evaluasi kepuasan konsumen dengan metode ipa-kano dan ...eprints.ums.ac.id/73068/12/naskah...
TRANSCRIPT
Evaluasi Kepuasan Konsumen Dengan Metode IPA-Kano dan Alternatif
Perbaikanya Menggunankan Metode Quality Function Deployment (QFD) Pada
Kain Batik
(Studi Kasus: Showroom Sentra.Batik,Laweyan)
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Strata 1 Pada
Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik
Oleh:
ARVIAN DWI REVIANTO
D600150060
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
i
ii
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesajarnaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis
atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan
disebutkan daftar pustaka
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya diatas, maka
akan saya pertanggung jawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 4 April 2019
Penulis
Arvian Dwi Revianto
D 600 150 060
1
Evaluasi Kepuasan Konsumen Dengan Metode IPA-Kano dan Alternatif
Perbaikanya Menggunankan Metode Quality Function Deployment (QFD)
Pada Kain Batik
(Studi Kasus: Showroom Sentra Batik Laweyan)
Abstrak
Sektor industri kreatif menyumbang Rp. 1.105 triliun pada Produk Dosmetik Bruto
(PDB) Indonesia per November 2018. Sentra Batik Laweyan merupakan salah satu
yang berperan dalam industri kreatif. Sebagai bagian dari industri kreatif desain
batik dan produk batik dimungkinkan terus berkembang untuk dapat bersaing lebih
kompetitif dan mendapat nilai tambah. Kepuasan konsumen merupakan salah satu
unuk meningkatkan nilai tambah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana kepuasan yang dirasakan oleh pelanggan dengan perhitungan Customer
Satisfaction Index (CSI), diketahui bahwa kain batik laweyan memiliki nilai CSI
sebesar 77,15% yang mengartikan bahwa pelanggan sudah puas tetapi masih belum
secara maksimal. Hasil penelitian menggunakan integrasi IPA-Kano menghasilkan
jahitan kain batik, kualitas warna yang baik dan bertahan lama, kemudahan
perawatan, Informasi Produk yang Lengkap, Garansi Produk, Potongan Harga, dan
Kemasan Ramah Lingkungan perlu ada nya perbaikan. Hasil penelitian
menggunakan Quality Function Deployment (QFD) juga memberikan prioritas
pertama yang sebaiknya dilakukan oleh pegusaha yaitu menggunakan material
berkualitas dengan relative important 15,43%.
Kata Kunci: Batik, Kepuasan, Customer Satisfaction Index, IPA-Kano, Quality
Function Deployment.
Abstract
The creative industry sector contributed Rp. 1.105 trillion in Indonesian Gross
Dosage Products (GDP) as of November 2018. Sentra Batik Laweyan is one of the
roles in the creative industry. As part of the creative industry, batik designs and
batik products it is possible to continue to develop to be able to compete more
competitively and get added value. Consumer satisfaction is one of the ways to
increase added value. This study aims to determine how satisfaction is felt for
customers, by calculating the Customer Satisfaction Index (CSI), it is known that
laweyan batik cloth has a CSI value of 77.15% which means that the customer is
satisfied but still not optimally. The results of the research using the IPA-Kano
integration produce batik cloth stitches, good and long-lasting color quality, ease
of maintenance, complete product information, product warranty, discounted
prices, and environmentally friendly packaging. The results of the study using
Quality Function Deployment (QFD) also provide the first priority that should be
done by entrepreneurs, specifically using quality materials with relative important
15.43%.
Key Words: Batik, Satisfaction, Customer Satisfaction Index, IPA-Kano, Quality
Function Deployment.
2
1. PENDAHULUAN
Indonesia saat ini menjadi negara ketiga terbesar yang memiliki kontribusi
ekonomi kreatif kepada Produk Dosmetik Bruto (PDB) di dunia, dengan total
kontribusi lebih dari 7% terhadap PDB (Simorangkir, 2018). Jika dilihat dalam
bentuk uang pada tahun 2015, sektor industri kreatif menyumbang pada Produk
Dosmetik Bruto (PDB) sebesar Rp 852,56 triliun, sedangkan tahun 2016 dan 2017
masing-masing menyumbang PDB sebesar Rp 922,59 triliun dan Rp 1.009 triliun.
