faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku · pdf filewidyatech jurnal sains dan teknologi vol....
TRANSCRIPT
WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 11 No. 1 Agustus 2011
79
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU ANAK KOS DALAM
PEMILIHAN RUMAH PEMONDOKAN DI KOTA SINGARAJA
Oleh Ni Nyoman Resmi1 dan Ni Ketut Adi Mekarsari2
Abstrak: Pesatnya kemajuan Kota Singaraja khususnya di sektor
pendidikan disebabkan oleh adanya kebijakan dari pemerintah
untuk pemerataan pembangunan di Bali, khususnya Bali Utara.
Beragamnya institusi pendidikan tinggi yang ada memberikan
pengaruh yang paling utama bagi perkembangan Kota Singaraja.
Kehadiran mahasiswa baru (lama) ternyata melibatkan stake-
holders yang lain. Banyak muncul peluang-peluang usaha misal-
nya, jasa loundry, rumah makan, warnet, fotokofi, salon, catering,
pebisnis properti, kos-kosan atau pemondokan dan lainnya. Di
antara peluang bisnis yang ada, bisnis kos-kosan salah satunya
yang sedang menjamur di kota Singaraja. Banyak para pebisnis
yang membangun rumah untuk jasa layanan pemondokan bagi
mahasiswa. Atas dasar itu diadakan penelitian yang bertujuan
untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi serta
faktor-faktor yang paling dominan mempengaruhi perilaku anak
kos dalam mengambil keputusan memilih rumah pemondokan
di kota Singaraja. Penelitian ini dilaksanakan pada beberapa
rumah kos yang ada di kota Singaraja dengan mengedarkan
kuesioner menggunakan 36 indikator yang disebarkan pada 180
responden secara accidental. Data yang diperoleh dianalisis
dengan analisis faktor melalui bantuan Program SPSS versi 16.
Hasil penelitian menyatakan dari 36 indikator ternyata 3 indi-
kator memiliki nilai anti-image correlation kurang dari 0,5, se-
hingga dinyatakan gugur dalam analisis ini, sedangkan 33 indi-
kator dapat di analisis lebih lanjut. Hasil uji lebih lanjut menun-
jukkan 1) 33 indikator membentuk 10 faktor, yaitu faktor perha-
tian, faktor fasilitas, faktor harga, faktor promosi, faktor lokasi,
faktor sistem pembayaran, faktor tidak ada tuan rumah, faktor
produk, faktor perorangan, faktor rumah tidak bertingkat
dengan total nilai varian 65,761%, dan 2) Faktor perhatian me-
miliki nilai varian tertinggi dan dominan yaitu 15,383%.
1 Ni Nyoman Resmi adalah staf edukatif pada Fakultas Ekonomi (FE) Unipas Singaraja.
2 Ni Ketut Adi Mekarsari adalah staf edukatif pada Fakultas Ekonomi (FE) Unipas Singaraja.
WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 11 No. 1 Agustus 2011
80
Kata kunci : Perilaku anak kos, dan peluang bisnis.
I. PENDAHULUAN
Perhatian pemerintah yang makin baik terhadap dunia pendidikan mampu
mengubah paradigma masyarakat berkenaan dengan pendidikan tersebut. Perubahan
paradigma tersebut ditandai dengan makin tingginya jumlah mahasiswa yang menem-
puh pendidikan pada institusi pendidikan, seperti kota Singaraja.
Kota Singaraja merupakan kota kedua di Bali (setelah Kotamadya Denpasar)
yang mengalami kemajuan pesat di berbagai aspek kehidupan, seperti ekonomi, pen-
didikan, stabilitas keamanan, pembangunan fisik, dan psikis. Dalam aspek perekono-
mian, masyarakat memiliki mobilitas yang tinggi dalam dunia jual-beli. Sementara itu,
aspek stabilitas keamanan pun demikian. Kapolres Buleleng bersama jajarannya di
Polres Buleleng memiliki antusias yang tinggi dalam upaya memelihara keamanan di
Kota Singaraja. Institusi tersebut melakukan razia kendaraan. Razia KTP dilaksanakan
oleh Satpol PP untuk menghindari penduduk ”liar” serta melakukan razia di hotel-
hotel. Petugas desa pekraman berkoordinasi dengan kepala desa/lurah, dengan
aparatnya untuk ketertiban penduduk dan keamanan melakukan razia di rumah kos.
