evaluasi program bantuan departemen...
TRANSCRIPT
EVALUASI PROGRAM BANTUAN DEPARTEMEN KELAUTAN
DAN PERIKANAN TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN
PEMBUDIDAYA RUMPUT LAUT (Eucheumacottoni)
DI KABUPATEN BANTAENG
AN EVALUATION ON AID PROGRAM OF MARITIME AND
FISHERY DEPARTMENT FOR THE IMPROVEMENT OF THE
INCOME OF SEAWEED (Eucheumacottoni) FARMERS
IN BANTAENGREGENCY
FARHANAH WAHYU
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
EVALUASI PROGRAM BANTUAN DEPARTEMEN KELAUTAN
DAN PERIKANAN TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN
PEMBUDIDAYA RUMPUT LAUT (Eucheumacottoni)
DI KABUPATEN BANTAENG
TESIS
Sebagai Salah SatuSyarat Untuk Mencapai Gelar Magister
Program Studi
Ilmu Perikanan
Disusun dan diajukan oleh
FARHANAH WAHYU
kepada
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang bertanda tangan di bawahini
Nama : FARHANAH WAHYU
Nomor mahasiswa : P3300211 413
Program Studi : Ilmu Perikanan
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-
benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan
tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat
dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil karya orang lain,
Saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Makassar, 20Agustus 2013
Yang menyatakan,
Farhanah Wahyu
MOTTO PENULIS
Ilmu Itu Adalah Mahkotanya Orang Beriman,
Tanpa Iman, Ilmu Tidak Berarti
Dan Tanpa Mahkota Tidak Kan Dimuliakan.
Ilmu Itu Adalah Wadah Antara Kebenaran Dan Kepalsuan, Tanpa
Ilmu, Letak Kebenaran Dan Kepalsuan Hanya Sebatas Kata Tanpa
Makna.
Jangan Mengejar Ilmu Untuk Dihargai Dan Dihormati
Jangan Mengejar Ilmu tuk Gelar Dan Jabatan
Akan Tetapi, Jadikanlah Ilmu Yang Memuliakan Kita
Karena Apalah daya Gelar Dan Jabatan Jika Kita Tak Sanggup Memantaskan Diri
Kita Untuk Memilikinya!!!
“Yaa Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMU, jangan sampai aku
sesat atau disesatkan (oleh setan atau orang yang berwatak setan),
berbuat kesalahan atau disalahi, menganiaya atau dianiaya (orang), dan
berbuat bodoh atau dibodohi”.aamiin….
(Riwayat Imam Abu Daud, Imam at Tirmidzi)
“If Allah is all you have, you have all you need”
_farhanah wahyu_
PRAKATA
Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT, pemilik segala kesempurnaan, segala ilmu dan kekuatan yang tak
terbatas, yang telah memberikan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan tesis ini.
Gagasan yang melatari tajuk permasalahan tesis Evaluasi Program
Bantuan Departemen Kelautan dan Perikanan Terhadap Peningkatan
Pendapatan Pembudidaya Rumput Laut (Euchema cottoni) di Kabupaten
Bantaeng adalah masyarakat di sepanjang pesisir Kabupaten Bantaeng
umumnya bekerja sebagai pembudidaya rumput laut, yang perkembangan
perikanan budidaya tersebut sejalan dengan adanya program DKP dalam
membantu pengembangan dan peningkatan pendapatan mereka.
Banyak kendala yang dihadapi oleh penulis dalam rangka penyusunan
tesis ini, namun Alhamdulillah berkat bantuan dari berbagai pihak baik berupa
doa dan tenaga maka tesis ini dapat selesai tepat waktu. Dalam kesempatan ini
penulis dengan tulus menyampaikan terima kasih kepada keluargaku tercinta
abah H.Wahyudin Thahir, dan umi Hj. Hudriah Harun beserta adik-adikku
Thalhah (alm), Muhtadin, Adnan dan Aqidatul Izzah. Terima kasih pula yang
sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Ir. Aris Baso, M.Si. selaku Ketua Komisi
Penasehat dan Prof. Dr. Ir. Sutinah Made, M.Si. selaku Anggota Komisi
Penasehat atas bimbingannya dalam penyempurnaan tesis ini. Terima kasih
juga penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Rajuddin Syamsuddin,M.Sc.,
Bapak Dr. Andi Adri Arief, S.Pi, M.Si, dan Ibu Dr. Ir. Hj. Mardiana E.Fachry,
M.Si. selaku penguji yang senantiasa bersedia memberikan masukan dan
saran untuk penyempurnaan tesis ini. Terima kasih juga penulis sampaikan
kepada Ir. Amriani M.Si dan Dwi Ratna S.Pi. dari Dinas Kelautan dan Perikanan
Kab. Bantaeng yang telah banyak membantu dalam rangka pengumpulan data
dan informasi. Terima kasih kepada kanda Arni, kanda Rianty, Bu’yusriani dan
teman-teman seperjuangan mahasiswa Program Pascasarjana Sarjana Ilmu
Perikanan Angkatan 2011, dan penulis ucapkan pula terima kasih kepada
mereka yang namanya mohon maaf tidak tercantum tetapi telah banyak
membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.
Akhir kata, meskipun penulis telah bekerja dengan maksimal tentunya
tesis ini tidak luput dari kekurangan. Harapan penulis kiranya tesis ini dapat
memberikan manfaat tambahan ilmu kepada pembacanya dan semoga Allah
SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.
Aamiin.
Makassar, Agustus 2013
Farhanah Wahyu
ABSTRAK
FARHANAH WAHYU. Evaluasi Program Bantuan Departemen Kelautan dan
Perikanan Terhadap Peningkatan Pendapatan Pembudidaya Rumput Laut (Eucheuma cottoni) di Kabupaten Bantaeng (dibimbing oleh ArisBaso dan Sutinah Made).
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi mekanisme atau prosedur
program bantuan DKP, menganalisis pengaruh program bantuan, dan mengevaluasi program tepat sasaran, tepat jumlah dan tepat waktu pelaksanaan program bantuanDKP.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai April 2013, di Kabupaten Bantaeng. Lokasi penelitian ini dipilih dengan sengaja (purposive) bahwa daerah tersebut merupakan daerah pengembangan usaha budidaya rumput laut (E. cottonii) dan sebagai sentra produksi rumput laut di Sulawesi Selatan.dengan menggunakan metode analisis data kuantitatif, kualitatif dan AHP.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mekanisme masing-masing program memiliki prosedur yang berbeda-beda, dengan hasil pendapatan rata-rata kelompok pembudidaya pada program bantuan APBD-TK I mengalami tingkat pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan program bantuan DKP lainnya. Berdasarkan hasil AHP menunjukkan bahwa sasaran bantuan program bantuan DKP terhadap pembudidaya masih kurang efektif disebabkan kurangnya pengawasan dan pendampingan langsung oleh DKP kepada pembudidaya rumput laut mengenai prosedur program bantuan. Namun, mengenai ketepatan jumlah dan ketepatan waktu penyaluran program pada kelompok pembudidaya yang sudah menerima bantuan menunjukkan hasil AHP yang efesien.
Kata kunci: Evaluasi, Program, DKP, Pendapatan, Pembudidaya rumput laut.
ABSTRACT
FARHANAH WAHYU. An Evaluation on Aid Program of Maritime and Fishery Department for the Improvement of the Income of Seaweed (Eucheumacottoni) Farmers.(supervised by Aris Baso and Sutinah Made).
The aims of research are to evaluate the mechanism or procedure of aid program of Maritime and Fishery Department, to analyze the influence of aid program, and to evaluate the program regarding the appropriateness of target, the appropriateness of number, and punctuality of the implementation of aid program of Maritime and Fishery Department.
The research was conducted in Bantaeng Regency from March to April 2013. The research location was selected purposively in that the area was a center of seaweed (Eucheuma cottoni) and as the center of seaweed production in South Sulawesi. The data were analyzed using quantitative, qualitative, and AHP methods.
The results of the research indicate that mechanism of each program has different procedures in which the average income of farmer groups of the aid program of Kindergarten I Budget has a higher income than the income of aid programs of other Maritime and Fishery Departments. The result of AHP indicates that the target of aid program of Maritime and Fishery Department for the cultivation is still less effective because of the lack of control and direct assistance by Maritime and Fishery Department to farmers of seaweed about the procedure of air program. However, regarding the appropriate number and punctuality of program distribution to farmer groups that have accepted the aid, it is indicated that AHP is efficient.
Key words: evaluation, program, Maritime and Fishery Department, income,
farmers of seaweed.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................
HALAMAN PENGAJUAN ......................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................
PERNYATAAN KEASLIAN .....................................................................
MOTTO PENULIS ..................................................................................
PRAKATA ...............................................................................................
ABSTRAK ...............................................................................................
DAFTAR ISI ...........................................................................................
DAFTAR TABEL ....................................................................................
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................
B. Rumusan Masalah ...............................................................
C. Tujuan penelitian ..................................................................
D. Kegunaan Penelitian ............................................................
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Evaluasi Program .....................................................
B. Aspek Kehidupan Masyarakat Pesisir ....................................
C. Konsep Pemberdayaan Masyarakat Pesisir........................
D. Pembangunan Pemerintah Dalam Pemberdayaan Masyarakat Pesisir ......................................
E. Program Bantuan DKP ..........................................................
F. Pengembangan Budidaya RL ................................................
G. Pendapatan ...........................................................................
H. Kerangka Pikir .......................................................................
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian ...........................................................
B. Waktu dan Lokasi Penelitian .................................................
C. Populasi dan Teknik Sampel .................................................
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................
E. Metode Analisis Data .............................................................
F. Analisis Pengolahan Data ......................................................
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah Program Bantuan
DKP Terhadap Pembudidaya RL ..........................................
B. Prosedur penerimaan bantuan
program bantuan DKP .........................................................
C. Pengaruh tingkat pendapatan, kelayakan usaha (R/C)
Ratio dan efesiensi pemasaran pembudidaya RL .................
D. Evaluasi program saluran bantuan dalam tepat
sasaran, tepat waktu dan tepat jumlah..................................
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ...........................................................................
B. Saran .....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Daftar nama kelompok pembudidaya RL yang menerima program bantuan DKP ........................................... 2. Hasil rata-rata biaya produksi, total penerimaan, jumlah produksi dan pendapatan .........................
3. Hasil rata-rata kelayakan usaha (R/C) ratio pembudidaya RL ............................................................................ 4. Hasil efesiensi pemasaran pembudidaya RL ....................................
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Prosedur Analisis Kebijakan ...........................................................
2. Siklus Kebijakan ................................................................................
3. Prosedur Kebijakan ........................................................................... 4. Kerangka Konseptual ........................................................................ 5. Mekanisme penerimaan bantuan PNPM-MKP .................................. 6. Mekanisme penerimaan bantuan APBD-TK I ................................... 7. Mekanisme penerimaan bantuan APBD-TK II .................................. 8. Mekanisme penerimaan bantuan PUMP .......................................... 9. Nilai faktor terhadap fokus demi peningkatan keberhasilan program bantuan DKP ................................................. 10. Nilai sasaran bantuan berdasarkan faktor modal Pada evaluasi program ................................................................... 11. Nilai sasaran bantuan berdasarkan faktor luas lahan pada evaluasi program ..................................................................... 12. Nilai jumlah bantuan berdasarkan faktor modal pada evaluasi program ..................................................................... 12. Nilai jumlah bantuan berdasarkan faktor sasaran produksi pada evaluasi program .......................................................
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
1. Peta Lokasi Penelitian....................................................................... ....
2. Data Responden Penerima Program Bantuan DKP .......................... ....
3. Analisis Pendapatan Pembudidaya Rumput Laut ............................. ...
4. Skema AHP.......................................................................................
5. Dokumentasi penelitian......................................................................
6. Kuesioner Penelitian..........................................................................
7. Kuesioner AHP..................................................................................
8. Riwayat Hidup penulis........................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan catatan Food and Agriculture Organization (FAO) pada
tahun 2001, Indonesia menduduki peringkat ke-enam sebagai negara penghasil
produk perikanan di dunia, dengan penerimaan devisa sebesar USD 1,4 milyar
(Nurdjana, 2001). Karena itu, perhatian pemerintah dalam Program
Peningkatan Export Hasil Perikanan (PPEHP) tahun 2003 adalah usaha
mengembangkan budidaya laut (sea farming). Produktivitas yang tinggi dari
budidaya diharapkan dapat mengambil alih produksi perikanan tangkap melalui
optimalisasi sumberdaya dan aplikasi sains (Widodo, 2001). Meske (1996) dan
Bell (1999) dalam Gimin (2001) menjelaskan tentang arti penting kegiatan
budidaya perairan dalam meningkatkan hasil perikanan, seperti, restocking,
stock enhancement, dan farming biota. Budidaya merupakan kegiatan yang
paling mungkin diterapkan mengingat tingkat produktivitas yang tinggi, baik
persatuan organisme, lahan maupun waktu (Kangkan, L.A, 2006).
Salah satu budidaya laut yang memiliki tingkat produktivitas tinggi adalah
budidaya rumput laut. Rumput laut merupakan salah satu komoditas utama
perikanan budidaya yang bernilai ekonomis tinggi dengan peluang pasar yang
luas, baik nasional maupun orientasi ekspor. Rumput laut dapat dibudidayakan
secara massal sehingga menjadi salah satu komoditas strategis dalam program
revitalisasi perikanan. Menurut data pada Pusdatin DKP (2009), volume
produksi perikanan budidaya rumput laut adalah 1,944,800 ton atau 55.07%.
Produksi tersebut menduduki peringkat pertama total produksi perikanan
budidaya selain produk udang, ikan mas, bandeng, nila, lele dan lainnya
(Setyaningsih, 2011).
Di Sulawesi Selatan, pengembangan produksi rumput laut sudah mulai
mendapat perhatian khusus dari pemerintah setempat salah satunya adalah
Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP). Pada awalnya produksi rumput laut
hanya didominasi oleh 5 daerah kabupaten yang mempunyai potensi rumput
laut yang cukup besar yaitu Pangkep, Takalar, Bulukumba, Selayar dan Barru
(Made, S dkk., 2001). Salah satu daerah penghasil komoditas rumput laut
terbesar dan merupakan salah satu sentra industry pengolahan rumputl laut di
Sulawesi Selatan adalah kabupaten Bantaeng. Hal ini didukung oleh perairan
lautnya yang membentangi antara laut Flores Gunung Lompobattang, dengan
ketinggian 0 (nol) sampai dengan ketinggian lebih dari 1.000 meter dari
permukaan laut, dengan panjang garis pantai 21,5 Km (Dinas Pertanian dan
Kehutanan, 2009).
Peningkatan volume produksi perikanan budidaya rumput laut di
Kabupaten Bantaeng, tidak akan terlepas dari masyarakat pesisir yang
berprofesi sebagai petani rumput laut yang secara garis besar membantu
dalam pengembangan potensi budidaya rumput laut di Indonesia.
Pembudidaya rumput laut merupakan salah satu kelompok masyarakat
pesisir yang menggantungkan hidupnya pada sumber daya perikanan kususnya
budidaya rumput laut. Namun, peningkatan potensi budidaya rumput laut yang
ada di Kabupaten Bantaeng belum sepenuhnya dapat membantu dalam
peningkatan pendapatan masyarakat pesisir.
Salah satu kendala yang dialami oleh masyarakat pesisir kususnya
pembudidaya rumput dalam peningkatan pendapatan mereka adalah adanya
keterbatasan pengetahuan dan modal dalam pengembangan usaha budidaya
rumput laut yang tidak sesuai dengan potensi produksi rumput laut. Oleh
karena itu, Pada awal tahun 2003, Pemerintah Indonesia mulai menyusun
strategi nasional penanggulangan kemiskinan (SNPK) melalui proses inklusif
yang melibatkan para pemangku kepentingan (stakeholders) dari kalangan
pemerintah dan non pemerintah. Ketentuan mengenai proses penyusunan
tersebut telah digariskan dalam dokumen interim strategi penanggulangan
kemiskinan (I-SPK) yang diluncurkan pemerintah pada Januari 2003
(Suharyo,2006)
Salah satu usaha pemerintah Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP)
dalam pengentasan kemiskinan masyarakat pesisir adalah melakukan berbagai
program pemberdayaan masyarakat pesisir, diantaranya adalah program
Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP), Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat – Mandiri Kelautan dan Perikanan (PNPM-MKP),
Anggaran Perubahan Belanja Daerah - Tingkat II (APBD- TK.II), dan Anggaran
Perubahan Belanja Daerah Provinsi - Tingkat I (APBDP- TK.I) yang merupakan
program DKP dan dikembangkan secara nasional. Program tersebut bertujuan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui pendekatan ekonomi
dan kelembagaan sosial. Program ini telah dimplementasikan di Kabupaten
Bantaeng sejak tahun 2002 hingga sekarang. Setelah program ini berjalan
beberapa tahun, tentunya perlu dievaluasi sejauh mana program ini dapat
membantu peningkatan pendapatan petani rumput laut pada saat sebelum dan
setelah mendapatkan bantuan pemerintah. Berdasarkan latar belakang
tersebut, maka penulis tertarik untuk mengkaji dampak program bantuan DKP
terhadap peningkatan pendapatan pembudidaya rumput laut di Kabupaten
Bantaeng.
B. Rumusan Masalah
Sebagian besar penduduk masyarakat pesisir Kabupaten Bantaeng
pada umumnya berprofesi sebagai pembudidaya rumput laut. Usaha rumput
laut merupakan mata pencaharian baru bagi masyarakat pesisir yang hanya
menggunakan teknologi seadanya dan masih tidak mampu mengolahnya
secara optimal. Dengan peralatan yang sangat sederhana, dan keterbatasan
pengetahuan yang dimiliki, pembudidaya rumput laut sangat membutuhkan
modal dalam peningkatan usaha rumput laut mereka seperti peralatan dan
modal untuk budidaya dan pengolahan rumput laut agar proses pemasarannya
dapat membantu dalam peningkatkan pendapatan mereka.
Hal ini mendorong pemerintah DKP untuk terus mengupayakan adanya
peningkatan pendapatan masyarakat pesisir khususnya pembudidaya rumput
laut dengan berbagai macam program bantuan untuk membantu peningkatan
pendapatan mereka. Upaya pemerintah khususnya dalam Dinas Kelautan dan
Perikanan (DKP) dalam mengatasi hal tersebut telah dilakukan dengan
menggulirkan berbagai program berupa kegiatan pemberian peralatan dan
modal, seperti program bantuan Pengembangan Usaha Mina Pedesaan
(PUMP), Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat – Mandiri Kelautan dan
Perikanan (PNPM-MKP), Anggaran Perubahan Belanja Daerah - Tingkat II
(APBD- TK.II), dan Anggaran Perubahan Belanja Daerah Provinsi - Tingkat I
(APBDP- TK.I). Berdasarkan jenis-jenis program bantuan tersebut, masing-
masing program memiliki tujuan yang sama dalam membantu dan
meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat pesisir khususnya
pembudidaya rumput laut. Sehingga, melalui evaluasi program bantuan DKP
perlu diketahui seberapa besar pengaruh dan peranan program bantuan
terhadap peningkatan pendapatan pembudidaya rumput laut pada saat
sebelum dan setelah mendapatkan program bantuan, dengan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apakah mekanisme atau prosedur yang digunakan terhadap peningkatan
pendapatan pembudidaya rumput laut sudah sesuai dengan program
bantuan DKP Kabupaten Bantaeng?
2. Bagaimana pengaruh program bantuan DKP Kabupaten Bantaeng terhadap
peningkatan pendapatan pembudidaya rumput laut ?
3. Apakah program bantuan DKP di Kabupaten Bantaeng sudah tepat
sasaran, tepat jumlah dan tepat waktu?
C. Tujuan
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai, adalah untuk:
1. Mengevaluasi mekanisme atau prosedur program bantuan DKP terhadap
peningkatan pendapatan pembudidaya rumput laut.
2. Menganalisis pengaruh program bantuan DKP terhadap peningkatan
pendapatan pembudidaya rumput laut.
3. Mengevaluasi program tepat sasaran, tepat jumlah dan tepat waktu pada
program bantuan DKP Kabupaten Bantaeng.
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan informasi dan rekomendasi kebijakan program bantuan DKP
untuk perbaikan pelaksanaan program bantuan selanjutnya dalam
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat pesisir.
2. Sebagai bahan informasi agar penyusunan dan pelaksanaan pemberian
bantuan modal dan peralatan oleh DKP kepada pembudidaya rumput laut
lebih akurat dan tepat sasaran dalam penanggulangan kemiskinan
masyarakat pesisir.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Evaluasi Program
Evaluasi adalah kegiatan menilai mencari terobosan baru untuk
penyempurnaan. Evaluasi sekaligus sebuah proses analisis yang menekankan
pada penciptaan premis-premis nilai yang memberikan penilaian terhadap
kinerja sebuah program, kebijakan dan atau sebuah kegiatan. Proses evaluasi
sekaligus memberikan tanggapan terhadap sebuah pertanyaan, ”Apa
perbedaan yang dibuat?”. Artinya evaluasi merupakan analisa terhadap sebuah
fakta dan tanggapan yang dihasilkan ketika sebuah program atau kebijakan
dilaksanakan. (Dunn, 2000:36)
Istilah evaluasi mempunyai arti yang berhubungan, masing-masing
menunjuk pada aplikasi beberapa skala nilai terhadap hasil kebijakan atau
program. Secara umum istilah evaluasi dapat diartikan sebagai penaksiran
(appraisal), pemberian angka (rating) dan penilaian (assesment), kata-kata
yang menyatakan usaha untuk melakukan analisa hasil sebuah kebijakan
dalam arti satuan nilainya. Dalam artian yang lebih spesifik evaluasi berkenaan
dengan produksi informasi mengenai nilai atau manfaat hasil kebijakan. Ketika
hasil kebijakan pada kenyataannya mempunyai nilai, hal ini dapat disebut
bahwa kebijakan atau program telah mencapai tingkat kinerja yang bermakna,
yang berarti bahwa masalah-masalah kebijakan dibuat jelas atau dapat diatasi.
Deskripsi utama evaluasi adalah bahwa evaluasi menghasilkan tuntutan-
tuntutan yang bersifat evaluatif. Pertanyaan yang terlontar tentang evaluasi
bukanlah mengenai fakta (apakah sesuatu ada?) atau aksi (Apakah yang
harus dilakukan?).Tetapi berhubungan dengan nilai (Berapa nilainya?).
Karenanya evaluasi mempunyai karaktaristik yang membedakannya dengan
metode analisis kebijakan lainnya, yaitu :
1. Fokus nilai. Evaluasi berbeda dengan pemantauan, dipusatkan pada
penilaian menyangkut keperluan atau nilai dari sesuatu kebijakan dan
program.
2. Interdependensi Fakta-Nilai. Tuntutan evaluasi tergantung baik ’fakta’
maupun ’nilai’. Untuk menyatakan bahwa kebijakan atau program tertentu
telah mencapai tingkat kinerja tertinggi (atau rendah) diperlukan tidak hanya
hasil-hasil kebijakan berharga bagi sejumlah individu, kelompok atau
seluruh masyarakat.
3. Orientasi masa kini dan masa lampau, Tuntutan evaluasi, berbeda dengan
tuntutan-tuntutan advokatif, diarahkan pada hasil sekarang dan masa lalu,
dibandingkan hasil di masa depan. Evaluasi bersifat retrospektif dan
setelah aksi-aksi dilakukan (ex post). Rekomendasi yang juga mencakup
premis-premis nilai, bersifat prospektif dan dibuat sebelum aksi-aksi
dilakukan (ex ante).
4. Dualitas nilai. Nilai-nilai yang mendasari tuntutan evaluasi mempunyai
kualitas ganda, karena mereka dipandang sebagai tujuan dan sekaligus
cara. Evaluasi sama dengan rekomendasi sejauh berkenaan dengan nilai
yang ada. Dapat dianggap sebagai intrinsic ataupun ekstrinsik. Nilai-nilai
sering ditata di dalam suatu hirarki yang merefleksikan kepentingan relatif
dan saling ketergantungan antar tujuan dan sasaran.
Evaluasi memainkan sejumlah peran utama dalam sebuah analisis
kebijakan.
Pertama, bahwa evaluasi memberikan informasi yang valid dan dapat
dipercaya tentang kinerja kebijakan. Dapat diketahui seberapa jauh kebutuhan,
nilai dan kesempatan telah dapat dicapai melalui tindakan publik. Dalam hal ini,
evaluasi mengungkapkan seberapa jauh tujuan tertentu (contohnya; perbaikan
sarana jalan) dan target tertentu (misalnya, 20 % pengurangan
pengangguran).
