etika dalam praktik akuntansi

Upload: aningryast

Post on 13-Apr-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/27/2019 Etika Dalam Praktik Akuntansi

    1/5

    Etika Bisnis dan Profesi

    Isu Etika Praktik Akuntan

    A.Etika Profesional

    Etika secara harfiah bermakna pengetahuan tentang azas-azas akhlak atau moral. Etika

    secara terminologi kemudian berkembang menjadi suatu konsep yang menjelaskan tentang

    batasan baik atau buruk, benar atau salah, dan bisa atau tidak bisa, akan suatu hal untuk

    dilakukan dalam suatu pekerjaan tertentu. Istilah kode etik kemudian muncul untuk menjelaskan

    tentang batasan yang perlu diperhatikan oleh seorang profesional ketika menjalankan profesinya.

    Seperti halnya profesi-profesi yang lain, Akuntan juga mempunyai kode etik yang digunakan

    sebagai rambu-rambu atau batasan-batasan ketika seorang Akuntan menjalankan perannya.

    Pemahaman yang cukup dari seorang Akuntan tentang kode etik, akan menciptakan pribadi

    Akuntan yang profesional, kompeten, dan berdaya guna. Tanpa adanya pemahaman yang cukup

    tentang kode etik, seorang Akuntan akan terkesan tidak elegan, bahkan akan menghilangkan nilai

    esensial yang paling tinggi dari profesinya tersebut.

    Fenomena akan keberadaan kode etik keprofesian merupakan hal yang menarik untuk

    diperhatikan. Hal ini terutama jika dikaitkan dengan besarnya tuntutan publik terjadap dunia

    usaha yang pada umumnya mengedepankan etika dalam menjalankan akifitas bisnisnya.

    Tuntutan ini kemudian direspon dengan antara lain membuat kode etik atau kode perilaku.

    Scwhartz (dalam Ludigdo, 2007) menyebutkan kode etik sebagai dokumen formal yang tertulis

    dan membedakan yang terdiri dari standar moral untuk membantu mengarahkan perilaku

    karyawan dan organisasi. Sementara fungsinya adalah sebagai alat untuk mencapai standar etis

    yang tinggi dalam bisnis (kavali., dkk, dalam Ludigdo, 2007). Atau secara prinsip sebagai

    petunjuk atau pengingat untuk berprilaku secara terhormat dalam situasi-situasi tertentu.

    B.Dilema Etika dan Solusinya

    Terdapat dua faktor utama yang mungkin menyebabkan orang berperilaku tidak etis, yakni:

    a. Standar etika orang tersebut berbeda dengan masyarakat pada umumnya. Misalnya, seseorang

    menemukan dompet berisi uang di bandar udara (bandara). Dia mengambil isinya dan

    membuang dompet tersebut di tempat terbuka. Pada kesempatan berikutnya, pada saat bertemu

    dengan keluarga dan teman-temannya, yang bersangkutan dengan bangga bercerita bahwa dia

    telah menemukan dompet dan mengambil isinya.

    b. Orang tersebut secara sengaja bertindak tidak etis untuk keuntungan diri sendiri. Misalnya,

    seperti contoh di atas, seseorang menemukan dompet berisi uang di bandara. Dia mengambil

    isinya dan membuang dompet tersebut di tempat tersembunyi dan merahasiakan kejadian tersebut.

    Dorongan orang untuk berbuat tidak etis mungkin diperkuat oleh rasionalisasi yangdikembangkan sendiri oleh yang bersangkutan berdasarkan pengamatan dan

    pengetahuannya. Rasionalisasi tersebut mencakup tiga hal sebagai berikut:

    Setiap orang juga melakukan hal (tidak etis) yang sama.

    Misalnya, orang mungkin berargumen bahwa tindakanmemalsukan perhitungan pajak,

    menyontek dalam ujian, atau menjual barang yang cacat tanpa memberitahukan kepada

  • 7/27/2019 Etika Dalam Praktik Akuntansi

    2/5

    pembelinya bukan perbuatan yang tidak etis karena yang bersangkutan berpendapat bahwa

    orang lain pun melakukan tindakan yang sama.

    Jika sesuatu perbuatan tidak melanggar hukum berarti perbuatan tersebut tidak melanggar

    etika. Argumentersebut didasarkan pada pemikiran bahwa hukum yangsempurna harus

    sepenuhnya dilandaskan pada etika.Misalnya, seseorang yang menemukan barang hilang

    tidakwajib mengembalikannya kecuali jika pemiliknya dapatmembuktikan bahwa barangyang ditemukannya tersebutbenar-benar milik orang yang kehilangan tersebut.

    Kemungkinan bahwa tindakan tidak etisnya akan diketahui orang lain serta sanksi yang

    harus ditanggung jika perbuatan tidak etis tersebut diketahui orang lain tidak signifikan.

