epidemiologi dan etiologi dari meningioma

Upload: adityakurnianto

Post on 10-Mar-2016

37 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

word meningioma

TRANSCRIPT

Epidemiologi dan Etiologi dari MeningiomaJoseph Wiemels Margaret Wrensch Elizabeth B. ClausAbstrak Meskipun sebagian besar meningioma merupakan tumor yang berkapsul/encapsulated dan jinak dengan penyimpangan genetik yang terbatas, lokasi meningioma yang berada di intrakranial sering menyebabkan konsekuensi yang serius dan berpotensi mematikan. Meningoma merupakan tumor otak primer yang paling sering didiagnosis dari 33,8% tumor otak primer dan tumor sistem saraf pusat yang dilaporkan di Amerika Serikat antara tahun 2002 sampai tahun 2006. Kerentanan yang diturunkan berkaitan dengan meningioma diteliti dalam baik pada riwayat keluarga maupun pada studi gen kandidat pada gen perbaikan DNA. Orang-orang dengan mutasi gen neurofibromatosis (NF2) memiliki risiko yang meningkat untuk kejadian meningioma. Dosis tinggi paparan radiasi pengion merupakan faktor risiko yang dapat menyebabkan kejadian meningioma, dan dosis lebih rendah juga dapat meningkatkan risiko, akan tetapi mengenai jenis dan dosis yang mana yang menjadi faktor resiko masih kontroversial atau masih diteliti. Dikarenakan wanita dua kali lebih berisiko daripada laki-laki pada kejadian meningioma dan tumor ini memiliki reseptor hormon, peran etiologi untuk hormon (baik hormon endogen maupun eksogen) telah dihipotesiskan. Sejauh mana faktor imunologi mempengaruhi etiologi dari meningioma sebagian besar belum diselidiki. Makin berkembangnya penelitian mengenai tumor otak ditambah dengan munculnya alat epidemiologi genetik dan molekuler baru pada epidemiologi genetik dan molekuler menjanjikan harapan dalam memajukan pengetahuan mengenai penyebab meningioma intra-kranial. Dalam ulasan ini, kami menyoroti pengetahuan saat ini mengenai epidemiologi dan etiologi meningioma dan menyarankan arah penelitian untuk masa mendatang.

Kata kunci - Meningioma - Epidemiologi Etiologi - Faktor risiko Radiasi pengion -Hormon

Penelitian Epidemiologi Meningioma

Dibandingkan dengan tumor ganas glial, faktor risiko etiologi dari meningioma relatif jarang diteliti. Beberapa tantangan berkenaan dengan penelitian meningioma: (i) sebagai penyakit yang relatif jarang, penelitian yang besar atau multisenter diperlukan untuk mencukupi jumlah kasus; (ii) panjang masa laten kasus meningioma adalah 20-30 tahun atau lebih, diperlihatkan paling jelas dalam studi dengan dosis radiasi pengion yang telah diketahui, membuat pemastian terhadap eksposur menjadi sulit dikarenakan recall bias (bias ingatan); (iii) prevalensi dari penyakit ini yang subklinis sampai dengan 2,8% dari penduduk, seperti yang didapatkan pada studi otopsi bahwa jumlah orang yang rentan terhadap meningioma jauh lebih besar dibandingkan dengan mereka yang sudah terdiagnosis pasti secara klinis; dan (iv) masalah bias pada saat pendeteksian - banyak kejadian meningioma ditemukan hanya secara kebetulan melalui MRI pada kondisi seperti trauma kepala atau masalah pada sinus. Meningioma yang ditemukan secara kebetulan ini, dan juga sebagian besar dari kasus meningioma yang ditemukan pertama kali, dikelola secara ''konservatif '', yang berarti hanya dilakukan observasi dan tidak dilakukan operasi pengangkatan. Salah satu cara Epidemiologis dapat meminimalkan bias pada saat pendeteksian ialah hanya dengan memastikan suatu kasus telah menjalani operasi pengangkatan dan mengonfirmasi patologisnya, yang mana berarti memastikan bahwa kasus tersebut memiliki klinis meningioma yang signifikan. Hanya beberapa studi epidemiologi tumor intrakranial yang sampai saat ini telah cukup kuat untuk dapat mempelajari faktor risiko meningioma secara terpisah. Penelitian ini termasuk penelitian besar kohort di Eropa seperti Interphone, dan Million Women Study di Inggris. Beberapa negara besar di Eropa atau studi kasus-kontrol yang regio-spesifik telah dihasilkan dari penelitian Interphone. Pada tahun 2002, Registrasi Tindakan Amademen pada Tumor Jinak Kanker Otak (The Benign Brain Tumor Cancer Registries Amandement Act)/(HR 5204) telah disahkan, mengamanatkan pendataan dari tumor otak jinak seperti meningioma di Amerika Serikat. Undang-undang ini telah dan akan terus meningkatkan pelaporan baik dari tingkat insidensi meningioma dan juga waktu kelangsungan hidup pasien dengan meningioma. Sebelum adanya tindakan ini, angka perkiraan kematian akibat kejadian meningioma terhambat akibat pelaporan tidak lengkap dan potensi bias seleksi individu yang dimasukkan dalam database, serta informasi mengenai tindak lanjut/ follow-up yang terbatas. Kualitas informasi baru yang lebih baik memberikan kesempatan yang lebih baik untuk penelitian dan komunitas klinis di tahun-tahun mendatang.

