respon agronomi, morfologi dan fisiologi padi … · penelitian bertujuan untuk mengetahui respon...

25
RESPON AGRONOMI, MORFOLOGI DAN FISIOLOGI PADI HIBRIDA TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN DI LAHAN SAWAH Response of Agronomy, Morphology and Physiology of Hybrid Genotypes Tolerant to Drought in Lowland Abstrak Penelitian bertujuan mengetahui respon agronomi, fisiologi dan morfologi genotipe padi hibrida terhadap simulasi cekaman kekeringan di lahan sawah dan mendapatkan genotipe hibrida yang berpotensi dikembangkan di lahan sawah tadah hujan. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Riset Padi Babakan, University Farm IPB, Bogor, pada bulan Desember 2011 sampai Maret 2012. Penelitian menggunakan rancangan split plot dengan 3 ulangan. Petak utama adalah perlakuan cekaman kekeringan yang terdiri atas tanpa cekaman kekeringan dan cekaman kekeringan pada akhir fase vegetatif hingga awal pengisian biji. Cekaman kekeringan yang diberikan ialah 60% kapasitas lapangan. Anak petak adalah genotipe/varietas terdiri atas genotipe BI485A/BP3, BI485A/BP5, BI485A/BP10, BI485A/BP12, BI485A/BP15, BI599A/BP5, BI599A/BP15, BI665A/BP6, varietas Maro, Hipa 6, Hipa 7, Hipa 8, IR-64 dan Limboto. Hasil penelitian menunjukkan bahwa genotipe BI485A/BP12, BI485A/BP15 dan BI559A/BP15 pada kondisi cekaman kekeringan mengalami penurunan panjang akar relatif kecil, menghasilkan bobot gabah per rumpun, indeks panen dan daya hasil gabah per hektar yang lebih tinggi serta indeks kepekaan terhadap kekeringan 0.50 yang lebih rendah dibanding dengan genotipe lainnya. Bobot gabah per rumpun genotipe tersebut hanya menurun masing-masing sebesar 9.5, 16.1 dan 15.6 persen, sedangkan IR64 mencapai 52.7 persen. Genotipe toleran kekeringan (BI599/BP15) pada kondisi cekaman kekeringan memiliki kerapatan stomata yang lebih rendah, tetap mempertahankan kadar air relatif daun yang tinggi serta memiliki kandungan karbohidrat non struktural pada batang, pelepah dan daun yang lebih rendah dibanding kontrol. Genotipe BI485A/BP12, BI485A/BP15 dan BI559A/BP15 merupakan genotipe toleran kekeringan dan potensial dikembangkan di lahan sawah tadah hujan. Kata kunci: cekaman kekeringan, lahan sawah, padi hibrida An experiment was conducted at Babakan Experiment Station, University Farm Abstract IPB, Bogor, from December 2011 until March 2012. The objective of the experiment was to study agronomy, morphology and physiology of hybrid genotypes in response to drought stress in lowland and determine hybrid genotypes tolerant to drought. A split plot design was used with 3 replications. The main plot was drought stress consisted of control and drought stress at the end vegetative stage, until early grain filling period. The sub plot was hybrid genotypes, consisted of BI485A/BP3, BI485A/BP5, BI485A/BP10, BI485A/BP12, BI485A/BP15, BI599A/BP5, BI599A/BP15, BI665A/BP6, Maro, Hipa 6, Hipa 7, Hipa 8, IR-64 and Limboto . The results showed that genotypes BI485A/BP12,

Upload: vanthuy

Post on 26-Mar-2019

241 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RESPON AGRONOMI, MORFOLOGI DAN FISIOLOGI PADI … · Penelitian bertujuan untuk mengetahui respon agronomi, fisiologi dan ... Hasil peneraan dibaca menggunakan spektrofotometer pada

69

RESPON AGRONOMI, MORFOLOGI DAN FISIOLOGI PADI HIBRIDA TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN

DI LAHAN SAWAH

Response of Agronomy, Morphology and Physiology of Hybrid Genotypes Tolerant to Drought in Lowland

Abstrak Penelitian bertujuan mengetahui respon agronomi, fisiologi dan morfologi

genotipe padi hibrida terhadap simulasi cekaman kekeringan di lahan sawah dan mendapatkan genotipe hibrida yang berpotensi dikembangkan di lahan sawah tadah hujan. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Riset Padi Babakan, University Farm IPB, Bogor, pada bulan Desember 2011 sampai Maret 2012. Penelitian menggunakan rancangan split plot dengan 3 ulangan. Petak utama adalah perlakuan cekaman kekeringan yang terdiri atas tanpa cekaman kekeringan dan cekaman kekeringan pada akhir fase vegetatif hingga awal pengisian biji. Cekaman kekeringan yang diberikan ialah 60% kapasitas lapangan. Anak petak adalah genotipe/varietas terdiri atas genotipe BI485A/BP3, BI485A/BP5, BI485A/BP10, BI485A/BP12, BI485A/BP15, BI599A/BP5, BI599A/BP15, BI665A/BP6, varietas Maro, Hipa 6, Hipa 7, Hipa 8, IR-64 dan Limboto. Hasil penelitian menunjukkan bahwa genotipe BI485A/BP12, BI485A/BP15 dan BI559A/BP15 pada kondisi cekaman kekeringan mengalami penurunan panjang akar relatif kecil, menghasilkan bobot gabah per rumpun, indeks panen dan daya hasil gabah per hektar yang lebih tinggi serta indeks kepekaan terhadap kekeringan ≤0.50 yang lebih rendah dibanding dengan genotipe lainnya. Bobot gabah per rumpun genotipe tersebut hanya menurun masing-masing sebesar 9.5, 16.1 dan 15.6 persen, sedangkan IR64 mencapai 52.7 persen. Genotipe toleran kekeringan (BI599/BP15) pada kondisi cekaman kekeringan memiliki kerapatan stomata yang lebih rendah, tetap mempertahankan kadar air relatif daun yang tinggi serta memiliki kandungan karbohidrat non struktural pada batang, pelepah dan daun yang lebih rendah dibanding kontrol. Genotipe BI485A/BP12, BI485A/BP15 dan BI559A/BP15 merupakan genotipe toleran kekeringan dan potensial dikembangkan di lahan sawah tadah hujan.

Kata kunci: cekaman kekeringan, lahan sawah, padi hibrida

An experiment was conducted at Babakan Experiment Station, University Farm

Abstract

IPB, Bogor, from December 2011 until March 2012. The objective of the experiment was to study agronomy, morphology and physiology of hybrid genotypes in response to drought stress in lowland and determine hybrid genotypes tolerant to drought. A split plot design was used with 3 replications. The main plot was drought stress consisted of control and drought stress at the end vegetative stage, until early grain filling period. The sub plot was hybrid genotypes, consisted of BI485A/BP3, BI485A/BP5, BI485A/BP10, BI485A/BP12, BI485A/BP15, BI599A/BP5, BI599A/BP15, BI665A/BP6, Maro, Hipa 6, Hipa 7, Hipa 8, IR-64 and Limboto. The results showed that genotypes BI485A/BP12,

Page 2: RESPON AGRONOMI, MORFOLOGI DAN FISIOLOGI PADI … · Penelitian bertujuan untuk mengetahui respon agronomi, fisiologi dan ... Hasil peneraan dibaca menggunakan spektrofotometer pada

70

BI485A/BP15 and BI559A/BP15 in drought stress conditions had relatively less reduction in root length, resulting in higher grain weight, harvest index and grain yield higher and less in index of sensitivity to drought ≤ 0.50 than the other genotypes. The grain weight of the genotypes decreased 9.5, 16.1 and 15.6 percent, respectively, while IR64 decreased 52.7 percent. Hybrid genotypes tolerant to drought (BI599/BP15) under drought stress condition had less stomatal density, higher leaf relative water content and less in non-structural carbohydrate content in stem, sheath and leaf. Genotypes BI485A/BP12, BI485A/BP15 and BI559A/BP15 were tolerant to drought and potentially can be developed in rainfed lowland.

Keywords: drought stress, lowland, hybrid rice

Seleksi akan efektif dan efisien bila telah diketahui respon morfologi,

fisiologi yang berkorelasi dengan karakter agronomi di lapangan. Seleksi

Pendahuluan

Salah satu masalah yang dihadapi dalam peningkatan produksi beras

nasional adalah meningkatnya alih fungsi lahan subur dan produktif, untuk

kegiatan pembangunan non pertanian. Pergeseran ini menyebabkan lahan sawah

beririgasi semakin sempit, sehingga upaya intensifikasi mengarah pada lahan-

lahan marginal dengan sumber daya air yang sangat terbatas seperti lahan sawah

tadah hujan. Lahan sawah tadah hujan yang selama ini belum dimanfaatkan

dengan optimal diharapkan menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan

produksi beras nasional.

Kendala yang sering muncul pada lahan sawah tadah hujan adalah

kekeringan, karena terbatasnya periode hujan. Efek negatif dari kekeringan adalah

menurunkan pertumbuhan tanaman dan bahkan menggagalkan panen. Kekeringan

dapat menurunkan laju pertumbuhan akar, tajuk tanaman dan indeks luas daun

(Perez et al. 1996; Olsson et al. 1997; Farooq et al. 2008). Menurunnya

pertumbuhan akar ini akan menurunkan penyerapan hara dan air sehingga proses

fisiologi dan fotosintesis menurun, akibatnya menurunkan pertumbuhan dan

meningkatkan kehampaan gabah. Pada akhirnya kekeringan menurunkan hasil

bahkan sampai menggagalkan panen (Takagi 1976; Van Dat 1986; Samaullah et

al. 1996; IRRI 2002). Oleh karena itu diperlukan varietas/genotipe padi yang

berdaya hasil tinggi serta toleran terhadap kekeringan, sehingga dapat beradaptasi

dengan baik di lahan sawah tadah hujan.