Sedangkan data per November 2018 sumbangan yang diterima dari industri kreatif
adalah sebesar Rp. 1.105 triliun (Prima & Laoli, 2019)
Laweyan sendiri merupakan salah satu daerah yang ada di kota Surakarta yang
terkenal sebagai kampung batik Laweyan, beberapa showroom yang berada di
sentra kampung batik Laweyan antara lain seperti Putra Batik Bengawan, Putra
Batik Laweyan, Putra Batik Mahkota, Merak Manis dan sebagainya. sebagai bagian
dari industri kreatif desain batik dan produk batik dimungkinkan terus berkembang
untuk dapat bersaing lebih kompetitif dan mendapat nilai tambah Menurut
penelitian yang dilakuakan oleh Anggoro (2011) mengatakan bahwa Sentra Batik
Laweyan harus lebih memaksimalkan dan mempertahankan aktivitas-akivitas
mempengaruhi kepuasan konsumen. Menurut Azizah (2011) juga mengatakan
bahwa industri batik yang tergabung di FPBKL harus lebih meningkatkan lagi baik
segi kualitas produk, harga, dan simpatik karyawan dalam melayani konsumen.
Perencanaan yang matang dalam menjual sebuah produk tentu diperlukan agar
tercipta kepuasan bagi konsumen. Untuk tetap bisa bertahan terhadap para pesaing
batik lainnya dan tetap eksis di perindustrian batik pengeusaha harus mengetahui
kepuasan dari pelanggannya.
2. METODE
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penelitian ini berfokus pada
penilaian kepuasan pelanggan. Metode metode yang digunakan dan langkah yang
akan dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
2.1. Penentuan Indikator Atribut Kain Batik
Langkah awal sebelum penelitian dimulai, penentuan indikator yang membuat
puas dalam memebeli batik ini didapatkan dari hasil wawancara pelanggan.
Indikator yang didapatkan ditampilkan pada tabel 1:
3
Tabel 1. Indikator Atribut Kain Batik
Kode Atribut Indikator
Q1
Kualitas
Kualitas Jahitan Kain Batik
Q2 Kualitas Pengerjaan Kain Batik
Q3 Kualitas warna yang baik dan bertahan lama
F1
Fitur
Jenis Kain
F2 Kemudahan Perawatan
F3 Jenis Pewarna
D1 Desain
Motif Batik
D2 Kontras Warna
M1 Merek Identitas Penjual (brand)
K1 Kemasan Kemasan Ramah lingkungan
L1 Label
Informasi produk yang lengkap (seperti : siapa yang
membuat, kapan dan dimana dibuat, jenis bahan dan harga
produk)
P1 Pelayanan
Garansi Produk
P2 Potongan Harga
P3 Pelayanan
Harga Terhadap Kualitas Yang Diberikan
P4 Pelayanan yang baik saat membeli
2.2. Penentuan Sampel
Tahap pertama untuk menilai kepuasan pelanggan peneliti membutuhkan beberapa
sampel. Metode pengambilan sampel pada kasus ini menggunakan persamaan
bernaouli:
𝑁 ≥ (𝑍∝/2)
2× 𝑝 × 𝑞
𝑒2 … … … … … … … … … … … … … … … … . … . … … … . . . . (1)
(Sincich, 2010)
Dimana:
N = Jumlah Minimum Sampel yang akan diambil
α = Tingkat Kepercayaan (95%)
Zα/2 = Nilai tabel distribusi normal (1.96)
e = Error (5%)
p = Proporsi kuesioner yang berhasil (95%)
q = Proporsi kuesioner yang gagal (1-p)
Pada penelitian ini dari hasil perhiyungan persamaan 1, responden yang diperlukan
adalah sebanyak 73 responden.
