essay kritis mahasiswa
TRANSCRIPT
PERLINDUNGAN TERHADAP WILAYAH
PERBATASAN INDONESIA
Essay ini disusun untuk mengikuti kompetisi Sciencesational 2012
pada
Lembaga Kajian Keilmuan Fakultas Hukum Universitas Indonesia
(LK2 FHUI)
Disusun Oleh :
Nama : DANIEL SAMOSIR
NPM : 3009210138
Fakultas : Hukum
Universitas : Pancasila
Kompetisi : Essay Kritis Mahasiswa
JAKARTA
2012
1
PERLINDUNGAN TERHADAP WILAYAH
PERBATASAN INDONESIA
Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah negara yang
merupakan satu kesatuan wilayah daratan, perairan pedalaman, perairan kepulauan dan
laut teritorial beserta dasar laut dan tanah di bawahnya, serta ruang udara di atasnya
termasuk seluruh sumber kekayaan yang terkandung di dalamnya. Sebagai pemilik
wilayah negara, Indonesia berhak melakukan pengelolaan dan pemanfaatan kekayaan
alam dan lingkungan laut di laut bebas serta dasar laut internasional yang dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan hukum internasional.
Dalam hal ini, NKRI memiliki kedaulatan atas wilayah serta memiliki hak-hak untuk
mengelola dan memanfaatkan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat Indonesia
sebagaimana diamanatkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
Wilayah perbatasan Negara republik Indonesia merupakan suatu persoalan yang
harus diatasi oleh Pemerintah indonesia dalam hal menjaga kedaulatan NKRI, dimana
wilayah-wilayah tersebut mengandung kekayaan alam yang menjadi sumber mata
pencarian masyarakat yang ada di wilayah tersebut. Batas wilayah negara merupakan
garis batas pemisah kedaulatan suatu negara yang didasarkan atas hukum internasional.
Setiap daerah yang berada pada posisi terdepan dari NKRI pasti memiliki batas wilayah
negara, biasanya batas wilayah ini ditandai dengan adanya patok berupa tiang yang
terbuat dari besi dan batu beton.
Negara Indonesia sebagai negara yang berdaulat tentunya memiliki strategi
dalam mempertahankan wilayah perbatasannya, yang mana wilayah tersebut tidak
terlepas dari ancaman-ancaman berupa agresi, aktivitas intelijen, blokade, pencurian
aset dan sumber daya alam, penyebaran penyakit dan klaim wilayah yang dapat terjadi
kapan saja. Namun sejauh manakah pihak pemerintah dalam mempertahankan dan apa
saja strategi-strategi pemerintah dalam mempertahankan Wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).
Dalam hal mempertahankan wilayah perbatasan tentunya antisipasi dari
ancaman-ancaman tersebut telah dipikirkan oleh pemerintah dengan kemajuan pola
pikir dan kebijaksanaan dalam membuat suatu peraturan dan mengadakan diplomasi
2
mengenai perbatasan wilayah, membangun strategi pengelolaan dan pertahanan serta
mengatasi ancaman-ancaman tersebut dengan lebih elegan, konstitusional dan tunduk
pada ketentuan-ketentuan internasional.
Akhir-akhir ini kita digoncang dengan permasalahan-permasalahan wilayah
perbatasan, yang mana wilayah tersebut sebenarnya dimiliki oleh Negara Indonesia.
Tetapi karena kurangnya perhatian pemerintah dalam hal melindungi wilayah
perbatasan, sehingga banyak wilayah yang lepas dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) seperti pulau Sipadan dan Ligitan pada tahun 2002 telah diputuskan
oleh Mahkamah Internasional dimana hasil putusan tersebut dimenangkan oleh
Malaysia, sungguh amat kecewanya masyarakat Indonesia terhadap pemerintah yang
gagal dalam mempertahankan wilayah tersebut di Mahkamah Internasional.
Wilayah perbatasan dapat diibaratkan “teras rumah” ketika seseorang ingin
memasuki teras tersebut tanpa izin sudah selayaknya kita usir, apalagi orang ini sudah
memasuki dan mengambil sesuatu yang ada didalam lingkungan rumah kita, “bukankah
sudah selayaknya ditindak menurut hukum yang berlaku dilingkungan rumah kita?”
