faisal bahri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/51391/5/skripsi tanpa bab pembahasan.pdfadalah...
TRANSCRIPT
PENGARUH VARIASI MEDIA PENDINGIN YANG
TERSIRKULASI DAN BUKAAN KATUP PADA PROSES
QUENCHING TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR
MIKRO BAJA AISI 1045
(Skipsi)
Oleh
FAISAL BAHRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
PENGARUH VARIASI MEDIA PENDINGIN YANG
TERSIRKULASI DAN BUKAAN KATUP PADA PROSES
QUENCHING TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR
MIKRO BAJA AISI 1045
Oleh :
FAISAL BAHRI
ABSTRAK
Baja AISI 1045 adalah baja yang tergolong sebagai baja karbon sedang karena
memiliki kadar karbon 0,45 %. Karateristik pada yang ada pada baja sendiri
terkadang tidak sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan, oleh karena itu baja
terkadang membutuhkan perlakuan lain untuk merubah sifat dan struktur baja
AISI 1045. Karateristik pada baja dapat dirubah dengan memberikan perlakuan
panas ,salah satu proses yang digunakan adalah quenching. Quenching merupakan
proses pengerjaan logam dengan pendinginan secara cepat pada variasi media
yang ditentukan, dengan tujuan untuk meningkatkan kekerasan baja dan struktur
mikro AISI 1045. Proses quenching ini menggunakan suhu 800° C dengan lama
waktu tunggu 15 menit kemudian didinginkan secara cepat menggunakan variasi
media pendingin yang tersirkulasi dan bukaan katup. Media yang digunakan
adalah air, air garam, solar dan bukaan katup yang digunakan pada setiap media
adalah 180°, 90°, 45°. Hasil dari uji kekerasan menggunakan metode Rockwell
Pada media pendingin yang tersirkulasi dengan variasi bukaan katup (180°, 90°,
45°) mendapatkan nilai kekerasan pada media air yaitu (88,6 HRB, 84,3 HRB, 80
HRB), nilai kekerasan pada media air garam yaitu (96 HRB, 93,6 HRB, 89,6
HRB) dan nilai kekerasan pada media solar yaitu (80 HRB, 77,6 HRB, 74 HRB).
Struktur mikro yang didapatkan pada quenching yaitu strukur martensit.
Kata Kunci: AISI 1045, austernit, ferit, , martensit, perlit, quenching,
HRB.
EFFECT COOLING MEDIA VARIATIONS AND OPEN
VALVES QUENCHING PROCESS AND MICRO STUCTURE
STEEL AISI 1045
BY
FAISAL BAHRI
ABSTRACT
AISI 1045 steel is a steel classified as medium carbon steel because it has a
carbon content of 0.45%. The characteristics of the steel itself do not correspond
to the necessary requirements, so steel sometimes requires another treatment to
change the properties and structure of AISI 1045 steel. Characteristics of steel can
be changed by giving heat treatment, one of the processes used is quenching.
Quenching is a fast metal cooling process for a specified media variation, with the
aim of increasing steel hardness and AISI 1045 microstructure. The quenching
process uses a temperature of 800° C with a waiting time of 15 minutes and then
cooled rapidly using a variety of circulating coolant medium and valve openings.
The medium used is water, brine, diesel and the valve openings used in each
medium are 180 °, 90 °, 45 °. Result of hardness test using Rockwell method On
cooling medium circulated with variations of valve opening (180 °, 90 ° , 45 °) to
get hardness value on water media that is (88,6 HRB, 84,3 HRB, 80 HRB),
hardness value at brine medium that is (96 HRB, 93,6 HRB, 89,6 HRB) and
hardness value on solar media namely (80 HRB, 77.6 HRB, 74 HRB). The
microstructure obtained in quenching is the martensite structure.
Keywords: AISI 1045, austenit, ferit, , martensit, perlit, quenching, HRB
PENGARUH VARIASI MEDIA PENDINGIN YANG
TERSIRKULASI DAN BUKAAN KATUP PADA PROSES
QUENCHING TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR
MIKRO BAJA AISI 1045
Oleh
FAISAL BAHRI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
SARJANA TEKNIK
Pada
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Lampung
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di jogowiryo 05 April 1995
kelurahan Yogyakarta kecamatan Gadingrejo,
Kabupaten Pringsewu. Sebagai anak pertama dari
dua bersaudara dari pasangan Bpk PONIMAN dan
Ibu PUJIWATI.
Pendidikan yang pernah ditempuh penulis di Sekolah
Dasar Negeri 4 Yogyakarta pada tahun 2000-2006, Sekolah Menegah Pertama
Negeri 3 Gadingrejo pada tahun 2006-2009, Sekolah Menengah Ahir pada tahun
2009-2013 , pada tahun 2013 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN dan menamatkan
studi strara satu pada bulan april 2018
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah akfif diorganisasi Himpunan
Mahasiswa Teknik Mesin (HIMATEM) pada periode 2015/2016 segai anggota
bidang kerohanian islam.Pengalaman penulis akademik lainya pernah melakukan
kerja praktik di PTPN7 Lampung selatan pada tahun 2017 dan mengambil tugas
ahir mengenai PENGARUH VARIASI MEDIA PENDINGIN YANG
TERSIRKULASI DAN BUKAAN KATUP PADA PROSES QUENCHING
TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 1045.
PERSEMBAHAN
Alhamdulilah syukur saya ucapkan kepada allah aza wajalla Robb yang selalu
memberi rahmad hidayah dan kekuatan kepada hamba-NYA yang lemah.
Sholawat dan salam saya ucapkan kepada Nabi MUHAMAD SAW nabi yang
menjadi suri tauladan bagi setiap manusia.
Sebagai ungkapan wujud rasa cinta dan kasih sayang serta bakti yang tulus
kupersembahkan karya kecil ini teruntuk:
Kedua orang tuaku tercinta
Yang selalu memberikan doa, dukungan moral maupun moril dengan tulus tanpa
mengharapkan balasan dan senantiasa mendoakan tanpa henti untuk kebaikan,
keberhasilan anaknya.
Adek
Yang telah memberikan semangat serta dukungan tanpa henti
Dan
Dian Rameswari dan Ruqoyyah Al Ghoziyah
Yang selalu mendoakan, memberi semangat kepada penulis
i
SANWACANA
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillaahirabbil’aalamiin, puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah
SWT. Karena-Nya penulis diberi banyak nikmat dan rahmat sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan tugas ahir ini sebagai salah satu syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung.
Shalawat serta salam juga penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW
yang dinantikan syafa’atnya di yaumil akhir nanti.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
selama ini telah membantu, mendukung, dan membimbing hingga selesainya
laporan tugas ahir, Oleh karena itu, sebagai wujud rasa hormat, penulis
menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak sebagai berikut :
1. Kedua orang tuaku tercinta bapak Poniman dan ibu Pujiwati, yang senantiasa
memberi semangat, do’a yang tulus serta mencurahkan segenap tenaga untuk
keberhasilanku dalam menyelesaikan studi di Universitas Lampung.
2. Kepada istri saya tercinta Dian Rameswari dan anak saya tercinta Ruqqoyah
Al Ghoziyah
3. Kepada adik-adik saya tercinta Samsul Bahri dan Ivan Al Bahri
4. Bapak Prof. Dr. Suharno, M.Sc., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Lampung.
5. BapakAhmad Su’udi, S.T.,M.T., sebagai Kepala Jurusan Teknik Mesin Unila.
6. Bapak Harnowo Supriadi S.T.,M.T selaku Pembimbing pertama, yang telah
banyak memberikan banyak pelajaran baru dan bimbingan dalam kelancaran
laporan tugas ahir ini.
7. Bapak Dr. Sugiyanto, S.T., M.T., selaku pembimbing kedua, yang telah
memberikan koreksi dan masukan untuk kelayakan laporan tugas ahir ini.
8. Bapak Zulhanif S.T., M.T., selaku penguji, yang selalu memberikan koreksi
dan masukan untuk kelayakan laporan tugas ahir ini.
9. Bapak Dr. Asnawi Lubis, S.T.,M.Sc selaku Pembimbing Akademik yang
telah banyak memberikan masukan selama menempuh perkuliahan.
10. Bapak/ibu dosen yang telah memberikan ilmunya kepada penulis, sehingga
penulis dapat mengaplikasikan ilmunya di dalam laporan tugas ahir ini.
11. Mas Marta yang telah membantu baik dalam proses seminar.
12. Untuk motivatorku terkasih Orang tua dan Dian Rameswari. Terimakasih
untuk support, perhatian, dan kesabarannya yang telah diberikan kepada
penulis.
13. Teman Seperjuangan pada saat penelitian, Weldy, Bagas, Bastiyan, Hanif atas
kebersamaan, bantuan, serta sumbangan fikiran dan motivasi selama
melakukan penelitian.
14. Teman-teman Teknik Mesin Unila yang menjadi teman penulis dari awal
mengenyam pendidikan di Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung
selama ini.
15. Pihak-pihak lain yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian
tugas ahir yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan yang terdapat pada laporan tugas
ahir ini. Karenanya, penulis mengharapkan kritikan dan masukan demi
kesempurnaan laporan tugas ahir ini. Penulis juga mengharapkan laporan tugas
ahir yang sederhana ini dapat memberikan inspirasi dan berguna bagi kalangan
civitas akademik maupun masyarakat Indonesia. Aamiiiin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jogowiryo, 09 Oktober 2018
Penulis,
FAISAL BAHRI
Motto
Sandarkanlah semua kepada ALLAH AZA WA JA JALLA , ikutilah
tuntunan Rosul yang mulia agar kita mengetahui jalan yang terang
didunia.