    Misalnya penjual yang secara tidak sengajaterlalu besar menulis harga barang mungkin

    tidak akandengan kesadaran mengoreksinya jika jumlah tersebut sudah dibayar oleh

    pembelinya. Dia mungkin akanmemutuskan untuk lebih baik menunggu pembeli

    protesuntuk mengoreksinya, sedangkan jika pembeli tidak menyadari dan tidak protes

    maka penjual tidak perlumemberitahu.

    C.Kode Etik Profesi Auditor

    Mukadimah prinsip etika profesi akuntan antara lain menyebutkan bahwa dengan seorang

    akuntan mempunyai kewajiban untuk menjaga disiplin diri melebihi yang disyaratkan oleh

    hukum dan peraturan yang berlaku. Selain itu prinsip ini meminta komitmen untuk berperilaku

    terhormat, bahkan dengan pengorbanan keuntungan pribadi. Sementara itu prinsip etika akuntan

    atau kode etik akuntan itu sendiri meliputi delapan butir. Kedelapan butir pernyataan tersebut

    merupakan hal-hal yang seharusnya dimiliki oleh seorang akuntan. Delapan butir tersebut

    terdeskripsikan sebagai berikut :

    1.Tanggung jawab profesi:

    Bahwa akuntan di dalam melaksanakan tanggungjawabnya sebagai profesional harus

    senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang

    dilakukannya.

    2.Kepentingan publik:

    Akuntan sebagai anggota IAI berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka

    pelayanan kepada publik, menghormati kepentingan publik, dan menunjukkan komitmen atas

    profesionalisme.

    3.Integritas:

    Akuntan sebagai seorang profesional, dalam memelihara dan meningkatkan kepercayaan

    publik, harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya tersebut dengan menjaga integritasnya

    setinggi mungkin.

    4.Obyektifitas:

    Dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya, setiap akuntan sebagai anggota IAI harusmenjaga obyektifitasnya dan bebas dari benturan kepentingan.

    5.Kompetensidan kehati-hatian profesional:

    Akuntan dituntut harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan penuh kehati-hatian,

    kompetensi, dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan

    dan keterampilan profesionalnya pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien

    atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan

    perkembangan praktik, legislasi, dan teknik yang paling mutakhir.

  • 7/27/2019 Etika Dalam Praktik Akuntansi

    3/5

    6.Kerahasiaan :

    Akuntan harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan

    jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa

    persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk

    mengungkapkannya.

    7.Perilaku profesional:

    Akuntan sebagai seorang profesional dituntut untuk berperilaku konsisten selaras dengan

    reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesinya.

    8.Standar teknis:

    Akuntan dalam menjalankan tugas profesionalnya harus mengacu dan mematuhi standar

    teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati,

    akuntan mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama

    penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektifitas.

    D.Independensi Profesi Auditor

    Dalam menjalankan tugasnya anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap mental

    independen di dalam memberikan jasa profesional sebagaimana diatur dalam Standar Profesional

    Akuantan Publik yang ditetapkan olh IAI. Sikap mental independen tersebut harus meliputi

    independen dalam fakta (infacts)maupun dalam penampilan (in appearance).

    Independensi dalam Audit dapat diartikan sebagai sudut pandang yang tidak bias dalam

    melakukan ujian audit, mengevaluasi hasilnya dan membuat laporan audit. Auditor tidak hanya

    harus independen dalam fakta, tetapi juga harus independen dalam penampilan.

    Independensi dalam fakta : Auditor benar-benar mempertahankan perilaku yang tidak bias

    (independen) disepanjang audit

    Independensi dalam penampilan : Pemakai laporan keuangan memiliki kepercayaan atas

    independensi tsb.

    Independen berarti bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain dan tidaktergantung pada orang lain. Tiga aspek dalam independensi auditor, yaitu:

    (a) Independensi dalam diri auditor (independence in fact): kejujuran dalam diri auditor

    dalam mempertimbangkan berbagai faktor dalam audit finding.

    (b) Independensi dalam penampilan (perceived independence). Independensi ini

    merupakan tinjauan pihak lain yang mengetahui informasi yang bersangkutan dengan diri

    auditor.

    (c) Independensi di pandang dari sudut keahliannya. Keahlian juga merupakan faktor

    independensi yang harus diperhitungkan selain kedua independensi yang telah

    disebutkan.

    Dengan kata lain auditor dapat mempertimbangkan fakta dengan baik yang kemudian

    ditarik menjadi suatu kesimpulan jika ia memiliki keahliam mengenai hal tersebut.

