evaluasi keberadaan ruang terbuka hijau...
TRANSCRIPT
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.12/NO.2/Oktober 2012 Page 2
EVALUASI KEBERADAAN RUANG TERBUKA HIJAU TINJAUAN
FUNGSI EKOLOGIS DAN ESTETIS MONUMEN YOGYA KEMBALI
Elias Edwar Pratamo Ama1
Lily Handayani2
Sri Yuniarti3
Abstrak
Kawasan Ruang Terbuka Hijau Monumen Yogya Kembali terdapat beberapa jenis
vegetasi pohon meskipun mempunyai berbagai diversitas jenis tinggi, tetapi pada siang hari
terutama jam 12.00-13.00 kondisi suhu mencapai ± 32oC menyebabkan kawasan ini jauh dari
kata kenyamanan padahal idealnya suhu di suatu lingkungan di katakan nyaman berkisar
antara 210C-25OC, untuk itu tujuan dari penelitian di kawasan ini yaitu melihat adanya
perubahan suhu udara, kelembaban udara, kebisingan, karbonmonoksida pada versi kerapan
vegetasi dan waktu.
Pengukuran udara ambien untuk suhu udara, kelembapan udara, kebisingan dan
karbonmonoksida di tiga lokasi kerapartan vegetasi, yaitu kerapatan rendah (4%), kerapatan
sedang (8%), kerapatan tinggi (16%). Pengambilan sampel secara purposive sampling
berdasarkan jarak dari sumber pencemar kemudian analisis secara dekskriptif.
Berdasarkan hasil perhitungan udara ambient suhu udara tertinggi 34oC dan kelembapan
terendah 41o% ada pada kerapatan rendah pada jam 12.00-13.00, untuk suhu udara terendah
28oC dan kelambapan tinggi 63 % ada pada kerapatan tinggi pada jam 17.00-18.00, untuk
kebisingan tertinggi 6 ppm ada pada kerapatan rendah pada jam 12.00-13.00, untuk PCC
(physical carryng capacity) di dapat 2538, 461, untuk indeks kenyamanan (THI) diketahui
bahwa nilai THI terendah pada jam 12.00-13.00 terdapat di kerapatan tinggi hal ini sesuai
dengan pendapat responden.
Kata Kunci: Kerapatan vegetasi, Kenyamanan, Udara ambien
1 Mahasiswa STTL “YLH” 2 Pembimbing I 3 Pembimbing II
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.12/NO.2/Oktober 2012 Page 3
EVALUATION OF THE PRESENCE OF GREEN SPACE ECOLOGICAL
FUNCTIONS AND AESTHETIC REVIEW YOGYA KEMBALI MONUMENT
Abstract
Green Open Space Zone Yogya Kembali Monument, there are several types of tree
vegetation despite having various kinds of high diversity, but especially during the day 12:00
to 13:00 hours to ± 32 ° C temperature conditions cause this region is far from the ideal
comfort when the temperature at a comfortable environment in said range between 210C-
25oC, for the purpose of research in this area is seeing a change in air temperature, air
humidity, noise, carbon monoxide kerapan version vegetation and time.
Measurement of ambient air for air temperature, humidity, noise and carbon monoxide in
three locations kerapartan vegetation, namely low density (4%), medium density (8%), high
density (16%). Sampling was purposive sampling based on the distance from the sources of
pollution dekskriptif later analysis.
Based on the results of the calculation of the highest ambient air temperature 34oC and
41o% low humidity there at low density on hours 12:00 to 13:00, for lowest air temperature
28oC and 63% higher kelambapan there at 5:00 p.m. to 6:00 p.m. at high density, for the
highest noise 6 ppm there at low density in the 12:00 to 13:00 hours, for PCC (carryng
physical capacity) in may 2538, 461, for the comfort index (THI) note that the lowest value of
THI are 12:00 to 13:00 on the clock in the high density it is in accordance with the opinion of
the respondents.
Keywords: Density of vegetation, Leisure, ambient air
I. PENDAHULUAN
Ruang terbuka hijau (RTH)
adalah bagian dari ruang-ruang
terbuka suatu wilayah perkotaan
(urban space) yang diisi oleh
vegetasi guna mendukung manfaat
langsung atau tidak langsung yang di
hasilkan oleh ruang terbuka hijau
(RTH) dalam kota tersebut yaitu
keamanan, kenyamanan, dan
keindahan wilayah perkotaan
tersebut. Elemen vegetasi/tanaman
merupakan unsur dominan dalam
ruang terbuka hijau (RTH).
