evaluasi drainase desa supenuh desa …journal.unisla.ac.id/pdf/111112016/5.pdf · digunakan dalam...
TRANSCRIPT
1
EVALUASI DRAINASE DESA SUPENUH DESA
SUPENUH,KECAMATAN SUGIO,KABUPATEN LAMONGAN
Husni Mubarok¹, Nur Azizah Affandy²
¹Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Universitas Islam Lamongan
²Dosen Fakultas Teknik Sipil Universitas Islam Lamongan, email : [email protected]
Daerah yang menjadi objek perencanaan sistem drainase ini adalah Desa Supenuh kecamatan Sugio
Kabupaten Lamongan.Di kawasan Desa Supenuh ini sering terjadi permasalahan infiltrasi air hujan yang
menyebabkan genangan-genangan air. Oleh karena itu dilakukan perencanaan drainase untuk mengatasi
genangan air di kawasan Desa Supenuh ini.Pada saat ini kondisi di Desa Supenuh sudah ada saluran air namun
masih kurang.Karena air masih belum bisa lancar dialirkan sehingga masih terdapat genangan-genangan
air.Apabila pada saat hujan lebat saluran yang ada tidak dapat menampung air,sehingga air meluap kejalan dan tentunya akan mengganggu aktifitas warga sekitar.
Metode yang digunakan Untuk menghitung Curah Hujan Harian Maksimum (HHM) digunakan tiga
metode yaitu : Metode Gumbel dan Metode Log Person Tipe III. Dari Kedua metode perhitungan HHM
tersebut, dipilih HHM dengan menggunakan metode Gumbel. Hal ini dikarenakan cakupan nilainya lebih besar
sehingga HHM metode Log Pearson III sudah tercakup di rentang keyakinan tersebut.Sedangkan metode yang
digunakan dalam menentukan intensitas hujan dapat digunakan dua metode yaitu metode Hasper Weduwen
dan metode Van Breen.Namun nilai I yang digunakan untuk perhitungan dimensi saluran menggunakan nilai I
dari metode Van Breen dengan PUH 10 tahun
Kata Kunci : Curah Hujan Harian Maksimum (HHM), Curah hujan rata-rata, Dimensi saluran,Elevasi Saluran.
I. PENDAHULUAN
Desa atau Kampung merupakan tempat
bagi banyak orang untuk melakukan berbagai
aktivitas,maka untuk menjamin kesehatan dan
kenyamanan penduduknya harus ada sanitasi yang
memadai,misalnya drainase.Dengan adanya
drainase tersebut genangan air hujan atau air limbah
rumah tangga dapat disalurkan sehingga genangan
air dapat dihindari dan tidak akan menimbulkan
dampak ganguan kesehatan pada masyarakat serta aktivitas masyarakat tidak akan terganggu.
Drainase merupakan suatu sistem untuk
menyalurkan air hujan yang berada di
permukaan.Sistem ini mempunyai peranan yang
cukup penting dalam menciptakan lingkungan yang
sehat,bersih dan nyaman,apalagi di daerah yang
berpenduduk padat.Drainase juga merupakan salah
satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem
guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan
merupakan komponen penting.Secara umum
drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi atau
membuang kelebihan air.Drainase juga digunakan
sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah
dalam kaitannya dengan salinitas,dimana drainase
merupakan suatu cara pembuangan kelebihan air
yang tidak diinginkan pada suatu daerah,serta cara-
cara penangggulangan akibat yang ditimbulkan oleh
kelebihan air tersebut.
Dari sudut pandang yang lain, drainase
adalah salah satu unsur dari prasarana umum yang
dibutuhkan masyarakat dalam rangka menuju
kehidupan yang aman,nyaman,bersih dan
sehat.Prasarana drainase di desa Supenuh berfungsi
untuk mengalirkan air(menyalurkan air)ke sungai
sebagai aliran utama saluran.
Daerah yang menjadi objek perencanaan
sistem drainase ini adalah Desa Supenuh kecamatan
Sugio Kabupaten Lamongan.Di kawasan Desa
Supenuh ini sering terjadi permasalahan infiltrasi air
hujan yang menyebabkan genangan-genangan air.
Oleh karena itu dilakukan perencanaan drainase
untuk mengatasi genangan air di kawasan ini.Pada saat ini kondisi di Desa Supenuh sudah ada saluran
air namun masih kurang.Karena air masih belum
bisa lancar dialirkan sehingga masih terdapat
genangan-genangan air,Apabila pada saat hujan
lebat saluran yang ada tidak dapat menampung
air,sehingga air meluap kejalan dan tentunya akan
mengganggu aktifitas warga sekitar.
MAKSUD DAN TUJUAN Perencanaan sistem drainase ini
dimaksudkan untuk menyalurkan air hujan yang
mengalir di Desa Supenuh secepat mungkin ke
badan air penerima,sehingga di daerah trersebut
tidak terjadi genangan-genangan yang dapat
menggangu aktifitas masyarakat.Pencegahan seperti
ini sangat penting dilakukan agar tidak membawa
dampak yang merugikan kehidupan masyarakat.
Sejalan dengan maksud perencanaan,tujuan
dari perencanaan sistem drainase ini adalah untuk
merencanakan sistem saluran drainase yang benar
sehingga dapat mengendalikan laju aliran
J u r n a l C I V I L L a V o l 1 N o 1 M a r e t 2 0 1 6 ISSN No. 2503 - 2399
air,sehingga tidak ada lagi genangan-genangan air
yang nantinya akan berdampak buruk terhadap
masyarakat.
