epidemiologi anemia aplastik

19
Epidemiologi Anemia Aplastik : Penelitian Prospective multicenter Abstrak Latar Belakang Anemia aplastik merupakan penyakit yang berat dan jarang ditemukan. Insidensi penyakit ini bervariasi diseluruh dunia. Penelitian ini bertujuan untuk melihat epidemiologi penyakit anemia aplastik, termasuk kejadian, kematian dan kelangsungan hidup dalam populasi tertentu. Desain dan Metode Penelitian surveilan case-control tentang anemia aplastik telah dilakukan sejak tahun 1980 oleh grup peneliti di daerah metropololitan Barcelona. Kriteria inklusi dependen adalah pasien yang memiliki sedikitnya dua kriteria yaitu: jumlah leukosit ≤ 3,5 x 10 9 /L, jumlah trombosit ≤ 50 x 10 9 /L, kadar hemoglobin < 10 g/L atau hematokrit <30%, jika hanya satu kriteria yang terpenuhi, hitung retikulosit ≤ 30x 10 9 diperlukan. Pada pemeriksaan biopsi sumsum tulang sesuai dengan diagnostik anemia aplastik. Hasil Terdapat 235 kasus anemia aplastik pada tahun 1980 sampai 2003. Angka kejadian keseluruhan adalah 2,34 per juta penduduk pertahun dan kejadian meningkat sesuai dengan umur. Sebagian besar kasus digolongkan sebagai anemia aplastik berat atau sangat berat. Lamanya hidup 3 bulan, 2 dan 15 tahun setelah didiagnostik menderita anemia aplastik adalah 73 %, 57 % dan 51%. Pada usia lanjut dan semakin beratnya penyakit dikaitkan dengan harapan hidup yang semakin rendah. Terdapat kecederungan harapan hidup lebih lama 2 tahun pada beberapa pasien yang diberikan transplantasi sumsum tulang. Kemudian terdapat empat puluh sembilan kasus (20,8%) anemia aplatik yang dihubungkan dengan 1

Upload: freddy-fitriady

Post on 02-Aug-2015

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Epidemiologi Anemia Aplastik

Epidemiologi Anemia Aplastik :

Penelitian Prospective multicenter

Abstrak

Latar Belakang

Anemia aplastik merupakan penyakit yang berat dan jarang ditemukan. Insidensi penyakit ini bervariasi diseluruh dunia. Penelitian ini bertujuan untuk melihat epidemiologi penyakit anemia aplastik, termasuk kejadian, kematian dan kelangsungan hidup dalam populasi tertentu.

Desain dan MetodePenelitian surveilan case-control tentang anemia aplastik telah dilakukan

sejak tahun 1980 oleh grup peneliti di daerah metropololitan Barcelona. Kriteria inklusi dependen adalah pasien yang memiliki sedikitnya dua kriteria yaitu: jumlah leukosit ≤ 3,5 x 109/L, jumlah trombosit ≤ 50 x 109/L, kadar hemoglobin < 10 g/L atau hematokrit <30%, jika hanya satu kriteria yang terpenuhi, hitung retikulosit ≤ 30x 109 diperlukan. Pada pemeriksaan biopsi sumsum tulang sesuai dengan diagnostik anemia aplastik.

HasilTerdapat 235 kasus anemia aplastik pada tahun 1980 sampai 2003. Angka

kejadian keseluruhan adalah 2,34 per juta penduduk pertahun dan kejadian meningkat sesuai dengan umur. Sebagian besar kasus digolongkan sebagai anemia aplastik berat atau sangat berat. Lamanya hidup 3 bulan, 2 dan 15 tahun setelah didiagnostik menderita anemia aplastik adalah 73 %, 57 % dan 51%. Pada usia lanjut dan semakin beratnya penyakit dikaitkan dengan harapan hidup yang semakin rendah. Terdapat kecederungan harapan hidup lebih lama 2 tahun pada beberapa pasien yang diberikan transplantasi sumsum tulang. Kemudian terdapat empat puluh sembilan kasus (20,8%) anemia aplatik yang dihubungkan dengan penggunaan obat-obatan dan sebanyak 21 (8,9%) kasus disebabkan bahan toksik.

