faktor-faktor kematangan siswa dan aplikasi teori kecerdasan majemuk terhadap prestasi belajar...

153
1 TESIS FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT Oleh: RORO BINTANG LUKITANINGRUM 08020647 PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN “IMNI” JAKARTA 2011

Upload: bintang-tsuraya-lukitaningrum

Post on 29-Jul-2015

2.382 views

Category:

Documents


20 download

DESCRIPTION

Sebuah tesis yang disusun untuk menyelesaikan program magister manajemen pendidikan, terinspirasi dari suatu kenyataan ketika seorang siswa diabaikan kemampuannya dan dianggap tidak cerdas sehingga ia tinggal kelas. Meneliti letak kekurangan maupun kekeliruan yang terjadi sebenarnya dalam proses pembelajaran maupun pada individu yang bersangkutan.

TRANSCRIPT

Page 1: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

1

TESIS

FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN

APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK

TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK

DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI

BEKASI BARAT

Oleh:

RORO BINTANG LUKITANINGRUM

08020647

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN “IMNI”

JAKARTA

2011

Page 2: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

TESIS

FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN

APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK

TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK

DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI

BEKASI BARAT

Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Manajemen

Pada Program Pascasarjana

Sekolah Tinggi Manajemen “IMNI”

Konsentrasi Manajemen Pendidikan

Oleh:

RORO BINTANG LUKITANINGRUM

08020647

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER MANAJEMEN

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN “IMNI”

JAKARTA

2011

Page 3: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

PENETAPAN KELULUSAN

FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN

APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK

TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK

DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI

BEKASI BARAT

Oleh:

RORO BINTANG LUKITANINGRUM

08020647

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji dan dinyatakan lulus pada ujian

Tesis Program Studi Magister Manajemen

Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen “IMNI” Jakarta

Pada tanggal: 20 Januari 2011

TIM PENGUJI:

Ketua : Dr. Ir. Drs. Darlen Napitupulu, M.M

Anggota : 1. Husni Alhan, M.MPd

Mengetahui,

Ketua Direktur

Sekolah Tinggi Manajemen “IMNI” Program Pascasarjana

Dr. Taufiq Rachman, SH, M.M Dr. Yulianti, SH, M.MKes

Page 4: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

LEMBAR PENGESAHAN TESIS

FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN

APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK

TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK

DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI

BEKASI BARAT

TESIS

Program Studi Magister Manajemen

Konsentrasi Manajemen Pendidikan

Disusun oleh:

RORO BINTANG LUKITANINGRUM

08020647

Menyetujui,

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Dr. Ir. Drs. Darlen Napitupulu, M.M Husni Alhan, M.MPd

Mengetahui,

Ketua Direktur

Sekolah Tinggi Manajemen “IMNI” Program Pascasarjana

Dr. Taufiq Rachman, SH, M.M Dr. Yulianti, SH, M.MKes

Page 5: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa hasil karya

ilmiah ini benar-benar merupakan tulisan saya dan dari buah pemikiran saya

sendiri. Pengerjaan penelitian ini murni saya lakukan hingga pengetikan dan

penyusunan yang saya buat dengan sebagian isinya mengambil rujukan dari data

referensi yang saya cantumkan.

Jakarta, Januari 2011

Penulis

Roro Bintang Lukitaningrum

NIM: 08020647

Page 6: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

KATA MUTIARA & PERSEMBAHAN

Setiap langkah adalah asa

Setiap senyum adalah cinta

Setiap kenangan adalah rindu

Setiap tangis adalah khusyu’

Setiap detak adalah hidup

Setiap nafas adalah syukur

Setiap pengorbanan adalah ikhlas

Setiap tutur adalah khilaf

Setiap yang kulakukan, hanya untuk ridhoNya

Sang Maha Cinta, Maha Segala

Dengan segenap kerendahan hati dan rasa bangga, kupersembahkan karya ini kepada:

Insan-insan teristimewa dalam hidupku, yang telah memperjuangkan segalanya tanpa keluh kesah, yang dengan do’a dan cinta

mengantarkanku ke gerbang keberhasilan dan singgasana bahagia, ayahanda R. Dewo Hartoyo dan ibunda Rr. Endang Wahyu Wardani,

terima kasih tak terhingga kuhaturkan di sela air mata keinsafan, juga ibunda Astain nun jauh di sana, restumu selalu kunantikan.

Pangeranku yang setia, selalu memberi semangat, senantiasa mengingatkanku untuk makan dan istirahat, mengantar serta

menemaniku berjuang untuk tesis ini sejak awal hingga akhirnya. Pendamping hidup yang kucinta, mas Agus Widodo.

I know you love me, though you never said it. Sosok mungil dan tegar, yang berangkat dari kekecewaan cukup

mendalam karena perlakuan tidak adil yang diterimanya, menjadi hikmah dan ilham mengawali penelusuran kebijakan pendidikan.

Dialah kemenakanku tersayang, Dani. Keep fight, son! Yang tak pernah kutinggalkan dan tak pernah meninggalkanku di

saat-saat penting, ketika harus mengejar deadline dan menghadapi ujian, yang menjadi motivasi yang indah dan harapanku nantinya, calon manusia dalam rahimku. Jadilah anak yang sholeh/sholehah kelak, yang membawa kebaikan di dunia dan di akhirat. Amin.

Kakak-kakak & adik-adik, seluruh sahabat & saudaraku fillah, dengan segala semangat, nasihat dan do’a tulus yang terucap, serta anak-anak

didik yang membuatku bangga. Syukur kupanjatkan karena kehadiran & kasih sayang kalian semua di hatiku.

Semoga kita menjadi manusia yang bermanfaat, dan semoga apa yang kita lakukan

hari ini lebih baik dari hari kemarin, dan apa yang kita dapatkan hari esok akan lebih baik dari yang sekarang. Semoga Allah menjadikan kita makhluk yang senantiasa bersabar, bersyukur dan bertaubat. May Allah bless us forever.

Page 7: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

ABSTRACTION

Every child is having intelligence, potency and achievement. There shall no child

told not smart or inability. Two factors that can influence expansion of potency

and attainment of students’ achievement are internal factor (maturity of student)

and external factor (study process with the application of multiple intelligences).

As impact of having immeasurable it students’ achievement and purpose of which

wish to be reached by education institute is policies or decisions appearance for

example about ranking system and criterion of passing grade. How is the

consequence to National Education’s Functions and Goals? Problems told at this

research relates to study process of effective student, that is how the application

of multiple intelligences that ability potency of student can be developed causing

yields achievement of learning satisfying. Thereby is expected the study process

can reach all student with level of immeasurable intelligence. Purpose of this

research is to know relation between maturity factor with attainment of

achievement of students learning, influence the application of multiple

intelligences to attainment of achievement of student learning, and other factors

possibly influences attainment of students’ achievement along with its the impact.

The benefits those are expected can be taken away from the result of this research

is that any education institute, especially elementary school, can determine the

correct policies about reference for needing or not of the maturity test of students

at the time of receiving new students. So, it will be found how far the result of the

test serve the purpose of initial stock in guiding the students, and determines

stages or steps which must be done to reach effectively the application of multiple

intelligence so it can yield achievement of maximum learning. In the end is

expected policies which is able to support reaching of National Education’s

Goals, to grow it students potency in order to become man who is religious and

having godly to The one supreme God, having behavior glory, healthy, bookish,

capable, creative, self-supporting, and becomes democratic citizen and

responsible. Moreover, practically, found that maturity factor of student

influenced by many things. Although in fact age does not have influence that is

strong enough, but miscellaneous like pattern takes care of in family and mass

media can give impact to student maturity. However, measurement of level of the

maturity cannot be done regardless of condition of the student and situation of

location where test is done, because later will have an effect on to result of the

maturity test, as a result is not guaranteed relevant with level of maturity that is

actually owned by the student. Meanwhile, the application of multiple

intelligences hardly is having effects of the students’ achievement. This thing is

visible at percentage of improvement of achievement scores as one of indication

success of the application of multiple intelligences that is has been done by

educator majority in location of the research object.

Page 8: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

ABSTRAKSI

Setiap anak mempunyai kecerdasan, potensi dan prestasi. Tidak boleh ada anak

yang dikatakan tidak cerdas atau tidak mampu. Dua faktor yang dapat

mempengaruhi pengembangan potensi dan pencapaian prestasi belajar peserta

didik yaitu faktor internal (kematangan siswa/individu peserta didik) dan faktor

eksternal (proses pembelajaran dengan aplikasi kecerdasan majemuk). Sebagai

dampak dari beragamnya prestasi belajar peserta didik serta tujuan yang ingin

dicapai oleh lembaga pendidikan adalah munculnya kebijakan-kebijakan antara

lain mengenai sistem ranking/peringkat dan kriteria kenaikan kelas.

Bagaimanakah konsekuensi hal-hal tersebut terhadap Fungsi dan Tujuan

Pendidikan Nasional? Permasalahan yang dikemukakan pada penelitian ini

berkaitan dengan proses pembelajaran siswa yang efektif, yaitu bagaimana

mengaplikasikan kecerdasan majemuk agar potensi kemampuan siswa mampu

dikembangkan sehingga menghasilkan prestasi belajar yang memuaskan. Dengan

demikian diharapkan proses pembelajaran tersebut dapat menjangkau seluruh

siswa dengan tingkat kecerdasan yang beragam. Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui hubungan antara faktor kematangan dengan pencapaian prestasi

belajar peserta didik, pengaruh aplikasi kecerdasan majemuk terhadap pencapaian

prestasi belajar siswa, dan faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi

pencapaian prestasi belajar peserta didik beserta dampaknya. Adapun manfaat

yang diharapkan dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah agar nantinya

lembaga pendidikan manapun, khususnya sekolah dasar, dapat menentukan

kebijakan yang tepat berkenaan dengan perlu atau tidaknya diadakan tes

kematangan siswa pada saat penerimaan peserta didik baru dan sejauh mana hasil

tes tersebut dapat digunakan sebagai bekal awal dalam membimbing peserta didik,

serta menentukan langkah-langkah apa yang harus dilakukan untuk mencapai

efektifitas aplikasi kecerdasan majemuk sehingga dapat menghasilkan prestasi

belajar yang maksimal. Pada akhirnya diharapkan kebijakan-kebijakan yang

dibuat dapat mendukung tercapainya Tujuan Pendidikan Nasional, yaitu untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab. Dan pada kenyataannya, ditemukan bahwa faktor kematangan siswa

dipengaruhi oleh banyak hal. Walaupun sesungguhnya usia tidak memiliki

pengaruh yang cukup kuat, namun hal-hal lain seperti pola asuh dalam keluarga

dan media massa dapat memberikan dampak terhadap kematangan siswa. Namun

demikian, pengukuran tingkat kematangan tersebut tidak dapat dilakukan tanpa

memperhatikan kondisi siswa yang bersangkutan serta situasi lokasi di mana tes

dilakukan, karena nantinya akan berpengaruh kepada hasil tes kematangan

tersebut, yang akibatnya belum tentu relevan dengan tingkat kematangan yang

sebenarnya dimiliki oleh siswa tersebut. Sementara itu, aplikasi kecerdasan

majemuk sangat berpengaruh kepada pencapaian prestasi belajar peserta didik.

Hal ini dapat dilihat pada prosentase peningkatan prestasi belajar sebagai salah

satu indikasi keberhasilan aplikasi kecerdasan majemuk yang sudah dilakukan

oleh mayoritas pendidik di lokasi obyek penelitian.

Page 9: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin. Segala puji hanya dipanjatkan kehadirat

Allah subhanahu wa ta‟ala, Rabb semesta alam, yang dengan berkah dan rahmat-

Nya, atas izin dan ridho-Nya memberi kesempatan kepada penyusun untuk dapat

menjalani, menyelesaikan dan mempersembahkan penelitian ini. Shalawat dan

salam semoga selalu dilimpahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad

Rasulullah shalallahu „alaihi wasallam beserta para shahabat, keluarga dan

pengikut beliau yang setia sampai akhir jaman, yang dengan syafaatnya akan

menolong umatnya di akhirat kelak.

Ungkapan terima kasih yang tak terhingga saya sampaikan kepada semua

yang telah memberi dukungan dengan segala bentuknya, baik itu berupa ilmu,

bimbingan, modal, serta walaupun sekedar do‟a, semangat, motivasi, yang sangat

berarti dan berharga dalam perjalanan penelitian yang saya lakukan, yang berjudul

“Faktor-faktor Kematangan Siswa dan Aplikasi Teori Kecerdasan Majemuk

terhadap Prestasi Belajar Peserta Didik di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan

Rabbani Bekasi Barat”.

1) Ketua STM “IMNI”, Bapak Dr. Taufiq Rachman, SH, M.M

2) Direktur Program Pascasarjana STM “IMNI”, Ibu Dr. Yulianti, SH, M.MKes

3) Dosen Pembimbing I, Bapak Dr. Ir. Drs. Darlen Napitupulu, M.M

4) Dosen Pembimbing II, Bapak Husni Alhan, M.MPd

5) Staf dosen yang telah dengan cukup sabar mencurahkan ilmu serta memberi

dorongan yang mampu memicu kerja saya.

Page 10: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

6) Staf Tata Usaha yang membantu kelancaran administrasi perkuliahan saya.

7) Keluarga, khususnya orang tua, suami, kakak-kakak dan adik-adik,

keponakan yang menjadi sumber inspirasi, serta janin dalam kandungan.

8) Kepala Sekolah, para guru dan staf SDIT Insan Rabbani yang bersedia

menjadi responden sebagai bagian penting dalam pekerjaan ini.

9) Sahabat-sahabat dan saudara-saudara tercinta di jalan Allah, serta anak-anak

didik yang sangat membanggakan.

10) Berbagai pihak yang memudahkan proses dengan membantu mencetak,

menggandakan, menjilid dan lain sebagainya.

Setelah melewati cukup banyak hambatan, beberapa musibah, serta dengan

kondisi yang sedikit tertatih-tatih, dengan di luar dugaan, tesis ini dapat

terselesaikan walaupun belum dapat dikatakan maksimal. Untuk itu, atas segala

kekurangan, kealpaan, ketidaksempurnaan yang terdapat dalam tesis ini, saya

mengajukan permohonan maaf yang sangat dalam.

Sebagai penutup, sekiranya ditemukan banyak kekeliruan dan hal-hal yang

tidak lengkap dalam tesis ini, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dan kelak menjadi modal bagi saya untuk pekerjaan selanjutnya.

Semoga ada manfaat yang dapat diambil walaupun sekecil butir pasir, oleh

siapapun yang sekedar membaca atau pun yang memberi penilaian pada

penyusunan tesis ini. Segala yang benar datangnya dari Allah subhanahu wa

ta‟ala, dan yang salah adalah dari saya sebagai manusia yang penuh kekhilafan.

Jakarta, Januari 2011

Roro Bintang Lukitaningrum

Page 11: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

DAFTAR ISI

Halaman

Abstraksi .........................................................................................................

Kata Pengantar ................................................................................................ i

Daftar Isi .......................................................................................................... iii

Daftar Tabel .................................................................................................... v

Daftar Gambar ................................................................................................. vi

Daftar Lampiran .............................................................................................. vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Identifikasi Masalah .............................................................. 8

C. Pembatasan Masalah ............................................................. 8

D. Rumusan Masalah ................................................................. 8

E. Tujuan Penelitian .................................................................. 9

F. Manfaat Penelitian ................................................................ 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Hasil Penelitian Terdahulu .................................................... 12

B. Landasan Teori ...................................................................... 20

C. Kerangka Konseptual ............................................................ 54

D. Temuan-temuan yang Diharapkan ........................................ 56

BAB III METODE PENELITIAN

A. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ..................... 58

B. Populasi dan Sampel ............................................................. 59

Page 12: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

C. Sumber dan Jenis Data .......................................................... 59

D. Metode Pengumpulan Data ................................................... 61

E. Teknik Analisis Data ............................................................. 62

BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ..................................... 64

B. Data-data Hasil Penelitian ..................................................... 72

C. Analisis Hasil Penelitian ....................................................... 88

D. Pembahasan ........................................................................... 116

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ........................................................................... 126

B. Saran ...................................................................................... 127

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 129

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 13: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Multiple Intelligences by Gardner ................................................ 42

Tabel 4.1 Penerimaan Siswa Baru Tingkat I ................................................ 66

Tabel 4.2 Siswa Baru Tingkat I menurut Umur dan Jenis Kelamin ............. 67

Tabel 4.3 Siswa menurut Tingkat, Jenis Kelamin dan Umur ....................... 67

Tabel 4.4 Siswa menurut Agama ................................................................. 68

Tabel 4.5 Siswa Mengulang dan Putus Sekolah menurut Tingkat dan Jenis

Kelamin ........................................................................................ 69

Tabel 4.6 Kelas (Rombongan Belajar) menurut Tingkat ............................. 69

Tabel 4.7 Siswa Tingkat VI, Peserta Ujian Akhir Sekolah dan Lulusan ..... 70

Tabel 4.8 Daftar Nilai Ujian Sekolah Dasar tiap Mata Pelajaran ................ 70

Tabel 4.9 Hasil Tes Kematangan Siswa ....................................................... 74

Tabel 4.10 Prestasi Belajar Siswa .................................................................. 85

Tabel 4.11 Perbandingan Hasil Tes Kematangan Siswa dengan Prestasi Belajar88

Tabel 4.12 Analisis SWOT ............................................................................ 97

Page 14: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual .............................................................. 54

Gambar 4.1 Diagram Batang TKS Kelas II ................................................ 91

Gambar 4.2 Diagram Batang Progress Rapor Kelas II ............................... 91

Gambar 4.3 Diagram Batang TKS Kelas III ............................................... 92

Gambar 4.4 Diagram Batang Progress Rapor Kelas III .............................. 92

Gambar 4.5 Diagram Batang TKS Kelas IV ............................................... 93

Gambar 4.6 Diagram Batang Progress Rapor Kelas IV .............................. 93

Gambar 4.7 Diagram Batang TKS Kelas V ................................................ 94

Gambar 4.8 Diagram Batang Progress Rapor Kelas V ............................... 94

Gambar 4.9 Diagram Batang TKS Kelas VI ............................................... 95

Gambar 4.10 Diagram Batang Progress Rapor Kelas VI .............................. 95

Page 15: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Wawancara Kepala Sekolah SDIT Insan Rabbani Bekasi

Barat

Lampiran 2 Hasil Wawancara Kepala Sekolah SDIT Insan Rabbani Bekasi

Barat

Lampiran 3 Data Wawancara Guru SDIT Insan Rabbani Bekasi Barat

Page 16: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menetapkan suatu kebijakan dalam sistem manajemen pada sebuah

lembaga pendidikan memang tidaklah mudah. Keputusan yang dianggap

benar oleh satu pihak atau satu golongan belum tentu dirasakan adil menurut

yang lain. Pemikiran panjang, detail dan menyeluruh sangat diperlukan demi

peningkatan kualitas pendidikan yang pada akhirnya bertujuan mencerdaskan

kehidupan bangsa, sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang-

Undang Dasar 1945 sebagai tujuan pendidikan nasional.

UU RI NO 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab

II Pasal 3 Menginformasikan Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasional :

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab.”

„Berkembangnya potensi peserta didik‟ merupakan key words yang

harus dipegang teguh dalam mengelola suatu sistem pendidikan agar Fungsi

dan Tujuan Nasional Pendidikan dapat tercapai.

Page 17: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Kriteria peserta didik yang diharapkan dalam uraian Fungsi dan

Tujuan Pendidikan Nasional di atas adalah:

- beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

- berakhlak mulia

- sehat

- berilmu

- cakap

- kreatif

- mandiri

- menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab

Seringkali tujuan pendidikan ini terlupakan oleh pihak-pihak yang

terlibat secara langsung maupun secara tidak langsung dalam proses

pendidikan, khususnya para pendidik dan tenaga kependidikan yang

selayaknya sangat memahami hal tersebut. Padahal dalam PP RI no 19 tahun

2005 Bab VI tentang Standar Pendidik dan Tenaga Pendidikan, Pasal 28 ayat

(1) disebutkan bahwa:

“Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen

pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk

mewujudkan tujuan pendidikan nasional.”

Pasal tersebut jelas menyebutkan karakter pendidik yang ideal agar

dapat mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu karakter pendidik yang

berkualitas.

Page 18: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Walaupun kata-kata yang serupa dengan tujuan pendidikan nasional,

yaitu berupa karakter peserta didik yang diharapkan akan terbentuk nantinya,

selalu tercantum pada visi dan misi pendidikan yang telah dicanangkan dan

dijadikan tolok ukur oleh setiap lembaga pendidikan, baik formal maupun

non formal, namun tidak jarang ditemukan adanya ketidaksinambungan

antara visi – misi – tujuan dengan pelaksanaannya di lapangan, sehingga

banyak menimbulkan masalah dan dampak yang berkepanjangan.

Tuntutan masyarakat (dalam hal ini adalah orang tua peserta didik)

ada kalanya mengakibatkan terjadinya pergeseran tujuan pendidikan menjadi

tuntutan prestasi belajar. Adapun prestasi belajar yang sesungguhnya

meliputi:

A. Akademik :

Berilmu: UH-UTS-UAS-UAN, berbagai kejuaraan (OSN, Olimpiade dsb)

B. Non Akademik:

1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, cakap, kreatif, mandiri, berjiwa demokratis serta bertanggung

jawab.

2. Kemandirian, Partisipasi, Keterbukaan, Akuntabilitas, Sustainabilitas,

Kerjasama

3. Berani berkompetisi: Piala, Piagam, Sertifikat Nasional dan

Internasional

4. Disiplin

Page 19: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Inilah yang seringkali dilupakan oleh banyak pihak yang terkait dalam

proses penyelenggaraan pendidikan. Prestasi akademik lebih diperhatikan

daripada prestasi non-akademik. Sementara prestasi non-akademik dianggap

tidak penting, padahal justru dicantumkan dalam tujuan pendidikan nasional

dan selalu disebutkan dalam visi-misi-tujuan lembaga pendidikan.

Kemampuan mengerjakan soal matematika dengan cepat,

menggunakan bahasa asing dengan fasih dan lancar, mengolah rumus-rumus

fisika dengan lincah, memperoleh nilai tertinggi di kelas, dan lain sebagainya,

merupakan harapan-harapan, atau lebih tepatnya dikatakan sebagai tuntutan-

tuntutan, yang menjadi ukuran keberhasilan prestasi seorang peserta didik.

Sementara itu, peserta didik yang tidak memiliki kemampuan-

kemampuan tersebut dianggap tidak berhasil, bahkan kadang dianggap

tertinggal, sehingga tidak layak untuk naik kelas. Padahal di samping

kemampuan-kemampuan akademis tersebut, ada potensi non-akademis yang

mereka miliki, bahkan belum tentu dimiliki oleh para peserta didik yang

dinilai „berprestasi‟. Kenyataan ini sangat ironis dengan tujuan pendidikan

nasional yang ingin dicapai dalam penyelenggaraan pendidikan.

Salah satu teori yang mendukung keberagaman potensi peserta didik

adalah teori kecerdasan majemuk (multiple intelligence theory) yang

dicetuskan oleh Dr. Howard Gardner dan telah banyak ditulis di berbagai

buku serta diperagakan pada berbagai pelatihan karena telah diakui secara

internasional.

Page 20: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Dalam buku berjudul “Pendidikan Holistik” yang ditulis oleh Ratna

Megawangi, Melly Latifah dan Wahyu Farrah Dina (2005, 50), Gardner

memandang kecerdasan manusia berdasarkan berbagai peranan yang terdiri

dari kemampuan untuk menyelesaikan masalah, atau menciptakan

produk yang berharga dalam satu atau beberapa lingkungan budaya

masyarakat.

Teori kecerdasan majemuk dikembangkan berdasarkan pada

pandangan bahwa pada teori kecerdasan yang telah dikembangkan

sebelumnya hanya melihat kecerdasan manusia dari sisi linguistik dan logika

matematika, sedangkan sisi kecerdasan manusia yang lain tidak dilihat.

Dengan kata lain, setiap manusia memiliki potensi yang berbeda, baik

akademis maupun non-akademis.

Oleh karena itu, mengapa hanya ada satu atau beberapa bidang

tertentu saja yang dijadikan tolak ukur keberhasilan seseorang, misalnya nilai

Matematika, hasil ujian tertulis, peringkat dalam kelas, dan lain sebagainya,

yang sama sekali tidak mengindahkan potensi non-akademis seseorang.

Kaitannya dengan prestasi belajar, masalah prestasi belajar yang lazim

ditemukan adalah kegagalan di bidang akademik yang ditandai dengan

kondisi tidak naik kelas. Anak dianggap belum mampu memahami apa yang

diajarkan selama satu tahun, sehingga perlu mengulang di jenjang yang sama.

Kriteria kenaikan ke suatu jenjang pendidikan didasarkan pada

ketuntasan dalam mata pelajaran.

Page 21: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Beberapa sekolah mensyaratkan ketuntasan pada setiap mata pelajaran

dalam setiap aspek (kognitif, afektif, dan psikomotorik) dan beberapa

memberikan batasan minimal ketidaktuntasan untuk dikatakan mampu naik

ke tingkat di atasnya.

Syarat kenaikan kelas di atas mengandaikan bahwa semua siswa

diharapkan menguasai semua materi atau setidaknya sebagian besar materi.

Dengan kata lain siswa dituntut memiliki berbagai kemampuan dalam

kurikulum sekolah tanpa memperhatikan perbedaan individual tiap siswa.

Jika siswa tidak berhasil mencapainya, dia dinyatakan tidak naik kelas dan

dianggap sebagai siswa yang tidak cerdas. Pada kenyataannya, setiap siswa

memiliki kemampuan khusus yang berbeda-beda yang semuanya dapat

dikatakan sebagai kecerdasan.

Pada akhirnya tujuan pendidikan nasional akan sulit terwujud apabila

hanya satu sisi yang menjadi target dalam penyelenggaraan pendidikan.

