evaluasi pelaksanaan peraturan …repository.fisip-untirta.ac.id/1173/1/pdf skripsi uwew...antara...
TRANSCRIPT
i
EVALUASI PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH
KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 10 TAHUN 2001
TENTANG RETRIBUSI PASAR DI PASAR MENES
KABUPATEN PANDEGLANG
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
Ujian Sarjana Strata-1
Pada Program Studi Administrasi Negara
Oleh : LELA NURLELA
NIM. 6661072797
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG
2011 ABSTRAK
ii
LELA NURLELA. NIM 072797. Evaluasi Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 10 Tahun 2001 Tentang Retribusi Pasar di Pasar Menes Kabupaten Pandeglang. Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Kata kunci : Kebijakan Publik, Retribusi Daerah
Evaluasi dilakukan untuk menilai sejauhmana keberhasilan penerapan Kebijakan publik dan seberapa besar tingkat kesenjangan antara harapan dan tujuan yang telah dicapai.Salah satu faktor penting dalam pembangunan daerah adalah faktor keuangan daerah. Salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah retribusi daerah. Retribusi Pasar Merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah. Pasar Menes memiliki potensi yang cukup waktu untuk dinilai atau dievaluasi suatu kebijakannya dalam hal Retribusi Pasar. Tujuan penelitian ini adalah untuk Mengevaluasi Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 10 Tahun 2001 Tentang Retribusi Pasar di Pasar Menes Kabupaten Pandeglang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini menggunakan teori yang didasarkan pada kriteria – kriteria Evaluasi menurut William N Dunn. Kriteria –kriteria tersebut adalah Efektivitas, Efesiensi, Kecukupan, pemerataan Responsifitas dan Ketepatan. Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Tehnik analisa data menggunakan tehnik analisis interaktif Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukan bahwa . Evaluasi Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 10 Tahun 2001 Tentang Retribusi Pasar di Pasar Menes Kabupaten Pandeglang Belum maksimal. Pelaksanaan Peraturan Daerah No 10 Tahun 2001 belum maksimal dilaksanakan karena dipengaruhi oleh beberapa faktor. baik oleh faktor penghambat maupun faktor pendukung. Faktor penghambat diantaranya adalah satu adanya keterlibatan pihak Luar (LSM ) dalam pelaksanaan kebijakan Retribusi Pasar di Pasar Menes, Dua kurangnya kesadaraan wajib retribusi untuk membayar retribusi , Tiga adanya unsur ketertutupan dari pegawai kantor Pasar Menes dalam memberikan informasi mengenai realisasi pendapatan Retribusi Pasar perhari di Pasar Menes, empat kurangnya sarana yang dimiliki Kantor Pasar Menes dan ke lima Sumberdaya Manusia di Pasar Menes secara kualitas dan kuantitas masih Rendah. Adapun yang menjadi Faktor Pendukung adalah Terjalinnya komunikasi yang baik antara aparatur atau pelaksana kebijakan dengan wajib retribusi, Kesadaran aparatur untuk selalu mengawasi kegiatan retrribusi di Pasar Menes Kabupaten Pandeglang dalam jangka waktu satu- tiga bulan sekali dan adanya Kesadaran dari beberapa wajib retribusi untuk selalu patuh dan membayar Retribusi.
ABSTRACT
iii
Lela Nurlela. Nim 072797. Evaluation of the Implementation Regulation Pandeglang District No. 10 of 2001 about Market Retribution In the Menes Market pandeglang District. Faculty of social and politicial. University of sultan Ageng Tirtayasa.
Keyword : Public policy, Area Retribution
The evaluation was conducted to assess the extent of successful implementation of public policies and the extent of the gap between expectations and goals have been achieved. The one of an important in the development of local goverment is local finance factor. One sources of local owned reveneu is market Retribution. Market retribution is one source of local owned revenue. The market potential of Menes has sufficient time to assess or evaluate a policy in terms of market retribution. The purpose of this study was to evaluate the implementation of Regulation Pandeglang District Number 10 Year 2001 About Market Retribution on Menes Market Pandeglang. The method used in this research is employing a qualitative approach. This study uses a theory based on the criteria - criteria for evaluation according to William N Dunn. These criteria are Effectiveness, Efficiency, adequacy, equity and responsiveness of Appropriateness. The data collection techniques are interview, observations, and documentation study. The data analysis employs interactive analiysis of Miles and Huberman. The results showed that. Evaluation of the Implementation Regulation Pandeglang Number 10 Year 2001 About Market retribution on Menes Market Pandeglang yet maximal. Implementation of Regional Regulation No. 10 of 2001 has not been implemented because the maximum is influenced by several factors. either by inhibiting factors as well as supporting factors. Inhibiting factors include the presence of foreign involvement (LSM) in policy implementation at the Market retribution on Menes Market, Two of a lack of awareness of compulsory Retribution to pay the retribution, the three elements of the closure of Market office workers Menes in providing information about the realization of the income Market retribution per day at Market Menes, the lack of facilities owned four Office Menes Market and the fifth in the Human Resources Menes Market in quality and quantity is still low. As for the Factors Supporting the establishment of good communication between the apparatuses or implementing policies with mandatory retribution , Awareness apparatus to always supervise activities in the Menes Market retribution Pandeglang within one-three months and the consciousness of some mandatory retribution to always obey and pay the retribution.
KATA PENGANTAR
iv
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah. Berkat Rahmat Allah-lah yang menyebabkan Skripsi ini
dapat terselesaikan. Oleh karena itu, tidak akan aku biarkan rahmat Allah lewat
begitu saja tanpa ku sambut meriah. Puji syukur kepada Allah swt selalu terasa
tidak sebanding dengan apa yang telah kita terima sebagai hamba, sekaligus raja.
Sebab, kita adalah hamba yang diciptakan-Nya dan raja dari semua makhluk
ciptaan-Nya.
Ucapan terima kasih juga peneliti sampaikan kepada pihak yang telah
memberikan pengajaran, bantuan serta dorongan dalam upaya menyelesaikan
proposal penelitian ini mengenai ”Evaluasi Pelaksanaan Peraturan Daerah
Kabupaten Pandeglang Nomor 10 Tahun 2001 Tentang Retribusi Pasar di
Pasar Menes Kabupaten Pandeglang.
Untuk itu peneliti sampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H Soleh Hidayat Drs, M.pd selaku Rektor Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
2. Prof. Dr. H Ahmad Sihabudin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Rahmi Winangsih, S. Sos., M.Si selaku Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
v
5. Idi Dimyati, S.Ikom M.ikom selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
6. Kandung Sapto N, S.Sos., M. Si selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
7. Rina Yulianti, S.IP., M.Si selaku Sekretaris Prodi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
8. Maulana Yusup S.IP M.Si selaku dosen pembimbing akademik terimakasih
atas bimbingan akademiknya selama peneliti melaksanakan kuliah.
9. Listyaningsih S.Sos., M.Si selaku Pembimbing I skripsi , yang dengan penuh
kesabaran memberikan masukan buat perbaikan Skripsi peneliti.
10. Riswanda S.Sos MPA selaku Pembimbing II Skripsi, berkat kesabarannya
membimbing Peneliti dengan arahan dan masukan dalam menyusun Proposal
ini.
11. Anis Fuad S.sos selaku Pembimbing II Skripsi, berkat kesabarannya
membimbing peneliti dengan arahan dan masukan dalam menyusun skripsi
ini.
12. Semua Dosen dan Staf Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang membekali penulis
dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan
13. Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pasar Kabupaten Pandeglang,
yaitu Bapak H. Dadan T.Danial. MM dengan kebaikan hati dan
kebijaksanaannya memberikan arahan selama penelitian .
vi
14. Kepala Bidang Pasar Dinas perindustrian perdagangan dan pasar kabupaten
Pandeglang yaitu Bapak Taufik supriyatna yang telah memberikan arahan dan
informasi selama penelitian
15. Kepala seksi Pasar Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pasar Kabupaten
Pandeglang yaitu Bapak H. Didit yang telah memberikan banyak informasi
tentang Retribusi Pasar selama penelitian.
16. Seluruh Pegawai Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pasar Kabupaten
Pandeglang yang telah banyak membantu peneliti selama melaksanakan
penelitian.
17. Penanggung jawab Kantor Pasar Menes Bapak Ahmad terimakasih atas
pemberian informasi dan data tentang pasar Menes selama penelitian
berlangsung.
18. Ibu Yayah Herawati Pegawai Bagian Administrasi dan Penyetoran Retribusi
Pasar Menes yang telah memberikan informasi tentang retribusi Pasar Menes
19. Seluruh pegawai kantor Pasar Menes terimakasih atas pemberian Informasi
yang dibutuhkan selama penelitian berlangsung.
20. Bapak dan Ibu, kedua orang tua tercinta, dan terbaik di seluruh dunia yang
pernah peneliti miliki. Terima kasih atas segala kasih sayang, jasa dan
pengorbanan yang tiada tara yang telah di berikan kepada peneliti.
21. Kakak ,Teteh dan adik Tercinta yang terus memotivasi untuk tetap
bersemangat dalam melakukan penelitian.
vii
22. Sahabat tercinta, Muliawati, Evi Fadhillah S.sos, Abdurohman S.sos, Nita
Ismaya dan Nur rohmawati yang selalu memberikan semangat dan motivasi
dalam penelitian.
23. Teman – teman seperjuangan Yeni, Mita, Fina, Tia, sumarni, Ica, Ofi, Rita,
dan Neny yang selalu memberikan semangat dan dukungan selama penelitian.
24. Teman-teman kelas F, G dan H 2007 Ilmu Admninstrasi Negara Yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas jalinan pertemanan dan
kenangan indah selama empat tahun perkuliahan.
25. Teman – teman KKM 65 2010 Terimakasih atas pertemanan dan kenangan
indah selama sebulan berlangsung.
Selain itu peneliti sebagai penyusun menyadari akan adanya kekurangan-
kekurangan, oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak. Dilain sisi peneliti juga berharap agar proposal skripsi ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca sebagai bahan rujukan mengenai bidang Retribusi Pasar.
Akhir kata peneliti ucapkan terimakasih.
Wassalamualaikum wr.wb
Serang, Oktober 2011
Peneliti
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERSETUJUAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah....................................... 12
1.3 Rumusan Masalah ................................................................................... 14
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................... 14
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................. 15
1.6 Sistematika Penulisan ............................................................................. 15
BAB II TEORI DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN
2.1 Deskripsi Teori ........................................................................................ 21
2.1.1 Definisi Kebijakan Publik ............................................................ 21
2.1.2 Tahap-Tahap Kebijakan Publik..................................................... 27
ix
2.1.3 Arti pentingnya studi kebijakan publik ......................................... 29
2.1.4 Konsep Evaluasi Kebijakan ........................................................... 32
2.1.5 Tujuan evaluasi kebijakan publik .................................................. 41
2.1.6 Konsep Retribusi Daerah .............................................................. 42
2.2 kerangka berpikir ...................................................................................... 45
2.3 Asumsi dasar penelitian. ............................................................................ 48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian .................................................................................... 49
3.2. Instrumen Penelitian ................................................................................ 50
3.3. Informan Penelitian .................................................................................. 54
3.4. Teknik Analisis Data ................................................................................ 55
3.5. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data ................................................ 59
3.6. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 61
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ................................................................... 62
4.1.1 Deskripsi Wilayah Kabupaten Pandeglang .................................... 62
4.1.2 Gambaran Umum Dinas Perindagpas Kabupaten Pandeglang ...... 69
4.1.3 Deskripsi Lokasi Penelitian ........................................................... 80
4.2 Informan Penelitian ............................................................................. 83
4.3 Deskripsi Data . ...................................................................................... 84
4.3.1 Deskripsi dan Analisis Data Penelitian .......................................... 84
4.3.2 Evaluasi pelaksanaan Perda Kabupaten Pandeglang No 10 Tahun
2001 Tentang Retribusi Pasar di Pasar Menes Kabupaten Pandeglang ....... 87
x
4.3.3 Pembahasan ................................................................................... 114
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................... 125
5.2 Saran ................................................................................................ 126
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Laporan penerimaan pendapatan DISPERINDAGPAS KAB
Pandeglang tahun anggaran 2010.................................................... 9
Tabel 1.2 Target dan realisasi pelayanan pasar Kab Pandeglang ................... 9
Tabel 2.1 Tabel kriteria Evaluasi menurut Dunn ......................................... 38
Tabel 2.2 Tabel jenis Evaluasi Menurut Finnsterbusch dan Motz ............... 40
Tabel 2.3 Tabel Daftar Besarnya Pungutan Retribusi ................................. 45
Tabel 3.1 Tabel pedoman wawancara ........................................................... 51
Tabel 3.2 Tabel informan Penelitian ............................................................ 55
Tabel 3.3 Tabel jadwal Penelitian ................................................................ 62
Tabel 4.1 Tabel Tujuan dan sasaran jangka menengah pelayanan
Disperindagpas Kabupaten Pandeglang ....................................... 85
Tabel 4.2 Tabel jumlah kios Pasar Menes Berdasarkan Lokasi ................... 82
Tabel 4.3 Tabel Nama Petugas Retribusi Untuk Pasar Menes ..................... 82
Tabel 4.6 Tabel Daftar Informan .................................................................. 83
Tabel 4.7 Tabel Realisasi Penerimaan Retribusi Pasar Tahun 2010 .......... 113
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Tahap tahap kebijakan publik ...........................................................
....................................................................................................... 27
Gambar 2.2 Siklus skematik kebijakan publik .....................................................
....................................................................................................... 28
Gambar 2.3 Skema kerangka pemikiran ...............................................................
....................................................................................................... 47
Gambar 3.1 Komponen Analisa Data Miles dan Huberman ................................
....................................................................................................... 57
Gambar 4.1 bagan struktur organisasi Dinas Perindagpas Kabupaten
Pandeglang ..... .............................................................................. 75
Gambar 4.2 keadaan Pasar Menes dari lokasi terminal .......................................
....................................................................................................... 81
Gambar 4.3 Himbauan yang ditempel di Dinding Kantor Pasar Menes ..............
....................................................................................................... 94
Gambar 4.4 Petugas DPKPA sedang membubuhi stempel Pada Karcis Retribusi
Pasar ............................................................................................. 99
Gambar 4.5 keadaan Kantor Pasar Menes ...........................................................
..................................................................................................... 117
BAB I
PENDAHULUAN
1.I LATAR BELAKANG MASALAH
Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan
yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat,
bangsa dan negara, untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional
sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 yaitu melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial. Berdasarkan pokok pikiran tersebut diatas maka
hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Pokok
pikiran tersebut diwujudkan dalam tugas-tugas pembangunan yang
dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan yang meliputi segala
aspek kehidupan baik secara material maupun spiritual. Dalam rangka
meningkatkan efektivitas tugas-tugas pemerintah, dan pembangunan dapat
mencapai sasaran yang diharapkan yaitu dapat menjangkau secara merata
seluruh wilayah negara Republik Indonesia, maka pembangunan daerah di
negara Indonesia dibagi menjadi dua pemerintah, yaitu pemerintah pusat
dan pemerintah daerah.1
1 http://id.shvoong.com/social-sciences/anthropology/2135213-pengertian-tujuan-dan-hakikat-pembangunan/ ( tanggal akses : 03 des 2010 )
Undang-Undang mengenai otonomi daerah Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian direvisi menjadi Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan ditambah pula dengan Undang-Undang
Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan
Daerah, undang-undang tersebut menekankan peranan pemerintah daerah
untuk mengurus rumah tangganya sendiri secara mandiri. Hakekat daripada
otonomi daerah ini, memberikan kewenangan pemerintah daerah meliputi
prakarsa, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi
segi-segi pembiayaan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan. Demikian siap sudah bagi sistem pemerintah di Indonesia
untuk melaksanakan sistem pemerintahan yang meletakkan peranan
pemerintah daerah. Peranan pemerintah daerah itu dapat terlihat dalam
mengelola keuangan daerah pada posisi yang sangat krusial dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Perubahan politik nasional
yang sejalan dengan pergantian penguasa telah memicu perubahan-
perubahan penting disuatu pemerintahan, termasuk pemerintah daerah.
Perubahan yang dimaksud tertuang dalam kebijakan otonomi daerah,
khususnya dalam Undang-Undang No 32 Th 2004.2
Dengan adanya perubahan tersebut diharapkan kesejahteraan umum
dapat terwujud. Oleh karena itu dalam rangka mensejahterakan rakyat di
daerahnya, pemerintah daerah mengadakan pembangunan sarana maupun
prasarananya. Dengan adanya otonomi daerah menyebabkan terjadinya
2Undang undang OTONOMI DAERAH 2004 HAL 165
pergeseran paradigma dari sistem pemerintahan yang bercorak sentralisasi
mengarah kepada sistem pemerintahan yang desentralisasi, yaitu dengan
memberikan keleluasaan kepada daerah dalam mewujudkan daerah otonom
yang luas dan bertanggung jawab, untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat sesuai kondisi dan potensi wilayahnya.
Pemberian otonomi kepada daerah pada dasarnya bertujuan meningkatkan
daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah daerah, terutama
dalam pelaksanakan pembangunan dan pelayanan terhadap masyarakat serta
untuk meningkatkan pembinaan kesatuan politik dan kesatuan bangsa.
Evaluasi ditujukan untuk mengetahui sejauhmana efektivitas
penerapan kebijakan publik tersebut bisa dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat secara luas dengan membandingkan antara hasil dengan target /
tujuan kebijakan yang telah dicanangkan. Artinya evaluasi dilakukan untuk
menilai sejauhmana keberhasilan penerapan dan seberapa besar tingkat
kesenjangan antara harapan dan tujuan yang telah dicapai. 3
Berdasarkan UU No 32 Th 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
otonomi yang seluas-luasnya bagi pemerintah kabupaten merupakan
peluang dan sekaligus tantangan. Peluang disini bagi pemerintahan daerah
yang memiliki potensi sumber daya alam yang memadai untuk mengelola
sendiri potensi tersebut, sedangkan bagi pemerintah daerah yang
3 Yuwono sony dkk, 2008, memahami APBD dan permasalahannya ( panduan pengelolaan keuangan daerah) bayumedia publishing , jatim hal :7
mempunyai sumber daya alam yang kurang memadai justru merupakan
tantangan.
Masalah yang sering muncul dalam melaksanakan otonomi daerah
adalah prospek kemampuan pembiayaan pemerintah daerah dalam rangka
melaksanakan fungsinya sebagai penyelenggara pembangunan,
penyelenggara pemerintah serta melayani masyarakat setempat sejalan
dengan dinamika kehidupan masyarakat yang harus dilayani. Oleh karena
itu penyelenggaraan kegiatan pemerintahan daerah senantiasa terus
meningkat sehingga biaya yang dibutuhkan juga akan bertambah.
Peningkatan penerimaan daerah harus senantiasa diupayakan secara
periodik oleh setiap daerah otonom melalui penataan administrasi
pendapatan daerah yang efisien dan efektif sesuai dengan pola yang telah
ditetapkan dalam berbagai peraturan perundang undangan dan petunjuk
pelaksanaan.
Dalam rangka memenuhi pembiayaan pembangunan dan
penyelenggaraan pemerintah di daerah dapat diperoleh dari penerimaan
daerah sendiri atau dapat pula dari luar daerah. Sumber-sumber pendapatan
yang dapat dilaksanakan oleh pemerintah daerah dalam rangka peningkatan
Pendapatan Asli Daerah adalah dengan meningkatkan pendapatan dari hasil
pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah &
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan serta lain-lain Pendapatan
Asli Daerah yang sah. Upaya-upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah
ini tidak terlepas dari mekanisme sistem pemerintahan daerah yaitu
kerjasama antar Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan Daerah dengan cara
pendekatan terpadu dan tidak menghilangkan identitas, tugas serta fungsi
masing-masing.
Retribusi adalah iuran rakyat kepada pemerintah berdasarkan
undang-undang (dapat dipaksakan) dengan mendapat jasa balik atau kontra
prestasi dari pemerintah secara langsung. Retribusi diartikan pula sebagai
pungutan pemerintah daerah berdasarkan undang-undang atas jasa atau
pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan
pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.4
Dalam pelaksanaan otonomi daerah hasil retribusi daerah
merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah bagi Pemerintah
Kabupaten, dalam hal ini diterangkan dalam UU No 34 Tahun 2000 tentang
kewenangan daerah untuk memungut Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atau
pemakaian karena memperoleh jasa yang diberikan oleh daerah atau dengan
kata lain retribusi daerah adalah pungutan yang dilakukan sehubungan
dengan suatu jasa atau fasilitas yang diberikan secara langsung dan nyata.
Selanjutnya menurut Perda Kabupaten Pandeglang Nomor 10 Tahun 2001
Tentang Retribusi Pasar bahwa Retribusi Daerah adalah pungutan daerah
sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus
disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan
orang pribadi atau badan.
4 Perda No 10 Tahun 2001 Tentang retribusi pasar dalam Bab 1 ketentuan umum pasal 1
Dalam pelaksanaan otonomi daerah ini retribusi daerah juga diatur
oleh peraturan daerah dari masing-masing kabupaten. Hal ini dapat kita lihat
di daerah Kabupaten Pandeglang. Kabupaten Pandeglang merupakan salah
satu kabupaten yang ada di provinsi Banten. Kabupaten ini memiliki daerah
agraris, rata-rata mata pencaharian penduduk sebagai petani. Kabupaten ini
memiliki perda No 10 Tahun 2001 yaitu tentang Reribusi Pasar, Perda ini
mengatur 13 Pasar yang ada di Kabupaten Pandeglang. Hanya satu yang
menjadi fokus penelitian yaitu hanya Pasar Menes. Pasar Menes merupakan
salah satu Pasar yang dikelola oleh Pemerintah Daerah Kabupaten
Pandeglang, secara khusus dikelola oleh Dinas Perindustrian Perdagangan
dan Pasar Kabupaten Pandeglang, alasan peneliti memilih Pasar Menes
sebagai objek penelitian adalah Peneliti melihat bahwa Pasar Menes
memiliki potensi yang cukup waktu untuk dinilai atau dievaluasi suatu
kebijakannya dalam hal Retribusi Pasar yang kemudian dituangkan dalam
peraturan daerah Kabupaten Pandeglang No. 10 Tahun 2001 tentang
Retribusi Pasar. Pasar adalah suatu unit usaha yang memiliki peran strategis
atas jalannya jaringan distribusi dari produsen ke konsumen yang
membutuhkan suatu produk. Dengan demikian Pasar dapat dikatakan
sebagai penyedia langsung kebutuhan harian masyarakat, dan berbagai
interaksi di dalamnya yang melibatkan unsur pemerintah, swasta, dan
masyarakat (pedagang dan pembeli).
Retribusi Pasar atau Retribusi Pasar Menes merupakan sistem
pungutan yang dilakukan atau dikenakan pada setiap pedagang yang
memanfaatkan fasilitas Pasar Menes. Penelitian mengenai Evaluasi
Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 10 Tahun
2001 Tentang Retribusi Pasar di Pasar Menes kabupaten Pandeglang.
Peneliti hanya memusatkan penelitiannya hanya pada Pasar Menes yang
terletak di jalan Alun-alun barat Menes Desa Purwaraja Kecamatan Menes
Kabupaten Pandeglang
Berdasarkan observasi awal yang didapat dari lapangan, bahwa
Pasar Menes di Kabupaten Pandeglang di bawah pengawasan penanggung
jawab Pasar Menes yang bekerja pada UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas)
DISPERINDAGPAS (Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pasar )
Kabupaten Pandeglang. Walaupun dalam pelaksanaan sehari-harinya
dilaksanakan oleh tim petugas Retribusi pasar yang bekerja pada Kantor
Pasar Menes. Pegawai Kantor Pasar Menes memiliki jumlah pegawai
sebanyak 7 orang pegawai, rata-rata berstatus TKK (Tenaga kerja kontrak),
TKS (Tenaga kerja sukarela ), dan PNS (Pegawai Negeri Sipil). Jumlah
penarikan Retribusi Pasar di Pasar Menes Kabupaten Pandeglang adalah
sebagai berikut yaitu apabila Toko,Toko gudang, kios, dan los yang
berukuran besar dikenakan tarif sebesar Rp. 2000,00 dan apabila Toko,
Kios, Los Dan pedagang emperan yang berukuran kecil dikenai Retribusi
sebesar Rp. 1000,00 hal ini terdaftar dalam ketentuan Perda No.10 Tahun
2001 dalam besarnya Retribusi pasar perhari berdasarkan klasifikasi pasar.