Pesatnya kemajuan Kota Singaraja khususnya di sektor pendidikan disebabkan oleh
adanya kebijakan pemerintah untuk pemerataan pembangunan di Bali, khususnya
Bali Utara. Kota Singaraja dicanangkan sebagai kota pendidikan. Hal tersebut ber-
dampak dengan makin meningkatnya jumlah institusi pendidikan di kota tersebut.
Beberapa institusi pendidikan yang dimaksud, antara lain Universitas Pendidikan
Ganesha (Undiksha), Universitas Panji Sakti (Unipas), Akademi Kebidanan Singaraja,
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Majapahit-Singaraja, STKIP-Agama Hindu,
STIE Satya Dharma, Sun Languange Course (SLC) Singaraja, Perguruan Tinggi Swasta
Mapindo, Sekolah untuk bekerja di Kapal Pesiar, dan lain-lain.
Beragamnya institusi pendidikan di Kota Singaraja memberikan pengaruh
yang paling utama bagi perkembangan Kota Singaraja. Berkenaan dengan eksitensi
universitas atau sekolah tinggi di kota tersebut, banyak masyarakat yang menempuh
pendidikan dalam upaya meningkatkan sumber daya mereka. Universitas Pendidikan
Ganesha misalnya, yang sebelumnya berstatus IKIP Negeri Singaraja, yang memiliki
berbagai jurusan dan program studi dari masing-masing fakultasnya setiap tahun
mampu menarik para mahasiswa sebanyak lebih dari dua ribu mahasiswa baru.
Begitu pula, institusi pendidikan swasta lainnya. Institusi tersebut juga tidak kalah
dengan Undiksha yang juga mampu menarik masyarakat untuk mengenyam pendi-
dikan di sana.
WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 11 No. 1 Agustus 2011
81
Banyaknya kehadiran mahasiswa baru (lama) di Kota Singaraja ternyata meli-
batkan stakeholders yang lain. Banyak muncul peluang usaha, misalnya jasa loundry,
rumah makan, warnet, fotokofi, salon, catering, pebisnis properti kos-kosan atau pe-
mondokan dan lainnya. Di antara peluang bisnis yang ada, bisnis kos-kosan salah
satunya yang sedang menjamur di kota Singaraja. Banyak para pebisnis yang mem-
bangun rumah untuk jasa layanan pemondokan bagi mahasiswa. Area di sekitar
kampus yang beradius kurang dari satu kilometer, seperti di Jalan Bisma, Kutilang,
Krisna, Tegalsari, Pahlawan, Ahmad Yani, Nusa Indah, Dewi Sartika Selatan dan Utara,
Udayana merupakan daerah-daerah yang menyediakan layanan jasa pemondokan
bagi mahasiswa yang tinggi. Masyarakat berlomba-lomba membangun pemondokan
yang menyediakan fasilitas yang layak bagi huni, baik standar maupun mewah.
Meningkatnya permintaan akan jasa penyediaan pemondokan di satu pihak,
dengan penawaran di lain pihak yang tidak sebanding mengakibatkan, sewa kamar di
sekitar kampus Undiksha yang beradius kurang dari satu kilo meter harganya melon-
jak tinggi. Hingga akhirnya para mahasiswa baru/lama mencari jasa pemondokan
yang berjarak lebih dari satu kilometer dengan harapan harganya bisa lebih murah.
Seperti di desa Babakan, Baktiseraga, BTN Panji Asri, Banyuning, Sukasada dan se-
kitarnya. Hal ini mengundang banyak pebisnis yang membangun kos-kosan di daerah
ini.
Dari latar belakang di atas ada beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan
yakni: 1) Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi konsumen dalam mengambil
keputusan memilih rumah kos di kota Singaraja? 2) faktor-faktor apakah yang paling
dominan mempengaruhi perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan memilih
rumah kos di kota Singaraja?
