evaluasi peraturan daerah kota tangerang …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/gesti resti fitri...

199
EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG PELARANGAN, PENGEDARAN DAN PENJUALAN MINUMAN KERAS SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Melaksanakan Penelitian pada Konsentrasi Kebijakan Publik Program Studi Imu Administrasi Publik Disusun oleh: GESTI RESTI FITRI NIM: 6661110506 PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG, 2018

Upload: dinhliem

Post on 10-Mar-2019

241 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTATANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2005

TENTANG PELARANGAN, PENGEDARANDAN PENJUALAN MINUMAN KERAS

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Melaksanakan Penelitian pada Konsentrasi KebijakanPublik Program Studi Imu Administrasi Publik

Disusun oleh:

GESTI RESTI FITRI

NIM: 6661110506

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

SERANG, 2018

Page 2: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

ABSTRAK

Gesti Resti Fitri. NIM. 6661111359. Skripsi. Evaluasi Peraturan DaerahNomor 7 Tahun 2005 Tentang Pelarangan, Pengedaran Dan PenjualanMinuman Keras Kota Tangerang. Program Studi Ilmu Administrasi Publik.Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.Dosen Pembimbing I:Yeni Widyastuti, S.Sos., M.Si., dan Dosen PembimbingII: Listyaningsih, S.Sos,. M.Si.,

Pada era modern sekarang, banyak sekali hal yang berubah dan berkembang.Perkembangan budaya yang sangat pesat sekarang alkohol bukan lagi minumanyang sulit didapatkan hanya sebagai campuran untuk bahan pembuatan jamu saja.Di kehidupan zaman dahulu para bangsawan biasanya menyediakan alkoholsebagai minuman penghias di pesta atau campuran jamu karna kandungan yangdipakai berlebih bisa memabukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilaipelaksaanaan atau mengevaluasi Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 7Tahun 2005 Tentang Pelarangan,Pengedaran Dan Penjualan Minuman Beralkoholdi Kota Tangerang dan mengetahui bagaimana alur pemberian sosialisasi bahayaminuman keras bagi masyarakat di Kota Tangerang, serta mengetahui yangmenjadi kendala dalam proses evaluasi peraturan daerah Nomor 7 Tahun 2005tentang pelarangan, pengedaran dan penjualan yang dilakukan. Penelitian inimenggunakan teori Evaluasi kebijakan Menurut Nurcholis, yaitu Input, Process,Output, Outcome dari kebijakan pemerintah daerah. Metode penelitian yangdigunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Dalampemilihan informan peneliti menentukan secara purposif. Teknik analisis datayang digunakan adalah konsep analisis data menurut Prasetya Miles andHuberman. Hasil penelitian menunjukan bahwa Evaluasi Peraturan DaerahNomor 7 Tahun 2005 tentang Pelarang, Pengedaran Dan Penjualan MinumanKeras di Kota Tangerang belum optimal meski terdapat kekurangan dalammekanisme kebijakan yang telah ada.

Kata Kunci: Evaluasi Perda Miras, Kebijakan Publik, Evaluasi Kebijakan

Page 3: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

ABSTRACT

Gesti Resti Fitri. NIM. 6661111359. Thesis. Evaluation of Local RegulationNo. 7 Year 2005 About Prohibition, Distribution, and Sales of Liquor inTangerang City. Departement of Public Administration. Faculty of SocialScience and Political Science. Sultan Ageng Tirtayasa University. 1st

Advisor,Yeni Widyastuti, S.Sos, M.Si and2nd Advisor,Listyaningsih, S.Sos ,.M.Si.

The background of the research is that the ban,of circulation and sale of liquor.Because a lot of the sale of beverages that contain alcohol being carried outillegally without permission and supervision of the government. The focus ofthis research is to remove the circulation of the sale of liquor. The purpose ofthis study is to assess the execution or evaluation of Tangerang City RegulationNumber 7 Year 2005 on the Prohibition, Distribution and Sales of AlcoholicBeverages in Tangerang City and find out how the flow of socialization ofdrinking hazard for the community in Tangerang City, and to know theconstraints in the process evaluation of local regulations No. 7 of 2005 onprohibition, circulation and sales conducted. This study uses the theory ofpolicy evaluation According to Nurcholis, namely Input, Process, Output,Outcome of local government policy. The research method used is descriptivemethod with qualitative approach. In the selection of informants researchersdetermine by purposive. Data analysis technique used is data analysis conceptaccording to Miles and Huberman. The result of the research shows that theEvaluation of Regional Regulation Number 7 Year 2005 on Prohibition it’sbeen but not opimal because it is still common to find people who are stillcirculate, sell and consume liquor in the area of Tangerang city to theevaluation for sanctions.

Keywords: Evaluation of Local Regulation About Sales Of Liquor, PublicPolicy, Policy Evaluation

Page 4: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

LEMBAR PERSETUJUAN

NAMA : Gesti Resti Fitri

NIM : 6661110506

Judul SKRIPSI : EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTATANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANGPELARANGAN,PENGEDARAN DAN PENJUALANMINUMAN KERAS

Serang 11 Juli 2018

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Yeni Widyastuti, M.Si Listyaningsih, S.Sos.,M.Si

NIP. 197602102005012003 NIP.19760329200322001

Mengetahui

Dekan FISIP UNTIRTA

DR. Agus Sjafari, M.Si

NIP.197108242005011002

Page 5: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

PROGRAM STUDI ILMI ADMINISTRASI NEGARAFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK (FISIP)UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

NAMA : Gesti Resti Fitri

NIM : 6661110506

JUDUL : EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANGNOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG PELARANGAN,PENGEDARAN DAN PENJUALAN MINUMAN KERAS

Telah diuji di hadapan Dewan Penguji Sidang Skripsi di Serang, tanggal 08 BulanJuli tahun 2015 dan dinyatakan LULUS.

Serang, 11 Juli 2018

Ketua Penguji :

(Dr. Suwaib Amirudin, M.Si )NIP. 197405012005011005

………………………………..

Anggota :

(Drs. Hasuri Waseh, M.Si )NIP. 196202032000121002

………………………………..

Anggota :

(Yeni Widyastuti,M.Si)NIP. 197602102005012003

………………………………..

Mengetahui,

Dekan FISIP Untirta

Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.SiNIP. 197108242005011002

Ketua Program StudiIlmu Administrasi Negara

Listyaningsih S.Sos., M.SiNIP. 19760329200322001

Page 6: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

LEMBAR PERSETUJUAN

Nama : Gesti Resti Fitri

NIM : 6661110506

Judul Skripsi : Evaluasi Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 7 Tahun2005 Tentang Pelarangan, Pengedaran Dan PenjualanMinuman Keras

Serang, Juni 2018

Skripsi ini telah disetujui untuk diujikan

Menyetujui,

Pembimbing I

Yeni Widyastuti, S.Sos, M.Si

NIP. 197602102005012003

Pembimbing II

Listyaningsih,S.Sos,. M.Si

NIP. 197603292003122001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Listyaningsih, S.Sos, M.Si

NIP. 197603292003122001

Page 7: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas

rahmat, berkat, karunia, petunjuk, dan pertolongan-Nyalah peneliti dapat

menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan Daerah

Nomor 7 Tahun 2005 Tentang Pelarangan, Pengedaran Dan Penjualan

Minuman Keras Kota Tangerang”. Adapun penyusunan skripsi ini diajukan

untuk memenuhi syarat melakukan penelitian dalam meraih gelar sarjana (S-1)

pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Penulis menyadari bahwa dalam proses pengerjaan skripsi ini tidak lepas dari

dukungan kedua orang tua, keluarga serta sahabat yang membimbing penulis agar

dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan baik. Kiranya penelitian ini dapat

memberi manfaat kepada para pembaca. Skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik maupun saran yang

membangun dari para pembaca. Penulis juga ingin mengucapkan banyak

terimakasih kepada seluruh pihak yang telah memberi pengajaran, dorongan serta

bantuan sebagai motivasi bagi penulis. Oleh karena itu penulis ingin

mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd, selaku Rektor Universitas

Sultan Ageng Tirtayasa.

2. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Page 8: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

3. Ibu Rahmawati, S.Sos., M.Si selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Bapak Iman Mukhroman, S.Sos., M.Si selaku Wakil Dekan II Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si selaku Wakil Dekan III

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

6. Ibu Listyaningsih, S.Sos., M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sultan Ageng Tirtayasa sekaligus dosen pembimbing II Skripsi.

Terimakasih atas ilmu yang diberikan serta membimbing peneliti dalam

proses penyusunan skripsi.

7. Ibu Arenawati, M.Si selalu Sekretaris Prodi Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

8. IbuYeni Widyastuti, S.Sos., selaku Pembimbing I Skripsi. Terimakasih

atas ilmu yang diberikan serta membimbing peneliti dalam proses

penyusunan skripsi.

9. Bapak Dr. Suwaib Amirudin,M.Si , selaku Ketua Sidang Skripsi dan

Penguji Skripsi.Terimakasih atas ilmu yang diberikan serta membimbing

peneliti dalam proses penyusunan Skripsi.

10. Bapak Drs. Hasuri Waseh, M.Si selaku Ketua Sidang Skripsi dan Penguji

Skripsi. Terimakasih atas ilmu yang diberikan serta membimbing peneliti

dalam proses penyusunan Skripsi.

Page 9: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

11. Kepada seluruh Dosen dan Staf Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Para staf Tata Usaha (TU) Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan ageng Tirtayasa

atas segala bantuan informasi selama perkuliahan.

12. BapakDrs. H. Mumung Maulana selaku kepala Satuan Polisi Pamong

Praja Kota Tangerang yang telah memberikan informasi serta data terkait

mengenai Pelarangan, Pengedaran dan Penjualan Minuman Keras

13. Bapak Jarot selaku Penyidik Pegawai Negri Sipil Kota Tangerang yang

telah membantu dalam proses pencarian data.

14. Pihak Polres Metro Tangerang Kota Ibu Iptu Sri Ningsih dan Aiptu Toni

Efendy yang telah mendukung, memberikan informasi, serta memberikan

izin dalam proses pencarian data.

15. Keluarga tercinta Mamayukero, Papayukero, Harki, Mbah Kakung, Mbah

Uti, Tante Uci, Wulan, Arfan, Mbak Nur, Mbak Maesaroh, Mas Budiman,

Mega, Popoy,dan Tante Santi, Aza, Tante Dewi yang dengan kasih sayang

dan doa restu telah memberikan dorongan dan semangat baik moril

maupun materiil sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini.

16. Manusia baik, Chantel (Irma Apriani), Milea (Intan Pratiwi Razak) , Desy

Hartining S,sos, Bella (Imam Choir), Bipolar (Melinda Hardianti), Alpha

Kresno Wibisonoterimakasih atas bantuan, dukungan, doa, dan semangat

yang telah diberikan. Semoga kalian bahagia selalu dan mengerti aku

terus.

Page 10: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

17. Sahabat Terbaik yang baik hingga saat ini, Riani Herdini, Dewi Permata

Sari, Lidia Carlina Marta, Riska Monica Puteri, Humayra Eka Puteri

Yulandari, Muhammad Prasetyo, Khaerinisa,Rwanda, Deky, Adnan, Kak

Biyonita, Kak Nesya, Kak Windy, Alif dan Gamila terimakasih atas

dukungan, doa, dan semangat yang tiada hentinya diberikan.

18. Teman-teman seperjuangan Gema Nugraha, Muhammad Fahmi

Ilhamullah, Krisna Kristianing Efendi, Ariawan Lesmana, Bima Yudha

Saputra, Abdillah Luthfi Al – Habsy, Achmad Hafiz Rifai, Dhani

Chairani, Veronica Puspaningtyas, Dodi Setiawan, Danang Wahid Salim,

Naomi Laura, Nita Retnasari, Devy Sulihati, Adil Prabowo,dan Indri

Selianawati, Shella Novianti, Firstyana Gusti Ayu yang tidak bosan-

bosannya mengingatkan dan memberi dukungan untuk menyelesaikan

skripsi ini. Terimakasih untuk semua motivasi dan semangat yang telah

diberikan kepada penulis.

19. Teman Teman angkatan akhir 2011 #KAMITIDAKTAKUT, Terimakasih

atas bantuan dan semangat yang diberikannya selalu agar dapat

menyelesaikan skripsi ini.

20. Teman-teman Ilmu Administrasi Negarakhususnya Kelas C Reguler

Angkatan 2011, terimakasih untuk kebersamaannya. Semoga masih dapat

berkumpul di lain kesempatan.

21. Keluarga besar FAM Untirta yang menjadi tempat belajar untuk menjadi

manusia lebih baik. Terimakasih untuk seluruh pelajaran berharganya.

Page 11: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

22. Teman-teman dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-

persatu, terimakasih atas bantuan, dukungan, dan doa yang telah diberikan

selama penyusunan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini tentunya tidak lepas dari kekurangan baik

aspek kualitas maupun aspek kuantitas dari materi penelitian yang disajikan.

Semua ini didasarkan atas keterbatasan yang dimiliki penulis. Penulis menyadari

bahwa proposal skripsi ini jauh dari sempurna sehingga penulis membutuhkan

kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan di masa yang akan

datang. Semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan ridho dari

Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Aamiin.

Serang, Juni 2018

Penulis

Page 12: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

xii

DAFTAR ISI

HalamanHALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

PERNYATAAN ORISINALITAS................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ iv

LEMBAR PERSEMBAHAN .......................................................................... v

ABSTRAK ........................................................................................................ vi

KATA PENGANTAR ...................................................................................... vii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xv

DAFTAR BAGAN ............................................................................................ xvi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah ................................................................. 9

1.3 Batasan Masalah ....................................................................... 9

1.4 Rumusan Masalah .................................................................... 10

1.5 Tujuan Penelitian ..................................................................... 10

1.6 Manfaat Penelitian ................................................................... 10

1.6.1 Manfaat Teoritis ........................................................... 11

1.6.2 Manfaat Praktis ............................................................ 11

BAB II DESKRIPSI TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSIDASAR

2.1 Deskripsi Teori ......................................................................... 12

2.1.1 Pengertian Kebijakan Publik ........................................ 18

2.1.2 Konsep Implementasi Publik ....................................... 20

2.1.3 Konsep Evaluasi ........................................................... 22

2.1.4 Sifat Evaluasi ................................................................ 24

2.1.5 Fungsi dan Tujuan Evaluasi Kebijakan ........................ 25

2.2 Penelitian Terdahulu ................................................................ 34

2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian ................................................ 54

Page 13: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

xiii

2.4 Asumsi Dasar Penelitian .......................................................... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian .......................................... 42

3.2 Ruang Lingkup/Fokus Penelitian ............................................. 44

3.3 Lokus Penelitian ....................................................................... 44

3.4 Fenomena Yang Diamati .......................................................... 46

3.4.1 Definisi Konsep ............................................................ 46

3.4.2 Definisi Operasional ..................................................... 47

3.5 Instrumen Penelitian ................................................................. 48

3.5.1 Sumber Data Penelitian ................................................ 50

3.5.2 Teknik Pengumpulan Data ........................................... 50

3.6 Informan Penelitian .................................................................. 55

3.7 Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ............................. 56

3.8 Uji Keabsahan Data .................................................................. 59

3.9 Jadwal Penelitian ...................................................................... 61

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ...................................................... 63

4.1.1 Gambaran Umum Kota Tangerang .............................. 63

4.1.2 Gambaran Umum Satuan Polisi Pamong PrajaTangerang ..................................................................... 65

4.2 Deskripsi Data Penelitian ......................................................... 74

4.2.1 Deskripsi Informan Penelitian ...................................... 75

4.3 Hasil Penelitian Lapangan ........................................................ 77

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ................................................... 99

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan .............................................................................. 106

5.2 Saran ....................................................................................... 107

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... xvii

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 14: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Jenis dan Tarif Minuman yang Mengandung Etil Alkohol ……….. . 2

Tabel 1.2 Hasil Razia Miras Di Wilayah Kota Tangerang Tahun 2016 ............ 5

Tabel 1.3 Pedoman Hasil Operasi Miras Di Wilayah Kota Tangerang ............ 6

Tabel 3.1 Kisi – Kisi Pedoman Wawancara………………………………….... 52

Tabel 3.2 Daftar Informan Penelitian ................................................................. 56

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ............................................................................... 62

Tabel 4.1 Keterangan Informan ......................................................................... 76

Page 15: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada era modern seperti sekarang ini, banyak sekali hal yang berubah dan

berkembang. Perkembangan budaya yang sangat pesat sekarang ini alkohol bukan

lagi minuman yang sulit didapatkan dan bukan hanya sebagai campuran-

campuran untuk bahan pembuatan jamu saja. Di kehidupan zaman dahulu para

bangsawan biasanya menyediakan alkohol sebagai minuman penghias di pesta

atau campuran jamu karna kandungan yang jikalau dipakai berlebih bisa

memabukan.

Perkembangan budaya jaman sekarang yang semakin pesat alkohol dijadikan

gaya hidup bukan hanya dipesta tapi pertemuan-pertemuan biasa atau minuman

yang diminum setelah makan. Penikmatnya pun bukan hanya orang dewasa tetapi

bukan tidak mungkin jika remaja usia sekolah telah mengecap, bahkan sedikit

adiktif terhadap alkohol. Pengaruh lingkungan, serta mudahnya akses untuk

mendapatkan minuman memabukkan ini adalah sedikit dari banyak alasan yang

menyebabkan penyebaran alkohol di kalangan usia semakin menjamur.

Minuman beralkohol menyumbang pajak yang besar untuk Negara Republik

Indonesia. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor

207/PMK.011/2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor

62/PMK.011/2010 Tentang Tarif Cukai Etil Alkohol, Minuman yang

Page 16: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

2

Mengandung Etil Alkohol, dan Konsentrat yang Mengandung Etil Alkohol

mengatur ketentuan tarif cukai (per liter). Adapun besaran tarif cukai dalam

peraturan yang dimaksud dibagi menjadi 3 (tiga) golongan tarif sesuai kadar

alkohol, yaitu sebagai berikut:

Tabel 1.1 Jenis dan Tarif Minuman Yang Mengandung Etil Alkohol

GolonganKadar Etil

Alkohol

Tarif Cukai

Dalam Negeri (Rp) Impor (Rp)

A Sampai dengan 5% Rp 13.000,00 Rp 13.000,00

BLebih dari 5%

sampai dengan 20%Rp 33.000,00 Rp 44.000,00

C Lebih dari 20% Rp 80.000,00 Rp 139.000,00

Sumber: PMK Nomor 207/PMK.011/2013

Kemudian menurut Perda Kota Tangerang Nomor 7 Tahun 2005 Tentang

Pelarangan Pengedaran dan Penjualan Minuman Beralkohol, minuman beralkohol

dikelompokan dalam golongan sebagai berikut:

a. Minuman beralkohol golongan A yaitu minuman beralkohol dengan kadar

ethanol (C2H5OH) 1% (satu persen) sampai dengan 5% (lima persen);

b. Minuman beralkohol golongan B yaitu minuman beralkohol dengan kadar

ethanol (C2H5OH) lebih dari 5% (lima persen) sampai dengan 20% (dua

puluh persen);

c. Minuman beralkohol golongan C yaitu minuman beralkohol dengan kadar

ethanol (C2H5OH) lebih dari 20% (dua puluh persen) sampai dengan 55%

(lima puluh lima persen).

Page 17: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

3

Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam penyelenggaraan urusan

pemerintahannya berada pada kekuasaan Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah. Pemerintah Daerah hanyalah melaksanakan urusan-urusan pemerintahan

yang diberikan oleh Pemerintah Pusat melalui desentralisasi, dekonsentrasi

maupun tugas pembantuan. Peraturan Daerah adalah menurut Undang-Undang

No. 23 Tahun 2014. Peraturan Daerah adalah peraturan daerah propinsi dan/atau

peraturan daerah/kota. Peraturan kepala daerah adalah peraturan Gubernur

dan/atau peraturan Bupati/Walikota.

Kota Tangerang adalah salah satu kota yang ada di Provinsi Banten, yang

letaknya berbatasan langsung dengan Ibu kota Negara Kesatuan Republik

Indonesia yaitu DKI Jakarta. Seperti diketahui DKI Jakarta merupakan sumber

atau pusat dari segala kegiatan perekonomian, perdagangan, dan lain-lain. DKI

Jakarta merupakan salah satu kota yang memiliki gaya hidup yang sudah banyak

mengadopsi negara luar. Hal ini banyak memberikan dampak yang positif dan

tidak sedikit pula menimbulkan efek negatif.

Sebagai Kota Akhlakul Karimah yang memiliki misi untuk meningkatkan

kualitas pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial di masyarakat, maka

Pemerintah Daerah Kota Tangerang membuat kebijakan tentang Pelarangan,

Pengedaran dan Penjualan Minuman Keras. Kebijakan ini dibuat oleh Pemerintah

Daerah Kota Tangerang dalam rangka mengatasi penyakit sosial masyarakat yang

terjadi di lingkungan masyarakat apalagi melihat fenomena maraknya kasus miras

yang memakan korban jiwa diberbagai wilayah, tentu hal tersebut jangan sampai

menimpa para generasi penerus bangsa khususnya di Kota Tangerang.

Page 18: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

4

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 7 tahun 2005 tentang

Pelarangan, Pengedaran dan Penjualan Minuman Keras. Setiap orang atau Badan

Hukum di Daerah dilarang mengedarkan, dan atau menjual minuman beralkohol

golongan A, B dan C. Dikecualikan, minuman beralkohol yang mengandung

rempah-rempah, jamu dan sejenisnya untuk tujuan kesehatan dan tempat-tempat

yang dilarang mengedarkan atau menjual minuman beralkohol adalah hotel,

minimarket, restoran dan pengecer tukang jamu yang menjual alkohol tidak

mengandung rempah-rempah serta tempat hiburan seperti tempat karaoke atau

tempat-tempat umum seperti Benton dan Downtown.

Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 7 tahun 2005 tentang Pelarangan,

Pengedaran dan Penjualan Minuman Keras juga melarang keras siapapun yang

meminum minuman keras dilingkungan umum dan untuk itu agar peraturan ini

berjalan dengan baik dalam penegakannya mengikut sertakan aparat penegak

hukum mulai dari kepolisian, kodim, petugas Satpol PP dan unsur Kamtibmas

yang berada di wilayah Kota Tangerang. Pemerintah Kota Tangerang juga

menyarankan agar seluruh lapisan masyarakat Tangerang ikut berpartisipasi

dalam menegakan hukum tentang peredaran dan penjualan minuman keras serta

bagi yang menjual minuman keras hukuman yang diberikan para aparat penegak

hukum cukup tegas seperti pencabutan izin usaha, penutupan tempat usaha.

Dalam pasal 204 ayat 2 KUHP disebutkan seseorang yang menjual sesuatu yang

sifatnya berbahaya dan menyebabkan kematian akan dihukum penjara hingga 20

tahun serta juga akan menambah jeratan pasal yaitu, Undang-Undang Pangan

Nomor 18 tahun 2012 dengan sanksi maksimal 15 tahun penjara karena maraknya

Page 19: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

5

minuman-minuman oplosan yang beredar di sekitar masyarakat dan sangat

meresahkan masyarakat.

Namun dalam pelaksanaannya, Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 7

Tahun 2005 mengenai tentang Pelarangan, Pengedaran dan Penjualan Minuman

Keras nampaknya belum berjalan dengan baik.

Tabel 1

Hasil Razia Miras di Wilayah Kota Tangerang Tahun 2016

NO TANGGAL WILAYAH HASIL

123456789101112131415

16171819202122

16 Januari 201617 Pebruari 201618 Pebruari 201624 Pebruari 201625 Pebruari 201627 Pebruari 201614 Maret 201615 Maret 201613,15 April 201624 April 201625 April 20166 Mei 201612 Mei 201612 Mei 201620 Mei 2016

12 Juni 201620 Juni 201623 Juni 201628 Juli 201610 Agustus 201614 Agustus 201616 Agustus 2016

Kec. BendaKec. CiledugKec. LaranganKec. CipondohKec. CipondohPemusnahanKec. JatiuwungKec. Tangerang, CibodasKec. Tangerang, CibodasKec. Tangerang,Kec. KarawaciKec. Jatiuwung, CibodasKec. BatuceperPemusnahanKec. Tangerang,Jatiuwung, dan KarawaciKec. TangerangKec. BatuceperKec. Tangerang danCibodasKec. BatuceperKec. Cipondoh, KarawaciKec. TangerangPemusnahan seluruhnya

294 botol1.216 botol478 botol42 botol81 botol7.286 botol83 botol33 botol253 botol234 botol31 botol1.318 botol94 botol10.105 botol62 botol

369 botol54 botol60 botol233 botol1.544 botol290 botol

24.160 botol

Sumber : Kasubdin Pol.PP Kota Tangerang, 2017

Page 20: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

6

Tabel 2Hasil Operasi Miras di Wilayah Kota Tangerang Tahun

2016

NO MERK MINUMAN KADAR ALKOHOL HASIL

1234567891011121314151617181920212223

GuinnessBirBir kalengDraf BeerBalihaiMansoonVodka Tato;Mix MaxKGBCoronaVodka CruiserNew Port MixAnggur RajawaliAnggur IntisariTopi MiringAnggur PutihPanter Beer HitamAnggur KTIVodka VibeHOHiteSportTuakJumlah Seluruhnya

5% Golongan A

23% Golongan B

1307 botol1880 botol870 botol1521 botol48 botol340 botol92 botol148 botol167 botol375 botol165 botol65 botol139 botol1847 botol308 botol270 botol245 botol158 botol80 botol35 botol2 botol28 botol18 botol10.105 botol

Sumber : Kasubdin Pol.PP Kota Tangerang, 2017

Pertama, faktanya adalah sejauh ini masih banyak masyarakat yang bebas

meminum minuman keras seperti bir (alkohol golongan B) dan anggur di

lingkungan umum seperti warung jamu bahkan warung-warung biasa yang

menjual minuman keras. Seperti yang diberitakan pada media online

detik.com,bahwa hasil dari Operasi Cipkon telah mengamankan barang bukti

miras dari kios jamu. Miras jenis kolesom 28 botol, anggur merah 19 botol,

Page 21: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

7

Intisari 12 botol, jenis ciu 21 bungkus, jenis Rajawali 10 bungkus. (Sumber:

https://www.news.detik.com, diakses pada 17 Februari 2018).

Pada sumber lainnya dikatakan bahwa petugas Satpol PP Kota Tangerang

memeriksa tempat penyimpanan minuman beralkohol ketika razia minuman keras

(miras) di sejumlah restoran Mall Alam Sutera, Tangerang, Banten. (Sumber:

http://www.antaranews.com, diakses pada 17 Februari 2018). Hal tersebut

menunjukan bahwa masih banyak tempat-tempat umum yang menjual minuman

keras yang mudah didapat.

Hal tersebut terjadi karena tingkat permintaan alkohol yang tinggi

menyebabkan banyak restoran atau tempat makan serta warung-warung nekat

menjual minuman keras. Penyebab lain adalah mengenai kurang tegasnya

pemerintah. Sikap apatis dari masyarakat untuk lingkungan sekitar yang

menyulitkan penegak hukum bertindak malah terkadang menutup-nutupi

informasi penjualan alkohol tersebut.

Kedua, masih ada masyarakat yang belum sadar bahayanya mengkonsumsi

alkohol secara berlebihan sehingga menjadikan alkohol sebagai gaya hidup.

Banyak sekali orang dewasa dan remaja dibawah umur yang terang-terangan

mengkonsumsi alkohol di lingkungan masyarakat karena merasa bangga terlebih

harga alkohol golongan A dan golongan B yang murah bekisar antara Rp 30.000-

Rp 50.000 mengakibatkan remaja dibawah umur bisa mendapatkannya dengan

mudah. Apalagi marak minuman oplosan yang murah dengan efek sama

memabukannya membuat banyak kalangan bawah dapat memperoleh minuman

keras dengan mudah. Seperti yang diberitakan pada media online sindo.news,

Page 22: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

8

Kasubag Humas Polres Metro Tangerang Kompol Triyani Handayani

mengatakan, dua pemuda bernama M Alfarizi (18) dan Koharudin (19),tewas

setelah menenggak minuman keras oplosan bersama temannyaa di Kampung

Kebon Sereh, Teluk Naga, Tangerang. Hal tersebut membuktikan bahwa masih

banyak masyarakat dibawah umur yang mengkonsumsi alcohol di lingkungan

masyarakat. ( Sumber:http//www.metro.sindonews.com. di akses pada tanggal 23

November 2017)

Ketiga, pengawasan dari aparat Pemerintah Daerah Kota Tangerang dalam

menegakkan Perda Nomor 7 Tahun 2005 Tentang Pelarangan Pengedaran dan

Penjualan Minuman Keras belum optimal. Hal ini dibuktikan dengan masih

terdapat kasus tempat-tempat karaoke yang menjual minuman keras dengan dalih

tempat karaoke keluarga. Seperti yang ditemukan di salah satu karaoke keluarga

di City Mall Tangerang, Kepala Satpol PP Pemkot Tangerang, Bapak Mumung

Nurwana mengatakan bahwa tempat usaha ini telah melanggar 4 Perda, yaitu

Perda terkait Pelarangan Pengedaran dan Penjualan Miras, Pajak Daerah, Izin

Mendirikan Bangunan (IMB) dan Ketertiban Umum. Di tempat karaoke tersebut

juga ditemukan botol minuman keras sebanyak 830 buah yang dijual dengan

berbagai merk, ukuran dan dengan kandungan alkohol kadar tinggi. Sedangkan

menurut Asisten I Sekretaris Daerah Pemkot Tangerang, Saeful Rohman

mengatakan bahwa izin karaoke dapat dbuka asalkan pengelola membuat

pernyataan untuk tidak menjual minum-minuman keras (Sumber:

http://www.metro.sindonews.com,

Page 23: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

9

Dari paparan masalah-masalah diatas tersebut, menjadi permasalahan penting

yang perlu dibahas dan ditindak lanjuti serta segera dicari solusi penyelesaiannya.

Maka, penelitian ini perlu dilakukan guna mengetahui bagaimana evaluasi atau

proses penilaian kebijakan (Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 7 Tahun

2005) dalam rangka meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dan

menghentikan penyakit sosial di masyarakat agar tidak menganggu kepentingan

umum.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, penelitian ini perlu adanya

identifikasi permasalahan-permasalahan yang ada, dari hasil studi pendahuluan

peneliti mengidentifikasi masalah-masalah penelitian diantaranya :

1. Masih warung jamu yang menjual minuman keras;

2. Masih ada masyarakat yang meminum minuman beralkohol di lingkungan

masyarakat atau tempat umum karena mudahnya mendapatkan minuman

beralkohol;

3. Kurangnya pengawasan dari aparat Pemerintah Daerah Kota Tangerang

dalam menegakkan kebijakan Pelarangan, Pengedaran dan Penjualan

Minuman Keras;

1.3 Batasan Masalah

Pembatasan Masalah bertujuan untuk membatasi ruang lingkup studi dari

penelitian itu sendiri. Berkaitan dengan hal itu, maka peneliti membatasi ruang

lingkup studi tentang “Evaluasi Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 7

Tahun 2005 Peraturan Daerah Tentang Pelarangan Pengedaran dan Penjualan

Page 24: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

10

Minuman Keras” dibatasi hanya pada masalah-masalah terkait evaluasi

pelarangan pengedaran dan penjualan minuman keras yang ada di Kota

Tangerang.

1.4 Rumusan Masalah

Pada rumusan masalah, peneliti membuat sebuah rumusan dari fokus yang

akan diteliti berupa :

“Bagaimana Evaluasi Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 7 Tahun

2005 Tentang Pelarangan, Pengedaran Dan Penjualan Minuman Beralkohol di

Kota Tangerang?”

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai pelaksaanaan atau

mengevaluasi Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 7 Tahun 2005

Tentang Pelarangan, Pengedaran Dan Penjualan Minuman Beralkohol di

Kota Tangerang.

1.6 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan dari penelitian, maka kegunaan penelitiannya adalah

sebagai berikut:

1. Manfaat Secara Teoritis:

a. Menambah ilmu pengetahuan melalui penelitian yang dilaksanakan

sehingga dapat memperluas pengetahuan Ilmu Administrasi Negara,

terutama kajian tentang Evaluasi Peraturan Daerah Kota Tangerang

Nomor 7 Tahun 2005 Tentang Pelarangan, Pengedaran Dan Penjualan

Minuman Beralkohol di Kota Tangerang.

Page 25: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

11

b. Sebagai bahan pemahaman dan pembelajaran bagi peneliti maupun

mahasiswa yang lainnya untuk melakukan penelitian-penelitian secara

lebih mendalam terutama kajian tentang Evaluasi Peraturan Daerah

Kota Tangerang Nomor 7 Tahun 2005 Tentang Pelarangan, Pengedaran

Dan Penjualan Minuman Beralkohol di Kota Tangerang.

c. Untuk memberikan motivasi bagi seluruh mahasiswa khususnya

peneliti untuk lebih termotivasi dalam mencari pembelajaran dan

wawasan lebih dalam yang terkadang tidak hanya didapat dalam

perkuliahan.

2. Manfaat Praktis:

Secara praktis, manfaat dari hasil penelitian ini yaitu untuk

menyelesaikan tugas akhir serta melengkapkan tugas dalam mendapatkan

gelar sarjana, dan hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

suatu bahan untuk penelitian berikutnya.

Page 26: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

12

BAB II

DESKRIPSI TEORI

2.1 Deskripsi Teori

Teori dalam administrasi mempunyai peranan yang sama dengan teori

yang ada didalam ilmu fisika, kimia maupun biologi yaitu berfungsi untuk

menjelaskan dan panduan dalam penelitian seperti yang dikemukakan bahwa

:“Theory is a set of interrelated concepts,assumptions, and generalizations that

systematically describes and explains regularities in behavior in organization”

Berdasarkan teori diatas didefinisikan sebagai seperangkat konsep, asumsi

dan generalisasi menurut Haditono (1999) yang dapat digunakan untuk

mengungkapkan dan menjelaskan perilaku dalam berbagai organisasi.Berdasarkan

definisi tersebut dapat dikemukakan ada empat kegunaan teori didalam penelitian

yaitu:

1. Teori berkenaan dengan konsep, asumsi dan generalisasi yang logis.2. Teori berfungsi untuk mengungkapkan, menjelaskan dan memprediksi

prilaku yang memiliki keteraturan.3. Teori sebagai stimulan dan panduan untuk mengembangkan pengetahuan.4. Teori sebagai pisau bedah untuk suatu penelitian.

Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang

teori (bukan sekedar pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang

relevan dengan variabel yang diteliti, berapa jumlah kelompok teori yang perlu

dikemukan atau dideskripsikan akan tergantung pada luasnya permasalahan dan

teknis tergantung pada jumlah variabel yang diteliti.

Page 27: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

13

Deskripsi teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variabel-

variabel yang diteliti, melalui pendefinisian dan uraian yang lengkap dan

mendalam dan berbagai referensi, sehingga ruang lingkup kedudukan dan prediksi

terhadap hubungan antar variabel yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan

terarah.

2.1.1 Pengertian Kebijakan Publik

Kebijakan publik dalam definisi yang mashur dari Dye adalah whatever

governments choose to do or not to do. Maknanya Dye hendak menyatakan

bahwa apapun kegiatan pemerintah baik yang eksplisit maupun implisit

merupakan sebuah kebijakan (Indiahono, 2009:17).

Selain Dye, James E. Anderson juga memberikan pengertian kebijakan

publik sebagai serangkaian kegiatan yang mempunyai maksud/tujuan tertentu

yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang aktor atau sekelompok aktor yang

berhubungan dengan suatu permasalahan atau suatu hal yang diperhatikan

(Agustino, 2014:7).

Definisi lain mengenai kebijakan publik ditawarkan Carl Friedrich dalam

Indiahono (2009:18) yang mendefinisikan bahwa:“Kebijakan sebagai suatu

tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok

atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-

hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan

tertentu”.

Berdasarkan pendapat diatas, penulis dapat menganalisa bahwa kebijakan

merupakan suatu upaya yang muncul dari seseorang, kelompok, atau pemerintah

Page 28: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

14

atas adanya hambatan atau permasalahan dalam proses pencapaian tujuan dan

dalam usaha penyelesaiannya, diperlukan suatu kebijakan. Kebijakan juga dapat

dijadikan sebagai dasar atau landasan bagi pemerintah untuk melakukan sesuatu.

Hal ini sejalan dengan definisi yang diberikan oleh Lembaga Administrasi Negara

(LAN) dalam Anggara (2012:503): “Kebijakan sebagai ketentuan-ketentuan yang

harus dijadikan pedoman, pegangan atau petunjuk bagi setiap usaha dan kegiatan

aparatur pemerintah, sehingga tercapai kelancaran dan keterpaduan dalam

mencapai tujuan”.

Pada konteks lain, Islamy yang dikutip oleh Anggara (2012:501)

mengemukakan bahwa kebijakan publik merupakan serangkaian tindakan yang

ditetapkan dan dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oleh pemerintah dengan

berorientasi pada tujuan tertentu demi kepentingan seluruh masyarakat. Hal ini

senada dengan yang diungkapkan oleh RC.

Chandler dan JC. Plano dalam Syafiie (2010:105), menurutnya kebijakan

publik adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumber daya-sumber daya

yang ada untuk memecahkan masalah publik. Jadi, orientasi utama dari kedua

pendapat ini adalah bahwa kebijakan publik ditujukan untuk kepentingan

masyarakat atau publik.

Definisi kebijakan publik menurut Eyestone (1971:18) dalam Wahab

(2012:13) ialah “the relationship of governmental unit to its environment” (antar

hubungan yang berlangsung diantara unit/satuan pemerintahan dengan

lingkungannya). Demikian pula definisi menurut Wilson dalam Wahab (2012:13)

yang merumuskan kebijakan sebagai berikut: “The actions, objectives and

Page 29: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

15

pronouncements of governments on particular matters, the steps they take (or fail

to take) to implement them, and the explanations they give for what happens (or

does not happen)” (tindakan-tindakan, tujuan-tujuan, dan pernyataan-pernyataan

pemerintah mengenai masalah-masalah tertentu, langkah-langkah yang

telah/sedang diambil (atau gagal diambil) untuk diimplementasikan dan

penjelasan-penjelasan yang diberikan oleh mereka mengenai apa yang telah

terjadi (atau tidak terjadi).

Sedangkan pakar Inggris W.I. Jenkins dalam Wahab (2012:15) merumuskan

kebijakan publik adalah sebagai berikut:

“A set of interrelated decisions taken by a political actor or group of actors

concerning the selection of goals and the means of achieving them within a

specified situation where these decision should, in principle, be within the power

of these actors to achieve” (serangkaian keputusan yang saling berkaitan yang

diambil oleh seorang aktor politik atau sekelompok aktor, berkenaan dengan

tujuan yang telah dipilih beserta cara-cara untuk mencapainya dalam suatu situasi.

Keputusan-keputusan itu pada prinsipnya masih berada dalam batas-batas

kewenangan kekuasaan dari para aktor tersebut).Hal diatas senada dengan

pengertian kebijakan publik yang dikemukakan oleh Dunn (2013:132).

