikemukakan
oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan Departemen Sosial Depsos),
masyarakat kurang mampu adalah masyarakat yang kurang/ tidak
mampu memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak.7
Kemiskinan merupakan situasi serba kekurangan yang terjadi bukan
dikehendaki oleh si miskin. Menurut Badan Pusat Statistik dan
Departemen Sosial di dalam Lisnawati, et all, kemiskinan adalah
6 http://pusat.baznas.go.id/rumah-cerdas-anak-bangsa/, diakses pada tangal
10 Januari 2019. 7 BPS dan Depsos, Penduduk Fakir Miskin Indonesia, (Jakarta: BPS, 2002),
3.
http://pusat.baznas.go.id/rumah-cerdas-anak-bangsa/
-
6
ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar
minimum untuk hidup layak.8
Zakat berperan penting dalam meningkatkan pendidikan
masyarakat kurang mampu. Dengan pengelolaan zakat yang baik
akan dapat meminimalisir kesenjangan ekonomi yang merupakan
salah satu kelemahan struktur ekonomi dan mampu membawa
pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan masyarakat dalam
meningkatkan pendidikan.9
Pendidikan dianggap sebagai indikator kemajuan peradaban
dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Melalui
pendidikan, manusia dapat mengembangkan beragam potensi yang
dimiliki baik bersifat individual maupun sosial. Asumsinya,
kemajuan suatu bangsa di segala aspek kehidupan berbanding lurus
dengan kualitas pendidikan. Oleh karena itu, argumentasi
pendidikan sebagai hak asasi manusia perlu dikembangkan menjadi
“pendidikan” adalah alat pembangunan sosial dan ekonomi.10
8 Lisnawati, Abubakar Hamzah dan Nasir Azis “Pengaruh Zakat dan Tingkat
Pendidikan Terhadap Kemiskinan di Provinsi Aceh”(Jurnal Ilmu Ekonomi)
Pascasarjana Universitas Syeh Kuala, volume 1. No. 4, (November 2013) ISSN 2302-
0172, 44. 9 Malichatun, Peranan Zakat Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar
Mahasiswa (Studi Kasus Beasiswa Tunas Bangsa Badan Amil Zakat Nasional),
(Jakarta : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah 2004), 6. 10
Indra Bastian, Akuntansi Pendidikan, (Jakarta: Erlangga, 2007), 11.
-
7
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis
tertarik untuk meneliti masalah ini melalui penelitian berupa skripsi
dengan judul “Analisis Alokasi Dana Bantuan Pendidikan Bagi
Masyarakat Kurang Mampu (Studi Di BAZNAS Provinsi
Banten)”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana pengelolaan dana zakat bagi pendidikan masyarakat
kurang mampu?
2. Berapa besarkah alokasi dana pendidikan dan total dana
penghimpunan zakat pada tahun 2015-2017?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari
penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengelolaan dana zakat bagi pendidikan
masyarakat kurang mampu,
2. Untuk mengetahui besaran besarkah alokasi dana pendidikan
dan total dana penghimpunan zakat pada tahun 2015-2017.
-
8
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh bagi beberapa pihak dari penelitian ini
antara lain sebagai berikut:
1. Manfaat Bagi Peneliti
Bagi Peneliti, dengan melakukan penelitian ini maka
peneliti memperoleh pengetahuan bagaimana menganalisa
alokasi dana pendidikan bagi masyarakat kurang mampu di
lingkungan BAZNAS Provinsi Banten.
2. Manfaat Bagi Akademis
Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah
dan memperkaya ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan bahan
kajian pustaka terkait alokasi dana pendidikan bagi masyarakat
kurang mampu di lingkungan BAZNAS Provinsi Banten, serta
dapat menjadi refrensi tambahan literatur bagi peneliti
selanjutnya.
3. Manfaat Secara Praktis
Bagi BAZNAS Provinsi Banten dapat dijadikan sebagai
catatan ataupun masukan dalam memberikan alokasi dana
pendidikan bagi masyarakat kurang mampu di lingkungan
BAZNAS Provinsi Banten serta menjadi sebuah bahan evaluasi
-
9
untuk menjalankan program yang sama khususnya terkait
pendidikan.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam skripsi ini terbagi ke dalam lima
bab antara lain yaitu:
BAB I : PENDAHULUAN yang menguraikan latar
belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB II : KAJIAN TEORETIS yang menguraikan tentang
teori alokasi dana zakat untuk bantuan pendidikan,
pendidikan masyrakat kurang mampu, dan
Kerangka pemikiran.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN yang meliputi
metode penelitian, tempat dan waktu penelitian,
teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.
BAB IV : PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN yang
membahas tentang hasil penelitian. meliputi
gambaran umum objek penelitian, pembahasan
-
10
hasil penelitian.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN yang menguraikan
tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran bagi
pihak-pihak terkait.
-
11
BAB II
KAJIAN TEORETIS
A. Alokasi Dana Zakat Untuk Bantuan Pendidikan
Alokasi bantuan pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini
yaitu alokasi dana zakat untuk pendidikan yang dikelola oleh
BAZNAS Provinsi Banten.
1. Pengertian Zakat
Secara etimologis, zakat berasal dari kata dasar bahasa arab
“Zaka” yang berarti berkah, tumbuh, bersih, baik, dan
bertambah. Sedangkan secara terminologis di dalam fikih, zakat
adalah sebutan atau nama bagi sejumlah harta tertentu yang
diwajibkan Allah SWT supaya diserahkan kepada orang-orang
yang berhak (Mustahiq) oleh orang-orang yang mengeluarkan
zakat (Muzakki).1 Makna zakat secara etimologis tertulis dalam
Al-Qur’an Surat Attaubah ayat 103:
ُۡۡخذۡ َِۡوَصل ۡبَِها ِيهِم
َۡوتَُزك ِرُُهم ُۡتَطه َۡصَدقَٗة َٰلِِهم َو م َۡأ ِمن
وََۡعلَيۡ ۡۡۗ َُّهم تََكَۡسَكٞنۡل َۡصلَوَٰ إِنَّ ۡۡۖ ُِۡهم ١٠٣َۡۡسِميٌعَۡعلِيٌمۡۡٱّللَّ
1 Umrotul Khasanah, Manajemen Zakat Modern, (Malang: UIN Malang
Press, 2010), 34.
-
12
Artinya:
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat
itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan
mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu
(menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS At-Taubah: 103)2
Ditinjau dari segi bahasa, menurut lisan orang Arab, kata
zakat merupakan kata dasar (masdar) dari zakat yang berarti
suci, berkah, tumbuh, dan terpuji, yang semua arti ini digunakan
di dalam menerjemahkan Al-Qur’an dan Hadits.3
Pengertian zakat menurut bahasa dan istilah memiliki kaitan
yang erat bahwa setiap harta yang telah dikeluarkan zakatnya
akan menjadi berkah, tumbuh, bersih, baik dan berkembang.
Zakat tak hanya menciptakan pertumbuhan material dan
spiritual bagi orang orang-orang yang membutuhkan, tapi juga
dapat mengembangkan jiwa sosial melalui kepekaan berbagi
dari yang mengeluarkan zakat.
Selain itu, zakat juga telah diatur oleh negara dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Zakat pasal 1 yang menerangkan bahwa
2 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Pustaka
Amani, 2005), 83. 3 Muhammad Ridwan dan Mas’ud, Zakat dan Kemiskinan Instrumen
Pemberdayaan Ekonomi Umat, (Yogyakarta: UII Press, 2005), 33-34.