Dalam hal ini pemerintah daerah Kabupaten Pandeglang menggunakan
system progresif, artinya kepada golongan yang lebih mampu dikenakan
tarif retribusi yang lebih tinggi. Dengan cara ini secara bertahap akan dapat
ditegakan keadilan social yang merata bagi seluruh masyarakat. Dengan
cara ini pula kecemburuan sosial akan dapat dihindari.
Berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti dari pihak petugas
Retribusi Pasar bahwa sistem penyetoran Retribusi Pasar dilakukan setiap
hari yaitu senin sampai minggu adapun besar penyetorannya adalah jumlah
setoran sebanyak Rp. 200.000,00 per hari. Akan tetapi dimulai pada bulan
agustus 2011 target retribusi Pasar Menes meningkat menjadi Rp. 250.000
perhari. “ system penyetoran dilakukan tiap hari yaitu senin – minggu,
besar setorannya yaitu sesuai target Rp.200.000 perhari ” (wawancara
dengan petugas retribusi Pasar Menes) .
Retribusi Pasar Menes Kabupaten Pandeglang merupakan salah satu
potensi yang harus mendapat perhatian khusus dari pemerintah Kabupaten
Pandeglang. Pada saat peneliti melakukan observasi awal pada bulan
Desember Tahun 2010, bahwa masih banyak tempat-tempat jualan yang
memenuhi Pasar Menes yang belum dikenakan tarif retribusi seperti
pedagang kaki lima. Kurangnya penggalian terhadap potensi Retribusi Pasar
tersebut berdampak pada kontribusi penerimaan pendapatan asli daerahnya
yang berasal dari Retribusi Pasar yaitu tidak sesuainya jumlah target
penerimaan pendapatan dengan Realisasinya berikut dapat kita lihat
tabelnya.
Tabel 1.1 LAPORAN PENERIMAAN PENDAPATAN DAERAH
DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN DAN PASAR TAHUN ANGGARAN 2010
NO URAIAN TARGET REALISASI KET 1 2 3 4 5 1 RETRIBUSI SALAR
PASAR 450.985.000 374.225.000
2 RETRIBUSI SEWA TANAH
50.000.000 42.232.800
3 RETRIBUSI TDP 24.900.000 24.100.000 4 REVOLVING / PUGEL 120.000.000 -
JUMLAH 645.885.000 440.648.800
Sumber : LAPORAN PENERIMAAN PENDAPATAN DAERAH DISPERINDAGPAS KAB PANDEGLANG TAHUN 2010
Tabel I.2 Target dan Realisasi Retribusi pelayanan pasar Kabupaten Pandeglang
Tahun 2005 s/d semester 1 Tahun 2010 No Tahun Target Realisasi
1 2005 436.554.000 359.177.900
2 2006 400.000.000 233.354.600
3 2007 400.000.000 378.295.000 4 2008 450.985.000 428.551.000
5 2009 450.985.000 478.507.000
6 2010 450.985.000 246.336.000
Sumber: Laporan perkembangan pendapatan dan Belanja Daerah Kab. Pandeglang ( DPKPA Kab. Pandeglang)
Berdasarkan pengamatan peneliti bahwa Retribusi Pasar di Pasar Menes ini
memiliki permasalahan diantaranya sebagai berikut :
Pertama berdasarkan tabel diatas yang dapat kita lihat bahwa jumlah target
pendapatan yang tidak sesuai dengan realisasinya merupakan suatu
permasalahan dalam peningkatan pendapatan asli daerah. Untuk Pasar
Menes yaitu tidak sesuainya jumlah penarikan Retribusi Pasar perhari yang
hanya Rp 200.000,- dengan banyaknya jumlah kios yang ada di Pasar Menes
sebanyak 252 kios dan dengan penambahan mobil Box barang serta Wc
umum yang dikenakan tarif Retribusi. Hal ini disebabkan karena kurangnya
komunikasi yang terjalin antara pelaksana retribusi atau petugas retribusi
dengan wajib retribusi. ( masalah tersebut terlihat pada saat peneliti
melakukan observasi awal di Pasar Menes )
Kedua yaitu terbatasnya informasi yang diberikan wajib retribusi mengenai
retribusi Pasar baik prosedur pembayaran, serta sanksi-sanksi yang mengikat
didalamnya. ( masalah tersebut muncul ketika peneliti melakukan
wawancara dengan Petugas retribusi Pasar Menes )
Ketiga yaitu kurangnya dukungan dari wajib retribusi, ada kalanya wajib
retribusi sengaja tidak membayar atau mengurangi jumlah retribusi yang
dibebankan. Hal ini terlihat dari banyaknya pedagang kaki lima yang ada di
Pasar Menes yang seharusnya dikenakan tarif retribusi, cenderung banyak
yang tidak membayar dengan alasan karena pendapatanya yang sedikit
diantaranya ada pedagang makanan, pedagang maninan anak-anak,
pedagang buah-buahan, pedagang sayuran dan lain-lain sehingga tidak
tercapainya target retribusi perhari. ( masalah tersebut muncul ketika peneliti
melakukan wawancara dengan Petugas retribusi Pasar Menes )
Keempat kurangnya sarana yang disediakan oleh pemerintah daerah dalam
penarikan Retribusi Pasar yaitu kantor Pasar Menes sampai pada saat ini
belum memilki teknologi seperti peralatan komputer yang seharusnya ada.
padahal komputer sangat memiliki kegunaan untuk pengimputan data atau
laporan hasil Retribusi. Jadi sarana yang harusnya disediakan karena cukup
penting keberadaannya sampai saat ini belum tersedia dengan lengkap pada
pelaksanaan kebijakan ini. Padahal kegunaan komputer cukup penting untuk
memudahkan dalam penginputan data harian, bulanan dan tahunan bahkan
untuk perbandingan tahun kemarin dengan tahun sekarang. Kantor Pasar
Menes ini hanya memiliki satu buah mesin tik dan kondisi ruangan yang
sangat kumuh. ( masalah tersebut terlihat pada saat Peneliti melakukan
observasi awal ke Kantor Pasar Menes )
Kelima Masih rendahnya sumber daya manusia di Kantor Pasar Menes
Kabupaten Pandeglang. Masih banyak pegawai Kantor Pasar Menes yang
belum banyak mengetahui tentang bagaimana pengelolaan Retribusi Pasar di
Pasar Menes Pandeglang, dan banyak pegawai yang belum mengetahui isi
Perda No 10 Tahun 2001 Tentang Retribusi Pasar. ( masalah tersebut
muncul ketika peneliti melakukan wawancara dengan Petugas retribusi
Pasar Menes )
Berdasarkan permasalahan permasalahan diatas peneliti tertarik
dalam penelitian tentang Evaluasi kebijakan Retribusi Pasar di Pasar Menes
Kabupaten Pandeglang dan penelitian ini hanya di fokuskan pada Pasar
Menes Kabupaten Pandeglang oleh karena itu penelitian ini diberi judul “
Evaluasi Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang No 10
Tahun 2001 Tentang Retribusi Pasar Di Pasar Menes Kabupaten
Pandeglang”
1.2. Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah
1.2.1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil observasi di lapangan diketahui bahwa
terdapat beberapa permasalahan hal, yaitu :
1. Bahwa jumlah target pendapatan yang tidak sesuai dengan
realisasinya merupakan suatu permasalahan dalam peningkatan
pendapatan asli daerah. Untuk pasar Menes yaitu tidak sesuainya
jumlah penarikan Retribusi pasar perhari yang hanya Rp 200.000,-
dengan banyaknya jumlah kios yang ada dipasar menes sebanyak
252 kios dan dengan penambahan mobil Box barang serta Wc umum
yang dikenakan tarif Retribusi. Hal ini disebabkan karena kurangnya
komunikasi yang terjalin antara pelaksana retribusi atau petugas
retribusi dengan wajib retribusi.
2. Terbatasnya informasi yang diberikan wajib retribusi mengenai
retribusi pasar baik prosedur pembayaran, serta sanksi-sanksi yang
mengikat didalamnya.
3. Kurangnya dukungan dari wajib retribusi, ada kalanya wajib retribusi
sengaja tidak membayar atau mengurangi jumlah retribusi yang
dibebankan. Hal ini terlihat dari banyaknya pedagang kaki lima
yang ada di pasar menes yang seharusnya dikenakan tarif retribusi,
cenderung banyak yang tidak membayar dengan alasan karena
pendapatanya yang sedikit diantaranya ada pedagang makanan,
pedagang maninan anak-anak, pedagang buah-buahan, pedagang
sayuran dan lain-lain sehingga tidak tercapainya target retribusi
perhari.
4. Kurangnya sarana yang disediakan oleh pemerintah daerah dalam
penarikan Retribusi Pasar yaitu kantor Pasar Menes sampai pada saat
ini belum memilki teknologi seperti peralatan komputer yang
seharusnya ada. padahal komputer sangat memiliki kegunaan untuk
pengimputan data atau laporan hasil Retribusi. Jadi sarana yang
harusnya disediakan karena cukup penting keberadaannya sampai
saat ini belum tersedia dengan lengkap pada pelaksanaan kebijakan
ini. Padahal kegunaan komputer cukup penting untuk memudahkan
dalam penginputan data harian, bulanan dan tahunan bahkan untuk
perbandingan tahun kemarin dengan tahun sekarang. Kantor Pasar
Menes ini hanya memiliki satu buah mesin tik dan kondisi ruangan
yang sangat kumuh.
5. Masih rendahnya sumber daya manusia di Kantor Pasar Menes
Kabupaten Pandeglang. Masih banyak pegawai Kantor Pasar Menes
yang belum banyak mengetahui tentang bagaimana pengelolaan
Retribusi Pasar di Pasar Menes Pandeglang, dan banyak pegawai
yang belum mengetahui isi Perda No 10 Tahun 2001 Tentang
Retribusi Pasar.
. 1.2.2. Pembatasan Masalah
Penelitian ini hanya dibatasi pada Evaluasi pelaksanaan Perda No 10
Tahun 2001 tentang Retribusi Pasar di Pasar Menes Kabupaten
Pandeglang.
1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan pada pendahuluan dimuka dan dengan
memperhatikan fokus penelitian pada batasan masalah, maka ada
beberapa hal yang menjadi kajian peneliti yaitu ” bagaimana Evaluasi
Pelaksanaan Perda No 10 Tahun 2001 Tentang Retribusi Pasar di Pasar
Menes kabupaten Pandeglang ”.
1.4. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian harus ditentukan tentang tujuan yang ingin dicapai
sebab tanpa adanya tujuan yang jelas dan tegas maka seorang peneliti
akan mengalami kesulitan. Sesuai dengan latar belakang rumusan
masalah yang ada, maka tujuan penelitian yaitu ” Untuk mengevaluasi
pelaksanaan Perda No 10 Tahun 2001 tentang Retribusi Pasar di Pasar
Menes Kabupaten Pandeglang ” dengan cara melihat target dan realisasi
pencapaian pendapatan dari retribusi pasar tersebut.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
a. Hasil penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan keilmuan dan
pengetahuan, karena akan menambah khasanah keilmuan dan
pengetahuan yang ada terutama yang berkaitan dengan evaluasi
kebijakan dan Keuangan Daerah (Retribusi Daerah)
b. Selain itu karena penelitian ini tentang studi evaluasi kebijakan dan
Keuangan Daerah maka dapat bermanfaat juga untuk pengembangan
evaluasi kebijakan dan Keuangan Daerah
2. Secara praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran bagi kantor pasar, UPTD bidang pasar
DISPERINDAGPAS Kabupaten pandeglang di pasar menes
pandeglang dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan
evaluasi pelaksanaan perda No 10 Tahun 2001 tentang Retribusi
Pasar di Pasar menes kabupaten Pandeglang.
b. Selain itu, karya ilmiah ini diharapkan dapat berguna untuk
pengembangan kemampuan dan penguasaan ilmu-ilmu yang pernah
diperoleh peneliti selama mengikuti program pendidikan di Program
Studi Ilmu Administrasi Negara Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Dan juga, karya peneliti ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi
tambahan bagi pembaca atau peneliti selanjutnya.
1.6. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Latar belakang masalah menggambarkan ruang lingkup dan
kedudukan permasalahan yang akan diteliti dalam bentuk uraian secara
deduktif, dari ruang lingkup yang paling umum hingga menukik ke
masalah yang lebih spesifik, yang relevan dengan judul skripsi.
1.2 Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah
1.2.1 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah akan memperjelas aspek permasalahan
yang muncul dan berkaitan dengan variabel yang akan diteliti.
Identifikasi masalah dapat diajukan dalam bentuk pertanyaan
atau pernyataan.
1.2.2 Batasan Masalah
Batasan masalah akan lebih mempersempit masalah yang
akan diteliti, sehingga objek penelitian, subjek penelitian, lokus
penelitian, hingga periode penelitian secara jelas termuat.
1.3 Perumusan Masalah
Bagian ini, peneliti mengidentifikasi masalah secara implisit secara
tepat atas aspek yang akan diteliti seperti terpapar dalam latar belakang
masalah dan pembatasan masalah.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian akan mengungkapkan tentang sasaran yang ingin
dicapai dengan dilaksanakannya penelitian terhadap permasalahan
yang sudah dirumuskan sebelumnya.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian akan menjelaskan manfaat teoritis dan praktis dari
diadakannya penelitian ini.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan menjelaskan tentang isi bab per bab secara
singkat dan jelas.
BAB II DESKRIPSI TEORI
2.1 Deskripsi Teori
Deskripsi teori memuat kajian terhadap sejumlah teori yang relevan
dengan permasalahan dan variabel penelitian sehingga akan
memeperoleh konsep penelitian yang jelas.
2.2 Kerangka Berpikir
Sub bab ini menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai kelanjutan
dari deskripsi teori.
2.3 Asumsi Dasar Penelitian
Asumsi Dasar merupakan hasil dari refleksi penelitian berdasarkan
kajian pustaka dan landasan teori yang digunakan sebagai dasar
argumentasi.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Sub bab ini menjelaskan metode yang dipergunakan dalam penelitian.
3.2 Instrumen Penelitian
Sub bab instrumen penelitian menjelaskan tentang proses penyusunan
dan jenis alat pengumpul data yang digunakan.
3.3 Informan Penelitian
Dalam sub bab ini menjelaskan informan penelitian yang mana akan
memberikan berbagai macam informasi yang dibutuhkan.
3.4 Pengujian Validitas dan Realibilitas Data
Menjelaskan teknik analisa beserta rasionalisasinya yang sesuai
dengan sifat data yang diteliti.
3.5 Tempat dan Waktu
Menjelaskan tentang tempat dan waktu penelitian dilaksanakan.
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian
Penjelasan mengenai objek penelitian yang meliputi alokasi penelitian
secara jelas, struktur organisasi dari populasi atau sampel (dalam
penelitian ini menggunakan istilah informan) yang telah ditentukan
serta hal lain yang berhubungan dengan obyek penelitian.
4.2 Hasil Penelitian
Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah
dengan mempergunakan teknik analisis data kualitatif.
4.3 Pembahasan
Merupakan pembahasan lebih lanjut dan lebih rinci terhadap hasil
penelitian.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara jelas, singkat
dan juga mudah dipahami. Kesimpulan juga harus sejalan dengan
permasalahan serta asumsi dasar penelitian.
5.2 Saran
Memiliki isi berupa tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap
bidang yang diteliti baik secara teoritis maupun secara praktis. Saran
praktis biasanya lebih operasional sedangkan pada aspek teoritis lebih
mengarah pada pengembangan konsep atau teori.
DAFTAR PUSTAKA
Berisi daftar referensi yang digunakan dalam penyusunan skripsi.
LAMPIRAN
Berisi mengenai daftar dokumen yang menunjang data penelitian
21
BAB II
DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN
2.I .Deskripsi Teori
Teori adalah seperangkat konsep, asumsi, dan generalisasi yang
dapat digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan perilaku dalam
berbagai organisasi. “ Theory is a set of interrelated concepts, assumptions,
and generalizations that systematically descriebs and explains regularities
in behavior in organizations”. 5
2.1.1 Definisi Kebijakan Publik
Kebijakan publik ( public policy ) bukan hukum atau peraturan
semata. Lebih dari itu, kebijakan publik adalah segala hal yang mengatur
dan mengikat semua lapisan masyarakat dalam suatu Negara. Maknanya,
suatu kebijakan publik bukan untuk membatasi peran dan aktivitas
masyarakat tetapi lebih untuk menyelaraskan peran Negara dan masyarakat
dalam pencapaian tujuan- tujuan bernegara secara efektif dan efisien.
Menurut kartasasmita kebijakan merupakan upaya untuk
memahami dan mengartikan
1. Apa yang dilakukan (atau tidak dilakukan)
2. Apa yang menyebabkan dan mempengaruhinya
3. Apa pengaruh dan dampak dari kebijakan publik tersebut
Dengan demikian, suatu kebijakan publik erat kaitannya dengan
berbagai produk kebijakan yang dikeluarkan oleh lembaga pemerintahan
5 Sugiyono, 2007 ,Metode penelitian Administrasi, hal 55
(organisasi sektor publik). Oleh karena tujuan utama keberadaan suatu
lembaga pemerintahan berhubungan erat dengan aktivitas dalam memenuhi
tujuan-tujuan berbangsa dan bernegara maka disamping untuk menjawab
berbagai permasalahan dan tantangan (Negara), kebijakan publik juga
dimaksudkan untuk mengejar cita-cita dan visi bangsa dalam kerangka
strategi pembangunan nasional.
Thomas R Dye menguraikan proses kebijakan publik dalam beberapa
tahapan :
a. Identifikasi masalah kebijakan dilakukan melalui identifikasi apa yang menjadi tuntutan ( demands) atas tindakan pemerintah.
b. Penyusunan agenda dilakukan dengan memfokuskan perhatian kepada pejabat publik dan media masa atas hasil keputusan terhadap masalah publik tertentu.
c. Perumusan kebijakan dilakukan pengusulan rumusan kebijakan, dan penyusunan usulan kebijakan melalui organisasi perencanaan kebijakan, kelompok kepentingan, dan birokrasi pemerintah.
d. Pengesahan kebijakan dilakukan melalui tindakan politik oleh partai politik, presiden dan kongres.
e. Implementasi kebijakan dilakukan melalui birokrasi, anggaran public, dan aktifitas agen eksekutif yang terorganisasi.
f. Evaluasi kebijakan dilakukan oleh lembaga pemerintahan, konsultan diluar pemerintahan, pers, dan masyarakat (public). Sedangkan Menurut Harold Laswell, mendefinisikan bahwa kebijakan
publik merupakan suatu program yang diproyeksikan dengan tujuan-tujuan tertentu, nilai-nilai tertentu, dan praktek-praktek tertentu dan Carl I Friedrick mendefinisikannya sebagai serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu, dengan ancaman dan peluang yang ada, dimana kebijakan yang diusulkan tersebut ditujukan untuk memanfaatkan potensi sekaligus mengatasi hambatan yang ada dalam rangka mencapai tujuan tertentu.6
6 Nugroho Riant, 2004, kebijakan public, formulasi, implementasi dan evaluasi, gramedia, Jakarta hal 78
Definisi berikutnya olah James E. Anderson mendefinisikan
kebijakan publik sebagai kebijakan yang ditetapkan oleh badan-badan dan
aparat pemerintah. Dalam pandangan David Easton ketika pemerintah
membuat kebijakan publik, ketika itu pula pemerintah mengalokasikan
nilai-nilai kepada masyarakat, karena setiap kebijakan mengandung
seperangkat nilai di dalamnya. Sebagai contoh, ketika pemerintah
menetapkan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 dan kemudian diganti
dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah,
terlihat bahwa nilai yang akan dikejar adalah penghormatan terhadap nilai
demokrasi dan pemberdayaan terhadap masyarakat lokal dan pemerintah
daerah. Harrold Laswell dan Abraham Kaplan berpendapat bahwa kebijakan
publik hendaknya berisi tujuan, nilai-nilai, dan praktika-praktika sosial yang
ada dalam masyarakat7. Sedangkan menurut Carl Fried menyatakan bahwa
kebijakan publik adalah serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang,
kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu, dengan
ancaman dan peluang yang ada, dimana kebijakan yang diusulkan tersebut
ditujukan untuk memanfaatkan potensi sekaligus mengatasi hambatan yang
ada dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu, kebijakan harus
menunjukan apa yang sesungguhnya dikerjakan dari pada apa yang
diusulkan dalam beberapa kegiatan pada suatu masalah.
7 Subarsono. 2005. Analisia Kebijakan Publik. Konsep, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka
Belajar. Hal :3
Untuk memahami berbagai definisi kebijakan publik, ada baiknya
jika kita membahas beberapa konsep kunci yang termuat dalam kebijakan
publik 8 :
a. Tindakan pemerintah yang berwenang. Kebijakan publik adalah tindakan yang dibuat dan diimplementasikan oleh badan pemerintah yang memiliki kewenangan hukum, politis dan financial untuk melakukannya.
b. Sebuah reaksi terhadap kebutuhan dan masalah dunia nyata. Kebijakan publik berupaya merespon masalah atau kebutuhan kongkrit yang berkembang di masyarakat.
c. Seperangkat tindakan yang berorientasi pada tujuan. Kebijakan publik biasanya bukanlah sebuah keputusan tunggal, melainkan terdiri dari beberapa pilihan tindakan atau strategi yang dibuat untuk mencapai tujuan tertentu dari kepentingan orang banyak.
d. Sebuah keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Kebijakan publik pada umumnya merupakan tindakan kolektif untuk memecahkan masalah sosial. Namun, kebijakan publik juga bisa dirumuskan berdasarkan keyakinan bahwa masalah sosial akan dapat dipecahkan oleh kerangka kebijakan yang sudah ada dan karenanya tidak memerlukan tindakan tertentu.
e. Sebuah justifikasi yang dibuat oleh seorang atau beberapa orang aktor. Kebijakan publik berisi sebuah pernyataan atau justifikasi terhadap langkah-langkah atau rencana tindakan yang telah dirumuskan, bukan sebuah maksud atau janji yang belum dirumuskan. Keputusan yang telah dirumuskan dalam kebijakan publik bisa dibuat oleh sebuah badan pemerintah, maupun oleh beberapa perwakilan lembaga pemerintah.
Edward III dan Sharkansy mendefinisikan kebijakan publik sebagai
“ what government say and do, or not to do. It is the goals or purpose of
government programs”. Pendapat senada dikemukakan oleh Riant Nugroho
yang mendefinisikan kebijakan publik sebagai segala sesuatu yang
dikerjakan dan yang tidak dikerjakan oleh pemerintah sebagai tokoh sentral
kebijakan publik. Menurut Kartasasmita , kebijakan merupakan upaya untuk
memahami dan mengartikan (1) apa yang dilakukan ( atau tdak dilakukan ), 8 Suharto, Edi. 2005. Analisis Kebijakan Publik Panduan Praktis Mengkaji Masalah Dan
Kebijakan Sosial. Bandung: Alfabeta. Hal : 44
(2) apa yang menyebabkan atau yang mempengaruhinya, serta (3) apa
pengaruh dan dampak dari kebijakan publik tersebut. Dari definisi-definisi
diatas dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik merupakan kebijakan
yang dibuat oleh pemerintah (public organizations) untuk kepentingan
masyarakat melalui berbagai strategi dan program. Dengan demikian, suatu
kebijakan publik erat kaitannya dengan berbagai produk kebijakan yang
dikeluarkan oleh lembaga pemerintahan berhubungan erat dengan aktivitas
dalam memenuhi tujuan-tujuan berbangsa dan bernegara maka disamping
untuk menjawab berbagai permasalahan dan tantangan (negara) , kebijakan
publik juga dimaksudkan untuk mengejar cita-cita dan visi bangsa dalam
kerangka dan strategi pembangunan nasional.9
Dalam kaitannya dengan definisi-definisi para scholar diatas maka
dapat disimpulkan beberapa karakteristik utama dari suatu definisi
kebijakan publik.
1. Pada umumnya kebijakan publik perhatiannya ditujukan pada tindakan yang mempunyai maksud atau tujuan tertentu daripada perilaku yang berubah atau acak.
2. Kebijakan publik pada dasarnya mengandung bagian atau pola kegiatan yang dilakukan oleh pejabat pemerintah daripada keputusan yang terpisah-pisah.
3. Kebijakan publik merupakan apa yang sesungguhnya dikerjakan oleh pemerintah dalam mengatur perdagangan, mengontrol inflasi, atau menawarkan perumahan rakyat, bukan apa maksud yang dikerjakan atau yang akan dikerjakan.