Page 3: RESPON AGRONOMI, MORFOLOGI DAN FISIOLOGI PADI … · Penelitian bertujuan untuk mengetahui respon agronomi, fisiologi dan ... Hasil peneraan dibaca menggunakan spektrofotometer pada

71

langsung di lapangan pada lingkungan sawah tadah hujan dapat dilakukan di

lahan sawah melalui simulasi cekaman kekeringan. Metode seleksi akan baik bila

terdapat konsistensi antar metode pengujian dengan hasil di lapangan terhadap

cekaman kekeringan pada padi (Samaullah dan Darajat 2001).

Penelitian bertujuan untuk mengetahui respon agronomi, fisiologi dan

morfologi genotipe padi hibrida terhadap simulasi cekaman kekeringan di lahan

sawah dan mendapatkan genotipe hibrida yang berpotensi dikembangkan di lahan

sawah tadah hujan.

Bahan dan Metode

Waktu dan Tempat

Percobaan ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 sampai April 2012,

di Laboratorium Lapangan Riset Padi Babakan, University Farm Institut Pertanian

Bogor, Bogor.

Metode Penelitian

Percobaan ini menggunakan rancangan split plot dalam rancangan acak

kelompok 3 ulangan. Petak utama merupakan simulasi kekeringan di lahan sawah

yang mengkondisikan tanah tanpa genangan atau daerah akar tercekam

kekeringan yang terdiri atas 2 taraf yaitu kontrol (pengairan optimal), dan

cekaman kekeringan (penghentian pengairan empat minggu setelah tanam hingga

dua minggu setelah antesis). Anak petak adalah varietas/genotipe hibrida yang

terdiri dari 14 taraf yaitu genotipe BI485A/BP3, BI485A/BP5, BI485A/BP10,

BI485A/BP12, BI485A/BP15, BI599A/BP5, BI599A/BP15, BI665A/BP6,

varietas Maro, Hipa 6, Hipa 7, Hipa 8, IR-64 (cek peka kekeringan), Limboto (cek

toleran kekeringan).

Pelaksanaan Percobaan

Pengambilan sampel tanah untuk analisis sifat fisik dan kimia, sama dengan

percobaan cekaman kekeringan di pot. Penyiapan lahan dilakukan dengan

pengolahan tanah dua kali, untuk pelumpuran tanah yang baik. Ukuran petak

percobaan setiap unit perlakuan 2.0 m x 1.5 m. Terdapat 14 petak percobaan

Page 4: RESPON AGRONOMI, MORFOLOGI DAN FISIOLOGI PADI … · Penelitian bertujuan untuk mengetahui respon agronomi, fisiologi dan ... Hasil peneraan dibaca menggunakan spektrofotometer pada

72

sebagai kelompok, untuk 8 genotipe dan 4 varietas hibrida serta 2 variteas cek

peka dan toleran kekeringan. Jarak antar perlakuan pada anak petak adalah 0.25

m, jarak antar petak utama 2.0 m dan jarak antar kelompok dibuat dengan lebar

5.0 m. Untuk menghindari pengaruh rembesan dari petakan percobaan lain, maka

petakan perlakuan cekaman kekeringan dibuat jarak 5.0 m dengan petakan

percobaan yang ada di sekitarnya yang disertai dengan pembuatan saluran

drainase sebagai penghalang.

Bibit hasil persemaian dipindahtanam (transplanting) setelah berumur 21

hari. Jarak tanam yang digunakan adalah 25 cm x 25 cm, bibit ditanam 1 bibit per

lubang. Pemupukan dilakukan dengan Urea 300 kg, SP-36 100 kg, dan KCl 100

kg per hektar. Seluruh pupuk SP-36 dan KCl diberikan pada saat tanam, Urea

diberikan tiga kali, masing-masing pada saat tanam, 4 minggu dan 7 minggu

setelah tanam. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara optimal,

sedangkan penyiangan dilakukan secara manual dengan menggunakan landak dan

cara manual pada saat tanaman berumur tiga dan lima minggu setelah tanam.

Untuk menjamin keseragaman waktu pemberian perlakuan cekaman

kekeringan pada saat antesis, maka masing-masing varietas/genotipe ditanam

berdasarkan periode waktu berbunga. Urutan penanaman yaitu genotipe

BI599A/BP5 dan Hipa 8, lima hari kemudian ditanam BI485A/BP5,

BI485A/BP10, BI665A/BP6, Maro dan IR64, dan setelah sembilan hari dari

tanam pertama ditanam BI485A/BP3, BI485A/BP12, BI485A/BP15,

BI599A/BP15, Hipa 6, Hipa 7 dan Limboto.

Sistem pengairan berdasarkan perlakuan (karakter sawah) yang dicobakan.

Pengaturan pengairan pada setiap petak dilakukan sesuai perlakuan. Pada

perlakuan kontrol, air dipertahankan dalam kondisi optimal selama fase

pertumbuhan hingga panen. Tinggi air pada petakan disesuaikan fase

pertumbuhan tanaman. Perlakuan cekaman kekeringan dilakukan dengan

menghentikan pengairan 4 minggu setelah tanam hingga 2 minggu setelah antesis

untuk mengkondisikan cekaman kekeringan pada saat antesis/awal pengisian biji.

Petak percobaan yang mendapat perlakuan cekaman kekeringan dihindarkan dari

pengaruh hujan selama periode pengeringan dengan membangun rumah plastik.

Setelah periode pengeringan, naungan rumah plastik dibuka dan petakan tersebut

Page 5: RESPON AGRONOMI, MORFOLOGI DAN FISIOLOGI PADI … · Penelitian bertujuan untuk mengetahui respon agronomi, fisiologi dan ... Hasil peneraan dibaca menggunakan spektrofotometer pada

73

dikondisikan seperti kontrol. Monitor kadar air tanah selama masa pengeringan

tersebut menggunakan alat pengukur kadar air tanah (soil moisture meters,

TRIME-TDR), yang ditempatkan di tengah petakan percobaan.

Peubah yang diamati adalah (a) karakter agronomi dan morfologi (panjang

akar, luas daun dan tinggi tanaman, bobot kering tajuk, bobot kering akar, nisbah

bobot akar-tajuk, jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah isi,

persentase gabah hampa, bobot 1000 butir, bobot gabah per rumpun, indeks

panen, umur berbunga 50%, umur panen 85% menguning dan periode pengisian

biji serta indeks penurunan rata-rata terhadap setiap peubah); (b) karakter fisiologi

(kerapatan stomata, kadar air relatif daun, kandungan klorofil dan kandungan

karbohidrat nonstruktural); dan (c) peubah toleransi cekaman kekeringan yaitu

indeks toleransi (IT) dan indeks kepekaan terhadap kekeringan (ISK). Selain itu

juga dilakukan pengamatan terhadap data curah hujan dan suhu sebagai data

pendukung.

Indeks toleransi (IT) dihitung dengan menggunakan formula:

Keterangan:

Ys = Hasil gabah genotipe padi yang tumbuh pada perlakuan cekaman kekeringan

Yn = Hasil gabah genotipe padi yang tumbuh pada perlakuan tanpa cekaman kekeringan (kontrol)

Kriteria untuk menentukan tingkat toleransi tanaman terhadap kekeringan adalah

berdasarkan perbandingan nilai IT varietas cek (Limboto).

Indeks kepekaan terhadap kekeringan (ISK) dihitung berdasarkan formula

yang telah dikembangkan oleh Fischer dan Maurer (1978) sebagai berikut:

ISK=(1-Hc/Hk)/(1-Hcr/Hkr)

Keterangan:

ISK = Indeks kepekaan genotipe tertentu

Hc = Hasil gabah dari genotipe tertentu pada perlakuan cekaman kekeringan

Hk = Hasil gabah dari genotipe tertentu pada perlakuan tanpa cekaman kekeringan (kontrol)

Ys IT (%) = --------- x 100 Yn

Page 6: RESPON AGRONOMI, MORFOLOGI DAN FISIOLOGI PADI … · Penelitian bertujuan untuk mengetahui respon agronomi, fisiologi dan ... Hasil peneraan dibaca menggunakan spektrofotometer pada

74

Hcr = Rata-rata hasil gabah dari seluruh genotipe pada perlakuan cekaman kekeringan

Hkr = Rata-rata hasil gabah dari seluruh genotipe pada perlakuan tanpa cekaman kekeringan (kontrol)

Kriteria untuk menentukan tingkat toleransi tanaman terhadap kekeringan adalah

berdasarkan perbandingan nilai ISK varietas cek (Limboto).

Pengamatan pada peubah fisiologi menggunakan 2 genotipe hibrida yaitu

BI485/BP3 (kategori peka), BI599/BP15 (ketegori toleran) dan 2 varietas cek

yaitu IR64 (kategori peka), Limboto (kategori toleran) serta Hipa 7 (hibrida

baru). Pengamatan dilakukan pada umur 8 minggu setelah tanam (akhir perlakuan

cekaman kekeringan).

Kadar air relatif daun ditentukan dengan menimbang 0.5 g daun segar (Bs).