Prestasi akademis yang sebenarnya hanya bagian dari prestasi belajar yang

sesungguhnya, di samping prestasi non-akademis, justru menjadi satu-satunya

acuan yang menentukan seorang peserta didik berhasil atau tidak, naik kelas

atau tidak naik kelas, lulus atau tidak lulus. Hal ini kurang sejalan dengan

Fungsi dan Tujuan Nasional Pendidikan Indonesia, serta Teori Kecerdasan

Majemuk yang telah diakui dan diterima dengan baik di ranah pendidikan

dunia.

Secara individu, faktor kematangan siswa juga sangat mungkin

berpengaruh pada pengembangan potensi dan pencapaian prestasi belajar.

Page 22: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Dalam buku yang berjudul “Psikologi Perkembangan”, Drs. Mubin,

M.Ag dan Ani Cahyadi, M.Pd (2006:89) menyebutkan bahwa umumnya

periode masa sekolah berlangsung sejak usia 6,0 tahun sampai 12 tahun,

dimulai setelah anak melewati masa degil (keras kepala) yang pertama, di

mana proses sosialisasi telah dapat berlangsung dengan lebih efektif sehingga

ia disebut “matang” untuk mulai sekolah. Untuk itu beberapa sekolah dasar

mengadakan Tes Kematangan Siswa bagi para calon siswa agar dapat

mengetahui apakah anak tersebut “sudah cukup matang” atau “belum

matang” untuk memasuki masa sekolah, di samping adanya persyaratan usia,

yang pada umumnya semakin muda usianya maka semakin ia “belum

matang” untuk bersekolah, sedangkan semakin cukup usianya maka ia

semakin “matang” untuk bersekolah, walaupun ada beberapa kasus di mana

seorang anak mempunyai kelebihan atau kekurangan tertentu sehingga

tingkat kematangannya tidak berjalan sebanding dengan usianya.

Dengan demikian ada dua faktor yang dapat mempengaruhi

pengembangan potensi dan pencapaian prestasi belajar peserta didik, yaitu

faktor internal (kematangan siswa/individu peserta didik) dan faktor eksternal

(proses pembelajaran dengan aplikasi kecerdasan majemuk). Dan sebagai

dampak dari beragamnya prestasi belajar peserta didik serta tujuan yang ingin

dicapai oleh lembaga pendidikan, adalah munculnya kebijakan-kebijakan

antara lain mengenai sistem ranking/peringkat dan kriteria kenaikan kelas.

Bagaimanakah konsekuensi hal-hal tersebut terhadap Fungsi dan Tujuan

Pendidikan Nasional?

Page 23: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

B. Identifikasi Masalah

Permasalahan yang akan dikemukakan pada penelitian ini berkaitan

dengan proses pembelajaran siswa yang efektif, yaitu bagaimana

mengaplikasikan kecerdasan majemuk agar potensi kemampuan siswa yang

dapat diketahui melalui tes kematangan mampu dikembangkan sehingga

menghasilkan prestasi belajar yang memuaskan. Dengan demikian

diharapkan proses pembelajaran tersebut dapat menjangkau seluruh siswa

dengan tingkat kecerdasan yang beragam.

C. Pembatasan Masalah

Agar tidak terjadi penyimpangan atau perluasan masalah, maka dalam

penelitian ini dibatasi masalah yang ditelusuri pemecahannya yaitu hal-hal

yang berkaitan dengan faktor-faktor kematangan siswa (khususnya yang

dapat diukur melalui tes kematangan siswa), aplikasi kecerdasan majemuk

oleh tenaga pengajar, serta prestasi belajar sementara yang diraih oleh siswa.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi serta pembatasan masalah

yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa hal pokok

yang patut diangkat sebagai permasalahan yang akan ditemukan jawabannya

dalam penelitian ini. Permasalahan-permasalahan tersebut adalah:

Page 24: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

1. Apakah ada pengaruh faktor kematangan terhadap pencapaian prestasi

belajar?

2. Bagaimana konsekuensi aplikasi kecerdasan majemuk (Multiple

Intelligences) terhadap pencapaian prestasi belajar peserta didik?

3. Adakah korelasi antara faktor kematangan peserta didik dengan aplikasi

kecerdasan majemuk?

4. Kebijakan apakah yang perlu dikaji kembali berkenaan dengan faktor

kematangan siswa, aplikasi kecerdasan majemuk serta pencapaian

prestasi belajar peserta didik?

5. Adakah dampak yang ditimbulkan dari kebijakan tersebut?

E. Tujuan Penelitian

Segala sesuatu memiliki tujuan, agar tidak menjadi sia-sia pada

akhirnya. Dengan tujuan tersebut, apa yang dilakukan bisa menjadi lebih

fokus dan terarah.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu antara

lain untuk:

- Mengetahui hubungan antara faktor kematangan dengan pencapaian

prestasi belajar peserta didik.

- Mengetahui pengaruh aplikasi kecerdasan majemuk terhadap pencapaian

prestasi belajar siswa.

- Mengetahui faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi pencapaian

prestasi belajar peserta didik beserta dampaknya.

Page 25: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

F. Manfaat Penelitian

Selain adanya tujuan yang ingin dicapai, dalam suatu penelitian

diharapkan ada manfaat yang dapat diambil dan dijadikan bekal untuk

penelitian berikutnya atau pun untuk pendidikan secara umum. Sesuatu yang

bermanfaat adalah sesuatu yang ada gunanya dan menjadi kebaikan bagi

banyak pihak.

Adapun manfaat yang diharapkan dapat diambil dari hasil penelitian

ini adalah agar nantinya lembaga pendidikan manapun, khususnya sekolah

dasar, dapat menentukan kebijakan atau keputusan-keputusan yang tepat

berkenaan dengan perlu atau tidaknya diadakan tes kematangan siswa pada

saat penerimaan peserta didik baru dan sejauh mana hasil tes tersebut dapat

digunakan sebagai bekal atau modal awal dalam membimbing peserta didik.

Diharapkan juga lembaga pendidikan mampu menentukan langkah-langkah

apa yang harus dilakukan untuk mencapai efektifitas aplikasi kecerdasan

majemuk sehingga dapat menghasilkan prestasi belajar yang maksimal.

Kebijakan-kebijakan atau langkah-langkah yang dilakukan tersebut

merupakan upaya untuk dapat menghindari dampak-dampak negatif yang

mungkin muncul akibat pencapaian prestasi belajar yang berbeda-beda. Pada

akhirnya diharapkan kebijakan-kebijakan yang dibuat dapat mendukung

tercapainya Tujuan Pendidikan Nasional, yaitu untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Page 26: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Demikian pula halnya dengan kriteria tenaga pendidik yang tepat,

yang berfungsi sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran peserta didik,

diharapkan selalu meningkatkan kualitasnya agar kualitas pembelajaran pun

semakin meningkat, demi berkembangnya potensi serta prestasi para peserta

didik.

Secara sederhana, siapapun yang membaca laporan penelitian ini akan

dapat mempelajari hal-hal mengenai faktor-faktor kematangan siswa,

kecerdasan majemuk serta proses pencapaian prestasi belajar yang

berlangsung di pendidikan dasar. Dengan memahami hal-hal tersebut, orang-

orang dewasa (orang tua maupun guru) akan lebih memahami tingkat

kematangan yang tengah dicapai anak-anak, dan dapat membantu mereka

dalam proses pembelajaran di rumah serta di sekolah sehingga semua anak

bisa mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuan masing-masing dan

mampu mengembangkan potensi yang dimiliki dengan lebih optimal. Tidak

ada anak yang direndahkan, dianggap „bodoh‟ atau „tidak cerdas‟ atau „tidak

mampu‟.

Jika telah terjadi sesuatu yang tidak diinginkan seperti ketertinggalan

akademik peserta didik, maka setelah mempelajari hal-hal tersebut di atas

para pendidik dapat melakukan introspeksi atau koreksi diri untuk

memperbaiki proses pembelajaran atau faktor-faktor lain yang mempengaruhi

ketidakberhasilan tersebut.

Page 27: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hasil Penelitian Terdahulu

Dari hasil penelitian mengenai “HUBUNGAN MOTIVASI

BELAJAR, KEMATANGAN SISWA, PRESTASI BELAJAR, DAN

KINERJA PRAKTIK INDUSTRI DENGAN KESIAPAN TERHADAP

DUNIA KERJA SISWA SMK BIDANG KEAHLIAN TEKNIK

BANGUNAN SE-MALANG RAYA” (Ignatius Budiyana, Tesis, UM, 2010)

disebutkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar

dan kematangan siswa dengan kesiapan terhadap dunia kerja baik

hubungan langsung atau melalui variabel prestasi belajar, dan kinerja

praktik industri siswa SMK Bidang Keahlian Teknik Bangunan se-Malang

Raya.

Pengaruh proporsional variabel Motivasi Belajar terhadap Prestasi

Siswa sebesar 38,38%, sedangkan pengaruh variabel Kematangan Siswa

terhadap Prestasi Siswa terdiri dari pengaruh langsung sebesar 44,88%.

Pengaruh variabel Motivasi Belajar terhadap Kesiapan pada Dunia Kerja

terdiri dari pengaruh langsung sebesar 12,8%, pengaruh melalui variabel

Kematangan Siswa sebesar 11,6%, pengaruh melalui variabel Prestasi Belajar

sebesar 2,3%, pengaruh melalui Kinerja Praktek Industri sebesar 0,9%,

sehingga total pengaruh variabel Motivasi Belajar terhadap Kinerja Praktek

Industri adalah sebesar 27,7%.

Page 28: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Bertitik tolak pada hasil penelitian tersebut, disampaikan beberapa

saran sebagai berikut:

(1) Dinas Pendidikan hendaknya terus melakukan berbagai upaya untuk

membantu meningkatkan kualitas pendidikan dan pelatihan di SMK

kaitannya dengan usaha peningkatan kesiapan siswa dalam menghadapi

tuntutan dunia kerja. Dengan adanya upaya kerja sama antara Dinas

Pendidikan dengan sekolah, usaha untuk meningkatkan kesiapan siswa

dalam menghadapi tuntutan dunia kerja dapat dilakukan dengan baik.

(2) Kepala SMK dan para guru hendaknya terus meningkatkan motivasi

belajar, prestasi belajar, kematangan siswa, dan mengupayakan agar para

siswa menampakkan kinerja yang tinggi dalam melaksanakan praktik di

industri. Hal ini penting dilakukan karena berdasarkan penelitian ini,

keempat faktor tersebut merupakan faktor yang dapat mempengaruhi

kesiapan siswa dalam menghadapi tuntutan dunia kerja. Semakin baik

motivasi belajar, prestasi belajar, kematangan siswa, dan kinerja siswa

dalam praktek industri, semakin baik pula kesiapan siswa dalam

menghadapi tuntutan dunia kerja.

(3) Bagi mitra kerja SMK dalam hal ini dunia usaha dan dunia industri,

hendaknya memberikan pembinaan yang baik di saat para siswa

melaksanakan praktik kerja industri. Hal ini penting untuk dilakukan agar

setelah menyelesaikan pendidikannya, para siswa dapat memiliki tingkat

kesiapan yang tinggi dalam menghadapi tuntutan dunia kerja, dan

Page 29: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

(4) Bagi penelitian selanjutnya perlu penelitian lanjutan untuk parameter

yang lebih luas, dengan memasukkan variabel lain sebagai masukan

pengambil kebijakan.

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian eksplanatory

atau penelitian penjelasan. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan

kuesioner terhadap 51 siswa kelas 3 SMK Negeri maupun Swasta Kelompok

Teknologi dan Industri, Bidang Keahlian Teknik Bangunan se-Malang Raya,

yaitu meliputi Kota Malang, dan Kabupaten Malang saja karena Kota Batu

tidak terdapat SMK yang memiliki Bidang Keahlian Teknik Bangunan.

Analisis data dilakukan dengan pendekatan deksriptif dan analisis jalur.

Sementara itu, penelitian mengenai “ANALISA TINGKAT

KEMATANGAN SISWA SD KELAS 1 BERDASARKAN TINGKAT

USIA DI SEKOLAH DASAR DI JAKARTA” oleh Fellianti Muzdalifah &

Iriani Indri Hapsari (2010) menghasilkan kesimpulan bahwa tidak terdapat

perbedaan yang signifikan pada tes kematangan sekolah antara siswa SD

kelas 1 yang berusia di atas 6 tahun dengan siswa SD kelas 1 yang

berusia di bawah 6 tahun. Terbukti dari hasil yang diperoleh berada di atas

angka 0.05 yaitu 0.305. Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat kematangan

sekolah pada siswa bukan ditentukan oleh tingkat usianya. Siswa-siswa yang

berusia di bawah 6 tahun pun memiliki tingkat kematangan yang setara

dengan siswa yang berusia di atas 6 tahun.

Page 30: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Siswa-siswa yang berusia di bawah 6 tahun memiliki perkembangan

fisik, kognitif dan sosial emosional yang dapat mendukung mereka untuk

mengikuti proses pembelajaran di pendidikan dasar formal.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis adakah perbedaan tingkat

kematangan sekolah berdasarkan usia sekolah antara siswa yang masih di

bawah 6 tahun dan siswa yang berusia di atas 6 tahun, dengan menggunakan

teknik non probability sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan

menggunakan Tes Kematangan Sekolah yang diadaptasi dari Nijmeegese

schoolberkwaamheidstest (tes kesiapan sekolah dasar dari

Nijmeegerse/N.S.T). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah teknik statistik independent sample t-test. Data diolah secara

kuantitatif dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS

(Statistical Program for Social Science) versi 13.0 dan selanjutnya

interpretasi dijabarkan dalam bentuk uraian.

Siti Rohmah (Skripsi, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009) dalam

penelitiannya yang berjudul “TEORI KECERDASAN MAJEMUK

HOWARD GARDNER DAN PENGEMBANGANNYA PADA METODE

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK ANAK USIA

SEKOLAH DASAR” menjelaskan bahwa:

(1) Setiap individu pada dasarnya memiliki banyak kecerdasan yang harus

dikembangkan sejak usia dini minimal sejak usia sekolah dasar.

Page 31: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Minimal ada sembilan kecerdasan yang dimiliki manusia, yaitu

kecerdasan linguistik, matematis-logis, ruang-spasial, kinestetik-badani,

musikal, interpersonal, intrapersonal, naturalis, dan eksistensial.

(2) Pengembangan kecerdasan majemuk pada metode pembelajaran PAI

untuk anak usia sekolah dasar membutuhkan kreatifitas seorang guru,

baik dalam mengatur, merencanakan, maupun menerapkan metode-

metode tersebut.

Ada dua hal penting yang harus diperhatikan dalam perencanaan dan

penerapan metode tersebut, yaitu karakteristik pelajaran PAI dan karakteristik

perkembangan anak usia sekolah dasar.

Ditinjau dari karakteristik rumpun pelajaran PAI, maka secara

keseluruhan metode-metode yang ditawarkan untuk membantu

pengembangan kecerdasan majemuk anak bisa digunakan pada semua

rumpun pelajaran PAI, baik Aqidah-Akhlak, al-Qur‟an dan al-Hadits, Fiqih,

maupun Sejarah Kebudayaan Islam, dengan penekanan utama pada

kecerdasan tertentu sesuai dengan karakteristik setiap rumpun pelajaran PAI

tersebut. Sedangkan ditinjau dari segi karakteristik perkembangan anak, maka

penerapan dan pengembangan metode kelas awal dengan kelas tinggi akan

berbeda. Pada tahap perencanaan metode untuk mengembangkan kecerdasan

majemuk anak usia sekolah dasar, yang harus dipersiapkan oleh guru PAI

yaitu pemahaman konsep kecerdasan majemuk, ketersediaan dan ketepatan

waktu, ketersediaan dan kemampuan memanfaatkan sumber belajar, serta

kemampuan menerapkan metode yang dipilih.

Page 32: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Sedangkan pada tahap pelaksanaannya, cara menerapkan metode akan

berbeda karena harus disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan

perkembangan anak. Sehingga, pada tahap ini guru harus mampu menguasai

dan menerapkan teknik pembelajaran yang telah ditetapkan.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis

konsep kecerdasan majemuk menurut Howard Gardner untuk mencari cara

pengembangan kecerdasan majemuk tersebut pada metode pembelajaran PAI

untuk anak usia sekolah dasar.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah keilmuan

dan memberikan kontribusi yang signifikan bagi upaya pengembangan

kecerdasan majemuk anak usia sekolah dasar, khususnya melalui metode

pembelajaran PAI.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan mengambil latar

pemikiran Howard Gardner tentang kecerdasan majemuk. Pengumpulan data

dilakukan dengan menggunakan metode dokumentasi.

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan psikologi, khususnya

psikologi perkembangan dan teori belajar humanistik.

Analisis data dilakukan dengan mencari dan memberi makna terhadap

data-data yang berhasil dikumpulkan, dari makna tersebut kemudian ditarik

kesimpulan.

Penelitian yang diadakan oleh Sunartombs (2009) dalam artikelnya

menyimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu:

Page 33: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

1) Faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern)

Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis. Yang

dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu:

a. Kecerdasan/intelegensi

Intelegensi yang baik atau kecerdasan yang tinggi merupakan faktor

yang sangat penting bagi seorang anak dalam usaha belajar.

b. Bakat

Tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorang sangat ditentukan oleh

bakat yang dimilikinya. Sehubungan dengan bakat ini dapat

mempunyai tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi

tertentu.

Dalam proses belajar terutama belajar keterampilan, bakat memegang

peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik.

Apalagi seorang guru atau orang tua memaksa anaknya untuk

melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya maka akan

merusak keinginan tersebut.

c. Minat

Minat besar pengaruhnya terhadap belajar atau kegiatan. Bahkan

pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan

disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Untuk menambah

minat seorang siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah siswa

diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri.

Page 34: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor

yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang

mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus

berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat

tercapai sesuai dengan keinginannya.

d. Motivasi

Dalam perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua

macam yaitu motivasi intrinsik (motivasi yang bersumber dari dalam

diri seseorang yang atas dasar kesadaran sendiri untuk melakukan

sesuatu pekerjaan belajar) dan motivasi ekstrinsik (motivasi yang

datangnya dari luar diri seseorang siswa yang menyebabkan siswa

tersebut melakukan kegiatan belajar).

Dalam memberikan motivasi seorang guru harus berusaha dengan

segala kemampuan yang ada untuk mengarahkan perhatian siswa

kepada sasaran tertentu. Dengan adanya dorongan ini dalam diri siswa

akan timbul inisiatif dengan alasan mengapa ia menekuni pelajaran.

Untuk membangkitkan motivasi kepada mereka, supaya dapat

melakukan kegiatan belajar dengan kehendak sendiri dan belajar

secara aktif.

2) Faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern)

Faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah:

Page 35: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

a. Keadaan keluarga

Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat

seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Pendidikan dimulai dari

keluarga. Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan dan

motivasi sehingga anak dapat belajar dengan tekun. Karena anak

memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk belajar.

b. Keadaan sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat

penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu

lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang

lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran,

hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum.

c. Lingkungan masyarakat

Lingkungan membentuk kepribadian anak, karena dalam pergaulan

sehari-hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan

kebiasaan-kebiasaan lingkungannya.

B. Landasan Teori

a. Teori Kematangan

Menurut Muhammad Khofifi (2009), kematangan (maturity)

adalah suatu keadaan atau kondisi bentuk struktur dan fungsi yang

lengkap atau dewasa pada suatu organisasi, baik terhadap satu sifat.

Page 36: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Kematangan membentuk sifat dan kekuatan dalam diri untuk

bereaksi dengan cara tertentu yang disebut “readiness” yang berupa

tingkah laku, baik tingkah laku yang instingtif maupun tingkah laku yang

dipelajari. Tingkah laku instingtif adalah suatu pola tingkah laku yang

diwariskan melalui proses hereditas. Sedangkan maksud dari tingkah

laku yang dipelajari yaitu orang tak akan berbuat secara intelijen apabila

kapasitas intelektualnya belum memungkinkan. Untuk itu kematangan

dalam struktur otak atau sistem syaraf sangat diperlukan.

Kematangan emosi (Wolman dalam Puspitasari, 2002) dapat

didefinisikan sebagai kondisi yang ditandai oleh perkembangan emosi

dan pemunculan perilaku yang tepat sesuai dengan usia dewasa daripada

bertingkah laku seperti anak-anak. Semakin bertambah usia individu

diharapkan dapat melihat segala sesuatunya secara obyektif, mampu

membedakan perasaan dan kenyataan, serta bertindak atas dasar fakta

dari pada perasaan.

Chaplin (2001) menambahkan emotional maturity adalah suatu

keadaan atau kondisi mencapai tingkat kedewasaan dari perkembangan

emosi dan karena itu pribadi yang bersangkutan tidak lagi menampilkan

pola emosional yang tidak pantas.

Covey (dalam Puspitasari, 2002) mengemukakan bahwa

kematangan emosi adalah kemampuan untuk mengekspresikan perasaan

yang ada dalam diri secara yakin dan berani, diimbangi dengan

pertimbangan-pertimbangan akan perasaan dan keyakinan individu lain.

Page 37: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Kematangan emosi juga dapat dikatakan sebagai proses belajar

untuk mengembangkan cinta secara sempurna dan luas di mana hal itu

menjadikan reaksi pilihan individu sehingga secara otomatis dapat

mengubah emosi-emosi yang ada dalam diri manusia (Hwarmstrong,

2005).

Ditambahkan Chaplin (dalam Ratnawati, 2005), kematangan

emosi adalah suatu keadaan atau kondisi untuk mencapai tingkat

kedewasaan dari perkembangan emosional seperti anak-anak,

kematangan emosional seringkali berhubungan dengan kontrol emosi.

Seseorang yang telah matang emosinya memiliki kekayaan dan

keanekaragaman ekspresi emosi, ketepatan emosi dan kontrol emosi.

Sukadji (dalam Ratnawati, 2005), mengatakan bahwa kematangan

emosi sebagai suatu kemampuan untuk mengarahkan emosi dasar yang

kuat ke penyaluran yang mencapai tujuan, dan tujuan ini memuaskan diri

sendiri dan dapat diterima di lingkungan.

Sejalan dengan bertambah kematangan emosi seseorang maka

akan berkuranglah emosi negatif. Bentuk-bentuk emosi positif seperti

rasa sayang, suka, dan cinta akan berkembang jadi lebih baik.

Perkembangan bentuk emosi yang positif tersebut memungkinkan

individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan menerima

dan membagikan kasih sayang untuk diri sendiri maupun orang lain.

Page 38: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Asmiyati (2001) mengemukakan kematangan emosi adalah suatu

kondisi mencapai tingkat kedewasaan dari perkembangan emosi pada diri

individu. Individu yang telah mencapai kematangan emosi ditandai oleh

adanya kemampuan dalam mengontrol emosi, berfikir realistik,

memahami diri sendiri dan menampakkan emosi di saat dan tempat yang

tepat. Reaksi yang diberikan individu terhadap setiap emosi dapat

memuaskan dirinya sendiri dan dapat diterima oleh lingkungannya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kematangan

emosi merupakan suatu kondisi pencapaian tingkat kedewasaan dari

perkembangan emosi pada diri individu. Individu yang mencapai

kematangan emosi ditandai oleh adanya kesanggupan mengendalikan

perasaan dan tidak dapat dikuasai perasaan dalam mengerjakan sesuatu

atau berhadapan dengan orang lain, tidak mementingkan diri sendiri

tetapi mempertimbangkan perasaan orang lain.

Sementara itu, dalam Kamus Kompetensi didefinisikan bahwa

Kematangan Pribadi (Maturity) adalah kemampuan untuk mengendalikan

diri (self-control) dan tidak mudah terpancing oleh reaksi yang

provokatif.

1. Bertahan untuk tidak impulsif

2. Mengendalikan emosi (rasa marah, frustrasi dll)

3. Mampu berespon secara kalem dalam situasi frustrasi

4. Mampu mengelola stress secara efektif

Page 39: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

5. Mengendalikan emosi negatif dan bertindak secara konstruktif untuk

mencari penyelesaiannya

6. Mampu menenangkan orang lain disamping menenangkan diri sendiri.

Dalam artikel berjudul Mengenali Tanda-Tanda Kematangan Diri

(Mortimer R. Feinberg, Ph.D., 2004), terdapat penjelasan cukup

mendetail mengenai kematangan atau kedewasaan sebagai berikut:

Para ahli psikologi dan psikiater sepakat, bahwa kesuksesan

seseorang ditandai dengan berkembangnya prestasi serta kematangan

emosinya.

Meski tidak ada orang yang menyangkal pernyataan ini, tetapi

sedikit orang yang mengetahui secara pasti tentang bagaimana

penampilan seseorang yang dewasa atau matang itu, bagaimana cara

berpakaian dan berdandannya, bagaimana caranya menghadapi

tantangan, bagaimana tanggung jawabnya terhadap keluarga, dan

bagaimana pandangan hidupnya tentang dunia ini. Yang jelas

kematangan adalah sebuah modal yang sangat berharga. Sesungguhnya

apa yang disebut dengan kematangan atau kedewasaan itu?

Kedewasaan tidak selalu berkaitan dengan intelegensi. Banyak

orang yang sangat brilian namun masih seperti kanak-kanak dalam hal

penguasaan perasaannya, dalam keinginannya untuk memperoleh

perhatian dan cinta dari setiap orang, dalam bagaimana caranya

memperlakukan dirinya sendiri dan orang lain, dan dalam reaksinya

terhadap emosi.

Page 40: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Namun, ketinggian intelektual seseorang bukan halangan untuk

mengembangkan kematangan emosi. Malah bukti-bukti menunjukkan

keadaan yang sebaliknya. Orang yang lebih cerdas cenderung

mempunyai perkembangan emosi yang lebih baik dan superior, serta

mempunyai kemampuan menyesuaikan diri atau kematangan sosial yang

lebih baik.

Kedewasaan pun bukan berarti kebahagiaan. Kematangan emosi

tidak menjamin kebebasan dari kesulitan dan kesusahan. Kematangan

emosi ditandai dengan bagaimana konflik dipecahkan, bagaimana

kesulitan ditangani.

