f. divre i medan -...
TRANSCRIPT
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-193
F. DIVRE I Medan 1. Prasaran Perkeretaapian Barang DIVRE I Medan
a. Jalan Rel
Dengan memperhatikan tipe rel di DIVRE I Medan dimana masih terdapat tipe
rel 25, tipe rel 33, tipe rel 41/42 maka sebaiknya tipe rel tersebut diganti dengan
tipe R 54. Hal ini dimaksudkan agar kapasitas daya tahan rel akan lebih mapan
untuk beban barang yang lebih besar. Dengan demikian sebagian angkutan
barang melalui jalan lintas Sumatera akan dapat secara bertahap dialihkan
melalui angkutan Kereta Api Barang. Sekarang ini kondisi jalan raya lintas
Sumatera sudah melampaui kapasitas jalan. Hal ini dapat dilihat bahwa
dibeberapa titik jalan raya lintas Sumatera telah mengalami kemacetan yang pada
hakekatnya akan mengganggu kelancaran lalu lintas angkutan barang. Dilain
pihak, tingkat kerusakan jalan raya pun semakin cepat seiring dengan kepadatan
lalu lintas angkutan barang berikut muatan masing-masing angkutan. Untuk
melihat bagaimana kondisi dan tipe rel di DIVRE I Medan dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 5.190. Kondisi dan Jenis Rel yang ada pada DIVRE I Medan
U r a i an Jumlah Dalam Satuan
Kondisi Km M M2 Unit
Panjang rel Operasi & Emplasemen
KA DIVRE I Medan 474,065
- Type rel R 25 80,95
Baik
- Type rel R 33 115,042
Baik
- Type rel R 41/42 233,528
Baik
- Type rel R 50 - -
- Type rel R 54 33,070 Baik
Sumber : Survey DIVRE I Medan,2013.
Pada DIVRE I Medan masih terdapat rel tipe R 25, R 33 dan R 41/42, dimana
tipe rel ini tidak mampu lagi menerima penambahan beban, tekanan gandar yang
makin besar, goncangan, gaya vertikal, lateral dan longitudinal. Sesuai
pertambahan beban kereta api, apabila muatan barang dialihkan dari angkutan
jalan sedangkan angkutan barang dan penumpang kereta api eksisting sebesar
373.580 ton/tahun, maka rel tipe R 25, R 33 dan R 41/42 sudah perlu diganti
dengan tipe rel R 54. Dari klasifikasi rel yang ada di Indonesia, R Tipe R 54 rel
yang mempunyai keunggulan dibandingkan dengan Tipe R 25, R 33 dan R
41/42. Oleh karena itu tipe R 54 ini dapat digunakan diseluruh lintasan di DAOP
dan DIVRE untuk keseragaman rel, meskipun pelaksanaannya melalui
pentahapan.
Berdasarkan hasil survey pada DIVRE I Medan terdapat panjang rel keseluruhan
502,03 km, terdiri dari type R25 sepanjang 80,95 km, type R33 sepanjang 115,042
km, type R41/42 sepanjang 233,528 km, type R54 sepanjang 33,070 km. Kondisi
rel semua type adalah baik dan rel Tipe R 54 adalah rel yang dominan di DIVRE
I Medan. Secara singkat jalur angkutan kereta api barang di DIVRE I Medan
dapat dilihat pada gambar berikut
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-194
Gambar 5.72 Jaringan Material Rel di DIVRE I Medan
Sumber : Survey DIVRE I Medan, 2013
Secara rinci material Rel di DIVRE I Medan terdiri dari tipe rel 54 , tipe rel
41/42, tipe rel 33 dan tipe rel 25 yang mempunyai panjang keseluruhan 502,03
km terdapat pada tabel berikut.
Tabel 5.191. Kondisi dan Jenis Rel yang ada pada DIVRE I Medan
Lintas Tipe Rel (R) Panjang Lintas
(Km)
A. Lintas Raya
Medan – Lubukpakam R-41/42
R-33
14,200
15,166
Lubukpakam – Rambutan R-41/42
R-33
10,542
35,126
Rambutan – Tebing tinggi R-33 5,508
Tebing tinggi – Perlanaan R-41/42
R-33
17,220
16,291
Perlanaan – Seibeyjangkar R-41/42 23,704
Seibeyjangka – Bunut R-41/42 12,990
Bunut – Kisaran R-41/42 2,992
Kisaran – Hangelo R-41/42 15,703
Hangelo – Puluraja R-41/42 19,967
Puluraja – Membangmuda R-41/42 16,081
Membangmuda – Siutungir R-41/42 9,489
Siutungir – Rantaupapat R-41/42 52,632
Medan – Hulubraian R-41/42 4,655
Hurubraian – Belawan R-41/42 19,315
B. Lintas Cabang Operasi
Binjai – Satabat R-25 22,427
Stabat – Tg Slamat R-25 10,336
Tg Slamat – Tg Pura R-25 13,701
Tg Pura – Pangkalan Brandan R-25 19,451
Pangkalan Brandan – Beisitan R-25 14,990
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-195
Lintas Tipe Rel (R) Panjang Lintas
(Km)
Tebing tinggi – Dologmarangir R-41/42
R-33
6,342
22,200
Dologmarangir – Sirpamatang
siantar
R-54
R-41/42
R-33
12,367
6,496
1.062
Kisaran – Tg Balai R-54 20,703
Binjai – Kuala R-41/42
R-33
1,200
19,689
C. Data Material Jalan Rel di
Emplasemen Stasiun
R-25
R-33
R-41/42
18,395
54,03
9,315
D. Data Material Jalan Rel di
Emplasemen Balayasa dan
Dipo
R-25 6,372
Sumber : Data Aset Produksi Sarana dan Prasarana Kereta Api, 2012
Penggunaan jenis rel yang berbeda-beda pada DIVRE I Medan mengakibatkan
rendahnya kecepatan operasi kereta api. Melihat karakteristik tipe rel yang ada
di DIVRE I Medan maka beberapa strategi yang bisa ditempuh untuk dapat
menambah kapasitas prasarana jaringan kereta api khususnya rel maka perlu
dilakukan beberapa skenario, dengan melihat strategi tersebut maka prioritas
pertama adalah pergantian tipe rel 25 sepanjang 80,95 km dan tipe rel 33
sepanjang 115,042 km dan tipe rel 41/42 sepanjang 233,528 km sehingga total
keseluruhan panjang rel yang perlu diganti dalam rangka mengantisipasi
pengalihan sebagian angkutan barang dari jalan raya ke angkutan barang kereta
api sepanjang 429,52 km.
Tabel 5.192. Usulan pergantian rel dengan skenario pada DIVRE I Medan
No Pergantian tipe rel
Skala
Prioritas
I II
1 Tipe R 25 80,95
2 Tipe R 33 115,042
3 Tipe R 41/42 233,528
Total 195,992 233,528
Sumber: Hasil Survey dan Olahan Konsultan, 2013
b. Bantalan Rel
Berdasarkan hasil survey bantalan pada lokasi studi di DIVRE I Medan
bahwasanya terdapat jenis bantalan yang beraneka ragam, dimana berdasarkan
kondisi dilapangan di DIVRE I Medan bantalan kayu terdapat sepanjang 120,39
km dan bantalan beton sepanjang 381,640 km. Artinya dilapangan sudah lebih
dominan bantalan yang terbuat dari beton dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 5.193. Kondisi Bantalan pada DIVRE I Medan
No U r a i an Jumlah Dalam Satuan
Kondisi Km M M2 Unit
1 Jenis Bantalan
- Besi -
- Kayu 120,39 - Baik
- Beton 381,640 - Baik
Sumber : Survey DIVRE I Medan,2013
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-196
Secara singkat peta bantalan kayu dan bantalan beton di DIVRE I Medan dapat
dilihat pada gambar berikut.
Gambar 5.73. Jaringan Material Bantalan di DIVRE I Medan
Untuk melihat bantalan beton pada setiap lintas di DIVRE I Medan dapat dilihat
pada tabel berikut
Tabel 5.194. Keberadaan Jenis bantalan pada DIVRE I Medan
Lintas
Jenis Bantalan/ panjang bantalan
Kayu
(km)
Besi
(km)
Beton
(km)
A. Lintas Raya
Medan – Lubukpakam 29,366
Lubukpakam - Rambutan 45,668
Rambutan – Tebing tinggi 5,508
Tebing tinggi – Perlanaan 33,511
Perlanaan - Seibeyjangkar 23,764
Seibeyjangka – Bunut 12,990
Bunut – Kisaran 2,992
Kisaran – Hangelo 15,703
Hangelo – Puluraja 19,967
Puluraja – Membangmuda 16,081
Membangmuda – Siutungir 9,489
Siutungir – Rantaupapat 52,632
Medan – Hulubraian 4,655
Hurubraian – Belawan 19,315
B. Lintas Cabang Operasi
Binjai – Satabat 22,427
Stabat – Tg Slamat 10,336
Tg Slamat – Tg Pura 13,701
Tg Pura – Pangkalan Brandan 19,451
Pangkalan Brandan – Beisitan 14,990
Tebing tinggi – Dologmarangir 28,542
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-197
Lintas
Jenis Bantalan/ panjang bantalan
Kayu
(km)
Besi
(km)
Beton
(km)
Dologmarangir – Sirpamatang siantar 19,925
Kisaran – Tg Balai 20,703
Binjai – Kuala 20,889
C. Data Material Jalan Rel di
Emplasemen Stasiun
33,113
D. Data Material Jalan Rel di
Emplasemen Balayasa dan Dipo
6,372
Total 120,39 381,640
Sumber : Data Aset Produksi Sarana dan Prasarana Kereta Api, 2012
Berdasarkan data panjang rel untuk lintas operasi yang menggunakan bantalan beton untuk DIVRE I Medan adalah sepanjang 391,646 km, dengan jarak antar bantalan beton 60 cm, sesuai dengan standar yang disyaratkan untuk keselamatan,keamanan,dan kenyamanan dalam buku Peraturan Dinas 10 PT KAI (Persero). Sementara bantalan kayu sepanjang 82,418 km dan bantalan besi sepanjang 391,646 km. Dalam rangka pengalihan angkutan barang melalui jalan raya Lintas Sumatera untuk jenis BBM dari Labuan – Kisaran , untuk CPO dari Pulubrayan – Pamatang siantar dan dari Rantau - Prapat maka diperlukan pergantian bantalan kayu sepanjang 82,418 km menjadi bantalan beton. Hal ini dimaksudkan untuk memperkokoh jalan rel sebagai lintasan angkutan kereta api barang. Dengan pergantian tipe bantalan kayu menjadi beton diharapkan beban jalan pantura Jakarta – Surabaya yang sampai saat ini kurang mampu lagi menampung angkutan barang truk. Dibeberapa titik jalan Lintas Sumatera telah menunjukan adanya kemacetan pada jam-jam tertentu yang pada hakekatnya menggangu kelancaran arus lalu lintas barang Jawa-Sumatera.
c. Penambat rel
Berdasarkan hasil survey dari lokasi studi ternyata terdapat beberapa tipe
penambat yang digunakan dan untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut.
Tabel 5.195. Kondisi Penambat pada lintasan DIVRE I Medan
U r a i an Jumlah Dalam Satuan
Kondisi Km M M2 Unit
Penambat
- Penambat Elastik 381,64 - Baik
- Penambat Kaku 120,41 - Baik
Sumber : Survey DIVRE I Medan, 2013
Pada DIVRE I Medan dapat dilihat jenis penambat rel yang ada yaitu : Penambat
elastik terdapat 381,64 km sedangkan penambat kaku mencapai 120,41km.
Sekarang ini kedua jenis penambat tersebut berada dalam kondisi yang baik.
Secara singkat penggunaan penambat elastik maupun penambat kaku dapat
dilihat pada gambar berikut.
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-198
Gambar 5.74. Jaringan Material Penambat di DIVRE I Medan
Dengan memperhatikan kondisi dan penggunaan penambat di DIVRE I Medan
serta dihubungkan dengan beberapa teori seperti yang diuraikan sebelumnya
terutama dalam ketahanan beban angkutan kereta api barang sekarang ini di
DIVRE I Medan sudah menggunakan penambat elastik.
Mengingat adanya upaya pengalihan angkutan barang melalui jalan Lintas
Sumatera untuk jenis BBM dari Labuan – Kisaran , untuk CPO dari Pulubrayan
– Pamatang siantar dan dari Rantau - Prapat dimana sekarang ini sudah
melampaui batas yang telah ditentukan maka diperlukan pemberdayaan
angkutan barang kereta api. Tetapi untuk menjamin ketahanan penambat
diperlukan strategi pergantian dari penambat kaku menjadi penambat elastik.
Hal ini sangat diutamakan mengingat beberapa teori dan prospektif angkutan
barang melalui kereta api.
Salah satu strategi yang bisa ditempuh adalah mengganti penambat kaku
sepanjang 120,41 km menjadi penambat elastik. Dengan demikian diharapkan
kemampuan penambat dengan bantalan dan rel seperti dijelaskan sebelumnya
akan menjadi harmonis. Secara singkat strategi atau penggantian penambat
tersebut di DIVRE I Medan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.196. Usulan pergantian penambat dengan skenario pada DIVRE I
Medan
No Lintasan
Jenis Material Panjang
(Km)
Diganti
Dengan Penambat
Alasan
Penggantian
Kaku Elastis Skenario
I
Skenario
II
1 DIVRE I
MEDAN 120,41 Elastik
Ganda
- Tidak mampu
lagi
menambatkan
rel pada
bantalan
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-199
No Lintasan
Jenis Material Panjang
(Km)
Diganti
Dengan Penambat
Alasan
Penggantian
Kaku Elastis Skenario
I
Skenario
II
sedemikian
rupa sehingga
kedudukan rel
tetap tegak
dan tidak
bergeser
2 120,41 - - Tidak boleh
dipakai untuk
semua kelas
jalan rel
Sumber : Hasil Olahan Konsultan, 2013
Penambat kaku yang akan digantikan menjadi penambat elastik terdapat di lintas
Binjai – Stabat sepanjang 22,42 km, Stabat – Tg Slamet sepanjang 10,33 km, Tg
Slamet – Tanjung Pura sepanjang 13,70 km, Tg Pura – Pangkalan Brandan
sepanjang 19,45 km ,Pangkalan Brandan – Besitan sepanjang 14,90 km, lintas
emplasemen stasiun sepanjang 33,11 km dan di Dipo Balaiyasa sepanjang 6,37
km. Perbedaan jenis penambat ini praktis telah berpengaruh pada kecepatan
kereta api. Dengan penggantian penambat kaku menjadi penambat elastik
dampak positifnya telah mampu digunakan pada semua kelas jalan rel, kecuali
jalan rel kelas lima (5). Di lain pihak pemeliharaannya juga menjadi ringan.
Penambat elastik pada dasarnya telah mampu mengeliminasi gaya lateral akibat
pergerakan dinamis roda yang bergerak diatas rel.
Alternatif lain sebagai salah satu skenario pilihan adalah menggunakan penambat
elastik ganda. Karena penggunaan penambat elastik ganda telah mampu
meredam getaran yaitu mengurangi pengaruh getaran pada rel terhadap bantalan.
Selain meredam getaran, juga mampu menghasilkan gaya jepit (clamping force)
yang tinggi dan juga mampu memberikan perlawanan rangkak (creep
resistence). Penggantian penambat kaku menjadi penambat elastik ganda adalah
agar mampu menahan beban yang besar untuk angkutan barang kereta api.
Penggunaan penambat elastik tunggal maupun elastik ganda sangat relevan
terhadap penggunaan tipe rel 54 dan bantalan yang terbuat dari beton.
d. Sebidang tanah untuk tumpukan rel
Berdasarkan hasil survey di lokasi studi Rata-rata lebar tanah DIVRE I Medan
untuk tumpuan di sepanjang rel KA untuk spoor tunggal lurus 6 m, lengkung 8
m. Untuk spoor ganda spoor raya lurus 8 m, lengkung 10 m. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.197. Lebar rata-rata tanah untuk tumpuan rel
No U r a i an Jumlah Dalam Satuan
Km M M2 Unit
1
Rata-Rata lebar tanah untuk tumpuan di
sepanjang
jalan rel KA
- Untuk spor tunggal spor raya
- lurus 6 mt
- lengkung 8 mt
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-200
No U r a i an Jumlah Dalam Satuan
Km M M2 Unit
- Untuk sp ganda spor raya
- lurus 8 mt
- lengkung 10 mt
Sumber : DIVRE I Medan
Berkaitan dengan pengalihan barang dari jalan lintas Sumatera ke angkutan
kereta api barang maka tubuh jalan rel perlu dipertahankan dimensi dan
kondisinya melalui pemeliharaan dengan pematusan (suatu kegiatan
pengambilan air dari tubuh jalan dan tergenang air) .
e. Jembatan
Berdasarkan hasil survey dari lokasi studi pada DIVRE I Medan kondisi
jembatan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.198. Kondisi jembatan pada DIVRE I Medan
No U r a i an Jumlah Dalam Satuan Kondis
i Km M M2 Unit
1 Jenis Jembatan
- Jembatan besi/baja 2,91 193 Baik
- Jembatan beton 0,24 75 Baik
Sumber : DIVRE I Medan 2013
Ternyata dari data yang diperoleh pada DIVRE I Medan memiliki jembatan besi
atau baja sepanjang 2,91 km, sementara jembatan beton terdapat 0,24 km dengan
kondisi yang baik. Berkaitan dengan peningkatan beban di lintas operasi kereta
api, maka jembatan yang ada perlu dipersiapkan kemampuannya dengan
mengganti jembatan yang terbuat dari konstruksi baja/ besi menjadi konstruksi
beton. Pergantian tersebut tentunya dilakukan secara bertahap sesuai dengan
skala prioritas yang perlu diganti pada setiap lintas.
Dengan adanya pengalihan angkutan barang melalui jalan Lintas Sumatera jenis
BBM dari Labuan – Kisaran , untuk CPO dari Pulubrayan – Pamatang siantar
dan dari Rantau - Prapat ke angkutan barang kereta api maka salah satu alternatif
strategi yang dapat ditempuh adalah mengantisipasi prasarana yang mampu
menahan beban yang relatif besar. Salah satu prasarana angkutan kereta api
barang yang memiliki kontribusi besar untuk menjamin arus lalu lintas barang
melalui jalan kereta api adalah menggantikan secara berkala konstruksi yang
terbuat dari baja/besi menjadi konstruksi yang terbuat dari beton. Dengan
demikian pergantian konstruksi baja atau besi menjadi beton adalah senada
dengan kemampuan rel tipe 54 dan bantalan yang terbuat dari beton berikut
penambat yang terbuat dari elastik ganda. Kebijakan ini ditempuh mengingat
jalan lintas Sumatera melalui angkutan truk, sekarang ini telah berdampak pada
kemacetan dibeberapa titik, dan dilain pihak arus lalu lintas barang melelui jalan
pantura memakan waktu lebih banyak. Aspek lain juga mengakibatkan kondisi
jalan menjadi rusak disebabkan karena tonase sesuai dengan angkutan tidak
sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-201
f. Gorong-gorong (box culvert)
Berdasarkan hasil survey di DIVRE I Medan Gorong-gorong beton terdapat 712
unit dengan kondisi baik. Gorong-gorong tersebut terbuat dari beton dan untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.199. Kondisi gorong-gorong pada DIVRE I Medan
U r a i an Jumlah Dalam Satuan
Kondisi Km M M2 Unit
Gorong gorong
- Kayu
- Beton 712 Baik
Sumber : Hasil Survey DIVRE I Medan, 2013.
Gorong-gorong yang ada di DIVRE I Medan masih perlu dipertahankan
mengingat gorong-gorong yang terbuat dari beton memiliki daya tahan yang
relatif besar sebanding dengan angkutan kereta api barang yang juga memiliki
daya angkut yang besar. Daya tahan gorong-gorong yang terbuat dari beton
sangat relevan dan/atau saling komplementer terhadap tipe rel R 54, bantalan
yang terbuat dari beton dan penambat elastik ganda serta jembatan yang
memiliki konstruksi beton. Jika jalan kereta api barang memiliki rel R 54,
bantalan terbuat dari beton dan penambat terbuat dari elastik ganda, jembatan
konstruksinya terbuat dari beton serta gorong-gorong terbuat dari beton, maka
dapat diyakinkan pengalihan barang jenis BBM dari Labuan – Kisaran , untuk
CPO Pulubrayan – Pamatang siantar dan Rantau - Prapat akan dapat terjamin
lebih lancar.
g. Terowongan
Dari hasil survey pada DIVRE I Medan tidak terdapat terowongan, sehingga
tidak adanya perbaikan terowongan yang berkaitan dengan pengalihan angkutan
barang melalui jalan keangkutan kereta api, sehingga biaya pemeliharaan
terowongan dapat dialihkan ke pos-pos pengeluaran pembiayaan operasional
yang produktif.
h. Perlintasan sebidang
Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DIVRE I Medan terdapat perlintasan
kereta api yang memiliki perambuan otomatis, manual (petugas) dan tidak ada
penjaga (lintasan liar). Lebih jelasnya lihat pada tabel berikut.
Tabel 5.200. Kondisi Perlintasan sebidang manual pada DIVRE I Medan
U r a i an Jumlah Dalam Satuan
Kondisi Km M M2 Unit
Perlintasan sebidang manual
- Jumlah 254
-
Lebat rata
rata
-
Dengan pintu
pengaman Besi/kayu
Sumber : Hasil Survey pada DIVRE I Medan
Perlintasan sebidang manual 254 unit dengan lebar rata-rata 4-5 m dengan pintu
pengaman besi atau kayu.
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-202
Tabel 5.201. Kondisi Perlintasan sebidang otomatis pada DIVRE I Medan
U r a i an Jumlah Dalam Satuan
Kondisi Km M M2 Unit
Perlintasan sebidang
otomatis
- Jumlah 96
-
Lebat rata
rata 4 - 5 mtr
-
Dengan pintu
pengaman Mekanik
Sumber : Hasil Survey pada DIVRE I Medan
Perlintasan sebidang pada DIVRE I Medan perlintasan sebidang manual
sejumlah 254 unit dengan lebar rata-rata 4 s/d 5 m, dan dengan pintu pengaman
besi/kayu. Sedangkan perlintasan sebidang otomatis sebanyak 96 unit.
Perlintasan sebidang manual diupayakan menjadi perlintasan sebidang otomatis
dengan menyediakan dana tambahan. Pada perlintasan sebidang terdapat daerah
pandangan yang memadai, daerah pandangan berupa segitiga pandangan. Jarak
pandang bebas bagi masinis 500 m dan bagi pengemudi minimal 150 m.
Di DIVRE I Medan terdapat perlintasan sebidang otomatis sebanyak 96 unit
dengan pintu pengaman mekanik. Sementara perlintasan sebidang manual masih
terdapat sebanyak 254 unit dengan pintu pengaman besi/ kayu. Kondisi semacam
ini dikhawatirkan akan membahayakan pada keselamatan kendaraan yang sedang
melintasi maupun terhadap kereta api barang yang memiliki muatan relatif
banyak dan frekuensi lalu lintas yang semakin tinggi. Untuk mengantisipasi
angkutan kereta api barang yang memiliki muatan lebih besar maka sebaiknya
perlintasan sebidang manual sejumlah 254 unit diganti menjadi persinyalan
otomatis. Hal ini disebabkan karena perlintasan sebidang manual masih dianggap
rawan karena masih menggunakan kayu/ besi sebagai pintu pengaman.
i. Stasiun
Berdasarkan hasil survey di lokasi studi pada DIVRE I Medan terdapat lima
puluh (50) stasiun kereta api. Di antara stasiun tersebut stasiun Medan, stasiun
Belawan, stasiun Kisaran, stasiun Rantauprapat adalah termasuk stasiun kelas
besar. Kelima puluh (50) stasiun tersebut memiliki spoor yang relatif berbeda,
tetapi kondisi stasiun secara keseluruhan berada dalam kondisi yang baik. Untuk
lebih jelasnya kondisi stasiun yang berada diwilayah DIVRE I Medan dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.202. Kondisi Prasarana DIVRE I Medan
No Stasiun
Sin
gk
ata
n
Sp
oor
Let
ak
Km
Jm
l S
poor Jml Peron Akses Masuk
Jen
is
Pers
inyala
n
lbr Pjg Ada Kondisi
Lintas Mdn Belawan
1 Medan Mdn
Tunggal
0,00 7 800 Ada Baik NX
2 Pulubrayan Pub 4,655 - - Ada Baik SM
3 Titipapan Tpp 10,966 1 367 Ada Baik SM
4 Labuan Lbu 16,717 1 490 Ada Baik SM
5 Belawan Blw 21,207 3 287 Ada Baik SM
Lintas Mdn - Tn
Tunggal
6 Medanpasar Mdp 2,318 - - Ada Baik SM
7 Bandarkhalifah Bap 9,395 1 575 Ada Baik SM
8 Batangkuis Btk 15,267 1 600 Ada Baik SM
9 Araskabu Arb 22,969 1 375 Ada Baik SM
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-203
No Stasiun S i n g k a t a n
S p o o r
L e t a k K m
J m l S p o o r
Jml Peron Akses Masuk J e n i s P e r s i n y a l a n
10 Lubukpakam Lbp 29,366 2 541 Ada Baik SM
11 Perbaungan Pba 37,790 2 474 Ada Baik SM
12 Lidahtanah Ldt 45,104 1 845 Ada Baik SM
13 Teukmengkudu Tke 54,540 1 548 Ada Baik SM
14 Rampah Rph 61,850 1 660 Ada Baik SM
15 Bamban Mmb 68,850 1 535 Ada Baik SM
16 Rambutan Rmt 75,034 1 400 Ada Baik SM
17 Tebingtinggi Tbi 80,542 5 550 Ada Baik SM
Lintas Tbi-Sir 0,00
18 Lauttador Ltd 92,826 1 405 Ada Baik SM
19 Bandartinggi Bdt 98,291 1 587 Ada Baik SM
20 Bahlias Bli 109,906 1 276 Ada Baik SM
21 Perlanaan Pra 114,053 3 424 Ada Baik SM
22 Limapuluh Lmp 119,615 1 450 Ada Baik SM
23 Dusun Dsn 131,817 1 509 Ada Baik SM
24 Seibejangkar Sbj 137,757 3 262 Ada Baik SM
25 Bunut Buu 150,747 1 578 Ada Baik SM
26 Kisaran Kis 153,739 - - Ada Baik SM
27 Tanjungbalai Tnb 174,422 2 465 Ada Baik SM
Lintas Kis-Rap 0,00
28 Hangelo Hl 15,703 2 217 Ada Baik SM
29 Telukdalam Tuk 19,718 1 578 Ada Baik SM
30 Puluraja Pur 35,670 1 660 Ada Baik SM
31 Aekloba Akb 41,168 1 450 Ada Baik SM
32 Membangmuda Mbm 51,754 2 471 Ada Baik SM
33 Situngir Siu 61,240 2 295 Ada Baik SM
34 Pamingke Pme 78,452 2 276 Ada Baik SM
35 Padanghalaban Pha 88,678 3 264 Ada Baik SM
36 Merbau Mbu 94,672 2 331 Ada Baik SM
37 Rantauprapat Rap 113,872 5 288 Ada Baik SM
38 Bajalinggei Bjl 22,690 1 245 Ada Baik SM
39 Dolokmerangir Dmr 28,542 2 370 Ada Baik SM
40 Pematangsiantar Sir 48,467 2 305 Ada Baik SM
41 Sunggal Sun 8,984 - - Ada Baik SM
42 Binjei Bij 20,889 2 395 Ada Baik SM
Lintas Bij-Pbd 0,00
43 Kualbingei Kun 14,885 - - Ada Baik SM
44 Kualabegumit Kug 20,335 - - Ada Baik SM
45 Stabat Sbt 22,472 2 350 Ada Baik SM
46 Tanjungslamat Tas 32,763 - - Ada Baik SM
47 Tanjungpura Tpu 46,464 - - Ada Baik SM
48 Pangkalanbranda
n
Pbd 65,915 4 120 Ada Baik SM
49 Besitang Bsg 80,905 - - Ada Baik SM
Sumber : DIVRE I Medan, 2013
Kelancaran angkutan kereta api barang dari stasiun pemberangkatan ke stasiun
tujuan sangat dipengaruhi beberapa faktor dan salah satu faktor yang
mempengaruhi adalah jumlah spoor pada setiap stasiun. Semakin banyak jumlah
spoor di stasiun, maka arus lalu lintas keluar masuk kereta api barang ke stasiun
akan semakin lancar. Berdasarkan informasi dari pimpinan stasiun Medan,
selama ini belum ada hambatan arus lalu lintas masuk kestasiun tersebut. Hal ini
disebabkan karena jumlah spoor di stasiun Medan terdapat tujuh (7) spoor.