-
13
Zakat adalah Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh
seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang
berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam.
Zakat merupakan salah satu jenis ibadah (umat Islam) yang
memiliki dimensi ganda, yakni transendental (berkaitan dengan
hubungan manusia dan Tuhannya) dan horizontal (berkaitan
dengan hubungan sosial kemasyarakatan). Oleh karena itu,
zakat dipandang sebagai salah satu ibadah yang memiliki posisi
sangat penting, strategis, dan sangat menentukan baik dari segi
syari’ah (agama) maupun dari segi sosial terutama
pembangunan ekonomi dalam masyarakat. Zakat memiliki
beberapa tujuan, antara lain:
a. Mengangkat derajat fakir-miskin dan membantunya keluar
dari kesulitan hidup serta penderitaan.
b. Membantu pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh
para gharimin, ibnussabil, dan mustahiq lainnya.
c. Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama
umat Islam dan manusia pada umumnya.
d. Menghilangkan sifat kikir pemilik harta.
-
14
e. Membersihkan sifat dengki dan iri (kecemburuan sosial)
dari hati orang-orang miskin.
f. Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan
yang miskin dalam suatu masyarakat.
g. Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri
seseorang, terutama pada mereka yang mempunyai harta.
h. Mendidik manusia untuk berdisplin menunaikan kewajiban
dan menyerahkan hak orang lain yang ada padanya.
Zakat termasuk salah satu Rukun Islam yang lima. Dan kata
zakat dalam Al-Qur’an ditemukan beriringan dengan kata shalat
dalam 82 ayat. Zakat diwajibkan dalam kitabullah, sunnah
Rasulullah SAW dan Ijmaa’ul ummah.4
Menurut Qadir, zakat adalah ibadah dalam bidang harta
yang mengandung hikmah dan manfaat yang demikian besar
dan mulia, baik yang berkaitan dengan orang yang berzakat
(muzakki), penerimaannya (mustahik), harta yang dikeluarkan
zakatnya, maupun bagi masyarakat keseluruhan.5
4 Abdul Aziz Asy-Syannawi, Ketika Harta Berbicara, (Jakarta: Pustaka
Azzam 2004), 119. 5 Abdurrachman Qadir, Zakat: Dalam Dimensi Mahdah dan Sosial, (Jakarta:
Raja Grafndo Persada, 2001), 82.
-
15
Berdasarkan pendapat di atas, kita dapat menemukakan
pendapatnya dengan redaksi yang berbeda antara satu dengan
yang lainya. Akan tetapi inti dari prinsipnya sama, maka dapat
disimpulkan bahwa zakat adalah bagian dari harta dengan
prasyarat tertentu, yang Allah mewajibkan kepada pemiliknya
untuk diserahkan kepada pihak yang berhak menerimanya
dengan prasyarat tertentu.
2. Hukum Zakat
Di dalam Al-Qur’an banyak ditemukan dalil-dalil yang
membahas tentang Zakat:
قِيُموا َۡةََۡۡوأ لَوَٰ ۡ ۡٱلصَّ ةََۡوَءاتُوا َكوَٰ َكُعوا ۡوَۡۡٱلزَّ َٰكِعِيََۡمَعۡۡٱر ٤٣ۡۡۡٱلرَّ
Artinya:
Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku´lah
beserta orang-orang yang ruku. (QS. Al-Baqarah: 43)6
Hukum zakat adalah wajib bagi umat muslim yang mampu.
Bagi orang yang melaksanakannya akan mendapatkan pahala,
sedangkan yang meninggalkan akan mendapat dosa.
6 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Pustaka
Amani, 2005), 8.
-
16
Pengulangan perintah tentang zakat dalam Al-Qur’an
menunjukkan bahwa zakat merupakan salah satu kewajiban
agama yang harus diyakini. Hukum zakat itu wajib mutlak dan
tak boleh atau sengaja ditunda waktu pengeluarannya, apabila
telah mencukupi persyaratan yang berhubungan dengan
kewajiban itu. zakat juga merupakan pilar yang ketiga dari
Rukun Islam yang lima dan kedudukannya sama dengan Rukun
Islam yang lain. Hukum zakat juga telah dijelaskan dalam
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Pasal 1 dan Pasal 2
tentang zakat, yang berbunyi: Zakat adalah harta yang wajib
dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk
diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan
syariat Islam, dasar hukumnya diantaranya:
ُۡۡخذۡ َِۡوَصل ۡبَِها ِيهِم
َۡوتَُزك ِرُُهم ُۡتَطه َۡصَدقَٗة َٰلِِهم َو م َۡأ ِمن
وَۡ ۡۡۗ َُّهم تََكَۡسَكٞنۡل َۡصلَوَٰ إِنَّ ۡۡۖ َُۡعلَي ِهم ١٠٣ۡۡيٌمَۡسِميٌعَۡعلِۡۡٱّللَّArtinya:
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat
itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan
mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu
-
17
(menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS At-Taubah: 103)7
Dengan dasar diatas, zakat itu adalah ibadah sosial yang
wajib dilaksanakan oleh ummat Islam dengan syarat-syarat
tertentu. Harta zakat dibagikan bukan karena kemurahan hati,
tetapi adalah hak bagi orang-orang yang diatur dalam Qur’an
Surat At-Taubah ayat: 60.
3. Macam-Macam Zakat
Pada dasarnya zakat terbagi menjadi dua macam di
antaranya adalah sebagai berikut:8
a. Zakat Fitrah
Zakat fitrah merupakan zakat yang wajib dikeluarkan
menjelang Hari Raya Idul Fitri oleh setiap muslimin baik
tua, muda, ataupun bayi yang baru lahir. Zakat ini biasanya
dibentuk sebagai makanan pokok seperti beras. Besaran dari
zakat ini adalah 2,5 (dua koma lima) kg atau 3,5 (tiga koma
lima) liter beras yang biasanya dikonsumsi, pembayaran
zakat fitrah ini biasa dilakukan dengan membayarkan harga
dari makanan pokok daerah tersebut.
7 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya,… 83.
8 Elsi Kartika, Pedoman Pengelolaan Zakat, (Semarang: UNNES Press,
2006), 21.
-
18
Zakat ini dikeluarkan sebagai tanda syukur kita kepada
Allah karena telah menyelesaikan ibadah puasa. Selain itu
zakat fitrah juga dapat menggembirakan hati para fakir
miskin di Hari Raya Idul Fitri. Zakat fitrah juga
dimaksudkan untuk membersihkan dosa yang mungkin ada
ketika seseorang melakukan puasa Ramadhan.
b. Zakat Mall (Zakat harta benda)
Zakat mall merupakan bagian dari harta kekayaan
seseorang (juga badan hukum) yang wajib dikeluarkan
untuk golongan tertentu, setelah dimiliki dalam jangka
waktu tertentu, dan jumlah minimal tertentu. Dalam Undang
Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat.
Pada pasal 4 ayat 2 menyebutkan bahwa harta yang dikenai
zakat mall berupa emas, perak, uang, hasil pertanian dan
perusahaan, hasil pertambangan, hasil peternakan, hasil
pendapatan dan jasa, serta rikaz.