Begitu juga dalam mempertahankan wilayah perbatasan, kita harus bertindak
cepat dan maksimal dalam mengatasinya jangan ditunda-tunda. Untuk mengatasi
masalah sengketa tersebut haruslah orang yang berkompeten dalam hal persengketaan
internasional. Bagaimana kita tidak kalah dalam perebutan wilayah tersebut ? Di sini
kita lihat kelemahan pemerintah Indonesia dalam mempertahankan pulau Sipadan dan
Ligitan, dimana Malaysia membuat strategi dalam merebut wilayah dengan cara
aneksasi yaitu perebutan wilayah dengan cara pendudukan. Pulau Sipadan dan Ligitan
telah didominasi oleh orang-orang Malaysia, perekonomian dan mata uang yang beredar
disana pun telah dikuasai oleh pemerintah Malaysia.
Adapun peraturan perundang-undangan yang mengatur sistem pertahanan
wilayah perbatasan Indonesia kurang maksimal dan tidak efisien. Sejumlah landasan
hukum, kebijakan dan pelaksanaan kegiatan pengelolaan dan pengamanan wilayah
perbatasan darat, laut, dan udara masih bersifat umum. Undang-undang Dasar (UUD)
1945 dalam pasal 25 A hanya menyatakan bahwa, Negara Kesatuan Republik Indonesia
adalah sebuah negara kepulauan yang berciri nusantara dengan wilayah yang batas-
batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang undang. Tidak ada penjelasan lebih
lanjut terhadap pasal ini.
3
Dalam UU No 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, penjabaran akan
kepentingan perlindungan wilayah perbatasan belum dijelaskan, undang-undang ini
hanya menjabarkan teknis operasionalisasi pertahanan negara yang bersifat strategis dan
umum.
UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah hanya mengatur secara
umum fungsi pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat dan daerah,
namun tidak menyentuh point-point yang eksplisit untuk kewenangan dan mekanisme
pengelolaan perbatasan negara, baik darat, laut, maupun udara. UU No 34 Tahun 2004
tentang Tentara Nasional Indonesia (TNI) hanya mengatur peran-peran operasional TNI
sebagai kekuatan pertahanan, bukan pada aspek kebijakan pertahanan, apalagi
penanganan wilayah perbatasan. Demikian pula UU No 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang dan UU No 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil yang mengatur rancangan kerja dan pengembangan yang masih
berorientasi pada wilayah non perbatasan dan terfokus pada daratan.
Rumusan dalam UU No 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005-2025 yang menegaskan orientasi pengembangan wilayah
perbatasan dari inward looking menjadi outward looking sebagai pintu gerbang
ekonomi dan perdagangan. Termasuk pendekatan kesejahteraan untuk pulau-pulau di
wilayah perbatasan. Hal ini juga merupakan suatu strategi pemerintah dalam
mempertahankan wilayah perbatasan dengan cara sistem ekonomi dan pembangunan di
wilayah perbatasan, yang menjadi pertanyaan bagi kita adalah apakah ini sudah
terealisasi?
Belum ada suatu peraturan perundang-undangan yang memfokuskan muatan
materinya pada sistem perlindungan terhadap wilayah perbatasan, hal ini harus menjadi
perhatian bagi pemerintah, agar wilayah-wilayah perbatasan tidak lagi direbut oleh
negara lain. Sudah cukup banyak kerugian yang ditelan oleh bangsa kita ini, bukan
hanya kerugian materil saja melainkan juga kerugian moril. Coba kita sejenak melihat
ke belakang, para pahlawan kita dulu mempertahankan wilayah Indonesia dengan
segenap tumpah darah dan bahkan sampai titik darah penghabisan, tetapi sekarang
dengan mudahnya direbut oleh negara lain. dimanakah rasa nasionalisme kita sebagai
Bangsa Indonesia?
4
Dalam hal menjaga dan mengelola kawasan perbatasan, peran pemerintah pusat
dan daerah sangat penting terkait dengan pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintahan
sesuai dengan prinsip otonomi daerah, dan pemerintah juga harus mempunyai strategi-
strategi dalam melindungi wilayah-wilayah perbatasan agar kita tidak kehilangan lagi
wilayah-wilayah yang semestinya milik negara kita. “Bangsa Indonesia Harus bersifat
Tegas” dalam menyikapi gerak langkah negara lain dalam memperluas wilayahnya,
“apapun ongkosnya”. Jangan ada dusta di antara pemerintah dengan masyarakat,
pemerintah harus transparan dalam hal ini. Jangan karena materi rasa nasionalisme kita
dapat dibeli oleh bangsa lain, rasa nasionalisme harga mati bagi NKRI.
