evaluasi bab 1-3

18
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Sudiono, 2005 (dalam penelitiantindakankelas.blogspot.com) mengemukakan bahwa secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation, dalam bahasa Indonesia berarti penilaian. Akar katanya adalah value yang artinya nilai. Jadi, istilah evaluasi menunjuk pada suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Evaluasi Hasil Belajar antara lain mengunakan tes untuk melakukan pengukuran hasil belajar. Tes dapat didefinisikan sebagai seperangkat pertanyaan dan/atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait, atribut pendidikan, psikologik atau hasil belajar yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar.Pengukuran diartikan sebagai pemberian angka pada status atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau obyek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas. Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan 1

Upload: sang-ayu-virgayani

Post on 12-Dec-2014

108 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Evaluasi Bab 1-3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Sudiono, 2005 (dalam penelitiantindakankelas.blogspot.com)

mengemukakan bahwa secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris

evaluation, dalam bahasa Indonesia berarti penilaian. Akar katanya adalah value

yang artinya nilai. Jadi, istilah evaluasi menunjuk pada suatu tindakan atau suatu

proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.

Evaluasi Hasil Belajar antara lain mengunakan tes untuk melakukan

pengukuran hasil belajar. Tes dapat didefinisikan sebagai seperangkat pertanyaan

dan/atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait,

atribut pendidikan, psikologik atau hasil belajar yang setiap butir pertanyaan atau

tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap

benar.Pengukuran diartikan sebagai pemberian angka pada status atribut atau

karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau obyek tertentu menurut

aturan atau formulasi yang jelas.

Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan

menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik

yang menggunakan instrumen test maupun non-test. Penilian dimaksudkan untuk

memberi nilai tentang kualitas hasil belajar.

Secara klasik tujuan evaluasi hasil belajar adalah untuk

membedakankegagalan dan keberhasilan seorang peserta didik.Namun

dalamperkembangannya evaluasi dimaksudkan untuk memberikan umpan balik

kepadapeserta didik maupun kepada pembelajar sebagai pertimbangan untuk

melakukanperbaikan serta jaminan terhadap pengguna lulusan sebagai tanggung

jawabinstitusi yang telah meluluskan.Tes, pengukuran dan penilaian berguna

untukseleksi, penempatan,diagnosis dan remedial, umpan balik, memotivasi dan

membimbing belajar,perbaikan kurikulum dan program pendidikan serta

pengembangan ilmu.

1

Page 2: Evaluasi Bab 1-3

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas, maka sebagai

permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut.

1.2.1 Apakahpengertian menskor dan menilai dalam evaluasi pendidikan?

1.2.2 Apakah perbedaan skor dan nilai dalam evaluasi pendidikan?

1.2.3 Bagaimana mengubah skor ke dalam bentuk standar dalam evaluasi

pendidikan?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui penulisan makalah ini adalah

sebagai berikut.

1.3.1 Untuk mengetahui mengetahui pengertian dari menskor dan menilai

dalam evaluasi pendidikan.

1.3.2 Untuk mengetahui perbedaan antara skor dan nilai dalam evaluasi

pendidikan.

1.3.3 Untuk mengetahui cara mengubah skor ke dalam bentuk standar dalam

evaluasi pendidikan.

2

Page 3: Evaluasi Bab 1-3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Menskor

Dalam melakukan evaluasi ada beberapa tahap yang harus dilakukan, tidak

hanya melalukan penyusunan tes, namun masih setelah memeberikan tes ada

tahap selanjutnya harus dilakukan yakni tahap pemereksaan hingga melakukan

penskoran dan menilai.Menskor atau dikenal dengan memberi angka sehingga

dapat dikatakan menunjuk kepada data kuatitatif sebagai hasil dari pengukuran.

Pada hakikatnya pemberian skor (scoring) adalah proses pengubahan

jawaban instrumen menjadi angka-angka yang merupakan nilai kuantitatif dari

suatu jawaban terhadap item dalam instrumen. Sedangkan menurut Mali El-

Bustani skor adalah hasil pekerjaan menyekor (memberikan angka) yang

diperoleh dari angka-angka dari setiap butir soal yang telah di jawab dengan

benar, dengan mempertimbangkan bobot jawaban betulnya (dikutip dari:

http://tiameifharahap.blogspot.com).

