epidemiologi anemia aplastik
TRANSCRIPT
Epidemiologi Anemia Aplastik :
Penelitian Prospective multicenter
Abstrak
Latar Belakang
Anemia aplastik merupakan penyakit yang berat dan jarang ditemukan. Insidensi penyakit ini bervariasi diseluruh dunia. Penelitian ini bertujuan untuk melihat epidemiologi penyakit anemia aplastik, termasuk kejadian, kematian dan kelangsungan hidup dalam populasi tertentu.
Desain dan MetodePenelitian surveilan case-control tentang anemia aplastik telah dilakukan
sejak tahun 1980 oleh grup peneliti di daerah metropololitan Barcelona. Kriteria inklusi dependen adalah pasien yang memiliki sedikitnya dua kriteria yaitu: jumlah leukosit ≤ 3,5 x 109/L, jumlah trombosit ≤ 50 x 109/L, kadar hemoglobin < 10 g/L atau hematokrit <30%, jika hanya satu kriteria yang terpenuhi, hitung retikulosit ≤ 30x 109 diperlukan. Pada pemeriksaan biopsi sumsum tulang sesuai dengan diagnostik anemia aplastik.
HasilTerdapat 235 kasus anemia aplastik pada tahun 1980 sampai 2003. Angka
kejadian keseluruhan adalah 2,34 per juta penduduk pertahun dan kejadian meningkat sesuai dengan umur. Sebagian besar kasus digolongkan sebagai anemia aplastik berat atau sangat berat. Lamanya hidup 3 bulan, 2 dan 15 tahun setelah didiagnostik menderita anemia aplastik adalah 73 %, 57 % dan 51%. Pada usia lanjut dan semakin beratnya penyakit dikaitkan dengan harapan hidup yang semakin rendah. Terdapat kecederungan harapan hidup lebih lama 2 tahun pada beberapa pasien yang diberikan transplantasi sumsum tulang. Kemudian terdapat empat puluh sembilan kasus (20,8%) anemia aplatik yang dihubungkan dengan penggunaan obat-obatan dan sebanyak 21 (8,9%) kasus disebabkan bahan toksik.
KesimpulanAngka kejadian anemia aplastik di Barcelona rendah namun dengan
tingkat fatatlitas yang tinggi. Usia lanjut dan beratnya penyakit pada waktu didiagnosis dihubungkan dengan angka harapan hidup yang rendah.
Kata kunci : Anemia aplastik, harapan hidup, insidensi, mortalitas, faktor risiko.
1
Pendahuluan
Anemia aplastik didapat merupakan penyakit sumsum tulang yang tidak
biasa. Observasi klinisi dan laboratorium memperkirakan penyakit ini adalah
suatu etiopatogenesis imunologi. Faktor lingkungan dan individu telah dihipotesis
merupakan faktor resiko, walaupun anemia aplastik sering dianggap penyakit
yang idiopatik. Penyakit ini dihubungkan dengan terpapar bahan kimia (benzena,
peptisida) dan obat-obatan. Hal ini juga bisa diikuti infeksi virus seperti hepatitis
post seronegatif dan jarang sebagai komplikasi dari kehamilan dan penyakit
imunologi lainnya.
Insidensi penyakit ini rendah ditemukan pada penelitian prospektif di
Britania Raya, Prancis, Brasil, dan International Agranulocytosis and Aplastic
Anemia Study (IAAAS) dilakukan di beberapa negara Eropa maupun di Israel.
Walaupun insidensi yang lebih tinggi dilaporkan pada penelitian sebelumnya.
Kemudian insidensi anemia aplastik secara geografis bervariasi. Kejadiannya
lebih rendah di Eropa, Amerika Utara, Amerika dan Brasil dan lebih tinggi di
daerah Asia. Berdasarkan dari dua penelitian epidemiologi yang dilakukan di
Eropa dan Asia dengan menggunakan metodologi yang sama, angka kejadian
penyakit ini di Asia 2 sampai 3 kali lebih tinggi diibandingkan di negara barat.
Variasi dari kejadian ini dapat mencerminkan perbedaan paparan faktor
lingkungan termasuk virus, obat-obatan dan bahan kimia, latar belakang genetik,
kriteria diagnostik dan desain penelitian.
Angka kematian anemia aplastik berat berat cukup tinggi walaupun telah
dirawat, apakah dengan transplantasi sel induk alogenik atau dengan imunosupresi
yang telah meningkatkan prognosis selama 25 tahun terakhir ini dan lebih dari
75% pasien sekarang diharapkan dapat lebih lama hidup dengan terapi yang baik.
Hasil akhir pasien dengan anemia aplastik berat dipengaruhi oleh variabel pasien
itun sendiri seperti beratnya penyakit dan faktor umur, tapi juga oleh terapi yang
akan dilakukan. Peneliti memperlihatkan hasil penelitian selama 24 tahun pada
pasien anemia aplastik, dengan memfokuskan pada angka kejadian, kasus
kematian, mortalitas dan harapan hidup.