Tanaman merupakan elemen
utama dalam penataan taman kota.
Tanaman dapat ditata sedemikian
rupa sehingga mampu berfungsi
sebagai pembentuk ruang,
pengendalian suhu udara, sebagai
peneduh, penyerap polusi, sebagai
penyerap kebisingan, memperbaiki
kondisi tanah dan sebagainya.
Tanaman dapat menghadirkan
estetika tertentu yang terkesan
alamiah dari garis, bentuk, warna,
dan tekstur yang ada dari tajuk, daun,
batang, cabang, kulit, akar, bunga,
buah, maupun aroma yang di
timbulkan dari daun, bunga, maupun
buahnya.
Di kawasan penelitian
terdapat sebuah monumen cagar
budaya nasional yaitu Monumen
Yogya Kembali secara administratif
terletak di Dusun Jongkang, Desa
Sariharjo, Kecamatan Ngaglik,
Kabupaten Sleman Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Di sebelah
selatan terdapat jalan Ringroad
Utara. Monumen Yogya Kembali
seluas 5,5 Ha di bangun pada tanggal
29 juni 1985. Peletakan batu pertama
monumen setinggi 31,9 meter di
lakukan oleh HB IX setelah
melakukan upacara tradisional
penanaman kepala kerbau,
pembangunan selesai tepatnya pada
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.12/NO.2/Oktober 2012 Page 4
tanggal 6 juli 1989. Peresmian
Monumen Yogya Kembali di
lakukan oleh Presiden Soeharto
dengan penandatanganan prasasti.
Monumen Yogya Kembali
merupakan tempat kegiatan rekreasi
yang diperlukan oleh masyarakat.
Lahan yang dipakai untuk Ruang
terbuka hijau sekitar 1,2 hektar.
Ruang Terbuka Hijau Monumen
Yogya Kembali berbentuk jalur hijau
strata dua karena hanya terdiri dari
pepohonan dan rumput atau penutup
tanah lainnya. penanaman pohon
cemara (cupresus papuana)
disepanjang jalur hijau sudah teratur
dimana jarak antar pohonnya
berkisar antara 1,5-2 meter, hanya
penyebaran pohon sesuai fungsinya
masih belum merata, khususnya di
sekitar Monumen yang masih
tampak gersang karena hanya
terdapat angsana (pterocapus
indicus) di bagian timur Monumen
dan tanaman hias yang di letakkan
dalam pot bunga sehingga suhu
udara pada siang hari di sekitar
Monumen sangat panas, beberapa
jenis tanaman yang ada yaitu
tanaman hias jenis palem-paleman,
bougenville, Euphorbia (Euphorbia
milii), serta tanaman penutup tanah
rumput manila (Zoysia matrella),
untuk area di depan dekat jalan
ringroad utara hanya terdapat
beberapa tanaman tanjung
(mimusops elengi), untuk area di
jalur hijau beberapa tanaman yang
ada antara lain sawo (Achras zapot),
asoka (Ixora javanica), melinjo
(gnetum gnemon), asam jawa
(tamarindus indica L.), jati (tectona
grandis L.), glodogan (polyalthia
longifolia), khusus ditempat parkir
tanaman yang mendominasi adalah
ketapang (terminalia cattapa).
Pengukuran udara ambient belum
pernah di lakukan di sekitar
Monumen Yogya Kembali,
pengukuran di lakukan di
perempatan Jombor data yang di
dapat kadar CO pada tahun 2010
yaitu 12650 ug/M3, masih di bawah
baku mutu yaitu 30000 ug/M3.
Studi evaluasi mengenai nilai
fungsional dan estetika Ruang
Terbuka Hijau diperlukan untuk
mengetahui kontribusi positif yang di
berikan tanaman didalam Ruang
Terbuka Hijau. Untuk itu di perlukan
suatu evaluasi yang berkaitan dengan
kesesuaian fungsi ekologis dan
fungsi estetis di kawasan Ruang
Terbuka Hijau Monumen Yogya
Kembali, sehingga dapat
meningkatkan kualitas Ruang
Terbuka Hijau yang harmonis
dengan lingkungan sekitarnya,
nyaman dan fungsional.
A. Rumusan Masalah
1. Apakah kesesuaian fungsi
tanaman yang ada dapat
menyerap CO pada Ruang
Terbuka Hijau Monumen
Yogya Kembali?
