evaluasi drainase desa supenuh desa …journal.unisla.ac.id/pdf/111112016/5.pdf · digunakan dalam...

13
1 EVALUASI DRAINASE DESA SUPENUH DESA SUPENUH,KECAMATAN SUGIO,KABUPATEN LAMONGAN Husni Mubarok¹, Nur Azizah Affandy² ¹Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Universitas Islam Lamongan ²Dosen Fakultas Teknik Sipil Universitas Islam Lamongan, email : [email protected] Daerah yang menjadi objek perencanaan sistem drainase ini adalah Desa Supenuh kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan.Di kawasan Desa Supenuh ini sering terjadi permasalahan infiltrasi air hujan yang menyebabkan genangan-genangan air. Oleh karena itu dilakukan perencanaan drainase untuk mengatasi genangan air di kawasan Desa Supenuh ini.Pada saat ini kondisi di Desa Supenuh sudah ada saluran air namun masih kurang.Karena air masih belum bisa lancar dialirkan sehingga masih terdapat genangan-genangan air.Apabila pada saat hujan lebat saluran yang ada tidak dapat menampung air,sehingga air meluap kejalan dan tentunya akan mengganggu aktifitas warga sekitar. Metode yang digunakan Untuk menghitung Curah Hujan Harian Maksimum (HHM) digunakan tiga metode yaitu : Metode Gumbel dan Metode Log Person Tipe III. Dari Kedua metode perhitungan HHM tersebut, dipilih HHM dengan menggunakan metode Gumbel. Hal ini dikarenakan cakupan nilainya lebih besar sehingga HHM metode Log Pearson III sudah tercakup di rentang keyakinan tersebut.Sedangkan metode yang digunakan dalam menentukan intensitas hujan dapat digunakan dua metode yaitu metode Hasper Weduwen dan metode Van Breen.Namun nilai I yang digunakan untuk perhitungan dimensi saluran menggunakan nilai I dari metode Van Breen dengan PUH 10 tahun Kata Kunci : Curah Hujan Harian Maksimum (HHM), Curah hujan rata-rata, Dimensi saluran,Elevasi Saluran. I. PENDAHULUAN Desa atau Kampung merupakan tempat bagi banyak orang untuk melakukan berbagai aktivitas,maka untuk menjamin kesehatan dan kenyamanan penduduknya harus ada sanitasi yang memadai,misalnya drainase.Dengan adanya drainase tersebut genangan air hujan atau air limbah rumah tangga dapat disalurkan sehingga genangan air dapat dihindari dan tidak akan menimbulkan dampak ganguan kesehatan pada masyarakat serta aktivitas masyarakat tidak akan terganggu. Drainase merupakan suatu sistem untuk menyalurkan air hujan yang berada di permukaan.Sistem ini mempunyai peranan yang cukup penting dalam menciptakan lingkungan yang sehat,bersih dan nyaman,apalagi di daerah yang berpenduduk padat.Drainase juga merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting.Secara umum drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi atau membuang kelebihan air.Drainase juga digunakan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas,dimana drainase merupakan suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu daerah,serta cara- cara penangggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut. Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari prasarana umum yang dibutuhkan masyarakat dalam rangka menuju kehidupan yang aman,nyaman,bersih dan sehat.Prasarana drainase di desa Supenuh berfungsi untuk mengalirkan air(menyalurkan air)ke sungai sebagai aliran utama saluran. Daerah yang menjadi objek perencanaan sistem drainase ini adalah Desa Supenuh kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan.Di kawasan Desa Supenuh ini sering terjadi permasalahan infiltrasi air hujan yang menyebabkan genangan-genangan air. Oleh karena itu dilakukan perencanaan drainase untuk mengatasi genangan air di kawasan ini.Pada saat ini kondisi di Desa Supenuh sudah ada saluran air namun masih kurang.Karena air masih belum bisa lancar dialirkan sehingga masih terdapat genangan-genangan air,Apabila pada saat hujan lebat saluran yang ada tidak dapat menampung air,sehingga air meluap kejalan dan tentunya akan mengganggu aktifitas warga sekitar. MAKSUD DAN TUJUAN Perencanaan sistem drainase ini dimaksudkan untuk menyalurkan air hujan yang mengalir di Desa Supenuh secepat mungkin ke badan air penerima,sehingga di daerah trersebut tidak terjadi genangan-genangan yang dapat menggangu aktifitas masyarakat.Pencegahan seperti ini sangat penting dilakukan agar tidak membawa dampak yang merugikan kehidupan masyarakat. Sejalan dengan maksud perencanaan,tujuan dari perencanaan sistem drainase ini adalah untuk merencanakan sistem saluran drainase yang benar sehingga dapat mengendalikan laju aliran

Upload: dokhanh

Post on 03-Mar-2019

243 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

EVALUASI DRAINASE DESA SUPENUH DESA

SUPENUH,KECAMATAN SUGIO,KABUPATEN LAMONGAN

Husni Mubarok¹, Nur Azizah Affandy²

¹Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Universitas Islam Lamongan

²Dosen Fakultas Teknik Sipil Universitas Islam Lamongan, email : [email protected]

Daerah yang menjadi objek perencanaan sistem drainase ini adalah Desa Supenuh kecamatan Sugio

Kabupaten Lamongan.Di kawasan Desa Supenuh ini sering terjadi permasalahan infiltrasi air hujan yang

menyebabkan genangan-genangan air. Oleh karena itu dilakukan perencanaan drainase untuk mengatasi

genangan air di kawasan Desa Supenuh ini.Pada saat ini kondisi di Desa Supenuh sudah ada saluran air namun

masih kurang.Karena air masih belum bisa lancar dialirkan sehingga masih terdapat genangan-genangan

air.Apabila pada saat hujan lebat saluran yang ada tidak dapat menampung air,sehingga air meluap kejalan dan tentunya akan mengganggu aktifitas warga sekitar.