2
Desain dan Metoda
IAAAS suatu penelitian multicenter case-control Internasional mulai dari
tahun 1980 sampai 1986 menilai risiko diskrasia darah (agranulositosis dan
anemia aplastik) dihubungkan dengan penggunaan obat-obatan dan faktor risiko
lainnya. Walaupun IAAAS berakhir pada tahun 1986, skema surveilan untuk
diskrasia ini dilanjutkan di Barcelona. Data terbaru mengenai anemia aplastik
mengacu pada data tahun 1980 sampai Desember 2003.
Kriteria Pemilihan
Peneliti secara teratur melakukan kontak dengan 18 rumah sakit di area
Barcelona untuk mendeteksi seluruh pasien pasien pada dua tahun terakhir
(mencakup populasi sebanyak 4,2 sampai 4,6 juta penduduk) melalui kontak
personal. Pasien akan diambil jika memenuhi kriteria sedikitnya dua dari kriteria
berikut ini : jumlah leukosit ≤ 3,5 x 109/L, trombosit ≤ 50 x 109/L, kadar
hemoglobin < 10 g/L atau hematokrit < 30%, jika hanya satu dari dua kriteria
yang terpenuhi, hitung retikulosit ≤ 30 x 109/L juga diperlukan. Kemudian biopsi
sumsum tulang juga harus sesuai dengan diagnosis. Hal ini juga untuk
menyingkirkan penyakit keganasan atau granulomatous yang melibatkan sumsum
tulang, lupus eritematosus sistemik, AIDS, hipersplenismus atau penyakit lain
berhubungan dengan pansitopenia seperti myelodysplastic syndrome, anemia
Fanconi dan hemoglobinuria paroksimal nokturnal. Pasien yang terpapar
kemoterapi anti neoplastik dan radioterapi merupakan kriteria ekslusi. Kasus
antara tahun 1980 sampai 1986 di ambil oleh komite IAAAS Internasional.
Selanjutnya hematologis mengonfirmasi diagnosis dengan memeriksa data klinis
dan laboratorium serta biopsi sumsum tulang. Pasien diwawancara selama dirawat
dirumah sakit dengan seorang pewawancara terlatih dengan kuesioner yang
terstruktur. Informasi yang lebih detail dikumpulkan mengenai karakteristik
demografis, penggunaan obat-obatan dalam kurun waktu 6 bulan sebelum
dirawat, paparan terhadap faktor lingkungan dan bahan beracun, gejala klinis, data
laboratorium, terapi yang telah dilakukan dan pemantauan terhadap pasien.
Beratnya anemia aplastik didefinisikan menurut kriteria yang dibuat oleh
Camitta. Anemia aplastik berat didefinisikan jika memenuhi dua dari kriteria
berikut ini: hitung neutrofil absolut <0,5x 109/L, jumlah trombosit , 20 x 109/L,
3
dan retikulosit < 1%. Netropenia yang ekstrim (<0,2 109/L) di diartikan sebagai
anemia aplasti yang sangat berat. Jika tidak memenuhi kriteria tersebut diartikan
sebagai kasus yang moderat. Rekam medis dipantau secara berkala untuk
memperbarui data klinis ( meninggal, pulang paksa, salah diagnosis, pindah ke
rumah sakit lain). Pemantauan terakhir dilakukan Desember 1999. Hasilnya
kemudian disajikan sebagai berikut: (i) Gambaran kejadian merujuk pada kasus-
kasus yang didiagnosis sampai Desember 2003; (ii) analisis kelangsungan hidup
dimasukkan hanya pada pasien yang didiagnosis sampai tahun 1999 sejak
perbaruan terbaru terhada pemantauan berakhir dan (iii) angka kasus kematian
selama 2 tahun merujuk pada kasus yang terdiagnosis sampai Desmber 1997,
sejak pasien telah diikuti sedikitnya selama 2 tahun. Penyakit selama 2 tahun
dihubungkan dengan angka kematian telah digunakan untuk memperkirakan
angka kejadian dari statistik mortalitas pada populasi penelitian.
Data populasi untuk perkiraan kejadian digambarkan dari sensus nasional
(Institutd' Estadísticade Catalunya [IDESCAT]). Angka kejadian keseluruhan dan
spesifik dikalkulasikan.
Analisis Statistik
Analisis statistik dekriptif (data, proporsi, dan median) diolah dengan
menggunakan perangkat lunak SPSS versi 11,0. Interval kepercayaan diukur
dengan perangkat lunak CIA. Data dan proporsi dibandingkan dengan test X2.
Probabilitas kelangsungan hidup diukur dengan menggunakan metoda Kaplan
Meier, dan perbandingan antara kurva berdasarkan dari statistik log-rank. Analisis
faktor risiko untuk kelangsungan hidup selama 2 tahun dilakukan dengan regresi
Cox proporsional hazards. Variabel yang termasuk dalam model multivariat
adalah umur, jenis kelamin, tingkat keparahan, tahun terdiagnosis, jenis terapi
yang diberikan (transplantasi sumsum tulang, rejimen imunosupresif, dan
androgen).