Orang yang sudah dewasa memandang kesulitan-kesulitannya

bukan sebagai malapetaka, tetapi sebagai tantangan-tantangan. Apa sih

kedewasaan/kematangan itu? Menurut kamus Webster, adalah suatu

keadaan maju bergerak ke arah kesempurnaan. Definisi ini tidak

menyebutkan preposisi "ke" melainkan "ke arah". Ini berarti kita takkan

pernah sampai pada kesempurnaan, namun kita dapat bergerak maju ke

arah itu. Pergerakan maju ini unik bagi setiap individu. Dengan demikian

kematangan bukan suatu keadaan yang statis, tapi lebih merupakan suatu

keadaan "menjadi" atau state of becoming. Pengertian ini menjelaskan,

suatu kasus misal, mengapa seorang eksekutif bertindak sedemikian

dewasa dalam pekerjaannya, namun sebagai suami dan ayah ia banyak

berbuat salah.

Page 41: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Tak ada seseorang yang sanggup bertindak dan bereaksi terhadap

semua situasi dan aspek kehidupan dengan kematangan penuh seratus

persen. Mereka dapat menangani banyak problem secara lebih dewasa.

Berikut ini ada beberapa kualitas atau tanda mengenai kematangan

seseorang. Namun, kewajiban setiap orang adalah menumbuhkan itu di

dalam dirinya sendiri, dan menjadi bagian dari dirinya sendiri. Maka,

orang yang dewasa/matang adalah:

1. Dia menerima dirinya sendiri.

Eksekutif yang paling efektif adalah ia yang mempunyai pandangan

atau penilaian baik terhadap kekuatan dan kelemahannya. Ia mampu

melihat dan menilai dirinya secara obyektif dan realistis.

Dengan demikian ia bisa memilih orang-orang yang mampu

membantu mengkompensasi kelemahan dan kekurangannya. Ia pun

dapat menggunakan kelebihan dan bakatnya secara efektif, dan bebas

dari frustasi-frustasi yang biasa timbul karena keinginan untuk

mencapai sesuatu yang sesungguhnya tidak ada dalam dirinya. Orang

yang dewasa mengenal dirinya sendiri dengan lebih baik, dan

senantiasa berusaha untuk menjadi lebih baik. Ia tidak berkepentingan

untuk menandingi orang lain, melainkan berusaha mengembangkan

dirinya sendiri. Dr. Abraham Maslow berkata, "Orang yang dewasa

ingin menjadi yang terbaik sepanjang yang dapat diusahakannya".

Dalam hal ini dia tidak merasa mempunyai pesaing-pesaing.

Page 42: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

2. Dia menghargai orang lain.

Eksekutif yang efektif pun bisa menerima keadaan orang lain yang

berbeda-beda. Ia dikatakan dewasa jika mampu menghargai perbedaan

itu, dan tidak mencoba membentuk orang lain berdasarkan citra

dirinya sendiri. Ini bukan berarti bahwa orang yang matang itu berhati

lemah, karena jika kelemahan-kelemahan yang ada dalam diri

seseorang itu sudah sedemikian mengganggu tujuan secara

keseluruhan, ia tak segan untuk menghentikannya. Ukuran yang

paling tepat dan adil dalam hubungan dengan orang lain bahwa kita

menghormati orang lain, adalah ketiadaan keinginan untuk

memperalat atau memanipulasi orang lain tersebut.

3. Dia menerima tanggung jawab.

Orang yang tidak dewasa akan menyesali nasib buruk mereka.

Bahkan, mereka berpendapat bahwa nasib buruk itu disebabkan oleh

orang lain. Sedangkan orang yang sudah dewasa malah mengenal dan

menerima tanggung jawab dan pembatasan-pembatasan situasi di

mana ia berbuat dan berada. Tanggung jawab adalah perasaan bahwa

seseorang itu secara individu bertanggung jawab atas semua kegiatan,

atau suatu dorongan untuk berbuat dan menyelesaikan apa yang harus

dan patut diperbuat dan diselesaikan. Mempercayakan nasib baik pada

atasan untuk memecahkan persoalan diri sendiri adalah tanda

ketidakdewasaan. Rasa aman dan bahagia dicapai dengan mempunyai

kepercayaan dalam tanggung jawab atas kehidupan sendiri.

Page 43: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

4. Dia percaya pada diri sendiri.

Seseorang yang matang menyambut dengan baik partisipasi dari orang

lain, meski itu menyangkut pengambilan keputusan eksekutif, karena

percaya pada dirinya sendiri. Ia memperoleh kepuasan yang

mendalam dari prestasi dan hal-hal yang dilaksanakan oleh anak

buahnya. Ia memperoleh perasaan bangga, bersama dengan kesadaran

tanggung jawabnya, dan kesadaran bahwa anak buahnya itu

tergantung pada kepemimpinannya. Sedangkan orang yang tidak

dewasa justru akan merasa sakit bila ia dipindahkan dari peranan

memberi perintah kepada peranan pembimbing, atau bila ia harus

memberi tempat bagi bawahannya untuk tumbuh.

Seseorang yang dewasa belajar memperoleh suatu perasaan kepuasaan

untuk mengembangkan potensi orang lain.

5. Dia sabar.

Seseorang yang dewasa belajar untuk menerima kenyataan, bahwa

untuk beberapa persoalan memang tidak ada penyelesaian dan

pemecahan yang mudah. Dia tidak akan menelan begitu saja saran

yang pertama. Dia menghargai fakta-fakta dan sabar dalam

mengumpulkan informasi sebelum memberikan saran bagi suatu

pemecahan masalah. Bukan saja dia sabar, tetapi juga mengetahui

bahwa adalah lebih baik mempunyai lebih dari satu rencana

penyelesaian.

Page 44: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

6. Dia mempunyai rasa humor.

Orang yang dewasa berpendapat bahwa tertawa itu sehat. Tetapi dia

tidak akan menertawakan atau merugikan/melukai perasaan orang

lain. Dia juga tidak akan tertawa jika humor itu membuat orang lain

jadi tampak bodoh. Humor semestinya merupakan bagian dari emosi

yang sehat, yang memunculkan senyuman hangat dan pancaran yang

manis. Perasaan humor anda menyatakan sikap anda terhadap orang

lain. Orang yang dewasa menggunakan humor sebagai alat melicinkan

ketegangan, bukan pemukul orang lain.

Dalam buku yang berjudul “Psikologi Perkembangan”, Drs.

Mubin, M.Ag dan Ani Cahyadi, M.Pd (2006:89) menyebutkan bahwa

umumnya periode masa sekolah berlangsung sejak usia 6,0 tahun sampai

12 tahun, dimulai setelah anak melewati masa degil (keras kepala) yang

pertama, di mana proses sosialisasi telah dapat berlangsung dengan lebih

efektif sehingga ia disebut “matang” untuk mulai sekolah. Bermacam-

macam kriteria yang dipakai orang untuk menetapkan kapan seorang

anak disebut matang untuk sekolah. Sebenarnya dengan hanya ukuran

umur 6 atau 7 tahun saja belum dianggap cukup untuk menentukannya.

Kematangan itu paling tidak harus dilihat dari empat aspek, yaitu:

- Aspek fisik; fisik anak telah berkembang secara memadai sehingga

anak memperlihatkan kesanggupannya untuk mentaati secara

jasmaniah tata tertib sekolah, misalnya: dapat duduk tenang, dan tidak

makan-makan dalam kelas, dan lain-lain.

Page 45: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

- Aspek intelektual; apabila anak telah sanggup menerima pelajaran

secara sistematis, kontinyu dan dapat menyimpan serta

mereproduksikannya bila diperlukan.

- Aspek moral; apabila anak telah sanggup untuk menerima didikan

moral atau norma-norma dan dapat mematuhi atau melaksanakannya.

- Aspek sosial; apabila anak telah sanggup untuk menyesuaikan diri dan

bergaul dengan orang lain terutama sekali dengan teman-temannya di

sekolah, dan dapat pula berhubungan dengan guru atas dasar

pengakuan akan kewibawaan guru.

Cepat atau lambatnya kematangan ini diperoleh anak banyak

tergantung pada kesehatan fisik, sifat-sifat dasar anak dan pendidikan

sebelumnya (dalam keluarga atau Taman Kanak-kanak).

Menurut DR. Sudarsono, SH, MPd dalam diktatnya yang berjudul

MANAGEMENT OF ORGANIZATION BEHAVIOR UTILIZING

HUMAN RESOURCES (2008), The Maturity Continum:

They move us progressively on Maturity Continuum from dependence

to independence. We each begin life as an infant, totally dependent on

others. We are directed, natured, and sustained by other.

(Mereka memindahkan kita secara progresif pada Maturity Continuum

dari ketergantungan menuju kemerdekaan. Kita masing-masing

memulai kehidupan sebagai seorang bayi, benar-benar tergantung

pada orang lain. Kita diarahkan, secara alami, dan diberi tenaga oleh

orang lain.)

Page 46: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

The gradually, over the ensuing months and years, we become more

and more independent-physically, mentally, emotionally, and

financially-until eventually we can essentially take care of ourselves,

becoming inner-directed and self-reliant.

(Secara berangsur-angsur, selama berbulan-bulan hingga bertahun-

tahun, kita menjadi semakin merdeka menurut hukum alam, secara

mental, emosi, dan dalam soal keuangan hingga akhirnya kita dapat

pada dasarnya mengurusi diri kita, menjadi merasa benar sendiri dan

percaya diri.)

As we continue to grow and mature, we become increasingly aware

that all of nature is independent, that there is an ecological system

that govern including society.

(Selagi kita terus tumbuh dan matang, kita menjadi semakin sadar

bahwa seluruh alam adalah independen, bahwa ada sistem ekologi

yang mengatur termasuk masyarakat.)

Dependence is the paradigm of you – you take care of me; you come

through for me; you did not come through; I blame you for the result.

(Ketergantungan adalah paradigma dari Anda – Anda merawat saya;

Anda datang melalui untuk saya; Anda tidak datang melalui; saya

menyalahkan Anda untuk hasilnya.)

Independence is the paradigm of I – I can do it; I am responsible; I

am self-reliant; I can choose.

Page 47: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

(Kemerdekaan adalah paradigma saya – Saya bisa melakukannya;

saya bertanggung jawab; saya mandiri; saya dapat memilih.)

Interdependence is the paradigm we – we can do it; we can

cooperate; we can combine our talents and abilities and create

something greater together.

(Saling ketergantungan adalah paradigma kita – Kita bisa

melakukannya; kita bisa bekerja sama; kita dapat menggabungkan

bakat dan kemampuan dan menciptakan sesuatu yang lebih besar

bersama-sama.)

Dikutip dari tulisan Galih Rosy dalam Rosy46nelli‟s Blog (2010)

mengenai Definisi Pertumbuhan, Perkembangan, Kematangan dan

Penuaan:

“Kematangan atau masa peka menunjukkan kepada suatu masa tertentu

yang merupakan titik kulminasi (titik puncak) dari suatu fase

pertumbuhan sebagai titik tolak kesiapan dari suatu fungsi untuk

menjalankan fungsinya”.

Untuk mengetahui tingkat kematangan siswa yang dapat diukur

secara numerik, saat ini banyak sekolah yang mengadakan Tes

Kematangan Siswa, yaitu berupa tes psikologi yang dilakukan terhadap

calon peserta didik baru di sekolah dasar-sekolah dasar, dan umumnya

diadakan di sekolah-sekolah swasta.

Page 48: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Dalam salah satu artikel Oemar Bakrie Banjar, Referensi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Sekolah Dasar, yang berjudul

“Tes Calistung: Melanggar Hak Anak”, yang ditulis oleh M. Jazuli

Rahman, S.Pd, (2010), disebutkan bahwa berdasarkan pernyataan

Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Prof

Suyanto kepada Kompas.com di Jakarta, Selasa (29/6/2010), terkait

pemberlakuan pembelajaran calistung dan tes masuk SD, baik di sekolah

negeri maupun swasta. Apapun bentuknya, kata Suyanto, model

pembelajaran dan tes akademik tidak diperkenankan karena aturan main

penerimaan calon siswa sudah dituangkan pemerintah melalui PP No 17

tahun 2010 Pasal 66 ayat 2 serta Pasal 69 ayat 4 dan 5.

Bahkan Penasehat Komisi Nasional (Komnas) Perlindungan

Anak, Seto Mulyadi atau dipanggil akrab Kak Seto meminta saat

penerimaan masuk sekolah dasar (SD) tidak diperbolehkan lagi adanya

tes membaca, menulis dan berhitung (calistung). Dia menilai

memaksakan anak-anak untuk calistung merupakan pelanggaran hak

anak. Bahkan dia meminta kepada semua pihak untuk melaporkan

sekolah yang melakukan hal tersebut ke Komnas perlindungan anak.

Dengan demikian, tes psikologi yang disebut sebagai Tes

Kematangan Siswa, sudah sesuai dengan ketentuan. Selain melakukan

pemetaan modalitas belajar (Kinesteti, Auditoral dan Visual) psikolog

juga menganalisis perkembangan anak yang memenuhi syarat untuk

masuk dalam masa sekolah.

Page 49: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Apa sajakah syarat anak yang masuk sekolah? Menurut Drs.

Zulkifli L. dalam bukunya Psikologi Perkembangan: anak-anak yang

berumur 6 atau 7 tahun dianggap matang untuk belajar di sekolah dasar

jika:

a. Kondisi jasmaninya cukup sehat dan kuat untuk melakukan tugas di

sekolah.

b. Adanya keinginan belajar.

c. Fantasi tidak lagi leluasa dan liar.

d. Perkembangan perasaan sosial telah memadai.

Kemudian syarat-syarat tambahan yang harus kita analisis yaitu:

Fungsi jiwa harus sudah berkembang baik karena kematangan fungsi

jiwa diperlukan untuk belajar membaca, menulis dan berhitung.

Jadi tes psikolog ini menilai kematangan siswa untuk dapat

masuk ke sekolah dasar. Kematangan yang didapat berupa:

1. Matang untuk mulai belajar menulis (bukan sudah bisa menulis)

2. Matang untuk belajar membaca (bukan sudah bisa membaca)

3. Matang untuk belajar berhitung (bukan sudah bisa berhitung)

Dalam salah satu artikel Episentrum, Psikologi (Psychological

Assessment, Counseling) Layanan Psikologi untuk Anak, Remaja dan

Dewasa (Psychology of Kid, Adolescence and Adult) mengenai Kesiapan

Sekolah (2010), dijelaskan sebagai berikut:

Page 50: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Di negara kita, umumnya, seseorang memasuki pendidikan

sekolah mulai dari TK hingga perguruan tinggi. Setelah melewati TK A

dan TK B, diharapkan anak siap untuk mengikuti pendidikan di SD.

Dengan kesiapan itu, anak mempunyai kemungkinan yang lebih besar

untuk berhasil mengikuti pendidikan pada jenjang selanjutnya

dibandingkan anak-anak yang belum memiliki kesiapan.

Pernyataan di atas bukanlah tanpa alasan karena Lefrançois

(2000) telah menyatakan bahwa peserta belajar yang siap untuk belajar

hal-hal yang lebih spesifik akan mendapatkan pengalaman belajar yang

lebih banyak yang kaya dibandingkan yang belum siap.

Istilah kesiapan (readiness), dalam kamus Webster dideskripsikan

sebagai:

a. Kesiapan mental atau fisik untuk bertindak atau menerima

pengalaman.

b. Yang tangkas/pantas, cakap, atau trampil.

c. Immediate availability.

Untuk bisa dikatakan siap, tentu saja ada kriteria-kriteria tertentu

yang harus dipenuhi. Hal-hal yang mempengaruhi kesiapan seseorang

dalam belajar adalah kematangan fisik, perkembangan keterampilan

berpikir, dan adanya motivasi. Untuk mengukur kesiapan, guru dapat

mengukur melalui perkembangan emosi dan intelektual anak. Selain itu

juga guru perlu mengerti bagaimana anak belajar dan motivasi belajar

anak (Lefrançois, 2000).

Page 51: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

b. Teori Kecerdasan Majemuk

Dalam buku berjudul “Pendidikan Holistik” yang ditulis oleh

Ratna Megawangi, Melly Latifah dan Wahyu Farrah Dina (2005, 50),

dituliskan bahwa Multiple Intelligences (MI) atau Kecerdasan Majemuk

adalah salah satu teori tentang kecerdasan yang dikenalkan oleh Dr.

Howard Gardner. Teori kecerdasan majemuk dikembangkan berdasarkan

pada pandangan bahwa pada teori kecerdasan yang telah dikembangkan

sebelumnya hanya melihat kecerdasan manusia dari sisi linguistik dan

logika matematika, sedangkan sisi kecerdasan manusia yang lain tidak

dilihat. Gardner memandang kecerdasan manusia berdasarkan berbagai

peranan yang terdiri dari kemampuan untuk menyelesaikan masalah,

atau menciptakan produk yang berharga dalam satu atau beberapa

lingkungan budaya masyarakat. Sudut pandang baru tentang kecerdasan

ini diyakini lebih manusiawi dan lebih dapat dipercaya dibandingkan

dengan teori kecerdasan sebelumnya.

Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Gardner dan timnya,

awalnya Gardner mendapatkan 7 kecerdasan. Namun seiring dengan

observasi yang terus dilakukan, maka saat ini dikenal 9 kecerdasan. Pada

individu normal suatu kecerdasan ini tidak berdiri sendiri, tetapi selalu

berfungsi bersama-sama dengan kecerdasan yang lain. Namun, biasanya

pada seseorang akan memiliki beberapa kecerdasan yang terlihat

menonjol. Kesembilan kecerdasan itu terdiri dari:

Page 52: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

1. Kecerdasan Musik (Musical Intelligence)

Kecerdasan ini terlihat menonjol di kalangan pemusik. Kemampuan

untuk mendengarkan suatu pola musik secara natural dan kemudian

memproduksinya tanda orang-orang yang memiliki kecerdasan musik

yang tinggi. Sebagai contoh adalah pengalaman pemain biola Yahudi

Menuhin yang ketika berusia tiga tahun diajak melihat konser San

Fransisco Opera. Suara biola Louis Pesinger begitu membuatnya

terpesona. Dan akhirnya dia belajar bermain biola pada Louis

Pesinger. Ketika berusia 10 tahun, Yahudi Menuhin telah berhasil

menjadi pemain biola internasional. Orang yang cerdas di bidang ini

sangat sensitif terhadap bermacam-macam bunyi, dan cepat

mempelajari berbagai jenis musik, lagu dan alat-alat musik.

2. Kecerdasan Gerakan Badan/Fisik atau Kinestetik (Bodily-Kinesthetic

Intelligence)

Kecerdasan ini menonjol di kalangan pemain olah raga atau pun

penari. Kecerdasan ini memungkinkan terjadinya hubungan antara

pikiran dan tubuh yang diperlukan untuk melakukan ketrampilan

gerak tubuh.

Contoh pemilik kecerdasan ini yang menonjol adalah Babe Ruth

(pitcher legendaris). Ketika berumur 15 tahun, ia mengkritik pitcher

di timnya yang bermain buruk. Kemudian sang pelatih menantangnya

untuk menggantikan sang pitcher.

Page 53: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Meskipun belum pernah menjadi pitcher, pada saat melakukan

tugasnya ia tahu apa yang harus dia lakukan. Dan akhirnya dia

menjadi salah satu pelempar legendaris di liga utama. Ciri orang yang

memiliki kecerdasan ini adalah cepat mempelajari dan menguasai

kegiatan-kegiatan yang melibatkan fisik, baik motorik kasar maupun

halus. Mereka yang cerdas dalam bidang ini biasanya mampu

menggunakan seluruh anggota tubuhnya dalam pekerjaan, pemecahan

masalah, keterampilan tangan, jari atau lengan dalam memproduksi

sesuatu, seperti yang dimiliki oleh para atlit, pemain film, atau drama,

penari, penyulam, dan sebagainya.

3. Kecerdasan Logika Matematika (Mathematical-Logical Intelligence)

Ini adalah kecerdasan yang paling mudah diukur dan yang paling

banyak diakui. Bersama dengan kecerdasan bahasa, kecerdasan ini

menjadi prinsip dasar untuk tes IQ. Kecerdasan ini berupa

kemampuan untuk melakukan analisis dan berfikir ilmiah. Kecerdasan

ini terlihat menonjol di kalangan peneliti dan ilmuwan-ilmuwan

terkenal. Orang yang cerdas di bidang ini cepat mempelajari angka,

mengelompokkan, membuat hipotesis, dan berpikir logika lainnya.

Ilmuwan, filsuf, ahli matematika, dan computer programmer, adalah

orang-orang yang cerdas dalam bidang ini.

Page 54: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

4. Kecerdasan Linguistik atau Verbal-Bahasa (Verbal-Linguistic

Intelligence)

Kecerdasan ini terlihat dari kemampuan dan kepekaan seseorang

dalam penggunaan bahasa atau mengekspresikan pikiran secara

verbal. Seseorang yang memiliki kecerdasan linguistik yang baik

memiliki kemampuan untuk menyusun dan mamaknai arti kata yang

kompleks, mudah mengingat nama atau sesuatu, dan mampu menulis

dengan baik. Mereka yang cerdas di bidang ini biasanya banyak

mengajukan pertanyaan dan senang berdiskusi. Contoh pemilik

kecerdasan ini yang menonjol adalah T.S. Elliot. Pada umur 10 tahun,

dia sudah mampu menciptakan majalah sendiri dan dia menjadi

distributor tunggal. Dalam waktu tiga hari, dia berhasil menciptakan 3

nomor lengkap. Masing-masing nomor berisi puisi, cerita petualangan,

kolom gosip dan humor.

5. Kecerdasan Ruang/Gambar Spasial (Visual-Spatial Intelligence)

Kecerdasan ini umumnya berupa kemampuan menyelesaikan masalah

ruang yang diperlukan dalam navigasi atau pencatatan peta. Bisa juga

ditunjukkan dalam kemampuan visualisasi benda yang dilihat dalam

sudut pandang yang berbeda, atau memvisualisasikan fenomena dalam

bentuk gambar. Kemampuan ini tercermin dari kegemaran

menggambar, menyenangi warna, garis, kemampuan membangun

balok, dan memberikan arah di mana suatu lokasi berada.

Page 55: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Contoh pemilik kecerdasan ini adalah para pelaut yang menggunakan

pemetaan bintang-bintang dalam menentukan lokasinya, para arsitek,

pelukis, ahli desain interior, dan pilot.

6. Kecerdasan Antar Pribadi (Interpersonal Intelligence)

Kecerdasan antar pribadi merupakan kemampuan seseorang untuk

membaca kehendak dan keinginan orng lain. Orang yang memiliki

kecerdasan antar pribadi yang baik memiliki kemampuan khusus saat

melihat suasana hati, temperamen, motivasi dan kehendak orang lain.

Ciri orang yang memiliki kecerdasan ini adalah mudah bergaul

dengan orang lain, senang mencari teman, senang terlibat dalam kerja

kelompok yang melibatkan diskusi kelompok. Mereka yang cerdas

dalam bidang ini biasanya mampu membaca perasaan orang lain

melalui nada bicara seseorang, gerak tubuh, dan ekspresi wajah.

Biasanya mereka juga mudah menyelesaikan konflik dengan orang

lain. Contoh pemilik kecerdasan ini yang menonjol adalah Annie

Sulivan. Perjuangan Annie Sulivan untuk memahami dan

berkomunikasi dengan Helen Keller, seorang anak berusia tujuh tahun

yang buta dan tuli menunjukkan bahwa kecerdasan ini tidak

tergantung bahasa.

7. Kecerdasan Intra Pribadi (Intrapersonal Intelligence)

Kecerdasan intra pribadi adalah kecerdasan yang menggambarkan

kemampuan seseorang untuk memahami dirinya sendiri.

Page 56: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Bagaimana caranya memahami emosi diri sendiri, memberi label pada

emosi itu dan menggunakannya untuk memahami dan menjadikannya

pedoman tingkah laku sendiri. Kecerdasan ini dicontohkan pada

pengalaman Virgina Woolf yang ditulis dalam karangan singkatnya

yang berjudul "A Sketch of The Past". Mereka yang cerdas di bidang

ini umumnya dapat menghayati puisi, drama, bermeditasi, menulis

jurnal, dan bercerita.

8. Kecerdasan Mempelajari Alam (Naturalist Intelligence)

Orang yang cerdas di bidang ini cepat mempelajari fenomena alam,

biologi, mengamati dan membaca kehidupan tumbuhan, binatang serta

gemar akan kegiatan pencinta alam.

9. Kecerdasan Spiritual (Existential Intelligence)

Kecerdasan ini dicirikan dengan kemampuan berpikir mendalam

tentang makna dan arti hidup, dan mempertanyakan “mengapa kita

hidup”, “mengapa kita mati”. Termasuk pula kemampuan menyadari

bahwa dirinya adalah bagian dari keseluruhan dan saling terkait

dengan yang lainnya.

Dr. Sudarsono, SH, MPd dalam diktatnya yang berjudul

Management of Organization Behavior Utilizing Human Resources

(2008) menjabarkan kecerdasan majemuk oleh Howard Gardner seperti

pada tabel berikut:

Page 57: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Tabel 2.1

Multiple Intelligences by Gardner

Original Intelligences : Characteristic Famous Examples

1. Logical/mathematical Processes analytically,

calculates, quantifies

Scientist Albert

Einstein

2. Verbal/linguistic Thoughts through words, uses

words to nurture

Consultant Tom

Peters

3. Interpersonal Understands others, processes

through interaction,

empathizes, humor

Entertainer Oprah

Winfrey

4. Intrapersonal Thinks in quiet, likes to be

alone, goal oriented,

independent, perseveres

Business Tycoon

Howard Hughes

5. Visual/spatial Uses mental models, thinks

three dimensionally, and

pictures how to get places or

solve problems.

Architect Frank

Lloyd Wright

6. Musical Sensitivity to pitch, melody,

rhythm, found in both

Composer

Wolfgang Mozart

7. Bodily/kinesthetic Phsymoverment, involves

whole body, processes by

jumping or dancing

Basketball player

Michael Jordan

“New” Intelligences : Characteristics Famous Examples

8. Naturalist Needs to be with/survive in

nature strength in

categorization in nature or

Singer John

Denver

9. Existential Not religion per se, knows

why he or she is here,

personnel mission

Civil rights leaders

Martin Luther

King

10. Emotional Emotional nature, recognizes

own anger reach to emotions

of self and others

Pacific leaders

Mohandas Gandhi

Sumber: Diktat Kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia, Dr. Sudarsono, SH. MPd, 2009

Page 58: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Menurut Gardner:

Setiap manusia mempunyai kesembilan aspek kecerdasan ini

dengan kadar yang bervariasi.