Karena itu untuk mengantisipasi pergerakan barang melalui angkutan kereta api
sebaiknya distasiun antara memiliki jumlah spoor sebanyak lima (5). Jumlah
spoor pada masing-masing stasiun antara diharapkan akan mampu menjamin
arus lalu lintas keluar masuk kereta api barang, Sementara distasiun antara hanya
sebagai lalu lintas angkutan kereta api barang dan bongkar muat barang. Karena
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-204
itulah jumlah spoor sebanyak enam (7) sudah memadai. Sekarang ini dibeberapa
stasiun antara sudah ada memiliki tujuh belas (5) spoor yaitu distasiun antara
Tebingtinggi dan Rantau prapatl lima (5) spoor, tetapi diantara lima puluh (50)
stasiun pada DIVRE I Medan kebanyakan stasiun hanya mempunyai lima (5)
spoor kebawah, sebaiknya stasiun antara yang memiliki lima (5) spoor kebawah
ditambah menjadi (7) spoor.
j. Emplasemen/ Peron
Kondisi Emplasemen/peron dan spoor pada DIVRE I Medan untuk lintas Medan
- Belawan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.203. Kondisi emplasemen/ peron dan spoor lintas Medan - Belawan
DIVRE I Medan
No Stasiun Kode Letak
KM
Panjang
Peron
(meter)
Spoor
Jenis Sinyal
Kondisi
Akses
Masuk Jenis
Un
it
1 Medan Mdn - 800 Tunggal 7 SE Baik
2 Pulubrayan Pub 4,655 0 Tunggal - SM Baik
3 Titipapan Tpp 10.966 361 Tunggal 1 SM Baik
4 Labuan Lbu 16,717 490 Tunggal 1 SM Baik
5 Belawan Blw 21,207 287 Tunggal 3 SM Baik
Sumber : DIVRE I Medan, 2013
Sementara kondisi emplasemen/peron dari Medan – Tebing tinggi dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 5.204. Kondisi emplasemen/ peron dan spoor lintas Medan – Tebing
tinggi DIVRE I Medan
No Stasiun Kode Letak
KM
Panjang
Peron
(meter)
Spoor Jenis
Sinyal
Kondisi
Akses
Masuk Jenis
Un
it
1 Medanpasar Mdp 2,318 0 Tunggal - SM Baik
2 Bandarkhalifah Bap 9,395 575 Tunggal 1 SM Baik
3 Batangkuis Btk 15,267 600 Tunggal 1 SM Baik
4 Araskabu Arb 22,969 375 Tunggal 1 SM Baik
5 Lubukpakam Lbp 29,366 541 Tunggal 2 SM Baik
6 Perbaungan Pba 37,790 474 Tunggal 2 SM Baik
7 Lidahtanah Ldt 45,104 845 Tunggal 1 SM Baik
8 Teukmengkudu Tke 54,540 548 Tunggal 1 SM Baik
9 Rampah Rph 61,850 660 Tunggal 1 SM Baik
10 Bamban Mmb 68,850 535 Tunggal 1 SM Baik
11 Rambutan Rmt 75,034 400 Tunggal 1 SM Baik
12 Tebingtinggi Tbi 80,542 550 Tunggal 5 SM Baik
Sumber : DIVRE I Medan, 2013
Kondisi empalesemen / peron dari Tebing tinggi – Pamatang Siantar dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 5.205. Kondisi emplasemen/ peron dan spoor lintas Tebing tinggi –
Pamatang Siantar DIVRE I Medan
No Stasiun Kode Letak
KM
Panjang
Peron
(meter)
Spoor Jenis
Sinyal
Kondisi
Akses
Masuk Jenis
Un
it
1 Lauttador Ltd 92,826 405 Tunggal 1 SM Baik
2 Bandartinggi Bdt 98,291 587 Tunggal 1 SM Baik
3 Bahlias Bli 109,906 276 Tunggal 1 SM Baik
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-205
No Stasiun Kode Letak
KM
Panjang
Peron
(meter)
Spoor Jenis
Sinyal
Kondisi
Akses
Masuk 4 Perlanaan Pra 114,053 424 Tunggal 3 SM Baik
5 Limapuluh Lmp 119,615 450 Tunggal 1 SM Baik
6 Dusun Dsn 131,817 509 Tunggal 1 SM Baik
7 Seibejangkar Sbj 137,757 262 Tunggal 3 SM Baik
8 Bunut Buu 150,747 578 Tunggal 1 SM Baik
9 Kisaran Kis 153,739 0 Tunggal - SM Baik
10 Tanjungbalai Tnb 174,422 465 Tunggal 2 SM Baik
Sumber : DIVRE I Medan, 2013
Kondisi empalesemen / peron dari lintas Kisaran - Rantauprapat dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 5.206. Kondisi emplasemen/ peron dan spoor lintas Kisaran –
Rantauprapat DIVRE I Medan
No Stasiun Kode Letak
KM
Panjang
Peron
(meter)
Spoor Jenis
Sinyal
Kondisi
Akses
Masuk Jenis
Un
it
1 Hangelo Hl 15,703' 217 Tunggal 2 SM Baik
2 Telukdalam Tuk 19,718' 578 Tunggal 1 SM Baik
3 Puluraja Pur 35,670' 660 Tunggal 1 SM Baik
4 Aekloba Akb 41,168' 450 Tunggal 1 SM Baik
5 Membangmuda Mbm 51,754' 471 Tunggal 2 SM Baik
6 Situngir Siu 61,240' 295,5 Tunggal 2 SM Baik
7 Pamingke Pme 78,452' 276,5 Tunggal 2 SM Baik
8 Padanghalaban Pha 88,672' 263,7 Tunggal 3 SM Baik
9 Merbau Mbu 94,672' 331 Tunggal 2 SM Baik
10 Rantauprapat Rap 113,872 288 Tunggal 5 SM Baik
11 Bajalinggei Bjl 22,690' 245 Tunggal 1 SM Baik
12 Dolokmerangir Dmr 28,542' 370 Tunggal 2 SM Baik
13 Pematangsiantar Sir 48,467' 305 Tunggal 2 SM Baik
14 Sunggal Sun 8,984' 0 Tunggal - SM Baik
15 Binjai Bij 20,889' 395 Tunggal 2 SM Baik
Sumber : DIVRE I Medan, 2013
Selain itu kondisi empalesemen / peron dari lintas Binjai – Perbaungan dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.207. Kondisi empalesemen / peron dari lintas Binjai – Perbaungan
DIVRE I Medan
No Stasiun Kode Letak
KM
Panjang
Peron
(meter)
Spoor Jenis
Sinyal
Kondisi
Akses
Masuk Jenis
Un
it
1 Kualabingei Kun 14,885 0 Tunggal - SM Baik
2 Kualabegumit Kug 20,335' 0 Tunggal - SM Baik
3 Stabat Sbt 22,472' 350 Tunggal 2 SM Baik
4 Tanjungslamat Tas 32,763' 0 Tunggal - SM Baik
5 Tanjungpura Tpu 46,'464 0 Tunggal - SM Baik
6 Pangkalanbrandan Pbd 65,915' 120 Tunggal 4 SM Baik
7 Besitang Bsg 80,905 0 Tunggal - SM Baik
Sumber : DIVRE I Medan, 2013
Panjang peron juga merupakan salah satu indikator menjamin kelancaran arus
lalu lintas kereta api barang. Semakin panjang peron maka akan memungkinkan
beberapa kereta api barang bongkar muat sekaligus. Untuk itu untuk menjamin
arus lalu lintas kereta api barang diharapkan peron semakin panjang,.
Berdasarkan data dari lokasi studi untuk lintas Medan - Belawan peron yang
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-206
paling panjang berada pada stasiun Lidahtanah sepanjang 845 m, pada lintas
Medan – Tebing tinggi peron yang paling panjang berada pada stasiun
Batangkuis sepanjang 660 m dan 660 m untuk stasiun Puluraja pada lintas
Kisaran – Rantauprapat. Karena itu untuk mengantisipasi pengalihan barang
lintas Sumatera sebaiknya panjang peron diusulkan minimal sama dengan stasiun
Batangkuis dan Puluraja yaitu masing-masing sepanjang 660 m pada setiap
stasiun antara. Sebaiknya masing-masing stasiun memiliki panjang peron relatif
sama. Lebih jelasnya masing-masing stasiun yang berada dibawah 660 m dapat
dilihat pada tabel sebelumnya.
Sebagai gambaran pada masing-masing stasiun berada pada kisaran 120 m
(stasiun Pangkalanbrandan) – 587 m (stasiun Bandar tinggi). Untuk menjamin
kelancaran lalu lintas kereta api barang sebaiknya panjang spoor ditetapkan
masing-masing sepanjang 660 m, sehingga dengan demikian dalam waktu yang
bersamaan dapat beberapa angkutan kereta api barang untuk muat bongkar
barang.
k. Rumah Sinyal/ Train Dispatching (pengendali operasi kereta api)
Pada DIVRE I Medan, saat ini rumah sinyal dibeberapa stasiun lintas dai DIVRE
I Medan belum ada perubahan dimana hanya stasiun Medan yang memiliki
rumah sinyal elektrik, dimana pengendalian dilakukan di dalam stasiun, oleh
PPKA (Pemimpin Perjalanan Kereta Api). Pada stasiun-stasiun tertentu seperti
halnya di stasiun Belawan, stasiun Lubukpakam, stasiun Tebing tinggi, stasiun
Perlanaan, stasiun Sebaijangkar, stasiun Kisaran, stasiun Membangmuda, stasiun
Situngir, stasiun Padang Halaban, stasiun Rantau prapat, stasiun Dologmlangir,
stasiun Pamatang siantar, stasiun Binjai dan stasiun Pangkalan brandan masih
mempunyai rumah sinyal mekanik, dan lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 5.208. Jumlah rumah sinyal pada DIVRE I Medan No. Nama Stasiun Jumlah
Rumah
Sinyal
Jenis Kondisi
1 Stasiun Medan 1 Elektrik Baik
2 Stasiun Belawan 1 Mekanik Baik
3 stasiun Lubukpakam 1 Mekanik Baik
4 stasiun Tebing tinggi 1 Mekanik Baik
5 stasiun Perlanaan 1 Mekanik Baik
6 stasiun Sebaijangkar 1 Mekanik Baik
7 stasiun Kisaran 1 Mekanik Baik
8 stasiun Membangmuda 1 Mekanik Baik
9 stasiun Situngir 1 Mekanik Baik
10 stasiun Pamatang siantar 1 Mekanik Baik
11 stasiun Binjai 1 Mekanik Baik
12 stasiun Pangkalan brandan 1 Mekanik Baik
Sumber : DIVRE I Medan,2013
Berkaitan dengan peningkatan frekuensi dan jumlah angkutan kereta api barang,
sebagai akibat adanya upaya pengalihan barang dari lintas Sumatera ke angkutan
kereta api barang, maka rumah sinyal tetap dipertahankan pada stasiun besar
namun perangkatnya yang ada pada setiap stasiun antara seharusnya sudah
elektrik.
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-207
l. Gardu Listrik/ Catu Daya Listrik
Berkaitan dengan peningkatan kapasitas dan frekuensi perjalanan kereta api
barang akibat pengalihan barang dai jalan Pantura (Jakarta - Surabaya)
sebaiknya gardu listrik yang ada dibeberapa stasiun besar dilengkapi dengan
genset. Begitu juga halnya pada stasiun antara, selain menggunakan gardu listrik
juga dilengkapi genset tersendiri. Hal ini sangat diperlukan, bilamana sewaktu-
waktu arus listrik adari PLN mengalami pemadaman maka secara otomatis
genset yang ada dapat digunakan sebagai sumber tenaga listrik untuk menjamin
kelancaran operasional kereta api barang.
m. Persinyalan
Berdasarkan hasil studi dilokasi DIVRE I Medan bahwa semua stasiun sudah
terlayani dengan persinyalan elektrik, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 5.209. Kondisi Persinyalan DIVRE I Medan No STASIUN SINGKATAN JENIS SINYAL KONDISI
Lintas Mdn-Blw
1 Medan Mdn SE BAIK
2 Pulubrayan Pub ME BAIK
3 Titipapan Tpp ME BAIK
4 Labuan Lbu ME BAIK
5 Belawan Blw ME BAIK
Lintas Mdn-Tn
6 Medanpasar Mdp ME BAIK
7 Bandarkhalifah Bap ME BAIK
8 Batangkuis Btk ME BAIK
9 Araskabu Arb ME BAIK
10 Lubukpakam Lbp ME BAIK
11 Perbaungan Pba ME BAIK
12 Lidahtanah Ldt ME BAIK
13 Teukmengkudu Tke ME BAIK
14 Rampah Rph ME BAIK
15 Bamban Mmb ME BAIK
16 Rambutan Rmt ME BAIK
17 Tebingtinggi Tbi ME BAIK
Lintas Tbi-Sir
18 Lauttador Ltd ME BAIK
19 Bandartinggi Bdt ME BAIK
20 Bahlias Bli ME BAIK
21 Perlanaan Pra ME BAIK
22 Limapuluh Lmp ME BAIK
23 Dusun Dsn ME BAIK
24 Seibejangkar Sbj ME BAIK
25 Bunut Buu ME BAIK
26 Kisaran Kis ME BAIK
27 Tanjungbalai Tnb ME BAIK
Lintas Kis-Rap
28 Hangelo Hl ME BAIK
29 Telukdalam Tuk ME BAIK
30 Puluraja Pur ME BAIK
31 Aekloba Akb ME BAIK
32 Membangmuda Mbm ME BAIK
33 Situngir Siu ME BAIK
34 Pamingke Pme ME BAIK
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-208
No STASIUN SINGKATAN JENIS SINYAL KONDISI
35 Padanghalaban Pha ME BAIK
36 Merbau Mbu ME BAIK
37 Rantauprapat Rap ME BAIK
38 Bajalinggei Bjl ME BAIK
39 Dolokmerangir Dmr ME BAIK
40 Pematangsiantar Sir ME BAIK
41 Sunggal Sun ME BAIK
43 Binjai Bij ME BAIK
Lintas Bij- Pbd
44 Kualabingei Kun ME BAIK
45 Kualabegumit Kug ME BAIK
46 Stabat Sbt ME BAIK
47 Tanjungslamat Tas ME BAIK
48 Tanjungpura Tpu ME BAIK
49 Pangkalanbrandan Pbd ME BAIK
50 Besitang Bsg ME BAIK
Sumber : DIVRE I Medan, 2013
Sinyal mekanik masih mendominasi di DIVRE I Medan hampir di semua lintas
kecuali pada stasiun Medan untuk lintas Medan Belawan. Penggunaan elektrik di
semua lintas DIVRE I Medan diharapkan mampu menunjang perjalanan kereta
api barang sesuai dengan GAPEKA, dilain pihak perlu adanya perawatan secara
intensif oleh petugas PT KAI agar kinerja sinyal tetap handal dan memenuhi
persyaratan yang telah diuraikan.
n. Wesel
Berdasarkan hasil survey pada DIVRE I Medan jumlah wesel yang terdapat
pada jenis rel R 54 sebanyak 6 unit, sedangkan untuk R-41/42 sebanyak 83 unit,
R-33 sebanyak 30 unit dan R-25, sebanyak 191 unit, dari keseluruhan jumlah
wesel yang ada di DIVRE I Medan sebanyak 310 unit dari berbagai tipe
semuanya masih dapat beroperasi dan berfungsi dengan baik, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.210. Kondisi Wesel DIVRE I Medan
No Stasiun Banyaknya Wesel Berdasarkan Jenis Rel Jumlah
R .54 R .50 R 41/42 R 33 R 25
1 Medan - - - 13 32 45
2 Pulubrayan - - - - 13 13
3 Titipapan - - 2 - - 2
4 Labuan - - 2 - - 2
5 Belawan - - 1 - 3 5
6 Medanpasar - - - - - -
7 Bandarkhalifah - - 2 - 1 3
8 Batangkuis - - 2 - 1 3
9 Araskabu - - 3 - - 3
10 Lubukpakam - - 2 2 3 7
11 Perbaungan - - 3 - - 3
12 Lidahtanah - - 2 - 1 3
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-209
Sumber : DIVRE I Medan, 2013
Berkaitan dengan pengalihan barang lintas Sumatera ke angkutan kereta api
barang maka, sebaiknya menggunakan wesel dengan tipe Rel 54. Hal ini adalah
seiring dengan adanya upaya menggunakan rel tipe R-54 dalam meningkatkan
operasional kereta api barang
R .54 R .50 R 41/42 R 33 R 25
13 Telukmengkudu - - 2 - 2 4
14 Rampah - - 2 - 2 4
15 Bamban - - 2 1 1 4
16 Rambutan - - 2 - 1 3
17 Tebingtingi - - 1 - 6 7
18 Lauttador - - 1 1 1 3
19 Bandartingi - - 3 1 - 4
20 Bahlias - - 2 - - 2
21 Perlanaan - - 4 - 5 9
22 Limapuluh - - 4 - - 4
23 Dusun 2 - - - - 2
24 Seibejangkar 2 - 2 - 2 6
25 Bunut - - 2 - 2 4
26 Kisaran 2 - 5 - 16 23
27 Tanjungbalai - - - 4 3 8
28 Hengelo - - 4 - 4 8
29 Telukdalam - - 2 - - 2
30 Puluraja - - 2 - 5 7
31 Aekloba - - 3 - 1 4
32 Membangmuda - - 4 - 5 9
33 Situngir - - - - - -
34 Pamingke - - - - 4 4
35 Padanghalaban - - 4 - 4 8
36 Merbau - - 1 - 1 2
37 Rantauprapat - - 10 1 5 16
38 Bajalinggei - - - 2 2 4
39 Dolokmerangir - - - 5 6 11
40 Pematangsiantar - - - - 12 12
41 Sunggal - - - - - -
42 Binjai - - 2 - 7 9
43 Kuala Bingei - - - - 4 4
44 Kuala Begumit - - - - - -
45 Stabat - - - - 4 4
46 Tanjungslamat - - - - 10 10
47 Tanjungpura - - - - - -
48 Pangkalanbrandan - - - - 9 9
49 Besitang - - - - 5 5
JUMLAH 6 - 83 30 191 310
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-210
o. Telekomunikasi
Berdasarkan hasil survey pada DIVRE I Medan terdapat beberapa jenis alat
telekomunikasi dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.211. Kondisi Komunikasi DIVRE I Medan No Jenis Peralatan Banyaknya Peralatan
Perkoridor
Jumlah
Mdn-
Blw
Mdn-
Bsg
Mdn-
Tbl
Tbl-
Rab
Tbl-
Slr
Kls-
Tnb
A JARINGAN
RADIO
1 Jaringan Radio - - 3 5 1 - 9
JUMLAH A - - 3 5 1 - 9
B JARINGAN
TRAINDISPAT
CHING
1 Radio Lokomotif - - 36 - - - 36
2 Way Station 4 1 13 19 3 1 41
3 Base Station - - 4 5 1 - 10
4 Console PK - - 3 - - - 3
5 Pesawat URS - - 1 - - - 1
JUMLAH B 4 1 57 24 4 1 91
C PERANGKAT
TELKOM
1 Batere PB 1 1 22 30 4 5 63
2 Batere MF 36 9 116 177 27 - 365
3 Cabang Talkback 2 - 14 - - - 16
4 Central MD110 2 - 3 2 - - 7
5 Genset Deutz - - 1 - - - 1
6 Genset 6,5 KVA - - 1 - - - 1
7 Genset 4,2 KVA 4 1 10 17 3 1 36
8 Genta Indukator
Cir-Cir
- - 8 - - - 8
9 Genta Penjaga
Wireles
13 7 13 12 11 1 57
10 Generator Genta
Wireless
2 1 18 12 6 - 39
11 Jam - - 1 - - - 1
12 Mini PABX 4 1 12 19 3 1 40
13 MUX 4 1 12 19 3 1 40
14 PC Telex - - 2 - - - 2
15 Pesawat Telepon
Blok
4 1 12 19 3 1 40
16 Pesawat Telepon
TOKA
29 5 169 70 7 3 283
17 Pesawat Telepon
CB
13 6 51 61 12 4 147
18 Pesawat Telepon
LB
11 2 4 18 3 - 38
19 Radio P25 4 1 12 19 3 1 40
20 Radio RIG 2 1 15 16 3 1 38
21 Sentral Talkback - - 1 - - - 1
22 SMS Center - - 1 - - - 1
23 Sound System 4 1 10 13 2 1 31
24 STM 1 4 1 10 17 3 1 36
25 STM 16 - - 3 2 - - 5
26 Voice Recorder 4 1 12 19 3 1 40
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-211
No Jenis Peralatan Banyaknya Peralatan
Perkoridor
Jumlah
Mdn-
Blw
Mdn-
Bsg
Mdn-
Tbl
Tbl-
Rab
Tbl-
Slr
Kls-
Tnb
27 Wireless - - 1 - - - 1
28 UPS 6 KVA - - 1 - - - 1
29 UPS 4,2 KVA 4 1 12 19 3 1 40
JUMLAH C 147 41 547 561 99 23 1.418
JUMLAH
TOTAL
151 42 607 590 104 24 1.518
Sumber : DIVRE I Medan
Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai
akibat pengalihan barang dari lintas Sumatera ke angkutan kereta api barang
maka sebaiknya setiap jenis telekomunikasi yang terdiri dari a) Jaringan radio, b)
Jaringan Traindispatcing, c) Perangkat telkom harus dilengkapi pada setiap
stasiun besar maupun stasiun antara. Hal ini disebabkan karena fungsi
telekomunikasi sesuai dengan teori yang dijelaskan sebelumnya memiliki
peranan yang cukup besar untuk menjamin kelancaran, keamanan dan
keselamatan operasional kereta api barang. Di lain pihak untuk menjamin
kehandalan para aparat pengguna telekomunikasi juga disiapkan peralatan
perekam pembicaraan antara pengendali dengan awak kereta api serta petugas
stasiun untuk kepentingan pengoperasian dan penelusuran bila mana terjadi
kecelakaan.
p. Akses Jalan
Dari hasil survey di DIVRE I Medan, kondisi pada setiap akses jalan dalam
keadaan baik, secara singkat dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.212. Kondisi Jalan Akses DIVRE I Medan No STASIUN SINGKATAN JALAN AKSES KONDISI
Lintas Mdn-Blw
1 Medan Mdn ADA BAIK
2 Pulubrayan Pub ADA BAIK
3 Titipapan Tpp ADA BAIK
4 Labuan Lbu ADA BAIK
5 Belawan Blw ADA BAIK
Lintas Mdn-Tn
6 Medanpasar Mdp ADA BAIK
7 Bandarkhalifah Bap ADA BAIK
8 Batangkuis Btk ADA BAIK
9 Araskabu Arb ADA BAIK
10 Lubukpakam Lbp ADA BAIK
11 Perbaungan Pba ADA BAIK
12 Lidahtanah Ldt ADA BAIK
13 Teukmengkudu Tke ADA BAIK
14 Rampah Rph ADA BAIK
15 Bamban Mmb ADA BAIK
16 Rambutan Rmt ADA BAIK
17 Tebingtinggi Tbi ADA BAIK
Lintas Tbi-Sir
18 Lauttador Ltd ADA BAIK
19 Bandartinggi Bdt ADA BAIK
20 Bahlias Bli ADA BAIK
21 Perlanaan Pra ADA BAIK
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-212
No STASIUN SINGKATAN JALAN AKSES KONDISI
22 Limapuluh Lmp ADA BAIK
23 Dusun Dsn ADA BAIK
24 Seibejangkar Sbj ADA BAIK
25 Bunut Buu ADA BAIK
26 Kisaran Kis ADA BAIK
27 Tanjungbalai Tnb ADA BAIK
Lintas Kis-Rap
28 Hangelo Hl ADA BAIK
29 Telukdalam Tuk ADA BAIK
30 Puluraja Pur ADA BAIK
31 Aekloba Akb ADA BAIK
32 Membangmuda Mbm ADA BAIK
33 Situngir Siu ADA BAIK
34 Pamingke Pme ADA BAIK
35 Padanghalaban Pha ADA BAIK
36 Merbau Mbu ADA BAIK
37 Rantauprapat Rap ADA BAIK
38 Bajalinggei Bjl ADA BAIK
39 Dolokmerangir Dmr ADA BAIK
40 Pematangsiantar Sir ADA BAIK
41 Sunggal Sun ADA BAIK
43 Binjai Bij ADA BAIK
Lintas Bij- Pbd
44 Kualabingei Kun ADA BAIK
45 Kualabegumit Kug ADA BAIK
46 Stabat Sbt ADA BAIK
47 Tanjungslamat Tas ADA BAIK
48 Tanjungpura Tpu ADA BAIK
49 Pangkalanbrandan Pbd ADA BAIK
50 Besitang Bsg ADA BAIK
Sumber : DIVRE I Medan, 2013
Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai
akibat pengalihan barang dari lintas Sumatera ke angkutan kereta api barang
maka jalan akses perlu dibangun atau diperlebar terutama distasiun-stasiun antara
dan stasiun-stasiun yang potensial untuk mobilisasi angkutan barang.
