evaluasi karakter morfologi dan agronomi di desa …digilib.unila.ac.id/27980/3/skripsi tanpa bab...

53
EVALUASI KARAKTER MORFOLOGI DAN AGRONOMI 20 KLON UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) DI DESA MUARA PUTIH NATAR LAMPUNG SELATAN (Skripsi) Oleh Handika Pratama FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017

Upload: others

Post on 29-Jan-2020

25 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

EVALUASI KARAKTER MORFOLOGI DAN AGRONOMI20 KLON UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz)

DI DESA MUARA PUTIH NATAR LAMPUNG SELATAN

(Skripsi)

OlehHandika Pratama

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2017

Handika Pratama

ABSTRAK

EVALUASI KARAKTER MORFOLOGI DAN AGRONOMI20 KLON UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz)

DI DESA MUARA PUTIH NATAR LAMPUNG SELATAN

Oleh

HANDIKA PRATAMA

Pemuliaan tanaman merupakan salah satu cara meningkatkan produksi dan

produktivitas tanaman. Klon-klon baru yang dirakit diharapkan berdaya hasil

tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi keunggulan 18 klon ubi kayu

dengan cara dibandingkan dengan varietas standar dan membuat deskripsi 20 klon

yang diuji. Varietas standar yang digunakan sebagai pembanding adalah UJ 3 dan

UJ 5. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Laboratorium Lapang Terpadu

Universitas Lampung di Desa Muara Putih, Kecamatan Natar, Kabupaten

Lampung Selatan mulai bulan Januari sampai November 2015. Rancangan

percobaan yang digunakan adalah rancangan kelompok teracak sempurna

(RKTS), yang terdiri atas dua ulangan. Data dianalisis ragam yang dilanjutkan uji

Waller - Duncan pada taraf nyata 5%. Hasil penelitian menunjukkan adanya

keragaman warna daun pucuk, daun, tangkai atas, tangkai bawah, batang, korteks

batang, bentuk ubi, kulit luar ubi, korteks ubi, dan daging ubi. Tingkat keragaman

tinggi ditunjukkan oleh variabel bobot brangkasan, indeks panen, jumlah lobus

daun, jumlah tingkat percabangan, lebar lobus daun, panjang lobus daun, dan

Handika Pratama

panjang tangkai daun. Klon-klon yang lebih unggul dari varietas UJ 3 dan UJ 5

yang ditunjukkan oleh variabel bobot ubi per tanaman, jumlah ubi per tanaman,

rendemen pati, dan indeks panen yaitu Malang 6-101, Bendo-3, UJ 3-13, Bayam

Liwa 100, SL 109, SL 34, Bayam Liwa 14, SL 73, Bayam Liwa 9, CMM 25-27-

143, TB 78, dan SL 62.

Kata kunci: keragaman, karakter agronomi, klon unggul, ubi kayu

EVALUASI KARAKTER MORFOLOGI DAN AGRONOMI20 KLON UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz)

DI DESA MUARA PUTIH NATAR LAMPUNG SELATAN

Oleh

Handika Pratama

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan AgroteknologiFakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2017

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagiMaha Penyayang

Bersama dengan rahmat-Nya

Kupersembahkan karya ini untuk orang tuaku besertakeluarga besar yang selalu mengasihi

Berikut pula rekan, teman, sahabat, saudara sekaliguskeluarga pada setiap fase kehidupanku

Serta almamater yang kubanggakan

Semoga karya ini bermanfaat

“Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan,

maka apabila telah mengerjakan (suatu urusan),

tetaplah bekerja keras untuk urusan yang lain.

dan kepada Tuhan Mu kamu berharap”.(QS. Al Insyirah 95 : 6-8)

“Orang yang tidur tidak akan tahu kalau dirinya

sedang bermimpi, kecuali setelah bangun.

Begitu juga orang yang lalai akan akhirat,

tidak akan tahu kalau dirinya sedang menyia-nyiakanamal akhirat,

kecuali setelah datangnya kematian.

Ya Allah jangan jadikan kami orang-orang lalai”.(Handika Pratama)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Menggala, Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung

pada tanggal 08 Desember 1991 sebagai anak ke-8 dari pasangan Bapak Nimbang

Nawawi dan Ibu Rohma Hasan. Penulis mengawali pendidikan formal di Sekolah

Dasar (SD) Negeri 3 Perumnas Way Halim, Bandar Lampung pada tahun 1998 –

2004; Sekolah Menengah Pertama (SMP) Gajah Mada, Bandar Lampung pada

tahun 2004 – 2007; Sekolah Menengah Atas (SMA) Al – Azhar 3, Bandar

Lampung pada tahun 2007 – 2010; dan pada tahun 2012 penulis terdaftar sebagai

mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Program Studi

Agroteknologi melalui jalur Ujian Mandiri Lokal (UML) pada tahun 2012.

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten dosen praktikum mata

kuliah Fisiologi Tumbuhan (2015). Penulis juga aktif dalam kegiatan akademik

dan organisasi. Penulis pernah terdaftar sebagai anggota muda di Perhimpunan

Mahasiswa Agroteknologi (PERMA AGT) dan anggota bidang Humas di Unit

Kegiatan Mahasiswa Forum Studi Islam Fakultas Pertanian (FOSI FP) pada tahun

ajaran 2013/ 2014.

Pada bulan Januari – Februari 2015, penulis melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja

Nyata (KKN) Tematik Universitas Lampung di Desa Sukadana, Kecamatan Buay

Bahuga, Kabupaten Way Kanan, Lampung. Kemudian pada bulan Juli – Agustus

2015, penulis melaksanakan kegiatan Praktik Umum (PU) di Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian (BPTP) Kebun Percobaan Tegineneng, Kabupaten Lampung

Selatan, Lampung.

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

nikmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis

menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Setyo Dwi Utomo, M.Sc., selaku Pembimbing Utama

yang telah membimbing, memberikan ilmu, saran, motivasi, semangat, dan

arahan dalam melakukan penelitian ini serta nasihat dalam banyak hal.

2. Bapak Dr. Ir. Erwin Yuliadi, M.Sc., selaku Pembimbing Kedua yang telah

memberikan ilmu, saran, motivasi dan bimbingan dalam penelitian ini.

3. Bapak Ir. Sunyoto, M.Agr., selaku Penguji bukan Pembimbing atas saran,

kritik, ilmu, dan bimbingan dalam penelitian ini.

4. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian,

Universitas Lampung.

5. Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

6. Bapak Ir. Joko Prasetyo, M.P., selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis

yang senantiasa memberikan bimbingan selama masa perkuliahan.

7. Keluarga penulis, Alm. Ibu, Alm. Ayah, dan Kakak-kakakku tercinta, serta

seluruh keluarga besarku atas perhatian, doa, dukungan, keceriaan dan kasih

sayangnya yang tulus di sepanjang hidup penulis.

8. Sahabat-sahabat penulis, Herlita Sari, S.P., Lutfiana Cahyani, S.P., Lesty

Mantia Sari, S.P., Ahmad Hidayat, S.P., Eldineri Zulkarnain, S.P.,

Herlambang, S.P., Dhodi Tri Pamungkas S.P., dan Hafiz Baihaqi S.P., serta

teman-teman Agroteknologi 2012 yang tidak bisa penulis sebutkan satu per

satu, atas dukungan, persahabatan, dan kebersamaannya selama ini.

9. Rekan-rekan penelitian penulis, Agung Sukmawan S.P., Edi Susilo S.P., dan

Cecep Hidayat atas kerjasama, bantuan, dan motivasi sehingga penelitian dan

penulisan skripsi ini berjalan dengan lancar.

10. Seluruh dosen dan karyawan/ti Jurusan Agroteknologi yang telah

memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menempuh pendidikan

di Universitas Lampung.

11. Almamaterku tercinta Universitas Lampung

12. Serta seluruh orang-orang baik yang ada di dekat penulis yang tidak dapat

disebutkan satu per satu. Semoga Allah senantiasa menjaga kalian dengan

penjagaan terbaik-Nya.