Setiap manusia mempunyai komposisi kecerdasan yang berbeda.

Seluruh aspek kecerdasan tersebut ada pada bagian otak yang

berbeda yang dapat bekerja secara sendiri atau secara bersamaan.

Kesembilan aspek kecerdasan tersebut bisa tercermin dari

kemajemukan cara anak-anak memahami atau belajar tentang dunia di

sekitarnya atau berbagai cara mereka untuk bisa “cerdas”.

Sistem pendidikan di Indonesia umumnya mempunyai standar

kecerdasan – IQ (yang hanya mencakup 2 atau 3 aspek kecerdasan) –

sehingga orang-orang yang mempunyai kecerdasan di bidang lainnya

tidak dapat berkembang secara optimal, karena cenderung tidak

dihargai atau dicap “bodoh” oleh sistem pendidikan yang ada.

Masalah prestasi belajar yang lazim terdapat di Indonesia

adalah kegagalan di bidang akademik yang ditandai dengan kondisi

tidak naik kelas. Anak dianggap belum mampu memahami apa yang

diajarkan selama satu tahun, sehingga perlu mengulang di jenjang

yang sama.

Di Indonesia kriteria kenaikan ke suatu jenjang pendidikan

didasarkan pada ketuntasan dalam mata pelajaran. Beberapa sekolah

mensyaratkan ketuntasan pada setiap mata pelajaran dalam setiap

aspek (kognitif, afektif, dan psikomotorik).

Page 59: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Beberapa memberikan batasan minimal ketidaktuntasan untuk

dikatakan mampu naik ke tingkat di atasnya. Syarat kenaikan kelas di

atas mengandaikan bahwa semua siswa diharapkan menguasai semua

materi atau setidaknya sebagian besar materi yang ditentukan oleh

pembuat kebijakan pendidikan. Dengan kata lain siswa dituntut

memiliki berbagai kemampuan dalam kurikulum sekolah tanpa

memperhatikan perbedaan individual tiap siswa. Jika siswa tidak

berhasil mencapainya, dia dinyatakan tidak naik kelas dan dianggap

sebagai siswa yang tidak cerdas. Pertanyaannya adalah, benarkah

tidak naik kelas sama dengan tidak cerdas?

Pada kenyataannya, setiap siswa memiliki kemampuan khusus

yang berbeda-beda yang semuanya dapat dikatakan sebagai

kecerdasan. Barangkali seorang siswa tidak mampu menghafal atau

memahami banyak materi dalam kurikulum di sekolahnya, tetapi dia

memiliki kemampuan kinestetik atau musikal yang luar biasa.

Sayangnya, kebanyakan sekolah di negara kita kurang memperhatikan

kemampuan tersebut dan lebih berorientasi pada ketidakmampuan

siswa sehingga siswa tersebut dinyatakan harus tinggal kelas. Dari

paparan ini dapat disimpulkan bahwa ketika dihadapkan pada kondisi

tidak naik kelas, sebaiknya orang tua tidak melihat dari segi

ketidakmampuan anak, tetapi lebih melihat apa yang menjadi

kemampuan anak. Pandangan bahwa tidak naik kelas berarti tidak

cerdas sama sekali tidak benar. (www.untukku.com)

Page 60: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Masih pada buku yang sama (2005, 54) disebutkan bahwa

implikasi dari teori kecerdasan majemuk terhadap pendidikan adalah

munculnya pemahaman dan kesadaran sebagai berikut:

Pengertian bahwa banyak cara untuk mengerti dan menguasai

pelajaran, dan setiap anak mempunyai cara yang paling efektif

untuk mempelajari sesuatu.

Kesadaran bahwa menilai anak hanya dengan salah satu aspek

kecerdasan saja (matematika, atau bahasa) adalah tidak tepat

karena setiap anak itu unik.

Tujuan pendidikan bukan menyiapkan anak agar memiliki

pengetahuan saja, tetapi juga membentuk karakter (pantang

menyerah, motivasi berbuat baik, dan sebagainya). Pendidikan

yang hanya mementingkan anak untuk menghafal suatu materi

dengan latihan-latihan matematika atau membaca secara intensif

dapat mematikan motivasi untuk menggunakan pengetahuannya

yang diperoleh di sekolah dalam kehidupan nyata.

c. Prestasi Belajar

Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam

melakukan kegiatan, atau hasil yang telah dicapai siswa dalam proses

pembelajaran. Prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai

oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.

Page 61: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari

pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif

dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur

dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan. Jadi

prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang

dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang

menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode

tertentu.

Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal

dengan tes prestasi belajar. Saifudin Anwar (2005:8-9) mengemukakan

bahwa tes prestasi belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu mengungkap

keberhasilan seseorang dalam belajar. Testing pada hakikatnya menggali

informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.

Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun secara terencana untuk

mengungkap performasi maksimal subyek dalam menguasai bahan-

bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan

formal tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan harian, ulangan

tengah semester, ulangan akhir semester, ulangan kenaikan kelas, ujian

akhir sekolah dan ujian nasional.

Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan

siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya

seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi.

Page 62: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui prestasi yang diperoleh

siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Adapun prestasi dapat

diartikan hasil yang diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah

dilakukan.

Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam tingkah laku

manusia. Proses tersebut tidak akan terjadi apabila tidak ada sesuatu yang

mendorong pribadi yang bersangkutan. Prestasi belajar merupakan hal

yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar

merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses

belajar.

Prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki

siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang

diperoleh dalam proses pembelajaran.

Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan

sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam

bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses

pembelajaran. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan

evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau

rendahnya prestasi belajar siswa.

Pada kesimpulan penelitian berjudul EVALUASI BELAJAR

DAN PEMBELAJARAN yang tertulis dalam Rahmat Wijaya‟s Blog

(2010) disebutkan bahwa:

Page 63: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Peranan evaluasi dalam pendidikan yakni menjadi dasar pembuatan

keputusan dan pengambilan kebijakan, mengukur prestasi siswa,

mengevaluasi kurikulum, mengakreditasi sekolah, memantau

pemanfaatan dana masyarakat, memperbaiki materi dan program

pendidikan.

Dalam artikel tersebut juga disebutkan bahwa pada awalnya

pengertian evaluasi pendidikan selalu dikaitkan dengan prestasi belajar

siswa. Seperti definisi yang pertama dikembangkan oleh Ralph Tyler

bahwa evaluasi merupakan proses pengumpulan data untuk menentukan

sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah

tercapai.

Dalam artikel Episentrum, Psikologi (Psychological Assessment,

Counseling) Layanan Psikologi untuk Anak, Remaja dan Dewasa

(Psychology of Kid, Adolescence and Adult) (2010) dijelaskan bahwa:

Ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi akademik seseorang, yaitu

faktor internal/pribadi dan eksternal/lingkungan.

o Faktor internal

a. Inteligensi

Taraf inteligensi seseorang dapat tercermin dalam prestasi

sekolahnya di semua mata pelajaran. Jadi, ada korelasi antara

inteligensi dengan kesuksesan di sekolah.

Page 64: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Peserta didik dengan taraf inteligensi yang tinggi diharapkan

dapat mencapai prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan

peserta didik yang memiliki taraf inteligensi yang lebih rendah.

Namun inteligensi bukan satu-satunya faktor penentu

keberhasilan prestasi akademik karena masih ada faktor lainnya

seperti motivasi dan kepribadian serta faktor eksternal.

b. Motivasi

Motivasi merupakan daya penggerak yang menjadi aktif pada

saat-saat tertentu di mana ada kebutuhan untuk mencapai tujuan.

Motivasi juga merupakan sesuatu yang menggerakkan individu

dari perasaan bosan menjadi berminat untuk melakukan sesuatu.

Tercakup di sini adalah motivasi untuk mencapai kelulusan dan

motivasi untuk melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi

(Sukadji, 2000). Motivasi merupakan tenaga dorong selama

tahapan proses belajar yang berfungsi untuk (Sukadji, 2000):

1. Mencari dan menemukan informasi mengenai hal-hal yang

dipelajari

2. Menyerap informasi dan mengolahnya

3. Mengubah informasi yang didapat ini menjadi suatu hasil

(pengetahuan, perilaku, keterampilan, sikap, dan kreativitas).

Secara umum, motivasi terbagi menjadi motivasi internal dan

eksternal.

Page 65: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Motivasi internal mengacu pada diri sendiri, misalnya kegiatan

belajar dihayati dan merupakan kebutuhan untuk memuaskan rasa

ingin tahu. Motivasi eksternal mengacu pada faktor di luar

dirinya. Siswa dengan motivasi eksternal akan membutuhkan

adanya pemberian pujian atau pemberian nilai sebagai hadiah atas

prestasi yang diraihnya (Djiwandono, 2002). Kedua komponen ini

bersifat kontekstual, artinya ada pada seseorang sehubungan

dengan suatu kegiatan yang dilakukan. Oleh karena itu motivasi

dapat berubah sesuai dengan waktu.

Menurut McLelland dan Atkinson (dalam Djiwandono, 2002),

motivasi yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah

motivasi berprestasi, di mana seseorang cenderung berjuang

untuk mencapai sukses atau memilih suatu kegiatan yang

berorientasi untuk tujuan sukses.

c. Kepribadian

Kepribadian merupakan suatu organisasi yang dinamis dari sistem

psikofisik seseorang yang menentukan bagaimana individu dapat

menyesuaikan diri secara unik dengan lingkungannya.

Kepribadian dapat berubah dan dimunculkan dalam bentuk

tingkah laku. Organisasi adalah hubungan antar traits yang selalu

berubah dan diwujudkan dalam bentuk traits-traits yang dominan.

Page 66: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Sedangkan sistam psikofisik adalah kebiasaan-kebiasaan, sikap-

sikap, nilai-nilai, kepercayaan-kepercayaan, keadaan emosi dan

dorongan-dorongan. Sistem inilah yang akan mendorong

seseorang untuk menentukan penyesuaian dirinya sebagai hasil

belajar atau pengalaman.

o Faktor eksternal

a. Lingkungan rumah

Lingkungan rumah terutama orang tua, memegang peranan

penting serta menjadi guru bagi anak dalam mengenal dunianya.

Orang tua adalah pengasuh, pendidik dan membantu proses

sosialisasi anak.

b. Lingkungan sekolah

Menurut Ormrod (2006) lingkungan sekolah yang baik adalah

lingkungan yang nyaman sehingga anak terdorong untuk belajar

dan berprestasi. Ada beberapa karakteristik lingkungan sekolah

yang nyaman sebagai tempat belajar (Burstyn & Stevens dalam

Ormrod, 2006), yaitu:

1) Sekolah mempunyai komitmen untuk mendukung semua

usaha murid agar sukses baik dalam bidang akademik

maupun sosial.

2) Adanya kurikulum yang menantang dan terarah.

3) Adanya perhatian dan kepercayaan murid serta orang tua

terhadap sekolah.

Page 67: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

4) Adanya ketulusan dan keadilan bagi semua murid, baik untuk

murid dengan latar belakang keluarga yang berbeda, beda ras

maupun etnik.

5) Adanya kebijakan dan peraturan sekolah yang jelas. Misalnya

panduan perilaku yang baik, konsekuensi yang konsisten,

penjelasan yang jelas, kesempatan menjalin interaksi sosial

serta kemampuan menyelesaikan masalah.

6) Adanya partisipasi murid dalam pembuatan kebijakan

sekolah.

7) Adanya mekanisme tertentu sehingga siswa dapat

menyampaikan pendapatnya secara terbuka tanpa rasa takut.

8) Mempunyai tujuan untuk meningkatkan perilaku prososial

seperti berbagi informasi, membantu dan bekerja sama.

9) Membangun kerja sama dengan komunitas keluarga dan

masyarakat.

10) Mengadakan kegiatan untuk mendiskusikan isu-isu menarik

dan spesial yang berkaitan dengan murid.

Sedangkan di kelas, sebaiknya kelas cukup besar dengan jumlah

murid yang tidak terlalu banyak sehingga guru dapat memonitor

setiap siswa. Kelas yang baik dan produktif adalah kelas yang

nyaman secara tata ruang, memunculkan motivasi internal siswa

untuk belajar, kegiatan guru yang terarah serta kegiatan monitor

terhadap siswa.

Page 68: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Tarmidi (Iklim Kelas dan Prestasi Belajar, 2006) menjelaskan

bahwa proses belajar mengajar erat sekali kaitannya dengan lingkungan

atau suasana di mana proses itu berlangsung. Meskipun prestasi belajar

juga dipengaruhi oleh banyak aspek seperti gaya belajar, fasilitas yang

tersedia, pengaruh iklim kelas masih sangat penting. Hal ini beralasan

karena ketika para peserta didik belajar di ruangan kelas, lingkungan

kelas, baik itu lingkungan fisik maupun non fisik kemungkinan

mendukung mereka atau bahkan malah mengganggu mereka.

Ada beberapa penelitian yang membuktikan bahwa iklim kelas

ikut mempengaruhi prestasi belajar peserta didik. Sijde (1988)

melakukan penelitian terhadap 558 peserta didik kelas 2 Sekolah

Menengah Pertama yang belajar Matematika di Belanda dengan

menggunakan Dutch Classroom Climate Questionnaire (DCCQ). Salah

satu indikator iklim kelas itu, „pengawasan guru terhadap peserta didik‟

mempunyai korelasi yang signifikan dengan prestasi belajar peserta

didik. Lebih jauh, Fraser (1986) mendokumentasikan lebih dari 45

penelitian yang membuktikan adanya hubungan positif antara iklim kelas

dengan prestasi belajar peserta didik. Penelitian-penelitian itu

menggunakan berbagai macam alat ukur iklim kelas seperti Learning

Environment Inventory (LEI), Classroom Environment Scales (CES),

Individualized Classroom Environment Questionnaire (ICEQ), My Class

Inventory (MCI) dan instrument-instrumen yang lain di beberapa negara.

Page 69: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Kesimpulan dari beberapa studi tersebut di atas adalah bahwa

prestasi belajar peserta didik juga ditentukan oleh kualitas iklim kelas di

mana mereka belajar. Implikasi lebih lanjut dari studi-studi itu adalah

bahwa prestasi belajar peserta didik dapat ditingkatkan dengan

menciptakan iklim kelas yang kondusif dan lebih baik.

Iklim kelas diyakini berkorelasi positif dengan perubahan tingkah

laku dan prestasi hasil pembelajaran siswa. Dengan kata lain, iklim kelas

merupakan salah satu cara untuk meningkatkan efektifitas dan kualitas

pembelajaran di kelas. Namun demikian, pada umumnya guru dan kepala

sekolah belum mengetahui makna dan hakikat serta dampak iklim kelas

terhadap proses belajar-mengajar.

C. Kerangka Konseptual

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual

Sumber: Paradigma Penelitian

Page 70: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Penjelasan:

Kematangan siswa dengan aspek-aspek yang mempengaruhinya

merupakan modal awal dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah

dasar. Oleh sebab itu pada proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB)

yang diadakan di awal tahun pelajaran, diwajibkan bagi calon siswa untuk

mengikuti Tes Kematangan Siswa oleh sebuah lembaga konsultasi

psikologi, sebagai salah satu persyaratan yang harus dipenuhi.

Faktor pendukung awal yaitu usia, pola asuh keluarga, lingkungan tempat

tinggal dan media massa berpengaruh pada tingkat kematangan siswa,

yang akan diketahui nilainya melalui Tes Kematangan Siswa.

Dari hasil Tes Kematangan Siswa, dapat diraba/diperkirakan mengenai

kemampuan siswa dalam menerima pelajaran, tingkah laku siswa dalam

belajar dan bersosialisasi, serta kemandirian dan tanggung jawab siswa,

yang nantinya bisa jadi mengalami perubahan seiring dengan berjalannya

proses pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran terjadi pengembangan kecerdasan, tidak

lepas dari faktor yang mempengaruhi yaitu potensi siswa itu sendiri dan

kompetensi guru dalam mengaplikasikan metode pembelajaran, salah

satunya yaitu aplikasi teori kecerdasan majemuk.

Pada akhirnya akan dicapai prestasi belajar, yang dapat diketahui dari

nilai-nilai tes/ulangan, progress/perkembangan yang terlihat selama proses

pembelajaran, perubahan sikap, atau kemanfaatan yang dapat dibuat oleh

individu siswa bagi dirinya sendiri maupun lingkungan sosialnya.

Page 71: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

D. Temuan-temuan yang Diharapkan

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu serta landasan teori yang telah

diuraikan di atas, serta mengacu kepada kerangka konseptual yang telah

dibuat, maka beberapa jawaban yang mungkin ditemukan dalam penelitian ini

dapat dirumuskan sebagai berikut:

6. Faktor kematangan siswa merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi pencapaian hasil/prestasi belajar siswa, karena aspek-

aspek kematangan siswa itu sendiri merupakan bagian dari faktor intern

(kecerdasan, bakat, kemampuan menerima pelajaran, kemampuan

bersosialisasi) dan faktor ekstern (pola asuh keluarga, lingkungan tempat

tinggal, media massa) yang mempengaruhi prestasi belajar.

7. Konsekuensi aplikasi kecerdasan majemuk terhadap pencapaian prestasi

belajar peserta didik adalah adanya perlakuan yang istimewa terhadap

semua anak, karena mereka memiliki potensi yang berbeda, sehingga

tidak dapat selalu dikelompokkan dalam satu kelompok yang sama atau

diukur dengan alat ukur yang sama, misalnya nilai mata pelajaran

tertentu saja atau hanya menilai secara akademik saja.

8. Ada korelasi searah antara faktor kematangan peserta didik dengan

aplikasi kecerdasan majemuk. Artinya aplikasi kecerdasan majemuk

dapat berpengaruh dalam meningkatkan kematangan peserta didik,

sementara faktor kematangan tidak berpengaruh pada aplikasi kecerdasan

majemuk. Adapun aplikasi kecerdasan majemuk lebih dipengaruhi oleh

kompetensi guru atau pendidik.

Page 72: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

9. Kebijakan yang perlu dikaji kembali berkenaan dengan faktor

kematangan siswa, aplikasi kecerdasan majemuk serta pencapaian

prestasi belajar peserta didik adalah mengenai pengembangan kurikulum,

penilaian hasil belajar dan sistem kenaikan kelas, selayaknya meninjau

perbedaan kemampuan dan potensi siswa.

10. Dengan kebijakan tersebut di atas, dapat menghindarkan dampak negatif

seperti kondisi psikologis siswa yang menurun karena dianggap „tidak

bisa‟, „bodoh‟ dan lain sebagainya, sebaliknya memacu siswa untuk

menjadi lebih percaya diri dan memberi kesempatan yang sama kepada

seluruh siswa untuk mengembangkan potensi dirinya.

Temuan-temuan di atas diharapkan dapat menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini, dan nantinya

akan dibuktikan setelah hasil penelitian yang diperoleh dianalisis hingga

ditarik kesimpulan.

Page 73: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel

Variabel dalam penelitian ini adalah:

1) Kematangan siswa

Yaitu tingkat kematangan calon siswa atau peserta didik baru yang akan

memasuki kelas satu Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Insan

Rabbani.

Alat ukur: hasil Tes Kematangan Siswa yang diadakan oleh pihak

sekolah bekerja sama dengan sebuah lembaga konsultasi psikologi.

2) Aplikasi Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences)

Yaitu penerapan/aplikasi teori kecerdasan majemuk pada proses

pembelajaran di dalam kelas, dengan fokus (pemusatan perhatian) pada

metode yang dilakukan oleh tenaga pendidik.

Alat ukur: hasil supervisi/pengawasan terhadap proses pembelajaran

sehari-hari di dalam kelas, serta wawancara untuk mengetahui

pengetahuan/kompetensi guru mengenai kecerdasan majemuk itu sendiri.

3) Prestasi/hasil belajar siswa

Yaitu pencapaian prestasi yang diperoleh siswa selama dua semester

berturut-turut setelah mengalami proses pembelajaran di sekolah.

Alat ukur: nilai rapor yang diperoleh pada dua semester terakhir.

Page 74: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

B. Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan sebagai obyek penelitian adalah:

Untuk variabel (1) dan (3) yaitu siswa/i SDIT Insan Rabbani, dan sampel

yang diambil adalah beberapa siswa angkatan 2005/2006 sampai dengan

angkatan 2009/2010, yaitu siswa kelas II sampai dengan kelas VI pada

tahun pelajaran 2010/2011.

Untuk variabel (2) yaitu guru SDIT Insan Rabbani, dan sampel yang

diambil adalah guru yang sudah berpengalaman dalam mengajar dengan

menggunakan metode aplikasi kecerdasan majemuk.

C. Sumber dan Jenis Data

Data berupa hasil Tes Kematangan Siswa merupakan data sekunder,

karena data tersebut diterbitkan atau digunakan oleh organisasi yang bukan

pengolahnya. Organisasi yang mengolahnya adalah lembaga konsultasi

psikologi yang bekerja sama dengan SDIT Insan Rabbani. Sementara SDIT

Insan Rabbani menyimpan dan menggunakan data tersebut sebagai bekal

awal siswa yang baru masuk.

Data lain yang diperoleh merupakan data primer, karena penulis

memperoleh data tersebut langsung dari pemilik dan pengolah data tersebut.

Data yang dimaksud adalah:

- Data berupa kualifikasi, kompetensi, hasil supervisi serta wawancara guru

yang diperoleh langsung dari pihak manajemen sekolah (dalam hal ini

diwakilkan oleh Kepala Sekolah dan Tata Usaha).

Page 75: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

- Data berupa nilai rapor siswa selama dua semester berturut-turut, yaitu

pada semester genap tahun pelajaran 2009/2010 dan pada semester ganjil

tahun pelajaran 2010/2011.

Karena data-data tersebut bersumber dari instansi itu sendiri, dalam

hal ini adalah lembaga pendidikan SDIT Insan Rabbani, maka dapat

digolongkan juga ke dalam data internal. Adapun fungsi lembaga konsultasi

psikologi yang membuat data tersebut hanya untuk membantu pihak sekolah

sesuai dengan keahlian dan fasilitas yang dimiliki. Maka data yang diperoleh

pun (hasil Tes Kematangan Siswa) kembali menjadi milik internal SDIT

Insan Rabbani.

Sementara itu jenis data yang diperoleh adalah:

- Untuk variabel (1) dan variabel (3) berupa data kuantitatif, karena

merupakan data yang berupa angka-angka dan dapat dijabarkan secara

grafis berupa diagram batang.

- Untuk variabel (2) berupa data kualitatif, karena merupakan

penilaian/pendapat dari hasil pengawasan/supervisi serta wawancara

terhadap beberapa sampel yang memenuhi kualifikasi.

Data pada variabel (1) dan (2) merupakan data cross-section, karena

hanya dikumpulkan pada satu waktu saja, yaitu pada saat penerimaan siswa

baru di awal tahun pelajaran (untuk hasil Tes Kematangan Siswa); dan proses

pembelajaran yang dapat diamati pada kurun waktu selama berlangsungnya

penelitian (untuk pengawasan aplikasi kecerdasan majemuk).

Page 76: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Sedangkan pada variabel (3) data yang diambil adalah data time-

series, karena berupa data yang dikumpulkan selama dua semester berturut-

turut, yaitu akhir tahun pelajaran 2009/2010 dan semester gasal tahun

pelajaran 2010/2011(nilai rapor siswa dua semester terakhir pada masa

penelitian berlangsung, yaitu sepanjang tahun 2010).

D. Metode Pengumpulan Data

Metode yang dilakukan dalam mengumpulkan data adalah:

- Metode pengamatan langsung, yaitu dengan melakukan pengamatan

terhadap siswa sebagai obyek/sampel yang pertama, mengamati sejauh

mana kesesuaian antara data berupa hasil Tes Kematangan Siswa maupun

nilai rapornya selama enam tahun berturut-turut dengan potensi yang bisa

dilihat secara kasat mata pada siswa tersebut. Sedangkan untuk sampel

obyek yang kedua yaitu mengadakan pengamatan terhadap proses

pembelajaran oleh guru yang menerapkan metode kecerdasan majemuk.

- Metode dengan menggunakan pertanyaan, yaitu dengan mengajukan

wawancara bagi guru-guru yang melakukan metode pembelajaran dengan

aplikasi kecerdasan majemuk dan guru-guru yang mengikuti

perkembangan siswa selama enam tahun. Fokus pertanyaan yang diajukan

adalah seputar pemahaman mengenai kecerdasan majemuk serta

pengamatan terhadap perkembangan siswa sejak menjalani Tes

Kematangan, melalui proses pembelajaran hingga memperoleh

hasil/prestasi secara berkala/periodik.

Page 77: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

E. Teknik Analisis Data

Sesuai dengan jenis penelitian yang merupakan penelitian

eksperimental, maka teknik analisis data atau alat-alat analisis yang

digunakan dalam menguji dan menganalisa data adalah:

- Analisis Deskriptif

Analisis Deskriptif digunakan untuk menganalisa data hasil tes

kematangan siswa yang diperoleh hanya pada tahun pelajaran awal data

nilai rapor siswa yang dicapai selama dua semester berturut-turut yaitu

semester genap tahun pelajaran 2009/2010 serta semester ganjil tahun

pelajaran 2010/2011.

Data diolah dengan menggunakan Microsoft Excel untuk memperoleh

diagram batang sehingga dapat diterjemahkan dalam bentuk uraian

deskripsi yang mampu menggambarkan penjelasan mengenai grafik

tersebut.

- Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, and Threat)

Analisis SWOT digunakan untuk menganalisis data mengenai aplikasi

kecerdasan majemuk pada proses pembelajaran.

Analisis SWOT (Strengths/kekuatan, Weaknesses/kelemahan,

Opportunities/peluang, dan Threats/ancaman) merupakan suatu kegiatan

yang dilakukan dalam rangka mempersiapkan perencanaan. Analisis

SWOT sudah menjadi alat yang umum digunakan dalam perencanaan

strategis pendidikan, namun ia tetap merupakan alat yang efektif dalam

menempatkan potensi intitusi.

