faktor faktor yang berhubungan dengan...

111
FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN MATA PADA PEKERJA PENGGUNA KOMPUTER DI PT. DUTA ASTAKONA GIRINDA TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Disusun oleh : RANDY SEPTIANSYAH NIM : 1110101000057 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2014/1435 H

Upload: hadiep

Post on 08-May-2018

249 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN

MATA PADA PEKERJA PENGGUNA KOMPUTER DI PT. DUTA

ASTAKONA GIRINDA TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Disusun oleh :

RANDY SEPTIANSYAH

NIM : 1110101000057

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

TAHUN 2014/1435 H

Page 2: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

i

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Juni 2014

Randy Septiansyah

Page 3: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

ii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Skripsi, Juni 2014

Randy Septiansyah, NIM : 1110101000057

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN

MATA PADA PEKERJA PENGGUNA KOMPUTER DI PT. DUTA

ASTAKONA GIRINDA TAHUN 2014

(xiii + 85 halaman, 6 Tabel, 1 Gambar, 2 Bagan dan 15 lampiran)

ABSTRAK

Penggunaan komputer secara berlebihan akan meningkatkan risiko

gangguan kesehatan kerja. Salah satunya adalah gangguan kesehatan mata.

Gangguan kesehatan pada mata terjadi akibat mata mengalami kelelahan.

Kelelahan mata muncul karena otot – otot mata dipaksa bekerja keras terutama

dalam melihat objek dekat dalam jangka waktu lama seperti pekerja pengguna

komputer. Selain itu juga gelombang elektromagnetik yang dihasilkan layar

komputer menyebabkan radiasi dan bisa menggangu kesehatan mata yang

menimbulkan kelelahan mata. Untuk itu, perlu diketahui faktor – faktor yang

berhubungan dengan kelelahan mata seperti faktor usia, istirahat mata, kelainan

refraksi, jarak monitor, durasi penggunaan komputer maupun tingkat

pencahayaan.

Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan metode cross sectional. Sampel

pada penelitian ini ditentukan dengan cara Total Sampling yaitu 50 pekerja

pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang

diisi oleh pekerja untuk mengetahui keluhan kelelahan mata, usia, istirahat mata

dan durasi penggunaan komputer. Kelelahan mata dan kelainan refraksi

ditentukan dengan pemeriksaan langsung oleh tenaga medis dan tenaga ahli

refraksionis. Sedangkan tingkat pencahayaan dan jarak monitor diukur dengan

menggunakan lux meter dan penggaris.

Hasil uji statistik chi square menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja

pengguna komputer mengalami kelelahan mata. Selain itu terdapat hubungan

antara kelainan refraksi (Pvalue 0,015), durasi penggunaan komputer (Pvalue 0,007),

jarak monitor dengan (Pvalue 0,039) dan tingkat pencahayaan (Pvalue 0,043).

Variabel durasi penggunaan komputer memiliki OR terbesar diantara variabel lain

yaitu 17,000 sehingga dapat diketahui bahwa penggunaan komputer memiliki

risiko 17 kali terhadap kelelahan mata. Faktor lain

Untuk mengurangi kelelahan mata pada pekerja, saran yang diajukan

untuk perusahaan adalah meningkatkan kualitas pencahayaan sesuai standar yang

dianjurkan, menata kembali ruangan, melakukan perawatan lampu, memasang

filter pada monitor, memasukkan program untuk mengingatkan istirahat mata

pada komputer dan mengadakan pemeriksaan mata secara berkala bagi pekerja.

Sumber Bacaan: 62 (1988- 2014)

Page 4: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

iii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

PROGRAM STUDY PUBLIC HEALTH

MAJORING OCCUPATIONAL SAFETY AND HEALTH

Undergraduated Thesis, June 2014

Randy Septiansyah, NIM : 1110101000057

FACTORS ASSOCIATED WITH EYESTRAIN IN COMPUTER USERS

WORKER AT PT. DUTA ASTAKONA GIRINDA JAKARTA SELATAN OF

YEAR 2014

(xiii + 85 Pages, 6 Tables, 1 Pictures, 2 Graphics, 15 Attachments)

ABSTRACT

The over use of a computer will increase risk of disturbance occupational

health. One of them is disturbance eye health. The problem in eye health caused

by fatigue. Eyestrain arises because eye muscles are forced to work hard

especially in seeing close objects for long periods, ex: computer users. It’s also

because the electromagnetic wave which is generated by the monitor can cause

the radiation and can interfere the health of our eyes which is impact to the

eyestrain. Therefore, it needs to know the factors which are related with eye

complaints such as age factor, rest the eyes, refractive disorder, distance of

monitor, duration of the computer and use lighting levels.

This research is quantities with the cross sectional method. The sample in

this study was determined by total sampling of 50 computer users. Reasearch data

obtained by using a questionnaire to determine eyestrain complain, age, rest the

eyes, and duration of the computer use. Eyestrain and refractive disorder

determined by direct examination by a doctor and refractions optician.

Meanwhile, lighting level and the distance of monitor measured directly by using

luxmeter and a ruler.

The result of the chi square statistic test shows that the majority of

computer users eyestrain symptom. In addition there is a correlation between

refractive disorder (Pvalue 0.015), duration of the computer (Pvalue 0.007),

distance of the monitor (Pvalue 0.039) and lighting levels (Pvalue 0.043).

Variable duration of the computer had the largest OR than the other variables with

OR value is 17,000. It can be seen that the use of the computer has 17 times the

risk of eyestrain.

To reduce eyestrain symptom, the proposed suggestions for the company

is increasing the lighting quality standard for the computer user, does the lamp

treatment, installing filter monitor, installing programs to remind the eye rest on

the computer and does the eyes check periodically.

References: 62 (1988- 2014)

Page 5: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Judul Skripsi

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KELELAHAN MATA PADA PEKERJA PENGGUNA KOMPUTER

DI PT. DUTA ASTAKONA GIRINDA TAHUN 2014

Telah disetujui dan diperiksa untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Disusun Oleh:

RANDY SEPTIANSYAH

NIM. 1110101000057

Jakarta, Juli 2014

Pembimbing I

Yuli Amran, SKM., MKM

NIP. 19800506 200801 2 015

Pembimbing II

Iting Shofwati, ST., M.KKK

NIP. 19760808 200604 2 001

Page 6: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

v

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, Juli 2014

Ketua

Riastuti KusumaWardhani, MKM

Anggota I

Meilani Anwar, M.Kes

Anggota II

dr. Yuli Prapanca Satar, MARS

Page 7: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

vi

RIWAYAT HIDUP

Nama : Randy Septiansyah

Jenis Kelamin : Laki - Laki

Tempat / Tanggal Lahir : Palembang, 28 September 1992

Alamat : Jln. Putri Kembang Dadar

Agama : Islam

Tinggi Badan : 167 cm

Berat Badan : 55 Kg

Kewarganegaraan : Indonesia

No HP : 085217309692

E-mail : [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN

1997 - 1998 : TK Kencana Palembang

1998 - 2004 : Sekolah Dasar Negeri 3 Palembang

2004 - 2007 : Sekolah Menengah Pertama Negeri 17 Palembang

2007 - 2010 : Madrasah Aliyah Negeri 3 MODEL Palembang

2010 - sekarang : Program S1- Peminatan Keselamatan Kesehtan Kerja (K3)

Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

RIWAYAT ORGANISASI

2005 - 2006 : Ketua Pramuka SMP Negeri 17 Palembang

2008 - 2009 : OSIS Madrasah Aliyah Negeri 3 MODEL Palembang

2012 : Ketua Training ESQ Basic di Universitas Islam Negeri

(UIN)

2012 : Ketua Milad FKIK UIN Jakarta ke-8

2013-Sekarang : Manajer IT Forum Studi Keselamatan dan Kesehatan

Kerja

2013-Sekarang : Sekretaris Menteri Kesehatan DEMA UIN Syarif

Hidayatullahhgk

Page 8: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

vii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, saya panjatkan ke hadirat Illahi Robbi yang

senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini sesuai dengan rencana. Skripsi ini disusun

dalam rangka tugas akhir dengan judul “Faktor- faktor yang berhubungan dengan

keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di PT. Duta Astakona

Girinda Tahun 2014”.

Saya mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang telah membantu

dalam proses penyusunan skripsi ini yaitu:

a. Orang tua kami yang telah memberikan doa dan dukungan secara penuh.

b. Ibu Yuli Amran, M.KM dan Ibu Iting Shofwati, M.KKK yang telah

membimbing dalam menyusun skripsi ini.

c. Teman – teman Prodi Kesehatan Masyarakat Peminatan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Angkatan 2010 yang telah memberikan dukungan moral dan

semangat untuk terus maju pantang menyerah.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk hal

tersebut kami mengharapkan saran guna memperbaiki skripsi ini sehingga menjadi lebih

sempurna. Harapan kami semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kami dan para

pembaca.

Ciputat, Juni 2014

Randy Septiansyah

Page 9: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................................. i

ABSTRAK ........................................................................................................................ ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ................................................................................. iv

RIWAYAT HIDUP .......................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................................................. vii

DAFTAR TABEL ............................................................................................................ x

DAFTAR BAGAN .......................................................................................................... xi

DAFTAR GRAFIK ........................................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................... 5

1.3 Pertanyaan Penelitian ............................................................................................... 6

1.4 Tujuan Penelitian ..................................................................................................... 7

1.4.1 Tujuan Umum ................................................................................................... 7

1.4.2 Tujuan Khusus .................................................................................................. 8

1.5 Manfaat Penelitian.................................................................................................... 9

1.5.1 Bagi Perusahaan ................................................................................................ 9

1.5.2 Bagi Peneliti ...................................................................................................... 9

1.6 Ruang Lingkup ......................................................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 10

2.1 Organ Mata ............................................................................................................ 10

2.1.1 Anatomi Mata ................................................................................................. 10

2.1.2 Fisiologi Mata ................................................................................................. 13

2.1.3 Akibat Pengguanan Komputer ........................................................................ 13

2.1.4 Kelelahan Mata ............................................................................................... 15

2.1.5 Gejala Kelelahan Mata .................................................................................... 16

2.2 Faktor – Faktor Penyebab Kelelahan Mata ............................................................. 17

2.2.1 Faktor Karakteristik Individu .......................................................................... 17

Page 10: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

ix

2.2.2 Faktor Karakteristik Pekerjaan ........................................................................ 21

2.2.3 Faktor Karakteristik Lingkungan Kerja ........................................................... 23

2.3 Pengendalian Kelelahan Mata Akibat Penggunaan Komputer .............................. 29

2.4 Kerangka Teori....................................................................................................... 35

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ........................ 37

3.1 Kerangka Konsep ................................................................................................... 37

3.2 Definisi Operasional ............................................................................................... 39

3.3 Hipotesis ................................................................................................................ 41

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ..................................................................... 42

4.1 Desain Penelitian .................................................................................................... 42

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................................. 42

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian .............................................................................. 42

4.4 Instrumen Penelitian ............................................................................................... 43

4.5 Metode Pengumpulan Data .................................................................................... 44

4.6 Pengolahan Data..................................................................................................... 47

4.7 Analisis Data .......................................................................................................... 48

BAB V HASIL ................................................................................................................ 50

5.1 Profil Perusahaan ................................................................................................... 50

5.1.1 Visi & Misi Perusahaan................................................................................... 51

5.2 Gambaran Kondisi Lingkungan Kerja .................................................................... 51

5.3 Gambaran Kondisi Lingkungan Kerja .................................................................... 51

5.4 Analisis Univariat ................................................................................................... 52

5.4.1 Gambaran Kelelahan Mata ......................................................................... 52

5.4.2 Gambaran Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Mata Pada

Pekerja Pengguna Komputer di PT. Duta Astakona Girinda 2014 ........ 54

5.5 Analisis Bivariat ..................................................................................................... 57

1. Hubungan antara Usia dengan Kelelahan Mata pada Pekerja Pengguna

Komputer di PT. Duta Astakona Girinda Tahun 2014 ................................ 58

2. Hubungan antara Kelainan Refraksi dengan Kelelahan Mata pada

Pekerja Pengguna Komputer di PT. Duta Astakona Girinda 2014 ............ 59

3. Hubungan antara Istirahat Mata dengan Kelelahan Mata pada Pekerja

Page 11: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

x

Pengguna Komputer di PT. Duta Astakona Girinda Tahun 2014 ............. 59

4. Hubungan antara Jarak Monitor dengan Kelelahan Mata pada Pekerja

Pengguna Komputer di PT. Duta Astakona Girinda Tahun 2014 ............. 60

5. Hubungan antara Durasi Penggunaan Komputer dengan Kelelahan Mata

pada Pekerja Pengguna Komputer di PT. Duta Astakona Girinda ............ 60

6. Hubungan antara Tingkat Pencahayaan dengan Kelelahan Mata pada

Pekerja Pengguna Komputer di PT. Duta Astakona Girinda 2014 ........... 61

BAB V PEMBAHASAN ................................................................................................ 62

6.1 Keterbatasan Penelitian .......................................................................................... 62

6.2 Kelelahan Mata ...................................................................................................... 62

6.3 Hubungan antara Usia dengan Kelelahan Mata ..................................................... 65

6.4 Hubungan antara Kelainan Refraksi dengan Kelelahan Mata ................................ 66

6.5 Hubungan antara Istirahat Mata dengan Kelelahan Mata ...................................... 68

6.6 Hubungan antara Jarak Monitor dengan Kelelahan Mata ...................................... 69

6.7 Hubungan antara Durasi Penggunaan Komputer dengan Kelelahan Mata ............ 71

6.8 Hubungan antara Tingkat Pencahayaan dengan Kelelahan Mata .......................... 72

BAB VII PENUTUP....................................................................................................... 74

7.1 Simpulan ................................................................................................................ 74

7.2 Saran ...................................................................................................................... 76

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 78

LAMPIRAN

Page 12: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

xi

DAFTAR TABEL

2.1 Korelasi antara usia dan daya akomodasi ............................................................... 18

2.2 Intensitas Cahaya di Ruang Kerja ......................................................................... 24

2.2 Jenis Pekerjaan berdasarkan Standar Pengukuran Pencahayaan

di PT. Duta Astakona Girinda ...................................................................................... 46

5.1 Gambaran Kelelahan Mata Pada Pekerja ............................................................ 52

5.2 Gambaran Distribusi Frekuensi Berdasarkan Variabel

Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Mata Pada Pekerja

Pengguna Komputer di PT. Duta Astakona Girinda Tahun 2014 ................................. 54

5.3 Analisis hubungan Variabel Independen dengan Kelelahan Mata Pada Pekerja

Pengguna Komputer di PT. Duta Astakona Girinda Tahun 2014 ................................. 57

Page 13: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

xii

DAFTAR BAGAN

2.1 Kerangka Teori....................................................................................................... 36

3.1 Kerangka Konsep ................................................................................................... 38

Page 14: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

xiii

DAFTAR GRAFIK

5.1 Jenis Keluhan Kelelahan Mata Pada Pekerja Pengguna Komputer

di PT. Duta Astakona Girinda Tahun 2014 .................................................................. 53

Page 15: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

xiv

DAFTAR GAMBAR

2.1 Aturan 20-20-20 untuk istirahat mata ............................................................... 32

Page 16: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bekerja merupakan suatu aktivitas yang bersifat produktif dan dilakukan oleh

seseorang yang sehat, normal dan ada peluang untuk melakukan pekerjaan tersebut.

Dalam melakukan pekerjaan, seseorang sering mengalami masalah antara lain tidak

hadir karena berbagai sebab misalnya sakit, kecelakaan akibat kerja, konflik antara

sesama pekerja. Masalah tersebut dapat menghambat terwujudnya keselamatan dan

kesehatan kerja (K3).

Perkembangan teknologi informasi semakin mendukung berbagai bidang

pekerjaan, yang menuntut manusia untuk berhubungan dengan komputer. Menurut biro

penelitian Forrester Research, jumlah pengguna komputer di dunia pada tahun 2008

mencapai angka 1 miliar dan diprediksi akan meningkat hingga 2 miliar pada tahun

2015. Penggunaan komputer membuat pekerjaan dapat diselesaikan dengan mudah dan

cepat. Meskipun sudah banyak manfaat yang dapat diperoleh dari pemakaian komputer,

namun belum banyak yang menyadari bahwa pemakaian komputer juga dapat

menimbulkan masalah tersendiri. Kelelahan mata adalah ketegangan pada mata yang

disebabkan oleh penggunaan indera penglihatan dalam bekerja yang memerlukan

kemampuan untuk melihat dalam jangka waktu yang lama dan biasanya disertai dengan

kondisi pandangan yang tidak nyaman (Pheasant, 1991).

Page 17: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

2

Mata lelah, tegang atau pegal adalah gangguan yang dialami mata karena otot –

ototnya yang dipaksa bekerja keras terutama saat harus melihat objek dekat dalam

jangka waktu lama. Otot mata sendiri terdiri dari tiga sel – sel otot yaitu otot eksternal

yang mengatur gerakan bola mata, ciliary yang berfungsi memfokuskan lensa mata dan

otot iris yang mengatur sinar masuk ke dalam mata. Semua aktifitas yang berhubungan

dengan pemaksaan otot – otot tersebut untuk bekerja keras bisa membuat mata lelah.

Gejala mata terasa pegal biasanya akan muncul setelah beberapa jam kerja. Pada

saat otot mata menjadi letih, mata akan menjadi tidak nyaman atau sakit. Sedangkan

menurut Suma’mur (1996) kelelahan mata timbul sebagai stress intensif pada fungsi –

fungsi mata seperti terhadap otot – otot akomodasi pada pekerjaan yang perlu

pengamatan secara teliti atau terhadap retina sebagai akibat ketidaktepatan kontras.

Gejala kelelahan mata dibagi menjadi 3 yaitu gejala visual seperti penglihatan

rangkap, gejala okular seperti nyeri pada kedua mata, dan gejala referral seperti mual

dan sakit kepala (Pakasi 1999). Kelelahan mata dapat menimbulkan gangguan fisik

seperti sakit kepala, penglihatan seolah ganda, penglihatan silau terhadap cahaya

diwaktu malam, mata merah, radang pada selaput mata, berkurangnya ketajaman

penglihatan dan berbagai masalah lainnya, dampak lain dari kelelahan mata di dunia

kerja adalah hilangnya produktivitas, meningkatnya angka kecelakaan, dan terjadinya

keluhan – keluhan penglihatan (Taylor & Francis, 1997).

Penelitian yang dilakukan oleh The American Optometric Association, bahwa

penggunaan komputer menyebabkan gangguan terhadap penglihatan yang dinamakan

Computer Vision Syndrome (CVS) yaitu suatu gejala yang dapat menyebabkan berbagai

keluhan antara lain mata lelah dan kering, sakit kepala, pandangan buram, dan sensitif

Page 18: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

3

terhadap cahaya (Affandi, 2006). Sedangkan menurut Pheasant (1991) gejala – gejala

seseorang mengalami kelelahan mata antara lain nyeri atau terasa berdenyut di sekitar

mata, pandangan kabur, sulit dalam memfokuskan penglihatan, mata perih, mata merah,

mata berair, sakit kepala, dan pusing disertai mual. Faktor yang dapat mempengaruhi

kelelahan mata menurut Occupational Health and Safety Unit Universitas Queensland

adalah faktor karakteristik pekerja (usia, kelainan refraksi, istirahat mata), faktor

karakteristik pekerjaan (durasi penggunaan komputer), dan faktor perangkat kerja (jarak

monitor).