4
2.3. Importance Performance Analysis
Tahap Kedua adalah melihat bagaimana kinerja terhadap kepentingan saat ini
menggunakan metode IPA. Importance Performance Analysis (IPA) pertama kali
dipublikasikan oleh Martilla dan James (1997) dengan maksud untuk mengukur
interaksi antara.persepsi konsumen juga prioritas dalam peningkatan kualitas
produk maupun jasa yang dikenal juga sebagai quadrant analysis (Puspitasari,
Suliantoro, & Kusumawardhani, 2010). Langkah –langkahnya sendiri adalah
sebagai berikut:
CSI dihitung dengan rumus:
𝐶𝑆𝐼 = ∑ 𝑊𝑆𝑘
𝑝𝑘=1
𝐻𝑆× 100% … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . . . . . . (2)
Dimana :
WS = Weight Score
HS = Highest Scale (Skala Maksimumnyang digunakan)
Langkah awal dalam analisis IPA adalah menghitung rata-rata tingkat importance
dan tingkat performance per indikator dari atribut dengan menggunakan rumus
�̅� = ∑ 𝑥𝑖
𝑘𝑗=1
𝑛 �̅� =
∑ 𝑦𝑖𝑘𝑗=1
𝑛… … … … … … … … … … … … … … … … … . . … . . . . (3)
Dimana :
�̅� = Nilai Bobot Rata-RatanTingkat Kinerja Indikator ke-i
�̅� = Nilai Bobot Rata-Rata Tingkat Kepentingan Indikator ke-i
𝑛 = Jumlah Responden/Sampel
Langkah, selanjutnya adalah menghitung rata-rata tingkat kepentingan dan tingkat
kepuasan untuk keseluruhan item dengan rumus:
�̅̅� = ∑ �̅�𝑖
𝑘𝑗=1
𝑝 �̅̅� =
∑ �̅�𝑖𝑘𝑗=1
𝑝… … … … … … … … … … … … … … … … … … . . . . . . (4)
Dimana :
�̅̅� = Nilai rata-rata kinerja indikator ke-i
�̅̅� = Nilai rata-rata kepentingan indikator ke-i
𝑝 = Jumlah seluruh indikator
Nilai �̅̅� ini memotong tegak pada sumbunhorizontal, yaitu sumbu yang
menggambarkan kinerja atau kepuasan indikator (sumbu x) sedangkan nilai �̅̅�
5
memotong tegak lurus padansumbu vertikal, yakni sumbu yang menggambarkan
kepentingan item (sumbu y). Setelah dimendapatkan semua nilai diatas, kemudian
nilai-nilai tersebut diplotkan kedalam bentuk diagram (Maiyanti & Irmeilyana,
2010).
2.4. Model Kano
Tahap Ketiga adalah melihat Katagori kano yang dimiliki setiap indikator kain
batik. Model kano adalah model yang bertujuan untuk mengkatagorikan atribut-
atribut jasa ataupun produk berdasrakan seberapa baik jasa atau produk tersebut
dapat memuaskan kebutuhan pelanggan (Bakhtiar, Susanty, & Massay, 2010).
Dengan tabel evaluasi seperti pada tabel 2.
Tabel 2. Evaluasi Kano
(Sumber: Bailom et al. 2012)
Dengan:
A: attractive ; M: Must Be; O: One Dimensional; R: Reverese; Q: Diragukan ;I:
Biasa Saja.
2.5. Integrasi Hasil IPA-KANO
Tahap keempat untuk mengetahui apa yang perlu ditingkatkan secara efektif
dan tegas maka dilakukan menggunkan mengintegrasikan hasil IPA-Kano. Model
IPA-Kano ini dapat merumuskan prioritas strategi dalam penyelesaian indikator-
indikator yang perlu dipertahankan dan ditingkatkan dengan cara
mengkombinasikan hasil dari kuadran IPA juga katagori Kano untuk setiap atribut
produk. Metode IPA-Kano ini dapat meberikan keputusan strategi yang tepat juga
tegas dan menghindari keputusan yang salah (Kuo, Chen, & Deng, 2011). Tabel 3
merupakan strategi yang perlu ditingkatkan berdasarkan hasil IPA-KANO
Kebutuhan
Pelanggan
Suka Harus Netral Boleh Tidak Suka
Suka Q A A A O
Harus R I I I M
Netral R I I I M
Boleh R I I I M
Tidak Suka R R R R Q
Pertanyaan Nagatif
Pertanyaan
Positif
6
Tabel 3. Seri, Katagori, dan Prioritas Strategi IPA-Kano Model
(sumber: Kuo et al., 2011)
2.6. Quality.Function.Deployment (QFD)
Tahap terakhir adalah untuk memberikan alternatif langkah perbaikan
menggunakan metode QFD. Pada dasarnya QFD, adalah menerjemahkan
kebutuhan pelanggan ke dalam atribut desain (Tontini, 2007). Tahap ini
menggunakan data dari hasil kuesioner IPA yaitu data kinerja dan kepentingan,
tujuan yang akan dicapai (goal), rasio perbaikan (improvement ratio), dari hasil
olah data integrasi IPA-Kano.