Adapun maksud dan tujuan dari penelitian
ini juga,untuk memberikan persoalan sehingga
dapat menemukan ide-ide kreatif tentang saluran drainse yang sesuai dengan keadaan dilapangan
tentunya dengan kaidah-kaidah perencanaan.Dan
juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
bagi pemerintah desa bila ingin membuat saluran
drainase.
II. METODE PENELITIAN
Pada metode penelitian terdapat beberapa
langkah yang harus dilakukan untuk mendapatkan
hasil dari penelitian yang meliputi studi
pendahuluan untuk mengetahui karakteristik saluran
drainase, kemudian dilanjutkan dengan penentuan lokasi survei. Langkah selanjutnya adalah
identifikasi permasalahan merupakan pengenalan
permasalahan yang akan dibahas. Lalu dilanjutkan
dengan pengumpulan data sekunder dan data
primer. Data sekunder yang dicari adalah peta
lokasi dan dampak terhadap masyarakat bila ada
sistem saluran drainase. Sedangkan untuk data
primer, data yang diperlukan adalah data, kondisis
saluran yang sekarang,kondisi struktur tanah dan
data rata-rata volume air. Dari data primer dan data
sekunder dapat dianalisis kinerja saluran air yang ada saat ini.
Gambaran Umum Lokasi Studi
Luas Wilayah Administrasi
Desa Supenuh memiliki luas wilayah 177 Ha/m²
terbagi menjadi 4 dusun,yaitu dusun
Mambung,Dusun Randu Tawang,Dusun
Supenuh,Dusun Sumampir
Keadaan fisisk lokasi Studi
a. Keadaan Geografis
Letak Desa Supenuh terletak pada pada
6".51' 54' sampai dengan 7'23' 6" lintang selatan
dan 122.4'44" bujur timur. Desa Sugio termasuk ke dalam iklim tropis dan mempunyai curah hujan
tertinggi pada bulan Januari-April,dan tingkat curah
hujan terkecil terjadi pad bulan Oktober-Desember.
Suhu rata-rata di Desa Supenuh berkisar antara 23-
25° C.
Desa Supenuh memiliki beberapa batas
wilayah yang menghubungkan dengan beberapa
Desa yang lain,diantaranya: : Sebelah Utara : Desa
Lebak Adi Sebelah Timur : Desa Sugio,Kalipang
Sebelah Selatan : Desa Karang Sambi Galih
Sebelah Barat : Desa Pangkat Rejo b. Keadaan Topografi
Desa Supenuh adalah salah satu desa yang
berada di kecamatan Sugio yang berada di wilayah
bagian tengah Kabupaten Lamongan, dengan jarak
orbitasi + 15 Km dari ibu kota Kabupaten
Lamongan,. Desa Supenuh, dengan ketinggian + 26
meter di atas permukaan laut, Desa Spenuh ini
berada di daerah yang berdataran rendah
c. Kondisi Tata Guna Lahan
Pola penggunaan lahan yang ada di suatu
daerah adalah merupakan suatu ruangan hasil
gabungan aktivitas manusia, sesuai dengan tingkat
teknologi, jenis usaha, kondisi fisik, jumlah
penduduk, serta ketersediaan lahan yang ada di suatu wilayah. Luas wilayah Desa Supenuh adalah
177 Ha/M² yang terdiri atas berbagai jenis
penggunaan tanah dengan rincian seperti pada tabel
berikut.
Tabel 1. Luas Wilayah Berdasarkan Penggunaan
Lahan Desa Supenuh Tahun 2010
Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha/m²)
Tanah Fasilitas Umum 8,1
Tanah Tegal 137,5
Tanah Pekarangan/ Bangunan 26,3
Tanah lain-lain 5
Sumber:Pemerintah Desa Supenuh
Penyusunan Analisa
Suatu sistem drainase agar dapat berfungsi dengan
baik, maka perlu diperhatikan hal–hal sebagai
berikut:
Pola arah aliran.
Arah aliran dapat ditentukan dengan
melihat peta yang sudah ada,sehingga dapat
mengetahui toleransi lamanya genangan dari
daerah rencana.
Situasi dan kondisi fisik daerah studi.
Situasi dan kondisi fisik daerah
yang ada ataupun yang sedang direncanakan
perlu diketahui:
1.Data Kondisi Saluran yang sekarang
2. Kebutuhan kapasitas penampungan saluran
drinase. 3.Gambaran prioritas secara garis besar
Semua hal diatas dimaksudkan agar dalam
penyusunan tata letak sistem saluran drainase
tidak terjadi pertentangan kepentingan.Penentuan
tata letak saluran drainase bertujuan untuk
mencapai sasaran sebagai berikut:
1. Sistem jaringan saluran drainase dapat
berfungsi sesuai tujuan.
2. Menekan dampak terhadap
lingkungan(dampak negatif)
3. Dapat bertahan lama ditinjau dari segi konstruksi dan fungsinya.
Pembahasan Perencanaan a.Sumber air
Sumber air yang mengalir di aliran ini,
itu berasal dari air hujan
b.Perencanaan Bentuk Saluran
Saluran direncanakan adalah saluran
tertutup.dan saluran ini dibuat dari beton tidak
bertulang, berbentuk persegi.Bentuk saluran ini
dipilih karena dilihat dari lokasi yang ramai akan
aktifitas sehingga sistem ini yang tepat untuk daerah Supenuh.Karena Sistem ini mengalirkan
air dari jalan ke dalam saluran menggunakan
street inlet.Dan dipasang rongga-rongga yang
J u r n a l C I V I L L a V o l 1 N o 1 M a r e t 2 0 1 6 ISSN No. 2503 - 2399
digunakan sebagai alat yang mengalirkan air dari
jalan kedalam saluran drainase.