Page 78: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Analisis SWOT dalam program sekolah dapat dilakukan dengan membuat

matrik SWOT. Matrik ini terdiri dari sel-sel daftar kekuatan, kelemahan,

peluang, dan ancaman dalam penyelenggaraan program sekolah.

Untuk memperoleh mutu sekolah dapat dilakukan:

Strategi SO (menggunakan kekuatan dan memanfaatkan peluang).

Strategi WO (memperbaiki kelemahan dan mengambil manfaat dari

peluang).

Strategi ST (menggunakan kekuatan dan menghindari ancaman).

Strategi WT (mengatasi kelemahan dan menghindari ancaman).

Page 79: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

BAB IV

HASIL PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

a. Alasan Memilih Obyek Penelitian

Yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah sebuah sekolah

dasar, yaitu sekolah dasar swasta yang merupakan sekolah Islam terpadu.

Penulis memilih obyek tersebut karena seperti halnya sekolah Islam

terpadu lainnya, sekolah tersebut menggunakan metode kecerdasan

majemuk (Multiple Intelligences) serta melaksanakan tes kematangan

terhadap calon siswa yang akan menduduki tingkat I, sehingga mampu

memenuhi variabel-variabel yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Selain

itu, sebagai sekolah berusia muda dan baru saja memperoleh predikat

Akreditasi dari Dinas Pendidikan Nasional, sekolah ini masih sangat

sederhana dengan jumlah siswa relatif sedikit sehingga memudahkan

penelitian.

b. Profil Obyek Penelitian

Identitas Sekolah

Nama obyek penelitian adalah Sekolah Dasar Islam Terpadu

(SDIT) Insan Rabbani berlokasi di Jalan Ratu Boko IV Komplek

Duta Kranji, Kelurahan Bintara, Kecamatan Bekasi Barat, Kota

Bekasi, Jawa Barat.

Page 80: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Lokasi sekolah tersebut terletak di perbatasan kompleks

perumahan dan perkampungan. Sekolah ini merupakan sekolah

swasta yang baru meluluskan dua angkatan Sekolah Dasar dan

Sekolah Menengah Pertama.

Lokasi Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT)

Insan Rabbani berada satu gedung dengan SDIT Insan Rabbani, dan

lahir pada tahun yang sama.

SDIT Insan Rabbani yang baru saja memperoleh Sertifikat

Akreditasi A ini tergolong Gugus Sekolah Inti di wilayahnya dengan

waktu penyelenggaraan pagi, karena dengan gedung sederhana milik

sendiri dapat menampung seluruh siswa yang terdiri atas enam

jenjang dengan masing-masing jenjang hanya memiliki satu kelas.

Total jumlah siswa adalah 125 siswa/i. Waktu penyelenggaraan

pendidikan yaitu hari Senin sampai dengan Jum‟at pukul 07.30 –

14.30 (kelas I dan kelas II) dan pukul 07.30 – 15.00 (kelas III s.d

kelas VI) kecuali hari Jum‟at, siswa pulang pukul 11.00 (kelas I dan

kelas II) dan pukul 11.30 (kelas III s.d kelas VI), dan sebagian siswa

mengikuti ekstrakurikuler serta PDM (pendalaman materi) hingga

pukul 14.30.

Kurikulum yang digunakan adalah penggabungan Kurikulum

Lokal dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)

sebagai kurikulum resmi yang ditetapkan oleh pemerintah sejak

tahun 2006.

Page 81: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Mata Pelajaran yang menjadi Muatan Lokal Umum adalah

Bahasa Inggris dan Bahasa Sunda, serta Muatan Lokal Khusus

sekaligus merupakan ciri khas sekolah ini adalah Tilawah Qur‟an

(TQ) yang terdiri dari Tahsin dan Tahfidz (pembelajaran cara

membaca dan menghafal Al-Qur‟an), Fiqih, Kaligrafi dan Bahasa

Arab.

Siswa, Kelas (Rombongan Belajar) dan Daftar Nilai Ujian Sekolah

Kapasitas siswa dalam satu kelas adalah tidak lebih dari 30

siswa, agar lebih maksimal dalam proses pembelajaran sehingga

konsentrasi dan kemampuan siswa bisa lebih terpantau. Sebelum

dinyatakan diterima, calon siswa harus melalui Tes Kematangan

Siswa yang diselenggarakan atas kerja sama dengan suatu lembaga

psikologi.

Tabel 4.1

Penerimaan Siswa Baru Tingkat I

Asal Siswa Rencana

Penerimaan

Pendaftar Siswa Diterima di Tingkat I

L P L + P L P L + P

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1. Tamatan TK 25 25 50 12 12 24

2. Bukan TK -

Jumlah 25 25 50 12 12 24

Sumber: Laporan Individu Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah Tahun Pelajaran

2010/2011, Keadaan 31 Juli 2010

Walaupun tidak ada persyaratan mengenai usia calon siswa,

tetapi setelah menjalani Tes Kematangan Siswa, rata-rata siswa yang

diterima adalah yang berusia tidak kurang dari 6 tahun.

Page 82: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Tabel 4.2

Siswa Baru Tingkat I menurut Umur dan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Siswa Baru Tingkat I menurut Umur Jumlah Siswa

Baru ≤ 5 Tahun 6 Tahun 7 Tahun 8 Tahun 9 Tahun ≥ 10 Tahun

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1. Laki-laki 12 12

2. Perempuan 12 12

Jumlah - 24 - - - - 24

Sumber: Laporan Individu Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah Tahun Pelajaran

2010/2011, Keadaan 31 Juli 2010

Selain menerima siswa baru kelas I, SDIT Insan Rabbani

juga menerima siswa pindahan kelas II, kelas III, kelas IV, kelas V

dan kelas VI, yang juga harus memenuhi tes berupa tes mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam, Matematika, Bahasa Indonesia,

Ilmu Pengetahuan Alam serta Baca Tulis Al-Qur‟an, untuk

mengetahui kemampuan siswa tersebut secara umum dan sedikit

gambaran mengenai kecerdasan yang dimilikinya.

Tabel 4.3

Siswa menurut Tingkat, Jenis Kelamin dan Umur

Umur

Jumlah Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Jumlah

Tingkat I Tingkat II Tingkat III Tingkat IV Tingkat V Tingkat VI

L P L P L P L P L P L P L P (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)

( ≤ 5 Th ) - -

( 6 Th ) 12 12 12 12

( 7 Th ) 7 7 7 7

( 8 Th ) 14 8 14 8

( 9 Th ) 15 14 15 14

( 10 Th ) 11 8 11 8

( 11 Th ) 10 7 10 7

( 12 Th ) - -

( 13 Th ) - -

( 14 Th ) - -

( 15 Th ) - -

( ≥16 Th ) - -

Jumlah 12 12 7 7 14 8 15 14 11 8 10 7 69 56

Sumber: Laporan Individu Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah Tahun Pelajaran

2010/2011, Keadaan 31 Juli 2010

Page 83: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Sebagai sekolah Islam terpadu, tentu saja seluruh siswa SDIT

Insan Rabbani beragama Islam, dan ini merupakan syarat utama

untuk menjadi siswa di sekolah tersebut.

Tabel 4.4

Siswa menurut Agama

Islam Protestan Katolik Budha Hindu Konghuchu Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

125 - - - - - 125

Sumber: Laporan Individu Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah Tahun Pelajaran

2010/2011, Keadaan 31 Juli 2010

Sejak berdirinya hingga sekarang, dan sebagai konsekuensi

dari aplikasi kecerdasan majemuk serta sistem penyetaraan yang

berlaku di SDIT Insan Rabbani, artinya tidak ada diskriminasi dalam

hal apa pun, maka sejauh ini hampir tidak ada siswa yang mengulang

maupun putus sekolah. Adapun pernah terdapat satu siswa yang

tinggal kelas bukan dengan alasan ketertinggalan akademis,

melainkan karena tidak adanya kerja sama dari orang tua dari siswa

yang bersangkutan sehingga ia mengalami penurunan dalam hal

sikap, moral, akhlaq serta ketidakhadiran yang kerap disebabkan

oleh ketidakpedulian orang tua. Hal ini sangat sulit ditolerir karena

lingkungan keluarga sangat berpengaruh pada perkembangan

seorang anak. Akibatnya, keputusan yang sangat berat harus dibuat

dengan harapan agar dapat menjadi pelajaran berharga pula bagi

keluarga anak tersebut.

Page 84: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Dengan demikian, selama ini belum ada kasus di sekolah

tersebut yang membuat pihak sekolah memutuskan untuk seorang

siswa harus mengulang karena semata-mata alasan akademis.

Tabel 4.5

Siswa Mengulang dan Putus Sekolah menurut Tingkat dan Jenis Kelamin

Siswa Tingkat I Tingkat II Tingkat III Tingkat IV Tingkat V Tingkat VI Jumlah

L P L P L P L P L P L P L P (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)

1. Mengulang - - - - - - - - - - - - - -

2. Putus

Sekolah - - - - - - - - - - - - - -

Sumber: Laporan Individu Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah Tahun Pelajaran

2010/2011, Keadaan 31 Juli 2010

Sebagaimana dikemukakan di atas, jumlah siswa di SDIT

Insan Rabbani relatif tidak terlalu banyak, hanya dengan enam (6)

jenjang atau tingkat yang masing-masing jenjang tersebut hanya

terdiri atas satu (1) kelas atau rombongan belajar. Tiap-tiap kelas

atau rombongan belajar berkapasitas tidak lebih dari 30 siswa untuk

memudahkan pengawasan guru dan konsentrasi siswa.

Tabel 4.6

Kelas (Rombongan Belajar) menurut Tingkat

Tingkat I Tingkat II Tingkat III Tingkat IV Tingkat V Tingkat VI Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 1 1 1 1 1 6

Sumber: Laporan Individu Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah Tahun Pelajaran

2010/2011, Keadaan 31 Juli 2010

Tahun 2010 merupakan tahun kedua bagi SDIT Insan

Rabbani meluluskan siswa-siswi tingkat VI.

Page 85: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Sebagaimana tahun sebelumnya, tahun ini siswa-siswi SDIT

Insan Rabbani lulus 100% dengan hasil yang cukup memuaskan.

Karena jumlah siswa yang belum memenuhi syarat, penyelenggaraan

ujian nasional masih bergabung dengan sekolah lain yaitu sekolah

negeri setempat.

Tabel 4.7

Siswa Tingkat VI, Peserta Ujian Akhir Sekolah dan Lulusan

Siswa Tingkat VI Peserta Lulusan

L P L + P L P L + P L P L + P

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

8 2 10 8 2 10 8 2 10

Sumber: Laporan Individu Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah Tahun Pelajaran

2010/2011, Keadaan 31 Juli 2010

Tabel 4.8

Daftar Nilai Ujian Sekolah Dasar tiap Mata Pelajaran

Mata Pelajaran Nilai Ujian Sekolah

Minimum Rata-rata Maksimum

(1) (2) (3) (4)

1. Bahasa Indonesia 8.00 9.33 9.90

2. Matematika 7.60 7.96 8.00

3. Ilmu Pengetahuan Alam 8.00 8.52 9.00

4. Pendidikan Agama 7.50 9.35 9.83

5. Pendidikan Kewarganegaraan 8.20 9.14 9.80

6. Ilmu Pengetahuan Sosial 8.00 8.92 9.80

7. Seni Budaya dan Keterampilan 7.50 9.56 9.90

8. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan 7.50 9.56 9.90

9. Bahasa Inggris 7.67 8.25 9.00

10. Muatan Lokal 7.51 8.67 9.44

Sumber: Laporan Individu Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah Tahun Pelajaran

2010/2011, Keadaan 31 Juli 2010

Page 86: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Pada lulusan angkatan yang pertama (Ujian Sekolah Dasar

Tahun Pelajaran 2008/2009), nilai yang diperoleh siswa-siswi SDIT

Insan Rabbani tergolong kategori A+, kemudian pada tahun

berikutnya (Ujian Sekolah Dasar Tahun Pelajaran 2009/2010)

termasuk pada kategori A, walaupun ada satu siswa yang harus

didampingi pada saat menempuh Ujian Sekolah dikarenakan

kesulitannya dalam memahami soal.

Hal tersebut tentu saja dilakukan atas izin dari Dinas

Pendidikan Nasional, mengingat motivasi siswa tersebut yang cukup

tinggi meskipun progress peningkatan akademisnya tidak

menunjukkan diagram yang cukup memuaskan. Dan setelah

menempuh ujian pun, ia berhasil melewati batas nilai yang menjadi

SKL (Standar Kelulusan). Kasus ini merupakan bukti konsistensi

sekolah terhadap sikap apresiatif kepada siswa tanpa memandang

tingkat kecerdasan mereka.

Apresiasi terhadap siswa merupakan salah satu indikator

konsekuensi penerapan kecerdasan majemuk, karena dengan

demikian maka kesempatan diberikan kepada siswa yang nilai

akademisnya tertinggal tetapi dia memiliki motivasi yang sangat

kuat untuk dapat berprestasi. Walaupun prestasi yang dicapai tidak

semaksimal teman-temannya, tetapi apabila keluarga serta para

pendidik memberi peluang baginya untuk tetap maju maka

semangatnya untuk berkembang akan lebih terpacu.

Page 87: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

B. Data-data Hasil Penelitian

a. Hasil Tes Kematangan Siswa

Dalam melaksanakan Tes Kematangan Siswa, SDIT Insan

Rabbani Bekasi Barat bekerja sama dengan lembaga Dzikra

Psychological Services.

Pemeriksaan psikologis berupa tes kematangan untuk anak yang

akan memasuki sekolah dasar tersebut bertujuan agar pihak orang tua dan

pengelola sekolah akan mendapatkan:

- Gambaran dan alasan yang jelas mengapa seorang anak bisa sekolah

di tingkat sekolah dasar dan mengapa anak lain belum bisa diterima di

bangku sekolah dasar.

- Untuk mengetahui secara psikologis gambaran aspek mental anak

sebelum menginjak sekolah dasar.

- Sebagai alat ukur yang objektif dalam penerimaan murid baru.

Diharapkan orang tua tidak berprasangka buruk kepada pengelola

sekolah disebabkan tidak jelasnya parameter yang digunakan dalam

meluluskan anak.

- Mendapatkan gambaran psikologis anak yang memiliki

kecenderungan menyimpang (disorder) seperti keterbelakangan

mental (mental retardation), slow learner, kesulitan belajar, autism,

gangguan persepsi dan sebagainya.

Aspek psikologis yang diukur dalam Tes Kematangan Siswa yang

diadakan oleh SDIT Insan Rabbani adalah meliputi:

Page 88: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

1. Pengamatan bentuk dan kemampuan membedakan

2. Motorik halus

3. Pengertian tentang besar, jumlah dan perbandingan

4. Ketajaman penglihatan

5. Pengamatan kritis

6. Konsentrasi

7. Daya ingat

8. Pengertian tentang objek dan penilaian terhadap situasi

9. Memahami cerita

10. Gambar orang

Pada prinsipnya tes kematangan siswa dilakukan secara

individual, namun mengingat keterbatasan waktu dan tenaga maka dapat

dilakukan secara klasikal (kolektif) dengan tetap memegang prinsip-

prinsip pelaksanaan psikotes yang akurat. Lama pelaksanaan tes yaitu

sekitar 2 – 3 jam.

Karena keterbatasan penyimpanan data serta terjadinya pergantian

kepemimpinan dan manajemen, maka data yang diperoleh berupa hasil

tes kematangan siswa yang diadakan oleh SDIT Insan Rabbani tidak

semaksimal yang diharapkan oleh peneliti. Namun demikian, data yang

ada kiranya cukup mewakili dan keakuratannya dapat

dipertanggungjawabkan oleh pihak sekolah.

Page 89: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Hasil Tes Kematangan Siswa yang diadakan oleh SDIT Insan

Rabbani bekerja sama dengan lembaga konsultasi psikologi terhadap

beberapa siswa pada tiap-tiap jenjang adalah sebagai berikut (seluruh

sampel adalah siswa yang diterima dan mendaftar ulang di SDIT Insan

Rabbani setelah menjalani Tes Kematangan Siswa, adapun peserta Tes

Kematangan Siswa yang tidak mendaftar ulang maka tidak dapat

dijadikan sampel):

Tabel 4.9

Hasil Tes Kematangan Siswa

No. Nama Siswa

Usia pada

saat tes

(tahun)

Nilai

total Keterangan

Kelas II

1 Aya Sofya Nidaulhaq 6.0 53 Belum matang

2 Azzam Shidqi Fathoriq 5.9 63 Matang

3 Edi Mufqi 6.5 85 Matang

4 Itsna Faria 6.0 93 Matang

5 Khonsa Syahidah 6.0 91 Matang

6 Mahdi Mutashim 6.0 82 Matang

7 M. Azzam Kafabila 6.0 89 Matang

No. Nama Siswa

Usia pada

saat tes

(tahun)

Nilai

total Keterangan

Kelas III

1 Aiman 6.0 70 Belum matang

2 Alisha Zahra Sa'diyah 6.0 84 Matang

3 Dia Ulhaq Al Fajri 6.0 84 Matang

4 M. Farhan 5.11 85 Matang

5 M. Amar Izzudin 6.0 89 Matang

6 M. Azka Kurniawan 6.0 84 Matang

7 M. Fauzan A. 6.0 84 Matang

8 Nabil Zihnis 6.0 57 Belum matang

9 Nabila Isa Alfarisi 6.0 80 Matang

10 Rizky Putra M. 6.7 81 Matang

11 Sofian Akmal 6.0 84 Matang

12 Zahra Raihanun 6.3 84 Matang

Page 90: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

No. Nama Siswa

Usia pada

saat tes

(tahun)

Nilai

total Keterangan

Kelas IV

1 Abdullah Fatthi Azzam 6.0 80 Matang

2 Aisyah 6.0 80 Matang

3 Annisa Cikal Kartika 6.0 75 Matang

4 Bennafis Mulya Izzul Haq 6.0 82 Matang

5 Farhamah D.Ustari 6.5 74 Matang

6 Fatiya Fira S 6.8 86 Matang

7 Hanifah Syahidah 6.0 70 Matang

8 Hanzholah 5.7 78 Matang

9 Hisyam Al-Anshor 5.1 67 Matang

10 Ilham Khatami 6.0 80 Matang

11 Kiara Zihni F 8.0 98 Matang

12 Luthfiyah 6.0 57 Belum matang

13 Muadz Arsyad 6.0 82 Matang

14 M. Akhyar 6.5 63 Matang

15 Muhammad Nur Karim 6.0 80 Matang

16 Muhammad Zein Ukhrowi 6.0 61 Belum matang

17 Nur Inayah Ramadhan 6.0 80 Matang

18 Rifa Khairunnisa 6.0 79 Matang

19 Syahnia Prihandini 6.0 66 Matang

20 Syaibatul Hamdi Arroyan 5.8 60 Belum matang

No. Nama Siswa

Usia pada

saat tes

(tahun)

Nilai

total Keterangan

Kelas V

1 Arie Hidayat 5.11 84 Belum matang

2 Azzamudin Ilham 6.4 105 Matang

3 Dandi Rais Machmudi 6.9 181 Matang

4 Farhan Fikruel Haq 6.1 109 Belum matang

5 Hamzah Jundana 5.8 64 Belum matang

6 Istiqomatul Fadillah 5.11 89 Matang

7 Khodijah 6.6 126 Belum matang

8 Khonsa 5.9 78 Belum matang

9 Latitsa Syafa Kalaw 6.8 83 Belum matang

10 Lu‟lu Dafa 5.11 108 Matang

11 Mu‟adz 5.10 105 Belum matang

12 Muhammad Rafli 6.2 108 Matang

13 M. Rizky Ramadhan 6.4 75 Belum matang

14 Puteri Raudya Tuzzahra 6.9 73 Belum matang

15 Salsabila Nurizah 6.0 100 Matang

Page 91: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

No. Nama Siswa

Usia pada

saat tes

(tahun)

Nilai

total Keterangan

Kelas VI

1 Adam Fauzi Hasan 6.1 54 Belum matang

2 Anisa Husna Riska 6.4 51 Matang

3 Fabbiola Irawan 5.11 59 Matang

4 Fahmi Fauzan 5.11 66 Matang

5 Fathan Sholahudin 5.1 59 Matang

6 Muhammad Faturrohman 5.11 57 Matang

7 Muhammad Rafi' Muayyidin 6.7 69 Matang

8 Muhammad Rawi Kawista 6.5 61 Matang

Dari hasil Tes Kematangan Siswa di atas, maka jumlah sampel

adalah sebagai berikut:

- Kelas II berjumlah 7 siswa

- Kelas III berjumlah 12 siswa

- Kelas IV berjumlah 20 siswa

- Kelas V berjumlah 15 siswa

- Kelas VI berjumlah 8 siswa

Jumlah siswa yang dijadikan sampel seluruhnya adalah 62 siswa. Siswa

kelas I tidak dapat dijadikan sampel karena baru menjalani proses

pembelajaran selama satu semester saja.

b. Aplikasi Kecerdasan Majemuk

Dari hasil wawancara dan pengamatan langsung terhadap 10

(sepuluh) responden mengenai aplikasi teori Kecerdasan majemuk

(Multiple Intelligence Theory) yang dilakukan oleh guru SDIT Insan

Rabbani terhadap siswa-siswi SDIT Insan Rabbani, dihasilkan beberapa

resume sebagai berikut:

Page 92: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

1) Mengenai pengetahuan responden tentang Teori Kecerdasan

Majemuk:

- Seluruh guru/responden, atau dapat dikatakan 100% guru SDIT

Insan Rabbani mengetahui tentang Teori Kecerdasan Majemuk

- Dengan demikian, maka 0% guru, atau tidak ada satu pun

responden yang tidak mengetahui perihal Teori Kecerdasan

Majemuk.

2) Mengenai dukungan terhadap Teori Kecerdasan Majemuk:

- Seluruh responden tersebut juga berpendapat bahwa Teori

Kecerdasan Majemuk sangat baik, karena menganggap semua

anak cerdas, dan memperhatikan potensi apapun pada siswa.

Dengan kata lain, 100% guru SDIT Insan Rabbani mendukung

adanya teori Kecerdasan Majemuk tersebut.

- Tidak ada responden (0%) yang berpendapat bahwa Teori

Kecerdasan Majemuk biasa saja dan tidak mempunyai kelebihan

yang signifikan.

- Tidak ada responden (0%) yang kurang mendukung Teori

Kecerdasan Majemuk karena terlalu menyulitkan dalam proses

pembelajaran.

3) Walaupun mereka mengetahui dan mendukung Teori Kecerdasan

Majemuk, namun ternyata:

- Hanya 30% responden yang sudah pernah mengikuti pelatihan

Teori Kecerdasan Majemuk.

Page 93: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

- Sedangkan 70% responden belum pernah mengikuti pelatihan

Teori Kecerdasan Majemuk.

4) Terdapat 3 (tiga) kategori pelaksanaan metode kecerdasan majemuk

pada beberapa mata pelajaran di SDIT Insan Rabbani, yaitu:

20% responden selalu menerapkan metode kecerdasan majemuk,

yaitu pada mata pelajaran Matematika dan Komputer.

60% responden kadang-kadang menerapkan metode kecerdasan

majemuk, yaitu pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam

(PAI), Fiqih, Bahasa Arab, Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan

Sosial (IPS), Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes),

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), dan Seni Budaya dan

Keterampilan (SBK).

20% responden tidak pernah menerapkan metode kecerdasan

majemuk, yaitu pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA), Bahasa Inggris, dan Tilawah Qur‟an (TQ).

5) Dari seluruh responden yang menerapkan metode teori kecerdasan

majemuk,

- 37.5 % di antaranya menerapkan teori kecerdasan majemuk di

kelas dengan cara mengamati potensi setiap siswa, lalu

melakukan pendekatan khusus dengan siswa tersebut selama

proses pembelajaran berlangsung. Jumlah ini adalah 30% dari

keseluruhan responden.

Page 94: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

- Sementara itu, 50% responden menerapkan teori kecerdasan

majemuk di kelas dengan cara melakukan beberapa metode dalam

langkah-langkah pembelajaran sehingga dapat meliputi beberapa

jenis kecerdasan pada satu kegiatan atau satu mata pelajaran di

satu pertemuan. Jumlah ini adalah 40% dari keseluruhan

responden.

- Ada pula 12.5% responden yang menerapkan teori kecerdasan

majemuk di kelas dengan cara mencoba metode yang berbeda

pada setiap pertemuan untuk mata pelajaran yang sama. Jumlah

ini adalah 10% dari keseluruhan responden.

6) Mengenai prestasi anak didik setelah para responden tersebut

menerapkan teori kecerdasan majemuk di kelas,

- 62.5% di antaranya menyatakan bahwa prestasi anak didik

mereka meningkat (jumlah ini merupakan 50% dari jumlah

keseluruhan responden),

- dan 37.5% responden menyatakan bahwa prestasi anak didik

mereka relatif tidak berubah (jumlah ini adalah 30% dari jumlah

keseluruhan responden).

- Dengan demikian, 0% responden, atau tidak satu pun guru yang

menyatakan bahwa prestasi anak didik setelah para responden

tersebut menerapkan teori kecerdasan majemuk di kelas menjadi

menurun.

Page 95: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

7) Menurut pengamatan para responden mengenai efektifitas penerapan

teori kecerdasan majemuk terhadap peningkatan prestasi belajar anak

didik,

- 22.2% responden menyatakan bahwa penerapan teori tersebut

sangat efektif (jumlah ini adalah 10% dari jumlah keseluruhan

responden),

- 55.6% responden menyatakan bahwa penerapan teori tersebut

cukup efektif, tetapi tidak dapat berlaku pada seluruh peserta

didik (jumlah ini adalah 60% dari jumlah keseluruhan responden),

- sementara 22.2% responden menyatakan bahwa penerapan teori

tersebut efektif tetapi dengan prosentase yang sangat kecil

(jumlah ini adalah 10% dari jumlah keseluruhan responden),

- serta 0% responden menyatakan bahwa penerapan teori tersebut

tidak efektif.