Penulis berharap semoga Allah SWT senantiasa membalas kebaikan mereka

semua dan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Aamiin.

Bandar Lampung, Agustus 2017

Penulis

Handika Pratama

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ............................................................................................ i

DAFTAR TABEL ……………………………………………………… iii

DAFTAR GAMBAR …………………………………………................ vii

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ......................................................................... 11.2 Tujuan Penelitian ........................................................................ 41.3 Kerangka Pemikiran .................................................................. 41.4 Hipotesis .................................................................................... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Tanaman Ubi kayu ................................................... 72.2 Morfologi Tanaman Ubi kayu .................................................... 72.3 Syarat Tumbuh .................................................................................. 82.4 Masalah dan Tujuan Pemuliaan Ubi kayu ........................................ 92.5 Manfaat Ubi kayu ............................................................................ 102.6 Seleksi dan Uji Daya Hasil ............................................................. 112.7 Tahap-tahap Perakitan Varietas/ Klon Unggul Ubi kayu ................. 12

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 143.2 Alat dan Bahan .................................................................................. 143.3 Metode Penelitian ............................................................................. 143.4 Deskripsi Klon-klon Ubi kayu yang diuji ......................................... 163.5 Pelaksanaan Penelitian ...................................................................... 19

3.5.1 Pengolahan Lahan ............................................................... 193.5.2 Penanaman ........................................................................... 193.5.3 Pemeliharaan ........................................................................ 19

3.6 Variabel Pengamatan ........................................................................ 20

ii

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil ................................................................................................... 294.1.1 Status Kesuburan Tanah ........................................................ 294.1.2 Karakter Kualitatif Klon-klon Ubi kayu ............................... 304.1.3 Karakter Kuantitatif Klon-klon Ubi kayu ............................. 424.1.4 Penyusunan Klon-klon Unggul Ubi kayu ............................. 514.1.5 Deskripsi Klon-klon Unggul Ubi kayu ................................ 53

4.2 Pembahasan ....................................................................................... 60

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 675.2 Saran .................................................................................................. 67

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRANTabel ............................................................................................................72

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Identitas 20 Klon Ubi kayu yang Diuji ............................................. 16

2. Deskripsi Ubi kayu Klon UJ 3 .......................................................... 17

3. Deskripsi Ubi kayu Klon UJ 5 .......................................................... 18

4. Hasil Analisis Kimia Tanah Sebelum Penanaman ........................... 30

5. Warna Daun Pucuk ............................................................................ 31

6. Warna Daun ...................................................................................... 32

7. Warna Tangkai Atas ........................................................................ 33

8. Warna Tangkai Bawah ..................................................................... 34

9. Warna Batang ................................................................................... 35

10. Warna Korteks Batang ...................................................................... 36

11. Warna Korteks Ubi ........................................................................... 37

12. Warna Kulit Ubi ............................................................................... 38

13. Warna Daging Ubi ............................................................................ 39

14. Bentuk Ubi ........................................................................................ 40

15. Tingkat Kesulitan Kupasan Kulit ..................................................... 41

16. Tekstur Kulit ..................................................................................... 42

17. Rekapitulasi Analisis Ragam Variabel Kuantitatif yang Diamati ..... 43.18. Pengaruh Klon terhadap Bobot Brangkasan dan Bobot Ubi ............. 44

iv

19. Pengaruh Klon terhadap Diameter Batang, Diameter Penyebaran Ubi,dan Indeks Panen .............................................................................. 45

20. Pengaruh Klon terhadap Jumlah Lobus Daun dan Jumlah TingkatPercabangan ...................................................................................... 47

21. Pengaruh Klon terhadap Jumlah Ubi, Rendemen Pati, dan Lebar LobusDaun .................................................................................................. 48

22. Pengaruh Klon terhadap Panjang Lobus Daun, Panjang Tangkai Daun,dan Tinggi Tanaman ......................................................................... 50

23. Penyusunan 5 Klon Tertinggi Variabel Bobot Ubi dan Jumlah Ubi .... 51

24. Penyusunan 5 Klon Tertinggi Variabel Rendemen Pati dan IndeksPanen.................................................................................................. 51

25. Rekapitulasi 12 Klon Tertinggi Berdasarkan Variabel Bobot Ubi,Jumlah Ubi, Rendemen Pati, dan Indeks Panen ................................. 52

26. Deskripsi Klon Malang 6-101 dan Bendo-3 ..................................... 53

27. Deskripsi Klon UJ 3-13 dan Bayam Liwa 100 ................................. 54

28. Deskripsi Klon SL 109 dan SL 34 .................................................... 55

29. Deskripsi Klon Bayam Liwa 14 dan SL 73 ...................................... 56

30. Deskripsi Klon Bayam Liwa 9 dan CMM 25-27-143 ...................... 57

31. Deskripsi Klon TB 78 dan SL 62 ..................................................... 58

32. Deskripsi Klon UJ 3 dan UJ 5 .......................................................... 59

33. Bobot Brangkasan Klon-klon Ubi kayu. .......................................... 70

34. Bobot Brangkasan Klon-klon Ubi kayu Transformasi (√x+0,5) ....... 71

35. Analisis Ragam Bobot Brangkasan ................................................... 72

36. Bobot Ubi Klon-klon Ubi kayu ........................................................ 73

37. Bobot Ubi Klon-klon Ubi kayu Transformasi 1 (√x+0,5) ................ 74

38. Bobot Ubi Klon-klon Ubi kayu Transformasi 2 (√x+0,5) ................ 75

39. Analisis Ragam Bobot Ubi ............................................................... 76

v

40. Diameter Batang Klon-klon Ubi kayu .............................................. 77

41. Analisis Ragam Diameter Batang ..................................................... 78

42. Diameter Penyebaran Ubi Klon-klon Ubi kayu ................................ 79

43. Diameter Penyebaran Ubi Klon-klon Ubi kayu

Transformasi (√x+0,5) ...................................................................... 80

44. Analisis Ragam Diameter Penyebaran Ubi ....................................... 81

45. Indeks Panen Klon-klon Ubi kayu .................................................... 82

46. Analisis Ragam Indeks Panen .......................................................... 83

47. Jumlah Lobus Daun Klon-klon Ubi kayu ......................................... 84

48. Analisis Ragam Jumlah Lobus Daun ................................................ 85

49. Jumlah Tingkat Percabangan Klon-klon Ubi kayu ........................... 86

50. Jumlah Tingkat Percabangan Klon-klon Ubi kayu

Transformasi 1 (√x+0,5) ................................................................... 87

51. Jumlah Tingkat Percabangan Klon-klon Ubi kayu

Transformasi 2 (√x+0,5) ................................................................... 88

52. Analisis Ragam Jumlah Tingkat Percabangan ................................. 89

53. Jumlah Ubi Klon-klon Ubi kayu. ...................................................... 90

54. Jumlah Ubi Klon-klon Ubi kayu Transformasi (√x+0,5) ................. 91

55. Analisis Ragam Jumlah Ubi ............................................................. 92

56. Rendemen Pati Klon-klon Ubi kayu ................................................. 93

57. Rendemen Pati Klon-klon Ubi kayu Transformasi (√x+0,5) ........... 94

58. Analisis Ragam Rendemen Pati......................................................... 95

59. Lebar Lobus Daun Klon-klon Ubi kayu ........................................... 96

60. Analisis Ragam Lebar Lobus Daun .................................................. 97

vi

61. Panjang Lobus Daun Klon-klon Ubi kayu ....................................... 98

62. Analisis Ragam Panjang Lobus Daun .............................................. 99

63. Panjang Tangkai Daun Klon-klon Ubi kayu .................................. 100

64. Analisis Ragam Panjang Tangkai Daun .......................................... 101

65. Tinggi Tanaman Klon-klon Ubi kayu ............................................. 102

66. Tinggi Tanaman Klon-klon Ubi kayu Transformasi (√x+0,5) ....... 103

67. Analisis Ragam Tinggi Tanaman .................................................... 104

68. Deskripsi Klon Bayam Liwa 9 dan Bayam Liwa 14 ...................... 105

69. Deskripsi Klon Bayam Liwa 29 dan Bayam Liwa 100 .................. 106

70. Deskripsi Klon Bendo-3 dan CMM 25-27-143............................... 107

71. Deskripsi Klon Malang 6-101 dan Randu ....................................... 108

72. Deskripsi Klon SL 34 dan SL 39..................................................... 109

73. Deskripsi Klon SL 51 dan SL 62..................................................... 110

74. Deskripsi Klon SL 73 dan SL 87..................................................... 111

75. Deskripsi Klon SL 106 dan SL 109................................................. 112

76. Deskripsi Klon TB 78 dan UJ 3....................................................... 113

77. Deskripsi Klon UJ 3-13 dan UJ 5.................................................... 114

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Skema Perakitan Varietas Unggul Ubi kayu .................................... 13

