“escape tectonics” indonesia _ geotrek indonesia

8
Geotrek Indonesia “MEMANDANG ALAM DENGAN PENGERTIAN, JAUH LEBIH BERARTI DAN MENYUKAKAN HATI DARIPADA HANYA MENYAKSIKAN KEELOKANNYA.” (ALBERT HEIM, 1878) Oleh: Awang Harun Satyana Konsep escape tectonics (extrusion tectonics) yang dikemukakan oleh Molnar dan Tapponnier (1975), Tapponnier dkk. (1982), dan Burke dan Sengör (1986) dicoba diterapkan di Indonesia (Satyana, 2006). Escape tectonics adalah konsep tektonik yang membicarakan terjadinya gerak lateral suatu blok geologi menjauhi suatu wilayah benturan di benua dan bergerak menuju wilayah bebas di samudra. Karena itu, peneyebutan konsep tektonik ini lebih sesuai bila disebut :post-collisional tectonic escape (gerak lateral menjauh pascabenturan). Eksplorasi hidrokarbon di wilayah Indonesia membantu menunjukkan bukti-bukti bahwa telah terjadi escape tectonicsdi Indonesia. Secara singkat bisa dikatakan, zone benturan dicirikan oleh jalur sesar-lipatan yang ketat, sementara hasil escape tectonics dicirikan oleh sesar-sesar mendatar regional, sesar-sesar normal, dan retakan-retakan atau pemekaran kerak Bumi. Saya mengidentifikasi lima peristiwa benturan di Indonesia yang membentuk atau mempengaruhi sejarah tektonik Indonesia sepanjang Kenozoikum. Benturan pertama adalah benturan India ke Eurasia yang terjadi mulai 50 atau 45 Ma (Eosen awal-tengah). Benturan ini telah menghasilkan Jalur Lipatan dan Sesar Pegunungan Himalaya yang juga merupakan sutureIndus. Benturan ini segera diikuti oleh gerakan lateral Daratan Sunda (Sundaland) ke arah tenggara, sebagai wujud escape tectonics, diakomodasi dan dimanifestasikan oleh sesar- sesar mendatar besar di wilayah Indocina dan Daratan Sunda, pembukaan Laut Cina Selatan, pembentukan cekungan-cekungan sedimen di Malaya, Indocina, dan Sumatra, dan saat ini oleh pembukaan Laut Andaman. Sesar-sesar ini terbentuk di atas dan menggiatkan kembali garis-garissuture akresi batuandasar berumur Mesozoikum di Daratan Sunda. Sesar-sesar besar hasil escape tectonics ini adalah : Sesar Red River-Sabah, Sesar Tonle-Sap- Mekong (Mae Ping), Sesar Three Pagoda-Malaya-Natuna-Lupar- Adang, dan Sesar Sumatra. “Escape Tectonics” Indonesia Jun 13

Upload: indische-tuinbloemen

Post on 08-Feb-2016

51 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Ilmu Alam

TRANSCRIPT

Page 1: “Escape Tectonics” Indonesia _ Geotrek Indonesia

Geotrek Indonesia

“MEMANDANG ALAM DENGAN PENGERTIAN, JAUH LEBIH

BERARTI DAN MENYUKAKAN HATI DARIPADA HANYA

MENYAKSIKAN KEELOKANNYA.” (ALBERT HEIM, 1878)

Oleh: Awang Harun Satyana

Konsep escape tectonics (extrusion tectonics) yang dikemukakan oleh

Molnar dan Tapponnier (1975), Tapponnier dkk. (1982), dan Burke dan

Sengör (1986) dicoba diterapkan di Indonesia (Satyana,

2006). Escape tectonics adalah konsep tektonik yang membicarakan

terjadinya gerak lateral suatu blok geologi menjauhi suatu wilayah

benturan di benua dan bergerak menuju wilayah bebas di samudra.

