etika

30
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jauh sebelum manusia menemukan dan menetapkan apa yang sekarang kita sebut sesuatu sebagai suatu disiplin ilmu sebagaimana kita mengenal ilmu kedokteran, fisika, matematika, dan lain sebagainya, umat manusia lebih dulu memfikirkan dengan bertanya tentang berbagai hakikat apa yang mereka lihat. Dan jawaban mereka itulah yang nanti akan kita sebut sebagai sebuah jawaban filsafati. Kegiatan manusia yang memiliki tingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia .Bagian filsafat yang paling mulia adalah filsafat pertama, yaitu pengetahuan kebenaran pertama yang merupakan sebab dari segala kebenaran (Al-Kindi, 801-873 M). Metode filsafat adalah metode bertanya.Objek formal filsafat adalah ratio yang bertanya. Obyek materinya semua yang ada. Maka menjadi tugas filsafat mempersoalkan segala sesuatu yang ada sampai akhirnya menemukan kebijaksanaan universal. Meski bagaimanapun banyaknya gambaran yang kita dapatkan tentang filsafat, sebenarnya masih sulit untuk mendefinisikan secara konkret apa itu filsafat dan apa kriteria suatu pemikiran hingga kita bisa memvonisnya, karena filsafat bukanlah sebuah disiplin ilmu. Sebagaimana definisinya, sejarah dan perkembangan

Upload: kaka-mifta

Post on 16-Nov-2015

25 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

etika

TRANSCRIPT

BAB 1PENDAHULUAN 1.1 Latar BelakangJauh sebelum manusia menemukan dan menetapkan apa yang sekarang kita sebut sesuatu sebagai suatu disiplin ilmu sebagaimana kita mengenal ilmu kedokteran, fisika, matematika, dan lain sebagainya, umat manusia lebih dulu memfikirkan dengan bertanya tentang berbagai hakikat apa yang mereka lihat. Dan jawaban mereka itulah yang nanti akan kita sebut sebagai sebuah jawaban filsafati.Kegiatan manusia yang memiliki tingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia .Bagian filsafat yang paling mulia adalah filsafat pertama, yaitu pengetahuan kebenaran pertama yang merupakan sebab dari segala kebenaran (Al-Kindi, 801-873 M).Metode filsafat adalah metode bertanya.Objek formal filsafat adalah ratio yang bertanya. Obyek materinya semua yang ada. Maka menjadi tugas filsafat mempersoalkan segala sesuatu yang ada sampai akhirnya menemukan kebijaksanaan universal.Meski bagaimanapun banyaknya gambaran yang kita dapatkantentang filsafat, sebenarnya masih sulit untuk mendefinisikan secara konkret apa itu filsafat dan apa kriteria suatu pemikiran hingga kita bisa memvonisnya, karena filsafat bukanlah sebuah disiplin ilmu. Sebagaimana definisinya, sejarah dan perkembangan filsafat pun takkan pernah habis untuk dikupas. Tapi justru karena itulah mengapa fisafat begitu layak untuk dikaji demi mencari serta memaknai segala esensi kehidupan. Termasuk di dalamnya mengenai logika, etika dan estetika1.2 MasalaHApa yang dimaksud dengan logika?1.Apa yang dimaksud dengan etika?2.Apa yang dimaksud dengan estetika?3.Bagaimana peran logika/kebenaran, etika dan estetika dalam ilmu?4.Apa yang mempengaruhi logika, etika, dan estetika?5.Bagaimana hubungan antara logika, etika, dan estetika dengan ilmu?1.3 TujuanMakalah ini bertujuan untuk mengetahui pengertian logika, etika dan estetika, hal-hal yang mempengaruhinya, dan peran ketiganya dalam ilmu. Serta mengetahui hubungan antara logika/kebenaran, etika, dan estetika dengan ilmu

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Logika (Supriyanto, 2013)Dilihat dari segi etimologi, perkataan logika berasal dari bahasaYunani logike (kata sifat), yang berhubungan dengan kata benda logo yang artinya pikiran atau kata yang merupakan pernyataan dalam bahasa. Berpikir adalah suatu kegiatan jiwa untuk mencapai pengetahuan.Logika secara terminologi memiliki arti: ilmu yang memberikan aturan-aturan berpikir valid (shahih), artinya ilmu yang memberikan prinsip-prinsip yang harus diikuti supaya dapat berpikir valid (menurut aturan/sahih).A.Jenis Kebenaran dalam Logika Macam-macam KebenaranTerdapat banyak pandangan mengenai teori kebenaran dalam kaitannya dengan pengembangan ilmu, di antaranya adalah kebenaran empiris, kebenaran rasional, kebenaran ilmiah, kebenaran intuitif,dan kebenaran relegius1) Kebenaran empiris.Empiris adalah suatu keadaan yang bergantung bukti atau konsekuensi yang teramati oleh indera. Data empiris yang dihasilkan dari percobaan atau pengamatan (Wikipedia).Jadi, empiris itu artinya kelihatan jelas, ada