Menurut Ali, zakat terbagi menjadi dua macam, yaitu
zakat mal dan zakat nafs (fitrah). Zakat mal (harta) adalah
bagian dari harta kekayaan seseorang yang wajib
-
19
dikeluarkan untuk golongan-golongan tertentu setelah
dimiliki selama jangka waktu tertentu dan jumlah tertentu.9
4. Tujuan Zakat
Tujuan utama zakat adalah untuk mengentaskan kemiskinan
mustahiq (orang-orang yang berhak menerima zakat) dari
kemiskinan, bahkan merubah mereka dari mustahiq menjadi
muzakki (orang-orang yang membayar Zakat).10
Menurut Qosim Bukhori dalam buku Didin Hafidhuddin,
Tujuan zakat ada tiga yaitu pertama membersihkan jasmani dan
rohani, yang kedua memperbaiki taraf hidup manusia, dan yang
terakhir meningkatkan taraf kehidupan.11
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat pasal 3 yang berbunyi:12
a. meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam
pengelolaan Zakat; dan
9 Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, (Jakarta:
Universitas Indonesia, 2006), 42. 10
Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, (Malang: UIN
Malang Press, 2008), 215. 11
Didin Hafidhuddin, The Power Of Zakat: Studi Perbandingan
Pengelolaan Zakat Asia Tenggara, (Malang: UIN Malang Press, 2008), 16. 12
M. Ali Hasan. Zakat dan Infak, Salah Satu Solusi Mengatasi Problematika
Sosial di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), 119-120.
-
20
b. meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan
kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.
Qardhawi membagi dua tujuan dari ajaran zakat, yaitu
tujuan untuk kehidupan individu dan tujuan untuk kehidupan
sosial kemasyarakatan. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
13
a. Tujuan yang pertama meliputi pensucian jiwa dari sifat
kikir, mengembangkan sifat suka berinfak atau memberi,
mengembangkan akhlak seperti akhlak pada Allah,
mengobati hati dari cinta dunia yang merajalela,
mengembangkan kekayaan bathin dan menumbuhkan rasa
simpati dan cinta sesama manusia. Dengan ungkapan lain,
esensi dari semua tujuan ini adalah pendidikan yang
bertujuan untuk memperkaya jiwa manusia dengan nilai-
nilai spiritual yang dapat meninggikan harkat dan martabat.
b. Tujuan kedua, memiliki dampak pada kehidupan
kemasyarakatan secara luas. Dari segi kehidupan
masyarakat, zakat merupakan bagian dari sistem jaminan
sosial dalam Islam. Kehidupan masyarakat sering terganggu
13
Lili Bariadi, Muhammad Zen, M. Hudri, Zakat dan Wirausaha, (Jakarta:
CV. Pustaka Amri 2005), 16.
-
21
oleh problema kesenjangan, gelandangan, problema
kematian dalam keluarga dan hilangnya perlindungan,
problema bencana alam maupun kultural dan lain
sebagainya.
5. Asnaf Zakat
Asnaf zakat adalah orang-orang/kelompok/pihak-pihak yang
berhak menerima zakat. Allah SWT telah berfirman dalam Al-
Qur’an surat At-Taubah ayat 60:
ۡ َما َُٰتۡ۞إِنَّ َدَق ۡوَۡۡٱلصَّ َعلَي َهاۡۡٱل َعَِٰملِيَۡوَۡۡٱل َمَسَِٰكيِۡلِل ُفَقَرآءَِۡوِِفۡۡٱل ُمَؤلََّفةِۡوَۡ ِقَاِبۡقُلُوُبُهم َِۡوِِفَۡسبِيِلۡۡٱل َغَٰرِِميَۡوَۡۡٱلر ۡٱب نِۡوَۡۡٱّللَّ
بِيِلۡ َِنۡۡٱلسَّ ِۗۡۡفَرِيَضٗةۡم ُۡوَۡۡٱّللَّ ٦٠َۡۡعلِيٌمَۡحِكيٞمۡۡٱّللَّArtinya:
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang
fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para
mu´allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak,
orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk
mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu
ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana (QS At-Taubah 60) Sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat
At-Taubah ayat 60, terdapat delapan asnaf zakat yaitu:
-
22
a. Faqir (Al-Fuqara)
Orang fakir adalah orang yang tidak memiliki pekerjaan
ataupun memiliki pekerjaan tetapi dengan penghasilan yang
sangat kecil, sehingga tidak mencukupi kebutuhan
hidupnya. Menurut Taqyuddin Abu Bakar seperti dikutip
oleh Lili Bariadi, dan kawan-kawan., orang fakir yaitu orang
yang tidak memiliki harta maupun pekerjaan atau ada harta
dan pekerjaan tetapi tidak mencukupi kebutuhannya.14
Sedangkan berdasarkan pengertian yang disimpulkan
oleh Departemen Sosial pada tahun 2001, orang fakir adalah
orang yang sama sekali tidak mempunyai kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan
atau orang yang mempunyai sumber mata pencaharian tetapi
tidak memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi
kemanusiaan.
b. Miskin (Al-Masakin)
Orang miskin yaitu orang yang memiliki penghasilan
untuk memenuhi kebutuhan hidup, tetapi tidak memenuhi
standar kelayakan hidup yang dibutuhkan. Misal, seseorang
14
Lili Bariadi, dkk., Zakat & Wirausaha, (Jakarta: CED, 2005), 12.
-
23
membutuhkan Rp. 25.000,00 per hari untuk memenuhi
kebutuhan hidup diri sendiri dan keluarganya, tetapi hanya
memiliki penghasilan Rp. 15.000,00 per hari.
c. Amil Zakat
Amil zakat adalah mereka yang diangkat oleh penguasa
atau badan perkumpulan, untuk mengurus zakat.15
Tugas
amil zakat terdiri dari tiga bagian, yakni penghimpunan
zakat, pengelolaan zakat, dan pendistribusian zakat.
Perhatian Al-Quran terhadap Amil zakat dan
dimasukkannya dalam kelompok mustahik (yang berhak
menerima zakat) yang berada setelah fakir dan miskin
sebagai sasaran zakat pertama dan utama, sehingga amil
zakat harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1) Muslim zakat merupakan urusan kaum muslimin, maka
Islam menjadi syarat bagi segala urusan amil zakat.
2) Mukallaf, yaitu seorang dewasa yang sehat akal dan
pikirannya.
3) Jujur. amil zakat tidak bisa dari orang fasik (tidak dapat
dipercaya), karena diamanati harta kaum muslimin.
15
Didin Hafidhuddin dan Hasan Rifai Alfaridy, Panduan Zakat Praktis,
(Jakarta: Dompet Dhuafa Republika, 2009), 45.
-
24
4) Memahami hukum-hukum zakat. Para ulama
mensyaratkan amil zakat paham terhadap hukum zakat.
Apabila pekerjaannya menyangkut bagian tertentu
mengenai urusan pelaksanaan, maka tidak disyaratkan
memiliki pengetahuan tentang zakat kecuali sekedar
yang menyangkut tugasnya.
5) Kemampuan untuk melaksanakan tugas. amil zakat
hendaklah memenuhi syarat untuk dapat melaksanakan
tugasnya, dan sanggup memikul tugas sebagai amil
zakat.
6) Amil zakat disyaratkan laki-laki. Sebagian ulama
berpendapat amil harus laki-laki karena pekerjaan ini
menyangkut sedekah, tapi sesungguhnya dalam masalah
persyaratan amil zakat tidak ada dalil khusus yang
melarang wanita bekerja sebagai amil zakat. Wanita
boleh bekerja sebagai amil dalam batas-batasan tertentu.
7) Merdeka. Sebagian ulama mensyaratkan amil adalah
orang merdeka bukan seorang hamba atau budak.