Berbaktilah kepada kedua orang tua, manusia mulia yang telah rela
berkorban untuk anaknya. Sayangilah keluarga dan sesame manusia
Kejarlah kehidupan akhirat maka dunia akan mengikutimu.
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI i
DAFTAR GAMBAR ii
DAFTAR TABEL iii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Tujuan Penelitian 4
C. Batasan Masalah ......................................................................... 4
D. Sistematika Penulisan ................................................................. 5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Heat Treatment 6
B. Quenching .8
C. Media Pendingin 9
D. Diagram Fasa Fe-Fe3C 10
E. Holding Time ..............................................................................14
F. Pengertian Baja ...........................................................................16
G. Klasifikasi Baja ...........................................................................17
H. Pengaruh Unsur Paduan Baja ......................................................20
I. Sifat - Sifat Baja .........................................................................22
J. Baja AISI 1045.............................................................................24
K. Percobaan Uji Kekerasan ..........................................................26
L. Uji Kekerasan Rockwell................................................................26
M. Gambar alat Uji Kekerasan Rockwell...........................................28
i
N. Uji Stuktur Mikro…………………………………………….…..29
III. METODELOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian.....................................................31
B. Alat dan Bahan............................................................................31
C. Prosedur Penelitian .....................................................................38
D. Diagram Alir Pengambilan data..................................................43
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil………………………………………………………….....44
B. Hasil Pengujian Variasi Media dan Bukaan Katup…………….45
C. Hasil Analisis Stuktur Mikro…………………………………...46
D. Pembahasan………………………………………………….…47
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ……………………………………………………......54
B. Saran…………………………………………………….………55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
DAFTAR GAMBAR
.
Gambar 1. Diagram temperature terhadap waktu 7
Gambar 2. Diagram Fasa Fe3C......................................................................... 11
Gambar 3. Alat uji kekerasan .......................................................................... 28
Gambar 4. Mikroskop optic 30
Gambar 5 Alat Instalasi quenching................................................................. 31
Gambar 6. Mesin potong logam 33
Gambar 7. Baja AISI 1045 34
Gambar 8. furnace 34
Gambar 9. Air 35
Gambar 10. Solar ............................................................................................. 35
Gambar 11. Air Garam 35
Gambar 12. Alat uji Rockwell 36
Gambar 13. Amplas...................................................................................... 36
Gambar 14. Mesin gerinda ............................................................................ 37
Gambar 15. Autosol...................................................................................... 37
Gambar 16. Larutan etsa................................................................................38
Gambar 17. Stuktur mikro Raw……………………………………..............46
Gambar 18. Stuktur mikro media air bukaan katup 180°………….…….….46
Gambar 19. Stuktur mikro media air garam bukaankatup 180°………….…46
Gambar 20. Stuktur mikro media solar bukaan katup180°……...………….47
Gambar 21. Grafik variasi media pendinggin dan bukaan katup….………...50
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Unsur pada baja AISI 1045..............................................................25
Tabel 2 Sifat mekanik baja AISI 1045...........................................................25
Tabel 3 Data hasil uji kekerasan ...................................................................42
Tabel 4 Unsur pada baja AISI 1045..............................................................44
Tabel 5 kekerasan Raw AISI 1045................................................................44
Tabel 6 Hasil uji kekerasan ............................................................................45
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Baja karbon merupakan logam yang umum digunakan dalam banyak bidang
industri, karena memiliki sifat logam yang baik dan harga yang sangat
terjangkau. Tetapi dalam aplikasinya penggunaanya segala jenis baja baik
karbon tinggi, sedang dan rendah pasti akan terpengaruh oleh gaya-gaya
seperti gaya gesek, gaya tarik, gaya tekan, gaya bending sehingga
meniminbulkan deformasi atau perubahan bentuk dari struktur baja tersebut.
Dalam aplikasi penggunaanya baja karbon sangat banyak digunakan
diIndonesia diantaranya digunakan sebagai kompenen-komponen mesin
motor, body motor, body mobil, kontruksi bangunan, besi cor, pipa air dan
bahan pembuatan pipa, plat, batang profil dan lain sebagainya.
Definisi logam berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI adalah
suatu benda logam yang keras dan kuat semakin tinggi nilai karbon maka baja
akan semakin keras (Sumber Pendidikan Nasional, 2005: 91). Setiadji (2007:
22-23) baja merupakan suatu logam yang tersusun dari unsur utama besi (Fe)
dan unsur karbon (C), dan unsur besi menjadi unsur pokok penyusun logam
dengan kadar besi yang sanggat tinggi dalam penyusunan logam. Selain unsur
besi dan unsur karbon, baja mempunyai kandungan unsur campuran lain-lain
2
seperti sulfur (S), fosfor (P), silikon (Si), dan mangan (Mg) yang jumlahnya
sangat terbatas. Penambahan atau pengurangan banyaknya unsur karbon atau
unsur paduan lain akan diperoleh kekuatan baja yang bervariasi sesuai dengan
apa yang kita butuhkan/sesuai dengan kebutuhan penggunaaan (Amanto dan
Daryanto 1999: 63-87). Proses perlakuan panas sendiri mempunyai beberapa
tujuan utama yaitu beberapa tujuan yang sering dilakukan untuk proses
perlakuan panas sendiri adalah untuk meningkatkan nilai kekerasan pada
logam, menghaluskan butiran kristal pada baja dan menghilangkan tegangan
sisa yang terdapat pada logam baja akibat pengerjaaan secara dingin.
Tujuan dari proses perlakuan panas sendiri akan tercapai dengan baik atau
maksimal seperti apa yang kita inginkan jika memperhatikan faktor-faktor
utama apa saja yang mempengarui proses perlakuan panas, ada banyak faktor
yang berpengaruh pada proses perlakuan panas, seperti temperatur pemanasan
pada logam, proses pendinginan yang dilakukan, baja yang digunakan sebagai
spesimen dan media pendingin yang digunakan untuk proses quenching
(Djaprie, 1990: 35-50).
Proses perlakuan panas yang sering digunakan untuk meningkatkan nilai
kekerasan pada baja dan menghaluskan butiran kristal adalah dengan cara
mengeraskan baja tersebut mengunakan proses quenching. Proses perlakuan
panas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu perlakuan panas untuk
meningkatkan nilai kekerasan pada baja yaitu: perlakuan panas dan deformasi
plastis. Sebuah baja yang dipanaskan dengan temperatur tertentu sehingga
mencapai suhu austernit lalu didinginkan dengan cepat menggunakan variasi
media pendingin yang telah ditentukan kemudian didinginkan secara cepat
3
maka terbentuk struktur fasa martensit pada butiran kristal maka baja akan
memiliki nilai kekerasan yang lebih tinggi proses ini disebut proses quenching.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode perlakuan panas quenching
dengan media pendingin tersirkulasi dengan variasi media pendingin dan
pengaruh bukaan katup, pengujian kekerasan mengunakan metode rockwell.
Karena dari banyak literatur dan jurnal, media pendingin yang tersirkulasi
dapat meningkatkan kekerasan secara maksimal baja sampai 40%.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan baja AISI 1045 sebagai bahan
spesimen uji. Baja AISI 1045 adalah baja karbon sedang dengan komposisi
karbon sekitar 0,43%-0,50% (Azo, 2012: 1).
Berdasarkan hasil penelitian metode quenching menggunakan baja AISI 1045
dengan menggunakan media yang tersirkulasi dan pengujian menggunakan
metode vikers diperoleh hasil sebagai berikut, Q1 pengujian RAW material
mendapatkan hasil 130 HVN, Q2 tanpa agitasi (v=0) mendapatkan hasil
kekerasan 308 HVN, Q3 dengan kecepatan (v=0,597 m/s) mendapatkan hasil
kekerasan 417,6 HVN, Q4 dengan kecepatan (v=0,690 m/s) mendapatkan hasil
kekerasan 429,3 HVN dan Q5 dengan kecepatan (v=833 m/s) mendapatkan
hasil kekerasan 735 HVN. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa
semakin cepat aliran media pendingin maka hasil kekerasan yang diperoleh
akan semakin tinggi (Sri N, 2005: 25).
Berdasarkan penelitian oleh Oki, Hasil uji kekerasan raw material sebesar
42,2 HRc sedangkan setelah proses quench-temper 100% oli dan campuran
50% oli : 50% solar berturut-turut adalah 36,8 HRc dan 37,3 HRc. Hasil uji
4
struktur mikro menunjukkan fasa ferit dan perlit yang terbentuk pada sampel
raw material sedangkan quench-temper 100% oli dan campuran 50% oli :
50% solar terbentuk fasa martensit temper. Media pendingin campuran oli dan
solar meningkatkan kekerasan yang lebih tinggi dibandingkan media oli 100%
(Oki B, 2016: 27). Berdasarkan penelitian oleh Purwanto pada baja ST 27,
Hasil uji kekerasan raw material sebesar 60,6 HRc sedangkan setelah proses
quenching media oli mendapatkan nilai kekerasan 64,6 HRc, sedangkan pada
hasil quenching media pendingin solar mendapatkan nilai kekerasan 68,5 HRc
(Purwanto, 2011).
