epidemiologi kecelakaan lalu lintas

20
EPIDEMIOLOGI KECELAKAAN LALU LINTAS Pendahuluan Transportasi jalan diselenggarakan dengan tujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan dengan selamat, aman, cepat, tertib dan teratur, nyaman dan efisien, mampu memadukan moda transportasi lainnya, menjangkau seluruh pelosok wilayah daratan, untuk menunjang pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas sebagai pendorong, penggerak dan penunjang pembangunan nasional dengan biaya tejangkau oleh daya beli masyarakat (pasal 3, Undang-undang No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan). Tujuan penyelenggaraan transportasi yang demikian ideal nyatanya sangat sulit untuk dilaksanakan di negara berkembang seperti Indonesia. Hampir semua kota-kota di Indonesia memiliki problem lalulintas yang sama, bukan hanya berkaitan dengan kemacetan lalulintas, polusi udara dan suara, tetapi kurangnya kesadaran masyarakat dan aparat berwenang untuk memperhatikan faktor– faktor keselamatan, yang seharusnya adalah merupakan faktor utama yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan transportasi. 1. Definisi Kecelakaan Lalu Lintas Kasus kecelakaan lalu lintas merupakan keadaan serius yang menjadi masalah kesehatan di negara maju maupun

Upload: skarway

Post on 28-Jun-2015

822 views

Category:

Documents


32 download

TRANSCRIPT

Page 1: EPIDEMIOLOGI KECELAKAAN LALU LINTAS

EPIDEMIOLOGI KECELAKAAN LALU LINTAS

Pendahuluan

Transportasi jalan diselenggarakan dengan tujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan

angkutan jalan dengan selamat, aman, cepat, tertib dan teratur, nyaman dan efisien,

mampu memadukan moda transportasi lainnya, menjangkau seluruh pelosok wilayah

daratan, untuk menunjang pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas sebagai pendorong,

penggerak dan penunjang pembangunan nasional dengan biaya tejangkau oleh daya beli

masyarakat (pasal 3, Undang-undang No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan).

Tujuan penyelenggaraan transportasi yang demikian ideal nyatanya sangat sulit untuk

dilaksanakan di negara berkembang seperti Indonesia. Hampir semua kota-kota di

Indonesia memiliki problem lalulintas yang sama, bukan hanya berkaitan dengan

kemacetan lalulintas, polusi udara dan suara, tetapi kurangnya kesadaran masyarakat dan

aparat berwenang untuk memperhatikan faktor– faktor keselamatan, yang seharusnya

adalah merupakan faktor utama yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan

transportasi.

1. Definisi Kecelakaan Lalu Lintas

Kasus kecelakaan lalu lintas merupakan keadaan serius yang menjadi masalah

kesehatan di negara maju maupun berkembang. Di negara berkembang seperti Indonesia,

perkembangan ekonomi dan industri memberikan dampak kecelakaan lalu lintas yang

cenderung semakin meningkat.

Jumlah kecelakan lalu lintas dari tahun ke tahun terus meningkat. Hal ini disebabkan

oleh ketidakseimbangan antara pertambahan jumlah kendaraan (14-15% per tahun)

dengan pertambahan prasarana jalan hanya sebesar 4% per tahun.

Kecelakaan adalah serangkaian peristiwa dari kejadian-kejadian yang tidak terduga

sebelumnya, dan selalu mengakibatkan kerusakan pada benda, luka atau kematian.

Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan melibatkan kendaraan atau pemakai

jalan lainnya, mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda.

Page 2: EPIDEMIOLOGI KECELAKAAN LALU LINTAS

Kecelakaan lalu lintas dibagi atas “A motor-vehicle traffic accident” dan “Non

motor-vehicle traffic accident”, “A motor-vehicle traffic accident” adalah setiap

kecelakaan kendaraan bermotor di jalan raya. “Non motor-vehicle traffic accident”,

adalah setiap kecelakaan yang terjadi di jalan raya, yang melibatkan pemakai jalan untuk

transportasi atau untuk mengadakan perjalanan, dengan kendaraan yang bukan kendaraan

bermotor.