q. Gudang barang
Berdasarkan hasil survey di lokasi studi gudang barang pada DIVRE I Medan
gudang yang terdapat di stasiun Rantauprapat, stasiun Dologmarangir, stasiun
Belawan, stasiun Pamatang siantar, stasiun Kisaraan dan stasiun Pulubraian,
Keenam gudang tersebut dalam kondisi baik dan aktif, untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel dan gambar berikut
Tabel 5.213. Kondisi sarana pelayanan gudang barang pada DIVRE I Medan No Lokasi Kondisi
1 Stasiun Rantau prapat Baik
2 Stasiun Dologmarangir Baik
3 Stasiun Belawan Baik
4 Stasiun Pamatang siantar Baik
5 Stasiun Kisaraan Baik
6 Stasiun Pulubraian Baik
Sumber:DIVRE I Medan, 2013
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-213
Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai
akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api
barang maka gudang barang perlu ditingkatkan ukuran dan kapasitasnya untuk
menampung barang dan pengelolaan lebih lanjut. Untuk mendayagunakan
gudang yang ada secara optimal, maka diupayakan perbaikan, penambaahan luas
gudang dengan konstruksi yang lebih kuat sesuai persyaratan teknis gudang,
tersedianya ventilasi dan pencahayaan yang cukup, pintu cukup lebar dengan
menggunakan sleeding door bahan besi dan berlantai beton.
r. Lapangan Penumpukan
Berdasarkan hasil survey di lokasi studi lapangan penumpukan barang pada
DIVRE I Medan hampir semua stasiun tidak adanya lapangan penumpukan
kecuali stasiun Pulubraian dan Kisaran
Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai
akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api
barang maka, lapangan penumpukan perlu pada stasiun yang mempunyai
potensi angkutan barang di buat yaitu dengan dengan penambahan luas lahan
karena yang dikhawatirkan jika volume pengiriman barang meningkat dan tidak
adanya lapanganan penumpukan akan mengganggu kelancaran kendaraan
pengangkut barang, selain itu kondisi lapangan penumpukan sebaiknya berlantai
beton, mudah dipantau, ada fasilitas pelindung dan lampu penerangan yang
cukup pada prinsipnya terbuka dibatasi oleh dinding.
s. Tempat bongkar muat barang
Berdasarkan hasil survey di lokasi studi Tempat bongkar muat barang pada
DIVRE I Medan terdapat di lima (6) stasiun, yaitu : stasiun Rantauprapat, stasiun
Dologmarangir, stasiun Belawan, stasiun Pamatang siantar, stasiun Kisaraan dan
stasiun Pulubraian. Proses pembongkaran barang dilakukan secara langsung dari
kereta api menggunakan forklift langsung dibawa ke gudang penyimpanan.
Tempat bongkar muat tersebut dalam kondisi baik dan aktif. Secara singkat dapat
dilihat pada tabel dan gambar berikut ini.
Tabel 5.214. Tempat bongkar barang pada DIVRE I Medan.
No Lokasi Kondisi
1 Stasiun Rantau prapat Baik
2 Stasiun Dologmarangir Baik
3 Stasiun Belawan Baik
4 Stasiun Pamatang siantar Baik
5 Stasiun Kisaraan Baik
6 Stasiun Pulubraian Baik Sumber:DIVRE I Medan, 2013
Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai
akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api
barang, maka tempat bongkar muat barang distasiun perlu ditingkatkan ukuran
dan kapasitasnya, menambah alat bongkar muat, ada jalan akses dengan ukuran
dan konstruksi jalan yang baik, ada atap, lantai beton ada fasilitas untuk
kendaraan masuk dan keluar, lampu penerangan, ada menara pengawas dan
tenaga pengawas yang cukup. Selain dari kelima stasiun yang telah diuraikan
untuk stasiun antara lainnya yang potensial dalam hal pemuatan dan
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-214
pembongkaran barang harus dibuat tempat bongkar muat juga dengan harapan
bisa melayani semua kereta api barang.
t. Langsiran gerbong barang
Hasil survey pada DIVRE I Medan untuk stasiun Medan, stasiun Belawan,
stasiun Pulubraian, stasiunLabuan kegiatan langsir sudah menggunakan
lokomotif khusus jenis BB 302 dan 306.
Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai
akibat pengalihan barang dari jalur Lintas Sumatera ke angkutan kereta api
barang, maka perlu penambahan jalur parkir barang untuk menampung 20 unit
gerbong, ditambah 1 unit ditambah lagi 1 unit Cabous (tempat petugas), bila ada
penambahan pelangsiran perlu penambahan wesel dan penambahan jumlah spoor
sepanjang ± 350 m s/d 400 m.
u. Parkir kendaraan angkutan barang
Berdasarkan hasil survey di lokasi studi parkir kendaraan angkutan barang pada
DIVRE I Medan untuk stasiun Belawan dan mampu menampung kendaraan
jenis truk satu sumbu lebih kurang 15 truk, stasiun Medan juga terdapat tempat
parkir kendaraan angkutan barang yang mampu menampung kurang lebih 10
truk, stasiun Rantauprapat mempunyai kapasitas muat kurang lebih 25 truk
tangki muatan CPO, stasiun Dologmarangir mempunyai kapasitas muat kurang
lebih 20 truk tangki muatan CPO, stasiun Pulubraian mempunyai kapasitas muat
kurang lebih 20 truk tangki muatan latex dan stasiun Kisaraan mempunyai
kapasitas muat kurang lebih 30 truk tangki muatan latex. Untuk kondisi tempat
parkiran kendaraan pada ke enam stasiun tersebut dalam keadaan layak, secara
singkat dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.215. Kondisi lapangan parkir pada DIVRE I Medan No Lokasi Kapasitas
truk (unit)
Kondisi
1 Stasiun Belawan 15 Baik
2 Stasiun Medan 10 Baik
3 Stasiun Rantau prapat 25 Baik
4 Stasiun Dologmarangir 20 Baik
5 Stasiun Pulubrayan 20 Baik
6 Stasiun Kisaraan 30 Baik
Sumber : DIVRE I Medan, 2013
Berkaitan dengan peningkatan angkutan barang kereta api akibat pengalihan
barang melalui angkutan jalan ke angkutan kereta api barang maka parkir
kendaraan angkutan barang perlu diperluas bagi kendaraan pengangkut barang
baik yang akan dinaikkan distasiun maupun yang diturunkan dari stasiun, ada
jalur masuk dan keluar yang cukup kearea parkir, menciptakan ketertiban dan
keamanan perpakiran, adanya rambu dan batas parkir. Pada waktu ramai
(peakseason) pintu masuk keluar dan masuk dibuat dua jalur, pengaturan parkir
disesuaikan dengan luas lahan dengan prinsip menjamin kelancaran pergerakan
kendaraan. Penyimpanan kendaraan diatur sesuai rambu dan batas parkir dan
pengaturan oleh petugas parkir resmi dari stasiun. Cara penyimpanan kendaraan
diusahakan tidak sejajar dengan tubuh jalan dihalaman parkir tetapi menyerong,
apabila parkir kendaraan angkutan barang tidak memadai lagi, maka diupayakan
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-215
penambahan luas lahan parkir yang tetap memperhatikan persyaratan lapangan
parkir.
v. Crane
Berdasarkan hasil survey di lokasi studi alat bongkar muat barang (Crane) pada
DIVRE I Medan tidak ada, dan harus di upayakan agar keberadaan alat crane
pada lokasi ini tersedia atau di sediakan dengan kapasitas yang disesuaikan
dengan volume bongkar muat barang.
w. Jembatan timbang
Berdasarkan hasil survey di DIVRE I Medan alat jembatan timbangan tidak ada
baik distasiun antara ataupun distasiun besar.
Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai
akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api
barang, maka perlu adanya pengadaan timbangan barang distasiun dengan
spesifikasi sesuai kebutuhan dan kondisi berat volume barang pada saat dimuat
dengan kereta api barang dan setiap selesai penimbangan harus ada struk sebagai
bukti hasil penimbangan.
x. Security/ Keamanan
Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai
akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api
barang, maka peran security sangat dibutuhkan untuk menyerasikan kegiatan
pekerjaan distasiun sehingga pelayanan di stasiun kereta api terus meningkat
yang secara keseluruhan akan meningkatkan kinerja angkutan kereta api barang.
Berdasarkan hasil survey di lokasi studi security/keamanan pada DIVRE I
Medan, petugas keamanan yang berjumlah 85 orang dan ditempatkan masing-
masing stasiun dengan jumlah yang beragam di enam (6) emplasemen stasiun
yaitu pada stasiun Medan 24 orang, stasiun Belawan sebanyak 20 orang, stasiun
Rantauprapat sebanyak 16 orang, stasiun Dolog merangir sebanyak 10 orang,
stasiun Pulubrayan sebanyak 15 orang dan stasiun kisaraan sebanyak 10 orang.
Dari 85 orang mempunyai latar belakangan pendidikan bermacam-macam dari
SD, SMP, SMA, S1, Kesamaptaan, Beladiri dan Polri, untuk waktu bertugas
dibagi menjadi 3 shiff yaitu pagi hari, siang hari dan malam hari, secara singkat
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.216. Jumlah personil keamanan di DIVRE I Medan No Lokasi Jumlah
Security
(orang)
1 Stasiun Belawan 20
2 Stasiun Medan 24
3 Stasiun Rantau prapat 16
4 Stasiun Dologmarangir 10
5 Stasiun Pulubrayan 15
6 Stasiun Kisaraan 10
Sumber:DIVRE I Medan, 2013
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-216
y. Gapeka
Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DIVRE I Medan perjalanan kereta api
mengacu ke GAPEKA yang masih berlaku.
Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai
akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api
barang, maka sebagai instrumen pengaturan perjalanan kereta api harus dibuat
lebih cermat karena selain untuk kelancaran operasi, juga dalam rangka
keselamatan angkutan kereta api.
z. Tempat muat barang curah dan batubara
Berdasarkan pemantauan pada DIVRE I Medan, bahwa di DIVRE ini tidak ada
tempat muat barang jenis curah dan batu bara tetapi hanya tempat muat jenis
CPO, BBM dan Latex.
Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai
akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api
barang, maka harus diupayakan juga pelayanan muat barang jenis curah. Selain
itu juga pemuatan/ pembongkaran barang baik jenis curah dan jenis barang
lainnya harus pada tempat yang tepat yang berguna untuk meminimalisis
kerugian yang mungkin timbul akibat ketidak tepatan.
aa. Schowing
Hasil survey di lokasi studi DIVRE I Medan khususnya di enam (6) stasiun
Medan, stasiun Belawan, stasiun Rantau prapat, stasiun Dologmarangir, stasiun
Pulubrayan dan stasiun Kisaraan hanya mempunyai 2 jadwal/shiff pada pagi hari
dan sore hari yang masing-masing terdiri 3 s/d 4 orang.
Berkaitan dengan peningkatan angkutan barang kereta api akibat pengalihan
angkutan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan barang kereta api, maka
kinerja schowing perlu terus ditingkatkan baik mengenai ketelitian hasil
pemeriksaan dengan peralatan yang tepat atau presisi maupun frekuensi
pemeriksaan sesuai lamanya sarana kereta api dioperasikan. Ketelitian hasil
pemeriksaan ini ikut menentukan rangkaian penyediaan sarana kereta api yang
siap operasi. Scowing dimaksud dapat diatur jumlah dan shif kerja supaya tetap
ada pemeriksaan kereta api habis dinas dan juga perlu penambahan personil
schowing pada setiap stasiun pemberangkatan kereta api barang jika terjadi
kenaikan frekuensi perjalalan kereta api barang.
bb. Conveyor
Dari hasil survey pada DIVRE I Medan tidak ditemukan pemakai conveyor
dalam proses bongkar muat barang, baik pada stasiun besar maupun stasiun
antara.
Berkaitan dengan peningkatan angkutan barang keret api akibat pengalihan
angkutan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api, maka bagi
stasiun yang kegiatan bongkar muatnya jenis batu bara agar dalam proses
pemindahan dari gerbong curah ke tempat penampungan sebaiknya
menggunakan conveyor bucket Elevator, sedangkan untuk semen dalam zak
sebaiknya menggunakan belt conveyor, dimana selama alat ini digunakan
setidaknya dapat meminimalisir tingkat kerusakan barang dan meringankan
beban kerja tenaga manusia.
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-217
cc. Forklift
Berdasarkan hasil survey di lokasi studi pada DIVRE I Medan tidak adanya
forklift untuk keperluan bongkar muat barang dengan alasan barang yang
diangkut merupakan jenis barang cair seperti BBM, CPO dan Latex
Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai
akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api
barang, maka perlu diadakan persiapan pengadaan forklift jika frekuensi barang
meningkat begitupun jenis barang yang diangkut melalui kereta api barang dan
sebaiknya forklift tersebut dioperasikan oleh petugas yang kompeten dan selalu
melakukan pemeliharaan secara rutin agar tetap baik kinerjanya. Selain itu juga
khususnya pada stasiun besar di DIVRE I Medan perlu juga di sediakan forklift
untuk stasiun-stasiun antara yang potensial yang belum memiliki dengan
harapan bisa menunjang kinerja stasiun pada waktu melakukan proses bongkar
muat kereta api barang.
dd. Crew KA
Berdasarkan data survey di DIVRE I Medan jumlah masinis sebanyak 40 orang,
kondektur 26 orang dan tekhnisi kereta api (TKA) sebanyak 30 orang.
Tabel 5.217. Jumlah Crew pada DIVRE I Medan No Nama DIVRE Masinis Kondektur Tekhnisi
Kereta Api
1 DIVRE I Medan 40 26 30
Sumber: DIVRE I Medan, 2013
Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai
akibat pengalihan barang dari lintas Sumatera ke angkutan kereta api barang,
maka crew kereta api harus cukup jumlahnya dengan kata lain jika terjadi
kekurangan pihak penyelenggara harus menambah crew tentunya yang
memenuhi persyaratan kualifikasi kecakapan. Kualifikasi kecakapan crew yang
dimaksud dibuktikan dengan sertifikat kecakapan yang diperoleh setelah lulus
mengikuti pendidikan dan pelatihan. Hal ini diperlukan agar kinerja kereta api
barang meningkat.
2. Sarana Perkeretaapian Barang DIVRE I Medan
a. Lokomotif
Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DIVRE I MEDAN, lokomotif diesel
hidrolik BB 301 berjumlah 2, BB 302 berjumlah 6, BB 303 berjumlah 21, BB
306 berjumlah 10 yang terdapat pada emplasemen stasiun Medan semua kondisi
lokomotif tersebut dalam keadaan baik, secara singkat dapat dilihat pada tabel
dan gambar berikut.
Tabel 5.218. Kondisi Lokomotif di DIVRE I Medan No Lokasi Jenis Tipe Jumlah
(unit)
Kondisi
1 Depo Medan Diesel
Hidrolik
BB301
BB302
BB303
BB306
2
6
21
10
Rusak
Baik
Baik
Baik
Sumber : DIVRE I Medan, 2013
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-218
Dengan melihat beberapa tipe lokomotif yang ada pada DIVRE I Medan
khususnya tipe BB303 yang mempunyai daya tarik sebesar 1010 Hp yang
diharapkan mampu dioperasikan untuk menarik beban barang yang mencapai
rata-rata 1200 ton dengan dengan 20 rangkaian gerbong barang dengan kecepatan
yang mengacu sesuai dengan GAPEKA yaitu kecepatan maksimum untuk kereta
api barang maksimum 70 km/jam. Hal ini akan menjadi meningkatnya kapasitas
angkut barang dan terpenuhinya waktu penyampaian ditempat tujuan dengan
dukungan penggantian prasarana kereta api seperti rel dengan tipe R 54,
penambat dengan jenis elastik dan bantalan jenis beton.
b. Gerbong barang
Berdasarkan hasil survey di DIVRE I Medan terdapat gerbong datar tipe
(PPCW/ R-30) dan (PPCW/R-30) pada stasiun Medan berjumlah 88 unit, untuk
gerbong barang jenis (YYW) berjumlah 24 unit. Semua gerbong dalam kondisi
baik, secara singkat dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut.
Tabel 5.219. Kondisi gerbong barang DIVRE I Medan No Lokasi Jenis Tipe Jumlah
(unit)
Kondisi
1 Depo
Medan
Datar
Bak terbuka
PPCW/R-30
PPCW/R-30
YYW
50 X Rumania
38 X Jepang
24
Rusak
Baik
Baik
Sumber : DIVRE I Medan, 2013
Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai
akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api barang
maka perlu mengoptimalkan pendayagunaan gerbong yang ada yaitu gerbong
datar, gerbong terbuka, gerbong tertutup dan gerbong tangki serta menambah
frekuensi penggunaan gerbong, selain itu juga perlu ada penambahan jenis
gerbong barang sesuai spesifikasi kebutuhan agar suatu saat jika terjadi
peningkatan kapasitas ataupun volume barang maka di DIVRE I Medan siap
untuk mengoperasikan gerbong-gerbong barang baik yang tersedia ataupun yang
dicadangkan.
c. Depo pemeliharaan lokomotif
Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DIVRE I Medan Depo pemeliharaan
lokomotif yang ada pada emplasemen stasiun Medan, stasiun Kisaraan, stasiun
Tebing Tinggi, stasiun Pulubrayan tersebut dalam keadaan baik. Secara singkat
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.220. Kondisi Depo Pemeliharaan Lokomotif DIVRE I Medan No Depo stasiun Kondisi
1 Dipo Lok Medan Baik
2 Dipo Kereta Medan Baik
3 Dipo Kisaraan Baik
4 Depo Tebing tinggi Baik
5 Depo Pulubrayan Baik
6 Balaiyasa Pulubrayan Baik
Sumber : DIVRE I Medan, 2013
Berkaitan dengan peningkatan angkutan barang kereta api akibat pengalihan
angkutan barang melalui jalan ke angkutan kereta api barang, maka depo
pemeliharaan otomotif terus ditingkatkan peranannya dengan melengkapi
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-219
peralatan pemeliharaan dengan teknologi terbaru didukung tenaga pemeliharaan
yang bersertifikat sesuai ketentuan serta daya sistem pengecekan yang cermat.
Peralatan pemeriksaan pengujian dan perawatan yang digunakan harus
dikalibrasi secara berkala. Selain depo pemeliharaan pada stasiun tertentu
sebaiknya pada stasiun antara yang potensial juga dilengkapi dengan depo
lokomotif yang bertujuan agar setiap saat lokomotif siap dioperasionalkan
dengan tidak menunggu perbaikan di depo stasiun-stasiun besar.
d. Depo Pemeliharaan Gerbong Barang
Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DIVRE I Medan, depo pemeliharaan
gerbong sementara masih menjadi satu dengan depo kereta yang berada di
stasiun Medan dan saat ini masih dioptimalkan dan dalam keadaan baik.
Secara singkat kondisi depo pada DIVRE I Medan dapat dilihat pda tabel
berikut.
Tabel 5.221. Kondisi depo di DIVRE I Medan No Lokasi Jumlah
spoor
Panjang
(m)
Kondisi
1 Stasiun Medan 5 150 Baik
Sumber : DIVRE I Medan, 2013
Kondisi Dipo pemeliharaan gerbong yang ada di DIVRE I Medan perlu terus
dijaga agar mampu menyediakan gerbong barang yang siap operasi menurut jenis
dan ukuran gerbong yang dibutuhkan.
G. DIVRE II Sumatera Barat 1. Prasaran Perkeretaapian Barang DIVRE II Sumatera Barat
a. Jalan Rel
Dengan memperhatikan tipe rel di DIVRE II Sumatera Barat dimana masih
terdapat tipe rel 25, tipe rel 33, tipe rel 41/42 maka sebaiknya tipe rel tersebut
diganti dengan tipe R 54. Hal ini dimaksudkan agar kapasitas daya tahan rel akan
lebih mapan untuk beban barang yang lebih besar. Dengan demikian sebagian
angkutan barang melalui jalan lintas Sumatera akan dapat secara bertahap
dialihkan melalui angkutan Kereta Api Barang. Sekarang ini kondisi jalan raya
lintas Sumatera sudah melampaui kapasitas jalan. Hal ini dapat dilihat bahwa
dibeberapa titik jalan raya lintas Sumatera telah mengalami kemacetan yang pada
hakekatnya akan mengganggu kelancaran lalu lintas angkutan barang. Dilain
pihak, tingkat kerusakan jalan raya pun semakin cepat seiring dengan kepadatan
lalu lintas angkutan barang berikut muatan masing-masing angkutan. Untuk
melihat bagaimana kondisi dan tipe rel di DIVRE II Sumatera Barat dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 5.222. Kondisi dan Jenis Rel yang ada pada DIVRE II Sumatera Barat
U r a i an Jumlah Dalam Satuan
Kondisi Km M M2 Unit
Panjang rel Operasi & Emplasemen
KA DIVRE II Sumbar 202,310
- Type rel R 25 27,643
Baik
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-220
U r a i an Jumlah Dalam Satuan
Kondisi Km M M2 Unit
- Type rel R 33 121,016
Baik
- Type rel R 41/42 53,651
Baik
- Type rel R 50 - -
- Type rel R 54 -
Sumber : DIVRE II Sumbar,2013.
Pada DIVRE II Sumatera Barat masih terdapat rel tipe R 25, R 33 dan R 41/42,
dimana tipe rel ini tidak mampu lagi menerima penambahan beban, tekanan
gandar yang makin besar, goncangan, gaya vertikal, lateral dan longitudinal.
Sesuai pertambahan beban kereta api, apabila muatan barang dialihkan dari
angkutan jalan sedangkan angkutan barang dan penumpang kereta api eksisting
sebesar 373.580 ton/tahun, maka rel tipe R 25, R 33 dan R 41/42 sudah perlu
diganti dengan tipe rel R 54. Dari klasifikasi rel yang ada di Indonesia, R Tipe R
54 rel yang mempunyai keunggulan dibandingkan dengan Tipe R 25, R 33 dan R
41/42. Oleh karena itu tipe R 54 ini dapat digunakan diseluruh lintasan di DAOP
dan DIVRE untuk keseragaman rel, meskipun pelaksanaannya melalui
pentahapan.
Berdasarkan hasil survey pada DIVRE II Sumatera Barat terdapat panjang rel
keseluruhan 202,310 km, terdiri dari type R25 sepanjang 27,643 km, type R33
sepanjang 121,016 km, type R41/42 sepanjang 53,651 km, type R54 tidak terdapat
di DIVRE II Sumatera Barat. Kondisi rel semua type adalah baik dan rel Tipe R
54 diharapkan secara bertahap akan mengganti tipe-tipe rel yang sudah ada.
Secara singkat jalur prasana angkutan kereta api barang di DIVRE II Sumatera
Barat dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar 5.75 Jaringan Material Rel di DIVRE II Sumatera Barat
Sumber : DIVRE II Sumatera Barat, 2013
Secara rinci material Rel di DIVRE II Sumbar terdiri dari tipe rel 41/42, tipe rel
33 dan tipe rel 25 yang mempunyai panjang keseluruhan 202,310 km terdapat
pada tabel berikut.
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-221
Tabel 5.223. Kondisi dan Jenis Rel yang ada pada DIVRE II Sumbar
Lintas Tipe Rel (R) Panjang Lintas
(Km)
A. Lintas Raya
Bukitputus-Indarung R-41/42 12,723
Telukbayur-Sawahlunto R-41/42
R-33
40,928
121,016
Muarakalaban- Muaro R-33 6,424
B. Lintas Cabang Operasi
Lubukkalung- Laras R 33 6,424
C. Data Material Jalan Rel di
Emplasemen Stasiun
R-25
R-33
R-41/42
6,554
5,998
6,393
D. Data Material Jalan Rel di
Emplasemen Balayasa dan
Dipo
R-25
R-33
R 41/42
1,885
0,409
0,614
Sumber : Data Aset Produksi Sarana dan Prasarana Kereta Api, 2012
Penggunaan jenis rel yang berbeda-beda pada DIVRE II Sumbar mengakibatkan
rendahnya kecepatan operasi kereta api.
Melihat karakteristik tipe rel yang ada di DIVRE II Sumbar maka beberapa
strategi yang bisa ditempuh untuk dapat menambah kapasitas prasarana jaringan
kereta api khususnya rel maka perlu dilakukan beberapa skenario, dengan
melihat strategi tersebut maka prioritas pertama adalah pergantian tipe rel 25
sepanjang 346,082 km dan tipe rel 33 sepanjang 127,422 km dan tipe rel 41/42
sepanjang 60,658 km sehingga total keseluruhan panjang rel yang perlu diganti
dalam rangka mengantisipasi pengalihan sebagian angkutan barang dari jalan
raya ke angkutan barang kereta api sepanjang 202,310 km.