2. Tata Letak Percobaan ....................................................................... 15

3. Warna Pucuk Daun ........................................................................... 20

4. Warna Daun ...................................................................................... 21

5. Warna Tangkai Daun ........................................................................ 22

6. Warna Batang ................................................................................... 22

7. Warna Korteks Batang....................................................................... 23

8. Panjang Tangai Daun ........................................................................ 23

9. Panjang Lobus Daun ......................................................................... 24

10. Lebar Lobus Daun ............................................................................ 24

11. Jumlah Lobus Daun ........................................................................... 24

12. Bentuk Ubi ........................................................................................ 25

13. Warna Kulit Ubi ............................................................................... 26

14. Warna Korteks Ubi............................................................................ 26

15. Tekstur Kulit Ubi .............................................................................. 27

16. Warna Daging Ubi............................................................................. 27

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ubi kayu (Manihot esculenta) merupakan salah satu tanaman pangan daerah

tropis yang dapat tumbuh di Indonesia sepanjang tahun. Di Indonesia, ubi kayu

merupakan sumber pangan nomor tiga setelah padi dan jagung. Ubi kayu dapat

memberikan hasil tinggi dan memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap

pengaruh lingkungan, sehingga ubi kayu memiliki potensi untuk dikembangkan

khususnya di Indonesia (Purwono dan Heni, 2009). Menurut Soetanto (2008),

ubi kayu merupakan tanaman pangan non-beras yang memiliki kandungan gizi

yang baik. Kandungan karbohidrat dan protein ubi kayu berturut-turut 34,7 dan

1,2 gram per 100 gram bobot ubi.

Ubi kayu dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri, pakan ternak, dan

bioethanol. Sebagian besar bagian tanaman ubi kayu memberikan manfaat,

seperti daun ubi kayu dapat dijadikan pakan ternak dan sayur, batang yang

dijadikan pagar dan bahan tanam selanjutnya, biji yang dijadikan minyak, dan ubi

yang dapat diolah menjadi tepung tapioka, gaplek, dan bioetanol melalui proses

fermentasi, atau pun olahan langsung seperti keripik singkong. Dengan manfaat

yang begitu banyak, hal tersebut mendorong Indonesia untuk meningkatkan

produksi dan produktivitas ubi kayu (Sholihin, 2009).

2Pada umumnya ubi kayu merupakan komoditas tanaman pangan potensial yang

dibudidayakan secara luas di Indonesia, khususnya pada Provinsi Lampung. Luas

areal panen ubi kayu di Indonesia pada tahun 2014 seluas 1.003.494 ha dengan

produktivitas 233 kwintal/ ha dan produksi 23.436.384 ton. Lampung merupakan

provinsi penghasil ubi kayu terbesar di Indonesia dengan produksi 8.034.016 ton

dan luas areal 372.858 ha pada tahun 2014, diikuti Jawa Tengah dengan produksi

3.977.810 ton dan luas areal 152.595 ha, Jawa timur dengan produksi 3.635.454

ton dan luas areal 158.963 ha, Jawa Barat dengan produksi 2.250.024 ton dan luas

areal 96.718 ha, Sumatera Utara dengan produksi 1.383.346 ton dan luas areal

43.134 ha, Daerah Istimewa Yogyakarta dengan produksi 880.860 ton dan luas

areal 56.151 ha, dan Sulawesi Selatan dengan produksi 375.390 ton dan luas areal

19.312 ha (Badan Pusat Statistik, 2015).

Permintaan ubi kayu terus meningkat setiap tahun, sedangkan produksi dan

produktivitas ubi kayu belum mampu memenuhi kebutuhan ubi kayu tersebut.

Permasalahan utama dalam produksi ubi kayu di Indonesia adalah produktivitas

yang masih rendah. Menurut Prihandana (2007), rendahnya produktivitas

disebabkan oleh (1) para petani belum menggunakan varietas unggul baru (VUB).

(2) kualitas bibit tidak optimal karena disimpan selama 2 - 3 bulan, (3) dosis

rekomendasi pupuk belum diterapkan, (4) panen tidak tepat waktu karena para

petani menanam serempak pada awal musim hujan, (5) promosi dan diseminasi

yang kurang optimal dan (6) minat petani yang rendah karena fluktuasi harga.

Oleh karena itu, peningkatan produktivitas ubi kayu masih sangat perlu dilakukan.

3Pemuliaan tanaman merupakan salah satu cara yang dapat digunakan dalam

meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman. Pemuliaan ini dimaksudkan

untuk merakit keragaman genetik populasi tanaman agar menjadi lebih baik atau

lebih unggul dari sebelumnya. Perakitan klon-klon baru diharapkan berdaya hasil

tinggi.

Sesuai dengan pola ilmiah pokok Universitas Lampung yaitu Pengelolaan Lahan

Kering Berbasis Kearifan Lokal, ubi kayu merupakan komoditas strategis dan

sangat penting di Provinsi Lampung, maka pemuliaan ubi kayu di Unila terus

dilakukan dan dikembangkan. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan

perakitan varietas unggul baru. Untuk menghasilkan varietas ubi kayu yang

unggul, maka dilakukan serangkaian kegiatan penelitian. Varietas unggul yang

dihasilkan diharapkan dapat memiliki produksi dan produktivitas yang tinggi yang

mampu beradaptasi dengan berbagai lingkungan dan memenuhi kebutuhan

terhadap ubi kayu.

Berdasarkan latar belakang dan masalah yang telah diuraikan, maka disusun

perumusan masalah yaitu:

1. Apakah terdapat perbedaan karakter morfologi dan agronomi pada 20 klon

ubi kayu (Manihot esculenta Crantz)?

2. Apakah terdapat klon-klon unggul dari 18 klon ubi kayu (Manihot

esculenta Crantz), jika dibandingkan dengan klon standar UJ 3 dan UJ 5?

41.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Membuat deskripsi 20 klon ubi kayu (Manihot esculenta Crantz).

2. Mengevaluasi keunggulan 18 klon ubi kayu (Manihot esculenta Crantz)

yang diuji dengan cara dibandingkan dengan klon standar UJ 3 dan UJ 5.

1.3 Kerangka Pemikiran

Permintaan ubi kayu terus meningkat setiap tahun, sedangkan produksi dan

produktivitas ubi kayu belum mampu memenuhi permintaaan akan kebutuhan

ubi kayu tersebut. Hal ini dikarenakan luas areal tanam ubi kayu terus mengalami

penurunan dan penggunaan klon unggul oleh masyarakat yang masih sedikit.

Oleh karena itu, untuk meningkatkan produktivitas salah satunya dapat dilakukan

dengan cara uji daya hasil serta evaluasi karakter morfologi dan agronomi klon

dalam perakitan varietas unggul.

Penggunaan klon dengan produksi yang rendah mengakibatkan budidaya tanaman

menjadi kurang baik, sehingga perlu adanya klon-klon unggul yang berpotensi

menghasilkan produksi dan produktivitas tinggi. Seleksi merupakan prosedur

pemuliaan tanaman yang paling tua dan merupakan dasar untuk perbaikan

tanaman. Seleksi dapat berlangsung apabila terdapat keragaman yang luas dalam

suatu populasi (Baihaki, 2000).