Pemerintah menyarankan bahwa masyarakat juga harus ikut andil dalam
mempertahankan wilayah perbatasan, namun bagaimana mereka mau ikut andil dalam
melindungi wilayah perbatasan, untuk mencari makan saja mereka sudah susah, dengan
pendidikan dan pengetahuan mereka yang minim sangat rentan bagi mereka untuk turut
serta dalam mempertahankan wilayah perbatasan. Sekarang sudah selayaknya
Pemerintah membuat suatu konsep pemikiran yang cermat dalam hal melindungi
wilayah perbatasan dan bukan hanya sekedar konsep tetapi konsep tersebut dibuat
dengan disertai realisasi dilapangan seperti:
Pemetaan Kembali Titik-Titik Perbatasan Indonesia
Dilakukannya pemetaan kembali titik-titik perbatasan wilayah Indonesia
tujuannya untuk memperjelas kepada negara tetangga dimana titik koordinat yang
menjadi perbatasan wilayah kedua Negara. Hasil pemetaan baru tersebut harus
dibandingkan dengan pemetaan yang pernah dilakukan sebelumnya. Titik-titik
koordinat perbatasan sangat penting untuk kita inventarisir dan dimasukkan dalam
sebuah peraturan perundang-undangan yang lebih khusus mengenai batas wilayah
Indonesia. Demi kepentingan kedaulatan Bangsa Indonesia masukan materi muatan
mengenai wilayah perbatasan dalam UUD 1945 yang lebih spesifik.
Pemerataan Pembangunan Jalan (Transportasi) dan Komunikasi
Pemerintah jangan hanya melakukan pembangunan di wilayah-wilayah
perkotaan yang sudah maju, tetapi pemerintah harus memperhatikan juga wilayah-
wilayah yang berada diperbatasan. Tujuan pembangunan jalan tersebut adalah untuk
merangsang pembangunan kota atau pemukiman baru di dekat perbatasan kelak, sarana
5
transportasi darat itulah media "perkuatan" ketahanan ekonomi dan juga (sosial
budaya) di daerah-daerah tersebut dengan disertai alat-alat komunikasi yang memadai di
wilayah perbatasan tersebut, sehingga menarik para investor untuk menanamkan modal
usaha di wilayah perbatasan.
Pandangan kita mengenai perbatasan sebagai wilayah terpencil harus kita ubah.
Mulai saat ini kita harus memandang perbatasan sebagai wilayah strategis. Strategis
untuk mempertahankan wilayah kita. Dari perspektif eksternal, wilayah atau kota-
kota/kabupaten di daerah perbatasan adalah "Teras" NKRI. Artinya, kemajuan dan
kesejahteraan masyarakat di daerah-daerah tersebut akan menjadi "nilai jual" positif
bagi diplomasi internasional Indonesia. Sebaliknya, keterbelakangan ekonomi di
daerah-daerah itu akan menjadi makanan empuk bagi pihak-pihak asing yang
berkepentingan untuk melemahkan kredibilitas RI di dunia internasional.
Pembangunan Tempat-tempat Kesehatan dan Sistem Pendidikan yang Nasionalis
Dengan adanya pembagunan tempat-tempat kesehatan yang dekat dari
pemukiman masyarakat, memudahkan mereka untuk mengambil tindakan apabila
masyrakat di wilayah tersebut terjangkit suatu penyakit. Dalam hal pendidikan kita juga
harus membangun tempat-tempat pendidikan yang layak dan membuat sebuah konsep
pendidikan yang menanamkan rasa nasionalisme, sehingga mereka tidak mudah
dimasuki oleh ideologi-ideologi dan paham-paham yang membahayakan keutuhan
NKRI (infiltrasi ideologi dan budaya adalah bentuk “invasi” yang efektif untuk
meruntuhkan sebuah negara dari dalam. Sehingga dengan memberikan pendidikan yang
layak, maka mereka mengerti bahwa rasa nasionalisme terhadap negara sangat penting
dan apa yang menjadi ideologi-ideologi bangsa ini dapat dipertahankan oleh masyarakat
yang khusus berada di wilayah perbatasan dengan pengetahuan-pengetahuan yang
didapat dari dunia pendidikan.