2. Masalah Kecelakaan Lalu Lintas

Sekitar 3,5 juta jiwa manusia di dunia terenggut tiap tahunnya akibat kecelakaan dan

kekerasan. Sebanyak 2 juta diantaranya adalah kecelakaan di jalan raya. Di Indonesia

jumlah kecelakaan ini meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1988 menurut catatan

Jasa Raharja, korban yang meninggal, cacat dan luka sekitar 36.000 jiwa. Tahun 1992

menjadi 40.500 jiwa korban KLL dan lebih 100 kejadian perhari. Jumlah ini tentu belum

termasuk yang belum tearpantau oleh Jasa Raharja dan belum ada data nasional yang

pasti.

Perhatian dunia terhadap masalah kecelakaan ini cukup besar. Sekurang-kurangnya

WHO sendiri memberi perhatian khusus pada tahun 1993 dengan mengambil kecelakaan

sebagai tema peringatan Hari Kesehatan.

3. Faktor Risiko Kecelakaan Lalu Lintas

Berbagai faktor telibat dalam KLL, mulai dari manusia sampai sarana jalan yang

tersedia. Secara garis besar ada lima faktor yang berkaitan dengan peristiwa KLL, yaitu

faktor-faktor pengemudi, penumpang, pemakai jalan, kendaraan, dan fasilitas jalanan.

Ditemukan kontribusi masing-masing faktor: manusia/pengemudi 75%, 5% faktor

kendaraan, 5% kondisi jalan, 1% kondisi lingkungan, dan faktor lainnya.

a. Faktor manusia

Faktor manusia meliputi pejalan kaki, penumpang sampai pengemudi. Faktor manusia

ini menyangkut masalah disiplin berlalu lintas

2

Page 3: EPIDEMIOLOGI KECELAKAAN LALU LINTAS

Faktor pengemudi

Faktor tersebut dianggap sebagai salah satu faktor utama yang menentukan KLL.

Faktor pengemudi ditemukan memberikan kontribusi 75-80% terhadap KLL.

Faktor manusia yang berada di belakang kemudi ini memegang peranan penting.

Karakteristik pengemudi berkaitan erat dengan:

o Keterampilan mengemudi

o Gangguan kesehatan (mabuk, ngantuk, letih)

o Surat Izin Mengemudi (SIM): tidak semua pengemudi punya SIM. Jika ada

‘tilang’, maka tidak jarang alasan tilang berhubungan dengan ketidaklengkapan

administrasi, termasuk izin mengemudi.

Faktor penumpang

Misalnya jumlah muatan (baik penumpangnya maupun barangnya) yang berlebih.

Secara psikologis ada juga kemungkinan penumpang mengganggu pengemudi.

Faktor pemakai jalan

Pemakai jalan di Indonesia baukan saja terdiri dari kendaraan. Di sana ada pejalan

kaki atau pengendara sepeda. Selain itu, jalan raya dapat menjadi tempat numpang

pedagang kaki lima, peminta-minta, dan semacamnya. Hal ini membuat semakin

semrawutnya keadaan di jalanan. Jalan umum juga dipakai sebagai sarana parkir.

Tidak jarang terjadi, mobil terparkir mendapat tabrakan.

b. Faktor kendaraan

Jalan raya dipenuhi dengan berbagai jenis kendaraan, berupa:

Kendaraan tidak bermotor: sepeda, becak, gerobak, bendi/delman.

Kendaraan bermotor: sepeda motor, roda tiga/bemo, oplet, sedan, bus, truk

gandengan.

Di antara jenis kendaraan, KLL pLing sering terjadi pada kendaraan sepeda motor.

c. Faktor jalanan

Dilihat dari keadaan fisik jalanan, rambu-rambu jalanan.

Kebaikan jalan

Antara lain dilihat dari ketersediaan rambu-rambu lalu lintas.

Sarana jalanan

3

Page 4: EPIDEMIOLOGI KECELAKAAN LALU LINTAS

o Panjang jalan yang tersedia dengan jumlah kendaraan yang ada di jalan tersebut.