Menurutnya kebijakan publik adalah:

“Pola ketergantungan yang kompleks dari pilihan-pilihan kolektif yang

saling tergantung, termasuk keputusan-keputusan untuk tidak bertindak, yang

dibuat oleh badan atau kantor pemerintah”.

Page 30: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

16

Kemudian Nugroho (2011:110) mengatakan bahwa kebijakan publik adalah

keputusan otoritas negara yang bertujuan mengatur kehidupan bersama. Nugroho

menjelaskan bahwa tujuan kebijakan publik dapat dibedakan dari sisi sumber

daya, yaitu antara kebijakan publik yang bertujuan mendistribusi sumber daya

negara (kebijakan distributif) dan yang bertujuan menyerap sumber daya negara

(kebijakan absobtif).

Kebijakan absorbtif adalah kebijakan yang menyerap sumber daya,

terutama sumber daya ekonomi dalam masyarakat yang akan dijadikan modal atau

biaya untuk mencapai tujuan bersama. Salah satu bentuk kebijakan absorbtif

adalah kebijakan perpajakan yang menghimpun pendapatan untuk negara.

Selanjutnya kebijakan distributif yaitu kebijakan yang secara langsung atau

tidak langsung mengalokasikan sumber-sumber daya material ataupun

nonmaterial ke seluruh masyarakat. Kebijakan distributif murni misalnya

kebijakan otonomi daerah yang memberikan kewenangan dari daerah untuk

meguasai dan mengelola sejumlah sumber daya.

Kebijakan juga dapat dibedakan dari sisi tujuan, yaitu kebijakan regulatif

dan kebijakan deregulatif. Kebijakan regulatif bersifat mengatur dan membatasi,

seperti halnya kebijakan tarif, kebijakan pengadaan barang dan jasa, kebijakan

HAM, kebijakan proteksi industri dan sebagainya.

Sementara kebijakan deregulatif bersifat membebaskan, seperti kebijakan

privatisasi, kebijakan penghapusan tarif, dan kebijakan pencabutan daftar negatif

investasi. Lebih lanjut, Nugroho juga mengelompokkan kebijakan publik kedalam

tiga bagian, yaitu:

Page 31: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

17

1. Kebijakan publik yang bersifat makro atau umum, atau mendasar, yaituseperti halnyaUndang-undang Dasar, Undang-undang/Perppu, PeraturanPemerintah, Peraturan Presiden, dan Peraturan Daerah.

2. Kebijakan publik yang bersifat messo atau menengah, atau penjelaspelaksanaan.Kebijakan ini dapat berbentuk Peraturan Menteri, Surat Edaran Menteri,Peraturan Gubernur, Peraturan Bupati, dan Peraturan Walikota.Kebijakannya dapat pula berbentuk Surat Keputusan Bersama antarmenteri, gubernur, dan bupati atau walikota.

3. Kebijakan publik yang bersifat mikro adalah kebijakan yang mengaturpelaksanaan atau implementasi kebijakan diatasnya. Bentuk kebijakannyaadalah peraturan yang dikeluarkan oleh aparat publik dibawah menteri,gubernur, bupati dan walikota.

Richard Rose dalam Agustino (2014:7) pun berupaya untuk mendefinisikan

kebijakan publik sebagai:“Sebuah rangkaian panjang dari banyak atau sedikit

kegiatan yang saling berhubungan dan memiliki konsekuensi bagi yang

berkepentingan sebagai keputusan yang berlainan”

Rose memberikan catatan yang berguna pada kita bahwa kebijakan publik

merupakan bagian mozaik atau pola kegiatan dan bukan hanya suatu kegiatan

dalam pola regulasi.Kemudian Agustino (2014:8) menyebutkan beberapa

karakteristik utama dari kebijakan publik, yaitu:

1. Pada umumnya kebijakan publik perhatiannya ditujukan pada tindakanyang mempunyai maksud atau tujuan tertentu daripada perilaku yangberubah atau acak.

2. Kebijakan publik pada dasarnya mengandung bagian atau pola kegiatanyang dilakukan oleh pejabat pemerintah daripada keputusan yang terpisah-pisah. Misalnya, suatu kebijakan tidak hanya meliputi keputusan untukmengeluarkan peraturan tertentu tetapi juga keputusan berikutnya yangberhubungan dengan penerapan dan pelaksanaannya.

3. Kebijakan publik merupakan apa yang sesungguhnya dikerjakan olehpemerintah dalam mengatur perdagangan, mengontrol inflasi, ataumenawarkan perumahan rakyat, bukan apa maksud yang dikerjakan atauyang akan dikerjakan.

4. Kebijakan publik dapat berbentuk positif maupun negatif. Secara positif,kebijakan melibatkan beberapa tindakan pemerintah yang jelas dalammenangani suatu permasalahan; secara negatif, kebijakan publik dapatmelibatkan suatu keputusan pejabat pemerintah untuk tidak melakukan

Page 32: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

18

suatu tindakan atau tidak mengerjakan apapun padahal dalam kontekstersebut keterlibatan pemerintah amat diperlukan.

5. Kebijakan publik, paling tidak secara positif, didasarkan pada hukum danmerupakan tindakan yang bersifat memerintah. Kebijakan publik yangbersifat memerintah kemungkinan besar mempunyai sifat yang memaksasecara sah, yang mana hal ini tidak dimiliki oleh kebijakan-kebijakanorganisasi swasta.

Berdasarkan berbagai penjelasan yang telah dikemukakan diatas, peneliti

mencoba menarik kesimpulan bahwa yang dimaksud sebagai kebijakan publik

adalah segala sesuatu yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah.

Pemerintah tidak harus selalu melakukan sesuatu, tetapi pemerintah juga memiliki

hak untuk tidak melakukan apapun dan itu tetap dapat disebut sebagai kebijakan.

Kebijakan publik juga merupakan suatu rangkaian panjang yang saling

berkaitan yang orientasinya adalah untuk mengatur kehidupan masyarakat agar

lebih teratur. Tujuannya adalah agar satu dengan yang lainnya tidak saling

merugikan. Negara secara absolut dapat mengatur apa dan siapa yang ada di

dalam wilayah negara, dan secara relatif mereka yang menjadi bagian dari negara

tetapi tidak di dalam negara, dan mereka yang berhubungan dengan negara

tersebut.

2.1.2 Konsep Implementasi Kebijakan Publik

Rencana adalah 20 persen keberhasilan, implementasi adalah 60 persen

sisanya, dan 20 persen sisanya adalah bagaimana kita mengendalikan

implementasi. Implementasi kebijakan adalah hal yang paling berat, karena disini

masalah-masalah yang kadang tidak dijumpai dalam konsep, dapat muncul di

lapangan. Sebagaimana dikatakan oleh Nugroho (2011:618) sebagai berikut:

“Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakandapat mencapai tujuannya. Tidak lebih dan tidak kurang. Untuk

Page 33: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

19

mengimplementasikan kebijakan publik, ada dua pilihan langkah yang ada,yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program atau melaluiformulasi kebijakan derivat atau turunan dari kebijakan publik tersebut”.

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa implementasi

kebijakan merupakan cara yang dilakukan agar sebuah kebijakan dapat mencapai

tujuan yang dikandungnya. Kemudian untuk melakukan proses implementasi

tersebut, dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu langsung menerjemahkannya

kedalam bentuk program maupun menerjemahkannya kedalam bentuk kebijakan

turunan.

Studi implementasi merupakan suatu kajian mengenai studi kebijakan yang

mengarah pada proses pelaksanaan dari suatu kebijakan. Dalam prakteknya

implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang begitu kompleks bahkan

tidak jarang bermuatan politis dengan adanya intervensi berbagai kepentingan.

Untuk melukiskan kerumitan dalam proses implementasi tersebut dapat dilihat

pada pernyataan yang dikemukakan oleh seorang ahli studi kebijakan Eugene

Bardach dalam Agustino (2014:138), yaitu:

“Adalah cukup untuk membuat sebuah program dan kebijakan umum yangkelihatannya bagus diatas kertas. Lebih sulit lagi merumuskannya dalamkata-kata dan slogan-slogan yang kedengarannya mengenakan bagi telingapara pemimpin dan para pemilih yang mendengarkannya. Dan lebih sulitlagi untuk melaksanakannya dalam bentuk cara yang memuaskan semuaorang termasuk mereka anggap klien”.

Pernyataan diatas dipertegas oleh Chief J.O. Udoji yang dikutip dalam

Agustino (2014:140) dengan mengatakan bahwa:

“Pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting bahkan mungkin jauh

lebih penting daripada pembuatan kebijakan. Kebijakan-kebijakan hanya akan

Page 34: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

20

sekadar berupa impian atau rencana bagus yang tersimpan rapi dalam arsip kalau

tidak diimplementasikan”

Dari pendapat diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa membuat sebuah

kebijakan dan menuangkannya dalam tulisan sehingga terbentuk suatu aturan

yang terkodifikasi (undang-undang, peraturan, dan lain-lain) merupakan sesuatu

yang sulit. Namun yang tersulit tetaplah pada saat proses pelaksanaan kebijakan

tersebut. Karena dalam proses pelaksanaan, kita harus mampu memuaskan semua

orang, baik itu para pembuat kebijakan maupun masyarakat.

Dan jika suatu kebijakan yang telah dibuat tidak mampu untuk

diimplementasikan, maka kebijakan tersebut hanya akan tersimpan rapi sebagai

kumpulan arsip. Dalam derajat lain Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier dalam

Agustino (2014:139) mendefinisikan implementasi kebijakan sebagai:

“Pelaksanaan keputusan kebijaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk

undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-

keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Lazimnya,

keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi, menyebutkan

secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk

menstrukturkan atau mengatur proses implementasinya”.

Penjelasan diatas memberikan makna bahwa implementasi kebijakan

merupakan pelaksanaan kebijakan dasar seperti undang-undang, perintah-

perintah, atau keputusan-keputusan eksekutif yang mana dalam kebijakan tersebut

biasanya sudah teridentifikasi masalah-masalah yang ingin diatasi, tujuan dan

Page 35: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

21

sasaran yang ingin dicapai oleh kebijakan tersebut, serta cara yang mengatur

proses implementasinya.

Implementasi kebijakan menurut Dunn (2013:132) adalah pelaksanaan

pengendalian aksi-aksi kebijakan di dalam kurun waktu tertentu. Sedangkan Van

Meter dan Van Horn dalam Agustino (2014:139) mendefinisikan implementasi

kebijakan sebagai:

“Tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau

pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan

pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan

kebijaksanaan”.

Dari pendapat diatas dapat diartikan bahwa segala tindakan yang dilakukan

oleh pemerintah maupun swasta baik secara individu maupun kelompok yang

diarahkan pada tercapainya tujuan yang telah ditentukan dalam keputusan

kebijakan dapat disebut sebagai proses implementasi kebijakan.

Berdasarkan berbagai definisi yang telah dipaparkan diatas, dapat

disimpulkan bahwa implementasi menyangkut tiga hal, yaitu: (1) adanya tujuan

atau sasaran kebijakan; (2) adanya aktivitas atau kegiatan pencapaian tujuan; dan

(3) adanya hasil kegiatan. Implementasi merupakan suatu proses yang dinamis,

dimana pelaksana kebijakan melakukan suatu aktivitas atau kegiatan, sehingga

pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau

sasaran kebijakan itu sendiri.

Hal ini sesuai pula dengan apa yang diungkapkan oleh Lester dan Stewart

Jr. dalam Agustino (2014:139) dimana mereka mengatakan bahwa implementasi

Page 36: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

22

sebagai suatu proses dan suatu hasil (output). Keberhasilan suatu implementasi

kebijakan dapat diukur atau dilihat dari proses dan pencapaian tujuan hasil akhir,

yaitu: tercapai atau tidaknya tujuan-tujuan yang ingin diraih.

2.1.3 Konsep Evaluasi

Dalammemahami makna evaluasi, harus dipahami pula definisi penilaian

dan pengukuran. Asnawi Ainul dan Noehi Nasution dalam Badrudin (2013:250)

mengartikan penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan

menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil. Akhmad

Sudradjat mendefinisikan penilaian (assesement) sebagai penerapan berbagai cara

dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang

sejauh mana hasil atau ketercapaian dapat diwujudkan. Selanjutnya Arikunto

dalam Badrudin (2013:250) mengemukakan bahwa:

“Pengukuran adalah membandingkan sesuatu dengan suatu ukuran.

Pengukuran (measurement) itu sendiri merupakan sebagai proses pemberian

angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan dimana

pelaku organisasi telah mencapai karakteristik tertentu”.

Istilah evaluasi sudah menjadi kosa kata dalam bahasa Indonesia sebagai

kata serapan dari bahasa Inggris yaitu evaluation yang berarti penilaian atau

penaksiran. Istilah evaluasi dinyatakan Tyler yang kemudian dikutip oleh

Badrudin (2013:250) sebagai proses menentukan sampai sejauh mana tujuan

organisasi dapat dicapai.

Tague Sutclife dalam Badrudin (2013:251) mengartikan evaluasi sebagai“A

systematic process of determining the extent to which instructional objective are

Page 37: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

23

achieved by pupils”yang artinya evaluasi bukan sekedar menilai suatu aktivitas

secara spontan dan insidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai

secara terencana, sistematik, dan terarah berdasarkan turunan yang jelas.

Kemudian Stufflebeam dalam Badrudin (2013:251) mengemukakan

evaluasi adalah “The process of delineating, obtaining, and providing useful

information for judging decision alternative” yang berarti evaluasi merupakan

proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna

untuk merumuskan alternatif keputusan.

Pemahaman mengenai definisi evaluasi menurut para ahli dapat berbeda-

beda sesuai dengan pemikiran para ahli yang bervariatif. Worthen dan Sanders

mendefinisikan evaluasi sebagai usaha mencari sesuatu yang berharga (worth).

Sesuatu yang berharga tersebut dapat berupa informasi tentang suatu program,

produksi, dan alternatif prosedur tertentu.

Pendapat lain mengenai evaluasi juga disampaikan Arikunto dan Cepi

dalam Badrudin (2013:251) bahwa:

“Evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan informasi tentang bekerjanyasesuatu yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukanalternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan. Fungsi utamaevaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi-informasi yangberguna bagi pihak pembuat keputusan untuk menentukan kebijakan yangakan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan”.

Dari pengertian-pengertian tentang evaluasi yang telah dikemukakan

beberapa ahli diatas, dapat ditarik benang merah tentang evaluasi yakni evaluasi

merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh seseorang untuk melihat sejauh

mana keberhasilan sebuah program atau kebijakan. Keberhasilan program atau

kebijakan itu sendiri dapat dilihat dari dampak atau hasil yang dicapai oleh

Page 38: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

24

program/kebijakan tersebut. Evaluasi juga berguna karena evaluasi akan

menghasilkan sesuatu yang “berharga” berupa informasi tertentu yang

dikemudian hari informasi tersebut dapat dijadikan sebagai pedoman untuk

pembuatan keputusan atau perumusan kebijakan baru.

2.1.4Sifat Evaluasi

Gambaran utama evaluasi adalah bahwa evaluasi menghasilkan tuntutan –

tuntutan yang bersifat evaluatif. Karena itu evaluasi mempunyai sejumlah

karakteristik yang membedakannya dari metode-metode analisis kebijakan

lainnya, antara lain:

1. Fokus nilaiEvaluasi berbeda dengan pemantauan, dipusatkan pada penilaianmenyangkut keperluan atau nilai dari sesuatu kebijakan dan program.Evaluasi terutama merupakan usaha untuk menentukan manfaat ataukegunaan sosial kebijakan dan program, dan bukan sekadar usaha untukmengumpulkan informasi mengenai hasil aksi kebijakan yangterantisipasi. Karena ketepatan tujuan dan sasaran kebijakan dapat selaludipertanyakan,evaluasi mencakup prosedur untuk mengevaluasi tujuan-tujuan dari sasaran itu sendiri.

2. Interdependensi fakta-nilaiTuntutan evaluasi tergantung baik “fakta” maupun “nilai”, Untukmenyatakan bahwa kebijakan atau program tertentu telah mencapaitingkat kinerja yang tinggi (atau rendah) diperlukan tidak hanya bahwahasil-hasil kebijakan berharga bagi sejumlah individu,kelompok atauseluruh masyarakat;untuk menyatakan demikian,harus didukung olehbukti bahwa hasil-hasil kebijakan secara aktual merupakan konsekuensidari aksi-aksi yang dilakukan untuk memecahkan masalah tertentu. Olehkarena itu, pemantauan merupakan prasyarat bagi evaluasi.

3. Orientasi masa kini dan masa lampauTuntutan evaluatif, berbeda dengan tuntutanadvokatif, diarahkan padahasil sekarang dan masa lalu,ketimbang hasil dimasa depan. Evaluasibersifat retropektif dan setelah aksi-aksi dilakukan (ex-post).Rekomendasi yang juga mencakup premis-premis nilai, bersifatprospektif dan dibuat sebelum aksi-aksi dilakukan (ex-ante).

4. Dualitas nilaiNilai-nilai yang mendasari tuntutan evaluasi mempunyai kualitas ganda,Karena mereka dipandang sebagai tujuan dan sekaligus cara. Evaluasisama dengan rekomendasi sejauh berkenaan dengan nilai yang ada

Page 39: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

25

(misalnya:kesehatan) dapat dianggap sebagai intristik (diperlukan bagidirinya) ataupun ekstrinsik (diperlukan karena hal itu mempengaruhitujuan-tujuan lain). Nilai-nilai sering ditata dalam suatu hirarki yangmerefleksikan kepentingan relatif dan saling ketergantungan antar tujuandan sasaran.

2.1.5 Fungsi dan Tujuan Evaluasi Kebijakan

Mengutip pendapat Agustino (2014:186) ketika seseorang hendak

melakukan evaluasi kebijakan sebenarnya ada 3 (tiga) hal yang perlu diperhatikan,

yaitu:

1. Bahwa evaluasi kebijakan berusaha untuk memberi informasi yang validtentang kinerja kebijakan. Evaluasi dalam hal ini berfungsi untuk menilaiaspek instrumen (cara pelaksanaan) kebijakan dan menilai hasil daripenggunaan instrumen tersebut.

2. Evaluasi kebijakan berusaha untuk menilai kepastian tujuan atau targetdengan masalah yang dihadapi. Dasar asumsi yang digunakan adalahbahwa kebijakan publik dibuat untuk menyelesaikan masalah-masalahpublik, maka evaluasi harus menilai apakah tujuan yang telah ditetapkankebijakan tersebut benar-benar mampu menyelesaikan masalah-masalahyang ada.

3. Evaluasi kebijakan berusaha juga untuk memberi sumbangan padakebijakan lain terutama dari segi metodologi. Artinya, evaluasi kebijakandiupayakan untuk menghasilkan rekomendasi dari penilaian-penilaianyang dilakukan atas kebijakan yang dievaluasi.

Berdasarkan penjabaran diatas, disimpulkan bahwa kegiatan evaluasi

kebijakan dimaksudkan untuk memberikan informasi yang valid kepada para

stakeholders mengenai kinerja kebijakan. Evaluasi kebijakan juga berusaha

mengukur apakah cita-cita yang dituangkan dalam kebijakan dapat tercapai atau

tidak.

Kemudian yang terakhir, evaluasi kebijakan juga ditujukan untuk

menghasilkan rekomendasi guna perbaikan kebijakan di masa yang akan datang.

Hasil dari evaluasi tersebut dijadikan bahan belajar bagi para pelaku kebijakan

yang lain. Evaluasi memainkan sejumlah fungsi utama dalam analisis kebijakan,

Page 40: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

26

Pertama, dan yang paling penting, evaluasi memberi informasi yang valid dan

dapat dipercaya mengenai kinerja kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai,

dan kesempatan telah dapat dicapai melalui tindakan publik.

Dalam hal ini, evaluasi Agustino (2014:186) mengungkapkan seberapa

jauh tujuan-tujuan tertentu (misalnya, perbaikan kesehatan) dan target tertentu

telah tercapai.Kinerja kebijakan yang dinilai dalam evaluasi kebijakan

melingkupi:

1) Seberapa jauh kebutuhan, nilai. Dan kesempatan telah dapat dicapaimelalui tindakan kebijakan/program. Dalam hal ini evaluasi kebijakanmengungkapkan seberapa jauh tujuan-tujuan tertentu yang telahdicapai.

2) Apakah tindakan yang ditempuh oleh implementing agencies sudahbenar-benar efektif,reponsif,akuntabel,dan adil. Dalam bagian inievaluasi kebijakan harus juga memerhatikan persoalan-persoalan hakazasi manusia ketika kebijakan itu dilaksanakan. Hal ini diperlukanoleh para evaluator kebijakan karena jangan sampai tujuan dan sasarandalam kebijakan publik terlaksana, tetapi ketika itu diimplementasikanbanyak melanggar prikehidupan warga.

3) Bagaimana efek dan dampak dari kebijakan itu sendiri. Dalam nagan inievaluator kebijakan harus dapat memberdayakan output dan outcomeyang dihasilkan dari suatu implementasi kebijakan.

Kedua, evaluasi memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap

nilai-nilai yang mendasari tujuan dan target, Nilai diperjelas dengan

mendefinisikan dan mengoperasikan tujuan dan target. Nilai juga dikritik dengan

menanyakan sistematis kepantasan tujuan dan target dalam hubungan dengan

masalah yang dituju. Dalam menanyakan kepantasan tujuan dan sasaran, analisis

dapat menguji alternatif sumber nilai landasan mereka dalam berbagai

rasionalisme (teknis,ekonomis,legal,sosial,substansif).

Ketiga, evaluasi memberi sumbangan pada aplikasi metode-metode analisis

kebijakan lainnya, termasuk perumusan masalah dan rekomendasi. Informasi

Page 41: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

27

tentang tidak memadainya kinerja kebijakannya dapat memberi sumbangan pada

perumusan ulang masalah kebijakan. Evaluasi dapat pula menyumbang pada

definisi alternatif kebijakan yang baru atau revisi kebijakan dengan menunjukan

bahwa alternatif kebijakan yang diungulkan sebelumnya perlu dihapus dan diganti

dengan yang lain.

2.1.6 Model Evaluasi Kebijakan

Mengikuti pendapat William N. Dunn (2013:608) istilah evaluasi dapat

disamakan dengan penaksiran (appraisal), pemberian angka (rating), dan penilaian

(assesment). Evaluasi berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai atau

manfaat hasil kebijakan. Evaluasi memberi informasi yang valid dan dapat

dipercaya mengenai kinerja kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai, dan

kesempatan telah dapat dicapai melalui tindakan publik.

Dalam menghasilkan informasi mengenai kinerja kebijakan, analisis

menggunakan tipe kriteria yang berbeda untuk mengevaluais hasil kebijakan.

Tipe-tipe kriteria tersebut adalah:

1. Efektivitas (effectiviness)Berkenaan dengan apakah suatu alternatif encapai hasil (akibat) yang

diharapkan,atau mencapai tujuan dari diadakannya tindakan. Efektivitas, yangsecara dekat dengan rasionalitas teknis, selalu diukur dari unit produk ataulumayan atau nilai monitornya.

2. Efisiensi (efficiency)Berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk menghasilkan

tingkat efektivitas tertentu. Efisiensi, yang merupakan sinonim dari rasionalitasekonomi, adalah merupakan hubungan antara efektivitas dan usaha, yang terakhirumumnya di ukur dari ongkos meneter.

3. Kecukupan (adequacy)Berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat efektivitas memuaskan

kebutuhan, nilai, atau kesempatan yang menumbuhkan adanya masalah. Kriteriakecukupan menekanjan pada kuatnya hubungan antara alternatif kebijakan danhasil yang diharapkan.

4. Kesamaan/Perataan (equity)

Page 42: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

28

Berhubungan erat denga rasionalitas legal dan sosial dan menunjuk padadistribusi akibat dan usaha antara kelompok-kelompok yang berbeda dalammasyarakat. Kebijakan yang berorientasi pada perataan adalah kebijakan yangakibatnya atau usaha secara adil didistribusikan. Kriteria ini juga berhubunganerat dengan konsepsi yang saling bersaing, yaitu keadilan atau kewajaran terhadapkonflik etis sekitar dasar yang memadai untuk mendistribusikan risorsis dalammasyarakat.

5. Responsivitas (responsiviness)Berkenaan dengan seberapa jauh suatu kebijakan dapat memuaskan

kebutuhan,preferensi, atau nilai kelompok-kelompok masyarakat tertentu. Kriteriaresponsivitas adalah penting karena analisis yang dapat memuaskan semuakriteria lainnya masih gagal jika belum menanggapi kebutuhan actual darikelompok yang semestinya diuntungkan dari adanya suatu kebijakan.

6. Ketepatan (appropriateness)Kriteria ketepatan secara dekat berhubungan denganrasionalitas

substansif,karena pertanyaan tentang ketepatan kebijakan tidak berkenan dengansatuan kriteria invidu tetapi dua atau lebih kriteria secara bersama-sama.Ketepatan merujuk pada nilai atau harga dari tujuan program dan kepada kuatnyaasumsi yang melandasi tujuan-tujuan tersebut. Sementara kriteria lainnya tidakmempersoalkan tujuan.

2.1.7 Pendekatan Terhadap Evaluasi

Mengingat kurang jelasnya arti ealuasi didalam analisis kebijakan, menjadi

sangat penting untuk membedakan beberapa pendekatan dalam evaluasi kebijakan

yaitu: evaluasi semu, evaluasi formal, dan evalusi teoritis.

1. Evaluasi Semu (Pseudo Evaluation)Evaluasi semu adalah pendekatan yang menggunakan deskriptif untuk

menghasilkan informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai hasil kebijakan,tanpa berusaha untuk menanyakan tentang manfaat atau nilai dari hasil-hasiltersebut terhadap individu, kelompok, atau masyarakat secara keseluruhan.Asumsi utama dari evaluasi semu adalah bahwa ukuran tentang manfaat atau nilaimerupakan sesuatu yang dapat terbukti sendiri.

2. Evaluasi Formal (Formal Evaluation)Evaluasi formal merupakan pendekatan yang menggunakan metode

deskriptif untuk menghasilkan informasi yang valid dan dapat dipercayamengenai hasil-hasil kebijakan tetapi mengevaluasi hasil tersebut atas dasartujuan program kebijakan yang telah diumum secara formal oleh kebijakan danadministrator program. Asumsi utama dari evaluasi formal adalah bahwa tujuandan target yang diumumkan secara formal adalah merupakan ukuran yang tepatuntuk manfaat atau nilai kebijakan program.

Dalam evaluasi formal analisis menggunakan berbagai macam metode yangsama seperti yang dipakai dalam evaluasi semu dan tujuannya adalah identik;untuk menghasilkan informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai variasi-

Page 43: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

29

variasi hasil kebijakan dan dampak yang dapat dilacak dari masukan dan proseskebijakan.

Meskipun demikian perbedaannya adalah bahwa evaluasi formalmenggunakan undang-undang, dokumen-dokumen program, dan wawancaradengan pembuat kebijakan dan administrator untuk mengindentifikasikan,mendefinisikan, dan menspesifikasikan tujuan dan target kebijakan. Kelayakandari tujuan dan target diumukan secara formal tersebut tidak ditanyakan. Dalamevaluasi formal tipe-tipe kriteria evaluatif yang paling sering digunakan adalahefektivitas dan efisiensi.

Dalam model evaluasi formal terdapat tipe-tipe untuk memahami evaluasikebijakan lebih lanjut,yakni: evaluasi sumuatif, yang berusaha untuk memantaupencapaian tujuan dan target formal setelah suatu kebijakan atau programditerapkan untuk jangka waktu tertentu; dan evaluasi formatif, suatu tipe evaluasikebijakan yang berusaha untuk meliputi usaha-usaha secara terus menerus dalamrangka memantau tujuan-tujuan dan target-target formal.

Selain terdapat dua tipe utama dalam evaluasi kebijakan, dalam model inijuga dijelaskan variasi-variasi model evaluasi kebijakan formal. Pertama, evaluasiperkembangan. Dalam varian ini evaluasi kebijakan secara eksplisit yangdiciptakan untuk melayani kebutuhan sehari-hari staff program. Kedua, evaluasiproses retospektif, yang meliputi pemantauan/evaluasi program setelah programtersebut diterapkan untuk jangkawaktu tertentu.

Varian ini cenderung dipusatkan pada masalah-masalah dan kendala-kendala yang terjadi selama implementasi berlangsung,yang berhubungan dengankeluaran dan dampak yang diperoleh. Ketiga, evaluasi eksperimental, adalahevaluasi kebijakan yang lahir dari hasil kondisi kontrol langsung terhadapmasukan dan proses kebijakan. Keempat, evaluasi hasil retropektif, yang meliputipemantauan dan evaluasi hasil tetap tidak disertai dengan kontrol langsungterhadap masukan-masukan dan proses kebijakan yang dapat dimanipulasi.

3. Evaluasi Keputusan TeoritisEvaluasi keputusan teoritis adalah pendekatan evaluasi kebijakan yang

menggunakan metode-metode deskriptif utuk menghasilkan informasi yang dapatdipertanggungjawabkan dan valid menanangani hasil-hasil kebijakam yang secaraeksplisit dinilai berbagai macam pelaku kebijakan.

Page 44: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

30

2.1.8 Pengaruh Kebijakan

Dalam diskusi mengenai pengaruh evaluasi, yang penting untuk dipikirkan

adalah memahami perbedaan antara policy output dengan policy outcome. Output

kebijakan adalah sesuatu yang biasanya berupa benda yang dikerjakan oleh

pemerintah (seperti: kontruksi jalan, program pembayaran kesejahteraan pada

masyarakat, atau BOS, dan lain-lain).

Sedangkan outcome kebijakan lebih menfokuskan atau mencoba untuk

menentukan pengaruh dari suatu kebijakan lebih dari suatu kebijakan dalam

kondisi kehidupan yang sesungguhnya yang dimaksudkan untuk memahami

dampak atau pengaruh yang terjadi dari diberlakukannya suatu kebijakan.

Ketika berbicara tentang outcome dalam evaluasi kebijakan, maka

sedikitnya mengharuskan kita untuk mengetahui apa yang ingin kita selesaikan

dengan kebijakan yang dikeluarkan (obyektivitas kebijakan), bagaimana usaha

yang kita untuk melaksanakannya (program), dan bila ada, apa yang kita kerjakan

terhadap hasil yang dicapai objeknya (dampak atau hasil dan hubungannya

dengan kebijakan itu).

Merupakan hal yang wajar apabila dalam mengukur keberhasilan, kita perlu

menentukan tidak hanya beberapa perubahan pada kondisi kehidupan yang terjadi

sesungguhnya, seperti pengurangan jumlah pengangguran, tetapi juga sudah

menjadi kewajiban para decision maker untuk melihat dampak dari informasi

kebijakan yang diimplementasikan.

Dampak dari kebijakan mempunyai beberapa dimensi,ialah:

1. Pengaruhnya pada persoalan masyarakat yang berhubungan danmelibatkan masyarakat.

Page 45: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

31

2. Kebijakan dapat mempunyai dampak pada situasi dan kelompok lain;atau dapat disebut juga dengan eksternalitas atau spillover effect.

3. Kebijakan dapat mempunyai pengaruh pada kondisi yang pada saat ini.4. Kebijakan dapat mempunyai dampak yang tidak langsung yang

merupakan pengalaman dari suatu komunitas atau beberapa anggotadiantaranya.

Sebagai pembanding, Bingham dan Felbinger dalam Nugroho (2011:676)

membagi evaluasi kebijakan menjadi 4 (empat) jenis, yaitu:

1. Evaluasi proses, yang fokus pada bagaimana proses implementasi suatukebijakan.

2. Evaluasi impak, yang fokus pada hasil akhir suatu kebijakan.3. Evaluasi kebijakan, yang menilai hasil kebijakan dengan tujuan yang

direncanakan dalam kebijakan pada saat dirumuskan.4. Meta-evaluasi, yang merupakan evaluasi terhadap berbagai hasil atau

temuan evaluasi dari berbagai kebijakan yang terkait.

Kemudian disisi lain, Edward A. Suchman masih dalam Nugroho

(2011:675) mengemukakan 6 (enam) langkah dalam evaluasi kebijakan, yaitu:

1. Mengidentifikasi tujuan program yang akan dievaluasi.2. Analisis terhadap masalah.3. Deskripsi dan standarisasi kegiatan.4. Pengukuran terhadap tingkatan perubahan yang terjadi.5. Menentukan apakah perubahan yang diamati merupakan akibat dari

kegiatan tersebut atau karena penyebab lain.6. Beberapa indikator untuk menentukan keberadaan suatu dampak.James Anderson dalam Winarno (2014:230-232) membagi evaluasi

kebijakan ke dalam 3 (tiga) tipe. Masing-masing tipe evaluasi yang diperkenalkan

ini didasarkan pada pemahaman para evaluator terhadap evaluasi, sebagai berikut:

Tipe pertama, evaluasi kebijakan dipahami sebagai kegiatan fungsional.

Bila evaluasi kebijakan dipahami sebagai kegiatan fungsional, maka evaluasi

kebijakan dipandang sebagai kegiatan yang sama pentingnya dengan kebijakan itu

sendiri.

Page 46: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

32

Tipe kedua, merupakan tipe evaluasi yang memfokuskan diri pada

bekerjanya kebijakan atau program-program tertentu. Evaluasi dengan tipe seperti

ini akan lebih membicarakan sesuatu mengenai kejujuran atau efisiensi dalam

melaksanakan program.

Tipe ketiga, adalah tipe evaluasi kebijakan sistematis. Evaluasi sistematis

melihat secara obyektif program-program kebijakan yang dijalankan untuk

mengukur dampaknya bagi masyarakat dan menilai sejauh mana tujuan-tujuan

yang telah dinyatakan tersebut tercapai. Lebih lanjut, evaluasi sistematis

diarahkan untuk melihat dampak yang ada dari suatu kebijakan dengan berpijak

pada sejauh mana kebijakan tersebut menjawab kebutuhan atau masalah

masyarakat. Konsekuensi yang diberikan oleh evaluasi sistematis adalah bahwa

evaluasi ini akan memberi suatu pemikiran tentang dampak dari kebijakan dan

merekomendasikan perubahan-perubahan kebijakan dengan mendasarkan

kenyataan yang sebenarnya kepada para pembentuk kebijakan dan masyarakat

umum.

Kemudian Nurcholis (2007:277) mengatakan bahwa evaluasi kebijakan

adalah penilaian secara menyeluruh terhadap input, process, output dan outcome

dari kebijakan pemerintah daerah. Menurutnya evaluasi membutuhkan sebuah

skema umum penilaian, yaitu:

1. Input, yaitu masukan yang diperlukan untuk pelaksanaan kebijakan,meliputi sumber daya pendukung (manusia, sarana atau prasarana,anggaran, sosialisasi).

2. Process, yaitu bagaimana sebuah kebijakan diwujudkan dalam bentukpelayanan langsung kepada masyarakat. Meliputi kejelasan mekanisme,kemudahan, ketepatan, kepastian, efektivitas dan efisiensi.

3. Output (hasil), yaitu hasil dari pelaksanaan kebijakan. Apakah suatupelaksanaan kebijakan kebijakan menghasilkan produk sesuai dengan

Page 47: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

33

tujuan yang ditetapkan, output meliputi tepat tidaknya sasaran yangdituju, berapa sasaran yang tercakup, seberapa besar kelompok sasaranyang tertangani, dan seberapa besar kelompok yang terlibat.

4. Outcome (dampak), yaitu apakah suatu pelaksanaan kebijakanberdampak nyata terhadap kelompok sasaran sesuai dengan tujuankebijakan, meliputi perubahan atau perbaikan, peningkatan, dandampak positif terhadap implementor dan masyarakat yang terlibat didalamnya.

2.1.9 Deskripsi Kebijakan

Minuman beralkohol merupakan minuman yang mengandung etanol. Etanol

adalah bahan psikoaktif dan konsumsinya menyebabkan penurunan kesadaran.

Efek yang ditimbulkan setelah mengkonsumsi minuman keras/alkohol dapat

dirasakan segera dalam waktu beberapa menit saja, tetapi efeknya berbeda-beda,

tergantung dari jumlah/kadar alkohol yang dikonsumsi.

Dalam jumlah yang kecil, alkohol menimbulkan perasaan relaks, dan

pengguna akan lebih mudah mengekspresikan emosi, seperti rasa senang, rasa

sedih dan kemarahan. Pengguna alkohol yang berat dapat terancam masalah

kesehatan yang serius seperti radang usus, penyakit liver, dan kerusakan otak.

Kadang-kadang alkohol digunakan dengan kombinasi obat-obatan

berbahaya lainnya, sehingga efeknya jadi berlipat ganda. Bila ini terjadi, efek

keracunan dari penggunaan kombinasi akan lebih buruk lagi dan kemungkinan

mengalami over dosis akan lebih besar.

Berkaitan dengan penjelasan tersebut, maka aktivitas tersebut di Kota

Tangerang di atur melalui Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 7 Tahun

2005 Tentang Pelarangan, Peredaran dan Penjualan Minuman Beralkohol. Secara

umum, peraturan daerah ini berisi tentang segala hal yang berkaitan dengan proses

Page 48: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

34

peraturan pelarangan, pengedaran dan penjualan minuman keras. Peraturan daerah

ini terdiri atas 10 bab dimana setiap bab mengatur hal-hal sebagai berikut:

1. BAB I Ketentuan Umum

2. BAB II mengenai Penggolongan Minuman Beralkohol

3. BAB III mengenai Pengedaran, Penjualan dan Penggunaan

4. BAB IV mengenai Penyitaan dan Pemusnahan

5. BAB V mengenai Pengendalian

6. BAB VI mengenai Peran Serta Masyarakat

7. BAB VII mengenai Ketentuan Pidana

8. BAB VIII mengenai Penyidikan

9. BAB IX mengenai Ketentuan Peralihan

10. BAB X mengenai Ketentuan Penutup

Peraturan daerah ini merupakan sebagai pedoman dan landasan serta

memberikan arahan yang jelas pada peraturan pelarangan, pengedaran dan

penjualan minuman keras di Kota Tangerang mengingat Kota Tangerang telah

menjadi kota yang modern dengan macam-macam budaya yang berkembang

secara pesat dan mempengaruhi gaya hidup masyarakat yang berdampak pada

peningkatan penjualan minuman keras.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah kajian penelitian yang pernah dilakukan oleh

peneliti sebelumnya yang dapat mengambil dari berbagai sumber ilmiah, baik

skripsi, tesis, disertasi maupun jurnal penelitian. Penelitian terdahulu merupakan

Page 49: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

35

salah satu acuan yang dianggap relevan dengan fokus penelitian yang bisa

dijadikan sebagai data pendukung oleh peneliti.

