exploring_bio_ina.pdf (2.1 mb)

113
Douglas Sheil • Rajindra K. Puri • Imam Basuki • Miriam van Heist • Meilinda Wan • Nining Liswanti • Rukmiyati • Mustofa Agung Sardjono • Ismayadi Samsoedin • Kade Sidiyasa • Chrisandini • Edi Permana • Eddy Mangopo Angi • Franz Gatzweiler • Brook Johnson • Akhmad Wijaya Dengan bantuan masyarakat Paya Seturan, Long Lake, Rian, Langap, Laban Nyarit, Long Jalan, Lio Mutai dan Gong Solok Mengeksplorasi keanekaragaman hayati, lingkungan dan pandangan masyarakat lokal mengenai berbagai lanskap hutan Metode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

Upload: vuongquynh

Post on 12-Jan-2017

257 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Douglas Sheil • Rajindra K. Puri • Imam Basuki • Miriam van Heist • Meilinda Wan • Nining Liswanti• Rukmiyati • Mustofa Agung Sardjono • Ismayadi Samsoedin • Kade Sidiyasa • Chrisandini •Edi Permana • Eddy Mangopo Angi • Franz Gatzweiler • Brook Johnson • Akhmad Wijaya

Dengan bantuan masyarakat Paya Seturan, Long Lake, Rian, Langap, Laban Nyarit, Long Jalan, Lio Mutai dan Gong Solok

Mengeksplorasi keanekaragaman hayati,lingkungan dan pandangan masyarakatlokal mengenai berbagai lanskap hutanMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

Page 2: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Mengeksplorasi keanekaragaman hayati,lingkungan dan pandangan masyarakatlokal mengenai berbagai lanskap hutan

Metode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

Beberapa anggota tim dengan anggota masyarakat di gerbang selamat datang desa Laban Nyarit

Douglas SheilRajindra K. PuriImam BasukiMiriam van HeistMeilinda WanNining LiswantiRukmiyatiMustofa Agung SardjonoIsmayadi SamsoedinKade SidiyasaChrisandini

Edi PermanaEddy Mangopo AngiFranz GatzweilerBrook JohnsonAkhmad Wijaya

Dengan bantuan masyarakatPaya Seturan, Long Lake, Rian,Langap, Laban Nyarit, LongJalan, Lio Mutai dan Gong Solok

Page 3: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

ii

Bantuan dana untuk proyek ini berasal dari International Tropical Timber Organization (ITTO) melalui ProyekPD 12/97 Rev. 1 (F): Forest, Science and Sustainability: The Bulungan Model Forest. Dukungan bagi beberapakegiatan keanekaragaman hayati yang terkait lainnya didanai oleh MacArthur Foundation dan EuropeanCommission. Dana publikasi diberikan melalui hibah dari European Commission, World Bank, dan SwissAgency for Development and Cooperation. CIFOR menyampaikan banyak terima kasih kepada semua donor.

© 2004 by Center for International Forestry ResearchHak cipta dilindungi. Diterbitkan tahun 2004Dicetak oleh SMK Grafika Desa Putera, Indonesia

ISBN 979-3361-29-8

Fotografer: Douglas Sheil dan Miriam van Heist

Diterbitkan olehCenter for International Forestry ResearchAlamat pos: P.O. Box 6596 JKPWB,Jakarta 10065, IndonesiaAlamat kantor: Jl. CIFOR, Situ Gede, Sindang Barang, Bogor Barat 16680, IndonesiaTel.: +62 (251) 622622; Fax: +62 (251) 622100E-mail: [email protected]: http://www.cifor.cgiar.org

Page 4: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

iii

Daftar isi

Penulis vi

Daftar singkatan vii

Prakata viii

Ucapan terima kasih ix

1. Pendahuluan 1

Konsep-konsep 2

Ruang lingkup 2

Lokasi 2

Masyarakat dan lanskap 3

Tujuan CIFOR di Malinau 5

Penelitian keanekaragaman hayati – lokasi studi 5

Peluang-peluang dampak 6

Bagaimana metode-metode studi dikembangkan 6

Partisipasi 7

Berbagai metode 9

2.2.2.2.2. Ikhtisar operasionalIkhtisar operasionalIkhtisar operasionalIkhtisar operasionalIkhtisar operasional 10

Susunan tim 10

Desa dan masyarakat 11

Pemilihan sampel di lapangan 12

3. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di desa 15

Pertemuan dengan masyarakat 15

Pemetaan lanskap bersama masyarakat 16

Memilih informan-informan lokal 17

Pengumpulan data bersama masyarakat 19

Informan-informan kunci 19

Sensus 19

Wawancara terfokus 20

Kegiatan memberikan skor: Metode Distribusi Kerikil 20

4. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di lapangan 31

Lokasi, vegetasi dan pohon 31

Deskripsi lokasi 31

Transek berbagai non-pohon 31

Pohon 32

Unit sampel pohon – catatan untuk analisis data 33

Page 5: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

iv

Tumbuhan dan lokasi - data etnoekologi 35

Informasi lokasi 35

Nama tumbuhan, kegunaan dan pilihan 35

Pengecekan dan triangulasi data 37

Penelitian kondisi tanah 38

Pengumpulan data teknis tanah 38

Tanah menurut pandangan para informan 39

5. Pengelolaan dan pengawasan data 41

Taksonomi tumbuhan dan verifikasi 41

Basisdata 43

Basisdata untuk data plot 43

Basisdata untuk data desa 46

Basisdata SIG 46

6. Kesimpulan 48

Pengalaman hingga saat ini 48

Hasil-hasil awal 49

Analisis selanjutnya 49

Tindakan selanjutnya 50

Catatan kaki 52

Daftar pustaka 54

Daftar lampiranLampiran I. Jadwal berbagai kegiatan di setiap desa 58

Lampiran II. Topik-topik dan perhatian selanjutnya 60

Lampiran III. Catatan pengantar 63

Lampiran IV. Lembar data yang digunakan untuk pengumpulan

data bersama masyarakat 64

Lampiran V. Tabel koreksi kemiringan 88

Lampiran VI. Lembar deskripsi sampel 89

Lampiran VII. Lembar data non-pohon 91

Lampiran VIII. Lembar data pohon 93

Lampiran IX. Lembar data deskripsi lokasi 95

Lampiran X. Lembar data kegunaan tumbuhan 99

Lampiran XI. Lembar data tanah 100

Page 6: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

v

Daftar tabelDaftar tabelDaftar tabelDaftar tabelDaftar tabelTabel 1. Tahap-tahap survei, lokasi dan tanggal pelaksanaan 11

Tabel 2. Kategori-kategori sampel unit lahan yang mungkin

dipetakan oleh anggota masyarakat 17

Tabel 3. Formulir yang digunakan dalam pengumpulan

data bersama masyarakat 18

Tabel 4. Ikhtisar latihan-latihan memberikan skor 21

Tabel 5. Contoh PDM tentang kepentingan berbagai unit lanskap

yang berbeda oleh para perempuan tua di Long Jalan 23

Tabel 6. Kategori-kategori kegunaan dan nilai 26

Tabel 7. Contoh hasil kegiatan PDM pemberian skor

terhadap spesies tumbuhan obat oleh para laki-laki tua

di Gong Solok (masyarakat Merap) 28

Tabel 8. Bagian tumbuhan untuk masing-masing kegunaan/nilai 36

Tabel 9. Tabel-tabel inti dalam basisdata survei 44

Tabel 10. Formulir dalam basisdata survei di lapangan

dan hubungannya dengan tabel-tabel 46

Tabel 11. Struktur file dari basisdata survei di desa 47

Daftar gambarDaftar gambarDaftar gambarDaftar gambarDaftar gambarGambar 1. Lokasi penelitian dan lokasi sampel 3

Gambar 2. Distribusi berbagai plot berdasarkan ringkasan

delapan kelas lokasi 13

Gambar 3. Prinsip hierarki umum yang digunakan dalam

melakukan analisis kepentingan spesies 25

Gambar 4. Tinjauan skematis pendekatan PDM yang

diaplikasikan sampai tingkat pemanfaatan jenis 28

Gambar 5. Transek berukuran 5 m x 40 m 32

Gambar 6. Unit sampel 8-sel untuk luas beragam 33

Gambar 7. Hasil-hasil simulasi untuk bias dan ragam dari teknik

pengambilan sampel 34

Gambar 8. Hubungan antara tabel di dalam basisdata plot 45

Daftar kDaftar kDaftar kDaftar kDaftar kotakotakotakotakotakKotak 1. Berbagai gagasan pemandu 7

Kotak 2. Kategori-kategori awal informasi 8

Kotak 3. Pertemuan perkenalan dengan masyarakat 16

Kotak 4. Panduan untuk menyiapkan peta dasar 16

Kotak 5. Instruksi-instruksi untuk pertemuan pemetaan 17

Kotak 6. Berbagai panduan dan saran untuk melakukan wawancara 19

Kotak 7. Kepemilikan dan eksploitasi pengetahuan lokal 38

Page 7: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

vi

Penulis

Douglas Sheil Center for International Forestry Reseach (CIFOR)Imam Basuki P.O. Box 6596 JKPWB Jakarta 10065Meilinda Wan IndonesiaMiriam van HeistNining Liswanti

Rajindra Kumar Puri Anthropology Department, University of Kent at CanterburyCanterbury, Kent CT2 7NS

United Kingdom

Akhmad Wijaya Yayasan Biosfer Manusia (BIOMA)Eddy Mangopo Angi Jl. H. A. Wahab Syahranie Komp. Ratindo Griya PermaiRukmiyati Blok F 7-8 Samarinda - Kalimantan Timur

Indonesia

Mustofa Agung Sardjono Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

PO. Box 1013, Samarinda 75123Kalimantan Timur

Indonesia

Ismayadi Samsoedin Forestry Research and Development Agency (FORDA)PO. Box 165Bogor 16610

Indonesia

Kade Sidiyasa Wanariset Samboja FORDA Km 38P.O. Box 319, Balikpapan 76101

Samarinda - Kalimantan TimurIndonesia

Chrisandini Jl. Balai Pustaka Raya 21ARawamangun - Jakarta 13220

Indonesia

Edi Permana Laboratorium Ekologi Hutan Fakultas KehutananInstitut Pertanian Bogor (IPB) Kampus Darmaga

PO. Box 168 Bogor 16001Indonesia

Franz Gatzweiler Humboldt University of BerlinDepartment of Agricultural Economics and Social Sciences

Luisenstr. 56, 10099 - BerlinGermany

Brook Johnson Charolais Lane, Manhattan,Kansas 66502

USA

Page 8: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

vii

Daftar singkatan

ACM Adaptive Co-Management [Pengelolaan Bersama secara Adaptif]

AHP Analytical Hierarchy Process [Proses Hierarki Analisis]

BAF Basal Area Factor [Faktor Luas Bidang Dasar]

BIOMA Yayasan Biosfer Manusia [Human Biosphere Foundation]

C Carbon [Karbon]

CIFOR Center for International Forestry Research

drh Diameter at Reference Height [Diameter Batang pada Ketinggian Tertentu]

Ds Data sheet [Lembar data]

Fe Zat besi [iron]

FGD Focus Group Discussion [Diskusi Kelompok Fokus]

FI Furcation Index [Indeks Percabangan]

FORDA Forestry Research and Development Agency [Pusat Penelitian dan PengembanganKehutanan]

FPP Forest Product and People [Hasil Hutan dan Masyarakat]

GPS Global Positioning System

H2O Air

HPH Hak Pengusahaan Hutan

Ht Tinggi (pohon)

ITTO International Tropical Timber Organization

K Kalium [Potassium]

KCl Potassium Chloride [Kalium Klorida]

KTK Kapasitas Tukar Kation [Cation Exchange Capacity]

LIPI Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

MLA Multidisciplinary Landscape Assessment [Penilaian Lanskap Secara Multidisipliner]

N Nitrogen

P Fosfor [Phosphorus]

PDM Pebble Distribution Method [Metode Distribusi Kerikil]

PRA Participatory Rural Appraisal [Penilaian Pedesaan Partisipatif]

Qs Questionnaire sheet [Lembar kuesioner]

Ref., Refno, -refno. Nomor referensi

RIL Reduced-Impact Logging [Pembalakan berdampak rendah]

Sampel-nr Nomor Sampel

S.D. Standar deviasi

SFM Sustainable Forest Management [Pengelolaan Hutan Lestari]

SIG Geographic Information System [Sistem Informasi Geografis]

sp. Nama spesies (yang belum diketahui secara pasti)

spp. Nama banyak spesies (jamak) dalam suatu genus tertentu

TPTI Tebang Pilih dan Tanam Indonesia

UTM50 Universal Transverse Mercator (suatu sistem koordinat geografis), zona 50

WGS84 World Geodetic System (suatu sistem referensi geografis yang sudah diketahui secara pasti),sebagaimana didefinisikan pada tahun 1984

Page 9: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

viii

Apa dan untuk siapa buku ini?

Buku ini ditujukan bagi mereka yang berminat untuk mengumpulkan informasi sumber dayaalam yang mencerminkan kebutuhan-kebutuhan masyarakat lokal. Kami menguraikan suatusurvei multidisipliner yang dikembangkan bersama masyarakat indijenus di lanskap-lanskapyang tertutup hutan yang sangat kaya di DAS Malinau, Kalimantan Timur, Indonesia. Metode-metode terakhir yang digunakan dalam studi ini mencerminkan gabungan antara berbagaipenilaian, kompromi dan reaksi terhadap berbagai uji coba yang dilakukan selama berbulan-bulan. Kami berusaha menyusun tulisan yang bermanfaat bagi para pembaca dengan latarbelakang yang berbeda-beda, mengingat prosedur-prosedur yang dijelaskan bersifatmultidisipliner. Pengalaman-pengalaman kami menunjukkan bahwa apa yang sudah jelas bagiseseorang pada kenyataannya merupakan suatu hal yang masih sangat baru bagi yang lain,sehingga upaya untuk meringkas kemungkinan akan kurang menguntungkan bagi kelompokpembaca tertentu.

Buku ini bukan dimaksudkan sebagai suatu pedoman. Kami lebih senang jika buku inidipandang sebagai sebuah ringkasan pengalaman yang kami dapatkan. Kami tidak ingin terlalupreskriptif, karena studi ini masih terus berlangsung dan konteks dimana kami mengembangkanmetode-metode dalam studi ini sangat spesifik. Hanya sebagian keuntungan dan kelemahandari berbagai metode yang dijelaskan bisa kami nilai sekarang.

Sulit bagi kami untuk menyebut nama metode-metode yang kami gunakan. Judul buku‘Mengeksplorasi keanekaragaman hayati, lingkungan dan pandangan masyarakat lokal mengenaiberbagai lanskap hutan’ (Exploring biological diversity, environment and local people’sperspectives in forest landscape) paling sedikit menggambarkan sasaran pendekatan yangkami lakukan dan ‘Metode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner’ menguraikan isinya.Beberapa orang telah menyebut pendekatan kami sebagai ‘survei keanekaragaman hayati secarapartisipatif’, memang lebih ringkas dan lebih jelas. Namun, pertanyaannya apakah bagian darimetode-metode kami secara formal dapat dianggap ‘partisipatif’–tentu bisa diperdebatkan. ‘Surveikeanekaragaman hayati’ tentu tidak cukup menggambarkan kisaran informasi yang juga mencakupbanyak aspek yang secara tradisional tidak dianggap ‘keanekaragaman hayati’. Karena itupara pembaca akan memiliki pendapat sendiri.

Sejak awal kami perlu membedakan dua aspek metode ini: pertama, mengenaipertanyaan-pertanyaan yang ingin kami jawab. Dan kedua, metode-metode khusus yang telahkami pilih untuk mendapatkan jawabannya. Aspek pertama dapat ditingkatkan tanpa banyaktantangan. Namun ada lebih banyak penjelasan yang diperlukan untuk mengemukakan metode-metode kami. Kami telah mendukung studi-studi serupa di tempat lain untuk mengembangkanberbagai pendekatan alternatif dan kami menantikan adanya metode-metode lain yang sudahdicoba untuk diupayakan lebih luas lagi di masa depan.

Douglas Sheil, 19 Januari 2002

Prakata

Page 10: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

ix

Kegiatan-kegiatan dalam studi ini didanai oleh International Tropical Timber Organization(ITTO) melalui proyek ‘Forest, Science dan Sustainability: The Bulungan Model Forest’ PD12/97 Rev. 1 (F).

Dukungan untuk berbagai kegiatan keanekaragaman hayati yang terkait lainnya didanaioleh European Commission dan MacArthur Foundation. Dana lain untuk penerbitan danpenyebaran publikasi ini diberikan oleh the World Bank, Swiss Agency for Development andCooperation, dan European Commission.

Kami sangat berterima kasih kepada masyarakat desa di Malinau, khususnya kepadaKepala Desa, Kepala Adat dan penduduk Paya Seturan, Long Lake, Rian, Langap, Laban Nyarit,Long Jalan, Lio Mutai dan Gong Solok.

Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada para staf dan teman-teman kami berikutini di CIFOR: Syaefuddin, Rosita Go, Indah Susilanasari, Kuswata Kartawinata, Robert Nasi,Herwasono Soedjito, Jeffrey Sayer, Djunaedy, Sigit, Made Sudana, Godwin Limberg, LiniWollenberg, Carol Colfer, tim ACM (Adaptive Co-Management), Herlina Hartanto, Hety Herawati,Sonya Dewi dan Irvan Rianto atas berbagai dukungan dan sarannya. Kami juga mengucapkanterima kasih kepada rekan-rekan dari Herbarium Bogoriense LIPI (khususnya Afriastini, IsmailA. Rahman dan Irawati), staf Wanariset Samboja (khususnya Zainal Arifin), dan Deborah Kristiani,Herland Sumantri, Kamaruddin dan Sunaryo dari BIOMA. Terima kasih juga atas dukungan danperhatian yang sering diberikan oleh Inhutani II dan Losmen Handayani di Malinau.

Kami sangat menghargai komentar Robert Nasi, Bruce Campbell, Ken MacDicken, danCarmen Garcia Fernandez untuk perkembangan penulisan naskah buku ini. Secara khususkami mengucapkan terima kasih kepada ketiga pengkaji eksternal, yaitu Cynthia Mackie, JamesPeters dan Gill Shepherd atas komentar mereka yang sangat membangun.

Terima kasih untuk Gideon Suharyanto, Eko Prianto, Widya Prajanthi, Sally Wellesleydan Paul Stapleton yang telah menyunting, menata dan mendesain sampul buku ini.

Naskah dalam bahasa Indonesia ini diterjemahkan oleh Ani Kartikasari dan Meiske D.Tapilatu, dan diedit oleh Meilinda Wan, Imam Basuki, Nining Liswanti dan Agus Salim.

Ucapan terima kasih

Page 11: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

x

Untuk menunjukkan adat setempat guru kami mengenakan sebuah mahkota tradisional yang terbuat dari bulu burung argus, beliau juga menyandang sebuah tasyang terbuat dari rotan dan menyiapkan sebuah anak panah beracun untuk sumpitnya.

Page 12: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

1 Pendahuluan

Keprihatinan dunia terhadap hutan hujan tropisbanyak bersumber pada kekhawatiran akanberbagai kepunahan besar yang akan segera terjadi.Berbagai upaya yang sungguh-sungguh telahdifokuskan pada identifikasi lokasi-lokasiterpenting yang memerlukan pengelolaan yangsensitif. Survei keanekaragaman hayati telahmenjadi kegiatan utama lembaga-lembagakonservasi dan semakin banyak dicakup dalamkegiatan penilaian dampak. Namun, informasi yangdihasilkan biasanya tidak memberikan dampak yangberarti, karena sebagian besar keputusan yangdiambil mencerminkan bahwa kepentingan lainmasih mendapat prioritas. Gagasan bahwa ‘setiapspesies harus dipertahankan berapapun biayanya’bukan merupakan pandangan yang dianut oleh parapembuat keputusan. Keseimbangan antara tujuanmelestarikan ‘keanekaragaman hayati’ denganberbagai kebutuhan lainnya dalam berbagaikeputusan yang diambil dapat dicapai jika nilai danpilihan para pemangku kepentingan (stakeholders),khususnya masyarakat yang hidupnya mengandalkanhutan setempat, diperhitungkan.

Bagi banyak pemangku kepentingan,khususnya perusahaan komersial seperti HPH danperusahaan pertambangan, motivasi mereka relatifjelas dan mudah dikomunikasikan. Namun, bagimasyarakat indigenos di desa-desa, berbagaikebutuhan dan pandangan mereka tetap terselubungbagi sebagian besar orang luar, kecuali dilakukansuatu upaya khusus untuk menyingkapkannya (Scott1998).

Apakah ada solusinya? Idealnya,pengetahuan yang terperinci seharusnya diperolehmelalui pendekatan pribadi secara langsung, tetapi

Pohon Koompassia dengan sarang lebah. Pohon iniumumnya tidak ditebang oleh penduduk lokal saat lahandibuka untuk kepentingan budidaya

hanya sedikit pembuat keputusan yang mau tinggallama di tengah masyarakat yang akan merekalibatkan. Karena itu diperlukan suatu metodepraktis, atau bahkan serangkaian metode, yang dapat

Page 13: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

2

mengurangi perbedaan pengertian, untukmemberikan ringkasan yang dapat dipahamimengenai permasalahan yang ada di daerah itudengan menentukan apa yang penting, untuk siapa,seberapa banyak dan mengapa; dan dihasilkan suatucara untuk menjadikan pilihan-pilihan masyarakatsetempat ini lebih relevan dengan prosespengambilan keputusan.

Sebagai suatu cara untuk mengkaji berbagaikepentingan dan nilai lanskap serta sumber dayaalam, kami mengembangkan serangkaian metodesurvei untuk mengidentifikasi apa yang ‘penting’ bagimasyarakat lokal di Kabupaten Malinau, KalimantanTimur, Indonesia. Informasi ini menyajikansebuah dasar diagnosa awal untukmengembangkan dialog yang lebih mendalamdengan masyarakat setempat, untuk memandupenelitian selanjutnya dan membuat rekomendasi-rekomendasi terhadap berbagai pilihan tentangpenggunaan lahan dan kebijakan bagi parapembuat keputusan.

Kami tidak ingin mengkaji informasikeanekaragaman hayati dalam pengertian yangsempit, tetapi sebaliknya dalam sebuah kerangkayang lebih luas, sehingga mempunyai hubungan yangjelas dengan keputusan yang diambil. Oleh karenaitu, metode-metode kami juga mencakup faktor-faktor seperti kegiatan pertanian dan lokasi yangmemiliki nilai budaya. Ada beberapa alasanmengapa informasi ini akan meningkatkan relevansidengan pengelolaan. Pertama, para pembuatkeputusan umumnya memperhitungkan berbagaifaktor sebelum sampai pada suatu kesimpulan(Saaty 1996), tetapi mereka mengalami kesulitanbesar ketika harus mempertimbangkan informasiyang disajikan secara terpisah dan tanpa konteks,khususnya yang berkaitan dengan istilah-istilah yangkurang konkret seperti ‘keanekaragaman hayati’(Kamppinen dan Walls 1999). Denganmengintegrasikan informasi, kami sudah dapatmenunjukkan ‘bobot’ sementara, untuk masing-masing elemen informasi. Kedua, masyarakatsetempat mungkin tidak mengklaim bahwa merekaberkepentingan dengan ‘keanekaragaman hayati’,namun ternyata kepentingan-kepentingan pokokmereka memberikan cakupan yang relevan untukdieksplorasi. Misalnya, tempat-tempat pemakamanjuga memberikan nilai bagi biota setempat. Denganmenempatkan data keanekaragaman hayati dalamkonteks yang lebih luas ini kami menghasilkaninformasi yang jauh lebih relevan bagi para pembuat

keputusan, sambil memastikan bahwa kami tidakmembatasi potensinya untuk mencerminkan berbagaiprioritas masyarakat lokal.

Konsep-konsepMengingat kisaran pembaca buku ini yangmultidisipliner, kami memberikan penjelasan ringkastentang konsep-konsep yang penting dalam kajianini. Rincian tambahan diberikan dalam masing-masing aspek yang diamati.

Nilai dan kepentingan – Definisi detail tentangapa yang kami maksudkan dengan ‘nilai’ mungkinbisa membingungkan karena yang kami tekankandi sini adalah pandangan-pandangan masyarakatlokal. Kami berusaha untuk menekankan bahwayang kami nilai adalah ‘kepentingan’ bukan ‘nilai’karena istilah ‘nilai’ sering dikaitkan dengan konteksekonomi (harga). Dalam ekonomi pasar, seseorangmenentukan pilihan berdasarkan penilaian individuterhadap kualitas barang atau jasa, harga dananggaran yang tersedia. Konsep dasar dari nilaidalam hal ini diukur dari ‘kemauan seseorang untukmembayar’ – umumnya diwujudkan dalam unit-unitmoneter. Namun, kami mengambil jalur yangberbeda, yaitu kepentingan dapat ditentukan dandibatasi oleh hal-hal yang lebih luas seperti faktor-faktor sosial dan moral. Mengenali danmemperhatikan keberadaan faktor-faktor inidiperlukan apabila ‘kepentingan’ diartikan untukmencerminkan pandangan-pandangan masyarakatlokal. Dalam beberapa kegiatan, kami berasumsibahwa kepentingan ini secara efektif dapatdiwujudkan bukan berupa harga secara monetertetapi sebagai pernyataan dari pilihan yang lebihdisukai.

Lanskap – Merupakan suatu konsep ruang yangholistis dan umum, jauh lebih luas daripadakomponen-komponen penyusunannya: dataran,tanah, penutup dan penggunaan lahan. Lanskapdapat dipandang sebagai suatu kerangka budaya.

Keanekaragaman hayati – Yang kamimaksudkan adalah flora dan fauna di suatukawasan. Kami tidak menggunakan pembatasandefinisi meskipun pekerjaan kami di lapangandifokuskan pada vegetasi. Keanekaragaman hayatijuga mencakup spesies yang dibudidayakan tetapihal ini tidak diutamakan.

Page 14: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

3

Hutan perawan (1999)

Bukan hutan

Plot

Jalan

Sungai utama

Anak sungai

Hutan lebatHutan terdegradasiLahan budidaya dan terbuka

Gambar 1. Lokasi penelitian dan lokasi sampel. Foto inset diperoleh dari World Resources Institute “FrontierForest Initiave”. Peta besar diperoleh berdasarkan interpretasi manual Landsat TM-image (Mei 2000)

Ruang lingkup

LokasiKetika CIFOR didirikan pada tahun 1993,pemerintah Indonesia berkomitmen untukmenyediakan sebuah kawasan hutan di mana CIFORdapat melakukan penelitian jangka panjang. Sebuahkawasan di Kalimantan Timur akhirnya dipilih (lihatGambar 1). Kawasan tersebut terletak di 3º LU,2º45’ sampai 3º21’ Bujur Utara dan 115º48’ sampai116º34’ Bujur Timur, berbatasan dengan TamanNasional Kayan-Mentarang, dan terhampar di tengahkawasan hutan hujan terbesar yang masih tersisa dikawasan tropis Asia (lebih dari 5 juta hektar meliputikawasan di Kalimantan Tengah dan Timur, Sarawak

dan Sabah). Kesepakatan antara pemerintahIndonesia dan CIFOR ini menunjukkan sebuahkomitmen kerja sama yang jelas untukmengembangkan dan menerapkan penelitian yangrelevan dengan kebijakan.

Masyarakat dan lanskapMasyarakat indigenos di DAS Malinau terdiri daribeberapa kelompok Dayak, yaitu Merap, Punan,Kenyah, dan beberapa kelompok lainnya. Ada jugasekelompok kecil imigran yang berpengaruh. Didesa-desa tertentu jumlah pendatang berkembangpesat, karena sebagian besar HPH mengandalkanmereka sebagai pekerjanya.

Page 15: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

4

Pak Aran Ngou dan Imam berdiskusi tentang ciri-ciri tanah

Di dalam kelompok Dayak, hak tradisionalberkaitan dengan lahan dalam dua cara yangberbeda, yaitu kepemilikan lahan keluarga secaraindividu atau lahan milik masyarakat. Kebijakanpemerintah seperti pemberian HPH telah lama tidakmengindahkan klaim masyarakat tradisional.Tekanan yang timbul antara kepemilikan lahan olehnegara dan sistem-sistem tradisional merupakansalah satu tantangan terbesar yang terjadi di banyakkawasan di dunia. Seluruh kawasan hutan dibagimenurut aturan tradisional. Namun, pemerintahtelah mengalokasikan sebagian besar kawasanuntuk HPH tanpa mempedulikan klaim yang sudahada sebelumnya. Kebijakan-kebijakan pemerintahdi masa lalu lebih berpihak pada HPH daripadahak-hak tradisional dan sebagian besar kawasansecara resmi ditetapkan sebagai kawasan hutanproduksi. Beberapa kawasan yang lebih curamditetapkan sebagai hutan lindung, namunpengalokasian ini ternyata dilakukan denganserampangan. Sebagian besar kawasan yang lebihmudah dijangkau telah dibalak atau dalam waktudekat akan dibalak, termasuk banyak kawasanhutan lokal.

Konflik lebih lanjut muncul akibatkebijakan-kebijakan pemerintah dalammemindahkan pemukiman masyarakat tertentu darikawasan-kawasan yang lebih terpencil di DAS yangsama atau DAS sekitarnya, ke kawasan yang lebihmudah dijangkau yang secara tradisional merupakanlahan milik masyarakat lain. Pemerintah melakukanupaya-upaya khusus untuk memukimkan kembalikelompok Punan dan mendukung pengembanganusaha pertanian mereka (lihat Kaskija 1995; Puri1998; Sellato 2001). Layanan kesehatan dan peluangpendidikan yang terus berkembang di Malinau danbeberapa perkampungan besar di sekitarnya jugamenarik bagi keluarga-keluarga dari lokasi-lokasiyang lebih terpencil. Hal ini menimbulkan berbagaitekanan lokal dan konflik baru, dan akibatnyabeberapa masyarakat masih mengklaim kawasan-kawasan tempat asal mereka yang letaknya jauh darilokasi mereka saat ini (lihat Heist, van danWollenberg 2000).

Pertumbuhan ekonomi selama akhir tahun1970-an mempunyai berbagai pengaruh terhadapmasyarakat lokal. Pada awal tahun 1990-an,penambangan batu bara mulai merambah ke dalam

Page 16: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

5

kawasan dan dampaknya semakin meningkatterhadap sumber daya hutan dan imigrasi. Krisisekonomi di Indonesia (pada awal tahun 1997) telahmendorong perubahan-perubahan selanjutnya.Depresiasi rupiah dan peningkatan nilai pasar eksporminyak sawit dan batu bara menyebabkanpermintaan meningkat pesat, seringkali melalui parapenanam modal swasta yang pengaturannya sangatlemah. Pengalihan kekuasaan dari pemerintah pusatke tingkat kabupaten yang sudah mulai berlangsungjuga kuat sekali pengaruhnya. Saat itu pemerintahdaerahlah yang mengalokasikan ijin pembalakandan pembukaan lahan. Misalnya, ijin untukperkebunan kelapa sawit diberikan di kawasan yangmasih memiliki ijin untuk pembalakan. Namun,masyarakat lokal juga menyadari bahwa merekasendiri semakin diberdayakan dalam pengambilankeputusan yang mempengaruhi mereka, dankesediaan mereka untuk menyampaikan berbagaikonflik atau protes kepada pemerintah daerah jugasemakin meningkat. Saat penulisan buku ini, situasisecara keseluruhan masih kacau balau: berbagaiperaturan, peran dan wewenang tertinggi dalampersoalan lahan masih campur aduk.

Tujuan CIFOR di MalinauCIFOR berkomitmen untuk melakukan kegiatan-kegiatan penelitian multidisipliner jangka panjangdi kawasan Malinau dengan berbagai mitra lokal,nasional dan internasional. Pekerjaan yang ditulisdalam buku ini merupakan sebuah masukan bagiupaya yang lebih besar dan sebaliknya mendapatkanbanyak manfaat dari berbagai kegiatan penelitianlainnya (khususnya program-program ACM, FPPdan SFM di CIFOR). Penelitian lainnya tersebuttidak diulas di sini (lihat http://www.cifor.cgiar.org;CIFOR 2002).

CIFOR menekankan penelitian-penelitianyang hasilnya dapat mendukung keputusan-keputusan yang lebih jelas, produktif,berkesinambungan dan adil mengenai pengelolaandan pemanfaatan hutan (beberapa referensi yangsangat bermanfaat antara lain Campbell dan Luckert2002; Colfer dan Byron 2001; Wollenberg danIngles 1998). Secara lebih khusus sasaran programpenelitian CIFOR di Malinau adalah untukmemberikan kontribusi dalam mencapai kelestarianhutan bagi sebuah ‘lanskap hutan yang luas’ dikawasan hutan humid tropis yang beragam, berubahdengan cepat dan di dalamnya sering terjadi konfliktuntutan-tuntutan terhadap pemanfaatan lahan.

Karena itu dibutuhkan pendekatan-pendekatan untukmencapai ‘kelestarian’ di tingkat lanskap yang lebihbesar. Secara keseluruhan upaya awal yangdilakukan CIFOR itu dapat dikatakan mewakilisebuah tahap ‘eksplorasi’ atau ‘pengembangan’dalam suatu strategi penelitian jangka panjang.Tujuan akhirnya adalah untuk mewujudkanpengelolaan hutan jangka panjang untuk berbagaipemanfaatan yang memadukan sasaran-sasaransosial, lingkungan, keaneka-ragaman hayati dansilvikultur. Tahap pertama proyek sebagian besarberupa pengumpulan informasi dasar mengenaikondisi biofisik, sosial dan situasi ekonomi dikawasan tersebut (Puri 1998; Fimbel dan O’Brien1999; Boedihartono 2000; Iskandar 2000;Rachmatika 2000; Rossenbaum dkk. dalampersiapan). Dana yang cukup besar sudahdikeluarkan untuk mengembangkan hubungandengan komunitas politik, industri dan masyarakatlokal yang berkepentingan dengan kawasantersebut. Dukungan utama bagi kegiatan-kegiatanini berasal dari ITTO yang mendanai programpenelitian inti.

Penelitian keanekaragaman hayati – lokasistudiInformasi biologi kawasan Malinau di KalimantanTimur kurang diketahui. Lanskap berhutan danumumnya terjal yang berbatasan dengan TamanNasional Kayan Mentarang diduga mengandungbanyak sekali spesies tumbuhan dan binatang (lihatMacKinnon dkk. 1996; Wulffraat dan Samsu 2000).Fokus utama kegiatan kami adalahmendokumentasikan keanekaragaman hayatisedemikian rupa sehingga manfaatnya semakin jelas.

Program penelitian ‘keanekaragamanhayati’ yang lebih luas ini (dengan pengawasanpenulis utama) telah mengembangkan tigakomponen utama: 1) mencari tahu biota apa sajayang ada dan lokasinya, 2) menilai untuk siapa biotaitu penting dan untuk apa, dan 3) mengidentifikasilangkah-langkah apa yang dibutuhkan untukmenjaga biota ini di masa depan. Komponenpertama dan kedua dibahas dalam sebagian besarmetode-metode yang diuraikan secara detail dalamlaporan ini. Komponen ketiga lebih bersifatpenjajakan dan masih dibatasi oleh kajian dari taksake taksa berdasarkan pengetahuan sains sekarang.Secara keseluruhan, ketiga macam informasi inimenentukan prioritas-prioritas yangmenggambarkan pertimbangan-pertimbangan

Page 17: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

6

lokal dan dapat dijadikan sumber informasi untukberbagai proses yang lebih luas, mulai dari revisi‘praktik yang baik’ dalam pengelolaan hasil panenhutan sampai keputusan-keputusan pemanfaatanlahan lokal dan kebijakan kehutanan dankonservasi internasional.

Selain studi utama tersebut, ada jugasebagian kegiatan evaluasi terhadap kondisi zoologis.Evaluasi ini meliputi studi tentang ikan, reptilia danamfibi –– yang sebagian besar informasi detailmengenai manfaat dan kepentingan jenis-jenis yangditemukan diperoleh dari para informan lokal. Studi-studi zoologis yang lebih khusus ini dilaporkan secaraterpisah (misalnya, Iskandar 2000; Rachmatika 2000;Lang dan Hubble 2000; Sheil dkk. 2002).

Peluang-peluang dampakSatu aspek yang sangat penting dari studi ini terkaitdengan dampak: bagaimana informasi danpemahaman, yang diperoleh melalui studi ini dapatdigunakan? Berbeda dengan beberapa negara lain,Indonesia tidak memiliki sejarah yang panjangmengenai keterlibatan masyarakat dalampengelolaan hutan yang didukung oleh pemerintah.Selama era Suharto, ijin atau hak untuk mengelolahutan diberikan kepada HPH tanpa mengindahkanpenduduk lokal dan klaim mereka atas lahan dansumber daya alam, meskipun para pemegang HPHdiharapkan meminta ‘ijin’ dari desa-desa yangterkena dampak kegiatannya dan memberikankontribusi untuk pembangunan masyarakat.Pekerjaan kami jelas menunjukkan bahwaketergantungan masyarakat lokal terhadap lanskaphutan sangat kompleks, dan ketergantungan iniperlu dihargai dan dipahami. Bagi Indonesia,pesan ini memerlukan suatu revolusi yang harusmempengaruhi semua lembaga dan proses yangberkaitan dengan pengelolaan hutan.

Ada banyak peluang potensial hasil studi iniakan memberikan pengaruh. CIFOR sangatberuntung memiliki kesempatan untuk melakukanagenda penelitian jangka panjang di kawasan ini(lihat ‘Ruang lingkup’ di atas), dan memilikihubungan baik dengan berbagai pemangkukepentingan lokal (lihat CIFOR 1999, 2000). Kantor-kantor pemerintah lokal semakin banyak memintanasihat kepada CIFOR mengenai isu-isu yangberkaitan dengan hutan. CIFOR ikut sertamemberikan kontribusi bagi reformasi kebijakan,baik di tingkat pemerintah daerah maupun pusat.Posisi CIFOR di tingkat internasional sangat strategis

untuk mendorong perhatian dunia terhadappertimbangan kebutuhan masyarakat lokal dalammemanfaatkan hutan. Namun kami tidak bisa tergesa-gesa mengambil kesimpulan karena kredibilitas perludiupayakan dan sebagian besar metode-metode kamimasih baru, khususnya bagi ‘para pembuat keputusan’yang menjadi sasaran kami.

Bagaimana metode-metode studidikembangkanMetode-metode kami dikembangkan dan digunakanselama survei-survei di Malinau, Kalimantan Timur,antara tahun 1999 dan 2000. Metode-metode inidikembangkan selama kegiatan diskusi, lokakarya,serangkaian uji coba pendahuluan, sebuah studipercobaan lengkap pada dua desa dengan revisi-revisiyang dilakukan kemudian, dan dilanjutkan denganpenerapannya di lima desa lainnya. Semua prosesnyabersifat multidisipliner dan melalui kerja sama yangnyata, untuk menentukan dan mengumpulkaninformasi yang menentukan dan yang palingbermanfaat, khususnya mengenai dampak lingkungandan pandangan masyarakat lokal.