B .Tujuan Penelitian
Ada pun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui pengaruh heat treatment dengan proses quenching
menggunakan media pendingin (air, air garam, dan solar) yang tersirkulasi dan
bukaan katup (45°,90°,180°) terhadap perubahan nilai kekerasan dan struktur
mikro pada baja AISI 1045.
C. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah yang diberikan dari penelitian ini adalah:
1. Spesimen yang digunakan adalah baja AISI 1045.
2. Proses yang digunakan adalah proses quenching tersirkulasi dengan media
pendingin air, air garam, dan solar yang tersirkulasi dan variasi bukaan
katup yang digunakan yaitu (bukaan 45°,90°,180°).
5
D. Sistematika penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. BAB I. PENDAHULUAN
Pada BAB I berisi mengenai latar belakang penelitian, tujuan penelitian,
batasan masalah dan sistematiaka penulisan.
2. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Pada BAB II berisi mengenai landasan teori yang berhubungan dengan
penelitian proses quencing.
3. BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
Pada BAB III ini berisi mengenai penjelasan metode yang digunakan
dalam proses pembuatan spesimen, pengambilan data, alat dan bahan apa
saja yang digunakan serta diagram alir pengambilan data.
4. BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada BAB IV ini berisi mengenai hasil yang didapatkan setelah proses
pengambilan data dan pembahasan data yang diperoleh serta menganalisis.
5. BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
Pada BAB V ini berisi mengenai kesimpulan yang dapat ditarik dari
penelitian ini dan memberikan saran dan masukan untuk penelitian ini agar
lebih baik lagi jika dilanjutkan.
6. DAFTAR PUSTAKA
Berisikan sumber-sumber yang menjadi referensi utama penulis dalam
menyusun skripsi penelitian tugas akhir.
7. LAMPIRAN
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Heat Treatment
Proses perlakuan panas adalah proses perlakuan pada logam dengan cara
memanaskan logam mencapai temeperatur tertentu dan ditahan selam proses
pemanasan dalam waktu tertentu. Pada umumnya proses perlakuan panas ini
bertujuan untuk memodifikasi struktur mikro pada baja baja sehingga dapat
meningkatkan sifat mekanik dan fisik sifat mekanik pada baja yang sering
diinginkan pada proses perlakuan panas adalah meningkatkan nilai
kekerasan pada baja, merubah struktur mikro pada baja, menghilangkan
teganggan sisa pada baja.
Perlakuan panas juga dapat didefinisikan sebagai gabungan dari proses
pemanasan pada baja dan kemudian dilakukan proses pendinginan secara
cepat menggunakan variasi media dengan kecepatan tertentu yang dilakukan
terhadap logam/paduan dalam keadaan padat, sebagai salah satu cara untuk
memperoleh sifat-sifat yang diingginkan sesuai kebutuhan. Perubahan sifat
pada baja tersebut terjadi karena ada perubahan struktur mikro pada baja
selama proses pemanasan dan pendinginan secara cepat dimana sifat logam
atau paduan sangat dipengaruhi oleh struktur mikro pada logam tersebut.
Proses perlakuan panas sendiri terdapat beberapa proses yang harus dilalui,
7
yang dimulai dengan proses pemotongan logam, memilih temperatur yang
digunakan untuk pemanasan bahan hingga proses holding time pada
temperatur tertentu dan proses selanjutnya didinginkan mengunakan variasi
media. Tujuan dari perlakuan panas adalah mendapatkan sifat-sifat mekanik
dan fisik yang lebih baik dari sebelum proses perlakuan dan sesuai dengan
yang diinginkan dengan kebutuhan yang kita butuhkan seperti meningkatkan
nilai kekuatan pada logam, meningkatkan nilai kekerasan pada logam,
mengurangi tegangan sisa pada logam, melunakkan logam, mengembalikan
pada kondisi nomal akibat pengaruh pada pengerjaan yang dilakukan
sebelumnya, dan menghaluskan butir-butir kristal yang akan berpengaruh
pada pengerjaan selanjutnya, dan menghaluskan butir-butir kristal yang akan
berpengaruh pada keuletan bahan. Secara umum, proses perlakuan panas
adalah:
1. Memanaskan spesimen uji sampai fasa austernite.
2. Proses menahan spesimen agar austernite homogen.
3. Mendinginkan spesimen uji dengan media tersirkulasi..
4. Secara umum proses perlakuan panas dapat dilihat melalui diagram
temperatur terhadap waktu seperti gambar dibawah ini :
Gambar 1. Diagram temperatur terhadap waktu
Sumber : (Karmin dan Ginting, 2012: 115-120)
8
B. Quenching
Quenching adalah proses perlakuan logam/non logam yang diawali dengan
proses pemanasan pada baja mengunakan furnace kemudian dilanjutkan
dengan proses pendinginan logam menggunakan variasi media pendingin
kemudian didinginkan secara cepat agar terbentuk fasa martensit pada
sruktur mikro. Sehingga melalui proses quenching akan mencegah adanya
proses yang dapat terjadi pada logam. Pada proses pendinginan yang lambat
akan terjadi pertumbuhan butir pada logam yang akan menyebabkan baja
akan bersifat lunak. Proses quenching ini sangat diharapkan dapat
meningkatkan nilai kekerasan pada logam dengan ditandai perubahan fasa
austernit ke martensit pada struktur mikro.
Dengan lambatnya pertumbuhan butir pada baja tersebut maka diharapkan
logama akan mengalami perubahan yang akan mencapai fasa martensite
dengan maksimal sehingga dapat meningkatkan nilai kekerasan pada logam.
Proses quenching juga dapat menimbulkan menurunnya ukuran butir pada
logam dan dapat meningkatkan nilai kekerasan logam dan paduan logam.
Oleh karena itu proses quenching dapat kita simpulkan sebagai proses
meningkatkan nilai kekerasan pada baja.
Baja yang sudah melalui proses quenching dapat mencapai nilai kekerasan
yang maksimum tetapi sifat lain yang dimiliki baja memiliki sifat mekanik
rapuh. Dengan mempunyai sifat yang rapuh pada logam, maka kita harus
mengurangi sifat rapuh dengan melakukan proses lanjutan seperti proses
tempering agar baja akan tetap ulet, tetapi akan menurunkan nilai
9
kekerasanya. Dalam penelitian ini proses quenching yang digunakan adalah
quenching agitasi. Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi nilai
kekerasan pada proses quenching:
1. Komposisi kimia spesimen ( terutama kadar karbon).
2. Media pendingin yang digunakan.
3. Waktu pemanasan logam.
4. Kecepatan agitasi media pendingin.
C. Media Pendingin
Media pendingin yang digunakan untuk mendinginkan baja bervariasi dan
setiap media memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Berbagai bahan
media pendingin yang digunakan dalam proses penelitian penulis kali ini
perlakuan panas kali ini sebagai variasi media adalah:
1. Air
Air merupakan salah satu media pendingin yang umumnya digunakan
sebagai media pendingin, karena air sangat mudah didapatkan dan sangat
murah. Media air menghasilkan tingkat pendinginan mendekati tingkat
maksimum. Keunggulan air sebagai media pendingin adalah murah,
tersedia dibanyak tempat, mudah dibuang dengan minimal polusi atau
bahaya kesehatan. Air juga efektif dalam menghilangkan scaling dari
permukaan bagian baja yang diquenching. Oleh karena itu air sering
digunakan sebagai media quenching karena tidak mengakibatkan distorsi
berlebihan atau retak. Air memiliki nilai densitas 1000 Kg/m³ dan
viskositas 0,89 cp.
10
2. Larutan garam
Garam pada penelitian ini digunakan sebagai media pendingin dengan
persentase 25 % , air garam yang tersirkulasi karena garam memiliki sifat
pendingin yang teratur dan cepat. Air garam memiliki nilai viskositas yang
rendah dan massa jenis yang besar sehingga laju pendinginan cepat.
3. Solar
Solar pada penelitian ini digunakan sebagai media pendingin proses
quenching karena memiliki nilai viskositas yang rendah dibangingkan
dengan oli, dengan harapan mendapatkan nilai kekerasan yang lebih tinggi
dari pada oli, karena nilai viskositas solar lebih rendah dibangingkan oli.
D. Diagram fasa Fe-Fe3C
Fasa adalah bagian dari bahan yang memiliki struktur/susunan, komposisi
tersendiri dari bagian logam. Diagram fasa Fe-C atau biasa disebut
diagram kesetimbangan besi karbon adalah diagram yang menjadi parameter
ukuran untuk mengetahui segala jenis fasa yang terjadi pada setiap
temperatur yang dilalui di dalam baja dengan segala perlakuannya yang
dilakukan. Konsep dasar dari diagram fasa adalah mempelajari
bagaimana hubungan antara besi dan paduannya bajanya dalam keadaan
setimbang. Hubungan tersebut dinyatakan dalam suhu dan komposisi baja,
setiap perubahan komposisi dan perubahan suhu akan mempengaruhi struktur
mikro yang dihasilkan.
11
Pada diagram fasa Fe-C yang ditampilkan muncul larutan padat (α, γ, δ )
atau disebut besi delta (δ ), austenit (γ ) dan ferit (α). Ferit mempunyai
struktur kristal BCC (Body Centered Cubic) dan austenit mempunyai struktur
kristal FCC (Face Centered Cubic) sedangkan besi delta (δ ) mempunyai
struktur kristal FCC pada suhu tinggi.