III. PERHITUNGAN DAN ANALISA
Data Curah Hujan Harian Maksimum
stasiun pengamatan yang terdapat pada
daerah perencanaan adalah stasiun pengamat
Waduk Gondang,yang terdapat di Desa Gondang
Lor Kec Sugio.Adapun data curah hujan
selengkapnya selama periode pengukuran 20 tahun
dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini
Tabel 2. Data Curah Hujan Stasiun Pengamatan Waduk Gondang Thn 1994-2013
TAHUN B U L A N TAHUNAN
JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES Total
(mm/thn) R24
(mm)
1994 281 251 214 92 112 35 0 0 0 0 0 0 985 67
1995 265 250 124 181 93 51 0 3 31 78 163 183 1422 122
1996 379 408 377 71 43 0 0 0 0 0 42 285 1605 85
1997 300 292 327 349 97 101 81 0 4 104 249 127 2031 111
1998 235 768 131 35 20 4 18 33 70 131 376 304 2125 116
1999 335 146 150 150 21 0 0 0 0 0 17 445 1264 64
2000 267 279 116 174 121 76 192 0 129 222 303 216 2095 97
2001 236 212 190 390 49 94 43 0 2 87 329 230 1862 76
2002 326 198 327 206 124 139 0 22 0 272 314 213 2141 122
2003 266 280 337 160 6 39 0 0 0 0 41 248 1377 104
2004 301 254 233 160 34 0 0 5 0 0 0 299 1286 111
2005 255 253 218 107 254 2 0 0 30 213 183 143 1658 97
2006 285 260 464 103 143 59 0 0 2 55 203 218 1792 102
2007 380 271 303 182 70 52 48 19 40 155 119 302 1941 109
2008 291 321 183 228 168 0 4 0 0 8 77 242 1522 81
2009 96 213 237 368 20 70 66 42 7 0 150 378 1647 92
2010 306 184 310 105 64 39 66 42 7 143 212 276 1754 101
2011 307 372 164 242 87 19 0 0 16 41 118 170 1536 90
2012 313 161 543 307 140 126 85 101 270 365 276 193 2880 118
2013 211 311 446 208 139 47 13 0 0 7 346 218 1946 71
Sumber: DPU Pengairan kec Sugio
Perhitungan Curah Hujan Rata-Rata
Sebelum menghitung curah hujan rata –
rata dari stasiun pengamat hujan, maka terlebih dahulu perlu dihitung luas catchment area dari
stasiun pengamat hujan. Perhitungan luas catchment
area tersebut dilakukan secara manual dengan cara
menghitung luasan yang ada di peta, kemudian
mengalikannya dengan skala peta. Skala peta adalah
1 : 2.500. Berikut ini adalah peta Wilayah Desa
Supenuh untuk perhitungan curah hujan rata-rata.
Perhitungan curah hujan rata – rata dalam
perencanaan ini menggunakan metode Thiessen.
Dihitung dahulu luas pengaruh tiap stasiun
pengamat dengan cara sebagai berikut : Luas catchment area stasiun adalah sebagai berikut :
Stasiun 1
L1 = (1x2500) x (2x2500) =1250000x 107 m2
= 1,3 km2
Setelah dilakukan perhitungan pada stasiun, maka
total luas keseluruhan Wilayah Desa Supenuh
adalah : 1,3 km2 Pada Metode Thiessen ini, faktor pengaruh
daerah yang diwakili oleh Stasiun Pengamat Hujan
merupakan hal yang penting dalam menghitung
curah hujan rata-rata. Faktor pengaruh daerah
tersebut biasanya disebut dengan Faktor Pembobot
(Koefisien Thiessen). Besarnya faktor pembobot
tergantung dari luas daerah pengaruh (Stasiun
Pengamat) yang dibatasi oleh poligon-poligon yang
memotong tegak lurus pada tengah-tengah garis
penghubung antara dua stasiun. Rumus yang
digunakan untuk menghitung curah hujan rata-rata dengan Metode Thiessen, yaitu:
iiRAA
1R
Dengan:
J u r n a l C I V I L L a V o l 1 N o 1 M a r e t 2 0 1 6 ISSN No. 2503 - 2399
R= Curah Hujan Rata-Rata daerah (mm)
Ai= Luas cathment area untuk Stasiun i (Km2)
A= Luas cathment area Stasiun Total (Km2)
Ri= Curah Hujan Stasiun i pada tahun i (mm)
Contoh perhitungan curah hujan rata-rata pada tahun 2004 :
mmR
1111,31,3
1R
2004
2004
111
Untuk perhitungan Curah Hujan pada
tahun berikutnya dapat dilihat pada Tabel 3
di bawah ini:
Tabel 3. Curah hujan Metode Thiessen
No. Tahun Stasiun (mm)
1 1994 67
2 1995 122
3 1996 85
4 1997 111
5 1998 116
6 1999 64
7 2000 97
8 2001 76
9 2002 122
10 2003 104
11 2004 111
12 2005 97
13 2006 102
14 2007 109
15 2008 81
16 2009 92
17 2010 101
18 2011 90
19 2012 118
20 2013 71
R total 1936
R rata-rata 97
Sumber : Hasil Perhitungan
Dari Tabel di atas, maka diperoleh nilai total
RTotal sebesar 1936 mm
Maka, Rrata-rata total dari 20 data =
(1936/20) = 97 mm
Curah Hujan Harian Maksimum (HHM)
Untuk menghitung hujan harian
maksimum digunakan tiga metode yaitu :
Metode Gumbel dan Metode Log Person Tipe III.