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui 1)
faktor-faktor yang mempengaruhi anak kos dalam mengambil keputusan memilih
rumah pemondokan di kota Singaraja, dan 2) faktor-faktor yang paling dominan mem-
pengaruhi perilaku anak kos dalam pengambilan keputusan memilih rumah pemon-
dokan di kota Singaraja
II. METODoLOGI PENELITIAN
Dalam penelitian ini definisi operasional variabel yang dimaksud adalah:
a. Produk adalah rumah yang ditawarkan oleh pemilik rumah kos di Singaraja yang
diukur dari tersedianya berbagai ukuran kamar, kamar mandi dalam, kamar
mandi luar, tidak ada tuan rumah, ada tuan rumah, rumah yang bertingkat, dan
rumah yang tidak bertingkat.
WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 11 No. 1 Agustus 2011
82
b. Harga adalah jumlah uang yang harus dibayarkan oleh anak kos sebagai tempat
tinggal dalam periode tertentu. Yang diukur dari harga yang ditawarkan terjang-
kau, dapat bersaing, sewa bulanan, sewa tahunan, diskon, dan adanya toleransi
dalam pembayaran
c. Lokasi adalah tempat di mana rumah kos berada di kota Singaraja. Yang diukur
dari letak rumah kos yang strategis, mudah dijangkau, dan sentra kos.
d. Perorangan, adalah keadaan internal seseorang yang mempengaruhi konsumen
dalam memilih rumah kos sebagai tempat tinggal yang diukur dari gaya hidup dan
tingkat ekonomi dari anak kos.
e. Perhatian adalah perilaku atau sikap dari pemilik rumah terhadap anak kos yang
diukur dari ramah dalam menanyakan dan memberikan informasi serta cepat di
dalam penanganan keluhan-keluhan yang dihadapi anak kos.
f. Kualitas yang diukur dari mutu konstruksi dan bahan bangunan serta fasilitas-fa-
silitas yang tersedia di kamar.
g. Lingkungan adalah faktor-faktor yang ada baik di dalam maupun di luar rumah
kos yang diukur dari keamanan, kenyamanan (taman dan tempat istirahat), sarana
fotokofi, rumah makan, dan internet.
h. Fasilitas adalah faktor-faktor yang tersedia baik di dalam maupun di luar rumah
kos. Di dalam kamar kos seperti almari, tempat tidur, dan meja, kursi. Di Ruang
tamu seperti TV dan kursi tamu. Di Luar kamar seperti tempat parkir, tempat
jemur, dapur, dan tempat cuci .
i. Promosi adalah informasi yang diterima oleh anak kos tentang keberadaan rumah
kos yang diukur dari informasi melalui radio, brosur, observasi, referensi teman
dan keluarga, serta biro jasa.
Populasi target dalam penelitian adalah mahasiswa lama atau baru yang me-
nempati rumah kos di sekitar wilayah kota Singaraja. Menurut Supranto (1997),
untuk meperoleh hasil yang lebih baik dari suatu analisis faktor, jumlah responden
yang diambil untuk menjawab kuesioner adalah sebanyak 5 x item pertanyaan, se-
hingga jumlah responden 5 x 36 adalah 180 responden. Untuk pengambilan masing-
masing responden digunakan teknik analisis accidental sampling.
Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, ditempuh langkah-langkah
sebagai berikut. 1) Menyebarkan kuesioner yang dilakukan dengan menyebarkan
daftar pertanyaan secara langsung kepada anak kos yang kebetulan berada di rumah
kos, dengan harapan mereka menjawab atau mengisi daftar pertanyaannya sehingga
hasil dari kuesioner dapat diolah. Untuk memperoleh data yang mendekati skala
interval, maka teknik kuesioner yang digunakan adalah skala rating. Menurut
(Riduwan, 2000), skala rating adalah data mentah yang didapat berupa angka kemu-
WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 11 No. 1 Agustus 2011
83
dian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Pembuatan dan penyusunan instrumen
dengan skala rating yang penting harus dapat mengartikan atau menafsirkan setiap
skor yang diberikan dalam alternatif jawaban pada setiap item instrumen. Skor 1
berarti sangat tidak setuju (STS), Skor 2 berarti tidak setuju (TS), Skor 3 berarti cukup
setuju (CS), Skor 4 berarti setuju (S), Skor 5 berarti sangat setuju (SS), 2) Wawan-
cara, adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya jawab langsung
dengan pihak yang dijadikan narasumber, dalam hal ini anak kos dan pemilik rumah
kos di Singaraja, dan 3) Observasi, adalah mengadakan pengamatan ke objek pene-
litian yaitu terhadap beberapa anak kos, pemilik kos, dan rumah kos.