pembuktiannya, bias kita dengar, sentuh, berdasarkan pada hal-hal yang kelihatan dan sudah diuji kebenarannya. Merupakan hal yang dapat diinderawi, hal yang dirasakan oleh manusia dengan inderanya. Secara lebih jelas dengan contoh berikut ini:- Api itu panas- Es itu dingin. -Daun itu hijau.2) Kebenaran Rasional.Rasional berarti menurut pikiran dan pertimbangan yang logis; menuruT pikiran yang sehat; cocok dengan akal. Rasionalisme adalah pandangan bahwa kita mengetahui apa yang kita pikirkan dan bahwa akal mempunyai kemampuan untuk mengungkapkan kebenaran dengan diri sendiri, atau bahwa pengetahuan itu diperoleh dengan cara membandingkan ide dengan ide Basman (2009: 30). Manusia merupakan makhluk hidup yang dapat berpikir, sehingga kemampuannya tersebut dapat menangkap ide atau prinsip tentang sesuatu yang pada akhirnya sampai kepada kebenaran, yaitu kebenaran rasional. Sebagai contoh berikut:Ketika TV kita tidak berfungsi dengan baik maka dapat dipikir bahwa dan dipastikan kalau ada komponen di dalam TV yang rusak atau sudah perlu diganti. Pemikiran tentang ada sesuatu yang tidak beres ini merupakan suatu hal rasional yang timbul dari fenomena TV dan dapat dipastikan pikiran rasional ini benar.3) Kebenaran Ilmiah.Kebenaran ilmiah merupakan kebenaran yang muncul dari hasil penelitian ilmiah dengan melalui prosedur baku berupa tahap-tahapan untuk memperoleh pengetahuan ilmiah yang berupa metodologi ilmiah yang sesuai dengan sifat dasar ilmu.Oleh karena itu, kebenaran ilmiah sering disebut sebagai kebenaran nisbi atau relatif. Sifat kebenaran ini sesuai dengan sifat keilmuan itu sendiri yang dapat berubah sesuai dengan perkembangan hasil penelitian, karena suatu teori pada masa tertentu bisa jadi merupakan kebenaran, tetapi pada masa berikutnya bisa jadi sebuah kesalahan besar. Contoh kebenaran ilmiah:- Bumi itu bulat dan tidak datar.- Air mendidih pada 100C4) Kebenaran Intuitif.Intuitif merupakan suatu sarana untuk mengetahui secara langsung dan seketika. Unsur utama bagi pengetahuan adalah kemungkinan adanya sesuatu bentuk penghayatan langsung (intuitif) Bergson dalam Muslih (2004: 68). Pendekatan ini merupakan pengetahuan yang diperoleh tanpa melalui proses penalaran tertentu. Intuisi bersifat personal dan tidak bias diramalkan. Bahwa intuisi yang dialami oleh seseorang bersifat khas, sulit atau tidak bisa dijelaskan, dan tidak bisa dipelajari atau ditiru oleh orang lain. Bahkan seseorang yang pernah memperoleh intuisi sulit atau bahkan tidak bias mengulang pengalaman serupa, misalnya, seorang yang sedang menghadapi suatu masalah secara tiba-tiba menemukan jalan pemecahan dari masalah yang dihadapi atau secara tiba-tiba seseorang memperoleh informasi mengenai peristiwa yang akan terjadi.5) Kebenaran Religius.Kebenaran religius ialah kebenaran Ilahi, kebenaran yang bersumber dari Tuhan. Kebenaran ini disampaikan melalui wahyu. Manusia bukan semata makhluk jasmani yang ditentukan oleh hokum alam dan kehidupan saja, ia juga makhluk rohaniah sekaligus, pendukung nilai.Kebenaran tidak cukup diukur dengan interes dan rasio individu, akan tetapi harus bisa menjawab kebutuhan dan memberi keyakinan pada seluruh umat. Karena itu kebenaran haruslah mutlak, berlaku sepanjang sejarah manusia. Contoh kebenaran religius:-Tentang madu.-Alkitab atau Alquran.Logika adalah cabang filsafat yang telah dikembangkan sejak Aristoteles. Logika digolongkan kebenaran dalam teori Pengetahuan. Logika menampilkan norma-norma berpikir benar untuk membentuk pengetahuan yang benar. Oleh sebab itu, faedah logika bermanfaat juga dalam bidang lainnya, yakni Logika menyatakan, menjelaskan dan mempergunakan prinsip-prinsip abstrak yang dapat dipakai dalam semua lapangan ilmu pengetahuan.Logika menambah daya berpikir abstrak dan melatih serta mengembangkan daya pemikiran dan menimbulkan disiplin intelektual Logika mencegah kita tersesat oleh segala sesuatu yang kita peroleh berdasarkan autoriti (Praja, Juhaya. 