3. HASIL & PEMBAHASAN
3.1. Importance Performance Analysis
Hasil perhitungan CSI pada kain batik Laweyan dapat dilihat pada tabel 4,
dimana nilai CSI yang diperoleh kain batik Laweyan adalah 77,15%. Hal tersebut
dapat menginterprestasikan bahwa kepuasan pelanggan saat ini terhadap batik
laweyan sudah puas atas kinerja kain batik Laweyan, tetapi masih belum maksimal
secara keseluruhan.
Tabel 4. Pengolahan Customer.Satisfaction Index (CSI)
Indikator MSS MIS WF (%) WS(%)
Q1 3.76 4.49 6.98 26.26
Q2 3.89 4.44 6.9 26.86
Q3 3.81 4.37 6.8 25.92
F1 4.08 4.15 6.44 26.29
F2 3.67 4.39 6.82 25
F3 4.24 4.17 6.49 27.5
D1 4.03 4.57 7.11 28.62
Peningkatan
Kinerja
Pertahankan
Kinerja
1 Survival Tinggi Tinggi II - 1
2 Fatal Tinggi Rendah I 1 -
3 Chronic disease Rendah Rendah III 2 -
4 Fitness Rendah Tinggi IV - 2
5 Major Weapon Tinggi Tinggi II - 3
6 Defenseless Strategy Point Tinggi Rendah I 3 -
7 Defenseless Zone Rendah Rendah III 4 -
8 Supportive weapon Rendah Tinggi IV - 4
9 Precious treasure Tinggi Tinggi II - 5
10 Dusty diamond Tinggi Rendah I 5 -
11 Rough srone Rendah Rendah III 6 -
12 Beginning Jewelery Rendah Tinggi IV - 6
Hygiene
(Must Be)
War
(One Dimensional)
Treasure
(Attractive)
Seri (Kategori
Kano)Kategori Kepentingan Kinerja
Kuadran
IPA
Prioritas Strategi
7
Indikator MSS MIS WF (%) WS(%)
D2 4.07 4.23 6.57 26.71
M1 4.09 3.96 6.15 25.19
K1 3.21 4.24 6.59 21.17
L1 3.49 4.13 6.42 22.44
P1 3.84 4.32 6.71 25.78
P2 3.67 4.11 6.38 23.4
P3 3.99 4.49 6.98 27.84
P4 4.03 4.28 6.65 26.78
Total 57.87 64.35 100 385.77
CSI 77.15%
(Sumber: Hasil Pengolahan)
Selanjutnya peneliti membuat diagram IPA dengan persamaan 3 dan 4 dan di
dapatkan hasil seperti di gambar 1.
Gambar 1. Importance Performance Quadrant
8
3.2. Model Kano
Hasil pada perhitungan dirakap pada tabel 5. Untuk penentuan kategori Kano,
peneliti menggunakan Blauth’s formula dan jika memiliki nilai yang sama antara kategori
AMO atau IRQ, maka kategori yang dipilih sesuai besaran M>O>A>I.
Tabel 5. Tabulasi Hasil Kuesioner Kedalam Kategori Kano
Kode A M O R Q I Total AMO RI Katagori
Q1 18 17 25 2 2 11 75 60 15 O
Q2 19 19 20 3 2 12 75 58 17 O
Q3 20 15 21 3 0 16 75 56 19 O
F1 21 14 6 3 2 29 75 41 34 A
F2 16 14 19 2 0 24 75 49 26 O
F3 18 15 11 1 1 29 75 44 31 A
D1 13 21 8 8 2 23 75 42 33 M
D2 15 14 16 4 1 25 75 45 30 O
M1 19 18 19 1 1 17 75 56 19 O
K1 18 15 14 1 2 25 75 47 28 A
L1 14 15 15 1 1 29 75 44 31 O
P1 17 14 13 1 0 30 75 44 31 A
P2 18 17 16 1 1 22 75 51 24 A
P3 15 15 7 3 1 34 75 37 38 I
P4 10 16 26 1 3 19 75 52 23 O
(Sumber: Hasil Pengolahan)
3.3. Integrasi IPA-Kano
Integrasi IPA-Kano digunakan untuk melangkapi kekurangan dari masing-masing
metode. Hasil penelitian intgrasi IPA-Kano di tampilkan pada tabel 6.