Kelelahan mata menurut Treivino Pakasi (1999) dipengaruhi oleh faktor internal

dan faktor eksternal. Faktor internal dapat diklasifikasikan menjadi faktor okular dan

sistemik. Sedangkan untuk faktor eksternal dipengaruhi oleh tingkat pencahayaan dan

distribusi penyebaran cahaya di area kerja. Gejala visual menurut (OSHA, 1997). Usia

pekerja menurut Guyton (1994) juga mempengaruhi kelelahan mata, North (1993)

menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja visual antara lain kemampuan

individual itu sendiri, jarak penglihatan ke objek, pencahayaan, durasi, ukuran objek,

kesilauan dan kekontrasan.

Manager Pelayanan Profesional dari Asosiasi Optometris Australia menyatakan

bahwa kelelahan mata, masalah penglihatan, dan kesehatan mata semakin memburuk

selama kita meneruskan pekerjaan dengan jam kerja panjang dan bergantung pada

komputer. Kelompok pekerja kantor merupakan salah satu bagian dari kategori resiko

tertinggi kelelahan mata, beberapa studi mengindikasi bahwa 35 – 48 % dari pekerja

kantor menderita problema tersebut (Robinson, 2003 dalam Hana 2008). Penelitian yang

Page 19: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

4

dilakukan oleh Japanese Ministry of Health (2004) juga didapatkan bahwa proporsi

keluhan kelelahan mata yang dirasakan oleh operator komputer sebesar 91,6%.

Di Indonesia kelelahan mata merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan

karena adanya interaksi mata secara terus menerus dengan penggunaan komputer. Hasil

penelitian yang dilakukan di Corporate Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi

Indonesia pada tahun 2009 didapatkan angka prevalensi kelelahan mata pada pekerja

komputer sebesar 90,2 % (Nourmayanti, 2009). Penggunaan komputer yang dilakukan

lebih dari 2 jam per hari akan membuat mata lelah dan kering karena mata terus

digunakaan untuk melihat layar monitor (Broumand, 2008). Selain itu, gelombang

elektromagnetik yang dihasilkan monitor komputer menyebabkan radiasi dan bisa

mengganggu kesehatan mata. Menurut penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat,

pancaran radiasi gelombang elektromagnetik yang ditimbulkan oleh monitor komputer

dapat menyebabkan kerusakan pada retina. Pancaran radioaktif ini akan terus aktif

hingga meluruh habis selama 20 tahun. Kerusakan pada mata tidak bersifat langsung,

tetapi bersifat gradual (Subitha, 2013). Untuk mencegah hal tersebut kita perlu

memperhatikan visual ergonomic dalam menggunakan komputer seperti jarak mata

dengan layar monitor, pencahayaan ruangan serta posisi monitor terhadap mata agar

pekerja mendapatkan kenyamanan pandangan (visual comfort) saat melakukan

pekerjaanya.

PT. Duta Astakona Girinda adalah sebuah perusahaan jasa konsultasi mengenai

pengembangan sistem dan integrasi, strategi dan implementasi dengan akses terkemuka.

Dalam pekerjaan tersebut, pekerja sangat bergantung pada komputer dalam pemakaian

Page 20: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

5

waktu yang cukup lama dan terus menerus sehingga dapat menimbulkan konsekuensi

negatif pada kesehatan tubuh terutama kesehatan mata.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di PT. Duta Astakona Girinda,

penulis melakukan pengukuran pencahayaan pada 10 meja pekerja di kantor PT. Duta

Astakona Girinda dengan hasil yaitu 7 dari 10 titik yang dilakukan pengukuran atau 70%

nya belum memenuhi standar pencahayaan di perkantoran. Nilai standar minimal

berdasarkan KEPMENKES RI. No.1405/MENKES/SK/XI/02 untuk intensitas

pencahayaan di lingkungan kerja perkantoran adalah 100 lux. Selain itu, berdasarkan

hasil interview dengan pekerja PT. Duta Astakona Girinda, mereka merasakan keluhan

kelelahan mata seperti mata merah dan terasa perih dan juga cahaya ruangan yang dirasa

kurang terang karena ada beberapa lampu ruangan yang mati. Hingga saat ini belum

pernah dilakukan suatu kegiatan penelitian terhadap kesehatan pekerja yang

berhubungan dengan terjadinya gangguan penglihatan kesehatan mata, terutama

kelelahan mata pada pengguna komputer di PT. Duta Astakona Girinda. Untuk itu

peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai faktor- faktor yang berhubungan dengan

kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di PT. Duta Astakona Girinda.

1.2. Rumusan Masalah

Penggunaan komputer merupakan kebutuhan sebagian banyak orang terutama

pada pekerja di perkantoran. Penggunaan komputer secara berlebihan dapat

meningkatkan risiko kesehatan kerja seperti gangguan kesehatan mata. Salah satu

gangguan kesehatan mata yang paling sering terjadi adalah kelelahan mata. Berdasarkan

studi pendahuluan yang dilaksanakan pada tanggal 20 Maret 2014, diketahui bahwa

Page 21: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

6

pada 10 pekerja yang menggunakan komputer di PT. Duta Astakona Girinda didapatkan

7 pekerja (70%) menyatakan mengalami keluhan kelelahan mata. Pemeriksaan ini

dilakukan pada jam istirahat 12.00 WIB pada jam kerja. Selain itu, berdasarkan hasil

interview dengan pekerja PT. Duta Astakona Girinda, mereka merasakan keluhan

kelelahan mata seperti mata merah dan terasa perih dan juga cahaya ruangan yang dirasa

kurang terang karena ada beberapa lampu ruangan yang mati.

Penulis juga melakukan pengukuran pencahayaan pada 10 meja pekerja di kantor

PT. Duta Astakona Girinda dengan hasil yaitu 7 dari 10 titik yang dilakukan pengukuran

atau 70% nya belum memenuhi standar pencahayaan di perkantoran. Nilai standar

minimal berdasarkan KEPMENKES RI. No. 1405/MENKES/SK/XI/02 untuk intensitas

pencahayaan di lingkungan kerja perkantoran adalah 100 lux. Berdasarkan teori dan data

– data di atas, terdapat resiko gangguan kelelahan mata akibat penggunaan komputer.

Untuk itu peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai faktor- faktor yang

berhubungan dengan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di PT. Duta

Astakona Girinda.

1.3. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di PT. Duta

Astakona Girinda tahun 2014?

2. Bagaimana gambaran faktor karakteristik pekerja (usia, kelainan refraksi dan

istirahat mata) pada pekerja pengguna komputer di PT. Duta Astakona Girinda tahun

2014?

Page 22: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

7

3. Bagaimana gambaran jarak monitor dengan pekerja pengguna komputer di PT. Duta

Astakona Girinda tahun 2014?

4. Bagaimana gambaran durasi penggunaan komputer pada pekerja pengguna komputer

di PT. Duta Astakona Girinda tahun 2014?

5. Bagaimana gambaran tingkat pencahayaan di PT. Duta Astakona Girinda tahun

2014?

6. Apakah faktor karakteristik pekerja (usia, kelainan refraksi dan istirahat mata)

berhubungan dengan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di PT. Duta

Astakona Girinda tahun 2014?

7. Apakah jarak monitor berhubungan dengan kelelahan mata pada pekerja pengguna

komputer di PT. Duta Astakona Girinda tahun 2014?

8. Apakah durasi penggunaan komputer berhubungan dengan kelelahan mata pada

pekerja pengguna komputer di PT. Duta Astakona Girinda tahun 2014?

9. Apakah tingkat pencahayaan berhubungan dengan kelelahan mata pada pekerja

pengguna komputer di PT. Duta Astakona Girinda tahun 2014?

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Diketahuinya faktor- faktor yang berhubungan dengan kelelahan mata pada

pekerja pengguna komputer di PT. Duta Astakona Girinda Tahun 2014.

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di PT.

Duta Astakona Girinda tahun 2014.

Page 23: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

8

2. Diketahuinya gambaran faktor karakteristik pekerja (usia, kelainan refraksi dan

istirahat mata) pada pekerja pengguna komputer di PT. Duta Astakona Girinda

tahun 2014.

3. Diketahuinya gambaran jarak monitor dengan pekerja pengguna komputer di PT.

Duta Astakona Girinda tahun 2014.

4. Diketahuinya gambaran durasi penggunaan komputer pada pekerja pengguna

komputer di PT. Duta Astakona Girinda tahun 2014?

5. Diketahuinya gambaran tingkat pencahayaan di PT. Duta Astakona Girinda

tahun 2014.

6. Diketahuinya hubungan faktor karakteristik pekerja (usia, kelainan refraksi dan

istirahat mata) dengan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di PT.

Duta Astakona Girinda tahun 2014.

7. Diketahuinya hubungan jarak monitor dengan kelelahan mata pada pekerja

pengguna komputer di PT. Duta Astakona Girinda tahun 2014.

8. Diketahuinya hubungan durasi penggunaan komputer dengan kelelahan mata

pada pekerja pengguna komputer di PT. Duta Astakona Girinda tahun 2014.

9. Diketahuinya hubungan tingkat pencahayaan dengan kelelahan mata pada

pekerja pengguna komputer di PT. Duta Astakona Girinda tahun 2014.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Bagi Perusahaan

Hasil Penelitian diharapkan dapat memberikan informasi bagi perusahaan

mengenai faktor- faktor yang berhubungan dengan kelelahan mata pada pekerja

Page 24: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

9

sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan agar pekerja merasa aman dan

nyaman dalam bekerja.

1.5.2. Bagi Peneliti

Hasil dari penelitian diharapkan dapat berguna sebagai referensi dan informasi

tentang hal – hal yang berhubungan dengan kelelahan mata khususnya untuk

mahasiswa peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

1.6. Ruang Lingkup

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan

dengan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di PT. Duta Astakona Girinda

Jakarta Selatan. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan metode

penelitian cross sectional (potong lintang). Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan

Mei sampai Juni 2014. Penelitian ini menetapkan karyawan di PT. Duta Astakona

Girinda yang berjumlah 50 orang sebagai populasi. Jumlah sampel dalam penelitian

ditentukan dengan cara total sampling, sehingga keseluruhan populasi diambil sebagai

sampel yaitu sebanyak 50 orang. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini

diperoleh dengan cara pengisian kuesioner, pemeriksaan refraksi mata, diagnosa oleh

dokter, pengukuran jarak monitor dan pengukuran tingkat pencahayaan.

Page 25: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Organ Mata

2.1.1 Anatomi Mata

Bagian-bagian yang terdapat pada mata manusia diantaranya:

a. Kelopak mata

Kelopak mata merupakan bagian pelindung bola mata karena berfungsi sebagai

proteksi mekanis pada bola mata anterior yang menyebarkan film air mata ke

konjungtiva dan kornea sehingga dapat mencegah mata menjadi kering (Cameron, et al,

2006).

b. Retina

Pada retina terdapat sel batang dan sel kerucut. Sel batang sangat peka terhadap

cahaya tetapi tidak dapat membedakan warna dan berfungsi untuk melihat pada siang

hari. Sedangkan sel kerucut kurang peka terhadap cahaya dan dapat membedakan warna

serta berfungsi untuk melihat pada malam hari, Selain itu, terdapat dua buah bintik yaitu

bintik kuning (fovea) dan bintik buta (blind spot). Pada fovea terdapat sejumlah sel saraf

kerucut sedangkan pada blind spot tidak terdapat sel batang maupun sel kerucut. Suatu

objek dapat dilihat dengan jelas apabila bayangan objek tersebut tepat jatuh pada fovea.

Bintik kuning (fovea) berperan dalam penglihatan untuk melihat objek yang lebih kecil

seperti kegiatan membaca huruf kecil (Cameron, et al, 2006)

Page 26: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

11

c. Lensa

Lensa berbentuk bikonveks dan transparan serta terletak dibelakang iris dan

disokong oleh serabut-serabut halus zonula. Lensa memiliki pembungkus lentur yang

ditopang di bawah tegangan oleh serat-serat penunjang. Lensa mata berfungsi untuk

mengatur banyaknya cahaya yang masuk sehingga cahaya yang jatuh tepat difokuskan

pada binting kuning retina. Saat seseorang melihat objek yang jauh, otot mata yang

berfungsi memfokuskan bayangan berelaksasi, tegangan ini menjaga agar lensa tetap

tipis dan berada pada dayanya yang paling rendah, dan mata berfokus pada objek jauh.

Sedangkat saat seseorang melihat objek yang dekat, lensa mata akan menebal (Cameron,

et al, 2006).

d. Kornea

Kornea memiliki ketebalan ± 0,5 mm. Kornea memfokuskan bayangan dengan

membiaskan atau membelokkan berkas cahaya. Besarnya pembiasan (refraksi)

bergantung pada kelengkungan permukaannya dan kecepatan cahaya pada lensa

dibandingkan pada benda sekitar (indeks bias relatif). Indeks bias hampir konstan untuk

semua kornea, tetapi kelengkungan cukup bervariasi pada setiap orang dan berperan

besar dalam gangguan penglihatan. Apabila kornea terlalu melengkung, mata akan

berpenglihatan dekat. Sedang jika kelengkungan pada kornea kurang maka mata akan

berpenglihatan jauh. Untuk kelengkungan yang tidak merata akan menyebabkan

astigmatisme (Cameron, et al, 2006).

Page 27: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

12

e. Iris

Iris membentuk pupil di bagian tengahnya, suatu celah yang dapat berubah

ukurannya dengan kerja otot sfingter dan dilator untuk mengontrol jumlah cahaya yang

masuk ke mata. Iris memiliki lapisan batas anterior yang tersusun dari fibroblast dan

kolagen serta stroma selular dimana otot sfingter terletak di dalamnya yang dipersarafi

oleh sistem saraf parasimpatis (James, et al, 2006).

f. Pupil

Bulatan hitam yang ada di tengah-tengah adalah pupil. Pupil dapat mengecil

sehubungan dengan fungsinya sebagai pengatur kebutuhan cahaya yang diperlukan mata

untuk membantu proses penglihatan secara optimal. Dalam pengamatan iridiologi, pupil

yang tertekan ke bawah merupakan indikasi adanya ketegangan syaraf yang berat. Selain

itu, pupil yang membesar dan melebar merupakan indikasi kelelahan saraf atau deplesi

(Cameron, et al, 2006).

g. Alat-alat penggerak bola mata

Gerakan bola mata bersifat ritmis dan harmonis. Terdapat enam macam otot

penggerak bola mata, yaitu:

1. Musculus rektus internus (medius), menggerakkan bola mata ke arah medial.

2. Musculus rektus externus (lateralis), menggerakkan bola mata ke arah

lateral/temporal. Pada saat berkontraksi menyebabkan mata menjadi axis

(abduksi)

3. Musculus rektus superior, berfungsi menarik bola mata ke atas.

4. Musculus rektus inferior, berfungsi menarik bola mata ke bawah.

Page 28: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

13

5. Musculus oblique superior, berfungsi menarik bola mata ke arah nasal bawah

dan menyebabkan mata berputar ke arah dalam (endorotasi).

6. Musculus oblique inferior, berfungsi menarik bola maat ke arah nasal atas dan

menyebabkan mata berputar keluar (eksirotasi) (Ganong, 2001).

2.1.2 Fisiologi Mata

Mata terletak dalam bantalan lemak yang dapat meredam goncangan. Diameter

bola mata manusia ± 2,5 cm. Mata dapat bekerja secara efektif menerima cahaya dengan

rentang intensitas yang sangat lebar sekitar 10 milyar cahaya. Mata juga memiliki sistem

pengendali tekanan otomatis yang mempertahankan tekanan internalnya untuk

mempertahankan bentuk bola mata yaitu sekitar 1,6 kPa (12 mmHg).

2.1.3 Akibat Penggunaan Komputer

Penggunaan komputer bisa menimbulkan efek yang negatif terhadap kesehatan

khususnya bagi para pekerja yang menggunakan komputer secara terus – menerus dan

dalam jangka waktu yang lama. Efek negatif tersebut seperti Sindrom Mata kering,

Kelelahan Mata maupun CVS (Compute Vision Syndrom).

No Gangguan Definisi Alat Ukur

1. Dry Eye

Syndrom

/Sindrom

Mata

Kering

(Pearce et

Kondisi di mana air mata

tidak cukup untuk

melumasi dan

menyehatkan mata, yang

ditandai dengan gejala

spesifik yaitu gatal,

Kuesioner keluhan gejala Sindrom Mata

Kering dan penilaian Visual analogue

scale (VAS) untuk melihat tingkat

keparahan. Keluhan tersebut antara lain:

1. mata terbakar,

2. gatal,

Page 29: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

14

al, 2005)

penglihatan kabur

(membaik jika berkedip),

berpasir, dan atau

sensitive terhadap cahaya

3. penglihatan kabur,

4. mata berat/lelah,

5. mata berair,

6. mata merah,

7. mata berpasir,

8. mata perih, dan

9. sensitive terhadap cahaya.

2. Kelelahan

Mata

(Pheasant,

1990)

Suatu kondisi subjektif

yang disebabkan oleh

penggunaan otot mata

secara berlebihan.

Kuesioner dengan keluhan berupa:

1. Nyeri atau terasa berdenyut di sekitar

mata.

2. Pandangan kabur.

3. Pandangan ganda.

4. Sulit dalam memfokuskan

penglihatan.

5. Mata perih.

6. Mata merah.

7. Mata berair.

8. Sakit kepala, dan

9. Pusing disertai mual

3. CVS

(Compute

Vision

Syndrom)

(Affandi,

2005)

Sindroma penglihatan pada

pemakaian komputer.

Kuesioner dengan keluhan berupa:

1. Mata lelah / tegang (asthenopia)

2. Sakit kepala

3. Penglihatan kabur

4. Mata kering

5. Sakit pada leher dan punggung

6. Peka terhadap cahaya

7. Penglihatan ganda

Page 30: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

15

Gangguan penglihatan yang disebabkan karena penggunaan komputer, oleh The

American Optometric Association dinamakan Compute Vision Syndrom (CVS) yaitu

suatu gejala yang dapat menyebabkan berbagai keluhan antara lain mata lelah dan

kering, sakit kepala, pandangan buram dan sensitif terhadap cahaya (Fauzi, 2006).

Sindrom mata kering (Dry Eye Syndrom) dan kelelahan mata merupakan 2 gejala CVS

(Compute Vision Syndrom) dari 7 gejala yang disebutkan oleh Affandi (2005).

Kelelahan mata juga dikenal dengan asthenopia dimana terjadi ketegangan pada organ

visual. Menurut Pheasant (1990) gejala – gejala seseorang mengalami kelelahan mata

antara lain nyeri atau terasa berdenyut di sekitar mata, pandangan kabur, pandangan

ganda, sulit dalam memfokuskan penglihatan, mata perih mata merah, mata berair, sakit

kepala dan pusing disertai mual.

2.1.4 Kelelahan Mata

Menurut Suma’mur (2009), kelelahan mata timbul sebagai stress intensif pada

fungsi-fungsi mata seperti terhadap otot-otot akomodasi pada pekerjaan yang perlu

pengamatan secara teliti atau terhadap retina akibat ketidaktepatan kontras.

Menurut Padmanaba (2006), kelelahan mata dapat dipengaruhi dari kuantitas

iluminasi, kualitas ilumiasi dan distribusi cahaya. Kualitas iluminasi adalah tingkat

pencahayaan yang dapat berpengaruh pada kelelahan mata, penerangan yang tidak

memadai akan menyebabkan otot iris mengatur pupil sesuai dengan intensitas

penerangan yang ada. Kualitas iluminasi meliputi jenis penerangan, sifat fluktuasi serta

warna penerangan yang digunakan. Distribusi cahaya yang kurang baik di lingkungan

Page 31: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

16

kerja dapat menyebabkan kelelahan mata. Distribusi cahaya yang tidak merata sehingga

menurunkan efisiensi tajam penglihatan dan kemampuan membedakan kontras.

Kelelahan mata timbul karena ketegangan pada mata dan disebabkan oleh

penggunaan indera penglihatan dalam bekerja yang memerlukan kemampuan untuk

melihat dalam jangka waktu yang lama yang biasanya disertai dengan kondisi

pandangan yang tidak nyaman. (Phesant, 1991).