Di kota-kota besar tampak kemacetan terjadi di mana-mana, memancing

terjadinya kecelakaan. Dan sebaliknya, jalan raya yang mulus memancing

pengemudi untuk ‘balap’, juga memancing kecelakaan.

o Keadaan fisik jalanan: pengerjaan jalanan atau jalan yang kondisi fisiknya

kurang memadai, misalnya lubang-lubang dapat menjadi pemicu terjadi

kecelakaan.

Keadaan jalan yang berkaitan dengan kemungkinan KLL berupa:

Struktur: datar/ mendaki/ menurun, lurus/ berkelok-kelok.

Kondisi: baik/ berlubang-lubang.

Luas: lorong, jalan tol.

Status: jalan desa, jalan provinsi/negara.

d. Faktor lingkungan (cuaca, geografi)

Dapat diduga dengan adanya kabut, hujan, jalan licin akan membawa risiko

kecelakaan lalu lintas.

e. Faktor lainnya

Secara khusus faktor-faktor pengemudi yang pernah diteliti (antara lain oleh

Boediharto dan kawan-kawan) adalah:

Perilaku mengemudi: ngebut, tidak disiplin/melanggar rambu.

Kecakapan mengemudi: pengemudi baru/belum berpengalaman melalui

jalanan/rute.

Mengantuk pada waktu mengemudi.

Mabuk pada waktu mengemudi.

Umur pengemudi 20 tahun atau kurang.

Umur pengemudi 55 tahun atau lebih.

4. Akibat dari Kecelakaan Lalu Lintas

Kematian

Kecelakaan lalu lintas adalah hal yang serius untuk ditangani. Sebab, menurut

Menteri Perhubungan Hatta Rajasa, kecelakaan lalu lintas merupakan pembunuh nomor 3

4

Page 5: EPIDEMIOLOGI KECELAKAAN LALU LINTAS

di Indonesia. Setiap tahunnya rata-rata 30.000 nyawa melayang di jalan raya. Dengan

angka setinggi itu, Indonesia duduk di peringkat ke-3 negara di ASEAN yang jumlah

kecelakaan lalu lintasnya paling tinggi. Ini angka yang luar biasa sehingga kecelakaan

bisa digolongkan sebagai pembunuh nomor 3 di Indonesia. (penyebab kematian nomor 1

dan 2 adalah penyakit jantung dan stroke).

Sementara itu Koordinator PBB untuk Indonesia Bo Asplund, menyebutkan di

seluruh dunia sekitar 140.000 orang mengalami kecelakaan di jalan setiap harinya. Lebih

dari 3.000 orang meninggal akibat kecelakaan di jalan dan sekitar 15.000 orang

mengalami kecacatan seumur hidup. Bila masalah kecelakaan di jalan tidak diperhatikan

dengan sungguh-sungguh, maka dikawatirkan pada tahun 2020 nanti, jumlah korban yang

meninggal atau mengalami kecacatan setiap harinya mencapai lebih dari 60% di seluruh

dunia. Sehingga kecelakaan di jalan menjadi penyebab utama kesakitan dan kecacatan.

Besarnya kematian akibat kecelakaan lalu lintas itu menjadikan Organisasi Kesehatan

Dunia (WHO) dan Bank Dunia memberi perhatian pada masalah itu dengan

mengeluarkan laporan berjudul World Report on Road Traffic Injury Prevention. Untuk

pertama kalinya badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu memberi perhatian serius

pada masalah ini. Setiap hari setidaknya 3.000 orang meninggal akibat kecelakaan lalu

lintas. Dari jumlah itu setidaknya 85 persen terjadi di negara-negara dengan pendapatan

rendah dan sedang. Kecelakaan lalu lintas juga telah menjadi penyebab 90 persen cacat

seumur hidup.

Proyeksi yang dilakukan antara tahun 2000 dan 2020 menunjukkan kematian akibat

kecelakaan lalu lintas akan menurun 30 persen di negara-negara dengan pendapatan

tinggi, tetapi akan meningkat di negara dengan pendapatan rendah dan sedang. Tanpa

adanya tindakan yang nyata, pada tahun 2020 kecelakaan lalu lintas akan menjadi

penyebab kecelakaan dan penyakit nomor 3 di dunia. Sebagai perbandingan, pada tahun

1990 kecelakaan lalu lintas masih berada pada nomor 9. Sekadar gambaran, mereka yang

terkena kecelakaan lalu lintas, mulai dari pejalan kaki, pengendara sepeda, sampai

pengendara sepeda motor, adalah yang paling banyak. Khusus di negara berkembang,

kecelakaan para pejalan kaki cukup tinggi.