Daun direndam dalam air selama 4 jam, kemudian ditimbang berat basa daun

(Bb). Daun dikeringkan selama 24 jam pada suhu 85 0

Analisis karbohidrat total (non struktural), dilakukan berdasarkan metode

yang dimodifikasi dari Yoshida et al. (1976). Sebanyak 100 mg sampel yang telah

dihaluskan dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge. Ke dalam sampel

ditambahkan 2 ml air distilasi dan dipanaskan selama 15 menit dalam air

C, kemudian ditentukan

berat keringnya (Bk) (Farooq et al. 2010). Kadar air relatif daun (%) ditentukan

berdasarkan persamaan: KAR (%) = ((Bs-Bk)/(Bb-Bk)) x 100.

Analisis klorofil dilakukan berdasarkan metode Yoshida et al. (1976).

Sebanyak ± 0.03 g daun sampel yang diambil dari daun ke satu, ke dua dan ke

tiga, dihaluskan dengan mortar. Selama penghalusan daun sampel ditambahkan

aseton 80% sebanyak 4 ml untuk menghindari pencoklatan pada sampel. Daun

yang sudah halus dimasukkan ke dalam tabung reaksi selanjutnya disentrifuge 2

000 rpm selama dua menit. Supernatan diambil, lalu dimasukkan ke dalam tabung

reaksi bersih. Endapan pada tabung reaksi ditambah aseton 80% sebanyak 4 ml,

disentrifuge kembali, kemudian supernatan dicampurkan ke dalam tabung reaksi

yang sudah terisi supernatan 4 ml. Supernatan sebanyak 8 ml dari hasil dua kali

sentrifuge divortek selama beberapa menit, selanjutnya ditera 10 ml dengan

penambahan aseton 80%. Hasil peneraan dibaca menggunakan spektrofotometer

pada panjang gelombang A645 dan A663. Kandungan klorofil ditentukan dengan

menggunakan persamaan seperti disajikan pada Lampiran 5.

Page 7: RESPON AGRONOMI, MORFOLOGI DAN FISIOLOGI PADI … · Penelitian bertujuan untuk mengetahui respon agronomi, fisiologi dan ... Hasil peneraan dibaca menggunakan spektrofotometer pada

75

mendidih. Selanjutnya didinginkan, setelah dingin ditambahkan 2 ml 9.2 N

HClO4, kemudian didiamkan selama 15 menit sambil sekali-sekali diaduk.

Setelah itu, ditepatkan menjadi 10 ml dan disentrifuge. Supernatan dimasukkan

dalam tabung sentrifuge bersih. Pada residu ditambahkan kembali 2 ml 4.6 N

HClO4, kemudian didiamkan selama 15 menit sambil sekali-kali diaduk.

Selanjutnya ditepatkan menjadi 10 ml dan disentrifuge. Supernatan dari dua kali

sentrifuge sebanyak 20 ml ditera menjadi 50 ml. Dipipet 100 μl ekstrak, kemudian

ditambahkan H2O menjadi 2 ml. Selanjutnya ke dalam ekstrak ditambahkan 5 ml

reagent Anthrone 0.1%, kemudian divortek. Tabung reaksi dipanaskan dalam air

mendidih selama 7.5 menit, kemudian didinginkan dalam bak yang berisi air es.

Setelah itu ekstrak dibaca menggunakan spektofotometer pada 630 nm.

Kandungan karbohidrat total (glukosa) ditentukan dengan menggunakan

persamaan seperti disajikan pada Lampiran 5.

Data hasil pengamatan (kecuali data hasil pengamatan fisiologi) dianalisis

dengan sidik ragam uji F sesuai rancangan yang digunakan. Jika sidik ragam

menunjukkan pengaruh nyata pada taraf 5% dilanjutkan dengan uji DMRT

menggunakan fasilitas uji SAS 9.1. Analisis korelasi dilakukan untuk mengetahui

hubungan antara peubah dari metode seleksi dini terhadap hasil. Sementara itu

data hasil pengamatan peubah fisiologi dilakukan tabulasi dan data rata-rata hasil

tabulasi ditampilkan dalam bentuk diagram.

Hasil dan Pembahasan

A. Karakter Agronomi dan Morfologi pada Kondisi Cekaman Kekeringan

A.1. Pertumbuhan Genotipe Padi Hibrida pada Kondisi Cekaman Kekeringan

Hasil analisis ragam menunjukkan interaksi cekaman kekeringan dan

genotipe tidak berpengaruh nyata terhadap peubah tinggi tanaman, jumlah anakan

produktif, luas daun, umur berbunga 50% dan nisbah bobot akar tajuk. Interaksi

kekeringan dan genotipe hanya berpengaruh nyata pada peubah panjang akar,

bobot kering tajuk, bobot kering akar, umur panen dan periode pengisian biji

(Lampiran 6).

Page 8: RESPON AGRONOMI, MORFOLOGI DAN FISIOLOGI PADI … · Penelitian bertujuan untuk mengetahui respon agronomi, fisiologi dan ... Hasil peneraan dibaca menggunakan spektrofotometer pada

76

Akibat cekaman kekeringan di lahan sawah yang terjadi di akhir fase

vegetatif hingga dua minggu setelah antesis menunjukkan bahwa peubah tinggi

tanaman, jumlah anakan produktif, luas daun, umur berbunga 50% dan nisbah

bobot akar tajuk antar genotipe tidak berbeda nyata, yang secara umum

mengalami penurunan relatif kecil yaitu berturut-turut masing-masing sebesar

15.1, 16.6 dan 9.8 persen (Tabel 18).

Tabel 18. Pengaruh cekaman kekeringan di lahan sawah terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan produktif dan luas daun

Genotipe Tinggi tanaman (cm) Anakan poduktif Luas daun (cm2) Kontrol Cekaman

kekeringan Kontrol Cekaman

kekeringan Kontrol Cekaman

kekeringan BI485A/BP3 103.00 87.44 10.8 10.6 33.31 31.88 BI485A/BP5 98.33 95.67 12.7 9.7 32.23 29.53 BI485A/BP10 102.22 91.44 11.7 11.2 32.79 28.41 BI485A/BP12 105.22 94.78 8.7 10.1 41.28 33.94 BI485A/BP15 101.22 83.67 11.2 9.1 33.57 25.70 BI599A/BP5 101.00 95.33 11.4 10.8 31.51 29.33 BI599A/BP15 113.89 105.22 11.7 10.3 41.61 37.18 BI665A/BP6 106.00 102.78 11.2 8.7 44.40 39.27 Maro 102.78 91.22 12.4 10.8 29.12 27.94 Hipa 6 94.89 80.78 14.1 9.8 31.24 26.85 Hipa 7 106.22 89.78 12.3 10.2 33.17 31.30 Hipa 8 132.78 114.78 11.0 7.0 55.63 52.28 IR64 96.00 87.11 16.2 12.3 29.47 27.06 Limboto 119.22 97.22 8.2 6.0 63.73 60.20 Rata-rata 105.91 94.09 x 11.7y 9.8x 38.08y 34.35x y Penurunan relatif (%) 15.1 16.6 9.8 Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada masing-masing peubah berbeda nyata

berdasarkan uji DMRT pada α = 0.05.

Sementara itu cekaman kekeringan pada kadar air ± 60% kapasitas

lapangan, mulai terjadi pada awal fase pengisian biji (Gambar 8). Kadar air tanah

pada kapasitas lapangan (pF 2.54) yaitu 25.6% dan titik layu permanen (pF 4.2)

yaitu 15.5%. Dengan demikian pada saat terjadi cekaman kekeringan

pertumbuhan tanaman telah stabil, oleh karena itu penurunan pertumbuhan relatif

kecil.

Secara umum tinggi tanaman akibat cekaman kekeringan pada genotipe

hibrida berkisar 83.67 – 105.22 cm dan varietas hibrida berkisar 80.78 - 114.78

Page 9: RESPON AGRONOMI, MORFOLOGI DAN FISIOLOGI PADI … · Penelitian bertujuan untuk mengetahui respon agronomi, fisiologi dan ... Hasil peneraan dibaca menggunakan spektrofotometer pada

77

cm, sedangkan varietas ceka Limboto dan IR-64 berturut-turut yaitu 97.22 dan

87.11 cm. Jumlah anakan produktif genotipe hibrida berkisar 8.7 – 11.2 anakan,

dan varietas hibrida berkisar 7.0 – 10.8 anakan, sedangkan varietas cek Limboto

dan IR-64 berturut-turut 6.0 dan 12.3 anakan. Sementara itu luas daun genotipe

hibrida berkisar 25.70 – 39.27 cm2 dan varietas hibrida berkisar 27.94 – 52.28

cm2, sedangkan varietas cek Limboto dan IR-64 berturut-turut 27.06 dan 60.20

cm2

23.523.628.5

25.026.325.3

32.2

39.0

05

1015202530354045

4 5 6 7 8 9 10 11

Minggu setelah tanam

Kad

ar a

ir ta

nah

(% v

olum

e)

(Tabel 18).

Gambar 8 Perubahan kadar air tanah selama periode pengeringan pada

kedalaman ± 16 cm

Hal yang berbeda terjadi pada peubah panjang akar, bobot kering tajuk,

bobot kering akar, umur panen dan periode pengisian biji. Akibat perlakuan

cekaman kekeringan antar genotipe/varietas memberikan respon yang berbeda

pada peubah panjang akar, bobot kering tajuk, bobot kering akar, umur panen dan

periode pengisian biji.