Tabel 5.224. Usulan pergantian rel dengan skenario pada DIVRE II Sumatera
Barat No Pergantian tipe rel Skala
Prioritas
I II
1 Tipe R 25 36,082
2 Tipe R 33 127,422
3 Tipe R 41/42 60,658
Total 163,504 60,658
Sumber: Hasil Survey dan Olahan Konsultan, 2013
b. Bantalan Rel
Berdasarkan hasil survey bantalan pada lokasi studi di DIVRE II Sumatera Barat
bahwasanya terdapat jenis bantalan yang beraneka ragam, dimana berdasarkan
kondisi dilapangan di DIVRE II Sumbar bantalan kayu terdapat sepanjang
61,254 km dan bantalan beton sepanjang 19,616 km, dan bantalan besi
sepanjang 143,293 km, Artinya dilapangan sudah lebih dominan bantalan yang
terbuat dari besi dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-222
Tabel 5.225. Kondisi Bantalan pada DIVRE II Sumatera Barat
No U r a i an Jumlah Dalam Satuan
Kondisi Km M M2 Unit
1 Jenis Bantalan
- Besi 143,293 - Baik
- Kayu 61,254 - Baik
- Beton 19,616 - Baik
Sumber : Survey DIVRE II Sumbar,2013
Secara singkat peta bantalan kayu dan bantalan beton di DIVRE II Sumbar dapat
dilihat pada gambar berikut.
Gambar 5.76 Jaringan Material Bantalan di DIVRE II Sumatera Barat,
2012
Untuk melihat bantalan beton pada setiap lintas di DIVRE II Sumbar dapat
dilihat pada tabel berikut
Tabel 5.226. Keberadaan Jenis bantalan pada DIVRE II Sumbar
Lintas
Jenis Bantalan/ panjang bantalan
Kayu
(km)
Besi
(km)
Beton
(km)
A. Lintas Raya
Bukitputus-Indarung - - 12,723
Telukbayur-Bukitputus - - 1,933
Bukitputus-Padang 0,200 - 4,960
Padang-Lubukkalung 0,399 32,207 -
Lubukkalung-Kayutanam 20,339 - -
Kayutanam-Padangpanjang - 15,323 -
Padangpanjang-Kubukerambil - 9,025 -
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-223
Lintas
Jenis Bantalan/ panjang bantalan
Kayu
(km)
Besi
(km)
Beton
(km)
Kubukerambil-Batutabal - 9,487 -
Batutabal-Singkarak 0,878 33,205 -
Singkarak-Sawahlunto 0,081 27,483 -
Muarakalaban-Padangsibusuk 6,424 - -
B. Lintas Cabang Operasi
Lubukkalung-Naras 11,080 16,563 -
C. Data Material Jalan Rel di
Emplasemen Stasiun
18,946 - -
D. Data Material Jalan Rel di
Emplasemen Balayasa dan Dipo
2,908 - -
Total
Sumber : Data Aset Produksi Sarana dan Prasarana Kereta Api, 2012
Berdasarkan data panjang rel untuk lintas operasi yang menggunakan bantalan beton untuk DIVRE II Sumatera Barat adalah sepanjang 19,616 km, dengan jarak antar bantalan beton 60 cm, sesuai dengan standar yang disyaratkan untuk keselamatan,keamanan,dan kenyamanan dalam buku Peraturan Dinas 10 PT KAI (Persero). Sementara bantalan kayu sepanjang 61,254 km dan bantalan besi sepanjang 143,293 km. Dalam rangka pengalihan angkutan barang melalui jalan raya Lintas Sumatera untuk jenis semen dari Indarung – Bukitputus sejauh 15 km sudah pakai bantalan beton. Hal ini tidak masalah tinggal pemeliharaan ditingkatkan lagi untuk memperpanjang umur bantalan tersebut. Dibeberapa titik jalan Lintas Sumatera telah menunjukan adanya kemacetan pada jam-jam tertentu yang pada hakekatnya menggangu kelancaran arus lalu lintas barang Jawa-Sumatera.
c. Penambat rel
Berdasarkan hasil survey dari lokasi studi ternyata terdapat beberapa tipe
penambat yang digunakan dan untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut.
Tabel 5.227. Kondisi Penambat pada lintasan DIVRE II Sumatera Barat
U r a i an Jumlah Dalam Satuan
Kondisi Km M M2 Unit
Penambat
- Penambat Elastik 140,832 - Baik
- Penambat Kaku 49,496 - Baik
Sumber : DIVRE II Sumbar, 2013
Pada DIVRE II Sumatera Barat dapat dilihat jenis penambat rel yang ada yaitu:
49,496 Penambat elastik terdapat 140,832 km sedangkan penambat kaku mencapai
km. Sekarang ini kedua jenis penambat tersebut berada dalam kondisi yang baik.
Secara singkat penggunaan penambat elastik maupun penambat kaku dapat
dilihat pada gambar berikut.
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-224
Gambar 5.77. Jaringan Material Penambat di DIVRE II Sumatera Barat
Dengan memperhatikan kondisi dan penggunaan penambat di DIVRE II
Sumatera Barat serta dihubungkan dengan beberapa teori seperti yang diuraikan
sebelumnya terutama dalam ketahanan beban angkutan kereta api barang
sekarang ini di DIVRE II Sumatera Barat sudah menggunakan penambat elastik.
Mengingat adanya upaya pengalihan angkutan barang melalui jalan Lintas
Sumatera untuk jenis semen dari Indarung – Bukitputus dimana sekarang ini
sudah melampaui batas yang telah ditentukan maka diperlukan pemberdayaan
angkutan barang kereta api. Tetapi untuk menjamin ketahanan penambat
diperlukan strategi pergantian dari penambat kaku menjadi penambat elastik.
Hal ini sangat diutamakan mengingat beberapa teori dan prospektif angkutan
barang melalui kereta api.
Salah satu strategi yang bisa ditempuh adalah mengganti penambat kaku
sepanjang 49,496 km menjadi penambat elastik. Dengan demikian diharapkan
kemampuan penambat dengan bantalan dan rel seperti dijelaskan sebelumnya
akan menjadi harmonis. Secara singkat strategi atau penggantian penambat
tersebut di DIVRE II Sumatera Barat dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.228. Usulan pergantian penambat dengan skenario pada DIVRE II
Sumbar No Lintasan Jenis Material Panjang
(Km)
Diganti
Dengan Penambat
Alasan
Penggantian
Kaku Elastis Skenario
I
Skenario
II
1 DIVRE
II
Sumbar
49,496 Elastik
Ganda
- Tidak mampu
lagi
menambatkan
rel pada
bantalan
sedemikian
rupa sehingga
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-225
No Lintasan Jenis Material Panjang
(Km)
Diganti
Dengan Penambat
Alasan
Penggantian
Kaku Elastis Skenario
I
Skenario
II
kedudukan rel
tetap tegak dan
tidak bergeser
2 49,496 - - Tidak boleh
dipakai untuk
semua kelas
jalan rel
Sumber : Hasil Olahan Konsultan, 2013
Penambat kaku yang akan digantikan menjadi penambat elastik terdapat di lintas
Kayutanam – Batutabal 33,835 km, , lintas emplasemen stasiun sepanjang
18,945 km dan di Dipo Balaiyasa sepanjang 2,908 km. Perbedaan jenis
penambat ini praktis telah berpengaruh pada kecepatan kereta api. Dengan
penggantian penambat kaku menjadi penambat elastik dampak positifnya telah
mampu digunakan pada semua kelas jalan rel, kecuali jalan rel kelas lima (5). Di
lain pihak pemeliharaannya juga menjadi ringan. Penambat elastik pada
dasarnya telah mampu mengeliminasi gaya lateral akibat pergerakan dinamis
roda yang bergerak diatas rel.
Alternatif lain sebagai salah satu skenario pilihan adalah menggunakan penambat
elastik ganda. Karena penggunaan penambat elastik ganda telah mampu
meredam getaran yaitu mengurangi pengaruh getaran pada rel terhadap bantalan.
Selain meredam getaran, juga mampu menghasilkan gaya jepit (clamping force)
yang tinggi dan juga mampu memberikan perlawanan rangkak (creep
resistence). Penggantian penambat kaku menjadi penambat elastik ganda adalah
agar mampu menahan beban yang besar untuk angkutan barang kereta api.
Penggunaan penambat elastik tunggal maupun elastik ganda sangat relevan
terhadap penggunaan tipe rel 54 dan bantalan yang terbuat dari beton.
d. Sebidang tanah untuk tumpukan rel
Berdasarkan hasil survey di lokasi studi Rata-rata lebar tanah DIVRE II Sumbar
untuk tumpuan di sepanjang rel KA untuk spoor tunggal lurus 6 m, lengkung 8
m. Untuk spoor ganda spoor raya lurus 8 m, lengkung 10 m. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.229. Lebar rata-rata tanah untuk tumpuan rel
No U r a i an
Jumlah Dalam
Satuan Kond
isi Km M
M2
Unit
1
Rata-Rata lebar tanah untuk tumpuan di
sepanjang
jalan rel KA
- Untuk spor tunggal spor raya
- lurus 6 mt
- lengkung 8 mt
- Untuk sp ganda spor raya
- lurus 8 mt
- lengkung 10 mt
Sumber : DIVRE II Sumatera Barat
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-226
Berkaitan dengan pengalihan barang dari jalan lintas Sumatera ke angkutan
kereta api barang maka tubuh jalan rel perlu dipertahankan dimensi dan
kondisinya melalui pemeliharaan dengan pematusan (suatu kegiatan
pengambilan air dari tubuh jalan dan tergenang air) .
e. Jembatan
Berdasarkan hasil survey dari lokasi studi pada DIVRE II Sumatera Barat
kondisi jembatan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.230. Kondisi jembatan pada DIVRE II Sumatera Barat
No U r a i an Jumlah Dalam Satuan Kondis
i Km M M2 Unit
1 Jenis Jembatan
- Jembatan besi/baja 3,667 209 Baik
- Jembatan beton 0,17 5 Baik
Sumber : DIVRE II Sumatera Barat 2013
Ternyata dari data yang diperoleh pada DIVRE II Sumatera Barat memiliki
jembatan besi atau baja sepanjang 3,667 km, sementara jembatan beton terdapat
0,17 km dengan kondisi yang baik. Berkaitan dengan peningkatan beban di lintas
operasi kereta api, maka jembatan yang ada perlu dipersiapkan kemampuannya
dengan mengganti jembatan yang terbuat dari konstruksi baja/ besi menjadi
konstruksi beton. Pergantian tersebut tentunya dilakukan secara bertahap sesuai
dengan skala prioritas yang perlu diganti pada setiap lintas.
Dengan adanya pengalihan angkutan barang melalui jalan Lintas Sumatera jenis
semen dari Indarung – Bukitputus dengan angkutan barang kereta api maka salah
satu alternatif strategi yang dapat ditempuh adalah mengantisipasi prasarana
yang mampu menahan beban yang relatif besar. Salah satu prasarana angkutan
kereta api barang yang memiliki kontribusi besar untuk menjamin arus lalu lintas
barang melalui jalan kereta api adalah menggantikan secara berkala konstruksi
yang terbuat dari baja/besi menjadi konstruksi yang terbuat dari beton. Dengan
demikian pergantian konstruksi baja atau besi menjadi beton adalah senada
dengan kemampuan rel tipe 54 dan bantalan yang terbuat dari beton berikut
penambat yang terbuat dari elastik ganda. Kebijakan ini ditempuh mengingat
jalan lintas Sumatera melalui angkutan truk, sekarang ini telah berdampak pada
kemacetan dibeberapa titik, dan dilain pihak arus lalu lintas barang melelui jalan
pantura memakan waktu lebih banyak. Aspek lain juga mengakibatkan kondisi
jalan menjadi rusak disebabkan karena tonase sesuai dengan angkutan tidak
sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.
f. Gorong-gorong (box culvert)
Berdasarkan hasil survey di DIVRE II Sumbar ,Gorong-gorong beton terdapat
712 unit dengan kondisi baik. Gorong-gorong tersebut terbuat dari beton dan
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.231. Kondisi gorong-gorong pada DIVRE II Sumbar
U r a i an Jumlah Dalam Satuan
Kondisi Km M M2 Unit
Gorong gorong
- Kayu
- Beton 4 Baik
Sumber : DIVRE II Sumatera Barat, 2013.
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-227
Gorong-gorong yang ada di DIVRE II Sumatera Barat masih perlu
dipertahankan mengingat gorong-gorong yang terbuat dari beton memiliki daya
tahan yang relatif besar sebanding dengan angkutan kereta api barang yang juga
memiliki daya angkut yang besar. Daya tahan gorong-gorong yang terbuat dari
beton sangat relevan dan/atau saling komplementer terhadap tipe rel R 54,
bantalan yang terbuat dari beton dan penambat elastik ganda serta jembatan yang
memiliki konstruksi beton. Jika jalan kereta api barang memiliki rel R 54,
bantalan terbuat dari beton dan penambat terbuat dari elastik ganda, jembatan
konstruksinya terbuat dari beton serta gorong-gorong terbuat dari beton, maka
dapat diyakinkan pengalihan barang jenis semen dari Indarung – Bukitputus
akan dapat terjamin lebih lancar.
g. Terowongan
Dari hasil survey pada DIVRE II Sumatera Barat terdapat 4(empat) buah
terowongan, sehingga perlu adanya perbaikan terowongan yang berkaitan
dengan pengalihan angkutan barang melalui jalan keangkutan kereta api,
sehingga biaya pemeliharaan terowongan dapat dialokasikan dari biaya rutin atau
dana khusus.
h. Perlintasan sebidang
Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DIVRE II Sumbar terdapat perlintasan
kereta api yang memiliki perambuan otomatis, manual (petugas) dan tidak ada
penjaga (lintasan liar). Lebih jelasnya lihat pada tabel berikut.
Tabel 5.232. Kondisi Perlintasan sebidang manual pada DIVRE II Sumatera
Barat
U r a i an Jumlah Dalam Satuan
Kondisi Km M M2 Unit
Perlintasan sebidang manual
- Jumlah 96
-
Lebat rata
rata
-
Dengan pintu
pengaman Besi/kayu
Sumber DIVRE II Sumbar
Perlintasan sebidang manual 254 unit dengan lebar rata-rata 4-5 m dengan pintu
pengaman besi atau kayu.
Tabel 5.233. Kondisi Perlintasan sebidang otomatis pada DIVRE II Sumatera
Barat
U r a i an Jumlah Dalam Satuan
Kondisi Km M M2 Unit
Perlintasan sebidang
otomatis
- Jumlah 166
-
Lebat rata
rata 4 - 5 mtr
-
Dengan pintu
pengaman Mekanik
Sumber : DIVRE II Sumatera Barat
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-228
Perlintasan sebidang pada DIVRE II Sumatera Barat perlintasan sebidang
manual sejumlah 96 unit dengan lebar rata-rata 4 s/d 5 m, dan dengan pintu
pengaman besi/kayu. Sedangkan perlintasan sebidang otomatis sebanyak 166
unit. Perlintasan sebidang manual diupayakan menjadi perlintasan sebidang
otomatis dengan menyediakan dana tambahan. Pada perlintasan sebidang
terdapat daerah pandangan yang memadai, daerah pandangan berupa segitiga
pandangan. Jarak pandang bebas bagi masinis 500 m dan bagi pengemudi
minimal 150 m.
Di DIVRE II Sumatera Barat terdapat perlintasan sebidang otomatis sebanyak
166 unit dengan pintu pengaman mekanik. Sementara perlintasan sebidang
manual masih terdapat sebanyak 96 unit dengan pintu pengaman besi/kayu.
Kondisi semacam ini dikhawatirkan akan membahayakan pada keselamatan
kendaraan yang sedang melintasi maupun terhadap kereta api barang yang
memiliki muatan relatif banyak dan frekuensi lalu lintas yang semakin tinggi.
Untuk mengantisipasi angkutan kereta api barang yang memiliki muatan lebih
besar maka sebaiknya perlintasan sebidang manual sejumlah 96 unit diganti
menjadi persinyalan otomatis. Hal ini disebabkan karena perlintasan sebidang
manual masih dianggap rawan karena masih menggunakan kayu/ besi sebagai
pintu pengaman.
i. Stasiun
Berdasarkan hasil survey di lokasi studi pada DIVRE II Sumbar terdapat dua
puluh tiga (23) stasiun kereta api. Di antara stasiun tersebut stasiun Padang,
stasiun Indarung, stasiun Bukitputus, stasiun Tabing adalah termasuk stasiun
kelas sedang. Keduapuluh tiga (23) stasiun tersebut memiliki spoor yang relatif
berbeda, tetapi kondisi stasiun secara keseluruhan berada dalam kondisi yang
baik. Untuk lebih jelasnya kondisi stasiun yang berada diwilayah DIVRE II
Sumbar dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.234. Kondisi Prasarana DIVRE II Sumatera Barat
No Stasiun
Sin
gk
ata
n
Sp
oo
r
Let
ak
Km
Jm
l S
poo
r Jml
Peron
Akses Masuk
Jen
is
Per
sin
ya
la
n
Pjg Ada Tdk Kon-
disi
Lintas Bukitputus-Indarung
1 Kampungjuar Kpj
Sp
Tunggal
4,434 2 315 Ada Baik SM
2 Pauhlima Ima 8,438 2 200 Ada Baik SM
3 Indarung Ida 14,574 7 500 Ada Baik SM
Lintas Telukbayur-
Sawahlunto
4 Bukitputus Bkp 1,851 5 300 Ada Baik SM
5 Padang Pd 7,093 7 300 Ada Baik SM
6 Tabing Tab 16,340 1 260 Ada Baik SM
7 Duku Duk 26,032 2 325 Ada Baik SM
8 Pasarusang Pru 31,821 1 325 Ada Baik SM
9 Lubukalung La 40,000 4 250 Ada Baik SM
10 Sicincin Scn 53,136 1 335 Ada Baik SM
11 Kayutanam Ktn 60,038 7 250 Ada Baik SM
12 Kandangampat Kdp 65,413 3 225 Ada Baik SM
13 Padangpanjang Pp 75,361 7 275 Ada Baik SM
14 Kubukerambil Kkr 84,386 2 200 Ada Baik SM
15 Batutabal Btl 93,873 4 200 Ada Baik SM
16 Kacang Kcn 104,609 1 550 Ada Baik SM
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-229
No Stasiun
Sin
gk
ata
n
Sp
oo
r
Let
ak
Km
Jm
l S
poo
r Jml
Peron
Akses Masuk
Jen
is
Per
sin
ya
la
n
Pjg Ada Tdk Kon-
disi
17 Singkarak Ska 114,195 2 225 Ada Baik SM
18 Solok Slk 127,956 5 215 Ada Baik SM
19 Sungailasi Sni 140,379 1 230 Ada Baik SM
20 Muarakalaban Mkb 151,442 3 325 Ada Baik SM
21 Sawahlunto Swl 155,520 4 250 Ada Baik SM
Lintas Lubukalung-
Naras
22 Pariaman Pmn 60,520 2 215 Ada Baik SM
23 Naras Nrs 67,543 2 125 Ada Baik SM
Sumber : DIVRE II Sumatera Barat
Kelancaran angkutan kereta api barang dari stasiun pemberangkatan ke stasiun
tujuan sangat dipengaruhi beberapa faktor dan salah satu faktor yang
mempengaruhi adalah jumlah spoor pada setiap stasiun. Semakin banyak jumlah
spoor di stasiun, maka arus lalu lintas keluar masuk kereta api barang ke stasiun
akan semakin lancar. Berdasarkan informasi dari pimpinan stasiun Padang,
selama ini belum ada hambatan arus lalu lintas masuk kestasiun tersebut. Hal ini
disebabkan karena jumlah spoor di stasiun Padang0 terdapat tujuh (7) spoor.
Karena itu untuk mengantisipasi pergerakan barang melalui angkutan kereta api
sebaiknya distasiun antara memiliki jumlah spoor sebanyak lima (5). Jumlah
spoor pada masing-masing stasiun antara diharapkan akan mampu menjamin
arus lalu lintas keluar masuk kereta api barang, Sementara distasiun antara hanya
sebagai lalu lintas angkutan kereta api barang dan bongkar muat barang. Karena
itulah jumlah spoor sebanyak tujuh (7) sudah memadai. Sekarang ini dibeberapa
stasiun antara sudah ada memiliki lima (5) spoor yaitu distasiun antara
Bukitputus dan Kayutanam tujuh (7) spoor, tetapi diantara dua puluh tiga (23)
stasiun pada DIVRE II Sumatera Barat kebanyakan stasiun hanya mempunyai
lima (5) spoor kebawah, sebaiknya stasiun antara yang memiliki lima (5) spoor
kebawah ditambah menjadi (7) spoor.
j. Emplasemen/ Peron
Kondisi Emplasemen/ peron dan spoor pada DIVRE II Sumatera Barat untuk
lintas Bukitputus-Indarung dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.235. Kondisi emplasemen/ peron dan spoor lintas Bukitputus-Indarung
DIVRE II Sumatera Barat
No Stasiun Kode Letak
KM
Panjang
Peron
(meter)
Spoor Jenis
Sinyal
Kondisi
Akses
Masuk Jenis
Un
it
1 Kampung juar Kpj 4,434 315 Tunggal
SM Baik
2 Pauhlima Ima 8,438 200 Tunggal
SM Baik
3 Indarung Ida 14,574 500 Tunggal
SM Baik
Sumber : DIVRE II Sumbar, 2013
Sementara kondisi emplasemen/peron dari Medan – Tebing tinggi dapat dilihat
pada tabel berikut.
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-230
Tabel 5.236. Kondisi emplasemen/ peron dan spoor lintas Telukbayur-
Sawahlunto DIVRE II Sumbar
Stasiun Kode Letak
KM
Panjan
g Peron
(meter)
Spoor Jenis
Sinyal
Kondi
si
Akses
Masuk Jenis
Un
it 1 Bukitputus Bkp 1,851 300 Tunggal
SM Baik
2 Padang Pd 7,093 300 Tunggal
SM Baik
3 Tabing Tab 16,340 260 Tunggal
SM Baik
4 Duku Duk 26,032 325 Tunggal
SM Baik
5 Pasarusang Pru 31,821 325 Tunggal
SM Baik
6 Lubukalung La 40,000 250 Tunggal
SM Baik
7 Sicincin Scn 53,136 335 Tunggal
SM Baik
8 Kayutanam Ktn 60,038 250 Tunggal
SM Baik
9 Kandangampat Kdp 65,413 225 Tunggal
SM Baik
10 Padangpanjang Pp 75,361 275 Tunggal
SM Baik
11 Kubukerambil Kkr 84,386 200 Tunggal
SM Baik
12 Batutabal Btl 93,873 200 Tunggal
SM Baik
13 Kacang Kcn 104,609 550 Tunggal
SM Baik
14 Singkarak Ska 114,195 225 Tunggal
SM Baik
15 Solok Slk 127,956 215 Tunggal
SM Baik
16 Sungailasi Sni 140,379 230 Tunggal
SM Baik
17 Muarakalaban Mkb 151,442 325 Tunggal
SM Baik
18 Sawahlunto Swl 155,520 250 Tunggal
SM Baik
Sumber : DIVRE II Sumatera Barat, 2013
Kondisi empalesemen / peron dari Lubukalung-Naras dapat dilihat pada tabel
berikut.
Kondisi emplasemen/ peron dan spoor lintas Lubukalung-Naras DIVRE II
Sumatera Barat
No Stasiun Kode Letak
KM
Panjang
Peron
(meter)
Spoor Jenis
Sinyal
Kondisi
Akses
Masuk Jenis
Un
it
1 Pariaman Pmn 160,520 215 Tunggal
SM Baik
2 Naras Nrs 167,543 125 Tunggal
SM Baik
Sumber : DIVRE II Sumatera Barat, 2013
Panjang peron juga merupakan salah satu indikator menjamin kelancaran arus
lalu lintas kereta api barang. Semakin panjang peron maka akan memungkinkan
beberapa kereta api barang bongkar muat sekaligus. Untuk itu untuk menjamin
arus lalu lintas kereta api barang diharapkan peron semakin panjang,.
Berdasarkan data dari lokasi studi untuk lintas Bukitputus-Indarung peron yang
paling panjang berada pada stasiun Kacang sepanjang 550 m, pada lintas
Lubukalung-Naras peron yang paling panjang berada pada stasiun Pariaman
sepanjang 215 m . Karena itu untuk mengantisipasi pengalihan barang lintas
Sumatera sebaiknya panjang peron diusulkan minimal sama dengan stasiun
Kacang dan Naras yaitu masing-masing sepanjang 550 m pada setiap stasiun
antara. Sebaiknya masing-masing stasiun memiliki panjang peron relatif sama.
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-231
Lebih jelasnya masing-masing stasiun yang berada dibawah 550 m dapat dilihat
pada tabel sebelumnya.
k. Rumah Sinyal/ Train Dispatching (pengendali operasi kereta api)
Pada DIVRE II Sumbar, saat ini rumah sinyal dibeberapa stasiun lintas di
DIVRE II Sumbar belum ada perubahan dimana hanya di statsiun Padang yang
menggunakan mekanikal interlocking, dimana pengendalian dilakukan di dalam
stasiun, oleh PPKA (Pemimpin Perjalanan Kereta Api). Pada stasiun-stasiun
tertentu seperti halnya di stasiun Indarung, Bukitputus, Tabing, Lubukkalung,
Kayutanam, Padangpanjang, Batutabal, Solok, Sawahlunto dan Pariaman masih
mempunyai rumah sinyal mekanik, dan lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 5.237. Jumlah rumah sinyal pada DIVRE II Sumbar No. Nama Stasiun Jumlah
Rumah
Sinyal
Jenis Kondisi
1 Indarung 1 Mekanik Baik
2 Bukitputus 1 Mekanik Baik
3 Padang 1 Mekanik Baik
4 Tabing 1 Mekanik Baik
5 Lubukalung 1 Mekanik Baik
6 Kayutanam 1 Mekanik Baik
7 Padangpanjang 1 Mekanik Baik
8 Batutabal 1 Mekanik Baik
9 Solok 1 Mekanik Baik
10 Sawahlunto 1 Mekanik Baik
11 Pariaman 1 Mekanik Baik
Sumber : DIVRE II Sumatera Barat,2013
Berkaitan dengan peningkatan frekuensi dan jumlah angkutan kereta api barang,
sebagai akibat adanya upaya pengalihan barang dari lintas Sumatera ke angkutan
kereta api barang, maka rumah sinyal tetap dipertahankan pada stasiun besar
namun perangkatnya yang ada pada setiap stasiun antara seharusnya sudah
elektrik.
l. Gardu Listrik/ Catu Daya Listrik
Berkaitan dengan peningkatan kapasitas dan frekuensi perjalanan kereta api
barang akibat pengalihan barang di Bukitputus-Indarung sebaiknya gardu listrik
yang ada dibeberapa stasiun besar dilengkapi dengan genset. Begitu juga halnya
pada stasiun antara, selain menggunakan gardu listrik juga dilengkapi genset
tersendiri. Hal ini sangat diperlukan, bilamana sewaktu-waktu arus listrik adari
PLN mengalami pemadaman maka secara otomatis genset yang ada dapat
digunakan sebagai sumber tenaga listrik untuk menjamin kelancaran operasional
kereta api barang.
m. Persinyalan
Berdasarkan hasil studi dilokasi DIVRE II Sumatera Barat bahwa semua stasiun
terlayani dengan persinyalan mekanik, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut.