Kedua, evaluasi memberikan sumbangan pada klarifikasi dan kritik
terhadap nilainilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target. Nilai diperjelas
dengan mendefinisikan dan mengoperasikan tujuan dan target. Nilai juga
dikritik dengan menanyakan secara sistematis kepantasan tujuan dan target
dalam hubungan dengan masalah yang dituju. Dalam menanyakan kesesuaian
tujuan dan sasaran, analis dapat menguji alternatif sumber nilai (misalnya
kelompok masyarakat) maupun landasan kebijakan dalam berbagai bentuk
rasionalitas (teknis, ekonomis, legal, sosial, substantif).
Ketiga, evaluasi memberi sumbangan pada aplikasi metode-metode
analisis kebijakan lainnya, termasuk perumusan masalah dan rekomendasi.
Informasi tentang tidak memadainya kinerja kebijakan dapat memberi
sumbangan pada perumusan ulang masalah kebijakan. Evaluasi dapat pula
menyumbang pada definisi alternatif kebijakan yang baru atau revisi kebijakan
dengan menunjukkan bahwa alternatif kebijakan yang diimplementasikan
sebelumnya perlu dikaji ulang atau digantikan dengan kebijakan yang lain.
Evaluasi atau penilaian terhadap sebuah kebijakan merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Proses Kebijakan yang terdiri dari beberapa
tahapan (Dunn:2000:608).
Agenda Setting
Policy Formulation
Policy Adoption
Policy Implementation
Policy Assesment
Gambar 1. Prosedur Analalisis Kebijakan
Berdasarkan gambaran di atas, dapat dilihat bahwa adanya sebuah
kebijakan dimulai dari adanya isu atau masalah yang kemudian diagendakan
untuk dicari pemecahannya. Kemudian dilakukan formulasi kebijakan dengan
mencari beberapa alternatif kebijakan yang dapat memecahkan masalah
tersebut melalui metode forecasting (peramalan). Langkah selanjutnya adalah
menetapkan atau memilih alternatif pemecahan yang dianggap paling baik.
Tahap selanjutnya adalah implementasi kebijakan. Setiap tahap tersebut pada
akhirnya akan mempengaruhi atau bahkan menjadi umpan balik (feed back)
bagi agenda setting berikutnya (yang baru). Dari proses tersebut bahwa
evaluasi kebijakan atau program menempati urutan paling akhir, artinya
bagaimana sebuah kebijakan dapat dikatakan berhasil atau berjalan dengan
Problem Structuring
Forecasting
Recommendation
Monitoring
oblem Structuring
Evaluation
Evaluation
oblem Structuring
baik atau bahkan program tersebut dikatakan gagal, proses tersebut ada dalam
tahap evaluasi (policy assesment).
Gambar 2. Siklus Kebijakan
Sebuah kebijakan harus diikuti oleh proses adanya tindakan (policy
implementation) seperti gambar di atas. Dari tindakan tersebut akan
memberikan hasil (out put) tertentu dan dampak tertentu sesuai kebijakan
tersebut. Hasil atau out put beserta dampak yang ada akan menjadi feed back
(umpan balik) bagi kebijakan lainnya atau menjadi perbaikan (evaluasi) bagi
kebijakan sebelumnya. Dari gambar 1 dan gambar 2 tersebut di atas, dapat
diberikan penjelasan bahwa tahap evaluasi memegang peranan yang
signifikan bagi keberhasilan suatu kebijakan atau program. Dengan
dilakukannya evaluasi (policy assesment), maka suatu program akan dapat
dinilai dengan hasil yang dicapai dan dampak yang ditimbulkan, apakah sudah
sesuai dengan harapan ataukah masih jauh dari tujuan dari kebijakan atau
program.
Kebijakan
Hasil Dampak
Tindakan Pemerintah
Tindakan Individu
Oleh karena itu, studi evaluasi akan dapat menjawab bagaimana suatu
kebijakan dilaksanakan, apa kendalanya, apakah program dapat mencapai
sasaran, variabel-variabel apa sajakah yang berpengaruh terhadap
keberhasilan suatu pelaksanaan kebijakan atau program.
Dari teori evaluasi kebijakan tersebut akan dipakai dasar untuk
mengevaluasi Program Bantuan Modal DKP di Kabupaten Banteng. Secara
sederhana proses kebijakan diartikan sebagai serangkaian tindakan
memproses kepentingan publik menjadi sebuah keputusan kebijakan untuk
dilaksanakan.
Prosedur proses kebijakan secara sederhana dapat diikuti pada gambar
berikut :
Agenda setting Formula Implementasi Evaluasi
Kebijakan Kebijakan Kebijakan
Input
feedback
Gambar 3 : Prosedur kebijakan
Dari gambaran proses kebijakan tersebut maka ruang lingkup studi
kebijakan publik gabungan fungsi administrasi, yaitu proses administrasi diawali
implementasi dan evaluasi kebijakan. Bahwa secara akademisi ruang lingkup
kebijakan publik meliputi: teori kebijakan publik yaitu sebagai ilmu, analisis
kebijakan yaitu memprediksi dampak sebelum kebijakan diterapkan,
implementasi kebijakan yaitu menilai bagaimana kebijakan itu dioperasikan
atau dilaksanakan, evaluasi kebijakan yaitu menjawab masalah yang timbul
sebagai akibat dari implementasi kebijakan dan mengantisipasi di masa depan.
Sebuah kebijakan harus diikuti oleh proses adanya tindakan (policy
implementation). Dari tindakan tersebut akan memberikan hasil (out put)
tertentu dan dampak tertentu sesuai tujuan dari kebijakan itu. Hasil atau out put
beserta dampak yang ada akan menjadi feed back (umpan balik) bagi kebijakan
lainnya atau menjadi perbaikan (evaluasi) bagi kebijakan sebelumnya. Tahap
evaluasi memegang peranan yang signifikan bagi keberhasilan suatu kebijakan
atau program.Dengan dilakukannya evaluasi (policy assesment), maka satu
program akan dapat dinilai dengan hasil yang dicapai dan dampak yang
ditimbulkan, apakah sudah sesuai dengan harapan atau masih jauh dari tujuan
dari kebijakan atau program.
Dalam hal implementasi Program Bantuan Modal DKP di Kabupaten
Bantaeng dilakukan juga proses pemantauan, pelaporan, evaluasi dan
pengawasan. Pemantauan implementasi program dilaksanakan dalam sebuah
Tim Koordinasi di berbagai tingkatan (desa, kecamatan, kabupaten bahkan
provinsi). Pemantauan dan evaluasi dilakukan secara berkala maupun insidentil
bahkan dimungkinkan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk
memperlancar pelaksanaan kegiatan. Pelaporan dalam rangka pengendalian
kegiatan program bantuan modal DKP dilaksanakan secara perodik dan
berjenjang. Pengawasan dilaksanakan melalui jalur struktural dan fungsional
oleh aparat, fungsional maupun konsultan.
Menurut McNamara (1997-2010) bahwa dalam merancang program
evaluasi ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan :
1. Untuk apa dilakukan evaluasi;
2. Siapa respondennya;
3. Jenis informasi apa yang diperlukan;
4. Dari siapa saja informasi diperoleh;
5. Metode apa yang digunakan untuk mengumpulkan informasi misalnya,
kuesioner, wawancara, memeriksa dokumentasi, mengamati kelompok
penerima bantuan, melakukan kelompok fokus di antara kelompok penerima
bantuan atau instansi pemberi bantuan, dll;
6. Kapan informasi yang dibutuhkan harus dikumpulkan?
7. Apa saja sumber daya yang tersedia untuk mengumpulkan informasi?
Beberapa jenis program evaluasi dalam melaksanakan evaluasi program
terdapat beberapa pendekatan yang umum digunakan yakni diantaranya
(McNamara, 1997-2010) :
a. Evaluasi Berdasarkan Tujuan (Goals-Based Evaluation)
Program sering dibuat untuk memenuhi satu atau lebih tujuan spesifik.
Tujuan ini sering dijelaskan dalam rencana program. Evaluasi berdasarkan
tujuan adalah menilai sejauh mana program tersebut memenuhi tujuan dan
keobjektifitasan yang telah ditetapkan sebelumnya.
b. Evaluasi Berdasarkan Proses (Process-Based Evaluations)
Evaluasi berdasarkan proses dirancang untuk sepenuhnya memahami
bagaimana sebuah program bekerja, bagaimana cara menghasilkan hasil.
Evaluasi ini berguna jika program yang lama berdiri dan telah berubah selama
bertahun-tahun, karyawan atau pelanggan melaporkan sejumlah besar keluhan
tentang program, tampaknya ada inefisiensi besar dalam memberikan layanan
program dan mereka juga berguna untuk menggambarkan secara akurat ke
luar pihak bagaimana sebuah program benar-benar beroperasi (misalnya, untuk
replikasi di tempat lain).
c. Evaluasi Berdasarkan hasil (Outcomes-Based Evaluation)
Evaluasi program dengan fokus hasil yang semakin penting bagi
organisasi nirlaba. Evaluasi berdasarkan hasil memudahkan kita menanyakan
apakah organisasi benar-benar melakukan kegiatan program yang tepat untuk
membawa hasil yang tepat.
B. Aspek Kehidupan Masyarakat Pesisir
Karakteristik masyarakat pesisir dapat dilihat dari beberapa aspek
diantaranya, aspek pengetahuan, kepercayaan (teologis), dan posisi nelayan
sosial. Dilihat dari aspek pengetahuan, masyarakat pesisir mendapat
pengetahuan dari warisan nenek moyangnya misalnya mereka untuk melihat
kalender dan penunjuk arah maka mereka menggunakan rasi bintang.
Sementara, dilihat dari aspek kepercayaan, masyarakat pesisir masih
menganggap bahwa laut memilki kekuatan magic sehingga mereka masih
sering melakukan adat pesta laut atau sedekah laut. Namun, dewasa ini sudah
ada dari sebagian penduduk yang tidak percaya terhadap adat-adat seperti
pesta laut tersebut. Mereka hanya melakukan ritual tersebut hanya untuk
formalitas semata. Begitu juga dengan posisi nelayan sosial, pada umumnya,
nelayan bergolong kasta rendah.
Secara sosiologis, masyarakat pesisir memiliki ciri yang khas dalam hal
struktur sosial yaitu kuatnya hubungan antara patron dan klien dalam hubungan
pasar pada usaha perikanan. “Biasanya patron memberikan bantuan berupa
modal kepada klien. Hal tersebut merupakan taktik bagi patron untuk mengikat
klien dengan utangnya sehingga bisnis tetap berjalan” (Satria, 2002). Dari
masalah utang piutang tersebut sering terjadi konflik, namun konflik yang
mendominasi adalah persaingan antar nelayan dalam memperebutkan
sumberdaya ikan yang jumlahnya terbatas. Oleh karena itu, sangatlah penting
adanya pihak yang dapat mengembangkan sumberdaya laut dan mengatur
pengelolaannya.
Peran pemerintah mulai tingkat lokal hingga tingkat pusat sangat penting
dalam perannya menciptakan aturan bagi kelangsungan kehidupan masyarakat
pesisir dan keberlanjutan (sustainabilitas) sumberdaya alamnya. Ini perlu
ditekankan karena sebagaimana sumberdaya alam lainnya, sifatnya yang bisa
hancur dan menjadi langka bila tidak dikelola dengan bijak akan menimbulkan
konflik di masa mendatang. Peraturan dengan demikian sangat penting
termasuk untuk memastikan hak pemanfaatan sumberdaya alam bagi
masyarakat lokal. Selain pemerintah, lembaga non pemerintah dan berbasis
masyarakat seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sangat membantu
dalam mengarahkan strategi pemberdayaan dan pemanfaatan potensi yang
ada yang diperlukan masyarakat pesisir dan menunjang pengelolaan
sumberdaya lingkungan laut di sekitar tempat tinggal mereka misalnya
budidaya perikanan. Pengelolaan ini dilakukan dengan kegiatan nyata yang
sesuai dengan warna dari kultur masyarakat setempat. Untuk itu LSM harus
mampu memberikan masukan dan atas pemikiran kritis bagi strategi
pengembangan dan pengelolaan kawasan pesisir dan masyarakatnya.
Masyarakat pesisir secara umum dipahami sebagai masyarakat dengan
mata pencaharian utama nelayan. Ini bisa dimaklumi karena nelayan menjadi
mata pencaharian utama kelompok masyarakat yang hidup di sekitar pantai ini.
Yang perlu dicermati pada masyarakat pesisir adalah masalah yang berkaitan
dengan peran dan matapencaharian mereka sebagai nelayan. Berbagai
kebijakan yang dilakukan belum mampu mengangkat kerangkeng kemiskinan
para nelayan.
Kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan, selama ini, cendrung
lebih mengarah kepada kebijakan “produktivitas” dengan memaksimalkan hasil
eksploitasi sumber daya laut tanpa ada kebijakan memadai yang
mengendalikannya.
Arah modernisasi di sektor perikanan yang dilakukan selama ini, hanya
memberi keuntungan kepada sekelompok kecil yang punya kemampuan
ekonomi dan politik, sehingga diperlukan alternatif paradigma dan strategis
pembangunan yang holistik dan terintegrasi serta dapat menjaga
keseimbangan antara kegiatan produksi.
Selain sebagai nelayan, pada kondisi pesisir tertentu, juga bisa
disebabkan oleh perubahan kecenderungan pola kerja nelayan, maka beragam
matapencaharian lainnya yang bisa dikerjakan oleh masyarakat pesisir,
termasuk oleh kelompok petani rumput laut. Menjadi petani rumput laut
sebagaimana ditemukan di banyak Kabupaten Bantaeng. Kehidupan mereka
dalam mengelola sumberdaya alam menjadi produk rumput laut, juga tidak
lepasa dari kultur dan relasi yang mereka bangun dengan alam, serta tenik
keterampilan yang mereka kuasai. Dalam perjalanan sebagai petani rumput
laut, terkait degan alur ekonomi lainnya, maka kehidupan masyarakat pesisir
dalam hal ini petani rumput laut juga tidak luput dari pasang surut, termasuk
yang paling mutakhir terjadi adalah kebijakan harga dan impor rumput laut yang
ditetapkan oleh pemerintah. Ini sekali lagi memberikan bukti bahwa kehidupan
masyarakat pesisir membutuhkan perhatian penuh dalam pemberdayaannya
(Sursiyamtini,M.A., Paresti, C., Santosa, B., dkk. 2012).
C. Konsep Pemberdayaan Masyarakat Pesisir
Menurut Korten (1988:69) pemberdayaan adalah peningkatan
kemandirian rakyat berdasarkan kapasitas dan kekuatan internal rakyat atas
SDM baik material maupun non material melalui redistribusi modal.
Selain itu menurut Paul (1987) pemberdayaan berarti pembagian
kekuasaan yang adil (equitable sharing of power) sehingga meningkatkan
kesadaran politis dan kekuasaan kelompok yang lemah serta memperbesar
pengaruh mereka terhadap proses dan hasil-hasil pembangunan.
Pemberdayaan (empowerment) berasal dari Bahasa Inggris, power
diartikan sebagai kekuasaan atau kekuatan. Menurut Robert Dahl (1983:92),
pemberdayaan diartikan pemberian kuasa untuk mempengaruhi atau
mengontrol. Manusia selaku individu dan kelompok berhak untuk ikut
berpartisipasi terhadap keputusan-keputusan sosial yang menyangkut
komunitasnya. Sementara Hulme dan Turner (1990:78) berpendapat bahwa
pemberdayaan mendorong terjadinya suatu proses perubahan sosial yang
memungkinkan orang-orang pinggiran yang tidak berdaya untuk memberikan
pengaruh yang lebih besar di arena politik secara lokal maupun nasional. Oleh
karena itu pemberdayaan sifatnya individual dan kolektif. Pemberdayaan juga
merupakan suatu proses yang menyangkut hubungan kekuasaan kekuatan
yang berubah antar individu, kelompok dan lembaga.
Menurut Talcot Parsons dalam Prijono (1996:123), Power merupakan
sirkulasi dalam subsistem suatu masyarakat, sedangkan power dalam
empowerment adalah daya sehingga empowerment dimaksudkan sebagai
kekuatan yang berasal dari bawah. Pemberdayaan ini memiliki tujuan dua arah,
yaitu melepaskan belenggu kemiskinan dan keterbelakangan dan memperkuat
posisi lapisan masyarakat dalam struktur kekuasaan. Keduanya harus ditempuh
dan menjadi sasaran dari upaya pemberdayaan. Sehingga perlu dikembangkan
pendekatan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan masyarakat.
Pemberdayaan lebih mudah dijelaskan pada saat manusia dalam
keadaan powerlessness (baik dalam keadaan aktual atau sekedar perasaan),
tidak berdaya, tidak mampu menolong diri sendiri, kehilangan kemampuan
untuk mengendalikan kehidupan sendiri (Prijono, 1996:86).
Kieffer (1984:112) menyimpulkan dari penelitiannya bahwa
pemberdayaan mempunyai tiga dimensi yang saling berpotongan dan
berhubungan :
a. Perkembangan konsep diri yang lebih positif.
b. Kondisi pemahaman yang lebih kritis dan analitis mengenai lingkungan
sosial dan politis.
c. Sumberdaya individu dan kelompok untuk aksi-aksi sosial maupun
kelompok.
Grand Theories dari konsep empowerment (pemberdayaan) ini mengacu
pada pengaruh Marx mengenai ada yang berkuasa dan ada juga dikuasai ada
perbedaan kelas semisal majikan dan buruh, distribusi pendapatan yang tidak
merata sampai kekuatan ekonomi yang merupakan dasar dari pemberdayaan
(Prijono, 1996:137).
Pada dasarnya, pemberdayaan masyarakat nelayan bertujuan untuk
mencapai kesejahteraan sosial-budaya dan hal ini menjadi basis membangun
fondasi civil society di kawasan pesisir (Kusnadi, 2007). Untuk mencapai tujuan
ini diperlukan dukungan kualitas sumberdaya manusia, kapasitas, dan fungsi
kelembagaan social ekonomi yang optimal dalam kehidupan warga, serta
tingkat partisipasi politik warga yang tinggi. Oleh karena itu, diperlukan
perencanaan yang komprehensif dan tujuan yang terukur, yang pencapaiannya
dilakukan secara bertahap, dengan memperhatikan kemampuan sumberdaya
pembangunan yang dimiliki oleh masyarakat lokal.
D. Pembangunan Pemerintah Dalam Pemberdayaan Masyarakat Pesisir
Pembangunan adalah proses alami mewujudkan cita-cita bernegara,
yaitu terwujudnya masyarakat makmur sejahtera secara adil dan merata
(Wrihatnolo dan Dwidjowijoto, 2007). Kesejahteraan ditandai dengan
kemakmuran, yaitu meningkatnya konsumsi yang disebabkan oleh
meningkatnya pendapatan. Pendapatan meningkat sebagai akibat hasil
produksi yang semakin meningkat pula.
Proses alami di atas dapat terlaksana jika asumsi-asumsi pembangunan
yang ada, yaitu kesempatan kerja atau partisipasi termanfaatkan secara penuh
(full employment), setiap orang memiliki kemampuan yang sama (equal
productivity), dan masing-masing pelaku ekonomi bertindak rasional (efficient),
dapat dipenuhi. Namun demikian, dalam realitas asumsi-asumsi di atas sangat
sulit dipenuhi.
Pasar seringkali tidak mampu memanfaatkan tenaga kerja dan
sumberdaya alam sedemikian rupa sehingga tak mampu berada pada kondisi
full employment. Tingkat kemampuan dan produktivitas pelaku ekonomi juga
sangat beragam. Kondisi di atas diperburuk oleh kenyataan bahwa tidak setiap
pelaku ekonomi mendasarkan perilaku pasarnya atas pertimbangan-
pertimbangan yang rasional dan efisien. Dalam kondisi demikian, pasar atau
ekonomi telah terdistorsi. Dalam jangka panjang hal tersebut akan melahirkan
masalah-masalah pembangunan, seperti kesenjangan, pengangguran, dan
akhirnya kemiskinan.
Di tengah kondisi distortif tersebut, proses natural dalam pembangunan
tidak dapat terjadi begitu saja. Proses natural harus diciptakan melalui
intervensi pemerintah, dengan kebijakan- kebijakan yang akan mendorong
terciptanya kondisi yang mendekati asumsi-asumsi di atas. Dengan demikian,
dalam pelaksanaan pembangunan nasional ada tiga pertanyaan dasar yang
perlu dijawab.
Pertama, pembangunan perlu diletakkan pada arah perubahan struktur.
Kedua, pembangunan perlu diposisikan pada arah pemberdayaan masyarakat
untuk menuntaskan masalah kesenjangan berupa pengangguran, kemiskinan,
dan ketidakmerataan dengan memberikan ruang dan kesempatan yang lebih
besar kepada rakyat banyak untuk berpartisipasi secara aktif dalam
pembangunan. Ketiga, pembangunan perlu ditempatkan pada arah koordinasi
lintas sektor yang mencakup program pembangunan antar sektor,
pembangunan antar daerah, dan pembangunan khusus.
Dalam implementasinya, usaha untuk menjawab ketiga arah
pembangunan itu harus dilaksanakan secara terpadu, terarah, dan sistematis.
Pemberian ruang dan kesempatan yang lebih besar kepada rakyat untuk
berpartisipasi dapat bersinergi dengan upaya untuk menanggulangi masalah
penganggguran dan kemiskinan (Wrihatnolo dan Dwidjowijoto, 2007).
Konsep pemberdayaan (empowerment) muncul karena dua premis
mayor, yakni kegagalan dan harapan (Friedmann,1992). Kegagalan yang
dimaksud adalah gagalnya model-model pembangunan ekonomi dalam
menaggulangi masalah kemiskinan dan lingkungan yang berkelanjutan.
Sementara itu, harapan muncul karena adanya alternatif-alternatif
pembangunan yang memasukkan nilai-nilai demokrasi, persamaan gender,
persamaan antar generasi, dan pertumbuhan ekonomi yang memadai.
Kegagalan dan harapan bukanlah alat ukur dari hasil kerja ilmu-ilmu
sosial, melainkan lebih merupakan cermin dari nilai-nilai normatif dan moral.
Kegagalan dan harapan akan terasa sangat nyata pada tingkat individu dan
masyarakat. Pada tingkat yang lebih luas, yang dirasakan adalah gejala
kegagalan dan harapan. Dengan demikian, “pemberdayaan masyarakat”, pada
hakekatnya adalah nilai kolektif pemberdayaan individual (Friedmann, 1992).
Keberdayaan masyarakat ini menjadi sumber dari apa yang dalam
wawasan politik pada tingkat nasional disebut ketahanan nasional.
Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan
martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu
melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata
lain, memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat bukan semata-mata konsep ekonomi,
namun juga secara implisit mengandung arti menegakkan demokrasi ekonomi.
Demokrasi ekonomi secara harfiah berarti kedaulatan rakyat di bidang ekonomi,
dan kegiatan ekonomi yang berlangsung adalah dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat. Konsep ini menyangkut masalah penguasaan teknologi, pemilikan
modal, akses ke pasar dan sumber-sumber informasi, serta ketrampilan
manajemen. Agar demokrasi ekonomi dapat berjalan, aspirasi masyarakat yang
tertampung harus diterjemahkan menjadi rumusan-rumusan kegiatan yang
nyata.
Untuk menerjemahkan rumusan menjadi kegiatan nyata, negara
mempunyai birokrasi. Birokrasi ini harus dapat berjalan efektif, artinya mampu
menjabarkan dan melaksanakan rumusan-rumusan kebijaksanaan Negara
(public policies) dengan baik untuk mencapai tujuan dan sasaran yang
dikehendaki. Dalam konteks Indonesia, masyarakat adalah pelaku utama
pembangunan, sedangkan pemerintah (birokrasi) berkewajiban untuk
mengarahkan, membimbing, serta menciptakan iklim yang kondusif bagi
masyarakat miskin.
E. Program Bantuan Dinas Kelautan dan Perikanan
Strategi pembangunan perikanan dan kelautan provinsi Sulawesi
Selatan meliputi pengelolaan perikanan tangkap, perikanan budidaya,
pengolahan dan pemasaran hasil perikanan, industri kelautan (seperti industri
maritim, perikanan, wisata bahari) yang dikembangkan secara sinergi, optimal,
dan berkelanjutan, maka guna mendukung hal tersebut ditetapkan strategi
sebagai berikut :
1. Mendukung kegiatan Nasional Pengembangan Usaha Mina Pedesaan
(PUMP)
* Pengembangan pelayanan usaha komoditas unggulan rumput laut.