Panjang akar antar genotipe berbeda nyata baik pada kondisi tanpa cekaman

kekeringan (kontrol) maupun cekaman kekeringan. Panjang akar pada kondisi

cekaman kekeringan lebih pendek dibandingkan dengan pada kontrol. Pada

kondisi cekaman kekeringan genotipe BI485A/BP10, BI485A/BP12 dan

BI599A/BP5 serta varietas cek Limboto menghasilkan panjang akar yang lebih

panjang yaitu berturut-turut masing-masing 19.44, 19.22 dan 19.22 cm serta 19.22

cm, berbeda nyata dengan genotipe BI485A/BP5, varietas cek IR64 dan Hipa 6

(Tabel 19). Berdasarkan nilai penurunan relatif, semua genotipe yang diuji

menunjukkan penurunan panjang akar yang relatif kecil (berkisar antara 1.7 –

27.6 persen) bila dibandingkan dengan varietas cek IR64 (mencapai 33.6 persen)

Page 10: RESPON AGRONOMI, MORFOLOGI DAN FISIOLOGI PADI … · Penelitian bertujuan untuk mengetahui respon agronomi, fisiologi dan ... Hasil peneraan dibaca menggunakan spektrofotometer pada

78

kecuali genotipe BI665A/BP6, yang mengalami penurunan panjang akar 33.7

persen.

Fenomena penghambatan pemanjangan akar pada kondisi cekaman

kekeringan bila dibandingkan dengan tanpa cekaman kekeringan diduga

berhubungan dengan perubahan sifat fisik tanah sawah, setelah mengalami

kekeringan. Pembajakan dan pelumpuran tanah menyebabkan banyaknya butir

tanah halus yang akan meningkatkan pori mikro dan pembentukan lapisan tapak

bajak yang kedap air.

Tabel 19 Pengaruh cekaman kekeringan di lahan sawah dan genotipe terhadap panjang akar saat panen

Genotipe Panjang akar (cm)

Kontrol Cekaman Kekeringan

Penurunan relatif (%)

BI485A/BP3 23.78 18.44 bcde 22.4 h BI485A/BP5 23.33 16.89 cdef 27.6 i BI485A/BP10 22.78 19.44 cdefg 14.6 fgh BI485A/BP12 25.00 19.22 abcd 23.1 gh BI485A/BP15 21.89 18.22 defgh 17.8 h BI599A/BP5 19.56 19.22 fghi 1.7 gh BI599A/BP15 25.56 18.67 abcd 27.0 h BI665A/BP6 28.33 18.78 a 33.7 h Maro 20.33 17.89 efghi 12.0 hi Hipa 6 20.11 16.33 efghi 18.8 i Hipa 7 23.67 17.89 bcde 24.4 hi Hipa 8 26.67 18.11 abc 32.1 h IR64 24.44 16.22 bcd 33.6 i Limboto 27.33 19.22 ab 29.7 gh Rata-rata 23.77 18.17 x 23.6 y

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada α = 0.05.

Perubahan sifat fisik tanah sawah akibat pembentukan padas akan

menghambat drainase dan dalamnya akar tanaman tetapi tidak menghambat akar

ke samping, sehingga pada perlakuan kontrol masih terjadi pemanjangan akar

secara horisontal (Darmawijaya 1997). Perubahan sifat fisik tanah tersebut, jika

mengalami kekeringan menyebabkan tanah sawah membentuk struktur tanah yang

kompak dan keras sehingga menghambat pertumbuhan akar baik secara vertikal

maupun horisontal, akibatnya rata-rata panjang akar genotipe padi hibrida pada

Page 11: RESPON AGRONOMI, MORFOLOGI DAN FISIOLOGI PADI … · Penelitian bertujuan untuk mengetahui respon agronomi, fisiologi dan ... Hasil peneraan dibaca menggunakan spektrofotometer pada

79

kondisi kekeringan tidak lebih panjang dari kontrol. Beberapa hasil penelitian di

lahan sawah (Gowda et al. 2011) menunjukkan bahwa 69% - 94% akar terdapat

pada kedalaman 10 cm dan sangat sedikit akar ditemukan >30 cm. Penetrasi akar

ke dalam secara vertikal dapat membantu padi menghindari cekaman kekeringan,

meskipun demikian penetrasi akar dibatasi oleh kehadiran hardpan. Hardpan

yang berkembang dari pelumpuran dapat memperbaiki kapasitas retensi air tanah

(Sharma dan De Datta 1985), tetapi menghalangi penetrasi akar untuk mencapai

kelembaban pada zona yang lebih dalam setelah tanah mengalami kekeringan

(Babu et al. 2001; Clark et al. 2002; Samson et al. 2002). Gowda et al. (2011)

melaporkan bahwa pada kondisi genangan dan macak-macak, resistensi penetrasi

akar pada kedalaman 10 cm masing-masing sebesar 0.64 MPa dan 1.70 MPa.

Selanjutnya dilaporkan bahwa pada kekuatan tanah 0.50 – 2.00 MPa, penetrasi

akar menurun >50 persen dan sangat menurun pada 3.00 MPa dan >3.00 MPa

(Bengough dan Mullins 1990).

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa panjang akar varietas cek

Limboto pada kondisi cekaman kekeringan memiliki akar yang lebih panjang,

tetapi berdasarkan nilai penurunan relatif panjang akar dapat mencapai 29.7

persen, namun masih lebih rendah dibanding IR64 (Tabel 19). Gowda (2011)

menyatakan bahwa terdapat variasi genetik pada kedalaman akar, kultivar padi

gogo cenderung memiliki akar dalam dibanding kultivar padi sawah. Hal yang

sama dinyatakan oleh Yu et al. (1995) bahwa secara umum kultivar padi gogo

memiliki kemampuan penetrasi yang baik dibandingkan dengan kultivar padi

sawah. Lafitte et al. (2006) melaporkan bahwa penurunan panjang akar genotipe

padi sawah IR2266 lebih besar bila dibandingkan dengan genotipe padi gogo

CT9993, yang lebih beradaptasi pada kondisi kekurangan air di lahan sawah tadah

hujan. Lebih lanjut Lafitte et al. (2006) melaporkan bahwa cekaman kekeringan

dapat menurunkan hasil gabah padi sawah sebesar 75 persen. Masle (1992)

menyatakan bahwa pengaruh hardpan pada perkembangan akar menyebabkan

terjadinya perubahan secara fisiologi dan morfologi pada pertumbuhan termasuk

penurunan laju transpirasi dan penambahan luas daun dan akhirnya penurunan

pada akumulasi bahan kering.

Page 12: RESPON AGRONOMI, MORFOLOGI DAN FISIOLOGI PADI … · Penelitian bertujuan untuk mengetahui respon agronomi, fisiologi dan ... Hasil peneraan dibaca menggunakan spektrofotometer pada

80

Bobot kering tajuk dan akar tanaman juga menurun akibat cekaman

kekeringan, kecuali bobot kering tajuk varietas cek Limboto tidak berbeda nyata

antara kontrol dan cekaman kekeringan. Pada kondisi cekaman kekeringan, bobot

kering tajuk antar genotipe tidak berbeda nyata. Genotipe BI665A/BP6

menghasilkan bobot kering tajuk tertinggi, kemudian diikuti varietas cek Limboto

dan genotipe/varietas cek lainnya (Tabel 20). Penurunan bobot kering tajuk pada

kondisi cekaman kekeringan berdasarkan nilai penurunan relatif berkisar antara

26.9 persen sampai dengan 63.7 persen. Varietas cek Limboto dan genotipe

BI485A/BP12 akibat cekaman kekeringan mengalami penurunan bobot kering

tajuk kurang dari 30 persen.

Tabel 20 Pengaruh cekaman kekeringan di lahan sawah dan genotipe terhadap bobot kering tajuk saat panen

Genotipe Bobot kering tajuk (g) Kontrol Cekaman Kekeringan Penurunan relatif (%)

BI485A/BP3 40.42 25.66 cdef 36.5 hij BI485A/BP5 46.43 21.03 bcde 54.7 ij BI485A/BP10 37.75 22.87 efg 39.4 ij BI485A/BP12 32.04 22.44 fgh 29.9 ij BI485A/BP15 38.55 23.08 defg 40.1 ij BI599A/BP5 37.19 23.15 efgh 37.8 ij BI599A/BP15 51.65 27.08 bc 47.6 ghij BI665A/BP6 53.42 37.30 b 30.2 efgh Maro 39.62 22.57 def 43.0 ij Hipa 6 52.31 18.99 b 63.7 j Hipa 7 48.66 23.28 bcde 52.2 ij Hipa 8 64.59 25.20 a 61.0 ij IR64 50.27 21.68 bcd 56.9 ij Limboto 42.08 30.75 bcdef 26.9 fghij Rata-rata 45.35 24.65 x 45.6 y Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada

α = 0.05.