5Dalam pemuliaan tanaman, penilaian secara visual atau pun dengan pengukuran

semuanya didasarkan atas apa yang diamati. Proses mengenali karakter-karakter

pada tanaman disebut karakterisasi. Adapun macam karakter yang diamati dalam

karakterisasi yaitu karakter kualitatif dan kuantitatif. Kegiatan karakterisasi

dalam pemuliaan tanaman adalah untuk mengetahui karakter-karakter penting

yang merupakan penciri dari suatu klon atau varietas. Perwujudan yang tampak

disebut fenotipe yang merupakan penampilan suatu genotipe tertentu pada suatu

lingkungan tertentu di tempat mereka tumbuh (Mangoendidjojo, 2003).

Faktor genetik yang menentukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah

penggunaan klon unggul. Klon unggul dihasilkan melalui perakitan oleh pemulia

tanaman. Keberhasilan dalam program pemuliaan ditentukan oleh keragaman

latar belakang genetik. Perbaikan genotipe tanaman tergantung pada tersedianya

populasi yang individunya memiliki susunan genetik yang berbeda. Dengan

mengevaluasi beberapa sifat pertumbuhan dan hasil, keragaman genetik suatu

populasi dapat diketahui (Zuraida, 2008).

Tahap-tahap perakitan varietas unggul ubi kayu secara garis besar mencakup

tahap perluasan keragaman genetik populasi, seleksi, dan uji daya hasil

pendahuluan serta uji daya hasil lanjutan. Klon unggul ubi kayu pada umumnya

diperbanyak secara vegetatif menggunakan stek. Klon-klon ubi kayu secara

genetik bersifat heterozigot, karena sebagian besar tanaman menyerbuk silang dan

seleksi dilakukan pada generasi F1 (Ceballos et al., 2007).

6Penelitian ini berada pada posisi tahap uji daya hasil pendahuluan serta evaluasi

karakter morfologi dan agronomi klon. Klon-klon yang telah diuji daya hasilnya,

kemudian dibandingkan dengan varietas yang umum digunakan di suatu daerah

yaitu UJ 3 dan UJ 5. Pengujian daya hasil dilakukan agar diketahui karakter

morfologi dan agronomi dari setiap klon dan juga keunggulan yang menjadi

faktor pembanding dalam pengujian klon terhadap varietas standar. Jika hasil

pengujian klon-klon yang diuji terbukti memiliki penampilan yang lebih baik

dibandingkan dengan varietas standar, maka klon tersebut sangat berpotensi untuk

dilepas sebagai varietas unggul baru.

1.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, dapat diajukan

hipotesis bahwa:

1. Terdapat perbedaan karakter morfologi dan agronomi pada 20 klon

ubi kayu (Manihot esculenta Crantz).

2. Terdapat klon-klon ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) yang lebih

unggul dibandingkan dengan klon standar UJ 3 dan UJ 5 di Desa Muara

Putih, Kecamatan Natar, Lampung Selatan.

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Tanaman Ubi kayu

Klasifikasi ilmiah Tanaman Ubi kayu

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Malpighiales

Famili : Euphorbiaceae

Subfamili : Crotonoideae

Bangsa : Manihoteae

Genus : Manihot

Spesies : Manihot esculenta Crantz

2.2 Morfologi Tanaman Ubi kayu

Berdasarkan morfologinya batang tanaman ubi kayu berkayu, beruas-ruas, dan

panjang, yang ketinggiannya dapat mencapai 3 meter atau lebih. Warna batang

bervariasi tergantung kulit luar, namun batang yang masih muda pada umumnya

berwarna hijau dan setelah tua berubah menjadi keputih-putihan, kelabu, hijau

kelabu, atau coklat kelabu. Empulur berwarna putih, lunak, dan strukturnya

lunak seperti gabus (Rukmana, 2000).

8

Tanaman ubi kayu bunganya berumah satu dan proses penyerbukannya bersifat

silang. Penyerbukan menghasilkan buah yang bentuknya agak bulat, di dalamnya

berisi 3 butir biji. Bunga jantan mempunyai 10 buah benang sari yang tersusun

dalam 2 lingkaran, yang masing-masing berisi 5 benang sari. Penyerbukan sendiri

secara alamiah terjadi jika bunga jantan dan betina dari tangkai bunga berbeda

(dalam satu tanaman) membuka bersamaan (Jennings dan Iglesias, 2002). Daun

ubi kayu mempunyai susunan berurat menjari dengan 5 – 9 lobus.

Ubi yang terbentuk merupakan akar yang berubah bentuk dan fungsinya sebagai

tempat penyimpanan makanan cadangan. Bentuk ubi biasanya bulat memanjang,

daging ubi mengandung zat pati, berwarna putih gelap atau kuning gelap dan tiap

tanaman dapat menghasilkan 5 – 10 ubi (Rukmana, 2000).

2.3 Syarat Tumbuh

Ubi kayu dapat tumbuh di berbagai jenis tanah. Sebagian besar pertanaman

ubi kayu terdapat di daerah dengan jenis tanah Aluvial, Latosol, Podsolik dan

sebagian kecil terdapat di daerah dengan jenis tanah Mediteran, Grumusol, dan

Andosol. Tingkat kemasaman tanah (pH) untuk tanaman ubi kayu minimum 5.

Tanaman ubi kayu memerlukan struktur tanah yang gembur untuk pembentukan

dan perkembangan ubi. Pada tanah yang berat, perlu ditambahkan pupuk organik

(Wargiono, 1979 dalam Prihandana et al., 2007).

Tanaman ubi kayu menghendaki suhu antara 180 – 35

0 C. Pada suhu di bawah

100 C pertumbuhan tanaman ubi kayu akan terhambat. Untuk berproduksi secara

maksimum tanaman ubi kayu membutuhkan kondisi tertentu, yaitu pada dataran

9

rendah tropis dengan ketinggian 150 m di atas permukaan laut (dpl), dengan suhu

rata-rata antara 250 C – 27

0 C, namun beberapa varietas dapat tumbuh pada

ketinggian di atas 1.500 m dpl. Kelembaban udara yang dibutuhkan ubi kayu

adalah 65%. Wilayah pengembangan ubi kayu berada pada 300 LU dan 30

0 LS

(Suharno et al., 1999 dalam Prihandana et al., 2007).

Curah hujan optimum untuk ubi kayu berkisar antara 760 – 1.015 mm per tahun,

namun tanaman ini juga dapat tumbuh pada curah hujan rendah (< 500 mm),

ataupun tinggi (5000 mm). Curah hujan terlalu tinggi mengakibatkan terjadinya

serangan jamur dan bakteri pada batang, daun, dan umbi apabila drainase kurang

baik (Prihandana et al, 2007).

2.4 Masalah dan Tujuan Pemuliaan Ubi kayu

Permasalahan utama dalam produksi ubi kayu di Indonesia adalah produktivitas

yang masih rendah. Dari segi teknis produksi, penyebab penting atas rendahnya

tingkat hasil ubi kayu di tingkat petani adalah terbatasnya penggunaan varietas

unggul yang berdaya hasil tinggi dan kurangnya penggunaan pupuk (Subandi

et al., 2006).

Upaya meningkatkan produktivitas tanaman ubi kayu memerlukan masukan

teknologi yang dapat meningkatkan hasil per tanaman. Teknologi yang

memungkinkan untuk diintroduksi dalam rangka meningkatkan hasil, salah

satunya adalah penggunaan klon-klon ubi kayu dengan kombinasi antarklon yang

mempunyai sumber besar yang dapat meningkatkan produktivitas tanaman

dengan menggunakan seleksi klon unggul dan perakitan varietas. Selain itu, cara

10

yang lain adalah seperti pemilihan tetua yang unggul, seleksi, dan pengujian daya

hasil. Akan tetapi, dalam melakukan proses kegiatan tersebut terdapat banyak

kendala yang menjadi masalah. Dengan kondisi demikian, perlu adanya masukan

teknologi baru untuk mengatasi masalah tersebut (Simatupang, 2012).

