faktor faktor pendorong fanatisme ...eprints.ums.ac.id/80187/1/naskah publikasi.pdfnobar atau nonton...
TRANSCRIPT
FAKTOR – FAKTOR PENDORONG FANATISME
SUPPORTER SEPAK BOLA
HALAMAN JUDUL
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I
Pada Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi
Oleh :
WAHYU AKBAR RAFII
F 100090035
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
i
HALAMAN PERSETUJUAN
FAKTOR – FAKTOR PENDORONG FANATISME
SUPPORTER SEPAK BOLA
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh :
WAHYU AKBAR RAFII
F 100090035
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:
HALAMAN PERSETUJUAN
Dosen pembimbing
Dr. Daliman SU
ii
HALAMAN PENGESAHAN
FAKTOR – FAKTOR PENDORONG FANATISME
SUPORTER SEPAK BOLA
Oleh:
WAHYU AKBAR RAFII
F 100090035
Telah Dipertahankan Didepan Dewan Penguji
Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada : Kamis, 28 November 2019
dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat
Dewan Penguji:
1. Dr. Daliman, SU ( )
(Ketua Dewan Penguji)
2. Drs. Mohammad Amir, M.Si, Psikolog ( )
(Anggota I Dewan Penguji)
3. Setiyo Purwanto, S.Psi.,M.Si, Psikolog ( )
(Anggota II Dewan Penguji)
Dekan,
Susatyo Yuwono, S.Psi., M.Si., Psikolog
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah
dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka
akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 28 November 2019
Penulis
WAHYU AKBAR RAFII
F 100090035
1
FAKTOR – FAKTOR PENDORONG FANATISME SUPORTER
SEPAK BOLA
Abstrak
Fanatisme suporter sepak bola itu sendiri dapat dilihat dari dua sisi yaitu (1) Sisi
negative (Hooliganisme) dan (2) Sisi positif (sebagai hiburan dan solidaritas sosial).
Secara umum hooligan diidentifikasi sebagai orang atau sekelompok orang yang
sering membuat onar atau kerusuhan. Suporter yang memiliki fanatisme yang positif
akan memberikan bentuk dukungannya dengan cara-cara yang kreatif seperti aktif
bernyanyi dan berkreasi untuk membangkitkan semangat pemain tim kesayangnnya..
Tujuan penelitian ini yakni untuk memahami dan mendalami faktor penyebab
timbulnya fanatisme dan dampak psikologis pada suporter sepak bola. Pertanyaan
penelitian yang diungkap adalah apa saja yang menjadi faktor pendorong fanatisme
pada sebuah klub suporter sepak bola? Bagaimana manifestasi dari bentuk fanatisme
tersebut? Bagaimana dampak fanatisme baik positif maupun negatif?
Informan adalah anggota fans klub RCI Solo yang berjumlah 4 subjek. Pengumpulan
data dilakukan dengan cara wawancara dan observasi. Hasil penelitian ini
menggambarkan fanatisme yang positif yang terjadi di fans klub RCI. Adapun aspek-
aspek yang diteliti dari fanatisme adalah Besarnya minat dan kecintaan pada satu
jenis kegiatan, Sikap pribadi maupun kelompok terhadap kegiatan tersebut, Lamanya
individu menekuni satu jenis kegiatan tertentu, yang berdampak positif maupun
negatif. Secara keseluruhan diperoleh gambaran bahwa informan melakukan
kegiatan fanatisme positif yang berupa nobar, charity, baksos, santunan kepada anak
yatim, donor darah, dsb.
Kata kunci : fanatisme, suporter sepakbola.
Abstract
The fanaticism of the football supporter itself can be seen from the two sides of the
(1) negative side (hooliganism) and (2) the positive side (as entertainment and social
solidarity). In general, the hooligans are identified as people or groups of people who
often make troublemakers or riots. Supporters who have positive fanaticism will give
the form of support in creative ways such as actively singing and creating to spark
the spirit of his team player. The aim of this research is to understand and deepen the
factors that cause fanaticism and psychological impact on the football supporters.