2008)B. Macam Logika (Supriyanto, 2013)a.Logika kodratiah, yaitu proses berpikir yang menggunakan perpaduan intuisi, perasaan, dan ketrampilan serta akal budinya untuk menghasilkan pengetahuan yang kreatif. Logika kodratiah juga disebut logika tradisional.b.Logika ilmiah, berkaitan dengan logika kodratiah yang memperhalus, mempertajam pikiran serta akal budi. Akibatnya, logika ilmiah dapatlah akal budi bekerja lebih cepat, lebih teliti, lebih mudah, dan lebih aman.C. Asas Pemikiran dalam Logikaa.Kata dan TandaKegiatan akal budi yang pertama adalah menangkap apa adanya. Berpikir dengan akal budi harus dinyatakan agar diterima dan dikomunikasikan dengan orang lain. Untuk itu diperlukan tanda lahiriah berupa kata atau tanda. Jadi, kata dan tanda merupakan objek logika agar hasil kegiatan berpikir seseorang bisa dimengerti orang lainb.Term dan KalimatUnsur kata yang membentuk keputusan atau kalimat dapat berfungsi sebagai subjek, predikat dan kata penghubung. Kata yang mempunyai fungsi dalam kalimat ini disebut term. Term dibedakan menjadi dua, yaitu term kategorimatis (telah memiliki makna tertentu tanpa bantuan kata lain) dan term sinkategorimatis (akan memiliki makna jika digabungkan dengan term yang lain) E.Hukum LogikaAda 4 hukum dasar dalam logika, yaitu menurutAristoteles, 384-322 SM; John Stuart Mill,1806-1873; G.W. Leibniz, 1646-1716.1. Hukum Identitas atau hukum persamaan: menegaskan bahwa sesuatu itu adalah sama dengan dirinya sendiri. Hukum ini adalah hukum persamaan yang artinya bahwa jika a=b dan b=c, maka a=c 2. Hukum kontradiksi atau hukum perbedaan menyatakan bahwasesuatu itu terjadi pada saat yang sama tidak dapat sekaligus memiliki sifat tertentu dan juga tidak memiliki sifat tertentu. Jika a tidak sama dengan b, dan b tidak sama dengan c maka tidak mungkin a dan c terjadi bersamaan pada waktu yang sama3.Hukum tiada jalan tengah yang mengungkapkan bahwa sesuatu itupasti memiliki suatu sifat tertentu atau tidak memiliki sifat tertentu dan tidak ada kemungkinan lain. Jika a diketahui dan b diketahui maka adanya kejadian c pasti karena sebab lain.4.Hukum cukup alasan yang menjelaskan bahwa jika terjadi perubahan pada sesuatu, perubahan itu harus berdasarkan alasa 2.2 Etika menurut (Praja, Juhaya. 2008)Tugas Etika Etika merupakanpenyelidikan filsafat mengenai kewajiban-kewajiban manusia serta tingkah laku manusia dilihat dari segi baik dan buruknya tingkah laku tersebut.A. Sifat Dasar EtikaEtika memiliki sifat yang sangat mendasar, yaitu sifat kritis. Etika dibutuhkan sebagai pengantar pemikiran kritis yang dapat membedakan antara apa yang sah dan apa yang tidak sah; membedakan apa yang benar dan apa yang tidak benar. Dengan demikian, etika member kemungkinan kepada kita untuk mengambil sikap sendiri serta ikut menentukan arah perkembangan masyarakat.B. Objek EtikaObjek penyelidikan etika adalah pernyataan-pernyataan moral yang merupakan perwujudan dari pandangan-pandangan dan persoalan-persoalan dalam bidang moral.C. Unsur atau Materi Etika (Soemargono: 2004)1.NilaiNilai atau value adalah keinginan yang relatif permanen yang tampaknya mempunyai sifat-sifat baik seperti damai atau kehendak baik, bersusila. Dalam kebudayaan, nilai adalah wujud idiil budaya (unsur budaya adalah nilai, norma, hukum, dan peraturan).Nilai menjawab apa? Mengapa memberikan obat tersebut?mengapa anda melakukan tindakan itu? Pertanyaan tersebut dapat diteruskan sampai anda mencapai titik, sampai anda tidak menginginkan sesuatu jawaban yang lain. Norma adalah hal apa yang harus dilakukan. Hukum dan peraturan adalah sistem yang mengatur hubungan hak dan kewajiban.2.HakHak atau right adalah kewenangan yang memberikan ruang kepada seseorang untuk melakukan tindakan. Hak adalah pernyataan yang membedakan seseorang mengambil tindakan tertentu. Hal disini dapat diartikan sebagai wujud kewenangan otonominatau kebebasannya. Hak jarang bersifat absolut, karena orang setuju bahwa hak individu juga dibatasi hak orang lain.3.KewajibanHak berhubungan dengan kewajiban. Kalau sesorang mempunyai hak, orang lain mempunyai kewajiban untuk menghormatinya. Kewajiban adalah keharusan untuk mengambil langkah-langkah tertentu atau mematuhi hukum. Misalnya, sesorang memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan bermutu, tetapi memiliki kewajiban untuk membayar jasa pelayanan, mematuhi prosedur pelayanan.Apa yang kita ketahui tentang kewajiban? Tidak ada definisi yang begitu jelas tentang kewajiban. Bahkan jika didefinisikan secara kasar kewajiban adalah tindakan yang harus dilakukan, apa yang saya harus lakukan? Untuk mabuk saya wajib meminum-minuman yang beralkohol, orang itu miskin saya wajib membantunya, dan lain-lain. Fransz Magnis-Suseno menjelaskan bahwa ada tiga kemungkinan orang memenuhi kewajibannya: Pertama karena Ia ingin mendapat keuntungan atas kewajiban yang dilakukannya misalnya ada imbalan