f. divre i medan -...

79
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang Dalam Mengurangi Beban Jalan” Laporan Akhir V-193 F. DIVRE I Medan 1. Prasaran Perkeretaapian Barang DIVRE I Medan a. Jalan Rel Dengan memperhatikan tipe rel di DIVRE I Medan dimana masih terdapat tipe rel 25, tipe rel 33, tipe rel 41/42 maka sebaiknya tipe rel tersebut diganti dengan tipe R 54. Hal ini dimaksudkan agar kapasitas daya tahan rel akan lebih mapan untuk beban barang yang lebih besar. Dengan demikian sebagian angkutan barang melalui jalan lintas Sumatera akan dapat secara bertahap dialihkan melalui angkutan Kereta Api Barang. Sekarang ini kondisi jalan raya lintas Sumatera sudah melampaui kapasitas jalan. Hal ini dapat dilihat bahwa dibeberapa titik jalan raya lintas Sumatera telah mengalami kemacetan yang pada hakekatnya akan mengganggu kelancaran lalu lintas angkutan barang. Dilain pihak, tingkat kerusakan jalan raya pun semakin cepat seiring dengan kepadatan lalu lintas angkutan barang berikut muatan masing-masing angkutan. Untuk melihat bagaimana kondisi dan tipe rel di DIVRE I Medan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 5.190. Kondisi dan Jenis Rel yang ada pada DIVRE I Medan U r a i an Jumlah Dalam Satuan Kondisi Km M M 2 Unit Panjang rel Operasi & Emplasemen KA DIVRE I Medan 474,065 - Type rel R 25 80,95 Baik - Type rel R 33 115,042 Baik - Type rel R 41/42 233,528 Baik - Type rel R 50 - - - Type rel R 54 33,070 Baik Sumber : Survey DIVRE I Medan,2013. Pada DIVRE I Medan masih terdapat rel tipe R 25, R 33 dan R 41/42, dimana tipe rel ini tidak mampu lagi menerima penambahan beban, tekanan gandar yang makin besar, goncangan, gaya vertikal, lateral dan longitudinal. Sesuai pertambahan beban kereta api, apabila muatan barang dialihkan dari angkutan jalan sedangkan angkutan barang dan penumpang kereta api eksisting sebesar 373.580 ton/tahun, maka rel tipe R 25, R 33 dan R 41/42 sudah perlu diganti dengan tipe rel R 54. Dari klasifikasi rel yang ada di Indonesia, R Tipe R 54 rel yang mempunyai keunggulan dibandingkan dengan Tipe R 25, R 33 dan R 41/42. Oleh karena itu tipe R 54 ini dapat digunakan diseluruh lintasan di DAOP dan DIVRE untuk keseragaman rel, meskipun pelaksanaannya melalui pentahapan. Berdasarkan hasil survey pada DIVRE I Medan terdapat panjang rel keseluruhan 502,03 km, terdiri dari type R25 sepanjang 80,95 km, type R33 sepanjang 115,042 km, type R41/42 sepanjang 233,528 km, type R54 sepanjang 33,070 km. Kondisi rel semua type adalah baik dan rel Tipe R 54 adalah rel yang dominan di DIVRE I Medan. Secara singkat jalur angkutan kereta api barang di DIVRE I Medan dapat dilihat pada gambar berikut

Upload: phungcong

Post on 02-Mar-2019

240 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-193

F. DIVRE I Medan 1. Prasaran Perkeretaapian Barang DIVRE I Medan

a. Jalan Rel

Dengan memperhatikan tipe rel di DIVRE I Medan dimana masih terdapat tipe

rel 25, tipe rel 33, tipe rel 41/42 maka sebaiknya tipe rel tersebut diganti dengan

tipe R 54. Hal ini dimaksudkan agar kapasitas daya tahan rel akan lebih mapan

untuk beban barang yang lebih besar. Dengan demikian sebagian angkutan

barang melalui jalan lintas Sumatera akan dapat secara bertahap dialihkan

melalui angkutan Kereta Api Barang. Sekarang ini kondisi jalan raya lintas

Sumatera sudah melampaui kapasitas jalan. Hal ini dapat dilihat bahwa

dibeberapa titik jalan raya lintas Sumatera telah mengalami kemacetan yang pada

hakekatnya akan mengganggu kelancaran lalu lintas angkutan barang. Dilain

pihak, tingkat kerusakan jalan raya pun semakin cepat seiring dengan kepadatan

lalu lintas angkutan barang berikut muatan masing-masing angkutan. Untuk

melihat bagaimana kondisi dan tipe rel di DIVRE I Medan dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel 5.190. Kondisi dan Jenis Rel yang ada pada DIVRE I Medan

U r a i an Jumlah Dalam Satuan

Kondisi Km M M2 Unit

Panjang rel Operasi & Emplasemen

KA DIVRE I Medan 474,065

- Type rel R 25 80,95

Baik

- Type rel R 33 115,042

Baik

- Type rel R 41/42 233,528

Baik

- Type rel R 50 - -

- Type rel R 54 33,070 Baik

Sumber : Survey DIVRE I Medan,2013.

Pada DIVRE I Medan masih terdapat rel tipe R 25, R 33 dan R 41/42, dimana

tipe rel ini tidak mampu lagi menerima penambahan beban, tekanan gandar yang

makin besar, goncangan, gaya vertikal, lateral dan longitudinal. Sesuai

pertambahan beban kereta api, apabila muatan barang dialihkan dari angkutan

jalan sedangkan angkutan barang dan penumpang kereta api eksisting sebesar

373.580 ton/tahun, maka rel tipe R 25, R 33 dan R 41/42 sudah perlu diganti

dengan tipe rel R 54. Dari klasifikasi rel yang ada di Indonesia, R Tipe R 54 rel

yang mempunyai keunggulan dibandingkan dengan Tipe R 25, R 33 dan R

41/42. Oleh karena itu tipe R 54 ini dapat digunakan diseluruh lintasan di DAOP

dan DIVRE untuk keseragaman rel, meskipun pelaksanaannya melalui

pentahapan.

Berdasarkan hasil survey pada DIVRE I Medan terdapat panjang rel keseluruhan

502,03 km, terdiri dari type R25 sepanjang 80,95 km, type R33 sepanjang 115,042

km, type R41/42 sepanjang 233,528 km, type R54 sepanjang 33,070 km. Kondisi

rel semua type adalah baik dan rel Tipe R 54 adalah rel yang dominan di DIVRE

I Medan. Secara singkat jalur angkutan kereta api barang di DIVRE I Medan

dapat dilihat pada gambar berikut

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-194

Gambar 5.72 Jaringan Material Rel di DIVRE I Medan

Sumber : Survey DIVRE I Medan, 2013

Secara rinci material Rel di DIVRE I Medan terdiri dari tipe rel 54 , tipe rel

41/42, tipe rel 33 dan tipe rel 25 yang mempunyai panjang keseluruhan 502,03

km terdapat pada tabel berikut.

Tabel 5.191. Kondisi dan Jenis Rel yang ada pada DIVRE I Medan

Lintas Tipe Rel (R) Panjang Lintas

(Km)

A. Lintas Raya

Medan – Lubukpakam R-41/42

R-33

14,200

15,166

Lubukpakam – Rambutan R-41/42

R-33

10,542

35,126

Rambutan – Tebing tinggi R-33 5,508

Tebing tinggi – Perlanaan R-41/42

R-33

17,220

16,291

Perlanaan – Seibeyjangkar R-41/42 23,704

Seibeyjangka – Bunut R-41/42 12,990

Bunut – Kisaran R-41/42 2,992

Kisaran – Hangelo R-41/42 15,703

Hangelo – Puluraja R-41/42 19,967

Puluraja – Membangmuda R-41/42 16,081

Membangmuda – Siutungir R-41/42 9,489

Siutungir – Rantaupapat R-41/42 52,632

Medan – Hulubraian R-41/42 4,655

Hurubraian – Belawan R-41/42 19,315

B. Lintas Cabang Operasi

Binjai – Satabat R-25 22,427

Stabat – Tg Slamat R-25 10,336

Tg Slamat – Tg Pura R-25 13,701

Tg Pura – Pangkalan Brandan R-25 19,451

Pangkalan Brandan – Beisitan R-25 14,990

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-195

Lintas Tipe Rel (R) Panjang Lintas

(Km)

Tebing tinggi – Dologmarangir R-41/42

R-33

6,342

22,200

Dologmarangir – Sirpamatang

siantar

R-54

R-41/42

R-33

12,367

6,496

1.062

Kisaran – Tg Balai R-54 20,703

Binjai – Kuala R-41/42

R-33

1,200

19,689

C. Data Material Jalan Rel di

Emplasemen Stasiun

R-25

R-33

R-41/42

18,395

54,03

9,315

D. Data Material Jalan Rel di

Emplasemen Balayasa dan

Dipo

R-25 6,372

Sumber : Data Aset Produksi Sarana dan Prasarana Kereta Api, 2012

Penggunaan jenis rel yang berbeda-beda pada DIVRE I Medan mengakibatkan

rendahnya kecepatan operasi kereta api. Melihat karakteristik tipe rel yang ada

di DIVRE I Medan maka beberapa strategi yang bisa ditempuh untuk dapat

menambah kapasitas prasarana jaringan kereta api khususnya rel maka perlu

dilakukan beberapa skenario, dengan melihat strategi tersebut maka prioritas

pertama adalah pergantian tipe rel 25 sepanjang 80,95 km dan tipe rel 33

sepanjang 115,042 km dan tipe rel 41/42 sepanjang 233,528 km sehingga total

keseluruhan panjang rel yang perlu diganti dalam rangka mengantisipasi

pengalihan sebagian angkutan barang dari jalan raya ke angkutan barang kereta

api sepanjang 429,52 km.

Tabel 5.192. Usulan pergantian rel dengan skenario pada DIVRE I Medan

No Pergantian tipe rel

Skala

Prioritas

I II

1 Tipe R 25 80,95

2 Tipe R 33 115,042

3 Tipe R 41/42 233,528

Total 195,992 233,528

Sumber: Hasil Survey dan Olahan Konsultan, 2013

b. Bantalan Rel

Berdasarkan hasil survey bantalan pada lokasi studi di DIVRE I Medan

bahwasanya terdapat jenis bantalan yang beraneka ragam, dimana berdasarkan

kondisi dilapangan di DIVRE I Medan bantalan kayu terdapat sepanjang 120,39

km dan bantalan beton sepanjang 381,640 km. Artinya dilapangan sudah lebih

dominan bantalan yang terbuat dari beton dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel 5.193. Kondisi Bantalan pada DIVRE I Medan

No U r a i an Jumlah Dalam Satuan

Kondisi Km M M2 Unit

1 Jenis Bantalan

- Besi -

- Kayu 120,39 - Baik

- Beton 381,640 - Baik

Sumber : Survey DIVRE I Medan,2013

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-196

Secara singkat peta bantalan kayu dan bantalan beton di DIVRE I Medan dapat

dilihat pada gambar berikut.

Gambar 5.73. Jaringan Material Bantalan di DIVRE I Medan

Untuk melihat bantalan beton pada setiap lintas di DIVRE I Medan dapat dilihat

pada tabel berikut

Tabel 5.194. Keberadaan Jenis bantalan pada DIVRE I Medan

Lintas

Jenis Bantalan/ panjang bantalan

Kayu

(km)

Besi

(km)

Beton

(km)

A. Lintas Raya

Medan – Lubukpakam 29,366

Lubukpakam - Rambutan 45,668

Rambutan – Tebing tinggi 5,508

Tebing tinggi – Perlanaan 33,511

Perlanaan - Seibeyjangkar 23,764

Seibeyjangka – Bunut 12,990

Bunut – Kisaran 2,992

Kisaran – Hangelo 15,703

Hangelo – Puluraja 19,967

Puluraja – Membangmuda 16,081

Membangmuda – Siutungir 9,489

Siutungir – Rantaupapat 52,632

Medan – Hulubraian 4,655

Hurubraian – Belawan 19,315

B. Lintas Cabang Operasi

Binjai – Satabat 22,427

Stabat – Tg Slamat 10,336

Tg Slamat – Tg Pura 13,701

Tg Pura – Pangkalan Brandan 19,451

Pangkalan Brandan – Beisitan 14,990

Tebing tinggi – Dologmarangir 28,542

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-197

Lintas

Jenis Bantalan/ panjang bantalan

Kayu

(km)

Besi

(km)

Beton

(km)

Dologmarangir – Sirpamatang siantar 19,925

Kisaran – Tg Balai 20,703

Binjai – Kuala 20,889

C. Data Material Jalan Rel di

Emplasemen Stasiun

33,113

D. Data Material Jalan Rel di

Emplasemen Balayasa dan Dipo

6,372

Total 120,39 381,640

Sumber : Data Aset Produksi Sarana dan Prasarana Kereta Api, 2012

Berdasarkan data panjang rel untuk lintas operasi yang menggunakan bantalan beton untuk DIVRE I Medan adalah sepanjang 391,646 km, dengan jarak antar bantalan beton 60 cm, sesuai dengan standar yang disyaratkan untuk keselamatan,keamanan,dan kenyamanan dalam buku Peraturan Dinas 10 PT KAI (Persero). Sementara bantalan kayu sepanjang 82,418 km dan bantalan besi sepanjang 391,646 km. Dalam rangka pengalihan angkutan barang melalui jalan raya Lintas Sumatera untuk jenis BBM dari Labuan – Kisaran , untuk CPO dari Pulubrayan – Pamatang siantar dan dari Rantau - Prapat maka diperlukan pergantian bantalan kayu sepanjang 82,418 km menjadi bantalan beton. Hal ini dimaksudkan untuk memperkokoh jalan rel sebagai lintasan angkutan kereta api barang. Dengan pergantian tipe bantalan kayu menjadi beton diharapkan beban jalan pantura Jakarta – Surabaya yang sampai saat ini kurang mampu lagi menampung angkutan barang truk. Dibeberapa titik jalan Lintas Sumatera telah menunjukan adanya kemacetan pada jam-jam tertentu yang pada hakekatnya menggangu kelancaran arus lalu lintas barang Jawa-Sumatera.

c. Penambat rel

Berdasarkan hasil survey dari lokasi studi ternyata terdapat beberapa tipe

penambat yang digunakan dan untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut.

Tabel 5.195. Kondisi Penambat pada lintasan DIVRE I Medan

U r a i an Jumlah Dalam Satuan

Kondisi Km M M2 Unit

Penambat

- Penambat Elastik 381,64 - Baik

- Penambat Kaku 120,41 - Baik

Sumber : Survey DIVRE I Medan, 2013

Pada DIVRE I Medan dapat dilihat jenis penambat rel yang ada yaitu : Penambat

elastik terdapat 381,64 km sedangkan penambat kaku mencapai 120,41km.

Sekarang ini kedua jenis penambat tersebut berada dalam kondisi yang baik.

Secara singkat penggunaan penambat elastik maupun penambat kaku dapat

dilihat pada gambar berikut.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-198

Gambar 5.74. Jaringan Material Penambat di DIVRE I Medan

Dengan memperhatikan kondisi dan penggunaan penambat di DIVRE I Medan

serta dihubungkan dengan beberapa teori seperti yang diuraikan sebelumnya

terutama dalam ketahanan beban angkutan kereta api barang sekarang ini di

DIVRE I Medan sudah menggunakan penambat elastik.

Mengingat adanya upaya pengalihan angkutan barang melalui jalan Lintas

Sumatera untuk jenis BBM dari Labuan – Kisaran , untuk CPO dari Pulubrayan

– Pamatang siantar dan dari Rantau - Prapat dimana sekarang ini sudah

melampaui batas yang telah ditentukan maka diperlukan pemberdayaan

angkutan barang kereta api. Tetapi untuk menjamin ketahanan penambat

diperlukan strategi pergantian dari penambat kaku menjadi penambat elastik.

Hal ini sangat diutamakan mengingat beberapa teori dan prospektif angkutan

barang melalui kereta api.

Salah satu strategi yang bisa ditempuh adalah mengganti penambat kaku

sepanjang 120,41 km menjadi penambat elastik. Dengan demikian diharapkan

kemampuan penambat dengan bantalan dan rel seperti dijelaskan sebelumnya

akan menjadi harmonis. Secara singkat strategi atau penggantian penambat

tersebut di DIVRE I Medan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.196. Usulan pergantian penambat dengan skenario pada DIVRE I

Medan

No Lintasan

Jenis Material Panjang

(Km)

Diganti

Dengan Penambat

Alasan

Penggantian

Kaku Elastis Skenario

I

Skenario

II

1 DIVRE I

MEDAN 120,41 Elastik

Ganda

- Tidak mampu

lagi

menambatkan

rel pada

bantalan

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-199

No Lintasan

Jenis Material Panjang

(Km)

Diganti

Dengan Penambat

Alasan

Penggantian

Kaku Elastis Skenario

I

Skenario

II

sedemikian

rupa sehingga

kedudukan rel

tetap tegak

dan tidak

bergeser

2 120,41 - - Tidak boleh

dipakai untuk

semua kelas

jalan rel

Sumber : Hasil Olahan Konsultan, 2013

Penambat kaku yang akan digantikan menjadi penambat elastik terdapat di lintas

Binjai – Stabat sepanjang 22,42 km, Stabat – Tg Slamet sepanjang 10,33 km, Tg

Slamet – Tanjung Pura sepanjang 13,70 km, Tg Pura – Pangkalan Brandan

sepanjang 19,45 km ,Pangkalan Brandan – Besitan sepanjang 14,90 km, lintas

emplasemen stasiun sepanjang 33,11 km dan di Dipo Balaiyasa sepanjang 6,37

km. Perbedaan jenis penambat ini praktis telah berpengaruh pada kecepatan

kereta api. Dengan penggantian penambat kaku menjadi penambat elastik

dampak positifnya telah mampu digunakan pada semua kelas jalan rel, kecuali

jalan rel kelas lima (5). Di lain pihak pemeliharaannya juga menjadi ringan.

Penambat elastik pada dasarnya telah mampu mengeliminasi gaya lateral akibat

pergerakan dinamis roda yang bergerak diatas rel.

Alternatif lain sebagai salah satu skenario pilihan adalah menggunakan penambat

elastik ganda. Karena penggunaan penambat elastik ganda telah mampu

meredam getaran yaitu mengurangi pengaruh getaran pada rel terhadap bantalan.

Selain meredam getaran, juga mampu menghasilkan gaya jepit (clamping force)

yang tinggi dan juga mampu memberikan perlawanan rangkak (creep

resistence). Penggantian penambat kaku menjadi penambat elastik ganda adalah

agar mampu menahan beban yang besar untuk angkutan barang kereta api.

Penggunaan penambat elastik tunggal maupun elastik ganda sangat relevan

terhadap penggunaan tipe rel 54 dan bantalan yang terbuat dari beton.

d. Sebidang tanah untuk tumpukan rel

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi Rata-rata lebar tanah DIVRE I Medan

untuk tumpuan di sepanjang rel KA untuk spoor tunggal lurus 6 m, lengkung 8

m. Untuk spoor ganda spoor raya lurus 8 m, lengkung 10 m. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.197. Lebar rata-rata tanah untuk tumpuan rel

No U r a i an Jumlah Dalam Satuan

Km M M2 Unit

1

Rata-Rata lebar tanah untuk tumpuan di

sepanjang

jalan rel KA

- Untuk spor tunggal spor raya

- lurus 6 mt

- lengkung 8 mt

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-200

No U r a i an Jumlah Dalam Satuan

Km M M2 Unit

- Untuk sp ganda spor raya

- lurus 8 mt

- lengkung 10 mt

Sumber : DIVRE I Medan

Berkaitan dengan pengalihan barang dari jalan lintas Sumatera ke angkutan

kereta api barang maka tubuh jalan rel perlu dipertahankan dimensi dan

kondisinya melalui pemeliharaan dengan pematusan (suatu kegiatan

pengambilan air dari tubuh jalan dan tergenang air) .

e. Jembatan

Berdasarkan hasil survey dari lokasi studi pada DIVRE I Medan kondisi

jembatan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.198. Kondisi jembatan pada DIVRE I Medan

No U r a i an Jumlah Dalam Satuan Kondis

i Km M M2 Unit

1 Jenis Jembatan

- Jembatan besi/baja 2,91 193 Baik

- Jembatan beton 0,24 75 Baik

Sumber : DIVRE I Medan 2013

Ternyata dari data yang diperoleh pada DIVRE I Medan memiliki jembatan besi

atau baja sepanjang 2,91 km, sementara jembatan beton terdapat 0,24 km dengan

kondisi yang baik. Berkaitan dengan peningkatan beban di lintas operasi kereta

api, maka jembatan yang ada perlu dipersiapkan kemampuannya dengan

mengganti jembatan yang terbuat dari konstruksi baja/ besi menjadi konstruksi

beton. Pergantian tersebut tentunya dilakukan secara bertahap sesuai dengan

skala prioritas yang perlu diganti pada setiap lintas.

Dengan adanya pengalihan angkutan barang melalui jalan Lintas Sumatera jenis

BBM dari Labuan – Kisaran , untuk CPO dari Pulubrayan – Pamatang siantar

dan dari Rantau - Prapat ke angkutan barang kereta api maka salah satu alternatif

strategi yang dapat ditempuh adalah mengantisipasi prasarana yang mampu

menahan beban yang relatif besar. Salah satu prasarana angkutan kereta api

barang yang memiliki kontribusi besar untuk menjamin arus lalu lintas barang

melalui jalan kereta api adalah menggantikan secara berkala konstruksi yang

terbuat dari baja/besi menjadi konstruksi yang terbuat dari beton. Dengan

demikian pergantian konstruksi baja atau besi menjadi beton adalah senada

dengan kemampuan rel tipe 54 dan bantalan yang terbuat dari beton berikut

penambat yang terbuat dari elastik ganda. Kebijakan ini ditempuh mengingat

jalan lintas Sumatera melalui angkutan truk, sekarang ini telah berdampak pada

kemacetan dibeberapa titik, dan dilain pihak arus lalu lintas barang melelui jalan

pantura memakan waktu lebih banyak. Aspek lain juga mengakibatkan kondisi

jalan menjadi rusak disebabkan karena tonase sesuai dengan angkutan tidak

sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-201

f. Gorong-gorong (box culvert)

Berdasarkan hasil survey di DIVRE I Medan Gorong-gorong beton terdapat 712

unit dengan kondisi baik. Gorong-gorong tersebut terbuat dari beton dan untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.199. Kondisi gorong-gorong pada DIVRE I Medan

U r a i an Jumlah Dalam Satuan

Kondisi Km M M2 Unit

Gorong gorong

- Kayu

- Beton 712 Baik

Sumber : Hasil Survey DIVRE I Medan, 2013.

Gorong-gorong yang ada di DIVRE I Medan masih perlu dipertahankan

mengingat gorong-gorong yang terbuat dari beton memiliki daya tahan yang

relatif besar sebanding dengan angkutan kereta api barang yang juga memiliki

daya angkut yang besar. Daya tahan gorong-gorong yang terbuat dari beton

sangat relevan dan/atau saling komplementer terhadap tipe rel R 54, bantalan

yang terbuat dari beton dan penambat elastik ganda serta jembatan yang

memiliki konstruksi beton. Jika jalan kereta api barang memiliki rel R 54,

bantalan terbuat dari beton dan penambat terbuat dari elastik ganda, jembatan

konstruksinya terbuat dari beton serta gorong-gorong terbuat dari beton, maka

dapat diyakinkan pengalihan barang jenis BBM dari Labuan – Kisaran , untuk

CPO Pulubrayan – Pamatang siantar dan Rantau - Prapat akan dapat terjamin

lebih lancar.

g. Terowongan

Dari hasil survey pada DIVRE I Medan tidak terdapat terowongan, sehingga

tidak adanya perbaikan terowongan yang berkaitan dengan pengalihan angkutan

barang melalui jalan keangkutan kereta api, sehingga biaya pemeliharaan

terowongan dapat dialihkan ke pos-pos pengeluaran pembiayaan operasional

yang produktif.

h. Perlintasan sebidang

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DIVRE I Medan terdapat perlintasan

kereta api yang memiliki perambuan otomatis, manual (petugas) dan tidak ada

penjaga (lintasan liar). Lebih jelasnya lihat pada tabel berikut.

Tabel 5.200. Kondisi Perlintasan sebidang manual pada DIVRE I Medan

U r a i an Jumlah Dalam Satuan

Kondisi Km M M2 Unit

Perlintasan sebidang manual

- Jumlah 254

-

Lebat rata

rata

-

Dengan pintu

pengaman Besi/kayu

Sumber : Hasil Survey pada DIVRE I Medan

Perlintasan sebidang manual 254 unit dengan lebar rata-rata 4-5 m dengan pintu

pengaman besi atau kayu.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-202

Tabel 5.201. Kondisi Perlintasan sebidang otomatis pada DIVRE I Medan

U r a i an Jumlah Dalam Satuan

Kondisi Km M M2 Unit

Perlintasan sebidang

otomatis

- Jumlah 96

-

Lebat rata

rata 4 - 5 mtr

-

Dengan pintu

pengaman Mekanik

Sumber : Hasil Survey pada DIVRE I Medan

Perlintasan sebidang pada DIVRE I Medan perlintasan sebidang manual

sejumlah 254 unit dengan lebar rata-rata 4 s/d 5 m, dan dengan pintu pengaman

besi/kayu. Sedangkan perlintasan sebidang otomatis sebanyak 96 unit.

Perlintasan sebidang manual diupayakan menjadi perlintasan sebidang otomatis

dengan menyediakan dana tambahan. Pada perlintasan sebidang terdapat daerah

pandangan yang memadai, daerah pandangan berupa segitiga pandangan. Jarak

pandang bebas bagi masinis 500 m dan bagi pengemudi minimal 150 m.