The research question that is revealed is what is the driving factor of a fanaticism in a
football club? What is the manifestation of the fanaticism? How is the effect of
fanaticism both positive and negative?
The informant is a member of the RCI Solo club fans, amounting to 4 subjects. Data
collection is done by interview and observation. The results of this study depict
positive fanaticism that occurs in RCI club fans. The aspects that are examined from
fanaticism are the magnitude of interest and love for one type of activity, the attitude
of the person or the group to the activities, the duration of the individual to one
particular type of activity, which has positive impact and negative. Overall, there is a
2
picture that the informant do positive fanaticism in the form of Nobar, charity,
Baksos, compensation to orphans, blood donation, etc.
Keywords: fanaticism, soccer supporters.
1. PENDAHULUAN
Fanatisme adalah keyakinan atau kepercayaan yang terlalu kuat terhadap suatu ajaran
baik itu politik, agama dan sebagainya, salah satunya misalkan dikaitkan dengan klub
sepakbola. Selanjutnya menurut Frank (dalam Semiun, 2006) bahwa orang fanatik
adalah orang yang mengingkari kepribadian orang lain, orang fanatik berpendapat
bahwa tidak ada orang yang mengatasi dirinya dan tidak ada pendapat publik atau
penguasa. Fanatisme mengkristal dalam bentuk slogan-slogan yang menghasilkan
suatu reaksi berantai. Orang yang fanatik bukan saja memiliki pendapat melainkan
juga dimiliki (dikuasai), menurutnya konflik moral atau konflik hati nurani dapat
menimbulkan neurosis eksistensial. Kalau manusia mampu mengatasi moral atau
konflik hati nurani maka dia akan kebal terhadap fanatisme serta terhadap neurosis
kolektif pada umumnya, sebaliknya seseorang yang menderita neurosis kolektif akan
mampu mengatasi neurosis kolektifnya apabila dia mau mendengar suara hatinya
sendiri.
Sepak bola merupakan cabang olahraga yang mendunia dan digemari oleh
hampir seluruh dunia. Begitu populernya cabang olahraga ini sehingga dalam
pertandingan-pertandingan sepak bola akan ada sekelompok orang-orang yang
mendukung pada salah satu tim yang disukainya. Sekelompok orang yang
mendukung salah satu tim sepak bola bisa dikatakan sebagai suporter. Seperti
dikatakan oleh Soekanto (2010) bahwa supporter merupakan suatu bentuk kelompok
sosial yang secara relative tidak teratur dan terjadi karena ingin melihat sesuatu
(spectator crowds). Kerumunan semacam ini hampir sama dengan khalayak
penonton, akan tetapi bedanya penonton tidak direncanakan, serta kegiatan-kegiatan
yang dilakukan pada umumnya tak terkendalikan. Sedangkan suatu kelompok
manusia tidak hanya tergantung pada adanya interaksi di dalam kelompok itu sendiri,
melainkan juga karena adanya pusat perhatian yang sama. Fokus perhatian yang
sama dalam kelompok penonton yang disebut suporter dalam hal ini adalah tim
sepak bola yang didukung dan dibelanya. Apakah mengidolakan salah satu pemain,
3
permainan bola yang bagus dari tim sepak bola yang didukungnya, ataupun tim yang
berasal dari individu tersebut berasal.
Suporter sendiri merupakan bentuk eksistensi dari masyarakat, yang
mempunyai sebuah bentuk kebanggaan serta kencintaan terhadap tim sepak bola. Hal
ini yang membuat fanatisme suporter timbul. Mereka akan sangat senang jika tim
mereka menang namun bisa sangat marah jika yang terjadi sebaliknya.
