etika agama

8

Upload: susita-pratiwi

Post on 04-Jul-2015

429 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: ETIKA AGAMA
Page 2: ETIKA AGAMA

1. PENGERTIAN YADNYA

Upacara Yadnya merupakan satu bentuk kewajiban yang harus dilakukan oleh umat manusia di dalam kehidupannya sehari-hari, Yadnya sendiri bermakna suatu pengorbanan atau persembahan suci yang tulus dan ikhlas, menurut ajaran agama Hindu.

Didalam ajaran Hindu , terdapat filsafat yang mengajarkan  agar selalu menjaga keharmonisan, baik itu hubungan dengan Sang Pencipta (Tuhan Yang Maha Esa) maupun dengan alam dan lingkungan sekitarnya, yang dikenal dengan Tri Hita Karana yang mengandung arti tentang 3 keharmonisan yang menyebabkan adanya kehidupan yaitu hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, hubungan yang harmonis antara manusia dengan manusia dan hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam. Dari semua ini tetap berpedoman pada agama dan untuk pelaksanaan upacara berpatokan pada Panca Yadnya.

Panca Yadnya  kalau diuraikan terdiri dari 2 kata, panca artinya lima dan Yadnya artinya upacara pengorbanan/persembahan suci yang tulus ikhlas kehadapan Tuhan, jadi kalau digabungkan mempunyai pengertian 5 upacara persembahan suci yang tulus dan ikhlas kehadapan Sang Pencipta (Tuhan Yang Maha Esa).

Page 3: ETIKA AGAMA

Adapun pelaksanaan Panca Yadnya terdiri dari:

1. Dewa Yadnya, bermakna upacara pengorbanan/persembahan suci yang tulus ikhlas kepada Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) dan seluruh manifestasi - Nya yang yang berwujud Dewa Brahma selaku Maha Pencipta, Dewa Wisnu selaku Maha Pemelihara dan Dewa Siwa selaku Maha Pralina (pengembali kepada asalnya).

2. Butha Yadnya, bermakna upacara pengorbanan/persembahan suci yang tulus ikhlas kepada Bhuta Kala, makhluk- makhluk yang terlihat (sekala) ataupun yang tak terlihat (niskala).

3. Manusa Yadnya, bermakna upacara pengorbanan/persembahan suci yang tulus ikhlas demi kesempurnaan hidup manusia, dari awal terwujudnya jasmani di dalam kandungan sampai akhir kehidupan. Contohnya : Upacara 3 bulanan, Upacara Otonan , dan Upacara perkawinan .

4. Pitra Yadnya, bermakna upacara pengorbanan/persembahan suci yang tulus ikhlas, dilaksanakan dengan tujuan untuk penyucian (kremasi) bagi manusia yang telah meninggal atau roh leluhur, mengangkat serta menyempurnakan kedudukan arwah leluhur di alam surga, juga sebagai wujud hormat dan bakti atas segala jasanya (Ngaben).

Page 4: ETIKA AGAMA

5. Rsi Yadnya, bermakna upacara persembahan,pemujaan suci yang tulus ikhlas dan penghormatan kepada para orang suci, Resi, pendeta yang telah memberi tuntunan hidup untuk menuju kebahagiaan lahir-bathin di dunia dan akhirat.

2. FUNGSI DAN TUJUAN YADNYA :

Fungsi yadnya adalah sebagai lembaga ritual dan bertujuan untuk melakukan pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa secara langsung dan tidak langsung. Yadnya juga sebagai upaya untuk pensucian diri dan alam semesta (Bhuawana alit dan Bhuwana Agung). Yadnya adalah sebagai ekspresi pikiran dalam bentuk budaya.

Adapun tujuan pokok dari yadnya itu sendiri adalah :

• Untuk menyebarluaskan ajaran Weda.

• Sebagai sarana menyebrangkan Atma untuk mencapai moksa.

• Sebagai sarana untuk menyampaikan permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

• Sebagai sarana untuk menciptakan permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Page 5: ETIKA AGAMA

• Sebagai sarana untuk menciptakan keseimbangan.

