faktor obat

3
Faktor Obat 1. Konsentrasi obat → Umumnya, jumlah obat yang diabsorpsi secara perkutan per unit luas permukaan per satuan waktu akan meningkat, bila kosentrasi obat ditambah. 2. Profil pelepasan obat dari pembawanya → tergantung dari afinitas obat terhadap pembawa, kelarutan obat dalam pembawa, dan pH pembawa. 3. Harga koefisien partisi obat → tergantung dari kelarutannya dalam air dan minyak → Harga ini menentukan laju perpindahan melewati daerah absorbsi → Koefisien partisi dapat diubah dengan memodifikasi gugus kimia dalam struktur obat dan variasi pembawa. 4. Kondisi pH akan mempengaruhi tingkat disosiasi serta kelarutan obat yang bersifat lipofil. 5. Pembawa yang dapat meningkatkan kelembaban kulit akan mendorong terjadinya absorpsi per kutan dari obat. 6. Waktu kontak obat dengan kulit. 7. Luas permukaan tempat obat dioleskan. Konsentrasi Zat Aktif Jumlah zat aktif yang diserap pada setiap satuan luas permukaan dan satuan waktu adalah sebanding dengan konsentrasi senyawa dalam media pembawa. Bila zat aktif dengan konsentrasi tinggi dioleskan pada permukaan kulit tjd perubahan struktur membran sebagai akibat konsentrasi molekul yang tinggi, mungkin terjadi perubahan koefisien partisi antara pembawa dan sawar kulit. Koefisien Partisi Koefisien partisi yang tinggi mencerminkan afinitas senyawa terhadap pembawanya; koefisien partisi mendekati satu menunjukkan bahwa molekul bergerak dlm jumlah sama menuju lapisan tanduk dan pembawa → senyawa yang mempunyai afinitas sangat tinggi thd pembawanya tidak dapat berdifusi dlm lapisan tanduk. Jika sifat lipofil sangat besar maka senyawa akan tertumpuk dlm lapisan tanduk dan tdk mampu berdifusi ke dlm epidermis yg mrp senyawa berair.

Upload: ihfan-priyanto

Post on 22-Dec-2015

4 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

yrur

TRANSCRIPT

Page 1: Faktor Obat

Faktor Obat1. Konsentrasi obat → Umumnya, jumlah obat yang diabsorpsi secara perkutan

per unit luas permukaan per satuan waktu akan meningkat, bila kosentrasi obat ditambah.

2. Profil pelepasan obat dari pembawanya → tergantung dari afinitas obat terhadap pembawa, kelarutan obat dalam pembawa, dan pH pembawa.

3. Harga koefisien partisi obat → tergantung dari kelarutannya dalam air dan minyak → Harga ini menentukan laju perpindahan melewati daerah absorbsi → Koefisien partisi dapat diubah dengan memodifikasi gugus kimia dalam struktur obat dan variasi pembawa.

4. Kondisi pH akan mempengaruhi tingkat disosiasi serta kelarutan obat yang bersifat lipofil.

5. Pembawa yang dapat meningkatkan kelembaban kulit akan mendorong terjadinya absorpsi per kutan dari obat.

6. Waktu kontak obat dengan kulit.7. Luas permukaan tempat obat dioleskan.

Konsentrasi Zat Aktif Jumlah zat aktif yang diserap pada setiap satuan luas permukaan dan satuan waktu

adalah sebanding dengan konsentrasi senyawa dalam media pembawa. Bila zat aktif dengan konsentrasi tinggi dioleskan pada permukaan kulit tjd perubahan

struktur membran sebagai akibat konsentrasi molekul yang tinggi, mungkin terjadi perubahan koefisien partisi antara pembawa dan sawar kulit.

Koefisien Partisi Koefisien partisi yang tinggi mencerminkan afinitas senyawa terhadap pembawanya;

koefisien partisi mendekati satu menunjukkan bahwa molekul bergerak dlm jumlah sama menuju lapisan tanduk dan pembawa → senyawa yang mempunyai afinitas sangat tinggi thd pembawanya tidak dapat berdifusi dlm lapisan tanduk.

 Jika sifat lipofil sangat besar maka senyawa akan tertumpuk dlm lapisan tanduk dan tdk mampu berdifusi ke dlm epidermis yg mrp senyawa berair.

Kelarutan dan Keadaan Termodinamika Difusi molekul terjadi karena adanya perbedaan potensial termodinamika yang terdapat

antara pembawa dengan struktur lipida dari lapisan tanduk dan aliran yang terjadi selalu berasal dari daerah dengan potensial termodinamika tinggi menuju daerah dengan potensial yang lebih rendah.

 Koefisien partisi zat aktif antara pembawa dengan lapisan tanduk juga dapat dinyatakan sebagai fungsi koefisien aktivitas termodinamika ..

 Bahan aktif dengan konsentrasi tertentu mempunyai aktivitas termodinamika yang dapat berubah tergantung pada komposisi pembawa.

 Bila molekul obat berbentuk kompleks yang larut dalam pembawa, maka aktivitas termodinamikanya sangat rendah dan jumlah zat yang diserap sangat kecil

Page 2: Faktor Obat

Surfaktan Lapisan tanduk merupakan sawar yang efektif dalam mencegah penembusan dari

sebagian besar surfaktan. Surfaktan anionik seperti Natrium lauril sulfat dapat melintasi sawar kulit walau dalam

jumlah kecil. Alkil-benzena sulfonat, terbukti terikat dalam lapisan tanduk (stratum corneum)tanpa

diikuti penembusan ke lapisan kulit yang lebih dalam.

Enhancher Absorbsi Zat Aktif Bahan yang mempunyai efek thd permiabilitas sawar(barrier) kulit. Bbrp bahan bekerja langsung scr kimia pd kulit dan sebagian bahan tdk mempunyai

efek khusus thd barrier misalnya dg mempengaruhi solubilitas dan/atau dispersibilitas dari bahan obat dan/atau sistem penyampaiannya ( bahan pembawa).

 Pelarut organik spt benzene, alcohol, aseton, terbukti dpt meningkatkan kecepatan penetrasi baik bahan yg larut dalam air atau bahan yg larut dlm lemak.

Iontoforesis Untuk beberapa senyawa ion yang penyerapannya ke kulit tidak baik, dan

pemakaian enhancher kimia juga tidak memberikan hasil yang diharapkan, maka pemberian secara parenteral merupakan suatu pilihan utama.

 Alternatif meningkatkan penyerapan secara iontoforesis, artinya dengan pengaliran listrik terus menerus melintasi kulit yang diolesi obat.

 Kulit mengandung air dalam jumlah sedikit, sehingga kulit dapat dianggap sebagai kapasitor.

 Aliran yang dipakai cukup lemah, antara 0,5 - 1 mA/cm2 dengan maksud agar tidak terjadi kerusakan kulit.

 Elektroda aktif yang diletakkan pada daerah pengolesan adalah anoda untuk molekul bermuatan positif dan katoda untuk molekul bermuatan negatif.

 Iontoforesis akan meningkatkan penyerapan sistemik obat yang dipakai → zat aktif langsung menembus ke dalam dennis dan memasuki sistem peredaran darah.

 Meskipun tehnik iontoforesis telah terbukti dapat meningkatkan absorbsi perkutan obat-obat yang dapat terionisasi atau obat dalam bentuk ion (meliputi lidokaine, salisilat dan peptida dan protein, misalnya insulin), namun keamanan secara klinis dan efikasi masih dievaluasi dan diselidiki secara mendetail.