4. Kebijakan publik dapat berbentuk positif maupun negatif. Secara positif, kebijakan melibatkan beberapa tindakan pemerintah yang
9 Yuwono sony dkk, 2008, memahami APBD dan permasalahannya ( panduan pengelolaan keuangan daerah) bayumedia publishing , jatim hal :4
jelas dalam menangani suatu permasalahan, secara negatif kebijakan publik dapat melibatkan suatu keputusan pejabat pemerintah untuk tidak melakukan suatu tindakan atau tidak mengerjakan apapun padahal dalam konteks tersebut keterlibatan pemerintah amat diperlukan.
5. Kebijakan publik paling tidak secara positif, didasarkan pada hukum dan merupakan tindakan yang bersifat memerintah.10
2.1.2 Tahap – Tahap Kebijakan Publik
Tahap-tahap kebijakan publik adalah sebagai berikut:
Penyusunan Agenda
Formulasi Kebijakan
Adopsi Kebijakan
Implementasi Kebijakan
10 Agustino Leo, politik dan kebijakan public hal :42-43
Evaluasi Kebijakan
( gambar 2.1 ) Tahap – Tahap dalam Kebijakan publik
a. Tahap penyusunan agenda
Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda publik. Sebelumnya masalah-masalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk dapat masuk ke dalam agenda kebijakan. Pada akhirnya, beberapa masalah masuk ke agenda kebijakan para perumus kebijakan. Pada tahap ini suatu masalah mungkin tidak disentuh sama sekali, sementara masalah yang lain ditetapkan menjadi fokus pembahasan, atau ada pula masalah karena alasan-alasan tertentu ditunda untuk waktu yang lama.
b. Tahap formulasi kebijakan
Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif atau pilihan kebijakan (policy alternatives / policy options) yang ada.
c. Tahap adopsi kebijakan Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan tersebut diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur lembaga atau keputusan peradilan.
d. Tahap implementasi kebijakan Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit, jika program tersebut tidak diimplementasikan. Oleh karena itu, keputusan program kebijakan yang telah diambil sebagai alternatif pemecahan masalah harus diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan administrasi maupun agen-agen pemerintah di tingkat bawah. Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang memobilisasikan sumberdaya finansial dan manusia. Pada tahap implementasi ini berbagai kepentingan akan saling bersaing. Beberapa implementasi kebijakan mendapat dukungan para pelaksana (implementors), namun beberapa yang lain mungkin akan ditentang oleh para pelaksana.
e. Tahap evaluasi kebijakan
Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi, untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat telah mampu memecahkan masalah. Kebijakan publik pada dasarnya dibuat untuk meraih dampak yang diinginkan. Dalam hal ini, memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat.
Oleh karena itu, ditentukanlah ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria yang menjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan publik telah meraih dampak yang diinginkan.11
( gambar 2.2 siklus skematik dari Kebijakan Publik )
Dari Gambar tersebut dapat dijelaskan dalam sekuensi sebagai berikut : 1. Terdapat isu atau masalah publik. Disebut isu apabila masalahnya bersifat
strategis, yakni bersifat mendasar, menyangkut banyak orang atau bahkan keselamatan bersama, (biasanya) berjangka panjang, tidak bisa diselesaikan oleh orang-orang, dan harus diselesaikan. Isu ini diangkat sebagai agenda politik untuk diselesaikan.
2. Isu ini kemudian menggerakkan pemerintah untuk merumuuskan kebijakan publik dalam rangka menyelesaikan masalah tersebut. Rumusan kebijakan ini akan menjadi hukum bagi seluruh negara dan warganya, termasuk pimpinan negara.
3. Setelah dirumuskan kemudian kebijakan publik ini dilaksanakan baik oleh pemerintah, masyarakat, atau pemerintah bersama-sama dengan masyarakat.
4. Namun di dalam proses perumusan, pelaksanaan, dan pasca pelaksanaan, diperlukan tindakan evaluasi sebagai sebuah siklus baru penilaian apakah kebijakan tersebut sudah dirumuskan dengan baik dan benar dan diimplementasikan dengan baik dan benar pula.
11 Winarno Budi, kebijakan public teori & praktek, edisi revisi, 2007 IKAPI Yogyakarta hal : 32-34
Perumusan Kebijakan Publik
Implementasi Kebijakan Publik
Evaluasi Kebijakan Publik
Isu / Masalah Publik
Output Outcome
5. Implementasi kebijakan bermuara kepada output yang dapat berupa kebijakan itu sendiri maupun manfaat langsung yang dapat dirasakan oleh pemanfaat.
6. Di dalam jangka panjang kebijakan tersebut menghasilkan outcome dalam bentuk impak kebijakan yang diharapkan semakin meningkatkan tujuan yang hendak dicapai dengan kebijakan tersebut. Jadi, tiga pokok yang berkenaan dengan kebijakan publik, yaitu :
1. Perumusan kebijakan 2. Implementasi kebijakan 3. Evaluasi kebijakan12
2.1.3 Arti Pentingnya Studi Kebijakan Publik
Tulisan ini akan mengikuti pandangan yang diketengahkan oleh
Anderson dan Dye yang telah mengklasifikasikan alasan mempelajari
kebijakan publik ini dalam 3 kategori: alasan ilmiah (scientific reason),
alasan professional (professional reason) dan alasan politis (political
reason).
Dilihat dari sudut alasan ilmiah, maka kebijakan publik dipelajari
dengan maksud untuk memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam
mengenai hakikat dan asal mula kebijakan publik, berikut proses-proses
yang mengantarkan perkembangannya serta akibat-akibatnya pada
masyarakat. Pada gilirannya hal ini akan meningkatkan pemahaman kita
mengenai sistem politik dan masyarakat pada umumnya.
Dilihat dari sudut alasan profesional, maka studi kebijakan publik
dimaksudkan sebagai upaya untuk menerapkan pengetahuan ilmiah di
bidang kebijakan publik guna memecahkan masalah-masalah sosial sehari- 12 Nugroho Riant, 2004, kebijakan public, formulasi, implementasi dan evaluasi, gramedia,
Jakarta hal 73-74
hari. Sehubungan dengan ini terkandung suatu pemikiran bahwa apabila kita
mengetahui tentang faktor-faktor yang membentuk kebijakan publik, atau
akibat-akibat yang ditimbulkan oleh kebijakan-kebijakan tertentu, maka
wajar jika kita dapat dapat memberikan sesuatu sumbangan berupa nasihat
yang bermanfaat bagaimana agar individu, kelompok, atau pemerintah dapat
bertindak sedemikian rupa guna mencapai tujuan kebijakan mereka.
Sementara itu dilihat dari sudut alasan politis, maka mempelajari
kebijakan publik pada dasarnya dimaksudkan agar pemerintah dapat
menempuh kebijakan yang tepat guna mencapai tujuan yang tepat pula.
Dengan kata lain, studi kebijakan Negara di sini dimaksudkan untuk
menyempurnakan kualitas kebijakan publik yang dibuat oleh pemerintah.
Dalam hubungannya dengan alasan politis ini perlu kiranya diingat bahwa
ada perbedaan yang cukup mendasar antara analisis kebijakan dengan
nasihat kebijakan. Analisis kebijakan pada umumnya bersangkut paut
dengan penelitian dan penggambaran secara cermat mengenai sebab-sebab
dan akibat-akibat yang ditimbulkan oleh kebijakan publik. Dalam hal ini
biasanya yang dianalisis ialah perumusan, isi dan dampak dari kebijakan
publik, misalnya kebijakan dalam bidang perdagangan internasional,
kebijakn pertahanan, kebijakan di bidang pendidikan tinggi, kebijakan
perumahan rakyat, kebijakan transportasi dan lain sebagainya tanpa bersikap
menyetujui dan menolaknya. Di lain pihak, nasihat kebijakan biasanya
bersangkut dengan apa yang sebenarnya diperbuat oleh pemerintah,
misalnya dengan menganjurkan ditempuhnya kebijakan-kebijakan tertentu,
melalui diskusi atau seminar, persuasi atau tindakan-tindakan politik
tertentu, seperti penyampaian petisi atau memorandum.13
Berdasarkan pemaparan diatas Definisi yang dipakai dalam
penelitian ini bahwa mempelajari kebijakan publik mempunyai arti yang
sangat penting karena: (1) dapat mengembangkan ilmu pengetahuan, (2)
membantu para praktisi dalam memecahkan masalah-masalah publik, dan
(3) berguna untuk tujuan politik.
2.1.4 Konsep Evaluasi kebijakan
Evaluasi adalah kegiatan untuk menilai tingkat kinerja suatu
kebijakan. Evaluasi baru dapat dilakukan kalau suatu kebijakan sudah
berjalan cukup waktu. Memang tidak ada batasan waktu yang pasti kapan
suatu kebijakan harus dievaluasi. Untuk mendapat outcome, dan dampak
suatu kebijakan sudah tentu diperlukan waktu tertentu, misalnya 5 tahun
semenjak kebijakan itu di implementasikan. Sebab kalau evaluasi dilakukan
terlalu dini, maka outcome dan dampak dari suatu kebijakan belum
tampak.14
Menurut Lester dan Stewart evaluasi ditujukan untuk melihat sebab-
sebab kegagalan suatu kebijakan dan untuk mengetahui apakah suatu
kebijakan yang telah dirumuskan dan dilaksanakan dapat menghasilkan
13 Wahab, Solichin Abdul. 2005. Analisis Kebijaksanaan: dari Formulasi ke
Implementasi kebijaksanaan Negara. Edisi kedua, cet. 5. Jakarta: bumi Aksara. Hal : 12
14 Subarsono. 2005. Analisia Kebijakan Publik. Konsep, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Hal : 119
dampak yang diinginkan.15 Sebuah kebijakan publik tidak bisa dilepas
begitu saja. Kebijakan harus diawasi, dan salah satu mekanisme pengawasan
tersebut disebut evaluasi kebijakan Evaluasi biasanya ditujukan untuk
menilai sejauh mana keefektifan kebijakan publik guna
dipertanggungjawabkan kepada konstituennya.sejauh mana tujuan dicapai.
Evaluasi diperlukan untuk melihat kesenjangan antara harapan dan
kenyataan. Evaluasi kebijakan publik acapkali hanya dipahami sebagai
evaluasi atas implementasi kebijakan saja, sesungguhnya evaluasi kebijakan
publik mempunyai tiga lingkup makna yaitu evaluasi perumusan kebijakan,
evaluasi implementasi kebijakan dan evaluasi lingkungan kebijakan. Oleh
karena itu ketiga komponen tersebutlah yang menentukan apakah kebijakan
itu akan berhasil guna atau tidak. Evaluasi kebijakan publik berkenaan tidak
hanya dengan implementasinya, melainkan berkenaan dengan perumusan,
implementasi, dan lingkungan kebijakan publik. Mengikuti William N.
Dunn, istilah evaluasi dapat disamakan dengan penaksiran (appraisal),
pemberian angka (rating) dan penilaian (assessment).
Evaluasi membuahkan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan
tentang ketidaksesuaian antara kinerja kebijakan yang diharapkan dengan
yang benar-benar dihasilkan. Jadi ini membantu pengambilan kebijakan
pada tahap penilaian kebijakan terhadap proses pembuatan kebijakan.
Evaluasi tidak hanya menghasilkan kesimpulan Mengenai seberapa jauh
15 Agustino, Leo. 2006. Politik dan Kebijakan Publik. Bandung : AIPI (Asosiasi Ilmu Politik
Indonesia). Bandung . hal: 175
masalah telah terselesaikan , tetapi juga menyumbang pada klarifikasi dan
kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari kebijakan , membantu dalam
penyesuaian dan perumusan kembali masalah. 16
Setelah perumusan dan penerapan kebijakan, proses akhir dari satu
siklus kebijakan publik adalah pengevaluasian / pengawasan dari
pelaksanaan kebijakan itu sendiri. Secara umum, Evaluasi ditujukan untuk
mengetahui sejauhmana efektivitas penerapan kebijakan publik tersebut bisa
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat secara luas dengan
membandingkan antara hasil dengan target / tujuan kebijakan yang telah
dicanangkan. Artinya evaluasi dilakukan untuk menilai sejauhmana
keberhasilan penerapan dan seberapa besar tingkat kesenjangan antara
harapan dan tujuan yang telah dicapai.
Evaluasi kebijakan tidak terbatas pada evaluasi atas implementasi
kebijakan itu sendiri, namun mencakup evaluasi perumusan kebijakan,
evaluasi implementasi kebijakan, dan evaluasi lingkungan kebijakan.
Adapun empat fungsi evaluasi kebijakan publik adalah sebagai berikut
1. Eksplanasi, melalui evaluasi diperoleh gambaran realitas
pelaksanaan program sehingga dapat dibuat suatu generalisasi
tentang pola-pola hubungan antar berbagai realitas yang diamati.
16 Dunn, William. 2000. Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal 28-29
2. Kepatuhan. Melalui evaluasi dapat diketahui apakah tindakan yang
dilakukan oleh para pelaku sudah sesuai standar dan prosedur yang
ditetapkan oleh kebijakan.
3. Audit. Melalui evaluasi dapat diketahui apakah output benar-benar
sampai ketangan kelompok sasaran kebijakan, atau justru ada
kebocoran atau penyimpangan.
4. Akunting. Dengan evaluasi dapat diketahui apa akibat sosial
ekonomi dari kebijakan tersebut.
Menurut weiss menyatakan bahwa evaluasi kebijakan publik mengandung
beberapa unsur yaitu:
a. Untuk mengukur dampak (to measure the effects) dengan
bertumpu pada metodologi riset yang digunakan.
b. Dampak (effects) tadi menekankan pada suatu hasil
(outcomes) dari efisiensi, kejujuran, moral yang melekat
pada aturan-aturan standar.
c. Perbandingan antara dampak (effects) dengan tujuan (goals)
menekankan pada penggunaan kriteria yang jelas dalam
menilai bagaimana suatu kebijakan telah dilaksanakan
dengan baik.
d. Memberikan kontribusi pada pembuatan keputusan
selanjutnya dan perbaikan kebijakan pada masa
menadatang sebagi tujuan social (the social purpose) dari
evaluasi.17
Dari uraian tersebut jelas bahwa evaluasi kebijakan publik harus
dapat memberikan informasi objektif mengenai tingkat capaian
pelaksanaan kebijakan dalam jangka waktu tertentu, yakni mengenai
penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kebijakan dan rekomendasi
mengenai tindak lanjut hasil temuan evaluasi guna membuat keputusan dan
perbaikan program dimasa yang akan datang. Terkait dengan hasil evaluasi
sebagai suatu rekomendasi, Weiss menguraikan alternatif rekomendasi
kebijakan, yakni
1. Kebijakan perlu diteruskan atau dihentikan 2. Kebijakan perlu diteruskan, namun perlu diperbaiki baik prosedur
maupun penerapannya 3. Perlunya menambah atau mengembangkan strategi dan teknik-
teknik program khusus 4. Perlunya menerapakan kebijakan program serupa ditempat lain 5. Perlunya mengalokasikan sumber daya langka diantara program
yang saling berkompetisi 6. Perlunya menolak atau menerima teori atau pendekatan program.
Evaluasi kebijakan secara sederhana, menurut William Dunn
berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai-nilai atau manfaat-
manfaat hasil kebijakan. Ketika ia bernilai atau bermanfaat bagi penilaian
atas penyelesaian masalah, maka hasil tersebut memberikan sumbangan
pada tujuan dan sasaran evaluator, secara khusus dan pengguna lainnya
secara umum. Hal ini dikatakan bernilai dan bermanfaat manakala fungsi
17 Yuwono sony dkk, 2008, memahami APBD dan permasalahannya ( panduan pengelolaan keuangan daerah) bayumedia publishing , jatim hal 10
evaluasi kebijakan memang terpenuhi secara baik. Ada tiga fungsi dari
evaluasi yang dapat dijabarkan18:
1. Evaluasi kebijakan harus memberikan informasi yang valid dan dipercaya mengenai kinerja kebijakan.
2. Evaluasi kebijakan berfungsi memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target.
3. Evaluasi kebijakan berfungsi juga untuk memberi sumbangan pada aplikasi metode-metode analisis kebijakan lainnya, termasuk bagi perumusan masalah maupun pada rekomendasi kebijakan.
Menurut W. N. Dunn, tipe evaluasi kebijakan ada tiga, yaitu:
1. Evaluasi Semu (Pseudo Evaluation) Evaluasi semu (Pseudo Evaluation) adalah pendekatan yang menggunakan metode-metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai hasil kebijakan, tanpa berusaha untuk menanyakan tentang manfaat atau nilai dari hasil-hasil tersebut terhadap individu, kelompok, atau masyarakat secara keseluruhan. Asumsi utama dari evaluasi semu adalah bahwa ukuran tentang manfaat atau nilai merupakan sesuatu yang dapat terbukti sendiri (self evident) atau tidak kontroversial.
Dalam evaluasi semu secara khusus diterapkan macam-macam metode untuk menjelaskan variasi hasil kebijakan sebagai produk dari variabel masukan dan proses.
– rancangan eksperimental-semu, – kuesioner, – random sampling, – teknik statistik Setiap kebijakan yang ada diterima begitu saja sebagai tujuan yang tepat.
2. Evaluasi Formal Evaluasi Formal (Formal Evaluation) merupakan pendekatan yang menggunakan metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang valid dan cepat dipercaya mengenai hasil-hasil kebijakan tetapi mengevaluasi hasil tersebut atas dasar tujuan program kebijakan yang telah diumumkan secara formal oleh pembuat kebijakan dan administrator program. Asumsi utama dari evaluasi formal adalah bahwa tujuan dan target yang diumumkan secara formal adalah merupakan ukuran yang tepat untuk manfaat atau nilai kebijakan program.
18 Agustino, Leo. 2006. Politik dan Kebijakan Publik. Bandung : AIPI (Asosiasi Ilmu Politik
Indonesia). Bandung. Hal 178-179
Dalam evaluasi formal digunakan berbagai macam metode yang sama seperti yang dipakai dalam evaluasi semu dan tujuannya adalah identik yaitu untuk menghasilkan informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai variasi-variasi hasil kebijakan dan dampak yang dapat dilacak dari masukan dan proses kebijakan. Perbedaanya adalah bahwa evaluasi formal menggunakan undang-undang, dokumen-dokumen program, dan wawancara dengan pembuat kebijakan dan administrator untuk mengidentifikasikan, mendefinisikan dan menspesifikasikan tujuan dan target kebijakan. Kelayakan dari tujuan dan target yang diumumkan secara formal tersebut tidak ditanyakan. Dalam evaluasi formal tipe-tipe kriteria evaluatif yang paling sering digunakan adalah efektifitas dan efisiensi.
3. Evaluasi Keputusan Teoritis (Decision-Theoritical Evaluation) Evaluasi Keputusan Teoritis (Decision-Theoretic Evaluation) adalah pendekatan yang menggunakan metode-metode diskriptif untuk menghasilkan informasi yang dapat dipertanggung-jawabkan dan valid mengenai hasil-hasil kebijakan yang secara eksplisit dinilai oleh berbagai macam pelaku kebijakan. Evaluasi keputusan teoritis berusaha untuk memunculkan dan membuat eksplisit tujuan dan target dari pelaku kebijakan baik yang tersembunyi atau dinyatakan. Ini berarti bahwa tujuan dan target dari para pembuat kebijakan dan administrator merupakan salah satu sumber nilai, karena semua pihak yang mempunyai andil dalam memformulasikan dan mengimplementasikan kebijakan dilibatkan dalam merumuskan tujuan dan target di mana kinerja nantinya akan di ukur.19
Untuk menilai keberhasilan suatu kebijakan perlu dikembangkan
beberapa indikator, karena penggunaan indikator yang tunggal akan
membahayakan, dalam arti hasil penilainnya dapat bias dari yang
sesungguhnya. Indikator atau kriteria evaluasi yang dikembangkan oleh
William Dunn mencakup enam indikator sebagai berikut20 :
Table 2.1
Kriteria Evaluasi NO Kriteria Penjelasan
19 Dunn N William, 2000, pengantar analisis kebijakan publik, UGM PRESS Hal: 613
20 Dunn N William, 2000, pengantar analisis kebijakan publik, UGM PRESS Hal: 610
1 Efektifitas Apakah hasil yang diinginkan telah tercapai? 2 Efisiensi Seberapa banyak usaha diperlukan untuk
mencapai hasil yang diinginkan? 3 Kecukupan Seberapa jauh hasil yang telah tercapai dalam
memecahkan masalah? 4 Pemerataan Apakah biaya dan manfaat didistribusikan
merata kepada kelompok masyarakat yang berbeda?
5 Responsifitas Apakah hasil kebijakan memuat preferensi/ nilai kelompok dan dapat memuaskan mereka?
6 Ketepatan Apakah hasil yang dicapai bermanfaat?
Dunn memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai kriteria evaluasi
antaralain :
1. Efektifitas (effectiveness) berkenaan dengan apakah suatu altertanif mencapai hasil (akibat) yang diharapkan, atau mencapai tujuan dari diadakannya tindakan.
2. Efisiensi (efficiency) berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk menghasilkan tingkat efektifitas tertentu.
3. Kecukupan (adequency) berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat efektifitas memuaskan kebutuhan, nilai, atau kesempatan yang menumbuhkan adanya masalah. Kriteria kecukupan menekankan pada kuatnya hubungan alternatif kebijakan dan hasil yang diharapkan.
4. Kesamaan (equity) erat berhubungan dengan rasionalitas legal dan sosial dan menunjuk pada distribusi akibat dan usaha antara kelompok-kelompok yang berbeda dalam masyarakat, misalnya kebijakan yang dirancang untuk mendistribusikan kesempatan pendidikan.
5. Responsivitas (responsiviness) berkenaan dengan seberapa jauh suatu kebijakan dapat memuaskan kebutuhan, preferensi atau nilai kelompok-kelompok masyarakat tertentu. Seperti halnya menjawab pertanyaan bagaimana kebutuhan aktual dari kelompok yang semestinya diuntungkan dari adanya suatu kebijakan.
6. Ketepatan (apporopriateness) merujuk pada nilai atau harga dari tujuan program dan kepada kuatnya asumsi yang melandasi tujuan-tujuan tersebut.
Menurut Finsterbusch dan untuk melakukan evaluasi terhadap Program
yang diimplementasikan ada beberapa metode evaluasi yakni :
1. Single program after – only
2. Single program before – after
3. Comparative after – only
4. Comparative before – after
Evaluator menggunakan kelompok kontrol disamping kelompok sasaran.
Yang dimaksud dengan kelompok sasaran adalah kelompok yang mendapat
program atau dikenai kebijakan. Sedangkan kelompok kontrol adalah
kelompok yang tidak mendapat program tetapi memiliki karakteristik yang
sama atau hampir sama dengan kelompok sasaran. Evaluator juga dapat
membandingkan kondisi sebelum dan sesudah dilaksanakannya suatu
program, atau hanya melihat kondisi setelah suatu program dilaksanakan.
Masing – masing jenis evaluasi tersebut akan menghasilkan jenis informasi
dan data yang berbeda. 21
Tabel 2.2 Empat jenis Evaluasi
Jenis evaluasi Pengukuran kondisi Kelompok
kontrol Informasi
yang diperoleh sebelum Sesudah
Single program after only
Tidak Ya Tidak ada Keadaan kelompok
sasaran Single program before – after
Ya Ya Tidak ada Perubahan kelompok
sasaran Comparative after – only
Tidak Ya Ada Keadaaan kelompok
sasaran dan kelompok
kontrol Comparative Ya Ya Ada Efek program
21 Wibawa Samoedra. 1994. Evaluasi Kebijakan Publik, Jakarta : PT Rajagrafindo hal : 74-75
before- after terhadap kelompok
sasaran dan kelompok
kontrol Sumber : Finsterbusch dan Motz, 1980 : 140
Dari berbagai macam pendapat diatas peneliti simpulkan bahwa
evaluasi merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui
outcome atau dampak dari suatu kebijakan serta untuk mengetahui
kegagalan atau keberhasilan dari suatu kebijakan yang telah dilaksanakan
dalam jangka waktu tertentu. Evaluasi dapat dilakukan kalau suatu
kebijakan sudah berjalan cukup waktu minimal lima tahun setelah kebijakan
itu dilaksanakan. Sebab kalau evaluasi dilakukan terlalu dini, maka outcome
dan dampak dari suatu kebijakan belum tampak.