Beberapa hasil penelitian sebelumnya yang dianggap relevan dengan fokus

penelitian ini adalah sebagai berikut.Pertama, Skripsi berjudul Efektivitas

Pengawasan dan Pengendalian Peredaran Minuman Beralkohol Berdasarkan

Peraturan Daerah Kota Palopo Nomor 1 Tahun 2013 oleh Muhammad Ilmar,

Program Studi Hukum Tata Negara, Universitas Hasanuddin tahun 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa efektivitas pengawasan

dan pengendalian peredaran minuman beralkohol berdasarkan peraturan daerah

Kota Palopo Nomor 1 Tahun 2013. Penelitian ini juga berangkat dari adanya

permasalahan mengenai peredaran minuman beralkohol di kota Palopo yang

kurang terkendali.

Menurut penelitian tersebut, masalah-masalah yang muncul adalah belum

adanya kesadaran dari masyarakat dan belum maksimalnya pengawasan

pemerintahan.Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil

bahwa efektifitas Pengawasan dan Pengendalian peredaran Minuman Beralkohol

berdasarkan

Peraturan Daerah Kota Palopo Nomor 1 Tahun 2013 yaitu: (1) pengawasan

secara umum dan khusus, (2) pembinaan terhadap tempat-tempat penjualan

minuman beralkohol secara ilegal dan (3) penertiban terhadap tempat- tempat

penjualan beralkohol secara ilegal. Efektifitas dalam upaya pengawasan yang

dilakukan oleh Pemerintah Kota Palopo terhadap pihak-pihak terkait di dalam

Peraturan Daerah tersebut terlihat jelas bahwa penjualan minuman beralkohol

Page 50: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

36

hanya diperbolehkan pada tempat-tempat tertentu dan harus ada izin usahanya

yaitu Surat Izin Usaha Perdagangan Minuman Beralkohol.

Dan faktor-faktor yang menjadi kendala dalam Pengawasan dan

Pengendalian Peredaran Minuman Beralkohol berdasarkan Peraturan Daerah Kota

Palopo Nomor 1 Tahun 2013 yaitu: (1) kurangnya waktu penertiban yang

diagendakan oleh aparat penegak hukum, (2) kurangnya kekuatan aparat penegak

hukum untuk menjangkau seluruh wilayah di Kota Palopo, (3) masyarakat yang

kurang mendukung, (4) penerapan sanksi bagi pelanggar yang terlalu ringan.

Persamaan antara penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah kedua

penelitian ini mengkaji peraturan daerah mengenai peredaran minuman

beralkohol. Peneliti saat ini tertarik untuk mengkaji topik ini karena slogan Kota

Tangerang yaitu “Alkhlakul Karimah” namun pada kenyataannya masih ditemui

pelanggaran perederan minuman alkohol.

Selanjutnya perbedaan penelitian terletak pada fokus penelitian. Peneliti

sebelumnya berfokus pada pengukuran Efektifitas Peraturan Daerah Kota Palopo

Nomor 1 Tahun 2013 menjadi kendala dalam Pengawasan dan Pengendalian

Peredaran Minuman Beralkohol dengan metode analisis data kuantitatif.

Sedangkan peneliti saat ini berusaha menilai atau menggambarkan seberapa

baik pelaksanaan kebijakan (melakukan evaluasi) terhadap Peraturan Daerah Kota

Tangerang nomor 7 tahun 2005 mengenai Pelarangan, Pengedaran dan Penjualan

Minuman Keras.

Kedua, Skripsi berjudul Implementasi Kebijakan tentang Larangan,

Pengawasan, Penertiban dan Penjualan Minuman Beralkohol di Kawasan Citra

Page 51: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

37

Niaga Kota Samarinda oleh Rizmalani Syawitri, Program Studi Administrasi

Negara, Universitas Mulawarman tahun 2015. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui bagaimana Implementasi Kebijakan tentang Larangan, Pengawasan,

Penertiban dan Penjualan Minuman Beralkohol di Kawasan Citra Niaga Kota

Samarinda dan faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat dalam

Implementasi Kebijakan tentang Larangan, Pengawasan, Penertiban, dan

Penjualan Minuman Beralkohol di Kawasan Citra Niaga Kota Samarinda.

Metode dalam penelitian ini adalah bersifat deskriptif kualitatif dengan

fokus adalah sosialisasi minuman beralkohol, larangan penjualan minuman

beralkohol, pengawasan dan penertiban penjualan minuman beralkohol, sanksi

pidana pelanggaran penjualan minuman beralkohol.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa Implementasi Kebijakan

tentang Larangan, Pengawasan, Penertiban dan Penjualan Minuman Beralkohol di

Kawasan Citra Niaga belum sepenuhnya berjalan dengan baik sesuai Peraturan

Daerah yang ada. Ada beberapa faktor penghambat dalam melaksanakan

pengawasan dan penertiban yang dilakukan oleh Aparat Penegak Hukum yaitu:

masih adanya warung, toko atau kios yang masih menjual minuman beralkohol

tanpa izin, serta kurangnya kepedulian masyarakat dalam memberikan informasi

terhadap keberadaan tempat-tempat penjualan minuman beralkohol.

Persamaan antara penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah kedua

penelitian ini mengkaji peraturan daerah mengenai peredaran minuman

beralkohol. Hal lain sama yaitu penggunaan metode penelitian berupa kualitatif-

deskriptif. Selanjutnya perbedaan penelitian terletak pada fokus penelitian.

Page 52: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

38

Peneliti sebelumnya berfokus pada Implementasi Kebijakan tentang Larangan,

Pengawasan, Penertiban dan Penjualan Minuman Beralkohol di Kawasan Citra

Niaga.

Sedangkan peneliti saat ini berusaha menilai atau menggambarkan seberapa

baik pelaksanaan kebijakan (melakukan evaluasi) terhadap Peraturan Daerah Kota

Tangerang nomor 7 tahun 2005 mengenai Pelarangan, Pengedaran dan Penjualan

Minuman Keras.Efektivitas Pelaksanaan Pengawasan, Pengendalian dan

Peredaran Minuman Beralkohol Di Kota Pontianak

Ketiga, Skripsi berjudul Efektivitas Pelaksanaan Pengawasan, Pengendalian

dan Peredaran Minuman Beralkohol Di Kota Pontianak, Program Studi Hukum

Tata Negara, Universitas Hasanuddin tahun 2016. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui bagaimana Efektivitas Pelaksanaan Pengawasan, Pengendalian dan

Peredaran Minuman Beralkohol Di Kota Pontianak. Penelitian ini juga berangkat

dari adanya permasalahan mengenai peredaran minuman beralkohol di Kota

Pontianak yang kurang terkendali.

Menurut penelitian tersebut, masalah-masalah yang muncul adalah belum

adanya kesadaran dari masyarakat dan belum maksimalnya pengawasan

pemerintahan.Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa Efektivitas

Pelaksanaan Pengawasan, Pengendalian dan Peredaran Minuman Beralkohol Di

Kota Pontianak oleh David Richardo Hutasoit, ST, Strata 2 Hukum, Universitas

Tanjungpura 2014.

Ada beberapa faktor penghambat dalam melaksanakan pengawasan dan

penertiban yang dilakukan oleh Aparat Penegak Hukum yaitu: masih adanya

Page 53: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

39

warung, toko atau kios yang masih menjual minuman beralkohol tanpa izin, serta

kurangnya kepedulian masyarakat dalam memberikan informasi terhadap

keberadaan tempat-tempat penjualan minuman beralkohol.

Persamaan antara penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah kedua

penelitian ini mengkaji peraturan daerah mengenai peredaran minuman

beralkohol. Hal lain sama yaitu penggunaan metode penelitian berupa kualitatif-

deskriptif.Selanjutnya perbedaan penelitian terletak pada fokus penelitian. Peneliti

sebelumnya berfokus pada Efektivitas Pelaksanaan Pengawasan, Pengendalian

dan Peredaran Minuman Beralkohol Di Kota Pontianak.

Sedangkan peneliti saat ini berusaha menilai atau menggambarkan seberapa

baik pelaksanaan kebijakan (melakukan evaluasi) terhadap Peraturan Daerah Kota

Tangerang Nomor 7 Tahun 2005 Tentang Pelarangan Pengedaran dan Penjualan

Minuman Keras.

2.3 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran ini merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-

gejala permasalahan yang ada pada objek penelitian. Jadi, kerangka berpikir

tentang hubungan antar variabel disusunberdasarkan berbagai teori yang telah

dideskripsikan. Pertumbuhan dan perkembangan Kota Tangerang disertai dengan

jumlah penduduk yang semakin meningkat berdampak pula pada penegakan

peraturan daerah.

Adapun permasalahan berupa pelanggaran dari peraturan daerah yang telah

ditetapkan. Maka perlu adanya suatu studi mengenai kebijakan pelarangan

peredaran minuman beralkohol di Kota Tangerang. Untuk melakukan studi

Page 54: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

40

evaluasi ini, peneliti menggunakan teori evaluasi kebijakan yang dikemukakan

oleh Nurcholis (2007:277) yang menyebutkan bahwa evaluasi kebijakan adalah

penilaian secara menyeluruh terhadap input, process, output, dan outcome dari

kebijakan pemerintah daerah. Dengan demikian, hasil penelitian ini diharapkan

dapat memberikan masukan kepada pemerintah sehubungan dengan pelarangan

peredaran minuman beralkohol. Kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada

gambar 2.2 dibawah ini.

Page 55: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

41

Gambar 2.2Kerangka Pemikiran Penelitian

Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 7 Tahun 2005tentang Pelarangan, Pengedaran dan Penjualan Minuman Keras

di Kota Tangerang

PelaksanaanPeraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 7 Tahun 2005 tentang

Pelarangan, Pengedaran dan Penjualan Minuman Kerasdi Kota Tangerang

Pelanggaran dalam Proses PelaksanaanPeraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 7 Tahun 2005

tentang Pelarangan, Pengedaran dan Penjualan Minuman Keras

Evaluasi Kebijakan Menurut Nurcholis (2007:277):

1. Input, meliput SDM, sarana atau prasarana, anggaran,sosialisasi kebijakan.

2. Process, meliputi kejelasan mekanisme, kemudahan,ketepatan, efektivitas dan efisiensi dalam pelaksanaan.

3. Output, meliputi kesesuaian hasil pelaksanaan dengantujuan, ketepatan sasaran, dan penyimpangan yang terjadidalam pelaksanaan.

4. Outcome, dampak nyata dan perubahan terhadapkelompok sasaran yang dituju.

Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 7 Tahun 2005Tentang Pelarangan, Pengedaran dan Penjualan Minuman Keras

di Kota Tangerang dapat terlaksana dengan baik

Page 56: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

42

2.4 Asumsi Dasar

Setelah peneliti menjelaskan permasalahan penelitian pada bab sebelumnya,

maka selanjutnya peneliti perlu memberikan asumsi yang kuat tentang kedudukan

permalahannya. Asumsi berarti dugaan yang diterima sebagai dasar atau landasan

berpikir karena dianggap benar.

Sedangkan mengasumsikan berarti menduga, memperkirakan,

memperhitungkan, atau meramalkan. Maka dalam penelitian mengenai Evaluasi

Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 7 Tahun 2005 Peraturan Daerah tentang

Pelarangan, Pengedaran dan Penjualan Minuman Keras di Kota Tangerang

peneliti berasumsi bahwa pelaksanaan kebijakan pelarangan, pengedaran dan

penjualan minuman keras masih belum optimal.Hal ini terlihat dari munculnya

permasalahan-permasalahan seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya.

Page 57: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

42

BAB III

PENDEKATAN DAN METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menemukan

kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran. Apabila seseorang

mengadakan penelitian, secara sadar atau tidak dalam dirinya ada cara

memandang hal atau peristiwa tertentu (Moleong, 2013:48-49). Penelitian adalah

suatu proses, yaitu suatu rangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara

terencana dan sistematis guna mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan-

pertanyaan tertentu.

Demi menjawab hal itulah maka diperlukan suatu metode yang tepat

dalam suatu penelitian. Sugiyono (2012:3) mendefinisikan bahwa metode

penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan

kegunaan tertentu. Selanjutnya dalam pengertian yang luas, Sugiyono

menjelaskan bahwa metode penelitian adalah cara-cara ilmiah untuk mendapatkan

data yang valid, dengan tujuan untuk dapat ditemukan, dikembangkan, dan

dibuktikan suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan

untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah.

Penelitian ini diajukan untuk menganalisis dan mengungkapkan fenomena

mengenai Evaluasi Peraturan Daerah Kota Tangerang No. 7 Tahun 2005 tentang

Pelarangan, Pengedaran dan Penjualan Minuman Keras dengan menggunakan

pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2013:4)

Page 58: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

43

mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

dan perilaku yang dapat diamati.

Sementara Sugiyono (2012:15) menyatakan bahwa metode kualitatif

adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme,

digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah. Obyek yang alamiah

adalah obyek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan

kehadiran peneliti tidak begitu mempengaruhi dinamika pada obyek tersebut.

Dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah orang atau human instrument,

yaitu peneliti itu sendiri.

Dalam penelitian ini pendekatan kualitatif yang digunakan bersifat

deskriptif. Metode kualitatif deskriptif digunakan untuk mendapatkan data yang

mendalam, suatu data yang mengandung makna. Sesuai yang diungkapkan oleh

Sugiyono (2012:289) pendekatan deskriptif akan memandu peneliti untuk

mengeksplorasi dan atau memotret situasi sosial yang akan diteliti secara

menyeluruh, luas dan mendalam.

Berkaitan dengan penjelasan diatas, maka dalam penelitian ini, peneliti

langsung berlaku sebagai alat peneliti utama (human instrument) yang mana

melakukan proses penelitian secara langsung dan aktif mewawancarai,

mengumpulkan berbagai materi atau bahan yang berkaitan dengan fokus

penelitian, melakukan pengolahan dan analisis data, serta penarikan kesimpulan

secara mandiri.

Page 59: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

44

3.2 Ruang Lingkup/Fokus Penelitian

Fokus pada dasarnya adalah masalah pokok yang bersumber dari

pengalaman peneliti atau melalui pengetahuan yang diperolehnya melalui

kepustakaan ilmiah ataupun kepustakaan lainnya (Moleong, 2013:97). Fokus dan

ruang lingkup berguna sebagai alat untuk membatasi studi penelitian sehingga

peneliti dapat menyaring data-data yang masuk.

Adapun fokus dan ruang lingkup dalam penelitian ini adalah

mengenaiEvaluasi Peraturan Daerah Kota Tangerang No. 7 Tahun 2005 tentang

Pelarangan, Pengedaran dan Penjualan Minuman Keras, yang terlihat masih

belum tertib dan belum teratur.

3.3 Lokasi Penelitian

Lokasi/tempat dilakukannya penelitian ini adalah di Kota Tangerang. Kota

Tangerang adalah sebuah kota yang terletak di Tatar Pasundan Provinsi Banten,

Indonesiadengan luas sekitar 1.500 km², dihuni oleh lebih dari 2 juta penduduk.

Kota ini terletak tepat di sebelah barat ibu kota negara Indonesia, Jakarta. Kota

Tangerang berbatasan dengan Kabupaten Tangerang di sebelah utara dan barat,

Kota Tangerang Selatan di sebelah selatan, serta Daerah Khusus Ibukota Jakarta

di sebelah timur.

Tangerang merupakan kota terbesar di Provinsi Banten serta ketiga

terbesar di kawasan Jabodetabek setelah Jakarta dan Bekasi di provinsi Jawa

Barat. Kota Tangerang terdiri atas 13 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah

104 kelurahan. Dahulu Tangerang merupakan bagian dari wilayah Kabupaten

Page 60: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

45

Tangerang, kemudian ditingkatkan statusnya menjadi kota administratif, dan

akhirnya ditetapkan sebagai kotamadya pada tanggal 28 Februari 1993. Sebutan

'kotamadya' diganti dengan 'kota' pada tahun 2001. Pada tahun 2001, saat

penyebutannya diganti dari "Kotamadya" menjadi "Kota", dibentuk 7 kecamatan

baru dan beberapa kelurahan baru yang merupakan pemekaran dari kecamatan

induknya.

Kecamatan-kecamatan baru tersebut, yakni Kecamatan Benda, Kecamatan

Cibodas, Kecamatan Karang Tengah, Kecamatan Larangan, Kecamatan Neglasari,

Kecamatan Periuk, Kecamatan Pinang dan adapun kelurahan baru yang dibentuk

tetapi masih menjadi bagian dari kecamatan induknya, yakni Kecamatan

Batuceper, Kecamatan Ciledug, Kecamatan Cipondoh, Kecamatan Jatiuwung,

Kecamatan Karawaci, Kecamatan Tangerang.

Penelitian ini dilakukan atas dasar pengalaman yang dialami oleh peneliti

selama bertempat tinggal di Kota Tangerang. Peneliti melihat bahwa gaya hidup

masyarakat yang menyimpang dan berlebihan seperti mengkonsumsi alkohol pada

kenyataannya berdampak negatif kepada masyarakat lainnya apalagi anak

dibawah umur karena dengan mudahnya didapatkan minuman beralkohol berarti

menambah penyakit masyarakat.

Hal ini berkaitan dengan pengedaran dan penjualan alkohol yang belum

sesuai dengan peraturan daerah sehingga membuat resah masyarakat karena

banyak menyalahgunaan terhadap mengkonsumsi alkohol dan tidak jarang

mengkonsumsi alkohol yang berlebih meningkatkan kriminalitas karena pengaruh

yang ditimbulkan oleh mengkonsumsi alkohol yang berlebih.

Page 61: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

46

3.4 Fenomena yang Diamati

Kerlinger dalam Sugiyono (2012:61) menyatakan bahwa variabel adalah

konstruk (constructs) atau sifat yang akan dipelajari. Berdasarkan pengertian

tersebut, maka dapat dirumuskan bahwa variabel penelitian atau fenomena yang

diamati dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

3.4.1 Definisi Konsep

Definisi konseptual memberikan penjelasan tentang konsep dari variabel

yang akan diteliti menurut pendapat peneliti berdasarkan kerangka teori yang

digunakan. Variabel atau fenomena yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

mengenai Evaluasi Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 7 Tahun 2005

tentang Pelarangan, Pengedaran, dan Penjualan Minuman Keras.

Evaluasi kebijakan pada dasarnya ditujukan untuk melihat sejauh mana

program-program kebijakan yang telah dijalankan mampu menyelesaikan

masalah-masalah publik. Ini berarti bahwa evaluasi kebijakan pada dasarnya

merupakan alat untuk mengumpulkan dan mengelola informasi mengenai

program atau pelayanan yang diterapkan.

Evaluasi kebijakan menyediakan data dan informasi yang bisa

dipergunakan untuk menganalisis kebijakan dan menunjukkan rekomendasi-

rekomendasi bagi perbaikan-perbaikan yang diperlukan agar implementasi

Page 62: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

47

kebijakan selanjutnya berjalan efektif dan efisien sesuai dengan kriteria yang

ditetapkan.

3.4.2 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjabaran konsep atau variabel

penelitian dalam bentuk rincian (indikator penelitian). Definisi operasional

dimaksudkan untuk menghindari kesalahan pemahaman dan perbedaan penafsiran

yang berkaitan dengan istilah-istilah dalam judul penelitian.

Dalam penelitian ini, untuk menilai seberapa baik hasil kebijakan yang

telah diimplementasikan, peneliti menggunakan teori evaluasi kebijakan yang

dikemukakan oleh Nurcholis (2007:277) bahwa evaluasi kebijakan adalah

penilaian secara menyeluruh terhadap input, process, output dan outcome dari

kebijakan pemerintah daerah. Menurutnya evalusasi membutuhkan sebuah skema

umum penilaian, yaitu:

1. Input, yaitu masukan yang diperlukan untuk pelaksanaan kebijakan,meliputi sumber daya manusia, operasional, sarana atau prasarana,sosialisasi.

2. Process, yaitu bagaimana sebuah kebijakan diwujudkan dalambentuk pelayanan langsung kepada masyarakat. Meliputi kejelasanmekanisme, kemudahan, ketepatan, kepastian, transparansi.

3. Output (hasil), yaitu hasil dari pelaksanaan kebijakan. Apakah suatupelaksanaan kebijakan kebijakan menghasilkan produk sesuaidengan tujuan yang ditetapkan, output meliputi tepat tidaknyasasaran yang dituju, berapa sasaran yang tercakup, seberapa besarkelompok sasaran yang tertangani, dan seberapa besar kelompokyang terlibat.

4. Outcome (dampak), yaitu apakah suatu pelaksanaan kebijakanberdampak nyata terhadap kelompok sasaran sesuai dengan tujuankebijakan, meliputi perubahan atau perbaikan, peningkatan, dandampak positif terhadap implementor dan masyarakat yang terlibatdi dalamnya.

Page 63: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

48

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan penelitian.

Hal ini karena perolehan suatu informasi atau relevan tidaknya suatu data

tergantung pada alat pengumpul data tersebut. Dalam penelitian mengenai

Evaluasi Peraturan Daerah Kota Tangerang No. 7 Tahun 2005 tentang Pelarangan,

Pengedaran dan Penjualan Minuman Keras, peneliti sendiri merupakan alat

pengumpul data utama.

Oleh Sugiyono (2012:305) dijelaskan bahwa instrumen atau alat penelitian

dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu, peneliti

sebagai human instrument sebelum terjun ke lapangan dituntut untuk memiliki

pemahaman yang cukup baik mengenai metode penelitian kualitatif, penguasaan

wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan peneliti untuk memasuki

obyek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya.

Lebih lanjut, Sugiyono (2012:306) mengatakan bahwa dalam penelitian

kualitatif “the researcher is the key instrument”, jadi peneliti merupakan

instrumen kunci dalam penelitian kualitatif. Nasution dalam Sugiyono (2012:307-

308) mengatakan bahwa peneliti layak disebut sebagai instrumen penelitian

karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulusdari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagipenelitian;

2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspekkeadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus;

3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupates atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi kecualimanusia;

Page 64: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

49

4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahamidengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu seringmerasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita;

5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yangdiperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segerauntuk menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yangtimbul seketika;

6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulanberdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakansegera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, atauperbaikan;

7. Dalam penelitian dengan menggunakan tes atau angket yang bersifatkuantitatif, yang diutamakan adalah respon yang dapat dikuantifikasiagar dapat diolah secara statistik, sedangkan yang menyimpang dari itutidak dihiraukan. Dengan manusia sebagai instrumen, respon yanganeh, yang menyimpang justru diberi perhatian. Respon yang laindaripada yang lain, bahkan yang bertentangan dipakai untukmempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenaiaspek yang diteliti.

Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Ia sekaligus

merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analis, penafsir data, dan

pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya. Pengertian instrumen atau

alat penelitian disini tepat karena peneliti menjadi segalanya dari keseluruhan

proses penelitian. Instrumen penelitian disini dimaksudkan sebagai alat

pengumpul data seperti seperti tes pada penelitian kuantitatif (Moleong,

2013:168).

Selanjutnya, terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil

penelitian, yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data.

Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi

keberhasilan penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara mengumpulkan

data, siapa sumbernya, dan apa alat yang digunakan.

Page 65: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

50

3.5.1 Sumber Data Penelitian

Bila dilihat dari sumber datanya, dalam penelitian ini peneliti

menggunakan sumber data primer dan sumber data sekunder.

1. Sumber Data PrimerSumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikandata kepada pengumpul data (peneliti). Data dikumpulkan sendiri olehpeneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek penelitiandilakukan. Sumber data primer ini diperoleh dari informan penelitianmelalui kegiatan wawancara maupun observasi.

2. Sumber Data SekunderSumber data sekunder merupakan sumber yang tidak langsungmemberikan data kepada pengumpul data. Data sekunder didapatmelalui berbagai sumber, yaitu jurnal ilmiah, artikel, literatur, laporan,serta berbagai situs di internet yang berkenaan dengan penelitian yangdilakukan.

3.5.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah strategis selanjutnya. Hal

ini karena tujuan utama dari penelitian itu sendiri adalah untuk memperoleh data.

Dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data, diantaranya

adalah dengan melakukan wawancara, observasi/pengamatan, studi dokumentasi

serta penelusuran data online.

1. Wawancara/Interview

Wawancara atau interview adalah sebuah proses memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil

bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang

diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide)

wawancara (Nazir dalam Bungin, 2013:136). Wawancara digunakan

Page 66: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

51

sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan

studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti,

dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari informan yang

lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada

laporan tentang diri sendiri (self-report) atau setidak-tidaknya pada

pengetahuan dan atau keyakinan pribadi (Sugiyono, 2012:194). Dalam

penelitian ini, Peneliti akan melakukan wawancara mendalam (in-

depth interview) terhadap informan penelitian, hal ini dilakukan agar

peneliti mendapatkan informasi secara menyeluruh dan jelas. Agar

hasil wawancara terekam dengan baik dan peneliti memiliki bukti

telah melakukan wawancara kepada informan atau sumber data, maka

peneliti akan menggunakan alat-alat bantuan seperti buku catatan,

phone recorder, dan phone camera. Buku catatan berfungsi untuk

mencatat semua percakapan dengan informan penelitian; phone

recorder berfungsi untuk merekam semua percakapan atau

pembicaraan; dan phone camera digunakan untuk memotret ketika

peneliti sedang melakukan pembicaraan dengan informan. Dengan

adanya foto ini, maka keabsahan penelitian akan lebih terjamin karena

peneliti betul-betul melakukan pengumpulan data.

Teknik wawancara yang digunakan selanjutnya berupa wawancara

terstruktur (structured interview) dan wawancara tidak terstruktur

(unstructured interview). Menurut Esterberg dalam Sugiyono

(2012:319-320) wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik

Page 67: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

52

pengumpulan data bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui

dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh, peneliti juga

diharuskan membawa pedoman untuk wawancara. Sedangkan

wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas, dimana

peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun

secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman

wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar

permasalahan yang akan ditanyakan.

Untuk memudahkan peneliti dalam hal melakukan wawancara

terstruktur, maka pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan tertuang

dalam dimensi pertanyaan dibawah ini yang mana sesuai dengan

konsep evaluasi kebijakan yang dikemukakan oleh Nurcholis

(2007:277) bahwa evaluasi kebijakan adalah penilaian secara

menyeluruh terhadap input, process, output, dan outcome.

Tabel 3.1

Kisi-kisi Pedoman Wawancara

No Variabel Pertanyaan Informan

1

InputSumber daya

manusia1.SDM yang tersedia untukmelaksanakan kebijakan2.SDM yang tersedia saat inidapat dikatakan cukup3. Pendidikan dan pelatihansecara khusus

Satpol PPKota

Tangerang

Sarana danprasarana

1. Sarana dan prasarana untukmelaksanakan kebijakan2. Sarana dan prasarana yangada3. Pelaksana kebijakan

SatPol PP KotaTangerang

Page 68: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

53

mengetahui bagaimana caramengoperasikan sarana danprasarana tersebut

SosialisasiKebijakan

1. Kebijakan yang ada telahdisosialisasikan2. Pihak mana saja sosialisasitelah dilakukan3. Jadwal sosialisasi4. Mekanisme sosialisasi

Penyidik PnsKota

Tangerang,POLRESTA

KotaTangerang,Masyarakatdan Pelaku

Usaha

2

Process

KejelasanMekanisme

1. Standar dalam pelaksanaanpenertiban pelanggaran2. Sasaran kebijakanmengetahui tentangmekanisme

Satpol pp,POLRESTA

KotaTangerang,

Masyarakat, danpelaku usaha

Kepastian 1. Jadwal tetap dalampelaksanaan penertibanpelanggaran2. Kepastian sanksi yangdiberikan3. Kepastian jadwal evaluasi

Penyidik Pns,POLRESTA

KotaTangerang danSatPol PP Kota

TangerangEfektivitas

dan Efisiensi1. Pelaksanaan kebijakansudah bisa dikatakan efektifdan efisien2. Anggaran yang dikeluarkansudah sesuai dengan hasil yangdiharapkan

Satpol pp KotaTangerang

3

OutputKesesuaianpelaksanaan

dengan tujuan

1.Pelaksanaan kebijakan sudahsesuai dengan standar yangtelah ditetapkan

Satpol PP KotaTangerang

Ketepatansasaran yang

dituju

1.Kebijakan sudah ditetapkansesuai dengan sasaran

Satpol PP KotaTangerang,

Masyarakat, danPelaku Usaha

Penyimpanganyang terjadi

1 Penghambat pelaksanaankebijakan2. Sikap pelaksana dalammenyelesaikan hambatan-hambatan tersebut

Satpol PP,POLRESTA

KotaTangerang danSatPol PP Kota

Page 69: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

54

TangerangOutcomes

4 Perubahanterhadap

kelompoksasaran yang

dituju

1. Perubahan yang diharapkanterhadap kelompok sasarankebijakan (masyarakat)2. Perubahan yang diharapkansudah mulai terlihat

, POLRESTAKota

Tangerang,SatPol PP KotaTangerang dan

Masyarakat

2. Observasi/Pengamatan

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang

spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain. Sutrisno Hadi

dalam Sugiyono (2012:203) mengemukakan bahwa observasi

merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun

dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang

terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Observasi

adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya

melalui hasil kerja pancaindra mata serta dibantu dengan panca indera

lainnya (Bungin, 2013:143).

Teknik observasi yang akan digunakan oleh peneliti dalam penelitian

ini adalah observasi partisipatif (participant observation), yaitu suatu

bentuk observasi dimana peneliti (observer) secara teratur

berpartisipasi dan terlibat dalam kegiatan yang diamati. Berkaitan

dengan fokus penelitian ini, peneliti akan berpartisipasi aktif sebagai

pengguna angkutan umum Kota Serang (angkot).

3. Studi Dokumentasi

Page 70: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

55

Studi dokumentasi merupakan metode pengumpulan data pelengkap.

Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-barang

tertulis. Jadi, didalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti

menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah,

dokumen, peraturan-peraturan, laporan-laporan, dan sebagainya

(Arikunto, 2006:158).

4. Metode Penelusuran Data Online

Metode penelusuran data online yang dimaksud adalah tata cara

melakukan penelusuran data melalui media online seperti internet atau

media jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas online, sehingga

memungkinkan peneliti dapat memanfaatkan data/informasi online

yang berupa data maupun informasi teori, secepat atau semudah

mungkin dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis (Bungin,

2013:158).

3.6 Informan Penelitian

Dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi disebut

sebagai narasumber, partisipan, atau informan. Menurut Moleong (2013:132)

informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang

situasi dan kondisi latar penelitian.

Orang yang telah dipilih untuk menjadi informan penelitian harus

mempunyai banyak pengalaman/informasi tentang latar penelitian. Kegunaan

informan bagi peneliti adalah agar dalam waktu yang relatif singkat banyak

Page 71: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

56

informasi yang terjaring, jadi sebagai sampling internal, karena informan

dimanfaatkan untuk berbicara, bertukar pikiran, atau membandingkan suatu

kejadian yang ditemukan dari subjek lainnya (Bogdan dan Biklen dalam Moleong,

2013:132).

Adapun yang menjadi informan kunci (key informant) dalam penelitian ini

adalah pihak Dinas Sosial, Satuan Polisi Pamong Praja Kota Tangerang (Satpol

PP), Polisi, Penjual Jamu di Tangerang, Pemilik Restoran yang menjual alkohol

Di Kota Tangerang. Sementara masyarakat diposisikan sebagai informan

pendukung (secondary informant).

Tabel 3.2

Daftar Informan Penelitian

No. Informan Spesifikasi Informan Kategori Informan

1. Penyidik PNSKepala Penyidik PNS

TangerangKey informant

2. Satpol PPKabit pembinaan dan

penyuluhanKey informant

3.Polisi

BareskrimPOLRESTA Kota

TangerangKey informant

4. WargaPengguna jamu dan

alkohol(pengkonsumsi)

Secondary Informant

5. Pelaku UsahaPenjual Jamu,penjual

alkohol,pegawaikaroke,pegawai hotel

Key informant

3.7 Teknik Pengolahan Data

Analisis data menurut Patton dalam Moleong (2013:280) adalah proses

mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan

Page 72: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

57

satuan uraian dasar. Sementara Bogdan dan Biklen dalam Sugiyono (2012:334)

menyatakan bahwa analisis data kualitatif adalah proses mencari dan menyusun

secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

bahan-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat

diinformasikan kepada orang lain.

Analisis data dilakukan dengan melakukan sintesa, menyusun ke dalam

pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain. Analisis data dalam

penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di

lapangan, dan setelah selesai di lapangan.

Dalam hal ini, Nasution yang dikutip oleh Sugiyono (2012:336)

menyatakan analisis telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah,

sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil

penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti telah melakukan analisis data sebelum

peneliti memasuki lapangan penelitian.

Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan atau data

sekunder yang kemudian digunakan untuk menentukan fokus permasalah

penelitian. Maka dalam penelitian ini, sebelum peneliti terjun ke lapangan,

peneliti melakukan analisis terhadap berbagai data yang berkaitan dengan evaluasi

kebijakan dan trayek angkutan umum di Kota Serang yang mana sumbernya

didapat dari tulisan berbentuk karya ilmiah seperti tesis dan skripsi serta tulisan

lepas lain yang didapat dari media massa elektronik.

Page 73: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

58

Namun dalam hal ini analisis yang dilakukan peneliti masih bersifat

sementara, penelitian ini berkembang setelah peneliti berada di lapangan dan

mengumpulkan data serta fakta yang berkaitan dengan masalah penelitian.

Kemudian selama proses di lapangan, peneliti menggunakan model analisis data

yang dikemukakan oleh Miles and Huberman yang dikutip dalam Sugiyono

(2012:337) yang menyatakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif

dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus menerus sampai tuntas, sehingga

datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data menurut Miles and Huberman

yakni data collection, data reduction, data display, dan conclusion

drawing/verification.

1. Data Collection/Pengumpulan DataPengumpulan data merupakan proses memasuki lingkunganpenelitian dan melakukan pengumpulan data penelitian. Inimerupakan tahap awal yang harus dilakukan oleh peneliti agarpeneliti memperoleh informasi mengenai masalah-masalah yangterjadi di lapangan.

2. Data Reduction/Reduksi DataMakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan makinbanyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukananalisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berartimerangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yangtidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akanmemberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah penelitiuntuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

3. Data Display/Penyajian DataSetelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalahmendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian databisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antarkategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles andHuberman menyatakan yang paling sering digunakan utnukmenyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teksyang bersifat naratif.

4. Conclusion Drawing/Verification (Penarikan Kesimpulan/Verifikasi)

Page 74: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

59

Langkah selanjutnya adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.Kesimpulan awal yang ditemukan oleh peneliti masih bersifatsementara, oleh karena itu peneliti kembali melakukan verifikasiselama proses penelitian ini berlangsung. Apabila kesimpulan yangdikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yangvalid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapanganmengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakanmerupakan kesimpulan yang kredibel. Verifikasi data dalampenelitian kualitatif juga sangat penting untuk dilakukan. Verifikasibertujuan untuk menguji ataupun memeriksa akurasi data yangtelah dikumpulkan selama proses penelitian berlangsung.

3.8 Uji Keabsahan Data

Dalam pengujian keabsahan data, metode penelitian kualitatif

menggunakan istilah yang berbeda dengan penelitian kuantitatif. Prosedur

pengujian keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara, yaitu

dengan triangulasi dan mengadakan member check.

1. Triangulasi

Dikemukakan oleh Moleong (2013:330) triangulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain.

Sementara Wiliam Wiersma dalam Sugiyono (2012:372) menjelaskan

bahwa triangulasi merupakan pengecekan data dari berbagai sumber

dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dalam penelitian ini,

triangulasi yang digunakan oleh peneliti adalah triangulasi sumber,

yaitu pengujian kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data

yang telah diperoleh melalui beberapa sumber; serta triangulasi

teknik, yaitu untuk menguji krediibilitas data dilakukan dengan cara

mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang

Page 75: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

60

berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu di cek

dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner (Sugiyono, 2012:373).

Page 76: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

61

2. Member Check

Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti

kepada pemberi data. Tujuan member check adalah untuk mengetahui

seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan

oleh pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh

pemberi data berarti data tersebut dikatakan valid sehingga semakin

kredibel/dipercaya. Tetapi apabila data yang ditemukan peneliti

dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi data,

maka peneliti perlu melakukan diskusi dengan pemberi data, dan

apabila perbedaannya tajam, maka peneliti harus merubah temuannya

dan harus menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh pemberi

data. Jadi tujuan member check adalah agar informasi yang diperoleh

dan akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang

dimaksud sumber data (Sugiyono, 2012:375-376).

3.9 Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian merupakan tahap penelitian yang dilakukan oleh peneliti

dalam melakukan penelitian mengenai Evaluasi Peraturan Daerah Kota Tangerang

Nomor 7 Tahun 2005 Tentang Pelarangan Pengedaran dan Penjualan Minuman

Keras. Wawancara penelitian dan pengolahan data akan dilakukan mulai dari

bulan Maret 2018 hingga April 2018.

Page 77: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

62

Tabel 3.5

Jadwal Penelitian

No. Keterangan

Tahun 2017 Tahun 2018

Jul – Des Jan - Feb Mar – Apr

1 Observasi Awal

2 Penyusunan Proposal

3 Bimbingan Bab I-III

4 Seminar dan Revisi proposal

5 Penelitian Lapangan

6 Bimbingan Bab IV – V

7 Sidang dan Revisi Skripsi

Sumber: Peneliti, 2018

Page 78: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

63

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

Deskripsi objek penelitian ini akan menjelaskan tentang objek penelitian yang

meliputi lokasi penelitian yang diteliti dan memberikan gambaran umum mengenai

Kota Tangerang, gambaran umum mengenai Badan Penanaman Modal dan Pelayanan

Terpadu Satu Pintu Kota Tangerang serta gambaran umum mengenai Badan

Lingkungan Hidup Kota Tangerang. Hal tersebut akan dijelaskan dibawah ini:

4.1.1 Deskripsi Wilayah Kota Tangerang

Kota Tangerang yang terbentuk pada tanggal 28 Februari 1993 berdasarkan

Undang-Undang No. 2 Tahun 1993, secara geografis terletak pada posisi 106036’-

106O42’ Bujur Timur (BT) dan 6O6’-6O13’ Lintang Selatan (LS), dengan luas

wilayah 184,24 km2 (termasuk luas Bandara Soekarno-Hatta sebesar 19,69 km2).

Secara administrasi Kota Tangerang terbagi menjadi 13 Kecamatan dan 104

Kelurahan. Luas wilayah Kota Tangerang sebesar 1,59% dari luas Provinsi Banten

yang merupakan wilayah terkecil kedua setelah Kota Tangerang Selatan.

Kota Tangerang berada pada ketinggian 10-30 meter di atas permukaan laut

(dpl), dengan bagian utara memiliki rata-rata ketinggian 10 meter dpl seperti

Kecamatan Neglasari, Kecamatan Batuceper, dan Kecamatan Benda. Sedangkan

bagian selatan memiliki ketinggian 30 meter dpl seperti Kecamatan Ciledug dan

Page 79: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

64Kecamatan Larangan. Adapun batas administrasi Kota Tangerang adalah sebagai

berikut:

Sebelah Utara: Kecamatan Teluknaga dan Kecamatan Sepatan Kabupaten

Tangerang.