KesimpulanAngka kejadian anemia aplastik di Barcelona rendah namun dengan

tingkat fatatlitas yang tinggi. Usia lanjut dan beratnya penyakit pada waktu didiagnosis dihubungkan dengan angka harapan hidup yang rendah.

Kata kunci : Anemia aplastik, harapan hidup, insidensi, mortalitas, faktor risiko.

1

Page 2: Epidemiologi Anemia Aplastik

Pendahuluan

Anemia aplastik didapat merupakan penyakit sumsum tulang yang tidak

biasa. Observasi klinisi dan laboratorium memperkirakan penyakit ini adalah

suatu etiopatogenesis imunologi. Faktor lingkungan dan individu telah dihipotesis

merupakan faktor resiko, walaupun anemia aplastik sering dianggap penyakit

yang idiopatik. Penyakit ini dihubungkan dengan terpapar bahan kimia (benzena,

peptisida) dan obat-obatan. Hal ini juga bisa diikuti infeksi virus seperti hepatitis

post seronegatif dan jarang sebagai komplikasi dari kehamilan dan penyakit

imunologi lainnya.

Insidensi penyakit ini rendah ditemukan pada penelitian prospektif di

Britania Raya, Prancis, Brasil, dan International Agranulocytosis and Aplastic

Anemia Study (IAAAS) dilakukan di beberapa negara Eropa maupun di Israel.

Walaupun insidensi yang lebih tinggi dilaporkan pada penelitian sebelumnya.

Kemudian insidensi anemia aplastik secara geografis bervariasi. Kejadiannya

lebih rendah di Eropa, Amerika Utara, Amerika dan Brasil dan lebih tinggi di

daerah Asia. Berdasarkan dari dua penelitian epidemiologi yang dilakukan di

Eropa dan Asia dengan menggunakan metodologi yang sama, angka kejadian

penyakit ini di Asia 2 sampai 3 kali lebih tinggi diibandingkan di negara barat.

Variasi dari kejadian ini dapat mencerminkan perbedaan paparan faktor

lingkungan termasuk virus, obat-obatan dan bahan kimia, latar belakang genetik,

kriteria diagnostik dan desain penelitian.

Angka kematian anemia aplastik berat berat cukup tinggi walaupun telah

dirawat, apakah dengan transplantasi sel induk alogenik atau dengan imunosupresi

yang telah meningkatkan prognosis selama 25 tahun terakhir ini dan lebih dari

75% pasien sekarang diharapkan dapat lebih lama hidup dengan terapi yang baik.

Hasil akhir pasien dengan anemia aplastik berat dipengaruhi oleh variabel pasien

itun sendiri seperti beratnya penyakit dan faktor umur, tapi juga oleh terapi yang

akan dilakukan. Peneliti memperlihatkan hasil penelitian selama 24 tahun pada

pasien anemia aplastik, dengan memfokuskan pada angka kejadian, kasus

kematian, mortalitas dan harapan hidup.

2

Page 3: Epidemiologi Anemia Aplastik

Desain dan Metoda

IAAAS suatu penelitian multicenter case-control Internasional mulai dari

tahun 1980 sampai 1986 menilai risiko diskrasia darah (agranulositosis dan

anemia aplastik) dihubungkan dengan penggunaan obat-obatan dan faktor risiko

lainnya. Walaupun IAAAS berakhir pada tahun 1986, skema surveilan untuk

diskrasia ini dilanjutkan di Barcelona. Data terbaru mengenai anemia aplastik

mengacu pada data tahun 1980 sampai Desember 2003.

Kriteria Pemilihan

Peneliti secara teratur melakukan kontak dengan 18 rumah sakit di area

Barcelona untuk mendeteksi seluruh pasien pasien pada dua tahun terakhir

(mencakup populasi sebanyak 4,2 sampai 4,6 juta penduduk) melalui kontak

personal. Pasien akan diambil jika memenuhi kriteria sedikitnya dua dari kriteria

