faktor-faktor yang berpengaruh terhadap …lib.unnes.ac.id/29814/1/7211413005.pdf · khususnya...
TRANSCRIPT
i
FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP
REVALUASI ASET TETAP
(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2015)
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
Irma Sulistiyani
NIM 7211413005
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian
skripsi pada :
Hari :
Tanggal :
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Subowo, M.Si. Dhini Suryandari, S.E, M.Si., Ak
NIP. 195504161984031003 NIP. 198212142008122001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Akuntansi
Drs. Fachrurrozie, M.Si.
NIP. 196206231989011001
iii
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Irma Sulistiyani
NIM : 7211413005
Tempat Tanggal Lahir : Kebumen, 16 Maret 1996
Alamat : Lumbu RT 01/RW 01 Kecamatan Kutowinangun,
Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah
menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya
sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.
Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau
dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila di kemudian hari terbukti skripsi ini
adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Semarang, Mei 2017
Irma Sulistiyani
NIM. 7211413005
iv
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada :
Hari :
Tanggal :
Penguji I
Drs. Heri Yanto, MBA, PhD
NIP. 196307181987021001
Penguji II Penguji III
Drs. Subowo, M.Si. Dhini Suryandari, SE., M.Si., Ak.
NIP. 195504161984031003 NIP. 198212142008122001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi
Dr. Wahyono, M.M.
NIP : 1956010319831001
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
“Mulai” adalah kata yang penuh kekuatan. Cara terbaik untuk menyelesaikan
sesuatu adalah “mulai”. (Clifford Warren)
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah
selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain
(Q.S Al-Insyirah: 6-8)
Usaha tidak akan mengkhianati hasil.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada :
1. Ibu, Bapak dan Adikku yang senantiasa
mendoakan, memberikan kasih sayang,
menyemangati, mendukung dan
membimbingku.
2. Sahabat-sahabat yang selalu memberi
bantuan dan semangat.
3. Teman-teman Jurusan Akuntansi 2013,
khususnya Akuntansi A 2013
4. Almamaterku
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Revaluasi Aset Tetap (Studi pada
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2015)”.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, saran dan dukungan baik moral
maupun material dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang,
2. Dr. Wahyono, M.M., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang,
3. Drs. Fachrurrozie, M.Si., Ketua Jurusan Akuntansi Universitas Negeri
Semarang,
4. Drs. Subowo, M.Si. dan Dhini Suryandari S.E.,M.Si.,Ak., Dosen pembimbing
yang senantiasa memberikan bimbingan, pengarahan, saran, maupun kritik
dalam penyusunan skripsi ini,
5. Drs. Heri Yanto, MBA, PhD, Dosen penguji yang telah membimbing,
memberikan arahan, kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini,
6. Drs. Asrori, MS dan Bestari Dwi Handayani, SE., M.Si., dosen wali yang
selalu memberikan arahan, saran, dan motivasi dalam menempuh studi,
7. Seluruh dosen dan staf pengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Semarang, yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama masa studi.
vii
8. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberikan doa, semangat, motivasi dan
kasih sayangnya sepanjang hayat,
9. Teman-teman jurusan Akuntansi yang telah membagikan ilmu pengetahuan
yang bermanfaat selama penulis menempuh studi di Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Semarang.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga segala bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis
senantiasa mendapatkan balasan dari Allah SWT. Akhir kata, besar harapan
penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, dapat dijadikan
referensi penelitian selanjutnya dan berguna bagi perkembangan studi akuntansi.
Semarang, Mei 2017
Penulis
viii
SARI
Sulistiyani, Irma. 2017. “Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Revaluasi
Aset Tetap (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun
2015)”. Skripsi. Jurusan Akuntansi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri
Semarang. Pembimbing I Drs. Subowo, M.Si., II Dhini Suryandari, SE., M.Si.,
Ak.
Kata kunci : Revaluasi Aset Tetap, Leverage, Likuiditas, Ukuran
Perusahaan, Intensitas Aset Tetap, Akuisisi
Penilaian aset tetap menggunakan metode harga perolehan menjadikan nilai
aset tetap yang disajikan dalam laporan keuangan menjadi tidak relevan, karena
nilai yang disajikan tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Hal ini
disebabkan karena adanya fluktuasi inflasi yang terjadi di Indonesia. PSAK 16
Revisi 2011 memperbolehkan perusahaan untuk memilih metode biaya atau
metode revaluasi. Revaluasi aset tetap merupakan penilaian kembali aset tetap
yang dimiliki oleh perusahaan akibat adanya perubahan harga aset di pasaran,
sehingga diperlukan penyesuaian nilai buku aset dengan nilai wajar aset. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan melakukan revaluasi aset tetap.
Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia pada tahun 2015. Pemilihan sampel menggunakan metode
purposive sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 85
perusahaan. Variabel independen dalam penelitian ini meliputi leverage,
likuiditas, ukuran perusahaan, intensitas aset tetap dan akuisisi. Metode analisis
menggunakan analisis regresi logistik yang meliputi uji overall model fit, uji
kelayakan model, koefisien determinasi, dan pengujian hipotesis dengan
signifikansi α = 5%. Pengujian hipotesis menggunakan program SPSS 21.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel leverage dan akuisisi
berpengaruh positif terhadap pemilihan metode revaluasi aset tetap. Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan dengan leverage tinggi dan perusahaan yang
melakukan akuisisi cenderung memilih metode revaluasi aset tetap dalam menilai
aset tetapnya. Variabel likuiditas, ukuran perusahaan, dan intensitas aset tetap
tidak berpengaruh terhadap keputusan melakukan revaluasi aset tetap.
Saran bagi perusahaan sebaiknya mempertimbangkan faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap keputusan melakukan revaluasi aset tetap. Bagi investor,
sebaiknya mempertimbangkan untuk berinvestasi di perusahaan yang melakukan
revaluasi aset tetap. Penelitian selanjutnya dapat meneliti faktor-faktor lain yang
dimungkinkan dapat mempengaruhi pemilihan metode revaluasi aset tetap,
menambah periode pangamatan, dan meneliti dampak adanya PMK
191/PMK.010/2015 tentang Penilaian Kembali Aktiva Tetap untuk tujuan
Perpajakan.
ix
ABSTRACT
Sulistiyani, Irma. 2017. “Factors that Affect the Fixed Asset Revaluation”. Final
Project. Accounting Department. Faculty of Economics. Semarang State
University. 1st
supervisor Drs. Subowo, M.Si., 2nd
Dhini Suryandari, SE., M.Si.,
Ak.
Keywords: Fixed Asset Revaluation, Leverage, Liquidity, Company Size,
Fixed Asset Intensity, Acquisition
The valuation of fixed assets using cost method makes the value of fixed
assets presented in financial statements irrelevant, because the value presented
does not reflect the actual price. This is due to the inflation fluctuation in
Indonesia. PSAK 16 Revision 2011 allows companies to choose cost method or
revaluation method in assessing their fixed assets. Fixed asset revaluation is a
revaluation of fixed assets owned by company due to changes in asset prices in
the market, so it is necessary to adjust the book value of assets with the fair value
of assets. This study aims to determine the factors that influence the decision of
implementing fixed assets revaluation.
The population of the study is 138 companies which are listed on the
Indonesian Stock Exchange in 2015, with samples of 85 companies. The
independent variables in this study include leverage, liquidity, firm size, fixed
asset intensity and acquisition. The analysis method used logistic regression
analysis which includes model fit test, goodness of fit test, coefficient of
determination, and hypothesis testing with significance α = 5%. The hypothesis
testing used SPSS 21 program.
The results of this study indicate that leverage and acquisition variable had a
positive effect on the decision of implementing fixed asset revaluation. This
results show that the companies that had high leverage and the companies that
made the acquisition tended to choose the revaluation method in assessing their
fixed assets. Meanwhile the liquidity, firm size, and fixed asset intensity variable
had no effect on the selection of implementing fixed asset revaluation.
Suggestions for the company should be more consider the factors that affect
the fixed asset revaluation. Furthermore, it will be better to investor to consider
investing in companies that revalued their fix asset. Future research can examine
other factors that may influence the selection of fixed asset revaluation methods,
add period of study, and examine the impact of tax discount policy on PMK
Number 191/PMK.010/2015 on Fixed Asset Revaluation in purpose of Taxation.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................. ii
PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................... iii
PERNYATAAN ................................................................................................ iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... v
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi
SARI .................................................................................................................. viii
ABSTRACT ...................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ..................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
1.2. Identifikasi Masalah ......................................................................... 12
1.3. Cakupan Masalah ............................................................................. 13
1.4. Rumusan Masalah ............................................................................ 14
1.5. Tujuan Penelitian .............................................................................. 14
1.6. Manfaat Penelitian ............................................................................ 15
1.7. Orisinalitas Penelitian ....................................................................... 16
xi
BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................ 17
2.1. Kajian Teori ....................................................................................... 17
2.1.1. Teori Akuntansi Positif ........................................................... 17
2.1.2. Teori Keagenan ....................................................................... 21
2.2. Kajian Variabel Penelitian ............................................................... 23
2.2.1. Revaluasi Aset Tetap ............................................................ 23
2.2.2. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Revaluasi
Aset Tetap ............................................................................. 27
2.2.3. Leverage ............................................................................... 28
2.2.4. Likuiditas .............................................................................. 31
2.2.5. Ukuran Perusahaan ............................................................... 33
2.2.6. Intensitas Aset Tetap ............................................................ 35
2.2.7. Akuisisi ................................................................................ 36
2.3. Kajian Penelitian Terdahulu ............................................................. 37
2.4. Kerangka Berpikir ............................................................................ 44
2.4.1. Pengaruh Leverage terhadap Revaluasi Aset Tetap ............. 44
2.4.2. Pengaruh Likuiditas terhadap Revaluasi Aset ..................... 46
2.4.3. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Revaluasi Aset
Tetap ..................................................................................... 48
2.4.4. Pengaruh Intensitas Aset Tetap terhadap Revaluasi Aset
Tetap ..................................................................................... 50
2.4.5. Pengaruh Akuisisi terhadap Revaluasi Aset Tetap ............... 51
2.5. Hipotesis Penelitian .......................................................................... 54
xii
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 55
3.1. Jenis dan Desain Penelitian .............................................................. 55
3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ........................ 55
3.2.1. Populasi ................................................................................... 55
3.2.2. Sampel .................................................................................... 56
3.2.3. Teknik Pengambilan Sampel .................................................. 56
3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ................... 57
3.3.1. Variabel Dependen ............................................................... 57
3.3.2. Variabel Independen ............................................................. 58
3.3.2.1.Leverage ................................................................... 58
3.3.2.2.Likuiditas .................................................................. 59
3.3.2.3.Ukuran Perusahaan ................................................... 59
3.3.2.4.Intensitas Aset Tetap ................................................ 60
3.3.2.5.Akuisisi ..................................................................... 60
3.4. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 62
3.5. Metode Analisis Data ....................................................................... 63
3.5.1. Analisis Statistik Deskriptif .................................................. 63
3.5.2. Analisis Statistik Inferensial ................................................. 64
3.5.2.1.Menilai Keseluruhan Model ..................................... 65
3.5.2.2.Menilai Kelayakan Model Regresi ........................... 66
3.5.2.3.Koefisien Determinasi .............................................. 67
3.5.2.4.Tabel Klasifikasi ....................................................... 67
3.5.2.5.Uji Multikolinearitas................................................. 67
xiii
3.5.2.6.Estimasi Parameter dan Interpretasinya ................... 68
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 70
4.1 Hasil Penelitian ................................................................................ 70
4.1.1 Deskripsi Objek Penelitian ................................................... 70
4.1.2 Analisis Statistik Deskriptif .................................................. 71
1. Revaluasi Aset Tetap ..................................................... 71
2. Leverage ........................................................................ 72
3. Likuiditas ....................................................................... 74
4. Ukuran Perusahaan ........................................................ 76
5. Intensitas Aset Tetap ..................................................... 78
6. Akuisisi .......................................................................... 79
4.1.3 Analisis Statistik Inferensial ................................................. 80
4.1.3.1.Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit) .... 80
4.1.3.2.Menilai Kelayakan Model (Goodness of Fit) ........... 82
4.1.3.3.Koefisien Determinasi .............................................. 83
4.1.3.4.Tabel Klasifikasi ....................................................... 84
4.1.3.5.Uji Multikolinearitas................................................. 85
4.1.3.6.Estimasi Parameter dan Interpretasinya ................... 86
4.2 Pembahasan ...................................................................................... 90
4.2.1 Pengaruh Leverage terhadap Revaluasi Aset Tetap ............. 90
4.2.2 Pengaruh Likuiditas terhadap Revaluasi Aset Tetap ............ 92
4.2.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Revaluasi Aset
xiv
Tetap ..................................................................................... 95
4.2.4 Pengaruh Intensitas Aset Tetap terhadap Revaluasi Aset
Tetap ..................................................................................... 97
4.2.5 Pengaruh Akuisisi terhadap Revaluasi Aset Tetap ............... 99
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 102
5.1 Kesimpulan....................................................................................... 102
5.2 Saran ................................................................................................. 103
5.2.1. Saran Bagi Perusahaan ........................................................... 103
5.2.2. Saran Bagi Investor ................................................................ 104
5.2.3. Saran Bagi Peneliti Selanjutnya ............................................. 104
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 105
LAMPIRAN ........................................................................................................ 111
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Data IHK dan Inflasi di Indonesia tahun 2013-2015 ....................... 2
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu ........................................................................ 39
Tabel 3.1. Definisi Operasional Variabel .......................................................... 61
Tabel 4.1. Daftar Pemilihan Sampel ................................................................. 70
Tabel 4.2. Analisis Frekuensi Variabel Revaluasi Aset Tetap .......................... 71
Tabel 4.3. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Variabel Leverage ..................... 72
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Variabel Leverage .......................................... 73
Tabel 4.5. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Variabel Likuiditas .................... 74
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Variabel Likuiditas ......................................... 75
Tabel 4.7. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Variabel Ukuran Perusahaan ..... 76
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Variabel Ukuran Perusahaan .......................... 77
Tabel 4.9. Hasil Analisis Deskriptif Variabel Intensitas Aset Tetap ................ 78
Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Variabel Intensitas Aset Tetap........................ 79
Tabel 4.11. Analisis Frekuensi Variabel Akuisisi ............................................... 80
Tabel 4.12. Output Hasil Pengujian Overaal Fit Model Block 0 ........................ 81
Tabel 4.13. Output Hasil Pengujian Overaal Fit Model Block 1 ........................ 82
Tabel 4.14. Hssil Uji Kelayakan Model .............................................................. 83
Tabel 4.15. Koefisien Determinasi...................................................................... 84
Tabel 4.16 Tabel Klasifikasi ............................................................................... 84
Tabel 4.17 Tabel Hasil Uji Multikolinearitas ..................................................... 85
Tabel 4.18 Output Hasil Uji Regresi Logistik .................................................... 88
Tabel 4.18 Simpulan Hasil Uji Hipotesis ............................................................ 90
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Histogram Klasifikasi Perusahaan Manufaktur yang melakukan
Revaluasi dan Tidak Revaluasi Aset Tetap ................................ 4
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ....................................................................... 54
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Nama Perusahaan Sampel ................................................. 111
Lampiran 2 Ringkasan Data Variabel Penelitian ............................................. 116
Lampiran 3 Hasil Olah Data Penelitian ........................................................... 119
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perusahaan merupakan suatu organisasi yang dibentuk oleh seseorang atau
sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu. Secara riil, suatu perusahaan
akan selalu berusaha untuk menghasilkan laba yang besar sehingga mampu
menghasilkan keuntungan untuk meningkatkan jumlah kekayaan perusahaan dan
memperluas kegiatan usaha perusahaan. Perusahaan akan senantiasa berusaha
untuk meningkatkan laba yang diperoleh perusahaan, sehingga dapat menjaga
keberlangsungan perusahaan di masa depan.
