f rest d gest reklamasi untuk siapa · buku ad/art ipkindo ... berkedudukan di desa seliman...

84
F rest D gest 03 februari- april 2017 reklamasi untuk siapa TEKNOLOGI Identifikasi Parit Illegal Menggunakan Airborne LIDAR kabar kampus Launching Taman Hutan Kampus dan Alumni Executive Lounge Reklamasi kawasan hutan bekas tambang, antara aturan, implementasi, dan manfaat.

Upload: dinhdien

Post on 03-Mar-2019

238 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest

03februari-

april 2017

reklamasi untuk siapa

TEKNOLOGIIdentifikasi Parit

Illegal Menggunakan Airborne LIDAR

kabar kampusLaunching Taman Hutan

Kampus dan Alumni Executive Lounge

Reklamasi kawasan hutan bekas tambang, antara aturan, implementasi,

dan manfaat.

Page 2: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest2 f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

Page 3: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest 3f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

Page 4: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest4 f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

T E K NOL O G I — 62

airborne lidar untuk perencanaan restorasi gambut

daftaR isi

F rest D gest

Penanggung JawabM. Awriya Ibrahim (E-16)

Ketua Umum Himpunan Alumni Fakultas Kehutanan IPB

Pemimpin UmumGagan Gandara (E-29)

Dewan RedaksiOdjat Sudjatnika (E-22)

Muayat Ali Muhshi (E-22) R. Eko Tjahjono (E-25) Drajad Kurniadi (E-32)

Bagja Hidayat (E-33) Librianna Arshanti (E-33)

Aryani (E-34) Rina Kristanti (E-37)

Khulfi M. Khalwani (E-40) Satrio Cahyo Nugroho (E-41)

Kaka M. Prakasa (E-41) Reza Ahda (E-45)

M. Fahmi Alby (E-47) Zahra Firdausi (E-48)

SekretarisAnnisa Murthafiah (E-48)

Anggun Rahayu Melyanti (E-48)

Hubungan Usaha & eksternalStepi Hakim (E-27)

Hendra Wijaya (E-29)Atik Ratih Susanti (E-30)

Reni Rosmini Handayani (E-35)

DistribusiUnit Kesekretariatan DPP HA-E IPB

Alamat Sekretariat HA-E IPB,

Kampus Fakultas Kehutanan IPB, Jalan Lingkar Akademik Darmaga Bogor

16680

Kontak (Email)[email protected]

Forest Digest adalah majalah triwulanan

yang diterbitkan Himpunan Alumni Fakultas Kehutanan Institut Pertanian

Bogor dan didistribusikan kepada alumni dan umum secara gratis. Redaksi

mengundang alumni menulis artikel dengan panjang 7.000 karakter dengan

spasi dalam format Microsoft Word disertai foto penunjang.

coverFoto: Rehabilitasi PT Vale Indonesia

Tema edisi 4: Hasil Hutan Bukan Kayu. Kirim tulisan anda seputar tema itu ke

redaksi sebelum 31 Maret 2017.

L A P OR A N U TA M A — 16

reklamasi untuk siapaReklamasi kawasan hutan bekas tambang dan reklamasi pantai, antara aturan,

implementasi, dan manfaat.

PROF I L — 64

musdhalifah machmud

Fahutan IPB adalah guru yang memberikan landasan dalam berpikir dan bersosialisasi.

SU R AT – 5A NG KA – 8S A L A M K ET UA – 9PIG U R A - 10KA BA R KA M P U S – 12 KA BA R A LUM N I – 14 PE N E L I T IA N — 5 6KOL OM — 5 8 , 6 0R E P ORTASE — 6 8 , 7 0F OTO G R A F I — 7 2BU K U — 7 4 , 7 6WAWA NC A R A — 7 8BI N TA NG — 8 0OASE — 8 2

Page 5: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest 5f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

surat

TERIMAKASIHAtas nama Institut

Teknologi Sepuluh November (ITS), kami menyampaikan terimakasih kepada Himpunan Alumni Fakultas Kehutanan IPB atas kiriman majalah Forest Digest sebanyak tujuh eksemplar. Majalah tersebut telah kami terima dengan baik.

—Prof. Ir. Joni Hermana, M.Sc. Es. Ph.D, Rektor ITS,

Terimakasih Bapak Rektor. Semoga majalah gratis ini dapat terdistribusi di lingkungan ITS. Salam Hormat kami.

PENYULUH KEHUTANAN

Dewan Pengurus Pusat Ikatan Penyuluh Kehutanan Indonesia (IPKINDO) mengucapkan terimakasih atas kiriman majalah Forest Digest sebanyak 10 eksemplar.Terlampir kami sampaikan daftar nama-nama pengurus DPP IPKINDO, daftar DPW IPKINDO, Daftar DPD IKINDO dan buku AD/ART IPKINDO sebagai tambahan informasi bagi Forest Digest. Semoga kita bisa bekerjasama.

—Murtado, S.Hut, MP, Sekretaris IPKINDO

Terimakasih. Semoga majalah ini bermanfaat. Harapan kami banyak penyuluh kehutanan yang mengirimkan tulisan pada kami. Majalah Forest Digest telah terdaftar di LIPI dan memiliki nomor ISSN.

PT Nusantara Berau Coal (NBC)

mengucapkan Selamat atas terbitnya majalah

Semoga dengan terbitnya majalah Forest Digest ini Hutan Indonesia

semakin Lestari.

F rest D gest

Page 6: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest6 f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

surat

KIRIMAN MAJALAHKami dari PAS Lestari yang

berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, Kabupaten Trawas, Kabupaten Mojokerto adalah Lembaga Swadaya Masyarakat yang bergerak dalam bidang sosial, usaha dan pelestarian sumberdaya alam dan hutan. Kami mengajukan permohonan bantuan kiriman majalah Forest Digest bagi anggota kami secara gratis.

—Bapak Mulyono, Ketua PAS Lestari

Majalah Forest Digest sudah kami kirimkan. Terimakasih atas minat dan perhatian dari PAS Lestari. Salam Lestari.

Saya ingin majalah Forest Digest Kirim ke Kecamatan Parungkuda Kabupaten Sukabumi. Berapa ongkos kirimnya?

—Mila Nabilah E23104051

Silakan permintaan pengiriman dapat ke email [email protected], majalahnya gratis biaya pengiriman menyesuaikan.

Saya ingin mendapatkan majalahnya Forest Digest. Alamat saya di Taman Pagelaran Jalan Palem II, Ciomas Bogor. Nuhun. Ongkos kirim ke mana? berapa?

—Utomo E.24.1111

Silakan mengajukan permintaan pengiriman dapat ke email [email protected], majalahnya gratis, biaya pengiriman menyesuaikan. Atau bisa langsung menghubungi ketua angkatan. Nuhun.

Saya angkatan 23 KSH/E. Alamat saya di Jalan Yan Mamoribo Ruko No. 5, Waisai Kota, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat. Saya menulis buku Photographic guide to Birds of Raja Ampat dan sudah mengirimnya ke Redaksi Forest Digest.

—Edi Yansyah E23

Buku kang Edi Yansyah sudah kami terima. Cukup menarik dan kami bahas di Resensi Buku. Semoga dapat terus berkarya. Salam lestari.

Saya E27. Alamat saya di Kantor Staf Ahli menteri Desa PDTT, Gedung Utama Lantai 5 kantor menteri desa pdt dan transmigrasi Jalan TMP Kalibata No. 17 Jaksel. Saya ingin dapat majalah ini. Terimakasih.

—Jhudy Mulyadi E27

Ok kang. Sudah kami kirimkan. Salam.

Saya alumni S2 Ilmu Pengelolaan Hutan IPB, tinggaL di Bengkulu. Terimakasih sudah dikirimkan majalah Forest Digest. Saya berharap majalah Forest Digest dapat membahas tentang hutan adat di Sumatera, khususnya Jambi dan Bengkulu.

Salam hangat.—Hefri Oktoyoki / IPH2013

Sip bang Hefri Oktoyoki. Semoga manfaat. Kedepan kami uga akan masuk ke tema-tema seperti itu. Salam.

Pada Inforial PKPS di Forest Digest Edisi 2, kalimat terakhir paragraf 6, tertulis UU No.6/1967 tentang Kehutanan. Seharusnya: UU No. 5/1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kehutanan.

ralat

Page 7: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest 7f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

Support By :

Ayo Ke Taman NasionalGunung Ciremai (Bukit Seribu Bintang)

PTWANA ADIWIJAYAKONSULTAN

CAMP FIRE CARE

CAMP TOUR FIRE CARE : Kegiatan untuk peduli dan melestarikanekosistem di kawasan Tn Gunung Ciremai dari bahaya kebakaranhutan dengan Restorasi Kawasan dan Kedaulatan Rakyat dalamKelola Kawasan.

Contact : Agus Aye 0813 12483 800

Raya Kuningan-Cirebon KM 9 No.1 Manislor Jalaksana, Kuningan-Jawa BaratTelp/Fax. (0232) 61315 Email : [email protected] Website : www.tngcciremai.com

- Camping pada ketinggian 1000Mdpl- Penanaman Pohon (One man One Tree)- Tracking ke padang edelweiss- Menikmati sunrise dan sunset- Pemandangan kota Cirebon dimalam hari- Offroad 4x4

Page 8: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest8 f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

kutipan

angka

“Semua yang dimulai dengan rasa marah, akan berakhir dengan rasa malu.”

—Benjamin Franklin

“Kelembutan dan kebaikan bukanlah tanda-tanda kelemahan dan putus asa, tetapi adalah penjelmaan sebuah kekuatan.”

–Kahlil Gibran

Aceh

Um

uter

a U

tara

Sum

ater

a Ba

rat

Riau

Jam

bi

Sum

ater

a Se

lata

n

Beng

kulu

Lam

pung

Bang

ka B

elitu

ng

Kep

ulau

an R

iau

DK

I Jak

arta

Jaw

a Ba

rat

Jaw

a Te

ngah

DI Y

ogya

kart

a

Jaw

a Ti

mur

Bant

en

Bali

Nus

a Te

ngga

ra B

arat

Nus

a Te

ngga

ra T

imur

Kal

iman

tan

Bara

t

Kal

iman

tan

Teng

ah

Kal

iman

tan

Sela

tan

Kal

iman

tan

Tim

ur

Kal

iman

tan

Uta

ra

Sula

wes

i Uta

ra

Sula

wes

i Ten

gah

Sula

wes

i Sel

atan

Sula

wes

i Ten

ggar

a

Gor

onta

lo

Sula

wes

i Bar

at

Mal

uku

Mal

uku

Uta

ra

Papu

a Ba

rat

Papu

a

598

45.0

0

1507

61.3

8

4720

.53

4139

67.3

7

2307

64.0

9

2084

72.6

6

5513

.37

867

6.44

20

100.

72

0.00

0.00

100

33.1

9

2

4823

.11

0.00

65

548.

55

2189

.65

25.2

8

139

549.

99

0.00

2828

9.00

6

2917

6.96

65

558.

67

378

703.

76

116

379.

23

45

659.

00

99

037.

09

2

5413

.95

917

74.4

6

3035

7.24

33.5

5

134

35.4

5

3240

50.4

4

5756

2.84

7849

1.94

TOTAL IZIN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN UNTUK SURVEY/EKSPLORASI TAMBANG (Sampai Desember 2015, dalam Hektare)

2011 2012 2013 2014 2015

4054

28.4

9 ha

8716

73.6

4 ha

5481

75.8

5 ha

4157

65.6

7 ha

3204

74.2

2 ha

Page 9: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest 9f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

salam ketua

Salam Care and Respect !!,

Alhamdulilah, majalah Forest Digest kini memasuki edisi ketiga. Di tengah riuhnya informasi terkait Pilkada yang dijejali hoax, kami bisa memberikan alternatif bacaan yang tak sekadar berbeda namun juga berkualitas. Ini tak lepas dari dukungan yang semakin kuat dan solid seluruh alumni Fakultas Kehutanan IPB, melalui Ketua-ketua angkatan dan Komisariat Daerah dari seluruh Indonesia. Terbitnya Forest Digest edisi ketiga ini membuktikan kembali bahwa alumni Fakultas Kehutanan IPB bisa dengan sungguh-sungguh menerbitkan majalah yang tidak ala kadarnya namun berbobot untuk memperkaya ruang diskusi berbagai

isu tanpa harus adu otot.Forest Digest juga diharapkan bisa menjadi media komunikasi

alumni, memberikan informasi alumni, dan mempromosikan eksistensi alumni Fakultas Kehutanan IPB baik nasional maupun internasional. Kami tahu, sangat banyak alumni yang berkiprah dan memiliki prestasi yang luar biasa di berbagai sektor sehingga keberadaan majalah ini menjadi sangat penting. Majalah ini juga diharapkan bisa mengisi kekosongan media popular dunia kehutanan yang berwibawa serta menegaskan posisi alumni Fakultas Kehutanan IPB dalam dunia kehutanan saat ini.

Perlu kami sampaikan, majalah Forest Digest edisi pertama dan kedua telah didistribusikan ke seluruh Indonesia masing-masing sebanyak 6.000 eksemplar. Khusus edisi kedua (November 2016 s/d Januari 2017) distribusinya semakin meluas, dimana tidak hanya alumni, tapi juga beberapa pihak strategis seperti Perguruan Tinggi, Dinas Kehutanan Provinsi, LSM, dan Asosiasi Profesi.

Kami dari Pengurus HA-E bertekad untuk terus bisa menerbitkan majalah Forest Digest tetap gratis dan lebih berkualitas.

Untuk edisi kali ini, kami mengangkat laporan utama dengan tema “Reklamasi untuk Siapa”. Tema ini dipilih karena sedang menjadi isu strategis untuk dikupas dari berbagai sudut pandang atau perspektif dari berbagai pihak, seperti pemerintah (Kementerian LHK, Kementerian ESDM), Perguruan Tinggi, ahli/pakar, pelaku usaha, dan konsultan.

Tim Redaksi telah menggali berbagai sumber mengenai reklamasi hutan (lahan bekas tambang) dan reklamasi pantai. Kita ketahui bahwa kegiatan penambangan dalam kawasan hutan telah mengakibatkan kerusakan lingkungan. Reklamasi hutan merupakan usaha untuk memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan vegetasi yang rusak agar dapat berfungsi optimal sesuai peruntukannya. Sedangkan reklamasi pantau didefisnisikan sebagai suatu proses membuat daratan baru pada satu daerah pesisir pantai atau daerah rawa. Hal ini umumnya dilatarbelakangi oleh semakin tingginya tingkat populasi manusia, khususnya di kawasan pesisir yang menyebabkan lahan pembangun semakin menyempit.

Sekali lagi kami mengundang rekan-rekan alumni untuk menyampaikan berbagai ide atau gagasan dalam bentuk tulisan menarik sebagai sarana komunikasi, informasi, dan promosi eksistensi alumni. Atas seluruh pengorbanan waktu, pemikiran, dukungan dan kerja keras Tim Redaksi dan Alumni, kami sampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Semoga majalah Forest Digest ini bermanfaat bagi alumni, pelaku usaha kehutanan dan lingkungan, dan seluruh masyarakat Indonesia.

Salam Care and RespectM. Awriya Ibrahim

majalah Forest Digest edisi pertama dan kedua telah didistribusikan ke seluruh Indonesia masing-masing sebanyak 6.000 eksemplar.

Page 10: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest10 f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

pigura

aktivitas penambangan. Areal tambang PT. KPC di Sangatta, Kutai Timur, Kalimantan Timur.

Foto: Mashari

Page 11: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,
Page 12: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest12 f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

kabar KAMPUS

Kabar gembira untuk seluruh civitas akademika dan alumni Fakultas Kehutanan IPB, dimana pada hari Rabu tanggal 11 Januari 2017 bertempat di Ruang Sidang Sylva (RSS) Kampus Fakultas Kehutanan IPB Darmaga,

Himpunan Alumni Fakultas Kehutanan IPB (HA-E IPB) bekerja sama de-ngan Fakultas Kehutanan IPB dan PT. Bank Rakyat Indonesia (PT. BRI Tbk) menyelenggarakan Launching Taman Hutan Kampus IPB, Executive Lounge Alumni Fakultas Kehutanan IPB, serta Penyerahan Hibah Mobil Dinas dari HA-E IPB kepada Fakultas Kehutanan IPB.

Launching Taman Hutan Kampus IPB, Executive Lounge Alumni Fakultas Kehutanan IPB, serta Penyerahan Hibah Mobil Dinas dihadiri oleh civitas akademika Fakultas Kehutanan IPB, DPP HA-E IPB, alumni Fakultas Kehutanan IPB, PT. BRI Tbk, dan pihak pengembang (kontraktor).

Acara dimulai dengan pembukaan, sambutan Dekan Fakultas Kehutanan IPB oleh Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, M.Sc.F.Trop, sambutan perwakilan dari PT. BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta, yaitu: Kartika Dewi Prasasti, SE, serta sambutan Ketua Umum HA-E IPB oleh Ir. M. Awriya Ibrahim, M.Sc.

Peresmian Pembangunan Taman Hutan Kampus

Rangkaian acara tersebut diawali de ngan paparan penyampaian rencana pembangunan Taman Hutan Kampus oleh Dr. Ir. Naresworo Nugroho, MS. (Wakil Dekan Bidang Sumberdaya, Kerjasama, dan Pengembangan).

Pembangunan Taman Hutan Kampus,

memiliki tujuan yang sangat positif, yaitu: tersedianya sarana tempat praktik yang memadai; menciptakan kampus IPB Darmaga yang hijau, nyaman, dan menunjang pembelajaran; mempertahankan keseimbangan lingkungan; serta mengembangkan miniatur hutan multifungsi, naik untuk konservasi/ perlindungan, rekreasi, pendidikan, penelitian, serta pelatihan.

Latar sejarah dari rencana tersebut adalah Kampus IPB Darmaga memiliki luas 278 hektare pada awalnya kebun karet milik perusahaan Kolonial Belanda. Sisa-sisa kebun karet tersebut masih terlihat sampai sekarang berupa bangunan land-huis, menara lonceng, dan pohon-pohon karet yang masih menghasilkan getah. Selain itu kampus IPB diapit oleh dua sungai, yaitu: Sungai Ciapus dan Cihideung. Pada tahun 1959 kampus Fakultas Kehutanan masih berada di Kampus Baranangsiang, tetapi pada tahun 1968 saat Kampus Fakultas Kehutanan pindah ke Kampus Darmaga, kondisinya masih didominasi kebun karet.

Pada tahun 1995, Rektor IPB mengeluarkan Surat Keputusan Nomor: 086/Um/1995, tanggal 8 Agustus 1995,

dimana IPB memberikan kewenangan kepada Fakultas Kehutanan untuk mengelola areal seluas 12 hektare di Blok Cikabayan. Oleh Fakultas Kehutanan, areal tersebut direncanakan untuk Taman Hutan Kampus. Surat Keputusan tersebut menjadikan landasan hukum yang kuat untuk nantinya dilakukan pembangunan Taman Hutan Kampus yang berlokasi di Cikabayan tersebut.

Arahan pengembangan yang akan di lakukan adalah pembangunan Blok Ekologi dan Edukasi, diutamakan untuk kegiatan Tri Dharma, yaitu: pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat; Blok Ekspresi Civitas, berupa amphi theater, jogging track, dan fasilitas pendukung lainnya, serta rekreasi; serta Blok Penunjang, untuk mendukung keamanan, kenyamanan, dan estetika (warung/kantin/cafe, pos keamanan, ATM, dan lain-lain).

Ketua Umum HA-E IPB dalam sambutannya juga menjelaskan bahwa rencana Pembangunan Taman Hutan Kampus mendapat respon luar biasa dari Vice President PT. BRI Tbk yang berharap kerjasama dengan BRI dapat terjalin secara terus menerus kedepannya agar Fakultas

launching Taman Hutan Kampus IPB, Alumni Executive Lounge, dan Mobil Dinas

gunting pita. Dekan Fakultas Kehutanan IPB Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, M.Sc.F.Trop, Kepala Cabang BRI Gedung Manggala Wanabakti Kartika Dewi Prasasti, SE, dan Ketua Umum HA-E IPB Ir. M. Awriya Ibrahim, M.Sc. meresmikan secara simbolis Alumni Executive Lounge di Kampus IPB Darmaga, Bogor.

ZAHRA FIRDAUSI

Page 13: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest 13f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

Kehutanan IPB, BRI, dan stakeholder terkait dapat bekerja sama untuk melindungi alam ini, khususnya dalam Pembanguanan Taman Hutan Kampus ini.

Setelah acara, Bapak Naresworo Nugroho lebih lanjut menjelaskan rencana tindak lanjut yang akan dilakukan dalam persiapan pembangunan Taman Hutan Kampus, yaitu: penyusunan master plan termasuk design tapak, peyusunan strategi kolaborasi (dukungan keuangan dan lainnya) dari pihak HA-E, BRI, mitra terkait dan mahasiswa tentunya (BEM-E, HIMPRO E, PC Sylva), serta implementasi rencana tanam dan pembangunan fasilitas, pengadaan bibit, penanaman, manajemen dan pendanaan.

“Banyak kerjasama yang dapat dilakukan kedepannya oleh BRI dengan HA-E IPB, kerjasama yang sudah mulai terancang dengan baik dan cantik ini nantinya akan menjadi kerjasama yang lluar biasa yang pasti akan menguntungkan semua pihak”. kata Ibu Kartika dalam sambutannya.

Launching Alumni Executive Lounge

Gedung yang sebelumnya digunakan sebagai Dekanat Fakultas Kehutanan IPB sekarang direnovasi menjadi Alumni Executive Lounge yang memiliki tujuan sebagai meeting point atau tempat berkumpul para alumni, civitas

akademika Fahutan IPB, dan stakeholder terkait yang ingin duduk bersama untuk membicarakan hal-hal positif yang berkaitan dengan pembangunan dan isu kehutanan maupun hanya sekedar bernostalgia dengan suasana kampus khususnya bagi para alumni.

ALumni Executive Lounge memberikan fasilitas berupa meeting room lengkap dengan meja dan kursi, waiting room yang dilengkapi dengan LCD, sofa yang nyaman, dan tentunya pantry room untuk mereka yang ingin bersantai sambil menikmati teh ataupun kopi.

Renovasi gedung tersebut terselenggara atas kerjasama Fakultas Kehutanan IPB dan HA-E IPB dengan dukungan pendanaan dari PT. BRI Tbk sebesar Rp. 400.000.000,- (empat ratus juta rupiah).

Hasil design kontraktor dari PT. Cakra Globalindo Utama cukup membuat orang-orang yang hadir saat Launching Alumni Executive Lounge merasa nyaman. Design yang terlihat modern dengan sentuhan lantai kayu yang cantik menyihir orang orang yang hadir ingin berlama-lama berada di ruangan sambil bercakap-cakap satu sama lain.

“Dengan kehadiran Alumni Executive Lounge diharapkan bisa menjadi jembatan bertemunya para alumni lintas instansi instansi dan lintas profesi, untuk bisa bersama-sama berdiskusi terkait pembangunan kehutanan kedepannya” kata Rinekso Soekmadi.

Peresmian Alumni Executive Lounge dilanjut dengan penyerahan Berita Acara Pengelolaan Alumni Executive Lounge, Sekretariat HA-E IPB, Ruang Purnabakti Alumni Fakultas Kehutanan IPB; Berita Acara Penyerahan Hibah Kendaraan Dinas Fakultas Kehutanan IPB, dan diakhiri

dengan pembacaan doa oleh Dr. Ir. Iwan Hilwan, MS.

Simbolis Penyerahan Hibah Kendaraan Dinas dan Alumni Executive Lounge

Secara simbolis di bagian akhir acara dilakukan serah terima hibah kendaraan dari Ketua Umum HA-E IPB kepada Dekan Fakultas Kehutanan IPB dengan simbolis melakukan pecah kendi oleh perwakilan alumni senior Fakultas Kehutanan IPB, yaitu: Kang Adjat Sudrajat (Kang Kromo) dan Kang Suwarno Sutarahardja.

Acara simbolis berikutnya seluruh peserta diajak untuk melihat Alumni Executive Lounge, sekaligus peresmian secara simbolis dengan memotong pita secara bersama-sama oleh Dekan Fakultas Kehutanan IPB, Ketua Umum HA-E IPB, dan perwakilan PT. BRI Tbk.

Setelah pemotongan pita, seluruh tamu memasuki Alumni Executive Lounge untuk melihat seluruh bagian ruangan diselingi dengan perbincangan antar tamu.

Kedepan, HA-E IPB mengharapkan bahwa keberadaan Alumni Executive Lounge ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi Fakultas Kehutanan IPB dan HA-E IPB. Bagi semua pihak yang akan menggunakan ruang tersebut dapat berkoordinasi dengan Sekretariat HA-E IPB yang berada di samping Alumni Executive Lounge tersebut.

—Drajad Kurniadi (E-32) dan Zahra Firdausi (E-48)

pecah kendi. Alumni Executive Lounge dan penyerahan simbolis mobil dinas kepada Dekan Fakultas Kehutanan IPB.

Page 14: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest14 f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

Sisipkan kehidupan sebatang. Akan hentikan kemarahan Ciliwung selama satu hari. Yang berarti selamatkan sawah dan jiwa ribuan kali.

Menanami Citamiang. Berarti membasuh diri dan ungkapkan cinta tanpa pernah berhenti… (mim yudiarto)

Tanggal 5-6 November 2016, Alumni E27 (Paguyuban P4) yang diketuai Apep Yusuf melakukan aksi pelestarian alam berupa Penanaman Pohon di hulu-nya sungai Cliwung, tepatnya di areal Buper Citamiang, Desa Tugu Utara-Puncak, Bogor. Penanaman yang bertemakan “Penananam 1027 pohon di KM 0,27 Hulu Sungai Ciliwung” ini terbagi atas tahapan penanaman sebanyak 327 pohon di tanggal 5 November 2016 dan sebanyak 700 pohon di tahapan penanaman berikutnya. Menurut ketua panitia tanam Citamiang - Budi Rahardjo, areal tanam berada di lahan milik Perhutani, dimana diatasnya telah disepakati kerjasama antara Perhutani dengan Danone untuk menjadikannya sebagai areal Hutan Kenangan.

Kegiatan tanam melibatkan 200 orang

kabar alumni

yang terdiri dari alumni E27 (P4) beserta keluarganya, rombongan Club 4 WD Rimba, adik-adik Himpro Mahasiswa Fahutan dan tokoh pemuda LMDH Desa Tugu Utara. Acara bisa terselenggara dengan baik berkat swadaya alumni E27 (P4) dan penggalangan dana dari sponsor-sponsor pendukung (diantaranya HAE, Club 4wd Rimba, APHI Riau, Nivea, Hansaplast, Danone, Multi Wahana Wijaya, TFT, Kyara).

Penanaman pohon untuk menjaga, memelihara dan memulihkan lingkungan hidup menjadi tradisi rutin bagi rimbawan khususnya P.4 yang dalam setahunnya ada 2 kali kegiatan penananaman di wilayah yang berbeda;

Penanaman ini bernilai positif untuk mempererat jalinan sillaturahim dan mempertahankan semangat kepedulian terhadap kelestarian lingkungan hidup. Kegiatan penanaman yang melibatkan anggota keluarga dan masyarakat menjadi bekal penting penanaman nilai nilai konservasi lingkungan hidup. Nilai nilai konservasi lingkungan hidup itu harus mampu terwariskan dengan baik.

Momen menanam yang diadakan P.4 secara rutin 2 kali dalam setahun diharapkan akan menjadi inspirasi para

pihak bahwa lingkungan yang dijaga baik pada ahirnya akan menjaga kehidupan manusia juga karena hanya ekosistem yang sehat dan baik yang mampu menyediakan jasa lingkunga hidup seperti air dan udara bersih yang keberadaannya vital bagi kehidupan.

Untuk memberi nilai manfaat ekonomis kedepannya bagi masyarakat desa sekitar hutan, dilakukan pemilihan jenis bibit pohon salam, manggis, sirsak dan nangka. Selain itu juga dilakukan penanaman 27 bibit bambu yang sekaligus diharapkan dapat ikut melestarikan nama monumental dari “Citamiang” itu sendiri (*ci-tamiang=bambu).

Perlu diketahui bahwa penanaman ini merupakan kegiatan lanjutan dari kegiatan tanam E27 (P4) sebelumnya di Hutan Mangrove Karangsong – Indramayu (Mei 2016), dimana pada saat itu Dekan Fahutan Bp. Rinekso Soekmadi menunjuk E27 (P4) sebagai ‘Lokomotif-nya Alumni Menanam”. Diharapkan kedepannya, kegiatan ini akan menjadi kegiatan rutin alumni Fahutan lintas angkatan untuk membudayakan kegiatan Safari Menanam sebagai bukti kepedulian alumni terhadap kelestarian alam/hutan.

Kegiatan tanam yang dirangkai dengan acara kemping bersama keluarga besar E27 (P4) dan aksi sosial untuk anak-anak desa berupa pemberian buku bacaan layak baca hasil sumbangan alumni, buku tulis dan alat tulis bagi anak-anak usia sekolah dan anak-anak PAUD dari Kampung Pondok Rawa.

Selain itu juga dimeriahkan dengan acara Lelang dan Peluncuran Buku Puisi Seri I “Berburu Rindu” yang berisikan kumpulan puisi-puisi hasil karya Sang Pujangga-nya E27 (P4) – Mim Yudiarto. Dari hasil lelang terkumpul uang sebesar 8 juta rupiah dan hasil penjualan buku puisi sepenuhnya akan didonasikan untuk anak-anak yang kurang beruntung (panti asuhan dan anak-anak yatim dari rekan E27 yang sudah berpulang) serta untuk kegiatan sosial lainnya.

Kedepannya E27 (P4) berharap, kegiatan penanaman dapat mempererat jalinan tali silaturahmi antar alumni Fahutan.

Salam Care and Respect…

MENANAM DI CITAMIANG…Menanam di Citamiang. Adalah menanam bibit-bibit kebaikan. Bagi kerajaan alam yang lama tersingkirkan, karena pongah dan serakah, karena tamak dan hanya berteriak.

paguyuban Pamili Pahutan Poreper Paham (p4). Ketua Umum HA-E IPB dan alumni Fahutan menamam pohon di hulu sungai Cliwung.

Page 15: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest 15f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

Lebih dari satu tahun kiprah Gerakan Tanam Pohon (GTP) diadakan. Syukuran satu tahun dilaksanakan pada Hari Minggu, 20 November 2016 bertempat di Kelurahan Situgede, Bogor Barat. Kegiatan menanam GTP dilakukan pertama kali pada tanggal 15 November 2015.

Kegiatan penanaman pertama dilakukan di TK Kemuning, Cilendek Timur. Pada saat itu hadir inisiator penanaman, Heri Cahyono, Hari Priyadi, Alfian Mujani, Zahrul Mutaqin, Suparno, Tato Manto, Irma Rahmawati, Indra, Sofyan, Nurhiyat Qariah (Kepala TK Kemuning) dan Heri yang mewakili masing-masing Alumni Fakultas Kehutanan IPB angkatan 1991 (E.28), Harian Bogor Today dan RAPI Kota Bogor.

Acara syukuran yang lalu dihadiri oleh Walikota Bogor, Dr. Bima Arya, Wakil Walikota Bogor Ir. Usmar Hariman. Juga hadir Pimpinan DPRD Kota Bogor, Untung Maryono, Wakil Ketua DPRD Kota Bogor terdiri dari Heri Cahyono, Sopian dan Jajat Sudrajat. Dekan Fahutan IPB, Dr. Rinekso Soekmadi, Wakil dari Himpunan Alumni Fahutan IPB ( Ir. Dharma Satyawan, Hari Priyadi, Suparno dan Gun Gun Hidayat), Komunitas Pena Hati, BWC, RAPI Kota Bogor, EnjoyBogor, Iwapi, BJB, Kosgoro, Mahasiswa Fahutan IPB, PKK dan KWT Kelurahan Situgede dan masih banyak lagi. Camat Bogor Barat, Pupung dan Lurah Situgede, Abdul Rahman menjadi tuan rumah acara syukuran ini. Dari Asosiasi DPRD Kota Seluruh Indonesia (ADEKSI) hadir juga Ketua DPRD Kota Metro, Anna Morinda.

Walikota Bogor, Bima Arya mengapresiasi kiprah GTP selama ini

ALUMNI FAHUTAN MENJADI PIONIR GERAKAN TANAM POHON

gtp. Hari Priyadi (kedua dari kiri), Ketua Gerakan Tanam Pohon Kota Bogor, bersama Alumni E28 melakukan Gerakan Tanam Pohon di Bogor, Jawa Barat.

yang secara umum kegiatan menanam ini untuk menambah ruang terbuka hijau dan mendukung Kota Bogor untuk menjadi green city, sbg upaya mengurangi emisi karbon yg dihasilkan dari asap kendaraan bermotor yg semakin menyesaki Kota Bogor.

Dalam sambutannya, Ketua GTP, Hari Priyadi menjelaskan bahwa penanaman telah dilakukan di lebih dari 115 tempat di enam Kecamatan Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Kegiatan GTP telah melakukan penanaman sebanyak lebih dari 3000 pohon dan telah melibatkan dan mengedukasi lebih dari 6000 orang dari berbagai lapisan, baik di lingkungan perumahan, instansi pemerintahan, sekolah-sekolah dan di areal lahan kritis. Jenis-jenis yang sudah ditanam:bisbul, kemang, sawo mekah, mangga, menteng, pala, manggis, jeruk purut, jeruk limo, kelapa hijau, jambu jamaika dan beberapa

jenis pohon pelindung seperti kenari, tanjung, mahoni, kemayau, sempur, kayu afrika, glodogan dan lain-lain.

Dekan Fakultas Kehutanan IPB, Dr. Rinekso Soekmadi menyampaikan dukungannya terhadap kegiatan GTP dan berjanji ikut menyumbangkan bibit tanaman dari Fahutan IPB yang bekerjasama dengan BPDAS Ciliwung Cisadane.

Wakil Ketua DPRD Kota Bogor, Heri Cahyono yang juga alumni E.28 berharap semakin banyak komunitas masyarakat yang ikut terlibat menanam ini akan menggerakkan secara masiv kesadaran warga Kota Bogor utk menanam. Paling tidak satu orang menanam satu pohon agar Ruang Terbuka Hijau (RTH) semakin bertambah.

Sedangkan Anna Morinda Ketua DPRD Kota Metro Lampung dan Pengurus ADEKSI memberikan apresiasi kegiatan GTP, bahkan Kota Metro sudah mencontoh kegiatan GTP ini di kotanya dengan melakukan penanaman, yang sekarang sudah menginjak sepuluh bulan. ADEKSI pun telah melakukan kegiatan penanaman yang melibatkan 500 anggotanya bersama partisipan GTP di Kota Bogor tanggal 8 Desember 2016 yang lalu.

—Hari Priyadi, Ketua Gerakan Tanam Pohon Kota Bogor, Alumni E28 sekarang bekerja sebagai Sector Manager, Zoological Society of London/ZSL

Kegiatan Gerakan Tanam Pohon telah melakukan penanaman sebanyak lebih dari 3000 pohon dan telah melibatkan dan mengedukasi lebih dari 6000 orang dari berbagai lapisan.

Page 16: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest16 f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

laporan utama

reklamasiuntuk siapa

F rest D gest16 n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

Page 17: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest 17f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

Pemerintah melalui Kementerian ESDM dan Kementerian Kehutanan telah lama menerbitkan panduan bagaimana melakukan reklamasi lahan bekas tambang di Indonesia, penelitian-penelitian juga sudah dilakukan oleh lembaga

penelitian maupun perguruan tinggi. Namun keberhasilan reklamasi lahan bekas tambang sampai awal tahun 1990 masih rendah. Penelitian-penelitian pada saat itu lebih

banyak kearah bagaimana mengurangi dampak lingkungan atau perbaikan kesuburan tanam.

Sebagian besar kawasan mangrove dikonversi menjadi kawasan pemukiman. Pada saat ini kawasan mangrove

Muara Angke tinggal tersisa 327,7 ha dengan status sebagai Kawasan Hijau Lindung dan seluas 150 ha sebagai areal

budidaya tambak.

F rest D gest 17n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

Page 18: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest18 f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

laporan utama

Hutan merupakan kekayaan alam Indonesia yang bersifat multi fungsi, karena selain dapat menghasilkan hasil hutan kayu dan bukan kayu serta jasa lingkungan, juga memiliki banyak sumberdaya

bahan tambang di bawah tegakannya.

Selama kurun waktu 50 tahun terakhir, perkembangan teknologi mekanisasi peralatan pertambangan telah menyebabkan skala pertambangan kian besar. Hal ini dapat menyebabkan dampak buruk bagi lingkungan dan manusia di sekitar lokasi pertambangan. Sejalan dengan itu timbul kekhawatiran berbagai pihak terhadap dampak negatif dari usaha pertambangan bahkan ketakutan bahwa kerusakan lingkungan akan jauh lebih besar daripada upaya-upaya penyelamatan dan perbaikan pasca tambang yang dilakukan oleh industri pertambangan.

Berdasarkan Pasal 38 Undang-undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, kawasan hutan dapat digunakan untuk pembangunan diluar sektor kehutanan (baik tambang maupun non tambang) melalui pemberian Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) oleh Menteri kehutanan dengan mempertimbangkan batasan luas dan jangka waktu tertentu serta kelestarian lingkungan. Berdasarkan data KLHK per Desember 2016, jumlah IPPKH yang aktif adalah 495 seluas 343.774,38 hektar.

Reklamasi hutan merupakan bagian

integral dari kegiatan pertambangan. Reklamasi hutan sebagai salah satu upaya rehabilitasi hutan dan lahan bertujuan untuk memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan vegetasi hutan yang rusak agar dapat berfungsi kembali secara optimal sesuai dengan peruntukannnya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2008, reklamasi hutan dilakukan pada lahan dan vegetasi hutan pada kawasan hutan yang telah mengalami perubahan permukaan tanah dan perubahan penutupan tanah. Salah satu kewajiban pemegang IPPKH adalah melakukan kegiatan reklamasi pascatambang. Mengacu pada Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.04/Menhut-II/2011 tentang Pedoman Reklamasi Hutan, kegiatan reklamasi meliputi penataan lahan, pengendalian erosi dan sedimentasi, revegetasi dan pemeliharaan.

Berdasarkan hasil pembinaan teknis dan supervisi, pada prinsipnya para pemegang IPPKH pertambangan sudah melaksanakan

reklamasi, tetapi masih dijumpai beberapa hal yang masih perlu diperbaiki agar hasil akhir kegiatan memenuhi parameter dan kriteria keberhasilannya serta sesuai dengan sasaran dan tujuannya.