Di DIVRE I Medan terdapat perlintasan sebidang otomatis sebanyak 96 unit

dengan pintu pengaman mekanik. Sementara perlintasan sebidang manual masih

terdapat sebanyak 254 unit dengan pintu pengaman besi/ kayu. Kondisi semacam

ini dikhawatirkan akan membahayakan pada keselamatan kendaraan yang sedang

melintasi maupun terhadap kereta api barang yang memiliki muatan relatif

banyak dan frekuensi lalu lintas yang semakin tinggi. Untuk mengantisipasi

angkutan kereta api barang yang memiliki muatan lebih besar maka sebaiknya

perlintasan sebidang manual sejumlah 254 unit diganti menjadi persinyalan

otomatis. Hal ini disebabkan karena perlintasan sebidang manual masih dianggap

rawan karena masih menggunakan kayu/ besi sebagai pintu pengaman.

i. Stasiun

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi pada DIVRE I Medan terdapat lima

puluh (50) stasiun kereta api. Di antara stasiun tersebut stasiun Medan, stasiun

Belawan, stasiun Kisaran, stasiun Rantauprapat adalah termasuk stasiun kelas

besar. Kelima puluh (50) stasiun tersebut memiliki spoor yang relatif berbeda,

tetapi kondisi stasiun secara keseluruhan berada dalam kondisi yang baik. Untuk

lebih jelasnya kondisi stasiun yang berada diwilayah DIVRE I Medan dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.202. Kondisi Prasarana DIVRE I Medan

No Stasiun

Sin

gk

ata

n

Sp

oor

Let

ak

Km

Jm

l S

poor Jml Peron Akses Masuk

Jen

is

Pers

inyala

n

lbr Pjg Ada Kondisi

Lintas Mdn Belawan

1 Medan Mdn

Tunggal

0,00 7 800 Ada Baik NX

2 Pulubrayan Pub 4,655 - - Ada Baik SM

3 Titipapan Tpp 10,966 1 367 Ada Baik SM

4 Labuan Lbu 16,717 1 490 Ada Baik SM

5 Belawan Blw 21,207 3 287 Ada Baik SM

Lintas Mdn - Tn

Tunggal

6 Medanpasar Mdp 2,318 - - Ada Baik SM

7 Bandarkhalifah Bap 9,395 1 575 Ada Baik SM

8 Batangkuis Btk 15,267 1 600 Ada Baik SM

9 Araskabu Arb 22,969 1 375 Ada Baik SM

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-203

No Stasiun S i n g k a t a n

S p o o r

L e t a k K m

J m l S p o o r

Jml Peron Akses Masuk J e n i s P e r s i n y a l a n

10 Lubukpakam Lbp 29,366 2 541 Ada Baik SM

11 Perbaungan Pba 37,790 2 474 Ada Baik SM

12 Lidahtanah Ldt 45,104 1 845 Ada Baik SM

13 Teukmengkudu Tke 54,540 1 548 Ada Baik SM

14 Rampah Rph 61,850 1 660 Ada Baik SM

15 Bamban Mmb 68,850 1 535 Ada Baik SM

16 Rambutan Rmt 75,034 1 400 Ada Baik SM

17 Tebingtinggi Tbi 80,542 5 550 Ada Baik SM

Lintas Tbi-Sir 0,00

18 Lauttador Ltd 92,826 1 405 Ada Baik SM

19 Bandartinggi Bdt 98,291 1 587 Ada Baik SM

20 Bahlias Bli 109,906 1 276 Ada Baik SM

21 Perlanaan Pra 114,053 3 424 Ada Baik SM

22 Limapuluh Lmp 119,615 1 450 Ada Baik SM

23 Dusun Dsn 131,817 1 509 Ada Baik SM

24 Seibejangkar Sbj 137,757 3 262 Ada Baik SM

25 Bunut Buu 150,747 1 578 Ada Baik SM

26 Kisaran Kis 153,739 - - Ada Baik SM

27 Tanjungbalai Tnb 174,422 2 465 Ada Baik SM

Lintas Kis-Rap 0,00

28 Hangelo Hl 15,703 2 217 Ada Baik SM

29 Telukdalam Tuk 19,718 1 578 Ada Baik SM

30 Puluraja Pur 35,670 1 660 Ada Baik SM

31 Aekloba Akb 41,168 1 450 Ada Baik SM

32 Membangmuda Mbm 51,754 2 471 Ada Baik SM

33 Situngir Siu 61,240 2 295 Ada Baik SM

34 Pamingke Pme 78,452 2 276 Ada Baik SM

35 Padanghalaban Pha 88,678 3 264 Ada Baik SM

36 Merbau Mbu 94,672 2 331 Ada Baik SM

37 Rantauprapat Rap 113,872 5 288 Ada Baik SM

38 Bajalinggei Bjl 22,690 1 245 Ada Baik SM

39 Dolokmerangir Dmr 28,542 2 370 Ada Baik SM

40 Pematangsiantar Sir 48,467 2 305 Ada Baik SM

41 Sunggal Sun 8,984 - - Ada Baik SM

42 Binjei Bij 20,889 2 395 Ada Baik SM

Lintas Bij-Pbd 0,00

43 Kualbingei Kun 14,885 - - Ada Baik SM

44 Kualabegumit Kug 20,335 - - Ada Baik SM

45 Stabat Sbt 22,472 2 350 Ada Baik SM

46 Tanjungslamat Tas 32,763 - - Ada Baik SM

47 Tanjungpura Tpu 46,464 - - Ada Baik SM

48 Pangkalanbranda

n

Pbd 65,915 4 120 Ada Baik SM

49 Besitang Bsg 80,905 - - Ada Baik SM

Sumber : DIVRE I Medan, 2013

Kelancaran angkutan kereta api barang dari stasiun pemberangkatan ke stasiun

tujuan sangat dipengaruhi beberapa faktor dan salah satu faktor yang

mempengaruhi adalah jumlah spoor pada setiap stasiun. Semakin banyak jumlah

spoor di stasiun, maka arus lalu lintas keluar masuk kereta api barang ke stasiun

akan semakin lancar. Berdasarkan informasi dari pimpinan stasiun Medan,

selama ini belum ada hambatan arus lalu lintas masuk kestasiun tersebut. Hal ini

disebabkan karena jumlah spoor di stasiun Medan terdapat tujuh (7) spoor.

Karena itu untuk mengantisipasi pergerakan barang melalui angkutan kereta api

sebaiknya distasiun antara memiliki jumlah spoor sebanyak lima (5). Jumlah

spoor pada masing-masing stasiun antara diharapkan akan mampu menjamin

arus lalu lintas keluar masuk kereta api barang, Sementara distasiun antara hanya

sebagai lalu lintas angkutan kereta api barang dan bongkar muat barang. Karena

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-204

itulah jumlah spoor sebanyak enam (7) sudah memadai. Sekarang ini dibeberapa

stasiun antara sudah ada memiliki tujuh belas (5) spoor yaitu distasiun antara

Tebingtinggi dan Rantau prapatl lima (5) spoor, tetapi diantara lima puluh (50)

stasiun pada DIVRE I Medan kebanyakan stasiun hanya mempunyai lima (5)

spoor kebawah, sebaiknya stasiun antara yang memiliki lima (5) spoor kebawah

ditambah menjadi (7) spoor.

j. Emplasemen/ Peron

Kondisi Emplasemen/peron dan spoor pada DIVRE I Medan untuk lintas Medan

- Belawan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.203. Kondisi emplasemen/ peron dan spoor lintas Medan - Belawan

DIVRE I Medan

No Stasiun Kode Letak

KM

Panjang

Peron

(meter)

Spoor

Jenis Sinyal

Kondisi

Akses

Masuk Jenis

Un

it

1 Medan Mdn - 800 Tunggal 7 SE Baik

2 Pulubrayan Pub 4,655 0 Tunggal - SM Baik

3 Titipapan Tpp 10.966 361 Tunggal 1 SM Baik

4 Labuan Lbu 16,717 490 Tunggal 1 SM Baik

5 Belawan Blw 21,207 287 Tunggal 3 SM Baik

Sumber : DIVRE I Medan, 2013

Sementara kondisi emplasemen/peron dari Medan – Tebing tinggi dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel 5.204. Kondisi emplasemen/ peron dan spoor lintas Medan – Tebing

tinggi DIVRE I Medan

No Stasiun Kode Letak

KM

Panjang

Peron

(meter)

Spoor Jenis

Sinyal

Kondisi

Akses

Masuk Jenis

Un

it

1 Medanpasar Mdp 2,318 0 Tunggal - SM Baik

2 Bandarkhalifah Bap 9,395 575 Tunggal 1 SM Baik

3 Batangkuis Btk 15,267 600 Tunggal 1 SM Baik

4 Araskabu Arb 22,969 375 Tunggal 1 SM Baik

5 Lubukpakam Lbp 29,366 541 Tunggal 2 SM Baik

6 Perbaungan Pba 37,790 474 Tunggal 2 SM Baik

7 Lidahtanah Ldt 45,104 845 Tunggal 1 SM Baik

8 Teukmengkudu Tke 54,540 548 Tunggal 1 SM Baik

9 Rampah Rph 61,850 660 Tunggal 1 SM Baik

10 Bamban Mmb 68,850 535 Tunggal 1 SM Baik

11 Rambutan Rmt 75,034 400 Tunggal 1 SM Baik

12 Tebingtinggi Tbi 80,542 550 Tunggal 5 SM Baik

Sumber : DIVRE I Medan, 2013

Kondisi empalesemen / peron dari Tebing tinggi – Pamatang Siantar dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel 5.205. Kondisi emplasemen/ peron dan spoor lintas Tebing tinggi –

Pamatang Siantar DIVRE I Medan

No Stasiun Kode Letak

KM

Panjang

Peron

(meter)

Spoor Jenis

Sinyal

Kondisi

Akses

Masuk Jenis

Un

it

1 Lauttador Ltd 92,826 405 Tunggal 1 SM Baik

2 Bandartinggi Bdt 98,291 587 Tunggal 1 SM Baik

3 Bahlias Bli 109,906 276 Tunggal 1 SM Baik

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-205

No Stasiun Kode Letak

KM

Panjang

Peron

(meter)

Spoor Jenis

Sinyal

Kondisi

Akses

Masuk 4 Perlanaan Pra 114,053 424 Tunggal 3 SM Baik

5 Limapuluh Lmp 119,615 450 Tunggal 1 SM Baik

6 Dusun Dsn 131,817 509 Tunggal 1 SM Baik

7 Seibejangkar Sbj 137,757 262 Tunggal 3 SM Baik

8 Bunut Buu 150,747 578 Tunggal 1 SM Baik

9 Kisaran Kis 153,739 0 Tunggal - SM Baik

10 Tanjungbalai Tnb 174,422 465 Tunggal 2 SM Baik

Sumber : DIVRE I Medan, 2013

Kondisi empalesemen / peron dari lintas Kisaran - Rantauprapat dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel 5.206. Kondisi emplasemen/ peron dan spoor lintas Kisaran –

Rantauprapat DIVRE I Medan

No Stasiun Kode Letak

KM

Panjang

Peron

(meter)

Spoor Jenis

Sinyal

Kondisi

Akses

Masuk Jenis

Un

it

1 Hangelo Hl 15,703' 217 Tunggal 2 SM Baik

2 Telukdalam Tuk 19,718' 578 Tunggal 1 SM Baik

3 Puluraja Pur 35,670' 660 Tunggal 1 SM Baik

4 Aekloba Akb 41,168' 450 Tunggal 1 SM Baik

5 Membangmuda Mbm 51,754' 471 Tunggal 2 SM Baik

6 Situngir Siu 61,240' 295,5 Tunggal 2 SM Baik

7 Pamingke Pme 78,452' 276,5 Tunggal 2 SM Baik

8 Padanghalaban Pha 88,672' 263,7 Tunggal 3 SM Baik

9 Merbau Mbu 94,672' 331 Tunggal 2 SM Baik

10 Rantauprapat Rap 113,872 288 Tunggal 5 SM Baik

11 Bajalinggei Bjl 22,690' 245 Tunggal 1 SM Baik

12 Dolokmerangir Dmr 28,542' 370 Tunggal 2 SM Baik

13 Pematangsiantar Sir 48,467' 305 Tunggal 2 SM Baik

14 Sunggal Sun 8,984' 0 Tunggal - SM Baik

15 Binjai Bij 20,889' 395 Tunggal 2 SM Baik

Sumber : DIVRE I Medan, 2013

Selain itu kondisi empalesemen / peron dari lintas Binjai – Perbaungan dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.207. Kondisi empalesemen / peron dari lintas Binjai – Perbaungan

DIVRE I Medan

No Stasiun Kode Letak

KM

Panjang

Peron

(meter)

Spoor Jenis

Sinyal

Kondisi

Akses

Masuk Jenis

Un

it

1 Kualabingei Kun 14,885 0 Tunggal - SM Baik

2 Kualabegumit Kug 20,335' 0 Tunggal - SM Baik

3 Stabat Sbt 22,472' 350 Tunggal 2 SM Baik

4 Tanjungslamat Tas 32,763' 0 Tunggal - SM Baik

5 Tanjungpura Tpu 46,'464 0 Tunggal - SM Baik

6 Pangkalanbrandan Pbd 65,915' 120 Tunggal 4 SM Baik

7 Besitang Bsg 80,905 0 Tunggal - SM Baik

Sumber : DIVRE I Medan, 2013

Panjang peron juga merupakan salah satu indikator menjamin kelancaran arus

lalu lintas kereta api barang. Semakin panjang peron maka akan memungkinkan

beberapa kereta api barang bongkar muat sekaligus. Untuk itu untuk menjamin

arus lalu lintas kereta api barang diharapkan peron semakin panjang,.

Berdasarkan data dari lokasi studi untuk lintas Medan - Belawan peron yang

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-206

paling panjang berada pada stasiun Lidahtanah sepanjang 845 m, pada lintas

Medan – Tebing tinggi peron yang paling panjang berada pada stasiun

Batangkuis sepanjang 660 m dan 660 m untuk stasiun Puluraja pada lintas

Kisaran – Rantauprapat. Karena itu untuk mengantisipasi pengalihan barang

lintas Sumatera sebaiknya panjang peron diusulkan minimal sama dengan stasiun

Batangkuis dan Puluraja yaitu masing-masing sepanjang 660 m pada setiap

stasiun antara. Sebaiknya masing-masing stasiun memiliki panjang peron relatif

sama. Lebih jelasnya masing-masing stasiun yang berada dibawah 660 m dapat

dilihat pada tabel sebelumnya.

Sebagai gambaran pada masing-masing stasiun berada pada kisaran 120 m

(stasiun Pangkalanbrandan) – 587 m (stasiun Bandar tinggi). Untuk menjamin

kelancaran lalu lintas kereta api barang sebaiknya panjang spoor ditetapkan

masing-masing sepanjang 660 m, sehingga dengan demikian dalam waktu yang

bersamaan dapat beberapa angkutan kereta api barang untuk muat bongkar

barang.

k. Rumah Sinyal/ Train Dispatching (pengendali operasi kereta api)

Pada DIVRE I Medan, saat ini rumah sinyal dibeberapa stasiun lintas dai DIVRE

I Medan belum ada perubahan dimana hanya stasiun Medan yang memiliki

rumah sinyal elektrik, dimana pengendalian dilakukan di dalam stasiun, oleh

PPKA (Pemimpin Perjalanan Kereta Api). Pada stasiun-stasiun tertentu seperti

halnya di stasiun Belawan, stasiun Lubukpakam, stasiun Tebing tinggi, stasiun

Perlanaan, stasiun Sebaijangkar, stasiun Kisaran, stasiun Membangmuda, stasiun

Situngir, stasiun Padang Halaban, stasiun Rantau prapat, stasiun Dologmlangir,

stasiun Pamatang siantar, stasiun Binjai dan stasiun Pangkalan brandan masih

mempunyai rumah sinyal mekanik, dan lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 5.208. Jumlah rumah sinyal pada DIVRE I Medan No. Nama Stasiun Jumlah

Rumah

Sinyal

Jenis Kondisi

1 Stasiun Medan 1 Elektrik Baik

2 Stasiun Belawan 1 Mekanik Baik

3 stasiun Lubukpakam 1 Mekanik Baik

4 stasiun Tebing tinggi 1 Mekanik Baik

5 stasiun Perlanaan 1 Mekanik Baik

6 stasiun Sebaijangkar 1 Mekanik Baik

7 stasiun Kisaran 1 Mekanik Baik

8 stasiun Membangmuda 1 Mekanik Baik

9 stasiun Situngir 1 Mekanik Baik

10 stasiun Pamatang siantar 1 Mekanik Baik

11 stasiun Binjai 1 Mekanik Baik

12 stasiun Pangkalan brandan 1 Mekanik Baik

Sumber : DIVRE I Medan,2013

Berkaitan dengan peningkatan frekuensi dan jumlah angkutan kereta api barang,

sebagai akibat adanya upaya pengalihan barang dari lintas Sumatera ke angkutan

kereta api barang, maka rumah sinyal tetap dipertahankan pada stasiun besar

namun perangkatnya yang ada pada setiap stasiun antara seharusnya sudah

elektrik.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-207

l. Gardu Listrik/ Catu Daya Listrik

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas dan frekuensi perjalanan kereta api

barang akibat pengalihan barang dai jalan Pantura (Jakarta - Surabaya)

sebaiknya gardu listrik yang ada dibeberapa stasiun besar dilengkapi dengan

genset. Begitu juga halnya pada stasiun antara, selain menggunakan gardu listrik

juga dilengkapi genset tersendiri. Hal ini sangat diperlukan, bilamana sewaktu-

waktu arus listrik adari PLN mengalami pemadaman maka secara otomatis

genset yang ada dapat digunakan sebagai sumber tenaga listrik untuk menjamin

kelancaran operasional kereta api barang.

m. Persinyalan

Berdasarkan hasil studi dilokasi DIVRE I Medan bahwa semua stasiun sudah

terlayani dengan persinyalan elektrik, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel 5.209. Kondisi Persinyalan DIVRE I Medan No STASIUN SINGKATAN JENIS SINYAL KONDISI

Lintas Mdn-Blw

1 Medan Mdn SE BAIK

2 Pulubrayan Pub ME BAIK

3 Titipapan Tpp ME BAIK

4 Labuan Lbu ME BAIK

5 Belawan Blw ME BAIK

Lintas Mdn-Tn

6 Medanpasar Mdp ME BAIK

7 Bandarkhalifah Bap ME BAIK

8 Batangkuis Btk ME BAIK

9 Araskabu Arb ME BAIK

10 Lubukpakam Lbp ME BAIK

11 Perbaungan Pba ME BAIK

12 Lidahtanah Ldt ME BAIK

13 Teukmengkudu Tke ME BAIK

14 Rampah Rph ME BAIK

15 Bamban Mmb ME BAIK

16 Rambutan Rmt ME BAIK

17 Tebingtinggi Tbi ME BAIK

Lintas Tbi-Sir

18 Lauttador Ltd ME BAIK

19 Bandartinggi Bdt ME BAIK

20 Bahlias Bli ME BAIK

21 Perlanaan Pra ME BAIK

22 Limapuluh Lmp ME BAIK

23 Dusun Dsn ME BAIK

24 Seibejangkar Sbj ME BAIK

25 Bunut Buu ME BAIK

26 Kisaran Kis ME BAIK

27 Tanjungbalai Tnb ME BAIK

Lintas Kis-Rap

28 Hangelo Hl ME BAIK

29 Telukdalam Tuk ME BAIK

30 Puluraja Pur ME BAIK

31 Aekloba Akb ME BAIK

32 Membangmuda Mbm ME BAIK

33 Situngir Siu ME BAIK

34 Pamingke Pme ME BAIK

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-208

No STASIUN SINGKATAN JENIS SINYAL KONDISI

35 Padanghalaban Pha ME BAIK

36 Merbau Mbu ME BAIK

37 Rantauprapat Rap ME BAIK

38 Bajalinggei Bjl ME BAIK

39 Dolokmerangir Dmr ME BAIK

40 Pematangsiantar Sir ME BAIK

41 Sunggal Sun ME BAIK

43 Binjai Bij ME BAIK

Lintas Bij- Pbd

44 Kualabingei Kun ME BAIK

45 Kualabegumit Kug ME BAIK

46 Stabat Sbt ME BAIK

47 Tanjungslamat Tas ME BAIK

48 Tanjungpura Tpu ME BAIK

49 Pangkalanbrandan Pbd ME BAIK

50 Besitang Bsg ME BAIK

Sumber : DIVRE I Medan, 2013

Sinyal mekanik masih mendominasi di DIVRE I Medan hampir di semua lintas

kecuali pada stasiun Medan untuk lintas Medan Belawan. Penggunaan elektrik di

semua lintas DIVRE I Medan diharapkan mampu menunjang perjalanan kereta

api barang sesuai dengan GAPEKA, dilain pihak perlu adanya perawatan secara

intensif oleh petugas PT KAI agar kinerja sinyal tetap handal dan memenuhi

persyaratan yang telah diuraikan.

n. Wesel

Berdasarkan hasil survey pada DIVRE I Medan jumlah wesel yang terdapat

pada jenis rel R 54 sebanyak 6 unit, sedangkan untuk R-41/42 sebanyak 83 unit,

R-33 sebanyak 30 unit dan R-25, sebanyak 191 unit, dari keseluruhan jumlah

wesel yang ada di DIVRE I Medan sebanyak 310 unit dari berbagai tipe

semuanya masih dapat beroperasi dan berfungsi dengan baik, untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.210. Kondisi Wesel DIVRE I Medan

No Stasiun Banyaknya Wesel Berdasarkan Jenis Rel Jumlah

R .54 R .50 R 41/42 R 33 R 25

1 Medan - - - 13 32 45

2 Pulubrayan - - - - 13 13

3 Titipapan - - 2 - - 2

4 Labuan - - 2 - - 2

5 Belawan - - 1 - 3 5

6 Medanpasar - - - - - -

7 Bandarkhalifah - - 2 - 1 3

8 Batangkuis - - 2 - 1 3

9 Araskabu - - 3 - - 3

10 Lubukpakam - - 2 2 3 7

11 Perbaungan - - 3 - - 3

12 Lidahtanah - - 2 - 1 3

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-209

Sumber : DIVRE I Medan, 2013

Berkaitan dengan pengalihan barang lintas Sumatera ke angkutan kereta api

barang maka, sebaiknya menggunakan wesel dengan tipe Rel 54. Hal ini adalah

seiring dengan adanya upaya menggunakan rel tipe R-54 dalam meningkatkan

operasional kereta api barang

R .54 R .50 R 41/42 R 33 R 25

13 Telukmengkudu - - 2 - 2 4

14 Rampah - - 2 - 2 4

15 Bamban - - 2 1 1 4

16 Rambutan - - 2 - 1 3

17 Tebingtingi - - 1 - 6 7

18 Lauttador - - 1 1 1 3

19 Bandartingi - - 3 1 - 4

20 Bahlias - - 2 - - 2

21 Perlanaan - - 4 - 5 9

22 Limapuluh - - 4 - - 4

23 Dusun 2 - - - - 2

24 Seibejangkar 2 - 2 - 2 6

25 Bunut - - 2 - 2 4

26 Kisaran 2 - 5 - 16 23

27 Tanjungbalai - - - 4 3 8

28 Hengelo - - 4 - 4 8

29 Telukdalam - - 2 - - 2

30 Puluraja - - 2 - 5 7

31 Aekloba - - 3 - 1 4

32 Membangmuda - - 4 - 5 9

33 Situngir - - - - - -

34 Pamingke - - - - 4 4

35 Padanghalaban - - 4 - 4 8

36 Merbau - - 1 - 1 2

37 Rantauprapat - - 10 1 5 16

38 Bajalinggei - - - 2 2 4

39 Dolokmerangir - - - 5 6 11

40 Pematangsiantar - - - - 12 12

41 Sunggal - - - - - -

42 Binjai - - 2 - 7 9

43 Kuala Bingei - - - - 4 4

44 Kuala Begumit - - - - - -

45 Stabat - - - - 4 4

46 Tanjungslamat - - - - 10 10

47 Tanjungpura - - - - - -

48 Pangkalanbrandan - - - - 9 9

49 Besitang - - - - 5 5

JUMLAH 6 - 83 30 191 310

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-210

o. Telekomunikasi

Berdasarkan hasil survey pada DIVRE I Medan terdapat beberapa jenis alat

telekomunikasi dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.211. Kondisi Komunikasi DIVRE I Medan No Jenis Peralatan Banyaknya Peralatan

Perkoridor

Jumlah

Mdn-

Blw

Mdn-

Bsg

Mdn-

Tbl

Tbl-

Rab

Tbl-

Slr

Kls-

Tnb

A JARINGAN

RADIO

1 Jaringan Radio - - 3 5 1 - 9

JUMLAH A - - 3 5 1 - 9

B JARINGAN

TRAINDISPAT

CHING

1 Radio Lokomotif - - 36 - - - 36

2 Way Station 4 1 13 19 3 1 41

3 Base Station - - 4 5 1 - 10

4 Console PK - - 3 - - - 3

5 Pesawat URS - - 1 - - - 1

JUMLAH B 4 1 57 24 4 1 91

C PERANGKAT

TELKOM

1 Batere PB 1 1 22 30 4 5 63

2 Batere MF 36 9 116 177 27 - 365

3 Cabang Talkback 2 - 14 - - - 16

4 Central MD110 2 - 3 2 - - 7

5 Genset Deutz - - 1 - - - 1

6 Genset 6,5 KVA - - 1 - - - 1

7 Genset 4,2 KVA 4 1 10 17 3 1 36

8 Genta Indukator

Cir-Cir

- - 8 - - - 8

9 Genta Penjaga

Wireles

13 7 13 12 11 1 57

10 Generator Genta

Wireless

2 1 18 12 6 - 39

11 Jam - - 1 - - - 1

12 Mini PABX 4 1 12 19 3 1 40

13 MUX 4 1 12 19 3 1 40

14 PC Telex - - 2 - - - 2

15 Pesawat Telepon

Blok

4 1 12 19 3 1 40

16 Pesawat Telepon

TOKA

29 5 169 70 7 3 283

17 Pesawat Telepon

CB

13 6 51 61 12 4 147

18 Pesawat Telepon

LB

11 2 4 18 3 - 38

19 Radio P25 4 1 12 19 3 1 40

20 Radio RIG 2 1 15 16 3 1 38

21 Sentral Talkback - - 1 - - - 1

22 SMS Center - - 1 - - - 1

23 Sound System 4 1 10 13 2 1 31

24 STM 1 4 1 10 17 3 1 36

25 STM 16 - - 3 2 - - 5

26 Voice Recorder 4 1 12 19 3 1 40

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-211

No Jenis Peralatan Banyaknya Peralatan

Perkoridor

Jumlah

Mdn-

Blw

Mdn-

Bsg

Mdn-

Tbl

Tbl-

Rab

Tbl-

Slr

Kls-

Tnb

27 Wireless - - 1 - - - 1

28 UPS 6 KVA - - 1 - - - 1

29 UPS 4,2 KVA 4 1 12 19 3 1 40

JUMLAH C 147 41 547 561 99 23 1.418

JUMLAH

TOTAL

151 42 607 590 104 24 1.518

Sumber : DIVRE I Medan

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari lintas Sumatera ke angkutan kereta api barang

maka sebaiknya setiap jenis telekomunikasi yang terdiri dari a) Jaringan radio, b)