2.1.5 Gejala Kelelahan Mata

Saat seseorang bekerja melihat objek bercahaya di atas dasar berwarna pada jarak

dekat secara terus – menerus dalam jangka waktu tertentu, menyebakan mata harus

berakomodasi dalam jangka waktu yang panjang. Kelelahan mata oleh karena lama

paparan yang terlalu lama akan menyebabkan daya akomodasi menurun.

Menurut Pheasant (1991) gejala – gejala seseorang mengalami kelelahan mata yaitu :

1. Nyeri atau terasa berdenyut di

sekitar mata.

2. Pandangan kabur.

3. Pandangan ganda.

4. Sulit dalam memfokuskan penglihatan

5. Mata perih.

6. Mata merah.

7. Mata berair.

8. Sakit kepala, dan

9. Pusing disertai mual.

Sedangkan menurut Asyari (2002) terdapat dua gejala kelelahan mata yaitu

gejala okular seperti mata merasa tidak nyaman, panas, sakit, cepat lelah, merah dan

berair dan gejala visual yang terjadi karena mata mengalami gangguan untuk

Page 32: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

17

memfokuskan bayangan pada retina. Kelelahan ini akan menyebabkan penglihatan

ganda atau kabur.

Gejala umum lainnya yang sering dikeluhkan akibat kelelahan mata adalah rasa

sakit kepala, sakit punggung, pinggang dan vertigo (Tjidarbumi, 2002).

2.2 Faktor-Faktor Penyebab Kelelahan Mata.

2.2.1 Faktor Karakteristik Individu

1. Usia

Menurut Guyton (1991) menyebutkan bahwa daya akomodasi menurun pada

usia 45 – 50 tahun. Hal ini disebabkan setiap tahun lensa semakin berkurang

kelenturannya dan kehilangan kemampuan untuk menyesuaikan diri.

Haeny (2009) menyebutkan bahwa semakin tua seseorang, lensa semakin

kehilangan kekenyalan sehingga daya akomodasi makin berkurang dan otot-otot

semakin sulit dalam menebalkan dan menipiskan mata. Sebaliknya, semakin muda

seseorang maka kebutuhan cahaya akan lebih sedikit dibandingkan dengan usia yang

lebih tua dan kecenderungan mengalami kelelahan mata lebih sedikit.

Selain itu, menurut Ilyas (2008) usia juga berpengaruh terhadap daya akomodasi.

Semakin tua usia seseorang, daya akomodasi akan semakin menurun. Jarak terdekat dari

suatu benda agar dapat dilihat dengan jelas dikatakan “titik dekat” atau punktum

proksimum. Pada saat ini mata berakomodasi sekuat-kuatnya atau berakomodasi

maksimum. Sedangkan jarak terjauh dari benda agar masih dapat dilihat dengan jelas

dapat dikatakan bahwa benda terletak pada titik jauh atau punktum remotum dan pada

Page 33: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

18

saat ini mata tidak berakomodasi atau lepas akomodasi. Berikut Tabel 2.1 Korelasi

antara usia dan daya akomodasi.

Tabel 2.1 Korelasi antara usia dan daya akomodasi

Usia (tahun) Titik Dekat (cm)

10 7

20 10

30 14

40 22

50 40

60 200

Sumber: (Ilyas, 2008)

Hasil penelitian yang dilakukan di Corporate Customer Care Center (C4) PT.

Telekomunikasi Indonesia pada tahun 2009 didapatkan bahwa persentase hubungan

antara usia pekerja ≥ 45 tahun dengan keluhan kelelahan mata lebih besar daripada usia

pekerja < 45 tahun yaitu 94,1% (Nourmayanti, 2009).

2. Kelainan Refraksi

Kelainan refraksi merupakan kelainan pembiasan sinar pada mata sehingga sinar

tidak difokuskan pada retina atau bintik kuning, tetapi dapat di depan atau di belakang

bintik kuning dan mungkin tidak terletak pada satu titik yang fokus (Ilyas, 2004).

Secara umum, terjadi ketidakseimbangan sistem penglihatan pada mata sehingga

menghasilkan bayangan yang kabur. Sinar tidak dibiaskan tepat pada retina, tetapi dapat

di depan atau di belakang retina dan tidak terletak pada satu titik fokus. Kelainan

refraksi dapat diakibatkan terjadinya kelainan kelengkungan kornea dan lensa,

perubahan indeks bias, dan kelainan panjang sumbu bola mata. Ametropia adalah suatu

Page 34: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

19

keadaan mata dengan kelainan refraksi sehingga pada mata yang dalam keadaan

istirahat memberikan fokus yang tidak terletak pada retina. Ametropia dapat ditemukan

dalam bentuk kelainan miopia (rabun jauh), hipermetropia (rabun dekat), dan astigmat.

Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri atas

kornea, cairan mata, lensa, benda kaca, dan panjangnya bola mata.

Menurut Ilyas (2008) terdapat empat tipe umum ametropia yaitu:

1) Miopia (rabun dekat)

Terjadi bila kekuatan optik mata terlalu tinggi (biasanya karena bola mata yang

panjang) dan sinar cahaya pararel difokuskan di depan retina.

2) Hipermetropia atau Hyperopia (rabun jauh)

Kekuatan optik mata terlalu rendah (biasanya karena mata terlalu pendek) dan

sinar cahaya pararel mengalamai konvergensi pada titik di belakang retina.

3) Astigmatisme

Kekuatan optik kornea di bidang yang berbeda tidak sama. Sinar cahaya pararel

yang melewati bidang yang berbeda ini jatuh ke titik fokus yang berbeda.

4) Presbiopia (penglihatan tua)

Terjadi akibat hilang akomodasi. Akibat gangguan akomodasi ini maka

seseorang yang berusia lebih dari 40 tahun atau lebih, akan memberikan keluhan

setelah membaca yaitu berupa mata lelah, berair dan sering terasa perih.

Kelainan refraksi dilakukan dengan memeriksa tajam penglihatan mata satu per

satu. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan kartu snallen. Kartu snallen

adalah kartu yang terdiri dari deretan huruf atau angka dengan ukuran berjenjang sesuai

Page 35: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

20

ukuran snallen dan dipakai untuk menguji tajam penglihatan. Pemeriksaan dilakukan

dengan meletakkan kartu snallen pada jarak 6 meter di depan pasien. Pasien dengan

kondisi mata normal akan mampu membaca dengan jelas baris ke-7 dari urutan baris

huruf kartu snallen pada jarak 6 meter, baris ke-6 pada jarak 9 meter, dan akhirnya baris

pertama pada jarak 60 meter. Pada jarak-jarak tersebut seluruh huruf membentuk sudut

penglihatan sebesar 5 menit dan kaki-kaki huruf membentuk sudut penglihatan sebesar 1

menit. Mata normal diharapkan mempunyai tajam penglihatan 6/6, yaitu baris snallen

yang ke- 7 dapat dilihat dengan jelas pada jarak 6 meter.

3. Istirahat Mata

Menurut Anshel (1996) dalam Nourmayanti (2009) ada tiga jenis istirahat bagi

pengguna komputer, diantaranya:

1) Micro break yaitu mengistirahatkan mata selama 10 detik setiap 10 menit

bekerja, dengan cara melihat jauh (minimal 6 meter) diikuti dengan

mengedipkan mata secara relaks.

2) Mini break yaitu mengistirahatkan mata setiap setengah jam selama lima menit

dengan cara berdiri dan melakukan peregangan tubuh. Selain itu, lakukan juga

melihat jauh dengan objek yang berbeda – beda.

3) Maxi break yaitu mengistirahatkan mata dengan melakukan kegiatan seperti

jalan-jalan, bangun dari tempat kerja, minum kopi atau teh dan makan siang.

Menurut Joseffina (1999) dalam Prasetyo (2006) lama istirahat yang diperlukan

bagi pekerja yang menggunakan komputer dianjurkan adalah selama 10 menit/jam

(dengan waktu kerja 8 jam kerja/hari atau 40 jam kerja/minggu).

Page 36: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

21

Perubahan fokus pada mata adalah cara lain untuk memberikan otot mata

kesempatan istirahat. Pekerja hanya membutuhkan memandang ruangan atau ke arah

luar jendela beberapa saat dan melihat objek yang jaraknya kurang lebih 2 kaki (OSHA,

1997). Bila pekerja terlalu lama melihat dalam jarak dekat maka pekerja perlu

mengalihkan pandangan ke arah yang jauh. Relaksasi atau istirahat mata selama

beberapa saat setiap 30 menit dapat menurunkan ketegangan dan menjaga mata tetap

basah (Zendi, 2009).

Menurut National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) dalam

(Murtopo dan Sarimurni, 2005) perlu dilakukan istirahat selama 15 menit terhadap

pemakaian komputer selama dua jam. Frekuensi istirahat yang teratur berguna untuk

memotong rantai kelelahan sehingga akan menambah kenyamanan bagi pengguna

komputer. Selain itu, pekerja yang melakukan istirahat 5 menit selama 4 kali sepanjang

waktu bekerja dapat mengurangi kelelahan mata.

2.2.2 Faktor Karakteristik Pekerjaan

1. Durasi Penggunaan Komputer

Melihat dalam waktu lama berisiko terkena mata lelah atau astenopia (Afandi,

2002). Kondisi tersebut dapat menimbulkan gangguan kesehatan, salah satu gangguan

kesehatan yang terjadi adalah Computer Vision Syndrome (CVS). Parwati (2004)

menyatakan gejala CVS timbul setelah 2 jam penggunaan komputer terus-menerus dan

penelitian Broumand et al (2008) juga menunjukkan perburukan gejala kelelahan mata

pada pengguna komputer lebih dari 2 jam per hari. Berbagai gejala yang timbul pada

pekerja komputer yang bekerja dalam waktu lama selain diakibatkan oleh cahaya yang

Page 37: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

22

masuk ke mata, juga diakibatkan karena mata seorang pekerja komputer berkedip lebih

sedikit dibandingkan pekerja mata normal pekerja biasa sehingga menyebabkan mata

menjadi kering dan terasa panas (Wasisto, 2005). Durasi kerja bagi seseorang

menentukan tingkat efisiensi dan produktivitas kerja. Lamanya seseorang bekerja sehari

secara baik pada umumnya 6-8 jam. Memperpanjang jam kerja lebih dari kemampuan

tersebut biasanya tidak disertai efisiensi yang tinggi, bahkan biasanya terlihat penurunan

produktivitas serta kecenderungan untuk timbulnya kelelahan, penyakit dan kecelakaan

(Aryanti, 2006).

Berdasarkan survei yang dilakukan di Amerika tahun 2004 bahwa lebih dari 143

juta orang Amerika menghabiskan waktu di depan komputer setiap hari dan rata-rata

waktu kerja yang digunakan untuk bekerja dengan komputer adalah 5,8 jam per hari

atau 69% dari total jam kerja mereka (Wasisto, 2005).

2. Bentuk dan Ukuran Objek Kerja

Dalam ruang lingkup pekerjaan, faktor yang menentukan adalah ukuran objek,

derajat kontras di antara objek dan sekelilingnya, luminansi dari lapangan penglihatan,

yang tergantung dari penerangan dan pemantulan pada arah si pengamat, serta lamanya

melihat (Suma’mur, 2009).

3. Jarak Monitor

Menurut Jaschinski (1991), melihat ke layar dengan jarak 20 inci dirasakan

terlalu dekat. Jarak yang sesuai adalah 40 inci. Sedangkan menurut Grandjean (1991),

menyebutkan bahwa jarak rata-rata ideal melihat ke layar adalah 30 inci. Menurut

Occupational Safety and Health Association (OSHA) (1997) pada saat menggunakan

komputer jarak antara mata pekerja dengan layar sekurang-kurangnya adalah 20-40 inch

Page 38: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

23

atau sekitar 50-100 cm. Monitor yang terlalu dekat dapat mengakibatkan mata menjadi

tegang, cepat lelah, dan potensi ganggguan penglihatan. Jarak ergonomis antara layar

monitor dengan pengguna komputer berkisar antara 50 cm sampai dengan 60 cm

(Hanun, 2008).

4. Beban Kerja

Beban kerja berat akan berpengaruh pada kelelahan mata seseorang karena jika

beban kerja berat maka dibutuhkan penglihatan yang maksimal saat bekerja dalam

jangka waktu yang lama (Mangunkusumo, 2002). The University of North Carolina di

Asheville mengelompokkan beban kerja pekerja komputer atas dasar lama waktu kerja

sebagai berikut:

1. Pekerja komputer dengan beban kerja berat adalah pekerja dengan lama

waktu kerja 4 jam sehari secara terus – menerus.

2. Pekerja komputer dengan beban kerja sedang adalah pekerja dengan lama

waktu kerja 2 – 4 jam sehari secara terus – menerus.

3. Pekerja komputer dengan beban kerja ringan adalah pekerja dengan lama

waktu kerja kurang dari 2 jam sehari secara terus – menerus.

2.2.3 Faktor Lingkungan Kerja

1. Tingkat Pencahayaan

a. Pencahayaan

Suma’mur (1996) menyatakan bahwa pencahayaan yang baik

memungkinkan tenaga kerja melihat obyek-obyek yang dikerjakannya secara jelas,

Page 39: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

24

cepat dan tanpa upaya-upaya yang tidak perlu. Selain itu, penerangan yang buruk

dapat berakibat pada kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan efisiensi kerja.

Pencahayaan tempat kerja yang memadai baik yang alami atau buatan

memegang peranan yang cukup penting dalam upaya peningkatan kesehatan,

keselamatan dan produktivitas tenaga kerja. Baik tidaknya pencahayaan di suatu

tempat kerja selain ditentukan oleh kuantitas atau tingkat iluminasi yang

menyebabkan objek dan sekitarnya terlihat jelas tetapi juga oleh kualitas dari

pencahayaan tersebut diantaranya menyangkut arah dan penyebaran atau distribusi

cahaya, tipe dan tingkat kesilauan. Demikian pula dekorasi tempat kerja khususnya

mengenai warna dari dinding, langit-langit, peralatan kerja ikut menentukan tingkat

penerangan di tempat kerja (Aryanti, 2006).

Fungsi utama pencahayaan di tempat kerja adalah untuk menerangi objek

pekerjaan agar terlihat secara jelas, mudah dikerjakan dengan cepat, dan

produktivitas dapat meningkat. Pencahayaan di tempat kerja harus cukup.

Pencahayaan yang intensitasnya rendah (poor lighting) akan menimbulkan

kelelahan, ketegangan mata, dan keluhan pegal di sekitar mata. Pencahayaan yang

intensitasnya kuat akan dapat menimbulkan kesilauan. Penerangan baik rendah

maupun kuat bahkan akan menimbulkan kecelakaan kerja (Santoso, 2004).

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 1405 tahun 2002, pencahayaan

adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk

melaksanakan kegiatan secara efektif. Berdasarkan KEPMENKES RI. No.

1405/MENKES/SK/XI/02, tingkat pencahayaan di ruang kerja pada lingkungan

Page 40: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

25

kerja perkantoran yaitu minimal 100 lux. Sedangkan tingkat pencahayaan pada

lingkungan kerja industri dapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2 Intensitas Cahaya di Ruang Kerja

JENIS KEGIATAN TINGKAT

PENCAHAYAAN

MINIMAL (LUX)

KETERANGAN

Pekerjaan kasar dan

tidak terus menerus

100 Ruang penyimpanan & ruang

peralatan/instalasi yang

memerlukan pekerjaan yang

kontinyu.

Pekerjaan kasar &

terus menerus

200 Pekerjaan dengan mesin dan

perakitan kasar.

Pekerjaan rutin 300 R. administrasi, ruang kontrol,

pekerjaan mesin & perakitan/

penyusun.

Pekerjaan agak halus 500 Pembuatan gambar atau

berkerja dengan mesin kantor

pekerja pemeriksaan atau

pekerjaan dengan mesin.

Pekerjaan halus 1000 Pemilihan warna, pemrosesan

tekstil, pekerjaan mesin halus

& perakitan halus

Pekerjaan amat halus 1500

Tidak menimbulkan

bayangan

Mengukir dengan tangan,

pemeriksaan pekerjaan mesin

dan perakitan yang sangat

halus

Pekerjaan terinci 3000

Tidak menimbulkan

bayangan

Pemeriksaan pekerjaan,

perakitan sangat halus

Sumber: KEPMENKES RI. No. 1405/MENKES/SK/XI/02

Page 41: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

26

b. Sumber Pencahayaan

Berdasarkan sumbernya pencahayaan dibedakan menjadi dua yaitu pencahayaan

alami dan pencahayaan buatan (Aryanti, 2006).

1) Pencahayaan Alami

Pencahayaan alami adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber

cahaya alami yaitu matahari dengan cahayanya yang kuat tetapi bervariasi

menurut jam, musim dan tempat. Pencahayaan dari sumber matahari dirasa

kurang efektif dibandingkan dengan pencahayaan buatan, hal ini disebabkan

karena matahari tidak dapat memberikan intensitas cahaya yang tetap.

2) Pencahayaan Buatan

Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh

sumber cahaya selain cahaya alami. Apabila pencahayaan alami tidak

memadai atau posisi ruangan sukar untuk dicapai oleh pencahayaan alami

dapat dipergunakan pencahayaan buatan.

Pencahayaan buatan sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Mempunyai intensitas yang cukup sesuai dengan jenis pekerjaan.

b. Tidak menimbulkan pertambahan suhu udara yang berlebihan pada

tempat kerja.

c. Memberikan pencahayaan dengan intensitas yang tetap menyebar

secara merata, tidak berkedip, tidak menyilaukan dan tidak

menimbulkan bayang-bayang yang dapat mengganggu pekerjaan.

Page 42: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

27

c. Sistem Pencahayaan

Sistem pencahayaan dibedakan menjadi dua bagian, yakni General lighting

dan Local lighting. General lighting digunakan untuk pencahayaan menyeluruh atau

sistem pencahayaan yang digunakan untuk mendapatkan pencahayaan yang merata.

Contohnya seperti penerangan yang biasa dipasang di langit-langit ruangan kerja.

Sedangkan Local lighting digunakan untuk memberikan nilai aksen pada

suatu bidang atau lokasi tertentu tanpa memperhatikan kerataan pencahayaan.

Penerangan lokal biasa digunakan khusus untuk menerangi sebagian ruangan dengan

sumber cahaya dan biasanya berada dekat dengan permukaan yang diterangi.

Contohnya lampu yang terpasang pada meja pekerja (Haeny, 2009).

Sistem pencahayaan lokal ini diperlukan khususnya untuk pekerjaan yang

membutuhkan ketelitian. Kerugian dari sistem pencahayaan ini dapat menyebabkan

kesilauan, maka local lighting perlu dikoordinasikan dengan general lighting

(Aryanti, 2006).

d. Pengukuran Pencahayaan

Pencahayaan diukur dengan menggunakan alat lux meter dan dinyatakan

dalam satuan lux (Suma’mur, 1996). Penilaian pencahayaan, menggunakan alat ukur

light meter atau lux meter untuk mengukur intensitas cahaya. Alat ini terdiri atas

sebuah fotosel sensitif yang menimbulkan arus listrik pada cahaya jatuh pada

permukaan sel ini. Pengukuran intensitas penerangan perlu dilakukan meliputi

intensitas penerangan umum dan lokal. Pada penerangan umum perlu dilakukan di

seluruh ruangan tempat kerja termasuk mesin dan ruangan kosong. Pada penerangan

Page 43: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

28

lokal dilakukan pengukuran di tempat (obyek) yang ingin diketahui intensitasnya

(Santoso, 2004).

2. Suhu dan Kelembaban

Suhu dan kelembaban menjadi faktor yang sangat penting dalam kulitas udara

untuk kenyamanan kerja seseorang. (Santoso, 2009).