kalau bisa mencarikan pacar baru buat anda, tamu wajib lapor untuk lebih dari 24 jam. Ini untuk kepentingan keamanan, namun tidak melarang menginap. Kedua dikarenakan Ia secara spontan terdorong hatinya, melihat sesuatu yang membuat dia wajib membantu. Misalnya anda melihat pengemis yang ebrumur kira-kira 7 tahun di jalanan. Lalu anda mengatakan dalam hati aduh..kasihan.. maka anda membuka kaca jendela mobil dan memberikan recehan kepadanya. Ketiga karena Ia memang merasa wajib, oleh karena itu ia melakukan kewajibannya. Dengan kata lain kewajiban demi kewajiban.4.Peraturan Moral (moral rules)Adalah peraturan menyangkut tingkah laku yang seringkali menjadi kebiasaan sebagai nilai moral. Peraturan moral membimbing kita melewati situasi di mana terjadinya benturan kepentingan. Contoh moral di bidang kesehatan: First come first serve dalam antrian, life saving first dalam UGD atau Emergency first. Sebuah moralitas yang murni atau dengan kata lain yaitu imperatif kategoris. Imperatif katogoris adalah keharusan yang tidak bersyarat. Melakukan tindakan moral bukan karena ada syarat, jika dia miskin saya harus membantu, bukan itu! Ini bukan jika mata (if not them). Tapi harus do it! Membantu orang? Harus. Ini prinsip umumnya.Hubungan ini ada karena kita saling membutuhkan untuk saling mendukung dan mencapai sasaran bersama. Dari hubungan pasien dokter, manajer dan karyawan, hubungan dipandang sebuah aspek kehidupan moral. Kita secara sadar dan konsisten memutuskan bagaimana mempertahankan dan memeliharanya. Keputusan ini mencerminkan nilai-nilai kita dan perhatian kita pada etika.D. Metode EtikaAda empat macam pendekatan dalam menilai suatu pendapat moral, yaitu:a.Pendekatan empiris deskriptif bersifat menyelidiki. Penyelidikantesrsebut, seperti : apa pendapat umum yang berlaku di Indonesia dan sejak kapan pendapat itu berlaku. Penyelidikan semacam ini diandaikan dalam etika khusus, yaitu yang mempersoalkan norma-norma moral tertentu, tetapi belum termausk etika sendiri, melainkan merupakan tugas ilmu empiris yang bersangkutan, seperti psikologi, sosiologi, antropologi dan lain-lainb.Pendekatan fenomologis memperlihatkan bagaimana kiranyakesadaran seseorang yang sependapat bahwa ia berkewajiban untuk pernikahannya. Pendekatan fenomologis berdekatan dengan pendekatan psikologis, tetapi juga berbeda daripadanya oleh karena lain daripada psikologi kesadaran moral, tidak berusaha merumuskan hokum-hukum yang berlaku umum.c.Pendekatan normatif. Melalui pendekatan ini dipersoalkan apakahsuatu norma moral yang diterima umum atau dalam masyarakat tertentu memang tepat ataukah sebetulnya tidak berlaku atau malah harus ditolak.d.Pendekatan metaetika.Pendekatan ini berupa analisis bahasa moral. Metaetika berusaha untuk mencegah kekeliruan dan kekaburan dalam penyelidikan fenomologis dan normative dengan cara mempersoalkan arti tepat dari istilah-istilah moral dan mengatur pernyataan-pernyataan moral menurut macamnya serta mempersoalkan bagaimana suatu pernyataan moral dapat dibenarkanE. Jenis-Jenis Etikaa.Etika normativeDalam uraian di bawah ini dibicarakan jawaban-jawaban pokok yang diajukan atas pertanyaan : menurut norma-norma manakah kita seharusnya bertindak? Untuk memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut, maka dikemukakan beberapa teori, yakni : teori deontologis, teori teleologis, teori egoisme etis. Teori-teori ini dalam filsafat Islam dikenal dengan teori al-husn wa al-qubh, yakni teori tentang penilaian baik dan buruk. Teori deontologis (kata ini berasal dari bahasa Yunani, deon = yang diwajibkan) mengatakan bahwa betul-salahnya sesuatu tindakan tidak dapat ditentukan dari akibat-akibat tindakan itu, melainkan ada cara bertindak yang begitu saja terlarang, atau begitu saja wajib. Teori teleologis ( katatelos dalam bahasa Yunani berarti tujuan) mengatakan bahwa betul-tidaknya tindakan justru tergantung dari akibat-akibatnya; kalau akibat-akibat dari tindakan itu baik, maka boleh dilakukan, bahkan wajib untuk dilakukan. Teori Egoisme etis merupakan kelanjutan dari teori teleologis. Teori ini banyak menyoroti tentang akibat dari perbuatan bagi kepentingan-kepentingan pribadi, bukan kepentingan orang banyak.Untuk lebih mendalami teori egoisme etis, berikut bidang-bidang bahasan teorinya :1)Hedonisme Aliran ini berpendapat bahwa yang dinilai baik itu ialah sesuatuyang dapat memberikan rasa nikmat bagi manusia.2)EudemonismeEudemonisme