Jaringan Traindispatcing, c) Perangkat telkom harus dilengkapi pada setiap

stasiun besar maupun stasiun antara. Hal ini disebabkan karena fungsi

telekomunikasi sesuai dengan teori yang dijelaskan sebelumnya memiliki

peranan yang cukup besar untuk menjamin kelancaran, keamanan dan

keselamatan operasional kereta api barang. Di lain pihak untuk menjamin

kehandalan para aparat pengguna telekomunikasi juga disiapkan peralatan

perekam pembicaraan antara pengendali dengan awak kereta api serta petugas

stasiun untuk kepentingan pengoperasian dan penelusuran bila mana terjadi

kecelakaan.

p. Akses Jalan

Dari hasil survey di DIVRE I Medan, kondisi pada setiap akses jalan dalam

keadaan baik, secara singkat dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.212. Kondisi Jalan Akses DIVRE I Medan No STASIUN SINGKATAN JALAN AKSES KONDISI

Lintas Mdn-Blw

1 Medan Mdn ADA BAIK

2 Pulubrayan Pub ADA BAIK

3 Titipapan Tpp ADA BAIK

4 Labuan Lbu ADA BAIK

5 Belawan Blw ADA BAIK

Lintas Mdn-Tn

6 Medanpasar Mdp ADA BAIK

7 Bandarkhalifah Bap ADA BAIK

8 Batangkuis Btk ADA BAIK

9 Araskabu Arb ADA BAIK

10 Lubukpakam Lbp ADA BAIK

11 Perbaungan Pba ADA BAIK

12 Lidahtanah Ldt ADA BAIK

13 Teukmengkudu Tke ADA BAIK

14 Rampah Rph ADA BAIK

15 Bamban Mmb ADA BAIK

16 Rambutan Rmt ADA BAIK

17 Tebingtinggi Tbi ADA BAIK

Lintas Tbi-Sir

18 Lauttador Ltd ADA BAIK

19 Bandartinggi Bdt ADA BAIK

20 Bahlias Bli ADA BAIK

21 Perlanaan Pra ADA BAIK

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-212

No STASIUN SINGKATAN JALAN AKSES KONDISI

22 Limapuluh Lmp ADA BAIK

23 Dusun Dsn ADA BAIK

24 Seibejangkar Sbj ADA BAIK

25 Bunut Buu ADA BAIK

26 Kisaran Kis ADA BAIK

27 Tanjungbalai Tnb ADA BAIK

Lintas Kis-Rap

28 Hangelo Hl ADA BAIK

29 Telukdalam Tuk ADA BAIK

30 Puluraja Pur ADA BAIK

31 Aekloba Akb ADA BAIK

32 Membangmuda Mbm ADA BAIK

33 Situngir Siu ADA BAIK

34 Pamingke Pme ADA BAIK

35 Padanghalaban Pha ADA BAIK

36 Merbau Mbu ADA BAIK

37 Rantauprapat Rap ADA BAIK

38 Bajalinggei Bjl ADA BAIK

39 Dolokmerangir Dmr ADA BAIK

40 Pematangsiantar Sir ADA BAIK

41 Sunggal Sun ADA BAIK

43 Binjai Bij ADA BAIK

Lintas Bij- Pbd

44 Kualabingei Kun ADA BAIK

45 Kualabegumit Kug ADA BAIK

46 Stabat Sbt ADA BAIK

47 Tanjungslamat Tas ADA BAIK

48 Tanjungpura Tpu ADA BAIK

49 Pangkalanbrandan Pbd ADA BAIK

50 Besitang Bsg ADA BAIK

Sumber : DIVRE I Medan, 2013

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari lintas Sumatera ke angkutan kereta api barang

maka jalan akses perlu dibangun atau diperlebar terutama distasiun-stasiun antara

dan stasiun-stasiun yang potensial untuk mobilisasi angkutan barang.

q. Gudang barang

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi gudang barang pada DIVRE I Medan

gudang yang terdapat di stasiun Rantauprapat, stasiun Dologmarangir, stasiun

Belawan, stasiun Pamatang siantar, stasiun Kisaraan dan stasiun Pulubraian,

Keenam gudang tersebut dalam kondisi baik dan aktif, untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel dan gambar berikut

Tabel 5.213. Kondisi sarana pelayanan gudang barang pada DIVRE I Medan No Lokasi Kondisi

1 Stasiun Rantau prapat Baik

2 Stasiun Dologmarangir Baik

3 Stasiun Belawan Baik

4 Stasiun Pamatang siantar Baik

5 Stasiun Kisaraan Baik

6 Stasiun Pulubraian Baik

Sumber:DIVRE I Medan, 2013

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-213

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api

barang maka gudang barang perlu ditingkatkan ukuran dan kapasitasnya untuk

menampung barang dan pengelolaan lebih lanjut. Untuk mendayagunakan

gudang yang ada secara optimal, maka diupayakan perbaikan, penambaahan luas

gudang dengan konstruksi yang lebih kuat sesuai persyaratan teknis gudang,

tersedianya ventilasi dan pencahayaan yang cukup, pintu cukup lebar dengan

menggunakan sleeding door bahan besi dan berlantai beton.

r. Lapangan Penumpukan

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi lapangan penumpukan barang pada

DIVRE I Medan hampir semua stasiun tidak adanya lapangan penumpukan

kecuali stasiun Pulubraian dan Kisaran

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api

barang maka, lapangan penumpukan perlu pada stasiun yang mempunyai

potensi angkutan barang di buat yaitu dengan dengan penambahan luas lahan

karena yang dikhawatirkan jika volume pengiriman barang meningkat dan tidak

adanya lapanganan penumpukan akan mengganggu kelancaran kendaraan

pengangkut barang, selain itu kondisi lapangan penumpukan sebaiknya berlantai

beton, mudah dipantau, ada fasilitas pelindung dan lampu penerangan yang

cukup pada prinsipnya terbuka dibatasi oleh dinding.

s. Tempat bongkar muat barang

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi Tempat bongkar muat barang pada

DIVRE I Medan terdapat di lima (6) stasiun, yaitu : stasiun Rantauprapat, stasiun

Dologmarangir, stasiun Belawan, stasiun Pamatang siantar, stasiun Kisaraan dan

stasiun Pulubraian. Proses pembongkaran barang dilakukan secara langsung dari

kereta api menggunakan forklift langsung dibawa ke gudang penyimpanan.

Tempat bongkar muat tersebut dalam kondisi baik dan aktif. Secara singkat dapat

dilihat pada tabel dan gambar berikut ini.

Tabel 5.214. Tempat bongkar barang pada DIVRE I Medan.

No Lokasi Kondisi

1 Stasiun Rantau prapat Baik

2 Stasiun Dologmarangir Baik

3 Stasiun Belawan Baik

4 Stasiun Pamatang siantar Baik

5 Stasiun Kisaraan Baik

6 Stasiun Pulubraian Baik Sumber:DIVRE I Medan, 2013

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api

barang, maka tempat bongkar muat barang distasiun perlu ditingkatkan ukuran

dan kapasitasnya, menambah alat bongkar muat, ada jalan akses dengan ukuran

dan konstruksi jalan yang baik, ada atap, lantai beton ada fasilitas untuk

kendaraan masuk dan keluar, lampu penerangan, ada menara pengawas dan

tenaga pengawas yang cukup. Selain dari kelima stasiun yang telah diuraikan

untuk stasiun antara lainnya yang potensial dalam hal pemuatan dan

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-214

pembongkaran barang harus dibuat tempat bongkar muat juga dengan harapan

bisa melayani semua kereta api barang.

t. Langsiran gerbong barang

Hasil survey pada DIVRE I Medan untuk stasiun Medan, stasiun Belawan,

stasiun Pulubraian, stasiunLabuan kegiatan langsir sudah menggunakan

lokomotif khusus jenis BB 302 dan 306.

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Lintas Sumatera ke angkutan kereta api

barang, maka perlu penambahan jalur parkir barang untuk menampung 20 unit

gerbong, ditambah 1 unit ditambah lagi 1 unit Cabous (tempat petugas), bila ada

penambahan pelangsiran perlu penambahan wesel dan penambahan jumlah spoor

sepanjang ± 350 m s/d 400 m.

u. Parkir kendaraan angkutan barang

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi parkir kendaraan angkutan barang pada

DIVRE I Medan untuk stasiun Belawan dan mampu menampung kendaraan

jenis truk satu sumbu lebih kurang 15 truk, stasiun Medan juga terdapat tempat

parkir kendaraan angkutan barang yang mampu menampung kurang lebih 10

truk, stasiun Rantauprapat mempunyai kapasitas muat kurang lebih 25 truk

tangki muatan CPO, stasiun Dologmarangir mempunyai kapasitas muat kurang

lebih 20 truk tangki muatan CPO, stasiun Pulubraian mempunyai kapasitas muat

kurang lebih 20 truk tangki muatan latex dan stasiun Kisaraan mempunyai

kapasitas muat kurang lebih 30 truk tangki muatan latex. Untuk kondisi tempat

parkiran kendaraan pada ke enam stasiun tersebut dalam keadaan layak, secara

singkat dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.215. Kondisi lapangan parkir pada DIVRE I Medan No Lokasi Kapasitas

truk (unit)

Kondisi

1 Stasiun Belawan 15 Baik

2 Stasiun Medan 10 Baik

3 Stasiun Rantau prapat 25 Baik

4 Stasiun Dologmarangir 20 Baik

5 Stasiun Pulubrayan 20 Baik

6 Stasiun Kisaraan 30 Baik

Sumber : DIVRE I Medan, 2013

Berkaitan dengan peningkatan angkutan barang kereta api akibat pengalihan

barang melalui angkutan jalan ke angkutan kereta api barang maka parkir

kendaraan angkutan barang perlu diperluas bagi kendaraan pengangkut barang

baik yang akan dinaikkan distasiun maupun yang diturunkan dari stasiun, ada

jalur masuk dan keluar yang cukup kearea parkir, menciptakan ketertiban dan

keamanan perpakiran, adanya rambu dan batas parkir. Pada waktu ramai

(peakseason) pintu masuk keluar dan masuk dibuat dua jalur, pengaturan parkir

disesuaikan dengan luas lahan dengan prinsip menjamin kelancaran pergerakan

kendaraan. Penyimpanan kendaraan diatur sesuai rambu dan batas parkir dan

pengaturan oleh petugas parkir resmi dari stasiun. Cara penyimpanan kendaraan

diusahakan tidak sejajar dengan tubuh jalan dihalaman parkir tetapi menyerong,

apabila parkir kendaraan angkutan barang tidak memadai lagi, maka diupayakan

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-215

penambahan luas lahan parkir yang tetap memperhatikan persyaratan lapangan

parkir.

v. Crane

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi alat bongkar muat barang (Crane) pada

DIVRE I Medan tidak ada, dan harus di upayakan agar keberadaan alat crane

pada lokasi ini tersedia atau di sediakan dengan kapasitas yang disesuaikan

dengan volume bongkar muat barang.

w. Jembatan timbang

Berdasarkan hasil survey di DIVRE I Medan alat jembatan timbangan tidak ada

baik distasiun antara ataupun distasiun besar.

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api

barang, maka perlu adanya pengadaan timbangan barang distasiun dengan

spesifikasi sesuai kebutuhan dan kondisi berat volume barang pada saat dimuat

dengan kereta api barang dan setiap selesai penimbangan harus ada struk sebagai

bukti hasil penimbangan.

x. Security/ Keamanan

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api

barang, maka peran security sangat dibutuhkan untuk menyerasikan kegiatan

pekerjaan distasiun sehingga pelayanan di stasiun kereta api terus meningkat

yang secara keseluruhan akan meningkatkan kinerja angkutan kereta api barang.

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi security/keamanan pada DIVRE I

Medan, petugas keamanan yang berjumlah 85 orang dan ditempatkan masing-

masing stasiun dengan jumlah yang beragam di enam (6) emplasemen stasiun

yaitu pada stasiun Medan 24 orang, stasiun Belawan sebanyak 20 orang, stasiun

Rantauprapat sebanyak 16 orang, stasiun Dolog merangir sebanyak 10 orang,

stasiun Pulubrayan sebanyak 15 orang dan stasiun kisaraan sebanyak 10 orang.

Dari 85 orang mempunyai latar belakangan pendidikan bermacam-macam dari

SD, SMP, SMA, S1, Kesamaptaan, Beladiri dan Polri, untuk waktu bertugas

dibagi menjadi 3 shiff yaitu pagi hari, siang hari dan malam hari, secara singkat

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.216. Jumlah personil keamanan di DIVRE I Medan No Lokasi Jumlah

Security

(orang)

1 Stasiun Belawan 20

2 Stasiun Medan 24

3 Stasiun Rantau prapat 16

4 Stasiun Dologmarangir 10

5 Stasiun Pulubrayan 15

6 Stasiun Kisaraan 10

Sumber:DIVRE I Medan, 2013

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-216

y. Gapeka

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DIVRE I Medan perjalanan kereta api

mengacu ke GAPEKA yang masih berlaku.

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api

barang, maka sebagai instrumen pengaturan perjalanan kereta api harus dibuat

lebih cermat karena selain untuk kelancaran operasi, juga dalam rangka

keselamatan angkutan kereta api.

z. Tempat muat barang curah dan batubara

Berdasarkan pemantauan pada DIVRE I Medan, bahwa di DIVRE ini tidak ada

tempat muat barang jenis curah dan batu bara tetapi hanya tempat muat jenis

CPO, BBM dan Latex.

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api

barang, maka harus diupayakan juga pelayanan muat barang jenis curah. Selain

itu juga pemuatan/ pembongkaran barang baik jenis curah dan jenis barang

lainnya harus pada tempat yang tepat yang berguna untuk meminimalisis

kerugian yang mungkin timbul akibat ketidak tepatan.

aa. Schowing

Hasil survey di lokasi studi DIVRE I Medan khususnya di enam (6) stasiun

Medan, stasiun Belawan, stasiun Rantau prapat, stasiun Dologmarangir, stasiun

Pulubrayan dan stasiun Kisaraan hanya mempunyai 2 jadwal/shiff pada pagi hari

dan sore hari yang masing-masing terdiri 3 s/d 4 orang.

Berkaitan dengan peningkatan angkutan barang kereta api akibat pengalihan

angkutan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan barang kereta api, maka

kinerja schowing perlu terus ditingkatkan baik mengenai ketelitian hasil

pemeriksaan dengan peralatan yang tepat atau presisi maupun frekuensi

pemeriksaan sesuai lamanya sarana kereta api dioperasikan. Ketelitian hasil

pemeriksaan ini ikut menentukan rangkaian penyediaan sarana kereta api yang

siap operasi. Scowing dimaksud dapat diatur jumlah dan shif kerja supaya tetap

ada pemeriksaan kereta api habis dinas dan juga perlu penambahan personil

schowing pada setiap stasiun pemberangkatan kereta api barang jika terjadi

kenaikan frekuensi perjalalan kereta api barang.

bb. Conveyor

Dari hasil survey pada DIVRE I Medan tidak ditemukan pemakai conveyor

dalam proses bongkar muat barang, baik pada stasiun besar maupun stasiun

antara.

Berkaitan dengan peningkatan angkutan barang keret api akibat pengalihan

angkutan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api, maka bagi

stasiun yang kegiatan bongkar muatnya jenis batu bara agar dalam proses

pemindahan dari gerbong curah ke tempat penampungan sebaiknya

menggunakan conveyor bucket Elevator, sedangkan untuk semen dalam zak

sebaiknya menggunakan belt conveyor, dimana selama alat ini digunakan

setidaknya dapat meminimalisir tingkat kerusakan barang dan meringankan

beban kerja tenaga manusia.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-217

cc. Forklift

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi pada DIVRE I Medan tidak adanya

forklift untuk keperluan bongkar muat barang dengan alasan barang yang

diangkut merupakan jenis barang cair seperti BBM, CPO dan Latex

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api

barang, maka perlu diadakan persiapan pengadaan forklift jika frekuensi barang

meningkat begitupun jenis barang yang diangkut melalui kereta api barang dan

sebaiknya forklift tersebut dioperasikan oleh petugas yang kompeten dan selalu

melakukan pemeliharaan secara rutin agar tetap baik kinerjanya. Selain itu juga

khususnya pada stasiun besar di DIVRE I Medan perlu juga di sediakan forklift

untuk stasiun-stasiun antara yang potensial yang belum memiliki dengan

harapan bisa menunjang kinerja stasiun pada waktu melakukan proses bongkar

muat kereta api barang.

dd. Crew KA

Berdasarkan data survey di DIVRE I Medan jumlah masinis sebanyak 40 orang,

kondektur 26 orang dan tekhnisi kereta api (TKA) sebanyak 30 orang.

Tabel 5.217. Jumlah Crew pada DIVRE I Medan No Nama DIVRE Masinis Kondektur Tekhnisi

Kereta Api

1 DIVRE I Medan 40 26 30

Sumber: DIVRE I Medan, 2013

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari lintas Sumatera ke angkutan kereta api barang,

maka crew kereta api harus cukup jumlahnya dengan kata lain jika terjadi

kekurangan pihak penyelenggara harus menambah crew tentunya yang

memenuhi persyaratan kualifikasi kecakapan. Kualifikasi kecakapan crew yang

dimaksud dibuktikan dengan sertifikat kecakapan yang diperoleh setelah lulus

mengikuti pendidikan dan pelatihan. Hal ini diperlukan agar kinerja kereta api

barang meningkat.

2. Sarana Perkeretaapian Barang DIVRE I Medan

a. Lokomotif

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DIVRE I MEDAN, lokomotif diesel

hidrolik BB 301 berjumlah 2, BB 302 berjumlah 6, BB 303 berjumlah 21, BB

306 berjumlah 10 yang terdapat pada emplasemen stasiun Medan semua kondisi

lokomotif tersebut dalam keadaan baik, secara singkat dapat dilihat pada tabel

dan gambar berikut.

Tabel 5.218. Kondisi Lokomotif di DIVRE I Medan No Lokasi Jenis Tipe Jumlah

(unit)

Kondisi

1 Depo Medan Diesel

Hidrolik

BB301

BB302

BB303

BB306

2

6

21

10

Rusak

Baik

Baik

Baik

Sumber : DIVRE I Medan, 2013

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-218

Dengan melihat beberapa tipe lokomotif yang ada pada DIVRE I Medan

khususnya tipe BB303 yang mempunyai daya tarik sebesar 1010 Hp yang

diharapkan mampu dioperasikan untuk menarik beban barang yang mencapai

rata-rata 1200 ton dengan dengan 20 rangkaian gerbong barang dengan kecepatan

yang mengacu sesuai dengan GAPEKA yaitu kecepatan maksimum untuk kereta

api barang maksimum 70 km/jam. Hal ini akan menjadi meningkatnya kapasitas

angkut barang dan terpenuhinya waktu penyampaian ditempat tujuan dengan

dukungan penggantian prasarana kereta api seperti rel dengan tipe R 54,

penambat dengan jenis elastik dan bantalan jenis beton.

b. Gerbong barang

Berdasarkan hasil survey di DIVRE I Medan terdapat gerbong datar tipe

(PPCW/ R-30) dan (PPCW/R-30) pada stasiun Medan berjumlah 88 unit, untuk

gerbong barang jenis (YYW) berjumlah 24 unit. Semua gerbong dalam kondisi

baik, secara singkat dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut.

Tabel 5.219. Kondisi gerbong barang DIVRE I Medan No Lokasi Jenis Tipe Jumlah

(unit)

Kondisi

1 Depo

Medan

Datar

Bak terbuka

PPCW/R-30

PPCW/R-30

YYW

50 X Rumania

38 X Jepang

24

Rusak

Baik

Baik

Sumber : DIVRE I Medan, 2013

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api barang

maka perlu mengoptimalkan pendayagunaan gerbong yang ada yaitu gerbong

datar, gerbong terbuka, gerbong tertutup dan gerbong tangki serta menambah

frekuensi penggunaan gerbong, selain itu juga perlu ada penambahan jenis

gerbong barang sesuai spesifikasi kebutuhan agar suatu saat jika terjadi

peningkatan kapasitas ataupun volume barang maka di DIVRE I Medan siap

untuk mengoperasikan gerbong-gerbong barang baik yang tersedia ataupun yang

dicadangkan.

c. Depo pemeliharaan lokomotif

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DIVRE I Medan Depo pemeliharaan

lokomotif yang ada pada emplasemen stasiun Medan, stasiun Kisaraan, stasiun

Tebing Tinggi, stasiun Pulubrayan tersebut dalam keadaan baik. Secara singkat

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.220. Kondisi Depo Pemeliharaan Lokomotif DIVRE I Medan No Depo stasiun Kondisi

1 Dipo Lok Medan Baik

2 Dipo Kereta Medan Baik

3 Dipo Kisaraan Baik

4 Depo Tebing tinggi Baik

5 Depo Pulubrayan Baik

6 Balaiyasa Pulubrayan Baik

Sumber : DIVRE I Medan, 2013

Berkaitan dengan peningkatan angkutan barang kereta api akibat pengalihan

angkutan barang melalui jalan ke angkutan kereta api barang, maka depo

pemeliharaan otomotif terus ditingkatkan peranannya dengan melengkapi

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-219

peralatan pemeliharaan dengan teknologi terbaru didukung tenaga pemeliharaan

yang bersertifikat sesuai ketentuan serta daya sistem pengecekan yang cermat.

Peralatan pemeriksaan pengujian dan perawatan yang digunakan harus

dikalibrasi secara berkala. Selain depo pemeliharaan pada stasiun tertentu

sebaiknya pada stasiun antara yang potensial juga dilengkapi dengan depo

lokomotif yang bertujuan agar setiap saat lokomotif siap dioperasionalkan

dengan tidak menunggu perbaikan di depo stasiun-stasiun besar.

d. Depo Pemeliharaan Gerbong Barang

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DIVRE I Medan, depo pemeliharaan

gerbong sementara masih menjadi satu dengan depo kereta yang berada di

stasiun Medan dan saat ini masih dioptimalkan dan dalam keadaan baik.

Secara singkat kondisi depo pada DIVRE I Medan dapat dilihat pda tabel

berikut.

Tabel 5.221. Kondisi depo di DIVRE I Medan No Lokasi Jumlah

spoor

Panjang

(m)

Kondisi

1 Stasiun Medan 5 150 Baik

Sumber : DIVRE I Medan, 2013

Kondisi Dipo pemeliharaan gerbong yang ada di DIVRE I Medan perlu terus

dijaga agar mampu menyediakan gerbong barang yang siap operasi menurut jenis

dan ukuran gerbong yang dibutuhkan.

G. DIVRE II Sumatera Barat 1. Prasaran Perkeretaapian Barang DIVRE II Sumatera Barat

a. Jalan Rel

Dengan memperhatikan tipe rel di DIVRE II Sumatera Barat dimana masih

terdapat tipe rel 25, tipe rel 33, tipe rel 41/42 maka sebaiknya tipe rel tersebut

diganti dengan tipe R 54. Hal ini dimaksudkan agar kapasitas daya tahan rel akan

lebih mapan untuk beban barang yang lebih besar. Dengan demikian sebagian

angkutan barang melalui jalan lintas Sumatera akan dapat secara bertahap

dialihkan melalui angkutan Kereta Api Barang. Sekarang ini kondisi jalan raya

lintas Sumatera sudah melampaui kapasitas jalan. Hal ini dapat dilihat bahwa

dibeberapa titik jalan raya lintas Sumatera telah mengalami kemacetan yang pada

hakekatnya akan mengganggu kelancaran lalu lintas angkutan barang. Dilain

pihak, tingkat kerusakan jalan raya pun semakin cepat seiring dengan kepadatan

lalu lintas angkutan barang berikut muatan masing-masing angkutan. Untuk

melihat bagaimana kondisi dan tipe rel di DIVRE II Sumatera Barat dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel 5.222. Kondisi dan Jenis Rel yang ada pada DIVRE II Sumatera Barat

U r a i an Jumlah Dalam Satuan

Kondisi Km M M2 Unit

Panjang rel Operasi & Emplasemen

KA DIVRE II Sumbar 202,310

- Type rel R 25 27,643

Baik

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-220

U r a i an Jumlah Dalam Satuan

Kondisi Km M M2 Unit

- Type rel R 33 121,016

Baik

- Type rel R 41/42 53,651

Baik

- Type rel R 50 - -

- Type rel R 54 -

Sumber : DIVRE II Sumbar,2013.

Pada DIVRE II Sumatera Barat masih terdapat rel tipe R 25, R 33 dan R 41/42,

dimana tipe rel ini tidak mampu lagi menerima penambahan beban, tekanan

gandar yang makin besar, goncangan, gaya vertikal, lateral dan longitudinal.

Sesuai pertambahan beban kereta api, apabila muatan barang dialihkan dari

angkutan jalan sedangkan angkutan barang dan penumpang kereta api eksisting

sebesar 373.580 ton/tahun, maka rel tipe R 25, R 33 dan R 41/42 sudah perlu

diganti dengan tipe rel R 54. Dari klasifikasi rel yang ada di Indonesia, R Tipe R

54 rel yang mempunyai keunggulan dibandingkan dengan Tipe R 25, R 33 dan R

41/42. Oleh karena itu tipe R 54 ini dapat digunakan diseluruh lintasan di DAOP

dan DIVRE untuk keseragaman rel, meskipun pelaksanaannya melalui

pentahapan.

Berdasarkan hasil survey pada DIVRE II Sumatera Barat terdapat panjang rel

keseluruhan 202,310 km, terdiri dari type R25 sepanjang 27,643 km, type R33

sepanjang 121,016 km, type R41/42 sepanjang 53,651 km, type R54 tidak terdapat

di DIVRE II Sumatera Barat. Kondisi rel semua type adalah baik dan rel Tipe R

54 diharapkan secara bertahap akan mengganti tipe-tipe rel yang sudah ada.