Metode Gumbel Dalam metode ini, data curah hujan
rata-rata daerah disusun secara peringkat, yakni
dari data hujan yang terbesar menuju yang
terkecil. Data yang dipakai dari data curah hujan
yang didapatkan dari penghitungan
menggunakan metode Thiessen.Hal itu dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Peringkat Curah Hujan Rata-rata
Daerah
No Ri Ri-R (Ri-R)2
1 122 25 625
2 122 25 625
3 118 21 441
4 116 19 361
5 111 14 196
6 111 14 196
7 109 12 144
8 104 7 49
9 102 5 25
10 101 4 16
11 97 0 0
12 97 0 0
13 92 -5 25
14 90 -7 49
15 85 -12 144
16 84 -16 256
17 81 -21 441
18 71 -26 676
19 67 -30 900
20 64 -33 1089
Jumlah 1936 - 6258
R 97
Sumber:Hasil Perhitungan
Dari tabel di atas, dapat ditentukan :
iRn
R1
= 20
1936 = 97
Menentukan standar deviasi ( R ) :
21
2
1n
RRi
R=
21
19
6258 = 82,3421
Untuk n = 20, dari Table of Reduced
Mean ( nY ) and Reduced Standard
Deviation ( n ) terlampir didapatkan :
n = 1,0628
nY = 0,5236
Curah hujan harian maksimum dihitung
dengan menggunakan rumus :
ntn
RT YYRR
Contoh perhitungan :
PUH (T) = 2 tahun ,Y2 = 0,3665
Maka
202
20
YYRR RT
= 5236,03665,00625.1
341,8297
= 84,82 mm
J u r n a l C I V I L L a V o l 1 N o 1 M a r e t 2 0 1 6 ISSN No. 2503 - 2399
Rentang keyakinan (Convidence
Interval) dihitung dengan rumus :
= 90 % t (α) = 1,64
20
202 YYk
= 0625,1
5236,03665,0
= - 0,1478
21,13,11 kkb
= 2)1478,0(1,1)1478,0(3,11
= 0,83
N
bS R
e =
20
3421,8283,0 x
= 15,289
289,1564,1 xRk = 25,073
RT dengan a (90%) =84,84 ±25,073
Untuk hasil perhitungan lainnya
(HHM metode Gumbel dan Rentang
Keyakinannya) dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. HHM Metode Gumbel dan Rentang Keyakinannya
PUH Yt R (mm) K b Se Rk
RT dengan
a=90%
2 0.3665 84,82 -0.1478 0.83 15,289 25,073 84,82 ± 25,073
5 1.4999 172,044 0,915 1,763 32,48 53,27 172,044 ± 53,27
10 2.2502 228,97 1.602 2,43 44,76 71,6 228,97 ± 71,6
25 3.1985 301,49 2.47 3,304 60,88 99,84 301,49 ± 99,84
50 3.9019 352,85 3,108 3,598 72,91 119,572 352,85 ± 119,572
Sumber : Hasil Perhitungan
Metode Log Person Type III Data curah hujan rata-rata daerah disusun terlebih dahulu dari data yang terbesar ke yang terkecil. Hal
tesebut dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Peringkat Curah Hujan Rata-Rata untuk Metode Log Person III
No Ri Xi=Log Ri (Xi-Xi rata) (Xi-Xi rata)² (Xi-Xi rata)³
1 122 2,087 0,108 0,011664 0,00126
2 122 2,087 0,108 0,011664 0,00126
3 118 2,071 0,092 0,008464 0,000779
4 116 2,064 0,085 0,007225 0,000614
5 111 2,045 0,066 0,004356 0,000287
6 111 2,045 0,066 0,004356 0,000287
7 109 2,037 0,058 0,003364 0,000195
8 104 2,017 0,038 0,001444 0,000055
9 102 2,009 0,03 0,0009 0,000027
10 101 2,004 0,025 0,000625 0,000016
11 97 1,986 0,007 0,000049 0,00000343
12 97 1,986 0,007 0,000049 0,00000343
13 92 1,963 -0,016 0,000256 -0,0000004
14 90 1,954 -0,025 0,000625 -0,000016
15 85 1,903 -0,076 0,005776 -0,000436
16 84 1,924 -0,055 0,003025 -0,000166
17 81 1,908 -0,071 0,005041 -0,000358
18 71 1,851 -0,128 0,016384 -0,002097
19 67 1,826 -0,153 0,023409 -0,003582
20 64 1,806 -0,173 0,029927 -0,005178
Jumlah 39,573 0,138603 -0,00704954
Xi rata 1,979
Sumber : Hasil Perhitungan
6
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat
ditentukan nilai :
n
xx i
= 979,120
573.39
Menghitung besarnya harga deviasi rata–rata
dengan rumus (23)
1
2
N
xxi
x
= 08541.019
138603.0
Menghitung harga skew coefficient dengan
rumus (24)
3
3
21 x
i
sNN
xxNC
= 3
08541.01819
)00704954,0(20
= -0,6617
Berdasarkan harga skew cofficient (Cs) yang
diperoleh dan harga periode ulang (T) yang
ditentukan, dapat diketahui nilai Kx dengan menggunakan tabel yang terdapat pada lampiran
Contoh perhitungan :
PUH (T) = 2 tahun
Kx = 0,040 (berdasarkan
lampiran tabel)
Menghitung Xt dengan rumus (26)
xt KxXX
= 2,1144 + (0,040)(0,0450971)
Xt = 2,0131
Menghitung perkiraan harga HHM untuk PUH
(T) dengan rumus
TXTR 10 = 102,0131 = 103,062 mm
Untuk hasil perhitungan yang lain dapat dilihat
pada Tabel 7
Tabel 7. HHM Metode Log Person III
PUH Kx Kx .tx Xt Rt
2 0.04 0,003416 2,0131 103,062
5 0.851 0,072684 2,0516 112,616
10 1.252 0,106933 2,0859
121,870
8
25 1.67 0,142635 2,1216
132,312
2
50 1.92 0,163987 2,1429 38,9632
Sumber : Hasil Perhitungan
Dari kedua metode perhitungan HHM
tersebut, dipilih HHM dengan menggunakan
metode Gumbel. Hal ini dikarenakan cakupan
nilainya lebih besar sehingga HHM metode Log
Pearson III sudah tercakup di rentang keyakinan
tersebut.