Berdasarkan Simposium Yayasan Zakat Internasional IV
Tentang Zakat Kontemporer, amil zakat berhak mendapat
-
25
bagian kuota amil yang diberikan oleh pihak yang
mengangkat mereka dengan catatan tidak melebihi dari upah
sekadarnya dan tidak melebihi dari seperdelapan (1/8) zakat
(12,5 %).
d. Muallaf
Muallaf yaitu orang yang diharapkan memiliki
kecenderungan masuk Islam atau terhalang niat jahatnya
terhadap umat muslim. Dana zakat merupakan upaya
simpatis yang dilakukan agar orang yang dimaksud
(muallaf) bertambah keyakinannya terhadap Islam.
e. Hamba sahaya (riqab)
Dana zakat diperuntukkan bagi hamba sahaya untuk
memerdekakan dirinya serta menghilangkan segala macam
perbudakan. Islam memandang sama harkat dan derajat
manusia tanpa adanya klasifikasi sosial termasuk
perbudakan. Namun, dalam konteks kehidupan masyarakat
masa kini asnaf zakat riqab ditiadakan karena memang
riqab sudah tidak ada.
-
26
f. Orang yang berhutang (gharimin)
Gharimin adalah orang yang berhutang bukan untuk
keperluan maksiat.16
Gharimin memiliki kesulitan dalam
membayar hutangnya karena tidak memiliki harta yang lebih
untuk membayar hutang. Setidaknya, terdapat dua macam
gharimin yakni:
1) Berhutang karena kefaqiran serta memiliki kesulitan
untuk melunasi hutang dalam jangka waktu yang telah
ditentukan.
2) Berhutang karena kebutuhan yang sangat mendesak,
tidak menemukan alternatif tindakan selain berhutang,
kemudian kesulitan membayar hutang.
g. Fisabilillah
Fisabilillah merupakan orang Islam yang berjuang di jalan
Allah sesuai dengan ajaran Islam. Fisabilillah memiliki
makna yang universal tidak terbatas pada ‘pejuang’ dalam
arti sebenarnya. Fisabilillah meliputi segala sesuatu/upaya
yang dilakukan untuk kemaslahatan bersama, seperti
pengiriman da’i, mendirikan Sekolah gratis, pembangunan
16
Lili Bariadi, dkk., Zakat & Wirausaha,.. 14.
-
27
masjid, orang-orang yang sedang menempuh pendidikan,
bekerja untuk menghidupi keluarga, dan lain sebagainya.
h. Ibnu Sabil
Ibnu Sabil merupakan orang yang sedang dalam perjalanan
(ibnu sabil) Ibnu sabil adalah orang yang berhak menerima
zakat karena kehabisan bekal dalam perjalanan, sedangkan
dia membutuhkan bekal untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Seiring dengan perkembangan zaman, dana zakat
ibnu sabil dapat disalurkan untuk berbagai keperluan seperti
penyediaan sarana akomodasi murah bagi orang-orang yang
sedang menempuh pendidikan atau mencari nafkah,
bantuan dana belanja bagi masyarakat kurang mampu yang
jauh dari kampung halamannya.
6. Manfaat Zakat
Zakat adalah ibadah dalam bidang harta yang mengandung
manfaat yang demikian besar dan mulia, baik yang berkaitan
dengan orang yang berzakat (muzakki), penerimanya (mustahiq),
harta yang dikeluarkan zakatnya, maupun bagi seluruh
masyarakat keseluruhan, manfaat zakat tersebut antara lain:
a. Sebagai perwujudan keimanan kepada Allah SWT;
-
28
b. Karena zakat merupakan hak mustahiq dimana zakat berfungsi
untuk menolong, membantu, dan membina mereka, terutama
fakir miskin ke arah kehidupan yang lebih baik;
c. Zakat adalah salah satu sumber pembangunan sarana dan
prasarana;
d. Zakat untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar, sebab
zakat itu bukanlah membersihkan harta yang kotor, tetapi
mengeluarkan bagian dari hak orang lain dari harta yang kita
usahakan dengan baik dan benar;
e. Indikator utama ketundukan seseorang terhadap ajaran Islam;
f. Membuka lapangan kerja yang luas;
g. Melipatgandakan penguasaan asset dan modal di tangan umat
Islam;
7. Pengelolaan Dana Zakat
Pengelolaan zakat menurut UU No. 23 tahun 2011 adalah
kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengoordinasian dalam
pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.17
Berdasarkan UU pengelolaan zakat No. 23 Tahun 2011 pasal 3
tentang pengelolaan dana zakat bertujuan untuk:
17
UU Pengelolaan Zakat No. 23 Tahun 2011, pasal 3.
-
29
a. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam
pengelolaan zakat; dan
b. Meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan
kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.
Sebagaimana dijelaskan dalam maksud definisi pengelolaan
zakat di atas. Diawali dengan kegiatan perencanaan, dimana
dapat meliputi perencanaan progam beserta budgetingnya serta
pengumpulan (collecting) data muzakki dan mustahiq,
kemudian pengorganisasian meliputi pemilihan struktur
organisasi (Dewan pertimbangan, Dewan Pengawas dan Badan
pelaksana), penempatan orang-orang alokasi dana zakat (amil)
yang tepat dan pemilihan sistem pelayanan yang memudahkan
ditunjang dengan perangkat lunak (software) yang memadai,
kemudian dengan tindakan nyata (proactive) melakukan
sosialisasi serta pembinaan baik kepada muzakki maupun
mustahiq dan terakhir adalah pengawasan dari sisi syariah,
manajemen dan keuangan operasional pengelolaan zakat.18
Pengelolaan zakat di Indonesia dilakukan oleh Badan Amil
Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) dengan cara
18
Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia,… 252.
-
30
menerima atau mengambil harta atau barang zakat dari muzakki
atas dasar pemberitahuan muzakki.19
Pengelolaan distribusi zakat yang diterapkan di Indonesia
terdapat dua macam kategori, yaitu distribusi secara konsumtif
dan produktif. Zakat produktif merupakan zakat yang diberikan
kepada mustahiq sebagai modal untuk menjalankan suatu
kegiatan ekonomi dalam bentuk usaha, yaitu untuk
mengembangkan tingkat ekonomi dan potensi produktifitas
mustahiq.20
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengelolaan zakat adalah
semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan zakat
yang dilakukan oleh badan atau lembaga amil zakat dengan
tujuan mensejahterakan kehidupan mustahik.
B. Masyarakat Kurang Mampu
1. Pengertian
Istilah ‘masyarakat’ meliputi banyak faktor, sehingga tidak
mudah untuk memberikan suatu batasan definisi tentang
masyarakat. Dalam pembahasan skripsi ini, penulis
19
Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia,… 268. 20
Abdurrachman Qadir, Zakat: Dalam Dimensi Mahdah dan Sosial,… 46.
-
31
memfokuskan pengertian masyarakat berdasarkan sudut
pandang sosiologis yakni hubungan antar manusia serta proses
yang timbul dari hubungan manusia dalam kehidupan
bermasyarakat.
Para ilmuwan di bidang sosial sepakat tidak ada definisi
tunggal tentang masyarakat dikarenakan sifat manusia selalu
berubah dari waktu ke waktu. Pada akhirnya, pada ilmuwan
tersebut memberikan definisi yang berbeda-beda antara satu
dengan yang lain. Berikut ini beberapa definisi masyarakat
menurut pakar sosiologi dalam Setiadi menyatakan:21
a. Selo Soemardjan mengartikan masyarakat sebagai orang-
orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.
b. Max Weber mengartikan masyarakat sebagai struktur atau
aksi yang pada pokoknya ditentukan oleh harapan dan nilai-
nilai yang dominan pada warganya.