IPPKH yang sudah terdata progres reklamasinya untuk tambang minerba sejumlah 190 unit dengan luas total 388.316,39 hektar dengan progres reklamasi 23,72 persen,

tambang migas sejumlah 73 unit seluas 4.025, 70 hektar dengan progres reklamasi 10,47 persen dan untuk non tambang sejumlah 23 unit seluas 1.432,29 hektar dengan progres reklamasi mencapai 3,09 persen. Sementara IPPKH yang masih potensial untuk ditingkatkan kemajuan reklamasinya sejumlah 144 unit dengan luas total 101.599,47 hektar.

Perkembangan reklamasi IPPKH masih relatif kecil. Hal ini disebabkan pelaksanaan reklamasi sangat bergantung pada selesainya kegiatan panambangan itu sendiri. Sebagai contoh, IPPKH untuk pertambangan migas atau panas bumi baru dapat dilaksanakan jika operasional penambangan telah berakhir dikarenakan penggunaan jalur pipa yang terintegrasi.

Selain itu, pada tahun 2015-2016 progres reklamasi cenderung menurun

penambangan batubara. Areal tambang batubara yang masih aktif PT Bukit Asam di Tanjung Enim Sumatera Selatan.

Foto: irdika mansur

495Jumlah IPPKH yang aktif per Desember 2016, seluas 343.774,38 hektar.

Oleh: Waspodo, Kasubdit Reklamasi dan Rehabilitasi Penggunaan Kawasan Hutan, Kementerian LHK.

Page 19: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest 19f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

Salah satu kendala untuk memperoleh data perkembangan atau kemajuan reklamasi hutan yang akurat adalah kurang tertibnya perusahaan pemegang IPPKH menyampaikan laporan berkala pelaksanaan reklamasi hutan. Oleh karena itu Direktorat KTA akan secara proaktif memonitor pelaksanaan reklamasi oleh pemegang IPPKH melalui kegiatan pemantauan dan pembinaan teknis langsung ke areal IPPKH ataupun melalui laporan-laporan yang disampaikan pemegang IPPKH. Selain itu, Direktorat

KTA akan terus meningkatkan sosialisasi manfaat pelaksanaan reklamasi untuk mengurangi beban pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak bagi pemegang IPPKH yang reklamasinya dinilai berhasil. Hal ini ditujukan untuk mendorong IPPKH agar segera melaksanakan reklamasi secara bertahap pada areal yang sudah selesai digunakan sehingga tidak menunggu kegiatan penambangan selesai seluruhnya.

—Rina Kristanti (E37) dan Zahra Firdausi (E48)

karena banyak perusahaan tambang yang mengalami penurunan produktivitas sehingga luas areal yang siap direklamasi juga relatif turun. Selain itu, pelaksanaan reklamasi biasanya akan mengalami peningkatan saat kegiatan penambangan atau izinnya akan berakhir. Namun dalam rangka percepatan progress reklamasi, saat ini juga sedang dilakukan penyempurnaan PP76 tahun 2008 tentang Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan, serta upaya sinkronisasi dan harmonisasi peraturan dengan kementerian ESDM.

Page 20: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest20 f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

laporan utama

Berdasarkan Undang –Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, Izin Usaha Pertambangan (IUP) merupakan izin yang diberikan

untuk melaksanakan usaha pertambangan. Semenjak diterbitkannya UU tersebut, pemerintah pusat tidak lagi menerbitkan izin pertambangan dan kewenangan pemberian IUP diserahkan ke pemerintrah daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota.

Jumlah IUP semakin meningkat semenjak diterbitkannya UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Sampai dengan tahun 2016 telah diterbitkan sekitar 10.600 IUP untuk seluruh jenis komoditas mineral dan batubara dan migas. Saat ini pemerintah melaksanakan sertifikasi Clear and Clean (C&C) bagi pemegang IUP berdasarkan pemenuhan kewajiban administrasi dan teknis serta tumpang tindih dengan izin lain baik izin tambang

maupun izin lainnya. Perkembangan verifikasi adalah sebanyak sebanyak 6.500 IUP telah mendapatkan sertifikat C&C yang diterbitkan oleh Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (KESDM). Target tahun ini KESDM menargetkan seluruh IUP dapat diverifikasi.

Menurut Ibu Lana, sebagai tindak lanjut verifikasi C&C, KESDM menerbitkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 43 Tahun 2015 tentang Tata Cara Evaluasi Penerbitan IUP Mineral dan Batubara dimana pemegang IUP yang tidak memenuhi penilaian sertifikasi C&C akan dicabut izinnya oleh penerbit izin.

Dalam pelaksaan sertifikasi C&C, kapasitas dan jumlah sumberdaya manusia baik KESDM maupun UPT nya juga Dinas yang menangani ESDM dirasakan cukup memadai baik kemampuan administrasi dan teknisnya. Aspek yang masih sangat

perlu ditingkatkan adalah koordinasi dari seluruh pihak terkait.

Sementara terkait reklamasi, perkembangan proses reklamasi yang merupakan salah satu kewajiban dari pemegang IUP masih dapat dikatakan kurang. Hal utama yang terkait dengan progres reklamasi adalah penempatan jaminan reklamasi (jemrek). Sampai dengan tahun 2013, kepatuhan pemegang IUP dalam menempatkan jamrek hanya mencapai 1 % dari total jumlah pemegang IUP di Indonesia. Peringatan atas ketidakpatuhan terhadap pemenuhan kewajiban

penempatan jamrek harusnya menjadi kewenangan pemberi izin baik pemerintah pusat dan daerah. Dalam rangka meningkatkan komitmen penempatan jamrek oleh pemegang IUP, KPK melaksanakan supervisi penempatan jamrek berkoordinasi dengan KESDM

dan dan Pemda. Pelaksanaan kegiatan supervisi KPK dimulai pada tahun 2014. Hasil yang telah dicapai sampai tahun 2016, penempatan jamrek meningkat dari 1 persen menjadi 40,8 persen dari total jumlah pemegang IUP.

Sementara itu terkait dengan pemenuhan kewajiban reklamasi, pemegang Kuasa Pertambangan (KP) yang diterbitkan KESDM cenderung memiliki komitmen yang lebih tinggi dalam melakukan kewajiban reklamasi dibanding dengan pemegang IUP yang diterbitkan oleh Pemda. Hal ini dikarenakan pemegang KP umumnya adalah perusahaan trans-nasional/multi-nasional dengan areal izin yang lebih besar dan menjaga brand-image untuk keberlanjutan usaha pertambangannya.

Selain itu, dengan diterbitkannya UU Nomor 23 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, penerbitan IUP beserta pengelolaan penempatan jamrek

Reklamasi Bekas TambangSalah satu kendala terkait dengan pemenuhan kewajiban pemegang IPPKH adalah pemenuhan kewajiban penyediaan areal rehabilitasi.

Salah satu kendala pemenuhan kewajiban pemegang IPPKH adalah pemenuhan kewajiban penyediaan areal rehabilitasi.

Oleh: —Dr. Lana Saria, Kementerian ESDM

Page 21: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest 21f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

menjadi kewenangan pemerintah provinsi. Pengalihan kewenangan dari pemerintah kabupaten/kota membutuhkan proses yang lama khususnya dalam hal pengelolaan data IUP, penempatan jamrek, monitoring dan evaluasi, dan pengelolaan monitoring inspektur tambang.

Khusus terkait pengelolaan inspektur tambang, dengan diterbitkannya UU Minerba, inspektur tambang yang kewenangan pengelolaannya berada pada pemerintah daerah menjadi kewenangan KESDM. Inspektur tambang adalah pegawai pusat KESDM yang akan ditempatkan di provinsi. Saat ini jumlah inspektur tambang mencapai 900 orang dari 1050 orang yang masih dalam proses penetapan definitif. Inspektur tambang inilah yang nantinya akan bertugas untuk melakukan evaluasi pelaksanaan reklamasi IUP.

Selanjutnya menurut Ibu Lana, saat ini kendala yang dihadapi dalam pencapaian kemajuan reklamasi tambang masih

sangat kompleks. Kendala mencakup banyak hal baik itu kendala teknis maupun kendala sosial, ekonomi, kelembagaan, dan kebijakan. Beliau menjelaskan bahwa kendala teknis yang terkait khususnya pengelolaan lingkungan dan revegetasi dapat diupayakan melalui implementasi teknologi reklamasi. Saat ini perkembangan teknologi masih dianggap telah mampu mendukung pencapaian reklamasi. Namun pada aspek sosial, kendala dengan masyarakat kerap terjadi dan dapat menjadi faktor penghambat kemajuan reklamasi tambang. Hal ini dapat diantisipasi apabila perusahaan memiliki komitmen untuk melakukan koordinasi dan sosialisasi dampak kegiatan tambang kepada masyarakat lokal. Selain itu kegiatan CSR wajib diimlementasikan seoptimal mungkin untuk mengurangi beban sosial, ekonomi, dan lingkungan akibat dari kegiatan pertambangan terhadap masyarakat.

Salah satu kendala terkait dengan pemenuhan kewajiban pemegang IPPKH adalah pemenuhan kewajiban penyediaan areal rehabilitasi. Hal ini disebabkan oleh sulitnya mencari lokasi areal rehabilitasi yang kompak dengan areal reklamasi. Selain itu, pengelolaan dan pengamanan areal rehabilitasi yang tidak kompak akan menimbulkan biaya operasional yang tinggi.

Saat ini sinkronisasi kebijakan antar sektor pertambangan dengan lingkungan dirasakan cukup baik. Konsultasi publik oleh para pembuat kebijakan dirasa perlu diefektifkan khususnya pada saat kementerian yang terkait pertambangan di kawasan hutan hendak menyusun kebijakan lintas sektor.

—Rina Kristanti (E37) dan Zahra Firdausi (E48)

raksasa. Pengangkutan batubara.

foto: irdika mansur

Page 22: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest22 f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

Indonesia selain memiliki kekayaan alam hayati yang melimpah, juga dikarunia dengan beraneka ragam bahan tambang yang bernilai ekonomi tinggi, namun tidak dapat diperbaharui, seperti intan, emas, tembaga, nikel, timah, batubara dll. Bahan-bahan tambang tersebut tersimpan di bawah tanah, termasuk di bawah hutan maupun

di bawah tanah-tanah milik masyarakat. Usaha pertambangan yaitu usaha untuk mengekstraksi bahan-bahan tambang dari bawah tanah telah memberikan kontribusi yang signifikan kepada pertumbuhan ekonomi daerah sekitar tambang maupun secara nasional. Usaha pertambangan telah membuka isolasi berbagai daerah di Indonesia, tidak sedikit daerah di sekitar tambang berubah menjadi kota-kota baru. Tanjung Enim di Sumatera Selatan, Tanjung di Kalimantan Selatan, Sangatta di Kalimantan Timur, Sorowako di Sulawesi Selatan, Batu Hijau di Nusa Tenggara Barat, dan Timika di Papua merupakan contoh-contoh kota-kota yang terbangun karena adanya usaha pertambangan.

Pada saat perusahaan-perusahaan

pertambangan beroperasi, banyak tenaga kerja yang datang dari berbagai daerah, bahkan berbagai negara untuk bekerja di perusahaan pertambangan tersebut. Para pendatang memerlukan tempat tinggal, makan, dan belanja keperluan lainnya yang mendongkrak perekonomian daerah sekitar tambang. Rumah kontrakan sampai hotel akan bermunculan, fasilitas pengobatan sampai rumah sakit juga dibangun oleh perusahaan untuk melayani karyawan maupun masyarakat sekitarnya. Melalui program corporate social responsibility (CSR) perusahaan berkontribusi dalam berbagai kegiatan di daerah sekitar, dalam pembangunan infrastruktur, pendidikan, kesehatan, maupun pemberdayaan masyarakat dalam bidang pertanian, peternakan, perikanan sesuai skala usaha dan kapasitas perusahaan.

Di balik manfaat usaha pertambangan yang demikian besar, usaha ini juga berpotensi untuk menyebabkan kerusakan lingkungan yang besar jika tidak dikelola dengan benar. Kerusakan lingkungan tidak dapat dihindari karena pengambilan bahan tambang yang berada di bawah tanah akan didahului dengan menghilangkan tumbuhan, pohon, dan satwa yang ada di atasnya. Jika bahan tambang berada di bawah hutan, maka semua tumbuhan termasuk pohon-pohon akan ditebang disingkirkan sampai ke akar-akarnya. Setelah itu lapisan tanah dan batuan yang berada di atas bahan tambang juga harus dipindahkan ke tempat lain. Selanjutnya pengambilan bahan tambang untuk diolah menjadi bahan setengah jadi atau langsung dikirimkan ke pasar dalam dan luar negeri. Sistim penambangan seperti ini disebut dengan penambangan terbuka dan sistim ini yang paling banyak dilakukan di

Indonesia. Tanpa perencanaan, pelaksanaan, dan

pengawasan yang baik, pertambangan terbuka dapat menyebabkan dampak lingkungan yang besar. Lansekap yang tidak beraturan, bahkan lubang-lubang bekas tambang, erosi sedimentasi yang tinggi, kesuburan tanah yang rendah tidak layak untuk budidaya, produksi air asam tambang yang dapat berlangsung hingga ratusan tahun sehingga dapat mematikan biota di perairan umum. Di samping itu, setelah usaha penambangan berakhir, kota-kota yang semula ramai dengan pertumbuhan ekonomi yang tingga berangsur-angsur akan menjadi kota-kota mati. Para pendatang akan meninggalkan kota-kota tadi, membuat restoran, hotel dan rumah-rumah kontrakan kehilangan pelanggan, pasar-pasar menjadi sepi. Kondisi seperti ini dikenal sebagai kota hantu atau “ghost town” seperti banyak terjadi di negara-negara lain. Lebih menyedihkan lagi, penduduk lokal yang dulu biasa bertani atau mengumpulkan hasil hutan dari hutan sekitar kampungnya, akan kemampuan tersebut setelah lama bekerja di tambang. Generasi mudanya barangkali juga tidak mengenal praktek-praktek tersebut.

Indonesia sangat beruntung karena “booming” usaha pertambangan baru terjadi pada 10 – 20 tahun terakhir, belum banyak perusahaan pertambangan yang tutup. Disamping itu, Indonesia dapat belajar dari kondisi-kondisi tragis usaha pertambangan dari negara-negara lain, sehingga kondisi tersebut dapat diantisipasi sejak dini. Pemerintah Indonesia melalui beberapa kementerian, khususnya Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Kehutanan yang sekarang bergabung menjadi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) telah menerbitkan berbagai aturan untuk mencegah atau meminimumkan terjadinya kerusakan lingkungan akibat usaha pertambangan, baik pada saat perusahaan

laporan utama

Mengembalikan Produktivitas Lahan Bekas Tambang di IndonesiaTanpa perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan yang baik, pertambangan terbuka dapat menyebabkan dampak lingkungan yang besar.

Oleh: Dr. Ir. Irdika Mansur, M.For.Sc., Direktur SEAMEO BIOTROP dan Dosen di Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB

Page 23: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest 23f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

beroperasi maupun telah berhenti beroperasi. Pada tahun 2008 Kementerian ESDM telah mengeluarkan Peraturan Menteri nomor 18 tentang reklamasi dan penutupan tambang, telah diperbaharui dengan Peraturan Menteri ESDM nomor 7 tahun 2014. Dalam peraturan menteri tersebut, pemerintah mengharuskan perusahaan pertambangan melakukan reklamasi lahan bekas tambangnya dan membuat perencanaan penutupan tambangnya sejak awal. Dokumen rencana penutupan tambang tidak hanya memuat apa yang akan dilakukan di lahan bekas tambangnya, tetapi juga daerah di sekitarnya. Dokumen disusun bersama para pihak yang melibatkan masyarakat sekitar dan pemerintah daerah maupun pusat. Untuk tambang-tambang yang beroperasi di dalam kawasan hutan, pada tahun 2009 Kementerian Kehutanan dengan Peraturan Menteri Kehutanan nomor 60 tahun 2009 tentang pedoman penilaian keberhasilan reklamasi hutan, mewajibkan perusahaan-perusahaan pertambangan menanam jenis-jenis lokal yang berdaur panjang untuk reklamasi lahan bekas tambangnya. Dengan demikian jenis-jenis lokal, khususnya yang bernilai ekonomi, ekologi, atau sosial tinggi dapat kembali setelah lahan hutan tersebut selesai ditambang.

Usaha Reklamasi Lahan Bekas Tambang di Indonesia

Pemerintah melalui Kementerian ESDM dan Kementerian Kehutanan telah lama menerbitkan panduan bagaimana melakukan reklamasi lahan bekas tambang di Indonesia, penelitian-penelitian juga sudah dilakukan oleh lembaga penelitian maupun perguruan tinggi. Namun keberhasilan reklamasi lahan bekas tambang sampai awal tahun 1990 masih rendah. Penelitian-penelitian pada saat itu lebih banyak kearah bagaimana mengurangi dampak lingkungan atau perbaikan kesuburan tanam. Pada awal tahun 1990, Fakultas Kehutanan IPB mendapat kunjungan dari PT INCO (sekarang PT Vale Indonesia) dan kunjungan tersebut menjadi titik awal perkembangan reklamasi lahan bekas tambang, khususnya pertambangan di

kawasan hutan. Saat itu target utama reklamasi lahan bekas tambang adalah bagaimana membuat lahan-lahan bekas tambang hijau kembali. Sengon dan akasia menjadi pilihan jenis untuk reklamasi lahan bekas tambang karena pertumbuhannya yang cepat, keduanya merupakan jenis pohon legum yang bersimbiosis dengan rhizobium dan mikoriza sehingga mampu tumbuh di lahan-lahan yang tidak subur, seperti pada lahan bekas tambang. Disamping itu, teknik budidaya sudah dikuasai, dan benih dari jenis-jenis ini tersedia melimpah dan mudah didapat. Untuk sementara waktu, bagaimana menjadikan lahan bekas tambang hijau kembali telah dapat dicapai.

Praktek-praktek penambangan yang baik mulai tersosialisasikan untuk memudahkan reklamasi lahan bekas tambang dan sekaligus mengurangi biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan dikemudian hari dalam melakukan reklamasi. Tanah menjadi bagian yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan reklamasi. Jika tanah tidak tersedia, maka akan didatangkan dari tempat lain sehingga biaya reklamasi menjadi sangat besar dan berpotensi merusak areal tempat pengambilan tanah. Oleh karena itu, saat pembukaan lahan sebelum penambangan, tanah harus diambil dan ditimbun di suatu tempat yang aman lalu ditanami dengan tanaman kacang-kacangan untuk menjaga kesuburannya. Simpanan tanah ini kelak yang akan ditaburkan di lahan bekas tambang setelah dilakukan penataan permukaan lahannya. Tergantung ketersediaan tanah, ketebalan pelapisan tanah di lahan-lahan bekas tambang adalah antara 30-100 cm, bahkan ada yang sampai 275 cm.

Tanah yang telah dihamparkan di lahan bekas tambang pada umumnya tidak subur karena tercampur antara lapisan tanah yang subur (top-soil) dan lapisan tanah yang belum sepenuhnya termineralisasi (sub-soil). Untuk itu diperlukan kapur, pupuk, dan kompos dalam jumlah yang besar, keperluan kompos antara 5 ton sampai 20 ton per hektar. Beberapa perusahaan pertambangan telah memberdayakan masyarakat sekitar tambang untuk memproduksi kompos dalam jumlah besar, sehingga memberikan lapangan kerja dan sumber pendapatan

bagi masyarakat. Perusahaan juga mendapatkan keuntungan karena dapat menekan biaya pengangkutan kompos.

Tanah-tanah yang baru dihamparkan rawan terhadap terjadinya erosi, khususnya pada musim hujan. Indonesia secara umum memiliki curah hujan yang tinggi, sehingga upaya-upaya pengendalian erosi secara cepat harus dilakukan untuk mencegah hilangnya lapisan tanah yang telah dihamparkan. Penanam pohon akan mencegah terjadinya erosi, namun memerlukan waktu yang panjang hingga tajuk pohon dapat menutup dan melindungi tanah dari terpaan air hujan, akar-akar dan serasah dapat menghalangi aliran permukaan. Untuk mengendalikan erosi di lahan-lahan bekas tambang perlu ditanami dengan tanaman kacang-kacangan penutup tanah maupun rumput. Tanaman-tanaman ini cepat tumbuh dan dapat menutup permukaan tanah dengan cepat. Tanaman kacang-kacangan selain mengurangi erosi juga berfungsi sebagai penyubur tanah.

Reklamasi Tambang dan Konservasi Jenis Pohon

Jenis-jenis lokal unggulan Indonesia banyak yang terancam punah akibat eksploitasi yang berlebihan, sementara tidak ada upaya penanaman kembali secara signifikan. Jenis-jenis lokal komersial memerlukan waktu yang lama, puluhan tahun, untuk siap dipanen. Oleh karena itu, jenis-jenis lokal tidak dijadikan jenis unggulan untuk hutan tanaman industri (HTI). Sementara itu, bagi perusahaan pertambangan melakukan penanaman kembali merupakan kewajiban, tanpa mengharap kapan akan panen. Jenis-jenis pohon, seperti eboni, kapur, keruing, ulin, merbau, meranti dll. membutuhkan naungan pada awal pertumbuhan, sehingga tidak dapat ditanam secara langsung di lahan bekas tambang yang terbuka. Masalah lain dari penggunaan jenis-jenis lokal adalah sulitnya mendapatkan benih atau bibit dalam jumlah yang cukup. Bibit jenis lokal jarang diproduksi oleh penangkar bibit. Disamping itu, pengetahuan para staf tambang tentang jenis-jenis lokal sangat terbatas.

Fakultas Kehutanan IPB melalui serangkaian penelitian dan pengiriman

Page 24: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest24 f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

mahasiwa praktek lapang ke perusahaan-perusahaan pertambangan, telah menemukan dan memperkenalkan teknik-teknik sederhana tepat guna ke perusahaan-perusahaan pertambangan bagaimana memproduksi bibit-bibit pohon jenis lokal dari hutan-hutan alam terdekat. Teknik-teknik sederhana, seperti cabutan dan puteran merupakan teknik yang efektif untuk mendapatkan jenis-jenis lokal dari hutan-hutan terdekat jika benih tidak ditemukan. Setelah bibit-bibit jenis lokal terkumpul di persemaian, kemudian diperbanyak dengan menggunakan stek pucuk. Hasil penelitian yang dilaksanakan di PT INCO (sekarang PT Vale Indonesia) dari 67 jenis pohon lokal yang dikumpulkan dari hutan alam sekitar tambang, sebagian besar jenis tersebut dapat diperbanyak dengan menggunakan stek pucuk.

Untuk penanaman jenis-jenis lokal yang memerlukan naungan, telah diperkenalkan metode nursing trees yang telah dikenal didunia kehutanan. Dalam metode ini, lahan bekas tambang ditanam terlebih dahulu dengan jenis-jenis pohon cepat tumbuh untuk menciptakan naungan. Setelah pohon-pohon cepat tumbuh ini telah membentuk naungan, biasanya setelah berumur 2-3 tahun, mulai disisipkan jenis-jenis pohon yang memerlukan naungan. Metode ini telah diterapkan di perusahaan-perusahaan tambang di Indonesia.

Reklamasi lahan bekas tambang saat ini telah terbukti dapat dikombinasikan dengan upaya konservasi jenis-jenis pohon tertentu, khususnya unggulan setempat. Kondisi rona awal lahan sebelum penambangan dapat menjadi acuan untuk menentukan jenis pohon apa yang akan menjadi prioritas untuk dilakukan konservasi. Saat ini beberapa perusahaan pertambangan secara intensif menanam dan memelihara jenis-jenis pohon yang terancam punah di lahan bekas tambangnya, seperti eboni, kayu kuku, kayu uru, dan biti di PT Vale Indonesia; merbau di PT Bukit Asam, PT Amman Mineral Nusa Tenggara (dulu PT Newmont Nusa Tenggara), dan PT Freeport Indonesia; ulin, berbagai jenis meranti, kapur di PT Berau Coal, PT Kaltim Prima Coal, PT Mahakam Sumber Jaya, PT Indominco, bahkan di PT Berau Coal meranti rawa (Shorea balangeran)

telah berbunga dan berbuah. Jenis-jenis tersebut kelak akan berbunga dan berbuah untuk terus melakukan regenerasi. Merbau terbukti dapat berbunga dan berbuah di lahan bekas tambang 2-3 tahun setelah penanaman, seperti dijumpai di kebun sumber benih merbau seluas 3 ha di areal PT Bukit Asam di Tanjung Enim Sumatera Selatan.

Reklamasi Tambang dan Hasil Hutan Non-kayu

Reklamasi lahan bekas tambang tidak hanya dapat ditanami dengan jenis-jenis pohon penghasil kayu. Banyak jenis-jenis pohon kehutanan yang menghasilkan hasil hutan bukan kayu, jenis-jenis pohon damar, pinus, kapur, meranti, dan kemenyan menghasilkan getah, pohon kayu putih dipanen daunnya disuling untuk menghasilkan minyak kayu putih, pohon kenanga dipanen bunganya untuk menghasilkan minyak kenanga, sedangkan pohon matoa menghasilkan buah, demikian juga meranti menghasilkan buah tengkawang.

Saat ini kayu putih telah banyak ditanam di lahan-lahan bekas tambang, bahkan PT Bukit Asam di Sumatera Selatan telah memiliki fasilitas penyulingan minyak kayu putih. Jenis ini memiliki daya adaptasi lingkungan yang sangat baik, dapat tumbuh pada lahan kering maupun basah, bahkan di satu lahan bekas tambang di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, dengan pH tanah 2,9 (sangat asam) masih mampu bertahan hidup dan tumbuh. Teknik budidaya jenis ini sudah lama dikuasai karena Perum Perhutani telah menjadikan jenis ini salah satu jenis tanaman pokok. Daun kayu putih dapat dipanen setelah pohon berumur 4 tahun, setelah itu dipanen setiap 9 bulan sekali.

Kebutuhan minyak kayu putih di Indonesia diperkirakan mencapai 3000 ton pertahun, namun kemampuan produksi baru mencapai 500 ton. Untuk memenuhi kekurangan minyak kayu putih ini, dipenuhi dengan impor minyak ekaliptus. Dengan demikian penanaman kayu putih di lahan-lahan bekas tambang akan mengurangi impor dimasa mendatang. Manfaat lain dari penanaman kayu putih di lahan bekas tambang, daun kayu putih tidak dimakan

ternak sehingga tidak akan ada konflik dengan masyarakat yang melepaskan ternaknya di lahan-lahan bekas tambang. Waktu panen yang relatif pendek memungkinkan lahan bekas tambang menjadi produktif secara ekonomis lebih awal. Perusahaan dapat bekerjasama dengan masyarakat sekitar untuk pemanenan daun dan penyulingannya sehingga dapat memberikan pendapatan tambahan bagi masyarakat. Limbah daun setelah penyulingan dapat digunakan sebagai mulsa di lahan bekas tambang untuk mengurangi erosi dan menyuburkan tanah.

Jenis-jenis pohon penghasil hasil hutan bukan kayu lainnya yang telah berhasil ditanam di lahan bekas tambang adalah damar dan kapur, sedangkan kemenyan, gaharu dan kenanga masih dalam tahap uji coba. Dari penjelasan di atas menunjukkan bahwa lahan bekas tambang dapat didesain sebagai hutan tanaman penghasil hasil hutan non-kayu. Pohon damar, kapur, dan kemenyan membutuhkan waktu yang lama, kurang lebih 10 tahun, untuk dapat dipanen getahnya. Kenanga dapat dipanen bunganya dalam waktu lebih singkat, yaitu 2-4 tahun setelah tanam, sedangkan gaharu memerlukan waktu kurang lebih 7 tahun.

Silvopastura dan Penangkaran Satwa di Lahan Bekas Tambang

Silvopastura adalah pola penggunaan lahan dengan mengkombinasi penanaman pohon-pohon kehutanan dengan tanaman pakan ternak dengan atau tanpa ternak. Lahan bekas tambang berpotensi untuk dikembangkan sebagai areal sivopastura. Seperti disampaikan terdahulu bahwa untuk mengendalikan erosi secara cepat, lahan bekas tambang akan ditanami dengan tanaman kacang-kacangan penutup tanah atau rumput. Sudah menjadi pemandangan sehari-hari dimana areal reklamasi ini berdekatan dengan perkampungan, maka ternak penduduk akan masuk dan merumput di areal reklamasi yang sudah hijau. Tidak jarang ternak akan merusak tanaman baru jika tidak dikendalikan dengan baik. Satu sisi fenomena ini adalah

laporan utama

Page 25: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest 25f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

masalah bagi perusahaan, namun disisi lain hal ini menunjukkan adanya peluang pengembangan usaha peternakan di lahan bekas tambang. Jika lahan bekas tambang berada di kawasan hutan, maka model silvopastura lebih dapat diterima oleh pemerintah. Lahan bekas tambang ideal untuk usaha peternakan karena memungkinkan untuk membangun hamparan padang penggembalaan pola silvopastura yang sangat luas dan relatif datar. Perusahaan tambang membangun infrastruktur jalan yang bagus terhubung ke jalan propinsi, dan pada umumnya memiliki pelabuhan-pelabuhan untuk pengapalan produk tambangnya. Dengan demikian untuk pengangkutan hasil ternak ke berbagai daerah di Indonesia sangat dimungkinkan.

Dengan pengembangan silvopastura di lahan-lahan bekas tambang, maka perusahaan pertambangan telah membantu program pemerintah dalam upaya swasembada protein. Lahan bekas tambang seringkali dianggap terkontaminasi dengan logam-logam berat apabila diserap oleh tanaman, lalu tanaman dimakan oleh sapi. Jika sapi disembelih dan dagingnya dikonsumsi oleh manusia, maka akan menimbulkan berbagai masalah kesehatan. Namun kenyataan di lapangan, tidak semua lahan bekas tambang mengandung logam berat yang melebihi ambang batas yang diijinkan. Disamping itu, sebelum ternak dilepas, serangkaian penelitian harus dilakukan untuk melihat kandungan logam berat di tanah dan tanaman apakah melebihi ketentuan. Hanya jika hasil penelitian menunjukkan lahan tersebut aman, maka ternak dapat dilepaskan. Tidak hanya sampai di situ, kandungan logam berat pada ternak yang telah dilepaskan pun harus diperiksa untuk meyakinkan bahwa lahan tersebut aman. Setelah kandungan logam berat dinyatakan aman untuk pelepasan ternak skala besar, maka silvopastura dapat dilaksanakan. Jika ternyata kandungan logam berat di lahan tersebut tinggi, maka harus dibersihkan terlebih dahulu dengan beberapa metode, seperti fitoremediasi maupun bioremediasi. Kedua metode ini juga sudah umum dilakukan di dunia untuk membersihkan lahan-lahan yang terkontaminasi logam berat.

Fakultas Peternakan IPB telah

bekerjasama dengan PT Kaltim Prima Coal mengembangkan peternakan di lahan bekas tambang yang sekaligus menjadi tempat pembelajaran masyarakat dalam beternak sapi. Saat ini beberapa tambang telah mengembangkan peternakan dengan system silvopastura di lahan bekas tambang, baik dilakukan sendiri oleh perusahaan maupun bekerjasama dengan masyarakat sekitarnya, antara lain PT Berau Coal, PT Vale Indonesia, PT Jembayan Muara Bara dll., bahkan PT Tunas Inti Abadi selain peternakan sapi juga kambing.

Selain pengembangan peternakan, beberapa perusahaan juga telah bekerjasama dengan Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) untuk melakukan penangkaran satwa, khususnya rusa, sebagai contoh bisa kita jumpai di PT Cibaliung Sumber Daya anak perusahaan PT Aneka Tambang di Banten, dan PT Vale Indonesia untuk rusa timor, sedangkan PT Arutmin mengembangkan rusa sambar yang ukurannya lebih besar. Rusa merupakan satwa liar yang saat ini menyandang status dilindungi tetapi memiliki potensi yang sangat besar untuk diternakkan karena telah lama berhasil ditangkarkan.

Reklamasi Tambang dan Produksi Komoditas Perkebunan

Inovasi-inovasi reklamasi lahan bekas tambang juga dilakukan oleh perusahaan pertambangan, termasuk penanaman komoditas perkebunan, seperti kelapa sawit, karet dan kakao. Kelapa sawit hanya ditanam di lahan-lahan bekas tambang yang tidak masuk kawasan hutan, sedangkan karet dan kakao masih mungkin di tanam di kawasan hutan. Kakao tidak ditanam secara murni, tetapi ditanam secara agroforestri atau dikombinasikan dengan tanaman kehutanan agar tidak menyalahi aturan pemerintah. Kakao merupakan jenis tanaman yang membutuhkan naungan, sehingga tidak masalah dikombinasikan dengan pohon-pohon kehutanan. Contoh penanaman kakao dengan sistim agroforestri di lahan bekas tambang dapat dijumpai di areal reklamasi PT Berau Coal di Kalimantan Timur.

Kolam Bekas Tambang, Air Bersih, dan Budidaya Perikanan

Kolam bekas tambang sering menjadi trade mark negatif bagi usaha pertambangan. Dalam evaluasi dokumen rencana penutupan tambang suatu perusahaan, jumlah lubang bekas tambang yang akan ditinggalkan juga menjadi salah satu topik kajian serius dari Kementerian ESDM, perusahaan sedapat mungkin meninggalkan sedikit mungkin lubang bekas tambang pada akhir konsesinya. Dengan sistim back feeling dimana material dari pit tambang berikutnya digunakan untuk menutup lubang tambang sebelumnya, maka jumlah lubang tambang yang ditinggalkan akan menjadi minimum. Pada akhir konsesi masih tetap ada lubang-lubang tambang yang tidak mungkin ditutup karena material yang sudah tidak ada lagi atau jaraknya sudah terlalu jauh. Sebagai ilustrasi, misal ijin tambang suatu perusahaan adalah 20 tahun, material galian dari lubang pertama yang dibuat pada awal-awal tahun langsung ditata lalu dihijaukan, lalu lubang pertama tadi ditutup dengan material dari lubang kedua, maka pada lubang terakhir yang seharusnya ditutup pada tahun ke dua puluh, tidak ada lagi material yang akan digunakan untuk menutup lubang tersebut. Material yang tersedia adalah material galian dari lubang pertama, namun jaraknya sudah jauh dari lubang terakhir. Disamping itu, di atas material galian lubang pertama tadi sekarang sudah menjadi hutan yang berumur 20 tahun, apakah harus dikorbankan?

Di lapangan telah terjadi perkembangan yang menarik terkait pemanfaatan lubang bekas tambang. Beberapa perusahaan pertambangan, sebagai contoh PT Adaro Indonesia dan PT Bukit Asam telah memproses air dari kolam tambangnya untuk air bersih, baik untuk keperluan internal perusahaan, maupun didistribusikan kepada masyarakat. Disamping sebagai sumber air bersih, beberapa perusahaan juga telah memanfaatkan lubang-lubang bekas tambang bekerjasama dengan lembaga penelitian maupun perguruan tinggi, untuk budidaya perikanan. Pemanfaatan kolam-kolam bekas tambang untuk

Page 26: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest26 f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

budidaya perikanan dapat dijumpai di PT Bukit Asam, PT Adaro Indonesia, PT Bukit Asam dll. Di PT Mahakam Sumber Jaya, perusahaan telah bekerjasama dengan masyarakat untuk pengembangan karamba jaring apung di kolam bekas tambangnya.

Kandungan logam berat dalam air di kolam-kolam bekas tambang perlu diperhatikan jika, kolam bekas tambang akan digunakan untuk budidaya perikanan. Penelitian yang mendetail mengenai kandungan logam berat dalam air, maupun dalam ikan sangat diperlukan agar tidak menimbulkan dampak buruk bagi manusia jika dikonsumsi.

Permasalahan Air Asam Tambang

Air asam tambang merupakan air yang dihasilkan dalam proses penambangan yang dicirikan dengan keasaman yang tinggi dan kelarutan logam berat tinggi. Air asam tambang akan terus diproduksi sampai ratusan tahun meskipun kegiatan penambangan telah lama berhenti selama

batuan penghasil air asam tambang ini masih ada. Air asam tambang dapat mem-bahayakan kehidupan di perairan umum yang dilaluinya. Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral telah memberikan panduan bagaimana mencegah terben-tuknya air asam tambang ini dan cara pengelolaannya jika terbentuk air asam tambang. Perusahaan pertambangan wajib mengelola air tambang, termasuk air asam tambang, dengan membuat kolam-kolam sedimentasi. Kolam-kolam sedimentasi ini berperan untuk mencegah agar lumpur tidak mengalir langsung ke perairan umum, demikian juga air asam tambang dapat diberi perlakuan pengapuran hingga netral.

Pengelolaan air asam tambang dengan pengapuran hanya efektif selama perusahaan masih beroperasi, namun setelah perusahaan tutup tidak beroperasi lagi maka tidak ada yang mengelola air asam tambang ini. Untuk mengatasi hal ini, ahli-ahli SEAMEO BIOTROP bersama-sama ahli-ahli dari IPB, ITB, Universitas Diponegoro, Universitas Brawijaya dan dua mitra dari United Kingdom yaitu Bangor University dan Aberystwyth University dan satu

mitra dari USA yaitu Western Carolina University didukung oleh PT Bukit Asam dengan biaya dari pemerintah Inggris melalui British Council sedang mendalami dan melakukan uji coba penanganan air asam tambang ini secara pasif, yaitu dengan membuat hutan rawa. Seperti diketahui bahwa hutan rawa berpotensi untuk menyerap logam berat dan menaikkan pH. Seperti diketahui bahwa Inggris merupakan negara yang memiliki pengalaman yang panjang dalam usaha pertambangan. Untuk mengelola air asam tambang yang keluar dari tambang-tambangnya yang telah ratusan tahun tutup, Inggris membangun rawa-rawa (constructed wetland). Dengan metode ini air asam tambang yang keruh, asam, dan kelarutan logam berat tinggi dilewatkan di rawa-rawa buatan ini, keluar dari rawa-rawa ini air telah berubah menjadi jernih dan netral dengan kandung logam berat dibawah ambang. Di Indonesia, rawa-

persemaian. Areal persemaian masyarakat binaan PT Kaltim Prima Coal memproduksi berbagai macam bibit pohon lokal untuk reklamasi.

laporan utama

Page 27: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest 27f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

rawa akan dimodifikasi menjadi hutan rawa sehingga fungsi hutan di lahan bekas tambang di kawasan hutan dapat kembali.

Pertambangan dan Pembangunan Berkelanjutan

Usaha penambangan dapat diibaratkan seperti mengambil daging kelapa dari dalam tempurungnya. Tidak mungkin mengambil daging kelapa tanpa mengganggu sabut maupun tempurungnya. Sabut kelapa dan tempurung dapat dikupas dan dibelah tanpa memikirkan akan manfaatnya, yang penting mendapatkan daging kelapa. Setelah daging diperoleh, sabut dan tempurung dibuang ke tempat sampah menjadi limbah yang tidak ada gunanya bahkan dapat menyumbat saluran air dan menyebabkan banjir. Namun jika pengupasan sabut dan membelah tempurung dilakukan sedemikian rupa, maka setelah daging kelapa didapat, sabut dapat digunakan untuk menghasilkan berbagai produk, seperti cocopeat, keset, hiasan, dll., sedangkan tempurungnya juga dapat digunakan untuk membuat berbagai bentuk kerajinan tangan. Berbagai produk dari sabut kelapa maupun tempurung kelapa tersebut jika dihitung akan melebihi nilai dari kelapa yang masih utuh.