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-232
Tabel 5.238. Kondisi Persinyalan DIVRE II Sumatera Barat
No STASIUN SINGKATAN JENIS SINYAL KONDISI
Lintas Bukitputus-Indarung
1 Kampungjuar Kpj ME BAIK
2 Pauhlima Ima ME BAIK
3 Indarung Ida ME BAIK
Lintas Telukbayur-Sawahlunto
1 Bukitputus Bkp ME BAIK
2 Padang Pd ME BAIK
3 Tabing Tab ME BAIK
4 Duku Duk ME BAIK
5 Pasarusang Pru ME BAIK
6 Lubukalung La ME BAIK
7 Sicincin Scn ME BAIK
8 Kayutanam Ktn ME BAIK
9 Kandangampat Kdp ME BAIK
10 Padangpanjang Pp ME BAIK
11 Kubukerambil Kkr ME BAIK
12 Batutabal Btl ME BAIK
13 Kacang Kcn ME BAIK
14 Singkarak Ska ME BAIK
15 Solok Slk ME BAIK
16 Sungailasi Sni ME BAIK
17 Muarakalaban Mkb ME BAIK
18 Sawahlunto Swl ME BAIK
Lintas Lubukalung
1 Pariaman Pmn ME BAIK
2 Naras Nrs ME BAIK
Sumber : DIVRE II Sumatera Barat,2013
Sinyal mekanik masih mendominasi di DIVRE II Sumatera Barat hampir di
semua lintas. Penggunaan sinyal elektrik di semua lintas DIVRE II Sumatera
Barat diharapkan mampu menunjang perjalanan kereta api barang sesuai dengan
GAPEKA, dilain pihak perlu adanya perawatan secara intensif oleh petugas PT
KAI agar kinerja sinyal tetap handal dan memenuhi persyaratan yang telah
diuraikan.
n. Wesel
Berdasarkan hasil survey pada DIVRE II Sumatera Barat jumlah wesel yang
terdapat pada jenis rel R 41/42 sebanyak 134 unit, sedangkan untuk R-33
sebanyak 2 unit, R-25 sebanyak 93 unit , dari keseluruhan jumlah wesel yang ada
di DIVRE II Sumatera Barat sebanyak 229 unit dari berbagai tipe semuanya
masih dapat beroperasi dan berfungsi dengan baik, untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut.
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-233
Tabel 5.239. Kondisi Wesel DIVRE II Sumbar
Sumber : DIVRE II Sumatera Barat, 2013
Berkaitan dengan pengalihan barang lintas Sumatera ke angkutan kereta api
barang maka, sebaiknya menggunakan wesel dengan tipe Rel 54. Hal ini adalah
seiring dengan adanya upaya menggunakan rel tipe R-54 dalam meningkatkan
operasional kereta api barang
o. Telekomunikasi
Berdasarkan hasil survey pada DIVRE II Sumatera Barat terdapat beberapa jenis
alat telekomunikasi dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
No Stasiun Banyaknya Wesel Berdasarkan Jenis Rel Jumlah
R .54 R .50 R 41/42 R 33 R 25
1 Kampungjuar
- - 6
2 Pauhlima
6
3 Indarung
33
2
4 Bukitputus - 23
4
5 Padang - - 1 7
6 Tabing - -
3
7 Duku
2
2
8 Pasarusang
-
3
9 Lubukalung
2
9
10 Sicincin
2
3
11 Kayutanam
10
2
12 Kandangampat
4
1
13 Padangpanjang
25
11
14 Kubukerambil
3
1
15 Batutabal
9
-
16 Kacang
-
3
17 Singkarak
3
1
18 Solok
4
12
19 Sungailasi
-
3
20 Muarakalaban
- 1 6
21 Sawahlunto
2
10
22 Pariaman
-
4
23 Naras
-
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-234
Tabel 5.240. Kondisi Komunikasi DIVRE II Sumatera Barat No Jenis Peralatan Banyaknya Peralatan Perkoridor Jumlah
l
A JARINGAN
RADIO
1 Jaringan Radio - - 3 5 1 - 9
JUMLAH A - - 3 5 1 - 9
B JARINGAN
TRAINDISPAT
CHING
1 Radio Lokomotif - - 36 - - - 36
2 Way Station 4 1 13 19 3 1 41
3 Base Station - - 4 5 1 - 10
4 Console PK - - 3 - - - 3
5 Pesawat URS - - 1 - - - 1
JUMLAH B 4 1 57 24 4 1 91
C PERANGKAT
TELKOM
1 Batere PB 1 1 22 30 4 5 63
2 Batere MF 36 9 116 177 27 - 365
3 Cabang Talkback 2 - 14 - - - 16
4 Central MD110 2 - 3 2 - - 7
5 Genset Deutz - - 1 - - - 1
6 Genset 6,5 KVA - - 1 - - - 1
7 Genset 4,2 KVA 4 1 10 17 3 1 36
8 Genta Indukator
Cir-Cir
- - 8 - - - 8
9 Genta Penjaga
Wireles
13 7 13 12 11 1 57
10 Generator Genta
Wireless
2 1 18 12 6 - 39
11 Jam - - 1 - - - 1
12 Mini PABX 4 1 12 19 3 1 40
13 MUX 4 1 12 19 3 1 40
14 PC Telex - - 2 - - - 2
15 Pesawat Telepon
Blok
4 1 12 19 3 1 40
16 Pesawat Telepon
TOKA
29 5 169 70 7 3 283
17 Pesawat Telepon
CB
13 6 51 61 12 4 147
18 Pesawat Telepon
LB
11 2 4 18 3 - 38
19 Radio P25 4 1 12 19 3 1 40
20 Radio RIG 2 1 15 16 3 1 38
21 Sentral Talkback - - 1 - - - 1
22 SMS Center - - 1 - - - 1
23 Sound System 4 1 10 13 2 1 31
24 STM 1 4 1 10 17 3 1 36
25 STM 16 - - 3 2 - - 5
26 Voice Recorder 4 1 12 19 3 1 40
27 Wireless - - 1 - - - 1
28 UPS 6 KVA - - 1 - - - 1
29 UPS 4,2 KVA 4 1 12 19 3 1 40
JUMLAH C 147 41 547 561 99 23 1.418
JUMLAH
TOTAL
151 42 607 590 104 24 1.518
Sumber : DIVRE II Sumatera barat
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-235
Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai
akibat pengalihan barang dari lintas Sumatera ke angkutan kereta api barang
maka sebaiknya setiap jenis telekomunikasi yang terdiri dari a) Jaringan radio, b)
Jaringan Traindispatcing, c) Perangkat telkom harus dilengkapi pada setiap
stasiun besar maupun stasiun antara. Hal ini disebabkan karena fungsi
telekomunikasi sesuai dengan teori yang dijelaskan sebelumnya memiliki
peranan yang cukup besar untuk menjamin kelancaran, keamanan dan
keselamatan operasional kereta api barang. Di lain pihak untuk menjamin
kehandalan para aparat pengguna telekomunikasi juga disiapkan peralatan
perekam pembicaraan antara pengendali dengan awak kereta api serta petugas
stasiun untuk kepentingan pengoperasian dan penelusuran bila mana terjadi
kecelakaan.
p. Akses Jalan
Dari hasil survey di DIVRE II Sumbar, kondisi pada setiap akses jalan dalam
keadaan baik, secara singkat dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.241. Kondisi Jalan Lintas Bukitputus-Indarung Akses DIVRE II
Sumatera Barat
No STASIUN SINGKATAN JALAN AKSES KONDISI
Lintas Bukitputus-Indarung
1 Kampungjuar Kpj ADA BAIK
2 Pauhlima Ima ADA BAIK
3 Indarung Ida ADA BAIK
Lintas Telukbayur-Sawahlunto
4 Bukitputus Bkp
5 Padang Pd ADA BAIK
6 Tabing Tab ADA BAIK
7 Duku Duk ADA BAIK
8 Pasarusang Pru ADA BAIK
9 Lubukalung La ADA BAIK
10 Sicincin Scn ADA BAIK
11 Kayutanam Ktn ADA BAIK
12 Kandangampat Kdp ADA BAIK
13 Padangpanjang Pp ADA BAIK
14 Kubukerambil Kkr ADA BAIK
15 Batutabal Btl ADA BAIK
16 Kacang Kcn ADA BAIK
17 Singkarak Ska
18 Solok Slk
19 Sungailasi Sni ADA BAIK
20 Muarakalaban Mkb ADA BAIK
21 Sawahlunto Swl ADA BAIK
Lintas Lubukalung-Naras
22 Pariaman Pmn ADA BAIK
23 Naras Nrs ADA BAIK
Sumber : DIVRE II Sumbar, 2013
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-236
Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai
akibat pengalihan barang dari lintas Sumatera ke angkutan kereta api barang
maka jalan akses perlu dibangun atau diperlebar terutama distasiun-stasiun antara
dan stasiun-stasiun yang potensial untuk mobilisasi angkutan barang.
q. Gudang barang
Berdasarkan hasil survey di lokasi studi gudang barang pada DIVRE II Sumatera
barat gudang yang terdapat di stasiun Rantauprapat, stasiun Dologmarangir,
stasiun Belawan, stasiun Pamatang siantar, stasiun Kisaraan dan stasiun
Pulubraian, Keenam gudang tersebut dalam kondisi baik dan aktif, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut
Tabel 5.242. Kondisi sarana pelayanan gudang barang pada DIVRE II
Sumatera Barat No Lokasi Kondisi
1 Indarung Baik
2 Bukitputus Baik
3 Padang Baik
4 Telukbayur Baik
5 Tabing Baik
6 Sawahlunto Baik
Sumber:DIVRE II Sumatera Barat, 2013
Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai
akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api
barang maka gudang barang perlu ditingkatkan ukuran dan kapasitasnya untuk
menampung barang dan pengelolaan lebih lanjut. Untuk mendayagunakan
gudang yang ada secara optimal, maka diupayakan perbaikan, penambaahan luas
gudang dengan konstruksi yang lebih kuat sesuai persyaratan teknis gudang,
tersedianya ventilasi dan pencahayaan yang cukup, pintu cukup lebar dengan
menggunakan sleeding door bahan besi dan berlantai beton.
r. Lapangan Penumpukan
Berdasarkan hasil survey di lokasi studi lapangan penumpukan barang pada
DIVRE II Sumatera Barat hampir semua stasiun tidak adanya lapangan
penumpukan kecuali stasiun Indarung dan Bukitputus
Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai
akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api
barang maka, lapangan penumpukan perlu pada stasiun yang mempunyai
potensi angkutan barang di buat yaitu dengan dengan penambahan luas lahan
karena yang dikhawatirkan jika volume pengiriman barang meningkat dan tidak
adanya lapanganan penumpukan akan mengganggu kelancaran kendaraan
pengangkut barang, selain itu kondisi lapangan penumpukan sebaiknya berlantai
beton, mudah dipantau, ada fasilitas pelindung dan lampu penerangan yang
cukup pada prinsipnya terbuka dibatasi oleh dinding.
s. Tempat bongkar muat barang
Berdasarkan hasil survey di lokasi studi Tempat bongkar muat barang pada
DIVRE II Sumatera barat terdapat di lima (6) stasiun, yaitu: stasiun
Rantauprapat, stasiun Dologmarangir, stasiun Belawan, stasiun Pamatang siantar,
stasiun Kisaraan dan stasiun Pulubraian. Proses pembongkaran barang dilakukan
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-237
secara langsung dari kereta api menggunakan forklift langsung dibawa ke
gudang penyimpanan. Tempat bongkar muat tersebut dalam kondisi baik dan
aktif. Secara singkat dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut ini.
Tabel 5.243. Tempat bongkar barang pada DIVRE II Sumatera Barat
No Lokasi Kondisi
1 Indarung Baik
2 Bukitputus Baik
3 Padang Baik
4 Telukbayur Baik
5 Tabing Baik
6 Sawahlunto Baik Sumber:DIVRE II Sumbar, 2013
Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai
akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api
barang, maka tempat bongkar muat barang distasiun perlu ditingkatkan ukuran
dan kapasitasnya, menambah alat bongkar muat, ada jalan akses dengan ukuran
dan konstruksi jalan yang baik, ada atap, lantai beton ada fasilitas untuk
kendaraan masuk dan keluar, lampu penerangan, ada menara pengawas dan
tenaga pengawas yang cukup. Selain dari kelima stasiun yang telah diuraikan
untuk stasiun antara lainnya yang potensial dalam hal pemuatan dan
pembongkaran barang harus dibuat tempat bongkar muat juga dengan harapan
bisa melayani semua kereta api barang.
t. Langsiran gerbong barang
Hasil survey pada DIVRE II Sumatera Barat untuk stasiun Padang, stasiun
Indarung, stasiun Bukitputus, stasiun Telukbayur kegiatan langsir sudah
menggunakan lokomotif khusus jenis BB 306.
Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai
akibat pengalihan barang dari jalur Lintas Sumatera ke angkutan kereta api
barang, maka perlu penambahan jalur parkir barang untuk menampung 20 unit
gerbong, ditambah 1 unit ditambah lagi 1 unit Cabous (tempat petugas), bila ada
penambahan pelangsiran perlu penambahan wesel dan penambahan jumlah spoor
sepanjang ± 350 m s/d 400 m.
u. Parkir kendaraan angkutan barang
Berdasarkan hasil survey di lokasi studi parkir kendaraan angkutan barang pada
DIVRE II Sumatera Barat untuk stasiun Indarung dan mampu menampung
kendaraan jenis truk satu sumbu lebih kurang 25 truk, stasiun Padang juga
terdapat tempat parkir kendaraan angkutan barang yang mampu menampung
kurang lebih 15 truk, stasiun Bukitputus mempunyai kapasitas muat kurang
lebih 25 truk muatan semen, Statsiun Telukbayur kapasitas penampungan truk
20 unit. Untuk kondisi tempat parkiran kendaraan pada ke empat stasiun tersebut
dalam keadaan layak, secara singkat dapat dilihat pada tabel berikut.
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-238
Tabel 5.244. Kondisi lapangan parkir pada DIVRE II Sumatera barat No Lokasi Kapasitas
truk (unit)
Kondisi
1 Indarung 25 Baik
2 Padang 15 Baik
3 Bukitputus 25 Baik
4 Telukbayur 20 Baik
Sumber : DIVRE II Sumbar, 2013
Berkaitan dengan peningkatan angkutan barang kereta api akibat pengalihan
barang melalui angkutan jalan ke angkutan kereta api barang maka parkir
kendaraan angkutan barang perlu diperluas bagi kendaraan pengangkut barang
baik yang akan dinaikkan distasiun maupun yang diturunkan dari stasiun, ada
jalur masuk dan keluar yang cukup kearea parkir, menciptakan ketertiban dan
keamanan perpakiran, adanya rambu dan batas parkir. Pada waktu ramai
(peakseason) pintu masuk keluar dan masuk dibuat dua jalur, pengaturan parkir
disesuaikan dengan luas lahan dengan prinsip menjamin kelancaran pergerakan
kendaraan. Penyimpanan kendaraan diatur sesuai rambu dan batas parkir dan
pengaturan oleh petugas parkir resmi dari stasiun. Cara penyimpanan kendaraan
diusahakan tidak sejajar dengan tubuh jalan dihalaman parkir tetapi menyerong,
apabila parkir kendaraan angkutan barang tidak memadai lagi, maka diupayakan
penambahan luas lahan parkir yang tetap memperhatikan persyaratan lapangan
parkir.
v. Crane
Berdasarkan hasil survey di lokasi studi alat bongkar muat barang (Crane) pada
DIVRE II Sumatera Barat tidak ada, dan harus di upayakan agar keberadaan alat
crane pada lokasi ini tersedia atau di sediakan dengan kapasitas yang disesuaikan
dengan volume bongkar muat barang.
w. Jembatan timbang
Berdasarkan hasil survey di DIVRE II Sumatera Barat alat jembatan timbangan
tidak ada baik distasiun antara ataupun distasiun besar.
Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai
akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api
barang, maka perlu adanya pengadaan timbangan barang distasiun dengan
spesifikasi sesuai kebutuhan dan kondisi berat volume barang pada saat dimuat
dengan kereta api barang dan setiap selesai penimbangan harus ada struk sebagai
bukti hasil penimbangan.
x. Security/ Keamanan
Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai
akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api
barang, maka peran security sangat dibutuhkan untuk menyerasikan kegiatan
pekerjaan distasiun sehingga pelayanan di stasiun kereta api terus meningkat
yang secara keseluruhan akan meningkatkan kinerja angkutan kereta api barang.
Berdasarkan hasil survey di lokasi studi security /keamanan pada DIVRE II
Sumatera Barat, petugas keamanan yang berjumlah 55 orang dan ditempatkan
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-239
masing-masing stasiun dengan jumlah yang beragam di empat (4) emplasemen
stasiun yaitu pada stasiun Indarung 20 orang, stasiun Bukitputus sebanyak 15
orang, stasiun Padang sebanyak 10 orang, stasiun Telukbayur sebanyak 10
orang, . Dari 55 orang mempunyai latar belakangan pendidikan bermacam-
macam dari SD, SMP, SMA, S1, Kesamaptaan, Beladiri dan Polri, untuk waktu
bertugas dibagi menjadi 3 shiff yaitu pagi hari, siang hari dan malam hari, secara
singkat dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.245. Jumlah personil keamanan di DIVRE II Sumbar No Lokasi Jumlah
Security
(orang)
1 Indarung 20
2 Bukitputus 15
3 Padang 10
4 Telukbayur 10
Sumber:DIVRE II Sumbar, 2013
y. Gapeka
Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DIVRE II Sumatera Barat perjalanan
kereta api mengacu ke GAPEKA yang masih berlaku.
Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai
akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api
barang, maka sebagai instrumen pengaturan perjalanan kereta api harus dibuat
lebih cermat karena selain untuk kelancaran operasi, juga dalam rangka
keselamatan angkutan kereta api.
z. Tempat muat barang curah dan batubara
Berdasarkan pemantauan pada DIVRE II Sumatera Barat, bahwa di DIVRE ini
tidak ada tempat muat barang jenis batu bara tetapi hanya tempat muat jenis
semen.
Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai
akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api
barang, maka harus diupayakan juga pelayanan muat barang jenis curah. Selain
itu juga pemuatan/ pembongkaran barang baik jenis curah dan jenis barang
lainnya harus pada tempat yang tepat yang berguna untuk meminimalisis
kerugian yang mungkin timbul akibat ketidak tepatan.
aa. Schowing
Hasil survey di lokasi studi DIVRE II Sumatera Barat khususnya di empat (4)
stasiun Padang, stasiun Indarung, stasiun Bukitputus, stasiun Telukbayur hanya
mempunyai 2 jadwal/ shiff pada pagi hari dan sore hari yang masing-masing
terdiri 3 s/d 4 orang.
Berkaitan dengan peningkatan angkutan barang kereta api akibat pengalihan
angkutan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan barang kereta api, maka
kinerja schowing perlu terus ditingkatkan baik mengenai ketelitian hasil
pemeriksaan dengan peralatan yang tepat atau presisi maupun frekuensi
pemeriksaan sesuai lamanya sarana kereta api dioperasikan. Ketelitian hasil
pemeriksaan ini ikut menentukan rangkaian penyediaan sarana kereta api yang
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-240
siap operasi. Scowing dimaksud dapat diatur jumlah dan shif kerja supaya tetap
ada pemeriksaan kereta api habis dinas dan juga perlu penambahan personil
schowing pada setiap stasiun pemberangkatan kereta api barang jika terjadi
kenaikan frekuensi perjalalan kereta api barang.
bb. Conveyor
Dari hasil survey pada DIVRE II Sumatera Barat ditemukan pemakai conveyor
dalam proses muat barang, pada statsiun tertentu saja.
Berkaitan dengan peningkatan angkutan barang keret api akibat pengalihan
angkutan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api, maka bagi
stasiun yang kegiatan bongkar muatnya jenis batu bara agar dalam proses
pemindahan dari gerbong curah ke tempat penampungan sebaiknya
menggunakan conveyor bucket Elevator, sedangkan untuk semen dalam zak
sebaiknya menggunakan belt conveyor, dimana selama alat ini digunakan
setidaknya dapat meminimalisir tingkat kerusakan barang dan meringankan
beban kerja tenaga manusia.
cc. Forklift
Berdasarkan hasil survey di lokasi studi pada DIVRE II Sumatera Barat adanya
forklift untuk keperluan bongkar muat barang dengan alasan barang yang
diangkut merupakan jenis barang semen
Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai
akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api
barang, maka perlu diadakan persiapan pengadaan forklift jika frekuensi barang
meningkat begitupun jenis barang yang diangkut melalui kereta api barang dan
sebaiknya forklift tersebut dioperasikan oleh petugas yang kompeten dan selalu
melakukan pemeliharaan secara rutin agar tetap baik kinerjanya. Selain itu juga
khususnya pada stasiun besar di DIVRE II Sumatera Barat perlu juga di
sediakan forklift untuk stasiun-stasiun antara yang potensial yang belum
memiliki dengan harapan bisa menunjang kinerja stasiun pada waktu melakukan
proses bongkar muat kereta api barang.
dd. Crew KA
Berdasarkan data survey di DIVRE II Sumatera Barat jumlah masinis sebanyak
45 orang, kondektur 30 orang dan tekhnisi kereta api (TKA) sebanyak 35 orang.
Tabel 5.246. Jumlah Crew pada DIVRE II Sumatera Barat
No Nama DIVRE Masinis Kondektur Tekhnisi
Kereta Api
1 DIVRE II Sumbar 45 30 35
Sumber: DIVRE II Sumatera Barat, 2013
Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai
akibat pengalihan barang dari lintas Sumatera ke angkutan kereta api barang,
maka crew kereta api harus cukup jumlahnya dengan kata lain jika terjadi
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-241
kekurangan pihak penyelenggara harus menambah crew tentunya yang
memenuhi persyaratan kualifikasi kecakapan. Kualifikasi kecakapan crew yang
dimaksud dibuktikan dengan sertifikat kecakapan yang diperoleh setelah lulus
mengikuti pendidikan dan pelatihan. Hal ini diperlukan agar kinerja kereta api
barang meningkat.
2. Sarana Perkeretaapian Barang DIVRE II Sumatera Barat
a. Lokomotif
Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DIVRE II Sumbar, lokomotif diesel
hidrolik BB 301 berjumlah 2, BB 302 berjumlah 6, BB 303 berjumlah 21, BB
306 berjumlah 10 yang terdapat pada emplasemen stasiun Medan semua kondisi
lokomotif tersebut dalam keadaan baik, secara singkat dapat dilihat pada tabel
dan gambar berikut.
Tabel 5.247. Kondisi Lokomotif di DIVRE II Sumatera Barat No Lokasi Jenis Tipe Jumlah
(unit)
Kondisi
1 Depo Medan Diesel
Hidrolik
BB303
BB306
BB204
9
3
14
Baik
Baik
Baik
Sumber : DIVRE II Sumatera Barat, 2013
Dengan melihat beberapa tipe lokomotif yang ada pada DIVRE II Sumbar
khususnya tipe BB 204 yang mempunyai daya tarik sebesar 1100Hp yang
diharapkan mampu dioperasikan untuk menarik beban barang yang mencapai
rata-rata 600 ton dengan dengan 20 rangkaian gerbong barang dengan kecepatan
yang mengacu sesuai dengan GAPEKA yaitu kecepatan maksimum untuk kereta
api barang maksimum 45 km/jam. Hal ini akan menjadi meningkatnya kapasitas
angkut barang dan terpenuhinya waktu penyampaian ditempat tujuan dengan
dukungan penggantian prasarana kereta api seperti rel dengan tipe R 54,
penambat dengan jenis elastik dan bantalan jenis beton.
b. Gerbong barang
Berdasarkan hasil survey di DIVRE II Sumatera Barat terdapat gerbong datar
tipe PPW/R 30 T pada stasiun Bukitputus berjumlah 6 unit, untuk gerbong
barang jenis kkbw 25T berjumlah 147 unit, jenis KKW 30 T semen curah
berjumlah 145 unit, Semua gerbong dalam kondisi baik, secara singkat dapat
dilihat pada tabel dan gambar berikut.
Tabel 5.248. Kondisi gerbong barang DIVRE II Sumbar No Lokasi Jenis Tipe Jumlah
(unit)
Kondisi
1 Depo
Padang
Datar
Terbuka
Gerbong
ketel
PPW/R 30 T
KKBW 25 T
KKW 30 T
5
20
124
Baik
Baik
Baik
Sumber : DIVRE II Sumatera Barat, 2013
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-242
Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai
akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api barang
maka perlu mengoptimalkan pendayagunaan gerbong yang ada yaitu gerbong
datar, gerbong terbuka, gerbong tertutup dan gerbong tangki serta menambah
frekuensi penggunaan gerbong, selain itu juga perlu ada penambahan jenis
gerbong barang sesuai spesifikasi kebutuhan agar suatu saat jika terjadi
peningkatan kapasitas ataupun volume barang maka di DIVRE II Sumbar siap
untuk mengoperasikan gerbong-gerbong barang baik yang tersedia ataupun yang
dicadangkan.
c. Depo pemeliharaan lokomotif
Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DIVRE II Sumbar, Depo pemeliharaan
lokomotif yang ada pada emplasemen stasiun Padang, stasiun Padangpanjang,
stasiun Tebing Solok, stasiun Indarung,Statsiun Sawahlunto tersebut dalam
keadaan baik. Secara singkat dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.249. Kondisi Depo DIVRE II Sumbar No Depo Kondisi
1 Dipo Lok Padang Baik
2 Depo Lok Solok Baik
3 Depo lok Padangpanjang Baik
Sumber : DIVRE II Sumatera Barat, 2013
Berkaitan dengan peningkatan angkutan barang kereta api akibat pengalihan
angkutan barang melalui jalan ke angkutan kereta api barang, maka depo
pemeliharaan otomotif terus ditingkatkan peranannya dengan melengkapi
peralatan pemeliharaan dengan teknologi terbaru didukung tenaga pemeliharaan
yang bersertifikat sesuai ketentuan serta daya sistem pengecekan yang cermat.