Mac lver dan Page dalam Soekanto memaparkan bahwa
masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan, tata cara, dari
wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok,
penggolongan, dan pengawasan tingkah laku serta kebiasaan-
21 M. Elly Setiadi & Usman Kolip, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta
dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi dan Pemecahannya, (Jakarta:
Prenadamedia, 2013), 36.
-
32
kebiasaan manusia. Masyarakat merupakan suatu bentuk
kehidupan bersama untuk jangka waktu yang cukup lama
sehingga menghasilkan suatu adat istiadat.22
Menurut
Koenjaraningrat “masyarakat merupakan kesatuan hidup
manusia yang berinteraksi sesuai dengan sistem adat-istiadat
tertentu yang sifatnya berkesinambungan dan terikat oleh suatu
rasa identitas bersama”. 23
Syani mendefinisikan bahwa: Masyarakat sebagai
community dapat dilihat dari dua sudut pandang; Perta
memandang community sebagai unsur statis, artinya community
terbentuk dalam suatu wadah/ tempat dengan batas-batas
tertentu, maka ia menunjukan bagian dari kesatuan masyarakat
sehinggga ia dapat pula disebut sebagai masyarakat setempat,
misalnya kampung, dusun atau kota-kota kecil.24
Konsep masyarakat menurut Suharto adalah arena dimana
praktek pekerjaan sosial makro beroperasi. Berbagai definisi
mengenai masyarakat biasanya diterapkan berdasarkan konsep
22
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2006), 22. 23
Koentjaraningrat. Beberapa Pokok Antropologi Budaya, (Jakarta: UI
Press, 2012), 122. 24
http://www.infodanpengertian.com/2015/12/pengertian - masyarakat-
menurut-para-ahli. html, diakses pada tanggal 8 Agustus 2018.
http://www.infodanpengertian.com/2015/12/pengertian%20-%20masyarakat-menurut-para-ahli.%20htmlhttp://www.infodanpengertian.com/2015/12/pengertian%20-%20masyarakat-menurut-para-ahli.%20html
-
33
ruang, orang, interaksi dan identitas. Dalam arti sempit istilah
masyarakat merujuk pada sekelompok orang yang tinggal dan
berinteraksi yang dibatasi oleh wilayah geografis tertentu seperti
desa, kelurahan, kampung atau rukun tetangga. Dalam arti luas,
masyarakat menunjuk pada interaksi kompleks sejumlah orang
yang memiliki kepentingan dan tujuan bersama meskipun tidak
bertempat tinggal dalam satu wilayah geografis tertentu.
Masyarakat seperti ini bisa disebut sebagai societas atau society.
Misalnya, masyarakat ilmuwan, masyarakat bisnis, masyarakat
global dan masyarakat dunia.25
Menurut Soemardjan dalam Soekanto mendefinisikan
masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang
menghasilkan kebudayaan dan mereka mempunyai kesamaan
wilayah, identitas, mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan
perasaan persatuan yang diikat oleh kesamaan.26
Berdasarkan unsur-unsur yang dimiliki, dapat disimpulkan
bahwa masyarakat adalah sekelompok manusia yang saling
berinteraksi yang memiliki prasarana untuk berinteraksi dan
adanya keterikatan untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan
25 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung:
Rafilka ditama, 2006), 11. 26
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar,...22
-
34
masyarakat kurang mampu adalah sekelompok manusia yang
saling berinteraksi tapi kurang/tidak memiliki prasarana untuk
berinteraksi karena kurang adanya keterikatan dalam mencapai
tujuan yang diinginkan. Masyarakat kurang mampu merupakan
kelompok yang tidak berdaya baik karena hambatan internal
dari dalam dirinya maupun tekanan eksternal dari
lingkungannya.
Istilah “masyarakat kurang mampu” identik dengan istilah
“masyarakat miskin”. Berdasarkan pengertian yang
dikemukakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan Depsos,
masyarakat kurang mampu adalah masyarakat yang kurang/
tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup
layak.27
Kemiskinan merupakan situasi serba kekurangan yang
terjadi bukan dikehendaki oleh si miskin. Menurut Badan Pusat
Statistik dan Departemen Sosial didalam Lisnawati, et all
kemiskinan adalah ketidakmampuan individu dalam memenuhi
kebutuhan dasar minimum untuk hidup layak.28
27
BPS dan Depsos, Penduduk Fakir Miskin Indonesia, (Jakarta: BPS, 2002),
3. 28
Lisnawati, Abubakar Hamzah dan Nasir Azis “Pengaruh Zakat dan
Tingkat Pendidikan Terhadap Kemiskinan di Provinsi Aceh”(Jurnal Ilmu Ekonomi)
-
35
Menurut Sharp di dalam Kuncoro, mengidentifikasikan
penyebab kemiskinan dipandang dari sisi ekonomi mikro
(Konvensional): Pertama, kemiskinan muncul akibat
ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang
menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Kedua,
kemiskinan muncul akibat perbedaan kualitas Sumber Daya
Manusia. Kualitas Sumber Daya Manusia yang rendah berarti
produktifitasnya rendah, yang pada gilirannya upahnya
rendah.Ketiga, kemiskinan muncul akibat perbedaan akses
dalam modal.29
Menurut Nugroho, kemiskinan merupakan kondisi absolut
atau relatif yang menyebabkan seseorang atau kelompok
masyarakat dalam suatu wilayah tidak mempunyai kemampuan
untuk mencukupi kebutuhan dasarnya sesuai dengan tata nilai
atau norma tertentu yang berlaku di dalam masyarakat, dengan
kata lain seseorang dikatakan miskin jika tingkat pendapatannya
Pascasarjana Universitas Syeh Kuala, volume 1. No. 4, (November 2013) ISSN 2302-
0172, 44. 29
Mudrajad Kuncoro, Masalah Kebijakan dan Politik Ekonomika
Pembangunan, (Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, 2004), 157.
-
36
tidak memungkinkan orang tersebut untuk mentaati nilai dan
norma dalam masyarakat.30
Masyarakat kurang mampu memiliki ketidaksamaan
kesempatan untuk mengakumulasikan basis kekuasaan sosial,
meliputi:31
a. Modal produktif atau asset (tanah, perumahan, alat produksi,
kesehatan)
b. Sumber keuangan (pekerjaan, kredit)
c. Organisasi sosial dan politik yang dapat digunakan untuk
mencapai kepentingan bersama (koperasi, partai politik,
organisasi sosial)
d. Jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang, dan
jasa
e. Pengetahuan dan keterampilan (pendidikan)
f. Informasi yang berguna untuk kemajuan hidup.
2. Pendidikan Bagi Masyarakat Kurang Mampu
Berdasarkan UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003 Pasal 1
ayat (1), pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
30
Nugroho, Pembangunan Wilayah: Perspektif Ekonomi, Sosial, Dan
Lingkungan, (Jakarta: LP3ES, 2004), 165. 31
Basis kekuasaan sosial menurut Friedman seperti yang dikutip oleh Edi
Suharto, dkk dalam buku Kemiskinan dan Keberfungsian Sosial; Studi Kasus Rumah
Tangga Miskin di Indonesia, (Bandung: STKSPress, 2004), 6.
-
37
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.32
Warnadi,
Sunarto, dan Muchlidawati, menyatakan dalam Bahasa Inggris
pendidikan diterjemahkan menjadi education. Education berasal
dari Bahasa Yunani educare artinya membawa ke luar yang
tersimpan dalam jiwa anak untuk dituntun agar tumbuh dan
berkembang.33
Pendidikan dianggap sebagai indikator kemajuan peradaban
dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Melalui
pendidikan, manusia dapat mengembangkan beragam potensi
yang dimiliki baik bersifat individual maupun sosial.
