ervan maulana_penanganan kasus abses pada gajah sumatera_edit_ fix

57
1 PENANGANAN KASUS ABSES PADA GAJAH SUMATERA (Elephas maximus sumatranus)DI TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS ERVAN MAULANA

Upload: ervan-maulana

Post on 10-Jul-2016

255 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

1

PENANGANAN KASUS ABSES PADA GAJAH SUMATERA(Elephas maximus sumatranus)DI TAMAN NASIONAL WAY

KAMBAS

ERVAN MAULANA

PROGRAM KEAHLIAN PARAMEDIK VETERINERPROGRAM DIPLOMA

INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR

2015

2

3

PERNYATAAN MENGENAI LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL 1) mengenai“Penanganan Kasus Abses Pada Gajah Sumatera(Elephas maximus sumatranus) di Taman Nasional Way Kambas”adalah karya saya dengan arahan dosen pembimbing serta belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang didapat berasal dari karya yang diterbitkan dari penulis lain yang telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan di dalam daftar pustaka pada bagian akhir laporan ini.

Bogor, Desember 2015

Ervan Maulana J3P113012

4

5

ABSTRAK

ERVAN MAULANA. Penanganan Kasus Abses Pada Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) di PLG TNWK (Pusat Latihan Gajah Taman Nasional Way Kambas). Dibimbing oleh SURYA KUSUMA WIJAYA.

Gajah Sumatra (Elephas maximus sumatranus) adalah salah satu satwa mamalia besar yang hidup di pulau Sumatera sejak tahun 1931 termasuk endangered (hampir punah) dalam the red data book oleh IUCN (International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources) dan Appendix I oleh CITIES (Convention on International Trade of Endangered Species) sebagai satwa yang terancam punah, sehingga keberadaanya perlu diawasi secara ketat.Tujuan Praktik Kerja Lapangan I (PKL I) adalah untuk mendapatkan informasi tatalaksana penanganan kasus abses pada gajah sumatera. PKL Idilaksanakan di (PLG TNWK) Pusat Latihan Gajah Taman Nasional Way Kambas, dilaksanakan dari tanggal 27 Juli sampai 27 Agustus 2015.Teknik pengumpulan data meliputi data primerdiperoleh secara langsung dengan mengikuti penanganan kasus abses pada gajah sumatera, sedangkan data sekunder diperoleh secara tidak langsung dengan penelusuran study pustaka dan pengumpulan informasi dari pihak terkait di Pusat Latihan Gajah Taman Nasional Way Kambas. Penanganan abses dapat dilakukan melalui beberapa tahap yakni tahap pertama persiapan alat dan bahan operasi, pembuatan salep campur dari bahan lifetran, sulfanilamide, perubalsem, vaselin albumin. Tahap kedua penanganan operasi pembuangan cairan eksudat dan yang terpenting ialah perawatan harian pasca operasi memberikan salep campur dua kali sehari salep diberikan pagi hari sesudah memandikan gajah dan sore hari setelah gajah dimandikan . Setelah menjalani perawatan rutin selama dua minggu luka pasca operasi menunjukan adanya perubahan yang baik.

Kata kunci: Abses, Gajah Sumatera, penanganan, Taman Nasional Way Kambas.

6

7

RINGKASAN

ERVAN MAULANA. Penanganan Kasus Abses Pada Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Taman Nasional Way Kambas. Dibimbing oleh SURYA KUSUMA WIJAYA.

Gajah Sumatra (Elephas maximus sumatranus) adalah salah satu satwa mamalia besar yang hidup di pulau Sumatera sejak tahun 1931 termasuk endangered (hampir punah) dalam the red data book (IUCN) dan Appendix I CITIES sebagai satwa yang terancam punah, sehingga keberadaanya perlu diawasi secara ketat. Penyebab utama kepunahan adalah perburuan liar yang biasa dilakukan untuk mendapatkan bagian dari tubuh gajah yaitu gading gajah. Konflik dengan manusia yang menyebabkan populasi gajah berkurang secara drastis hampir setiap tahunya.

Praktik Kerja Lapangan I (PKL I) bertujuan untuk mendapatkan informasi tatalaksana penanganan kasus abses pada gajah sumatera. PKL I dilaksanakan di Pusat Latihan Gajah Taman Nasional Way Kambas (PLG TNWK), dari tanggal 27 Juli sampai 27 Agustus 2015.Teknik pengumpulan data meliputi data primer dan skunder, data primer diperoleh secara langsung oleh mahasiswa dengan ikut berpartisipasi dalam penanganan kasus abses pada gajah sumatera dilapangan, sedangkan data sekunder diperoleh secara tidak langsung dengan cara penelusuran dan mengumpulkan study pustaka atau pengumpulan informasi dari pihak terkait di Pusat Latihan Gajah Taman Nasional Way Kambas.

Penanganan abses dapat dilakukan melalui beberapa tahap yakni tahap pertama persiapan alat dan bahan operasi dan pembuatan salep campur dari bahan lifetran, sulfanilamide, perubalsem, vaselin albumin. Tahap kedua yaitu tindakan operasi pembuangan cairan eksudat dan perawatan harian memberikan salep campur dua kali sehari. Setelah menjalani perawatan luka pasca operasi pengeluaran cairan eksudat selama tujuh hari menunjukan adanya perubahan yang baik.

Kata kunci: Abses, Gajah sumatera, penanganan, Taman Nasional Way Kambas

8

9

PENANGANAN KASUS ABSES PADA GAJAH SUMATERA(Elephas maximus sumatranus) DI TAMAN NASIONAL WAY

KAMBAS

ERVAN MAULANA

Laporan Praktik Kerja Lapangan Isebagai salah satu syarat untuk seminar Tugas Akhir

PROGRAM KEAHLIAN PARAMEDIK VETERINERPROGRAM DIPLOMA

INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR

2015

10

11

Judul : Penangana Kasus Abses Pada Gajah Sumatra (elephas maximus sumatranus) Di Taman Nasional Way Kambas

Nama : Ervan MaulanaNIM : J3P113012

Diketahui oleh :

Dr Drh Gunanti, MSKoordinator Program Keahlian

Disetujui oleh :

Drh Surya Kusuma WijayaDosen Pembimbing

12

1

PRAKATA

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan praktek kerja lapang 1 beserta karya ilmiah yang berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam praktik kerja lapang I yang dilaksanakan sejak 27 juli 2015 sampai 27 agustus 2015 ini adalah Penanganan Kasus Abses Pada Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Pusat Latihan Gajah Taman Nasional Way Kambas. Pada kesempatan ini penulis ucapkan terimakasih kepada:

1. Kepala balai Taman Nasional Way Kambas atas izin yang diberikan untuk melaksanakan kegiatan praktik lapang.

2. Drh Dedi Chandra dan Drh Diah Esti Anggraini atas bimbingan dan ilmu yang diberikan selama kegiatan praktik lapang berlangsung. Seluruh Paramedis kesehatan gajah. Seluruh pawang gajah di Pusat Latihan Gajah Taman Nasional Way Kambas