Tempat kerja yang nyaman merupakan salah satu faktor penunjang gairah kerja.

Lingkungan kerja yang panas dan lembab akan menurunkan produktivitas kerja, juga

akan membawa dampak negatif terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. (Santoso,

2004).

Cuaca kerja adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara, kecepatan

gerakan, dan suhu radiasi. Efisiensi kerja sangat dipengaruhi cuaca kerja dalam

lingkungan kerja yang nyaman, tidak dingin maupun panas. Suhu yang nyaman berkisar

antara 24oC – 26

oC bagi orang-orang Indonesia. Suhu panas terutama berakibat

menurunnya prestasi kerja dan daya pikir. Suhu dingin mengurangi efisiensi dengan

keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot. Selain itu, suhu terlalu rendah dapat

mengakibatkan keluhan-keluhan dan kadang-kadang diikuti meningkatnya penyakit

pernafasan. (Suma’mur, 1996)

Tingkat kelembaban yang rendah akan berefek pada penguapan air mata.

Menurut Herold, penguapan air mata bergantung pada uap air di sekitar mata.

Roestijawati melaporkan sebanyak 60% karyawan yang bekerja di ruangan

bertemperatur < 24ºC atau > 26ºC mengalami sindroma dry eye yang menyebabkan

kelelahan mata.

Page 44: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

29

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1405/Menkes/SK/XI tahun

2002 tentang Persyaratan dan Tata Cara Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Kerja

Perkantoran bahwa suhu udara ruangan perkantoran berkisar antara 18-28oC, sedang

untuk kelembaban berkisar antara 40%-60%. Agar ruang kerja perkantoran memenuhi

persyaratan kesehatan perlu dilakukan upaya-upaya diantaranya bila suhu udara ruangan

melebihi 28oC perlu dipasang Air Conditioner (AC), kipas angin , dan sebagainya.

Suhu udara diukur dengan termometer. Penggunaan termometer sangat luas

sekali antara lain mengukur suhu tubuh, mengukur suhu udara, mengukur suhu ruang,

dan sebagainya (Gabriel, 2001).

.

2.3 Pengendalian Kelelahan Mata Akibat Penggunaan Komputer

10 langkah mudah untuk mengurangi risiko kelelahan mata termasuk Computer

Vision Syndrom (CVS) pada pekerja pengguna komputer termasuk (Heiting, 2014):

1. Melakukan pemeriksaan mata secara rutin

Melakukan pemeriksaan mata secara rutin adalah hal yang paling penting

yang dapat pekerja pengguna komputer lakukan untuk mencegah atau mengobati

masalah penglihatan pada komputer. Menurut Institut Nasional Keselamatan dan

Kesehatan (NIOSH), pengguna komputer harus melakukan pemeriksaan mata

sebelum mereka mulai bekerja pada komputer dan sekali setahun sesudahnya.

2. Gunakan pencahayaan yang tepat

Kelelahan mata sering disebabkan oleh cahaya yang kurang atau terlalu

terang, baik dari sinar matahari di luar ruangan yang masuk melalui jendela atau dari

Page 45: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

30

pencahayaan interior yang keras. Ketika menggunakan komputer, pencahayaan

lingkungan harus sesuai standar jenis pekerjaan yang dilakukan.

Upaya yang bisa dilakukan seperti menghilangkan cahaya eksterior dengan

menutup tirai, nuansa atau tirai. Melakukan perawatan bagi lampu yang padam atau

kusam. Mengurangi atau menambahkan pencahayaan interior dengan menggunakan

bola lampu yang hemat energi atau intensitas rendah. Selain itu perlu diperhatikan

juga tata letak penempatan lampu agar tingkat pencahayaan di tempat kerja merata

dan memenuhi standar yang telah ditentukan. Jika mungkin, atur posisi monitor

komputer atau layar sehingga jendela berada di samping, bukan di depan atau

belakangnya.

3. Minimalkan silau

Silau pada dinding dan permukaan lantai, serta refleksi pada layar komputer

juga dapat menyebabkan kelelahan mata. Pertimbangkan untuk memasang layar anti-

silau pada monitor dan jika mungkin, ganti cat dinding putih dengan warna yang

lebih soft. Sekali lagi, tutup jendela. Ketika cahaya luar tidak dapat dikurangi,

pertimbangkan untuk menggunakan hood komputer.

Jika mengenakan kacamata, gunakan lensa dengan anti-reflektif (AR)

coating. AR coating mengurangi silau dengan meminimalkan jumlah cahaya

terpantul di permukaan depan dan belakang lensa kacamata.

4. Upgrade jenis layar komputer

Lakukan penggantian tabung monitor lama (disebut tabung sinar katoda atau

CRT) dengan layar datar liquid crystal display (LCD), seperti pada komputer laptop.

Page 46: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

31

Selain itu, perlu dipasang kaca pelindung (filter) pada layar monitor komputer untuk

mengurangi radiasi maupun tingkat kesilauan monitor.

Layar LCD biasanya lebih nyaman pada mata dan memiliki permukaan anti-

reflektif. Layar CRT kuno menyebabkan gambar terlihat "flicker " atau berkelip-

kelip, yang merupakan penyebab utama dari kelelahan mata karena penggunaan

komputer. Bahkan jika flicker ini tak terlihat, masih bisa memberikan kontribusi

untuk kelelahan mata selama menggunakan komputer.

5. Sesuaikan tampilan monitor

Menyesuaikan pengaturan tampilan pada komputer untuk membantu

mengurangi kelelahan mata. Umumnya, penyesuaian ini dapat menguntungkan.

Berikut pengaturan pada monitor:

a. Brightness. Mengatur kecerahan layar sehingga kurang lebih sama seperti

kecerahan workstation sekitar. Seperti, melihat latar belakang putih pada

layar komputer. Jika ia tampak seperti sumber cahaya, itu artinya brightness

terlalu terang. Jika tampak kusam dan abu-abu, mungkin brightness terlalu

gelap.

b. Ukuran teks dan kontras. Sesuaikan ukuran teks dan kontras untuk

kenyamanan, terutama ketika membaca atau menulis dokumen panjang.

Biasanya, warna teks hitam pada latar belakang putih adalah kombinasi

terbaik untuk kenyamanan.

c. Temperatur warna. Ini adalah istilah teknis yang digunakan untuk

menggambarkan spektrum cahaya tampak yang dipancarkan oleh color

display. Cahaya biru adalah panjang – pendek gelombang cahaya yang

Page 47: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

32

terlihat dan yang berhubungan dengan kelelahan mata seperti warna oranye

dan merah. Mengurangi temperatur warna tampilan dengan menurunkan

jumlah cahaya biru yang dipancarkan oleh color display untuk kenyamanan

menonton jangka panjang yang lebih baik.

6. Sering berkedip

Berkedip sangat penting ketika bekerja di depan komputer, berkedip

membasahi mata untuk mencegah kekeringan dan iritasi. Ketika bekerja di depan

komputer, orang lebih jarang berkedip - sekitar sepertiga sesering seperti biasa. Air

mata yang melapisi mata menguap lebih cepat selama fase tidak berkedip dan ini

dapat menyebabkan mata kering . Selain itu, udara di lingkungan kantor yang kering

dapat meningkatkan seberapa cepat air mata menguap, hal ini menimbulkan risiko

yang lebih besar untuk terjadinya kelelahan mata.

Untuk mengurangi risiko mata kering selama penggunaan komputer, cobalah

latihan ini: Setiap 20 menit, berkedip 10 kali dengan menutup mata seolah-olah jatuh

tertidur (sangat lambat). Ini akan membantu membasahkan mata. Lakukan secara

rutin untuk mencegah terjadinya kelelahan mata.

7. Latihan mata

Penyebab lain dari ketegangan mata pada pengguna komputer adalah mata

sering berfokus. Untuk mengurangi risiko kelelahan mata dengan terus-menerus

berfokus pada layar monitor adalah dengan berpaling dari komputer setidaknya

setiap 20 menit dan menatap sebuah objek yang jauh (setidaknya 20 kaki atau 6

Page 48: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

33

meter) selama 20 detik. Beberapa dokter mata menyebutnya "aturan 20-20-20".

(Flammini, 2013)

Gambar 2.1 Aturan 20-20-20 untuk istirahat mata

Sumber: http://visianinfo.com/the-20-20-20-rule-preventing-digital-eye-strain/

Menurut Santoso (2009), setelah bekerja dengan komputer perlu

mengistirahatkan mata sejenak dengan melihat pemandangan yang dapat

menyejukkan mata secara periodik. Istirahat dalam waktu yang singkat dan sering

jauh lebih bermanfaat dibandingkan dengan istirahat yang lama tetapi jarang. Selain

itu, perlu dilakukan training atau penyuluhan tentang cara melakukan istirahat mata

yang efektif, posisi kerja ergonomi yang baik untuk mencegah penyakit akibat kerja

terutama karena penggunaan komputer.

8. Ambil waktu istirahat

Untuk mengurangi risiko kelelahan mata dan leher, nyeri punggung dan

bahu, sering-seringlah beristirahat selama menggunakan komputer. Banyak pekerja

Page 49: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

34

yang kurang istirahat selama menggunakan komputer mereka sepanjang hari kerja.

Dalam hal ini disarankan National Institute for Occupational Safety and Health

(NIOSH) VDT Studies and Information untuk melakukan istirahat selama 15 menit

terhadap pemakaian komputer selama dua jam. Frekuensi istirahat yang teratur

berguna untuk memotong rantai kelelahan sehingga akan menambah kenyamanan

bagi pengguna komputer (Murtopo dan Sarimurni, 2005).

Istirahat tidak mengurangi produktivitas pekerja. Kecepatan entri data secara

signifikan lebih cepat sebagai akibat dari istirahat ekstra, sehingga output kerja

dipertahankan meskipun pekerja memiliki 20 menit ekstra waktu istirahat setiap

hari. Selama istirahat komputer, lakukan juga berdiri, bergerak dan meregangkan

lengan, kaki, punggung, leher dan bahu untuk mengurangi ketegangan dan kelelahan

otot.

Tetapi sebagian besar pekerja terkadang tidak sempat untuk melakukan hal

tersebut, dan kadang kondisi ruang kerja tidak ada jarak sejauh 6 meter untuk

mengistirahatkan mata. Alternatifnya, bisa menggunakan bantuan software atau

program untuk mengingatkan waktu istirahat mata saat menggunakan komputer

(Agarwal, 2014). Eye Defender, merupakan salah satu program gratis yang

memberikan peringatan untuk istirahat sejenak, disediakan Visual Training sekitar 1

menit agar mata kita bisa lebih segar. Program istirahat mata lainnya yang secara

gratis bisa di download yaitu WorkRave, yang juga membantu mengingatkan untuk

mengistirahatkan mata sejenak dengan menyediakan dua metode ( micro-break dan

rest-break).

Page 50: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

35

9. Mengatur tempat kerja

Faktor ergonomis sendiri sangat perlu diperhatikan untuk memperoleh

kenyamanan dan posisi ideal yang sehat bagi tubuh selama pemakaian komputer

(Garodia, 2008). Jika sering melihat bolak-balik antara dokumen dan layar

komputer, hal ini dapat menyebabkan kelelahan mata. Tempatkan dokumen pada

posisi berdiri berdekatan dengan monitor. Postur yang tidak tepat selama bekerja

komputer juga berkontribusi terhadap kelelahan mata pada komputer. Sesuaikan

komputer dan kursi pada ketinggian yang tepat.

Gunakan furniture ergonomis untuk dapat mengatur posisi layar

komputer 20 sampai 24 inci dari mata. Bagian tengah layar harus sekitar 10 sampai

15 derajat di bawah mata untuk penentuan posisi yang nyaman terhadap kepala dan

leher pekerja. Pekerja pengguna komputer juga sebaiknya menjaga jarak mata pada

saat menggunakan komputer untuk tidak terlalu dekat, minimal 50 cm.

10. Pertimbangkan kacamata khusus komputer

Untuk kenyamanan dalam menggunakan komputer, pekerja yang sudah

memiliki kelainan refraksi atau menggunakan kacamata lensa progresif (biasanya

tidak optimal untuk jarak ke layar monitor) sebaiknya menggunakan kacamata yang

dirancang khusus untuk menggunakan komputer yaitu bagian atas lensa untuk

melihat komputer dan bagian bawahnya untuk membaca. Selain itu, hindari

penggunaan lensa kontak pada saat bekerja dengan komputer karena kelelahan mata

akan lebih cepat terasa dan mata menjadi tidak nyaman.

Page 51: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

36

2.4 Kerangka Teori

Beberapa penelitian mengenai kelelahan mata pada pekerja yang menggunakan

komputer telah banyak dilakukan. Dalam penelitian Dewi (2009), faktor-faktor yang

berhubungan dengan kelelahan mata pada operator komputer diantaranya usia, lama

penggunaan komputer, istirahat mata, dan tingkat pencahayaan. Menurut (Santoso,

2009) faktor pencahayaan, suhu, kelembaban, dan istirahat mata. Usia (Guyton, 1991),

kelainan refraksi (Asosiasi Optometri Amerika, 2004), ukuran objek (OHS Universitas

Queensland) dan jarak melihat monitor (Pheasant, 1991) juga berhubungan dengan

kelelahan mata. Suswanto (1993) dalam Aryanti (2006) menambahkan faktor durasi

penggunaan komputer.

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh beberapa sumber, maka kerangka

teori pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Faktor Individu

Usia

Kelainan Refraksi

Istirahat Mata Faktor Pekerjaan

Durasi Penggunaan

Komputer

Jarak Monitor

Ukuran Objek

Beban Kerja

Posisi Monitor Faktor Lingkungan

Tingkat Pencahayaan

Suhu

Kelembaban

Kelelahan Mata

Page 52: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

37

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep pada penelitian ini mengacu pada beberapa kerangka teori

yang menyebutkan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi kelelahan mata

diantaranya adalah faktor pencahayaan, suhu dan kelembaban, dan istirahat mata

(Santoso, 2009), usia (Guyton, 1993), kelainan refraksi (Asosiasi Optometri

Amerika, 2004), jarak melihat monitor (Pheasant, 1991). Selain itu, faktor durasi

penggunaan komputer, beban kerja dan posisi pandang juga berhubungan dengan

keluhan kelelahan mata (Suswanto, 1993) dalam (Aryanti, 2006).

Untuk faktor suhu dan kelembaban udara tidak dimasukkan karena suhu

udara menggunakan Air Conditioner (AC) yang diatur secara sentral dengan suhu

21°C-24°C sehingga suhu dan kelembaban di setiap ruangan relatif sama. Faktor

beban kerja tidak dimasukkan karena sebagian besar pekerja memiliki lama waktu

kerja > 4 jam dan tidak ada pekerja yang bekerja kurang dari 2 jam meskipun

berbeda jabatan namun durasi penggunaan komputer pekerja sebagian besar > 4 jam

baik pada lini manager maupun karyawan. Selain itu juga posisi pandang tidak ikut

dimasukkan karena desain kerja yang menempatkan monitor komputer di posisi

depan sehingga pekerja hanya memandang ke arah depan. Sedangkan variabel

ukuran objek yang dikemukakan oleh OHS Universitas Queensland, tidak

dimasukkan karena ukuran objek disesuaikan dengan pengaturan zoom pada

Page 53: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

38

pekerjaan masing – masing pekerja. Untuk durasi penggunaan komputer, ada

beberapa pekerja yang menggunakan komputer tidak lebih dari 4 jam/hari.

Kerangka konsep terdiri dari variabel dependent (variabel terikat) dan

variabel independent (variabel bebas). Variabel dependent atau variabel terikat

adalah kelelahan mata. Sedangkan yang digolongkan ke dalam variabel independent

terdiri atas faktor pekerja (usia, kelainan refraksi, dan istirahat mata), faktor

pekerjaan (jarak monitor dan durasi penggunaan komputer), dan faktor lingkungan

kerja (tingkat pencahayaan). Hubungan antara variabel dependent dan variabel

independent tersebut dapat dilihat pada Bagan 3.1 berikut:

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Faktor Individu

Usia

Kelainan Refraksi

Istirahat Mata

Faktor Pekerjaan

Jarak Monitor

Durasi Penggunaan Komputer

Faktor Lingkungan

Tingkat Pencahayaan

Kelelahan Mata

Page 54: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

39

3.2. Definisi Operasional

Faktor Individu

No. Variabel

Independen

Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1. Usia Lama hidup pekerja dihitung

sejak tahun kelahiran sampai

saat dilakukan penelitian.

Memberikan

kuesioner kepada

pekerja

Kuesioner 1. ≥ 45 tahun

2. < 45 tahun

(Guyton, 1991)

Ordinal

2. Kelainan Refraksi Suatu ketidakseimbangan

sistem penglihatan pada mata

sehingga menghasilkan

bayangan yang kabur.

Pemeriksaan mata

pekerja oleh

Refraksionis

Trial Lens,

Snellen Chart dan

Autorefraktometer

1. Ada kelainan

2. Tidak ada

kelainan

Ordinal

No. Variabel Dependen Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1. Kelelahan Mata Suatu kondisi subjektif yang

disebabkan oleh penggunaan

otot mata secara berlebihan.

Gejalanya berupa:

1. Nyeri atau terasa berdenyut

di sekitar mata.

2. Pandangan kabur.

3. Pandangan ganda.

4. Sulit dalam memfokuskan

penglihatan

5. Mata perih.

6. Mata merah.

7. Mata berair.

8. Sakit kepala, dan

9. Pusing disertai mual

Melakukan

pemeriksaan

tentang kelelahan

mata pada pekerja

oleh tenaga medis

yaitu dokter untuk

memastikan

keluhan tersebut

benar – benar

disebabkan karena

penggunaan

komputer.

Diagnosa

Dokter

1. Ya

2. Tidak

Ordinal

Page 55: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

40

Faktor Individu

No. Variabel

Independen

Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

3. Istirahat Mata Kegiatan mengistirahatkan

mata dari layar monitor setiap

satu jam sekali selama 10

menit. (Joseffina, 1999)

Memberikan

kuesioner kepada

pekerja

Kuesioner 1. Tidak

2. Ya

Ordinal

Faktor Pekerjaan

No. Variabel

Independen

Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

4. Jarak Monitor Jarak antara mata pekerja

dengan layar monitor pada saat

posisi nyaman bekerja

menggunakan komputer.

Pengukuran

langsung

menggunakan

mistar dari mata

ke bagian tengah

layar pada posisi

nyaman pekerja.

Mistar 1. < 50 cm

2. ≥ 50 cm

(OSHA, 1997)

Ordinal

5. Durasi Penggunaan

Komputer

Waktu yang digunakan pekerja

selama bekerja dengan

komputer.

Memberikan

kuesioner kepada

pekerja

Kuesioner 1. > 4 jam

2. ≤ 4 jam

Ordinal

Faktor Lingkungan

No. Variabel

Independen

Definisi Cara Ukur Alat

Ukur

Hasil Ukur Skala

6. Tingkat

Pencahayaan

Jumlah cahaya yang

diterima di area titik

dilakukannya pengukuran

dan dinyatakan dengan lux,

diukur pada meja pekerja

atau tempat diletakkannya

monitor komputer

Pengukuran

langsung dengan

direct reading

instrument

Lux

meter

1. Tidak memenuhi standar

2. Memenuhi standar

Disesuaikan dengan standar tingkat

pencahayaan dari KEPMENKES RI.

No. 1405/MENKES/ SK/XI/02 di

lingkungan industri.

Ordinal

Page 56: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

41

3.3. Hipotesis

1. Ada hubungan antara usia dengan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer

di PT. Duta Astakona Girinda tahun 2014.

2. Ada hubungan antara kelainan refraksi dengan kelelahan mata pada pekerja

pengguna komputer di PT. Duta Astakona Girinda tahun 2014.