berikut ini : jumlah leukosit ≤ 3,5 x 109/L, trombosit ≤ 50 x 109/L, kadar

hemoglobin < 10 g/L atau hematokrit < 30%, jika hanya satu dari dua kriteria

yang terpenuhi, hitung retikulosit ≤ 30 x 109/L juga diperlukan. Kemudian biopsi

sumsum tulang juga harus sesuai dengan diagnosis. Hal ini juga untuk

menyingkirkan penyakit keganasan atau granulomatous yang melibatkan sumsum

tulang, lupus eritematosus sistemik, AIDS, hipersplenismus atau penyakit lain

berhubungan dengan pansitopenia seperti myelodysplastic syndrome, anemia

Fanconi dan hemoglobinuria paroksimal nokturnal. Pasien yang terpapar

kemoterapi anti neoplastik dan radioterapi merupakan kriteria ekslusi. Kasus

antara tahun 1980 sampai 1986 di ambil oleh komite IAAAS Internasional.

Selanjutnya hematologis mengonfirmasi diagnosis dengan memeriksa data klinis

dan laboratorium serta biopsi sumsum tulang. Pasien diwawancara selama dirawat

dirumah sakit dengan seorang pewawancara terlatih dengan kuesioner yang

terstruktur. Informasi yang lebih detail dikumpulkan mengenai karakteristik

demografis, penggunaan obat-obatan dalam kurun waktu 6 bulan sebelum

dirawat, paparan terhadap faktor lingkungan dan bahan beracun, gejala klinis, data

laboratorium, terapi yang telah dilakukan dan pemantauan terhadap pasien.

Beratnya anemia aplastik didefinisikan menurut kriteria yang dibuat oleh

Camitta. Anemia aplastik berat didefinisikan jika memenuhi dua dari kriteria

berikut ini: hitung neutrofil absolut <0,5x 109/L, jumlah trombosit , 20 x 109/L,

3

Page 4: Epidemiologi Anemia Aplastik

dan retikulosit < 1%. Netropenia yang ekstrim (<0,2 109/L) di diartikan sebagai

anemia aplasti yang sangat berat. Jika tidak memenuhi kriteria tersebut diartikan

sebagai kasus yang moderat. Rekam medis dipantau secara berkala untuk

memperbarui data klinis ( meninggal, pulang paksa, salah diagnosis, pindah ke

rumah sakit lain). Pemantauan terakhir dilakukan Desember 1999. Hasilnya

kemudian disajikan sebagai berikut: (i) Gambaran kejadian merujuk pada kasus-

kasus yang didiagnosis sampai Desember 2003; (ii) analisis kelangsungan hidup

dimasukkan hanya pada pasien yang didiagnosis sampai tahun 1999 sejak

perbaruan terbaru terhada pemantauan berakhir dan (iii) angka kasus kematian

selama 2 tahun merujuk pada kasus yang terdiagnosis sampai Desmber 1997,

sejak pasien telah diikuti sedikitnya selama 2 tahun. Penyakit selama 2 tahun

dihubungkan dengan angka kematian telah digunakan untuk memperkirakan

angka kejadian dari statistik mortalitas pada populasi penelitian.

Data populasi untuk perkiraan kejadian digambarkan dari sensus nasional

(Institutd' Estadísticade Catalunya [IDESCAT]). Angka kejadian keseluruhan dan

spesifik dikalkulasikan.

Analisis Statistik

Analisis statistik dekriptif (data, proporsi, dan median) diolah dengan

menggunakan perangkat lunak SPSS versi 11,0. Interval kepercayaan diukur

dengan perangkat lunak CIA. Data dan proporsi dibandingkan dengan test X2.

Probabilitas kelangsungan hidup diukur dengan menggunakan metoda Kaplan

Meier, dan perbandingan antara kurva berdasarkan dari statistik log-rank. Analisis

faktor risiko untuk kelangsungan hidup selama 2 tahun dilakukan dengan regresi

Cox proporsional hazards. Variabel yang termasuk dalam model multivariat

adalah umur, jenis kelamin, tingkat keparahan, tahun terdiagnosis, jenis terapi

yang diberikan (transplantasi sumsum tulang, rejimen imunosupresif, dan

androgen).