Tujuan pengujian adalah untuk memperoleh informasi produktivitas varietas atau

klon hasil seleksi pada lingkungan yang berbeda. Pengujian dilaksanakan pada

berbagai lokasi dan tahun. Dari hasil pengujian dapat dievaluasi daya adaptasi

suatu klon dan stabilitasnya. Daya adaptasi berkaitan dengan kemampuan klon

untuk menunjukkan potensi maksimalnya apabila persyaratan tumbuhnya

mendukung, sedangkan stabilitas berkaitan dengan kemampuan tanaman untuk

menunjukkan kestabilan hasilnya pada berbagai macam lingkungan

(Poespodarsono, 1992).

Seleksi dilakukan dengan baik untuk mendapatkan klon unggul yang memiliki

karakter vegetatif yang baik dan diharapkan memiliki potensi hasil yang baik.

Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian korelasi antarkarakter vegetatif dan

generatif untuk mengetahui karakter vegetatif apakah yang berpengaruh terhadap

hasil tanaman. Dengan pengujian korelasi antarkarakter vegetatif dan generatif

kekeliruan seleksi dapat diperkecil, sehingga seleksi dapat dilakukan dengan baik

dan benar (Putri, 2009).

2.5 Manfaat Ubi kayu

Ubi kayu dapat dimanfaatkan menjadi bahan pangan pokok setelah beras dan

jagung. Di berbagai tempat di Indonesia, tanaman ubi kayu dianggap sebagai

cadangan pangan. Daun ubi kayu berguna sebagai sayuran untuk dimasak.

11

Batang dapat digunakan sebagai pagar kebun dan kayu bakar untuk memasak

selain menjadi bahan tanam. Bahkan sekarang ubi kayu digunakan sebagai bahan

dasar pada industri makanan, pakan ternak, dan bahan baku pembuatan etanol

dengan produktivitas 2.000 – 7.000 liter etanol per hektar (Purwono dan Heni,

2009).

2.6 Seleksi dan Uji Daya Hasil

Seleksi adalah salah satu langkah dalam pemuliaan. Kekeliruan seleksi dapat

diperkecil melalui korelasi antarkarakter. Korelasi antarkarakter merupakan hal

yang sangat penting dalam pemuliaan tanaman, karena diperlukan seleksi dua atau

tiga karakter secara bersama-sama untuk memiliki bahan tanaman yang unggul.

Jika terdapat hubungan yang erat antarkarakter, maka pemilihan karakter tertentu

secara tidak langsung telah memiliki karakter lain yang diperlukan dalam usaha

memperoleh bahan tanaman unggul (Firmansyah, 2010).

Seleksi dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Seleksi dilakukan

dengan memilih tanaman yang memiliki indeks panen tinggi (Aina et al., 2007).

Menurut Poespodarsono (1992), dalam seleksi ubi kayu untuk memperoleh

produksi tinggi perlu diperhatikan faktor lingkungan, indeks luas daun, kepadatan

tanaman, ukuran daun, daya hidup daun, jumlah daun, percabangan, indeks panen,

dan jumlah ubi.

Uji daya hasil terdiri dari tiga tahap yaitu uji daya hasil pendahuluan (UDHP),

uji daya hasil lanjutan (UDHL), dan uji multilokasi (UM). Pada tahap UDHP,

jumlah galur yang dievaluasi sangat banyak. Galur yang terpilih dalam UDHP

12

akan diuji dalam UDHL. Pada tanaman kacang-kacangan, UDHL dilakukan

dengan mengevaluasi 15 – 30 galur selama dua musim di berbagai lokasi. Uji

multilokasi merupakan pengujian tahap akhir dari rangkaian kegiatan pemuliaan,

jumlah galur yang diuji lebih sedikit (10 – 15 galur) dan diuji pada lokasi dan

musim yang lebih banyak daripada UDHL (Utomo, 2009).

2.7 Tahap-tahap Perakitan Varietas/ Klon Unggul Ubi kayu

Pada umumnya proses kegiatan pemuliaan diawali dengan (1) usaha koleksi

plasma nutfah sebagai sumber keragaman, (2) identifikasi dan karakterisasi, (3)

induksi keragaman, misalnya melalui persilangan atau pun dengan transfer gen

yang diikuti dengan (4) proses seleksi, (5) pengujian dan evaluasi, (6) pelepasan,

distribusi, dan komersialisasi varietas (Carsono, 2008).

Tahap-tahap perakitan varietas unggul ubi kayu secara garis besar mencakup

tahap perluasan keragaman genetik populasi, seleksi, dan uji daya hasil

pendahuluan serta uji daya hasil lanjutan. Klon unggul ubi kayu pada umumnya

diperbanyak secara vegetatif menggunakan stek. Klon-klon ubi kayu secara

genetik bersifat heterozigot, karena sebagian besar tanaman menyerbuk silang dan

seleksi dilakukan pada generasi F1 (Ceballos et al., 2007).

Pada dasarnya, pemuliaan tanaman dapat dilakukan dengan (1) melakukan

pemilihan terhadap suatu populasi tanaman yang sudah ada, (2) melakukan

kombinasi sifat-sifat yang diinginkan (secara generatif dan vegetatif),

(3) penggandaan secara kromosom dan/ atau mutasi sebelum melakukan

pemilihan, dan (4) melalui rekayasa genetika (Mangoendidjojo, 2003).

13

Tahap evaluasi dalam rangka seleksi dilakukan setelah diperolehnya populasi

yang beragam, adapun modifikasi skema tahap-tahap pemuliaan ubi kayu oleh

Ceballos et al (2006) dalam seleksi untuk perakitan varietas unggul ubi kayu

tersaji pada Gambar 1 berikut ini.

Sumber: Ceballos et al., 2006

Gambar 1. Skema perakitan varietas unggul ubi kayu (Ceballos et al, 2006).

Berkaitan dengan hal tersebut saat ini upaya perbaikan varietas masih terus

dilakukan. Untuk memperoleh varietas ubi kayu unggul dilakukan serangkaian

penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan varietas dengan sifat-sifat yang

diinginkan, seperti umur genjah, potensi hasil tinggi, sesuai dengan selera

konsumen dan lain-lain (Balitkabi, 2012).

14

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lahan Laboratorium Lapang Terpadu Universitas

Lampung yang terletak di Desa Muara Putih, Kecamatan Natar, Kabupaten

Lampung Selatan mulai bulan Januari sampai November 2015.

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan adalah alat tulis, cangkul, jangka sorong, meteran,

mistar, tali rafia, spidol, plastik label, timbangan digital dan kamera digital.

Bahan-bahan yang digunakan adalah stek batang klon ubi kayu 20 klon (Tabel 1)

dengan panjang berkisar 20 – 25 cm dan diameter berkisar 2 – 3 cm.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan kelompok teracak sempurna (RKTS), yang

terdiri atas dua ulangan. Setiap ulangan terdiri atas 20 baris sebagai perlakuan,

tiap baris terdapat 10 tanaman sebagai satuan percobaan, kemudian dari 10 satuan

percobaan diambil 3 satuan percobaan sebagai sample (Gambar 1). Data yang

diperoleh dilakukan analisis ragam dengan menggunakan uji Waller – Duncan

pada taraf nyata 5 %.