Kaitannya untuk mencapai tujuan perusahaan, diperlukan sejumlah modal
yang dapat digunakan untuk melakukan kegiatan usaha (Hastuti, 2016). Modal
yang ditanamkan di perusahaan diharapkan dapat menghasilkan keuntungan
sesuai dengan tujuan yang ditetapkan perusahaan. Salah satu modal yang
dibutuhkan untuk mendukung kegiatan operasional perusahaan adalah aset tetap
(Nurjanah, 2013).
Aset tetap merupakan salah satu komponen penting dalam menjalankan
kegiatan operasional perusahaan (Andison, 2015). Penggunaan aset tetap secara
efisien akan menentukan kinerja suatu perusahaan (Latifa, 2016). Umumnya,
aset tetap dinilai berdasarkan harga perolehan, lalu disusutkan nilainya selama
masa manfaat aset tetap sehingga nilainya semakin lama semakin kecil.
Penggunaan harga perolehan dalam penilaian aset menjadikan beberapa nilai
2
2
aset tetap menjadi tidak relevan, karena tidak menunjukkan nilai terkini dari aset
tetap yang dimiliki oleh perusahaan (Latifa, 2016).
Tabel 1.1 Data IHK dan Inflasi di Indonesia periode 2013-2015
BULAN 2013 2014 2015
IHK INFLASI IHK INFLASI IHK INFLASI
Januari 136,9 1,03 111 1,07 118,7 -0,24
Februari 137,9 0,75 111,3 0,26 118,3 -0,36
Maret 138,8 0,63 111,4 0,08 118,5 0,17
April 138,6 -0,1 111,4 -0,02 118,9 0,36
Mei 138,6 -0,03 111,5 0,16 119,5 0,5
Juni 140 1,03 112 0,43 120,1 0,54
Juli 144,6 3,29 113,1 0,93 121,3 0,93
Agustus 146,3 1,12 113,6 0,47 121,7 0,39
September 145,7 -0,35 113,9 0,27 121,7 -0,05
Oktober 145,9 0,09 114,4 0,47 121,6 -0,08
Nopember 146 0,12 116,1 1,5 121,8 0,21
Desember 146,8 0,55 119 2,46 123 0,96
Tingkat Inflasi 8,38 8,36 3,35
Sumber : bps.go.id
Tabel 1.1 berisi tentang data fluktuasi IHK dan inflasi di Indonesia selama
tahun 2013-2015. Adanya fluktuasi inflasi yang terjadi di Indonesia akan
berdampak pada ketidakrelevanan nilai aset jika diukur menggunakan harga
perolehannya (Ramadhan, 2015). Apabila harga-harga sudah berubah dalam
jumlah besar, maka penyajian aset tetap menggunakan harga perolehan tidak
menunjukkan keadaan yang riil dari aktiva perusahaan (Andison, 2015). Nilai
aset tetap yang disajikan bisa undervalue atau overvalue. Sebagai contoh tanah
yang dibeli perusahaan pada tahun 2010, nilainya sudah berbeda dengan nilai
wajar saat ini. Agar penyajian nilai aset tetap dapat menunjukkan nilai yang
3
3
wajar, perlu dipilih suatu kebijakan akuntansi selain penilaian menggunakan
harga perolehan.
Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) telah menetapkan PSAK 16
tentang Aset Tetap yang mengadopsi IFRS (International Financial Reporting
Standars) pada tahun 2011 dan mulai berlaku efektif tanggal 1 Januari 2012.
Konvergensi IFRS menyebabkan terjadinya perubahan pada PSAK 16,
diantaranya adalah perbedaan pengukuran aset tetap setelah pengakuan awal.
Sebelum dikeluarkannya PSAK 16 tahun 2011, aset tetap disajikan berdasarkan
nilai perolehan aset dikurangi akumulasi penyusutan. Namun setelah
konvergensi IFRS, perusahaan dapat memilih menggunakan model biaya atau
model revaluasi dalam menilai aset tetapnya (Latifa, 2016). Revaluasi aset tetap
adalah penilaian ulang aset tetap, yang dapat menyebabkan nilai aset menjadi
lebih tinggi maupun lebih rendah dari nilai aset tercatat (Martani, 2012).
PSAK 16 Revisi tahun 2011 menyatakan bahwa apabila suatu perusahaan
memilih menerapkan model revaluasi aset tetap maka perubahan kebijakan
pengukuran setelah pengukuran awal aset tetap tersebut harus dilakukan secara
konsisten. Sekali perusahaan memilih menggunakan metode revaluasi, maka
perusahaan tidak bisa kembali menggunakan model biaya. Informasi nilai wajar
dianggap lebih relevan dibandingkan dengan informasi nilai perolehan, sehingga
perusahaan tidak perlu melakukan revaluasi aset setiap tahun selama nilai aset
tidak berubah signifikan. Revaluasi dapat dilakukan kembali apabila nilai wajar
aset yang telah direvaluasi berbeda secara material dengan jumlah tercatat.
4
4
Gambar berikut ini menyajikan data perusahaan yang melakukan revaluasi
pada tahun 2012-2014 :
Gambar 1.1. Histogram Klasifikasi Perusahaan Manufaktur yang melakukan
Revaluasi dan Tidak Revaluasi Aset Tetap
Sumber : Latifa, 2016
Gambar 1.1 berisi tentang jumlah perusahaan manufaktur yang melakukan
revaluasi dan tidak revaluasi aset tetap pada tahun 2010-2014. Perusahaan
manufaktur yang melakukan revaluasi aset tetap pada tahun 2010 hanya ada 5
perusahaan dari total keseluruhan 86 perusahaan. Pada tahun 2011-2013 jumlah
perusahaan yang melakukan revaluasi aset tetap hanya 4 perusahaan. Sedangkan
pada tahun 2014 jumlah perusahaan yang melakukan revaluasi menurun, hanya
2 perusahaan. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa masih sedikit
perusahaan di Indonesia yang melakukan revaluasi aset tetap. Pada tahun 2014
perusahaan manufaktur yang melakukan revaluasi hanya 2% dari total
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
2010 2011 2012 2013 2014
Revaluasi
Tidak Revaluasi
5
5
DSAK telah menetapkan PSAK 16 Revisi 2011 tentang Aset Tetap yang
berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 2012, namun masih sedikit perusahaan di
Indonesia yang memilih untuk melakukan revaluasi aset tetap. Perusahaan lebih
memilih menggunakan metode biaya daripada revaluasi aset tetap dalam menilai
aset yang dimiliki. Seng dan Su (2010) berpendapat bahwa revaluasi aset tetap
membutuhkan biaya yang mahal, seperti biaya penggunaan tenaga penilai
(valuer fee) yang cukup tinggi dan peningkatan biaya audit. Selain itu,
perusahaan juga harus membayar biaya pajak atas revaluasi aset tetap. Biaya
yang mahal merupakan salah satu faktor penyebab perusahaan lebih memilih
untuk menggunakan metode biaya dalam menilai aset tetap (Yulistia, 2015).
Menurut Andison (2015) kebijakan untuk melakukan revaluasi aset tetap
dapat mencerminkan keadaan aset yang sebenarnya, karena dalam praktiknya
perusahaan akan mencatat aset menggunakan nilai pasar aset saat ini. Sehingga
nilai aset yang disajikan di laporan keuangan menjadi relevan. Kerelevanan nilai
aset akan menunjang perbaikan kinerja perusahaan. Adanya kenaikan nilai aset
akibat revaluasi aset tetap, perusahaan dapat melakukan aktivitas-aktivitas lain
yang dapat menunjang peningkatan kinerja, salah satunya dalam kegiatan
peminjaman. Penyajian nilai aset perusahaan yang relevan diharapkan dapat
menarik perhatian kreditor, sehingga perusahaan dapat melakukan pinjaman
dengan mudah terhadap pihak lain (Nurjanah, 2013). Hal ini dapat terjadi karena
aset tetap dapat digunakan sebagai jaminan kredit dalam melakukan pinjaman
(Hastuti, 2016).
6
6
Revaluasi aset tetap dapat memberikan keuntungan dan kerugian bagi
perusahaan. Menurut Dewi (2014), laporan posisi keuangan akan menunjukkan
posisi kekayaan perusahaan yang wajar sehingga pemakai laporan keuangan
dapat memperoleh informasi yang lebih akurat dan tepat. Selisih lebih penilaian
kembali juga akan meningkatkan struktur modal sendiri, yang artinya
perbandingan antara pinjaman (debt) dengan modal (equity) atau DER menjadi
semakin baik. Semakin membaiknya DER (rasio pinjaman terhadap ekuitas),
perusahaan dapat menarik dana melalui pinjaman dari pihak ketiga maupun
emisi saham (Irwan, 2014).
Kekurangan dari revaluasi aset tetap adalah meningkatnya beban
penyusutan aset tetap yang dibebankan dalam laba rugi atau dibebankan ke
harga pokok produksi pada periode berjalan (Khairati, 2015). Selain itu,
revaluasi aset tetap membutuhkan biaya yang mahal, seperti biaya jasa penilai,
biaya audit serta biaya pajak atas revaluasi aset tetap (Seng dan Su, 2010).
Dengan adanya berbagai kelebihan dan kekurangan revaluasi aset tetap,
manajemen perusahaan harus mempertimbangkan biaya dan manfaat yang akan
diterima perusahaan di masa sekarang dan masa depan jika perusahaan
memutuskan untuk melakukan revaluasi aset tetap.
Adanya kenaikan nilai aset tetap setelah dilakukan revaluasi akan
berdampak pada beban penyusutan aset di tahun-tahun berikutnya menjadi lebih
besar. Beban penyusutan yang semakin besar akan mengurangi laba perusahaan,
sehingga dapat meminimalkan pajak terutang yang dibayarkan oleh perusahaan.
Meskipun pada saat melakukan revaluasi laba perusahaan akan berkurang,
7
7
namun kebijakan ini akan memberikan manfaat lain seperti laporan posisi
keuangan akan menunjukkan posisi keuangan yang wajar sehingga laporan
keuangan dapat menyajikan informasi yang lebih akurat (Waluyo, 2016:191).
Beberapa perusahaan di Indonesia telah melakukan revaluasi aset tetap.
Sebagaimana dikutip dari Liputan6.com, Rizal Ramli yang menjabat sebagai
Menteri Perekonomian (19 November 2015) menyatakan bahwa salah satu
perusahaan yang mendapatkan keuntungan cukup besar dari revaluasi aset tetap
yaitu PT PLN. Revaluasi aset tetap pernah menyelamatkan PLN dari
kebangkrutan pada tahun 2000. Saat itu perusahaan memiliki modal negatif
sebesar Rp 9 triliun, sedangkan aset yang dimiliki hanya Rp 50 triliun.
Kemudian untuk mengatasi masalah tersebut PT PLN melakukan revaluasi aset
tetap dan hasilnya nilai aset meningkat menjadi Rp 250 triliun. Selisih revaluasi
dimasukkan ke modal. Modal yang tadinya negatif menjadi Rp 104 triliun.
Namun saat itu PT PLN harus membayar pajak atas revaluasi aset sebesar Rp 50
triliun. Namun perusahaan tidak mampu melakukannya, sehingga pemerintah
memberikan keringanan bagi PLN untuk mencicil pajak tersebut selama 7 tahun.
PT PLN melakukan revaluasi aset pada tahun 2015. Setelah melakukan revaluasi
aset tetap pada tahun 2015, terdapat beberapa aset PT PLN yang nilainya
bertambah besar. Adanya peningkatan nilai aset setelah revaluasi menandakan
bahwa kondisi keuangan perusahaan menjadi lebih sehat. Selain itu, dengan
peningkatan nilai aset perusahaan akan membuat perusahaan menjadi lebih
mudah untuk mendapatkan pinjaman yang lebih besar.
8
8
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengungkapkan bahwa
penerimaan pajak dari revaluasi aset tetap pada tahun 2015 sebesar Rp 20 triliun
(Liputan6.com). Penerimaan pajak keseluruhan pada tahun 2015 yaitu Rp 1.005
triliun, tumbuh 12 persen dibandingkan realisasi tahun 2014. Salah satu
penerimaan yang turut menyumbang pendapatan negara berasal dari pajak atas
revaluasi aset yang dilakukan BUMN, perusahaan swasta maupun Wajib Pajak
Pribadi. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah mendapatkan keuntungan dari
adanya revaluasi aset tetap.
PT Bank Negara Indonesia Tbk. telah melakukan revaluasi aset tetap pada
tahun 2015. Aset tetap BNI meningkat menjadi Rp 12,2 triliun setelah dilakukan
revaluasi aset tetap. Dikutip dari Liputan6.com pada tanggal 12 Januari 2016,
Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk Achmad Baiquni menyatakan
bahwa peningkatan nilai aset perusahaan berpengaruh terhadap penguatan resiko
kecukupan modal. Peningkatan nilai aset sangat bermanfaat bagi BNI karena
perseroan akan mendapatkan tambahan modal dan keuangan perusahaan menjadi
lebih sehat.
Seng dan Su (2010) berpendapat bahwa pemilihan metode revaluasi aset
tetap bergantung pada kebijakan manajer perusahaan-perusahaan di New
Zealand. Asimetri informasi menyiratkan minimnya kapasitas pihak eksternal
perusahaan untuk memperoleh informasi mengenai suatu perusahaan (Andison,
2015). Asimetri informasi dapat memicu manajemen untuk melakukan tindakan-
tindakan sesuai dengan keinginan dan tujuan untuk memaksimalkan utilitisnya.
Sedangkan bagi pemegang saham akan sulit untuk mengontrol secara efektif
9
9
tindakan-tindakan yang akan dilakukan oleh manajemen karena minimnya
informasi yang mereka peroleh (Novianto, 2014).