Metode yang digunakan Untuk menghitung Curah Hujan Harian Maksimum (HHM) digunakan tiga

metode yaitu : Metode Gumbel dan Metode Log Person Tipe III. Dari Kedua metode perhitungan HHM

tersebut, dipilih HHM dengan menggunakan metode Gumbel. Hal ini dikarenakan cakupan nilainya lebih besar

sehingga HHM metode Log Pearson III sudah tercakup di rentang keyakinan tersebut.Sedangkan metode yang

digunakan dalam menentukan intensitas hujan dapat digunakan dua metode yaitu metode Hasper Weduwen

dan metode Van Breen.Namun nilai I yang digunakan untuk perhitungan dimensi saluran menggunakan nilai I

dari metode Van Breen dengan PUH 10 tahun

Kata Kunci : Curah Hujan Harian Maksimum (HHM), Curah hujan rata-rata, Dimensi saluran,Elevasi Saluran.

I. PENDAHULUAN

Desa atau Kampung merupakan tempat

bagi banyak orang untuk melakukan berbagai

aktivitas,maka untuk menjamin kesehatan dan

kenyamanan penduduknya harus ada sanitasi yang

memadai,misalnya drainase.Dengan adanya

drainase tersebut genangan air hujan atau air limbah

rumah tangga dapat disalurkan sehingga genangan

air dapat dihindari dan tidak akan menimbulkan

dampak ganguan kesehatan pada masyarakat serta aktivitas masyarakat tidak akan terganggu.

Drainase merupakan suatu sistem untuk

menyalurkan air hujan yang berada di

permukaan.Sistem ini mempunyai peranan yang

cukup penting dalam menciptakan lingkungan yang

sehat,bersih dan nyaman,apalagi di daerah yang

berpenduduk padat.Drainase juga merupakan salah

satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem

guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan

merupakan komponen penting.Secara umum

drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi atau

membuang kelebihan air.Drainase juga digunakan

sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah

dalam kaitannya dengan salinitas,dimana drainase

merupakan suatu cara pembuangan kelebihan air

yang tidak diinginkan pada suatu daerah,serta cara-

cara penangggulangan akibat yang ditimbulkan oleh

kelebihan air tersebut.

Dari sudut pandang yang lain, drainase

adalah salah satu unsur dari prasarana umum yang

dibutuhkan masyarakat dalam rangka menuju

kehidupan yang aman,nyaman,bersih dan

sehat.Prasarana drainase di desa Supenuh berfungsi

untuk mengalirkan air(menyalurkan air)ke sungai

sebagai aliran utama saluran.

Daerah yang menjadi objek perencanaan

sistem drainase ini adalah Desa Supenuh kecamatan

Sugio Kabupaten Lamongan.Di kawasan Desa

Supenuh ini sering terjadi permasalahan infiltrasi air

hujan yang menyebabkan genangan-genangan air.

Oleh karena itu dilakukan perencanaan drainase

untuk mengatasi genangan air di kawasan ini.Pada saat ini kondisi di Desa Supenuh sudah ada saluran

air namun masih kurang.Karena air masih belum

bisa lancar dialirkan sehingga masih terdapat

genangan-genangan air,Apabila pada saat hujan

lebat saluran yang ada tidak dapat menampung

air,sehingga air meluap kejalan dan tentunya akan

mengganggu aktifitas warga sekitar.

MAKSUD DAN TUJUAN Perencanaan sistem drainase ini

dimaksudkan untuk menyalurkan air hujan yang

mengalir di Desa Supenuh secepat mungkin ke

badan air penerima,sehingga di daerah trersebut

tidak terjadi genangan-genangan yang dapat

menggangu aktifitas masyarakat.Pencegahan seperti

ini sangat penting dilakukan agar tidak membawa

dampak yang merugikan kehidupan masyarakat.

Sejalan dengan maksud perencanaan,tujuan

dari perencanaan sistem drainase ini adalah untuk

merencanakan sistem saluran drainase yang benar

sehingga dapat mengendalikan laju aliran

J u r n a l C I V I L L a V o l 1 N o 1 M a r e t 2 0 1 6 ISSN No. 2503 - 2399

air,sehingga tidak ada lagi genangan-genangan air

yang nantinya akan berdampak buruk terhadap

masyarakat.

Adapun maksud dan tujuan dari penelitian

ini juga,untuk memberikan persoalan sehingga

dapat menemukan ide-ide kreatif tentang saluran drainse yang sesuai dengan keadaan dilapangan

tentunya dengan kaidah-kaidah perencanaan.Dan

juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

bagi pemerintah desa bila ingin membuat saluran

drainase.

II. METODE PENELITIAN

Pada metode penelitian terdapat beberapa

langkah yang harus dilakukan untuk mendapatkan

hasil dari penelitian yang meliputi studi

pendahuluan untuk mengetahui karakteristik saluran

drainase, kemudian dilanjutkan dengan penentuan lokasi survei. Langkah selanjutnya adalah

identifikasi permasalahan merupakan pengenalan

permasalahan yang akan dibahas. Lalu dilanjutkan

dengan pengumpulan data sekunder dan data

primer. Data sekunder yang dicari adalah peta

lokasi dan dampak terhadap masyarakat bila ada

sistem saluran drainase. Sedangkan untuk data

primer, data yang diperlukan adalah data, kondisis

saluran yang sekarang,kondisi struktur tanah dan

data rata-rata volume air. Dari data primer dan data

sekunder dapat dianalisis kinerja saluran air yang ada saat ini.

Gambaran Umum Lokasi Studi

Luas Wilayah Administrasi

Desa Supenuh memiliki luas wilayah 177 Ha/m²

terbagi menjadi 4 dusun,yaitu dusun

Mambung,Dusun Randu Tawang,Dusun

Supenuh,Dusun Sumampir

Keadaan fisisk lokasi Studi

a. Keadaan Geografis

Letak Desa Supenuh terletak pada pada

6".51' 54' sampai dengan 7'23' 6" lintang selatan

dan 122.4'44" bujur timur. Desa Sugio termasuk ke dalam iklim tropis dan mempunyai curah hujan

tertinggi pada bulan Januari-April,dan tingkat curah

hujan terkecil terjadi pad bulan Oktober-Desember.