    Hal yang dapat mempengaruhi independensi dan objektivitas seorang auditor seperti :

    1) Hubungan keuangan dengan klien;

    2) Kedudukan dalam perusahaan yang diaudit ;

    3) Keterlibatan dalam usaha yang tidak sesuai dan tidak konsisten

    4) Pelaksanaan jasa lain untuk klien audit ;

    5) Hubungan keluarga dan pribadi ;

  • 7/27/2019 Etika Dalam Praktik Akuntansi

    4/5

    6) Imbalan atas jasa profesional ;

    7) Penerimaan barang atau jasa dari klien ;

    8) Pemberian barang atau jasa kepada klien.

    Revisi dari Persyaratan Independensi Auditor SEC

    Kepentingan Kepemilikan

    TI dan Jasa Non Audit lainnya

    Dewan Standar Independen (Independence Standards Board/ISB)

    memberikan rangka kerja konseptual bagi masalah independensi yang berhubungan

    dengan audit perusahaan publik

    Komite Audit

    Sejumlah anggota terpilih dari Dewan Direksi yang bertanggungjawab membantu

    Auditor untuk tetap independen dari manajemen

    Berbelanja untuk Prinsip Akuntansi

    Persetujuan Auditor oleh Pemegang Saham

    Pemilihan KAP baru atau melanjutkan KAP yang ada melalui persetujuan pemegang

    saham

    Penugasan dan Pembayaran Fee Audit oleh Manajemen

    E.Komite Audit

    Adalah sejumlah anggota dewan direksi perusahaan yang tanggung jawabnya termasuk

    membantu auditor agar tetap independen dari manajemen. Kebanyakan komite audit terdiri dari tiga

    hingga lima atau terkadang paling banyak tujuh direktur yang bukan merupakan bagian dari

    manajemen perusahaan. Sarbanes-Oxley Act dan SEC mewajibkan semua anggota komte audit

    bersikap independen, dan perusahaan harus mengungkapkan apakah dalam komite audit paling

    sedikit ada satu pakar keuangan.

    Sarbanes-Oxley Act selanjutny mensyaratkan komite audit perusahaan publik bertanggung

    jawab atas penunjukan, kompensasi, dan pengawasan atas ekerjaan auditor. Komite audit harusmenyetujui terlebih dahulu semua jasa audit dan non audit, serta bertanggung jawab untuk

    mengawasi pekerjaan auditor, termasuk penyelesaian ketidaksepakatan yang melibatkan pelaporan

    keuangan antra manajemen dan auditor. Auditor bertaggung jawab untuk mengomunikasikan semua

    hal yang signifika yang dapat diidentifikasi selama audit kepada komite audit.

    Etika Profesional Profesi Akuntan Publik

    Setiap profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat memerlukan kepercayaan dari

    masyarakat yang dilayaninya. Kepercayaan masyarakat terhadap mutu jasa akuntan publik akanmenjadi lebih tinggi, jika profesi tersebut menerapkan standar mutu tinggi terhadap pelaksanaan

    pekerjaan profesional yang dilakukan oleh anggota profesinya. Aturan Etika Kompartemen

    Akuntan Publik merupakan etika profesional bagi akuntan yang berpraktik sebagai akuntan

    publik Indonesia. Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik bersumber dari Prinsip Etika yang

    ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Dalam konggresnya tahun 1973, Ikatan Akuntan

    Indonesia (IAI) untuk pertama kalinya menetapkan kode etik bagi profesi akuntan Indonesia,

    kemudian disempurnakan dalam konggres IAI tahun 1981, 1986,1994, dan terakhir tahun 1998.

  • 7/27/2019 Etika Dalam Praktik Akuntansi

    5/5

    Etika profesional yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dalam kongresnya tahun 1998

    diberi nama Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia.

    Akuntan publik adalah akuntan yang berpraktik dalam kantor akuntan publik, yang

    menyediakan berbagai jenis jasa yang diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik, yaitu

    auditing, atestasi, akuntansi dan review, dan jasa konsultansi. Auditor independen adalah

    akuntan publik yang melaksanakan penugasan audit atas laporan keuangan historis yangmenyediakan jasa audit atas dasar standar auditing yang tercantum dalam Standar Profesional

    Akuntan Publik. Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dijabarkan ke dalam Etika Kompartemen

    Akuntan Publik untuk mengatur perilaku akuntan yang menjadi anggota IAI yang berpraktik

    dalam profesi akuntan publik.

    Kode Etik IAI dibagi menjadi empat bagian berikut ini. (1) Prinsip Etika, (2) Aturan Etika, (3)

    Interpretasi Aturan Etika, dan (4) Tanya dan Jawab. Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik

    terdiri dari berikut ini.

    100 Independensi, Integritas dan Objektivitas

    200 Standar Umum dan Prinsip Akuntansi

    300 Tanggung Jawab kepada Klien

    400 Tanggung Jawab kepada, Rekan Seprofesi

    500 Tanggung Jawab dan Praktik Lain