PSAK Konvergensi IFRS mengharuskan manajer untuk memilih salah satu
metode pengukuran untuk menilai aset tetap, yaitu menggunakan model biaya
atau revaluasi. Mengingat masih sedikitnya perusahaan di Indonesia yang
melakukan revaluasi aset tetap, maka penulis tertarik untuk mengkaji faktor-
faktor apa saja yang mempengaruhi manajer untuk memilih metode revaluasi
aset tetap dalam menilai aset tetap perusahaan.
Penelitian mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap revaluasi
aset tetap telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, namun terdapat
perbedaan hasil dari penelitian yang telah dilakukan. Seng dan Su (2010)
meneliti tentang faktor-faktor yang mendorong manajer untuk melakukan
revaluasi aset tetap di perusahaan New Zealand. Adapun faktor-faktor yang
diteliti yaitu contracting factor yang diukur dengan leverage dan penurunan arus
kas dari operasi. Faktor politik yang diukur dengan ukuran perusahaan, dan
asimetri informasi yang diukur dengan revaluasi tahun sebelumnya, intensitas
aset tetap, pertumbuhan perusahaan, dan pengumuman pemberian saham bonus.
Berdasarkan penelitian tersebut ditemukan bahwa hanya variabel ukuran
perusahaan, intensitas aset tetap, dan pengumuman bonus yang berpengaruh
terhadap revaluasi aset tetap.
Penelitian yang dilakukan oleh Hastuti (2016) tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi revaluasi aset tetap menemukan hasil bahwa hanya variabel
leverage berpengaruh positif terhadap revaluasi aset tetap. Hal ini sejalan dengan
10
10
penelitian yang dilakukan oleh Piera (2007), Iatridis (2012), dan Andison (2015)
yang menemukan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap revaluasi aset
tetap. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Seng dan Su (2010),
Firmansyah (2012), Sherlita (2012) dan Yulistia (2015) menemukan hasil bahwa
leverage tidak berpengaruh terhadap revaluasi aset tetap.
Likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhui
kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo. Penelitian yang dilakukan
oleh Manihuruk dan Farahmita (2015) menemukan hasil bahwa likuiditas
berpengaruh terhadap pemilihan metode revaluasi aset tetap. Namun penelitian
yang dilakukan oleh Andison (2015) dan Hastuti (2016) tidak dapat
membuktikan pengaruh likuiditas terhadap keputusan melakukan revaluasi aset
tetap.
Ukuran perusahaan telah diteliti oleh beberapa peneliti sebelumnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Seng dan Su (2010) menemukan hasil bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh terhadap revaluasi aset tetap di perusahaan New
Zealand. Namun penelitian yang dilakukan di Indonesia, oleh Latifa (2016);
Yulistia (2015) dan Nurjanah (2013) menemukan hasil bahwa ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap keputusan melakukan revaluasi aset
tetap.
Intensitas aset tetap mencerminkan proporsi aset tetap dibandingkan total
aset yang dimiliki perusahaan (Manihuruk dan Farahmita, 2015). Penelitian yang
dilakukan oleh Latifa (2016), Manihuruk dan Farahmita (2015), Nurjanah
(2013), dan Seng dan Su (2010) membuktikan bahwa intensitas aset tetap
11
11
berpengaruh terhadap keputusan melakukan revaluasi aset tetap. Namun
penelitian yang dilakukan oleh Hastuti (2016) dan Yulistia (2015) menemukan
hasil bahwa intensitas aset tetap tidak dapat mempengaruhi keputusan manajer
untuk memilih metode revaluasi aset tetap.
Akuisisi merupakan pengambilalihan kepemilikan dan pengendalian atas
aset atau saham suatu perusahaan oleh perusahaan lain. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Iatridis dan Kilirgiotis (2012) dan Zakaria (2015) menunjukkan
bahwa akuisisi berpengaruh positif terhadap revaluasi aset tetap. Namun
penelitian yang dilakukan oleh Seng dan Su (2010) dan Nurjanah (2013)
menemukan hasil bahwa akuisisi tidak berpengaruh terhadap keputusan
melakukan revaluasi aset tetap.
Penjelasan di atas mengindikasikan bahwa terjadi phenomena gap dan
research gap. Phenomena gap menunjukkan kenyataan yang ada tidak sesuai
dengan harapan yang diinginkan. Mengingat banyaknya keuntungan dan
manfaat yang diperoleh perusahaan apabila melakukan revaluasi aset tetap,
diharapkan banyak perusahaan di Indonesia yang melakukan revaluasi aset tetap.
Namun berdasarkan data yang diperoleh, jumlah perusahaan yang melakukan
revaluasi aset tetap di Indonesia masih sedikit. Adapun perbedaan hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya akan menimbulkan
persepsi yang berbeda mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi revaluasi aset
tetap. Oleh karena itu, perlu dikaji ulang mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi manajer untuk melakukan revaluasi aset tetap.
12
12
Berdasarkan asumsi dan penjelasan yang telah dijelaskan sebelumnya,
maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor
yang Berpengaruh terhadap Revaluasi Aset Tetap (Studi pada Perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2015)”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat
diidentifikasikan beberapa pokok permasalahan sebagai berikut :
1. Fluktuasi inflasi yang terjadi di Indonesia akan berdampak pada
ketidakrelevanan nilai aset yang disajikan dalam laporan keuangan
perusahaan jika disajikan menggunakan metode biaya. Dengan adanya
kenaikan harga-harga barang di pasaran, maka nilai aset tetap yang disajikan
dalam laporan keuangan menjadi tidak relevan karena tidak mencerminkan
nilai wajar saat ini.
2. Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) telah menetapkan PSAK 16
tentang Aset Tetap yang mengadopsi IFRS (International Financial
Reporting Standars) pada tahun 2011 dan mulai berlaku efektif tanggal 1
Januari 2012. Konvergensi IFRS menyebabkan terjadinya perubahan pada
PSAK 16, diantaranya adalah perbedaan pengukuran aset tetap setelah
pengakuan awal. Sebelum dikeluarkannya PSAK 16 tahun 2011, aset tetap
disajikan berdasarkan nilai perolehan aset dikurangi akumulasi penyusutan.
Setelah konvergensi IFRS, perusahaan dapat memilih menggunakan model
biaya atau model revaluasi dalam menilai aset tetapnya. DSAK telah
13
13
menerbitkan PSAK sejak 2012, namun perusahaan di Indonesia yang
menerapkan kebijakan revaluasi aset tetap jumlahnya masih sedikit.
3. Adanya asimetri informasi antara pihak manajemen dan pemegang saham
yang menyebabkan manajemen dapat bertindak untuk lebih mementingkan
kepentingan pribadinya. Hal ini dapat memberikan peluang kepada
manajemen untuk bertindak oportunis, sehingga diperlukan upaya untuk
mencegah tindakan oportunis manajemen melalui penyajian nilai aset tetap
menggunakan nilai wajar.
4. Penelitian terdahulu terkait faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
revaluasi aset tetap menunjukkan hasil yang belum konsisten. Adapun
perbedaan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya
akan menimbulkan persepsi yang berbeda mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi revaluasi aset tetap. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi manajer
untuk melakukan revaluasi aset tetap.
1.3 Cakupan Masalah
Penulis membatasi masalah dalam penelitian ini dengan memfokuskan pada
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keputusan melakukan revaluasi aset
tetap pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2015. Adapun faktor-faktor yang diteliti meliputi leverage, likuiditas, ukuran
perusahaan, intensitas aset tetap dan akuisisi.
14
14
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut :
a. Apakah leverage berpengaruh positif terhadap revaluasi aset tetap?
b. Apakah likuiditas berpengaruh negatif terhadap aset tetap?
c. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap revaluasi aset
tetap?
d. Apakah intensitas aset tetap berpengaruh positif terhadap revaluasi aset
tetap?
e. Apakah akuisisi berpengaruh positif terhadap revaluasi aset tetap?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh leverage terhadap revaluasi
aset tetap.
b. Mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh likuiditas terhadap
revaluasi aset tetap.
c. Mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh ukuran perusahaan
terhadap revaluasi aset tetap.
d. Mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh intensitas aset tetap
terhadap revaluasi aset tetap.
e. Mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh akuisisi terhadap revaluasi
aset tetap.
15
15
1.6 Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana pembelajaran dalam
penulisan karya ilmiah sekaligus pendalaman materi yang didapatkan
dari kegiatan perkuliahan. Selain itu, hasil penelitian dapat memperluas
wawasan dan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap keputusan melakukan revaluasi aset tetap pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI.
2. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan rujukan dalam
penelitian selanjutnya tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
keputusan melakukan revaluasi aset tetap.
3. Bagi Praktisi
Hasil penelitian ini dapat menambah informasi dan menjadi bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini
dapat memberikan masukan dan informasi yang bermanfaat bagi
manajemen perusahaan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
pemilihan metode revaluasi aset tetap. Selain itu, perusahaan dapat
mengetahui keuntungan dan kerugian revaluasi aset tetap. Sehingga
perusahaan dapat memilih kebijakan penilaian aset yang terbaik untuk
perusahaan.
16
16
1.7 Orisinalitas Penelitian
Penelitian ini merupakan modifikasi dari berbagai penelitian sebelumnya
yang mengkaji tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap revaluasi aset
tetap, seperti penelitian yang dilakukan oleh Seng dan Su (2010), Andison
(2015), Manihuruk dan Farahmita (2015) dan Hastuti (2016). Penelitian ini
fokus pada perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
pada tahun 2015. Peneliti menambahkan variabel akuisisi karena masih sedikit
penelitian di Indonesia yang menggunakan variabel tersebut. Selain itu,
penelitian ini menggunakan beberapa proksi yang berbeda dengan penelitian
sebelumnya, sehingga diharapkan akan memberikan hasil yang lebih akurat.
17
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Teori Akuntansi Positif
Teori akuntansi positif dikembangkan oleh Watts dan Zimmerman (1960)
yang menjelaskan tentang kebijakan akuntansi dan praktiknya dalam perusahaan
serta memprediksi kebijakan apa yang akan dipilih manajer dalam kondisi-
kondisi tertentu di masa yang akan datang. Perusahaan harus menentukan
kebijakan akuntansi dan praktik yang tepat dalam penyusunan laporan keuangan.
Teori akuntansi positif merupakan teori akuntansi yang terdiri dari
seperangkat prinsip atau konsep yang lebih luas, yang menjelaskan atau
memberikan jawaban terhadap praktik akuntansi yang berlaku dan memprediksi
atau meramalkan fenomena-fenomena yang terjadi dimana akuntansi diterapkan
guna penyusunan konstruksi dan verifikasi teori. Teori akuntansi positif
digunakan untuk menjelaskan dan meramalkan pilihan standar manajemen
melalui analisis atas biaya dan manfaat dari pengungkapan keuangan tertentu
dalam hubungannya dengan berbagai individu dan pengalokasian sumber daya
ekonomi (Belkaoui, 2012:187).
Teori akuntansi positif didasarkan pada adanya dalil bahwa manajer,
pemegang saham dan pemerintah berusaha untuk memaksimalkan utilitas
mereka yang secara langsung berhubungan dengan kompensasi dan keuntungan
yang akan mereka dapatkan. Pihak-pihak yang mempunyai wewenang dan
18
18
kepentingan dengan perusahaan berhak untuk ikut serta dalam menentukan
kebijakan akuntansi dan pelaksanaan dalam penyusunan laporan keuangan.
Teori akuntansi menjelaskan apakah kebijakan yang telah dibuat, jika dilihat
secara objektif memiliki manfaat bagi perusahaan, atau apakah kebijakan yang
telah dibuat telah terpengaruh oleh faktor-faktor lain yang nantinya hanya akan
menguntungkan sebagian pihak. Pilihan kebijakan akuntansi oleh beberapa
kelompok tersebut bergantung pada perbandingan antara biaya dan manfaat dari
berbagai alternatif prosedur akuntansi untuk memaksimalkan utilitas mereka.
Sebagai contoh, manajemen mempertimbangkan pengaruh laba yang tercantum
dalam laporan keuangan terhadap pajak, biaya politis, kompensasi manajemen,
biaya informasi produksi dan pengaruh yang lainnya (Belkaoui, 2012:188).
Teori akuntansi positif berusaha menjelaskan atau memprediksi fenomena
nyata dan mengujinya secara empiris (Godfrey, et al, 1997 dalam Ghozali dan
Anis, 2007). Tujuan teori akuntansi positif adalah untuk menjelaskan (to
explain) dan memprediksi (to predict) praktik akuntansi. Penjelasan artinya
memberikan alasan-alasan terhadap praktik yang diamati. Misalnya, teori
akuntansi positif menjelaskan mengapa perusahaan tetap menggunakan metode
cost historis dan mengapa perusahaan tertentu mengubah teknik akuntansi
mereka. Sedangkan prediksi praktik akuntansi berarti teori berusaha
memprediksi fenomena yang belum diamati (Setijaningsih, 2012).
Mengacu pada teori akuntansi positif, prosedur akuntansi yang digunakan
oleh perusahaan tidak harus sama dengan yang lainnya. Manajer perusahaan
diberi kebebasan untuk memilih salah satu alternatif prosedur yang tersedia
19
19
untuk untuk mencapai efisiensi dan efektivitas perusahaan serta tingkat laba
yang maksimal. Masalah utama dalam teori akuntansi positif tergantung pada
penentuan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pilihan manajer, dengan
memperhatikan asumsi teori agensi dan biaya kontrak.
Menurut Belkaoui (2012:189) pilihan kebijakan akuntansi tergantung pada
variabel-variabel yang mempengaruhi manajemen dalam memilih metode
akuntansi berdasarkan rencana bonus, kontrak utang dan proses politik.
Berdasarkan asumsi tersebut, dihasilkan tiga hipotesis yang meliputi : hipotesis
rencana bonus; hipotesis utang; dan hipotesis biaya politis. Hipotesis tersebut
merupakan bentuk dari tindakan oportunis dari para manajer perusahaan.
Hipotesis rencana bonus menyatakan bahwa manajer perusahaan yang
memiliki rencana bonus akan memilih metode akuntansi yang dapat
meningkatkan laba perusahaan pada periode yang bersangkutan. Tindakan
tersebut dilakukan karena alternatif yang dipilih dapat meningkatkan prosentase
nilai bonus jika tidak terdapat penyesuaian terhadap metode yang dipilih.
Hipotesis utang berpendapat bahwa semakin tinggi utang atau ekuitas yang
dimiliki perusahaan, maka perusahaan akan semakin dekat dengan batasan-
batasan yang terdapat di dalam perjanjian utang dan semakin besar pula
kesempatan pelanggaran perjanjian utang. Hal tersebut dapat menimbulkan
biaya kegagalan teknis yang harus ditanggung oleh perusahaan. Sehingga
kemungkinan besar manajer perusahaan akan memilih metode-metode akuntansi
yang dapat meningkatkan laba perusahaan di masa depan.