Ilustrasi kelapa tersebut sangat tepat digunakan untuk menggambarkan bagaimana seharusnya usaha pertambangan di Indonesia di arahkan. Reklamasi lahan bekas tambang harus diarahkan untuk meningkatkan nilai ekonomi, ekologi, dan sosial dari lahan bekas tambang dibandingkan sebelum ditambang. Dengan demikian istilah-istilah seperi kota hantu atau ghost town setelah operasi penambangan di suatu daerah berakhir, tidak akan terjadi. Gambaran pemanfaatan lahan bekas tambang melalui program reklamasi yang baik seperti disampaikan di atas bukanlah uji coba skala laboratorium melainkan skala lapang. Reklamasi lahan bekas tambang untuk mendukung konservasi jenis pohon tertentu, atau menjadi hutan tanaman komersial, perkebunan dengan pola agroforestri, silvopastura, budidaya perikanan telah dilakuan di beberapa perusahaan pertambangan. Hal ini

menunjukkan bahwa lahan bekas tambang dapat ditransformasi menjadi lansekap yang produktif. Jika program reklamasi dikombinasikan dengan program corporate social responsibility yang terstruktur dan bersinergi, maka pembangunan berkelanjutan di daerah-daerah sekitar tambang akan dapat terwujud.

Dukungan kebijakan dari pemerintah

Keberhasilan reklamasi tambang bukan untuk perusahaan pertambangan melainkan untuk masyarakat sekitar tambang dan pemerintah. Meskipun penanaman pohon-pohon komersial, peternakan sapi, tanaman agroforestri kakao, budidaya perikanan telah dilakukan oleh perusahaan pertambangan dalam skala besar, namun bagi perusahaan hal tersebut masih dalam rangka memenuhi kewajiban atau sekedar sebagai show window perusahaan untuk menunjukkan komitmennya kepada masyarakat dan lingkungan. Dampak dari kondisi ini tentu tidak besar jika dibandingkan dengan kegiatan yang disengaja untuk tujuan komersial dari sejak dini.

Peraturan perundangan terkait reklamasi lahan bekas tambang lebih menekankan kepada pemberian kewajiban kepada perusahaan-perusahaan pertambangan untuk menekan dampak lingkungan dari operasi pertambangan. Dengan ilmu, teknologi dan contoh-contoh penerapannya di lapangan saat ini, kewajiban tersebut dapat dipenuhi. Mengapa masih banyak praktek-praktek pertambangan yang melakukan hal-hal yang merusak lingkungan? Jawaban tidak lagi karena ilmu dan teknologi yang kurang, tetapi lebih karena komitmen perusahaan dan penegakan hukum oleh pemerintah yang perlu ditingkatkan.

Saat ini berkembang pemikiran apakah mungkin bahwa suatu saat nanti perusahaan pertambangan diijinkan untuk mengelola lahan bekas tambangnya, setelah lahan tersebut direklamasi. Pemikiran ini secara teoritis dan teknis valid karena jika hal tersebut dimungkinkan, maka reklamasi bukan lagi menjadi cost centre, tetapi dapat berubah menjadi investment. Perusahaan akan menyiapkan lahan dan

melakukan penanaman dengan pohon-pohon komersial bernilai tinggi serta merawatnya untuk dipanen di kemudian hari. Perusahaan juga dapat membangun silvopastura yang baik dengan menanam rumput pakan ternak berkualitas tinggi, dan mendatangkan ternak-ternak unggul. Kolam-kolam bekas tambang juga akan dikembangkan menjadi area budidaya perikanan yang besar berikut fasilitas pengolahan hasilnya. Air adalah syarat utama kegiatan budidaya pertanian, perkebunan, perikanan, kehutanan, dan peternakan. Kolam-kolam bekas tambang yang biasanya luasnya dapat mencapai puluhan hektar dapat menjadi modal penting bagi perusahaan untuk mengembangkan usaha-usaha tersebut. Lahan bekas tambang secara keseluruhan dapat didesain menjadi areal wisata tambang yang menarik.

Pemikiran tersebut bukan semata-mata untuk kepentingan perusahaan, tetapi juga untuk produktivitas lahan dan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya akan akan terlibat lebih banyak lagi dalam usaha budidaya, agroindutri dan agribisnis tersebut. Kegiatan pertambangan sangat sedikit dapat menyerap tenaga kerja karena kegiatan ini padat modal, masyarakat sekitar biasanya hanya terlibat di hal-hal yang sifatnya kurang memerlukan keahlian khusus dan jumlahnya pun terbatas. Dalam usaha budidaya pertanian setelah operasi penambangan berakhir, serapan tenaga kerja dari masyarakat sekitar tambang akan sangat besar dan dapat menduduki berbagai bidang karena yang dibutuhkan adalah ketrampilan.

Untuk menjadikan pemikiran di atas menjadi kenyataan, diperlukan peraturan perundangan untuk memperoleh kepastian usaha. Peraturan perundangan tentang reklamasi yang mendorong tercapainya usaha penambangan yang ramah lingkungan secara bertahap dari awal tahun 2000-an telah diimplementasikan di lapangan, seperti baku mutu air, udara, dan tanah, juga reklamasi dengan jenis-jenis pohon lokal berdaur panjang. Untuk tahun-tahun ke depan sebaiknya mulai dipikirkan pembuatan peraturan perundangan yang menjadikan lahan-lahan bekas tambang tadi menjadi produktif lagi dan dikelola secara profesional melibatkan sebanyak mungkin masyarakat di sekitarnya.

Page 28: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest28 f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

Oleh: Prof.Dr.Ir.Juang R.Matangaran,MS, Dosen Fakultas Kehutanan IPB

Lahan pasca tambang merupakan lahan yang kondisi fisiknya sangat kritis, lahan yang tidak normal karena pengerukan, peledakan, penimbunan dan pemadatan tanah akibat alat berat. Kondisi bentang alam yang semula berhutan berubah menjadi lahan terbuka tanpa top

soil, tanpa sub soil dan yang tersisa tinggal bebatuan lubang terbuka bekas

pengambilan bahan tambang, khususnya pada penambangan terbuka (surface mining). Selain kondisi lahan yang rusak parah, permasalahan lain yang serius berupa terbentuknya air asam tambang. Air asam tambang terbentuk dari mineral pirit atau besi sulfida yang ada pada batuan (batuan berpotensi asam, potential acid forming-PAF) terpapar air dan oksigen sehingga terjadi proses oksidasi yang menghasilkan air dengan kondisi pH asam. Kerusakan lainnya berupa hilangnya sebagian besar keanekaragaman hayati dan berbagai dampak negatif terhadap ekosistem selain persepsi negatif masyarakat merupakan sederetan dampak negatif dari penambangan .

Kondisi tersebut terjadi pada salah satu areal bekas tambang pasir kuarsa untuk keperluan pabrik semen yang terletak di Cibadak Sukabumi yang telah selesai di eksploitasi oleh PT Holcim. Perusahaan

Membangun Hutan Pendidikan di Lahan Pasca TambangPembangunan Holcim Educational Forest (HEF) tahap pertama selama 3 tahun (2013-2016) telah berhasil merevegetasi lahan pasca tambang pasir kuarsa Holcim seluas 70 hektare.

revegetasi. Holcim Educational Forest setelah revegetasi.

laporan utama

Page 29: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest 29f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

semen PT Holcim Indonesia (dahulu Semen Cibinong) bekerja sama dengan Fakultas Kehutanan IPB membangun kembali lahan bekas tambang tersebut untuk dihutankan kembali. Terinspirasi sukses Fahutan IPB membangun Hutan Pendidikan Gunung Walat direktur PT Holcim saat itu Ir.Lilik Unggul Raharjo bersama dekan Fakultas Kehutanan saat itu Dr.Ir. Hendrayanto merintis rencana kerjasama membangun hutan berbasis pendidikan dan masyarakat pada lahan bekas tambang PT Holcim. Pada periode kepemimpinan dekan Fakutas Kehutanan Prof.Dr.Ir. Bambang Hero Saharjo tertanggal 5 Desember 2011 ditandatangani nota kesepahaman pembangunan dan pengelolaan hutan pendidikan dilahan bekas tambang PT Holcim yang diberi nama Holcim Educational Forest (HEF). Hutan pendidikan ini secara fisik dibangun oleh Fahutan IPB yang merupakan tonggak sejarah bahwa Fahutan IPB mampu membangun hutan secara nyata pada kondisi lahan yang rusak parah untuk dijadikan hutan pendidikan kedua setelah Hutan Pendidikan Gunung Walat. Pekerjaan fisik dimulai setelah penandatangan Surat Perjanjian Kerja antara PT Holcim dan Fakultas Kehutanan IPB pada Januari 2011.

Visi Misi HEF. Visi: Mengembangkan HEF sebagai model pengelolaan reklamasi/rehabilitasi lahan pasca tambang yang berkelanjutan. Misi: (1) Meningkatkan kualitas lingkungan lahan pasca tambang melalui revegetasi/pembangunan hutan yang memberikan manfaat ganda secara berkelanjutan (multi purpose forest), baik berupa barang atau jasa lingkungan. (2) Mengembangkan pengelolaan hutan untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat. (3) Mengembangkan model kolaborasi pengelolaan hutan lestari berbasis peran dan kepentingan multi pihak (multi-stakeholder sustainable forest management).

Kendala Pembangunan Hutan. Lahan bekas tambang pasir kuarsa merupakan penambangan terbuka yang menyisakan bentuk permukaan berupa bebatuan nyaris tanpa topsoil maupun subsoil. Persiapan lahan berupa pembuatan lubang tanam menjadi kendala karena harus melubangi bebatuan yang nyaris tanpa

tanah tersebut. Pembuatan lubang tanam dilakukan dengan menggunakan alat berat, selanjutnya tanah dari lokasi lain didatangkan dan dimasukkan kelubang tanam.

Kondisi permukaan lahan berupa bebatuan yang terbuka dan terekpose air hujan mengakibatkan kondisi tanah dan air menjadi sangat masam. PH tanah sekitar 4 begitupun pH air antara 3─4. Pada kondisi pH tersebut terjadi meningkatan unsur Al dan Fe melebihi batas normal sehingga menyebabkan kerusakan akar dan akhirnya tanaman sulit tumbuh. Tanah padat, miskin unsur hara, potensi keracunan mineral, Kapasitas Tukar Kation rendah, minimnya mikroba tanah mengharuskan dilakukan soil amendments (pembenahan tanah). Diperlukan perlakuan khusus untuk meningkatkan pH tanah, kemudian mengikat unsur toxic dan selanjutkan perlakuan pemberian pupuk untuk mengaktifkan akar, dalam hal ini digunakan bahan non organik maupun organik yang berfungsi memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Hasilnya menunjukkan semua tanaman dapat tumbuh baik, sangat berbeda dengan tanaman yang ditanam terlebih dahulu oleh PT Holcim halmana sangat banyak tanaman tumbuh merana dan bahkan akhirnya mati.

Kendala lain berupa kondisi sosial masyarakat pasca penambangan menunjukkan persepsi negatif masyarakat disekitar lahan tambang PT Holcim. Meski pihak Holcim telah banyak membantu masyarakat namun persepsi negatif di saat awal revegetasi masih tampak. Melibatkan masyarakat dalam program kerja HEF serta mengadakan beberapa program pemberdayaan masyarakat berupa pelatihan-pelatihan yang secara perlahan dapat merubah persepsi masyarakat menjadi lebih baik terhadap HEF.

Hasil yang telah dicapai. Pembangunan HEF tahap pertama selama 3 tahun (2013-2016) telah berhasil merevegetasi lahan pasca tambang pasir kuarsa Holcim seluas 70 hektar dengan jumlah pohon yang berhasil tumbuh normal sebanyak 38.943 pohon. Sebanyak 20 jenis pohon yang telah ditanam dan didominasi jenis Pinus merkusii. Permukaan tanah telah tertutup oleh cover crop jenis Mucuna sp, Centrosema

pubescens dan Calopogonium sp.Berbagai program sosial

kemasyarakatan telah dilaksanakan antara lain kegiatan pemberdayaan masyarakat berupa pelatihan pembuatan kompos, pelatihan budidaya jamur tiram, pelatihan budidaya ikan, sosialisasi HEF, pembagian bibit tanaman aren untuk pengrajin gula aren, inisiasi peternakan puyuh, aktivitas PKM mahasiswa, dan berbagai aktivitas lainnya.

Pada usia yang masih belia HEF telah menunjukkan fungsinya sebagai hutan pendidikan. Telah banyak aktivitas pendidikan dalam kurun waktu 3 tahun antara lain melayani field trip dan praktek lapang mahasiswa. Setiap semester ratusan mahasiswa teknik geologi UNPAD, ITB, UIN memanfaatkan lahan bekas tambang ini sebagai laboratorium lapangan. Selain itu kunjungan praktek pengelolaan hutan mahasiswa Fakultas Kehutanan IPB dan field trip mahasiswa Departemen ESL FEM IPB. Aktivitas perkemahan pramuka, kunjungan siswa dari berbagai SMA dan SMP Sukabumi serta kunjungan tamu dari berbagai perguruan tinggi dan lembaga pemerintahan, tercatat HEF telah menerima kunjungan lebih dari 4000 orang tamu selama 3 tahun. Selain pendidikan fungsi penelitian juga telah menghasilkan sarjana dari penelitian tugas akhir skripsi mahasiswa sebanyak 23 orang S1, 2 orang mahasiswa S2 dan 2 orang penelitian dosen.

Pembangunan hutan pendidikan HEF dapat terlaksana dengan baik dan sukses karena peran serta berbagai pihak terutama tim inti HEF yang semula diketuai oleh Dr.Erianto I.Putra SHut MSi selaku direktur HEF yang dalam perjalanannya karena tugas lain digantikan oleh Prof.Dr.Ir. Juang R. Matangaran, MS. Tim ini beranggotakan Prof.Dr.Ir. Sri Wilarso Budi MS, Dr.Soni Trison SHut MSi, Dr.Ir. Nandi Kosmaryandi MScF, dibantu staf lapangan Iksan Arief Rifa’i SHut dan Art Fudlaili SHut serta staf administrasi Nadya Susetya Ningtyas SHut.

Fakultas Kehutanan IPB telah memberikan bukti berupa sukses membangun hutan pada lahan bekas tambang yang kondisi fisik lahannya rusak parah dan bukan hanya merevegetasi tetapi dalam waktu singkat mampu mengelolanya menjadi hutan pendidikan.

Page 30: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest30 f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

pengganti biaya investasi (jika areal IPPKH berada di dalam penguasaan IUPHHK atau IPHHKHT), serta melakukan reklamasi lahan dan revegetasi lahan bekas penambangan di areal IPPKH. Pemenuhan kewajiban tersebut di atas tentunya menggunakan dana yang besar, selain juga harus mematuhi tata aturan pelaksanaan dan birokrasi yang terkadang belum efektif.

Kawasan hutan yang diberikan IPPKH kepada perusahaan tambang saat ini mayoritas berada di hutan produksi berupa bekas izin HPH yang tidak memperoleh perpanjangan izin pengusahaan, atau sudah berubah kepemilikan dan menjadi IUPHHK atau IUPHHKHT. Kondisi kawasan hutan tersebut pada umumnya sebagai berikut :

Vegetasi Hutan Primer, Hutan Tanaman, Hutan

Sekunder, Kebun dan Ladang Masyarakat, Belukar, alang alang dan tanah kosong

AksesibilitasSudah ada jalan bekas HPH (malahan

ada yang sudah menjadi jalan umum), ada jalan perlintasan masyarakat lokal, dan belum ada jalan

Penduduk dan KelembagaanSudah ada pemukiman masyarakat

yang berkembang menjadi dusun, desa dan kecamatan. Penduduk tidak hanya lokal, tetapi sudah ada pendatang yang berdagang, PNS atau lainnya.

Penguasaan lahanSecara de facto lahan sudah banyak yang

dikuasai oleh masyarakat dengan adanya kebun dan ladang baik oleh masyarakat adat, koperasi atau perorangan. Secara de jure lahan masih dikuasai oleh negara.

Izin Pengusahaan dari LHK

IUPHHK, IUPHHKHT, dan Tidak ada Izin Pengusahaan

Pengetahuan tentang kondisi kawasan hutan sebelum adanya IPPKH sangat penting dalam menentukan kebijakan atas ketidaksesuaian dengan regulasi yang telah ditetapkan. Pengetahuan tersebut sangat mempengaruhi keberhasilan dalam pelaksanaan reklamasi dan revegetasi lahan bekas tambang dan kelulusan dalam tahap penilaian oleh instansi yang berwenang.

Reklamasi dan revegetasi lahan bekas tambang di areal IPPKH merupakan kegiatan yang menjadi indikator keseriusan perusahaan tambang dalam mengelola lingkungannya. Regulasi yang ditetapkan oleh Kementerian ESDM terkait pelaksanaan kegiatan tersebut adalah berupa keharusan bagi perusahaan tambang untuk menempatkan dana jaminan reklamasi (Jamrek). Sedangkan Kementerian LHK tetap mewajibkan perusahaan tambang membayar PNBP atas lahan bekas penambangannya selama belum dinyatakan lulus dalam penilaian hasil reklamasi dan revegetasinya. Dengan demikian tampak bahwa perusahaan tambang pemegang IPPKH tidak akan mengabaikan kewajiban reklamasi dan revegetasi, karena akan terus terkena kewajiban pembayaran PNBP yang ibarat naik taksi argonya akan terus berjalan, serta tidak dapat mencairkan dana Jamrek yang telah ditempatkan.

Regulasi yang menjadi konsideran reklamasi hutan adalah PP no. 76 tahun 2008, disini perusahaan harus melakukan tahapan pekerjaan : inventarisasi lokasi, penetapan lokasi, perencanaan, dan pelaksanaan reklamasi. Perencanaan terdiri dari perencanaan lima tahun, perencanaan tahunan dan rancangan teknis. Perencanaan lima tahun akan menjadi dasar penetapan besaran dari dana Jamrek yang harus ditempatkan

TINJAUAN TERHADAP PENILAIAN KEBERHASILAN REKLAMASI DAN REVEGETASI HUTAN BEKAS TAMBANG

laporan utama

Oleh: Agus Rusli, E22, Konsultan Tambang

Reklamasi dan revegetasi lahan bekas tambang di areal IPPKH merupakan kegiatan yang menjadi indikator keseriusan perusahaan tambang dalam mengelola lingkungannya.

Penggunaan kawasan hutan untuk kegiatan pertambangan tidak dapat dielakkan. Penambangan di kawasan hutan produksi dapat dilakukan dengan cara terbuka dan di bawah tanah, sedangkan penambangan di kawasan hutan lindung

hanya dapat dilakukan di bawah tanah. Perusahaan tambang sebagai pemegang izin pinjam pakai kawasan hutan (IPPKH); selain diwajibkan membayar penerimaan negara bukan pajak (PNBP) atas lahan yang digunakan untuk kegiatan penambangan dan infrastrukturnya, juga harus melakukan penanaman dalam rangka rehabilitasi DAS, rehabilitasi di areal kompensasi (jika ada), melakukan perlindungan hutan, membayar DR/PSDH dan ganti rugi tegakan, membayar

Page 31: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest 31f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

oleh perusahaan. Untuk melaksanakan PP no. 76 tahun 2008, telah diterbitkan Permenhut no. P.04/Menhut-II/2011 tentang Pedoman Reklamai hutan atau tiga tahun setelah terbitnya PP no. 76 tahun 2008.

Permenhut no. P.60/Menhut-II/2009 disusun sebagai acuan dalam pelaksanaan penilaian keberhasilan reklamasi hutan di areal bekas tambang. Peraturan ini terbit dua tahun lebih dahulu daripada Permenhut no. P.04/Menhut-II/2011 yang mengatur pedoman reklamasi hutan. Sasaran penilaian keberhasilan reklamasi adalah dalam rangka : perpanjangan IPPKH, pengembalian IPPKH, dan menilai kemajuan pelaksanaan reklamasi di areal penggunaan kawasan hutan. Keberhasilan reklamasi menjadi penting bagi semua stake holders. Bagi pemegang IPPKH, kelulusan penilaian reklamasi hutan menjadi dasar untuk klaim pengambilan dana Jamrek dan mengurangi beban pembayaran PNBP. Bagi perusahaan IUPHHK/IUPHHKHT (jika IPPKH ada di dalam IUPHHK/IUPHHKHT), dapat menambah potensi tegakan pada daur panennya. Bagi masyarakat (jika IPPKH ada di dalam hutan adat atau sebelumnya berupa kebun/ladang yang dikuasai

masyarakat), akan memperoleh kebun baru yang lebih produktif. Sedangkan bagi negara adalah lahan bekas tambang dapat terjaga fungsi kawasannya dan memberikan manfaat ekologi, ekonomi dan sosial.

Memperhatikan kriteria penilaian reklamasi dan revegetasi jika dihubungkan dengan lahan IPPKH yang ada dalam penguasaan masyarakat atau pengusahaan IUPHHKHT; terdapat dua point yang berpotensi menjadi hambatan yaitu : keharusan adanya cover crops dan komposisi jenis tanaman. Revegetasi di lahan bekas kebun/ladang, perusahaan IPPKH dituntut untuk menanam karet dan atau sawit dengan selingan pohon buah. Sedangkan revegetasi di lahan IUPHHKHT, perusahaan IPPKH dituntut untuk menanam tanaman monokultur (misalkan Acacia) sebagai bagian dari kesepakatan pengganti investasi yang dipersyaratkan pada waktu penerbitan izin IPPKH. Tentunya pilihan jenis dan komposisi tanaman tersebut tidak sesuai

dengan ketentuan dalam Permenhut no. P.60/Menhut-II/2009, padahal pemilihan komposisi jenis tanaman tersebut mempunyai bobot penilaian terbesar (50%). Selain itu juga waktu penilaian reklamasi dan revegetasi yang dapat dilakukan tiga tahun setelah penanaman, dapat menyebabkan lantai hutan sudah dipenuhi serasah dan tidak lagi ditemukan cover crops, padahal persyaratan adanya cover crops merupakan bagian dari kriteria yang mempunyai bobot penilaian 20%. Perusahaan IPPKH mengharapkan kriteria penilaian yang lebih memperhatikan kondisi riil lapangan, sehingga dapat lebih aplikatif.

Penilaian keberhasilan reklamasi yang dilakukan oleh Tim Provinsi dan ditindaklanjuti dengan penilaian oleh Tim Pusat dengan melakukan uji petik terhadap penilaian Tim Provinsi, berpotensi memperpanjang waktu pelaksanaan dan membutuhkan biaya yang lebih besar. Pada awalnya berdasarkan Permenhut no. P. 56/Menhut-II/2008 biaya penilaian keberhasilan reklamasi dibebankan pada PNBP penggunaan kawasan hutan, namun setelah terbitnya Permenhut no. P.84/Menhut-II/2014 biaya penilaian reklamasi hutan dibebankan kepada perusahaan pemegang IPPKH. Untuk efektivitas dan efisiensi pelaksanaan penilaian diharapkan adanya penyederhanaan birokrasi, misalkan penilaian dipercayakan kepada Tim Provinsi atau dibentuk Tim Gabungan; sehingga waktu pelaksanaan menjadi lebih pendek dan biaya lebih sedikit.

Pelaksanaan kewajiban reklamasi dan revegetasi, menuntut pemegang IPPKH harus mampu melakukan koordinasi dan mengakomodasi kepentingan masyarakat di sekitar/dalam kawasan hutan dan perusahaan IUPHHK/IUPHHKHT, serta amanat dari peraturan pemerintah. Satu pekerjaan yang tidak mudah, walaupun tujuannya sama untuk memulihkan kembali lahan dan vegetasi yang rusak agar berfungsi secara optimal sesuai peruntukannya; tetapi masing-masing mempunyai ketentuan dan cara yang belum sejalan. Perusahaan membutuhkan regulasi yang dapat dilaksanakan dengan lebih efektif dan efisien, serta memperhatikan kondisi riil penguasaan dan atau pengusahaan lahan hutan yang ada di dalam IPPKH.

revegetasi. Keberhasilan Kegiatan Penanaman Reklamasi.

foto: KRISPANI FIRMANSYAH

Page 32: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest32 f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

Permasalahan lahan bekas tambang merupakan permasalahan yang tak akan pernah berhenti untuk dibahas. Pertentangan antara kerusakan lingkungan yang ditimbulkan dengan nilai ekonomis yang berhasil diambil dari sebuah lokasi tambang

akan senantiasa mendominasi setiap pembicaraan yang ada. Salah satu hal utama apabila kita bicara tentang sebuah lokasi tambang adalah dampak lingkungan yang terjadi akibat kegiatan pertambangan selesai (Mine Closure). Banyak kasus yang terjadi dimana sebuah lokasi/ areal bekas tambang dibiarkan dan tidak dikelola dengan baik hingga akhirnya menimbulkan dampak dan bahaya, yang tidak saja kepada lingkungan tetapi juga

keselamatan jiwa manusia. Tulisan ini tidak hendak membahas pertentangan antara ke-ekonomi-an dan lingkungan adanya suatu usaha tambang di daerah. Namun lebih kepada sebuah pemikiran atau ide tentang pemanfaatan dan pengelolaan lahan paska penambangan agar dapat berdaya guna bagi masyarakat dan lingkungan di sekitarnya, bahkan mungkin akan menjadi sebuah jawaban di masa depan tentang kebutuhan pemanfaatan lahan di Indonesia, misalnya untuk kegiatan konservasi, ekonomi dan sosial.

Paska tahun 2000 an, usaha pertambangan di Indonesia mengalami pertumbuhan secara masif, terutama pertambangan batubara, seiring dengan laju kebutuhan energi di dunia. Saat ini saja terdapat sekitar 87 perusahaan tambang batubara yang terdaftar dalam APBI (Asosiasi Pertambangan Batubara

Indonesia, data Februari 2016) di luar perusahan yang tidak terdaftar. Seiring dengan penerapan sistem desentralisasi yang juga pelimpahan wewenang segala macam perijinan kembali ke daerah dan diamini dengan UU no 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, menjadi pintu masuk bagi daerah-daerah yang dikenal kaya sumber energi untuk berlomba-lomba menerbitkan ijin usaha pertambangan (IUP). Sebuah kebijakan yang kemudian melahirkan pula dampak lainnya yaitu degradasi lahan paska tambang, konflik lahan dengan masyarakat, tumpang tindih lahan hingga terakhir masalah pidana (korupsi) dalam proses pemberian ijin yang diberikan maupun penyalahgunaan ijin untuk alihfungsi lahan. Hal yang kemudian dirasakan paling fatal, dilihat dari sudut pandang lingkungan, adalah pemberian ijin Kuasa Pertambangan kepada perusahaan-perusahaan yang secara manajerial tidak peduli kepada pengelolaan lingkungan tambang, untuk ikut membuka tambang dan mengeksploitasi sumberdaya alam yang ada. Tanpa adanya perencanaan yang baik dan layak, keterbatasan sumberdaya manusia baik kualitas maupun kuantitas serta kurangnya monitoring dan pengawasan dari pemerintah setempat, akibatnya lahan-lahan bekas tambang yang ditinggalkan pun banyak bermunculan

MEMBANGUN MASA DEPAN DARI LAHAN BEKAS TAMBANGMungkin lahan bekas tambang tersebut tidak sepenuhnya bebas konflik, namun setidaknya ketersediaannya jelas dan belum ada yang ”mengusahakannya”.

laporan utama

harapan di bekas tambang. Ricksy Prematuri (E22) dan Imam Eko Setiawan (E34), Praktisi Rehabilitasi Lahan Bekas Tabang.

Page 33: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest 33f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

tanpa dikelola dan diperbaiki oleh para pemilik. Ditambah lagi dengan lesunya pasar global sejak 2012 membuat harga batubara terjun bebas hingga ke level terendah sehingga banyak tambang-tambang kecil yang menutup operasinya dan meninggalkan lahannya tak terurus. Lahan-lahan yang telah rusak (terdegradasi secara fisik, kimia dan biologi) tersebut kemudian dibiarkan dan seolah dipandang sebagai angin lalu, berharap untuk dilupakan dan dianggap tak pernah ada.

Padahal lahan bekas tambang tersebut bukan tidak bernilai sama sekali. Dengan pengelolaan dan pengerjaan yang tepat, maka lahan yang dianggap tidak subur/ marjinal, tidak bernilai ekonomis-sosial tersebut mampu diubah menjadi lahan yang produktif bahkan sebuah hutan yang mampu mendukung dan menyokong kehidupan lingkungan sekitarnya termasuk manusia serta mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Kennedy (2002) dalam Mansur (2010) menyatakan bahwa lahan-lahan bekas tambang dapat dimanfaatkan untuk menjadi hutan,

pertanian, (produksi rumput pakan ternak, tanaman pangan, dan padang penggembalaan), serta untuk konservasi keanekaragaman hayati tergantung pada kondisi klimatologi dan rekonstruksi lahan setelah penambangan berakhir.

Pengalaman penulis yang lebih dari 10 tahun menjadi praktisi di lapangan, bahwa rehabilitasi lahan dapat berhasil dengan baik apabila ada kesungguhan dan itikad dari pemerintah sebagai regulator dan pengusaha pertambangan untuk bahu membahu bersama sama merehabilitasi lahan paska tambang tersebut. Teknologi yang praktis dan ekonomis sudah banyak tersedia saat ini hasil karya anak bangsa, kuncinya sisihkanlah sebagian kecil keuntungan dari pengusahaan tambang untuk kebaikan lingkungan paska tambang. Pada beberapa perusahaan pertambangan yang memang sudah peduli untuk melakukan perbaikan lingkungan paska tambang, pola penggunaan lahan bekas tambang tidak hanya dapat kembali menjadi hutan, namun juga dapat dijadikan arboretum/ kebun koleksi sumber plasma nutfah,

areal wisata alam, perkebunan/ hutan kerakyatan ataupun untuk menjawab permasalahan keterbatasan lahan untuk pertanian maupun pemukiman. Hal ini tentu saja akan tergantung pada status awal lahan bekas tambang tersebut sebelum dilakukannya penambangan, desain tata ruang wilayah masing-masing daerah, kemampuan dan kesesuaian lahan serta aspirasi dan partisipasi masyarakat.

Jika mengikuti perkembangan dan isu kemandirian yang sedang gencar didengungkan oleh pemerintah sekarang ini, seperti kemandirian pangan dan energi, maka korelasi kedua hal tersebut adalah adanya ketersediaan lahan yang memadai untuk peningkatan produksi tanaman pangan serta (bio) energi sebagai energi alternatif. Indonesia dianugerahi dengan bermacam-macam jenis tanaman yang mampu untuk dibudidayakan sebagai tanaman pangan maupun untuk bioenergi, sebagai contoh: jagung, sorgum, aren, kemiri sunan, jarak pagar, ubi kayu, ubi jalar dan masih banyak lagi. Namun sekali lagi, Indonesia sebagai negara berkembang mempunyai masalah klasik

Page 34: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest34 f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

dalam penataan dan tata penggunaan lahan. Hampir di seluruh daerah, kasus tumpang tindih dan sengketa lahan menjadi permasalahan sosial nomor satu yang sulit terurai. Lalu jika memang itu masalahnya, kenapa kita tidak mencoba menengok ”lahan tidur” di atas yang telah tersedia dan ditinggalkan? Mungkin lahan bekas tambang tersebut tidak sepenuhnya bebas konflik, namun setidaknya ketersediaannya jelas dan belum ada yang ”mengusahakannya”. Memang, merehabilitasi lahan bekas tambang yang telah tutup tidak semudah membalik lembaran kertas buku. Butuh waktu, sumberdaya biaya tinggi, studi dari berbagai disiplin ilmu dan terutama payung regulasi yang jelas dari pemerintah. Namun dengan kemauan/ itikad serius, kerja keras disertai dukungan pengetahuan dan teknologi, semua hal itu dapat diwujudkan. Perbaikan kondisi tanah dan iklim mikro lahan bekas tambang, tidak lagi butuh waktu puluhan tahun. Hasil kajian dan penelitian telah banyak menemukan bahan-bahan amelioran tanah untuk memperbaiki kondisi tanah lahan marjinal, contohnya asam humat (humid acid), pupuk organik maupun mikoriza. Kegiatan reklamasi dan revegetasi yang dilakukan pada areal yang telah selesai ditambang akan menjadi katalisator perbaikan kondisi fisik dan kimia tanah sekaligus iklim mikro lingkungan. Beberapa metode

maupun teknik penanaman telah banyak diaplikasikan dalam mempercepat penutupan lahan bekas tambang untuk mengurangi resiko erosi, melindungi tanah dan meningkatkan perbaikan kondisi tanah. Teknik hydroseeding maupun metode templok dapat diaplikasikan pada areal lereng. Sistem penanaman pun ada yang mengenal dengan dua tahap penanaman (two step planting), satu tahap penanaman (one step planting) maupun penanaman langsung (direct seeding). Beberapa perusahaan tambang bahkan telah mulai mencoba menanam jenis-jenis tanaman bio energi (energi alternatif) selain jenis lokal di lahan bekas tambang mereka. Hal ini tentu saja membuka kesempatan kerjasama yang lebih luas yang dapat melibatkan banyak pihak antara pemerintah, swasta dan perguruan tinggi. Timbul pertanyaan kemudian, sejauh mana keefektifan dan keefisienan pengelolaan lahan-lahan bekas tambang tersebut yang rata-rata luasannya kecil bahkan ada yang kurang dari 50 ha dan tersebar letaknya. Namun coba bayangkan data yang penulis dapatkan dari berita elektronik dari portal Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN) pada 25 Januari 2010 dengan judul “Penambangan Memprihatinkan” yang bersumber dari harian Kompas, sebagai berikut: menurut catatan Kompas, selama enam tahun terakhir (sampai 2009), di empat provinsi di Kalimantan kurang

lebih terdapat 2.047 Kuasa Pertambangan. Kalimantan Timur berada di peringkat pertama dalam hal mengeluarkan kuasa pertambangan yakni 1.180 kuasa pertambangan, disusul Kalimantan Selatan (400-578), Kalimantan Tengah (427) dan Kalimantan Barat (40). Jika luas wilayah satu kuasa pertambangan sekitar 2000 hektar, lahan yang sudah dikapling untuk pertambangan itu berarti telah mencapai 4.09 juta hektar...*). Katakanlah dari sekitar 4 juta hektar lahan tersebut, hanya 50% nya yang direklamasi oleh perusahaan tambang dan selebihnya ditinggalkan, berarti ada minimal 2 juta hektar potensi lahan bekas tambang yang (harus) dapat direhabilitasi dan dikelola sesuai peruntukan yang diinginkan. Tentu saja hal ini perlu melibatkan profesional-profesional di bidang manajemen dalam pengelolaan dan rehabilitasi lahan bekas tambang yang luasannya super namun posisinya tersebar agar terkelola dengan baik, efektif dan efisien serta yang terutama memberikan sumbangsih bagi lingkungan, negara dan masyarakat sekitar yang terdampak langsung dan telah ditinggalkan oleh perusahaan tambang. Jadi, apakah lahan bekas tambang adalah jawaban dari kebutuhan lahan di Indonesia yang kian terbatas? Jawabannya: bisa saja.

—Imam Eko Setiawan dan Ricksy Prematuri, Praktisi Rehabilitasi Lahan

Bekas Tabang

Kawasan hutan (daratan) negara RI dan pengelolaannya per Desember 2013

No. Fungsi Hutan Luas (juta ha) Lembaga Pengelola1. Kawasan Hutan Konservasi 21.23 Balai2. Kawasan Hutan Lindung 32.21 Tidak ada pengelola3. Kawasan Hutan Produksi (Tetap+Terbatas)

a. IUPHHK-HA+RE : 24.1 juta hab. IUPHHK-HT+HTR+PH : 12.0 juta hac. Akses terbuka/terlantar : 20.8 juta haSub Total

24.1012.0020.8056.96

BUMN/S, Koperasi (kop.)BUMN/S, Kop., masyarakatTidak ada pengelola

4. Kawasan Hutan Produksi Konversia. Dicadangkan perkebunan: b. Akses terbuka/terlantar : Sub Total

10.0010.8020.87

Tidak ada pengelola

Total 131.27 Total tidak ada pengelola:Htn Lindung: 32.21 juta haHtn Produksi: 31.60 juta ha

Sumber: Suparna (2014)

laporan utama

Page 35: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

PENGUMUMAN

TELAH DIRESMIKAN GEDUNG BARU

KANTOR ADVOKAT Dr. PUTRA KABAN, SH,

MH & REKAN

HARI/TANGGAL: SABTU, 11 FEBRUARI 2017

ALAMAT: WISMA TUAHTA RAS, JL. LETJEN SOEPRAPTO

NO. 9A JAKARTA PUSAT

Strengthening the Governance of Community Forest through Improved Capacity to Adequately Perform Timber Administration in Java and Nusa Tenggara Region in Indonesia

TUJUAN:Meningkatkan kapasitas lokal dalam pelaksanaan sistem administrasi kayu dari lahan pribadi (hutan hak) di Jawa dan Nusa Tenggara, dan memastikan kayu yang dihasilkan berasal dari sumber yang legal.

OUTPUT PROYEK:1) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan terkait

peredaran kayu rakyat terlaksana dengan baik di lapangan ; 2) Dukungan dari para pihak terkait (petani, pedagang kayu dan

pengguna serta Pemda) dalam penertiban tata usaha kayu legal meningkat.

LOKASI PROYEK:P. Jawa, Nusa Tenggara, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Lampung.

JANGKA WAKTU: September 2014 – Maret 2017

EXECUTING AGENCY: Direktorat Iuran dan Peredaran Hasil Hutan, Ditjen PHPL.

Contact person: [email protected]

(Proyek ITTO - TFL PD 033/13 Rev. 2 (M)

Page 36: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest36 f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

Sekilas PerusahaanPT. Berau Coal adalah perusahaan

tambang batubara yang beroperasi di Kabupaten Berau, Propinsi Kalimantan Timur. PT. Berau Coal termasuk dalam

lima besar produsen batubara di Indonesia yang juga dikenal dalam prestasinya meraih berbagai penghargaan bidang sosial kemasyarakatan, lingkungan hidup, keselamatan kerja, dan kepuasan pelayanan konsumen dari Pemerintah Indonesia. Kepemilikan saham PT. Berau Coal 90% dimiliki secara tidak langsung oleh PT. Berau Coal Energy Tbk melalui entitas anak perusahaannya, sedangkan sisa 10% saham dimiliki oleh Sojitz Corporation.