Suhu rata-rata di Desa Supenuh berkisar antara 23-

25° C.

Desa Supenuh memiliki beberapa batas

wilayah yang menghubungkan dengan beberapa

Desa yang lain,diantaranya: : Sebelah Utara : Desa

Lebak Adi Sebelah Timur : Desa Sugio,Kalipang

Sebelah Selatan : Desa Karang Sambi Galih

Sebelah Barat : Desa Pangkat Rejo b. Keadaan Topografi

Desa Supenuh adalah salah satu desa yang

berada di kecamatan Sugio yang berada di wilayah

bagian tengah Kabupaten Lamongan, dengan jarak

orbitasi + 15 Km dari ibu kota Kabupaten

Lamongan,. Desa Supenuh, dengan ketinggian + 26

meter di atas permukaan laut, Desa Spenuh ini

berada di daerah yang berdataran rendah

c. Kondisi Tata Guna Lahan

Pola penggunaan lahan yang ada di suatu

daerah adalah merupakan suatu ruangan hasil

gabungan aktivitas manusia, sesuai dengan tingkat

teknologi, jenis usaha, kondisi fisik, jumlah

penduduk, serta ketersediaan lahan yang ada di suatu wilayah. Luas wilayah Desa Supenuh adalah

177 Ha/M² yang terdiri atas berbagai jenis

penggunaan tanah dengan rincian seperti pada tabel

berikut.

Tabel 1. Luas Wilayah Berdasarkan Penggunaan

Lahan Desa Supenuh Tahun 2010

Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha/m²)

Tanah Fasilitas Umum 8,1

Tanah Tegal 137,5

Tanah Pekarangan/ Bangunan 26,3

Tanah lain-lain 5

Sumber:Pemerintah Desa Supenuh

Penyusunan Analisa

Suatu sistem drainase agar dapat berfungsi dengan

baik, maka perlu diperhatikan hal–hal sebagai

berikut:

Pola arah aliran.

Arah aliran dapat ditentukan dengan

melihat peta yang sudah ada,sehingga dapat

mengetahui toleransi lamanya genangan dari

daerah rencana.

Situasi dan kondisi fisik daerah studi.

Situasi dan kondisi fisik daerah

yang ada ataupun yang sedang direncanakan

perlu diketahui:

1.Data Kondisi Saluran yang sekarang

2. Kebutuhan kapasitas penampungan saluran

drinase. 3.Gambaran prioritas secara garis besar

Semua hal diatas dimaksudkan agar dalam

penyusunan tata letak sistem saluran drainase

tidak terjadi pertentangan kepentingan.Penentuan

tata letak saluran drainase bertujuan untuk

mencapai sasaran sebagai berikut:

1. Sistem jaringan saluran drainase dapat

berfungsi sesuai tujuan.

2. Menekan dampak terhadap

lingkungan(dampak negatif)

3. Dapat bertahan lama ditinjau dari segi konstruksi dan fungsinya.

Pembahasan Perencanaan a.Sumber air

Sumber air yang mengalir di aliran ini,

itu berasal dari air hujan

b.Perencanaan Bentuk Saluran

Saluran direncanakan adalah saluran

tertutup.dan saluran ini dibuat dari beton tidak

bertulang, berbentuk persegi.Bentuk saluran ini

dipilih karena dilihat dari lokasi yang ramai akan

aktifitas sehingga sistem ini yang tepat untuk daerah Supenuh.Karena Sistem ini mengalirkan

air dari jalan ke dalam saluran menggunakan

street inlet.Dan dipasang rongga-rongga yang

J u r n a l C I V I L L a V o l 1 N o 1 M a r e t 2 0 1 6 ISSN No. 2503 - 2399

digunakan sebagai alat yang mengalirkan air dari

jalan kedalam saluran drainase.

III. PERHITUNGAN DAN ANALISA

Data Curah Hujan Harian Maksimum

stasiun pengamatan yang terdapat pada

daerah perencanaan adalah stasiun pengamat

Waduk Gondang,yang terdapat di Desa Gondang

Lor Kec Sugio.Adapun data curah hujan

selengkapnya selama periode pengukuran 20 tahun

dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini

Tabel 2. Data Curah Hujan Stasiun Pengamatan Waduk Gondang Thn 1994-2013

TAHUN B U L A N TAHUNAN

JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES Total

(mm/thn) R24

(mm)

1994 281 251 214 92 112 35 0 0 0 0 0 0 985 67

1995 265 250 124 181 93 51 0 3 31 78 163 183 1422 122

1996 379 408 377 71 43 0 0 0 0 0 42 285 1605 85

1997 300 292 327 349 97 101 81 0 4 104 249 127 2031 111

1998 235 768 131 35 20 4 18 33 70 131 376 304 2125 116

1999 335 146 150 150 21 0 0 0 0 0 17 445 1264 64

2000 267 279 116 174 121 76 192 0 129 222 303 216 2095 97

2001 236 212 190 390 49 94 43 0 2 87 329 230 1862 76

2002 326 198 327 206 124 139 0 22 0 272 314 213 2141 122

2003 266 280 337 160 6 39 0 0 0 0 41 248 1377 104

2004 301 254 233 160 34 0 0 5 0 0 0 299 1286 111

2005 255 253 218 107 254 2 0 0 30 213 183 143 1658 97

2006 285 260 464 103 143 59 0 0 2 55 203 218 1792 102

2007 380 271 303 182 70 52 48 19 40 155 119 302 1941 109

2008 291 321 183 228 168 0 4 0 0 8 77 242 1522 81

2009 96 213 237 368 20 70 66 42 7 0 150 378 1647 92

2010 306 184 310 105 64 39 66 42 7 143 212 276 1754 101

2011 307 372 164 242 87 19 0 0 16 41 118 170 1536 90

2012 313 161 543 307 140 126 85 101 270 365 276 193 2880 118

2013 211 311 446 208 139 47 13 0 0 7 346 218 1946 71

Sumber: DPU Pengairan kec Sugio

Perhitungan Curah Hujan Rata-Rata

Sebelum menghitung curah hujan rata –

rata dari stasiun pengamat hujan, maka terlebih dahulu perlu dihitung luas catchment area dari

stasiun pengamat hujan. Perhitungan luas catchment

area tersebut dilakukan secara manual dengan cara

menghitung luasan yang ada di peta, kemudian

mengalikannya dengan skala peta. Skala peta adalah

1 : 2.500. Berikut ini adalah peta Wilayah Desa

Supenuh untuk perhitungan curah hujan rata-rata.