Meskipun para pembuat kebijakan dipemerintahan merupakan sasaran utama bagi hasilpenelitian ini, kami tidak berusaha untukmengidentifikasi informasi yang mereka gunakansaat ini, tetapi lebih mencari kejelasan informasi yangmungkin akan mewakili masalah-masalahlingkungan masyarakat setempat dengan cara yangpaling efisien. Supaya dapat mengakomodasipandangan-pandangan ini kami mengembangkanmetode atas landasan pemikiran bahwa DASMalinau terbagi dalam berbagai bentuk pemanfaatandan pengelolaan lahan. Kami berasumsi bahwa kamiperlu mengumpulkan informasi yang diperlukanuntuk memberikan saran bagaimana melakukanpembagian ini dan bagaimana dapat menampungberbagai kepentingan. Pendekatan ini tampaknyasangat berguna untuk menyoroti isu-isu penting danpotensi-potensi konflik. Sehubungan dengankomitmen CIFOR untuk melakukan penelitianjangka panjang di kawasan ini, upaya pendekatankami akan menguntungkan dalam dua hal khusus:dengan memberi kesempatan kepada CIFOR untukmemfokuskan upaya-upaya terhadap permasalahanyang penting dan dengan menjelaskan masalah-masalah metodologis ketika isu mengenai‘kepentingan’ masih sulit dipahami.

Sebagian dari gagasan tersebut mungkinmasih kurang jelas: apa tipe perubahan-perubahan

Page 18: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

7

Pada dasarnya suatu survei dilakukan tidak semata-mata atas dasar suatu hipotesis. Namun, untuklokakarya awal kami merasa bahwa beberapa gagasanumum akan membantu untuk memandu tim dalamsuatu survei yang sifatnya umum.

Gagasan 1: Pengetahuan lokal menyediakankesempatan yang berharga untuk memahamiaspek-aspek ekologi lanskap, dan meningkatkanefisiensi dan nilai survei.

Gagasan 2: Nilai-nilai lokal tidak terpisah dari ekologi/vegetasi lokal, dan dapat menjadi panduan untukmengelola lanskap.

Gagasan 3: Sejarah lanskap sering diketahui denganbaik dan dapat diakses melalui informan-informanlokal. Informasi sejarah ini menolong untukmemahami perubahan lanskap masa lalu dan pola-pola vegetasi pada masa kini.

Gagasan 4: Beberapa habitat yang spesifik danterbatas sangat berarti bagi 1) berbagai kelompokatau bagian masyarakat lokal, dan 2) flora danfauna yang terbatas, dan tipe-tipe hutan.

Gagasan 5: Tipe-tipe hutan dapat dijelaskan denganlebih baik jika aspek lingkungan dan sejarah ikutdipertimbangkan daripada sebagai bagian yangberdiri sendiri. Dengan cara ini kami bisamemperkirakan dengan lebih baik tentangpenyebaran tipe-tipe hutan dan memahami formasi-formasi mana yang mungkin langka, rentan, ataumembutuhkan peraturan khusus untukpemeliharaannya.

Kotak 1. Berbagai gagasan pemandulanskap, bagaimana diagnosisnya, bagaimanakeputusan-keputusannya, dll.? Ini merupakan bagiandari konsekuensi usaha kami untuk mengurangiasumsi-asumsi. Kami tidak memulainya denganmengatakan bahwa kami mengetahui pertanyaan-pertanyaan terbaik atau skala yang sesuai untukmenilai; ini merupakan suatu pra-syarat dalammelakukan penilaian yang mengharuskan adanyakejelasan. Namun, evaluasi-evaluasi penjajakankami dapat dipandang sebagai diagnosis yangmemungkinkan penerapan pendekatan-pendekatanyang lebih sempurna. Dalam hal ini analogi tentanghubungan antara dokter dan pasien mungkin dapatmenjelaskannya: kita tidak mengharapkan seorangdokter bedah menentukan prosedur-proseduroperasi dan obat-obatan tanpa berbicara lebih duludengan pasiennya, mengevaluasi gejala-gejalapenyakit dan memiliki pengetahuan mendalammengenai berbagai kemungkinan pengobatan yangdapat diberikan. Penelitian kami memangdimaksudkan untuk bersifat iteratif (berulang):diagnosis yang diperoleh dari survei pertama,seperti yang dijelaskan dalam metode-metode ini,hanya merupakan langkah pertama.

Mengembangkan teknik-teknik awalpengumpulan informasi merupakan tugas timsurvei pertama. Berbagai dokumen pendukungdikembangkan untuk memastikan bahwa kamisemua memiliki pemahaman yang sama mengenaigagasan dan sasaran secara keseluruhan(misalnya, Kotak 1). Setelah melakukan curahpendapat dalam lokakarya awal, dihasilkan sebuahdaftar ‘kategori informasi’ yang kami anggaprelevan untuk membangun informasi yangmenentukan. Awalnya kami mencantumkansemua saran, tanpa mengkajinya secara kritis,karena yang lebih ditekankan adalah kelengkapan.Oleh karena itu, kami mengakui bahwa daftartersebut berisi hal-hal yang berbeda dan salingtumpang tindih (lihat Kotak 2). Namun demikiandaftar tersebut menggambarkan pandangan yangmultidisipliner dan luasnya kemungkinan kegiatanyang relevan. Hal-hal yang dicantumkan dalamdaftar kemudian diprioritaskan berdasarkankepentingan dan kepraktisannya, dandisempurnakan dengan berbagai cara, sehinggamenghasilkan kegiatan-kegiatan yang mudahditangani.

Kemudian kami merancang metode-metode lapangan yang menekankan karakterisasipada skala lanskap melalui replikasi yang banyak

dari sampel kecil yang kaya data. Penekanan yangkedua adalah penilaian berbasis masyarakat, baikyang berdasarkan lokasi-lokasi lapangan danserangkaian kegiatan di desa yang dirancang untukmelakukan penilaian tentang nilai-nilai lokal dari hasilhutan dan unit lanskap. Metode ini dievaluasi dandisempurnakan secara iteratif. Banyak perubahanyang dilakukan selama survei berlangsung; misalnya,kuesioner rumah tangga yang pertama memerlukanwaktu tiga kali lebih lama untuk melengkapinyadibandingkan kuesioner akhir. Supaya ringkas, kamitidak berusaha menguraikan secara rinci bagaimanametode-metode kami itu mengalami perubahan, tetapikami memfokuskan pada metode-metode yangterakhir saja.

PartisipasiMetode-metode ini memang tidak dirancang sebagaipendekatan yang benar-benar partisipatif untukmelakukan studi-studi keanekaragaman hayati.Sebaliknya metode ini adalah sebuah langkah awal

Page 19: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

8

dalam mencari suatu cara meningkatkan kemudahanuntuk mengetahui berbagai prioritas dan masalahlokal bagi orang luar (dan mungkin sebaliknya – lihatbagian selanjutnya). Di sini ‘orang luar’ terdekatadalah para peneliti sendiri, yang menentukanberbagai tujuan dan metode. Namun apa yang kamikerjakan, bagaimanapun bergantung pada partisipasianggota masyarakat sebagai asisten-asisten penelitiandan pemandu lapangan, serta mengandalkanpengetahuan mereka tentang lanskap untukmembantu kami menentukan lokasi-lokasi sampel.Umpan balik yang kami terima begitu penting dansangat berpengaruh terhadap semua metode akhiryang kami gunakan. Partisipasi memang sifatnyarelatif; dapat mencakup keterlibatan lokal dalammenentukan tujuan, memilih metode, penerapan,analisis dan interpretasi. Kami tidak mengatakanbahwa pendekatan kami ‘partisipatif’ sesuai dengandefinisi umum istilah ini, karena hal ini akanmelibatkan tingkat tanggung jawab masyarakat lokalyang lebih besar terhadap proyek, khususnya dalammenentukan tujuan studi, tetapi ini bukan tujuanpenelitian kami. Penelitian kami bisa dipandangsebagai langkah pertama ‘yang melibatkankonsultasi’ dalam suatu proses iteratif, dimanaberbagai pandangan dan prioritas masyarakat lokaldapat memandu penekanan pada tahap selanjutnya,dan karena itu memiliki relevansi dalammengembangkan pendekatan ‘partisipatif’.

Pendekatan kami menjadikan pilihan-pilihan lokal lebih terungkap dan kamimenggunakan pendekatan ini untuk menciptakansuatu penilaian terhadap pandangan-pandanganlokal secara relatif luas namun sederhana. Namun,metode-metode ini juga dapat membantumemudahkan berbagai diskusi dan penjelasan lebihlanjut, dialog tentang apa yang sebenarnya menjadimasalah dan mengapa. Dialog ini akanmemberikan kontribusi yang penting bagi bentukkerja sama apa saja yang melibatkan orang luardalam upaya memenuhi kebutuhan-kebutuhanlokal. Umpan balik masyarakat juga sangat jelasbahwa mereka merasakan manfaat-manfaat yangtidak diduga sebelumnya, seperti dalammenyampaikan secara jelas topik-topik yang merekarasakan penting, tetapi belum mendapat perhatianmemadai; dan belajar bagaimana mengungkapkansecara jelas pandangan-pandangan mereka kepadaorang lain.

Daftar ini dikembangkan dari hasil ‘mencarigagasan’ bersama tentang tipe-tipe informasiyang dirasa relevan oleh anggota-anggota tim.1. Ο Penutupan vegetasi dan habitat2. Ο Ciri-ciri tanah3. Ο Ciri-ciri fisik lokasi4. Ο Iklim5. Ο Kelimpahan/distribusi hasil hutan6. Ο Kelimpahan/distribusi binatang dan

hidupan liar7. Ο Kelimpahan/distribusi spesies

endemik atau terancam8. Ο Sejarah kejadian-kejadian alami9. Ο∆ Layanan lingkungan lokal10. Ο∆ Layanan umum/yang lebih luas11. Ο Ketergantungan ekologis12. Kelimpahan dan distribusi kekayaan/

benda-benda budaya dan teknologi13. Akses dan aksesibilitas14. Siklus fenologis dan jadwal pertanian15. Ketergantungan pada sumber daya

alam16. Distribusi desa dan lahan yang

dibudidayakan/diolah17. Keanekaragaman spesies yang

dibudidayakan18. Geografi ekonomi – serangkaian

praktik-praktik kegiatan ekstraktif lokal19. HPH20. Praktik pengelolaan lahan/hutan lokal21. Potensi ekoturisme, tempat

persinggahan, tempat denganpemandangan indah

22. Harga dan pendapatan – pekerja diluar usaha pertanian dan subsidipemerintah

23. Kepemilikan24. Perdagangan dan kegiatan komersial

– pasar/jalur pasar/toko25. ∆ Sejarah pemukiman dan penggunaan

lahan26. Demografi desa27. ∆ Distribusi tempat sakral dan kawasan

budaya lain28. ∆ Klasifikasi dan penilaian lokal

mengenai lanskap29. ∆ Berbagai aspirasi/harapan penduduk

lokal terhadap sumber daya alam danlanskap

30. ∆ Perpsepsi tentang berbagai resiko31. ∆ Struktur politik dan kohesi sosial dan

pengaruh pemerintah32. ∆ ‘Lokasi konservasi’ tradisional

Tiga kelas: Ο=Biofisik, =Sosial/Ekonomi,∆=Budaya/Kognitif

Kotak 2. Kategori-kategori awal informasi

Page 20: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

9

Pengecekan catatan-catatan bersama anggota-anggota masyarakat merupakan kegiatan yang penting, seperti yang dilakukanterhadap tumbuhan-tumbuhan ini di Gong Solok

Peta-peta yang dibuat bersama masyarakat menjadilandasan bersama secara geografis untuk merencanakanpenilaian-penilaian di lapangan

Berbagai metodeDalam penjelasan selanjutnya, kami akan memulaidengan suatu ikhtisar survei dan segi-segipraktisnya. Kemudian kami menjelaskan kegiatansurvei yang dilakukan di desa secara lengkap, laluyang dilakukan di lapangan, dan akhirnyamenguraikan bagaimana pengolahan datadilakukan. Perhatikan bahwa ada dua metodekhusus yang dijelaskan lebih detail secara teknisdaripada yang lainnya: pendekatan penetapan skor[Metode Distribusi Kerikil/ Pebble DistributionMethod (PDM)] dan unit sampel luas beragam.Alasannya, kedua metode ini masih cukup baru,sehingga memerlukan penjelasan tentang teoridasarnya. Meskipun beberapa bagian lain darilaporan ini hanya menggambarkan ‘intisarinya’,banyak yang akan merasakan metode inibermanfaat sebagai petunjuk bagi yang kurangberpengalaman, atau setidaknya berguna untukmemberikan pilihan.

Page 21: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

2 Ikhtisar operasional

Tim lapangan bersama informan lokal dari Lio Mutai

Susunan timDalam sebagian besar kegiatan, tim kami dibagimenjadi dua: tim desa dan tim lapangan. Tim desamengumpulkan informasi yang luas tentang penilaian,kebutuhan, budaya, lembaga dan aspirasi masyarakatlokal, dan meneliti pandangan-pandangan mereka danhubungannya dengan lanskap lokal. Tim lapanganmengumpulkan data biofisik dan etnografi pada titik-titik sampel dengan lokasi geografis yang spesifik.

Perkenalan awal dengan masyarakat dilakukan secarabersama, dan para anggota tim berkumpul bersamapada waktu makan di pagi dan malam hari sambilmembahas berbagai pengalaman dan rencanamereka.

Tim standar terdiri dari delapan sampaiduabelas konsultan dengan keahlian yang berbeda-beda, mencakup satu atau dua orang botanikus,

Page 22: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

11

Tabel 1. Tahap-tahap survei, lokasi dan tanggal pelaksanaan

Tahap

1 (Percobaan)

2

3

4

Desa

Paya SeturanRian-Long Seturan

Langap

Laban Nyarit

Long Jalan

Lio Mutai

Gong Solok

Etnik

Merap & KenyahPunan Rian

Merap

Punan & Merap

Punan

Punan

Merap

Waktu dan catatan

25 September - 23 November 1999 (dengan PunanRian), dilanjutkan (metode-metode direvisi) padaDesember 2000.

23 April - 21 Mei 2000

22 Mei - 16 Juni 2000

23 Juli - 24 Agustus 2000

25 Agustus - 14 September 2000

7 November - 28 November 2000

seorang koordinator lapangan, seorang ilmuwantanah, dua orang pewawancara (manfaat tumbuhan)di lapangan, dua sampai empat orang pewawancara/peneliti berbasis desa, dan satu atau dua orangkoordinator logistik yang juga membantu tugas-tugaslainnya jika diperlukan. Tim lapangan juga terdiridari para ahli lokal dari setiap kelompok etnik,biasanya seorang laki-laki dan seorang perempuanyang memiliki pengetahuan tentang tumbuhan,seorang laki-laki yang paham mengenai tanah, sertabiasanya dua asisten lokal sebagai tambahan. Karenaberbagai macam faktor, kadang jumlah anggota timlebih sedikit, sehingga anggota tim yang ada harusmenangani tugas tambahan lainnya.

Desa dan masyarakatKami bekerja sama dengan dua kelompok etnik disepanjang sungai Malinau (dengan lebih menekankanpada ‘masyarakat yang hidupnya bergantung padahutan’). Kami memilih untuk tidak bekerja dimasyarakat yang di dalamnya telah ada banyakpeneliti atau dimana masalah penggunaan lahan telahberubah menjadi isu politis sehingga tingkat konflikyang tinggi mungkin mewarnai pandangan-pandangan lokal dan mempengaruhi interaksi merekadengan pandangan naif orang luar. Kami memilihmasyarakat Merap dan Punan karena merekamewakili dua budaya yang berbeda dan menonjoldi DAS Malinau. Dalam konteks lokal Merap secarapolitis merupakan kelompok yang berpengaruh danmemiliki kekerabatan kuat dengan masyarakatKenyah yang lebih berkuasa di daerah, sedangkanmasyarakat Punan kurang menonjol secara politis.Kedua kelompok tersebut berburu, menangkap ikan,mengolah kebun dan ladang, dan memanfaatkanhutan untuk mendapatkan bahan makanan, obat-obatan, bahan bangunan serta kerajinan tangan.Perbedaan utama antara dua kelompok ini, palingtidak hingga saat ini, yaitu masyarakat Merap lebih

banyak menanam padi, sementara masyarakat Punanmenekankan kegiatan yang berbasis pada hutan.

Penelitian terhadap masing-masingmasyarakat dilakukan selama tiga sampai empatminggu, meskipun kunjungan-kunjungan selanjutnyadiadakan setelah periode penelitian itu (lihat Tabel1). Di desa Paya Seturan terdapat masyarakatKenyah dan Merap, dan di desa Laban Nyaritterdapat masyarakat Punan dan Merap. Umumnya,berbagai upaya dilakukan untuk tetap memisahkankelompok masyarakat ini dalam pencatatan datameskipun hal ini tidak selalu praktis, khususnyadalam kegiatan-kegiatan umum seperti pertemuandengan masyarakat.

Waktu yang diberikan untuk setiapmasyarakat mencerminkan penilaian pragmatis daripengalaman awal kami, sebagaimana aspek-aspeklain dari metode penelitian ini. Pada awalnya kamimengusulkan untuk mengembangkan metode-metode yang bisa diterapkan secara cepat untukmemberikan informasi yang berharga selama duaminggu. Melalui berbagai uji coba lapangan, kamimemahami manfaat-manfaat keberadaan di tengahmasyarakat dalam waktu yang lebih panjang.Kepercayaan dan rasa keterlibatan masyarakatmembutuhkan waktu, tetapi 3–4 minggu tampaknyacukup untuk survei-survei awal.

Masyarakat yang bekerja sama dengan kamikadang curiga terhadap orang luar. Untukmembangun kepercayaan dan menghindari responsyang jelas-jelas strategis oleh para informan, kamisemaksimal mungkin menghindari hal-hal yangberorientasi politis atau uang, meskipun pertanyaan-pertanyaan seperti ini relevan dan dibahas secaraserius dalam tahap-tahap awal proyek. Misalnya,kami tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaanseperti ‘Kompensasi/imbalan apa yang anda harapkandari lokasi dan/atau barang dan jasa tertentu?’1

Page 23: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

12

Pemilihan sampel di lapanganKami memilih sejumlah lokasi sampel dari lanskapdi sekitar masing-masing masyarakat (Gambar 1).Lokasi sampel yang dipilih mewakili kisaran variasilanskap di lingkungan lokal. Meskipun variasi didalam hutan merupakan fokus, kami jugamemasukkan lokasi yang bukan hutan sebagaiperbandingan. Lokasi-lokasi khusus dan tidakumum dengan sengaja dicari melalui informanlokal, karena lokasi-lokasi ini memiliki biota yangterbatas dan kepentingan khusus. Pemilihan lokasisebagian besar didasarkan pada peta sumber dayautama dan penggunaan lahan yang dikembangkanoleh masyarakat dengan bantuan informasitambahan seperti citra satelit.2

Dua ratus plot penelitian dibuat di DASMalinau selama empat periode pengumpulan dataantara November 1999 dan November 2000.Masing-masing plot mencakup kisaran yang luasdari informasi biofisik dan pengetahuan lokal. Sekitar40 pohon berdiameter lebih dari 10 cm drh umumnyadicatat menggunakan suatu metode luas beragamyang inovatif, sementara vegetasi lainnya dinilaidalam sebuah transek berukuran 5 m x 40 m.

Dua ratus sampel ini juga telahdikelompokkan ke dalam delapan kategoripenutupan lahan (lihat Gambar 2). Kode sampeldibagi ke dalam tiga kelas perwakilan, yaitu ‘khas’‘terbatas’, dan ‘khusus’. Suatu sampel disebut ‘khas’jika lokasinya adalah contoh yang biasa dari jenispenutupan vegetasi yang umum dan tersebar luas,

Spesimen tumbuhan diawetkan untuk diteliti dan diidentifikasi

‘terbatas’ jika mewakili sebuah jenis penutupan yangterbatas atau memiliki ciri-ciri tertentu (kebanyakanluasnya hanya beberapa hektar), dan ‘khusus’ jikasampel meliputi sifat atau ciri khusus yang bersifatsangat lokal, misalnya, resapan air asin atau mataair. Kelas khas mencakup lebih dari setengah sampelkeseluruhan (60%), dua kelas berikutnya masing-masing sekitar 20%. Penduduk lokal memiliki banyakistilah khusus untuk kelas-kelas lanskap iniberdasarkan karakteristik di lapangan, meskipunkemungkinan agak berbeda antara masyarakat satudengan lainnya. Istilah lokal yang lebih detail ini sertamaknanya dicatat untuk masing-masing lokasi,lengkap dengan detail sejarah, manfaat dan nilainya.Kelas-kelas lokal ini juga dinilai secara lebih ringkasdi desa-desa (lihat bagian selanjutnya).

Tujuan pengelompokan tersebut adalahuntuk mencakup rentang variasi dalam penyebarangeografis yang memungkinkan dalam keterbatasanlogistik, misalnya, kami seringkali tidak mampumengambil sampel di tempat-tempat yang terlalujauh dari desa. Perlu diperhatikan bahwa karenakami sedang mencoba untuk mencakup lokasi-lokasiyang khas dan khusus, kriteria pengambilan sampelsecara normal tidak bisa diterapkan. Ketika sebuahsampel kawasan dipilih kami biasanya akan memulaidengan menentukan arah transek dan kemudianmelakukan pengambilan secara acak 1–5 langkahke kiri atau kanan untuk menghindari bias lokal padaskala kecil. Namun, karena kondisi topografi seringsangat ekstrim dan ada jurang atau perairan terbuka

Page 24: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

13

Lokasi-lokasi khusus mencakup makam. Dalam foto inisebuah kendi berisi tulang-tulang manusia disimpan di tempatlebih tinggi di sebuah pohon beringin dekat Gong Solok. Adabanyak tabu yang berkaitan dengan lokasi-lokasi seperti ini.

Hutan primer

Khusus - dimodifikasi

Khusus - alami

Hortikultur

Pertanian

Jekau mudaJekau tua

Hutan yang dimodifikasi

Gambar 2. Distribusi berbagai plot berdasarkanringkasan delapan kelas lokasi. Kelas-kelas ini hanyadigunakan untuk tinjauan awal. Kelas ini tidakmembatasi evaluasi selanjutnya; umumnyamencerminkan istilah-istilah lokal, meskipun kadangada perbedaan detail di antara pemakainya.

Lokasi-lokasi sampel telah diberi kode dan sub-kodesebagai berikut:

PF = Hutan primer - Hutan yang belum pernah dimodifikasisecara besar-besaran. Ini termasuk semua hutan yang belumpernah dibalak, ditebang, dibabat habis atau dimodifikasi olehkebakaran, angin atau banjir. Jika hutan primer merupakan ‘cirikhusus’ (di atas batu kapur, batubara, tanah yang dangkal, rawa,sumber air asin atau ditumbuhi sagu) dan luasnya terbatas,diberi label sebagai ‘Khusus-Alami’ (lihat SN di bawah).

MF = Hutan yang dimodifikasi - Hutan yang dimodifikasioleh manusia (termasuk pembalakan) atau akibat bencana alam(hempasan angin, banjir, longsor). Jika hutan telah dibalak,ditebang, dibabat habis atau dimodifikasi oleh kebakaran, anginatau banjir, diberi label ‘Modifikasi’ dan diberi satu sub-tipesebagai berikut: pembalakan (lo), penebangan batang pohon(p), angin (w), kemarau (d), api (fi), banjir (fl), pembabatantumbuhan di lapisan bawah tegakan hutan (u). Lihat juga SM.

OF = Jekau tua - Bekas kawasan budidaya yang telahdiabaikan lebih dari 10 tahun lalu. Jekau tua umumnya terdiridari pohon pertumbuhan sekunder berkayu yang tumbuh lebat.

YF = Jekau muda - Bekas kawasan budidaya yang telahdiabaikan kurang dari 10 tahun lalu. Sebuah sub-kodemenunjukkan ‘tahun sejak budidaya dilakukan’.

A = Pertanian - Dibudidayakan selama periode survei.Umumnya digunakan untuk plot-plot yang dibudidayakan ataudipelihara pada saat pengambilan sampel, dengan sebuah sub-kode tambahan untuk tipe tanaman pangannya: padi (r),singkong (m), kacang-kacangan (k), kadang (s) untuk lokasiyang berawa. Plot-plot yang baru saja dibakar (kurang daridua bulan) dihindari.

H = Hortikultur - Tumbuhan tahunan (sering berupa tanamanperdagangan). Jika kebun atau perkebunan bukan merupakanbekas lokasi desa, maka diberi label ‘Hortikultur’. Sub-kodeberikut ini digunakan sebagai tambahan: kebun buah (f), coklat(cc), kopi (c).

SN = Khusus-alami - Vegetasi di sebuah lokasi khusus ataudengan ciri khusus, biasanya sangat terbatas, dan tidak pernahdimodifikasi oleh masyarakat. Jika hutan primer merupakan ‘cirikhusus’ (misalnya, di atas batu kapur, batu bara, batu, rawa,sumber air asin atau ditumbuhi sagu) dan luasnya terbatas,diberi label sebagai ‘Khusus-Alami’ dan akan diberi sub-tipeberikut ini: rawa (s), sumber air asin (ss), batu bara (co), batukapur (li), tanah yang dangkal (sh), sagu (sa).

SM = Khusus-dimodifikasi - Vegetasi di sebuah lokasikhusus atau dengan ciri khusus tetapi dimodifikasi dengancara tertentu. Seperti SN, tetapi dengan ciri yang dimodifikasiseperti yang ditentukan di atas untuk ‘Hutan yang dimodifikasi’.Juga lokasi terbatas lainnya dan/atau ciri khusus seperti lokasibekas desa atau pekuburan dan hutan bambu. Menggunakankode sub-tipe sebagai berikut: lokasi desa lama (ov), kuburan(g), bambu (b).

Page 25: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

14

di lokasi plot, maka posisi plot harus disesuaikan.Kami mengimbangi pemilihan yang ‘kurangobyektif’ dengan banyaknya jenis lokasi yang dapatkami nilai dalam waktu yang terbatas dan dengankemampuan kami untuk mengikutsertakan lokasi-lokasi khusus. Hal ini tidak mungkin bila kamimenggunakan pendekatan-pendekatan yang kurangfleksibel.

Berbagai karakter biofisik dari masing-masing lokasi dinilai, termasuk investigasi secaradetail sifat-sifat tanah, sifat-sifat vegetasi danidentifikasi spesies. Pada setiap kasus, informan-informan lokal memberikan informasi detailmengenai berbagai aspek dari setiap lokasi, termasukkomposisi tanah dan spesies, sejarah pemanfaatandan kepemilikan.

Waktu yang diperlukan untukmenyelesaikan satu plot sangat bervariasi, bergantungpada waktu untuk perjalanan dan kelimpahantumbuhan. Di lokasi pertanian yang vegetasinyajarang, pengumpulan data tanah membutuhkanwaktu yang lebih lama (1½–2 jam) dibandingkanwaktu untuk mengumpulkan data vegetasi. Di lokasiyang lebih melimpah, pengumpulan data botani danetnobotani bisa membutuhkan waktu lebih dari limajam. Waktu perjalanan terpanjang untuk mencapaisebuah lokasi sampel adalah sekitar dua jam,sehingga hanya satu plot saja yang dapat diselesaikandalam satu hari, meskipun untuk lokasi-lokasi yanglebih mudah dijangkau kadang kami bisa menanganidua plot. Dalam pelaksanaannya, tim dapatmengelola sekitar 30 plot setiap bulan.

Page 26: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

3yang dilakukan di desaKegiatan-kegiatan

Pertemuan dengan masyarakatPertemuan dengan masyarakat yang pertama kalibertujuan untuk memperkenalkan survei,menjelaskan penelitian dan alasan-alasan untukmelakukan kegiatan tersebut. Prosedur akhir dapatdibaca dalam Kotak 3.

Dalam pertemuan kedua, biasanya dimalam berikutnya, semua hasil pembicaraandirangkum dan pertanyaan-pertanyaan darimasyarakat dijawab. Fokus berikutnya adalah

mengidentifikasi para ahli lokal yang potensial yangkemudian didekati secara langsung, tetapi kegiatanutamanya adalah pemetaan. Dalam usaha untukmemelihara suasana yang tidak resmi, kamimenyediakan teh dan kopi, biskuit, kacang dan rokokdi semua pertemuan ini. Kami bermaksud untukmelaksanakan kegiatan ini dalam waktu dua jammeskipun umumnya terlambat dimulai hinggaakhirnya menjadi lebih lama.

Anggota masyarakat juga membantu mengidentifikasi dan menyebutkan ciri-ciri penting dalam membuat peta dasar untuk diberiketerangan lebih lanjut

Page 27: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

16

Pemetaan lanskap bersama masyarakatPemetaan bersama masyarakat dilakukan sebagaisuatu cara untuk mengumpulkan informasimengenai sumber daya alam, lokasi khusus danpandangan lokal dalam suatu kerangka geografis.Dalam pertemuan kedua, anggota masyarakatdibagi menjadi kelompok-kelompok berdasarkanumur, etnik dan gender. Dengan bimbingan seorangfasilitator mereka diajak untuk menggambarkansumber daya alam mereka pada peta-peta dasaryang sudah disiapkan sebelumnya. Peta-peta dasarini, sedapat mungkin menunjukkan sungai, jalan,lokasi desa, dan jajaran pegunungan utama,meskipun informasi umum geografi yang tersediasangat terbatas.

Kegiatan pemetaan biasanya dimulaidengan pengenalan peta oleh anggota masyarakat,dengan memberikan nama, menggambarkan danmengidentifikasi arah aliran anak sungai3. Prosesini sering membutuhkan waktu yang lama. Beberapaanggota masyarakat mempunyai sedikit pengalamandalam menggunakan peta, sehingga perlu penjelasanyang teliti. Semua kelompok juga diminta untukmenyebutkan lokasi-lokasi referensi tambahan

1. Mengatur pertemuan di tempat/balai pertemuan masyarakat.2. Menyepakati waktu pertemuan dengan kepala desa (biasanya setelah makan malam).3. Mengundang secara pribadi semua kepala desa dan sebanyak mungkin penduduknya.4. Memulai dengan memperkenalkan semua anggota tim.5. Mempersilahkan masyarakat memperkenalkan diri mereka/desanya. Mendapatkan informasi dasar

tentang desa: jumlah penduduk dan jumlah keluarga, etnis, kegiatan masyarakat saat ini, dsb. Apakahmereka punya waktu untuk berpartisipasi? Jika ya, kapan mereka punya waktu untuk melakukannya?

6. Memperkenalkan tujuan CIFOR di kawasan tersebut.7. Menjelaskan latar belakang studi ini, dan peran organisasi kita – termasuk apa yang dapat dan tidak dapat kita

tawarkan kepada masyarakat. Hindari memberikan janji-janji.8. Menjelaskan sasaran survei.9. Menjelaskan kegiatan penelitian dan apa yang ingin dicapai serta apa yang akan disediakan. Jelaskan

bagaimana masyarakat dapat berpartisipasi, dan bagaimana kita menginginkan mereka membantu danmemberikan saran kepada kita.

10. Menjelaskan aspek-aspek penting dari jadwal dan kegiatan penelitian. Simak dengan baik jika adapotensi masalah atau konflik apa saja dengan kegiatan-kegiatan lokal. Berusahalah untuk mencapaikesepakatan mengenai jadwal kegiatan-kegiatan utama.

11. Menjelaskan kemungkinan keterlibatan masyarakat lokal: asisten penelitian, asisten penerjemah danpewawancara, tukang perahu, asisten di lapangan, koki atau pelayan rumah tangga, pembelian bahanpangan lokal. Upah dan tanggung jawab.

12. Melalui diskusi-diskusi informal, mulailah untuk mengenali para pakar lapangan dan informan utama.13. Pancing pertanyaan dan berusaha untuk memberikan jawaban yang jelas dan jujur.14. Periksa apakah anggota masyarakat senang dengan kegiatan-kegiatan yang diusulkan – berikan penjelasan

jika ada aspek-aspek khusus yang mungkin tidak bisa diterima. Bersedialah untuk menerima pelarangan-pelarangan tertentu.

15. Mengatur pertemuan selanjutnya dengan partisipasi masyarakat luas untuk pemetaan, dll.16. Mengakhiri pertemuan. Mulailah merencanakan berbagai kegiatan berdasarkan kemungkinan yang ada.

Kotak 3. Pertemuan perkenalan dengan masyarakat

1. Kumpulkan dan susunlah informasi yang sesuaidari semua peta kawasan yang ada (ciri-ciriutama, khususnya sungai, jalan, desa, kamppembalakan dan puncak gunung).

2. Dengan informan-informan lokal dan sebuahpeta dasar, mulailah mengumpulkan danmemeriksa nama-nama lokasi di sekitar desa,di percabangan anak sungai utama, dan dipersimpangan jalan. Jika memungkinkanbuatlah sebuah basisdata global positioningsystem (GPS) dari tempat-tempat itu. Tambahkanke peta dasar.

3. Siapkan sebuah peta sederhana dari sungaiutama, anak sungai, lokasi desa dan landmarkyang ada saat itu, dengan nama-nama lokal yangdiberikan oleh para informan.

4. Buatlah salinan yang cukup di kertas yang besar(A1 atau A0) untuk pertemuan masyarakat.

Kotak 4. Panduan untuk menyiapkan peta dasar

(seperti lokasi-lokasi bekas desa dan puncak-puncakbukit) dan kemudian mulai menempatkan posisi-posisi yang berkaitan dengan berbagai jenis penutup

Page 28: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

17

lahan, sumber daya, ciri-ciri, atau kegiatan-kegiatantertentu, termasuk lokasi-lokasi khusus (lihat Tabel2). Dari proses ini kemudian dibuat kunci simboldan warna tertentu. Banyak elemen dari kunci atausimbol ini kemudian distandarkan di desa-desa laintempat kami bekerja, karena contoh dari pekerjaansebelumnya sering digunakan sebagai contoh ataumodel di desa-desa berikutnya.

Anggota masyarakat terus melakukan revisiterhadap peta-peta ini pada minggu-mingguberikutnya. Berbagai penyempurnaan selanjutnyadilakukan bersama oleh tim lapangan dan tim desa,karena berbagai diskusi atau observasi di lapanganseharian sering menghasilkan tambahan atauperubahan kecil. Peta yang dihasilkan berfungsi

sebagai dasar untuk diskusi dan penentuan lokasisampel di lapangan. Peta-peta ini biasanya dipasangdi dinding sehingga dapat dilihat oleh masyarakatdan anggota tim dan diperbarui, jika memangdiperlukan. Sebelum meninggalkan desa, semua petadigambar ulang dengan rapih dan digabungkan.Salinan yang jelas ditinggalkan kepada para pemukadesa (Kepala Desa dan Kepala Adat).

Memilih informan-informan lokalBerdasarkan informasi yang diperoleh selamamelakukan pertemuan dan pemetaan denganmasyarakat, serta diskusi-diskusi informal lainnya,

1. Jelaskan proses pemetaan kepada parapeserta. Pertemuan ini membutuhkan dua sesi,masing-masing 2-3 jam. Atur waktu anda.

2. Bagilah para peserta ke dalam kelompok-kelompok. Pastikan ada seorang fasilitator/sekretaris yang bertanggung jawab mencatatberbagai hal untuk setiap kelompok. Pastikanjuga bahwa di setiap kelompok terdapatseseorang yang bisa berbahasa setempat danIndonesia serta mau membantu menjelaskandan menjawab berbagai pertanyaan yangmuncul. Aturlah anggota-anggota tim lain untukmenyebar dan membantu jika diperlukan.

3. Upayakan agar para peserta membuat daftar danmenyebutkan:

- Berbagai tipe penggunaan lahan- Berbagai tipe lahan dan elemen lanskap- Berbagai tipe sumber daya alam- Berbagai tipe tanah atau perairan

(misalnya, rawa)- Ciri-ciri khusus, alami dan antropogenis –

mengusulkan daerah batu kapur, kawasanhutan yang diterpa angin, air terjun, areapekuburan4.

4. Meminta kelompok untuk mulaimenggambarkan peta: pertama, gambarkanlokasi desa, bekas kampung, pekuburan, lokasisakral, kawasan-kawasan yang aksesnyaterbatas. Lanjutkan dengan lokasi/kawasanhasil-hasil hutan, tipe lahan, dan kategori tanah.

5. Tim desa lalu menggabungkan semua petayang digambar selama pertemuan masyarakatke dalam satu atau lebih ‘peta induk’. Peta inidapat diperbarui/dikoreksi setiap hari. Peta akhirdan peta-peta yang digambar selamapertemuan masyarakat dikembalikan ke desasebelum tim menuju lokasi berikutnya.

Kotak 5. Instruksi-instruksi untuk pertemuanpemetaan

Tabel 2. Kategori-kategori sampel unit lahan yang mungkindipetakan oleh anggota masyarakat

Nama Indonesia Dalam Bahasa Inggris

Kampung Village grounds

Bekas kampung Abandoned village

Kebun pisang Banana garden

Kebun singkong Casava garden

Kebun buah Fruit garden

Kebun kopi Coffee garden

Kebun kakao Cocoa garden

Ladang gunung Swidden (rain-fed)

Ladang berawa Swidden (swampy)

Belukar ladang baru 1 thn. New swidden fallow

Belukar >2 kali pakai Swidden fallowused more than twice

Belukar ladang Swidden fallow2–3 thn. (2–3 yrs old)

Belukar 3+–5 thn. Swidden fallow(3+–5 yrs old)

Belukar 5+–10 thn. Swidden fallow(5+–10 yrs old )

Belukar 10+–25 thn. Swidden fallow(10+–25 yrs old)

Belukar >25 thn. Swidden fallow(>25 yrs old)

Hutan belum Primary forestditebang/hutan rimba (never cut)

Hutan gunung Mountain forest (moss)

Hutan rawa Swamp forest

Hutan sekunder (alami) Secondary forest (natural)

Kelompok rotan Clump of rattan species

Kelompok palem sagu Grove of sago palms

Sungai River

Rawa Swamp

Sumber air asin Salt spring

Page 29: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

18

para calon ‘ahli lokal’ diidentifikasi. Kriteriapemilihannya adalah sebagai berikut:1. Anggota masyarakat dari setiap kelompok etnik

yang relevan.2. ‘Konsensus umum’ oleh masyarakat tentang

siapa ‘yang paling tahu’ mengenai sumber dayaalam dan wilayah desa.

3. Gender; tim lapangan berusaha untuk memilihseorang laki-laki dan seorang perempuan sebagaiinforman tumbuhan dan faktor-faktor lokasi dimasing-masing plot.

4. Kesediaan dan kemauan untuk berpartisipasi.5. Orang-orang yang fasih berbahasa Indonesia dan

lokal lebih disukai, meskipun kami juga bekerjadengan para penerjemah lokal agar bisamemperoleh akses ke beberapa informan tuayang kurang percaya diri (asisten-asisten lapanganyang lebih muda biasanya fasih berbahasaIndonesia dan bisa diminta untuk menjelaskanatau menerangkan kepada pewawancara atauinforman lain).