PT. Berau Coal yang bergerak dalam bidang survei, eksplorasi, pengembangan dan penambangan batubara, serta untuk mengangkut, menyimpan, memasarkan, menjual dan mengekspor batubara yang dihasilkan dari wilayah konsesinya didirikan pada tahun 1983. PT. Berau Coal

memperoleh ijin usaha penambangan di wilayah Kabupaten Berau, Kalimantan Timur berdasarkan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) pada tanggal 26 April 1983 yang diadakan dengan Perusahaan Negara Tambang Batubara, perusahaan milik negara yang memiliki kewenangan untuk melaksanakan operasional penambangan batubara. Pada tahun 1997 hak dan kewajiban Perusahaan Negara Tambang Batubara tersebut dialihkan kepada Pemerintah Republik Indonesia cq. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

PT. Berau Coal memperoleh izin untuk melakukan kegiatan penambangan batubara dengan area konsesi seluas 487.217 hektare di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Setelah melakukan studi kelayakan pertambangan, PT. Berau Coal secara sukarela melepaskan sebagian dari area konsesinya, sehingga sejak tanggal 7 April 2005 area konsesi yang tersisa untuk dipergunakan sebagai pertambangan batubara seluas 118.400 hektare. Saat ini, PT. Berau Coal memiliki 3 area penambangan, yaitu: Lati, Binungan, dan Sambarata. Realisasi produksi batubara tahun 2016 sebesar 26 juta ton.

Visi, Misi, dan Nilai-nilai Perusahaan

Dalam menjalankan usahanya, PT. Berau Coal memiliki visi, yaitu: “Menunjang perwujudan masa depan cemerlang melalui peran aktifnya sebagai pengalihragam energi yang eksponensial”, sedangkan misi yang dijalankan adalah 1) ketangguhan untuk dapat melakukan alihragam secara eksponensial, 2) ketangguhan untuk menjadi progresif secara eksponensial, dan 3) ketangguhan untuk dapat memberikan manfaat secara eksponensial.

Selain itu, PT. Berau Coal juga mendorong usahanya dengan nilai-nilai perusahaan yang sangat baik, yaitu: 1) inovatif, kami mendorong batasan-batasan yang ada saat ini dan kemudian menciptakan terobosan baru melalui

PT. BERAU COALKeberhasilan Reklamasi Lahan Bekas Tambang “Kami segera mereklamasi lahan bekas penambangan tanpa menunggu jangka waktu operasional kita tutup.”

menuai harapan. Pembibitan Tanaman Reklamasi di PT Berau Coal.

Oleh: Farhan Soeprapto, Media Relations PT. Berau Coal

Page 37: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest 37f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

sumberdaya manusia dan dan teknologi; 2) progresif, kami percaya pada prinsip saling menguntungkan dan membangun hubungan yang produktif dengan masing-masing pihak, mitra kami dan pelanggan kami; dan 3) kepercayaan, kami memberikan janji-janji kami melalui perbaikan yang berkesinambungan dan aman, serta operasional yang handal.

PenghargaanPT. Berau Coal telah menerima berbagai

penghargaan di bidang lingkungan selama tahun 2016 yang berasal dari beberapa instansi, seperti: Kementerian LHK, Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia Power, dan Majalah Warta Ekonomi, yaitu: Proper Nasional, Proper Provinsi, Best Vendor Award, dan Social Business Innovation Award 2016.

Lahan Bekas Tambang PT. Berau Coal Tetap Produktif

Masih banyak masyarakat yang berpandangan negatif terhadap aktivitas tambang. Mayoritas masyarakat beranggapan, lahan bekas tambang sudah tidak produktif lagi, karena unsur hara di dalam tanah sudah hilang. Arief Wiedhartono, Direktur Operasional PT. Berau Coal menyatakan bahwa semua lahan bekas tambang itu bisa produktif, kalau proses reklamasi tambang dijalankan dengan benar, fungsi lahan

pun bisa dikembalikan. Seperti kegiatan reklamasi yang dilaksanakan PT. Berau Coal langsung dijalankan tanpa harus menunggu operasi berakhir.

“Kami segera mereklamasi lahan bekas penambangan tanpa menunggu jangka waktu operasional kita tutup. Jadi sembari pergerakan tambang ke arah lahan yang lain, pit yang dibuka sebelumnya dilakukan penutupan dengan direncanakan ketinggian dan kemiringannya untuk mencegah longsor dan genangan air untuk kemudian dilakukan revegetasi,” ungkapnya

Tercatat perusahaan yang memulai aktivitas penambangan batubaranya pada 1992 tersebut, secara akumulatif per tahun 2016 telah melakukan kegiatan penanaman kembali lahan pasca tambang seluas 3.484,07 hektare atau 29,22% dari area terganggu dan pembukaan lahan (area terganggu) untuk penambangan seluas 11.922,35 hektare.

Arief Wiedhartono menambahkan pula reklamasi dan revegetasi lahan bekas tambang PT. Berau Coal harus disesuaikan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Berau, sehingga memberikan manfaat bagi Kabupaten Berau setelah kegiatan perusahaan berakhir. Pasalnya, beberapa lahan bekas tambang memang terbagi menjadi dua kelompok, yakni Kawasan Budidaya Kehutanan (KBK) dan Kawasan Budidaya Non Kehutanan (KBNK). “Sekarang ini di Binungan sedang dalam tahap penutupan lahan, untuk kawasan KBNK sudah kita gunakan untuk sektor-sektor produktif

jika nanti diserahkan kepada masyarakat,” ujarnya.

Di site Binungan, PT. Berau Coal sudah mulai menanam tanaman produktif, seperti: pertanian, perkebunan, dan peternakan. “Binungan paling potensial untuk lahan peternakan dan sudah kita buktikan sendiri. Tahun 2013, kami membeli bibit sapi, dan sapi-sapi itu mulai berkembang biak di sana, saat ini jumlahnya mencapai 178 ekor,” paparnya. Meski hewan ternak tersebut dikembangbiakan di lokasi bekas tambang, namun sapi-sapi itu dapat hidup dengan normal, bahkan secara fisik, mereka lebih gemuk dibanding dengan sapi-sapi yang dipelihara di dalam kandang.

“Peternakan sangat potensial karena punya lahan lebih luas. Binungan juga subur karena pH (keasaman) tanahnya mencapai 7 atau sama seperti tingkat keasaman tanah sebelum ditambang. Kesuburan lahan juga berpengaruh dengan ekosistem yang ada di sana. Kita libatkan ahli-ahli peternakan dari berbagai universitas dan hasilnya sangat memuaskan,” tandasnya lebih lanjut.

Tanaman Hutan Tropis Lokal Tumbuh Subur untuk Mengembalikan Fungsi Lahan Reklamasi

Reklamasi lahan bekas tambang di tiga site yang dikelola oleh PT. Berau Coal kini sudah mulai terlihat. Salah satunya di Binungan, revegetasi lahan juga semakin meningkat, kondisi ini dapat dilihat dari lebatnya tanaman yang tumbuh. Sesuai dengan rencana tata ruang yang disusun oleh pemerintah daerah, PT. Berau Coal

No Tahun Penghargaan Kategori Penghargaan Nama Penghargaan Peringkat Instansi

1 7 Desember 2016 Site Lati Proper Nasional Hijau Kementrian Lingkungan Hidup & Kehutanan

2 7 Desember 2016 Site Binungan Proper Nasional Hijau Kementrian Lingkungan Hidup & Kehutanan

3 7 Desember 2016 Site Sambarata Proper Nasional Biru Kementrian Lingkungan Hidup & Kehutanan

4 29 November 2016 Penyedia Energi Primer Terbaik Best Vendor Award Terbaik Indonesia Power

5 25 Agustus 2016 Program Efisiensi Energi Terbaik

Social Business Innovation Award 2016 Apresiasi Majalah Warta Ekonomi

6 29 Mei 2016 Site Lati Proper Provinsi Emas Provinsi Kalimantan Timur

7 29 Mei 2016 Site Binungan Proper Provinsi Hijau Provinsi Kalimantan Timur

8 29 Mei 2016 Site Sambarata Proper Provinsi Hijau Provinsi Kalimantan Timur

Sumber: PT. Berau Coal (2017).

Page 38: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest38 f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

laporan utama

membagi lahan reklamasi tersebut menjadi tiga zona, yakni: buffer zone, interest zone dan intesive zone.

“Buffer zone adalah lahan yang kita kembalikan fungsinya sebagai Kawasan Budidaya Kehutanan (KBK), sehingga di atas lahan seluas lebih dari 3.000 hektare itu kami tanami tumbuhan heterogen dengan jenis-jenis tanaman hutan tropis lokal, mulai dari kayu ulin, meranti, kapur, dan lain sebagainya,” kata Doddy Herika, Mine Closure Department Head, PT. Berau Coal.

Sementara itu, interest zone seluas 770 hektare dijadikan sebagai lahan pemanfaatan jenis-jenis tanaman produktif, sehingga lahan ini diperuntukkan sebagai lahan pertanian, perkebunan, peternakan, rekreasi hingga sebagai sarana olahraga.

“Kita manfaatkan zona interest untuk pertanian dan peternakan. Sedangkan intensive zone kita manfaatkan sebagai lahan perkebunan, seperti: karet, kayu putih, aren, termasuk buah-buahan, seperti jeruk keprok borneo, rambutan, salak, kelengkeng dan sebagainya,” ujarnya.

Khusus interest zone dan intensive zone, kata Doddy dimanfaatkan sebagai zona pemanfaatan dengan sistim pertanian terpadu. Lahan-lahan tersebut dimanfaatkan sebagai lahan peternakan dengan pola pembibitan dan sistim pengembalaan (pasture fattening), mengingat potensi tumbuhan bawah pada lahan reklamasi sangat melimpah sebagai hijauan pakan ternak.

Sementara limbah peternakan berupa kotoran sapi dan urin sapi diolah menjadi kompos yang dimanfaatkan sebagai pupuk untuk tanaman pertanian, perkebunan dan kehutanan pada lahan reklamasi. “Jadi, tidak ada limbah yang terbuang atau zero waste. Limbah pertanian dan perkebunan juga bisa dimanfaatkan sebagai pakan sapi,” imbuhnya.

“Kita terus kembangkan, tinggal menyusun program detil di masing-masing zona untuk lebih meningkatkan produktifitas lahan bekas tambang. Site Lati dan Sambarata akan kita kembangkan dengan konsep yang sama, hanya beda luas lahannya dan penyesuaian dengan karakter lahan,” jelasnya. Dengan demikian, jika kelak lahan bekas tambang tersebut dikembalikan ke stakeholder dimana salah satunya adalah masyarakat, bisa

langsung dimanfaatkan sebagai salah satu sumber peningkatan perekonomian yang berkelanjutan dengan konsep integrated farming atau pertanian terpadu.

Sapi Binungan Berkembang Pesat

Peternakan sapi di lahan bekas tambang PT. Berau Coal, tepatnya di Binungan boleh dibilang sukses. Pasalnya, peternakan tersebut telah berhasil mengembangbiakan sapi. Sapi-sapi yang terdiri tiga jenis, yakni: Sapi Bali, Sapi Donggala, dan Sapi Brahman Cross tersebut sudah berkembang biak dan menghasilkan 69 ekor anak sapi, dengan sistem penggembalaan (pasture fattening) dan kereman (dry lot fattening). Awalnya dalam farming project ini, PT. Berau Coal hanya menyediakan 91 ekor sapi betina dan 5 ekor sapi jantan. Kurang dari tiga tahun, populasi sapi yang diternakan di

luar kandang itu meningkat menjadi 178 Program pengembangan peternakan

sapi di lahan bekas tambang yang dilakukan oleh PT. Berau Coal ini juga turut mendukung program Kementerian Pertanian, yaitu: Program Swasembada Daging Sapi 2014 (PSDS-2014). Program yang telah dicanangkan pada tahun 2010 ini juga menjadi program Pemerintah Daerah Kabupaten Berau untuk memenuhi permintaan daging sapi lokal. Peternakan sapi pada lahan reklamasi bekas tambang hanyalah salah satu sektor pengembangan pertanian terpadu pasca tambang. Peternakan ini diharapkan dapat dijadikan percontohan sekaligus pusat pelatihan ternak sapi bagi masyarakat sekitar tambang.

Peternakan sapi pasca tambang di PT. Berau Coal menggunakan pola pembibitan sapi potong yang nantinya diharapkan menjadi kawasan sumber bibit di daerah pasca tambang dan kampung-kampung lingkar tambang (Binungan Breeding

Tanggal Pendataan

Jenis Kelamin

Brahman Cros Bali Donggala Limousin Jumlah TotalDewasa

(D)Anak (A)

D A D A D

31/12/2016 Betina 11 10 53 53 7 5 0 139Jantan 1 11 2 19 1 4 1 39

Sub Total 12 21 55 72 8 9 1 178

Jenis Logam

Nilai Residu Logam (ppm)Daging BM

Daging*Otak Hati Lambung Usus Jantung Paru BM

Jerohan**Kadmium (Cd)

<0,1 0,3 <0,1 <0,1 <0,1 <0,1 <0,1 <0,1 0,5

Arsenik (As)

<0,001 0,5 <0,001 <0,001 <0,001-0,057

<0,001-0,044

<0,001 <0,001 1

Merkuri (Hg)

<0,001 0,003 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 -

Sumber: PT. Berau Coal (2017).

** BM Jerohan = Batas Maksimum residu pada jerohan dalam SNI 2009

Satwa Site Lati Site Binungan Site SambarataFamili Jenis Individu Famili Jenis Individu Famili Jenis Individu

Avifauna 23 110 505 23 94 399 29 117 716Mamalia 19 22 78 19 21 76 19 25 82Amphibi 4 15 85 6 12 74 5 14 90Reptil 2 15 44 1 10 27 3 6 36Kupu-Kupu 22 78 50 25 65 54 23 76 14

Sumber: PT. Berau Coal (2017).

Page 39: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest 39f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

Centre) dengan melibatkan peran kelompok-kelompok masyarakat peternak yang telah dibekali keterampilan berternak dalam program Community Development PT. Berau Coal. “Dengan begitu, setelah kegiatan tambang berakhir masyarakat bisa meningkatkann kesejahteraan melalui sektor peternakan, pertanian dan perkebunan,” kata Adji Pitojo selaku Koordinator Farming Project PT. Berau Coal.

Umumnya, kata Adji Pitojo, lahan bekas tambang mengandung logam berat yang bisa berdampak bagi kesehatan manusia. Namun PT. Berau Coal dengan berbagai metode telah meminimalkan kandungan logam berat pada hijauan pakan ternak tersebut hingga berada di bawah ambang batas aman dan layak dikonsumsi ternak yang dikembangkan saat ini.

Untuk membuktikan sapi-sapi tersebut aman untuk dikonsumsi, PT. Berau Coal bersama Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kabupaten Berau dan FKH, Universitas Airlangga melakukan penelitian dan uji analisa kandungan logam berat yang terkandung dalam pakan hijauan sapi yang tumbuh di lahan reklamasi pasca tambang dan uji analisa logam berat pada jaringan daging sapi yang diternakan di Peternakan Binungan.

Uji analisa tersebut bertujuan untuk memastikan keamanan daging sapi peternakan untuk dikonsumsi mengingat lahan yang digunakan untuk pengembangan peternakan adalah lahan yang sensitif, sehingga sangat perlu untuk dipastikan keamanan produk untuk dikonsumsi. “Hasilnya memang aman untuk dikonsumsi,” tandasnya.

Hasill Analisa Kandungan Logam Berat pada Jaringan Sapi dan Pakan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya yang dipimpin oleh Prof. Suwarno telah melakukan penelitian kandungan logam berat pada sapi dan pakan ternak. Penelitian tersebut sebagai implementasi dari kerjasama antara PT. Berau Coal dan Pemerintah Kabupaten Berau yang dilaksanakan pada tahun 2013.

Dimulai dengan menganalisa logam berat yang ada di dalam rumput-rumputan dan cover crop (tanaman penutup tanah untuk hijauan pakan ternak) yang tumbuh di area reklamasi Binungan termasuk kandungan nutrisi pada hijauan pakan

ternak, dan kandungan logam berat pada jaringan daging dan organ dalam sapi.

Rata-rata kandungan logam berat dalam hijauan pakan ternak lebih rendah dibandingkan dengan yang ada dalam tanah. Hal ini menjadi pertanda baik, karena menunjukkan bahwa sebagian logam berat dalam tanah tidak seluruhnya terlarut, sehingga tidak terserap oleh hijauan pakan dan lebih aman untuk dikonsumsi oleh ternak. Hal tersebut dimungkinkan, karena keberadaan mikroba pengikat logam di dalam tanah, sehingga logam yang ada dalam tanah tidak seluruhnya terserap oleh akar tanaman.

Hasil uji kandungan nutrisi hijauan pakan ternak di areal reklamasi Binungan juga memberikan hasil yang menggembirakan. Rumput dan legum yang tumbuh di area reklamasi BMO memiliki kandungan nutrisi yang baik, hal ini ditunjukkan dengan kandungan protein yang tinggi, yaitu: 5,62-19,26 ppm.

Sapi-sapi yang digembalakan di area reklamasi PT. Berau Coal secara umum terlihat gemuk dan sehat, dengan bulu-bulu yang mengkilap, yang menunjukkan bahwa kebutuhan nutrisinya tercukupi. Pemeriksaan residu logam berat dilakukan dengan mengambil bagian tubuh setiap ekor sapi yang diteliti sebanyak 7 bagian organ tubuh, meliputi: daging, otak, hati, paru-paru, jantung, usus, lambung, dan ginjal. Secara umum, residu logam berat pada daging dan organ dalam sapi peternakan BMO masih dalam batas aman dan aman untuk dikonsumsi, hal ini ditunjukkan dengan rendahnya nilai residu logam berat yang bersifat toksik bagi manusia, seperti: kadmium, merkuri, dan arsenik.Keterangan: * BM Daging = Batas Maksimum residu pada daging segar konsumsi dalam SNI 2009

Kembalinya Fauna di Lahan Bekas Tambang, Penanda Suksesi Reklamasi PT. Berau Coal

Beberapa lahan revegetasi yang telah terbentuk dari reklamasi awal, telah menunjukkan arah suksesi yang baik dan diharapkan menjadi ekosistem baru menuju pasca tambang yang

berkelanjutan. Salah satu keberhasilan itu bisa dilihat dari kehadiran fauna di site Lati, Binungan, dan Sambarata PT. Berau Coal.

Arief Wiedhartono memaparkan, jenis vegetasi yang sudah dikembangkan dan ditanam di areal revegetasi PT. Berau Coal di site Lati, terdapat 37 jenis tanaman pionir dan sisipan. Sedangkan di Binungan dan Sambarata masing-masing terdapat 39 jenis.

Menurutnya, kehadiran fauna yang mengikuti kehadiran jenis flora merupakan indikator dinamika perkembangan ekologis area reklamasi. Flora dan fauna yang hadir di area reklamasi setiap tahun rutin dilakukan pemantauan oleh PT. Berau Coal sejak 2009 bekerja sama dengan lembaga independen dan kompeten, yakni: Pusat Penelitian Hutan Tropis Universitas Mulawaraman dari tahun 2009 hingga 2010, dilanjutkan dengan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawaraman dari 2001 hingga 2012, Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Mulawarman dari 2013 hingga 2014, serta Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Pertanian Bogor dari tahun 2014 hingga 2016.

Terbukti dengan adanya 25 jenis tanaman lokal hutan tropis yang dikembangkan di persemaian site Lati, Binungan, dan Sambarata PT. Berau Coal dalam kegiatan reklamasi. Dan dari hasil pemantauan dan identifikasi fauna yang dilakukan pada 2016 di site Lati, Binungan, dan Sambarata PT. Berau Coal telah berhasil ditemukan berbagai fauna.

Pelaksanaan pemantauan dan identifikasi fauna dilakukan dengan tujuan agar rona lingkungan hidup yang terkait aspek biologi tersebut selama proses penambangan dan pasca tambang dapat menyamai atau hampir sama dengan sebelum terjadinya kegiatan penambangan yang merupakan kesatuan dalam komponen ekosistem.

Upaya konservasi keanekaragaman hayati ini sejalan dengan komitmen PT. Berau Coal yang tertuang dalam Kebijakan K3L (Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lingkungan) pada poin “Berupaya dan berkontribusi dalam konservasi keanekaragaman hayati, serta melakukan pemulihan keanekaragaman hayati akibat kegiatan operasional penambangan”.

Page 40: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest40 f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

Pemberdayaan lahan-lahan bekas tambang sebagai komitmen perusahaan yang tinggi pada pengembangan masyarakat dan lingkungan. PT. Vale telah berhasil mengembangkan jenis-jenis pohon lokal komersial dan eksotik untuk reklamasi lahan

bekas tambang yang didukung oleh persemaian dengan fasilitas yang sangat memadai.

Kewajiban Reklamasi Lahan Bekas

TambangDalam UU No. 41 Tahun 1999

tentang Kehutanan, Pasal 45 diatur bahwa penggunaan kawasan hutan yang mengakibatkan kerusakan hutan wajib dilakukan reklamasi dan/atau rehabilitasi sesuai dengan pola yang telah ditetapkan pemerintah, sehingga kegiatan reklamasi dan/atau rehabilitasi pada kawasan hutan bekas areal tambang menjadi kegiatan wajib yang dilaksanakan oleh pemegang izin pertambangan sesuai dengan tahapan kegiatan pertambangan. Kegiatan reklamasi dilakukan bertujuan untuk memulihkan kondisi kawasan hutan dan

PT VALE INDONESIA TBK.Kunci Keberhasilan Reklamasi Lahan Bekas Tambang“Kehidupan adalah yang terpenting” adalah salah satu prinsip PT. Vale Indonesia Tbk sehingga mendapatkan Environment Award dari Kementrian ESDM di tahun 2015

laporan utama

Oleh: Radios Hendartijanto, Snr Manager of Geotech, Hydrology & Rehabilitation Engineering dan Yohan Lawang, Mgr of Mine Rehabilitation

Page 41: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest 41f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

lahan yang rusak sebagai akibat usaha pertambangan, sehingga kawasan hutan dan lahan dapat berfungsi kembali sesuai dengan fungsi hutan yang ditetapkan.

Reklamasi hutan merupakan usaha untuk memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan vegetasi yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal sesuai peruntukannya. Keberhasilan dalam reklamasi ditentukan oleh penilaian. Penilaian dilakukan secara periodik terhadap kegiatan reklamasi hutan untuk menjamin bahwa rencana kegiatan yang diusulkan, jadwal kegiatan, hasil yang diinginkan, dan kegiatan lain yang diperlukan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan dijadikan dasar perpanjangan, pengembalian izin penggunaan kawasan hutan dan untuk mengetahui kemajuan pelaksanaan reklamasi hutan (Peraturan Menteri Kehutanan No. 60 Tahun 2009).

Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.4/Menhut-II/2011 tentang Pedoman Reklamasi Hutan, dan P.18/Menhut-II/2011 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan. Peraturan tersebut mengatur bahwa setiap perusahaan pertambangan dan energi memiliki kewajiban untuk mereklamasi lahan bekas tambang atas kawasan hutan yang dipinjam pakai, dalam rangka menata dan memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan vegetasi yang rusak, agar berfungsi kembali secara optimal sesuai peruntukannya.

Usaha-usaha reklamasi lahan bekas tambang telah mengalami perkembangan yang pesat, karena perhatian pemerintah yang bertambah besar, kesadaran masyarakat yang bertambah tinggi terhadap kualitas lingkungannya, serta komitmen perusahaan pertambangan yang terus bertambah. Lahan-lahan bekas tambang dapat dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan produktif maupun konservasi keanekaragaman hayati. Kennedy (2002) dalam Mansur (2010), menyatakan bahwa lahan-lahan bekas tambang dapat dimanfaatkan untuk menjadi hutan, pertanian (produksi rumput pakan ternak, tanaman pangan,

dan padang penggembalaan), serta untuk konservasi keanekaragaman hayati tergantung kepada kondisi klimatologi dan rekonstruksi lahan setelah penambangan berakhir.

Reklamasi bertujuan memulihkan kembali ekosistem dan melindungi keanekaragaman hayati di daerah pasca tambang. Kegiatan reklamasi sangat penting dilakukan setelah aktivitas menambang selesai atau masih berjalan. Selain itu, pemerintah Indonesia memiliki peraturan yang mengharuskan adanya rencana reklamasi dengan prinsip perlindungan hayati dan pengelolaan lingkungan hidup. Kegiatan reklamasi lahan hutan memberikan banyak manfaat bagi keberlanjutan fungsi hutan melalui rekonstruksi tanah, revegetasi, pengaturan drainase, dan tataguna lahan. Salah satu keberhasilan reklamasi lahan bekas tambang yang telah berhasil adalah reklamasi lahan bekas tambang yang dilakukan oleh PT. Vale Indonesia Tbk sebagai pemegang Kontrak Karya pertambangan nikel.

Sekilas PerusahaanPT. Vale Indonesia Tbk (PT. Vale)

mempunyai sejarah yang membanggakan di Indonesia. Diawali dengan ekplorasi di wilayah Sulawesi bagian timur pada tahun 1920-an. Kegiatan eksplorasi, kajian dan pengembangan tersebut terus dilanjutkan pada periode kemerdekaan dan selama masa kepemimpinan Presiden Soekarno. PT Vale berinduk pada Vale, perusahaan multitambang yang berpusat di Brasil. Vale merupakan pemimpin global dalam produksi bijih besi dan salah satu produsen nikel terbesar di dunia.

PT. Vale (yang saat itu bernama PT. International Nickel Indonesia/PT. Inco) didirikan pada bulan Juli 1968. Kemudian di tahun tersebut PT. Vale dan Pemerintah Indonesia menandatangani Kontrak Karya (KK) yang merupakan lisensi dari Pemerintah Indonesia untuk melakukan eksplorasi, penambangan, dan pengolahan bijih nikel. Sejak saat itu PT. Vale memulai pembangunan smelter Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan. Saat ini, PT. Vale menjadi produsen nikel terbesar di Indonesia dan menyumbang 5% pasokan nikel dunia.

PT. Vale menambang nikel laterit/

saprolit dan mengolahnya menjadi nickel matte, yang dikirim ke konsumen tetap di Jepang. Nikel banyak dikombinasikan dengan logam lain untuk membentuk campuran yang dikenal, karena fleksibilitas dan ketahanannya terhadap oksidasi dan korosi. Logam ini mampu mempertahankan karakteristiknya bahkan dalam suhu ekstrem. Nikel digunakan dalam berbagai produk, seperti: televisi, baterai isi ulang, koin, peralatan makan, bahkan gerbong kereta.

Sebagai kontraktor tunggal Pemerintah Indonesia di areal Kontrak Karya, PT. Vale memiliki hak eksklusif di beberapa wilayah yang telah ditentukan di Sulawesi untuk melakukan eksplorasi, pengembangan, penambangan, pengolahan, penimbunan, pengangkutan dan penjualan nikel maupun mineral lain terkait nikel yang terdapat di areal Kontrak Karya.

Melalui Perjanjian Perubahan dan Perpanjangan yang ditandatangani pada bulan Januari 1996, Kontrak Karya tersebut telah diubah dan diperpanjang masa berlakunya hingga 28 Desember 2025. Pada Oktober 2014, PT. Vale menjadi perusahaan pertama dan satu-satunya yang merampungkan amendemen Kontrak Karya, sebagaimana diamanahkan dalam Undang-Undang Minerba tahun 2009. Dengan demikian, PT. Vale telah memenuhi ketentuan Undang-Undang, dan menempatkan landasan regulasi yang stabil bagi masa depan perusahaan. Kini PT. Vale mengelola area Kontrak Karya seluas 118.439 hektare di Sorowako, dan Pomalaa. Ini berarti luasan areal Kontrak Karya telah berkurang hingga hanya 1,8% dari luasan awal yang diberikan oleh Pemerintah Indonesia pada saat penandatanganan Kontrak Karya tahun 1968 seluas 6,6 juta hektare di bagian timur dan tenggara Sulawesi akibat serangkaian pelepasan areal Kontrak Karya.

Dalam menjalan usahanya PT. Vale menetapkan visi perusahaan, yaitu: “menjadi perusahaan sumber daya alam nomor satu di Indonesia yang menggunakan standar global dalam menciptakan nilai jangka panjang, melalui keunggulan kinerja dan kepedulian terhadap manusia dan alam”. Sedangkan misi yang diemban perusahaan, yaitu: “mengubah sumber daya alam menjadi kemakmuran dan pembangunan yang berkelanjutan”.

peremajaan. PT. Vale Indonesia Tbk memanfaatkan teknologi hydroseeding dalam penanaman vegetasi perintis

Page 42: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest42 f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

Nilai-Nilai perusahaan yang mendorong aktifitas pertambangan sehari-hari, yaitu: 1) kehidupan adalah yang terpenting, 2) menghargai karyawan, 3) menjaga kelestarian bumi, 4) melakukan hal yang benar, 5) bersama-sama menjadi lebih baik, serta 6) mewujudkan tujuan.

Penghargaan yang diterima oleh PT. Vale mencerminkan komitmen kuat untuk memenuhi persyaratan pemerintah, termasuk persyaratan yang berkaitan dengan tata kelola lingkungan dan sektor operasi pertambangan. PT. Vale menerapkan strategi bisnis yang kuat dengan didukung oleh hubungan yang beretika dan semangat untuk manusia dan planet ini.

PT. Vale telah mendapatkan penghargaan Reklamasi Award (penghargaan reklamasi). Penghargaan tersebut berubah nama menjadi penghargaan Environment Award (reklamasi dan lingkungan) pada tahun 2015 dari Kementerian ESDM, dimana PT. Vale mendapatkan penghargaan Adhitama dan trophy. Penghargaan Adhitama sebagai penghargaan tertinggi bersama beberapa perusahaan tambang lainnya.

Beberapa indikator penilaian, yaitu: kebijakan perusahaan untuk reklamasi dan lingkungan; rencana dan realisasi, serta improvement yang telah dilakukan di lapangan; teknis reklamasi dalam efektifitas penataan lahan untuk mengurangi laju erosi dan sedimentasi, sistem drainase dan akses jalan untuk kotrol kegiatan penanaman; realisasi penanaman, relaisasi cover crop, realisasi penanaman kembali vegetasi lokal, dengan perbandingan tanaman lokal dan pioner (komposisi 70:30). PT. Vale melakukan penanaman jenis-jenis pioner untuk tahun pertama, kemudian tahun kedua baru dikombinasi dengan tanaman lokal.

Selain penghargaan itu, PT. Vale juga mendapat penghargaan dengan predikat Terbaik II Kategori Mineral dalam acara Malam Penganugerahan RKAB dan LAKIP Award 2014 yang diadakan oleh Ditjen Mineral dan Batubara pada 5 Juni 2015 di Hotel Trans Bali. Mewakili PT. Vale untuk menerima penghargaan ini adalah Basrie Kamba, Direktur Communications and External Affairs.

Penghargaan diberikan oleh pemerintah untuk memotivasi peningkatan kinerja di lingkup internal Ditjen Minerba dan

berbagai perusahaan-perusahaan dalam melaksanakan RKAB. Para penerima penghargaan dipilih oleh unit-unit di lingkungan Ditjen Minerba sebagai pihak yang melakukan pembinaan dan pengawasan langsung dengan sistem skoring dari aspek-aspek yang ada di RKAB (Rencana Kerja dan Anggaran Belanja). Selain itu, penganugerahan RKAB Award mencerminkan apresiasi Pemerintah kepada perusahaan Kontrak Karya dan PKP2B Tahap Operasi Produksi, terutama yang dinilai memiliki prestasi bagus dari aspek pencapaian rencana kegiatan operasi produksi, pemasaran, pengembangan masyarakat, hasil eksplorasi, penerimaan negara, laporan keuangan dan perizinan.

Manfaat Reklamasi Lahan Bekas Tambang PT. Vale Indonesia

Beberapa permasalahan yang dihadapai oleh perusahaan pertambangan dalam mereklamasi lahan bekas tambang berbeda-beda, dan dipengaruhi oleh kesuburan tanah, kualitas sumberdaya manusia, ketersediaan dana, dan masalah air asam tambang. Kesuburan tanah pada lahan bekas tambang dipengaruhi oleh jenis bahan galiannya. Sebagai contoh pertambangan nikel biasanya dianggap memiliki tanah yang tidak subur, karena berada pada tanah laterit. Tanah laterit pada suatu masa adalah tanah yang subur, tetapi pada tahap pelapukan tingkat lanjut unsur hara banyak tercuci oleh curah hujan yang tinggi, sehingga menjadi tidak subur. Sedangkan pada pertambangan batubara, kondisi tanah masih lebih baik dibandingkan dengan nikel, sementara itu pada pertambangan timah, yang dimaksud dengan tanah adalah tailing berupa pasir yang tidak subur dan tidak dapat mengikat air. Penambangan intan di bawah rawa menghasilkan tanah dengan keasaman yang sangat tinggi (pH sangat rendah), sampai mencapai 2,6-2,9 (Mansur 2010).

Selain permasalahan di atas yang berhubungan dengan kesuburan dan keasaman tanah (sifat kimia tanah), permasalahan lain yang juga dihadapi perusahaan tambang adalah tekstur tanah (sifat fisik), kelerengan, dan genangan. Operasi penambangan akan menghasilkan

lereng-lereng yang curam secara manual sulit untuk ditanami dan tanah maupun tanaman mudah terbawa erosi. Genangan-genangan dapat menyebabkan kematian pada bibit yang telah ditanam. Status kawasan hutan juga berpengaruh kepada jenis tanaman yang diijinkan untuk ditanam dalam reklamasi lahan bekas tambang. Pada kawasan Hutan Lindung diharapkan diprioritaskan pada jenis-jenis unggulan lokal. Lahan-lahan bekas tambang yang terbuka (tanpa naungan) menyulitkan jenis-jenis lokal untuk tumbuh pada lahan tersebut.

Dengan melihat permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan tambang tersebut, banyak pihak masih menganggap bahwa lahan bekas tambang akan sulit produktif kembali, karena banyak unsur hara di dalam tanah sudah hilang. Reklamasi lahan bekas tambang di PT. Vale dapat memperlihatkan kepada masyarakat bahwa lahan terbuka bekas tambang dapat produktif kembali dengan melakukan proses reklamasi lahan dengan baik.

PT. Vale melalui berbagai program Corporate Social Responsibility (CSR) dan program lainnya telah membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar daerah operasi perusahaan, seperti: pengembangan ternak sapi di masyarakat. Walaupun pada areal yang sedang ditanami, penggembalaan sapi tersebut

laporan utama

Page 43: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest 43f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

terkadang mengganggu beberapa tanaman.Untuk mengurangi permasalahan

erosi yang lebih besar, PT. Vale telah menerapkan pembangunan contour drain yang dapat mengurangi panjang lereng, dan juga berfungsi untuk genangan air. Fungsi genangan air ini bertujuan untuk cadangan air bagi tanaman, selama ini PT. Vale hanya membuat kolam-kolam pada bagian areal tertentu, tetapi saat ini sepanjang counter drain dapat dimafaatkan untuk cadangan air.

Pengembangan Tanaman Hutan Lokal

Pemberdayaan lahan-lahan bekas tambang sebagai komitmen perusahaan yang tinggi pada pengembangan masyarakat dan lingkungan. PT. Vale telah berhasil mengembangkan jenis-jenis pohon lokal komersial dan eksotik untuk reklamasi lahan bekas tambang yang didukung oleh persemaian dengan fasilitas yang sangat memadai. Selain itu, pihak perusahaan juga bekerjasama dengan masyarakat dalam pengadaan bibit tanaman hutan lokal.

Jumlah jenis tanaman lokal yang telah dikembangkan oleh PT. Vale ada sekitar 76 jenis tanaman lokal, seperti: Agathis damar, Stemonurus celebicus, Calophyllum sp., Vitex cofassus, Dilenia

serata, Aquilaria malacensis, Ebony, Eugenia sp., dan lain-lain. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Yohan Lawang, Manager of Mine Rehabilitation PT. Vale, ”Kegiatan revegetasi diawali dengan penanaman tanaman cepat tumbuh yang berfungsi sebagai tanaman peneduh bagi jenis-jenis tanaman lokal yang bersifat semi toleran. Selain itu tanaman cepat tumbuh berfungsi memperbaiki struktur tanah dan pembentukan iklim mikro”.

Saat ini PT. Vale telah melakukan reklamasi sekitar 4.101,04 hektare dari sekitar 5.526,93 hektare dari lahan bekas tambang yang sudah terbuka. Persemaian PT. Vale mampu memproduksi bibit untuk 700 ribu bibit per tahun. Perusahaan melakukan kerjasama dengan LIPI dan IPB untuk perkembangbiakan jenis lokalAda kendala dalam pengadaan bibit utamanya produksi jenis tanaman lokal tertentu, hal ini disebabkan masih kurangnya literatur dan kemampuan teknis dalam melakukan pengecambahan dan pengunduhan benih tanaman lokal. Selain usaha produksi benih sendiri, PTVI juga melibatkan masyarakat lokal melalui pembelian bibit tanaman lokal dari masyarakat, jenisnya tidak hanya komersial, tapi juga endemik yang ada

di lokasi tambang. Untuk komersial masyarakat jarang budidayakan, karena yang beli hanya PT. Vale dan kondisi bibitnya kualitas media kurang baik.

“Kondisi bibit dari masyarakat mempunyai kualitas media tanam yang kurang baik, kemudian dilakukan perbaikan media tanam terlebih dahulu oleh PT. Vale sebelum ditanam, setelah itu 3 bulan kemudian baru di tanam di lapangan”, seperti disampaikan oleh Yohan Lawang.

Untuk mengurangi erosi di lahan-lahan bekas tambang, selain jenis-jenis pohon juga ditanami jenis-jenis tanaman penutup tanah yang terdiri dari rumput dan tanaman legum cover crop (LCC). Lebih lanjut Yohan menyampaikan bahwa ada kendala dalam kegiatan reklamasi tambang, karena adanya masyarakat sekitar perusahaan yang melakukan pengembalaan sapi secara illegal di areal reklamasi PT. Vale. Banyak masyarakat yang menggembalakan ternak sapi tapi dilepas di areal reklamasi PT. Vale.

Terkait dengan koordinasi dengan pemerintah selama ini sudah cukup baik, sehingga kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah selama ini mendukung kegiatan reklamasi lahan bekas tambang di lapangan.

Monitoring Keberhasilan Reklamasi

Pencapaian keberhasilan reklamasi hutan yang telah dilakukan, membutuhkan suatu mekanisme penilaian melalui kegiatan pemantauan/monitoring. Tujuan kegiatan pemantauan/monitoring adalah memperoleh data/informasi multi waktu dan memperkirakan laju dan arah terjadinya perubahan, mengetahui kesesuaian instrumen kriteria dan indikator yang digunakan dalam menilai capaian berdasarkan keberhasilan reklamasi hutan secara murah, mudah, konsisten, dan akurat.