Apabila kandungan karbon yang dimiliki melebihi batas daya larut yang
diizinkan pada baja, maka akan membentuk fasa kedua yang disebut karbida
besi atau sementit. Karbida besi mempunyai komposisi kimia Fe3C yang
sifatnya sangat keras dan getas. Peningkatan kadar karbon pada baja karbon
akan meningkatkan sifat mekanik baja tersebut, terutama kekerasan karena
sifat yang dimiliki oleh endapan sementit yang keras. Didalam diagram fasa
kita dapat mengetahui informasi mengenai fasa austernit dan holding time
pada setiap kandungan karbon yang terdapat pada logam/setiap masing-
masing kadar karbon. Gambar 2 di bawah ini merupakan gambar diagram fasa
Fe3C.
Gambar 2. Diagram Fasa Fe3C (ASM Handbook Vol.4:4, 1991)
12
Berdasarkan gambar yang terlihat di atas, menunjukkan bahwa pada temperatur
pemanasan 727°C terjadi perubahan transformasi fasa austenit menjadi fasa
perlit atau gabungan dari fasa ferit dan fasa sementit. Perubahan fasa pada baja
ini dikenal sebagai reaksi eutektoid dan merupakan dasar utama proses perlakuan
panas pada baja. Dapat kita lihat pada diagram diatas pada temperatur 912°C dan
1394°C merupakan daerah fasa besi gamma (γ) atau disebut fasa austenit. Logam
pada kondisi ini biasanya fasa austenit bersifat stabil, ulet, lunak, mudah dibentuk
dan memiliki struktur kristal FCC (Face Centered Cubic).
Besi gamma tersebut dapat melarutkan unsur karbon dalam jumlah besar yaitu
sekitar 2,11% maksimum pada temperatur pemanasan sekitar 1148°C. Besi
dengan struktur kristal BCC dapat melarutkan unsur karbon dalam jumlah
yang sangat rendah, yaitu sekitar 0,77% maksimum pada temperatur 727°C.
Beberapa hal yang harus diperhatikan di dalam diagram fasa Fe-C yaitu
perubahan fasa ferit atau besi alfa (α), austenit atau besi gamma (γ), dan
martensit. Dalam keterangan dibawah ini merupakan penjelasan yang lebih jelas
mengenai diagram Fasa Fe3C:
1. Ferit atau besi alfa (α)
Ferit adalah suatu larutan padat karbon pada baja dalam struktur besi murni
yang memiliki struktur BCC dengan sifat lunak dan ulet. Karena ferit
memiliki struktur kristal BCC (Body Centered Cubic), oleh karena itu
ruang antar atom-atomnya adalah sangat kecil dan padat sehingga atom
karbon yang dapat tertampung pada fasa ini kurang lebih sekitar 0,02%
C.
13
2. Austenit atau besi gamma
Austenit adalah perubahan struktur besi murni dengan struktur FCC
yang memiliki jarak atom lebih besar dibandingkan dengan ferit. Walaupun
demikian, ruang pada struktur FCC hampir tidak dapat menampung atom
karbon dan penyisipan atom karbon akan mengakibatkan tegangan dalam
struktur sehingga tidak semua rongga dapat terisi, dengan kata lain daya
larutnya menjadi terbatas sekali.
3. Perlit
Perlit adalah campuran antara ferit dan sementit yang wujudnya seperti
pelat-pelat yang disusun secara bergantian antara sementit dan ferit. Pada
fasa perlit ini terbentuk pada logam saat kandungan karbon mencapai
0,76% C, besi pada fase perlit akan memiliki sifat mekanik ulet, dan keras.
4. Sementit
Sementit besi adalah paduan besi karbon, dimana pada kondisi tersebut
karbon melebihi batas larutan sehingga membentuk fasa kedua atau
sementit yang memiliki komposisi Fe3C. Pada fasa karbida pada ferit akan
meningkatkan nilai kekerasan pada baja. Tetapi fasa Sementit besi murni
tidak terlihat dengan jelas, fasa Sementit ini tidak dapat menyesuaikan diri
dengan adanya konsentrasi tegangan pada logam, oleh sebab pada fasa
Sementit ini baja memiliki nilai kekeuatan yang kurang kuat, dan pada
umumnya logam pada fasa Sementit mempunyai kelemahan sifat mekanik
yang getas. Fasa Sementit juga dikenal dengan nama lain besi karbida.
14
5. Martensit
Martensit merupakan salah satu fasa yang terjadi karena pendinginan yang
terjadi sangat cepat. Pada fasa martensit memiliki bentuk struktur kristal
BCT. Pada fas martensit telah terjadi proses difusi atom yang disebabkan
oleh pergeseran atom secara bersamaan dalam waktu yang sangat cepat
sehingga atom yang tertinggal pada saat terjadi pergeseran baja akan tetap
berada pada larutan yang padat. Besi yang berada pada martensit akan
memiliki sifat mekanik yang keras tetapi memiliki nilai keuletan yang
kurang, bisa juga disebut juga bersifat getas. Beberapa sebutan dalam
diagram kesetimbangan dalam fasa Fe-C dan fasa-fasa yang terdapat
didalam diagram diatas akan dijelaskan dibawah ini. Berikut ini adalah
batas-batas temperatur kritis pada diagram Fe-C yang ditampilkan pada
Gambar 2 .
E. Holding Time
Holding time adalah waktu penahanan pada proses pemanasan agar fasa
austernite pada logam homogeny. Holding time yang dilakukan untuk
mendapatkan nilai kekerasan maksimum dari suatu bahan logam pada proses
hardening dengan menahan pada suhu pengerasan untuk memperoleh
pemanasan yang homogen pada logam sehingga struktur fasa austenitnya
homogen atau terjadi kelarutan karbida ke dalam austenit dan difusi karbon
dan unsur paduannya.
15
Pada logam baja umumnya perlu dilakukan waktu penahanan, karena pada
saat austenit masih merupakan butiran yang halus dan nilai karbon serta unsur
paduannya belum homogen dan terdapat karbida yang belum larut. Pada
proses pemanasan baja pada temperatur tetap (temperatur austenit) untuk
memberikan kesempatan larutnya karbida dan lebih homogennya austenit.
Waktu yang dibutukan pemanasan suhu dapat dilakukan pada saat suhu dapur
atau furnace telah mencapai suhu panas yang dikehendaki untuk memberi
kesempatan penyempurnaan bentuk kristal yang terbentuk pada suhu
perubahaan.
Tujuan proses pemanasan suhu untuk proses tempering adalah agar struktur
mikro yang terbentuk setelah proses ini akan lebih sama (Jurnal Pramono A,
2011: 33-34).
1. Baja dengan kadar karbon Rendah, yaitu yang mengandung karbida yang
mudah larut, waktu yang dibutuhkan/diperlukan untuk proses holding time
yang sangat singkat, yaitu hanya 5–1 menit saja, setelah mencapai
temperatur pemanasannya dianggap sudah memadai.
2. Baja dengan kadar karbon sedang membutuhakn waktu penahanan
selama 15–25 menit saja, tergantung ukuran spesimen.
3. High Alloy Chrome Steel , Membutuhkan waktu holding time yang lama.
Biasanya dianjurkan menggunakan 0,5 menit per millimeter tebal benda
dengan minimum 10 menit, maksimum 3 jam.
16
F. Pengertian Baja
Baja merupakan bagian dari logam ferro yang banyak sekali digunakan
dalam dunia teknik, kontruksi dan industri. Kandungan kadar baja yang
menjadi penyusun adalah besi dan karbon. Kandungan kadar besi (Fe) pada
baja sekitar 97% dan kandungan karbon (C) sekitar 0,2% sampai 2,1%
sesuai kadar karbonya. Selain unsur besi (Fe) dan unsur karbon (C), baja
mengandung banyak unsur lain seperti unsur mangan (Mn) dengan kadar
maksimal 1,65%, unsur silikon (Si) dengan kadar maksimal 0,6%, unsur
tembaga (Cu) dengan kadar maksimal 0,6%, unsur sulfur (S), fosfor (P) dan
lainnya dengan jumlah yang sangat dibatasi (Wulandari, 2011).
Fungsi unsur karbon pada baja sebagai unsur pengeras dengan mencegah
dislokasi pada kisi kristal (crystal lattice) atom besi. unsur Baja karbon ini
dikenal sebagai baja hitam karena berwarna hitam, banyak digunakan
dari peralatan dapur, kontruksi, transportasi darat dan laut, generator
pembangkit listrik, sampai kerangka gedung dan jembatan.
Kandungan unsur karbon dan unsur paduan lainnya yang divariasikan
berbagai jenis kualitas baja dapat didapatkan. Penambahan kandungan unsur
karbon pada baja dapat meningkatkan nilai kekerasan dengan maksimal
disebut juga dengan hardness dan nilai kekuatan tarik atau tensile strength,
namun pada fasa martensit ini memiliki kelemahan yaitu memeiliki sifat
logam yang membuatnya menjadi logam getas brittle serta menurunkan
keuletan ductility . Tetapi ada proses lanjutan yang dapat dilakukan agar baja
memiliki sifat yang keras dan juga ulet (Anonim , 2015).