Perhitungan curah hujan rata – rata dalam

perencanaan ini menggunakan metode Thiessen.

Dihitung dahulu luas pengaruh tiap stasiun

pengamat dengan cara sebagai berikut : Luas catchment area stasiun adalah sebagai berikut :

Stasiun 1

L1 = (1x2500) x (2x2500) =1250000x 107 m2

= 1,3 km2

Setelah dilakukan perhitungan pada stasiun, maka

total luas keseluruhan Wilayah Desa Supenuh

adalah : 1,3 km2 Pada Metode Thiessen ini, faktor pengaruh

daerah yang diwakili oleh Stasiun Pengamat Hujan

merupakan hal yang penting dalam menghitung

curah hujan rata-rata. Faktor pengaruh daerah

tersebut biasanya disebut dengan Faktor Pembobot

(Koefisien Thiessen). Besarnya faktor pembobot

tergantung dari luas daerah pengaruh (Stasiun

Pengamat) yang dibatasi oleh poligon-poligon yang

memotong tegak lurus pada tengah-tengah garis

penghubung antara dua stasiun. Rumus yang

digunakan untuk menghitung curah hujan rata-rata dengan Metode Thiessen, yaitu:

iiRAA

1R

Dengan:

J u r n a l C I V I L L a V o l 1 N o 1 M a r e t 2 0 1 6 ISSN No. 2503 - 2399

R= Curah Hujan Rata-Rata daerah (mm)

Ai= Luas cathment area untuk Stasiun i (Km2)

A= Luas cathment area Stasiun Total (Km2)

Ri= Curah Hujan Stasiun i pada tahun i (mm)

Contoh perhitungan curah hujan rata-rata pada tahun 2004 :

mmR

1111,31,3

1R

2004

2004

111

Untuk perhitungan Curah Hujan pada

tahun berikutnya dapat dilihat pada Tabel 3

di bawah ini:

Tabel 3. Curah hujan Metode Thiessen

No. Tahun Stasiun (mm)

1 1994 67

2 1995 122

3 1996 85

4 1997 111

5 1998 116

6 1999 64

7 2000 97

8 2001 76

9 2002 122

10 2003 104

11 2004 111

12 2005 97

13 2006 102

14 2007 109

15 2008 81

16 2009 92

17 2010 101

18 2011 90

19 2012 118

20 2013 71

R total 1936

R rata-rata 97

Sumber : Hasil Perhitungan

Dari Tabel di atas, maka diperoleh nilai total

RTotal sebesar 1936 mm

Maka, Rrata-rata total dari 20 data =

(1936/20) = 97 mm

Curah Hujan Harian Maksimum (HHM)

Untuk menghitung hujan harian

maksimum digunakan tiga metode yaitu :

Metode Gumbel dan Metode Log Person Tipe III.

Metode Gumbel Dalam metode ini, data curah hujan

rata-rata daerah disusun secara peringkat, yakni

dari data hujan yang terbesar menuju yang

terkecil. Data yang dipakai dari data curah hujan

yang didapatkan dari penghitungan

menggunakan metode Thiessen.Hal itu dapat

dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Peringkat Curah Hujan Rata-rata

Daerah

No Ri Ri-R (Ri-R)2

1 122 25 625

2 122 25 625

3 118 21 441

4 116 19 361

5 111 14 196

6 111 14 196

7 109 12 144

8 104 7 49

9 102 5 25

10 101 4 16

11 97 0 0

12 97 0 0

13 92 -5 25

14 90 -7 49

15 85 -12 144

16 84 -16 256

17 81 -21 441

18 71 -26 676

19 67 -30 900

20 64 -33 1089

Jumlah 1936 - 6258

R 97

Sumber:Hasil Perhitungan

Dari tabel di atas, dapat ditentukan :

iRn

R1

= 20

1936 = 97

Menentukan standar deviasi ( R ) :

21

2

1n

RRi

R=

21

19

6258 = 82,3421

Untuk n = 20, dari Table of Reduced

Mean ( nY ) and Reduced Standard

Deviation ( n ) terlampir didapatkan :

n = 1,0628

nY = 0,5236

Curah hujan harian maksimum dihitung

dengan menggunakan rumus :

ntn

RT YYRR

Contoh perhitungan :

PUH (T) = 2 tahun ,Y2 = 0,3665

Maka

202

20

YYRR RT

= 5236,03665,00625.1

341,8297

= 84,82 mm

J u r n a l C I V I L L a V o l 1 N o 1 M a r e t 2 0 1 6 ISSN No. 2503 - 2399

Rentang keyakinan (Convidence

Interval) dihitung dengan rumus :

= 90 % t (α) = 1,64

20

202 YYk

= 0625,1

5236,03665,0

= - 0,1478

21,13,11 kkb

= 2)1478,0(1,1)1478,0(3,11

= 0,83

N

bS R

e =

20

3421,8283,0 x

= 15,289

289,1564,1 xRk = 25,073

RT dengan a (90%) =84,84 ±25,073

Untuk hasil perhitungan lainnya

(HHM metode Gumbel dan Rentang

Keyakinannya) dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. HHM Metode Gumbel dan Rentang Keyakinannya