5

Page 6: EPIDEMIOLOGI KECELAKAAN LALU LINTAS

Kerugian Ekonomi

Dampak kecelakaan lalu lintas selain kematian dan kecacatan adalah dampak

ekonomi. Pada skala mikro, kecelakaan lalu lintas sangat merugikan pihak korban.

Keuangan keluarga terguncang karena umumnya mereka yang terkena kecelakaan adalah

usia produktif, yaitu 15-44 tahun. Apalagi jika yang tertimpa adalah keluarga miskin.

Meski data biaya dan kerugian akibat kecelakaan minim di dapat, paling tidak studi

Transport Reserach Laboratory (TRL) yang digunakan WHO dan Bank Dunia sebagai

berikut cukup memberi gambaran kerugian akibat kecelakaan lalu lintas.

Untuk negara dengan pendapatan rendah, setidaknya satu persen gross national

product (GNP) hilang. Adapun untuk negara dengan penghasilan sedang, bisa menyerap

dua persen GNP. Riset ini dilakukan di 21 negara. Di kawasan Asia Tenggara saja, pada

tahun 2001 diperkirakan 354.000 orang meninggal akibat kecelakaan di jalan dan

diperkirakan 6,2 juta terpaksa dirawat di rumah sakit akibat kecelakaan di jalan. Biaya

akibat kecelakaan di jalan di negara-negara kawasan Asia Tenggara diperkirakan

mencapai 14 milyar dolar Amerika.

5. Prevalensi KLL

Angka kecelakaan lalu lintas secara nasional dalam bulan September 2009 masih

cukup tinggi. Direktorat Lalu Lintas Markas Besar Kepolisian RI mencatat sejak 13

sampai 22 September jumlah kecelakaan mencapai 893 kasus. Korban meninggal

mencapai 312 jiwa. Sedangkan luka berat 405 orang dan luka ringan 839 orang. Jumlah

korban yang tewas masih cukup tinggi dibandingkan data kecelakaan pada Operasi

Ketupat Jaya pada 2008. Saat itu jumlah kecelakaan mencapai 1.368 kasus. Korban

meninggal 633 jiwa dan luka berat 797 orang serta luka ringan 1.379 orang

Sementara Data Dinas Kesehatan Jawa Timur, sepanjang tahun 2006, di Surabaya

tercatat 208 jumlah kejadian kecelakaan dengan korban 116 orang tewas, 59 luka berat,

dan 50 lainnya luka ringan (profil kesehatan 2006).

6

Page 7: EPIDEMIOLOGI KECELAKAAN LALU LINTAS

Dari data tersebut, kita perlu melakukan refleksi sembari beriktiar untuk mengurangi

terjadinya angka kecelakaan lalu lintas. Bila merujuk pada faktor terjadinya kecelakaan

lalu lintas terjadi, umumnya kita bisa mengkategorikan dalam 2 faktor utama, yaitu dari

faktor pengguna jalan raya (tidak mematuhi peraturan lalu lintas, kurangnya konsentrasi,

tidak memakai alat pelindung, dll) maupun faktor fasilitas jalan raya (jalan bergelombang

dan lubang, kurangnya rambu-rambu lantas, penerangan jalan, jalan leher botol, dll).

Berdasarkan hasil dari Riset Kesehatan Dasar Nasional (RISKESDAS) pada tahun

2007. Proporsi kematian akibat kecelakaan lalu lintas dapat dibedakan menurut umur,

tipe daerah, dan jenis kelamin. Proporsi kematian akibat kecelakaan lalu lintas pada

kelompok umur 5-14 tahun menurut tipe daerah di perkotaan adalah 4,3%, proporsi di

daerah pedesaan sebanyak 9,4% dari seluruh proporsi kematian akibat berbagai

penyebab.