Statistik Penduduk

Prevalensi meningioma yang terkonfirmasi secara histopatologi di Amerika yang diperkirakan sekitar 97,5/100.000 dengan lebih dari 170.000 orang yang didiagnosis dengan meningioma saat ini. Dikarenakan beberapa tipe meningioma tidak dapat ditangani melalui pembedahan, maka angka perkiraan tersebut lebih rendah. Ditambah lagi, studi otopsi dan pencitraan telah memperkirakan tingkat kejadian meningioma subklinis hingga 2,8% pada perempuan. Data dari Central Brain Tumor Registry of United States(CBTRUS) menunjukkan insidensi kejadian pada perempuan dua kali lipat lebih tinggi [masing-masing tingkat kejadian yang disesuaikan menurut umur (per 100.000 penduduk) yaitu 8,36 untuk perempuan dan 3,61 untuk laki-laki]. Tingkat insidensi pada perempuan: laki-laki yang sekitar 2: 1 dapat terbalik pada kejadian yang jarang, yaitu meningioma pra-pubertas. Meningioma atipikal dan ganas merupakan sebagian kecil dari semua kejadian (~5%) dan sedikit didominasi oleh laki-laki. Tingkat insidensi yang dilaporkan untuk ras hitam non-Hispanik sedikit lebih tinggi (6.67) daripada ras putih non-Hispanik (5,90 ) dan ras Hispanik (5,94). Tingkat insidensi spesifik terhadap usia dan gender (Gambar. 1) mengungkapkan adanya peningkatan risiko berhubungan dengan usia baik pada laki-laki maupun perempuan. Peningkatkan risiko kejadian meningioma selama beberapa dekade terakhir dicatat dalam CBTRUS, sehingga meningkatkan keakuratan dalam pelaporan penyakit ini.

Gambar. 1 Tingkat insidensi spesifik usia dan gender (per 100.000 penduduk) untuk kejadian meningioma di Amerika Serikat (2002-2006). Skala sumbu Y kiri mengacu pada grafik batang. Rasio dari kejadian pada perempuan: laki-laki ditunjukkan dengan gambar berlian pada setiap kelompok usia, dan sumbu untuk ratio kejadian antara perempuan: laki-laki berada di sisi kanan. Rasio puncak perempuan: laki-laki adalah 3,15 , pada antara kelompok umur 35-44 tahun.