Berdasarkan pemaparan diatas, maka dalam penelitian ini peneliti
menggunakan teori dari William N Dunn ( 2000 ) mengenai kriteria evaluasi
yang dikembangkan yaitu mencakup enam indikator diantaranya adalah :
efektifitas, efisiensi, kecukupan, pemertaaan, responsifitas dan ketepatan.
Selain itu, peneliti juga menggunakan metode evaluasi menurut
Finsterbusch dan motz ( 1980 : 140 ) untuk melakukan evaluasi terhadap
program yang dilaksanakan ada beberapa metode evaluasi, yakni : single
program after- only, single program before – after, comparative after –
only, comparative before – after. Dan peneliti lebih menekankan pada
metode evaluasi single program after – only yakni mengevaluasi suatu
kebijakan sesudah kebijakan itu dilaksanakan, atau pada saat kebijakan itu
sedang dilaksanakan.
2.1.5 Tujuan Evaluasi Kebijakan Publik
Evaluasi bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi tingkat pencapaian tujuan. 2. Mengukur dampak langsung yang terjadi pada kelompok sasaran. 3. Mengetahui dan menganalisis konsekuensi-konsekuensi lain yang
mungkin terjadi di luar rencana (externalities).22 Selain itu tujuan evaluasi adalah sebagai berikut:
1. Menentukan konsekuensi-konsekuensi apa yang ditimbulkan oleh suatu kebijakan dengan cara menggambarkan dampaknya. Tugas ini merujuk pada usaha untuk apakah program kebijakan publik mencapai tujuan/ dampak yang diinginkan atau tidak. Bila tidak, faktor-faktor apa yang menjadi penyebabnya?
2. Menilai keberhasilan atau kegagalan dari suatu kebijakan berdasarkan standar atau kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Tugas ini pada dasarnya berkait erat dengan tugas pertama. Setelah kita mengetahui konsekuensi-konsekuensi melalui penggambaran dampak kebijakan publik, maka kita dapat mengetahui apakah program kebijakan yang dijalankan telah sesuai atau tidak dengan dampak yang diinginkan?
3. untuk mengetahui hasil dan dampak kebijakan 4. untuk mengetahui komponen-komponen dan instrumen-instrumen yang
memiliki kontribusi terhadap munculnya berbagai hasil dan dampak di atas. 2.1.6 Konsep Retribusi daerah
2.1.6.1 Pengertian dan ciri Retribusi daerah
Retribusi adalah pembayaran wajib dari penduduk kepada Negara
karena adanya jasa tertentu yang diberikan oleh Negara bagi penduduknya
secara perorangan. Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan
dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi
atau badan.
Beberapa ciri yang melekat pada retribusi daerah yang saat ini
dipungut di Indonesia adalah sebagai berikut .
22 Suharto Edi, 2005, Analisis Kebijakan Publik, ALFABETA Bandung Hal: 119
a. Retribusi merupakan pungutan yang dipungut berdasarkan undang-undang dan peraturan daerah yang berkenaan.
b. Hasil penerimaan retribusi masuk ke kas pemerintah daerah. c. Pihak yang membayar retribusi mendapatkan kontra prestasi (balas
jasa) secara langsung dari pemerintah daerah atas pembayara yang dilakukannya.
d. Retribusi terutang apabila ada jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah yang dinikmati oleh orang atau badan.
e. Sanksi yang dikenakan pada retribusi adalah sanksi secara ekonomis, yaitu jika tidak membayar retribusi tidak akan memperoleh jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah.23
2.1.6.2 Objek Retribusi Daerah
Undang – Undang Nomor 34 Tahun 2000 pasal 18 ayat 1
menentukan bahwa objek retribusi adalah berbagai jenis jasa tertentu yang
disediakan oleh pemerintah daerah. Jasa tertentu tersebut dikelompokan
kedalam tiga golongan yaitu jasa umum, jasa usaha, dan jasa perizinan
tertentu. Hal ini membuat objek retribusi terdiri dari tiga kelompok jasa
sebagaimana disebut dibawah ini.
a. Jasa umum, yaitu jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
b. Jasa usaha, yaitu jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip-prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sector swasta.
c. Perizinan tertentu, yaitu kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian, dan pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang, penggunaan sumberdaya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.24
23 Siahaan Marihot P, 2008, Pajak Daerah & Retribusi Daerah, PT. Raja Grafindo Persada , Jakarta hal 5-7
24 Ibid hal 434
2.1.6.3 Golongan Retribusi Daerah
Berdasarkan kelompok jasa yang menjadi objek retribusi daerah dapat
pula dilakukan penggolongan retribusi daerah. Sesuai undang-undang
Nomor 34 Tahun 2000 pasal 18 ayat 2 retribusi daerah dibagi atas tiga
golongan yaitu
a. Retribusi jasa umum, yaitu retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
b. Retribusi jasa usaha, yaitu jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip-prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sector swasta.
c. Retribusi perizinan tertentu, yaitu atas jasa kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian, dan pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang, penggunaan sumberdaya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.25
2.1.6.4 Pengertian dan Perhitungan Potensi Retribusi Pasar
Ditinjau dari jenis retribusinya, retribusi pasar merupakan retribusi
jasa umum. Retribusi jasa umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan
atau diberikan oleh pemerintah daerah, untuk tujuan kepentingan dan
kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
Retribusi pasar di Pasar Menes adalah pungutan yang dilakukan atau
dikenakan pada setiap pedagang yang memanfaatkan fasilitas Pasar Menes.
Cara menghitung retribusi yaitu besarnya retribusi daerah yang harus
dibayar oleh orang pribadi atau badan yang menggunakan jasa yang
25 Ibid hal 435-436
bersangkutan dihitung dari perkalian antara tarif retribusi dan tingkat
penggunaan jasa.
Tabel 2.3 Daftar Besarnya pungutan retribusi per bulan
NO Pasar kelas Besarnya tarif Tingkat penggunaan
jasa 1 Pasar kelas 1 (Toko
Gudang, Rumah Toko) Rp. 2000,- 30 hari
2 Pasar kelas 11 (kios, los, emperan, PKL dan pedagang keliling)
Rp. 1000,- 30 hari
Sumber :Rancangan Penelitian tahun 2010- 2011
2.2 Kerangka Berpikir
Dalam proses penelitian perlu dibuat suatu pola / kerangka
pemikiran yang benar dengan memperhatikan beberapa konsep teori yang
dikemukakan oleh para ahli serta acuan – acuan lain yang dianggap relevan
dengan judul penelitian ini. Kebijakan publik merupakan kebijakan yang
dibuat oleh pemerintah (public organizations) untuk kepentingan
masyarakat melalui berbagai strategi dan program. Sedangkan evaluasi
kebijakan adalah serangkaian kegiatan untuk melihat sejauh mana kebijakan
yang dibuat telah mampu memecahkan masalah. Kebijakan publik pada
dasarnya dibuat untuk meraih dampak yang diinginkan. Dalam hal ini,
memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat. Oleh karena itu,
ditentukanlah ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria yang menjadi dasar untuk
menilai keberhasilan suatu kebijakan yang dikembangkan atau
dilaksanakan.
Berdasarkan uraian – uraian diatas, maka peneliti membuat kerangka
berpikir yang berangkat dari landasan teori. Dengan diberlakukanya
Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 10 Tahun 2001 Tentang
Retribusi Pasar, maka peneliti membuat suatu penelitian tentang Evaluasi
pelaksanaan Perda No 10 Tahun 2001 Tentang Retribusi Pasar di Pasar
Menes Kabupaten Pandeglang karena peneliti melihat bahwa kebijakan
tersebut tingkat kinerjanya harus dinilai untuk mengetahui outcome dan
keberhasilan dari suatu kebijakan tersebut karena peneliti beranggapan
kebijakan tersebut sudah cukup waktu untuk dievaluasi.
Pada penelitian ini yaitu Evaluasi Pelaksanaan Perda No 10 Tahun 2001
Tentang Retribusi Pasar di Pasar Menes Kabupaten Pandeglang. Peneliti
membuat kerangka pemikiran dengan menggunakan Teori dari William N
Duun, mengenai indikator atau kriteria evaluasi yang dikembangkan
mencakup enam indikator yaitu effectiveness, efficiency, adequency, equity,
responsiviness, and apporopriateness. Selain itu, peneliti juga
menggunakan metode evaluasi menurut Finsterbusch dan motz untuk
melakukan evaluasi terhadap program yang dilaksanakan ada beberapa
metode evaluasi, yakni : single program after- only, single program before
– after, comparative after – only, comparative before – after. Dan peneliti
lebih menekankan pada metode evaluasi single program after – only yakni
mengevaluasi suatu kebijakan sesudah kebijakan itu dilaksanakan, atau pada
saat kebijakan itu sedang dilaksanakan.
Gambar 2.3
Kerangka berpikir
Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 10 Tahun 2001 Tentang Retribusi Pasar.
Pasar Menes Kabupaten Pandeglang
Metode evaluasi menurut Finsterbusch dan Motz:
1. Single program after only 2. Single program before after 3. Comparative after only 4. Comparative before after (
wibawa samoedra dkk, evaluasi kebijakan public. hal 74-75 )
Menurut William Dunn ada enam indikator Evaluasi :
1. Effectiveness 2. Efficiency 3. Adequency 4. Equity 5. Responsiviness 6. Apporopriateness (William N
Dunn hal 650)
EVALUASI PELAKSANAAN PERDA KABUPATEN PANDEGLANG NO 10 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI PASAR DI PASAR MENES KABUPATEN PANDEGLANG
Metode Evaluasi : single program after - only
1. Effectiveness 2. Efficiency 3. Adequency 4. Equity 5. Responsiviness 6. apporopriateness
Evaluasi Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 10 Tahun 2001 Tentang Retribusi Pasar di Pasar Menes Berjalan secara Maksimal.
2.3 ASUMSI DASAR PENELITIAN
Asumsi dasar merupakan hasil dari refleksi penelitian berdasarkan
kajian pustaka dan landasan teori yang digunakan sebagai dasar
argumentasi. Berdasakan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan
diatas peneliti mengajukan asumsi dasar sebagai berikut :
“ Evaluasi pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 10
Tahun 2001 Tentang Retribusi Pasar di Pasar Menes Kabupaten Pandeglang
belum berjalan secara maksimal “
125
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Penelitian dalam Evaluasi Kebijakan Retribusi Pasar di Pasar Menes
Kabupaten Pandeglang ini menggunakan metode dengan pendekatan
kualitatif. Metode penelitian dengan pendekatan kualitatif, istilah penelitian
kualitatif dikemukakan oleh Bogdan dan Taylor dalam Moleong.
Metodelogi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati. 26
Penelitian kualitatif dimaksudkan untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistic dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus
yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. 27
3.2. Instrumen Penelitian
26 Moleong, J. Lexy. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung. Hal 4
27 Ibid :hal 6
Dalam penelitian ini tentang Evaluasi Kebijakan Retribusi Pasar di
Pasar Menes Kabupaten Pandeglang peneliti menggunakan pendekatan
kualitatif dalam penelitiannya. Dalam penelitian kualitatif instrumen
penelitiannya adalah peneliti itu sendiri. Menurut Irawan, satu-satunya
instrumen terpenting dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu
sendiri.28
Dalam penelitian ini, jenis data yang dikumpulkan adalah data
primer dan data sekunder. Menurut Lofland dan Loflang dalam Moleong
sumber data utama atau primer dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata
dan tindakan selebihnya adalah data tambahan atau data sekunder seperti
dokumen, gambar dan lain-lain.29 Adapun alat-alat tambahan yang
digunakan peneliti dalam mengumpulkan data berupa panduan wawancara,
buku catatan, kamera digital dan alat perekam (handphone).
Teknik pengumpulan data yang digunakan merupakan kombinasi
dari beberapa teknik, yaitu :
1. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewancara (interviewer) dan yang
diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu,
maksud mengadakan wawancara, seperti yang ditegaskan oleh Linclon dan
28 Irawan, Prasetya. 2006. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. DIA FISIP Universitas Indonesia: Jakarta. Hal 17
29 Moleong, J. Lexy. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung. Hal 157
Guba, antara lain: mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi,
perasaan, motivasi, tuntutan kepedulian, memverifikasi, mengubah dan
memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik manusia
maupun bukan manusia (triangulasi).30 Berikut merupakan pedoman
wawancara:
TABEL 3.1 PEDOMAN WAWANCARA
No Informan
Pernyataan
1 Kasi Retribusi Pasar DISPERINDAGPAS Kab Pandeglang
1. Sosialisasi Perda No 10 Tahun 2001 tentang Retribusi pasar
2. Pencapaian target dari sektor retribusi pasar
3. Partisipasi dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan kebijakan pemerintah khususnya pemungutan retribusi pasar.
2 Pelaksana UPT
Dinas Perindagpas Kab Pandeglang
1. Pengawasan terhadap kegiatan penarikan retribusi dilapangan
2. Alokasi dana sesuai dengan kebutuhan
3. Penempatan pegawai yang sesuai dengan kebutuhan
4. Tersediannya sarana sesuai dengan kebutuhan
3 Penanggung
jawab pasar Menes
1. Pencapaian terget dari retribusi pasar
Kontribusi terhadap PAD 2. Alokasi dana sesuai dengan kebutuhan
3. Penempatan pegawai yang sesuai dengan kebutuhan
4. Tersediannya sarana sesuai dengan kebutuhan
30 Moleong, J. Lexy. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung. 186
4 Pegawai administrasi dan penyetoran Pasar Menes
1. Tersedianya sarana sesuai kebutuhan di kantor Pasar Menes
2. Komunikasi yang baik antara petugas dengan wajib retribusi
5 Pegawai atau petugas retribusi pasar
1. Pemahaman isi PERDA no 10 tahun 2001 tentang retribusi pasar
2. Kualitas pegawai
6 Masyarakat atau pedagang dipasar Menes Kabupaten Pandeglang
1. Partisipasi masyarakat terhadap Perda No 10 Tahun 2001
2. Kepatuhan sebagai wajib retribusi
Sumber : Rancangan Penelitian tahun 2010 – 2011
Dalam penelitian kualitatif, wawancara dilakukan secara
mendalam. Macam wawancara yang digunakan peneliti dalam penelitian
ini adalah wawancara terstuktur dan tak berstruktur. Wawancara tidak
berstuktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis
dan lengkap untuk pengumpulan datanya, tetapi disesuaikan dengan
keadaan dan ciri yang unik dari informan, pelaksanaan tanya jawab
mengalir seperti dalam percakapan sehari-hari. Sedangkan wawancara
terstuktur, peneliti menggunakan pedoman wawancara yang yang telah
disusun sebelumnya.
2. Observasi
Observasi merupakan tehnik pengumpulan data yang secara umum dikenal
dengan pengamatan langsung di lapangan. Alasan mengapa dalam
penelitian kualitatif, pengamatan dimanfaatkan sebesar-besarnya seperti
yang dikemukakan Guba dan Linclon dalam moleong sebagai berikut:
1. Teknik pengamatan ini didasarkan atas pengalaman secara langsung
2. Teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati
sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang
terjadi pada keadaan sebenarnya.
3. Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi
yang berkaitan dengan pengetahuan ptoporsional maupun pengetahuan
yang
4. Sering terjadi ada keraguan pada peneliti, jangan-jangan pada data yang
dijaringnya ada yang keliru atau bias.
5. Teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-
situasi yang rumit.
6. Dalam kasus-kasus tertentu dimana teknik komunikasi lainnya
dimungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat.
3. Studi Dokumentasi
Pengumpulan data yang diperoleh melalui peraturan, Undang-
Undang, laporan-laporan berupa foto ataupun dokumen elektronik
(rekaman), catatan serta dokumen-dokumen yang relevan dengan masalah
yang diteliti, catatan serta dokumen dokumen yang relevan mengenai
masalah penelitian ini.
3.3. Informan
Dalam penelitian ini penentuan informannya menggunakan teknik
purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan
sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu
ini, dengan maksud penetapan sampel berdasar kriteria-kriteria sesuai
dengan informasi yang dibutuhkan.
Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini diantaranya
adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2
Daftar Informan Penelitian
No Informan
1 Kasi Retribusi Pasar Dinas Perindagpas Kabupaten Pandeglang
2 Pelaksana UPT Pasar Dinas Perindagpas Kabupaten Pandeglang
3 Penanggung jawab Pasar Menes di Kecamatan Menes
4 Petugas administrasi dan penyetoran Retribusi Pasar Menes
5 Pegawai atau Petugas Retribusi Pasar Menes
6 Masyarakat atau pedagang pengguna Retribusi pasar di Pasar Menes Pandeglang
Sumber : Rancangan Penelitian Tahun2010- 2011
3.4. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan masih data mentah dan
harus diolah. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan data primer dan
data sekunder, jika dilihat dari sumbernya. Sumber data primer merupakan
sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan
sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan
data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat
dokumen.
Menurut Bogdan & Biklen analisis data kualitatif adalah: ”upaya
yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,
memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang
penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain”.31
Dalam penelitian kualitatif, kegiatan analisis data dimulai sejak
peneliti melakukan kegiatan pra-lapangan sampai dengan selesainya
penelitian. Analisis data dilakukan secara terus-menerus tanpa henti
sampai data tersebut bersifat jenuh. Dalam prosesnya, analisis data dalam
penelitian ini menggunakan model interaktif yang telah dikembangkan
oleh Miles & Huberman yaitu selama proses pengumpulan data dilakukan
tiga kegiatan penting, diantaranya; reduksi data (data reduction), penyajian
data (data display) dan verifikasi (verification). Apabila digambarkan
proses tersebut akan nampak seperti berikut ini:
Gambar 3.1
Analisis data menurut Miles & Huberman
31 Moleong, J. Lexy. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung Hal 248
Data Collecting Data
Display
Verification Data Reduction
Dari gambar 3.1 dapat dilihat bahwa pada prosesnya peneliti akan
melakukan kegiatan berulang-ulang secara terus-menerus. Ketiga hal
utama itu tersebut merupakan sesuatu yang jalin-menjalin pada saat
sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data. Ketiga kegiatan di atas
dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Reduksi Data (Data Reduction)
Selama proses pengumpulan data dari berbagai sumber, tentunya
akan sangat banyak data yang didapatkan oleh peneliti. Semakin lama
peneliti berada di lapangan, maka data yang didapatkan akan semakin
kompleks dan rumit, sehingga apabila tidak segera diolah akan dapat
menyulitkan peneliti, oleh karena itu proses analisis data pada tahap ini
juga harus dilakukan. Untuk memperjelas data yang didapatkan dan
mempermudah peneliti dalam pengumpulan data selanjutnya, maka
dilakukan reduksi data. Reduksi data dapat diartikan sebagai proses
pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan
transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan yang muncul di
lapangan.
Reduksi data berlangsung selama proses pengumpulan data masih
berlangsung. Pada tahap ini juga akan berlangsung kegiatan pengkodean,
meringkas dan membuat partisi (bagianbagian). Proses transformasi ini
berlanjut terus sampai laporan akhir penelitian tersusun lengkap.
b. Penyajian Data ( Data Dispay)
Langkah penting selanjutnya dalam kegiatan analisis data kualitatif
adalah penyajian data. Secara sederhana penyajian data dapat diartikan
sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan
adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Dalam sebuah penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan
dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart
dan sejenisnya. Namun pada peneltian ini, penyajian data yang peneliti
lakukan dalam penelitian ini adalah bentuk teks narasi, hal ini seperti yang
dikatakan oleh Miles & Huberman, ”the most frequent form display data
for qualitative research data ini the past has been narrative text” (yang
paling sering digunakan untuk penyajian data kualitatif pada masa yang
lalu adalah bentuk teks naratif).
Selain itu, penyajian data dalam bentuk bagan dan jejaring juga
dilakukan pada penelitian ini. Penyajian data bertujuan agar peneliti dapat
memahami apa yang terjadi dan merencanakan tindakan selanjutnya yang
akan dilakukan.
c. Verifikasi / Penarikan Kesimpulan (Verification)
Langkah ketiga dalam tahapan analisis interkatif menurut Miles &
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dari permulaan
pengumpulan data, peneliti mulai mencari arti dari hubungan-hubungan,
mencatat keteraturan, pola-pola dan menarik kesimpulan. Asumsi dasar
dan kesimpulan awal yang dikemukakan dimuka masih bersifat sementara,
dan akan terus berubah selama proses pengumpulan data masih terus
berlangsung. Akan tetapi, apabila kesimpulan tersebut didukung oleh
bukti-bukti (data) yang valid dan konsisten yang peneliti di lapangan,
maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang
kredibel.
3.5. Validitas dan Reliabilitas Data
Validitas dalam penelitian kualitatif memiliki keterkaitan dengan
deskripsi dan eksplanasi, dan terlepas apakah eksplanasi-eksplanasi
tersebut sesuai dan cocok dengan deskripsi atau tidak.32 Dengan demikian
data yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan
oleh peneliti dengan yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian.
Terdapat dua macam validitas penelitian, yaitu validitas internal yang
berkenaan dengan derajat akurasi desain penelitian dengan hasil yang
dicapai, dan validitas eksternal yang berkenaan dengan derajat akurasi
apakah hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi di mana
sampel tersebut diambil.
Sedangkan reliabilitas dalam penelitian kualitatif sangat berbeda
dengan yang terdapat pada penelitian kuantitatif. Bila dalam penelitian
kuantitatif reliabilitas berkenaan dengan konsistensi data, di mana bila
terdapat peneliti yang melakukan penelitian pada obyek yang sama, maka
akan mendapatkan data yang sama. Maka dalam penelitian kualitatif tidak
demikian, suatu realitas (social situation) bersifat majemuk dan dinamis,
32 Denzin K, Norman dan Yvonna S Lincoln. . Hand Book of Qualitatif Research. California : Publication Inc.. Hal. 273
sehingga tidak ada data yang bersifat konsisten dan berulang seperti
semula. Adapun untuk pengujian keabsahan datanya, pada penelitian ini
dilakukan dengan dua cara, yaitu triangulasi dan membercheck.
1. Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan
berbagai waktu.33 Atau triangulasi berarti teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain.34 Terdapat tiga
jenis triangulasi, yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan
triangulasi waktu. Namun dalam penelitian ini hanya menggunakan
triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Triangulasi sumber dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh dari lapangan melalui
beberapa sumber. Sedangkan triangulasi teknik dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
Pengecekan dilakukan dengan mengunakan teknik wawancara,
observasi dan dokumentasi.
2. Mengadakan Membercheck
Membercheck adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti
kepada pemberi data. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui seberapa
jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh sumber
data. Setelah membercheck dilakukan, maka pemberi data dimintai 33 Ibid hal 274
34 Denzin, K Norman & Yvona S. 2000. Hand Book of Qualitatif Research. California : Publication Inc. Hal 307
tandatangan sebagai bukti otentik bahwa peneliti telah melakukan
membercheck.
3.6 Tempat dan waktu
Tempat penelitian ini dilakukan di Pasar Menes Kabupaten
Pandeglang. Waktu penelitian dilakukan berdasarkan atas table berikut ini
Jadwal Penelitian
TABEL 3.3
NO Kegiatan
Waktu Nov 10
Des ‘10
Jan ‘11
feb ‘11
Mar ‘11
april ‘11
Mei ’11
juni ‘11
Juli ’11
Agu ’11
Sep ’11
Okt ’11
1 Penelitian awal
2 Penyusunan proposal
3 Bimbingan Proposal
4 Seminar Proposal
5 Revisi Proposal
6 Terjun Lapangan
7 Penyusunan Skripsi
8 Sidang Skripsi
BAB IV
HASIL PENELITIAN
3.1 Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1 Deskripsi wilayah Kabupaten Pandeglang
Kabupaten Pandeglang merupakan salah satu dari 8 kabupaten /
kota di provinsi Banten. Yang berada di ujung Barat pulau jawa, memiliki
Luas wilayah 2.747 km2 (274.689,91 ha) atau sebesar 29,98 % dari luas
Provinsi Banten dengan panjang pantai mencapai 307 km. secara geografis
terletak antara 6 21 - 7 lintang selatan dan 104 bujur
timur dengan batas wilayah:
1. Sebelah utara berbatasan dengan kabupaten serang
2. Sebelah barat berbatasan dengan selat sunda
3. Sebelah selatan berbatasan dengan samudra Indonesia
4. Sebelah timur berbatasan dengan kabupaten lebak
Secara geomorfologi, wilayah kabupaten Pandeglang termasuk
kedalam zona Bogor yang merupakan jalur perbukitan. Sedangkan jika
dilihat dari topografi, Kabupaten Pandeglang memiliki variasi ketinggian
antara 0-1.778 m diatas permukaan laut.