17
G.Klasifikasi Baja
Dalam buku ASM Handbook Vol.1:329 (1993), baja dapat digolongkan
berdasarkan komposisi yang terkandung dalam baja sendiri dalam kandungan
komposisi kita dapat melihat golongan baja tersebut. Seperti kadar karbon
yang terkadung, kadar sulfur dan paduan lain yang digunakan sebagai
penyusun baja tersebut. Berikut ini klasifikasi yang dapat digolongkan
berdasarkan kompisisi yang terkandung:
1. Carbon Steel
Baja karbon tersusun dari unsur besi dan unsur karbon. Oleh sebab itu, pada
umumnya baja sebagian besar baja hanya mengandung karbon dengan
sedikit unsur paduan lainnya. Perbedaan nilai persentase kandungan karbon
dalam campuran unsur logam baja menjadi salah satu klasifikasian baja.
Pada baja karbon dapat dibedakan menjadi tiga berdasarkan nilai karbon
yang terkandung dalam baja. Berdasarkan kandungan karbon, baja dibagi ke
dalam tiga macam, yaitu:
a. Baja dengan kadar karbon rendah
Baja kadar karbon rendah merupakan golongan baja yang mengandung
nilai karbon kurang dari 0,3 persen. Dilihat dari biaya produksi baja
karbon rendah memiliki biaya yang paling murah dibandingkan dengan
baja karbon lainnya, memiliki sifat mudah dilas, serta keuletan dan
ketangguhannya sangat tinggi tetapi kekerasannya rendah dan tahan aus.
Baja karbon rendah ini dapat digunakan dalam banyak hal seperti
pembuatan pagar halam rumah.
18
b. Baja dengan kadar karbon sedang
Baja dengan kadar karbon sedang adalah golongan baja yang
mempunyai kadar karbon antara, 3%-0,6%. Baja dengan kadar karbon
sedang memiliki keunggulan tersendiri jika dibandingkan dengan baja
karbon rendah yaitu kekerasannya lebih tinggi dibandingkan baja karbon
rendah, baja kadar karbon sedang memiliki kekuatan tarik dan batas
regang yang tinggi, mudah dibentuk oleh mesin, lebih sulit dilakukan
pengelasan dan dapat dikeraskan dengan quenching. Baja karbon sedang
banyak digunakan dalam banyak hal seperti untuk bahan pembuatan
poros , bantalan dan rel kereta api.
c. Baja dengan kadar karbon tinggi
Baja kadar karbon tinggi merupakan baja yang mempunyai komposisi
nilai karbon sebesar 0,6%-1,7% dan memiliki tahan panas yang sanggat
tinggi, memiliki nilai kekerasan tinggi, tetapi nilai keuletannya lebih
rendah. Baja kadar karbon tinggi mempunyai nilai kuat tarik paling
tinggi dibandingkan dengan baja yang lainya dan banyak digunakan
sebagai material perkakas karena sifat yang dimiliki. Salah satu
pemanfaatkan dari baja kadar karbon tinggi tersebut adalah dalam
pembuatan kawat baja dan kabel baja. Berdasarkan jumlah kadar karbon
yang terkandung di dalam baja maka karbon ini banyak dimanfaatkan
dalam pembuatan pegas. Selain itu, baja jenis ini banyak dimanfaatkan
sebagai keperluan industri lain seperti pembuatan kikir gergaji, pisau
cukur, mata gergaji dan lainnya (ASM Handbook, 1993: 249-327).
19
2. Baja Paduan
Baja paduan adalah suatu baja yang pembuatanya dicampur dengan
satu atau lebih unsur campuran seperti nikel, mangan, molibdenum,
kromium, vanadium dan wolfram yang bermanfaat untuk mendapatkan
sifat-sifat baja yang diingginkan, seperti nilai kekuatan, nilai kekerasan dan
keuletannya yang baik. Paduan baja dari beberapa unsur yang berbeda
memberikan sifat lebih baik dari baja. Misalnya baja yang dipadu dengan
nikel, mangan dan krom akan menghasilkan baja yang mempunyai nilai
kekerasan dan nilai ulet yang baik. Berdasarkan paduannya baja paduan
dibagi menjadi tiga macam yaitu:
a. Baja dengan kadar paduan rendah
Low alloy steel merupakan baja paduan dengan kadar unsur paduan
rendah dengan persentase kurang dari 2,5%, memiliki nilai kekuatan dan
nilai ketangguhan lebih tinggi dibandingkan dengan baja nilai karbon
dengan kadar karbon yang sama atau mempunyai nilai keuletan lebih
tinggi daripada baja karbon dengan kekuatan yang sama.
b. Baja dengan kadar paduan menengah
Baja kadar paduan menengah adalah baja dengan paduan dengan
unsur dengan persentase 2,5%-10%. Unsur-unsur yang terkandung
didalam baja jenis ini diantaranya Silikon dapat meningkatkan nilai
kekuatan, nilai kekerasan, nilai keuletan, ketahanan aus, ketahanan
terhadap panas dan karat serta ketahanan terhadap kekerasan suatu baja
Cr , Mn, Ni, S, , P dan lain-lain.
20
c. Baja dengan kadar paduan tinggi
Baja kadar paduan tinggi adalah baja paduan dengan kadar unsur
paduan lebih dari 10%. Unsur-unsur yang terdapat pada baja jenis ini
diantaranya unsur Cr, Mn, Ni, S, Si, dan P (Mulyanti, 1996: 75-78).
H. Pengaruh Unsur Paduan pada Baja
Pengaruh unsur-unsur paduan dalam baja adalah sebagai berikut (Mulyadi,
2010: 33-49).
1. Unsur Silikon yang terdapat pada baja dalam jumlah kecil didalam semua
jenis besi dan dibutuhkan dalam jumlah yang lebih kecil pada jenis-jenis
istimewa. Silikon dapat meningkatkan nilai kekuatan, nilai kekerasan, nilai
keuletan, ketahanan aus, ketahanan terhadap panas dan karat serta
ketahanan terhadap kekerasan suatu baja. Tetapi menurunkan nilai
regangan, kemampuan untuk dapat ditempa dan dilas.
2. Unsur mangan kandungan unsur mangan pada baja dapat meningkatkan
nilai kekuatan, nilai kekerasan, kemampuan untuk dapat ditempering
menyeluruh, ketahanan aus, penguatan pada pembentukan dingin, tetapi
menurunkan kemampuan serpih. Mangan ini merupakan salah satu unsur
yang baik jika terdapat dalam kandungan baja. Unsur mangan sendiri dapat
meningkatkan sifat-sifat mekanik dan fisik suatu baja.
3. Unsur nikel kandungan unsur nikel dalam baja dapat meningkatkan nilai
keuletan pada baja, nilai kekuatan pada baja, pengerasan menyuluruh pada
21
baja, ketahanan karat pada baja, tahanan arus listrik (kawat pemanas) pada
baja, tetapi unsur nikel pada kandungan baja menurunkan kecepatan
pendinginan regangan panas.
4. Unsur krom kandungan unsur krom pada baja dapat meningkatkan nilai
kekerasan pada baja, nilai kekuatan pada baja, batas rentang ketahanan
aus, kemampuan untuk dapat ditemper menyeluruh, ketahanan panas,
kerak, karat dan asam, pemudahan pemolesan, tetapi menurunkan
regangan.
5. Unsur molibdenum kandungan unsur molibdenum pada baja dapat
meningkatkan kekuatan tarik, batas rentang, kemampuan untuk dapat
proses ditempering menyeluruh, batas rentang panas, ketahanan panas yang
baikmdan batas kelelahan, suhu pijar pada perlakuan panas, tetapi
menurunkan nilai regangan.
6. Unsur kobalt kandungan unsur kobalt pada baja dapat meningkatkan nilai
kekerasan pada baja, nilai ketahanan aus, ketahanan karat dan panas,
daya hantar listrik yang baik serta kejenuhan magnetis.
7. Unsur vanadium kandungan unsur vanadium dapat meningkatkan
kekuatan, batas rentang, kekuatan panas dan ketahanan lelah yang baik,
suhu pijar pada perlakuan panas, tetapi menurunkan kepekaan terhadap
sengatan panas yang melewati batas pada perlakuan panas.
8. Unsur wolfram (W) unsur wolfram dapat meningkatkan nilai kekerasan
pada baja, nilai kekuatan, batas rentang, kekuatan panas, ketahanan
terhadap normalisasi dan daya serat, tetapi menurunkan regangan.
22
I. Sifat-sifat Baja
Pada umumnya baja memiliki dua sifat yang sangat penting untuk diketahui
dan dipelajari yaitu sifat mekanik dan fisik. untuk penjelasan tentang sifat
mekanik dan fisik dari baja adalah sebagai berikut:
1. Sifat mekanik pada baja
Sifat mekanik suatu bahan merupakan suatu kemampuan bahan untuk
menahan beban-beban dinamis maupun statis yang dikenakan padanya
dan mempertahankan diri dari gaya-gaya luar yang mempengaruhinya
(Karmin dan Ginting, 2012: 1-7). Beberapa sifat mekanik bahan, dijelaskan
sebagai berikut:
a. Nilai keuletan bahan atau ductility merupakan sifat dari suatu bahan liat
yang mempunyai gaya regangan (tensile strain) relatif besar sampai
dengan titik kerusakan yang memungkinkan dibentuk secara permanen.
b. Nilai ketangguhan bahan atau thoughness adalah salah satu sifat suatu
bahan yang menunjukkan bahwa besarnya energi yang dibutuhkan untuk
mematahkan bahan.
c. Nilai kekuatan tarik bahan atau tensile test merupakan kekuatan tarik dari
suatu bahan ditentukan dengan membagi gaya maksimum dengan luas
penampang mula. Setelah titik leleh, tegangan terus naik dengan
berlanjutnya deformasi plastis sampai titik maksimum dan kemudian
menurun sampai akhirnya patah.
