etika rekayasa_analisis studi kasus etika sosial_kelompok kecil_dwiky erlangga_irfan rusydi t
DESCRIPTION
Etika Rekayasa : analisis studi kasus etika sosial yang membahasa masalah penggunaan media sosial dan analsis terhadap bidang hukum, moral, etika, dan sosialTRANSCRIPT
i
Analisis Studi Kasus Etika Sosial
Disusun Oleh :
Dwiky Erlangga / 062.13.006
Irfan Rusydi Triyanto / 062.13.013
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2016
ii
Daftar Isi
Halaman Judul ……………………………………………………………..……………........ i
Daftar Isi ……………………………………………………………………..…………….... ii
1. Latar Belakang ……………………………………….…………………...………………. 1
2.Studi Kasus ………………………………………………………………..………………. 2
3.Analisis Kasus ……………………………………………………………...………………. 3
3.1 Terhadap Etika …………………………………………………..……………….. 3
3.2 Terhadap Moral ………………………………………………....….…………….. 3
3.3 Terhadap Hukum ……………………………………………….….…………….. 3
3.4 Terhadap Sosial ……………………………………………….…………………. 4
Daftar Acuan ………………………………………………………………….……….…….. 5
1
1. Latar Belakang
Perkembangan teknologi yang begitu pesat pada saat ini memberikan
perubahan besar pada kehidupan manusia termasuk cara bersosialiasi antar manusia.
Salah satu bentuk dari perkembangan teknologi di bidang sosial adalah media sosial
yang muncul sejak mewabahnya penggunaan internet di kalangan masyarakat.
Dengan adanya media sosial memberikan cara baru orang‐orang untuk berinteraksi
satu sama lain tanpa terpisah oleh sekat‐sekat jarak dan waktu.
Sebuah perubahan besar terhadap kebiasaan yang ada tentunya harus di
pandang dari sikapi secara bijak , dalam kasus ini adalah penggunaan media sosial yang
memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positif yang paling di rasakan adalah
kemudahan dan efisiensi dalam berbagi informasi. Namun, dari manfaat terdapat
dampak negatif yang muncul dari media sosial. Istilah “Freedom Of Speech” yang
muncul seiring dengan adanya media sosial menjadi sebuah tren, orang‐orang merasa
bebas untuk mengekspresikan dirinya di media sosial. Kebebasan tersebut banyak
membuat orang‐orang kebablasan dan melanggar etika‐etika sosial yang ada di
masyarakat.
Dapat terlihat pada saat banyak sekali kasus‐kasus mengenai SARA (Sosial, Ras,
dan Agama), pencemaran nama baik, cyber‐bullying, dan penyimpangan perilaku.
Peristiwa‐peristiwa tersebut terjadi tentu tidak lepas dari kurangnya kemampuan
suatu individu dalam menggunakan media sosial secara baik, yang pada akhirnya tidak
hanya merugikan orang lain namun juga diri sendiri. Tidak sedikit dari kasus‐kasus
pelanggaran yang terjadi di media sosial masuk ke ranah hukum, namun hal tersebut
tidak banyak orang belajar dari hal tersebut. Kasus‐kasus yang sejenis kerap terjadi
seperti sebuah rantai yang tak pernah putus.
Penggunaan media sosial yang prematur alias masih terlalu dini dari pengguna
media sosial yang notabene masih di bawah umur secara langsung mempengaruhi
psikologis mereka. Pengguna di bawah umur ini cenderung mengikuti tren secara buta
tanpa ada sistem filter untuk membedakan mana yang benar dan yang salah, sehingga
ketika muncul suatu tren yang tidak cocok untuk usia mereka menyebebakan
perubahan perilaku yang tak semestinya di lakukan pada usia mereka. Oleh karena itu,
kasus‐kasus di atas layak untuk di kritisi dan di berikan perhatian khusus serta tindakan
tegas.
2
2. Studi Kasus
Penyalahgunaan media sosial yang pernah terjadi adalah kasus penghinaan
terhadap warga Yogyakarta yang di lakukan oleh seorang mahasiswi S‐2 yang bernama
Florence Sihombing. Melalui akun media sosial Path miliknya, berawal ketika ia
menuliskan keluh kesah setelah mengantre pembelian bahan bakar minyak dinilai
sangat menghina warga Yogya. Padahal ia melakukan tindakan salah dengan tidak
mau mengantre saat mengisi BBM dan memaksa untuk mengisi BBM di jalur non‐
sepeda motor. Hal tersebut dengan cepat memicu reaksi dari warga Yogyakarta
berupa kecaman dan protes keras terhadap dirinya yang terjadi pada bulan Agustus
2014.
Masalah ini berlanjut dari masyarakat yang melakukan kecaman dan protes
melalui media sosial, ramai‐ramai mem‐bully Florence. Setelah di‐bully , Florence
menghapus akun media sosialnya namun beberapa pengguna media sosial lainnya
telah mengambil screenshoot dari status penghinaan tersebut dan dalam sekejap
tersebar melalui berbagai media sosial.