Tabel 6. Hasil Integrasi IPA-Kano
Kode Indikator Hasil
Kano
Kuadran
IPA IPA KANO
Prioritas
Strategi
Q1 Kualitas Jahitan Kain Batik O 1 Defenseless Strategy
Point Tingkatkan
Q2 Kualitas Pengerjaan Kain Batik O 2 Major Weapon Pertahankan
Q3 Kualitas warna yang baik dan bertahan lama O 1 Defenseless Strategy
Point Tingkatkan
F1 Jenis Kain A 4 Beginning Jewelery Pertahankan
F2 Kemudahan Perawatan O 1 Defenseless Strategy
Point Tingkatkan
F3 Jenis Pewarna A 4 Beginning Jewelery Pertahankan
D1 Motif Batik M 2 Survival Pertahankan
D2 Kontras Warna O 4 Supportive Weapon Pertahankan
M1 Identitas Penjual (brand) O 4 Supportive Weapon Pertahankan
K1 Kemasan Ramah lingkungan A 3 Rough Stone Tingkatkan
9
Kode Indikator Hasil
Kano
Kuadran
IPA IPA KANO
Prioritas
Strategi
L1
Informasi produk yang lengkap (seperti :
siapa yang membuat, kapan dan dimana
dibuat, jenis bahan dan harga produk)
O 3 Defenseless Zone Tingkatkan
P1 Garansi Produk A 1 Dusty Diamond Tingkatkan
P2 Potongan Harga A 3 Rough Stone Tingkatkan
P3 Harga Terhadap Kualitas Yang Diberikan I 2 - Eliminasi
P4 Pelayanan yang baik saat membeli O 4 Supportive Weapon Pertahankan
(Sumber: Hasil Pengolahan)
Berdasarkan hasil integrasi hasil IPA dan Kano pada Tabel 6., berikut beberapa
kategori yang teridentifikasi pada penelitian ini :
Kategori Survival (high importance, high performance, must be)
Atribut dalam kategori ini menjelaskan bahwa begitu ketika kinerja menurun,
ketidakpuasan tidak akan segera terjadi. Ketidakpuasan dapat mengancam kelangsungan
hidup para pengusaha jika menjadi signifikan. Akibatnya, mempertahankan kinerja tinggi
dari atribut ini adalah kunci untuk kelangsungan hidup para pengusaha showroom.
Terdapat satu indikator atribut produk pada kategori ini yaitu motif batik (D1).
Kategori Major Weapon (high importance, high performance, one dimensional)
Atribut dalam kategori ini seperti senjata utama yang digunakan perusahaan untuk
mengusir saingan. Para pengusaha perlu melakukan upaya untuk mempertahankan
kinerja atribut pada kategori ini untuk menjadi saingan berat bagi para pesaing setiap saat.
Terdapat satu indikator atribut produk pada kategori ini yaitu Kualitas Pengerjaan Kain
batik (Q2).
Kategori Defenseless Strategy Point (high importance, low performance, and one-
dimensional)
Atribut dalam kategori ini seperti benteng yang sepenuhnya tidak dijaga selama
masa perang. Defenseless Strategy Point sudah menjadi titik lemah jika terserang itu bisa
berakibat fatal dalam ketidakpuasan pelanggan. Indikator pada kategori ini harus dapat
penanganan perbaikan. Semakin banyak indikator pada kategori ini dapat ditingkatkan,
semakin banyak juga ketidakpuasan pelanggan dapat dihilangkan. Setelah perbaikan,
indikator pada kategori ini bisa menjadi benteng yang baik dalam pertahanan dan juga
senjata yang berguna. Kategori ini memiliki prioritas pertama dalam daftar urutan
memperbaiki kepuasan pada kain batik Laweyan. Indikator kain batik yang masuk pada
10
kategori ini adalah “kualitas jahitan kain batik (Q1)”, “kualitas warna yang baik dan
bertahan lama (Q3), dan “kemudahan perawatan (F2)”.