Umumnya, para ahli lokal itu diganti setiapbeberapa hari untuk memastikan penggunaaninforman yang bervariasi, dan untuk mengidentifikasimana yang paling mampu dan berpengetahuan.Informan-informan yang lebih tua kadang tidakmampu bekerja di lokasi-lokasi yang lebih terpencildan sulit dijangkau. Karena keterbatasan tenagakerja, kami tidak dapat menggilir atau menukar parainforman secara kaku. Namun kami selalu dapatmenggilir informan dan akhirnya kami paling seringbekerja dengan mereka yang (kami rasa) paling tahudan selalu menunjukkan minat untuk bekerja. Denganmempekerjakan beberapa informan, kami jugamemastikan bahwa peluang pekerjaan dibagibersama dan para informan tersebut bisa memenuhikewajiban mereka yang lain. Kami kehilanganpotensi untuk mempertahankan konsistensi dalammengidentifikasi tumbuhan dengan mempekerjakaninforman-informan yang beragam di lapangan. Tetapidi sisi lain, cara ini memberikan kesempatan untukmendapatkan gambaran yang lebih baik dari‘pandangan-pandangan umum lokal’ dan secara

Tabel 3. Formulir yang digunakan dalam pengumpulan data bersama masyarakat

Formulir Judul Metode

*Qs1 Deskripsi desa dan perspektif Wawancara hanya dengan kepala desapenggunaan lahan

Qs2 Latar belakang budaya Wawancara hanya dengan ketua adatdari penggunaan lahan

Qs3 Harga barang yang diperdagangkan Wawancara di toko dengan 3-5 penjaga toko

Qs4 Survei rumah tangga Semua (atau paling sedikit 30 rumah tangga)

Qs5 Pengetahuan tradisional Wawancara dengan 3-5 informan kuncitentang penggunaan lahan

Qs6 Pengumpulan dan penjualan hasil hutan Wawancara dengan 3-5 informan kunci

**Ds1 Sejarah pemukiman dan penggunaan lahan Wawancara dengan kepala desa atau ketua adat

Ds2 Bencana dan kejadian penting Wawancara dengan kepala desa atau ketua adat

Ds3 Tipe lahan dan hutan Pertemuan masyarakat

Ds4 Hasil hutan Pertemuan masyarakat

Ds5 Demografi Survei rumah tangga (sensus) dan dokumentasidari kepala desa

Ds6 *** PDM tipe lahan dan hutan Diskusi kelompok fokus. Masing-masing kelompokperempuan/laki-laki, tua/muda atau kelompok etnik

Ds7 PDM masa lampau-masa kini-masa depan Diskusi kelompok fokus. Masing-masing kelompokperempuan/laki-laki, tua/muda atau kelompok etnik

Ds8 PDM jarak untuk tipe lahan dan hutan Diskusi kelompok fokus. Masing-masing kelompokperempuan/laki-laki, tua/muda atau kelompok etnik

Ds9 PDM sumber barang yang digunakan Diskusi kelompok fokus. Masing-masing kelompokperempuan/laki-laki, tua/muda atau kelompok etnik

Ds10 PDM spesies terpenting per kategori guna Diskusi kelompok fokus. Masing-masing kelompokperempuan/laki-laki, tua/muda atau kelompok etnik

*Qs=Lembar kuesioner, **Ds=Lembar data, *** PDM = Pebble Distribution Methode (lihat halaman 20)

Page 30: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

19

langsung kami mengatasi masalah konsistensi denganmembentuk kelompok-kelompok fokus di antaraanggota masyarakat untuk mengkaji berbagaiidentifikasi lapangan dari spesimen bukti yangdikumpulkan (lihat bagian selanjutnya).

Pengumpulan data bersama masyarakatSetelah pertemuan-pertemuan dengan masyarakatselesai, setiap tim bekerja untuk mengumpulkandata. Tim desa bersama beberapa asisten lokalditugaskan mengumpulkan kategori-kategoriinformasi sosial ekonomi dan budaya secarakognitif (lihat Kotak 2). Metode-metode yangmereka gunakan adalah menggabungkan data ditingkat desa, melalui berbagai pertemuan denganmasyarakat, survei rumah tangga dan wawancaradengan para informan kunci untuk mengidentifikasinilai-nilai berbagai unit lanskap menurut masyarakatdan hasil-hasil yang terkait. Suatu kegiatanmemberikan skor/nilai, dikenal sebagai MetodeDistribusi Kerikil (Pebble Distribution Methode/PDM), digunakan untuk mengukur penilaiankelompok terhadap kepentingan berbagai hasil hutandan unit lanskap. Jadwal penerapan metode-metodeini diuraikan dalam Lampiran I, sedangkan formulir-formulir yang digunakan untuk memandu berbagaiwawancara dan mencatat data dapat dilihat dalamTabel 3 dan juga dalam Lampiran IV (a–p). Karenahampir semua pengumpulan data juga melibatkanbeberapa bentuk wawancara, maka kami jugamengembangkan panduan untuk melakukanwawancara (lihat Kotak 6).

Informan-informan kunciDi setiap desa atau setiap kelompok etnik yangdiminta pendapatnya, tiga sampai lima informankunci diwawancarai untuk mengetahui nama-namaberbagai hasil hutan dan manfaatnya, danpengetahuan mereka tentang kategori penggunaanlahan lokal. Informasi tentang sejarah lokal,berbagai lembaga dan kegiatan pengelolaan,perdagangan dan agama dikumpulkan dari berbagaiahli lokal di masing-masing lokasi (lihat LampiranIV). Informasi ini melengkapi informasi lokasi yangdikumpulkan dari sampel-sampel lapangan. Dalamkasus-kasus tertentu, orang yang diwawancaraidiundang untuk mengunjungi lokasi-lokasi dilapangan atau bergabung dengan para informan dilapangan dimana hal-hal tertentu dapat dijelaskanlebih baik.

SensusSensus rumah tangga dilakukan sejak awal untukmemastikan statistik mengenai penduduk. Anggota-anggota rumah tangga juga ditanyai tentang sumber-sumber pendapatan mereka, berbagai pandanganmengenai lingkungan hidup setempat dan aspirasi

1. Temui anggota masyarakat.2. Usahakan agar wawancara berlangsung dalam

kelompok kecil; hubungan pribadi dan kekuatanpolitik mungkin mempengaruhi respons yangdiberikan.

3. Jalin hubungan, buat informan merasa nyaman.4. Rileks, perhatikan sikap badan dan bahasa tubuh.5. Jelaskan tujuan.6. Jelaskan peraturan-peraturan tentang kerahasiaan.7. Tetapkan aturan-aturan dasar – jelaskan bahwa

tidak menjadi masalah jika mereka tidak tahujawaban suatu pertanyaan.

8. Usahakan waktunya singkat, perhatikan waktu danjika mereka mulai gelisah, mengubah topik, kurangperhatian. Hentikan atau jika perlu istirahat. Janganterburu-buru.

9. Bersikaplah sabar dan tenang, tetapi serius.10. Gunakan bahasa yang sederhana, siapkan cara-

cara lain untuk menanyakan hal yang sama.11. Jangan pernah mengarahkan seorang informan

dengan mengusulkan sebuah jawaban ataumemberikan pendapat anda sendiri: sabar danberilah waktu kepada responden untuk berpikir.

12. Hormati berbagai pandangan, peraturan dan adatistiadat lokal.*

13. Bersikaplah bijaksana: tunda isu-isu yang sensitifdibagian akhir atau pada wawancara kedua.

14. Jangan memaksa informan untuk menjawab.15. Biarkan informan berbicara dan bahkan sedikit

menyimpang dari pertanyaan, tetapi jangan terlalulama.

16. Sediakan alat-alat peraga, peta atau gambar untukmembantu anda menjelaskan suatu gagasan.

17. Kegiatan-kegiatan, seperti membuat peta,merupakan kegiatan yang baik untuk membuatorang tetapi berminat.

18. Terima mereka dengan ramah dan tawarkanbeberapa kompensasi untuk pekerjaan yangtertunda, tetapi jangan membeli informasi.

19. Jangan memberi janji-janji.20. Pastikan anda menyampaikan terima kasih kepada

para informan anda. Beritahu bahwa anda mungkinperlu kembali untuk mengecek informasi.

*Sebuah contoh relevan yang kami temukan adalahbahwa pria tidak bisa mewawancarai perempuan Merapsendirian.

Kotak 6. Berbagai panduan dan saran untukmelakukan wawancara

Page 31: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

20

mereka terhadap lahannya. Paling sedikit ada 30rumah tangga yang dikunjungi untuk mengumpulkandata demografi dasar (per desa atau per kelompoketnik jika terdapat lebih dari satu). Jika desanyakurang dari 30 rumah tangga, maka semua rumahtangga dikunjungi. Penentuan jumlah rumah tanggamemang diperlukan tetapi lebih bersifat pragmatis.Tiga puluh rumah tangga dianggap cukup untukmewakili respons-respons umum masyarakat danuntuk menyingkapkan variasi umum dalam setiapmasyarakat. Di sebagian besar masyarakat karenajumlah penduduknya sedikit maka seluruhnya kamijadikan sampel. Jumlah ini perlu dikaji tergantungpada kebutuhan dan konteksnya.

Wawancara terfokusDalam studi uji coba kami berusahamendokumentasikan variasi dalam pemanfaatandan penilaian berbagai hasil hutan dan kategori unitlahan di tingkat rumah tangga, tetapi cara initernyata menghabiskan waktu, baik bagi parainforman maupun pewawancaranya. Selain itu adamasalah untuk mengingat kembali semua hasil hutanyang digunakan di masa lalu. Karena itu pada tahapselanjutnya kami membentuk empat kelompokfokus, yaitu kelompok laki-laki tua, laki-laki muda,perempuan tua dan perempuan muda (untuk setiapkelompok etnik yang ada) untuk melakukan kegiatanpenilaian mengenai kategori-kategori penutupanlahan/penggunaan lahan (lihat bagian selanjutnyamengenai ‘Kegiatan memberikan skor’).Kelompok-kelompok ini terbentuk berdasarkanundangan kepada individu-individu yang tersebar didesa seperti yang tercatat dalam survei rumah tangga.Data yang dikumpulkan di tingkat rumah tanggadibatasi hanya untuk data demografis danserangkaian pertanyaan yang umum termasukharapan-harapan dan masalah-masalah yangmereka lihat.

Kegiatan memberikan skor: MetodeDistribusi Kerikil (Pebble DistributionMethods)

Pendahuluan: konsep tentang ‘kepentingan’Salah satu tujuan penelitian ini adalah untukmengembangkan berbagai metode praktis untukmenilai kepentingan keanekaragaman hayati bagipenduduk yang kehidupannya sebagian bergantungpada sumber daya hidupan liar. Sejumlah teknikdigunakan dalam studi-studi kami, dan semua

metode ini berasumsi bahwa penduduk lokal adalahjuri terbaik mengenai apa yang terpenting bagimereka. Kami kemudian menilai kepentingandengan meminta informasi dari masyarakat danmengembangkan suatu sistem yang bisa dijadikanpenilaian yang relatif koheren mengenai berbagaibiota dan jenis nilainya.

Karena penekanan kami adalah untukmemperoleh pandangan masyarakat lokal, makasecara umum kami menghindari definisi eksplisittentang ‘nilai’ atau ‘kepentingan’. Memang cara inimenimbulkan suatu paradoks, karena kami juga perlukejelasan dalam pertanyaan-pertanyaan yang kamiajukan. Jadi kami mengkaji pendekatan ini lebih dulu.Kami memulai dengan mengasumsikan bahwakepentingan, dalam bentuk apapun, merupakansuatu penilaian relatif: yang mencerminkan hubunganantara yang dinilai dan yang melakukan penilaiandalam suatu waktu tertentu, atau dengan skenariohipotetis tertentu. Lebih jauh kami menerima bahwapenilaian-penilaian seperti itu bersifat subyektif,bergantung pada pengetahuan dan pengalamanpribadi, dan mungkin atau tidak mungkinberhubungan langsung dengan berbagai biaya danmanfaat yang nyata.

Kegiatan memberikan skor PDM di Long Jalan

Page 32: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

21

Kami berasumsi bahwa kepentingan secaraefektif tidak diungkapkan sebagai daftar harga dankuantitas, tetapi lebih sebagai suatu penilaian yangholistis atas pilihan-pilihan relatif. Uraian lengkaptentang alasan-alasan di balik keputusan ini tidakakan diberikan di sini tetapi ada tiga aspek utamayang bisa ditegaskan: 1) bahwa indikasi ‘pilihan’dan ‘kepentingan’ ini mampu mewakili prioritas-prioritas lokal, dan pada waktu yang sama 2)menghindari perhitungan yang rumit, dan 3)menghindari asosiasi dengan nilai finansial secarajelas. Sebagai contoh dari penekanan yang kamimaksudkan, tanaman sagu lokal kemungkinankurang berharga untuk dibeli atau dijual, tetapiberpotensi penting sebagai bahan makanancadangan pada masa paceklik, oleh karena itupenting bagi masyarakat yang hidupnya bergantungpada tanaman tersebut. Kami tidak perlu mengukuratau mencatat manfaat tanaman sagu yangsebenarnya untuk mempelajari hal ini. Agar tetapbersifat umum, setiap kami diminta untukmenjelaskan tujuan penilaian yang kami lakukan,secara eksplisit kami menghindari kata-kata yangberkaitan dengan harga (harga, ongkos, uang,mahal, murah), namun menekankan konsep-konsep‘nilai umum’, ‘kegunaan’ (manfaat) dan‘kepentingan’ (penting, sangat penting). Bilamemungkinkan kami menerjemahkan konsep-konsep ini ke dalam bahasa-bahasa lokal.

Kami menjajaki sejumlah metode untukmenilai penilaian masyarakat terhadap kepentingan

relatif berbagai hasil hutan dan unit lanskap. Peringkatsederhana atau ordinal dirasa masih tidak memadaiuntuk menilai tingkat perbedaan relatif dalamkepentingan antara serangkaian obyek yang dinilai.Kami mencoba dengan sebuah prosedurperbandingan berpasangan yang terkenal (AHP,lihat Saaty 1996) tetapi ternyata sulit dilakukan danjuga sulit dijelaskan dengan istilah-istilahsederhana. Akhirnya, kami memilih cara pemberianskor yang kami sebut ‘metode distribusi kerikil’(PDM, yang sering juga disebut kegiatan ‘bobotperingkat’ atau kegiatan ‘memberikan skor PRA’)(Tabel 4). Dalam setiap tahap kegiatan, parainforman diminta untuk membagi 100 manik-manik(kancing, biji atau kerikil) di antara kartu-kartuberlabel dan bergambar sesuai dengan nilai‘kepentingan’ mereka. Para pewawancara jugamemastikan bahwa sifat dasar pembandingandipahami dengan baik, caranya dengan memberikanpaling sedikit tiga contoh di setiap awal kegiatan.

Mengapa kita berusaha mendapatkanangka? Kita harus mempunyai alasan-alasan yangjelas untuk melakukan hal ini dan mengetahuikemungkinan kesulitan yang muncul. Ada empatalasan mengapa kami berusaha memperoleh nilai‘kepentingan’ dengan menggunakan metode-metode urutan angka. Pertama, seperti telahdijelaskan, ‘peringkat’ memberikan urutan pilihantetapi tidak menjelaskan berapa ukuran relatifnya.Kedua, tanpa ukuran relatif kami tidak dapatmembuat perbandingan yang kuat di antara berbagai

Tabel 4. Ikhtisar latihan-latihan memberikan skor

Lembar data Latihan memberikan skor PDM Tujuan

Ds6 Unit-unit lanskap Peninjauan luas dari tipe-tipe lahan mana saja yang bernilaiuntuk jenis kegunaan apa.

Ds7 Masa lalu-masa kini-masa depan Ikhtisar kepentingan relatif hutan untuk tipe-tipe kegunaandan nilai yang berbeda saat ini, 30 tahun lalu, dan 20 tahun dimasa depan.

Ds8 Jarak unit-unit lanskap Suatu usaha untuk mengukur bagaimana jarak dari desa(waktu perjalanan 1 dan 4 jam) mempengaruhi kepentinganrelatif tipe-tipe lahan yang berbeda.

Ds9 Sumber-sumber hasil Ikhtisar kepentingan secara keseluruhan ditempatkan padasumber-sumber tumbuhan dan binatang yang berbeda yangdigunakan oleh masyarakat: dibeli, ditanam, liar dari hutandan dari sumber daya liar lainnya.

Ds10 Spesies yang paling penting Identifikasi dan pembobotan relatif dari taksa tumbuhan danbinatang yang paling penting setiap kategori kegunaan(masing-masing sampai 10).

Setiap kegiatan dimaksudkan untuk memberikan ringkasan yang dapat dipahami oleh anggota masyarakat dan para peneliti. Idealnyahasil yang diperoleh dianggap sebagai sebuah penjelasan berbagai pola kepentingan secara keseluruhan yang bisa, dan bahkanharus, diuji lebih lanjut.

Page 33: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

22

barang/jasa kecuali secara jelas kami memintamereka membandingkannya. Jika kuantitas yangdiperoleh cukup kuat untuk dapat dibandingkan,metode-metode ini berpeluang untuk diterapkandalam menghadapi daftar panjang berbagai hasilhutan dan spesies yang mencirikan biota tropis yangdigunakan oleh masyarakat. Ketiga, ada suatu isukredibilitas. Angka tampak lebih meyakinkan danlebih memberikan otoritas. Jika para pembuatkeputusan diminta untuk menilai suatu analisis biayamanfaat, dan semua manfaat dihitung berdasarkannilai moneter hingga enam desimal dan semua biayadiajukan sebagai daftar spesies yang ‘dikatakanpenting’, maka argumentasi ini pasti tidak mendapatperhatian yang tepat. Namun, sebuah tabel mengenaikepentingan spesies-spesies ini yang dilengkapidengan pernyataan kuantitatif mengenai kepentinganlokal menunjukkan data pokok yang berarti. Alasanyang paling sederhana, kami menduga banyakpembuat keputusan yang menyukai angka. Alasankeempat adalah, sebagai peneliti, kami tertarik untukmenilai sampai seberapa jauh kami berhasilmengukur kepentingan dan bagaimana kepentingantersebut diberlakukan sebagai suatu kuantitas, atauserangkaian kuantitas. Setelah kami mengumpulkandata berdasarkan angka ini, berbagai metode-metodeanalitis dapat digunakan untuk mengukur sifat-sifatdata ini (lihat misalnya, Colfer dan Byron 2001).

Kami tidak mengingkari bahwa adakekurangan dalam menggunakan pendekatan-pendekatan berdasarkan angka seperti ini (dikajidalam Campbell dan Luckert 2002, Nemarundwedan Richards 2002). Angka dapat memberikankesan kepastian yang tidak tepat. Apakah anggotamasyarakat memahami apa yang sedang kami cobalakukan, apakah hasil-hasilnya cukup konsistensehingga berarti? Maksudnya di sini adalah bahwaangka-angka ini bukan merupakan sebuah hasilakhir, tetapi dapat dikaji ulang. Masing-masing angkatidak perlu diinterpretasikan secara terinci agarpola-pola bisa sangat ekspresif (misalnya, lihatTabel 5) – pola angka yang kosong (nol) dan yangangka besar bisa didefinisikan dengan jelas dantampaknya pola ini mempunyai arti yang jelas.Secara khusus kegiatan-kegiatan PDM ini sangatberguna dalam mengembangkan dialog denganpara informan.

Sebuah contohSebagai suatu ilustrasi dari sebuah kegiatan sederhanadalam memberikan skor PDM, mari kita lihat lembar

data nomor 6 (Lampiran IV-f). Kelompok informan,terdiri dari enam perempuan berusia lebih dari 35tahun, diminta untuk membagikan 100 biji jagungpada kartu-kartu yang mewakili tipe-tipe lahan sesuaidengan kepentingan total dari masing-masing tipelahan. Masing-masing kartu memiliki sebuah gambarjenis lahan dengan namanya, baik dalam bahasaIndonesia maupun lokal. Satu per satu, kartudiperkenalkan oleh fasilitator, dan diletakkan di lantaisehingga dapat dilihat dan diraih oleh semua orang.Seratus biji tersebut ditumpuk di tengah. Penjelasantentang kegiatan ini diberikan sesuai dengankebutuhan.

Sebelum mulai memberikan skor, fasilitatorakan memberikan tiga contoh bagaimana biji-bijiandapat disebarkan dan apa artinya. Jika 10 bijidiletakkan di kartu ‘desa’ dan lima biji diletakkan dikartu ‘hutan’ maka dapat dijelaskan bahwa ini berartidesa dua kali lebih penting dibandingkan hutan; jikatiga biji diletakkan di kartu ‘sungai’ dan sebutir bijidi kartu ‘jekau muda’ maka sungai itu tiga kali lebihpenting daripada jekau muda; jika ada lima biji di‘jekau tua’ dan lima biji di ‘hutan’ maka keduanyasama pentingnya. Judul setiap kartu kemudiandiulangi lagi (ini diulang berkali-kali selama kegiatanberlangsung bila beberapa responden tidak dapatmembaca dan menulis, seperti yang sering ditemuidalam penelitian ini).

Secara berkelompok para informankemudian diminta untuk menyebarkan biji-bijitersebut di atas kartu-kartu. Cara melakukannyasebagian besar tergantung pada mereka sendiri.Kadang mereka mengambilnya secara bergiliran,masing-masing dengan segenggam penuh biji-bijian,dalam kesempatan lain seorang peserta meletakkansemua biji tetapi dipandu oleh yang lainnya. Kadangmereka tidak sepakat dan mereka harus berdiskusi– fasilitator biasanya tidak campur tangan dalamdiskusi tersebut, kecuali jika judul kartu atau artipemberian skor perlu dijelaskan lagi. Fasilitator akanterlibat untuk memperoleh tanggapan-tanggapan darianggota-anggota kelompok yang jarang berbicaraatau pendiam. Cara yang paling sederhana yang dapatdilakukan fasilitator adalah dengan memberikansegenggam biji-bijian kepada anggota-anggotatersebut untuk disebarkan di atas kartu-kartu.

Ketika putaran awal kegiatan berakhir dansemua biji telah dialokasikan, fasilitator membacakankembali judul semua kartu sehingga ada kesempatanuntuk mengevaluasi tumpukan biji di setiap kartu danmenanyakan setiap anggota kelompok secarabergantian apakah semua setuju – kadang ini memicu

Page 34: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

23

satu rangkaian perubahan-perubahan kecil. Setelahsemua sepakat, skor dihitung untuk setiap kartu dandicatat. Jumlah total biji yang terhitung harus 100.Kegiatan ini dilanjutkan untuk setiap kategori jeniskegunaan atau nilai – sehingga dalam satu putaranditujukan untuk melihat ‘kepentingan untuk bahanpangan/makanan’, putaran berikutnya ‘kepentinganuntuk bahan obat-obatan’, dll., sampai semuakelompok kepentingan mendapat skor. Setelahkegiatan yang kedua atau ketiga, tidak perlu lagipenjelasan detail dalam memberikan skor dankegiatan selanjutnya menjadi lebih cepat. Namun,setiap kegiatan dimulai dengan suatu kelompok baruatau pada hari yang berbeda, fasilitator wajibmengulang kembali penjelasan dan menunjukkan tigasampel pemberian skor secara keseluruhan.

Contoh hasilnya ditunjukkan dalam Tabel5. Perhatikan bahwa kegiatan memberikan skor bagiunit-unit lanskap secara umum dilengkapi denganpenilaian-penilaian lapangan. Perhatikan juga bahwahasil dari kegiatan manapun dapat dianggap sebagaisuatu pernyataan untuk diskusi-diskusi selanjutnya.

Kegiatan PDM memberikan sebuahgambaran yang jelas dan sederhana mengenaikepentingan relatif. Kami menyarankan, sebagai

bagian dari proses, agar dibuat catatan singkatyang menjelaskan tiap-tiap angka penilaian(tergantung dari kegiatan, pertanyaan utamanyamungkin berhubungan dengan apa, mengapa,bagaimana dan siapa). Tidak ada lembar data untukini. Dalam beberapa kasus, catatan yang lebihterperinci mungkin diperlukan untuk menjelaskanaspek-aspek budaya atau untuk menjelaskankontradiksi atau perbedaan pendapat di dalam group.

Hierarki pembobotan untuk menilai spesiesyang paling pentingSalah satu tujuan kegiatan kami adalah untukmengidentifikasi sumber-sumber biologi terpentingmenurut pandangan masyarakat lokal. Kami jugaingin tahu tentang tipe-tipe kegunaan dan nilai-nilaiyang ada. Kami mengantisipasi bahwa ada lebih dariseribu spesies yang memiliki kegunaan/nilai tertentu.Tantangan selanjutnya adalah bagaimanamenghasilkan suatu proses yang memungkinkankami menangani keanekaragaman spesies dan masihtetap bisa mengetahui taksa mana yang terpenting,baik secara keseluruhan maupun dalam hal tipe-tipepenggunaannya secara khusus. Untuk itu kami

Tabel 5. Contoh PDM (Lembar data 6 - bagian pertama) tentang kepentingan berbagai unit lanskap yang berbedaoleh para perempuan tua di Long Jalan. Perhatikan semua baris jumlahnya harus 100, seperti yang ditunjukkandalam kolom akhir

Semua (Kepentingan secara keseluruhan)

Makanan

Obat-obatan

Konstruksi ringan

Konstruksi berat

Konstruksi perahu

Peralatan/perkakas

Kayu bakar

Anyaman/tali

Hiasan/adat/ritual

Benda yang bisa dijual

Sarana berburu

Tempat berburu

Rekreasi

Masa depan

20

9

46

17

18

40

37

22

7

7

13

10

19

8

5

9

31

46

11

39

29

12

10

7

9

9

9

28

20

34

9

9

9

39

5

9

45

20

20

11

22

31

54

55

100

100

63

21

61

54

32

60

61

29

100

100

100

100

100

100

100

100

100

100

100

100

100

100

100

Kam

pung

Bek

as k

amp

un

g

Keb

un

Su

ng

ai

Raw

a

Lada

ng

Jeka

u m

ud

a

Jeka

u tu

a

Hu

tan

Jum

lah

Page 35: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

24

menggunakan suatu pendekatan yang lebih baikdibandingkan kegiatan sebelumnya.

Prosedur kami didasarkan pada perolehaninformasi lokal mengenai spesies penting denganmenggunakan prosedur pembobotan secarahierarkis. Jika berhasil, metode ini menawarkancara yang efisien untuk menilai arti relatif‘keanekaragaman hayati’ di tingkat spesies bagipara pengguna lokal. Pada bagian ini, kamimenguraikan asumsi-asumsi pokok dan mendasardi balik pendekatan ini. Karena prosedur-prosedurini berdasarkan serangkaian prinsip matematika,kami akan berusaha untuk mengemukakannyasecara formal. Namun, seseorang tidak harusmemahami perhitungan matematikanya untukdapat memahami alasannya. Metode ini berasumsibahwa skor-skor ‘kepentingan’ bisa ditambahkandan dapat dibagi lebih lanjut lagi, melaluipeningkatan resolusi, yang akhirnya akanmencakup kepentingan tipe-tipe kegunaantumbuhan dan binatang tertentu. Asumsi-asumsi inikemudian dijadikan formal dalam kontekspembuatan keputusan dan teori prioritas (Saaty1996). Pendekatan hierarkis ini memungkinkankami mengevaluasi kepentingan relatif suatu sistem

yang beragam seperti kelompok spesies hutan yangbernilai secara lokal, dan memungkinkan kegiatanpenelitian secara holistik maupun reduksi,tergantung dari tingkat yang diteliti. Gambar 3merupakan contoh hierarki tingkat dua. Hierarkiini memiliki tiga sifat analitis yang berguna:1. Jumlah dari semua bagian di tingkat mana saja

yang diberikan dalam suatu hierarki adalah satu,dan

2. Nilai dari masing-masing kategori merupakanjumlah dari semua anggota kategori tepat ditingkat di bawahnya.

3. Nilai tingkat ‘entitas’ yang lebih rendah dapatdihitung sebagai bagian dari keseluruhan denganmengalikannya dengan pecahan yangmerupakan nilai keseluruhan pada ujung cabangentitas.

Misalnya, dalam Gambar 3, nilai-nilai yangdiberikan pada kategori A sampai G berjumlah satu.Nilai dari lima elemen i sampai v dari kategori Aberjumlah 0,15. Bila i adalah 0,25 dari A maka‘nilai sesungguhnya’ dari i adalah 0,0375 (yaitu hasilkali dari 0,25 x 0,15).

Kegiatan memberikan skor PDM di Long Jalan

Page 36: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

25

Kami mengembangkan sistem seperti iniuntuk memberikan nilai bagi taksa yang dianggappenting oleh para pengguna hutan. Pertama, kamimembagi menjadi 14 kelas kegunaan yang dijelaskanpada Tabel 6 (sama dengan A, B, C dalam gambar).Pengelompokan kedua (jika sesuai) adalah pembagiansederhana antara tumbuhan dan binatang (Gambar4). Perlu ditekankan bahwa langkah-langkah ini tidakditentukan oleh aturan-aturan khusus, dipilih untukkemudahan penghitungan dan komunikasi. Kelompok-kelompok dan tingkat-tingkat lain dapat digunakanuntuk memungkinkan penilaian terhadap spesies yanglebih banyak. Misalnya, tanaman yang dapatdikonsumsi dapat dibagi menjadi buah, daun, umbi,dan lainnya, atau sebagai jenis makanan.

Kami berasumsi bahwa pilihan-pilihansangat mudah dinyatakan jika membandingkan halyang sejenis. Pada beberapa kasus, entitas yangdinilai juga dikelompokkan sendiri karenaspesiesnya lebih dari satu (misalnya, buah durian).Kami menerima keadaan ini karena taksanya terkaitdengan bentuk yang dipilih sendiri oleh pararesponden untuk dimasukkan dalam daftar. Sifat-sifat mutlak yang diperlukan untuk kelas-kelas nilaiadalah 1) kelengkapan (kelas-kelas yang digabungkanmencakup semua yang harus dinilai), 2) masing-masing dihitung secara terpisah (nilai-nilai yang samatidak dihitung lebih dari satu kali), dan 3) sederhanadan cukup jelas untuk dijelaskan dan dipahami olehpara responden dalam waktu yang memungkinkan.Idealnya, kelas-kelas ini disesuaikan dengankategori-kategori kegunaan karena masyarakatmemahaminya tetapi untuk melakukannyadiperlukan kompromi agar daftar yang ada tetapcukup pendek untuk dapat diolah. Membiarkanmasyarakat membuat klasifikasi sendiri akan lebih

baik, tetapi akan melibatkan penelitian komparatifdan rekonsiliasi perbedaan antar informan, antarbudaya, dan antar masyarakat, sehingga malahmenimbulkan perbandingan yang rumit antaramasyarakat satu dengan yang lain. Untukkepentingan studi, kami melakukan kompromidengan menggunakan sistem yang dikembangkan dariserangkaian kelas-kelas tertentu berdasarkanpenelitian kami sebelumnya dengan masyarakat dikawasan tersebut (Puri 1997, 1998, 2001) dankemudian disempurnakan dalam studi percontohankami. Meskipun ada beberapa keraguan, kamimerasa bahwa keuntungan penggunaan sistem yangditetapkan melebihi kerugiannya. Sekali lagi,mempersiapkan daftar hasil hutan lebih dahulumembantu proses ini demikian juga dengan memberikesempatan kepada responden untuk menambahatau mengurangi spesies bila diperlukan.

Penentuan kelas-kelas tersebut harusdilakukan secara hati-hati sehingga tidak terlalumembatasi pemikiran mereka, dan masyarakatmungkin perlu diingatkan untuk menjaga agarsemua informasi kelas-kelas tetap sesuai dengantujuannya, misalnya madu itu adalah merupakangolongan hasil hutan yang berasal dari binatang.

Beberapa kegunaan hasil hutan tertentulebih sulit digolongkan (misalnya, obat untuk anjing,air minum yang berasal dari liana, pembungkusmakanan, daun sirih yang dikunyah, daun-daunpembungkus rokok), meskipun hal-hal ini umumnyamerupakan tipe kegunaan yang kurang penting.Dengan melakukan kegiatan-kegiatan dalamkelompok maka perbedaan-perbedaan di antara pararesponden dapat dikurangi, sehingga manfaat darihasil hutan diperdebatkan seperlunya.Kenyataannya, hal ini jarang sekali terjadi. Resiko

Nilai total tumbuhan dan binatang di lingkungan

Nilai-nilai individu

Kategori-kategori nilai

Gambar 3. Prinsip hierarki umum yang digunakan dalam melakukan analisis kepentingan spesies

Page 37: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

26

lebih besar adalah kemungkinan suatu hasil hutanterabaikan. Jika suatu kegunaan terus-menerusterlupakan, kemungkinan kegunaan tersebut tidakpenting, tetapi ada resiko bahwa kegunaan tersebutmungkin terus-menerus terabaikan bukan karenatelah dilupakan tetapi karena bentuk pertanyaannya.Oleh karena itu pada kegiatan lapangan, di manapara responden mengidentifikasi spesies, tipekegunaan, dan kelasnya, akan melengkapi aktivitas-aktivitas di desa.

Logika analitik dan aplikasiPada tingkat paling rendah, kepentingan suatu jeniskegunaan (j) dari suatu spesies (i) akan diwakili olehsuatu nilai individu G

ij (pada tingkat i, ii, iii, dst. dalamgambar)5. Suatu spesies yang berguna mungkinmemiliki satu atau beberapa kegunaan dengan nilaiG

ij sendiri dalam satu atau beberapa kelas, misalnya,

satu tumbuhan mengandung dua bahan obat yangberbeda dari akar dan daunnya, dan kulit kayunyajuga baik untuk racun ikan, dan dari batangnya untukkayu bakar — ini adalah empat G

ij, dua di antaranya

karena berada di kelas yang sama yaitu tumbuhanobat.

Kepentingan suatu spesies (Local User’sValue Index: ‘LUVI’/Indeks Nilai bagi Pengguna

Lokal) merupakan jumlah keseluruhan dari nilai Gij

suatu spesies, yaitu:

LUVI = Σi=spesies, keseluruhan j,

Gij

(Persamaan 1)

Pendekatan langsung dapat dilakukan denganmemboboti setiap G

ij dalam suatu perbandinganyang dikelompokkan melalui PDM. Dalam sistemini perbandingan dilakukan dalam memboboti setiapkelas untuk G

ij, sebagai bagian dari serangkaian

perhitungan, kemudian kelas-kelas itu sendiridibandingkan sekaligus. Urutan ini (secara hierarkisanggota yang lebih rendah lebih dulu kemudiananggota yang lebih tinggi, misalnya spesies sebelumkelas-kelas nilai) memastikan bahwa para respondensudah benar-benar memikirkan apa yangdimasukkan dalam setiap kelas. Pengurutan spesiesmenurut nilai kelasnya (bukan nilai totalnya) jugapenting, jika kelas tersebut memiliki lebih dari satukegunaan. Proses ini memungkinkan perkiraanlangsung dari jumlah semua G

ij dari setiap spesies

dalam suatu kelas j (sebut ini GiJ) sebagai

GiJ = ∑

kategori=J G

ij = RW

J x RW

ij (Persamaan 2)

Tabel 6. Kategori-kategori kegunaan dan nilai

No. Kategori Penjelasan kami (berdasarkan studi utama)

1. Makanan Sumber makanan primer dan sekunder; makanan pada masa paceklik

2. Obat-obatan Pengobatan dan yang berhubungan dengan kesehatan

3. Konstruksi ringan Tiang-tiang dan potongan kayu untuk pondokan, konstruksi kamp di hutan, pagar

4. Konstruksi berat Tiang-tiang dan potongan kayu untuk konstruksi rumah

5. Konstruksi perahu Kayu untuk membuat perahu (tidak termasuk dayung dan tongkat pengayuh)

6. Peralatan/perkakas Bagian tumbuhan yang digunakan sebagai alat-alat pertanian, berburu,berlayar; termasuk sumpit, tombak, dayung, tongkat pengayuh, alat penumbukpadi, gagang berbagai alat

7. Kayu bakar Digunakan untuk menghasilkan api

8. Anyaman/tali Tali yang terbuat dari tumbuhan pemanjat, rotan dan kulit kayu untuk anyamanatau tali-temali

9. Hiasan/adat/ritual Bagian tumbuhan digunakan dalam upacara, pakaian, perhiasan

10. Benda yang bisa dijual Bagian tumbuhan dan produk yang diolah yang dijual untuk memperoleh uang

11. Sarana berburu Racun, umpan, getah yang digunakan untuk menangkap mangsa

12. Tempat berburu Manfaat tumbuhan secara tidak langsung sebagai lokasi berburu, biasanya saatpohon berbuah

13. Rekreasi, mainan, Kawasan atau hasil-hasil hutan yang digunakan untuk sarana hiburankesenangan

14. Masa depan Umum (tidak dijelaskan secara rinci)

+++ Lainnya Menanyakan apa yang terlewat oleh kami (aspek-aspek yang tidak termasukdalam nomor 1 sampai 14)

Page 38: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

27

RWJ merupakan bobot yang diberikan

untuk kelas kegunaan yang luas, dimana kegunaantertentu j berada. RW

ij merupakan bobot relatif

dalam kategori J dalam pemanfaatan spesies i yangmemenuhi syarat sebagai anggota-anggota J.Pendekatan pembobotan langsung ini dapatdigunakan untuk spesies paling penting dalammasing-masing kategori kegunaan. Kamimenetapkan supaya daftarnya berisi tidak lebih darisepuluh jenis (PDM tidak akan berhasil dengan baikjika terlalu banyak jenis atau perbedaan-perbedaandiantaranya terlalu besar — yaitu, lebih besar darifaktor sepuluh [tidak termasuk skor nol]). Karenadaftar ini biasanya tidak lengkap, maka dibutuhkanistilah nilai residu (sebut ini S

J —juga digunakan di

bagian berikut6, lihat persamaan 5) dalam kegiatanpemberian bobot untuk semua spesies yang tidakterdaftar untuk evaluasi tetapi ada dalam kelas. Nilairesidu ini diperlukan untuk mempertahankan skalaantara entitas di cabang-cabang hierarki yangberbeda, dan dibutuhkan sebagai bobot umumuntuk semua manfaat spesies yang dibuang dalampenilaian langsung (lihat bagian selanjutnya). Bagispesies-spesies yang secara individu kurang penting,tingkat ketelitian yang relatif tinggi tidak terlalupenting, karena tingkat kesalahan mutlaknya akankecil. Namun, kami juga tertarik dengan spesies-spesies lain ini karena spesies ini mungkinmempengaruhi kepentingan spesies secara total—yang secara langsung telah dinilai denganpengecekan S

J.7

Catatan. Dalam menyiapkan kontekskegiatan ada sebuah PDM tambahan (Lembar data9) yang meminta anggota masyarakat untuk menilaikepentingan tumbuhan dan binatang liar di hutan,begitu juga hasil-hasil hutan dari tempat lain, yangdibudidayakan sendiri, dan yang dibeli. Penilaianterhadap kedelapan kelas ini memberikan konteksuntuk memberikan skala hierarki hasil hutan secarakeseluruhan.

