ex-cc-aaji-06-001 republika 20/08/2016, hal. 6 aaji pacu ... berita aaji - 22 agustus...

31
Republika 20/08/2016, hal. 6 AAJI Pacu Peningkatan Agen EX-CC-AAJI-06-001

Upload: lambao

Post on 09-May-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Republika – 20/08/2016, hal. 6 AAJI Pacu Peningkatan Agen

EX-CC-AAJI-06-001

Harian Kontan – 20/08/2016, hal. 11 Target Agen Asuransi Jiwa 650.000 Orang

20/08/2016 AAJI Targetkan 650.000 Agen Asuransi http://keuangan.kontan.co.id/news/aaji-targetkan-650000-agen-asuransi

Penetrasi asuransi jiwa yang masih rendah terhadap jumlah penduduk Indonesia membuat perusahaan asuransi lebih gencar memasarkan produk-produknya lewat agen. Industri asuransi jiwa menargetkan jumlah agen hingga ujung tahun nanti mencapai 650.000 orang. Hendrisman Rahim, Ketua Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), bilang, sampai akhir Juni lalu indsutri asuransi jiwa sudah diperkuat oleh 513.000 agen bersertifikasi. "Sampai akhir tahun nanti kami terus kejar sampai ke angka 650.000 agen," kata Hendrisman kemarin. Keberadaan agen memang masih sangat diandalkan perusahaan asuransi jiwa dalam memperbesar premi. Kontribusi premi dari jalur ini mencapai 40% dari total pendapatan premi industri itu. Untuk itu, AAJI mendorong anak-anak muda negeri ini untuk jadi agen. Tambah lagi, minat dari kaum muda untuk menjadi agen semakin tinggi. Data AAJI menujukkan, sekitar 36% agen yang sudah tersertifikasi berada di rentang usia 26 tahun sampai 35 tahun. Sedangkan 40% lagi telah berumur di atas 36 tahun. Potensi untuk berprofesi sebagai agen pun terbilang besar. Apalagi, penetrasi asuransi di negara kita masih sangat rendah, hanya 2,5% dari jumlah penduduk. Capaian ini menempatkan Indonesia di peringkat 64 dunia. Di sisi lain, jumlah agen yang berhasil meraih omzet besar pun terus meningkat. Ini terlihat dari makin banyaknya agen yang tergabung dalam Million Dollar Round Table (MDRT) Indonesia. MDRT berisi agen asuransi yang mengantongi pendapatan premi minimal sebesar Rp 544,78 juta per tahun. Saat ini, menurut Aryani P. Razik, Country Chair MDRT Indonesia, agen yang tergabung dalam kelompok elite itu sebanyak 928 orang. Angka itu bertambah 7,9% dari posisi pada akhir tahun lalu. Anggota sebanyak itu menempatkan Indonesia di posisi ketiga negara dengan jumlah anggota MDRT terbanyak di kawasan Asia Tenggara. "Posisi Indonesia ada di bawah Filipina dan Thailand, namun di atas Singapura dan Malaysia," ucap Aryani. Dibandingkan dengan total jumlah agen, memang Aryani menambahkan, yang masuk ke MDRT masih sedikit. Tapi, melihat penetrasi asuransi yang rendah berbanding jumlah penduduk yang banyak, potensi pertumbuhan yang ada masih sangat besar.

19/08/2016 AAJI Targetkan Punya 650.000 Agen Di Akhir Tahun http://keuangan.kontan.co.id/news/aaji-targetkan-punya-650000-agen-di-akhir-tahun INDEKS BERITA

JAKARTA. ketergantungan industri asuransi jiwa terhadap keberadaan agen sepertinya masih sangat kuat. Untuk mengejar target pertumbuhan industri, jumlah agen pun perlu terus digenjot. Hendrisman Rahim Ketua Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menyebut hingga akhir bulan Juni 2016, industri ini sudah diperkuat oleh 513.000 agen tersertifikasi. "Sampai akhir tahun nanti kami terus kejar sampai ke angka 650.000 agen," kata dia, Jumat (19/8). Keberadaan agen memang masih sangat diandalkan dalam memperbesar pundi-pundi perolehan premi. Pasalnya rata-rata kontribusi premi yang didapat dari jalur ini berada di kisaran 40%. Ketertarikan kepada profesi agensi pun disebut mulai makin menjalar kepada para pemuda. Sekitar 36% dari agen yang sudah tersertifikasi berada di rentang usia 26 tahun sampai 35 tahun. Sedangkan 40% sudah berumur di atas 36 tahun. Pihak asosiasi maupun perusahaan asuransi jiwa, kata dia memang mulai banyak mendorong kalangan anak muda untuk menjadi agen. Potensi untuk berprofesi sebagai agen pun terbilang besar. Penetrasi asuransi di Indonesia masih rendah yakni berkisar 2,5% dari jumlah penduduk. Capaian ini menempatkan Indonesia sebagai negara ranking ke 64 di dunia dalam penetrasi. Akan tetapi jika dilihat dari kontribusi premi, urutan Indonesia berada pada peringkat 34 dunia.

19/08/2016 AAJI Targetkan 650.000 Agen Tersertifikasi http://www.beritasatu.com/asuransi/380624-aaji-targetkan-650000-agen-tersertifikasi.html

Jakarta - Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat agen tersertifikasi hingga Juni 2016 sebanyak 513.000. Angka tersebut masih jauh dari permintaan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mengkampanyekan 10 juta agen asuransi tersertifikasi. "Jumlah yang diharapkan OJK memang sangat besar. Tetapi kita punya rencana akhir tahun ini bisa mencapai 650.000 agen sudah tersertifikasi," kata Ketua Umum AAJI, Hendrisman Rahim, di Jakarta, Jumat (19/8). Dia menjelaskan, agen masih menjadi penopang dalam industri asuransi jiwa di Indonesia. Pada kuartal I 2016, dari total premi yang berhasil dikumpulkan oleh industri asuransi jiwa nasional sebesar Rp 34,30 triliun sekitar 43,9 persen diantaranya merupakan kontribusi jalur distribusi keagenan. Untuk itu, AAJI akan terus mendorong peningkatan jumlah tenaga pemasar berlisensi dan memastikan kualitas dan profesionalitas para tenaga pemasar. "Dengan pertumbuhan rata-rata jumlah agen dalam tiga tahun terkahir mencapai 19,9 persen, kami optimis jumlah agen akan terus meningkat dan lambat laut penetrasi asuransi pun akan meningkat," kata Hendrisman. Berdasarkan data yang terkumpul di AAJI, sampai dengan Juni 2016 jumlah agen asuransi jiwa berlisensi mencapai 513.000 orang. Jumlah tersebut tercatat naik sebesar 13,7 persen dibandingkan pada 2015. Dari total agen tersertifikasi itu, 36 persen atau sekitar 182.000 agen merupakan agen dengan usia 26-35 tahun dan 40 persen atau sekitar 204.000 dengan usia 36-50thn. "Saat ini, semakin banyak orang muda menekuni profesi sebagai Agen Asuransi Jiwa. Agen asuransi jiwa sudah mulai dicari oleh masyarakat sebagai pendamping dalam memberikan edukasi tentang perencanaan keuangan keluarga serta dilirik oleh generasi muda sebagai peluang karir yang menjanjikan," katanya. Peningkatan jumlah agen juga sejalan dengan pertumbuhan total tertanggung. Hendrisman menyebutkan, pada kuartal pertama 2016, tercatat jumlah tertanggung individu mencapai 18 juta jiwa atau meningkat 10,5% dari tahun sebelumnya. "Hal ini menunjukkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap asuransi jiwa terus bertumbuh setiap tahunnya, dan hal ini tak lepas dari peran para agen dalam mengedukasi masyarakat akan pentingnya asuransi," ujar dia. Terkait Million Dollar Round Table (MDRT), Hendrisman menegaskan asosiasi mengapresiasi adanya perkumpulan agen-agen profesional yang telah mampu mencetak nilai premi yang sangat luar biasa.