Asumsinya, kemajuan suatu bangsa di segala aspek kehidupan
berbanding lurus dengan kualitas pendidikan. Oleh karena itu,
argumentasi pendidikan sebagai hak asasi manusia perlu
32
UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003, Pasal 1 ayat (1), (Jakarta: Dirjen
DIKDASMEN, 2003), 2. 33
Warnadi., Sunarto dan Muchlidawati, Pedoman Pelaksanan Pendidikan
Kependudukan dan Lingkungan Hidup, (Jakarta: Depdikbud, 2004), 81.
-
38
dikembangkan menjadi “pendidikan” adalah alat pembangunan
sosial dan ekonomi.34
Pendidikan tak lagi dipandang sebagai usaha sadar terencana
untuk mengembangkan seluruh potensi anak didik, namun telah
dipandang sebagai investasi masa depan untuk melangsungkan
kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik. Pendidikan
merupakan bagian dari upaya peningkatan kualitas sumber daya
manusia. Melalui pendidikan diharapkan dapat dibentuk
manusia yang berkualitas utuh yang salah satu cirinya adalah
sehat jasmani dan rohani. Maka, suatu keniscayaan bagi seluruh
stakeholder pendidikan untuk menyelenggarakan pendidikan
yang berkualitas bagi seluruh masyarakat.
Pendidikan tidak hanya menjadi sarana transformasi ilmu
pengetahuan, tapi juga sarana transformasi nilai dan moral.
Idealnya, penyelenggaraan pendidikan dapat menjadi wahana
interaksi yang kondusif serta humanis yang melibatkan berbagai
elemen pendidikan (pemerintah, kepala sekolah, guru,
karyawan, orang tua, masyarakat, anak didik) dalam upaya
meningkatkan kualitas kehidupan berbangsa dan bernegara.
34
Indra Bastian, Akuntansi Pendidikan, (Jakarta: Erlangga, 2007), 11.
-
39
Begitu banyak problematika pendidikan yang terjadi, dalam
skripsi ini penulis hanya akan membahas problem pendidikan
terkait pemerataan akses pendidikan bagi masyarakat kurang
mampu.
Program wajib belajar yang dicanangkan pemerintah diawali
dengan pendidikan dasar dan telah dimulai sejak tanggal 2 Mei
1984 bertujuan untuk memberi kesempatan belajar bagi semua
warga negara dalam upaya meningkatkan kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM). Namun, hingga kini masih ada warga negara
yang belum dapat mengakses pendidikan yang disebabkan oleh
berbagai kondisi sosial-ekonomi yang terjadi di lingkungan
masyarakat.35
Berdasarkan penjelasan ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa pendidikan adalah hak setiap individu yang harus
diperjuangkan dan diberikan oleh pemerintah tanpa terkecuali.
Dalam hal ini pemerintah sebagai pemangku kebijakan dalam
mengelola Zakat, harus berupaya untuk mengalokasikan dana
dari hasil penghimpunan Zakat untuk pendidikan khususnya
bagi masyarakat kurang mampu atau miskin.
35
Bedjo Sujanto, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah, (Jakarta: Sagung
Seto, 2007), 3.
-
40
C. Kerangka Pemikiran
Zakat merupakan salah satu jenis ibadah (umat Islam) yang
memiliki dimensi ganda, yakni transendental (berkaitan dengan
hubungan manusia dan Tuhannya) dan horizontal (berkaitan dengan
hubungan sosial kemasyarakatan). Oleh karena itu, zakat dipandang
sebagai salah satu ibadah yang memiliki posisi sangat penting,
strategis, dan sangat menentukan baik dari segi syari’ah (agama)
maupun dari segi sosial terutama pembangunan ekonomi dalam
masyarakat.
Terdapat beberapa tujuan zakat antara lain yaitu:36
1. Mengangkat derajat fakir-miskin dan membantunya keluar dari
kesulitan hidup serta penderitaan.
2. Membantu pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh para
gharimin, ibnu sabil, dan mustahiq lainnya.
3. Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama umat
Islam dan manusia pada umumnya.
4. Menghilangkan sifat kikir pemilik harta.
36
Proyek Pembinaan Zakat dan Wakaf, Pedoman Zakat, (Jakarta:
Departemen Agama, 2007), 27-28.
-
41
5. Membersihkan sifat dengki dan iri (kecemburuan sosial) dari
hati orangorang miskin.
6. Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang
miskin dalam suatu masyarakat.
7. Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri
seseorang, terutama pada mereka yang mempunyai harta.
8. Mendidik manusia untuk berdisplin menunaikan kewajiban dan
menyerahkan hak orang lain yang ada padanya.
Masyarakat kurang mampu merupakan salah satu akibat dari
adanya stratifikasi sosial; bagian dari salah satu hasil interaksi antar
individu dalam satu kelompok maupun antar suatu kelompok
lainnya. Stratifikasi sosial dalam masyarakat merupakan ciri dari
masyararakat yang teratur. Stratifikasi sosial disebabkan oleh
adanya perbedaan tingkat sosio kultural suatu kelompok dan
perbedaan tingkat kemajuan dan perkembangan potensi individu
dalam masyarakat.
Pendidikan merupakan salah satu bidang yang sangat berperan
dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam upaya
meningkatkan kualitas pendidikan, pemerintah (selaku stakeholder
-
42
utama pendidikan) dapat menjadikan zakat sebagai peluang dalam
pembiayaan pendidikan.
Dalam hal ini lembaga Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
mempunyai andil untuk meningkakan kualitas Sumber Daya
Manusia melalui peningkatan kualitas pendidikan bagi masyarakat
kurang mampu. Sebagaimana tujuan dari zakat yaitu meningkatkan
manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan
penanggulangan kemiskinan.
Adapun untuk lebih jelasnya, kerangka pemikiran dalam
penelitian ini sebagaimana tertera pada gambar berikut ini:
Gambar 2.1
Bagan Kerangka Pemikiran
BAZNAS
Provinsi Banten
Alokasi
Dana Pendidikan
Masyarakat Kurang Mampu
Pengelolaan Zakat
-
43
Gambar 2.1 di atas menjelaskan bahwa BAZNAS Provinsi
Banten melalui pengelolaan zakat mengalokasikan sebagian dana
yang dihimpun dari muzakki untuk berbagai kepentingan sosial
antara lain yaitu untuk dana pendidikan seperti beasiswa bagi siswa
yang berprestasi, siswa yang kurang mampu dan lain sebagainya.
Melalui alokasi dana pendidikan yang dikeluarkan oleh BAZNAS
Provinsi Banten diharapkan masyarakat kurang mampu dapat
menempuh pendidikan sebagaimana layaknya program pemerintah
yaitu Pendidikan Wajib Belajar 12 tahun bagi setiap anak yang usia
sekolah.
D. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dipaparkan penulis hampir sama
dengan judul penelitian ini, namun terdapat beberapa perbedaan
baik dari variabel penelitian maupun objek atau subjek penelitian.