mengajarkan bahwa segala tindakan manusia ada tujuannya. Ada tujuan yang dicari demi suatu tujuan selanjutnya dan ada tujuan yang dicari demi dirinya sendiri.Eudemonisme mengemukakan suatu kaidah dasar etikanya yang berbunyi: Bertindaklah engkau sedemikian rupa sehingga engkau mencapai kebahagiaan.b.Etika UtilitarismeUtilitarisme adalah teori teleologis universalis. Dikatakan teleologis karena utilitarisme menilai betul-salahnya tindakan manusia ditinjau dari segi manfaat akibatnya.Sifat utilitarisme adalah sifat universalis karena yang jadi penilaian norma-norma bukanlah akibat-akibat baik bagi dirinya sendiri, melainkan juga baik seluruh manusia.Dilihat dari jenisnya utilitarisme dapat dibagi menjadi dua bagian, yaituUtilitarisme Tindakan Utilitarisme tindakan mengajarkan bahwa manusia mesti bertindak sedemikian rupa sehingga setiap tindakannya itu menghasilkan suatu kelebihan akibat-akibat baik di dunia yang sebesar mungkin dibandingkan dengan akibat-akibat buruk. Utilitarisme PeraturanUtilitarisme peraturan memiliki kaidah utama ajarannya sebagai berikut, bertindaklah selalu sesuai dengan kaidah-kaidah yang penetapannya menghasilkan kelebihan-kelebihan akibat-akibat baik di dunia yang sebesar mungkin dibandingkan dengan akibat burukc.Etika TeonomTeori ini terdiri dari dua kata: theos yang berarti Allah dan nomos yang berarti hukum. Etika Teonom MurniEtika ini mengajarkan bahwa tindakan dikatakan benar bila sesuai dengan kehendak Allah, dan dikatakan salah apabila tidak sesuai, suatu tindakan wajib dikerjakan jika diperintahkan Allah.dTeori Hukum KodratTeori ini mengatakan bahwa baik dan buruk ditentukan oleh Allah seakan-akan secara sewenang-wenang. Sesuatu dikatakan benar jika sesuai dengan kodrat manusia. Inti ajaran dari teori ini mengatakan,Bertindaklah sesuai dengan kodratmu sebagai manusia, yaitu sempurnakanlah kemampuan-kemampuanmu, dan dengan ini engkau sekaligus akan mencapai kebahagiaan yang sebenarnya serta memenuhi kehendak Allah.2.3 EstetikaPengertian (Djelantik. 2004)Estetika adalah salah satu cabang filsafat. Secara sederhana, estetika adalah ilmu yang membahas tentang keindahan, bagaimana ia bisa terbentuk, dan bagaimana seseorang bisa merasakannya.pembahasan lebih lanjut mengenai estetika adalah an terhadaap sentiment dan rasa. Estetika cabang yg sangat dekat dengan filosofi seni.Ilmu estetika adalah sesuatu ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keindahan, mempelajari semua aspek dari apa yang kita sebut keindahan. Misalnya, apa arti indah? Apakah yang menyebabkan barang yang satu dirasakan indah dan yang lainnya tidak? Apa yang menyebabkan rasa indah yang dirasakan satu orang berlainan dengan yang dirasakan oleh orang lain? Apakah indah itu terletak pada barang atau benda yang indah itu sendiri ataukah hanya pada persepsi kita saja? Pertanyaan-pertanyaan yang demikian telah merangsang manusia untuk berfikir dan selanjutnya mengadakan penyelidikan dan penelitian. Makin hari makin banyak orang yang terdorong untuk memikirkan hal-hal yang mengenai keindahan semakin banyak muncul pertanyaan yang perlu mendapatkan jawaban.Ilmu estetika sebenarnya baru bisa berkembang lebih maju setelah terjadi perkembangan pesat di Eropa pada abad ke-17 dan ke-18 dalam segala bidang ilmu pengetahuan (science). Ilmu estetika dapat memperoleh manfaat dari penggunaan hasil-hasil penyelidikan dari perkembangan ilmu yang ada.Beberapa pengertian estetika menurut beberapa ahli : estetika adalah segala sesuatau dan kajian terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan seni. (Kattsoff, Element of Phylosophy, 1953) Estetika merupakan kajian filsafat keindahan dan keburukan (Jerome Stolnitz, Encyclopedia of Phylosophy, vol I). Estetika merupakan cabang filsafat yang berkaitan dengan proses penciptaan karya estetis (John Hosper, dalam Estetika Terapan, 1989) Pandangan-pandangan mengenai estetika diatas setiap waktu mengalami pergeseran sejalan dengan pergeseran konsep estetik setiap zaman. Nilai indah dan tidak indah lebih cenderung untuk diterapkan orang kepada soal seni. Estetika berusaha untuk menemukan nilai indah secara umum. (Sachari, Agus. 2002)Estetika merupakan suatu teori yang meliputi:a.Penyelidikan mengenai yang indahb.Penyelidikan mengenai prinsip prinsip yang mendasari senic.Pengelaman yang bertalian dengan seni (masalah penciptaan seni,penilaian terhadap seni, atau perenungan