Penurunan bobot kering tajuk berkaitan dengan penurunan luas daun,

sebagai upaya untuk menghindari cekaman kekeringan. Sinclair dan Muchow

(2001) menyatakan bahwa ukuran daun yang lebih kecil menyebabkan daun

kehilangan kesempatan untuk intersepsi radiasi matahari lebih banyak,

mengakibatkan produksi bahan kering menurun. Pola pengaruh cekaman

kekeringan terhadap bobot kering tajuk, sama halnya dengan pada bobot kering

akar. Penurunan bobot kering akar akibat cekaman kekeringan berdasarkan nilai

Page 13: RESPON AGRONOMI, MORFOLOGI DAN FISIOLOGI PADI … · Penelitian bertujuan untuk mengetahui respon agronomi, fisiologi dan ... Hasil peneraan dibaca menggunakan spektrofotometer pada

81

penurunan relatif cukup besar yaitu antara 33.4 persen sampai dengan 69.3

persen. Gowda et al. (2011) menyatakan bahwa pengaruh cekaman kekeringan

terhadap pertumbuhan akar mungkin berbeda sebab masa akar dan panjang akar

dapat menunjukkan tren yang berlawanan khususnya ketika diameter akar

menurun karena kekeringan menyebabkan akar lebih panjang tetapi masa akar

berkurang. Hal ini berimplikasi pada besarnya penurunan bobot kering akar

(Tabel 21).

Tabel 21 Pengaruh cekaman kekeringan di lahan sawah dan genotipe terhadap bobot kering akar saat panen

Genotipe Bobot kering akar (g) Kontrol Cekaman Kekeringan Penurunan relatif (%)

BI485A/BP3 2.38 1.56 bcde 34.5 fgh BI485A/BP5 2.38 1.37 bcde 42.5 fgh BI485A/BP10 2.37 1.19 bcde 49.6 gh BI485A/BP12 1.82 1.00 defg 45.1 h BI485A/BP15 2.32 1.54 bcde 33.4 fgh BI599A/BP5 2.09 1.29 cdef 38.1 gh BI599A/BP15 2.63 1.53 bc 41.8 fgh BI665A/BP6 2.73 1.75 bc 35.9 efgh Maro 2.41 1.23 bcde 49.0 gh Hipa 6 2.75 0.99 bc 64.0 h Hipa 7 2.54 1.20 bcd 53.0 gh Hipa 8 3.49 1.07 a 69.3 gh IR64 2.96 1.16 ab 60.8 gh Limboto 2.75 1.53 bc 44.4 fgh Rata-rata 2.54 1.32 x 48.0 y

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada α = 0.05.

Penurunan bobot kering tajuk yang diikuti penurunan bobot kering akar

pada kondisi cekaman kekeringan menyebabkan peningkatan nisbah bobot kering

akar tajuk (NAT) relatif kecil pada beberapa genotipe yang diduga toleran

kekeringan seperti genotipe BI485A/BP5, BI485A/BP15 dan BI599A/BP15.

Nisbah bobot akar tajuk juga bervariasi antar sistem budidaya. Pada kondisi lahan

kering nisbah bobot akar tajuk meningkat (Price et al. 2002), dibandingkan

dengan nisbah akar-tajuk pada kondisi lahan sawah (Azhiri-Sigari et al. 2000;

Banoc et al. 2000). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa cekaman

kekeringan menyebabkan peningkatan nisbah bobot akar tajuk dan pertumbuhan

Page 14: RESPON AGRONOMI, MORFOLOGI DAN FISIOLOGI PADI … · Penelitian bertujuan untuk mengetahui respon agronomi, fisiologi dan ... Hasil peneraan dibaca menggunakan spektrofotometer pada

82

panjang akar, tetapi kondisi kekeringan yang sangat parah dan kehadiran hardpan

telah mengurangi partisi asimilat ke akar (Gowda et al. 2011).

Pengamatan yang dilakukan pada saat tanaman berbunga menunjukkan

bahwa umur berbunga 50 persen tidak berbeda nyata antar genotipe akibat

perlakuan kekeringan di lahan sawah, tetapi umur panen antar genotipe berbeda

nyata (Tabel 22). Hal ini berkaitan dengan cekaman kekeringan mulai terjadi pada

akhir fase vegetatif hingga dua minggu setelah antesis (Gambar 8).

Tabel 22 Pengaruh cekaman kekeringan di lahan sawah dan genotipe terhadap

umur panen dan periode pengisian biji

Genotipe

Umur berbunga (hari) Umur panen (hari) Periode pengisian biji (hari)

Kontrol Cekaman kekeringan

Kontrol Cekaman kekeringan

Kontrol Cekaman kekeringan

BI485A/BP3 82.0 82.0 109.7 110.0 fg 27.7efg 28.0 bcde bcde BI485A/BP5 80.7 80.0 110.3 109.0 efg 29.7 gh 29.0 ab BI485A/BP10

abc 81.3 80.3 106.0 106.7 jkl 24.7 ijk 26.3 fghi

BI485A/BP12 defg

80.3 78.3 104.7 99.7 lm 24.3n 21.3 ghij BI485A/BP15

k 80.0 78.7 108.0 104.3 hi 28.0m 25.7bcde

BI599A/BP5 efgh

81.7 82.0 111.3 111.0de 29.7 def 29.0 ab BI599A/BP15

abc 82.3 81.7 109.7 104.7 fg 27.3lm 23.0 bcde

BI665A/BP6 ijk

89.0 87.0 115.3 114.3 c 26.3c 27.3 defg Maro

bcde 81.3 79.7 109.3 105.3gh 28.0klm 25.7 bcde

Hipa 6 efgh

88.0 86.7 112.0 110.3 d 24.0efg 23.7 ghij Hipa 7

hijk 85.7 83.0 110.3 110.0efg 24.7 efg 27.0 fghi

Hipa 8 cdef

91.0 91.3 118.0 119.7 ab 27.0 a 28.3 cdef IR64

bcd 86.3 84.3 111.0 115.3 def 24.7c 31.0 fghi

Limboto a

85.3 84.7 107.3 106.7 ij 22.0ijk 22.0jk Rata-rata

jk 83.9 82.8 x 110.2y 109.1x 26.3 y 26.2

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada masing-masing peubah tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada α = 0.05.

Pada perlakuan cekaman kekeringan, beberapa genotipe lebih mempercepat

umur panen atau memperpendek periode pengisian biji (Tabel 22). Genotipe

BI485A/BP12, BI485A/BP15 dan BI599A/BP15 serta Maro akibat cekaman

kekeringan mempercepat hari kematangan gabah/umur panen 4 hingga 5 hari

dibanding kontrol. Periode pengisian biji pada genotipe tersebut juga menjadi

lebih pendek yaitu berturut-turut masing-masing 21.3, 25.7 dan 23.0 hari

dibanding varietas cek IR64, yang mencapai 31.0 hari (Tabel 22). Yang et al.

(2003) melaporkan bahwa defisit air selama pengisian biji pada padi, dapat

menginduksi senesen lebih awal, penurunan fotosintesis, meningkatnya

Page 15: RESPON AGRONOMI, MORFOLOGI DAN FISIOLOGI PADI … · Penelitian bertujuan untuk mengetahui respon agronomi, fisiologi dan ... Hasil peneraan dibaca menggunakan spektrofotometer pada

83

remobilisasi cadangan C pra-simpan dari batang ke biji dan memperpendek

periode waktu pengisian biji. Periode aktif pengisian biji dapat dipersingkat 5-6

hari pada kondisi cekaman kekeringan moderat dan 12-17 hari pada kondisi

cekaman kekeringan parah dibanding dengan tanpa cekaman kekeringan.

A.2. Komponen Hasil dan Hasil Padi Hibrida pada Kondisi Cekaman Kekeringan

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa interaksi cekaman kekeringan dan

genotipe tidak berpengaruh nyata terhadap peubah panjang malai, jumlah gabah

isi per malai dan bobot 1 000 butir. Interaksi cekaman kekeringan dan genotipe

hanya berpengaruh nyata pada persentase gabah hampa, bobot gabah per rumpun,

hasil gabah per hektar dan indeks panen (Lampiran 6). Hal ini mengindikasikan

bahwa terdapat perbedaan respon antar genotipe akibat cekaman kekeringan pada

peubah persentase gabah hampa, bobot gabah per rumpun, hasil gabah per hektar

dan indeks panen.

Tabel 23. Pengaruh cekaman kekeringan di lahan sawah terhadap panjang malai, jumlah gabah isi dan bobot 1 000 butir

Genotipe

Panjang malai (cm) Jumlah gabah isi (butir)

Bobot 1 000 butir (g)

Kontrol Cekaman kekeringan

Kontrol Cekaman kekeringan

Kontrol Cekaman kekeringan

BI485A/BP3 25.99 23.66 79.8 36.4 25.22 22.11 BI485A/BP5 26.48 24.39 69.4 40.3 26.71 22.72 BI485A/BP10 26.99 24.04 93.7 53.4 26.04 22.83 BI485A/BP12 27.83 25.09 115.8 88.9 24.98 23.54 BI485A/BP15 26.55 23.59 89.6 69.1 26.45 22.66 BI599A/BP5 26.60 26.88 81.5 54.6 26.42 22.47 BI599A/BP15 28.63 26.50 97.8 84.0 27.04 22.90 BI665A/BP6 27.39 25.68 66.5 33.4 24.03 22.04 Maro 27.45 25.18 84.7 42.3 24.65 21.75 Hipa 6 26.42 24.14 100.1 53.6 20.60 19.38 Hipa 7 27.76 25.05 89.9 67.9 22.25 21.45 Hipa 8 29.54 26.46 91.2 47.6 23.10 21.44 IR64 25.39 23.09 66.1 35.0 25.73 21.82 Limboto 28.59 25.71 105.4 78.7 25.91 24.10 Rata-rata 27.26 24.96 x 88.0 y 56.1x 24.94y 22.23x y Keterangan: Angka rata-rata yang diikuti huruf yang tidak sama pada masing-masing peubah

berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada α = 0.05.