Sebelah Selatan: Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang, KecamatanSerpong

Utara dan Kecamatan Pondok Aren Kota Tangerang Selatan.

Sebelah Timur: DKI Jakarta.

Sebelah Barat: Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang.

Gambar 4.1 Peta Kota Tangerang

(Sumber: SLHD Kota Tangerang)

Letak Kota Tangerang yang berada di antara DKI Jakarta, Kota Tangerang

Selatan, dan Kabupaten Tangerang menjadikannya kota yang sangat strategis. Sesuai

dengan Instruksi Presiden Nomor 13 Tahun 1976 tentang Pengembangan Jabotabek

(Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi), Kota Tangerang merupakan salah satu daerah

penyangga Ibukota Negara DKI Jakarta. Posisi strategis tersebut menjadikan

perkembangan Kota Tangerang berjalan dengan pesat. Pada satu sisi, menjadi daerah

Page 80: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

65limpahan dari berbagai kegiatan di Kota Jakarta, di sisi lainnya Kota Tangerang

menjadi daerah kolektor pengembangan wilayah Kabupaten Tangerang sebagai

daerah dengan sumber daya alam yang produktif.

Pesatnya perkembangan Kota Tangerang, didukung pula dari tersedianya

sistem jaringan transportasi terpadu dengan wilayah Jabodetabek, serta aksesibilitas

dan konektivitas berskala nasional dan internasional yang baik sebagaimana

tercermin dari keberadaan Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Pelabuhan

Internasional Tanjung Priok, serta Pelabuhan Bojonegara sebagai gerbang maupun

outlet nasional. Kedudukan geostrategis Kota Tangerang tersebut telah mendorong

bertumbuhkembangnya aktivitas industri, perdagangan dan jasa yang merupakan

basis perekonomian Kota Tangerang saat ini.

4.1.2 Satuan Polisi Pamong Praja Kota Tangerang

VISI

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi serta dengan memperhatikan kondisi

dan perkembangan Kota yang selanjutnya mengacu kepada penjabaran visi Kota

Tangerang, maka pernyataan visi Satuan Polisi Pamong Praja adalah :

“Terciptanya Ketentraman Dan Ketertiban sebagai kerangka

mewujudkan masyarakat Kota Tangerang yang ber-Akhlaqul Karimah”

Makna yang terkandung dalam Visi Satpol PP Kota Tangerang tersebut adalah

mewujudkan Satpol PP memiliki kemampuan dalam menjaga kondusifitas dan

Page 81: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

66kehidupan yang teratur di lingkungan masyarakat Kota Tangerang sehingga pada

akhirnya masyarakat mampu membentuk kepribadian yang akhlaqul karimah.

MISI

Sebagai upaya untuk mewujudkan Visi Satuan Polisi Pamong Praja maka

dirumuskan misi sebagai berikut :

1. Mengefektifkan Implementasi Peraturan Daerah.

2. Mendorong Kemandirian Masyarakat dalam menjaga kondusifitas lingkungan

Sosial.

3. Mengembangkan kapasitas lembaga dan Aparatur.

Adapun makna dari 3 (tiga) misi yang dirumuskan oleh Satpol PP Kota

Tangerang adalah sebagai berikut :

1. Mengefektifkan Implementasi Peraturan Daerah,adalah upaya represif berupa

penegakan aturan (Law Enforcement) yang ditujukan kepada masyarakat agar

dalam melakukan segala bentuk kegiatan sosialnya dapat mematuhi segala

ketentuan yang telah ditetapkan.

2. Mendorong Kemandirian Masyarakat Dalam Menjaga Kondusifitas

Lingkungan Sosial,yaitu melakukan tindakan-tindakan yang bersifat

pencegahan dalam rangka menjaga keamanan dan kenyamanan di lingkungan

masyarakat.

Page 82: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

673. Mengembangkan Kapasitas Lembaga Dan Aparatur, merupakan upaya dalam

meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar lebih profesional dalam

menjalankan tugas yang didukung dengan fasilitas kerja yang memadai.

4.1.3 Susunan Organisasi Satpol PP

Susunan Organisasi Satuan Polisi Pamong Praja adalah :

A. Kepala Satuan Polisi Pamong Praja.

B. Sekretariat, membawahkan :

1. Sub Bagian Umum Dan Kepegawaian.

2. Sub Bagian Keuangan.

3. Sub Bagian Perencanaan.

C. Bidang Pembinaan Dan Penyuluhan, membawahkan :

1. Seksi Pembinaan.

2. Seksi Penyuluhan.

D. Bidang Penertiban, membawahkan :

1. Seksi Perencanaan Operasi.

2. Seksi Pengerahan Personil.

E. Bidang Pengawasan Ketertiban, membawahkan :

1. Seksi Laporan Dan Pemantauan Ketertiban.

2. Seksi Pemeriksaan.

F. Kelompok Jabatan Fungsional.

Page 83: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

68Bagan Struktur Organisasi Satuan Polisi Pamong Praja adalah

sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan ini yang merupakan

bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

4.1.4 Tugas Pokok dan Fungsi Satpol PP

1. Kepala Satuan Polisi Pamong Praja

Kepala Satuan Polisi Pamong Praja mempunyai tugas pokok memimpin,

mengatur, mengkoordinasikan dan mengendalikan seluruh kegiatan

penyelenggaraan tugas dan fungsi Satuan Polisi Pamong Praja sesuai dengan

visi dan misi Walikota yang terjabarkan dalam Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah di bidang penyelenggaraan dan pemeliharaan

ketenteraman dan ketertiban umum serta penegakan Peraturan Daerah,

Peraturan Walikota, dan Keputusan Walikota.

Adapun fungsi dari Kepala Satuan Polisi Pamong Praja, yaitu:

1) Perumusan kebijakan teknis penyelenggaraan tugas dan fungsi Satuan

Polisi Pamong Praja.

2) Penyelenggaraan penyusunan usulan program, rencana kerja, dan

anggaran tahunan Satuan Polisi Pamong Praja.

3) Penjabaran kebijakan strategis serta perumusan dan pelaksanaan

kebijakan teknis di bidang penyelenggaraan dan pemeliharaan

ketenteraman dan ketertiban umum serta penegakan Peraturan Daerah,

Peraturan Walikota, dan Keputusan Walikota.

Page 84: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

694) Pengkoordinasian dan pengendalian seluruh kegiatan operasional

Satuan Polisi Pamong Praja.

5) Penyelenggaraan pelayanan teknis administrasi bagi semua Perangkat

Daerah dan masyarakat di bidang penyelenggaraan dan pemeliharaan

ketenteraman dan ketertiban umum serta penegakan Peraturan Daerah,

Peraturan Walikota, dan Keputusan Walikota.

6) Penyelenggaraan pembinaan dan pengembangan kemampuan

berprestasi para pegawai di lingkungan Satuan Polisi Pamong Praja.

7) Evaluasi dan pelaporan.

2. Sekretariat

Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris yang mempunyai tugas

pokok membantu Kepala Satuan Polisi Pamong Praja dalam

pengkoordinasian pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan tugas dan fungsi

Satuan Polisi Pamong Praja serta menyelenggarakan kegiatan di bidang

administrasi umum, keuangan, kepegawaian, dan perencanaan.

Sekretaris mempunyai fungsi :

1) Penyelenggaraan penyusunan usulan rencana kerja dan anggaran

tahunan Sekretariat.

2) Penyelenggaraan penyusunan usulan program, rencana kerja dan

anggaran tahunan Satuan Polisi Pamong Praja.

3) Penyelenggaraan administrasi umum, administrasi kepegawaian dan

administrasi keuangan.

Page 85: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

704) Pengawasan dan pembinaan terhadap para Kepala Sub Bagian yang

dibawahkannya.

5) Pelaporan.

3. Bidang Pembinaan Dan Penyuluhan

Bidang Pembinaan Dan Penyuluhan dipimpin oleh seorang Kepala

Bidang yang mempunyai tugas pokok memimpin, merencanakan, mengatur

dan mengendalikan kegiatan penyelenggaraan sebagian tugas Satuan Polisi

Pamong Praja dalam lingkup pengembangan kapasitas dan penerapan

Aturan Dan Prosedur Pelaksanaan Tugas Polisi Pamong Praja serta

penyuluhan dan pembinaan kepada masyarakat di bidang ketenteraman dan

ketertiban umum serta penegakan Peraturan Daerah dan Keputusan

Walikota.

Kepala Bidang Pembinaan Dan Penyuluhan mempunyai fungsi :

1) Penyelenggaraan penyusunan usulan rencana kerja dan anggaran

tahunan Bidang Pembinaan Dan Penyuluhan.

2) Penyelenggaraan pengembangan kapasitas sumber daya manusia serta

prasarana dan sarana kerja para Polisi Pamong Praja.

3) Penyelenggaraan pengawasan dan pengendalian dalam rangka

penerapan Aturan Dan Prosedur Pelaksanaan Tugas Polisi Pamong

Praja.

Page 86: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

714) Penyelenggaraan penyuluhan dan pembinaan kepada masyarakat di

bidang ketenteraman dan ketertiban umum serta penegakan Peraturan

Daerah dan Keputusan Walikota.

5) Pengawasan dan pembinaan terhadap para Kepala Seksi yang

dibawahkannya.

6) Pelaporan.

4. Bidang Penertiban

Bidang Penertiban dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang

mempunyai tugas pokok memimpin, merencanakan, mengatur dan

mengendalikan kegiatan penyelenggaraan sebagian tugas Satuan Polisi

Pamong Praja dalam lingkup penyusunan rencana teknis serta pengerahan

para Polisi Pamong Praja dalam rangka pelaksanaan operasi penertiban.

Kepala Bidang Penertiban mempunyai fungsi :

1) Penyusunan usulan rencana kerja dan anggaran tahunan Bidang

Penertiban.

2) Penyelenggaraan penyusunan rencana teknis pelaksanaan operasi

penertiban.

3) Penyelenggaraan pengerahan para Polisi Pamong Praja serta

prasarana dan sarana kerja yang akan diturunkan dan dilibatkan

dalam pelaksanaan operasi penertiban.

4) Penyelenggaraan operasi penertiban.

Page 87: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

725) Pengawasan dan pembinaan terhadap para Kepala Seksi yang

dibawahkannya.

6) Pelaporan.

5. Bidang Pengawasan Ketertiban

Bidang Pengawasan Ketertiban dipimpin oleh seorang Kepala Bidang

yang mempunyai tugas pokok memimpin, merencanakan, mengatur dan

mengendalikan kegiatan penyelenggaraan sebagian tugas Satuan Polisi

Pamong Praja dalam lingkup pemantauan terhadap ketenteraman dan

ketertiban umum serta pengidentifikasian, pemeriksaan, penyidikan dan

tindaklanjut Putusan Pengadilan yang berkenaan dengan perkara-perkara

pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan Peraturan Daerah dan atau

Keputusan Walikota.

Kepala Bidang Pengawasan Ketertiban mempunyai fungsi :

1) Penyusunan usulan rencana kerja dan anggaran tahunan Bidang

Pengawasan Ketertiban.

2) Penyelenggaraan pemantauan terhadap ketenteraman dan ketertiban

umum.

3) Penyelenggaraan identifikasi terhadap adanya pelanggaran-

pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan Peraturan Daerah dan atau

Keputusan Walikota.

Page 88: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

734) Penyelenggaraan pemeriksaan, penyidikan dan tindaklanjut Putusan

Pengadilan yang berkenaan dengan perkara-perkara pelanggaran

terhadap ketentuan-ketentuan Peraturan Daerah dan atau Keputusan

Walikota.

5) Pengawasan dan pembinaan terhadap para Kepala Seksi yang

dibawahkannya.

6) Pelaporan.

6. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari jenis-jenis jabatan fungsional

yang berada pada Satuan Polisi Pamong Praja yang meliputi :

1. Statistisi.

2. Arsiparis.

3. Pranata Komputer.

4. Polisi Pamong Praja.

Pemegang Jabatan Fungsional dalam melaksanakan tugasnya

bertanggungjawab kepada Kepala Satuan Polisi Pamong Praja.Pemegang

Jabatan Fungsional ini lebih dari seorang, dibentuk Kelompok Jabatan

Fungsional.Kelompok Jabatan Fungsional dipimpin oleh Pemegang

Jabatan Fungsional yang paling senior.Jumlah Pegawai Negeri Sipil yang

memangku setiap jenis Jabatan Fungsional ini, beserta rincian tugasnya

masing-masing, ditetapkan dengan Keputusan Walikota.

Page 89: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

744.2 Deskripsi Data Penelitian

Deskripsi data merupakan penjelasan mengenai data yang didapat dari hasil

penelitian. Data ini didapat dari hasil penelitian dengan menggunakan teknik analisa

data kualitatif. Dalam penelitian ini, mengenai Implementasi Peraturan Daerah

Nomor 7 Tahun 2005 Pelarangan, Pengedaran dan Penjualan Minuman Keras.

Peneliti menggunakan teori Evaluasi Kebijakan Menurut Nurcholis. Teori tersebut

memberikan gambaran atas mekanisme Evaluasi, yaitu Input, Process, Output,

Outcome. Kemudian data yang peneliti dapatkan lebih banyak berupa kata-kata dan

tindakan yang peneliti peroleh melalui proses wawancara dan observasi. Kata-kata

dan tindakan orang yang diwawancara merupakan sumber utama dalam penelitian.

Sumber data ini kemudian oleh peneliti dicatat dengan menggunakan catatan tertulis

atau melalui alat perekam yang peneliti gunakan dalam penelitian.

Adapun dokumentasi yang peneliti ambil saat melakukan pengamatan adalah

catatan berupa catatan lapangan peneliti, seperti dokumen-dokumen yang peneliti

dapatkan baik dari pihak Pemerintahan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Tangerang,

Penyidik PNS, dan Polisi serta pihak masyarakat yaitu pelaku usaha dan

pengkomsumsi alkohol serta di mana data tersebut merupakan data mentah yang

harus diolah dan dianalisis kembali untuk mendapatkan data yang dibutuhkan. Selain

itu bentuk data lainnya berupa foto-foto kegiatan yang berhubungan dengan

Pelarangan, Pengedaran dan Penjual minuman keras.

Page 90: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

75Selanjutnya karena penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, maka dalam

proses menganalisis datanya pun peneliti melakukan analisis secara bersamaan.

Dalam proses analisisnya dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan model

interaktif yang telah dikembangkan oleh Miles and Huberman, yaitu pengumpulan

data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

4.2.1 Daftar Informan Penelitian

Pada penelitian ini, mengenai Evaluasi Peraturan Daerah Kota Tangerang

Nomor 7 Tahun 2005 tentang Pelarangan, Pengedaran dan Penjualan Minuman

Keras, dalam pemilihan informan penelitian ini peneliti menggunakan cara

teknik pengambilan sumber data yang sering digunakan pada penelitian kualitatif

adalah Puposive. Puposive adalah teknik pengambilan sumber data dengan

pertimbangan tertentu.Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut

dianggap paling tahu atau paling menguasai obyek/situasi sosial yang

diteliti.Dengan demikian key person ini adalah tokoh formal dan tokoh informal

di penelitian Implementasi Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 7 Tahun

2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan

Terbatas.Informan penelitian ini antara lain yaitu pihak dari Pemerintah seperti

Kepala Satuan Polisi Pamong Praja, Penyidik Pegawai Negeri Sipil, Bareskrim

Polres Kota Tangerang serta masyarakat dan Pelaku usaha.

Page 91: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

76Tabel 4.1

Keterangan Informan

No KodeInforman

Nama Jabatan/Pekerjaan Keterangan

I1 -

1. I1.1 Drs. H. Mumung

Maulana

Kepala Satuan Polisi

Pamong Praja Kota

Tangerang

Key Informan

2. I1.2 Jarot Kepala Penyidik PNS

Kota Tangerang

Key Informan

3. I1.3 Aiptu Tony Effendi Bareskrim POLRESTA

Kota Tangerang

Secondary

Informaan

I2 Masyarakat

4. I2.1 Pengkonsumsi minuman

beralkohol

Secondary

Informan

5 I2.2 Pelaku Usaha

Penjual Jamu Secondary

Informan

(Sumber: Peneliti, 2018)

Informan di atas merupakan informan utama (Key Informan) dalam

penelitian ini.Adapun data-data lain yang merupakan sebagai informasi-

informasi pelengkap dari informasi yang telah diberikan oleh informan

Page 92: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

77utama.Dalam menyusun jawaban hasil wawancara, peneliti memberikan kode-

kode sebagai berikut:

1. Kode Q1,2,3 dan seterusnya untuk menunjukan item pertanyaan.

2. Kode I1,I2, I3untuk menunjukan daftar informan penelitian.

4.3 Hasil Penelitian

Pembahasan dan analisis dalam penelitian ini merupakan suatu data dan fakta

yang peneliti dapatkan langsung dari lapangan serta disesuaikan dengan teori yang

peneliti gunakan yaitu menggunakan teori Evaluasi Kebijakan Menurut Nurcholis

(2007:277).Berikut merupakan pemaparan darihasil penelitian yang sesuai dengan

fokus penelitian :

1. Input (masukan)

Dimensi input merupakan aspek yang diperlukan dalam pelaksaan

kebijakan. Indikator dalam dimensi input yaitu meliputi sumber daya manusia,

operasional, sarana dan prasarana, serta sosialisasi pelaksanaan kebijakan.

1) Sumber Daya Manusia (SDM)

Aspek Sumber Daya Manusia (SDM) dalam hal ini adalah

pelaksana/implementor yang melaksanakan Perda tentang Pelarangan,

Pengedaran dan Penjualan Minuman Keras, berkaitan dengan jumlah

sumber daya manusia yang ada saat ini sudah sesuai dengan kebutuhan dan

bekerja sesuai dengan kompetensinya atau belum, berikut keterangan yang

Page 93: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

78disampaikanoleh bapak Drs. Mumung Maulana selaku Kepala Satuan

Polisi Pamong Praja Kota Tangerang I1-1pada saat wawancara:

“SDM bisa dibilang cukup baik dengan personel yg ada di kita, baikstruktural dan dalam pelaksanaan kebijakannya dilapangan disinipertama kita punya PPNS yaitu Penyidik Pegawai Negri Sipil, yangkhusus untuk operasi miras yang berjumlah 12 orang terus kalo misalkita butuh tenaga yang diluar sumber daya yang ada, kita datangkantenaga tenaga ahli, apalagi operasi miras ini kita agak kesulitan butuhinformasi khusus biasanya kita menyediakan intel untuk melancarkanoperasi yang keliling agar cepat kita ketahui pergerakan miras di luarsana.”( Senin,4 Juni 2018 Pukul 13:00 WIB wawancara di kantorSatuan Polisi Pamong Praja Kota Tangerang )

Hal yang samajugadikatakanoleh bapak Tony Efendi selaku Tenaga

Ahli POLRESTA Kota Tangerang I1-3 sebagaiberikut:

“Sumberdaya manusianya cukup, karena kan kita kerja gak sendiri,kalo kurang orang, yang satu bidang ikut turun, untuk razia segalamacem juga kita dibantu Satpol PP kita razia gabungan banyak jugayang ikut partisipasi dalam operasi miras dan kami juga selalu sigapjuga jika ada informasi langsung dari masyarakat sekitar.”( Senin,28Mei 2018 Pukul 13:00 WIB wawancara di POLRESTA KotaTangerang)

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa sumber daya

manusia yang dimiliki oleh Satuan Polisi Pamong Praja dinilai telah cukup.

Dan apabila dirasa kurang dalam menegakan peraturan daerah, Satuan

Polisi Pamong Praja dibantu oleh Kepolisian POLRESTA Kota Tangerang.

Selanjutnya Kepala Penyidik PNS Kota Tangerang, Bapak JarotI1-2

mengatakan sebagai berikut:

“Kalo SDM disini sangat baik ya karena memang kami terlatih danmemang ada pelatihan khusus untuk menjadi penyidik PNS kamiselalu dibantu oleh masyarakat juga karena kami menerima informasiapapun dan langsung kita lanjut tindakan.” (Senin,4 Juni 2018 Pukul

Page 94: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

7916:00 WIB wawancara di Kantor Satuan Polisi Pamong Praja KotaTangerang)

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa penyidik PNS pun

sudah dirasa baik dalam sumber daya manusia dan masyarakat pun turut

membantu dalam menegakan Peraturan Daerah.

2) Sarana dan Prasarana

Aspek sarana dan prasarana penunjang merupakan aspek yang

dibutuhkan dalam proses pembinaan, dalam hal ini adalah rumah singgah,

panti sosial dan fasilitas pendukung yang layak didalamnya apakah sudah

tersedia atau belum. Fasilitas dalam pelaksanaan PERDA berupa segala

sesuatu yang dibutuhkan dalam proses pelaksanaan kebijakan Pelarangan,

Pengedaran dan Penjualan Minuman Keras. Berikut adalah data hasil

wawancara peneliti bersama I1-1:

“Kalo bicara sarana dan prasarana menurut saya ga ada cukupnyakarena untuk menunjang agar kebijakan semakin baik berjalan tapiuntuk pemerintah Kota Tangerang sebenarnya sih bukan masalah,sepanjang kewenangannya ada, untuk dari sisi pembiayaan ga adamasalah, apalagi dari pemerintah sangat mendukung untukmembrantas penyakit masyarakat jadi kami punya banyak dukunganbaik dari sarana dan prasarana walaupun keinginan sangat banyakdan belum semua terpenuhi untuk mewujudkan dikarenakan masihadanya masalah masalah yang belum terselesaikan dari kebijakantersebut.”( Senin,4 Juni 2018 Pukul 13:00 WIB wawancara di kantorSatuan Polisi Pamong Praja Kota Tangerang)

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa terdapat Satuan

Polisi Pamong Praja Kota Tangerang telah merasa cukup namun tidak

menutup bahwa semakin banyak sarana dan prasarana pada Satpol PP Kota

Page 95: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

80Tangerang, semakin baik. Dan beliau menjelaskan kembali tentang adanya

bantuan dari masyarakat dalam menegakan peraturan daerah.

Senada dengan hal tersebut, dijelaskanI1-2 sebagai berikut:

“Segala penunjang yang ada menurut saya sudah cukup karenamasalah masalah terkait yang ada dalam proses terselenggaranyakebijakan bukan dari sarana dan prasarana yang ada semua berjalandengan SOP semisal sedang ada operasi miras semua barang buktimiras kami kumpulkan di gudang khusus yang memang kita siapkandan aman.”( Senin,4 Juni 2018 Pukul 16:00 WIB wawancara diKantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Tangerang)

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa penyidik PNS

menilai bahwa sarana dan prasarana tidak menjadi masalah dalam proses

penyelenggaraan kebijakan.

3) Sosialisasi

Aspek sosialisasi merupakan proses penyampaian informasi kepada

sasaran kebijakan mengenai Peraturan Daerah yang mengatur tentang

Pelarangan, Pengedaran dan Penjualan Minuman Keras, berikut adalah

wawancara dengan I1-1:

“Ya sejak 2005 begitu Perda ada yang pertama sosialisasi adalahbagian hukum, dan walikota selalu menganjurkan jajarannya atauaparat lainnya untuk selalu mensosialisasikan di setiap eventmanapun. Contoh seperti kemarin saya mensosialisasikan di tempatTarawih keliling disampaikan bersama sekalian ceramah atau sayaberkunjung ke kecamatan atau kelurahan untuk mensosialisasikandan tiap bulan saya juga mensosialisasikan Perda tersebut kepadaanak-anak pelajar sambil apel bahaya dan dampak yang akanditimbukan setelah meminum minum beralkohol”( Senin,4 Juni 2018Pukul 13:00 WIB wawancara di Kantor Satuan Polisi Pamong PrajaKota Tangerang)

Page 96: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

81Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa Satpol PP Kota

Tangerang menilai bahwa sosialisasi itu penting. Dibuktikan dengan

sosialisasi yang dilakukan saat program Tarawih Keliling, selain dari

sosialisasi yang telah dilakukan sejak 2005 oleh Walikota kepada

jajarannya.

Hal yang samajugadisampaikanI1-2 sebagaiberikut:

“Sosialisasi kita sudah lakukan melalui pamflet-pamflet baliho-balihodi tiap titik-titik rawan. Kemudian pak Walikota juga kita seringsosialisasi memanggil kepala seksi kepala seksi tingkat kecamatanserta aparat yang berkaitan dengan perda nih untuk selalumengingatkan atau menghimbau masyarakat sekitar” (Senin,4 Juni2018 Pukul 16:00 WIB wawancara di Kantor Satuan Polisi PamongPraja Kota Tangerang)

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa Penyidik PNS

Kota Tangerang mengetahui bahwa perlu adanya sosialisasi. Dibuktikan

dengan sosialisasi yang dilakukan melalui pamflet-pamflet dan baliho-

baliho ditiap titik rawan. Disampaikan juga oleh walikota pada saat

berlangsungnya apel rutin terkait sosialisasi peraturan daerah tersebut

kepada jajaran aparat untu selalu mensosialiasasi.

2. Process (Proses)

Proses merupakan bagaimana sebuah kebijakan diwujudkan dalam bentuk

pelayanan langsung kepada objek kebijakan. Dalam melakukan penilaian

terhadap proses pelaksaaan kebijakan tersebut, maka penelitimengembang-

kannya kedalam beberapa aspek, yaitu kejelasan mekanisme,

Page 97: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

82kepastian,efektivitas dan efisiensi pelaksanaan Perda tersebut. Berikut ini adalah

hasil wawancara peneliti bersama informan mengenai penilaian dimensi proses:

1) Kejelasan Mekanisme

Proses pelaksanaankebijakanPelarangan, Pengedaran dan Penjualan

Minuman Keras diperlukan adanya kejelasan mekanisme dan peraturan

yang jelas dalam proses pelaksanaan kebijakan tersebut, apakah peraturan

dan mekanisme tersebut sudah jelas dan di implementasi kan atau belum

oleh petugas, berikut adalah hasil wawancara bersama I1-1 sebagai berikut:

“Untuk operasi miras kita punya PPNS terus kalo mau operasi itukita bergerak kita buat SP ( Surat Perintah) berapa orang nanti yangakan kita turunkan dalam pelaksanaannya, tapi untuk lebih awaladalah kami punya intel disini untuk berkeliling memakai bajupreman jadi bisa cepat jika ada pergerakan miras atau pelanggaranPerda itu biasanya intel dulu yang tahu lalu melaporkan ke kantoruntuk menjelaskan ada target operasi nanti ketika sudah positif targetoperasinya kita buat SP untuk merazia datang ke lokasi dilengkapisurat perintah, ada PPNS, personil Pol PP lainnya serta jajaransamping juga ada untuk memeriksa tempat tersebut entahrestoran,toko atau warung semisal ada di hitung itu lalu dilakukanpenyitaan serta kami minta KTP pedagangnya dan kami menghitungjumlah dan membedakan jenisnya apa misal wiskie berapa,beerbintang berapa kami data melalui berita acara setelah di proses beritaacaranya ditanda tangani oleh pelaku usahanya baru dibawa ke kantorSatpol PP dan kami simpan di gudang.”( Senin,4 Juni 2018 Pukul13:00 WIB wawancara di Kantor Satuan Polisi Pamong Praja KotaTangerang)

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa Satuan Polisi

Pamong Praja Kota Tangerang mengetahui peraturan dan mekanisme

tersebut sudah jelas, diimplementasikan dengan baik oleh petugas

pelaksana dan dijelaskan secara ringkas pada pernyataan tersebut.

Page 98: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

83

Page 99: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

84Mekanisme

Hal lain yang juga disampaikan I1-2sebagai berikut:

“Kalo disini kan segala yang kita lakukan harus sesuai SOP tapidisini juga bisa kejar sama antar masyarakat yang biasanya kalo adalaporan dari luar masyarakat kami langsung tindak kebenarannyakami suruh intel ke alamat yang masyarakat kasih ke kami terus kitasergap di tempat lalu kita proses di kantor untuk itu saya selalumenerima keluhan masyarakat biasanya mereka bisa langsung laporkekantor.” (Senin,4 Juni 2018 Pukul 16:00 WIB wawancara diKantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Tangerang)

Hal yang sama juga disampaikan I1-3 yaitu sebagai berikut:

“Untuk mekanisme pelaksanaan, kita kan punya SOP, jadi disinipunmelaksanakannya mengikuti SOP yang ada, tapi proses disini cumasampai pada tahap pendampingan saja, karena memang biasanyakami dijadikan sebagai ahli hukum dalam untuk menindaki pelakuyang memang terbukti menjual atau mengedarkan alkohol.”

DibuatSP Ditunjukmelakukantugas

PPNS RaziaLokasiRestoranWarungToko

PengumpulanBarang buktiMinuman keras

PencatatanBA

PemberianSanksi

DendaTIPIRING BERATDitutup ijinusaha

Page 100: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

85(Senin,28 Mei 2018 Pukul 13:00 WIB wawancara POLRESTA KotaTangerang)

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa Penyidik PNS

Kota Tangerang menjelaskan bahwa seluruh kegiatan yang dilakukan

dalam penegakan PERDA tersebut mengikuti SOP dan telah sesuai dengan

SOP yang ada. Hal itu juga disampaikan juga oleh bagian BARESKRIM

POLRESTA TANGERANG, bahwa seluruh kegiatan dilaksanakan

mengikuti dengan SOP yang ada.

Adapun keterangan lain yang disampaikan oleh pedagang, yakni I2-2

dalam wawancara:

“Biasanya kadang juga sebenernya kalo udah ketauan juga tinggaldiambil barangnya terus bayar denda aja sih lagian kalo dagang adatrik sendiri supaya ga ketauan kayak jualan nya pake plastik aja jadijarang ditemuin barang bukti.” (Senin,28 Mei 2018 Pukul 20:00 WIBwawancara di Perumnas 2 Kota Tangerang)

Pada penjelasan diatas dapat diketahui bahwa pedagang minuman

keras menyadari adanya denda, namun hal tersebut tidak membuat mereka

jera karena hanya harus bayar denda yang disanksikan. Pedagang minuman

keras masih mencari celah dalam berjualan minuman keras di Kota

Tangerang. Cara yang digunakan adalah melalui berjualan dengan

menggunakan plastik sebagai kemasannya agar tidak diketahui dan menjadi

barang bukti.

Page 101: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

862) Kepastian

Kepastian merupakan aspek pendukung dalam melakukan

implementasi peraturan daerah ini, kepastian berkaitan dengan waktu

pelaksanaan tahapan-tahapan pelaksanaan kebijakan , berikut adalah hasil

wawancara dengan I1-1yaitu sebagai berikut:

“Kita selalu berjalan sesuai SOP ya kadang sesuai SP keluarseminggu sekali dan ada juga operasi gabungan dan kamu tau gakkalau kita memusnahkan barak bukti miras yang kita kumpulkandalam waktu setahun itu setiap tanggal 28 Februari momentum HutKota Tangerang.” (Senin,4 Juni 2018 Pukul 13:00 WIB wawancaradi Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Tangerang)

Adapun hal yang sama juga disampaikan I1-2 yaitu sebagai berikut:

“Sebetulnya apa yang dikatakan oleh saya itu setiap hari begitu,tetapi yang tim itu sebulan itu empat kali, yang tim gabungan yanglangsung serempak itu empat kali dalam satu bulan” (Senin,4 Juni2018 Pukul 16:00 WIB wawancara di Kantor Satuan Polisi PamongPraja Kota Tangerang)

Selain itu ada pula penambahan penjelasan dari wawancara I1-3,

sebagai berikut:

“Pelaksanaan PERDA nya sendiri sih jalan terus, razia kita adakan

sebulan beberapa kali”(wawancara POLRESTA Kota Tangerang)

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa Satpol PP,

Penyidik PNS, Bareskrim POLRESTA Kota Tangerang menjelaskan

bahwa seluruh kegiatan yang dilakukan dalam penegakan PERDA telah

sesuai dengan SOP yang ada dengan rentang waktu empat kali dalam satu

Page 102: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

87bulan dan ada pula operasi gabungan dengan pihak lain dalam penegakan

PERDA tersebut di Kota Tangerang.

Pernyatan lain juga disampaikan oleh I2-2.

“Paling sering tuh ramadhan tuh selalu tiap hari ada razia kalo tiapminggu mah ada tapi kita juga ga tau hari apa aja sebulan 8 kali tuhpasti satpol pp keliling razia” (Senin, 28 Mei 2018 Pukul 20:00 WIBwawancara di Perumnas 2 Kota Tangerang)

Dari Pernyataan diatas diketahui bahwa pedagang telah mengetahui

skala razia yang dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja Kota

Tangerang.

3) Penertiban

Penertiban adalah aspek penting yang harus dilakukan oleh Dinas

Sosial Kota Tangerang terhadap hal-hal yang melanggar ketentuan yang

ada didalam Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2012 tersebut, karena

didalam Peraturan Daerah tersebut terdapat dua pasal yang berisi larangan

yaitu pada pasal 15 dan 16 Bab VII mengenai larangan, dan dua pasal

ketentuan sanksi yaitu pada pasal 17 dan 18 Bab VIII mengenai ketentuan

sanksi. Berikut keterangan mengenai proses penertiban yang didapatkan

dari I1-1 yaitu sebagai berikut:

“Sebetulnya sementara ini di kita ini ya baru ketok palu misalkanmiras yang disita nanti hakim yang menentukan untuk denda tapisekarang ini sedang merintis kedepannya itu setiap pelanggaranperaturan daerah jadi sekarang ini sedang di godokdi Provinsi ya kitamengacu kepada Perda Nomor 7 2005 kami ingin sanksinya lebihberat lagi tapi sekarang lagi dipelajari oleh biro hukum provinsi yangseharusnya januari atau februari tahun depan sudah keluar agar lebihkeras lagi sanksinya. Contohnya begini bagi penjual sudah lebih dua

Page 103: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

88kali diketahui ditempatnya menjual miras nah ini tuh kami maunyaperizinannya di cabut atau segel tokonya nah sekarang baru TindakanPidana Ringan yang ditentukan hakim denda saja kedepannya inginsampai sanksi penjara.”( Senin,4 Juni 2018 Pukul 13:00 WIBwawancara di Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Tangerang)

Hal yang sama juga disampaikan I1-2 yaitu sebagai berikut:

“Nah semisal target operasi positif melanggar kan mereka tuh KTPnya di ambil terus nanti dipanggil atau di undang untuk melakukansidang Tindak Pidana Ringan (TIPIRING) jadi kami tetap sidangkanmisalkan barang bukti miras yang di sita ada berapa dan jenisnya apaaja dalam sidang TIPIRING ditentukan ada denda berapa pelaku ituharus membayarkan denda.”( Senin,4 Juni 2018 Pukul 16:00 WIBwawancara di Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Tangerang)

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa pelanggar

Peraturan Daerah mengenai Pelarangan, Pengedaran dan Penjualan

Minuman Keras di Kota Tangerang berupa penyitaan pada barang bukti

dalam hal ini minuman keras yang dijual oleh pedagang. Selanjutnya

pelaku usaha yang melanggar akan mengikuti sidang Tindak Pidana

Ringan (TIPIRING) dengan denda yang disesuaikan dengan jumlah dan

jenis ditemukan yang ditemukan dalam tindak kejadian perkara (TKP).

Adapun keinginan dari pihak penegak apabila terjadi pengulangan

pelanggaran agar toko tersebut disegel atau bahkan dilakukan pencabutan

perizinannya.

Selain itu penjelasan lain mengenai proses bantuan dari tim intel

Bareskrim pada penegakan Peraturan Daerah mengenai Pelarangan,

Pengedaran dan Penjualan Minuman Keras di Kota Tangerang:

Page 104: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

89“Jadi setiap kita mencurigai tempat mengedarkan atau menjualminumanberalkohol berdasarkan laporan dari masyarakat, intel kamisaya kasih uang untuk berpura-pura jadi pembeli, ketika intelmendapatkan minumanberalkohol, baru kita tangkap tangan danmenyita semua minuman beralkoholnya. Pokoknya setiap adaindikasi menjual minuman beralkohol tim intel kami mengecek danmelakukan pemantauan terlebih dahulukemudian operasi tangkaptangan" (Senin,28 Mei 2018 Pukul 13:00 WIB wawancara diPOLRESTA Kota Tangerang)

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa proses bagian tim

intel sebagai pengintai dan berpura-pura menjadi pembeli untuk

memastikan laporan dari masyarakat mengenai dugaan pelanggaran dalam

Peraturan DaerahtentangPelarangan, Pengedaran dan Penjualan Minuman

Keras di Kota Tangerang.

4) Efektivitas dan Efisiensi

Efektivitas merupakan salah satu aspek penting yang harus

dilihatdalam mengimplementasikan Peraturan Daerah mengenai

Pelarangan, Pengedaran dan Penjualan Minuman Keras, apakah dinas

sosial dan Satpol PP sebagai implementor telah efektif dalam

melaksanakan peraturan tersebut. Adapun berikut hasil wawancara dengan

I1-1 sebagai berikut:

“Perda ini dibuat untuk mengurangi konsumsi minuman keras ya kitakan tahu sebenarnya kalominum-minuman keras itu berbahaya bagikesehatan dan menciptakangangguan ketertiban umum kepadamasyarakat sekitar. Maka Perda ini dibuat untuk mengurangibahkankalo bisa harus benar-benar bersih dari penjualan danperedaranminuman beralkohol dikalangan masyarakat. Disamping ituuntukmengurangi tindakan kejahatan atau gangguan keamananmasyarakat yangdisebabkan oleh minuman beralkohol oleh karena ituagar berjalan dengan baik kami dari Pol PP tidak boleh lengah tetapi

Page 105: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

90alhamdulillah semenjak saya memimpin disini ini rutinitas terusuntuk operasi miras yang harus memakai surat perintah atausekalipun yang rutinitas patroli yang tanpa surat perintah pun kalomenemukan ya langsung bergerak untuk dilakukan tindakan. Selamasaya menjabat tidak ada keluhan apapun kita terus semangatmenjalankan Perda.” (Senin,4 Juni 2018 Pukul 13:00 WIBwawancara di Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Tangerang )

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa proses penegakan

Perda tentang Pelarangan, Pengedaran dan Penjualan Minuman Keras di

Kota Tangerang tentunya sesuai dengan tujuan. Kepala Satuan Polisi

Pamong Praja Kota Tangerang menambahkan bahwa adanya rutinitas

dalam operasi razia minuman keras dengan surat perintah ataupun patroli

spontan yang langsung bergerak menanggapi temuan dilapangan ataupun

aduan dari masyarakat.

Hal yang senada juga disampaikan dalam wawancaraI1-2 yaitu sebagai

berikut:

“Yang namanya orang mau berbuat sesuatu itu pinter juga, tapi kalodikatakan lebih pinter dari pol pp mah gak juga karna ketangkep, tapipinter juga mereka, dia pinternya gitu, semisal gitu kita lancarkanoperasi miras semisal sudah ada target operasi kita pasti sudahmenyebar beberapa intel untuk berpura pura jadi pembeli jadi semisalngelak ya sudah ada saksi mata kami selalu melakukan banyak carauntuk menciptakan ketertiban di Tangerang karena memang yangnamanya minuman keras sudah tidak ada guna apalagi untungnyahanya menjadi penyakit masyarkat. Dan kami juga melakukankerjasama dengan Kepolisian seperti Polres dan Polsek setempat karenaterkadang yang mempunyai tempat menjual minuman beralkoholtelahmencurigai kami dari pihak petugas, dan kami tidak punyawewenang dalam hal menggeledah oleh karena itu kamiberkoordinasi oleh pihakKepolisian.” (Senin,4 Juni 2018 Pukul 16:00WIB wawancara di Kantor Satuan Polisi Pamong Praja KotaTangerang)

Page 106: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

91Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa dijelaskan

mengenai koordinasi dengan pihak Kepolisian yang lebih memiliki

kewenangan dalam hal penggeledahan.