Karena itu, peneyebutan konsep tektonik ini lebih sesuai bila disebut

:post-collisional tectonic escape (gerak lateral menjauh

pascabenturan). Eksplorasi hidrokarbon di wilayah Indonesia

membantu menunjukkan bukti-bukti bahwa telah terjadi escape

tectonicsdi Indonesia. Secara singkat bisa dikatakan, zone benturan

dicirikan oleh jalur sesar-lipatan yang ketat, sementara hasil escape

tectonics dicirikan oleh sesar-sesar mendatar regional, sesar-sesar

normal, dan retakan-retakan atau pemekaran kerak Bumi.

Saya mengidentifikasi lima peristiwa benturan di Indonesia yang

membentuk atau mempengaruhi sejarah tektonik Indonesia sepanjang

Kenozoikum. Benturan pertama adalah benturan India ke Eurasia yang

terjadi mulai 50 atau 45 Ma (Eosen awal-tengah). Benturan ini telah

menghasilkan Jalur Lipatan dan Sesar Pegunungan Himalaya yang juga

merupakan sutureIndus. Benturan ini segera diikuti oleh gerakan

lateral Daratan Sunda (Sundaland) ke arah tenggara, sebagai

wujud escape tectonics, diakomodasi dan dimanifestasikan oleh sesar-

sesar mendatar besar di wilayah Indocina dan Daratan Sunda,

pembukaan Laut Cina Selatan, pembentukan cekungan-cekungan

sedimen di Malaya, Indocina, dan Sumatra, dan saat ini oleh

pembukaan Laut Andaman. Sesar-sesar ini terbentuk di atas dan

menggiatkan kembali garis-garissuture akresi batuandasar berumur

Mesozoikum di Daratan Sunda. Sesar-sesar besar hasil escape

tectonics ini adalah : Sesar Red River-Sabah, Sesar Tonle-Sap-

Mekong (Mae Ping), Sesar Three Pagoda-Malaya-Natuna-Lupar-

Adang, dan Sesar Sumatra.

“Escape Tectonics” IndonesiaJun

13

Page 2: “Escape Tectonics” Indonesia _ Geotrek Indonesia

Gambar 1 Tectonic escape di Indonesia Barat pada 45 Ma dicirikan

oleh benturan India dan Eurasia dan bergeraknya massa daratan Asia

Timur, Indocina dan Indonesia Barat ke arah timur dan tenggara.

Sesar-sesar mendatar besar di Asia (misalnya Altyn Tagh),

pembukaan Laut Jepang dan Laut Cina Selatan adalah juga

manifestasi tectonic escape akibat benturan India-Eurasia

(dimodifikasi dari Tapponnier dkk., 1982; Satyana, 2006)

Benturan kedua terjadi pada sekitar 25 Ma (Oligosen akhir) ketika

sebuah busur kepulauan samudra yang terbangun di tepi selatan

Lempeng Laut Filipina berbenturan dengan tepi utara Benua Australia

di tengah Papua sekarang. Benturan ini menghasilkan jalur lipatan dan

sesar Pegunungan Tengah Papua dan segera diikuti oleh escape

tectonics berupa sesar-sesar mendatar besar dan pembentukan

cekungan akibat runtuhan (collapse) di depan zone benturan. Sesar-

sesar besar tersebut adalah Sesar Sorong-Yapen (bagian awalnya),

Sesar Waipoga, Sesar Gauttier, dan Sesar Apauwar-Nawa. Pembukaan

daerah cekungan (basinal area) Papua Utara (termasuk di dalamnya

Cekungan Waipoga, Waropen, Biak, Jayapura) dan Cekungan

Akimeugah di selatan zone benturan Pegunungan Tengah Papua,

terbentuk akibat runtuhan untuk mengkompensasi tinggian akibat

benturan. Sesar-sesar mendatar yang terbentuk juga mempengaruhi

pembentukan cekungan-cekungan ini.