* Pembinaan mutu (pengadaan alat pengolahan) dan pelatihan pengolahan
hasil perikanan)
2. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat – Mandiri Kelautan dan
Perikanan (PNPM-MKP)
* Pengembangan usaha perikanan tangkap usaha skala kecil
* Pengembangan usaha kecil perikanan budidaya
3. Mendukung kegiatan Nasional Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat
(PUGAR)
* Koordinasi dan pemetaan potensi tambak garam
4. Mendukung kegiatan Nasional Penyediaan 4 unit kapal penangkapan ikan
> 30GT
* Penyediaaan alat tangkap kapal (pendampingan APBD)
5. Mendukung kegiatan Nasional Peningkatan ketrampilan nelayan, fasilitas
permodalan, pembinaan KUB perikanan tangkap, asuransi SEHAT (sertifikat
Hak Tanah Nelayan), kartu nelayan
* Pengembangan unit usaha dan ekonomi masyarakat pesisir (pendataan)
6. Mendukung kegiatan Nasional Penyediaan Induk Unggul
* Pengembangan kawasan budidaya air tawar
7. Mendukung kegiatan Nasional Pembinaan UMK perikanan
* Pengembangan dan pembinaan kelembagaan nelayan dan petani ikan
8. Mendukung kegiatan Nasional Gemar Ikan
* Diversifikasi pangan produk lokal
a. Dukungan Program dan Kegiatan Daerah Sul-Sel terhadap Penanggulangan Kemiskinan
Untuk mengimplementasikan kebijakan penanggulangan kemiskinan
Bidang Kelautan dan Perikanan secara terpadu dan tepat sasaran, maka
diperlukan prioritas-prioritas pembangunan yang dianggap dapat memberi
pengaruh yang signifikan terhadap upaya percepatan penanggulangan
kemiskinan yang pada dasarnya dapat menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi oleh daerah dan masyarakat miskin diuraikan sebagai berikut:
1. Terpenuhinya hak-hak dasar atas cakupan dan kualitas layanan bagi
masyarakat nelayan dan pembudidaya ikan miskin.
2. Meningkatkan kualitas pelayanan dan bantuan dasar kesejahteraan sosial
bagi masyarakat miskin khususnya di bidang kelautan dan perikanan.
b. Kelompok Program
Kelompok program perlindungan dan bantuan sosial bidang kelautan
dan perikanan terdiri dari beberapa program aksi sebagai berikut:
1. Program pengembangan budidaya perikanan.
2. Pengembangan Pelayanan usaha komoditas unggulan rumput laut.
3. Program perikanan Tangkap, pesisir dan pulau-pulau kecil
4. Tersedianya sarana dan paket teknologi perikanan tangkap
5. Pengelolaan Produksi Perikanan Budidaya, Penyediaan induk dan benih
unggul.
c. Prioritas Kelompok Program Pemberdayaan Masyarakat
Kelompok Program Pemberdayaan Masyarakat tujukan untuk
meningkatkan kemampuan dan pendapatan masyarakat miskin dengan
karakteristik kegiatan program yang bersifat pendekatan partisipatif
berdasarkan kebutuhan masyarakat, penguatan kapasitas kelembagaan
masyarakat, dan pelaksanaan kegiatan oleh masyarakat secara swakelola dan
kelompok. Sasarannya pada kelompok Rumah Tangga Miskin dan Hampir
Miskin.
Prioritas program ini secara operasional diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat dan atau masyarakat miskin untuk berperan aktif
dalam mengatasi kemiskinan dan ketertinggalannya baik dibidang ekonomi,
social budaya maupun akses pelayanan infrastruktur fisik lainnya.
Pemberdayaan masyarakat merupakan proses pengembangan kemampuan
atau kapasitas, pengembangan peluang dan pengelolaan modal sosial lokal
yang akan difokuskan pada pemenuhan kebutuhan sosial dasar masyarakat;
kemampuan dan keterampilan masyarakat; dan efisiensi dan efektifitas
penyediaan pelayanan umum bagi masyarakat miskin.
d. Sasaran Strategik
1. Terjaminnya partisipasi masyarakat nelayan/pembudidaya ikan miskin
dalam pembangunan daerah.
2. Meningkatnya ketahanan pangan keluarga, kualitas hidup penyandang
masalah kesejahteraan sosial sesuai harkat dan martabat kemanusiaan
3. Meningkatnya kemampuan kelembagaan masyarakat, kelembagaan
kelompok nelayan dan pembudidaya ikan baik laki-laki maupun perempuan
dalam melakukan aktivitas sosial ekonominya khususnya dibidang kelautan
dan perikanan.
4. Meningkatnya akses masyarakat nelayan dan pembudidaya ikan miskin
dalam pemanfaatan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan secara arif dan
berkelanjutan yang didukung dengan ketersediaan sarana dan prasarana
infrastruktur fisik serta teknologi.
e. Program Operasional Pemberdayaan Masyarakat
Beberapa program operasional yang mendukung upaya Pemberdayaan
Masyarakat sebagai berikut :
1. Pengembangan Usaha Mina Perdesaan (PUMP) Budidaya, Tangkap, dan
P2HP
2. Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR)
3. Pemberdayaan masyarakat nelayan, pembudidaya ikan, dan pelaku usaha
perikanan lainnya.
4. Pemberdayaan perempuan pesisir.
5. Peningkatan pembinaan keterampilan nelayan dan pemahaman tentang
penangkapan ikan ramah lingkungan
6. Pembinaan masyarakat nelayan dengan pola penangkapan ikan secara
sederhana
7. Program optimalisasi Pengolahan dan pemasaran Produk Perikanan,
Kegiatan Pelatihan Nelayan penerima Paket Bantuan.
f. Prioritas Kelompok Program Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil
Kelompok Program Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil (UMK) ditujukan
untuk mengembangkan dan menjamin keberlanjutan usaha mikro dan kecil.
dengan karakteristik kegiatan program memberikan bantuan modal atau
pembiayaan dalam skala mikro, memperkuat kemandirian berusaha, dan akses
pada pasar, meningkatkan keterampilan dan manajemen usaha.
Kelompok program ini secara operasional diarahkan dalam rangka
Pengembangan ekonomi lokal daerah didasarkan pada upaya menggali potensi
sumber daya lokal baik SDA, SDM maupun kelembagaan masyarakat yang
mencakup: kemampuan dan keterampilan masyarakat; akses
masyarakat/pelaku KUKM terhadap permodalan, pasar, informasi dan
teknologi; berjalannya system agribisnis, dan kerjasama dan keterkaitan
kegiatan ekonomi dengan daerah lain khususnya dibidang kelautan dan
perikanan.
g. Sasaran Strategik
1. Meningkatnya partisipasi angkatan kerja dan menurunnya angka
pengangguran.
2. Meningkatknya keterampilan dan semangat wirausaha dibiang kelautan dan
perikanan khususnya bagi masyarakat nelayan dan pembudidaya ikan
miskin.
3. Terciptanya kemitraan masyarakat, perusahaan/swasta, pemerintah dan
lembaga perbankan dalam rangkan mengembangkan sistem agribisnis
usaha tani masyarakat.
h. Program operasional pemberdayaan usaha mikro kecil
Beberapa program operasional yang mendukung upaya pemberdayaan
usaha mikro kecil sebagai berikut :
1. Program optimalisasi Pengolahan dan pemasaran produk Perikanan,
Kegiatan Pembinaan Mutu dan Pelatihan Pengolahan
2. Hasil perikanan
3. Program Pengembangan Unit Usaha Ekonomi Masyarakat Pesisir
4. Pelatihan pemantapan penanganan mutu ikan (handling) pasca tangkap
5. Program Peningkatan dan Pengetahuan keterampilan UMKM dan
penguatan modal
6. Program Pengembangan usaha kecil dan mata pencaharian alternative
7. Pengembangan usaha perikanan tangkap skala tradisional
Kelompok Program-program pendukung yang dapat meningkatkan
aktivitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat miskin antara lain:
1. Bimbingan teknis penanganan hasil perikanan dan bernilai tambah
2. Pengembangan Minapolitan Berbasis Perikanan Budidaya, Penangkapan,
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan
3. Pengembangan Kualitas dan Kuantitas Komoditas Unggulan Perikanan
4. Penyuluhan Hukum dalam Pendayagunaan Sumberdaya Laut
Dengan kebijakan, strategi, serta program kegiatan di atas diharapkan
dapat menjawab permasalahan yang selama ini dihadapi atau setidaknya
meminimalisir banyaknya permasalahan yang dihadapi khususnya dalam
rangka pengentasan kemiskinan dibidang kelautan dan perikanan.
F. Pengembangan Budidaya Rumput laut
Rumput laut merupakan salah satu hasil komoditi yang sudah banyak
dibudidayakan pemanfaatan yang terbesar adalah sebagai bahan ekspor dalam
bentuk rumput laut kering. Berdasarkan data statistik, pada tahun 2009 total
ekspor rumput laut Indonesia adalah sebesar 17,161.01 ton. Jumlah ini
sebenarnya masih bisa ditingkatkan jika ditinjau dari luas wilayah perairan
Indonesia yaitu sekitar 62% dari keseluruhan wilayah teritorial (Dahuri, 2003).
yang berarti bahwa pengembangan potensi masih kurang dikelola secara
optimal. Hal ini jelas menjadi tantangan bagi kita untuk mencurahkan perhatian
dan upaya yang lebih serius dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas
produksi rumput laut di Indonesia.
Sebagai Inkubator atau pusat pembudidayaan komoditas rumput laut
adalah Kabupaten Takalar dan daerah sekitarnya seperti Jeneponto, Bantaeng,
Bulukumba, Sinjai, Selayar dan Pangkep menjadi pendukung/Klaster (DKP,
2004). Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, juga menghindari
rakyat dari praktek rentenir dan juragan. Program pemerintah yang digalakkan
tersebut, menunjukkan perkembangan yang memuaskan dengan semakin
banyaknya masyarakat pesisir yang mengusahakan budidaya rumput laut yang
secara otomatis mempengaruhi perkembangan luas areal budidaya rumput laut
dan meningkatnya volume produksi rumput laut.
Upaya pengembangan budidaya rumput laut pada tahun 2003 dilakukan
melalui program Intensifikasi Budidaya (Inbud) Rumput Laut di 18 provinsi pada
areal seluas 17.416 hektar. Dengan mendistribusikan benih atau bibit rumput
laut sebanyak hampir 209 ribu ton. Program Inbud Rumput Laut itu dilakukan
dari hulu hingga hilir, mulai dari penyuluhan hingga penyediaan modal. Selain
itu, diharapkan terjadi jaringan kerja sama antar kelompok pembudidaya dari
tingkat kecamatan hingga provinsi untuk mengembangkan bisnis rumput laut
(Dahuri, 2003).
Keberhasilan kegiatan budidaya rumput laut sangat ditentukan oleh
faktor ketersediaan dan kesesuai lahan perairan, oleh karena itu untuk
memperoleh hasil yang optimal dari kegiatan tersebut hendaknya dipilih lokasi
yang sesuai dengan aspek ekobiologinya (persyaratan tumbuhnya).
Bagaimanapun bermutunya bibit yang digunakan kalau lahannya tidak sesuai
dengan karakteristik yang dibutuhkan oleh rumput laut maka hasilnya pasti
tidak seperti yang diharapkan (Ikhsan, 2012).
Selain itu, untuk pengembangan rumput laut tersebut dibutuhkan
partisipasi dari semua pihak yaitu dari pemerintah daerah dalam hal penetapan
kebijakan-kebijakan pengelolaan sumberdaya alam termasuk rumput laut yang
ramah lingkungan dari kalangan perguruan tinggi Universitas Hasanuddin yang
memiliki pola ilmiah pokok “Ilmu Kelautan” yang dicanangkan sejak tahun 1978.
Memiliki banyak staf ahli yang menguasai bidang rumput laut ini.
Kontribusi ilmu pengetahuan ini sebenarnya sudah sering diterapkan
dalam, bentuk penyuluhan lapangan ke daerah-daerah, namun masih bersifat
insidentil. Untuk itu diupayakan adanya partisipasi bersama secara kontinyu
dari pihak universitas, pemerintah daerah dan masyarakat setempat yang
dilakukan dalam bentuk kegiatan-kegiatan bertahap dan menyeluruh dari
rangkaian pengembangan dan pengelolaan rumput laut.
G. Pendapatan
Salah satu dari unsur laporan keuangan adalah pendapatan.
Pendapatan merupakan tolak ukur untuk menilai keberhasilan dari manajemen
dalam pengelolaan suatu usaha. Pengertian pendapatan sering kali disamakan
dengan istilah penghasilan tetapi sebenarnya keduanya berbeda. Seperti yang
dikemukakan oleh IAI (2004: 23.1):
“Penghasilan didefinisikan sebagai peningkatan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi tertentu dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Penghasilan (income) meliputi baik pedapatan (revenue) maupun keuntungan (gain).”
Dari definisi di atas kita lihat perbedaan antara penghasilan dan
pendapatan, penghasilan mencakup pendapatan dan keuntungan, sedangkan
pendapatan merupakan arus masuk bruto yang berasal dari usaha atau
kegiatan yang belum dikurangi dengan beban-beban yang ada hubungannya
dengan pendapatan yang bersangkutan. Dalam buku Analisis Laporan
Keuangan, Mahmud M Hanafi dan Abdul Halim (2003: 57) menyatakan bahwa:
Pendapatan didefinisikan sebagai aset masuk atau aset yang naik nilainya atau
hutang yang semakin berkurang atau kombinasi ketiga hal dimuka selama
periode dimana perusahaan memproduksi dan menyerahkan barang atau
memberikan jasa, atau aktivitas lain yang merupakan operasi pokok
perusahaan.
Menurut Zaki Baridwan (2004: 29) pendapatan adalah: Aliran masuk
atau kenaikan lain aktiva suatu badan usaha atau pelunasan utangnya (atau
kombinasi keduanya) selama suatu periode yang berasal dari penyerahan atau
pembuatan barang, penyerahan jasa atau dari kegiatan lain yang merupakan
kegiatan utama badan usaha.
Pada dasarnya ada dua pendekatan terhadap konsep pendapatan
(revenue) yang dapat ditemukan dalam literatur akuntansi. Pertama pendekatan
yang memusatkan perhatian kepada arus masuk (inflow) dari pada assets yang
ditimbulkan oleh kegiatan operasional perusahaan. Pendekatan yang kedua
adalah pendekatan yang memusatkan perhatian kepada penciptaan barang
atau jasa oleh perusahaan dan transfer barang dan jasa tersebut kepada
konsumen atau produsen lain. Dalam hal ini, Kieso, et al (2005: 56)
mengemukan pendapatan sebagai berikut:
“Revenues is inflows or other enhancements of assets of on entity or settlement of its liabilities (or a combination of both) during a period from delivering or producing goods, rendering, services, or other activities that constitute the entity’s ongoing major or central operations”.
Dalam bahasa Indonesia berarti, pendapatan adalah arus kas masuk
atau penambahan lain atas harta atau suatu kesatuan atau penyelesaian suatu
kewajiban (atau kombinasi keduanya) selama suatu periode dari penyerahan
atau produksi barang, penyerahan jasa atau aktivitas lain yang merupakan
operasi utama perusahaan tersebut.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pendapatan merupakan
dasar arus masuk bruto dari manfaat ekonomis yang timbul dari aktivitas
kegiatan normal perusahaan, baik berasal dari aktivitas operasi perusahaan
maupun dari aktivitas non operasi.
1. Pengukuran Pendapatan
Pendapatan harus dapat disajikan secara wajar, tidak boleh diantisipasi
terlalu besar atau terlampau kecil. Pengukuran pendapatan menurut Ikatan
Akuntansi Indonesia (2004: 23.3) dijelaskan bahwa, “Pendapatan harus dapat
diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima.”
Lebih lanjut Ikatan Akuntansi Indonesia menyatakan bahwa: Jumlah
pendapatan yang timbul dari suatu transaksi biasanya ditentukan oleh
persetujuan antara perusahaan dan pembeli atau pemakai aktiva tersebut.
Jumlah tersebut diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang
dapat diterima perusahaan dikurangi jumlah diskon dagang dan rabat volume
yang diperbolehkan oleh perusahaan (IAI, 2004: 23.3).
Dari penjelasan di atas, maka pengukuran pendapatan mengacu pada
nilai sekarang (present value) dari uang yang akhirnya akan diterima sebagai
hasil proses produksi atau transaksi pendapatan. Dari kriteria ini, jelas bahwa
seluruh retur dan potongan penjualan harus dihubungkan pada pendapatan
yang bersangkutan.
2. Pengakuan Pendapatan
Salah satu masalah yang akan segera timbul dalam pengakuan
pendapatan ini adalah kapan pendapatan itu diakui. Proses penentuan waktu
pengakuan pendapatan, umumnya berkaitan dengan konsep realisasi
pendapatan, bahkan sebenarnya realisasi tersebut lebih penting daripada
timbulnya pendapatan itu sendiri. Dalam hal ini, Harahap (2004: 113) secara
teoritis mengemukan bahwa ”suatu penghasilan akan diakui sebagai
pendapatan pada periode kapan kegiatan utama yang perlu untuk menciptakan
dan menjual barang dan jasa itu setelah selesai”. Penentuan waktu yang
dimaksud Harahap, (2004: 114) ada empat alternatif yaitu:
a. Selama produksi
b. Pada saat proses produksi selesai
c. Pada saat penjualan
d. Pada saat penagihan kas
Keempat alternatif itu sama-sama dipakai dalam pengakuan
pendapatan. Pengakuan pendapatan pada saat produksi berlangsung
diterapkan kepada proyek pembangunan jangka panjang. Pada saat selesainya
produksi dapat diterapkan pada kegiatan pertanian atau pertambangan, pada
saat penjualan dipakai untuk barang perdagangan.
H. Kerangka Pikir
Pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir merupakan program
unggulan dari Dinas Kelautan dan Perikanan di Kabupaten Bantaeng. Program
bantuan DKP secara umum bertujuan untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat pesisir melalui pengembangan kegiatan ekonomi, peningkatan
kualitas sumberdaya manusia dan penguatan kelembagaan sosial ekonomi
dengan mendaya gunakan sumberdaya perikanan dan kelautan secara optimal
dan berkelanjutan.
Sebagian besar penduduk masyarakat pesisir Kabupaten Bantaeng
pada umumnya berprofesi sebagai pembudidaya rumput laut. Usaha rumput
laut merupakan mata pencaharian baru bagi masyarakat pesisir yang hanya
menggunakan teknologi seadanya yang masih tidak mampu untuk
memanfaatkan sumberdaya alam pesisir secara optimal. Dengan peralatan
yang sangat sederhana, maka tidak dapat dipungkiri bahwa pembudidaya
rumput laut masih identik dengan kemiskinan. Dengan semua keterbatasan
yang dimiliki oleh pembudidaya rumput laut, program bantuan pemerintah dari
DKP baik berupa bantuan dana dan peralatan sangat dapat membantu usaha
budidaya rumput laut mereka hingga proses pemasarannya.
Adanya saluran program bantuan pemerintah ini melalui Dinas Kelautan
dan Perikanan di Kabupaten Bantaeng diharapkan tidak hanya sekedar
memberikan bantuan saja materi dan non-materi saja tanpa adanya
peningkatan pendapatan pembudidaya rumput laut pada saat sebelum dan
setelah penerimaan bantuan program. Akan tetapi, program unggulan ini bisa
menjadi jalan keluar atau sebuah langkah awal yang dapat menyelesaikan
masalah-masalah pembudidaya rumput laut baik dalam kehidupan sosial
maupun ekonomi. Oleh karena itu, dengan adanya penerimaan program
bantuan ini perlu dilakukan evaluasi terhadap peningkatan pendapatan
pembudidaya rumput laut sebelum dan setelah penerimaan bantuan. Sehingga,
dapat dijadikan rekomendasi kepada pemerintah DKP mengenai pentingnya
pengaruh program tersebut kepada para pembudidaya. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada skema kerangka pikir sebagai berikut:
Gambar 4. Skema Kerangka Pikir
PUMP
Program Bantuan DKP
Mekanisme dan Prosedur Bantuan DKP
Evaluasi
APBDP-TK1
APBD-TK2
Pengaruh Program Bantuan DKP
PNPM-MKP
Sebelum Setelah
Pembudidaya Rumput Laut
Jenis Bantuan
Pendapatan
Analisis:- Kuantitatif Kualitatif
AHP
Rekomendasi
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang
mendeskripsikan upaya pemecahan masalah atau tindakan yang yang telah
dilakukan untuk mengetahui tingkat pendapatan pembudidaya rumput laut
dalam rangka adanya program bantuan dari DKP Kabupaten Bantaeng, yang
memuat: Subyek penelitian, langkah-langkah atau prosedur penelitian, metode
pengumpulan data, jenis instrumen penelitian yang akan digunakan serta teknik
dan pengolahan analisis datanya.
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan mulai bulan Februari sampai April 2013 di
Kabupaten Bantaeng. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (metode
purposive), bahwa Kabupaten Bantaeng yaitu kecamatan Bantaeng,
kecamatan Bissapu dan kecamatan Pa’jukukang masyarakat pesisir di
sepanjang pesisir kecamatan tersebut bergerak sebagai pembudidaya
rumput. Selain itu, Kabupaten Bantaeng juga merupakan sentra industri
pengolahan rumput laut di Sulawesi Selatan yang hingga kini jumlah kelompok
industri rumah tangga yang bergerak dalam bidang pengolahan Rumput Laut
sudah mencapai 48 kelompok (DKP Kab. Bantaeng, 2013).
C. Populasi dan Teknik Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan teknik cluster sampling. Menurut Setiawan, N (2005) teknik
cluster sampling yaitu populasi dibagi ke dalam satuan-satuan sampling yang
besar, teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel jika sumber data
sangat luas.
Pengambilan sampel didasarkan populasi yang telah ditetapkan, yaitu
pegawai DKP yang berperan penting sebagai pengambil kebijakan terhadap
pelaksanan program bantuan sebanyak 4 orang, kelompok pembudidaya
rumput laut yang tidak mendapatkan program bantuan sebanyak 3 orang, dan
kelompok pembudidaya rumput laut yang memperoleh program bantuan DKP
tahun 2012 sebanyak 68 orang yang terdiri dari ketua dan bendahara kelompok
yaitu kelompok PUMP sebanyak 5 kelompok, PNPM-MKP sebanyak 15
kelompok, APBD-TK II sebanyak 10 kelompok dan APBDP-TK I sebanyak 5
kelompok. Sehingga, jumlah sampel yang dianalisis dalam penelitian ini
sebanyak 75 orang.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan 2 cara yaitu
teknik pengumpulan data primer dan teknik pengumpulan data sekunder,
sebagai berikut :
1. Teknik pengumpulan data primer
a. Pengamatan (observation), yaitu Pengamatan dilakukan dengan dua
cara yaitu, pengamatan biasa dan berpartisipasi. Data yang
dikumpulkan melalui pengamatan biasa adalah data yang dapat
diamati oleh peneliti tanpa menuntut keterlibatan secara langsung.
Jenis data yang diperoleh dengan cara ini adalah antara lain, keadaan
pemukiman penduduk, peranan dalam aktifitas budidaya rumput laut,
pola aktivitas dan kegiatan sehari-hari penduduk.
b. Wawancara mendalam, yaitu mengumpulkan data secara langsung melalui
diskusi ataupun tanya jawab antara pewancara dengan informan.
Wawancara mendalam ( in-depth interview) didalamnya berlangsung
tanya jawab dan pembicaraan terlibat mengenai berbagai aspek
permasalahan yang akan dicari dalam penelitian.
b. Kuesioner ( Angket ), yaitu jenis teknik pengumpulan data yang
digunakan sebagai pendamping dalam pengumpulan data. Angket
berisikan format daftar pertanyaan yang memberi pilihan jawaban pada
responden dan berkaitan dengan permasalahan.
2. Teknik pengumpulan data sekunder
a. Studi Pustaka, Studi pustaka dilakukan untuk menelaah sejumlah
sumber tertulis, dalam rangka memperoleh data, baik primer maupun
sekunder yang berkaitan dengan tujuan penelitian yang dimaksud.
b. Dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang relevan dengan penelitian
dan tersedia pada instansi atau lembaga yang terkait serta
pengambilan gambar di lapangan (pemotretan).