2. Apakah kesesuaian fungsi
tanaman yang ada dapat
digunakan sebagai peneduh
pada Ruang Terbuka Hijau
Monumen Yogya Kembali?
3. Apakah kesesuaian fungsi
tanaman yang ada dapat
berfungsi menyerap
kebisingan pada Ruang
Terbuka Hijau Monumen
Yogya Kembali?
4. Apakah kesesuaian fungsi
tanaman yang ada dapat
meningkatkan tingkat
kenyamanan pada Ruang
Terbuka Hijau Monumen
Yogya Kembali?
B. Batasan Masalah
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.12/NO.2/Oktober 2012 Page 5
Mengetahui kesesuaian fungsi
tanaman (kerapatan vegetasi dan
waktu pengambilan sampel) terhadap
fungsi ekologis sebagai penyerap
polutan karbon monoksida (CO),
peneduh (suhu dan kelembapan),
penyerap kebisingan dan fungsi
estetis dalam mendukung
kenyamanan Ruang Terbuka Hijau
(RTH) di Monumen Yogya Kembali.
C. Tujuan Penelitian
Penelitan ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui kemampuan
kerapatan vegetasi untuk
kenyamanan pada parameter
suhu udara, kelembapan
udara, dan kebisingan;
2. Mengetahui kadar CO udara
ambien pada berbagai
kerapatan vegetasi.
D. Manfaat Penelitian
1. Di harapkan dapat
memberikan manfaat berupa
meningkatkan atau
mempertahankan fungsi
estetis dan fungsi ekologis
tanaman sebagai penyerap
polusi udara, sebagai peneduh
dan penyerap kebisingan;
2. Menghasilkan informasi data
penelitian tentang kesesuaian
fungsi ekologis dan fungsi
estetis dalam pengembangan
Ruang Terbuka Hijau (RTH)
di Monumen Yogya Kembali.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Ruang Terbuka Hijau kota
merupakan salah satu komponen
penting dalam ekosistem kota,
pemilihan jenis tanaman di tentukan
oleh kondisi iklim habitat dan area
dimana tanaman tersebut akan
diletakan. Evaluasi Ruang Trebuka
Hijau dengan pemilihan jenis
tanaman berdasarkan kriteria fungsi
tanaman dan penempatannya.
Menurut bentuknya, tanaman dapat
berupa pohon, perdu/semak, dan
tanaman penutup permukaan tanah.
Pengertian penghijauan
sendiri adalah suatu daya upaya
manusia dalam memulihkan dan
mengembangkan kondisi tanah
beserta semua kelengkapannya,
dengan mengadakan kegiatan
penanaman pohon-pohon pelindung
atau tanaman hias untuk dapat
dimanfaatkan dalam rangka usaha
melestarikan alam serta
mempertahankan lingkungan hidup,
dengan demikian dapat diartikan
bahwa penghijauan pada dasarnya
ditekankan pada usaha kegiatan
manusia dalam penanaman kembali
pepohonan di kawasan sudah ada,
guna menunjang serta
mempertahankan kondisi mineral
tanah terutama dalam konservasi
lingkungan daerah tersebut, selain itu
dapat menambah keindahan dan
keaslian suatu lingkungan (Arsyad,
1989).
Penanaman berbagai jenis
tanaman dengan berbagai strata yang
cukup rapat dan tinggi akan dapat
mengurangi kebisingan khususnya
dari kebisingan yang sumbernya
berasal dari bawah (laurie, 1986).
Kota yang di dalamnya
terdapat ruang terbuka, adalah
aglomerasi yang rumit dari berbagai
jenis struktur alam dan buatan
manusia: gedung-gedung tinggi &
rendah, pabrik, jalan-jalan lebar &
sempit, tempat parkir, halaman,
taman, bukit, danau, sungai,
pelabuhan, dll. Setiap area
tapak/site/situs memiliki iklim mikro
sendiri, yang dipengaruhi oeh
kawasan sekitarnya, oleh cuaca, dan
dengan karakter wilayah perkotaan.
Banyak studi ilmiah telah
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.12/NO.2/Oktober 2012 Page 6
menunjukan bahwa suhu kota lebih
hangat dari pada daerah sub urban
dan pedesaan di sekitarnya di
sebabkan penggunaan material metal
yang memantulkan radiasi panas
yang dapat meningkatkan suhu udara
lingkungannya sebesar 2oC, apabila
dibandingkan pemakaian bahan non
metal (sangkertadi,2007), suhu
udara tersebut menyebabkan panas
yang dirasakan manusia. Akumulasi
panas tersebut menyebabkan tidak
nyamannya suasana di ruang luar.