"Kami berharap, para anggota MDRT ini bisa menularkan hal-hal positif kepada para agen lain untuk dapat terus meningkatkan profesionalisme sehingga pada akhirnya juga mampu mendongkrak nilai produksi yang dihasilkan. Sementara Country Chair MDRT Indonesia Aryani P Razik menjelaskan, untuk menjadi anggota MDRT, memang diharuskan membayar biaya pendaftaran sebesar US$ 550. Selain itu juga seorang agen asuransi harus memenuhi target produksi premi. "Seorang agen asuransi harus berhasil mengumpulkan premi sebesar Rp544,79 juta untuk menjadi anggota MDRT. Sedangkan untuk masuk ke level yang lebih tinggi yakni court of the table, jumlah preminya harus mencapai Rp 1,63 miliar. Dan, untuk menduduki level tertinggi yakni top of the table, seorang agen harus bisa mengumpulkan premi sebesar Rp3,26 miliar," sebutnya. Adapun, jumlah agen asuransi jiwa di Indonesia yang menjadi anggota MDRT, posisi terakhir pada 2016 jumlahnya mencapai 928 orang. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan pada 2015 yang mencapai 860 anggota. Di banding negara lain di kawasan Asia Tenggara, jumlah anggota MDRT di Indonesia menempati posisi ketiga. Posisi pertama ditempati oleh Philipina dengan 1.349 anggota dan posisi kedua Thailand dengan 1.199 anggota. Tahun lalu Indonesia menempati urutan ke dua. "Dalam tiga hingga lima tahun ke depan, jumlang anggota MDRT Indonesia ditargetkan bisa tumbuh konsisten sebesar 15 persen hingga 20 persen per tahun. Sedangkan, untuk tahun ini jumlahnya ditargetkan bisa mencapai lebih dari 1.000 orang," katanya.

19/08/2016 Kalangan Anak Muda Mulai Minati Profesi Agen Asuransi http://www.beritasatu.com/asuransi/380610-kalangan-anak-muda-mulai-minati-profesi-agen-asuransi.html

Jakarta - Million Dollar Round Table (MDRT) Indonesia pada 25 Agustus mendatang akan kembali menggelar Seminar MDRT Day Indonesia 2016 dengan tema Balance Life, Changing Lives dengan mengambil tempat di Mal Kota Kasablanka, Jakarta. Seminar yang digelar setiap tahun ini, bertujuan untuk terus mendorong produktivitas dan profesionalisme agen asuransi jiwa sebagai financial planner yang handal di sektor asuransi. Peningkatan profesionalisme agen asuransi jiwa diharapkan berdampak pada tingkat produktivitas agen, di samping pertumbuhan kesadaran masyarakat akan pentingnya asuransi jiwa. Hal ini tentunya diharapkan mendorong jumlah pendapatan agen, salah satunya agen yang berhasil atau sukses mencapai kategori keanggotaan MDRT. Ketua Umum AAJI, Hendrisman Rahim, meyakini, keanggotaan MDRT akan terus meningkat karena asosiasi akan terus mendorong pertumbuhan anggota MDRT untuk sejalan dengan pertumbuhan jumlah agen asuransi jiwa secara keseluruhan. Dengan adanya MDRT, diharapkan profesi agen semakin dikenal oleh masyarakat luas. Sekitar 36 persen dari total agen atau 182.000 agen, merupakan agen dengan usia 26-35 tahun dan 40 persen lainnya atau sekitar 204.000 dengan usia 36-50 tahun. "Saat ini, semakin banyak orang muda menekuni profesi sebagai agen asuransi jiwa. Agen asuransi jiwa sudah mulai dicari oleh masyarakat sebagai pendamping dalam memberikan edukasi tentang perencanaan keuangan keluarga serta dilirik oleh generasi muda sebagai peluang karir yang menjanjikan," kata Hendrisman di Jakarta, Jumat (19/8). AAJI sendiri, lanjut dia, optimistis bahwa semakin banyak jumlah-jumlah agen asuransi jiwa di Indonesia akan mendongkrak tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya asuransi sebagai perlindungan jangka panjang. Oleh karenanya, kata Hendrisman, perusahaan asuransi jiwa perlu memberikan dukungan penuh bagi perkembangan agen asuransi jiwa di tanah air, melalui peningkatan kapasitas maupun pemberian apresiasi yang setinggi-tingginya sebagai upaya untuk terus memotivasi kinerja yang lebih baik lagi. "Asosiasi mendukung penuh MDRT dalam melakukan sosialisasi aktif ke semua perusahaan asuransi anggota AAJI agar dapat meningkatkan jumlah anggota MDRT," tambahnya. Country Chair MDRT Indonesia, Aryani P Razik, menjelaskan, profesi agen asuransi jiwa menyiapkan kesempatan para agen untuk naik level, baik dari sisi karier hingga kompetensi profesinya. Untuk meningkatkan kualitasnya, selain sejumlah program pengembangan yang digelar masing-masing perusahaan, agen yang bergabung dalam MDRT juga bertujuan meningkatkan kualitas sebagai financial planner dengan skala internasional.

"Wadah ini sangat bergengsi tetapi baru sekitar 1 persen dari jumlah agen yang ada di dunia yang masuk menjadi agen MDRT. Demikian juga di Indonesia, padahal dengan bergabung dalam MDRT, wawasan tentang profesi agen asuransi semakin bertambah. Di MDRT ditekankan mengenai etika bisnis, profesionalisme dan integritas sebagai agen asuransi. Di MDRT juga setiap orang bisa menjadi seorang mentor yang dapat meningkatkan kepercayaan diri sebagai agen asuransi," jelas Aryani. Minimnya jumlah agen yang menjadi anggota MDRT jika dibanding jumlah agen asuransi yang ada saat ini mencapai 513.000 orang, menurut Aryani, salah satunya dikarenakan agen masih belum memiliki informasi yang benar mengenai keuntungan dengan menjadi anggota MDRT. "Inilah yang menjadi tantangan bagi kami komite MDRT Indonesia untuk terus mempromosikan manfaat-manfaat yang bisa diperoleh dengan menjadi anggota MDRT. Kami juga terus mensuport MDRT mentoring class di perusahaan-perusahaan asuransi jiwa. Perusahaan-perusahaan juga perlu terus diedukasi dengan manfaat MDRT. Salah satunya dapat meningkatkan kualitas dan pendapatan perusahaan," ujar dia. Harapannya, dengan banyaknya agen perusahaan asuransi lokal yang menjadi member MDRT maka agen asuransi jiwa di Indonesia bisa bersaing dengan Filipina dan Thailand. Menurut Aryani, Sejauh ini MDRT sangat didukung oleh AAJI & Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dukungan ini diharapkan dapat terus ditingkatkan, terutama sosialisasi MDRT ke perusahaan asuransi lokal agar semua agen asuransi aware tentang pentingnya menjadi anggota MDRT. Terkait regulasi OJK, diharapkan memberikan kemudahan bagi perusahaan yang pastinya berdampak terhadap para agen asuransi khususnya MDRT. Sementara itu, Chairman of MDRT Day 2016, Bonita Larope, menjelaskan, setiap tahunnya, MDRT Day menghadirkan para pembicara, baik lokal maupun asing yang memberikan motivasi dan cerita-cerita inspiratif bagi para agen asuransi. "Para pembicara yang hadir akan memberikan dan berbagi kisah sukses mereka selama menjadi anggota MDRT. Mereka akan bicara mengenai perjalanan di bisnis asuransi jiwa, yang lalu, sekarang, dan kedepannya. Mereka juga akan berbagi mengenai apa yang menginspirasi mereka untuk menjadi sukses di bisnis ini," ujarnya. Sekedar informasi, untuk menjadi anggota MDRT, seorang agen asuransi perlu mengantongi premi dari penjualan pribadi sebesar Rp 544.788.200 akumulasi premi pertama per tahun. Sementara itu, untuk masuk ke dalam kualifikasi yang lebih tinggi yakni Court of The Table (COT) dan Top of The Table (TOT), seorang agen harus mengumpulkan premi masing-masing sebesar Rp 1.634.364.600 (3x MDRT) dan Rp 3.268.884.800 (6x MDRT) per tahun. Jumlah anggota MDRT di Indonesia tahun 2016 mencapai 928 anggota, meningkat 7 persen dibandingkan dengan total anggota MDRT tahun 2015 yang telah mencapai 860 anggota. Dengan jumlah keanggotaan MDRT saat ini, Indonesia masuk dalam peringkat ke-3 untuk kawasan ASEAN. Adapun jumlah anggota MDRT di negara ASEAN yakni Filipina 1.349 anggota, Thailand 1.199 anggota, Indonesia 928 anggota, Singapura 902 anggota, Malaysia 719 anggota, Vietnam 788 anggota, dan Brunei 15 anggota. Pada kuartal I 2016, jumlah agen asuransi jiwa bertumbuh 13,7 persen dan rata-rata pertumbuhan agen asuransi jiwa dalam tiga tahun 19,9 persen. Dengan total agen per Juni 2016 yang mencapai 513.000 agen berlisensi.