3. Dr Drh Gunanti MS sebagai koordinator program keahlian Paramedik Veteriner.

4. Kedua orangtua dan keluarga yang selalu memberi dorongan dan semangat dalam menulis laporan ini.

5. Drh Surya Kusuma Wijaya selaku dosen pembimbing Praktek Kerja Lapangan 1.

6. Seluruh rekan-rekan kelompok praktek kerja lapangan dan mahasiswa Paramedik Veteriner 50 yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam menulis laporan ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada laporan ini.Namun demikian, semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Desember 2015

Ervan Maulana

v

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR viPENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 11.2 Tujuan 1

METODE KAJIAN 22.1 Lokasi dan Waktu PKL 22.2 Teknik Pengumpulan Data 22.3 Teknik Analisis Data 22.4 Tinjauan Pustaka 2

2.4.1 Gajah 2

2.4.2 Abses 3

KEADAAN UMUM 43.1 Letak Geografis 43.2 Sejarah Tempat PKL 53.3 Sarana dan Prasarana 53.4 Kegiatan Umum 53.5 Struktur Organisasi 53.6 Visi dan Misi 6

KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANG 1 64.1 Signalement 64.2 Persiapan Operasi dan Tahapan Pembuatan Salep Campur 7

4.3 Handling dan Restraint Gajah 8

4.4 Penangana Abses Pada Gajah Sumatra 94.5 Perawatan Harian Luka Post Operasi 10

SIMPULAN DAN SARAN 115.1 Simpulan 115.2 Saran 11

DAFTAR PUSTAKA 11LAMPIRAN 13

Lampiran1 Aktifitas kegiatan di Taman Nasional Way Kambas 14Lampiran 2 Jurnal Harian PKL 15Lampiran 3 Jurnal Kasus PKL 1 24Lampiran 5 Laporan Periodik PKL 26

vi

RIWAYAT HIDUP 27

DAFTAR GAMBAR

1 Letak geografis Taman Nasional Way Kambas 4 2 Struktur Organisani Taman Nasional Way Kambas 5 3 Pembuatan salep 7 4 Handling dan Restraint saat penanganan abses pada gajah sumatera 8 5 Abses dan penanganan abses pada gajah sumatera 8 6 Pemberian salep dan keadaan abses pasca perawatan selama 2 minggu 9

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Taman Nasional Way Kambas merupakan salah satu pusat konservasi gajah sumatra di Indonesia berdasakan SK Menhut Nomor 670/Kpts -II/1999 ditetapkan bahwa luas kawasanTaman Nasional Way Kambas (TNWK)adalah 125.621,30 ha. Sebagai kawasan pelestarian alam maka keberadaan TNWK mutlak perlu di jaga. Wilayah administratif sekitar kawasanTNWK adalah 3 kabupaten yaitu Lampung Timur, Lampung Tengah , dan Tulang Bawang, 10 Kecamatan serta 35 Desa.

Gajah sumatra (Elephas maximus sumatranus) adalah salah satu satwa mamalia besar yang hidup di pulau Sumatera sejak tahun 1931 termasuk endangered (hampir punah) dalam the red data book oleh IUCN (International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources) dan Appendix I oleh CITIES (Convention on International Trade of Endangered Species) sebagai satwa yang terancam punah, sehingga keberadaanya perlu diawasi secara ketat. Penyebab utama kepunahan gajah sumatera adalah perburuan liar yang biasa dilakukan untuk mendapatkan bagian dari tubuh gajah yaitu gading gajah. Konflik dengan manusia yang menyebabkan populasi gajah berkurang secara drastis hampir setiap tahunya. Berdasarkan gambaran ancaman terhadap populasi tersebut, maka perlu dilakukan suatu tindakan konservasi. Konservasi dapat dilakukan dengan cara in situ yaitu dalam habitatnya ataupun secara eks situ yaitu diluar habitat-nya. Dalam konservasi ek situ satwa dipelihara secara intensif.

Kesehatan gajah merupakan faktor penting dalam pemeliharaan gajah sumatra di Pusat Latihan Gajah Taman Nasional Way Kambas untuk menghasilkan gajah-gajah yang sehat dan prima dalam melaksanakan tugasnya yaitu untuk penanganan konflik gajah dengan manusia dan sebagai gajah atraksi. Rutinitas kegiatan yang padat dan pelatihan yang berat dapat menimbulkan luka-luka ringan yang sering diabaikan sehingga menimbulkan infeksi sampai terbentuknya abses. Penanganan abses sangat diperlukan untuk menjaga performa gajah saat pelatihan dan bertugas menangani konflik gajah dengan manusia.

1.2 Tujuan

Tujuan praktik kerja lapangan 1 adalah menguraikan penanganan kasus abses pada gajah sumatra di Pusat Latihan Gajah Taman Nasional Way Kambas.

2

METODE KAJIAN

2.1 Lokasi dan Waktu PKL

Praktik kerja lapangan I dilakukan di Taman Nasional Way Kambas Jl. Taman Nasional Way Kambas, Kecamatan Labuhan Ratu, Desa Rajabasa Lama 1, Lampung Timur. Kegiatan ini dilaksanakan di Pusat Latihan Gajah selama 4 minggu dari tanggal 27 juli–27 agustus 2015.

2.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada saat PKL I ialah pengumpulan data secara primer dan sekunder. Data primer diperoleh secara langsung oleh mahasiswa dengan ikut berpartisipasi dalam penanganan kasus abses pada gajah sumatra dan data sekunder diperoleh secara tidak langsung dengan mengumpulkan data studi pustaka atau informasi dari pihak Taman Nasional Way Kambas dan semua pihak yang terkait.

2.3 Teknik Analisis Data

Data primer dan data sekunder yang diperoleh tentang penanganan abses pada gajah sumatra di Taman Nasional Way Kambas dianalisis secara deskriptif di laporan praktik kerja lapangan 1 (PKL 1)

2.4 Tinjauan Pustaka

2.4.1 GajahGajah sumatera mempunyai nama ilmiah Elephas maximus sumatranus.

Adapun taksonomi Gajah sumatera sebagai berikut (Fowler dan Mikota 2006): Kingdom : Animalia Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata Kelas : Mammalia Sub kelas : Theria Superordo : Subungulata Ordo : Proboscidea Famili : Elephantidae Genus : Elephas Spesies : Elephas maximus Sub spesies : Elephas maximus sumatranusNama inggris : Asian Elephant

Saat ini hanya ada dua spesies gajah yang masih tersisa di dunia, gajah asia (Elephas maximus), dan gajah afrika (Loxodonta africana). Gajah asia terbagi menjadi tiga subspecies yaitu gajah india (Elephas maximus indicus), gajah sri

3

lanka (Elephas maximus maximus), dan gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus). Gajah sumatera memiliki tinggi bahu 2-3.2 meter, terdapat dua bonggol di bagian kepala, telinganya lebar tapi tidak menutupi bahu, ujung belalainya memiliki satu bibir, kaki depannya berjari lima, dan kaki belakangnya berjari empat. Gajah asia jantan dan betina dapat dibedakan dengan ada tidaknya gading. Hanya gajah asia jantan yang memiliki gading (Fowler dan Mikota 2006). Mata gajah sumatera selalu berair dan penglihatannya tidak begitu bagus. Warna kulit gajah sumatera paling cerah dibanding kulit 2 spesies gajah Asia lainnya yang cenderung berkulit lebih gelap. Gading gajah sumatera cenderung berbentuk lurus dibanding gading 2 spesies gajah asia lainnya yang lebih melengkung.