8) Terkait dengan konsep kecerdasan majemuk yang mengatakan

bahwa „semua anak cerdas‟, maka dipertanyakan mengenai

kelayakan seorang siswa „tinggal kelas‟ atau „mengulang‟ karena

prestasi belajarnya yang sangat rendah. Mengenai hal ini:

- 70% responden menyatakan bahwa tidaklah layak seorang siswa

„tinggal kelas‟ atau „mengulang‟, karena itu berarti menghambat

kesempatannya untuk berkembang.

Page 96: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

- Sedangkan 30% responden berpendapat bahwa seorang siswa

layak untuk „tinggal kelas‟ atau „mengulang‟ dengan

pertimbangan agar siswa tersebut dapat mengejar

ketertinggalannya.

9) Walaupun terjadi perbedaan perlakuan atau penerapan metode

kecerdasan majemuk di kelas, serta adanya perbedaan pendapat

mengenai efektifitas metode serta kelayakan seorang siswa „tinggal

kelas‟ atau „mengulang‟, tetapi:

- seluruh responden (100%) menyetujui cara yang sama dalam

mengembangkan potensi peserta didik, yaitu dengan

menumbuhkan kepercayaan dirinya dengan potensi yang

dimilikinya sendiri,

- dan tidak ada responden (0%) yang menyetujui cara

mengembangkan potensi peserta didik dengan terus memberikan

materi esensial yang sulit dijangkau sampai ia mampu mencapai

nilai sesuai tuntutan akademis.

Dengan demikian, kesimpulan sementara dari hasil penelitian

mengenai penerapan metode kecerdasan majemuk di Sekolah Dasar

Islam Terpadu Insan Rabbani yaitu:

a. Seluruh guru SDIT Insan Rabbani telah mengetahui dan mendukung

adanya teori kecerdasan majemuk, walaupun hanya sebagian kecil

dari seluruh guru tersebut yang pernah mendapatkan pelatihan

mengenai kecerdasan majemuk.

Page 97: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Sedangkan sebagian yang lain mengetahui kecerdasan majemuk

tersebut tidak melalui pelatihan, melainkan melalui diskusi atau

media massa. Ini berarti para guru tersebut memiliki wawasan yang

cukup luas dan mempunyai pandangan yang cukup modern, terbukti

dengan adanya dukungan besar terhadap teori kecerdasan majemuk.

b. Walaupun belum seluruh guru melaksanakan metode kecerdasan

majemuk di SDIT Insan Rabbani, namun mayoritas atau sebagian

besar guru telah menerapkan metode kecerdasan majemuk tersebut

dalam proses pembelajaran di kelas. Dan efektifitas metode

kecerdasan majemuk tersebut telah cukup dapat dirasakan oleh guru-

guru yang mengaplikasikannya, walaupun masih belum mencapai

hasil maksimal yang diharapkan secara ideal. Hal ini dapat terjadi

karena berbagai faktor, misalnya hambatan yang datang dari individu

siswa sendiri, yang barangkali memiliki kebutuhan khusus atau

kesulitan belajar, atau kurangnya dukungan dari pihak keluarga, atau

juga kekurangan dari pelaksana metode, dalam hal ini para guru,

yang biasanya mengalami kesulitan dalam mengembangkan ide,

gagasan atau metode yang diterapkan. Hal ini bisa juga terjadi

apabila terdapat keterbatasan pada pihak penyelenggara pendidikan

atau lembaga sekolah, di mana kurangnya fasilitas, sarana atau

media yang dibutuhkan untuk memperkaya materi dalam aplikasi

metode kecerdasan majemuk, dapat menjadi hambatan bagi

keberhasilan metode tersebut.

Page 98: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

c. Memang sulit untuk mengubah paradigma mengenai fungsi dan

tujuan pembelajaran, khususnya apa yang diharapkan setelah

melaksanakan metode kecerdasan majemuk. Walaupun seluruh guru

berpendapat sebagaimana yang menjadi prinsip kecerdasan majemuk

bahwa „semua anak cerdas‟, namun masih ada guru yang

menganggap layak untuk siswa „mengulang‟ atau „tidak naik kelas‟

dikarenakan hal-hal tertentu yang sangat memberatkan mereka.

Memang hal ini merupakan suatu pilihan yang sulit, ketika dewan

guru harus membuat keputusan apakah seorang siswa itu harus

„tinggal kelas‟ atau bisa naik kelas. Tentunya dengan berbagai

pertimbangan yang sangat matang, tidak hanya bicara mengenai

kecerdasan siswa itu sendiri, melainkan banyak faktor lain yang

mempengaruhi, sebagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi

tingkat kematangan siswa, yaitu pola asuh, lingkungan keluarga serta

media massa, yang pada akhirnya bisa juga berpengaruh pada

prestasi siswa.

Pada akhirnya keberhasilan metode kecerdasan majemuk dalam

mencapai prestasi yang baik tidak hanya bergantung pada kreatifitas

seorang guru yang melaksanakannya di dalam kelas, melainkan juga

dipengaruhi oleh faktor kematangan dan intelegensi anak didik serta

pengaruh dari luar yaitu dukungan pihak keluarga, media massa, serta

sarana dan prasarana di tempat di mana proses pembelajaran itu

berlangsung.

Page 99: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

c. Prestasi Belajar Siswa

Sebagaimana yang telah diatur dalam Peraturan Mendiknas

Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian, dijelaskan bahwa

penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan,

bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik

serta untuk meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran.

Dalam Peraturan Mendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang

Standar Penilaian, kegiatan penilaian meliputi:

1. Penginformasian silabus mata pelajaran yang di dalamnya memuat

rancangan dan kriteria penilaian pada awal semester;

2. Pengembangan indikator pencapaian KD dan pemilihan teknik

penilaian yang sesuai pada saat menyusun silabus mata pelajaran;

3. Pengembangan instrumen dan pedoman penilaian sesuai dengan

bentuk dan teknik penilaian yang dipilih;

4. Pelaksanaan tes, pengamatan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang

diperlukan;

5. Pengolahan hasil penilaian untuk mengetahui kemajuan hasil belajar

dan kesulitan belajar peserta didik;

6. Pengembalian hasil pemeriksaan pekerjaan peserta didik disertai

balikan/komentar yang mendidik;

7. Pemanfaatan hasil penilaian untuk perbaikan pembelajaran;

Page 100: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

8. Pelaporan hasil penilaian mata pelajaran pada setiap akhir semester

kepada pimpinan satuan pendidikan dalam bentuk satu nilai prestasi

belajar peserta didik disertai deskripsi singkat sebagai cerminan

kompetensi utuh;

9. Pelaporan hasil penilaian akhlak kepada guru Pendidikan Agama dan

hasil penilaian kepribadian kepada guru Pendidikan Kewarganegaraan

digunakan sebagai informasi untuk menentukan nilai akhir semester

akhlak dan kepribadian peserta didik dengan kategori sangat baik,

baik, atau kurang baik.

Proses pembelajaran dievaluasi melalui tugas-tugas, ulangan

harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester dan ulangan

kenaikan kelas. Pada setiap akhir semester, hasil total dari evaluasi

tersebut dilaporkan dalam bentuk nilai rapor Semester I dan nilai rapor

Semester II. Nilai rapor inilah yang akan mewakili hasil atau prestasi

belajar siswa selama satu semester. Dan berikut adalah prestasi belajar

dua semester berturut-turut dalam masa penelitian.

Tabel 4.10

Prestasi Belajar Siswa

No. Nama Siswa

Nilai Rapor

Semester II

TP 2009/2010

Semester I

TP 2010/2011

Kelas II

1 Aya Sofya Nidaulhaq 65 69

2 Azzam Shidqi Fathoriq 80 83

3 Edi Mufqi 70 71

4 Itsna Faria 85 87

5 Khonsa Syahidah 85 90

6 Mahdi Mutashim 70 75

7 M. Azzam Kafabila 75 78

Page 101: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

No. Nama Siswa

Nilai Rapor

Semester II

TP 2009/2010

Semester I

TP 2010/2011

Kelas III

1 Aiman 79 74

2 Alisha Zahra Sa'diyah 87 82

3 Dia Ulhaq Al Fajri 80 76

4 M. Farhan 91 86

5 M. Amar Izzudin 86 85

6 M. Azka Kurniawan 78 73

7 M. Fauzan A. 70 73

8 Nabil Zihnis 69 67

9 Nabila Isa Alfarisi 90 86

10 Rizky Putra M. 82 75

11 Sofian Akmal 79 75

12 Zahra Raihanun 81 79

No. Nama Siswa

Nilai Rapor

Semester II

TP 2009/2010

Semester I

TP 2010/2011

Kelas IV

1 Abdullah Fatthi Azzam 77 76

2 Aisyah 85 82

3 Annisa Cikal Kartika 88 84

4 Bennafis Mulya Izzul Haq 68 71

5 Farhamah D.Ustari 77 77

6 Fatiya Fira S 67 72

7 Hanifah Syahidah 78 81

8 Hanzholah 78 81

9 Hisyam Al-Anshor 67 71

10 Ilham Khatami 67 72

11 Kiara Zihni F 82 85

12 Luthfiyah 73 77

13 Muadz Arsyad 67 73

14 M. Akhyar 64 70

15 Muhammad Nur Karim 65 71

16 Muhammad Zein Ukhrowi 65 71

17 Nur Inayah Ramadhan 69 75

18 Rifa Khairunnisa 71 76

19 Syahnia Prihandini 77 79

20 Syaibatul Hamdi Arroyan 74 78

Page 102: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

No. Nama Siswa

Nilai Rapor

Semester II

TP 2009/2010

Semester I

TP 2010/2011

Kelas V

1 Arie Hidayat 68 70

2 Azzamudin Ilham 82 82

3 Dandi Rais Machmudi 85 81

4 Farhan Fikruel Haq 67 74

5 Hamzah Jundana 68 69

6 Istiqomatul Fadillah 71 73

7 Khodijah 67 72

8 Khonsa 84 86

9 Latitsa Syafa Kalaw 74 75

10 Lu‟lu Dafa 79 82

11 Mu‟adz 73 71

12 Muhammad Rafli 77 73

13 M. Rizky Ramadhan 75 73

14 Puteri Raudya Tuzzahra 68 70

15 Salsabila Nurizah 70 73

No. Nama Siswa

Nilai Rapor

Semester II

TP 2009/2010

Semester I

TP 2010/2011

Kelas VI

1 Adam Fauzi Hasan 70 71

2 Anisa Husna Riska 75 77

3 Fabbiola Irawan 85 88

4 Fahmi Fauzan 75 76

5 Fathan Sholahudin 65 70

6 Muhammad Faturrohman 80 81

7 Muhammad Rafi' Muayyidin 70 74

8 Muhammad Rawi Kawista 70 72

Angka-angka prestasi belajar yang tercantum pada rapor

merupakan nilai rata-rata dari seluruh mata pelajaran yang dipelajari di

SDIT Insan Rabbani. Skala yang digunakan sesuai dengan skala nilai

yang disarankan oleh Diknas, yaitu berkisar antara 0 – 100 (nilai

terendah = 0 dan nilai tertinggi = 100).

Page 103: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

C. Analisis Hasil Penelitian

a. Analisis Tes Kematangan Siswa dan Prestasi Belajar

Untuk dapat menganalisis Tes Kematangan Siswa dan Prestasi

Belajar, diperlukan adanya grafik yang menggambarkan progress berupa

peningkatan maupun penurunan dari angka Tes Kematangan Siswa, Nilai

Rapor Semester II Tahun Pelajaran 2009/2010 dan Nilai Rapor Semester

I Tahun Pelajaran 2010/2011. Untuk itu, sebelum menganalisis Tes

Kematangan Siswa dan Prestasi Belajar, maka dapat dilihat perbandingan

antara kedua faktor tersebut untuk menemukan korelasi satu sama lain,

pada tabel berikut ini:

Tabel 4.11

Perbandingan Hasil Tes Kematangan Siswa dan Prestasi Belajar

No. Nama Siswa TKS Rapor I Rapor II

Kelas II

1 Aya Sofya Nidaulhaq 53 65 69

2 Azzam Shidqi Fathoriq 63 80 83

3 Edi Mufqi 85 70 71

4 Itsna Faria 93 85 87

5 Khonsa Syahidah 91 85 90

6 Mahdi Mutashim 82 70 75

7 M. Azzam Kafabila 89 75 78

No. Nama Siswa TKS Rapor I Rapor II

Kelas III

8 Aiman 70 79 74

9 Alisha Zahra Sa'diyah 84 87 82

10 Dia Ulhaq Al Fajri 84 80 76

11 M. Farhan 85 91 86

12 M. Amar Izzudin 89 86 85

13 M. Azka Kurniawan 84 78 73

14 M. Fauzan A. 84 70 73

15 Nabil Zihnis 57 69 67

16 Nabila Isa Alfarisi 80 90 86

17 Rizky Putra M. 81 82 75

18 Sofian Akmal 84 79 75

19 Zahra Raihanun 84 81 79

Page 104: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

No. Nama Siswa TKS Rapor I Rapor II

Kelas IV

20 Abdullah Fatthi Azzam 80 77 76

21 Aisyah 80 85 82

22 Annisa Cikal Kartika 75 88 84

23 Bennafis Mulya Izzul Haq 82 68 71

24 Farhamah D.Ustari 74 77 77

25 Fatiya Fira S 86 67 72

26 Hanifah Syahidah 70 78 81

27 Hanzholah 78 78 81

28 Hisyam Al-Anshor 67 67 71

29 Ilham Khatami 80 67 72

30 Kiara Zihni F 98 82 85

31 Luthfiyah 57 73 77

32 Muadz Arsyad 82 67 73

33 M. Akhyar 63 64 70

34 Muhammad Nur Karim 80 65 71

35 Muhammad Zein Ukhrowi 61 65 71

36 Nur Inayah Ramadhan 80 69 75

37 Rifa Khairunnisa 79 71 76

38 Syahnia Prihandini 66 77 79

39 Syaibatul Hamdi Arroyan 60 74 78

No. Nama Siswa TKS Rapor I Rapor II

Kelas V

40 Arie Hidayat 84 68 70

41 Azzamudin Ilham 105 82 82

42 Dandi Rais Machmudi 181 85 81

43 Farhan Fikruel Haq 109 67 74

44 Hamzah Jundana 64 68 69

45 Istiqomatul Fadillah 89 71 73

46 Khodijah 126 67 72

47 Khonsa 78 84 86

48 Latitsa Syafa Kalaw 83 74 75

49 Lu‟lu Dafa 108 79 82

50 Mu‟adz 105 73 71

51 Muhammad Rafli 108 77 73

52 M. Rizky Ramadhan 75 75 73

53 Puteri Raudya Tuzzahra 73 68 70

54 Salsabila Nurizah 100 70 73

Page 105: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

No. Nama Siswa TKS Rapor I Rapor II

Kelas VI

55 Adam Fauzi Hasan 54 70 71

56 Anisa Husna Riska 51 75 77

57 Fabbiola Irawan 59 85 88

58 Fahmi Fauzan 66 75 76

59 Fathan Sholahudin 59 65 70

60 Muhammad Faturrohman 57 80 81

61 Muhammad Rafi' Muayyidin 69 70 74

62 Muhammad Rawi Kawista 61 70 72

Keterangan:

TKS = Hasil Tes Kematangan Siswa

Rapor I = Nilai Rapor Semester II Tahun Pelajaran 2009/2010

Rapor II = Nilai Rapor Semester I Tahun Pelajaran 2010/2011

Untuk mengetahui pemeringkatan dalam angka-angka Hasil Tes

Kematangan Siswa serta progress peningkatan prestasi belajar, maka

tabel di atas terlebih dahulu diubah menjadi grafik-grafik yang berupa

diagram batang. Diagram batang akan menggambarkan tinggi rendah

angka Tes Kematangan Siswa dan tinggi rendahnya prestasi belajar,

sehingga tampak peningkatan ataupun penurunan. Diagram batang yang

menggambarkan hasil Tes Kematangan Siswa tidak disatukan dengan

diagram prestasi belajar, karena keduanya menggunakan skala yang

berbeda, tetapi tinggi rendahnya akan tampak apabila terdapat kesamaan

maupun perbedaan rentang antar ordinat pada kedua grafik tersebut.

Grafik berupa diagram batang yang digambarkan terbagi menjadi

dua jenis grafik, yaitu grafik Tes Kematangan Siswa (TKS) dan grafik

progress prestasi belajar (Rapor) seperti di bawah ini:

Page 106: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Gambar 4.1

Diagram Batang TKS Kelas II

Gambar 4.2

Diagram Batang Progress Rapor Kelas II

Dari kedua diagram di atas tampak bahwa hanya 3 dari 7 siswa (atau dapat

dikatakan 42.86%) memiliki relevansi antara TKS dan prestasi belajar, dan 100%

siswa menunjukkan peningkatan prestasi belajar.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Aya Sofya Nidaulhaq

Azzam Shidqi

Fathoriq

Edi Mufqi Itsna Faria Khonsa Syahidah

Mahdi Mutashim

M. Azzam Kafabila

1 2 3 4 5 6 7

TKS

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

1 2 3 4 5 6 7

Rapor I

Rapor II

Page 107: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Gambar 4.3

Diagram Batang TKS Kelas III

Gambar 4.4

Diagram Batang Progress Rapor Kelas III

Dari kedua diagram di atas tampak bahwa 7 dari 12 siswa (atau dapat dikatakan

58.33 %) memiliki relevansi antara TKS dan prestasi belajar, dan hanya 1 dari 12

siswa (atau sejumlah 8.33% siswa) yang menunjukkan peningkatan prestasi

belajar.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

TKS

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Rapor I

Rapor II

Page 108: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Gambar 4.5

Diagram Batang TKS Kelas IV

Gambar 4.6

Diagram Batang Progress Rapor Kelas IV

Dari kedua diagram di atas tampak bahwa hanya 6 dari 20 siswa (atau dapat

dikatakan 30%) memiliki relevansi antara TKS dan prestasi belajar, dan 16 dari 20

siswa (sama dengan 80% siswa) menunjukkan peningkatan prestasi belajar.

0

20

40

60

80

100

120

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

TKS

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Rapor I

Rapor II

Page 109: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Gambar 4.7

Diagram Batang TKS Kelas V

Gambar 4.8

Diagram Batang Progress Rapor Kelas V

Dari kedua diagram di atas tampak bahwa hanya 6 dari 15 siswa (atau dapat

dikatakan 40%) memiliki relevansi antara TKS dan prestasi belajar, dan 10 dari 15

siswa (66.67% siswa) menunjukkan peningkatan prestasi belajar.

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

TKS

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Rapor I

Rapor II

Page 110: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Gambar 4.9

Diagram Batang TKS Kelas VI

Gambar 4.10

Diagram Batang Progress Rapor Kelas VI

Dari kedua diagram di atas tampak bahwa hanya 3 dari 8 siswa (atau dapat

dikatakan 37.50%) memiliki relevansi antara TKS dan prestasi belajar, dan 100%

siswa menunjukkan peningkatan prestasi belajar.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

1 2 3 4 5 6 7 8

TKS

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

1 2 3 4 5 6 7 8

Rapor I

Rapor II

Page 111: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Secara keseluruhan, maka dapat dikatakan bahwa:

- 25 siswa dari 62 siswa (40.32%) memiliki relevansi antara TKS dan

prestasi belajar, sehingga 59.67% siswa tidak memiliki relevansi

antara TKS dengan prestasi belajar. Ini berarti bahwa hasil Tes

Kematangan Siswa tidak dapat sepenuhnya menunjukkan kemampuan

dasar peserta didik.

- 42 siswa dari 62 siswa (67.74%) menunjukkan peningkatan prestasi

belajar, dan sisanya (32.26% siswa) tidak mengalami peningkatan

prestasi belajar, melainkan tetap mencapai nilai yang konstan/tetap

atau mengalami penurunan yang relatif kecil (tidak terlalu drastis).

b. Analisis SWOT Aplikasi Kecerdasan Majemuk

Sebelum menganalisis aplikasi metode kecerdasan majemuk itu

sendiri, maka sebagai suatu organisai yang tidak lepas dari manajemen

secara keseluruhan, maka diperlukan analisis SWOT

(Strengths/kekuatan, Weaknesses/kelemahan, Opportunities/peluang, dan

Threats/ancaman). Analisis SWOT itu sendiri digunakan untuk

menganalisis langkah-langkah dalam pengembangan manajemen

sekolah, karena aplikasi metode kecerdasan majemuk merupakan bagian

dari pengembangan kurikulum yang selayaknya menjadi pertimbangan

penting dalam pengembangan manajemen sekolah. Analisis SWOT

pengembangan manajemen di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan

Rabbani adalah dapat ditampilkan dalam tabel sebagai berikut:

Page 112: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Tabel 4.12

Analisis SWOT

IFAS

Faktor Internal

EFAS

Faktor Eksternal

Strength/Kekuatan

Status

Budaya Akademik

Tempat Strategis

Weakness/Kelemahan

SDM

Manajemen

Fasilitas

Opportunities/Peluang

Lulusan 100% dan

peringkat A

Kesadaran

masyarakat tinggi

Brand Image Baik

Strategi SO

Promosi lebih luas

dengan

menonjolkan

status dan prestasi

yang ada

Mempertahankan

budaya akademik

Berinteraksi

dengan

masyarakat

Strategi WO

Banyak mengadakan

pelatihan guru

Pengembangan

prestasi siswa dan

alumni

Perbaikan

manajemen

Peningkatan fasilitas

dengan melibatkan

masyarakat

Threats/ Ancaman

Banyak sekolah

sejenis

Paradigma orang tua

Situasi ekonomi

kurang

Strategi ST

Melakukan studi

banding

Mengadakan

dialog secara

berkala dengan

orang tua

Kerja sama

dengan orang tua

dan lingkungan

masyarakat

Strategi WT

Bekerja sama

dengan sekolah lain

Memberdayakan

dana yang ada

sesegera mungkin

Memanfaatkan

lingkungan

Penjelasan mengenai analisis SWOT dapat diuraikan dalam

penjabaran berikut:

Faktor Internal yang mempengaruhi pengembangan manajemen

sekolah, terdiri atas:

Page 113: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Strength (kekuatan), yaitu berupa:

Status

Status Akreditasi A yang baru saja diperoleh oleh SDIT Insan

Rabbani menjadi kekuatan yang sangat penting dalam proses

pengembangan manajemen sekolah serta peningkatan prestasi

sekolah.

Dengan status tersebut, sekolah akan lebih dipercaya oleh

masyarakat, dan sekolah akan lebih mudah dalam mengadakan

komunikasi dengan pihak luar, baik dengan pemerintah, sesama

sekolah swasta maupun sekolah negeri, instansi lain atau pun

dengan masyarakat umum.

Budaya Akademik

Pembiasaan-pembiasaan yang menjadi budaya akademik dalam

proses pembelajaran di SDIT Insan Rabbani merupakan kekuatan

yang sebenarnya tidak tampak secara kasat mata oleh masyarakat,

namun hal ini dapat dirasakan oleh para peserta didik maupun

keluarga yang peduli dan mengamati proses pembelajaran di

sekolah tersebut.

Tempat Strategis

Lokasi sekolah yang terletak di perbatasan kompleks perumahan

dengan perkampungan merupakan kekuatan tersendiri.

Page 114: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Dengan posisi tersebut, SDIT Insan Rabbani akan lebih mudah

merangkul dan berinteraksi dengan berbagai kalangan tanpa harus

menimbulkan kesenjangan sosial.

Weakness (kelemahan), yaitu berupa:

SDM

Kurangnya sumber daya manusia menjadi kelemahan bagi proses

pengembangan manajemen sekolah. Apalagi bila SDM yang ada

tidak belum memiliki keahlian dan keterampilan yang cukup,

sehingga menyulitkan sekolah dalam melaksanakan proses

pembelajaran bagi para peserta didik, sehingga nantinya tidak dapat

menghasilkan output yang maksimal bagi masyarakat. Hal inilah

yang harus diperbaiki.

Manajemen

Sebagai sekolah yang baru berdiri selama kurang lebih delapan

tahun, tentu saja manajemen SDIT Insan Rabbani masih terus

mengadakan perbaikan. Sebagai contoh, pergantian kepala sekolah

menjadi sangat berpengaruh dalam pengelolaan sekolah. Tentu

sangat sulit menata sekolah baru dengan pergantian manajemen,

karena tidak saja penataan administrasi yang membutuhkan

pembenahan, melainkan juga banyak unsur lain yang harus

mengalami perubahan, misalnya penentuan kebijakan. Manajemen

yang kurang rapi menjadi kelemahan yang harus dapat diperbaiki

dalam rangka pengembangan sekolah.

Page 115: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Fasilitas

Kurangnya fasilitas menjadi sangat kentara apabila sekolah

sungguh-sungguh ingin mengembangkan proses pembelajaran di

dalamnya.

Walaupun sebenarnya bukan merupakan hal yang pokok, tetapi

fasilitas menjadi penunjang yang cukup penting, apalagi kaitannya

dengan aplikasi metode kecerdasan majemuk yang selayaknya

memerlukan berbagai jenis fasilitas, baik yang sederhana maupun

yang bersifat modern, terutama mengingat saat ini adalah era

globalisasi, di mana para peserta didik dituntut untuk berwawasan

lebih luas dan selalu mengikuti perkembangan zaman.

Dalam pengembangan kecerdasan visual, misalnya, walaupun guru

dapat menggunakan media sederhana seperti gambar pada kertas

atau buku, atau bahkan benda-benda nyata yang ada di sekitar,

namun alangkah akan lebih menarik jika media yang digunakan

juga dapat berupa gambar pada layar melalui in focus dengan

bantuan computer atau laptop, gambar hidup pada televisi atau

computer, dan lain sebagainya.

Fasilitas-fasilitas tersebut tentunya akan sangat mendukung

berjalannya proses pembelajaran.

