etika dan profesionalisme b2.ppt

8
Kelompok B2 Anggi PN Pohan 0906487695 Ervan Zuhri 0906487770 Humaidi Putra 0906508144 Reza Abidin 0906508440 Riska Wahyuningtyas 0906487940 Yusia Mega Relita 0906508560 Etika dan Profesionalisme

Upload: fachri-ihsan

Post on 02-Oct-2015

228 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

  • Kelompok B2Anggi PN Pohan 0906487695 Ervan Zuhri 0906487770Humaidi Putra 0906508144 Reza Abidin 0906508440Riska Wahyuningtyas 0906487940Yusia Mega Relita 0906508560Etika dan Profesionalisme

  • Ilustrasi KasusDokter X menerima seorang pasien laki-laki yang sudah tua, berpenampilan tidak rapi, berjalan tertatih-tatih dan terus batuk di hadapannya. Pasien itu ditemani oleh anak perempuannya yang kurus. Dokter tersebut hanya menanyakan keluhan secara singkat dan langsung memeriksa pasien.Ketika anak pasien bertanya tentang penyakit ayahnya, dokter X tidak menjelaskan dengan baik mengenai penyakit yang diderita oleh pasien dan hanya menyarankan minum obat dengan teratur, serta langsung memberikan resep. Anak pasien bertanya lagi tentang cara minum obat, tapi dokter X menyarankan agar bertanya pada petugas apotek saja tempat mengambil obat dan memotong pembicaraan dengan mengatakan bahwa masih banyak pasien yang menunggu di luar yang butuh pengobatan. Akhirnya pasien dan anaknya keluar dari ruangan dokter dengan wajah yang masih bingung dan tidak puas.

  • KesenjanganDari ilustrasi kasus tersebut terdapat beberapa keadaan yang menunjukkan kesenjangan hubungan antara dokter dengan pasien, yaitu:

    Dokter X tidak menyapa pasien Dokter X langsung memeriksa pasien tanpa melakukan anamnesis secara lengkap dan menyeluruh terhadap penyakit pasien Saat anak dari pasien menanyakan kondisi ayahnya, dokter X tidak memberikan penjelasan dan langsung memotong pembicaraan dengan mengatakan bahwa masih banyak pasien yang menunggu di luar yang butuh pengobatan Tidak adanya edukasi terhadap pasien mengenai pengobatannya serta apakah ia harus kontrol lagi atau tidak

  • Analisa PenyebabKurangnya empati yang dimiliki oleh dokter X dalam menangani pasienKetidakpahaman dokter X mengenai kewajibannya sebagai seorang dokter serta hak-hak pasien yang harus dia penuhiKurangnya waktu yang dapat dialokasikan dalam menangani pasien jika dibandingkan dengan jumlah pasien yang harus ditangani di puskesmas

  • Kaitannya dengan Kaidah Dasar BioetikBeneficence

    Pada ilustrasi kasus kita dapat mengetahui bahwa dokter X tidak melakukan kewajibannya sebagai seorang dokter secara keseluruhan dan tidak maksimalkan penanganan terhadap pasein, pasien serta anaknya tidak puas dengan pelayanan yang diberikan dokter X .Non maleficence

    Pada skenario kita dapat mengetahui bahwa dalam mengobati pasien dokter sangatlah tidak proporsional dan menghindari misrepresentasi dari pasien. Justice

    Pada skenario kita tidak dapat menentukan justice tidaknya dokter tersebut karena tidak ada 2 atau lebih hal yang bisa dibandingkan.Autonomy

    Dokter X tidak memanfaatkan autonomi pasien dan tidak melaksanakan imformed consent dengan baik, dokter tersebut langsung memeriksa pasiennya tanpa menganamnesis terlebih dahulu.

  • Solusi dan SikapPada ilustrasi kasus, pasien tidak mendapatkan haknya secara keseluruhan dimana dokter enggan melakukan anamnesis dengan lengkap dan langsung memeriksanya dan dokter lebih menyarankan pasien untuk bertanya pada petugas apotek, sehingga pasien merasa tidak puas dengan pelayanan dokter, solusi yang dapat diambil:Alokasi waktu dalam menangani setiap pasien harus lebih panjangMemulai interaksi dengan pasien harus terlebih dahulu menyapa dengan baik dan sopanAnamnesis harus dilkukan secara lengkap dan menyeluruh agar dapat menilai suatu penyakit secara holistik dan menegakkan diasgnosis dengan tepatInformed Consent haruslah dilakukan setiap akan memberikan terapi terhadap pasien agar tidak terjadi salam pahamEdukasi juga harus diberikan kepada pasien maupun keluarganya untuk menunjang kesembuhan dari pasien

  • KesimpulanDapat disimpulkan bahwa kaidah dasar bioetikyang paling menonjol dari ilustrasi kasus tersebut yaitu AUTONOMY yang dimana terdapat banyak pelanggaran yang dilakukan oleh dokter yaitu tidak menghargai pendapat maupun kedatangan pasienMisalnya dr. X enggan melakukan anamnesis, tanpa melakukan informed consent dokter X langsung memberikan resep dan tidak memberi tahu cara minum obat kepada pasien.