13%10%

77%

Proporsi Penyebab Kematian Akibat KLL pada Kelompok Umur 5-14 Tahun Menurut Tipe Daerah

perkotaan pedesaan penyebab lain

Sumber data: Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional Tahun 2007.

Kematian akibat kecelakaan lalu lintas pada kelompok umur 15-44 tahun di daerah

perkotaan menduduki peringkat pertama dengan proporsi 13,4%, sedangkan di daerah

pedesaan, proporsi kecelakaan lalu lintas sebesar 9,9%.

7

Page 8: EPIDEMIOLOGI KECELAKAAN LALU LINTAS

13%10%

77%

Proporsi Penyebab Kematian Akibat KLL pada Kelompok Umur 15-44

Tahun Menurut Tipe Daerahperkotaan pedesaan penyebab lain

Sumber data: Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional Tahun 2007.

Menurut jenis kelamin, proporsi kematian pada kelompok umur 15-44 tahun,

sebanyak 16,7% laki-laki pada tahun 2007 meninggal akibat kecelakaan lalu lintas,

sedangkan untuk wanita proporsi kematian akibat kecelakaan lalu lintas sebanyak 5,0%.

17%5%

78%

Proporsi Penyebab Kematian Akibat KLL pada Kelompok

Umur 15-44 Tahun Menurut Jenis Kelamin

laki-laki perempuan penyebab lain

Sumber data: Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional Tahun 2007.

Pada masyarakat kelompok umur 45-54 tahun, proporsi kecelakaan lalu lintas menurut

tipe daerah di perkotaan sebanyak 5,2%. Untuk kelompok masyarakat yang berdomisili

di pedesaan, kecelakaan lalu lintas tidak termasuk ke dalam penyebab kematian tertinggi.

8

Page 9: EPIDEMIOLOGI KECELAKAAN LALU LINTAS

Menurut jenis kelamin, proporsi kematian pada kelompok umur 45-54 tahun,

sebanyak 4,3% laki-laki pada tahun 2007 meninggal akibat kecelakaan lalu lintas,

sedangkan untuk wanita proporsi kematian akibat kecelakaan lalu lintas tidak termasuk

ke dalam penyebab kematian yang tinggi.

Di Amerika Serikat, kejadian kecelakaan lalu lintas setiap tahunnya diperkirakan

mencapai 500.000 kasus. Dari jumlah tersebut, 10% korban meninggal sebelum tiba di

rumah sakit dan lebih dari 100.000 korban menderita berbagai tingkat kecacatan akibat

kecelakaan lalu lintas tersebut.

6. Pendekatan Pencegahan

Dari definisinya saja, bisa kita bayangkan bahwa pendekatan ini adalah langkah

kegiatan untuk mencegah kecelakaan lalu lintas. Kegiatan-kegiatan tersebut lebih banyak

melibatkan peran aktif Dinas Perhubungan dan pihak Kepolisian serta tentu saja

masyarakat. Kegiatan apa saja yang bisa dilakukan, antara lain ; Memasang rambu lalu

lintas –rambu peringatan, larangan, perintah dan petunjuk- pada semua tempat yang

membutuhkan dengan warna yang jelas dan terang serta mudah dimengerti. Mengatur,

mengawasi dan menertibkan alur lalu lintas dan angkutan. Melakukan pemantauan dan

pembinaan terhadap kelayakan angkutan lalu lintas dengan memperhatikan kelengkapan

dan umur kendaraan. Sementara pihak kepolisian mengingkatkan disiplin pemakain jalan

dengan cara memperketat pengawasan bagi pelanggar.

Tak kalah pentingnya, membuat pengaturan jalan yang lebih manusiawi dan aman,

Langkah ini bisa ditempuh sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Perhubungan

Nomer KM 14 Tahun 2006 tentang Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Jalan.