E. Metode Analisis Data
Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian digunakan
Analisis kuantitatif, kualitatif dan Analitycal Hierarchy Process (AHP).
1. Analisis Kuantitatif dan Kualitatif
Metode analisis data dalam penelitian ini dilakukan pada saat pengumpulan
data berlangsung, dan selesai setelah pengumpulan data dalam periode
tertentu. Metode analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang
memberi keterangan dan menjelaskan hasil data analisis yang telah diperoleh
dari data yang diolah dan analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis
sesuai dengan pengukuran yang dinyatakan dalam bentuk angka. Rumusan
masalah yang digunakan dalam metode analisis ini adalah rumusan masalah
pertama tentang mekanisme program bantuan, rumusan masalah kedua
mengenai pengaruh program bantuan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP)
terhadap peningkatan pendapatan pembudidaya rumput laut dan rumusan
masalah ketiga yaitu evaluasi program bantuan DKP dalam sasaran bantuan,
jumlah dan waktu. Komponen tersebut adalah reduksi data, kajian data dan
penarikan kesimpulan dalam bentuk narasi untuk mengetahui hasil evaluasi
pelaksanaan program bantuan DKP berdasarkan dari input (masukan), process
(proses), output (keluaran), outcome (hasil), benefit (manfaat) dan impact
(dampak) terhadap pendapatan pembudidaya rumput laut.
2. Analitycal Hierarchy Process (AHP)
Analitycal Hierarchy Process (AHP) AHP merupakan suatu model
pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model
pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor atau multi
kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki, menurut Saaty (1993), hirarki
didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang
kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level pertama adalah tujuan,
yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga
level terakhir dari alternatif. Rumusan masalah yang menggunakan metode
analisis ini adalah rumusan masalah pada poin pertama dan ketiga yaitu
mekanisme dan prosedur program bantuan Dinas Kelautan dan Perikanan
(DKP) dan rumusan masalah poin ketiga yaitu proses pemberian bantuan
program terhadap pembudidaya rumput laut. Sehingga AHP dapat digunakan
untuk merangsang timbulnya gagasan untuk melakukan tindakan kreatif dan
untuk mengevaluasi keefektifan program tersebut. Selain itu untuk membantu
para pemimpin dalam menetapkan informasi apa yang patut dikumpulkan guna
mengevaluasi pengaruh faktor-faktor relevan dalam situasi yang kompleks.
F. Analisis Pengolahan Data
Adapun analisis pengolahan data yang nantinya akan diperoleh dari
pembudidaya rumput laut yang akan diolah sesuai variabelnya, sebagai berikut:
1. Analisis Evaluasi Peningkatan Pendapatan
a. Pendapatan
Untuk mengetahui Jumlah pendapatan yang diperoleh pembudidaya
rumput laut digunakan rumus sebagai berikut :
π = TR - TC
Dimana :
TC = FC + VC
TR = Y . Py
Keterangan :
π : Pendapatan pembudidaya rumput laut (Rp)
TR : Total penerimaan dari usaha pembudidaya (Rp)
TC : Total Biaya (Rp)
FC : Biaya tetap (Rp)
VC : Biaya variabel (Rp)
Y : Produksi (Kg)
Py : Harga Y (Rp/Kg)
Dengan kaidah keputusan Jika TR > TC, maka peningkatan pendapatan
pembudidaya rumput laut yang dilakukan mampu menghasilkan laba dengan
adanya program bantuan pemerintah DKP di Kabupaten Bantaeng.
b. Produksi
Selanjutnya, diterapkan analisis pendapatan dan biaya, digunakan untuk
mengetahui hasil yang akan diperoleh dari usaha tersebut cukup
menguntungkan atau sebaliknya. Analisis perhitungan ini menggunakan rumus
:
R/C Ratio =
Dimana :
TR : Total penerimaan usaha budidaya rumput laut
TC : Total biaya usaha pembudidaya
Kriteria yang digunakan :
R/C Ratio > 1 = usaha dikatakan menguntungkan
R/C Ratio < 1 = usaha dapat dikatakn merugikan
R/C Ratio = 1 = maka usaha dapat dikatakan imbas.
c. Efisiensi Pemasaran
Soekartawi (2003) menyatakan bahwa efisiensi pemasaran adalah
nisbah antara total biata dengan total nilai produk yang dipasarkan, atau dapat
dirumuskan :
EPs = (TB / TNP) X 100%
Dimana :
EPs : Efesiensi Pemasaran
TB : Total biaya
TNP : Total nilai produk
Kriteria yang digunakan :
0 - 30% : efesien
30% - 60% : kurang efesien
60%-100% : tidak efesien
2. Analisis Evaluasi Program Tepat Sasaran, Waktu, dan Jumlah Melalui Analitycal Hierarchy Process (AHP)
Suatu elemen dalam matriks dibandingkan dengan dirinya sendiri maka
hasil perbandingan diberi nilai 1. Skala 9 telah terbukti dapat diterima dan bisa
membedakan intensitas antar elemen. Hasil perbandingan tersebut diisikan
pada sel yang bersesuaian dengan elemen yang dibandingkan. Skala
perbandingan perbandingan berpasangan dan maknanya yang diperkenalkan
oleh Saaty (1993) dapat dilihat di bawah ini:
1 = Kedua elemen sama pentingnya, Dua elemen mempunyai pengaruh yang
sama besar
3 = Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yanga lainnya,
Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan
elemen yang lainnya.
5 = Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya, Pengalaman dan
penilaian sangat kuat menyokong satu elemen dibandingkan elemen yang
lainnya
7 = Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya, Satu
elemen yang kuat disokong dan dominan terlihat dalam praktek.
9 = Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya, Bukti yang
mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memiliki tingkat
penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan.
2,4,6,8 = Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan yang
berdekatan, Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi di antara 2 pilihan
Kriteria yang digunakan :
AHP ≤ 0.1 : efektif
AHP > 0.1 : tidak efektif
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah Program Bantuan DKP Terhadap Pembudidaya Rumput Laut
Pengentasan kemiskinan melalui program pemberian bantuan di wilayah
pesisir merupakan salah satu pelaksanaan pembangunan Dinas Kelautan dan
Perikanan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk
miskin Kabupaten Bantaeng pada tahun 2009 mencapai 40,13% jiwa. Sebagian
besar dari jumlah tersebut adalah masyarakat pesisir, termasuk pembudidaya
rumput laut. Kemiskinan memang merupakan salah satu masalah pokok yang
harus ditanggulangi oleh pemerintah khususnya Dinas Kelautan dan Perikanan
dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraaan sosial masyarakat peisisir.
Salah satu usaha dalam pembangunan kesejahteraan sosial yang telah
dilaksanakan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan yaitu dengan adanya program
bantuan modal dan peralatan dalam peningkatan pendapatan pembudidaya
rumput laut. Beberapa program bantuan tersebut adalah Pengembangan
Usaha Mina Pedesaan (PUMP), Anggaran Perubahan Belanja Daerah - Tingkat
II (APBD- TK.II), Anggaran Perubahan Belanja Daerah Provinsi - Tingkat I
(APBDP- TK.I), dan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat – Mandiri
Kelautan dan Perikanan (PNPM-MKP).
PNPM-MKP merupakan program bantuan yang mulai menyalurkan
program bantuannya kepada pembudidaya rumput laut sejak tahun 2002.
Program bantuan ini memberikan bantuan berupa bantuan dana uang tunai
kepada para pembudidaya dalam pengembangan budidaya rumput laut
mereka. Program DKP kedua adalah APBD-TK I yang merupakan program
bantuan DKP yang berumber dari dana bantuan pemerintah tingkat provinisi.
Program bantuan ini mulai tersalurkan kepada pembudidaya rumput laut sejak
tahun 2002, yang memberikan bantuannya kepada pembudidaya rumput laut
berupa alat dan bibit rumput laut.
Program DKP ketiga adalah APBD-TK II yang merupakan program
bantuan DKP yang dananya bersumber dari dana pemerintah Kabupaten
Bantaeng yang program bantuannya kepada pembudidaya rumput laut sejak
tahun 2002.
Berikut ini kutipan wawancara dari saudari Ani (38 thn) seorang pegawai
negeri DKP, sebagai berikut :
“Penyaluran bantuan Progam dari APBD-TK I, APBD-TK II dan PNPM-MKP kepada pembudidaya rumput laut berjalan sejak tahun 2002. Progam bantuan tersebut tersalurkan seiring dengan perkembangan budidaya rumput laut di Kabupaten Bantaeng”
Selanjutnya, program bantuan ke-empat adalah PUMP yang merupakan
program bantuan baru dari DKP yang berdiri mulai tahun 2011 hingga
sekarang, program bantuan ini merupakan bagian dari program bantuan
sebelumnya yaitu PNPM-MKP yang menyalurkan bantuan kepada para
pembudidaya berupa bantuan modal atau yang tunai.
Berikut ini kutipan wawancara dari saudari Marwah (42 thn) seorang
pegawai negeri DKP, sebagai berikut :
“Program bantuan PUMP merupakan program bantuan baru, program bantuan ini sama halnya dengan program bantuan PNPM-MKP. Hanya nama program bantuan yang berbeda akan tetapi penyalurannya tetap sama”
Berdasarkan kutipan wawancara di atas menunjukkan bahwa koordinasi
program bantuan PNPM-MKP kepada pembudidaya rumpu laut yang telah
mendapatkan program bantuan tetap berjalan, meskipun pada tahun 2011
nama program tersebut diubah Pengembangan Usaha Mina Pedesaan
(PUMP). Hal tersebut dipertegas dalam buku pedoman teknis PUMP perikanan
budidaya tahun 2011, bahwa program bantuan PNPM-MKP dilaksanakan
melalui kegiatan pengembangan usaha mina pedesaan (PUMP) perikanan
budidaya yang berada pada Direktorat Jendral Perikanan Budidaya (DKP,
2011).
B. Prosedur Penerimaan Bantuan Program DKP
Salah satu hal penting yang mendukung kelancaran program bantuan
DKP adalah diperlukan hubungan kerjasama yang baik antara pemerintah
dengan pembudidaya rumput laut untuk mencapai tujuan bersama. Hal tersebut
mengacu kepada salah satu kebijakan program bantuan pembangunan DKP
selama periode 2008-2013 adalah peningkatan produksi rumput laut sebagai
produk unggulan melalui peningkatan kelembagaan jumlah kelompok
pembudidaya rumput laut.
Untuk memudahkan penyaluran program bantuan usaha yang dilakukan
oleh Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) adalah dibentuknya beberapa
kelompok pembudidaya berdasarkan jenis program bantuan yang ada. Jumlah
kelompok dari masing-masing program tersebut berbeda-beda sesuai dengan
kelompok pembudidaya yang sanggup memenuhi prosedur atau mekanisme
pada tiap-tiap program.
Berikut ini tabel 1 daftar nama-nama kelompok pembudidaya rumput laut
yang menerima bantuan dari program DKP Kabupaten Bantaeng dimana daftar
penerima program tersebut diambil pada tahun 2010 khusus untuk program
PNPM-MKP dan daftar penerima program APBD TK I, APBD TK II dan PUMP
pada tahun 2012.
Tabel 1 : Daftar nama-nama kelompok pembudidaya yang menerima program
bantuan DKP Kab. Bantaeng.
No Nama Program
DKP
Nama Kelompok
Pembudidaya
Jumlah anggota
(orang)
1 PNPM-MKP
(2010)
BAKAL TIMUR 10
TAMPUNG TIMUR I 10
TAMPUNG TIMUR II 10
SINAR LAUT 10
ALGA LEMBANG 10
PESISIR TAMALANGE II 13
HIDAYAT II 10
SIPAKAINGA LEMBANG II 10
MANNGGARA BOMBANG 10
ASSAMATURU 10
JULU ATI 10
TUNAS MANDIRI II 10
SIPAKALA' BIRI 10
ABULO SIBATANG II 10
KASOREANG JAYA 10
2 APBD-TK I
(2012)
MANGGARA BOMBANG 10
BIOTA LAUT 10
SEJAHTERA 10
KARANG BATU 10
SIPAKAINGA 10
3 APBD-TK II
(2012)
PASIR PUTIH 10
ASSIANA 10
ABBULO' SIBATANG 10
SINAR PICO' 10
PESISIR UJUNG KATINTING 10
BINGKAPPO JAYA 10
SEJATI 10
RL. SEJAHTERA 10
SIPAKAINGA' 10
SEJALAN 10
Lanjutan Tabel 1 : Daftar nama-nama kelompok pembudidaya yang menerima
program bantuan DKP Kab. Bantaeng.
4 PUMP
PANOANG II 10
SETIA KAWAN 10
BARUGA 10
UJUNG KATINTING 10
MANDIRI 10
Sumber: Data Sekunder DKP Bantaeng, 2013.
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa masing-masing
kelompok penerima program bantuan tersebut memiliki prosedur bantuan yang
berbeda-beda untuk memperoleh bantuan dari program DKP Kabupaten
Bantaeng. Perbedaan mekanisme atau prosedur yang dilakukan untuk
mendapatkan bantuan program tersebut dapat dilihat dari masing-masing
program sebagai berikut:
1. PNPM-MKP
Hasil data dari program PNPM-MKP Kabupaten Bantaeng diambil pada
tahun 2010, dengan jumlah penerima sebanyak 15 kelompok. Masing-masing
kelompok terdiri dari 10 orang dan salah satu kelompok diantaranya terdiri 13
orang karena kelompok tersebut merupakan kelompok kedua yang dibentuk
oleh DKP Kabupaten Bantaeng dengan nama kelompok Pesisir Tamalange II.
Mekanisme masing-masing kelompok program ini memiliki prosedur sebagai
berikut:
Gambar 5: Mekanisme program PNPM-MKP
Berdasarkan gambar di atas dapat dijelaskan bahwa mekanisme
penerima program bantuan PNPM-MKP terdiri dari pembudidaya rumput laut
yang sudah menjalankan usaha budidaya tersebut minimal sejak 2 tahun
terakhir. Dimana masing-masing identitas pembudidaya tersebut memiliki
merupakan asli penduduk setempat yang memiliki lokasi usaha yang jelas dan
bersedia untuk dibina oleh pihak DKP selama program tersebut berjalan.
2. APBD-TK I
Program bantuan dari APBD-TK I merupakan program bantuan dari
tingkat provinsi yang memberikan bantuannya kepada pembudidaya rumput
laut berupa bibit dan peralatan budidaya. Jumlah kelompok pembudidaya yang
menerima program bantuan ini pada tahun 2012 sebanyak 10 kelompok yang
masing-masing kelompok terdiri dari 10 orang. Adapun mekanisme untuk
Kelompok pembudidaya RL
Jenis usaha sudah berjalan 2 tahun
Kelembagaan diketahui oleh
pemerintah setempat
Diprioritaskan pada masing-masing
yang bergerak kemitraan
Lokasi usaha yang jelas
Siap dibina oleh DKP
mendapatakan penerimaan bantuan program DKP APBD-TK I ini sebagai
berikut:
Gambar 6: Mekanisme program APBD-TK I
Berdasarkan gambar tersebut menjelaskan bahwa mekanisme penerima
program bantuan APBD-TK I terdiri dari pembudidaya rumput laut yang
berdomisili sebagai masyarakat pesisir setempat dan tidak memiliki mata
pencaharian lain selain sebagai pembudidaya rumput laut. mekanisme program
bantuan ini juga mensyaratkan bahwa penerima program bantuan tidak
mendapatkan program bantuan lain selain APBD-TK I itu sendiri dan masing-
masing anggota kelompok bersedia untuk dibina selama kurang lebih dua
tahun.
Memiliki kelompok usaha
Tidak memiliki usaha lain selain
budidaya Rumput Laut
Berdomisili masyarakat pesisir
Bukan Pegawai Negeri Sipil
(PNS) atau ABRI
Pemberian bantuan sekaligus
Pendampingan dari KKP ± 2 tahun
3. APBD-TK II
Program bantuan APBD-TK II merupakan program bantuan dari
pemerintah daerah Kabupaten Bantaeng kepada pembudidaya rumput laut.
jumlah kelompok penerima bantuan tersebut pada tahun 2012 terdiri dari 10
kelompok dimana masing-masing kelompok tersebut terdiri dari 10 orang.
Seperti halnya dengan program bantuan sebelumnya, program bantuan ini
memiliki prosedur atau mekanisme sebagai berikut:
Gambar 7: Mekanisme program APBD-TK II
Mekanisme program bantuan APBD-TK II teridiri dari pembudidaya
rumput laut yang tidak pernah atau sedang mendapatkan program bantuan
usaha budidaya rumput laut dari program bantuan lain. Mekanisme selanjutnya
yaitu pembudidaya tersebut mendapatkan izin dari kelurahan setempat yang
telah dinyatakan layak untuk menerima program bantuan yang tiap kelompok
terdiri dari 10 orang anggota dan pemberian bantuan sesuai dengan
permintaan kelompok yang kemudian akan menjalani monitoring selama 3
bulan.
Tidak pernah menerima atau sedang menerima program bantuan lain
Mendapatkan izin dari kelurahan setempat
Anggota terdiri 10 orang
Bantuan diberikan sesuai permintaan
Monitoring selama 3 bulan
4. PUMP
Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Perikanan Budidaya yang
selanjutnya disebut dengan PUMP Perikanan Budidaya merupakan program
bantuan baru dari Dinas Kelautan dan Perikanan dan PUMP tersebut
merupakan bagian dari program bantuan PNPM-MKP. Jumlah kelompok
pembudidaya yang menerima program bantuan ini terdiri dari 5 kelompok,
dimana jumlah anggota pada masing-masing kelompok sama halnya dengan
program bantuan sebelumnya yang terdiri dari 10 orang. Seperti yang
dijelaskan sebelumnya bahwa program bantuan ini merupakan program
bantuan baru, sehingga prosedur atau mekanisme untuk memperoleh bantuan
ini memiliki aturan yang berbeda dengan program bantuan sebelumnya. berikut
ini gambar mekanisme penerimaan bantuan dari program PUMP sebagai
berikut:
Sosialisasi oleh DKP
Penyusunan dan pengusulan RUK dan
RUB serta dokumen lainnya
Identifikasi dan seleksi calon
Penyaluran BLM
Pemanfaatan BLM
Pendampingan
Pembinaan, pengawasan, dan pengendalian
Pemantauan dan evaluasi
Pelaporan
Gambar 8: Mekanisme program PUMP
Pelaksanaan dan mekanisme pada program PUMP yaitu pihak DKP
melakukan sosialisasi kepada pembudidaya mengenai pemberian program
bantuan ini, kemudian diadakan seleksi dan identifikasi penerima bantuan.
Kelompok pembudidaya yang lolos pada tahap seleksi dan identifikasi tersebut
selanjutnya wajib menyusun Rencana Usaha Kelompok (RUK) dan Rencana
Usaha Bersama (RUB) mengenai budidaya rumput laut mereka yang kemudian
penyaluran dananya akan ditujukan kepada masing-masing kelompok. Tiap
kelompok pembudidaya bersedia untuk dibina, dievaluasi dan mendapatkan
pengawasan langsung oleh DKP mengenai pemanfaatan dana yang diterima
dan membuat laporan mengenai perkembangan budidaya rumput laut mereka
setelah menerima program bantuan tersebut.
Berdasarkan keempat prosedur atau mekanisme dari masing-masing
program di atas pada umumnya memproriitaskan penerima program
bantuannya kepada pembudidaya rumput laut yang berdomisili pada daerah
pesisir setempat dan memiliki tingkat perekonomian yang masih rendah.
Namun, kenyataannya terdapat beberapa anggota dari kelompok pembudidaya
rumput laut yang menerima program bantuan tersebut tergolong mampu dalam
hal ekonomi akan tetapi tetap memperoleh bantuan dari DKP meskipun mereka
tinggal pada daerah pesisir. Sehingga, hal tersebut tidak sesuai dengan
prosedur program yang dibuat oleh DKP sendiri.
Berikut ini kutipan wawancara dari saudara Adi (32 thn) pembudidaya
rumput laut yang tidak mendapatkan program bantuan, sebagai berikut :
“mereka mendapatkan program bantuan dari DKP karena mereka dapat membaca dan menulis untuk membuat proposal permintaan bantuan. Selain itu, mereka memiliki hubungan dekat dengan orang-orang yang bekerja di kantor kecamatan”
Kutipan wawancara tersebut menunjukkan bahwa beberapa anggota
kelompok pembudidaya rumput laut yang menerima program bantuan adalah
pembudidaya rumput laut yang mampu dalam ekonomi dan pendidikan.
Sehingga, pelaksana program bantuan DKP yang bertugas sebagai
pendamping pembudidaya rumput laut harus betul-betul mendampingi dan
membantu para pembudidaya rumput laut dalam pembentukan kelompok dan
pembuatan proposal mereka agar prosedur masing-masing program berjalan
dengan lancar dan sesuai dengan tujuan DKP dalam meningkatkan
kesejahteraan mereka.
C. Pengaruh Pendapatan, Kelayakan usaha (R/C) ratio dan Efesiensi Pemasaran Pembudidaya Rumput Laut
Peningkatan pendapatan merupakan hal yang sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan suatu usaha yang dijalankan, khususnya bagi
pembudidaya rumput laut di Kabupaten Bantaeng. Dengan adanya program
bantuan dari DKP Kab. Bantaeng berupa uang tunai, bibit rumput laut maupun
berupa peralatan tentunya sangat diharapkan dapat membantu peningkatan
pendapatan pembudidaya. Oleh karena itu, untuk mengetahui pengaruh
program bantuan DKP Kab. Bantaeng dapat dilihat pada hasil evaluasi jumlah
tingkat pendapatan, kelayakan usaha dan efesiensi produk budidaya rumput
laut sebagai berikut :
a. Analisis Pendapatan
Hasil evaluasi pendapatan pembudidaya rumput laut yang menerima
program bantuan program DKP Kabupaten Bantaeng berkaitan erat dengan
tingkat harga, total produksi, total penerimaan dan biaya-biaya yang
dikeluarkan selama proses produksi berlangsung. Berikut ini tabel hasil
pengolahan data (Lampiran 3) mengenai rata-rata hasil pendapatan, total
produksi, penerimaan dan biaya produksi dari masing-masing program bantuan
tingkat pendapatan pembudidaya rumput laut.
Tabel 2 : Hasil rata-rata biaya produksi, total penerimaan, jumlah produksi dan
tingkat pendapatan
No Jenis
Program Keterangan Sebelum Setelah
1 PNPM-MKP Hasil Produksi (Kg) 433 548
Biaya Produksi (Rp) 3,331,556 4,576,778
Penerimaan (Rp) 3,900,000 4,935,000
Pendapatan (Rp) 568,444 358,222
2 APBD-TK I Hasil Produksi (Kg) 340 455
Biaya Produksi (Rp) 2,787,000 3,516,667
Penerimaan (Rp) 3,060,000 5,005,000
Pendapatan (Rp) 273,000 1,488,333
3 APBD-TK II Hasil Produksi (Kg) 322 482
Biaya Produksi (Rp) 2,772,833 5,252,667
Penerimaan (Rp) 2,902,500 5,307,500
Pendapatan (Rp) 129,667 54,884
4 PUMP Hasil Produksi (Kg) 325 485
Biaya Produksi (Rp) 2,806,500 5,263,500
Penerimaan (Rp) 2,925,000 5,335,000
Pendapatan (Rp) 118,500 71,500
Sumber: Hasil pengolahan data primer, 2013.
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel di atas menunjukkan tingkat
perbandingan pendapatan pembudidaya rumput laut sebelum dan setelah
menerima program bantuan dari DKP Kabupaten Bantaeng. Tabel bagian
pertama menunjukkan perbandingan tingkat pendapatan dari program bantuan
dari PNPM-MKP, dimana tingkat produksi rumput laut sebelum dan setelah
menerima bantuan program meningkat dari 433 kg menjadi 548 kg. Hal ini tentu
diikuti dengan peningkatan penerimaan pembudidaya sebanyak Rp. 3,900,000
menjadi Rp. 4,935,000 dan peningkatan biaya produksi dari Rp 331,355,000
menjadi Rp. 4,576,778. Namun, berbeda halnya dengan tingkat pendapatan
yang diperoleh pembudidaya pada saat sebelum menerima program tingkat
pendapatannya sebesar Rp. 568,444 dan setelah menerima program bantuan
Rp. 358,222.