Jadikan Wilayah Perbatasan Menjadi Tempat Wisata
Menjadikan wilayah perbatasan menjadi suatu tempat wisata dapat
meningkatkan perekonomian di wilayah tersebut, selain dari itu membangun tempat-
tempat wisata merupakan cara untuk mempertahankan wilayah perbatasan dari negara-
negara yang ingin menggerogoti wilayah Indonesia, karena dengan adanya tempat-
tempat wisata di sana maka para wisatawan domestik maupun wisatawan manca negara
6
mengetahui bahwa daerah perbatasan tersebut dimiliki oleh Negara Indonesia, sehingga
apabila ada negara lain yang mencoba mengakui bahwa wilayah tersebut adalah
miliknya, kitapun sudah mempunyai pegangan dari pengakuan warga negara lain yang
pernah berwisata ke wilayah tersebut.
Nyalakan Kembali Transmigrasi
Program transmigrasi yang dulu dilaksanakan pada era Orde Baru harus
dinyalakan kembali. Transmigrasi dilakukan untuk mendiami wilayah-wilayah baru
yang dibentuk di dekat perbatasan. Yakinlah apabila infrastruktur transportasi,
komunikasi, pendidikan dan tempat kesehatan yang memadai, maka banyak penduduk
dari wilayah-wilayah yang padat penduduk bersedia bertransmigrasi ke wilayah
tersebut.
Lakukan Sosialisasi Mengenai Pentingnya Mempertahankan Wilayah Perbatasan
Melakukan sosialisasi terhadap pentingnya menjaga wilayah-wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) kepada masyarakat-masyarakat yang ada di
wilayah perbatasan dan memberi tahu kepada masyarakat titik-titik perbatasan antara
negara kita dengan negara lain yang menjadi perbatasan, sehingga mereka mengerti
mana yang menjadi wilayah NKRI dan mana yang bukan. Ketika mereka mengetahui
hal tersebut, mereka tidak sewenang-wenang melintas di wilayah yang bukan menjadi
milik NKRI, dan mereka mengetahui tindakan apa yang akan dilakukan apabila ada
masyrakat negara lain (WNA) yang memasuki wilayah NKRI.
Perkuat Diplomasi Internasional
Diplomasi internasional tidak semata-mata menyampaikan pendapat atau
pembelaan di forum-forum internasional. Diplomasi ini bersifat multidimensional. Kita
harus aktif mensosialisasikan kebijakan pembangunan NKRI beserta hasil-hasilnya.
Dunia pariwisata kita harus proaktif “memasarkan” produk-produk wisata di wilayah-
wilayah perbatasan itu kepada negara-negara terdekat (misalnya potensi wisata
Kalimantan ke Malaysia, Sumatera ke Singapura, Sulawesi ke Filipina, Papua dan Nusa
Tenggara ke Australia, dan seterusnya). Secara geografis, kedekatan produk wisata itu
ke negara yang berbatasan dengannya akan menghasilkan “wisata murah”, namun
masuknya wisatawan asing ke daerah-daerah tersebut akan memberi akselerasi
7
pembangunan dan perputaran uang yang tidak sedikit. Dalam hal ini peran diplomasi
dalam memasarkan pariwisata diwilayah-wilayah perbatasan sangat diperlukan.
Pembangunan Pangkalan Militer di Dekat Perbatasan
Saat ini kita melihat pasukan TNI kita kurang memadai untuk melakukan upaya
menjaga perbatasan negara, pasukan justru diletakkan di wilayah-wilayah padat
penduduk yang sudah terbangun, sistem penerapan pasukan seperti ini harus diubah.
Batalyon-batalyon yang berada di wilayah "aman" dari gangguan luar sepantasnya
direlokasi ke wilayah perbatasan dan membangun pos-pos TNI didekat titik-titik
koordinat wilayah yang menjadi perbatasan. Jelas ini tidak mudah dan akan
membutuhkan upaya keras. Namun ini memang cukup efektif apabila dilakukan. Bukan
karena angkatan perang Papua Nugini lebih kecil dibanding TNI begitu juga dengan
Malaysia, namun penggelaran kekuatan militer akan menghambat perilaku mencuri
oleh negara lain terhadap wilayah NKRI yang ada diperbatasan.