PUH Yt R (mm) K b Se Rk

RT dengan

a=90%

2 0.3665 84,82 -0.1478 0.83 15,289 25,073 84,82 ± 25,073

5 1.4999 172,044 0,915 1,763 32,48 53,27 172,044 ± 53,27

10 2.2502 228,97 1.602 2,43 44,76 71,6 228,97 ± 71,6

25 3.1985 301,49 2.47 3,304 60,88 99,84 301,49 ± 99,84

50 3.9019 352,85 3,108 3,598 72,91 119,572 352,85 ± 119,572

Sumber : Hasil Perhitungan

Metode Log Person Type III Data curah hujan rata-rata daerah disusun terlebih dahulu dari data yang terbesar ke yang terkecil. Hal

tesebut dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Peringkat Curah Hujan Rata-Rata untuk Metode Log Person III

No Ri Xi=Log Ri (Xi-Xi rata) (Xi-Xi rata)² (Xi-Xi rata)³

1 122 2,087 0,108 0,011664 0,00126

2 122 2,087 0,108 0,011664 0,00126

3 118 2,071 0,092 0,008464 0,000779

4 116 2,064 0,085 0,007225 0,000614

5 111 2,045 0,066 0,004356 0,000287

6 111 2,045 0,066 0,004356 0,000287

7 109 2,037 0,058 0,003364 0,000195

8 104 2,017 0,038 0,001444 0,000055

9 102 2,009 0,03 0,0009 0,000027

10 101 2,004 0,025 0,000625 0,000016

11 97 1,986 0,007 0,000049 0,00000343

12 97 1,986 0,007 0,000049 0,00000343

13 92 1,963 -0,016 0,000256 -0,0000004

14 90 1,954 -0,025 0,000625 -0,000016

15 85 1,903 -0,076 0,005776 -0,000436

16 84 1,924 -0,055 0,003025 -0,000166

17 81 1,908 -0,071 0,005041 -0,000358

18 71 1,851 -0,128 0,016384 -0,002097

19 67 1,826 -0,153 0,023409 -0,003582

20 64 1,806 -0,173 0,029927 -0,005178

Jumlah 39,573 0,138603 -0,00704954

Xi rata 1,979

Sumber : Hasil Perhitungan

6

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat

ditentukan nilai :

n

xx i

= 979,120

573.39

Menghitung besarnya harga deviasi rata–rata

dengan rumus (23)

1

2

N

xxi

x

= 08541.019

138603.0

Menghitung harga skew coefficient dengan

rumus (24)

3

3

21 x

i

sNN

xxNC

= 3

08541.01819

)00704954,0(20

= -0,6617

Berdasarkan harga skew cofficient (Cs) yang

diperoleh dan harga periode ulang (T) yang

ditentukan, dapat diketahui nilai Kx dengan menggunakan tabel yang terdapat pada lampiran

Contoh perhitungan :

PUH (T) = 2 tahun

Kx = 0,040 (berdasarkan

lampiran tabel)

Menghitung Xt dengan rumus (26)

xt KxXX

= 2,1144 + (0,040)(0,0450971)

Xt = 2,0131

Menghitung perkiraan harga HHM untuk PUH

(T) dengan rumus

TXTR 10 = 102,0131 = 103,062 mm

Untuk hasil perhitungan yang lain dapat dilihat

pada Tabel 7

Tabel 7. HHM Metode Log Person III

PUH Kx Kx .tx Xt Rt

2 0.04 0,003416 2,0131 103,062

5 0.851 0,072684 2,0516 112,616

10 1.252 0,106933 2,0859

121,870

8

25 1.67 0,142635 2,1216

132,312

2

50 1.92 0,163987 2,1429 38,9632

Sumber : Hasil Perhitungan

Dari kedua metode perhitungan HHM

tersebut, dipilih HHM dengan menggunakan

metode Gumbel. Hal ini dikarenakan cakupan

nilainya lebih besar sehingga HHM metode Log

Pearson III sudah tercakup di rentang keyakinan

tersebut.

Contoh perhitungan: PUH = 2 tahun

HHMGumbel = 137.857 Rk =

4.92

Maka dari data di atas dapat

diketahui rentang nilai HHM

= HHM – Rk < R <

HHM + Rk

= 84,82 – 25,073 < R

< 84,82 +25,073

= 59,747 < R <

109,893

Setelah dibandingkan ternyata nilai HHM dari metode Log Person III (103,062) tidak

termasuk dalam rentang nilai R, sehingga

digunakan nilai HHM Metode Gumbel. Untuk

mencari nilai pada masing-masing PUH juga

dilakukan hal yang sama. Nilai selengkapnya dapat

dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Perbandingan Metode HHM Gumbel dengan Log Pearson III

PUH HHMGUMBEL Rk

HHMG -

Rk HHMG + Rk

HHMLOG

PERSON R

2 84,82 25,073 59,747 109,073 103,062 84,82

5 172,044 53,27 118,774 225,314 112,616 172,044

10 228,97 71,6 157,37 300,57 121,8708 228,97

25 301,49 99,84 201,65 401,33 132,3122 301,49

50 352,85 119,57 233,28 472,42 38,9632 352,85

Sumber : Hasil Perhitungan

Analisa Intensitas Hujan

Dalam menentukan intensitas hujan dapat digunakan dua metode

yaitu metode Hasper Weduwen dan

metode Van Breen.