Fanatisme suporter sepak bola itu sendiri dapat dilihat dari dua sisi yaitu (1)
Sisi negative (Hooliganisme) dan (2) Sisi positif (sebagai hiburan dan solidaritas
sosial). Secara umum hooligan diidentifikasi sebagai orang atau sekelompok orang
yang sering membuat onar atau kerusuhan. Pada olahraga resiko tinggi, kenikmatan
menghadapi bahaya secara social dapat diperoleh. Begitu juga di sepak bola,
hooligan akan merasakan kenikmatan saat mereka menghadapi situasi rusuh, baik
dengan kelompok suporter lain maupun dengan aparat keamanan. Tujuan utama
hooligan adalah meningkatkan mereka dalam konfrontasi peasing. Tiap sisi berusaha
mengerjai lawan dengan menempati dan menyerang lawan, memukul jatuh mereka,
memaksa mereka mundur atau mengejar mereka.
Melihat kenyataan seperti itu maka diharapkan para supporter sepakbola
dapat menampakkan fanatismenya dari sisi positif, seperti dengan mengadakan even
nobar atau nonton bareng dan even musik atas nama klub yang mereka bentuk,
penggalangan dana, dan lain-lain. Sisi positif suporter sepak bola yaitu, suporter
datang untuk menyaksikan pertandingan sepak bola untuk mendapatkan hiburan atau
untuk mengalami event untuk ikut ambil bagian dalam suatu pertandingan yang
dapat dijadikan pengalaman atau sejarah pada event-event penting.
Suporter yang memiliki fanatisme yang positif akan memberikan bentuk
dukungannya dengan cara-cara yang kreatif seperti aktif bernyanyi dan berkreasi
untuk membangkitkan semangat pemain tim kesayangnnya. Kehadiran suporter
dalam jumlah yang besar pun akan turut memeriahkan pergelaran kompetisi itu
sendiri. Dengan fanatisme yang positif dari para suporter, maka olahraga sepak bola
akan semakin menarik untuk dilihat tidak hanya oleh para pria namun juga oleh
wanita, baik itu melihat langsung di stadion ataupun melalui televisi. Karena selain
4
melihat aksi pertandingan juga dapat dihibur oleh aksi dan kreasi para suporter itu
sendiri.
Melihat dua fenomena berbeda yang muncul dari sebuah fanatisme tersebut
tentunya ada faktor-faktor psikologis yang mendorong mereka untuk melakukan
kegiatan positif maupun negatif. Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah: ”bagaimana fanatisme terjadi pada sebuah klub
supporter sepak bola”. Berdasarkan rumusan masalah tersebut penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor Pendorong Fanatisme Suporter
Sepak Bola”.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami dan mendalami faktor
penyebab timbulnya fanatisme dan dampak psikologis pada suporter sepak bola.
1.1 Fanatisme
Fanatisme didefinisikan sebagai pengabdian yang luar biasa untuk sebuah objek, di
mana "pengabdian" terdiri dari gairah, keintiman, dan dedikasi, dan "luar
biasa" berarti melampaui, rata-rata biasa yang biasa, atau tingkat. objek dapat
mengacu pada sebuah merek, produk, orang (misalnya selebriti), acara televisi,
atau kegiatan konsumsi lainnya. Fanatik cenderung bersikeras terhadap ide-ide
mereka yang menganggap diri sendiri atau kelompok mereka benar dan
mengabaikan semua fakta atau argumen yang mungkin bertentangan dengan
pikiran atau keyakinan (Chung, Beverland, Farrelly, dkk, 2008).