atas seni) Seni menggambarkan dua macam hal Seni tidak semata mata berusaha menyatakan keindahan, keindahan emang mungkin merupakan salah satu hal yang hendak dinyatakan oleh seni Agaknya ada jumlah prinsip tertentu yang apabila diterapkan secara berhasil, akan menghasilkan karya seni Estetika juga berusaha memperoleh jawaban atas pertanyaan apakah yang menyebabkan lahirnya karya seni? Hasil hasil ciptaan seni didasarkan atas prinsip prinsip yang dapat dikelompokan sebagai rekayasa pola bentuk dan sebagainya. Dalam arti yang sedemikian ini sudah mendekati menjadi ilmu pengetahuan tersendiri, yang tidak dapat dimasukan dalam bidang filsafat. Sebuah filosofi yang mempelajari nilai nilai sensoris, yang kadang dianggap sebagai penilai.A. Aspek-Aspek Estetikaa.Aspek IlmiahDalam aspek ilmiahnya ilmu estetika, penelitiannya menggunakan cara-cara kerja (metodologi) yang sama dengan ilmu pengetahuan lain pada umumnya, yang terdiri dari: Observasi (pengamatan) Eksperimen (percobaan) Analisis (pembahasan)Dalam kegiatan ini ilmu estetika dapat mencari bantuan beberapa ilmu pengetahuan lain, seperti ilmu fisika, ilmu matematika, ilmu faal, biologi, psikologi, psikiatri dan lain sebagainya.b.Aspek FilosofisDalam aspek filosofinya ilmu estetika memakai metodologi yang agak berlainan. Di samping observasi dan analisa melakukan komparasi (perbandingan), analogi (menonjolkan unsur persamaan), asosiasi (pengkaitan), sintesis (penggabungan), dan konklusi (penyimpulan).Aspek ilmiah dari ilmu estetika dapat dikatakan obyektif karena memakai ukuran yang nyata, jelas bagi semua pengamat, terlepas dari pendirian filosofi mereka. Pengukuran taraf keindahan akan membawa hasil yang dapat dibandingkan antara benda indah yang satu dengan lainnya seolah-olah memakai alat ukur atau instrument untuk menentukan taraf keindahan. Bagian ini dalam ilmu estetuka disebut estetika instrumental. Aspek filosofi ilmu estetika dapat juga dinamakan aspek subyektif, karena langsung berkaitan dengan, kepribadian, pendirian, dan falsafah dari pengamat yang bersangkutan yang menggunakan norma-norma filosofis dari estetika ini juga disebut normatif. Karena pendekatan masalah estetika dengan cara yang filosofis sering didahului dan dibarengi dengan renungan atau kontemplasi, maka aspek dari filosofis dari ilmu estetika disebut juga estetika kontempratif. Dilihat dari materi yang dipersoalkan filsafat estetika kontemplatif terdiri atas dua bagian, yakni Filsafat Keindahan dan Filsafat Kesenian.B. Ruang Lingkup EstetikaKeindahan meliputi keindahan alam dan keindahan buatan manusia. Keindahan uatan manusia pada umumnya kita sebut kesenian. Dengan demikian, kesenian dapat dikatakan merupakan salh satu wadah yang mengandung unsur-unsur keindahan. Agar dapat membahasnya lebih mendalam, kita hendaknya mengetahui unsur-unsur keindahan yang bagaimana yang bisa kita temukan, karena keindahan itu terdiri dari komponen-komponen yang masing-masing mempunyai cirri-ciri dan sifat-sifat yang menentukan taraf dari kehadiran keindahan itu. Taraf kehadiran itu akan menentukan mutu keseniannya.Tahap pertama, yaitu menafsirkan keindahan itu sebagai suatu masalah yang praktis sampai pada perenungan dan pemikiran tentang kesenian dan keindahan itu sendiri. Tahap kedua, mencangkup filsafat keindahan dan flsafat kesenian. Pada tahap ini akan kita jumpai beberapa macam permasalahan mengenai teori kesenian dan keindahan, seperti yang difahami oleh beberapa filsuf dari zaman dahulu sampai sekarang.C. Unsur-Unsur Estetikaa. WujudWujud yang terlihat oleh mata (visual) maupun wujud dapat didengar oleh telinga (akustik) bisa diteliti dengan analisa, dibahas komponen-komponen penyusunnyadan dari segi struktur atau susunan wujud itu. Hingga disini kita sampai pada pembagian mendasar atas pengertian (konse) wujud itu, yakni semua wujud terdiri dari: Bentuk (form) atau unsur yang mendasar Susunan atau strukturb.BobotIsi atau bobot dari benda atau peristiwa kesenian bukan hanya yang dilihat belaka tetapi juga meliputi apa yang bisa dirasakan atau dihyati sebagai makna dari wujud kesenian itu. Bobot kesenian mempunyai tiga aspek: Suasana (mood) Gagasan (idea) Ibarat atau pesan (message)c.PenampilanPenampilan mengacu pada pengertian bagaimana cara kesenian itu disajikankepada penikmatnya. Untuk penampilan kesenian ada tiga unsur yang berperan: Bakat (tallent) Keterampilan (skill) Sarana atau mediaKeindahan Sebagai