Meskipun kegiatan-kegiatan PDM yanglebih sederhana cukup jelas bagi semua peserta,metode-metode hierarkis yang lebih rumit ini tidakbegitu mudah dijelaskan kepada mereka. Namun,kami yakin bahwa masing-masing langkah dalamproses ini dipahami cukup baik dalam proses itusendiri. Para informan tidak melakukanpenghitungan. Mereka hanya menyediakan daftarspesies dan bobot dalam konteks setiap kegiatan.Dalam sebuah ringkasan akhir suatu spesies dapatmenempati urutan peringkat tinggi karena spesies

itu penting bagi satu manfaat, atau karena agakbanyak manfaatnya dalam beberapa kelas. Untukkebanyakan prosedur, kasus seperti ini tidak terjadi;demikian juga pembobotan yang dilakukan daripenilaian langsung oleh masyarakat, bukan darialokasi-alokasi yang diduga oleh peneliti (sepertidalam Turner 1988). Kami merekomendasikan agarskor-skor relatif yang terakhir dievaluasi bersamamasyarakat.

Contoh penghitunganUntuk menjelaskan penghitungan kami mengambilsatu spesies dari satu kelompok responden dalamsatu kegiatan. Kami mengambil contoh kepentingansuatu spesies untuk obat-obatan, yang oleh parainforman (para laki-laki tua di Gong Solok, desaMerap) disebut rou’ mbyae (tumbuhan yangkemungkinan serupa dengan Dissochaeta gracilis,Melastomataceae) (Tabel 7). Pertama, dimulai daribagian atas hierarki yang bersifat umum (semuahasil hutan hidupan liar pada Gambar 4) dengantotal skor 100. Kemudian beralih pada kelas yangkhusus yaitu kelas ‘obat-obatan’ yang diberi skor7 dari 100. Pada kondisi ini bobot kelas obat-obatanadalah 7/100. Tetapi karena 10 biji-bijian telahdialokasikan untuk dua kelas (‘masa depan’ dan‘rekreasi’) jenis tumbuhan spesifik yang tidak dapatdiidentifikasi oleh para informan, maka kamimengalokasikan kembali sisa skor (suatu solusi ditempat saja, bukan karena direncanakan) sehinggabobot kelas menjadi 7/(100-10dialokasikan kembali) atau7/90. Pembagian selanjutnya adalah antaratumbuhan dan binatang yang masing-masing diberi75 dan 25 biji-bijian sebagai bagian dari total kelas‘produk obat-obatan’ (sehingga bobot untuktumbuhan 75/100). Pembagian terakhirmenghasilkan sepuluh spesies tumbuhan yangpaling penting, dan rou’ mbyae memperoleh 12biji dari 100 biji-bijian yang ditempatkan. Parainforman menyatakan bahwa nilai seratus biji-bijianlainnya dari tumbuhan obat yang penting tidaktermasuk di antara sepuluh spesies yang telahmereka urutkan dan diberi skor, oleh karena ituperbandingan nilai rou’ mbyae adalah 12/(100yang

termasuk+100lebih ) atau nilai 0,06 dari kepentingansemua tumbuhan obat.

Contoh perhitungan LUVI yang kamilakukan (satu G

iJ) merupakan produk sederhana dari

semua pembobotan ini, yaitu 7/90 x 75/100 x 12/200 = 0,0035; atau dalam persen (x 100) 0,35%.Jadi perhitungan ini menunjukkan bahwa kegunaan

Page 39: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

28

obat-obatan dari rou’ mbyae adalah sepertiga persendari semua nilai kepentingan relatif dari berbagaiproduk yang dikenal oleh para laki-laki tua atassemua kegunaan dan nilainya. (Sebagaiperbandingan, pada desa yang sama, nilai LUVIuntuk rou’ mbyae berdasarkan berbagai respons daripara laki-laki muda adalah 0,286%, perempuan muda0,156% dan dari para perempuan tua 0,655%.)8

Spesies lainPenjelasan berikut ini dapat dipertimbangkan sebagaicatatan kaki dari metode di atas. Bagian ini tidak

penting dalam penggunaan pendekatan PDM untukmenilai spesies yang paling penting. Hal ini hanyamerupakan satu cara untuk mempertimbangkanspesies lainnya.

Terlalu banyak spesies yang bernilai untukdiurutkan semua dalam hubungannya terhadap satusama lain untuk seluruh jenis manfaat; bayangkanbila harus mengurutkan tumpukan-tumpukan kartuyang jumlahnya ribuan dengan nama-namatumbuhan dan binatang pada kartu tersebut! Jikaperbandingan langsung tidak praktis, maka kamimengusulkan suatu pendekatan penilaian yang lebih

Gambar 4. Tinjauan skematis pendekatan PDM yang diaplikasikan sampai tingkat pemanfaatan jenis

Setiap angka khusus yang muncul harus diperlakukan secara hati-hati, tetapi melalui pengulangan pendekatan hierarkis dengan pembobotan yang kami gunakan dapat membantu dalam proses perhitungan yang praktis dan logis bagi masyarakat lokal untuk mengidentifikasi spesies yang menurut mereka merupakan spesies yang paling penting.

Kelas nilai1. Makanan2. Obat-obatan3. Konstruksi ringan4. Konstruksi berat5. Konstruksi perahu6. Peralatan/Perkakas7. Kayu bakar8. Anyaman/tali-temali9. Hiasan/adat/ritual10. Benda-benda yang bisa dijual11. Sarana berburu12. Tempat berburu13. Rekreasi14. Masa depan

Tabel 7. Contoh hasil latihan PDM pemberian skor terhadap spesies tumbuhan obat oleh para laki-laki tua di GongSolok (masyarakat Merap)

Tumbuhan 75

Identifikasi sementara Nama lokal PDM LUVIx100

Dissochaeta gracilis Rou’ Mbyae 12 0,350Argostemma sp(?) Rou’ Helalai 12 0,350Zingiber purpuracea Rou’ Ya’tengan 12 0,350Aristolochia sp2 Kah Kedayan 11 0,321Zingiber officinalis Rou’ Ya’ Mla 10 0,292Tinospora crispa Kah Paay 9 0,263Ziziphus angustifolius Kayau Tanpaehelaue 9 0,263Stephanis hemandifolia Rou’ Klingiu 9 0,263Schefflera singalangensis Kah Kuceih 9 0,263Kleinhovia hospita Kayau Kenga 7 0,204

Total 100 2,917

Sisa 2,917

Page 40: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

29

sederhana lagi bagi setiap spesies, sehingga nilaiG

ij akan diperoleh melalui

Gij ≈ E

ij x P

ij x C

J(Persamaan 3)

dimana Eij adalah eksklusivitas spesies i, untuk

kegunaan khusus j. Pij merupakan suatu parameter

untuk menunjukkan pilihan; skornya pasti lebih tinggijika spesies ini merupakan pilihan dari kelas kegunaanini. C

J akan ditentukan kemudian. Kombinasi E

ij x

Pij mempunyai tiga kemungkinan hasil: a) tidak ada

pengganti, b) pilihan tetapi ada pengganti, dan c)bukan pilihan. Spesies yang merupakan sumber unikdari kegunaan khusus ini urutannya lebih tinggidaripada spesies lain yang dapat ditukar denganspesies pengganti. Meskipun bersifat tidak tetap,pembobotan spesies pengganti tersebut dengan skoryang sudah ditetapkan merupakan suatu pendekatanstandar dalam beberapa studi serupa (Turner 1988;Halmo dkk. 1993; Stoffle dkk. 1990, 1999). Kamimenyadari bahwa bobot sesungguhnya tidak mutlaktetapi berurutan (dalam urutan kepentingan, kamimenganggap generalitas dari tiga hasil yang diperoleha>b>c). Jika pemberian skor yang lebih telitidiperlukan, maka perlu menggunakan C

J sehingga

memungkinkan perbandingan semua kelas. CJ

merupakan pembobotan koreksi untuk kegunaankelas J, di mana j berada, dan dihitung berkaitandengan seluruh set data spesies serta nilainya dalamkelas ini. Rumus yang dapat digunakan adalah:

CJ = RW

J /(∑

i j⊂

J E

ij x P

ij) (Persamaan 4)

dimana (∑i j

⊂J E

ij x P

ij) merupakan jumlah dari

seluruh nilai semua spesies (seluruh i dan j) yangmemiliki nilai j dan termasuk dalam kelas kegunaanJ. Perhatikan bahwa karena bobot untuk E

ij dan P

ij

tidak dihitung, ini hanya merupakan suatu indeks.Sistem ini dapat ditingkatkan melalui beberapa rumuskalibrasi, misalnya, mengambil sebuah sub-sampeldari spesies yang kurang disukai dan membuat suatupembobotan langsung yang menghasilkan bobot rata-rata berdasarkan kelas-kelas pilihan/eksklusivitas.

Karena spesies tertentu telah dinilai secaralangsung, nilai residu yang tercantum di atas harusdigunakan dibandingkan seluruh nilai kategori yangdicantumkan, yaitu,

CJ = RW

J x [S

J /(∑

i j⊂

J E

ij x P

ij)] (Persamaan 5)

dimana angka pembaginya hanya meliputi spesiesyang dinilai dengan indeks.

Page 41: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Tempat-tempat yang terjal mempengaruhi aksesibilitas di seluruh kawasan. Mengunjungi desa-desa yang lebih terpencil memakan waktu berhari-hari karenaperjalanan yang sulit melewati sungai

Page 42: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

4 Kegiatan-kegiatanyang dilakukan di lapangan

Lokasi, vegetasi dan pohonSetelah wilayah sampel umum disepakati, tahap awaldalam membuat plot sampel adalah memberikantanda garis sepanjang 40 m menggunakan pita ukur/meteran yang kuat. Transek ini terletak 45º dari arahkemiringan yang umum, kecuali jika lahan sangatterjal, di mana dalam kasus seperti ini digunakansudut yang lebih kecil. Tanda-tanda di sepanjang pitaukur menunjukkan setiap jarak 4 m dan 10 m. Hanyajika kemiringan di sepanjang garis transek lebih dari30º maka jaraknya perlu dikoreksi terhadapkemiringan (tabel koreksi kemiringan diberikandalam Lampiran V).

Umumnya, plot dan tanda-tandanya dibuatdan lembar data diisi ketika informan diwawancaraimengenai lokasi. Kemudian herba yang ada dicatat,dilanjutkan dengan berbagai semai dan pancang yangdominan dan yang terakhir pohon-pohon. Timwawancara dan para informannya mengikutibotanikus dan mencocokkan data bersama mereka.Jika jumlah orang yang bekerja cukup, akan lebihbaik bila pengukuran pohon dilakukan lebih dahulu,tetapi setiap batang diberi tanda bernomor sehinggapara botanikus dan informan dapat menindaklanjutinyadengan referensi yang memadai. Peneliti tanahmenilai dan mengumpulkan tanah di lokasi-lokasi yangsama dalam periode yang sama.

Untuk mencatat informasi tumbuhandigunakan tiga lembar data terpisah. Satu lembaruntuk mencatat deskripsi lokasi, lembar kedua untukmencatat tumbuhan-tumbuhan yang lebih kecil danlembar ketiga untuk mencatat pohon-pohon. Sebelummeninggalkan lapangan lembar-lembar data itudiperiksa dengan teliti apakah ada yang terlewat atau

salah, pertama oleh orang yang mencatatnya danselanjutnya oleh anggota tim lainnya.

Peralatan yang kami gunakan meliputisebuah kompas, klinometer, altimeter, dan GPS(idealnya dengan antena luar, sesuai dengan datumdan hasil yang disepakati, dalam kasus kami masing-masing menggunakan WGS84 dan UTM50). Bahan-bahan untuk mengumpulkan tumbuhan terdiri darisecateurs (gunting cabang), pisau pemangkasranting, katapel (untuk mengumpulkan contoh-contoh daun), alat untuk memanjat pohon, kantongplastik, label pengamatan (label-label kartu yangdiberi seutas benang), tali, spiritus, dan koran.Awalnya kami berencana mengambil foto masing-masing lokasi (sebagai dasar untuk wawancarasetelah pergi ke lapangan dan sebagai referensi) tetapiternyata hal ini tidak praktis dan tidak dilanjutkan.Jika perlu kami membawa peta.

Deskripsi lokasiDeskripsi lokasi meliputi catatan-catatan mengenaikondisi fisik lokasi, bagaimana mencapai lokasitersebut, lingkungan sekitarnya, artefak-artefakbuatan, struktur vegetasi dan juga catatan-catatanadministrasi (nomor sampel, tanggal, tim, koordinatGPS). Contoh lembar data sampel dengan penjelasanyang detail disajikan dalam Lampiran VI.9

Transek berbagai non-pohonTransek dengan jarak 40 m dibagi lagi sama besarmenjadi sepuluh sub-unit, masing-masing lebarnya5 m (lihat Gambar 5). Semua herba, tumbuhanpemanjat dengan panjang lebih dari 1,5 m, dan

Page 43: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

32

tumbuhan kecil lainnya yang ada di dalam transekdicatat. Sepuluh sub-unit transek ini diteliti secarabertahap, masing-masing dianggap lengkap jikadiketahui tidak ada spesies tambahan yangditemukan. Setengah dari lebar transek yaitu 2,5 mdiukur dari garis tengah ke setiap sisi, ditandai denganpotongan kayu secara akurat yang diletakkan ataudipegang secara horisontal dan dipindahkan disepanjang transek jika tim berjalan maju. Potongankayu tersebut digunakan sebagai garis pembatastransek, karena yang dicatat hanya tumbuhan yangada di bagian dalam sub-unit tersebut. Lembar databeserta penjelasan detail disajikan dalam LampiranVII.

Gambar 5. Transek berukuran 5 m x 40 m

PohonKami menggunakan sebuah unit sampel baru danserbaguna yang cocok untuk melakukan penilaiancepat hutan tropis di wilayah-wilayah yang heterogen.Secara umum metode ini mengumpulkan 40 pohondengan diameter >10 cm drh (diameter sesuai tinggireferensi, yaitu 1,3 m atau lebih tinggi dari banir ataubentuk batang lainnya).

Metode ini menggunakan aplikasi ganda darisub-unit luas beragam, dimana luas ini ditentukandengan aturan-aturan sederhana dan obyektif.Dibandingkan dengan pendekatan umum yangmenggunakan ukuran luas yang ditetapkan, unitsampel secara cepat dan mudah dapat diterapkanbahkan di daerah yang topografinya sulit, daninformasi yang dikumpulkan tidak banyak dipengaruhioleh kerapatan batang. Tidak seperti kebanyakanmetode luas beragam, kesulitan penilaian jarang terjadi.Selanjutnya, plot ini tidak bisa diperluas sampai ukuranyang terlalu besar, tetapi tetap cukup ringkas, sehinggamemungkinkan data untuk dikaitkan dengan peubah-peubah lokasi lokal. Kami yakin pendekatan inibermanfaat untuk diterapkan di tempat lain, bahkandi lingkungan yang tidak seragam.

Serangkaian ‘sel’ transek beragamdiarahkan sisi-sisinya secara tegak lurus dari sebuahgaris tengah (Gambar 6). Setiap transek memberikaninformasi dari lima pohon atau kurang. Pengambilansampel pohon dalam tiap sel menggunakan

pendekatan ‘pohon keputusan’ (decision-treeapproach) untuk memastikan adanya keseimbanganantara jumlah pohon sampel, kepadatan wilayahsampel, dan kemudahan penerapannya. Jadi, dalamsetiap sel dengan lebar 10 m, pengambilan sampeldilakukan sebagai berikut:1. Jika jarak horisontal sepanjang 15 m dilalui tanpa

menemukan pohon sesuai ukuran (>10 cm drh)(contoh: d6), maka sel diberi skor kosong (nol).

2. Jika paling sedikit satu pohon dijumpai sebelummencapai jarak 15 m, dan lima pohon dijumpaidan diukur sebelum mencapai jarak horisontalmaksimum 20 m, maka dalam sel ini dicatat adalima pohon, dan jaraknya dihitung sebagai jaraktegak lurus dari garis tengah sampai batang kelima(ukuran ini diukur sampai tengah batang, bukansampai titik terdekat).

3. Jika jarak 20 m dicapai sebelum lima pohon dicatatdan diukur (contoh: d

7), maka pengambilan sampel

dihentikan. Sel ini dicatat memiliki sejumlah pohonyang terdapat dalam jarak 20 m, dan jaraknyadicatat 20 m.

Batas-batas sampel dibuat untuk memandu penilaian vegetasi.Di sini suatu lokasi daerah batu kapur sedang dievaluasi olehDr. Kade Sidiyasa dan Pak Zainal Arifin dari WanarisetSambodja

Page 44: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

33

Unit sampel ini terdiri dari delapan sel dengan lebar 10 m yang diperlebar dari garis transek sepanjang 40 m. Semua jarakditentukan secara horisontal. Masing-masing sel memuat lima pohon dan jarak hingga pohon paling jauh (berupa angka) dicatat(d1, d2,…dst.). Jarak maksimum pencarian pohon di masing-masing sel sebelum memutuskan ‘kosong atau tidak ada’ adalah15 m (lihat d6). Jarak maksimum pencarian untuk mengumpulkan sampai lima pohon adalah 20 m (lihat d7).

Start point

10m

d1

d2 d3

d4

d5

d6d7

d8

15m 20m

Gambar 6. Unit sampel 8-sel untuk luas beragam

Jarak dan ukuran ini berdasarkankepraktisan dan yang bisa dilakukan di lapangan,ditambah dengan beberapa analisis umum (disajikandalam Sheil dkk. 2003). Awalnya kami mencobametode ini di lapangan hanya dengan empat sel, dankemudian menambahnya hingga delapan sel,menghasilkan maksimum 40 batang per unit sampelyang diselesaikan.

Lembar data beserta penjelasan detail untukpencatatan pohon disajikan dalam Lampiran VIII.

Unit sampel pohon – catatan untukanalisis dataKarena ini merupakan sebuah metode baru makadibutuhkan penjelasan mengenai cara menghitungparameter-parameter dasar tegakan. Di sini kamimenyajikan dasar untuk pendugaan ini berdasarkanmetode khusus yang dijelaskan dalam Gambar 6.Sheil dkk. (2003) memberikan beberapa contohdengan rumus umum apabila metode dimodifikasi(lebar transek, jumlah maksimum pohon per sel danjarak pencarian dapat diubah). Perhitungan dimulaidengan ringkasan per sel. Untuk setiap sel (setiaptransek dengan panjang beragam) kami menghitungpenduga dari kerapatan dan untuk sekelompok sel(dalam implementasi kami jumlahnya delapan)penduga kerapatannya merupakan rata-rata penduga

kerapatan dari semua sel. Untuk sebuah sel kamidapat membedakan tiga situasi sebagai berikut:

A. Transek berakhir pada jarak horisontal 15 m dantidak ada pohon yang ditemukan. Sel ini dicatatbernilai kosong. Dalam hal ini, penduga kerapatantotal sel Xi sama dengan 0.

B. Jumlah maksimum pohon (5) dihitung sebelumjarak 20 m dicapai; panjang total transeksepanjang sel adalah Li (contoh: d1 dalamGambar 6, dalam meter). Penduga kerapatantotal yang berkaitan dengan transek luas beragamuntuk sebuah sel tunggal: Xi=4/(10 m x Li).Masing-masing batang secara individu dihitungsebagai xi = (4/5)/(10 m x Li) pohon per unit luasdalam menghitung kerapatan untuk sel tersebut;dalam istilah-istilah umum biometri kehutanan,xi merupakan faktor penyebaran (catatan: xi

adalah per pohon, Xi adalah nilai tengah per selyang dibutuhkan).

C. Sel dikembangkan sampai panjang horisontalmaksimum 20 m, dan kurang dari 5 pohondijumpai. Jika n pohon ditemukan, pendugakerapatan total adalah Xi = n/(10 m x 20 m),yaitu, n/200 m2. Faktor penyebaran untukmasing-masing pohon adalah 1/200 m2.

Page 45: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

34

Berapapun proporsi sel yang memenuhikriteria A, B, dan C, penduga kerapatan totalberdasarkan kelompok sel kemudian digunakansebagai nilai tengah perkiraan individu sel.

Untuk parameter tegakan, dimana setiappohon memberikan nilai tambahan, seperti kerapatanbatang, basal area atau biomas per hektar, kamimerekomendasikan prosedur berikut ini:1. Hitunglah nilai dari peubah yang diinginkan untuk

setiap pohon j dalam sel i. Sebut nilai ini sebagaiy

ij.

2. Kalikan nilai yij dengan nilai x

i pasangannya untuk

memperoleh penduga per luas unit untuk setiappohon. Jumlahkan nilai-nilai ini (x

i y

ij) untuk

semua pohon di dalam sel untuk memperolehpenduga bagi sel tersebut. Untuk sel i sebutpenduga ini sebagai Y

i.

3. Ambil nilai rata-rata Yi untuk memperoleh

penduga terbaik bagi sekelompok sel.

Perhitungan informasi komposisi sepertikerapatan relatif atau basal area relatif, atau bagiandari batang atau basal area dalam sebuah kelasdiameter melibatkan pengembangan sederhana darimetode untuk menghitung parameter-parametertegakan. Pertama, kerapatan total dan basal area totalper hektar dihitung seperti perhitungan di atas. Kedua,

Gambar 7. Hasil-hasil simulasi untuk bias dan ragam dari teknik pengambilan sampel untuk menduga kerapatanpohon jika anggota populasi tersebar secara acak (diperoleh dari Sheil dkk. 2003)

a) Nilai harapan (garis sambung) ditambah atau dikurangi satu kali simpangan baku (garis putus-putus) saat delapan sel membentukunit sampel. Kerapatan sesungguhnya ditunjukkan dengan garis titik-titik. b) Persentase bias relatif, sama dengan 100 x Nilaiharapan penduga kerapatan - kerapatan sesungguhnya. c) Bias kuadrat sebagai persentase kuadrat nilai tengah, sisaan untuksebuah unit sampel yang terdiri dari 8 sel (garis sambung) dan sepuluh unit sampel yang masing-masing terdiri dari 8 sel (garisputus-putus). Kami telah menerbitkan artikel yang lebih detail tentang metode baru ini (Sheil dkk. 2003), dimana kami menyajikansebuah contoh sederhana dan sebuah pemeriksaan umum terhadap sifat-sifat dari penduga kerapatan pohon dan membahassifat-sifat teoritis dari penduga keragaman.

Kerapatan aktual pohon per hektar

Per

kira

an k

erap

atan Perkiraan

Bia

s re

latif

8 sel80 sel

kerapatan dan bidang dasar sebuah spesies dihitungmenurut prosedur-prosedur yang sama seperti untukparameter tegakan secara keseluruhan, hanya saja nilaiy

ij untuk sebuah pohon akan dianggap nol kecuali

pohon tersebut merupakan spesies atau kelas diameteryang sedang dihitung. Setelah nilai y

i dihitung, untuk

memperoleh kerapatan batang per hektar dan basalarea per hektar untuk setiap spesies secara langsungdapat menggunakan penghitungan nilai Y

i dan rata-

ratanya seperti yang dijelaskan di atas. Akhirnya, nilai-nilai relatif atau kontribusi proporsional dapat diperolehmelalui pembagian kerapatan individu spesies danbasal area dengan penduga kerapatan dan basal areatotal.

Keragaman spesies, tidak seperti parameter-parameter lainnya, paling baik dinilai pada skala sampelsecara keseluruhan dengan menyebutkan jumlahbilangan bulat spesies yang diperoleh terhadap jumlahbatang keseluruhan. Sebuah indeks sederhana yangmembuat data yang beragam dapat dibandingkandalam kisaran variasi jumlah yang terbatas dapatdiperoleh dari metode pendekatan pangkat yangdisarankan oleh Sheil dkk. (1999), yaitu denganmenghitung Z = Log (jumlah spesies)/log (jumlahbatang). Jika diperlukan penduga keragaman spesiesyang lebih tepat juga tersedia (misalnya, Hurlbert1971).

Page 46: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

35

Mengumpulkan tumbuh-tumbuhan di sepanjang garis sampel

Metode ini mengandung sedikit bias yangmuncul pada tutupan lahan yang sangat terbuka. Biasini ditunjukkan melalui hasil-hasil simulasi yangterdapat dalam Gambar 7. Bias relatif dapatdiabaikan kecuali pada kerapatan yang sangatrendah, yang dalam kondisi ini akan sangat kecilapabila dibandingkan dengan ragam (variance)normal dari sampel.

Tumbuhan dan lokasi – dataetnoekologi (deskripsi dari informan-informan lokal)Dua pewawancara menangani deskripsi dariinforman lokal mengenai mengenai lokasi sampeldan tumbuhan yang dicatat. Pada umumnya,pewawancara ini bekerja dengan seorang informanlaki-laki dan seorang informan perempuan. Kamiberusaha bekerja bersama dua kelompok etniksecara serempak tetapi ternyata ini sulit dilakukan.Adanya informan-informan yang mengetahui lebihdari satu bahasa lokal kadang merupakan suatumasalah, karena informan tidak yakin suatu namatertentu berasal dari bahasa atau dialek mana.Informasi yang terkumpul adalah gabungan daritanggapan para informan, yang kadang membahasberbagai perbedaan tetapi mereka jarang tidaksepakat. Kadang, para informan tersebut memintapendapat anggota masyarakat lain yang sedang

bekerja dengan tim untuk memastikan ataumenjelaskan tanggapan-tanggapan mereka.Pewawancara harus benar-benar jelas dan dapatmenjelaskan masing-masing tahap. Sedapat mungkintekanan terhadap para informan itu dihindari,meskipun hal ini tidak selalu mudah mengingatketerbatasan waktu.

Setelah plot-plot dipilih, langkah pertamaadalah mengumpulkan ‘deskripsi lokasi’ melaluiwawancara, sementara anggota tim lainnya membuatplot. Langkah selanjutnya adalah melakukaninventarisasi dan anotasi yang sistematis untuksemua tumbuhan yang dikumpulkan. Selama tahapini, pewawancara membantu para ahli lokal untukmemeriksa dan memberikan nama masing-masingtumbuhan baru.

Informasi lokasiDua informan lokal diwawancarai untukmenentukan deskripsi lokasi dengan menggunakanlembar data seperti yang tercantum dalam LampiranIX. Empat topik utama yang tercakup dalam lembardata adalah pertanyaan umum untuk menjelaskanlokasi dengan menggunakan istilah-istilah yangsesuai menurut para informan lokal, pertanyaantentang hidupan liar di lokasi, pertanyaan untukmengevaluasi nilai kegunaan lokasi dan pertanyaantentang sejarah lokasi. Detail pertanyaan ini dapat

Page 47: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

36

Tabel 8. Bagian tumbuhan untuk masing-masingkegunaan/nilai

Bagian tanaman Kode

Akar A

Kayu K

Daun D

Buah Bu

Bunga Bng

Kulit kayu Klt

Pucuk Pc

*Semua bagian tumbuhan dimanfaatkan Semua

Batang B

Sagu S

Rotan C

Batang herba Bh

Getah G

Damar R

Lain-lain Lain

* kelas Semua tidak termasuk dalam lembaran data asli.Ini merupakan kelalaian (ditanggulangi denganmemperhatikan catatan masing-masing) dan dikoreksidi sini.

dilihat di masing-masing lembar data.Pengklasifikasian kepentingan untuk lokasi-lokasi inimengikuti struktur serupa yang digunakan dalamkegiatan-kegiatan PDM bersama masyarakat.

Nama tumbuhan, kegunaan dan pilihanData tentang nama, kegunaan dan pilihan untuk semuatumbuhan yang dikumpulkan dari survei plot dicatat.Kelompok peneliti botani mencatat setiap spesies barudan memberinya sebuah nomor referensi. Kemudianpewawancara menanyai informan tentang tumbuhantersebut dan menghubungkannya dengan nomorreferensi botaninya. Pertanyaan-pertanyaan yangditanyakan adalah:

Nama lokal tumbuhan: para informan diminta untukmelengkapi nama-nama lokal setiap tumbuhan, jikamereka dapat mengidentifikasinya. Mereka diajakuntuk memeriksa tumbuhan itu secara cermat, dandimintai penjelasan jika keterangan yang diberikantidak konsisten. Walaupun pemberian beberapa namalokal bagi satu spesies, atau sebaliknya, memangcukup umum terjadi di bidang botani; namun, banyakkesalahan yang bisa diatasi dengan memberikanperhatian yang cukup terhadap ketidaksesuaian dilapangan10. Jika para informan tidak mengetahuinama lengkap tumbuhan, maka nama umumnya bisadipakai. Nama-nama dalam bahasa Indonesia tidakdicatat. Para informan tidak dipaksa untukmemberikan nama jika mereka ragu-ragu. Meskipunpada umumnya kami yakin mengenai bahasa-bahasautama yang dipakai, tetapi tidak mungkin untukmemastikan bahasa apa yang dipakai untuk setiapnama tumbuhan di lapangan, meskipun para pencatatkemudian bisa ‘menerka’ asal bahasanya. Ejaan dalambahasa daerah merupakan tantangan tersendiri, namunjika para ahli lokal bisa membaca dan menulis, merekabisa membantu. Pada survei-survei selanjutnya, kata-kata yang digunakan juga direkam untuk referensiselanjutnya. Setiap tumbuhan yang dicatat dirujuk-silang dengan koleksi botani (setiap tumbuhanmemiliki sebuah nomor referensi yang unik, meskipunjika tidak bisa diberi nama).

Kelas nilai tumbuhan dan nilai kegunaan:penjelasan singkat diberikan untuk setiap kegunaanatau nilai. Para informan didorong untuk mengingatmanfaat-manfaat tambahan—daftar kemungkinantipe-tipe kegunaan sering diulang beberapa kali(khususnya diawal pengamatan setiap plot) bersamadengan daftar bagian-bagian tumbuhan (Tabel 8)

untuk merangsang ingatan mereka. Setiap kegunaandicatat secara terpisah (lihat formulir-formulir dalamLampiran X). Dengan bantuan para informan makamanfaat-manfaat dialokasikan ke dalam salah satukelas-kelas kegunaan yang ditentukan sebelumnya,meskipun beberapa kegunaan ternyata sulitdicocokkan. Kami terus-menerus mengingatkankembali para informan bahwa berbagai kegunaanmengacu pada nama spesies tumbuhan secaraumum, bukan pada spesimen individu yang ada dilokasi. Jadi, misalnya semai bisa memiliki ‘nilaikayu’, dan individu pohon durian yang tidak berbuahbisa memiliki ‘nilai pangan’.

Bagian tumbuhan yang digunakan: setiap bagiantumbuhan yang digunakan dicatat seperti tercantumdalam Tabel 8.

Pilihan: jika tumbuhan merupakan alternatifterbaik untuk kegunaan khusus ini, skornya adalah‘YA’, bila sebaliknya jawabannya adalah ‘TIDAK’.

Frekuensi: mencatat ‘penggunaan terakhir’ dalamlima golongan, yaitu, >10 tahun yang lalu, 5+–10tahun yang lalu, 2+–5 tahun yang lalu, 2 tahun yanglalu dan dalam (1) tahun terakhir. Pertanyaannyaadalah ‘Kapan tumbuhan ini terakhir kali

Page 48: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

37

digunakan’ atau ‘Sesering apa andamenggunakannya?’ Jelas bahwa pengkelasan ini agakkabur dan kami memperdebatkan manfaatnya, tetapidiharapkan pola-pola umum kasar bisa terlihat.

Kekhususan: apakah kegunaan tumbuhan ini unik?‘YA’ berarti tumbuhan tersebut dianggap unik dansulit atau tidak mungkin digantikan oleh tumbuhanpengganti. ‘TIDAK’ berarti ada tumbuhan penggantisecara alami.

Seperti dalam prosedur-prosedur sampellainnya, sebelum meninggalkan lapangan lembar datadiperiksa dengan teliti oleh orang yang mencatat datadan kemudian oleh anggota tim lainnya agar tidakada yang terlewatkan atau salah.

Banyak tumbuhan dikumpulkan secaraterpisah dari koleksi-koleksi botani utama untukpemeriksaan silang lebih lanjut dengan pendudukdesa lainnya (triangulasi data). Ini dilakukan 1)apabila informan lokal tidak dapat menyebutkannama tumbuhan, 2) jika ahli lokal tampak tidakkonsisten dengan sebuah nama dan/atau kegunaan,dan 3) dalam sebuah sub-bagian plot yang dipilihuntuk diskusi kelompok fokus (sebagai suatupengecekan kualitas secara umum) yangmembutuhkan koleksi semua spesies yang dicatat.

Pengecekan dan triangulasi dataSecara rutin data diperiksa dan jika ada kesalahan,data itu direvisi. Kegiatan ini melibatkan diskusidengan para informan dan botanikus, tetapi yanglebih penting lagi, berbagai aspek data lapangandiperiksa bersama anggota masyarakat lain.Pendekatan yang paling terstruktur adalah melaluidiskusi kelompok fokus yang khusus berkonsentrasipada spesimen-spesimen tumbuhan yangdikumpulkan. Berbagai upaya dilakukan untukmemastikan agar para peserta mewakili berbagaikalangan masyarakat, termasuk semua informanlokal yang hadir di lapangan. Tujuan utama daridiskusi-diskusi ini adalah untuk memeriksa nama-nama dan menyetujui ejaan tumbuhan yang telahdicatat, memeriksa dan melengkapi data kegunaantumbuhan yang telah dicatat, dan kemungkinanmemperluas informasi kegunaan dan nilai. Sampeltumbuhan ditunjukkan kepada para peserta danmereka diminta untuk menyebutkan nama, kegunaan,bagian yang digunakan, pilihan, frekuensi, dankekhususan. Para peserta membahas hal ini danumumnya ada kesepakatan yang bisa dicapai.

Berbagai nama, ejaan dan manfaat yangdirevisi dapat digunakan untuk mengubah datalapangan, tetapi umumnya, data ini disimpan secaraterpisah. Ejaan yang telah disepakati diberlakukanuntuk standarisasi dan revisi daftar nama tumbuhandi masing-masing masyarakat. Jika ada beberapa namauntuk spesies yang sama, maka akan diambil namaberdasarkan kesepakatan masyarakat. Proses iniumumnya menghasilkan satu nama per spesies permasyarakat. Kami akui bahwa cara ini tidak benar-benar menggambarkan keanekaragaman sebenarnyadalam klasifikasi tumbuhan oleh masyarakat. Dalambanyak kasus informan paham bahwa nama gandaitu mencerminkan suatu entitas tunggal dan bukantaksa yang berbeda, namun tidak pada beberapa kasuslainnya dan menggunakan nama-nama yang berbedauntuk membedakan bentuk-bentuk yang berbeda.Kami memastikan catatan kami meliputi semuaperbedaan ini. Namun yang penting, nama-nama aslidi lapangan tidak pernah dihilangkan supaya tetaptersedia untuk referensi selanjutnya. Karena kami

Pak Kirut sedang menjelaskan pentingnya beberapa tumbuhankepada Pak Edi Permana

Page 49: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

38

Penelitian kondisi tanahProsedur-prosedur untuk meneliti tanah di lapanganbertujuan untuk menghubungkan pendekatanbiofisik dan etnografi. Lembar data tanahdicantumkan dalam Lampiran XI.

Pengumpulan data teknis tanahDua lubang berdiameter 10 cm digali dengan alat borBelgi pada jarak 10 m dari masing-masing ujung plot(panjang plot = 40 m). Alat ini menampung tanah disetiap kedalaman 0,2 m dan penggalian dilakukanhingga mencapai kedalaman 1,2 m; kecuali jikakegiatan ini tidak mungkin dilakukan, misalnya padalapisan tanah yang terlalu tipis atau keras (pada kondisiini batas akhir kedalaman tanah yang diamati dicatat).Untuk masing-masing lubang, lapisan-lapisan tanahdijelaskan menurut tekstur dan warnanya denganmenggunakan grafik warna tanah Munsell.

Profil tanah dengan panjang 1 m, lebar 0,5m dan kedalaman 0,6 m digali di tengah-tengah plot.Ciri-ciri fisik pada tiap lapisan yang mencakupkedalaman tanah, rejim kelembaban, warna, tekstur,struktur, konsistensi, karatan, pori-pori dan akardicatat dengan menggunakan metode-metode standar(lihat Suwardi dan Wiranegara 1998). PengukuranpH tanah di lapangan dilakukan dengan menggunakankertas indikator pH MERCK yang memandu analisisselanjutnya untuk mengetahui keberadaan unsur haraP (tanah masam memerlukan prosedur analisis yangberbeda dibandingkan tanah basa). Lubangpengamatan profil diganti dengan lubang bor jika lokasiplot tergenang atau kebanjiran.

Sampel tanah komposit dan tanah yang‘tidak terganggu’ dikumpulkan dari tiap plot untukdianalisis di laboratorium. Sampel tanah kompositini mencakup tanah dari semua lubang, masing-masing diambil dari dua lapisan tanah yang berbedakedalamannya (0–0,2 m dan 0,2–0,4 m jikakedalaman tanah memungkinkan). Volume setiapsampel komposit sekitar 1 dm3. Sampel tanahdiangin-anginkan dan akar-akar tumbuhandisingkirkan sebelum sampel ini dikemas dalamkantong plastik tertutup untuk dikirim dan dianalisisdi laboratorium Pusat Penelitian Tanah danAgroklimat (Puslittanak) di Bogor. Sampel tanahyang diterima oleh Puslittanak diayak dengansaringan 2 mm dan dikeringkan dengan oven padasuhu 105°C. Sample tanah yang tidak terganggudiperoleh dari kedalaman 0–0,2 m dalam lubangprofil diambil dengan menggunakan cincin bervolume183 cm3 yang terbuat dari stainless steel. Sampel ini

Kotak 7. Kepemilikan dan eksploitasi pengetahuanlokal

Kepemilikan dan eksploitasi pengetahuan lokalperlu mendapat perhatian, khususnya dalam halpemanfaatan tumbuh-tumbuhan obat untukkepentingan komersial. Kami memberitahukankepada semua anggota masyarakat tentang tujuandan sasaran pengumpulan data yang kami lakukan.Kami juga menjelaskan bahwa mereka tidak harusmemberitahukan segala sesuatu yang tidak inginmereka ceritakan kepada kami. Dengan sengajakami tidak mencatat secara detail bagaimanamereka memanfaatkan tumbuhan, seperti detailbagaimana meramu obat-obatan.

memakai saran lokal, ternyata aturan ejaan berbedadi antara desa-desa meskipun nama yang digunakansama (spesies botani yang sama dan nama fonetikyang sama). Setiap pertemuan biasanya diadakanbersama laki-laki dan perempuan secara terpisah danumumnya membutuhkan waktu dua sampai tiga jam.Di setiap masyarakat biasanya dilakukan limapertemuan atau lebih dan sekitar 10 plot dikaji dengancara seperti ini.