Menurut Seregina, Koivisto, dan Mattila (2011) bahwa aspek yang hadir
sampai batas tertentu dalam semua fanatisme yakni:
a. Menjadi Penggemar untuk Orang Lain
Terlihat dan digambarkan oleh fans sebagai penggemar untuk orang lain, karena
tujuan utama dalam situasi ini untuk masuk dan mendapatkan teman-teman,
serta aktif mengkomunikasikan nilai-nilai dan identitas orang lain.
b. Menjadi Fanatisme untuk Diri sendiri
Menjadi penggemar sendiri dan sebelum menjadi bagian dari komunitas merupakan
keinginan individu sendiri, penggemar dapat dilihat dengan banyaknya membeli
barang atribut atau koleksi yang dimiliki dan tanpa paksaan dari orang lain
sebagai seorang penggemar untuk diri sendiri kepada fans, karena memiliki
5
makna yang lebih pribadi yang dimasukkan ke dalam diri dan melekat.
Menurut Haryatmoko (2003) ada empat faktor yang dapat menumbuhkan
fanatisme yaitu :
a. Memperlakukan kelompok tertentu sebagai ideologi. Hal ini terjadi kalau ada
kelompok yang mempunyai pemahaman eksklusif dalam pemaknaan hubungan-
hubungan sosial tersebut.
b. Sikap standar ganda. Artinya, antara kelompok organisasi yang satu dengan
kelompok organisasi yang lain selalu memakai standar yang berbeda untuk
kelompoknya masing-masing,
c. Komunitas dijadikan legitimasi etis hubungan sosial. Sikap tersebut bukan
sakralisasi hubungan sosial, tetapi pengklaiman tatanan sosial tertentu yang
mendapat dukungan dari kelompok tertentu.
d. Klaim kepemilikan organisasi oleh kelompok tertentu. Pada sikap tersebut,
seseorang seringkali mengidentikkan kelompok sosialnya dengan organisasi
tertentu yang berperan aktif dan hidup di masyarakat.
1.2. Kelompok Sosial
Kelompok sosial atau social group adalah himpunan atau kesatuan manusia yang
hidup bersama, karena adanya hubungan di antara mereka. Hubungan tersebut antara
lain menyangkut hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dan juga suatu
kesadaran untuk saling menolong (Soekanto, 2010).
Kelompok sosial terbentuk atas dasar perasaan individu terhadap kelompok
itu. Dalam hal ini menurut W.G. Sumner (dalam Murdiyatmoko, 2012) kelompok
sosial dibedakan menjadi dua yaitu: In group Dan Out group.
a. In Group merupakan kelompok sosial yang dimana individu-individu
mengidentifikasikan dirinya. Sikapnya memiliki faktor simpati dan perasaan
dekat dengan anggota kelompoknya.
b. Out Group merupakan kelompok sosial yang berada di luar in group. Sikapnya
selalu ditandai dengan suatu kelainan dan sering ditandai antagonism “antipati”.
Perasaan in group dan out group merupakan dasar suatu sikap yang dinamakan
dengan etnosentrisme. Yang anggota-anggota suatu kelompok sosial tertentu,
sedikit banyaknya akan mempunyai kecenderungan yang menganggap bawah
6
segala sesuatu yang termasuk dalam kebiasaan-kebiasaan kelompoknya sendiri
merupakan suatu yang terbaik apabila dibandingkan dengan kebiasaan-kebiasaan
kelompok lainnya.
1.3. Supporter Sepakbola
Menurut Soekanto (2010) suporter sepak bola merupakan orang atau sekelompok
orang yang menyaksikan ataupun memberikan dukungan suporter sepak bola.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penonton sepak bola merupakan kumpulan
orang yang berada dalam suatu situasi sosial tertentu, yaitu situasi pertandingan
sepak bola yang menyaksikan atau memberikan dukungan kepada tim yang
dijagokannya. Oleh karena suporter sepak bola merupakan suatu kumpulan orang,
maka untuk memahami perilakunya diperlukan penjelasan yang terkait dengan
konsep seperti situasi sosial dan kelompok sosial. Suporter merupakan suatu bentuk
kelompok sosial yang secara relatif tidak teratur dan terjadi karena ingin melihat
sesuatu (spectator crowds).Kerumunan semacam ini hampir sama dengan khalayak
penonton, akan tetapi bedanya pada spectator crowds adalah kerumunan penonton
tidak direncanakan, serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada umumnya tak
terkendalikan. Sedangkan suatu kelompok manusia tidak hanya tergantung pada
adanya interaksi di dalam kelompok itu sendiri, melainkan juga karena adanya pusat
perhatian yang sama. Fokus perhatian yang sama dalam kelompok penonton yang
disebut suporter dalam hal ini adalah tim sepak bola yang didukung dan dibelanya.