20
20
Hipotesis biaya politis mempunyai pandangan bahwa perusahaan besar
kemungkinan akan memilih metode akuntansi yang dapat menurunkan laba
perusahaan dengan tujuan untuk menghindari biaya politik yang harus
dikerluarkan oleh perusahaan. Perusahaan yang besar maka biaya politiknya
juga semakin besar (Latifa, 2016). Sebagai contoh biaya Corporate Social
Responsibility atau sering disebut CSR dan biaya pajak. Semakin besar ukuran
perusahaan, maka tanggungjawab sosial perusahaan juga semakin tinggi. Begitu
pula dengan biaya pajak, semakin tinggi laba perusahaan maka semakin tinggi
pula pajak yang harus dibayarkan kepada pemerintah.
Berdasarkan teori akuntansi positif, maka perusahaan dapat memilih salah
satu prosedur kebijakan akuntansi yang dapat meminimalkan biaya kontrak dan
memaksimalkan nilai perusahaan. Dalam penentuan kebijakan penilaian aset
tetap, manajer perusahaan dapat memilih kebijakan menggunakan metode cost
atau revaluasi aset tetap. Hal ini sejalan dengan PSAK 16 yang membebaskan
perusahaan untuk memilih kebijakan dalam penilaian aset tetap perusahaan.
Mengacu pada teori akuntansi positif, manajer perusahaan akan memilih
kebijakan akuntansi yang tepat agar dapat meminimalkan biaya kontrak dan
memaksimalkan nilai perusahaan.
Azouzi dan Jarboui (2012) menyatakan bahwa teori akuntansi positif dapat
digunakan untuk menjelaskan motivasi manajer untuk melakukan revaluasi aset
tetap. Perusahaan akan mengubah metode akuntansi untuk menilai aset dari
metode historical cost menjadi fair value dalam rangka untuk meminimalkan
biaya politik perusahaan. Revaluasi aset dapat digunakan sebagai alat untuk
21
21
mengurangi rasio debt to equity dalam rangka untuk menghindari biaya
kegagalan utang dan juga dapat digunakan sebagai sinyal adanya pertumbuhan
perusahaan.
2.1.2 Teori Keagenan
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan
adalah sebuah kontrak antara manajer dengan para pemegang saham. Perusahaan
bisa dilihat sebagai satu rangkaian kontrak antara pihak-pihak yang berkaitan.
Manajer dikontrak oleh pemegang saham untuk mengelola perusahaan agar
perusahaan dapat menghasilkan aliran kas yang bisa meningkatkan nilai
perusahaan, sehingga dapat memberikan keuntungan untuk pemegang saham.
Namun, seringkali manajer bertindak tidak sejalan dengan kepentingan
pemegang saham. Hal ini mengakibatkan munculnya potensi konflik yang dapat
mempengaruhi kualitas laba perusahaan (Godfrey dkk, 2010 dalam Utami,
2015).
Teori keagenan menekankan pada pentingnya pemilik perusahaan
(pemegang saham) menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada tenaga-tenaga
profesional (agent) yang lebih mengerti dalam menjalankan bisnis sehari-hari.
Adapun tujuan dari dipisahkannya pengelola dari kepemilikan perusahaan, yaitu
agar pemilik perusahaan dapat memperoleh keuntungan yang maksimal dengan
pengeluaran biaya yang efisien.
Berdasarkan teori keagenan, perbedaan kepentingan antara manajer dan
pemegang saham mengakibatkan timbulnya konfik yang biasa disebut agency
conflict. Konflik kepentingan yang sangat potensial ini menyebabkan pentingnya
22
22
suatu mekanisme yang diterapkan yang berguna untuk melindungi kepentingan
pemegang saham (Jensen and Meckling, 1976).
Masalah keagenan yang dihadapi investor perusahaan mengacu pada
kesulitan investor untuk memastikan bahwa dananya tidak disalahgunakan oleh
manajemen perusahaan untuk mendanai kegiatan yang tidak menguntungkan.
Menurut Jensen dan Meckling (1976), penyebab konflik antara manajer dan
pemegang saham diantaranya adalah pembuatan keputusan yang berkaitan
dengan aktivitas pencarian dana dan bagaimana dana yang diperoleh tersebut
diinvestasikan.
Menurut teori keagenan, adanya asimetri informasi yang terjadi antara
agen dan principal menjadi salah satu faktor yang menentukan pilihan metode
akuntansi. Adanya asimetri informasi akuntansi pada dasarnya mengacu pada
situasi dimana pihak eksternal pengguna laporan keuangan perusahaan tidak
dapat mengakses informasi lengkap tentang perusahaan karena adanya
kesenjangan antara informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dan realita
ekonomi yang sebenarnya terjadi di perusahaan (Brown et al., 1992). Perusahaan
melakukan revaluasi aset tetap dengan tujuan agar nilai aset yang disajikan
dalam laporan keuangan dapat mencerminkan nilai wajar aset yang sebenarnya
(Yulistia, 2015). Revaluasi dapat dilihat sebagai salah satu alternatif yang dipilih
manajer untuk mengurangi tingkat asimetri informasi di antara pihak manajemen
dengan pengguna laporan keuangan eksternal, misalnya investor dan pemerintah
(Tay, 2009).
23
23
2.2 Kajian Variabel Penelitian
2.2.1 Revaluasi Aset Tetap
Aset tetap adalah aset berwujud yang :
1) Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang
atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan
administratif.
2) Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
Pengertian tersebut merupakan pengertian menurut PSAK 16 Aset Tetap
Revisi 2011. Akuntansi tentang Aset Tetap di Indonesia diatur dalam PSAK 16
Aset Tetap Revisi 2011 yang mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2012. PSAK
tersebut telah mengadopsi IAS 16 Property, Plant and Equipment per 1 Januari
2009. Menurut Rudianto (2012:276) aset tetap adalah barang berwujud milik
perusahaan yang sifatnya relatif permanen dan digunakan dalam kegiatan nirmal
perusahaan, bukan untuk diperjualbelikan. Sedangkan menurut Kasmir
(2014:39) aset tetap merupakan harta atau kekayaan perusahaan yang digunakan
dalam jangka panjang lebih dari satu tahun.
Aset tetap merupakan aset berwujud yang mempunyai bentuk fisik seperti
tanah dan bangunan. Aset tetap mempunyai tujuan khusus, yaitu dapat
digunakan dalam proses produksi atau penyediaan barang dan jasa, dapat
disewakan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif. Tanah yang
dimiliki perusahaan dengan tujuan untuk dijual, bukan merupakan aset tetap.
Aset tetap termasuk dalam aset tidak lancar karena diharapkan akan digunakan
untuk lebih dari satu periode akuntansi (Martani dkk., 2014:271). Contoh dari
24
24
aset tetap yaitu tanah, bangunan, peralatan, dan kendaraan yang digunakan
dalam kegiatan operasional perusahaan dan bukan ditujukan untuk dijual
kembali dalam kegiatan normal perusahaan.
Biaya perolehan aset tetap harus diakui sebagai aset jika dan hanya jika
besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset
tersebut akan mengalir ke entitas, dan biaya perolehan aset dapat diukur secara
andal. Aset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai aset pada
awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan. Adapun biaya perolehan aset
tetap terdiri dari :
1. Harga perolehannya, termasuk biaya impor dan pajak pembelian
2. Biaya yang diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke
lokasi dan kondisi yang diinginkan
3. Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan
restorasi lokasi aset.
Setelah pengakuan awal aset tetap, perusahaan harus memilih model biaya
(cost model) atau model revaluasi (revaluation model) sebagai kebijakan
akuntansinya. Menurut model biaya, setelah diakui sebagai aset maka aset
tersebut dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan
akumulasi rugi penurunan nilai aset. Sedangkan menurut model revaluasi, aset
tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal harus dicatat pada jumlah
revaluasian. Jumlah revaluasian yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi
dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi
setelah revaluasi. Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang cukup
25
25
reguler untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material
dari jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada akhir periode
pelaporan.
Revaluasi aset tetap adalah penilaian kembali aset tetap perusahaan, yang
diakibatkan adanya kenaikan nilai dari aset tetap tersebut di pasaran atau karena
rendahnya nilai aset tetap dalam laporan keuangan perusahaan disebabkan oleh
devaluasi atau sebab lain sehingga nilai aktiva tetap dalam laporan keuangan
tidak lagi mencerminkan nilai yang wajar (Waluyo dan Ilyas 2002 : 122).
Revaluasi aset sering dimaknai penilaian ulang yang dapat menyebabkan nilai
aset menjadi lebih tinggi, padahal revaluasi dapat menghasilkan nilai yang lebih
rendah maupun lebih tinggi dari nilai aset yang sebelumnya (Martani, 2012).
Revaluasi aset tetap mengacu pada peninjauan kembali atas nilai aset serta
menyesuaikan nilai buku aset dengan nilai pasar saat ini (Brown et al, 1992).
Alasan yang mendasari manajer memilih untuk melakukan revaluasi adalah
untuk memastikan bahwa nilai yang tercantum di laporan keuangan perusahaan
sesuai dengan nilai wajar yang berlaku pada saat dilakukannya revaluasi (Lin
dan Peasnell, 2000). Menurut Martani (2012) konsep revaluasi aset tetap lebih
menekankan pada aspek relevansi laporan keuangan untuk kepentingan
pengambilan keputusan.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa revaluasi aset tetap merupakan
penilaian kembali aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan akibat adanya
perubahan harga-harga, sehingga diperlukan penyesuaian nilai buku aset dengan
nilai pasar saat ini. Setelah revaluasi aset dilakukan, maka nilai aset tetap yang
26
26
tercatat dapat mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Hal ini bermanfaat bagi
para stakeholder dalam hal pengambilan keputusan.
Perusahaan yang memilih melakukan revaluasi aset tetap, maka
perusahaan harus menerapkan metode ini secara konsisten. Sekali perusahaan
melakukan revaluasi maka seterusnya perusahaan juga harus menggunakan
metode revaluasi. Informasi fair value dianggap lebih relevan dibandingkan
dengan informasi historical cost, sehingga perusahaan tidak perlu melakukan
revaluasi aset setiap tahun selama nilai aset tidak berubah signifikan. Revaluasi
dapat dilakukan kembali apabila nilai wajar aset yang telah direvaluasi berbeda
secara material dengan jumlah tercatat (Latifa, 2016).
Penerapan metode revaluasi dilakukan untuk aset tetap dalam kelompok
yang sama. Hal ini berarti jika suatu perusahaan memiliki aset tetap yang
disajikan dalam suatu kelompok, maka model penilaian yang digunakan harus
sama. Sebagai contoh jika induk perusahaan melakukan revaluasi kelompok aset
tanah, maka konsekuensinya perusahaan anak juga harus menggunakan metode
revaluasi. Namun tidak ada pedoman yang mengatur lebih jelas untuk peralatan,
apakah dianggap satu kelompok atau dapat menggunakan sub kelompok seperti
kendaraan, mesin, dan peralatan kantor (Martani, 2012).
Apabila perusahaan yang melakukan revaluasi mengalami peningkatan
jumlah aset tercatat, maka kenaikan tersebut diakui dalam pendapatan
komprehensif lain dan diakumulasikan dalam ekuitas pada bagian surplus
revaluasi. Kenaikan tersebut diakui dalam laba rugi hingga sebesar jumlah
penurunan aset yang sama akibat revaluasi yang pernah diakui sebelumnya
27
27
dalam laba rugi. Jika setelah melakukan revaluasi aset nilai tercatat mengalami
penurunan, maka penurunan tersebut diakui dalam laba rugi. Penurunan nilai
tersebut diakui dalam pendapatan komprehensif lain sepanjang tidak melebihi
saldo surplus revaluasi aset tersebut. Penurunan nilai yang diakui dalam
pendapatan komprehensif lain tersebut akan mengurangi jumlah akumulasi
dalam ekuitas pada bagian surplus revaluasi (Martani dkk., 2014:282).
2.2.2 Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Revaluasi Aset Tetap
Penelitian tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap revaluasi aset
tetap sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, baik di
Indonesia maupun luar negeri. Seng dan Su (2010) melakukan penelitian tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi revaluasi aset tetap di perusahaan New
Zealand. Adapun faktor-faktor yang diteliti yaitu :
1. Faktor perkontrakan yang terdiri dari leverage dan penurunan arus kas
dari operasi
2. Faktor politik yang terdiri dari ukuran perusahaan
3. Asimetri informasi yang terdiri dari revaluasi di tahun sebelumnya,
intensitas aset tetap, pertumbuhan perusahaan, takeover perusahaan dan
isu bonus.
Penelitian lain dilakukan oleh Nurjanah (2013) tentang faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap revaluasi aset tetap. Adapun faktor yang diteliti meliputi
leverage, ukuran perusahaan, struktur aset, petumbuhan perusahaan, investment
opportunity set, penurunan kas dari operasi, ownership control, merger dan
28
28
akuisisi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa leverage, ukuran perusahaan,
pertumbuhan perusahaan, penurunan kas dari aktivitas operasi, merger dan
akuisisi tidak berpengaruh terhadap revaluasi aset tetap. Sedangkan struktur aset,
investment opportunity set, ownership control, berpengaruh terhadap revaluasi
aset tetap.
Penelitian sebelumnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi manajer
perusahaan untuk melakukan revaluasi aset tetap yang dilakukan oleh Lin dan
Peasnell (2000) meneliti pengeluaran saham bonus, utang, kontrak utang,
pengambilalihan perusahaan, penurunan arus kas operasi, deplesi, likuiditas,
ukuran perusahaan, prospek pertumbuhan perusahaan, keberadaan aset yang
direvaluasi dan pola revaluasi sebelumnya.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kebijakan revaluasi aset tetap
yang pernah diteliti sebelumnya meliputi : leverage, pertumbuhan perusahaan,
ukuran perusahaan, likuiditas, intensitas aset tetap, penurunan arus kas dari
operasi, penjualan ekspor, isu bonus, kontrol kepemilikan, deplesi, tingkat
hutang jaminan, market to book ratio, investment opportunity set, tingkat hutang
jaminan, pola revaluasi sebelumnya, merger dan akuisisi.
2.2.3 Leverage
Rasio leverage digunakan untuk mengukur kemampuan aktiva perusahaan
dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya (Subramanyam dan
Wild, 2014:36). Menurut Kasmir (2014:151) rasio leverage digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya, baik
jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dilikuidasi. Leverage
29
29
merupakan rasio untuk mengukur besarnya aktiva yang dibiayai oleh utang atau
proporsi total utang terhadap rata-rata ekuitas pemegang saham. Rasio leverage
memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan,
sehingga dapat dilihat resiko tak tertagihnya suatu utang (Ramadhan, 2015).