Secara singkat jalur prasana angkutan kereta api barang di DIVRE II Sumatera

Barat dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar 5.75 Jaringan Material Rel di DIVRE II Sumatera Barat

Sumber : DIVRE II Sumatera Barat, 2013

Secara rinci material Rel di DIVRE II Sumbar terdiri dari tipe rel 41/42, tipe rel

33 dan tipe rel 25 yang mempunyai panjang keseluruhan 202,310 km terdapat

pada tabel berikut.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-221

Tabel 5.223. Kondisi dan Jenis Rel yang ada pada DIVRE II Sumbar

Lintas Tipe Rel (R) Panjang Lintas

(Km)

A. Lintas Raya

Bukitputus-Indarung R-41/42 12,723

Telukbayur-Sawahlunto R-41/42

R-33

40,928

121,016

Muarakalaban- Muaro R-33 6,424

B. Lintas Cabang Operasi

Lubukkalung- Laras R 33 6,424

C. Data Material Jalan Rel di

Emplasemen Stasiun

R-25

R-33

R-41/42

6,554

5,998

6,393

D. Data Material Jalan Rel di

Emplasemen Balayasa dan

Dipo

R-25

R-33

R 41/42

1,885

0,409

0,614

Sumber : Data Aset Produksi Sarana dan Prasarana Kereta Api, 2012

Penggunaan jenis rel yang berbeda-beda pada DIVRE II Sumbar mengakibatkan

rendahnya kecepatan operasi kereta api.

Melihat karakteristik tipe rel yang ada di DIVRE II Sumbar maka beberapa

strategi yang bisa ditempuh untuk dapat menambah kapasitas prasarana jaringan

kereta api khususnya rel maka perlu dilakukan beberapa skenario, dengan

melihat strategi tersebut maka prioritas pertama adalah pergantian tipe rel 25

sepanjang 346,082 km dan tipe rel 33 sepanjang 127,422 km dan tipe rel 41/42

sepanjang 60,658 km sehingga total keseluruhan panjang rel yang perlu diganti

dalam rangka mengantisipasi pengalihan sebagian angkutan barang dari jalan

raya ke angkutan barang kereta api sepanjang 202,310 km.

Tabel 5.224. Usulan pergantian rel dengan skenario pada DIVRE II Sumatera

Barat No Pergantian tipe rel Skala

Prioritas

I II

1 Tipe R 25 36,082

2 Tipe R 33 127,422

3 Tipe R 41/42 60,658

Total 163,504 60,658

Sumber: Hasil Survey dan Olahan Konsultan, 2013

b. Bantalan Rel

Berdasarkan hasil survey bantalan pada lokasi studi di DIVRE II Sumatera Barat

bahwasanya terdapat jenis bantalan yang beraneka ragam, dimana berdasarkan

kondisi dilapangan di DIVRE II Sumbar bantalan kayu terdapat sepanjang

61,254 km dan bantalan beton sepanjang 19,616 km, dan bantalan besi

sepanjang 143,293 km, Artinya dilapangan sudah lebih dominan bantalan yang

terbuat dari besi dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-222

Tabel 5.225. Kondisi Bantalan pada DIVRE II Sumatera Barat

No U r a i an Jumlah Dalam Satuan

Kondisi Km M M2 Unit

1 Jenis Bantalan

- Besi 143,293 - Baik

- Kayu 61,254 - Baik

- Beton 19,616 - Baik

Sumber : Survey DIVRE II Sumbar,2013

Secara singkat peta bantalan kayu dan bantalan beton di DIVRE II Sumbar dapat

dilihat pada gambar berikut.

Gambar 5.76 Jaringan Material Bantalan di DIVRE II Sumatera Barat,

2012

Untuk melihat bantalan beton pada setiap lintas di DIVRE II Sumbar dapat

dilihat pada tabel berikut

Tabel 5.226. Keberadaan Jenis bantalan pada DIVRE II Sumbar

Lintas

Jenis Bantalan/ panjang bantalan

Kayu

(km)

Besi

(km)

Beton

(km)

A. Lintas Raya

Bukitputus-Indarung - - 12,723

Telukbayur-Bukitputus - - 1,933

Bukitputus-Padang 0,200 - 4,960

Padang-Lubukkalung 0,399 32,207 -

Lubukkalung-Kayutanam 20,339 - -

Kayutanam-Padangpanjang - 15,323 -

Padangpanjang-Kubukerambil - 9,025 -

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-223

Lintas

Jenis Bantalan/ panjang bantalan

Kayu

(km)

Besi

(km)

Beton

(km)

Kubukerambil-Batutabal - 9,487 -

Batutabal-Singkarak 0,878 33,205 -

Singkarak-Sawahlunto 0,081 27,483 -

Muarakalaban-Padangsibusuk 6,424 - -

B. Lintas Cabang Operasi

Lubukkalung-Naras 11,080 16,563 -

C. Data Material Jalan Rel di

Emplasemen Stasiun

18,946 - -

D. Data Material Jalan Rel di

Emplasemen Balayasa dan Dipo

2,908 - -

Total

Sumber : Data Aset Produksi Sarana dan Prasarana Kereta Api, 2012

Berdasarkan data panjang rel untuk lintas operasi yang menggunakan bantalan beton untuk DIVRE II Sumatera Barat adalah sepanjang 19,616 km, dengan jarak antar bantalan beton 60 cm, sesuai dengan standar yang disyaratkan untuk keselamatan,keamanan,dan kenyamanan dalam buku Peraturan Dinas 10 PT KAI (Persero). Sementara bantalan kayu sepanjang 61,254 km dan bantalan besi sepanjang 143,293 km. Dalam rangka pengalihan angkutan barang melalui jalan raya Lintas Sumatera untuk jenis semen dari Indarung – Bukitputus sejauh 15 km sudah pakai bantalan beton. Hal ini tidak masalah tinggal pemeliharaan ditingkatkan lagi untuk memperpanjang umur bantalan tersebut. Dibeberapa titik jalan Lintas Sumatera telah menunjukan adanya kemacetan pada jam-jam tertentu yang pada hakekatnya menggangu kelancaran arus lalu lintas barang Jawa-Sumatera.

c. Penambat rel

Berdasarkan hasil survey dari lokasi studi ternyata terdapat beberapa tipe

penambat yang digunakan dan untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut.

Tabel 5.227. Kondisi Penambat pada lintasan DIVRE II Sumatera Barat

U r a i an Jumlah Dalam Satuan

Kondisi Km M M2 Unit

Penambat

- Penambat Elastik 140,832 - Baik

- Penambat Kaku 49,496 - Baik

Sumber : DIVRE II Sumbar, 2013

Pada DIVRE II Sumatera Barat dapat dilihat jenis penambat rel yang ada yaitu:

49,496 Penambat elastik terdapat 140,832 km sedangkan penambat kaku mencapai

km. Sekarang ini kedua jenis penambat tersebut berada dalam kondisi yang baik.

Secara singkat penggunaan penambat elastik maupun penambat kaku dapat

dilihat pada gambar berikut.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-224

Gambar 5.77. Jaringan Material Penambat di DIVRE II Sumatera Barat

Dengan memperhatikan kondisi dan penggunaan penambat di DIVRE II

Sumatera Barat serta dihubungkan dengan beberapa teori seperti yang diuraikan

sebelumnya terutama dalam ketahanan beban angkutan kereta api barang

sekarang ini di DIVRE II Sumatera Barat sudah menggunakan penambat elastik.

Mengingat adanya upaya pengalihan angkutan barang melalui jalan Lintas

Sumatera untuk jenis semen dari Indarung – Bukitputus dimana sekarang ini

sudah melampaui batas yang telah ditentukan maka diperlukan pemberdayaan

angkutan barang kereta api. Tetapi untuk menjamin ketahanan penambat

diperlukan strategi pergantian dari penambat kaku menjadi penambat elastik.

Hal ini sangat diutamakan mengingat beberapa teori dan prospektif angkutan

barang melalui kereta api.

Salah satu strategi yang bisa ditempuh adalah mengganti penambat kaku

sepanjang 49,496 km menjadi penambat elastik. Dengan demikian diharapkan

kemampuan penambat dengan bantalan dan rel seperti dijelaskan sebelumnya

akan menjadi harmonis. Secara singkat strategi atau penggantian penambat

tersebut di DIVRE II Sumatera Barat dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.228. Usulan pergantian penambat dengan skenario pada DIVRE II

Sumbar No Lintasan Jenis Material Panjang

(Km)

Diganti

Dengan Penambat

Alasan

Penggantian

Kaku Elastis Skenario

I

Skenario

II

1 DIVRE

II

Sumbar

49,496 Elastik

Ganda

- Tidak mampu

lagi

menambatkan

rel pada

bantalan

sedemikian

rupa sehingga

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-225

No Lintasan Jenis Material Panjang

(Km)

Diganti

Dengan Penambat

Alasan

Penggantian

Kaku Elastis Skenario

I

Skenario

II

kedudukan rel

tetap tegak dan

tidak bergeser

2 49,496 - - Tidak boleh

dipakai untuk

semua kelas

jalan rel

Sumber : Hasil Olahan Konsultan, 2013

Penambat kaku yang akan digantikan menjadi penambat elastik terdapat di lintas

Kayutanam – Batutabal 33,835 km, , lintas emplasemen stasiun sepanjang

18,945 km dan di Dipo Balaiyasa sepanjang 2,908 km. Perbedaan jenis

penambat ini praktis telah berpengaruh pada kecepatan kereta api. Dengan

penggantian penambat kaku menjadi penambat elastik dampak positifnya telah

mampu digunakan pada semua kelas jalan rel, kecuali jalan rel kelas lima (5). Di

lain pihak pemeliharaannya juga menjadi ringan. Penambat elastik pada

dasarnya telah mampu mengeliminasi gaya lateral akibat pergerakan dinamis

roda yang bergerak diatas rel.

Alternatif lain sebagai salah satu skenario pilihan adalah menggunakan penambat

elastik ganda. Karena penggunaan penambat elastik ganda telah mampu

meredam getaran yaitu mengurangi pengaruh getaran pada rel terhadap bantalan.

Selain meredam getaran, juga mampu menghasilkan gaya jepit (clamping force)

yang tinggi dan juga mampu memberikan perlawanan rangkak (creep

resistence). Penggantian penambat kaku menjadi penambat elastik ganda adalah

agar mampu menahan beban yang besar untuk angkutan barang kereta api.

Penggunaan penambat elastik tunggal maupun elastik ganda sangat relevan

terhadap penggunaan tipe rel 54 dan bantalan yang terbuat dari beton.

d. Sebidang tanah untuk tumpukan rel

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi Rata-rata lebar tanah DIVRE II Sumbar

untuk tumpuan di sepanjang rel KA untuk spoor tunggal lurus 6 m, lengkung 8

m. Untuk spoor ganda spoor raya lurus 8 m, lengkung 10 m. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.229. Lebar rata-rata tanah untuk tumpuan rel

No U r a i an

Jumlah Dalam

Satuan Kond

isi Km M

M2

Unit

1

Rata-Rata lebar tanah untuk tumpuan di

sepanjang

jalan rel KA

- Untuk spor tunggal spor raya

- lurus 6 mt

- lengkung 8 mt

- Untuk sp ganda spor raya

- lurus 8 mt

- lengkung 10 mt

Sumber : DIVRE II Sumatera Barat

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-226

Berkaitan dengan pengalihan barang dari jalan lintas Sumatera ke angkutan

kereta api barang maka tubuh jalan rel perlu dipertahankan dimensi dan

kondisinya melalui pemeliharaan dengan pematusan (suatu kegiatan

pengambilan air dari tubuh jalan dan tergenang air) .

e. Jembatan

Berdasarkan hasil survey dari lokasi studi pada DIVRE II Sumatera Barat

kondisi jembatan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.230. Kondisi jembatan pada DIVRE II Sumatera Barat

No U r a i an Jumlah Dalam Satuan Kondis

i Km M M2 Unit

1 Jenis Jembatan

- Jembatan besi/baja 3,667 209 Baik

- Jembatan beton 0,17 5 Baik

Sumber : DIVRE II Sumatera Barat 2013

Ternyata dari data yang diperoleh pada DIVRE II Sumatera Barat memiliki

jembatan besi atau baja sepanjang 3,667 km, sementara jembatan beton terdapat

0,17 km dengan kondisi yang baik. Berkaitan dengan peningkatan beban di lintas

operasi kereta api, maka jembatan yang ada perlu dipersiapkan kemampuannya

dengan mengganti jembatan yang terbuat dari konstruksi baja/ besi menjadi

konstruksi beton. Pergantian tersebut tentunya dilakukan secara bertahap sesuai

dengan skala prioritas yang perlu diganti pada setiap lintas.

Dengan adanya pengalihan angkutan barang melalui jalan Lintas Sumatera jenis

semen dari Indarung – Bukitputus dengan angkutan barang kereta api maka salah

satu alternatif strategi yang dapat ditempuh adalah mengantisipasi prasarana

yang mampu menahan beban yang relatif besar. Salah satu prasarana angkutan

kereta api barang yang memiliki kontribusi besar untuk menjamin arus lalu lintas

barang melalui jalan kereta api adalah menggantikan secara berkala konstruksi

yang terbuat dari baja/besi menjadi konstruksi yang terbuat dari beton. Dengan

demikian pergantian konstruksi baja atau besi menjadi beton adalah senada

dengan kemampuan rel tipe 54 dan bantalan yang terbuat dari beton berikut

penambat yang terbuat dari elastik ganda. Kebijakan ini ditempuh mengingat

jalan lintas Sumatera melalui angkutan truk, sekarang ini telah berdampak pada

kemacetan dibeberapa titik, dan dilain pihak arus lalu lintas barang melelui jalan

pantura memakan waktu lebih banyak. Aspek lain juga mengakibatkan kondisi

jalan menjadi rusak disebabkan karena tonase sesuai dengan angkutan tidak

sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.

f. Gorong-gorong (box culvert)

Berdasarkan hasil survey di DIVRE II Sumbar ,Gorong-gorong beton terdapat

712 unit dengan kondisi baik. Gorong-gorong tersebut terbuat dari beton dan

untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.231. Kondisi gorong-gorong pada DIVRE II Sumbar

U r a i an Jumlah Dalam Satuan

Kondisi Km M M2 Unit

Gorong gorong

- Kayu

- Beton 4 Baik

Sumber : DIVRE II Sumatera Barat, 2013.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-227

Gorong-gorong yang ada di DIVRE II Sumatera Barat masih perlu

dipertahankan mengingat gorong-gorong yang terbuat dari beton memiliki daya

tahan yang relatif besar sebanding dengan angkutan kereta api barang yang juga

memiliki daya angkut yang besar. Daya tahan gorong-gorong yang terbuat dari

beton sangat relevan dan/atau saling komplementer terhadap tipe rel R 54,

bantalan yang terbuat dari beton dan penambat elastik ganda serta jembatan yang

memiliki konstruksi beton. Jika jalan kereta api barang memiliki rel R 54,

bantalan terbuat dari beton dan penambat terbuat dari elastik ganda, jembatan

konstruksinya terbuat dari beton serta gorong-gorong terbuat dari beton, maka

dapat diyakinkan pengalihan barang jenis semen dari Indarung – Bukitputus

akan dapat terjamin lebih lancar.

g. Terowongan

Dari hasil survey pada DIVRE II Sumatera Barat terdapat 4(empat) buah

terowongan, sehingga perlu adanya perbaikan terowongan yang berkaitan

dengan pengalihan angkutan barang melalui jalan keangkutan kereta api,

sehingga biaya pemeliharaan terowongan dapat dialokasikan dari biaya rutin atau

dana khusus.

h. Perlintasan sebidang

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DIVRE II Sumbar terdapat perlintasan

kereta api yang memiliki perambuan otomatis, manual (petugas) dan tidak ada

penjaga (lintasan liar). Lebih jelasnya lihat pada tabel berikut.

Tabel 5.232. Kondisi Perlintasan sebidang manual pada DIVRE II Sumatera

Barat

U r a i an Jumlah Dalam Satuan

Kondisi Km M M2 Unit

Perlintasan sebidang manual

- Jumlah 96

-

Lebat rata

rata

-

Dengan pintu

pengaman Besi/kayu

Sumber DIVRE II Sumbar

Perlintasan sebidang manual 254 unit dengan lebar rata-rata 4-5 m dengan pintu

pengaman besi atau kayu.

Tabel 5.233. Kondisi Perlintasan sebidang otomatis pada DIVRE II Sumatera

Barat

U r a i an Jumlah Dalam Satuan

Kondisi Km M M2 Unit

Perlintasan sebidang

otomatis

- Jumlah 166

-

Lebat rata

rata 4 - 5 mtr

-

Dengan pintu

pengaman Mekanik

Sumber : DIVRE II Sumatera Barat

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-228

Perlintasan sebidang pada DIVRE II Sumatera Barat perlintasan sebidang

manual sejumlah 96 unit dengan lebar rata-rata 4 s/d 5 m, dan dengan pintu

pengaman besi/kayu. Sedangkan perlintasan sebidang otomatis sebanyak 166

unit. Perlintasan sebidang manual diupayakan menjadi perlintasan sebidang

otomatis dengan menyediakan dana tambahan. Pada perlintasan sebidang

terdapat daerah pandangan yang memadai, daerah pandangan berupa segitiga

pandangan. Jarak pandang bebas bagi masinis 500 m dan bagi pengemudi

minimal 150 m.

Di DIVRE II Sumatera Barat terdapat perlintasan sebidang otomatis sebanyak

166 unit dengan pintu pengaman mekanik. Sementara perlintasan sebidang

manual masih terdapat sebanyak 96 unit dengan pintu pengaman besi/kayu.

Kondisi semacam ini dikhawatirkan akan membahayakan pada keselamatan

kendaraan yang sedang melintasi maupun terhadap kereta api barang yang

memiliki muatan relatif banyak dan frekuensi lalu lintas yang semakin tinggi.

Untuk mengantisipasi angkutan kereta api barang yang memiliki muatan lebih

besar maka sebaiknya perlintasan sebidang manual sejumlah 96 unit diganti

menjadi persinyalan otomatis. Hal ini disebabkan karena perlintasan sebidang

manual masih dianggap rawan karena masih menggunakan kayu/ besi sebagai

pintu pengaman.

i. Stasiun

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi pada DIVRE II Sumbar terdapat dua

puluh tiga (23) stasiun kereta api. Di antara stasiun tersebut stasiun Padang,

stasiun Indarung, stasiun Bukitputus, stasiun Tabing adalah termasuk stasiun

kelas sedang. Keduapuluh tiga (23) stasiun tersebut memiliki spoor yang relatif

berbeda, tetapi kondisi stasiun secara keseluruhan berada dalam kondisi yang

baik. Untuk lebih jelasnya kondisi stasiun yang berada diwilayah DIVRE II

Sumbar dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.234. Kondisi Prasarana DIVRE II Sumatera Barat

No Stasiun

Sin

gk

ata

n

Sp

oo

r

Let

ak

Km

Jm

l S

poo

r Jml

Peron

Akses Masuk

Jen

is

Per

sin

ya

la

n

Pjg Ada Tdk Kon-

disi

Lintas Bukitputus-Indarung

1 Kampungjuar Kpj

Sp

Tunggal

4,434 2 315 Ada Baik SM

2 Pauhlima Ima 8,438 2 200 Ada Baik SM

3 Indarung Ida 14,574 7 500 Ada Baik SM

Lintas Telukbayur-

Sawahlunto

4 Bukitputus Bkp 1,851 5 300 Ada Baik SM

5 Padang Pd 7,093 7 300 Ada Baik SM

6 Tabing Tab 16,340 1 260 Ada Baik SM

7 Duku Duk 26,032 2 325 Ada Baik SM

8 Pasarusang Pru 31,821 1 325 Ada Baik SM

9 Lubukalung La 40,000 4 250 Ada Baik SM

10 Sicincin Scn 53,136 1 335 Ada Baik SM

11 Kayutanam Ktn 60,038 7 250 Ada Baik SM

12 Kandangampat Kdp 65,413 3 225 Ada Baik SM

13 Padangpanjang Pp 75,361 7 275 Ada Baik SM

14 Kubukerambil Kkr 84,386 2 200 Ada Baik SM

15 Batutabal Btl 93,873 4 200 Ada Baik SM

16 Kacang Kcn 104,609 1 550 Ada Baik SM

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-229

No Stasiun

Sin

gk

ata

n

Sp

oo

r

Let

ak

Km

Jm

l S

poo

r Jml

Peron

Akses Masuk

Jen

is

Per

sin

ya

la

n

Pjg Ada Tdk Kon-

disi

17 Singkarak Ska 114,195 2 225 Ada Baik SM

18 Solok Slk 127,956 5 215 Ada Baik SM

19 Sungailasi Sni 140,379 1 230 Ada Baik SM

20 Muarakalaban Mkb 151,442 3 325 Ada Baik SM

21 Sawahlunto Swl 155,520 4 250 Ada Baik SM

Lintas Lubukalung-

Naras

22 Pariaman Pmn 60,520 2 215 Ada Baik SM

23 Naras Nrs 67,543 2 125 Ada Baik SM

Sumber : DIVRE II Sumatera Barat

Kelancaran angkutan kereta api barang dari stasiun pemberangkatan ke stasiun

tujuan sangat dipengaruhi beberapa faktor dan salah satu faktor yang

mempengaruhi adalah jumlah spoor pada setiap stasiun. Semakin banyak jumlah

spoor di stasiun, maka arus lalu lintas keluar masuk kereta api barang ke stasiun

akan semakin lancar. Berdasarkan informasi dari pimpinan stasiun Padang,

selama ini belum ada hambatan arus lalu lintas masuk kestasiun tersebut. Hal ini

disebabkan karena jumlah spoor di stasiun Padang0 terdapat tujuh (7) spoor.

Karena itu untuk mengantisipasi pergerakan barang melalui angkutan kereta api

sebaiknya distasiun antara memiliki jumlah spoor sebanyak lima (5). Jumlah

spoor pada masing-masing stasiun antara diharapkan akan mampu menjamin

arus lalu lintas keluar masuk kereta api barang, Sementara distasiun antara hanya

sebagai lalu lintas angkutan kereta api barang dan bongkar muat barang. Karena

itulah jumlah spoor sebanyak tujuh (7) sudah memadai. Sekarang ini dibeberapa

stasiun antara sudah ada memiliki lima (5) spoor yaitu distasiun antara

Bukitputus dan Kayutanam tujuh (7) spoor, tetapi diantara dua puluh tiga (23)

stasiun pada DIVRE II Sumatera Barat kebanyakan stasiun hanya mempunyai

lima (5) spoor kebawah, sebaiknya stasiun antara yang memiliki lima (5) spoor

kebawah ditambah menjadi (7) spoor.

j. Emplasemen/ Peron

Kondisi Emplasemen/ peron dan spoor pada DIVRE II Sumatera Barat untuk

lintas Bukitputus-Indarung dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.235. Kondisi emplasemen/ peron dan spoor lintas Bukitputus-Indarung

DIVRE II Sumatera Barat

No Stasiun Kode Letak

KM

Panjang

Peron

(meter)

Spoor Jenis

Sinyal

Kondisi

Akses

Masuk Jenis

Un

it

1 Kampung juar Kpj 4,434 315 Tunggal

SM Baik

2 Pauhlima Ima 8,438 200 Tunggal

SM Baik

3 Indarung Ida 14,574 500 Tunggal

SM Baik

Sumber : DIVRE II Sumbar, 2013

Sementara kondisi emplasemen/peron dari Medan – Tebing tinggi dapat dilihat

pada tabel berikut.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-230

Tabel 5.236. Kondisi emplasemen/ peron dan spoor lintas Telukbayur-

Sawahlunto DIVRE II Sumbar

Stasiun Kode Letak

KM

Panjan

g Peron

(meter)

Spoor Jenis

Sinyal

Kondi

si

Akses

Masuk Jenis

Un

it 1 Bukitputus Bkp 1,851 300 Tunggal

SM Baik

2 Padang Pd 7,093 300 Tunggal

SM Baik

3 Tabing Tab 16,340 260 Tunggal

SM Baik

4 Duku Duk 26,032 325 Tunggal

SM Baik

5 Pasarusang Pru 31,821 325 Tunggal

SM Baik

6 Lubukalung La 40,000 250 Tunggal

SM Baik

7 Sicincin Scn 53,136 335 Tunggal

SM Baik

8 Kayutanam Ktn 60,038 250 Tunggal

SM Baik

9 Kandangampat Kdp 65,413 225 Tunggal

SM Baik

10 Padangpanjang Pp 75,361 275 Tunggal

SM Baik

11 Kubukerambil Kkr 84,386 200 Tunggal

SM Baik

12 Batutabal Btl 93,873 200 Tunggal

SM Baik

13 Kacang Kcn 104,609 550 Tunggal

SM Baik

14 Singkarak Ska 114,195 225 Tunggal

SM Baik

15 Solok Slk 127,956 215 Tunggal

SM Baik

16 Sungailasi Sni 140,379 230 Tunggal

SM Baik

17 Muarakalaban Mkb 151,442 325 Tunggal

SM Baik

18 Sawahlunto Swl 155,520 250 Tunggal

SM Baik

Sumber : DIVRE II Sumatera Barat, 2013

Kondisi empalesemen / peron dari Lubukalung-Naras dapat dilihat pada tabel

berikut.

Kondisi emplasemen/ peron dan spoor lintas Lubukalung-Naras DIVRE II

Sumatera Barat

No Stasiun Kode Letak

KM

Panjang

Peron

(meter)

Spoor Jenis

Sinyal

Kondisi

Akses

Masuk Jenis

Un

it

1 Pariaman Pmn 160,520 215 Tunggal

SM Baik

2 Naras Nrs 167,543 125 Tunggal

SM Baik

Sumber : DIVRE II Sumatera Barat, 2013

Panjang peron juga merupakan salah satu indikator menjamin kelancaran arus

lalu lintas kereta api barang. Semakin panjang peron maka akan memungkinkan

beberapa kereta api barang bongkar muat sekaligus. Untuk itu untuk menjamin

arus lalu lintas kereta api barang diharapkan peron semakin panjang,.