2.4.2 AbsesAbses merupakan kumpulan eksudat (nanah) cairan purulen yang

terlokalisasi di dalam rongga atau jaringan tubuh. Abses dapat terbentuk akibat adanya kerusakan jaringan dan dapat dibungkus oleh kapsuler yang tersusun dari jaringan ikat. Abses dapat bersifat akut, yang disebabkan oleh zat-zat yang bersifat iritan dan akibat trauma mekanik, dan bersifat kronis, yang disebabkan oleh trauma berulang kali sehingga mengalami kerusakan pada jaringan (Brook 2002).Gejala khas abses adalah peradangan, merah, hangat, bengkak, sakit, bila abses membesar biasanya diikuti gejala demam, selain itu bila ditekan terasa adanya terowongan (Boden 2005).

Abses bisa terjadi pada setiap jaringan solid tetapi yang sering terjadi pada kulit, paru-paru, otak, ginjal dan tonsil. Struktur akhir dari suatu abses adalah dibentuknya dinding abses, atau kapsul, oleh sel-sel sehat di sekeliling abses sebagai upaya untuk mencegah nanah menginfeksi struktur lain di sekitarnya. Abses dapat bersifat akut maupun kronik. Umumnya kondisi abses yang bersifat akut ditunjukan denganpembengkakkan, peningkatan suhu (panas), dan adanya rasa sakit. Kondisi selanjutnya akan diiikuti oleh adanya penurunan suhu tubuh dan mulai berkurangnya rasa sakit. Abses kronis merupakan lanjutan dari abses akut, dimana abses berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Abses ini dicirikan dengan kerasnya jaringan pada lesio abses karena terbentuknya fibrosis, dan suhu daerah lesio dingin. Abses kronik biasanya berwarna merah keabu-abuan. Terdapat sedikit atau bahkan tidak ada vaskularisasi di daerah lesio atau di sekitarnya. Pus pada abses kronik biasanya berbentuk serosa (Boden 2005).

Salah satu bakteri yang umum menyebabkan abses adalah Staphylococcus aureus yang merupakan penyebab umum abses di bawah kulit. Menurut Steyer (2002) kebanyakan kuman penyebab abses adalah golongan Streptoococcus, Staphylococcus, kuman anaerob Bacterioides atau kuman campuran. Suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa cara, bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang tidak steril, bakteri menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lain, dan bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan tidak menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses. Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi, daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang, terdapat gangguan sistem kekebalan.

4

2.4.3 Penanganan Abses Secara Umum Pada Gajah

Secara umum penanganan abses pada gajah dilakukan dengan metode pembedahan langsung dengan cara membuat lubang langsung pada daerah abses untuk memudahkan pengeluaran cairan eksudat serta memudahkan pengeluaran sisa-sisa jaringan mati yang terbentuk di dalam rongga abses. Abses yang belum matang dan belum mengeluarkan eksudat tidak boleh disayat atau dibedah karena akan menyebabkan masalah baru yaitu infeksi. Pembersihan rongga abses dilakukan dengan seaseptis mungkin jangan sampai ada sisa jaringan mati dan eksudat yang tersisa di dalam rongga abses. Rongga abses yang telah operasi dibiarkan tetap terbuka agar penyembuhan luka lebih cepat.

Menurut Boden (2005), abses yang telah dibuka biasanya memberikan hasil paling baik dengan membiarkan lubang tidak tertutup. Pengobatan abses juga dapat menggunakan antibiotik. Salah satu contoh antibiotik yang dapat diberikan pada kasus abses adalah penstrep (Penisilin sreptomisin). Penicillin-streptomisin merupakan agen bakterisida yang berspektrum luas dan efektif membunuh bakteri gram positif. Penicillin memiliki struktur beta laktam yang mampu menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan menghambat enzim bakteri yang diperlukan untuk pemecahan sel dan sintesis selular (Plumb 2005).

KEADAAN UMUM

3.1 Letak Geografis

Taman Nasional Way Kambas Terletak di Kabupaten Lampung Timur dan Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung. Letak geografis 40 37’ – 5 015’ LS. 106 032’- 1060 52’ BT.

Gambar 1 Letak geografis Taman Nasional Way Kambas

3.2 Sejarah Tempat PKL

Berdasakan SK Menhut Nomor 670/Kpts-II/1999 ditetapkan bahwa luas kawasanTaman Nasional Way Kambas (TNWK)adalah 125.621,30 ha. Sebagaikawasan pelestarian alam makakeberadaan TNWK mutlak perlu di jaga.

5

Wilayah administratif sekitar kawasanTNWK adalah 3 kabupaten yaitu lampung Timur, Lampung Tengah danTulang Bawang, 10 Kecamatan serta 35 Desa. Tujuan pengelolaan adalah mewujudkan fungsi TNWK sesuai dengan peranannya dalam upaya mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat.

3.3 Sarana dan Prasarana

Sarana yang terdapat di Pusat Latihan Gajah Taman Nasional Way Kambas meliputi rumah sakit gajah, laboratorium, kandang gajah, kolam mandi gajah, padang umbaran gajah dan museum. Prasarana yang terdapat di Pusat Latihan Gajah Taman Nasional Way Kambas meliputi mobil pengangkut pakan, mobil pemadam kebakaran hutan, pos jaga, bak air minum dan tempat pembuatan suplemen gajah.

3.4 Kegiatan Umum

Kegiatan yang dilakukan di Pusat Latihan Gajah Taman Nasional Way kambas setiap hari dimulai pada pagi hari pukul 07.00 WIB. Dimulai dengan membersihkan kandang gajah mengambil gajah dari kandang, memberi minum gajah, memandikan gajah di kolam, dan melepas gajah di padang umbaran kemudian mengambil gajah kembali di padang umbaran pada pukul 15.00 WIB.

Suplemen pakan yang terbuat dari dedak, beras jagung, kacang hijau, gula merah,dan beras diberikan kepada gajah dua kali dalam seminggu. Tindakan medis yang rutin dilakukan di PLG TNWK adalah pemeriksaan feses gajah untuk mengontrol penyakit kecacingan pada gajah dan pemberian obat cacing rutin dengan frekuensi tiga bulan sekali.