Kategori Defenseless Zone (low importance, low performance, and one-dimensional)
Indikator dalam kategori ini seperti zona yang membutuhkan perlindungan tetapi
tidak dijaga sama sekali dalam persaingan. Zona seperti ini tidak sepenting kategori
Defenseless Strategy Point, tetapi tetap merupakan titik lemah dan memerlukan
perbaikan. Kategori ini memberikan pengaruh yang lebih kecil terhadap ketidakpuasan
pelanggan, dengan demikian menempati urutan kedua dalam daftar perbaikan kepuasan
pada kain batik Laweyan. Indikator kain batik yang masuk pada kategori ini adalah
“Informasi Produk yang Lengkap (L1).
Kategori Supportive Weapon (low importance, high performance, and one-
dimensional)
Kategori ini dilihat sebagai senjata pendukung pengusahan. Tidak seperti kategori
major weapon, kategori ini tidak secara kritis memenangkan persaingan. Prioritas strategi
pada kategori sebaiknya dipertahankan. Indikator kain batik Laweyan yang masuk pada
kategori ini adalah “Kontras Warna (D2)”, “Identitas Penjual (M1)” dan “Pelayanan yang
baik saat membeli (P4).
Kategori Dusty Diamond (high importance, low performance, and attractive)
Atribut pada kategori ini seperti berlian yang bersinar tertutup pada debu dan perlu
dibersihkan (ditingkatkan) untuk memancarkan cahaya aslinya. Indikator pada kategori
ini dapat meningkatkan kinerja produk kain batik dan secara efektif manarik pelanggan.
Kategori ini memiliki prioritas ketiga dalam daftar memperbaiki kepuasan pada kain batik
Laweyan “Garansi Produk (P1)” merupakakan indikator kain batik yang masuk pada
kategori ini.
Katagori Rough Stone (low importance, low performance, and attractive)
Indikator dengan daya tarik dan kinerja yang relatif rendah seperti batu kasar yang
membutuhkan waktu untuk dipoles. Jika sumber daya memungkinkan, meningkatkan
semua indikator dengan kinerja rendah adalah hal terbaik dalam peningkatan kepuasan.
Dengan kata lain menghindari pelanggan yang tidak puas lebih penting daripada
menyenangkan mereka. Kategori ini ditempatkan terakhir pada daftar peningkatan
perbaikan. Indikator kain batik yang masuk pada kategori ini adalah “Potongan Harga
(P2)” dan “Kemasan Ramah Lingkungan (K1).
11
Kategori Beginning Jewelry (low importance, high performance, and attractive)
Indikator pada kategori ini memiliki karakteristik daya tarik relatif rendah dan
kinerja tinggi, dan dapat dilihat sebagai awal dari permata. Kategori ini memiliki prioritas
strategi untuk dipertahankan. Indikator kain batik yang masuk pada kategori ini adalah
“Jenis Kain (F1)” dan “Jenis Pewarna (F3)”. Indikator ini dapat ditingkatkan menjadi
harta karun bagi pengusaha jika pengusaha dapat mensosialisaikan dan memberikan
edukasi kepada konsumen.
3.4. Quality.Function.Deployment (QFD)
House of Quality ini berdasarkan dari hasil integrase IPA-Kano yang perlu
ditingkatkan. House of Quality dibuat berdasarkan penggabungan pengolah data dari
penentuan customer needs hingga penentuan priority pada technical matrix. Gambar 2
merupakan hasil dari House of Quality yang dibuat dan analisa per indikator yang perlu
di perbaiki dari House of Quality
Gambar 2. HoQ
12
4. PENUTUP
Tingkat kepuasan konsumen terhadap ke 15 indikator tersebut menurut pengolahan
Customer.Satisfaction.Index (CSI) adalah sebesar 77,15%, hal tersebut dapat dikatakan
bahwa konsumen telah merasa puas tetapi masih belum maksimal secara keseluruhan.