Berdasarkan data dari lokasi studi untuk lintas Bukitputus-Indarung peron yang

paling panjang berada pada stasiun Kacang sepanjang 550 m, pada lintas

Lubukalung-Naras peron yang paling panjang berada pada stasiun Pariaman

sepanjang 215 m . Karena itu untuk mengantisipasi pengalihan barang lintas

Sumatera sebaiknya panjang peron diusulkan minimal sama dengan stasiun

Kacang dan Naras yaitu masing-masing sepanjang 550 m pada setiap stasiun

antara. Sebaiknya masing-masing stasiun memiliki panjang peron relatif sama.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-231

Lebih jelasnya masing-masing stasiun yang berada dibawah 550 m dapat dilihat

pada tabel sebelumnya.

k. Rumah Sinyal/ Train Dispatching (pengendali operasi kereta api)

Pada DIVRE II Sumbar, saat ini rumah sinyal dibeberapa stasiun lintas di

DIVRE II Sumbar belum ada perubahan dimana hanya di statsiun Padang yang

menggunakan mekanikal interlocking, dimana pengendalian dilakukan di dalam

stasiun, oleh PPKA (Pemimpin Perjalanan Kereta Api). Pada stasiun-stasiun

tertentu seperti halnya di stasiun Indarung, Bukitputus, Tabing, Lubukkalung,

Kayutanam, Padangpanjang, Batutabal, Solok, Sawahlunto dan Pariaman masih

mempunyai rumah sinyal mekanik, dan lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 5.237. Jumlah rumah sinyal pada DIVRE II Sumbar No. Nama Stasiun Jumlah

Rumah

Sinyal

Jenis Kondisi

1 Indarung 1 Mekanik Baik

2 Bukitputus 1 Mekanik Baik

3 Padang 1 Mekanik Baik

4 Tabing 1 Mekanik Baik

5 Lubukalung 1 Mekanik Baik

6 Kayutanam 1 Mekanik Baik

7 Padangpanjang 1 Mekanik Baik

8 Batutabal 1 Mekanik Baik

9 Solok 1 Mekanik Baik

10 Sawahlunto 1 Mekanik Baik

11 Pariaman 1 Mekanik Baik

Sumber : DIVRE II Sumatera Barat,2013

Berkaitan dengan peningkatan frekuensi dan jumlah angkutan kereta api barang,

sebagai akibat adanya upaya pengalihan barang dari lintas Sumatera ke angkutan

kereta api barang, maka rumah sinyal tetap dipertahankan pada stasiun besar

namun perangkatnya yang ada pada setiap stasiun antara seharusnya sudah

elektrik.

l. Gardu Listrik/ Catu Daya Listrik

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas dan frekuensi perjalanan kereta api

barang akibat pengalihan barang di Bukitputus-Indarung sebaiknya gardu listrik

yang ada dibeberapa stasiun besar dilengkapi dengan genset. Begitu juga halnya

pada stasiun antara, selain menggunakan gardu listrik juga dilengkapi genset

tersendiri. Hal ini sangat diperlukan, bilamana sewaktu-waktu arus listrik adari

PLN mengalami pemadaman maka secara otomatis genset yang ada dapat

digunakan sebagai sumber tenaga listrik untuk menjamin kelancaran operasional

kereta api barang.

m. Persinyalan

Berdasarkan hasil studi dilokasi DIVRE II Sumatera Barat bahwa semua stasiun

terlayani dengan persinyalan mekanik, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel berikut.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-232

Tabel 5.238. Kondisi Persinyalan DIVRE II Sumatera Barat

No STASIUN SINGKATAN JENIS SINYAL KONDISI

Lintas Bukitputus-Indarung

1 Kampungjuar Kpj ME BAIK

2 Pauhlima Ima ME BAIK

3 Indarung Ida ME BAIK

Lintas Telukbayur-Sawahlunto

1 Bukitputus Bkp ME BAIK

2 Padang Pd ME BAIK

3 Tabing Tab ME BAIK

4 Duku Duk ME BAIK

5 Pasarusang Pru ME BAIK

6 Lubukalung La ME BAIK

7 Sicincin Scn ME BAIK

8 Kayutanam Ktn ME BAIK

9 Kandangampat Kdp ME BAIK

10 Padangpanjang Pp ME BAIK

11 Kubukerambil Kkr ME BAIK

12 Batutabal Btl ME BAIK

13 Kacang Kcn ME BAIK

14 Singkarak Ska ME BAIK

15 Solok Slk ME BAIK

16 Sungailasi Sni ME BAIK

17 Muarakalaban Mkb ME BAIK

18 Sawahlunto Swl ME BAIK

Lintas Lubukalung

1 Pariaman Pmn ME BAIK

2 Naras Nrs ME BAIK

Sumber : DIVRE II Sumatera Barat,2013

Sinyal mekanik masih mendominasi di DIVRE II Sumatera Barat hampir di

semua lintas. Penggunaan sinyal elektrik di semua lintas DIVRE II Sumatera

Barat diharapkan mampu menunjang perjalanan kereta api barang sesuai dengan

GAPEKA, dilain pihak perlu adanya perawatan secara intensif oleh petugas PT

KAI agar kinerja sinyal tetap handal dan memenuhi persyaratan yang telah

diuraikan.

n. Wesel

Berdasarkan hasil survey pada DIVRE II Sumatera Barat jumlah wesel yang

terdapat pada jenis rel R 41/42 sebanyak 134 unit, sedangkan untuk R-33

sebanyak 2 unit, R-25 sebanyak 93 unit , dari keseluruhan jumlah wesel yang ada

di DIVRE II Sumatera Barat sebanyak 229 unit dari berbagai tipe semuanya

masih dapat beroperasi dan berfungsi dengan baik, untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel berikut.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-233

Tabel 5.239. Kondisi Wesel DIVRE II Sumbar

Sumber : DIVRE II Sumatera Barat, 2013

Berkaitan dengan pengalihan barang lintas Sumatera ke angkutan kereta api

barang maka, sebaiknya menggunakan wesel dengan tipe Rel 54. Hal ini adalah

seiring dengan adanya upaya menggunakan rel tipe R-54 dalam meningkatkan

operasional kereta api barang

o. Telekomunikasi

Berdasarkan hasil survey pada DIVRE II Sumatera Barat terdapat beberapa jenis

alat telekomunikasi dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

No Stasiun Banyaknya Wesel Berdasarkan Jenis Rel Jumlah

R .54 R .50 R 41/42 R 33 R 25

1 Kampungjuar

- - 6

2 Pauhlima

6

3 Indarung

33

2

4 Bukitputus - 23

4

5 Padang - - 1 7

6 Tabing - -

3

7 Duku

2

2

8 Pasarusang

-

3

9 Lubukalung

2

9

10 Sicincin

2

3

11 Kayutanam

10

2

12 Kandangampat

4

1

13 Padangpanjang

25

11

14 Kubukerambil

3

1

15 Batutabal

9

-

16 Kacang

-

3

17 Singkarak

3

1

18 Solok

4

12

19 Sungailasi

-

3

20 Muarakalaban

- 1 6

21 Sawahlunto

2

10

22 Pariaman

-

4

23 Naras

-

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-234

Tabel 5.240. Kondisi Komunikasi DIVRE II Sumatera Barat No Jenis Peralatan Banyaknya Peralatan Perkoridor Jumlah

l

A JARINGAN

RADIO

1 Jaringan Radio - - 3 5 1 - 9

JUMLAH A - - 3 5 1 - 9

B JARINGAN

TRAINDISPAT

CHING

1 Radio Lokomotif - - 36 - - - 36

2 Way Station 4 1 13 19 3 1 41

3 Base Station - - 4 5 1 - 10

4 Console PK - - 3 - - - 3

5 Pesawat URS - - 1 - - - 1

JUMLAH B 4 1 57 24 4 1 91

C PERANGKAT

TELKOM

1 Batere PB 1 1 22 30 4 5 63

2 Batere MF 36 9 116 177 27 - 365

3 Cabang Talkback 2 - 14 - - - 16

4 Central MD110 2 - 3 2 - - 7

5 Genset Deutz - - 1 - - - 1

6 Genset 6,5 KVA - - 1 - - - 1

7 Genset 4,2 KVA 4 1 10 17 3 1 36

8 Genta Indukator

Cir-Cir

- - 8 - - - 8

9 Genta Penjaga

Wireles

13 7 13 12 11 1 57

10 Generator Genta

Wireless

2 1 18 12 6 - 39

11 Jam - - 1 - - - 1

12 Mini PABX 4 1 12 19 3 1 40

13 MUX 4 1 12 19 3 1 40

14 PC Telex - - 2 - - - 2

15 Pesawat Telepon

Blok

4 1 12 19 3 1 40

16 Pesawat Telepon

TOKA

29 5 169 70 7 3 283

17 Pesawat Telepon

CB

13 6 51 61 12 4 147

18 Pesawat Telepon

LB

11 2 4 18 3 - 38

19 Radio P25 4 1 12 19 3 1 40

20 Radio RIG 2 1 15 16 3 1 38

21 Sentral Talkback - - 1 - - - 1

22 SMS Center - - 1 - - - 1

23 Sound System 4 1 10 13 2 1 31

24 STM 1 4 1 10 17 3 1 36

25 STM 16 - - 3 2 - - 5

26 Voice Recorder 4 1 12 19 3 1 40

27 Wireless - - 1 - - - 1

28 UPS 6 KVA - - 1 - - - 1

29 UPS 4,2 KVA 4 1 12 19 3 1 40

JUMLAH C 147 41 547 561 99 23 1.418

JUMLAH

TOTAL

151 42 607 590 104 24 1.518

Sumber : DIVRE II Sumatera barat

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-235

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari lintas Sumatera ke angkutan kereta api barang

maka sebaiknya setiap jenis telekomunikasi yang terdiri dari a) Jaringan radio, b)

Jaringan Traindispatcing, c) Perangkat telkom harus dilengkapi pada setiap

stasiun besar maupun stasiun antara. Hal ini disebabkan karena fungsi

telekomunikasi sesuai dengan teori yang dijelaskan sebelumnya memiliki

peranan yang cukup besar untuk menjamin kelancaran, keamanan dan

keselamatan operasional kereta api barang. Di lain pihak untuk menjamin

kehandalan para aparat pengguna telekomunikasi juga disiapkan peralatan

perekam pembicaraan antara pengendali dengan awak kereta api serta petugas

stasiun untuk kepentingan pengoperasian dan penelusuran bila mana terjadi

kecelakaan.

p. Akses Jalan

Dari hasil survey di DIVRE II Sumbar, kondisi pada setiap akses jalan dalam

keadaan baik, secara singkat dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.241. Kondisi Jalan Lintas Bukitputus-Indarung Akses DIVRE II

Sumatera Barat

No STASIUN SINGKATAN JALAN AKSES KONDISI

Lintas Bukitputus-Indarung

1 Kampungjuar Kpj ADA BAIK

2 Pauhlima Ima ADA BAIK

3 Indarung Ida ADA BAIK

Lintas Telukbayur-Sawahlunto

4 Bukitputus Bkp

5 Padang Pd ADA BAIK

6 Tabing Tab ADA BAIK

7 Duku Duk ADA BAIK

8 Pasarusang Pru ADA BAIK

9 Lubukalung La ADA BAIK

10 Sicincin Scn ADA BAIK

11 Kayutanam Ktn ADA BAIK

12 Kandangampat Kdp ADA BAIK

13 Padangpanjang Pp ADA BAIK

14 Kubukerambil Kkr ADA BAIK

15 Batutabal Btl ADA BAIK

16 Kacang Kcn ADA BAIK

17 Singkarak Ska

18 Solok Slk

19 Sungailasi Sni ADA BAIK

20 Muarakalaban Mkb ADA BAIK

21 Sawahlunto Swl ADA BAIK

Lintas Lubukalung-Naras

22 Pariaman Pmn ADA BAIK

23 Naras Nrs ADA BAIK

Sumber : DIVRE II Sumbar, 2013

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-236

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari lintas Sumatera ke angkutan kereta api barang

maka jalan akses perlu dibangun atau diperlebar terutama distasiun-stasiun antara

dan stasiun-stasiun yang potensial untuk mobilisasi angkutan barang.

q. Gudang barang

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi gudang barang pada DIVRE II Sumatera

barat gudang yang terdapat di stasiun Rantauprapat, stasiun Dologmarangir,

stasiun Belawan, stasiun Pamatang siantar, stasiun Kisaraan dan stasiun

Pulubraian, Keenam gudang tersebut dalam kondisi baik dan aktif, untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut

Tabel 5.242. Kondisi sarana pelayanan gudang barang pada DIVRE II

Sumatera Barat No Lokasi Kondisi

1 Indarung Baik

2 Bukitputus Baik

3 Padang Baik

4 Telukbayur Baik

5 Tabing Baik

6 Sawahlunto Baik

Sumber:DIVRE II Sumatera Barat, 2013

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api

barang maka gudang barang perlu ditingkatkan ukuran dan kapasitasnya untuk

menampung barang dan pengelolaan lebih lanjut. Untuk mendayagunakan

gudang yang ada secara optimal, maka diupayakan perbaikan, penambaahan luas

gudang dengan konstruksi yang lebih kuat sesuai persyaratan teknis gudang,

tersedianya ventilasi dan pencahayaan yang cukup, pintu cukup lebar dengan

menggunakan sleeding door bahan besi dan berlantai beton.

r. Lapangan Penumpukan

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi lapangan penumpukan barang pada

DIVRE II Sumatera Barat hampir semua stasiun tidak adanya lapangan

penumpukan kecuali stasiun Indarung dan Bukitputus

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api

barang maka, lapangan penumpukan perlu pada stasiun yang mempunyai

potensi angkutan barang di buat yaitu dengan dengan penambahan luas lahan

karena yang dikhawatirkan jika volume pengiriman barang meningkat dan tidak

adanya lapanganan penumpukan akan mengganggu kelancaran kendaraan

pengangkut barang, selain itu kondisi lapangan penumpukan sebaiknya berlantai

beton, mudah dipantau, ada fasilitas pelindung dan lampu penerangan yang

cukup pada prinsipnya terbuka dibatasi oleh dinding.

s. Tempat bongkar muat barang

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi Tempat bongkar muat barang pada

DIVRE II Sumatera barat terdapat di lima (6) stasiun, yaitu: stasiun

Rantauprapat, stasiun Dologmarangir, stasiun Belawan, stasiun Pamatang siantar,

stasiun Kisaraan dan stasiun Pulubraian. Proses pembongkaran barang dilakukan

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-237

secara langsung dari kereta api menggunakan forklift langsung dibawa ke

gudang penyimpanan. Tempat bongkar muat tersebut dalam kondisi baik dan

aktif. Secara singkat dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut ini.

Tabel 5.243. Tempat bongkar barang pada DIVRE II Sumatera Barat

No Lokasi Kondisi

1 Indarung Baik

2 Bukitputus Baik

3 Padang Baik

4 Telukbayur Baik

5 Tabing Baik

6 Sawahlunto Baik Sumber:DIVRE II Sumbar, 2013

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api

barang, maka tempat bongkar muat barang distasiun perlu ditingkatkan ukuran

dan kapasitasnya, menambah alat bongkar muat, ada jalan akses dengan ukuran

dan konstruksi jalan yang baik, ada atap, lantai beton ada fasilitas untuk

kendaraan masuk dan keluar, lampu penerangan, ada menara pengawas dan

tenaga pengawas yang cukup. Selain dari kelima stasiun yang telah diuraikan

untuk stasiun antara lainnya yang potensial dalam hal pemuatan dan

pembongkaran barang harus dibuat tempat bongkar muat juga dengan harapan

bisa melayani semua kereta api barang.

t. Langsiran gerbong barang

Hasil survey pada DIVRE II Sumatera Barat untuk stasiun Padang, stasiun

Indarung, stasiun Bukitputus, stasiun Telukbayur kegiatan langsir sudah

menggunakan lokomotif khusus jenis BB 306.

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Lintas Sumatera ke angkutan kereta api

barang, maka perlu penambahan jalur parkir barang untuk menampung 20 unit

gerbong, ditambah 1 unit ditambah lagi 1 unit Cabous (tempat petugas), bila ada

penambahan pelangsiran perlu penambahan wesel dan penambahan jumlah spoor

sepanjang ± 350 m s/d 400 m.

u. Parkir kendaraan angkutan barang

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi parkir kendaraan angkutan barang pada

DIVRE II Sumatera Barat untuk stasiun Indarung dan mampu menampung

kendaraan jenis truk satu sumbu lebih kurang 25 truk, stasiun Padang juga

terdapat tempat parkir kendaraan angkutan barang yang mampu menampung

kurang lebih 15 truk, stasiun Bukitputus mempunyai kapasitas muat kurang

lebih 25 truk muatan semen, Statsiun Telukbayur kapasitas penampungan truk

20 unit. Untuk kondisi tempat parkiran kendaraan pada ke empat stasiun tersebut

dalam keadaan layak, secara singkat dapat dilihat pada tabel berikut.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-238

Tabel 5.244. Kondisi lapangan parkir pada DIVRE II Sumatera barat No Lokasi Kapasitas

truk (unit)

Kondisi

1 Indarung 25 Baik

2 Padang 15 Baik

3 Bukitputus 25 Baik

4 Telukbayur 20 Baik

Sumber : DIVRE II Sumbar, 2013

Berkaitan dengan peningkatan angkutan barang kereta api akibat pengalihan

barang melalui angkutan jalan ke angkutan kereta api barang maka parkir

kendaraan angkutan barang perlu diperluas bagi kendaraan pengangkut barang

baik yang akan dinaikkan distasiun maupun yang diturunkan dari stasiun, ada

jalur masuk dan keluar yang cukup kearea parkir, menciptakan ketertiban dan

keamanan perpakiran, adanya rambu dan batas parkir. Pada waktu ramai

(peakseason) pintu masuk keluar dan masuk dibuat dua jalur, pengaturan parkir

disesuaikan dengan luas lahan dengan prinsip menjamin kelancaran pergerakan

kendaraan. Penyimpanan kendaraan diatur sesuai rambu dan batas parkir dan

pengaturan oleh petugas parkir resmi dari stasiun. Cara penyimpanan kendaraan

diusahakan tidak sejajar dengan tubuh jalan dihalaman parkir tetapi menyerong,

apabila parkir kendaraan angkutan barang tidak memadai lagi, maka diupayakan

penambahan luas lahan parkir yang tetap memperhatikan persyaratan lapangan

parkir.

v. Crane

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi alat bongkar muat barang (Crane) pada

DIVRE II Sumatera Barat tidak ada, dan harus di upayakan agar keberadaan alat

crane pada lokasi ini tersedia atau di sediakan dengan kapasitas yang disesuaikan

dengan volume bongkar muat barang.

w. Jembatan timbang

Berdasarkan hasil survey di DIVRE II Sumatera Barat alat jembatan timbangan

tidak ada baik distasiun antara ataupun distasiun besar.

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api

barang, maka perlu adanya pengadaan timbangan barang distasiun dengan

spesifikasi sesuai kebutuhan dan kondisi berat volume barang pada saat dimuat

dengan kereta api barang dan setiap selesai penimbangan harus ada struk sebagai

bukti hasil penimbangan.

x. Security/ Keamanan

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api

barang, maka peran security sangat dibutuhkan untuk menyerasikan kegiatan

pekerjaan distasiun sehingga pelayanan di stasiun kereta api terus meningkat

yang secara keseluruhan akan meningkatkan kinerja angkutan kereta api barang.

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi security /keamanan pada DIVRE II

Sumatera Barat, petugas keamanan yang berjumlah 55 orang dan ditempatkan

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-239

masing-masing stasiun dengan jumlah yang beragam di empat (4) emplasemen

stasiun yaitu pada stasiun Indarung 20 orang, stasiun Bukitputus sebanyak 15

orang, stasiun Padang sebanyak 10 orang, stasiun Telukbayur sebanyak 10

orang, . Dari 55 orang mempunyai latar belakangan pendidikan bermacam-

macam dari SD, SMP, SMA, S1, Kesamaptaan, Beladiri dan Polri, untuk waktu

bertugas dibagi menjadi 3 shiff yaitu pagi hari, siang hari dan malam hari, secara

singkat dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.245. Jumlah personil keamanan di DIVRE II Sumbar No Lokasi Jumlah

Security

(orang)

1 Indarung 20

2 Bukitputus 15

3 Padang 10

4 Telukbayur 10

Sumber:DIVRE II Sumbar, 2013

y. Gapeka

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DIVRE II Sumatera Barat perjalanan

kereta api mengacu ke GAPEKA yang masih berlaku.

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api

barang, maka sebagai instrumen pengaturan perjalanan kereta api harus dibuat

lebih cermat karena selain untuk kelancaran operasi, juga dalam rangka

keselamatan angkutan kereta api.

z. Tempat muat barang curah dan batubara

Berdasarkan pemantauan pada DIVRE II Sumatera Barat, bahwa di DIVRE ini

tidak ada tempat muat barang jenis batu bara tetapi hanya tempat muat jenis

semen.

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api

barang, maka harus diupayakan juga pelayanan muat barang jenis curah. Selain

itu juga pemuatan/ pembongkaran barang baik jenis curah dan jenis barang

lainnya harus pada tempat yang tepat yang berguna untuk meminimalisis

kerugian yang mungkin timbul akibat ketidak tepatan.

aa. Schowing

Hasil survey di lokasi studi DIVRE II Sumatera Barat khususnya di empat (4)

stasiun Padang, stasiun Indarung, stasiun Bukitputus, stasiun Telukbayur hanya

mempunyai 2 jadwal/ shiff pada pagi hari dan sore hari yang masing-masing

terdiri 3 s/d 4 orang.

Berkaitan dengan peningkatan angkutan barang kereta api akibat pengalihan

angkutan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan barang kereta api, maka

kinerja schowing perlu terus ditingkatkan baik mengenai ketelitian hasil

pemeriksaan dengan peralatan yang tepat atau presisi maupun frekuensi

pemeriksaan sesuai lamanya sarana kereta api dioperasikan. Ketelitian hasil

pemeriksaan ini ikut menentukan rangkaian penyediaan sarana kereta api yang

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-240

siap operasi. Scowing dimaksud dapat diatur jumlah dan shif kerja supaya tetap

ada pemeriksaan kereta api habis dinas dan juga perlu penambahan personil

schowing pada setiap stasiun pemberangkatan kereta api barang jika terjadi

kenaikan frekuensi perjalalan kereta api barang.

bb. Conveyor

Dari hasil survey pada DIVRE II Sumatera Barat ditemukan pemakai conveyor

dalam proses muat barang, pada statsiun tertentu saja.

Berkaitan dengan peningkatan angkutan barang keret api akibat pengalihan

angkutan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api, maka bagi

stasiun yang kegiatan bongkar muatnya jenis batu bara agar dalam proses

pemindahan dari gerbong curah ke tempat penampungan sebaiknya

menggunakan conveyor bucket Elevator, sedangkan untuk semen dalam zak

sebaiknya menggunakan belt conveyor, dimana selama alat ini digunakan

setidaknya dapat meminimalisir tingkat kerusakan barang dan meringankan

beban kerja tenaga manusia.

cc. Forklift

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi pada DIVRE II Sumatera Barat adanya

forklift untuk keperluan bongkar muat barang dengan alasan barang yang

diangkut merupakan jenis barang semen

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api

barang, maka perlu diadakan persiapan pengadaan forklift jika frekuensi barang

meningkat begitupun jenis barang yang diangkut melalui kereta api barang dan

sebaiknya forklift tersebut dioperasikan oleh petugas yang kompeten dan selalu

melakukan pemeliharaan secara rutin agar tetap baik kinerjanya. Selain itu juga

khususnya pada stasiun besar di DIVRE II Sumatera Barat perlu juga di

sediakan forklift untuk stasiun-stasiun antara yang potensial yang belum

memiliki dengan harapan bisa menunjang kinerja stasiun pada waktu melakukan

proses bongkar muat kereta api barang.

dd. Crew KA

Berdasarkan data survey di DIVRE II Sumatera Barat jumlah masinis sebanyak

45 orang, kondektur 30 orang dan tekhnisi kereta api (TKA) sebanyak 35 orang.

Tabel 5.246. Jumlah Crew pada DIVRE II Sumatera Barat

No Nama DIVRE Masinis Kondektur Tekhnisi

Kereta Api

1 DIVRE II Sumbar 45 30 35

Sumber: DIVRE II Sumatera Barat, 2013

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari lintas Sumatera ke angkutan kereta api barang,

maka crew kereta api harus cukup jumlahnya dengan kata lain jika terjadi

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-241

kekurangan pihak penyelenggara harus menambah crew tentunya yang

memenuhi persyaratan kualifikasi kecakapan. Kualifikasi kecakapan crew yang

dimaksud dibuktikan dengan sertifikat kecakapan yang diperoleh setelah lulus

mengikuti pendidikan dan pelatihan. Hal ini diperlukan agar kinerja kereta api

barang meningkat.

2. Sarana Perkeretaapian Barang DIVRE II Sumatera Barat

a. Lokomotif

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DIVRE II Sumbar, lokomotif diesel

hidrolik BB 301 berjumlah 2, BB 302 berjumlah 6, BB 303 berjumlah 21, BB

306 berjumlah 10 yang terdapat pada emplasemen stasiun Medan semua kondisi

lokomotif tersebut dalam keadaan baik, secara singkat dapat dilihat pada tabel

dan gambar berikut.

Tabel 5.247. Kondisi Lokomotif di DIVRE II Sumatera Barat No Lokasi Jenis Tipe Jumlah

(unit)

Kondisi

1 Depo Medan Diesel

Hidrolik

BB303

BB306

BB204

9

3

14

Baik

Baik

Baik

Sumber : DIVRE II Sumatera Barat, 2013

Dengan melihat beberapa tipe lokomotif yang ada pada DIVRE II Sumbar

khususnya tipe BB 204 yang mempunyai daya tarik sebesar 1100Hp yang

diharapkan mampu dioperasikan untuk menarik beban barang yang mencapai

rata-rata 600 ton dengan dengan 20 rangkaian gerbong barang dengan kecepatan

yang mengacu sesuai dengan GAPEKA yaitu kecepatan maksimum untuk kereta

api barang maksimum 45 km/jam. Hal ini akan menjadi meningkatnya kapasitas

angkut barang dan terpenuhinya waktu penyampaian ditempat tujuan dengan

dukungan penggantian prasarana kereta api seperti rel dengan tipe R 54,

penambat dengan jenis elastik dan bantalan jenis beton.

b. Gerbong barang

Berdasarkan hasil survey di DIVRE II Sumatera Barat terdapat gerbong datar

tipe PPW/R 30 T pada stasiun Bukitputus berjumlah 6 unit, untuk gerbong

barang jenis kkbw 25T berjumlah 147 unit, jenis KKW 30 T semen curah

berjumlah 145 unit, Semua gerbong dalam kondisi baik, secara singkat dapat

dilihat pada tabel dan gambar berikut.