3. Ada hubungan antara istirahat mata dengan kelelahan mata pada pekerja pengguna

komputer di PT. Duta Astakona Girinda tahun 2014.

4. Ada hubungan antara jarak monitor dengan kelelahan mata pada pekerja pengguna

komputer di PT. Duta Astakona Girinda tahun 2014.

5. Ada hubungan antara durasi penggunaan komputer dengan kelelahan mata pada

pekerja pengguna komputer di PT. Duta Astakona Girinda tahun 2014.

6. Ada hubungan antara tingkat pencahayaan dengan kelelahan mata pada pekerja

pengguna komputer di PT. Duta Astakona Girinda tahun 2014.

Page 57: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

42

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelititian kuantitatif dengan menggunakan desain

studi cross sectional atau potong lintang karena variabel independen dan variabel

dependen diukur dan dikumpulkan pada waktu yang bersamaan.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2014 di PT. Duta

Astakona Girinda Jakarta Selatan.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek yang

memiliki karakteristik tertentu dan mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih

menjadi anggota sampel (Umar, 1996). Penelitian ini menetapkan karyawan di PT. Duta

Astakona Girinda yang berjumlah 50 orang sebagai populasi.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakterisitik yang dimiliki oleh populasi

(Sugiyono, 2009). Jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan cara total

sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan mengambil semua populasi sebagai

sampel (Arikunto, 2002). Kelebihan dari metode ini terhadap penelitian adalah dapat

menggambarkan keseluruhan anggota populasi yang diteliti. Menurut Dooley (dalam

Page 58: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

43

Arief, 2003) semakin besar sampel maka semakin tepat dalam memperkirakan populasi

dan mampu memberikan hasil yang akurat daripada jumlah sampel yang kecil. Untuk itu

sampel penelitian ini mengambil keseluruhan populasi yaitu 50 orang.

4.4 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya:

1. Kuesioner

Kuesioner digunakan untuk mengetahui keluhan kelelahan mata, kelainan

refraksi, karakteristik individu, karakteristik pekerjaan dan lingkungan kerja dengan cara

menyebarkan kuesioner dan melakukan pengisian kuesioner oleh masing – masing

pekerja.

2. Lux meter

Alat ini digunakan untuk mengukur intensitas pencahayaan dengan satuan lux

(lx) dengan menangkap cahaya yang menghasilkan arus listrik ke bagian photocell pada

alat ini. Semakin kuat intensitas cahaya maka semakin besar arus yang dihasilkan.

3. Mistar

Mistar digunakan untuk mengukur jarak monitor dengan mata pekerja yang

dihitung dengan satuan centimeter. Jarak monitor diukur mulai dari titik tengah layar

monitor sampai ke mata pekerja.

4. Trial Lens, Snellen Chart dan Autorefrakometer

Alat ini digunakan untuk pemeriksaan mata agar diketahui apakah ada kelainan

refraksi pada mata pekerja.

Page 59: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

44

4.5 Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data

primer. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen kuesioner yang

terdiri dari beberapa item pertanyaan yang berkaitan dengan variabel dependen dan

independen serta observasi. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini sebelumnya

pernah digunakan oleh Maryamah (2011). Selain itu, pengumpulan data yang perlu

pengukuran khusus dilakukan oleh tenaga ahli yang kompeten untuk menjaga

objektifitas data penelitian.

Pertanyaan dalam kuesioner sesuai dengan variabel yang diteliti yaitu:

a. Kelelahan Mata

Kelelahan mata diketahui dengan cara pemeriksaan langsung oleh tenaga medis

yaitu dokter. Dokter tersebut akan menanyakan keluhan terkait gejala kelelahan mata

setelah pekerja menggunakan komputer lebih dari 2 jam dan selanjutnya melakukan

pemeriksaan kondisi fisik pekerja terutama pada bagian mata untuk memastikan gejala

tersebut benar – benar disebabkan karena penggunaan komputer.

Selain itu dilakukan pengukuran menggunakan kuesioner yang terdiri dari daftar

checklist gejala kelelahan mata. Jika responden menjawab atau memberi checklist pada

salah satu gejala selain gejala mata perih, mata merah, dan mata berair maka responden

tersebut mengalami kelelahan mata. Mata merah, mata perih dan mata berair merupakan

gejala yang disebabkan karena dry eye syndrom. (Salibello & Nilsen, 1995; Rey &

Maer, 2007)

Page 60: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

45

Pengukuran kuesioner dilakukan hanya untuk melihat gambaran keluhan

kelelahan mata, bukan untuk menentukan pekerja tersebut mengalami kelelahan mata

atau tidak. Kelelahan mata ditentukan dari hasil diagnosa dokter.

b. Usia

Penghitungan usia pekerja dihitung mulai pekerja itu lahir sampai dengan

dilakukannya penelitian. Penghitungan ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner

yang diisi oleh responden atau pekerja. Jika usia pekerja telah melebihi 6 bulan, maka

pada usia pekerja dilakukan pembulatan penghitungan menjadi satu tahun.

c. Istirahat Mata

Istirahat mata diketahui dengan kuesioner berupa pertanyaan mengenai pola

istirahat yang dilakukan oleh pekerja selama bekerja menggunakan komputer.

d. Kelainan Refraksi Mata

Ada tidaknya kelainan refraksi mata yang berupa gangguan penglihatan seperti

rabun jauh, rabun dekat, dan sebagainya diukur oleh Refraksionis dengan menggunakan

Trial Lens dan Autorefratometer.

e. Durasi Penggunaan Komputer

Durasi penggunaan komputer adalah waktu yang digunakan oleh pekerja

menggunakan komputer selama bekerja baik itu kegiatan mengetik ataupun membaca di

depan komputer diketahui dengan menggunakan kuesioner.

Untuk variabel yang dilakukan dengan pengukuran langsung antara lain:

f. Tingkat Pencahayaan

Page 61: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

46

Lux meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur tingkat pencahayaan,

adapun cara untuk mengukurnya adalah :

- Pastikan alat dalam kondisi “ON”

- Letakkan sensor sejajar dengan posisi permukaan titik sampling dan mengarah

pada sumber cahaya.

- Lalu dilakukan pembacaan display pada tiap titik lokasi sampel dan

dibandingkan dengan standard tingkat pencahyaan di lingkungan industri

berdasarkan KEPMENKES RI. No.1405/MENKES/SK/XI/02.

Standar pencahayaan untuk pekerjaan tidak terus – menerus yaitu minimal 100

lux, pekerjaan terus – menerus yaitu minimal 200 lux, dan untuk pekerjaan rutin

minimal 300 lux (KEPMENKES RI. No.1405/MENKES/SK/XI/02). Klasifikasi

pekerjaan tersebut berdasarkan jenis pekerjaan di PT. Duta Astakona Girinda adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.1 Jenis Pekerjaan berdasarkan Standar Pengukuran Pencahayaan

di PT. Duta Astakona Girinda

No. Jenis Pekerjaan Pekerjaan Intensitas

Cahaya

Hasil Ukur

1. Pekerjaan tidak terus

– menerus

General Affair, Marketing,

Ruang Data, Hardware.

100 lux 1. ≥ 100 lux

2. < 100 lux

2. Pekerjaan terus –

menerus

Maintainance, Admin,

Manager.

200 lux 1. ≥ 200 lux

2. < 200 lux

3. Pekerjaan rutin Finance, Progammer. 300 lux 1. ≥ 300 lux

2. < 300 lux

Page 62: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

47

Pada saat dilakukan pengukuran, operator harus berhati-hati agar tidak

menimbulkan bayangan dan jangan menimbulkan pantulan cahaya yang disebabkan

oleh pakaian operator.

g. Jarak Monitor

Jarak monitor diukur langsung menggunakan penggaris atau meteran yang

dihitung dalam satuan centimeter (cm). Jarak Pengukuran dihitung mulai dari mata

pekerja sampai dengan titik tengah layar monitor.

4.6 Pengolahan Data

1. Coding

Sebelum dimasukkan ke komputer, dilakukan proses pemberian kode pada setiap

variabel yang telah terkumpul untuk memudahkan dalam pengolahan selanjutnya.

Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk

angka/bilangan berfungsi untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga

mempercepat pada saat proses entry data.

Pengkodean dimulai dari bilangan 1 sampai 2 diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Kelelahan Mata: 1 = Ya, 2 = Tidak

b. Usia: 1 = ≥ 45 tahun, 2 = < 45 tahun

c. Kelainan Refraksi Mata: 1 = Ada kelainan, 2 = Tidak ada kelainan

d. Istirahat Mata: 1 = Tidak, 2 = Ya

e. Jarak Monitor: 1 = < 50 cm, 2 = ≥ 50 cm

f. Durasi Penggunaan Komputer: 1 = > 4 jam, 2 = ≤ 4 jam

Page 63: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

48

g. Tingkat Pencahayaan: 1 = Tidak memenuhi standar, 2 = Memenuhi standar.

Disesuaikan dengan standar tingkat pencahayaan berdasarkan KEPMENKES RI.

No. 1405/MENKES/SK/XI/02 tentang tingkat pencahayaan pada lingkungan

kerja industri.

2. Editing

Data yang telah dikumpulkan dan dikoding melalui kuesioner dan pengukuran

diperiksa kelengkapan dan kebenarannya terlebih dahulu seperti kelengkapan pengisian,

kesalahan pengisian, dan konsistensi pengisian. Setiap jawaban meliputi variabel

dependen yaitu kelelahan mata dan hasil variabel independen yaitu usia, istirahat mata,

kelainan refraksi mata, dan durasi penggunaan komputer serta hasil pengukuran dari

tingkat pencahayaan dan jarak monitor.

3. Entry

Setelah dilakukan pengkodean dan kuesioner diisi oleh responden, selanjutnya

melakukan proses entry data atau proses memasukkan data menggunakan komputer

sesuai dengan pengkodean yang telah ditetapkan.

4. Cleaning

Untuk memastikan bahwa tidak ada kesalahan pada data tersebut, baik dalam

pengkodean maupun dalam membaca kode, langkah selanjutnya adalah pembersihan

data (cleaning) sebelum dilakukan analisa data.

4.7 Analisa Data

Analisis data yang dilakukan dengan menggunakan program komputer. Adapun

analisisa data yang dilakukan sebagai berikut:

Page 64: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

49

1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi variabel

independen dan variabel dependen. Variabel independen antara lain yaitu usia, istirahat

mata, kelainan refraksi mata, tingkat pencahayaan, jarak monitor, dan durasi

penggunaan komputer serta variabel dependen yaitu kelelahan mata.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan

antara variabel independen (usia, istirahat mata, kelainan refraksi mata, tingkat

pencahayaan, jarak monitor, dan durasi penggunaan komputer) dengan variabel

dependen kelelahan mata dengan uji kemaknaan 5%. Jika pvalue ≤ 0,05 artinya secara

statistik terdapat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen

sedangkan jika pvalue > 0,05 artinya tidak ada hubungan antara variabel independen

dengan variabel dependen.

Rumus umum uji statistik :

Df = (b-1).(k-1)

P = < 0,05

(O-E)2

X2 = ∑

E

Keterangan:

X2 = Chi- Square

O = nilai onservasi

E = nilai ekspektasi (nilai harapan)

b = jumlah baris

k = jumlah kolom

Page 65: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

50

BAB V

HASIL

5.1 Profil Perusahaan

PT. Duta Astakona Girinda didirikan pada awal 1987 menyediakan jasa

konsultasi mengenai pengembangan sistem dan integrasi, strategi dan implementasi

dengan akses terkemuka studi kasus metodologi, survei dan analisis. Juga mengalami

beberapa teknologi e-commerce, web dan spasial.

Sebagai sebuah perusahaan konsultan, PT. Duta Astakona Girinda menyediakan

konsultasi Teknologi Informasi, Manajemen Informasi Spasial melalui integrasi dan

diversifikasi khusus untuk quarantee hubungan bisnis yang saling menguntungkan.

Keberhasilan pelaksanaan dilakukan oleh sekelompok orang yang berdedikasi tinggi dan

inovatif dengan pemahaman yang komprehensif tentang sekarang dan masa depan

teknologi informasi.

Pekerja PT. Duta Astakona memiliki visi strategis yang memungkinkan kliennya

melihat kebutuhan bisnis Commerce Internet mereka untuk menjadi layanan yang dapat

memimpin pasar lokal di bidang teknologi informasi. PT. Duta Astakona Girinda telah

bekerjasama dengan hardware teknologi e-Bisnis terkemuka dan vendor perangkat

lunak, termasuk Cisco, Microsoft, Hewlett Packard, Oracle, Sun, MapInfo, Corvu, lihat

SQL, GRM (Manajemen Sumber Daya Global), GAP (GRM Application Product) dan

lain-lain.

Page 66: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

51

5.1.1 Visi dan Misi PT. Duta Astakona Girinda Jakarta Selatan

a. Visi PT. Duta Astakona Girinda Jakarta Selatan

Menjadi perusahaan professional berteknologi tinggi yang menyediakan jasa

teknologi informasi dan komunikasi terbaik di Indonesia dengan dukungan sumber

daya manusia yang inovatif dan berdedikasi tinggi serta pemahaman teknologi

informasi yang komprehensif baik sekarang maupun masa yang akan datang

b. Misi PT. Duta Astakona Girinda Jakarta Selatan

Misi PT. Duta Astakona Girinda adalah:

1. Mengembangkan solusi teknologi informasi yang berkesinambungan.

2. Mitra kerja yang terpercaya dan dapat diandalkan.

3. Memberikan benefit dan value bagi pelanggan dan seluruh stakeholder.

4. Membangun jaringan kerjasama untuk menumbuhkan industri teknologi

informasi di Indonesia.

5.2 Gambaran Beban Kerja

Pekerja PT. Duta Astakona Girinda sehari – hari bekerja duduk di depan

komputer dengan waktu yang relatif sama. Pekerja memiliki lama waktu kerja >4 jam

dan tidak ada pekerja yang bekerja kurang dari 2 jam meskipun berbeda jabatan baik

pada lini manager maupun karyawan.

5.3 Gambaran Kondisi Lingkungan Kerja

PT. Duta Astakona Girinda berada di Gedung Gratia Center yang terdiri dari 4

lantai dengan aksesnya menggunakan tangga dan lift. Setiap ruang terdapat jumlah

Page 67: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

52

pekerja yang berbeda – beda, tergantung dengan kebutuhan pekerjaan di perusahaan.

Setiap pekerja memiliki perangkat komputer dengan besar layar monitor 21 inci. Sekat

pada ruangan berupa tembok dengan warna cat putih serta ac di ruangan diatur sama

dengan suhu 21°C-24°C.

5.4 Analisis Univariat

5.4.1 Gambaran Kelelahan Mata

Untuk mengetahui gambaran kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di

PT. Duta Astakona Girinda Tahun 2014 dilakukan dengan pemeriksaan langsung oleh

tenaga medis dan juga penyebaran kuesioner pada pekerja untuk melihat gambaran jenis

keluhan kelelahan mata. Hasil pengukuran kelelahan mata hanya berdasarkan hasil

diagnosa dokter walaupun hasil kuesioner tersebut mengalami keluhan dari kelelahan

mata. Hal ini bertujuan agar hasil pengukuran yang didapat lebih akurat dan objektif.

Analisis univariat gambaran kelelahan mata pada pengguna komputer di PT.

Duta Astakona Girinda Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1 Gambaran Kelelahan Mata Pada Pekerja

Gambaran

Kelelahan Mata

Jumlah Persentase

(%)

Ya 35 70

Tidak 15 30

Total 50 100

Page 68: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

53

Berdasarkan tabel 5.1 di atas bahwa dari 50 pekerja, yang mengalami kelelahan

mata yaitu sebanyak 70%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja

mengalami kelelahan mata. Jenis keluhan yang dirasakan bervariasi. Keluhan yang

paling banyak dirasakan pekerja yaitu penglihatan kabur, mata perih, sakit kepala dan

mata berair.

Grafik 5.1

Jenis Keluhan Kelelahan Mata Pada Pekerja Pengguna Komputer

di PT. Duta Astakona Girinda Tahun 2014

Berdasarkan grafik 5.1, diketahui jenis keluhan kelelahan mata yang paling

banyak dikeluhkan oleh pekerja adalah penglihatan kabur sebanyak 46% pekerja.

Sedangkan jenis keluhan kelelahan mata yang paling sedikit dikeluhkan oleh pekerja

adalah pusing mual sebanyak 12%. Sebagian besar pekerja mengeluhkan jenis keluhan

berupa penglihatan kabur. Hal ini mungkin disebabkan layar monitor yang digunakan

26

46

14

26

44 38

32 38

12 0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Per

sen

tase

%

Jenis Keluhan Kelelahan Mata

Keluhan Kelelahan Mata

Page 69: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

54

pekerja tidak menggunakan anti glare dan tingkat pencahayaan lingkungan kerja yang

kurang. Jenis keluhan lainnya yang banyak dikeluhkan yaitu mata perih (44%), mata

berair (38%) dan sakit kepala (38%).

5.4.2 Gambaran Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Mata Pada Pekerja

Pengguna Komputer di PT. Duta Astakona Girinda Tahun 2014

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari jawaban pada instrumen kuesioner dan

pemeriksaan refraksi oleh refraksionis didapatkan bahwa gambaran faktor pekerja (usia,

istirahat mata, kelainan refraksi mata) pada pekerja pengguna komputer di PT. Duta

Astakona Girinda Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut :

Tabel 5.2 Gambaran Distribusi Frekuensi Berdasarkan Variabel

Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Mata Pada Pekerja

Pengguna Komputer di PT. Duta Astakona Girinda Tahun 2014

No Variabel Kategori Jumlah

(n=50)

Persentase

(%)

1 Usia

≥ 45 3 6

< 45 47 94

Total 50 100

2 Kelainan Refraksi

Ada kelainan 27 54

Tidak ada kelainan 23 46

Total 50 100

3 Istirahat Mata

Tidak 31 62

Ya 19 38

Total 50 100

4 Jarak Monitor

< 50 cm 14 28

≥ 50 cm 36 72

Total 50 100

Page 70: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

55

No Variabel Kategori Jumlah

(n=50)

Persentase

(%)

5 Durasi Penggunaan

Komputer

> 4 jam 44 88

≤ 4 jam 6 12

Total 50 100

6 Tingkat

Pencahayaan

Tidak memenuhi

standar

42 84

Memenuhi standar 8 16

Total 50 100

1. Usia

Distribusi pekerja berdasarkan variabel usia diperoleh dengan cara menyebarkan

kuesioner kepada pekerja. Pada kuesioner tersebut, pekerja mengisi tanggal

kelahiran untuk kemudian dihitung secara akurat jumlah usia pekerja tersebut.

Variabel usia dikategorikan menjadi usia ≥ 45 tahun dan usia < 45 tahun.

Berdasarkan hasil analisis univariat pada tabel 5.2 diketahui bahwa sebagian

besar pekerja memiliki usia < 45 tahun yaitu sebanyak 94% pekerja.

2. Kelainan Refraksi

Distribusi pekerja berdasarkan variabel kelainan refraksi didapatkan melalui

pengukuran refraksi pada pekerja oleh tenaga refraksionis. Pekerja digolongkan

ke dalam dua kategori yaitu yang memiliki kelainan refraksi dan tidak memiliki

kelainan refraksi. Berdasarkan hasil analisis univariat pada tabel 5.2, diketahui

bahwa sebagian besar pekerja memiliki kelainan refraksi yaitu sebanyak 54%

pekerja.

Page 71: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

56

3. Istirahat Mata

Distribusi pekerja berdasarkan variabel istirahat mata diperoleh dengan cara

menyebarkan kuesioner kepada pekerja. Pada variabel istirahat mata, pekerja

dikategorikan melakukan istirahat mata dan tidak. Berdasarkan hasil analisis

univariat pada tabel 5.2, diketahui bahwa lebih banyak pekerja yang tidak

melakukan istirahat mata yaitu sebanyak 62% pekerja.