Setelah semua data tumbuhan disatukan,alokasi kategori kegunaan ditinjau ulang denganmelakukan kunjungan tambahan ke lapangan.Tinjauan ini dilakukan dengan setiap bagianmasyarakat dan menjelaskan pandangan-pandanganumum tentang kegunaan apa yang sesuai di masing-masing kelas, dan mengidentifikasi sejumlah kecilnilai-nilai lainnya yang tidak cocok. Untuk sebagianbesar jenis kegunaan utama tidak menjadi masalah,meski ada beberapa perbedaan detail klasifikasi diantara masyarakat. Dengan merinci perbedaan-perbedaan yang hampir tidak kentara ini, berartisetiap catatan kegunaan tumbuhan sekarangmemiliki dua klasifikasi kegunaan, pertama yangdiberikan oleh masyarakat (di mana kegunaan-kegunaan yang serupa bisa berada dalam kelas-kelasyang berbeda, bergantung pada desa di manatumbuhan ini tercatat) dan yang kedua adalahklasifikasi ‘standar’ (dimana semua kegunaan yangserupa akan berada dalam satu kelas yang‘disepakati’; klasifikasi standar ini lebih bermanfaatuntuk membandingkan data kegunaan spesies antaramasyarakat yang berbeda). Harus diingat bahwakelas-kelas ini hanya merupakan suatupenyederhanaan, karena detail yang lebih lengkapmengenai setiap catatan kegunaan akan tetapmenjadi bagian dari basisdata secara keseluruhan.

Page 50: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

39

juga dikirim ke Bogor untuk diukur tingkatkelembaban dan kepadatan tanahnya menurutprosedur dari Jurusan Tanah (1991).

Semua sampel kemudian dianalisis sepertiyang dijelaskan dalam Puslittanak (1997). Analisisini meliputi: nilai pH (prosedur KCl dan H2O), Corganik (prosedur Kurmis), N total (prosedurKjeldahl), fosfor (prosedur Bray I), kalium (prosedurBray I), basa yang dapat ditukar, kejenuhan basa,KTK, dan kandungan Fe (prosedur ke-23). Analisisfisik mencakup tekstur (prosedur pipette), bobot isi(gravimeter), dan pori-pori total (gravimeter). Datafisik seperti kekuatan dan kandungan kerikil, dananalisis kimia untuk P dan K total, hanya diukurdalam survei tahap pertama. Pada survei-surveiselanjutnya aspek-aspek ini digantikan denganpengukuran kandungan P dan K yang tersedia didalam tanah. Sampel duplikat berkode diuji dalamanalisa laboratorium untuk menguji kekonsistensian.

Data tanah ini menyajikan basisdata biofisikyang detail, yang menjadi dasar pengukurankesuburan dan kesesuaian lahan. Data tersebut jugamemungkinkan eksplorasi klasifikasi dan kegunaantanah lokal.

Tanah menurut pandangan para informanlokalPara informan lapangan diberi penjelasan singkattentang studi ini. Mereka dipilih karena memilikipengetahuan yang baik tentang tanah dan cara-carabudidaya. Setiap informan diwawancarai secaraindividu dengan sebuah kuesioner baku. Sasaranutamanya adalah untuk memahami bagaimana merekamenilai tanah dan kesesuaian suatu lokasi pertanian.Pertanyaan-pertanyaan dibuat sesederhana dan sejelasmungkin, misalnya: 1) Apa nama jenis tanah ini? 2)Mengapa disebut demikian? 3) Jenis budidaya apayang baik untuk tanah seperti ini dan mengapa? 4)Bagaimana anda menyiapkan lokasi seperti ini untukbudidaya pertanian? Jika jawaban tidak sesuai dengantipe jawaban umum atau muncul keragu-raguan,pertanyaan-pertanyaan tersebut dijelaskan lagi, dandibahas dengan berbagai contoh, sampai jawabannyakonsisten dan informan merasa pasti denganjawabannya. ‘Tidak tahu’ merupakan jawaban yangdapat diterima. Sebagaimana dengan contoh lokasi,vegetasi dan pohon, sebelum meninggalkan lapangansemua lembar data diperiksa dengan teliti oleh orangyang mencatat data dan selanjutnya oleh anggota timlainnya untuk mengetahui apakah ada yang terlewatatau perlu diperbaiki.

Page 51: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Beruang madu mempunyai kepentingan kultural dan komersial bagi masyarakat di Malinau. Anak beruang madu ini dipelihara sebagai binatang peliharaan diLio Mutai.

Page 52: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

5 Pengelolaan dan pengawasan data

Taksonomi tumbuhan dan verifikasiPenyiapan daftar referensi akhir untuk semua jenistumbuhan berpembuluh yang dikumpulkan selamasurvei membutuhkan waktu yang lama. Kegiatantersebut meliputi pekerjaan di herbarium, pembuatandaftar referensi, pengecekan dan revisi-revisi. Daftarsementara baru siap pada bulan Juli 2001 dan revisimasih terus berlangsung. Ada empat tahap yangdibutuhkan untuk menjamin kualitas data: 1) identifikasispesimen dan pemasukan data, 2) pemeriksaan dankoreksi data, 3) penanganan spesies yang tidakteridentifikasi, dan 4) pemeriksaan sinonim.

Penduduk Gong Solok membantu kami memeriksa sampel tumbuhan dan data survei

Tahap pertama adalah mengidentifikasisemua spesimen tumbuhan berpembuluhmenggunakan keahlian dan fasilitas dari HerbariumBogoriense di Bogor. Selama empat kali surveiterkumpul sekitar 8000 spesimen yang hampirsemuanya tidak memiliki bunga atau buah. Duabotanikus dari Herbarium Bogoriense, yang bekerjabergantian sebagai bagian dari tim lapangan telahmengidentifikasi spesimen yang terkumpul danmelengkapi semua catatan dengan nama famili daninformasi pengarang (authority). Catatan tumbuhan

Page 53: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

42

yang telah benar-benar teridentifikasi di lapangandiperiksa ejaannya, famili dan pengarangnya.

Staf herbarium menangani pemasukan detailinformasi botani dalam suatu lembar data denganmengacu pada referensi lapangan, yang kemudiandigabungkan ke dalam basisdata yang terkait (lihatbagian selanjutnya). Tumbuhan yang seringdikumpulkan dan dikenali dengan baik seringdirujukkan pada koleksi-koleksi sebelumnya padalembar data dan kemudian hasil ini diperiksa secaraindividu. Data tersebut diurutkan dan diringkassupaya kesalahan yang terjadi mudah dideteksi(umumnya perbedaan dalam ejaan dan kombinasitaksonomi yang tidak tepat). Selain prosespemeriksaan ini, kami juga menerapkan fungsi-fungsilembar kerja elektronik (spreadsheet) dan basisdatauntuk mendeteksi pengulangan penomoran, herbayang diberi nama pohon dan dua ejaan yang berbedauntuk spesies yang sama.

Daerah Malinau secara taksonomi tidakdieksplorasi dengan baik dan umumnya tumbuhanyang dijumpai tidak mudah diidentifikasi. Bahkanketika pencocokan dengan spesimen di herbariumdilakukan, standarisasi pemberian nama dan sinonimtetap merupakan pekerjaan utama. Walaupun tahappertama identifikasi botani telah diselesaikan, kamimasih memperlakukan nama yang diberikan sebagainama sementara. Dari 15.430 data dalam daftarreferensi tumbuhan, 97,5% telah memiliki namadengan total spesies unik 2116. Sekitar 73% atau1549 memiliki nama spesies yang lengkap. Sisanya515 spesies, masih dibedakan secara taksonomiuntuk mengidentifikasi perbedaan dan konsistensispesies berdasarkan bentuknya (umumnyadinamakan [Genus] sp1, sp2, sp3 dan seterusnya).Ini membutuhkan pemeriksaan dan pengelompokansemua spesimen-spesimen referensi. Dari 52 formuliryang belum teridentifikasi, genus tidak diketahui (79spesimen), dan untuk 24 famili tidak diketahui (26spesimen). Beberapa materi yang tidak teridentifikasisecara lengkap mungkin termasuk taksa yang tidakdideskripsikan sebelumnya.

Pada survei lapangan, empat botanikusterlibat secara bergantian, dua orang dari Bogor dandua lainnya dari Samarinda. Masing-masingmenggunakan seri ‘nama lapangan’ yang walaupunkonsisten untuk suatu periode, ternyata tidak konsistendiantara para botanikus atau periode pengumpulan(misalnya, seri Alpinia sp1, Alpinia sp2 dan Alpiniasp3 yang digunakan oleh seorang botanikus mungkinadalah Alpinia sp2, sp4 dan sp1 bagi botanikuslainnya). Hal ini membutuhkan pengecekan ulang

semua spesimen referensi. Tugas ini harus dilakukansecara teliti dan membutuhkan pengujian keseluruhanspesimen dan kumpulan data referensi. Satu carauntuk menghindari hal ini, seperti yang telah diketahuisebelumnya, adalah bekerja bersama botanikus yangsama untuk keseluruhan periode survei, namun denganjadwal survei kami hal ini tidak memungkinkan.Namun dengan empat orang botanikus, kami dapatmelakukan pengecekan silang semua nama botani.

Karena banyaknya referensi yangdigunakan, dan beberapa di antaranya sudah tidakberlaku lagi, proses penyesuaian dengan materiherbarium yang sangat beragam, beberapa diantaranya berasal dari abad sebelumnya, sinonimdan konsistensi penamaan menjadi masalah. Kamimemutuskan untuk menggunakan Brummitt (1992)sebagai referensi baku untuk tingkat famili dan genusdan Index Kewensis versi 2.0 (1997), yang jugamenggunakan Brummitt sebagai sebuah acuan baku.Sinonim dicocokkan dengan Index Kewensis (1997)yang sama. Selama proses ini, sejumlah nama yangtidak sah (umumnya diperoleh dari lembaran-lembaran Herbarium) juga diidentifikasi. Prosespemeriksaan sinonim dan keabsahan inimembutuhkan waktu lebih dari lima bulan.

Referensi yang paling banyak kami gunakanadalah:Adema, F., Leenhouts, P.W. dan van Welzen, P.C.

1994. Sapindaceae. Flora Malesiana Series I -Spermatophyta 11 (3).

Ashton, P.S. dan Arboretum, A. 1982.Dipterocarpaceae. Flora Malesiana. Series ISpermatophytes. Flowering Plants 9 (2).

Backer, C.A. dan Bakhuizen van den Brink, R.C.1963. Gymnospermae Families 1-7. Flora ofJava (hanya Spermatophytes) 1.

Backer, C.A. dan Bakhuizen van den Brink, R.C.1963. Angiospermae, Families 8-110. Flora ofJava (hanya Spermatophytes) 1.

Backer, C.A. dan Bakhuizen van den Brink, R.C.1965. Angiospermae, Families 111-160. Floraof Java (hanya Spermatophytes) 2.

Backer, C.A. dan Bakhuizen van den Brink, R.C.1968. Angiospermae, Families 191-238. Floraof Java (hanya Spermatophytes) 3.

Brummitt, R.K. 1992. Vascular Plant Families andGenera. Royal Botanic Gardens, Kew.

Ding Hou, Larsen, K. dan Larsen, S.S. 1996.Caesalpiniaceae. Flora Malesiana Series I -Spermatophyta 12: 409-730.

Holttum, R.E. 1967. A Revised Flora of Malaya.An illustrated systematic account of the Malayan

Page 54: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

43

flora, including commonly cultivated plants. Fernsof Malaya 2.

Index Kewensis on Compact Disk Version 2.0. 1997.Royal Botanic Garden Kew, Oxford UniversityPress.

Mabberley, D.J. 1986. The Plant Book. A portabledictionary of the higher plants.

Mabberley, D.J., Pannell, C.M. dan Sing, A.M. 1995.Flora Malesiana Series I - Spermatophyta 12 (1).

Nielsen, I.C. 1992. Mimosaceae (Leguminosae-Mimosoideae). Flora Malesiana Series I -Spermatophyta 11 (1).

Sing, A.M. 1995. Meliaceae. Flora Malesiana, SeriesI Spermatophyta 12 (1).

Van Steenis, C.G.G.J. 1972. Flora Malesiana, Series1 Spermatophyta. Flowering Plants 6 (6).

Van Steenis, C.G.G.J. 1976. Flora Malesiana(Revision). Series 1 Spermatophyta 7.

Van Steenis, C.G.G.J. 1978. Flora Malesiana.Cyclopaedia of collectors (Revisi). SupplementII Series 1, Spermatophytes 8.

Van Steenis, C.G.G.J. 1987. Checklist of genericnames in Malesian Botany, Spermatophytes.162 hal.

Kami mengantisipasi bahwa adanyatambahan informasi dari para ahli akanmemungkinkan kami untuk mengidentifikasispesimen yang belum bernama dan kami harusmerevisi beberapa taksa yang kurang dikenal. Padabeberapa kelompok seperti jahe-jahean(Zingiberaceae), taksonominya membingungkandan perlu direvisi lebih dulu sebelum nama spesiesyang tepat bisa diterapkan. Kami harus terusmelanjutkan proses pemeriksaan dan pengkajiandata untuk mencapai kualitas data setinggimungkin.

BasisdataSeorang koordinator mengawasi data danmemastikan bahwa semua koreksi dan pembaruanpada akhirnya akan menghasilkan suatu versitunggal yang terbaik. Dengan menggunakankomputer semua data disimpan dalam tiga basisdatautama: basisdata plot, desa dan SIG (SistemInformasi Geografi). Basisdata plot memuat datatentang topografi, tanah, tumbuhan, binatang,sejarah lokasi dan etnobotani dari 200 lokasi dilapangan. Basisdata desa memuat data populasipenduduk, budaya, pengetahuan tradisional, dan‘skor-skor penting’ di tujuh desa. Karena setiap

plot diambil di salah satu daerah dari tujuh desadan penduduk desa adalah informan kami, makadata plot ini juga berkaitan dengan desa-desatertentu. Semua lokasi plot diketahui koordinatgeografisnya sehingga dapat dihubungkan denganSIG.

Anggota tim bertanggung jawab untuksetiap jenis data yang dimasukkan ke dalambasisdata. Anggota lainnya kemudian akanmemastikan data yang dimasukkan sesuai denganlembar data yang asli. Untuk data tertentu (misalnya,bentuk hidupan, nama-nama tumbuhan, ukurantumbuhan) pengawasan rutin otomatis jugadikembangkan ke dalam basisdata (lihat daftar‘Kueri’ di bagian selanjutnya). Kami berusaha kerasuntuk mengidentifikasi kesalahan data danmemperbaikinya.

Basisdata untuk data plotBasisdata dikembangkan menggunakan Microsoft®

Access©. Ini adalah suatu basisdata yang salingberkaitan, yang menghubungkan nomor sampelsetiap plot dan nomor referensi spesies yang dicatat.Di bagian berikut ini, pertama kami menampilkansetiap tabel diikuti dengan diskusi hubungan antarmereka. Lalu kami membahas beberapa kueri yangberguna dan akhirnya kami menyajikan format yangdigunakan untuk memasukkan data, yang juga dapatdigunakan untuk menganalisis data dan beberapaformat khusus untuk penyajian ringkasan dan datayang dianalisis.

Tabel-tabel inti dalam basisdata plotTiga belas tabel yang membentuk basisdata inti danisinya telah diringkaskan dalam Tabel 9.Kebanyakan tabel ini diisi menggunakan format-format yang menyerupai lembar data di lapangan.

Hubungan antara tabel dalam basisdata plotSuatu sajian grafik yang memperlihatkanhubungan utama antara berbagai tabel dalambasisdata disajikan pada Gambar 8. Setiap kotakmenggambarkan sebuah tabel dan sebagian atausemua field (atribut) tersusun di dalamnya.Hubungan antara tabel ditunjukkan sebagai suatugaris yang menghubungkan satu field dalam satutabel dengan tabel lainnya. Ini dapat berupahubungan satu ke satu atau satu ke banyak danhal ini penting untuk memfungsikan basisdata.

Dalam hubungan satu ke satu, satu recordpada satu tabel tertentu hanya dapat dipasangkan

Page 55: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

44

Tabel 9. Tabel-tabel inti dalam basisdata survei

Sample nr = nomor sampel; Refno = nomor referensi spesimen tumbuhan, suatu pengidentifikasi unik untuk setiappengumpulan tumbuhan; drh = diameter batang pada ketinggian 1,3 m; FI = Furcation Index (lihat Lampiran VIII); bahan-bahanrelascope= sebuah prosedur survei hutan yang menyajikan perkiraan tutupan dan basal area; Taxa id = nomor identifikasitaksonomi.

dengan satu record yang berhubungan pada tabelyang lain, seperti yang terdapat pada kebanyakantabel-tabel yang berhubungan melalui ‘Sample nr’.Pada hubungan satu ke banyak terdapat record-record unik pada satu tabel digunakan di lain tempatmelalui fungsi ‘mencari’. Contohnya adalahhubungan antara tabel-tabel catatan tumbuhan(‘Herba/palem/tumbuhan pemanjat/epifit,dll.’,‘Semai/pancang/monokotil/belukar yang melimpah,‘Komposisi pohon’ dan ‘Manfaat tumbuhan dan

skor’) dan ‘Daftar taksonomi’ yang terdiri dari semuadata spesies unik yang diidentifikasi setelah survei.Tabel ‘Daftar referensi tumbuhan’ adalah tabelpetunjuk: setiap ‘Refno’ tumbuhan (yang dicatat dilapangan) pada akhirnya diberikan sebuah ‘Taxa id’.Satu spesies (Taxa id) mungkin dicatat beberapa kalidan mempunyai beberapa Refno (sebuah hubungansatu ke banyak). Tabel-tabel ini juga dihubungkandengan field ‘Sampel nr’ yang memungkinkankombinasi ringkasan berdasarkan plot.

Judul

Semai/pancang/monokotil/belukar yang melimpah

Administrasi/lokasi

Basisdata ahli lokal

Herba/ palma/pemanjat/epifit, dll.

Informasi tentang lokasi olehinforman lokal

Daftar referensi tumbuhan

Daftar taksonomi

Deskripsi lokasi

Data tanah di lapangan

Hasil laboratorium tanah

Komposisi pohon

Manfaat tumbuhan dan skor

Struktur vegetasi

Penjelasan umum bagian isi

Daftar semai, pancang, monokotil,belukar/pohon kecil yang melimpahper sampel

Lokasi dan aksesibilitas sampel,metode pengambilan sampel

Daftar para informan di masing-masing desa

Catatan-catatan tumbuhan yang ‘lebihkecil’ dalam sub-plot 4x4 m

Penjelasan informan lokal tentanglanskap, vegetasi dan sejarahpenggunaan lahan

Menghubungkan Refno (yang dicatatdi lapangan) dengan ID taksonomi(identifikasi terakhir dari herbarium)

Semua rincian taksonomi darispesies yang tercatat dari survey

Deskripsi fisik daerah di lokasisampel

Data pengamatan tanah dilapangan, dan berbagai wawancaradengan informan lokal

Hasil-hasil analisis tanah olehPuslittanak Bogor

Setiap catatan berisi satu pohon yangdiukur dalam sebuah plot

Setiap catatan berisi satu kegunaantertentu dari satu (bagian tertentu)tumbuhan dalam satu plot sampel

Informasi umum tentang strukturvegetasi

Atribut-atribut utama

Sampel nr, Refno, genus, spesies, famili,pengarang

Sampel nr, tim, tanggal, desa, waktuakses, GPS, vegetasi, wakil, ukuran plotuntuk pengambilan sampel pohon,kemiringan

Nama, desa, umur, jenis kelamin,bahasa, etnik

Refno, nama lokasi, bentuk hidupan,keberadaan/ketiadaan dalam sub-plot

Sampel nr, jawaban lengkap untuksemua pertanyaan tentang nama-namalokal, hidupan liar, nilai lokasi dan sejarahpenggunaan lahan, dll.

Refno, Taxa id

Taxa id, genus, spesies, family,pengarang, varitas

Sampel nr, ketinggian, kemiringan,aspek, sumber-sumber air, artefak, dll.

Sampel nr, deskripsi permukaan,pengamatan lapisan-lapisan tanah (lihatformulir untuk detailnya), dll.

Sampel nr, lapisan tiap kedalaman:komponen-komponen kimia, analisistekstur, dll.

Sampel nr, Refno, nama lokasi, genus,spesies, drh, tinggi, FI11

Sampel nr, Refno, nama lokal, bagianyang dimanfaatkan, kategori kegunaandan deskripsi, pilihan, frekuensi,eksklusifiti

Sampel nr, bahan-bahan relascope,perkiraan kelimpahan rotan, liana, epifit,lumut, semai dan pancang

Page 56: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

45

Berbagai kueri umumBerbagai kueri digunakan untuk beberapa fungsidasar, terutama untuk memeriksa akurasi data yaituverifikasi keganjilan data yang dimasukkan sepertiukuran drh batang yang terlalu besar atau kecil,bentuk hidupan yang aneh, dan penempatan spesieske dalam famili yang salah. Ada juga kueri-kueriuntuk menghubungkan record-record tumbuhandengan tabel yang memuat nama-nama ilmiah yangterakhir untuk semua tumbuhan (‘Daftartaksonomi’). Jika nomor referensi digunakan dalamproses pemasukan data, maka nama famili, genus,spesies (varietas), dan pengarang dimasukkan dandiperbarui setiap ada perbaikan atau penambahandalam daftar taksonomi, dengan menggunakan kueridari tabel ini dengan ‘Daftar referensi tumbuhan’.Kueri juga memberikan ringkasan basisdata,misalnya jumlah total spesies (ditingkat spesies,genus dan famili) per plot, jenis vegetasi atau desa;dan daftar sampel dimana suatu spesies tertentudijumpai dan jumlah/daftar pemanfaatan untuk setiapspesies.

Formulir-formulir untuk entri data danpenyajiannyaFormulir entri data dalam basisdata survei memilikiformat yang mirip dengan lembar data yangdigunakan di lapangan. Ini dimaksudkan untukmempermudah entri data, dan juga menyediakancara yang lebih baik untuk melihat data. Beberapaformulir hanya berkaitan dengan satu tabel dalambasisdata, sementara lainnya berhubungan denganlebih dari satu. Tabel 10 menyajikan ringkasannya.

Formulir khusus: Komposisi PohonFormulir ‘Komposisi Pohon’ menunjukkan datapengukuran pohon setiap plot (umumnya 40pohon13 ). Formulir ini secara otomatis juga dapatmelakukan tiga analisis rutin, berdasarkan metodeseperti yang telah dijelaskan sebelumnya (bagian 4dan Sheil dkk. 2003) untuk melakukan perhitungan:• Ringkasan semua pohon: Ini menghasilkan

sebuah tabel mengenai semua pohon yang tercatatpada satu sampel, dengan kerapatan dan basalareanya

Gambar 8. Hubungan antara tabel-tabel di dalam basisdata plot

Page 57: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

46

• Kerapatan setiap spesies: Ini menghasilkandaftar spesies setiap sampel (setiap spesieshanya satu kali) dengan kerapatannya (setiapsub-plot begitu juga totalnya)

• Basal area setiap spesies: Ini menghasilkandaftar spesies setiap sampel (setiap spesieshanya satu kali) dengan basal areanya (setiapsub-plot begitu juga totalnya)

Satu formulir terpisah yang disebut ‘Crosstab’memungkinkan perhitungan kerapatan dan basalarea setiap spesies untuk beberapa atau bahkanuntuk semua plot pada saat yang sama. Hasilnyaadalah satu matriks spesies dan plot-plot di manasel-selnya memuat kerapatan spesies atau basal area(setiap ha). Matriks ini menjadi dasar untuk banyakanalisis lebih lanjut.

Basisdata untuk data desaKebanyakan file terdapat dalam format teks danbeberapa seperti yang berasal dari kegiatan PDMterdapat dalam format lembar kerja elektronik. Adatujuh sub-direktori yang dibuat; satu untuk setiapdesa. Dalam satu direktori desa ada 16 file, masing-masing untuk tiap kuisioner/tipe lembar data yangdigunakan. File-file ini dinamakan menurut sebuahsistem logis: pertama, kode kuesioner (Qs1 sampai

Tabel 10. Formulir dalam basisdata survei di lapangan dan hubungannya dengan tabel-tabel

Nama

Herba, palma, pemanjat,epifit, dll.

Informasi tentang lokasioleh informan lokal

Deskripsi lokasi

Data tanah

Komposisi pohon

Manfaat tumbuhan danskor

Tipe data

Refno, nama lapangan, bentuk hidupan,keberadaan

Nama ilmiah

Nama, kegunaan, sejarah, kelaskepentingan

Data yang berkaitan dengan lokasi danakses, tim, tanggal

Data yang berkaitan dengan daerah

Skor rotan, dll.

Semua hasil pengamatan langsung dilapangan

Analisis laboratorium

Data relascope12

Ukuran plot luasan beragam, kemiringan

Semua ukuran dan nama pohon

Data kegunaan and skor

Nama ilmiah

Nama tabel

Herba/palma/pemanjat/epifit, dll.

Daftar referensi tumbuhan; Daftartaksonomi

Informasi tentang lokasi oleh parainforman

Administrasi/lokasi

Deskripsi lokasi

Struktur vegetasi

Data tanah

Hasil laboratorium atas tanah

Struktur vegetasi

Administrasi/lokasi

Data komposisi pohon

Manfaat tumbuhan dan skor

Daftar referensi tumbuhan; Daftartaksonomi

6) atau lembar data (Ds1 sampai 10) untukpengumpulan data diikuti dengan nama lengkap desa(lihat Tabel 11).

Basisdata SIGBasisdata SIG untuk Hutan Penelitian milik CIFORtelah memuat informasi sebagai berikut: citra satelit(yang terbaru diambil pada bulan Mei 2000), sungai,jalan, pemukiman penduduk, jajaran pegunungandan puncak gunung, dan batas-batas (sementara)kawasan desa (dari proyek ACM-CIFOR, dibuatdalam konteks kegiatan yang dijelaskan dalam Heist,van dan Wollenberg 2000).

Koordinat GPS dari semua lokasi sampleharus memungkinkan hubungan dengan tabel-tabelyang berisi informasi mengenai topografi, tanah danpenutupan vegetasi. Data survei lainnya digabungkanke dalam basisdata SIG termasuk perkiraanberbagai lokasi sumber daya alam, lokasi yang baikuntuk penangkapan ikan/berburu dan lokasi khususlainnya, seperti yang digambarkan dalam posisirelatifnya oleh masyarakat lokal selama prosespemetaan partisipatif. Kompilasi peta disiapkandalam bentuk Arcview. Karena adanya hubunganinteraktif antara tabel pada basisdata dengan layertitik sampel, maka distribusi geografis dari hasilanalisa dapat disajikan secara spasial.

Page 58: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

47

Tabel 11. Struktur file dari basisdata survei di desa

Nama file Isi data

Qs1*.doc Deskripsi/pandangan umum mengenai penggunaan lahan

Qs2*.doc Latar belakang budaya mengenai penggunaan lahan

Qs3*.doc Harga barang yang diperdagangkan

Qs4*.xls Persepsi dan aspirasi tentang penggunaan lahan dan lingkungan

Qs5*.doc Pengetahuan tradisional tentang penggunaan lahan

Qs6*.doc Pemanfaatan hasil hutan

Ds1*.doc Sejarah pemukiman dan penggunaan lahan

Ds2*.doc Berbagai bencana dan kejadian penting

Ds3*.doc Tipe-tipe lahan dan hutan

Ds4*.doc Hasil-hasil hutan

Ds5*.xls Demografi

Ds6*.xls PDM: Tipe lahan dan hutan

Ds7*.xls PDM: Nilai penggunaan lahan dari masa ke masa

Ds8*.xls PDM: Jarak dan nilai lahan

Ds9*.xls PDM: Nilai dan sumber tumbuhan dan binatang

Ds10*.xls PDM: Nilai setiap kategori kegunaan dan spesies terpenting

* Nama desa

Membahas peta di Laban Nyarit

Page 59: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

6 Kesimpulan

Pengalaman hingga saat iniSebagian besar isi laporan kami merupakanpenjelasan berbagai metode, tetapi penjelasanmengenai pengalaman kami juga berguna. Secaraumum, kami telah berhasil. Kami telah memilikijawaban yang lebih baik untuk pertanyaan‘Bagaimana kami dapat mengetahui apa yangseharusnya kami ketahui sehingga kami dapatmengambil keputusan-keputusan yang lebih baiktentang lanskap-lanskap hutan tropis?’ Kamimemiliki informasi yang begitu banyak dan luasuntuk menilai apa yang penting bagi beberapamasyarakat di Malinau. Sekarang kami menyadariisu-isu kritis yang sebelumnya tidak kami sadari.Khususnya bagi kami sebagai peneliti, hal yangpenting yang kami dapatkan adalah kenyataanbahwa sekarang, dalam banyak kasus, kami bisamenempatkan data ini dalam kaitannya denganinformasi biofisik yang mendetail yang kami perolehtentang kawasan yang semula tidak diteliti.

Kami bekerja bersama tujuh komunitas danmembuat dua ratus plot penelitian antara bulanNovember 1999 dan November 2000. Data inisudah cukup untuk memberi titik terang ataujawaban atas beberapa pertanyaan kami, danmemperingatkan kami akan generalisasi yangberlebihan. Beberapa laporan sedang dipersiapkanuntuk menguraikan berbagai ringkasan dari survei-survei ini. Sebuah laporan ikhtisar awal disajikandalam laporan kami kepada ITTO (Sheil dkk. 2002),juga laporan yang dimuat di website (Sheil dkk.2003).

Untuk berbagai hasil yang kamidapatkan, kepentingannya terletak pada detail-detail khusus yang terungkap. Ringkasan singkat

apa pun bentuknya tidak akan mampumengilustrasikan beragam lapisan dan sifatmultifaset penelitian ini. Pemahaman yang kamiperoleh hanya dengan menetap di sebuah desadan melakukan survei-survei bersama masyarakatsulit sekali untuk dijabarkan. Banyak kegiatansurvei telah membantu mengembangkanpemahaman yang sama antara para peneliti dananggota masyarakat, dan untuk mendorong suatudialog yang tidak terlalu formal, tetapi lebihmendalam. Mungkin ini merupakan sebagianhasil yang paling berharga, berpotensimemberikan kunci untuk menjawab berbagaiteka-teki yang muncul selama survei. Namun, inisemua berada di luar pendekatan sistematisformal yang selama ini kami tekankan.

Walaupun ada kekhawatiran akanketidaksabaran masyarakat terhadap banyaknyakegiatan yang harus dikerjakan, mereka tetapbersikap positif terhadap survei dan minat kami.Kami telah menyebutkan bagaimana metode-metode kami dalam beberapa hal tidak benar-benar ‘partisipatif’, dalam artian yang diharapkanoleh banyak pihak dalam penerapan istilahtersebut, namun proses ini telah berhasilmenciptakan sebuah basis untuk proses yangsifatnya lebih kolaboratif. Aspek lainnya daritanggapan positif terhadap kami adalah bahwamasyarakat benar-benar senang bahwa parapendatang mau mendengarkan pendapat merekadan mendiskusikannya dengan mereka – hal inimungkin khusus untuk konteks lokal. Umpanbalik dari masyarakat juga jelas menunjukkanbahwa mereka merasakan berbagai manfaat dari

Page 60: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

49

pembahasan berbagai topik secara terbuka, yangsebelumnya tidak diberi perhatian yang jelasseperti ini, dan juga dalam hal belajar untukmenjelaskan pendapat mereka kepada parapendatang seperti kami.

Hasil-hasil penelitian dapat digunakanuntuk mendorong pandangan-pandangan lokalsebagai bahan pertimbangan bagi para pembuatkeputusan. Beberapa contohnya kami sebutkansebagai berikut.

Hasil-hasil awalPendekatan kami bertujuan untuk menguraikanberbagai informasi yang dibutuhkan untukmembuat keputusan-keputusan yang lebih baiktentang konservasi hutan dan penggunaan lahan.Penilaian secara sistematis tentang sikapmasyarakat lokal terhadap berbagai lanskapdengan menggunakan berbagai teknik akanmemungkinkan nilai-nilai itu untukdipertimbangkan dalam setiap pengambilankeputusan yang mungkin akan mempengaruhikawasan tersebut. Setelah kami menjelaskanbagaimana dan mengapa keanekaragaman hayatimemiliki arti penting bagi masyarakat, maka akanlebih sulit bagi para pembuat keputusan untukmengabaikan kepentingan keanekaragaman hayati.

Proyek ini juga telah menunjukkaninformasi yang bersifat spesifik pada suatu lokasiyang dapat membantu memandu kebijakan-kebijakan pengelolaan dan penggunaan lahan danhutan lokal. Misalnya, survei awalmemperlihatkan bahwa banyak penduduk didaerah merasa terganggu dengan adanyakemerosotan beberapa sumber daya alam yangbernilai tinggi, khususnya binatang yang merekaburu untuk kebutuhan pangan dan tumbuh-tumbuhan yang menjadi andalan kebutuhan hidupmereka sehari-hari. Salah satu sumber pentingyang menjadi langka adalah rotan. Menurutpenduduk desa di beberapa lokasi, satu faktorsignifikan yang mempengaruhi penyusutantersebut adalah karena peraturan pembalakan yangdibuat oleh pemerintah (TPTI) yangmengharuskan HPH membabat semua semakbelukar dan tumbuhan pemanjat, termasuk semuajenis rotan, secara berulang dalam usaha untukmendorong regenerasi di kawasan konsesi.Sementara kegiatan pembabatan tersebut jelas-jelas merugikan masyarakat lokal, keuntungan-keuntungan silvikulturnya juga masih diperdebatkan

sehingga kebijakan ini harus dipertimbangkankembali.

‘Hutan’ yang tidak dibalak dianggapsebagai ‘lahan terpenting’ bagi masyarakat.Spesies yang paling penting diantaranya adalahbabi hutan dan pohon-pohon berkayu. Keduanyaterkait erat dengan kondisi hutan yang baik. Hutanbekas pembalakan kurang diminati olehmasyarakat lokal. Hal ini termasuk berkurangnyasumber-sumber daya pokok, aksesibilitas fisik danjuga hak mereka untuk mendapatkannya. Misalnya,sekarang sumber daya penghasil kayu tidak lagi dapatmereka akses. Bahkan meskipun masyarakatmemiliki hak untuk menebang pohon, kayu terbaiksering telah ditebang dan kerusakan hutanmenyebabkan akses mereka menjadi lebih sulit. Babihutan yang mereka sukai untuk dimakan, jumlahnyadikabarkan menurun di kawasan yang dibalak. Secaratidak langsung pembalakan juga berdampakmengurangi bahan pangan darurat yang berasal darihutan, seperti sagu bukit Eugissonia utilis. Saguini cenderung tumbuh di puncak-puncak bukit danmenjadi hancur jika ada jaringan jalan penyaradankayu karena kegiatan ini dianggap sebagai metode-metode ‘berdampak rendah’ (lihat Elias dkk. 2001).Dengan mengenali masalah-masalah seperti ini kamidapat menyelidiki berbagai alternatifnya. Denganmengidentifikasi spesies dan habitat yang pentingbagi masyarakat lokal, kami memberi fokus padapengelolaan yang dapat didukung melalui berbagaicara, termasuk penerapan prinsip-prinsip ekologiyang lebih terfokus (Sheil dan van Heist 2000).

Akhirnya, lokasi-lokasi yang penting darisegi budaya sering dirusak oleh kegiatan-kegiatanperusahaan, yang merusak hubungan-hubunganyang memang sudah dipenuhi ketegangan. Sekalilagi, masalah-masalah ini bisa diatasi setelahprioritas diterima.

Analisis selanjutnyaAnalisis-analisis selanjutnya akan menjelaskanberbagai sudut dalam survei untuk menjajakiberbagai hubungan dan kelengkapan yang untuksaat ini hanya dapat disinggung secara sepintassaja. Sebagian besar kesimpulan dan pertanyaanyang muncul akan dibahas kembali bersamamasyarakat. Tentu saja, pemeriksaan seperti inimenjadi penting untuk menghindari berbagaikesalahan dan kelemahan dalam interpretasi dangeneralisasi. Banyak kegiatan di masa depan akandidasarkan pada data survei. Cakupannya akan jauh

Page 61: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

lebih luas dari hasil yang disajikan dalam laporanini. Verifikasi daftar spesies masih tetap berlangsungdan hasil-hasil sementara dari beberapa aspek surveidi Malinau harus ditinjau kembali. Setelah‘pemeriksaan’ kritis ini dilakukan, masih ada minatuntuk memperluas analisis vegetasi untukmempelajari hubungannya dengan karakter lokasilain. Kami juga bermaksud untuk mengaitkan pola-pola PDM dengan faktor-faktor biofisik penentu,untuk mengetahui seberapa jauh kami dapatmenggunakan PDM berbasis spesies sebagai dasaruntuk menilai kepentingan berbagai plot berdasarkankomposisinya. Ada juga kebutuhan untukmengembangkan analisis-analisis spasial untukmengidentifikasi faktor spasial penentu utama darivegetasi dan kepentingan lokal. Aspek-aspek lainyang perlu dijajaki adalah membuat penilaiankepentingan menjadi lebih pragmatis danmenemukan pendekatan-pendekatan efisien yangcukup jelas, valid dan bermanfaat selain untukpenelitian. Ini akan dilakukan denganmemperhatikan keterbatasan sumber daya yang adauntuk melanjutkan upaya-upaya konservasi dihampir seluruh dunia (Sheil 2001).

Basisdata SIG juga dapat dikembangkandan digunakan sebagai perangkat untuk

merencanakan dan memantau berbagai perubahan.Usaha ini akan mendapat kemudahan daritersedianya teknik-teknik penginderaan jauh(remote sensing) dan SIG yang memungkinkandilakukannya ekstrapolasi data sampel secaraspasial. Penilaian-penilaian kami terhadap variasisampel akan sangat penting dalam analisis-analisistersebut. Pastinya data kami memberikan basisyang memungkinkan untuk menilaikecenderungan-kecenderungan di masa depan.Ciri-ciri yang paling bermanfaat dari basis iniadalah sifatnya yang umum dan kaitannya yangjelas dengan berbagai pandangan dan prioritaslokal.

Tindakan selanjutnyaHasil-hasil penelitian kami menyajikan basisumum bagi penelitian lebih lanjut di kawasanMalinau. Penelitian dalam waktu dekatdiharapkan akan mempertimbangkan hasil-hasilawal dan kesimpulan kami bersama anggotamasyarakat untuk mengetahui apakah merekasetuju dengan penilaian-penilaian kami. Jika tidak,berbagai alasannya akan menyoroti asumsi-asumsiatau aspek-aspek lain yang membutuhkan perhatian.Jelas bahwa beberapa aspek utama, misalnya akses,

Anggota masyarakat dari Langap berdiskusi tentang beberapa tumbuhan dengan anggota tim lapangan lainnya

Page 62: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

51

terlalu rumit dan bergantung pada konteks tertentuuntuk diperoleh dan diukur dengan data yang kamikumpulkan saat ini secara memadai. Topik-topik inisekarang disorot untuk evaluasi selanjutnya.