15

P1

P2P1

P20P1

P1

I

P1

P2

P20

II

P1

X

Z

Gambar 2. Tata letak percobaan

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

Gambar 2A. Tata letak percobaan

Ulangan 1 Ulangan 2

SL 106 Bayam Liwa 9

Bendo-3 UJ 3

Bayam Liwa 14 SL 51

UJ 5 SL 34

UJ 3-13 Malang 6-101

Bayam Liwa 100 Bayam Liwa 29

UJ 3 SL 109

Bayam Liwa 29 Randu

SL 62 UJ 5

SL 51 UJ 3-13

SL 73 SL 106

Bayam Liwa 9 SL 87

SL 109 Bendo-3

Malang 6-101 Bayam Liwa 14

SL 87 TB 78

SL 39 CMM 25-27-143

TB 78 SL 39

SL 34 Bayam Liwa 100

CMM 25-27-143 SL 73

Randu SL 62

Gambar 2B. Nama-nama klon yang ditanam

Keterangan:

I = Ulangan I

II = Ulangan II

X = Jarak antar tanaman sebagai perlakuan (100 cm)

Z = Jarak antar tanaman sebagai satuan percobaan (50 cm)

P1 = Klon tanaman sebagai perlakuan

= Klon ubi kayu

16

3.4 Deskripsi Klon-klon Ubi kayu yang diuji

Penelitian ini mengevaluasi 20 klon ubi kayu, yang mana dua diantaranya

merupakan klon pembanding yaitu UJ 3 dan UJ 5. Deskripsi 20 klon ubi kayu

diuraikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Identitas 20 klon ubi kayu yang diuji

No Klon Deskripsi

1 Bayam Liwa 9 F1 keturunan Bayam Liwa

2 Bayam Liwa 14 F1 keturunan Bayam Liwa

3 Bayam Liwa 29 F1 keturunan Bayam Liwa

4 Bayam Liwa 100 F1 keturunan Bayam Liwa

5 Bendo-3 Klon kadar HCN rendah dari Sragen

6 CMM 25-27-143 F1 keturunan tetua betina CMM 25-27

7 Malang 6-101 F1 keturunan Malang

8 Randu Singkong makan

9 SL 34 F1 keturunan Sayur Liwa

10 SL 39 F1 keturunan Sayur Liwa

11 SL 51 F1 keturunan Sayur Liwa

12 SL 62 F1 keturunan Sayur Liwa

13 SL 73 F1 keturunan Sayur Liwa

14 SL 87 F1 keturunan Sayur Liwa

15 SL 106 F1 keturunan Sayur Liwa

16 SL 109 F1 keturunan Sayur Liwa

17 TB 78 F1 keturunan tetua betina UJ 3

18 UJ 3 Varietas unggul nasional

19 UJ 3-13 F1 keturunan tetua betina UJ 3

20 UJ 5 Varietas unggul nasional

17

Klon pembanding UJ 3 dan UJ 5 merupakan varietas yang umum digunakan oleh

masyarakat atau petani, khususnya di Lampung. Deskripsi klon pembanding UJ 3

diuraikan pada Tabel 2 dan UJ 5 diuraikan pada Tabel 3.

Tabel 2. Deskripsi ubi kayu klon UJ 3

No Deskripsi UJ 3

1 Tahun dilepas 2000

2 Nama daerah asal Rayong-6

3 Asal Introduksi Thailand

4 Umur panen 8 – 10 bulan

5 Tinggi tanaman > 2,5 meter

6 Bentuk daun Menjari

7 Warna pucuk daun Hijau muda

8 Warna petiole Kuning kemerahan

9 Warna kulit batang Hijau merah kekuningan

10 Warna batang dalam Kuning

11 Warna ubi Putih

12 Warna kulit ubi Kuning keputihan

13 Ukuran tangkai ubi Pendek

14 Bentuk ubi Mencengkram

15 Rasa Pahit

16 Kadar pati 20 – 27%

17 Kadar air 60,63%

18 Kadar abu 0,13%

19 Kadar serat 0,10%

20 Potensi hasil 20 – 35 ton/ ha

21 Ketahanan terhadap CBB Agak tahan

Sumber: Balai Penelitian Tanaman Kacang dan Umbi-umbian (2016)

18

Tabel 3. Deskripsi ubi kayu klon UJ 5

No Deskripsi UJ 5

1 Tahun dilepas 2000

2 Nama daerah asal Rayong-50

3 Asal Introduksi Thailand

4 Umur panen 9 – 10 bulan

5 Tinggi tanaman > 2,5 meter

6 Bentuk daun Menjari

7 Warna pucuk daun Coklat

8 Warna petiole Hijau muda kekuningan

9 Warna kulit batang Hijau perak

10 Warna batang dalam Kuning

11 Warna ubi Putih

12 Warna kulit ubi Kuning keputihan

13 Ukuran tangkai ubi Pendek

14 Bentuk ubi Mencengkram

15 Rasa Pahit

16 Kadar pati 19 – 30%

17 Kadar air 60,06%

18 Kadar abu 0,11%

19 Kadar serat 0,07%

20 Potensi hasil 25 – 38 ton/ ha

21 Ketahanan terhadap CBB Agak tahan

Sumber: Balai Penelitian Tanaman Kacang dan Umbi-umbian (2016)

19

3.5 Pelaksanaan Penelitian

3.5.1 Pengolahan Lahan

Lahan diolah menggunakan cangkul, kemudian dibuat petak berukuran seluas

200 m2. Terdiri dari 20 baris, tiap baris ditanami 10 stek batang dari masing-

masing klon.

3.5.2 Penanaman

Penanaman dilakukan pada bulan Januari 2015. Stek batang ditanam dengan

jarak 100 cm x 50 cm. Penanaman dilakukan dengan menancapkan stek sedalam

1/3 dari panjang bahan tanam ke dalam tanah, mata tunas menghadap ke atas.

3.5.3 Pemeliharaan

Penyiraman dilakukan sesuai kebutuhan berdasarkan curah hujan. Setelah 1 – 2

bulan penanaman, dilakukan pengguludan. Pengendalian gulma dilakukan

dengan cara disemprot menggunakan herbisida berbahan aktif paraquat dengan

dosis 2 ml/ L yang dilakukan pada 2 bulan sekali. Pemeliharaan dilakukan sampai

tanaman berumur 36 minggu setelah tanam (mst).

20

3.6 Variabel Pengamatan

Pengamatan dilakukan terhadap variabel vegetatif dan generatif. Pengamatan

variabel vegetatif dilakukan pada 28 mst dan variabel generatif dilakukan pada

36 mst. Variabel kualitatif yang diamati meliputi warna pucuk daun, warna daun,

warna tangkai daun atas, warna tangkai daun bawah, warna batang, warna korteks

batang, warna korteks ubi, warna kulit ubi, warna daging ubi, dan bentuk ubi.

Variabel kuantitatif yang diamati meliputi bobot brangkasan, bobot ubi per

tanaman, diameter batang, diameter penyebaran ubi, indeks panen, jumlah lobus

daun, jumlah tingkat percabangan, jumlah ubi, lebar lobus daun, panjang lobus

daun, panjang tangkai daun, rendeman pati, dan tinggi tanaman. Pengamatan

yang dilakukan berdasarkan panduan karakterisasi ubi kayu (Fukuda et al., 2010).

1. Warna daun pucuk

Pengamatan dilakukan dengan melihat warna daun pucuk dan disesuaikan

dengan pilihan warna yang ada pada prosedur karakterisasi ubi kayu yaitu

hijau muda, hjau tua, hjau keunguan, dan ungu (Gambar 3).

Hijau muda Hijau tua Hijau keunguan Ungu

Gambar 3. Warna pucuk daun

21

2. Warna daun

Pengamatan dengan melihat warna daun pada daun yang ke-10 dan

disesuaikan dengan pilihan warna yang ada pada prosedur karakterisasi ubi

kayu yaitu hijau terang, hijau muda, ungu kehijauan, dan ungu (Gambar 4).

Hijau terang Hijau gelap Ungu kehijauan Ungu

Gambar 4. Warna daun

3. Warna permukaan atas tangkai daun

Pengamatan dilakukan dengan melihat warna permukaan atas tangkai pada

tangkai daun yang ke-10 dari pucuk dan disesuakan dengan prosedur

karakterisai ubi kayu yaitu hijau kekuningan, hijau, hijau kemerahan, merah

kehijauan, merah, dan ungu (Gambar 5).