Rasio leverage dapat digunakan untuk mengukur perbandingan antara
dana yang disediakan oleh pemilik perusahaan dengan dana yang berasal dari
kreditor. Adanya komponen modal yang berasal dari utang, maka pemilik akan
mendapatkan manfaat berupa keuntungan yang berasal dari pertambahan modal,
namun di sisi lain pemilik juga harus membayar bunga utang. Jika perusahaan
mendapatkan hasil yang lebih besar dari dana yang dipinjam daripada biaya
bunga yang dibayarkan, maka hasil pengembalian untuk para pemilik akan
meningkat (Kurniawati, 2013).
Rasio leverage merupakan rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur
sampai sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang (Kasmir,
2014:151). Menurut Weston, dkk. (1999 : 228) semakin tinggi rasio leverage
maka resiko kerugian juga lebih besar, tetapi juga ada kesempatan bagi
perusahaan untuk mendapatkan laba yang besar. Apabila leverage perusahaan
rendah, maka resiko kerugian juga lebih rendah, terutama pada saat
perekonomian menurun. Hal ini juga akan mengakibatkan rendahnya tingkat
pengembalian pada saat perekonomian tinggi. Oleh karena itu, manajer
perusahaan dituntut untuk mengelola leverage yang baik sehingga mampu
menyeimbangkan tingkat pengembalian yang tinggi dengan mempertimbangkan
resiko yang harus dihadapi (Kasmir, 2014:152).
30
30
Menurut teori akuntansi positif, perusahaan yang memiliki leverage tinggi
memiliki resiko yang tinggi pula, karena perusahaan lebih dekat dengan
pelanggaran perjanjian utang. Oleh karena itu, manajer perusahaan akan
termotivasi untuk menggunakan metode dan prosedur akuntansi yang
memungkinkan perusahaan untuk menghindari pelanggaran perjanjian utang
(Jaggi dan Tsui, 2001).
Beberapa jenis rasio leverage yang sering digunakan adalah :
1. Debt to Asset Ratio
Rasio hutang terhadap aktiva (Debt to Asset Ratio) digunakan untuk
mengukur perbandingan antara total hutang dengan total aktiva yang
dimiliki perusahaan (Kasmir, 2014:152). Rasio ini menunjukkan
seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang atau seberapa
besar hutang perusahaan berpengaruh terhadap aset perusahaan. Rumus
untuk menghitung Debt to Asset Ratio yaitu :
2. Debt to Equity Ratio
Menurut Horne dan Wachowicz (2014 : 169) rasio hutang terhadap
ekuitas dihitung dengan cara membandingkan total hutang perusahaan
(termasuk kewajiban lancar) dengan ekuitas pemegang saham. Rasio
DER dapat digunakan untuk mengetahui perbandingan jumlah dana yang
disediakan kreditur dengan pemilik perusahaan (Kasmir, 2014:158).
Semakin tinggi rasio ini artinya semakin sedikit modal perusahaan jika
31
31
dibandingkan dengan hutang. Rumus untuk menghitung Debt to Equity
Ratio yaitu :
3. Long Term to Debt Equity Ratio
LTDE menunjukkan perbandingan antara utang jangka panjang terhadap
ekuitas. Tujuan rasio ini adalah untuk mengukur berapa bagian dari
setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan hutang jangka
panjang (Kasmir, 2014:159). Rumus untuk menghitung LTDE yaitu :
2.2.4 Likuiditas
Likuiditas mengacu pada kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendeknya (Subramanyam dan Wild, 2014:240). Menurut
Kasmir (2014:129) rasio likuiditas berfungsi untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam membiayai dan memenuhi kewajiban pada saat ditagih.
Likuiditas merupakan rasio yang menunjukkan hubungan antara kas dan aset
lancar perusahaan lainnya dengan kewajiban lancarnya (Brigham dan Houston,
2014:134).
Perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya harus
mempunyai alat-alat untuk membayar kewajibanya yang berupa aset lancar
(Brigham dan Houston, 2014:135). Menurut Kasmir (2014:134) aset lancar
merupakan harta perusahaan yang dapat dijadikan uang dalam waktu singkat
32
32
(maksimal satu tahun). Aset lancar meliputi kas, efek yang dapat
diperdagangkan, piutang usaha, dan persediaan.
Aset lancar perusahaan sebaiknya jumlahnya lebih besar daripada
kewajiban lancarnya. Jika suatu perusahaan mengalami kesulitan keuangan,
perusahaan mulai lambat membayar utang usaha, pinjaman bank, dan kewajiban
lainnya. Apabila kewajiban lancar perusahaan naik lebih cepat daripada aset
lancar, maka likuiditas perusahaan akan menurun. Likuiditas menurun
merupakan pertanda adanya masalah (Brigham dan Houston, 2014:134). Ada
dua rasio likuiditas yang sering digunakan, yaitu rasio lancar dan quick ratio.
1. Rasio Lancar
Rasio lancar dihitung dengan membagi aset lancar dengan kewajiban
lancar. Rasio ini mengukur seberapa besar aset lancar yang tersedia untuk
menutupi kewajiban lancar yang segera jatuh tempo (Kasmir, 2014:134).
Apabila perusahaan memiliki rasio lancar yang tinggi maka perusahaan
dalam kondisi keuangan yang baik. Namun jika rasio lancar terlalu tinggi
juga dianggap tidak baik karena dapat mengindikasikan adanya masalah
seperti jumlah persediaan yang relatif tinggi dibandingkan taksiran tingkat
penjualan, sehingga tingkat perputaran persediaan juga rendah. Menurut
Brigham dan Houston (2014:134) rasio lancar dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
33
33
2. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Rasio cepat digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dlam
memenuhi kewajiban lancarnya tanpa memperhitungkan persediaan. Rasio
cepat dapat dihitung dengan aset lancar dikurangi dengan persediaan
kemudian dibagi dengan kewajiban lancar. Persediaan pada umumnya
merupakan aset lancar perusahaan yang paling tidak likuid karena
persediaan memerlukan waktu yang relatif lama untuk dikonversi menjadi
uang kas. Menurut Brigham dan Houston (2014 : 135) rasio cepat dapat
dihitung dengan menggunakan rumus :
2.2.5 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya perusahaan yang dapat
dilihat dari besar kecilnya modal yang digunakan, total aktiva yang dimiliki, atau
total penjualan yang diperolehnya (Karuniasari, 2013). Menurut Sudarmadji dan
Sularto (2007) ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan
dan kapitalisasi pasar. Semakin besar total aktiva, penjualan dan kapitalisasi
pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaan. Ketiga variabel ini
digunakan untuk menentukan ukuran perusahaan karena dapat mewakili
seberapa besar perusahaan tersebut. Semakin besar aktiva maka semakin banyak
modal yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin banyak
perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula
ia dikenal oleh masyarakat (Irawan, 2013).
34
34
Perusahaan besar memiliki basis pemegang kepentingan yang lebih luas,
maka kebijakan perusahaan besar akan memberikan dampak yang lebih besar
pula terhadap kepentingan publik dibandingkan dengan perusahaan kecil. Bagi
investor, kebijakan perusahaan akan berimplikasi terhadap prospek cash flow di
masa depan. Sedangkan bagi regulator (pemerintah) akan berdampak pada
besarnya pajak yang akan diterima, serta efektivitas peran pemberian
perlindungan terhadap masyarakat secara umum (Ramadhan, 2015).
Watts dan Zimmerman (1986) dalam political cost hypothesis yang
merupakan bagian dari teori akuntansi positif menyatakan bahwa ukuran
perusahaan digunakan sebagai pedoman biaya politik. Biaya politik akan
meningkat seiring dengan meningkatnya ukuran dan risiko perusahaan.
Perusahaan-perusahaan besar akan lebih sensitif secara politis dan memiliki
beban transfer kesejahteraan (biaya politik) lebih besar yang dikenakan pada
mereka daripada perusahaan- perusahaan kecil. Kaitannya dengan biaya politik,
ukuran perusahaan yang besar relatif untuk mengurangi laba perusahaan agar
biaya politik perusahaan berkurang (Latifa, 2016).
Ukuran perusahaan merupakan ukuran besar kecilnya kekayaan yang
dimiliki oleh suatu perusahaan. Ukuran perusahaan dapat diukur dengan
menggunakan rasio firm size yang diperoleh dari logaritma natural dari total
aset, total penjualan yang diperoleh perusahaan pada periode berjalan, serta
kapitalisasi pasar. Adapun rumus untuk mengukur ukuran perusahaan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
( )
35
35
2.2.6 Intensitas Aset Tetap
Asimetri informasi terjadi jika salah satu pihak dari suatu transaksi
memiliki informasi yang lebih dibandingkan dengan pihak lainnya (Scott, 2009
dalam Yulistia, 2015). Pada asimetri informasi diasumsikan bahwa orang luar
tidak dapat mengamati karakteristik perusahaan secara rinici, misalnya untuk
mengetahui nilai dari sekuritas perusahaan, sehingga manajer perusahaan yang
mengetahui bahwa sekuritasnya undervalued akan mengeluarkan sumber daya
tambahan yang berupa pembayaran dividen yang lebih tinggi (Brown et al.,
1992).
Peranan aset tetap dalam mendukung kegiatan operasional perusahaan
cukup besar. Aset tetap merupakan harta perusahaan yang dapat menyerap
sebagian besar modal perusahaan karena dana yang digunakan untuk
memperoleh aset tetap relatif besar (Ernawati, 2014). Salah satu faktor asimetri
informasi yang diharapkan dapat mempengaruhi revaluasi aset tetap yaitu
intensitas aset tetap (Seng dan Su, 2010).
Intensitas aset tetap menunjukkan proporsi aset tetap dibandingkan total
aset yang dimiliki perusahaan (Manihuruk dan Farahmita, 2015). Proporsi aset
tetap yang besar dapat mempengaruhi keputusan manajer untuk melakukan
revaluasi aset tetap. Hal ini dikarenakan aset tetap digunakan dalam sebagian
besar operasional perusahaan, sehingga apabila proporsi aset tetap meningkat
diharapkan dapat meningkatkan laba perusahaan di masa depan (Nurjanah,
2013).
36
36
Intensitas aset tetap menggambarkan sebagian jumlah aktiva yang dapat
dijadikan jaminan hutang kepada kreditur. Secara umum, perusahaan yang
memiliki jaminan terhadap hutang akan lebih mudah mendapatkan hutang
daripada perusahaan yang tidak memiliki jaminan terhadap hutang (Titman dan
Wessels, 1988 dalam Sari, 2013). Oleh karena itu, perusahaan akan lebih mudah
mendapatkan modal tambahan untuk mengembangkan usaha. Intensitas aset
tetap dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
2.2.7 Akuisisi
Akuisisi adalah pengambilalihan kepemilikan atau pengendalian atas
saham atau aset suatu perusahaan oleh perusahaan lain, namun perusahaan yang
diambil alih maupun pengambilalih tetap eksis sebagai badan hukum yang
terpisah (Moin, 2003). Perusahaan yang di akuisisi secara hukum masih tetap
berdiri dan beroperasi secara independen tetapi telah terjadi pengalihan
pengendalian oleh pihak pengakuisisi (Ayu, 2014).
Akuisisi adalah pengambilalihan aset atau kepemilikan saham suatu
perusahaan oleh perusahaan lain, namun perusahaan pengambilalih maupun
yang diambilalih tetap ada. Akuisisi memberikan peluang bagi perusahaan untuk
melakukan kombinasi bisnis dan untuk menambah nilai perusahaan. Akuisisi
dianggap dapat menciptakan sinergi atau nilai tambah, yaitu nilai keseluruhan
perusahaan setelah akuisisi yang lebih besar daripada penjumlahan nilai masing-
masing perusahaan sebelum akuisisi (Ushuaia dan Prabawani, 2016).
37
37
PSAK No. 22 menyatakan bahwa akuisisi adalah bentuk pengambilalihan
kepemilikan perusahaan oleh pihak pengakuisisi (acquirer), sehingga akan
mengakibatkan berpindahnya kendali atas perusahaan yang diambil alih
(acquire) tersebut. Kendali perusahaan yang dimaksud adalah kekuasaan untuk :
a. Mengatur kebijakan keuangan dan operasi perusahaan.
b. Mengangkat dan memberhentikan manajemen.
c. Mendapat hak suara mayoritas dalam rapat redaksi.
Menurut Husnan (2002:78) akuisisi dapat dibedakan menjadi akuisisi
saham dan akuisisi aset. Akuisisi saham merupakan pengambilalihan saham-
saham yang dimiliki perusahaan oleh pengakuisisi. Akuisisi saham dapat
diartikan sebagai jual beli saham perusahaan, sehingga kepemilikan perusahaan
beralih dari penjual ke pembeli. Akuisisi dapat dilakukan dengan cara membeli
seluruh atau sebagian saham perusahaan target, baik saham baru yang
dikeluarkan maupun pembelian saham langsung dari pemegang saham.
Sedangkan akuisisi aset adalah akuisisi yang terjadi di antara dua atau lebih
perusahaan, dimana objek yang diakuisi adalah sebagian besar atau seluruh aset
perusahaan yang menjadi target akuisisi (Hanik, 2013).
2.3 Kajian Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan revaluasi
aset tetap sudah sering dilakukan, baik di luar negeri maupun di Indonesia.
Kebutuhan dan keinginan stakeholder mengenai penyajian informasi keuangan
yang relevan semakin meningkat, sehingga diperlukan kebijakan yang dapat
meningkatkan keakuratan dan kerelevanan dalam penyajian laporan keuangan
38
38
perusahaan. Informasi yang tersaji dalam laporan keuangan akan sangat
bermanfaat bagi para pemegang saham, karena informasi tersebut dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan perusahaan.
Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan untuk
memilih metode revaluasi aset tetap menarik untuk dilakukan, karena masih
sedikit perusahaan di Indonesia yang melakukan revaluasi aset tetap. Selain itu,
penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang belum konsisten, sehingga
peneliti tertarik untuk mengkaji faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi
keputusan manajer untuk melakukan revaluasi aset tetap. Berikut ini ringkasan
penelitian terdahulu tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan
metode revaluasi aset tetap :
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Judul Penelitian Penulis/
tahun
Variabel Alat
analisis
Hasil
1 Pengaruh
Negosiasi Debt
Contracts,
Political Cost,
Fixed Asset
Intensity, Dan
Market To Book
Ratio Terhadap
Perusahaan
Melakukan
Revaluasi Aset
Tetap
(Studi pada
Perusahaan
Manufaktur yang
Terdaftar di BEI
Tahun 2010-
2014)
Cut Anisa
Latifa
(2016)
Y : Revaluasi
Aset Tetap
X:
- Debt
contracts
- Political
Cost
- Fixed Asset
Intensity
- Market to
Book Ratio
Regresi
Logistik
- Debt contracts
berpengaruh
negatif terhadap
revaluasi aset
tetap
- Political cost
tidak
berpengaruh
terhadap
revaluasi aset
tetap
- Fixed asset
intensity dan
MBR
berpengaruh
positif terhadap
revaluasi aset
tetap
39
39
No Judul Penelitian Penulis/
tahun
Variabel Alat
analisis
Hasil
2 Analisis Faktor-
Faktor yang
Mempengaruhi
Revaluasi Aset
Tetap (Studi
Kasus pada
Perusahaan
Manufaktur yang
terdaftar di BEI
pada tahun 2014
dan 2015).