Analisa vegetasi adalah cara
mempelajari susunan (komposisi
jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi
atau masyarakat tumbuh-tumbuhan.
Hipotesis
Dari rumusan masalah, tujuan
penelitian, tinjauan pustaka dan
landasan teori maka dapat
dikemukakan hipotesis bahwa :
1. Terdapat kemampuan
kerapatan vegetasi dalam
untuk kenyamanan pada
parameter suhu udara,
kelembapan udara, dan
kebisingan;
2. Terdapat pengaruh kadar CO
udara ambien pada berbagai
kerapatan vegetasi.
III. METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di
Monumen Yogya Kembali
Yogyakarta. Letak Monumen Yogya
Kembali Yogyakarta berada di
kecamatan Ngaglik, kabupaten
Sleman, Yogyakarta.
B. Obyek penelitian
Obyek penelitian ini adalah
RTH di Monumen Yogya Kembali
Yogyakarta. Penelitian ini secara
khusus menganalisis dan
mengevaluasi keberadaan fungsi
taman sebagai pereduksi polutan
karbon monoksida (CO), pengontrol
suhu dan kelembapan (peneduh),
penyerap kebisingan, dan fungsi
estetis taman kota dalam
menciptakan kenyamanan suatu
lingkungan.
C. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dan
pengambilan data dilaksanakan dari
bulan Maret sampai Mei 2014.
D. Variabel Penelitian
Agar dapat memperjelas
variabel yang akan diteliti, maka
variabel penelitian yang digunakan
yaitu:
1. Variabel bebas (variabel yang
mempengaruhi) adalah
kerapatan vegetasi dan waktu
pengambilan sampel di Ruang
Terbuka Hijau Monumen Yogya
Kembali;
2. Variabel terikat (variabel yang
dipengaruhi), meliputi:
a. Karbon monoksida (CO);
b. Suhu udara ( ;
c. Kelembapan udara (%);
d. Kebisingan (dBA);
e. Indeks kenyamanan
lingkungan ( .
E. Alat dan bahan penelitian
Alat dan bahan yang di gunakan
:
1. Thermohigrometer, untuk
mengukur suhu dan
kelembapan udara;
2. Monoxer III Analayer, untuk
mengukur CO;
3. Sound level meter, untuk
mengukur kebisingan;
4. Kamera, untuk dokumentasi;
5. Meteran, untuk mengukur
luas wilayah sampling;
6. Alat tulis;
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.12/NO.2/Oktober 2012 Page 7
7. Data persebaran luas taman,
jenis tanaman;
8. Peta lokasi penelitian.
F. Tahapan penelitian
1. Persiapan
Pada tahapan ini yang di
lakukan adalah penetapan tujuan
penelitian, penyusunan rencana
kerja, pengumpulan dan pemilahan
data sekunder dari berbagai studi
pustaka atau penelitian sebelumnya
mengenai evaluasi fungsi taman
sebagai pereduksi polusi, peneduh,
penyerap kebisingan dan estetika
RTH. Kemudian di lakukan
persiapan administrasi dan keperluan
penelitian seperti surat perizinan
pada lokasi penelitian.
2. Proses Pengambilan Data
Proses pengambilan data di
lakukan dengan mengidentifikasi
jenis-jenis dan jumlah tanaman yang
ada di taman Monumen Yogya
Kembali. Aspek fungsi taman yang
di amati adalah aspek fungsi
pereduksi polusi, peneduh, penyerap
kebisingan. Pengukuran dilakukan
pada bulan April 2014, untuk itu cara
penelitian ini di lakukan sebagai
berikut:
a) Pengukuran Suhu,
Kelembapan Udara,
Kebisingan, dan Karbon
Monoksida (CO)
Pengukuran suhu dan
kelembapan udara di lakukan
sebanyak 3 (tiga) kali pada
pengukuran kerapatan. Pengukuran
suhu dan kelembapan udara pada
ketinggian 1 meter dari permukaan
tanah, setiap pengukuran dilakukan 3
kali pengamatan dalam sehari yaitu
07.00-08.00, 12.00-13.00, 17.00-
18.00.