4. Warna permukaan bawah tangkai daun

Pengamatan dilakukan dengan melihat warna permukaan bawah tangkai pada

tangkai daun yang ke-10 dari pucuk dan disesuakan dengan prosedur

karakterisai ubi kayu yaitu hijau kekuningan, hijau, hijau kemerahan, merah

kehijauan, merah, dan ungu (Gambar 5).

22

Hijau kekuningan Hijau Hijau kemerahan

Merah kehijaun Merah Ungu

Gambar 5. Warna tangkai daun

5. Warna batang

Warna batang diamati pada bagian batang bawah yang terletak 30 cm dari

permukaan tanah dan disesuaikan dengan pilihan warna pada prosedur

karakterisasi ubi kayu (Gambar 6).

Orange Hijau kekuningan Keemasan Coklat terang

Silver Abu-abu Coklat gelap

Gambar 6. Warna batang

23

6. Warna korteks batang

Pengamatan warna korteks batang dilakukan dengan mengelupas lapisan kulit

terluar, dan pengamatan disesuaikan dengan pilihan warna pada prosedur

karakterisasi ubi kayu (Gambar 7).

Orange Hijau terang Hijau gelap

Gambar 7. Warna korteks batang

7. Tinggi tanaman

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dari permukaan tanah sampai pucuk

daun.

8. Rata-rata diameter tanaman

Pengukuran rata-rata diameter dilakukan pada batang bagian bawah, bagian

tengah dan bagian atas. Pengukuran menggunakan alat jangka sorong.

9. Pengamatan tingkat percabangan dilakukan dengan menghitung berapa

tingkat cabang yang terbentuk setelah percabangan tingkat 1.

10. Panjang tangkai daun

Pengukuran panjang tangkai daun dari pangkal sampai ujung tangkai daun.

Tangkai daun yang diukur terletak pada daun yang ke-10 dari pucuk

(Gambar 8).

24

11. Panjang lobus daun

Pengukuran panjang lobus daun dari pangkal sampai ujung lobus. Panjang

lobus yang diukur yaitu lobus yang berada ditengah daun yang ke-10 dari

pucuk (Gambar 8).

12. Lebar lobus daun

Pengukuran lebar lobus daun dengan cara mempertemukan pangkal dan ujung

lobus sehingga terbentuk garis tengah. Pengukuran dengan menggunakan

penggaris. Lobus yang diukur yaitu lobus yang berada ditengah pada daun

yang ke-10 dari pucuk (Gambar 8).

Panjang tangkai daun Panjang lobus daun Lebar lobus daun

Gambar 8. Cara mengukur panjang tangkai daun, panjang dan lebar lobus.

13. Jumlah lobus daun

Jumlah lobus daun dihitung dengan cara menghitung daun yang menjari pada

satu tangkai daun ke-10 dari pucuk tanaman ubi kayu (Gambar 9).

Gambar 9. Jumlah lobus daun

25

14. Diameter penyebaran ubi

Pengukuran diameter sebaran ubi dilakukan dengan mengukur jarak terjauh

dari ujung-ujung ubi dengan menggunakan meteran.

15. Bentuk ubi

Pengamatan dilakukaan dengan melihat bentuk ubi masing-masing klon dan

disesuaikan dengan bentuk prosedur karakterisasi ubi kayu (Gambar 10).

Kerucut Silinder mengerucut Silinder Tidak beraturan

Gambar 10. Bentuk ubi

16. Jumlah ubi

Penghitungan jumlah ubi dilakukan dengan menghitung jumlah ubi pada satu

tanaman.

17. Warna kulit ubi bagian luar

Pengamatan dilakukan pada masing masing klon dengan melihat warna kulit

ubi bagian luar dan disesuaikan dengan warna pada prosedur karakterisasi

ubi kayu (Gambar 11).

26

Putih Kuning Coklat terang Coklat gelap

Gambar 11. Warna kulit ubi

18. Warna korteks ubi

Pengamatan dilakukan dengan mengelupas kulit bagian luar ubi dan warna

disesuaikan dengan warna pada prosedur karakterisasi ubi kayu (Gambar 12).

Merah muda Ungu Putih Kuning

Gambar 12. Warna korteks ubi

19. Tekstur kulit luar ubi

Pengamatan dilakukan dengan merasakan tekstur kulit luar ubi dengan tangan

dan disesuaikan dengan prosedur karakterisasi ubi kayu yaitu halus, sedang

dan kasar (Gambar 13).

27

Halus Kasar

Gambar 13. Tekstur kulit luar ubi

20. Warna daging ubi

Pengamatan dilakukan dengan membelah ubi dan warna daging disesuaikan

dengan prosedur karakterisasi ubi kayu (Gambar 14).

Putih Putih susu Kuning Merah muda

Gambar 14. Warna daging ubi

21. Bobot ubi pertanaman

Penimbangan ubi dilakukan pada setiap contoh tanaman dari masing-masing

klon yang sudah dibersihkan tanahnya. Penimbangan menggunakan

timbangan digital dan dinyatakan dalam gram.

22. Tingkat kesulitan kupasan

Pengamatan dilakukan dengan mengupas kulit ubi dan disesuaikan tingkat

kesulitan kupasan dengan prosedur karakterisasi ubi kayu yaitu mudah dan

sulit.

28

23. Rendemen pati

Pengukuran rendemen pati dilakukan menggunakan metode pemerasan.

Sampel ubi kayu seberat 1 - 2 kg yang akan dihitung rendemen patinya

dikupas lalu ditimbang, misal X gram. Ubi kemudian diparut menggunakan

mesin parutan, apabila ada sisa dari ubi yang diparut, maka sisa ini dijadikan

sebagai “koreksi” yaitu bobot kupasan dikurangi bahan tidak terparut, misal

Y gram. Hasil parutan lalu ditambah air dan dibilas sebanyak 3 kali. Wadah

nampan ditimbang dan dicatat bobotnya, misal A gram. Hasil perasan

ditampung dalam wadah nampan. Hasil perasan diendapkan dan dibuang

yang bukan endapan lalu diletakkan ditempat terbuka atau dijemur selama

7 hari. Wadah nampan beserta patinya lalu ditimbang, misal B gram.

Rumus yang digunakan untuk menghitung rendemen pati sebagai berikut:

Berat aci (C) = B-A

Kadar aci =

Keterangan:

A: Berat wadah nampan

B: Berat wadah beserta pati

C: Berat pati

Y: Bobot kupasan - bahan yang tidak terparut (faktor “x”) (Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian Lampung, 2008 dalam Sunyoto, 2013).

1

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Klon Malang 6-101 memiliki bobot ubi lebih besar dari UJ 3 dan UJ 5,

sedangkan Bayam Liwa 100, CMM 25-27-143, dan SL 106 memiliki bobot

ubi lebih besar dari UJ 3, namun lebih kecil dari UJ 5. Klon Malang 6-101

memiliki jumlah ubi lebih banyak dari UJ 3 dan UJ 5, sedangkan Bendo-3,

UJ 3-13, dan Bayam Liwa 100 memiliki jumlah ubi lebih banyak dari UJ 3,

namun lebih sedikit dari UJ 5. Klon SL 34, Bayam Liwa 14, SL 73, Bayam

Liwa 9, dan Bayam Liwa 100 memiliki rendemen pati lebih tinggi dari UJ 3

dan UJ 5. Klon CMM 25-27-143 memiliki indeks panen lebih besar dari

UJ 3 dan UJ 5, sedangkan TB 78, SL 34, dan SL 62 memiliki indeks panen

lebih besar dari UJ 5, namun lebih kecil dari UJ 3.

2. Telah dideskripsikan 20 klon ubi kayu yang diuji.

5.2 Saran

Perlu dilakukan uji daya hasil lanjutan terhadap klon Malang 6-101, Bayam Liwa

100, CMM 25-27-143, SL 106, Bendo-3, UJ 3-13, SL 34, Bayam Liwa 14, SL 73,

Bayam Liwa 9, TB 78, dan SL 62, sehingga dapat dirakit menjadi varietas baru

yang lebih unggul daripada varietas yang telah ada serta perlu dilakukan

pemupukan dengan sistem berimbang.