WARTAEKONOMI 19/08/2016 AAJI Targetkan 650 Ribu Agen Tersertifikasi http://wartaekonomi.co.id/read/2016/08/20/110488/aaji-targetkan-650-ribu-agen-tersertifikasi.html

Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat agen tersertifikasi hingga Juni 2016 sebanyak 513.000. Angka tersebut masih jauh dari permintaan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mengkampanyekan 10 juta agen asuransi tersertifikasi. "Jumlah yang diharapkan OJK memang sangat besar. Tetapi kita punya rencana akhir tahun ini bisa mencapai 650.000 agen sudah tersertifikasi," kata Ketua Umum AAJI, Hendrisman Rahim, di Jakarta, Jumat (19/8). Dia menjelaskan, agen masih menjadi penopang dalam industri asuransi jiwa di Indonesia. Pada kuartal I 2016, dari total premi yang berhasil dikumpulkan oleh industri asuransi jiwa nasional sebesar Rp 34,30 triliun sekitar 43,9 persen diantaranya merupakan kontribusi jalur distribusi keagenan. Untuk itu, AAJI akan terus mendorong peningkatan jumlah tenaga pemasar berlisensi dan memastikan kualitas dan profesionalitas para tenaga pemasar. "Dengan pertumbuhan rata-rata jumlah agen dalam tiga tahun terkahir mencapai 19,9 persen, kami optimis jumlah agen akan terus meningkat dan lambat laut penetrasi asuransi pun akan meningkat," kata Hendrisman. Berdasarkan data yang terkumpul di AAJI, sampai dengan Juni 2016 jumlah agen asuransi jiwa berlisensi mencapai 513.000 orang. Jumlah tersebut tercatat naik sebesar 13,7 persen dibandingkan pada 2015. Dari total agen tersertifikasi itu, 36 persen atau sekitar 182.000 agen merupakan agen dengan usia 26-35 tahun dan 40 persen atau sekitar 204.000 dengan usia 36-50thn. "Saat ini, semakin banyak orang muda menekuni profesi sebagai Agen Asuransi Jiwa. Agen asuransi jiwa sudah mulai dicari oleh masyarakat sebagai pendamping dalam memberikan edukasi tentang perencanaan keuangan keluarga serta dilirik oleh generasi muda sebagai peluang karir yang menjanjikan," katanya. Peningkatan jumlah agen juga sejalan dengan pertumbuhan total tertanggung. Hendrisman menyebutkan, pada kuartal pertama 2016, tercatat jumlah tertanggung individu mencapai 18 juta jiwa atau meningkat 10,5% dari tahun sebelumnya. "Hal ini menunjukkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap asuransi jiwa terus b ertumbuh setiap tahunnya, dan hal ini tak lepas dari peran para agen dalam mengedukasi masyarakat akan pentingnya asuransi," ujar dia. Terkait Million Dollar Round Table (MDRT), Hendrisman menegaskan asosiasi mengapresiasi adanya perkumpulan agen-agen profesional yang telah mampu mencetak nilai premi yang sangat luar biasa. "Kami berharap, para anggota MDRT ini bisa menularkan hal-hal positif kepada para agen lain untuk dapat terus meningkatkan profesionalisme sehingga pada akhirnya juga mampu mendongkrak n ilai produksi yang dihasilkan.

Sementara Country Chair MDRT Indonesia Aryani P Razik menjelaskan, untuk menjadi anggota MDRT, memang diharuskan membayar biaya pendaftaran sebesar US$ 550. Selain itu juga seorang agen asuransi harus memenuhi target produksi premi. "Seorang agen asuransi harus berhasil mengumpulkan premi sebesar Rp544,79 juta untuk menjadi anggota MDRT. Sedangkan untuk masuk ke level yang lebih tinggi yakni court of the table, jumlah preminya harus mencapai Rp 1,63 miliar. Dan, untuk menduduki level tertinggi yakni top of the table, seorang agen harus bisa mengumpulkan premi sebesar Rp3,26 miliar," sebutnya. Adapun, jumlah agen asuransi jiwa di Indonesia yang menjadi anggota MDRT, posisi terakhir pada 2016 jumlahnya mencapai 928 orang. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan pada 2015 yang mencapai 860 anggota. Di banding negara lain di kawasan Asia Tenggara, jumlah anggota MDRT di Indonesia menempati posisi ketiga. Posisi pertama ditempati oleh Philipina dengan 1.349 anggota dan posisi kedua Thailand dengan 1.199 anggota. Tahun lalu Indonesia menempati urutan ke dua. "Dalam tiga hingga lima tahun ke depan, jumlang anggota MDRT Indonesia ditargetkan bisa tumbuh konsisten sebesar 15 persen hingga 20 persen per tahun. Sedangkan, untuk tahun ini jumlahnya ditargetkan bisa mencapai lebih dari 1.000 orang," katanya

WARTAEKONOMI 19/08/2016 AAJI Targetkan 650 Ribu Agen Tersertifikasi Tahun Ini http://wartaekonomi.co.id/read/2016/08/19/110436/aaji-targetkan-650-ribu-agen-tersertifikasi-tahun-ini.html

Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat bahwa hingga Juni 2016 agen tersertifikasi sebanyak 513.000 ribu. Angka tersebut masih jauh dari permintaan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mengampanyekan 10 juta agen asuransi tersertifikasi. "Jumlah yang diharapkan OJK memang sangat besar, tetapi kita punya rencana akhir tahun ini bisa mencapai 650 ribu agen sudah tersertifikasi," kata Ketua Umum AAJI Hendrisman Rahim saat konferensi pers MDRT Day 2016 di Kantor Pusat AAJI, Jumat (19/8/2016). Dia menjelaskan agen masih menjadi penopang dalam industri asuransi jiwa di Indonesia. Pada kuartal pertama 2016 dari total premi yang berhasil dikumpulkan oleh industri asuransi jiwa nasional sebesar Rp34,30 triliun sekitar 43.9% di antaranya merupakan kontribusi jalur distribusi keagenan. Untuk itu, AAJI akan terus mendorong peningkatan jumlah tenaga pemasar berlisensi dan memastikan kualitas dan profesionalitas para tenaga pemasar. "Dengan pertumbuhan rata-rata jumlah agen dalam tiga tahun terakhir mencapai 19,9%, kami optimis jumlah agen akan terus meningkat dan lambat laun penetrasi asuransi pun akan meningkat," kata Hendrisman. Berdasarkan data yang terkumpul di AAJI, sampai dengan Juni 2016 jumlah agen asuransi jiwa berlisensi mencapai 513.000 orang. Jumlah tersebut tercatat naik sebesar 13,7% dibandingkan pada 2015. Dari total agen tersertifikasi itu, 36% atau sekitar 182 ribu agen merupakan agen dengan usia 26-35 tahun dan 40% atau sekitar 204 ribu dengan usia 36-50 tahun. "Saat ini semakin banyak orang muda menekuni profesi sebagai agen asuransi jiwa. Agen asuransi jiwa sudah mulai dicari oleh masyarakat sebagai pendamping dalam memberikan edukasi tentang perencanaan keuangan keluarga serta dilirik oleh generasi muda sebagai peluang karir yang menjanjikan," kata Hendrisman. Peningkatan jumlah agen juga sejalan dengan pertumbuhan total tertanggung. Hendrisman menyebutkan, pada kuartal pertama 2016, tercatat jumlah tertanggung individu mencapai 18 juta jiwa atau meningkat 10,5% dari tahun sebelumnya. "Hal ini menunjukkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap asuransi jiwa terus bertumbuh setiap tahunnya, dan hal ini tak lepas dari peran para agen dalam mengedukasi masyarakat akan pentingnya asuransi," ujar Hendrisman. Pengetahuan, keterampilan dan sikap profesional perlu terus diasah guna meningkatkan kompetensi agen. AAJI pun terus mengembangkan program Continous Professional Development (CPD program), yang merupakan program pelatihan bagi pengembangan agen. Program baru CPD telah diluncurkan sejak bulan Februari 2016.

Terkait Million Dollar Round Table atau MDRT, Hendrisman menegaskan asosiasi tentu sangat mengapresiasi adanya perkumpulan agen-agen profesional yang telah mampu mencetak nilai premi yang sangat luar biasa. "Kami berharap, para anggota MDRT ini bisa menularkan hal-hal positif kepada para agen lain untuk dapat terus meningkatkan profesionalisme sehingga pada akhirnya juga mampu mendongkrak nilai produksi yang dihasilkan. Asosiasi dan MDRT Indonesia, lanjut Hendrisman, akan berjalan seiringan, hand to hand untuk dapat menciptakan dan mencetak agen-agen profesional di masa mendatang. Sementara Aryani P. Razik, Country Chair MDRT Indonesia menjelaskan, Untuk menjadi anggota MDRT, memang diharuskan membayar biaya pendaftaran sebesar US$ 550. Selain itu juga seorang agen asuransi harus memenuhi target produksi premi. "Seorang agen asuransi harus berhasil mengumpulkan premi sebesar Rp544,79 juta untuk menjadi anggota MDRT. Sedangkan untuk masuk ke level yang lebih tinggi yakni court of the table, jumlah preminya harus mencapai Rp1,63 miliar. Dan, untuk menduduki level tertinggi yakni top of the table, seorang agen harus bisa mengumpulkan premi sebesar Rp3,26 miliar," urainya. Saat ini, lanjut Aryani, sebenarnya banyak agen asuransi jiwa yang sudah mencapai target premi namun tidak mendaftar sebagai anggota MDRT. Salah satunya dikarenakan minimnya informasi yang dimiliki mengenai keuntungan menjadi anggota MDRT. "Terkait jumlah agen asuransi jiwa di Indonesia yang menjadi anggota MDRT, posisi terakhir pada 2016 jumlahnya mencapai 928 orang. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan pada 2015 yang mencapai 860 anggota. Kalau dilihat dari trennya, jumlah agen asuransi yang menjadi anggota MDRT terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2012, jumlah anggota MDRT Indonesia mencapai 639 orang. Jumlah tersebut terus meningkat menjadi 656 orang pada 2013, 767 orang pada 2014 dan 860 orang pada 2015," sebutnya. Dibanding negara lain di kawasan Asia Tenggara, jumlah anggota MDRT di Indonesia menempati posisi ketiga. Posisi pertama ditempati oleh Philipina dengan 1.349 anggota dan posisi kedua Thailand dengan 1.199 anggota. Tahun lalu Indonesia menempati urutan ke dua. "Dalam tiga hingga lima tahun ke depan, jumlang anggota MDRT Indonesia ditargetkan bisa tumbuh konsisten sebesar 15-20% per tahun. Sedangkan, untuk tahun ini jumlahnya ditargetkan bisa mencapai lebih dari 1000 orang," harap Aryani. Dia menambahkan, saat ini fokus komite MDRT adalah sosialisasi MDRT pada perusahaan asuransi lokal. Karena banyak sekali agen perusahaan asuransi lokal yang sangat berpotensi untuk menjadi member MDRT. "Harapan saya dengan banyaknya agen perusahaan asuransi lokal yang menjadi member MDRT kita bisa bersaing dengan Piliphina dan Thailand. Tahun lalu Thailand berada di urutan ketiga setelah Indonesia. Sekarang naik ke urutan kedua. Saya berharap dan memang memungkinkan karena pangsa pasar di Indonesia ini yang sangatlah besar, Insya Allah Indonesia akan naik peringkatnya menjadi nomor satu di Asia Pasifik," pungkas Aryani. Guna mendukung upaya tersebut, Seminar MDRT Day 2016 juga kembali digelar dengan tema “Balance Life, Changing Lives” pada tanggal 25 Agustus 2016 bertempat di Kasablanka Ballrom, Mall Kota Kasablanka lantai tiga. Seminar yang digelar setiap tahun ini bertujuan untuk terus mendorong produktivitas dan profesionalisme agen asuransi jiwa sebagai financial planner yang handal di sektor asuransi. Chairman of MDRT Day 2016, Bonita Larope menjelaskan, setiap tahunnya, MDRT Day menghadirkan para pembicara, baik lokal maupun asing yang memberikan motivasi dan cerita-cerita inspiratif bagi para agen asuransi. Adapun pembicara yang akan hadir dalam MDRT Day 2016 sebagian besar merupakan para agen profesional yang telah menjadi anggota MDRT lebih dari 10 tahun. Para pembicara yang dimaksud

antara lain mulai dari level Pembicara Internasional, yakni Solomon Hicks (MDRT Life Member, 20 tahun COT, 17 tahun TOT), Stuart Shee Y K (MDRT Life Member), Adelia Chung (Mantan Presiden MDRT, 30 tahun MDRT Life Member, 24 tahun COT, 11 tahun TOT), dan Spencer Dung (Ast. VP Foresters, Financial Chariman of the Young, Advisors for NAIFA –California). Sementara pembicara lokal akan hadir, antara lain Imelda Fransisca (Miss Indonesia 2015), dan Elisabeth Meliana (Charimen of Cancer Awareness, Community Tongue Cancer). Selanjutnya, hadir pula untuk breathtaking sales idea, yakni Miliana (7 tahun MDRT member), Johan Fanggara (2 tahun MDRT member), dan Dr. Anita Jamin, (3 tahun MDRT member). "Para pembicara yang hadir akan memberikan dan berbagi kisah sukses mereka selama menjadi anggota MDRT. Mereka akan bicara mengenai perjalanan di bisnis asuransi jiwa, yang lalu, sekarang, dan kedepannya. Mereka juga akan berbagi mengenai apa yg menginspirasi mereka untuk menjadi sukses di bisnis ini," papar Bonita