Iklim di wilayah Kabupaten Pandeglang dipengaruhi oleh angin monson (
Monson trade) dan gelombang La Nina atau El nino. Suhu udara di
kabupaten Pandeglang berkisar antara 22,5 C- 27.9 C pada daerah pantai
suhu udara bisa mencapai 22 C- 32 C sedangkan di daerah pegunungan
berkisar 18 C -29 C. curah hujan disuatu tempat antara lain di pengaruhi
oleh keadaan iklim, geografi, dan perputaran arus udara.
Jumlah dan komposisi penduduk suatu saerah merupakan hal yang
sangat pokok dalam perencanaan pembangunan yang dilaksanakan.
Berdasarkan data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik Kabupaten
Pandeglang jumlah penduduk kabupaten pandeglang pada tahun 2007
akhir mencapai 1.130.514 orang, terdiri dari laki-laki berjumlah 578.375
orang dan perempuan yang berjumlah 552.139 orang.
Sejak bulan Juli 2006 Kabupaten Pandeglang dibagi menjadi 35
kecamatan dan 335 desa/kelurahan dengan dua tambahan kecamatan, yaitu
kecamatan Majasari dan kecamatan Sobang. Cikeusik merupakan
kecamatan terluas di Kabupaten Pandeglang dengan luas 322,76 km2
sedangkan Labuan merupakan kecamatan terkecil dengan 15,6
km2.Kabupaten Pandeglang memiliki 35 kecamatan sebanyak diantaranya
adalah Sumur, cimanggu, cibaliung, cibitung, cikeusik, cigeulis,
panimbang, sobang, munjul, angsana, sindang resmi, picung, bojong,
saketi, cisata, pagelaran, patia, sukaresmi, labuan, carita, jiput, cikedal,
menes, pulosari, mandalawangi, cimanuk, cipeucang, banjar, kaduhejo,
mekarjaya, pandeglang, majasari, cadasari, karangtanjung dan koronong.
Wilayah kabupaten pandeglang memiliki potensi sumberdaya alam yang
mendukung pembangunan pertanian, kehutanan, pertambangan, perikanan
dan kelautan, serta pariwisata.
Pusat perekonomian Kabupaten Pandeglang terletak di dua kota
yakni Kota Pandeglang dan Labuan. Sebagian besar wilayah Kabupaten
Pandeglang merupakan dataran rendah dan dataran bergelombang.
Kawasan selatan terdapat rangkaian pegunungan. Sungai yang mengalir
diantaranya Sungai Ciliman yang mengalir ke arah barat, dan Sungai
Cibaliung yang mengalir ke arah selatan.
Berikut merupakan visi misi Kabupaten Pandeglang Tahun 2011-
2016
a. VISI
“Terwujudnya Kabupaten Pandeglang sebagai Daerah Mandiri
dan Berkembang di Bidang Agribisnis dan Pariwisata Berbasis
Pembangunan Perdesaan”
Visi tersebut dijabarkan sebagai berikut :
1. Mandiri dan Berkembang di Bidang Agribisnis
Kabupaten Pandeglang sebagai pusat agribisnis dapat diartikan
bahwa Kabupaten Pandeglang akan menjadikan pertanian dan segala
sumberdaya, usaha, kelembagaan dan jaringan bisnis (hulu-hilir) pertanian
sebagai basis perekonomian daerah dalam rangka pengembangan daerah
dan peningkatan kesejahtraan masyarakat. Untuk mewujudkan visi
tersebut, pemerintah dan seluruh stakeholder akan menggerakan energinya
dalam melakukan ekonomisasi sektor pertanian dengan memperhatikan
faktor-faktor dominan seperti komoditas unggulan, permintaan pasar,
dukungan industri hulu-hilir, pola usaha tani, jaringan dan kelembagaan
usaha serta manajemen permodalan.
2. Mandiri dan Berkembang di Bidang Pariwisata
Kabupaten Pandeglang sebagai pusat kegiatan pariwisata dapat
diartikan bahwa Kabupaten Pandeglang akan menjadikan pariwisata
sebagai sektor pendukung bagi peningkatan perekonomian daerah. Untuk
mewujudkan visi tersebut, pemerintah dan seluruh stakeholder akan
mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam dan budaya sebagai
destinasi pariwisata, melalui pengembangan objek daya tarik wisata,
promosi dan pemasaran, jasa pelayanan pariwisata didukung oleh
infrastruktur yang diperlukan, jaminan regulasi kepariwisataan yang
diorentasikan kepada peningkatan kunjungan wisata dan kesejahtraan
masyarakat.
3. Berbasis Pembangunan Perdesaan
Mewujudkan Kabupaten Pandeglang sebagai pusat agribisnis dan
destinasi pariwisata tidak mungkin dapat tercapai tanpa partisipasi aktif
dari masyarakat yang sebagian besar berada di pedesaan. Maka subjek
utama upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi di sektor pertanian dan
pariwisata sesungguhnya adalah masyarakat pedesaan. Oleh karena itu,
pedesaan merupakan basis utama dari kegiatan usaha pertanian dan jasa
pelayanan pariwisata.
b. MISI
Visi tersebut akan diwujudkan dengan melaksanakan misi sebagai
berikut :
1. Meningkatkan perekonomian daerah berbasis pertanian dan
pariwisata;
2. Memberdayakan UMKM dan Koperasi dalam bidang pertanian
dan jasa pariwisata serta usaha pendukungnya;
3. Meningkatkan kualitas SDM yang agamis, cerdas, kreatif dan
inovatif;
4. Meningkatkan layanan pendidikan dan kesehatan masyarakat;
5. Meningkatkan pembangunan infrastruktur khususnya pedesaan;
6. Meningkatkan tata kelola kepemerintahan daerah.
Keenam misi tersebut diatas masing-masing mempunyai tujuan
sebagaimana diuraikan dibawah ini :
1. Meningkatkan perekonomian daerah berbasis pertanian dan
pariwisata, ditujukan untuk mendukung penguatan modal dan
aplikasi teknologi bagi pembukaan lapangan kerja dan perluasan
peluang usaha masyarakat bagi pertumbuhan ekonomi dan
kesejahtraan masyarakat.
2. Memberdayakan UMKM dan Koperasi dalam usaha pertanian dan
jasa pariwisata, ditujukan untuk meningkatkan kapasitas dan
kompetensi koperasi, pengusaha mikro, kecil dan menengah dalam
berbagai lapangan usaha dalam menghadapi persaingan yang
semakin kompleks.
3. Meningkatkan kualitas SDM yang agamis, cerdas, kreatif dan
inovatif, ditujukan untuk menciptakan pelaku pembangunan yang
cerdas, terampil dan berahlak mulia dalam melaksanakan
pembangunan di Kabupaten Pandeglang.
4. Meningkatkan layanan pendidikan dan kesehatan masyarakat,
ditujukan untuk meningkatkan pelayanan publik dalam
memperoleh pendidikan dan pemeliharaan kesehatan masyarakat.
5. Meningkatkan pembangunan infrastruktur khususnya pedesaan,
ditujukan untuk menyediakan dukungan bagi peningkatan
pelayanan dasar.
6. Meningkatkan tata kelola kepemerintahan daerah, ditujukan untuk
menciptakan pemerintahan yang baik dan bersih dalam melakukan
pelayanan publik di seluruh sektor dan wilayah pembangunan.
4.1.2 Gambaran Umum Dinas Perindustrian Perdagangan
dan Pasar Kabupaten Pandeglang
Didalam peningkatan utilitasi kapasitas produksi yang ada juga
terkandung maksud untuk membuka peluang tumbuh industri-industri
yang dapat menunjang sekaligus memperkuat struktur ekonomi nasional
serta meningkatkan nilai tambah dari produk-produk sumber daya alam
yang ada. Tercapainya 3 pokok sasaran pembangunan sektor industri dan
perdagangan diatas bukanlah hal yang mudah mengingat krisis yang
dihadapi bangsa indonesia cukup parah dan sampai saat ini belum mampu
keluar dari kemelut ini. Hal ini perlu didukung oleh kebijaksanaan
pemerintah baik pusat maupun daerah yang memberikan keleluasaan
kepada dunia usaha dalam mengembangkan kegiatannya. Sebagai salah
satu perangkat daerah yang memiliki peran strategis (ujung tombak) dalam
peningkatan usaha dibidang perindustrian, perdagangan dan pasar sesuai
dengan peraturan Bupati Pandeglang Nomor 14 Tahun 2008 tentang
rincian tugas, Fungsi, dan Tata kerja Dinas Daerah Kabupaten Pandeglang,
Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pasar mempunyai kedudukan, Tugas
pokok, Fungsi dan kewenangan sebagai berikut :
4.1.2.1 Kedudukan
Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar adalah merupakan
unsur pelaksana pemerintah kabupaten, dipimpin oleh kepala dinas, yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris
Daerah.
4.1.2.2 Tugas
Dinas Perindustrian, P erdagangan dan Pasar mempunyai tugas
membantu Bupati melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan
asas otonomi daerah dan tugas pembantuan di bidang perindustrian,
perdagangan dan pasar.
4.1.2.3 Fungsi
Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar dalam melaksanakan
tugas sebagaimana dimaksud diatas menyelenggarakan fungsi:
1. Menyusun perencanaan bidang perindustrian, perdagangan dan
pasar
2. Merumuskan kebijakan teknis bidang perindustrian,
perdagangan dan pasar
3. Melaksanakan urusan pemerintahan dan pelayanan umum
bidang perindustrian perdagangan dan pasar.
4. Melakukan pembinaan, koordinasi, pengendalian dan fasilitasi
pelaksanaan kegiatan bidang perindustrian, perdagangan dan
pasar.
5. Melaksanakan kegiatan penatausahaan Dinas Perindustrian,
Perdagangan dan Pasar
6. Melakukan pembinaan terhadap UPT Dinas Perindustrian
Perdagangan dan Pasar
7. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai
dengan tugas dan fungsinya
Dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sebagai satuan kerja
perangkat daerah kabupaten Pandeglang, Dinas Perindustrian,
perdagangan, dan Pasar memilki struktur organisasi berdasarkan uraian
jabatan yang tercantum dalam Peraturan Bupati Nomor 14 Tahun 2008
adalah sebagai berikut :
a. Kepala Dinas
Adalah jabatan tertinggi pada Dinas Perindustrian, Perdagangan
dan Pasar yang memiliki tugas pokok memimpin, membina,
mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan operasional Dinas dalam
melaksanakan tugas pokok Pemerintah Daerah di Bidang Perindustrian
Perdagangan dan Pasar dan langsung bertanggung jawab pada Bupati
melalui sekretaris.
b. Sekretaris
Memiliki tugas pokok menyelenggarakan pengelolaan kekuangaan,
urusan umum dan kepegawaian serta penyusunan perencanaan, evaluasi
dan pelaporan. Dalam hal ini sekretaris bertanggung jawab langsung pada
Kepala Dinas dan untuk pelaksanaan kegiatannya dibantu oleh :
a. Kepala subbagian umum dan kepegawaian
Mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan umum dan pengelolaan
administrasi kepegawaian
b. Kepala subbagian keuangan
Mempunyai tugas pokok melaksanakan pengelolaan administrasi
keuangan
c. Kepala subbagian perencanaan, evaluasi, dan pelaporan
Mempunyai tugas pokok menyusun perencanaan, evaluasi dan pelaporan
Dinas
c. Kepala Bidang
Adalah pejabat yang membantu dan bertanggung jawab kepada
kepala Dinas untuk membina, mengatur, mengkoordinasikan dan
mengendalikan pelaksanaan kegiatan pengendalian operasional pada Dinas
Perindustrian, Perdagangan dan pasar. Pada Dinas ini terdiri dari tiga
bidang yang masing-masing dikepalai oleh seorang kepala bidang, yaitu :
a. Kepala bidang industri, yaitu : pejabat yang memiliki tugas pokok
merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis pengembangan
industri kecil dan menengah serta pengembangan teknologi industri.
Dalam pelaksanaan tugasnya Kepala Bidang Industri dibantu oleh dua
Kepala seksi yaitu :
1. Kepala seksi industri kecil dan menengah
Memiliki tugas pokok melaksanakan pengembangan industri kecil
dan menengah
2. Kepala seksi teknologi industri
Memiliki tugas pokok melaksanakan pengembangan teknologi di
bidang industri.
b. Kepala Bidang Perdagangan, yaitu pejabat yang memiliki tugas
pokok merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis bimbingan
usaha dan sarana perdaganga, pendaftaran perusahaan dan promosi
perdagangan. Dalam melaksanakan tugasnya kepala bidang
perdagangan dibantu oleh dua kepala seksi yaitu :
3. Kepala seksi bimbingan usaha dan sarana perdagangan:
Memiliki tugas pokok melaksanakan bimbingan usaha dan
pengembangan sarana perdagangan
4. Kepala seksi pendaftaran perusahan dan promosi
Memiliki tugas pokok melaksanakan pendaftaran perusahaan dan
promosi.
c. Kepala bidang pasar, yaitu pejabat yang memiliki tugas pokok
merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis pengembangan,
penataan dan pemeliharaan pasar serta retribusi pasar. Dalam
melaksanakan tugasnya kepala bidang pasar dibantu oleh dua kepala
seksi :
5. Kepala seksi pengembangan, penataan dan pemeliharaan pasar,
Mempunyai tugas pokok melaksanakan pengembangan, penataan
dan pemeliharaan pasar.
6. Kepala seksi retibusi pasar
Mempunyai tugas pokok melaksanakan pemungutan retribusi
pasar.
d. Kepala UPT Pasar
Adalah jabatan pelaksana teknis pada pasar-pasar pemerintah
dikabupaten Pandeglang dan bertanggung jawab langsung kepada kepala
Dinas.
Gambar 4.1 Bagan Struktur Organisasi Dinas Perindagpas Kabupaten
Pandeglang
Visi dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar Kabupaten
Pandeglang adalah : “ Terwujudnya daya saing industri dan
Perdagangan yang mantap dan berkelanjutan untuk kemakmuran
rakyat yang berkeadilan”. Sedangkan Misi merupakan hal-hal yang harus
diemban dan dilaksanakan oleh suatu organisasi dalam menjabarkan dan
mencapai visi yang telah ditetapkan. Berdasarkan visi yang ditetapkan
diatas, maka Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar Kabupaten
Pandeglang pada Tahun 2011-2016 mengemban misi sebagai berikut :
1. Memfasilitasi penguasaan teknologi industri dalam mendorong
penyebaran pembangunan industri serta menjaga ketersediaan
bahan pokok dalam penguatan jaringan distribusi perdagangan.
2. Menguatkan pasar lokal / daerah melalui peningkatan fasilitas
dan revitalisasi pasar tradisional
3. Menyediakan data / informasi potensi daerah yang berkaitan
dengan perindustrian dan perdagangan.
Tujuan dan sasaran jangka menengah Dinas Perindustrian, Perdagangan
dan Pasar Kabupaten Pandeglang
Tujuan dari Misi I adalah :
a. Menumbuhkan industri – industri potensial sebagai penggerak
pembangunan pertanian terpadu dimasa yang akan datang.
b. Menciptakan sistem logistik dan jaringan distribusi nasional
yang berkualitas
c. Menguatkan struktur industri dengan pembentukan klaster
industri dan usaha lainnya pada sektor pertanian, perkebunan,
kehutanan, perikanan, dan peternakan
Tujuan dari misi II adalah :
a. Meningkatkan fasilitas pelayanan perdagangan guna
memperbaiki iklim usaha perdagangan dalam negeri
Tujuan dari Misi III adalah :
a. Menyediakan data/ informasi potensi dan pembangunan daerah
dibidang industri dan perdagangan secara akurat dan
transparan.
Sasaran misi jangka I menengah, yaitu :
a. Berkembangnya industri kecil dan menengah khususnya
industri yang bergerak dibidang pengolahan hasil pertanian dan
perikanan
b. Kelancaran arus bahan pokok dan pengawasan barang beredar
serta penggunaan produk dalam negeri
c. Tumuh dan berkembangnya klaster industri dan usaha lainnya
yang terdapat dalam rantai nilai ( value chain )
Sasaran Misi II jangka menengah, yaitu :
a. Meningkatnya pelayanan kepada masyarakat dan pedagang
secara optimal dalam rangka percepatan pertumbuhan kegiatan
ekonomi perdagangan.
Sasaran Misi III jangka menengah, yaitu :
a. Terlaksananya inventarisasi, identifikasi penelitian dan
pengembangan data/ informasi yang berkaitan dengan
perindustrian dan perdagangan.
a. Sumber daya Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar
Kabupaten Pandeglang
Potensi sumber daya yang dimiliki oleh Dinas Perindustrian,
Perdagangan dan Pasar Kabupaten Pandeglang meliputi :
a. Pasar pemerintah yang memberikan kontribusi terhadap
pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Pandeglang yang terdiri dari 11
pasar pemerintah
b. Perusahaan industri kecil dan menengah yang tersebar di 35
kecamatan, berdasarkan hasil pendataan tahun 2009 mencapai 11.100
perusahaan IKM yang sebagian besar bergerak di industri makanan dan
minuman, kerajinan, pandai besi, serta konveksi dan pakaian jadi.
c. Pegawai Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar Kabupaten
Pandeglang baik yang berstatus PNS maupun Non PNS yang terdiri 49
PNS dan 61 Non PNS yang bertugas di kantor dan Pasar Pemerintah
Kabupaten Pandeglang.
Kantor Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar Kabupaten
Pandeglang memiliki Pegawai yang terdiri dari :
1. 1 Orang Kepala Dinas – Eselon II.a
2. 1 Orang sekretaris – Eselon III.a
3. 3 Orang Kepala Bidang – Eselon III.b
4. 3 Orang Kepala Sub Bagian – Eselon IV.a
5. 6 Orang Kasi – Eselon IV.a
6. 44 Orang Staf atau Pelaksana
7. 11 Orang Penanggung jawab Pasar
8. 46 Orang Pemungut Retribusi Pasar dan Sewa
Tanah
9. 1 Orang Penjaga Keamanan
10. 1 Orang Driver Kepala Dinas
Tabel 4.1 Jumlah PNS DISPERINDAGPAS Kabupaten Pandeglang
Menurut Tingkat Pendidikan STRATA 2 1 Orang STRATA 1 15 Orang D.III - SLTA 24 Orang SLTP 1 Orang SD 3 Orang
Jumlah 44 Orang Sumber : Data Nominatif Pegawai Disperindagpas Kabupaten
Pandeglang
c. Kinerja pelayanan
Kinerja pelayanan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar
Kabupaten Pandeglang selama 5 (lima) tahun kedepan dititik beratkan
pada peningkatan sumber daya manusia untuk dapat melakukan :
a. Pembinaan IKM dalam rangka pengembangan dan penataan
struktur industri yang berbasis pada teknologi tepat guna.
b. Pelayanan di bidang perijinan pendaftaran perusahaan
c. Pelayanan perlindungan bagi konsumen melalui pengawasan
barang dan jasa komoditas strategis dan pemantauan harga
sembako
d. Penataan dan pemeliharaan, serta
e. Pembangunan dan revitalisasi Pasar
f. Inventarisasi , identifikasi, penelitian dan pengembangan data/
informasi potensi daerah yang berkaitan dengan perindustrian dan
perdagangan.
4.1.3 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian mengenai Evaluasi Pelaksanaan Perda No 10 Tahun
2001 Tentang Retribusi Pasar, Peneliti hanya memusatkan penelitiannya di
Pasar Menes Kabupaten Pandeglang. Pasar Menes merupakan tempat
bertemunya penjual dan pembeli,serta adanya transaksi secara langsung
melalui peroses tawar menawar antara penjual dan pembeli. Pasar tersebut
terdiri dari kios-kios atau grai,los dan dasaran terbuka,yang dibuka oleh
penjual maupun oleh pengelola Pasar. Di Pasar Menes kebanyakan
menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa
ikan,buah-buahan,sayuran dan lainnya, di Pasar Menes terlihat penyediaan
berupa kain, pakaian, barang elektronik,jasa dan lain sebagainya.
Gambar 4.2 Keadaan Pasar Menes dari Lokasi Terminal
Pasar Menes salah satu pasar tradisional yang berada di kecamatan
Menes Kabupaten Pandeglang, yang ikut serta menyumbang kontribusi
yang cukup besar untuk PAD lewat retribusi dan sewa lahan, dan
kesadaran para pemilik kios maupun para pedagang kaki lima sangat tinggi
untuk membayar kewajiban yang ditetapkan DISPERINDAGPAS melalui
PERDA Kabupaten Pandeglang yaitu Perda No 10 Tahun 2001 Tentang
Retribusi Pasar. Pasar Menes ini memiliki jumlah Kios berkisar 255 kios,
ditambah dengan los, pedagang emperan dan pedagang kaki lima.
Tabel 4.2 Jumlah Kios Pasar Menes Berdasarkan Lokasi
Lokasi Kain 165 kios Lokasi S-J-R 42 Kios Lokasi Terminal 31 Kios Lokasi tengah Terminal 17 Kios Jumlah 255 Kios
Sumber : Data jumlah Toko di Pasar Menes ( Data telah diolah )
Penarikan Retribusi Pasar dilakukan oleh Petugas Pemungut
Retribusi Pasar Yang Bekerja Pada Kantor Pasar Menes Khususnya
Bekerja pada Disperindagpas Kabupaten Pandeglang. Pasar menes ini
memiliki satu orang penanggung jawab Pasar, dan Enam orang petugas
pemungut Retribusi Pasar.
Tabel 4.3 Nama Petugas Pemungut Retribusi Pasar untuk Pasar
Menes No Nama Jabatan Status 1 Achmad Penanggung jawab Pasar
Menes PNS
2 Didi Rosadi
Petugas Administrasi dan penyetoran Pasar Menes
PNS
3 Suhendar Pemungut Retribusi Pasar Menes
TKK
4 Ade Rohanah
Pemungut Retribusi Pasar Menes
TKS
5 Andri Suhandri
Pemungut Retribusi Pasar Menes
TKS
6 Jaenudin Pemungut Retribusi Pasar Menes
TKS
7 Yayah Herawati
Petugas Administrasi dan Penyetoran Pasar Menes
TKS
Sumber : Data Absensi Pegawai Kantor Pasar Menes ( Data telah diolah )
4. 2 Informan Penelitian
Informan dalam penelitian ini adalah semua pihak yang
memberikan informasi mengenai penelitian tentang pelaksanaan Perda No
10 Tahun 2001 Tentang Retribusi Pasar Di Pasar Menes Kabupaten
Pandeglang. Berikut akan diuraikan informan yang menyangkut dengan
penelitian ini yaitu :
Tabel 4.4
Daftar informan No Kode
informan
Informan Status informan
1 I1 Bapak H. Didit Royadi, SE
Kasi Retribusi Pasar
2 I2 Bapak Lutfi Pelaksana UPT pasar
3 I3 Bapak Ahmad Penanggung jawab
Pasar Menes
4 I4 Ibu Yayah Herawati Petugas administrasi dan penyetoran Retribusi Pasar Menes
5 I⁵- I⁶ Bapak jaenudin Bapak Suhendar
Petugas pemungut retribusi Pasar Menes
6 I₇- I₉ Ibu H. Yati Ibu Emah Ibu Marpuah
Pedagang di Pasar Menes
4.3 Deskripsi Data
4.3.1 Deskripsi dan Analisis Data Penelitian
Deskripsi data merupakan penjelasan mengenai data yang telah
didapatkan dari hasil penelitian lapangan. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan Teori William N Dunn yaitu menggunakan kriteria Evaluasi
diantaranya adalah efektifitas, efisiensi, kecukupan, pemerataan,
responsifitas, dan ketepatan dari suatu kebijakan, dalam pelaksanaan
Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang No 10 Tahun 2001 Tentang
Retribusi Pasar di Pasar Menes Kabupaten Pandeglang. Penelitian ini
bersifat kualitatif, maka data yang diperoleh bersifat deskriptif berbentuk
kata dan kalimat dari hasil wawancara, hasil observasi lapangan serta data
atau hasil dokumentasi lainnya. Berdasarkan teknik analisis data kualitatif
model interaktif dari Miles dan Huberman, data-data tersebut dianalisis
selama proses penelitian berlangsung. Data yang diperoleh dari hasil
penelitian lapangan melalui wawancara, dokumentasi, maupun observasi
dilakukan reduksi untuk dapat mencari tema dan polanya dan diberikan
kode-kode pada aspek tertentu berdasarkan jawaban-jawaban yang sama
dan berkaitan dengan pembahasan masalah penelitian serta dilakukan
kategorisasi. Dalam penyusunan jawaban penelitian, peneliti memberikan
kode pada aspek tertentu, yaitu:
1.Kode Q1,2,3, dst menandakan daftar urut pertanyaan
2.Kode I1-I6 menandakan daftar urutan informan
Setelah memberikan kode-kode pada aspek tertentu yang berkaitan
dengan masalah penelitian sehingga tema dan polanya ditemukan, maka
dilakukan kategorisasi berdasarkan jawaban-jawaban yang ditemukan dari
penelitian lapangan dengan membaca dan menelaah jawaban-jawaban
tersebut dan mencari data-data penunjang yang akan memperkuat hasil
penemuan lapangan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
sehingga tidak menggeneralisasikan jawaban penelitian, maka semua
jawaban-jawaban yang dikemukakan oleh informan dipaparkan dalam
pembahasan penelitian yang disesuaikan dengan teori penelitian.
