etiologi inkontinensia

5
Etiologi Penyebab inkontinensia transien adalah delirium, infeksi (uretritis atau vaginitis), obat obatan seperti sedatif, hipnotik, diuretik, opiar, penghambat saluran kalsium, antikolinergik (antidepresan, antihistamin), dekongestan, dan lain-lain. Penyebab lain yang lebih jarang adalah depresi, pembentukan urin berlebih (diabetes), mobilisasi yang terbatas (Graber, 2006). Berikut jenis inkontinensia dan penyebabnya yang spesifik menurut Graber (2006) a. Inkontinensia dorongan Pengeluaran urine involunter yang disebabkan oleh dorongan dan keinginan mendadak untuk berkemih. Hal ini berkaitan dengan kontraksi detrusor secara involunter. Penyebabnya adalah gangguan neurologik (misalnya stroke, sklerosis multipel) serta infeksi saluran kemih. b. Ikontinensia tekanan Pengeluaran urin involunter selama batuk, bersin, tertawa, atau peningkatan tekanan intraabdomen lainnya. Paling lazim terjadi pada wanita setelah usia setengah baya (dengan kehamilan dan pelahiran per vaginam berulang); inkontinensia tekanan sering disebabkan oleh kelemahan dasar panggul dan kurangnya dukungan unit sfingter vesikouretra. Penyebab lainnya adalah kelemahan sfingter uretra intrinsik seperti akibat mielomeningokel, epispadia, prostatektomi, trauma, radiasi, atau lesi medula spunalis bagian sakral. c. Inkontinensia aliran berlebih Pengeluaran urine involunter akibat distensi kandung kemih yang berlebihan. Bisa terdapat penetasan urine yang sering atau berupa inkontinensia dorongan atau tekanan. Dapat

Upload: dwi-kurnia-sari

Post on 17-Sep-2015

12 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

inkontinensia

TRANSCRIPT

EtiologiPenyebab inkontinensia transien adalah delirium, infeksi (uretritis atau vaginitis), obat obatan seperti sedatif, hipnotik, diuretik, opiar, penghambat saluran kalsium, antikolinergik (antidepresan, antihistamin), dekongestan, dan lain-lain. Penyebab lain yang lebih jarang adalah depresi, pembentukan urin berlebih (diabetes), mobilisasi yang terbatas (Graber, 2006).Berikut jenis inkontinensia dan penyebabnya yang spesifik menurut Graber (2006)a. Inkontinensia doronganPengeluaran urine involunter yang disebabkan oleh dorongan dan keinginan mendadak untuk berkemih. Hal ini berkaitan dengan kontraksi detrusor secara involunter. Penyebabnya adalah gangguan neurologik (misalnya stroke, sklerosis multipel) serta infeksi saluran kemih.b. Ikontinensia tekananPengeluaran urin involunter selama batuk, bersin, tertawa, atau peningkatan tekanan intraabdomen lainnya. Paling lazim terjadi pada wanita setelah usia setengah baya (dengan kehamilan dan pelahiran per vaginam berulang); inkontinensia tekanan sering disebabkan oleh kelemahan dasar panggul dan kurangnya dukungan unit sfingter vesikouretra. Penyebab lainnya adalah kelemahan sfingter uretra intrinsik seperti akibat mielomeningokel, epispadia, prostatektomi, trauma, radiasi, atau lesi medula spunalis bagian sakral.c. Inkontinensia aliran berlebihPengeluaran urine involunter akibat distensi kandung kemih yang berlebihan. Bisa terdapat penetasan urine yang sering atau berupa inkontinensia dorongan atau tekanan. Dapat disertai dengan kandung kemih yang yang kurang aktif, obstruksijalan keluar kandung kemih (seperti tumor, hipertrofi prostat), obat-obatan (seperti deuretik), nefropati diabetik, atau defisiensi vitamin B12.d. Inkontinensia fungsionalImobilitas, defisist koognitif, paraplegia, atau daya kembang kandung kemih buruk.