Tabel 5.248. Kondisi gerbong barang DIVRE II Sumbar No Lokasi Jenis Tipe Jumlah

(unit)

Kondisi

1 Depo

Padang

Datar

Terbuka

Gerbong

ketel

PPW/R 30 T

KKBW 25 T

KKW 30 T

5

20

124

Baik

Baik

Baik

Sumber : DIVRE II Sumatera Barat, 2013

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-242

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api barang

maka perlu mengoptimalkan pendayagunaan gerbong yang ada yaitu gerbong

datar, gerbong terbuka, gerbong tertutup dan gerbong tangki serta menambah

frekuensi penggunaan gerbong, selain itu juga perlu ada penambahan jenis

gerbong barang sesuai spesifikasi kebutuhan agar suatu saat jika terjadi

peningkatan kapasitas ataupun volume barang maka di DIVRE II Sumbar siap

untuk mengoperasikan gerbong-gerbong barang baik yang tersedia ataupun yang

dicadangkan.

c. Depo pemeliharaan lokomotif

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DIVRE II Sumbar, Depo pemeliharaan

lokomotif yang ada pada emplasemen stasiun Padang, stasiun Padangpanjang,

stasiun Tebing Solok, stasiun Indarung,Statsiun Sawahlunto tersebut dalam

keadaan baik. Secara singkat dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.249. Kondisi Depo DIVRE II Sumbar No Depo Kondisi

1 Dipo Lok Padang Baik

2 Depo Lok Solok Baik

3 Depo lok Padangpanjang Baik

Sumber : DIVRE II Sumatera Barat, 2013

Berkaitan dengan peningkatan angkutan barang kereta api akibat pengalihan

angkutan barang melalui jalan ke angkutan kereta api barang, maka depo

pemeliharaan otomotif terus ditingkatkan peranannya dengan melengkapi

peralatan pemeliharaan dengan teknologi terbaru didukung tenaga pemeliharaan

yang bersertifikat sesuai ketentuan serta daya sistem pengecekan yang cermat.

Peralatan pemeriksaan pengujian dan perawatan yang digunakan harus

dikalibrasi secara berkala. Selain depo pemeliharaan pada stasiun tertentu

sebaiknya pada stasiun anatar yang potensial juga dilengkapi dengan depo

lokomotif yang bertujuan agar setiap saat lokomotif siap dioperasionalkan

dengan tidak menunggu perbaikan di depo stasiun-stasiun besar.

d. Depo Pemeliharaan Gerbong Barang

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DIVRE II Sumatera Barat, depo

pemeliharaan gerbong sementara masih menjadi satu dengan depo kereta yang

berada di stasiun Medan dan saat ini masih dioptimalkan dan dalam keadaan

baik.

Secara singkat kondisi depo pada DIVRE II Sumatera Barat dapat dilihat pda

tabel berikut.

Tabel 5.250. Kondisi depo di DIVRE II Sumbar No Lokasi Jumlah

spoor

Panjang

(m)

Kondisi

1 Depo kereta/gerbong Padang 4 200 Baik

2 Depo kereta/gerbong

Indarung

5 150 Baik

3 Depo Kereta Sawahlunto 4 150 Baik

Sumber : DIVRE II Sumatera Barat, 2013

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-243

Kondisi Dipo pemeliharaan gerbong yang ada di DIVRE II Sumatera Barat perlu

terus dijaga agar mampu menyediakan gerbong barang yang siap operasi

menurut jenis dan ukuran gerbong yang dibutuhkan.

H. DIVRE III Sumatera Selatan 1. Prasaran Perkeretaapian Barang DIVRE III Sumatera selatan

a. Jalan Rel

Dengan memperhatikan tipe rel di DIVRE III Sumatera Selatan dimana masih

terdapat tipe rel 25, tipe rel 33, tipe rel 41/42 maka sebaiknya tipe rel tersebut

diganti dengan tipe R 54. Hal ini dimaksudkan agar kapasitas daya tahan rel akan

lebih mapan untuk beban barang yang lebih besar. Dengan demikian sebagian

angkutan barang melalui jalan lintas Sumatera akan dapat secara bertahap

dialihkan melalui angkutan Kereta Api Barang. Sekarang ini kondisi jalan raya

lintas Sumatera sudah melampaui kapasitas jalan. Hal ini dapat dilihat bahwa

dibeberapa titik jalan raya lintas Sumatera telah mengalami kemacetan yang pada

hakekatnya akan mengganggu kelancaran lalu lintas angkutan barang. Dilain

pihak, tingkat kerusakan jalan raya pun semakin cepat seiring dengan kepadatan

lalu lintas angkutan barang berikut muatan masing-masing angkutan. Untuk

melihat bagaimana kondisi dan tipe rel di DIVRE III Sumatera Selatan dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.251. Kondisi dan Jenis Rel yang ada pada DIVRE II Sumatera selatan

U r a i an Jumlah Dalam Satuan

Kondisi Km M M2 Unit

Panjang rel Operasi & Emplasemen

KA DIVRE III Sumatera selatan 704,146 Baik

- Type rel R 25 -

-

- Type rel R 33 -

-

- Type rel R 41/42 118,851

Baik

- Type rel R 50 - -

-

- Type rel R 54 585,295 Baik

Sumber : DIVRE III Sumatera selatan,2013.

Pada DIVRE III Sumatera selatan masih terdapat rel tipe R 25, R 33 dan R

41/42, dimana tipe rel ini terdapat di emplasemen statsiun, untuk lintas raya dan

cabang menggunakan tipe rel 54 dan tipe rel 41/42 , saat ini muatan batu bara

sekitar 12,267 juta ton per tahun, dengan WPG sebesar 1,25,untuk mencapai

muatan antara 22 sd 24 juta ton per tahun diperlukan double track seluruh lintas

di DIVRE III Sumatera selatan,dengan klasifikasi rel yang ada di Indonesia, R

Tipe R 54 rel yang mempunyai keunggulan dibandingkan dengan Tipe R 25, R

33 dan R 41/42. Oleh karena itu tipe R 54 ini dapat digunakan diseluruh lintasan

di DAOP dan DIVRE untuk keseragaman rel, meskipun pelaksanaannya melalui

pentahapan.

Berdasarkan hasil survey pada DIVRE III Sumatera selatan terdapat panjang rel

keseluruhan 704,146 km untuk lintas raya dan cabang, terdiri dari type R 54 dan

tipe rel 41/42, untuk emplasemen statsiun dan dipo masi memakai tipe rel yang

beragam. Kondisi rel semua type adalah baik dan rel Tipe R 54 diharapkan

secara bertahap akan mengganti tipe-tipe rel yang sudah ada. Secara singkat jalur

prasana angkutan kereta api barang di DIVRE III Sumatera selatan dapat dilihat

pada gambar berikut.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-244

Gambar 5.78 Jaringan Material Rel di DIVRE III Sumatera selatan

Sumber : DIVRE II Sumatera Selatan, 2013

Secara rinci material Rel di DIVRE III Sumatera selatan terdiri dari tipe rel 54,

tipe rel 41/42, tipe rel 33,dan tipe rel 25 yang mempunyai panjang keseluruhan

706,401 km terdapat pada tabel berikut.

Tabel 5.252. Kondisi dan Jenis Rel yang ada pada DIVRE III Sumatera selatan

Lintas Tipe Rel (R) Panjang Lintas

(Km)

A. Lintas Raya

Panjang-Kertapati

Tigagajah-Bataswilayah B12

R-41/42

R-54

77,807

3,795

Prabumulih-Muara enim (hilir)

Prabumulih-Muaraenim (hulu)

Muaraenim-Lahat

R-54

R-54

R-54

73,798

50,726

38,066

Lahat-Lubuklinggau R-54

R-41/42

77,245

38,044

Muaraenim-Tanjungenim R-54 9,8

Simpang-Indralaya R-54 4,300

X5-X6 R-54 2,700

Pidada-Tarahan R-54

R-41/42

7,136

3,000

Panjang-Kertapati R-54 317,699

B. Data Material Jalan Rel di

Emplasemen Stasiun

R-54

R-41/42

R-25

61,871

26,92

7,691

C. Data Material Jalan Rel di

Emplasemen Balayasa dan

Dipo

R-41/42 9,324

Sumber : Data Aset Produksi Sarana dan Prasarana Kereta Api, 2012

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-245

Penggunaan jenis rel yang ada pada DIVRE III Sumatera selatan relatif hampir

seragam dengan menggunakan tipe Rel R-54,tetapi masih ada yang

menggunakan tipe Rel R-41/42 di lintas raya, dan tipe rel R-25 di emplasemen

statsiun .

Melihat karakteristik tipe rel yang ada di DIVRE III Sumatera Selatan maka

beberapa strategi yang bisa ditempuh untuk dapat menambah kapasitas prasarana

jaringan kereta api khususnya rel maka perlu dilakukan beberapa skenario,

dengan melihat strategi tersebut maka prioritas pertama adalah pergantian tipe rel

25 sepanjang 7,691 km dan tipe rel 41/42 sepanjang 155,095 km sehingga total

keseluruhan panjang rel yang perlu diganti dalam rangka mengantisipasi

pengalihan sebagian angkutan barang dari jalan raya ke angkutan barang kereta

api sepanjang 162,786 km.

Tabel 5.253. Usulan pergantian rel dengan skenario pada DIVRE III Sumatera

Selatan No Pergantian tipe rel Skala

Prioritas

I II

1 Tipe R 25 7,691

2 Tipe R 33 -

3 Tipe R 41/42 162,786

Total 170,401

Sumber: Hasil Survey dan Olahan Konsultan, 2013

b. Bantalan Rel

Berdasarkan hasil survey bantalan pada lokasi studi di DIVRE III Sumatera

selatan bahwasanya terdapat jenis bantalan yang beraneka ragam, dimana

berdasarkan kondisi dilapangan di DIVRE III Sumatera Selatan bantalan beton

terdapat sepanjang 705,755 km dan bantalan kayu sepanjang 31,715 km, dan

bantalan besi tidak terdapat, Artinya dilapangan sudah lebih dominan bantalan

yang terbuat dari beton dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.254. Kondisi Bantalan pada DIVRE III Sumatera Selatan

No U r a i an Jumlah Dalam Satuan

Kondisi Km M M2 Unit

1 Jenis Bantalan

- Besi - - -

- Kayu 31,715 - Baik

- Beton 705,755 - Baik

Sumber: DIVRE III Sumatera Selatan,2013

Secara singkat peta bantalan kayu dan bantalan beton di DIVRE III Sumatera

Selatan dapat dilihat pada gambar berikut.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-246

Gambar 5.79 Jaringan Material Bantalan di DIVRE III Sumatera selatan,

2012

Sumber : DIVRE III Sumatera Selatan, 2013

Untuk melihat bantalan beton pada setiap lintas di DIVRE III Sumatera Selatan

dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 5.255. Keberadaan Jenis bantalan pada DIVRE III Sumatera selatan

Lintas

Jenis Bantalan/ panjang bantalan

Kayu

(km)

Besi

(km)

Beton

(km)

A. Lintas Raya

Panjang-Kertapati - - 81,602

Prabumulih-Lahat - - 162,590

Lahat-Lubuklinggau 115,289

Muaraenim-Tanjungenimbaru 9,800

Simpang-Indralaya 4,300

X5-X6 2,730

Pidada-Tarahan 10,136

Panjang-Kertapati 317,699

B. Data Material Jalan Rel di

Emplasemen Stasiun

31,715 - 73,309

C. Data Material Jalan Rel di

Emplasemen Balayasa dan Dipo

- 9,324

Total 31,715 - 786,779

Sumber: Data Aset Produksi Sarana dan Prasarana Kereta Api, 2012

Berdasarkan data panjang rel untuk lintas operasi yang menggunakan bantalan beton untuk DIVRE III Sumatera selatan adalah sepanjang 786,779 km, dengan jarak antar bantalan beton 60 cm, sesuai dengan standar yang disyaratkan untuk keselamatan,keamanan,dan kenyamanan dalam buku Peraturan Dinas 10 PT KAI

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-247

(Persero). Sementara bantalan kayu sepanjang 31,715 km dan bantalan besi tidak terdapat. Dalam rangka pengalihan angkutan barang melalui jalan raya Lintas Sumatera untuk jenis batubara dari Tanjung enim baru-Tarahan sejauh 413,6 km, dan Tanjung enim baru- Kertapati sejauh 158,852 km sudah pakai bantalan beton. Hal ini tidak masalah tinggal pemeliharaan ditingkatkan lagi untuk memperpanjang umur bantalan tersebut. Dibeberapa titik jalan Lintas Sumatera telah menunjukan adanya kemacetan pada jam-jam tertentu yang pada hakekatnya menggangu kelancaran arus lalu lintas barang Jawa-Sumatera.

c. Penambat rel

Berdasarkan hasil survey dari lokasi studi ternyata terdapat beberapa tipe

penambat yang digunakan dan untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut.

Tabel 5.256. Kondisi Penambat pada lintasan DIVRE III Sumatera selatan

U r a i an Jumlah Dalam Satuan

Kondisi Km M M2 Unit

Penambat

- Penambat Elastik 781,216 - Baik

- Penambat Kaku 31,715 - Baik

Sumber : Survey DIVRE III Sumatera selatan, 2013

Pada DIVRE III Sumatera selatan dapat dilihat jenis penambat rel yang ada yaitu

Penambat elastik terdapat 704,146 km untuk lintas raya, sedangkan penambat

elastik untuk emplasemen statsiun , dipo, dan balai yasa sepanjang 77,07 km,

sedangkan penambat kaku sepanjang 31,715 km. Sekarang ini kedua jenis

penambat tersebut berada dalam kondisi yang baik. Secara singkat penggunaan

penambat elastik maupun penambat kaku dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 5.80 Jaringan Material Penambat di DIVRE III Sumatera selatan

Sumber : DIVRE III Sumatera Selatan, 2013

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-248

Dengan memperhatikan kondisi dan penggunaan penambat di DIVRE III

Sumatera selatan serta dihubungkan dengan beberapa teori seperti yang

diuraikan sebelumnya terutama dalam ketahanan beban angkutan kereta api

barang sekarang ini di DIVRE III Sumatera Selatan sudah menggunakan

penambat elastik

Mengingat adanya upaya pengalihan angkutan barang melalui jalan Lintas

Sumatera untuk jenis semen dari Indarung – Bukitputus dimana sekarang ini

sudah melampaui batas yang telah ditentukan maka diperlukan pemberdayaan

angkutan barang kereta api. Tetapi untuk menjamin ketahanan penambat

diperlukan strategi pergantian dari penambat kaku menjadi penambat elastik.

Hal ini sangat diutamakan mengingat beberapa teori dan prospektif angkutan

barang melalui kereta api.

Salah satu strategi yang bisa ditempuh adalah mengganti penambat kaku

sepanjang 31,715 km menjadi penambat elastik. Dengan demikian diharapkan

kemampuan penambat dengan bantalan dan rel seperti dijelaskan sebelumnya

akan menjadi harmonis. Secara singkat strategi atau penggantian penambat

tersebut di DIVRE III Sumatera selatan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.257. Usulan pergantian penambat dengan skenario pada DIVRE III

Sumatera Selatan No Lintasan Jenis Material Panjang

(Km)

Diganti

Dengan Penambat

Alasan

Penggantian

Kaku Elastis Skenario

I

Skenario

II

1 DIVRE

III

Sumatera

selatan

31,715 Elastik

Ganda

- Tidak mampu

lagi

menambatkan

rel pada

bantalan

sedemikian

rupa sehingga

kedudukan rel

tetap tegak dan

tidak bergeser

2 31,715 - - Tidak boleh

dipakai untuk

semua kelas

jalan rel

Penambat kaku yang akan digantikan menjadi penambat elastik terdapat di

emplasemen statsiun sepanjang 31,715 km, penambat elastik lintas emplasemen

Dipo, Balaiyasa sepanjang 9,324 km. . Dengan penggantian penambat kaku

menjadi penambat elastik dampak positifnya telah mampu digunakan pada

semua kelas jalan rel, kecuali jalan rel kelas lima (5). Di lain pihak

pemeliharaannya juga menjadi ringan. Penambat elastik pada dasarnya telah

mampu mengeliminasi gaya lateral akibat pergerakan dinamis roda yang

bergerak diatas rel.

Alternatif lain sebagai salah satu skenario pilihan adalah menggunakan penambat

elastik ganda. Karena penggunaan penambat elastik ganda telah mampu

meredam getaran yaitu mengurangi pengaruh getaran pada rel terhadap bantalan.

Selain meredam getaran, juga mampu menghasilkan gaya jepit (clamping force)

yang tinggi dan juga mampu memberikan perlawanan rangkak (creep

resistence). Penggantian penambat kaku menjadi penambat elastik ganda adalah

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-249

agar mampu menahan beban yang besar untuk angkutan barang kereta api.

Penggunaan penambat elastik tunggal maupun elastik ganda sangat relevan

terhadap penggunaan tipe rel 54 dan bantalan yang terbuat dari beton.

d. Sebidang tanah untuk tumpukan rel

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi Rata-rata lebar tanah DIVRE III

Sumatera Selatan untuk tumpuan di sepanjang rel KA untuk spoor tunggal lurus

6 m, lengkung 8 m. Untuk spoor ganda spoor raya lurus 8 m, lengkung 10 m.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.258. Lebar rata-rata tanah untuk tumpuan rel

No U r a i an

Jumlah Dalam

Satuan Kond

isi Km M

M2

Unit

1

Rata-Rata lebar tanah untuk tumpuan di

sepanjang

jalan rel KA

- Untuk spor tunggal spor raya

- lurus 6 mt

- lengkung 8 mt

- Untuk sp ganda spor raya

- lurus 8 mt

- lengkung 10 mt

Sumber : DIVRE III Sumatera Selatan

Berkaitan dengan pengalihan barang dari jalan lintas Sumatera ke angkutan

kereta api barang maka tubuh jalan rel perlu dipertahankan dimensi dan

kondisinya melalui pemeliharaan dengan pematusan (suatu kegiatan

pengambilan air dari tubuh jalan dan tergenang air) .

e. Jembatan

Berdasarkan hasil survey dari lokasi studi pada DIVRE III Sumatera Selatan

kondisi jembatan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.259. Kondisi jembatan pada DIVRE III Sumatera selatan

No U r a i an Jumlah Dalam Satuan Kondis

i Km M M2 Unit

1 Jenis Jembatan

- Jembatan besi/baja 3,626 89 Baik

- Jembatan beton 0,770 41 Baik

Sumber : DIVRE III Sumatera Selatan 2013

Ternyata dari data yang diperoleh pada DIVRE III Sumatera Selatan memiliki

jembatan besi atau baja sepanjang 3,626 km, sementara jembatan beton terdapat

0,770 km dengan kondisi yang baik. Berkaitan dengan peningkatan beban di

lintas operasi kereta api, maka jembatan yang ada perlu dipersiapkan

kemampuannya dengan mengganti jembatan yang terbuat dari konstruksi baja/

besi menjadi konstruksi beton. Pergantian tersebut tentunya dilakukan secara

bertahap sesuai dengan skala prioritas yang perlu diganti pada setiap lintas.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-250

Dengan adanya pengalihan angkutan barang melalui jalan Lintas Sumatera jenis

batubara antara lintas Tanjung enim baru- Tarahan, Tanjungenimbaru-Kertapati

dengan angkutan barang kereta api maka salah satu alternatif strategi yang dapat

ditempuh adalah mengantisipasi prasarana yang mampu menahan beban yang

relatif besar. Salah satu prasarana angkutan kereta api barang yang memiliki

kontribusi besar untuk menjamin arus lalu lintas barang melalui jalan kereta api

adalah menggantikan secara berkala konstruksi yang terbuat dari baja/besi

menjadi konstruksi yang terbuat dari beton. Dengan demikian pergantian

konstruksi baja atau besi menjadi beton adalah senada dengan kemampuan rel

tipe 54 dan bantalan yang terbuat dari beton berikut penambat yang terbuat dari

elastik ganda. Kebijakan ini ditempuh mengingat jalan lintas Sumatera melalui

angkutan truk, sekarang ini telah berdampak pada kemacetan dibeberapa titik,

dan dilain pihak arus lalu lintas barang melelui jalan pantura memakan waktu

lebih banyak. Aspek lain juga mengakibatkan kondisi jalan menjadi rusak

disebabkan karena tonase sesuai dengan angkutan tidak sesuai dengan aturan

yang telah ditetapkan.

f. Gorong-gorong (box culvert)

Berdasarkan hasil survey di DIVRE III Sumatera Selatan, terdapat Gorong-

gorong beton terdapat 1.203 unit dengan kondisi baik. Gorong-gorong tersebut

terbuat dari beton dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.260. Kondisi gorong-gorong pada DIVRE III Sumatera Selatan

U r a i an Jumlah Dalam Satuan

Kondisi Km M M2 Unit

Gorong gorong

- Kayu

- Beton 1.203 Baik

Sumber :DIVRE III Sumatera Selatan, 2013.

Gorong-gorong yang ada di DIVRE III Sumatera Selatan masih perlu

dipertahankan mengingat gorong-gorong yang terbuat dari beton memiliki daya

tahan yang relatif besar sebanding dengan angkutan kereta api barang yang juga

memiliki daya angkut yang besar. Daya tahan gorong-gorong yang terbuat dari

beton sangat relevan dan/atau saling komplementer terhadap tipe rel R 54,

bantalan yang terbuat dari beton dan penambat elastik ganda serta jembatan yang

memiliki konstruksi beton. Jika jalan kereta api barang memiliki rel R 54,

bantalan terbuat dari beton dan penambat terbuat dari elastik ganda, jembatan

konstruksinya terbuat dari beton serta gorong-gorong terbuat dari beton, maka

dapat diyakinkan pengalihan barang jenis semen dari Tanjung enim baru ke

Tarahan, Tanjung enim baru ke Kertapati akan dapat terjamin lebih lancar.

g. Terowongan

Dari hasil survey pada DIVRE III Sumatera Selatan terdapat 2(dua) bh

terowongan, sehingga perlu adanya perbaikan terowongan yang berkaitan

dengan pengalihan angkutan barang melalui jalan keangkutan kereta api,

sehingga biaya pemeliharaan terowongan dapat dialokasikan dari biaya rutin atau

dana khusus.

h. Perlintasan sebidang

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DIVRE III Sumatera selatan terdapat

perlintasan kereta api yang memiliki perambuan otomatis, manual (petugas) dan

tidak ada penjaga (lintasan liar). Lebih jelasnya lihat pada tabel berikut.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-251

Tabel 5.261. Kondisi Perlintasan sebidang manual pada DIVRE III Sumatera

Selatan

U r a i an Jumlah Dalam Satuan

Kondisi Km M M2 Unit

Perlintasan sebidang manual

- Jumlah 55

-

Lebat rata

rata

-

Dengan pintu

pengaman Besi/kayu

Sumber : DIVRE III Sumatera Selatan

Perlintasan sebidang manual 55 unit dengan lebar rata-rata 4-5 m dengan pintu

pengaman besi atau kayu.

Tabel 5.262. Kondisi Perlintasan sebidang otomatis pada DIVRE III Sumatera

Selatan

U r a i an Jumlah Dalam Satuan

Kondisi Km M M2 Unit

Perlintasan sebidang

otomatis

- Jumlah 109

-

Lebat rata

rata 4 - 5 mtr

-

Dengan pintu

pengaman Mekanik

Sumber : DIVRE III Sumatera Selatan

Perlintasan sebidang pada DIVRE III Sumatera Selatan perlintasan sebidang

manual sejumlah 55 unit dengan lebar rata-rata 4 s/d 5 m, dan dengan pintu

pengaman besi/ kayu. Sedangkan perlintasan sebidang otomatis sebanyak 109

unit. Perlintasan sebidang manual diupayakan menjadi perlintasan sebidang

otomatis dengan menyediakan dana tambahan. Pada perlintasan sebidang

terdapat daerah pandangan yang memadai, daerah pandangan berupa segitiga

pandangan. Jarak pandang bebas bagi masinis 500 m dan bagi pengemudi

minimal 150 m.

Di DIVRE III Sumatera Selatan terdapat perlintasan sebidang otomatis sebanyak

109 unit dengan pintu pengaman mekanik. Sementara perlintasan sebidang

manual masih terdapat sebanyak 55 unit dengan pintu pengaman besi/kayu.

Kondisi semacam ini dikhawatirkan akan membahayakan pada keselamatan

kendaraan yang sedang melintasi maupun terhadap kereta api barang yang

memiliki muatan relatif banyak dan frekuensi lalu lintas yang semakin tinggi.