Untuk pengukuran kebisingan
dan karbon monoksida (CO)
dilakukan sebanyak 3 kali pada
masing-masing kerapatan dalam
sehari yaitu 07.00-08.00, 12.00-
13.00, 17.00-18.00
Pengukuran kerapatan
vegetasi
Pengukuran kerapatan pohon di
setiap lokasi dilakukan dengan cara
menghitung banyaknya individu
pohon per satuan luas. Adapun
perhitungan kerapatan pohon dengan
rumus sebagai berikut :
b) Penentuan Kenyamanan
Lingkungan
Data suhu dan kelembapan
udara dapat digunakan untuk
menentukan tingkat kenyamanan
secara kuantitatif yakni dengan
menggunakan perhitungan empiris,
disamping itu juga dalam
menentukan tingkat kenyamanan
lingkungan perlu suatu perbandingan
dengan kondisi aktual. Maka dalam
penentuan kenyamanan lingkungan
digunakan dua pendekatan sebagai
berikut :
1) Berdasarkan indeks
kenyamanan
Kenyamanan lingkungan dapat
diimplementasikan dalam
bentuk indeks kenyamanan.
Pada batas-batas tertentu
indeks kenyamanan dapat
menggambarkan kondisi pada
suatu lingkungan terasa
nyaman atau tidak nyaman.
Rumus yang digunakan dalam
penentuan indeks kenyamanan
adalah yang dikemukakan oleh
Nieuwolt dalam Fandeli
(2009) sebagai berikut:
THI = 0,8 T + (RH × T)/500
Dimana :
THI = temperature humanity
indeks;
D =
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.12/NO.2/Oktober 2012 Page 8
RH = kelembapan relatif
(dalam %)
T = suhu udara(dalam C)
Indeks kenyamanan
berkisar antara 27, diatas 27
orang sudah merasa tidak
nyaman, faktor kenyamanan ini
dapat juga di lihat dari
kemampuan ruang fisik dan
luas area yang dibutuhkan bagi
wisatawan untuk leluasa dan
memuaskan dalam berwisata,
Menurut hasil survei (Fandeli,
2002) rumus daya dukung fisik
adalah:
Dalam hal ini:
PCC : physical Carrying
Capacity daya dukung fisik
A : Luas area yang digunakan
untuk wisata
B : Luas area yang dibutuhkan
oleh seorang wisatawan untuk
tetap berwisata dengan tetap
memperoleh kepuasan, dalam
hal ini digunakan nilai tetap
yang diberikan untuk area
piknik oleh Douglas (1975)
dalam Fandeli (2009:72) yaitu
65 m2 untuk
berwisata dengan tetap
memperoleh kenyamanan
Rf : faktor rotasi dalam
beraktifitas wisata yaitu rata-
rata lama waktu berwisata.
2) Berdasarkan kondisi aktual
Kondisi kenyamanan secara
aktual dapat diketahui dengan
wawancara di lokasi taman
Monumen Yogya Kembali, hal
ini dilakukan karena
kemungkinan perasaan nyaman
seseorang tidak selalu tetap
tergantung usia dan budaya.
Dalam penelitian ini penentuan
kenyamanan berdasarkan
parameter suhu dan
kelembapan udara, maka
wawancara dilakukan di tiap
lokasi kerapatan pada pukul
12.00-14.00 dimana waktu
tersebut merupakan suhu
tertinggi, dengan asumsi bahwa
pada jam tersebut secara
fisiologis tubuh manusia
merasa tidak nyaman,
sementara pada pukul 07.00-
08.00 dan 17.00-18.00 kondisi
dianggap nyaman.
Gay dan Diehl (1992), untuk
penelitian deskriptif,
sampelnya 10% dari populasi,
adapun rata-rata jumlah
pengunjung Monumen Yogya
Kembali pada bulan april
sampai pada tanggal 20 april
2014 adalah 608,5 dimana
pengunjung tertinggi ada pada
angka 1300 orang dan
pengunjung terendah pada
angka 83 orang dengan
demikian 10% dari rata-rata
pengunjung, jumlah sampel
yang akan di ambil 61 orang
di ketiga lokasi kerapatan.
Beberapa informasi yang
ditanyakan kepada masing-
masing responden dalam
wawancara antara lain :
1. Tingkat kenyamanan
lingkungan ketika
wawancara
(nyaman/tidak
nyaman);
2. Wujud kenyamanan
(panas/lembab);
3. Pengaruh vegetasi
terhadap kenyamanan
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.12/NO.2/Oktober 2012 Page 9
(berpengaruh/tidak
berpengaruh);
4. Perlukah penambahan
pohon di kawasan
taman Monumen Yogya
Kembali.