Hasil

Sampai Desember 2003, tercatat sebanyak 507 pasien yang diindikasikan

berpotensial menderita anemia aplastik, kemudian sebanyak 272 orang

dikeluarkan, menyisakan sebanyak 235 kasus untuk dianalisis (123 orang laki-

4

Page 5: Epidemiologi Anemia Aplastik

laki, 52,3%). Hal yang paling banyak karena dikeluarkan karena menderita

neoplasma maligna pada jaringan pembentukan darah dan sistem limfatik

(28,3%). Usia rerata pasien yang terdiagnosis adalah 53 tahun (Interval

Kepercayaan (IK) 95%, 44-58; rentang 2-90). Usia rerata dari laki-laki adalah 40

tahun (IK 95% 31-55; rentang 2-90) dan perempuan 59 (IK 95% 49-64;rentang 3-

90). Waktu rerata pemantauan adalah 1 tahun (rentang 0-18,76, rentang

interkuartil 6,31). Sebanyak dua puluh delapan (14%) pasien hilang dalam

pemantauan dan sebanyak 21 (11%) pasien rekam mediknya tidak dapat

ditemukan.

Kejadian Anemia Aplastik

Selama penelitian terhadap 110.197.224 orang, sebanyak 235 orang telah

teridentifikasikan dan dikonfirmasi menderita anemia aplastik yang memberikan

angka kejadian 2,34 perjuta penduduk pertahun (IK 95% 2,06-2,66). Tabel 1

memperlihatkan spesific incindence rates (SIR) menurut umur dan jenis kelamin.

Spesific incindence rates untuk jenis kelamin adalah 2,54 untuk laki-laki dan 2,16

untuk wanita (rasio 1,18; IK 95% 0,91-1,52). Distribusi umur secara bifasik

mencapai puncaknya pada umur 15-24 (2,16 perjuta pertahun) dan ≥ 65 tahun

(5,33 perjuta pertahun).

Tabel 1. Kejadian Anemia Aplastik menurut Umur dan Jenis Kelamin

Umur saat Diagnosis (tahun) JumlahKasus

Total Kejadiana

2-14 15-24 25-44 46-64 ≥65

Laki-lakiN kasusKejadian

WanitaN kasusKejadian

TotalN kasusKejadian

171,92

121,43

291,68

252,83

111,41

362,16

221,52

151,00

371,26

282,56

312,58

592,57

315,89

434,89

745,33

123

112

235

2,54

2,16

2,34aJumlah kasus per satu juta penduduk per tahun

5

Page 6: Epidemiologi Anemia Aplastik

Kasus Anemia Aplastik Berat

Sebanyak 235 kasus, 197 kasus anemia aplastik memenuhi kriteria berat

atau sangat berat (83,8%, IK 78,6-88,0). Terdapat perbedaan tingkat keparahan

ketika faktor umur diperhitungkan (p=0,027): proporsi tertinggi anemia aplastik

sangat berat terlihat diantara pasien antara 45 sampai 64 tahun, dan diantara umur

2 sampai 14 tahun (59,3% dan 48,3%). Proporsi kasus dengan anemia aplastik

sangat berat lebih sedikit pada penelitian ini (p<0,005).

Kasus Kematian, harapan hidup dan mortalitas

Sebanyak 196 kasus yang didiagnosis anemia aplastik pada tahun 1980

sampai 1999 memiliki angka harapan hidup 3 bulan sebanyak 73%, 2 dan 5 tahun

sebanyak 57%, dan 15 tahun sebanyak 51% (gambar 1). Pasien yang terdiagnosis

setelaht tahun 1990 memiliki angka harapan hidup selama 2 tahun lebih tinggi

(p=0,018) (gambar 2A). Angka harapan hidup selama 2 tahun lebih rendah pada

pasien berumur lebih 45 tahun dibandingkan kurang dari 45 tahun (p=0,0001)

(gambar 2B). Walaupun angka harapan hidup pada laki-laki lebih tinggi dari

wanita, secara statistik tidak signifikan perbedaannya (p=0,38). Angka harapan

hidup pasien dengan penyakit berat lebih rendah (p=0,001) (gambar 2C).

Sebanyak 196 kasus didiagnosis dengan anemia aplastik berat antara tahun 1980

sampai 1997, 107 (68,2%) pasien mendapat terapi imunosupresif, 19 (12,1%)

androgen, 17 (10,8%) transplantasi sumsum tulang, dan 14 (8,9%) pasien tidak

mendapat terapi apapun. Sebanyak 39 pasien tidak diketahui apakah mendapat

terapi atau tidak (gambar 2D).