3. Output (Hasil)

Output merupakan hasil dari sebuah pelaksanaan kebijakan, apakah

pelaksanaan kebijakan tersebut menghasilkan keluaran atau produk yang sesuai

dengan tujuan kebijakan yang telah ditetapkan. Ada beberapa aspek dalam

dimensi output yaitu kesesuaian pelaksanaan dengan tujuan kebijakan, ketepatan

sasaran yang dituju, dan penyimpangan yang terjadi.

1) Kesesuaian pelaksanaan dengan tujuan

Pelaksanaan kebijakan seharusnya sesuai dengan tujuan dibuatnya

kebijakan, yaitu Peraturan Daerah nomor 7 Tahun 2005 tentang

Pelarangan, Pengedaran dan Penjualan Minuman Keras dalam mencapai

tujuan yang dinginkan dalam peraturan daerah tersebut, seperti yang telah

disampaikan dalam wawancara. Berikut adalah pernyataan yang diberikan

oleh I1-1:

“Sudah lah, kan sebenernya pemerintah membuatnya Perda ini karenaberkaitan dengan slogan Kota Tangerang yaitu Berakhlakul Kharimahyang bertujuan untuk menekan kriminalitas yang terjadi akibatminuman beralkoho lseperti yang kita ketahui bahwa minumanberalkohol hampir tidak mempunyai dampak positif sama sekali danmalah berdampak buruk buat masyarakat untuk karena itu kita tidakpantang menyerah untuk selalu berusaha hampir setiap harinya adajadwal operasi miras agar mengurangi juga penyakit masyarakatkarena kalo Pol PP lengah bisa jadi makin banyak pengedaranminuman keras ke masyarakat.” (Senin,4 Juni 2018 Pukul 13:00 WIBwawancara di Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Tangerang)

Page 107: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

92Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwatujuan dari

penegakan Peraturan Daerah Kota Tangerang nomor 7 Tahun 2005 tentang

Pelarangan, Pengedaran dan Penjualan Minuman Keras ini telah sejalan

dengan slogan KotaTangerang yaitu Berakhlakul Kharimah. Dengan

bertujuanuntuk menekan kriminalitas yang terjadi akibat minuman

beralkohol.

Hal lain juga disampaikan dalam wawancaraI1-2 yaitu sebagai berikut:

“Kan Perda ini dibuat untuk menekan penjualan minuman beralkoholdi KotaTangerang setidaknya mengurangi karena makin marak yangditemukan dilapangan tuh malah botolnya saja yang terlihat berartikan sudah dikonsumsi ini yang harus di berhentikan pengedarannyadan ini menjadikan tantangan perkembangan zamanyang seperti kitatau sekarang banyak masyarakat yang mengikuti budaya kita kearahbudaya kebarat-baratan sedangkan budaya kita menganut budayaTimur dimana minuman beralkohol dilarang oleh agama.” (Senin,4Juni 2018 Pukul 16:00 WIB wawancara di Kantor Satuan PolisiPamong Praja Kota Tangerang)

Senada dengan hal tersebut, dijelaskan I1-3 sebagai berikut:

“Ya harus sesuai, pelaksanaannya itu harus sesuai sama tujuannya,tujuannya itu kan berarti target, jadi kita kerja ya harus sesuai samatarget yang ada, dilaksanakan mengikuti aturan yang ada, jadi harusdi sesuaikan dengan tujuan” (Senin,28 Mei 2018 Pukul 16:00 WIBwawancara di Polres Kota Tangerang)

Dari hasil wawancara diatas menekankan bahwa kesesuaian

pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Tangerang nomor 7 Tahun 2005

tentang Pelarangan, Pengedaran dan Penjualan Minuman Keras

ini,bertujuan guna menekan penjualan minuman beralkohol di

KotaTangerang.

Page 108: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

932) Ketepatan sasaran yang dituju

Ketepatan sasaran yang dituju merupakan aspek penting dalam

pelaksanaan pelarangan, pengedaran dan penjualan minuman keras, guna

mengetahui ketepatan sasaran dalam hal proses pelaksanaan kebijakan

yang berkaitan dengan pelarangan, pengedaran dan penjualan minuman

keras, berikut adalah hasil wawancara dengan I1-1:

“Kita kan selalu ada surat perintah dan ketika ada target operasi punselalu dilaksanakan dengan tepat lagi pula kita sudah berkoordinasidengan masyarkat yang sangat perduli jikalau ada yang melanggarperda pasti ada laporan yang pasti sudah kita tinjau juga.” (Senin,4Juni 2018 Pukul 13:00 WIB wawancara di Kantor Satuan PolisiPamong Praja Kota Tangerang)

Senada dengan hal tersebut, dijelaskan I1-3 sebagai berikut:

“Tepat sasaran, kita kan sebelum berangkat sudah punya target, siapaaja yang mau kita jaring, dijalan juga kan sudah ada yang turunduluan yang pakai baju preman, atau intel lah yang udah mengamatikeadaan duluan, setelah dipastikan, kita berangkat kesana.” (Senin,28Mei 2018 Pukul 13:00 WIB wawancara di Polres Kota Tangerang)

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa dijelaskan

mengenai telah pastinya ketepatan sasaran operasi yang dituju yakni

berdasarkan surat perintah yang ada dan juga berdasarkan pengamatan oleh

divisi bagian intel Kepolisian Polresta Metro Kota Tangerang yang terlebih

dahulu memastikan keadaan tkp.

Pada wawancaraI1-2yang telah dilakukan ditemukan hal lain, yaitu

sebagai berikut:

“Sudah dong, kan sasaran kita tuh sebenernya nggak harus sesuailaporan jika sewaktu operasi miras ada barang bukti ditempat pun kita

Page 109: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

94pasti proses hukum.” (Senin,4 Juni 2018 Pukul 16:00 WIBwawancara di Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Tangerang)

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa dijelaskan

mengenai proses penegakan tidak selalu berdasarkan surat perintah yang

ada tetapi juga terkadang apabila ditemui tempat lain yang terbukti menjual

minuman keras pada proses penegakan juga ditindak langsung tanpa harus

terdapat surat perintah.

Selanjutnya hal lain disampaikan oleh I2-1 sebagai berikut:

“Sekarang sih ga kayak dulu ya banyak banget tuh pemuda dimanamana beli anggur deket gang sekarang sih lebih susah di cari yamakanya tuh mereka ngumpul ga sambil minum alkohol.” (Senin,28Mei 2018 Pukul 20:00 WIB wawancara di Perumnas 2 KotaTangerang)

Dari Pernyataan diatas menjelaskan bahwa masyarakat telah

merasakan perubahan yang terjadi dengan ada nya pelaksanaan Peraturan

Daerah Kota Tangerang nomor 7 Tahun 2005 tentang Pelarangan,

Pengedaran dan Penjualan Minuman Keras.

3) Penyimpangan yang terjadi

Penyimpangan yang terjadi menjadi aspek penting dalam pelaksanaan

kebijakan untuk mengetahui pelanggaran dari peraturan daerah mengenai

pelarangan, pengedaran dan penjualan minuman keras. Berikut merupakan

hasil dari wawancara dengan I1-1:

“Kalo selama ini tuh semisal dulu si A menjual minuman keras adabackingnya dari aparat tapi untuk sekarang karena kami berkerjasama dengan Polres kalo ada apa apa saya tinggal sebut namanya

Page 110: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

95siapa saja yang menjadi backingan jadi bisa di tindak lanjuti olehPolres dan biasanya masalah yang kami hadapi paling sering sepertiini target operasi sudah ditentukan nih di toko ini atau warung ini tiba- tiba mereka yang menjual melihat mobil kita dari kejauhan danmereka langsung menutup warung dan mengunci padahal tinggaldikit lagi Pol PP sampai tempatnya nah itu Pol PP dalam ketentuantidak boleh mendobrak atau merusak pintu. Dan untuk itu sekarangsistem nya nyamar seperti gini anggota Pol PP dengan pakaianpreman pura pura beli semisal ini target operasi nya sudah benarmereka yang nyamar jaga pintunya semisal mau dikunci ya sudahtidak bisa dan Pol PP bisa tindak lalu bawa ke kantor. Memang peranintel itu sangat penting di samping itu juga peranan masyarakatterutama pengurus RT,RW dan Lurah apalagi harus cepat cepatlaporan ke Pol PP atau kecamatan kan di kecamatan kan ada Trantibjika ada yang dicurigai mengedarkan minuman keras.” (Senin,4 Juni2018 Pukul 13:00 WIB wawancara di Kantor Satuan Polisi PamongPraja Kota Tangerang)

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa kendala selama

proses operasi miras yang berlangsung adalah penjual minuman keras

biasanya sering menutup warungnya apabila melihat atribut maupun

kendaraan dari petugas Satpol PP dari kejauhan. Dijelaskan kembali bahwa

bukan kewenangan dari Satpol PP untuk pemeriksaan melalui pedobrakan

kepada toko yang tutup, melainkan menjadi wewenang dari Kepolisian.

Oleh karenanya dirasakan peran penting dari seorang intel dalam

melaksanakan sebuah operasi miras.

Pada wawancara ditemukan hal lain yang disampaikan I1-2, yaitu

sebagai berikut:

“Oh kebanyakan masalah masalah yang terjadi kadang memang yangnamanya pedagang tuh lebih pinter dari kami tapi karena kita selalubelajar dari yang sebelumnya jadi kami makin cari cara mensiasatinyakemarin ada di target operasi di daerah keroncong itu memang susahkarena lokasinya diperumahan terus kalo ada yang membeli tuh si

Page 111: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

96penjual biasanya harus pergi dulu karena mereka simpan di gudangtertentu yang lokasi nya berbeda dari tempat target operasi jadi susahuntuk menyergapnya anggota saya biasanya untuk tidak kecolonganlangsung saja sekali beli 5 ( lima) dus nah jadi banyak tuh ya ditempat target operasi kalo 5 (lima) dus nah biasanya kalo udahbanyak gini kami disuruh ikut ke gudang untuk ambil barang karenaterlalu banyak langsung deh pihak intel kontek kepada pasukan yangakan menyergap karena pasukan pasti udah ada disekitaran tempattersebut.” (Senin,4 Juni 2018 Pukul 16:00 WIB wawancara di KantorSatuan Polisi Pamong Praja Kota Tangerang)

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa pelanggar

biasanya menjadi semakin lebih cerdik.Namun ada cara lain yang

digunakan petugas penegak dalam menanggapi siasat yang biasa

dilakukan oleh pelanggar dalam hal ini penjual minuman keras.

Adapun hal lain yang disampaikan oleh I2-2 dalam wawancara

“Ya kan kita tuh punya temen temen orang satpol pp suka padabilang kalo ada razia lagian gampang semisal ada razia dari jauh adamobil kejauhan ya tutup aja warungnya ga bakal diperiksa pasti.”(Senin,28 Mei 2018 Pukul 20:00 WIB Perumnas Kota Tangerang)

Dari pernyataan tersebut diketahui bahwa pedagang minuman keras

mengetahui skala maupun jadwal razia dari oknum petugas SATPOL PP

yang dikenal.

4. Outcome (Dampak)

Outcome yaitu apakah suatu pelaksanaan kebijakan berdampak nyata

terhadap kelompok sasaran sesuai dengan tujuan kebijakan. Untuk mengetahui

dampak yang dihasilkan dari hasil pelaksanaan peraturan daerah tersebut, maka

peneliti melihat perubahan terhadap kelompok sasaran yang dituju.

1) Perubahan terhadap kelompok sasaran yang dituju

Page 112: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

97Perubahan terhadap kelompok sasaran yang dituju menjadi aspek penting

dalam pelaksanaan kebijakan, karena berkaitan dengan tujuan dibuatnya

kebijakan, apakah dampak tersebut positif atau negatif. Dampak perubahan

kelompok sasaran yang ditimbulkan dari pelaksanaan peraturan daerah

tersebut dapat dilihat dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan I1-1

yaitu sebagai berikut:

“Ada dong, masyarakat tuh sekarang menjadi lebih perduli dulubanyak masyarakat acuh terhadap pelanggar Perda miras sekarangtidak mereka langsung lapor ke kita atau langsung berkoordinasi jadikita langsung menanggulangi tuh orang-orang yang menjual mirasataupun peminumnya karena kita tuh menjaga keselamatan informanjadi masyarakat tuh nggak takut.” (Senin,4 Juni 2018 Pukul 13:00WIB wawancara di Kantor Satuan Polisi Pamong Praja KotaTangerang)

Senada dengan hal tersebut, dijelaskan I1-2 sebagai berikut:

“Ya pasti ada gini deh kan walaupun perda itu berjalan mengapapabrik nya juga ada disini itu kan perda sebelum lahir tapi pabriksudah ada tapi ada kebijakan Pemerintah Tangerang maupun Pusatbahwa pabrik tidak boleh mengedarkan atau mendistribusikan produkmiras di daerah Tangerang dan struk atau bon kita selalu periksa yangbelanja meski teknik selalu berubah mereka cara menjual untukmengelabui kita, tapi kita nggak akan pernah tertipu. Kita sebagaikota Akhlakul Karimah bisa meminimalisir hal itu.” (Senin,4 Juni2018 Pukul 16:00 WIB wawancara di Kantor Satuan Polisi PamongPraja Kota Tangerang)

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa terdapat perubahan

pada masyarakat yang dinilai lebih perduli dalam penegakan Perda.

Masyarakat yang melaporkan akan terjamin keselamatan dirinya oleh pihak

Satuan Polisi Pamong Praja Kota Tangerang. Selain itu Penyidik PNS

menjelaskan bahwa dapat meminimalisir hal-hal yang berkaitan dengan Perda

Page 113: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

98bahkan mengenai pabrik-pabrik minuman keras yang telah ada, sebelum

Perda tersebut dibuat.

Adapun hal lain yang dijelaskan pada wawancaraI1-3, sebagai berikut:

“Jelas perubahan sudah ada yang dimasyarakat tapi masyarakat kanbanyak ya ada muslim dan non muslim dan non muslim lumayanbanyak ya yang biasanya kan makan tuh minumnya minuman kerasnah walaupun seperti itu kita juga nggak pandang bulu terusmenindak jika ada kesalahan tanpa pandang agama atau apapunkarena kita harus menindak semua agar Perda berjalan dengan baik.”(Senin,28 Mei 2018 Pukul 13:00 WIB wawancara di PolresTangerang.)

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa terdapat

perubahan yang telah dirasakan pihak Kepolisian dalam masyarakat. Dan

pihak Kepolisian menghimbau bahwa tidak akan memilah dalam

melakukan penindakan dalam penegakan Peraturan Daerah Kota

Tangerang nomor 7 Tahun 2005 tentang Pelarangan, Pengedaran dan

Penjualan Minuman Keras.

Hal yang sama juga disampaikan oleh masyarakat I2-1:

“Sekarang dilingkungan masyarakat tuh jarang yang pada mabok yacuman suka semisal ada acara 17 an masih suka lihat ada aja gitu tapiga sesering dulu.” (Senin,28 Mei 2018 Pukul 20:00 WIB wawancaradi Polres Kota Tangerang.)

Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa masyarakat telah merasakan

perubahan mengenai aktivitas minum minuman keras ditempatnya tapi belum

sepenuhnya hilang.

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian

Page 114: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

99Pembahasan hasil pelenilitan merupakan isi dari hsil analisis data dan

fakta yang peneliti dapatkan dilapangan kemudian disesuaikan dengan teori

yang peneliti gunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan teori evaluasi menurut Nurcholis dalam bukunya yang berjudul

Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah yang menjelasan bahwa

evaluasi kebijakan merupakan penilaian secara menyeluruh terhadap input,

proses, output dan outcome. Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian

dilapangan mengenai Peraturan Daerah Kota Tangerang nomor 7 Tahun 2005

Tentang Pelarangan, Pengedaran dan Penjualan Minuman Keras di Kota

Tangerang ini sudah berjalan dengan cukup baik namun belum optimal. Hal

tersebut dapat dilihat dari hasil evaluasi yang dilakukan dalam penelitian ini

dengan melihat dari aspek input, proses, output dan outcome. Dimana hasil dari

obsevasi dan wawancara yang telah dilakukan dalam penelitian ini, peneliti

mendapat data-data sebagai berikut:

1. Input (masukan)

Dimensi input atau masukan dari pelaksanaan peraturan daerah tersebut dapat

diketahui bahwa kapasitas sumberdaya manusia dari Satuan Polisi Pamong Praja

sudah dapat dikatakan cukup baik dimana personel yang ada sudah paham dan

mengerti apa saja tugas yang harus merka lakukan, dan juga personel yang ada

dibantu oleh PPNS (Penyidik Pegawai Negri Sipil) yang beranggotakan 12 0rang dan

dalam menjalankan kebijakan implementor Satpol PP dibantu Tenaga ahli yang

Page 115: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

100bekerja sama yaitu pihak pendamping hukum Polres Tangerang dimana selain itu

agar berjalan baiknya proses kebijakan Satpol PP selalu menyediakan Intel atau pihak

yang terpercaya untuk melancarkan segala penertiban terutama serta di tiap tiap

kecamatan sebanyak tiga belas kecamatan yang ada di Kota Tangerang dijaga oleh

Tramtib. Untuk personel yang berjaga sehari-hari, Satpol PP membagi menjadi tiga

shift, dimana shift pertama bertugas dari jam enam pagi sampai dengan jam dua siang,

shift kedua bertugas dari jam dua siang sampai jam sepuluh malam, dan shift ketiga

bertugas dari jam sepuluh malam sampai jam enam pagi. Dengan demikian, sumber

daya manusia penunjang berjalannya peraturan daerah ini dapat dikatakan sudah

mencukupi walaupun masih memiliki kekurangan yaitu untuk kegiatan pelatihan.

Kemudian untuk sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan peraturan

daerah ini sudah cukup walaupun banyak hal yang belum terpenuhi, karena yang kita

ketahui dari kebijakan yang ada sangat didukung oleh elemen pemerintah lainnya

namun tidak menutup bahwa semakin banyak sarana dan prasarana pada Satpol PP

Kota Tangerang, semakin baik juga penyelengaraan kebijakan tersebut. Hal ini

karena semua penyelenggaraan juga berjalan sesuai dengan standar operasi yang ada

dan sarana dan prasarana bukan masalah dalam berjalannya kebijakan tersebut di

masyarakat.

Sosialisasi merupakan hal yang sangat penting dilakukan baik kepada

sasaran kebijakan maupun warga masyarakat agar peraturan daerah yang di

implementasikan diketahui oleh publik, terlebih terdapat pasal yang mengatur

Page 116: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

101tentang larangan yang ditujukan kepada warga masyarakat. Sampai saat ini

bentuk sosialisasi yang dilakukan oleh Satpol PP terkait peraturan daerah ini

adalah dengan cara memasang reklame yang berisikan bentuk larangan dan

sanksi yang dapat dikenakan kepada warga masyarakat apabila memberi kepada

mereka dijalanan. Selain kepada warga masyarakat, sosialisasi pun diberikan

kepada sasaran kebijakan yang sangat rawan dalam penyalahgunaan, yaitu

pelajar, yang dilakukan pada saat diacara tertentu apel pagi disetiap sekolah

tentang bahaya pemakaian alkohol. Kemudian sosialisasi juga di lakukan dari

walikota kepada aparat berikut jajarannya terlebih kepada kepala seksi tingkat

kecamatan yang dilakukan pada saat ada kegiatan di kecamatan yang kemudian

kepala seksi-kepala seksi dan aparat lainnya yang ada dikumpulkan untuk

diberikan penyuluhan mengenai apa saja yang peran yang dapat mereka ambil.

Berdasarkan hasil evaluasi input dari Peraturan Daerah Kota Tangerang

Nomor 7 Tahun 2005 Tentang Pelarangan , Pengedaran dan Penjualan

Minuman keras di Kota Tangerang. Dari aspek sumber daya manusia dapat

dikatakan mecukupi walaupun masih memiliki kekurangan instruktur untuk

kegiatan pelatihan. Sarana dan prasarana penunjang jalannya peraturan daerah

ini juga cukup walaupun masih banyak yang belum tercapai karena masih

banyak keinginan baik untuk menjalankan kebijakan tersebut. Dari aspek

sosialisasi, sosialisasi dilakukan oleh pihak Satpol PP dengan cara memasang

papan reklame berupa himbauan untuk bahaya konsumi alkohol atau miras

Page 117: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

102disertai sanksi yang dapat dijatuhkan kepada warga masyarakat apabila

kedapatan mengkonsumsi, pengedarkan dan menjual minuman keras di wilayah

kota Tangerang.

2. Proses

Dimensi proses dalam pelaksanaan peraturan daerah tersebut dapat

diketahui bahwa mekanisme dan peraturan daerah mengenai pelarangan,

pengedaran dan penjualan minuman keras ini sudah cukup jelas, dalam

pelaksanaannya pun sudah mengikuti SOP yang ada, tetapi walaupun dalam

pelaksanaanya peran intel dan masyarakat mempunyai peranan penting dalam

berjalannnya kebijakan ini dengan baik.

Proses penertiban yang seharusnya dilakukan ternyata sama sekali belum

berjalan dengan baik karena sanksi-sanksi yang tercantum di peraturan daerah

tersebut belum terasa kuat untuk menanggulangi masalah kebijakan tersebut

agar sesuai dengan tujuan dibuatnya kebijakan tersebut yang berkaitan dengan

slogan Kota Tangerang yaitu Berakhlakul Karimah, sampai saat ini penertiban

yang dilakukan oleh Satpol PP dan jajarannya yang dilakukan yaitu operasi

miras atau operasi gabungan yang selalu dilakukan sesuai jadwal agar

masyarakat tidak lagi mengkonsumsi, mengedarkan atau menjual minuman

keras, walaupun dalam pelaksanaan penertiban belum berjalan secara optimal

karena masih ada masyarakat yang belum sadar betul bahaya minuman keras

disamping itu pelanggaran kebijakan juga masih di belum bisa teratasi karena

Page 118: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

103tidakan hukum nta masih di Tindakan Pidana Ringan (TIPIRING) yang

membuat sanksi yang ada belum cukup kuat karena baru sampai ditahap denda

saja dan pencabutan izin penjualan saja terhadap pelaku usaha, dan karena

tindak hukum dan sanksi yang masih ringan tidak membuat masyarakat jera dan

masih ada pelanggaran yang terjadi di sekitar lingkungan masyarakat serta

masih ada pula pengedaran dan penjualan minuman keras. Secara berlebih di

Kota Tangerang.

Berdasarkan dari hasil evaluasi proses pelarangan, pengedaran san

penjualan minuman keras di kota tangerang bahwa dalam pelaksanaan kegiatan

razia yang dilakukan oleh satpol pp, bisa dikatakan cukup efektif setelah

dilakukan perubahan cara pelaksanaan operasi razia itu sendiri membuat

kebijakan tersebut efektif namun masih belum optimal. Untuk penertiban dalam

pelaksanaan kebijakan tersebut memang masih belum optimal juga dikarenakan

sanksi yang ada belum cukup kuat untuk menanggulangi masalah kebijakan

tersebut yang membuat masyarakat tidak jera dan masih ada penjualan

minuman keras di Kota Tangerang.

3. Output (hasil)

Output atau hasil dari pelaksanaan peraturan daerah mengenai pelarangan,

pengedaran dan penjualan minuman keras di Kota Tangerang dapat di ketahui

bahwa dalam proses pelaksanaan ini dapat dikatakan belum sesuai dengan

tujuan dari apa yang diharapkan peraturan daerah tersebut, namun Satpol PP

sebagai implementor menargetkan untuk bersihnya kota Tangerang dari

Page 119: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

104minuman keras di lingkungan masyarakat kalangan bawah atau atas, walaupun

pelaku usaha yang melanggar selalu melakukan hal – hal yang membuat

mereka gagal dalam target operasi atau banyak masalah yang ada karena

acuhnya masyarakat terlalu tidak perduli untuk menindaki penyakit masyarakat

tersebut dan kurangnya empati untuk kesehatan masyarakat itu sendiri karena

memang peran masyarakat sendiri sangat penting.

4. Outcome (dampak)

Outcome atau dampak nyata yang ditimbulkan dari pelaksanaan

Pelarangan, Pengedaran dan Penjualan minuman keras ini dapat diketahui

bahwa teradapat perubahan terhadap pola gaya hidup masyarakat karena

sosialisasi yang kita berikan membuat berkurangnya jumlah minuman keras

yang ditemukan di operasi razia, mereka para pelaku usaha pun yang

mempunyai pabrik minuman keras sudah tidak bisa mengedarkan minuman

keras di kota Tangerang karena selalu ada pengecekan struk pembelian di setiap

pabrik tersebut yang menjual agar mengurangi pengedaran minuman keras di

kota Tangerang. Namun tidak semua pelaku usaha mengikuti aturan yang ada

karena memang sangat sulit juga mengontrol peredaran alkohol yang ada

karena banyak dari pelaku usaha menjual minuman keras menggunakan plastik

bukan bentuk botol dan itu pun secara sembunyi di luar pengawasan SatpoL PP.

Dampak lain dari pelaksanaan peraturan daerah kota Tangerang tentang

pelarangan, pengedaran dan penjualan minuman keras adalah peningkatan

pelaksanaan dari implementor, dari sisi Satpol PP melakukan peningkatan

Page 120: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

105untuk mengefektifkan proses razia dengan melakukan penyesuaian dengan

keadaan dilapangan. Disisi lain, pihak Satpol PP pun terus melakukan

peningkatan untuk mewujudkan visi misi dari kota tangerang.

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dengan menggunakan teori yang

dikemukakan oleh Nurcholis dengan keempat skema umum penilaian yang telah

dipaparkan diatas, dapat memberikan informasi bahasa dalam pelaksanaan Peraturan

Daerah Kota Tangerang Nomor 7 Tahun 2005 Tentang Pelarangan, Pengedaran dan

Penjualan Minuman Keras di Kota Tangerang sudah dijalankan dengan oleh pihak

Satpol PP maupun Penyidik Pegawai Negri Sipil sebagai implementor, namun masih

belum berjalan dengan optimal karena masih banyak ditemukan masyarakat yang

masih mengedarkan, menjual dan mengkonsumsi minuman keras di wilayah Kota

Tangerang. Dalam hal ini Pemerintah sudah mengimplementasikan Peraturan Daerah

Kota Tangerang Nomor 7 Tahun 2005 Tenyang Pelarangan, Pengedaran dan

Penjualan Minuman Keras, akan tetapi memang pelaku usaha minuman keras selalu

memliki cara untuk mengelabui Pemerintah dan masyarakat yang masih belum sadar

akan dampak negatif dari minuman keras.

Page 121: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

106

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya,

maka kesimpulan akhir penelitian mengenai Evaluasi Peraturan Daerah Nomor 7

Tahun 2005 Tentang Pelarangan, Pengedaran dan Penjualan Minuman Keras Kota

Tangerang dapat dikatakan telah berjalan dengan baik namun masih belum

optimal. Hal tersebut dikarenakan masih terdapat kekurangan dalam pelaksanaan

kebijakan Pelarangan, Pengedaran dan Penjualan Minuman Keras Kota

Tangeramg tersebut ada pada input kebijakan sehingga menpengaruhi proses dari

pelaksanaan kebijakan tersebut. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Pertama, berdasarkan pada dimensi input, pada aspek sumber daya

manusia dalam pelaksanaan kebijakan, Kedua, berdasarkan pada dimensi proses,

untuk mekanisme pelaksanaan kebijakan ini sudah cukup jelas, mulai dari

kegiatan razia, pendataan barang bukti, sampai penindakan hingga sanksi yang di

berikan. sudah dapat dikatakan mencukupi namun masih memiliki beberapa

kekurangan , Ketiga, bedasarkan dimensi output pelaksanaan, hasil dari proses

pelaksanaan kebijakan ini sendiri masih belum optimal sesuai dengan tujuan yang

tercantum pada peraturan daerah itu sendiri, Keempat, berdasarkan dimensi

Page 122: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

107

outcome, dampak nyata yang ditimbukan dari pelaksanaan Pelarangan,

Pengedaran dan Penjualan minuman keras ini dapat diketahui bahwa teradapat

perubahan terhadap pola gaya hidup masyarakat karena sosialisasi yang kita

berikan membuat berkurangnya jumlah minuman keras yang ditemukan di operasi

razia.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tentang Evaluasi Implementasi Peraturan

Daerah Nomor 7 Tahun 2005 Tentang Pelarangan, Pengedaran dan Penjuakan

Minuman Keras peneliti memberikan beberapa saran yang dapat dijadikan

referensi untuk mengoptimalkan pelaksanaan dari peraturan daerah tersebut.

Adapun saran tersebut yaitu :

1. Satpol PP kota tangerang perlu melakukan pengadaan instruktur untuk

kegiatan pelatihan untuk mendukung kegiatan pelatihan agar kegiatan

pelatihan dapat berjalan lebih efisien dan efektif.

2. Satpol PP kota tangerang perlu terus meningkatkan jumlah SDM dan

strategi untuk melakukan pengawasan dilapangan dalam menindak

lanjuti pelanggaran-pelanggaran yang terjadi sesuai dengan apa yang

disebutkan didalam peraturan daerah.

3. Satpol pp dan Penyidik PNS sebagai pelaksana perlu melakukan

penindakan sanksi yang lebih keras lagi sebagai upaya menindak

Page 123: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

108

lanjuti pelanggaran-pelanggaran yang terjadi sesuai dengan apa yang

disebutkan didalam peraturan daerah.

4. Seharusnya Pemerintah Kota Tangerang merevisi sanksi yang

sebelumnya yaitu denda untuk pelaku usaha minuman keras dengan

Tindak Pidana Hukum Penjara yang diberikan di dalam peraturan

daerah tersebut agar sanksi yang diberikan lebih kuat dan berat dan

tidak ada lagi pelanggaran terkait peraturan daerah tersebut.

5. Perlu adanya koordinasi atau kerjasama dengan pihak masyarakat

dalam melakukan pelaksanaan kebijakan tersebut karena kesadaran

masyarakat atas lingkungannya mempengaruhi keberhasilan peraturan

daerah tentang minuman keras untuk mengurangi penyakit masyarakat.

Page 124: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Agustino, Leo. 2014. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta

Anggara, Sahya. 2012. Ilmu Administrasi Negara (Kajian Konsep, Teori, dan

Fakta Dalam Upaya Menciptakan Good Governance), Bandung: CV.

Pustaka Setia

Buangin, Burhan. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Kencana.

Dunn, William N. 2013. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gajah

Mada University Press.

Moleong, Lexy J. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Nugroho, Riant. 2011. Public Policy. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Nurcholis, Hanif. 2007. Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah.

Jakarta: Gramedia.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suharto, Edi. 2010. Analisis Kebijakan Publik Panduan Praktis Mengkaji

Masalah dan Kebijakan Sosial. Bandung: Alfabeta.

_______, 2011. Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.

Taniredja, Tukiran dan Hidayati Mustafidah. 2012. Penelitian Kuantitatif

“Sebuah Pengantar”. Bandung: Alfabeta.

.

Winarno, Budi. 2014. Kebijakan Publik (Teori, Proses, dan Studi Kasus).

Yogyakarta: CAPS Penerbit.

Page 125: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

Jurnal/Skripsi/Tesis:

Syawitri, Rizmalani. 2015. Implementasi Kebijakan Tentang Larangan,

Pengawasan, Penertiban dan Penjualan Minuman Beralkohol di Kawasan

Citra Niaga Kota Samarinda. Unmul: Ejourmal Administrasi Negara

Ilmar L, Muhammad. 2016. Efektivitas Pengawasan dan Pengendalian Peredaran

Minuman Beralkohol Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Palopo Nomor

1 tahun 2013. Universitas Hasanuddin: Skripsi.

Hutasoit, David Ricardo. Efektivitas Pelaksanaan Pengawasan, Pengendalian dan

Pelarangan Peredaran Minuman Beralkohol di Kota Pontianak.

Peraturan Perundang-undangan:

Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Peraturan Daerah Nomor 7 tahun 2005 tentang Pelarangan, Pengedaran Dan

Penjualan Minuman Keras.

Sumber Online:

https://www.kapanlagi.com/showbiz/selebriti/jual-miras-karaoke-milik-syahrini-

di-tangerang-disegel-ba143c.html (Ddiakses pada 17 Februari 2018, 15:25).

Page 126: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

TABEL PENELITIAN

No. Indikator Sub indikator Temuan Lapangan Hasil

1Input 1. Sumber daya

manusia

2. Sarana danPrasarana

3. SosialisasiKebijakan

1. SDM sudah baik ,baik strukturalmaupunpelaksanaankebijakannyadipalangan

2. SDM memilikipendidikan khususuntuk menjadimenyidik pegawainegri sipil

3. Satpol PPbekerjasama denganintel untuk mencariinformasi dalamberjalannyapelaksanaannyakegiatan.

1. Sarana dan Prasanasudah cukup baikkarena semuaberjalan sesuai SOP

2. Sarana dan Prasanatidak pernah adamasalah dari sisipembiayaan

1. Sosialisasi selaluada disetiap bulanpada anak pelajarakan tetapi masihbanyak pelajar yangmasih tetapmenggunakan miras

2. Walikota juga seringmelakukansosialisasi denganmemanggil kepalaseksi tingkatkecamatan sertaaparat yang terkait.

SudahOptimal

Page 127: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

2

3

Process

3. Output

1. KejelasanMekanisme

2. Kepastian

3. Efektivitas danEfesiensi

1. Kesesuaianpelaksanaandengan tujuan

1. Masih banyaknyapelaku usaha yangcurang ketikaadanya razia operasi

2. Masih ada pelakuusaha yang belummengetahui adanyaPeraturan Daerahtentang Miras.

1. Adanya operasigabungan raziaMiras setiap bulansesuai SOP yangada

2. Memusnakahkanbarang bukti hanyasatu tahun sekaliyaitu 28 februarisesuai denganulangtahun KotaTangerang.

3. Razia paling seringhanya saat bulanramadhan.

1. Sanksi yang adabelum cukup kuatsehingga parapelaku penjualMiras masihberjualan denganbebas.

2. Proses seringterganggu akibatsudah bocorinformasi.

3. Banyak nya pelakuusaha Miras tidakmenaruh barangbukti ditempatjualan untukmengelabuhi SatpolPP.

1. Sudah sesuai karenaPerda tentang Mirasmenekankriminalitas yang

BelumOptimal

Page 128: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

4 4. Outcome

2. Ketepatan sasaranyang di tuju

3. Penyimpanganyang terjadi

1. Perubahanterhadapkelompok sasaranyang di tuju

terjadi akibatminumanberalkohol.

2. Adanya Perda inimengurangi penyakitmasyarakat dilingkungankehidupanmasyarakat.

3. Mengurangi budayakebarat – baratanyang ada dikehidupanmasyarakat.

1. Sudah tepat sasarankarena saat ini seringdilakukan koordinasidengan masyarakatuntukmenanggulangipelanggaran Perdatersebut.

2. Sudah tepat sasarankarena target pelakuoperasi miras selalutepat karena kamipunya intel untukmengamati keadaanlebih dulu ketimbangSatpol PP.

1. Operasi suka bocorke pelaku usaha

2. Satpol PP selalukecolongan dalampenyergapannyakarena letak barangbukti jauh daritempat penjualan

3. Masih banyakSatpol PP yangmenjadi backingan

1. Masyarakat sekaranglebih perduli dantidak acuh terhadapPerda Miras.

2. Masyarakat lebih

BelumOptimal

Page 129: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

mudahmenyampaikaninformasi sehinggamembuatmasyarakat bisalapor langsung jikaada kejadianpelanggaran PerdaMiras

BelumOptimal

Page 130: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan
Page 131: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan
Page 132: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

TRANSKRIP HASIL WAWANCARA

1. Input(Masukan)

Q1 Bagaimana sumberdaya manusia terkait pelaksanaan peraturan daerahtersebut?

I1-1 SDM bisa dibilang cukup baik dengan personel yg ada di kita, baik strukturaldan dalam pelaksanaan kebijakannya dilapangan disini pertama kita punyaPPNS yaitu Penyidik Pegawai Negri Sipil, yang khusus untuk operasi mirasyang berjumlah 12 orang terus kalo misal kita butuh tenaga yang diluar sumberdaya yang ada, kita datangkan tenaga tenaga ahli, apalagi operasi miras ini kitaagak kesulitan butuh informasi khusus biasanya kita menyediakan intel untukmelancarkan operasi yang keliling agar cepat kita ketahui pergerakan miras diluar sana.

I1-2 Kalo SDM disini sangat baik ya karena memang kami terlatih dan memang adapelatihan khusus untuk menjadi penyidik PNS kami selalu dibantu olehmasyarakat juga karena kami menerima informasi apapun dan langsung kitalanjut tindakan.

I1-3 Sumberdaya manusia nya cukup, karena kan kita kerja gak sendiri, kalo kurangorang, yang satu bidang ikut turun, untuk razia segala macem juga kita dibantusatpol pp kita razia gabungan banyak juga yang ikut partisipasi dalam operasimiras dan kami juga selalu sigap juga jika ada informasi langsung darimasyarakat sekitar.

Q2 Bagaimana sarana dan prasarana penunjang terkait peraturan daerahtersebut? Apakah sudah memadai?

I1-1 Kalo bicara sarana dan prasarana menurut saya ga ada cukupnya karena untukmenunjang agar kebijakan semakin baik berjalan tapi untuk pemerintah KotaTangerang sebenarnya sih bukan masalah, sepanjang kewenangannya ada,untuk dari sisi pembiayaan ga ada masalah, apalagi dari pemerintah sangatmendukung untuk membrantas penyakit masyarakat jadi kami punya banyakdukungan baik dari sarana dan prasarana walaupun keinginan sangat banyakdan belum semua terrpenuhi untuk mewujudkan dikarenakan masih adanyamasalah masalah yang belum terselaikan dari kebijakan tersebut.

I1-2 Segala penunjang yang ada menurut saya sudah cukup karena masalah masalahterkait yang ada dalam proses terselenggaranya kebijakan bukan dari sarana danprasarana yang ada semua berjalan dengan SOP semisal sedang ada operasimiras semua barang bukti miras kami kumpulkan di gudang khusus yangmemang kita siapkan dan aman.

Page 133: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

Q3 Bagaimana sosialisasi terkait peraturan daerah yang di maksud terhadapsasaran kebijakan?