Page 16: RESPON AGRONOMI, MORFOLOGI DAN FISIOLOGI PADI … · Penelitian bertujuan untuk mengetahui respon agronomi, fisiologi dan ... Hasil peneraan dibaca menggunakan spektrofotometer pada

84

Akibat perlakuan cekaman kekeringan di lahan sawah yang terjadi pada

akhir fase vegetatif hingga dua minggu setelah antesis, antar genotipe secara

umum menghasikan panjang malai, jumlah gabah isi dan bobot gabah 1 000 butir

yang relatif sama, akan tetapi pada peubah jumlah gabah isi cenderung tinggi pada

genotipe BI485A/BP12, BI485A/BP15, BI599A/BP15, Limboto dan Hipa 7

dibanding dengan IR64. Jumlah gabah isi genotipe BI485A/BP12, BI485A/BP15,

BI599A/BP15, Limboto dan Hipa 7 yaitu berturut-turut sebesar 88.9, 69.1, 84.0,

78.7 dan 67.9 butir, sedangkan IR64 hanya 35.0 butir (Tabel 23). Hal ini

berimplikasi pada rendahnya persentase gabah hampa genotipe/varietas tersebut.

Pada perlakuan cekaman kekeringan genotipe BI485A/BP12, BI599A/BP15,

BI485A/BP15 dan BI485A/BP10 menghasilkan persentase gabah hampa

terrendah yang tidak berbeda nyata dengan varietas cek Limboto dan Hipa7 yaitu

berturut-turut sebesar 41.2, 46.9, 48.1 dan 54.0 persen serta 48.3 dan 54.4 persen

(Tabel 24). Hal ini berimplikasi pada tingginya bobot gabah per rumpun genotipe

BI485A/BP12 yaitu sebesar 17.60 g yang tidak berbeda nyata dengan genotipe

BI485A/BP10, BI485A/BP15, BI599A/BP15 dan varietas Hipa 7 serta Limboto

yaitu berturut-turut sebesar 12.40, 16.78, 17.02, 12.72 dan 17.06 g (Tabel 24).

Daya hasil BI485A/BP12 adalah 2.82 ton ha-1 yang tidak berbeda nyata dengan

genotipe BI485A/BP10, BI485A/BP15, BI599A/BP15 yaitu berturut-turut sebesar

1.98, 2.58, 2.72, 2.04 dan 2.73 ton ha-1, sedangkan IR64 hanya menghasilkan

gabah 1.42 ton ha-1

(Tabel 25). Hasil genotipe hibrida tersebut erat kaitannya

dengan meningkatnya remobilisasi cadangan asimilat dari daun dan batang ke biji

pada kondisi defisit air. Yang et al. (2003) menyatakan bahwa kondisi defisit air,

selama pengisian biji dapat meningkatkan remobilisasi C dan pengisian biji pada

padi hibrida yang dihasilkan dari sistem tiga galur.

Genotipe BI485A/BP12, BI485A/BP15 dan BI599A/BP15 akibat perlakuan

cekaman kekeringan menurunkan bobot gabah per rumpun yang relatif lebih

rendah dibandingkan dengan varietas IR64, tetapi relatif sama dengan varietas

Limboto dan Hipa 7. Penurunan relatif bobot gabah per rumpun pada genotipe

BI485A/BP12, BI485A/BP15, BI599A/BP15, varietas Limboto dan Hipa 7

berturut-turut hanya sebesar 9.5, 16.1, 15.6, 14.1 dan 23.7 persen, sedangkan IR64

menurun sebesar 52.7 persen (Tabel 24).

Page 17: RESPON AGRONOMI, MORFOLOGI DAN FISIOLOGI PADI … · Penelitian bertujuan untuk mengetahui respon agronomi, fisiologi dan ... Hasil peneraan dibaca menggunakan spektrofotometer pada

85

Tabel 24 Pengaruh cekaman kekeringan di lahan sawah dan genotipe terhadap persentase gabah hampa dan bobot gabah per rumpun

Genotipe

Persentase gabah hampa (%)

Bobot gabah (g rumpun-1 Penurunan

relatif (%) )

Kontrol Cekaman kekeringan

Kontrol Cekaman kekeringan

BI485A/BP3 60.3 73.9 cdefgh 16.40 ab 7.14 abcde 56.5 hi BI485A/BP5 56.5 63.8 defghi 14.10 bcdef 9.35 bcdef 33.7 fghi BI485A/BP10 44.7 54.0 ij 20.27 efghij 12.40 a 38.8 defgh BI485A/BP12 48.0 41.2 hij 19.45 j 17.60 abc 9.5 abcd BI485A/BP15 50.0 48.1 ghij 20.01 hij 16.78 a 16.1 abcde BI599A/BP5 48.0 63.5 hij 15.97 bcdef 11.42 abcde 28.5 efghi BI599A/BP15 55.2 46.9 efghi 20.17 hij 17.02 a 15.6 abcd BI665A/BP6 68.5 79.9 abcd 12.03 a 6.85 defghi 43.1 i Maro 50.4 68.7 fghij 19.59 abcd 9.21 ab 53.0 fghi Hipa 6 51.4 63.0 fghij 16.63 bcdefg 11.36 abcde 31.7 efghi Hipa 7 54.0 54.4 efghij 16.68 efghij 12.72 abcde 23.7 defg Hipa 8 63.2 70.6 bcdefg 13.88 abc 7.74cdef 44.3 ghi IR64 48.7 66.3 hij 18.72 abcd 8.85 abc 52.7 fghi Limboto 48.5 48.3 hij 19.85 hij 17.06 a 14.1 abcd Rata-rata 53.4 60.2 y 17.41 x 11.82x 32.1 y Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada masing-masing peubah tidak berbeda nyata

berdasarkan uji DMRT pada α = 0.05.

Villa et al. (2011) melaporkan bahwa secara umum hasil biji padi hibrida

lebih tinggi dibanding dengan padi inbrida pada berbagai kondisi lingkungan.

Pada lahan sawah yang tercekam kekeringan, padi hibrida yang berbunga lebih

awal umumnya produksinya tinggi. Hal yang sama juga telah dilaporkan oleh

Lafitte dan Courtois (2002) bahwa produksi pada kondisi cekaman kekeringan

secara konsisten lebih tinggi pada kultivar yang matang lebih awal. Kumar et al.

(2006) menyatakan bahwa pada kondisi cekaman kekeringan pada padi, bahan

kering diredistribusi dari daun dan batang, berkontribusi secara nyata pada hasil

biji kultivar NSG-19 dan Sabita yang matang lebih awal. Selanjutnya Lafarge et

al. (2009) menyatakan bahwa tingginya hasil hibrida, akibat laju pertumbuhan

batang yang tinggi dan partisi asimilat yang baik diantara organ-organ tanaman.

Page 18: RESPON AGRONOMI, MORFOLOGI DAN FISIOLOGI PADI … · Penelitian bertujuan untuk mengetahui respon agronomi, fisiologi dan ... Hasil peneraan dibaca menggunakan spektrofotometer pada

86

Tabel 25 Pengaruh cekaman kekeringan di lahan sawah dan genotipe terhadap hasil gabah per hektar, indeks panen, indeks toleransi kekeringan dan indeks kepekaan kekeringan

Genotipe Hasil gabah (ton ha-1 Indeks panen (IP) ) Indeks

toleransi kekeringan

(%)

Indeks kepekaan

kekeringan Kontrol Cekaman

kekeringan Kontrol Cekaman

kekeringan

BI485A/BP3 2.67 1.14 abcde 0.38 hi 0.26 fghij 43.5 ijk 1.76 BI485A/BP5 2.26 1.50 bcdef 0.31 fghi 0.43 hijk 66.3 cdefghi 1.05 BI485A/BP10 3.24 1.98 a 0.51 defgh 0.52 cdefg 61.2 cdef 1.21 BI485A/BP12 3.11 2.82 abc 0.58 abcd 0.76 bcd 90.5 a 0.30 BI485A/BP15 3.20 2.58 a 0.49 abcde 0.70cdefg 83.9 ab 0.50 BI599A/BP5 2.55 1.83 abcde 0.41 efghi 0.47 defghi 71.6 cdefgh 0.89 BI599A/BP15 3.23 2.72 a 0.38 abcd 0.60 fghij 84.4 bc 0.49 BI665A/BP6 1.93 1.10 defghi 0.22 i 0.17 jk 56.9 k 1.34 Maro 3.14 1.47 ab 0.46 fghi 0.40 cdefgh 47.0 defghi 1.65 Hipa 6 2.66 1.88 abcde 0.33 efghi 0.56 ghijk 68.4 bcde 0.99 Hipa 7 2.67 2.04 abcde 0.33defg 0.49 ghijk 76.3 cdefg 0.74 Hipa 8 2.22 1.24cdef 0.21 ghi 0.30 jk 55.7 hijk 1.38 IR64 3.00 1.42 abc 0.35 fghi 0.40 fghij 47.3 efghi 1.64 Limboto 3.18 2.73 a 0.45 abcd 0.53 cdefgh 86.0 cdef 0.44 Rata-rata 2.79 1.89x 0.38y 0.46 y x Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada masing-masing peubah tidak berbeda nyata

berdasarkan uji DMRT pada α = 0.05.