23
d. Nilai kekerasan adalah ketahanan logam atau bahan terhadap perubahan
gaya tekan yang dilakukan oleh gaya luar, tahanan yang dilakukan oleh
bahan terhadap desakan. Biasanya pengujian kekersan dilakukan dengan
mengunakan metode rockwell, vikers, dan brinell ( Both, 1999: 46).
2.Sifat fisik baja
Sifat fisik suatu bahan merupakan sifat yang berhubungan dengan struktur
atomnya. Adapun pengertian dari sifat fisik baja adalah:
a. Komposisi kimia yang terkandung pada baja
Baja mempunyai banyak kandungan unsur-unsur penyusun logam yang
terkandung didalamnya, dengan persentase yang bervariasi. Oleh karena
itu, untuk mengetahui unsur kandungan unsur kimia yang terdapat pada
logam atau baja dari suatu benda uji, perlu dilakukannya uji komposisi
kimia. Biasanya, uji komposisi kimia juga dilakukan saat penelitian akan
dimulai.
Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui komposisi sebelum melakukan
suatu penelitian yang akan dilakukan, kita sudah terlebih dahulu
mengetahui golongan dari baja atau spesimen yang akan kita gunakan
untuk penelitian. Alat yang digunakan untuk uji komposisi kimia
biasanya adalah Optical Emission Spectroscopy. Optical Emission
Spectroscopy merupakan alat yang mampu menganalisis unsur-unsur
logam induk dan campurannya dengan sangat akurat, sangat cepat dan
mudah dalam pengunaanya.
24
J. Baja AISI 1045
Baja karbon AISI 1045 merupakan jenis baja yang klasifikasi dalam baja
paduan karbon sedang yang umumnya digunakan sebagai bahan utama pada
mesin seperti poros, gear, dan batang penghubung piston pada kendaraan
bermotor. Bajakadar karbon sedang adalah salah satu material yang banyak
diproduksi dan digunakan untuk membuat alat-alat atau bagian-bagian mesin,
karena baja karbon sedang memiliki sifat yang dapat dirubah, sedikit ulet
(ductile) dan tangguh (toughness).
AISI sendiri merupakan standarisasi baja American Iron and Steel Institude
dengan kode 1045, 1045 menunjukan bahwa 45 adalah kandungan atau unsur
karbon pada baja tersebut yaitu 0,45 %. Sifat mekanik dari baja AISI 1045
sangat baik dimana baja AISI 1045 memiliki karakter sifat mekanik yang
mampu las, mesin, serta tingkat kekerasan dan ketahanan aus yang baik. Dalam
aplikasinya baja AISI 1045 biasanya dapat digunakan untuk pembuatan
komponen–komponen mesin serta alat-alat perkakas. Adapun informasi dari
baja AISI 1045 adalah sebagai berikut :
1. Baja AISI 1045 diberi nama menurut standar american iron and steel
institude dimana angka 1xxx menunjukan baja dengan kadar karbon, kode
10xx yang terdapat pada spesifikasi karbon merupakan kadar karbon steel
dan nomor 45 yang terdapat setelah kode 10 menunjukan kadar karbon
yang terkandung dalam baja dengan persentase 0,45 %. Oleh karena itu baja
ini merupakan baja dengan kadar karbon sedang. Baja karbon sedang ini
sering digunakan sebagai spesimen sebagai penelitian.
25
2. Dengan adanya peningkatan kandungan unsur karbon pada baja maka nilai
kekuatan tarik dan kekerasan semakin menjadi naik sedangkan kemampuan
regang, keuletan, ketangguhan dan kemampuan lasnya menurun.
3. Kandungan unsur-unsur pada baja AISI 1045 menurut standard ASTM A
827-85 adalah sebagai berikut :
a . Tabel 1. Unsur pada baja AISI 1045
(Azo.material, 2012: 1)
b. Tabel 2 sifat mekanik baja AISI 1045
SIFAT
MEKANIK BAJA AISI 1045
Berat Spesifik 7.7 – 8.03
( x1000kg/m3 )
Modulus
Elastisitas 190 – 210 Gpa
Kekuatan geser 505 Mpa
Kekerasan 179.8
(Azo.material, 2012: 1)
Unsur
%
Sifat mekanis
Karbon 0,42 – 0,50 Tensile strength
Mangan 0,60 – 0,90 Yield strength
Fosfor Maksimum
0,035
Elongation
Sulfur Maksimum
0,040
Reduction in area
Silicon 0,15 – 0,40 Hardness
26
K. Percobaan Uji Kekerasan Logam
Percobaan uji kekerasan pada baja yang akan dilakukan merupakan
percobaan nilai kekerasan dengan cara mekanis statis bukan mekanis
dinamis. Proses percobaan uji kekerasan sendiri terdapat beberapa metode
Rockwell, Brinell dan Vickers. Ketiga metode tersebut dapat digunakan
berdasarkan pada cara penekanannya suatu indentor suatu benda yang tidak
terdeformasi kedalam permukaan logam yang diuji (specimen)
kekerasannya, sehingga terjadi suatu bekas penekanan (lekukan) yang
kemudian dijadikan dasar untuk penilaian kekerasannya. Penekanan
dilakukan sampai lekukan yang bersifat tetap. Logam yang diuji akan lebih
keras bila bekas yang terjadi lebih kecil (Ika Wahyuni dkk, 2003 : 2).
L. Pengujian Kekerasan Metode Rockwell
pengujian nilai kekerasan dengan menggunakan metode rockwell ini juga
bertumpuan kepada penekanan sebuah indentor pada mesin uji dengan suatu
gaya tekan pada alat kepermukaan yang rata harus bersih dari suatu logam
yang diuji nilai kekerasannya. Setelah gaya tekan dikembalikan ke gaya
awal minor maka yang dijadikan dasar utama perhitungan nilai kekerasan
rockwell bukanlah hasil pengukuran diameter pada diagonal bekas lekukan
penekanan tetapi justru dalamnya bekas lekukan yang terjadi itu. Inilah
kelainan cara rockwell dibandingkan dengan metode vikers, brinell cara
pengujian kekerasan lainnya. Tingkat skala pada kekerasan menurut metode
rockwell adalah berdasarkan pada jenis indentor yang digunakan pada
27
masing-masing skala yang akan digunakan. Dalam metode rockwell ini
terdapat dua macam indentor yang ukurannya bervariasi, kedua jenis
indentor itu adalah:
a. Kerucut intan dengan besar sudut pada indentor 1200.
b. Bola baja dengan berbagai ukuran yang dimiliki sesuai SOP.
Untuk cara pengunaan skala pada metode ini, lebih dahulu menentukan dan
memilih ketentuan angka kekerasan maksimum yang boleh digunakan
dalam skala tertentu pada saat pengujian. Jika pada skala tersebut tidak
tercapai angka kekerasan yang akurat pada saat pengujian, maka kita harus
menentukan skala lain yang dapat menunjukan angka kekerasan yang jelas
pada saat pengujian. Sebagaimana rumus tertentu, maka skala yang
digunakanm memiliki standar atau acuan tersendiri sesuai dengan SOP.
Untuk mendapatkan nilai kekerasan HRB kita harus menggunakan sebuah
indentor berbentuk bola baja yang disepuh dengan ukuran diameter Ø 1/16”
dan ini digunakan untuk jenis-jenis logam yang tidak mendapatkan
perlakuan pengerasan sebelummya sepuh dan digunakan untuk semua jenis
non-ferrous dalam kondisi padat.
Sedangkan untuk mendapatkan nilai kekersan dengan skala HRc digunakan
sebuah indentor kerucut diamond yang memiliki sudut puncak 120o yang
ujungnya dibulatkan dengan jari-jari 0,2 mm dan digunakan untuk
menentukan kekerasan baja-baja yang telah dikeraskan sebelumnya. Kerucut
diamond bisa jua disebut ”brale”. Adapun beberapa yang dibutuhkan untuk
pengujian adalah (Ika Wahyuni 2003 : 3).
28
1. Mesin pengujuian kekerasan rockwell
2. Indentor (penetrator) berupa bola baja yang disepuh dengan ukuran Ø
1/16” dan kerucut intan dengan besar sudut 1200
M. Gambar Alat Uji Kekerasan Rockwell
Gambar 3. alat uji kekerasan metode Rockwell
Alat yang digunakan untuk melakukan proses pengujian kekerasan suatu
logam yang dilakukan dengan menggunakan uji kekerasan rockwell
digunakan alat yang bernama rockwell atau alat uji kekersan. Pengujian
kekerasan dengan metode rockwell merupakan salah satu pengujian
kekerasan bahan yang sering digunakan disebabkan pengujian dengan
metode rockwell ini sangatlah sederhana dan membutuhkan waktu yang
cepat untuk mengetahui nilai kekerasan pada baja. Ini adalah salah satu
alasan kenapa penulis mengunakan metode rockwell untuk pengambilan data
kekerasan. Berikut ini merupakan spesifikasi beserta data dari mesin uji
kekerasan rockwell:
29
Nama alat : Alat Uji Kekerasan
Merk : AFFRI Seri 206.RT-206.RTS
Loading : Maximum 150 KP dan Minimum 60 K
HR B Load : 100 KP
Indentor : Steel Ball 1/16”
HR A Load : 60 KP
N. STRUKTUR MIKRO
Pengujian struktur mikro bertujuan untuk melihat dan menganalisis jenis-
jenis dan bentuk struktur mikro yang terdapat pada baja setelah mengalami
proses perlakuan panas (heat treatment) agar kita dapat membandingkan
struktur mikro pada baja sebelum dilakukan proses perlakuan panas dan pada
sesudah dilakukan proses perlakuan panas (Sardjono, 2009).