Adapun penelitian terdahulu penulis jelaskan sebagai berikut:
Zakat dan pendidikan merupakan aktivitas dalam siklus
kehidupan yang menarik untuk dibahas dan diteliti, karena begitu
banyak aspek-aspek yang dipengaruhi serta mempengaruhi zakat
dan pendidikan. Untuk menghindari anggapan ataupun tindakan
-
44
plagiarism, penulis meninjau beberapa karya tulis skripsi yang
membahas dan meneliti zakat dan pendidikan, antara lain:
1. Abdul Qodir, Manajemen Pendayagunaan Zakat dan
Infak/Shadaqah Pada Sektor Pendidikan di BAZIS Provinsi DKI
Jakarta, skripsi mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Jurusan Kependidikan Islam, Program Studi
Manajemen Pendidikan, disusun pada tahun 2005. Berisi
tentang manajemen pendayagunaan ZIS yang dilaksanakan oleh
BAZIS Provinsi DKI Jakarta yang berkaitan erat dengan
pendidikan.
2. Subhan, Manajemen Zakat Dalam Pemberdayaan Pendidikan,
skripsi mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Jurusan Pendidikan Agama Islam, disusun pada tahun 2009.
Berisi tentang sistem dan manajemen penghimpunan,
pengelolaan, dan pemberdayaan zakat di Dompet Peduli Ummat
Daarut Tauhid Cabang Jakarta untuk pendidikan.
3. Zaenal Arifin, Pendayagunaan Dana Zakat Untuk Pendidikan,
skripsi mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Jurusan Pendidikan Agama Islam, disusun pada tahun 2009.
Berisi tentang bentuk pendayagunaan dana zakat untuk
-
45
pendidikan dan pelaksanaannya di Lembaga Pengembangan
Insani Dompet Dhuafa Republika.
Secara umum, beberapa skripsi di atas membahas tentang zakat
dan pendidikan tetapi dengan spesifikasi yang berbeda. Perbedaan
metode yang digunakan oleh peneliti di atas yaitu terletak pada
teknik analisis data, dimana ketiga peneliti hanya mendeskripsikan
data hasil penelitian tanpa melalui angka-angka. Pada penelitian
penulis analisi data disertai dengan angka-angka yang menjelaskan
nominal alokasi dana bantuan pendidikan bagi masyarakat kurang
mampu. Adapun skripsi penulis dengan judul “Analisis Alokasi
Dana Bantuan Pendidikan Bagi Masyarakat Kurang Mampu
(Studi Di BAZNAS Provinsi Banten)” lebih spesifik membahas
tentang analisis dana bantuan pendidikan di BAZNAS Provinsi
Banten.
E. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah
dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Dikatakan sementara karena
jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori. Hipotesis
dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang merupakan jawaban
-
46
sementara atas masalah yang dirumuskan.37
Dalam penelitian ini,
hipotesis yang digunakan adalah:
Ha : Terdapat pengaruh pengaruh alokasi dana bantuan
pendidikan dana zakat bagi pendidikan masyarakat
kurang mampu.
Ho : Tidak terdapat pengaruh alokasi dana bantuan
pendidikan dana zakat bagi pendidikan masyarakat
kurang mampu.
37
Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, (Bandung : Alfabeta, 2009), 96.
-
47
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan pendekatan studi kasus
sebagai bagian dari penelitian kualitatif. Studi kasus berfokus
pada spesifikasi kasus dalam suatu kejadian baik itu yang
mencakup individu, kelompok budaya, ataupun suatu potret
kehidupan.
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misaknya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan
lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam
bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfatkan berbagai metode alamiah.1
Menurut Arifin, penelitian kualitatif adalah suatu proses
penelitian yang dilakukan secara wajar dan natural sesuai
dengan kondisi objektif di lapangan tanpa adanya manipulasi,
1 Sukidin dan Munir, Metode Penelitian Mmembimbing dan Mengantar
Anda Dalam Dunia Penelitian, Edisi pertama, (Surabaya: Penerbit Insan Cendekia,
2005), 15.
-
48
serta jenis data yang dikumpulakan terutama data kualitatif.2
Adapun yang dibahas dalam penelitian ini tidak berkenaan
dengan angka-angka, tetapi mendeskripsikan, menguraikan dan
menggambarkan tentang alokasi dana untuk pendidikan bagi
masyarakat kurang mampu yang dikeluarkan oleh BAZNAS
Provinsi Banten.
Metode kualitatif ini digunakan karena beberapa
pertimbangan; Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih
mudah apabila berhadapan dengan kenyataan yang berbeda,
Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat
hubungan antara peneliti dan responden. Ketiga, metode ini
lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak
penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang
dihadapi.3
Demi tercapainya sasaran penelitian, maka dalam metode ini
perlu adanya langkah-langkah yang sistematis, berencana yang
sesuai dengan konsep ilmiah. Sistematis artinya penelitian ini
dilaksanakan sesuai dengan kerangka tertentu, dari yang paling
2 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru,
(Bandung: Rosda Karya, 2011), 140. 3Suwardi Endraswara, Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan;
Ideologi, Epistemologi, dan Aplikasi, (Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2006), 89.
-
49
sederhana sampai yang komplek hingga tujuan tercapai secara
efektif dan efisien.
2. Sumber Data
Data merupakan sumber yang paling penting untuk
menyingkap suatu permasalahan yang ada, dan data jugalah
yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian atau
mengisi hipotesis yang sudah dirumuskan. Dalam melakukan
penelitian ini data-data yang diperlukan dari dua sumber yaitu:
a. Data Primer
“Data primer adalah data yang bersumber dari informan
yang mengetahui secara jelas dan rinci mengenai masalah
yang diteliti. Sedangkan informan adalah orang yang
dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi
dan kondisi yang dijadikan obyek penelitian”.4
Data primer ini bisa dikatakan sebagai data yang
bersumber dari manusia. Dalam pengambilan data primer
peneliti dapat menggunakan perekam suara atau menulis
hasil jawaban dari informan dalam wawancara. Hasil
wawancara dikumpulkan dari berbagai pihak yang kemudian
4 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2008), 112.
-
50
disimpulkan oleh peneliti. Dari data yang sudah didapatkan
penulis dianalisis secara maksimal dan diteliti guna
mengantisipasi adanya kebohongan dalam pengungkapan
data dari informan. Dalam hal ini peneliti harus memilih
informan yang sangat bertanggung jawab dalam mengungkap
data yang sebenarnya.
Adapun yang menjadi informan dalam penelitian adalah
orang-orang yang dipredisikan mengetahui benar tentang
alokasi dana untuk pendidikan bagi masyarakat kurang
mampu yang berada dalam struktur kepengurusan BAZNAS
Provinsi Banten.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang berasal dari sumber
kedua atau dari instansi seperti dokumen. Sumber data juga
menjadi bahan pertimbangan dalam penentuan alat
penelitian. Dalam pengertian lain data sekunder memiliki
pengertian” Data yang tersusun dalam bentuk dokumen-
dokumen”.5
5 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakrta: Raja Grafindo, 2003),
85.
-
51
Data sekunder yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu
data yang berbentuk dokumen yang berkaitan dengan
struktur kepengurusan BAZNAS Provinsi Banten, program
kerja dan kegiatan yang sudah dan akan dilakukan oleh
BAZNAS Provinsi Banten khususnya yang terkait dengan
alokasi dana pendidikan bagi masyarakat kurang mampu.
B. Tempat dan Waktu
1. Tempat Penelitian
Penulis memilih Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
Provinsi Banten yang berlokasi di Jl. Veteran No. 41B, Serang,
Banten 42117 sebagai tempat untuk melaksanakan penelitian.
Alasan penulis memilih lokasi ini sebagai tempat penelitian
dikarenakan:
a. BAZNAS Provinsi Banten memiliki beberapa program
unggulan, yaitu pembinaan SDM yang diantaranya
memberikan beasiswa dari tingkat SD/MI (Madrasah
Ibtidaiyyah) sampai tingkat Sarjana, kesejahteraan,
pembinaan guru dan marbot.