6

Page 7: Epidemiologi Anemia Aplastik

Gambar 1. Probabilitas Harapan Hidup Kumulatif Pasien Anemia Aplastik

Gambar 2. A. Pengaruh lamanya dalam Tahun Terhadap Anemia Aplastik dalam probabilitas harapan hidup kumulatif. B. Pengaruh Umur pasien terhadap probabiltas harapan hidup kumulatif. C. Pengaruh beratnya Anemia Aplastik pada probabilitas harapan hidup kumulatif. D. Pengaruh Terapi pada Anemia Aplastik dalam probabilitas harapan hidup kumulatif

Model cox propoportional hazards terhadap harapan hidup dua tahun

memperlihatkan bahwa lebih berat penyakit dan pada lanjut usia memiliki angka

mortalitas lebih tinggi. Jenis terapi tidak memperlihatkan perbedaan statistik yang

bermakna, namun terdapat kecenderungan harapan hidup yang lebih baik pada

7

Page 8: Epidemiologi Anemia Aplastik

kelompok kecil pasien yang mendapat transplantasi sumsum tulang dan keci

harapan hiduop pada pasien yang mendapat androgen (tabel 2).

Tabel 2. Faktor berhubungan dengan kematian 2 tahun setelah didiagnosisRasio Hazard Interval kepercayaan

95%Umur (years)2-1415-2425-4445-64≥ 65

Beratnya PenyakitSedangBeratSangat berat

Tahun Diagnosis1990-19991980-1989

TerapiTidak adaTransplantasi Sumsum TulangObat ImmunosupresifAndrogen

1*1,341,223,415,50

1*4,576,31

1*1,68

1*0,470,721,30

0,33-5,370,27-5,510,97-11,911,56-19,02

1,06-19,731,49-26,78

0,95-2,97

0,11-2,121,30-1,780,45-3,72

* Kategori Referensi

Sebanyak 179 kasus yang terdiagnosis pada tahun 1980 sampai 1997, 74

(41,3%) pasien meninggal dalam rentang 2 tahun setelah didiagnosis (36 laki-

laki,48,6%). Rerata usia pasien yang meninggal adalah 63,5 tahun (kisaran 10-

87). Sebanyak 74 pasien yang meninggal, 47 (63,5%) pasien menderita anemia

aplastik yang sangat berat, 24 (32,4%) pasien dengan anemia aplastik berat, dan

tiga (4,1%) pasien dengan anemia aplastik sedang. Angka kasus kematian

keseluruhan pada 2 tahun adalah 41,3% (34,4-48,7), dan tingkat mortalitas adalah

0,95 (0,75-1,19) kasus persatu juta penduduk setiap tahunnya. Hal tersebut juga

meningkat pada faktor usia (tabel3).

8

Page 9: Epidemiologi Anemia Aplastik

Tabel 3. Angka Kasus kejadian dan Mortalitas pada 2 tahun setelah diagnosis pada pasien dengan Anemia Aplastik menurut Umur Pasien

Umur(tahun)

JumlahKasus

JumlahKematian

AngkaKasus Kematian(%)a

IK 95%

Angka kematianKeseluruhan(%)b

IK95%

Mortalitas(n/juta penduduk pertahun)

IK95%

2-14

15-24

25-44

45-64

≥65

Total

24

30

23

47

55

179

6

7

4

25

32

74

25

23,3

17,4

53,2

58,2

41,3

(12,0-44,9)(11,8-40,9)(7-37,1)(39,2-66,7)(45-70,3)(34,4-48,7)

8,1

9,5

5,4

33,8

43,2

100

(3,8-16,6)(4,7-18,3)(2,1-13,1)(24-45,1)(32,6-54,6)

0,44

0,52

0,18

1,40

3,10

0,95

(0,16-0,97)(0,21-1,06)(0,05-0,45)(0,91-2,07)(2,12-4,37)(0,75-1,19)

a Angka kasus kematian untuk setiap kategori usia;b Angka kasus kematian dihubungkan dengan jumlah total kematian untuk seluruh kategori usia.