I1-1 Ya sejak 2005 begitu Perda ada yang pertama sosialisasi adalah bagian hukum,dan walikota selalu menganjurkan jajarannya atau aparat lainnya untuk selalumensosialisasikan di setiap event manapun. Contoh seperti kemarin sayamensosialisasikan di tempat Tarawih keliling disampaikan bersama sekalianceramah atau saya berkunjung ke kecamatan atau kelurahan untukmensosialisasikan dan tiap bulan saya juga mensosialisasikan Perda tersebutkepada anak-anak pelajar sambil apel bahaya dan dampak yang akanditimbukan setelah meminum minum beralkohol

I1-2 Sosialisasi kita sudah lakukan melalui pamflet-pamflet baliho-baliho di tiaptitik-titik rawan. Kemudian pak Walikota juga kita sering sosialisasi memanggilkepala seksi kepala seksi tingkat kecamatan serta aparat yang berkaitan denganperda nih untuk selalu mengingatkan atau menghimbau masyarakat sekitar

2. Proses

Q4 Bagaimana mekanisme pelaksanaan peraturan daerah tersebut?I1-1 Untuk operasi miras kita punya PPNS terus kalo mau operasi itu kita bergerak

kita buat SP ( Surat Perintah) berapa orang nanti yang akan kita turunkan dalampelaksanaannya, tapi untuk lebih awal adalah kami punya intel disini untukberkeliling memakai baju preman jadi bisa cepat jika ada pergerakan miras ataupelanggaran Perda itu biasanya intel dulu yang tahu lalu melaporkan ke kantoruntuk menjelaskan ada target operasi nanti ketika sudah positif targetoperasinya kita buat SP untuk merazia datang ke lokasi dilengkapi suratperintah, ada PPNS, personil Pol PP lainnya serta jajaran samping juga adauntuk memeriksa tempat tersebut entah restoran,toko atau warung semisal adadi hitung itu lalu dilakukan menyitaan serta kami minta KTP pedagangnya dankami menghitung jumlah dan membedakan jenisnya apa misal wiskieberapa,beer bintang berapa kami data melalui berita acara setelah di prosesberita acaranya ditanda tangani oleh pelaku usahanya baru dibawa ke kantorSatpol PP dan kami simpan di gudang.

I1-2 Kalo disini kan segala yang kita lakukan harus sesuai SOP tapi disini juga bisakejar sama antar masyarakat yang biasanya kalo ada laporan dari luarmasyarakat kami langsung tindak kebenarannya kami suruh intel ke alamatyang masyarakat kasih ke kami terus kita sergap di tempat lalu kita proses dikantor untuk itu saya selalu menerima keluhan masyarakat biasanya merekabisa langsung lapor kekantor.

I1-3 Untuk mekanisme pelaksanaan, kita kan punya SOP, jadi disinipun

Page 134: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

melaksanakannya mengikuti SOP yang ada, tapi proses disini cuma sampaipada tahap pendampingan saja, karena memang biasanya kami dijadikansebagai ahli hukum dalam untuk menindaki pelaku yang memang terbuktimenjual atau mengedarkan alkohol.

I2-1

Q5 Bagaimana kepastian terkait waktu pelaksanaan penertiban pelanggaranPerda tersebut?

I1-1

I1-2

I1-3

I2-1

Q6 Bagaimana proses penertiban dalam pelaksanaan terkait sanksikebijakan?

I1-1 Sebetulnya sementara ini di kita ini ya baru ketok palu misalkan miras yangdisita nanti hakim yang menentukan untuk denda tapi sekarang inio sedangmerintis kedepannya itu setiap pelanggaran peraturan daerah jadi sekarang inisedang di godok di provinsi ya kita mengacu kepada Perda Nomor 7 2005 kamiingin sanksinya lebih berat lagi tapi sekarang lagi dipelajari oleh biro hukumprovinsi yang seharusnya januari atau februari tahun depan sudah keluar agarlebih keras lagi sanksinya. Contohnya begini bagi penjual sudah lebih dua kalidiketahui ditempatnya menjual miras nah ini tuh kami maunya perizinannya dicabut atau segel tokonya nah sekarang baru Tindakan Pidana Ringan yangditentukan hakim denda saja kedepannya ingin sampai sanksi penjara.

I1-2 Nah semisal target operasi positif melanggar kan mereka tuh KTP nya di ambilterus nanti dipanggil atau di undang untuk melakukan sidang Tindak PidanaRingan (TIPIRING) jadi kami tetap sidangkan misalkan barang bukti mirasyang di sita ada berapa dan jenisnya apa aja dalam sidang TIPIRING ditentukanada denda berapa pelaku itu harus membayarkan denda.

Q7 Bagaimana efektivitas dari implementasi peraturan daerah tersebut?I1-1 Perda ini dibuat untuk mengurangi konsumsi minuman keras ya kita kan tahu

sebenarnya kalo minum-minuman keras itu berbahaya bagi kesehatan danmenciptakan gangguan ketertiban umum kepada masyarakat sekitar . MakaPerda ini dibuat untuk mengurangi bahkan kalo bisa harus benar-benar bersihdari penjualan dan peredaran minuman beralkohol dikalangan masyarakat.Disamping itu untuk mengurangi tindakan kejahatan atau gangguan keamananmasyarakat yang disebabkan oleh minuman beralkohol oleh karena itu agar

Page 135: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

berjalan dengan baik kami dari Pol PP tidak boleh lengah tetapi alhamdulillahsemenjak saya memimpin disini ini rutinitas terus untuk operasi miras yangharus memakai surat perintah atau sekalipun yang rutinitas patroli yang tanpasurat perintah pun kalo menemukan ya langsung bergerak untuk dilakukantindakan. Selama

I1-2 Yang namanya orang mau berbuat sesuatu itu pinter juga, tapi kalo dikatakanlebih pinter dari pol pp mah gak juga karna ketangkep, tapi pinter juga mereka,dia pinternya gitu, semisal gitu kita lancarkan operasi miras semisal sudah adatarget operasi kita pasti sudah menyebar beberapa iontel untuk berpura pura jadipembeli jadi semisal ngelak ya sudah ada saksi mata kamin selalu melakukanbanyak cara untuk menciptakan ketertiban di Tangerang karena memang yangnamanya minuman keras sudah tidak ada guna apalagi untuknya hanya menjadipenyakit masyarkat. Dan kami juga melakukan kerja sama dengan Kepolisianseperti Polres dan Polsek setempat karena terkadang yang mempunyai tempatmenjual minuman beralkohol telah mencurigai kami dari pihak petugas, dankami tidak punya wewenang dalam hal menggeledah oleh karena itu kamiberkoordinasi oleh pihak Kepolisian.

3. Output(Hasil)

Q9 Apakah sudah sesuai antara pelaksanaan dengan tujuan dari peraturandaerah tersebut?

I1-1 Sudah lah, kan sebenernya pemerintah membuatnya Perda ini karena berkaitandengan slogan Kota Tangerang yaitu Berakhlakul Kharimah yang bertujuanuntuk menekan kriminalitas yang terjadi akibat minuman beralkohol sepertiyang kita ketahui bahwa minuman beralkohol hampir tidak mempunyai dampakpositif sama sekali dan malah berdampak buruk buat masyarakat untuk karenaitu kita tidak pantang menyerah untuk selalu berusaha hampir setiap harinyaada jadwal operasi miras agar mengurangi juga penyakit masyarakat karenakalo Pol PP lengah bisa jadi makin banyak pengedaran minuman keras kemasyarakat.

I1-2

Q10 Apalah pelaksanaan kebijakan yang dilakukan sudah tepat sasaran?I1-1

I1-2 Setelah pelatihan mereka dikembalikan ke kita lengkap dengan peralatannya,misal servis motor tuh satu set lengkap diberikan darisana, nah tugas kitamemonitor aktivitas operasionalnya, jangan-jangan dikasih alat dijual tuh

Page 136: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

peralatan, tapi kalo dijual kita ancam pidana, karna ini kan barang Negara, tapirata-rata dengan ancaman itu mereka takut, berjalan lah.

Q11 Apa penghambat pelaksanaan kebijakan Perda tersebut dan bagaimanacara pelaksana untuk menyelesaikannya?

I1-1 Kalo selama ini tuh semisal dulu si A menjual minuman keras ada backingnyadari aparat tapi untuk sekarang karena kami berkerja sama dengan Polres kaloada apa apa saya tinggal sebut namanya siapa saja yang menjadi backingan jadibisa di tindak lanjuti oleh Polres dan biasanya masalah yang kami hadapi palingsering seperti ini target operasi sudah ditentukan nih di toko ini atau warung initiba - tiba mereka yang menjual melihat mobil kita dari kejauhan dan merekalangsung menutup warung dan mengunci padahal tinggal dikit lagi Pol PPsampai tempatnya nah itu Pol PP dalam ketentuan tidak boleh mendobrak ataumerusak pintu. Dan untuk itu sekarang sistem nya nyamar seperti gini anggotaPol PP dengan pakaian preman pura pura beli semisal ini target operasi nyasudah benar mereka yang nyamar jaga pintunya semisal mau dikunci ya sudahtidak bisa dan Pol PP bisa tindak lalu bawa ke kantor. Memang peran intel itusangat penting di samping itu juga peranan masyarakat terutama pengurusRT,RW dan Lurah apalagi harus cepat cepat laporan ke Pol PP atau kecamatankan di kecamatan kan ada Trantib jika ada yang dicurigai mengedarkanminuman keras.Oh kebanyakan masalah masalah yang terjadi kadang memang yang namanyapedagang tuh lebih pinter dari kami tapi karena kita selalu belajar dari yangsebelumnya jadi kami makin cari cara mensiasatinya kemarin ada di targetoperasi di daerah keroncong itu memang susah karena lokasinya diperumahanterus kalo ada yang membeli tuh si penjual biasanya harus pergi dulu karenamereka simpan di gudang tertentu yang lokasi nya berbeda dari tempat targetoperasi jadi susah untuk menyergapnya anggota saya biasanya untuk tidakkecolongan langsung saja sekali beli 5 ( lima) dus nah jadi banyak tuh ya ditempat target operasi kalo 5 (lima) dus nah biasanya kalo udah banyak ginikami disuruh ikut ke gudang untuk ambil barang karena terlalu banyaklangsung deh pihak intel kontek kepada pasukan yang akan menyergap karenapasukan pasti udah ada disekitaran temapat tersebut.

4. Outcome (Dampak)

Q12 Adakah perubahan terhadap kelompok sasaran dari kebijakan tersebut?I1-1

I1-2 Setelah di kasih pelatihan itu biasanya mereka udah beraktivitasnya berprofesinya sesuai dengan minat dia tadi, yang misal dia minatnya sevis motor atau apa,malah biasanya kan yang ikut pelatihan tuh terbatas berapa orang, paspulangkan dikasih peralatan tuh, dia buka tuh counter-counter bengkel dikampung-kampung, dan dia ngajak tuh yang satu tempat itu narik dua tiga

Page 137: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

temen-temennya yang masih di jalan, yang mau, karna kuota pelatihannyaterbatas, nanti dia rekrut temen-temennya untuk aktif di bengkel dia, yang ikutpelatihan satu nanti dia dibantu temen-temen yang ga ikut pelatihan beberapaorang

I2-1 Kalo menurut saya karna saya petugas, perubahan itu ada, sudah mulaiberkurang, tapi disamping itu sekarang apalagi mau puasa ya, mau lebaran yabiasanya makin banyak, jadi memang pengemis anak jalanan itu ada aja, begitudating entah darimana, ini sekarang saya lagi ngamati katanya ada yang ngedrop, seperti pengemis ada yang ngedrop, tapi ini saya belum melihat gituorang yang dari mobil ngedrop pengemis itu belum sampai sekarang, tapi yajelas kami itu sampai sekarang melakukan istilahnya razia, jadi perubahan ituada

Q13 Setelah peraturan berjalan, adakah peningkatan pelaksanaan peraturandaerah tersebut oleh implementor?

I1-1

I1-2

I2-1 Peningkatan ya ada, yang seperti tadi saya bilang ya yang soal razia awalnyayang dulu fokus gitu satu titik sekarang saya pencar, karna mereka juga udahcanggih kan pada pake HP, kita gamau ketinggalan, kita pake tehnik juga kitapencar terus yang dulu nya pake mobil kan mereka kabur duluan sekarang kitapake motor juga sama yang baju preman juga jadi lebih efektif lah sekarangmah gitu

Page 138: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

Nomor 7 Tahun 2005 Seri E

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

NOMOR 7 TAHUN 2005

TENTANG

PELARANGAN PENGEDARAN DAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA TANGERANG, Menimbang : a. bahwa minuman beralkohol pada hakekatnya dapat

membahayakan kesehatan jasmani dan rohani, mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat serta mengancam kehidupan masa depan generasi bangsa;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas serta untuk

menunjang ketertiban umum dan ketertiban masyarakat perlu adanya pelarangan pengedaran dan penjualan minuman beralkohol yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3039);

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang

undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3495);

4. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Tangerang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 18, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3518);

5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik

Page 139: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

2

Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang pelaksanaan

Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 1992 tentang Perdagangan

Barang-barang Dalam Pengawasan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2473);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan

Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952);

10. Keputusan Presiden Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengawasan dan

Pengendalian Minuman Beralkohol;

11. Peraturan Daerah Nomor 18 tahun 2000 tentang Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan (K3) (Lembaran Daerah Kota Tangerang Tahun 2000 Nomor 4 Seri C);

12. Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) (Lembaran Daerah Kota Tangerang Tahun 2000 Nomor 7 Seri D);

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA TANGERANG

dan WALIKOTA TANGERANG

M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PELARANGAN PENGEDARAN DAN

PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kota Tangerang. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Tangerang. 3. Walikota adalah Walikota Tangerang.

Page 140: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

3

4. Tim adalah tim yang dibentuk oleh Walikota dengan Keputusan atau Peraturan Walikota yang keanggotaannya terdiri dari Dinas/Instansi dan pihak terkait lainnya.

5. Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut PPNS

adalah Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kota Tangerang.

6. Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung ethanol

yang di proses dari bahan hasil kimia atau pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa destilasi, baik dengan cara memberikan perlakuan terlebih dahulu atau tidak, menambahkan bahan lain atau tidak,maupun yang di proses dengan cara pengenceran minuman mengandung ethanol.

7. Pengedaran Minuman Beralkohol adalah Penyaluran Minuman

Beralkohol untuk di perdagangkan di Daerah. 8. Toko Bebas Bea ( Duty Free Shop ) adalah perusahaan

sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1996 tentang tempat penimbunan berikat dan surat keputusan Menteri Keuangan No.109/KMK.00/1993 tentang Toko Bebas Bea (Duty Free Shop) yang menjual minuman beralkohol secara eceran dalam kemasan.

9. Pengecer adalah perusahaan dan atau usaha individu yang menjual

secara eceran minuman beralkohol, khusus dalam kemasan. 10. Penjual langsung untuk diminum adalah Perusahaan dan atau usaha

individu yang menjual minuman beralkohol untuk diminum ditempat. 11. Hotel dan Restoran adalah sebagaimana dimaksud dalam peraturan

perundang-undangan yang berlaku dibidang pariwisata. 12. Rumah Sakit adalah sarana pelayanan kesehatan termasuk Rumah

Bersalin, Puskesmas, Balai Kesehatan dan Praktek Dokter.

BAB II

PENGGOLONGAN MINUMAN BERALKOHOL

Pasal 2

Minuman beralkohol dikelompokan dalam golongan sebagai berikut :

a. minuman beralkohol golongan A yaitu minuman beralkohol dengan kadar ethanol (C2H5OH) 1 % (satu prosen) sampai dengan 5 % (lima prosen);

b. minuman beralkohol golongan B yaitu minuman beralkohol dengan kadar ethanol (C2H5OH) lebih dari 5 % (lima prosen) sampai dengan 20 % (dua puluh prosen);

c. minuman beralkohol golongan C yaitu minuman beralkohol dengan kadar ethanol (C2H5OH) lebih dari 20 % (dua puluh prosen) sampai dengan 55 % (lima puluh lima prosen).

Page 141: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

4

BAB III

PENGEDARAN, PENJUALAN DAN PENGUNAAN

Pasal 3

(1) Setiap orang atau Badan Hukum di Daerah dilarang mengedarkan, dan atau menjual minuman beralkohol golongan A, B dan C.

(2) Dikecualikan dari ketentuan ayat (1) pasal ini, minuman beralkohol

yang mengandung rempah-rempah, jamu dan sejenisnya untuk tujuan kesehatan.

(3) Minuman untuk tujuan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) pasal ini ditetapkan oleh Walikota sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 4

Siapapun dilarang menjadi penjual langsung untuk diminum ditempat minuman beralkohol golongan A, B dan C, kecuali di :

a. Hotel berbintang 3, 4 dan 5; b. Restoran dengan Tanda Talam Kencana dan Talam Seloka; c. Tempat-tempat tertentu yang telah ditetapkan sesuai dengan

Keputusan/Peraturan Walikota.

Pasal 5

(1) Setiap orang dilarang menggunakan atau meminum minuman keras atau yang mengandung alkohol sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 Peraturan Daerah ini di tempat-tempat umum.

(2) Tempat-tempat umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal

ini ditetapkan dengan Keputusan/Peraturan Walikota.

Pasal 6

Setiap orang dilarang mabuk ditempat umum di Daerah sebagai akibat meminum minuman beralkohol.

Pasal 7

Siapapun dilarang menjadi Pengecer minuman beralkohol golongan A, B dan C kecuali Toko Bebas Bea (Duty Free Shop) dan tempat-tempat sebagaimana dikecualikan dalam Pasal 4 Peraturan Daerah ini.

Pasal 8

(1) Toko Bebas Bea (Duty Free Shop) dilarang menjual minuman beralkohol golongan A, B dan C, kecuali secara eceran kepada :

Page 142: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

5

a. anggota Korps Diplomatik sebagaimana dimaksud dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1957; b. tenaga (Ahli) Bangsa Asing yang bekerja pada lembaga

internasional sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1955;

c. mereka yang akan berpergian ke Luar Negeri; d. mereka yang baru tiba dari Luar Negeri.

(2) Penjualan secara eceran kepada mereka sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) pasal ini, harus dibuktikan dengan kartu identitas. (3) Penjualan secara eceran kepada mereka sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf a dan b pasal ini, yang dilakukan di toko Bebas Bea (Duty Free Shop) di luar terminal keberangkatan atau kedatangan hanya untuk dikonsumsi sendiri.

(4) Penjualan secara eceran kepada mereka sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf c ayat (1) pasal ini, yang dilakukan ditoko Bebas Bea (Duty Free Shop) Terminal Keberangkatan di Bandara Internasional Soekarno-Hatta harus dengan memperlihatkan paspor dan tanda bukti penumpang (Boarding Pass).

(5) Penjualan secara eceran kepada mereka sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d pasal ini, yang dilakukan ditoko Bebas Bea (duty Free Shop) Terminal Kedatangan di Bandara Internasional Soekarno-Hatta harus dengan memperlihatkan paspor dan tanda bukti penumpang (Boarding Pass).

BAB IV

PENYITAAN DAN PEMUSNAHAN

Pasal 9

(1) Semua minuman beralkohol golongan A, B dan C sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 yang ada di Daerah selain yang ada di tempat sebagaimana dimaksud pada Pasal 4, Pasal 5 ayat (2) dan Pasal 7 Peraturan Daerah ini disita dan dimusnahkan.

(2) Tata cara Penyitaan dan Pemusnahan minuman beralkohol

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 10

(1) Pemusnahan minuman beralkohol dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. dalam hal pemusnahan minuman beralkohol dilaksanakan masih

dalam tahap penyelidikan dan/atau penyidikan, dilakukan oleh penyidik pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia atau PPNS dengan disaksikan oleh Pejabat Kejaksaaan, Pejabat Pemerintah Daerah serta pihak terkait lainnya;

Page 143: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

6

b. dalam hal pemusnahan minuman beralkohol dilaksanakan setelah putusan Pengadilan yang sudah memperoleh kekuatan hukum tetap, dilakukan oleh Pejabat Kejaksaan dan disaksikan oleh Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia, Pejabat Pemerintah Daerah serta Pejabat dari Instansi terkait lainnya.

(2) Pemusnahan minuman beralkohol sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) pasal ini dilakukan dengan pembuatan Berita Acara yang sekurang-kurangnya memuat :

a. nama, jenis, sifat dan jumlah; b. keterangan tempat, jam, hari, tanggal, bulan dan tahun dilakukan

pemusnahan; c. keterangan mengenai pemilik atas asal minuman beralkohol; d. tanda tangan dan identitas lengkap pelaksana dan pejabat yang

menyaksikan pemusnahan.

BAB V

PENGENDALIAN

Pasal 11

Pengendalian terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah ini dilakukan oleh Tim.

BAB VI

PERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 12

Masyarakat mempunyai kesempatan seluas-luasnya untuk berperan serta dalam membantu upaya pencegahan, pemberantasan, peredaran dan penggunaan minuman beralkohol melalui kegiatan :

a. memberikan informasi adanya penyalahgunaan dan penyimpanan

penggunaan minuman beralkohol kepada instansi yang berwenang; b. memberikan saran dan pertimbangan terhadap kasus yang terjadi

yang berhubungan dengan peredaran dan perdagangan minuman beralkohol.

BAB VII

KETENTUAN PIDANA

Pasal 13

(1) Barang siapa melanggar Pasal 3 ayat (1), Pasal 4 dan Pasal 7 Peraturan Daerah ini, diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling tinggi sebesar Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

Page 144: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

7

(2) Barang siapa melanggar Pasal 5 dan Pasal 6 Peraturan Daerah ini diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling tinggi sebesar Rp.5.000.000,- (Lima juta rupiah).

(3) Minuman beralkohol sebagai barang bukti pelanggaran tindak pidana

sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, dirampas untuk dimusnahkan oleh instansi atau petugas yang berwenang.

(4) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, adalah pelanggaran.

BAB VIII

P E N Y I D I K A N

Pasal 14

Penyidikan atas pelanggaran sebagaimana dimaksud pada Pasal 13 Peraturan Daerah ini, dilakukan oleh Penyidik Umum dan/atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dilingkungan Pemerintah Daerah yang pengangkatannya ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 15

(1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada Pasal 14 Peraturan Daerah ini, mempunyai wewenang dan kewajiban melaksanakan penyidikan sebagai berikut :

a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang terhadap

adanya tindak pidana; b. melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat kejadian dan

melakukan pemeriksaan; c. menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda

pengenal diri tersangka; d. melakukan penyitaan benda atau surat; e. mengambil sidik jari dan memotret seseorang; f. memanggil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai

tersangka atau saksi; g. mendatangkan seorang ahli yang diperlukan dalam hubungannya

dengan pemeriksaan perkara; h. menghentikan penyidikan setelah mendapatkan petunjuk dari

Penyidik Umum bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindakan pidana dan selanjutnya melalui Penyidik Umum memberitahukan hal tersebut kepada Penuntut Umum, tersangka atau keluarganya;

i. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.

(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini,

memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Page 145: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

8

BAB IX

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 16

Industri/perusahaan minuman beralkohol yang sudah ada sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini dan telah memperoleh ijin dari Menteri Perindustrian dan Perdagangan tetap dapat menjalankan usahanya serta dapat membawa/mengangkutnya dengan melintas atau melalui jalan-jalan di Daerah sampai berlakunya ijin dengan ketentuan tidak boleh menjual dan/atau mengedarkan di Daerah.

BAB X

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 17

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya diatur lebih lanjut oleh Walikota.

Pasal 18

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Tangerang.

Ditetapkan di T a n g e r a n g pada tanggal 23 Nopember 2005

WALIKOTA TANGERANG,

Cap/ttd

H. WAHIDIN HALIM Diundangkan di T a n g e r a n g pada tanggal 23 Nopember 2005 SEKRETARIS DAERAH KOTA TANGERANG, Cap/ttd

H. M. HARRY MULYA ZEIN LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG TAHUN 2005 NOMOR 7 SERI E C :/File Hukum/Produk Hukum/Perda/Perda’2005/Minuman Alkohol/Com.A/05

Page 146: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

1

LAMPIRAN :

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 54 TAHUN 2011

TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

I. PENEGAKAN PERATURAN DAERAH

1. Ruang Lingkup:

a. Melakukan pengarahan kepada masyarakat dan badan hukum yang

melanggar Peraturan daerah

b. Melakukan pembinaan dan atau sosialisasi kepada masyarakat dan badan Hukum

c. Prefentif non yustisial

d. Penindakan yustisial

2. Ketentuan Umum

a. Mempunyai landasan hukum

b. Tidak melanggar HAM

c. Dilaksanakan sesuai prosedur

d. Tidak menimbulkan korban/kerugian pada pihak manapun.

3. Pengarahan agar masyarakat dan badan hukum mentaati dan mematuhi peraturan daerah.

4. Pembinaan dan atau sosialisasi:

a. Melakukan pendekatan kepada masyarakat dan badan hukum yang

melanggar peraturan daerah.

b. Pembinaan perorangan, dilakukan dengan cara mendatangi kepada masyarakat dan badan hukum yang melanggar peraturan daerah

untuk diberitahu, pengarahan dan pembinaan arti pentingnya kesadaran dan kepatuhan terhadap peraturan daerah dan keputusan

kepala daerah

c. Pembinaan kelompok, dilakukan dengan cara mengundang/

mengumpulkan kepada masyarakat dan badan hukum yang melanggar peraturan daerah untuk diberikan pengarahan dan pembinaan, arti pentingnya kesadaran dan kepatuhan terhadap

Peraturan daerah dan keputusan kepala daerah.

5. Penindakan preventif non yustisial

Tindakan yang dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja:

a. Penindakan terhadap para pelanggar Peraturan daerah, terlebih

dahulu menanda tangani surat pernyataaan bersedia dan sanggup mentaati dan mematuhi serta melaksanakan ketentuan dalam waktu 15 hari terhitung sejak penandatanganan surat pernyataan.

Page 147: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

2

b. Apabila tidak melaksanakan dan atau mengingkari syrat

pernyataannya, maka akan diberikan:

1. Surat teguran pertama, dengan tegang waktu 7(tujuh) hari

2. Surat teguran kedua dengan tegang waktu 3 (tiga) hari

3. Surat teguran ketiga, dengan tegang waktu 3 (tiga) hari

c. Apabila tidak melaksanakan dan atau mengingkari surat teguran tersebut, akan dilaporkan kepada Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) untuk dilakukan proses sesuai peraturan perundang undangan yang

berlaku.

6. Penindakan Yustisial

Penindakan yang dilakukan oleh PPNS:

a. Penyelidikan

1. Pada prinsipnya PPNS berdasarkan Pasal 149 Undang Undang Nomor Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (atas kuasa undang-undang) memiliki kewenangan untuk melakukan

penyelidikan.

2. PPNS dalam rangka penyelidikan pelanggaran Peraturan daerah

(Trantibum) dapat menggunakan kewenangan pengawasan dan atau pengamatan untuk menemukan pelanggaran pidana dalam lingkup

undang-undang yang menjadi dasar hukumnya (peraturan daerah).

3. Dalam hal tertentu PPNS bila membutuhkan kegiatan penyelidikan, dapat pula meminta bantuan penyelidik Polri.

b. Penyidikan Pelanggaran peraturan daerah:

1. Dilaksanakan oleh PPNS setelah diketahui bahwa suatu peristiwa

yang terjadi merupakan pelanggaran Peraturan daerah yang termasuk dalam lingkup tugas dan wewenang sesuai dengan

undang-undang yang menjadi dasar hukumnya dalam wilayah kerjanya.

Pelanggaran ketentuan peraturan daerah dapat diketahui dari:

a) Laporan yang dapat diberikan oleh:

1) Setiap orang

2) Petugas

b) Tertangkap tangan baik oleh masyarakat maupun

c) Diketahui langsung oleh PPNS.

2. Dalam hal terjadi pelanggaran Peraturan daerah baik melalui laporan, tertangkap tangan atau diketahui langsung oleh PPNS

dituangkan dalam bentuk laporan kejadian yang ditandatangani oleh pelapor dan PPNS yang bersangkutan.

3. Dalam hal tertangkap tangan.

Setiap anggota Satuan Polisi Pamong Praja dan PPNS dapat

melaksanakan:

a) Tindakan pertama di tempat kejadian perkara.

b) Melakukan tindakan yang diperlukan sesuai kewenangan yang

ditetapkan di dalam undang-undang yang menjadi dasar hukum Satuan Polisi Pamong Praja dan PPNS yang

bersangkutan.

c) Segera melakukan proses penyidikan dengan koordinasi

dengan instansi terkait sesuai dengan bidang, jenis pelanggaran peraturan daerah.

Page 148: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

3

c. Pemeriksaan:

1. Pemeriksaan tersangka dan saksi dilakukan oleh PPNS yang bersangkutan, dalam pengertian tidak boleh dilimpahkan kepada

petugas lain yang bukan penyidik.

2. Setelah diadakan pemeriksaan oleh PPNS terhadap tersangka dan

tersangka mengakui telah melakukan pelanggaran Peraturan daerah serta bersedia dan mentaati untuk melaksanakan ketentuan Peraturan daerah tersebut sesuai dengan jenis usaha/kegiatan

yang dilakukan dalam waktu 15 hari sejak pelaksanaan pemeriksaan tersebut dan mengakui kesalahan kepada yang

bersangkutan diharuskan membuat surat pernyataan.

d. Pemanggilan:

1. Dasar hukum pemanggilan adalah sesuai dengan ketentuan KUHAP sepanjang menyangkut pemanggilan.

2. Dasar pemanggilan tersangka dan saksi sesuai dengan kewenangan

yang ditetapkan dalam undang-undang yang menjadi dasar hukumnya masing-masing (peraturan daerah).

3. Yang berwenang menandatangani Surat Panggilan pada prinsipnya adalah PPNS Satuan Polisi Pamong Praja.

4. Dalam hal pimpinan Satuan Polisi Pamong Praja adalah penyidik (PPNS), maka penandatanganan Surat Panggilan dilakukan oleh pimpinannya selaku penyidik.

5. Dalam hal pimpinan Satuan Polisi Pamong Praja bukan penyidik (PPNS), maka surat panggilan ditandatangani oleh PPNS Polisi

Pamong Praja yang diketahui oleh pimpinan.

6. Dan surat panggilannya dilakukan oleh petugas PPNS, agar yang

bersangkutan dengan kewajiban dapat memenuhi panggilan tersebut (bahwa kesengajaan tidak memenuhi panggilan diancam dengan pasal 216 KUHAP).

e. Pelaksanaan

Dalam melaksanakan operasi penegakan Peraturan daerah dibentuk

tim terpadu yang terdiri dari Satpol PP, pengampu peraturan daerah dengan dibantu kepolisian (Korwas PPNS), Kejaksaan dan pengadilan

dapat melakukan:

a. Sidang ditempat terhadap para pelanggar peraturan daerah

b. Melakukan pemberkasan terhadap para pelanggar peraturan

daerah dan selanjutnya diserahkan kepada kejaksaan. Melakukan kordinasi dengan kejaksaan, pengadilan dan kepolisian (Korwas

PPNS) guna penjadwalan untuk melaksanakan persidangan terhadap para pelanggar peraturan daerah di tempat kantor Satuan

Polisi Pamong Praja.

II. KETERTIBAN UMUM DAN KETENTERAMAN MASYARAKAT

1. Ruang Lingkup penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat terdiri dari pembinaan dan operasi penertiban umum dan

ketenteraman masyarakat yang menjadi kewenangan Satuan Polisi Pamong Praja antara lain :

a) Tertib tata ruang.

b) Tertib jalan.

c) Tertib angkutan jalan dan angkutan sungai.

Page 149: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

4

d) Tertib jalur hijau, taman dan tempat umum.

e) Tertib sungai, saluran, kolam, dan pinggir pantai.

f) Tertib lingkungan.

g) Tertib tempat usaha dan usaha tertentu.

h) Tertib bangunan.

i) Tertib sosial.

j) Tertib kesehatan.

k) Tertib tempat hiburan dan keramaian.

l) Tertib peran serta masyarakat.

m) Ketentuan lain sepanjang telah di tetapkan dalam peraturan daerah

masing-masing.

2. Ketentuan Pelaksanaan

a. Umum

Persyaratan yang harus dimilliki oleh setiap petugas pembina dan operasi ketertiban umum dan Ketentraman Masyarakat adalah:

1) Setiap petugas harus memiliki wawasan dan ilmu pengetahuan tentang Peraturan daerah, Peraturan Kepala Daerah dan peraturan

perundangan lainnya.

2) Dapat menyampaikan maksud dan tujuan dengan Bahasa

Indonesia yang baik dan benar, dapat juga dengan bahasa daerah setempat.

3) Menguasai teknik penyampaian informasi dan teknik presentasi

yang baik.

4) Berwibawa, penuh percaya diri dan tanggung jawab yang tinggi.

5) Setiap petugas harus dapat menarik simpati masyarakat.

6) Bersedia menerima saran dan kritik masyarakat serta mampu

mengindentifikasi masalah, juga dapat memberikan alternatif pemecahan masalah tanpa mengurangi tugas pokoknya.

7) Petugas Ketertiban umum dan Ketentraman Masyarakat harus

memiliki sifat:

a) Ulet dan tahan uji.

b) Dapat memberikan jawaban yang memuaskan kepada semua pihak terutama yang menyangkut tugas pokoknya.

c) Mampu membaca situasi.

d) Memiliki suri tauladan dan dapat dicontoh oleh aparat Pemerintah Daerah lainnya,

e) Ramah, sopan, santun dan menghargai pendapat orang lain.

b. Khusus

Pengetahuan dasar yang harus dimiliki oleh petugas Satuan Polisi Pamong Praja dalam melaksanakan tugas menyelenggarakan

Ketertiban umum dan Ketentraman Masyarakat adalah:

1) Pengetahuan tentang tugas-tugas pokok Polisi Pamong Praja khususnya dan Pemerintahan Daerah umumnya.

2) Pengetahuan dasar-dasar hukum dan peraturan perundangan undangan.

3) Mengetahui dasar-dasar hukum pelaksanaan tugas Polisi Pamong Praja.

5) Memahami dan menguasi adat istiadat dan kebiasaan yang berlaku di Daerah.

Page 150: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

5

6) Mengetahui dan memahami dasar-dasar pengetahuan dan dasar hukum pembinaan ketenteraman dan ketertiban umum.

3. Perlengkapan dan Peralatan

a. Surat Perintah Tugas.

b. Kartu Tanda Anggota resmi.

c. Kelengkapan Pakaian yang digunakan Pakaian Dinas Lapangan (PDL).

d. Kendaraan Operasional yang dilengkapi dengan pengeras suara dan

perlengkapan lainnya.

e. Kendaraan operasional terdiri dari kendaraan roda empat atau lebih

dan roda dua sesuai standar Satuan Polisi Pamong Praja

f. Bagi daerah yang memiliki wilayah perairan dapat menggunakan

kendaraan bermotor atau tidak bermotor diatas air sesuai kebutuhannya.

g. Perlengkapan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K).

h. Alat pelindung diri seperti topi lapangan/helm/tameng

i. Alat-alat perlengkapan lain yang mendukung kelancaran pembinaan

ketertiban umum dan ketentraman masyarakat

4. Tahap, Bentuk dan Cara Pelaksanaan Pembinaan

Bentuk cara pembinaan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat adalah berupa Produk Hukum yang tidak ditaati masyarakat, terutama Peraturan daerah, Peraturan Kepala Daerah dan perundangan lainnya

dalam menjalankan roda Pemerintahan di daerah kepada masyarakat. Hal tersebut dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan,

sehingga masyarakat akan memahami arti pentingnya ketaatan dan kepatuhan terhadap produk hukum daerah, oleh karena itu di dalam

pembinaan harus memenuhi:

a. Penentuan sasaran pembinaan dalam bentuk perorangan, kelompok atau Badan Usaha.

b. Penetapan Waktu Pelaksanaan pembinaan seperti Bulanan, Triwulan, Semester dan Tahunan. Perencanaan dengan penggalan waktu

tersebut dimaksudkan agar tiap kegiatan yang akan dilakukan memiliki batasan waktu yang jelas dan mempermudah penilaian

keberhasilan dari kegiatan yang dilakukan.

c. Penetapan materi pembinaan dilakukan agar maksud dan tujuan pembinaan dapat tercapai dengan terarah. Selain itu penetapan materi

pembinaan disesuaikan dengan subjek, objek dan sasaran.

d. Penetapan tempat pembinaan yang dilakukan dapat bersifat Formal

dan Informal, disesuaikan dengan kondisi dilapangan.

Adapun bentuk dan metode dalam rangka pembinaan ketertiban umum

dan ketentraman masyarakat dapat dilakukan melalui 2 (dua) cara yaitu:

a. Formal

1) Sasaran perorangan

b) Pembinaan dilakukan dengan cara mengunjungi anggota

masyarakat yang telah ditetapkan sebagai sasaran untuk memberikan arahan dan himbauan akan arti pentingnya

ketaatan terhadap Peraturan daerah, Peraturan Kepala Daerah dan produk hukum lainnya.

Page 151: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

6

c) Mengundang/memanggil anggota masyarakat yang perbuatannya telah melanggar dari ketentuan Peraturan daerah,

Peraturan Kepala Daerah dan produk hukum lainnya untuk memberikan arahan dan pembinaan bahwa perbuatan yang

telah dilakukannya mengganggu ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat secara umum.

2) Sasaran Kelompok

Pembinaan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat dilakukan dengan dukungan fasilitas dari Pemerintah Daerah dan

berkoordinasi dengan instansi/SKPD lainnya dengan menghadirkan masyarakat di suatu gedung pertemuan yang

ditetapkan sebagai sasaran serta nara sumber membahas arti pentingnya peningkatan ketaatan dan kepatuhan terhadap Peraturan daerah, Peraturan Kepala Daerah dan produk hukum

lainnya guna memelihara ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat.

b. Informal

Seluruh anggota Polisi Pamong Praja mempunyai kewajiban moral

untuk menyampaikan informasi dan himbauan yang terkait dengan peraturan daerah, peraturan kepala daerah dan produk hukum lainnya kepada masyarakat.

Metode yang dilakukan dalam pembinaan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat adalah dengan membina saling asah, asih

dan asuh diantara aparat penertiban dengan masyarakat tanpa mengabaikan kepentingan masing-masing dalam rangka peningkatan,

ketaatan dan kepatuhan masyarakat terhadap Peraturan daerah dan Peraturan Kepala Daerah. Dengan demikian harapan dari Pemerintah Daerah untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam

proses pembangunan dalam keadaan tertib dan tenteram di daerah dapat terwujud.

Selain itu pelaksanaan pembinaan, ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat juga dapat dilakukan dengan

memanfaatkan sarana dan fasilitas umum yaitu:

1) Media Massa dan Media Elektronik seperti radio dan televisi.

2) Pembinaan yang dilakukan pada tingkat RT, RW, desa/Kelurahan

dan Kecamatan.

3) Tatap muka.

4) Pembinaan yang dilakukan oleh sebuah tim yang khusus dibentuk untuk memberikan arahan dan informasi kepada masyarakat

seperti Tim Ramadhan, Tim Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan (K3) dan bentuk tim lainnya yang membawa misi Pemerintahan Daerah dalam memelihara ketenteraman dan ketertiban umum.