3.5 Struktur Organisasi

Struktur organisasi di Taman Nasional Way Kambas di pimpin oleh kepala balai yang memimpin tiga wilayah dapat di lihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Struktur Organisani Taman Nasional Way Kambas

6

3.6 Visi dan Misi

Visi Taman Nasional Way Kambas yaitu terjaganya kelestarian keanekaragaman hayati dan ekosistem pendukungnya melalui pengembangan masyarakat didalam dan disekitar kawasan Taman Nasional Way Kambas. Taman Nasional Way Kambas memiliki empat misi yaitu :

1. Menjaga kelestarian keanekaragaman hayati Taman Nasional Way Kambas dan ekosistem pendukungnya

2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan Taman Nasional Way Kambas melalui pembangunan yang berkelanjutan sesuai kaidah-kaidah konservasi hayati

3. Melibatkan partisipasi masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan Taman Nasional Way Kambas dengan dukungan penuh dari kelompok yang berkepentingan dalam suatu kerangka pengelolaan kawasan yang terpadu

4. Memantapkan optimalisasi fungsi dan pemanfaatan kawasan Taman Nasional Way Kambas untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, kegiatan yang menunjang budidaya, rekreasi dan wisata alam serta peningkatan kesejahteraan masyarakat

KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANG 1

4.1 Signalement

Data pasien penanganan kasus abses pada gajah di Pusat Latihan Gajah Taman Nasional Way Kambas :Nama : Sugeng Sex : Jantan Jenis : Gajah Sumatra Asal : PLG Taman Nasional Way KambasUmur : 5 tahun

Gajah dengan nama sugeng didiagnosa menderita abses setelah dilakukan pemeriksaan secara inspeksi dan palpasi di bagian kepala didaerah dekat telinga kiri dengan keadaan membengkak dan eksudat yang sudah muncul ke permukaan kulit. Sebelumnya gajah bernama sugeng terlihat baik dan sehat tiga hari sebelumnya tetapi kepala bagian kiri atas sudah terlihat membengkang dan menonjol. Sore harinya gajah sugeng didiagnosa menderita abses karena menunjukan gejala yang jelas terlihat pada daerah bonggol sebelah kiri kepala yang semakin membengkak dan meradang di daerah kepala bagian kiri diameter abses kira-kira mencapai 4 cm, disertai cairan eksudat yang muncul ke permukaan kulit..

7

4.2 Persiapan Operasi dan Tahapan Pembuatan Salep Campur

Kandang jepit beserta tali yang akan digunakan dipersiapkan sebelum melakukan operasi. Peralatan dan bahan yang akan digunakan selama operasi dipersiapkan. Alat dan bahan yang digunakan selama bedah abses antaralain glove, kapas, H2O2 3%, iodine tinture, salep campur dan gusanex. Pisang juga digunakan sebagai pengalih perhatian dan rasa sakit gajah selama proses operasi.

Saleb campur digunakan sebagai obat luka saat perawatan pasca operasi. Saleb campur dibuat dengan cara mencampurkan beberapa bahan. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan salep yaitu lifertran 50 ml, sulfanilamide® 150gr, amoxycillin 100gr, perubalsem 200 ml, dan vaselin album sebanyak 1 kg. Alat yang digunakan dalam pembuatan salep ialah wadah, mortar dan pastle, dan botol sebagai wadah salep. Sebelum membuat salep campur semua bahan disiapkan dan ditimbang sesuai takaran kebutuhan.

Amoxycillin berupa tablet digerus terlebih dahulu hingga berbentuk serbuk yang halus. Kemudian baskom atau wadah besar disiapkan dan lifertran sebanyak 50 ml dimasukkan ke dalam wadah. Sulfanilamide® sebanyak 150 gr ditambahkan ke dalam wadah yang sama dan kedua bahan tersebut diaduk dan dicampur hingga homogen. Setelah kedua bahan tersebut homogen, perubalsem sebanyak 200 ml dimasukan sedikit demi sedikit sambil mengaduk hingga ketiga bahan tersebut homogen. Vaselin albumin sebanyak 1kg dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam wadah yang sama dan dihomogenkan. Setelah seluruh bahan homogen dan tercampur rata salep campur yang sudah jadi dimasukkan ke dalam wadah yang berukuran besar dengan penutup yang rapat agar tidak terpapar udara. Salep campur yang dikemas dalam wadah yang tertutup dan diletakan pada suhu ruang bisa bertahan hingga satu bulan.

Fungsi dan kegunaan dari bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan salep campur ialah. Lifertran berguna untuk mempercepat proses pertumbuhan jaringan sehingga luka dapat cepet tertutup (Tiley dan Smith 2000). Perubalsem berguna sebagai antiseptik. Vaselin albumin berguna sebagai pelarut semua bahan. Sulfanilamide dan amoxicillin berkhasiat sebagai antibiotik. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan salep dapat dilihat dan pada Gambar 3.

8

Gambar 3 Bahan pembuatan saleb campur

4.3 Handling dan Restraint Gajah

Handling dan restrain merupakan salah satu faktor penting baik pada saat pelaksanaan operasi maupun perawatan harian. Menurut Andayani (2012), handling merupakan suatu pembatasan aktivitas hewan tanpa menggunakan alat bantu, sedangkan restrain adalah suatu pembatasann aktivitas hewan dengan menggunakan alat bantu baik itu verbal, fisik,dan farmakologis. Kandang jepit merupakan salah satu alat restraint yang paling aman untuk melakukan pemeriksaan atau pengobatan pada gajah. Cara menggunakan kandang jepit adalah dengan menggiring gajah masuk ke kandang jepit, bagian kaki depan dan kaki belakang diikat menggunakan simpul toompul, bagian badan dan daerah leher diikat ke tiang kandang jepit, bagian leher gajah diikat ke salah satu tiang kandang jepit untuk meminimalisir kecelakaaan saat pelaksanaan operasi karena gajah dapat memberontak saat gajah merasa sakit. Saat handling dan restraint berlangsung perhatian gajah dialihkan dengan memberikan pisang dari arah depan kepalanya agar gajah tidak terlalu fokus pada rasa sakit yang dirasakan selama operasi berlangsung. Teknik handling dan restraint saat penanganan abses pada gajah sumatera dapat dilihat pada Gambar 4.

9

Gambar 4 Handling dan Restraint saat penanganan abses pada gajah sumatera

4.4 Penangana Abses Pada Gajah Sumatra

Penanganan abses pada gajah yang dilakukan di Taman Nasional Way Kambas dilakukan dengan cara dibersihkan permukaan abses menggunakan kapas dan H2O23% sampai permukaan abses bersih. Kemudian eksudat dikeluarkan dengan cara menekan daerah sekitar abses hingga eksudat menonjol ke permukaan. Sisa eksudat yang masih berada di dalam rongga abses dibersihkan menggunakan kapas yang dibasahi dengan 3%. Menurut Toit (2001) fungsi H2O2

3% ialah untuk membersihkan sisa jaringan mati dan eksudat. Lalu iodium tingture 10% dioleskan pada luka sampai merata. Selanjutnya penicillin strep diberikan sebanyak 10 ml pada luka untuk mencegah infeksi bakteri yang mungkin terjadi. Kemudian salep campur dimasukkan ke dalam luka hingga seluruh luka penuh dan merata.