-
52
b. Lokasi penelitian terjangkau oleh penulis sehingga untuk
mendapatkan data dan informasi yang berkaitan dengan
penelitian dapat diperoleh dengan mudah, baik dan benar.
c. Penulis mengetahui lokasi penelitian dengan baik dan benar
sehingga menghindarkan penulis dari kesalahan
pengambilan data dan informasi yang berkaitan dengan
penelitian.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan yaitu dari tanggal 12
November 2018 sampai dengan 24 November 2018 dengan
rencana kegiatan penelitian sebagai berikut:
Tabel 3.1
Rencana Kegiatan Penelitian
No. Kegiatan NOVEMBER
Minggu
I II III IV
1. Observasi lapangan
2. Pelaksanaan Penelitian
3. Pengumpulan Data
4. Analisis Data
5. Kesimpulan Hasil
Penelitian
6. Penelitian Selesai
-
53
C. Teknik Pengumpulan Data
Ada beberapa metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini antara lain yaitu sebagai berikut:
1. Wawancara/Interview
Wawancara merupakan istilah terjemahan dari bahasa
Inggris “interview”. Kata ini sendiri berasal dari bahasa Perancis
“Entrevoir”. “Entre” berartri antar atau diantara, saling,
bersama-sama. “Voir” berarti melihat, mengetahui, mengerti.
Maka secara harfiah wawancara atau “interview” berarti saling
melihat bersama atau bertemu untuk mengetahui bersama-
sama.6 Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
7
Wawancara merupakan metode yang sangat fleksibel dan
mengizinkan pewancara untuk memahami perspektif dari orang
yang diwawancarai.8
Dalam penelitian ini, yang menjadi objek wawancara yaitu
pengurus BAZNAS Provinsi Banten yang terkait dengan alokasi
dana pendidikan bagi masyarakat kurang mampu. Tujuan dari
6 Kanisius. Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal. Cet-5,
(Yogyakarta: 2003), 111. 7 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009), 86. 8 Christine Daymon, Metode-metode Riset Kualitatif dalam Public Relations
dan Marketing Communications, (Yogyakarta: Bentang, 2008), 260.
-
54
wawancara ini yaitu untuk mendapatkan data sekunder yang
berkaitan dengan penelitian.
2. Observasi
Pengamatan (observasi) biasa diartikan sebagai
“pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala
yang tampak pada obyek penelitian”.9
Observasi yang dimaksud
dalam penelitian ini yaitu observasi lokasi penelitian sebelum
penulis melaksanakan penelitian yang berupa catatan penting
yang akan dijadikan sumber sekunder dalam penelitian ini.
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan
pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara
dalam penelitian kualitatif.
Sedangkan istilah dokumentasi
berarti “pengumpulan, pemilihan, pengolahan, dan
penyimpanan informasi.10
9 Hadari Nabawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Jogjakarta: Gajah Mada
University Press, 2005), 100. 10
Anton M. Mudiono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2004), 211.
-
55
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode
dokumentasi untuk dijadikan alat pengumpul data dari sumber
bahan tertulis berupa dokumen resmi, misalnya data profil
BAZNAS Provinsi Banten, sejarah terbentuknya BAZNAS
Provinsi Banten, program dan kegiatan BAZNAS Provinsi
Banten. Secara khusus, metode dokumentasi ini peneliti
gunakan untuk mengumpulkan data terkait alokasi dana yang
dikeluarkan oleh BAZNAS Provinsi Banten untuk pendidikan
bagi masyarakat kurang mampu.
4. Studi Pustaka
Studi pustaka yaitu penulis mencari data-data yang relevan
dan literatur yang sudah ada sebagai bahan pertimbangan dan
pendukung dalam proses menyusun skripsi. Melalui studi
pustaka yang dilakukan dengan mengkaji buku-buku literatur,
jurnal dan makalah untuk memperoleh landasan teoritis yang
komprehensif tentang alokasi dana untuk pendidikan bagi
masyarakat kurang mampu.
D. Teknik Analisis Data
Sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dicapai, maka teknik
analisis data dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis yaitu
-
56
mendiskripsikan alokasi dana BAZNAS Provinsi Banten. Dalam
hal ini analisis difokuskan pada alokasi dana pendidikan bagi
masyarakat kurang mampu.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua cara yaitu (1)
analisa data lapangan dan (2) analisa data setelah pengumpulan data
selesai, dengan pertimbangan dalam penelitian ini pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan positivistik. Menurut Eriyanto,
pendekatan positivistik adalah sebuah kajian atas realitas yang
bersifat objektif.11
Adapun aktivitas analisa data dalam penelitian ini terdiri dari 3
tahapan antara lain:
1. Reduksi data (Data Reduction)
Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang
memerlukan kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan
yang tinggi.12
Reduksi data adalah memilih data yang paling
penting dari data yang tidak terlalu penting. Dalam proses
pengumpulan data tentu peneliti akan mengumpulkan seluruh
data yang berkaitan dengan subjek penelitiannya tersebut.
11
Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta:
LKiS Printing Cemerlang, 2001), 57. 12
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D), (Bandung: Alfabeta, 2013), 337-339.
-
57
Namun dari seluruh data yang terkumpul peneliti harus memilih
lagi data mana yang paling relevan dengan subjek penelitiannya.
Proses inilah yang dikenal sebagai reduksi data. Peneliti harus
melakukan reduksi data agar penulis dapat fokus mencari
kesimpulan dari penelitiannya tersebut.13
Reduksi data bisa dilakukan sejak pemulaan pengumpulan
data. Semua data pada tiap harinya dapat direduksi sehingga
didapatkan data yang sesuai dengan masalah penelitian.
Kemudian di akhir pengumpulan data juga peneliti melakukan
reduksi data dari awal hingga akhir. Peneliti menyaring kembali
seluruh data dan mereduksinya sehingga didapatkan intisari dari
penemuan-penemuan di lapangan.14
2. Penyajian Data (Data Display)
Proses penyajian data adalah salah satu proses penting
dalam penelitian kualitatif. Seluruh proses penelitian tertumpu
pada penyajian data. Semua data yang diperoleh oleh peneliti
kemudian disajikan dalam bentuk kata-kata dalam kalimat.
13
S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, (Bandung:Tarsio,
2003), 129. 14
Burhan Bungin, Analisis Data Kualitatif, (Jakarta: Raja Grafindo, 2005),
84.
-
58
Penyajian data dapat dilakukan dengan beberapa teknik sesuai
dengan data yang didapat dari lapangan.15
Jadi, dengan penyajian data ini maka akan memudahkan
peneliti dalam memahami apa yang terjadi dan sejauh mana data
yang telah diperoleh, sehingga dapat menentukan langkah
selanjutnya untuk melakukan tindakan lainnya.
3. Penarikan Kesimpulan (Verification)
Penarikan kesimpulan adalah analisis terakhir yang
dilakukan oleh peneliti di akhir penelitiannya.16
Kesimpulan
baru bisa diperoleh ketika seluruh data telah terkumpul dan
semua proses analisis data baik reduksi maupun penyajian data
sudah dilakukan. Maka ketika itu barulah peneliti bisa menarik
kesimpulan dari seluruh penelitiannya tersebut.
Penarikan kesimpulan dilakukan dengan cara mereview
kembali seluruh data dan mereview hasil analisis data yang
lainnya. Dalam proses penarikan kesimpulan ini peneliti dapat
melahirkan teori baru, atau memperkuat teori yang telah ada
atau menyempurnakannya. Penelitian dengan metode kualitati