Dalam hal ini peranan Dinas perhubungan sangat vital untuk menekan angka kecelakaan

jalan raya

Pembenahan dan pemeliharaan jalan yang rawan kecelakaan. Salah satu sebab utama

terjadinya kecelakaan lalu lintas adalah kondisi jalan raya yang buruk, mulai dari jalan

berlubang, bergelombang dan jalan yang menyempit. Untuk itu diperlukan upaya yang

9

Page 10: EPIDEMIOLOGI KECELAKAAN LALU LINTAS

serius dari pihak terkait –Pemkab dan Pemprov– untuk membenahi jalan yang rusak dan

kurang layak. Selain itu, pemeliharaan jalan harus terus dilakukan agar jalan lebih aman

dan nyaman buat para pengguna jalan raya.

Pendekatan Promotif

Kegiatan ini untuk memajukan dan meningkatkan pengetahuan masyarakat. Salah

satunya dengan cara kampanye safety riding dan responsible riding bagi para pengguna

jalan raya. Kampanye seperti ini sekarang lagi marak di beberepa kota seperti di

Surabaya. Tujuan dari kampanye ini adalah meningkatkan kesadaran pengguna jalan raya

untuk lebih memahami dan mematuhi peraturan lalu lintas. Pelaksana kampanye ini tentu

saja dipelopori oleh pihak kepolisian dengan dukungan dari kalangan swasta dan

masyarakat, yang turut membantu sebagai penyandang dana. Kampanye ini terbukti

cukup efektif untuk mengurangi angka kecelakaan sebagaimana sudah dibuktikan

dibeberapa jalan di Surabaya.

Pelaksanaan kampanye dilakukan secara lebih berkesinambungan dengan

mengangkat tema-tema yang variatif, atraktif dan komunikatif agar menggugah perhatian

para pengguna jalan raya. Sebagai ilustrasi kampanye sejenis di Surabaya, sepanjang

jalan dipasang informasi berupa spanduk dan tulisan yang menggugah kesadaran

pengguna jalan, ada kuis undian buat pengguna jalan yang diundi tiap minggunya,

pemberian souvenir yang menarik, dll. Tentu saja, kampanye semacam ini ditindaklanjuti

dengan penegakan aturan lalu lintas bagi para pengguna jalan raya yang melanggar dan

tidak dilakukan secara sporadis saja.

Selain kedua hal tersebut, dapat dilakukan cuga pencegahan sebagai berikut:

Pembinaan pengemudi.

Penyuluhan kepada pengemudi angkutan umum, pemilihan awak kendaraan umum

teladan yang dilaksanakan tiap tahun tetap dilanjutkan. Namun prioritas pembinaan

sekarang mulai diarahkan kepada pengemudi kendaraan pribadi dan sepeda motor,

dibarengi dengan seleksi pemberian SIM yang ketat.

10

Page 11: EPIDEMIOLOGI KECELAKAAN LALU LINTAS

Pendidikan dan pengawasan kepada sekolah mengemudi.

Banyaknya sekolah mengemudi ternyata belum mencerminkan tingkat kesadaran

pengemudi untuk mematuhi aturan lalulintas. Permasalahannya adalah sekolah

mengemudi tersebut hanya mengajarkan cara menyetir kendaraan dan tidak memberikan

pendidikan tentang dampak dan kerugian yang ditimbulkan karena pengemudi yang tidak

disiplin. Bahkan seringkali sekolah mengemudi memberikan kemudahan untuk membuat

SIM, yang pada akhirnya ini seringkali dimanfaatkan oleh calon pengemudi untuk

mendapat kemudahan tersebut tanpa mempertimbangkan kemampuan mengemudinya.

Demi terciptanya lalulintas yang lancar dan bertanggung jawab, ekses-ekses negatif ini

sebaiknya segera ditertibkan.

Peningkatan prasarana dan fasilitas lalu lintas jalan

Data dari Dinas Bina Marga menunjukan bahwa tidak ada penambahan panjang jalan

dalam tiga tahun terakhir. Hal ini sangat memprihatinkan karena jumlah pendududk dan

kendaraan meningkat sangat pesat. Dengan segala keterbatasan dana yang ada,

Pemerintah Daerah harus tetap mencari akal untuk menyelesaikan masalah ini, misalnya

dengan cara bekerja sama dengan pengusaha pusat perbelanjaan untuk menyediakan

fasilitas yang dibutuhkan. Karena pada akhirnya upaya peningkatan kelancaran dan

keselamatan lalu lintas tersebeut dapat meningkatkan kemajuan usaha mereka.