20/08/2016 AAJI: 2016, Jumlah Agen Berlisensi Diharapkan Bisa Capai 650.000 Orang http://finansial.bisnis.com/read/20160820/215/576686/aaji-2016-jumlah-agen-berlisensi-diharapkan-bisa-capai-650.000-orang

Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menargetkan jumlah tenaga pemasar atau agen berlisensi mampu mencapai 650.000 orang hingga akhir 2016. Hendrisman Rahim, Ketua Umum AAJI, menyatakan hingga Juni 2016 sebanyak 513.000 ribu. Jumlah tersebut tercatat naik sebesar 13,7% dibandingkan pada 2015. Jumlah tersebut tercatat naik sebesar 13,7% dibandingkan pada 2015. Namun, jumlah tersebut masih jauh dari permintaan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mengkampanyekan 10 juta agen asuransi bersertifikasi. “Jumlah yang diharapkan OJK memang sangat besar. Tetapi kita punya rencana akhir tahun ini bisa mencapai 650.000 agen sudah tersertifikasi,” kata dia, Jumat (19/8/2016). Hendrisman menjelaskan agen masih menjadi penopang dalam industri asuransi jiwa di Indonesia. Pada kuartal I/2016, sekitar 43.9% dari total pendapatan premi industri asuransi jiwa nasional, yakni Rp 34,30 triliun, merupakan kontribusi jalur distribusi keagenan. Untuk itu, AAJI akan terus mendorong peningkatan jumlah dan memastikan kualitas serta profesionalitas tenaga pemasar. "Dengan pertumbuhan rata-rata jumlah agen dalam tiga tahun terakhir mencapai 19,9%, kami optimis jumlah agen akan terus meningkat dan lambat laut penetrasi asuransi pun akan meningkat," kata Hendrisman. Data AAJI per Juni menunjukkan sekitar 36% dari total agen tersertifikasi atau sekitar 182 ribu agen berusia 26-35 tahun. Sedangkan, sekitar 40% atau mencapai 204.000 berusia 36-50 tahun. "Saat ini, semakin banyak orang muda menekuni profesi sebagai Agen Asuransi Jiwa. Jasa perencanaan keuangan keluarga semakin dilirik oleh generasi muda sebagai peluang karir yang menjanjikan," jelasnya. Editor : Yusuf Waluyo Jati

19/08/2016 AAJI Targetkan 650.000 Agen Asuransi Jiwa Berlisensi di 2016 http://finance.detik.com/read/2016/08/19/141543/3278954/5/aaji-targetkan-650000-agen-asuransi-jiwa-berlisensi-di-2016

Jakarta -Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat jumlah agen asuransi jiwa bersertifikat hingga Juni 2016 sebanyak 513.000. Angka tersebut masih jauh dari permintaan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mengkampanyekan 10 juta agen asuransi tersertifikasi. Untuk mencapai target yang telah ditentukan OJK, AAJI menargetkan ada 650.000 agen asuransi jiwa bersertifikat hingga akhir tahun ini. Artinya, masih ada ruang sebesar 137.000 agen bersertifikat hingga akhir 2016. "Jumlah yang diharapkan OJK memang sangat besar, tetapi kita punya rencana akhir tahun ini bisa mencapai 650.000 agen sudah tersertifikasi," kata Ketua Umum AAJI, Hendrisman Rahim saat konferensi pers MDRT Day 2016 di Rumah AAJI, Kebon Melati, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jumat (19/8/2016). Dia menjelaskan, agen masih menjadi penopang dalam industri asuransi jiwa di Indonesia. Pada Kuartal I-2016, dari total premi yang berhasil dikumpulkan oleh industri asuransi jiwa nasional sebesar Rp 34,30 triliun, sekitar 43,9% di antaranya merupakan kontribusi dari para agen asuransi. Untuk itu, AAJI akan terus mendorong peningkatan jumlah tenaga pemasaran berlisensi serta memastikan kualitas dan profesionalitas para agen. "Dengan pertumbuhan rata-rata jumlah agen dalam tiga tahun terakhir mencapai 19,9%, kami optimis jumlah agen akan terus meningkat dan lambat laut penetrasi asuransi pun akan meningkat," ujar Hendrisman. Berdasarkan data yang terkumpul di AAJI, sampai dengan Juni 2016 jumlah agen asuransi jiwa berlisensi mencapai 513.000 orang. Jumlah tersebut tercatat naik sebesar 13,7% dibandingkan pada 2015. Dari total agen tersertifikasi itu, 36% atau sekitar 182.000 orang merupakan agen dengan rentang usia 26-35 tahun dan 40% atau sekitar 204.000 dengan usia 36-50 tahun. "Saat ini, semakin banyak orang muda menekuni profesi sebagai Agen Asuransi Jiwa. Agen asuransi jiwa

sudah mulai dicari oleh masyarakat sebagai pendamping dalam memberikan edukasi tentang perencanaan keuangan keluarga serta dilirik oleh generasi muda sebagai peluang karir yang menjanjikan," tutur Hendrisman. Peningkatan jumlah agen juga sejalan dengan pertumbuhan total tertanggung. Hendrisman menyebutkan, pada kuartal I-2016, tercatat jumlah tertanggung individu mencapai 18 juta jiwa atau meningkat 10,5% dari tahun sebelumnya. "Hal ini menunjukkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap asuransi jiwa terus bertumbuh setiap tahunnya, dan hal ini tak lepas dari peran para agen dalam mengedukasi masyarakat akan pentingnya asuransi," ujar Hendrisman. Ardan Adhi Chandra

19/08/2016 Ingin Ikut Asuransi Jiwa, Ini Tipsnya Agar Tak Tertipu http://finance.detik.com/read/2016/08/19/153219/3279036/5/ingin-ikut-asuransi-jiwa-ini-tipsnya-agar-tak-tertipu

Jakarta -Kebutuhan akan perlindungan diri terhadap hal yang tidak diinginkan semakin tinggi. Risiko kecelakaan dan kematian bisa terjadi kapan saja bahkan di saat dana untuk menanggung hak tersebut tidak mencukupi. Maka kebutuhan untuk terdaftar menjadi nasabah asuransi jiwa menjadi kebutuhan yang amat penting saat ini. Berbagai asuransi jiwa di Indonesia pun hadir menawarkan berbagai keunggulannya masing-masing dengan premi atau biaya iuran yang beragam. Masyarakat pun dituntut untuk memahami produk dan perusahaan asuransi yang terbaik agar tidak mengalami kerugian di kemudian hari. Terlebih lagi, belakangan ini hadir produk asuransi jiwa yang terhubung dengan investasi yang dapat ditarik dananya dalam periode tertentu jika tidak ada klaim. Ketua Umum Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), Hendrisman Rahim menyebutkan beberapa hal yang harus diketahui sebelum mendaftar menjadi nasabah asuransi jiwa. Pertama, calon nasabah harus mengenali agen yang menawarkan produk. Masyarakat diminta untuk melibatkan feeling saat agen menawarkan produk asuransi jiwa. Seorang agen yang berasal dari perusahaan asuransi terdaftar akan secara detail menjelaskan varian produk asuransi jiwa kepada calon nasabah. Jika agen yang menjual produk asuransi mampu meyakinkan diri anda untuk ikut membeli produk asuransi maka bergabunglah. "Ini channel distribusi macam-macam, bisa melalui bancassurance, bisa melalui agen, bisa melalui direct selling. Kita melihatnya bagaimana kita beli, satu bagaimana orang itu datang ke kita. Dia pasti akan mencoba memenuhi kebutuhan kita. Kalau anda bertemu dengan agen, kalau dia bisa meyakinkan anda bahwa apa yang disampaikan sesuai dengan keperluan saya, do it," jelas Ketua Umum AAJI, Hendrisman Rahim saat konferensi pers MDRT Day 2016 di Rumah AAJI, Kebon Melati, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jumat (19/8/2016). Calon nasabah juga diminta untuk aktif bertanya mengenai beragam produk asuransi yang ditawarkan. Seorang agen asuransi yang asli akan menjelaskan hingga calon nasabah mengerti produk-produk