5. Teknis Persiapan Operasional Ketertiban Umum dan Ketenteraman Masyarakat

a. Memberikan teguran pertama kepada orang/badan hukum yang melanggar ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat

b. Memberikan teguran kedua kepada orang/badan hukum yang melanggar ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat apabila dalam waktu 3 (tiga) hari setelah teguran pertama dilakukan belum

diindahkan.

Page 152: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

7

c. Memberikan teguran ketiga kepada orang/badan hukum yang melanggar ketenteraman dan ketertiban umum apabila dalam waktu

3 (tiga) hari setelah teguran kedua dilakukan belum diindahkan.

d. Memberikan surat peringatan pertama dalam waktu 7 (tujuh) hari

agar orang/badan hukum tersebut untuk menertibkan sendiri apabila dalam waktu tiga hari setelah teguran ketiga dilakukan belum diindahkan.

e. Memberikan surat peringatan kedua dalam waktu 3 (tiga) agar orang/badan hukum tersebut untuk menertibkan sendiri.

f. Memberikan surat peringatan ketiga dalam waktu 1 (satu) agar orang/badan hukum tersebut untuk menertibkan sendiri.

g. Apabila setelah surat peringatan ketiga tidak diindahkan maka dapat dilakukan tindakan penertiban secara paksa.

6. Teknis operasional ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat

dalam menjalankan tugas:

a. melaksanakan deteksi dini dan mengevaluasi hasil deteksi dini.

b. melakukan pemetaan/mapping terhadap obyek atau lokasi sasaran serta memikirkan emergency exit window.

c. pimpinan operasi menentukan jumlah kekuatan anggota yang di perlukan dalam pelaksanaan operasi.

d. apabila pimpinan operasi merasa pelaksanaan operasi membutuhkan bantuan dari instansi terkait lainnya perlu mengadakan koordinasi untuk pelaksanaan tersebut.

e. sebelum menuju lokasi operasi, pimpinan memberikan briefing kepada para anggotanya tentang maksud dan tujuan operasi termasuk

kemungkinan ancaman yang dihadapi oleh petugas dalam operasi.

f. Mempersiapkan dan mengecek segala kebutuhan dan perlengkapan

serta peralatan yang harus dibawa.

g. Setiap petugas yang diperintahkan harus dilengkapi dengan surat perintah tugas.

Penertiban dilakukan dalam rangka peningkatan ketaatan masyarakat terhadap peraturan, tetapi tindakan tersebut hanya terbatas pada

tindakan peringatan dan penghentian sementara kegiatan yang melanggar Peraturan daerah, Peraturan Kepala Daerah dan produk hukum lainnya.

Sedangkan putusan final atas pelanggaran tersebut merupakan kewenangan Instansi atau Pejabat yang berwenang, untuk itu penertiban disini tidak dapat diartikan sebagai tindakan, penyidikan penertiban yang

dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja adalah tindakan Non Yustisial.

7. Dalam pelaksanaannya baik upaya bimbingan dan upaya penertiban

maka:

a. Seorang Anggota Polisi Pamong Praja dalam setiap pelaksanaan tugas

juga harus mendengar keluhan dan permasalahan anggota masyarakat yang melakukan pelanggaran Ketentuan peraturan daerah, peraturan kepala daerah dan produk hukum lainnya dengan

cara:

a. Mendengarkanr keluhan masyarakat dengan seksama.

b. Tidak memotong pembicaraan orang.

c. Tanggapi dengan singkat dan jelas terhadap permasalahannya.

d. Jangan langsung menyalahkan ide/pendapat/keluhan/perbuatan masyarakat.

e. Jadilah pembicara yang baik.

Page 153: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

8

b. Setelah mendengar keluhan dari masyarakat yang harus dilakukan adalah:

a. Memperkenalkan dan menjelaskan maksud dan tujuan kedatangannya.

b. Menjelaskan kepada masyarakat, bahwa perbuatan yang dilakukannya telah melanggar Peraturan daerah, Peraturan Kepala Daerah dan produk hukum lainnya, jika tidak cukup waktu maka

kepada si pelanggar dapat diberikan surat panggilan atau undangan untuk datang ke Kantor Satuan Polisi Pamong Praja,

untuk meminta keterangan atas perbuatan yang dilakukannya dan diberikan pembinaan dan penyuluhan.

c. Berani menegur terhadap masyarakat atau Aparat Pemerintah lainnya yang tertangkap tangan melakukan tindakan pelanggaran Ketentuan Peraturan daerah, Peraturan Kepala Daerah atau

produk hukum lainnya.

d. Jika telah dilakukan pembinaan ternyata masih melakukan

perbuatan yang melanggar Ketentuan Peraturan daerah, Peraturan Kepala Daerah dan produk hukum lainnya, maka kegiatan

selanjutnya adalah tindakan penertiban dengan bekerjasama dengan aparat Penertiban lainnya serta Penyidik Pegawai Negeri Sipil.

8. Langkah-langkah sebelum melakukan operasi penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat Satuan Polisi Pamong Praja.

1. Dapat melakukan koordinasi sebelum melaksanakan penertiban dengan instansi terkait antara lain:

a. Alat Negara.

b. Instansi terkait.

c. PPNS.

d. Kecamatan dan Kelurahan / desa.

2. Teknis pelaksanaan Standar Operasional Prosedur Satuan Polisi

Pamong Praja:

a. Secara aktif & berkala memberikan penyuluhan dan sosialisasi

tentang peraturan daerah yg mengatur mengenai Ketertiban Umum dan Ketenteraman Masyarakat.

b. Mengingatkan/menegur masyarakat yang melanggar Ketertiban

Umum dan Ketenteraman Masyarakat dengan cara yang sopan.

c. Melakukan pembinaan kepada masyarakat dan badan hukum yang

melanggar Ketertiban Umum dan Ketenteraman Masyarakat .

d. Apabila orang/badan hukum melanggar Ketetiban Umum dan

Ketenteraman Masyarakat diberikan teguran dan surat peringatan.

3. Standar Operasional Prosedur penertiban secara paksa:

Pra Operasi Penertiban:

a. Memberitahukan kepada masyarakat dan badan hukum yang akan ditertibkan.

b. Melakukan perencanaan operasi penertiban dan berkoordinasi dengan pihak kepolisian, kecamatan, kelurahan, RT/RW serta

masyarakat setempat.

Page 154: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

9

c. Melakukan kegiatan pemantauan (kegiatan intelijen yang

dilakukan oleh aparat Satuan Polisi Pamong Praja sendiri maupun hasil koordinasi dengan Kelurahan, Kecamatan, Polsek, dan

Kodim).

d. Hasil dari kegiatan pemantauan menjadi dasar untuk menentukan

waktu dan saat yang dianggap tepat untuk melakukan kegiatan penertiban.

e. Hasil kegiatan pemantauan menjadi dasar untuk menentukan

jumlah pasukan yang akan dikerahkan, sarana prasarana pendukung yang diperlukan, dan instansi yang terlibat serta pola

operasi penertiban yang akan diterapkan.

f. Pimpinan Pasukan memberikan arahan kepada Pasukan yang

akan melakukan Penertiban:

1. Bertindak tegas

2. Tidak bersikap arogan.

3. Tidak melakukan pemukulan/kekerasan (body contact).

4. Menjunjung tinggi HAM.

5. Mematuhi perintah pimpinan.

6. Mempersiapkan kelengkapan sarana operasi berupa :

pengecekan kendaraan.

kelengkapan pakaian seragam dan pelindungnya.

Perlengkapan Pertolongan Pertama (P3K).

Penyiapan Ambulance.

Menghindari korban sekecil apapun.

7. Kesiapan pasukan pendukung dari instansi terkait apabila

kondisi lapangan terjadi upaya penolakan dari orang/badan hukum yang berpotensi menimbulkan konflik dan kekerasan.

4. Pada saat operasi penertiban:

a. Membacakan/menyampaikan Surat Perintah Penertiban.

b. Melakukan penutupan/penyegelan.

c. Apabila ada upaya dari orang/badan hukum yang melakukan penolakan/perlawanan terhadap petugas, maka dilakukan

upaya-upaya sebagai berikut :

1) Melakukan negosiasi dan memberikan pemahaman kepada

orang/badan hukum tersebut.

2) Dapat menggunakan mediator (pihak ketiga) yang dianggap

dapat menjembatani upaya penertiban.

3) Apabila upaya negosiasi dan mediasi mengalami jalan buntu, maka petugas melakukan tindakan/upaya paksa

penertiban (sebagai langkah terakhir).

4) Apabila menghadapi masyarakat/obyek penertiban yang

memberikan perlawanan fisik dan tindakan anarkis maka langkah langkah yang dilakukan adalah :

Menahan diri untuk melakukan konsolidasi sambil memperhatikan perintah lebih lanjut

Mengamankan pihak yang memprovokasi

Melakukan tindakan bela diri untuk mencegah korban

ke dua belah pihak.

5) Dalam upaya melakukan tindakan/upaya paksa oleh petugas mendapat perlawanan dari orang/badan hukum

serta masyarakat, maka:

Page 155: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

10

Petugas tetap bersikap tegas untuk melakukan penertiban.

Apabila perlawanan dari masyarakat mengancam

keselamatan jiwa petugas serta berpotensi menimbulkan konflik yang lebih luas diadakan konsolidasi secepatnya dan menunggu perintah pimpinan lebih lanjut.

Komandan Pasukan operasi penertiban, sesuai dengan situasi dan kondisi di lapangan berhak untuk melanjutkan atau menghentikan operasi penertiban.

Melakukan advokasi dan bantuan hukum.

Mengadakan evaluasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan dan rencana tindak lebih lanjut.

5. Pembinaan

a. Pembinaan Tertib Pemerintahan.

1) Melaksanakan piket secara bergiliran.

2) Memberikan bimbingan dan pengawasan terhadap pengamanan kantor.

3) Memberikan/memfasilitasi bimbingan dan pengawasan serta membentuk pelaksanaan Siskamling bagi Desa dan

Kelurahan.

4) Memberikan bimbingan dan pengawasan administrasi

ketertiban wilayah.

5) Melaksanakan kunjungan pengawasan dan pemantauan dalam rangka membina pelaksanaan Peraturan daerah,

peraturan Kepala Daerah dan produk hukum lainnya.

6) Memberikan pengamanan terhadap usaha/kegiatan yang

dilakukan secara masal, untuk mencegah timbulnya gangguan ketenteraman dan ketertiban umum.

7) Melakukan usaha dan kegiatan untuk mencegah timbulnya kriminalitas.

8) Mengadakan pemeriksaan terhadap bangunan tanpa izin,

tempat usaha dan melakukan penertiban.

9) Melakukan usaha dan kegiatan dalam rangka menyelesaikan

sengketa dalam masyarakat.

10) Melakukan berbagai usaha dan kegiatan sektoral.

b. Pembinaan Tertib Lingkungan:

1) Memberikan bimbingan dan pengawasan terhadap pengambilan pasir batu (galian C) dalam rangka pelestarian lingkungan.

2) Memberikan bimbingan dan pengawasan mengenai pengendalian dan penanggulangan sampah, kebersihan

lingkungan dengan sasaran pusat-pusat kegiatan masyarakat seperti pasar.

3) Memberikan bimbingan dan pengawasan terhadap usaha dan kegiatan yang mengandalkan lingkungan untuk menghasilkan barang produksi.

4) Melakukan usaha dan kegitan penanggulangan bencana alam.

c. Pembinaan Tertib Sosial:

1) Preventif melalui penyuluhan, bimbingan, latihan, pemberian bantuan pengawasan serta pembinaan baik kepada perorangan

Page 156: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

11

maupun kelompok masyarakat yang diperkirakan menjadi sumber timbulnya gelandangan, pengemis dan WTS.

2) Refresif melalui razia, penampungan sementara untuk mengurangi gelandangan, pengemis dan WTS baik kepada

perorangan maupun kelompok masyarakat yang disangka sebagai gelandangan, pengemis dan WTS.

3) Rehabilitasi meliputi penampungan, pengaturan, pendidikan,

pemulihan kemampuan dan penyaluran kembali ke kampung halaman untuk mengembalikan peran mereka, sebagai warga

masyarakat.

4) Mengadakan penertiban agar aktifitas pasar dapat berjalan

lancar, aman, bersih dan tertib.

5) Memonitor, memberikan motivasi dan pengawasan terhadap warung toko, rumah makan yang melakukan kegiatannya tanpa

dilengkapi dengan izin usaha.

6) Melakukan kerjasama dengan Dinas/Instansi terkait dan aparat

keamanan dan ketertiban kawasan lahan/parkir.

7) Melakukan Pengawasan dan Penertiban terhadap para

pelanggar Peraturan daerah, Peraturan Kepala Daerah dan produk hukum lainnya.

8) Melakukan Pembinaan mengenai peningkatan kesadaran

masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi yang ditetapkan Pemerintah Daerah serta melakukan usaha dan

kegiatan dalam rangka

6. Administrasi

a. Persiapan:

1) Penetapan sasaran, waktu dan objek yang akan diberikan pembinaan.

2) Penetapan tempat, bentuk dan metode pembinaan.

3) Mengadakan survey lapangan.

4) Mengadakan Koordinasi dengan Dinas/Instansi terkait dan aparatkeamanan dan ketertiban lainnya.

5) Penyiapan administrasi pembinaan seperti daftar hadir, surat perintah, surat teguran dan surat panggilan terhadap masyarakat yang melakukan pelanggaran Peraturan daerah,

Peraturan Kepala Daerah dan produk hukum lainnya.

6) Pimpinan kegiatan memberikan arahan dan menjelaskan

maksud dan tujuan kepada anggota tim yang bertugas melakukan pembinaan.

b. Pelaksanaan:

1) Sebelum menuju sasaran bagi anggota Satuan Polisi Pamong Praja yang bertugas melakukan pembinaan terlebih dahulu

memeriksa kelengkapan administrasi peralatan dan perlengkapan yang akan dibawa.

2) Pelaksanaan pembinaan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat yang berhubungan dengan lingkup tugas, perlu

dikoordinasikan dengan Dinas/Instansi terkait.

3) Bentuk koordinasi ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat di daerah dilakukan sesuai dengan keperluan :

a) Melalui rapat koordinasi dengan instansi terkait.

b) Rapat koordinasi pelaksanaan.

Page 157: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

12

c) Penerapan sanksi kepada pelanggar sesuai dengan kewenangan.

4) Pembinaan yang dilakukan melalui panggilan resmi maupun surat teguran, setelah ditanda tangani oleh penerima, maka

petugas segera menjelaskan maksud dan tujuan panggilan. Pemberian teguran tersebut satu diserahkan kepada si penerima dan satu lagi sebagai arsip untuk memudahkan

pengecekan.

5) Pembinaan yang dilakukan secara tatap muka langsung

wawancara, bagi petugas pembina harus mempedomani teknik-teknik berkomunikasi dengan memperhatikan sikap

dan sopan santun dalam berbicara.

6) Pembinaan yang dilakukan melalui forum disesuaikan dengan maksud dan tujuan pertemuan tersebut dengan dibuatkan

notulen atau hasil pembahasan/ pembicaraannya.

c. Evaluasi:

1) Setelah pelaksanaan kegiatan pembinaan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat, baik yang dilakukan secara

rutin, insidentil maupun operasi gabungan segera melaporkannya kepada Kepala Satuan Polisi Pamong Praja dan dari Kepala Satuan Polisi Pamong Praja meneruskan

kepada Kepala Daerah.

2) Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan operasi dan

menjelaskan tentang hambatan yang ada kepada kepala Satuan Polisi Pamong Praja dan / atau yang

memerintahkannya.

3) Menyusun laporan hasil pelaksanaan kegiatan sekaligus dengan hasil evaluasinya.

III. PENANGANAN UNJUK RASA DAN KERUSUHAN MASSA

1. Ruang Lingkup:

a) Unjuk rasa dalam keadaan damai

Unjuk rasa dapat berupa demonstrasi, pawai, rapat umum, ataupun

mimbar bebas. Unjuk rasa umumnya telah diberitahukan terlebih dahulu kepada pihak Kepolisian. Selanjutnya dari pihak Kepolisian memberitahukan kepada Kepala Satuan Polisi Pamong Praja setempat.

b) Kerusuhan massa

Keadaan yang dikategorikan kerusuhan massa adalah :

1) Massa perusuh telah dinilai melakukan tindakan yang sangat mengganggu ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat serta

melakukan kekerasan yang membahayakan keselamatan jiwa, harta dan benda antara lain:

a) Merusak fasilitas umum dan instalasi pemerintah.

b) Melakukan pembakaran benda-benda yang mengakibatkan terganggunya arus lalu lintas.

c) Melakukan kekerasan terhadap orang/masyarakat lain.

2) Massa perusuh menunjukkan sikap dan tindakan yang melawan

perintah petugas/aparat pengamanan antara lain :

a) Melewati garis batas yang telah diberikan petugas.

b) Melakukan tindakan kekerasan/anarkhis kepada petugas

pengamanan.

Page 158: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

13

2. Pelaksanaan

a) Penanganan unjuk rasa dalam keadaan damai

1) Persiapan:

(a) Memakai Pakaian Dinas Lapangan (PDL).

(b) Menyiapkan perlengkapan yang diperlukan:

Perlengkapan perorangan, Helm, Pentungan, Borgol, Tameng dan dapat diperlengkapi dengan senjata api (sesuai peraturan yang berlaku) bagi yang rnempunyai izin.

Kendaraan khusus dilengkapi dengan perlengkapan yang diperlukan.

(c) Menyiapkan daftar tim yang bertugas dan Surat Perintah

Pengamanan.

(d) Komandan Operasi memberikan arahan singkat perihal:

Lokasi.

Rute yang ditempuh.

Situasi yang mungkin dihadapi.

Tindakan yang dibenarkan untuk dilakukan.

2) Pelaksanaan:

(a) Koordinasi:

Kepala Satuan Polisi Pamong Praja melaporkan/

memberitahukan kepada Gubernur, Bupati/Walikota dan Komandan Operasi melakukan koordinasi dengan aparat pengamanan Iainnya dilapangan seperti dengan pihak

Kepolisian atau aparat lainnya tentang:

Jumlah massa yang melakukan unjuk rasa.

Rute yang akan dilalui.

Kegiatan yang dibenarkan dilakukan pengunjuk rasa.

Waktu yang disediakan.

Lokasi unjuk rasa.

(b) Isolasi:

(1) Anggota Operasi Satuan Polisi Pamong Praja bersama pihak Kepolisian untuk memisahkan pengunjuk rasa dengan massa penonton.

(2) Tidak dibenarkan melakukan tindakan paksa atau cara kekerasan.

(3) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja tetap dalam formasi yang telah ditetapkan.

(c) Negosiasi dan Penanganan :

(1) Kepolisian dan anggota Satuan Polisi Pamong Praja melakukan negoisiasi dengan pengunjuk rasa.

(2) Tidak dibenarkan melakukan upaya paksa.

(3) Bersikap simpatik dan tetap berwibawa.

3) Laporan Hasil Kegiatan:

(a) Membuat laporan tertulis sesuai format yang tersedia.

Page 159: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

14

(b) Membuat laporan langsung terhadap kejadian yang memerukan tindak segera.

b) Penanganan Kerusuhan Massa:

1) Persiapan:

(a) Memakai Pakaian Dinas Lapangan (PDL)

(b) Menyiapkan perlengkapan yang diperlukan:

Perlengkapan Perorangan: helm, pentungan, borgol, tameng

(senjata api bagi yang mempunyai izin).

Kendaraan Khusus dilengkapi dengan Sirine, lampu perhatian (lampu sorot), megaphone dan alat komunikasi.

(c) Menyusun daftar petugas dan Surat Perintah Pengamanan.

(d) Komandan Operasi memberikan arahan singkat perihal tindakan yang dibenarkan untuk dilakukan.

2) Pelaksanaan:

(a) Komandan Operasi melakukan koordinasi dengan pihak

Kepolisian tentang langkah-langkah tindakan yang akan dilakukan.

(b) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja yang sifatnya sebagai tenaga pendukung/ bantuan, hanya melakukan tindakan sesuai koordinasi pihak Kepolisian.

(c) Tidak dibenarkan melakukan tindakan diluar kendali pimpinan lapangan.

3) Laporan Hasil Kegiatan:

(a) Membuat laporan tertulis sesuai format yang tersedia.

(b) Membuat laporan langsung terhadap kejadian yang memerlukan tindak segera.

IV. PENGAWALAN PEJABAT DAN ORANG-ORANG PENTING

1. Ruang Lingkup:

Pengawalan terhadap para pejabat dan orang-orang penting dilakukan dengan cara:

a. Pengawalan dengan sepeda motor.

b. Pengawalan dengan kendaraan mobil.

2. Pelaksanaan:

a. Pengawalan dengan sepeda motor

1) Persiapan:

a) Memakai Pakaian Dinas Lapangan (PDL).

b) Menyiapkan perlengkapan yang diperlukan:

Perlengkapan Perorangan, helm, pentungan, borgol dan dapat diperlengkapi dengan senjata api (bagi yang mempunyai izin).

Kendaraan Khusus dilengkapi peralatan yang dibutuhkan..

Pengemudi diutamakan memiliki kopetensi pendidikan pengemudi / memiliki SIM.

Page 160: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

15

c) Menyusun jadwal, daftar petugas dan Surat Perintah Pengawalan.

2) Pelaksanaan:

a) Dua sepeda motor dalam keadaan siap bergerak pada posisi

berjajar, dan pengawal berdiri disamping sepeda motor.

b) Pejabat/VIP sudah berada didalam kendaraan dan siap menerima laporan kesiapan dari pengawal.

c) Komandan Operasi menuju keajudan menyampaikan laporan siap melakukan pengawalan.

d) Sepeda motor berjajar dengan sepeda motor lainnya berangkat menuju tujuan.

e) Selama perjalanan lampu dinyalakan dan sirine hidup.

f) Tiba di tujuan :

Sebelum berhenti berikan tanda/ isyarat pelan.

Berhenti dan parkir ditempat yang aman.

g) Selesai acara akan kembali ke kantor :

Sepeda motor telah siap.

Komandan Operasi laporan ke ajudan siap pengawalan,

selanjutnya pengawalan sama dengan waktu perjalanan menuju tujuan.

h) Tiba di Kantor:

Setelah sepeda motor di parkir, Komandan Operasi laporan kepada ajudan bahwa pengawalan telah selesai dilaksanakan.

3) Laporan Hasil Kegiatan:

a) Membuat laporan tertulis sesuai format yang tersedia

(Format B).

b) Membuat laporan langsung terhadap kejadian yang memerlukan tindak segera.

b. Pengawalan dengan kendaraan mobil:

1) Persiapan :

b) Memakai Pakaian Dinas Lapangan (PDL).

c) Menyiapkan perlengkapan yang diperlukan:

Perlengkapan perorangan, helm, pentungan, borgol, tameng dan dapat diperlengkapi dengan senjata api (bagi yang mempunyai izin).

Kendaraan Khusus dilengkapi peralatan yang dibutuhkan.

c) Menyusun jadwal, daftar petugas dan Surat Perintah Pengawalan.

2) Pelaksanaan:

a) Pengemudi lapor kepada Komandan Operasi tentang kesiapan kendaraan.

b) Komandan Operasi menyiapkan regunya 6 (enam) orang untuk naik ke kendaraan dan siap melakukan pengawalan.

c) Komandan Operasi menuju ke ajudan dan melaporkan kesiapannya untuk melakukan pengawalan.

d) Komandan Operasi naik ke kendaraan duduk bersebelahan dengan pengemudi, dan memerintahkan pengemudi untuk menjalankan kendaraan.

Page 161: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

16

e) Selama perjalanan lampu dinyalakan dan sirine hidup.

f) Tiba ditujuan:

Sebelum berhenti berikan tanda/isyarat pelan.

Berhenti dan parkir ditempat yang aman.

Anggota Operasi turun dan menyebar melakukan pengawalan.

g) Selesai acara akan kembali ke Kantor:

Kendaraan dan Anggota Operasi telah siap.

Komandan Operasi laporan ke ajudan siap pengawalan, selanjutnya pengawalan sama dengan waktu perjalanan

menuju tujuan.

h) Tiba di Kantor:

Setelah kendaraan berhenti, seluruh Anggota Operasi turun, Komandan Operasi laporan kepada ajudan bahwa pengawalan

telah selesai dilaksanakan.

3) Laporan Hasil Kegiatan:

a) Membuat laporan tertulis sesuai format yang tersedia (Format

B).

b) Membuat laporan langsung terhadap kejadian yang

memerlukan tindak segera.

V. PENGAMANAN TEMPAT-TEMPAT PENTING

1. Ruang Lingkup:

Penjagaan tempat-tempat penting yang perlu dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja antara lain :

a. Rumah Dinas Pejabat Pemerintah Daerah (perlu batasan).

b. Sekitar Ruang Kerja Pejabat Pemerintah Daerah.

c. Lokasi Kunjungan Kerja Pejabat Pemerintah Daerah.

d. Tempat Kedatangan dan Tempat Tujuan Tamu VIP.

e. Gedung dan Aset Penting .

f. Upacara dan Acara Penting.

2. Pelaksanaan:

a. Rumah Dinas Pejabat Pemerintah Daerah:

1) Persiapan:

a. Memakai Pakaian Dinas Lapangan II (PDL II)

b. Melakukan Kerjasama dengan Dinas/Instansi terkait.

2) Pelaksanaan:

a. Merencanakan penyusunan jadwal dan petugas yang akan melakukan tugas di Rumah Dinas.

b. Membuat Berita Acara pelimpahan tugas dengan petugas jaga pengganti yang ditandatangani oleh yang melimpahkan dan

yang menerima pelimpahan tugas.

c. Mencatat dan mengenali identitas setiap tamu yang berkunjung.

d. Melakukan pengaturan lalu lintas disekitar pintu gerbang pada

saat pejabat/tamu keluar masuk lingkungan Rumah Dinas.

e. Mencatat identitas, logat bicara/dialek, suara-suara lain yang

terdengar, serta pesan yang disampaikan oleh penelpon.

Page 162: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

17

f. Mencatat kejadian-kejadian penting/menonjol selama melakukan tugas jaga.

g. Melakukan pengawasan dan pengecekan terhadap petugas pelayanan seperti petugas telpon, PAM, listrik dan lain-lain.

h. Melakukan pengawasan dan pengecekan secara intensif disetiap tempat yang tersembunyi dan kurang mendapat perhatian.

i. Menjaga dan menertibkan para pedagang penjaja barang atau

sejenisnya serta para pencari sumbangan (perorangan, yayasan dll).

3) Laporan Hasil Kegiatan:

(a) Membuat laporan tertulis sesuai format yang tersedia.

(b) Membuat laporan langsung terhadap kejadian yang memerlukan tindak segera.

b. Sekitar Ruang Kerja Pejabat Pemerintah Daerah:

1) Persiapan:

a. Memakai Pakaian Dinas Lapangan (PDL).

b. Melakukan Kerjasama dengan Dinas/Instansi terkait.

2) Pelaksanaan:

a. Melakukan Pemeriksaan di lingkungan Ruang Kerja Pejabat sebelum yang bersangkutan tiba.

b. Melakukan Koordinasi dengan Tata Usaha dan Ajudan Pejabat

yang bersangkutan.

c. Melakukan Pencatatan jadwal kegiatan Pejabat pada hari yang

bersangkutan dan kegiatan yang akan dilaksanakan, dalam waktu 1 (satu) minggu yang akan datang.

d. Memberikan pelayanan penunjang lainnya kepada Pejabat tersebut bilamana diperlukan.

e. Mengawasi dan mengenali identitas setiap tamu yang

berkunjung.

f. Melakukan pengawasan dan pengecekan secara intensif setiap

tempat yang tersembunyi dan kurang mendapat perhatian.

g. Menjaga dan menertibkan para pedagang penjaja barang atau

sejenisnya dan para pencari sumbangan (perorangan, yayasan dll).

h. Mengingatkan kepada Tata Usaha untuk melakukan pengecekan

kembali terhadap instalasi listrik, air, Pemadam Kebakaran, AC, tempat penyimpanan dokumen/arsip dll, setelah Pejabat yang

bersangkutan meninggalkan tempat.

i. Melaksanakan penjagaan sesuai dengan jam kerja kantor atau

sampai dengan batas waktu Pejabat meninggalkan tempat.

3) Laporan Hasil Kegiatan:

a. Membuat laporan tertulis sesuai format yang tersedia.

b. Membuat laporan langsung terhadap kejadian yang memerlukan tindak segera.

c. Lokasi Kunjungan Kerja Pejabat Pemerintah Daerah:

1) Persiapan:

a. Memakai Pakaian Dinas Lapangan II (PDL II).

b. Melakukan Kerjasama dengan Dinas/ Instansi terkait.

Page 163: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

18

2) Pelaksanaan:

a. Melakukan Pemeriksaan pendahuluan terhadap objek dan

benda-benda yang terdapat disekitar lokasi kunjungan kerja pejabat.

b. Melakukan pengamatan dan penganalisaan terhadap situasi dan kondisi disekitar lokasi kunjungan kerja pejabat.

c. Melakukan pengawasan dan pengecekan secara intensif setiap

tempat yang tersembunyi dan kurang mendapat perhatian dilingkungan lokasi kunjungan pejabat.

d. Mengawasi dan mencermati kejadian-kejadian yang penting/menonjol disekitar lokasi kunjungan kerja pejabat.

e. Melaporkan kepada aparat keamanan/polisi terdekat, bila menemukan barang yang dicurigai dan diperkirakan berupa bom, bahan peledak dan jangan sekali-kali dipegang/disentuh

serta melokalisir dan memberi tanda pada tempat yang dicurigai tersebut.

f. Mengawasi dan mengenali setiap orang yang berada dilokasi kunjungan kerja pejabat.

g. Melakukan koordinasi dengan pihak protokoler berkenaan dengan jenis dan sifat kegiatan serta susunan acara yang akan dilaksanakan.

h. Melakukan koordinasi dengan panitia penyelenggara atau pihak yang bertanggungjawab melaksanakan kegiatan tersebut

berkenaan dengan jumlah dan daftar tamu undangan yang akan diundang menghadiri acara dimaksud.

i. Melakukan koordinasi dengan/antar unsur pengamanan lainnya dengan menggunakan alat komunikasi yang ada.

j. Saling memberikan informasi dalam melakukan tugas penjagaan

dilapangan.

3) Laporan Hasil Kegiatan:

a. Membuat laporan tertulis sesuai format yang tersedia.

b. Membuat laporan langsung terhadap kejadian yang memerlukan

tindak segera.

d. Tempat Kedatangan dan Tempat Tujuan Tamu/Delegasi VIP:

1) Persiapan:

a. Memakai Pakaian Dinas Lapangan (PDL).

b. Melakukan Kerjasama dengan Dinas/Instansi terkait.

2) Pelaksanaan:

a. Melakukan penjagaan dilingkungan tempat kedatangan dan

tempat tujuan Tamu/Delegasi.

b. Melakukan pemeriksaan pendahuluan terhadap objek dan benda benda di lingkungan tempat kedatangan dan tempat

tujuan, sebelum para tamu/delegasi tiba dilokasi.

c. Melakukan pengamatan dan penganalisaan terhadap situasi dan

kondisi di lingkungan tempat kedatangan dan tempat tujuan.

d. Melakukan pengawasan dan pengecekan secara intensif setiap

tempat yang tersembunyi dan kurang mendapat perhatian.

e. Mengawasi dan mencermati kejadian-kejadian yang penting/menonjol di tempat kedatangan dan tempat tujuan.

Page 164: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

19

f. Melaporkan kepada aparat keamanan/polisi terdekat, bila menemukan barang yang dicurigai dan diperkirakan berupa

bom, bahan peledak dan jangan sekali-kali dipegang/disentuh serta melokalisir dan memberi tanda pada tempat yang dicurigai.

g. Mengawasi dan mengenali setiap tamu undangan dan orang-orang yang berada dilingkungan tempat kedatangan dan tempat tujuan.

h. Melakukan koordinasi dengan pihak protokoler berkenaan dengan jenis dan sifat kegiatan serta susunan acara yang akan

dilaksanakan.

i. Merakukan koordinasi dengan panitia penyelenggara atau pihak

yang bertanggungjawab melaksanakan kegiatan tersebut berkenaan dengan jumlah dan daftar tamu undangan yang akan diundang menghadiri acara dimaksud.

j. Melakukan koordinasi dengan/antar unsur pengamanan lainnya dengan menggunakan alat komunikasi yang ada.

k. Saling memberikan informasi dalam melakukan tugas penjagaan dilapangan.

3) Laporan Hasil Kegiatan:

a. Membuat laporan tertulis format yang tersedia.

b. Membuat laporan langsung terhadap kejadian yang memerlukan

tindak segera.

e. Penjagaan Gedung dan Asset Penting:

1) Persiapan:

a. Memakai Pakaian Dinas Lapangan II (PDL.II).

b. Melakukan Kerjasama dengan Dinas/Instansi terkait.

2) Pelaksanaan:

a. Menyusun rencana jadwal pengawasan serta jenis gedung/asset

beserta lokasinya.

b. Merencanakan dan menyiapkan petugas jaga.

c. Melakukan koordinasi dengan dinas / instansi pengelola Gedung/Asset .

d. Melakukan pendataan/bukti kepemilikan Gedung/Asset, gambar situasi/denah/proposal sebagai bahan pengecekan dilapangan.

e. Melakukan komunikasi secara teratur dan berkesinambungan dengan petugas jaga/ Dinas/Instansi/Pengelola Gedung/Asset.

f. Merencanakan dan menyiapkan sarana dan fasilitas perlengkapan yang digunakan untuk memonitor Gedung/Asset.

3) Laporan Hasil Kegiatan:

a. Membuat laporan tertulis sesuai format yang tersedia.

b. Membuat laporan langsung terhadap kejadian yang memerlukan

tindak segera.

f. Upacara dan Acara Penting:

1) Persiapan:

a. Memakai Pakaian Dinas Lapangan II (PDL.II)

b. Melakukan Kerjasama dengan Dinas/Instansi terkait.

Page 165: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

20

2) Pelaksanaan:

(a) Merencanakan dan menyiapkan petugas yang akan menjaga di

lingkungan tempat upacara/acara penting.

(b) Melakukan pemeriksaan pendahuluan terhadap objek dan

benda-benda disekitar lokasi sebelum acara dimulai.

(c) Melakukan koordinasi pengaturan lalu lintas disekitar lokasi.

(d) Mengarahkan pengemudi kendaraan bermotor peserta upacara

menuju tempat parkir yang disediakan.

(e) Malakukan penertiban terhadap para pedagang penjaja barang

atau sejenisnya dilokasi.

(f) Melakukan pengamatan dan penganalisaan terhadap situasi

dan kondisi disekitar lokasi sebelum acara dimulai.

(g) Melakukan pengawasan dan pengecekan secara intensif setiap tempat yang tersembunyi dan kurang mendapat perhatian di

lingkungan lokasi.

(h) Mengawasi dan mencermati kejadian-kejadian yang

penting/menonjol disekitar lokasi.

(i) Melaporkan kepada aparat keamanan/polisi terdekat, bila

menemukan barang yang dicurigai dan diperkirakan berupa bom, bahan peledak dan jangan sekali-kali dipegang/disentuh serta melokalisir dan memberi tanda pada tempat yang

dicurigai.

(j) Mengawasi dan mengenali terhadap setiap para tamu undangan

dan orang-orang yang berada dilokasi.

(k) Melakukan koordinasi dengan panitia penyelenggara atau pihak

yang bertanggungjawab melaksanakan kegiatan tersebut berkenaan dengan jumlah dan daftar tamu undangan yang akan diundang menghadiri acara dimaksud.

(l) Melakukan koordinasi dengan/antar unsur pengamanan lainnya dengan menggunakan alat komunikasi yang ada.

(m)Saling memberikan informasi dalam melakukan tugas penjagaan dilapangan.

3) Laporan Hasil kegiatan:

(a) Membuat laporan tertulis sesuai format yang tersedia.

(b) Membuat laporan langsung terhadap kejadian yang memerlukan

tindak segera.

VI. PATROLI

1. Ruang Lingkup

a.Tempat tempat atau lokasi yang dianggap rawan

b. Antar batas wilayah

c. Tempat keramaian/hiburan

2. Ketentuan dalam Pelaksanaan:

a. Umum:

Beberapa persyaratan panting yang harus dimiliki oleh setiap petugas

patroli:

1) Setiap petugas harus memiliki kewibawan yang tercermin dalam jiwa pengabdian yang penuh etika dengan rasa tanggung jawab.

Page 166: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

21

2) Dalam melaksanakan tugas harus dapat menarik rasa simpati masyarakat.

3) Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat tanpa mengenyampingkan tugas pokok yang dilaksanakan.

4) Setiap petugas harus memahami tugas pokoknya, peka terhadap situasi lingkungan dan arif dalam menangani suatu peristiwa serta dapat melaporkannya dengan benar.

5) Petugas patroli harus memiliki sifat tertentu antara lain:

(a) Ulet dan tahan uji.

(b) Memiliki sifat ingin tahu.

(c) Memiliki pengetahuan tentang tugasnya dan diharapkan dapat

menjawab semua pertanyaan yang datang dari masyarakat.

(d) Menyadari bahwa tugas adalah dari pemerintah.

(e) Mampu memahami serta menampung apa yang merupakan

keinginan/aspirasi masyarakat.

(f) Ramah, sopan dan santun serta menghargai setiap orang.

6) Perlunya dibuat pos-pos Satuan Polisi Pamong Praja untuk melaksanakan kegiatannya ditempat keramaian seperti pasar dan

pertokoan.

b. Khusus:

Beberapa pengetahuan dasar yang harus dimiliki setiap petugas

patroli:

1) Pengetahuan tugas pokok Satuan Polisi Pamong Praja.

2) Pengetahuan dasar hukum dari suatu tindakan atau kegiatan yang ada Peraturan daerahnya.

3) Pengetahuan dan Penguasaan tentang suatu daerah/wilayah, misalnya:

a. Letak dan wilayah tersebut.

b. Gedung-gedung Pemerintah dan Instansi-instansi vital.

c. Jalan-jalan lorong dan gang-gang.

d. Jenis usaha masyarakat, pekerjaan dan keadaan ekonomi masyarakat.

e. Pejabat-pejabat pemerintah dan orang-orang penting.

f. Keadaan lingkungan.

g. Pengetahuan tentang sumber-sumber penyebab dari segala

macam bentuk gangguan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat antara lain:

Segala bentuk yang terkait dengan penyakit masyarakat.

Lokasi-lokasi yang dijadikan sebagai tempat pelacuran (WTS/ lokasinya).

Tempat-tempat hiburan (bar/night club, cafe, diskotik dan

lain-lainnya).

Tempat-tempat usaha yang mempunyai dampak negatif terhadap lingkungan.

Page 167: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

22

c. Petunjuk dalam patrol:

1) Sebelum petugas berangkat patroli wajib memeriksa semua kelengkapan sesuai ketentuan petunjuk yang diberikan pimpinan.