Apakah mengidolakan salah satu pemain, permainan bola yang bagus dari tim sepak
bola yang didukungnya, ataupun tim yang berasal dari individu tersebut berasal.
Menurut Indriyanti (2003) bahwa faktor yang mempengaruhi perilaku
suporter sepak bola, yaitu:
a. Kepemimpinan wasit, wasit dalam memimpin pertandingan sering disoroti
sebagai pemicu perilaku suporter sepak bola yang agresif yang dapat merugikan
banyak kalangan. Permasalahan tentang wasit tidak hanya di Surabaya tetapi
sudah menjadi masalah nasional. Wasit seringkali kurang tegas dan ragu-ragu
dalam mengambil keputusan, hal inilah yang menyebabkan suporter kesebelasan
merasa kesal dan kurang puas sebagai pelampiasan dari keputusan wasit yang
kurang tegas.
7
b. Permainan kasar tim lawan, pertandingan sepak bola akan dapat dinikmati jika
kedua kesebelasan menunjukkan permainan yang cantik, semangat, dan enak
ditonton. Suporter sepak bola akan marah jika kesebelasan yang bertanding
bermain kasar, sebagai rasa ketidakpuasan maka para suporter sepak bola mulai
berperilaku aktif yakni melempari pemain yang bermain kasar (terutama pemain
lawan) dengan botol air mineral ataupun dengan berbagai cemooh.
c. Kekalahan tim yang didukung, suporter sepak bola suatu kesebelasan sepak bola
di surabaya khususnya dan di Indonesia pada umumnya belum cukup dewasa
untuk menerima kenyataan yang terjadi di lapangan. Suporter sepak bola akan
merasa puas dan senang bila kesebelasan yang didukungnya menang. Suporter
sepak bola akan kecewa, kurang puas dan merasa terhina jika kesebelasan yang
didukung mengalami kekalahan.
d. Overacting nya petugas keamanan. Petugas keamanan sebenarnya adalah
mengamankan jika ada suporter sepak bola yang melakukan perbuatan yang
merugikan kedua belah pihak kesebelasan yang sedang bertanding. Namun, pada
kenyataannya banyak kejadian yang diakibatkan petugas keamanan, penuh
kreatif, dan kreasi yang ditunjukkan oleh suporter sepak bola dalam mendukung
kesebelasannya yang kemudian dilarang dengan cara yang kasar serta main pukul
pakai tongkat. Petugas beranggapan bahwa suporter sepak bola itu sebagai musuh,
seandainya jika pandangan ini diubah dengan beranggapan bahwa suporter sepak
bola itu teman serta petugas dapat mengarahkan mereka, tentu terjalin kerja sama
yang baik antara petugas keamanan dan suporter sepak bola.
2. METODE
Metode pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi, dengan
penjelasannya sebagai berikut:
2.1 Wawancara
Wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai
tujuan tertentu (Poerwandari, 2006). Maksud diadakannya wawancara, adalah untuk
memperoleh pengetahuan tentang makna-makna subyektif yang dipahami individu
berkenaan dengan topik yang diteliti, dan bermaksud melakukan eksplorasi terhadap
8
isu tersebut. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan dengan petunjuk umum wawancara, yaitu jenis wawancara yang
mengharuskan pewawancara membuat kerangka dan garis besar pokok “yang
ditanyakan” dalam proses wawancara (Moleong, 2008).