Etiologi Molekuler

Sel meningioma menunjukkan kesamaan yang mencolok dengan sel cap arachnoid (cap cell arachnoid), yang kemungkinan merupakan asal dari sel tumor. Meskipun adanya fakta bahwa meningioma memiliki patofisiologi jinak pada 95% kasus, karsinoma selalu dihasilkan dari perkembangan berlebih sel klonal yang berasal dari satu sel sebagaimana yang dicontohkan pada studi sitogenetika dan hibridisasi genomik array komparatif (array-CGH). Meningioma sporadis biasanya terkait dengan satu atau lebih delesi fokal kromosom, dan pada grade ganas dan atipikal cenderung memiliki beberapa perubahan jumlah salinan kromosom yang konsisten dengan penambahan mutasi ''mutator'' yang mengembangkan ketidakstabilan genomik. Penghapusan dan inaktivasi NF2 pada kromosom 22 adalah ciri dominan pada meningioma sporadis, dan penghapusan umumnya bersifat dwi-alel. Gen lainnya mungkin juga terlibat, dikarenakan hilangnya NF2 hanya terjadi pada 1/3 dari pasien yang kehilangan heterosigositas pada kromosom 22. Daerah genomik lainnya yang berulang kali sering ditemukan hilang pada kejadian meningioma mencakup14q, 1p, 6Q, dan 18q. Meskipun dalam satu studi, meningioma familial tidak menunjukkan perubahan jumlah salinan yang diwariskan, yang mana biasanya kejadian meningioma familial secara tipikal memiliki germline dengan defek pada NF2 atau predisposisi mutasi lainnya. Sesungguhnya, meningioma dilaporkan pada keluarga dengan sindrom predisposisi dari beberapa jenis kanker, termasuk kanker yang melibatkan gen NF1, PTCH, CREBBP, VHL, PTEN, dan CDKN2A. Penyimpangan epigenetik pada meningioma belum sepenuhnya dinilai, tetapi satu studi menunjukkan bahwa peristiwa metilasi DNA lebih berpengaruh secara biologi pada meningioma dibandingkan dengan mutasi jumlah salinan DNA. Jelas, kompleksitas penyimpangan genetik pada meningioma meningkat sesuai dengan grade tumor. Mutasi yang secara relatif lebih kecil mungkin diperlukan untuk sebagian besar meningioma; namun pertumbuhan meningioma yang lambat membuat masa laten yang panjang menjadi sebuah permasalahan, menyebabkan kesulitan dalam mengidentifikasi sumber dan waktu mulainya mutasi, memberikan kerumitan lebih lanjut pada studi epidemiologi.

Faktor RisikoRadiasi PengionSaat ini, faktor risiko lingkungan primer yang teridentifikasi untuk meningioma adalah paparan terhadap radiasi pengion (IR) dengan pelaporan risiko enam sampai sepuluh kali lipat. Pada tingkat dosis tinggi, data pada orang yang selamat dari bom atom menunjukkan risiko sangat meningkat untuk kejadian meningioma. Bukti juga tersedia untuk tingkat dosis yang lebih rendah. Dalam salah satu studi yang paling terkenal mengenai paparan radiasi pengion dan risiko kejadian meningioma, pada anak-anak Israel yang diberi terapi radiasi untuk mengobati kurap/ringworm pada kulit kepala antara tahun 1948 dan 1960 (Tinea Capitis Cohort), diamati memiliki risiko relatif hampir 10 kali untuk kejadian meningioma. Sejumlah penelitian telah menghubungkan radiografi dental pada seluruh mulut (full mouth X-foto) dengan risiko kejadian meningioma. Meskipun ukuran sampel tersebut terbatas dan beberapa penelitian selanjutnya (juga dalam ukuran kecil) tidak menghasilkan temuan serupa. studi kasus / kontrol terbaru dari 200 pasien meningioma melaporkan bahwa pasien yang mendapatkan sinar-X seluruh mulut (full mouth X-foto) memiliki risiko meningioma yang meningkat secara signifikan(OR 2.06, 95% CI 1.03, 4.17) meskipun bukti untuk hubungan dosis-respon kurang (P untuk trend = 0,33) . Terapi radiasi untuk tumor intra-kranial juga telah dikaitkan dengan risiko meningioma. Akhir- akhir ini, belum ada studi skala besar mengenai risiko relatif kejadian meningioma terhadap radiasi pengion. Studi mengenai paparan radiasi pengion masih sangat relevan di era saat ini, dimana dosis sinar-X untuk prosedur dental dan prosedur lainnya diturunkan, dikarenakan prosedur radiografi baru dengan risiko paparan yang signifikan telah diperkenalkan, termasuk diantaranya adalah computed tomography (CT).