Pembedahan abses pada gajah tidak dilakukan penjahitan karena menurut Fowler dan Mikota (2006) penjahitan luka umumnya tidak dilakukan untuk gajah karena tindakan tersebut dapat menimbulkan masalah baru. Gajah tidak menyukai adanya benda asing pada tubuhnya. Jika terdapat benda asing yang tidak gajah senangi, gajah akan. Terakhir gusanex® dengan kandungan dichlofenthion disemprotkan ke seluruh bagian permukaan abses hingga merata. Gusanex® berfungsi sebagai insektisida dan larvasida agar permukaan abses tidak dihinggapi lalat yang dapat menyebabkan miasis serta infeksi lainya akibat dihinggapi lalat dan serangga lainya. Proses penanganan abses pada gajah dapat dilihat pada Gambar 5.

10

Gambar 5 (A) Abses pada bonggol kiri gajah sumatera (B) Penanganan abses

pada gajah sumatera (C) Rongga abses yang sudah di bersihkan dari eksudat dan sisa-sisa jaringan

4.5 Perawatan Harian Luka Post Operasi

Perawatan harian dilakukan setiap pagi dengan melakukan pembersihan luka dari lendir, nanah dan sisa salep. Perawatan harian ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan proses penyembuhan luka pasca operasi. Luka terbuka pasca operasi sangat rentan terkena bakteri yang dapat megakibatkan infeksi, sehingga perawatan harian sangat penting (Martha 2014).

Perawatan harian pasca operasi dilakukan dua kali sehari, yaitu pagi dan sore hari. Perawatan harian meliputi pembersihan luka menggunakan kapas yang dibasahidengan H2O2 3% untuk membuang nanah, lendir, dan sisa selep yang menempel di rongga abses. Kemudian iodine tingtur 10% dioleskan pada luka hingga merata. Luka ditutup dengan salep campur yang dibuat dari campuran perubalsem, lefetran, vaselin albumin dan gusanex® diseprotkan agar tidak dihinggapi lalat yang bisa menyebabkan myasis. Pemberian salep pada abses gajah dan keadaan abses pasca perawatan selama 2 minggu dapat dilihat pada Gambar 6.

Perawatan setelah operasi sangant penting dilakukan karena hal ini menentukan waktu penyembuhan luka abses tersebut. Luka abses yang dialami oleh gajah sugeng ini tergolong kronik dan parah karena abses yang dialami sampai membengkak hingga mengeluarkan eksudat sampai ke permukaan dengan sendirinya. Menurut Sukklad et al (2006) penyembuhan luka berkepanjangan di gajah sangat tergantung pada beberapa faktor seperti manajemen luka, jenis luka, lingkungan, lokasi luka, dan status gizi hewan.

Keadaan abses pada bonggol kiri sebelum perawatan memiliki kedalaman luka 8 cm dan diameter luka 5 cm. Setelah dilakukan penanganan pada luka tersebut diameter dan kedalaman luka menunjukkan adanya perubahan yaitu kedalaman dan diameter luka yang mengecil. Ukuran diameter luka menjadi 3 cm dan kedalaman luka menjadi 6 cm. Permukaan luka juga menunjukkan adanya perubahan pasca perawatan selama 1 minggu yaitu sedikit mengering dan merapat. Setelah menjalani perawatan selama 2 minggu luka sudah menunjukkan adanya gejala perbaikan yaitu luka sudah menutup rapat namun keadaan kulit tidak kembali ke keadaan semula.

11

Gambar 6 Pemberian salep pada abses gajah sumatera dan keadaan abses pasca perawatan selama 2 minggu

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Kasus abses yang terbentuk pada gajah di Pusat Latihan Gajah Taman Nasional Way Kambas diakibatkan oleh pukulan ganco saat latihan dan karena proses penyuntikan yang tidak aseptis. Penangan kasus abses meliputi persiapan operasi dan pembuatan salep campur, handling dan restraint sebelum operasi, operasi pengeluaran eksudat, dan perawatan harian luka abses. Perawatan harian pasca operasi sangat penting dilakukan. Perawatan harian dilakukan dengan cara memberikan salep campur dan membersihkan luka. Setelah menjalani perawatan selama dua minggu, permukaan luka semakin kecil dan mengering.

5.2 Saran

Penggunaan ganco saat melatih dan mengendarai gajah sebaiknya di kurangi dan penggunaan syringe yang berulang sebaiknya jangan dilakukan karena hal ini bisa menjadi pememicu terbentuknya abses pada gajah.

12

DAFTAR PUSTAKA

Andayani, Candra N. 2012. Pemeriksaan Anjing. Yogyakarta (ID): UGMBoden E. 2005.  Black’s Veterinary Dictionary 21st. London: A&C Black

Brook I. Microbiology of polymicrobial abscess and implications for therapy. Journal of antimicrobial chemotherapy 2002;50:805-10.

Firgal S, Naureen A (2007). Elephant as a veterinary patient. Pakistan Veterinary Journal, 27: 48-57.

Fowler ME, Mikota SK. 2006. Biology, Medicine, and Surgery of Elephants. Iowa (US): Blackwell Publishing

Martha Nixon, Jacob A. 2014. Management of Superficial Abscesses: Scope for Day Case Surgery. Surgery Research and PracticeVolume 2014 (2014), Article ID 308270

Sukklad S, Sommanustweechai A, Pattanarangsan. 2006. A retrospective study of elephant wound, wound management from Thai veterinarians. Proceedings of AZWMP. October 26-29, Bangkok, Thailand; pp 16.

Tiley LP, Smith FWK. 2000. The 5 Minutes Veterinary Consult. Edisi ke-2. Maryland: Lippincott Williams & Wilkins.

Toit DJG. 2001. Veterinary Care of African Elephants. Novartis, Pretoria, Republic of South Africa; p 1-59.

13

LAMPIRAN

14

Lampiran1 Aktifitas kegiatan di Taman Nasional Way Kambas

Mengembalakan gajah ke padang umbaran dan hutan

Kedatangan supervisi ke lapangan

USG pada gajah Memandikan gajah

Memasak Suplemen gajah

Memberikan suplemen pada gajah

Penyerahan cenderamata kepada pihak instansi Memotong kuku pada gajah

15

Lampiran 2 Jurnal Harian PKL

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PROGRAM DIPLOMAKapus IPB Cilibende, Jl.Kumbang No.14 Bogor 16151Telp. (0251) 8329101, 8329051, Fax (0251) 8329101

JURNAL HARIAN PKL 1PROGRAM KEAHLIAN PARAMEDIK VETERINER

Nama Mahasiswa : ERVAN MAULANANIM : J3P113012Nama Perusahaan / Instansi : TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS

Alamat : JL. Taman Nasional Way Kambas Kecamatan Labuhan Ratu Desa Rajabasa Lama I, Lampung Timur, Indonesia