2.2 Observasi
Istilah observasi diturunkan dari bahasa Latin yang berarti “melihat” dan
“memperhatikan”. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara
akurat, mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antara
aspek dalam fenomena tersebut. Observasi selalu menjadi bagian dalam penelitian
psikologis, dapat berlangsung dalam konteks laboratorium (eksperimental) maupun
dalam konteks alamiah (Moleong, 2006).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Fanatisme adalah keyakinan atau kepercayaan yang terlalu kuat terhadap suatu
ajaran baik itu politik, agama dan sebagainya, salah satunya misalkan dikaitkan
dengan klub sepakbola. Menurut Frank (dalam Semiun, 2006) bahwa orang fanatik
adalah orang yang mengingkari kepribadian orang lain, orang fanatik berpendapat
bahwa tidak ada orang yang mengatasi dirinya dan tidak ada pendapat publik atau
penguasa. Fanatisme mengkristal dalam bentuk slogan-slogan yang menghasilkan
suatu reaksi berantai. Orang yang fanatik bukan saja memiliki pendapat melainkan
juga dimiliki (dikuasai).
Begitu populernya cabang olahraga sepakbola sehingga dalam pertandingan-
pertandingan sepak bola akan ada sekelompok orang-orang yang mendukung pada
salah satu tim yang disukainya. Sekelompok orang yang mendukung salah satu tim
sepak bola bisa dikatakan sebagai suporter. Seperti dikatakan oleh Soekanto (1990)
bahwa supporter merupakan suatu bentuk kelompok sosial yang secara relative tidak
teratur dan terjadi karena ingin melihat sesuatu (spectator crowds). Fokus perhatian
yang sama dalam kelompok penonton yang disebut suporter dalam hal ini adalah tim
sepak bola yang didukung dan dibelanya. Apakah mengidolakan salah satu pemain,
permainan bola yang bagus dari tim sepak bola yang didukungnya, ataupun tim yang
berasal dari individu tersebut berasal.
9
Di lingkungan sepak bola, suporter erat kaitannya dengan dukungan yang
dilandasi oleh perasaan cinta dan fanatisme terhadap tim. Suporter sendiri
merupakan bentuk eksistensi dari masyarakat, yang mempunyai sebuah bentuk
kebanggaan serta kencintaan terhadap tim sepak bola. Hal ini yang membuat
fanatisme suporter timbul. Mereka akan sangat senang jika tim mereka menang
namun bisa sangat marah jika yang terjadi sebaliknya.
Suporter yang memiliki fanatisme yang positif akan memberikan bentuk
dukungannya dengan cara-cara yang kreatif seperti aktif bernyanyi dan berkreasi
untuk membangkitkan semangat pemain tim kesayangnnya. Kehadiran suporter
dalam jumlah yang besar pun akan turut memeriahkan pergelaran kompetisi itu
sendiri. Dengan fanatisme yang positif dari para suporter, maka olahraga sepak bola
akan semakin menarik untuk dilihat tidak hanya oleh para pria namun juga oleh
wanita, baik itu melihat langsung di stadion ataupun melalui televisi. Karena selain
melihat aksi pertandingan juga dapat dihibur oleh aksi dan kreasi para suporter itu
sendiri.
Berdasar hasil wawancara kepada informan fans club Roma AS di Surakarta,
maka dapat disimpulkan bahwa fanatisme yang muncul adalah bersifat positif, dalam
artian justru memberikan dampak positif ke masyarakat seperti mengadakan acara
baksos, donor darah, menyumbang panti asuhan, menyumbang area bencana alam,
dsb.
Gagasan penelitian ilmiah ini yakni mengacu pada penelitian yang telah
dilakukan oleh prakoso dan Masykur Sembiring (2013) tentang FANATISME
SUPORTER SEPAKBOLA PERSIJA JAKARTA.