Menurut Suharsimi, dalam hal pekerjaan menskor atau menentukan

angka, dapat digunakan 3 macam alat bantu yaitu:

1. Pembantu menentukan jawaban yang benar, disebut kunci jawaban.

2. Pembantu menyeleksi jawaban yang benar dan yang salah, disebut

kunci scoring.

3. Pembantu menentukan angka, disebut pedoman penilaian.

4. Adapun pada umumnya, pengolahan data hasil tes menggunakan

bantuan statistik.

Menurut Zainal Arifin (2006) dalam pengolahan data hasil test

menggunakan empat langkah pokok yang harus di tempuh.

1. Menskor, yaitu memperoleh skor mentah daritiga jenis alat bantu,

yaitu kunci jawaban kunci scoring dan pedoman konversi.

2. Mengubah skor mentah menjadi skor standar.

3. Menkonversikan skor standar kedalam nilai.

3

Page 4: Evaluasi Bab 1-3

4. Melakukan analisis soal (jika diperlukan) untuk mengetahui derajat

validitas dan realibilitas soal, tingkat kesukaran soal (difficulty index) dan

daya pembeda. (dikutip dari: http://tiameifharahap.blogspot.com).

A. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk betul-salah

Untuk tes bentuk betul-salah (true-false) yang dimaksud dengan kunci

jawaban adalah deretan jawaban yang kita persiapkan untuk pertanyaan atau

soal-soal yang kita susun, sedangkan kunci scoring adalah alat yang kita

gunakan untuk mempercepat pekerjaan scoring.

Oleh karena dalam hal ini testee (tercoba) hanya diminta melingkari

huruf B atau S maka kunci jawaban yang disediakan hanya berbentuk urutan

nomor serta huruf dimana kita menghendaki untuk melingkari (atau dapat

juga diberi tanda X).

Ada baiknya jika kunci jawaban ini ditentukan terlebih dahulu sebelum

menyusun soalnya agar:

Pertama    : dapat diketahui imbangan antara jawaban B dan S.

Kedua      : dapat diketahui letak atau pola jawaban B dan S.

Bentuk betul-salah sebaiknya disusun sedemikian rupa sehingga jumlah

jawaban B hampir sama banyaknya dengan jawaban S, dan tidak dapat

ditebak karena tidak diketahui pola jawabannya.

Dalam menentukan angka (skor) untuk tes bentuk B-S ini kita dapat

menggunakan 2 cara yaitu:

1. Tanpa hukuman atau tanpa denda.

2. Dengan hukuman atau dengan denda.

B. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk pilihan ganda

(Multiple Choice)

Dengan tes bentuk pilihan ganda, testee diminta melingkari salah satu

huruf di depan pilihan jawaban yang disediakan atau membubuhkan tanda

lingkaran atau tanda silang (x) pada tempat yang sesuai di lembar jawaban.

C. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk jawab

singkat(Sort Answer Test)

Tes bentuk jawab singkat adalah bentuk tes yang menghendaki jawaban

berbentuk kata atau kalimat pendek.Melihat namanya, maka jawaban untuk

4

Page 5: Evaluasi Bab 1-3

tes tersebut tidak boleh berbentuk kalimat-kalimat panjang, tetapi harus

sesingkat mungkin dan mengandung satu pengertian.Dengan persyaratan

inilah maka bentuk tes ini dapat digolongkan ke dalam bentuk tes

objektif.Kunci jawaban tes bentuk ini merupakan deretan jawaban sesuain

dengan nomornya. Contoh:

1.      Berat jenis

2.      Mengembun

3.      Komunitas

4.      Populasi

5.      Energi

Kunci pemberian skornya:

Sebaiknya tiap soal diberi angka 2 (dua). Dapat juga angka kita

samakan dengan angka pada bentuk betul- salah atau pilihan ganda jika

memang jawaban yang diharapkannya ringan atau mudah. Tetapi sebaliknya

apabila jawabannya bervariasi misalnya lengkap sekali, lengkap dan kurang

lengkap, maka angkanya dapat dibuat bervariasi pula misalnya 2 ; 1,5 ; dan

1.

D. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk menjodohkan

(Matching)

Pada dasarnya tes bentuk menjodohkan adalah tes bentuk pilihan ganda,

dimana jawaban-jawabannya dijadikan satu, demikian pertanyaan-

pertanyaannya. Dengan demikian, maka pilihan jawabannya akan lebih

banyak. Satu kesulitan lagi adalah bahwa jawaban yang dipililh dibuat

sedemikian rupa sehingga jawaban yang satu tidak diperlukan lagi bagi

pertanyaan lain.Kunci jawaban tes bentuk menjodohkan dapat berbentuk

deretan jawaban yang dikehendaki atau deretan nomor yang diikuti oleh

huruf-huruf yang terdapat di depan alternatif jawaban. Contoh:

1.      Tahun 1992 atau 1. f

2.      Imam Bonjol atau 2. c

3.      Perang Padri atau 3. h

4.      Teuku Umar atau 4. a

5.      P. Diponegoro atau 5. B

5

Page 6: Evaluasi Bab 1-3

Telah dijelaskan bahwa tes bentuk menjodohkan adalah tes bentuk

pilihan ganda yang lebih kompleks.Maka angka yang diberikan sebagai

imbalan juga harus lebih banyak.Sebagai ancar-ancar dapat ditentukan

bahwa angka untuk tiap nomor adalah 2 (dua).

E. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk uraian (Essay

Test)

Sebelum menyusun sebuah tes uraian sebaiknya kita tentukan

terlebih dahulu pokok-pokok jawaban yang kita kehendaki. Dengan

demikian, maka akan mempermudah kita dalam pekerjaan mengkoreksi tes

itu.

Tidak ada jawaban yang pasti terhadap tes bentuk uraian ini.

Jawaban yang kita peroleh akan sangat beraneka ragam, berada dari siswa

satu ke siswa lain. Untuk menetukan standar terlebih dahulu, tentulah

sukar.Berikut adalah saran langkah-langkah apa yang harus kita lakukan

pada waktu kita mengoreksi dan member angka tes bentuk uraian:

1) Membaca soal pertama dari seluruh siswa untuk mengetahui situasi

jawaban. Dengan membaca seluruh jawaban, kita dapat memperoleh

gambaran lengkap tidaknya jawaban yang diberikan siswa secara

keseluruhan.

2) Menentukan angka untuk soal pertama tersebut. Misalnya jika

jawabannya lengkap diberi angka 5, kurang sedikit diberi angka 4,

begitu  seterusnya sampai kepada jawaban yang paling minim jika

jawabannya meleset sama sekali. Dalam menentukan angka pada hal

yang terakhir ini umumnya kita perlu berpikir bahwa tidak ada unsur

tebakan. Dengan demikian maka ada dua pendapat, satu pendapat

menentukan angka 1 atau 2 bagi jawaban yang salah, tetapi pendapat lain

menentukan 0 untuk jawaban itu. Tentu saja bagi jawaban yang kosong

(tidak ada jawaban sama sekali), jelas kita berikan angka 0.

3) Memberikan angka bagi soal pertama.

4) Membaca soal kedua dari seluruh siswa untuk mengetahui situasi

jawaban, dilanjutkan dengan pemberian angka untuk soal kedua.

6

Page 7: Evaluasi Bab 1-3

5) Mengulangi langkah-langkah tersebut bagi soal-soal tes ketiga, keempat

dan seterusnya hingga seluruh soal diberi angka.

6) Menjumlahkan angka-angka yang diperoleh oleh masing-masing siswa

untuk tes bentuk uraian.

Setelah mempelajari langkah-langkah tersebut kita tahu bahwa dengan

membaca terlebih dahulu seluruh jawaban yang duberikan oleh siswa, kita

menjadi tahu bahwa mungkin tidah ada seorang pun dari siswa yang

menjawab dengan betul untuk sesuatu nomor soal.