Pemerintah telah mengakui bahwa PT. Vale sebagai satu-satunya perusahaan yang telah melakukan monitoring pengambilan sampel baku mutu air selama 24 jam dengan menggunakan peralatan otomatis. Oleh sebab itu, ini menjadi salah satu keunggulan PT. Vale dalam melakukan reklamasi hutan.

cruising. Perkembangan tanaman di area rehabilitasi dimonitor secara berkala

Page 44: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest44 f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

Sejarah Kawasan Mangrove Muara Angke Jakarta

Hutan mangrove Muara Angke adalah bagian dari kawasan hutan mangrove (bakau) Tegal Alur-Angke Kapuk di pantai utara Jakarta yang termasuk wilayah Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Pada tahun 1977, Menteri Pertanian mengelurkan Surat Keputusan No. 161/Kpts/Um/6/1977 tanggal 10 Juni

1977 menetapkan kembali peruntukan kawasan hutan Angke Kapuk sebagai Hutan Lindung (5km sepanjang pantai dengan lebar 100m), Cagar Alam Muara Angke, Hutan Wisata, Kebun Pembibitan Kehutanan, dan Lapangan dengan Tujuan Istimewa (LDTI).

Pembangunan Kawasan Angke-Kapuk digagas oleh Pemerintah DKI Jakarta sesuai arahan RUTR (Rencana Umum Tata Ruang) DKI Tahun 1965-1985 yang bertujuan untuk mengembangkan areal tambak dan “eks-hutan” Angke-Kapuk

REKLAMASI TELUK JAKARTA DAN KEBERLANJUTANKEHIDUPAN EKOSISTEM HUTAN MANGROVE Keputusan Menteri LHK untuk melakukan Moratorium kegiatan reklamasi dapat dipandang sebagai upaya mendorong penyelesaian permasalahan/ancaman yang ditimbulkan oleh kegiatan reklamasi Teluk Jakarta.

laporan utama

Oleh: Dr. Ir. Nyoto Santoso, MS, Kepala Departemen KSHE, Fakultas Kehutanan IPB.

Page 45: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest 45f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

yang terbengkalai untuk perumahan dan fungsi perkotaan lainnya. Keinginan ini mendapat tanggapan dari kelompok usaha PT. Metropolitan Kencana, sebagaimana tertuang dalam surat perusahaan tersebut No. 652/MK/V/81 tertanggal 22 Mei 1981 kepada Direktur Jenderal Kehutanan, selaku pihak yang memiliki kewenangan legal-formal atas kawasan itu.

Menanggapi surat di atas, Direktur Jenderal Kehutanan dalam suratnya No. 2755/DJ/I/1981 tertanggal 27 Juli 1981 memberikan penjelasan tentang status pengelolaan kawasan dimaksud dan kemungkinan bagi PT. Metropolitan Kencana untuk berpartisipasi dalam pengembangannya. Beberapa butir penting isi surat dimaksud, yaitu:a) Wilayah tanah hutan Angke-Kapuk

seluas ± 1.144 hektare berada di bawah pengelolaan Dinas Kehutanan DKI Jakarta (berdasarkan Piagam Kerjasama antara Pemda DKI Jakarta dengan Departemen Pertanian cq. Direktorat Jenderal Kehutanan yang ditandatangani tanggal 24 Juni 1977, dan dalam rangka pelaksanaan Otonomi Daerah). Tujuan kerjasama dimaksud adalah untuk mengelola, memanfaatkan, dan membina kawasan hutan seluas ± 1.144 hektare yang terletak di kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara.

b) Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 161/Kpts/Um/6/1977 tanggal 10 Juni 1977, ditetapkan kembali fungsi kawasan hutan Tegal Alur, Angke Kapuk, dan Cagar Alam Muara Angke, sebagai Hutan Lindung (5km sepanjang pantai dengan lebar 100m), Cagar Alam Muara Angke, Hutan Wisata, Kebun Pembibitan Kehutanan, dan Lapangan dengan Tujuan Istimewa (LDTI).

Selanjutnya, disebutkan pula dalam Piagam Kerjasama itu bahwa Pemda DKI Jakarta dapat bekerjasama dengan pihak lain, dalam pelaksanaan pembangunan dan pengelolaan tanah kawasan hutan tersebut di atas.

Pada surat No. 842/A/K/BKD/78 tanggal 25 Mei 1978, Gubernur DKI Jakarta mengajukan permohonan kepada Presiden RI melalui Menteri Negara Penertiban

Aparatur Negara (PAN), agar tanah bekas kawasan hutan Angke Kapuk secara formil dihapuskan sebagai kawasan hutan dan menyerahkan hak pengelolaannya kepada Pemda DKI Jakarta, dengan alasan:a) Pada kenyataannya, kawasan hutan

di wilayah Angke Kapuk tidak lagi berfungsi (sebagai hutan)

b) Peruntukannya tidak sesuai dengan RUTR DKI Jakarta (1965-1985)

c) Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah.

Menanggapi surat di atas, Menteri Negara PAN memprakarsai pertemuan yang dihadiri oleh para Pejabat Pemda DKI, Sekretaris Menteri Negara PAN dan Direktorat Jenderal Kehutanan, dengan menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:a) Penyelesaian masalah hutan Angke

Kapuk berpegang pada Program Kerjasama antara Departemen Pertanian c.q Direktorat Jenderal Kehutanan dengan Pemda DKI Jakarta tanggal 24 Juni 1977. Untuk merealisir Program Kerjasama tersebut, akan: 1) Segera disusun Feasibilitas Study

(FS) oleh Pemda DKI Jakarta/Perumnas

2) Diadakan pembicaraan kembali antara Departemen Pertanian, Pemda DKI Jakarta dan Perumnas, setelah ada FS, untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya

3) Membalas surat Dirjen Kehutanan No.2755/DJ/I/1981, Pemrakarsa dengan surat No.929/MK/VII/81 tanggal 28 Juli 1981 menyampaikan antara lain tidak perlu dirubahnya 25 ha Cagar Alam, 100 ha Hutan Wisata dan 50 ha Perumahan Nelayan. Sedangkan sisa lahan (dari ± 1.150 ha), akan dimanfaatkan untuk berbagai fungsi perkotaan (hunian, komersial, prasarana/sarana, dll)

4) Menanggapi usulan di atas, Dirjen Kehutanan pada suratnya No.26/DJ/I/1982 tanggal 5 Januari 1982 menyampaikan bahwa, Pemrakarsa dinilai mampu melaksanakan proyek Pengembangan Kawasan Hutan Angke Kapuk dan diminta dapat bekerjasama dengan Pemda DKI Jakarta

5) Melalui suratnya No.352/MK/

III/82 tanggal 17 Maret 1982, Pemrakarsa mengajukan kerjasama dengan Pemda DKI. Selanjutnya wakil Gubernur Bidang I, atas nama Gubernur DKI, melalui surat No.04280/VI/1982 tanggal 19 Juni 1982 menyampaikan persetujuan kerjasama dengan Pemrakarsa

6) Menindaklanjuti berbagai kesepakatan atau persetujuan prinsip yang telah dicapai, kemudian disusun atau ditandatangani:

b) Perjanjian tukar-menukar sebagian tanah kawasan Hutan Angke-Kapuk di Wilayah DKI Jakarta, antara Menteri Kehutanan RI dengan Direktur/Komisaris PT. Mandara Permai (subsider PT. Metropolitan Kencana Group), ditandatangani di Jakarta tanggal 14 Juni 1984. Isi perjanjian ini antara lain: pengaturan perbandingan luas dan lokasi lahan pengganti (DKI Jakarta atau di Bogor, Tanggerang, dan Bekasi yang disetujui oleh Pihak Menteri Kehutanan RI)

c) Perjanjian kerjasama pembangunan pengembangan tanah Kawasan Hutan Angke-Kapuk di DKI Jakarta. Isi dari perjanjian tersebut antara lain:

d) Peruntukan lahan: 50% dari luas kawasan hutan (581,24 ha) dapat dikembangkan

e) Kewajiban pihak PT. Mandara Permai untuk membayar biaya penyediaan prasarana (sebagai presentase dari luas yang akan dikembangkan 831,63 ha) yang menghubungkan kawasan dengan areal luarnya, sementara biaya pembangunan prasarana di dalam tapak, seluruhnya menjadi beban dan tanggung jawab pihak PT. Mandara Permai.

f) Berita acara serah terima penyerahan biaya prasarana sebagaimana diatur dalam butir 2

g) Berita acara serah terima tukar/menukar sebagian tanah kawasan Angke-Kapuk dan tanah penggantinya, dalam berita acara ini antara lain disebutkan:1) Dua bidang tanah (luas seluruhnya

39 ha), terletak di Pulau Penjaliran Barat dan Pulau Penjaliran Timur, Kecamatan Kepulauan Seribu, Jakarta Utara

2) Tiga bidang tanah (luas 75 ha)

pengurukan. Reklamasi Teluk Jakarta.

Page 46: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest46 f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

terletak di Kampung Sawah dan Cipinang, Desa Rumpin, Kecamatan Rumping, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

3) Satu bidang tanah (luas 350 ha), terletak di Kecamatan Nagrek, Kabupaten Sukabumi Jawa Barat

4) Sepuluh bidang tanah (luas 1.190 ha), terletak di Kecamatan Sukanagara dan Campaka, Kabupaten Cianjur Jawa Barat.

h) Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 097/Kpts-II/88 tanggal 29 Februari 1988 tentang Pelepasan Kawasan Hutan Angke-Kapuk seluas 831,63 ha di DKI Jakarta

i) Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 463/Kpts-II/88 tanggal 24 September 1988 tentang Pelepasan Kawasan Hutan Angke-Kapuk seluas yang dipergunakan untuk perkampungan nelayan dan pendaratan ikan di Delta Muara Angke seluas 56 ha dan penunjukan areal tambak perikanan aset Pemda DKI Jakarta seluas 52 ha sebagai Kawasan Hutan.

Selanjutnya kedua areal di atas akan dimanfaatkan dan dikembangkan oleh PT. Mandara Permai. Berkaitan dengan adanya pembangunan permukiman di kawasan ini, maka pada tahun 1984 Departemen Kehutanan melakukan pengukuran dan pemancangan batas ulang yang antara lain menghasilkan kawasan hutan yang tetap dikuasai oleh Pemerintah, yaitu seluas 322,6 ha terdiri dari:

a) Hutan Lindung: 49,25 hab) Cagar Alam Muara Angke: 21,45 hac) Hutan Wisata: 91,45 had) Kebun Pembibitan Kehutanan: 10,47 hae) Cengkareng Drain: 29,05 haf) Jalur Transmisi PLN: 29,90 hag) Jalan Tol dan Jalur Hijau: 91,37 ha

Hasil pengukuran dan penataan batas ulang tersebut kemudian ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 097/Kpts-II/1988 tanggal 29 Pebruari 1988 yang menetapkan bahwa kawasan hutan yang dipertahankan adalah seluas 335,50 ha terdiri atas:

a) Hutan Lindung: 50,80 hab) Cagar Alam Muara Angke: 25,00 ha

c) Hutan Wisata: 101,60 had) Kebun Pembibitan Kehutanan: 10,47 hae) Cengkareng Drain: 28,36 haf) Jalur Transmisi PLN: 25,90 hag) Jalan Tol dan Jalur Hijau: 91,37 ha

Berdasarkan hasil tata batas di lapangan dan Berita Acara Tata Batas yang ditandatangani pada tanggal 25 Juli 1994 oleh Panitia Tata Batas yang diangkat dengan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Ibukota Jakarta Nomor 924 tahun 1989, diketahui bahwa hutan yang dipertahankan adalah seluas 327,70 ha. Sehubungan dengan itu, Menteri Kehutanan menetapkan kembali peruntukan dan fungsi kelompok Hutan Angke Kapuk sebagai:a) Hutan Lindung: 44,76 hab) Hutan Wisata: 99,82 hac) Cagar Alam Muara Angke : 25,02 had) Hutan Dengan Tujuan Istimewa

(LDTI):1) Kebun Pembibitan: 10,51 ha2) Transmisi PLN: 23,07 ha3) Cengkareng Drain : 28,93 ha4) Jalan tol dan Jalur Hijau : 95,50 ha

Cagar Alam Muara Angke dikukuhkan sebagai Suaka Margasatwa berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 097/Kpts-II/98, dengan luas areal 25,02 ha. Batas kawasan hutan mangrove Muara Angke adalah di sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah Timur dengan Sungai Angke (S. Angke) dan Perkampungan Nelayan Muara Angke, sebelah Selatan dengan areal pertambakan dan Sungai Kamal, dan di sebelah Barat dengan Jalan Tol Prof.Sedyatmo dan kawasan Industri Tegal Alur.

Fungsi Ekosistem Mangrove

Hutan mangrove adalah hutan yang terdapat di wilayah pesisir yang selalu atau secara teratur tergenang air laut dan terpengaruh oleh pasang surut air laut tetapi tidak terpengaruh oleh iklim. Nybakken (1982) mendeskripsikan hutan mangrove adalah sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu varietas komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa spesies pohon

yang khas atau semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin.

Bakosurtanal/Badan Informasi Geospasial (2009) menyebutkan bahwa luas kawasan mangrove di Indonesia yang bervegetasi adalah sekitar 3.244.018,46 ha. Luas hutan mangrove di wilayah Kamal dan Angke (Muara Angke) DKI Jakarta pada tahun 1990 sekitar 1.144 ha, namun karena kebijakan Pemerintah sebagian besar kawasan mangrove dikonversi menjadi kawasan pemukiman. Pada saat ini kawasan mangrove Muara Angke tinggal tersisa 327,7 ha dengan status sebagai Kawasan Hijau Lindung dan seluas 150 ha sebagai areal budidaya tambak.

Berdasarkan kondisi penutupan lahan pada kawasan mangrove Muara Angke tahun 2006 lebih baik dibanding dengan tahun 2001 dan tahun 1989. Hal ini terjadi karena adanya upaya pengelolaan (rehabilitasi, pengawasan dan pemeliharaan). Pada Tabel 1 dan Tabel 2 terlihat bahwa kondisi tutupan lahan terjadi peningkatan luasan vegetasi mangrove dengan kategori lebat atau luas badan air (tambak/kolam air) semakin menurun dari tahun 1989 sampai tahun 2006.

Adanya bangunan di dalam kawasan Hutan Lindung, merupakan bangunan sarana prasarana pengelolaan, berupa: shelter, jalan papan, WC umum, dan Pondok Jaga. Sedangkan keberadaan tanah kosong/terbuka, merupakan hasil revitalisasi Hutan Lindung dan hasil sedimentasi sampah padat dan lumpur alami yang terbawa melalui Sungai Angke dan Cengkareng Drain.

Kondisi kualitas lingkungan Teluk Jakarta semakin menurun (kualitas air sungai, air laut) akibat meningkatnya pencemaran dan kerusakan lingkungan, baik akibat dampak kegiatan perindustrian, perumahan, perhotelan, transportasi laut. Indikator penurunan kualita lingkungan ekosistem mangrove berupa tingginya kandungan logam berat pada perairan mangrove (Hg, Pb, dsb). Walaupun demikian, fungsi ekosistem mangrove sebagai habitat biota air, satwaliar, penjerap sedimen dan penahan interusi air laut semakin penting, dikarenakan ekosistem mangrove DKI Jakarta yang masih tersisa hanya di kawasan Muara Kamal-Sungai Angke.

laporan utamalaporan utama

Page 47: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest 47f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

Keanekaragaman Jenis Flora dan Fauna

Keanekaragaman jenis tumbuhan di kawasan Hutan Lindung sebagian besar bukan jenis mangrove sejati. Jumlah jenis meningkat dari 11 species (1995) menjadi 20 species (2011), didominasi oleh bakau (R.apiculata) dan api-api (A.marina).

Keanekaragaman jenis tumbuhan yang terdapat pada kawasan mangrove Suaka margasatwa Muara Angke (SMMA) sebagian besar bukan jenis mangrove sejati. Jumlah jenis meningkat dari 18 species (tahun1972) menjadi 33 species (2011), yang didominasi pidada (S.caseolaris), dan nipah (Nypa fruticans). Hal ini dikarenakan kondisi lingkungan SMMA telah mengalami perubahan, terutama salinitas air relatif rendah (air tawar), yang dikarenakan air pasang dan air surut tidak dapat berjalan sebagaimana

mestinya dan pengaruh Sungai Angke lebih dominan dibandingkan dengan air laut.

Keanekaragaman jenis satwaliar 95 jenis burung, 4 jenis reptilia dan 4 jenis mamalia. Jenis-jenis burung masih banyak dijumpai burung air, seperti belibis, ruak-ruak/kareo, kuntul dan pecuk (LPP Mangrove, 2002), dan menjadi 67 jenis burung, 4 mamalia dan 4 reptilia (tahun 211). Kelimpahan populasi burung air tersebut mengalami penurunan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Kehadiran jenis burung tersebut lebih banyak dijumpai pada kawasan SMMA dibanding kawasan lainnya, serta selain menggunakan kawasan SMMA sebagai feeding ground, juga sekaligus sebagai tempat berkembangbiak dan mengasuh anak.

Hasil kajian KP2L Pemda DKI (1998) melaporkan bahwa berbagai biota perairan baik mikroba, plankton, benthos maupun ikan sungai di S. Angke

telah menunjukkan indikasi tercemar berat. Jenis benthos tidak dijumpai selama periode pemantauan 1996/1997, sementara jenis ikan yang dijumpai hanya ikan sapu-sapu (Hypotamus sp). Dari hasil pengukuran plankton oleh Tim Fahutan IPB (1996) tercatat ada 24 anggota dari Fillum Baccillariophyta, Clorophyta dan Cynophyta.

Tanah, hidrologi dan kualitas air

Pada mulanya daratan pantai Kapuk selalu berkembang ke arah laut dengan laju sekitar 1 m per tahun yang dipacu oleh adanya hutan mangrove yang lebat karena perakarannya dapat mengurangi terjadinya erosi dan memacu sedimentasi. Pada tahun 1980, tepi Barat muara Sungai Angke dibangun break water sepanjang 200 m dengan maksud menjaga kedalaman perairan muara, namun akibatnya adalah terjadi abrasi dengan laju sekitar 25 m per tahun antara 1980-1983. Pada periode yang sama, kondisi pantai di sekitar Desa Kamal mengalami erosi berat dengan laju sekitar 19 m per tahun. Hal ini disebabkan aliran arus sepanjang pantai membawa sedimen tersebut ke arah Timur dan mengendapkannya di sebelah barat jetti tersebut.

Perbedaan pasang dan surut air laut 1,57 m, data bathy metri (dasar laut mempunyai kemiringan 0.38%, kontur dengan interval 0.5 m sejajar dengan garis pantai, potensi sedimen trasport lumpur Sungai Angke dan Cengkareng Drain cukup luas sekitar 3 km dari pantai, potensi sebaran lumpur Sungai Angke bawah – Banjir Kanal lebih besar dari Cengkareng Drain).

Buruknya sanitasi di daerah hulu mengakibatkan perairan sungai di daerah tapak yang terletak di sekitar muara sungai menjadi septik, berwarna hitam dan berbau. Akibat rendanya kecepatan aliran di daerah hilir, kecepatan reoksigenasi menjadi sangat lambat, sehingga kemampuan self purification sungai tersebut sangat lemah. Situasi yang lebih buruk, rendahnya kecepatan air sugai di bagian hilir menyebabkan proses biodegrasi terjadi pada perjalanan menuju ke muara, yang mengkonversi zat organik yang terlarut menjadi koloid sehingga

Tabel 1. Kondisi Penutupan Lahan Kawasan Hutan Lindung Muara AngkeNo Tutupan Lahan 1989 2001 2006 Keterangan1 Badan Air 35,78 13,50 6,83 Tambak/Kolam Air2 Lahan Terbuka - 3,79 5,06 Jalan/Tanah terbuka3 Pemukiman/Bangunan - - 0,24 Bangunan4 Vegetasi Jarang 26,76 33,29 35,59 Mangrove5 Vegetasi Sedang 13,29 18,79 17,97 Mangrove6 Vegetasi Lebat 1,92 8,38 12,05 Mangrove

77,75 77,75 77,75 Rencana Revitalisasi HL

Tabel 2. Kondisi Penutupan Lahan Kawasan Suaka Margasatwa Muara AngkeNo Tutupan Lahan 1989 2001 2006 Keterangan1 Badan Air 2,35 - - Kolam/Rawa2 Lahan Terbuka - 0,06 0,043 Vegetasi Jarang 5,07 9,40 4,90 Rawa/ mangrove4 Vegetasi Sedang 3,95 9,66 7,20 Rawa/mangrove5 Vegetasi Lebat 20,68 12,94 19,91 Rawa/mangrove

Jumlah (Ha) 32,05 32,05 32,05

No Periode Perubahan Garis Pantai

Perubahan Garis Pantai (Ha)Abrasi (Ha) Akresi/Sedimentasi (Ha)

1 1984-1989 26,00 -2 1989-1994 8,50 4,803 1994-2001 13,70 18,214 2001-2006 1,58 11,465 2006-2010 9,31 8,38

Jumlah 59,09 42,85

Page 48: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest48 f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

mempercepat laju sedimentasi. Teluk Jakarta telah tercemar oleh Logam

Berat (merkuri) dan pestisida (rata-rata 9 ppb PCB dan 13 ppb DDT) yang keduanya telah melebihi nilai ambang batas 0,5 ppb. Keadaan semakin lebih buruk Karena pembuangan minyak dari kapal dan perahu motor. Ikan dan invertebrate yang hidup did daerah tercemar selanjutnya mengancam populasi burung air melalui system rantai makanan, dan bahkan dapat membahayakan kesehatan masyarakat yang mengkonsumsi ikan tersebut (Parawansa, 2007).

Kondisi Lingkungan Sosial Ekonomi dan Budaya

Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 1251 Tahun 1986 tanggal 26 Juli 1986 tentang Pemecahan, Penyatuan, Penetapan Batas, Perubahan Nama Kelurahan di DKI Jakarta, salah satunya adalah Kelurahan Pluit yang merupakan pecahan dari 2 (dua) Kelurahan yaitu Kelurahan Penjaringan dan Kelurahan Pejagalan. Kelurahan Pluit mulai aktif menyelenggarakan tugas pemerintahan dan kemasyarakatan serta pembinaan ketertiban wilayah pada tanggal 1 Nopember 1986.

Secara administratif, kawasan mangrove Muara Angke termasuk wilayah Kelurahan Kamal Muara, Kapuk Muara, dan Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan, Kota Jakarta Utara Provinsi DKI Jakarta. Mayoritas pendidikan adaah lulusan SD dan SLTP. Lapangan pekerjaan karyawan/buruh di kedua wilayah cukup besar dibandingkan dengan mata pencaharian lainnya.

Penduduk di Kelurahan Pluit (46.760 jiwa) yang terdiri atas: laki-laki (24.338 jiwa) dan perempuan (22.422 jiwa), dengan jumlah kepala keluarga 16.294 KK. Jumlah penduduk usia produktif (15 - 45 tahun) merupakan jumlah terbanyak yaitu 20.896 jiwa (44,69 %).

Kondisi kawasan mangrove 20 tahun yang lalu lebih baik dibanding sekarang, yang ditunjukkan oleh 81.9% pada masyarakat nelayan, 50% pada masyarakat petambak, 62.5% pada masyarakat Non-PIK dan 77,7% pada masyarakat PIK. Persepsi masyarakat terhadap keberadaan kawasan mangrove Muara Angke (Hutan

Lindung) mayoritas memahami (> 50 %), dan semua responden berpendapat kondisi kawasan mangrove (hutan lindung) perlu diperbaiki (>60 %).

Kemauan masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam pengamanan hutan lindung yang cukup besar. Sebanyak 100% respoden yang berasal dari masyarakat nelayan, 90% masyarakat petambak, 50% masyarakat Non-PIK dan 55% masyarakat PIK masing-masing manyatakan bersedia turut serta dan berpartisipasi utnuk mengamankan dan melaestariak kawasan lindung.

Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat, diketahui bahwa mayoritas masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut pernah mengalami kerugian akibat gangguan lingkungan. Persentase terbesar masyarakat yang pernah mengalami gangguan lingkungan adalah masyarakat yang tinggal di Kelurahan Tegal Alur, Pluit dan Kapuk Muara dengan persentase di atas 90%. Gangguan lingkungan yang paling banyak/sering di alami oleh masyarakat di lokasi penelitian adalah banjir/rob, sedangkan jenis gangguan lingkungan yang paling sedikit dirasakan oleh masyarakat adalah abrasi. Berdasarkan hasil wawancara juga diketahui bahwa dalam 10 tahun terakhir terdapat 40% responden yang mengalami kerugian akibat abrasi, dengan frekwensi antara 1-3 kali dan lebih dari 6 kali.

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa 89% responden dalam 10 tahun terakhir pernah mengalami gangguan lingkungan berupa intrusi air laut, dengan persentase terbesar lebih dari enam kali.

Kondisi Pengelolaan Hutan Mangrove Muara Angke

Hutan Wisata, Kebun Pembibitan Kehutanan, Lapangan Dengan Tujuan Istimewa (LDTI). Pembangunan Kawasan Kapuk-Angke digagas oleh Pemerintah DKI, sesuai arahan RUTR DKI 1965-1985, bertujuan untuk mengembangkan areal tambak dan “eks-hutan” Angke-Kapuk yang terbengkalai, untuk perumahan dan fungsi perkotaan lainnya.

Berdasarkan hasil tatabatas di lapangan dan Berita Acara Tata Batas yang ditandatangani pada tanggal 25 Juli 1994

oleh Panitia Tata Batas yang diangkat dengan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Ibukota Jakarta Nomor 924 tahun 1989, diketahui bahwa hutan yang dipertahankan adalah seluas 327,70 ha. Cagar Alam Muara Angke dikukuhkan sebagai Suaka Margasatwa berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 097/Kpts-II/98, dengan luas areal 25,02 ha, agar kondisinya dapat diperbaiki.

Kebijakan Pemda DKI Jakarta kedepan yang berkaitan dengan keberadaan kawasan mangrove Muara Angke adalah : (1) Reklamasi Teluk Jakarta, (2) Pembangunan Rel Kerata Api Manggarai – Bandara Soeta, diperkirakan mengurangi luas kawasan mangrove sekitar 16 ha. Khusus kebijakan reklamasi Teluk Jakarta, Pemda DKI berkomitmen untuk tetap mempertahankan kawasan mangrove dengan membangun kanal lateral (lebar 200 meter) dan revitalisasi hutan lindung (sebelum dilakukan reklamasi).

Berdasarkan status kawasan mangrove Muara Angke (327 ha) dikelola oleh tiga pihak, yaitu : (1) Balai Konservasi Sumberdaya Alam DKI Jakarta pada kawasan Suaka Margasatwa dan Taman Wisata Alam, (2) Dinas Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kelautan pada kawasan Hutan Lindung dan LDTI, dan (3) PT.Murindra Karya Lestari sebagai operator pengelola Taman Wisata Alam. Disamping itu masih terdapat lahan 150,3 ha yang dikelola Kementrian Kelautan dan Perikanan (50 ha) dan tambak masyarakat (100,3 ha)

Beberapa pihak yang menjadi mitra dalam pengelolaan kawasan mangrove adalah : Lembaga Swadaya Masyarakat, Swasta (Pantai Indah Kapuk, Mediterania), Perguruan Tinggi. Tingginya minat dan kepedulian parapihak dalam meningkatkan pengelolaan kawasan mangrove Muara Angke belum mampu mewujudkan pengelolaan kawasan mangrove berkelanjutan.

Kegiatan pengelolaan yang telah dilakukan antara lain : (1) Penguatan batas kawasan, (2) Pembangunan sarana prasarana, (3) Penanaman dan pemeliharaan, (4) Penanganan sampah, (5) Pengelolaan pengunjung, (6) Penegakan hukum, (7) Penelitian, (8) Sosialisasi dan koordinsi.

Upaya melegalkan kelembagaan

laporan utama

Page 49: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest 49f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

pengelolaan yang melibatkan parapihak (Kolaboratif) sudah pernah dilakukan, namun karena pergantian pimpinan/staf yang bertanggung jawab menyebabkan perubahan komitmen tersebut, dan pada akhirnya koordinasi dan sinkronisasi program pengelolaan yang semula sudah hampir terwujud menjadi mentah lagi.

Ancaman yang terjadi terutama dari kegiatan reklamasi dan rencana pembangunan tembok raksasa di Teluk Jakarta yang dikhawatirkan akan memberi dampak negatif terhadap ekosistem mangrove apabila dilaksanakan tanpa melalui proses AMDAL yang kredibel. Hal ini sesuai dengan pernyataan pejabat Kementerian Lingkungan dan Kehutanan dalam wawancara yang dimuat di Kompas.com (“Kami memberi syarat harus tetap ada sirkulasi laut. Kalau tidak, kami tidak setuju (pembangunan tanggul). di utara Jakarta terdapat Suaka Margasatwa (SM) Muara Angke seluas 25 hektar. Kawasan mangrove Muara Angke adalah benteng terakhir penyangga kehidupan alami Jakarta. Organisasi pelestarian burung dunia, Birdlife International, bahkan telah mengategorikan Muara Angke daerah penting bagi burung (IBA/Important Birds Area).

Ancaman terhadap kelestarian mangrove karena adanya kegiatan reklamasi dan pembangunan tembok raksasa juga dikemukakan oleh pakar mangrove, yang dalam pernyataannya menyampaikan bahwa: “Dampak penanggulangan akan sangat besar dari sisi komposisi jenis dan keberadaan mangrove secara umum. Jangankan tanggul raksasa, pematang tambak udang atau ikan yang tidak memperhatikan hidrologi dan keutuhan substrat (lumpur) sudah cukup untuk mematikan mangrove dalam skala besar.

Persepsi Responden Terhadap Perlunya Perbaikan Lingkungan Hutan Mangrove Muara Angke

Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat Kelurahan Penjaringan, Tegar Alur, Kamal Muara, Pluit, dan Kapuk yang

Tabel 37 Persentase masyarakat yang pernah mengalami gangguan lingkungan

No KelurahanKerugian Akibat Gangguan LingkunganYa (%) Tidak (%)

1 Penjaringan 69 312 Tegal Alur 94 63 Kamal Muara 80 204 Pluit 91 95 Kapuk Muara 90 10

Rata-rata 86 14

Tabel 3. Jenis gangguan yang dirasakan oleh masyarakat

No KelurahanJenis Gangguan Lingkungan yang DialamiAbrasi (%) Banjir/rob (%) Intrusi Air Laut

(%)1 Penjaringan 36 100 100

2 Tegal Alur - 90 693 Kamal Muara 60 100 1004 Pluit 25 100 825 Kapuk Muara 27 100 93

Tabel 4 Frekwensi abrasi yang dialami responden selama 10 tahun terakhir

No KelurahanFrekwensi Terkena Abrasi dalam 10 tahun terakhir (%)

0 kali 1-3 kali 4-6 kali >6 kali1 Penjaringan 64 18 9 92 Tegal Alur 100 0 0 03 Kamal Muara 40 5 20 354 Pluit 32 41 12 155 Kapuk Muara 83 7 0 10

Rata-rata 60% 17% 8% 14%

Tabel 5 Frekwensi kerusakan yang dialami responden selama 10 tahun terakhir

No KelurahanKerusakan Akibat Abrasi 10 Tahun TerakhirSemakin Buruk

Memburuk Sama Saja Membaik Semakin Baik

1 Penjaringan 0 27 55 18 02 Tegal Alur 6 19 69 6 03 Kamal Muara 5 40 55 0 04 Pluit 18 29 41 12 05 Kapuk Muara 30 10 60 0 0

Total 15 24 54 7 0

Tabel 42 Kerugian akibat intrusi air laut dalam 10 tahun terakhir

No KelurahanKerugian Akibat Intrusi Air Laut 10 TerakhirMakin Buruk Memburuk Sama Saja Membaik Makin Baik

1 Penjaringan 30 30 30 10 02 Tegal Alur 13 44 19 25 03 Kamal Muara 40 56 4 0 04 Pluit 15 29 47 9 05 Kapuk Muara 63 17 10 10 0

Total 34 34 23 9 0

Page 50: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest50 f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

merupakan kelurahan-kelurahan yang ada di sekitar hutan mangrove Muara Angke, diketahui bahwa mayoritas masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut pernah mengalami kerugian akibat gangguan lingkungan. Persentase terbesar masyarakat yang pernah mengalami gangguan lingkungan adalah masyarakat yang tinggal di Kelurahan Tegal Alur, Pluit, dan Kapuk Muara dengan persentase di atas 90 %. Data selengkapnya bisa dilihat pada Tabel 37.

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa gangguan lingkungan yang paling banyak atau sering dialami oleh masyarakat di lokasi penelitian adalah banjir atau rob, sedangkan jenis gangguan lingkungan yang paling sedikit dirasakan oleh masyarakat adalah abrasi. Tingginya gangguan banjir atau rob yang dirasakan oleh masyarakat menunjukan bahwa gangguan banjir memiliki cakupan wilayah yang lebih luas, sedangkan abrasi hanya dirasakan oleh masyarakat yang tinggal dekat atau di sekitar pantai. Data selengkapnya bisa dilihat pada Tabel 3.

Berdasarkan hasil wawancara juga diketahui bahwa dalam 10 tahun terakhir terdapat 40 % responden yang mengalami kerugian akibat abrasi, dengan frekwensi antara 1-3 kali dan lebih dari 6 kali. Data selengkapnya disajikan pada Tabel 4.

Secara umum responden di lima kelurahan berpendapat bahwa dalam 10 tahun terakhir kerusakan akibat abrasi cenderung tetap (54 %), sedangkan 39 % responden berpendapat bahwa kerusakan akibat abrasi memburuk dan semakin buruk. Responden yang berpendapat bahwa dalam 10 tahun terakhir kerusakan akibat abrasi cenderung membaik atau berkurang hanya 7 %. Hal ini mengindikasikan belum terdapat program yang efektif untuk mengurangi atau mencegah bahaya abrasi .

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa 89 % responden dalam 10 tahun terakhir pernah mengalami gangguan lingkungan berupa intrusi air laut, dengan persentase terbesar lebih dari enam kali. Hal ini menunjukan bahwa intrusi air laut merupakan gangguan lingkungan yang lebih banyak dirasakan dibandingkan dengan abrasi. Selain itu, intrusi air laut juga memiliki cakupan wilayah yang lebih luas jika dibandingkan dengan abrasi. Data selengkapnya disajikan pada Tabel 6.

Berdasarkan hasil wawancara juga diketahui bahwa mayoritas responden berpendapat bahwa kerugian akibat intrusi air laut dalam 10 tahun terakhir cenderung memburuk atau semakin buruk. Sedangkan responden yang berpendapat bahwa kerugian akibat intrusi air dalam 10 tahun terakhir cenderung tetap sebanyak 23 % dan yang berpendapat membaik hanya 9 %. Data tersebut juga mengindikasikan gangguan lingkungan berupa intrusi air laut belum ditangani dengan baik, sehingga masih terus berlangsung dengan dampak negatif yang terus bertambah. Data selengkapnya disajikan pada Tabel 7

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa dalam 10 tahun terakhir 98 % responden pernah mengalami banjir atau rob, dengan frekwensi paling banyak lebih dari 6 kali (58 %). Dengan demikian banjir di wilayah penelitian cukup sering terjadi, dan wilayah yang paling sering terkena banjir adalah Kelurahan Kamal Muara, dimana 100 responden yang berasal dari kelurahan tersebut terkena banjir lebih dari 6 kali dalam 10 tahun terakhir. Data selengkapnya disajikan pada Tabel 8.

berpendapat bahwa kerugian akibat banjir akan semakin buruk atau memburuk, 22 % sama saja dan 21 % akan membaik (kerugian akan berkurang). Responden terbanyak yang berpendapat bahwa kerugian akibat banjir sama saja berasal dari Kelurahan Pluit dan Tegar Alur, sedangkan responden yang berpendapat bahwa kerugian akibat banjir akan berkurang (membaik) mayoritas berasal dari Kelurahan Tegal Alur dan Kapuk Muara. Data selengkapnya bisa dilihat pada Tabel 9.

Nilai Ekonomi Kawasan Mangrove Muara Angke

Ekosistem mangrove merupakan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui, memiliki fungsi fisik, ekologi dan sosial ekonomis yang cukup tinggi bagi kehidupan masyarakat di sekitarnya. Secara fisik, keberadaan ekosistem mangrove dapat berfungsi sebagai penahan abrasi dan penjerab sedimen dan penahan angin. Fungsi ekologi yang menonjol dari ekosistem mangrove adalah sebagai habitat keanekaragaman hayati

(burung, mamalia, reptilia, amphibia dan biota air, serta jenis-jenis tumbuhan), menciptakan iklim mikro, memelihara dan memperbaiki kualitas air (mereduksi keberadaan polutan atau zat pencemar lainya, mencegah intrusi air laut), tempat mencari makan (feeding ground), tempat memijah (spawning ground), dan tempat berkembangbiak (nursery ground) bagi jenis biota air. Sedangkan secara sosial ekonomi, ekosistem mangrove berfungsi sebagai sumber bahan makanan, tempat mencari ikan dan biota air lainya, serta memiliki nilai penting bagi hasil hutan non kayu (obat-obatan), dan wisata alam (pendidikan, penelitian dan wisata).

Keberadaan kawasan mangrove Muara Angke (327 ha) di wilayah pesisir Pantai Utara Jakarta, semakin penting bagi pendukung keberlanjutan pembangunan DKI Jakarta. Namun demikian kondisi tersebut tidak banyak disadari oleh parapihak (stakeholders), dikarenakan belum tersedianya data informasi kuantitatif tentang nilai-nilai (manfaat dan fungsi) kawasan mangrove Muara Angke. Oleh karena itu penilaian terhadap nilai ekonomi total (Total Economic Value) kawasan mangrove Muara Angke dapat dipergunakan sebagai masukan bagi pemangku kepentingan dalam mewujudkan pengelolaan mangrove Muara Angke berkelanjutan.

Pengertian nilai atau value, khususnya yang menyangkut barang jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan, bisa berbeda, tergantung sudut pandang ilmu yang digunakan. Dari sisi ekologi, nilai dari hutan mangrove bisa berarti pentingnya hutan mangrove sebagai tempat reproduksi spesies ikan tertentu atau untuk fungsi ekologis lainnya. Dari sisi teknik, nilai hutan mangrove bisa berarti sebagai pencegah abrasi dan banjir. Perbedaaan konsep nilai tersebut dapat menyulitkan pemahaman mengenai pentingnya suatu ekosistem. Oleh karena itu diperlukan suatu persepsi yang sama untuk penilaian ekosistem tersebut (Fauzi,2004).

