esai diskusi hobbes
TRANSCRIPT
THOMAS HOBBES
Oleh kelompok Enggano?
Hobbes merupakan salah satu tokoh yang penting dalam perkembangan teori politik
sehingga pada awal diskusi, yang menjadi concern utama kami adalah menentukan apa
pemikiran Hobbes yang penting dan esensial untuk dibicarakan dalam kaitannya dengan teori
politik internasional. Pemikiran Hobbes tentang politik sendiri berpengaruh terhadap
perkembangan realisme terutama mengenai pentingnya kedaulatan bagi negara. State of
nature manusia yang agresif, kompetitif dan penuh dengan insecurity tidak bisa ditangani
tanpa adanya negara yang berdaulat untuk mencegah terjadinya perang. Kondisi bellum
omnium contra omnes atau war of all against all adalah kondisi yang hanya bisa dihindari
dengan adanya kedaulatan penuh bagi negara, yang berarti negara juga dituntut untuk
menjadi sangat kompetitif dalam mendapatkan kekuasaan, peningkatan security dan
peningkatan kapabilitas militer untuk keamanan negara.
Dalam memahami realisme Hobbes dengan lebih komprehensif, sebelumnya harus
dipahami mengenai konsep state of nature dan bagaimana konsep ini mendorongnya untuk
berpikir tentang konsep leviathan. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa state of nature
adalah kondisi manusia pada level yang sangat dasar, kondisi dimana dunia akan sangat
chaotic karena manusia egois dan anarkis. Lebih lanjut, Hobbes menemukan bahwa manusia
pada dasarnya bersifat agresif, kompetitif dan selalu merasa insecure, hal-hal ini juga bisa
kita lihat dalam perilaku negara. Dengan adanya realita yang demikian, Hobbes melihat
adanya kecenderungan untuk muncul fenomena “Hobbesian fear” yakni kondisi dimana
tidak ada kepercayaan antara satu sama lain karena manusia cenderung lebih untung ketika
mereka berbuat curang. Tentunya perkembangan fenomena ini akan begitu berbahaya bagi
dunia karena akan menyebabkan dunia berada dalam kondisi bellum omnium contra omnes
seperti yang disebutkan sebelumnya. Oleh karena itu, Hobbes melihat bahwa kondisi ini
dapat diubah dengan kemunculan global leviathan atau adanya hegemon dimana
negara/individu dapat menyerahkan kekuatan yang mereka miliki pada hegemon tersebut.
Dengan adanya leviathan, state of nature manusia dan negara dapat ditekan sehingga resiko
untuk terjadi peperangan dapat berkurang.
Pemikiran realis ala Hobbes sendiri sebenarnya berkembang dari apa yang dipikirkan
oleh pemikir sebelumnya dibahas dalam kelas yakni Tuchydides. Tuchydides dan Hobbes
membicarakan politik internasional dengan melihat dan menekankan pada negara sebagai
aktornya dan security sebagai isu utama yang penting. Namun, ada beberapa pendapat yang
berbeda dari dua tokoh ini yakni mengenai konsep balance of power. Balance of Power
dilihat oleh Tuchydides sebagai kondisi dimana pihak yang kuat berhak untuk melakukan
apapun pada pihak yang lemah dan pihak yang lemah, harus dapat meningkatkan
kapabilitasnya agar bisa menjadi kuat sedangkan Hobbes melihat bahwa tidak ada perbedaan
antara yang lemah dan yang kuat karena semua pihak memiliki kesempatan yang sama untuk
mengoptimalkan kekuatan mereka. Selain perbedaan konsep balance of power, Tuchydides
sangat skeptis terhadap keberadaan suatu kekuatan diatas kekuatan negara atau central
authority sedangkan Hobbes menawarkan suatu pandangan baru melalui istilah Leviathan
yang ia gunakan untuk melihat adanya sebuah order yang lebih tinggi dari negara dan bisa
digunakan untuk mengatur negara-negara. Secara garis besar, sebagai seorang realis, Hobbes
memiliki pandangan yang lebih optimis akan masa depan politik internasional ketimbang
Tuchydides.
Relevansi pemikiran Hobbes terutama mengenai leviathan dalam hubungan
internasional yang modern dilihat oleh kelompok kami sebagai sisi mata uang yang berbeda.
Di satu sisi, konsep ini sangat baik untuk membawa order yang lebih baik dalam politik
dunia namun di sisi lain akan sangat sulit bagi negara untuk dapat memberikan kedaulatan
pada pihak yang dapat dianggap leviathan sendiri. Selain itu, dengan kompleksitas hubungan
internasional saat ini dan berkembanganya banyak isu terkait dengannya, muncul banyak
aktor-aktor baru yang bisa saja menjadi leviathan dan ini akan memperumit skema kekuasaan
dalam politik global. Sebagai contoh misalnya PBB yang bisa saja menjadi leviathan dalam
politik global namun pada praktiknya, sangat sulit bagi negara-negara untuk mempercayakan
kekuasaannya pada PBB.
Kesimpulan yang dapat diambil dari esai hasil diskusi ini antara lain pemikiran
Hobbes mengenai states of nature manusia (insecurity, fear and glory) sebagaimana
dijelaskan diatas sangat berkaitan dengan konsep leviathan yang ia ajukan untuk membentuk
suatu order yang lebih baik dalam hubungan antar-negara. Realisme Hobbes juga memiliki
beberapa kesamaan dengan pemikiran tokoh realis lain yakni Tuchydides namun ada juga
perbedaan dalam melihat balance of power. Leviathan dalam hubungan internasional yang
modern sangat sulit untuk diterapkan karena kompleksitas hubungan internasional dan
sulitnya negara untuk menyerahkan kedaulatannya pada pihak lain yang berperan sebagai
leviathan tersebut.