Untuk mengantisipasi angkutan kereta api barang yang memiliki muatan lebih

besar maka sebaiknya perlintasan sebidang manual sejumlah 55 unit diganti

menjadi perlintasan otomatis. Hal ini disebabkan karena perlintasan sebidang

manual masih dianggap rawan karena masih menggunakan kayu/ besi sebagai

pintu pengaman.

i. Stasiun

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi pada DIVRE III Sumatera Selatan

terdapat enam puluh delapan (68) stasiun kereta api. Di antara stasiun tersebut

stasiun Kertapati, stasiun Tanjung enim baru, stasiun Tanjungkarang, stasiun

Tarahan adalah termasuk stasiun kelas besar. Keenam puluh delapan (68) stasiun

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-252

tersebut memiliki spoor yang relatif berbeda, tetapi kondisi stasiun secara

keseluruhan berada dalam kondisi yang baik. Untuk lebih jelasnya kondisi

stasiun yang berada diwilayah DIVRE III Sumatera Selatan dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel 5.263. Kondisi Prasarana DIVRE III Sumatera Selatan

No Stasiun

Sin

gk

ata

n

Sp

oor

Let

ak

Km

Jm

l S

poor Jml Peron Akses Masuk

Jen

is

Pers

inyala

n

lbr pjg Ada Tdk Kon-

disi

Lintas Panjang -Kertapati

1 Prabumulih Pbm

Tunggal

322,295 7 408 Ada Baik SM

2 Prabumulih baru Pbmb 322,705 1 1075 Ada Baik SM

3 Lembak Leb 338,188 1 551 Ada Baik SM

4 Karangenda Ked 345,594 1 520 Ada Baik SM

5 Gelumbang Glb 353,822 1 540 Ada Baik SM

6 Serdang Sdn 363,479 1 527 Ada Baik SM

7 Payakabung Pyk 373,335 2 990 Ada Baik SM

8 Simpang Sig 388,500 1 513 Ada Baik SM

9 Kertapati Kpt 400,102 8 390 Ada Baik SM

Lintas Prabumulih-Lubuklinggau

11 Penimur Pnm

Tunggal

333,432 1 1500 Ada Baik SM

12 Niru Nru 344,254 2 1150 Ada Baik SM

13 Talangpadang Tlp 349,581 1 1300 Ada Baik SM

14 Blimbingpendopo Blb 354,344 2 980 Ada Baik SM

15 Tanjungterang Ttr 359,680 1 1300 Ada Baik SM

16 Gunungmegang Gnm 367,039 1 550 Ada Baik SM

17 Ujanmas Ujm 381,529 1 1560 Ada Baik SM

18 Muaragula Mrl 387,895 1 280 Ada Baik SM

19 Muaraenim Me 396,093 3 520 Ada Baik SM

20 Banjarsari Bji 406,831 2 220 Ada Baik SM

21 Sukacinta Sct 423,632 1 197 Ada Baik SM

22 Lahat Lt 434,159 3 332 Ada Baik SM

23 Bungamas Bgm 459,950 1 220 Ada Baik SM

24 Sukaraja Sua 474,369 1 220 Ada Baik SM

25 Saungnaga Sna 484,974 1 216 Ada Baik SM

26 Tebingtinggi Ti 500,740 2 282 Ada Baik SM

27 Muarasaling Msl 519,903 1 319 Ada Baik SM

28 Kotapadang Kop 528,345 1 280 Ada Baik SM

29 Lubuklinggau Llg 549,448 3 223 Ada Baik SM

30 Tanjungenimbaru Tmb 8,250 8 695 Ada Baik SM

31 Indralaya Idr 4,300 1 260 Ada Baik SM

Lintas Panjang-Kertapati

32 Tanjungkarang Tnk

Tunggal

12,230 5 595 Ada Baik SM

33 Labuanratu Lar 17,017 2 870 Ada Baik SM

34 Rejosari Rjs 28,554 8 775 Ada Baik SM

35 Tegineneng Tgi 39,094 3 594 Ada Baik SM

36 Rengas Rgs 47,253 1 1270 Ada Baik SM

37 Bekri Bki 54,080 2 1130 Ada Baik SM

38 Hajipemanggilan Hjp 62,900 1 267 Ada Baik SM

39 Sulusuban Sis 69,750 1 1396 Ada Baik SM

40 Blambanganpagar Bba 77,902 2 946 Ada Baik SM

41 Kalibalangan Kag 86,095 2 190 Ada Baik SM

42 Candimas Cms 91,740 2 1300 Ada Baik SM

43 Kotabumi Kb 96,669 3 316 Ada Baik SM

44 Cempaka Cem 105,928 1 1250 Ada Baik SM

45 Ketapang Ktp 115,283 1 1280 Ada Baik SM

46 Negararatu NNrr 125,469 1 1274 Ada Baik SM

47 Tulungbuyut Tly 135,769 2 1195 Ada Baik SM

48 Negeriagung Ngn 147,762 1 1532 Ada Baik SM

49 Blambanganumpu Bbu 163,032 2 1180 Ada Baik SM

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-253

No Stasiun

Sin

gk

ata

n

Sp

oor

Let

ak

Km

Jm

l S

poor Jml Peron Akses Masuk

Jen

is

Pers

inyala

n

lbr pjg Ada Tdk Kon-

disi

50 Giham Ghm 172,949 1 299 Ada Baik SM

51 Tanjungrajo Tjo 178,900 1 1900 Ada Baik SM

52 Waytuba Way 183,607 2 1682 Ada Baik SM

53 Waypisang Wpg 188,500 1 1300 Ada Baik SM

54 Martapura Mp 195,641 3 333 Ada Baik SM

55 Gilas Gls 205,905 1 1277 Ada Baik SM

56 Sepancar Spc 218,706 1 1343 Ada Baik SM

57 Baturaja Bta 227,999 4 300 Ada Baik SM

58 Tigagajah TTjh 229,978 4 585 Ada Baik SM

59 Belatung Blt 242,890 1 1535 Ada Baik SM

60 Blimbingairkaka Alk 250,768 1 1327 Ada Baik SM

61 Lubukrukam Lrm 259,592 1 1390 Ada Baik SM

62 Paninjawan Pnw 267,099 2 1156 Ada Baik SM

63 Metur Met 278,377 1 1270 Ada Baik SM

64 Pagargunung Pgg 290,736 2 816 Ada Baik SM

65 Airasam Asm 295,903 1 1300 Ada Baik SM

66 Tanjungrambang Tjr 308,517 1 1305 Ada Baik SM

67 Pidada Pld 2,025 3 382 Ada Baik SM

68 Sukamenanti Skm 2,205 3 1166 Ada Baik SM

69 Tarahan Thn 6,821 4 920 Ada Baik SM

Sumber : DIVRE III Sumatera Selatan

Kelancaran angkutan kereta api barang dari stasiun pemberangkatan ke stasiun

tujuan sangat dipengaruhi beberapa faktor dan salah satu faktor yang

mempengaruhi adalah jumlah spoor pada setiap stasiun. Semakin banyak jumlah

spoor di stasiun, maka arus lalu lintas keluar masuk kereta api barang ke stasiun

akan semakin lancar. Berdasarkan informasi dari pimpinan stasiun Kertapati,

selama ini belum ada hambatan arus lalu lintas masuk kestasiun tersebut. Hal ini

disebabkan karena jumlah spoor di stasiun Kertapati terdapat delapan (8) spoor.

Karena itu untuk mengantisipasi pergerakan barang melalui angkutan kereta api

sebaiknya distasiun antara memiliki jumlah spoor sebanyak lima (5). Jumlah

spoor pada masing-masing stasiun antara diharapkan akan mampu menjamin

arus lalu lintas keluar masuk kereta api barang, Sementara distasiun antara hanya

sebagai lalu lintas angkutan kereta api barang dan bongkar muat barang. Karena

itulah jumlah spoor sebanyak tujuh (7) sudah memadai. Sekarang ini dibeberapa

stasiun antara sudah ada memiliki delapan (8) spoor yaitu distasiun Tanjung

enim baru dan Rejosari (8) spoor, tetapi diantara enam delapan (68) stasiun pada

DIVRE III Sumatera selatan kebanyakan stasiun panjang peron panjangnya

bervariasi, hanya mempunyai lima (5) spoor kebawah, sebaiknya stasiun antara

yang memiliki lima (5) spoor kebawah ditambah menjadi (7) spoor.

j. Emplasemen/ Peron

Kondisi Emplasemen/peron dan spoor pada DIVRE III Sumatera Selatan untuk

lintas Panjang-Kertapati dapat dilihat pada tabel berikut.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-254

Tabel 5.264. Kondisi emplasemen/ peron dan spoor lintas Panjang- Kertapati

DIVRE III Sumatera Selatan

No Stasiun Kode Letak

KM

Panjang

Peron

(meter)

Spoor Jenis

Sinyal

Kondisi

Akses

Masuk Jenis U

nit

1 Prabumulih Pbm 322,295 408 Tunggal

SM Baik

2 Prabumulih baru Pbmb 322,705 1075 Tunggal

SM Baik

3 Lembak Leb 338,188 551 Tunggal

SM Baik

4 Karangenda Ked 345,594 520 Tunggal

SM Baik

5 Gelumbang Glb 353,822 540 Tunggal

SM Baik

6 Serdang Sdn 363,479 527 Tunggal SM Baik

7 Payakabung Pyk 373,335 990 Tunggal SM Baik

8 Simpang Sig 388,500 513 Tunggal SM Baik

9 Kertapati Kpt 400,102 390 Tunggal SM Baik

Sumber : DIVRE II Suatera Selatan, 2013

Sementara kondisi emplasemen/peron dari Medan – Tebing tinggi dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel 5.265. Kondisi emplasemen/ peron dan spoor lintas Prabumulih-

Lubuklinggau DIVRE III Sumatera Selatan

No Stasiun Kode Letak

KM

Panja

ng

Peron

(mete)

Spoor Jenis

Sinyal

Kondisi

Akses

Masuk Jenis

Un

it

11 Penimur Pnm 333,432 1500 Tunggal

SM Baik

12 Niru Nru 344,254 1150 Tunggal

SM Baik

13 Talangpadang Tlp 349,581 1300 Tunggal

SM Baik

14 Blimbingpendopo Blb 354,344 980 Tunggal

SM Baik

15 Tanjungterang Ttr 359,680 1300 Tunggal

SM Baik

16 Gunungmegang Gnm 367,039 550 Tunggal

SM Baik

17 Ujanmas Ujm 381,529 1560 Tunggal

SM Baik

18 Muaragula Mrl 387,895 280 Tunggal

SM Baik

19 Muaraenim Me 396,093 520 Tunggal

SM Baik

20 Banjarsari Bji 406,831 220 Tunggal

SM Baik

21 Sukacinta Sct 423,632 197 Tunggal

SM Baik

22 Lahat Lt 434,159 332 Tunggal

SM Baik

23 Bungamas Bgm 459,950 220 Tunggal

SM Baik

24 Sukaraja Sua 474,369 220 Tunggal

SM Baik

25 Saungnaga Sna 484,974 216 Tunggal

SM Baik

26 Tebingtinggi Ti 500,740 282 Tunggal

SM Baik

27 Muarasaling Msl 519,903 319 Tunggal

SM Baik

28 Kotapadang Kop 528,345 280 Tunggal

SM Baik

29 Lubuklinggau Llg 549,448 223 Tunggal

SM Baik

30 Tanjungenimbaru Tmb 8,250 695 Tunggal

SM Baik

31 Indralaya Idr 4,300 260 Tunggal

SM Baik

Sumber : DIVRE III Sumatera selatan, 2013

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-255

Kondisi empalesemen / peron dari Panjang-Kertapati dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 5.266. Kondisi emplasemen/ peron dan spoor lintas Panjang-Kertapati

DIVRE III Sumatera selatan

No Stasiun Kode Letak

KM

Panjang

Peron

(meter)

Spoor

Jenis

Sinyal

Kondisi

Akses

Masuk Jenis

Un

it

32 Tanjungkarang Tnk 12,230 595 Tunggal

SM Baik

33 Labuanratu Lar 17,017 870 Tunggal

SM Baik

34 Rejosari Rjs 28,554 775 Tunggal SM Baik

35 Tegineneng Tgi 39,094 594 Tunggal SM Baik

36 Rengas Rgs 47,253 1270 Tunggal SM Baik

37 Bekri Bki 54,080 1130 Tunggal SM Baik

38 Hajipemanggilan Hjp 62,900 267 Tunggal SM Baik

39 Sulusuban Sis 69,750 1396 Tunggal SM Baik

40 Blambanganpagar Bba 77,902 946 Tunggal SM Baik

41 Kalibalangan Kag 86,095 190 Tunggal SM Baik

42 Candimas Cms 91,740 1300 Tunggal SM Baik

43 Kotabumi Kb 96,669 316 Tunggal SM Baik

44 Cempaka Cem 105,928 1250 Tunggal SM Baik

45 Ketapang Ktp 115,283 1280 Tunggal SM Baik

46 Negararatu NNrr 125,469 1274 Tunggal SM Baik

47 Tulungbuyut Tly 135,769 1195 Tunggal SM Baik

48 Negeriagung Ngn 147,762 1532 Tunggal SM Baik

49 Blambanganump

u

Bbu 163,032 1180 Tunggal

SM Baik

50 Giham Ghm 172,949 299 Tunggal SM Baik

51 Tanjungrajo Tjo 178,900 1900 Tunggal SM Baik

52 Waytuba Way 183,607 1682 Tunggal SM Baik

53 Waypisang Wpg 188,500 1300 Tunggal SM Baik

54 Martapura Mp 195,641 333 Tunggal SM Baik

55 Gilas Gls 205,905 1277 Tunggal SM Baik

56 Sepancar Spc 218,706 1343 Tunggal SM Baik

57 Baturaja Bta 227,999 300 Tunggal SM Baik

58 Tigagajah TTjh 229,978 585 Tunggal SM Baik

59 Belatung Blt 242,890 1535 Tunggal SM Baik

60 Blimbingairkaka Alk 250,768 1327 Tunggal SM Baik

61 Lubukrukam Lrm 259,592 1390 Tunggal SM Baik

62 Paninjawan Pnw 267,099 1156 Tunggal SM Baik

63 Metur Met 278,377 1270 Tunggal SM Baik

64 Pagargunung Pgg 290,736 816 Tunggal SM Baik

65 Airasam Asm 295,903 1300 Tunggal SM Baik

66 Tanjungrambang Tjr 308,517 1305 Tunggal SM Baik

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-256

No Stasiun Kode Letak

KM

Panjang

Peron

(meter)

Spoor Jenis

Sinyal

Kondisi

Akses

Masuk 67 Pidada Pld 2,025 382 Tunggal SM Baik

68 Sukamenanti Skm 2,205 1166 Tunggal SM Baik

69 Tarahan Thn 6,821 920 Tunggal SM Baik

Sumber : DIVRE III Sumatera Selatan, 2013

Panjang peron juga merupakan salah satu indikator menjamin kelancaran arus

lalu lintas kereta api barang. Semakin panjang peron maka akan memungkinkan

beberapa kereta api barang bongkar muat sekaligus. Untuk itu untuk menjamin

arus lalu lintas kereta api barang diharapkan peron semakin panjang,.

Berdasarkan data dari lokasi studi untuk lintas peron yang paling panjang berada

pada stasiun Prabumulih-Lubuklinggau sepanjang 1560 m tepatnya di statsiun

Ujanmas, pada lintas Panjang-Kertapati peron yang paling panjang berada pada

stasiun Tanjungrajo sepanjang 1900 m . Karena itu untuk mengantisipasi

pengalihan barang lintas Sumatera sebaiknya panjang peron diusulkan minimal

sama dengan stasiun Ujanmas dan Tanjungrajo yaitu masing-masing sepanjang

1560 m pada setiap stasiun antara. Sebaiknya masing-masing stasiun memiliki

panjang peron relatif sama. Lebih jelasnya masing-masing stasiun yang berada

dibawah 1500 m dapat dilihat pada tabel sebelumnya.

k. Rumah Sinyal/ Train Dispatching (pengendali operasi kereta api)

Pada DIVRE III Sumatera Selatan saat ini rumah sinyal dibeberapa stasiun lintas

di DIVRE III Sumatera selatan belum ada perubahan dimana hanya di statsiun

Prabumulih dan Tarahan yang menggunakan SIL-02 (PLC BASE

INTERLOCKING), dimana pengendalian dilakukan di dalam RUMAH

SINYAL oleh PPKA (Pemimpin Perjalanan Kereta Api). Pada stasiun-stasiun

tertentu seperti halnya di stasiun Tarahan, sebagian besar persinyalan di DIVRE

III Sumatera selatan masih menggunakan mekanik, mempunyai rumah sinyal

mekanik, dan lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.267. Jumlah rumah sinyal pada DIVRE III Sumatera selatan No. Nama Stasiun Jumlah

Rumah

Sinyal

Jenis Kondisi

1 Statsiun Prabumulih 1 Listrik Baik

2 Stasiun Tarahan 1 Listrik Baik

3 Statsiun Tanjungkarang 1 Listrik Baik

4 Statsiun Kertapati 1 Listrik Baik

5 Statsiunlahat 1 Mekanik Baik

6 Statsiun Muaraenim 1 Mekanik Baik

7 Statsiun Tanjung enim baru 1 Mekanik Baik

8 Statsiun Lahat 1 Mekanik Baik

9 Statsiun Lubuklinggau 1 Mekanik Baik

10 Stasiun Tanjung enim 1 Mekanik Baik

11 Statsiun Rejosari 1 Mekanik Baik

Sumber : DIVRE III Sumatera Selatan,2013

Berkaitan dengan peningkatan frekuensi dan jumlah angkutan kereta api barang,

sebagai akibat adanya upaya pengalihan barang dari lintas Sumatera ke angkutan

kereta api barang, maka rumah sinyal tetap dipertahankan pada stasiun besar

namun perangkatnya yang ada pada setiap stasiun antara seharusnya sudah

elektrik.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-257

l. Gardu Listrik/ Catu Daya Listrik

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas dan frekuensi perjalanan kereta api

barang akibat pengalihan barang di Bukitputus-Indarung sebaiknya gardu listrik

yang ada dibeberapa stasiun besar dilengkapi dengan genset. Begitu juga halnya

pada stasiun antara, selain menggunakan gardu listrik juga dilengkapi genset

tersendiri. Hal ini sangat diperlukan, bilamana sewaktu-waktu arus listrik adari

PLN mengalami pemadaman maka secara otomatis genset yang ada dapat

digunakan sebagai sumber tenaga listrik untuk menjamin kelancaran operasional

kereta api barang.

m. Persinyalan

Berdasarkan hasil studi dilokasi DIVRE III Sumatera Selatan bahwa semua

stasiun terlayani dengan persinyalan mekanik, untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel 5.268. Kondisi Persinyalan DIVRE III Sumatera Selatan

No STASIUN SINGKATAN JENIS SINYAL KONDISI

Lintas Panjang- Kertapati

1 Prabumulih Pbm Listrik BAIK

2 Prabumulih baru Pbmb

Mekanik BAIK

3 Lembak Leb Mekanik BAIK

4 Karangenda Ked

Mekanik BAIK

5 Gelumbang Glb

Mekanik BAIK

6 Serdang Sdn Mekanik BAIK

7 Payakabung Pyk Mekanik Baik

8 Simpang Sig Mekanik BAIK

9 Kertapati Kpt Listrik BAIK

Lintas Prabumulih-Lubuklinggau

10 Penimur Pnm ME BAIK

11 Niru Nru ME BAIK

12 Talangpadang Tlp ME BAIK

13 Blimbingpendopo Blb ME BAIK

14 Tanjungterang Ttr ME BAIK

15 Gunungmegang Gnm ME BAIK

16 Ujanmas Ujm ME BAIK

17 Muaragula Mrl ME BAIK

18 Muaraenim Me ME BAIK

19 Banjarsari Bji ME BAIK

20 Sukacinta Sct ME BAIK

21 Lahat Lt ME BAIK

22 Bungamas Bgm ME BAIK

23 Sukaraja Sua ME BAIK

24 Saungnaga Sna ME BAIK

25 Tebingtinggi Ti ME BAIK

26 Muarasaling Msl ME BAIK

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-258

No STASIUN SINGKATAN JENIS SINYAL KONDISI

27 Kotapadang Kop ME BAIK

28 Lubuklinggau Llg ME BAIK

29 Tanjungenimbaru Tmb ME BAIK

30 Indralaya Idr ME BAIK

Lintas Panjang-Kertapati

32 Tanjungkarang Tnk Listrik BAIK

33 Labuanratu Lar ME BAIK

34 Rejosari Rjs ME BAIK

35 Tegineneng Tgi ME BAIK

36 Rengas Rgs ME BAIK

37 Bekri Bki ME BAIK

38 Hajipemanggilan Hjp ME BAIK

39 Sulusuban Sis ME BAIK

40 Blambanganpagar Bba ME BAIK

41 Kalibalangan Kag ME BAIK

42 Candimas Cms ME BAIK

43 Kotabumi Kb ME BAIK

44 Cempaka Cem ME BAIK

45 Ketapang Ktp ME BAIK

46 Negararatu NNrr ME BAIK

47 Tulungbuyut Tly ME BAIK

48 Negeriagung Ngn ME BAIK

49 Blambanganumpu Bbu ME BAIK

50 Giham Ghm ME BAIK

51 Tanjungrajo Tjo ME BAIK

52 Waytuba Way ME BAIK

53 Waypisang Wpg ME BAIK

54 Martapura Mp ME BAIK

55 Gilas Gls ME BAIK

56 Sepancar Spc ME BAIK

57 Baturaja Bta ME BAIK

58 Tigagajah TTjh ME BAIK

59 Belatung Blt ME BAIK

60 Blimbingairkaka Alk ME BAIK

61 Lubukrukam Lrm ME BAIK

62 Paninjawan Pnw ME BAIK

63 Metur Met ME BAIK

64 Pagargunung Pgg ME BAIK

65 Airasam Asm ME BAIK

66 Tanjungrambang Tjr ME BAIK

67 Pidada Pld ME BAIK

68 Sukamenanti Skm ME BAIK

69 Tarahan Thn Listrik BAIK

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-259

Sinyal mekanik masih mendominasi di DIVRE III Sumatera Selatan hampir di

semua lintas. Penggunaan sinyal elektrik di semua lintas DIVRE III Sumatera

Selatan diharapkan mampu menunjang perjalanan kereta api barang sesuai

dengan GAPEKA, dilain pihak perlu adanya perawatan secara intensif oleh

petugas PT KAI agar kinerja sinyal tetap handal dan memenuhi persyaratan yang

telah diuraikan.

n. Wesel

Berdasarkan hasil survey pada DIVRE III Sumatera Selatan jumlah wesel yang

terdapat pada jenis rel R 41/42 sebanyak 134 unit, sedangkan untuk R-33

sebanyak 2 unit, R-25 sebanyak 93 unit , dari keseluruhan jumlah wesel yang ada

di DIVRE III Sumatera Selatan sebanyak 229 unit dari berbagai tipe semuanya

masih dapat beroperasi dan berfungsi dengan baik, untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.269. Kondisi Wesel DIVRE III Sumatera Selatan

No Stasiun Banyaknya Wesel Berdasarkan Jenis Rel Jumlah

R .54 R .50 R 41/42 R 33 R 25

1 Prabumulih - - 11 - 17 28

2 Prabumulih baru 4 - - - - 4

3 Lembak - - 2 - 1 3

4 Karangenda - - 2 - 1 3

5 Gelumbang - - 3 - - 3

6 Serdang - - 2 - 1 3

7 Payakabung - - 4 - 1 5

8 Simpang - - 2 - 1 3

9 Kertapati - - 3 - 9 12

10 Penimur 3 - - - - 3

11 Niru 4 - 1 - - 5

12 Talangpadang 3 - - - - 3

13 Blimbingpendopo 2 - - - - 2

14 Tanjungterang 3 - 2 - - 3

15 Gunungmegang 3 - - - - 3

16 Ujanmas 1 - 5 - - 3

17 Muaragula 3 - 2 - - 3

18 Muaraenim 1 - 1 - 5 11

19 Banjarsari - 1 - 1 3

20 Sukacinta 1 - 2 - 1 3

21 Lahat 1 - - - 4 6

22 Bungamas - - 2 - 1 3

23 Sukaraja - - 1 - 4 4

24 Saungnaga - - 2 - 1 3

25 Tebingtinggi - - 1 - 6 7

26 Muarasaling - - -2 - 1 3

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-260

Sumber : DIVRE III Sumatera Selatan, 2013

R .54 R .50 R 41/42 R 33 R 25

27 Kotapadang - - 1 - 2 3

28 Lubuklinggau - - - - 15 15

29 Tanjungenimbaru - - - - - 9

30 Indralaya 9 - - - - -

31 Tanjungkarang 16 - 10 - - 26

32 Labuanratu 4 - - - - 4

33 Rejosari 8 - 6 - - 14

34 Tegineneng 6 - - - 2 8

35 Rengas 2 - - - - 2

36 Bekri 4 - - - - 4

37 Hajipemanggilan 3 - - - - 3

38 Sulusuban 4 - - - - 4

39 Blambanganpagar 4 - - 1 - 5

40 Kalibalangan 3 - 2 - - 5

41 Candimas 4 - - - - 4

42 Kotabumi 6 - 2 - - 8

43 Cempaka 2 - 1 - - 3

44 Ketapang 2 - - - - 2

45 Negararatu 3 - - - - 3

46 Tulungbuyut 6 - - - - 6

47 Negeriagung 2 - 1 - - 3

48 Blambanganumpu 3 - 1 - - 4

49 Giham 2 - - - - 2

50 Tanjungrajo 2 - - - - 2

51 Waytuba 3 - 1 - - 4

52 Waypisang 2 - - - - 2

53 Martapura 4 - 2 - - 6

54 Gilas 2 - - - - 2

55 Sepancar 2 - - - 1 3

56 Baturaja 3 - 4 - 8 15

57 Tigagajah 4 - 6 - 3 13

58 Belatung 2 - - - - 2

59 Blimbingairkaka 3 - - - - 3

60 Lubukrukam 2 - 1 - - 3

61 Paninjawan 5 - - - - 5

62 Metur 3 - - - - 3

63 Pagargunung 3 - 1 - - 4

64 Airasam 3 - - - - 3

65 Tanjungrambang 2 - - - - 2

66 Pidada 1 - 1 - 7 1

67 Sukamenanti 6 - - - - 6

Jumlah 141 - 50 1 21 213

68 Tarahan 7 - 11 - - 18

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-261

Berkaitan dengan pengalihan barang lintas Sumatera ke angkutan kereta api

barang maka, sebaiknya menggunakan wesel dengan tipe Rel 54. Hal ini adalah

seiring dengan adanya upaya menggunakan rel tipe R-54 dalam meningkatkan

operasional kereta api barang

o. Telekomunikasi

Berdasarkan hasil survey pada DIVRE III Sumatera selatan terdapat beberapa

jenis alat telekomunikasi dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 5.270. Kondisi Komunikasi DIVRE III Sumatera Selatan No Jenis Peralatan Banyaknya