Contoh perhitungan: PUH = 2 tahun
HHMGumbel = 137.857 Rk =
4.92
Maka dari data di atas dapat
diketahui rentang nilai HHM
= HHM – Rk < R <
HHM + Rk
= 84,82 – 25,073 < R
< 84,82 +25,073
= 59,747 < R <
109,893
Setelah dibandingkan ternyata nilai HHM dari metode Log Person III (103,062) tidak
termasuk dalam rentang nilai R, sehingga
digunakan nilai HHM Metode Gumbel. Untuk
mencari nilai pada masing-masing PUH juga
dilakukan hal yang sama. Nilai selengkapnya dapat
dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Perbandingan Metode HHM Gumbel dengan Log Pearson III
PUH HHMGUMBEL Rk
HHMG -
Rk HHMG + Rk
HHMLOG
PERSON R
2 84,82 25,073 59,747 109,073 103,062 84,82
5 172,044 53,27 118,774 225,314 112,616 172,044
10 228,97 71,6 157,37 300,57 121,8708 228,97
25 301,49 99,84 201,65 401,33 132,3122 301,49
50 352,85 119,57 233,28 472,42 38,9632 352,85
Sumber : Hasil Perhitungan
Analisa Intensitas Hujan
Dalam menentukan intensitas hujan dapat digunakan dua metode
yaitu metode Hasper Weduwen dan
metode Van Breen.
Metode Van Breen
J u r n a l C I V I L L a V o l 1 N o 1 M a r e t 2 0 1 6 ISSN No. 2503 - 2399
Untuk perhitungan dipakai
HHM dengan metode Gumbel dan dicari intensitas hujannya. Hasil
perhitungan selengkapnya dapat dilihat
pada Tabel 8
Contoh perhitungan :
PUH = 2 tahun
R24
= 84,82 mm
4
%90 24RI
= 4
823,84%90 X = 19,084
∞ 19 mm/jam
Tabel 9. Perhitungan Intensitas PUH
Metode Van Breen
PUH (T) HHM GUMBEL
(mm/24jam) I ( mm/jam )
2 84,82 19,084
5 172,044 38,709
10 228,97 51,518
25 301,49 67,835
50 352,85 79,391
Sumber : Perhitungan Data
Dengan membandingkan intensitas tersebut dengan intensitas hujan
kota Jakarta, maka intensitas hujan pada
durasi tertentu diperoleh dengan melihat
contoh perhitungan berikut : Contoh perhitungan :
Intensitas PUH 2 tahun = 31.0178
mm/jam
Intensitas PUH 2 tahun Kota Jakarta
pada durasi 120 menit = 36 mm/jam
Intensitas PUH 2 tahun Kota Jakarta
pada durasi 240 menit = 21 mm/jam
Untuk PUH 2 tahun, durasi 120 menit :
I(2,120) = 3621
0178,31x 53.17337 ∞ 53
mm/jam
Sehingga didapatkan hasil perhitungan selengkapnya pada Tabel 10.
Tabel 10.Intensitas Hujan Berdasarkan Metode Van Breen
Durasi Intensitas Hujan (mm/jam) untuk PUH (Thn)
(menit) 2 5 10 25 50
5 114,504 212,182 266,176 348,865 379,092
10 103,598 180,642 236,982 302,351 333,442
20 92,693 163,438 211,223 261,649 285,807
40 69,065 124,729 164,857 203,505 226,264
60 55,434 104,657 139,098 176,371 198,477
120 32,715 64,515 87,582 112,412 125,041
240 19,084 38,709 51,518 67,835 79,391
Sumber : Hasil Perhitungan
Metode Hasper Waduwen Pada metode ini, perhitungan
intensitas hujan tetap didasarkan kepada
HHM terpilih yaitu HHM dengan metode
Gumbel. Intensitas hujan dihitung dengan
menggunakan rumus
241 t , maka :
10012,3
300.11 tX
t
tR
10 t , maka :
10012,3
300.11 iR
t
tR
ttX
tXR
TTi
12721
541218
t
RI
Dimana : XT = HHM (Gumbel)
t = durasi (jam)
R,Ri = Curah hujan
J u r n a l C I V I L L a V o l 1 N o 1 M a r e t 2 0 1 6 ISSN No. 2503 - 2399
Contoh perhitungan :
1. Untuk PUH = 2 tahun ; t = 5 menit =
0,0833 jam ; XT = 84,82 mm/24jam
2.