4. Jarak Monitor

Distribusi pekerja berdasarkan jarak monitor diperoleh dengan cara melakukan

pengukuran langsung pada sampel dengan kategori pekerja yang bekerja dengan

jarak < 50 cm dan ≥ 50 cm. Berdasarkan hasil analisis univariat pada tabel 5.2,

diketahui bahwa sebagian besar pekerja bekerja dengan jarak monitor ≥ 50cm

(72% pekerja).

5. Durasi Penggunaan Komputer

Distribusi pekerja berdasarkan variabel durasi penggunaan komputer diperoleh

dengan cara menyebarkan kuesioner kepada pekerja. Pekerja digolongkan

menjadi dua kategori yaitu pekerja yang menggunakan komputer > 4 jam dan ≤

4 jam. Berdasarkan hasil analisis univariat pada tabel 5.2, diketahui bahwa

sebagian besar pekerja yaitu 88% pekerja menggunakan komputer dalam durasi

penggunaan komputer selama > 4 jam. Sedangkan pekerja yang menggunakan

komputer dengan durasi penggunaan komputer selama ≤ 4 jam hanya 12%

pekerja.

Page 72: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

57

6. Tingkat Pencahayaan

Pengukuran variabel tingkat pencahayaan dilakukan pada masing – masing meja

pekerja. Pada penelitian ini, tingkat pencahayaan digolongkan menjadi dua yaitu

tingkat pencahayaan yang memenuhi standar dan tidak memenuhi standar.

Berdasarkan hasil analisis univariat pada tabel 5.2, diketahui bahwa tingkat

pencahayaan pada meja pekerja yang tidak memenuhi standar ada sebanyak 84%

pekerja. Sedangkan tingkat pencahayaan pada meja pekerja yang memenuhi

standar ada hanya 16% pekerja. Hal ini menunjukan sebagian besar pekerja

berada pada tingkat pencahayaan yang tidak memenuhi standar.

5.5 Analisis Bivariat

Untuk mengetahui hubungan antara variabel independen (usia, kelainan refraksi

mata, istirahat mata, jarak monitor, durasi penggunaan komputer dan tingkat

pencahayaan,) dengan variabel dependen (kelelahan mata) pada pengguna komputer di

PT. Duta Astakona Girinda Tahun 2014, dilakukan analisis bivariat dengan metode

statistik menggunakan uji Chi Square . Berikut hasil untuk masing-masing variabel.

Tabel 5.3

Analisis hubungan Variabel Independen dengan Kelelahan Mata Pada Pekerja

Pengguna Komputer di PT. Duta Astakona Girinda Tahun 2014

No Variabel Hasil Ukur

Kelelahan Mata P.

Value OR Ya Tidak Total

n % n % n %

1 Usia ≥ 45 tahun 2 66,7 1 33,3 3 100

1,000 0,841

(0,071-10,137) < 45 tahun 33 70,2 14 29,8 47 100

Total 35 70 15 30 50 100

Page 73: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

58

No Variabel Hasil Ukur

Kelelahan Mata P.

Value OR Ya Tidak Total

n % n % n %

2 Kelainan

Refraksi

Ada

Kelainan

23 85,2 4 14,8 27 100 0,015 5,271

(1,380-20,138)

Tidak Ada

Kelainan

12 52,2 11 47,8 23 100

Total 35 70 15 30 50 100

3 Istirahat

Mata

Tidak 24 77,4 7 22,6 31 100 0,205 2,494

(0,721-8,619) Ya 11 57,9 8 42,1 19 100

Total 35 70 15 30 50 100

4 Jarak

Monitor

< 50 cm 13 92,9 1 7,1 14 100 0,039 8,273

(0,972-70,418) ≥ 50 cm 22 61,1 14 39,8 36 100

Total 35 70 15 30 50 100

5 Durasi

Penggunaan

Komputer

> 4 jam 34 77,3 10 22,7 44 100 0,007 17,000

(1,774-

162,887)

≤ 4 jam 1 16,7 5 83,3 6

Total 35 70 15 30 50 100

6 Tingkat

Pencahayaan

Tidak

memenuhi

standar

32 76,2 10 23,8 42 100 0,043 5,333

(1,079-26,538)

Memenuhi

standar

3 37,5 5 62,5 8 100

Total 35 70 15 30 50 100

1. Hubungan Usia dengan Kelelahan Mata Pada Pekerja Pengguna Komputer di

PT. Duta Astakona Girinda Tahun 2014

Pekerja yang berusia ≥ 45 tahun hanya 4% pekerja yang mengalami

kelelahan mata. Sebaliknya pekerja yang berusia < 45 tahun sebagian besar (70,2%)

juga mengalami kelelahan mata. Hasil uji statistik chi square diketahui bahwa pada

Page 74: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

59

derajat kemaknaan 5% didapatkan Pvalue = 1,000 sehingga p > 0,05. Jadi, antara

usia dengan kelelahan mata tidak memiliki hubungan yang bermakna. Dari hasil

perhitungan risk estimate didapatkan OR = 0,841 (95% CI ; 0,071-10,137), artinya

pekerja yang memiliki usia ≥ 45 tahun memiliki risiko 0,841 kali mengalami

kelelahan mata dibandingkan dengan yang memiliki usia < 45 tahun.

2. Hubungan antara Kelainan Refraksi dengan Kelelahan Mata pada Pekerja

Pengguna Komputer di PT. Duta Astakona Girinda Tahun 2014

Pekerja yang memiliki kelainan refraksi mata sebanyak 85,2% mengalami

kelelahan mata dan pekerja yang tidak memiliki kelainan refraksi mata sebanyak

52,2% yang mengalami kelelahan mata. Dari hasil uji statistik chi square pada

derajat kemaknaan 5% didapatkan Pvalue = 0,015 atau (p < 0,05) sehingga ada

hubungan yang bermakna antara kelainan refraksi mata dengan kelelahan mata. Dari

hasil perhitungan risk estimate didapatkan OR = 5,271 (95% CI ; 1,380-20,138),

artinya pekerja yang memiliki kelainan refraksi memiliki risiko 5,271 kali

mengalami kelelahan mata dibandingkan dengan yang tidak memiliki kelainan

refraksi mata.

3. Hubungan antara Istirahat Mata dengan Kelelahan Mata pada Pekerja

Pengguna Komputer di PT. Duta Astakona Girinda Tahun 2014

Pekerja yang tidak melakukan istirahat mata, sebagian besar mengalami

kelelahan mata yaitu 77,4% pekerja. Pekerja yang melakukan istirahat mata juga

mengalami kelelahan mata sebanyak 57,9% pekerja. Hasil uji statistik chi square

menunjukkan bahwa pada derajat kemaknaan 5% didapatkan Pvalue sebesar 0,205

Page 75: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

60

atau (p > 0,05) sehingga tidak ada hubungan yang bermakna antara istirahat mata

dengan kejadian kelelahan mata. Dari hasil perhitungan risk estimate didapatkan OR

= 2,494 (95% CI ; 0,721-8,619), artinya pekerja yang tidak melakukan istirahat mata

memiliki peluang 2,494 kali mengalami kelelahan mata dibandingkan dengan yang

melakukan istirahat mata.

4. Hubungan antara Jarak Monitor dengan Kelelahan Mata pada Pekerja

Pengguna Komputer di PT. Duta Astakona Girinda Tahun 2014

Pekerja yang bekerja dengan jarak monitor < 50 cm maupun ≥ 50 cm

sebagian besar mengalami kelelahan mata. Pekerja yang bekerja dengan jarak

monitor < 50 cm dan mengalami kelelahan mata sebanyak 92,9%. Sedangkan

pekerja yang bekerja dengan jarak monitor ≥ 50 cm dan mengalami kelelahan mata

sebanyak 61,1%. Hasil uji statistik chi square diketahui bahwa Pvalue = 0,039 atau (p

< 0,05) sehingga pada α = 5% dapat disimpulkan bahwa antara jarak monitor dengan

kelelahan mata memiliki hubungan yang bermakna. Hasil perhitungan risk estimate

didapatkan OR = 8,273 (95% CI 0,972-70,418). Artinya, pekerja yang bekerja

dengan jarak monitor < 50 cm memiliki peluang 8,273 kali mengalami kelelahan

mata dibandingkan dengan pekerja yang bekerja dengan jarak monitor ≥ 50 cm.

5. Hubungan antara Durasi Penggunaan Komputer dengan Kelelahan Mata pada

Pekerja Pengguna Komputer di PT. Duta Astakona Girinda 2014

Pekerja yang menggunakan komputer > 4 jam sebagian besar mengalami

kelelahan mata yaitu sebanyak 77,3%. Pekerja yang menggunakan komputer < 4 jam

Page 76: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

61

hanya 16,7% yang mengalami kelelahan mata. Hasil uji statistik chi square

diketahui bahwa Pvalue = 0,007 atau (p < 0,05) sehingga pada α = 5% dapat

disimpulkan bahwa antara jarak monitor dengan kelelahan mata memiliki hubungan

yang bermakna. Hasil perhitungan risk estimate didapatkan OR = 17,000 (95% CI

1,774-162,887). Artinya, pekerja yang menggunakan komputer > 4 jam memiliki

peluang 17,000 kali mengalami kelelahan mata dibandingkan dengan pekerja yang

menggunakan komputer < 4 jam.

6. Hubungan antara Tingkat Pencahayaan dengan Kelelahan Mata pada Pekerja

Pengguna Komputer di PT. Duta Astakona Girinda Tahun 2014

Sebagian besar pekerja bekerja dengan tingkat pencahayaan yang tidak

memenuhi standar dan pekerja yang mengalami kelelahan mata sebanyak 76,2%

pekerja. Hanya 37,5 % pekerja yang bekerja dengan tingkat pencahayaan memenuhi

standar dan juga mengalami kelelahan mata. Hasil uji statistik chi squrae didapatkan

Pvalue = 0,043. Artinya pada α = 5% dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang

bermakna antara tingkat pencahayaan dengan keluhan kelelahan mata. Hasil

perhitungan risk estimate didapatkan OR = 5,3333 (95% CI 1,079-26,538). Artinya

pekerja yang bekerja pada tingkat pencahayaan tidak memenuhi standar memiliki

risiko 5,333 kali mengalami kelelahan mata dibandingkan dengan pekerja yang

bekerja dengan tingkat pencahayaan memenuhi standar.

Page 77: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

62

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian mengenai faktor- faktor yang berhubungan dengan kelelahan

mata pada pekerja pengguna komputer di PT. Duta Astakona Girinda tahun 2014 ini,

penulis mengumpulkan data primer dengan menyebar kuesioner kepada 50 pekerja.

Penulis menyadari terdapat keterbatasan dan kelemahan penelitian ini antara lain:

1. Tidak melakukan pengecekan terhadap setting display layar monitor.

2. Tidak mengukur tinggi rendahnya mata terhadap layar monitor.

6.2. Kelelahan Mata

Menurut Suma’mur (2009), kelelahan mata timbul sebagai stress intensif pada

fungsi-fungsi mata seperti terhadap otot-otot akomodasi pada pekerjaan yang perlu

pengamatan secara teliti atau terhadap retina akibat ketidaktepatan kontras. Trevino

Pakasi (1999) menyebutkan bahwa kelelahan mata merupakan suatu kondisi subjektif

yang disebabkan oleh penggunaan otot mata secara berlebihan. Keadaan mata yang lelah

ini dapat disebabkan oleh bahaya dari monitor, koreksi penglihatan yang berkurang,

membaca dokumen dengan ukuran huruf yang kecil serta kurangnya kedipan.

Kelelahan mata juga disebabkan oleh penggunaan indera penglihatan dalam

bekerja yang memerlukan kemampuan untuk melihat dalam jangka waktu yang lama

dan biasanya disertai dengan kondisi pandangan yang tidak nyaman, sehingga banyak

penyakit yang dapat menyerang mata dan menyebabkan gangguan penglihatan atau

Page 78: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

63

kelainan refraksi mata (Shiozawa, 2006; Francis, 2005; Evi, 2011). Selain itu, dapat

diakibatkan karena melihat benda secara terus menerus dengan jarak yang dekat dan

membaca dengan cahaya yang kurang (Amrizal, 2010).

Hasil dari penelitian yang dilakukan pada pekerja yang menggunakan komputer

di PT. Duta Astakona Girinda tahun 2014 menunjukkan bahwa dari 50 pekerja yang

diteliti, sebagian besar mengalami kelelahan mata. Hal ini dapat dilihat dari durasi

penggunaan komputer yang bisa mencapai rata – rata lebih dari 6 jam/hari. Penelitian

Broumand et al (2008) menunjukkan perburukan gejala kelelahan mata pada pengguna

komputer lebih dari 2 jam per hari. Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Saliberrl

& Nilsen (1995) telah menunjukkan bahwa pekerja yang menggunakan komputer lebih

dari 2 jam per hari, sebanyak 90% mengalami gejala gangguan penglihatan.

Manager Pelayanan Profesional dari Asosiasi Optometris Australia menyatakan

bahwa kelelahan mata, masalah penglihatan, dan kesehatan mata semakin memburuk

selama kita meneruskan pekerjaan dengan jam kerja panjang dan bergantung pada

komputer. Kelompok pekerja kantor merupakan salah satu bagian dari kategori resiko

tertinggi kelelahan mata, beberapa studi mengindikasi bahwa 35 – 48 % dari pekerja

kantor menderita masalah tersebut (Robinson, 2003 dalam Hana, 2008). Penelitian yang

dilakukan oleh Japanese Ministry of Health (2004) juga menyatakan bahwa proporsi

keluhan kelelahan mata yang dirasakan oleh operator komputer sebesar 91,6%.

Berdasarkan hasil penelitian di PT. Duta Astakona Girinda, diketahui bahwa

sebagian besar pekerja bekerja > 4 jam dan mengalami kelelahan mata sebanyak 77,3%

pekerja. Menurut data EyeCare Technology (1995) didapatkan bahwa terdapat 60 juta

orang yang menderita gangguan penglihatan karena menggunakan Video Display

Page 79: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

64

Terminal (VDT) untuk penggunaan 3 jam atau lebih dalam sehari. Hal tersebut juga

sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rey dan Meyer (1980) terhadap

pengguna monitor di sebuah industri pembuat arloji di Swiss, bahwa ternyata ditemukan

perbedaan yang signifikan mengenai gangguan pada mata antara pengguna monito yang

bekerja selama 6-9 jam per hari dengan mereka yang bekerja kurang dari 4 jam per hari

(Oborn, 1995).

Pada penelitian ini juga diketahui bahwa pekerja yang memiliki kelainan refraksi

sebagian besar mengalami kelelahan mata. Bagi pekerja dengan jarak monitor < 50 cm,

hampir seluruhnya mengalami kelelahan mata. Tetapi sebagian besar pekerja bekerja

dengan jarak monitor ≥ 50 cm. Pekerja yang melakukan istirahat mata maupun tidak

melakukan istirahat mata dan pekerja yang berusia < 45 tahun maupun ≥ 45 tahun

sebagian besar juga mengalami kelelahan mata.

Selain itu, tingkat pencahayaan yang kurang juga dapat menimbulkan kelelahan

mata. Menurut Santoso (2004) pencahayaan yang intensitasnya rendah (poor lighting)

akan menimbulkan kelelahan, ketegangan mata, dan keluhan pegal di sekitar mata.

Sedangkan, pencahayaan yang intensitasnya kuat dapat menimbulkan kesilauan

sehingga diperlukan pencahayaan yang cukup dan sesuai dengan karakteristik

pekerjaannya. Sebagian besar pekerja bekerja dengan tingkat pencahayan yang tidak

memenuhi standar, dan sebagian besar pekerja tersebut mengalami kelelahan mata.

Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan (Pvalue = 0,043) antara

tingkat pencahayaan dengan kelelahan mata.

Untuk mengurangi munculnya kelelahan mata akibat komputer, para dokter mata

menganjurkan aturan 20 – 20 – 20. Aturan ini menganjurkan setiap 20 menit bekerja di

Page 80: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

65

depan komputer, pekerja harus istirahat paling tidak 20 detik dengan melihat obyek atau

benda yang jaraknya sekitar 20 kaki (20 feet = 6 meter). (Flammini, 2013)

6.3. Hubungan antara Usia dengan Kelelahan Mata

Daya akomodasi menurun pada usia 45 – 50 tahun karena pada umumnya

manusia dapat melihat objek dengan jelas pada usia 20 tahun. Semakin tua usia

seseorang, daya akomodasi akan semakin menurun. Hal ini disebabkan setiap tahun

lensa semakin berkurang kelenturannya dan kehilangan kemampuan untuk

menyesuaikan diri sehingga daya akomodasi makin berkurang dan otot-otot semakin

sulit dalam menebalkan dan menipiskan mata. Sebaliknya, semakin muda seseorang

maka kebutuhan cahaya akan lebih sedikit dibandingkan dengan usia yang lebih tua dan

kecenderungan mengalami kelelahan mata lebih sedikit. (Guyton, 1991)

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja

yang bekerja di PT. Duta Astakona Girinda tahun 2014 berusia ≤ 45 tahun dan hanya

6% yang berusia > 45 tahun. Dari hasil uji statistik diketahui Pvalue = 1,000, artinya tidak

ada hubungan yang bermakna antara usia dengan kelelahan mata. Baik pekerja yang

berusia > 45 tahun maupun yang ≤ 45 tahun sama-sama mengalami kelelahan mata. Hal

ini mungkin saja dipengaruhi kondisi lingkungan tempat kerja seperti pencahayaan yang

kurang. Menurut Suma’mur (1996) bahwa pencahayaan yang buruk dapat berakibat

pada kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan efisiensi kerja. Jarak monitor juga

bisa mempengaruhi terjadinya kelelahan mata, hasil penelitian menunjukkan bahwa

pada pekerja berusia ≤ 45 tahun yang menggunakan komputer dengan jarak < 50 cm

mengalami kelelahan mata sebanyak 92,3% pekerja. Selain itu juga, bisa dipengaruhi

Page 81: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

66

oleh durasi penggunaan komputer yang ≥ 4 jam per hari. Pekerja berusia ≤ 45 tahun

yang menggunakan komputer dengan durasi ≥ 4 jam mengalami kelelahan mata

sebanyak 81% pekerja. Penelitian Broumand et al (2008) menunjukkan perburukan

gejala kelelahan mata pada pengguna komputer lebih dari 2 jam per hari. Begitu juga

penelitian yang dilakukan oleh Saliberrl & Nilsen (1995) telah menunjukkan bahwa

pekerja yang menggunakan komputer lebih dari 2 jam per hari, sebanyak 90%

mengalami gejala gangguan penglihatan.

Upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan perawatan bagi lampu yang

padam atau kusam untuk mendapatkan pencahayaan ruangan yang memenuhi standar

dan mengupayakan tidak bekerja dengan jarak monitor < 50 cm. Selain itu pekerja juga

sebaiknya melakukan istirahat mata secara rutin dengan aturan 20-20-20 dimana setiap

20 menit bekerja di depan komputer, pekerja harus istirahat paling tidak 20 detik dengan

melihat obyek atau benda yang jaraknya sekitar 20 kaki (20 feet = 6 meter). (Flammini,

2013)

6.4. Hubungan antara Kelainan Refraksi dengan Kelelahan Mata

Kelainan refraksi merupakan kelainan pembiasan sinar pada mata sehingga sinar

tidak difokuskan pada retina atau bintik kuning, tetapi dapat di depan atau di belakang

bintik kuning dan mungkin tidak terletak pada satu titik yang fokus (Ilyas, 2004; Hael,

2006). Kelainan refraksi mata bisa disebabkan oleh adanya faktor radiasi cahaya yang

berlebihan atau kurang yang diterima oleh mata. Situasi tersebut menyebabkan otot yang

membuat akomodasi pada mata akan bekerja bersama, hal ini merupakan salah satu

penyebab mata cepat lelah (Rosenfield, 2010).