Pilih Pemimpin yang Bijaksana dan Tegas
Pemilihan pemimpin juga merupakan langkah dalam melindungi wilayah-
wilayah NKRI, apabila kita salah dalam memilih pemimpin maka apa yang menjadi
konsep di atas akan menjadi sebuah dokumen yang tidak mempunyai arti sama sekali,
karena peran pemimpin cukup besar dalam mempertahankan NKRI. Pemimpin yang
kita butuhkan dalam memimpin bangsa ini adalah pemimpin yang bebas dari KKN,
mempunyai rasa nasionalisme yang besar, bijaksana dan tegas dalam mengambil suatu
tindakan terhadap bangsa ini. Kita pernah memiliki dua sosok pemimpin yang tegas dan
bijaksana sehingga dihormati kawan dan disegani lawan. Kedua pemimpin yang
bijaksana dan tegas itu adalah Soekarno dan Soeharto. Pada saat kedua orang itu
memimpin, tidak ada yang berani melecehkan negara kita. Akan tetapi, setelah berganti
pemimpin, negara kita menjadi bulan-bulanan pelecehan terutama oleh Malaysia dan
Singapura. Disinilah dibutuhkan kebijaksanaan dan ketegasan seorang pemimpin dalam
menjalankan roda-roda kepemerintahan terutama dalam mempertahankan wilayah
NKRI.
Ketika konsep-konsep ini dibuat dan diterapkan di wilayah-wilayah perbatasan,
maka para tikus-tikus yang ingin menggerogoti wilayah-wilayah NKRI yang berada di
perbatasan tentu tidak akan berani untuk menyentuh wilayah yang menjadi milik NKRI.
Setelah konsep tersebut dibuat dan diterapkan maka pemerintah sudah selayaknya
8
membentuk suatu peraturan perundang-undangan yang khusus dalam mengatur
perlindungan terhadap wilayah perbatasan.
Dimana kita dapat melihat terlalu lemahnya peraturan perundang-undangan kita
dalam mengatur perlindungan terhadap wilayah perbatasan, lemahnya diplomasi kita
dengan negara-negara tetangga, minimnya pembangunan, perekonomian masyarakat
yang berada di wilayah perbatasan di bawah rata-rata (miskin), kurangnya pangkalan-
pangkalan militer di wilayah tersebut, dan minimnya pendidikan. Padahal wilayah-
wilayah kita yang berada didekat perbatasan kaya dengan sumber daya alam, apakah
kita rela ketika bangsa lain merebut wilayah tersebut? Maka dari itu, kita sudah
selayaknya untuk mempertahankan apa yang menjadi milik kita. Melakukan suatu
terobasan-terobosan baru untuk mensejahterakan masyarakat yang berada di wilayah
perbatasan.
Memperkuat koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah supaya terjalin kerja
sama yang efektif, sehingga sistem-sistem yang akan dilakukan oleh pemerintah pusat
dan daerah berjalan dengan efisien, dan tidak terlepas dari itu peran masyarakat juga
penting untuk mempertahankan wilayah NKRI. Sebagai warga negara Indonesia sudah
selayaknya kita mempertahankan wilayah NKRI, karena wilayah ini merupakan rumah
kita yang menjadi tempat tinggal dan tempat mencari nafkah untuk anak cucu kita
sekarang dan yang akan datang.
Indonesia bukan negara yang lemah, tetapi Indonesia negara yang kuat dengan
menanamkan rasa nasionalisme yang tinggi di dalam diri kita, mari kita tunjukkan
kepada negara lain bahwa NKRI “harga mati” bagi kita. Jangan kita biarkan begitu saja
negara lain merebut apa yang menjadi hak miliki NKRI. Buang segala pikiran-pikiran
yang ingin memperkaya diri sendiri (KKN) di lingkup pemerintah maupun masyarakat,
jangan karena uang, harga diri kita sebagai bangsa Indonesia dapat dibeli.
Semua kalangan mempunyai peran penting dalam hal melindungi wilayah-
wilayah NKRI, Pemerintah sebagai penyelenggara negara menjalankan roda-roda
kepemerintahan dengan berlandaskan Pancasila. Perlindungan terhadap wilayah NKRI
yang berada di perbatasan merupakan tanggung jawab pemerintah dan warga negara
Indonesia. Sudah tidak lazim lagi kita untuk salah menyalahkan, karena pemerintah dan
masyarakat merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Jika ada kerjasama
atau koordinasi yang efektif antara pemerintah dan masyarakat, maka akan terjalin suatu
kekuatan yang akan kita gunakan untuk melindungi wilayah-wilayah NKRI yang berada
di perbatasan.