Rasa Nikmat Yang di Objektivasikan.Pandangan yang dianut oleh Croce bersifat subjektif, karena hakekat seni diletakkan pada intuisi serta perasaan seseorang. Santayana, dalam bukunya yang berjudul The Sence Of Beauty, juga memandang keindahan dan seni sebagai hal yang berhubungan secara intrinsik dengan manusianya. Namun dengan cara yang lain.Keindahan merupakan jenis hal yang memang berlainan dengan ekstensi suatu objek material. Kiranya, tidak mungkin orang membayangkan suatu objek yang tidak mempunyai ekstensi, tetapi dengan mudah kita dapat membayangkan suatu objek yang tidak indah.Sebenarnya, keindahan bukanlah merupakan suatu kualitas objek, melainkan sesuatu yang senantiasa bersangkutan dengan perasaan. Contohnya, kita lihat Reclining Figure. Ketika orang melihatnya, tampak sejumlah sifat melekat padanya, yaitu warnanya, luasnya, bangunannya, kepadatannya, dan lain-lain. Kemudian, dapat pula orang menambahkan satu sifat lagi, yaitu keindahannya. (Katsoff, 2004:)Keindahan Bersangkutan Dengan Rasa Nikmat. Sesunggguhnya, banyak rasa nikmat yang bukan merupakan bagian dari citra kita mengenai suatu objek, dan untuk membedakan antara rasa nikmat yang merupakan bagian dari citra, maka digunakan kata keindahan. Menurut santanaya, keindahan merupakan rasa nikmat yang dianggap sebagai kualitas barang sesuatu. Jika suatu objek tidak menimbulkan rasa nikmat pada siapapun, maka tidak mungkin objek tersebut dikatakan indah. (Katsoff, 2004:)Estetika Barat (Sachari, 2002:)Menurut plato, keindahan adalah realitas yang sebenarnya dan tidak pernah berubah-ubah. Sekalipun ia menyatakan bahwa harmonis, proporsi, dan simetris adalah unsur yang membentuk keindahan.Aristoteles, keindahan suatu benda hakikatnya tercermin dari keteraturan kerapihan, keterukuran, dan keagungan keindahan yang dicapai adalah keserasian bentuk (wujud) yang setinggi-tingginya. Karya seni dinilai memiliki nilai keindahan yang lebih dibandingkan keindahan yang terjadi di alam. Kant memulai studi ilmiah psikologis tentang keindahan. Menurut pendapatnya, akal itu memiliki indra ketiga atas pikiran dan kemauan. Yaitu indra rasa. Indra rasa memiliki satu kekhususan yaitu kesenangan estetika dengan tidak mengandung kepentingan tidak seperti menilai manisnya rasa gula, dimana kita mempunyai hubungan kepentingan dengan rasa manis itu. Estetika Timur (Sachari, 2002:) Ajaran Zen hakikatnya adalah suatu pancaran langsung diluar kitab suci, tidak bergantung pada kata-kata dan tulisan langsung menuju ke hati, ke dalam hakekat sesuatu berupa :a. Abstraksi dan simbolikb. Ilmu dan kebijaksanaanc. Kesatuan dengan alam d. HarmoniD. Manfaat Mempelajari Estetikaa.Memperdalam pengertian tentang rasa indah pada umumnya dan tentang kesenian pada khususnya.b.Memperluas pengetahuan dan menyempurnakan pengertiantentang unsur-unsur obyektif yang membangkitkan rasa indah pada manusia dan faktor-faktoe obyektif yang berpengaruh kepada pembangkit rasa indah tersebutc. Memperluas pengetehuan dan penyempurnaan pengertian tentangunsur-unsur subyektif yang berpengaruh atas kemampuan manusia menikmati keindahan.d.Memperkokoh kepada rasa cinta kepada kesenian dan kebudayaan bangsa pada umumnya serta mempertajam kemampuan untuk mengapresiasi kesenian dan kebudayaan bangsa lain dan dengan demikian mempererat hubungan antar bangsa.e.Memupuk kehalusan rasa dalam manusia pada umumnya.f.Memperdalam pengertian keterkaitan wujud berkesenian dengan tata kehidupan, kebudayaan, perekonomian, masyarakat yang bersangkutan.g.Memantapkan kemampuan penilaian karya seni dan dengan jalan itu secara tidak langsung mengembangkan apresiasi seni didalam masyarakat pada umumnya.h. Memantapkan kewaspadaan atas pengaruh-pengaruh yang negative yang dapat merusak mutu kesenian dan berbahaya terhadap kelestarian aspek-aspek dan nilai-nilai tertentu dari kebudayaan kitaE. Peran Logika, Etika, dan Estetika dalam Ilmu dan KehidupanAjaran filsafat dipratikkan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti halnya logika, mengajarkan kepada kita agar lebih dapat berpikir rasional, teratur dan sistematik sehingga mudah mengambil kesimpulan yang benar. Kesimpulan tidak akan salah bila kita mendasarkan diri kepada aturan-aturan yang benar dan telah ditentukan secara pasti. Menurut Aristoteles (dalam Drajat, 2005:10 ) logika sangat penting dalam proses pengambilan hukum. Etika, memelajari tingkah laku dan perbuatan manusia yang