Page 116: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Faktor Eksternal yang mempengaruhi pengembangan manajemen

sekolah, terdiri atas:

Opportunities (peluang)

Lulusan 100% dan peringkat A

Salah satu peluang yang dapat memberi kesempatan bagi SDIT

Insan Rabbani untuk tetap eksis dan mampu mengembangkan

manajemennya dengan lebih baik adalah adanya siswa lulusan atau

alumnus, yang sejauh ini telah tercatat lulus 100% dengan

peringkat A dan peringkat B selama dua tahun berturut-turut.

Keberhasilan meluluskan siswa sebanyak 100% tersebut menjadi

bukti kualitas sekolah sesungguhnya, dapat dikatakan pula sebagai

prestasi sekolah, sehingga SDIT Insan Rabbani mempunyai nilai

lebih di mata masyarakat dan hal ini menjadi peluang besar yang

sangat berharga dan harus dipertahankan.

Kesadaran masyarakat tinggi

Masyarakat modern sudah semakin memahami kebutuhan anak-

anak masa depan.

Mereka tidak hanya menyekolahkan anak-anaknya agar bisa

membaca, menulis dan berhitung saja, tetapi juga bertujuan agar

anak-anak mereka memiliki pengetahuan dan amalan yang baik

dalam bidang agama dan umum, khususnya untuk dapat

menghadapi era yang semakin canggih dan cukup berbahaya bagi

perkembangan psikologi mereka.

Page 117: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Brand Image Baik

Setiap lembaga, khususnya sekolah sebagai tempat untuk menempa

anak-anak didik, tentunya selalu memiliki pengalaman yang kurang

baik dalam perjalanannya. Biasanya ada saja hal-hal yang

menimbulkan kesan buruk pada lembaga tersebut, walaupun

sebenarnya hal tersebut bukanlah merupakan kesalahan yang

disengaja oleh pihak pengelola, pendidik atau para peserta didik itu

sendiri. Namun demikian, sejauh ini belum pernah terjadi hal-hal

yang tidak diinginkan yang menyebabkan masyarakat menjadi

resah dan tidak percaya kepada pihak sekolah. Inilah yang juga

menjadi salah satu peluang yang baik bagi pengembangan sekolah.

Threats (ancaman)

Banyak sekolah sejenis

Semakin menjamurnya sekolah-sekolah sejenis merupakan

tantangan yang bisa menjadi ancaman bagi keberlangsungan

sekolah. Banyaknya sekolah swasta, khususnya yang sama-sama

menggunakan nama sekolah Islam terpadu, berarti sangat besar

persaingan antar sekolah-sekolah tersebut. Bukan hanya dalam

tingkat kecamatan, bahkan dalam satu kelurahan yang sama pun

terdapat beberapa sekolah sejenis. Di kelurahan Bintara saja dapat

ditemukan setidaknya lebih dari satu sekolah Islam terpadu, di

antaranya Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Hikmah dan Sekolah

Dasar Islam Terpadu Al-Kautsar.

Page 118: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Ada pula di kelurahan lain yang wilayahnya masih berdekatan

dengan lokasi SDIT Insan Rabbani, misalnya Sekolah Dasar Islam

Terpadu Al-Halimmiyah, Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Iman,

dan masih ada beberapa SDIT lagi yang berada di sekitar wilayah

tersebut. Persaingan ini seharusnya memicu semangat untuk dapat

meningkatkan mutu sekolah agar dapat bertahan di lokasi tersebut.

Paradigma orang tua

Sulitnya mengubah paradigma orang tua di masa sekarang ini

menjadi ancaman tersendiri. Apabila guru atau pihak pengelola

sekolah lainnya tidak siap menghadapi perubahan, lalu bagaimana

dapat mengubah paradigma orang tua yang pada umumnya tidak

berlatar belakang pendidikan.

Sudah menjadi fakta bahwa orang tua selalu menuntut anak-

anaknya mengalami perkembangan akademik seperti yang orang

tua harapkan, misalnya bisa pandai membaca, menulis dan

berhitung, atau memiliki nilai-nilai yang baik pada pelajaran

Matematika, Bahasa Inggris, dan lain sebagainya, sementara orang

tua-orang tua tersebut kurang memahami kecerdasan apa yang

sebenarnya dimiliki oleh anak-anak mereka, dan kemampuan apa

yang selayaknya mampu mereka kembangkan.

Pada akhirnya, seringkali pihak sekolah mengalami kebingungan

dalam menentukan kebijakan, karena harus memenuhi tuntutan

orang tua yang belum memahami visi misi dan tujuan sekolah.

Page 119: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Situasi ekonomi kurang

Dengan bendera sekolah Islam terpadu yang diusung oleh lembaga

pendidikan, maka masyarakat mengharapkan sesuatu yang lebih

dapat mereka rasakan dibandingkan dengan sekolah lainnya,

terutama sekolah-sekolah negeri yang notabene dibiayai oleh

pemerintah.

Sekolah-sekolah terpadu sebagaimana sekolah swasta lainnya harus

membiayai sendiri penyelenggaraan pendidikan yang mereka

jalankan. Caranya adalah dengan menggabungkan biaya dari

pemilik modal yang biasanya berupa sebuah yayasan yang dikelola

oleh keluarga atau sekumpulan orang dalam suatu organisasi,

dengan biaya yang dibayarkan oleh orang tua yang menitipkan

anak-anaknya di sekolah tersebut.

Tidak mudah mengelola dan mempertanggungjawabkan biaya-

biaya tersebut, sementara kebutuhan sebagai sekolah terpadu

seharusnya lebih dari sekolah pemerintah. Ironisnya, kondisi

masyarakat dengan situasi ekonomi yang cenderung menurun, tetap

mengharapkan yang terbaik bagi keberlangsungan pendidikan

generasi penerus mereka.

Dengan menganalisa faktor-faktor tersebut di atas, maka dapat

dipaparkan beberapa strategi dalam pengembangan manajemen sekolah

sebagai berikut:

Page 120: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

- Strategi SO (menggunakan kekuatan dan memanfaatkan peluang)

Promosi lebih luas dengan menonjolkan status dan prestasi yang

ada

Status Akreditasi A yang saat ini telah disandang oleh SDIT Insan

Rabbani merupakan kekuatan yang paling tepat untuk mengadakan

promosi lebih luas. Apabila sebelumnya hanya dengan

mengandalkan tingkat kelulusan siswa 100% yang telah dijalani

selama dua tahun berturut-turut, maka sekarang status Akreditasi A

menjadi sangat penting, karena menyangkut penilaian oleh Dinas

Pendidikan Nasional yang sah dan bersertifikat, yang berdampak

pada kepercayaan masyarakat dan menyetarakan kedudukan

sekolah di antara sekolah-sekolah sejenis lainnya.

Status Akreditasi A tidak bisa hanya menjadi kebanggaan saja,

melainkan harus dipertahankan dan dimanfaatkan dalam setiap

ajang promosi yang dilakukan, misalnya dicantumkan dalam brosur

atau leaflet, sehingga masyarakat mengetahui status tersebut secara

publikasi.

Mempertahankan budaya akademik

Beberapa sekolah mempunyai ciri khas dalam bentuk budaya

akademik, walaupun sebenarnya biasanya budaya tersebut bukan

dibentuk oleh sekolah itu sendiri, atau dengan kata lain bukan

budaya yang sengaja dibuat-buat.

Page 121: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Budaya tersebut merupakan kebiasaan-kebiasaan baik yang

dicontohkan agama yang ditanamkan kepada para peserta didik

maupun di kalangan pendidik yang ingin menonjolkan mata

pelajaran unggulan sekolah atau sebagai salah satu aplikasi dari visi

misi tujuan yang ingin dicapai oleh sekolah.

Sebagai contoh, setiap pagi atau sebelum pelajaran dimulai, guru

membiasakan siswa dengan seruan-seruan yang menimbulkan

semangat keIslaman, dan juga mengajak siswa untuk melaksanakan

sholat wajib maupun sunnah setiap harinya. Ini merupakan budaya

akademik yang harus dipertahankan dan akan menjadi kekuatan

paling ideal, artinya tidak akan terpengaruh oleh penilaian secara

resmi dari pemerintah setiap empat tahun sekali (yang disebut

proses akreditasi), melainkan akan dirasakan langsung oleh

masyarakat, terutama keluarga dari para peserta didik tersebut.

Walaupun demikian, ada beberapa persyaratan agar budaya

akademik dapat bertahan dengan baik, di antaranya yaitu adanya

konsistensi serta perbaikan demi perbaikan agar budaya akademik

yang sudah ada bukan hanya menjadi kebiasaan saja tetapi juga

menjadi kebaikan yang dipahami maksud dan tujuannya oleh

seluruh peserta didik dan keluarga mereka.

Berinteraksi dengan masyarakat

Kemudahan sekolah dalam berinteraksi dengan masyarakat

menjadi cukup penting.

Page 122: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Hal ini disebabkan lokasi sekolah yang berada di perbatasan

komplek perumahan dengan perkampungan, sehingga dapat

menjangkau seluruh kalangan masyarakat.

Tidak dapat dipungkiri, umumnya terjadi kesenjangan sosial antara

warga perumahan dengan warga perkampungan. Di sinilah peran

sekolah diperlukan agar tidak terjadi kesenjangan semacam

demikian. Sekolah harus pandai menempatkan diri sebagai lembaga

pendidikan yang mampu menjadi penengah atau bahkan menjadi

contoh antara kedua golongan tersebut, dan tidak boleh

memisahkan kedua golongan tersebut, melainkan berusaha

menyatukan perbedaan dan melakukan usaha-usaha agar setiap

lapisan masyarakat di sekitar dapat bekerja sama dengan baik.

Yang biasanya terjadi pada lembaga pendidikan, jika posisinya

terletak di dalam perumahan, khususnya perumahan mewah, maka

akan timbul kesan sekolah tersebut merupakan sekolah mewah.

Sebaliknya, apabila lokasinya berada di perkampungan, masyarakat

akan memandang sekolah tersebut sebagai sekolah kumuh. Hal-hal

inilah yang harus dihindari.

Dengan demikian maka sekolah harus dapat menyesuaikan diri dan

menyeimbangkan setiap perbedaan yang ada, sehingga semua

lapisan masyarakat yang berada di sekitar lokasi sekolah merasakan

efek positif dari keberadaan sekolah.

Page 123: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

- Strategi WO (memperbaiki kelemahan dan mengambil manfaat dari

peluang)

Banyak mengadakan pelatihan guru

Salah satu kelemahan yang umumnya terjadi di suatu sekolah

adalah kurangnya kuantitas dan kualitas sumber daya manusia

(SDM). Jumlah guru yang masih dapat dikatakan minim,

menjadikan konsentrasi dalam proses pembelajaran menjadi lebih

sedikit dibandingkan dengan terpenuhinya jumlah guru sesuai

kebutuhan.

Masalah yang terjadi di sekolah baru seperti SDIT Insan Rabbani,

guru yang datang untuk mengajar, bukan semata-mata ingin

mengabdikan ilmunya kepada masyarakat (dalam hal ini peserta

didik), melainkan ada unsur mata pencaharian, yaitu mencari

sekolah yang berkualitas, sudah ternama, dan dapat memberikan

honor yang cukup tinggi untuk mencukupi kebutuhan. Inilah

ironisme yang sering ditemukan. Sehingga pada akhirnya kualitas

pendidik yang datang masih harus ditingkatkan.

Caranya adalah dengan mengadakan banyak pelatihan, baik

pelatihan yang dilakukan di dalam sekolah sendiri, dengan

mengundang pembimbing dari luar, atau dengan sering-sering

mengirim guru ke luar untuk mengikuti pelatihan di tempat lain,

yang biasanya diselenggarakan oleh pihak pemerintah atau

instansi-instansi pendidikan lainnya.

Page 124: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Setiap ajang pelatihan adalah kesempatan besar agar kualitas

pengajar menjadi lebih baik, sehingga nantinya mereka akan

mengaplikasikan hasil pelatihan yang mereka dapatkan ke dalam

proses pembelajaran. Pelatihan-pelatihan tersebut juga bisa menjadi

daya tarik bagi calon-calon pengajar, terutama bagi mereka yang

mempunyai jiwa pendidik sangat kuat, pasti memiliki komitmen

untuk meningkatkan kualitas dirinya dan kualitas pengajaran yang

dilakukan.

Pengembangan prestasi siswa dan alumni

Strategi lain yang dapat dilakukan adalah meningkatkan kualitas

peserta didik dengan banyak mengikutsertakan mereka dalam

kompetisi-kompetisi, baik secara intern maupun secara ekstern.

Secara intern maksudnya adalah mengadakan kompetisi di dalam

sekolah, dan secara ekstern adalah mengikuti kompetisi di luar

sekolah, atau bersama dengan sekolah lain. Hal ini dapat memicu

semangat para peserta didik sehingga mereka mampu mencetak

prestasi di dalam dan di luar sekolah, bukan hanya untuk

meningkatkan kualitas dirinya sendiri, melainkan juga membawa

nama baik sekolah, yang nantinya akan berpengaruh kepada

kepercayaan masyarakat.

Jadi, tidak hanya kualitas pendidik yang terus ditingkatkan, tetapi

seiring dengan hal tersebut, kualitas peserta didik juga akan

menjadi lebih baik.

Page 125: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Perbaikan manajemen

Pergantian pemimpin memang merupakan hal yang wajar, dan

tidak dapat dipungkiri terutama apabila dilakukan dengan suatu

alasan-alasan tertentu yang dapat diterima. Begitu pula dengan

pergantian guru dan staf.

Namun demikian, perubahan-perubahan yang pasti terjadi dalam

pergantian tersebut merupakan proses pembelajaran untuk dapat

memperbaiki manajemen. Sebagai contoh, pengaturan administrasi

pada manajemen sebelumnya yang kurang rapi, sebaiknya menjadi

bekal bagi manajemen yang baru agar penataannya bisa lebih baik

lagi.

Apabila pergantian pengelola tidak menimbulkan perbaikan, maka

akan menjadi sia-sia dan bukan meningkatkan kualitas

pengembangan sekolah, justru dapat menimbulkan kejatuhan.

Walaupun demikian, pergantian manajemen dalam lembaga yang

masih tergolong baru masih dapat dikatakan wajar, asalkan tidak

terlalu sering dan memperhatikan kualitas SDM yang baru agar

lebih baik dari yang sebelumnya.

Pengelola yang baru tidak boleh mengabaikan pengelolaan

sebelumnya, bahkan seharusnya bisa memperbaiki sehingga

dokumen-dokumen lembaga lebih terjaga dan program

pengembangan manajemen sekolah lebih terarah.

Page 126: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Peningkatan fasilitas dengan melibatkan masyarakat

Fasilitas yang kurang merupakan kendala yang umum ditemukan

pada sekolah-sekolah yang relatif baru. Padahal fasilitas sangat

penting dalam proses pembelajaran dan program peningkatan

kualitas pembelajaran.

Salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah dengan melibatkan

masyarakat sekitar dalam pemanfaatan fasilitas. Sebagai contoh,

sekolah harus jeli memperhatikan sarana-prasarana di luar sekolah

yang dapat dimanfaatkan, dengan melakukan komunikasi dan kerja

sama dengan masyarakat sekitar.

Cara lain adalah dengan melibatkan orang tua atau keluarga peserta

didik yang berpotensi dalam menyediakan fasilitas yang

dibutuhkan.

Pengelola sekolah sebaiknya banyak berhubungan dengan instansi-

instansi tertentu untuk memperoleh kemudahan-kemudahan, tidak

hanya dalam pemanfaatan fasilitas, melainkan juga untuk

mengadakan kerja sama di bidang lainnya.

- Strategi ST (menggunakan kekuatan dan menghindari ancaman)

Melakukan studi banding

Studi banding merupakan cara yang tepat untuk dapat menambah

khazanah ilmu serta kualitas pembelajaran maupun manajemen

sekolah.

Page 127: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Gunanya adalah untuk mencari yang terbaik untuk dapat ditiru,

diadaptasi, dikombinasi dengan sesuatu yang sudah ada, sehingga

perbaikan dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan masyarakat di

wilayah yang sama atau konsumen yang serupa di wilayah berbeda

(apabila studi banding dilakukan lintas wilayah). Jadi, persaingan

yang sehat dapat berjalan dengan mengambil manfaat dalam

persaingan tersebut.

Mengadakan dialog secara berkala dengan orang tua

Mengubah paradigma orang tua tidaklah semudah membalikkan

telapak tangan. Sistem pendidikan atau metode-metode

pembelajaran yang baru dan mutakhir, walaupun sebenarnya

menguntungkan bagi para peserta didik maupun keluarganya,

seringkali dianggap menyulitkan atau membuat peserta didik

semakin tertinggal.

Sebagai contoh, orang tua selalu menuntut anaknya berprestasi

dalam mata pelajaran Matematika dan Bahasa Inggris, padahal

pada kenyataannya anak itu tidak memiliki kecerdasan logika-

matematika maupun kecerdasan linguistik-bahasa yang baik,

melainkan dia lebih cenderung memiliki kecerdasan spasial-visual

yang menonjol. Hal ini akan menyulitkan para guru dalam

mengarahkan dia agar berprestasi di bidang yang sesuai dengan

kecerdasannya, karena tuntutan orang tua tidak sesuai dengan apa

yang dia mampu lakukan.

Page 128: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Hal seperti ini yang membutuhkan adanya dialog antara guru

dengan orang tua agar orang tua memahami kebutuhan anak-

anaknya dan tidak menuntut sesuatu yang tidak mampu mereka

lakukan, dan justru dengan cara demikian kemampuan serta

prestasi para peserta didik tersebut akan terasah lebih baik.

Kerja sama dengan orang tua dan lingkungan masyarakat

Orang tua akan merasa sangat bangga apabila dilibatkan dalam

proses pembelajaran anaknya, terutama bagi orang tua yang peduli

dengan pendidikan anak-anaknya. Begitu pula halnya dengan

masyarakat sekitar, pengakuan serta kepercayaan mereka terhadap

sekolah akan lebih tinggi apabila sekolah mengajak mereka bekerja

sama dalam beberapa hal.

Menyatunya sekolah dengan orang tua dan masyarakat akan

memudahkan proses pembelajaran. Di samping itu, fungsi lembaga

pendidikan dapat segera dirasakan di tengah masyarakat, tidak

harus menunggu tercetaknya generasi-generasi lulusan terbaik yang

menjadi harapan masa depan.

- Strategi WT (mengatasi kelemahan dan menghindari ancaman)

Bekerja sama dengan sekolah lain

Tidak hanya melakukan studi banding, bekerja sama dengan

sekolah lain juga penting dilakukan untuk menjaga eksistensi serta

kualitas sekolah.

Page 129: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Bentuk kerja sama dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya

bergabung untuk mengadakan kompetisi bersama, melakukan

pertukaran guru atau pertukaran siswa sehingga peserta didik

terbiasa dengan pertukaran pelajar, menyelenggarakan pelatihan

bersama, atau sekedar melakukan kunjungan wisata (field trip)

bersama.

Dengan adanya kerja sama antar sekolah, akan meminimalisir

terjadinya kesenjangan atau perbedaan yang mencolok antara satu

sekolah dengan sekolah yang lain.

Memberdayakan dana yang ada sesegera mungkin

Keterbatasan dana seharusnya tidak menyebabkan

pendayagunaannya menjadi terhenti. Anggaran disiasati dengan

membuat skala prioritas dan menyusun alokasi dana secara tepat.

Prediksi tetap harus dilakukan untuk menghindari terjadinya defisit

di masa yang akan datang.

Dalam hal ini, pengelolaan keuangan harus jeli dalam

menempatkan pemberdayaan dana sehingga menjadi tepat guna

dan berdaya guna. Manfaat dapat langsung dirasakan, tanpa

menunggu terkumpulnya dana lebih banyak. Salah satu caranya

adalah sebagaimana diuraikan di atas, dengan tidak

mengesampingkan keterlibatan orang tua dan masyarakat sekitar.

Page 130: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Memanfaatkan lingkungan

Pemanfaatan lingkungan dapat dilakukan salah satunya untuk

efisiensi dana dan fasilitas. Selain itu, kemampuan peserta didik

dalam memanfaatkan lingkungan juga merupakan indikasi

keberhasilan pembelajaran.

Tempat belajar siswa tidak hanya di ruang kelas. Di manapun

mereka berada, selayaknya mereka dapat mengambil pelajaran atau

melakukan proses pembelajaran. Dengan demikian jiwa pembelajar

mereka akan lebih terasah, dan rasa tanggung jawab mereka

terhadap lingkungan pun semakin bertambah.

Di era globalisasi sekarang ini, jarang sekali pelajar peduli dengan

lingkungan sekitarnya. Ilmu yang mereka dapatkan tidak segera

diamalkan, melainkan hanya singgah di dalam pikiran saja dan

semata-mata demi keberhasilan menempuh ujian. Padahal yang

lebih penting dari hal tersebut adalah implementasi ilmu mereka

terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat dan lingkungan sekitar.

Melalui analisis SWOT di atas, dapat diketahui bahwa aplikasi

metode kecerdasan majemuk sangat mendukung pengembangan

manajemen sekolah, karena aplikasi metode kecerdasan majemuk terkait

dengan banyak aspek, seperti kualitas pendidik, tersedianya fasilitas,

serta keterlibatan masyarakat dan pemanfaatan lingkungan.

Page 131: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

D. Pembahasan

Berdasarkan penelitian mengenai “ANALISA TINGKAT

KEMATANGAN SISWA SD KELAS 1 BERDASARKAN TINGKAT

USIA DI SEKOLAH DASAR DI JAKARTA” oleh Fellianti Muzdalifah &

Iriani Indri Hapsari (2010) sebagaimana yang dicantumkan dalam Bab II,

terdapat kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada

tes kematangan sekolah antara siswa SD kelas 1 yang berusia di atas 6

tahun dengan siswa SD kelas 1 yang berusia di bawah 6 tahun.

Kesimpulan tersebut terbukti pada hasil tes kematangan siswa yang terurai

pada tabel di awal bab ini (taabel 4.1). Siswa-siswa yang berusia dibawah 6

tahun pun memiliki tingkat kematangan yang setara, bahkan beberapa lebih

tinggi, dibandingkan dengan siswa yang berusia di atas 6 tahun.

Walaupun dalam buku yang berjudul “Psikologi Perkembangan”, Drs.

Mubin, M.Ag dan Ani Cahyadi, M.Pd (2006:89) menyebutkan bahwa

umumnya periode masa sekolah berlangsung sejak usia 6,0 tahun sampai 12

tahun, dimulai setelah anak melewati masa degil (keras kepala) yang pertama,

di mana proses sosialisasi telah dapat berlangsung dengan lebih efektif

sehingga ia disebut “matang” untuk mulai sekolah, namun terbukti bahwa

terdapat bermacam-macam kriteria yang dipakai orang untuk menetapkan

kapan seorang anak disebut matang untuk sekolah. Sebenarnya dengan hanya

ukuran umur 6 atau 7 tahun saja belum dianggap cukup untuk

menentukannya.

Page 132: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Kematangan itu paling tidak harus dilihat dari empat aspek, yaitu:

aspek fisik, aspek intelektual, aspek moral, dan aspek social. Cepat atau

lambatnya kematangan ini diperoleh anak banyak tergantung pada kesehatan

fisik, sifat-sifat dasar anak dan pendidikan sebelumnya (dalam keluarga atau

Taman Kanak-kanak).

Hal ini dikuatkan oleh pendapat Drs Zulkifli L. dalam bukunya

Psikologi Perkembangan: anak-anak yang berumur 6 atau 7 tahun dianggap

matang untuk belajar disekolah dasar jika: kondisi jasmaninya cukup sehat

dan kuat untuk melakukan tugas di sekolah, adanya keinginan belajar, fantasi

tidak lagi leluasa dan liar, serta perkembangan perasaan sosial telah memadai.

Terkait dengan pengaruh kematangan siswa terhadap prestasi belajar,

sebelum kita menganalisis, ada baiknya mengingat kembali bahwa dari hasil

penelitian mengenai “HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR,

KEMATANGAN SISWA, PRESTASI BELAJAR, DAN KINERJA

PRAKTIK INDUSTRI DENGAN KESIAPAN TERHADAP DUNIA

KERJA SISWA SMK BIDANG KEAHLIAN TEKNIK BANGUNAN SE-

MALANG RAYA” (Ignatius Budiyana, Tesis, UM, 2010) disebutkan bahwa

ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dan kematangan

siswa dengan kesiapan terhadap dunia kerja baik hubungan langsung

atau melalui variabel prestasi belajar.

Sebagaimana pula yang dijelaskan dalam penelitian yang diadakan

oleh Sunartombs (2009) dalam artikelnya menyimpulkan faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar, yaitu:

Page 133: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

- Faktor intern (kecerdasan/intelegensi, bakat, minat, dan motivasi); serta

- Faktor ekstern (keadaan keluarga, keadaan sekolah, dan lingkungan

masyarakat).

Pengaruh faktor intern dapat dibuktikan dengan tingkat kematangan

siswa, serta salah satu faktor ekstern yang berpengaruh adalah model

pembelajaran yang dilakukan di sekolah, yaitu salah satunya adalah

penerapan metode kecerdasan majemuk yang dilaksanakan oleh para

pendidik di sekolah.

Kembali kepada kerangka konseptual yang telah digambarkan pada

Bab II, kematangan siswa dengan aspek-aspek yang mempengaruhinya

merupakan modal awal dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah dasar.

Oleh sebab itu pada proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang

diadakan di awal tahun pelajaran, mewajibkan calon siswa untuk mengikuti

Tes Kematangan Siswa yang biasanya pihak sekolah dibantu oleh sebuah

lembaga konsultasi psikologi, sebagai salah satu persyaratan yang harus

dipenuhi. Faktor pendukung awal yaitu usia, pola asuh keluarga, lingkungan

tempat tinggal dan media massa adalah hal-hal yang mempengaruhi tingkat

kematangan siswa, yang akan diketahui nilainya melalui Tes Kematangan

Siswa. Walaupun terbukti bahwa ternyata faktor usia tidak memiliki pengaruh

yang signifikan, tetapi justru sangat besar kemungkinan faktor lainnya yaitu

pola asuh keluarga, lingkungan tempat tinggal serta media massa cukup

mempengaruhi tingkat kematangan pada usia yang berbeda-beda (di bawah

atau di atas 6 tahun).