Proses terjadinya perbedaan, besar butir, warna, bentuk dan ukuran butir yang
terdapat pada struktur mikro baja menjadi penentuan awal dari jenis dan sifat
fasa pada hasil pengamatan foto mikro adalah diakibatkan adanya proses
pengetsaan proses pengetsaan tersebut harus dilakukan oleh orang yang
professional agar hasil yang didapatkan maksimal. Prinsip pengetsaan pada
spesimen sendiri merupakan proses pengikisan pada baja yang menghasilkan
reaksi kimia pada baja sehingga terkikis lebih dalam permukaan baja.
Akibatnya pada saat adanya cahaya pantulan yang terjadi yang tertangkap
oleh lensa maka akan tampak bahwa fasa yang lebih lunak akan terlihat lebih
30
terang. Sebelum proses pengetsaan dilakukan proses pertama yang kita
lakukan terlebih dahulu yaitu melakukan pengampalsan pada masing-masing
spesimen uji, yang dilakukan secara berulang-ulang pada spesimen agar
permukaan pada baja terlihat mengkilap.
Agar pada permukaan pada baja juga akan terlihat bentuk dan ukuran butirnya
sehingga dapat dibedakan anatara fasa-fasa yang terlihat pada bahan yang akan
diuji pada proses penelitian (Yogantoro, 2010).
Gambar 4. Nikon MA 100 pengujian struktur mikro
31
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
Penulis melakukan penelitian ini pada dua tempat yaitu di Laboratorium
Material Teknik Universitas Lampung dan LIPI Tanjung Bintang, dilaksanakan
pada 26 Maret - 12 April 2018.
B. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses penelitian ini adalah
1. Alat Instalasi Quencing Sistem media Pendingin yang tersirkulasi
Gambar 5. Alat Instalasi Quencing dengan media yang tersirkulasi.
32
Ada beberapa tahapan yang dilakukan dalam proses perakitan instalasi
mesin quenching dengan media yang tersirkulasi adalah sebagai berikut :
a. Menentukan panjang besi siku yang akan digunakan dalam instalsi alat
yang akan digunakan sebagai rangka, instalasi alat menggunakan panjang
40cm x 40cm x 50cm (p x l x t) penentuan panjang rangka ini didasarkan
pada penelitian penelitian sebelumya denga cara memodifikasi agar
mendapatkan kekerasan yang tinggi. Kemudian memotong besi
mengunakan gerinda dan menyatukan semua kerangka dengan cara las.
b. Setelah semua kerangka terpasang maka memasang roda pada bagian
bawah rangka, dengan tujuan untuk memudahkan pemindahan alat.
c. Mempersiapkan pipa PVC dengan ukuran ¾ inci , sambungan pipa dan
keperluan lainya yang digunakan untuk instalasi alat.
d. Mempersiapkan bak penampung yang digunakan sebagai tempat media
pendingin dengan media yang tersirkulasi.
e. Melubangi bak penampung medium pendingin dengan diameter 3/4 inci
sebanyak dua buah. Satu dibagian dasar bak penampung medium
pendingin sebagai saluran hisap menuju pompa air, dan satu di dinding
bak penampung medium pendingin sebagai saluran masuk sebagai by
pass.
f. Meletakkan bak penampung medium pendingin pada rangka, dan
memastikan sudah tepat ditengah-tengah.
g. Memasang pompa air pada bagian bawah pak panampung pada tempat
yang telah dipersiapkan.
33
h. Memasang pipa PVC untuk saluran hisap dari bagian dasar bak
penampung menuju pompa air.
i. Memasang pipa PVC untuk saluran keluar pompa, memasang water
flow meter, dan ball valve sebagai by pass. Dengan menggunakan
sambungan T sebagai pembagi aliran, satu bagian dialirkan menuju
lubang di bagian dinding bak penampung medium pendingin dengan
melewati sebuah ball valve sebagai pengatur jumlah aliran. Dan satu
bagian lainnya menuju bagian dasar bak pada pipa galvaniz, dan
aliran melewati water flow meter untuk mengetahui debit aliran yang
mengalir menuju pipa galvanis yang nantinya akan menyemburkan
air ke spesimen uji.
j. Melakukan pengujian pada instalasi alat quenching dengan media yang
tersirkulasi dimulai dengan bukaan katup .
2. Mesin Potong Logam
Gambar 6. Mesin Potong Logam
Mesin potong logam berfungsi untuk memotong dimenensi spesimen.
34
3. Baja AISI 1045
Gambar 7. Baja AISI 1045
Baja AISI 1045 merupakan baja karbon sedang. Baja AISI 1045 digunakan
karena berdasarkan referensi dari penelitian sebelumnya. Adapun beberapa
spesifikasi dari spesimen yang digunakan dengan dimensi spesimen uji
kekerasan dengan Panjang 3 cm, Lebar 5 cm, tebal 3 mm.
4. Tungku Pembakaran (Furnace)
Gambar 8. Furnace
Tungku Pembakaran (Furnace) merupakan oven pemanas, pada penelitian
ini digunakan untuk memanaskan spesimen baja AISI 1045 sampai
temperatur 800oC dan ditahan selama satu jam agar mendapatkan nilai
kekerasan yang maksimal.
35
5. Air
Gambar 9. Air
Air digunakan sebagai variasi dari media quenching yang tersirkulasi .
Volume air yang digunakan pada penelitian ini ada lah sebesar 8 L.
6. Solar
Gambar 10. Solar
Solar digunakan sebagai media variasi quenching yang tersirkulasi dengan
volume 8 L.
7. Air garam
Gambar 11. Air garam
Garam digunakan sebagai variasi media yang tersirkulasi Penambahan
garam 25% terhadap variasi media air quenching 8 L.
36
8. Alat uji kekerasan Rockwell
Gambar 12. Alat uji kekerasan Rockwell
Universal Hardness tester merupakan alat uji kekerasan. Pengujian
kekerasaan dilakukan dengan metode Rockwell dimana dengan
menggunakan diameter bola baja 1/16”.
9. Amplas
Gambar 13. Amplas
Amplas berfungsi sebagai penghalus permukaan baja AISI 1045 agar
permukaan menjadi halus dan bersih. Tingkatan amplas yang digunakan
adalah 80,400, 500, 1000 dan 1500.
37
10. Polisher Grinding machine
Gambar 14. Polisher Grindding Machine
Polisher Grindding Machine berfungsi sebagai mesing pengamplas atau
digunakan untuk menghaluskan permukaan logam sebelum dilakukan
pengujian kekerasan dan struktur mikro dari baja AISI 1045 yang
digunakan.
11. Autosol
Gambar 15. Autosol
Autosol digunakan untuk mengkilapkan permukaan spesimen baja AISI
1045 sebelum dilakukan proses etsa.
38
12. Larutan Etsa
Gambar 16. Larutan Etsa
Larutan etsa merupakan campuran antara ethanol dengan nitit acid dengan
perbandingan 19:1. Berfungsi untuk membuka pori – pori baja AISI 1045
agar terlihat struktur mikro dari baja tersebut.
C. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian memiliki beberapa tahapan dimana dimulai dari
perencanaan, pembuatan alat, pengujian alat instalasi sistem air yang
tersirkulasi, pembuatan spesimen uji, perlakuan terhadap spesimen, pengujian
spesimen sampai pengambilan data pengujian. Adapun prosedur penelitian
adalah
1. Pengujian Alat Instalasi Quencing Dengan Sistem Air yang Tersirkulasi
Pengujian alat dilakukan untuk mengetahui kapasitas dan kemampuan alat
quenching dengan metode air yang tersirkulasi sehingga dalam penggunaan
39
dalam pengujian dapat diketahui parameter yang mempengaruhinya.
Parameter yang diuji antara lain :
a. Kecepatan aliran yang terlihat dalam flow meter.
b. variasi media digunakan untuk proses quenching.
c. Perhitungan kecepatan.
2. Pembuatan Spesimen baja AISI 1045
Adapun tahapan pembuatan dari spesimen baja AISI 1045 adalah
a. Pemotongan bahan AISI 1045 dengan menggunakan mesin pemotong.
b. Potongan bahan harus sesuai dimensi yang diinginkan yaitu memiliki
panjang 3cm , lebar 5cm, dan tinggi 3 mm untuk pengujian kekerasan.
3. Perlakuan terhadap spesimen baja AISI 1045
Adapun tahapan perlakuan adalah
a. Baja AISI 1045 yang telah dipotong dipanaskan atau dimasukan kedalam
furnace sampai suhu 800oC.
b. Kemudian tahan baja pada suhu 800oC selama 15menit.
c. kemudian baja dilakukan proses quenching.
d. Masukan beberapa spesimen baja AISI 1045 kefluida yang tersirkulasi
dengan.katub.dibuka.180°, 90°, 45°.pada variasi media pendingin air, air
garam, dan solar.
e. Angkat baja AISI 1045 lalu di keringkan.
f. Setelah kering, baja AISI dilakukan proses penghalusan permukaan
dengan cara di amplas (80,400,500, 1000 dan 1500).