Menghadapi situasi seperti ini, kita gunakan cara pemberian angka yang

relative. Misalnya untuk satu nomor soal jawaban yang paling lengkap hanya

mengandung 3 unsur, padahal kita menghendaki 5 unsur, maka kepada

jawaban yang paling lengkap itulah kita berikan angka 5, sedangkan untuk

menjawab hanya 2 atau 1 unsur, kita beri angka sedikit, yaitu misalnya 3,4; 2;

1,5.

F. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tugas

Tolak ukur yang disarankan  dalam buku ini sebagai ukuran

keberhasilan tugas adalah:

a. Ketepatan waktu penyerahan tugas.

b. Bentuk fisik pengerjaan tugas yang menandakan keseriusan mahasiswa

dalam mengenakan tugas.

c. Sistematika yang menunjukkan alur keruntutan pikiran.

d. Kelengkapan isi menyangkut ketuntasan penyelesaian dan kepadatan

isi.

e. Mutu hasil tugas, yaitu kesesuaian hasil dengan garis-garis yang sudah

ditentukan oleh dosen.

Dalam mempertimbangkan nilai akhir perlu dipikirkan peranan

masing-masing aspek kriteria tersebut, misalnya demikian:

A1 - Ketepatan waktu, diberi bobot 2

A2 – Bentuk fisik, diberi bobot 1

A3 – Sstematika, diberi bobot 3

A4 – Klengkapan isi, diberi bobot 3

A5 – Mutu hasil, diberi bobot 3

7

Page 8: Evaluasi Bab 1-3

Maka nilai akhir untuk tugas tersebut diberikan dengan rumus:

NAT = 2× A 1+1× A 2+3× A 4+3× A 5

12

NAT adalah nilai akhir tugas.

G. Penskoran Tes Lisan atau Interview/Wawancara

a) Penskoran pada prinsipnya adalah sama dengan penskoran tes uraian/ tes

objektif yang dilakukan secara tertulis.

b) Tester hendaknya segera memberi skor terhadap setiap jawaban testee,

tanpa harus menunggu sampai seluruh butir tes/pertanyaan selesai

dijawab oleh testee.

c) Usahakan suasana atau proses jalannya ujian (testing) supaya tetap

dalam keadaan tenang.

d) Pada saat tes lisan berlangsung, tester hendaknya tetap menjaga

kestabilan emosional, sehingga testee tidak merasa terpengaruh karena

sikap dan perilaku tester (kecuali tes yang dilaksanakan memang

bertujuan untuk mengetes performance/penampilan testee.

2.2 Perbedaan Menskor dan Menilai

Apa yang terjadi selama ini, banyak di antara para guru sendiri yang masih

mencampuradukkan antara dua pengertian yaitu skor dan nilai.

Skor: adalah hasil pekerjaan menskor yang diperoleh dengan

menjumlahkan angka-angka bagi setiap soal tes yang dijawab

betul oleh siswa.

Nilai: adalah angka ubahan dari skor dengan menggunakan acuan

tertentu, yakni acuan normal atau acuan standar.

Contoh:

Skor maksimum yang diharapkan 40.

A memperoleh skor 24.

Ini berarti bahwa A menguasai   x 100% dari tujuan atau 60% dari

tujuan pelajaran. Dalam daftar nilai, A dituliskan mendapat nilai 60.

B mendapat skor 36.

Ini berarti bahwa B menguasai  x 100% dari tujuan atau 90%dari

tujuan pelajaran. Dalam daftar ini, B dituliskan mendapat nilai 90.8

Page 9: Evaluasi Bab 1-3

Jadi dari penjabaran diatas dapat dipahami bahwa skor menunjukan

data kuaitatif sebagai hasil dari pengukuran, sedangkan nilai merupakan

data yang dapat berupa kualitatif maupun kuantitatif sebagai hasil analisis

terhadap hasil pengukuran.Jika wujudnya dalam bentuk kualitatif sebagai

contoh seperti bentuk kategori berhasil, cukup berhasil, kurang berhasil

dan seterusnya.