Metode Van Breen

J u r n a l C I V I L L a V o l 1 N o 1 M a r e t 2 0 1 6 ISSN No. 2503 - 2399

Untuk perhitungan dipakai

HHM dengan metode Gumbel dan dicari intensitas hujannya. Hasil

perhitungan selengkapnya dapat dilihat

pada Tabel 8

Contoh perhitungan :

PUH = 2 tahun

R24

= 84,82 mm

4

%90 24RI

= 4

823,84%90 X = 19,084

∞ 19 mm/jam

Tabel 9. Perhitungan Intensitas PUH

Metode Van Breen

PUH (T) HHM GUMBEL

(mm/24jam) I ( mm/jam )

2 84,82 19,084

5 172,044 38,709

10 228,97 51,518

25 301,49 67,835

50 352,85 79,391

Sumber : Perhitungan Data

Dengan membandingkan intensitas tersebut dengan intensitas hujan

kota Jakarta, maka intensitas hujan pada

durasi tertentu diperoleh dengan melihat

contoh perhitungan berikut : Contoh perhitungan :

Intensitas PUH 2 tahun = 31.0178

mm/jam

Intensitas PUH 2 tahun Kota Jakarta

pada durasi 120 menit = 36 mm/jam

Intensitas PUH 2 tahun Kota Jakarta

pada durasi 240 menit = 21 mm/jam

Untuk PUH 2 tahun, durasi 120 menit :

I(2,120) = 3621

0178,31x 53.17337 ∞ 53

mm/jam

Sehingga didapatkan hasil perhitungan selengkapnya pada Tabel 10.

Tabel 10.Intensitas Hujan Berdasarkan Metode Van Breen

Durasi Intensitas Hujan (mm/jam) untuk PUH (Thn)

(menit) 2 5 10 25 50

5 114,504 212,182 266,176 348,865 379,092

10 103,598 180,642 236,982 302,351 333,442

20 92,693 163,438 211,223 261,649 285,807

40 69,065 124,729 164,857 203,505 226,264

60 55,434 104,657 139,098 176,371 198,477

120 32,715 64,515 87,582 112,412 125,041

240 19,084 38,709 51,518 67,835 79,391

Sumber : Hasil Perhitungan

Metode Hasper Waduwen Pada metode ini, perhitungan

intensitas hujan tetap didasarkan kepada

HHM terpilih yaitu HHM dengan metode

Gumbel. Intensitas hujan dihitung dengan

menggunakan rumus

241 t , maka :

10012,3

300.11 tX

t

tR

10 t , maka :

10012,3

300.11 iR

t

tR

ttX

tXR

TTi

12721

541218

t

RI

Dimana : XT = HHM (Gumbel)

t = durasi (jam)

R,Ri = Curah hujan

J u r n a l C I V I L L a V o l 1 N o 1 M a r e t 2 0 1 6 ISSN No. 2503 - 2399

Contoh perhitungan :

1. Untuk PUH = 2 tahun ; t = 5 menit =

0,0833 jam ; XT = 84,82 mm/24jam

2.

Ri = 84,82

)0833.01272()0833.01(82,84

54)0833.01218(

= 71,757

R = 2

1

)12.30833.0(

0833.011300

100

757,71

= 12,3005

I = t

R=

0833.0

3005,12= 147,66 mm/jam

2. Untuk PUH = 2 tahun ; t = 60 menit = 1

jam ; XT = 137.857 mm/24jam

R = 2

1

)12.31(

111300

100

82,84 =

44,421

I = 1

421,44= 44,421 mm/jam

Untuk perhitungan selengkapnya dapat

dilihat pada Tabel 11 sampai Tabel 12.

Tabel 11. Perhitungan nilai Ri

Durasi

(menit ) t (jam )

Nilai Ri tiap PUH

2 5 10 25 50

5 0.0833 71,757 101,333 112,696 122,589 128,084

10 0.1667 77,101 124,387 146,311 167,310 179,249

20 0.3333 81,193 146,907 182,718 221,891 246,202

40 0.6667 83,886 164,763 214,524 275,272 316,453

Sumber : Hasil Perhitungan

Tabel 12. Perhitungan nilai R

Durasi

t (jam)

Nilai R tiap PUH

( menit ) 2 5 10 25 50

5 0.0833 12,3005 17,370 19,319 21,014 21,957

10 0.1667 18,457 29,778 35,026 40,054 42,914

20 0.3333 26,816 48,513 60,341 73,278 81,306

40 0.6667 37,416 73,462 95,686 122,783 141,127

60 1 44,421 90,079 119,878 157,847 184,764

120 2 56,354 114,275 159,078 200,246 234,395

240 3 63,129 128,012 170,359 224,246 262,571

Sumber : Hasil Perhitungan

Tabel 13. Intensitas Hujan metode Hasper Weduwen

Durasi

t ( jam )

I (mm/jam) untuk PUH tahun

( menit ) 2 5 10 25 50

5 0.0833 157,66 208,523 231,921 252,272 263,581

10 0.1667 110,719 178,633 210,119 240,277 257,432

20 0.3333 80,456 145,554 181,0405 219,854 243,939

40 0.6667 56,122 110,189 143,522 184,165 211,681

60 1 44,421 90,079 119,878 157,847 184,764

120 2 28,177 57,138 76,039 100,123 117,198

240 3 21,043 42,671 56,787 74,773 87,523

Sumber : Hasil Perhitungan

J u r n a l C I V I L L a V o l 1 N o 1 M a r e t 2 0 1 6 ISSN No. 2503 - 2399

PENENTUAN DIMENSI SALURAN

Penentuan Luas Pelayanan dan Koefisien

Pengaliran Pembagian blok dimaksudkan agar

sistem drainase yang direncanakan dapat

melayani daerah pelayanan seefektif mungkin,

mempermudah jaringan dan perhitungan

dimensi saluran. Pembagian blok pelayanan ini

didasarkan pada keadaan topografi dan tata guna

lahan, pada perencanaan ini semua daerah yang

berada di Kota Situbondo akan dilayani hal ini

dikarenakan sebagian besar daerah di Kota Situbondo sudah terbagun. Pada sistem

perencanaan kali ini daerah catchment area

dibagi menjadi 8 jalur drainase dengan luas

masing-masing daerah yang dilayani jaringan

seperti yang terlihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Luas dan koefisien pengaliran daerah pelayanan

Jalur Blok Tipe Daerah Aliran

Luas

Blok

(ha)