asuransi. Selain itu, calon nasabah juga diminta aktif mencari informasi secara lengkap terkait lembaga asuransi yang menaungi agen tersebut. "Jadi pastikan kalau anda beli dari agen, pastikan agen itu menjelaskan dengan clear. Produknya segala macam dengan clear. Lembaga asuransinya juga harus jelas, kalau belum jelas bisa mencari informasi lewat internet. Ini sebenarnya follow your move," kata Hendrisman. "Tetapi kalau agen sudah berani menjual kepada anda berarti dia punya background perusahaan yang bagus," tambahnya. Langkah-langkah tersebut perlu dilakukan sebelum memutuskan untuk membeli produk asuransi jiwa. Terlebih lagi saat ini produk asuransi bisa digunakan sebagai lahan investasi dan dapat ditarik dananya dalam periode tertentu. Asuransi saat ini tak lagi hanya menjadi fasilitas pelindung diri, juga sebagai sarana investasi masa depan. Ardan Adhi Chandra

19/08/2016 513.000 Orang Jadi Agen Asuransi Jiwa di RI http://finance.detik.com/read/2016/08/19/134045/3278904/5/513000-orang-jadi-agen-asuransi-jiwa-di-ri

Jakarta - Kebutuhan masyarakat terhadap perlindungan kesehatan lewat asuransi terus meningkat setiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya jumlah agen asuransi jiwa di Indonesia pada kuartal I-2016, naik sebesar 13,7% mencapai 513.000 agen. Peningkatan jumlah agen asuransi jiwa di Indonesia belakangan ini dianggap sebagai peluang bisnis yang menjanjikan karena mulai banyak masyarakat yang peduli akan kesehatannya. Selain itu, persepsi agen asuransi jiwa sebagai sales yang terkesan kurang menjanjikan dari segi profesi perlahan memudar. Hal ini diungkapkan oleh Ketua Umum Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), Hendrisman Rahim saat konferensi pers Million Dollar Round Table (MDRT) Day 2016 di Rumah AAJI, Kebon Melati, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jumat (19/8/2016). "Dari sisi jumlah kemi mencatat agen 513.000 orang atau naik 13,7% dibandingkan kuartal-2015. Agen asuransi jiwa dicari masyarakat sebagai peluang karir juga menjanjikan. Persepsi agen sebagai sales lambat laun pudar," terang Hendrisman. Hendrisman menambahkan bahwa pertumbuhan jumlah agen asuransi jiwa dalam tiga tahun terakhir mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Tercatat terjadi lonjakan jumlah agen asuransi jiwa sebesar 19,9%. Hadirnya agen asuransi jiwa juga dinilai sebagai representatif dari asuransi jiwa dalam mengedukasi masyarakat tentang pentingnya kesehatan. "Peran para agen dalam mengedukasi masyarakat sangat penting. Pertumbuhan jumlah agen asuransi rata-rata 19,9% dalam 3 tahun terakhir," tutur Hendrisman. Untuk memenuhi kebutuhan jumlah agen asuransi jiwa di dalam negeri, AAJI terus berupaya menjaring para agen lebih banyak lagi agar mampu mengedukasi masyarakat tentang pentingnya kesehatan. Jumlah premi yang terhimpun dari para agen asuransi jiwa juga terbilang tumbuh positif setiap tahunnya. "Kami berupaya meningkatkan proporsional agen. Kami mencatat premi yang luar biasa positif," kata Hendrisman. Pihaknya menambahkan bahwa jumlah agen asuransi jiwa di Indonesia masih didominasi oleh usia 36-50

tahun sebesar 40% atau sekitar 204.000, sedangkan jumlah agen asuransi jiwa yang berusia 26-35 tahun tercatat sebesar 36% atau 182.000 agen. Ikut Organisasi Ini, Agen Asuransi Jiwa Bisa Berguru dengan Ahli Asuransi Dunia Jumlah agen asuransi jiwa di Indonesia hingga saat ini tercatat lebih dari 513.000 orang dengan jumlah usia dari 26-50 tahun. Angka ini mengalami peningkatan lebih dari 13,7% dibandingkan periode yang sama di tahun lalu. Namun seluruh agen asuransi jiwa berlisensi tersebut baru sebagian kecil saja yang tergabung dalam organisasi internasional tertinggi di bidang asuransi dan keuangan Million Dollar Round Table (MDRT) yaitu 928 orang saja. Tentu jumlah agen asuransi jiwa Indonesia yang tergabung dalam MDRT meningkat sebesar 7,9% dari 860 anggota di tahun lalu. Dengan demikian Indonesia masuk ek dalam peringkat 3 besar di kawasan Asia Tenggara. Dengan menjadi anggota MDRT, para agen asuransi dapat terhubung dengan para profesional asuransi dan industri keuangan lainnya. Mereka dapat saling berbagi pengalaman ke lebih dari 44.000 agen asuransi dan keuangan dari 77 negara di dunia. "Saat ini keanggotaan MDRT global mencapai 44.000 profesional bidang jasa asuransi jiwa dan finansial yang berasal dari 450 perusahaan dari 77 negara di dunia. Keanggotaan MDRT diakui secara internasional sebagai standar mutu tinggi di dunia jasa asuransi jiwa dan finansial," terang Country Chair MDRT Indonesia, Aryani P. Razik. Dengan menjadi anggota MDRT, para agen asuransi dapat langsung belajar dari pengalaman para ahli asuransi dari berbagai dunia. Sehingga para agen asuransi di Indonesia khususnya dapat mengambil ilmu dari pelaku asuransi dari 77 negara untuk menjaring lebih banyak nasabah asuransi. "Kelebihan menjadi anggota MDRT bisa dapat first idea dari praktisi langsung, Member juga bisa ikutan annual meeting, bisa terhubung dengan top leader dan top producer lintas dunia. Jadi member MDRT bisa belajar dengan mentor siapapun," tutur Aryani. Dirinya menargetkan ada 1.000 agen asuransi jiwa yang dapat bergabung dengan MDRT di tahun ini. Hingga pertengahan tahun 2016, jumlah anggota MDRT Indonesia sudah mencapai 928 orang. Untuk mencapai target tersebut, MDRT Indonesia rutin menggelar sosialisasi pentingnya tergabung dalam MDRT ke perusahaan asuransi. "3 sampai 5 tahun pertumbuhan MDRT 15% sampai 20% per tahun. Tahun ini target lebih dari 1000 anggota. Sosialisasi MDRT ke perusahaan lokal," kata Aryani. Adapun syarat untuk menjadi anggota MDRT, seorang agen asuransi perlu mengantongi premi dari penjualan pribadi sebesar Rp 544.788.200, akumulasi premi pertama per tahun. Sementara itu, untuk masuk ke dalam kualifikasi yang lebih tinggi yaitu Court of The Table (COT) dan Top of The Table (TOT), seorang agen harus mengumpulkan premi masing-masing sebesar RP 1.634.364.600 dan Rp 3.268.884.800 per tahunnya.