Ri = 84,82
)0833.01272()0833.01(82,84
54)0833.01218(
= 71,757
R = 2
1
)12.30833.0(
0833.011300
100
757,71
= 12,3005
I = t
R=
0833.0
3005,12= 147,66 mm/jam
2. Untuk PUH = 2 tahun ; t = 60 menit = 1
jam ; XT = 137.857 mm/24jam
R = 2
1
)12.31(
111300
100
82,84 =
44,421
I = 1
421,44= 44,421 mm/jam
Untuk perhitungan selengkapnya dapat
dilihat pada Tabel 11 sampai Tabel 12.
Tabel 11. Perhitungan nilai Ri
Durasi
(menit ) t (jam )
Nilai Ri tiap PUH
2 5 10 25 50
5 0.0833 71,757 101,333 112,696 122,589 128,084
10 0.1667 77,101 124,387 146,311 167,310 179,249
20 0.3333 81,193 146,907 182,718 221,891 246,202
40 0.6667 83,886 164,763 214,524 275,272 316,453
Sumber : Hasil Perhitungan
Tabel 12. Perhitungan nilai R
Durasi
t (jam)
Nilai R tiap PUH
( menit ) 2 5 10 25 50
5 0.0833 12,3005 17,370 19,319 21,014 21,957
10 0.1667 18,457 29,778 35,026 40,054 42,914
20 0.3333 26,816 48,513 60,341 73,278 81,306
40 0.6667 37,416 73,462 95,686 122,783 141,127
60 1 44,421 90,079 119,878 157,847 184,764
120 2 56,354 114,275 159,078 200,246 234,395
240 3 63,129 128,012 170,359 224,246 262,571
Sumber : Hasil Perhitungan
Tabel 13. Intensitas Hujan metode Hasper Weduwen
Durasi
t ( jam )
I (mm/jam) untuk PUH tahun
( menit ) 2 5 10 25 50
5 0.0833 157,66 208,523 231,921 252,272 263,581
10 0.1667 110,719 178,633 210,119 240,277 257,432
20 0.3333 80,456 145,554 181,0405 219,854 243,939
40 0.6667 56,122 110,189 143,522 184,165 211,681
60 1 44,421 90,079 119,878 157,847 184,764
120 2 28,177 57,138 76,039 100,123 117,198
240 3 21,043 42,671 56,787 74,773 87,523
Sumber : Hasil Perhitungan
J u r n a l C I V I L L a V o l 1 N o 1 M a r e t 2 0 1 6 ISSN No. 2503 - 2399
PENENTUAN DIMENSI SALURAN
Penentuan Luas Pelayanan dan Koefisien
Pengaliran Pembagian blok dimaksudkan agar
sistem drainase yang direncanakan dapat
melayani daerah pelayanan seefektif mungkin,
mempermudah jaringan dan perhitungan
dimensi saluran. Pembagian blok pelayanan ini
didasarkan pada keadaan topografi dan tata guna
lahan, pada perencanaan ini semua daerah yang
berada di Kota Situbondo akan dilayani hal ini
dikarenakan sebagian besar daerah di Kota Situbondo sudah terbagun. Pada sistem
perencanaan kali ini daerah catchment area
dibagi menjadi 8 jalur drainase dengan luas
masing-masing daerah yang dilayani jaringan
seperti yang terlihat pada Tabel 14.