HARI TANGGAL WAKTU KEGIATANSenin 27 Juli 2015 10.00 – 11.30 Presentasi rencana kegiatan di kantor

balai Taman Nasional Way Kambas13.00 – 14.00 Orientasi langsung ke Pusat

Konservasi Gajah (PKG)14.00 – 15.00 Pembagian kelompok kerja oleh

pembimbing lapangan15.00 – 16.00 Penyesuaian mahasiswa dengan

lingkungan tempat tinggalSelasa 28 Juli 2015 07.00 –08.00 Diskusi judul laporan dari masing-

masing mahasiswa dengan pembimbing lapangan

08.30 – 11.00 Observasi lapangan bersama pawang gajah

11.00 – 12.30 Membersihkan dan merapihkan obat-obatan di laboratorium, membantu proses penyuntikan antibiotik pada gajah oleh paramedik

14.00 – 17.00 Membantu Mahout menjemput gajah dari tempat penggembalaan, memberi minum, memandikan, dan memasukkan gajah ke dalam kandang, memberi minum pada anak gajah

Rabu 29 Juli 2015 06.30 – 07.0007.00 – 09.00

Koleksi feses di kandang gajahSanitasi kandang gajah

16

09.00 – 10.00 Melakukan Uji Sedimentasi terhadap feses gajah

10.00 – 10.30 Pengarahan cara pemberian obat peroral pada anak gajah yang menderita malnutrisi dan pemberian antibiotik

10.30 – 12.00 Perkenalan mahasiswa dengan pimpinan Pusat Konservasi Gajah TNWK

13.00 – 14.00

14.00 – 17.00

19.00 – 21.00

Membersihkan dan merapihkan obat-obatan di laboratoriumMembantu Mahout menjemput gajah ke tempat penggembalaan, memberi minum gajah, memandikan, dan memasukkan gajah ke kandangDiskusi dan sharing bersama Mahout

Kamis 30 Juli 2015 07.00 – 08.00 Membersihkan laboratorium

08.00 – 09.00 Diskusi judul laporan dengan pembimbing lapangan

09.00 – 09.30 Membantu dan memberikan antibiotik pada anak gajah (Sugeng)

09.30 – 12.00 Membantu Mahoutmemandikan dan menggembalakan gajah

14.00 – 17.00

19.00 – 21.00

Membantu Mahout menjemput gajah ke tempat penggembalaan, memberi minum gajah, memandikan, dan memasukkan gajah ke kandangDiskusi dan sharing bersama Mahout

Jumat 31 Juli 2015 07.00 – 08.00 Sanitasi kandang gajah

08.00 – 10.00 Membantu Mahoutmemandikan dan menggembalakan gajah di tempat penggembalaan

10.00 – 11.30 Diskusi judul laporan dan pemberian arahan oleh pembimbing lapangan

14.00 – 16.00 Membantu Mahout menjemput gajah ke tempat penggembalaan, memberi minum gajah, memandikan, dan memasukkan gajah ke kandang

16.00 – 17.00 Pengamatan perilaku gajah pada saat pemberian pakan (pelepah)

Sabtu 1 Agustus 2015 07.00 – 08.0008.00 – 08.20

Sanitasi kandang gajahKoleksi feses di kandang gajah

08.20 – 10.00 Membantu Mahoutmemandikan dan menggembalakan gajah

17

10.00 – 12.00 Pemeriksaan feses di laboratorium

13.00 – 16.00 Membantu Mahout menjemput gajah ke tempat penggembalaan, memberi minum gajah, memandikan, dan memasukkan gajah ke kandang

16.00 – 17.00 Pengamatan perilaku gajah pada saat pemberian pakan

Minggu 2 Agustus 2015 07.30 – 10.00 Membantu Mahoutmemandikan dan menggembalakan gajah

10.00 – 11.00 Mengamati perilaku gajah saat melumpur

14.00 – 16.00 Membantu Mahout menjemput gajah ke tempat penggembalaan, memberi minum gajah, memandikan, dan memasukkan gajah ke kandang

19.44 – 22.00 Diskusi dengan Mahout

Senin 3 Agustus 2015 06.00 – 08.00 Membantu Mahoutmemandikan dan menggembalakan gajah

08.00 – 09.00 Apel, perkenalan dengan staf dan mahasiswa universitas lain

14.00 – 16.00 Diskusi dengan dokter hewan, staf, dan petugas keswan membahas pembagian kelompok kerja untuk program therapy

16.00 – 17.00 Pemberian obat antivirus peroral pada anak-anak gajah

17.00 – 17.30 Diskusi dengan Mahout

Selasa 4 Agustus 2015 06.00 – 07.00 Pemberian obat antivirus peroral pada anak-anak gajah

07.00 – 08.00 Memberi minum pada anak gajah dan memberi susu pada anak gajah (Yeti) serta memandikan gajah

08.00 – 08.30 melepas gajah ke hutan

09.00 – 10.00 Diskusi dengan pembimbing lapangan perihal teknik Handling yang digunakan pada saat pengukuran berat badan gajah

10.00 – 11.00 Demonstrasi akupuntur pada gajah

14.00 – 15.30 Membantu Mahout menjemput gajah ke tempat penggembalaan, memberi minum gajah di Kolam minum, memandikan, dan memasukkan gajah ke kandang

16.30 – 17.00 Pemberian obat antivirus peroral pada anak-anak gajah

18

Rabu 5 Agustus 2015 06.00 – 07.00 Pemberian obat antivirus peroral pada anak-anak gajah

07.00 – 07.3007.30 – 09.00

09.30 – 10.30

10.30 – 11.3011.30 – 12.0014.00 – 16.00

16.00 – 17.00

Memberi minum pada gajahMembantu Mahoutmemandikan dan menggembalakan gajahSanitasi kandang gajah dan koleksi feses gajahPemeriksaan feses di laboratorium Membersihkan laboratoriumMembantu Mahout menjemput gajah ke tempat penggembalaan, memberi minum gajah, memandikan, dan memasukkan gajah ke kandangPemberian obat antivirus peroral pada anak-anak gajah

Kamis 6 Agustus 2015 06.00 – 07.00 Pemberian obat antivirus peroral pada anak-anak gajah

07.00 – 07.30 Memberi minum pada gajah

07.30 – 09.30 Membantu Mahoutmemandikan dan menggembalakan gajah

09.30 – 10.00

10.00 – 11.0014.00 – 16.00

16.00 – 17.00

Sanitasi kandang gajah dan membakar feses gajah yang telah keringMembersihkan laboratoriumMembantu Mahout menjemput gajah ke tempat penggembalaan, memberi minum gajah, memandikan, dan memasukkan gajah ke kandangPemberian obat antivirus peroral pada anak-anak gajah

Jumat 7 Agustus 2015 06.00 – 07.00 Pemberian obat antivirus peroral pada anak-anak gajah

07.00 – 09.00 Mengeluarkan gajah dari kandang, memberi minum pada gajah, dan Membantu Mahoutmemandikan dan menggembalakan gajah