Peralatan pemeriksaan pengujian dan perawatan yang digunakan harus
dikalibrasi secara berkala. Selain depo pemeliharaan pada stasiun tertentu
sebaiknya pada stasiun anatar yang potensial juga dilengkapi dengan depo
lokomotif yang bertujuan agar setiap saat lokomotif siap dioperasionalkan
dengan tidak menunggu perbaikan di depo stasiun-stasiun besar.
d. Depo Pemeliharaan Gerbong Barang
Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DIVRE II Sumatera Barat, depo
pemeliharaan gerbong sementara masih menjadi satu dengan depo kereta yang
berada di stasiun Medan dan saat ini masih dioptimalkan dan dalam keadaan
baik.
Secara singkat kondisi depo pada DIVRE II Sumatera Barat dapat dilihat pda
tabel berikut.
Tabel 5.250. Kondisi depo di DIVRE II Sumbar No Lokasi Jumlah
spoor
Panjang
(m)
Kondisi
1 Depo kereta/gerbong Padang 4 200 Baik
2 Depo kereta/gerbong
Indarung
5 150 Baik
3 Depo Kereta Sawahlunto 4 150 Baik
Sumber : DIVRE II Sumatera Barat, 2013
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-243
Kondisi Dipo pemeliharaan gerbong yang ada di DIVRE II Sumatera Barat perlu
terus dijaga agar mampu menyediakan gerbong barang yang siap operasi
menurut jenis dan ukuran gerbong yang dibutuhkan.
H. DIVRE III Sumatera Selatan 1. Prasaran Perkeretaapian Barang DIVRE III Sumatera selatan
a. Jalan Rel
Dengan memperhatikan tipe rel di DIVRE III Sumatera Selatan dimana masih
terdapat tipe rel 25, tipe rel 33, tipe rel 41/42 maka sebaiknya tipe rel tersebut
diganti dengan tipe R 54. Hal ini dimaksudkan agar kapasitas daya tahan rel akan
lebih mapan untuk beban barang yang lebih besar. Dengan demikian sebagian
angkutan barang melalui jalan lintas Sumatera akan dapat secara bertahap
dialihkan melalui angkutan Kereta Api Barang. Sekarang ini kondisi jalan raya
lintas Sumatera sudah melampaui kapasitas jalan. Hal ini dapat dilihat bahwa
dibeberapa titik jalan raya lintas Sumatera telah mengalami kemacetan yang pada
hakekatnya akan mengganggu kelancaran lalu lintas angkutan barang. Dilain
pihak, tingkat kerusakan jalan raya pun semakin cepat seiring dengan kepadatan
lalu lintas angkutan barang berikut muatan masing-masing angkutan. Untuk
melihat bagaimana kondisi dan tipe rel di DIVRE III Sumatera Selatan dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.251. Kondisi dan Jenis Rel yang ada pada DIVRE II Sumatera selatan
U r a i an Jumlah Dalam Satuan
Kondisi Km M M2 Unit
Panjang rel Operasi & Emplasemen
KA DIVRE III Sumatera selatan 704,146 Baik
- Type rel R 25 -
-
- Type rel R 33 -
-
- Type rel R 41/42 118,851
Baik
- Type rel R 50 - -
-
- Type rel R 54 585,295 Baik
Sumber : DIVRE III Sumatera selatan,2013.
Pada DIVRE III Sumatera selatan masih terdapat rel tipe R 25, R 33 dan R
41/42, dimana tipe rel ini terdapat di emplasemen statsiun, untuk lintas raya dan
cabang menggunakan tipe rel 54 dan tipe rel 41/42 , saat ini muatan batu bara
sekitar 12,267 juta ton per tahun, dengan WPG sebesar 1,25,untuk mencapai
muatan antara 22 sd 24 juta ton per tahun diperlukan double track seluruh lintas
di DIVRE III Sumatera selatan,dengan klasifikasi rel yang ada di Indonesia, R
Tipe R 54 rel yang mempunyai keunggulan dibandingkan dengan Tipe R 25, R
33 dan R 41/42. Oleh karena itu tipe R 54 ini dapat digunakan diseluruh lintasan
di DAOP dan DIVRE untuk keseragaman rel, meskipun pelaksanaannya melalui
pentahapan.
Berdasarkan hasil survey pada DIVRE III Sumatera selatan terdapat panjang rel
keseluruhan 704,146 km untuk lintas raya dan cabang, terdiri dari type R 54 dan
tipe rel 41/42, untuk emplasemen statsiun dan dipo masi memakai tipe rel yang
beragam. Kondisi rel semua type adalah baik dan rel Tipe R 54 diharapkan
secara bertahap akan mengganti tipe-tipe rel yang sudah ada. Secara singkat jalur
prasana angkutan kereta api barang di DIVRE III Sumatera selatan dapat dilihat
pada gambar berikut.
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-244
Gambar 5.78 Jaringan Material Rel di DIVRE III Sumatera selatan
Sumber : DIVRE II Sumatera Selatan, 2013
Secara rinci material Rel di DIVRE III Sumatera selatan terdiri dari tipe rel 54,
tipe rel 41/42, tipe rel 33,dan tipe rel 25 yang mempunyai panjang keseluruhan
706,401 km terdapat pada tabel berikut.
Tabel 5.252. Kondisi dan Jenis Rel yang ada pada DIVRE III Sumatera selatan
Lintas Tipe Rel (R) Panjang Lintas
(Km)
A. Lintas Raya
Panjang-Kertapati
Tigagajah-Bataswilayah B12
R-41/42
R-54
77,807
3,795
Prabumulih-Muara enim (hilir)
Prabumulih-Muaraenim (hulu)
Muaraenim-Lahat
R-54
R-54
R-54
73,798
50,726
38,066
Lahat-Lubuklinggau R-54
R-41/42
77,245
38,044
Muaraenim-Tanjungenim R-54 9,8
Simpang-Indralaya R-54 4,300
X5-X6 R-54 2,700
Pidada-Tarahan R-54
R-41/42
7,136
3,000
Panjang-Kertapati R-54 317,699
B. Data Material Jalan Rel di
Emplasemen Stasiun
R-54
R-41/42
R-25
61,871
26,92
7,691
C. Data Material Jalan Rel di
Emplasemen Balayasa dan
Dipo
R-41/42 9,324
Sumber : Data Aset Produksi Sarana dan Prasarana Kereta Api, 2012
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-245
Penggunaan jenis rel yang ada pada DIVRE III Sumatera selatan relatif hampir
seragam dengan menggunakan tipe Rel R-54,tetapi masih ada yang
menggunakan tipe Rel R-41/42 di lintas raya, dan tipe rel R-25 di emplasemen
statsiun .
Melihat karakteristik tipe rel yang ada di DIVRE III Sumatera Selatan maka
beberapa strategi yang bisa ditempuh untuk dapat menambah kapasitas prasarana
jaringan kereta api khususnya rel maka perlu dilakukan beberapa skenario,
dengan melihat strategi tersebut maka prioritas pertama adalah pergantian tipe rel
25 sepanjang 7,691 km dan tipe rel 41/42 sepanjang 155,095 km sehingga total
keseluruhan panjang rel yang perlu diganti dalam rangka mengantisipasi
pengalihan sebagian angkutan barang dari jalan raya ke angkutan barang kereta
api sepanjang 162,786 km.
Tabel 5.253. Usulan pergantian rel dengan skenario pada DIVRE III Sumatera
Selatan No Pergantian tipe rel Skala
Prioritas
I II
1 Tipe R 25 7,691
2 Tipe R 33 -
3 Tipe R 41/42 162,786
Total 170,401
Sumber: Hasil Survey dan Olahan Konsultan, 2013
b. Bantalan Rel
Berdasarkan hasil survey bantalan pada lokasi studi di DIVRE III Sumatera
selatan bahwasanya terdapat jenis bantalan yang beraneka ragam, dimana
berdasarkan kondisi dilapangan di DIVRE III Sumatera Selatan bantalan beton
terdapat sepanjang 705,755 km dan bantalan kayu sepanjang 31,715 km, dan
bantalan besi tidak terdapat, Artinya dilapangan sudah lebih dominan bantalan
yang terbuat dari beton dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.254. Kondisi Bantalan pada DIVRE III Sumatera Selatan
No U r a i an Jumlah Dalam Satuan
Kondisi Km M M2 Unit
1 Jenis Bantalan
- Besi - - -
- Kayu 31,715 - Baik
- Beton 705,755 - Baik
Sumber: DIVRE III Sumatera Selatan,2013
Secara singkat peta bantalan kayu dan bantalan beton di DIVRE III Sumatera
Selatan dapat dilihat pada gambar berikut.
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-246
Gambar 5.79 Jaringan Material Bantalan di DIVRE III Sumatera selatan,
2012
Sumber : DIVRE III Sumatera Selatan, 2013
Untuk melihat bantalan beton pada setiap lintas di DIVRE III Sumatera Selatan
dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 5.255. Keberadaan Jenis bantalan pada DIVRE III Sumatera selatan
Lintas
Jenis Bantalan/ panjang bantalan
Kayu
(km)
Besi
(km)
Beton
(km)
A. Lintas Raya
Panjang-Kertapati - - 81,602
Prabumulih-Lahat - - 162,590
Lahat-Lubuklinggau 115,289
Muaraenim-Tanjungenimbaru 9,800
Simpang-Indralaya 4,300
X5-X6 2,730
Pidada-Tarahan 10,136
Panjang-Kertapati 317,699
B. Data Material Jalan Rel di
Emplasemen Stasiun
31,715 - 73,309
C. Data Material Jalan Rel di
Emplasemen Balayasa dan Dipo
- 9,324
Total 31,715 - 786,779
Sumber: Data Aset Produksi Sarana dan Prasarana Kereta Api, 2012
Berdasarkan data panjang rel untuk lintas operasi yang menggunakan bantalan beton untuk DIVRE III Sumatera selatan adalah sepanjang 786,779 km, dengan jarak antar bantalan beton 60 cm, sesuai dengan standar yang disyaratkan untuk keselamatan,keamanan,dan kenyamanan dalam buku Peraturan Dinas 10 PT KAI
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-247
(Persero). Sementara bantalan kayu sepanjang 31,715 km dan bantalan besi tidak terdapat. Dalam rangka pengalihan angkutan barang melalui jalan raya Lintas Sumatera untuk jenis batubara dari Tanjung enim baru-Tarahan sejauh 413,6 km, dan Tanjung enim baru- Kertapati sejauh 158,852 km sudah pakai bantalan beton. Hal ini tidak masalah tinggal pemeliharaan ditingkatkan lagi untuk memperpanjang umur bantalan tersebut. Dibeberapa titik jalan Lintas Sumatera telah menunjukan adanya kemacetan pada jam-jam tertentu yang pada hakekatnya menggangu kelancaran arus lalu lintas barang Jawa-Sumatera.
c. Penambat rel
Berdasarkan hasil survey dari lokasi studi ternyata terdapat beberapa tipe
penambat yang digunakan dan untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut.
Tabel 5.256. Kondisi Penambat pada lintasan DIVRE III Sumatera selatan
U r a i an Jumlah Dalam Satuan
Kondisi Km M M2 Unit
Penambat
- Penambat Elastik 781,216 - Baik
- Penambat Kaku 31,715 - Baik
Sumber : Survey DIVRE III Sumatera selatan, 2013
Pada DIVRE III Sumatera selatan dapat dilihat jenis penambat rel yang ada yaitu
Penambat elastik terdapat 704,146 km untuk lintas raya, sedangkan penambat
elastik untuk emplasemen statsiun , dipo, dan balai yasa sepanjang 77,07 km,
sedangkan penambat kaku sepanjang 31,715 km. Sekarang ini kedua jenis
penambat tersebut berada dalam kondisi yang baik. Secara singkat penggunaan
penambat elastik maupun penambat kaku dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 5.80 Jaringan Material Penambat di DIVRE III Sumatera selatan
Sumber : DIVRE III Sumatera Selatan, 2013
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-248
Dengan memperhatikan kondisi dan penggunaan penambat di DIVRE III
Sumatera selatan serta dihubungkan dengan beberapa teori seperti yang
diuraikan sebelumnya terutama dalam ketahanan beban angkutan kereta api
barang sekarang ini di DIVRE III Sumatera Selatan sudah menggunakan
penambat elastik
Mengingat adanya upaya pengalihan angkutan barang melalui jalan Lintas
Sumatera untuk jenis semen dari Indarung – Bukitputus dimana sekarang ini
sudah melampaui batas yang telah ditentukan maka diperlukan pemberdayaan
angkutan barang kereta api. Tetapi untuk menjamin ketahanan penambat
diperlukan strategi pergantian dari penambat kaku menjadi penambat elastik.
Hal ini sangat diutamakan mengingat beberapa teori dan prospektif angkutan
barang melalui kereta api.
Salah satu strategi yang bisa ditempuh adalah mengganti penambat kaku
sepanjang 31,715 km menjadi penambat elastik. Dengan demikian diharapkan
kemampuan penambat dengan bantalan dan rel seperti dijelaskan sebelumnya
akan menjadi harmonis. Secara singkat strategi atau penggantian penambat
tersebut di DIVRE III Sumatera selatan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.257. Usulan pergantian penambat dengan skenario pada DIVRE III
Sumatera Selatan No Lintasan Jenis Material Panjang
(Km)
Diganti
Dengan Penambat
Alasan
Penggantian
Kaku Elastis Skenario
I
Skenario
II
1 DIVRE
III
Sumatera
selatan
31,715 Elastik
Ganda
- Tidak mampu
lagi
menambatkan
rel pada
bantalan
sedemikian
rupa sehingga
kedudukan rel
tetap tegak dan
tidak bergeser
2 31,715 - - Tidak boleh
dipakai untuk
semua kelas
jalan rel
Penambat kaku yang akan digantikan menjadi penambat elastik terdapat di
emplasemen statsiun sepanjang 31,715 km, penambat elastik lintas emplasemen
Dipo, Balaiyasa sepanjang 9,324 km. . Dengan penggantian penambat kaku
menjadi penambat elastik dampak positifnya telah mampu digunakan pada
semua kelas jalan rel, kecuali jalan rel kelas lima (5). Di lain pihak
pemeliharaannya juga menjadi ringan. Penambat elastik pada dasarnya telah
mampu mengeliminasi gaya lateral akibat pergerakan dinamis roda yang
bergerak diatas rel.
Alternatif lain sebagai salah satu skenario pilihan adalah menggunakan penambat
elastik ganda. Karena penggunaan penambat elastik ganda telah mampu
meredam getaran yaitu mengurangi pengaruh getaran pada rel terhadap bantalan.
Selain meredam getaran, juga mampu menghasilkan gaya jepit (clamping force)
yang tinggi dan juga mampu memberikan perlawanan rangkak (creep
resistence). Penggantian penambat kaku menjadi penambat elastik ganda adalah
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-249
agar mampu menahan beban yang besar untuk angkutan barang kereta api.
Penggunaan penambat elastik tunggal maupun elastik ganda sangat relevan
terhadap penggunaan tipe rel 54 dan bantalan yang terbuat dari beton.
d. Sebidang tanah untuk tumpukan rel
Berdasarkan hasil survey di lokasi studi Rata-rata lebar tanah DIVRE III
Sumatera Selatan untuk tumpuan di sepanjang rel KA untuk spoor tunggal lurus
6 m, lengkung 8 m. Untuk spoor ganda spoor raya lurus 8 m, lengkung 10 m.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.258. Lebar rata-rata tanah untuk tumpuan rel
No U r a i an
Jumlah Dalam
Satuan Kond
isi Km M
M2
Unit
1
Rata-Rata lebar tanah untuk tumpuan di
sepanjang
jalan rel KA
- Untuk spor tunggal spor raya
- lurus 6 mt
- lengkung 8 mt
- Untuk sp ganda spor raya
- lurus 8 mt
- lengkung 10 mt
Sumber : DIVRE III Sumatera Selatan
Berkaitan dengan pengalihan barang dari jalan lintas Sumatera ke angkutan
kereta api barang maka tubuh jalan rel perlu dipertahankan dimensi dan
kondisinya melalui pemeliharaan dengan pematusan (suatu kegiatan
pengambilan air dari tubuh jalan dan tergenang air) .
e. Jembatan
Berdasarkan hasil survey dari lokasi studi pada DIVRE III Sumatera Selatan
kondisi jembatan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.259. Kondisi jembatan pada DIVRE III Sumatera selatan
No U r a i an Jumlah Dalam Satuan Kondis
i Km M M2 Unit
1 Jenis Jembatan
- Jembatan besi/baja 3,626 89 Baik
- Jembatan beton 0,770 41 Baik
Sumber : DIVRE III Sumatera Selatan 2013
Ternyata dari data yang diperoleh pada DIVRE III Sumatera Selatan memiliki
jembatan besi atau baja sepanjang 3,626 km, sementara jembatan beton terdapat
0,770 km dengan kondisi yang baik. Berkaitan dengan peningkatan beban di
lintas operasi kereta api, maka jembatan yang ada perlu dipersiapkan
kemampuannya dengan mengganti jembatan yang terbuat dari konstruksi baja/
besi menjadi konstruksi beton. Pergantian tersebut tentunya dilakukan secara
bertahap sesuai dengan skala prioritas yang perlu diganti pada setiap lintas.
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-250
Dengan adanya pengalihan angkutan barang melalui jalan Lintas Sumatera jenis
batubara antara lintas Tanjung enim baru- Tarahan, Tanjungenimbaru-Kertapati
dengan angkutan barang kereta api maka salah satu alternatif strategi yang dapat
ditempuh adalah mengantisipasi prasarana yang mampu menahan beban yang
relatif besar. Salah satu prasarana angkutan kereta api barang yang memiliki
kontribusi besar untuk menjamin arus lalu lintas barang melalui jalan kereta api
adalah menggantikan secara berkala konstruksi yang terbuat dari baja/besi
menjadi konstruksi yang terbuat dari beton. Dengan demikian pergantian
konstruksi baja atau besi menjadi beton adalah senada dengan kemampuan rel
tipe 54 dan bantalan yang terbuat dari beton berikut penambat yang terbuat dari
elastik ganda. Kebijakan ini ditempuh mengingat jalan lintas Sumatera melalui
angkutan truk, sekarang ini telah berdampak pada kemacetan dibeberapa titik,
dan dilain pihak arus lalu lintas barang melelui jalan pantura memakan waktu
lebih banyak. Aspek lain juga mengakibatkan kondisi jalan menjadi rusak
disebabkan karena tonase sesuai dengan angkutan tidak sesuai dengan aturan
yang telah ditetapkan.
f. Gorong-gorong (box culvert)
Berdasarkan hasil survey di DIVRE III Sumatera Selatan, terdapat Gorong-
gorong beton terdapat 1.203 unit dengan kondisi baik. Gorong-gorong tersebut
terbuat dari beton dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.260. Kondisi gorong-gorong pada DIVRE III Sumatera Selatan
U r a i an Jumlah Dalam Satuan
Kondisi Km M M2 Unit
Gorong gorong
- Kayu
- Beton 1.203 Baik
Sumber :DIVRE III Sumatera Selatan, 2013.
Gorong-gorong yang ada di DIVRE III Sumatera Selatan masih perlu
dipertahankan mengingat gorong-gorong yang terbuat dari beton memiliki daya
tahan yang relatif besar sebanding dengan angkutan kereta api barang yang juga
memiliki daya angkut yang besar. Daya tahan gorong-gorong yang terbuat dari
beton sangat relevan dan/atau saling komplementer terhadap tipe rel R 54,
bantalan yang terbuat dari beton dan penambat elastik ganda serta jembatan yang
memiliki konstruksi beton. Jika jalan kereta api barang memiliki rel R 54,
bantalan terbuat dari beton dan penambat terbuat dari elastik ganda, jembatan
konstruksinya terbuat dari beton serta gorong-gorong terbuat dari beton, maka
dapat diyakinkan pengalihan barang jenis semen dari Tanjung enim baru ke
Tarahan, Tanjung enim baru ke Kertapati akan dapat terjamin lebih lancar.
g. Terowongan
Dari hasil survey pada DIVRE III Sumatera Selatan terdapat 2(dua) bh
terowongan, sehingga perlu adanya perbaikan terowongan yang berkaitan
dengan pengalihan angkutan barang melalui jalan keangkutan kereta api,
sehingga biaya pemeliharaan terowongan dapat dialokasikan dari biaya rutin atau
dana khusus.
h. Perlintasan sebidang
Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DIVRE III Sumatera selatan terdapat
perlintasan kereta api yang memiliki perambuan otomatis, manual (petugas) dan
tidak ada penjaga (lintasan liar). Lebih jelasnya lihat pada tabel berikut.
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-251
Tabel 5.261. Kondisi Perlintasan sebidang manual pada DIVRE III Sumatera
Selatan
U r a i an Jumlah Dalam Satuan
Kondisi Km M M2 Unit
Perlintasan sebidang manual
- Jumlah 55
-
Lebat rata
rata
-
Dengan pintu
pengaman Besi/kayu
Sumber : DIVRE III Sumatera Selatan
Perlintasan sebidang manual 55 unit dengan lebar rata-rata 4-5 m dengan pintu
pengaman besi atau kayu.
Tabel 5.262. Kondisi Perlintasan sebidang otomatis pada DIVRE III Sumatera
Selatan
U r a i an Jumlah Dalam Satuan
Kondisi Km M M2 Unit
Perlintasan sebidang
otomatis
- Jumlah 109
-
Lebat rata
rata 4 - 5 mtr
-
Dengan pintu
pengaman Mekanik
Sumber : DIVRE III Sumatera Selatan
Perlintasan sebidang pada DIVRE III Sumatera Selatan perlintasan sebidang
manual sejumlah 55 unit dengan lebar rata-rata 4 s/d 5 m, dan dengan pintu
pengaman besi/ kayu. Sedangkan perlintasan sebidang otomatis sebanyak 109
unit. Perlintasan sebidang manual diupayakan menjadi perlintasan sebidang
otomatis dengan menyediakan dana tambahan. Pada perlintasan sebidang
terdapat daerah pandangan yang memadai, daerah pandangan berupa segitiga
pandangan. Jarak pandang bebas bagi masinis 500 m dan bagi pengemudi
minimal 150 m.
Di DIVRE III Sumatera Selatan terdapat perlintasan sebidang otomatis sebanyak
109 unit dengan pintu pengaman mekanik. Sementara perlintasan sebidang
manual masih terdapat sebanyak 55 unit dengan pintu pengaman besi/kayu.
Kondisi semacam ini dikhawatirkan akan membahayakan pada keselamatan
kendaraan yang sedang melintasi maupun terhadap kereta api barang yang
memiliki muatan relatif banyak dan frekuensi lalu lintas yang semakin tinggi.