4. PENUTUP
Pada bagian penutup ini dapat disimpulkan temuan-temuan pokok dari faktor-faktor
fanatisme sebagai berikut: a. Pada aspek besarnya minat ditunjukkan dengan
membeli segala aitem yang bersangkutan dengan atribut club, Nobar, mengikuti
event-event, ikut komunitas, terdorong oleh kemenangan klub di liga, pemain yang
bagus seperti Totti; b. Pada aspek manifestasi fanatisme, maka fanatisme informan
ditunjukkan dengan memantau di situs berita bola tertentu, teriak-teriak dan nyanyi
10
bareng dengan sesama fans, menyelenggarakan nonton bareng, saling tukar
informasi pemain yang keluar masuk, memakai pakaian logo klub, mengusahakan
datang melihat langsung bila datang ke Indonesia. Adapun dampak positif fanatik
terhadap klub sepakbola yakni: mempunyai banyak teman, sesama fans saling kenal
dan akrab, memberikan kepuasan batin, setia pada satu klub, pada satu pilihan,
terselenggaranya acara charity atau baksos untuk menyumbang ke area terkena
bencana, juga terselenggaranya gathering saling tukar informasi. Kemudian dampak
negatif dari fanatisme terhadap club sepakbola, ykni bersifat merugikan informan
sendiri, informan menjadi banyak mengeluarkan biaya untuk nonton bareng, yang
terkadang harus sampai berhutang hanya sekedar ingin nonton bola, kemudian juga
banyak waktu terbuang percuma hanya sekedar untuk mencari informasi tentang
perkembangan klub favorit, dan juga waktu tidur jadi kurang; c. Pada aspek lamanya
fanatik maka ada yang di mulai 2004, sekitar SMA. Mulai Roma menjadi juara,
mulai umur 12 tahun, dan mulai tahun 2001; d. Pada aspek motivasi, maka motivasi
untuk suka dengan sepakbola datang dari keluarga yakni paman, ayah dan ibu, dan
teman
Saran Bagi fans klub sepak bola. Hendaknya dapat mempertahankan bentuk
fanatisme yang cenderung positif dan bisa lebih banyak memberi manfaat positif
terhdap masyarakat. Fanatisme positif yang berupa kegiatan bakti sosial dan
santunan terhadap yayasan sosial hendaknya lebih ditingkatkan lagi.
Saran Bagi peneliti selanjutnya. Kajian lebih lanjut sangat diperlukan untuk
penyempurnaan hasil penelitian ini, misalnya dengan tipe kepribadian, sehingga akan
lebih terlihat faktor yang lebih menonjol dari munculnya fanatisme.
PERSANTUNAN
Ucapan terimakasih penulis haturkan kepada pihak-pihak yang telah membantu
pelaksanaan penelitian ini yakni terutama kepada para informan yang telah bersedia
memberikan data wawancara, kemudian kepada dosen pembimbing dan para dosen
penguji.
11
DAFTAR PUSTAKA
Chung, Emily. Beverland, Michael B. Farrelly, Francais. Quester, Pascale. (2008).
Exploring Consumer Fanaticism: Extraordinary Devotion in the
Consumption Context. Advances in Consumer Research Volume 35
Haryatmoko. 2003. Mencari Akar Fanatisme Ideologi, Agama, atau pemikiran.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Moleong, Lexy J. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Murdiyatmoko, J. 2012. Sosiologi. Memahami dan Mengkaji Masyarakat. Jakarta:
Grafindo Media Pratama.
Poerwandari, K. (2011). Pendekatan Kualitatif untuk Perilaku Manusia. Depok:
LPSP3
Semiun, Y. (2006). Teori Kepribadian & Terapi Psikoanalitik Freud. Yogyakarta:
Kanisius.
Seregina, Anastasia. Koivisto, Elina. Mattila, Pekka. (2011). Fanaticism – Its
Development and Meanings in Consumers’ Lives. Didapatkan dari
www.aaltomediamark.org.
Soekanto, S. 2010. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Radjawali Pers.