Persentase gabah hampa yang tinggi pada beberapa genotipe akibat

perlakuan cekaman kekeringan (Tabel 24) berimplikasi pada indeks panen yang

rendah (Tabel 25). Indeks panen pada perlakuan cekaman kekeringan berbeda

nyata antar genotipe. Genotipe BI485A/BP12 menghasilkan indeks panen

tertinggi yaitu 0.76, kemudian diikuti genotipe BI485A/BP15 dan BI599A/BP15

dengan nilai indeks panen masing-masing 0.70 dan 0.60. Villa et al. (2011)

melaporkan bahwa indeks panen padi hibrida nyata lebih tinggi dibandingkan

dengan padi inbrida baik pada kondisi cekaman kekeringan maupun tanpa

cekaman kekeringan. Yang et al. (2003) menyatakan bahwa tingginya indeks

panen karena meningkatnya remobilisasi asimilat akibat defisit air. Defisit air

menyebabkan laju pengisian biji meningkat dan periode waktu pengisian biji

memendek. Rata-rata laju pengisian biji pada tanaman yang mengalami

kekeringan moderat dan kekeringan parah, telah meningkat 22% dan 48% pada

percobaan pot dan 19% dan 38% pada percobaan lapangan, dibandingkan dengan

kondisi tanpa cekaman kekeringan. Kumar et al. (2009) menyatakan bahwa

Page 19: RESPON AGRONOMI, MORFOLOGI DAN FISIOLOGI PADI … · Penelitian bertujuan untuk mengetahui respon agronomi, fisiologi dan ... Hasil peneraan dibaca menggunakan spektrofotometer pada

87

penurunan biomasa tanaman genotipe peka akibat cekaman kekeringan akan

berdampak pada penurunan hasil padi, sehingga biomasa dan indeks panen yang

tinggi dapat digunakan sebagai kriteria seleksi untuk mendapatkan genotipe

toleran kekeringan.

Hasil gabah dan indeks panen yang tinggi pada genotipe BI485A/BP12,

BI485A/BP15, BI599A/BP15 menyebabkan nilai indeks toleransi relatif tinggi

dan indeks kepekaan terhadap kekeringan yang relatif rendah pada genotipe

tersebut (Tabel 25). Berdasarkan nilai indeks toleransi yang relatif tinggi yaitu

lebih dari 80 persen dengan persentase penurunan hasil gabah per rumpun kurang

dari 20 persen dan indeks kepekaan terhadap kekeringan kurang dari 0.5 atau

nilai-nilai dari peubah toleransi terhadap cekaman kekeringan yang relatif sama

dengan varietas cek Limboto maka genotipe BI485A/BP12, BI485A/BP15 dan

BI599A/BP15 termasuk kategori toleran kekeringan.

B. Karakter Fisiologi Genotipe Hibrida pada Kondisi Cekaman Kekeringan

Tanaman dalam menghadapi kondisi cekaman kekeringan akan memberikan

respon perubahan morfologi dan serangkaian proses fisiologi yang bermuara pada

toleransi terhadap cekaman kekeringan. Perubahan pada proses fisiologi akibat

perlakuan cekaman kekeringan berupa terhambatnya proses pembelahan sel,

sintesis protein, fotosintesis termasuk perubahan partisi dan akumulasi

karbohidrat (Mitra 2001; Altman 2003;

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa genotipe BI599A/BP15 yang

termasuk genotipe toleran kekeringan, baik berdasarkan metode pengujian dengan

PEG 6000 maupun perlakuan cekaman kekeringan di pot, menghasilkan tingkat

kerapatan stomata yang rendah dan tetap mempertahankan status air daun relatif

tetap tinggi (Gambar 9 dan 10) akibat perlakuan cekaman kekeringan di lahan

sawah. Tingkat kerapatan stomata yang rendah diduga dapat meningkatkan

toleransi tanaman terhadap cekaman kekeringan, karena efisiensi stomata

mengontrol pengurangan kehilangan air. Shinozaki dan Yamaguchi-Shinozaki

(2007) menyatakan bahwa salah satu respon tanaman terhadap kondisi defisit air

Pieters dan Souki 2005) dan perubahan

konduktansi stomata serta kadar air relatif daun (Zulkarnain et al. 2009).

B.1. Kerapatan Stomata dan Kadar Air Relatif Daun

Page 20: RESPON AGRONOMI, MORFOLOGI DAN FISIOLOGI PADI … · Penelitian bertujuan untuk mengetahui respon agronomi, fisiologi dan ... Hasil peneraan dibaca menggunakan spektrofotometer pada

88

adalah berkurangnya kerapatan stomata. Selain itu, Kumar et al. (2006)

melaporkan bahwa meningkatnya produksi bahan kering pada kondisi kekeringan

terkait dengan pemeliharaan kadar air relatif daun yang tinggi pada pembungaan.

Pengurangan bahan kering pada IR-20 pada cekaman kekeringan, karena terjadi

pengurangan kadar air relatif daun.

0200400600800

1000

BI485A/B

P3

BI485A/B

P15

BI599A/B

P15IR

64

Limboto

Hipa 7

Ker

apat

an st

omat

a (m

m-2)

Pengairan normal Cekaman kekeringan

Gambar 9 Pengaruh cekaman kekeringan di lahan sawah terhadap kerapatan

stomata

Jongdee et al. (2002) menyatakan bahwa kemampuan memelihara status

potensial air daun selama cekaman kekeringan nampaknya penting untuk

stabilitas produksi pada lingkungan yang mengalami kekeringan. Venuprasad et

al. (2011) melaporkan bahwa pemberian cekaman kekeringan yang lama yaitu 78

– 97 hari setelah tanam pada galur-galur padi Near Isogenic (NILs) menunjukkan

terjadinya penurunan kadar air relatif daun. Penurunan kadar air relatif daun NILs

peka menunjukkan kecenderungan penurunan yang tinggi dibanding NILs

toleran, walaupun perbedaan ini tidak nyata secara statistik. Pada 97 hari setelah

tanam kadar air relatif nyata lebih tinggi pada galur toleran dibanding galur peka

IR77298-14-1-2-B.

Sama dengan hasil penelitian ini, penelitian pada tanaman kacang tunggak

menunjukkan kultivar toleran dapat mempertahankan kadar air relatif daun lebih

tinggi dibandingkan dengan kultivar peka kekeringan (Gunes et al. 2008; Jain dan

Chattopadhyay 2010).

Page 21: RESPON AGRONOMI, MORFOLOGI DAN FISIOLOGI PADI … · Penelitian bertujuan untuk mengetahui respon agronomi, fisiologi dan ... Hasil peneraan dibaca menggunakan spektrofotometer pada

89

657075808590

BI485A

/BP3

BI599A

/BP1

5IR

64

Limbo

to

Hipa 7

KA

RD

(%)

Pengairan normal Cekaman kekeringan

Gambar 10 Pengaruh cekaman kekeringan di lahan sawah terhadap kadar air

relatif daun

B.2. Klorofil

Akibat cekaman kekeringan kandungan klorofil daun pada genotipe hibrida

dan varietas cek menunjukkan penurunan kecuali pada varietas Limboto (Gambar

11). Banyak peneliti telah melaporkan bahwa cekaman kekeringan dapat

menyebabkan terganggunya aktivitas fotosistem II, akibat penurunan kandungan

klorofil (Pieters dan Souki 2005). Defisit air secara nyata mengurangi laju

fotosintesis daun bendera selama pengisian biji. Degradasi kandungan klorofil

juga berkaitan dengan proses senesen. Cekaman kekeringan pada genotipe toleran

dapat mempercepat laju senesen. Yang et al. (2003) menyatakan bahwa pada

kondisi pengairan yang baik, kandungan klorofil daun bendera menurun secara

perlahan dengan menuanya daun. Laju penurunan meningkat setelah tanaman

terekspos pada defisit air. Defisit air yang meningkat menyebabkan peningkatan

penuaan daun.

Induksi senesen yang terjadi lebih awal akibat defisit air mungkin

berhubungan dengan reduksi serapan N dari tanah dan meningkatnya sintesis

ABA (Davies dan Zhang 1991). Penurunan fotosintesis akibat defisit air

berhubungan dengan senesen lebih awal dan menurunnya kandungan klorofil

(Siddique et al. 1999). Izanloo et al. (2008) melaporkan bahwa pada kondisi

defisit air kultivar gandum toleran kekeringan RAC875 menunjukkan daun yang

lebih tebal, luas daun bendera yang lebih kecil dan kadar klorofil lebih tinggi

Page 22: RESPON AGRONOMI, MORFOLOGI DAN FISIOLOGI PADI … · Penelitian bertujuan untuk mengetahui respon agronomi, fisiologi dan ... Hasil peneraan dibaca menggunakan spektrofotometer pada

90

dibandingkan dengan Kurki dan Excalibur. Kandungan klorofil yang tinggi pada

RAC875 mungkin refleksi ketebalan daun pada kultivar tersebut. Daun yang tebal

akan memiliki kerapatan kloroplas yang lebih tinggi per satuan luas dan karena itu

kadar klorofil tinggi per satuan luas daun. Varietas cek Limboto diduga memiliki

strategi seperti ini (daun yang tebal), sehingga kandungan klorofil daun tetap

tinggi pada akhir cekaman kekeringan.