Page 82: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

67

Hasil penelitian dengan pengukuran refraksi yang dilakukan oleh tenaga

refraksionis menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja PT. Duta Astakona Girinda

memiliki kelainan refraksi dan dari pekerja tersebut juga sebagian besar mengalami

kelelahan mata. Dari hasil analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa 54% pekerja

yang memiliki kelainan refraksi, hanya 14,8% pekerja yang tidak mengalami kelelahan

mata. Hasil uji statistik diketahui Pvalue = 0,015, artinya ada hubungan yang bermakna

antara kelainan refraksi mata dengan kelelahan mata. Hasil dari penelitian ini selaras

dengan teori yang mengemukakan bahwa gangguan refraksi mata seperti gangguan

penglihatan jarak jauh (myopia), gangguan penglihatan jarak dekat (hipermetropia),

perbedaan dalam lengkung kornea (astigmatisme), dan ketidaksinambungan otot

(phoria) dapat menyebabkan kelelahan mata karena terus menerus berakomodasi untuk

dapat melihat subyek yang lebih jelas (Nendyah Roestjawati, 2007:31). Ada beberapa

pekerja yang tidak mengetahui jenis kelainan refraksi dirinya. Pekerja beranggapan

bahwa jika tidak menggunakan kacamata berarti visus mata mereka dalam keadaan

normal sehingga sebagian pekerja ada yang tidak terkoreksi visus matanya.

Mata yang normal akan menempatkan bayangan benda tepat di retinanya pada

keadaan mata yang tidak melakukan akomodasi atau istirahat melihat jauh. Pekerja yang

memiliki kelainan refraksi akan mengakomodasikan matanya secara optimal. Mata yang

diakomodasikan secara terus menerus akan menimbulkan kelelahan mata (Roestijawati,

2007). Penggunaan kacamata lebih baik dibandingkan dengan penggunaan lensa kontak

karena pada saat menggunakan komputer mata akan jarang mengedip sehingga dalam

suhu ruangan yang menggunakan AC, mata akan menjadi cepat kering. Upaya

selanjutnya yang dapat dilakukan bagi pekerja yang sudah memiliki kelainan refraksi

Page 83: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

68

adalah dengan menggunakan kacamata yang dirancang khusus untuk menggunakan

komputer yaitu bagian atas lensa untuk melihat komputer dan bagian bawahnya untuk

membaca serta menghindari penggunaan lensa kontak pada saat bekerja dengan

komputer karena kelelahan mata akan lebih cepat terasa.

6.5. Hubungan antara Istirahat Mata dengan Kelelahan Mata

David L. Goetsch (2002) mengatakan bahwa operator komputer seharusnya

melakukan banyak istirahat – istirahat pendek namun sering dan teratur. Menurut

NIOSH, kondisi kerja sangat berperan terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja

termasuk beban kerja, waktu kerja yang lama dan kurangnya istirahat.

Berdasarkan analisis univariat diketahui bahwa pekerja yang tidak melakukan

istirahat mata 62% dan yang melakukan istirahat mata sebanyak 38%. Pekerja yang

tidak melakukan istirahat mata maupun pekerja yang melakukan istirahat mata sebagian

besar mengalami kelelahan mata. Hasil uji statistik chi square menunjukkan bahwa pada

derajat kemaknaan 5% didapatkan Pvalue sebesar 0,205 atau (p > 0,05) sehingga tidak ada

hubungan yang bermakna antara istirahat mata dengan kejadian kelelahan mata. Hal ini

mungkin saja dipengaruhi kondisi lingkungan tempat kerja seperti pencahayaan yang

kurang, durasi penggunaan komputer > 4 jam dan kelainan refraksi yang belum

dikoreksi sehingga pekerja yang sudah melakukan istirahat mata tetap saja mengalami

kelelahan mata. Selain itu, mungkin dikarenakan pekerja belum memahami bagaimana

durasi ataupun metode istirahat mata dilakukan dengan efektif disela – sela aktivitas

kerjanya dengan komputer agar istirahat yang dilakukan bisa maksimal dalam

mengurangi kelelahan mata. Frekuensi istirahat yang teratur berguna untuk memotong

Page 84: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

69

rantai kelelahan sehingga akan menambah kenyamanan bagi pengguna komputer

(Murtopo dan Sarimurni, 2005).

Upaya yang bisa dilakukan pekerja yaitu meng-install program untuk membantu

mengingatkan waktu istirahat mata pada masing – masing komputer pekerja. Istirahat

secara teratur dapat memotong rantai kelelahan tetapi karena pekerjaan yang sibuk

banyak pekerja yang tidak beristirahat secara teratur setelah penggunaan komputer

setiap jam secara berturut- turut. Menurut Joseffina (1999) dalam Prasetyo (2006) lama

istirahat yang diperlukan bagi pekerja yang menggunakan komputer dianjurkan adalah

selama 10 menit/jam (dengan waktu kerja 8 jam kerja/hari atau 40 jam kerja/minggu).

Menurut Santoso (2009), setelah bekerja dengan komputer perlu mengistirahatkan mata

sejenak dengan melihat pemandangan yang dapat menyejukkan mata secara periodik.

Istirahat dalam waktu yang singkat dan sering jauh lebih bermanfaat dibandingkan

dengan istirahat yang lama tetapi jarang.

6.6. Hubungan antara Jarak Monitor dengan Kelelahan Mata

Jarak monitor yang cukup dekat akan membuat mata selalu berakomodasi dan

terfokus pada layar monitor sehingga menyebabkan mata pekerja menjadi cepat lelah.

Menurut Occupational Safety and Health Association (OSHA) (1997) pada saat

menggunakan komputer jarak antara mata pekerja dengan layar sekurang-kurangnya

adalah 20-40 inch atau sekitar 50-100 cm. Monitor yang terlalu dekat dapat

mengakibatkan mata menjadi tegang, cepat lelah, dan potensi ganggguan penglihatan.

Jarak ergonomis antara layar monitor dengan pengguna komputer berkisar antara 50 cm

sampai dengan 60 cm (Hanun, 2008).

Page 85: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

70

Pada variabel jarak monitor, pekerja yang bekerja dengan jarak monitor < 50 cm

yaitu 28% maupun ≥ 50 cm yaitu 72% sebagian besar mengalami kelelahan mata.

Pekerja yang bekerja dengan jarak monitor < 50 cm dan mengalami kelelahan mata ada

sebanyak 92,9%. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa Pvalue = 0,039 atau (p >

0,05) menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara jarak monitor dengan

kelelahan mata. Hal ini selaras dengan penelitian Cahyono (2005) pada petugas

Operator Komputer Sistem Informasi RSU Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta bahwa

gangguan kelelahan mata juga dipengaruhi oleh jarak pandang pengguna komputer

dengan layar monitor. Penelitian Rey and Meyer (1998) juga menyatakan bahwa

operator komputer lebih mudah mengeluhkan kelelahan pada mata apabila pada jarak

yang tidak tepat. Hal ini juga dibuktikan pada penelitian Noermayanti (2009) yang

menyatakan adanya hubungan antara jarak mata ke monitor dengan keluhan kelelahan

mata dimana kelelahan mata memiliki hubungan signifikan dengan kelelahan mata.

Saat menggunakan komputer, mata dipaksa untuk memfokuskan kerja pada

komputer. Seseorang pengguna komputer harus terus-menerus memfokuskan matanya

untuk menjaga agar gambar tetap tajam (Roestijawati, 2007). Sebaiknya pekerja

pengguna komputer lebih memperhatikan jarak mata pada saat menggunakan komputer

untuk tidak terlalu dekat, minimal 50 cm. Selain itu, perlu dipasang kaca pelindung

(filter) pada layar monitor komputer untuk mengurangi radiasi maupun tingkat kesilauan

monitor.

Page 86: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

71

6.7. Hubungan antara Durasi Penggunaan Komputer dengan Kelelahan Mata

Berdasarkan survei yang dilakukan di Amerika Serikat, rata-rata waktu kerja

yang digunakan untuk bekerja dengan komputer adalah 5,8 jam atau 69% dari total 8

jam kerja (Wasisto, 2005). Semakin lama berinteraksi dengan layar monitor,

kemampuan fisiologis otot-otot di sekitar mata akan mengalami penurunan. Akibatnya

mata akan mengalami kelelahan.

Hasil penelitian di PT. Duta Astakona Girinda tahun 2014 menunjukkan bahwa

sebagian besar pekerja menggunakan komputer > 4 jam sebanyak 88% dan dari pekerja

tersebut sebagian besar mengalami kelelahan mata yaitu sebanyak 77,3%. Hasil analisis

bivariat menunjukkan bahwa Pvalue = 0,007 atau (p > 0,05) menunjukkan bahwa ada

hubungan yang bermakna antara jarak monitor dengan kelelahan mata. Hal ini selaras

dengan penelitian yang dilakukan oleh Aprisupiati (2007) dan penelitian oleh Dewi dkk

(2009) bahwa ada hubungan yang signifikan antara durasi penggunaan komputer dengan

kelelahan mata.

Triwiyono (2002) menganjurkan lamanya penggunaan komputer tidak lebih dari

4 jam sehari. Apabila melebihi waktu tersebut, mata cenderung mengalami refraksi

(Sari, 2002). Dalam hal ini disarankan National Institute for Occupational Safety and

Health (NIOSH) VDT Studies and Information untuk melakukan istirahat selama 15

menit terhadap pemakaian komputer selama dua jam. Frekuensi istirahat yang teratur

berguna untuk memotong rantai kelelahan sehingga akan menambah kenyamanan bagi

pengguna komputer (Murtopo dan Sarimurni, 2005)

Page 87: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

72

6.8. Hubungan antara Tingkat Pencahayaan dengan Kelelahan Mata

Penerangan yang buruk dapat mengakibatkan kelelahan mata dengan

berkurangnya daya efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan pegal di daerah mata dan

sakit kepala sekitar mata, kerusakan alat penglihatan dan meningkatnya kecelakaan

(Brewer, 2006; Sakai, 2009). Penerangan yang baik adalah penerangan yang

memungkinkan tenaga kerja dapat melihat objek yang dikerjakannya secara jelas, cepat

dan tanpa upaya yang tidak perlu (Hoffman, 2008; Richa, 2009).

Untuk variabel pencahayaan, hasil yang didapatkan dari analisis bivariat adalah

sebagian besar pekerja PT. Duta Astakona Girinda bekerja dengan tingkat pencahayaan

yang tidak memenuhi standar dan pekerja yang mengalami kelelahan mata sebanyak

76,2% pekerja. Dalam penelitian didapatkan Pvalue = 0,043 yang menunjukkan terdapat

hubungan bermakna antara tingkat pencahyaan dengan kelelahan mata. Dari hasil

analisis bivariat ini juga diketahui bahwa responden yang bekerja dengan tingkat

pencahayaan yang tidak memenuhi standar memiliki risiko 5,3 kali untuk mengalami

kelelahan mata dibandingkan dengan pekerja yang bekerja dengan tingkat pencahayaan

memenuhi standar. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Nourmayanti (2009) di C4 PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk yaitu terdapat hubungan

positif antara tingkat pencahayaan dengan kelelahan mata (Pvalue = 0,023).

Distribusi pencahayaan di PT. Duta Astakona Girinda belum merata. Ada

sebagian lampu padam dan ada yang memang sengaja dimatikan. Selain itu, belum ada

sinkronisasi tata letak meja pekerja maupun posisi lampu di ruangan sehingga ada

sebagian pekerja yang jauh dari pencahayaan yang memadai.

Page 88: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

73

Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan

lingkungan kerja yang aman dan nyaman, serta mempunyai kaitan dengan produktivitas

kerja. Penerangan yang buruk juga akan mengakibatkan rendahnya produktivitas

kualitas maupun sakit mata, lelah, dan pening kepala bagi pekerja. Penerangan yang

lebih baik dapat memberikan hal berupa efisiensi yang lebih tinggi, dapat meningkatkan

produktivitas dan mengurangi kesulitan serta tekanan penglihatan terhadap pekerjaan.

Upaya yang bisa dilakukan oleh pihak perusahaan untuk memperbaiki tingkat

pencahayaan yang dibawah standar tersebut agar pekerja tidak mengalami kelelahan

mata adalah dengan mengganti lampu di ruangan yang mati, menyalakan semua lampu

di ruang kerja, menambah watt pada lampu atau menggantinya dengan lampu hemat

energi yang memiliki tingkat pencahayaan yang lebih optimal serta mengatur posisi

tempat kerja ataupun posisi bola lampu agar menghasilkan penyinaran yang optimum

dan sesuai standar.

Page 89: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

74

BAB VII

PENUTUP

7.1 Simpulan

1. Gambaran kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di PT. Duta

Astakona Girinda tahun 2014, sebanyak 70% pekerja mengalami kelelahan mata

dan 30% tidak mengalami kelelahan mata.

2. Gambaran faktor karakteristik pekerja (usia, kelainan refraksi dan istirahat mata)

pada pekerja pengguna komputer di PT. Duta Astakona Girinda tahun 2014

yaitu:

a. 94% pekerja pengguna komputer berusia < 45 tahun dan hanya 6% pekerja

yang berusia ≥ 45 tahun.

b. Sebanyak 54% pekerja memiliki kelainan refraksi dan yang tidak memiliki

kelainan refraksi sebanyak 46% pekerja.

c. Pekerja yang melakukan istirahat mata saat menggunakaan komputer

sebanyak 62% dan yang tidak melakukan istirahat mata sebanyak 38%

pekerja.

3. Gambaran jarak monitor dengan pekerja pengguna komputer di PT. Duta

Astakona Girinda tahun 2014 bahwa sebagian besar yaitu sebanyak 72% pekerja

menggunakan komputer dengan jarak ≥ 50 cm dan sebanyak 28% pekerja

menggunakan komputer dengan jarak < 50 cm.

Page 90: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

75

4. Gambaran durasi penggunaan komputer pada pekerja pengguna komputer di PT.

Duta Astakona Girinda tahun 2014 bahwa sebagian besar pekerja menggunakan

komputer > 4 jam dengan persentase 88% dan pekerja yang menggunakan

komputer ≤ 4 jam dengan persentase 12%.

5. Gambaran tingkat pencahayaan di PT. Duta Astakona Girinda tahun 2014 bahwa

sebagian besar pekerja bekerja pada tingkat pencahayaan yang tidak memenuhi

standar.

6. Tidak ada hubungan bermakna antara usia dengan kelelahan mata pada pekerja

pengguna komputer di PT. Duta Astakona Girinda tahun 2014.

7. Ada hubungan bermakna antara kelainan refraksi dengan kelelahan mata pada

pekerja pengguna komputer di PT. Duta Astakona Girinda tahun 2014.

8. Tidak ada hubungan bermakna antara istirahat mata dengan kelelahan mata pada

pekerja pengguna komputer di PT. Duta Astakona Girinda tahun 2014.

9. Ada hubungan bermakna antara jarak monitor dengan kelelahan mata pada

pekerja pengguna komputer di PT. Duta Astakona Girinda tahun 2014.

10. Ada hubungan bermakna antara durasi penggunaan komputer dengan kelelahan

mata pada pekerja pengguna komputer di PT. Duta Astakona Girinda tahun

2014.

11. Ada hubungan bermakna antara tingkat pencahayaan dengan kelelahan mata

pada pekerja pengguna komputer di PT. Duta Astakona Girinda tahun 2014.

Page 91: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

76

7.2 Saran

Bagi Perusahaan

1. Pencahayaan di tempat kerja masih banyak yang belum memenuhi standar sehingga

perlu dilakukan perawatan bagi lampu yang padam atau kusam. Pencahyaan yang

buruk berakibat pada kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan efisiensi kerja.

Selain itu perlu diperhatikan juga tata letak penempatan lampu agar tingkat

pencahayaan di tempat kerja merata dan memenuhi standar yang telah ditentukan.

2. Perlu dipasang filter atau kaca anti glare untuk mengurangi tingkat kesilauan dan

meminimalisir radiasi dari layar monitor.

3. Untuk mengatasi kurangnya istirahat mata yang teratur sebaiknya di Install software

atau program untuk mengingatkan waktu istirahat mata pada masing masing

komputer pekerja. Selain itu, ruang kerja juga sebaiknya di setting kembali dengan

meletakkan benda - benda yang memiliki kontras yang dapat menyejukkan mata

seperti lukisan, tanaman, dll agar pekerja dapat merelaksasikan mata dengan

memandang benda – benda tersebut.

4. Sebaiknya pihak perusahaan memberikan pendidikan atau pengarahan tentang cara

melakukan istirahat mata yang efektif, ergonomi atau posisi kerja yang baik dan

pemeriksaan mata secara berkala untuk mencegah penyakit akibat kerja terutama

karena penggunaan komputer.

Page 92: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

77

Bagi Pekerja

1. Pekerja sebaiknya mengistirahatkan mata secara teratur dengan metode 20 – 20 – 20

dimana setiap 20 menit bekerja di depan komputer, pekerja harus istirahat paling

tidak 20 detik dengan melihat objek atau benda yang jaraknya sekitar 20 kaki. Hal

ini bertujuan untuk mencegah terjadinya otot – otot mata yang tegang dan bisa

menyebabkan kelelahan mata.

2. Upayakan tidak bekerja dengan jarak monitor dengan mata < 50 cm karena jarak

monitor yang terlalu dekat mengakibatkan terjadinya mata tegang, cepat lelah, dan

potensi ganggguan penglihatan.

3. Pekerja sebaiknya tidak mematikan lampu ketika menggunakan komputer karena

pencahayaan ruangan akan turun dan tidak memenuhi standar sehingga berisiko

menimbulkan kelelahan mata pada pekerja tersebut.

4. Pekerja yang memiliki kelainan refraksi sebaiknya menghindari menggunakan lensa

kontak karena akan meningkatkan risiko terjadinya kelelahan mata.

Bagi Peneliti Lain

1. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengukur tinggi rendahnya mata terhadap

layar monitor dan melakukan pengecekan terhadap setting display layar monitor

yang telah direkomendasikan.

Page 93: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

78

DAFTAR PUSTAKA

Afandi. 2002. Kesehatan Mata Penguna Komputer. Dari:

http://www.elektroindonesia.com/elektro/komput6.html. Diunggah pada

tanggal 16 November 2013.

Affandi E.S. 2005. Computer vision syndrome (Sindrom penglihatan komputer). Dalam

Majalah Kedokteran Indonesia.

Agarwal, Emit. 2014. The 20-20-20 Rule for Reducing Computer Eyestrain. Diakses

dari http://www.labnol.org/software/computer-eye-exercise/14069/ pada

tanggal 20 Mei 2014.

Aprisupriati. 2007. Hubungan Penggunaan Visual Display Terminal dan Intensitas

Penerangan Terhadap Kelelahan Mata Pengguna Komputer di PT.Sriwijaya

Perdana Palembang. Skripsi. Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas

kedokteran Universitas Sriwijaya.

Arief, D. 2003. Hubungan Antara Kepuasan Kerja dengan Komitmen Dosen pada

Institut Pertanian Bogor. Tesis. Program Sarjana Fakultas Psikologi

Universitas Indonesia.

Arikunto. 2002. Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta : PT.

Rineka Cipta

Aryanti. 2006. Hubungan antara Intensitas Penerangan dan Suhu Udara

denganKelelahan Mata Karyawan pada bagian Administrasi di PT. Hutama

KaryaWilayah IV Semarang. Skripsi. Dari:

Page 94: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

79

http://uppm.fkm.unes.ac.id/uploads/files/u_2/abstrak4.doc. Diunggah pada

tanggal 16 November 2013.

Badan Standar Nasional. 2001. SNI 03-6575-2001. Tata Cara Perancangan Sistem

Pencahayaan Buatan Pada Bangunan Gedung.