%

Luas C Cr

Cr

Kumulatif

a-b I Perumahan

50

40 0.4 0.16

0.34 Sawah/Tegal 50 0.2 0.1

Jalan 10 0.8 0.08

c-b II Perumahan

40

35 0.4 0.14

0.33 Jalan 10 0.8 0.08

Sawah/Tegal 55 0.2 0.11

c-d III Perumahan

87

50 0.4 0. 2

0.36 Jalan 10 0.8 0.08

Sawah/Tegal 40 0.2 0.08

Sumber:Hasil Perhitungan

Penentuan Debit Saluran Untuk mengetahui debit

limpasan perlu diketahui bentuk dan

jenis saluran yang direncanakan. Dalam

perencanaan ini digunakan saluran terbuka berbentuk segiempat yang

terbuat dari beton tak bertulang

Contoh perhitungan:

Pada saluran a-b

Panjang limpasan terjauh (Lo) =

180 m

Beda tinggi muka tanah antara

limpasan terjauh dengan saluran (Ho) =

0.1 m

Slope limpasan (So) = 0.1 / 180 =

0.000556 n = 0,015 (tanah terbuka)

Panjang saluran (Ld) = 430 m

Dengan V asumsi = 0,7 m/dt

Luas (A) = 50 ha

C = 0,34

Maka :

to =385.0

15.1

46200xSo

Lo =

385.0

15.1

000559.046200

180

x= 20,933 menit

td = 239,10607,0

430

xVasumsi

Ld

menit

tc = to + td = 20,933 + 10,239 =

31,171 menit

Nilai I yang digunakan adalah I dengan

metode Van Breen dengan

menggunakan PUH 10 tahun

43,0

176,266

tI =

43,0171,31

176,266 = 19,859

mm/jam

Sehingga perhitungan debit adalah

Q = AIC ....00278.0

= 50859,1934.0.00278.0 xxx

= 1,076 m3/dt

Untuk hasil perhitungan selengkapnya

dapat dilihat pada tabel 15

J u r n a l C I V I L L a V o l 1 N o 1 M a r e t 2 0 1 6 ISSN No. 2503 - 2399

Tabel 15 Hasil perhitungan debit pada setiap saluran

Saluran

Lo

(m)

Ho

(m) So (%)

Ld

(m) C

Luas

(Ha)

to

(menit)

V

(m/dt)

td

(menit)

tc

(menit)

I

(mm/menit)

Q

(m3/dt)

Q

(m3/dt)

a-b 180 0,1 0.00055 340 0.34 50 2.6 0,7 10,23 31,171 19,86 1,076 1,076

c-b 150 0,1 0.00067 280 0.33 40 1.6 0,7 6,67 21,194 29,208 1,071 1,071

b-d 240 0.2 0.00083 760 0.46 87 1.7 0,7 18,09 36,765 16,836 1,464 3,611

Sumber : Hasil Perhitungan

Perhitungan Dimensi Saluran

Pada perencanaan saluran drainase ini, akan

diterapkan suatu saluran terbuka dengan bentuk segi

empat. Hal ini dikarenakan kepadatan penduduk yang relatif tinggi, sehingga menyebabkan

keterbatasan lahan.Adapun jenis pola jaringan yang

direncanakan adalah pola jaringan grid iron.Pola

jaringan ini dipilih karena sesuai dengan keadaan

yang ada dilapangan.Sebab pola jaringan grid iron

ini mengumpulkan semua aliran cabang ke aliran

pengunpul, setelah sudah terkumpul ke aliran

pengumpul baru kemudian di alirkan ke aliran

utama (sungai utama).

Pada perencanaan ini saluran yang akan

digunakan adalah saluran berbentuk segi empat dengan perencanaan saluran berdasarkan

penampang hidrolis optimum yang berarti suatu

luas penampang akan memiliki daya tampung yang

maksimum.Adapun bentuk dari saluran yang

direncanakan seperti yang terlihat pada Gambar 5.1

h

b

Gambar 4.1 Bentuk saluran drainase yang

direncanakan

A = b x h

P = b + 2h

Dimana : b = lebar saluran (m)

h =

tinggi/kedalaman saluran (m)

b = 2 x h ( agar saluran ekonomis)

R = hb

hb

P

A

2

.

Dimana : R = jari-jari hidrolis A = luas penampang

basah saluran (m2)

P = keliling basah

saluran (m)

Q = v x A

Berdasarkan persamaan Manning

2

1

3

21

SRn

v Q =

2

1

3

21

SRn

. A

Slope yang

digunakan untuk perencanaan ini

sedapat mungkin mengikuti slope

medan yang ada. Namun hal tersebut

juga harus dilakukan pengecekan

terhadap kecepatan yang terjadi pada

saluran yaitu antara 0,6-3,0 m/detik

Contoh perhitungan dimensi saluran

b-d

Q = 3,611 m3/detik

Ld = 760 m

ΔHd = 0,2 m

Sd= ΔHd :Ld=0,2 : 760=0,000263

n = 0,015 (beton tak bertulang)

Vasumsi = 0,7 m/s

=

= 1,895 m b = 2 x h = 2 x 1,895 = 3,791 m

A = b x h = 3,791 x 1,895 = 7,185 m

21

32

21

32

cek 0,0002630,9470,015

1SR

n

1V

m/dtk1,373

Fb (Freeboard saluran): airhCFb

Dimana:

Fb = freeboard saluran (m)

C = koefisien, bila: Q < 0,6

m3/detik → C = 0,14

o 0,6 m3/detik < Q < 8 m3/detik → 0,14

< C < 0,2

o Q > 8 m3/detik → C > 0,23

J u r n a l C I V I L L a V o l 1 N o 1 M a r e t 2 0 1 6 ISSN No. 2503 - 2399

m0,14x1,895 515,0Fb

H total saluran = H air + Freeboard

= 1,895 m + 0,515 m =

2,41 m

Q maksimum = b x V sebenarnya x H

total saluran

= 3,791 m x

1,373 m/detik x

2,41 m

= 12,544

m3/detik

Hasil Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.17 berikut

Tabel 16 Perhitungan Dimensi Tiap Saluran

Saluran n Ld

(m)

Elevasi

awal

Elevasi

akhir

Hd

(m) Sd

Q

(m3/dt)

V

asumsi

(m/dt)

h air

(m)

b

(m)