2.9353.9473.3282.7893.1743.720

2.8323.7343.379

4.178

1.072

1.4641.227

1.0301.204

1.399

1.060

1.3691.211

1.492

0123456

BI485A/B

P3 (kon

trol)

Kekeri

ngan

BI599A/B

P15 (k

ontrol)

Kekeri

ngan

IR64 (

kontr

ol)

Kekeri

ngan

Limboto

(kontr

ol)

Kekeri

ngan

Hipa 7 (k

ontro

l)

Kekeri

ngan

Klo

rofil

(mg

g -1)

Klorofil a Klorofil b

Gambar 11 Pengaruh cekaman kekeringan di lahan sawah terhadap kandungan klorofil

B.3. Karbohidrat Total

Kandungan karbohidrat pada batang, pelepah dan daun genotipe padi hibrida

lebih rendah akibat cekaman kekeringan, sedangkan pada akar cenderung lebih

tinggi dibanding tanpa cekaman kekeringan (kontrol). Kandungan karbohidrat

daun genotipe BI485A/BP3 dan BI599A/BP15 pada kondisi cekaman kekeringan

lebih rendah dibanding kontrol berturut-turut 82.89 dan 79.75 mg g-1, sedangkan

kontrol berturut-turut 86.80 dan 96.83 mg g-1. Sama halnya dengan kandungan

karbohidrat daun pada varietas IR64, Limboto dan Hipa 7, juga cenderung rendah

pada kondisi cekaman kekeringan tetapi lebih tinggi dibanding genotipe

BI485A/BP3 dan BI599A/BP15 berturut-turut 113.08, 106.89 dan 119.63 mg g-1,

dibanding kontrol. Kandungan karbohidrat daun varietas IR64, Limboto dan Hipa

Page 23: RESPON AGRONOMI, MORFOLOGI DAN FISIOLOGI PADI … · Penelitian bertujuan untuk mengetahui respon agronomi, fisiologi dan ... Hasil peneraan dibaca menggunakan spektrofotometer pada

91

7 pada kontrol berturut-turut 130.02, 116.37, 134.09 mg g-1. Sementara itu akibat

cekaman kekeringan, karbohidrat pelepah dan batang genotipe hibrida terutama

BI599A/BP15 mengalami penurunan yang sangat tinggi dibanding kontrol yaitu

berturut-turut 53.9 dan 56.7 persen. Kandungan karbohidrat batang genotipe

BI599A/BP15 pada kondisi cekaman kekeringan juga lebih rendah (84.85 mg g-1)

bila dibanding kandungan karbohidrat batang pada genotipe BI485A/BP3 (109.22

mg), varietas cek IR-64 (125.09 mg g-1), Limboto (146.53 mg g-1) dan Hipa 7

(149.07 mg g-1). Kandungan karbohidrat akar baik pada genotipe hibrida maupun

varietas cek akibat cekaman kekeringan, cenderung lebih tinggi dibanding

kontrol. Genotipe BI485A/BP3, BI485A/BP15, varietas IR-64, Limboto dan Hipa

7 akibat cekaman kekeringan memiliki kandungan karbohidrat akar berturut-turut

102.55, 111.18, 101.20, 105.19 dan 106.25 mg g-1, sedangkan pada kontrol

memiliki kandungan karbohidrat akar berturut-turut 88.60, 104.93, 85.02, 105.18,

dan 100.55 mg g-1

(Gambar 12).

Gambar 12 Pengaruh cekaman kekeringan di lahan sawah terhadap karbohidrat non struktural

171.76195.86

159.03 150.37178.13

109.2284.85

125.09 146.53 149.07

050

100150200250300

BI485A

/BP3

BI599A

/BP1

5IR

64

Limbo

to

Hipa 7

Kar

bohi

drat

(m

g gl

ukos

a g

bk-1

)

104.93 85.02 105.18 100.5588.60102.55 111.84 101.20 105.19 106.25

050

100150200250300

BI485A

/BP3

BI599A

/BP1

5IR

64

Limbo

to

Hipa 7

Akar Batang

86.80 96.83130.02 116.37 134.09

119.63113.0879.7582.89

106.89

0

50

100

150

200

250

300

Kar

bohi

drat

(mg

gluk

osa

g bk

-1)

154.02

292.70

115.34118.16 119.66134.88

89.80115.38

99.2080.86

0

50

100

150

200

250

300

Pengairan normal Cekaman kekeringan

Daun Pelepah

Page 24: RESPON AGRONOMI, MORFOLOGI DAN FISIOLOGI PADI … · Penelitian bertujuan untuk mengetahui respon agronomi, fisiologi dan ... Hasil peneraan dibaca menggunakan spektrofotometer pada

92

Kandungan karbohidrat yang lebih rendah baik pada batang, pelepah dan

daun pada kondisi cekaman kekeringan disebabkan oleh karena realokasi asimilat

pra-antesis yang cepat dari daun dan batang ke biji selama fase pengisian biji.

Yang et al. (2003) menyatakan bahwa defisit air selama pengisian biji pada padi

menginduksi senesen lebih awal, penurunan fotosintesis, meningkatnya

remobilisasi cadangan C pra-simpan dari batang ke biji dan memperpendek

periode waktu pengisian biji serta memperbaiki produksi biji. Pada saat

dimulainya penghentian pengairan (9 hari setelah antesis) sekitar 75% 14C

ditemukan di batang, dan sekitar 8% di biji. Setelah 24 hari penghentian pengairan

(33 hari setelah antesis), 14C pada batang berkurang menjadi 35-37% pada

kekeringan moderat, 17-19% pada kekeringan parah dan 52-58% pada kondisi

pengairan yang baik. Namun sebaliknya 14

Tingginya karbohidrat pada akar, merupakan respon tanaman untuk

pertumbuhan akar (menembus hardpan) pada kondisi cekaman kekeringan. Asch

et al. (2004) melaporkan bahwa proporsi total bahan kering yang dialokasikan ke

bagian akar atau pucuk tergantung pada laju menurunnya kekeringan tanah. Lebih

lanjut Gregory et al. (1996) menyatakan bahwa alokasi asimilat pada akar adalah

tinggi pada awal fase vegetatif tetapi menurun dengan nyata pada pembungaan

C pada biji meningkat 45-46% pada

perlakuan kekeringan moderat, 62-66% pada kekeringan parah, dan hanya 19-

22% pada pengairan yang baik pada 33 hari setelah antesis.

Rata-rata laju pengisian biji pada tanaman yang mengalami kekeringan

moderat dan kekeringan parah, meningkat 17-20% dan 36-39%. Yang et al.

(2002) menyatakan bahwa remobilisasi dan senesen adalah proses yang terjadi

bersamaan pada padi. Proses tersebut dipercepat oleh cekaman kekeringan yang

terjadi selama pengisian biji dan kemungkinan berhubungan dengan level ABA

yang tinggi, meningkatnya aktivitas α-amilase, dan aktivasi yang tinggi dari

sukrosa-fosfat sintase pada tanaman padi. Yang et al. (2003) menyatakan bahwa

percepatan daun senesen berkorelasi dengan persentase pengisian biji yang tinggi

dan produksi tinggi, pada galur padi tipe baru. Dwyer et al. (1995) telah

mengamati pada jagung bahwa realokasi cepat karbohidrat dari batang ke biji

menyebabkan bobot biji yang tinggi, dibanding pada jagung dengan karakter ”stay

green”.

Page 25: RESPON AGRONOMI, MORFOLOGI DAN FISIOLOGI PADI … · Penelitian bertujuan untuk mengetahui respon agronomi, fisiologi dan ... Hasil peneraan dibaca menggunakan spektrofotometer pada

93

dan hampir tidak berarti pada antesis. Kawata dan Soejima (1974) menunjukkan

bahwa produksi akar setelah pembungaan memainkan peranan penting pada

periode pengisian biji.

Simpulan

7. Terdapat perbedaan respon antar genotipe hibrida akibat perlakuan cekaman

kekeringan. Perlakuan cekaman kekeringan secara nyata menurunkan panjang

akar, bobot kering tajuk, bobot kering akar, bobot gabah per rumpun dan hasil

gabah per hektar.

8. Genotipe BI485A/BP12, BI485A/BP15 dan BI559A/BP15 terpilih sebagai

genotipe toleran kekeringan dan potensial dikembangkan di lahan sawah tadah

hujan, karena pada kondisi cekaman kekeringan:

a. Penurunan panjang akar yang relatif lebih kecil (17.6 – 26.9 persen)

dibanding dengan varietas cek peka IR64 (33.6 persen).

b. Menghasilkan bobot gabah per rumpun, indeks panen dan daya hasil

gabah per hektar yang lebih tinggi dibanding dengan genotipe lainnya.

Selain itu memiliki umur panen lebih cepat, periode pengisian biji yang

pendek serta memiliki indeks toleransi ≥80 persen dan indeks kepekaan

terhadap kekeringan ≤0.50.

c. Mampu menghasilkan gabah masing-masing sebesar 2.82, 2.58 dan 2.72

ton ha-1, yang relatif sama dengan Limboto yaitu 2.73 ton ha. Hipa 7 hanya

menghasilkan 2.04 ton dan IR64 hanya mampu menghasilkan 1.42 ton

gabah ha-1

d. Bobot gabah per rumpun genotipe tersebut hanya menurun masing-masing

sebesar 9.5, 16.1 dan 15.6 persen, sedangkan IR64 mencapai 52.7 persen.

.

9. Genotipe toleran kekeringan yang diwakili oleh BI599/BP15 pada kondisi

cekaman kekeringan memiliki kerapatan stomata yang lebih rendah, tetap

mempertahankan kadar air relatif daun yang tinggi serta kandungan

karbohidrat non struktural yang lebih rendah pada batang, pelepah dan daun

dibanding genotipe hibrida yang peka (BI485/BP3) dan varietas cek peka

(IR64).