G. Teknik Pengumpulan Data
1. Data primer
Data primer berasal dari
pengamatan dan pengukuran
langsung di lapangan. Data yang
diamati dan diukur meliputi :
a. Karbon monoksida (CO),
diukur langsung di beberapa
lokasi kerapatan.
Pengukuran dilakukan
dengan menggunakan
Monoxer III Analayer;
b. Suhu dan kelembaban udara
diukur langsung di beberapa
lokasi kerapatan.
Pengukuran dilakukan
dengan menggunakan
Termohygrometer untuk
suhu maksimum dan
minimum;
c. Kebisingan di ukur
langsung di beberapa lokasi
kerapatan. Pengukuran di
lakukan langsung dengan
alat sound level meter;
d. Kenyamanan lingkungan
dilakukan dengan
pembagian kuesioner pada
pengunjung.
2. Data sekunder
Pengambilan data sekunder
diperoleh dari pengelola
Monumen Yogya Kembali. Data
yang diperoleh meliputi data
jumlah pengunjung, kerapatan
pohon dan waktu pengambilan
sampel yang ditanam, dan peta
lokasi penelitian.
H. Analisis
Untuk mengetahui pengaruh
vegetasi dalam menurunkan polutan
karbon monoksida (CO),
menurunkan suhu udara,
meningkatkan kelembapan udara,
mengurangi kebisingan di Monumen
Yogya Kembali, rancangan
percobaan menggunakan dua macam
faktor perlakuan, yaitu:
1. waktu, yakni:
a. Jam 07.00 - 08.00 WIB;
b. Jam 12.00 – 13.00 WIB;
c. Jam 17.00 – 18.00 WIB.
2. Lokasi, yakni :
a. Kerapatan tinggi;
b. Kerapatan sedang;
c. Kerapatan jarang.
Data yang diperoleh dari pengukuran
kemudian dianalisis menggunakan
Analisa Deskriptif, yaitu dilakukan
berdasarkan rerata suhu dan
kelembapan udara pada masing-
masing kerapatan vegetasi pohon,
kemudian dihitung secara empiris
indeks kenyamanan sehingga
diketahui kriteria kenyamanan.
Namun, karena penentuan
kenyamanan lingkungan berdasarkan
indeks kenyamanan belum mendapat
menggambarkan kondisi
sesungguhnya, maka untuk
memperkuat pengujian dilakukan
dengan membandingkan hasil
wawancara secara aktual dari
responden di lokasi data pengujian
dilakukan terhadap:
1. Perbedaan waktu;
2. Perbedaan kerapatan.
Sementara untuk mengetahui
pengaruh vegetasi terhadap tingkat
kenyamanan dilakukan Analisa
Deskriptif, yaitu dilakukan
berdasarkan rerata suhu dan
kelembapan udara pada masing-
masing kerapatan vegetasi pohon,
kemudian dihitung secara empiris
indeks kenyamanan sehingga
diketahui kriteria kenyamanan.
Namun, karena penentuan
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.12/NO.2/Oktober 2012 Page 10
kenyamanan lingkungan berdasarkan
indeks kenyamanan belum mendapat
menggambarkan kondisi
sesungguhnya, maka untuk
memperkuat pengujian dilakukan
dengan membandingkan hasil
wawancara secara aktual di lokasi
dengan hasil perhitungan indeks
kenyamanan berdasarkan presentase
penilaian responden.
IV. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Peranan vegetasi dalam
menurunkan komponen suhu,
kelembapan, kebisingan,
karbonmonoksida sangatlah besar.
Hal tersebut dapat di buktikan
dengan hasil pengukuran kondisi
udara ambient di Ruang Terbuka
Hijau Monumen Yogya Kembali.
Dari hasil pengukuran dan pengujian
anova pada taraf signifikan untuk
tiga kerapatan menunjukan
perbedaan antara suhu, kelembapan,
kebisingan, karbonmonoksida.
Perbedaan kondisi udara
ambient di ketiga lokasi kerapatan
relatif kecil pada pagi dan sore hari,
sementara pada siang hari
mengalami peningkatan yang cukup
besar pada hampir seluruh parameter.