Berdasarkan pemaparan diatas, berikut ini adalah dimensi - dimensi yang
telah disusun oleh peneliti berdasarkan temuan lapangan yaitu :
a. Efefectiviness ( efektifitas) adalah bagaimana suatu hasil
yang diharapkan dapat dicapai melalui tindakan kebijakan, dengan
pernyataan berikut ini :
1. Target dari sektor retribusi pasar
2. Partisipasi dan peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan kebijakan pemerintah khususnya
pemungutan retribusi pasar.
b. Efficiency ( efisiensi ) adalah seberapa besar usaha yang
diperlukan untuk mencapai tujuan secara maksimal, dengan
pernyataan berikut ini :
3. Penempatan pegawai yang sesuai dengan kebutuhan
4. Tersediannya sarana sesuai dengan kebutuhan
c. Adequacy ( kecukupan ) adalah seberapa jauh suatu tingkat
efektifitas dapat mengatasi masalah – masalah atau kesempatan yang
dianggap akan dapat menimbulkan permasalahan, dengan pernyataan
berikut ini :
5. Sosialisasi Perda Kabupaten Pandeglang No 10 Tahun
2001 tentang Retribusi Pasar
6. Pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah dilapangan.
7. Sumberdaya manusia denngan kualitas yang diperlukan
d. Equity ( kesamaan ), erat hubungannya dengan rasionalitas legal
dan sosial dan menunjuk pada distribusi akibat dan usaha antara
kelompok- kelompok yang berbeda dalam masyarakat tertentu
dengan pernyataan berikut ini :
8. Pelayanan yang diberikan oleh petugas retribusi kepada
wajib retribusi
9. Adanya dukungan masyarakat terhadap pelaksanaan
kebijakan
e. Responsivness ( Responsifitas ) adalah seberapa jauh sebuah
kebijakan dapat memuaskan kepentingan dari subyek kebijakan,
dengan pernyataan berikut ini :
10. Terciptanya komunikasi yang baik anatara pemerintah
dengan wajib retribusi
11. Kemudahan dalam melakukan pembayaran retribusi oleh
wajib retribusi.
f. Appropriatness ( ketepatan ), yaitu apakah tujuan atau target
dari kebijakan sudah sesuai dengan maksud diadakannya kebijakan
tersebut, dengan pernyataan berikut ini :
12. Meningkatnya pendapatan PAD dari sektor retribusi
4.3.2 Evaluasi Pelaksanaan Perda Kabupaten Pandeglang No 10
Tahun 2001 Tentang Retribusi Pasar Di Pasar Menes Kabupaten
Pandeglang
Pelaksanaan Retribusi Pasar Di Pasar Menes Kabupaten Pandeglang
dilaksanakan dan dikelola oleh Dinas Perindagpas Kabupaten Pandeglang
yang dikepalai oleh Kepala Dinas, secara lebih khusus dikepalai oleh
kepala Bidang Pasar, dengan dibantu oleh Kepala Seksi Retribusi Pasar,
dan Kepala UPT Pasar. Dan untuk Pasar Menes ini dipimpin oleh seorang
kepala Pasar, dengan dibantu oleh petugas – petugas pemungut retribusi
atau petugas salar Pasar yang bekerja di Pasar Menes. pada penelitian ini
digunakan 6 kriteria evaluasi untuk mengevaluasi Pelaksanaan Perda
Kabupaten Pandeglang No 10 Tahun 2001 Tentang Retribusi Pasar Di
Pasar Menes Kabupaten Pandeglang ini. kriteria –kriteria ini berasal dari
kriteria evaluasi menurut Willliam N Dunn menurutnya evaluasi bisa
dilakukan apabila sebuah kebijakan sudah dilaksanakan cukup waktu atau
satu sampai lima tahun, dan kriteria evaluasi ini digunakan karena sesuai
dengan permasalahan yang dilapangan.
Dari kriteria –kriteria tersebut , telah dijabarkan hal-hal apa saja yang
dapat masuk dan mewakilinya, yang dijabarkan kedalam pedoman
wawancara kemudian selanjutnya digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data yang dibutuhkan yang berkaitan mengenai objek
penelitian.
a. Efektifitas
1. Target dari sektor retribusi pasar
Untuk kriteria efektifitas, dapat dilihat dari beberapa hal yaitu Pencapaian
target dari sektor retribusi pasar dan Partisipasi atau peran serta
masyarakat dalam penyelenggaraan kebijakan pemerintah khususnya
pemungutan retribusi pasar. Peneliti melihat bahwa dalam kebijakan
Peraturan daerah No 10 Tahun 2001 Tentang Retribusi Pasar ini adalah
pencapaian pendapatan Retribusi yang sesuai dengan target pendapatan
perhari, karena apabila Target sudah tercapai maka kebijakan tersebut bisa
dikatakan efektif, namun sangat berbeda dengan penelitian dilapangan.
Pendapatan Retribusi perhari di Pasar Menes memang sudah Tercapai dan
sesuai dengan target yang sudah ditetapkan, akan tetapi, menurut para
informan yang peneliti wawancarai mengatakan bahwa kegiatan retribusi
di Pasar Menes ini masih banyak hambatannya diantaranya adalah jumlah
pendapatan penarikan Retribusi pasar per hari yang sering mengalami
perbedaan seperti pendapatan perhari mencapai Rp. 200.000 lebih atau
melebihi jumlah yang ditargetkan dan kadang pula sebaliknya yaitu
pendapatan Retribusi perhari kurang dari Rp.200.000 atau kurang dari
yang ditargetkan hal ini dipengaruhi oleh tingkat keramaian pasar dan
sepinya pasar. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Jaenudin selaku Petugas
Pemungut Retribusi Pasar Menes Beliau mengatakan :
“ pendapatan pada saat narik retribusi perhari kadang mencapai Rp.200.000 lebih kadang pula kurang neng, kalau pada saat rame pasar kami narik bisa mencapai Rp. 200.000 lebih tapi kalau sepi seperti hujan lebat, dan mati lampu pendapatan kami kurang neng, dan untuk mencukupi target perhari maka kami pun berusaha untuk menutupi pendapatan perhari yang kurang dengan pendapatan yang lebih tadi, karna kami stor ke dinas kadang 2 atau 3 hari sekali, karna jarak pasar menes ke pandeglangkan lumayan jauh “ ( wawancara 10 september 2011 jam 10.30 di depan Kantor Pasar Menes )
Pendapatan Retribusi Perhari di Pasar Menes ini, cukup bervariasi seperti
bisa melebihi target dan kadang pula mengurangi target. Hal ini
disebabkan oleh berbagai pengaruh seperti tingkat keramaian pasar, hujan
lebat dan mati lampu yang menyebabkan sepinya pasar sehingga
pendapatan retribusi perhari menurun. Jumlah toko atau kios pun
berpengaruh terhadap pendapatan retribusi, dan kurangnya kesadaran
wajib retribusi untuk membayar retribusi menjadi pengaruh terhadap
pencapaian target retribusi perhari di Pasar Menes ini.
seperti yang dikatakan oleh Bapak Achmad selaku penanggung jawab
Pasar Menes.
“ Target Untuk Retribusi Pasar Menes Sudah Tercapai yaitu Rp. 200.000 Perhari, ya kami sesuaikan dengan jumlah tokonya jumlah toko disini kan 255 buah toko, ya Neng tahu sendirilah kenapa tidak Rp. 255. 000 misalnya yaitu neng kadang ada yang tidak membayar adapula tokonya tutup, ya kami pun tidak bisa
memaksakan “ ( wawancara 14 agustus 2011 jam 11.25 Wib di ruang kantor pasar menes)
Pendapat senada dikemukakan oleh informan lainya, Kasi Retribusi Pasar
dinas Perindagpas Kabupaten Pandeglang yaitu Bapak Didit beliau
mengatakan:
“ iya neng target pencapaian untuk Retribusi Pasar Pemerintah Di Kabuptaen Pandeglang ini Alhamdullillah sudah tercapai, salah satunya yaitu Pasar Menes ” ( wawancara juli 2011 jam 10. 45 wib di Ruang Kabid Disperindagpas Kab Pandeglang )
Pencapaian target dalam hal retribusi daerah di Pasar Menes
Kabupaten Pandeglang ini memang sudah terlihat efektif, yaitu bisa
mencapai target tiap harinya Rp. 200. 000 akan tetapi sangat disayangkan
yaitu pendapatan retribusi ini tidak mengalami kenaikan dari awal tahun
2010 sampai peneliti melakukan penelitian lapangan pada bulan juli 2011
target Retribusi Pasar Menes masih tetap Hanya Rp. 200. 000,- belum ada
peningkatan padahal jumlah kios mencapai 255 kios ditambah dengan
pedagang kaki lima, los dan emperan. Hal ini disebabkan kurangnya
kesadaran wajib retribusi untuk membayar retribusi karena banyak wajib
retribusi yang tidak membayar atau mengurangi jumlah retribusi yang
dibebankan dan adapula yang toko atau kiosnya tutup, keadaan hujan lebat
dan mati lampu sehingga menghambat dalam peningkatan pencapaian
pendapatan retribusi perhari di Pasar Menes Kabupaten Pandeglang.
Ketika peneliti melakukan penelitian atau observasi lapangan pada bulan
oktober 2011, diketahui bahwa target retribusi untuk pasar menes
mengalami kenaikan sebesar 25 % yaitu dari Rp 200.000 menjadi Rp
250.000 kenaikan target ini dimulai sejak 15 Agustus 2011. Hal ini pun
dibenarkan oleh petugas administrasi dan penyetoran Pasar Menes Ibu
Yayah Herawati beliau mengatakan :
“ iyah target retribusi untuk pasar menes mengalami peningkatan atau kenaikan yang ditetapkan oleh dinas yaitu sebesar 25 % atau dari Rp.200.000 menjadi Rp 250.000, peningkatan ini ditetapkan sejak tanggal 15 agustus 2011. Kenaikan target untuk pasar Menes disebabkan oleh semakin banyaknya pedagang kaki lima yang apabila hari pasar yaitu selasa dan sabtu berjualan memenuhi pasar menes, jumlah pedagang kaki lima yang berjualan dan terdaftar dalam buku administrasi kantor pasar menes sebanyak 107 pedagang. Akan tetapi pedagang kaki lima ini tidak setiap hari jualan, mereka jualan hanya hari pasar saja yaitu selasa dan sabtu “ (wawancara 01 oktober 2011 )
Peneliti pun bertanya kepada penanggung jawab pasar untuk memastikan
apakah benar target retribusi Pasar Menes mengalami peningkatan. Bapak
Achmad selaku penanggung jawab pasar membenarkan bahwa target
retribusi Pasar mengalami peningkatan beliau mengatakan :
“ memang benar target retribusi pasar menes mengalami peningkatan sejak 15 agustus 2011, keputusan ini di tetapkan oleh dinas. Hal ini disebabkan oleh semakin banyaknya pedagang kaki lima yang bejualan di pasar menes,dan alhamdulillah kesadaran mereka untuk membayar retribusi pasar meningkat. Realisasi pendapatan biasanya kami setorkan ke dinas 2 kali dalam seminggu yaitu selasa dan sabtu, dan yang menyetorkannya langsung yaitu saya sendiri yang menyetorkan. ( wawancara 01 oktober 2011 )
Dengan demikian bahwa target retribusi untuk Pasar Menes mengalami
peningkatan sebesar 25 % yaitu dari Rp. 200.000 menjadi Rp 250.000
peningkatan ini diputuskan oleh Dinas Perindagpas sejak tanggal 15
agustus 2011 akan tetapi ketika peneliti bertanya tentang realisasinya
untuk retribusi Pasar Menes informan memberikan jawaban cenderung
tertutup dan mereka hanya memberikan informasi yang sedikit, mereka
hanya mengatakan bahwa realisasi pendapatan dari retribusi Pasar Menes
sudah sesuai target. Dapat disimpulkan bahwa pegawai atau petugas
retribusi Pasar Menes dalam memberikan informasi tentang target retribusi
Pasar kurang terbuka, sehingga menyulitkan peneliti untuk menggali
informasi sebanyak banyaknya tentang target retribusi Pasar. Hal ini lah
yang menurut peneliti bahwa pola pegawai retribusi Pasar Menes dalam
menjalankan tugasnya kurang efektif yaitu masih adanya unsur
ketertutupan dalam memberikan informasi tentang target retribusi pasar.
2. Partisipasi dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan kebijakan
pemerintah khususnya pemungutan Retribusi Pasar.
Pencapaian target retribusi pun tidak lepas dari partisipasi masyarakat atau
pedagang ataupun wajib retribusi yang berperan serta didalamnya, dalam
hal ini pun kesadaran wajib retribusi untuk membayar retribusi harus
ditingkatkan. Setelah melakukan observasi dilapangan peneliti merasa
bahwa wajib retribusi sangat kurang berparitisipasi dalam membayar
retribusi, banyak pedagang atau wajib retribusi yang tidak mau membayar
retribusi seperti pedagang kaki lima dengan alasan barang yang mereka
jual belum laku, dan mendapatkan penghasilan yang sedikit. Seperti yang
dikatakan oleh Bapak Jaenudin petugas pemungut retribusi pasar yang
ditemui di Pasar Menes beliau mengatakan:
“ iya neng, susah sekali mereka yang belum sadar adanya retribusi pasar ini, untuk membayar dengan alasan belum laku lah,, dan masih banyak alasan lainnya... misal untuk membayar Rp. 1000 saja, mereka kadang ada yang membayar Rp. 500
padahal dalam karcisnyapun sudah ada peraturannya yaitu Rp. 1000.. harus kuat mental neng kalau jadi petugas pemungut macam saya mah” ( wawancara juli 2011 di depan Kantor Pasar Menes).
Pendapat senada dikemukakan oleh Bapak Lutfi petugas pelaksana UPT
pasar, yang ditemui dikantornya beliau mengatakan:
“ menurut saya partisipasi masyarakat terutama wajib retribusi terhadap kebijakan retribusi ini kurang bisa diajak kerja sama neng... ya, kalau yang sadar adanya retribusi pasar seh mereka baik, mereka mau membayar.. tapi ada juga yang pelit membayar misal pedagang yang dari luar daerah mereka agak susah untuk membayar.... “ ( wawancara 12 agustus 2011)
Agak sedikit berbeda dengan pernyataan informan selanjutnya yaitu Ibu H
Yati pedagang yang ada di Pasar Menes saat di temui di warungnya
beliau mengatakan :
“ kalau saya mah patuh terhadap retribusi karena inikan aturan pemerintah jadi suatu kewajiban saya untuk membayarnya demi kemajuan pasar menes ini , kalau pedagang yang lain mungkin belum ngerti neng apa arti retribusi, saya harap disosialisasikan terus retribusi ini sama pemerintah biar semua masyarakat ngerti adanya retribusi ini” ( wawancara 14 agustus 2011
Gambar 4.3
Himbauan yang ditempel di dinding kantor Pasar Menes
Sumber : Rancangan Penelitian Tahun 2010-2011
Partisipasi dan peran serta masyarakat Menes memang sangat dibutuhkan
untuk pelaksanaan kebijakan Retribusi Pasar ini karena dapat membantu
pencapaian target Retribusi dan potensi terhadap pasar itu sendiri, seperti
dalam gambar diatas bahwa “ membayar Retribusi bukti diri
berpartisipasi dalam pembangunan Pandeglang Berkah “ akan tetapi
partisipasi masyarakat menes atau wajib retribusi ini masih belum
dilaksanakan secara maksimal, sehingga belum bisa dikatakan efektif
untuk berpartisipasi dalam pembangunan Pandeglang Berkah khususnya
Pembangunan Pasar Menes.
b. Efisiensi
Salah satu indikator dalam penelitian ini adalah Efisiensi, Efisiensi
merupakan seberapa besar usaha yang diperlukan untuk mencapai hasil
yang diinginkan. Efektifitas dan efisiensi adalah cara yang dilakukan untuk
mengukur kriteria pelaksanaan suatu program atau kebijakan. Dalam
evaluasi kebijakan selain melihat kriteria efektifitas, maka efisiensipun
perlu dilakukan karena dengan adanya efektifitas dan efisiensi maka suatu
kebijakan telah dilaksanakan secara maksimal, dalam kriteria efisiensi
pada penelitian tentang pelaksanaan Perda No 10 Tahun 2001 tentang
Retribusi Pasar di Pasar Menes Kabupaten Pandeglang ini yaitu melihat
dari penempatan pegawai sesuai dengan kebutuhan, dan tersedianya sarana
sesuai dengan kebutuhan.
1. Penempatan pegawai
Dari hasil observasi peneliti di lapangan dinyatakan bahwa
pelaksanaan Perda No 10 Tahun 2001 Tentang Retribusi Pasar Di Pasar
Menes Kabupaten Pandegalng penempatan pegawai atau petugasnya
sudah cukup memadai artinya sudah terbagi bedasarkan tugas dan
tempatnya. Tetapi dari hasil pengamatan peneliti melihat kualitas petugas
pemungut Retribusinya masih rendah. Hanya sedikit pegawai yang
mengetahu isi Perda No 10 Tahun 2001. Sehingga membuat para petugas
tidak mengetahui tugas dan kewajibannya memungut retribusi secara
keseluruhan, mereka hanya melakukan penarikan secara prosedur tetapi
tidak melandaskan penarikan pada Perda. Karena didalam Perda tertulis
jelas Tatacara pemungutan retribusi dan sebagainya.
Ketika saya menanyakan kepada Bapak Achmad selaku penanggung jawab
Pasar Menes beliau mengatakan :
“ para petugas pemungut Retribusi saya kerahkan semuanya yaitu untuk menagih retribusi tiap harinya ya, mereka melaksanakan itu semua artinya keliling ke tiap – tiap toko untuk menagih retribusi yang penting neng Pendapatan perhari mencapai target “ ( wawancara juli 2011 )
Kurangnya kualitas pegawai seharusnya menjadi perhatian khususnya bagi
atasan, karena hal ini akan berpengaruh terhadap jalannya proses
pelaksanaan Retribusi Pasar Menes Kabupaten Pandeglang ini. Akan tetapi
dalam tugas keliling untuk menagih retribusi Pasar di Pasar Menes ini
sudah cukup memadai artinya pegawai sudah ditempatkan sesuai dengan
bagian – bagiannya seperti yang diungkapkan oleh Ibu Yayah Herawati
yang ditemui di kantor Pasar Menes beliau mengatakan :
“ Ya cukup memadai. Petugas bekerja sesuai bagiannya seperti di blok terminal dan blok pedagang kain itu berbeda-beda petugas salarnya, sesuai dengan tempat dan bagiannya “ (wawancara oktober 2011 )
Dari hasil observasi peneliti, didapatkan bahwa pelaksanaan Peraturan
daerah Kabupaten Pandeglang No 10 Tahun 2001 Tentang Retribusi Pasar
dilihat dari segi penempatan pegawai, jumlah petugas salar Pasar yang
dipekerjakan sudah cukup memadai dan sudah terbagi berdasarkan
tempatnya.
2. Tersediannya sarana sesuai dengan kebutuhan
Peneliti melihat dari observasi dilapangan bahwa sarana yang
tersedia di Kantor Pasar Menes dan Pasar Menes itu sendiri belum cukup
memadai dikarenakan kantor Pasar berada di belakang Pasar sehingga
tidak mudah terjangkau, keadaan kantor Pasar yang kumuh dengan
lingkungan yang becek dan fasilititas yang tersedia belum cukup memadai,
kantor Pasar Menes pun hanya memiliki 2 meja kantor dan 2 kursi yang
sudah usang beserta 2 lemari besar tempat penyimpanan Arsip- arsip
kantor, peralatan modern seperti komputer di Kantor Pasar Menes ini
belum terlihat padahal komputer sangat berguna sekali untuk proses
pengimputan data.
Para informan yang peneliti wawancara mengatakan memang sarana yang
tersedia belum cukup memadai, dikarenakan karena keterbatasan dana dari
Dinas Perindagpas Kabupaten Pandeglang hal ini diungkapakan oleh
Bapak Achmad selaku kepala Pasar Menes beliau mengatakan :
“ memang sarana yang tersedia di Pasar Menes ini belum cukup memadai, seperti keadaan kantor yang model kayak gini neng, kami pun berusaha usul kepada Dinas untuk perlengkapan perlengkapan dan revitalisasi Pasar tapi sampai saat ini belum turun saja, mungkin salah satunya adalah faktor kekurangan Dana dari Dinas Perindagpas tersebut “ (wawancara agustus 2011)
Keadaan Kantor Pasar dan Pembangunan Pasar yang kumuh dan belum
memadai ini pun dibenarkan oleh salah satu pedagang sayuran yang berada
tepat di Pasar Menes Ibu Marpuah beliau mengatakan :
“ iyah neng, saya kan jualan di depan tepat Berada di Kantor Pasar ini sudah setahun lebih, tapi saya lihat kondisi dan keadaan kantor Pasar ini seperti ini saja belum ada Perubahan”.(Wawancara agustus 2011)
Hal ini pun dibenarkan oleh para informan lainnya seperti Ibu Emah,
selaku Tokoh masyarakat Menes dan merupakan salah satu pedagang baju
di Pasar Menes yang ditemui di tokonya beliau mengatakan :
“ pembangunan Pasar dan Perlengkapan Pasar yang ada di Pasar ini belum terlihat memadai, neng Tahu sendirilah seperti kantor Pasar yang berada di belakang Pasar yang sulit terjangkau, dan kondisi Pasar yang becek sampai saat ini belum ada perubahan yang meningkat. Saya selaku masyarakat Pasar disini menginginkan kondisi Pasar ini terlihat memadai, biar kami selaku pedagang merasa nyaman dan pembelipun akan nyaman dan senang untuk berkunjung ke Pasar Menes ini “ ( wawancara agustus 2011)
Akan tetapi pengadaan sarana seperti Karcis, kendaraan motor
dinas dan ATK ( alat tulis kantor ) lainnya sudah sesuai dengan kebutuhan.
Artinya pengadaan karcis yang disediakan untuk kegiatan retribusi di
Pasar Menes sudah terpenuhi dengan baik, walaupun pembuatan karcis itu
butuh proses lama dan harus disetujui oleh berbagai pihak karena karcis
retribusi harus dibubuhi stempel terdahulu oleh pihak DPKPA ( Dinas
Pengelolaan Keuangan Pendapatan dan Aset ) Kabupaten Pandeglang.
Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Lutfi selaku Petugas pelaksana UPT
Dinas Perindagpas Kabupaten Pandeglang Beliau mengatakan :
“ penyediaan karcis itu kan membutuhkan dana, karena karcis itu pun pembuatannya melalui berbagai tahapan dan atas persetujuan berbagai pihak, iyah karcis itu dibuat oleh Disperindagpas akan tetapi harus di stempel oleh pihak DPKPA Kabupaten Pandeglang , setelah di stempel dikembalikan lagi ke Disperindagpas, baru diturunkan ke lapangan atau pasar – pasar pemerintah yang ada di Kabupaten Pandeglang Salah satunya adalah Pasar Menes, dan Alhamdullilah untuk Penyediaan Karcis kami pun tidak terbatas, artinya sesuai dengan kebutuhan”. (wawancara agustus 2011)
Karcis adalah modal utama dalam kegiatan kebijakan retribusi salar pasar,
karena karcis merupakan alat yang paling penting dalam kelangsungan
penarikan retribusi pasar,karena karcis juga bisa dikatakan sebagai
identitas retribusi pasar. Tidak ada karcis, kegiatan penarikan retribusi
salar pasar tidak akan berjalan secara efektif dan efisien.