Miftah
Ahmad
Rizki
(2016)
Y : Revaluasi
Aset Tetap
X :
- Rasio utang
terhadap
ekuitas
- Rasio Harga
terhadap
Nilai Buku
- Aset
- Aset Tetap
- Ilikuiditas
- Total
hutang
asing
- Deplesi aset
tetap
Regresi
Logistik
- Rasio harga
terhadap nilai
buku dan tahun
berpengaruh
terhadap
revaluasi aset
tetap
- Variabel lainnya
tidak
berpengaruh
terhadap
revaluasi aset
tetap
3 Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Revaluasi Aset
Tetap
Sri Hastuti
(2016)
Y : Revaluasi
Aset Tetap
X :
- Leverage
- Likuiditas
- Proporsi
Aset Tetap
- Ukuran
Perusahaan
- Pertumbuhan
Perusahaan
Regresi
Logistik
- Leverage
berpengaruh
postif terhadap
revaluasi aset
tetap.
- Likuiditas,
ukuran
perusahaan,
proporsi aset
tetap dan
pertumbuhan
perusahaan
tidak
berpengaruh
terhadap
revaluasi aset
tetap.
4 Analisis Faktor-
faktor yang
Mempengaruhi
Pemilihan Metode
Revaluasi Aset
Tetap pada
Perusahaan yang
Tunggul
Natalius H
Manihuruk
dan Aria
Farahmita
(2015)
Y : Revaluasi
Aset Tetap
X :
- Ukuran
Perusahaan
- Intensitas
Aset Tetap
Regresi
Logistik
- Ukuran
perusahaan
berpengaruh
negatif terhadap
revaluasi aset
tetap.
40
40
No Judul Penelitian Penulis/
tahun
Variabel Alat
analisis
Hasil
Terdaftar di Bursa
Saham Beberapa
Negara ASEAN
- Leverage
- Likuiditas
- Intensitas aset
tetap, leverage
dan likuiditas
berpengaruh
positif terhadap
revaluasi aset
tetap.
5 Pengaruh
Leverage, Arus
Kas Operasi,
Ukuran
Perusahaan dan
Fixed Asset
Intensity
Terhadap
Revaluasi Aset
Tetap
(Studi pada
Perusahaan
Manufaktur yg
terdaftar di Bursa
Efek Indonesia)
Resti
Yulistia
(2015)
Y : Revaluasi
Aset Tetap
X :
- Leverage
- Arus Kas
Operasi
- Ukuran
Perusahaan
- Fixed Asset
Intensity
Regresi
Logistik
- Tidak ada
pengarauh yang
signifikan
antara leverage,
arus kas operasi,
ukuran
perusahaan dan
intensitas aset
tetap terhadap
revaluasi aset
tetap
6 Insentif
Keputusan
Revaluasi Aset
Tetap
(Studi Empiris
Pada Perusahaan
yang Terdaftar
di Bursa Efek
Indonesia)
Vindy
Perdana
Putra
(2014)
Y : Revaluasi
Aset Tetap
X :
- Leverage
- Intensitas
Aset Tetap
- Tingkat
Likuiditas
Regresi
Logistik
Biner
- Leverage,
pertumbuhan,
ukuran
perusahaan,
intensitas aset
tetap, likuiditas
tidak
berpengaruh
terhadap
revaluasi aset
tetap.
7 Faktor – Faktor
yang
Berpengaruh
Terhadap
Keputusan
Revaluasi Aset
Tetap pada
Perusahaan yang
Listing di Bursa
Ai
Nurjanah
(2013)
Y : Revaluasi
Aset
X :
- Rasio
Leverage
- Ukuran
Perusahaan,
- Struktur
Aset,
Regresi
Logistik
- Leverage,
ukuran
perusahaan,
pertumbuhan
perusahaan,
penurunan kas
dari aktivitas
operasi, merger
dan akuisisi
41
41
No Judul Penelitian Penulis/
tahun
Variabel Alat
analisis
Hasil
Efek Indonesia
Tahun 2011
- Pertumbuhan
Perusahaan,
- Investment
Opportunity
Set,
- Penurunan
Kas dari
Aktivitas
Operasi,
- Ownership
control,
- Merger dan
Akuisisi
- tidak
berpengaruh
terhadap
revaluasi.
Struktur aset,
investment
opportunity set,
dan ownership
control
berpengaruh
terhadap
revaluasi aset
tetap.
- Secara
keseluruhan,
semua variabel
berpengaruh
terhadap
revaluasi aset
tetap.
8 Pengaruh
Negosiasi Debt
Contracts Dan
Political Cost
Terhadap
Perusahaan Untuk
Melakukan
Revaluasi Aset
Tetap
(Studi Empiris
pada Perusahaan
yang terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia tahun
2010)
Egy
Firman-
syah
(2012)
Y : Revaluasi
Aset Tetap
X :
- Leverage
- Tingkat
hutang
jaminan
- Penurunan
arus kas dari
operasi
- Ukuran
Perusahaan
Regresi
Logistik
- Leverage,
tingkat hutang
jaminan,
penurunan arus
kas dari operasi,
ukuran
perusahaan
tidak
berpengaruh
terhadap
revaluasi aset
tetap
9 Incentives for
Fixed Asset
Revaluations :
The UK evidence
George
Emmanuel
Iatridis dan
George
Kilirgiotis
(2012)
Y1 : Revaluasi
aset tetap
Y2 : Earning
Management
X :
- Firm Size
Regresi
Logitik
dan
Regresi
Linear
- Firm size dan
akuisisi
berpengaruh
positif terhadap
revaluasi aset
tetap
42
42
No Judul Penelitian Penulis/
tahun
Variabel Alat
analisis
Hasil
- Foreign
Operatios
- Fixed Asset
Intensity
- Financial
Leverage
Acquisition
- Foreign
operations,
fixed asset
intensity dan
financial
leverage
berpengaruh
terhadap
revaluasi aset
tetap.
- Revaluasi aset
tetap
berpengaruh
negatif terhadap
earning
management
10 Managerial
Incentives Behind
Fixed Asset
Revaluations :
Evidence from
New Zealand
Firms
Dyna
Seng,
Jiahua Su
(2010)
Y : Fixed Asset
Revaluation
X :
- Contracting
factor
(Leverage,
Declining
Cash Flows
From
Operations)
- Political
factor (firm
size)
- Information
Asymetry
(Prior
Revaluation,
fixed asset
intensity,
Growth
Options,
Takeover
offer, bonus
issue)
Logistic
regres-
sion
- Leverage, cash
flow from
operations,
prior
revaluation,
growth options,
takeover offer,
tidak
berpengaruh
terhadap
revaluasi aset
tetap.
- Firm size, fixed
asset intensity,
bonus issue,
berpengaruh
terhadap
revaluasi aset
tetap.
43
43
No Judul Penelitian Penulis/
tahun
Variabel Alat
analisis
Hasil
10 Motives for fixed-
asset revaluation:
An empirical
analysis with
Swiss data
Franck Missonier
Piera
(2007)
Y : Revaluasi
Aset Tetap
X :
- Leverage
- Kontrol
Kepemilikan
- Penjualan
Ekspor
- Peluang
Investasi
Kontrol :
- Terdaftar di
Bursa Swiss
- Ukuran
Perusahaan
- Interest
expense /
average
financial
debt
Pooled
Data
Regres-
sion
- Leverage
berpengaruh
positif terhadap
revaluasi
- Penjualan
ekspor
berpengaruh
positif terhadap
revaluasi
- Peluang
investasi
berpengaruh
negatif
terhadap
revaluasi
Sumber : Berbagai referensi, diolah
2.4 Kerangka Berpikir
Revaluasi aset tetap merupakan penilaian kembali aset tetap yang dimiliki
oleh perusahaan dikarenakan adanya fluktuasi harga aset di pasaran yang tidak
menentu, sehingga diperlukan penyesuaian nilai buku aset dengan nilai wajar
aset saat ini. Setelah dilakukan revaluasi aset tetap, nilai aset tetap yang
disajikan di laporan keuangan adalah nilai wajar aset tetap saat ini. Informasi
tersebut bermanfaat bagi para pengguna laporan keuangan, karena dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang
berhubungan dengan keberlangsungan perusahaan di masa depan.
44
44
PSAK 16 mengharuskan perusahaan untuk memilih metode biaya atau
metode revaluasi dalam menilai aset tetap perusahaan. Hal ini sesuai dengan
teori akuntansi positif yang berpendapat bahwa prosedur akuntansi yang
digunakan oleh perusahaan tidak harus sama dengan perusahaan lain, namun
perusahaan diberi kebebasan untuk memilih salah satu alternatif prosedur yang
tersedia untuk meminimumkan biaya kontrak dan memaksimalkan nilai
perusahaan. Azouzi dan Jarboui (2012) menyatakan bahwa teori akuntansi
positif dapat digunakan untuk menjelaskan motivasi manajer untuk melakukan
revaluasi aset tetap. Perusahaan akan mengubah metode akuntansi untuk menilai
aset dari metode historical cost menjadi fair value dalam rangka untuk
meminimalkan biaya kontrak perusahaan. Revaluasi aset tetap dapat digunakan
sebagai alat untuk mengurangi rasio leverage dalam rangka untuk menghindari
biaya kegagalan utang. Selain menghindari biaya kegagalan piutang, revaluasi
aset tetap dapat digunakan sebagai alat untuk mengurangi biaya politik yang
harus dibayarkan kepada pemerintah dan masyarakat.
2.4.1 Pengaruh Leverage terhadap Revaluasi Aset Tetap
Leverage dapat digunakan untuk mengukur sejauh mana perusahaan
menggunakan pendanaan melalui utang. Rasio leverage bisa juga disebut rasio
utang. Rasio leverage yang tinggi menunjukkan proporsi modal sendiri yang
rendah untuk membiayai aset (Brigham dan Houston, 2014:143). Semakin tinggi
rasio leverage maka semakin tinggi pula resiko yang dihadapi perusahaan
(Khairati, 2015). Kreditor lebih menyukai rasio hutang yang rendah karena
45
45
semakin rendah rasio hutang, akan semakin besar perlindungan terhadap
kerugian kreditor jika terjadi likuidasi (Brigham dan Huston, 2014:144).
Menurut Weston, dkk. (1999 : 228) perusahaan dengan leverage yang
tinggi memiliki resiko rugi yang besar. Perusahaan yang memiliki leverage
tinggi artinya ketergantungan perusahaan terhadap kreditur juga tinggi. Mengacu
pada debt hypothesis dalam teori akuntansi positif yang berpendapat bahwa
semakin tinggi utang yang dimiliki perusahaan, maka semakin tinggi pula resiko
yang dihadapi perusahaan, karena perusahaan lebih dekat dengan pelanggaran
perjanjian utang. Hal tersebut dapat menimbulkan biaya kegagalan teknis yang
harus ditanggung oleh perusahaan (Belkaoui, 2012:189).
Perusahaan dengan leverage tinggi cenderung akan melakukan revaluasi
aset tetap (Hastuti, 2016). Revaluasi aset tetap merupakan salah satu cara
mengurangi rasio debt to equity dalam rangka untuk menghindari biaya
kegagalan utang (Azouzi dan Jarboui, 2012). Perusahaan dengan leverage tinggi
akan memilih metode revaluasi aset tetap untuk menambah basis aset,
mengurangi rasio hutang dan meningkatkan kelayakan perusahaan di hadapan
kreditur (Manihuruk dan Farahmita, 2015). Perusahaan melakukan revaluasi aset
dengan harapan rasio leverage akan menurun, dikarenakan adanya peningkatan
ekuitas perusahaan akibat revaluasi (Ramadhan, 2015).
Penelitian yang dilakukan oleh Brown, et al (1992) menemukan hasil
bahwa terdapat hubungan yang positif antara leverage dan revaluasi aset tetap.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lin dan Peasnell (2000),
Piera (2007), Andison (2015) dan Hastuti (2016). Berbeda dengan penelitian
46
46
yang dilakukan oleh Seng dan Su (2010), Nurjanah (2013) dan Yulistia (2015)
menemukan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap revaluasi aset tetap.
Peneliti berpendapat bahwa kebijakan revaluasi aset tetap dapat digunakan oleh
perusahaan untuk mengurangi rasio leverage sehingga dapat meningkatkan
kelayakan perusahaan di hadapan kreditor. Perusahaan dengan leverage yang
rendah akan lebih mudah untuk mendapatkan pinjaman dari kreditur, sehingga
perusahaan akan lebih mudah untuk memperoleh tambahan modal. Oleh karena
itu, perusahaan akan memilih melakukan revaluasi untuk menurunkan rasio
leverage.
2.4.2 Pengaruh Likuiditas terhadap Revaluasi Aset Tetap
Likuiditas mengacu pada kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendeknya (Subramanyam dan Wild, 2014:240). Menurut
Kasmir (2014:129) rasio likuiditas berfungsi untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam membiayai dan memenuhi kewajiban pada saat ditagih.
Likuiditas merupakan rasio yang menunjukkan hubungan antara kas dan aset
lancar perusahaan lainnya dengan kewajiban lancarnya (Brigham dan Houston,
2014:134).
Pentingnya likuiditas dapat dilihat dengan mempertimbangkan dampak
yang berasal dari ketidakmampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
jangka pendeknya (Hastuti, 2016). Menurut Kasmir (2014:128)
ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban lancarnya bisa
disebebkan karena perusahaan sedang tidak memiliki dana sama sekali atau bisa
jadi perusahaan memiliki dana, namun pada saat jatuh tempo perusahaan tidak
47
47
memiliki dana yang cukup. Sehingga perusahaan harus menunggu dalam waktu
tertentu untuk mencairkan aset lancar lainnya
Perusahaan dengan likuiditas rendah pertanda bahwa perusahaan sedang
mengalami kesulitan keuangan. Hal tersebut dapat terjadi apabila kewajiban
lancar meningkat namun tidak diikuti dengan kenaikan aset lancar (Brigham dan
Houston, 2014:135). Likuiditas rendah dapat menyebabkan kreditur khawatir
apabila perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban dalam jangka waktu dekat,
karena rendahnya likuiditas perusahaan dapat menyebabkan penundaan
pembayaran bunga dan pokok pinjaman atau bahkan pinjaman tersebut tidak
dapat tertagih (Subramanyam dan Wild, 2014:241).