Terdapat kecenderungan
kenyamanan lingkungan di lokasi
dengan tingkat kerapatan pohon yang
tinggi. Hal ini di dasarkan pada hasil
indeks kenyamanan lingkungan pada
jam 12.00-13.00. bahwa, di lokasi
kerapatan jarang mempunyai nilai
THI yang rendah. Sementara
berdasarkan hasil wawancara dengan
responden di tiga lokasi kerapatan
diketahui bahwa mayoritas
responden merasa tidak nyaman di
lokasi dengan kerapatan rendah,
sedangkan di lokasi kerapatan
sedang sebagian responden merasa
nyaman sedangkan sebagiannya
merasa tidak nyaman, untuk lokasi
dengan kerapatan tinggi mayoritas
responden merasa nyaman. Ada
pengaruh keberadaan vegetasi pohon
di ruang Terbuka Hijau Monumen
Yogya Kembali. Terjadinya
peningkatan udara ambient selain di
pengaruhi kerapatan dan banyaknya
vegetasi juga sangat di pengaruhi
oleh faktor pengguna kendaraan
bermotor, hal ini di buktikan pada
saat pengambilan sampel di lakukan
pada jam 12.00-13.00.
Di kawasan Ruang Terbuka
Hijau Monumen Yogya Kembali
terdapat beberapa jenis vegetasi
pohon meskipun mempunyai
berbagai diversitas jenis tinggi, tetapi
pada siang hari terutam jam 12.00-
13.00 kondisi suhu mencapai ± 32°C
menyebabkan kawasan ini jauh dari
kata kenyamanan padahal idealnya
suhu di suatu lingkungan di katakan
nyaman berkisar antara 21°C − 25°C,
untuk itu tujuan dari penelitian di
kawasan ini yaitu pertama melihat
adanya perubahan suhu udara,
kelembapan udara, kebisingan,
karbonmonoksida pada variasi jenis
dan kerapatan vegetasi. Kedua
mengkaji kecenderungan
kemyamanan lingkungan. Ketiga
dari hasil penelitian tersebut
kemudian di buat suatu model
pengembangan hutan kota di
kawasan ini.
Metode pengambilan sampel
secara purposive sampling dengan
analis yang di gunakan yaitu secara
dekskriptif. Pengukuran parameter
udara ambient pada kerapatan di
lakukan di tiga lokasi yakni
kerapatan rendah, kerapatan sedang,
kerapatan tinggi.
Berdasarkan hasil perhitungan
indeks kenyamanan (THI) diketahui
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.12/NO.2/Oktober 2012 Page 11
bahwa nilai THI terendah pada jam
12.00 − 13.00 terdapat di kerapatan
tinggi hal ini sesuai dengan pendapat
responden yang merasa nyaman di
lokasi tersebut artinya hutan kota
yang tersusun dari banyak strata
mampu menciptakan kenyamanan
lingkungan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan
penelitian, hipotesis serta hasil dan
pembahasan pada bab sebelumnya
mengenai Ruang Terbuka Hijau
Monumen Yogya Kembali dapat di
simpulkan bahwa terdapat perbedaan
kondisi udara ambient di ketiga
lokasi kerapatan relatif kecil pada
pagi dan sore hari, sementara pada
siang hari mengalami peningkatan
yang cukup besar pada hampir
seluruh parameter. Terdapat
kecenderungan kenyamanan
lingkungan di lokasi dengan tingkat
kerapatan pohon yang tinggi. Hal ini
di dasarkan pada hasil indeks
kenyamanan lingkungan pada jam
12.00-13.00. bahwa, di lokasi
kerapatan jarang mempunyai nilai
THI yang rendah. Sementara
berdasarkan hasil wawancara dengan
responden di tiga lokasi kerapatan
diketahui bahwa mayoritas
responden merasa tidak nyaman di
lokasi dengan kerapatan rendah,
sedangkan di lokasi kerapatan
sedang sebagian responden merasa
nyaman sedangkan sebagiannya
merasa tidak nyaman, untuk lokasi
dengan kerapatan tinggi mayoritas
responden merasa nyaman hal ini di
karenakan ada pengaruh keberadaan
vegetasi pohon di Ruang Terbuka
Hijau Monumen Yogya Kembali
dilihat dengan perbedaan udara
ambien pada tiga lokasi kerapatan.
Peningkatan udara ambien di
pengaruhi kerapatan dan banyaknya
vegetasi.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian
ini maka terdapat beberapa saran
sebagai berikut :
1. Begitu pentingnya ruang terbuka
hijau, maka Ruang Terbuka
Hijau yang sudah ada di
Monumen Yogya Kembali perlu
di sempurnakan lagi agar dapat
di tingkatkan fungsinya dengan
menanam jenis vegetasi,
tentunya dengan memperhatikan
aspek estetikanya.