HormonHubungan antara hormon dan risiko meningioma telah ditunjukkan oleh sejumlah temuan, termasuk adanya peningkatan kejadian penyakit pasca-pubertas pada wanita dibandingkan laki-laki (2: 1) dengan rasio tertinggi 3,15: 1 selama puncak tahun reproduksi (Gambar. 1); kehadiran reseptor estrogen, progesteron, dan androgen pada beberapa meningioma; hubungan antara kanker payudara dan meningioma; indikasi bahwa meningioma berubah ukuran selama fase luteal dari siklus menstruasi dan kehamilan; dan regresi meningioma multiple pada pasien yang menghentikan terapi agonis estrogen. Meskipun adanya petunjuk yang sentinel, meningioma jauh dari sifat ''hormon-fed'', sehingga pada pengukuran klinik dan epidemiologik dari hormon endogen dan eksogen tidak konsisten terkait dengan insidensi meningioma.Para peneliti hanya mulai menjawab pertanyaan tentang apakah penggunaan hormon eksogen seperti kontrasepsi oral (OC) dan /atau terapi penggantian hormon (hormone replacement therapy/HRT) dikaitkan dengan peningkatan risiko meningioma. Data dari dua penelitian kohort dan beberapa studi kasus/kontrol tersedia. Dalam studi kasus / kontrol pada Nurses Health Study (NHS) (pada 125 kasus meningioma), risiko relatif meningioma yang behubungan dengan penggunaan hormon untuk wanita pra-menopause sebesar 2,48 (95% CI 1.29, 4.77) bila dibandingkan dengan wanita pasca-menopause yang tidak pernah menggunakan terapi hormon. Bagi wanita pasca-menopause yang menggunakan terapi hormone, risiko relatifnya adalah sebesar 1.86 (95% CI 1.07, 3.24). Tidak ada risiko berlebih yang dikaitkan dengan penggunaan terapi hormon masa lalu. Tidak ada hubungan yang ditemukan untuk penggunaan kontrasepsi oral yang digunakan di masa lalu atau saat ini.Data yang baru-baru ini diterbitkan dari studi kohort pada 1,3 juta wanita dengan usia rata-rata 55,9 yang direkrut dari tahun 1996 sampai 2001 (The Million Women Study) tidak menemukan hubungan antara penggunaan OC (OR 1.06, 95% CI 0.81-1.38 untuk digunakan dalam lima tahun terakhir) dengan risiko meningioma (n = 390), akan tetapi tidak melaporkan hasil untuk penggunaan HRT. Dalam studi kasus / kontrol besar dan terakhir, grup Interphone melaporkan adanya peningkatan risiko relatif meningioma (n = 178) pada wanita pasca-menopause yang pernah menggunakan HRT (OR 1.7, 95% CI 1.0-2.8). Wanita yang telah menggunakan long-acting hormonal kontrasepsi juga memiliki peningkatan risiko meningioma; dengan odd ratio untuk setidaknya 10 tahun penggunaannya adalah 2,7 (95% CI 0,9-7,5). Sebuah studi kohort berdasarkan catatan-retrospektif yang menggunakan database pasien Mayo Clinic Jacksonville antara tahun 1993 sampai 2003 menegaskan temuan NHS positif (OR 2.2, 95% CI 1.9-2.6) dari hubungan penggunaan antara HRT dengan risiko meningioma, membandingkan frekuensi penggunaan HRT antara 1390 populasi kasus dengan lebih dari 350.000 perempuan lain dalam sistem kesehatan, sementara studi kasus / control pada 219 kasus meningioma yang diidentifikasi dari tiga rumah sakit daerah Chicago antara tahun 1987 sampai 1992 melaporkan efek protektif untuk penggunaan kontrasepsi oral (OR 0.2, 95% CI 0.0-0.8) dan efek protektif non-statistik yang signifikan terkait dengan penggunaan HRT. Penelitian yang terakhir ini menggunakan pasangan pria dengan nyeri punggung sebagai kontrol. Oleh karena itu saat ini, terdapat batasan bukti statistik dari peningkatan risiko kejadian meningioma pada kalangan pengguna kontrasepsi oral. Meskipun tidak definitif, data yang tersedia menunjukkan hubungan antara penggunaan terapi hormon pengganti dengan peningkatan risiko meningioma. Evaluasi lebih lanjut mengenai penggunaan hormon eksogen pada wanita dengan meningioma pada penelitian yang lebih besar diperlukan dengan perhatian khusus pada stratifikasi komposisi hormon (yaitu estrogen dan / atau progesteron), durasi dan usia penggunaan, serta subkelompok meningioma yang ditetapkan oleh ekspresi dari reseptor tumor. Para peneliti juga melaporkan hasil yang bertentangan ketika memeriksa risiko meningioma pada kategori kehamilan, variabel menstruasi dan variabel antropometri. Ketika meneliti usia saat menstruasi pertama, peneliti di Nurses Health Study mengamati risiko relative meningioma pada wanita dengan menarche pertama pada umur 12-14 tahun sebesar 1,29 (95% CI 0.86-1.92) dan untuk wanita dengan menarche pertama setelah usia 14 tahun, risiko relatif sebesar 1,97 (95% CI 1,06-3,66) bila dibandingkan dengan mereka yang menarche sebelum usia 12. Sebuah kecenderungan peningkatan risiko meningioma untuk wanita yang melahirkan dibandingkan dengan wanita tidak melahirkan (RR = 2.39, 95% CI 0.76-7.53) juga diamati, meskipun nilai ini secara statistik tidak signifikan. Pada studi kasus/control kedua, Lambe dkk. memeriksa 1088 pasien dengan meningioma di Swedish Cancer Registry dan kemudian dicocokkan dengan data dari Swedish Fertility Registry. Kelompok ini tidak menemukan hubungan baik antara paritas ataupun usia pada saat kelahiran pertama dengan risiko meningioma, namun analisis mereka tidak disesuaikan untuk kemungkinan faktor risiko meningioma lainnya seperti penggunaan hormon eksogen atau sejarah paparan radiasi. Data dari penelitian Interphone menunjukkan bahwa risiko meningioma pada wanita yang berusia 10 tahun paparan berat). Jika waktu masa laten yang didapatkan dari penelitian hubungan radiasi pengion dengan epidemiologi meningioma (17-36 tahun) diambil sebagai pedoman, hubungan sebenarnya dari penggunaan ponsel dengan risiko meningioma mungkin belum tampak selama beberapa dekade dan karena itu topik ini layak untuk diperhatikan lebih lanjut.