Paparan terhadap Obat-obatan dan faktor lingkungan

Sebanyak 235 kasus dengan paparan obat-obatan, 67 kasus (28,5%) telah

terpapar obat-obatan atau bahan toksik, empat puluh sembilan (20,8%) kasus telah

terpapar dengan obat-obatan yang dilaporkan berkaitan dengan anemia aplastik:

allpurinol (n=9), indometachin (n=9), garam emas (n=9), sulfonamid (n=9),

butazone (n=6), karbamazepin (n=5), ticlopidin (n=4), kloramfenikol (n=3),

penicilamin (n=3), metimazol (n=2), dan clopidogrel (n=2). Kemudian sebanyak

21 (8,9%) kasus telah terpapar bahan toksik: insektisida (n=8), benzene (n=6) dan

bahan pelarut lainnya (n=10).

Diskusi

Peneliti telah melaporkan estimasi kejadian dan harapan hidup pasien

dengan anemia aplastik dengan jumlah populasi pasien yang besar dengan waktu

yang sangat panjang. Kejadian anemia aplastik pada daerah yang diteliti secara

keseluruhan adalah 2,34 juta kasus persatu juta penduduk pertahun, dan angka

mortalitas pada 2 tahun mendekati satu perjuta penduduk pertahun. Hal tersebut

meningkat dengan faktor usia. Angka harapan hidup adalah 73 % pada tiga bulan,

9

Page 10: Epidemiologi Anemia Aplastik

57 % pada dua dan lima tahun dan 51% pada usia 15 tahun. Prognosis penyakit ini

lebih baik pada periode 23 tahun penelitian ini. Usia lebih muda dan ringannya

derajat penyakit memiliki prognosis lebih baik bertahan hidup dalam 2 tahun.

Pasien yang mendapat transplantasi sumsum tulang memperlihatkan harapan

hidup selama 2 tahun.

Kejadian anemia aplastik di kota metropolitan Barcelona mirip dengan

populasi pada penelitian daerah lain, seperti IAAAS (yang dilakukan diberbagai

negara Eropa dan Israel), dan penelitian di Prancis, Inggris, dan Brasil. Namun

angka kejadian dilaporkan lebih rendah pada negara-negara Asia dan Cina.

Lamanya penelitian pada umumnya memberikan angka kejadian yang lebih

tinggi. Perbedaan angka kejadian ini harus diinterpretasikan dengan hati-hati

karena dapat menggambarkan varibilitas metodologi dalam penetapan kriteria

kasus dan diagostik, walaupun penelitian-penelitian tersebut dapat berhubungan

dengan beberapa faktor seperti latar belakang genetika, dan paparan berbagai

faktor lingkungan.

Peneliti tidak perbedaan kejadian anemia aplastik menurut jenis kelamin,

dan peneliti mencatat usia bimodal kejadian. Hal ini sesuai dengan beberapa

penelian berdasarkan populasi. Namun IAAAS melaporkan kejadian yang lebih

tinggi pada perempuan (2,3 perjuta pertahun) dibanding dengan laki-laki (1,7

perjuta pertahun).

Selain itu di Thailand angka kejadian pada laki-laki lebih banyak hampir

dua kali lipat dari perempuan, dan kejadian anemia aplastik terutama pada dewasa

muda; kelompok usia yang paling tinggi adalah 15-24 tahun dan kejadian pada

kelompok umur ini 4 kali lebih tinggi dibandingkan penelitian di Eropa dan Israel.

Etilogi karena lingkungan diduga berperan pada hal ini.

Pada penelitian yang dilakukan peneliti, lebih dari dua pertiga kasus

didiagnosis memiliki penyakit yang berat dan sangat berat. Proporsi ini mirip

dengan yang ditemukan pada penelitian di daerah lain. Proporsi beratnya penyakit

pada waktu terdiagnosis menurun selama periode penelitian, hal ini mungkin

semakin dininya penyakit terdiagnosis.