2. Perlu adanya penelitian lanjutan
mengenai Ruang Terbuka Hijau
terutama mengenai kemampuan
jenis-jenis vegetasi sebagai
fungsi ekologis dan estetis
dalam mengendalikan udara
ambien yaitu dengan ketahanan
terhadap jenis polutan udara,
memiliki kemampuan dalam
mengurangi pencemar, berdaun
sepanjang tahun, tajuk rapat,
berdaun banyak, dan penanaman
yang dikombinasikan dengan
semak dan perdu di Monumen
Yogya Kembali.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Sitanala (1989),
Konservasi Tanah dan Air.
Bogor : IPB.
Branch, M.C. (1995),
Perencanaan Kota
Komprehensif, Pengantar
& Penjelasan,
(Diterjemahkan Oleh
Bambang Hari Wibisono),
Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.12/NO.2/Oktober 2012 Page 12
Dahlan, E,N, 1991. Beberapa
Konsep Pemikiran
Program Pembangunan
Pengembangan dan
Penelitian Hutan
Perkotaan Di Indonesia.
Majalah Kehutanan
Indonesia No.41, Jakarta
Departemen Dalam Negeri,
Instruksi Menteri Dalam
Negeri No.14 Tahun 1998.
Tentang Penataan Ruang
Terbuka Hijau Di Wilayah
Perkotaan
Departemen Dalam Negeri,
Peraturan Pemerintah No.1
Tahun 2007 Tentang
Penataan Ruang Terbuka
Hijau Kawasan Perkotaan
Departemen Pekerjaan Umum
Direktorat Jenderal Bina
Marga (1996) Tentang
Pedoman Pengelolaan
Lingkungan Hidup Bidang
Jalan
Djaiz, E.D., dan H. Novian.
2000. Sebaran hutan kota
Kodya Bogor berdasarkan
data Landsat-TM. Warta
Lapan 30: 32-41
Echols dan Shadily, 2000.
Evaluasi,
http:/repository.usu.ac.id
Fardiaz, S., 1992. Mikrobiologi
Pangan I. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Fukuara, Y, 1986. Hutan Kota
Peranan dan
Permasalahannya. Jurusan
Manajemen Fakultas
Kehutanan IPB, Bogor.
Fandeli, C, Kaharuddin, dan
Mukhlison, 2004.
Perhutanan Kota. Fakultas
Kehutanan UGM,
Yogyakarta.
Fandeli, C, Muhammad, 2009.
Prinsip-prinsip Dasar
Mengkonservasi Lanskap.
Gajah Mada University
Press, Yogyakarta.
Gay, L.R. dan Diehl, P.L. (1992),
Research Methods for
Business and.
Management, MacMillan
Publishing Company, New
York
Grey, G.W, dan F.J.
Deneke, 1978. Urban
Forestry. John Willey And
Sons Inc, New York
Hakim dan Utomo. 2004.
Komponen Perancangan
Arsitektur Lansekap.
Jakarta : Bumi Aksara.
Irwan, D.Z, 1994. Tantangan
Lingkungan dan Lansekap
Hutan Kota. Bina Aksara,
Jakarta
Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup
No.Kep-
48/MENLH/11/1996
Tentang Baku Tingkat
Kebisingan
Laurie, M.1986. Pengantar
Kepada Arsitektur
Pertamanan. Intermatra.
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.12/NO.2/Oktober 2012 Page 13
Bandung 136p
(Terjemahan)
Odum, E.P, 1983. Basic Ecology.
London. Saunders
Company
Odum, E.P, 1959. Fundamental
Of Ecology. W.B. London.
Saunders Company
Sangkertadi, 2013. Kenyamanan
Termis di Ruang Luar
Beriklim Tropis Lembab.
Alfabeta, Jakarta
Simonds, J.O 1978. A Manual of
Enviromental Planning.
New York, Toronto,
London. McGraw-Hill
Book Company Inc.
Vitasari, Diana. 2004. Evaluasi
Tata Hijau Jalan pada Tiga
Jalan Kawasan
Pemukiman Besar di
Kabupaten Bogor, Jawa
Barat [Skripsi].
Departemen Budidaya
Pertanian, Fakultas
Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.Wardana,
Wisnu. 2001. Dampak
pencemaran lingkungan.
Yogyakarta. Penerbit
Andi.