Hutan mangrove sebagai suatu ekosistem memiliki multi manfaat yang sangat berguna bagi kehidupan manusia dan lingkungannya. Manfaat hutan mangrove dikawasan Muara Angke bisa di kelompokkan menjadi beberapa kategori, yaitu direct use value (manfaat

laporan utama

Page 51: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest 51f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

langsung), inderect use value (manfaat tidak langsung, option value (nilai manfaat pilihan) dan bequest value (nilai manfaat pewarisan). Kawasan hutan mangrove Muara Angke Jakarta merupakan kawasan hutan mangrove yang pengelolaannya berada di bawah Kementerian Kehutanan dalam hal ini adalah Balai Konservasi Sumberdaya Alam DKI Jakarta dan Dinas Kehutanan dan Pertanian DKI Jakarta. Areal Suaka Margasatwa Muara Angke dan Taman Wisata Alam Angke Kapuk berada dibawah pengelolaan Kementerian Kehutanan, sedangkan yang masuk kedalam pengelolaan Dinas Kehutanan DKI Jakarta adalah Kawasan Hutan Lindung, Areal Pembibitan, kawasan Jalur Hijau dan jalan tol.

Disamping kawasan hutan mangrove, terdapat areal tambak (150,30 ha) yang terdiri atas tambak BRKP-KKP (Balai Riset Kelautan dan Perikanan-Kementrian Kelautan dan Perikanan) (57,30 ha) dan tambak masyarakat (93,00 ha). Kawasan tambak ini masih aktif dikelola untuk budidaya ikan bandeng (Chanos chanos) dan hasil ikutan udang alam (Penaeus sp) dan ikan mujair.

Kawasan mangrove Muara Angke dimanfaatkan sesuai dengan statusnya, yaitu untuk kegiatan perlindungan keanekaragaman hayati, pendidikan dan penelitian, serta kegiatan wisata alam. Berdasarkan seluruh penjumlahan terhadap nilai dari seluruh manfaat yang terdapat pada kawasan mangrove Muara Angke diperoleh estimasi nilai manfaat total sebesar Rp. 100.009.463.994,-/tahun (Tabel 10).

Reklamasi Teluk JakartaReklamasi Teluk Jakarta telah lama

direncanakan, dari era Presiden Soeharto sampai Presiden Joko Widodo. Jika memperhatikan legalitas kegiatan reklamasi, maka terdapat beberapa payung hukum yang terkait dengan kegiatan reklamasi, namun demikian permasalahan reklamasi Teluk Jakarta masih belum selesai. Urutan legalitas kegiatan reklamasi Teluk Jakarta, sebagai berikut :1) Tahun 1995 Presiden Soeharto

mengeluarkan Keputusan Presiden No. 52 mengenai reklamasi Teluk Jakarta. Keppres mengatur bahwa gubernur DKI Jakarta adalah pihak

Tabel 10. Estimasi nilai total kawasan mangrove Muara Angke

No ManfaatNilai PersentaseRp/ha/th Rp/tahun

1 Manfaat langsung 58.294.953 19.103.256.000 19,102 Manfaat tidak langsung 244.228.535 80.033.690.876 80,033 Nilai pilihan 141.000 46.205.700 0,054 Manfaat pewarisan 106.805 35.000.000 0,035 Manfaat keberadaan 2.414.743 791.311.418,2 0,796 Total 305.186.036 100.009.463.994 100,00

Tabel 6 Frekwensi intrusi air laut yang dialami responden dalam 10 tahun terakhir

No KelurahanFrekwensi Terkena Intrusi Air Laut dalam 10 Tahun Terakhir (%)0 kali 1-3 kali 4-6 kali >6 kali

1 Penjaringan 0 20 20 602 Tegal Alur 31 6 6 563 Kamal Muara 0 0 0 1004 Pluit 18 24 26 325 Kapuk Muara 7 13 7 73

Total 11 13 12 63

Tabel 8 Frekwensi banjir rob dalam 10 tahun terakhir

No KelurahanFrekwensi Terkena Banjir dalam 10 Tahun Terakhir (%)0 kali 1-3 kali 4-6 kali >6 kali

1 Penjaringan 6 12 24 592 Tegal Alur 6 63 6 253 Kamal Muara 0 0 0 1004 Pluit 0 35 18 475 Kapuk Muara 0 53 4 43

Total 2 31 9 58Mayoritas responden (55 %)

Tabel 9 Kerugian akibat banjir dalam 10 tahun terakhir

No KelurahanKerugian Akibat Banir dalam 10 Tahun TerakhirMakin Buruk Memburuk Sama Saja Membaik Makin Baik

1 Penjaringan 24 52 24 0 02 Tegal Alur 6 6 31 44 133 Kamal Muara 39 48 10 3 04 Pluit 26 21 38 12 35 Kapuk Muara 23 17 10 50 0

Total 26 29 22 21 2

berwenang untuk reklamasi. Lampiran Keppres menunjukkan gambar di mana reklamasi tidak berupa pulau-pulau terpisah dari garis pantai utara melainkan perluasan Pantura.

2) Tahun 1999 DPRD dan Pemda DKI di bawah kepemimpinan Gubernur Sutiyoso mengeluarkan Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dimana reklamasi masuk

ke rencana tata ruang dan berubah dari rencana 1995. Tujuan reklamasi disebutkan untuk perdagangan dan jasa internasional, perumahan dan pelabuhan wisata. Perda RTRW mengatakan reklamasi seluas kurang lebih 2.700 hektar dan diperuntukkan bagi perumahan kelas menengah atas.

3) Tahun 2003 Kementerian Lingkungan Hidup, saat itu dipimpin Menteri

Page 52: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest52 f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

Nabiel Makarim, menerbitkan Keputusan Menteri No. 14 yang menyatakan bahwa proyek reklamasi dan revitalisasi Pantura Jakarta tidak layak dilaksanakan. Kementerian mengatakan bahwa reklamasi akan meningkatkan risiko banjir terutama di kawasan utara, merusak ekosistem laut, dan menyebabkan penghasilan nelayan menurun. Proyek juga akan membutuhkan sekitar 330 juta meter kubik pasir (untuk wilayah seluas 2.700 hektar), dan akan mengganggu PLTU Muara Karang di Jakarta Utara.

4) Tahun 2003 Enam kontraktor menggugat keputusan tersebut ke PTUN. Enam perusahaan tersebut adalah PT Bakti Era Mulia, PT Taman Harapan Indah, PT Manggala Krida Yudha, Pelindo II, PT Pembangunan Jaya Ancol and PT Jakarta Propertindo.

5) Tahun 2007 Banjir rob yang cukup parah menerpa Jakarta Utara disebabkan oleh pasang yang sangat tinggi yang terjadi satu kali setiap 18 tahun.  Gubernur Sutiyoso menerbitkan izin prinsip untuk Pulau 2A yang kemudian menjadi Pulau D untuk PT Kapuk Naga Indah, anak perusahaan Agung Sedayu Group pada 19 Juli dalam Surat Gubernur Nomor 1571/-1.711.

6) Tahun 2008 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerbitkan Peraturan Presiden No. 54 tentang rencana tata ruang Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, dan Cianjur. Pasal 70 menyatakan bahwa Keppres No. 52/1995 masih berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan di bawah Perpres 2008 tersebut. Namun Pasal 72 menyatakan Keppres No. 52/1995 sepanjang berkaitan dengan aspek tata ruang tidak lagi berlaku. Kedua pasal ini menjadi sumber perdebatan mengenai Keppres No. 52/1995 yang dijadikan dasar hukum utama reklamasi Teluk Jakarta oleh Pemda DKI Jakarta.

7) Tahun 2009 Mahkamah Agung memenangkan Kementerian Lingkungan Hidup dalam kasus gugatan enam kontraktor terhadap keputusan menteri yang menyatakan reklamasi tidak layak pada tingkat

kasasi. Sebelumnya kementerian kalah di dua pengadilan di bawahnya.

8) Tahun 2009 Setelah banjir rob parah di 2007, pemerintah Belanda mendatangi pemerintah Indonesia dan pemerintah daerah Jakarta untuk merancang sistem pertahanan laut yang dilakukan pada 2009–2012 , yang kemudian dikenal sebagai “giant sea wall” atau Great Garuda. Dalam masterplan Jakarta Coastal Defense System yang kemudian di 2013 berganti nama menjadi National Capital Integrated Coastal Development (NCICD), Fauzi memasukkan rencana reklamasi pulau-pulau ke dalam NCICD. Alasannya adalah untuk kemitraan antara pemerintah dengan pengembang, di mana pengembang diminta sumbangannya untuk memperbaiki tanggul laut yang telah ada, yang disebut sebagai NCICD Fase A. Masuknya rencana reklamasi pulau DKI telah menghidupkan lagi rencana reklamasi yang selama ini nyaris mati suri. Akibatnya banyak orang menyangka bahwa reklamasi pulau-pulau DKI bermanfaat untuk melindungi Jakarta dari banjir rob.

9) Tahun 2010 Di bulan Agustus Fauzi Bowo menerbitkan izin pelaksanaan sebagai kelanjutan izin prinsip dari Sutiyoso untuk Pulau 2A, yang kemudian disebut sebagai Pulau D, kepada PT Kapuk Naga Indah.

10) Tahun 2011 Dalam persidangan Peninjauan Kembali kasus Kementerian Lingkungan Hidup vs enam kontraktor, Mahkamah Agung memenangkan enam kontraktor.

11) Pada bulan Januari2012, DPRD Jakarta mengesahkan Perda No. 1/2012tentang RTRW 2010–2030 yang memasukkan reklamasi pulau-pulau, saat itu berjumlah 14 sesuai lampiran RTRW. Gambar satelit yang diambil dari Google Earth merekam bahwa sudah ada titik kecil di utara Pantai Indah Kapuk yang adalah cikal bakal Pulau D.

12) Pada 19 September 2012, Gubernur Fauzi Bowo menerbitkan Pergub No. 121/2012 mengenai Penataan Ruang Kawasan Reklamasi Pantai Utara Jakarta. Untuk pertama kalinya Pemda DKI Jakarta mengungkap bawah akan ada 17 pulau yang dinamai

Pulau A sampai Pulau Q dengan total wilayah 5.155 hektare. Pergub memproyeksikan akan ada 750.000 penduduk baru di ke-17 pulau baru tersebut.

13) Pada 5 Desember 2012 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerbitkan Peraturan Presiden No. 122 tentang Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Indonesia. Pasal 16 menyatakan bahwa izin pelaksanaan reklamasi di Kawasan Strategis Nasional Tertentu harus mendapatkan rekomendasi menteri terkait.

14) Pada 12 Desember 2013 gubernur Jokowi rapat dengan Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengenai reklamasi dan NCICD. Ia mengatakan di rapat yang rekamannya tersedia di YouTube bahwa gubernur sebelumnya (Fauzi Bowo) baru mengeluarkan izin pelaksanaan untuk satu pulau dan ada izin-izin yang kadaluwarsa di September 2013 namun sengaja tidak diperpanjang oleh Jokowi. Ia mengatakan keputusan tidak memperpanjang diambil karena ia

laporan utama

Page 53: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest 53f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

bahwa reklamasi 17 pulau bukanlah bagian dari NCICD, dengan demikian merupakan wewenang pemda sesuai dengan Keppres 1995 mengenai reklamasi Teluk Jakarta. Di bulan September 2015, Koalisi Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI)menggugat pemda DKI karena telah menerbitkan izin untuk Pulau G untuk Pluit City di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN). Nelayan mengatakan reklamasi telah mengancam wilayah mereka mencari nafkah sehingga mereka harus berlayar lebih jauh. Beberapa nelayan juga bersaksi telah melihat lumpur mengambang di sekitar wilayah pembangunan Pulau G.

17) Pada Bulan Oktober dan November 2015, Ahok menerbitkan empat izin pelaksanaan untuk pulau F, H, I, dan K untuk PT Jakarta Propertindo, anak perusahaan Intiland Tbk, PT Taman Harapan Indah, anak perusahaan tak langsung Agung Podomoro PT Jaladri Kartika Pakci yang bermitra dengan PT Pembangunan Jaya Ancol (PJA), dan

ingin reklamasi menguntungkan masyarakat bukan developer.

15) Pada 10 Juni 2014, sembilan hari setelah Jokowi mengambil cuti untuk kampanye presiden, Basuki Tjahaya Purnama (Ahok), saat itu menggantikan Jokowi sebagai Pelaksana Tugas atau Plt Gubernur, mengeluarkan perpanjangan izin prinsip yang sudah kadaluwarsa di September 2013 yang dikeluarkan Fauzi di 2012 untuk pulau F, G, I, dan K. Pada 23 Desember 2014, Ahok menerbitkan izin pelaksanaan untuk Pulau G untuk anak perusahaan Agung Podomoro Land, PT Muara Wisesa Samudra. Saat itu Ahok kurang dari sebulan resmi menjabat sebagai gubernur; ia dilantik pada 19 November 2014.

16) Pada bulan April 2015, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti meminta Pemda DKI untuk menghentikan reklamasi dengan alasan itu adalah wewenang pemerintah pusat. Pemda DKI menanggapi dengan mengatakan

Pulau K untuk PJA.18) Pada 23 November 2015, pemda

DKI mengirimkan dua rancangan peraturan daerah tentang zonasi reklamasi dan pulau-pulau kecil di utara Jakarta dan rencana tata ruang kawasan strategis reklamasi ke Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Pemda DKI mengatakan reklamasi penting untuk pembangunan waterfront city di Jakarta (Evi Mariani, Journalis Indonesia Woman, 12 Mei 2016).

Dampak kegiatan reklamasi yang perlu diantisipasi terhadap keberlanjutan kehidupan ekosistem mangrove adalah : (1) Sedimentasi; (2) Perubahan salinitasi air di perairan mangrove; (3) Pencemaran limbah cair dan limbah padat (sampah); (4) Banjir rob; (5) Kerusakan dan kematian hutan mangrove; (6) Hilangnya kegiatan budidaya kerrang hijau oleh masyarakat.

Beberapa langkah-langkah kegiatan antisipasi terhadap ancaman diatas telah sejak lama dilakukan oleh Pemda DKI Jakarta, namun konsistensi dari komitmen untuk mengatasi masalah masih perlu ditunjukkan dengan mempercepat penyelesaian masalah / dampak yang mungkin terjadi akibat kegiatan reklamasi. Pada tahun 2008, Pemda DKI Jakarta telah mendorong PT Kapuk Naga Indah (salah satu pengembang reklamasi Teluk Jakarta) untuk melakukan kegiatan revitalisasi Hutan Lindung Muara Angke, dengan hasil cukup baik. Namun sayang sekali komitmen Pemda DKI dalam melakukan revitalisasi Hutan Lindung ini tidak dilanjutkan. Demikian pula penyelesaian masalah sampah yang terbawa melalui Sungai Angke, Cengkareng Drain dan Kali Kamal juga tidak segera diwujudkan. Termasuk penyelesaian masalah pencemaran air sungai yang disebabkan dari kegiatan di wilayah hulu, sampai sekarang juga belum dilakukan.

Keputusan Menteri LHK untuk melakukan Moratorium kegiatan reklamasi dapat dipandang sebagai upaya mendorong penyelesaian permasalahan/ancaman yang ditimbulkan oleh kegiatan reklamasi Teluk Jakarta. Oleh karena itu disamping langkah segera penyelesaian KLHS kegiatan reklamasi Teluk Jakarta, juga harus dilakukan tindakan untuk mengurangi atau menyelesaian ancaman dampak kegiatan reklamasi itu sendiri.

hijau. TWA Kalam-Muara Angke yang dikelola PT. Murinda Karya Lestari

Page 54: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest54 f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

Pembangunan DKI Jakarta sejak era 1970-an sampai sekarang, telah membawa perubahan besar di daratan sampai pesisir dan laut. Hal ini terlihat pada data satelit NASA, dimana terjadi konversi vegetasi besar-besaran menjadi daerah perkotaan sebesar

80% dalam kurun 1972-2006 (Gambar 1). Bahkan perubahan lingkungan juga terjadi pada daerah aliran sungai, dari hulu ke hilir, khususnya sedimentasi yang tinggi di muara dan pesisir Teluk Jakarta. Akibatnya, luas tutupan karang di Kepulauan Seribu berkurang dari 70-80% pada tahun 1970 menjadi 15-30% pada tahun 1995, sebagaimana laporan UNESCO pada 2006.

Dampak lainnya dari adanya pemukiman dan industri, adalah pencemaran logam berat yang tinggi di Teluk Jakarta yang masuk melalui sungai-sungai kemudian menumpuk di sedimen dasar. Limbah organik yang berasal dari rumah tangga dan industri juga berperan besar terhadap kondisi hyper-eutrophic di pesisir Teluk Jakarta. Suatu kondisi dimana oksigen sangat rendah akibat aktivitas bakteri dalam menguraikan limbah organik. Persoalan inlah yang mengakibatkan hampir setiap tahun selalu terjadi kematian ikan dan mengambang ke permukaan.

Jadi, jelas bahwa Teluk Jakarta telah tercemar berat oleh sedimen, logam berat dan bahan organik. Kondisi ini umumnya terjadi di perairan muara atau dekat pesisir. Perairan bagian tengah masih relatif baik untuk aktivitas penangkapan ikan. Hasil riset terbaru (Baum et al., 2016) di Marine Pollution Bulletin menyebutkan bahwa walaupun tercemar berat namun Teluk Jakarta mampu menghidupkan jutaan masyarakat. Memang sumberdaya kelautan dan perikanan di Teluk Jakarta terus menurun oleh karena pencemaran dan juga penangkapan yang berlebih akibat semakin banyak nelayan. BPS (2012) menyebutkan bahwa populasi nelayan bertambah dalam waktu 5 tahun sebesar 30%.

Dampak 17 pulau buatan dan Tanggul Luar Besar

Dalam kondisi tercemar berat di pesisir dan muara, muncul ide pembangunan 17 pulau buatan. Apakah hal ini menjawab persoalan pencemaran? Hasil kajian Environmental Support Program, kerjasama BAPPENAS dan DANIDA pada 2011 memperlihatkan hasil simulasi sebelum dan sesudah ada pulau-pulau buatan (secara keseluruhan 17 pulau, bukan parsial per pulau). Hasilnya adalah terjadi perlambatan kecepatan arus sehingga waktu cuci alami di sekitar pulau-pulau buatan akan bertambah. Akibatnya proses pengenceran sedimen, logam berat dan bahan organik akan semakin lama. Salah satu dampak misalnya, sedimentasi akan meningkat menjadi 50 – 60 cm/tahun di pesisir dan muara sehingga berpotensi terjadi penyumbatan dan meningkatkan banjir di daratan.

Jadi, keberadaan 17 pulau buatan akan memerangkap material apa saja yang masuk dari sungai-sungai. Ini yang membedakan Teluk Jakarta dengan proyek-proyek pulau buatan di negara lain. Dalam kondisi seperti ini, pemerintah ingin menggabungkan dengan rencana pembangunan tanggul luar besar atau dikenal dengan Giant Sea Wall. sebagaimana tertuang dalam Rencana

Induk National Capital Integrated Coastal Development (NCICD). Bagaimanakah dampak gabungan dari keberadaan pulau buatan dan tanggul luar ini?

Secara ringkas, rencana pembangunan NCICD dibagi menjadi 3 fase, yaitu: Fase A yang meliputi pembangunan tanggul di pantai untuk perlindungan banjir rob. Fase B fokus pada pembangunan tanggul laut luar bagian barat dan waduk besar. Fase C melanjutkan pembangunan tanggul luar sebelah timur. Pembangunan fase B diperkirakan pada 2018 hingga 2025, sedangkan fase C rencananya dibangun pada 2030 hingga 2040, untuk mengantisipasi kenaikan muka laut dan amblesan tanah.

Sebelum membahas lebih lanjut, perlu diketahui bahwa kenaikan muka laut global berdasarkan kajian-kajian yang ada sekitar 3 mm/tahun, sedangkan untuk Laut Jawa mencapai 7 mm/tahun. Bagaimana dengan amblesan tanah? B. Batubara memaparkan bahwa laju amblesan sangat bervariasi antara 1-28 cm/tahun dan ini tidak merata di seluruh Jakarta. Hal yang menarik adalah penyebab dari amblesan tanah tersebut, apakah ekstraksi air tanah besar-besaran atau hal lainnya (beban bangunan, tektonik, dll.)?

Untuk menjawab detail apa penyebab amblesan ini, maka pernah muncul dalam diskusi-diskusi publik usulan untuk melakukan kajian dengan titik sampel yang lebih banyak, sehingga memperkecil kesalahan dalam interpolasi kontur. Namun tentunya membutuhkan dana yang tidak sedikit. Ini belum dilakukan, tapi sudah ada kesimpulan sebagaimana tertuang dalam NCICD. Ada hal yang kesannya melompat dari kebijakan ini.

Penyebab amblesan tanah?Sekarang kita fokus ke penyebab

amblesan. Jika memang benar penyebabnya adalah ekstraksi air tanah, maka solusinya menjadi jelas, harus dihentikan ekstraksi air tanah. Pengalaman beberapa kota seperti Bangkok, Houston, Mexico City, Osaka, San Jose, Shanghai, Tokyo, and Venice, menyebutkan bahwa penyebab utama penurunan muka tanah di wilayah mereka adalah akibat pengambilan air tanah saja sedangkan pengaruh lainnya bersifat minor. Hal ini dipublikasikan oleh Holzer and Johnson (1985) di GeoJournal. Langkah yang mereka ambil adalah mengontrol dengan ketat pengambilan air

Fokus Pada Restorasi Teluk Jakarta, Bukan “Reklamasi”

laporan utama

Oleh: Alan F. Koropitan, Ph.D, Dosen Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB

Page 55: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest 55f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

tanah serta membangun tanggul di pesisir. Malah Tokyo memperlihatkan bahwa setelah dihentikan pengambilan air tanah, penurunan muka tanah mereka berhenti.

Tapi kemudian muncul alasan lain bahwa jika dilarang ekstraksi air tanah, maka sumber air bersih untuk Jakarta tidak cukup sehingga perlu buat waduk besar di Teluk Jakarta (NCICD fase B dan C). Tentunya jika membangun waduk besar di daratan Jakarta perlu biaya mahal. Tapi jika kerjasama dengan wilayah sekitar serta membangun beberapa waduk kecil, maka tidak akan semahal yang dibayangkan. Dengan demikian, alasan membangun waduk besar bukanlah solusi.

Bagaimana jika penyebab amblesan tanah adalah beban bangunan dan tektonik? Ini dengan mudah disimpulkan bahwa Jakarta memang sudah tidak layak secara daya dukung lingkungan. Pembangunan pulau-pulau buatan dan NCICD di Teluk Jakarta tidak menjamin lolos dari amblesan tanah di lokasi tersebut. Ini tidak bisa dipaksakan, mau ekstraksi air tanah atau penyebab lainnya, NCICD dan pulau-pulau buatan bukanlah solusi.

Hasil kajian terbaru van der Wulp et al. (2016) yang dipublikasikan pada Marine Pollution Bulletin memperlihatkan bahwa justru keberadaan waduk besar (fase B dan C) dapat menjadi “comberan” besar jika tidak ada infrastruktur pengolahan air limbah perkotaan (Gambar 2). Hal ini sejalan dengan kajian KKP sebelumnya.

Bagaimana dengan pembangunan tanggul A, apakah ini relevan? Untuk jangka pendek iya, khususnya untuk mengantisipasi penurunan muka tanah di lokasi-lokasi yang ekstrim. Sesuai target rencana induk NCICD, tanggul A diharapkan selesai pada 2017. Selain itu, ada juga rencana jangka pendek yang harus dilakukan, yaitu meliputi perbaikan drainase perkotaan dan upaya memperlambat penurunan muka tanah.

Fokus pada restorasi Sebetulnya, wacana pembangunan instalasi pengolahan

air limbah di Jakarta sudah digagas sejak orde baru, tetapi tidak pernah terwujud sampai kini. Adalah tugas pemerintah untuk membangun mulai dari sistem pengumpulan, pengolahan sampai dengan pembuangan akhir limbah. Tugas pemerintah juga untuk menyediakan akses pipa atau layanan air bersih kepada masyarakat. Ini lebih relevan ketimbang pembangunan tanggul besar (NCICD fase B dan C) yang biayanya jauh lebih mahal.

Selain itu, maksud pembangunan pulau-pulau buatan untuk menunjang biaya pembangunan tanggul besar juga tidak diperlukan, karena memang tidak layak secara lingkungan. Dengan fokus pada pembangunan instalasi pengolahan air limbah dan pembenahan drainase perkotaan, maka itu sudah merupakan bagian dari restorasi Teluk Jakarta.

Sudah saatnya Teluk Jakarta dipulihkan setelah pembangunan yang intens sejak 1970-an sampai sekarang. Jika ini dilakukan, maka ekonomi baru yang muncul tidak kalah dengan ekonomi “reklamasi”. Penangkapan ikan, budidaya laut, wisata, nilai ekosistem, nilai sejarah, dan sebagainya akan lebih dinikmati masyarakat banyak.

Page 56: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest56 f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

penelitian

TERBENAMMatahari tenggelam di Pulau Peucang.

Foto-foto oleh Khulfi M. Khalwani

mengevaluasi tingkat keberhasilan revegetasi dan mengidentifikasi peran serta masyarakat di sekitar areal pascatambang. Lokasi penelitian dilakukan di areal pascatambang PT.X yang berada di Desa Sekarwangi Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat. Analisis data dalam penelitian ini secara statistik deskriptif dan perbandingan dengan peraturan yang berlaku saat ini (Peraturan Menteri ESDM No. 7 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Reklamasi dan Pascatambang pada Kegiatan Pertambangan Mineral dan Batubara dan Peraturan Menteri Kehutanan No. P.60/Menhut-II/2009 tentang Pedoman Penilaian Keberhasilan Reklamasi Hutan).

Teknik pengumpulan data dengan menggunakan sampel yang diambil 10% dari populasi areal yang telah direvegetasi. Penarikan sampel untuk pengukuran persentase tumbuh tanaman, jumlah tanaman, komposisi jenis tanaman, dan kesehatan tanaman, menggunakan petak ukur (plot) yang dilakukan dengan metode Systematic sampling with purposive start. Jarak antar plot 100 meter dari titik pusat setiap plot. Sampel air diambil di 2 lokasi, secara Purposive sampling. Kriteria sampel air adalah: berada di titik terluar dari areal revegetasi dan air yang sengaja dialirkan ke luar areal revegetasi, dan sampel masyarakat adalah 10% dari jumlah kepala keluarga masyarakat yang tinggal disekitar areal revegetasi.

Sistem penambangan yang diterapkan PT.X untuk penambangan pasir kuarsa adalah sistem tambang terbuka Quarry dengan Side Hill Type, karena bentuk topografi arealnya adalah di perbukitan.

Eksploitasi bahan tambang secara terbuka yang dipraktekkan di Indonesia dapat mengakibatkan kerusakan lahan jika tidak diikuti dengan proses reklamasi yang serius. Lahan pascatambang yang sebelumnya merupakan areal yang tertutup vegetasi tentunya

memiliki fungsi lingkungan dan sosial ekonomi bagi masyarakat. Kegiatan revegetasi adalah salah satu bentuk upaya rehabilitasi lahan pascatambang untuk mengembalikan fungsi-fungsi tersebut. Evaluasi terhadap kegiatan revegetasi menjadi penting dilakukan guna mengetahui tingkat keberhasilan kegiatan revegetasinya.

Penelitian ini bertujuan untuk

EVALUASI REVEGETASI AREAL PASCA TAMBANG UNTUK FUNGSI LINGKUNGAN DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, Pemerintah mewajibkan setiap usaha pertambangan yang melakukan operasi pertambangan terbuka untuk melakukan reklamasi dan revegetasi. Operasi produksi tambang PT.X telah selesai tahun 2010 dengan luas areal revegetasi ± 59 hektar. Menjadi hal yang sangat menarik karena areal revegetasi tersebut dikelilingi oleh pemukiman warga. Terdapat 3 RW yang berbatasan langsung dengan lokasi revegetasi dengan jumlah KK ± 543.

Hasil revegetasi adalah 83,5% atau dalam kriteria “baik”. Penilaian hasil revegetasi adalah perbandingan antara luas revegetasi dengan luas areal bekas yang ditutup. Kondisi areal revegetasi sudah tertutupi vegetasi dengan pertumbuhan tanaman cukup normal karena untuk usia tanaman antara 1-4 tahun (penanaman intensif dimulai tahun 2012), komposisi struktur vegetasi didominasi oleh tingkatan pancang (73%), sisanya adalah tiang (15%), semai (8%), dan pohon (4%). Areal bekas tambang yang pada umumnya memiliki tanah yang miskin hara dan terbuka, masih dapat ditanami dengan teknik yang disesuaikan kondisi setempat, hasil tanaman masih dapat dikategorikan normal. Untuk kesehatan tanaman juga didapatkan hasil 74%

Untuk hasil pengelolaan air asam tambang (AAT) yaitu air keluaran dari areal revegetasi masih belum semua memenuhi standar air Baku Mutu Lingkungan (BML) terutama untuk pH air (3,5-4,6). Lokasi revegetasinya memiliki material batuan berpotensi pembentukan

Kegiatan revegetasi dikatakan berhasil apabila memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar. Komposisi jenis tanaman revegetasi didominasi jenis pinus. Hal ini karena daerah tersebut termasuk dalam daerah tangkapan air dan tanaman pinus memiliki laju infiltrasi yang tinggi sehingga dapat mengikat air dalam tanah.

Oleh: Diah Utami Sulsitiyani, S.Hut, M.Si.

Page 57: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest 57f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

optimal, sebatas lingkup kegiatan pelaksanaan dan jumlahnya masih dapat ditingkatkan. Hal ini dapat dijelaskan bahwa masyarakat responden yang terlibat langsung dalam kegiatan revegetasi sebanyak 36% dan masih sebagai tenaga lapangan (pembibitan, penanaman, pemeliharaan). Jika dilihat dari pekerjaan masyarakat sekitar yang diambil sebagai responden, 58% adalah bekerja sebagai buruh harian, 16% karyawan swasta, dan 26% pekerjaan lainnya. Melihat profil responden dengan pekerjaannya, maka terkait dengan peluang peran serta masyarakat dalam kegiatan pascatambang cukup besar. Sebagian besar masyarakat berprofesi sebagai buruh harian lepas, sementara kegiatan pascatambang banyak memerlukan tenaga buruh. Dua hal tersebut menjadikan adanya potensi kerjasama saling menguntungkan dalam bentuk peran serta masyarakat sekitar areal pascatambang.

Kegiatan revegetasi dikatakan berhasil apabila memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar. Komposisi jenis tanaman revegetasi didominasi jenis pinus. Hal ini karena daerah tersebut termasuk dalam daerah tangkapan air dan tanaman pinus memiliki laju infiltrasi yang tinggi sehingga dapat mengikat air dalam tanah. Secara ekonomi pohon

asam atau potential acid forming (PAF) yang ditinggalkan akibat penambangan kuarsa. Material PAF tersebut adalah batubara, yang menjadi sisipan di antara batu lempung dan kuarsa.

Untuk penanganan AAT dapat dilakukan dengan pembuatan kolam penetral atau dapat juga dibuat kondisi lahan basah (wetland) dengan ditanami tanaman air jenis Typha sp, dan tanaman komersial yang sesuai di lahan basah misalnya kayu putih. Permasalahan kualitas air keluaran areal revegetasi lebih kepada upaya untuk meningkatkan pH air mendekati angka normal. Jika pH air mendekati normal maka dapat meminimalisasi logam yang terlarut oleh air. Upaya menaikkan pH air dapat dengan membuat kolam penetral air di lokasi yang menjadi titik pertemuan air sebelum keluar dari areal revegetasi, baik yang akan dialirkan ke warga maupun yang ke badan sungai.

Untuk peran serta masyarakat setempat pada kegitan revegetasi masih kurang

pinus menghasilkan hasil hutan bukan kayu. Penyadapan getah pinus dan hasilnya dapat dilakukan dan dikelola oleh masyarakat, hal ini berpotensi pada pemberdayaan masyarakat sekitar hutan pinus. Pemberian akses kepada masyarakat untuk memanfaatkan penyadapan getah pinus akan meningkatkan fungsi sosial ekonomi dari tegakan pinus tersebut. Pelibatan masyarakat dimaksudkan agar perusahaan tambang dengan masyarakat secara aktif bersama-sama berusaha untuk meningkatkan/memperbaiki mutu lingkungan fisik dan mutu hidup masyarakat sekitar.

Saran kepada pemerintah daerah Kabupaten Sukabumi, karena saat ini areal tersebut berstatus Areal Penggunaan Lain atau non kawasan hutan, kebijakan yang dibuat agar mempertahankan areal revegetasi tersebut nantinya tetap sebagai kawasan yang bervegetasi untuk manfaat ekologi, ekonomi, dan sosial masyarakat.

Sumber: Tesis dengan Judul “Evaluasi

Pelaksanaan Revegetasi Lahan Pascatambang Untuk Kemampanan Fungsi Lingkungan (Kasus: Revegetasi PT. X di Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat)” Bimbingan Lana Saria dan Tri Edhi Budhi Soesilo).

AREAL REVEGETASI. Ukuran tanaman, Dari kiri-atas searah jarum jam: (a) Semai, (b) Pancang, (c) Tiang, dan (d) Pohon

Page 58: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest58 f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

Ir. Soekarno (1960) pernah mengatakan bahwa, “gerak adalah sumber kehidupan, dan gerak yang dibutuhkan di dunia ini bergantung pada energi, siapa yang menguasai energi dialah pemenang”. Ucapan beliau tampaknya terbukti, karena sekarang sumber daya energi memang telah menjadi kebutuhan manusia yang tak terelakkan.

Lalu apa hubungannya hutan dengan kedaulatan energi ? Hutan adalah masa depan suatu bangsa. Selain keanekaragaman hayati gudang biomasa, di dalamnya tersimpan sumber daya energi yang menjadi modal dalam kegiatan produksi suatu bangsa, yaitu berupa SDA yang dapat dimanfaatkan, baik sebagai energi maupun sebagai sumber energi.

Hingga saat ini hutan akan kembali menjadi tumpuan, khususnya di Indonesia yang terletak di wilayah tropis. Hal ini perlu menjadi perhatian khusus, tidak hanya oleh pemerintah tetapi juga oleh seluruh bangsa ini.

Zaman dahulu di Eropa, manusia menggunakan bahan bakar kayu untuk membuat api. Ketika desa-desa berkembang, kota-kota kecil terbentuk, pusat – pusat pemukiman tumbuh, kayu bakar pun berubah menjadi komoditas perdagangan. Kebutuhan sumber energi mengalami peningkatan yang signifikan, sehingga hutan-hutan mulai dieksploitasi secara berlebihan dan mengakibatkan terjadinya kelangkaan kayu bakar di berbagai wilayah (International Energy Agency 2005).

Rasanya terlalu sempit jika kita memandang hutan hanya sebagai sumber kayu bakar. Itu pun mungkin hanya dimanfaatkan oleh masyarakat miskin sekitar hutan yang tidak tersentuh bahan bakar konvensional bersubsidi. Disadari atau tidak, hingga saat ini sumber energi yang berasal dari hutan tidak hanya terbatas pada kayu bakar.

kolom

Banteng liarMelihat banteng liar di Cidaon yang tak terusik dengan kehadiran manusia.

Kawasan hutan daratan di Indonesia seluas 121 juta ha (± 62% luas daratan Indonesia) memberikan ruang bagi pertambangan batu bara, minyak dan gas bumi melalui izin pinjam pakai khususnya di hutan dengan fungsi produksi.

Kawasan hutan juga memberikan ruang untuk pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi, baik di hutan produksi dan hutan lindung melalui izin pinjam pakai, maupun di hutan konservasi melalui Izin Pemanfaatan Jasa Lingkungan Panas Bumi (IPJLPB).

Selain itu pada kawasan hutan produksi, dapat dibudidayakan tanaman cepat tumbuh yang kayunya bisa menjadi bahan bakar biomassa berupa wood pellet. Baik melalui pengelolaan Hutan Tanaman Industri (IUPHHK-HT), Hutan Tanaman Rakyat (HTR), Hutan Desa (HD), Hutan Kemasyarakatan (HKm) maupun melalui Restorasi Ekosistem (IUPHHK-RE).

Penulis yakin, pada masa yang akan datang, wood pellet akan menjadi pesaing utama batu bara yang cadangannya kian menipis. Satu hal lagi yang kadang terabaikan, kelestarian hutan pada Daerah Aliran Sungai (DAS) terbukti mampu menjaga keseimbangan siklus air sehingga turbin Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dapat terus berputar.

Konsumsi EnergiJika memperhatikan tren konsumsi

energi global sejak tahun 1990, penggunaan bahan bakar fosil berupa minyak bumi, batu bara, dan gas masih mendominasi bahkan diprediksi masih akan terus meningkat hingga tahun 2035 (BP Energy Outlook 2016).

Sama halnya dengan potret konsumsi energi global, menurut data Kementerian ESDM, kebutuhan energi Indonesia dipasok dari berbagai sumber energi, seperti minyak bumi sebesar ±46 %, gas alam ±18%, batubara ±31% dan energi terbarukan (renewable energy) hanya

berkontribusi sebanyak ±5%.

Global energy consumption 2015

Di masa depan dalam pemenuhan energinya, Indonesia tidak dapat bergantung pada kebijakan energi Business as Usual (BaU) seperti saat ini, mengingat jika diasumsikan tidak ada penemuan teknologi dan cadangan baru maka minyak bumi akan habis dalam 13 tahun, gas bumi 34 tahun dan batubara 72 tahun, untuk itu diperlukan berbagai inovasi dan kebijakan untuk mampu mencukupi kebutuhan energi dan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi beserta sektor lainnya di masa mendatang (BPPT 2015).

Populasi penduduk Indonesia yang mencapai 260 juta jiwa (negara terpadat ke-4 di dunia) dan laju pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi di asia tenggara akan menyebabkan kebutuhan energi (energy demand) akan terus meningkat. Lalu apakah upaya penyediaan energi sudah dapat mengimbangi kebutuhan energi yang ada pada saat ini atau untuk masa yang akan datang?

Hutan adalah JawabanMenurut artikel dalam www.kompas.

com 21 Mei 2016 disebutkan bahwa 99 % potensi energi terbarukan di Indonesia terabaikan. Data Kementerian ESDM mencatat potensi bioenergi ialah sebesar 32,6 GW, dan baru digunakan 1,74 GW (5,3%). Panas bumi memiliki potensi hingga 29,5 GW, namun baru termanfaatkan sebesar 1,44 GW (5%). Adapun tenaga hidro memiliki potensi hingga 75 GW, namun baru 5,02 GW (7%) yang dimanfaatkan untuk PLTA, PLTM/H.