Pada penelitian ini teknik analisis yang digunakan adalah analisis faktor.
Sebelum dilakukan analisis faktor akan dilakukan pengujian validitas dan pengujian
reliabilitas. Setelah data valid maka selanjutnya dilakukan uji reliabilitas. Pengujian
reliabilitas ini bertujuan untuk mengetahui keterandala suatu instrumen, bila peng-
ukuran dengan instrumen tersebut dilakukan berulang-ulang. Santoso dan Tjiptono
(2001) menyatakan cara pengujian reliabilitas adalah dengan mencari nilai α-
cronbach ( dengan menggunakan sofware SPSS versi 16 for windows ), di mana nilai α
berkisar antara 0 sampai 1, makin besar nilai yang diperoleh, maka makin besar
reliabilitas variabel tersebut.
Menurut Santoso dan Tjiptono (2001), proses analisis faktor yang dilakukan
dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Memilih variabel-variabel yang dianggap layak untuk dimasukkan dalam
analisis selanjutnya, dengan mengenakan sejumlah pengujian pada semua
variabel, dan mengeluarkan variabel yang terbukti tidak layak. Dalam hal
ini menggunakan metode KMO dan Barlett test of sphericity, pengukuran
MSA ( Measure of Sampling adequacy ) serta pegujian dengan Anti Image
Matrices.
2. Proses Factoring yaitu melakukan ekstrasi terhadap sekumpulan Variabel
yang ada sehingga terbentuk satu atau lebih faktor. Metode yang dilakukan
untuk melakukan proses ekstrasi adalah Principal Component Analysis.
Proses selanjutnya adalah melakukan proses rotasi untuk memperjelas
apakah faktor yang terbentuk sudah secara signifikan berbeda dengan
faktor yang lain.
3. Menamakan masing-masing faktor yang telah terbentuk, dimulai dari faktor
yang memiliki nilai eigenvalue yang terbesar hingga yang terkecil (nilai
eigenvalue di atas 1 ).
4. Uji keakuratan model.
WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 11 No. 1 Agustus 2011
84
III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Uji Validitas & Reliabilitas Instrumen-Instrumen Penelitian
Berdasarkan hasil análisis data menunjukkan hasil Alfa-Cronbach sebesar
0,838. Menurut Malhotra (1996), jika menggunakan analisis faktor apabila reliabilitas
instrumen menunjukkan Alfa-Cronbach di atas 0,6, maka instrumen dikatakan valid
dan reliabel , sehingga dengan demikian seluruh instrumen tersebut dapat digunakan
pada analisis berikutnya.
3.2 Hasil Analisis Dan Pembahasan
1. Correlation Matrix
Berdasarkan uji korelasi diperoleh bahwa dari 36 indikator ada 3 indikator yang
memiliki nilai Anti Image Correlation lebih kecil dari 0,5 yaitu X5 (Rumah kos yang
ada tuan rumah), X6 (Rumah kos yang bertingkat), X9 (Harga yang ditawarkan
bersaing) sedangkan 33 indikator memiliki nilai Anti Image Correlation lebih besar
dari 0,5 didukung oleh uji berletts tes of sphericity dan Kaiser meyer olkin (KMO)
nilainya sebesar 0,819 sehingga layak untuk dilakukan analisis selanjutnya.
2. Analisis Faktor
Setelah terseleksi 33 variabel, maka selanjutnya melakukan analisis faktor
dengan langkah-langkah sebagai berikut.