Lebih eksplisit lagi, penelitian kami dikawasan Malinau dapat berlanjut denganpendekatan dasar tiga tahap yang dijelaskan dalamstrategi penelitian kami secara keseluruhan: 1)mencari tahu biota apa saja yang ada dan lokasinya,2) menilai untuk siapa biota itu penting dan untukapa, dan 3) mengidentifikasi langkah-langkah apayang dibutuhkan untuk menjaga biota ini di masadepan. Dengan memiliki informasi yang baik padatahap pertama dan kedua kami memiliki prioritasuntuk mengevaluasinya pada tahap ketiga. Kamimemikirkan untuk melakukan penelitian-penelitiansecara lebih mendalam tentang berbagai sumberdaya utama dan nilainya: apa saja sumber dayatersebut, kualitas seperti apa yang mempengaruhikepentingannya, dan apa ancaman-ancamanterhadap sumber-sumber daya ini?

Kami akan mencari cara untukmengembangkan kesimpulan survei menjadi hasil-hasil yang relevan dan melibatkan berbagaikomponen dan mitra CIFOR lainnya untuk benar-benar memanfaatkan berbagai peluang yangmungkin muncul. Kami telah mendiskusikanberbagai pilihan untuk memperoleh pendanaanyang memungkinkan kami untuk mengembangkanbeberapa kegiatan yang lebih diprakarsaimasyarakat dimana kami akan berusaha danmembantu dalam mensintesis informasi darimasyarakat, untuk mereka, dengan cara-cara yangmereka anggap berguna. Demikian juga diskusi-diskusi awal secara tidak langsungmengungkapkan berbagai peluang untukmelibatkan kegiatan-kegiatan pemerintah lokaldan mempengaruhi proses pemberian ijin konsesi,revisi kontrak lokal secara legal, dan proses lainyang muncul sebagai efek otonomi daerah yangakan mempengaruhi lahan hutan dan penduduklokal.

Page 63: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

Catatan kaki

1 Bukan hanya karena harapan dan kekuatiran yangmungkin muncul, tetapi juga untuk menghindariperilaku strategis para informan dalam memberikanjawaban yang mereka anggap sesuai dan diinginkanoleh para peneliti. Juga karena dalam suatumasyarakat di mana lahan dan tenaga kerjamerupakan faktor utama produksi, berbagai usahauntuk menerjemahkan nilai ke dalam harga lahansering artifisial, khususnya karena hak atas lahansering tidak jelas. Selain itu perlu diperhatikan bahwaada dua program penelitian CIFOR lainnya dikawasan ini yang saling melengkapi: pertama timAdaptive Co-Management (ACM) meneliti isu-isuyang terkait dengan klaim atas lahan dan resolusikonflik (sehingga kelompok kami menghindari topikini) dan tim Forest Product and People (FPP)meneliti bagaimana pendapatan bervariasi menurutperbedaan peluang di desa-desa yang berbeda.

2 Informasi peta merupakan suatu masalah.Sedikitnya informasi yang bisa diandalkan, peta-peta dasar dan anotasinya tidak lengkap, dantutupan awan sering mempengaruhi semua citrafoto udara yang tersedia.

3 Di tengah masyarakat yang terdiri dari etnikcampuran seperti dalam beberapa kasus, penamaanpada peta merupakan kegiatan yang rumit, khususnyauntuk anak sungai, suatu ciri tertentu bisa memilikinama yang beragam (bergantung pada bahasa mana).

Biasanya anggota masyarakat mengetahui nama-namaalternatif sementara kami tidak, sehingga hanya kamisaja yang bingung.

4 Kami melakukannya secara ekstensif pada surveipertama dan umumnya dapat menggunakan daftar-daftar ini sebagai pengingat di masing-masing desayang baru setelah kami berdiskusi informal denganpara informan sebelum pertemuan berlangsung.

5 G berasal dari kata guna, atau ‘manfaat’.

6 S berasal dari kata sisa.

7 Ada masalah-masalah konseptual ketika nilai Sadalah nol, yaitu jika evaluasi-evaluasi lapanganselanjutnya menemukan spesies tambahan dalamgolongan manfaat ini. Nilai kepentingan nol bagitumbuhan yang bermanfaat tampaknya tidakmemuaskan, meskipun kesalahan-kesalahan seperti inimungkin diperkirakan hanya terjadi pada taksa yangkurang penting. Dua masalah adalah kebutuhan untukmenggunakan kelas-kelas dengan cara yang konsistenmenurut pemahaman lokal, dan kemungkinan untukmencari rata-rata dari semua jawaban.

8 Jika tumbuhan ini juga diberi skor untuk manfaatlain, bobot skornya dalam kategori yang berbedaharus ditambah hingga mencapai skor keseluruhanspesies tersebut.

Page 64: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

53

9 Lembar ini terdiri dari beberapa data vegetasi yangtidak ada dalam lembar data lainnya. Data inimeliputi semai, pancang dan semak belukar.Alasannya adalah karena kami merasa survei yanglengkap tentang kelompok vegetasi ini akan sangatmemakan waktu dan secara botani sulitdiidentifikasi, namun spesies yang melimpah tersebutpenting. Lembar ini juga memuat kelas yang disebut‘monokotil yang sangat besar’ untuk dinilai di tiapplot. Kelas ini dimasukkan karena diketahui bahwasejumlah besar spesies monokotil termasuk pisang,palem, pandan, dan jahe dinilai penting olehmasyarakat lokal, tetapi umumnya terdapat dalamkerapatan yang jauh lebih rendah dibandingkanherba yang dicatat di lokasi transek oleh karena itutidak dimasukkan dalam lembar data herba (jikaditemukan maka dimasukkan). Spesies ini relatifmudah dijumpai dan diidentifikasi, sering terbatasuntuk habitat-habitat khusus dan karena itu mungkindigunakan sebagai indikator yang bermanfaat ataunilai pengganti untuk lanskap. Data ini harusdiperlakukan sebagai data mentah dan masihmerupakan penjajakan dan bukan data yang obyektif(seperti dalam lembar data herba dan pohon) karenaada suatu kompromi atas kebutuhan akan informasitertentu tetapi tidak berharap untuk terlibat dalammenerapkan berbagai metode yang rumit danmemakan waktu untuk semua bentuk-bentukhidupan yang ada.

10 Tentu saja ini bukan suatu proses satu arah,contohnya: Pak Incau di Laban Nyarit pada satuwaktu ditantang karena memberi dua nama yangberbeda untuk dua pohon. ‘Keduanya sama’ katabotanikus. ‘Dua-duanya berbeda’ bantah Pak Incauyang bahkan tidak perlu berjalan mendekat ke arahdua pohon tersebut untuk membuktikanpendapatnya. Untuk menyelesaikan perdebatan ini,spesimen masing-masing pohon dikumpulkan dandiserahkan kepada botanikus kami yang kedua,yang segera memastikan bahwa ‘…keduanyamemang berbeda’.

11 Data yang dibutuhkan untuk perhitungankerapatan dan basal area (jarak hingga pohon ke-lima dan kemiringan masing-masing [delapan] sub-plot luas beragam) disimpan di bagian tabelAdministrasi/ lokasi, karena data ini merupakansuatu ciri plot sampel dan bukan ciri individu pohon.

12 Data relascope dicantumkan dalam formulirpengambilan sampel tanah karena merupakan tugasilmuwan tanah untuk mengumpulkan data ini. Datarelascope memberikan perkiraan penutupan pohon.

13 Pada 20 sampel yang pertama tercatat hanya 20pohon; kemudian, ukuran sampel standar ditetapkanuntuk 40 pohon.

Page 65: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

Daftar pustaka

Berikut adalah bahan rujukan yang meskipun tidakdikutip secara khusus, bermanfaat atau menyajikaninformasi tambahan tentang konteks lokal.

Boedihartono, A.K. 2000. Traditional healingpractices and modern medicine - Indigenousknowledge and cultural diversity in Bulungan,East Kalimantan: Long Jalan, Tanjung Nanga,Langap, Pulau Sapi and Respen Sembuak.CIFOR, Bogor, Indonesia.

Born, R.J.G. van der, Lenders, R.H.J., de Groot,W.T. dan Huysman, E. 2001. The new biophilia:an exploration of visions of nature in Westerncountries. Environmental Conservation 28(1):65–75.

Campbell, B.M. dan Luckert, M.K. (eds.) 2002.Uncovering the hidden harvest. Valuationmethods for woodland and forest resources.People and Plants conservation manual series,Earthscan Publications, London, UK. 262h.

Cesard, N. 2001. Four ethnic groups (Punan,Kenyah, Merap, Lun Dayeh) faced with changesalong the Malinau River (Kalimantan Timur).CIFOR, Bogor, Indonesia.

CIFOR. 1999. ACM-Report of Workshop “Buildingan Agenda Together” (Bangun RencanaBersama) and Mapping Training (PelatihanPengenalan Pemetaan) Long Loreh, EastKalimantan 20–24 November 1999. CIFOR,Bogor, Indonesia.

CIFOR. 2000. ACM-Report of Workshop “BuildingPlans Together II” (Bangun Rencana BersamaII) Setulang, Kab. Malinau, East Kalimantan 4–6 December 2000. CIFOR, Bogor, Indonesia.

CIFOR. 2001. Ringkasan Lokakarya PemanfaatanLahan dan Pengelolaan Hutan dalam EraOtonomi Daerah. A report of a workshop held inMalinau, East Kalimantan, 2–3 Mei 2001.CIFOR, Bogor, Indonesia.

CIFOR. 2002. Technical Report, Phase I (1997–2001). ITTO Project PD 12/97 Rev. 1 (F),Forest, Science and Sustainability: The BulunganModel. CIFOR, ITTO and MOF. Bogor,Indonesia.

Colfer, C.J.P. dan Byron, Y. (eds.) 2001. Peoplemanaging forests. The links between human well-being and sustainability. Resources for the future,Washington DC., USA. 447h.

Colfer, C.J.P., Peluso, N. dan Chung, C.S. 1997.Beyond slash and burn: building on indigenousmanagement of Borneo’s tropical rain forests.Advances in Economic Botany, Vol.11 (SpecialIssue) xi. New York Botanical Garden, USA.

Cunningham, A.B. 2001. Applied Ethnobotany.People, wild plant use and conservation. Peopleand Plants conservation manual series, EarthscanPublications, London, UK. 300h.

Demmer, J. dan Overman, H. 2001. Indigenouspeople conserving the rain forest? The effect ofwealth and markets on the economic behaviourof Tawahka Amerindians in Honduras. Tropenbosseries 19. Tropenbos International, Wageningen,the Netherlands. 382p.

Dove, M.R. 1983. Forest preference in swiddenagriculture. Tropical ecology: 24(1) 122–142.

Elias, Applegate, G., Kartawinata, K., Machfudh danKlassen, A., 2001. Reduced Impact LoggingGuidelines for Indonesia. ITTO/CIFOR/MoF

Page 66: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

55

MacArthur/INHUTANI II, Bogor, Indonesia.114h.

Fimbel, R. A. dan O’Brien, T. 1999. Faunal Surveyin Unlogged Forest of the INHUTANI II, MalinauTimber Concession. Consultant report, WildlifeConservation Society (WCS)/ CIFOR, Bogor,Indonesia.

Fox, J. dan Atok, K. 1997. Forest-dwellerdemographics in West Kalimantan, Indonesia.Environmental Conservation 24(1): 31–37.

Gadgil, M. dkk. 2000. Participatory Local LevelAssessment of Life Support Systems, Amethodology manual. Technical Report No. 78Centre for Ecological Sciences, Indian Instituteof Science Bangalore, India.

Gomez Gonzalez, I.C. 1999. Indigenousmanagement of forest resources in EastKalimantan, Indonesia. The role of secondaryforests. MSc Thesis, Tropical Forestry,Wageningen Agricultural University, theNetherlands.

Halmo, D.B., Stoffle, R.W. dan Evans, M.J. 1993.Paitu Nanasuagaindu Pahonupi (Three SacredValleys): Cultural Significance of Gosiute, Paiute,and Ute Plants. Human Organization 52 (2): 142–150.

Heist, van M. 2000. Participatory Mapping of VillageTerritories: Some lessons in Adaptive Use andManagement of Geographic Data. CIFOR,Bogor, Indonesia.

Heist, van M. dan Wollenberg, E. 2000. Actionresearch on negotiating conflict and communityempowerment in forest areas: Participatorymapping of the villages along the Malinau River,East Kalimantan. Preliminary report to ITTO.CIFOR, Bogor, Indonesia.

Hurlbert, S.H. 1971. The non-concept of speciesdiversity: a critique and alternative parameters.Ecology 52: 577–586.

Iskandar, D.T. 2000. The Amphibians and Reptilesof Malinau Region, Bulungan Research Forest,East Kalimantan: Annotated Checklist WithSome Notes on Ecological Preferences of theSpecies And Local Utilization. CIFOR, Bogor,Indonesia (belum dipublikasikan).

ITTO. 1997. Borneo Biodiversity Expedition 1997.ITTO, Japan. 88h.

Jurusan Tanah. 1991. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Institut Pertanian Bogor,Indonesia.

Kamppinen, M. dan Walls, M. 1999. Integratingbiodiversity into decision making. Biodiversityand Conservation 8: 7–16.

Kartawinata, K. 2002. Completion Report, Phase I(1997–2001). ITTO Project PD 12/97 Rev. 1(F), Forest, Science and Sustainability: TheBulungan Model. CIFOR, ITTO and MOF,Bogor, Indonesia.

Kaskija, L. 1995. The Punan Malinau: Thepersistence of an unstable culture. MSc ThesisDepartment of Anthropology, University ofUppsala, Sweden.

Katz, E. 1997. NWFPs in Bulungan, EastKalimantan, Indonesia. Dalam: Mittleman, A. J.,Lai Chun K., Byron, N., Michon, G. dan Katz,E. Non-wood Forest Products Outlook Study forAsia and the Pacific: Towards 2010. FAO-RAPAPublication, Bangkok.

Lang, D.A. 2002. What is the impact of conventionallogging on Anuran diversity and abundance inthe Bulungan research forest, East Kalimantan.MSc. Thesis, Aberdeen, UK. (tidakdipublikasikan).

Lang, D.A. dan Hubble, D. 2000. The amphibiansand Reptiles of Malinau Region, BulunganResearch Forest, East Kalimantan July-August2000 (laporan pendahuluan). Laporan mahasiswauntuk CIFOR, Bogor, Indonesia. (tidakdipublikasikan).

Lang, D.A. dan Hubble, D. 2001. The impacts ofconventional logging on Bufo asper, Ranaleporine, Rana kuhlii & Rana picturata indipterocarp forest, East Kalimantan. Laporanpenyelesaian proyek untuk CIFOR, Bogor,Indonesia. (tidak dipublikasikan).

Lawrence, A. dan Ambrose-Oji, B. 2001.Participatory monitoring and evaluation ofbiodiversity: the art and the science. Backgroundpaper for the ETFRN Workshop on ParticipatoryMonitoring and Evaluation of Biodiversity,January 2002. http://www.etfrn.org/etfrn/workshop/biodiversity/index.html

Lawrence, A., Ambrose-Oji, B., Lysinge, R. danTako, C. 2000. Exploring local values for forestbiodiversity on Mount Cameroon. MountainResearch and Development 20(2): 112–115.

Lynam, T., Cunliffe, R., Mapaure, I. dan Bwerinofa,I. 2003. Assessment of the value of woodlandlandscape function to local communitiesinGorongosa and Muanza Districts, Sofala

Page 67: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Keanekaragaman hayati dan perspektif masyarakat lokalMetode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner

56

Province, Mozambique, CIFOR, Bogor,Indonesia.

MacKinnon, K., Hatta, G., Hakim, H. dan Mangalik,A. 1996. The ecology of Kalimantan. IndonesianBorneo. The Ecology of Indonesia series Vol.III.Periplus Editions (HK) Ltd. 872h.

Nemarundwe, N. dan Richards, M. 2002.Participatory methods for exploring livelihoodvalues derived from forests: potential andlimitations. Dalam: Campbell, B.M. dan Luckert,M.K. (eds.) Uncovering the hidden harvest.Valuation methods for woodland and forestresources, H.168-197. People and Plantsconservation manual series, EarthscanPublications, London, UK. 262h.

Phillips, O.L. 1996. Some quantitative methods foranalyzing ethnobotanical knowledge. Dalam:Alexiades, M.N. (ed). Selected guidelines forethnobotanical research: a field manual, 171–197.The New York Botanical Garden, USA.

Phillips, O. dan Gentry, A.H. 1993. The useful plantsof Tampobata, Peru: I. Statistical hypotheses testswith a new quantitative technique. EconomicBotany 47(1): 15–32.

Phillips, O. dan Gentry, A.H. 1993. The usefulplants of Tambopata, Peru: II. Additionalhypothesis testing in quantitative ethnobotany.Economic Botany 47(1): 33–43.

Phillips, O., Gentry, A.H., Reynel C., Wilkin, P. danGalvez-Durand, B.C. 1994. Quantitativeethnobotany and Amazonian conservation.Conservation Biology 8: 225–248.

Pierotti, R. dan Wildcat, D. 2000. Traditionalecological knowledge: the third alternative(commentary). Ecological Applications 10 (5):1333–1340.

Posey, D.A. (ed.) 2000. Cultural and Spiritual Valuesof Biodiversity - A complementary contributionto the global biodiversity assessment. UNEP,Nairobi, Kenya.

Puri, R. K. 1997. Hunting Knowledge of the PenanBenalui of East Kalimantan, Indonesia. Ph.D.Thesis, Department of Anthropology, Universityof Hawaii, Honolulu, USA. 469h.

Puri, R. K. 1998. Assessment of the biodiversity ofthe Bulungan Research Forest: Ethnoecology ofthe Punan Tubu. Consultant report, Wildlife

Conservation Society (WCS)/CIFOR, Bogor,Indonesia.

Puri, R.K. 2001. The Bulungan EthnobiologyHandbook. CIFOR, Bogor, Indonesia. 310h.

Puslittanak. 1997. Pedoman Analisis Kimia Tanah.Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor,Indonesia.

Rachmatika, I. 2000. Preliminary report of the fishfauna survey in BRF (30 Oktober–27 November2000). CIFOR, Bogor, Indonesia.

Rachmatika, I. Dalam persiapan. The fish fauna inBulungan Research Forest (BRF), Malinau, EastKalimantan, with notes on local uses and values(draft telah diserahkan kepada CIFOR). CIFOR,Bogor, Indonesia.

Rhee, S. 2000. De Facto Decentralization andCommunity Conflicts over Natural Resources inEast Kalimantan, Indonesia: Historical Roots andImplications for Community Forestry. Makalahdisajikan pada konferensi ‘Political Ecology ofTropical Forests in Southeast Asia: HistoricalPerspectives,’ Osaka, Japan, 28-30 November,2000.

Rossenbaum, B. dkk. Dalam persiapan. A review ofsensitivity of forest wildlife to interventions.Consultant report, Wildlife Conservation Society(WCS)/CIFOR, Bogor, Indonesia.

Saaty, T.L. 1996. Fundamentals of decision makingand priority theory, with the Analytical HierarchyProcess. Vol. VI RWS Publications, Pittsburgh,USA. 572h.

Schneider, P. 1996. Sauvegarde et amenagement dela foret classee de Farako (Region de Sikasso,Mali-Sud) avec la participation et au profit despopulations riveraines. These EPFZ no.11867Ecole Polytechnique Federale, Zurich.

Scott, J.C. 1998. Seeing like a state. The Yale ISPSseries. Yale University Press, New Haven, USA.445h.

Sellato, B. 2001. Forest, resources and people inBulungan. Elements for a history of settlement,trade and social dynamics in Borneo, 1880–2000.CIFOR, Bogor, Indonesia. 183h.

Shanley, P. 1999. Extending ecological research tomeet local needs: a case from Brazil. http://www.fao.org/docrep/X2161E/x2161e10.htm

Sheil, D. 2001. Conservation and biodiversitymonitoring in the tropics – realities, priorities anddistractions. Conservation Biology 15(4): 1179–1182.

Page 68: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

57

Sheil, D., Ducey, M.D., Sidiyasa, K. dan Samsoedin,I. 2003. A new type of sample unit for the efficientassessment of diverse tree communities incomplex forest landscapes. Journal of TropicalForest Science 15 (1):117-135.

Sheil, D. dan Heist, van M. 2000. Ecology fortropical forest management. InternationalForestry Review 2: 261–270.

Sheil, D., Liswanti, N., Heist, van M., Basuki, I.,Syaefuddin, Samsoedin, I., Rukmiyati dan Agung,M. 2003. Local priorities and biodiversity intropical forest landscapes: asking people whatmatters. Tropical Forest Update 13:1 [http://www.itto.or.jp/newsletter/Newsletter.html]

Sheil, D., Sayer, J.A. dan O’Brien, T. 1999. Treediversity and conservation in logged rainforest.Science 284: 1587a.

Sheil, D. dan Wunder, S. 2002. The value of tropicalforest to local communities: complications,caveats and cautions. Conservation Ecology 6(2):9 [http:// www.consecol.org/vol6/iss2/art9]

Sheil, D. dkk. 2002. Biodiversity Research inMalinau. Dalam: Technical Report, Phase I 1997–2001. ITTO Project PD 12/97 Rev.1 (F). Forest,Science and Sustainability: The Bulungan ModelForest, 57-107. CIFOR, MOF and ITTO, Bogor,Indonesia.

Sorensen, K.W. dan Morris, B. (eds.) 1997. Peopleand Plants of Kayan Mentarang. WWF-Indonesia, Jakarta (dicetak di UK). 258h.

Stoffle, R.W., Halmo, D.B. dan Evans, M.J. 1990.Calculating the cultural significance of AmericanIndian plants: paiute and shoshone ethnobotany

at Yucca Mountain, Nevada. AmericanAnthropologist 92 (2): 416–432.

Stoffle, R.W., Halmo, D.B. dan Evans, M.J. 1999.Puchuxwavaats Uapi (To know about plants):traditional knowledge and the cultural significanceof Southern Paiute plants. Human Organization58 (4): 416–429.

Suwardi dan Wiranegara. 1998. PenuntunPraktikum Klasifikasi dan Morfologi Tanah.Institut Pertanian, Bogor, Indonesia.

Turner, N.J. 1988. ‘The importance of a rose’:Evaluating the cultural significance of plants inThompson and Lillooet interior Salish. AmericanAnthropologist 90: 272–290.

Winklerprins, A.M.G.A. 1999. Local soil knowledge:a tool for sustainable land management. Societyand Natural Resources 12: 151–161.

Wollenberg, E. 2001. Incentives for GaharuCollection in East Kalimantan. Economic Botany55(3): 444–456.

Wollenberg, E. dan Ingles, A. (eds.) 1998. Incomesfrom the forest. Methods for the developmentand conservation of forest products for localcommunities. CIFOR, Bogor, Indonesia.

Wong, J.L.G., Thornber, K. dan Baker, N. 2001.Resource assessment of non-wood forestproducts: experience and biometric principles.Monograph xvii, 109h. + 1 CD-ROM. FAORome, Italy.

Wulffraat, S. dan Samsu. 2000. An overview of thebiodiversity of Kayan Mentarang National Park.WWF-Indonesia Kayan Mentarang project,Samarinda, Indonesia. 154h.

Page 69: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

58L

amp

iran

I. J

adw

al b

erba

gai k

egia

tan

di s

etia

p de

sa

1.1.

Tuj

uan

dan

kons

ep s

ecar

a ke

selu

ruha

n

1.2.

Pen

ilaia

n so

sial

-eko

nom

i dan

bud

aya

1.3.

Man

ajem

en ti

m d

esa

PE

RS

IAP

AN

Har

i ke-

<1M

empe

rken

alka

n da

n m

enje

lask

an a

spek

-as

pek

sosi

al, e

kono

mi d

an b

uday

a da

ri su

rvei

kepa

da a

nggo

ta ti

m d

an u

ntuk

men

yele

saik

anse

gala

per

siap

an u

ntuk

pel

aksa

naan

nya

1.4.

Ren

cana

ope

rasi

onal

(su

bkeg

iata

n, ja

dwal

,da

n pa

ra p

enan

ggun

g ja

wab

)

Pre

sent

asi

Dis

kusi

Dok

umen

pen

duku

ngD

afta

r pe

riksa

ula

ng,

dsb.

Ang

gota

tim

saj

a

2.1.

Per

kena

lan

tim s

urve

i

2.2.

Pen

jela

san

berb

agai

keg

iata

n

2.3.

Inf

orm

asi u

mum

, per

tany

aan

PE

RK

EN

ALA

N H

ari k

e-1

Mem

perk

enal

kan

kons

ep d

an a

nggo

ta ti

mke

pada

mas

yara

kat l

okal

, unt

ukm

embe

ritah

ukan

sel

uruh

jadw

al p

rogr

am,

dan

pros

edur

kep

ada

mas

yara

kat

2.4.

Jad

wal

keg

iata

n

Per

tem

uan

mas

yara

kat

Pre

sent

asi

Dis

kusi

Flip

char

t, pe

na, l

ampu

yang

tera

ng

Mak

anan

kec

il,m

inum

an, d

sb.

Par

a pe

mim

pin

loka

lW

arga

des

aP

eman

gku

kepe

ntin

gan

lain

nya

Tim

PE

RS

IAP

AN

PR

AK

TIS

Har

i ke-

2 (P

enam

aan

dala

m p

eta-

peta

das

ar, d

isku

si in

form

al u

ntuk

men

entu

kan

oran

g-or

ang

utam

a da

n ke

ters

edia

anny

a, d

sb.)

3.1.

Dem

ogra

fi

3.2.

Nila

i-nila

i dan

pra

ktik

bud

aya

3.3.

B

erba

gai k

egia

tan

ekon

omi,

bara

ng-b

aran

gya

ng d

iper

daga

ngka

n, d

an k

ecen

deru

ngan

kons

umen

KO

NT

EK

S L

OK

AL

Har

i ke-

3M

enda

patk

an in

form

asi d

asar

unt

uk d

emog

rafi,

buda

ya, e

kono

mi d

an s

ejar

ah d

esa

tem

pat s

tudi

dila

kuka

n

3.4.

S

ejar

ah p

emuk

iman

, ben

cana

ala

m d

anke

jadi

an-k

ejad

ian

mus

iman

Men

gkaj

i dok

umen

Waw

anca

ra in

form

alK

uesi

oner

ber

sam

a pa

rain

form

an k

unci

Sta

tistik

des

aQ

s 1–

3D

s 1

& 2

Mak

anan

kec

il, r

okok

,ds

b.

Par

a pe

mim

pin

desa

Par

a pe

mim

pin

adat

Pem

ilik

toko

/ped

agan

g

I

DIS

KU

SI T

M H

ari k

e-4

rt

(Pem

anta

uan

kem

ajua

n, p

enge

ceka

nda

ta, d

an p

een

cana

an ta

hap

berik

uny

a)

4.1.

Pem

beria

n la

bel p

ada

peta

das

ar

4.2.

Pen

gide

ntifi

kasi

an lo

kasi

dar

i pen

utup

an/

peng

guna

an la

han

berd

asar

kan

kate

gori

TU

TU

PA

N L

AH

AN

DA

N P

EN

GG

UN

AA

NLA

HA

N H

ari k

e-4–

7M

enet

apka

n da

n m

emet

akan

luas

wila

yah

trad

isio

nal,

sert

a m

engi

dent

ifika

si m

emet

akan

kom

pone

n-ko

mpo

nen

utam

a la

nska

pi

4.3.

Men

gide

ntif

kasi

loka

si s

umbe

r da

ya a

lam

yang

pen

ting

Per

tem

uan

deng

anm

asya

raka

tP

emet

aan

part

isip

atif

Par

a in

form

an k

unci

Dis

kusi

terb

uka

Pet

a-pe

ta d

asar

Ds

3 &

4F

lipch

art ,

pena

, lam

puya

ng te

rang

Mak

anan

kec

il, m

inum

an,

dsb.

Sem

ua a

tau

wak

il-w

akil

angg

ota

mas

yara

kat d

ide

sa (

laki

-laki

/pe

rem

puan

; mud

a/tu

a)

DIS

KU

SI T

IM H

ari k

e-8

(Pem

anta

uan

kem

ajua

n, p

enge

ceka

n da

ta, d

an p

eren

cana

an ta

hap

berik

utny

a)

5.1.

Dat

a ru

mah

tang

gaD

EM

OG

RA

FI D

AN

PE

RS

EP

SI H

ari

ke-8

–16

Men

gum

pulk

an d

ata

sosi

al e

kono

mi (

pend

uduk

,um

ur, k

elom

pok

etni

k, d

sb.)

dan

asp

irasi

mas

yara

kat y

ang

terk

ait d

enga

n su

mbe

r da

yalo

kal

5.

2. E

kono

mim

ikro

Men

gkaj

i dok

umen

Sur

vei r

umah

tang

gaW

awan

cara

den

gan

para

info

rman

kun

ciK

uesi

oner

Sta

tistik

des

aQ

s 4

Ds

5

Jum

lah

min

imal

sam

pel

rum

ah ta

ngga

: 30

rum

ahta

ngga

/etn

ik (

jika

ada

bebe

rapa

kel

ompo

ket

nik)

5.3.

Pen

didi

kan

5.4.

Asp

irasi

dan

per

seps

i

Tah

ap/s

asar

an/d

raf

jad

wal

Ko

mp

on

enM

eto

de

Ala

t/B

ahan

Sia

pa

& K

eter

ang

an

Page 70: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

59

I

DIS

KU

SI T

M H

ari k

e-17

(P

eman

taua

nt

kem

ajua

n, p

enge

ceka

n da

a, d

an p

eren

cana

an t

rah

ap b

eik

utny

a)

6.1.

Tip

e pe

nggu

naan

laha

n hu

tan

6.2.

Has

il-ha

sil h

utan

P

ER

INC

IAN

PE

NG

GU

NA

AN

LA

HA

N D

AN

HA

SIL

-HA

SIL

HU

TA

NH

ari k

e-17

–18

Men

gide

ntifi

kasi

tum

buha

n da

n bi

nata

ng y

ang

digu

naka

n ol

eh m

asya

raka

t lok

al s

ekal

igus

men

entu

kan

kepe

ntin

gan

mas

ing-

mas

ing

berd

asar

kan

kate

gorin

ya6.

3. M

enila

i kep

entin

gan

berd

asar

kan

kate

gori

Waw

anca

ra d

enga

n pa

rain

form

an k

unci

Pen

ilaia

n ni

lai-n

ilai

peng

guna

an la

han

Qs

5 &

6P

ara

info

rman

kun

ci

(3–5

ora

ng/e

tnik

)

DIS

KU

SI T

IM H

ari k

e-19

(P

eman

taua

n ke

maj

uan,

pen

gece

kan

data

, dan

per

enca

naan

taha

p be

rikut

nya)

7.1.

Tip

e la

han

dan

huta

n

7.2.

Nila

i lah

an m

enur

ut k

urun

wak

tu

7.3.

Jar

ak d

an n

ilai l

ahan

7.4.

Tip

e ni

lai d

an ti

pe a

sal l

ahan

PE

RP

SE

KT

IF L

OK

AL

TE

NT

AN

GP

EN

GG

UN

AA

N L

AH

AN

DA

N H

AS

IL-H

AS

ILH

UT

AN

Har

i ke-

20–2

7K

uant

ifika

si p

iliha

n di

ant

ara

mas

yara

kat l

okal

terh

adap

ber

baga

i tip

e la

han

dan

hasi

l hut

anse

rta

nila

i-nila

i lai

nnya

7.5.

Men

ilai s

pesi

es y

ang

terp

entin

g be

rdas

arka

ntip

e pe

nggu

naan

/nila

i

Dis

kusi

Kel

ompo

k F

okus

(FG

D)

Latih

an p

embe

rian

skor

(PD

M)

Ds

6–10

Kar

tu-k

artu

dan

ker

ikil

atau

kan

cing

ata

u bi

jija

gung

Mak

anan

kec

il

Wak

il-w

akil

(tu

juan

)

4 x

(sam

pai)

6or

ang/

etni

k (la

ki-la

ki/

pere

mpu

an m

uda/

tua)

DIS

KU

SI T

IM H

ari k

e-28

(P

eman

taua

n ke

maj

uan,

pen

gece

kan

data

, dan

per

enca

naan

t aha

p be

rikut

nya)

8.1.

Rek

apitu

lasi

8.2.

Rev

isi/p

enyu

ntin

gan

KA

JIA

N &

TIN

DA

K L

AN

JUT

Har

i ke-

29–3

0

Pen

gece

kan

dan

inte

gras

i sem

ua d

ata

yang

diku

mpu

lkan

(tim

des

a da

n tim

lapa

ngan

)i

u8.

3. K

esm

pla

n

Dok

umen

tasi

has

il st

udi

Dis

kusi

Rin

gkas

anD

ata

yang

tela

hdi

kum

pulk

an

Ang

gota

tim

Par

a in

form

an lo

kal

Cat

atan

: Tid

ak te

rmas

uk tr

ansp

orta

si/p

erja

lana

n, p

endi

rian

kam

p; Q

s=le

mba

r ku

esio

ner,

Ds=

lem

bar

data

Tah

ap/s

asar

an/d

raf

jad

wal

Ko

mp

on

enM

eto

de

Ala

t/B

ahan

Sia

pa

& k

eter

ang

an

Page 71: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

60

Sasaran studi kami memang ambisius, tetapi setiapmetode memiliki keterbatasan, dan kami telah melihatberbagai aspek yang dapat dikaji ulang dalampenelitian di masa depan. Karena itu perludiperhatikan bahwa kami memutuskan untukmendapatkan informasi tentang banyak hal, daripadamendapatkan banyak informasi tetapi hanyamengenai beberapa hal saja. Karena itu kegiatan-kegiatan penindaklanjutan dan pengecekan harusdilakukan, khususnya jika ada temuan-temuan yangpenting. Metode-metode kami menghasilkan basis,atau diagnosis, tetapi bukan jawaban atas semuapertanyaan. Di bawah ini kami menguraikan berbagaikomentar dan catatan yang mungkin akan sangatbermanfaat untuk dipertimbangkan ketikamenggunakan atau mengubah metode-metode yangkami gunakan ataupun dalam menginterpretasikanhasil-hasilnya.

Tim multidisipliner – Salah paham tentang tujuandan metode yang digunakan sering muncul di antarapara ilmuwan dari berbagai negara dan disiplin ilmu,dan juga antara ilmuwan dan para informan lokal.Karena itu sifat toleransi dan terbuka merupakansyarat yang penting sekali ketika bekerja bersamadalam situasi seperti ini.

Respons dan perilaku strategis di kalanganinforman dan bahkan anggota tim sering sulitdihindari, dan mungkin tidak disadari. Misalnya,informan menekankan nilai-nilai yang mungkin akanmemberikan keuntungan bagi mereka. Karena ituanggota tim harus belajar untuk membedakanpertentangan kepentingan yang muncul dalam bekerjadi dunia penelitian.

Semua anggota tim, bahkan para informanlokal, dapat menjadi lalai karena kelelahan. Karenaitu lebih baik untuk merencanakan hari-hari kerjaberupa rangkaian kegiatan pengumpulan data yangagak independen dan dapat ditunda atau tidakdilakukan jika anggota tim mulai lelah dan/ataukualitas kerjanya tampak mulai menurun.

Para informan lokal – Kesediaan anggota masyarakatuntuk terlibat dalam kegiatan penelitian mungkinsangat dipengaruhi oleh musim. Karena itu lebih baik

Lampiran II. Topik-topik dan perhatian selanjutnya

menghindari musim kegiatan pertanian atauperayaan-perayaan penting. Pemilihan terhadapinforman juga sangat mempengaruhi kuantitas,kualitas dan penekanan data yang dikumpulkan.Informan tertentu memiliki pengetahuan yangsangat khusus. Misalnya, informan yang memilikipengetahuan tentang tanaman obat-obatan tidakselalu berarti memiliki tingkat pengetahuan yangsama tentang cara membuat perahu. Informasitertentu mungkin dianggap ‘sensitif’ dan mungkinsengaja disembunyikan dari orang luar, misalnya,dalam pengamatan kami sebagian besar masyarakattidak suka memperlihatkan implikasi adanyakonflik di antara masyarakat, meskipun kadang halini terlihat sangat jelas.

Waktu-waktu tertentu dalam suatu tahundan kejadian-kejadian yang baru saja berlalumungkin akan sangat mempengaruhi respons parainforman terhadap pertanyaan-pertanyaan tentangpemanfaatan tumbuhan dan kepentingannya.Misalnya, sebagian dari pekerjaan kami di Rianberlangsung ketika masyarakat mengalamikelangkaan beras, yang kemudian mempengaruhirespons mereka tentang nilai tumbuhan sebagaibahan makanan.

Informan tertentu mungkin mendominasilainnya. Kami perhatikan beberapa perempuanenggan berbicara atau berbeda pendapat denganpara laki-laki di depan orang banyak. Denganbekerja bersama masyarakat Punan dan Merapsekaligus, kami merasa dominasi orang Punan agakberkurang dan kami menduga bahwa mereka akanlebih tertutup dalam mengungkap informasitertentu.

Metode kami terkadang membingungkanbagi masyarakat lokal, misalnya, mengapa kamimencatat tumbuhan tertentu sementara tumbuhanlainnya tidak dicatat. Mungkin penjelasan yanglebih terinci lagi akan membantu mengatasikebingungan ini.

Para informan lokal mengalami kesulitandalam mengidentifikasi tumbuhan tertentu, sepertitumbuhan pemanjat atau liana yang masih muda.

Hak kepemilikan intelektual jugamerupakan suatu masalah. Anggota masyarakat

Page 72: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

61

sudah diingatkan untuk tidak memberikan informasiapa-apa tentang tanaman obat kepada orang asing(walaupun setelah mereka mengetahui motivasikami dan mempercayai kami, mereka bersediamemberikan informasi yang kami perlukan).

Pengambilan sampel dan desain plot – Plotsampel memang tidak pernah akan bisa mencakupsemua ragam lokasi yang terdapat di alam. Dalamstudi ini, lokasi-lokasi yang sulit dijangkau memangkurang terwakili.

Kami melakukan pencatatan/pendataanyang terbatas untuk tumbuhan perdu, regenerasi danpohon-pohon kecil. Ini merupakan pilihan yangsengaja kami ambil, karena kesulitan dalammengidentifikasi, tetapi akibatnya mungkinmengabaikan nilai kelompok tumbuhan ini bagimasyarakat. Kami juga mengabaikan jamur, epifit,lumut begitu juga kelas-kelas fauna lainnya, karenaketerbatasan uji silang serta verifikasi taksonomiyang harus dilakukan. Sampai tingkat tertentu, halini mungkin tidak menjadi masalah karenamasyarakat lokal sendiri tidak pernah memasukkankomponen tersebut dalam daftar spesies yangmereka anggap penting.