Sementara energi surya atau matahari menyimpan potensi hingga 532,6 GWp dan baru dimanfaatkan sebesar 0,08 GWp (0,01 %). Adapun potensi angin dan laut masing-masing sebesar 113,5 GW dan 18 GW. Akan tetapi, potensi tersebut baru

HUTAN UNTUK KEDAULATAN ENERGI

Page 59: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest 59f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

termanfaatkan 6,5 MW (0,01 %) dan 0,3 MW (0,002 %)

Dalam Rencana Kerja Pemerintah 2017, Kedaulatan Energi menjadi salah satu Prioritas Nasional dengan salah satu program prioritasnya ialah Peningkatan peranan energi baru dan energi terbarukan (EBT) dalam bauran energi.

Salah satu strategi dalam mendukung program prioritas ini ialah melalui kegiatan prioritas Pembangunan Bio Energi, yaitu menyediakan kawasan hutan produksi sebagai areal hutan tanaman dengan jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai sumber energi biomassa seperti Eucalyptus, Sengon, Gamal, Lamtoro, Nyamplung, Bintangur, Akasia, Rumput Gajah, Kaliandra, Kemiri dll (Renja KLHK 2016).

Berdasarkan data rekalkulasi penutupan lahan Indonesia tahun 2014 (KLHK 2015), dari kawasan hutan daratan Indonesia seluas 121 juta ha, diketahui bahwa 88,1 juta ha masih berhutan dan 32,6 juta ha merupakan lahan tidak berhutan yang sebagian besar berada di hutan dengan fungsi produksi (areal budidaya).

Kegiatan penanaman kembali pada lahan tidak berhutan, khususnya pada hutan produksi dapat diarahkan untuk mengembangkan jenis-jenis kayu cepat tumbuh, fast growing species untuk memasok sumber energi biomass berupa pellet kayu yang saat ini sudah banyak digunakan oleh beberapa negara maju di dunia.

Luas hutan produksi yang telah dibebani hak sampai tahun 2014 adalah seluas 32 juta ha sedangkan luas arahan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) mencapai 11,4 juta ha yang terdiri dari 3,2 juta ha untuk Hutan Tanaman dan Hutan Tanaman Rakyat; 0,5 juta ha untuk Hutan Desa dan Hutan Kemasyarakatan dan 0,3 juta ha untuk IUPHHK Restorasi Ekosistem (Statistik KLHK 2014).

Peluang pembangunan bio energi

masih sangat terbuka lebar di Indonesia. Tentunya pembangunan Bio Energi baiknya tidak hanya pada sektor hulu, tetapi juga harus diikuti oleh Pembangunan Industri hilir dan penunjang EBT.

Dalam RKP 2017, sasaran dari Pembangunan Industri Penunjang EBT ialah berupa Paket kebijakan pembangunan industri penunjang EBT oleh Kementerian BUMN. Tentunya jangan sampai ketika minat investasi untuk mengembangkan hutan tanaman energi meningkat, dan upaya penanganan perambahan dan konflik lahan melalui perhutanan sosial tampak kondusif, namun hasil dari hutan tanaman energi yang dibangun tidak bisa diserap untuk pemanfaatan di dalam negeri.

EBT lainnya yang memiliki potensi cukup melimpah di tanah air ialah panas bumi (geothermal). Sebagian besar gunung berapi yang ada di Indonesia terletak di dalam kawasan hutan. Sehingga Konsesi Panas Bumi sebagian besar juga akan berada di dalam kawasan hutan.

Penyederhanaan RegulasiSudah tidak ada alasan lagi untuk

berlambat-lambat dalam peningkatan peranan energi baru dan energi terbarukan (EBT) dalam bauran energi di Indonesia. Meskipun demikian prinsip kehati-hatian terhadap lingkungan hidup dan kehutanan tetap harus diutamakan. Syarat dan ketentuan berlaku.

Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 46 tahun 2016, Pemanfaatan Panas Bumi melalui Pembangunan PLTP sudah dapat dilakukan Kawasan Taman Nasional, di Taman Hutan Raya dan di Taman Wisata Alam melalui mekanisme Izin Pemanfaatan Jasa Lingkungan Panas Bumi (IPJLPB).

Selain itu, melalui PP Nomor 105 tahun

2015 tentang Penggunaan Kawasan Hutan dan PermenLHK Nomor 50 Tahun 2016 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan, Pembangunan PLTP dapat dilakukan baik di dalam hutan produksi maupun hutan lindung. Tata waktu perizinan telah disederhanakan hanya menjadi 1 tahapan paling lama 30 hari. Kewajiban menyediakan areal kompensasi untuk permohonan IPPKH diubah menjadi kewajiban penanaman rehabilitasi DAS.

Penyederhanaan regulasi juga telah dilakukan untuk tata cara pelepasan Kawasan Hutan Produksi yang dapat dikonversi melalui PermenLHK Nomor 51 tahun 2016. Tata waktu disederhanakan menjadi paling lama 12 hari kerja menjadi SK atau penolakan. Izin dikeluarkan setelah persyaratan administrasi dipenuhi termasuk Kerangka Acuan Amdal. Untuk proses tukar menukar kawasan hutan dapat dilakukan pelepasan kawasan hutan sebelum tata batas dan penetapan areal pengganti. Kewajiban tata batas tetap harus dilakukan setelah pelepasan kawasan hutan.

Pengembangan EBT adalah kunci pemerataan pembangunan di Indonesia. EBT dapat menerangi Indonesia sampai daerah pedalaman yang aksesnya sulit dijangkau kabel PLN. Contohnya, Pembangkit Listrik Mini-Mikro Hidro. Kelestarian fungsi hutan, khususnya hutan lindung dan konservasi, menjamin aliran debit air yang dapat dimanfaatkan sebagai Pembangkit Listrik Mini-Mikro Hidro.

Haruslah dipahami bersama, bahwa kawasan hutan di Indonesia, memberikan manfaat baik yang memiliki nilai pasar marketable maupun tidak memiliki nilai pasar non marketable, yang semuanya dapat dihitung dan diusahakan sebaik-baiknya untuk kemakmuran rakyat. Saatnya kelestarian hutan dijadikan prioritas sebagai tonggak utama dari kedaulatan energi.

“Our future is renewable”. *)

Khulfi M. KhalwaniPerencana Pertama di Biro Perencanaan KLHK,

Email : [email protected]

Page 60: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest60 f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

“Bumi, air, dan kekayaan alam yang terdapat di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Sungguh kalimat ini mengindikasikan kedigdayaan Negara dalam upaya memakmurkan rakyat Indonesia melalui pengelolaan sumberdaya alam yang dianugerahkan Tuhan Yang Maha Kuasa kepada bangsa Indonesia. Atas nama undang-undang dasar, pemerintah lantas menguasai dan mengatur sumberdaya alam yang menjadi hajat hidup orang banyak, dan atas nama undang-

undang pula, pemerintah lantas memberikan ijin pemanfaatan kepada korporasi multi nasional hingga koperasi. Keberadaan tambang banyak juga dirasakan manfaatnya, baik pada sekala nasional melalui penyediaan energi, meski tidak gratis, maupun pada lingkungan lokal berupa lapangan kerja bagi masyarakat sekitarnya.

Namun, siapapun pelaku usahanya, apapun bentuk penambangannya, yang pasti lingkungan selalu menjadi korbannya. Bahkan tidak jarang, alih-alih meningkatkan perekonomian (daerah) melalui pembukaan tambang, malah kerugian lingkungan luar biasa yang harus dibayar akibat banjir, longsor ataupun areal menjadi tidak produktif dan sulit ditumbuhkan berbagai tanaman, bahkan ancaman kekeringan yang acap menyengsarakan rakyat banyak. Sungguh ironi, siapa yang mendapatkan manfaat, siapa pula yang harus menanggung akibat….

Best Practice Pengelolaan Pasca Tambang

Tentu saja tidak selalu praktik pertambangan itu merugikan. Tanpa praktik penambangan batubara, misalnya, mungkin negeri kita akan gelap gulita tanpa listrik. Tanpa penambangan minyak dan gas bumi, barangkali industri otomotif tidak berkembang secepat hari ini. Tanpa tambang galian C, boleh jadi pembangunan gedung-gedung pencakar langit di metropolitan juga akan terhambat. Masih banyak lagi manfaat dari berbagai praktik pertambangan.

Terlepas dari manfaatnya yang luar biasa terhadap perekonomian dan pembangunan, hal terpenting yang harus diperhatikan adalah merencanakan sejak dini terhadap tindakan yang harus

dilakukan guna mengantisipasi kerusakan lingkungan yang lebih serius. Penyiapan media tempat tumbuh melalui bahan timbunan tanah mineral merupakan tindakan yang fundamental guna menumbuhkan berbagai tanaman untuk mengembalikan fungsi lahan bekas tambang. Penyiapan tanaman pioneer, adalah hal lain yang tidak kalah pentingnya. Pendek kata, jangan habis manis sepah dibuang… lahan bekas tambang merupakan potensi lahan untuk pengembangan berbagai komoditas pertanian arti luas, mulai dari tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan, maupun kehutanan.

Ubah Ancaman jadi PeluangJika dilihat dari kerusakan lingkungan yang ditimbulkan

akibat tambang apapun bentuk tambangnya, sungguh ini dapat mengancam kehidupan manusia. Bencana lingkungan selalu mengintai akibat praktik pertambangan. Tidak sedikit juga bencana tersebut berubah menjadi ancaman terhadap kesehatan dan kualitas kehidupan manusia, terutama bagi anak-anak.

Dalam kaitannya dengan upaya menanggulangi hal tersebut, maka reklamasi lahan pasca tambang sudah selayaknya menempati prioritas penting dan strategis. Oleh karena itu di perguruan tinggi berbasis ilmu pertanian arti luas harus mampu merespon positif situasi ini, sekaligus mentransformasikan ancaman menjadi peluang.

Secara spesifik, rumpun keilmuan kehutanan harus mampu menjawab tantangan reklamasi tambang ini melalui pendekatan multidisiplin, karena persoalan reklamasi bukan hanya masalah menanam dan menghijaukan lahan bekas tambang, melainkan kental juga dengan masalah sosial-budaya masyarakat. Bahkan, lebih jauh dari itu, harus mampu mengubah lahan tidak produktif

menjadi peluang ekonomi dan pengembangan wilayah. Hal semacam ini semestinya diadopsi dalam kurikulum yang dilandaskan pada permasalahan kekinian.

Reklamasi pasca tambang untuk tujuan penangkaran satwaliar (burung, rusa ataupun jenis lainnya), pasti memerlukan disiplin yang berbeda dengan reklamasi untuk tujuan pengembangan peternakan ataupun komoditas perikanan. Sekelompok sarjana baru multi disiplin bisa “ditantang” untuk menyelesaikan permasalahan ini. Kampus juga harus mulai lebih realistis dalam membekali lulusannya agar mereka mampu menjawab tantangan dan permasalahan riil di lapangan, khususnya yang berkaitan dengan reklamasi lahan pasca tambang ini.

kolom

JANGAN HABIS MANIS SEPAH DIBUANGRefleksi Reklamasi Lahan Pasca Tambang

Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, M.Sc. Dekan Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

Bahkan tidak jarang, alih-alih meningkatkan perekonomian (daerah) melalui pembukaan tambang, malah kerugian lingkungan luar biasa yang harus dibayar akibat banjir,

Page 61: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest 61f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

Page 62: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest62 f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

teknologi

Lahan gambut berperan penting di dalam dinamika gas rumah kaca global. Beberapa dekade terakhir, lahan gambut di Asia Tenggara berkontribusi besar terhadap emisi gas rumah kaca akibat penebangan, pengeringan lahan gambut dan kebakaran, yang satu sama

lainnya terkait erat. Pembukaan akses hutan gambut untuk penebangan biasanya dilakukan dengan membangun jaringan kanal yang mengalirkan air permukaan gambut ke sungai-sungai sekitarnya. Tanpa sistem pengelolaan air yang baik, lahan gambut menjadi kering dan mudah terbakar.

Pembangunan jaringan transportasi juga akan meningkatkan akses untuk berbagai kegiatan manusia. Hal ini tentu saja memiliki dampak positif dan juga negatif. Selama kebakaran besar tahun 1997-1998, kebakaran lebih sering terjadi di areal hutan yang tingkat aksesibilitanya tinggi. Tak heran, karena sebagian besar penyebab langsung kebakaran memiliki kaitan dengan aktifitas manusia di dalam pemanfaatan lahan dan sumberdaya hutan.

Di hutan rawa gambut, perusahaan kehutanan dan perkebunan besar ataupun program pemerintah biasanya membangun jaringan transport menggunakan kanal besar, karena memiliki akses terhadap alat berat. Kanal besar seperti ini sangat mudah diidentifikas melalui citra satelit. Namun bagi sebagian besar masyarakat lokal atau penebang liar yang cenderung beroperasi dalam skala kecil, mereka membuka akses dengan membuat kanal kecil atau parit menggunakan chainsaw atau parang.

Identifikasi Parit Ilegal Menggunakan Airborne LIDAR Untuk Perencanaan Restorasi dan Perlindungan Hutan Gambut

yang kosong diantara vegetasi yang rapat. Karenanya sangat cocok digunakan untuk identikasi akses di hutan tropis.

Parit yang dibuat untuk transportasi kayu hasil tebangan, biasanya tidak digunakan dan ditinggal setelah potensi kayu komersil habis.

Dengan lebar hanya sekitar 0.5 hingga 2.5 meter dan tertutup tajuk hutan, sangat sulit untuk mengidentifikasi parit tersebut menggunakan teknologi penginderaan jauh berbasis sensor optik, walaupun dengan resolusi tinggi (pixel kurang dari 1 m2).

Dari sebuah penelitian yang dilakukan di hutan lindung bekas program Kalimantan Forest Carbon Partnership (KFCP) di Kalimantan Tengah, identifikasi menggunakan airborne LIDAR berhasil dilakukan untuk parit yang dibuat oleh masyarakat dan jaringan jalan atau rel lama yang dibuat oleh perusahaan. Sebagian besar jaringan akses tersebut sudah tidak digunakan lagi, namun masih berpotensi terjadi pengeringan lahan gambut.

Dengan menggunakan metode normalized Digital Terrain Model (DTM) untuk mengidentifikasi kanal dan metode relative density model (RDM) untuk identifikasi jalan dan rel, serta data GPS di lapangan, diperoleh keakurasian lebih dari 75%. Mengingat sempitnya parit dan tajuk hutan yang rapat, hasil tersebut dirasa cukup memuaskan. Bahkan pengukuran di lapangan pun memiliki kendala besar karena sebagian besar parit tidak bisa diakses menggunakan perahu.

Metode normalized DTM pada dasarnya menghitung perbedaan ketinggian permukaan, sehingga dapat menampilkan depresi permukaan akibat perbedaan permukaan yang drastis. Karena LIDAR tidak dapat mempenetrasi air, kedalaman depresi tersebut belum tentu kedalaman parit. Karena itu akuisisi data LIDAR sebaiknya dilakukan saat musim kering, sehingga dapat memantau kanal dengan lebih akurat. Sedangkan metode RDM, digunakan untuk mengidentifikasi areal

Page 63: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest 63f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

Upaya rewetting melalui penabatan parit dan kanal diperlukan untuk mengurangi resiko kebakaran dan emisi karbon. Informasi mengenai posisi, panjang serta hubungan antar kanal sangat diperlukan untuk pemilihan dan prioritas kanal dan

parit yang akan ditabat. Untuk itu aplikasi teknologi LIDAR akan sangat membantu mengidentifikasi jaringan parit di hutan gambut secara cepat dan akurat. Sehingga perencanaan kegiatan restorasi melalui penabatan kanal dan parit menjadi lebih

efisien dan tepat sasaran. Aplikasi LIDAR di hutan rawa gambut tidak hanya bermanfaat untuk perencanaan restorasi hidrologis tetapi juga untuk pemantauan degradasi hutan serta perlindungan hutan rawa gambut.

—Solichin Manuri, Ph.D. (E29)

Page 64: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest64 f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

Setelah menyelesaikan pendidikan sarjana jurusan Manajemen Hutan di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 1987, Ir. Musdhalifah Machmud, MT yang lahir di Ujung Pandang pada tanggal 13 September 1964 mengawali

karir sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Departemen Kehutanan tahun 1989. Memulai karirnya dari bawah sebagai staf di Bagian Rencana Umum Biro Perencanaan Sekretariat Jenderal Departemen Kehutanan, tahun 1997 diangkat sebagai kepala seksi penyusunan anggaran rutin dan tahun 2002 ditugaskan sebagai Kepala Seksi Konservasi Ekosistem Lahan Basah Ditjen Perlindungan Hutan dan Konservasi

Alam Departemen Kehutanan.Pada tahun 2003 beliau mendapat

tugas ke Kementerian Koordinator Perekonomian untuk sebagai Kepala Bidang Pemanfaatan Sumber Daya Alam Kehutanan di Deputi Bidang Koordinasi Energi dan Sumber Daya Mineral. Setelah 3 tahun menangani sektor kehutanan, pada tahun 2006 beliau diberi tugas baru untuk menjadi pelaksana tugas Asisten Deputi Pertanian dan Perikanan dengan

profil

mushdalifah machmudBaginya, Fahutan IPB adalah guru yang memberikan landasan dalam berfikir dan bersosialisasi.

Page 65: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest 65f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

program magister Studi Pembangunan di Institut Pembangunan Bandung dan lulus pada tahun 2003.

Selain itu beliau berkesempatan untuk mengikuti berbagai training, short course, di dalam maupun di luar negeri antara lain ke Singapura, Thailand, China , Jepang, Australia, Jerman dan Belanda. Baik terkait keilmuan kehutanan, juga terkait kepemimpinan, ekonomi, lingkungan, biofuel, renewable energy dll. Dalam menjalankan tugas, baik sebagai Asisten Deputi Perkebunan Dan Hortikultura Maupun Selaku Deputi Pangan Dan Petanian, banyak diundang untuk menjadi pembicara maupun nara sumber di berbagai forum Nasional dan Internasional.

Kampus Fahutan IPB telah memberikan basis dan landasan berpikir dan bersosialisasi untuk memasuki tahapan baru mengabdikan ilmu yang didapatkan untuk kemanfaatan bagi negara dan rakyat.

Selama mengabdi sebagai PNS di Departemen Kehutanan, ilmu dan pengalaman yang diperoleh selama menimba ilmu di IPB sangat menolong untuk bisa beradaptasi dengan pekerjaan di bidang kehutanan yang harus ditangani. Selama sepuluh tahun bekerja di bidang penyusunan kebijakan, baik jangka panjang, menengah dan tahunan kehutanan, beliau merasa sangat

kerja. Mushdalifah Machmud mendampingin Kemenko dalam salah satu kunjungan kerja.

jabatan Kepala Bidang Produksi Pertanian dan Perkebunan. Selanjutnya tahun 2009 dilantik sebagai Asisten Deputi Bidang Perkebunan dan Hortikultura.

Atas kinerja dan prestasi beliau, pada tahun 2015 beliau dilantik sebagai Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian yang diemban sampai saat ini. Selain menjadi pejabat struktural, satu-satunya eselon I wanita di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian ini juga aktif melaksanakan tugas sebagai anggota Dewan Pengawas Perusahaan Umum BULOG dan Ketua Sekretariat Dewan Pengarah Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Kelapa Sawit.

Untuk latar belakang pendidikan, isteri dari Waskiting Pribadi ini juga merupakan lulusan program studi Diploma bidang Monitoring the Indonesian EnvironmentInternational Institute for Aerospace Survey and Earth Sciences (ITC) Enschede Netherland di Belanda pada tahun 1992. Ibu dari 3 orang anak ini kemudian melanjutkan pendidikan ke

beruntung karena bekerja di bidang ini, karena dari pekerjaan ini beliau bisa memperkuat konsep-konsep kehutanan yang didapat di kampus, dan kaitannya dengan kebijakan pemerintah, yang membantu untuk memahami lebih luas linkage dari berbagai lingkup kehutanan dengan rakyat, dunia usaha, lingkungan, pemerintah serta perekonomian nasional.

Namun tentunya tidak hanya ilmu pengetahuan dari kampus yang mendukung kita bekerja, tetapi berkomunikasi dan berdiskusi dengan beragam orang serta jaringan pertemanan yang dimiliki selama berada di kampus juga sangat mendukung untuk bisa bersosialisasi dengan komunitas yang lebih luas. Singkatnya, hard skill dan soft skill adalah syarat mutlak yang harus dimiliki untuk bisa optimal di dalam mengerjakan tugas dan tanggung jawab yang dipercayakan oleh organisasi.

Pada saat menangani bidang perkebunan dan hortikultura di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, meskipun seperti hal baru, tetapi basis ilmu kehutanan yang dimiliki sangat membantu berdiskusi lebih luas, karena banyak hal yang diketahui belum dipahami oleh pihak lainnya. Hal ini tentu saja menjadi keunggulan kita dari pihak-pihak lain yang terkait dengan perkebunan dan hortikultura. Sekali lagi faktor jejaring pertemanan turut memegang peranan kunci untuk bisa secara cepat beradaptasi dengan komunitas baru, dan menurut pandangan rekan-rekan

Page 66: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest66 f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

non-rimbawan; keakraban di lingkup rimbawan sangat kuat dan kompak.

Dalam mengembangkan karir, prinsipnya semua ilmu, akan sangat bermanfaat, yang lebih penting bersikap dinamis dan terbuka akan banyak mendukung karir. Berilmu dan didukung kerja semaksimal mungkin untuk menyelesaikan setiap tugas yang diberikan, memenuhi tenggat waktu dengan baik adalah bagian penting dalam bekerja. Memenuhi tuntutan tugas dengan baik, memerlukan sikap yang terbuka untuk mempelajari hal-hal baru agar dapat mengiringi tantangan pekerjaan yang terus berkembang. Seiring dengan perkembangan zaman, peran kehutanan untuk kehidupan dan ekosistem semakin nyata menjadi

sikap global. Dipihak lain fenomena pembangunan dan kondisi riil hutan semakin menghadapi banyak tantangan, dinamika yang cepat antara kebutuhan manusia, sistem yang mengatur tatanan dan sumber daya alam merupakan faktor-faktor inti yang menghasilkan dampak yang ada saat ini. Para rimbawan perlu memperjuangkan terjaganya fungsi-fungsi hutan utama, dan merehabilitasi adanya fungsi hutan yang hilang, serta manfaatkan semaksimal mungkin untuk kesejahteraan rakyat.

Perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi yang bergerak cepat agar semaksimal mungkin dapat mengiringi setiap langkah kebijakan pengelolaan hutan yang berkelanjutan. Pesan beliau kepada rimbawan muda adalah jangan

melupakan sejarah. Bagi para rimbawan muda, pesan ini bisa menjadi pengingat agar senantiasa belajar dari apa yang sudah dilakukan oleh para senior kita. Jika ada hal-hal positif yang layak untuk kita teladani, maka teladanilah hal itu. Namun jika sebaliknya justru hal-hal negatif yang diwariskan maka jangan sampai kita mengulangi hal yang sama. Kuasai teknologi dan ilmu pengetahuan, konsisten dan bersikap jujur menjadi kunci utama untuk mencapai tujuan. Yakinkan bahwa keseimbangan akan menjadi tolok ukur terciptanya kelestarian, dan kesejahteraan mendorong terwujudnya Bangsa dan Negara yang kuat dan damai. Rimbawan harus berjuang dan berkontribusi untuk mewujudkannya.

profil

Page 67: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest 67f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

PT Ratah Timber sebagai salah satu pemegang konsesi IUPHHK-HA di Indonesia yang berlokasi di Kabupaten Mahakam Ulu Provinsi Kalimantan Timur, berdiri pada 19 Juni 1970 dengan status PMA yang kemudian menjadi PMDN sejak tahun 1982. Setelah beberapa kali memperoleh ijin perpanjangan, saat ini perusahaan memperoleh ijin perpanjangan IUPHHK-HA kedua dari Menteri Kehutanan Nomor SK.359/Menhut-II/2008 tanggal 18 Juni 2008 dengan luas areal ±93.425 Ha berlaku selama 45 tahun sejak 8 Nopember 2010.

Dalam mengelola hutannya perusahaan memiliki VISI yaitu melaksanakan pengelolaan hutan secara efisien dan professional guna menjamin fungsi dan manfaat hutan secara lestari untuk kesejahteraan masyarakat.

Dan untuk mencapai VISI tersebut, perusahaan juga memiliki MISI berupa: 1) Melaksanakan pengelolaan hutan secara lestari dengan menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan hutan produksi lestari yang diakui oleh pemerintah dan masyarakat internasional; 2) Menyelengggarakan usaha dibidang kehutanan guna memperoleh keuntungan perusahaan dan mengoptimalkan kontribusi sektorkehutanan pada pendapatan nasional (pusat dan daerah; 3) Melakukan pengelolaan hutan secara partisipatif sesuai karakteristik wilayah untuk mendapatkan manfaat yang optimal bagi perusahaan dan masyarakat didalam dan sekitar hutan; 4) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk mencapai kesejahteraan dan kemandirian.

Dalam rangka memenuhi VISI dan MISI, perusahaan berusaha melakukan yang terbaik dalam mengelola hutannya. Identifikasi aspek ekologi dan sosial untuk menjamin pengelolaan aspek produksi dapat berjalan lancar, optimal dan meminimalkan dampak kerusakan lingkungan serta sosial. Perusahaan telah melakukan beberapa kegiatan dasar yang menjadi landasan untuk membuat rencana kelola hutan yang komprehensif dan terpadu berupa: Survei Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB), Survey High Conservation Value Forest (HCVF) atau Nilai Konservasi Tinggi (NKT) bekerjasama dengan WWF

Indonesia Program GFTN, survey Participatory Rural Appraisal (PRA) bekerjasama dengan WWF Indonesia Program GFTN dan The Borneo Initiative (TBI)

Berdasarkan hasil identifikasi HCV/NKT diketahui bahwa kawasan konsesi perusahaan menunjukkan kawasan yang kaya keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna, memiliki fungsi-fungsi jasa lingkungan penting, dan merupakan kawasan penting untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat disekitar

serta kawasan budaya untuk masyarakat lokal. Kondisi keanekaragaman tumbuhan di kawasan hutan cukup tinggi sedikitnya ada 218 jenis dari 61 famili tumbuhan; dan diketahui setidaknya terdapat 29 jenis mamalia, 43 burung dan 7 reptil termasuk kategori-kategori satwa liar langka/dilindungi. Sehingga tahun 2015 Universitas Kyoto telah melakukan penelitian biodiversity di areal perusahaan.

Selama masa operasional sampai saat ini perusahaan telah memperoleh beberapa sertifikat pengelolaan hutan,

antara lain : Sertifikat Pengelolaan Hutan Alam Produksi Lestari (PHAPL) dari PT Mutuagung Lestari dengan Sertifikat Nomor : LPPHPL-008/MUTU/FM-017 dengan predikat BAIK yang berlaku sejak 3 Agustus 2011 sampai dengan 30 Juli 2021. Perusahaan juga telah memenuhi standar Legal Compliance Version 5.0 dan telah memperoleh sertifikat VLC dari PT TUV Inte’l Indonesia pada tahun 2010. Pada tahun 2011 perusahaan telah memperoleh Sertifikasi dengan Standar FSC oleh lembaga internasional

SGS. Di bidang lingkungan, Gubernur Kalimantan Timur memberikan Piagam Program Penilaian Peningkatan Kinerja Perusahaan (PROPER) dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup sejak tahun 2012-2014 dengan peringkat BIRU dan tahun 2015-2016 dengan peringkat HIJAU kepada PT Ratah Timber. Terakhir perusahaan memperoleh penghargaan Pelopor Biodiversity Safeguards Kegiatan Mitigasi Perubahan Iklim di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016 dalam rangka HUT Provinsi Kalimantan Timur ke-60 pada tanggal 9 Januari 2017.

INFORIAL

PT RATAH TIMBER

Page 68: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest68 f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

Rimbawan Indonesia telah lima kali menyelenggarakan Kongres Kehutanan Indonesia (KKI), yaitu KKI I yang dilaksanakan pada 21-28 Januari 1956, diselenggarakan ditengah iklim politik yang bergejolak, pasca

pemilu tahun 1955. Sementara KKI II dilaksanakan pada tahun 1990. KKI III yang dilaksanakan Oktober 2001 merupakan kongres kehutanan yang dilakukan pada era reformasi, dimana laju deforestasi, degradasi lahan, dan kerusakan kawasan hutan Indonesia mengalami titik kulminasinya setelah Indonesia merdeka.

Pada tahun 2006, saat tingkat kesadaraan dan partisipasi publik terhadap isu-isu kehutanan meninggi, KKI IV dilaksanakan, dan pada kongres ini dideklarasikanlah pembentukan Dewan Kehutanan Nasional (DKN), ini sejalan dengan UU No.41 tahun 1999 tentang kehutanan, dimana pasal 68-70 undang-undang ini menyebutkan, bahwa masyarakat berhak menikmati kualitas lingkungan hidup yang dihasilkan hutan dan turut berperan serta dalam pengelolaan hutan. DKN yang secara organisatoris tidak terpisah dari KKI, yang pembentukannya bersifat

constituent based organization (CBO), memiliki fungsi eksekutif, serta tanggung jawab untuk melaksanakan Kongres Kehutanan Indonesia berikutnya. Dalam DKN, keterlibatan publik (multistakeholder), tidak hanya tercermin dalam bentuk keanggotaan saja, namun juga pada keterwakilan multi pihak dalam proses pengambilan keputusan di dalam organisasi DKN.

KKI V diselenggarakan pada 22-24 November 2011, berhasil membangun kesepakatan akan pemahaman mengenai perbaikan tata kelola hutan dan kehutanan untuk masa lima tahun mendatang. Kesepakatan tersebut antara lain memuat tentang: (1) Perumusan Garis-garis Besar Haluan Kehutanan (GBHK) Indonesia 2011-2016; (2) Pendokumentasian pandangan para pemangku kepentingan sektor kehutanan terhadap sejumlah isu dan kebijakan kehutanan; (3) Kesepakatan mengenai isu-isu prioritas untuk pembangunan kehutanan; (4) Rekomendasi focus pembangunan kehutanan di masa yang akan datang; (5) Kesepakatan peran-peran para pihak dalam mendukung pembangunan kehutanan.

Kali ini KKI VI telah diselenggarakan pada hari Selasa-Kamis tanggal 29 November – 2 Desember 2016, di Jakarta

dengan mengambil tempat di Hotel Grand Sahid. KKI VI mengambil tema “Reposisi Kehutanan Indonesia Menuju Terlaksananya Tata Kelola Kehutanan yang Baik”. Rangkaian aktivitas menuju KKI VI diantaranya adalah dilaksanakan Pra KKI VI yang diadakan di berbagai daerah atau regio yaitu: Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.

Acara KKI VI diikuti oleh sekitar 900 peserta yang berasal dari seluruh wilayah Indonesia yang merupakan konstituen (stakeholder) Kehutanan sekaligus sebagai konstituen Kamar DKN yaitu Kamar Masyarakat, Kamar Pemerintah, Kamar Bisnis, Kamar LSM, dan Kamar Akademisi, baik sebagai individu maupun atas nama organisasi. Rangkaian acara KKI VI pada hari pertama terdiri dari Paparan dan Diskusi Forum DKN dengan isu-isu yang di bahas seperti: Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH), Optimalisasi Tata Kelola Hutan & Gerakan Nasional Penyelamatan Sumberaya Alam, Pemberdayaan dan Resolusi Konflik, Kebakaran Lahan dan Hutan, Restorasi Ekosistem dan Gambut, Bisnis Kehutanan dan SVLK, Masyarakat Adat, Perubahan Iklim (REDD+), serta Otonomi Khusus dan Pelindungan Pulau Kecil dan Terluar.

Pada hari kedua acara KKI VI diawali dengan pembukaan oleh Wakil Presiden

REPORTASE

KONGRES KEHUTANAN INDONESIA VI TAHUN 2016 OLEH DEWAN KEHUTANAN NASIONAL (DKN)

Secara umum KKI VI bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasi masalah-masalah substansi dan politik ekonomi kehutanan yang menjadi dasar reposisi kehutanan Indonesia;

2. Mengevaluasi perkembangan isu-isu kehutanan dalam kerangka mengembalikan hutan dan kehutanan bagi kehidupan masyarakat dan sumberdaya yang lestari dari sisi ekonomi, lingkungan dan sosial;

3. Menetapkan fokus kebijakan pembangunan kehutanan lima tahun kedepan yang tersusun dalam Garis-garis Besar Haluan Kehutanan (GBHK) Indonesia 2016-2021;

4. Menggali aspirasi daerah dalam pengelolaan hutan5. Membahas Laporan Pertanggungjawaban Presidium DKN Periode

2011-20166. Memilih dan menetapkan Anggota Presidium Dewan Kehutanan

Nasional periode 2016-2021

Oleh: Oding Affandi, Dosen Fahutan USU/Anggota Presidium DKN Periode 2016-2021.

Page 69: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest 69f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

RI, Bapak H M. Jusuf Kala. Dalam sambutannya Wapres mengkritisi sikap masyarakat yang baru ingat hutan ketika terjadi masalah yaitu ketika terjadi banjir dan longsor atau ketika terjadi kekeringan dan kebakaran hutan dan lahan. “Bulan-bulan ini di mana kita selalu mengingat hutan, akibat banjir di mana-mana. Jadi setiap musibah, baru ingat masalah kita. Begitu pula bulan musim kering baru ingat lagi kenapa hutan kita,” ujar Wapres. Namun, kata Wapres, jika orang sudah mendapat keuntungan yang besar dari hutan, maka hutan pun kembali dilupakan. “Kalau kita mendapat keuntungan yang besar akibat hutan, kadang-kadang lupa hutannya. Usaha semakin maju karena hutan dibabat, sawit maju juga karena hutan dibabat. Memang semua ada gunanya tetapi akibat jangka panjangnya seperti ini yang kita hadapi,” ujar Wapres.

Wapres mengajak untuk melihat sejarah umum hutan Indonesia, bahwa pada tahun 1950an jumlah hutan kurang lebih seluas 150 juta hektar dengan jumlah penduduk 90 juta orang sehingga udara masih bersih dan sejuk. Sementara saat ini luas hutan hanya sekitar 90 juta hektar bahkan bisa saja lebih sedikit dengan jumlah penduduk 250 juta orang. Ini artinya terjadi kenaikan 2,5 kali jumlah penduduk selama kurun waktu 60 tahun, yang akan berdampak besar terhadap iklim di Indonesia. Menutup sambutan, Wapres mengharapkan dari kongres ini dapat menghasilkan langkah implementasi mengingat peserta kongres merupakan para stakeholder sehingga dapat menentukan siapa yang bertanggungjawab, apa yang mau dilakukan dan kapan pelaksanaannya.

Sebelumnya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya mengharapkan KKI dapat menghasilkan Garis-Garis Besar Haluan Kehutanan (GBHK) sebagai landasan komitmen yang kuat bagi para pihak untuk menjalankan kesepakatan dalam perbaikan tata kelola kehutanan yang baik. GBHK merupakan panduan pembangunan kehutanan yang akan dilaksanakan oleh Dewan Kehutanan Nasional (DKN) sebagai forum yang dimandatkan oleh Undang-undang No 41 tahun 1999 tentang Kehutanan. Menteri LHK juga menekankan tentang pentingnya penyelesaian tumpang tindih wilayah perizinan. Hal ini tak lepas dari indikasi kerja one map policy, dimana satu poligon dalam peta ternyata memiliki lebih dari satu keterangan. “Saya sudah meminta jajaran teknis untuk menata dengan sebaik-baiknya, bangun rule-base atau aturan mainnya untuk menjadi bahan diskusi yang harus dipimpin oleh pemerintah sebagai simpul negosiasi,” katanya.

Siti Nurbaya mengungkapkan, Indonesia telah menyampaikan komitmennya untuk mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) melalui Nationally Determined Contribution (NDC) sebesar 29% dari kondisi bussines as usual dengan upaya sendiri dan 41% dengan dukungan internasional pada tahun 2030. Target sektor land based atau pertanian, kehutanan dan penggunaan lahan lainnya adalah sekitar 17% dari 29 % target pengurangan emisi GRK. Hal ini menjadikan sektor kehutanan menjadi salah satu tumpuan utama untuk mengatasi dampak perubahan iklim. “Oleh karena itu, melalui KKI ke VI ini diharapkan dapat menghasilkan

usulan yang kongkrit untuk mengatasi perubahan iklim,” harap Nurbaya.

Sementara, Ketua Presidium Dewan Kehutanan Nasional Agus Yustianto melaporkan bahwa Kongres Kehutanan Indonesia merupakan ajang pertemuan yang dilakukan setiap 5 tahun dengan tema kongres tahun 2016 adalah “Reposisi Kehutanan Indonesia Menuju Terlaksananya Tata Kelola Hutan yang Baik”. Peserta kongres sebanyak 1000 orang yang terdiri dari pemerintah, masyarakat, bisnis, LSM, dan akademisi.

Hari ketiga KKI VI merupakan acara terkait keorganisasian DKN yang membahas AD dan ART DKN, Laporan Pertanggung Jawaban Presidium DKN, serta memilih dan menetapkan Anggota Presidium Dewan Kehutanan Nasional periode 2016-2021. Untuk periode kepengurusan DKN 2016-2021 telah terpilih Anggota Presidium DKN sebanyak 35 orang yang berasal dari Kamar Masyarakat (7 orang), Kamar Pemerintah (7 orang), Kamar Bisnis (7 orang), Kamar LSM (7 orang), dan Kamar Akademisi (7 orang).

Pelaksanaan KKI VI ditutup secara resmi oleh Menteri LHK, Siti Nurbaya. Dalam sambutan Menteri LHK menyampaikan bahwa Kementerian LHK sangat mendukung semua program DKN dan sangat membutuhkan keberadaan DKN. Pemerintah sebagai simpul negosiasi dari semua kepentingan dan DKN sebagai wadah berkumpumpulnya semua kepentingan (sektor kehutanan), maka Kementerian LHK mengajak kepada DKN beserta fungsionaris dan konstituen DKN untuk melihat berbagai persoalan kehutanan dan sumber daya alam tidak secara linier. Namun harus melihat persoalan kehutanan sebagai persoalan yang kompleks dan interaksinya itu parabolik, naik turun dengan segala macam dinamika yang terjadi. Oleh karenanya Menteri LHK mengharapkan DKN tetap solid dan kokoh serta mampu menghasilkan konsep-konsep tentang tentang pengelolaan hutan yang baik dengan dilandasi semangat dan “scientific” yang kuat. Di sisi lain Menteri LHK juga mengharapkan ada sinergi antara Kementerian LHK dan DKN dalam menunjang tercapainya tata kelola hutan yang baik.

Page 70: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest70 f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

reportase

Bertempat di Ruang Rimbawan 3 Gedung Manggala Wanabakti, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada hari Selasa, 24 Januari 2017 diselenggarakan Program Pembinaan Insinyur berupa

Lokakarya Sertifikasi Insinyur Profesional (LSIP) yang diselenggarakan oleh Persatuan Insinyur Indonesia (PII) bekerjasama dengan Badan Kejuruan Teknik Kehutanan (BKTHut) Pusat.