Brewer, Shelley. 2006. Workplace interventions to prevent musculoskeletal and visual

symptoms and disorders among computer users: A systematic review. Journal

of Occupational Rehabilitation,16(3): 317-350

Broumand, M.G and M. Ayatollahi, 2008. Evaluation of the Frequencyof Complications

of Working with Computers in a Group of Young Adult Computer Users. Pak. J.

Med. Sci, 24 (5): 702-706.

Cahyono; P. Herry, 2005. Hubungan Penerangan dan Jarak Pandang ke Layar Monitor

Komputer dengan Tingkat Kelelahan Mata Petugas Operator Komputer Sistim

Informasi RSO Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. Skripsi. Dari:

http://digilib.unnes.ac.id/ Diunggah pada tanggal 15 Mei 2014.

Cameron, John R., et al. 1999. Physics of The Body. Diterjemahkan oleh dra. Lamyarni I

sardi, M.Eng. 2006. Jakarta: Sagung Seto.

Evi Widowati. 2011. Getaran Benang Lusi Terhadap Kelelahan Mata. Jurnal Kemas, 7

(1): 1-6

Fauzi, Ahmad.2006. Penyakit akibat kerja karena penggunaan komputer. Bagian Ilmu

Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas Lampung. Dari:

http://digilb.unila.ac.id/files/disk1/13/lapyunilapp-gdl-jou-2007-afauzi-617-

penyakit-r.pdf. Diunggah pada tanggal 16 November 2013.

Page 95: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

80

Fauzia, I. 2004. Upaya untuk Mengurangi Kelelahan Mata pada Tenaga Kerja yang

Menggunakan Komputer di RS “X”. Tesis. Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia, Jakarta.

Flammini, Franceso, dkk. 2013. Effective Surveillance for Homeland Security:

Balancing Technology and Social Issues. CRC Press Taylor & Francis

Group:Boca Raton

Francis C. 2005. Effects of two eye drop products on computer users with subjective

ocular discomfort. Journal of the American Optometric Association, 76(1): 47-

54

Gabriel, J.F. 1996. Fisika Kedokteran. Cetakan ke VII. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Ganong, William F., 2001. Fisiologi Kedokteran. Diterjemahkan oleh H.M. Djauhari E.

Edisi 9. Jakarta: buku kedokteran EGC.

Garodia, dr. Vinay. 2008. Dry Eye And Computer Vision Syndrom. New Delhi. Visitech

Eye Centre

Grandjean, E. 1988. Fitting the Task To the Man. A Texbook of Occupational

Ergonomics, 4th Edition London: Taylor & Francis.

Guyton, AC. 1991. Fisiologi Kedokteran II. Diterjemahkan oleh Adji Dharma, Jakarta:

EGC Buku Kedokteran

Hana, Lilian. 2008. Tinjauan Tingkat Pencahayaan dan Keadaan Visual Display Terkait

Keluhan Subyektif Kelelahan Mata Pada Pekerja Yang Menggunakan

Komputer Di Ruangan Kantor PT. Bridgestone Tire Indonesia Bekasi Plant

Bulan Desember Tahun 2008. Universitas Indonesia. Depok

Page 96: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

81

Hanum, Iis Faizah. 2008. Efektivitas Penggunaan Screen pada Monitor Komputer untuk

Mengurangi Kelelahan Mata Pekerja Call Centre di PT. Indosat NSR Tahun

2008. Tesis. Dari:

http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/index/assoc/HASH01bb/.../doc.pdf

Diunggah pada tanggal 16 November 2013.

Hael, Mughrabi. 2006. Specific features and mechanisms of fatigue in the ultrahigh-

cycle regime. International Journal of Fatigue, 28(11): 1501–1508

Haeny, Noer. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelelahan Mata pada.

Skripsi. Dari: http://www.digilib.ui.ac.id/file?file=digital/125958-S-5700-

Analisis%20faktor-Literatur.pdf Diunggah pada tanggal 16 November 2013.

Heiting, Gary dan Larry Wan. D. 2014. Computer Eye Strain: 10 Steps for Relief.

Computer Vision. Diakses dari http://www.allaboutvision.com/cvs/irritated.htm

pada tanggal 20 Mei 2014.

Hoffman, David M. 2008. Vergence–accommodation conflicts hinder visual

performance and cause visual fatigue. Journal of Vision, 8(3)

Ilyas, Sidarta. 2008. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Ilyas, Sidarta. 2004. Kelainan refraksi dan koreksi penglihatan. Jakarta: Balai Penerbit

FKUI.

Ilyas, Sidarta. 1991. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Jaschinski, 1990. Jarak Melihat Layar VDU dan Dokumen di Dempat Kerja. Dari:

http://ww8.yuwie.com/blog/?id=919758. Diunggah pada tanggal 16 November

2013.

James, Bruce, et al. 2006. Lecture Notes on Ophthalmology. Jakarta: Erlangga.

Page 97: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

82

KEPMENKES RI, 2002. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja. Dari:

http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20No.%201405%

20ttg%20Persyaratan%20Kesehatan%20Lingkungan%20Kerja%20Perkantoran

%20Dan%20Industri.pdf . Diunggah pada tanggal 6 November 2013.

Maryamah, Siti. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Kelelahan

Mata pada Pengguna Komputer di Bagian Outbond Call Gedung Graha

Telkom BSD (Bumi Serpong Damai) Tangerang Tahun 2011. Skripsi S1.

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Murtopo, Ichwan dan sarimurni. 2005. Pengaruh Radiasi Layar Komputer terhadap

Kemampuan Daya Akomodasi Mata Mahasiswa Pengguna Komputer di

Universitas Muhammadiyah Surakarta. Jurnal Penelitian Sains dan Teknologi,

volume 6 No. 2 ; 153-163.

Nendyah Roestijawati, 2007, Syndrom Dry Eye pada Pengguna Visual Display

Terminal (VTD). Cermin Dunia Kedokteran, No 154

Nourmayanti, Dian. 2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan

Kelelahan Mata pada Pekerja Pengguna Komputer di Coorporate Costumer

Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk Tahun 2009. Skripsi S1.

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Occupational Health and Safety Unit. Visual Fatigue. 2011. The University of

Queensland. Journal of Optometry: A Report on 2011. Dari:

Page 98: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

83

http://www.nccahccnsa.ca/230/Promoting_Aboriginal_Vision_Health.nncah

Diunggah pada tanggal 16 November 2013.

OSHA. 1997. Working Safely with Video Display Terminals. U. S. Department og Labor

Occupational Safety and Health Administration. Dari:

http://www.osha.gov/Publications/osha3092.pdf. Diunggah pada tanggal 16

November 2013.

Padmanaba, Cok Gd Rai. 2006. Pengaruh penerangan dalam Ruang Terhadap Aktivitas

Kerja Mahasiswa desain Interior. Skripsi. Program Studi Desain Interior

Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institute Seni Indonesia Denpasar.

Pakasi, Trevino. 1999. The Eye Problem of Public Transportation’s Drivers and Its

Prevention. Majalah Hiperkes dan Keselamatan Kerja Vol XXXII No. 1 hal 22-

25. Jakarta.

Parwati, I.O., 2004. Pengaruh masa kerja dan Intensitas Pencahayaan terhadap

Efisiensi Penglihatan Opertor Telepon Bagian Pelayanan Pelanggan PT.

Telkom Divre IV Semarang. Dari:

http://www.eprints.undip.ac.id/7597/I/1948.pdf Diunggah pada tanggal 7 Mei

2014.

Pascarelli, Emil. 2004. Dr. Pascarelli’s Complete Guide to Repetitive Strain Injury

(RSI). Navta Associates, Inc. New Jersey.

Pheasant, Stephen. 1991. Ergonomics, Works, and Health. USA: Aspen Publisher Inc.

Rinilda, Nur. 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Sindrom Mata

Kering (Dry Eye Sydrome) Pada Pekerja Operator Komputer Bagian

Sekretariat Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012.

Page 99: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

84

Skripsi S1. Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Roestijawati N. 2004. Hubungan penggunaan visual display terminal (VDT), faktor

pekerja dan lingkungan kerja dengan sindroma dry eye. Tesis dari Universitas

Indonesia Dari: http://www.eprints.ui.ac.id. Diunggah pada tanggal 31 Februari

2014.

Roestijawati N. 2007. Sindrom dry eye pada pengguna visual display terminal (VDT).

Jurnal Kedokteran Yarsi;13(2):205-217.

Santoso, Gempur. 2004. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta:

Prestasi Pustaka.

Prasetyo, Eko. 2006. Hubungan tingkat Pencahayaan Di Tempat Kerja dengan Keluhan

Kelelahan Visual pada Pekerja Di Area Produksi OBA &Chemicals PT.

Clariant Indonesia Tangerang Tahun 2006. Universitas Indonesia, Depok.

Richa, Talwar. 2009. A Study of Visual and Musculoskeletal Health Disorders among

Computer Professionals in NCR Delhi. Indian J Community Med, 34(4): 326-

328

Rosenfield, Mark. 2010. Computer Vision Syndrome: Accomodative & Vergence

Facility. Journal of Behavioral Optometry, 21(5): 119- 122

Sakai, Tatsuo. 2009. Review and Prospects for Current Studies on Very High Cycle

Fatigue of Metallic Materials for Machine Structural Use. Journal of Solid

Mechanics and Materials Engineering, 3(3): 425-439

Page 100: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

85

Saliberrl & Nilsen. 1995. Is there a typical VDT patient? A demographic analysis. J. Am

Optom Assoc. Hal. 479-83

Shiozawa, K. 2006. Subsurface crack initiation and propagation mechanism in high-

strength steel in a very high cycle fatigue regime. International Journal of

Fatigue, 28(11): 1521– 1532

Subitha, M. 2013. Pengaruh Komputer Terhadap Kesehatan Mata. Jakarta : Universitas

Guna Dharma.

Suma’mur. 1996. Ergonomi untuk Produktivitas Kerja. Jakarta: CV. Haji Masagung.

Suma’mur, PK. 2009. Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Sagung Seto

Tarwaka dkk. 2004. Ergonomi untuk Kesehatan, Keselamatan Kerja, dan Produktivitas.

UNIBA Press, Surakarta.

Taylor & Francis. 1997. Aspek Keselamatan Kerja pada Pemakaian Komputer. Elektro

Indonesia Edisi ke Tujuh, April 1997. Dari:

http://www.elektroindonesia.com/elektro/komput6.html. Diunggah pada

tanggal 16 November 2013.

Tjidarbumi D, Mangunkusumo R. 2002. Cancer in Indonesia, present and future. Jpn J

Clin Oncol 32:S17S21.

Wasisto, S.W. 2005. Komputer Secara Ergonomis dan Sehat. Dari:

http://www.wahana.com. Diunggah pada tanggal 7 November 2013.

Yuhardin. 2007. Tahun 2015, jumlah Komputer Dunia Capai 2 Miliar. Dari:

http://scriptintermedia.com/view.php?id=605. Diunggah pada tanggal 7 Januari

2014.

Page 101: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

LAMPIRAN

Page 102: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

A. HASIL ANALISIS UNIVARIAT

Kelelahan_Mata

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 35 70.0 70.0 70.0

Tidak 15 30.0 30.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Usia_45

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid >=45 3 6.0 6.0 6.0

<45 47 94.0 94.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Kelainan Refraksi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 27 54.0 54.0 54.0

2 23 46.0 46.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Istirahat Mata

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 31 62.0 62.0 62.0

Ya 19 38.0 38.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Jarak_Monitor

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <50 14 28.0 28.0 28.0

>=50 36 72.0 72.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Page 103: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

Durasi Penggunaan Komputer

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid >=4 44 88.0 88.0 88.0

<4 6 12.0 12.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Cahaya

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak memenuhi standar 42 84.0 84.0 84.0

Memenuhi standar 8 16.0 16.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

B. HASIL ANALISIS BIVARIAT

1. Hubungan Usia dengan Keluhan Kelelahan Mata Crosstabulation

umur_45

Total >=45 <45

Kelelahan_Mata Ya 2 33 35

Tidak 1 14 15

Total 3 47 50

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .017a 1 .897

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .017 1 .898

Fisher's Exact Test 1.000 .666

Linear-by-Linear Association .017 1 .898

N of Valid Casesb 50

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,90.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 104: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Kelelahan_Mata (Ya / Tidak)

.848 .071 10.137

For cohort umur_45 = >=45 .857 .084 8.748

For cohort umur_45 = <45 1.010 .863 1.183

N of Valid Cases 50

2. Hubungan Kelainan Refraksi dengan Keluhan Kelelahan Mata

Kelelahan_Mata * Refraksi Crosstabulation

Count

Refraksi

Total 1 2

Kelelahan_Mata Ya 23 12 35

Tidak 4 11 15

Total 27 23 50

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 6.445a 1 .011

Continuity Correctionb 4.969 1 .026

Likelihood Ratio 6.593 1 .010

Fisher's Exact Test .015 .012

Linear-by-Linear Association 6.316 1 .012

N of Valid Casesb 50

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,90.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Kelelahan_Mata (Ya / Tidak)

5.271 1.380 20.138

For cohort Refraksi = 1 2.464 1.030 5.898

For cohort Refraksi = 2 .468 .269 .811

N of Valid Cases 50

Page 105: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

3. Hubungan antara Istirahat Mata dengan Kelelahan Mata

Kelelahan_Mata * Istirahat Crosstabulation

Count

Istirahat

Total Tidak Ya

Kelelahan_Mata Ya 24 11 35

Tidak 7 8 15

Total 31 19 50

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 2.138a 1 .144

Continuity Correctionb 1.310 1 .252

Likelihood Ratio 2.105 1 .147

Fisher's Exact Test .205 .127

Linear-by-Linear Association 2.096 1 .148

N of Valid Casesb 50

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,70.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Kelelahan_Mata (Ya / Tidak)

2.494 .721 8.619

For cohort Istirahat = Tidak 1.469 .818 2.639

For cohort Istirahat = Ya .589 .298 1.164

N of Valid Cases 50

4. Hubungan antara Jarak Monitor dengan Kelelahan Mata

Kelelahan_Mata * Jarak_Monitor Crosstabulation

Count

Jarak_Monitor

Total <50 >=50

Kelelahan_Mata Ya 13 22 35

Tidak 1 14 15

Total 14 36 50

Page 106: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 4.837a 1 .028

Continuity Correctionb 3.444 1 .063

Likelihood Ratio 5.768 1 .016

Fisher's Exact Test .039 .026

Linear-by-Linear Association 4.741 1 .029

N of Valid Casesb 50

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,20.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Kelelahan_Mata (Ya / Tidak)

8.273 .972 70.418

For cohort Jarak_Monitor = <50

5.571 .799 38.845

For cohort Jarak_Monitor = >=50

.673 .505 .899

N of Valid Cases 50

5. Hubungan antara Durasi Penggunaan Komputer dengan Kelelahan Mata

Kelelahan_Mata * Durasikomp Crosstabulation

Durasikomp

Total >=4 <4

Kelelahan_Mata Ya 34 1 35

Tidak 10 5 15

Total 44 6 50

Page 107: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 9.235a 1 .002

Continuity Correctionb 6.575 1 .010

Likelihood Ratio 8.515 1 .004

Fisher's Exact Test .007 .007

Linear-by-Linear Association 9.051 1 .003

N of Valid Casesb 50

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,80.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

Kelelahan_Mata (Ya / Tidak) 17.000 1.774 162.887

For cohort Durasikomp =

>=4 1.457 1.014 2.093

For cohort Durasikomp = <4 .086 .011 .673

N of Valid Cases 50

6. Hubungan antara Tingkat Pencahayaan dengan Kelelahan Mata

Kelelahan_Mata * Cahaya Crosstabulation

Count

Cahaya

Total Tidak memenuhi

standar Memenuhi

standar

Kelelahan_Mata Ya 32 3 35

Tidak 10 5 15

Total 42 8 50

Page 108: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 4.790a 1 .029

Continuity Correctionb 3.125 1 .077

Likelihood Ratio 4.396 1 .036

Fisher's Exact Test .043 .043

Linear-by-Linear Association 4.694 1 .030

N of Valid Casesb 50

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,40.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Kelelahan_Mata (Ya / Tidak)

5.333 1.079 26.358

For cohort Cahaya = Tidak memenuhi standar

1.371 .945 1.989

For cohort Cahaya = Memenuhi standar

.257 .070 .941

N of Valid Cases 50

Page 109: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

KUESIONER

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KELELAHAN MATA PADA PEKERJA PENGGUNA KOMPUTER

DI PT. DUTA ASTAKONA GIRINDA

Assalammualaikum Wr. Wb.

Perkenalkan saya:

Nama : Randy Septiansyah

NIM : 1110101000057

Saya bermaksud meneliti tentang “FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

DENGAN KELELAHAN MATA PADA PEKERJA PENGGUNA KOMPUTER

DI PT. DUTA ASTAKONA GIRINDA TAHUN 2014”. Penelitian ini merupakan

tugas akhir untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta. Mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi pertanyaan pada

kuesioner ini dengan lengkap. Setiap data yang Anda isikan pada kuesioner ini dijamin

kerahasiannya.

Wassalammualaikum Wr. Wb.

Petunjuk Pengisian:

Berilah tanda ceklist (√ ) pada kolom/kotak yang disediakan untuk setiap jawaban

yang Anda isikan.

Jika jawaban bukan merupakan pilihan, maka isilah pada garis bawah (_______)

yang tersedia

Page 110: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

No. Responden

LEMBAR KUESIONER

A. Pekerja

A1. Nama :

A2. No. Handphone :

A3. Tanggal Lahir :

Note: Pilihlah salah satu jawaban dibawah ini dengan cara melingkari.(A4-A7)

A4. Apakah Anda menggunakan kacamata/kontak lensa?

1.Ya

2.Tidak

(Jika “Tidak”, lanjut ke pertanyaan A6)

A5. Jenis kacamata apakah yang anda gunakan saat bekerja?

1. Kacamata minus/plus

2. Kacamata bifokus

3. Kacamata lensa biasa tanpa efek

A6. Apakah setiap satu jam pemakaian komputer anda mengistirahatkan mata minimal

10 menit ?

1. Tidak

2. Ya

A7. Apa bagian pekerjaan Anda?

1. General Affair, Marketing, Ruang Data, Hardware.

2. Maintainance, Admin, Manager.

3. Finance, Programmer

Khusus pekerja, isi pertanyaan

yang hurufnya BERWARNA UNGU

Page 111: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29591...pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi

Note: Jawablah pertanyaan dibawah ini.(A8-A9)

A8. Berapa lama rata-rata anda bekerja dalam ruang kantor dalam 1 hari?

________________ jam

A9. Berapa lama rata-rata anda bekerja menggunakan komputer di kantor?

________________ jam

B. Keluhan Kelelahan Mata

B1. Setelah menggunakan komputer lebih dari 2 jam, apakah Anda mengalami

gangguan atau gejala seperti di bawah ini?

No. Keluhan Ya Tidak

1. Nyeri/terasa berdenyut di sekitar mata

2. Penglihatan kabur

3. Penglihatan rangkap/ganda

4. Mata merah

5. Mata terasa perih

6. Mata berair

7. Sulit fokus

8. Sakit kepala (berat/nyut -nyutan)

9. Pusing disertai mual

(Sumber: Pheasant, Stephen. 1991. Ergonomics, Works, and Health. USA: Aspen Publisher Inc.)

C. Hasil Pengukuran

1. Lux Meter : ......, ........, .......... = ......... (diisi peneliti)

1. Tidak memenuhi standar

2. Memenuhi Standar

2. Jarak Monitor : ........... cm (diisi peneliti)

1. < 50 cm

2. ≥ 50 cm

3. Pengukuran Refraksi mata (diisi oleh Refraksionis)

1. Ada kelainan

2. Tidak ada kelainan

________________Terima Kasih________________