Benturan ketiga adalah benturan antara mikro-kontinen Kepala Burung

Page 3: “Escape Tectonics” Indonesia _ Geotrek Indonesia

dengan badan Papua pada sekitar 10 Ma (Miosen akhir). Jalur lipatan

dan sesar Lengguru menandai benturan ini. Sesar-sesar mendatar

yang menjauh dari zone benturan ini seperti Tarera-Aiduna, Sorong,

Waipoga, dan Ransiki menunjukkan escape tectonics pascabenturan.

Cekungan Bintuni yang terletak di sebelah barat Jalur Lengguru

merupakan foreland basin yang terbentuk sebagai akibat post-

collision extensional structure.

Benturan keempat terjadi dari 11-5 Ma (Miosen akhir-Pliosen paling

awal) ketika mikro-kontinen Buton-Tukang Besi dan Banggai-Sula

membentur ofiolit Sulawesi Timur. Kedua mikro-kontinen ini terlepas

dari Kepala Burung Papua dan bergerak ke barat oleh Sesar Sorong.

Benturan ini telah membentuk jalur lipatan dan sesar Buton di selatan

Sulawesi Timur dan Jalur Batui di daerah benturan Banggai dan

Sulawesi Timur. Kedua benturan ini telah diikuti tectonic

escapespascabenturan dalam bentuk-bentuk rotasi lengan-lengan

Sulawesi, pembentukan sesar-sesar menndatar besar Palu-Koro,

Kolaka, Lawanopo, Hamilton, Matano, dan Balantak, dan pembukaan

Teluk Bone. Gerak sesar-sesar mendatar ini di beberapa tempat telah

membuka cekungan-cekungan koyakan (pull-apart basin) akibat

mekanisme trans-tensional seperti danau-danau Poso, Matano, Towuti

juga Depresi Palu.

Benturan terakhir mulai terjadi pada sekitar 3 Ma (pertengahan-

Pliosen) ketika tepi utara Benua Australia berbenturan dengan busur

Kepulauan Banda. Benturan ini telah membentuk jalur lipatan dan

sesar foreland sepanjang Timor, Tanimbar sampai Seram. Di wilaya

Seram, jalur ini juga banyak dipengaruhi oleh benturan busur Seram

dengan mikro-kontinen Kepala Burung. Pembukaan lateral juga terjadi

mengikuti benturan busur-benua ini, pembukaan ini adalah

manifestasi tectonic escape. Sesar-sesar mendatar besar terbentuk

hampir sejajar dengan orientasi Pulau Timor. Pengalihan tempat mikro-

kontinen Sumba dan pembentukan serta pembukaan Cekungan Weber,

Sawu, dan Laut Banda dapat berhubungan dengan escape

tectonicspascabenturan ini melalui mekanisme extensional

structure atau collapse yang mengikuti arc-continent collision.

Kasus-kasus di Indonesia ini menunjukkan bahwa tectonic

escapes adalah gejala dan proses yang penting dalam evolusi wilayah

konvergen seperti Indonesia. Konsep escape tectonicsmemberikan

kontribusi penting untuk pemahaman bagaimana benua terbangun dan

terpotong-potong.

Page 4: “Escape Tectonics” Indonesia _ Geotrek Indonesia

Gambar 2. Tectonic escape pascabenturan Banggai-Sula dicirikan

oleh banyak hal : rotasi lengan-lengan Sulawesi, pembukaan Teluk

Bone, dan pembentukan sesar-sesar mendatar besar yang

memotong pulau ini. Escape tectonics di Sulawesi merupakan

gambaran ideal model yang dikemukakan Molnar dan Tapponnier

(1982) dan Tapponnier dkk. (1982). Panah hitam adalah arah

benturan, panah kosong adalah arah escape (Satyana, 2006)

Diskusi:

Iman Argakoesoemah wrote:

Pak Awang,

Menarik penjelasan mengenai escape tectonics. Kalau boleh tahu lebih

jauh, Sesar Sumatra yang mana sebagai hasil escape tectonics di

zaman Eocene ? Apakah sesar2 yang berarah utara-selatan di South

Sumatra Basin ?