Bagian tabel kedua menunjukkan tingkat rata-rata pendapatan
pembudidaya rumput laut sebelum dan setelah menerima program APBD-TK I,
dimana tingkat produksi rata-rata sebelum menerima program bantuan adalah
340 kg dan setelah menerima program bantuan meningkat sebanyak 455 kg
dengan biaya produksi rata-rata yang dikeluarkan sebelum menerima program
adalah Rp. 2,787,000 dan setelah menerima bantuan Rp. 3,516,667. Total
penerimaan yang diterima pada saat sebelum menerima bantuan sebesar Rp.
3,060,000 dan setelah menerima program bantuan total penerimaan yang
diterima meningkat menjadi Rp. 5,005,000 dengan total pendapatan pada saat
sebelum program sebesar Rp. 273,000 dan total pendapatan setelah menerima
bantuan program meningkat menjadi Rp. 1,488,333. Hal ini menunjukkan
bahwa program APBD-TK I mampu meningkatkan pendapatan pembudidaya
rumput laut dibandingkan pendapatan sebelumnya.
Bagian tabel ketiga menunjukkan penerima program bantuan APBD-TK
II dimana tingkat rata-rata produksi sebelum menerima bantuan sebanyak 322
kg dan mengalami peningkatan setelah menerima bantuan program sebanyak
482 kg dengan total rata-rata biaya produksi sebelum program sebanyak Rp.
2,772,883 dengan biaya produksi rata-rata setelah program meningkat Rp.
5,252,667. Peningkatan biaya produksi tersebut diikuti dengan total penerimaan
rata-rata sebelum program sebanyak Rp. 2,905,500 dengan peningkatan
penerimaan rata-rata setelah program sebanyak Rp. 5,307,500. Adapun
peningkatan pendapatan pembudidaya sebelum program DKP yaitu sebanyak
Rp. 129,667 dan pendapatan setelah program Rp. 54,884.
Bagian ke-empat pada tabel 2 menunjukkan tingkat pendapatan
pembudidaya rumput laut yang menerima program bantuan PUMP. Dimana
jumlah total hasil produksi rata-rata pembudidaya sebelum menerima program
sebanyak 325 kg dan setelah penerimaan bantuan program naik menjadi 485
kg dengan biaya produksi sebelum menerima program sebanyak Rp. 2,806,500
dan setelahnya mengalami peningkatan sebanyak Rp. 5,263,500. Selanjutnya
pada total penerimaan rata-rata pada pembudidaya rumput laut sebelum
menerima program bantuan sebanyak Rp. 2,925,000 dengan penerimaan
setelah menerima bantuan meningkat menjadi Rp.5,335,000. Hal ini berbanding
terbalik dengan tingkat pendapatan sebelum menerima program sebanyak Rp.
118,500 kemudian setelah menerima bantuan berkurang menjadi Rp. 71,500.
Berdasarkan hasil analisis keseluruhan pada masing-masing penerima
program bantuan DKP Kabupaten Bantaeng, diperoleh tingkat produksi dan
jumlah penerimaan sebelum dan setelah menerima bantuan program DKP naik
secara konstan. Hal ini sesuai dengan pendapat Zaini (2010) bahwa besar
kecilnya penerimaan dipengaruhi oleh jumlah produksi. Responden yang
memiliki produksi tinggi akan mendapatkan penerimaan yang besar dan
sebaliknya untuk jumlah produksi yang rendah maka penerimaan yang
diterimapun akan lebih kecil.
Berbeda halnya dengan pendapatan yang diterima oleh pembudidaya
pada saat sebelum dan setelah menerima program bantuan. Pada program
bantuan APBD-TK I mengalami tingkat pendapatan yang semakin tinggi setelah
menerima program bantuan, karena program bantuan tersebut berupa alat dan
bibit rumput laut. Berbeda dengan program bantuan lainnya yang menyalurkan
bantuannya berupa modal (uang tunai) yang mengalami tingkat pendapatan
semakin berkurang. Perbedaan pendapatan tersebut disebabkan oleh jenis
bantuan program yang mengakibatkan perbedaan spesialisasi produk, dimana
pembudidaya yang menerima bantuan modal (uang tunai) bisa memilih jenis
peralatan sesuai yang diinginkan berdasarkan dengan jumlah bantuan yang
diterimanya.
Berikut ini kutipan wawancara dari saudari Ani (38 thn) seorang pegawai
negeri DKP, sebagai berikut :
“Pemberian bantuan berupa uang tunai kadang disalahgunakan oleh pembudidaya rumput laut, bantuan tersebut biasanya dipergunakan bukan untuk proses budidaya rumput laut.”
Pernyataan dari kutipan wawancara di atas menunjukkan bahwa
penyaluran bantuan berupa peralatan dan bibit rumput laut lebih efektif
dibandingkan dengan jenis bantuan uang tunai. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Aris (2012) bahwa dalam prinsip keuntungan komparatif
menunjukkan satu proses produksi akan memberikan perbedaan keuntungan
karena adanya perbedaan biaya produksi, hal ini disebabkan terutama karena
adanya pilihan biaya produksi dalam spesialisasi produk.
Berikut ini kutipan wawancara dari saudara Arifuddin (46 thn) seorang
pembudidaya rumput laut, sebagai berikut :
“Bantuan dana yang saya peroleh dapat saya gunakan untuk pembelian alat produksi rumput laut kami sesuai dengan jenis dan banyaknya jumlah yang saya inginkan dan sisanya saya gunakan untuk keperluan hidup keluarga.”
Selain perbedaan penyaluran program bantuan yang diselenggarakan
oleh DKP, perbedaan tingkat pendapatan tersebut juga dipengaruhi oleh biaya
produksi pada kelompok pembudidaya dengan adanya pertambahan biaya
variabel dan biaya tetap selama proses produksi rumput laut dilaksanakan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Hernanto (1991) menyatakan, bahwa
dalam jangka pendek, satu kali produksi kita dapat membedakan biaya tetap dan
biaya berubah (variabel), termasuk didalamnya barang yang dibeli dan jasa yang
dibayar di dalam maupun di luar usaha tani. Tetapi dalam jangka panjang,
semuanya akan merupakan biaya peubah karena semua faktor yang digunakan
menjadi variabel. Oleh karena itu, biaya produksi merupakan salah satu alternatif
yang dapat dipilih sebagai faktor yang dapat ditekan sehingga tidak terlalu banyak
mengeluarkan biaya produksi. Sesuai dengan pendapat Pardamean (2008)
bahwa upaya untuk menciptakan dan meningkatkan pendapatan petani dapat pula
dilakukan dengan menekan biaya produksi menjadi seminimal mungkin.
b. Analisis Rasio Penerimaan Terhadap Biaya (R/C)
Analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C) bertujuan untuk melihat
seberapa jauh setiap rupiah biaya yang digunakan dalam kegiatan usaha dan
untuk melihat usaha untung, rugi, atau tidak untung dan tidak rugi (impas). Hal
ini kelayakan usaha pembudidaya rumput laut di Kabupaten Bantaeng dapat
diketahui dengan menggunakan rumus Analisis Revenue Cost Ratio (R/C),
yang mana merupakan perbandingan antara penerimaan (revenue) dan biaya
(cost). Tujuan penggunaan analisis dalam penelitian ini dapat membantu
program pemerintah untuk melihat kelayakan usaha budidaya rumput laut untuk
terus dikembangkan melalui program bantuan langsung (modal, bibit atau
peralatan) dan bantuan tidak langsung berupa pelatihan budidaya rumput laut.
Berikut ini tabel hasil pengolahan data pada (Lampiran 3) berdasarkan rata-rata
kelayakan usaha budidaya rumput laut pada masing-masing jenis program
bantuan DKP.
Tabel 3 : Hasil rata-rata kelayakan usaha (R/C ratio) pembudidaya rumput laut
yang menerima program bantuan DKP Kab. Bantaeng
Jenis program
Kelayakan usaha
PNPM-MKP APBD-TK I APBD-TK II PUMP
Sebelum 1,17 1,09 1,01 1,04
Setelah 1,08 1,42 1,05 1,01
Sumber: Hasil pengolahan data primer, 2013.
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa tingkat kelayakan
usaha pembudidaya rumput laut pada program bantuan PNPM-MKP sebelum
menerima program bantuan total rata-rata R/C Ratio sebesar 1,17 artinya
setiap satu rupiah yang dikeluarkan oleh pembudidaya akan diperoleh
keuntungan sebesar 0,17 rupiah, sedangkan setelah menerima program
bantuan total rata-rata R/C Ratio diperoleh 1,08 dengan artian setiap satu
rupiah yang dikeluarkan oleh pembudidaya diperoleh keuntungan 0,8 rupiah.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa usaha pembudidaya rumput laut
yang menerima program bantuan PNPM-MKP layak untuk diusahakan.
Daftar tabel 3 program bantuan kedua adalah APBD-TK I pada tabel
tersebut pembudidaya rumput laut sebelum menerima program bantuan total
rata-rata R/C Ratio sebesar 1,09 artinya setiap satu rupiah yang dikeluarkan
oleh pembudidaya akan diperoleh keuntungan sebesar 0,9 rupiah, sedangkan
setelah menerima program bantuan total rata-rata R/C Ratio diperoleh 1,42
dengan artian setiap satu rupiah yang dikeluarkan oleh pembudidaya diperoleh
keuntungan 0,42 rupiah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa usaha
pembudidaya rumput laut yang menerima program bantuan APBD-TK I juga
layak untuk diusahakan.
Selanjutnya, daftar tabel 3 bagian ke-tiga adalah program bantuan
APBD-TK II pada tabel tersebut pembudidaya rumput laut sebelum menerima
program bantuan total rata-rata R/C Ratio sebesar 1,01 artinya setiap satu
rupiah yang dikeluarkan oleh pembudidaya akan diperoleh keuntungan sebesar
0,1 rupiah, sedangkan setelah menerima program bantuan total rata-rata R/C
Ratio diperoleh 1,05 dengan artian setiap satu rupiah yang dikeluarkan oleh
pembudidaya diperoleh keuntungan 0,5 rupiah. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa usaha pembudidaya rumput laut yang menerima program
bantuan APBD-TK II juga layak untuk diusahakan.
Bagian akhir daftar tabel 3 adalah program bantuan PUMP pada tabel
tersebut pembudidaya rumput laut sebelum menerima program bantuan total
rata-rata R/C Ratio sebesar 1,04 artinya setiap satu rupiah yang dikeluarkan
oleh pembudidaya akan diperoleh keuntungan sebesar 0,4 rupiah, sedangkan
setelah menerima program bantuan total rata-rata R/C Ratio diperoleh 1,01
dengan artian setiap satu rupiah yang dikeluarkan oleh pembudidaya diperoleh
keuntungan 0,1 rupiah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa usaha
pembudidaya rumput laut yang menerima program bantuan PUMP masih layak
untuk diusahakan.
Berdasarkan hasil evaluasi tingkat kelayakan usaha budidaya rumput
laut di atas telah diperoleh bahwa masing-masing pembudidaya rumput laut
yang menerima program bantuan dari DKP Kabupaten Bantaeng layak untuk
dikembangkan karena sangat terlihat jelas bahwa tingkat kelayakan budidaya
rumput laut masing-masing lebih besar dari 1. Hal ini sesuai dengan pendapat
Rahim dan Hastuti (2007) menyatakan bahwa R/C lebih dari 1 adalah untung
dan layak diusahakan.
c. Efesiensi pemasaran pembudidaya rumput laut
Efesiensi pemasaran menurut Agustiati (2001) dalam Sadif Rezky (2011)
apabila memasukkan kata efesiensi dalam analisis, maka variable baru harus
dipertimbangkan dalam model analisis adalah variable harga. Oleh karena itu,
ada dua hal yang perlu diperhatikan sebelum analisis efesiensi dikerjakan yaitu
tingkat transformasi antara output dan input dalam fungsi produksi, dan
perbandingan antara harga input dan harga output sebagai upaya untuk
mencapai indikator efesiensi. Berikut ini tabel hasil pengolahan data (Lampiran
3) mengenai analisis efesiensi pemasaran pembudidaya rumput laut sebelum
dan setelah menerima program bantuan DKP.
Tabel 4: Hasil analisis efesiensi pemasaran (R/C) ratio pembudidaya rumput
laut sebelum dan setelah program DKP Kab. Bantaeng
Jenis program
Efesiensi pemasaran
PNPM-MKP APBD-TK I APBD-TK II PUMP
Sebelum 9% 9% 9% 7%
Setelah 11% 9% 8% 6%
Sumber : Hasil pengolahan data primer, 2013.
Berdasarkan tabel analisis di atas, diperolah hasil analisis efesiensi
pemasaran pada pembudidaya rumput laut kelompok PNPM-MKP dengan
persentase efesiensi pemasaran sebelum menerima program bantuan DKP
sebesar 9% kemudian setelah menerima bantuan meningkat menjadi 11%.
Kenaikan persentase pada hasil analisis di atas diikuti oleh kelompok
pembudidaya rumput laut dari penerima APBD-TK I, dimana sebelum
persentase efesiensi pemasaran sebelum menerima program sebesar 9%
kemudian tetap menjadi 9%.
Hasil analisis kenaikan persentase efesiensi pemasaran dari kedua
program tersebut berbeda halnya dengan hasil persentase pada program
APBD-TK Il dan PUMP. Dimana hasil persentase efesiensi pemasaran pada
pembudidaya rumput laut dari program bantuan APBD-TK II dari 9% menurun
menjadi 8%. Begitupun dengan penerima program dari PUMP yaitu efesiensi
pembudidaya sebelum menerima program dari 7% menurun menjadi 6%.
Berdasarkan hasil persentase efesiensi pemasaran pembudidaya rumput laut
dari ke-empat program tersebut masih efektif, karena pada hasil persentse
keseluruhannya masing-masing di bawah 30%.
Keefektifan hasil analisis efesiensi pemasaran pada pembudidaya
tersebut disebabkan oleh adanya sarana pemasaran yang dilakukan oleh DKP
terhadap pembudidaya rumput laut yang menerima program bantuan dengan
menyederhanakan jalur pemasaran rumput laut mereka yaitu dari produsen ke
pedagang pengumpul. Dimana pedagang pengumpul tersebut lebih mudah
untuk mengetahui jenis kelompok pembudidaya rumput laut yang menghasilkan
produksi rumput laut terbanyak oleh data dan informasi dari DKP. Hal ini
berdasarkan pendapat Harifuddin, dkk (2011) bahwa saluran yang pendek
lebih efisien daripada saluran yang panjang dan pendapat Soekartawi (2002),
efisiensi pemasaran tidak terjadi apabila biaya pemasaran semakin besar dan
nilai produk yang dipasarkan jumlahnya tidak terlalu besar.
Selain itu, keefktifan dari efesiensi pemasaran yang dimilki oleh
pembudidaya yang menerima program DKP umumnya memiliki luas lahan atau
luas bentangan di bawah 1 hektar atau ± 800 bentangan. Sesuai dengan
pendapat Soekartawi (1993) menyatakan bahwa bukan berarti semakin luas
lahan pertanian semakin efesien lahan tersebut. Bahkan lahan yang sangat
luas dapat terjadi inefesiensi yang disebabkan oleh lemahnya pengawasan,
terbatasnya tenaga kerja dan terbatasnya persediaan modal untuk membiayai
usaha tersebut.
D. Evaluasi Program Saluran Bantuan Dalam Tepat Sasaran, Tepat Waktu, Dan Tepat Jumlah
Salah satu indikator penting untuk mengetahui keberhasilan program
bantuan dari DKP terhadap peningkatan pendapatan budidaya rumput laut
adalah dengan mengetahui ketepatan sasaran penerima program, ketepatan
waktu dalam pelaksanaan kegiatan dan ketepatan jumlah dalam penyaluran
dana demi meningkatkan proses keberhasilan budidaya rumput pada kelompok
pembudidaya.
Salah satu analisis untuk mengetahui keberhasilan program bantuan
DKP tersebut digunakan analisis hirarki proses (AHP) yang dapat membantu
evaluasi keberhasilan program bantuan DKP dan yang akan mendukung
kebijakan program bantuan DKP berikutnya. Penyusunan keseluruhan
dimensi hirarki peningkatan pendapatan rumput laut yang digunakan meliputi:
1) dimensi fokus merupakan masa depan yang diinginkan pembudidaya rumput
laut adalah peningkatan pendapatan mereka; 2) dimensi faktor merupakan
pertimbangan berbagai persoalan dan peluang internal dan eksternal yang
dihadapi dalam upaya mewujudkan keberhasilan program bantuan; 3) dimensi
sasaran merupakan tujuan dari permasalahan yang memiliki pengaruh
terhadap sebuah solusi yang ingin dicapai dalam peningkatan pendapatan; 4)
dimensi alternatif merupakan pertimbangan solusi yang dapat digunakan oleh
DKP dalam pelaksanaan kebijakan untuk peningkatan pendapatan dan
pengembangan budidaya rumput laut (lampiran 4).
Berikut ini (gambar 9) hasil analisis AHP terhadap faktor yang
mendukung keberhasilan program bantuan DKP terhadap peningkatan
pendapatan pembudidaya rumput laut. Bahwa faktor modal (MD), luas lahan
(LL) dan sarana produksi (SP) merupakan hal penunjang terhadap keberhasilan
program bantuan DKP dimana nilai AHP dari ketiga faktor tersebut 0.05 yang
berarti hasil analisis ketiga faktor tersebut efektif dalam program bantuan DKP.
Gambar 9: Nilai faktor terhadap fokus terhadap keberhasilan program bantuan DKP.
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa dari ketiga penunjang
keberhasilan program bantuan DKP tersebut, sarana produksi merupakan salah
satu hal yang harus diprioritaskan dibandingkan dengan faktor penunjang
lainnya yaitu modal dan luas lahan. Karena sarana produksi merupakan alat
dan langkah awal untuk melakukan kegiatan budidaya rumput laut.
Selanjutnya, dari hasil keefektifan faktor tersebut akan dijelaskan ketepatan
sasaran, jumlah dan ketepatan waktu pada program bantuan DKP melalui
dimensi sasaran terhadap alternatif yang merupakan pertimbangan solusi dari
masalah yang ada dan hasilnya dapat digunakan oleh DKP dalam
melaksanakan kebijakan untuk peningkatan pendapatan dan pengembangan
budidaya rumput laut. Berikut ini analisis program bantuan berdasarkan
ketepatan sasaran program bantuan, ketepatan jumlah dan waktu pelaksanaan
kegiatan program:
1. Tepat Sasaran
Salah satu upaya tercapainya tujuan pemberian program bantuan DKP
adalah pemberian bantuan tepat sasaran bagi pembudidya rumput laut yang
sangat membutuhkan pengembangan usaha budidaya rumput laut mereka
namun memiliki keterbatasan dalam masalah dana dan peralatan. Oleh karena
itu, sangat diperlukan hubungan kerjasama antara pemerintah DKP dengan
masyakarat pesisir kususnya pembudidaya rumput dalam mencapai ketepatan
sasaran program tersebut. Sasaran utama program bantuan PNPM-MKP,
APBD-TK I, APBD-TK II, dan PUMP dari DKP adalah masyarakat pesisir yang
kurang mampu dan memilki jenis usaha sebagai pembudidaya rumput laut.
Pemberian program bantuan tersebut tidak hanya ditujukan bagi
masyarakat pesisir yang bergerak sebagai pembudidaya rumput laut yang
kurang mampu akan tetapi juga bagi masyarakat pesisir yang bergerak sebagai
pengolahan rumput laut dan nelayan. Oleh karena itu, untuk menghindari
terjadinya tumpang tindih dalam pemberian sasaran program bantuan ini
sangat diperlukan ketelitian dan monitoriong secara terus-menerus oleh pihak
DKP dengan pemerintah setempat yang masing-masing berada pada
kecamatan di bagian pesisir.
Salah satu syarat sasaran penerima program bantuan ini adalah
pembudidaya rumput laut yang memiliki luas lahan atau bentangan rumput laut
namun tidak memiliki kelompok budidaya rumput laut. Indikator yang digunakan
untuk mengetahui bahwa sasaran penerima bantuan program efektif atau tidaknya
dalam optimalisasi penyaluran bantuan DKP yaitu melalui hasil wawancara dengan
pertimbangan analisis hirarki proses, hasil analisis sasaran penerima bantuan
program tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 10: Nilai sasaran bantuan berdasarkan faktor modal pada evaluasi
program bantuan DKP.
Gambar 11: Nilai sasaran bantuan berdasarkan faktor luas lahan pada evaluasi program bantuan DKP.
Berdasarkan analisis hirarki proses di atas menunjukkan bahwa alternatif
kebijakan program bantuan DKP untuk menjawab solusi peningkatkan pendapatan
pembudidaya rumput laut secara keseluruhan pada faktor modal adalah efektif pada
(gambar 10) dengan hasil analisis menunjukkan nilai angka 0.02. Namun, salah satu
hal yang harus diproritaskan dari masing-masing penunjang keberhasilan program
bantuan tersebut adalah monitoring sasaran bantuan (MSB) karena berdasarkan
hasil wawancara dari kelompok pembudidaya rumput laut yang tidak menerima
bantuan program DKP mengungkapkan bahwa alasan mereka tidak mendapatkan
program bantuan karena kurangnya pengawasan dan pendampingan langsung oleh
pihak DKP terhadap pembuatan proposal dalam penerimaan program bantuan
tersebut.
Berikut ini kutipan wawancara dari saudara Jarre (30 thn) seorang
pembudidaya rumput laut, sebagai berikut :
“Sejak tiga tahun yang lalu namaku sudah dicatat oleh kelurahan untuk mendapatkan program bantuan DKP, tapi hingga sekarang belum mendapatkan bantuan tersebut.”
Hasil analisis hirarki proses selanjutnya adalah pada (gambar 11) nilai
sasaran pemberian program terhadap luas lahan pembudidaya rumput laut
menunjukkan angka 0.05 yang berarti sasaran program bantuan tersebut efektif.
Namun, seperti pada gambar sebelumnya salah satu hal yang harus diprioritaskan
untuk keberhasilan program bantuan DKP tersebut adalah sasaran penerimaan
bantuan. Sasaran penerima program tersebut berdasarkan luas lahan, dibuktikan
dengan tidak adanya penentuan atau kebijakan dari masing-masing program
tentang luas lahan pembudidaya yang pantas untuk menerima program bantuan.
Hal ini dibuktikan dengan data responden pada (lampiran 2) yang menunjukkan
adanya anggota kelompok pembudidaya yang memiliki luas lahan budidaya rumput
laut mencapai satu hektar atau lebih dan hal ini dikatagorikan pembudidaya tersebut
mampu dan tidak layak untuk menerima program bantuan DKP. Sehingga,
kebijakan yang dibuat dalam upaya keberhasilan program bantuan selanjutnya
adalah dengan memproritaskan sasaran penerima program bantuan demi
pengentasan kemiskinan masyarakat pesisir khususnya pembudidaya rumput laut.
2. Tepat Waktu
Ketepatan waktu dalam pemberian program bantuan dari DKP kepada
penerima program bantuan (pembudidaya rumput laut) sangat erat kaitannya
dengan keberhasilan budidaya rumput laut. Salah satu contoh ikatan tersebut
adalah pemberian bantuan dari program APBD-TK1 yang memberikan bantuan
kepada pembudidaya berupa bibit rumput laut dan peralatan, bibit rumput laut
merupakan salah satu indikator utama dalam usaha budidaya rumput laut
sedangkan peralatannya merupakan indikator kedua untuk menjalankan
indikator pertama.
Berdasarkan mekansime pemberian program bantuan baik dari program
PNPM-MKP, APBD-TK I, APBD-TK II dan dari PUMP memberikan bantuan ada
yang secara langsung dan tidak secara langsung sekali setahun akan tetapi
diberikan secara bertahap atau masing-masing memiliki jangka waktu yang
berbeda. Pemberian program bantuan dari program APBD-TK I dilakukan pada
saat pembudidaya rumput laut membutuhkan bibit sesuai dengan jumlah bibit
yang dibutuhkannya hingga batas jumlah bibit sesuai dengan dengan program
tersebut dan adapun dengan pemberian peralatannya yaitu dapat dilakukan
secara sekaligus jika pembudidaya sudah membutuhkannya.
Berikut ini kutipan wawancara dari saudari Rahmatia (35 thn) seorang
pembudidaya rumput laut, sebagai berikut :
“Penyaluran dana bantuan dilakukan secara bertahap, dan sesuai dengan perjanjian sebelumnya.”