09.00 – 10.30 Sanitasi kandang gajah dan membakar feses gajah yang telah kering

10.30 – 11.0014.00 – 16.00

Membersihkan laboratoriumMembantu Mahout menjemput gajah ke tempat penggembalaan, memberi minum gajah, memandikan, dan

16.00 – 17.00memasukkan gajah ke kandangPemberian obat antivirus peroral pada anak-anak gajah

Sabtu 8 Agustus 2015 07.00 – 09.00 Mengeluarkan gajah dari kandang,

19

memberi minum pada gajah, dan membantu Mahoutmemandikan dan menggembalakan gajah

10.00 – 12.00 Kerja bakti membersihkan lingkungan Way Kambas

12.00 – 16.00 Supervisi oleh drh Surya Wijaya Kusuma dan diskusi dengan drh Surya Wijaya Kusuma

Minggu 9 Agustus 2015 06.00 – 07.00 Pemberian obat antivirus peroral pada anak-anak gajah

07.40 – 09.00 Mengeluarkan gajah dari kandang, memberi minum pada gajah, dan membantu Mahoutmemandikan dan menggembalakan gajah

10.00 – 11.00 Sanitasi kandang gajah

14.00 – 16.00 Membantu Mahout menjemput gajah ke tempat penggembalaan, memberi minum gajah, memandikan, dan memasukkan gajah ke kandang

17.00 – 17.30 Pemberian obat antivirus peroral pada anak-anak gajah

Senin 10 Agustus 2015 06.00 – 07.00 Pemberian obat antivirus peroral pada anak-anak gajah

08.00 – 09.30 Mengeluarkan gajah dari kandang, memberi minum pada gajah, dan membantu Mahoutmemandikan dan menggembalakan gajah

10.30 – 11.30 Sanitasi kandang gajah

14.00 – 16.00 Membantu Mahout menjemput gajah ke tempat penggembalaan, memberi minum gajah, memandikan, dan memasukkan gajah ke kandang

17.00 – 18.00 Diskusi dengan Mahout perihal cara mengendalikan gajah

Selasa 11 Agustus 2015 08.00 – 10.00 Mengeluarkan gajah dari kandang, memberi minum pada gajah, dan membantu Mahoutmemandikan dan menggembalakan gajah

11.00 – 12.00 Diskusi dengan Mahout

14.00 – 16.00 Membantu Mahout menjemput gajah ke tempat penggembalaan, memberi minum gajah, memandikan, dan memasukkan gajah ke kandang

16.00 – 17.00 Memasang borgol pada gajah “Leo dan Lingling” untuk membatasi

20

gerakannyaRabu 12 Agustus 2015 07.00 – 09.00 Mengeluarkan gajah dari kandang,

memberi minum pada gajah, dan membantu Mahoutmemandikan dan menggembalakan gajah

09.00 – 10.00 Sanitasi kandang gajah

13.00 – 17.00 Membantu pemadam kebakaran memadamkan kebakaran di hutan Way Kambas

Kamis 13 Agustus 2015 06.00 – 07.00 Pemberian obat antivirus peroral pada anak-anak gajah

08.00 – 10.00 Mengeluarkan gajah dari kandang, memberi minum pada gajah, dan membantu Mahoutmemandikan dan menggembalakan gajah

14.00 – 16.00 Membantu Mahout menjemput gajah ke tempat penggembalaan, memberi minum gajah, memandikan, dan memasukkan gajah ke kandang

16.30 – 17.30 Pemberian obat antivirus peroral pada anak-anak gajah

Jumat 14 Agustus 2015 06.30 – 07.00 Pemberian obat antivirus peroral pada anak-anak gajah

08.00 – 10.30 Mengeluarkan gajah dari kandang, memberi minum pada gajah, dan membantu Mahoutmemandikan dan menggembalakan gajah

14.00 – 16.00 Membantu Mahout menjemput gajah ke tempat penggembalaan, memberi minum gajah, memandikan, dan memasukkan gajah ke kandang

17.00 – 18.00 Pemberian obat antivirus peroral pada anak-anak gajah

Sabtu 15 Agustus 2015 06.30 – 07.30 Pemberian obat antivirus peroral pada anak-anak gajah

08.00 – 11.00 Mengambil sampel feses dari 23 gajah untuk pemeriksaan endoparasit pada gajah

11.00 – 13.00 Diskusi dengan Mahout

14.00 – 16.00 Membantu Mahout menjemput gajah ke tempat penggembalaan, memberi minum gajah, memandikan, dan memasukkan gajah ke kandang

Minggu 16 Agustus 2015 06.30 – 07.30 Pemberian obat antivirus peroral pada anak-anak gajah

09.00 – 11.00 Membantu pengobatan abses pada gajah “Sugeng”

21

13.00 – 14.00 Membersihkan laboratorium

14.00 – 17.00 Membuat saleb untuk gajah “Sugeng” dan stok di laboratorium (saleb kulit)Menghomogenkan antibiotik (Amoxylin dan Metronidazole)Membungkus Axyclovir untuk masing-masing anak gajah

17.00 – 17.30 Membantu pengobatan hemoragi pada kaki gajah “lingling”

Senin 17 Agustus 2015 07.00 – 08.00 Mengeluarkan gajah dari kandang, memberi minum pada gajah, dan membantu Mahoutmemandikan dan menggembalakan gajah

11.00 – 21.40 Mengikuti acara karnaval perayaan HUT RI di Desa Rajabasa

Selasa 18 Agustus 2015 06.00 – 08.30 Mengeluarkan gajah dari kandang, memberi minum pada gajah, dan membantu Mahoutmemandikan dan menggembalakan gajah

08.30 – 09.00 Membantu pengobatan luka pada gajah “Sugeng”

09.00 – 10.0014.00 – 16.00

Membersihkan laboratoriumMembantu Mahout menjemput gajah ke tempat penggembalaan, memberi minum gajah, memandikan, dan memasukkan gajah ke kandang

Rabu 19 Agustus 2015 08.00 – 10.00 Membantu proses penginfusan pada gajah “Sugeng” dalam kasus malnutrisi

10.00 – 13.00 Menimbang berat badan gajah satu persatu dengan timbangan digital

14.00 – 16.00 Pemberian obat porang pada gajah

Kamis 20 Agustus 2015 07.00 – 09.00 Mengeluarkan gajah dari kandang, memberi minum pada gajah, dan membantu Mahoutmemandikan dan menggembalakan gajah

09.30 – 11.00 Membantu pembuatan suplemen untuk gajah

14.00 – 16.00 Membantu Mahout menjemput gajah ke tempat penggembalaan, memberi minum gajah, memandikan, dan memasukkan gajah ke kandang

16.00 – 16.30 Pemberian suplemen untuk gajah

17.00 – 18.30 Orientasi ke Elephant Respon Unit

Jumat 21 Agustus 2015 07.30 – 09.00 Mengeluarkan gajah dari kandang, memberi minum pada gajah, dan

22

membantu Mahoutmemandikan dan menggembalakan gajah

09.00 – 09.30 Membantu pengobatan luka pada gajah “Sugeng”

09.30 – 10.00 USG pada gajah “Suli”