Note: image001 dan image002 tidak jelas gambarnya.

Thanks. Iman

Awang Harun Satyana wrote:

Pak Iman,

Saya pikir, Sesar Sumatra arah 300 deg NE (Pulunggono, 1984) yang

merupakan sesar hasil escape tectonics Eocene oleh berbenturnya

India ke Eurasia. Karena merupakan strike-slip besar yang mempunyai

komponen ekstensi, di samping kompresi, ketika bergerak ia kemudian

membuka semua suture di basement yang terjadi sejak Mesozoikum. Di

Sumatra Selatan, pola akresi basement (suture) itu kebetulan utara-

selatan, tetapi agak ke utara menuju Jambi (middle Palembang sub-

basin) arah akresinya BD-TL, sehingga pola retakan (rifting) yang

Page 5: “Escape Tectonics” Indonesia _ Geotrek Indonesia

terjadi juga BD-TL.

Akibat benturan India ke Eurasia, convergence rate turun drastis pada

anomali geo-marin A22 dan A21 (50.3 – 47.8 Ma) dan akibatnya

terjadi re-organisasi Indian Ocean spreading ridge antara 43.9-41.1

Ma (Packham, 1996). Menurunnya convergence rate dan re-organisasi

pergerakan lempeng, telah mempengaruhi ujung-ujung lempeng Hindia

yang kebetulan saat itu adalah Sumatra dan selatan Thailand dan

Burma (Myanmar). Suatu penurunan kecepatan subduksi akan

menyebabkan gerak rollback pada oceanic slab, Benioff zone akan

menjadi curam sekali. Terhadap back-arc basin, ini akan berimplikasi

membuka retakan-retakan yang sudah ada semacam suture lama.

Suatu retakan akibat rollback memang mestinya sejajar dengan arah

subduksi, tetapi saya pikir ini tidak berlaku buat Sumatra sebab di

bawah Sumatra banyak sekali zone lemah akresi basement berupa

suture yang akan segera terbuka kembali oleh pengaktifan gerak

rollback, bagaimana pola orientasi suture-nya sesuai itulah

pembukaannya, baik sejajar maupun tidak sejajar dengan pola

subduksi.

Iwan B wrote:

Pak Awang,

– Sangat menarik sekali penjelasan ttg escape tectonic. Saya hanya

ingin confirm saja apakah pengertian saya sudah benar, apakah benar

sesar mendatar yang terjadi arah gerakannya relatif kebalikan arah

kompresi utama tumbukan? jadi kalau ada tumbukan dengan arah

kompresi ke utara, maka jalur sesar mendatar yang terbentuk akan

berarah relatif utara-selatan dengan gerakan sesar ke arah selatan?

– Sesar2 mendatar utama yang terbentuk apakah terbentuk dari zona

lemah sudah ada lebih dahulu (misalnya ex major mega faults) atau

memang baru terbentuk setelah ada tumbukan?

– bener pak Iman, gambar di attachment kok tidak jelas (hanya

berupa icon kecil).

Terimakasih

Iwan

Awang Harun Satyana wrote:

Pak Iwan,

Sebenarnya, konsep escape tectonics tak lepas dari hukum Newton :

aksi-reaksi. Ada aksi benturan yang kompresif maka ada aksi re-aksi

pelepasannya (release) yang sifatnya ekstensi atau strike-slip. Jadi

gerak lepas (escape/ekstrusi) ini untuk mengkompensasi penumpukan

massa akibat benturan.

-Benar Pak Iwan, bahwa arah escape selalu menjauhi pusat2

kompresi, hanya tak mesti tegak lurus terhadap jalur kompresinya,

tetapi bisa sejajar relative terhadap jalur kompresi, – tetapi menjauhi,

bisa tegak lurus relative terhadap jalur kompresi tetapi menjauhi, bisa

miring relative terhadap jalur kompresi tetapi menjauhi. Pengatur

utamanya adalah bila ada free oceanic edge di sekitar wilayah

Page 6: “Escape Tectonics” Indonesia _ Geotrek Indonesia

← Plume Tectonics dan Kisah

Terdapatnya Intan

Eksplorasi Abiogenic Oil →

Leave a Reply

Share this:

Like this:

Be the first to like this.