Kurva harapan hidup pada anemia aplastik berbentuk bifasik, contohnya

mortalitas yang cepat diikuti oleh penurunan yang lebih lambat. Angka harapan

10

Page 11: Epidemiologi Anemia Aplastik

hidup turun dari 73% pada 3 bulan sampai 57% pada 2 tahun dan mendatar pada

51% pada 15 tahun. Angka harapan hidup pada beberapa seri memperlihatkan

kurva bifasik yang sama, dengan angka mortalitas tertinggi dalam 6 bulan pertama

setelah didiagnosis. Angka harapan hidup lima tahun disebutkan berkisar 70%

sampai 90% dan mirip dengan pasien yang mendapat transplantasi sumsum tulang

dengan terapi imunosupresif. Pada awal tahun 1930-an pasien anemia aplastik

dianggap pasti akan meninggal. Namun morbiditas dan mortalitas telah menurun

dengan drastis sejak diperkenalkannya transplantasi sumsum tulang dan terapi

imunsupresif. Pada penelitian ini kasus kematian sebanyak 41% pada 2 tahun

setelah didiagnosis, tapi menurun dari 50,5% pada 10 tahun pertama masa

penelitian menjadi 31% pada 10 tahun terakhir.

Prognosis penyakit pasien anemia aplastik berkaitan dengan beberapa

faktor. Selain periode diagnosis, satu-satunya faktor yang diperkirakan yang

memengaruhi harapan hidup adalah faktor usia dan beratnya penyakit. Tingkat

usia harapan hidup pada penelitian ini sesuai dengan data dari International Bone

Marrow Transplantation Registry dan dengan penemuan oleh IAAAS. Tidak

terdapat perbedaan statitik yang bermakna pada angka harapan hidup selama 2

tahun berdasarkan jenis terapi yang didapat. Namun kebanyakan pasien menerima

terapi imunosupresif dan jumlah pasien yang mendapat terapi yang lain hanya

sedikit. Transplantasi sumsum tulang dan imunosupresif memiliki keunggulan dan

kekurangan spesifik tetapi memiliki tingkat harapan hidup yang sama.

Terdapat sepertiga kasus yang terpapar oleh obat-obatan atau bahan toksik

diketahui berhubungan dengan penyakit ini.

Telah dilaporkan tiga penelitian berdasarkan populasi besar tentang

anemia aplastik; IAAAS, penelitian kelompok di Prancis, dan penelitian anemia

aplastik di Thailand. Peneliti menggunakan metode yang sama dengan peneliti

yang di IAAAS dan Thailand. Namun berbeda dengan penelitian sebelumnya

kasus di kumpulkan dan dipantau dengan periode waktu yang lebih lama.

Gambaran angka kejadian dapat diandalkan karena seluruh rumah sakit penting

yang di daerah ini berpartisipasi dan dengan memasukkan seluruh kasus secara

prospektif dengan bantuan hematologis yang langsung menangani kasus ini. Oleh

karena itu tidak mungkin terdapat kesalahan proporsi yang signifikan pada kasus

11

Page 12: Epidemiologi Anemia Aplastik

ini. Walaupun metoda diagnostik terus diperbaiki, tingkat kejadian tetap stabil

selama masa penelitian.

Salah satu keterbatasan penelitian adalah peneliti mengumpulkan

informasi pemantuan dari rekam medik pasien. Hasilnya terdapat kehilangan

beberapa informasi ketika rekam medik tidak ditemukan seperti yang terjadi pada

21 pasien (11%).

Kesimpulan, penelitian ini menunjukkan bahwa anemia aplastik

merupakan penyakit yang jarang. Meskipun prognosis penyakit ini telah

meningkat pesat, tingkat mortalitas pada pasien anemia aplastik ini cukup tinggi.

Tingkat kejadian dan harapan hidup mirip dengan penelitian yang dilakukan di

negara Eropa. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kematian pada 2 tahun

setelah diagnosis adalah usia diatas 45 tahun menderita penyakit ini, dan sangat

berat saat terdiagnosis anemia aplastik. Selain itu tingkat kematian pada kasus

anemia aplastik selama tahun 1980-an lebih tinggi dibandingkan kasus-kasus pada

tahun 1990-an. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengeksplorasi peran dari

faktor risiko terhadap prognosis, dan relevansi dari paparan bahan-bahan kimia,

virus dan obata-obatan yang mungkin menjadi faktor penyebab.

12