Perlu diperhatikan bahwa jika hanya adasatu spesimen tumbuhan, maka spesimen ini dibawasebagai sampel koleksi herbarium sehingga tidakada sampel untuk kegiatan-kegiatan triangulasibersama masyarakat.

Bahasa – Masalah peminjaman bahasa lain seringmenyulitkan untuk menentukan dari etnik mana asalbahasa yang digunakan dan mungkin menyebabkanseseorang secara tidak sengaja berpikir bahwanama-nama yang sekarang digunakan harus digantidengan nama ‘aslinya’ yang lebih dahulu dipakai.Akar dari kesulitan ini adalah asumsi bahwa hanyaada satu nama yang benar untuk satu tanaman dalamsuatu bahasa. Meskipun kegiatan pengecekantriangulasi penting sekali, para peneliti harusbersedia menerima bahwa bahasa itu bersifatdinamis dan belajar untuk bersifat inklusif daripadaeksklusif ketika mencatat nama-nama lokal.

Pernyataan secara tidak tepat yangdilaporkan oleh suatu kelompok mengenaikegunaan bagi kelompok lainnya merupakanmasalah yang lebih serius dalam wawancara dengankelompok-kelompok etnik campuran.

Rangkaian orisinal dari kelas-kelas nilaitidak mencakup ragam kegunaan yang dilaporkan.Ini bukan merupakan masalah serius ketika cukup

data untuk setiap kegunaan sudah dicatat, walaupunbeberapa kegunaan tertentu, misalnya makanan untukupacara-upacara, sering berada di antara dua kelaskegunaan. Kami melakukan serangkaian kegiatanbersama masyarakat untuk menilai kegunaan apaberada di dalam kelas apa, dan dalam banyak kasustidak terjadi pertentangan.

Memang ada kerahasiaan atau hal-hal yangmemalukan tentang nilai/kegunaan tertentu. Misalnya,bagi anggota masyarakat tertentu, mereka akan malujika diketahui sebagai ‘pemakan sagu’. Dalam kasus-kasus lainnya, beberapa informan engganmengungkapkan kegunaan sebagai obat.Kemungkinan juga ada ‘informasi rahasia’ yang tidakdibagikan kepada kami. Ajaran Kristiani menghalangipembicaraan mengenai beberapa nilai tanaman;misalnya seorang informan mungkin akan mengajakinforman lainnya untuk tidak membicarakan hal-halyang dianggap tabu pada masa sebelum agama Kristenmasuk.

Mempertemukan pengetahuan lokal dan ilmiah –Verifikasi hubungan antara nama tumbuhan secarailmiah dan lokal bisa sulit dilakukan, karena kesalahanatau ketidak-konsistenan dapat disebabkan olehberbagai hal. Jika ada pertentangan pendapat antaraidentifikasi lokal dan ilmiah sebuah tumbuhan, carapenyelesaiannya harus dilakukan secara sensitifkarena informan mungkin merasa sungkan untukbersikukuh terhadap pendapat mereka dan pakarbotani mungkin menganggap argumentasi merekatidak berdasar. Variasi dalam respons informanmemperlihatkan kerumitan dalam mempelajaripengetahuan lokal. Keterbatasan koleksi tumbuhandan keahlian ilmiah tentang berbagai taksa tumbuhanjuga menunjukkan kesulitan yang harus dihadapidalam mempertemukan sistem pengetahuan yangberbeda.

Mengukur kepentingan – Banyak sekali bahanpustaka akademis yang memperingatkan interpretasiyang detail terhadap pemberian skor dalam studipenilaian. Studi-studi ini hanya merupakan panduankasar untuk mengidentifikasi pola-pola yang kemudianperlu diselidiki lebih lanjut, bukan sebagai kuantifikasinilai yang tepat. Semakin abstrak suatu kegiatansemakin terbuka terhadap berbagai interpretasi,sehingga semakin perlu ada klarifikasi melalui diskusidengan para informan.

Mungkin kami perlu memberikan lebihbanyak perhatian kepada nilai-nilai yang ‘negatif’–atau alasan-alasan mengapa taksa atau tipe lahan

Page 73: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

62

tertentu dihindari. Meskipun kami memiliki beberapadata mengenai hal ini, tampaknya jelas, contohnya,bahwa tidak semua tumbuhan yang ‘tidak bernilai’adalah sama, beberapa diantaranya berupa gulma,yang lain menyebabkan gatal-gatal, yang lainnya lagimenjadi sarang nyamuk, dsb. Demikian juga halnya,tinggal di dekat hutan memiliki beberapa kelemahan,misalnya adanya hewan pemangsa tanaman pertanian.Evaluasi di masa mendatang akan dapat mengatasikesenjangan-kesenjangan yang ada saat ini.

Berbagai benda mati lainnya, misalnya, batu-batuan, mineral dan air jelas memiliki nilai bagimasyarakat lokal, tetapi obyek-obyek ini tidakseluruhnya dimasukkan dalam latihan penilaian.Meskipun demikian kita harus tetapmempertimbangkan keberadaannya. Lanskap lebih darisekedar kumpulan spesies yang menjadi komponennya.Misalnya, sumber air asin merupakan komponen yangpenting sekali untuk menarik kehadiran satwa yangdiburu.

Berbagai obyek lainnya memiliki berbagaikegunaan atau terdapat dalam berbagai kelaskegunaan. Misalnya, suatu jenis yang dinilai untukdiburu dapat menghasilkan bahan makanan yang bisasaja dijual dan bernilai ritual. Implikasi tumpangtindih kegunaan seperti ini kadang tidak mudah untukmenilainya.

Identifikasi spesies yang memiliki ‘nilairekreasi’ dan bahkan ‘nilai untuk masa depan’ jugacukup sulit untuk diinterpretasi, bagi informanmaupun orang-orang yang melakukan wawancara.Semua spesies yang memiliki nilai tinggi barangkalijuga memiliki nilai untuk masa depan, tetapi spesieslainnya mungkin memiliki nilai jaminan khusus,misalnya cadangan pangan pada masa paceklik.Beberapa informan mungkin melihat nilai-nilaibudaya memiliki kepentingan untuk jangka panjang.Kami mengenali kesulitan-kesulitan yang ada tetapimemutuskan untuk tetap memasukkan kelas-kelastersebut sebagai upaya penjajakan dan melihat jawab-jawaban yang muncul. Pada akhirnya keputusan kamiini sangat bermanfaat untuk didiskusikan daripadauntuk mendapatkan hasil penilaian melalui skor.

Karena kami telah memutuskan untukmemilih suatu definisi ‘kepentingan’ yang sifatnyaholistik, data kami sering tidak membedakan dari segiapa suatu spesies itu dipandang penting. Tidak adaalasan mengapa hal ini tidak dapat diperoleh (sepertiyang kami lakukan terhadap spesies ikan lokal dalamstudi terpisah, ketika kami menanyakan spesies manayang 1) paling melimpah di antara spesies yang

ditangkap, 2) paling banyak dimakan, dan 3) palingdisukai). Ada perbedaan yang sangat nyata antarakepentingan yang didasari atas pilihan yang lebihdisukai (dalam dunia teoritis di mana kita bisamemilih mana yang kita sukai) dan apa yangtersedia (dalam dunia yang praktikal yang memilikiketerbatasan status sumber daya, sepertiaksesibilitas dan tingkat kematangan individu).

Informan tertentu mungkin cenderungmendominasi suatu kelompok. Misalnya, respondenyang tidak bisa membaca dan menulis berada dipihak yang lemah ketika mereka harus membacanama-nama dalam kartu, oleh sebab itu kami jugamembuat gambarnya di kartu-kartu.

Umum – Kami telah mengidentifikasi kegunaanspesies yang tidak dapat digantikan oleh spesieslainnya tetapi kami tidak bertanya apakah ada bentuk-alternative yang mungkin menggantikannya. Kamijuga tidak menanyakan kemungkinan suatu lokasiuntuk dapat diganti-gantikan atau kemampuanperubahan penggunaan lahan ke fungsi-fungsisebelumnya.

Kami masih belum menemukan suatu carayang memuaskan untuk mencatat masalah‘aksesibilitas’ suatu sumber daya/lokasi atau menilaikepentingannya dalam penilaian terhadap lanskap.Upaya untuk mengumpulkan sumber daya sangatbervariasi di antara anggota masyarakat di dalamsuatu desa, dan banyak dipengaruhi oleh transportasi,kondisi lokal, hasil yang diperoleh dan berbagaiaturan dan tanggung jawab bagi setiap orang.

Di dalam studi kami ketidakpastian tentangmasa depan tampak sangat jelas, khususnya dalamhal konflik dengan kepentingan dari luar yangsangat kuat, sehingga pilihan atas lahan sulitdipertahankan bukan hanya bagi kami, tetapi jugabagi anggota masyarakat sendiri. Karena itu, kamidapat menyarankan skenario hipotetis untuk masadepan sehingga kami dapat melakukan penilaiansecara lebih jelas. Namun karena masyarakat masihharus terus mengambil keputusan dan sekaligusmenghadapi banyak ketidakpastian, kontekssemacam ini juga perlu mendapat perhatian.

Aspek-aspek lain yang mungkinmempunyai peranan dalam nilai lanskap, misalnyasejarah, budaya, agama dan nilai estetika, akanberguna untuk diukur dan dibandingkan.Peninggalan/warisan merupakan hal yang pentingbagi masyarakat Barat. Apa artinya nilaipeninggalan untuk masyarakat hutan?

Page 74: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

63

Lampiran III. Catatan pengantar

Sangat penting bahwa para anggota tim dapat memberikan jawaban yang jelas dan jujur atas pertanyaan-pertanyaan diajukan. Kami membuat pengantar dan mengedarkan informasi berikut ini untuk memastikanbahwa kami menggunakan pendekatan yang sama.

CIFOR is a research organisation, we do not makemoney by buying or selling anything. We do researchin many countries, not just Indonesia. We areinterested in how people use the forest, and how thevalues of the forest and the quality of the environmentcan be protected while also allowing local people tohave improved living standards.

Please do not expect too much from us. We do nothave any power other than providing better informationto those who require it. We believe that some of whatwe do may sometimes prove helpful in informing andguiding how the government and other organisationsdecides to plan and act.

The money CIFOR spends is not ours. Our activitiesare paid for by many countries such as Japan andAmerica as well as by Indonesia, that want to knowmore about this part of Kalimantan and want to promotedevelopment that is better for local people and theenvironment. We have to tell these countries andgovernments how we have spent their money, and theyhave to be satisfied that we are spending it for theagreed activities or they may stop supporting us. Forthis reason CIFOR cannot easily contribute whenasked for money—even when the reason for requestis clearly a good one—please understand that it is notour money to give freely.

Many of our questions and activities may appearstrange or even foolish. When our demands andquestions seem excessive or unreasonable, we ask foryour forgiveness. We are grateful for your toleranceand understanding.

CIFOR hopes to work in this area for some years tocome. But this will depend on our ability to gainsupport and continued funds.

CIFOR merupakan sebuah organisasi penelitian yangtidak menghasilkan uang dengan membeli ataumenjual apapun. Kami melakukan berbagai penelitianlain di banyak negara selain di sini. Kami tertariktentang bagaimana masyarakat menggunakan hutan,dan bagaimana caranya agar arti penting hutan dankualitas lingkungan dapat dijaga sekaligusmemungkinkan masyarakat lokal untuk meningkatkanstandard kehidupannya.

Mohon jangan berharap terlalu banyak dari kami.Kami tidak memiliki kekuasaan apapun selainmenyediakan informasi yang lebih baik pada yangmembutuhkan. Kami yakin bahwa beberapa dari yangkami lakukan suatu saat akan terbukti berguna dalammemberi informasi dan petunjuk tentang bagaimanaseharusnya pemerintah dan organisasi lainmelakukan perencanaan dan tindakan.

Uang yang digunakan CIFOR bukan milik kami.Aktifitas kami dibiayai oleh banyak negara sepertiJepang, USA, dan juga Indonesia, yang inginmengetahui lebih banyak tentang wilayah Kalimantankhususnya bagian Malinau, Bulungan, serta inginmendukung pembangunan yang lebih baik bagimasyarakat setempat dan lingkungan. Kami harusmemberitahukan negara-negara dan pemerintahantersebut tentang bagaimana kami menggunakanuangnya, dan mereka harus merasa puas dengankegiatan yang dibiayainya atau mereka akan berhentimendukung kita. Untuk alasan inilah CIFOR tidakdapat secara mudah memberikan uang saat diminta—meskipun alasannya bagus—mohon pengertian bahwauang tersebut bukan uang kami yang dapat diberikansecara bebas.

Mungkin banyak pertanyaan dan aktifitas kami yangtampak aneh atau bahkan bodoh. Jika permintaan danpertanyaan kami terasa terlalu berlebihan atau tidakberalasan, kami mohon maaf. Kami bersyukur terhadaptoleransi dan pengertian anda.

CIFOR berharap untuk dapat bekerja pada wilayahini beberapa tahun lagi. Namun hal tersebutbergantung pada kemampuan kita untuk memperolehdukungan dan dana yang berkelanjutan.

Some notes on commonly asked questions aboutwhat CIFOR is doing.

Catatan Mengenai Pertanyaan-Pertanyaan Umumtentang Kegiatan CIFOR.

Page 75: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

64

Lampiran IV. Lembar data yang digunakan untuk pengumpulan databersama masyarakat

Lampiran IV-a

Lembar Data 1: SEJARAH PEMUKIMAN & PENGGUNAAN LAHANWawancara - Kepala desa/Ketua adat

Responden Tanggal hari\bulan\th.Dimasukkanoleh

Desa Penulis Diperiksa oleh

Diperiksa oleh Asli atau Salinan A S Nama file

Ditulis di bagianbelakang Y T Halaman 1 dari 1 Sudah dicopy?

Nama Jenis kelamin L P

Umur Suku

Pertanyaan: Tolong sebutkan sejarah pemukiman/desa ini! Alasan apa yang mendorong warga untuk pindahlokasi dan digunakan untuk apa lokasi yang telah ditinggalkan tersebut?

No Nama tempat Lokasi Tahun ditinggalkan Alasan ditinggalkan Kegunaan sekarang

Page 76: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

65

Lampiran IV-b

Lembar Data 2: BENCANA DAN KEJADIAN PENTINGWawancara - Kepala desa/Ketua adat

Responden Tanggal hari\bulan\th.Dimasukkanoleh

Desa Penulis Diperiksa oleh

Diperiksa oleh Asli atau Salinan A S Nama file

Ditulis di bagianbelakang Y T Halaman 1 dari 1 Sudah dicopy?

Nama Jenis kelamin L P

Umur Suku

Pertanyaan: Tolong sebutkan bencana/kejadian penting, penyebab dan tanda-tanda khusus bila ada!Sebutkan berdasarkan urutan tahun kejadiannya.

No Tahun Bencana/kejadian penting Penyebab kejadian Tanda-tanda khusus

Page 77: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

66L

amp

iran

IV-c

Lem

bar

Dat

a 3:

TIP

E L

AH

AN

DA

N H

UT

AN

Per

tem

uan

mas

yara

kat

Pes

erta

Kel

ompo

kT

angg

al h

ari/b

ulan

/tahu

nD

imas

ukka

n ol

eh

Des

a (B

ahas

a)D

iper

iksa

ole

hD

iper

iksa

ole

h

Fas

ilita

tor

Asl

i ata

u S

alin

anA

SN

ama

file

Ditu

lis d

i bag

ian

bela

kang

YT

Hal

aman

1da

ri1

Sud

ah d

icop

y?

Per

tan

yaan

:

No

Tip

e la

han

dan

hu

tan

(Nam

a L

oka

l)

Lo

kasi

co

nto

hn

ya(N

ama

tem

pat

dan

su

ng

ai)

No

Tip

e la

han

dan

hu

tan

(Nam

a lo

kal)

L

oka

si c

on

toh

nya

(Nam

a te

mp

at d

an s

un

gai

)

Tol

ong

sebu

tkan

tipe

-tip

e la

han

dan

huta

n ya

ng te

rdap

at d

i wila

yah

desa

dan

loka

si c

onto

h ya

ng b

aik

dari

mas

ing-

mas

ing

tipe!

Page 78: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

67

Lam

pir

an IV

-d

Lem

bar

Dat

a 4:

HA

SIL

HU

TA

NP

erte

mu

an m

asya

raka

t

Pes

erta

Kel

ompo

kT

angg

al h

ari/b

ulan

/tahu

nD

imas

ukka

n ol

eh

Des

a (B

ahas

a)D

iper

iksa

ole

hD

iper

iksa

ole

h

Fas

ilita

tor

Asl

i ata

u S

alin

anA

SN

ama

file

Ditu

lis d

i bag

ian

bela

kang

YT

Hal

aman

1da

ri1

Sud

ah d

icop

y?

Per

tan

yaan

:

No

Has

il h

uta

n(N

ama

loka

l)L

oka

si p

eng

amb

ilan

(Nam

a te

mp

at d

an s

un

gai

)N

oH

asil

hu

tan

(Nam

a lo

kal)

Lo

kasi

pen

gam

bila

n(N

ama

tem

pat

dan

su

ng

ai)

Tol

ong

sebu

tkan

has

il-ha

sil h

utan

(na

ma

loka

l) ya

ng B

apak

/Ibu

keta

hui d

an lo

kasi

-loka

si p

enga

mbi

lann

ya!

Page 79: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

68

Lampiran IV-e

Lembar Data 5: DEMOGRAFISurvei rumah tangga

Responden Tanggal hari\bulan\th.Dimasukkanoleh

Desa Penulis Diperiksa oleh

Diperiksa oleh Asli atau Salinan A S Nama file

Ditulis di bagianbelakang Y T Halaman 1 dari 1 Sudah dicopy?

KK /nama Suku Umur

PekerjaanNama

Hubungankeluarga

UmurJenis

kelaminAgama Suku

Pendidikanterakhir Utama Sampingan

Barang berharga/fasilitas yang dimiliki

Nama barang Jumlah/satuan Tahun dibeli HargaKeterangan

1. Listrik/generator

2. Televisi/parabola

3. Kaset/radio

4. Gergaji mesin

5. Sepeda/motor

6. Ketinting/tempel

7. Perahu

8. Mesin jahit

9. Lainnya

10.

11.

12.

13.

14.

15.

Page 80: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

69

Lampiran IV-f

Lembar Data 6: PDM TIPE LAHAN DAN HUTANFGD/PDM - Informan kunci

Responden Tanggal hari\bulan\th. Dimasukkan oleh

Desa Penulis Diperiksa oleh

Diperiksa oleh Pewawancara Nama file

Ditulis di bagianbelakang Y T Halaman 1 dari 1 Asli atau Salinan A S Sudah dicopy?

Petunjuk:

(1) Diantara tipe-tipe lahan/hutan berikut mana yang paling penting menurut Bapak/Ibu? Silahkan bagikan 100kerikil (biji-bijian) ke dalam kartu-kartu yang telah disediakan berdasarkan tingkat kepentingannya!

(2) Untuk setiap kategori guna berikut (makanan, obat-obatan, …, masa depan), tipe lahan/hutan mana yangpaling penting menurut Bapak/Ibu? Silahkan bagikan 100 kerikil (biji-bijian) ke dalam kartu-kartuberdasarkan nilai kepentingan dari kategori guna ini!

Sem

ua

Mak

anan

Ob

at-o

bat

an

Ko

ns t

ruks

i rin

gan

Ko

ns t

ruks

i be r

at

Ko

ns t

ruks

i per

a hu

Per

kaka

s

Kay

u b

akar

An

yam

an/t

a li

Hi a

san

/ad

at/r

itu

al

Be n

da

y an

g b

isa

diju

al

Sar

ana

be r

bu

r u

Te m

pat

be r

bu

r u

Rek

reas

i

Mas

a d

epan

Kampung

Bekas kampung

Kebun

Sungai

Rawa

Ladang

Jekau muda

Jekau tua

Hutan

Total per kategori guna = 100

Hutan belum ditebang

Hutan sudah ditebang

Hutan bekas ladang

Hutan rawa

Hutan gunung

Total per kategori guna = 100

Per

alat

an/

Page 81: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

70

Lampiran IV-g

Lembar Data 7: PDM MASA LAMPAU - MASA KINI - MASA DEPAN FGD/PDM - Informan kunci

Responden Tanggal hari\bulan\th. Dimasukkan oleh

Desa Penulis Diperiksa oleh

Diperiksa oleh Pewawancara Nama file

Ditulis di bagianbelakang Y T Halaman 1 dari 1 Asli atau Salinan A S Sudah dicopy?

Petunjuk:

(1) Menurut pendapat Bapak/Ibu bagaimanakah kegunaan hutan pada saat 30 tahun yang lalu, sekarang, dan 20tahun yang akan datang? Silahkan bagikan 100 kerikil (biji-bijian) yang ada ke dalam kartu-kartu yang tersediaberdasarkan kegunaan hutan pada waktu tertentu!

(2) Seberapa penting hutan pada saat 30 tahun yang lalu, sekarang, dan 20 tahun yang akan datang untuk setiapkategori guna? Silahkan bagikan 100 kerikil (biji-bijian) yang ada pada kartu-kartu yang telah disediakan,pertama untuk ’30 tahun yang lalu’, kemudian untuk ‘sekarang’, dan yang terakhir untuk ’20 tahun yang akandatang’!

30 tahun yanglalu

Sekarang20 tahun yangakan datang

Jumlah =100

Seluruh kegunaan

Makanan

Obat-obatan

Konstruksi ringan

Konstruksi berat

Konstruksi perahu

Peralatan/Perkakas

Kayu bakar

Anyaman/tali

Hiasan/adat/ritual

Benda yang bisa dijual

Sarana berburu

Tempat berburu

Rekreasi

Masa depan

Total per waktu =100

Page 82: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

71

Lampiran IV-h

Lembar Data 8: PDM JARAK UNTUK TIPE LAHAN DAN HUTAN FGD/PDM - Informan kunci

Responden Tanggal hari\bulan\th. Dimasukkan oleh

Desa Penulis Diperiksa oleh

Diperiksa oleh Pewawancara Nama file

Ditulis di bagianbelakang Y T Halaman 1 dari 1 Asli atau Salinan A S Sudah dicopy?

Petunjuk: Untuk luasan yang sama (misalnya seluas lapangan sepakbola), bandingkan kegunaan dari masing-masing tipe lahan yang tercantum di dalam kartu-kartu. Lakukan ini dua kali: pertama, bayangkan apabilalahan-lahan tersebut terletak 1 jam dari kampung; kedua, apabila terletak 4 jam dari kampung. Bagikan100 kerikil (biji-bijian) yang ada di antara kartu-kartu yang tersedia untuk setiap tipe lahan. Lahan yangbernilai lebih tinggi mendapat biji yang lebih banyak.

Nam

aR

esp

on

den

Umur

Suku

Jenis Kelamin (L/P)

1 jam tempuh

Bekas kampung

Kebun

Rawa

Ladang

Jekau muda

Jekau tua

Hutan

Total per orang=100

4 jam tempuh

Bekas kampung

Kebun

Rawa

Ladang

Jekau muda

Jekau tua

Hutan

Total per orang=100

Page 83: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

72

Lampiran IV-i

Lembar Data 9: PDM SUMBER BARANG YANG DIGUNAKANFGD/PDM - Informan kunci

Responden Tanggal hari\bulan\th. Dimasukkan oleh

Desa Penulis Diperiksa oleh

Diperiksa oleh Pewawancara Nama file

Ditulis di bagianbelakang Y T Halaman 1 dari 1 Asli atau Salinan A S Sudah dicopy?

Petunjuk: Bandingkan berbagai sumber dari produk tumbuhan dan binatang yang ada pada kartu-kartu. Mana yang Bapak/Ibu anggap paling penting: yang liar dari hutan, liar bukan darihutan, ditanam/dipelihara atau dibeli? Silahkan bagikan 100 kerikil (biji-bijian) yang ada kedalam kartu-kartu yang telah disediakan menurut nilai kepentingannya!

Umur

Suku

Jenis kelamin (L/P)

Tumbuhan liar dari hutan

Tumbuhan liar bukan dari hutan

Tumbuhan yang ditanam

Tumbuhan yang dibeli

Hewan liar dari hutan

Hewan liar bukan dari hutan

Hewan yang dipelihara

Hewan yang dibeli

Total per orang=100

Nam

a re

spon

den

Page 84: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

73

Lam

pir

an IV

-j

Lem

bar

Dat

a 10

: P

DM

SP

ES

IES

TE

RP

EN

TIN

G P

ER

KA

TE

GO

RI G

UN

A F

GD

/PD

M -

Info

rman

ku

nci

Res

pond

enT

angg

al h

ari/b

ulan

/thD

imas

ukka

n ol

eh

Des

aP

enul

isD

iper

iksa

ole

h

Dip

erik

sa o

leh

Pew

awan

cara

Nam

a fil

e

Ditu

lis d

i bag

ian

bela

kang

YT

Hal

aman

1da

ri4

Asl

i ata

u sa

linan

?A

SS

udah

dic

opy?

Pet

un

juk:

Fo

rmu

lir in

i ter

dir

i dar

i 4 h

alam

an

Kat

ego

ri g

un

a

Makanan

Obat-obatan

Konstruksi ringan

Konstruksi berat

Konstruksi perahu

Peralatan/Perkakas

Kayu bakar

Anyaman

Hiasan/adat/ritual

Benda yang bisadijual

Sarana berburu

Tempat berburu

Rekreasi

Masa depan

Total PDM = 100

PD

M U

mu

m

(1)

Ban

ding

kan

kepe

ntin

gan

dari

berb

agai

kat

egor

i gun

a ya

ng te

rcan

tum

di k

artu

-kar

tu (

mak

anan

, oba

t-ob

atan

, …, m

asa

depa

n), d

an b

agik

an 1

00 k

erik

il (b

iji-b

ijian

) di

ata

s ka

rtu-

kart

u te

rseb

ut m

enur

ut n

ilai k

epen

tinga

nnya

.(2

) S

elan

jutn

ya, s

usun

jeni

s ha

sil h

utan

yan

g pa

ling

pent

ing

dala

m s

etia

p ka

tego

ri gu

na m

enur

ut B

apak

/Ibu

(pal

ing

bany

ak 1

0) d

an(3

) B

agik

an la

gi 1

00 k

erik

il (b

iji-b

ijian

) un

tuk

men

unju

kkan

kep

entin

gan

rela

tif d

ari m

asin

g-m

asin

g pr

oduk

ters

ebut

(te

rpis

ah u

ntuk

set

iap

kate

gori

guna

).(4

) Te

rakh

ir, n

yata

kan

di d

alam

"Te

rsis

a" b

agai

man

a pe

ntin

gnya

bag

ian

yang

ters

isa

dari

spec

ies

yang

tida

k te

rdaf

tar

diba

ndin

gkan

den

gan

yang

terd

afta

r (y

ang

jum

lahn

ya 1

00).

Page 85: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

74L

emb

ar D

ata

10:

PD

M S

PE

SIE

S T

ER

PE

NT

ING

PE

R K

AT

EG

OR

I GU

NA

FG

D/P

DM

- In

form

an k

un

ci

Res

pond

enT

angg

al h

ari/b

ulan

/thD

imas

ukka

n ol

eh

Des

aP

enul

isD

iper

iksa

ole

h

Dip

erik

sa o

leh

Pew

awan

cara

Nam

a fil

e

Ditu

lis d

i bag

ian

bela

kang

YT

Hal

aman

2da

ri4

Asl

i ata

u S

alin

anA

SS

udah

dic

opy?

Pet

un

juk

2, 3

dan

4

PDM umum

Total PDM=100

PDM umum

Total PDM=100

PDM umum

PDM umum

Mak

anan

Ob

at-o

bat

an

K

on

stru

ksi r

ing

an

Ko

nst

ruks

i ber

at

Ko

nst

ruks

i per

ahu

Tu

mb

uh

an

Bin

atan

g

Tu

mb

uh

an

Bin

atan

g

Nam

a tu

mbu

han

PD

MN

ama

bina

tang

PD

MN

ama

tum

buha

nP

DM

Nam

a bi

nata

ngP

DM

Nam

a tu

mbu

han

PD

MN

ama

tum

buha

nP

DM

Nam

a tu

mbu

han

PD

M

To

tal P

DM

=10

0?

Ter

sisa

Ter

sisa

Ter

sisa

T

ersi

saT

ersi

saT

ersi

sa T

ersi

sa

PDM Umum

Page 86: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

75

Lem

bar

Dat

a 10

: P

DM

SP

ES

IES

TE

RP

EN

TIN

G P

ER

KA

TE

GO

RI G

UN

A F

GD

/PD

M -

Info

rman

ku

nci

Res

pond

enT

angg

al h

ari/b

ulan

/thD

imas

ukka

n ol

eh

Des

aP

enul

isD

iper

iksa

ole

h

Dip

erik

sa o

leh

Na

ma

file

Ditu

lis d

i bag

ian

bela

kang

YT

Hal

aman

3da

ri4

Asl

i ata

u S

alin

an?

AS

Sud

ah d

icop

y?

Pet

un

juk

2, 3

dan

4

PDM umum

Total PDM=100

PDM umum

PDM umum

Total PDM=100

PDM umum

Total PDM=100

Per

kaka

s

K

ayu

bak

ar

An

y am

an

H

iasa

n

Tu

mb

uh

an

Bin

atan

g

Tu

mb

uh

an

Tu

mb

uh

an

Bin

atan

g

Tu

mb

uh

an

Bin

atan

g

To

tal P

DM

=10

0?

Ter

sisa

Ter

sisa

Ter

sisa

Ter

sisa

Ter

sisa

Ter

sisa

Ter

sisa

Nam

a tu

mbu

han

Nam

a tu

mbu

han

Nam

a tu

mbu

han

Nam

a tu

mbu

han

Nam

a bi

nata

ngN

ama

bina

tang

Nam

a bi

nata

ngP

DM

PD

MP

DM

PD

MP

DM

PD

MP

DM

Pew

awan

cara

Page 87: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

76L

emb

ar D

ata

10:

PD

M S

PE

SIE

S T

ER

PE

NT

ING

PE

R K

AT

EG

OR

I G

UN

AF

GD

/PD

M -

Info

rman

ku

nci

Resp

onden

Tanggal h

ari/b

ula

n/t

hD

imasu

kkan o

leh

Desa

Penulis

Dip

eriks

a o

leh

Dip

eriks

a o

leh

Pew

aw

anca

raN

am

a file

Ditu

lis d

i bagia

nbela

kang

YT

Ha

lam

an

4dari

4A

sli a

tau S

alin

an?

AS

Sudah d

icopy ?

PDM umum

Total PDM=100

PDM umum

Total PDM=100

PDM umum

Total PDM=100

PDM umum

PDM umum

Bah

an y

ang

b

isa d

iju

al

Sar

ana

ber

bu

ru

T

emp

at b

erb

uru

Rek

reas

i

Mas

a d

ep

an

Tu

mb

uh

an

B

inat

ang

T

um

bu

ha

n

Bin

atan

g

Tu

mb

uh

an

B

inat

ang

Nam

a tum

buhan

Nam

a tum

buhan

Nam

a tum

buhan

Nam

a b

inata

ng

Nam

a b

inata

ng

Nam

a b

inata

ng

PD

MP

DM

PD

M

To

tal

PD

M =

100?

PD

MP

DM

Jumlah=100

Pe

tun

juk 2

, 3 d

an

4

Ters

isa

Ters

isa

Ters

isa

Ters

isa

Ters

isa

Ters

isa

Page 88: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

77

Lampiran IV-k

Kuesioner 1. DESKRIPSI DESA DAN PERSPEKTIF PENGGUNAAN LAHANWawancara - Kepala desa

Responden Tanggal hari\bulan\th. Dimasukkan oleh

Desa Penulis Diperiksa oleh

Diperiksa oleh Pewawancara Nama file

Ditulis di bagianbelakang Y T Halaman 1 dari 2 Asli atau Salinan A S Sudah dicopy?

No. Pertanyaan Jawaban

I. Deskripsi desa

1. Sejak kapan desa ini berdiri dan kapan disahkanpemerintah (definitif)?

a. Luas ………………………………..2. Berapakah luas wilayah desa? Sebutkan batas-bataswilayahnya!

b. Batas-batas

-Utara

-Timur

-Selatan

-Barat

…………………………

…………..…….………

……………..…..………

………..….….…………

a. Luas hutan: ……………..………..….

b. Luas ladang: ……….…………….

c. Luas kebun:……………………………….

d. Luas pemukiman:…………..……….

3. Berapa luas lahan hutan, kebun, ladang, rawa,pemukiman dan lain-lain?

e. Luas lain-lain:………….…………………

………………… Jiwa4. Berapakah jumlah penduduk desa?

……….……….. KK

5. Sebutkan suku-suku yang terdapat di desa ini danurutkan mulai dari yang banyak penduduknya.

II. Kegunaan lahan

a. Berladang:

b. Mencari hasil hutan/ berburu:

c. Berkebun:

d. Mencari ikan:

1. Sebutkan tempat-tempat yang biasa didatangipenduduk desa untuk berladang, mencari hasil hutan,berkebun, berekreasi (tempat-tempat yang menarik).

e. Rekreasi:

Page 89: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

78

Kuesioner 1. DESKRIPSI DESA DAN PERSPEKTIF PENGGUNAAN LAHANWawancara - Kepala desa

Responden Tanggal hari\bulan\th. Dimasukkan oleh

Desa Penulis Diperiksa oleh

Diperiksa oleh Pewawancara Nama file

Ditulis di bagianbelakang Y T Halaman 2 dari 2 Asli atau Salinan A S Sudah dicopy?

Lanjutan dari halaman 1a. Kalau tidak ada, apa alasannya?2. Apakah ada rencana-rencana untuk

pengalihan fungsi lahan di desa?Misalnya untuk transmigrasi,pertambangan, perkebunan, dan lain-lain? Bila ya, di mana lokasinya?

b. Ada, lahan untuk?

1. Pertambangan; di mana?

2. Perkebunan; di mana?

3. Pertanian; di mana?

4. Pemukiman/transmigrasi; di mana?

5. Lainnya (sebutkan di mana?)

a. Bertambah digunakan; untuk?

b. Berkurang digunakan; untuk?

3. Apakah ada perubahan luasan hutanyang dimanfaatkan oleh masyarakat desadari tahun ke tahun?

c. Tidak berubah

a. Tidak berubah, untuk…?:

b. Menjadi lebih ketat, untuk…?:

4. Apakah ada perubahan aturan desatentang pemanfaatan hutan?

c. Menjadi lebih longgar, untuk…?:

a. Menjadi lebih sulit:

b. Lebih mudah:

5. Apakah saat ini mulai/sudah sulitmenggunakan/mendapatkan areal hutanyang baru?

c. Tidak berubah:

Page 90: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

79

Lampiran IV-l

Kuesioner 2. LATAR BELAKANG BUDAYA DARI PENGGUNAAN LAHANWawancara - Ketua adat

Responden Tanggal hari\bulan\th. Dimasukkan oleh

Desa Penulis Diperiksa oleh

Diperiksa oleh Pewawancara Nama file

Ditulis di bagianbelakang Y T Halaman 1 dari 2 Asli atau Salinan A S Sudah dicopy?

No. Pertanyaan Jawaban

I. Gambaran umum masyarakat adat

1. Uraikan dengan singkat sejarah masyarakatadat yang ada di desa ini? (Uraikan!)

Tidak, alasan:2. Apakah peraturan dan kelembagaan adatmasih berfungsi di sini?

Ya, sebutkan contohnya:

3. Sampai kapan aturan adat ini akandiberlakukan dan apa alasannya?

a. Orang dalam:

b. Orang luar:

4. Kepada siapa aturan adat berlaku danbagaimana upaya melestarikan aturan adattersebut?

c. Upaya:

II. Norma dan peraturan adat

1. Apakah ada tempat-tempat yang secara adatdilindungi atau tidak boleh diganggu(misalnya tempat keramat atau tanah/hutanadat)? Bila ya, sebutkan!

2. Mengapa tempat-tempat tersebut dilindungi?

3. Apakah ada peraturan adat yang dipakaiuntuk melindungi hutan?

Page 91: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

80

Kuesioner 2. LATAR BELAKANG BUDAYA DARI PENGGUNAAN LAHANWawancara - Ketua adat

Responden Tanggal hari\bulan\th. Dimasukkan oleh

Desa Penulis Diperiksa oleh

Diperiksa oleh Pewawancara Nama file

Ditulis di bagianbelakang Y T Halaman 2 dari 2 Asli atau Salinan A S Sudah dicopy?

Lanjutan dari halaman 1

4. Sanksi-sanksi adat apa yang dikenakankepada orang yang merusak hutan?

5. Apakah ada perubahan luasan hutan yangdigunakan?

a. Bertambah; digunakan untuk...?:

b. Berkurang; digunakan untuk...?:

c. Tidak berubah; digunakan untuk…?:

a. Tidak berubah, untuk...?:

b. Menjadi lebih ketat, untuk...?:

6. Apakah ada perubahan aturan adatsehubungan dengan penggunaan lahanhutan?

c. Menjadi lebih longgar, untuk...?

a. Menjadi lebih sulit, karena... ?:

b. Lebih mudah, karena...?:

7. Apakah sulit untuk menggunakan/mendapatkan areal hutan yang baru?

c. Tidak berubah, karena...?:

Page 92: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

81

Lampiran IV-m

Kuesioner 3. HARGA BARANG YANG DIPERDAGANGKAN Wawancara - 3–5 penjaga toko

Responden Tanggal hari\bulan\th. Dimasukkan oleh

Desa Penulis Diperiksa oleh

Diperiksa oleh Pewawancara Nama file

Ditulis di bagianbelakang Y T Halaman 1 dari 1 Asli atau Salinan A S Sudah dicopy?

Pertanyaan Jawaban

Berapa harga jual barang/produk berikut? Satuan Harga Keterangan

1) Padi

2) Tepung

3) Minyak sayur

4) Minyak tanah

5) Gula

6) Ikan asin

7) Pakaian

8) Teh

9) Kopi

10) Bensin

11) Solar

12) Mie instan

13) Sarden

14) Baterai ukuran D-besar

15) Sabun mandi

16) Sabun cuci/deterjen

17) Rokok

18) Obat-obatan

Page 93: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

82

Lampiran IV-n

Kuesioner 4. SURVEI RUMAH TANGGA Survei rumah tangga-minimum 30 KK/desa

Responden Tanggal hari\bulan\th. Dimasukkan oleh

Desa Penulis Diperiksa oleh

Diperiksa oleh Pewawancara Nama file

Ditulis di bagianbelakang Y T Halaman 1 dari 3 Asli atau Salinan A S Sudah dicopy?

KK No./nama Suku Umur

No. Pertanyaan Jawaban

A. Bahaya/ancaman kegiatan manusia terhadap hutan

1. Menurut Bapak/Ibu kegiatan manusia apa saja yang dapat mengganggu kelestarian dari fungsi danmanfaat hutan bagi masyarakat lokal? Mengapa?