14.00 – 15.00 Pemotongan kuku pada gajah jantan “Salmon”

15.00 – 17.00 Merapihkan dan pencatatan obat-obatan di laboratorium

Sabtu 22 Agustus 2015 07.20 – 08.20 Mengeluarkan gajah dari kandang, memberi minum pada gajah, dan membantu Mahoutmemandikan dan menggembalakan gajah

09.00 – 11.00 Diskusi dengan dosen pembimbing lapangan

14.30 – 16.30 Membantu Mahout menjemput gajah ke tempat penggembalaan, memberi minum gajah, memandikan, dan memasukkan gajah ke kandang

Minggu 23 Agustus 2015 07.00 – 09.00 Mengeluarkan gajah dari kandang, memberi minum pada gajah, dan membantu Mahoutmemandikan dan menggembalakan gajah

Senin

Selasa

Rabu

24 Agustus 2015

25 Agustus 2015

26 Agustus 2016

09.00 – 10.0014.00 – 16.40

08.00 – 11.3014.30 – 16.00

08.00 – 10.00

10.00 – 12.0014.00 – 17.00

07.00 – 09.00

Diskusi dengan MahoutMembantu Mahout menjemput gajah ke tempat penggembalaan, memberi minum gajah, memandikan, dan memasukkan gajah ke kandangPresentasi hasil PKLMembantu Mahout menjemput gajah ke tempat penggembalaan, memberi minum gajah, memandikan, dan memasukkan gajah ke kandangMengeluarkan gajah dari kandang, memberi minum pada gajah, dan membantu Mahoutmemandikan dan menggembalakan gajahDiskusi dengan MahoutMembantu Mahout menjemput gajah ke tempat penggembalaan, memberi minum gajah, memandikan, dan memasukkan gajah ke kandangMengeluarkan gajah dari kandang, memberi minum pada gajah, dan membantu Mahoutmemandikan dan

menggembalakan gajah09.00 – 10.00 Diskusi dengan Mahout

23

10.00 – 12.00 Perpisahan dengan Mahout

Lampiran 3 Jurnal Kasus PKL 1

24

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PROGRAM DIPLOMAKapus IPB Cilibende, Jl.Kumbang No.14 Bogor 16151Telp. (0251) 8329101, 8329051, Fax (0251) 8329101

JURNAL HARIAN / KASUS PKL 1PROGRAM KEAHLIAN PARAMEDIK VETERINER

Nama Mahasiswa : ERVAN MAULANANIM : J3P113012Nama Perusahaan / Instansi : Taman Nasional Way KambasAlamat : Jl. Taman Nasional Way Kambas Kecamatan

Labuhan Ratu Desa Rajabasa Lama I, Lampung Timur, Indonesia

HARI TANGGAL KASUS / AKTIVITAS PROSEDUR KERJA

Selasa 28 juli 2015 Pemberian antibiotik pada gajah (Rahmi)

Bagian yang di injeksi di daerah kepala dibersihkan terlebih dahulu dengan antiseptik setelah itu antibiotik disuntikkan secara intramuskular ke bagian kepala

Rabu 29 juli 2015 Pemberian obat pada anak gajah (sugeng)

Pemberian obat obat dengan cara injeksi secara intramuskular

Kamis

Senin

Minggu

30 juli 2015

3 agustus 2015

16 Agustus 2015

Pemberian antibiotik pada anak gajah (sugeng)Pemberian obat anti virus herpes pada anak gajahPemberian obat antivirus pada anak gajah dilakukan rutin 2 kali sehari selam 2 minggu.Membantu pengobatan abses pada gajah (Sugeng)Membantu pengobatan

Pemberian obat obat dengan cara injeksi secara intramuskular

Obat dimasukkan kedalam pisang

Abses dibersihkan dan diobati dengan saleb

Secara intramuscular

25

Rabu

Kamis

Jumat

19 Agustus 2015

20 Agustus 2015

21 Agustus 2015

hemoragi pada kaki gajah “linglingMembantu proses penginfusan pada gajah (Sugeng) dalam kasus malnutrisiPemberian suplemen untuk gajahPemotongan kuku pada gajah jantan (Salmon)

Pada venauricularis

Diberikan secara peroral

Gajah diikat di kandang jepit dan kuku dipotong dengan renet dan alat kikir

26

Lampiran 5 Laporan Periodik PKL

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PROGRAM DIPLOMAKapus IPB Cilibende, Jl.Kumbang No.14 Bogor 16151Telp. (0251) 8329101, 8329051, Fax (0251) 8329101

LAPORAN PERIODIK PKLPROGRAM KEAHLIAN PARAMEDIK VETERINER

Periode Laporan : Minggu ke-1 s/d Minggu ke-4Nama Mahasiswa : ERVAN MAULANANIM : J3P113012Nama Perusahaan / Instansi : Taman Nasional Way KambasAlamat : Jl. Taman Nasional Way Kambas Kecamatan

Labuhan Ratu Desa Rajabasa Lama I, Lampung Timur, Indonesia

TANGGAL INFORMASI YANG DIPEROLEH

MASALAH /KENDALA

27 Juni–03 Agustus 2015

04 Agustus-11 Agustus

2015

12 Agustus-19 Agustus

2015

20 Agustus-27 Agustus 2015

Observasi dan peninjauan kondisi lapangan oleh pembimbing lapangan, cara restraint dan penyuntikan antibiotik pada gajah, koleksi feses dan uji sedimentasi, perkenalan dengan pimpnan TNWK, observasi kesehatan gajah sugeng, teknik handling dan pemberian obat anti virus pada anak gajahMemberi minum pada anak gajah dan memberi susu pada anak gajah (Yeti)Demonstrasi akupuntur pada gajahSanitasi kandang Partisipasi bersama pemadam kebakaran untuk memadamkan kebakaran hutan, membantu pengobatan abses pada gajah (Sugeng), membantu pengobatan hemoragi pada kaki gajah (lingling), mencampurkan konsentrat untuk gajah, pembuatan salep untuk gajah.Pemotongan kuku pada gajah jantan (Salmon) dan USG pada (suli)

Sarana dan Prasarana tidak tersedia di lapangan

27

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tangerang 3 Januari 1994 . Penulis mengawali pendidikannya di SD Negeri Talaga Sari Cikupa Tangerang pada tahun 2000 dan menyelesaikannya pada tahun 2006, kemudian melanjutkan pendidikan ke sekolah Madrasah Tsanawiyah Nurul Falah Air Molek pada tahun 2006 dan menyelesaikannya pada tahun 2009, lalu penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di SMK Negeri 1 Pasir Penyu Air Molek pada tahun

2009 dan menyelesaikannya pada tahun 2012.Tahun 2013 penulis melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi Negeri

dan diterima di Institut Pertanian Bogor Program Diploma Keahlian Paramedik Veteriner melalui jalur USMI. Selama kuliah penulis aktif dalam organisasi GAMAPERTA sebagai kepala departemen badan pengawas khusus dan UKM Tenis Meja IPB.