Lokakarya dibuka oleh Menteri LHK, Ibu Siti Nurbaya. Dalam sambutannya Menteri LHK menyampaikan bahwa dengan adanya persaingan global khususnya di bidang kehutanan maka dituntut adanya kompetensi dan profesionalisme dari para rimbawan. Diharapkan dengan adanya profesinalisme dari rimbawan maka akan mampu menjadi “problem solver” dalam pengelolaan hutan Indonesia. Di samping itu keinsinyuran di bidang kehutanan juga diperlukan dalam kesetaraan untuk menjaga kedaulatan dalam membendung maupun dalam kerjasama dengan Insinyur asing yg berpraktek di Indonesia. Hadirnya BKTHut dalam wadah PII akan menempatkan Forester Indonesia sejajar dengan Forester Internasional. Untuk tahap awal dalam rekognisi, tentunya kita

LOKAKARYA SERTIFIKASI INSINYUR PROFESIONAL

IKHTIAR MENCARI SOlusimembutuhkan terobosan keterwakilan IPP, IPM, dan IPU. Untuk keperluan itu maka PermenRistekdikti No. 35 thn 2016 tentang Program Studi Program Profesi Insinyur (PS PPI) merupakan ketentuan pelaksanaan dari UU 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi dan PP 4 tahun 2014 untuk mendukung pelaksanaan UU 11 tahun 2014 tentang Keinsinyuran.

Selain Menteri LHK, juga memberi sambutan Ketua Umum PII (Dr.Ir. Hermanto Dardak, IPU). Dalam sambutannya Ketum PII menyampaikan bahwa di era keinsinyuran memasuki babak baru di mana Indonesia dituntut untuk berbenah diri di dalam menghadapai persaingan di tingkat regional ASEAN dan Internasional yang ditandai dengan keikutsertaan kita di dalam Mutual Recognition Arrangement (MRA) on Engineering Services di ASEAN. PII juga dalam perannya sebagai organisasi profesi Insinyur di Indonesia mendapat rekognisi dari Federasi organisasi Insinyur se-dunia (WFEO).

Oleh: Oding Affandi, Dosen Fahutan USU/Anggota Presidium DKN Periode 2016-2021.

Page 71: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest 71f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

Undang-Undang No. 11 Tahun 2014 yang mengatur tentang profesi Keinsinyuran adalah modal Utama membangun Insinyur Indonesia berikut Peraturan Pemerintah (PP) dan peraturan terkait lainnya akan segera difinalisasi awal tahun 2017 ini.

Kegiatan LSIP yang diselenggarakan oleh BKTHut dan PII Pusat pada tanggal 24 Januari 2017 ini merupakan Gala Perdana dan diikuti sekitar 50 peserta yang berasal dari sektor kehutanan seperti dekan/kaprodihut/staf pengajar dari USU (Medan), UNB (Bogor), IPB (Bogor), ITB (Bandung), Unwim (Jatinangor), Untan (Pontianak), Univ Palangkaraya, Unsri (Palembang), ULM (Banjarmasin), Unmul (Samarinda), UnHas (Makasar), UM Malang, Untag 1945 Samarinda, Univ Ottow Geissler (Papua). Peserta dari KLHK diikuti oleh beberapa eselon 1, 2 dan UPT. Selain itu peserta juga ada yang berasal dari Perum Perhutani, PT Inhutani, dan Pensiunan KLHK.

Dalam LSIP ini disampaikan materi hal yang berkaitan dengan praktek keinsinyuran berupa: (1) Etika Profesi, Organisasi PII, dan UU Kensinyuran; (2) Pengenalan Sistem Sertifikasi Insinyur Profesional Dan Penjelasan Pengembangan Keprofesionalan Berkesinambungan (PKB); (3) Penjelasan Bakuan Kompetensi Insinyur Profesional; dan (4) Penjelasan dan bimbingan pengisian Formulir Aplikasi Insinyur Profesional (FAIP) untuk menilai sudah mencapai tingkatan mana seseorang dalam praktek keinsinyuran. Program Insinyur Profesional merupakan pengakuan keinsinyuran seseorang yang telah berpengalaman lebih dari 3 tahun dalam praktek keinsinyuran atau yang disebut Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL). Tingkatan akreditasi insinyur profesional terdiri dari: Insinyur Profesional Pratama (IPP), Insinyur Profesional Madya (IPM), dan Insinyur Profesional Utama (IPU). RPL akan memberikan pengakuan brevet Insinyur dari Perguruan Tinggi yg ditetapkan oleh Menristekdikti sesuai ketentuan perundangan Sisdiknas. Sedangkan Insinyur Profesional diatur dalam UU 11 tahun 2014 tentang Keinsinyuran.

mencari solusi. Menteri LHK Siti Nurbaya menjadi narasumber dalam Lokakarya Sertifikasi Insinyur Profesional (LSIP).

PII sudah masuk dalam World Engineer and Technology Association. Akreditasi Insinyur Profesional mengikuti standard dunia. Untuk level IPM, pemegang akan terregistrasi secara International.

Pada materi Etika Profesi Insinyur Indonesia kembali menitikberatkan perlunya sertifikasi Insinyur Profesional Karena amanah UU ini dan bagaimana para Insinyur tadi menjunjung tinggi nilai profesionalisme di dalam berpraktek keinsinyuran. Sesungguhnya Etika Profesi Insinyur bersifat universal di mana pun Insinyur itu bekerja dan berpraktek akan tetap memegang teguh dan melaksanakan secara konsekuen kode etik Insinyur ini. PII dan anggotanya diharapkan tetap pada kode etik Insinyur Indonesia, Sapta Dharma Catur Karsa.

Adapun pada materi Pengenalan Bakuan Kompetensi Insinyur Profesional lebih memberikan kesempatan yang lebih luas kepada peserta untuk lebih proaktif menyampaikan pertanyaan seputar bakuan kompetensi ini. Pada materi ini dijelaskan perbedaan antara unit kompetensi yang terdiri dari 11 unit dan turunannya yang terdiri dari elemen kompetensi dan uraian kegiatan keinsinyuran serta kode kompetensi yang harus diisi sendiri

oleh peserta dalam FAIP. Peserta pada uraian kegiatan di form aplikasi ini menuliskan tugas, tanggung jawab dan aktifitas profesionalnya dan mematch-kannya dengan elemen kompetensi yang sesuai dengan uraian tadi. Pengalaman sebelumnya, banyak calon IP yang kurang mampu menguraikan aktifitas keinsinyurannya pada proyek-proyek yang dikerjakannya, salah satu alasan mengapa setiap Insinyur wajib memilik log book untuk memastikan mereka melakukan pencatatan aktifitas-aktifitas tadi. Satu lagi yang sering didapatkan pada FAIP yang terkirim ke PII adalah calon IPM belum mengisi sepenuhnya isian yang ada terutama isian berkode W yang wajib untuk diisi atau tidak boleh dikosongkan. Pada W4 karya tulis pemaparan teknis pada pertemuan profesi tidak diisi padahal ini wajib diisi. Para calon IP diharapkan untuk mengingat-ingat lagi tulisan-tulisan teknis keinsinyuran yang pernah dipublikasikan baik di internal perusahaan tempat mereka bekerja, pertemuan profesi tingkat nasional maupun internasional.

Materi penutup, Tata Cara Pengisian FAIP, dipaparkan secara rinci tata acara pengisiannya kepada para peserta. Sering kali para calon IP sudah bekerja lebih dari 8 tahun yang seharusnya meraih score untuk IP Madya namun tidak terpenuhi karena adanya ketidakpahaman tentang cara pengisian yang lengkap dan terperinci. Sesi terakhir berlangsung kurang lebih dua jam interaktif antara instruktur dan peserta lokakarya.

Dalam pelaksanaan PS PPI dibutuhkan minimal sebanyak 6 orang IPM untuk staff pengajar di Perguruan Tinggi dan instruktur/mentor/pembimbing di tingkat praktek/pekerjaan. Seperti halnya Sarjana Kedokteran yang Co Ass dengan dokter di rumah sakit. Demikian halnya dengan calon Insinyur Kehutanan yang Co Ass dengan IPM di tempat kerja yang berupa Hutan Pendidikan atau praktek Perhutanan Sosial. Dalam pelaksanaannya maka PS PPI oleh 40 Perguruan Tinggi penerima mandat perintis dari KemenRistekdikti, membutuhkan peran BKTHut PII untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Lokakarya pada tanggal 24 Januari 2017 ini sebagai langkah perdana untuk kemudian diikuti dengan hal sejenis di tingkat wilayah (Provinsi). Di tingkat wilayah nantinya akan di bentuk BKTHut Wilayah.

Para calon IP diharapkan untuk mengingat-ingat lagi tulisan-tulisan teknis keinsinyuran yang pernah dipublikasikan baik di internal perusahaan tempat mereka bekerja, pertemuan profesi tingkat nasional maupun internasional.

Page 72: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest72 f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

fotografi

Page 73: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest 73f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

KOTA BOGOR SELINTASANTidak ada yang berubah dari kota yang senantiasa

menjadi salah satu tujuan wisatawan di Jawa Barat ini. Bogor hanya memacak diri untuk lebih terlihat seksi.

Jantung kota Bogor masih menjadi daya tarik paling kuat bagi para pelancong. Arsitektur Istana Kepresidenan, keasrian Kebun Raya dan Keris Kujang yang menjulang masih terus menjanjikan sensasi nostalgia masa lalu.

Melipir sedikit ke arah pinggiran kota, berbagai sajian kuliner khas Bogor tergelar, dan menjadi sesuatu yang tak kalah menariknya.

Bogor tidak berubah, ia hanya bersolek. Karna mereka yang datang masih terus berharap dapat berjumpa dengan masalalu.

Fotografer R Eko TjahjonoAlumni Fakultas Kehutanan IPB

Kiri, dari atas ke bawah : Rusa di taman istana ; Dari balik pagar istana ; Jembatan merah kebun raya ; Istana kepresidenan.

Kanan, dari atas ke bawah : Penjaja bunga kota Bogor ; Dahulu kampus pusat IPB Bogor ; Memoles wajah keris kujang.

Page 74: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest74 f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

reportaseresensi

SURGA BURUNG RAJA AMPATHak Cipta : Edhi Yansyah dan Riyanti WindesiPenerbit : CV Waisai ParadiseCetakan I - 2016Tebal : 237 Halaman

Datanglah ke Raja Ampat, maka bumi Papua akan mempersembahkan keanekaragaman hayati (Biodiversiti) lebih dari yang dunia ketahui hingga saat ini. Masuk lebih dalam dari sekedar menelusuri keindahan pesisir pantai untuk berwisata selam, atau sekedar mengabadikan keindahan nuansa alam dari ketinggian, maka akan ditemukan

ketakjuban dari sebuah maha taman belantara Papua.Dengan berbekal keilmuan dan pengalamannya dibidang

konservasi sumber daya hutan, Edhi Yansyah mencoba untuk mengurai lewat karya karya fotografi hidupan liar (wild life). Tandem bersama istrinya , Riyanti Windesi, yang juga memiliki kegemaran di dunia fotografi, akhirnya mampu menuntaskan sebuah buku karya fotografi “Photographic Guide To The Bird of Raja Ampat - West Papua Indonesia” yang memaparkan keanekaragaman jenis burung baik jenis endemik maupun migrasi yang berada di belantara Raja Ampat. Ratusan jenis burung teridentifikasi secara lengkap lewat upaya mereka yang membutuhkan kekuatan niat dan ketekunannya selama tak kurang dari tiga tahun “perburuan”.

“Photographic Guide To The Bird of Raja Ampat - West Papua Indonesia” mencoba melakukan identifikasi visual secara lengkap terhadap ratusan jenis burung yang ditemui di Raja Ampat. Karya Fotografi yang tersaji menampilkan pesona burung-burung khas Raja Ampat dengan detail dan warna-warna yang menggelitik pandangan mata serta menarik.

Pengenalan penamaan lokal dan sistem penamaan ilmiah terhadap setiap species burung yang ditampilkan, menjadikan buku ini terasa lebih universal untuk dibaca oleh berbagai kalangan. Bagi masyarakat lokal serta wisatawan, buku ini cukup menjadi guide/pemandu dalam menambah khasanah pengetahuan. Sedangkan bagi kalangan ilmuwan dan peneliti, buku ini dapat menjadi rujukan awal dalam menyusun identifikasi yang lebih detil tentang keragaman jenis burung Raja Ampat.

Deskripsi yang dikemas secara sederhana setidaknya akan bermanfaat dalam memuaskan rasa ingin tahu bagi pembacaya dalam mengenal burung burung yang ada.

Desakan kebutuhan manusia akan lahan untuk memenuhi

berbagai kebutuhannya, dapat menjadi satu ancaman bagi keberlangsungan hidup berbagai hidupan liar yang bernaung dalam sebuah ekosistem alam. Buku ini dirancang sebagai alat provokasi dalam upaya kelestarian sumberdaya alam.

Diawali dengan mengenal keragaman satwa burung yang ada serta memahami habitatnya, diharapkan akan menumbuhkan empati bagi masyarakat luas untuk dapat turut berperan dalam menjaga kelestarian.

Buku ini belum lengkap menuntaskan keseluruhan spesies burung yang ada dan tersebar di seluruh gugusan pulau di Raja Ampat. Eksplorasi fotografi baru difokuskan pada beberapa pulau besar seperti Waigeo dan sebagian Misool, Salawati dan Batanta. Hingga saat ini, upaya untuk melengkapi informasi keseluruhan spesies burung yang ada, masih terus dilaksanakan oleh penyusunnnya.

Buku “Photographic Guide To The Bird of Raja Ampat” dapat diperoleh melalui Sekretariat Himpunan Alumni Fakultas Kehutanan IPB - Bogor. — R. Eko Tjahjono

Page 75: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest 75f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

inforial

KOPKA R H U TA N

Bidik Bisnis Ekowisata agar Anggota Makin Sejahtera

Ketua Untung Duluan. Itulah plesetan yang sering dilekatkan untuk akronim KUD, meski arti sesungguhnya adalah Koperasi Unit Desa. Citra tersebut bahkan kerap digeneralisir untuk semua koperasi.

Namun, citra buruk tersebut dipastikan tidak melekat pada Kopkarhutan (Koperasi Karyawan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan). Kinerja moncer Kopkarhutan terbukti berimbas langsung pada kesejahteraan Anggota yang notabene merupakan Karyawan kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Menterengnya kinerja Kopkarhutan bisa dilihat dari catatan kekayaan bersih yang terus menggelembung. Jika pada tahun 2014 kekayaan bersih Kopkarhutan mencapai Rp35,3 miliar, maka tahun 2015 nilainya melonjak menjadi Rp43,8 miliar. Catatan kekayaan bersih kembali meningkat menjadi Rp49,2 miliar pada tahun 2016.

Keuntungan Kopkarhutan meroket dari Rp.4,05 miliar di tahun 2014 menjadi Rp.6 miliar di tahun 2015, Kopkarhutan berhasil membukukan keuntungan sebesar Rp.6.063 dan penambahan aset Anggota berupa Apartemen (3 unit) dan ruko 2 (dua) unit di tahun 2016.

Ketua Kopkarhutan Ir. M. Awriya Ibrahim, M.Sc menjelaskan kinerja yang terus naik tak lepas dari perbaikan manajerial dan pengembangan diversifikasi usaha. “Diversifikasi usaha kami lakukan seiring dengan keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota, sesuai dengan Business Plan Kopkarhutan menuju tahun 2018” kata Awriya yang lulusan Fakultas Kehutanan IPB angkatan 16.

Usaha Kopkarhutan yang pertama berdiri di tahun 1964 dengan nama KOSPIN Ditjen Kehutanan, awalnya

adalah simpan pinjam. Tiga tahun belakangan, bisnis Kopkarhutan makin luas dengan menjalankan usaha perjalanan umrah, perparkiran, dan penjaminan. Kopkarhutan juga punya saham di sejumlah perusahan pemegang izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu (IUPHHK) hutan alam (HPH) dan Hutan Tanaman Industri (HTI), dan perkebunan.

Awriya yang saat ini diberi amanah sebagai Direktur Iuran dan Peredaran Hasil Hutan, Direktorat Jenderal PHPL, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menjelaskan, Kopkarhutan akan terus berinvestasi pada usaha-usaha potensial. Sebut saja pembelian aset properti seperti apartemen dan ruko dengan sumber dana berasal dari keuntungan ditahan (SWK/Simpanan Wajib Khusus). Nantinya, aset properti itu bisa memberikan keuntungan berkelanjutan dari hasil sewa dan kenaikan nilai aset.

Usaha lain yang sudah siap untuk dijalani adalah bisnis ekowisata. Ini sesuai dengan arahan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya yang merupakan Pembina Utama Kopkarhutan. “Ibu Menteri berharap kami bisa mendukung pengembangan wisata khususnya pada kawasan hutan konservasi,” kata Awriya yang meraih gelar master di Wageningen Agricultural University, Belanda.

Pengembangan wisata alam memang menjadi salah satu target pemerintahan Presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla. Pemerintah menargetkan kunjungan wisatawan sepanjang 2015-2019 sebanyak 20 juta untuk wisatawan mancanegara (wisman) dan 275 juta untuk wisatawan nusantara (wisnus).

Indonesia memiliki potensi selain keindahan alam, Indonesia juga kaya akan keragaman budaya. Pemerintah pun telah merancang kebijakan dengan

menentukan destinasi-destinasi wisata prioritas. Diantara destinasi-destinasi wisata prioritas itu, sebagian berada di Taman Nasional dan di kawasan hutan lainnya.

Pengembangan bisnis Kopkarhutan bermuara pada satu tujuan, yaitu: kesejahteraan anggota. Saat ini, anggota Kopkarhutan tercatat 5.279 orang. Mereka adalah PNS Kementerian LHK (Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Bandung, dan Lampung), pensiunan PNS ex Kementerian LHK, karyawan BUMN kehutanan, karyawan swasta lingkup gedung Manggala Wanabakti, karyawan Kopkarhutan, serta karyawan Badan Pengelola Mangala Wanabakti.

Awriya menegaskan komitmen Pengurus dan Pengawas Kopkarhutan untuk mengabdi demi kesejahteraan anggota. Ada juga layanan bantuan pinjaman pendidikan, DP pembelian rumah, dan pinjaman untuk kebutuhan lain dengan jasa yang cukup murah. Yang paling meriah adalah pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) dan Jasa Simpanan Angota setiap tahun melalui Rapat Anggota Tahunan (RAT). “Jika diibaratkan, momen itu seperti pesta bagi anggota,” kata Awriya sambil tersenyum.

Berdasarkan jadwal, RAT Kopkarhutan tahun buku 2016 akan diselenggarakan pada hari Kamis tanggal 23 Februari 2017. Salah satu agenda penting dalam RAT nanti antara lain adalah Sosialisasi Pelayanan On line, pendistribusian kartu anggota berbasis ATM Co Branding (kerjasama dengan Bank Mandiri) dan peluncuran E-Parking (kerjasama dengan BRI). Awriya pun berharap agar Perwakilan Anggota bisa menghadiri acara penting tersebut untuk mendukung terus berkembangnya Kopkarhutan.

”ONE TEAM, ONE GOAL, ONE SPIRIT TO BE WINNER FOR ALL MEMBER”

Page 76: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest76 f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

resensi

Dari buku ini saya baru tahu kalau pensil berkualitas seperti Steadtler dan Faber Castel, bahan baku kayunya ternyata berasal dari famili Apocynaceae lokal Indonesia. Buku yang ditulis oleh senior saya ini, beranjak dari pengalaman lapangan di Musi Rawas sejak tahun 2006 dan hasil pengembangan penelitian Tesis ybs pada tahun

2015. Buku ini menguraikan sejarah pembangunan hutan rakyat Pulai, ekonomi hutan rakyat Pulai, subsistem-subsitem dalam pengusahaan hutan rakyat, kelembagaan hutan rakyat Pulai berdasarkan kriteria Situation, Structure, Behaviour and Perfomance (SSBP) dan faktor- faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam mengusahakan hutan rakyat Pulai.

Hutan rakyat Pulai (Alstonia sp.) merupakan salah satu hutan rakyat yang sangat potensial untuk dikembangkan, khususnya di Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan. Hutan rakyat Pulai mengalami perkembangan pesat karena daerah ini merupakan sebaran alami Pulai serta didukung pangsa pasar Pulai yang tersedia. Terdapat dua skema dalam pengelolaan hutan rakyat pulai di Musi Rawas yaitu hutan rakyat Pulai monokultur dan hutan rakyat pola agroforestry Pulai dan Karet.

Masyarakat awalnya menganggap Pulai tanaman liar dan dianggap gulma di perkebunan karet masyarakat. Masyarakat mulai melirik pulai ketika industri slat pensil mulai beroperasi pada tahun 90-an dan memanfaatkan Pulai sebagai bahan baku utama pengganti jelutung dengan kualitas yang relatif sama. Daur panen kayu pulai 8-11 tahun dengan harga yang diterima di industri sebesar Rp 750.000/m3.

— Khulfi Khalwani

hutan rakyat pulaiJudul : Hutan Rakyat Pulai (Ekonomi dan Kelembagaan)Penulis : Andestian Wijaya, Hardjanto, Yulius HeroSambutan : Dr. Ir. Hadi Daryanto D.E.A (Dirjen PSKL KLHK)Penerbit : Terbit Press, Komplek 2 IPB Sindangbarang, Cetakan Pertama 2016

Page 77: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest 77f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

Page 78: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest78 f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

Kebakaran hutan, pembalakan hutan, perladangan berpindah, perkebunan, dan operasi pertambangan merupakan kegiatan yang dapat menyebabkan kerusakan hutan. Fungsi hutan

akan semakin menurun jika kegiatan tersebut tidak terkendali. Akibatnya

dampak terhadap lingkungan seperti pemanasan global, longsor, erosi, hilangnya keanekaragaman hayati dan sebagainya kian menjadi fakta yang mengkhawatirkan. Dampak operasi pertambangan merupakan salah satu penyebab kerusakan hutan yang harus segera diselesaikan. Maka dari itu, reklamasi pasca tambang perlu ditingkatkan guna mengembalikan fungsi dan struktur hutan kembali ke keadaan aslinya. “Profesionalisme konsultan menjadi penentu kesuksesan reklamasi

tambang” menurut Dr. Yadi Setiadi dalam diskusi bersama Forest Digest yang membahas perkembangan reklamasi pascatambang saat ini.

Bagaimana perkembangan reklamasi pascatambang saat ini ?

Kegiatan restorasi hutan (mendekati kondisi asli) merupakan kegiatan perbaikan struktur hutan dengan membangun fungsi hutan mendekati kondisi asal yang perlu dilakukan agar keseimbangan ekosistem tetap terjaga,

wawancara

Dr. Ir. Yadi Setiadi, Dosen Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

pentingnya trANSFER ILMU REKLAMASIDAN TEKNOLOGI REKLAMASI

Page 79: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest 79f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

mempengaruhi keberhasilan reklamasi pascatambang. Transfer teknologi reklamasi perlu segera dilakukan terutama kepada masyarakat lokal dimana mereka memiliki pengalaman dan pengetahuan tentang jenis-jenis tanaman dan hewan lokal serta kearifan pengelolaan hutan yang dapat mendukung kemajuan reklamasi. Kerjasama dan partisipasi masyarakat lokal dalam pelaksanaan teknis reklamasi dirasa juga dapat menekan biaya reklamasi.Bagaimana dengan kebijakan reklamasi pascatambang saat ini ?

Kendala lainnya dalam pelaksanaan reklamasi pascatambang adalah kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah baik dari sektor pertambangan maupun sektor lingkungan dan kehutanan. Sebagai contoh, sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.60 /2009 tentang Kriteria Keberhasilan Reklamasi Tambang, salah satu kriteria keberhasilan reklamasi adalah pemberian tanah pucuk (topsoil). Sedangkan pada pertambangan timah, kriteria ini justru menjadi kendala karena pada pertambangan timah teknik yang digunakan bukan backfilling atau pengisian lubang sehingga pengelolaan tanah pucuk akan sangat sulit dilakukan. Pada implementasinya, telah ada kegiatan reklamasi pertambangan timah yang tidak menggunakan tanah pucuk dan telah sukses revegetasinya. Sampai dengan saat ini kriteria keberhasilan reklamasi masih diterapkan untuk seluruh jenis komoditi tambang. Hal yang perlu dikoreksi karena dampak pertambangan dari masing-masing jenis tambang sangat berbeda. Maka dari itu, kriteria keberhasilan reklamasi pun harus ditujukan lebih spesifik.Bagaimana komitmen dan tanggung jawab pelaksana reklamasi pascatambang?

Kegiatan reklamasi merupakan upaya pengelolaan tanah akibat dampak dari kegiatan pertambangan yang dilanjutkan dengan kegiatan revegetasi untuk mengembalikan fungsi ekosistem mendekati kondisi aslinya. Kewajiban reklamasi menjadi kewajiban pemegang IUP dalam rangka compliance kewajiban pemegang IUP. Tujuan utama reklamasi pascatambang bagi pemerintah adalah untuk meningkatkan daya dukung lahan

bekas tambang yang pengelolaannya menjadi kewenangan pemerintah agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat dan meningkatkan daya dukung lingkungan.Bagaimana peranan para pihak terkait terhadap keberhasilan reklamasi ?

Dalam pelaksanaanya reklamasi harus direncanakan dan dilakukan secara intensif. Kendala awal dalam pelaksanaan reklamasi dapat terjadi pada saat penempatan jaminan reklamasi. Pemerintah Daerah sebagai pemberi ijin harus memiliki kapasitas untuk menilai rencana reklamasi yang diajukan oleh pemegang IUP sehingga besaran jaminan reklamasi dapat tepat sesuai dengan kebutuhan aktual reklamasi dan menghindari perilaku mine and run. Peran pemerintah daerah sangat perlu ditingkatkan sehingga pelaksanaan reklamasi pasca tambang dapat di monitoring dan dievaluasi dengan efektif dan efesien. Upaya apa yang harus dilakukan untuk mewujudkan keberhasilan reklamasi pascatambang?

Pelatihan teknis reklamasi tambang dimulai dari perencanaan, implementasi sampai dengan monitoring dan evaluasi perlu digencarkan untuk aparatur pemerintah termasuk inspektur pertambangan, pemegang IUP,masyarakat, lembaga penelitian, dan pihak terkait lainnya. Tentunya pelatihan ini harus dilakukan oleh pakar/ lembaga pelaksana reklamasi yang teruji kompetensi dan kualifikasinya. Selanjutnya, adanya lembaga sertifikasi pelaksana reklamasi (konsultan) dapat menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan kemajuan reklamasi. Konsultan merupakan pelaksana reklamasi yang dapat ditunjuk oleh pemegang IUP maupun pemerintah dalam melaksanakan reklamasi. Sertifikasi pelaksana reklamasi /konsultan reklamasi perlu dilakukan guna untuk mengukur kompetensi dan kapabilitas dalam melaksanakan dan memberi arahan kepada perusahaan tambang dalam melakukan reklamasi. Hal ini sangat diperlukan karena peran konsultan reklamasi sangat krusial sehingga kapasitas dan komitmennya harus terukur melalui sertifikasi konsultan reklamasi tambang.

—Rina Kristanti (E37) dan Zahra Firdausi (E48)

dimana termasuk didalamnya adalah kegiatan reklamasi yang merupakan kegiatan civil engeener dalam kegiatan pascatambang. Perkembangan reklamasi pascatambang saat ini dapat dikatakan masih cukup lambat. Apa yang menyebabkan kemajuan proses reklamasi pascatambang dapat dikatakan lambat?

Kapasitas pelaksana dan pemantauan reklamasi pascatambang menjadi kendala utama kemajuan reklamasi pascatambang saat ini. Selain itu profesionalisme yang dalam hal ini adalah profesionalisme dari pelaksana reklamasi baik dari pemegang izin usaha pertambangan (IUP) maupun konsultan reklamasi menjadi kendala yang serius. Hal ini bisa disebabkan karena tidak adanya sertifikasi atau pengujian kompetensi untuk pelaksana teknis reklamasi tambang sehingga kapasitas pelaksana atau operator reklamasi masih belum dapat diukur secara tepat. Kendala profesionalitas dapat juga dilihat dari segi jumlah aparatur yaitu dari pemerintah baik pusat maupun daerah, serta tenaga teknis reklamasi dari perusahaan juga masih sangat terbatas. Bila kita melihat dari sisi kapasitas dan kapabilitas, salah satu faktor penghambat reklamasi yakni masih minimnya kapabilitas aparatur pemerintah dalam menentukan kebijakan, menetapkan peraturan yang komprehensif, dan implementasi monitoring evaluasi reklamasi. Apa saja yang perlu ditingkatkan dalam pelaksanaan teknis reklamasi pascatambang?

Kapasitas dan kapabilitas tenaga teknis reklamasi disini cukup berpengaruh bagi keberhasilan reklamasi. Tenaga teknis reklamsi yang dimiliki oleh perusahaan juga masih perlu ditingkatkan.Transfer knowledge ataupun technology dari pakar-pakar reklamasi tambang sangat perlu dilakukan sehingga pelaksana/tenaga teknis reklamasi pascatambang nantinya dapat mengambil tindakan maupun keputusan yang tepat, efektif, dan efesien dalam pelaksanaan reklamasi pascatambang.Bagaimana perkembangan reklamasi dari segi sosial, teutama terhadap masyarakat lokal ?

Melibatkan masyarakat dalam pelaksanaan teknis reklamasi juga merupakan salah satu faktor yang dapat

Page 80: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest80 f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

ANGELA LEEkegiatan tambang bukan untuk keuntungan sendiri

Bagi Angela Lee kelestarian lingkungan sangat penting bagi semua makhluk hidup. Kegiatan pertambangan yang dilakukan di kawasan hutan cukup merusak lingkungan, “Hutan merupakan paru-paru dunia, kalau hutan tidak dilestarikan, alamat kiamat deh dunia ini hahaha”, kata salah satu finalis D’ Academy Celebrity pada Forest Digest.

Menurut aris cantik berumur 29 tahun ini kegiatan pertambangan yang dilakukan harus benar-benar memikirkan orang lain dan lingkungan sekitar tidak hanya untuk memikirkan keuntungan sendiri, tetapi memikirkan orang lain juga.

Selain itu pembuangan limbah bekas tambang harus dibuang ke tempat yang cukup aman, sehingga tidak akan merusak lingkungan dan tidak merugikan makhluk hidup termasuk manusia, hewan, dan tanaman. Oleh karena itu, penanaman kembali lahan bekas tambang pastinya harus dilaksanakan untuk kelestarian lingkungan dan kebersihan lingkungan tetap terjaga. Kita sebagai makhluk hidup memiliki tugas untuk menjaga alam lingkungan ini agar tetap lestari.

bintang

Page 81: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest 81f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

SEVENTEEN

tanggung jawab perusahaan tambang

“Perusahaan tambang yang sudah diberikan izin tambang seharusnya wajib bertanggung jawab setelah kontrak tambangnya selesai” kata Ifan, vokalis group band yang bernama Seventeen dalam wawancara bersama Forest Digest. Hal ini harus menjadi perhatian pemerintah dan perlu adanya peraturan yang jelas untuk mengembalikan keutuhan ekosistem bekas tambang tersebut. Setelah kegiatan pertambangan selesai perlu dilakukan penanaman kembali pada lahan tersebut untuk mengembalikan keutuhan ekosistem yang rusak.

Grup band yang beranggotakan Ifan, Bani, Herman, dan Andi ini menyoroti masalah sistem pembuangan limbah di sekitar lahan pertambangan menjadi masalah yang cukup serius. “Kadang-kadang kita tidak mengetahui dan menyadari bahwa ternyata di sekitar lahan pertambangan tersebut masih banyak pemukiman penduduk”, kata salah satu personil Seventeen. Sebagai contoh adalah adanya penambang liar, banyak warga sekitar lahan tambang memanfaatkan limbah yang terdapat unsur kimianya. Hal ini yang cukup membahayakan warga dan juga penambang liar. Oleh karena itu sangat diperlukan peraturan untuk mengendalikan sistem pembuangan limbah yang baik dan benar.

Menurut grup band pelantun lagu “Selalu Mengalah” ini hutan merupakan suatu keutuhan dari alam, hutan pasti memiliki lingkaran ekosistem termasuk didalamnya ada proses rantai makanan. Ketika di dalam sebuah lingkaran ekosistem tersebut terdapat kegiatan penambangan, pasti akan sangat mempengaruhi lingkungan tersebut seperti binatang-binatang akan mati, dan pohon-pohon akan hancur. Selain itu masalah kebersihan dan kesehatan air di sekitar lahan tambang juga menjadi masalah yang utama. Oleh karena itu, dari peraturan-peraturan yang sudah ada terkait izin pertambangan ini perlu ditingkatkan penerapannya dan harus ditegaskan agar benar-benar terlaksana tanggung jawabnya sesuai dengan pertauran yang berlaku.

Page 82: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest82 f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

OASE

Etika menurut bahasa Yunani Kuno berasal dari kata ethos (tunggal) atau ta etha (tunggal) yang berarti watak, kebiasaan, dan adat istiadat. Pengertian etika ini berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada hidup seseorang maupun suatu masyarakat, yang diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lain. Etika merupakan cabang dari ilmu filsafat dan lebih luas lagi filsafat bagian dari ilmu pengetahuan. Etika mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian

moral. Konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab merupakan cakupan analisis dan penerapan dari Etika, sehingga hal yang dikatakan baik itu apabila sesuai dengan “kebiasaan” masyarakat atau dikatakan sudah beretika.

Etika berkembang dengan proses evolusi ekologis, etika diartikan sebagai pembatasan atas kebebasan untuk bertahan hidup (List 2000). Sedangkan secara filosofis, etika adalah diferensiasi sosial dari kegiatan anti sosial. Awalnya, etika hanya mengenai hubungan antar individu dan selanjutnya hubungan antara individu dengan masyarakat.

Salah satu tokoh etika lahan adalah Aldo Leopold yang memberikan arahan penting mengenai tata cara dalam beretika dengan hutan melalui teorinya yang paling dikenal adalah The Land Ethic (List 2000) yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Keraf (2002) menjadi Etika Bumi. Konsep awal Aldo Leopold tentang kehutanan dipengaruhi oleh filosofi konservasi terhadap sumberdaya dan agak berorientasi produksi serta fokus pada kayu, daerah penggembalaan dan manajemen satwa liar. Leopold bertujuan meningkatkan minat pemerintah dan pihak-pihak yang menggunakan lahan untuk tujuan ekstraktif, seperti peternakan dan pengusahaan kayu. Leopold berusaha menyatukan dan memahami kegiatan manusia berbasis lahan yang salah satunya dapat diartikan manusia sebagai pengelola hutan.

Rimbawan didefiniskan sebagai seseorang yang mempunyai pendidikan kehutanan dan atau pengalaman di bidang kehutanan dan terikat dengan norma-norma (Kode Etik Rimbawan), atau yang memiliki dedikasi dan loyalitas yang tinggi terhadap upaya melestarikan hutan dan lingkungan yang diwujudkan dengan tindakan.

Etika Rimbawan di Indonesia baru mulai diarusutamakan setelah terjadinya kerusakan hutan yang cukup tinggi. Pemanfaatan hutan yang mengedepankan kepentingan material semata dan juga setelah adanya momentum reformasi pada tahun 1998. Indonesia telah mencoba mengembangkan bagaimana seharusnya beretika dalam mengelola hutan,

terutama dari sisi Rimbawan sebagai pengelola hutan. Pada tanggal 4 November 1999, sebanyak 81 tokoh kehutanan Indonesia berkumpul dan menghasilkan Deklarasi Cangkuang, Sukabumi yang berisi Kode Etik Rimbawan, sebagai berikut:

1) Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.2) Menempatkan hutan alam sebagai bagian dari upaya

mewujudkan martabat dan integritas bangsa di tengah bangsa-bangsa lain sepanjang jaman.

3) Menghargai dan melindungi nilai-nilai kemajemukan sumberdaya hutan dan sosial budaya setempat.

4) Bersikap obyektif dalam melaksanakan segenap aspek kelestarian fungsi ekonomi, ekologi dan sosial hutan secara seimbang dimanapun dan kapanpun bekerja dan berdarma bakti.

5) Menguasai, meningkatkan, mengembangkan, mengamalkan ilmu dan teknologi berwawasan lingkungan dan kemasyarakatan yang berkaitan dengan hutan dan kehutanan.

6) Menjadi pelopor dalam setiap upaya pendidikan dan penyelematan lingkungan dimanapun dan kapanpun rimbawan berada.

7) Berprilaku jujur, bersahaja, terbuka, komunikatif, bertanggung gugat, demokratis, adil, ikhlas dan mampu bekerjasama dengan semua pihak sebagai upaya dalam mengemban profesinya.

8) Bersikap tegar, teguh dan konsisten dalam melaksanakan segenap bidang gerak yang diembannya, serta memiliki kepekaan, proaktif, tanggap, dinamis dan adaptif terhadap perubahan lingkungan strategis yang mempengaruhinya baik di tingkat lokal, nasional, regional, dan global.

9) Mendahulukan kepentingan tugas rimbawan dan kepentingan umum (public interest) saat ini dan generasi yang akan datang, di atas kepentingan-kepentingan lain.

10) Menjunjung tinggi dan memelihara jiwa korsa rimbawan.Deklarasi Cangkuang yang berisikan Kode Etik Rimbawan

tersebut dapat dimaknai sebagai peringatan bagi para pengelola hutan bahwa hutan merupakan pengejawantahan dari unsur bumi, air, udara, sinar matahari, dan alam hayati, sebagai kesatuan menurut ruang dan waktu. Hutan bukanlah milik manusia, melainkan anugerah Tuhan YME yang memiliki keterbatasan daya dukung, karena adanya keterbatasan manusia dalam proses pemanfaatannya untuk kesejahteraan rakyat. Hutan harus dikelola sebagai satu kesatuan ekosistem, yang dalam pemanfaatannya harus terus mempertimbangkan kelestarian fungsi dan manfaatnya, serta selalu berazaskan keadilan, kerakyatan, demokratis, partisipatif, keterbukaan, keterpaduan, kejujuran, dan bertanggung gugat.

— Drajad Kurniadi

ETIKA RIMBAWAN

Page 83: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest 83f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7

karena hutan harus lestari,informasi mesti terbagi

Iklan & Pemesanan :[email protected] Kurniadi (081317959392)

F rest D gest

Page 84: F rest D gest reklamasi untuk siapa · buku AD/ART IPKINDO ... berkedudukan di Desa Seliman Kecamatab Trawas, ... BRI Tbk oleh Kepala Kancab BRI Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta,

F rest D gest84 f e b r u a r i - a p r i l 2 0 1 7