Seperti dalam gambar di bawah ini Karcis untuk penarikan salar
Pasar sedang di stempel di Ruang Pendapatan dan Pajak DPKPA
Kabupaten Pandeglang.
Gambar 4.4
Petugas DPKPA sedang membubuhi stempel pada karcis retribusi pasar
Selain penyediaan Karcis untuk tiap – tiap kantor Pasar, maka Dinas
Perindagpas pun menyediakan kendaraan atau motor Dinas untuk setiap
kantor pasar yang ada di kabupaten pandeglang. Kantor Pasar Menes pun
memiliki 1 unit sepeda motor agar digunakan sebagai transportasi dalam
menyetorkan hasil pendapatan retribusi Pasar Menes ke Dinas
Perindagpas, hal ini ditujukan untuk mempermudah akses penyetoran hasil
pendapatan retribusi Pasar Menes karena jarak antara Pasar Menes dengan
Dinas Perindagpas cukup jauh. Hal ini pun diungkapkan oleh Ibu Yayah
Herawati beliau mengatakan :
“ iya, Dinas mampu memberikan sepeda motor bagi kami sehingga mempermudah kami untuk melakukan penyetoran hasil pendapatan retribusi, karena jarak antara pasar menes dengan Dinas Disperindagpas kan lumayan jauh Dinas juga selalu memberikan ATK sesuai dengan kebutuhan kantor pasar ini “ ( wawancara oktober 2011 )
Pengadaan Sarana yang tersedia di Pasar menes ini dapat disimpulkan dari
hasil wawancara dengan para informan dan menurut pengamatan peneliti
bahwa sarana yang tersedia di Pasar Menes ini belum cukup memadai, dan
belum memenuhi kebutuhan masyarakat Pasar secara keseluhuran.
c. Kecukupan
Unsur kecukupan berkaitan dengan aparatur pemerintah dan petugas salar
Pasar dalam melakukan tugasnya yaitu mengelola dan memungut
Retribusi salar Pasar. Tugas aparatur pemerintah di Pasar Menes ini sudah
cukup atau sudah sesuai dengan prosedur yang ditentukan. Artinya hasil
dari pada pelaksanaan Perda No 10 Tahun 2001 Tentang Retribusi Pasar di
Pasar Menes telah cukup memberikan hasil yang baik dalam pelayanan
dan pengadaan Pasar di Menes ini. Unsur kecukupan ini dapat dilihat dari
Sosialisasi Peraturan daerah Kabupaten Pandeglang No 10 Tahun 2001
tentang Retribusi Pasar, Pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah
dilapangan, dan Sumberdaya manusia dengan kualitas yang diperlukan.
1. Sosialisasi perda No 10 Tahun 2001 tentang
retribusi pasar
Setelah melakukan penelitian dilapangan peneliti melihat bahwa
ketiga pernyataan diatas belum terlihat cukup memberikan hasil yang baik
kepada masyarakat atau wajib Retribusi akan tetapi aparatur pemerintah
merasa kalau mereka sudah melakukan tugasnya dengan baik yaitu
melaksanakan sosialisai Perda kepada masayarakat. berikut seperti yang di
kemukakan oleh Kasi Retribusi Pasar Bapak Didit yang ditemui di
kantornya beliau mengatakan :
“ Saya selaku kasi selalu menyuruh UPT dan Penanggung jawab Pasar untuk selalu mensosialisasikan Perda No 10 Tahun 2001 ini agar masyarakat tahu tentang Perda Retribusi ini dan kadang saya juga turun langsung ke lapangan dengan di temani Pak UPT untuk mensosialisasikan Perda ini, tapi neng pemberitahuan Perda No 10 Tahun 2001 ini kan neng bisa lihat di karcis kan disitu juga
tertulis, saya harap masyarakat tahu perda ini dengan adanya tulisan dalam karcis tersebut” (wawancara juli 2011)
Pernyataan informan lainnya seperti Pernyataan Ibu Yayah Herawati
selaku Petugas administrasi dan penyetoran beliau mengatakan :
“ kami selalu melaksanakan tugas sesuai prosedur, yaitu mensosialisasikannya dengan cara melaui surat pemberitahuan dari dinas kemudian diedarkan dan dijelaskan maksud surat tersebut oleh petugas salar pasar ke setiap toko atau pedagang kaki lima yang berada dipasar menes atau menyuruh para pedagang untuk berkunjung ke kantor pasar agar mengetahui penjelasan yang lebih detail (wawancara 01 oktober 2011 )
Adapaun pernyataan informan lain seperti pernyataan Ibu H. Yati selaku
pedagang di Pasar Menes beliau mengatakan :
“ Ibu tahu kalau Perda yang mengatur Retribusi ini dari karcis dan surat pemberitahuan untuk pedagang yang di bawa oleh petugas salar pasar ( wawancara agustus 2011)
Untuk mensosialisasikan Perda No 10 Tahun 2001 ini menurut
pengamatan peneliti ternyata belum cukup baik, banyak aparatur yang
hanya mengandalkan karcis dan surat pemberitahuan yang disebar dan
diedarkan sebagai bentuk sosialisasinya sehingga secara keseluruhan
masyarakat belum mengetahui isi dan tatacara daripada Peraturan Daerah
No 10 Tentang retribusi Pasar secara detail.
2. Pengawasan yang dilakukan pemerintah dilapangan
Selain bentuk sosialisasi aparatur pemerintah pun selalu mengawasi pasar-
pasar pemerintah yang ada di lapangan, seperti salah satunya adalah Pasar
Menes. Aparatur selalu mengawasi kegiatan Retribusi salar Pasar di Pasar
menes dalam jangka waktu 1 atau 3 bulan sekali. Hal ini pun di benarkan
oleh Kasi Retribusi Pasar Bapak Didit yang di temui di kantornya beliau
mengatakan :
“ iyah kami selaku aparatur pemerintah, kami selalu melakukan pengawasan ke lapangan atau melakukan pemeriksaan ke kantor- kantor Pasar yang ada di Kabupaten Pandegalang dalam jangka waktu 3 bulan sekali” (wawancara juli 2011)
Pernyataan diatas di benarkan oleh Ibu marpu’ah selaku pedagang kaki
lima yang berjualan tepat di depan kantor Pasar Menes beliau mengtakan :
Iyah neng selama saya jualan di depan kantor ini saya selalu melihat ada kunjungan dari kabupaten katanya itu melakukan pemeriksaan ke kantor ini “ (wawancara agustus 2011)
Setelah peneliti menemui petugas bagian administrasi dan penyetoran
retribusi Pasar Menes untuk menanyakan apakah benar selalu ada
pengawasan dari pemerintah dan bagaimana cara pemerintah
mengawasinya , Ibu Yayah Herawati beliau mengatakan:
“ pengawasan dari pemerintah ada yaitu tiap 1 atau 3 bulan sekali. Ya mereka ingin tahu cara kerja kami apakah sudah sesuai dengan peraturan apa belum, dan selama ini Alhamdulilah untuk Pasar Menes semua pegawai selalu melaksanakan tugas sesuai aturannya “ (wawanacara 01 oktober 2011 )
Dengan selalu diadakan pengawasan dari pemerintah atau atasan adalah
cerminan untuk membangun sumber daya atau pegawai –pegawai yang
berkualitas. Dan untuk menjadikan pegawai yang berkualitas adalah
pegawai yang bekerja sesuai aturan dan selalu melakukan konsultasi
apabila menemukan kendala dalam pelaksanaan kebijakan tentang
retribusi pasar ini seperti konsultasi antara penanggung jawab pasar menes
dengan pegawai petugas pemungut retribusi yang ada di Pasar Menes ini.
Hal ini pun di benarkan oleh Bapak Achmad selaku penanggung jawab
Pasar beliau mengatakan :
“ kami selalu konsultasi setiap ada kendala dalam kegiatan penagihan retribusi ini baik dari segi pelaporan maupun penagihan, karena saya ingin pegawai- pegawai saya ini selalu bersikap baik kepada masyarakat atau wajib Retribusi karena penagihan retribusi atau kegiatan ini adalah tugas saya dan merupakan mata pencaharian saya, kalau tidak ada kebijakan ini saya dan teman- teman saya tidak mempunyai pekerjaan “ (wawancara juli 2011)
Cerminan pegawai yang berkualitas adalah selalu bersikap sopan dan
ramah kepada wajib retribusi dalam melakukan tugas nya yaitu seperti
petugas pemungut retribusi selalu bersikap sopan dan ramah dalam
melakukan tugasnya untuk menagih retribusi. Pernyataan ini pun di
ungkapkan oleh informan lainnya yaitu ibu marpuah pedagang kaki lima
yang peneliti temui di Pasar Menes beliau mengatakan :
“ mantri pasar atau petugas pasar ( kalau ibu memanggilnya mantri neng ...) lumayan sopan atau ramah dalam menagih, dengan sikap seperti itu saya tidak takut dan merasa nyaman ketika membayar tagihan retribusi” ( wawancara agustus 2011)
Setelah melakukan penelitian di lapangan peneliti dapat
menyimpulkan bahwa Dalam segi sosialisasi Perda No 10 Tahun 2001
tentang Retribusi Pasar di Pasar menes ini belum cukup sesuai dengan
peraturan dan yang diharapkan oleh peneliti karena sosialisasi hanya
dilaksanakan melalui pemberian karcis dan surat pemberitahuan yang di
edarkan. Surat pemberitahuan ini pun diedarkan jikalau terdapat
pemberitahuan dari Dinas seperti pemberitahuan tentang kenaikan target
retribusi Pasar. Secara keseluruhan masih banyak terdapat wajib retribusi
yang belum tahu isi dan tata cara dari pada peraturan daerah No 10 Tahun
2001 tentang retribusi Pasar ini.
Dalam segi Pengawasan yang dilakukan oleh atasan artinya oleh Dinas
Perindagpas kepada Pasar –Pasar pemerintah yang ada di Pandeglang
salah satunya Pasar Menes sudah cukup sesuai dengan prosedur dan yang
diharapkan. Yaitu selalu melakukan pengawasan dalam jangka waktu 1
atau 3 bulan sekali baik pengawasan terhadap segi pelaporan, kegiatan
penagihan dan revitalisasi pasar. Hal ini pun akan membangkitkan
semangat para pegawai pasar menes dan menciptakan kemajuan untuk
pasar Menes.
Pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Perindagpas Kabupaten
Pandeglang akan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas atau
pegawai Pasar Yang berkualitas, Pasar menes pun sudah memiliki Pegawai
yang berkualitas karena menurut wajib retribusi para pegawai ini selalu
bersikap sopan dan ramah dalam melakukan penagihannya, karena
kesopanan dan keramahan merupakan cerminan pegawai yang berkualitas.
d. Perataan
Kesamaan atau perataan merupakan salah satu unsur yang
dilakukan oleh petugas salar pasar dalam melakukan penagihan kepada
masyarakat atau wajib retribusi yang ada di Pasar Menes ini. Kesamaan
atau perataan dapat di lihat dari kesamaan petugas salar pasar dalam
memberikan pelayanannya kepada wajib retribusi, dan dukungan
masyarakat terhadap pelaksanaan perda No 10 Tahun 2001 ini.
1. Pelayanan yang diberikan oleh petugas retribusi kepada wajib retribusi
Melihat dari kepemilikan tempat dagang di Pasar Menes ini wajib
Retribusi tentu berbeda- beda ada yang memiliki toko dengan ukuran
besar, toko kecil, kios, los dan pedagang kaki lima atau pedagang
emperan. Menurut pengamatan peneliti Petugas salar pasar pun melakukan
penagihannya menggunakan sistem progresif artinya kepada golongan
yang lebih mampu dikenakan tarif retribusi yang tinggi dan kepada
pedagang kecil atau pedagang kaki lima dikenakan tarif yang kecil
disesuaikan dengan peraturan yang terdapat Dalam Perda No 10 Tahun
2001. Dengan cara ini secara bertahap akan dapat ditegakan keadilan
sosial yang merata bagi seluruh masyarakat. Dengan cara ini pula
kecemburuan sosial akan dapat dihindari.
Petugas salar pasar pun dalam melakukan penagihnnya selalu bersikap
ramah dan sopan kepada seluruh wajib retribusi yang ada di Pasar Menes,
hal ini pun diungkapkan oleh petugas salar pasar di Pasar Menes Bapak
Suhendar beliau mengatakan :
“ saya dan teman-teman selalu bersikap ramah dan sopan ketika melakukan penagihan baik kepada pedagang yang mempunyai Toko yang besar maupun kepada pedagang emperan, kami tidak bisa membeda-bedakan cara kami meelakukan penagihan kami sesuaikan dengan aturan prosedur dari perda “ ( wawancara agustus 2011)
Adapun menurut pernyataan informan lainnya membenarkan bahwa
petugas salar pasar dalam memberikan pelayanannya dalam bentuk
kegiatan penagihan retribusi kepada seluruh wajib retribusi yaitu selalu
memberikan pelayanan yang sama yaitu hanya menagih dan memberikan
karcis kepada seluruh wajib retribusi. Petugas salar Pasar pun selalu
bersikap sopan dan ramah dalam melakukan penagihan hal ini
diungkapkan oleh ibu H Yati pedagang yang ada di pasar menes beliau
mengatakan :
“ petugas salar pasar selalu ramah dalam menagih dan tidak membeda – bedakan sepertinya, ibu aja dikenakan tarif Rp. 2000,- dan yang di depan ibu ini pedagang pecel di kenakan tarip Rp. 500, karena pedagang pecel ini termasuk pedagang kaki lima. Akan tetapi mereka selalu ramah ketika menagih kepada pedagang pecel ini “ ( wawancara agustus 2011)
Hal ini pun dibenarkan oleh ibu marpuah pedagang sayuran emperan yang
ada di pasar menes beliau mengatakan :
“ iyah neng mantri ini selalu ramah ketika melakukan penagihan, bahkan mereka sangat mengerti dengan kondisi jualan saya, kalau saya belum laku mereka tidak memaksa saya untuk membayar, mereka kadang menunggu jualan saya laku dulu “ ( wawancara agustus 2011)
2. Adanya dukungan masyarakat terhadap pelaksanaan kebijakan.
Dalam memberikan pelayanan yang baik tetunya akan mendapat dukungan
dari masyarakat tehadap pelaksanaan Perda No 10 Tahun 2001 tentang
Retribusi Pasar ini. Setelah melakukan penelitian dilapangan peneliti
melihat masyarakat ada yang mendukung dan ada yang kurang
mendukung terhadap pelaksanaan perda ini seperti yang di ungkapkan
Bapak Suhendar selaku petugas salar Pasar beliau mengungkapkan :
“ dukungan dari masyarakat terhadap pelaksanaan retribusi ini saya kira ya begitu neng ada yang mendukung dan ada yang tidak mendukung “ ( wawancara agustus 2011 )
Ketika peneliti menanyakan kepada pegawai bagian administrasi dan
penyetoran Retribusi Pasar Menes tentang dukungan dari wajib retribusi
terhadap pelaksanaan retribusi di pasar menes Ibu Yayah Herawati beliau
mengungkapkan :
“ dukungan dari masyarakat atau wajib retribusi itu kurang, seperti halnya dalam pembayaran retribusi misal dalam karcis ditetapkan 1000, akan tetapi mereka membayar kebanyakan Cuma setengahnya. Tanggapanya pun mereka berbeda beda ada yang cuek dan ada yang mendukung, kalau yang cuek itu, mereka yang belum ada sadar dan ngerti retribusi, dan kalau yang mendukung itu ya mereka yang sudah sadar akan kebijakan retribusi, kita itu bukan pungli loh,, kita melaksanakan tugas sesuai perda, yaitu perda No 10 tahun 2001. ( wawancara 01 oktober 2011 )
Sebagai masyarakat atau wajib retribusi yang mendukung adanya perda
yang mengatur tentang retribusi ini tentunya sangat mematuhi peraturan
perda ini hal ini pun diungkapkan oleh Ibu H Yati pedagang di Pasar
Menes ini beliau menyatakan :
“ saya mendukung sekali perda ini karena merupakan aturan dari pemerintah, jadi kami harus mematuhinya, cara kami mendukung adalah selalu membayar retribusi ini dan kami pun menginginkan kinerja pegawai pasar nya di tingkatkan di sesuaikan dengan aturan pemerintah “ ( wawancara agustus 2011)
Lain halnya dengan yang diungkapkan oleh informan lainnya seperti ibu
Emah selaku pedagang yang ada di Pasar Menes beliau mengatakan :
“ saya mendukung dan tidak mendukung perda ini ya neng, kalau untuk kepatuhan terhadap retribusi, saya selalu membayar retribusi karena ini merupakan kewajiban saya, tapi saya ingin pembangunan pasar menes ini lebih di tingkatkan karena belum ada kemajuan yang pesat sampai saat ini pun pembangunan pasar maju nya sedikit demi sedikit... padahal pasar sudah terbentuk sejak lama“ ( wawancara agustus 2011 )
Untuk kesamaan dapat dilihat dari pemberian pelayanan petugas salar
pasar kepada wajib retribusi yaitu petugas salar pasar bersikap sopan dan
ramah kepada wajib retribusi dan tidak membeda-bedakan status wajib
retribusi, dalam melaksanakan tugasnya petugas salar pasar menggunakan
sistem progresif artinya kepada golongan yang lebih mampu dikenakan
tarif retribusi yang lebih tinggi. Dengan cara ini secara bertahap akan dapat
ditegakan keadilan sosial yang merata kepada seluruh wajib retribusi.
Dengan cara ini pula kecemburuan sosial akan dapat dihindari. Petugas
salar pasar pun melaksanakan tugasnya sesuai dengan aturan perda yaitu
untuk sistem pemungutannya berdasar retribusi pasar perhari berdasarkan
klasifikasi pasar sebagai berikut :
a. Pasar kelas 1 antara Rp. 500.- s/d Rp. 2000
b. Pasar kelas II antara Rp. 400,; s/d Rp. 1500
c. Pasar kelas III antara Rp. 300,- s/d Rp. 1000
Dengan adanya pelayanan yang baik, maka dukungan dari wajib
retribusipun baik akan tetapi ketika peneliti melakukan penelitian
dilapangan masih terdapat wajib retribusi yang mendukung dan tidak
mendukung atau cuek terhadap adanya perda tersebut, karena mereka
menilai sekalipun mereka membayar retribusi tiap hari akan tetapi
kemajuan pembangunan pasar tidak terlihat. mereka berharap
pembangunan pasar menes perlu ditingkatkan agar pasar ini lebih maju.
e. Responsifitas
Untuk kriteria Responsifitas yaitu dapat terlihat dari adanya komunikasi
yang baik antara pemerintah dengan wajib retribusi, dan memudahkan
wajib retribusi dalam melakukan pembayaran retribusi.
Pemerintah kabupaten pandegalang selalu menginginkan komunikasi yang
baik antara pemerintah dengan masyarakat agar terjalin hubungan yang
baik pemerintah dengan masyarakat, sehingga tercipta pandeglang berkah
yang lebih maju.
13. Terciptanya komunikasi yang baik antara pemerintah dengan wajib
retribusi
Dinas Perindagpas Kabupaten Pandeglang selalu membangun sistem
informasi dan distribusi perdagangan untuk pengembangan potensi
unggulan daerah. Dan mempunyai harapan, Pasar domestik dan pelaku
usaha dalam negeri yang semakin aman dalam menghadapi terbukannya
akses Pasar ke dalam negeri dan sektor perdagangan memberi kontribusi
positif terhadap penciptaan tenaga kerja, lingkungan hidup, kebudayaan,
dan keamanan nasional serta pembentukan norma sosial dan bangsa.
Responsifitas dari masyarakat tentunya sangat diharapkan demi
terwujudnya visi misi Dinas Perindagpas dan demi kemajuan Kabupaten
Pandeglang. Hal ini pun dijelaskan oleh Bapak Didit selaku Kasi Retribusi
Pasar yang ditemui di kantornya menyatakan :
“ kami selalu berusaha untuk menginformasikan Perda No 10 Tahun 2001 Tentang Retribusi Pasar kepada Masyarakat, agar masyarakat mengetahui adanya Perda ini, karena Perda ini menjadi dasar Dinas Perindagpas melakukan pemungutan retribusi salar pasar di pasar pemerintah dan sebagai salah satu kontribusi PAD Kabupaten Pandeglang “ (wawancara juli 2011 )
Melakukan komunikasi yang baik kepada wajib retribusi adalah salah satu
cara untuk menumbuhkan semangat wajib retribusi dalam membayar
retribusi pasar di Pasar Menes Kabupaten Pandeglang hal ini pun
dibenarkan oleh Bapak Suhendar selaku Petugas salar Pasar beliau
menyatakan :
“ dalam melaksanakan tugas kami selalu untuk bersikap baik dan berusaha melakukan komunikasi yang baik dengan para wajib retribusi agar para wajib retribusi tidak merasa bosan dengan kehadiran kami sewaktu menagih, karna kami ini menagih tiap hari yaitu senin sampai minggu “ (wawancara agustus 2011)
Dengan melakukan komunikasi yang baik antara petugas salar Pasar
kepada wajib retribusi tentu akan membuat para wajib retribusi merasa
nyaman ketika ditagih retribusi, dan tentunya para wajib retribusi patuh
untuk membayar retribusi.
Seperti yang diungkapkan oleh Ibu H Yati selaku pedagang atau wajib
Retribusi di Pasar menes beliau mengatakan :
“ saya selalu patuh untuk membayar retribusi, karena ini sudah aturan dan kewajiban saya sebagai warga kabupaten pandeglang. Dan untuk para petugas mereka selalu berusaha berkomunikasi dengan baik ketika menagih retribusi kepada saya, saya pun tidak merasa terganggu dengan kehadiran mereka”.(wawancara agustus 2011)
Hal ini pun dibenarkan oleh informan lainnya, bahwa para petugas selalu
berusaha berkomunikasi yang baik kepada wajib retribusi, seperti yang di
ungkapkan oleh Ibu Marpuah pedagang sayuran yang ada di Pasar Menes
menyatakan :
“ iyah neng para petugas selalu bersikap baik terhadap saya sewaktu menagih mereka mengerti kondisi jualan saya, bahkan
sempat sewaktu menagih kesaya dan jualan saya belum laku pak mantri sempat membeli sayuran saya dulu katanya sebagai penglaris, dan sampai saat ini pun saya selalu patuh dan tidak pernah mangkir kalau ditagih retribusi “ (wawancara agustus 2011)
Komunikasi yang baik adalah cara para pemerintah untuk melaksanakan
pelayanannya kepada masyarakat agar masyarakat patuh terhadap aturan
dan merasa nyaman dengan kondisi pelayanan yang dibeikan oleh
pemerintah
Responsifitas masyarakat kepada aturan retribusi menurut pengamatan
peneliti sudah cukup baik, karena masyarakat atau wajib retribusi sudah
patuh terhadap aturan pemerintah daerah terutama untuk peraturan daerah
Kabupaten Pandeglang No 10 Tahun 2001 tentang retribusi pasar.
f. Ketepatan
Dalam hal ketepatan seluruh informan menyatakan bahwa peraturan
daerah kabupaten pandeglang No 10 tahun 2001 tentang retribusi pasar ini
sudah tepat dilaksanakan karena retribusi daerah ini salah satu komponen
untuk meningkatkan PAD Kabupaten pandeglang seperti yang di jelaskan
oleh Bapak Didit Kasi Retribusi Pasar yang di temui di kantornya beliau
mengatakan:
“target penerimaan PAD dari Retribusi pasar untuk tahun 2011 mencapai kurang lebih Rp. 600.000.000.- sedangkan tahun 2010 realisasinya mencapai Rp. 453.000.000 saya optimis bahwa target 2011 ini akan tercapai mengingat potensinya yang cukup besar, tinggal pengelolaannya saja lebih dioptimalkan “ (wawancara juli 2011)
Berikut merupakan realisasi penerimaan Retribusi Pasar Kabupaten
Pandeglang Tahun 2010
Table 4.5 Realisasi penerimaan Retribusi Pasar
Tahun 2010 No Bulan Realisasi 1 Januari Rp. 38.838.000 2 Februari Rp. 36.345.000 3 Maret Rp. 43. 666.000 4 April Rp. 45.826. 000 5 Mei Rp. 40. 656.000 6 Juni Rp. 41.005.000 7 Juli Rp. 30.353.000 8 Agustus Rp. 30.928.000 9 September Rp. 32.820.000 10 Oktober Rp. 33.788.000 11 November Rp. 37.188.000 12 Desember Rp. 42. 010.000
Sumber : Dinas Perindagpas Kabupaten Pandeglang
Ketika peneliti melakukan observasi di Pasar Menes, peneliti menilai
bahwa pelaksanaan retribusi Pasar ini sudah tepat yaitu dengan adanya
retribusi ini memberikan pengaruh yang positif terhadap kesejahteraan
para petugas retribusi dan masyarakat seperti yang diungkapkan oleh
kepala kantor pasar atau penanggung jawab pasar Bapak Achmad beliau
mengatakan :
“ pelaksanaan retribusi daerah ini terutama retribusi pasar bagi saya sudah cukup tepat karena retribusi ini merupakan salah satu penyumbang PAD kabupaten pandeglang, retribusi ini pun mampu mensejahterakan kehidupan kami sebagai petugas, karena kalau peraturan retribusi ini dihilangkan, kami bisa kerja dimana? Karena tugas dalam melaksanaakan peraturan retribusi ini adalah salah satu mata pencaharian saya. ( wawancara juli 2011 )
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebijakan retribusi ini sudah
tepat dilaksanakan karena selain dapat menyumbang terhadap PAD
Kabupaten Pandeglang pelaksanaan kebijakan retribusi ini mampu
mensejahterakan parai pegawai retribusi dan masyarakat.