Berbeda halnya dengan pemberian bantuan yang berupa uang tunai
atau dana langsung yaitu dari program PNPM-MKP, APBD-TK II dan PUMP
yaitu dilakukan secara bertahap dengan pencairan dana pada rekening bank
dalam kurung waktu tiga kali dalam setahun. Berdasarkan (Gambar 10) hasil
analisis hirarki proses dari ketepatan waktu pemberian bantuan (MTB) kepada
pembudidaya rumput laut yang menerima program bantuan mencapai 0.117
yang merupakan hasil yang terendah dibandingkan dengan prioritas alternatife
lainnya, dan hal ini menunjukkan bahwa jangka waktu pemberian atau
penyaluran bantuan kepada pembudidaya rumput laut sudah efektif.
3. Tepat Jumlah
Salah satu indikator yang dapat dipakai untuk mengetahui ketepatan
jumlah bantuan program dengan menggunakan analisis hirarki proses. Hasil
analisis hirarki proses pada (Gambar 11) menunjukkkan bahwa jumlah
penerimaan bantuan dana maupun peralatan efesien terhadap keberhasilan
budidaya dan pengembangan distribusi hasil budidaya rumput dengan
konsensistensi ratio di bawah 0.1 . Berikut ini terdapat gambar tingkat efesiensi
hasil analisis hirarki proses terhadap ketepatan jumlah penerimaan bantuan
modal yang berupa dana, peralatan, maupun bibit rumput laut.
Gambar 12: Nilai jumlah bantuan berdasarkan faktor modal pada evaluasi program bantuan DKP.
Gambar 13: Nilai jumlah bantuan berdasarkan faktor sasaran produksi pada evaluasi program bantuan DKP.
Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa jumlah bantuan
program merupakan salah satu faktor penunjang terhadap peningkatan
pembudidaya rumput laut. Namun, tidak terlalu diproritaskan dibandingkan
dengan faktor penunjang lainnya karena faktor yang lainnya lebih penting untuk
mendukung keberhasilan budidaya rumput laut pada kelompok pembudidaya.
Dalam artian bahwa jumlah bantuan yang diberikan dari program DKP sudah
efesien terhadap peningkatan keberhasilan budidaya rumput laut dan
pengembangan serta penyediaan distribusi hasil budidaya rumput laut.
Tingkat efektivitas jumlah penerimaan bantuan tersebut adalah sudah
sesuai dengan permintaan jumlah dana dan jenis bantuan yang diajukan oleh
masing-masing kelompok pembudidaya. Dimana kebutuhan dan permintaan
kelompok pembudidaya rumput laut tersebut akan disesuaikan dengan jenis
bantuan program karena seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa jenis
penyaluran program bantuan yang ada di DKP berbeda-beda baik yang berupa
modal dana, peralatan dan bibit rumput laut.
Berikut ini kutipan wawancara dari saudari Ambo sani (45 thn) seorang
pembudidaya rumput laut, sebagai berikut :
“Jumlah bantuan yang kami terima sangat membantu untuk pembelian peralatan proses budidaya rumput laut, baik berupa peralatan budidaya dan bibit rumput laut.”
Salah satu penerimaan bantuan program yang berbentuk materi adalah
program bantuan APBD-TK I yang memberikan program bantuan berupa bibit
rumput laut sebanyak 500 kg perkelompok budidaya dan peralatan berupa tali
sebanyak 465 kg dengan jumlah penerima sebanyak 5 kelompok. Sedangkan
program bantuan lainnya berupa uang tunai melalui rekening bank, PNPM-MKP
sebanyak Rp 25 juta per kelompok dengan 15 kelompok pembudidaya program
APBD-TK II sebanyak Rp. 100 juta per kelompok dengan jumlah kelompok 10
kelompok pembudidaya, dan program PUMP sebanyak Rp. 6,5 juta per
kelompok dengan penerima 5 kelompok pembudidaya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Prosedur atau mekanisme program bantuan DKP Kabupaten Bantaeng
terdiri dari program bantuan PNPM-MKP, APBD-TK I , APBD-TK II, dan
PUMP dimana masing-masing program tersebut memiliki prosedur yang
berbeda-beda dan pada umumnya prosedur tersebut mengutamakan pada
pembudidaya rumput laut yang kurang mampu. Namun, kenyataannya
belum sesuai dengan prosedur yang ada.
2. Total penerimaan masing-masing kelompok pembudidaya rumput
mengalami peningkatan dengan kelayakan usaha R/C ratio dan efesiensi
pemasarannya sangat efesien. Meskipun pada kelompok pada program
APBD-TK II, PNMP-MKP, dan PUMP pendapatan yang diterima setelah
program bantuan semakin berkurang karena adanya tambahan beban biaya
tetap dan biaya operasional. Kecuali pada program APBD-TK I
pendapatannya semakin meningkat karena adanya spesialisasi produk
dimana pembudidaya menerima bantuan langsung berupa alat dan bibit
rumput.
3. Pelaksanaan program bantuan DKP berdasarkan hasil analisis hirarki
proses menunjukkan bahwa sasaran penerima program merupakan salah
satu faktor yang harus diproritaskan terhadap pengembangan pendapatan
pembudidaya rumput laut karena belum efektif. Adapun hasil analisis hirarki
proses pada kelompok penerima program bantuan menunjukkan bahwa
ketepatan waktu dan jumlah penyaluran dana program DKP sudah efektif
dan sesuai dengan tujuan dan prosedur yang ada untuk membantu
peningkatan pendapatan pembudidaya rumput laut.
B. Saran
1. Program bantuan DKP dapat meningkatkan pendapatan pembudidaya
rumput laut. Namun, pendampingan terhadap peningkatan hasil produksi
hanya aktif berjalan ± 2 tahun. Oleh karena itu, perlu penelitian lebih lanjut
mengenai evaluasi pengembangan program bantuan DKP dalam jangka
waktu yang lebih lama dalam meningkatkan perekonomian dan
kesejahteraan masyarakat pesisir.
2. Perlu diadakan pengawasan dan pendampingan langsung oleh pihak DKP
dalam mencatat calon penerima guna menghindari kesalahan sasaran
penerima program bantuan.
3. Perlu pembinaan lebih lanjut kepada penerima program untuk
pengembangan industri pengolahan hasil budidaya rumput laut dalam
bentuk diversifikasi produk olahan agar mampu meningkatkan pendapatan
mereka dalam menciptakan lapangan usaha baru.
DAFTAR PUSTAKA
Alexander ,L.K, 2006. Studi Penentuan Lokasi Untuk Pengembangan Budidaya
Laut Berdasarkan Parameter Fisika, Kimia Dan Biologi Di Teluk Kupang,
Nusa Tenggara Timur. Program Studi Magister Manajemen Sumberdaya
Pantai. Universitas Diponegoro. Semarang.
Arikunto S. 2000. Manajemen Penelitian, Edisi Baru. Jakarta: Rieneka Cipta.
hlm 645.
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7140/1/08e00270.pdfdiakses
pada tanggal 3 januari 2013).
Aris. 2012. Teori Ekonomi Produksi. Brilian Internasional. Makassar.
Badan Pusat Statistik Sulawesi Selatan. 2008. Artikulasi Pengentasan
Kemiskinan Lingkup Kelautan Dan Perikanan Sulawesi Selatan. Provinsi
Sulawesi Selatan.
Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting, Edisi Kedelapan. BPFE (http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/2d3akuntansi/207102005/bab2.pdf. diakses pada tanggal 3 Februari 2013).
Dahuri. 2003. Pengelolaan Kelautan dan Perikanan Nasional. PT. Bumi Aksara. Jakarta.
Dunn. 2000. Journal of Statistics Education Volume 20, Number 1
(www.amstat.org/publications/jse/v20n1/dunn.pdf. diakses pada tanggal 3
Januari 2013).
Dinas Pertanian dan Kehutanan. 2009. Profil Dinas Pertanian dan Kehutanaan
Kab. Bantaeng. Balai pustaka. Bantaeng.
Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Sulawesi Selatan. 2004. Laporan
Tahunan Dinas Perikanan Sulawesi Selatan. DKP. Makassar.
Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Sulawesi Selatan. 2009. Laporan
Tahunan Dinas Perikanan Sulawesi Selatan. DKP. Makassar.
Friedmann, John. 1992. Empowerment: The Politics of Alternative
Development, Blackwell, Cambridge.
(www.obs.rc.fas.harvard.edu/chetty/value_added.pdf. diakses pada tanggal 10
Januari 2013).
Gimin, R. 2001. Peluang dan Hambatan Pengembangan Akuakultur di Propinsi
NTT. Prosiding Seminar Hasil Penelitian dan Kajian Dosen UPT Perikanan
dan Ilmu Kelautan UNDANA, Kupang.
Harahaf dan Sofyan Syafri. 2004. Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan. Bumi
Aksara. Jakarta.
Hernanto, Fadholi, 1991. Ilmu Usaha Tani. Cetakan pertama. Penerbit PT.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Harifuddin, dkk. 2011. Analisis Margin Dan Efesiensi Pemasaran Rumput Laut
Di Desa Mandalle Kec. Mandalle kab. Pangkep. Jurnal agribisnis x vol.3.
Jurusan Perikanan Politeknik Pertanian. Makassar.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2004. Standar Akuntansi Keuangan
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_pea_043479_chapter2.pdf. Diakses
pada tanggal 10 Februari 2013. Makassar.
Ikhsan S. 2012. Strategi Pengembangan Kawasan Minapolitan Rumput Laut Di
Kecamatan Pajukukang Kabupaten Bantaeng..
(http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/132847505e776dc062da4355b7d7c5c6.pdf .
diakses pada tanggal 25 Juni 2013).
Kadarsyah, S dan Ali R. 1998. Pengenalan Metode AHP (Analytical Hierarchy
Process). Copyright © Februari 2010 Syaifullah08.Wordpress.Com.
Diakses pada tanggal 24 Januari 2013.
Dinas Kelautan dan Perikanan. 2012. Artikulasi Pengentasan Kemiskinan
Lingkup Kelautan Dan Perikanan Sulawesi Selatan. DKP Provinsi Sulawesi
Selatan. (www.DKP.go.id/.../-SULAWESI-SELATAN-PROVINSI-BUDIDAYA.
diakses pada tanggal 20 Januari 2013).
Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, et al. 2005. Intermediete Accounting.
(http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S074857510500031Xdiakses
pada tanggal 10 Februari 2013).
Kieffer. 1984. Fundamental of Geothechnical Analysis. Hal 112.
(www.implantologie.co.at/CVWagner.pdf. diakses pada tanggal 10 Januari
2013).
Kusnadi. 2007. Strategi Hidup Masyarakat Nelayan. LKiS. Yogyakarta.
Made, S., dkk. 2001. Optimalisasi Pengembangan Usaha Sumberdaya Rumput
Laut (Eucheuma cottonii) di Kabupaten Takalar. Jurusan Perikanan.
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin. Makassar.
Macnamara, J. (2010). Public communication practices in the Web 2.0-3.0 mediascape: The case for PRevolution. PRism 7(3): (http://www.prismjournal.org. diakses pada tanggal 24 Mei 2013).
Meske. C. 1986. Fish Aquaculture Technology and Experiments. First Edition,
F.Vogt (ed). Pengamon Press, London.
Mubyarto (ed). 1997. Kisah-kisah IDT, Penuturan 100 Sarjana
Pendamping,cetakan pertama, Aditya Media, Yogyakarta.
Mustafa, A. 2012. Kuesioner Analytic Hiera Process Untuk Prioritas Kebijakan
Pengembangan Budidaya Tambak. Balai Penelitian Dan Pengembangan
Budidaya Air Payau. Maros.
Nurdjana, M. L. 2001. Prospek Sea Farming di Indonesia. Teknologi Laut dan
Pengembangan Sea farming Indonesia. Departemen Kelautan dan
Perikanan bekerjasama dengan JICA, Jakarta.
Pardamean, Maruli, 2008. Panduan Lengkap Pengelolaan Kebun Dan Pabrik
Kelapa Sawit. Cetakan pertama. Penerbit PT. Agro Media Pustaka.
Jakarta.
Prijono, Onny S dan Pranarka A.M.W. 1996. Pemberdayaan, Konsep, Kebijakan dan Implementasi. Jakarta: Centere for Strategic and International Studies.
Rahim, A dan Hastuti, D.R.D, 2007. Pengantar Teori dan Kasus Ekonomi.
Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta.
Randy R. Wrihatnolo dan Riant N. Dwidjowijoto. 2007. Manajemen
Pemberdayaan Sebuah Pengantar dan Panduan untuk Pemberdayaan
Masyarakat. PT. ElexMedia Komputindo, Jakarta.
Rabinow, Paul; and William Sullivan. 1987. Interpretive Social Science: A
Second Look. Los Angeles: University of California Press.
(http://www.jstor.org/action/showPublisher?publisherCode=cup&. Diakses
pada tanggal 25 Juni 2013).
Robert Dahl. 1983. Political theory, Political science, and the preface: a refew of “ a preface to democracy theory” . (http://www.gobookee.org/robert-dahl-on-democracy/. Diakses pada tanggal 21 Juni 2013).
Saaty, Thomas L. 1993. Theory and Applications of the Analytic Network
Process: Decision Making with Benefits, Opportunities, Costs, and Risks, 352 pp, RWS Publications. ISBN 1-888603-06-2. (www.colorado.edu/.../leyk/.../saaty_2008.pdf. diakses pada tanggal 12 Januari 2013).
Sadif Rezky (2011). Analisis Usaha Tani Rumput Laut Di Kota Bau-Bau.
Ekonomi Sumberdaya. Pasca sarjana UNHAS. Makassar.
Setyaningsih, H. 2011. Kelayakan Usaha Budi Daya Rumput Laut
Kappaphycus Alvarezii Dengan Metode Longline Dan Strategi
Pengembangannya Di Perairan Karimunjawa. Pascasarjana IPB.
(http://dosen.narotama.ac.id/wp-content/uploads/2012/03. diakases pada
tanggal 2 Januari 2013).
Setiawan, N. 2005. Teknik Sampling. Diklat Metodelogi Penelitian
Nasional,jurnal5:(http://eprints.undip.ac.id/17657/1/WARIH_BUDIYONO_SETYA
WAN.pdf. diakses pada tanggal 15 Januari 2013).
Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Manajemen Hasil-hasil Pertanian: Teori dan
Aplikasinya. Edisi 1. Cetakan 3. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Soekartawi, 2003. Agribisnis (Teori dan Aplikasinya). PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Ed ke-2.
Bandung: Alfabeta. 306 hlm.
Sulipan, 2012. Penelitian Deskriptif Analitis Berorientasi Pemecahan
Masalah.(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Penelitian%20Deskriptif.pdf.
diakses Januari 2013).
Sursiyamtini,M.A., Paresti, C., Santosa, B., dkk. 2012. Model Kurikulum
Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Berbasis Ekonomi Produktif. PPKP.
Jurnal. 8 : 7-12.
Sulistijo. 2006. Budidaya Rumput Laut dan Upaya Pengembangannya.
Makalah pada KIPNAS IV. Jakarta.
Suharyo, W.I, dkk. 2006. Peningkatan Kapasitas Pemerintah Daerah dalam Penanggulangan Kemiskinan melalui Analisis Kemiskinan Partisipatoris(AKP).(http://www.smeru.or.id/report/research/jbic2/jbic2ind.pdf. diakses pada tanggal 2 januari 2013).
Widodo, J. 2001. Prinsip Dasar Pengembangan Akuakultur dengan Contoh
Budidaya Kerapu dan Bandeng di Indonesia. (http://www.smecda.com/kajian/files/hslkajian/petani_miskin.pdf. diakses pada tanggal 2 Januari 2013).
Wrihatnolo, Randy. 2007. Manajemen Pemberdayaan. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Zaini Achmad.2010. Pengaruh biaya produksi dan penerimaan terhadap
Pendapatanpetanipadisawah.(http://agribisnisfpumjurnal.files.wordpress.co
m/2012/03/jurnal-vol-7-no-1-zaini.pdf. diakses pada tanggal 25 Mei 2013).
LAMPIRAN
Lampiran 1
Peta Zonasi Kabupaten Bantaeng
LAMPIRAN 2
1. Data RespondenPenerima Bantuan Program PNPM-MKP Tahun 2010
No NAMA KELOMPOK PROGRAM BANTUAN
NAMA UMUR JENIS
KELAMIN JABATAN ALAMAT JENIS USAHA
1 Bakal Timur PNPM-MKP/2010 Sarifuddin 36 Laki-laki Ketua Pallantikang Petani Rumput Laut
2 Tampung Timur I PNPM-MKP/2010 Mustari 49 Laki-laki Ketua Letta Petani Rumput Laut
3 Tampung Timur II PNPM-MKP/2010 Nur Ahyadi 53 Laki-laki Ketua Letta Petani Rumput Laut
4 Sinar Laut PNPM-MKP/2010 Aksan Akbar 38 Laki-laki Ketua Letta Petani Rumput Laut
5 Alga Lembang PNPM-MKP/2010 Ismail 40 Laki-laki Ketua Lembang Petani Rumput Laut
6 Pesisir Tamalange Ii PNPM-MKP/2010 Basri Hading 46 Laki-laki Ketua Lembang Petani Rumput Laut
7 Hidayat II PNPM-MKP/2010 Kamaruddin 41 Laki-laki Ketua Lembang Petani Rumput Laut
8 Sipakainga PNPM-MKP/2010 Muh. Ikhsan 36 Laki-laki Ketua Lembang Petani Rumput Laut
9 Mannggara Bombang PNPM-MKP/2010 Samoddin 51 Laki-laki Ketua Lembang Petani Rumput Laut
10 Assamaturu PNPM-MKP/2010 Bambang H 45 Laki-laki Ketua Lembang Petani Rumput Laut
11 Julu Ati PNPM-MKP/2010 Abd. Mutalib 45 Laki-laki Ketua Lembang Petani Rumput Laut
12 Tunas Mandiri Ii PNPM-MKP/2010 Sirajuddin 37 Laki-laki Ketua Lamalaka Petani Rumput Laut
13 Sipakala' Biri PNPM-MKP/2010 Aidil 43 Laki-laki Ketua Lamalaka Petani Rumput Laut
14 Abulo Sibatang II PNPM-MKP/2010 Anwar Azis 39 Laki-laki Ketua Lamalaka Petani Rumput Laut
15 Kasoreang Jaya PNPM-MKP/2010 Jamaluddin 48 Laki-laki Ketua Lamalaka Petani Rumput Laut
16 Bakal Timur PNPM-MKP/2010 Ridwan D 30 Laki-laki Bendahara Pallantikang Petani Rumput Laut
17 Tampung Timur I PNPM-MKP/2010 Amir Syam 36 Laki-laki Bendahara letta Petani Rumput Laut
18 Tampung Timur II PNPM-MKP/2010 Muh. Asrul 49 Laki-laki Bendahara letta Petani Rumput Laut
19 Sinar Laut PNPM-MKP/2010 Samsinar Razak 53 Laki-laki Bendahara letta Petani Rumput Laut
20 Alga Lembang PNPM-MKP/2010 Usman Amir 38 Laki-laki Bendahara Lembang Petani Rumput Laut
21 Pesisir Tamalange PNPM-MKP/2010 Abd. Wahid 40 Laki-laki Bendahara Lembang Petani Rumput Laut
22 Hidayat II PNPM-MKP/2010 Arifuddin 46 Laki-laki Bendahara Lembang Petani Rumput Laut
No NAMA KELOMPOK PROGRAM BANTUAN
NAMA UMUR JENIS
KELAMIN JABATAN ALAMAT JENIS USAHA
23 Sipakainga PNPM-MKP/2010 Rasyid 41 Laki-laki Bendahara Lembang Petani Rumput Laut
24 Mannggara Bombang PNPM-MKP/2010 Arfah 36 Laki-laki Bendahara Lembang Petani Rumput Laut
25 Assamaturu PNPM-MKP/2010 Marhati 63 Laki-laki Bendahara Lembang Petani Rumput Laut
26 Julu Ati PNPM-MKP/2010 M. Arif 45 Laki-laki Bendahara Lembang Petani Rumput Laut
27 Tunas Mandiri PNPM-MKP/2010 Mursalim 37 Laki-laki Bendahara Lamalaka Petani Rumput Laut
28 Sipakala' Biri PNPM-MKP/2010 Angraeni 56 Laki-laki Bendahara Lamalaka Petani Rumput Laut
29 Abulo Sibatang II PNPM-MKP/2010 Nasrum Nur 48 Laki-laki Bendahara Lamalaka Petani Rumput Laut
30 Kasoreang Jaya PNPM-MKP/2010 Lukman 43 Laki-laki Bendahara Lamalaka Petani Rumput Laut
Penerima Bantuan Program Bantuan APBD-TK I / 2012
NO NAMA KELOMPOK PROGRAM
BANTUAN NAMA UMUR
JENIS
KELAMIN JABATAN ALAMAT JENIS USAHA
1 Manggara Bombang APBD-TK I/2012 Muh. Syukri 30 Laki-laki Ketua Kel. Lembang Petani Rumput Laut
2 Biota Laut APBD-TK I/2012 Abd. Muis 29 Laki-laki Ketua Kec. Bisappu Petani Rumput Laut
3 Sejahtera APBD-TK I/2012 Basri 56 Laki-laki Ketua Bonto sunggu Petani Rumput Laut
4 Karang Batu APBD-TK I/2012 Bahar 36 Laki-laki Ketua Pajukukang Petani Rumput Laut
5 Sipakainga APBD-TK I/2012 Ikhsan 27 Laki-laki Ketua Kel. Lembang Petani Rumput Laut
6 Manggara Bombang APBD-TK I/2012 Abd. Razak 62 Laki-laki Bendahara Kel. Lembang Petani Rumput Laut
7 Biota Laut APBD-TK I/2012 Ismail 58 Laki-laki Bendahara Kec. Bisappu Petani Rumput Laut
8 Sejahtera APBD-TK I/2012 Sunu 37 Laki-laki Bendahara Bonto sunggu Petani Rumput Laut
9 Karang Batu APBD-TK I/2012 Biding 31 Laki-laki Bendahara Pajukukang Petani Rumput Laut
10 Sipakainga APBD-TK I/2012 Bakri 44 Laki-laki Bendahara Kel. Lembang Petani Rumput Laut
Penerima Bantuan Program APBD-TK II / 2012
NO NAMA KELOMPOK PROGRAM BANTUAN
NAMA JENIS
KELAMIN UMUR JABATAN ALAMAT JENIS USAHA
1 Pasir Putih APBD-TK II /2012 Ambo Sani Laki-laki 45 Ketua Desa Baruga Petani Rumput Laut
2 Assiana APBD-TK II /2012 Saharuddin Laki-laki 32 Ketua Biangkeke Petani Rumput Laut
3 Abbulo' Sibatang APBD-TK II /2012 Subhan Yusuf Laki-laki 35 Ketua Bissappu Petani Rumput Laut
4 Sinar Pico' APBD-TK II /2012 H. Hafid Laki-laki 50 Ketua Pajukukang Petani Rumput Laut
5 Pesisir Ujung Katinting APBD-TK II /2012 Sappara Laki-laki 30 Ketua Pajukukang Petani Rumput Laut
6 Bingkappo Jaya APBD-TK II /2012 H. Jufri Laki-laki 45 Ketua Pajukukang Petani Rumput Laut
7 Sejati APBD-TK II /2012 Ibnu Asiz Laki-laki 35 Ketua Kel. Lamalaka Petani Rumput Laut
8 RL. Sejahtera APBD-TK II /2012 Ismail Laki-laki 45 Ketua Kel. Letta Petani Rumput Laut