Page 134: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Dari hasil Tes Kematangan Siswa, dapat diraba/diperkirakan

mengenai kemampuan siswa dalam menerima pelajaran, tingkah laku siswa

dalam belajar dan bersosialisasi, serta kemandirian dan tanggung jawab

siswa, yang nantinya bisa jadi mengalami perubahan seiring dengan

berjalannya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran terjadi

pengembangan kecerdasan, tidak lepas dari faktor yang mempengaruhi

yaitu potensi siswa itu sendiri dan kompetensi guru dalam mengaplikasikan

metode pembelajaran, salah satunya yaitu aplikasi teori kecerdasan

majemuk. Pada akhirnya akan dicapai prestasi belajar, yang dapat diketahui

dari nilai-nilai tes/ulangan, progress/perkembangan yang terlihat selama

proses pembelajaran, perubahan sikap, atau kemanfaatan yang dapat dibuat

oleh individu siswa bagi dirinya sendiri maupun lingkungan sosialnya.

Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu

dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau

raport setiap bidang studi setelah mengalami proses pembelajaran. Prestasi

belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi

dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.

Pada kesimpulan penelitian berjudul EVALUASI BELAJAR DAN

PEMBELAJARAN yang tertulis dalam Rahmat Wijaya‟s Blog disebutkan

bahwa: Peranan evaluasi dalam pendidikan yakni menjadi dasar pembuatan

keputusan dan pengambilan kebijakan, mengukur prestasi siswa,

mengevaluasi kurikulum, mengakreditasi sekolah, memantau pemanfaatan

dana masyarakat, memperbaiki materi dan program pendidikan.

Page 135: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Setelah melalui proses analisis di atas maka dapat disimpulkan bahwa

tingkat kematangan siswa dapat diperbaiki seiring dengan berjalannya proses

pembelajaran, salah satunya melalui penerapan metode kecerdasan majemuk,

sehingga hasilnya nanti akan tampak pada prestasi belajar siswa sesudah

melewati evaluasi belajar dan pembelajaran. Dengan demikian dapat

dirumuskan kebijakan apa yang harus dipertahankan dan kebijakan apa yang

harus diminimalisir dalam manajemen kurikulum sekolah demi

berkembangnya kreatifitas dan prestasi siswa dalam rangka mencapai tujuan

nasional pendidikan.

Pembahasan lebih lanjut adalah dengan menguji hasil analisa di atas,

apakah sesuai dengan temuan-temuan yang diharapkan sehingga mampu

menjawab masalah-masalah yang dikemukakan di awal.

11. Masalah:

Apakah ada pengaruh faktor kematangan terhadap pencapaian prestasi

belajar?

Temuan yang diharapkan:

Faktor kematangan siswa merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi pencapaian hasil/prestasi belajar siswa, karena aspek-

aspek kematangan siswa itu sendiri merupakan bagian dari faktor intern

(kecerdasan, bakat, kemampuan menerima pelajaran, kemampuan

bersosialisasi) dan faktor ekstern (pola asuh keluarga, lingkungan tempat

tinggal, media massa) yang mempengaruhi prestasi belajar.

Page 136: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Hasil penelitian:

Hasil Tes Kematangan Siswa yang dilaksanakan di SDIT Insan Rabbani

sebagai obyek penelitian, tidak relevan dengan prestasi belajar yang

diraih oleh peserta didik. Hal tersebut dapat disebabkan antara lain oleh

kondisi anak pada saat menjalani tes kematangan atau pun suasana

tempat di mana ia menjalani tes tersebut. Kondisi anak yang dimaksud

dapat berupa kesehatan atau keadaan psikologi, karena hal tersebut

sangat berpengaruh pada anak saat melaksanakan suatu tes atau uji coba.

Suasana tempat juga memiliki andil dalam mewujudkan konsentrasi anak

ketika menjalani tes, kebisingan/ketenangan serta kebersihan maupun

kerapihan ruangan dapat pula menentukan tingkat konsentrasi anak.

Situasi dan kondisi dalam pelaksanaan tes tidak dapat dijangkau oleh

peneliti karena waktu pelaksanaan tes seluruhnya berlangsung sebelum

masa penelitian ini dilakukan.

12. Masalah:

Bagaimana konsekuensi aplikasi teori kecerdasan majemuk (Multiple

Intelligences Theory) terhadap pencapaian prestasi belajar peserta didik?

Temuan yang diharapkan:

Konsekuensi aplikasi teori kecerdasan majemuk (Multiple Intelligences

Theory) terhadap pencapaian prestasi belajar peserta didik adalah adanya

perlakuan yang istimewa terhadap semua anak, karena mereka memiliki

potensi yang berbeda, sehingga tidak dapat selalu dikelompokkan dalam

satu kelompok yang sama atau diukur dengan alat ukur yang sama.

Page 137: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Yang dimaksud alat ukur yang sama misalnya nilai mata pelajaran

tertentu saja atau hanya menilai secara akademik saja.

Hasil penelitian:

Untuk menilai hasil prestasi belajar siswa, tidak ada salah satu atau

beberapa mata pelajaran yang diunggulkan atau menjadi tolak ukur. Nilai

rapor yang menunjukkan angka prestasi belajar peserta didik merupakan

rata-rata dari keseluruhan nilai mata pelajaran yang diajarkan, sehingga

siswa yang unggul di satu mata pelajaran dan lemah di mata pelajaran

lainnya tidak akan tampak pada angka prestasi tersebut. Begitu pula

dengan tidak adanya sistem ranking (peringkat) maka di antara siswa

tidak terjadi kesenjangan atau kecemburuan karena tinggi-rendahnya

prestasi mereka.

13. Masalah:

Adakah korelasi antara faktor kematangan peserta didik dengan aplikasi

teori kecerdasan majemuk?

Temuan yang diharapkan:

Ada korelasi searah antara faktor kematangan peserta didik dengan

aplikasi teori kecerdasan majemuk. Artinya aplikasi teori kecerdasan

majemuk dapat berpengaruh dalam meningkatkan kematangan peserta

didik, sementara faktor kematangan tidak berpengaruh pada aplikasi teori

kecerdasan majemuk. Adapun aplikasi teori kecerdasan majemuk lebih

dipengaruhi oleh kompetensi guru atau pendidik.

Page 138: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Hasil penelitian:

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa banyak hal yang mempengaruhi

tingkat kematangan peserta didik, dan juga adanya faktor situasi dan

kondisi yang pada dasarnya dapat mengakibatkan hasil Tes Kematangan

Siswa tidak relevan terhadap tingkat kematangan yang sebenarnya, maka

tidak dapat ditentukan adanya korelasi antara faktor kematangan peserta

didik dengan aplikasi teori kecerdasan majemuk.

14. Masalah:

Kebijakan apakah yang perlu dikaji kembali berkenaan dengan faktor

kematangan siswa, aplikasi teori kecerdasan majemuk serta pencapaian

prestasi belajar peserta didik?

Temuan yang diharapkan:

Kebijakan yang perlu dikaji kembali berkenaan dengan faktor

kematangan siswa, aplikasi teori kecerdasan majemuk serta pencapaian

prestasi belajar peserta didik adalah mengenai pengembangan kurikulum,

penilaian hasil belajar dan sistem kenaikan kelas, selayaknya meninjau

perbedaan kemampuan dan potensi siswa.

Hasil penelitian:

Khusus mengenai faktor kematangan siswa, perlu dianalisa kembali

perihal situasi dan kondisi pada saat tes kematangan siswa dijalankan,

karena hal tersebut berpengaruh pada relevansinya terhadap kemampuan

siswa sebenarnya.

Page 139: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Sementara itu, sesuai analisis SWOT yang telah dijabarkan, perbaikan

manajemen dengan pengembangan kurikulum sangat diperlukan, di

samping peningkatan kualitas pendidik dan pengelolaan yang tepat

terhadap aspek-aspek pendukung lainnya. Adapun mengenai penilaian

hasil belajar dan sistem kenaikan kelas yang sudah dilakukan sejauh ini

dapat dikatakan sesuai dengan prinsip kecerdasan majemuk, karena

penilaian dilaksanakan di berbagai bidang (tidak menonjolkan bidang-

bidang tertentu saja), dan hampir tidak ada siswa yang tidak naik kelas,

kecuali satu siswa yang dikarenakan pertimbangan yang sangat kuat

terkait dengan kondisi psikologis dirinya dan keluarganya. Selebihnya,

semua siswa dianggap „cerdas‟ dan memiliki kesempatan yang sama

dalam mengembangkan kecerdasan mereka.

15. Masalah:

Adakah dampak yang ditimbulkan dari kebijakan tersebut?

Temuan yang diharapkan:

Dengan kebijakan tersebut di atas, dapat menghindarkan dampak negatif

seperti kondisi psikologis siswa yang menurun karena dianggap „tidak

bisa‟, „bodoh‟ dan lain sebagainya, sebaliknya memacu siswa untuk

menjadi lebih percaya diri dan memberi kesempatan yang sama kepada

seluruh siswa untuk mengembangkan potensi dirinya.

Hasil penelitian:

Siswa menjadi lebih percaya diri dalam mengejar prestasinya.

Page 140: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Angka peningkatan prestasi belajar yang cukup mendominasi selama dua

semester berturut-turut mampu membuktikan bahwa aplikasi metode

kecerdasan majemuk yang telah dijalankan selama ini sudah cukup

membuahkan hasil, walaupun tidak dilakukan oleh semua pendidik atau

di seluruh mata pelajaran. Dengan demikian, pengembangan manajemen

dari hasil analisis di atas akan mampu menambah prosentase peningkatan

prestasi belajar.

Selanjutnya, pada dasarnya kemampuan atau prestasi individu masing-

masing peserta didik hanya dapat dikembangkan oleh diri mereka sendiri

serta dengan dukungan paling besar dari keluarga. Para pendidik, atau dalam

hal ini lembaga pendidikan tempat mereka mengikuti proses pembelajaran

secara formal, hanya berperan dalam mengarahkan, membimbing, dan

membantu mereka memilih atau menentukan kemampuan yang paling tepat

untuk mereka kembangkan. Proses pembelajaran yang utama berlangsung di

mana saja dan tidak dapat diukur dengan angka-angka, melainkan dengan

perkembangan sikap, perilaku dan intelektual mereka.

Page 141: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka

dapat disimpulkan bahwa:

1) Faktor kematangan siswa dipengaruhi oleh banyak hal. Walaupun

sesungguhnya usia tidak memiliki pengaruh yang cukup kuat, namun hal-

hal lain seperti pola asuh dalam keluarga dan media massa dapat

memberikan dampak terhadap kematangan siswa. Namun demikian,

pengukuran tingkat kematangan tersebut tidak dapat dilakukan tanpa

memperhatikan kondisi siswa yang bersangkutan serta situasi lokasi di

mana tes dilakukan, karena nantinya akan berpengaruh kepada hasil tes

kematangan tersebut, yang akibatnya belum tentu relevan dengan tingkat

kematangan yang sebenarnya dimiliki oleh siswa tersebut. Dengan tidak

adanya relevansi tersebut, maka faktor kematangan belum dapat

dikatakan berpengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar peserta didik.

2) Aplikasi teori kecerdasan majemuk sangat berpengaruh kepada

pencapaian prestasi belajar peserta didik. Hal ini dapat dilihat pada

prosentase peningkatan prestasi belajar selama dua semester berturut-

turut. Walaupun kontinuitasnya belum dapat dibuktikan untuk yang

relatif lama (beberapa semester atau tahun pelajaran), tetapi peningkatan

tersebut cukup mewakili progress yang sebenarnya.

Page 142: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

B. Saran

Saran yang dapat disampaikan oleh penulis adalah:

1) Dalam pelaksanaan Tes Kematangan Siswa hendaknya diperhatikan

faktor-faktor yang mempengaruhi kematangan siswa serta latar belakang

kondisi siswa serta situasi lokasi ketika tes tersebut dilakukan, sehingga

hasilnya akan lebih mewakili kemampuan siswa yang sebenarnya. Untuk

penelitian berikutnya akan lebih baik apabila memperhatikan dan

menganalisis aspek-aspek yang digunakan dalam pelaksanaan tes

tersebut. Dengan demikian maka ukuran kematangan siswa tidak menjadi

sia-sia sebagai bekal bagi pihak sekolah dalam menentukan kemampuan

peserta didiknya.

2) Aplikasi teori kecerdasan majemuk membutuhkan kreatifitas pendidik

dalam pengolahan segala sesuatu agar dapat dijadikan media

pembelajaran. Untuk itu diperlukan kompetensi dan pengetahuan yang

tinggi, demi mencapai hasil yang lebih baik lagi. Sebaiknya setiap

pendidik tidak merasa puas dengan sekedar mengetahui dan

melaksanakannya tanpa bekal pelatihan dan wawasan yang terus

bertambah dari waktu ke waktu.

3) Prestasi belajar peserta didik selayaknya tidak hanya dijabarkan dalam

angka-angka, melainkan juga dalam bentuk narasi yang lebih mampu

menjelaskan kemampuan masing-masing siswa, sehingga tampak jelas

kecerdasan apa yang mereka miliki dan berpotensi untuk dikembangkan.

Page 143: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

4) Bagi penelitian selanjutnya akan lebih baik apabila menganalisis secara

detail progress setiap bidang atau mata pelajaran yang ditempuh peserta

didik untuk dapat mengetahui jenis kemampuan atau kecerdasan mereka,

dimulai dari aspek-aspek tes kematangan yang digunakan hingga dapat

disesuaikan dengan nilai-nilai yang diperoleh pada masing-masing mata

pelajaran. Dengan demikian akan tampak jelas bakat atau kemampuan

yang mereka miliki sebenarnya.

___oOo___

Page 144: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

DAFTAR PUSTAKA

Asmiyati. 2001. Hubungan antara Kematangan emosi dengan Perilaku Asertif

Pada Mahasiswa Psikologi Untag Surabaya. Skripsi (Tidak Diterbitkan).

Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945. Surabaya.

Budiyana, Ignatius. 2010. Hubungan Motivasi Belajar, Kematangan Siswa,

Prestasi Belajar, Dan Kinerja Praktik Industri Dengan Kesiapan Terhadap

Dunia Kerja Siswa Smk Bidang Keahlian Teknik Bangunan Se-Malang

Raya. Tesis. UM.

Feinberg, Mortimer R.. 2004. Mengenali Tanda-Tanda Kematangan Diri.

Kristiyani Y, Titik. 2008. Tak Naik Kelas Berarti Tak Cerdas? Artikel. Kompas.

Megawangi, Ratna, Latifah, Melly dan Farrah Dina, Wahyu. 2005. Pendidikan

Holistik. Indonesia Heritage Foundation. Jakarta.

Mubin, dan Cahyadi, Ani. 2006. Psikologi Perkembangan. Quantum Teaching.

Jakarta.

Muzdalifah, Fellianti & Indri Hapsari, Iriani. 2010. Analisa Tingkat Kematangan

Siswa Sd Kelas 1 Berdasarkan Tingkat Usia Di Sekolah Dasar Di Jakarta.

Penelitian. Jakarta.

Rahman, M. Jazuli. 2010. Tes Calistung: Melanggar Hak Anak. Artikel.

Rasman M, M. 2008. Metodelogi Penelitian (Diktat Kuliah Metode Penelitian).

Jakarta.

Ratnawati, I. 2005. Studi tentang Kematangan Emosi dan Kematangan Sosial

Pada siswa SMU Yang Mengikuti Program Akselerasi. Skripsi. (Tidak

Diterbitkan) Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945. Surabaya.

Rohmah, Siti. 2009. Teori Kecerdasan Majemuk Howard Gardner Dan

Pengembangannya Pada Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Untuk Anak Usia Sekolah Dasar. Skripsi. UIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta.

Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Pustaka Setia. Bandung

Sudarsono. 2008. Management Of Organization Behavior Utilizing Human

Resources (Diktat Kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia). Jakarta.

Tarmidi. 2006. Iklim Kelas dan Prestasi Belajar. Penelitian. Universitas Sumatera

Utara. Medan.

Page 145: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Laporan Individu Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah Tahun Pelajaran

2010/2011. Keadaan 31 Juli 2010. Bekasi.

Pembukaan Undang-undang Dasar 1945

Peraturan Mendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian

PP No 17 tahun 2010

PP RI no 19 tahun 2005

UU RI NO 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

http://www.definisi-pengertian.blogspot.com

http://www.episentrum.com

http://www.indosdm.com

http://www.kampiunpsikologi.wordpress.com

http://www.rimancolection.wordpress.com

http://www.shvoong.com

http://www.tempatkita.blogspot.com

http://www.untukku.com

http://www.wikipedia.com

Page 146: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Lampiran 1

DATA WAWANCARA KEPALA SEKOLAH

SDIT INSAN RABBANI BEKASI BARAT

1) Apakah SDIT Insan Rabbani memberi persyaratan usia minimal untuk

calon siswa Tingkat I? Jika ya, berapakah usia minimal yang disyaratkan?

Dan apakah pertimbangan menentukan usia tersebut sebagai usia minimal?

2) Apakah SDIT Insan Rabbani mengadakan Tes Kematangan Siswa pada

Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), khususnya bagi calon siswa

Tingkat I? Jika ya, apakah materi tes dibuat oleh sekolah sendiri atau

bekerja sama dengan lembaga psikologi? Apakah tujuannya?

3) Sejauh ini, apakah persyaratan usia minimal dan hasil Tes Kematangan

Siswa cukup relevan terhadap prestasi belajar siswa?

4) Apakah di SDIT Insan Rabbani diterapkan metode MIT (Multiple

Intelligences Theory) atau Teori Kecerdasan Majemuk? Jika ya, apakah

metode tersebut telah menghasilkan proses pembelajaran yang efektif serta

prestasi belajar yang memuaskan?

5) Apakah di SDIT Insan Rabbani pernah ada siswa yang tinggal

kelas/mengulang? Jika ya, apa pertimbangannya sehingga siswa tersebut

harus mengulang? Jika tidak, apa pula pertimbangannya?

Page 147: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Lampiran 2

HASIL WAWANCARA KEPALA SEKOLAH

SDIT INSAN RABBANI BEKASI BARAT

1) Tidak. Kami tidak memberi persyaratan usia minimal untuk calon siswa

tingkat I.

2) Ya, kami mengadakan Tes Kematangan Siswa pada Penerimaan Peserta

Didik Baru (PPDB), khususnya bagi calon siswa tingkat I. Materi tes dibuat

oleh lembaga psikologi. Tujuannya adalah untuk mengetahui kesiapan anak

memasuki Sekolah Dasar.

3) Ya, sejauh ini hasil Tes Kematangan Siswa cukup relevan terhadap prestasi

belajar siswa.

4) Ya, di SDIT Insan Rabbani diterapkan metode MIT (Multiple Intelligence

Theory) atau Teori Kecerdasan Majemuk. Metode tersebut telah

menghasilkan proses pembelajaran yang efektif serta prestasi belajar yang

memuaskan, tetapi belum sepenuhnya.

5) Di SDIT Insan Rabbani pernah ada seorang siswa yang tinggal kelas atau

mengulang. Berbagai metode telah diterapkan terhadap siswa tersebut, namun

tidak juga menghasilkan prestasi belajar yang memuaskan. Sekolah berharap,

dengan keputusan tinggal kelas maka siswa tersebut serta orang tuanya lebih

memperhatikan perkembangan pendidikan siswa yang bersangkutan.

Page 148: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Lampiran 3

DATA WAWANCARA GURU

Nama Lengkap : __________________________________

(mohon dilengkapi dengan title Anda)

Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

Mengajar di Kelas/Tingkat : 1 2 3 4 5 6

Mata Pelajaran yang Diajarkan : PAI

Matematika

TQ

Bahasa Indonesia

Fiqih

IPA

Kaligrafi

IPS

Bahasa Arab

PKn

Penjaskes

Bahasa Inggris

SBK

Bahasa Sunda

Komputer

Pengalaman Mengajar : ≤ 1 tahun 1 – 3 tahun

3 – 6 tahun ≥ 6 tahun

Page 149: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

1) Apakah Anda mengetahui tentang Teori Kecerdasan Majemuk?

Ya Tidak

2) Bagaimana pendapat Anda mengenai Teori Kecerdasan Majemuk?

Sangat baik, karena menganggap semua anak cerdas, dan memperhatikan

potensi apapun pada siswa

Biasa saja, karena menurut saya tidak ada kelebihan yang signifikan pada

teori tersebut

Saya kurang mendukung, karena terlalu menyulitkan dalam proses

pembelajaran

3) Pernahkah Anda mengikuti pelatihan Teori Kecerdasan Majemuk?

Ya Tidak

4) Apakah Anda menerapkan Teori Kecerdasan Majemuk di kelas Anda?

Ya, selalu Ya, kadang-kadang Tidak pernah

5) Bagaimana cara Anda menerapkan Teori Kecerdasan Majemuk di kelas

Anda?

Dengan mengamati potensi setiap siswa, lalu melakukan pendekatan

khusus dengan siswa tersebut selama proses pembelajaran berlangsung

Melakukan beberapa metode dalam langkah-langkah pembelajaran

sehingga dapat meliputi beberapa jenis kecerdasan pada satu kegiatan atau

satu mata pelajaran di satu pertemuan

Mencoba metode yang berbeda pada setiap pertemuan untuk mata

pelajaran yang sama

Page 150: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

6) Setelah menerapkan Teori Kecerdasan Majemuk di kelas, bagaimana prestasi

anak didik Anda?

Meningkat Relatif tidak berubah Menurun

7) Menurut pengamatan Anda, efektifkah penerapan Teori Kecerdasan Majemuk

terhadap peningkatan prestasi belajar peserta didik?

Ya, sangat efektif

Ya, tetapi tidak dapat berlaku pada seluruh peserta didik

Ya, tetapi dengan prosentase yang sangat kecil

Tidak efektif

8) Menurut pendapat Anda, jika semua anak dapat dikatakan „cerdas‟, maka

layakkah seorang siswa tinggal kelas atau mengulang karena prestasi

belajarnya yang sangat rendah?

Tidak layak, karena itu berarti menghambat kesempatannya untuk

berkembang

Layak, dengan pertimbangan agar siswa tersebut dapat mengejar

ketertinggalannya

9) Menurut Anda, bagaimana cara mengembangkan potensi peserta didik?

Menumbuhkan kepercayaan dirinya dengan potensi yang dimilikinya

sendiri

Terus memberikan materi esensial yang sulit dijangkau sampai ia mampu

mencapai nilai sesuai tuntutan akademis

Page 151: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis adalah seorang muslimah yang dilahirkan di Jakarta pada tanggal

22 Mei 1981, merupakan anak terakhir dari tujuh bersaudara, pasangan R. Dewo

Hartoyo dan Rr. Endang Wahyu Wardani.

Pendidikan yang ditempuh oleh penulis adalah:

Sekolah Dasar Negeri 01 Cipinang Melayu Jakarta Timur (1987/1988 –

1992/1993);

Sekolah Menengah Pertama Negeri 80 Jakarta Timur (1993/1994);

Sekolah Menengah Pertama Negeri 32 Surabaya (1994/1995 – 1995/1996); dan

Sekolah Menengah Umum Negeri 16 Surabaya (1996/1997 – 1998/1999).

Tahun 1999 penulis melanjutkan studi di Fakultas Teknik Sipil &

Perencanaan (FTSP) Program Studi Arsitektur Universitas Bung Karno Jakarta

dan memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Oktober 2003.

Pada tahun 2008, penulis melanjutkan studi di Program Pascasarjana

Magister Manajemen Konsentrasi Manajemen Pendidikan, Sekolah Tinggi Ilmu

Manajemen “IMNI” hingga selesai tahun 2011.

Penulis pernah mengikuti training dan seminar antara lain;

Seminar Sehari “Pendidikan sebagai Awal Kebangkitan Nasional” (UBK,

2002)

Teacher Training Program for The Islamic English Club for Kids (NEC, 2004)

Training Remedial Teaching “Pelatihan Penanganan Anak Disleksia dan

Disgrafia” (PoLOS Consult, 2005)

Page 152: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Pelatihan Peningkatan Profesional Guru (Dinas Pendidikan Kota Bekasi, 2007)

Half-Day Seminar on An Introduction to Bilingual Program at Home and

School (NEC, 2007)

Workshop “Peningkatan Kemampuan Guru dalam Rangka Meningkatkan

Mutu Pendidikan” (SDIT Al-Hikmah, 2007)

Ten Hour Training on Multimedia Learning System (NEC, 2008)

Seminar Pendidikan “Menjadi Guru yang Mau dan Mampu Mengikat Makna

Pendidikan Melalui Membaca dan Menulis yang Memberdayakan” (Menwa

UMJ, 2009)

Teaching Strategy Method for Integrated Islamic International School &

Leadership Skill (JISC, 2009)

Pelatihan Penerapan Pembelajaran Kontekstual (UNJ, 2009)

Smart Education Workshop “Melejitkan Potensi Anak Melalui Pembelajaran

Kreatif” (Luxima, 2010)

Basic Writing and Translating Skills Workshop (LCC LP3I Pusat, 2010)

Pada tahun 2004 penulis bekerja di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT)

Al-Muchtar Bekasi Timur sebagai guru pengganti yang mengampu mata pelajaran

Bahasa Inggris dan IPS selama dua bulan. Kemudian tahun 2004 – 2010 penulis

bekerja di SDIT Al-Hikmah Bekasi Barat sebagai guru Bahasa Inggris dan Wali

Kelas I (2004 – 2007), Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum (2005 – 2010),

Ketua Team Sukses UASBN (2008 – 2009), Koordinator MGMP (Musyawarah

Guru Mata Pelajaran) Bahasa Inggris (2008 – 2010) dan Koordinator

Ekstrakurikuler Bahasa Inggris (2009 – 2010).

Page 153: FAKTOR-FAKTOR KEMATANGAN SISWA DAN  APLIKASI TEORI KECERDASAN MAJEMUK  TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK  DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN RABBANI BEKASI BARAT

Di samping itu penulis juga menjadi salah satu pengajar di lembaga

pendidikan Bahasa Inggris Islamic English Club dan English Teens Club yang

bernaung di bawah National English Centre sejak tahun 2004 sampai dengan

tahun 2010.

----