2) Untuk Patroli berjalan kaki :

a. Tugas patroli dimulai sejak keluar dari kantor.

b. Dilakukan minimal 2 (dua) orang.

c. Patroli pada siang hari sebaiknya di daerah pasar dan pertokoan yang dianggap rawan.

d. Usahakan untuk mengenal daerah patroli.

e. Dalam melaksanakan patroli perhatian harus ditujukan kepada

hal-hal yang menyangkut dengan Peraturan Pemerintah Daerah serta dicatat untuk dilaporkan kepada pimpinan.

f Dalam hal tertentu diwajibkan untuk bertindak segera, yaitu:

(1) Dalam hal pelanggaran K3 (Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan).

(2) Terjadinya kebakaran.

(3) Bencana alam.

g Walaupun setiap patroli dituntut/diharuskan untuk berani mengambil prakarsa sendiri dalam melaksanakan tugasnya,

akan tetapi tindakannya itu harus didasarkan kepada norma-norma dan peraturan yang berlaku.

3) Untuk Patroli dengan kendaraan bermotor:

a. Ketentuan dan petunjuk untuk patroli berjalan kaki berlaku pula bagi patroli dengan kendaraan bermotor.

b. Patroli kendaraan bermotor dilakukan dengan:

Berkendaraan sepeda motor.

Berkendaraan mobil.

c. Persiapan sebelum berangkat patroli wajib memeriksa

kelengkapan kendaraan sebagai berikut:

Bensin, oli.

Ban roda.

Perkakas kendaraan termasuk dongkrak/ kunci roda dll.

Rem, air accu dll.

Perlengkapan perorangan sesuai ketentuan.

4) Beberapa ketentuan tentang patroli dengan kendaraan bermotor

terhadap peraturan Ialu lintas:

a. Beri contoh yang baik kepada pemakai jalan yang lainnya.

b. Taati peraturan lalu lintas.

c. Jalankan kendaraan dengan kecepatan yang semestinya.

d. Jangan membunyikan klakson/sirine jika tidak sangat perlu

sekali.

e. Jangan menggunakan sorotan-sorotan lampu yang berlebihan

pada malam hari.

Page 168: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

23

5) Jika ditemui suatu kejadian atau penyimpangan terhadap Peraturan daerah (seperti bangunan liar, pedagang berjualan tidak

pada tempatnya, tempat usaha yang menggganggu lingkungan/ ketertiban umum maupun tidak mempunyai surat izin usaha

tempat usaha, dan lainnya yang bersifat mengganggu ketertiban umum):

a. Ambil langkah-langkah atau tindakan pertama berupa

penyuluhan, teguran dan peringatan.

b. Catat dan laporkan pada pimpinan.

c. Memperhatikan segala sesuatu yang berhubungan dengan penyakit masyarakat:

Apakah ada gelandangan/pengemis jalanan yang beroperasi di jalan-jalan dengan meminta-minta uang kepada pengendara kendaraan bermotor.

Apakah ada Wanita Tuna Susila (WTS) dijalan pada malam hari.

Apakah ada tempat-tempat/orang-orang yang menjual minuman keras secara terbuka dan lainnya.

6) Cara melaksanakan komunikasi sosial dalam rangka tugas.

7) Komunikasi sosial dapat dilaksanakan dalam bentuk tatap muka

perorangan, kelompok dan dengan massa.

Komunikasi Sosial dilaksanakan bersifat:

a. Penerangan, artinya memberikan penerangan agar lawan bicara

mengetahui dan mengerti tentang sesuatu hal, misalnya penerangan tentang tugas pokok Satuan Polisi Pamong Praja.

b. Penyuluhan dan bimbingan. Disini diperlukan pengetahuan tentang Peraturan Pemerintah Daerah, Peraturan Kepala Daerah

dan produk hukum lainnya. Petugas harus memberikan penyuluhan dan pengetahuan (sosialisasi) tentang peraturan

yang ada yang menyangkut dengan kewajiban sebagai orang warga negara yang baik misalnya:

Bagi pedagang kaki lima tidak dibenarkan berjualan diatas

trotoar dan badan-badan jalan.

Setiap pengusaha harus memiliki surat izin tempat usaha yang dikeluarkan Pemerintah Daerah.

Setiap orang yang mendirikan bangunan harus mempunyai Surat Izin Mendirikan Bangunan.

Memberikan penyuluhan tentang segala sesuatu yang menyangkut dengan K3 (Ketertiban, Kebersihan dan

Keindahan) Kota.

Memberikan penyuluhan tentang hal-hal lain yang sifatnya untuk menegakkan Peraturan daerah dan menjaga

ketertiban umum.

c. Penggalangan

Dalam hal ini petugas berkewajiban untuk mengajak masyarakat agar mau mentaati aturan yang ada, sadar akan

kewajibannya untuk membayar pajak serta masyarakat mau

Page 169: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

24

menjaga dan menciptakan Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan Kota.

8) Petunjuk Khusus Tentang Teknik-teknik Berkomunikasi:

a. Jadilah pembicara yang baik.

b. Tegurlah seseorang, atau ucapkan salam menurut adat kebiasaan yang berlaku dengan suara yang wajar, sikap yang ramah.

c. Mengenalkan diri secara lengkap.

d. Kemukakan apa yang diharapkan dari orang yang dihadapi.

e. Beri kesempatan orang untuk berbicara.

f. Jadilah pendengar yang bijaksana.

g. Dengar pembicaraan orang yang dihadapi dengan seksama.

h. Jangan memotong pembicaraan mereka.

i. Hadapi dengan singkat pembicaraan mereka.

j. Tunjukan contoh tauladan dari sikap dan perilaku sehari-hari sebagai Polisi Pamong Praja yang baik.

3. Bentuk dan Cara:

a. Bentuk-bentuk Patroli:

Tugas patroli dapat dilaksanakan dalam bentuk sebagai berikut :

1) Patroli Pengawasan yaitu melakukan pengawasan dan pengamatan suatu daerah tertentu dalam jangka waktu 24 Jam.

2) Patroli khusus dalam rangka pelaksanaan tugas yang bersifat represif.

b. Cara Patroli

Sesuai dengan situasi dan kondisi Daerah, sasaran yang ada serta

tugas dan tujuan, maka cara-cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan tugas Patroli adalah:

1) Patroli berjalan Kaki.

Patroli ini dilaksanakan pada tempat-tempat yang tidak dimungkinkan dilalui oleh kendaraan bermotor. Patroli berjalan

kaki ini lebih memungkinkan untuk menjalin hubungan dengan masyarakat dalam rangka sosialisasi dan pelayanan masyarakat.

2) Patroli bersepeda motor.

Patroli ini diperlukan untuk mengamati dan mengawasi suatu wilayah serta memberi bantuan kepada patroli berjalan kaki

dalam wilayah yang lebih luas.

3) Patroli kendaraan roda empat atau lebih.

Patroli ini diperlukan untuk mengamati dan mengawasi suatu wilayah serta memberi bantuan kepada patroli bersepeda motor

dalam wilayah yang lebih luas dan perlu tenaga operasional yang lebih banyak.

4. Perlengkapan/Peralatan:

a. Perlengkapan/Peralatan perorangan, terdiri dari:

Pakaian Dinas Lapangan II (PDL II).

Page 170: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

25

Kartu Tanda Anggota.

Kartu Tanda Penduduk.

Pluit.

Pentungan.

Senter.

Buku saku dan alat tulis.

Topi/helm.

Kopelrim.

Jaket.

Borgol.

Senjata Api (bagi yang mempunyai izin).

b. Perlengkapan/Peralatan patroli berjalan kaki terdiri dari :

Perlengkapan Perorangan

Pentungan

Borgol

Senjata api (bagi yang mempunyai izin).

c. Perlengkapan/Peralatan Patroli Bersepeda Motor terdiri dari :

Perlengkapan perorangan

Pentungan

Borgol

Senjata api (bagi yang mempunyai izin).

Sepeda Motor Dinas dengan perlengkapan :

(a) Surat Izin Mengemudi

(b) STNK

(c) Peralatan kunci

d. PerIengkapan/Peralatan Patroli Kendaraan roda empat terdiri dari:

Perlengkapan perorangan.

Pentungan.

Borgol.

Senjata api (bagi yang mempunyai izin).

Kendaraan dengan perlengkapan:

(a) SIM (bagi Pengemudinya).

(b) STNK.

(c) Lampu Patroli.

(d) Lampu Sorot.

(e) Sirine.

(f) Kotak P3K.

(g) Kunci-kunci dan dongkrak.

(h) Alat pemadam kebakaran.

5. Pelaksanaan:

a. Perencanaan Patroli.

Perencanaan Tugas Patroli harus dibuat dengan memperhatikan:

1) Keseimbangan antara cara dan sarana dengan sasarannya.

Page 171: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

26

2) Terlaksananya kerjasama Satuan Polisi Pamong Praja dengan masyarakat sehingga pelaksanaannya dapat mencapai dayaguna

dan hasilguna.

3) Sebab dan akibat yang timbul, yang memungkinkan Satuan Polisi

Pamong Praja harus bertindak sebaiknya dapat diketahui terlebih dahulu. Terjadinya pelanggaran yang dapat menimbulkan gangguan terhadap ketertiban umum dan ketenteraman

masyarakat merupakan akibat dari suatu sebab. Karena itu setiap perencanaan, tugas patroli harus didasarkan kepada perkiraan

keadaan.

4) Perencanaan Tugas Patroli harus disesuaikan dengan tugas Pokok

Satuan Polisi Pamong Praja dan peraturan yang berlaku serta mengemban misi untuk mensosialisasikan berbagai peraturan perundangan yang ada, kepada masyarakat dalam meningkatkan

ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat.

5) Hal-hal mendasar lainnya yang harus diperhatikan dalam

Perencanaan Patroli adalah sebagai berikut:

a. Untuk setiap tugas patroli harus dibuat Surat Perintah yang

ditanda tangani oleh Kepala Satuan, dimana dicantumkan jumlah dan nama serta pangkat berikut NIP personil patroli yang akan diberangkatkan.

b. Untuk tugas-tugas khusus diberikan ketentuan tentang tugas pokok yang harus dilakukan, disamping itu diadakan

pembatasan terhadap personil patroli untuk menjaga disiplin.

c. Setelah kembali dari patroli, Kepala Patroli yang ditunjuk harus

melapor kepada Kepala Satuan dalam waktu 24 jam dan menyerahkan laporan tertulis, berisi semua hal yang menyangkut penugasannya.

d. Ketentuan perlengkapan dan alat komunikasi harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerah serta sifat dan tujuan

penugasan patroli.

b. Pelaksanaan bentuk-bentuk Patroli:

1) Patroli:

a) Patroli biasanya dilaksanakan dalam kota.

b) Penugasan Patroli cukup dicantumkan dalam jadwal patroli

pada buku mutasi.

c) Tugas Patroli harus dilakukan dengan seksama dan teliti, setiap

tugas patroli harus senantiasa memperhatikan, apa yang harus didengar dan dilihat, supaya dapat mengambil kesimpulan apa

yang harus dilakukan atau dilaporkan kepada pimpinan.

d) Setiap kejadian harus dicatat di buku.

e) Tugas Patroli dapat dilakukan dengan sistem sebagai berikut:

(1) Patroli blok, yaitu patroli yang dilakukan dengan berjalan kaki terhadap suatu tempat yang dianggap merupakan

tempat yang rawan tehadap ketertiban umum.

(2) Patroli kawasan, yaitu patroli yang dilakukan dengan

kendaraan bermotor karena daerahnya lebih luas, misalnya

Page 172: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

27

satu kecamatan, bertujuan melakukan kontrol dan

pengecekan terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan ketertiban umum.

(3) Patroli Kabupaten dan Kota, yaitu pengawasan terhadap Kabupaten dan Kota menyangkut ketertiban umum dan

ketenteraman masyarakat serta penegakan Peraturan daerah, Peraturan Kepala Daerah dan produk hukum lainnya yang ada diseluruh wilayah Kab/Kota.

2) Patroli Pengawasan:

a) Patroli Pengawasan adalah penugasan patroli yang bersifat

inspeksi dan diselenggarakan menurut kebutuhan untuk memantau keadaan daerah atau beberapa tempat yang

menurut perkiraan akan timbulnya gangguan terhadap ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat serta upaya penegakan Peraturan daerah yang ada.

b) Tugas dari patroli adalah:

(1) Pemeliharaan, Pengawasan, Penertiban Ketertiban Umum

dan Ketenteraman Masyarakat, Penegakan Peraturan daerah dan Peraturan Kepala Daerah.

(2) Melaksanakan pembinaan masyarakat.

(3) Penerangan pada masyarakat tentang hal-hal yang mengenai tugas dan fungsi Satuan Polisi Pamong Praja.

(4) Mensosialisasikan kebijakan Pemerintah yang terkait dengan tugas Polisi Pamong Praja serta menampung saran-saran

dari masyarakat yang berkaitan dengan Kebijakan Pemerintah.

3) Patroli Khusus

a) Patroli khusus adalah penugasan patroli yang diperintahkan secara khusus oleh Kepala Satuan yang bersifat represif atau

penindakan di lapangan sesuai tuntutan atau kebutuhan yang ada dalam upaya penegakan ketertiban umum.

b) Tugas dari patroli adalah:

(1) Melakukan penindakan terhadap semua pelanggaran

ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat dan Peraturan daerah.

(2) Menindak lanjuti semua laporan, pengaduan dan perintah

khusus dari pimpinan untuk melakukan penindakan terhadap masyarakat yang nyata-nyata melanggar ketertiban

umum dan ketenteraman masyarakat dan Peraturan daerah.

6. Administrasi:

a. Surat Perintah Patroli.

Setiap akan melaksanakan patroli harus membawa surat Perintah

Patroli yang dikeluarkan oleh Kepala Satuan Polisi Pamong Praja.

b. Daftar Petugas Patroli.

Dalam Surat Perintah Patroli harus dicantumkan nama-nama anggota yang ditunjuk melaksanakan patroli.

Page 173: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

28

c. Laporan Hasil Tugas Patroli.

Apabila telah selesai atau kembali dari tugas, segera membuat

laporan tugas Patroli yang diserahkan kepada Kepala Satuan Polisi Pamong Praja.

MENTERI DALAM NEGERI

REPUBLIK INDONESIA,

ttd

GAMAWAN FAUZI

Salinan sesuai dengan aslinya

KEPALA BIRO HUKUM

ZUDAN ARIF FAKRULLOH Pembina Tk.I (IV/b)

NIP. 19690824 199903 1 001

Page 174: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

SALINAN

tJI?[::;IDENIREPLJ BL..I K ..It)ONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 16 TAHUN 2OL8

TENTANG

SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 256 ayat (71

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2Ol4 tentangPemerintahan Daerah, perlu menetapkan PeraturanPemerintah tentang Satuan Polisi Pamong Praja;

Mengingat : 1.

2.

Pasal 5 ayat {2) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun L945;

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2Ol4 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2OL4 Nomor 244, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587),sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhirdengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentangPerubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 56791;

MEMUTUSKAN:

PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SATUAN POLISI

PAMONG PRAJA.

Menetapkan:

BAB I

Page 175: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

PRESIDENREPIJBLIK IN DO N ESIA

-2-

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal I

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:

1. Satuan Polisi Pamong Praja yang selanjutnya disebutSatpol PP adalah perangkat daerah yang dibentukuntuk menegakkan Peraturan Daerah dan PeraturanKepala Daerah, menyelenggarakan ketertiban umumdan ketenteraman serta menyelenggarakanpelindungan masyarakat.

2. Polisi Pamong Praja yang selanjutnya disebut Pol PP

adalah anggota Satpol PP sebagai aparat PemerintahDaerah yang diduduki oleh pegawai negeri sipil dandiberi tugas, tanggung jawab, dan wewenang sesuaidengan peraturan perundang-undangan dalampenegakan Peraturan Daerah dan Peraturan KepalaDaerah, penyelenggaraan ketertiban umum danketenteraman serta pelindungan masyarakat.

3. Penyidik Pegawai Negeri Sipii yang selanjutnyadisingkat PPNS adalah pegawai negeri sipil yang diberitugas melakukan penyidikan terhadap pelanggaranatas ketentuan Peraturan Daerah sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

4. Peraturan Daerah yang selanjutnya disebut Perdaatau yang disebut dengan nama lain adalah Perdaprovinsi dan Perda kabupaten/kota.

5. Peraturan Kepala Daerah yang selanjutnya disebutPerkada adalah peraturan gubernur dan peraturanbupati/wali kota.

6. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakanurusan pemerintahan dalam negeri.

BAB II

q,D

Page 176: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

-3-

BAB II

PEMBENTUKAN DAN ORGANISASI

Pasal 2

(l) Untuk menegakkan Perda dan Perkada,menyelenggarakan ketertiban umum danketenteraman serta menyelenggarakan pelindunganmasyarakat di setiap provinsi dan kabupaten/kotadibentuk Satpol PP.

(21 Pembentukan Satpol PP sebagaimana dimaksud padaayat (1) ditetapkan dengan Perda provinsi dan Perdakabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

Pasal 3

(1) Satpol PP provinsi dalam melaksanakan tugasnyabertanggung jawab kepada gubernur melaluisekretaris daerah provinsi.

12) Satpoi PP kabupaten/kota dalam melaksanakantugasnya bertanggung jawab kepada bupati/wali kotamelalui sekretaris daerah kabupaten/ kota.

Pasal 4

Tipologi dan struktur perangkat Satpol PP provinsi danSatpol PP kabupaten/ kota ditetapkan berdasarkanketentuan peraturan perundang-undangan yang mengaturmengenai perangkat daerah.

BAB IIITUGAS, FUNGSI, DAN WEWENANG

Pasal 5

Satpol PP mempunyai tugas:

a. rnenegakkan Perda dan Perkada;

b. menyelenggarakan

$-,D

Page 177: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

PRESIDENREPUBLIK IN DO N ESIA

-4-

b. menyelenggarakan ketertiban umum danketenteraman; dan

c. menyelenggarakan pelindungan masyarakat.

Pasal 6

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalamPasal 5, Satpol PP mempunyai fungsi:

masyarakat serta penyelenggaraan pelindunganmasyarakat;

c. pelaksanaan koordinasi penegakan Perda dan

ketenteraman serta penyelenggaraan pelindunganmasyarakat dengan instansi terkait;

d. pengawasan terhadap masyarakat, aparatur, ataubadan hukum atas pelaksanaan Perda dan Perkada;

dan

e. pelaksanaan fungsi lain berdasarkan tugas yangdiberikan oleh kepala daerah sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 7

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimanadimaksud dalam Pasal 5 dan Pasal 6, Satpol PP

berwenang:

a. melakukan tindakan penertiban nonyustisial terhadapwarga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yangmelakukan pelanggaran atas Perda dan/atau Perkada;

b. menindak

a. pen5rusunan program penegakan Perda dan Perkada,penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteramanserta penyelenggaraan pelindungan masyarakat;

Perkada, penyelenggaraan ketertiban umum dan

b. pelaksanaan kebijakan penegakan Perda dan Perkada,penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman

Page 178: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

d.

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

-5-

b. menindak warga masyarakat, aparatur, atau badanhukum yang mengganggu ketertiban umum danketenteraman masyarakat;

c. melakukan tindakan penyelidikan terhadap wargamasyarakat, aparatur, atau badan hukum yang

diduga melakukan pelanggaran atas Perda dan/ atauPerkada; dan

melakukan tindakan administratif terhadap wargamasyarakat, aparatur, atau badan hukum yangmelakukan pelanggaran atas Perda dan/atau Perkada.

Pasal 8

Dalam melaksanakan penegakan Perda Satpol PP

bertindak selaku koordinator PPNS di lingkunganPemerintah Daerah.

Dalam melaksanakan penegakan Perda dan/atauPerkada Satpol PP dapat berkoordinasi dengan

Tentara Nasionai Indonesia, Kepolisian Negara

Republik Indonesia, Kejaksaan Republik Indonesia,dan pengadilan yang berada di daerah provinsi/kabupaten/kota.

Ketentuan lebih lanjut mengenai koordinasisebagaimana dimaksud pada ayat (l) dan ayat (21

diatur dalam Peraturan Menteri.

Pasal 9

Penyidikan terhadap pelanggaran atas ketentuanPerda dilakukan oleh pejabat penyidik sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

Selain pejabat penyidik sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dapat ditunjuk PPNS yang terdiri atas unsurPPNS Pol PP dan PPNS perangkat daerah lainnya.

(1)

(2t

(3)

(1)

(2t

(3) Penunjukan

Page 179: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

(3)

(4)

(s)

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

-6-

Penunjukan PPNS sebagaimana dimaksud padaayat (21 dilakukan oleh kepala Satpol PP.

PPNS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberitugas untuk melakukan penyidikan terhadappelanggaran atas ketentuan Perda sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

PPNS sebagaimana dimaksud pada ayat (41

menyampaikan hasil penyidikan kepada penuntutumum dan berkoordinasi dengan penyidik kepolisiansetempat sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

Pasal l0(1) Penyelenggaraan penegakan Perda dan Perkada oleh

Satpol PP dilaksanakan sesuai dengan standaroperasional prosedur dan kode etik.

(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai standar operasionalprosedur dan kode etik diatur dalam PeraturanMenteri.

Pasal l1

Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteramanmasyarakat meliputi kegiatan:

a. deteksi dan cegah dini;b. pembinaan dan penyuluhan;

c. patroli;

d. pengamanan;

e. pengawalan;

f. penertiban; dan

g. penanganan unjuk rasa dan ken:suhan massa.

Pasal 12

Page 180: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

PRESIDENR EPUBL IK IN D ONESIA

-7 -

Pasal 12

Dalam melaksanakan tugas ketertiban umum danketenteraman masyarakat, Satpol PP dapat memintabantuan personel dan peraiatan dari Kepolisian NegaraRepublik Indonesia dan Tentara Nasionai Indonesia dalammelaksanakan tugas yang memiliki dampak sosial yangluas dan risiko tinggi.

Pasal 13

(1) Penyelenggaraan pelindungan masyarakat oleh SatpolPP melibatkan masyarakat.

(21 Untuk efektivitas penyelenggaraan pelindunganmasyarakat, Satpol PP melakukan pembinaanterhadap masyarakat sebagaimana dimaksud padaayat ( 1).

Pasal 14

Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraanketertiban umum dan ketenterzrman masyarakat sertapenyelenggaraan pelindungan masyarakat diatur dalamPeraturan Menteri.

BAB IV

SUMBER DAYA MANUSIA

Pasal 15

(1) Anggota Satpol PP diangkat dari pegawai negeri sipilyang memenuhi persyaratan.

(21 Pegawai negeri sipil Satpol PP sebagaimana dimaksudpada ayat (1) terdiri atas:

a. pejabat pimpinan tinggi pratama;

b. pejabat administrasi; dan

c. pejabat

Page 181: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

a.

b.

c.

PRES I DENREPUBL.IK INDONESIA

-8-

c. pejabat fungsional Pol PP.

(3) Pegawai negeri sipil Satpol PP sebagaimana dimaksudpada ayat (21 huruf b dan huruf c dapat memilikikualifikasi pejabat PPNS.

Pasal 16

Pejabat pimpinan tinggi pratama diangkat dari pegawainegeri sipil sesuai dengan peraturan perundang-undangandan memiliki kualifikasi sebagai PPNS.

Pasal 17

Pejabat administrasi terdiri atas:

pej abat administrator;pejabat pengawas; dan

pejabat pelaksana.

Pasal 18

Pejabat fungsional Pol PP diangkat dan diberhentikansesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 19

(1) Pol PP wajib mengikuti pendidikan dan pelatihandasar.

(21 Selain mengikuti pendidikan dan pelatihan dasarsebagaimana dimaksud pada ayat (1), pejabatfungsional Pol PP dan pejabat PPNS wajib mengikutidan lulus pendidikan dan pelatihan teknis danfungsional.

(3) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan dasar,teknis, dan fungsional dilaksanakan oleh kementerianyang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalamnegeri.

(4) Pemerintah . .

Page 182: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

(4)

(s)

PRESIiffI..JREPUBL . II.IDOI.JESIA

-9-

Pemerintah Daerah dapat memfasilitasipenyelenggaraan pendidikan dan pelatihansebagaimana dimaksud pada ayat (3) denganberkoordinasi dengan Menteri.

Ketentuan lebih lanjut mengenai pendidikan danpelatihan dasar, teknis, dan fungsional diatur denganPeraturan Menteri.

Pasal 20

Pegawai negeri sipil Satpol PP wajib:

a. menjunjung tinggi hak asasi manusia;

b. menaati peraturan perundang-undangan dan kodeetik serta nilai agama dan etika;

c. bertindak objektif dan tidak diskriminatif; dand. memelihara persatuan dan kesatuan bangsa.

BAB V

KEWAJIBAN PEMERINTAH DAERAH

Pasal 21

Pemerintah Daerah wajib:

a. memenuhi hak pegawai negeri sipii Satpol PP;

b. menyediakan sarana dan prasarana minimalSatpol PP; dan

c. melakukan pembinaan teknis operasional.

Pasal22

Hak pegawai negeri sipil Satpol PP sebagaimana dimaksuddalam Pasal 21 huruf a meliputi:a. jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja,

jaminan kematian, dan bantuan hukum sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

b.pengembangan...

Page 183: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

PRESIDENREPUELIK IN DON ESIA

-10-

b. pengembangan kompetensi, keahlian, dan karier; danc. hak lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Pasal 23

Sarana dan prasarana minimal Satpol PP sebagaimanadimaksud dalam Pasal 21 huruf b meliputi:a. gedung kantor;b. kendaraan operasional; danc. perlengkapanoperasional.

Pasal 24

Perlengkapan operasional sebagaimana dimaksud dalamPasal 23 huruf c paling sedikit terdiri atas:

a. perlengkapanperorangan;b. perlengkapanberegu;c. perlengkapan patroli; dand. perlengkapan penegakan Perda dan Perkada.

Pasal 25

(1) Pembinaan teknis operasional sebagaimana dimaksuddalam Pasal 21 huruf c dilakukan oleh kepala daerahkepada Satpol PP dalam penegakan Perda danPerkada, penyelenggaraan ketertiban umum danketenteraman serta penyelenggaraan pelindunganmasyarakat.

(21 Pembinaan teknis operasional sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dilaksanakan melalui kegiatan:a. pembinaan etika profesi;

b. koordinasi Satpol PP;

c. pengembanganpengetahuan dan keterampilan;d. manajernen penegakan Perda dan perkada;

e. peningkatan

Page 184: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

PRES IDEt.IREPUBLIK INDONESIA

_ 11_

peningkatan kualitas pelayanan Satpol PP; dan

peningkatan kapasitas kelembagaan.

Pasal 26

Pendanaan pemenuhan hak pegawai negeri sipil Satpol PP,

penyediaan sarana dan prasarana minimal Satpol PP, danpembinaan teknis operasional Satpol PP dibebankan padaanggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi/kabupaten/kota.

Pasal27

Ketentuan lebih lanjut mengenai pemenuhan hak pegawainegeri sipil Satpol PP, penyediaan sarana dan prasaranaminimal Satpol PP, dan pembinaan teknis operasionalSatpol PP diatur dalam Peraturan Menteri.

BAB VI

KOORDINASI

Pasal 28

Kepala Satpol PP provinsi mengoordinasikanpenegakan Perda dan Perkada, penyelenggaraanketertiban umum dan ketenteraman sertapenyelenggaraan pelindungan masyarakat dikabupaten/kota.

Kepala Satpol PP kabupaten/kota berkoordinasidengan camat, dan/atau instansi terkait sertaSatpol PP provinsi dalam penegakan perda danPerkada, penyelenggaraan ketertiban umum danketenteraman serta penyelenggaraan pelindunganmasyarakat.

e.

f.

(1)

(2)

Pasal 29 . .

Page 185: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

PRESIDENREPUBLIK INOONESIA

-t2-

Pasal 29

(1) Dalam pelaksanaan koordinasi tugas Satpol PP secaranasional, Menteri menyelenggarakan rapat koordinasinasional Satpol PP.

(21 Dalam pelaksanaan koordinasi tugas Satpol PP tingkatprovinsi, gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusatmenyelenggarakan rapat koordinasi Satpol PP

kabupaten/kota di wilayah provinsi.

BAB VII

PEMBINAAN, PENGAWASAN, PENGHARGAAN,DAN PELAPORAN

Pasal 30

Pembinaan dan pengawasan umum terhadapPemerintah Daerah dalam penyelenggaraanpenegakan Perda dan Perkada, ketertiban umum danketenteraman serta pelindungan masyarakat yangdilaksanakan oleh Satpol PP dilaksanakan sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pendanaan pembinaan dan pengawasan umumsebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibebankanpada anggaran pendapatan dan belanja negara sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 31

Dalam penyelenggaraan penegakan Perda danPerkada, ketertiban umum dan kete nteraman sertapelindungan masyarakat, Menteri dapat memberikanpenghargaan kepada:

a. gubernur dan bupati/wali kota;b. Satpol PP provinsi dan kabupaten/kota; dan

(1)

(2t

(1)

c. pegawai

Page 186: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

(2t

(3)

(1)

(2t

PRESIOENREPUBLIK IN DO N ESIA

-13-

c. pegawai negeri sipil Satpol PP provinsi dankabupaten/kota.

Penghargaan diberikan didasarkan padapertimbangan profesionalitas, penghormatan hakasasi manusia, kinerja, disiplin, dan integritas.

Ketentuan lebih lanjut mengenai penghargaan diaturdengan Peraturan Menteri.

Pasal 32

Gubernur menyampaikan laporan penyelenggaraanpenegakan Perda dan Perkada, ketertiban umum danketenteraman serta pelindungan masyarakat kepadaMenteri secara berkala.

Bupati/wali kota menyampaikan laporanpenyelenggaraan penegakan Perda dan Perkada,ketertiban umum dan ketenteraman sertapelindungan masyarakat kepada gubernur sebagaiwakil Pemerintah Pusat secara berkala.Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) danayat (21 disampaikan melalui sistem informasipelaporan.

Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem informasipelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diaturdengan Peraturan Menteri.

BAB VIIIKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 33

Pejabat pimpinan tinggi pratama Satpol PP yang belummemiliki kualifikasi PPNS sebelum Peraturan Pemerintahini berlaku wajib mengikuti dan lulus pendidikan danpelatihan PPNS paiing lama 1 (satu) tahun terhitung sejakPeraturan Pemerintah ini diundangkan.

(3)

(4t

BAB IX

Page 187: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

PRE-S ID ENREPUELIK INDONfSIA

-14-

BAB IX

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 34

Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, semuaperaturan perundang-undangan yang merupakanperaturan pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah Nomor 6Tahun 2O7O tentang Satuan Polisi Pamong Praja(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OlONomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5094) dinyatakan masih tetap berlaku sepanjangtidak bertentangan dengan ketentuan dalam PeraturanPemerintah ini.

Pasal 35

Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku,Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2OLO tentangSatuan Polisi Pamong Praja (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2OlO Nomor 9, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 5094) dicabut dandinyatakan tidak berlaku.

Pasal 36

Peraturan pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah iniharus ditetapkan paling lama 1 (satu) tahun terhitungsejak Peraturan Pemerintah ini diundangkan.

Pasal 37

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggaldiundangkan.

Agar.

Page 188: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

-15-

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Peraturan Pemerintah ini denganpenempatannya dalam Lembaran Negara RepublikIndonesia.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 3 Mei 2018PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

JOKO WIDODO

Diundangkan di Jakartapada tanggal 8 Mei 2018MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

YASONNA H. LAOLY

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2018 NOMOR 72

Salinan sesuai dengan aslinyaKEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA

REPUBLIK INDONESIAAsist ti Bidang Pemerintahan Dalam Negeri

, Deputi Bidang Hukum.ng-undangan,

Trihastuti Sukardi

:{

L,

Page 189: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

PRESIDENREPUBLIK IN DON ESIA

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 16 TAHUN 2OI8

TENTANG

SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

I. UMUM

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang PemerintahanDaerah mengatur bahwa Satpol PP dibentuk untuk menegakkan Perdadan Perkada, menyelenggarakan ketertiban umum dan ketenteramanserta menyelenggarakan pelindungan masyarakat. Ketentuan Pasal 256ayat (71 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2OL4 tentang PemerintahanDaerah dimaksud mengamanatkan pengaturan tebih lanjut mengenaiSatpol PP diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Satpol PP sebagai perangkat daerah, mempunyai peran yangsangat strategis dalam memperkuat otonomi daerah dan pelayananpublik di daerah. Untuk menjamin terlaksananya tugas Satpol PP dalampenegakan Perda dan Perkada, penyelenggaraan ketertiban umum danketenteraman serta pelindungan masyarakat perlu dilakukanpeningkatan, baik dari sisi kelembagaan maupun sumber daya manusia.Selain itu, keberadaan Satpol PP dalam penyelenggaraan pemerintahandaerah diharapkan dapat membantu adanya kepastian hukum danmemperlancar proses pembangunan di daerah.

Peraturan Pemerintah ini mengatur mengenai pembentukan danorganisasi, tugas, fungsi, dan wewenang, sumber daya manusia,kewajiban Pemerintah Daerah, koordinasi, pembinaan, pengawasan,penghargaan, dan pelaporan serta pengaturan kualifikasi PPNS untukpejabat pimpinan tinggi pratama Satpol PP.

II. PASAL

Page 190: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

PRESIDENREPUBLIK IN DO N ESIA

-2-II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Cukup jelas.

Pasal 3

Cukup jelas.

Pasal 4

Cukup jelas.

Pasal 5

Huruf aCukup jelas.

Huruf bYang dimaksud dengan "menyelenggarakan ketertibanumum dan ketenteraman" adalah upaya dan kegiatan yangdiselenggarakan Satpol PP yang memungkinkan PemerintahPusat, Pemerintah Daerah, dan masyarakat dapatmelakukan kegiatannya dalam situasi dan kondisi yangtenteram, tertib, dan teratur sesuai dengan kewenangannyadalam rangka penegakan Perda dan Perkada.

Huruf cCukup jelas.

Pasal 6

Huruf aYang dimaksud dengan "penyusunan program" adalahSatpol PP membuat perencanaan dan program yang berisikegiatan, sasaran, dan target pencapaian penyelenggaraanpenegakan Perda dan Perkada, ketertiban umum danketenteraman serta pelindungan masyarakat.

Huruf b .

Page 191: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

FFl[:JIDEI\REPUI][-IK INII)ONESIA

-3-Huruf b

Cukup jelas.

Huruf cYang dimaksud dengan "instansi terkait" antara lain TentaraNasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia,Kejaksaan Republik Indonesia, dan pengadilan yang beradadi daerah provinsi atau kabupaten/kota.

Huruf dCukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Pasai 7

Huruf aYang dimaksud dengan "tindakan penertiban non)rustisial"adalah tindakan yang dilakukan oleh Pol PP dalam rangkamenjaga dan/atau memulihkan ketertiban umum danketenteraman masyarakat terhadap pelanggaran Perdadan/atau Perkada sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan dan tidak sampai pada prosesperadilan.

Huruf bYang dimaksud dengan "menindaP adalah melakukantindakan hukum terhadap pelanggaran Perda untukdiproses melalui peradilan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

Huruf cYang dimaksud dengan "tindakan penyelidikan" adalahtindakan Pol PP yang tidak menggunakan upaya paksadalam rangka mencari data dan informasi tentang adanyadugaan pelanggaran Perda dan/atau Perkada, antara lainmencatat, mendokumentasi, atau merekam kejadian/keadaan serta meminta keterangan.

Huruf d. . .

Page 192: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

PRESIDENREPUBLiK INDONESIA

-4-Huruf d

Yang dimaksud dengan otindakan administratil" adalahtindakan berupa pemberian surat pemberitahuan dan/atausurat teguran/ surat peringatan terhadap pelanggaranPerda dan/ atau Perkada.

Pasal 8

Cukup jelas.

Pasal 9

Cukup jelas.

Pasal 10

Cukup jelas.

Pasal 11

Cukup jelas.

Pasal 12

Cukup jelas.

Pasal 13

Ayat (1)

Pelindungan masyarakat antara lain dilakukan melaluipembantuan pencegahan dan penanggulangan bencanadan kebakaran, pembantuan keamanan masyarakat, danpembantuan kegiatan sosial kemasyarakatan sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 14

Cukup jelas.

Pasal 15

Cukup jelas.

Pasal 16

Cukup jelas.

Pasal 17

Page 193: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

-5-Pasal 17

Cukup jelas.

Pasal 18

Cukup jelas.

Pasal 19

Cukup jelas.

Pasal 20

Cukup jelas.

Pasal 21

Cukup jelas.

Pasal 22

Cukup jelas.

Pasal 23

Cukup jelas.

Pasal 24

Cukup jelas.

Pasal 25

Cukup jelas.

Pasal 26

Cukup jelas.

Pasal27

Cukup jelas.

Pasal 28

Cukup jelas.

Pasal 29 .

$*D

Page 194: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

PRES IDEI{REPIJRI..IK INDONESIA

-6-

Pasal 29

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan "rapat koordinasi nasional Satpol PP'

adalah wadah koordinasi bagi Menteri dengan kepala SatpolPP provinsi dalam rangka membahas permasalahan,identifikasi permasalahan, penyelesaian pernasalahan sertaperumusan dan sinkronisasi kebijakan operasionalpenyelenggaraan penegakan Perda dan Perkada, ketertibanumum dan ketenteraman serta pelindungan masyarakat.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan "rapat koordinasi Satpol PP

kabupaten/kota di wilayah provinsi" adalah wadah koordinasibagr gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat dengan kepalaSatpol PP provinsi dan kepala Satpol PP kabupaten/kotadalam satu wilayah provinsi dalam rangka membahaspermasalahan, identifikasi permasalahan, penyelesaianpermasalahan serta perumusan dan sinkronisasi kebijakanoperasional penyelenggaraan penegakan Perda dan Perkada,ketertiban runum dan ketenteraman serta pelindunganmasyarakat.

Pasal 30

Cukup jelas.

Pasal 3 1

Cukup jelas.

Pasal 32

Cukup jelas.

Pasal 33

Cukup jelas.

Pasal 34

Cukup jelas.

Pasal 35

Page 195: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

FRESIDENREPUBLIK IN DO N ESIA

-7 -

Pasal 35

Cukup jelas.

Pasal 36

Cukup jelas.

Pasal 37

Cukup jeias.

TAMBAHAN LEMBAMN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6205

Page 196: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan
Page 197: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan
Page 198: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan
Page 199: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …repository.fisip-untirta.ac.id/1055/1/GESTI RESTI FITRI 6661110506... · menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Peraturan

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS PRIBADI

Nama : Gesti Resti FItri

Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 06 Maret 1994

Jenis Kelamin : Perempuan

Status Perkawinan : Belum Menikah

Agama : Islam

Email : [email protected]

Alamat : jln Rahwana 2 No 29 Perumnas 2 Cibodas BaruTangerang

RIWAYAT PENDIDIKAN

SDN Cibodas Tangerang 8 (1999-2005)

SMPN 19 Tangernag (2005-2008)

SMA Yupentek 1 Tangerang (2008-2011)

S1 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Kota Serang Banten (2011-2018)