baik maupun yang buruk, termasuk di dalamnya mengajarkan moral, kesusilaan, sopan santun, maupun norma yang baik. Estetika mengajarkan kegunaan nilai seni yang sangat berharga, seni melalui keindahan tampil dan berperan dalam berbagai kegiatan manusia, termasuk menimbulkan daya tarik karena keindahan (musik, nyanyian, pakaian, berbahasa, lukisan, dan bunga-bunga di halaman rumah) (Setidjo, 2010 :78). Selain itu, estetika berperan dalam mendukung pembudayaan, peningkatan proses pembelajaran, dan lain-lain.F. Hubungan Antara Logika, Etika dan EstetikaDari ketiga definisi tersebut dapat kita simpulkan bahwa logika, etika dan estetika saling berhubungan erat dengan dalam pembentuka ide yang dituangkan dan dan dikelola berdasarkan logika. Dalam mempelajari ilmu-ilmu untuk mendapatkan kejelasan dan tidak ada keraguan. Landasan, logika harus diterapkan untuk dijadikan pedoman. Yang kedua, etika dalam proses mempelajari ilmu unsur etika sangat mendukung. Sebab etika berhubungan langsung dengan norma dan budaya. Dalam mempelajari ilmu, kita harus memperhatikan perilaku kita. Jangan sampai ilmu yang kita miliki merugikan, bahkan merusak norma dan kebudayaan yang kita miliki. Jika hal itu terjadi, maka sanksi sosial harus kita terima. Dan yang terakhir adalah nilai estetika (keindahan). Ilmu akan lebih bermanfaat, jika bisa disebut ilmu itu indah, maksudnya ilmu dapat diterima dari beberapa unsur keindahan diri kita sendiri, manusia lain, dan alam serta lingkungan sekitar.

BAB IIIPENUTUP3.1Kesimpulan Logika memiliki arti : ilmu yang memberikan aturan-aturan berpikir valid (shahih), artinya ilmu yang memberikan prinsip-prinsip yang harus diikuti supaya dapat berpikir valid (menurut aturan/sahih).Jenis kebenaran dalam logika ada 2, yaitu:a) logika formal atau logika tradisional disebut silogisme dalam arti membicarakan ketepatan kesimpulanb) logika material membuktikan (menguji isi keputusan itu. Kebenaran bentuk dibicarakan dalam logika formal, sedangkan kebenaran materi dibicarakan dalam logika material. Etika merupakan penyelidikan filsafat mengenai kewajiban-kewajiban manusia serta tingkah laku manusia dilihat dari segi baik dan burunkya tingkah laku tersebut. Etika memiliki sifat yang sangat mendasar, yaitu sifat kritis. Etika dibutuhkan sebagai pengantar pemikiran kritis yang dapat membedakan antara apa yang sah dan apa yang tidak sah; membedakan apa yang benar dan apa yang tidak benar Unsur atau Materi Etika ada 4, yaitu: nilai, hak, kewajiban, dan peraturan moral Ilmu estetika adalah sesuatu ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keindahan, mempelajari semua aspek dari apa yang kita sebut keindahan. Ilmu estetika mengandung dua aspek : aspek ilmiah dan aspek filosofis Aspek ilmiah Manfaat Mempelajari Estetika :1.Memperdalam pengertian tentang rasa indah pada umumnya dan tentang kesenian pada khususnya.2. Memperluas pengetahuan dan menyempurnakan pengertian tentang unsur-unsur obyektif yang membangkitkan rasa indah pada manusia dan factor-faktoe obyektif yang berpengaruh kepada pembangkit rasa indah tersebut.3. Memperluas pengetehuan dan penyempurnaan pengertian tentang unsur-unsur subyektif yang berpengaruh atas kemampuan manusia menikmati keindahan.3.2 SaranDalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan-kekuranganyang perlu diperbaiki untuk memaksimalkan hasil makalah. Selain itu, perlu adanya masukan-masukan dan saran dari pihak yang bersangkutan.

DAFTAR PUSTAKA

Djelantik. 2004. Estetika Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Media Abadi.Drajat, Amroeni. 2005. Suhrawardi Kritik Falsafah Peripatetik. Yogyakarta: LKiSKatsoff, Louis O. 2004. Pengantar Filsafat. Alih bahasa: Soejono Soemargono. Yogyakarta:Tiara Wacana YogyaPraja, Juhaya. 2008. Aliran-aliran Filsafat dan Etika. Jakarta: Prenada Media.Praja, Juhaya. 2003. Aliran-aliran Filsafat dan Estetika. Jakarta: Prenata Media.Sachari, Agus. 2002. Estetika Makna, Simbol dan Daya. Bandung: ITBSetidjo, Pandji. 2010. Pancasila Sebagai Filsafat, Dasar Negara dan Ideologi. Jakarta:GrasindoSupriyanto, Stefanus. 2013. Filsafat Ilmu. Jakarta: Prestasi Pustaka.Suriasumantri, Jujun S. 2007. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: PustakaSinar Harapan.

TUGAS ETIKA DAN HUKUM ETIKA DAN ESTETIKA FORMAL DAN KEBENARAN

OLEH :NIRMAWATI S,KepP2MK 14.01.04.174

PROGRAM PASCA SARJANA MEGISTER KESEHATANUNIVERSITAS INDONESIA TIMURMAKASSAR2015