Likuiditas merupakan salah satu faktor kontrak yang diperhatikan oleh
kreditur dalam hal keputusan pemberian pinjaman (Hastuti, 2016). Kreditur akan
mempertimbangkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
lancarnya pada saat ditagih. Menurut hipotesis biaya kontrak utang dalam teori
akuntansi positif, perusahaan akan cenderung memilih metode yang dapat
meminimalkan biaya kontrak dan memaksimalkan nilai perusahaan (Belkaoui,
2012:189).
Teori akuntansi positif dapat digunakan untuk menjelaskan dan
memprediksi pilihan metode akuntansi yang terbaik untuk dapat diterapkan pada
saat kondisi likuiditas perusahaan rendah (Hastuti, 2016). Pada saat likuiditas
perusahaan rendah, maka perusahaan akan cenderung memilih metode revaluasi
aset tetap. Hal tersebut dapat terjadi karena revaluasi dapat membantu
memberikan informasi yang lebih aktual tentang jumlah kas yang dapat diterima
48
48
dari penjualan aset, dan dengan demikian akan membantu meningkatkan
kapasitas pinjaman perusahaan serta mengurangi biaya pinjaman (Tay, 2009).
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Andison (2015) tidak dapat
membuktikan bahwa likuiditas berpengaruh negatif signifikan terhadap
pemilihan metode revaluasi aset tetap. Namun penelitian yang dilakukan oleh
Manihuruk dan Farahmita (2015) menemukan hasil bahwa likuiditas
berpengaruh terhadap keputusan melakukan revaluasi aset tetap. Aset tetap yang
meningkat setelah dilakukan revaluasi akan berdampak positif pada posisi
keuangan perusahaan, sehingga dapat memberikan respon positif bagi kreditur
dalam memberikan pinjaman (Andison, 2015). Perusahaan yang memiliki
likuiditas rendah akan lebih cenderung untuk memilih melakukan revaluasi
daripada perusahaan yang likuiditasnya tinggi.
2.4.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Revaluasi Aset Tetap
Ukuran perusahaan merupakan ukuran besar kecilnya kekayaan yang
dimiliki oleh suatu perusahaan. Menurut Sudarmadji dan Sularto (2007) ukuran
perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar.
Menurut Seng dan Su (2010) ukuran perusahaan merupakan faktor yang penting
untuk diperhatikan dalam pemilihan metode revaluasi aset tetap.
Ukuran perusahaan merupakan proksi biaya politik (Ramadhani, 2016).
Menurut hipotesis biaya politik dalam teori akuntansi positif menyatakan bahwa
perusahaan besar kemungkinan akan memilih metode akuntansi yang dapat
menurunkan laba perusahaan dengan tujuan untuk menghindari biaya politik
49
49
yang harus dikerluarkan oleh perusahaan (Belkaoui, 2012). Perusahaan yang
besar maka tututan biaya politik juga semakin besar.
Pemerintah akan lebih fokus terhadap perusahaan yang besar dibandingkan
dengan perusahaan kecil. Lin dan Peasnell (2000) berpendapat bahwa revaluasi
aset tetap merupakan cara yang efektif untuk mengurangi keuntungan yang
dilaporkan perusahaan melalui biaya penyusutan akibat peningkatan nilai aset
yang direvaluasi. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi tekanan politik yang
dihadapi oleh perusahaan-perusahaan besar dari pemerintah maupun serikat
buruh.
Menurut Brown et al. (1992) jika perusahaan besar melaporkan laba yang
tinggi, laporan keuangan perusahaan akan menarik perhatian pemerintah dan
pihak lain yang memiliki kekuasaan dan kapasitas. Pemerintah dapat membuat
aturan baru untuk mendapatkan pajak yang lebih tinggi dari perusahaan.
Perusahaan besar juga akan menarik perhatian serikat buruh karena berkaitan
dengan pembayaran gaji oleh perusahaan. Sehingga perusahaan besar akan
memilih metode yang dapat menurunkan pendapatan dan mengurangi
kemungkinan rugi akibat adanya regulasi.
Penelitian sebelumnya menemukan hasil bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh positif terhadap pemilihan metode revaluasi aset tetap (Brown et al.
1992; Tay, 2009; Seng dan Su, 2010; Iatridis dan Kilirgiotis, 2012). Berbeda
dengan penelitian yang dilakukan di Indonesia oleh Nurjanah (2013), Hastuti
(2016) dan Latifa (2016) tidak menemukan pengaruh antara ukuran perusahaan
terhadap pemilihan metode revaluasi aset tetap.
50
50
2.4.4 Pengaruh Intensitas Aset Tetap terhadap Revaluasi Aset Tetap
Intensitas aset tetap merepresentasikan proporsi aset tetap dibandingkan
total aset yang dimiliki perusahaan (Manihuruk dan Farahmita, 2015). Menurut
Tay (2009) dalam Latifa (2016) berpendapat bahwa revaluasi aset tetap penting
diperhatikan karena sebagian besar modal perusahaan tertanam dalam aset tetap.
Aset tetap digunakan oleh perusahaan untuk memelakukan kegiatan operasional
perusahaan. Aset tetap dapat dijadikan jaminan dalam mendapatkan pinjaman.
Aset tetap dapat meningkatkan nilai suatu perusahaan karena memiliki potensi
yang besar dalam meningkatkan basis aset dengan meningkatkan kapasitas
pinjaman perusahaan. Intensitas aset tetap juga dapat menggambarkan ekspektasi
kas yang akan diterima perusahaan jika aset tetap dijual, maka perusahaan yang
memiliki intensitas aset tetap yang tinggi cenderung lebih memilih metode
pencatatan dan pengakuan aset tetap yang lebih mencerminkan nilai aset yang
sesungguhnya (Manihuruk dan Farahmita, 2015).
Intensitas aset tetap merupakan salah satu faktor asimetri informasi yang
diharapkan dapat mempengaruhi manajer untuk memilih kebijakan revaluasi aset
tetap (Seng dan Su, 2010). Asimetri informasi terjadi jika salah satu pihak dari
suatu transaksi memiliki informasi yang lebih dibandingkan dengan pihak
lainnya (Scott, 2009 dalam Yulistia, 2015). Manajer perusahaan akan lebih
mengetahui jumlah aset tetap yang sesungguhnya dibandingkan dengan investor
maupun kreditur.
Intensitas aset perusahaan yang rendah mencerminkan bahwa proporsi aset
tetap jika dibandingkan dengan total aset perusahaan hanya sedikit. Jika
51
51
perusahaan melakukan revaluasi aset maka biaya yang dikeluarkan untuk
melakukan revaluasi tidak sebanding dengan manfaat yang dihasilkan.
Manajemen akan lebih mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan dengan
manfaat yang akan didapatkan apabila perusahaan memiliki proporsi aset tetap
yang sedikit (Hastuti, 2016).
Perusahaan dengan intensitas aset tetap yang besar akan cenderung
melakukan revaluasi aset tetap, karena dengan proporsi aset yang besar maka
diharapkan perusahaan juga akan mendapatkan selisih lebih revaluasi yang lebih
besar pula. Dengan demikian selisih lebih atas revaluasi aset tetap diharapkan
dapat menutupi biaya yang dikeluarkan untuk revaluasi aset tetap, baik biaya
untuk jasa penilai maupun biaya pajak atas revaluasi aset tetap.
Penelitian yang dilakukan oleh Lin dan Peasnell (2000), Tay (2009),
Nurjanah (2013), dan Ramadhani (2016) menemukan bahwa terdapat pengaruh
positif antara intensitas aset tetap dan revaluasi aset tetap. Tay (2009)
berpendapat bahwa semakin banyak aset tetap yang dimiliki perusahaan maka
semakin besar pula kemungkinan perusahaan untuk memilih metode revaluasi
aset tetap. Menurut Nurjanah (2013) hal tersebut dapat terjadi karena aset tetap
digunakan dalam sebagian besar kegiatan operasional perusahaan. Peningkatan
aset tetap diharapkan dapat meningkatkan laba perusahaan di masa depan.
2.4.5 Pengaruh Akuisisi terhadap Revaluasi Aset Tetap
PSAK No. 22 menyatakan bahwa akuisisi adalah bentuk pengambilalihan
kepemilikan perusahaan oleh pihak pengakuisisi (acquirer), sehingga akan
mengakibatkan berpindahnya kendali atas perusahaan yang diambil alih
52
52
(acquire) tersebut. Menurut Moin (2003) akuisisi adalah pengambilalihan
kepemilikan atau pengendalian atas saham atau aset suatu perusahaan oleh
perusahaan lain. Akuisisi memberikan peluang bagi perusahaan untuk mengukur
melakukan kombinasi bisnis dan untuk memperbesar ukuran perusahaan.
Menurut Iatridis dan Kilirgiotis (2012) perusahaan yang melakukan
akuisisi cenderung memilih melakukan revaluasi aset tetap sebagai upaya untuk
memperbaiki neraca dan nilai aset perusahaan. Perusahaan secara umum dapat
diidentifikasi melalui komposisi aset, yang dapat dipengaruhi oleh strategi
investasi dan rencana investasi masa depan perusahaan (Myers, 1977 dalam
Iatridis, 2012). Perusahaan akan berusaha untuk memperkuat strategi dan
peluang bertumbuh perusahaan melalui revaluasi aset tetap. Oleh karena itu,
perusahaan akan memilih revaluasi aset tetap untuk memperkuat proses akuisisi
(Brown et al., 1992).
Penelitian yang dilakukan oleh Iatridis dan Kiliorgiotis (2012) menemukan
hasil bahwa akuisisi berpengaruh positif terhadap revaluasi aset tetap. Namun
penelitian yang dilakukan oleh Nurjanah (2013) tidak dapat membuktikan
pengaruh akuisisi terhadap keputusan melakukan revaluasi aset tetap. Sebelum
melakukan akuisisi, biasanya perusahaan sudah setuju dengan nilai yang
ditawarkan oleh perusahaan pengakuisisi. Revaluasi aset tetap diharapkan dapat
meningkatkan nilai aset kedua perusahaan. Perusahaan yang melakukan akuisisi
akan lebih memilih metode revaluasi aset tetap, agar perusahaan lebih mudah
mendapatkan tambahan modal untuk melakukan perluasan bisnis.
53
53
Iatridis dan Kilirgiotis (2012) menyatakan bahwa perusahaan yang
melakukan akuisisi menunjukkan ukuran dan pertumbuhan yang lebih besar.
Perusahaan yang memiliki rencana untuk melakukan ekspansi bisnis dan akuisisi
membutuhkan lebih banyak modal. Sehingga mereka akan memilih melakukan
revaluasi aset. Perusahaan yang melakukan revaluasi akan diuntungkan dengan
adanya revaluasi aset, karena dapat memperkuat proses akuisisi dan
meningkatkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan di masa
yang akan datang.
Teori akuntansi positif dapat diimplementasikan pada saat manajer
memilih metode penilaian aset tetap setelah pengakuan awal (Zakaria, 2015).
Manajer akan melakukan analisis biaya dan manfaat yang akan didapatkan
apabila perusahaan melakukan revaluasi aset tetap. Manajer akan memilih
metode yang dapat meningkatkan nilai perusahaan dan meminimalkan biaya
kontrak. Secara umum dapat dikatakan bahwa perusahaan melakukan akuisisi
sebagai upaya untuk meningkatkan ukuran perusahaan. Perusahaan yang
melakukan pengembangan melalui akuisisi akan membutuhkan lebih banyak
modal. Oleh karena itu, perusahaan akan melakukan revaluasi aset tetap agar
dapat meningkatkan nilai aset perusahaan. Aset tetap dapat dijadikan sebagai
jaminan pinjaman kepada kreditur. Apabila nilai aset meningkat, diharapkan
perusahaan dapat memperoleh pinjaman yang lebih besar dari kreditur. Selain
itu, revaluasi dapat memperkuat posisi modal perusahaan sehingga dapat
menarik perhatian investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan.
54
54
Berdasarkan pemikiran tentang pengaruh leverage, likuiditas, ukuran
perusahaan, intensitas aset tetap dan akuisisi terhadap keputusan melakukan
revaluasi aset tetap yang telah diuraikan, maka dapat dirangkum dalam skema
kerangka berpikir seperti tersaji pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
2.5 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dijelaskan, maka dapat
diirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H1 : Leverage berpengaruh positif terhadap revaluasi aset tetap.
H2 : Likuiditas berpengaruh negatif terhadap revaluasi aset tetap.
H3 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap revaluasi aset tetap.
H4 : Intensitas aset tetap berpengaruh positif terhadap revaluasi aset tetap.
H5 : Akuisisi berpengaruh positif terhadap revaluasi aset tetap.
Leverage
Likudititas
Ukuran Perusahaan Revaluasi Aset
Tetap
Akuisisi
Intensitas Aset Tetap
H1 (+)
H2 (-)
H3 (+)
H4 (+)
H5 (+)
102
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan melakukan revaluasi aset tetap. Faktor-faktor yang
diteliti meliputi leverage, likuiditas, ukuran perusahaan, intensitas aset tetap dan
akuisisi. Teknik analisis yang digunakan yaitu analisis statistik deskriptif dan
analisis regresi logistik. Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa perusahaan manufaktur yang
melakukan revaluasi aset tetap pada tahun 2015 jumlahnya 14 perusahaan.
Sedangkan perusahaan yang melakukan akuisisi pada tahun 2015
jumlahnya 11 perusahaan. Rata-rata perusahaan manufaktur memiliki rasio
leverage dan likuiditas yang sangat rendah, sedangkan rata-rata ukuran
perusahaan dan intensitas aset tetap termasuk dalam kategori sedang.
2. Leverage berpengaruh positif signifikan terhadap revaluasi aset tetap.
Artinya, perusahaan dengan leverage tinggi cenderung melakukan
revaluasi aset tetap.
3. Likuiditas tidak berpengaruh terhadap revaluasi aset tetap. Hal ini
dikarenakan kebijakan revaluasi aset tetap tidak memiliki dampak
langsung terhadap arus kas perusahaan, sehingga perusahaan akan lebih
103
103
fokus untuk meningkatkan arus kas atau dan mengelola aset lancar dengan
baik agar dapat meningkatkan likuiditas perusahaan.
4. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap revaluasi aset tetap.
Revaluasi aset tetap dapat mengurangi laba periode berjalan karena adanya
peningkatan biaya penyusutan, namun perusahaan tetap harus membayar
pajak atas selisih revaluasi aset tetap. Sehingga tidak ada perubahan
signifikan terkait biaya pajak yang harus dibayarkan perusahaan kepada
pemerintah.
5. Intensitas aset tetap tidak berpengaruh terhadap revaluasi aset tetap.
Perusahaan dengan intensitas aset tetap yang besar belum tentu melakukan
revaluasi aset tetap. Apabila dilihat lebih luas terkait dampak revaluasi aset
tetap, semakin besar jumlah aset tetap yang dimiliki perusahaan maka
biaya jasa penilai dan biaya pajak atas revaluasi juga semakin besar.