Like

kompresi benturan itu, ke situlah escape tectonics akan mengarah.

Semua escape tectonics yang saya amati di Indonesia selalu bergerak

ke free oceanic edge yang ada pada saat benturan terjadi, baik

regional oceanic face/edge maupun yang local.

-Bila ada ex major mega fault yang sudah ada sebelum escape terjadi,

maka escape tectonics akan lebih memilih zone lemah lama itu dan

membukanya kembali via reaktivasi : kasus-kasus di escape di

Sundaland seperti begitu sebab sebelumnya di Sundaland sudah ada

pola akresi basement zaman Mesozoik yang sebagian suture-nya

berupa sesar besar, saat escape terjadi di post Eocene, sutures2 itu

terbuka kembali. Tetapi di Indonesia Timur, hamper semua escape

faults adalah new regional faults.

-kelihatannya berbeda2 ya terima gambarnya, kalau di milis IAGI di e-

mail saya diterima dalam bentuk gambar yang besar dan jelas, kalau

diperlukan nanti bisa saya berikan gambar lebih lengkapnya via japri.

Terima kasih.

Posted in Geo-Histori, Geologi, Ilmu Alam

Tagged Cekungan Bintuni, Cekungan Waipoga, escape tectonics,

Kenozoikum, Sesar Apauwar-Nawa, Sesar Pegunungan Himalaya, Sesar

Sorong-Yapen, Sundaland, Tarera-Aiduna

Edit

Press This Twitter 1 Facebook

Enter your comment here...

Search Search

REC ENT POSTS

The Molluca Sea Collisional Orogen

Lima Puluh Tahun Eksplorasi Angkasa Luar

Page 7: “Escape Tectonics” Indonesia _ Geotrek Indonesia

Flora Pegunungan Jawa (van Steenis, 1972, 2006)

Cekungan Pembuang Dibuang Sayang: Fenomena Terbaru

Mengeluarkan Meratus dan Bayat dari Jalur Subduksi Kapur Akhir (?)

Geotrek Pacet, 23-24 November 2013

Di Atas Wajah Merapi

Gumuk Pasir Pantai Parangkusumo, Yogyakarta: Pahami, Cintai, Jaga

Indonesia: A Mozaic of Puzzles, A Mozaic of Terranes

Terangkat dari Lautan 16-8 Juta Tahun yang Lalu

Kaitan Tektonik Madura – Sidoarjo (?)

Pulau Madura: Kerumitan Deformasi Geologi

Ekstremitas Van der Tuuk (1824-1894)

Metta: Arkeolog Sangiran Pertama Kelahiran Sangiran

Right Understanding of Regional Geology will Result in Right Steps

of Exploration

Meneliti Geologi, Menggali Artefak dan Fosil (Sangiran, 6-8

September 2013)

Kepulauan Seribu

Sidik Jari Batu

Dibelah-belah Sesar Sumatra

Konglomerat Bancuh FM., Menanga, Lampung: Benturan Kapur Tengah

Terrane Woyla Vs. Mergui (?)

ARC HIVES

Select Month

TOPIC S

Buku

Geo-Histori

Geologi

Geotrek Indonesia

Gunung Api

Ilmu Alam

Indonesia

Sejarah

Tokoh

REC ENT COMMENTS

wispaten on Relasi Hominid dan “Adam…

wispaten on Kronologi “Manusia Perta…

Oi on Sultan Agung 1628-1629 M: Meng…

agus on Perbukitan Menoreh dan Nanggul…

Herman Moechtar on Relasi S1 – S2 – S3 dan P…