2.1 Communalities
Berdasarkan output dapat diketahui bahwa initial bernilai 1, hal ini berarti
bahwa sebelum dilakukan ekstraksi, variabel tersebut 100% membentuk faktor,
karena faktor sebelum dilakukan ektraksi adalah sama dengan variabel, dengan demi-
kian, masih terdapat 33 variabel.
Nilai extraction menggambarkan besarnya persentase varian suatu variabel yang
dapat dijelaskan oleh faktor yang akan terbentuk. Untuk variabel X21 memiliki nilai
extraction sebesar 0,793. Hal ini berarti bahwa 79,3% varian yakni pelayanan tuan
rumah yang ramah dapat membentuk variabel Perhatian. Makin besar nilai
communalities menunjukan makin kuat hubungan dengan faktor yang nantinya akan
terbentuk.
2.2 Total Variance Explained
Tabel total variance explained digunakan untuk mengetahui banyaknya faktor
yang terbentuk. Faktor yang terbentuk harus mewakili nilai eigenvalues ≥ 1,
berdasarkan hasil analisis diperoleh output sebagai berikut.
WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 11 No. 1 Agustus 2011
85
Tabel 1: Total Variance Explained
Extraction Sums of Squared Loadings and initial
eigenvalue Rotation Sums of Squared Loadings
Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %
7.909 23.965 23.965 5.077 15.383 15.383
2.229 6.756 30.721 2.940 8.910 24.293
1.955 5.924 36.645 2.434 7.376 31.669
1.802 5.460 42.105 2.182 6.612 38.281
1.704 5.163 47.268 1.888 5.720 44.001
1.516 4.593 51.861 1.683 5.100 49.102
1.283 3.887 55.748 1.624 4.921 54.023
1.202 3.642 59.390 1.323 4.010 58.032
1.065 3.227 62.617 1.307 3.961 61.993
1.037 3.144 65.761 1.243 3.768 65.761
Extraction Method: Principal Component Analysis
Berdasarkan tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa jumlah faktor yang terbentuk
adalah 10 faktor. Kesepuluh faktor tersebut memiliki nilai eigenvalue lebih besar dari
satu. Masing-masing nilai eigenvalue komponen pertama sebesar 7,909, Komponen
kedua sebesar 2,229, komponen ketiga sebesar 1,995, komponen keempat sebesar
1,802, komponen kelima 1,704, komponen keenam sebesar 1,516, komponen ketujuh
sebesar 1,283, komponen kedelapan sebesar 1,202, komponen kesembilan sebesar
1,065, komponen kesepuluh sebesar 1,037 dengan persentase kumulatif sebesar
65,761%, dengan demikian 65,761% dari seluruh variabel yang ada dapat dijelaskan
dari sepuluh faktor tersebut, sedangkan faktor yang memiliki persentase nilai
variance tertinggi adalah faktor perhatian sebesar 15,383%, ini berarti bahwa faktor
perhatian mendominasi perilaku anak kos dalam pemilihan rumah pemondokan di
kota Singaraja.
2.3. Rotated Component Matrix
Rotated component matrix menunjukan distribusi variabel-variabel yang telah
diekstrak ke dalam faktor yang telah terbentuk berdasarkan factor loadings-nya se-
telah dilakukan proses rotasi. Nilai faktor loadings-nya dimungkinkan berubah setelah
mengalami rotasi. Variabel yang memiliki factor loadings < 0,4 dianggap memiliki
konstribusi yang lemah terhadap faktor yang terbentuk sehingga harus direduksi dari
faktor yang dibentuknya. Dengan demikian faktor yang terbentuk adalah sebagai
berikut.
WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 11 No. 1 Agustus 2011
86
Tabel 2: Ringkasan Hasil Analisis Faktor
Nama
Faktor
Indikator Factor
Loading
Eigenvalue Vriance
Explaned
(%)
Comulative
Total
Variance
(%)
Perhatian
X21 0,828 7,909 15,383 15,383
X26 0,799
X23 0,782
X20 0,720
X22
X27
0,717
0,602
X25 0,582
X8 0,521
X28
X24
0,509
0,477
Fasilitas
X30 0,798 2,229
8,910 24,293
X29 0,795
X31 0,699
Harga X12
0,739 1,955 7,376 31,669
X1 0,664
X14 0,601
X2 0,559
X13 0,431
Promosi X32 0,784 1,802 6,612 38,281
X33 0,693
X36 0,678
Lokasi X16 0,807 1,704 5,720 44,001
X15 0,723
WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 11 No. 1 Agustus 2011
87
X17 0,623
Sistem
Pembayaran
X11 0,803 1,516 5,100 49,102
X10 0,631
X35 0,444
Produk X3 0,726 1,283 4,921 54,023
X18 0,616
Tidak ada
tuan rumah
X4 0,743 1,202 4,010 58,032
X34 0,680
Perorangan X19 0,790 1,065 3,961 61,993
Rumah
Tidak
bertingkat
X7 0,822 1,037 3,768 65,761
WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 11 No. 1 Agustus 2011
88
j. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa faktor perhatian memiliki nilai
varian terbesar, yaitu 15,383% yang terdiri dari Pelayanan tuan rumah yang
ramah (X21), Jaminan Keamanan yang ada di rumah kos (X26), Penanganan
keluhan yang cepat (X23), Pelayanan tuan rumah yang cepat (X20), Pemberian
informasi yang akurat tentang situasi lingkungan (X22), Kenyamanan di sekitar
rumah kos (X27), Kualitas fasilitas yang tersedia dalam kamar (X25), Harga kamar
yang ditawarkan terjangkau (X8), Tersedianya fasilitas pendukung untuk pendi-
dikan dan pribadi (fotokofi, rumah makan, dan internet) ( X28), kualitas kon-
struksi dan bahan bangunan dari rumah kos (X 24). Sebagai pengelola rumah kos
perlu perhatian khusus atau sikap ramah dari pemilik rumah terhadap anak kos,
menanyakan dan memberikan informasi serta cepat di dalam penanganan keluh-
an-keluhan yang dihadapi anak kos.
2.4. Reproduced Correlation Matrix
Output ini digunakan untuk uji ketepatan model dari faktor-faktor yang ter-
bentuk. Berdasarkan output reproduced correlatiuon matrix, diperoleh informasi
bahwa terdapat 152 atau 28% residual di atas garis diagonal yang berubah. Dikatakan
berubah apabila selisih nilai koefisien korelasi dari matriks korelasi asal dengan ko-
efisien korelasi dari matriks korelasi memiliki selisih mutlak tidak lebih dari 0,05.
Yang dimaksud dengan matriks korelasi baru adalah matriks koefisien korelasi yang
telah dibatasi hanya menjadi 2 faktor yang terbentuk saja. Dengan demikian, model
yang terbentuk dari analisis faktor dinyatakan baik karena berubah 28% atau kurang
dari 50%.
IV. SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab se-
belumnya, maka dapat ditarik suatu simpulan sebagai berikut.
1. Dari 33 indikator, terbentuk 10 faktor yaitu faktor perhatian, faktor fasilitas,
faktor harga, faktor promosi, faktor lokasi, faktor sistem pembayaran, faktor
tidak ada tuan rumah, faktor produk, faktor perorangan, dan faktor rumah tidak
bertingkat.
2. Faktor yang paling dominan adalah faktor perhatian memiliki nilai varian ter-
besar, yaitu 15,383% .
4.2 Saran
Dari hasil analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maka saran yang
dapat diajukan kepada pemilik rumah kos di Singaraja adalah sebagai berikut.
WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 11 No. 1 Agustus 2011
89
1) Perhatian terhadap faktor-faktor yang menentukan anak kos untuk membuat
keputusan memilih rumah pemondokan di kota Singaraja perlu ditingkatkan,
sehingga dapat memuaskan hati anak kos.
2) Faktor harga dan sistem pembayaran, dengan adanya discount apabila pem-
bayaran sekaligus 2 tahun, atau apabila anak kos diberikan toleransi penun-
daan pembayaran karena alasan tertentu, sehingga anak kos merasa diper-
hatikan.
3) Faktor promosi, sebaiknya juga dilakukan oleh pemilik rumah pemondokan,
terutama bagi anak kos yang baru masuk ke wilayah yang dituju, apalagi per-
saingan di dalam usaha rumah pemondokan ini sangat tinggi, sehingga jangan
sampai ada rumah atau kamar yang kosong pada setiap tahunnya.