Hubungan dengan Kanker PayudaraHubungan antara kanker payudara dan meningioma telah diteliti dalam beberapa studi. Sejumlah penjelasan telah diusulkan untuk hubungan ini, termasuk adanya faktor risiko umum seperti hormon endogen dan eksogen bersama dengan adanya predisposisi genetik, termasuk adanya variasi dalam perbaikan polimorfisme DNA. Sebuah tinjauan literatur dan analisis hubungan antara kanker payudara dengan meningioma menggunakan data registrasi Western Washington State dilakukan oleh Custer dkk. Risiko relative yang diamati pada seluruh studi berkisar antara 1.5 dan 2.0 dengan mayoritas signifikan secara statistik. Sebagian besar studi ini telah dilakukan dengan data registrasi dari tumor dan memiliki ukuran sampel relatif kecil, tidak mampu memeriksa hubungan keduanya dikarenakan faktor risiko yang mungkin berpengaruh pada kedua tumor tersebut, seperti kehamilan dan menstruasi dan variabel penggunaan hormon eksogen. Studi yang mengidentifikasikan risiko kanker payudara pada wanita yang memiliki meningioma ataupun sebaliknya menunjukkan keduanya memiliki besaran yang sama untuk peningkatan risiko sehingga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan kausal antara kedua tumor ini, namun lebih disebabkan karena mereka berbagi faktor risiko yang sama seperti jenis kelamin, usia, induksi hormon, dan variabel demografis lainnya.