Secara rinci skor dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu skor yang

diperoleh (obtained score), skor sebenarnya (true score), dan skor

kesalahan (error score). Score yang diperoleh adalah sejumlah biji yang

dimiliki oleh testee sebagai hasil mengerjakan tes. Kelemahan-kelemahan

butir tes, situasi yang tidak mendukung, kecemasan dan lain-lain faktor

dapat berakibat terhadap skor yang diperoleh ini.Apabila faktor yang

berpengaruh ini muncul, baik sebagian atauppun menyeluruh, penilai tidak

dapat mengira-ngira seberapa cermat skor yang diperoleh siswa ini mampu

mencerminkan pengetahuan dan keterampilan siswa yang sesungguhnya.

Skor sebenarnya (true score) sering kali juga disebut dengan istilah skor

univers = skor alam (universe score), adalah nilai hipotesis yang sangat

tergantung dari perbedaan individu berkenaan dengan pengetahuan yang

dimiliki secara tetap.

Perbedaan antara skor yang diperoleh dengan skor yang sebenarnya,

disebut dengan istilah kesalahan dalam pengukuran atau kesalahan skor,

atau dibalik skor kesalahan. Hubungan antara ketiga macam skor tersebut

adalah sebagai berikut:

Skor yang diperoleh = skor sebenarnya = skor kesalahan

2.3 Pendekatan Menilai

Dalam proses pengukuran, setelah tahap menskor, agar dapat

dipahami hasil pengukurannya, maka skor yang didapat dari testee akan

dijadikan bentuk standar. Adapun pendekatan yang dilakukan untuk

mengubah skor menjadi standar adalah sebagai berikut:

9

Page 10: Evaluasi Bab 1-3

a. Norm Referenced Evaluacion

Dalam penggunaan norm- referenced, prestasi belajar seorang

siswa dibandingkan dengan siswa lain dalam kelompoknya. Kualitas

seseorang sangat dipengaruhi oleh kualitas kelompoknya. Dasar pikiran

dari penggunaan standar ini adalah adanya asumsi bahwa di setiap

populasi yang heterogen, tentu terdapat:

1)      Kelompok baik

2)      Kelompok sedang

3)      Kelompok kurang.

b. Criterion Referenced Evaluacion

Di dalam penggunaan criterion referenced, siswa dibandingkan

dengan sebuah standar tertentu, yaitu standar mutlak (standar 100). Uraian

dalam contoh siswa A dan B di atas, siswa juga dibandingkan dengan

standar tertentu yaitu skor maksimum. Penggunaan standar mutlak ini

terutama dipertahankan dalam penerapan prinsip belajar tuntas.

10

Page 11: Evaluasi Bab 1-3

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

3.1.1 Dalam pekerjaan menskor mengenal 3 macam alat bantu, yaitu kunci

jawaban, kunci skoring, dan pedoman penilaian. Yang meliputi:

-   Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk betul salah

- Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk pilihan

ganda (multiple choice)

- Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk jawab

singkat (short answer test)

- Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk

menjodohkan (matching)

- Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk uraian

(essay test)

- Kunci Jawaban dan kunci pemberian skor untuk tugas

3.1.2 Perbedaan antara skor dan nilai adalah

- Skor: adalah hasil pekerjaan menskor yang diperoleh dengan

menjumlahkan angka-angka bagi setiap soal tes yang dijawab betul

oleh siswa.

- Nilai: adalah angka ubahan dari skor dengan menggunakan acuan

tertentu, yakni acuan normal atau acuan standar.

3.1.3 Adapun pendekatan yang dilakukan untuk mengubah skor menjadi

standar adalah dengan menggunakan Norm Referenced Evaluaciondan

Criterion Referenced Evaluacion.

11

Page 12: Evaluasi Bab 1-3

3.2 Saran

Sebagai seorang calon pendidik (guru) harus mampu memahami dengan

baik mengenai skor dan nilai kaena hal tersebut nantinya akan dipergunakan

untuk mengukur kemapuan peserta didik atau siswa. Sehingga dengan

pemahaman yang baik mengenai menskor dan menilai, maka guru mampu

mengukur kemampuan peserta didik dengan objektif dan optimal.

12