Tabel 14 Luas dan koefisien pengaliran daerah pelayanan
Jalur Blok Tipe Daerah Aliran
Luas
Blok
(ha)
%
Luas C Cr
Cr
Kumulatif
a-b I Perumahan
50
40 0.4 0.16
0.34 Sawah/Tegal 50 0.2 0.1
Jalan 10 0.8 0.08
c-b II Perumahan
40
35 0.4 0.14
0.33 Jalan 10 0.8 0.08
Sawah/Tegal 55 0.2 0.11
c-d III Perumahan
87
50 0.4 0. 2
0.36 Jalan 10 0.8 0.08
Sawah/Tegal 40 0.2 0.08
Sumber:Hasil Perhitungan
Penentuan Debit Saluran Untuk mengetahui debit
limpasan perlu diketahui bentuk dan
jenis saluran yang direncanakan. Dalam
perencanaan ini digunakan saluran terbuka berbentuk segiempat yang
terbuat dari beton tak bertulang
Contoh perhitungan:
Pada saluran a-b
Panjang limpasan terjauh (Lo) =
180 m
Beda tinggi muka tanah antara
limpasan terjauh dengan saluran (Ho) =
0.1 m
Slope limpasan (So) = 0.1 / 180 =
0.000556 n = 0,015 (tanah terbuka)
Panjang saluran (Ld) = 430 m
Dengan V asumsi = 0,7 m/dt
Luas (A) = 50 ha
C = 0,34
Maka :
to =385.0
15.1
46200xSo
Lo =
385.0
15.1
000559.046200
180
x= 20,933 menit
td = 239,10607,0
430
xVasumsi
Ld
menit
tc = to + td = 20,933 + 10,239 =
31,171 menit
Nilai I yang digunakan adalah I dengan
metode Van Breen dengan
menggunakan PUH 10 tahun
43,0
176,266
tI =
43,0171,31
176,266 = 19,859
mm/jam
Sehingga perhitungan debit adalah
Q = AIC ....00278.0
= 50859,1934.0.00278.0 xxx
= 1,076 m3/dt
Untuk hasil perhitungan selengkapnya
dapat dilihat pada tabel 15
J u r n a l C I V I L L a V o l 1 N o 1 M a r e t 2 0 1 6 ISSN No. 2503 - 2399
Tabel 15 Hasil perhitungan debit pada setiap saluran
Saluran
Lo
(m)
Ho
(m) So (%)
Ld
(m) C
Luas
(Ha)
to
(menit)
V
(m/dt)
td
(menit)
tc
(menit)
I
(mm/menit)
Q
(m3/dt)
Q
(m3/dt)
a-b 180 0,1 0.00055 340 0.34 50 2.6 0,7 10,23 31,171 19,86 1,076 1,076
c-b 150 0,1 0.00067 280 0.33 40 1.6 0,7 6,67 21,194 29,208 1,071 1,071
b-d 240 0.2 0.00083 760 0.46 87 1.7 0,7 18,09 36,765 16,836 1,464 3,611
Sumber : Hasil Perhitungan
Perhitungan Dimensi Saluran
Pada perencanaan saluran drainase ini, akan
diterapkan suatu saluran terbuka dengan bentuk segi
empat. Hal ini dikarenakan kepadatan penduduk yang relatif tinggi, sehingga menyebabkan
keterbatasan lahan.Adapun jenis pola jaringan yang
direncanakan adalah pola jaringan grid iron.Pola
jaringan ini dipilih karena sesuai dengan keadaan
yang ada dilapangan.Sebab pola jaringan grid iron
ini mengumpulkan semua aliran cabang ke aliran
pengunpul, setelah sudah terkumpul ke aliran
pengumpul baru kemudian di alirkan ke aliran
utama (sungai utama).
Pada perencanaan ini saluran yang akan
digunakan adalah saluran berbentuk segi empat dengan perencanaan saluran berdasarkan
penampang hidrolis optimum yang berarti suatu
luas penampang akan memiliki daya tampung yang
maksimum.Adapun bentuk dari saluran yang
direncanakan seperti yang terlihat pada Gambar 5.1
h
b
Gambar 4.1 Bentuk saluran drainase yang
direncanakan
A = b x h
P = b + 2h
Dimana : b = lebar saluran (m)
h =
tinggi/kedalaman saluran (m)
b = 2 x h ( agar saluran ekonomis)
R = hb
hb
P
A
2
.
Dimana : R = jari-jari hidrolis A = luas penampang
basah saluran (m2)
P = keliling basah
saluran (m)
Q = v x A
Berdasarkan persamaan Manning
2
1
3
21
SRn
v Q =
2
1
3
21
SRn
. A
Slope yang
digunakan untuk perencanaan ini
sedapat mungkin mengikuti slope
medan yang ada. Namun hal tersebut
juga harus dilakukan pengecekan
terhadap kecepatan yang terjadi pada
saluran yaitu antara 0,6-3,0 m/detik
Contoh perhitungan dimensi saluran
b-d
Q = 3,611 m3/detik
Ld = 760 m
ΔHd = 0,2 m
Sd= ΔHd :Ld=0,2 : 760=0,000263
n = 0,015 (beton tak bertulang)
Vasumsi = 0,7 m/s
=
= 1,895 m b = 2 x h = 2 x 1,895 = 3,791 m
A = b x h = 3,791 x 1,895 = 7,185 m
21
32
21
32
cek 0,0002630,9470,015
1SR
n
1V
m/dtk1,373
Fb (Freeboard saluran): airhCFb
Dimana:
Fb = freeboard saluran (m)
C = koefisien, bila: Q < 0,6
m3/detik → C = 0,14
o 0,6 m3/detik < Q < 8 m3/detik → 0,14
< C < 0,2
o Q > 8 m3/detik → C > 0,23
J u r n a l C I V I L L a V o l 1 N o 1 M a r e t 2 0 1 6 ISSN No. 2503 - 2399
m0,14x1,895 515,0Fb
H total saluran = H air + Freeboard
= 1,895 m + 0,515 m =
2,41 m
Q maksimum = b x V sebenarnya x H
total saluran
= 3,791 m x
1,373 m/detik x
2,41 m
= 12,544
m3/detik
Hasil Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.17 berikut
Tabel 16 Perhitungan Dimensi Tiap Saluran
Saluran n Ld
(m)
Elevasi
awal
Elevasi
akhir
Hd
(m) Sd
Q
(m3/dt)
V
asumsi
(m/dt)
h air
(m)
b
(m)
A
(m²)
R
(m)
V cek
(m/dt) C
Fb
(m)
H
saluran
(m)
A
saluran
(m²)
Q
saluran
max
(m3/dt)
a-b 0.015 340 26,47 26,37 0,1 0.000294 1,076 0,7 0,26 0,53 0,14 0,132 3,33 0,14 0,19 0,458 0,5986 0,809
c-b 0.015 280 26,47 26,37 0,1 0.000357 1,071 0,7 0,48 0,96 0,46 0,24 1,63 0.14 0.06 0,57 1,03 0,857
b-d 0.015 760 26,37 26,17 0,2 0.000263 3,611 0,7 1,89 3,79 7,185 0,947 1,37 0,14 0,514 2,41 9,595 12,544
Sumber:Hasil perhitungan
Tabel 17 Hasil Perhitungan Elevasi Saluran Drainase Desa Supenuh
Saluran Ld
Elevasi Muka
Tanah (m)
Head
saluran Hair Fb
Elevasi Dasar
Saluran (m)
Elevasi Muka
Air (m)
Tinggi
Saluran
(m) Awal Akhir (m) (m) (m) Awal Akhir Awal Akhir (m)
a-b 340 26,47 26,37 0,1 0,26 0,19 26,02 25,92 26,28 28,18 0,45
c-b 280 26,47 26,37 0,1 0,48 0,06 25,93 25,83 26,41 26,31 0,57
b-d 760 26,37 26,17 0,2 1,89 0,514 23,96 23,76 25,85 21,87 2,41
Sumber : Hasil Perhitungan
Elevasi Saluran
Elevasi atau beda tinggi yang dihitung dari saluran
yang direncanakan adalah :
Elevasi dasar saluran awal.