A

(m²)

R

(m)

V cek

(m/dt) C

Fb

(m)

H

saluran

(m)

A

saluran

(m²)

Q

saluran

max

(m3/dt)

a-b 0.015 340 26,47 26,37 0,1 0.000294 1,076 0,7 0,26 0,53 0,14 0,132 3,33 0,14 0,19 0,458 0,5986 0,809

c-b 0.015 280 26,47 26,37 0,1 0.000357 1,071 0,7 0,48 0,96 0,46 0,24 1,63 0.14 0.06 0,57 1,03 0,857

b-d 0.015 760 26,37 26,17 0,2 0.000263 3,611 0,7 1,89 3,79 7,185 0,947 1,37 0,14 0,514 2,41 9,595 12,544

Sumber:Hasil perhitungan

Tabel 17 Hasil Perhitungan Elevasi Saluran Drainase Desa Supenuh

Saluran Ld

Elevasi Muka

Tanah (m)

Head

saluran Hair Fb

Elevasi Dasar

Saluran (m)

Elevasi Muka

Air (m)

Tinggi

Saluran

(m) Awal Akhir (m) (m) (m) Awal Akhir Awal Akhir (m)

a-b 340 26,47 26,37 0,1 0,26 0,19 26,02 25,92 26,28 28,18 0,45

c-b 280 26,47 26,37 0,1 0,48 0,06 25,93 25,83 26,41 26,31 0,57

b-d 760 26,37 26,17 0,2 1,89 0,514 23,96 23,76 25,85 21,87 2,41

Sumber : Hasil Perhitungan

Elevasi Saluran

Elevasi atau beda tinggi yang dihitung dari saluran

yang direncanakan adalah :

Elevasi dasar saluran awal.

Elevasi dasar saluran akhir.

Elevasi muka air awal.

Elevasi muka air akhir.

Cara perhitungan :

Elevasi dasar saluran awal = elevasi muka tanah

awal – hair - freeboard

Elevasi dasar saluran akhir = elevasi dasar saluran

awal - Δhd

Elevasi muka air awal = elevasi muka tanah awal –

freeboard

Elevasi muka air akhir = Elevasi dasar saluran

akhir + hair

Contoh perhitungan elevasi tanah saluran a-b

hair = 0,26 m

Fb saluran = 0,19 m

Elevasi muka tanah awal = 26,47 m

Elevasi muka tanah akhir = 26,37 m

Δhd = 0.1 m

Elevasi dasar saluran awal = elevasi muka tanah

awal - hair - freeboard

= 26,47 – 0,26 –0,19

= 26,02 m

Elevasi muka air awal = elevasi muka tanah awal –

freeboard

= 26,47 –0,19

= 26,28 m

Elevasi dasar saluran akhir = elevasi dasar saluran

awal – Δhd saluran

= 26,02 –0,1 = 25,92 m

Elevasi muka air akhir = Elevasi dasar saluran

akhir + hair

= 25,92 + 0,26

= 26,18 m

KESIMPULAN

Dari hasil kajian dan perhitungan dalam

perencanaan sistem saluran Drainase desa

Supenuh dapat diambil beberapa kesimpulan

sebagai berikut: 1. Dari hasil perhitungan debit air dalam

saluran drainase,saluran a-b=1,076

m³/dt,saluran c-b=1,071 m³/dt, saluran b-

d=3,61 m³/dt

2. Pada perencanaan saluran drainase ini,

akan diterapkan suatu saluran terbuka

dengan bentuk segi empat. Hal ini

dikarenakan kepadatan penduduk yang

relatif tinggi, sehingga menyebabkan

keterbatasan lahan.Dan hasil dari

J u r n a l C I V I L L a V o l 1 N o 1 M a r e t 2 0 1 6 ISSN No. 2503 - 2399

perehitungan dari rencana drainase adalah

sebagai berikut.Saluran (a-b) dengan

b=0,53m,fb=0,19m,Hsaluran 0,45m h air

0,26 m.Dan saluran (c-b) dengan

b=0,96m,fb=0,06m,Hsaluran 0,57m,h air

0,48 m. Dan saluran (b-d) dengan b=3,76m,fb=0,51m,Hsaluran 2,41m,h air

1,89 m.

DAFTAR PUSTAKA

Chow, V.T., dan E. V. Nensi Rosalina, 1997,

“Hidrolika Saluran Terbuka”,

Penerbit Erlangga, Jakarta.

Department Pekerjaan Umum Pengairan, UPT

Kec Sugio,Kabupaten Lamongan

http://id.scribd.com/doc/15424421/METHOD

E-PEERENCANAAN DRAINASE KOTA.diakses tanggal 23 januari

2014

http://www.ilmusipil.com/Definisi Saluran

Drainase. diakses tanggal 23 Januari

2014.

http://www.ilmusipil.com/Pengertian

Hidrolika Saluran. diakses tanggal

23 Maret 2014.

http://www.ilmusipil.com/Teori Hidrolika

Saluran. diakses tanggal 23 Maret

2014. Masduki, H. M, 1985, ”Drainase

Pemukiman”, Institut Teknologi

Bandung, Bandung.

Pemerintah Desa Supenuh Kecamatan Sugio

Kabupaten Lamongan.

Ray K.Lensley,2004,”Pengelolahan Sumber Daya

Air”.Jakarta;Penerbit Airlangga

Schaun,Mekanika Fluida dan Hidrolika.edisi

ke 2.1984

Soemarto, CD. 1987. Hidrologi Teknik. Surabaya ;

Penerbit Usaha Nasional

Soewarno, 2002. Analisa Debit Banjir dan

Debit Minimum. Bandung ;

Penerbit Departemen Pemukiman

dan Prasarana Wilayah.

Sosrodarsono, Suyono dan Kensaku Takeda. 2006.

Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta :

Penerbit PT. Pradnya Paramit

J u r n a l C I V I L L a V o l 1 N o 1 M a r e t 2 0 1 6 ISSN No. 2503 - 2399