4) Faktor produk seperti letak kamar mandi perlu juga mendapat perhatian dari
pemilik rumah pemondokan, sekarang kecenderungannya hampir sebagian
besar pemilik rumah hanya menyediakan kamar dengan kamar mandi di
dalam, sebaiknya sediakan kamar mandi luar, karena ada juga anak kos yang
memiliki dana sedikit sehingga mencari rumah dengan kamar mandi di luar.
5) Faktor lokasi, lokasi rumah pemondokan juga menentukan dikenal dan tidak-
nya rumah pemondokan, rumah pemondokan yang kurang strategis, jauh dari
tempat tujuan anak kos, sebaiknya kompensasi dengan faktor-faktor lain se-
perti misalnya pelayanan yang ramah, cara pembayaran dipermudah, rumah
yang nyaman sehingga rumah yang lokasinya kurang strategis tetap diminati
oleh anak kos.
6) Faktor tidak ada tuan rumah, umumnya faktor ini yang diminati oleh anak kos
karena kesannya tidak banyak diatur, mereka merasa bebas, oleh sebab itu
bagi pemilik rumah pemondokan yang tinggal langsung dengan anak kos se-
baiknya berikan mereka pengertian dan tata tertib di awal mereka menempati
rumah pemondokan, jangan mereka terlalu dikekang, sehingga mereka merasa
tidak nyaman.
7) Faktor perorangan, seperti profesi tuan rumah atau yang memiliki rumah pe-
mondokan juga memegang peranan penting, terutama anak kos yang statusnya
mahasiswa yang baru pertama pisah dengan orang tua. Orang tua mereka me-
rasa nyaman anaknya kos karena latar belakang tuan rumah. Misalnya tuan
rumah atau pemilik rumah seorang dosen, dokter, dan lain-lain yang memiliki
kredibilitas yang dapat dipercaya.
8) Faktor rumah yang tidak bertingkat, anak-anak kos lebih nyaman tinggal di
rumah yang tidak bertingkat, tidak panas, tidak berdesak-desakan apalagi
WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 11 No. 1 Agustus 2011
90
kalau rumah pemondokan ada halamannya, ada kebunnya, sehingga rumah
kelihatan lebih asri.
Daftar Pustaka
Indriyo Gitasudarmo. 2000. Manajemen Pemasaran. Edisi I. Cetakan ke-6.
Yogyakarta: PT BPFE.
J. Paul Pete. 1999. Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran. Edisi keempat. Jilid I.
Jakarta: Erlangga.
Kotler, Philip. 2002. Perilaku Konsumen dan Startegi Pemasaran. Edisi Keempat. Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.
Kolter, Philip. 1997. Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan, Implementasi
Pengenalian . Edisi Ketujuh. Jakarta: LPFE UI.
Kolter, Philip, Armstrong Gary. 2001. Dasar-dasar Pemasaran. Jilid I. Jakarata : PT.
Ikrar Mandiri abadi.
Kotler Philip. 1997. Marketing. Jakarta: Erlangga
Singgih Santoso dan Fendy Tjiptono. 2001. Riset Pemasaran. Jakrata : PT. ELEX Media
komputindo, Kelompok Gramedia.
Sofyan Assausi. 2002. Manajemen Pemasaran Dasar, konsep strategi. Cetakan ketujuh.
Jakarata: PT Raja Grafindo Persada.
Swasta Basu. 2002. Pengantar Bisnis Modern (Pengantar Ekonomi Perusahaan
Modern). Edisi Pertama. Cetakan Kesepuluh. Jogjakarta: Liberty Offseti.
Swasta Basu. 1999. Asas-asas marketing. Yogyakarta: Liberty.
Swasta Basu dan T. Hani Handoko. 1996. Manajemen Analisis Perilaku Konsumen.
Yogyakarta: Liberty.
Sugiyono. 2001. Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta.
Supranto. J. 1997. Pengukuran Tingkat Kepuasan Konsumen Untuk Menaikkan Pangsa
Pasar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Riduwan. 2000. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: CV
Alfabeto.