• Sebagai sarana untuk mendidik yang bersifat paktis tata laku pengamalan ajaran agama.

3. DASAR HUKUM YADNYA:

Di dalam Reg Weda, Mandala X, kita mendapatkan dua sukta yang amat penting yaitu Nasadiya Sukta dan Purusa Sukta. Kedua Sukta inilah yang menjadi dasar utama ajaran yadnya.

4. PENTINGNYA SEBUAH PELAKSANAAN YADNYA :

Yadnya itu sesungguhnya bukanlah suatu kegiatan sebatas upacara/ upakara saja. Upacara dan upakara hanyalah merupakan bagian dari yadnya itu sendiri. Sedangkan kerja dan ketulus ikhlasan yang melandasi upacara dan upakara itu sebagai wujud persembahan kepada Tuhan. Jadi yadnya itu penting ,sebagai wujud persembahan manusia sebagai umat beragama kepada Tuhan.

Page 6: ETIKA AGAMA

5. LATAR BELAKANG YADNYA :

Di dalam Menawa Dharmasastra VI.35, disebutkan bahwa pikiran (manas) baru dapat ditujukan kepada kelepasan setelah tiga hutang terbayar. Tiga hutang yang ada dalam bahasa Sansekerta disebut Tri Rna, terdiri dari hutang kepada Tuhan yang disebut Dewa Rna, hutang kepada leluhur yang disebut Pitra Rna, dan hutang kepada para Rsi yang disebut Rsi Rna.

6. KUALITAS YADNYA :

Kitab Bhagawangita menyebutkan ada tiga tingkatan yadnya dlihat dari kualitas Tri-guna yang melandasi pelaksanaan Yadnya tersebut, yaitu :

a. Satwika Yadnya

Satwika Yadnya adalah Yadnya yang dilaksanakan karena kewajiban dan dilandasi dengan ketulus ikhlasan, dengan berpedoman pada sastra-sastra Agama, dan dengan pemahaman dan penghayatan yang betul-betul baik terhadap apa yang dilaksanakannya.

Page 7: ETIKA AGAMA

b. Rajasika Yadnya

Rajasika Yadnya adalah Yadnya yang dilaksanakan dengan menekannya Yadnya hanya pada penampilan dan terkesan hanya sekedar untuk pamer, serta lebih mementingkan kesenangan Panca Indriyanya saja, dengan penuh harapan pada hasil dari yadnya yang mereka laksnakan tersebut.

c. Tamasika Yadnya

Tamasika Yadnya adalah suatu Yadnya yang dilaksanakan tanpa mengindahkan petunjuk sastra-sastra Agama, dan dilakukan penuh dengan tidak mengerti, rasa takut, setiap Yadnya yang mereka laksanakan selalu disertai dengan perhitungan untung rugi belaka.

Page 8: ETIKA AGAMA

7. PENERAPAN ETIKA BERYADNYA DALAM MASYARAKAT MODERN :

Etika dalam beryadnya tidak hanya berpatokan kepada upakaranya saja, tetapi dalam beryadnya ada hal-hal lain yang mesti diperhatikan. Seperti halnya Dewa Yadnya yang tidak harus diukur dari besar-kecil sarana upacara dan megah atau sederhananya pura, melainkan apakah yang bersangkutan mampu mengedepankan sikap para dewa, objektif, bebas dari kepentingan pribadi. Rsi Yadnya bukan pula hanya daksina, upah atau hadiah kepada para pendeta, tetapi penghargaan kepada dunia ilmu pengetahuan. Pitra Yadnya, bukan pula penghormatan kepada roh leluhur melalui upacara pengabenan, tetapi kesadaran akan pentingnya masa lampau untuk melangkah di masa kini. Manusa Yadnya, juga tidak semata-mata upacara siklus kehidupan lahir-hidup-mati tetapi juga upakara kemanusiaan, perikemanusiaan. Demikian dengan Bhuta Yadnya, bukan berarti hanya untuk bhuta kala melainkan mahluk hidup, segala yang berwujud dan berupa.