Pekerjaan / Diet / AlergiUpaya untuk menghubungkan bahan kimia tertentu dengan meningioma pada kelompok yang terpapar pada lingkungan kerja atau industri telah dibuktikan. Kasus internasional/ studi kontrol tidak menemukan hubungan antara diet dengan meningioma (n = 332). Meskipun sejumlah studi telah menemukan bukti adanya hubungan antara tumor otak glial dan penyakit alergi seperti asma dan eksim, sedikit bukti yang telah ditemukan untuk hubungan antara hal-hal tersebut dengan meningioma. Namun, sebuah metaanalisis menunjukkan adanya hubungan terbalik yang signifikan dari meningioma dengan alergi ketika mengeluarkan studi tunggal yang paling heterogen dari yang lainnya (pooled RR = 0.84, 95% CI 0.72-0.98, P = 0.029). Penelitian besar terbaru menunjukkan risiko terbalik yang konsisten terhadap asma, hayfever, dan eksim. Sebuah studi terhadap gen kekebalan bawaan menunjukkan tidak adanya bukti yang kuat untuk risiko kejadian meningioma pada variasi gen tersebut, namun perlu penyelidikan lebih lanjut untuk hal tersebut.Riwayat Keluarga MeningiomaBeberapa studi telah meneliti hubungan antara risiko meningioma dengan riwayat keluarga meningioma. Malmer dkk. meneliti risiko kanker dalam pasangan dan kerabat tingkat pertama pada pasien tumor otak di Swedia dan melaporkan bahwa diagnosis risiko kejadian meningioma dua kali lipat meningkat pada kerabat tingkat pertama(rasio kejadian standar [SIR] 2,2, 95% CI 1.4, 3.1) tetapi tidak untuk pasangan dari individu yang terkena. Hubungan terbalik antara risiko dan usia saat onset diamati dengan SIR 2,5 (95% CI 1,5-4,0) untuk probandus yang berusia kurang dari 50 tahun dan SIR 1,3 (95% CI 0,6-2,6) untuk probandus dengan usia lebih dari 50 tahun. Hemminki et al.melakukan analisis serupa menggunakan data dari database dari registry di Swedia dan Norwegia, dan menunjukkan adanya peningkatan risiko dengan peningkatan jumlah dari individu yang memiliki anggota keluarga tingkat pertama (SIR 1,6, 95% CI 1,3-42,0) atau tingkat kedua (SIR 5.0, 95% CI 0,9-14,8) dengan kejadian. Terlepas dari kenyataan bahwa 1-3% dari populasi orang dewasa mungkin memiliki meningioma, jumlah keluarga dengan beberapa anggota yang terdiagnosis dengan meningioma relatif jarang (menunjukkan adanya spektrum yang luas dari ekspresi fenotipik dengan arti klinis dan oleh karena itu perlu dilakukan skrining), dan sebagian besar keluarga smenunjukkan adanya pewarisan mutasi NF2. Saat ini tidak ada studi analisis berdasarkan hubungan keluarga atau segregasi/pemisahan yang telah dilaporkan.