Untuk mengantisipasi angkutan kereta api barang yang memiliki muatan lebih
besar maka sebaiknya perlintasan sebidang manual sejumlah 55 unit diganti
menjadi perlintasan otomatis. Hal ini disebabkan karena perlintasan sebidang
manual masih dianggap rawan karena masih menggunakan kayu/ besi sebagai
pintu pengaman.
i. Stasiun
Berdasarkan hasil survey di lokasi studi pada DIVRE III Sumatera Selatan
terdapat enam puluh delapan (68) stasiun kereta api. Di antara stasiun tersebut
stasiun Kertapati, stasiun Tanjung enim baru, stasiun Tanjungkarang, stasiun
Tarahan adalah termasuk stasiun kelas besar. Keenam puluh delapan (68) stasiun
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-252
tersebut memiliki spoor yang relatif berbeda, tetapi kondisi stasiun secara
keseluruhan berada dalam kondisi yang baik. Untuk lebih jelasnya kondisi
stasiun yang berada diwilayah DIVRE III Sumatera Selatan dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 5.263. Kondisi Prasarana DIVRE III Sumatera Selatan
No Stasiun
Sin
gk
ata
n
Sp
oor
Let
ak
Km
Jm
l S
poor Jml Peron Akses Masuk
Jen
is
Pers
inyala
n
lbr pjg Ada Tdk Kon-
disi
Lintas Panjang -Kertapati
1 Prabumulih Pbm
Tunggal
322,295 7 408 Ada Baik SM
2 Prabumulih baru Pbmb 322,705 1 1075 Ada Baik SM
3 Lembak Leb 338,188 1 551 Ada Baik SM
4 Karangenda Ked 345,594 1 520 Ada Baik SM
5 Gelumbang Glb 353,822 1 540 Ada Baik SM
6 Serdang Sdn 363,479 1 527 Ada Baik SM
7 Payakabung Pyk 373,335 2 990 Ada Baik SM
8 Simpang Sig 388,500 1 513 Ada Baik SM
9 Kertapati Kpt 400,102 8 390 Ada Baik SM
Lintas Prabumulih-Lubuklinggau
11 Penimur Pnm
Tunggal
333,432 1 1500 Ada Baik SM
12 Niru Nru 344,254 2 1150 Ada Baik SM
13 Talangpadang Tlp 349,581 1 1300 Ada Baik SM
14 Blimbingpendopo Blb 354,344 2 980 Ada Baik SM
15 Tanjungterang Ttr 359,680 1 1300 Ada Baik SM
16 Gunungmegang Gnm 367,039 1 550 Ada Baik SM
17 Ujanmas Ujm 381,529 1 1560 Ada Baik SM
18 Muaragula Mrl 387,895 1 280 Ada Baik SM
19 Muaraenim Me 396,093 3 520 Ada Baik SM
20 Banjarsari Bji 406,831 2 220 Ada Baik SM
21 Sukacinta Sct 423,632 1 197 Ada Baik SM
22 Lahat Lt 434,159 3 332 Ada Baik SM
23 Bungamas Bgm 459,950 1 220 Ada Baik SM
24 Sukaraja Sua 474,369 1 220 Ada Baik SM
25 Saungnaga Sna 484,974 1 216 Ada Baik SM
26 Tebingtinggi Ti 500,740 2 282 Ada Baik SM
27 Muarasaling Msl 519,903 1 319 Ada Baik SM
28 Kotapadang Kop 528,345 1 280 Ada Baik SM
29 Lubuklinggau Llg 549,448 3 223 Ada Baik SM
30 Tanjungenimbaru Tmb 8,250 8 695 Ada Baik SM
31 Indralaya Idr 4,300 1 260 Ada Baik SM
Lintas Panjang-Kertapati
32 Tanjungkarang Tnk
Tunggal
12,230 5 595 Ada Baik SM
33 Labuanratu Lar 17,017 2 870 Ada Baik SM
34 Rejosari Rjs 28,554 8 775 Ada Baik SM
35 Tegineneng Tgi 39,094 3 594 Ada Baik SM
36 Rengas Rgs 47,253 1 1270 Ada Baik SM
37 Bekri Bki 54,080 2 1130 Ada Baik SM
38 Hajipemanggilan Hjp 62,900 1 267 Ada Baik SM
39 Sulusuban Sis 69,750 1 1396 Ada Baik SM
40 Blambanganpagar Bba 77,902 2 946 Ada Baik SM
41 Kalibalangan Kag 86,095 2 190 Ada Baik SM
42 Candimas Cms 91,740 2 1300 Ada Baik SM
43 Kotabumi Kb 96,669 3 316 Ada Baik SM
44 Cempaka Cem 105,928 1 1250 Ada Baik SM
45 Ketapang Ktp 115,283 1 1280 Ada Baik SM
46 Negararatu NNrr 125,469 1 1274 Ada Baik SM
47 Tulungbuyut Tly 135,769 2 1195 Ada Baik SM
48 Negeriagung Ngn 147,762 1 1532 Ada Baik SM
49 Blambanganumpu Bbu 163,032 2 1180 Ada Baik SM
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-253
No Stasiun
Sin
gk
ata
n
Sp
oor
Let
ak
Km
Jm
l S
poor Jml Peron Akses Masuk
Jen
is
Pers
inyala
n
lbr pjg Ada Tdk Kon-
disi
50 Giham Ghm 172,949 1 299 Ada Baik SM
51 Tanjungrajo Tjo 178,900 1 1900 Ada Baik SM
52 Waytuba Way 183,607 2 1682 Ada Baik SM
53 Waypisang Wpg 188,500 1 1300 Ada Baik SM
54 Martapura Mp 195,641 3 333 Ada Baik SM
55 Gilas Gls 205,905 1 1277 Ada Baik SM
56 Sepancar Spc 218,706 1 1343 Ada Baik SM
57 Baturaja Bta 227,999 4 300 Ada Baik SM
58 Tigagajah TTjh 229,978 4 585 Ada Baik SM
59 Belatung Blt 242,890 1 1535 Ada Baik SM
60 Blimbingairkaka Alk 250,768 1 1327 Ada Baik SM
61 Lubukrukam Lrm 259,592 1 1390 Ada Baik SM
62 Paninjawan Pnw 267,099 2 1156 Ada Baik SM
63 Metur Met 278,377 1 1270 Ada Baik SM
64 Pagargunung Pgg 290,736 2 816 Ada Baik SM
65 Airasam Asm 295,903 1 1300 Ada Baik SM
66 Tanjungrambang Tjr 308,517 1 1305 Ada Baik SM
67 Pidada Pld 2,025 3 382 Ada Baik SM
68 Sukamenanti Skm 2,205 3 1166 Ada Baik SM
69 Tarahan Thn 6,821 4 920 Ada Baik SM
Sumber : DIVRE III Sumatera Selatan
Kelancaran angkutan kereta api barang dari stasiun pemberangkatan ke stasiun
tujuan sangat dipengaruhi beberapa faktor dan salah satu faktor yang
mempengaruhi adalah jumlah spoor pada setiap stasiun. Semakin banyak jumlah
spoor di stasiun, maka arus lalu lintas keluar masuk kereta api barang ke stasiun
akan semakin lancar. Berdasarkan informasi dari pimpinan stasiun Kertapati,
selama ini belum ada hambatan arus lalu lintas masuk kestasiun tersebut. Hal ini
disebabkan karena jumlah spoor di stasiun Kertapati terdapat delapan (8) spoor.
Karena itu untuk mengantisipasi pergerakan barang melalui angkutan kereta api
sebaiknya distasiun antara memiliki jumlah spoor sebanyak lima (5). Jumlah
spoor pada masing-masing stasiun antara diharapkan akan mampu menjamin
arus lalu lintas keluar masuk kereta api barang, Sementara distasiun antara hanya
sebagai lalu lintas angkutan kereta api barang dan bongkar muat barang. Karena
itulah jumlah spoor sebanyak tujuh (7) sudah memadai. Sekarang ini dibeberapa
stasiun antara sudah ada memiliki delapan (8) spoor yaitu distasiun Tanjung
enim baru dan Rejosari (8) spoor, tetapi diantara enam delapan (68) stasiun pada
DIVRE III Sumatera selatan kebanyakan stasiun panjang peron panjangnya
bervariasi, hanya mempunyai lima (5) spoor kebawah, sebaiknya stasiun antara
yang memiliki lima (5) spoor kebawah ditambah menjadi (7) spoor.
j. Emplasemen/ Peron
Kondisi Emplasemen/peron dan spoor pada DIVRE III Sumatera Selatan untuk
lintas Panjang-Kertapati dapat dilihat pada tabel berikut.
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-254
Tabel 5.264. Kondisi emplasemen/ peron dan spoor lintas Panjang- Kertapati
DIVRE III Sumatera Selatan
No Stasiun Kode Letak
KM
Panjang
Peron
(meter)
Spoor Jenis
Sinyal
Kondisi
Akses
Masuk Jenis U
nit
1 Prabumulih Pbm 322,295 408 Tunggal
SM Baik
2 Prabumulih baru Pbmb 322,705 1075 Tunggal
SM Baik
3 Lembak Leb 338,188 551 Tunggal
SM Baik
4 Karangenda Ked 345,594 520 Tunggal
SM Baik
5 Gelumbang Glb 353,822 540 Tunggal
SM Baik
6 Serdang Sdn 363,479 527 Tunggal SM Baik
7 Payakabung Pyk 373,335 990 Tunggal SM Baik
8 Simpang Sig 388,500 513 Tunggal SM Baik
9 Kertapati Kpt 400,102 390 Tunggal SM Baik
Sumber : DIVRE II Suatera Selatan, 2013
Sementara kondisi emplasemen/peron dari Medan – Tebing tinggi dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 5.265. Kondisi emplasemen/ peron dan spoor lintas Prabumulih-
Lubuklinggau DIVRE III Sumatera Selatan
No Stasiun Kode Letak
KM
Panja
ng
Peron
(mete)
Spoor Jenis
Sinyal
Kondisi
Akses
Masuk Jenis
Un
it
11 Penimur Pnm 333,432 1500 Tunggal
SM Baik
12 Niru Nru 344,254 1150 Tunggal
SM Baik
13 Talangpadang Tlp 349,581 1300 Tunggal
SM Baik
14 Blimbingpendopo Blb 354,344 980 Tunggal
SM Baik
15 Tanjungterang Ttr 359,680 1300 Tunggal
SM Baik
16 Gunungmegang Gnm 367,039 550 Tunggal
SM Baik
17 Ujanmas Ujm 381,529 1560 Tunggal
SM Baik
18 Muaragula Mrl 387,895 280 Tunggal
SM Baik
19 Muaraenim Me 396,093 520 Tunggal
SM Baik
20 Banjarsari Bji 406,831 220 Tunggal
SM Baik
21 Sukacinta Sct 423,632 197 Tunggal
SM Baik
22 Lahat Lt 434,159 332 Tunggal
SM Baik
23 Bungamas Bgm 459,950 220 Tunggal
SM Baik
24 Sukaraja Sua 474,369 220 Tunggal
SM Baik
25 Saungnaga Sna 484,974 216 Tunggal
SM Baik
26 Tebingtinggi Ti 500,740 282 Tunggal
SM Baik
27 Muarasaling Msl 519,903 319 Tunggal
SM Baik
28 Kotapadang Kop 528,345 280 Tunggal
SM Baik
29 Lubuklinggau Llg 549,448 223 Tunggal
SM Baik
30 Tanjungenimbaru Tmb 8,250 695 Tunggal
SM Baik
31 Indralaya Idr 4,300 260 Tunggal
SM Baik
Sumber : DIVRE III Sumatera selatan, 2013
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-255
Kondisi empalesemen / peron dari Panjang-Kertapati dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 5.266. Kondisi emplasemen/ peron dan spoor lintas Panjang-Kertapati
DIVRE III Sumatera selatan
No Stasiun Kode Letak
KM
Panjang
Peron
(meter)
Spoor
Jenis
Sinyal
Kondisi
Akses
Masuk Jenis
Un
it
32 Tanjungkarang Tnk 12,230 595 Tunggal
SM Baik
33 Labuanratu Lar 17,017 870 Tunggal
SM Baik
34 Rejosari Rjs 28,554 775 Tunggal SM Baik
35 Tegineneng Tgi 39,094 594 Tunggal SM Baik
36 Rengas Rgs 47,253 1270 Tunggal SM Baik
37 Bekri Bki 54,080 1130 Tunggal SM Baik
38 Hajipemanggilan Hjp 62,900 267 Tunggal SM Baik
39 Sulusuban Sis 69,750 1396 Tunggal SM Baik
40 Blambanganpagar Bba 77,902 946 Tunggal SM Baik
41 Kalibalangan Kag 86,095 190 Tunggal SM Baik
42 Candimas Cms 91,740 1300 Tunggal SM Baik
43 Kotabumi Kb 96,669 316 Tunggal SM Baik
44 Cempaka Cem 105,928 1250 Tunggal SM Baik
45 Ketapang Ktp 115,283 1280 Tunggal SM Baik
46 Negararatu NNrr 125,469 1274 Tunggal SM Baik
47 Tulungbuyut Tly 135,769 1195 Tunggal SM Baik
48 Negeriagung Ngn 147,762 1532 Tunggal SM Baik
49 Blambanganump
u
Bbu 163,032 1180 Tunggal
SM Baik
50 Giham Ghm 172,949 299 Tunggal SM Baik
51 Tanjungrajo Tjo 178,900 1900 Tunggal SM Baik
52 Waytuba Way 183,607 1682 Tunggal SM Baik
53 Waypisang Wpg 188,500 1300 Tunggal SM Baik
54 Martapura Mp 195,641 333 Tunggal SM Baik
55 Gilas Gls 205,905 1277 Tunggal SM Baik
56 Sepancar Spc 218,706 1343 Tunggal SM Baik
57 Baturaja Bta 227,999 300 Tunggal SM Baik
58 Tigagajah TTjh 229,978 585 Tunggal SM Baik
59 Belatung Blt 242,890 1535 Tunggal SM Baik
60 Blimbingairkaka Alk 250,768 1327 Tunggal SM Baik
61 Lubukrukam Lrm 259,592 1390 Tunggal SM Baik
62 Paninjawan Pnw 267,099 1156 Tunggal SM Baik
63 Metur Met 278,377 1270 Tunggal SM Baik
64 Pagargunung Pgg 290,736 816 Tunggal SM Baik
65 Airasam Asm 295,903 1300 Tunggal SM Baik
66 Tanjungrambang Tjr 308,517 1305 Tunggal SM Baik
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-256
No Stasiun Kode Letak
KM
Panjang
Peron
(meter)
Spoor Jenis
Sinyal
Kondisi
Akses
Masuk 67 Pidada Pld 2,025 382 Tunggal SM Baik
68 Sukamenanti Skm 2,205 1166 Tunggal SM Baik
69 Tarahan Thn 6,821 920 Tunggal SM Baik
Sumber : DIVRE III Sumatera Selatan, 2013
Panjang peron juga merupakan salah satu indikator menjamin kelancaran arus
lalu lintas kereta api barang. Semakin panjang peron maka akan memungkinkan
beberapa kereta api barang bongkar muat sekaligus. Untuk itu untuk menjamin
arus lalu lintas kereta api barang diharapkan peron semakin panjang,.
Berdasarkan data dari lokasi studi untuk lintas peron yang paling panjang berada
pada stasiun Prabumulih-Lubuklinggau sepanjang 1560 m tepatnya di statsiun
Ujanmas, pada lintas Panjang-Kertapati peron yang paling panjang berada pada
stasiun Tanjungrajo sepanjang 1900 m . Karena itu untuk mengantisipasi
pengalihan barang lintas Sumatera sebaiknya panjang peron diusulkan minimal
sama dengan stasiun Ujanmas dan Tanjungrajo yaitu masing-masing sepanjang
1560 m pada setiap stasiun antara. Sebaiknya masing-masing stasiun memiliki
panjang peron relatif sama. Lebih jelasnya masing-masing stasiun yang berada
dibawah 1500 m dapat dilihat pada tabel sebelumnya.
k. Rumah Sinyal/ Train Dispatching (pengendali operasi kereta api)
Pada DIVRE III Sumatera Selatan saat ini rumah sinyal dibeberapa stasiun lintas
di DIVRE III Sumatera selatan belum ada perubahan dimana hanya di statsiun
Prabumulih dan Tarahan yang menggunakan SIL-02 (PLC BASE
INTERLOCKING), dimana pengendalian dilakukan di dalam RUMAH
SINYAL oleh PPKA (Pemimpin Perjalanan Kereta Api). Pada stasiun-stasiun
tertentu seperti halnya di stasiun Tarahan, sebagian besar persinyalan di DIVRE
III Sumatera selatan masih menggunakan mekanik, mempunyai rumah sinyal
mekanik, dan lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.267. Jumlah rumah sinyal pada DIVRE III Sumatera selatan No. Nama Stasiun Jumlah
Rumah
Sinyal
Jenis Kondisi
1 Statsiun Prabumulih 1 Listrik Baik
2 Stasiun Tarahan 1 Listrik Baik
3 Statsiun Tanjungkarang 1 Listrik Baik
4 Statsiun Kertapati 1 Listrik Baik
5 Statsiunlahat 1 Mekanik Baik
6 Statsiun Muaraenim 1 Mekanik Baik
7 Statsiun Tanjung enim baru 1 Mekanik Baik
8 Statsiun Lahat 1 Mekanik Baik
9 Statsiun Lubuklinggau 1 Mekanik Baik
10 Stasiun Tanjung enim 1 Mekanik Baik
11 Statsiun Rejosari 1 Mekanik Baik
Sumber : DIVRE III Sumatera Selatan,2013
Berkaitan dengan peningkatan frekuensi dan jumlah angkutan kereta api barang,
sebagai akibat adanya upaya pengalihan barang dari lintas Sumatera ke angkutan
kereta api barang, maka rumah sinyal tetap dipertahankan pada stasiun besar
namun perangkatnya yang ada pada setiap stasiun antara seharusnya sudah
elektrik.
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-257
l. Gardu Listrik/ Catu Daya Listrik
Berkaitan dengan peningkatan kapasitas dan frekuensi perjalanan kereta api
barang akibat pengalihan barang di Bukitputus-Indarung sebaiknya gardu listrik
yang ada dibeberapa stasiun besar dilengkapi dengan genset. Begitu juga halnya
pada stasiun antara, selain menggunakan gardu listrik juga dilengkapi genset
tersendiri. Hal ini sangat diperlukan, bilamana sewaktu-waktu arus listrik adari
PLN mengalami pemadaman maka secara otomatis genset yang ada dapat
digunakan sebagai sumber tenaga listrik untuk menjamin kelancaran operasional
kereta api barang.
m. Persinyalan
Berdasarkan hasil studi dilokasi DIVRE III Sumatera Selatan bahwa semua
stasiun terlayani dengan persinyalan mekanik, untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 5.268. Kondisi Persinyalan DIVRE III Sumatera Selatan
No STASIUN SINGKATAN JENIS SINYAL KONDISI
Lintas Panjang- Kertapati
1 Prabumulih Pbm Listrik BAIK
2 Prabumulih baru Pbmb
Mekanik BAIK
3 Lembak Leb Mekanik BAIK
4 Karangenda Ked
Mekanik BAIK
5 Gelumbang Glb
Mekanik BAIK
6 Serdang Sdn Mekanik BAIK
7 Payakabung Pyk Mekanik Baik
8 Simpang Sig Mekanik BAIK
9 Kertapati Kpt Listrik BAIK
Lintas Prabumulih-Lubuklinggau
10 Penimur Pnm ME BAIK
11 Niru Nru ME BAIK
12 Talangpadang Tlp ME BAIK
13 Blimbingpendopo Blb ME BAIK
14 Tanjungterang Ttr ME BAIK
15 Gunungmegang Gnm ME BAIK
16 Ujanmas Ujm ME BAIK
17 Muaragula Mrl ME BAIK
18 Muaraenim Me ME BAIK
19 Banjarsari Bji ME BAIK
20 Sukacinta Sct ME BAIK
21 Lahat Lt ME BAIK
22 Bungamas Bgm ME BAIK
23 Sukaraja Sua ME BAIK
24 Saungnaga Sna ME BAIK
25 Tebingtinggi Ti ME BAIK
26 Muarasaling Msl ME BAIK
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-258
No STASIUN SINGKATAN JENIS SINYAL KONDISI
27 Kotapadang Kop ME BAIK
28 Lubuklinggau Llg ME BAIK
29 Tanjungenimbaru Tmb ME BAIK
30 Indralaya Idr ME BAIK
Lintas Panjang-Kertapati
32 Tanjungkarang Tnk Listrik BAIK
33 Labuanratu Lar ME BAIK
34 Rejosari Rjs ME BAIK
35 Tegineneng Tgi ME BAIK
36 Rengas Rgs ME BAIK
37 Bekri Bki ME BAIK
38 Hajipemanggilan Hjp ME BAIK
39 Sulusuban Sis ME BAIK
40 Blambanganpagar Bba ME BAIK
41 Kalibalangan Kag ME BAIK
42 Candimas Cms ME BAIK
43 Kotabumi Kb ME BAIK
44 Cempaka Cem ME BAIK
45 Ketapang Ktp ME BAIK
46 Negararatu NNrr ME BAIK
47 Tulungbuyut Tly ME BAIK
48 Negeriagung Ngn ME BAIK
49 Blambanganumpu Bbu ME BAIK
50 Giham Ghm ME BAIK
51 Tanjungrajo Tjo ME BAIK
52 Waytuba Way ME BAIK
53 Waypisang Wpg ME BAIK
54 Martapura Mp ME BAIK
55 Gilas Gls ME BAIK
56 Sepancar Spc ME BAIK
57 Baturaja Bta ME BAIK
58 Tigagajah TTjh ME BAIK
59 Belatung Blt ME BAIK
60 Blimbingairkaka Alk ME BAIK
61 Lubukrukam Lrm ME BAIK
62 Paninjawan Pnw ME BAIK
63 Metur Met ME BAIK
64 Pagargunung Pgg ME BAIK
65 Airasam Asm ME BAIK
66 Tanjungrambang Tjr ME BAIK
67 Pidada Pld ME BAIK
68 Sukamenanti Skm ME BAIK
69 Tarahan Thn Listrik BAIK
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-259
Sinyal mekanik masih mendominasi di DIVRE III Sumatera Selatan hampir di
semua lintas. Penggunaan sinyal elektrik di semua lintas DIVRE III Sumatera
Selatan diharapkan mampu menunjang perjalanan kereta api barang sesuai
dengan GAPEKA, dilain pihak perlu adanya perawatan secara intensif oleh
petugas PT KAI agar kinerja sinyal tetap handal dan memenuhi persyaratan yang
telah diuraikan.
n. Wesel
Berdasarkan hasil survey pada DIVRE III Sumatera Selatan jumlah wesel yang
terdapat pada jenis rel R 41/42 sebanyak 134 unit, sedangkan untuk R-33
sebanyak 2 unit, R-25 sebanyak 93 unit , dari keseluruhan jumlah wesel yang ada
di DIVRE III Sumatera Selatan sebanyak 229 unit dari berbagai tipe semuanya
masih dapat beroperasi dan berfungsi dengan baik, untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.269. Kondisi Wesel DIVRE III Sumatera Selatan
No Stasiun Banyaknya Wesel Berdasarkan Jenis Rel Jumlah
R .54 R .50 R 41/42 R 33 R 25
1 Prabumulih - - 11 - 17 28
2 Prabumulih baru 4 - - - - 4
3 Lembak - - 2 - 1 3
4 Karangenda - - 2 - 1 3
5 Gelumbang - - 3 - - 3
6 Serdang - - 2 - 1 3
7 Payakabung - - 4 - 1 5
8 Simpang - - 2 - 1 3
9 Kertapati - - 3 - 9 12
10 Penimur 3 - - - - 3
11 Niru 4 - 1 - - 5
12 Talangpadang 3 - - - - 3
13 Blimbingpendopo 2 - - - - 2
14 Tanjungterang 3 - 2 - - 3
15 Gunungmegang 3 - - - - 3
16 Ujanmas 1 - 5 - - 3
17 Muaragula 3 - 2 - - 3
18 Muaraenim 1 - 1 - 5 11
19 Banjarsari - 1 - 1 3
20 Sukacinta 1 - 2 - 1 3
21 Lahat 1 - - - 4 6
22 Bungamas - - 2 - 1 3
23 Sukaraja - - 1 - 4 4
24 Saungnaga - - 2 - 1 3
25 Tebingtinggi - - 1 - 6 7
26 Muarasaling - - -2 - 1 3
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-260
Sumber : DIVRE III Sumatera Selatan, 2013
R .54 R .50 R 41/42 R 33 R 25
27 Kotapadang - - 1 - 2 3
28 Lubuklinggau - - - - 15 15
29 Tanjungenimbaru - - - - - 9
30 Indralaya 9 - - - - -
31 Tanjungkarang 16 - 10 - - 26
32 Labuanratu 4 - - - - 4
33 Rejosari 8 - 6 - - 14
34 Tegineneng 6 - - - 2 8
35 Rengas 2 - - - - 2
36 Bekri 4 - - - - 4
37 Hajipemanggilan 3 - - - - 3
38 Sulusuban 4 - - - - 4
39 Blambanganpagar 4 - - 1 - 5
40 Kalibalangan 3 - 2 - - 5
41 Candimas 4 - - - - 4
42 Kotabumi 6 - 2 - - 8
43 Cempaka 2 - 1 - - 3
44 Ketapang 2 - - - - 2
45 Negararatu 3 - - - - 3
46 Tulungbuyut 6 - - - - 6
47 Negeriagung 2 - 1 - - 3
48 Blambanganumpu 3 - 1 - - 4
49 Giham 2 - - - - 2
50 Tanjungrajo 2 - - - - 2
51 Waytuba 3 - 1 - - 4
52 Waypisang 2 - - - - 2
53 Martapura 4 - 2 - - 6
54 Gilas 2 - - - - 2
55 Sepancar 2 - - - 1 3
56 Baturaja 3 - 4 - 8 15
57 Tigagajah 4 - 6 - 3 13
58 Belatung 2 - - - - 2
59 Blimbingairkaka 3 - - - - 3
60 Lubukrukam 2 - 1 - - 3
61 Paninjawan 5 - - - - 5
62 Metur 3 - - - - 3
63 Pagargunung 3 - 1 - - 4
64 Airasam 3 - - - - 3
65 Tanjungrambang 2 - - - - 2
66 Pidada 1 - 1 - 7 1
67 Sukamenanti 6 - - - - 6
Jumlah 141 - 50 1 21 213
68 Tarahan 7 - 11 - - 18
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-261
Berkaitan dengan pengalihan barang lintas Sumatera ke angkutan kereta api
barang maka, sebaiknya menggunakan wesel dengan tipe Rel 54. Hal ini adalah
seiring dengan adanya upaya menggunakan rel tipe R-54 dalam meningkatkan
operasional kereta api barang
o. Telekomunikasi
Berdasarkan hasil survey pada DIVRE III Sumatera selatan terdapat beberapa
jenis alat telekomunikasi dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 5.270. Kondisi Komunikasi DIVRE III Sumatera Selatan No Jenis Peralatan Banyaknya
Peralatan
Perkoridor
Jumlah
l
A JARINGAN
RADIO
1 Jaringan Radio - - 3 5 1 - 9
JUMLAH A - - 3 5 1 - 9
B JARINGAN
TRAINDISPAT
CHING
1 Radio Lokomotif - - 36 - - - 36
2 Way Station 4 1 13 19 3 1 41
3 Base Station - - 4 5 1 - 10
4 Console PK - - 3 - - - 3
5 Pesawat URS - - 1 - - - 1
JUMLAH B 4 1 57 24 4 1 91
C PERANGKAT
TELKOM
1 Batere PB 1 1 22 30 4 5 63
2 Batere MF 36 9 116 177 27 - 365
3 Cabang Talkback 2 - 14 - - - 16
4 Central MD110 2 - 3 2 - - 7
5 Genset Deutz - - 1 - - - 1
6 Genset 6,5 KVA - - 1 - - - 1
7 Genset 4,2 KVA 4 1 10 17 3 1 36
8 Genta Indukator
Cir-Cir
- - 8 - - - 8
9 Genta Penjaga
Wireles
13 7 13 12 11 1 57
10 Generator Genta
Wireless
2 1 18 12 6 - 39
11 Jam - - 1 - - - 1
12 Mini PABX 4 1 12 19 3 1 40
13 MUX 4 1 12 19 3 1 40
14 PC Telex - - 2 - - - 2
15 Pesawat Telepon
Blok
4 1 12 19 3 1 40
16 Pesawat Telepon
TOKA
29 5 169 70 7 3 283
17 Pesawat Telepon
CB
13 6 51 61 12 4 147
18 Pesawat Telepon
LB
11 2 4 18 3 - 38
19 Radio P25 4 1 12 19 3 1 40
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-262
No Jenis Peralatan Banyaknya
Peralatan
Perkoridor
Jumlah
l
20 Radio RIG 2 1 15 16 3 1 38
21 Sentral Talkback - - 1 - - - 1
22 SMS Center - - 1 - - - 1
23 Sound System 4 1 10 13 2 1 31
24 STM 1 4 1 10 17 3 1 36
25 STM 16 - - 3 2 - - 5
26 Voice Recorder 4 1 12 19 3 1 40
27 Wireless - - 1 - - - 1
28 UPS 6 KVA - - 1 - - - 1
29 UPS 4,2 KVA 4 1 12 19 3 1 40
JUMLAH C 147 41 547 561 99 23 1.418
JUMLAH
TOTAL
151 42 607 590 104 24 1.518
Sumber : DIVRE III Sumatera selatan
Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai
akibat pengalihan barang dari lintas Sumatera ke angkutan kereta api barang
maka sebaiknya setiap jenis telekomunikasi yang terdiri dari a) Jaringan radio, b)
Jaringan Traindispatcing, c) Perangkat telkom harus dilengkapi pada setiap
stasiun besar maupun stasiun antara. Hal ini disebabkan karena fungsi
telekomunikasi sesuai dengan teori yang dijelaskan sebelumnya memiliki
peranan yang cukup besar untuk menjamin kelancaran, keamanan dan
keselamatan operasional kereta api barang. Di lain pihak untuk menjamin
kehandalan para aparat pengguna telekomunikasi juga disiapkan peralatan
perekam pembicaraan antara pengendali dengan awak kereta api serta petugas
stasiun untuk kepentingan pengoperasian dan penelusuran bila mana terjadi
kecelakaan.