MDRT Day 2016 Akan Digelar MDRT Indonesia menargetkan ada 1.000 agen asuransi yang tergabung dalam MDRT. Sejalan dengan itu, Seminar MDRT Day 2016 juga akan kembali digelar dengan tema "Balance Life, Changing Lives" pada tanggal 25 Agustus 2016 di Kasablanka Ballrom, Mall Kota Kasablanka lantai 3. "Konsep itu yang akan kita angkat dari tema MDRT Day tahun ini. Tidak hanya fokus finance, karir juga, education, financial, charity, dan service. Memberikan kehidupan lebih seimbang," tutur Chairman of MDRT Day 2016, Bonita Larope. Adapun pembicara yang akan hadir dalam MDRT Day 2016 sebagian besar merupakan para agen profesional yang telah menjadi anggota MDRT lebih dari 10 tahun. Para pembicara yang dimaksud antara lain mulai dari level pembicara internasional, yakni Solomon Hicks (MDRT Life Member, 20 tahun COT, 17 tahun TOT), Stuart Shee Y K (MDRT Life Member), Adelia Chung (Mantan Presiden MDRT, 30 tahun MDRT Life Member, 24 tahun COT, 11 tahun TOT), dan Spencer Dung (Ast. VP Foresters, Financial Chariman of the Young, Advisors for NAIFA –California). Sementara pembicara lokal akan hadir, antara lain Miss Indonesia 2015, Imelda Fransisca dan Chairman of Cancer Awareness, Community Tongue Cancer, Elisabeth Meliana. Selanjutnya, hadir pula untuk breathtaking sales idea, yakni Miliana (7 tahun MDRT member), Johan Fanggara (2 tahun MDRT member), dan Dr. Anita Jamin, (3 tahun MDRT member). "Para pembicara yang hadir akan memberikan dan berbagi kisah sukses mereka selama menjadi anggota MDRT. Mereka akan bicara mengenai perjalanan di bisnis asuransi jiwa, yang lalu, sekarang, dan ke depannya. Mereka juga akan berbagi mengenai apa yg menginspirasi mereka untuk menjadi sukses di bisnis ini," papar Bonita. Ardan Adhi Chandra

Bisnis Indonesia – 20/08/2016, hal. 4 (Berita Photo) Profesionalisme Agen

Harian Kontan – 20/08/2016, hal. 11 Pemisahan Unit Syariah Manulife Tertunda

20/08/2016 Pemisahan Unit Syariah Manulife Tertunda http://keuangan.kontan.co.id/news/pemisahan-unit-syariah-manulife-tertunda

JAKARTA. Rencana PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia melakukan pemisahan alias spin-off unit usaha syariah (UUS) tertunda. Masalah kepemilikan saham jadi alasan penundaan spin-off. Moch. Muchlasin, Direktur Industri Keuangan Non Bank (IKNB) Syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK), mengatakan, aturan main soal batas kepemilikan asing di perusahaan asuransi sebesar 80% yang menunda rencana spin-off UUS Manulife. Perusahaan asuransi asal Kanada ini mesti menunggu penerbitan peraturan pemerintah (PP) sebagai produk turunan Undang-Undang Perasuransian. "Sampai saat ini yang proses spin-off-nya berjalan mulus hanya asuransi lokal," ucap Muchlasin, Jumat (19/8). OJK menargetkan Agustus ini segera memberikan izin spin-off UUS PT Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera. Ini berarti, ada dua perusahaan asuransi syariah resmi beroperasi secara penuh pada tahun ini. Keduanya adalah Jasindo Syariah yang beroperasi Mei lalu dan AJB Bumiputera Syariah yang ditargetkan September nanti. Sementara pemisahan UUS Manulife tertunda setelah sejak tahun 2014 lalu menyiapkan rencana spin-off unit syariah. Indren S. Naidoo, Presiden Direktur and Chief Executive Officer Manulife Indonesia, membenarkan, penundaan spin-off UUS karena menunggu aturan pemerintah. "Kami sebenarnya sudah siap untuk spin-off. Bisnis syariah terus berjalan dan kami terus meningkatkan bisnis melalui bank partner," ujarnya. OJK pun mengingatkan kembali perusahaan asuransi untuk menyerahkan peta jalan dalam rencana pemisahan UUS. Dalam roadmap itu, perusahaan asuransi yang memiliki UUS harus menuliskan rencana bisnis dan jangka waktu spin-off. Paling lambat 2017 mendatang, perusahaan asuransi harus sudah menyerahkan peta jalan UUS. Sebagai info, regulator sektor keuangan memberi batas waktu pemisahan unit usaha syariah dari induk bisnis konvensional paling lambat pada 17 Oktober 2024. Ini sesuai Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian yang menyebutkan, spin-off maksimal 10 tahun sejak beleid berlaku. Rencananya OJK tahun depan menerbitkan peraturan yang mengatur skala bisnis perusahaan asuransi syariah, pasar yang akan digarap, serta modal minimum usaha syariah. Peraturan OJK lainnya bakal mengatur tingkat kesehatan dan tata kelola perusahaan. Hingga Juni lalu, 19 perusahaan asuransi syariah telah beroperasi penuh.

19/08/2016 Unit Usaha Syariah Manulife Tunda Spin Off http://keuangan.kontan.co.id/news/unit-usaha-syariah-manulife-tunda-spin-off

JAKARTA. Rencana PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia melakukan pemisahan atau spin off unit usaha syariah (UUS) tertunda. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut persoalan kepemilikan saham menjadi alasan penundaan spin off. Moch. Muchlasin, Direktur Industri Keuangan Non Bank (IKNB) Syariah mengakui aturan batas kepemilikan asing perusahaan asuransi sebesar 80% sesuai UU Perasuransi membuat Manulife menunda spin off. Ia menyebut saat ini Manulife masih menunggu putusan Peraturan Pemerintah (PP) sebagai turunan UU Perasuransian yang membatasi kepemilikan asing maksimal sebesar 80%. "Sampai saat ini yang proses spin off berjalan mulus hanya untuk asuransi lokal," ucap Muchlasin pada Jumat (19/8). OJK menargetkan Agustus ini segera memberikan izin spin off UUS PT Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera. Artinya, dua perusahaan asuransi syariah resmi beroperasi secara penuh pada tahun ini yakni: Jasindo Syariah yang beroperasi Mei lalu dan AJB Bumi Putera Syariah yang ditargetkan September mulai beroperasi. Sementara, Manulife tertunda setelah sejak tahun 2014 telah menyiapkan rencana spin off. Indren S. Naidoo, Presiden Direktur and Chief Executive Officer Manulife Indonesia menegaskan, hanya tinggal menunggu aturan dari pemerintah. Perusahaan asuransi ini terutama menunggu untuk aturan kepemilikan saham dari perusahaan asuransi untuk merealisasikan spin off. "Kami sebenarnya sudah siap untuk spin off. Bisnis syariah terus berjalan dan kami terus meningkatkan bisnis syariah lewat bank partner," ucap Indren.