Apabila keuntungan revaluasi aset tetap tidak sebanding dengan manfaat
yang dihasilkan, maka manajer tidak akan memilih kebijakan revaluasi
aset tetap.
6. Akuisisi berpengaruh positif signifikan terhadap revaluasi aset tetap.
Artinya, perusahaan yang melakukan akuisisi cenderung melakukan
revaluasi aset tetap.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Perusahaaan
1. Perusahaan hendaknya mempertimbangkan faktor leverage dalam
proses pengambilan keputusan untuk memilih kebijakan revaluasi aset
104
104
tetap. Hal ini dikarenakan leverage dapat mempengaruhi keputusan
melakukan revaluasi aset tetap. Apabila leverage perusahaan tinggi,
manajer perusahaan sebaiknya memilih metode revaluasi aset tetap.
Jika leverage perusahaan rendah, manajer tidak perlu untuk memilih
metode revaluasi aset tetap.
2. Perusahaan yang melakukan akuisisi hendaknya dapat
mempertimbangkan untuk memilih metode revaluasi aset tetap dalam
menilai aset tetapnya. Hal ini dikarenakan akuisisi dapat mempengaruhi
keputusan melakukan revaluasi aset tetap.
5.2.2 Bagi Investor
1. Investor hendaknya mempertimbangkan untuk berinvestasi di
perusahaan yang melakukan revaluasi aset tetap. Perusahaan yang
melakukan revaluasi aset tetap memiliki nilai tambah. Revaluasi aset
tetap dapat memperkuat posisi modal perusahaan, karena surplus
revaluasi dicatat dalam ekuitas.
5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
1. Penelitian selanjutnya dapat meneliti variabel lain yang dapat
mempengaruhi keputusan melakukan revaluasi aset tetap. Variabel lain
yang dapat diteliti untuk penelitian selanjutnya misalnya isu bonus,
kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional.
2. Penelitian ini menguji faktor-faktor yang mempengaruhi revaluasi aset
tetap pada perusahaan manufaktur untuk tahun 2015. Penelitian
105
105
selanjutnya dapat menguji di sektor lain serta menambah periode
penelitian.
3. Pemerintah telah mengeluarkan PMK No. 191/PMK.010/2015 tentang
Penilaian Kembali Aset Tetap untuk tujuan Perpajakan. Peneliti
selanjutnya dapat meneliti dampak adanya peraturan tersebut pada
perusahaan yang melakukan revaluasi aset tetap untuk tujuan
perpajakan.
106
106
DAFTAR PUSTAKA
Ariyanti, Fiki. (2015). Revaluasi Aset Pernah Selamatkan PLN dari
Kebangkrutan. http://m.liputan6.com/bisnis/read/2369452/revaluasi-aset-
pernah-selamatkan-pln-dari-kebangkrutan diakses pada tanggal 2 Februari
2017
Andison. (2015). Fixed Asset Revaluation : Market Reactions. Proceeding.
Simposium Nasional Akuntansi XVIII Medan
Azouzi, M. A., & Jarboui, A. (2012). The evidence of management motivation to
revalue property plant and equipment in Tunisia. Journal of Accounting and
Taxation, Vol. 4 No. 2, 29–37.
Badan Pusat Statistik. (2017). Indeks Harga Konsumen dan Inflasi Bulanan
Indonesia. http://www.bps.go.id/linkTableStatis/view/id/907 diakses pada
tanggal 20 Februari 2017 pukul 13.06 WIB
Belkaoui dan Ahmed Riahi. (2012). Teori Akuntansi. Jakarta : Salemba Empat
Brigham, Eugene F. dan Houston Joel F. (2014). Fundamentals of Financial
Management : Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Buku 2 Edisi 14.
Jakarta: Salemba Empat
Brown, P., Izan, H. Y., Loh, A. L. (1992). Fixed asset revaluations and managerial
incentives. Abacus. Vol. 28 No. 1 page : 36-57.
Dewi, Putri Nabela. (2014). Implementasi Revaluasi Aset Tetap Berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan No. 79 Tahun 2008 Pada Perusahaan Di
Indonesia. Jurnal Akuntansi UNESA. Volume 2, No. 2 Tahun 2014
Ernawati. (2014). Analisis Penerapan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK NO
16) atas Aset Tetap pada PT. Pelayaran Liba Marindo Tanjungpinang.
Skripsi. Universitas Maritim Raja Ali Haji
Firmansyah, E., & Sherlita, E. (2012). Pengaruh Negosiasi Debt Contracts Dan
Political Cost Terhadap Perusahaan Untuk Melakukan Revaluasi Aset Tetap
(Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2010). Prosiding SNAB 2012
Ghozali, Imam. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM
SPSS 21 Update PLS Regresi. Edisi 7. Semarang : Badan Penerbit
Universitas Diponegoro
107
107
Ghozali, Imam dan Anis Chariri. (2014). Teori Akuntansi. Edisi 4. Semarang :
Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Hanik, Umi. (2013). Analisis Dampak Pengumuman Merger dan Akuisisi
terhadap Abnormal Return Saham Perusahaan Akuisitor (Studi pada
Perusahaan Akuisitor yang Terdaftar di BEI tahun 2008-2011). Skripsi.
Malang : UIN Maulana Malik Ibrahim.
Harahap, Sofyan Syafri. (2009). Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta :
Raja Grafindo Persada
Hastuti, Sri. (2016). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Revaluasi Aset Tetap.
Skripsi. Semarang : Universitas Negeri Semarang
Horne, James C. Van dan John M Wachowicz. (2014). Prinsip-Prinsip
Manajemen Keuangan. Edisi 13 Buku 1. Jakarta : Salemba Empat
Husnan, Suad. (2000). Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (Keputusan
Jangka Panjang). Edisi Keempat, Yogyakarta : BPFE UGM
Iatridis, G. E., & Kilirgiotis, G. (2012). Incentives for fixed asset revaluations: the
UK evidence. Journal of Applied Accounting Research, Vol. 13 No. 1. Hal.
5–20.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2017). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(Penyesuaian 2015). Jakarta : Salemba Empat
Irawan, Wisnu Arwindo. (2013). Analisis Pengaruh Kepemilikan Institusional,
Leverage, Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas terhadap Manajemen Laba
(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2009-
2011). Skripsi. Semarang : Universitas Diponegoro
Irwan. (2014). Analisa Untung-Rugi melakukan Revaluasi Aset Tetap dari Aspek
Pajak dan Keuangan. Media Bisnis Vol. 6, No. 1, Edisi Maret 2014, Hlm.
14-18
Jaggi, B. dan J. Tsui. (2001). Management Motivation and Market Assessment:
Revaluations of Fixed Assets. Journal of International Financial
Management and Accounting, Vol. 12 No. 2. Hal. 160 – 187.
Jensen, M.C dan William H. Meckling. (1976). Theory of The Firm: Manajerial
Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial
Economic. Vol. 3, No. 4. Hal. 305-360.
108
108
Karuniasari, Putri. (2013). Pengaruh Leverage, Profitabilitas, dan Ukuran
Perusahaan terhadap Luas Pengungkapan Laporan Keuangan pada
Perusahaan Manufaktur yang telah terdaftar di BEI. Skripsi. Semarang :
Universitas Negeri Semarang
Kasmir. (2014). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : Rajawali Pers
Khairati, Adzkya. (2015). Pengaruh Leverage, Firm Size dan Fixed Asset
Intensity terhadap Keputusan melakukan Revaluasi Aset Tetap. Skripsi.
Padang : Universitas Bung Hatta
Kuncoro, Mudrajad. (2007). Metode Kuantitatif (Teori dan Aplikasi untuk Bisnis
dan Ekonomi). Yogyakarta : UPP AMP YKPN.
Kurniawati, Fajar Ari. (2013). Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Ukuran
Perusahaan terhadap Luas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan Pertambangan du Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011.
Skripsi. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta
Latifa, Annisa Cut, & Haridhi, M. (2016). Pengaruh Negosiasi Debt Contracts,
Political Cost, Fixed Asset Intensity, dan Market To Book Ratio Terhadap
Perusahaan Melakukan Revaluasi Aset Tetap (Studi pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014).
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi (JIMEKA). Vol. 1 No. 2. Hal:
166–176.
Laporan Keuangan Auditan Perusahaan Manufaktur Tahun 2015.
http://www.idx.co.id/. Diunduh : Januari 2017.
Lin, Y. C. and Peasnell, K. V. (2000). "Fixed asset revaluation and equity
depletion in the UK." Journal of Business Finance and Accounting. No. 27.
Hal. : 359-393.
Manihuruk, Tunggul Natalius H dan Farahmita, Aria. (2015). Analisis Faktor-
faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Revaluasi Aset Tetap pada
Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Saham Beberapa Negara ASEAN.
Proceeding. Simposium Nasional Akuntansi XVIII Medan
Martani, Dwi. (2012). Revaluasi Aset Tetap. Diakses melalui
https://staff.blog.ui.ac.id/martani/files/2012/05/Revaluasi-Aset-Tetap.doc
(diunduh pada tanggal 25 Januari 2017)
Martani, Dwi., dkk. (2012). Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK.
Jakarta : Salemba Empat
109
109
Miftah, Ahmad Rizki. (2016). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Revaluasi Aset Tetap (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang
terdaftar di BEI pada tahun 2014-2015. Skripsi. Surakarta : Universitas
Negeri Sebelas Maret
Moin, Abdul. (2003). Merger, Akuisisi, dan Divestasi. Jilid 1. Yogyakarta :
Ekonisia
Novianto, Ryan Aditya. (2014). Pengaruh Konvergensi IFRS terhadap Asimetri
Informasi (Studi Kasus pada Perusahaan Real Estate di Indonesia). Skripsi.
Semarang : Universitas Diponegoro
Nurjanah, Ai. (2013). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Keputusan
Revalusi Aset Tetap pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI. Skripsi.
Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia
Piera, Frank Missioner. (2007). Motives for fixed-asset revaluation: An empirical
analysis with Swiss data. International Journal of Accounting.
Putra, Vindy Perdana. (2014). Insentif Keputusan Revaluasi Aset Tetap (Studi
Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Skripsi.
Universitas Jember
Ramadhan, Mario Agung dan Sherlyta, Erly. (2015). Pengaruh Negosiate Debt
Contracts dan Polotical Cost terhadap Perusahaan untuk Melakukan Revaluasi
Aset Tetap (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahin 2010-2012). Jurnal Akuntansi Bisnis dan Ekonomi, Vol
1 No. 1 Maret 2015
Ramadhani, Nia Egi. (2016). Analisis Determinasi Keputusan Revaluasi Aset
Tetap (Studi Perbandingan Perusahaan Manufaktur di Indonesia dan
Singapura Tahun 2013-2015). Skripsi. Yogyakarta : Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta
Rudianto. (2012). Pengantar Akuntansi : Konsep dan Penyusunan Laporan
Keuangan. Jakarta : Erlangga
Sari, Devi Verena. (2013). Pengaruh Profitabilitas, Pertumbuhan Aset, Ukuran
Perusahaan, Struktur Aktiva dan Likuiditas terhadap Struktur Modal pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010. Skripsi.
Semarang : Universitas Diponegoro
Seng, D., & Su, J. (2010). Managerial Incentives Behind Fixed Asset
Revaluations : Evidence from New Zealand Firms. Working Paper Series.
110
110
Setijaningsih, Herlin Tundjung. (2012). Teori Akuntansi Positif dan Konsekuensi
Ekonomi. Jurnal Akuntansi. Vol. XVI, No. 03, September 2012 : 427-438
Sherlita, E., Sari, D., Rosavelly, Y., & Permana, P. (2012). Pengaruh Negosiasi
Debt Contracts Terhadap Perusahaan Untuk Melakukan Revaluasi Aset
Tetap dan Implikasinya Terhadap Biaya Pajak Penghasilan. Prosiding
dipresentasikan dalam Pekan Ilmiah Dosen FEB-UKSW 2012
Subramanyam, K. R. dan Wild, John J. (2014). Analisis Laporan Keuangan. Buku
2 Edisi 10. Jakarta : Salemba Empat
Sudarmadji, Ardi Murtoko dan Sularto, Lana. (2007). Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan Tipe Kepemilikan Perusahaan
terhadap Luas Voluntary Disclosure Laporan Keuangan Tahunan.
Proseding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek dan Sipil) Volume 2
ISSN : 1858-2559
Sugiyono, (2011). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sudjana. (2002). Metoda Statistika. Edisi 6. Bandung : PT Tarsito
Tay, I. (2009). Fixed Asset Revaluation: Management Incentives and Market
Reactions. Tesis. Lincoln University. New Zealand
Ushuaia, Tasa dan Bulan Prabawani. (2016). Analisis Perbedaan Harga, Volume
Perdagangan, dan Return Saham sebelum dan sesudah Informasi Akuisisi
pada Industri Telekomunikasi dan Properti. Jurnal Administrasi Bisnis
UNDIP. Vol. 5, Nomor 1 tahun 2016.
Utami, Rizky. (2015). Analisis Perbandingan Reaksi Pasar dan Kinerja Keuangan
Sebelum dengan Saat Penggunaan Nilai Wajar terhadap Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Makasar : Universitas
Hasanudin
Wahyudin, Agus. (2015). Metodologi Penelitian Bisnis & Pendidikan. Semarang :
FE Unnes.
Watts, R. and J. Zimmerman. (1986). Positive Accounting Theory. New Jersey:
Prentice-Hall.
Waluyo. (2016). Akuntansi Pajak. Edisi 6. Jakarta : Salemba Empat
Waluyo dan Wirawan, B. Ilyas. (2002). Perpajakan Indonesia. Jakarta : Salemba
Empat
111
111
Weston, J. Fred dan Copeland, Thomas E. (1999). Manajemen Keuangan. Edisi
Kedelapan. Jakarta : Erlangga.
Wicaksono, Pebrianto Eko. (2016). Revaluasi Aset Picu Aset BNI naik jadi Rp 12
Triliun. http://m.liputan6.com/bisnis/read/2409998/revaluasi-aset-picu-aset-
bni-naik-jadi-rp-12-triliun diakses pada tanggal 21 Februari 2017 pukul
09.02 WIB
Yatulhusna, Najmi. (2015). Pengaruh Profitabilitas, Laverage, Umur dan Ukuran
Perusahaan terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2013). Skripsi. Jakarta :
UIN Syarif Hidayatullah
Yulistia, Resti. (2015). Pengaruh Leverage, Arus Kas Operasi, Ukuran Perusahaan
dan Fixed Asset Intensity Terhadap Revaluasi Aset Tetap (Studi pada
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI per 2012-2013). Proceeding.
Simposium Nasional Akuntansi XVIII Medan
Zakaria, Adam. (2015). An Empirical Analysis of the Motives for and Effects of
Fixed Asset Revaluation of Indonesian Publicly Listed Companies. Tesis.
United Kingdom : Birmingham City University