DAFTAR PUSTAKA

Aina, O.O., A.G.O. Dixon, dan E.A. Akinrinde. 2007. Trait association and pathanalysis for cassava genotypes in four agroecological zones of Nigeria. J. Biol.Sci. 7 (5): 759 – 764.

Aldiansyah. 2012. Evaluasi Karakter Vegetatif Klon-klon Ubi kayu (Manihotesculenta Crantz.) di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan.Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 101hlm.

Amaliyah, N. 2015. Evaluasi Karakter Agronomi dan Respon Klon-Klon UbiKayu Terhadap Dosis Pupuk Bio-Slurry Padat di Desa Muara PutihKecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Skripsi. Fakultas Pertanian.Universitas Lampung. Bandar Lampung. 67 hlm.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2015. Luas Panen, Produktivitas, Produksi TanamanUbi kayu Seluruh Provinsi. http://bps.go.id/tnmn_pgn.php?kat=3. Diaksestanggal 14 Januari 2016.

Baihaki, A. 2000. Teknik Rancang dan Analisis Penelitian dan Pemuliaan.Diktat Universitas Padjajaran. Bandung. 91 hlm.

Balai Penelitian Tanaman Kacang dan Umbi-umbian. 2016. Deskripsi VarietasUnggul Ubi kayu.http://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/images/stories/uploads/publikasi/juknis/2016_deskripsi/ubikayu.pdf. Diakses tanggal 17 Februari 2016.

Balitkabi. 2012. Deskripsi Varietas Kacang-kacangan dan Umbian. Malang. 180hlm.

Carsono, N. 2008. Peran pemuliaan tanaman dalam meningkatkan produksipertanian di Indonesia. Seminar on Agricultural Sciences.

Ceballos, H., J.C Perez, N. F. Calle, G. Jaramillo, J.I. Lenis, N. Morante, and J.Lopez. 2006. A New Evaluation Scheme for Cassava Breeding at CIAT. DalamCassava Research and Development in Asia: Exploring New Opportunities foran Ancient Crop. Proceedings of the 7th Regional Cassava Workshop, DOA-CIAT, Bangkok, Thailand (pp. 125-135).

Ceballos, H., M. Fregene, J. C. Perez, N. Morante, and F. Calle. 2007. Cassavagenetic improvement. In : Kang, M. S, and P. M. Priyadarshan (Eds.). 2007.Breeding major food staples. Blackwell Publishing. Iowa 15: 437.

Darkwa, N.A., F.K. Jetuah, and D. Sekyere. 2003. Utilization of cassava flour forproduction of adhesive for the manufacture of paperboards. Sustainableindustrial markets for cassava project. Final reports on project output2.2.2. Forestry Research Institute of Ghana. pp. 1 – 16.

Firmansyah. 2010. Korelasi, Pengaruh Langsung , dan Seleksi Karakter AgronomiKacang Panjang (Vigna sinensis var sisquipedalis L. Koern.) Populasi F4Keturunan Persilangan Testa Coklat x Coklat Putih. Skripsi. UniversitasLampung. Bandar Lampung. 83 hlm.

Fukuda, W. M. G., C. L. Guevara, R. Kawuki, and M. E. Ferguson. 2010. Selectedmorphological and agronomic descriptors for the characterization of cassava.International Institute of Tropical Agriculture (IITA), Ibadan, Nigeria. pp. 1 -19.

Hatta, M. dan Nurhayati. 2006. Pengaruh penambahan bahan organik pada tanahbekas tsunami terhadap pertumbuhan dan produksi beberapa varietas kacanghijau di Desa Blang Kreung. J. Floratek. 2 (1): 100 – 106.

Islami, T. 2015. Ubi Kayu Tinjauan Aspek Ekofisiologi serta Upaya Peningkatandan Keberlanjutan Hasil Tanaman. Graha Ilmu. Yogyakarta. 100 hlm.

Jennings, D. L. and C. A Iglesias. 2002. Breeding for crop improvement. pp. 149 -- 166. In: R. J. Hillocks, J. M. Thresh, and A. C. Belloti (Eds.). Cassava:Biology, production, and utilization. CABI Publ. New York, USA.

Kawano, K. 2003. Thirty years of cassava breeding for productivity-biologicaland social factors for succes. Crop Sci. 43: 1325 - 1335.

Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar – Dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius.Yogyakarta. 184 hlm.

Minantyorini, N. Zuraida, dan A. Dimyati. 1993. Penampilan sifat - sifat utamapada seleksi lanjut klon-klon ubi kayu. Risalah Hasil Penelitian TanamanPangan. Bogor: Balittan. pp. 11 – 15.

Poespodarsono, S. 1992. Pemuliaan ubi kayu. Dalam Kasno, A., M. Dahlan, danHasnam. Prosiding simposium pemuliaan tanaman I. Perhimpunan PemuliaanTanaman Indonesia Komda Jawa Timur. Malang. pp. 69 – 78.

Prihandana, R., K. Noerwijari, P. Gamawati, dan Adinuraini. 2007. Bioetanol UbiKayu, Bahan Bakar Masa Depan. Agromedia Pustaka. Jakarta. 195 hlm.

Purwono dan H. Purnamawati. 2009. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul.Penebar Swadaya. Jakarta. 140 hlm.

Putri, S.N., 2009. Karakterisasi Sifat Fisik dan Kimia Ubi kayu (Manihotesculenta) berdasarkan Lokasi Penanaman dan Umur Panen yang Berbeda.Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 84 hlm.

Rukmana, R. 2000. Ubikayu: Budidaya dan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta.82 hlm.

Sholihin. 2009. Genotypes x environment interaction for strach yield in ninemonth old cassava promising clones. Balitkabi: Indonesian Journal ofAgricultural Sciences. 10 (1): 12 – 18.

Simatupang, D. 2012. Evaluasi Karakter Generatif Klon - klon Ubi kayu(Manihot esculenta Crantz.) di Desa Muara Putih Kecamatan Natar, LampungSelatan. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 83 hlm.

Soetanto, N.E. 2008. Tepung Kasava dan Olahannya. Kanisius. Yogyakarta. 81hlm.

Sundari, T., K. Noerwijati, dan I. M. J. Mejaya. 2010. Hubungan antaraKomponen Hasil dan Hasil Umbi Klon Harapan Ubi Kayu. Balai PenelitianTanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Malang. 35 hlm.

Sunyoto. 2013. Panduan Praktikum Perhitungan Kadar Aci. Fakultas Pertanian.Universitas Lampung. Bandar Lampung. 1 hlm.

Suwahyono, U. 2011. Petunjuk Praktis Penggunaan Pupuk Organik secara Efektifdan Efisien. Penebar Swadaya. Jakarta. 124 hlm.

Syukur, M., S. Sujiprihati, R. Yunianti. 2012. Teknik Pemuliaan Tanaman.Penebar Swadaya. Jakarta. 348 hlm.

Tumewu, P., C.P Paruntu., T.D. Sondakh. 2015. Hasil Ubi Kayu (Mannihotesculenta Crantz.) terhadap Perbedaan Jenis Pupuk. Jurnal LPPM BidangSains dan Teknologi. 2 (2): 16 – 27.

Utomo, S.D. 2009. Inovasi Bioteknologi dalam Pemuliaan Tanaman danPertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 52 hlm.

Wahyuningsih, S. dan Sundari, T. 2012. Potensi Hasil Umbi dan Pati BeberapaKlon Harapan Ubi kayu. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan danUmbi-umbian. Malang. 9 hlm.

Wijayanto, T. 2007. Karakterisasi sifat-sifat agronomi beberapa nomor koleksisumberdaya genetik jagung Sulawesi. Jurnal Agrin. 11 (2): 75 - 83.

Zuraida, N. 2010. Karakterisasi beberapa sifat kualitatif dan kuantitatif plasmanutfah ubi kayu (Manihot esculenta Crantz). Buletin Plasma Nutfah. 16 (1):49 - 56.