40
4. Pengujian Spesimen baja AISI 1045
Adapun tahapan pengujian adalah
a. Pengujian Kekeraasan metode Rockwell dengan Universal Hardness
Tester
Adapun tahapan dari pengujian kekerasan adalah
i. Mengatur beban dari alat uji yaitu sebesar 980 N.
ii. Memasang indentor bola baja 1/16” pada alat uji, indentor bola
baja 1/16” digunakan karena pengujian menggunakan skala merah.
iii. Meletakkan spesimen baja AISI 1045 pada meja uji dari alat.
iv. Kemudian mengatur handle alat uji hingga indentor menyentuh
permukaan spesimen.
v. Putar handle hingga jarum dari skala minor menunjukan angka 0.
vi. Kemudian tarik tuas beban, tunggu hingga 10 detik.
vii. Tarik kembali tuas beban.
viii. Kemudian baca nilai kekerasan yang dihasilkan dan catat.
ix. Turunkan handle landasan hingga indentor tidak lagi menyentuh
spesimen.
x. Ulangi langkah dengan spesimen yang berbeda.
b. Pengujian Struktur Mikro
Adapun tahapan pengujian Struktur Mikro adalah
i. Menyiapkan cetakan untuk proses mounting.
ii. Meletakkan spesimen baja AISI 1045 pada cetakan.
41
iii. Menuangkan cairan resin polyster yang telah dicampur dengan
katalis pada cetakan spesimen, tunggu sampai kering dan mengeras
sempurna.
iv. Mengeluarkan spesimen dari cetakan.
v. Menghaluskan permukaan spesimen baja AISI 1045 dengan
polisher grinding machine dengan tingkatan amplas 80, 400, 500,
1000 dan 1500.
vi. Menggosok permukaan yang telah dihaluskan dengan autoshol
sampai permukaan benar – benar mengkilap.
vii. Mencelupkan permukaan spesimen yang telah mengkilap ke
larutan etsa ( ethanol dan nitrit acid dengan perbandingan 19 : 1 ).
viii. Mengamati struktur mikro dari permukaan spesimen baja AISI
1045 dengan menggunakan mikroskop optic.
42
5. Pengambilan data
Adapun data yang diperlukan adalah
a.Tabel 3. Data Hasil Uji Kekerasan
No Media Bukaan
Katup
Vi
(Lpm)
Vii
(Lpm)
I
Uji Rockwell
(HRB)
ii iii
rata-
rata
1
Air
2
A. Garam
3
Solar
43
D. Diagam Alir Pengambilan Data
Tidak
ya
Persiapan alat uji dan
spesimen
Baja AISI 1045
Studi literatur
Uji kekerasan
Quenching agitasi
Bukaan katup 45°, 90°
dan 180° media
pendingin:
1. Air
2. Air.garam
3. solar
Jika hasil sesuai
literatur dan
referensi
Analisis data
Kesimpulan
selesai
Mulai
ya
55
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Adapun kesimpulan yang didapatkan berdasarkan penelitian mengenai pengaruh
variasi media pendingin yang tersirkulasi dan bukaan katup pada proses
quenching terhadap kekerasan dan struktur mikro baja AISI 1045 adalah:
1. Proses heat treatment mengunakan proses quenching dengan variasi media
dan bukaan katup dapat meningkatkan kekerasan dan memepengaruhi struktur
pada baja AISI 1045.
2. Nilai kekerasan pada baja tanpa perlakuan panas (RAW) yaiyu 62,33 HRB.
3. Pada media pendingin air dengan variasi bukan katup (180°, 90°, 45°)
mendapatkan nilai kekerasan masing-masing sebesar 88,6 HRB meningkatkan
26,25%, 84,3 HRB meningkatkan 21,95% dan 80 HRB meningkatkan
17,67%.
4. Pada media pendingin air garam dengan variasi bukan katup (180°, 90°, 45°)
mendapatkan nilai kekerasan masing-masing sebesar 96 HRB meningkatkan
33,67%, 93,6 HRB meningkatkan 31,27% dan 89,6 HRB meningkatkan
27,27%.
55
5. Pada media pendingin solar dengan variasi bukan katup (180°, 90°, 45°)
mendapatkan nilai kekerasan masing-masing sebesar 80 HRB meningkatkan
17,67%, 77,6 HRB meningkatkan 15,27% dan 74 HRB meningkatkan
11,67%.
6. Media pendingin air garam adalah media pendingin yang paling baik untuk
meningkatkan kekerasan baja dan menghasilkan fasa martensit yang banyak.
7. Laju pendiginan memepengaruhi kekerasan suatu baja, semakin cepat debit
aliran pada proses pendinginan maka nilai kekerasan yang didapatkan akan
semakin besar.
B. SARAN
Adapun saran yang dapat disampaikan adalah:
1. Diperlukan pengujian mekanik lain agar mengetahui nilai-nilai kekuatan
mekanik yang lain pada baja AISI 1045.
2. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, untuk penelitian
selanjutnya disarankan untuk melakukan variasi variabel persentase media
pendingin yang lebih banyak untuk mengetahui pengaruh media pendingin
terhadap proses perlakuan panas.
DAFTAR PUSTAKA
Amanto, H dan Daryanto. 1999. Ilmu Bahan. Bumi Aksara. Jakarta.Halaman 63-87.
Anonim. 2015. Baja. http://id.wikipedia.org/wiki/BAJA. Diakses padatanggal 24 Desember 2017. Pukul 19:54 WIB.
ASM Handbook. 1993. Properties and Selection: Iron Steels, andHighPerformance Alloys. Metals handbook. Volume 1. Page 249 -327.
ASM Handbook. 1991. Heat Treating. ASM Handbook Committee.Volume 4.Page 4.
AzoMaterials, 2012. Aisi 1045 medium carbon steel.http://www.azom.com/article.aspx?articleID=6130. Diakses padatanggal 24 januari 2018 .Pukul 22:04 WIB.
Chemical Composition of AISI 1045. Diakses pada tanggal 24 januari2018 .Pukul 22:09 WIB. (On Line) Availableathttp//www.strindustries.com.
Departemen Pendiidkan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa IndonesiaEdisi Ketiga. Balai Pustaka. Jakarta. Halaman 91.
Djaprie, Sriati. 1990. Teknologi Mekanik. Erlangga. Jakarta. Halaman 35-50.
Heat Treatment Of Tool Steel. Diakses pada tanggal 24 januari 2018.Pukul 22:13 (On Line) Available at http//www.uddeholm.com.
Ika Wahyuni, Ahmad Barkati Rojul, Erlin Nasocha, Nindia Fauzia Rosyi,Oktaviana Retna Ningsih, Nurul Khusnia, 2003. Uji KekerasanMaterial dengan Metode Rockwell. Jurusan Fisika UniversitasAirlangga. Surabaya.
Indah Retno Astrini, 2016 . Pengaruh Heat Treatment Dengan VariasiMedia Quenching Air Dan Oli Trerhadap Struktur Mikro Dan NilaiKekerasan Baja Pegas Daun AISI 6135.
Joko waluyo.2009 Pengaruh Temperatur Dan Waktu Tahan Pada ProsesKarburisasi Cair Terhadap Kekerasan Baja AISI 1025 Dengan MediaPendinginan Air.
Karmin dan Ginting, M. 2012. Analisis Peningkatan Kekerasan Baja AmutitMenggunakan Media Pendingin Dromus. Jurnal Austenit JurusanTeknik Mesin. Volume 4. Nomor 1. Halaman (115-120).
M Novry dan Ir.Muslih Nasution. 2016. Pengaruh Media QuenchingTerhadap Kekuatan Baja AISI 1045 . Jurusan Teknik Mesin SekolahTinggi Teknik Harapan 2016.
Mulyadi dan Sunitra, Eka. 2010. Kajian Perubahan Kekerasan dan DifusiKarbon Sebagai Akibat Proses dari Proses Karburisasi dan ProsesQuenching pada Material Gigi Perontok Power Thresher. JurnalTeknik Mesin. Volume 7. Nomor 1. Halaman 33-49.
Mulyanti, 1996. Pengaruh Kadar Mangan (Mn) Dan Perlakuan PanasTerhadap Sifat Mekanis Dan Struktur Mikro Paduan Baja ManganAustenit, Universitas Indonesia. Jakarta. Halaman 75-78.
Nugroho, Sri dan Haryadi, Gunawan Dwi. 2005. Pengaruh mediaQuenching Air Tersirkulasi (Circulated Water) Terhadap StrukturMikro Dan Kekerasan Pada Baja AISI 1045. Jurnal Rotasi Volume 7Nomor 1.
Nur, I. Junaidi dan Hanwar, O. 2005. Analisis Pengaruh Media PendinginDari Proses Perlakuan Panas Terhadap Kekuatan Sambungan PegasDaun Dengan Las Smaw. Jurnal Teknik Mesin. Volume 2. Nomor1. Halaman 18-23.
Setiadji, Widya Mukti. 2007. Perubahan Ketangguhan Bahan ST-40 yangTelah Mengalami Proses Double Hardening DenganCarburizing. Skripsi. Jurusan Pendidikan Teknik MesinUniversitas Negeri Semarang. Semarang. Halaman 22-23.