Peralatan

Perkoridor

Jumlah

l

A JARINGAN

RADIO

1 Jaringan Radio - - 3 5 1 - 9

JUMLAH A - - 3 5 1 - 9

B JARINGAN

TRAINDISPAT

CHING

1 Radio Lokomotif - - 36 - - - 36

2 Way Station 4 1 13 19 3 1 41

3 Base Station - - 4 5 1 - 10

4 Console PK - - 3 - - - 3

5 Pesawat URS - - 1 - - - 1

JUMLAH B 4 1 57 24 4 1 91

C PERANGKAT

TELKOM

1 Batere PB 1 1 22 30 4 5 63

2 Batere MF 36 9 116 177 27 - 365

3 Cabang Talkback 2 - 14 - - - 16

4 Central MD110 2 - 3 2 - - 7

5 Genset Deutz - - 1 - - - 1

6 Genset 6,5 KVA - - 1 - - - 1

7 Genset 4,2 KVA 4 1 10 17 3 1 36

8 Genta Indukator

Cir-Cir

- - 8 - - - 8

9 Genta Penjaga

Wireles

13 7 13 12 11 1 57

10 Generator Genta

Wireless

2 1 18 12 6 - 39

11 Jam - - 1 - - - 1

12 Mini PABX 4 1 12 19 3 1 40

13 MUX 4 1 12 19 3 1 40

14 PC Telex - - 2 - - - 2

15 Pesawat Telepon

Blok

4 1 12 19 3 1 40

16 Pesawat Telepon

TOKA

29 5 169 70 7 3 283

17 Pesawat Telepon

CB

13 6 51 61 12 4 147

18 Pesawat Telepon

LB

11 2 4 18 3 - 38

19 Radio P25 4 1 12 19 3 1 40

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-262

No Jenis Peralatan Banyaknya

Peralatan

Perkoridor

Jumlah

l

20 Radio RIG 2 1 15 16 3 1 38

21 Sentral Talkback - - 1 - - - 1

22 SMS Center - - 1 - - - 1

23 Sound System 4 1 10 13 2 1 31

24 STM 1 4 1 10 17 3 1 36

25 STM 16 - - 3 2 - - 5

26 Voice Recorder 4 1 12 19 3 1 40

27 Wireless - - 1 - - - 1

28 UPS 6 KVA - - 1 - - - 1

29 UPS 4,2 KVA 4 1 12 19 3 1 40

JUMLAH C 147 41 547 561 99 23 1.418

JUMLAH

TOTAL

151 42 607 590 104 24 1.518

Sumber : DIVRE III Sumatera selatan

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari lintas Sumatera ke angkutan kereta api barang

maka sebaiknya setiap jenis telekomunikasi yang terdiri dari a) Jaringan radio, b)

Jaringan Traindispatcing, c) Perangkat telkom harus dilengkapi pada setiap

stasiun besar maupun stasiun antara. Hal ini disebabkan karena fungsi

telekomunikasi sesuai dengan teori yang dijelaskan sebelumnya memiliki

peranan yang cukup besar untuk menjamin kelancaran, keamanan dan

keselamatan operasional kereta api barang. Di lain pihak untuk menjamin

kehandalan para aparat pengguna telekomunikasi juga disiapkan peralatan

perekam pembicaraan antara pengendali dengan awak kereta api serta petugas

stasiun untuk kepentingan pengoperasian dan penelusuran bila mana terjadi

kecelakaan.

p. Akses Jalan

Dari hasil survey di DIVRE III Sumatera selatan, kondisi pada setiap akses jalan

dalam keadaan baik, secara singkat dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.271. Kondisi Jalan Lintas Bukitputus-Indarung Akses DIVRE III

Sumatera selatan No STASIUN SINGKATAN JALAN AKSES KONDISI

A. Lintas Panjang- Kertapati

1 Prabumulih Pbm ADA BAIK

2 Prabumulih baru Pbmb ADA BAIK

3 Lembak Leb ADA BAIK

4 Karangenda Ked ADA BAIK

5 Gelumbang Glb ADA BAIK

6 Serdang Sdn ADA BAIK

7 Payakabung Pyk ADA BAIK

8 Simpang Sig ADA BAIK

9 Kertapati Kpt ADA BAIK

Lintas Prabumulih-Lubuklinggau

10 Penimur Pnm ADA BAIK

11 Niru Nru ADA BAIK

12 Talangpadang Tlp ADA BAIK

13 Blimbingpendopo Blb ADA BAIK

14 Tanjungterang Ttr ADA BAIK

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-263

No STASIUN SINGKATAN JALAN AKSES KONDISI

15 Gunungmegang Gnm ADA BAIK

16 Ujanmas Ujm ADA BAIK

17 Muaragula Mrl ADA BAIK

18 Muaraenim Me ADA BAIK

19 Banjarsari Bji ADA BAIK

20 Sukacinta Sct ADA BAIK

21 Lahat Lt ADA BAIK

22 Bungamas Bgm ADA BAIK

23 Sukaraja Sua ADA BAIK

24 Saungnaga Sna ADA BAIK

25 Tebingtinggi Ti ADA BAIK

26 Muarasaling Msl ADA BAIK

27 Kotapadang Kop ADA BAIK

28 Lubuklinggau Llg ADA BAIK

29 Tanjungenimbaru Tmb ADA BAIK

30 Indralaya Idr ADA BAIK

Lintas Panjang-Kertapati

32 Tanjungkarang Tnk ADA BAIK

33 Labuanratu Lar ADA BAIK

34 Rejosari Rjs ADA BAIK

35 Tegineneng Tgi ADA BAIK

36 Rengas Rgs ADA BAIK

37 Bekri Bki ADA BAIK

38 Hajipemanggilan Hjp ADA BAIK

39 Sulusuban Sis ADA BAIK

40 Blambanganpagar Bba ADA BAIK

41 Kalibalangan Kag ADA BAIK

42 Candimas Cms ADA BAIK

43 Kotabumi Kb ADA BAIK

44 Cempaka Cem ADA BAIK

45 Ketapang Ktp ADA BAIK

46 Negararatu NNrr ADA BAIK

47 Tulungbuyut Tly ADA BAIK

48 Negeriagung Ngn ADA BAIK

49 Blambanganumpu Bbu ADA BAIK

50 Giham Ghm ADA BAIK

51 Tanjungrajo Tjo ADA BAIK

52 Waytuba Way ADA BAIK

53 Waypisang Wpg ADA BAIK

54 Martapura Mp ADA BAIK

55 Gilas Gls ADA BAIK

56 Sepancar Spc ADA BAIK

57 Baturaja Bta ADA BAIK

58 Tigagajah TTjh ADA BAIK

59 Belatung Blt ADA BAIK

60 Blimbingairkaka Alk ADA BAIK

61 Lubukrukam Lrm ADA BAIK

62 Paninjawan Pnw ADA BAIK

63 Metur Met ADA BAIK

64 Pagargunung Pgg ADA BAIK

65 Airasam Asm ADA BAIK

66 Tanjungrambang Tjr ADA BAIK

67 Pidada Pld ADA BAIK

68 Sukamenanti Skm ADA BAIK

69 Tarahan Thn ADA BAIK

Sumber : DIVRE III Sumatera Selatan, 2013

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-264

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari lintas Sumatera ke angkutan kereta api barang

maka jalan akses perlu dibangun atau diperlebar terutama distasiun-stasiun antara

dan stasiun-stasiun yang potensial untuk mobilisasi angkutan barang.

q. Gudang barang

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi gudang barang pada DIVRE III

Sumatera selatan gudang yang terdapat di stasiun Tarahan, stasiun

Tanjungkarang, stasiun Baturaja, stasiun Prabumulih, stasiun Muaraenim ,

stasiun Lahat, statsiun Lubuklinggau dan statsiun Kertapati, Kedelapan gudang

tersebut dalam kondisi baik dan aktif, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel dan gambar berikut

Tabel 5.272. Kondisi sarana pelayanan gudang barang pada DIVRE III

Sumatera Selatan No Lokasi Kondisi

1 Tarahan Baik

2 Tanjungkarang Baik

3 Baturaja Baik

4 Prabumulih Baik

5 Muaraenim Baik

6 Lahat Baik

7 Lubuklinggau Baik

8 Kertapati Baik

Sumber:DIVRE III Sumatera Selatan, 2013

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api

barang maka gudang barang perlu ditingkatkan ukuran dan kapasitasnya untuk

menampung barang dan pengelolaan lebih lanjut. Untuk mendayagunakan

gudang yang ada secara optimal, maka diupayakan perbaikan, penambaahan luas

gudang dengan konstruksi yang lebih kuat sesuai persyaratan teknis gudang,

tersedianya ventilasi dan pencahayaan yang cukup, pintu cukup lebar dengan

menggunakan sleeding door bahan besi dan berlantai beton.

r. Lapangan Penumpukan

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi lapangan penumpukan barang pada

DIVRE III Sumatera Selatan hampir semua stasiun tidak adanya lapangan

penumpukan kecuali stasiun Tanjung enim baru, Kertapati,dan Tarahan

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api

barang maka, lapangan penumpukan perlu pada stasiun yang mempunyai

potensi angkutan barang di buat yaitu dengan dengan penambahan luas lahan

karena yang dikhawatirkan jika volume pengiriman barang meningkat dan tidak

adanya lapanganan penumpukan akan mengganggu kelancaran kendaraan

pengangkut barang, selain itu kondisi lapangan penumpukan sebaiknya berlantai

beton, mudah dipantau, ada fasilitas pelindung dan lampu penerangan yang

cukup pada prinsipnya terbuka dibatasi oleh dinding.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-265

s. Tempat bongkar muat barang

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi Tempat bongkar muat barang pada

DIVRE III Sumatera Selatan terdapat di lima (6) stasiun, yaitu : stasiun Tarahan,

stasiun Tanjung enim baru, stasiun Kertapati, stasiun Tanjungkarang, dan

Prabumulih,. Proses pembongkaran barang dilakukan secara langsung , dan

menggunakan forklift langsung dibawa ke gudang penyimpanan. Tempat

bongkar muat tersebut dalam kondisi baik dan aktif. Secara singkat dapat dilihat

pada tabel dan gambar berikut ini.

Tabel 5.273. Tempat bongkar barang pada DIVRE III Sumatera selatan.

No Lokasi Kondisi

1 Tarahan Baik

2 Kertapati Baik

3 Tanjungkarang Baik

4 Prabumulih Baik

5 Tanjung enim baru Baik Sumber:DIVRE III Sumatera Selatan, 2013

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api

barang, maka tempat bongkar muat barang distasiun perlu ditingkatkan ukuran

dan kapasitasnya, menambah alat bongkar muat, ada jalan akses dengan ukuran

dan konstruksi jalan yang baik, ada atap, lantai beton ada fasilitas untuk

kendaraan masuk dan keluar, lampu penerangan, ada menara pengawas dan

tenaga pengawas yang cukup. Selain dari kelima stasiun yang telah diuraikan

untuk stasiun antara lainnya yang potensial dalam hal pemuatan dan

pembongkaran barang harus dibuat tempat bongkar muat juga dengan harapan

bisa melayani semua kereta api barang.

t. Langsiran gerbong barang

Hasil survey pada DIVRE III Sumatera Selatan untuk stasiun Tarahan, stasiun

Tanjung enim baru, stasiun Kertapati, stasiun Tanjungkarang kegiatan langsir

sudah menggunakan lokomotif dinas,atau lokomotip yang di khususkan untuk

langsir.

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Lintas Sumatera ke angkutan kereta api

barang, maka perlu penambahan jalur parkir barang untuk menampung antara 40

sd 60 unit gerbong, ditambah 1 unit ditambah Cabous (tempat petugas), bila ada

penambahan pelangsiran perlu penambahan wesel dan penambahan jumlah

spoor.

.

u. Parkir kendaraan angkutan barang

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi parkir kendaraan angkutan barang pada

DIVRE III Sumatera Selatan untuk stasiun Kertapati dan mampu menampung

kendaraan jenis truk satu sumbu lebih kurang 25 truk, stasiun Tanjungkarang

juga terdapat tempat parkir kendaraan angkutan barang yang mampu

menampung kurang lebih 15 truk, stasiun Tarahan mempunyai kapasitas muat

kurang lebih 25 truk muatan semen,Statsiun Prabumulih kapasitas penampungan

truk 20 unit, Untuk kondisi tempat parkiran kendaraan pada ke empat stasiun

tersebut dalam keadaan layak, secara singkat dapat dilihat pada tabel berikut.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-266

Tabel 5.274. Kondisi lapangan parkir pada DIVRE III Sumatera Selatan No Lokasi Kapasitas

truk (unit)

Kondisi

1 Kertapati 25 Baik

2 Tanjungkarang 15 Baik

3 Tarahan 25 Baik

4 Prabumulih 20 Baik

Sumber : DIVRE III Sumatera selatan, 2013

Berkaitan dengan peningkatan angkutan barang kereta api akibat pengalihan

barang melalui angkutan jalan ke angkutan kereta api barang maka parkir

kendaraan angkutan barang perlu diperluas bagi kendaraan pengangkut barang

baik yang akan dinaikkan distasiun maupun yang diturunkan dari stasiun, ada

jalur masuk dan keluar yang cukup kearea parkir, menciptakan ketertiban dan

keamanan perpakiran, adanya rambu dan batas parkir. Pada waktu ramai

(peakseason) pintu masuk keluar dan masuk dibuat dua jalur, pengaturan parkir

disesuaikan dengan luas lahan dengan prinsip menjamin kelancaran pergerakan

kendaraan. Penyimpanan kendaraan diatur sesuai rambu dan batas parkir dan

pengaturan oleh petugas parkir resmi dari stasiun. Cara penyimpanan kendaraan

diusahakan tidak sejajar dengan tubuh jalan dihalaman parkir tetapi menyerong,

apabila parkir kendaraan angkutan barang tidak memadai lagi, maka diupayakan

penambahan luas lahan parkir yang tetap memperhatikan persyaratan lapangan

parkir.

v. Crane

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi alat bongkar muat barang (Crane) pada

DIVRE III Sumatera Selatan tidak ada, dan harus di upayakan agar keberadaan

alat crane pada lokasi ini tersedia atau di sediakan dengan kapasitas yang

disesuaikan dengan volume bongkar muat barang.

w. Jembatan timbang

Berdasarkan hasil survey di DIVRE III Sumatera Selatan alat jembatan

timbangan tidak ada baik distasiun antara ataupun distasiun besar.

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api

barang, maka perlu adanya pengadaan timbangan barang distasiun dengan

spesifikasi sesuai kebutuhan dan kondisi berat volume barang pada saat dimuat

dengan kereta api barang dan setiap selesai penimbangan harus ada struk sebagai

bukti hasil penimbangan.

x. Security/ Keamanan

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api

barang, maka peran security sangat dibutuhkan untuk menyerasikan kegiatan

pekerjaan distasiun sehingga pelayanan di stasiun kereta api terus meningkat

yang secara keseluruhan akan meningkatkan kinerja angkutan kereta api barang.

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi security/keamanan pada DIVRE III

Sumatera Selatan, petugas keamanan yang berjumlah 55 orang dan ditempatkan

masing-masing stasiun dengan jumlah yang beragam di empat (4) emplasemen

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-267

stasiun yaitu pada stasiun Tarahan 20 orang, stasiun Tanjung enim baru

sebanyak 15 orang, stasiun Kertapati sebanyak 10 orang, stasiun Tanjungkarang

sebanyak 10 orang, . Dari 55 orang mempunyai latar belakangan pendidikan

bermacam-macam dari SD, SMP, SMA, S1, Kesamaptaan, Beladiri dan Polri,

untuk waktu bertugas dibagi menjadi 3 shiff yaitu pagi hari, siang hari dan

malam hari, secara singkat dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.275. Jumlah personil keamanan di DIVRE III Sumatera Selatan No Lokasi Jumlah

Security

(orang)

1 Tarahan 20

2 Tanjung enim baru 15

3 Kertapati 10

4 Tanjungkarang 10

Sumber:DIVRE III Sumatera Selatan, 2013

y. Gapeka

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DIVRE III Sumatera Selatan perjalanan

kereta api mengacu ke GAPEKA yang masih berlaku.

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api

barang, maka sebagai instrumen pengaturan perjalanan kereta api harus dibuat

lebih cermat karena selain untuk kelancaran operasi, juga dalam rangka

keselamatan angkutan kereta api.

z. Tempat muat barang curah dan batubara

Berdasarkan pemantauan pada DIVRE III Sumatera Selatan, bahwa di DIVRE

ini khusus tempat muat barang jenis batu bara .

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api

barang, maka harus diupayakan juga pelayanan muat barang jenis curah. Selain

itu juga pemuatan/ pembongkaran barang baik jenis curah dan jenis barang

lainnya harus pada tempat yang tepat yang berguna untuk meminimalisis

kerugian yang mungkin timbul akibat ketidak tepatan.

aa. Schowing

Hasil survey di lokasi studi DIVRE III Sumatera selatan khususnya di empat (4)

stasiun Tarahan, stasiun Tanjung enim baru, stasiun Kertapati, stasiun

Tanjungkarang hanya mempunyai 3 jadwal/shiff pada pagi hari dan sore hari

yang masing-masing terdiri 3 s/d 4 orang.

Berkaitan dengan peningkatan angkutan barang kereta api akibat pengalihan

angkutan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan barang kereta api, maka

kinerja schowing perlu terus ditingkatkan baik mengenai ketelitian hasil

pemeriksaan dengan peralatan yang tepat atau presisi maupun frekuensi

pemeriksaan sesuai lamanya sarana kereta api dioperasikan. Ketelitian hasil

pemeriksaan ini ikut menentukan rangkaian penyediaan sarana kereta api yang

siap operasi. Scowing dimaksud dapat diatur jumlah dan shif kerja supaya tetap

ada pemeriksaan kereta api habis dinas dan juga perlu penambahan personil

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-268

schowing pada setiap stasiun pemberangkatan kereta api barang jika terjadi

kenaikan frekuensi perjalalan kereta api barang.

bb. Conveyor

Dari hasil survey pada DIVRE III Sumatera Selatan ditemukan pemakai

conveyor dalam proses muat barang batubara.

Berkaitan dengan peningkatan angkutan barang keret api akibat pengalihan

angkutan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api, maka bagi

stasiun yang kegiatan bongkar muatnya jenis batu bara agar dalam proses

pemindahan dari gerbong curah ke tempat penampungan sebaiknya

menggunakan conveyor bucket Elevator, sedangkan untuk semen dalam zak

sebaiknya menggunakan belt conveyor, dimana selama alat ini digunakan

setidaknya dapat meminimalisir tingkat kerusakan barang dan meringankan

beban kerja tenaga manusia.

cc. Forklift

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi pada DIVRE III Sumatera selatan

adanya forklift untuk keperluan bongkar muat barang dengan alasan barang yang

diangkut merupakan jenis barang hantaran paket.

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api

barang, maka perlu diadakan persiapan pengadaan forklift jika frekuensi barang

meningkat begitupun jenis barang yang diangkut melalui kereta api barang dan

sebaiknya forklift tersebut dioperasikan oleh petugas yang kompeten dan selalu

melakukan pemeliharaan secara rutin agar tetap baik kinerjanya. Selain itu juga

khususnya pada stasiun besar di DIVRE III Sumatera selatan perlu juga di

sediakan forklift untuk stasiun-stasiun antara yang potensial yang belum

memiliki dengan harapan bisa menunjang kinerja stasiun pada waktu melakukan

proses bongkar muat kereta api barang.

dd. Crew KA

Berdasarkan data survey di DIVRE III Sumatera selatan jumlah masinis

sebanyak 75 orang, kondektur 45 orang dan tekhnisi kereta api (TKA) sebanyak

50 orang.

Tabel 5.276. Jumlah Crew pada DIVRE III Sumatera selatan No Nama DIVRE Masinis Kondektur Tekhnisi

Kereta Api

1 DIVRE II Sumbar 75 45 50

Sumber: DIVRE III Sumatera Selatan, 2013

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari lintas Sumatera ke angkutan kereta api barang,

maka crew kereta api harus cukup jumlahnya dengan kata lain jika terjadi

kekurangan pihak penyelenggara harus menambah crew tentunya yang

memenuhi persyaratan kualifikasi kecakapan. Kualifikasi kecakapan crew yang

dimaksud dibuktikan dengan sertifikat kecakapan yang diperoleh setelah lulus

mengikuti pendidikan dan pelatihan. Hal ini diperlukan agar kinerja kereta api

barang meningkat.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-269

2. Sarana Perkeretaapian Barang DIVRE III Sumatera selatan

a. Lokomotif

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DIVRE III Sumatera selatan, lokomotif

diesel elektrik BB 200 berjumlah 2, BB 202 berjumlah 8, BB 203 berjumlah 5,

CC 201 berjumlah 33, CC 202 BERJUMLAH 47, CC 204 berjumlah 6, CC 205

berjumlah 6, yang terdapat pada emplasemen depo Tanjungkarang dan depo

Kertapati semua kondisi lokomotif tersebut dalam keadaan baik, secara singkat

dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut.

Tabel 5.277. Kondisi Lokomotif di DIVRE III Sumatera Selatan No Lokasi Jenis Tipe Jumlah

(unit)

Kondisi

1

Depo Tanjungkarang CC 201

CC 202

CC 204

33

47

6

Baik

Baik

Baik

2 Depo Kertapati CC 205 6 Baik

BB 200 2 Baik

BB 202 8 Baik

BB 203 5 Baik

Sumber : DIVRE III Sumatera Selatan, 2013

Dengan melihat beberapa tipe lokomotif yang ada pada DIVRE III Sumatera

selatan khususnya tipe CC 202 yang mempunyai daya tarik sebesar 2000Hp

yang diharapkan mampu dioperasikan untuk menarik beban barang yang

mencapai rata-rata 1800 ton dengan dengan 60 rangkaian gerbong barang dengan

kecepatan yang mengacu sesuai dengan GAPEKA yaitu kecepatan maksimum

untuk kereta api barang maksimum antara 50 km/jam sd 70 km/ jam. Hal ini akan

menjadi meningkatnya kapasitas angkut barang dan terpenuhinya waktu

penyampaian ditempat tujuan dengan dukungan penggantian prasarana kereta api

seperti rel dengan tipe R 54, penambat dengan jenis elastik dan bantalan jenis

beton.

b. Gerbong barang

Berdasarkan hasil survey di DIVRE III Sumatera selatan terdapat gerbong datar

PPCW 42 T, 50 T, 30 T pada stasiun Kertapati kberjumlah 131 unit, untuk

gerbong barang jenis kkbw 25T, 30 T berjumlah 424 unit, jenis KKW 30 T

semen curah berjumlah 89 unit, Jenis ZZOW 50 T berjumlah 137 unit, jenis

YYW 30 T berjumlah 13 unit, untuk depo Tanjung enim baru jenis KKBW

berjumlah 634 unit, sedangkan depo gerbong Rejosari untuk jenis KKBW 50 T

berjumlah 639 unit, untuk jenis KKBW Cina berjumlah 514 unit. Semua gerbong

dalam kondisi baik, secara singkat dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut.

Tabel 5.278. Kondisi gerbong barang DIVRE III Sumatera selatan No Lokasi Jenis Tipe Jumlah

(unit)

Kondisi

1 Depo

Kreta/gerbong

kertapati

Gerbong datar

(GD)

PPCW 42 T

PPCW 50 T

PPW/R 30 T

80

30

21

Baik

Baik

Baik

Gerbong

tertutup

GGW 30 T

TTW 30 T

13

16

Baik

Baik

Gerbong

terbuka

KKBW 25 T

KKBW 30 T

KKBW 30 T

100

262

62

Baik

Baik

Baik

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-270

No Lokasi Jenis Tipe Jumlah

(unit)

Kondisi

YYW 30 T

ZZOW 50 T

ZZOR 30 T

ZZOW JPN

ZZOW 50 R

13

45

47

20

25

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Gerbong ketel KKW 30 T

KKRU 30 T

85

4

Baik

Baik

2 Depo gerbong

Tanjungenim baru

Gerbong

terbuka

KKBW 50 T 634 Baik

3 Depo gerbong

Rejosari

Gerbong

terbuka

KKBW 50 T

KKBW Cina

639

514

Baik

Baik

Sumber : DIVRE III Sumatera Selatan, 2013

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api barang

maka perlu mengoptimalkan pendayagunaan gerbong yang ada yaitu gerbong

datar, gerbong terbuka, gerbong tertutup dan gerbong tangki serta menambah

frekuensi penggunaan gerbong, selain itu juga perlu ada penambahan jenis

gerbong barang sesuai spesifikasi kebutuhan agar suatu saat jika terjadi

peningkatan kapasitas ataupun volume barang maka di DIVRE III Sumatera

Selatan siap untuk mengoperasikan gerbong-gerbong barang baik yang tersedia

ataupun yang dicadangkan.

c. Depo pemeliharaan lokomotif

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DIVRE III Sumatera Selatan, Depo

pemeliharaan lokomotif Kertapati, Depo lok Tanjungenim baru, Depo lok

Tanjungkarang, Depo lok Tarahan, sub depo lok Tigagajah, sub depo lok

Padangpanjang, stasiun Batu raja, Depo-depo tersebut dalam keadaan baik.

Secara singkat dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.279. Kondisi Depo DIVRE III Sumatera Selatan No Depo Kondisi

1 Dipo Lok Kertapati Baik

2 Depo Lok Tanjungkarang Baik

3 Depo lok Tanjung enim baru Baik

4 Depo lok Tarahan Baik

5 Sub depo lok Tigagajah Baik

6 Sub depo lok Padang panjang Baik

Sub depo lok Baturaja Baik

Sumber : DIVRE III Sumatera Selatan, 2013

Berkaitan dengan peningkatan angkutan barang kereta api akibat pengalihan

angkutan barang melalui jalan ke angkutan kereta api barang, maka depo

pemeliharaan lokomotip terus ditingkatkan peranannya dengan melengkapi

peralatan pemeliharaan dengan teknologi terbaru didukung tenaga pemeliharaan

yang bersertifikat sesuai ketentuan serta daya sistem pengecekan yang cermat.

Peralatan pemeriksaan pengujian dan perawatan yang digunakan harus

dikalibrasi secara berkala. Selain depo pemeliharaan pada stasiun tertentu

sebaiknya pada stasiun antara yang potensial juga dilengkapi dengan depo

lokomotif yang bertujuan agar setiap saat lokomotif siap dioperasioanalkan

dengan tidak menunggu perbaikan di depo stasiun-stasiun besar.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-271

d. Depo Pemeliharaan Gerbong Barang

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DIVRE III Sumatera selatan, depo

pemeliharaan gerbong sementara masih menjadi satu dengan depo kereta yang

berada di stasiun Kertapati dan saat ini masih dioptimalkan dan dalam keadaan

baik.

Secara singkat kondisi depo pada DIVRE III Sumatera Selatan dapat dilihat pda

tabel berikut.

Tabel 5.280. Kondisi depo di DIVRE III Sumatera Selatan No Lokasi Jumlah

spoor

Panjang

(m)

Kondisi

1 Depo kereta/gerbong Kertapati Baik

2 Depo gerbong Tanjungenim baru Baik

3 Depo Kereta Tanjungkarang Baik

4 Depo gerbong Rejosari Baik

Sumber : DIVRE III Sumatera Selatan, 2013

Kondisi Dipo pemeliharaan gerbong yang ada di DIVRE III Sumatera selatan

perlu terus dijaga agar mampu menyediakan gerbong barang yang siap operasi

menurut jenis dan ukuran gerbong yang dibutuhkan.