9 Sipakainga' APBD-TK II /2012 M. Ikhsan Laki-laki 42 Ketua Kel. Lembang Petani Rumput Laut
10 Sejalan APBD-TK II /2012 Ilham Tajuddin Laki-laki 34 Ketua Kel. Palantikang Petani Rumput Laut
11 Pasir Putih APBD-TK II /2012 Kamaruddin Laki-laki 45 Bendahara Desa Baruga Petani Rumput Laut
12 Assiana APBD-TK II /2012 Ismad Laki-laki 35 Bendahara Biangkeke Petani Rumput Laut
13 Abbulo' Sibatang APBD-TK II /2012 Rahmatia Perempuan 35 Bendahara Bissappu Petani Rumput Laut
14 Sinar Pico' APBD-TK II /2012 Said Laki-laki 40 Bendahara Pajukukang Petani Rumput Laut
15 Pesisir Ujung Katinting APBD-TK II /2012 Nunu Laki-laki 40 Bendahara Pajukukang Petani Rumput Laut
16 Bingkappo Jaya APBD-TK II /2012 Baso Laki-laki 34 Bendahara Pajukukang Petani Rumput Laut
17 Sejati APBD-TK II /2012 Intan Perempuan 30 Bendahara Kel. Lamalaka Petani Rumput Laut
18 RL. Sejahtera APBD-TK II /2012 Ridwan Laki-laki 45 Bendahara Kel. Letta Petani Rumput Laut
19 Sipakainga' APBD-TK II /2012 Zakariyah Laki-laki 50 Bendahara Kel. Lembang Petani Rumput Laut
20 Sejalan APBD-TK II /2012 Jafar Laki-laki 45 Bendahara Palantikang Petani Rumput Laut
Penerima Bantuan Program PUMP / 2012
NO NAMA
KELOMPOK PROGRAM BANTUAN
NAMA UMUR JENIS
KELAMIN JABATAN ALAMAT JENIS USAHA
1 Panoang II PUMP - 2012 Muhammadong 58 Laki-Laki Ketua Baruga Petani Rumput Laut
2 Setia Kawan PUMP - 2012 Habo Laupa 37 Laki-Laki Ketua Lembang Petani Rumput Laut
3 Baruga PUMP - 2012 M. Haris HN 31 Laki-Laki Ketua Baruga Petani Rumput Laut
4 Ujung Katinting PUMP - 2012 H. Muh. Nur Arinal 44 Laki-Laki Ketua Borongloe Petani Rumput Laut
5 Mandiri PUMP - 2012 Solthan 46 Laki-Laki Ketua Tompobulu Petani Rumput Laut
6 Panoang II PUMP - 2012 Dg. Lili 53 Laki-Laki Bendahara Baruga Petani Rumput Laut
7 Setia Kawan PUMP - 2012 Abd. Halim 60 Laki-Laki Bendahara Lembang Petani Rumput Laut
8 Baruga PUMP - 2012 Nurhyati 43 Perempuan Bendahara Baruga Petani Rumput Laut
9 Ujung Katinting PUMP - 2012 H. Zaenal Abidin 45 Laki-Laki Bendahara Borongloe Petani Rumput Laut
10 Mandiri PUMP - 2012 M. Ilham 40 Laki-Laki Bendahara Tompobulu Petani Rumput Laut
Lampiran 3
HASIL PENGOLAHAN DATA PENDAPATAN, R/C RATIO, DAN EFESIENSI PEMASARAN RUMPUT LAUT
1. Pendapatan Sebelum Menerima Bantuan Program PNPM – MKP / 2009
No responden
Biaya variabel
Biaya produksi Bibit Upah
biaya panen biaya
transportasi total jumlah
harga satuan
total jumlah
bentangan upah/
bentang total
1 150,000 90,000 240,000 1,200 700 840000 300 1,000 300000
2 250,000 100,000 350,000 1800 700 1260000 450 1,000 450000
3 300,000 150,000 450,000 2000 700 1400000 500 1,000 500000
4 150,000 100,000 250,000 1400 700 980000 350 1,000 350000
5 350,000 150,000 500,000 2600 700 1820000 650 1,000 650000
6 150,000 120,000 270,000 1400 700 980000 350 1,000 350000
7 250,000 140,000 390,000 1800 700 1260000 450 1,000 450000
8 200,000 150,000 350,000 1800 700 1260000 450 1,000 450000
9 350,000 150,000 500,000 2000 700 1400000 500 1,000 500000
10 300,000 160,000 460,000 2400 700 1680000 600 1,000 600000
11 250,000 130,000 380,000 1600 700 1120000 400 1,000 400000
12 100,000 120,000 220,000 1400 700 980000 350 1,000 350000
13 100,000 130,000 230,000 1400 700 980000 350 1,000 350000
14 120,000 130,000 250,000 1600 700 1120000 400 1,000 400000
15 350,000 150,000 500,000 1800 700 1260000 450 1,000 450000
16 350,000 140,000 490,000 2000 700 1400000 500 1,000 500000
17 400,000 150,000 550,000 2400 700 1680000 600 1,000 600000
No responden
Biaya variabel
Biaya produksi Biaya produksi Biaya produksi
biaya panen biaya
transportasi total jumlah
harga satuan
total jumlah
bentangan upah/
bentang total
18 150,000 150,000 300,000 1400 700 980000 350 1,000 350000
19 200,000 150,000 350,000 1600 700 1120000 400 1,000 400000
20 200,000 150,000 350,000 1800 700 1260000 450 1,000 450000
21 150,000 120,000 270,000 1600 700 1120000 400 1,000 400000
22 200,000 150,000 350,000 1600 700 1120000 400 1,000 400000
23 100,000 150,000 250,000 1400 700 980000 350 1,000 350000
24 150,000 100,000 250,000 1200 700 840000 300 1,000 300000
25 400,000 150,000 550,000 2400 700 1680000 600 1,000 600000
26 350,000 150,000 500,000 2000 700 1400000 500 1,000 500000
27 100,000 110,000 210,000 1200 700 840000 300 1,000 300000
28 350,000 150,000 500,000 2000 700 1400000 500 1,000 500000
29 150,000 100,000 250,000 1400 700 980000 350 1,000 350000
30 250,000 120,000 370,000 1800 700 1260000 450 1,000 450000
Total
10,880,000
36400000
13000000
Rata-rata
362666.67
1213333
433,333
Total rata-rata
2,009,333
No responden
Biaya Tetap
Perahu Para-para
jumlah unit
harga satuan
harga total
daya tahan
biaya penyusutan(Rp/thn)
jumlah unit
harga satuan
harga total
daya tahan
biaya penyusutan(Rp/thn)
1 0 0 0 0 0 1 1,500,000 1,500,000 3 500,000
2 1 4,000,000 4,000,000 2 2,000,000 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 1 1,500,000 1,500,000 3 500,000
4 0 0 0 0 0 1 1,500,000 1,500,000 3 500,000
5 1 2,500,000 2,500,000 4 625,000 0 0 0 0 0
6 1 3,000,000 3,000,000 3 1,000,000 1 1,500,000 1,500,000 3 500,000
7 1 4,500,000 4,500,000 2 2,250,000 1 1,700,000 1,700,000 3 566,667
8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 1 4,500,000 4,500,000 3 1,500,000 1 1,500,000 1,500,000 3 500,000
10 0 0 0 0 0 1 1,500,000 1,500,000 4 375,000
11 1 4,000,000 4,000,000 3 1,333,333 1 1,600,000 1,600,000 3 533,333
12 1 5,000,000 5,000,000 3 1,666,667 1 1,500,000 1,500,000 3 500,000
13 0 0 0 0 0 1 1,500,000 1,500,000 3 500,000
14 1 5,000,000 5,000,000 2 2,500,000 1 1,500,000 1,500,000 3 500,000
15 0 0 0 0 0 1 1,700,000 1,700,000 3 566,667
16 0 0 0 0 0 2 1,500,000 3,000,000 3 1,000,000
17 0 0 0 0 0 1 1,500,000 1,500,000 3 500,000
18 1 5,000,000 5,000,000 2 2,500,000 1 1,500,000 1,500,000 3 500,000
19 0 0 0 0 0 1 1,700,000 1,700,000 4 425,000
20 1 5,000,000 5,000,000 2 2,500,000 0 0 0 0 0
21 1 4,500,000 4,500,000 3 1,500,000 1 1,500,000 1,500,000 3 500,000
22 0 0 0 0 0 1 1,500,000 1,500,000 3 500,000
No responden
Biaya Tetap
Perahu Para-para
jumlah unit
harga satuan
harga total
daya tahan
biaya penyusutan(Rp/thn)
jumlah unit
harga satuan
harga total
daya tahan
biaya penyusutan(Rp/thn)
23 1 4,500,000 4,500,000 2 2,250,000 0 0 0 0 0
24 0 0 0 0 0 1 1,500,000 1,500,000 3 500,000
25 1 2,500,000 2,500,000 4 625,000 1 1,600,000 1,600,000 3 533,333
26 1 2,000,000 2,000,000 3 666,667 1 1,500,000 1,500,000 3 500,000
27 1 3,500,000 3,500,000 4 875,000 0 0 0 0 0
28 1 3,000,000 3,000,000 3 1,000,000 1 1,500,000 1,500,000 4 375,000
29 0 0 0 0 0 1 1,500,000 1,500,000 3 500,000
30 1 5,000,000 5,000,000 2 2,500,000 0 0 0 0 0
Total 27,291,667 11,875,000
Rata-rata 909722 395,833
Total rata-rata
1,305,556
No Responden Total produksi Rumput Laut
(Kg) Harga Rumput Laut
(Rp) Total penerimaan
(Rp)
1 300 9,000 2,700,000
2 450 9,000 4,050,000
3 500 9,000 4,500,000
4 350 9,000 3,150,000
5 650 9,000 5,850,000
6 350 9,000 3,150,000
7 450 9,000 4,050,000
8 450 9,000 4,050,000
9 500 9,000 4,500,000
10 600 9,000 5,400,000
11 400 9,000 3,600,000
12 350 9,000 3,150,000
13 350 9,000 3,150,000
14 400 9,000 3,600,000
15 450 9,000 4,050,000
16 500 9,000 4,500,000
17 600 9,000 5,400,000
18 350 9,000 3,150,000
19 400 9,000 3,600,000
20 450 9,000 4,050,000
21 400 9,000 3,600,000
22 400 9,000 3,600,000
23 350 9,000 3,150,000
24 300 9,000 2,700,000
25 600 9,000 5,400,000
26 500 9,000 4,500,000
27 300 9,000 2,700,000
28 500 9,000 4,500,000
29 350 9,000 3,150,000
30 450 9,000 4,050,000
TOTAL 13000 117,000,000
rata-rata 433 3,900,000
1. Total pendapatan bersih rata-rata :
π = TR - TC
= 3,900,000 – 3,331,556
= 568,444
2. Kelayakan Produksi Ratio :
R/C ratio =
=
= 1, 17
3. Efesiensi Pemasaran
EPs = (TB / TNP) X 100%
= x 100%
= 9%
Pendapatan Setelah Menerima Bantuan Program PNPM – MKP / 2010
No responden
Biaya variabel
Biaya produksi Bibit Upah
Biaya panen
Biaya transportasi
Total Jumlah Harga satuan
Total Jumlah
bentangan Upah/bentang Total
1 300,000 150,000 450,000 2000 700 1400000 500 1,200 600000
2 350,000 130,000 480,000 2400 700 1680000 600 1,200 720000
3 300,000 150,000 450,000 2000 700 1400000 500 1,200 600000
4 350,000 150,000 500,000 1600 700 1120000 400 1,200 480000
5 500,000 180,000 680,000 3000 700 2100000 750 1,200 900000
6 300,000 120,000 420,000 1600 700 1120000 400 1,200 480000
7 450,000 170,000 620,000 1800 700 1260000 450 1,200 540000
8 450,000 150,000 600,000 1800 700 1260000 450 1,200 540000
9 450,000 150,000 600,000 2200 700 1540000 550 1,200 660000
10 500,000 160,000 660,000 2400 700 1680000 600 1,200 720000
11 450,000 130,000 580,000 1800 700 1260000 450 1,200 540000
12 300,000 120,000 420,000 2000 700 1400000 500 1,200 600000
13 400,000 130,000 530,000 1800 700 1260000 450 1,200 540000
14 400,000 130,000 530,000 2400 700 1680000 600 1,200 720000
15 500,000 150,000 650,000 2200 700 1540000 550 1,200 660000
16 450,000 140,000 590,000 2400 700 1680000 600 1,200 720000
17 550,000 150,000 700,000 2600 700 1820000 650 1,200 780000
18 400,000 150,000 550,000 1800 700 1260000 450 1,200 540000
19 400,000 150,000 550,000 2000 700 1400000 500 1,200 600000
20 400,000 150,000 550,000 1800 700 1260000 450 1,200 540000
No responden
Biaya variabel
Biaya produksi Bibit Upah
Biaya panen
Biaya transportasi
Total Jumlah Harga satuan
Total Jumlah
bentangan Upah/bentang Total
21 350,000 120,000 470,000 1800 700 1260000 450 1,200 540000
22 400,000 150,000 550,000 1600 700 1120000 400 1,200 480000
23 400,000 150,000 550,000 1800 700 1260000 450 1,200 540000
24 250,000 100,000 350,000 1600 700 1120000 400 1,200 480000
25 500,000 150,000 650,000 2400 700 1680000 600 1,200 720000
26 500,000 160,000 660,000 2200 700 1540000 550 1,200 660000
27 300,000 110,000 410,000 1600 700 1120000 400 1,200 480000
28 500,000 150,000 650,000 2200 700 1540000 550 1,200 660000
29 350,000 100,000 450,000 1600 700 1120000 400 1,200 480000
30 350,000 120,000 470,000 2000 700 1400000 500 1,200 600000
Total 16,320,000 42280000 18120000
Rata-rata 544000 1409333 604,000
Total rata-rata 2,557,333
No Responden
Biaya Tetap
Perahu Para-para
Jumlah Unit
Harga Satuan
Harga Total
Daya Tahan
Biaya Penyusutan
(Rp/Thn)
Jumlah Unit
Harga Satuan
Harga Total Daya
Tahan
Biaya Penyusutan(
Rp/Thn)
1 1 5,000,000 5,000,000 2 2,500,000 1 1,500,000 1,500,000 3 500,000 2 1 4,000,000 4,000,000 2 2,000,000 1 2,000,000 2,000,000 3 666,667 3 1 5,000,000 5,000,000 3 1,666,667 1 1,500,000 1,500,000 3 500,000 4 0 0 0 0 0 1 1,500,000 1,500,000 3 500,000 5 2 2,500,000 5,000,000 4 1,250,000 2 1,500,000 3,000,000 3 1,000,000 6 1 3,000,000 3,000,000 3 1,000,000 1 1,500,000 1,500,000 3 500,000 7 1 4,500,000 4,500,000 2 2,250,000 1 1,700,000 1,700,000 3 566,667 8 0 0 0 0 0 1 1,500,000 1,500,000 3 500,000 9 1 4,500,000 4,500,000 3 1,500,000 1 1,500,000 1,500,000 3 500,000 10 1 5,000,000 5,000,000 3 1,666,667 2 1,500,000 3,000,000 4 750,000 11 1 4,000,000 4,000,000 3 1,333,333 1 1,600,000 1,600,000 3 533,333 12 1 5,000,000 5,000,000 3 1,666,667 1 1,500,000 1,500,000 3 500,000 13 1 5,000,000 5,000,000 3 1,666,667 1 1,500,000 1,500,000 3 500,000 14 1 5,000,000 5,000,000 2 2,500,000 1 1,500,000 1,500,000 3 500,000 15 1 3,000,000 3,000,000 4 750,000 1 1,700,000 1,700,000 3 566,667 16 1 5,000,000 5,000,000 2 2,500,000 2 1,500,000 3,000,000 3 1,000,000 17 1 5,000,000 5,000,000 2 2,500,000 1 1,500,000 1,500,000 3 500,000 18 1 5,000,000 5,000,000 2 2,500,000 1 1,500,000 1,500,000 3 500,000 19 1 5,000,000 5,000,000 2 2,500,000 1 1,700,000 1,700,000 4 425,000 20 1 5,000,000 5,000,000 2 2,500,000 1 1,500,000 1,500,000 3 500,000 21 1 4,500,000 4,500,000 3 1,500,000 1 1,500,000 1,500,000 3 500,000 22 0 0 0 0 0 1 1,500,000 1,500,000 3 500,000
No Responden
Biaya Tetap
Perahu Para-para
Jumlah Unit
Harga Satuan
Harga Total
Daya Tahan
Biaya Penyusutan
(Rp/Thn)
Jumlah Unit
Harga Satuan
Harga Total Daya
Tahan
Biaya Penyusutan(
Rp/Thn) 23 1 4,500,000 4,500,000 2 2,250,000 1 1,500,000 1,500,000 3 500,000 24 0 0 0 0 0 1 1,500,000 1,500,000 3 500,000 25 2 2,500,000 5,000,000 4 1,250,000 1 1,400,000 1,400,000 3 466,667 26 1 2,000,000 2,000,000 3 666,667 1 1,500,000 1,500,000 3 500,000 27 1 3,500,000 3,500,000 4 875,000 1 1,400,000 1,400,000 3 466,667 28 1 3,000,000 3,000,000 3 1,000,000 1 1,400,000 1,400,000 4 350,000 29 0 0 0 0 0 1 1,500,000 1,500,000 3 500,000 30 1 5,000,000 5,000,000 2 2,500,000 1 1,500,000 1,500,000 3 500,000
Total
44,291,667
16,291,667
Rata-rata
1476389
543,056
Total rata-rata
2,019,444
No Responden Total Produksi Rumput Laut
(Kg) harga Rumput
Laut(Rp) total penerimaan
(Rp)
1 450 9,000 4,050,000
2 500 9,000 4,500,000
3 600 9,000 5,400,000
4 450 9,000 4,050,000
5 800 9,000 7,200,000
6 450 9,000 4,050,000
7 550 9,000 4,950,000
8 550 9,000 4,950,000
9 600 9,000 5,400,000
10 700 9,000 6,300,000
11 500 9,000 4,500,000
12 450 9,000 4,050,000
13 500 9,000 4,500,000
14 550 9,000 4,950,000
15 600 9,000 5,400,000
16 650 9,000 5,850,000
17 700 9,000 6,300,000
18 500 9,000 4,500,000
19 500 9,000 4,500,000
20 550 9,000 4,950,000
21 500 9,000 4,500,000
22 500 9,000 4,500,000
23 550 9,000 4,950,000
24 400 9,000 3,600,000
25 700 9,000 6,300,000
26 600 9,000 5,400,000
27 450 9,000 4,050,000
28 600 9,000 5,400,000
29 450 9,000 4,050,000
30 550 9,000 4,950,000
TOTAL 16450
148,050,000
rata-rata 548 4,935,000
1. Total pendapatan bersih rata-rata :
π = TR - TC
= 4,935,000 – 4,576,778
= 358,222
2. Kelayakan Produksi Ratio :
R/C ratio =
=
= 1, 08
3. Efesiensi Pemasaran :
EPs = (TB / TNP) X 100%
= x 100%
= 11%
2. Pendapatan Sebelum Menerima Bantuan Program APBD-TK I / 2011
No. Responden
Biaya Variabel
Biaya Produksi Bibit Upah
Biaya Panen
Biaya Transportasi
Total Jumlah Harga Satuan
Total Jumlah
Bentangan Upah/Bentang Total
1 150,000 120,000 270,000 1400 1200 1680000 350 2,000 700000
2 200,000 120,000 320,000 1200 1200 1440000 300 2,000 600000
3 350,000 140,000 490,000 2000 1200 2400000 500 2,000 1000000
4 100,000 100,000 200,000 1000 1200 1200000 250 2,000 500000
5 150,000 100,000 250,000 1200 1200 1440000 300 2,000 600000
6 200,000 120,000 320,000 1400 1200 1680000 350 2,000 700000
7 120,000 110,000 230,000 1000 1200 1200000 250 2,000 500000
8 200,000 135,000 335,000 1800 1200 2160000 450 2,000 900000
9 130,000 115,000 245,000 1200 1200 1440000 300 2,000 600000
10 150,000 140,000 290,000 1400 1200 1680000 350 2,000 700000
Total
2,950,000
16320000
6800000
Rata-Rata
295000
1632000
680,000
Total Rata-Rata
2,607,000
No. Responden
Biaya Tetap
Perahu Para-Para
Jumlah Unit
Harga Satuan
Harga Total
Daya Tahan
Biaya Penyusutan(
Rp/Thn)
Jumlah Unit
Harga Satuan
Harga Total Daya Tahan
Biaya Penyusutan
(Rp/Thn)
1 0 0 0 0 0 1 1,400,000 1,400,000 3 466,667
2 0 0 0 0 0 1 1,400,000 1,400,000 3 466,667
3 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 4 0 0 0 0 0 1 1,300,000 1,300,000 3 433,333
5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 0 0 0 0 0 1 1,300,000 1,300,000 3 433,333
Total 0 1,800,000
Rata-Rata 0 180,000
Total Rata-Rata 180,000
No Responden Total Produksi Rumput Laut
(Kg) Harga Rumput Laut
(Kg) total penerimaan
(Rp)
1 350 9,000 3,150,000
2 300 9,000 2,700,000
3 500 9,000 4,500,000
4 250 9,000 2,250,000
5 300 9,000 2,700,000
6 350 9,000 3,150,000
7 250 9,000 2,250,000
8 450 9,000 4,050,000
9 300 9,000 2,700,000
10 350 9,000 3,150,000
Total 3400
30,600,000
Rata-rata 340
3060000
1. Total pendapatan bersih rata-rata :
π = TR - TC
= 3,060,000 – 2,787,000
= 273,000
2. Kelayakan Produksi Ratio :
R/C ratio =
=
= 1, 09
3. Efesiensi Pemasaran :
EPs = (TB / TNP) X 100%
= x 100%
= 9%
Pendapatan Setelah Menerima Bantuan Program APBD-TK I / 2012
No. Responden
Biaya Variabel
Biaya Produksi Bibit Upah
Biaya Panen Biaya
Transportasi Total Jumlah
Harga Satuan
Total Jumlah
Bentangan Upah/Bentang Total
1 300,000 120,000 420,000 1600 0 0 400 2,000 800000
2 400,000 130,000 530,000 1400 0 0 350 2,000 700000
3 500,000 160,000 660,000 1800 0 0 450 2,000 900000
4 350,000 120,000 470,000 1200 0 0 300 2,000 600000
5 250,000 130,000 380,000 1600 0 0 400 2,000 800000
6 500,000 130,000 630,000 1800 0 0 450 2,000 900000
7 200,000 110,000 310,000 1200 0 0 300 2,000 600000
8 300,000 145,000 445,000 2200 0 0 550 2,000 1100000
9 150,000 115,000 265,000 1200 0 0 300 2,000 600000
10 300,000 140,000 440,000 1800 0 0 450 2,000 900000
Total 4,550,000 0 7900000
Rata-Rata 455000 0 790,000
Total Rata-Rata 1,245,000
No. Responden
Biaya Tetap
Perahu Para-Para
Jumlah Unit
Harga Satuan
Harga Total
Daya Tahan
Biaya Penyusutan(Rp/
Thn)
Jumlah Unit
Harga Satuan
Harga Total
Daya Tahan
Biaya Penyusutan
(Rp/Thn)
1 1 5,000,000 5,000,000 2 2,500,000 1 1,400,000 1,400,000 3 466,667
2 1 4,000,000 4,000,000 4 1,000,000 1 1,400,000 1,400,000 3 466,667
3 1 4,500,000 4,500,000 3 1,500,000 1 1,500,000 1,500,000 3 500,000
4 1 5,000,000 5,000,000 3 1,666,667 1 1,300,000 1,300,000 3 433,333
5 1 4,000,000 4,000,000 3 1,333,333 1 1,500,000 1,500,000 3 500,000
6 1 5,000,000 5,000,000 2 2,500,000 1 1,300,000 1,300,000 3 433,333
7 1 5,000,000 5,000,000 2 2,500,000 1 1,300,000 1,300,000 3 433,333
8 1 4,500,000 4,500,000 3 1,500,000 1 1,400,000 1,400,000 3 466,667
9 1 4,000,000 4,000,000 3 1,333,333 1 1,500,000 1,500,000 3 500,000
10 1 4,500,000 4,500,000 2 2,250,000 1 1,300,000 1,300,000 3 433,333
Total
18,083,333
4,633,333
Rata-Rata
1,808,333
463,333
Total Rata-Rata
2,271,667
No. Responden Total produksi Rumput Laut
(Kg) Harga Rumout
Laut(Rp) Total Penerimaan
(Rp)
1 450 11,000 4950000
2 450 11,000 4950000
3 600 11,000 6600000
4 400 11,000 4400000
5 450 11,000 4950000
6 450 11,000 4950000
7 350 11,000 3850000
8 550 11,000 6050000
9 350 11,000 3850000
10 500 11,000 5500000
Total 4550
50,050,000
Rata-Rata 455
5,005,000
1. Total pendapatan bersih rata-rata :
π = TR - TC
= 5,005,000 – 3,516,667
= 1,488,333
2. Kelayakan Produksi Ratio :
R/C ratio =
=
= 1,42
3. Efesiensi Pemasaran :
EPs = (TB / TNP) X 100%
= x 100%
= 9%
3. Pendapatan Sebelum Menerima Bantuan Program APBD-TK II / 2011
No Responden
Biaya Variabel
Biaya Produksi Bibit Upah
Biaya Panen
Biaya Transportasi (Rp)
Total Jumlah
(Kg) Harga Satuan
Total Jumlah
Bentangan Upah/Bentang
(Rp) Total
1 250,000 120,000 370,000 1400 1200 1680000 350 2,000 700000
2 150,000 100,000 250,000 1000 1200 1200000 250 2,000 500000
3 250,000 130,000 380,000 1800 1200 2160000 450 2,000 900000
4 250,000 135,000 385,000 1600 1200 1920000 400 2,000 800000
5 300,000 130,000 430,000 1800 1200 2160000 450 2,000 900000
6 120,000 100,000 220,000 800 1200 960000 200 2,000 400000
7 180,000 120,000 300,000 1200 1200 1440000 300 2,000 600000
8 150,000 110,000 260,000 1400 1200 1680000 350 2,000 700000
9 150,000 125,000 275,000 1200 1200 1440000 300 2,000 600000
10 200,000 120,000 320,000 1400 1200 1680000 350 2,000 700000
11 120,000 125,000 245,000 1400 1200 1680000 350 2,000 700000