Indikator yang perlu dipertahankan berdasarkan hasil dari integrasi IPA-Kano dapat
diketahui berturut-turut adalah motif batik, kualitas pengerjaan kain batik, kontras warna,
identitas penjual (brand), pelayanan yang baik saat membeli, jenis kain, dan jenis
pewarna. Indikator yang perlu ditingkatkan berdasarkan hasil dari integrasi IPA-Kano
dapat diketahui berturut-turut adalah kualitas jahitan kain batik, kualitas warna yang baik
dan bertahan lama, kemudahan perawatan, informasi produk yang lengkap, garansi
produk, potongan harga, dan kemasan ramah lingkungan. Indikator harga terhadap
kualitas yang diberikan tidak memberikan dampak kepada kepuasan pelanggan karena
berkatagori kan indifferent, indikator ini lebih berkaitan tentang baik atau buruknya
terhadap produk. Prioritas utama dalam meningkatkan indikator yang perlu ditingkatkan
secara berturut-turut adalah menggunakan material berkualitas, penggunaan waterglass
(sodium silicate) dan zat fiksasi sesuai jenis pewarna, pemberian label perawatan,
pemberian label informasi produk, edukasi pelanggan saat membeli, ketentuan dan syarat
pengambilan garansi, penentuan pola batik supaya saling bertemu simetris antar
motifnya, penyesuaian jarum sesuai dengan bahan, menggunakan benang dan jarum
berkualitas, stik kecil dan halus (1 cm = 4 s/d 6 stik), penggunaan bahan biodegradable
untuk kemasan, pengadaan diskon dan bonus setiap pembelian dan event tertentu.
Daftar Pustaka
Anggoro, Okky Priyo. (2016). Analisis Faktor Kepuasan Konsumen Melalui Value Chain
Dalam Memperoleh Keunggulan Bersaing Perusahan Batik. Surakarta: Naskah
Publikasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Azizah, Annisa Fitri. (2015). Analisis Alur Marketing Mix di Industri Batik Kampoeng
Batik Laweyan. Surakarta: Naskah Publikasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Bailom, F., Matzler, K., & Hinterhuber, H. (1996). The Kano Model : How to Delight
Your Customers. In International Working Seminar on Production Economics (pp.
313–327).
13
Bakhtiar, A., Susanty, A., & Massay, F. (2010). Metode Servqual dan Model KANO (
Studi Kasus : PT . PLN UPJ Semarang Selatan ). J@TI Undip, V(2), 77–85.
Kuo, Y.-F., Chen, J.-Y., & Deng, W.-J. (2011). IPA-Kano model: A new tool for
categorizing and diagnosing service quality attributes. Total Quality Management &
Business Excellence, 23(7–8), 731–748.
Maiyanti, S. I., & Irmeilyana, V. (2010). Aplied Customer Satisfaction Index (CSI) and
Importance- Performance Analysis (IPA) to know Student Satisfaction Level of
Sriwijaya University Library Services, 1135–1153.
Prima, B., & Laoli, N. (2019). Sri Mulyani janji masukkan dana abadi untuk industri
kreatif di nota keuangan 2020. Https://Nasional.Kontan.Co.Id/News/Sri-Mulyani-
Janji-Masukkan-Dana-Abadi-Untuk-Indusri-Kreatif-Di-Nota-Keuangan-2020.
diakses (30 Januari 2019)
Puspitasari, N. B., Suliantoro, H., & Kusumawardhani, L. (2010). Anlisis Kualitas
Pelayanan Dengan Menggunakan Integrasi Importance Performance Analysis ( IPA
) dan Model KANO ( Studi Kasus di PT . Perusahaan Air Minum Lyonnaise Jaya
Jakarta ). J@TI Undip, 5(3), 185–198.
Simorangkir, Eduardo. "Mimpi RI Jadi Negara Ekonomi Kreatif Terbesar di Dunia". dari
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4291774/mim pi-ri-jadi-negara-
ekonomi-kreatif-terbesar-di-dunia. Diakses pada 2 Februari 2019
Sincich, McClave Benson. (2010). Statistik untuk Bisnis dan Ekonomi Jilid 1. Jakarta:
Erlangga, 369-370.
Tontini, G. (2007). Integrating the Kano Model and QFD for Designing New Products
Integrating Kano model and QFD for Designing New Products. Total Quality
Management and Business Excellence, 18(6), 599–612.
https://doi.org/10.1080/14783360701349351