Tak perlu waktu lama, lembaga swadaya masyarakat (LSM) Jangan Khianati
Suara Rakyat (Jati Sura) mendatangi Markas Polda DIY untuk melaporkan tindakan
pemilik akun Path tersebut karena telah mencemarkan nama baik Yogyakarta. Tulisan
Florence di media sosial Path telah menghina dan melecehkan warga Yogyakarta
dinilai melanggar Undang‐Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).
Mahasiswi S‐2 Hukum di Universitas Gadjah Mada ini telah melakukan
berbagai upaya damai agar laporan terhadap dirinya dapat di cabut, puncaknya ia
menemui Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X untuk berdialog dan
meminta maaf melaui beliau pada hari Kamis (4/9/2014). Meskipun telah melakukan
upaya damai, laporan tetap berjalan di kepolisian. Dalam sidang etik yang di lakukan
Fakultas Hukum UGM, Florence terbukti melakukan pelanggaran etik ringan. Pada 31
Maret 2015, PN Yogyakarta menyatakan Florence tidak perlu dihukum 2 bulan penjara
asalkan tidak berbuat kejahatan selama 6 bulan ke depan. Selain itu, Florence juga
harus membayar denda Rp 10 juta. Pada 28 Juli 2015, Pengadilan Tinggi (PT)
Yogyakarta memperbaiki putusan PN Yogyakarta sekedar menghapus pidana
dendanya.
3
3. Analisis Kasus
Analisi studi kasus terhadap etika, moral, hukum, dan sosial.
3.1 Terhadap Etika
Perilaku Florence dalam menggunakan media sosial hingga menimbulkan masalah
merupakan pelanggaran etika‐etika yang berlaku dalam masyarakat. Antara lain
etika sosial dimana seharusnya media sosial yang juga merupakan ruang publik
digunakan untuk tujuan positif justru di salah gunakan. Selain itu ia sebagai
seorang mahasiswi S‐2 Hukum telah melanggar etika profesi sebagai orang yang
pastinya memiliki kemampuan intelektual yang baik, seharusnya lebih bijak dalam
menggunakan media sosial dan berpikir lebih jauh sebelum memuat sesuatu di
media sosial.
3.2 Terhadap Moral
Ditinjau dari sisi moral tindakan Florence melakukan penghinaan kepada
masyarakat Yogyakarta merupakan tindakan yang tidak bermoral. Tindakan
penghinaan di ruang publik seperti media merupakan tindakan yang salah tidak
seharusnya tidak di lakukan oleh siapa pun dan apapun alasannya karena
mengingat budaya dan kultur masyarkat lokal yang menyeleseikan masalah secara
baik‐baik dan secara kekeluargaan.
3.3 Terhadap Hukum
Tulisan Florence di media sosial path yang berisi penghinaan kepada masyarakat
Yogyakarta membuatnya di vonis hukuman 2 bulan penjara karena terbukti
melanggar UU ITE pasal 27 ayat 3 yaitu dengan sengaja dan tanpa hak
mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat
diaksesnya Informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki
muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik.
4
3.4 Terhadap Sosial
Dilihat dari sudut pandang sosial secara tidak langsung telah mendapat sanksi
sosial dengan di‐bully di media sosial akibat tindakannya tersebut. Manusia
sebagai makhluk sosial seharusnya dapat berpikir segala tindakannya dan efek dari
tindakannya terhadap lingkungan sosial.
Kesimpulan :
Di tinjau dari berbagai sudut pandang yaitu etika, moral, hukum, dan sosial tindakan Florence
tidak seharusnya di lakukan karena pada akhirnya dirinya sendirilah yang merasakan akibat
dari tindakannya. Selain mendapatkan hukuman penjara, ia juga di‐bully di media sosial
dimana para pem‐bully ini tindakannya juga tidak dapat di benarkan. Inilah yang dimaksud
dengan mata rantai yang tidak putus, dimana setiap tindakan pelanggaran etika sosial pada
kasus ini pada media sosial dapat memicu pelanggaran lainnya. Maka dari itu, mulailah
mengedukasi diri sendiri dalam menggunakan media sosial agar lebih berhati‐hati dalam
menggunakan media sosial sehingga kejadian yang merugikan orang lain dan diri sendiri tidak
terjadi.
5
Daftar Acuan
Assifa, Farid. 2014. Seorang Mahasiswi S‐2 Terkena "Bully" di Media Sosial karena Hina Warga
Yogya. www.kompas.com. Diakses pada tanggal 7 Maret 2016.
Batan. 2009. UU ITE. www.batan.go.id/prod_hukum/extern/uu‐ite‐11‐2008.pdf . Diunduh
pada tanggal 8 Maret 206
Detiknews. 2014. Pasang Status Path Hina Warga Yogya, Florence Dipolisikan. www.detikcom.
Diakses pada tanggal 7 Maret 2016.
Kusuma, Wijaya. 2014. Florence Temui Sultan HB X di Kantor Kepatihan. www.kompas.com.
Diakses pada tanggal 7 Maret 2016.
Saputra, Andi. 2015. Fragmen Hukum Florence 'Penghina Warga Yogyakarta' Belum Berakhir.
www.detikcom. Diakses pada tanggal 7 Maret 2016.