4.3.3 Pembahasan
Pembahasan merupakan pelaksanaan pembahasan lebih lanjut
terhadap hasil analisis data. Evaluasi pelaksanaan peraturan daerah
Kabupaten Pandeglang No 10 tahun 2001 tentang retribusi Pasar di Pasar
Menes Kabupaten Pandeglang adalah suatu penelitian dimana peneliti
melaksanakan suatu penilaian menyeluruh terhadap kebijakan peraturan
daerah yang mengatur tentang retribusi pasar, penelitian ini menggunakan
teori William Dunn sebagai konsep penelitian yang jelas sehingga peneliti
mampu menyusun pertanyaan yang berupa pedoman wawancara secara
rinci untuk penelitian lebih lanjut.
Untuk menilai Pelaksanaan Kebijakan peraturan daerah No 10
Tahun 2001 tentang retribusi Pasar di Pasar Menes Kabupaten Pandeglang,
pertama harus melihat dari sisi kefektifan suatu kebijakan retribusi Pasar
Tersebut. Efektifitas ini dapat diketahui melalui target dari sektor retribusi
dan partisipasi masyarakat terhadap penyelenggaraan kebijakan retribusi
pasar.
Pasar menes merupakan salah satu pasar yang terdapat di
kabupaten pandeglang. Tepatnya berlokasi di Kecamatan Menes, target
retribusi untuk Pasar Menes dari awal penelitian pada Bulan desember
2010 sampai juli 2011 sebesar Rp. 200,000, sedangkan jumlah kios di
Pasar Menes sebanyak 255 kios, ditambah dengan pedagang kaki lima, los
dan emperan. Pendapatan retribusi perhari di Pasar Menes sudah sesuai
target yaitu sebesar Rp.200.000 akan tetapi Jumlah pedagang dengan
besarnya target retribusi tidak sama, hal ini disebabkan kurangnya
kesadaraan wajib retribusi untuk membayar retribusi karena banyak wajib
retribusi yang tidak membayar dan mengurangi jumlah retribusi yang
dibebankan dan adapula toko dan kiosnya tutup, keadaan hujan lebat dan
mati lampu sehingga menghambat dalam peningkatan target retribusi di
Pasar Menes. akan tetapi pada bulan agustus 2011 target retribusi Pasar
Menes mengalami peningkatan sebesar 25 % yaitu dari Rp. 200.000
menjadi Rp. 250.000, peningkatan ini dilakukan karena melihat Pedagang
kaki lima yang semakin banyak berjualan di pasar menes. Pedagang kaki
lima yang terdaftar dalam buku administrasi pasar menes sebanyak 107
Pedagang.
Akan tetapi ketika peneliti bertanya tentang realisasinya untuk
retribusi pasar menes informan memberikan jawaban cenderung tertutup
dan mereka hanya memberikan informasi yang sedikit. Sehingga
menyulitkan peneliti untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya
tentang target retribusi Pasar. Hal ini lah yang menurut peneliti bahwa pola
pegawai retribusi Pasar Menes dalam memberikan informasi kurang
efektif, yaitu masih adanya unsur ketertutupan dalam memberikan
informasi tentang target retribusi Pasar. Sebaiknya para pegawai retribusi
Pasar Menes bersikap terbuka dalam menginformasikan retribusi Pasar
agar diketahui oleh masyarakat secara keseluruhan, sehingga masyarakat
tahu apa gunanya retribusi pasar tersebut.
Pencapaian target retribusi tidak lepas dari partisipasi masyarakat
atau wajib retribusi yang berperan serta didalamnya, ketika peneliti
melakukan penelitian di Pasar Menes, peneliti melihat bahwa wajib
retribusi sangat kurang berpartisipasi dalam membayar retribusi yaitu
banyak pedagang yang tidak mau membayar retribusi dengan alasan
dagangan mereka belum laku ( belum mendapat penglaris ), dan banyak
masyarakat yang cuek dengan kegiatan retribusi pasar ini. Partisipasi dan
peran serta masyarakat memang sangat dibutuhkan untuk pelaksanaan
kebijakan retribusi Pasar ini karena dapat membantu dalam pencapaian
target retribusi dan potensi terhadap pasar itu sendiri.
Efektifitas dari pelaksanaan kebijakan retribusi pasar di Pasar
Menes ini belum sesuai dengan yang diharapkan oleh peneliti, karena dari
target retribusi Pasar dan partisipasi masyarakat terhadap pelaksanaan
retribusi di Pasar Menes ini masih mengalami kendala dan permasalahan,
yang ditemukan di lapangan sehingga pelaksanaan kebijakan retribusi
pasar di Pasar Menes ini belum bisa berjalan secara efektif.
Kriteria Efisiensi pada penelitian tentang pelaksanaan perda No 10
tahun 2001 tentang retribusi pasar di Pasar Menes Kabupaten Pandeglang
yaitu melihat dari sisi penempatan pegawai sesuai dengan kebutuhan dan
tersediannya sarana sesuai dengan kebutuhan. Pada posisi penempatan
pegawai menurut pengamatan peneliti dilapangan bahwa kualitas pegawai
pemungut Retribusi Pasar masih rendah, hal ini terlihat dari banyak
pegawai yang tidak memahami isi perda No 10 Tahun 2001, sehingga
membuat para petugas tidak mengetahui tugas dan kewajibanya serta tata
cara pemungutan retribusi secara keseluruhan. Kuarngnya kualitas
pegawai bukan hanya terlihat dari banyaknya pegawai yang tidak
mengetahui isi perda dan peraturannya, akan tetapi pegawai retribusi pasar
menes ini pun banyak yang tidak menempati kantor pada saat jam kerja
atau meninggalkan kantor dalam keadaan kosong pada saat jam kerja.
Seperti terlihat dalam gambar di bawah ini
Gambar 4. 5 Keadaan kantor tampak sepi pada saat jam kerja
Keadaan kantor yang tidak tampak pegawai pada saat jam kerja
merupakan salah satu ciri bahwa Pasar Menes ini mempunyai pegawai
yang berkualitas rendah. Kurangnya kualitas pegawai seharusnya menjadi
perhatian khusus bagi atasan karena hal ini akan berpengaruh terhadap
jalannya proses pelaksanaan retribusi pasar menes kabupaten pandeglang.
Berdasarkan observasi lapangan bahwa sarana yang tersedia di
kantor pasar menes belum cukup memadai atau sesuai dengan kebutuhan
dikarenakan Kantor Pasar berada dibelakang pasar sehingga tidak mudah
terjangkau, keadaan Kantor Pasar yang kumuh dengan lingkungan yang
becek dan fasilitas yang tersedia belum memenuhi kebutuhan. Sarana yang
tersedia pada kantor ini terdapat 2 meja Kantor dan 2 kursi serta 2 lemari
besar tempat penyimpanan arsip- arsip Kantor, peralatan modern seperti
komputer di kantor pasar ini belum terlihat padahal komputer sangat
berguna untuk proses penginputan data. Menurut pengamatan peneliti
bahwa sarana yang tersedia di Pasar menes ini belum cukup memadai dan
belum memenuhi kebutuhan masyarakat pasar secara keseluruhan.
Pegawai yang mempunyai kualitas yang rendah dan sarana yang
belum terpenuhi sesuai dengan kebutuhan, maka kebijakan pelaksanaan
retribusi ini menurut pengamatan peneliti belum efisien atau belum
mencapai tujuan secara optimal yaitu masih terdapat hambatan dan
kendala dalam pelaksanaannya. Dengan demikian untuk mencapai tujuan
yang optimal maka perlu usaha yang maksimal dengan cara melakukan
pembangunan kantor pasar, penyediaan sarana yang memadai serta
melatih atau melakukan diklat agar tercipta pegawai yang berkualitas yaitu
pegawai yang merasa nyaman bekerja di kantor Pasar Menes, dan pegawai
yang mempunyai kemampuan tinggi dalam memahami aturan Peraturan
Daerah sehingga mampu bekerja dengan optimal.
Tugas aparatur pemerintah di Pasar Menes ini sudah cukup atau
sudah sesuai dengan prosedur yang ditentukan. Artinya hasil daripada
pelaksanaan Perda No 10 Tahun 2001 tentang retribusi Pasar di pasar
Menes telah cukup memberikan hasil yang baik dalam pelayanan dan
pengadaan di Pasar Menes. Unsur kecukupan ini terdiri dari sub indikator
sosialisasi peraturan daerah Kabupaten Pandeglang No 10 Tahun 2001
tentang retribusi Pasar, pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah
dilapangan dan sumberdaya manusia dengan kualitas yang diperlukan.
Setelah melakukan penelitian dilapangan peneliti melihat bahwa
ketiga sub indikator diatas belum terlihat cukup memberikan hasil yang
baik kepada masyarakat atau wajib retribusi. Seperti dalam hal
mensosialisasikan Perda No 10 Tahun 2001, banyak aparatur yang hanya
mengandalkan karcis dan surat pemberitahuan yang disebar dan diedarkan
sebagai bentuk sosialisasinya sehingga secara keseluruhan masyarakat
belum mengetahui isi dan tatacara dari pada peraturan daerah No 10 tahun
2001 tentang retribusi Pasar secara detail.
Selain bentuk sosialisasi aparatur pemerintah pun selalu
mengawasi pasar – pasar pemerintah yang ada dilapangan, dan salah
satunya adalah Pasar Menes. Pemerintah selalu mengawasi kegiatan
retribusi salar pasar di Pasar Menes dalam jangka waktu 1- 3 bulan sekali.
Akan tetapi pada saat penelitian lapangan peneliti menemukan
suatu kendala dalam bidang pengawasan dimana adanya keterlibatan pihak
LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat ) dalam pelaksanaan kebijakan
Retribusi Pasar di Pasar Menes. Hadirnya LSM di Pasar Menes ini adalah
untuk meminta imbalan, bukan untuk mengawasi kegiatan Retribusi secara
maksimal.
Dengan selalu diadakan pengawasan dari pemerintah atau atasan
adalah cerminan untuk membangun sumber daya atau pegawai- pegawai
yang berkualitas dan untuk menjadikan pegawai yang berkualitas adalah
pegawai yang bekerja sesuai aturan Perda No 10 Tahun 2001 tentang
Retribusi Pasar dan selalu melakukan konsultasi apabila menemukan
kendala dalam pelaksanaan kebijakan tentang retribusi pasar ini seperti
konsultasi antara penanggung jawab Pasar Menes dengan pegawai petugas
pemungut retribusi Pasar Menes.
Dengan demikian seharusnya sosialisasi perda No 10 tahun 2001
tentang retribusi pasar ini bukan hanya mengandalkan karcis dan surat
pemberitahuan saja, tetapi harus disosialisasikan secara seksama dan
menyeluruh agar para pedagang tahu dan mengerti tentang aturan dalam
kebijakan tersebut. Pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah bukan
hanya mengunjungi Kantor Pasar Menes dan melihat-lihat absensi dan
buku administrasi kantor saja, sikap dan perilaku wajib retribusi pun perlu
diawasi karena banyak wajib retribusi yang enggan untuk mematuhi aturan
Perda tersebut. Dan seharusnya dalam bidang pengawasan pihak LSM
mengawasi keberlangsungan pelaksanaan kebijakan secara maksimal,
tanpa mengharapkan imbalan. Pegawai yang berkualitas bukan hanya
pegawai yang memahami isi perda dan pegawai yang selalu melakukan
konsultasi ketika menemukan kendala, akan tetapi pegawai yang
berkualitas itu adalah pegawai yang selalu bersikap ramah dan sopan
dalam melakukan tugasnya.
Kesamaan atau perataan merupakan salah satu unsur yang
dilakukan oleh petugas salar pasar dalam melakukan tugasnya, seperti
kesamaan dalam membeikan pelayanan kepada wajib retribusi. ketika
peneliti melakukan penelitian lapangan, dengan melihat kepemilikan
tempat dagang di pasar menes ini wajib retribusi memiliki tempat dagang
yang berbeda seperi toko, kios, los, dan pedagang kaki lima. Petugas
retribusi ini melakukan tugasnya sesuai aturan perda tentang klasifikasi
pasar, yaitu apabila toko atau kios berukuran besar maka wajib retribusi
harus membayar sebesar Rp. 2000, dan apabila kios berukuran kecil dan
pedagang kaki lima maka diwajibkan untuk membayar Rp. 1000, akan
tetapi kenyataan dilapangan toko yang berukuran besar lebih senang untuk
membayar Rp.1000 dan untuk pasar menes ini secara menyeluruh
pembayaran dilakukan sebesar Rp. 1000.
Dalam memberikan pelayanan yang baik tentunya akan mendapat
dukungan yang merata dari masyarakat terhadap pelaksanaan Perda No 10
tahun 2001 tentang retribusi pasar. Setelah peneliti melakukan penelitian
lapangan ternyata masyarakat Pasar Menes ada yang mendukung dan
tidak mendukung terhadap retribusi ini seperti yang diungkapkan oleh ibu
Yayah Herawati “ dukungan dari masyarakat atau wajib retribusi itu
kurang seperti halnya dalam pembayaran retribusi misal dalam karcis
ditetapkan Rp.1000 akan tetapi mereka membayar kebanyakan Cuma
setengahnya. Tanggapannya pun berbeda beda ada yang cuek dan ada
yang mendukung, kalau yang cuek itu mereka yang belum sadar dan ngerti
retribusi, dan kalau yang mendukung itu mereka yang sudah sadar akan
retribusi”
Untuk perataan dapat dilihat dari pemberian pelayanan petugas
salar pasar kepada wajib retribusi yaitu ketika memberikan pelayanannya
petugas sebaiknya bersikap sopan dan ramah kepada wajib retribusi dan
tidak membeda-bedakan status wajib retribusi, ketika melakukan
penagihan retribusi seabiknya petugas salar pasar menggunakan sistem
progresif artinya kepada golongan yang lebih mampu dikenakan tarif yang
lebih tinggi, dengan cara ini secara bertahap akan ditegakan keadilan sosial
yang merata kepada seluruh wajib retribusi. Dengan cara ini pula
kecemburuan sosial akan dapat dihindari.
Seteleh melakukan penelitian dilapangan peneliti berharap bahwa
Pelaksanaan Perda No 10 Tahun 2001 tentang Retribusi Pasar di Pasar
Menes Kabupaten Pandeglang yaitu mampu memberikan pelayanan yang
baik dari aparatur untuk kepentingan wajib retribusi agar pelaksanaan
kebijakan ini mendapat dukungan penuh dari wajib retribusi secara
maksimal.
Responsifitas dari Pelaksanaan Perda No 10 Tahun 2001 tentang
Retribusi Pasar di pasar Menes Kabupaten Pandeglang adalah melalui
adanya komunikasi yang baik antara pemerintah dengan wajib retribusi.
Karena apabila ada komunikasi yang baik antara pemerintah dengan wajib
retribusi maka akan memudahkan para wajib retribusi untuk membayar
retribusi.
Komunikasi yang terjalin anatara petugas retribusi dan wajib
retribusi di Pasar Menes peneliti menilai sudah cukup baik dilaksanakan,
karena para petugas selalu berusaha bersikap sopan dan ramah serta
melakukan komunikasi dengan lancar dan tidak memaksa wajib retribusi
untuk membayar retribusi saat menagih retribusi.
Komunikasi yang baik adalah cara para pemerintah untuk
melaksanakan pelayanannya kepada masyarakat agar masyarakat patuh
terhadap aturan dan merasa nyaman dengan kondisi pelayanan yang
diberikan oleh pemerintah.
Dalam hal ketepatan, bahwa perda No 10 tahun 2001 tentang
retribusi pasar sudah tepat dilaksanakan karena retribusi daerah ini salah
satu komponen untuk peningkatan PAD Kabupaten Pandeglang. Adanya
retribusi ini memberikan pengaruh yang positif terhadap kesejahteraan
para petugas retribusi dan masyarakat.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebijakan retribusi ini
sudah tepat dilaksanakan karena selain dapat menyumbang PAD
Kabupaten Pandeglang pelaksanaan kebijakan retribusi ini mampu
mensejahterakan para pegawai retribusi dan masyarakat.
BAB V
PENUTUP
5.1 kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Evaluasi Pelaksanaan
Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang No 10 Tahun 2001 tentang
Retribusi Pasar di Pasar Menes Kabupaten Pandeglang yang didalamnya
menggunakan teori kriteria Evaluasi pelaksanaan Kebijakan menurut
William N Dunn. Peneliti menyimpulkan bahwa hasil penelitian
mengenai Evaluasi Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang
No 10 tahun 2001 tentang retribusi Pasar di Pasar Menes Kabupaten
Pandeglang belum dilakukan secara maksimal. Hal tersebut dikarenakan
adanya beberapa faktor yang menjadi kendala dan pendukung diantaranya
adalah adanya unsur ketertutupan dari pegawai kantor Pasar Menes dalam
memberikan informasi mengenai realisasi pendapatan Retribusi Pasar
perhari di Pasar Menes, sehingga menyulitkan peneliti untuk mendapat
informasi sebanyak-banyak nya tentang pendapatan Retribusi di Pasar
Menes. Adanya pegawai kantor Pasar Menes yang tidak menempati
kantor pada saat jam kerja atau meninggalkan kantor dalam keadaan
kosong pada saat jam kerja, banyak para wajib retribusi yang belum sadar
akan adanya retribusi Pasar dan kurang mendukung adanya retribusi
Pasar, masih rendahnya sarana yang ada di kantor Pasar Menes hal ini
terbukti dari kantor pasar menes yang belum memiliki peralatan komputer
serta kondisi sumber daya manusia di Pasar Menes masih rendah secara
kualitas dan kuantitas sehingga sangat mempengaruhi keberhasilan
pencapaian tujuan Retribusi Pasar. Sedangkan faktor pendukungnya
adalah Terjalinnya komunikasi yang baik antara aparatur atau pelaksana
kebijakan dengan wajib retribusi, Kesadaran aparatur untuk selalu
mengawasi kegiatan retrribusi di Pasar Menes Kabupaten Pandeglang
dalam jangka waktu satu- tiga bulan sekali dan Kesadaran wajib retribusi
untuk selalu patuh dan membayar Retribusi.
5.2 Saran
Berdasarkan permasalahan dan kendala yang peneliti temukan dari
hasil penelitian mengenai Evaluasi Pelaksanaan Peraturan daerah
Kabupaten Pandeglang No 10 Tahun 2001 tentang Retribusi Pasar di
Pasar Menes Kabupaten Pandeglang, demi terwujudnya pelaksanaan
kebijakan retribusi Pasar di Pasar Menes Kabupaten Pandeglang peneliti
memberi saran sebagai berikut :
a. Para pegawai dikantor Pasar Menes bisa memberikan
informasi yang jelas dan terbuka tentang realisasi pendapatan
Retribusi Pasar Perhari, kepada Peneliti dan masyarakat
sehingga tidak timbul anggapan negatif dan kecurigaan dari
masyarakat.
b. Perlu diterapkannya sanksi hukum yang jelas sesuai dengan
peraturan Perda No 10 tahun 2001 Tentang Retribusi Pasar
agar para pegawai patuh terhadap aturan Perda Tersebut.
c. Dilakukannya sosialisasi Perda secara Menyeluruh oleh
pegawai Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pasar
Kabupaten Pandeglang kepada masyarakat dan wajib retribusi
agar para wajib retribusi sadar akan adanya retribusi dan
mendukung kebijakan retribusi pasar di pasar Menes.
d. Pihak kantor Pasar Menes dapat mengajukan bantuan kepada
Dinas Perindagpas kabupaten Pandeglang dalam hal
perlengkapan sarana kantor dan pembangunan kantor Pasar.
e. Untuk meningkatkan pemahaman pegawai terhadap isi Perda
No 10 tentang Retribusi pasar maka sebaiknya diadakan
pelatihan atau diklat khusus untuk para pegawai mengenai
Perda No 10 tahun 2001 serta tata cara dan peraturannya.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU Agustino, Leo. 2006. Politik dan Kebijakan Publik Bandung : AIPI (Asosiasi Ilmu
Politik Indonesia).
Denzin, K Norman & Yvona S. 2000. Hand Book of Qualitatif Research.
California : Publication Inc.
Irawan, Prasetya. 2006. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Untuk ilmu – ilmu
Sosial. DIA FISIP Universitas Indonesia
Moleong, J. Lexy. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Nurcholis Hanif, 2005. Teori dan Praktik pemerintahan dan otonomi daerah,
Jakarta : Grasindo
Nugroho Riant, 2004. kebijakan public, formulasi, implementasi dan evaluasi Jakarta : Gramedia, Parsons Wayne, 2005. Public policy, Jakarta : Kencana
Siahaan Marihot P, 2008. Pajak Daerah & Retribusi Daerah,
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Subarsono. 2005. Analisia Kebijakan Publik. Konsep, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Sugiyono, 2007 . Metode penelitian Administrasi,Bandung : ALFABETA Suharto, Edi. 2005. Analisis Kebijakan Publik Panduan Praktis Mengkaji Masalah
Dan Kebijakan Sosial. Bandung: Alfabeta. Wibawa, Samodera dkk. 1994. Evaluasi Kebijakan Publik, Jakarta : PT.
RajaGrafindo Persada
Yuwono sony dkk, 2008, memahami APBD dan permasalahannya ( panduan
pengelolaan keuangan daerah) Jatim : Bayumedia Publishing
DOKUMEN
Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 10 Tahun 2001 Tentang
Retribusi Pasar, Ketentuan Umum
Undang – Undang OTONOMI DAERAH 2004 Beserta Penjelasannya,
HARIJAYA PRESINDO Jakarta
SUMBER LAIN
Rencana Strategis Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pasar Kabupaten Pandeglang Tahun 2011
LAPORAN PENERIMAAN PENDAPATAN DAERAH DISPERINDAGPAS KAB PANDEGLANG TAHUN 2010
Laporan perkembangan pendapatan dan Belanja Daerah Kab. Pandeglang (DPKPA Kab. Pandeglang)
Aprilian, Adi Yusti. 2010. Skripsi dengan judul Implementasi Strategi Peningkatan Retribusi Parkir di Kota Cilegon. UNTIRTA.
http://id.shvoong.com/social-sciences/anthropology/2135213-pengertian-tujuan-dan-hakikat-pembangunan/ ( tanggal akses : 03 des 2010 jam 11’25 wib )
LELA NURLELA (6661072797) Kp. Kadu Hejo Desa Kadu hejo Rt / Rw 01/04 Kec pulosari Pandeglang 42262 E-mail : [email protected] IDENTITAS PRIBADI Tempat Tanggal Lahir : Pandeglang , 18 Mei 1989
Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia
Suku : Sunda
Jenis Kelamin, Status : Perempuan, Single
Kegemaran (hobies) : Berdiskusi
IDENTITAS ORANG TUA Nama Ayah : Mohamad Nani
Nama Ibu : Embai Marhamah
Pekerjaan Ayah : PNS
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
RIWAYAT PENDIDIKAN
SD : SD Negeri Sanghiang dengdek II (1998-2004)
SMP : SMP Negeri 1 Menes (2001-2004)
SMA : SMA Negeri 1 Pandeglang (2004-2007)
Perguruan Tinggi (S1) : Adm. Negara, FISIP - UNTIRTA (2007-2011)