PenatalaksanaanPrinsip dasar penatalaksanaan pada inkontinensia urine adalah terapi perilaku, pasien di anjurkan untuk segera ke kamar mandi jika ada perasaan berkemih. a. Peran perawat dalam hal ini yaitu untuk: 1) Pelatihan kandung kemih. Menetukan edukasi, berkemih yang terjadwal. Tindakan menghambat berkemih harus dilakukan sampai suatu waktu tertentu dan jumlah waktu yang ditentukan in harus ditingkatkan secara progresif. Mulai dengan 2 sampai 3 jam dan tingkatkan. 12% pasien dapat menjadi kontinen total, dan 75% dapat mengalami penurunan episode inkontinensia sebesar 50%. Paling baik dilakukan pada inkontinensia dorongan, tetapi juga dapat dilakukan ada inkontinensia tekanan.2) Pelatihan kebiasaanDorong pasien utnuk berkemih disaat yang normalseperti dipagi hari, sebelum tidur, setelah makan, dll.3) Berkemih atas desakan/doronganTerutama baik bagi orang dengan gangguan koognitif. Menurunkan episode inkontinensia sebesaar 50%4) Latihan dasar panggul (senam kegel)5) Terutama berguna pada inkontinensia tekanan. Angka kesembuhan 16% dan 54% membaik.6) Kateterisasi intermiten juga dapat digunakan7) Menganjurkan pasien untuk berkonsultasi dengan dokter untuk penggunaan obat-obatan8) Penkes mengenai bagaimana cara untuk mencegah inkontinensia urine:Berhenti merokok, berolahraga secara rutin, jauhkan diri dari alkohol, menjaga berat badan yang sehat dan menjaga diet tinggi serat.b. Managemen Keperawatan Kolaboratif1) Uji diagnostik Diagnosis inkontinensia urine dapat ditentukan dengan berbagai pemeriksaan urodinamik. Sistometrogram dan elektromiogram dilakukan untuk mengevaluasi otot detrusor, sfingter, dan kegiatan otot perineum. Ultrasonografi kandung kemih, sistoskopi, dan IVP juga dapat dilakukan untuk mengkaji struktur dan fungsi saluran kemih.2) MedikasiObat yang diberikan sesuai dengan etiologi inkontinensia urine. Beberapa obat yang digunakan dapat dilihat pada tabel di bawah ini: obatkerjaIntervensi keperawatan

EstrogenPrimarinQuinestradiolEstriol

Antikolinergik Pro-banthene

OksibutininBentyl Mengurangi atropik vanigitis uretra dan memulihkan uretra yang supel

Mengurangi spastisitas kandung kemih Jelaskan risiko pembekuan darah Pantau tanda trombofiebitis Anjurkan untuk tidak merokok

3) PembedahanPada inkontinensia stres berat, pembedahan yang disebut vesikouretropeksi (prosedur Marshall-Marchetti) dapat dilaksanakan. Pada vesiko-uretropeksi fiksasi uretra pada fasia otot rektus abdominis dengan sokongan pada leher kandung kemih. Dokter melakukan insisi suprapubik. Kateter uretra dipasang dan dipertahankan selama 5-6 hari paska operasi. Setelah kateter retra dilepas, pasien dapat mengalami kesulitan untuk berkemih. Pasien tidak boleh melakukan manuver Valsava sehingga obat laksatif diberikan untuk mencegah konstipasi.4) DietModifikasi diet terdiri dari penjadwalan asupan cairan. Asupan cairan setelah makan malam perlu dikurangi. Makanan yang dapat menstimulasi kandung kemih perlu dihindari, misalnya kopi, teh, alkohol, dan cokelat(Judith, 2007)

Daftar PustakaGraber, A.M.,dkk. 2006. Buku Saku Dokter Kedokteran, Edisi 3. Jakarta : EGC.Wilkinson, Judith. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan NOC. Jakarta : EGC.