2. Tolong Bapak/Ibu urutkan berdasarkan tingkat bahayanya.

3. Disamping bahaya/ancaman apakah ada pulakeuntungan/manfaat dari aktivitas manusia tersebut? Jelaskan!

1. Ancaman apa saja yang menurut Bapak/Ibu sangatmembahayakan kehidupan di desa ini? (Misalnyabencana alam, kelaparan, banjir, penyakit menular,peraturan pemerintah yang selalu berubah, dll.)

2. Tolong urutkan ancaman yang disebutkan di atas dari yang paling berbahaya menurut Bapak/Ibu.

3. Apa saja yang Bapak/Ibu lakukan untuk mencegah atau mengurangi bahaya tersebut?

4. Jika Bapak/Ibu diberitahu bahwa bencana tersebut akan datang segera, apa yang Bapak/Ibu lakukan?

B. Persepsi masyarakat tentang bahaya

Page 94: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

83

Kuesioner 4. SURVEI RUMAH TANGGA Survei rumah tangga-minimum 30 KK/desa

Responden Tanggal hari\bulan\th. Dimasukkan oleh

Desa Penulis Diperiksa oleh

Diperiksa oleh Pewawancara Nama file

Ditulis di bagianbelakang Y T Halaman 2 dari 3 Asli atau Salinan A S Sudah dicopy?

C. Sumber pendapatan

1. Dari mana saja sumber penghasilan Bapak/Ibuselain dari hutan dan ladang?

2. Berapa besar jumlahnya? (catatan: Sesuai nilai lokal kemudian dikonversikan nantinya ke Rp/bulan)

3. Apakah ada anggota keluarga lainnya yang bekerjadan menghasilkan uang? Bila ya, siapa dan apapekerjaannya, dan berapa besar penghasilannyasebulan?

D. Tabu dan pantangan

1. Apakah di kalangan masyarakat di sini masih adapantangan, kepercayaan, atau norma adat yangberlaku, khususnya dalam menggunakantumbuhan, binatang dan memanfaatkan hasil/hutanlainnya? Jika ya, jelaskan!

2. Apakah ada pantangan, kepercayaan, atau aturanadat khusus yang diberlakukan sehubungandengan pembukaan lahan dan hutan?

E. Aspirasi masyarakat lokal

1. Apakah kehidupan Bapak/Ibu sekarang lebih baikdari pada lima/sepuluh tahun yang lalu? Mengapa?

2. Apa yang Bapak/Ibu harapkan terhadap anak-anak/generasi muda di masa depan?

Page 95: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

84

Kuesioner 4. SURVEI RUMAH TANGGA Survei rumah tangga-minimum 30 KK/desa

Responden Tanggal hari\bulan\th. Dimasukkan oleh

Desa Penulis Diperiksa oleh

Diperiksa oleh Pewawancara Nama file

Ditulis di bagianbelakang Y T Halaman 3 dari 3 Asli atau Salinan A S Sudah dicopy?

Lanjutan dari halaman 2

3. Apa yang Bapak/Ibu harapkan dan perkirakan akanterjadi pada desa ini beberapa bulan/tahunmendatang?

4. Seandainya hutan ini berkurang atau hilang, apayang akan Bapak/Ibu lakukan? (Bagaimanacaranya agar hutan ini tidak musnah?)

5. Apakah ada jenis tanaman atau binatang yangdianggap penting untuk perlindungan danpemeliharaan fungsi dan manfaat hutan? Jika ada,apa saja dan mengapa?

6. Jika ingin belajar atau mengetahui ‘tentang hutan’(tumbuhan, binatang dan lokasi-lokasi tertentu)siapa orang-orang di desa ini yang banyak memilikipengetahuan tersebut? (catatan: minimal 5 orang)

Page 96: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

85

Lampiran IV-o

Kuesioner 5. PENGETAHUAN TRADISIONAL TENTANG PENGGUNAAN LAHAN Wawancara - Informan kunci (3-5 orang)

Responden Tanggal hari\bulan\th. Dimasukkan oleh

Desa Penulis Diperiksa oleh

Diperiksa oleh Pewawancara Nama file

Ditulis di bagianbelakang Y T Halaman 1 dari 1 Asli atau Salinan A S Sudah dicopy?

Penggunaan/ pengelolaan lahan

a. b. c. d.

1. Apa sebutan yang Bapak/Ibu berikan untukmacam-macam tanah/lahan di sawah/kebun/ladang di sekitar desa ini? Berdasarkan apapenyebutan dan pengelompokan tersebut?(Lokasi /tekstur tanah/ warna/ bentuk/ lainnya)

e.

a.

b.

c.

d.

2. Menurut Bapak/Ibu penggunaan sebagai apakahyang paling cocok untuk masing-masing lokasitersebut? (Bercocok tanam, berternak,memelihara ikan, lainnya …)

e.

a. Dibakar: b. Ditebas: c. Ditebang: d. Dibajak:

3. Bagaimana cara mengolah lahan tersebut?(Dibakar, ditebas, ditebang, dibajak, dipupuk,lainnya …)

e. Dipupuk: a. Dipupuk: b. Diberakan :

4. Menurut Bapak/Ibu berat atau ringankahpengolahan lahan yang harus dilakukan? Jikaberat bagaimana cara mengatasinya?

c. Lainnya :

a. Sangat subur Subur Sedang Tidak subur

b. Warna Struktur tanah Lereng Vegetasi KepadatanLainnya:...........................................

5. a. Seberapa suburkah lahan Bapak/Ibu?

b. Berdasarkan apakah pernyataan tersebut?(Warna, struktur tanah, lereng, vegetasi,kepadatan, lainnya …).

c. Jika tidak subur, bagaimana mengatasinya?c.

a.

b.

c.

6. Apakah Bapak/Ibu mengetahui di mana lokasitanah yang subur di wilayah desa ini? Jika ya,sebutkan lokasinya?

d.

Page 97: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

86

Lampiran IV-p

Kuesioner 6. PENGUMPULAN DAN PENJUALAN HASIL HUTAN Wawancara - Informan kunci (3-5 Orang/Suku)

Responden Tanggal hari\bulan\th. Dimasukkan oleh

Desa Penulis Diperiksa oleh

Diperiksa oleh Pewawancara Nama file

Ditulis di bagianbelakang Y T Halaman 1 dari 2 Asli atau Salinan A S Sudah dicopy?

Nama Suku Umur

No. Pertanyaan Jawaban

1. Hasil hutan apa yang palingsering/biasa Bapak/Ibu ambil darihutan?

2. Kapan Bapak/Ibu biasanyamendapatkan hasil hutan yangterbaik?

3. Di mana Bapak/Ibu biasanyamendapatkan hasil hutan tersebut?

a) Tempat/lokasi berubah, dulu di daerah:

....................…………………………..................………………….……………

Sekarang di daerah......................................................................................

Tempat/lokasi tetap, di daerah:.....................................................................

......................................................................................................................

4. Apakah ada perubahan lokasi danjumlah hasil hutan yang biasaBapak/Ibu peroleh?

b) Jumlah bertambah: ....................................................................…………

Jumlah berkurang:........................................................................................

Tidak berubah:..............................................................................................

Page 98: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

87

Kuesioner 6. PENGUMPULAN DAN PENJUALAN HASIL HUTANWawancara - Informan kunci (3-5 Orang/Suku)

Responden Tanggal hari\bulan\th. Dimasukkan oleh

Desa Penulis Diperiksa oleh

Diperiksa oleh Pewawancara Nama file

Ditulis di bagianbelakang Y T Halaman 2 dari 2 Asli atau Salinan A S Sudah dicopy?

Lanjutan dari halaman 1

Harga

Berapa harga jual dari hasilladang/kebun/hutan berikut ini? Satuan Harga (Rp) Keterangan

Rotan

Gaharu

Damar

Kayu konstruksi berat

Lain-lain (sebutkan)

5.

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

6. Tolong diurutkan sepuluhbarang/produk yang paling mudahdijual.

(10)

Page 99: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

88

Lampiran V. Tabel koreksi kemiringan

Measure

Angle

measured

Koreksi

Actual

AngleDistance wanted

Tabel koreksi kemiringan untuk pengukuran yang diambil pada sudut tertentu.

Derajat % % m m m Fraction =Cos [slope]

= horisontalm

= horisontalm

= horisontalm

5 8.75 0.38 0.02 0.08 0.15 0.996 3.98 19.92 39.85

10 17.63 1.54 0.06 0.31 0.62 0.985 3.94 19.70 39.39

15 26.79 3.53 0.14 0.71 1.41 0.966 3.86 19.32 38.64

17.5 31.53 4.85 0.19 0.97 1.94 0.954 3.81 19.07 38.15

20 36.40 6.42 0.26 1.28 2.57 0.940 3.76 18.79 37.59

21 38.39 7.11 0.28 1.42 2.85 0.934 3.73 18.67 37.34

22 40.40 7.85 0.31 1.57 3.14 0.927 3.71 18.54 37.09

23 42.45 8.64 0.35 1.73 3.45 0.921 3.68 18.41 36.82

24 44.52 9.46 0.38 1.89 3.79 0.914 3.65 18.27 36.54

25 46.63 10.34 0.41 2.07 4.13 0.906 3.63 18.13 36.25

26 48.77 11.26 0.45 2.25 4.50 0.899 3.60 17.98 35.95

27 50.95 12.23 0.49 2.45 4.89 0.891 3.56 17.82 35.64

28 53.17 13.26 0.53 2.65 5.30 0.883 3.53 17.66 35.32

29 55.43 14.33 0.57 2.87 5.73 0.875 3.50 17.49 34.98

30 57.73 15.47 0.62 3.09 6.19 0.866 3.46 17.32 34.64

31 60.08 16.66 0.67 3.33 6.67 0.857 3.43 17.14 34.29

32 62.49 17.92 0.72 3.58 7.17 0.848 3.39 16.96 33.92

33 64.94 19.24 0.77 3.85 7.69 0.839 3.35 16.77 33.55

34 67.45 20.62 0.82 4.12 8.25 0.829 3.32 16.58 33.16

35 70.02 22.08 0.88 4.42 8.83 0.819 3.28 16.38 32.77

36 72.65 23.61 0.94 4.72 9.44 0.809 3.24 16.18 32.36

37 75.35 25.21 1.01 5.04 10.09 0.799 3.19 15.97 31.95

38 78.13 26.90 1.08 5.38 10.76 0.788 3.15 15.76 31.52

39 80.98 28.67 1.15 5.73 11.47 0.777 3.11 15.54 31.09

40 83.91 30.54 1.22 6.11 12.22 0.766 3.06 15.32 30.64

41 86.93 32.50 1.30 6.50 13.00 0.755 3.02 15.09 30.19

42 90.04 34.56 1.38 6.91 13.82 0.743 2.97 14.86 29.73

43 93.25 36.73 1.47 7.35 14.69 0.731 2.93 14.63 29.25

44 96.57 39.01 1.56 7.80 15.61 0.719 2.88 14.39 28.77

45 100.00 41.42 1.66 8.28 16.57 0.707 2.83 14.14 28.28

46 103.55 43.95 1.76 8.79 17.58 0.695 2.78 13.89 27.79

47 107.23 46.63 1.87 9.33 18.65 0.682 2.73 13.64 27.28

48 111.06 49.45 1.98 9.89 19.78 0.669 2.68 13.38 26.77

49 115.03 52.42 2.10 10.48 20.97 0.656 2.62 13.12 26.24

50 119.17 55.57 2.22 11.11 22.23 0.643 2.57 12.86 25.71

51 123.49 58.90 2.36 11.78 23.56 0.629 2.52 12.59 25.17

52 127.99 62.42 2.50 12.48 24.97 0.616 2.46 12.31 24.63

53 132.70 66.16 2.65 13.23 26.46 0.602 2.41 12.04 24.07

54 137.63 70.13 2.81 14.03 28.05 0.588 2.35 11.76 23.51

55 142.81 74.34 2.97 14.87 29.74 0.574 2.29 11.47 22.94

56 148.25 78.82 3.15 15.76 31.53 0.559 2.24 11.18 22.37

57 153.98 83.60 3.34 16.72 33.44 0.545 2.18 10.89 21.79

58 160.03 88.70 3.55 17.74 35.48 0.530 2.12 10.60 21.20

59 166.42 94.15 3.77 18.83 37.66 0.515 2.06 10.30 20.60

60 173.20 99.99 4.00 20.00 40.00 0.500 2.00 10.00 20.00

62.5 192.09 116.56 4.66 23.31 46.62 0.462 1.85 9.24 18.47

65 214.44 136.61 5.46 27.32 54.64 0.423 1.69 8.45 16.91

70 274.73 192.36 7.69 38.47 76.95 0.342 1.37 6.84 13.68

75 373.17 286.34 11.45 57.27 114.54 0.259 1.04 5.18 10.35

80 567.05 475.80 19.03 95.16 190.32 0.174 0.69 3.47 6.95

85 1142.68 1047.05 41.88 209.41 418.82 0.087 0.35 1.74 3.49

KEMIRINGAN

Berdasarkan Cosin kemiringan % koreksi = 100(1/Cos(kemiringan) - 1) Horisontal = jarak x Cos(kemiringan)

% koreksi kemiringan

Penambahan tiap 20 m di sepanjang kemiringan

Penambahan tiap 40 m di sepanjang kemiringan

Penambahan tiap 4 m di sepanjang kemiringan

Kemiringan merupakan pembagian dari horisontal

kemiringan 4 m

kemiringan 20 m

kemiringan 40 m

Jarak yang diukur

Sudut Sudut

Jarak yang dikehendaki

Pengukuran

Jarak yang sebenarnya

Page 100: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

89

Lampiran VI. Lembar deskripsi sampel

Page 101: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

90

Penjelasan angka dalam ‘Lembar deskripsi sampel’1 Sampel Berurut, nomor unik untuk sampel.2 Lokasi & tipe Nama lokal lokasi (seperti No. 11) dan tipe vegetasi (seperti No. 12 misalnya: x tahun usia

ladang, hutan primer, bambu, dsb.).3 Penulis Siapa yang menulis lembar data?4 Diperiksa oleh Sebelum meninggalkan lokasi, lembar data harus selalu diperiksa. Siapa yang memeriksa?5 Asli atau Salinan Apakah ini lembar asli (A) atau versi tulisan tangan (S)? Beri tanda untuk jawaban yang

benar.6 Dicatat di bagian

belakang?Apakah ada informasi tertulis di bagian belakang? (bermanfaat saat memperbanyak).

7 Ada lembar data yangdiabaikan?

Seandainya ada data yang tidak dikumpulkan: misalnya, jika tidak ada pohon yang >10 cmdrh maka, lembar pohon tidak digunakan; mungkin suatu waktu tidak ada data tanah yangdikumpulkan, dll.

8 Dimasukkan oleh, dst. Akan diisi kemudian, saat data dimasukkan ke dalam komputer.9 Deskripsi ‘bagaimana

lokasi dicapai’Penjelasan singkat bagaimana anda mencapai lokasi; membantu untuk mengingat kembalilokasi mana yang didatangi dan, dengan no.10, suatu indikasi bagaimana aksesibilitas kelokasi tersebut.

10 Waktu tempuh Mengindikasikan secara kasar waktu tempuh untuk mencapai lokasi tersebut dari suatutempat (biasanya ‘kamp’ atau lokasi sampel yang terakhir). Waktu beristirahat (yang cukuplama) di sepanjang perjalanan perlu dicatat.

11 Nama lokal lokasi Menanyakan pemandu lokal bagaimana masyarakat menyebut lokasi tersebut.12 Tipe vegetasi dan lokasi Catatan singkat tentang tipe vegetasi dan posisi lanskap – ini juga dapat ditanyakan kepada

informan-informan lokal.13 Pembacaan GPS Selalu menggunakan datum UTM50 dan WGS84. Biarkan GPS menghitung posisi rata-rata

kurang dari 10m jika memungkinkan. Pada GPS: beri tanda posisi dengan nomor sampeldan tulis Timur (angka di atas) dan Utara (angka di bawah) pada lembaran.

14 Ketinggian Idealnya dari sebuah altimeter atau posisi peta yang baik – perhatikan pembacaanketinggian GPS sering tidak bisa diandalkan. Jika hal ini tidak bisa dipenuhi ini bukanmerupakan suatu masalah.

15 Mengapa/bagaimanalokasi dipilih?

Mengindikasi apakah dipilih secara acak, atau diseleksi untuk suatu kualitas/ciri khusus,atau karena mudah, dst. Apakah kita dipandu oleh pemandu atau kita memilih tempatuntuk berhenti?

16 Khas? Beri tanda apakah khas =contoh umum dari suatu jenis penutupan vegetasi yang tersebarluas, terbatas =tipe terbatas dari penutupan vegetasi atau dengan ciri yang tidak biasa, ataukhusus =sampel ditemukan karena sangat memiliki ciri lokal tertentu.

17 Artefak dan ciri-ciri Beri tanda jika tanda-tanda yang disebutkan dapat diamati di lokasi, tidak masalah berapausianya.

18 Posisi lokasi Beri tanda posisi relatif lokasi di daerah yang miring. Lokasi yang datar berarti posisikemiringan ‘tidak relevan’.

19 Habitat sekitar/perpanjangannya

Apakah vegetasi dan ciri-ciri yang ada di sekitar lokasi dan seberapa jauh jaraknya?

20 Aspek kemiringan Untuk arah kemiringan secara keseluruhan di lokasi (BUKAN arah batas transek, yangdiperkirakan secara kasar pada sudut 45 derajat dari arah kemiringan!) baca aspek;pembacaan kompas dilakukan pada saat anda berdiri menghadap kemiringan ke bawah.

21 Derajat kemiringan Mengukur kecuraman dengan klinometer dan membaca skala dalam derajat.22 Menggenang (kolam,

dll.)Daerah genangan air.

23 Mengalir (sungai, dll.) Aliran air linier, dengan gerakan air (lambat-cepat)24 Rawa Kadang berlumpur, berawa, dengan vegetasi khusus yang beradaptasi dengan kondisi

basah.25 Jarak Jarak kasar hingga titik terdekat dari batas transek.26 Luas Perkiraan ukuran kolam atau rawa (atau lebar sungai).27 Kedalaman Perkiraan kedalaman kolam/sungai.28 Permanen, dll. Tanyakan pemandu lokal kepermanenan sumber air P=permanen, M=musiman,

S=sementara (misalnya, hanya ada setelah hujan lebat).29 Rotan yang berbatang Jumlah perkiraan rotan yang berbatang dengan tinggi 1,5 m, dalam transek 5 x 40 m.30 Liana lainnya Jumlah perkiraan liana (yang hidup) (berkayu dan tumbuhan herba), dalam transek 5 x40 m.31 Epifit Jumlah perkiraan epifit, dalam transek 5 x 40 m.32 % Lumut Perkiraan persentase lumut yang menutupi tanah, dalam transek 5 x 40 m.33 Semai pohon Jumlah perkiraan semai pohon, dalam transek 5 x 40 m.34 Pancang Jumlah perkiraan pancang, dalam kawasan 5 x 40 m.35 Semai pohon yang

sangat melimpahBuat daftar nama-nama spesies dari tiga semai pohon yang sangat melimpah (tinggi < 1,5m) – hanya spesies pohon.

36 Ref. Coll. No. Jika spesies dikumpulkan untuk identifikasi/konfirmasi, tuliskan nomor referensi.37 Tumbuhan monokotil

yang sangat besar yangkhusus, dll.

Buat daftar nama-nama spesies dari tumbuhan monokotil yang sangat besar (misalnya,palma, spesies jahe besar, bambu, pandan, pisang, Marantaceae) di sekitar transek.

38

39

Pancang yang sangatmelimpah

Buat daftar nama-nama spesies dari 5 pancang yang sangat melimpah, tinggi lebih dari 1,5m tetapi kurang dari 10 cm drh. Hanya spesies pohon.

Semak/pohon kecil yang sangat melimpah

Buat daftar nama-nama spesies dari 5 semak/ pohon kecil yang sangat melimpah, tinggi lebih dari 1,5 m. Merupakan spesies yang jarang mencapai 10 cm drh.

Page 102: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

91

Lampiran VII. Lembar data non-pohon

LEMBAR DATA NON-POHON: herba, palma, tumbuhan pemanjat ≥1,5m, epifit di bawah 2 m, pandan, dll.

Sampel1Tanggalhari/bulan/tahun

Dimasukkan oleh8

Lokasi & Tipe2 Penulis3 Diperiksa oleh

Diperiksa oleh4 Asli atau Salinan5 A S Nama file

Ditulis di bagianbelakang6 Y T Halaman7 dari Sudah dicopy?

Bagian (4 m x 5 m) 13

Ditanam? 14 Catatan15

No.9 Genus/Spesies10 RefColl.no11

Bentukhidupan

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Page 103: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

92

Petunjuk-petunjuk untuk ‘Lembar data non-pohon’

Lembar ini untuk mencatat berbagai herba; tumbuhan pemanjat ≥1,5 m; epifit di bawah 2 m; dan semuatumbuhan monokotil kecuali untuk liana-liana yang pendek (tidak ada pohon, semak atau pohon kecil).

1 Nomor sampel (setiap plot baru diberi nomor berurutan, angka yang lama tidak digunakan lagi).2 Nama yang bermanfaat (sebagai referensi) untuk lokasi tersebut.3 Siapa yang menulis lembar data.4 Siapa yang memeriksa lembar data dan yakin lembar ini jelas (paraf).5 Apakah ini merupakan lembar data yang asli? (Hati-hati dalam menyalin setiap lembar data yang jelek –

jangan dibuang tetapi dilampirkan dengan lembar yang baru).6 Catatan dan penjelasan mungkin ditulis di bagian belakang lembar data yang kemungkinan terlewatkan

waktu penyalinan, dll.7 Menunjukkan nomor halaman dari total lembar data.8 Seluruh kotak ini tidak diisi sampai data dimasukkan ke komputer.9 Nomor berguna untuk merujuk kepada catatan tumbuhan secara individu. Jika lebih dari satu lembar

yang digunakan penomoran dilanjutkan dari lembaran sebelumnya.10 Ini digunakan untuk memberikan nama ilmiah – atau perkiraan nama terbaik saat ini. Ini akan diperiksa

nanti.11 Jika identifikasi tidak pasti 100%, atau untuk kepentingan botani sebuah spesimen bukti akan

dikumpulkan dan referensi untuk ini harus dimasukkan di sini.12 ‘Bentuk hidupan’ dicatat sebagai berikut:

Tumbuhan Kode Kapan dicatat*

Liana (Pemanjat berkayu) WL Lembar transek - yang panjangnya ≥1,5 m

Pemanjat (Liana tidak berkayu) LL Lembar transek - yang panjangnya ≥1,5 m

Famili palma/Pohon palma Pl / TPl Lembar transek - yang tingginya ≥1,5 m atau tumbuhan dewasaPandan/pohon Pa / TPa Lembar transek - apa sajaEpifit E Lembar transek - yang tumbuh pada 0-2 m dari tanahPaku-pakuan/Pohon paku F / TF Lembar transek - apa sajaPaku epifit EF Lembar transek - yang tumbuh pada 0-2 m dari tanahPaku pemanjat CF Lembar transek

Beringin pelilit/beringin liana SFig / LFig Lembar transek - apa saja /Lembar Pohon jika ≥10 cm drh

Herba lain (bahkan yang besar) H Lembar transek (jika hanya lebih dari kotiledon)Tumbuhan air A Lembar transek (jika hanya lebih dari kotiledon)

* Semuanya harus hidup dan berakar dalam lokasi unit sampel. Kemiringan lokasi unit sampel dikoreksi.

13 Jika terdapat di sepuluh unit transek 4 m x 5 m yang berurutan dicatat dengan sebuah tanda centang.14 Tanda centang digunakan untuk mencatat tanaman yang ditanam. Catatan tumbuhan seperti ini harus

benar-benar dicatat.15 Setiap catatan tentang tumbuhan atau kesulitan-kesulitan dalam pencatatan.

Page 104: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

93

Lampiran VIII. Lembar data pohon

LEMBAR DATA POHON: batang berkayu 10 cm drh [– 15 m – maksimum transek kosong]

Sampel1Tanggalhari\bulan\tahun

Dimasukkan oleh8

Lokasi & Tipe2 Penulis3 Diperiksa oleh

Diperiksa oleh4 Asli atau Salinan5 A S Nama file

Ditulis di bagianbelakang6 Y T Halaman7 dari Sudah dicopy?

No9 Genus/Spesies10 Ref. Coll.No11

drhCm12

Ht.(m)13

Jarak(m)14

FIndeks15 Ditanam16 Catatan17

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

Page 105: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

94

Petunjuk untuk ‘Lembar data pohon’

1 Nomor sampel (setiap plot baru diberi nomor berurutan, angka yang lama tidak digunakan lagi).2 Nama yang bermanfaat (sebagai referensi) untuk lokasi tersebut.3 Siapa yang menulis lembar data.4 Siapa yang memeriksa lembar data dan yakin lembar ini jelas (paraf).5 Apakah ini merupakan lembar data yang asli? (Hati-hati dalam menyalin setiap lembar data yang

rusak – jangan dibuang tetapi dilampirkan dengan lembar yang baru).6 Catatan dan penjelasan mungkin ditulis di bagian belakang lembar data yang kemungkinan

terlewatkan waktu penyalinan, dll.7 Menunjukkan nomor halaman dari total lembar data (umumnya 2).8 Seluruh kotak ini tidak diisi sampai data dimasukkan ke komputer.9 Nomor berguna untuk merujuk kepada catatan tumbuhan secara individu.10 Ini digunakan untuk memberikan nama ilmiah – atau perkiraan nama terbaik saat ini untuk diperiksa

di herbarium.11 Jika identifikasi tidak pasti 100% atau untuk kepentingan botani, sebuah spesimen bukti akan

dikumpulkan dan referensi untuk ini harus dimasukkan di sini.12 Diameter tinggi tertentu. Biasanya dicatat pada ketinggian 1,3 m dari atas tanah atau setinggi dada

dengan sebuah pita diameter. Jika batang mempunyai bentuk yang tidak umum, maka titik pengukurandapat disesuaikan. Untuk pohon yang berbanir besar, ukuran diameter di atas 1,3 m dapat diterima.Kami mengambil sebuah konvensi yang tidak lazim untuk tumbuhan yang memiliki banyak batang.Ukuran batang yang diukur adalah yang diamaternya ≥ 10 cm pada ketinggian di atas 1,3 m, diameterdicatat di bawah cabang (bila perlu di tanah – catatan: Kami lebih tertarik dengan batang secaraindividu dan bukan pohon yang berbatang banyak).

13 Tinggi total yang diperkirakan dari permukaan tanah hingga bagian teratas tumbuhan. Bagus untukmembandingkan dan menguji perkiraan.

14 Jarak horisontal yang paling pendek dari garis tengah transek ke tengah (pada ketinggian 1,3 m) darike-lima batang yang paling jauh di masing-masing sel (d1 sampai d8 dalam Gambar 6).

15 Furcation Index – perkiraan persentase tinggi pohon di mana tinggi percabangan yang dominan tidaklagi berasal dari batang tunggal. Indeks inidicatat pada skala berlanjut antara 0 sampai 110% (untuk beberapa contoh lihat gambar).

16 Tanda centang digunakan untuk mencatattanaman yang ditanam. Catatan tumbuhanseperti ini harus benar-benar dicatat.

17 Setiap catatan tentang tumbuhan atau kesulitan-kesulitan dalam pencatatan (banir atau batangyang tidak bisa diakses). Catat kemiringan disini (derajat) jika ukuran jarak bukan merupakankemiringan yang belum dikoreksi.

Stem furcation index = indeks percabangan batang

0 10018 42 57 78 110

Sebagai contohStem furcation index (%)

Page 106: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

95

Lampiran IX. Lembar data deskripsi lokasi

Lembar data untuk deskripsi lokasi lokal

SampelTanggalhari/bulan/tahun

Dimasukkan oleh

Lokasi Penulis Diperiksa oleh

Diperiksa oleh Asli atau salinan A S Nama file

Ditulis di bagianbelakang Y T Halaman 1 dari 4

Informan: Umur: Suku: Bahasa:

Deskripsi lokasi/nama lokal

1. Nama tempat:

______________________________________________________________________________________

Nama khusus:

______________________________________________________________________________________

2. Deskripsi lokasi:

(a) Sebutan lokal untuk keadaan fisik lanskap:

__________________________________________________________________________________

(b) Sebutan lokal untuk penutupan vegetasi:

__________________________________________________________________________________

(c) Umur tanaman/tumbuhan:

__________________________________________________________________________________

(d) Tempat ini dimanfaatkan oleh masyarakat untuk:

__________________________________________________________________________________

(e) Apakah tempat seperti ini banyak terdapat di desa ini?

______________________________________________________________________________________

3. Apakah pernah terjadi kerusakan/gangguan di tempat ini? Jika ya, kapan, bagaimana dan apa pengaruhnya?

______________________________________________________________________________________

______________________________________________________________________________________

______________________________________________________________________________________

______________________________________________________________________________________

4. Lokasi ini dari pusat desa dapat dicapai dengan:

(a) Jalan kaki selama____________ jam atau (b)

(b) Ketinting selama ____ jam dan jalan kaki ____ jam

5. Apakah tempat ini termasuk tempat yang tabu/larangan? mengapa?

_______________________________________________________________________________

________________________________________________________________________________________

________________________________________________________________________________________

________________________________________________________________________________________

6. Siapa yang paling sering mendatangi tempat ini, mengapa/untuk apa?

________________________________________________________________________________________

________________________________________________________________________________________

________________________________________________________________________________________

________________________________________________________________________________________

atauP L

Sudah dicopy?

Page 107: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

96

Kesesuaian tempat hidup satwa

1. Apakah ditempat ini sering dilakukan perburuan?

(4) Sering sekali (3) Sering (2) Jarang (1) Tidak pernah

Kapan orang berburu di sini? Pada musim apa?

_______________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________

Peralatan apa yang digunakan untuk berburu di sini?

_______________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________

2. Apakah di tempat ini mudah untuk melihat/menemukan binatang/satwa?

Kemudahan untuk menemukanNo. Nama satwa

Sangatmudah

Mudah Sulit Tidakada

1 Babi hutan

2 Rusa (payo, temang, payau)

3 Kijang (telo raw, telao pawen, telau rauwe)

4 Lutung (aci’, kelasi, pangsih, hacei)

5 Kera ekor panjang (koyat, kura’, kara’)

6 Ungko klampian, wak-wak (klowat, klabet, klavet)

7 Rangkong papan/gading (pecaku, teva’un, tebun)

Lembar data untuk deskripsi lokasi lokal

SampelTanggalhari/bulan/tahun

Dimasukkan oleh

Lokasi Penulis Diperiksa oleh

Diperiksa oleh Asli atau salinan A S Nama file

Ditulis di bagianbelakang Y T Halaman 2 dari 4

Informan: Umur: Suku: Bahasa:atauP L

Sudah dicopy?

Page 108: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

97

Kegunaan lokasi per kategori guna

1. Seberapa besar kegunaan lokasi ini menurut nilai kegunaannya?

Nilai kegunaanKategori guna Sangat

Bermanfaat BermanfaatKurang

BermanfaatTidak

Bermanfaat

Makanan

Obat-obatan

Konstruksi ringan

Konstruksi berat

Konstruksi perahu

Peralatan/Perkakas

Kayu bakar

Anyaman/tali

Hiasan/adat/ritual

Benda yang bisa dijual

Sarana berburu

Tempat berburu

Rekreasi

Pencadangan areal untuk masa depan

Kegunaan khusus:

a.

b.

c.

d.

e.

f.

g.

h.

i.

j.

k.

l.

m.

n.

Lembar data untuk deskripsi lokasi lokal

SampelTanggalhari/bulan/tahun

Dimasukkan oleh

Lokasi Penulis Diperiksa oleh

Diperiksa oleh Asli atau salinan A S Nama file

Ditulis di bagianbelakang Y T Halaman 3 dari 4

Informan: Umur: Suku: Bahasa:atauP L

Sudah dicopy?

Page 109: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

98

Sejarah penggunaan lahan dan kejadian alam di lokasi

1. Daftar perubahan dalam penggunaan lahan dan kejadian alam yang pernah terjadi di lokasi ini.

Jangka waktu Perubahan penggunaan lahan Dampak

Lembar data untuk deskripsi lokasi lokal

SampelTanggalhari/bulan/tahun

Dimasukkan oleh

Lokasi Penulis Diperiksa oleh

Diperiksa oleh Asli atau salinan A S Nama file

Ditulis di bagianbelakang Y T Halaman 4 dari 4

Informan: Umur: Suku: Bahasa:atauP L

Sudah dicopy?

Page 110: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

99

Lam

pir

an X

. Lem

bar

dat

a ke

gu

naa

n t

um

bu

han

Lem

bar

dat

a ke

gu

naa

n t

um

bu

han

Sam

pel

Tan

ggal

har

i/bul

an/th

Info

rman

Dim

asuk

kan

oleh

Loka

siP

enul

isU

mur

Jeni

ske

lam

inL

PD

iper

iksa

ole

h

Dip

erik

sa o

leh

Asl

i ata

u S

alin

anA

SS

uku

Nam

a fil

e

Ditu

lis d

i bag

ian

bela

kang

YT

Hal

am

anda

riB

ahas

a Bag

ian

tan

aman

yg

dip

akai

Fre

kuen

si

Nam

a lo

kal

Bahasa

Ref

no

.K

egu

naa

n T

anam

an

A

K

D

Bu

Bng

Klt

Pc

B/S/C/Bh

G/R

Semua

Lain

Pilihan

1 Th

2 Th

2+- 5 Th

5+- 10 Th

> 10 Th

Keeksklusivan

Sud

ah d

icop

y?

Page 111: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

100L

amp

iran

XI.

Lem

bar

dat

a ta

nah

Lem

bar

dat

a ta

nah

Sam

pel

Tan

ggal

har

i/bul

an/th

Dim

asuk

kan

oleh

Loka

siP

enul

isD

iper

iksa

ole

h

Dip

erik

sa o

leh

Asl

i ata

u S

alin

anA

SN

ama

file

Ditu

lis d

i bag

ian

bela

kang

YT

Hal

aman

da

ri

Dra

inas

e:B

AF

:N

ama

loka

si:

Bah

anin

du

k:T

abel

air

tan

ah:

12

3

Keg

un

aan

lah

an:

No

mo

r p

eta:

pH

di

per

mu

kaan

:E

rosi

:

Por

i-por

i tan

ahS

imbo

lho

rison

Ked

alam

an (

cm)

War

naT

ekst

urS

truk

tur

Kon

sist

ensi

Kar

atan

(Mat

rix n

ode)

Mikro

Makro

Aka

r

Sud

ah d

icop

y?

Page 112: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

101

No

.C

iri-

ciri

lah

anN

o.

Cir

i-ci

ri la

han

1.K

ondi

si p

erm

uka

an ta

nah

:2.

Ben

tuk

laha

n:

3.R

ezim

Tem

pera

tur:

4.R

ezim

kel

emba

ban:

5.

Kel

as:

6.C

ocok

unt

uk:

No

.P

erta

nya

anJa

wab

an

1.S

ebel

umny

a la

han

ini d

igun

akan

unt

uk a

pa s

aja?

(Hut

an/K

ebun

/Lad

ang/

Sa

wah

/Lai

nnya

….)

2.A

pa n

ama

dari

jeni

s ta

nah

ini b

erda

sark

an(L

okas

i/W

arna

/Tek

stur

/Lai

nnya

….)

?

3.A

pa c

iri-c

iri d

ari j

enis

tana

h in

i?

4.C

ocok

unt

uk a

pa ta

nah

ini d

igun

akan

? M

enga

pa?

(Hut

an/K

ebun

/Lad

ang/

Sa

wah

/Lai

nnya

….)

5.B

agai

man

a an

da m

empe

rsia

pkan

laha

n in

i unt

uk b

erco

cok

tana

m (

bila

digu

naka

n un

tuk

berk

ebun

/lada

ng/s

aw

ah)?

(Dib

akar

/Dib

abat

/Dib

ajak

/Lai

nnya

….)

6.S

eber

apa

subu

rkah

tana

h in

i? (

San

gat/s

ubur

/lum

ayan

/tida

k)B

erda

sar

ap

akah

(W

arna

/Tek

stur

/Ler

eng/

Veg

etas

i/Kon

sist

ensi

/Lai

nnya

….)

?Ji

ka ti

dak,

bag

aim

ana

cara

men

gata

siny

a?(P

upuk

/Ber

a/La

inny

a….)

7.A

paka

h ta

nah

ini m

udah

/sul

it di

olah

? Ji

ka s

ulit,

bag

aim

ana

cara

men

gata

siny

a?

Page 113: exploring_bio_ina.pdf (2.1 MB)

Karakteristik lanskap hutan biasanya kritikal bagi mereka yang menempatinya, tetapi artipenting dari hubungan ini masih belum terungkap bagi orang luar. Tantangannya adalahuntuk memahami aspek-aspek lanskap apa yang penting bagi masyarkat lokal, mengapaaspek-aspek tersebut penting dan seberapa penting.

Pendekatan inovatif yang dilaporkan dalam buku ini dikembangkan dari sebuah penelitiandi tujuh desa di kawasan hutan bagian hulu DAS Malinau di Kalimantan Timur, Indonesia.Survei berbasis desa telah mengumpulkan berbagai informasi kuantitatif dan kualitatifmengenai pendapat, kebutuhan, kultur, lembaga dan aspirasi dari masyarakat desa tersebut,dan mempelajari persepsi umum dari lanskap setempat. Survei lapangan yang diadakandalam waktu bersamaan telah menilai kondisi lokasi contoh dan mencatat karakteristiktanah, vegetasi, dan karakteristik lainnya melalui pendekatan ‘ilmiah’ dan lokal. Metode-metode lapangan ini menekankan karakterisasi berskala lanskap melalui replikasi yang banyakdari contoh-contoh berukuran kecil yang kaya data, dan penilaian teritori desa berdasarkancontoh tersebut. Dua ratus plot penelitian telah dibuat dan sekitar 2116 spesies tanamandicatat, mewakili sebuah fase ‘basis’, ‘eksplorasi’ atau ‘diagnostik’ dari strategi penelitianjangka panjang.

Para pembuat keputusan memerlukan petunjuk dalam menangani kebutuhan darimasyarakat lokal dan keanekaragaman dalam lanskap. Buku ini untuk pertama kalinyamenyajikan sebuah rangkaian metode yang efektif untuk membahas hal tersebut. Teknik-teknik yang digunakan memberikan deskripsi-deskripsi biofisikal lanskap yang konvensionaldan secara eksplisit menghubungkan informasi ini dengan kebutuhan, pilihan dan sistemnilai masyarakat lokal. Metode-metode ini dapat digunakan untuk memandu penelitiandimasa datang dan untuk membuat rekomendasi-rekomendasi terhadap pilihan mengenaipenggunaan dan kebijakan lahan. Metode-metode yang dijabarkan dalam laporan inimemberikan dasar untuk dialog yang lebih mendalam dengan masyarakat hutan.

ISBN 979-3361-29-8

LembagaIlmu PengetahuanIndonesia