Elevasi dasar saluran akhir.
Elevasi muka air awal.
Elevasi muka air akhir.
Cara perhitungan :
Elevasi dasar saluran awal = elevasi muka tanah
awal – hair - freeboard
Elevasi dasar saluran akhir = elevasi dasar saluran
awal - Δhd
Elevasi muka air awal = elevasi muka tanah awal –
freeboard
Elevasi muka air akhir = Elevasi dasar saluran
akhir + hair
Contoh perhitungan elevasi tanah saluran a-b
hair = 0,26 m
Fb saluran = 0,19 m
Elevasi muka tanah awal = 26,47 m
Elevasi muka tanah akhir = 26,37 m
Δhd = 0.1 m
Elevasi dasar saluran awal = elevasi muka tanah
awal - hair - freeboard
= 26,47 – 0,26 –0,19
= 26,02 m
Elevasi muka air awal = elevasi muka tanah awal –
freeboard
= 26,47 –0,19
= 26,28 m
Elevasi dasar saluran akhir = elevasi dasar saluran
awal – Δhd saluran
= 26,02 –0,1 = 25,92 m
Elevasi muka air akhir = Elevasi dasar saluran
akhir + hair
= 25,92 + 0,26
= 26,18 m
KESIMPULAN
Dari hasil kajian dan perhitungan dalam
perencanaan sistem saluran Drainase desa
Supenuh dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut: 1. Dari hasil perhitungan debit air dalam
saluran drainase,saluran a-b=1,076
m³/dt,saluran c-b=1,071 m³/dt, saluran b-
d=3,61 m³/dt
2. Pada perencanaan saluran drainase ini,
akan diterapkan suatu saluran terbuka
dengan bentuk segi empat. Hal ini
dikarenakan kepadatan penduduk yang
relatif tinggi, sehingga menyebabkan
keterbatasan lahan.Dan hasil dari
J u r n a l C I V I L L a V o l 1 N o 1 M a r e t 2 0 1 6 ISSN No. 2503 - 2399
perehitungan dari rencana drainase adalah
sebagai berikut.Saluran (a-b) dengan
b=0,53m,fb=0,19m,Hsaluran 0,45m h air
0,26 m.Dan saluran (c-b) dengan
b=0,96m,fb=0,06m,Hsaluran 0,57m,h air
0,48 m. Dan saluran (b-d) dengan b=3,76m,fb=0,51m,Hsaluran 2,41m,h air
1,89 m.
DAFTAR PUSTAKA
Chow, V.T., dan E. V. Nensi Rosalina, 1997,
“Hidrolika Saluran Terbuka”,
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Department Pekerjaan Umum Pengairan, UPT
Kec Sugio,Kabupaten Lamongan
http://id.scribd.com/doc/15424421/METHOD
E-PEERENCANAAN DRAINASE KOTA.diakses tanggal 23 januari
2014
http://www.ilmusipil.com/Definisi Saluran
Drainase. diakses tanggal 23 Januari
2014.
http://www.ilmusipil.com/Pengertian
Hidrolika Saluran. diakses tanggal
23 Maret 2014.
http://www.ilmusipil.com/Teori Hidrolika
Saluran. diakses tanggal 23 Maret
2014. Masduki, H. M, 1985, ”Drainase
Pemukiman”, Institut Teknologi
Bandung, Bandung.
Pemerintah Desa Supenuh Kecamatan Sugio
Kabupaten Lamongan.
Ray K.Lensley,2004,”Pengelolahan Sumber Daya
Air”.Jakarta;Penerbit Airlangga
Schaun,Mekanika Fluida dan Hidrolika.edisi
ke 2.1984
Soemarto, CD. 1987. Hidrologi Teknik. Surabaya ;
Penerbit Usaha Nasional
Soewarno, 2002. Analisa Debit Banjir dan
Debit Minimum. Bandung ;
Penerbit Departemen Pemukiman
dan Prasarana Wilayah.
Sosrodarsono, Suyono dan Kensaku Takeda. 2006.
Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta :
Penerbit PT. Pradnya Paramit