12 180,000 130,000 310,000 1600 1200 1920000 400 2,000 800000
13 100,000 100,000 200,000 800 1200 960000 200 2,000 400000
14 150,000 120,000 270,000 1400 1200 1680000 350 2,000 700000
15 120,000 120,000 240,000 1400 1200 1680000 350 2,000 700000
16 150,000 120,000 270,000 1200 1200 1440000 300 2,000 600000
17 150,000 110,000 260,000 1200 1200 1440000 300 2,000 600000
18 200,000 90,000 290,000 800 1200 960000 200 2,000 400000
19 120,000 110,000 230,000 1000 1200 1200000 250 2,000 500000
20 150,000 100,000 250,000 1400 1200 1680000 350 2,000 700000
Total
5,755,000
30960000
12900000
Rata-rata 287,750 1548000 645000
total rata-rata
2,480,750
No Responden
Biaya Tetap
Perahu Para-Para
Jumlah Unit
Harga Satuan
Harga Total
Daya Tahan
Biaya Penyusutan
(Rp/Thn)
Jumlah Unit
Harga Satuan
Harga Total
Daya Tahan
Biaya Penyusutan
(Rp/Thn)
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 1 1,000,000 1,000,000 3 333,333
3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 1 2,000,000 2,000,000 3 666,667 0 0 0 0 0
6 0 0 0 0 0 1 900,000 900,000 4 225,000
7 0 0 0 0 0 1 1,000,000 1,000,000 3 333,333
8 0 0 0 0 0 1 1,000,000 1,000,000 3 333,333
9 1 2,500,000 2,500,000 3 833,333 0 0 0 0 0
10 0 0 0 0 0 1 900,000 900,000 3 300,000
11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 0 0 0 0 0 1 1,400,000 1,400,000 3 466,667
13 0 0 0 0 0 1 1,000,000 1,000,000 3 333,333
14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 0 0 0 0 0 1 1,300,000 1,300,000 3 433,333
16 0 0 0 0 0 1 900,000 900,000 3 300,000
17 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 0 0 0 0 0 1 850,000 850,000 3 283,333
19 0 0 0 0 0 1 1,000,000 1,000,000 3 333,333
20 1 2,000,000 2,000,000 3 666,667 0 0 0 0 0
Total
2,166,667
3,675,000
Rata-rata
108,333
183,750
Total rata-rata
292,083
No. Responden Total Produksi
(kg) Harga Rumput Laut
(Rp) Total penerimaan
(Rp)
1 350 9,000 3,150,000
2 250 9,000 2,250,000
3 450 9,000 4,050,000
4 400 9,000 3,600,000
5 450 9,000 4,050,000
6 200 9,000 1,800,000
7 300 9,000 2,700,000
8 350 9,000 3,150,000
9 300 9,000 2,700,000
10 350 9,000 3,150,000
11 350 9,000 3,150,000
12 400 9,000 3,600,000
13 200 9,000 1,800,000
14 350 9,000 3,150,000
15 350 9,000 3,150,000
16 300 9,000 2,700,000
17 300 9,000 2,700,000
18 200 9,000 1,800,000
19 250 9,000 2,250,000
20 350 9,000 3,150,000
Total 6450
58,050,000
Rata-rata 322
2,902,500
1. Total pendapatan bersih rata-rata :
π = TR - TC
= 2,902,500 – 2,772,833
= 129,667
2. Kelayakan Produksi Ratio :
R/C ratio =
=
= 1,05
3. Efesiensi Pemasaran :
EPs = (TB / TNP) X 100%
= x 100%
= 9%
Pendapatan Setelah Menerima Bantuan Program APBD-TK II / 2012
No Responden
Biaya Variabel
Biaya Produksi Bibit Upah
Biaya Panen (Rp)
Biaya Transportasi
Total (Rp)
Jumlah (Kg)
Harga Satuan
Total Jumlah
Bentangan Upah/Bentang
Total (Rp)
1 450,000 120,000 570,000 2400 1500 3600000 600 2,000 1200000
2 300,000 130,000 430,000 1400 1500 2100000 450 2,000 900000
3 450,000 140,000 590,000 2200 1500 3300000 600 2,000 1200000
4 300,000 150,000 450,000 2000 1500 3000000 550 2,000 1100000
5 350,000 140,000 490,000 2000 1500 3000000 550 2,000 1100000
6 200,000 100,000 300,000 1200 1500 1800000 400 2,000 800000
7 300,000 120,000 420,000 1400 1500 2100000 450 2,000 900000
8 300,000 130,000 430,000 1600 1500 2400000 450 2,000 900000
9 300,000 130,000 430,000 1800 1500 2700000 500 2,000 1000000
10 250,000 130,000 380,000 1200 1500 1800000 400 2,000 800000
11 300,000 135,000 435,000 1200 1500 1800000 600 2,000 1200000
12 300,000 120,000 420,000 1800 1500 2700000 450 2,000 900000
13 150,000 120,000 270,000 1000 1500 1500000 400 2,000 800000
14 350,000 150,000 500,000 1300 1500 1950000 500 2,000 1000000
15 350,000 150,000 500,000 1300 1500 1950000 550 2,000 1100000
16 250,000 90,000 340,000 1400 1500 2100000 400 2,000 800000
17 300,000 120,000 420,000 1300 1500 1950000 450 2,000 900000
18 200,000 100,000 300,000 1200 1500 1800000 400 2,000 800000
19 300,000 120,000 420,000 1400 1500 2100000 450 2,000 900000
20 400,000 150,000 550,000 1800 1500 2700000 500 2,000 1000000
Total 8,645,000 46350000 19300000
Rata-Rata 432,250 2317500 965000
Total rata-rata
3,714,750
No Responden
Biaya Tetap
Perahu Para-para
jumlah unit harga satuan
harga total daya tahan
biaya penyusutan
(Rp/thn)
jumlah unit
harga satuan
harga total daya tahan
biaya penyusutan
(Rp/thn)
1 1 4,000,000 4,000,000 3 1,333,333 1 1,500,000 1,500,000 3 500,000
2 1 2,000,000 2,000,000 3 666,667 1 1,000,000 1,000,000 3 333,333
3 1 3,500,000 3,500,000 3 1,166,667 1 1,400,000 1,400,000 3 466,667
4 1 5,000,000 5,000,000 3 1,666,667 1 1,300,000 1,300,000 3 433,333
5 1 4,000,000 4,000,000 3 1,333,333 1 1,400,000 1,400,000 3 466,667
6 0 0 0 0 0 1 900,000 900,000 4 225,000
7 1 4,500,000 4,500,000 3 1,500,000 1 1,000,000 1,000,000 3 333,333
8 1 3,500,000 3,500,000 3 1,166,667 1 1,000,000 1,000,000 3 333,333
9 1 4,000,000 4,000,000 3 1,333,333 1 1,500,000 1,500,000 3 500,000
10 1 3,500,000 3,500,000 3 1,166,667 1 900,000 900,000 3 300,000
11 1 5,000,000 5,000,000 3 1,666,667 1 1,200,000 1,200,000 2 600,000
12 1 4,500,000 4,500,000 3 1,500,000 1 1,400,000 1,400,000 3 466,667
13 1 3,000,000 3,000,000 3 1,000,000 1 1,000,000 1,000,000 3 333,333
14 1 4,500,000 4,500,000 3 1,500,000 1 1,000,000 1,000,000 3 333,333
15 1 3,500,000 3,500,000 2 1,750,000 1 1,300,000 1,300,000 3 433,333
16 1 2,500,000 2,500,000 3 833,333 1 900,000 900,000 3 300,000
17 1 2,000,000 2,000,000 3 666,667 1 900,000 900,000 3 300,000
18 0 0 0 0 0 1 850,000 850,000 3 283,333
19 1 4,500,000 4,500,000 3 1,500,000 1 1,000,000 1,000,000 3 333,333
20 1 4,000,000 4,000,000 3 1,333,333 1 1,200,000 1,200,000 3 400,000
Total
23,083,333
7,675,000
Rata-Rata
1,154,167
383,750
Total rata-rata
1,537,917
No Responden Total produksi
(Kg) Harga Rumput
Laut(Rp) Total Penerimaan
(Rp)
1 600 11,000 6,600,000
2 450 11,000 4,950,000
3 600 11,000 6,600,000
4 550 11,000 6,050,000
5 550 11,000 6,050,000
6 400 11,000 4,400,000
7 450 11,000 4,950,000
8 450 11,000 4,950,000
9 500 11,000 5,500,000
10 400 11,000 4,400,000
11 600 11,000 6,600,000
12 450 11,000 4,950,000
13 400 11,000 4,400,000
14 500 11,000 5,500,000
15 550 11,000 6,050,000
16 400 11,000 4,400,000
17 450 11,000 4,950,000
18 400 11,000 4,400,000
19 450 11,000 4,950,000
20 500 11,000 5,500,000
Total 9650
106,150,000
Rata-rata 482
5,307,500
1. Total pendapatan bersih rata-rata :
π = TR - TC
= 5,307,500 – 5,252,667
= 54,884
2. Kelayakan Produksi Ratio :
R/C ratio =
=
= 1,01
3. Efesiensi Pemasaran :
EPs = (TB / TNP) X 100%
= x 100%
= 8%
4. Pendapatan Sebelum Menerima Bantuan Program PUMP / 2011
No. Responden
Biaya Variabel
Biaya Produksi Bibit Upah
Biaya Panen (Rp)
Biaya Transportasi
(Rp)
Total (Rp)
Jumlah Harga Satuan
Total (Rp)
Jumlah Bentangan
Upah/Bentang Total (Rp)
1 150,000 100,000 250,000 1400 1200 1680000 350 2,000 700000
2 180,000 100,000 280,000 2000 1200 1680000 500 2,000 1000000
3 120,000 100,000 220,000 1000 1200 2400000 250 2,000 500000
4 130,000 100,000 230,000 1200 1200 1200000 300 2,000 600000
5 150,000 100,000 250,000 1400 1200 1440000 350 2,000 700000
6 120,000 115,000 235,000 1400 1200 1680000 350 2,000 700000
7 120,000 110,000 230,000 1200 1200 1680000 300 2,000 600000
8 100,000 90,000 190,000 1000 1200 1440000 250 2,000 500000
9 120,000 110,000 230,000 1200 1200 1200000 300 2,000 600000
10 110,000 100,000 210,000 1200 1200 1440000 300 2,000 600000
Total
2,325,000
15840000
6500000
Rata-Rata
232,500
1584000
650000
Total Rata-Rata
2,466,500
No. Responden
Biaya Tetap
Perahu Para-Para
Jumlah Unit
Harga Satuan
Harga Total
Daya Tahan
Biaya Penyusutan (Rp/Thn)
Jumlah Unit
Harga Satuan
Harga Total
Daya Tahan
Biaya Penyusutan
(Rp/Thn)
1 1 3,000,000 3,000,000 3 1,000,000 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 1 1,200,000 1,200,000 3 400,000
3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 0 0 0 0 0 1 1,300,000 1,300,000 3 433,333
8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 1 3,500,000 3,500,000 3 1,166,667 0 0 0 0 0
10 0 0 0 0 0 1 1,200,000 1,200,000 3 400,000
Total
2,166,667
1,233,333
Rata-Rata
216,667
123,333
Total Rata-Rata
340,000
No Responden Total Produksi
(Kg) Harga Rumput Laut
(Rp) Total Penerimaan
(Rp)
1 350 9,000 3,150,000
2 500 9,000 4,500,000
3 250 9,000 2,250,000
4 300 9,000 2,700,000
5 350 9,000 3,150,000
6 350 9,000 3,150,000
7 300 9,000 2,700,000
8 250 9,000 2,250,000
9 300 9,000 2,700,000
10 300 9,000 2,700,000
Total 3250
29,250,000
Rata-rata 325
2,925,000
1. Total pendapatan bersih rata-rata :
π = TR - TC
= 2,925,000 – 2,806,500
= 118,500
2. Kelayakan Produksi Ratio :
R/C ratio =
=
= 1,04
3. Efesiensi Pemasaran :
EPs = (TB / TNP) X 100%
= x 100%
= 7%
Pendapatan Setelah Menerima Bantuan Program APBD-TK II / 2012
No. Responden
Biaya Variabel
Biaya Produksi Bibit Upah
Biaya Panen
Biaya Transportasi
Total Jumlah Harga Satuan
Total Jumlah
Bentangan Upah/Bentang Total
1 200,000 100,000 300,000 1800 1500 2700000 450 2,000 900000
2 300,000 150,000 450,000 2200 1500 3300000 600 2,000 1200000
3 150,000 130,000 280,000 1200 1500 1800000 300 2,000 600000
4 200,000 130,000 330,000 1500 1500 2250000 400 2,000 800000
5 150,000 130,000 280,000 1400 1500 2100000 350 2,000 700000
6 300,000 145,000 445,000 1800 1500 2700000 500 2,000 1000000
7 200,000 130,000 330,000 1600 1500 2400000 450 2,000 900000
8 150,000 100,000 250,000 1200 1500 1800000 300 2,000 600000
9 200,000 100,000 300,000 1200 1500 1800000 350 2,000 700000
10 250,000 120,000 370,000 1600 1500 2400000 400 2,000 800000
Total
3,335,000
23250000
8200000
Rata-Rata
333,500
2325000
820000
Total Rata-Rata
3,478,500
No. Responden
Biaya Tetap
Perahu Para-Para
Jumlah Unit
Harga Satuan
Harga Total
Daya Tahan
Biaya Penyusutan(R
p/Thn)
Jumlah Unit
Harga Satuan
Harga Total Daya Tahan
Biaya Penyusutan
(Rp/Thn)
1 1 3,000,000 3,000,000 3 1,000,000 1 1,500,000 1,500,000 3 500,000
2 1 5,000,000 5,000,000 3 1,666,667 1 1,200,000 1,200,000 3 400,000
3 1 3,500,000 3,500,000 3 1,166,667 1 1,500,000 1,500,000 4 375,000 4 1 5,000,000 5,000,000 3 1,666,667 1 1,500,000 1,500,000 3 500,000
5 1 4,000,000 4,000,000 3 1,333,333 1 1,300,000 1,300,000 3 433,333
6 1 5,000,000 5,000,000 3 1,666,667 1 1,500,000 1,500,000 3 500,000
7 1 4,000,000 4,000,000 3 1,333,333 1 1,300,000 1,300,000 3 433,333
8 1 3,000,000 3,000,000 3 1,000,000 1 1,500,000 1,500,000 4 375,000
9 1 3,500,000 3,500,000 3 1,166,667 1 1,300,000 1,300,000 3 433,333
10 1 4,500,000 4,500,000 3 1,500,000 1 1,200,000 1,200,000 3 400,000
Total
13,500,000
4,350,000
Rata-rata
1,350,000
435,000
Total Rata-rata
1,785,000
No Responden Total Produksi
(Kg) Harga Rumput Laut
(Rp) Total Penerimaan
(Rp)
1 500 11,000 5,500,000
2 650 11,000 7,150,000
3 400 11,000 4,400,000
4 500 11,000 5,500,000
5 450 11,000 4,950,000
6 550 11,000 6,050,000
7 500 11,000 5,500,000
8 450 11,000 4,950,000
9 400 11,000 4,400,000
10 450 11,000 4,950,000
Total 4850
53,350,000
Rata-Rata 485
5,335,000
1. Total pendapatan bersih rata-rata :
π = TR - TC
= 5,335,000 – 5,263,500
= 71,500
2. Kelayakan Produksi Ratio :
R/C ratio =
=
= 1,01
3. Efesiensi Pemasaran :
EPs = (TB / TNP) X 100%
= x 100%
= 6%
Lampiran 5
DOKUMENTASI PENELITIAN
Sarana Produksi Hasil Program Bantuan KKP Kab. Bantaeng
Kegiatan Kelompok Pembudidaya Rumput Laut
Wawancara dengan responden
Contoh spanduk program bantuan dari KKP Kab. Bantaeng
Lampiran 6
Evaluasi Program Bantuan Kementerian Kelautan dan Perikanan Terhadap Peningkatan Pendapatan
Pembudidaya Rumput Laut Kabupaten Bantaeng
KUESIONER
PEMBUDIDAYA RUMPUT LAUT
Nama kelompok tani : ……………………………………………………………
Jenis program bantuan : ……………………………………………………………
Jumlah anggota kelompok : …………………………………………………………….
Lokasi (Kecamatan/Desa) : ……………………………………………………………
Responden : …………………………………………………………………
Tanggal : …………………………………………………………………
Tanda Tangan : …………………………………………………………………
2013
1. IDENDITAS RESPONDEN
1.1 Nama : ………………………………………………………………….
1.2 Umur : ………………………………………………………………….
1.3 Asal : ………………………………………………………………….
1.4 Tingkat akhir pendidikan : ……………………………………………………
1.5 Jumlah anggota keluarga : ……………………………………………………
2. KONDISI SOSIAL EKONOMI
2.1 Status Pembudidaya :
Ketua Kelompok
Bendahara, atau
Anggota kelompok
2.2 Status pekerjaan :
Penuh
Sambilan utama, atau
Sambilan tambahan.
2.3 Sudah berapa lama Sdr bekerja sebagai pembudidaya : ………..tahun
2.4 Selain pekerjaan di atas adakah pekerjaan lain yang dilakukan :
Ada,
Tidak
2.5 Jenis pekerjaan lain tersebut : …………………………………………….
3. PROGRAM BANTUAN KKP
3.1 Nama program bantuan
PNMP-MKP
PUMP
APBD-TK2
APBDP-TK1
3.2 Jenis bantuan yang diterima
Uang tunai
Peralatan
3.3 Jumlah bantuan ……………………………………………….Unit/Rupiah
3.4 Lama penerimaan bantuan ……….………………………………..Tahun
3.5 Jangka waktu pemberian bantuan
Kontan
Angsuran (……minggu/bulanan)
3.6 Persyaratan khusus penerimaan progam bantuan
………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………….
3.7 Prosedur penerimaan bantuan
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
3.8 Mekanisme penerimaan bantuan
Efektif
Kurang Efektif
Tidak Efektif
4. PENINGKATAN PENDAPATAN
Luas lahan (M2)
Jumlah Produksi (kg/ Tahun)
Jumlah Pendapatan (Rupiah)
Sebelum setelah sebelum setelah
No
Biaya tetap
Harga (Rp)
Biaya variabel
Harga (Rp)
Lampiran 7
KUESIONER ANALYTIC HIERARCHY PROCESS UNTUK PROGRAM BANTUAN PENINGKATAN PENDAPATAN
PEMBUDIDAYA RUMPUT LAUT
Pendapat responden
a. Faktor terhadap Fokus
Kriteria A Evalausi Peningkatan Pendapatan Kriteria B
Modal 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Sarana Produksi
Modal 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Luas Lahan
Sarana Produksi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Luas Lahan
b. Sasaran terhadap faktor
Kriteria A Modal Kriteria B
Peningkatan kesempatan kerja dan usaha
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Peningkatan keberhasilan budidaya
Kriteria A Sarana Produksi Kriteria B
Peningkatan keberhasilan budidaya
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pengembangan dan penyediaan distribusi hasil budidaya
Kriteria A Luas Lahan Kriteria B
Peningkatan keberhasilan budidaya
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pemanfaatan dan penataan budidaya
c. Alternatif terhadap Sasaran
Kriteria A Peningkatan kesempatan kerja dan usaha (modal) Kriteria B
Monitoring sasaran bantuan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Melakukakan koordinasi antar instansi
Monitoring sasaran bantuan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Mengadakan tahapan bantuan
Melakukakan koordinasi antar instansi
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Mengadakan tahapan bantuan
Kriteria A Peningkatan keberhasilan budidaya (modal) Kriteria B
Mengembangkan distribusi hasil budidaya
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Melakukan pelatihan dan percontohan budidaya
Mengembangkan distribusi hasil budidaya
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Meningkatkan jumlah bantuan
Melakukan pelatihan dan percontohan budidaya
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Meningkatkan jumlah bantuan
Kriteria A Peningkatan keberhasilan budidaya (sarana produksi) Kriteria B
Melakukan pelatihan dan percontohan budidaya
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Melakukakan koordinasi antar instansi instansi
Kriteria A Penataan dan penyediaan distribusi hasil budidaya (sarana produksi) Kriteria B
Mengembangkan distribusi hasil budidaya
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Meningkatkan jumlah bantuan
Kriteria A Peningkatan keberhasilan budidaya (luas lahan) Kriteria B
Mengadakan pelatihan dan percontohan bantuan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Melakukan koordinasi antar instansi
Mengadakan pelatihan dan percontohan bantuan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Monitoring sasaran bantuan
Melakukan koordinasi antar instansi
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Monitoring sasaran bantuan
Kriteria A Pemanfaatan dan penataan budidaya (luas lahan) Kriteria B
Mengadakan pelatihan dan percontohan budidaya
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Mengikuti budidaya berwawasan lingkungan
Arti Nilai Skala
Nilai skala Defenisi penjelasan
1 Kedua kriteria sama penting Dua kriteria mempunyai pengaruh yang sama besar
3 Kriteria yang satu sedikit lebih penting daripada kriteria yang lain
Pengalaman dan penilaian sedikit mendukung satu kriteria dibanding kriteria yang lainnya
5 Kriteria yang satu lebih penting daripada kriteria yang lain
Pengalaman dan penilaian sangat kuat mendukung satu kriteria dibanding kriteria yang lainnya
7 Satu kriteria jelas lebih penting dari kriteria lainnya
Satu kriteria dengan kuat didukung dan dominan terlihat dalam praktek
9 Satu kriteria mutlak lebih penting daripada kriteria yang lainnya
Bukti yang mendukung kriteria yang satu terhadap kriteria lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan
2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangaan yang berdekatan
Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi di antara dua pilihan
Kebalikan
Jika untuk kriteria A menapat satu angka bila dibandingkan dengan kriteria B, maka kriteria B mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan kriteria A
RIWAYAT HIDUP
FARHANAH WAHYU dilahirkan di Kabupaten Bulukumba pada tanggal 19 Juli 1987.
Penulis adalah anak pertama dari lima bersaudara, pasangan Ayahanda H.
Wahyuddin Thahir dan Ibunda Hj. Hudriah Harun.
Penulis menyelesaikan Taman Kanak – kanak di TK Aisyiyah pada tahun
1993 dan Taman Pendidikan Al-Qur’an Al-Amanat pada tahun 1994. Penulis
menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN 2 Terang-Terang Bulukumba pada
tahun 2000, pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di Pesantren Modern
Immim Putri Minasate’ne Pangkep pada tahun 2003, Pendidikan Sekolah Tingkat Atas pada tahun 2006 di
SMAN 1 Bulukumba. Selanjutnya diterima di Universitas Hasanuddin pada Program Studi Sosial Ekonomi
Perikanan, Jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, melalui seleksi Jalur Pemanduan
Potensi Baru (JPPB) pada tahun 2006 dan lulus pada tahun 2010.
Pada tahun 2011, penulis memperoleh bebas seleksi untuk melanjutkan pendidikan Magister di
Program Studi Ilmu Perikanan pada Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin (PPs UNHAS). Selama
mengikuti program magister, penulis telah mengikuti berbagai kegiatan seminar dan pelatihan yang
berhubungan dengan Ilmu Perikanan diantaranya; peserta Seminar Nasional Perikanan (2012), Seminar
Nasional Moluska (2012), Seminar Internasional Ikhtiologi (2012), dan pemakalah Seminar Sosial-Ekonomi
Kelautan Perikanan (2013).