Epidemiologi MolekulerPada penelitian paling baru dan terbesar sampai saat ini mengenai polimorfisme dan resiko meningioma, peneliti studi Interphone melaporkan kaitan yang bermakna secara statistik dengan meningioma untuk 12 SNPs (Single Nucleotide Polymorphisms) yang diambil dari gen perbaikan DNA. Peneliti ini mempelajari 1.127 SNP yang dipilih untuk menemukan sebagian besar variasi umum dalam 136 gen perbaikan DNA serta tambahan 388 dugaan SNP fungsional. Termasuk juga 69 nonsynonymous coding SNP yang mungkin menggambarkan perubahan fungsional dalam protein yang terekspresi. Sebanyak 631 kasus dan 637 kontrol yang diambil dari lima kasus seri / kontrol dari Studi Interphone dipetakan genome nya. Studi Interphone adalah proyek kasus / kontrol yang awalnya dirancang untuk menguji hubungan antara penggunaan ponsel dan risiko tumor otak, termasuk meningioma. Subyek penelitian terutama berlatar belakang Eropa Barat. Kelompok ini melaporkan asosiasi biologis yang baru dan menarik antara risiko meningioma dan tiga varian pada gen yang mengkodekan gen kerentanan kanker payudara 1-berinteraksi protein 1 (breast cancer susceptibility gene 1-interacting protein 1; BRIP1) (17q22). Yang paling signifikan adalah SNP rs4968451 yang memetakan ke Intron 4 dari gen (OR 1,61, 95% CI 1,26-2,06 heterozigot, OR 2.33, 95% CI 1,25-4,34 homozigot). Gen BRIP1 terlibat dalam perbaikan pemecahan untai ganda DNA oleh rekombinasi homolog dengan cara yang tergantung pada hubungannya dengan BRCA1. Cacat pada BRIP1 terkait dengan kerentanan terhadap kanker payudara (serta anemia Fanconi), mengarahkan peneliti untuk berspekulasi bahwa hubungan yang dilaporkan antara kanker payudara dan risiko meningioma mungkin karena cacat yang sama gen perbaikan DNA daripada / selain dari asumsi sebelumnya yang mengaitkan resiko hormonal bersama (seperti terapi penggantian hormon). Kelompok ini juga melaporkan hubungan yang signifikan secara statistik antara empat varian dalam gen ATM, anggota dari phosphatidylinositol-3 kinase keluarga diketahui terlibat dalam homolog dan nonhomolog perbaikan pemutusan untai DNA, dan risiko meningioma. Kelompok sebelumnya juga telah mencatat hubungan yang signifikan antara varian ATM untuk meningioma serta kanker payudara. Temuan ini sekali lagi menarik dalam menerangkan hubungan antara radiasi pengion dan risiko meningioma serta antara kanker payudara dan risiko meningioma.Kandidat gen tambahan penelitian menunjukkan peran gen dalam jalur apoptosis, dan seperti yang dibahas di atas, jalur pengendalian imunitas dan risiko meningioma. Penelitian sebelumnya memeriksa varian di fase II gen metabolisme, yang akan berdampak pada respon paparan kimia lingkungan atau pekerjaan; meta-analisis dari studi ini mengimplikasikan peran potensial untuk detoksifikasi enzim GSTT1 dalam modulasi risiko meningioma (OR = 1,95, 95% CI 1,02-3,79). Kurangnya pengulangan / konfirmasi dan rendahnya jumlah varian yang dinilai dalam studi gen kandidat menjauhkan dari pengetahuan tentang kerentanan genetik meningioma yang sebenarnya, yang menanti hasil dari studi ketidaktahuan asosiasi luas dari genome.