Hal lain yang perlu dilakukan dengan pendekatan partisipasi masyarakat. Pihak yang

pertama mengetahui terjadinya kecelakaan lalu lintas adalah para masyarakat sekitar

tersebut, karena itu pendekatan kepada mereka juga perlu dilakukan. Salah satunya

dengan penyuluhan kepada masyarakat sekitar jalan raya dan mereka yang senantiasa

berkecimpung di sekitar jalan raya (tukang ojek, tukang becak, sopir angkot, dll) tentang

bagaimana menangani korban kecelakaan lalu lintas.

Menurut undang-undang lalu lintas no.22 tahun 2009 bagian kesatu pasal 226,

kecelakaan lalu lintas dapat dicegah dengan:

a. Partsipasi dari para pemangku kepentingan

b. Pemberdayaan masyarakat

11

Page 12: EPIDEMIOLOGI KECELAKAAN LALU LINTAS

c. Penegakan hukum

d. Kemitraan global

Pendekatan Kuratif

Pemberian pertolongan dan pengobatan baik langsung maupun tidak langsung pada

korban kecelakaan lalu lintas. Salah satunya dengan ketersediaan pelayanan kesehatan

yang layak dan mampu memberi pelayanan dengan cepat terhadap para korban

kecelakaan lalu lintas. Keberadaan layanan IRD 24 jam yang dilengkapi dengan tenaga

dokter jaga dan perawat, diperkuat dengan layanan penunjang seperti instalasi

ambulance, laboratorium dan radiologi yang stand by 24 jam. Kebutuhan layanan

penunjang yang lengkap sangat menunjang/membantu penangangan korban kecelakaan

dengan cepat.

Selain itu, keberadaan kamar operasi yang mendukung layanan lebih lanjut dari

IRD juga sangat diperlukan. Dan tak kalah pentingnya adalah jalur rujukan antar instansi

pelayanan kesehatan yang ada berjalan dengan baik. Masing-masing instansi pelayanan

kesehatan memahami kemampuan layanan mereka, sehingga korban dapat dirujuk ke

tempat layanan kesehatan yang lebih mampu dengan fasilitas sarana dan tenaga lebih

lengkap.

Pendekatan Rehabilitatif

Adalah kegiatan pemberian pelayanan untuk mengurangi kecacatan akibat

kecelakaan lalu lintas. Selama ini pendekatan ini belum banyak tersentuh. Di RS ada

layanan rehabilitasi medis guna pemulihan dan minimalisasi kecacatan pasien

Dari semua langkah-langkah diatas, memerlukan dukungan kerjasama yang

sinergis antara masyarakat, pihak aparat maupun dri institusi kesehatan. Dan pada intinya

kembali kepada kesadaran setiap individu pengguna jalan raya untuk lebih waspada dan

berhati-hati selama perjalanan. Percuma saja langkah-langkah diatas dioptimalkan tapi

kelakuan pengguna jalan raya sembrono dan ugal-ugalan. Kita mesti ingat, bila kita ingin

12

Page 13: EPIDEMIOLOGI KECELAKAAN LALU LINTAS

merubah suatu keadaan –salah satunya meminimalkan kasus kecelakaan– adalah diawali

dari masing-masing individu sebagai subyek pelaku.

Sebagai bentuk ikhtiar tidak ada salahnya kita lebih berhati-hati, mematuhi aturan lalu

lintas dan selalu ingat keluarga di rumah menanti agar kita kembali dengan selamat.

Semoga dengan langkah-langkah sebagaimana disampaikan diatas, kita dapat

meminimalkan resiko terjadinya kecelakaan lalu lintas.

DAFTAR PUSTAKA

http://digitalmbul.com/blogs/2007/07/18/faktor-utama-penyebab-kecelakaan-lalu-lintas/.

16 maret 2010

13

Page 14: EPIDEMIOLOGI KECELAKAAN LALU LINTAS

http://kardady.wordpress.com/2009/12/30/pencegahan-kecelakaan-lalulintas-di-kota-

bandung/

20 maret 2010

Bustan, M.N. 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional Tahun 2007

14