p. Akses Jalan
Dari hasil survey di DIVRE III Sumatera selatan, kondisi pada setiap akses jalan
dalam keadaan baik, secara singkat dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.271. Kondisi Jalan Lintas Bukitputus-Indarung Akses DIVRE III
Sumatera selatan No STASIUN SINGKATAN JALAN AKSES KONDISI
A. Lintas Panjang- Kertapati
1 Prabumulih Pbm ADA BAIK
2 Prabumulih baru Pbmb ADA BAIK
3 Lembak Leb ADA BAIK
4 Karangenda Ked ADA BAIK
5 Gelumbang Glb ADA BAIK
6 Serdang Sdn ADA BAIK
7 Payakabung Pyk ADA BAIK
8 Simpang Sig ADA BAIK
9 Kertapati Kpt ADA BAIK
Lintas Prabumulih-Lubuklinggau
10 Penimur Pnm ADA BAIK
11 Niru Nru ADA BAIK
12 Talangpadang Tlp ADA BAIK
13 Blimbingpendopo Blb ADA BAIK
14 Tanjungterang Ttr ADA BAIK
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-263
No STASIUN SINGKATAN JALAN AKSES KONDISI
15 Gunungmegang Gnm ADA BAIK
16 Ujanmas Ujm ADA BAIK
17 Muaragula Mrl ADA BAIK
18 Muaraenim Me ADA BAIK
19 Banjarsari Bji ADA BAIK
20 Sukacinta Sct ADA BAIK
21 Lahat Lt ADA BAIK
22 Bungamas Bgm ADA BAIK
23 Sukaraja Sua ADA BAIK
24 Saungnaga Sna ADA BAIK
25 Tebingtinggi Ti ADA BAIK
26 Muarasaling Msl ADA BAIK
27 Kotapadang Kop ADA BAIK
28 Lubuklinggau Llg ADA BAIK
29 Tanjungenimbaru Tmb ADA BAIK
30 Indralaya Idr ADA BAIK
Lintas Panjang-Kertapati
32 Tanjungkarang Tnk ADA BAIK
33 Labuanratu Lar ADA BAIK
34 Rejosari Rjs ADA BAIK
35 Tegineneng Tgi ADA BAIK
36 Rengas Rgs ADA BAIK
37 Bekri Bki ADA BAIK
38 Hajipemanggilan Hjp ADA BAIK
39 Sulusuban Sis ADA BAIK
40 Blambanganpagar Bba ADA BAIK
41 Kalibalangan Kag ADA BAIK
42 Candimas Cms ADA BAIK
43 Kotabumi Kb ADA BAIK
44 Cempaka Cem ADA BAIK
45 Ketapang Ktp ADA BAIK
46 Negararatu NNrr ADA BAIK
47 Tulungbuyut Tly ADA BAIK
48 Negeriagung Ngn ADA BAIK
49 Blambanganumpu Bbu ADA BAIK
50 Giham Ghm ADA BAIK
51 Tanjungrajo Tjo ADA BAIK
52 Waytuba Way ADA BAIK
53 Waypisang Wpg ADA BAIK
54 Martapura Mp ADA BAIK
55 Gilas Gls ADA BAIK
56 Sepancar Spc ADA BAIK
57 Baturaja Bta ADA BAIK
58 Tigagajah TTjh ADA BAIK
59 Belatung Blt ADA BAIK
60 Blimbingairkaka Alk ADA BAIK
61 Lubukrukam Lrm ADA BAIK
62 Paninjawan Pnw ADA BAIK
63 Metur Met ADA BAIK
64 Pagargunung Pgg ADA BAIK
65 Airasam Asm ADA BAIK
66 Tanjungrambang Tjr ADA BAIK
67 Pidada Pld ADA BAIK
68 Sukamenanti Skm ADA BAIK
69 Tarahan Thn ADA BAIK
Sumber : DIVRE III Sumatera Selatan, 2013
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-264
Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai
akibat pengalihan barang dari lintas Sumatera ke angkutan kereta api barang
maka jalan akses perlu dibangun atau diperlebar terutama distasiun-stasiun antara
dan stasiun-stasiun yang potensial untuk mobilisasi angkutan barang.
q. Gudang barang
Berdasarkan hasil survey di lokasi studi gudang barang pada DIVRE III
Sumatera selatan gudang yang terdapat di stasiun Tarahan, stasiun
Tanjungkarang, stasiun Baturaja, stasiun Prabumulih, stasiun Muaraenim ,
stasiun Lahat, statsiun Lubuklinggau dan statsiun Kertapati, Kedelapan gudang
tersebut dalam kondisi baik dan aktif, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel dan gambar berikut
Tabel 5.272. Kondisi sarana pelayanan gudang barang pada DIVRE III
Sumatera Selatan No Lokasi Kondisi
1 Tarahan Baik
2 Tanjungkarang Baik
3 Baturaja Baik
4 Prabumulih Baik
5 Muaraenim Baik
6 Lahat Baik
7 Lubuklinggau Baik
8 Kertapati Baik
Sumber:DIVRE III Sumatera Selatan, 2013
Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai
akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api
barang maka gudang barang perlu ditingkatkan ukuran dan kapasitasnya untuk
menampung barang dan pengelolaan lebih lanjut. Untuk mendayagunakan
gudang yang ada secara optimal, maka diupayakan perbaikan, penambaahan luas
gudang dengan konstruksi yang lebih kuat sesuai persyaratan teknis gudang,
tersedianya ventilasi dan pencahayaan yang cukup, pintu cukup lebar dengan
menggunakan sleeding door bahan besi dan berlantai beton.
r. Lapangan Penumpukan
Berdasarkan hasil survey di lokasi studi lapangan penumpukan barang pada
DIVRE III Sumatera Selatan hampir semua stasiun tidak adanya lapangan
penumpukan kecuali stasiun Tanjung enim baru, Kertapati,dan Tarahan
Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai
akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api
barang maka, lapangan penumpukan perlu pada stasiun yang mempunyai
potensi angkutan barang di buat yaitu dengan dengan penambahan luas lahan
karena yang dikhawatirkan jika volume pengiriman barang meningkat dan tidak
adanya lapanganan penumpukan akan mengganggu kelancaran kendaraan
pengangkut barang, selain itu kondisi lapangan penumpukan sebaiknya berlantai
beton, mudah dipantau, ada fasilitas pelindung dan lampu penerangan yang
cukup pada prinsipnya terbuka dibatasi oleh dinding.
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-265
s. Tempat bongkar muat barang
Berdasarkan hasil survey di lokasi studi Tempat bongkar muat barang pada
DIVRE III Sumatera Selatan terdapat di lima (6) stasiun, yaitu : stasiun Tarahan,
stasiun Tanjung enim baru, stasiun Kertapati, stasiun Tanjungkarang, dan
Prabumulih,. Proses pembongkaran barang dilakukan secara langsung , dan
menggunakan forklift langsung dibawa ke gudang penyimpanan. Tempat
bongkar muat tersebut dalam kondisi baik dan aktif. Secara singkat dapat dilihat
pada tabel dan gambar berikut ini.
Tabel 5.273. Tempat bongkar barang pada DIVRE III Sumatera selatan.
No Lokasi Kondisi
1 Tarahan Baik
2 Kertapati Baik
3 Tanjungkarang Baik
4 Prabumulih Baik
5 Tanjung enim baru Baik Sumber:DIVRE III Sumatera Selatan, 2013
Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai
akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api
barang, maka tempat bongkar muat barang distasiun perlu ditingkatkan ukuran
dan kapasitasnya, menambah alat bongkar muat, ada jalan akses dengan ukuran
dan konstruksi jalan yang baik, ada atap, lantai beton ada fasilitas untuk
kendaraan masuk dan keluar, lampu penerangan, ada menara pengawas dan
tenaga pengawas yang cukup. Selain dari kelima stasiun yang telah diuraikan
untuk stasiun antara lainnya yang potensial dalam hal pemuatan dan
pembongkaran barang harus dibuat tempat bongkar muat juga dengan harapan
bisa melayani semua kereta api barang.
t. Langsiran gerbong barang
Hasil survey pada DIVRE III Sumatera Selatan untuk stasiun Tarahan, stasiun
Tanjung enim baru, stasiun Kertapati, stasiun Tanjungkarang kegiatan langsir
sudah menggunakan lokomotif dinas,atau lokomotip yang di khususkan untuk
langsir.
Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai
akibat pengalihan barang dari jalur Lintas Sumatera ke angkutan kereta api
barang, maka perlu penambahan jalur parkir barang untuk menampung antara 40
sd 60 unit gerbong, ditambah 1 unit ditambah Cabous (tempat petugas), bila ada
penambahan pelangsiran perlu penambahan wesel dan penambahan jumlah
spoor.
.
u. Parkir kendaraan angkutan barang
Berdasarkan hasil survey di lokasi studi parkir kendaraan angkutan barang pada
DIVRE III Sumatera Selatan untuk stasiun Kertapati dan mampu menampung
kendaraan jenis truk satu sumbu lebih kurang 25 truk, stasiun Tanjungkarang
juga terdapat tempat parkir kendaraan angkutan barang yang mampu
menampung kurang lebih 15 truk, stasiun Tarahan mempunyai kapasitas muat
kurang lebih 25 truk muatan semen,Statsiun Prabumulih kapasitas penampungan
truk 20 unit, Untuk kondisi tempat parkiran kendaraan pada ke empat stasiun
tersebut dalam keadaan layak, secara singkat dapat dilihat pada tabel berikut.
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-266
Tabel 5.274. Kondisi lapangan parkir pada DIVRE III Sumatera Selatan No Lokasi Kapasitas
truk (unit)
Kondisi
1 Kertapati 25 Baik
2 Tanjungkarang 15 Baik
3 Tarahan 25 Baik
4 Prabumulih 20 Baik
Sumber : DIVRE III Sumatera selatan, 2013
Berkaitan dengan peningkatan angkutan barang kereta api akibat pengalihan
barang melalui angkutan jalan ke angkutan kereta api barang maka parkir
kendaraan angkutan barang perlu diperluas bagi kendaraan pengangkut barang
baik yang akan dinaikkan distasiun maupun yang diturunkan dari stasiun, ada
jalur masuk dan keluar yang cukup kearea parkir, menciptakan ketertiban dan
keamanan perpakiran, adanya rambu dan batas parkir. Pada waktu ramai
(peakseason) pintu masuk keluar dan masuk dibuat dua jalur, pengaturan parkir
disesuaikan dengan luas lahan dengan prinsip menjamin kelancaran pergerakan
kendaraan. Penyimpanan kendaraan diatur sesuai rambu dan batas parkir dan
pengaturan oleh petugas parkir resmi dari stasiun. Cara penyimpanan kendaraan
diusahakan tidak sejajar dengan tubuh jalan dihalaman parkir tetapi menyerong,
apabila parkir kendaraan angkutan barang tidak memadai lagi, maka diupayakan
penambahan luas lahan parkir yang tetap memperhatikan persyaratan lapangan
parkir.
v. Crane
Berdasarkan hasil survey di lokasi studi alat bongkar muat barang (Crane) pada
DIVRE III Sumatera Selatan tidak ada, dan harus di upayakan agar keberadaan
alat crane pada lokasi ini tersedia atau di sediakan dengan kapasitas yang
disesuaikan dengan volume bongkar muat barang.
w. Jembatan timbang
Berdasarkan hasil survey di DIVRE III Sumatera Selatan alat jembatan
timbangan tidak ada baik distasiun antara ataupun distasiun besar.
Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai
akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api
barang, maka perlu adanya pengadaan timbangan barang distasiun dengan
spesifikasi sesuai kebutuhan dan kondisi berat volume barang pada saat dimuat
dengan kereta api barang dan setiap selesai penimbangan harus ada struk sebagai
bukti hasil penimbangan.
x. Security/ Keamanan
Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai
akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api
barang, maka peran security sangat dibutuhkan untuk menyerasikan kegiatan
pekerjaan distasiun sehingga pelayanan di stasiun kereta api terus meningkat
yang secara keseluruhan akan meningkatkan kinerja angkutan kereta api barang.
Berdasarkan hasil survey di lokasi studi security/keamanan pada DIVRE III
Sumatera Selatan, petugas keamanan yang berjumlah 55 orang dan ditempatkan
masing-masing stasiun dengan jumlah yang beragam di empat (4) emplasemen
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-267
stasiun yaitu pada stasiun Tarahan 20 orang, stasiun Tanjung enim baru
sebanyak 15 orang, stasiun Kertapati sebanyak 10 orang, stasiun Tanjungkarang
sebanyak 10 orang, . Dari 55 orang mempunyai latar belakangan pendidikan
bermacam-macam dari SD, SMP, SMA, S1, Kesamaptaan, Beladiri dan Polri,
untuk waktu bertugas dibagi menjadi 3 shiff yaitu pagi hari, siang hari dan
malam hari, secara singkat dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.275. Jumlah personil keamanan di DIVRE III Sumatera Selatan No Lokasi Jumlah
Security
(orang)
1 Tarahan 20
2 Tanjung enim baru 15
3 Kertapati 10
4 Tanjungkarang 10
Sumber:DIVRE III Sumatera Selatan, 2013
y. Gapeka
Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DIVRE III Sumatera Selatan perjalanan
kereta api mengacu ke GAPEKA yang masih berlaku.
Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai
akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api
barang, maka sebagai instrumen pengaturan perjalanan kereta api harus dibuat
lebih cermat karena selain untuk kelancaran operasi, juga dalam rangka
keselamatan angkutan kereta api.
z. Tempat muat barang curah dan batubara
Berdasarkan pemantauan pada DIVRE III Sumatera Selatan, bahwa di DIVRE
ini khusus tempat muat barang jenis batu bara .
Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai
akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api
barang, maka harus diupayakan juga pelayanan muat barang jenis curah. Selain
itu juga pemuatan/ pembongkaran barang baik jenis curah dan jenis barang
lainnya harus pada tempat yang tepat yang berguna untuk meminimalisis
kerugian yang mungkin timbul akibat ketidak tepatan.
aa. Schowing
Hasil survey di lokasi studi DIVRE III Sumatera selatan khususnya di empat (4)
stasiun Tarahan, stasiun Tanjung enim baru, stasiun Kertapati, stasiun
Tanjungkarang hanya mempunyai 3 jadwal/shiff pada pagi hari dan sore hari
yang masing-masing terdiri 3 s/d 4 orang.
Berkaitan dengan peningkatan angkutan barang kereta api akibat pengalihan
angkutan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan barang kereta api, maka
kinerja schowing perlu terus ditingkatkan baik mengenai ketelitian hasil
pemeriksaan dengan peralatan yang tepat atau presisi maupun frekuensi
pemeriksaan sesuai lamanya sarana kereta api dioperasikan. Ketelitian hasil
pemeriksaan ini ikut menentukan rangkaian penyediaan sarana kereta api yang
siap operasi. Scowing dimaksud dapat diatur jumlah dan shif kerja supaya tetap
ada pemeriksaan kereta api habis dinas dan juga perlu penambahan personil
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-268
schowing pada setiap stasiun pemberangkatan kereta api barang jika terjadi
kenaikan frekuensi perjalalan kereta api barang.
bb. Conveyor
Dari hasil survey pada DIVRE III Sumatera Selatan ditemukan pemakai
conveyor dalam proses muat barang batubara.
Berkaitan dengan peningkatan angkutan barang keret api akibat pengalihan
angkutan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api, maka bagi
stasiun yang kegiatan bongkar muatnya jenis batu bara agar dalam proses
pemindahan dari gerbong curah ke tempat penampungan sebaiknya
menggunakan conveyor bucket Elevator, sedangkan untuk semen dalam zak
sebaiknya menggunakan belt conveyor, dimana selama alat ini digunakan
setidaknya dapat meminimalisir tingkat kerusakan barang dan meringankan
beban kerja tenaga manusia.
cc. Forklift
Berdasarkan hasil survey di lokasi studi pada DIVRE III Sumatera selatan
adanya forklift untuk keperluan bongkar muat barang dengan alasan barang yang
diangkut merupakan jenis barang hantaran paket.
Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai
akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api
barang, maka perlu diadakan persiapan pengadaan forklift jika frekuensi barang
meningkat begitupun jenis barang yang diangkut melalui kereta api barang dan
sebaiknya forklift tersebut dioperasikan oleh petugas yang kompeten dan selalu
melakukan pemeliharaan secara rutin agar tetap baik kinerjanya. Selain itu juga
khususnya pada stasiun besar di DIVRE III Sumatera selatan perlu juga di
sediakan forklift untuk stasiun-stasiun antara yang potensial yang belum
memiliki dengan harapan bisa menunjang kinerja stasiun pada waktu melakukan
proses bongkar muat kereta api barang.
dd. Crew KA
Berdasarkan data survey di DIVRE III Sumatera selatan jumlah masinis
sebanyak 75 orang, kondektur 45 orang dan tekhnisi kereta api (TKA) sebanyak
50 orang.
Tabel 5.276. Jumlah Crew pada DIVRE III Sumatera selatan No Nama DIVRE Masinis Kondektur Tekhnisi
Kereta Api
1 DIVRE II Sumbar 75 45 50
Sumber: DIVRE III Sumatera Selatan, 2013
Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai
akibat pengalihan barang dari lintas Sumatera ke angkutan kereta api barang,
maka crew kereta api harus cukup jumlahnya dengan kata lain jika terjadi
kekurangan pihak penyelenggara harus menambah crew tentunya yang
memenuhi persyaratan kualifikasi kecakapan. Kualifikasi kecakapan crew yang
dimaksud dibuktikan dengan sertifikat kecakapan yang diperoleh setelah lulus
mengikuti pendidikan dan pelatihan. Hal ini diperlukan agar kinerja kereta api
barang meningkat.
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-269
2. Sarana Perkeretaapian Barang DIVRE III Sumatera selatan
a. Lokomotif
Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DIVRE III Sumatera selatan, lokomotif
diesel elektrik BB 200 berjumlah 2, BB 202 berjumlah 8, BB 203 berjumlah 5,
CC 201 berjumlah 33, CC 202 BERJUMLAH 47, CC 204 berjumlah 6, CC 205
berjumlah 6, yang terdapat pada emplasemen depo Tanjungkarang dan depo
Kertapati semua kondisi lokomotif tersebut dalam keadaan baik, secara singkat
dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut.
Tabel 5.277. Kondisi Lokomotif di DIVRE III Sumatera Selatan No Lokasi Jenis Tipe Jumlah
(unit)
Kondisi
1
Depo Tanjungkarang CC 201
CC 202
CC 204
33
47
6
Baik
Baik
Baik
2 Depo Kertapati CC 205 6 Baik
BB 200 2 Baik
BB 202 8 Baik
BB 203 5 Baik
Sumber : DIVRE III Sumatera Selatan, 2013
Dengan melihat beberapa tipe lokomotif yang ada pada DIVRE III Sumatera
selatan khususnya tipe CC 202 yang mempunyai daya tarik sebesar 2000Hp
yang diharapkan mampu dioperasikan untuk menarik beban barang yang
mencapai rata-rata 1800 ton dengan dengan 60 rangkaian gerbong barang dengan
kecepatan yang mengacu sesuai dengan GAPEKA yaitu kecepatan maksimum
untuk kereta api barang maksimum antara 50 km/jam sd 70 km/ jam. Hal ini akan
menjadi meningkatnya kapasitas angkut barang dan terpenuhinya waktu
penyampaian ditempat tujuan dengan dukungan penggantian prasarana kereta api
seperti rel dengan tipe R 54, penambat dengan jenis elastik dan bantalan jenis
beton.
b. Gerbong barang
Berdasarkan hasil survey di DIVRE III Sumatera selatan terdapat gerbong datar
PPCW 42 T, 50 T, 30 T pada stasiun Kertapati kberjumlah 131 unit, untuk
gerbong barang jenis kkbw 25T, 30 T berjumlah 424 unit, jenis KKW 30 T
semen curah berjumlah 89 unit, Jenis ZZOW 50 T berjumlah 137 unit, jenis
YYW 30 T berjumlah 13 unit, untuk depo Tanjung enim baru jenis KKBW
berjumlah 634 unit, sedangkan depo gerbong Rejosari untuk jenis KKBW 50 T
berjumlah 639 unit, untuk jenis KKBW Cina berjumlah 514 unit. Semua gerbong
dalam kondisi baik, secara singkat dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut.
Tabel 5.278. Kondisi gerbong barang DIVRE III Sumatera selatan No Lokasi Jenis Tipe Jumlah
(unit)
Kondisi
1 Depo
Kreta/gerbong
kertapati
Gerbong datar
(GD)
PPCW 42 T
PPCW 50 T
PPW/R 30 T
80
30
21
Baik
Baik
Baik
Gerbong
tertutup
GGW 30 T
TTW 30 T
13
16
Baik
Baik
Gerbong
terbuka
KKBW 25 T
KKBW 30 T
KKBW 30 T
100
262
62
Baik
Baik
Baik
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-270
No Lokasi Jenis Tipe Jumlah
(unit)
Kondisi
YYW 30 T
ZZOW 50 T
ZZOR 30 T
ZZOW JPN
ZZOW 50 R
13
45
47
20
25
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Gerbong ketel KKW 30 T
KKRU 30 T
85
4
Baik
Baik
2 Depo gerbong
Tanjungenim baru
Gerbong
terbuka
KKBW 50 T 634 Baik
3 Depo gerbong
Rejosari
Gerbong
terbuka
KKBW 50 T
KKBW Cina
639
514
Baik
Baik
Sumber : DIVRE III Sumatera Selatan, 2013
Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai
akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api barang
maka perlu mengoptimalkan pendayagunaan gerbong yang ada yaitu gerbong
datar, gerbong terbuka, gerbong tertutup dan gerbong tangki serta menambah
frekuensi penggunaan gerbong, selain itu juga perlu ada penambahan jenis
gerbong barang sesuai spesifikasi kebutuhan agar suatu saat jika terjadi
peningkatan kapasitas ataupun volume barang maka di DIVRE III Sumatera
Selatan siap untuk mengoperasikan gerbong-gerbong barang baik yang tersedia
ataupun yang dicadangkan.
c. Depo pemeliharaan lokomotif
Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DIVRE III Sumatera Selatan, Depo
pemeliharaan lokomotif Kertapati, Depo lok Tanjungenim baru, Depo lok
Tanjungkarang, Depo lok Tarahan, sub depo lok Tigagajah, sub depo lok
Padangpanjang, stasiun Batu raja, Depo-depo tersebut dalam keadaan baik.
Secara singkat dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.279. Kondisi Depo DIVRE III Sumatera Selatan No Depo Kondisi
1 Dipo Lok Kertapati Baik
2 Depo Lok Tanjungkarang Baik
3 Depo lok Tanjung enim baru Baik
4 Depo lok Tarahan Baik
5 Sub depo lok Tigagajah Baik
6 Sub depo lok Padang panjang Baik
Sub depo lok Baturaja Baik
Sumber : DIVRE III Sumatera Selatan, 2013
Berkaitan dengan peningkatan angkutan barang kereta api akibat pengalihan
angkutan barang melalui jalan ke angkutan kereta api barang, maka depo
pemeliharaan lokomotip terus ditingkatkan peranannya dengan melengkapi
peralatan pemeliharaan dengan teknologi terbaru didukung tenaga pemeliharaan
yang bersertifikat sesuai ketentuan serta daya sistem pengecekan yang cermat.
Peralatan pemeriksaan pengujian dan perawatan yang digunakan harus
dikalibrasi secara berkala. Selain depo pemeliharaan pada stasiun tertentu
sebaiknya pada stasiun antara yang potensial juga dilengkapi dengan depo
lokomotif yang bertujuan agar setiap saat lokomotif siap dioperasioanalkan
dengan tidak menunggu perbaikan di depo stasiun-stasiun besar.
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir V-271
d. Depo Pemeliharaan Gerbong Barang
Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DIVRE III Sumatera selatan, depo
pemeliharaan gerbong sementara masih menjadi satu dengan depo kereta yang
berada di stasiun Kertapati dan saat ini masih dioptimalkan dan dalam keadaan
baik.
Secara singkat kondisi depo pada DIVRE III Sumatera Selatan dapat dilihat pda
tabel berikut.
Tabel 5.280. Kondisi depo di DIVRE III Sumatera Selatan No Lokasi Jumlah
spoor
Panjang
(m)
Kondisi
1 Depo kereta/gerbong Kertapati Baik
2 Depo gerbong Tanjungenim baru Baik
3 Depo Kereta Tanjungkarang Baik
4 Depo gerbong Rejosari Baik
Sumber : DIVRE III Sumatera Selatan, 2013
Kondisi Dipo pemeliharaan gerbong yang ada di DIVRE III Sumatera selatan
perlu terus dijaga agar mampu menyediakan gerbong barang yang siap operasi
menurut jenis dan ukuran gerbong yang dibutuhkan.