19/08/2016 FWD Bikin Asuransi Buat Pecinta Olahraga Ekstrem http://keuangan.kontan.co.id/news/fwd-bikin-asuransi-buat-pecinta-olahraga-ekstrem

DENPASAR. Para pecinta olahraga ekstrem kini bisa semakin bebas berekspresi. Guna meredam risiko kegiatan pemicu adrenalin tersebut, FWD Life Indonesia (FWD Life) kini menawarkan asuransi bertajuk "Bebas Aksi" yang dijual lewat ecommerce. Dengan membayar uang premi mulai dari Rp 50.000, nasabah bisa mendapatkan uang pertanggungan meninggal dunia akibat kecelakaan mulai dari Rp 100 juta hingga Rp 1 miliar. Selain itu, nasabah pun bisa membeli asuransi tambahan, bagi perlindungan cacat permanen total, sebagian dan penggantian biaya medis. Nasabah hanya perlu mengisi formulir secara online, dengan banyak pilihan cara pembayaran. Registrasi pembelian asuransi ini bisa diakses melalui situsnya. Rudi Kamdani, CEO FWD Life Indonesia mengatakan, FWD berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat dari berbagai sisi. "Lewat cara ini juga, masyarakat akan teredukasi mengenai pentingnya berasuransi," tutur Rudi, Kamis (18/8). Meski berisiko tinggi, tetap saja ada rambu-rambu agar manfaat asuransi ini bisa dipetik. Seperti misalnya, nasabah tidak merencanakan aksi bunuh diri. Rudi optimistis asuransi bebas aksi bisa menjadi pilihan masyarakat. Sebab hingga saat ini, asuransi serupa hanya ditawarkan oleh perusahaan asuransi di luar negeri. Pilihan asuransi yang unik merupakan salah satu upaya FWD Life membidik jumlah nasabah tahun ini sebayak 300.000 nasabah dan satu juta hingga akhir 2017. Hingga Juli 2016, total nasabah FWD Life berdasarkan di kisaran 130.000an orang. Adalah tahu saja hingga Juli 2016, total premi FWD Life sudah tumbuh dua kali lipat, menjadi sekitar Rp 110 miliar, dari jumlah premi akhir 2015. "Tahun ini kami memiliki target pertumbuhan premi hingga tiga kali lipat," imbuh Paul.

19/08/2016 FWD Rambah Pasar Asuransi Di Bali http://keuangan.kontan.co.id/news/fwd-rambah-pasar-asuransi-di-bali

FWD Life Indonesia (FWD Life) melebarkan jejaring bisnisnya dengan pembukaan kantor pemasaran di Bali. Ini merupakan salah satu upaya FWD Life menggaet satu juta nasabah, hingga akhir tahun 2017 mendatang. Ini sekaligus menjadi kantor pemasaran kelima di Indonesia. Empat kantor pemasaran FWD Life yang sudah ada sebelumnya berlokasi di Jakarta, Semarang, Bandung dan Surabaya. Rudi Kamdani, Presiden Direktur FWD Life menyebut, dengan jumlah 4,1 juta penduduk, Bali memiliki potensi yang bagus. "Apalagi baru 20% masyarakat Bali yang memiliki asuransi," ujar Rudi saat meresmikan pembukaan kantor pemasaran di Denpasar, Jumat (19/8). Tidak hanya itu saja, perekonomian Bali yang tumbuh sebesar 6%-7% juga menjadi alasan. Pertumbuhan ekonomi Bali lebih besar dari total pertumbuhan ekonomi nasional. Hingga saat ini, FWD sudah merekrut 200 agen, dari target 500 agen di Bali hingga akhir 2016. Adapun tahun depan, perusahaan asuransi anak usaha FWD Group ini membidik pertumbuhan agen dua kali lipat menjadi 1.000 orang. Bicara soal premi, target tahun ini dari Bali saja dipatok sebesar Rp 5 miliar. "Tahun depan kami targetkan tumbuh dua kali lipat," imbuh Hendra Thanwijaya, Director & Chief Agency Officer FWD Life. Setelah Bali, manajemen FWD Life membidik pembukaan dua kantor pemasaran lagi hingga akhir tahun 2016. Dua kota yang diincar adalah Medan dan Palembang. Adapun total target perolehan premi hingga akhir tahun ini mencapai tiga kali lipat dari total premi di akhir tahun 2015. Hingga Juli 2016, total premi sudah mencapai Rp 110 miliar. Sementara total target perekrutan agen hingga 2016 FWD Life berjumlah 300.000 orang. Hingga Juli 2016, total agen FWD Life tercatat sebayak 135.000 orang.

WARTAEKONOMI 19/08/2016 FWD Life Buka Kantor Pemasaran di Bali http://wartaekonomi.co.id/read/2016/08/19/110480/fwd-life-buka-kantor-pemasaran-di-bali.html

PT FWD Life Indonesia (FWD Life) hari ini, Jumat (19/8/2016), secara resmi membuka kantor pemasaran pertama di luar Pulau Jawa, di Denpasar, Bali. Kantor pemasaran ini merupakan salah satu strategi pengembangan bisnis melalui ekspansi geografis guna mencapai aspirasi perusaaan untuk menjangkau satu juta masyarakat Indonesia pada tahun 2017. Presiden Direktur FWD Life Rudi Kamdani mengatakan, FWD Life telah mencatat pertumbuhan bisnis yang positif sejak pertama berdiri pada tahun 2014. Hal ini memicu kebutuhan perusahaan untuk terus melakukan ekspansi di beberapa kota besar, salah satunya Denpasar. "FWD Life ingin mengubah cara pandang masyarakat Indonesia tentang asuransi dan kami berharap kehadiran kami di Bali dapat mendukung komitmen kami untuk menyediakan pengalaman konsumen yang baru, dengan produk yang mudah dipahami, didukung teknologi digital," ujar Rudi. Denpasar merupakan kantor pemasaran kelima, setelah sebelumnya FWD Life telah membuka kantor pemasaran di Jakarta, Surabaya, Semarang, dan Bandung. Dengan hadirnya FWD Life di Denpasar, FWD Life berharap perusahaan dapat membuka pintu gerbang dalam menjangkau sekitar 4,1 juta penduduk di Bali. Namun dibandingkan dengan jumlah penduduk, berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di tahun 2015, hanya 20% penduduk Bali yang memiliki asuransi. "Melihat potensi pasar yang besar, FWD Life berharap dengan pendekatan digital perusahaan dapat memaksimalkan peluang dan potensi pasar ini dengan menyediakan berbagai produk dan layanan asuransi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat Bali. Dengan mengedepankan berbagai inovasi digital, meningkatkan pelatihan agen dengan lebih baik, FWD Life terus mendukung agen dalam melakukan pendekatan yang lebih baik dengan nasabah potensial. Konsep baru ini penting dalam memproyeksikan kepemimpinan FWD Life sebagai asuransi digital yang sesungguhnya di Indonesia," jelas Rudi. Sementara itu Hendra Thanwijaya, Director & Chief Agency Officer FWD Life, menjelaskan FWD Life mengutamakan teknologi yang dapat mendukung berbagai aktifitas para agen. "Pengetahuan mengenai teknologi dan digital merupakan basis utama bagi para agen kami agar mereka dapat menjalankan tugasnya secara maksimal dalam melayani nasabah FWD Life yang sebagian besar merupakan masyarakat berjiwa muda di usia produktif dan technology savvy," ujar Hendra. Selain potensi pasar yang menjanjikan, hasil survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari 2015 menunjukkan kondisi ketenagakerjaan di Bali tergolong cukup baik. Dari sekitar 3,1 juta penduduk usia kerja, sebanyak 2,5 juta orang tergolong sebagai angkatan kerja. Dengan kata lain, tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) di Bali mencapai 78,9%. "Hal tersebut akan memberikan peluang bagi Perusahaan dalam membuka lapangan pekerjaan sekaligus memperkuat tim keagenannya yang saat ini sudah mencapai lebih dari 3.000 agen berlisensi," tambah Hendra.

Investor Daily – 22/08/2016, hal. 19 (Berita Photo) Kantor Pemasaran FWD

Bisnis Indonesia – 20/08/2016, hal. 5 (Berita Photo) Buka Cabang di Bali

Investor Daily – 22/08/2016, hal. 11 BI Revisi Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Jadi 4,9%