Arah untuk Studi masa DepanDikarenakan sifat alaminya yang jinak, penelitian epidemiologi dari meningioma dan etiologi telah tertinggal dibandingkan dengan neoplasma intrakranial yang bersifat ganas. Studi tentang faktor risiko untuk meningioma tetap menarik, dan saat ini ada beberapa studi berskala besar. Dua faktor risiko utama yang diketahui adalah predisposisi genetik dan paparan radiasi dosis tinggi-pada sebagian kecil kasus. Meskipun peran hormon mungkin menyebabkan meningioma pada distribusi kasus sesuai dengan gender, hanya tersedia sedikit data spesifik yang konsisten untuk faktor risiko hormonal. Studi epidemiologi mungkin digunakan untuk mengumpulkan dan menentukan data subjek yang sesuai baik dari populasi yang sudah terkarakteristik dengan jelas, menyadarkan tentang adanya bias saat pendeteksian atau bias saat mendiagnostik pasien, dalam upaya untuk menggambarkan faktor risiko baik untuk kelompok pasien meningioma secara keseluruhan maupun untuk subkelompok tertentu. Data follow-up dengan kualitas baik untuk periode waktu yang cukup harus dikumpulkan pada pasien dengan meningioma untuk mendapatkan perkiraan yang mewakili kekambuhan terkait dengan jenis kelamin dan usia-spesifik, kualitas hidup, dan kelangsungan hidup secara keseluruhan. Sebagai tambahan untuk mendapatkan data kolektif mengenai faktor risiko lingkungan seperti penggunaan hormon, perlu dipertimbangkan untuk memasukan informasi tentang varian genetik yang relevan berasal dari genom secara keseluruhan dan scanning jalur dari gen. Sebagai tambahan untuk mengeksplorasi faktor risiko meningioma, yaitu faktor lingkungan dan genetik secara terpisah, interaksi antara keduanya harus diperiksa. Sebagai contoh, integrasi dari faktor risiko lingkungan seperti penggunaan kontrasepsi oral atau paparan radiasi dengan informasi mengenai polimorfisme genetik pada hormone steroid atau gen DNA perbaikan dapat membantu peneliti untuk memahami hubungan yang kompleks antara kerentanan genetika dengan paparan dari lingkungan dalam perkembangan kasus meningioma. Mengingat diperlukannya sejumlah besar subyek untuk mempelajari interaksi gen dengan lingkungan tersebut, terutama dalam subset dari kejadian meningioma yang jarang, yaitu subtipe atipikal dan ganas, upaya kolaboratif dan multi-senter antar peneliti akan dibutuhkan, termasuk orang-orang yang ahli pada bidang-bidang seperti bedah saraf, epidemiologi,genetika, statistik, dan neuropatologi.Epidemiologi dan etiologi dari meningioma akan meningkatan jumlah dan kualitas dari pelaporan penyakit pada registrasi kasus kanker yang difasilitasi oleh Benign Brain Tumor Act of 2002 di Amerika Serikat. Tindakan ini telah membentuk konsorsium meningioma secara multicenter, yang cocok untuk beberapa penelitian besar di Eropa. Studi ini di masa mendatang akan memfasilitasi penyelidikan yang cepat dan menyeluruh untuk faktor kerentanan genetik pada kasus meningioma melalui seluruh genome yang berhubungan dan rangkaian dari genom. Pengumpulan data hematologi dan material dari tumor harus dilakukan pada studi tersebut untuk memfasilitasi penggolongan meningioma secara rasional ke dalam subtipe etiologi sehingga lebih menjelaskan mengenai faktor risiko genetik, imunologi, dan lingkungan.Penelitian mengenai paparan akan tetap terhambat kemajuannya dalam studi kasus-kontrol kejadian meningioma, yang mana dihambat oleh adanya bias pada informasi yang diperoleh dikarenakan buruknya ataupun berbedanya ingatan subyek penelitian dan kurangnya biomarker yang dapat membuktikan suatu paparan dikarenakan informasi yang diperoleh dalam bentuk retrospektif. Penelitian besar kohort pada masa mendatang dapat membantu untuk memperbaiki masalah ini, dan database kesehatan yang saling terkait dapat membantu studi mengenai faktor risiko iatrogenic dari meningioma seperti pada radiodiagnostik dan radioterapeutik, serta penggunaan terapi hormon.