Hasil
Sampai Desember 2003, tercatat sebanyak 507 pasien yang diindikasikan
berpotensial menderita anemia aplastik, kemudian sebanyak 272 orang
dikeluarkan, menyisakan sebanyak 235 kasus untuk dianalisis (123 orang laki-
4
laki, 52,3%). Hal yang paling banyak karena dikeluarkan karena menderita
neoplasma maligna pada jaringan pembentukan darah dan sistem limfatik
(28,3%). Usia rerata pasien yang terdiagnosis adalah 53 tahun (Interval
Kepercayaan (IK) 95%, 44-58; rentang 2-90). Usia rerata dari laki-laki adalah 40
tahun (IK 95% 31-55; rentang 2-90) dan perempuan 59 (IK 95% 49-64;rentang 3-
90). Waktu rerata pemantauan adalah 1 tahun (rentang 0-18,76, rentang
interkuartil 6,31). Sebanyak dua puluh delapan (14%) pasien hilang dalam
pemantauan dan sebanyak 21 (11%) pasien rekam mediknya tidak dapat
ditemukan.
Kejadian Anemia Aplastik
Selama penelitian terhadap 110.197.224 orang, sebanyak 235 orang telah
teridentifikasikan dan dikonfirmasi menderita anemia aplastik yang memberikan
angka kejadian 2,34 perjuta penduduk pertahun (IK 95% 2,06-2,66). Tabel 1
memperlihatkan spesific incindence rates (SIR) menurut umur dan jenis kelamin.
Spesific incindence rates untuk jenis kelamin adalah 2,54 untuk laki-laki dan 2,16
untuk wanita (rasio 1,18; IK 95% 0,91-1,52). Distribusi umur secara bifasik
mencapai puncaknya pada umur 15-24 (2,16 perjuta pertahun) dan ≥ 65 tahun
(5,33 perjuta pertahun).
Tabel 1. Kejadian Anemia Aplastik menurut Umur dan Jenis Kelamin
Umur saat Diagnosis (tahun) JumlahKasus
Total Kejadiana
2-14 15-24 25-44 46-64 ≥65
Laki-lakiN kasusKejadian
WanitaN kasusKejadian
TotalN kasusKejadian
171,92
121,43
291,68
252,83
111,41
362,16
221,52
151,00
371,26
282,56
312,58
592,57
315,89
434,89
745,33
123
112
235
2,54
2,16
2,34aJumlah kasus per satu juta penduduk per tahun
5
Kasus Anemia Aplastik Berat
Sebanyak 235 kasus, 197 kasus anemia aplastik memenuhi kriteria berat
atau sangat berat (83,8%, IK 78,6-88,0). Terdapat perbedaan tingkat keparahan
ketika faktor umur diperhitungkan (p=0,027): proporsi tertinggi anemia aplastik
sangat berat terlihat diantara pasien antara 45 sampai 64 tahun, dan diantara umur
2 sampai 14 tahun (59,3% dan 48,3%). Proporsi kasus dengan anemia aplastik
sangat berat lebih sedikit pada penelitian ini (p<0,005).
Kasus Kematian, harapan hidup dan mortalitas
Sebanyak 196 kasus yang didiagnosis anemia aplastik pada tahun 1980
sampai 1999 memiliki angka harapan hidup 3 bulan sebanyak 73%, 2 dan 5 tahun
sebanyak 57%, dan 15 tahun sebanyak 51% (gambar 1). Pasien yang terdiagnosis
setelaht tahun 1990 memiliki angka harapan hidup selama 2 tahun lebih tinggi
(p=0,018) (gambar 2A). Angka harapan hidup selama 2 tahun lebih rendah pada
pasien berumur lebih 45 tahun dibandingkan kurang dari 45 tahun (p=0,0001)
(gambar 2B). Walaupun angka harapan hidup pada laki-laki lebih tinggi dari
wanita, secara statistik tidak signifikan perbedaannya (p=0,38). Angka harapan
hidup pasien dengan penyakit berat lebih rendah (p=0,001) (gambar 2C).
Sebanyak 196 kasus didiagnosis dengan anemia aplastik berat antara tahun 1980
sampai 1997, 107 (68,2%) pasien mendapat terapi imunosupresif, 19 (12,1%)
androgen, 17 (10,8%) transplantasi sumsum tulang, dan 14 (8,9%) pasien tidak
mendapat terapi apapun. Sebanyak 39 pasien tidak diketahui apakah mendapat
terapi atau tidak (gambar 2D).
6
Gambar 1. Probabilitas Harapan Hidup Kumulatif Pasien Anemia Aplastik
Gambar 2. A. Pengaruh lamanya dalam Tahun Terhadap Anemia Aplastik dalam probabilitas harapan hidup kumulatif. B. Pengaruh Umur pasien terhadap probabiltas harapan hidup kumulatif. C. Pengaruh beratnya Anemia Aplastik pada probabilitas harapan hidup kumulatif. D. Pengaruh Terapi pada Anemia Aplastik dalam probabilitas harapan hidup kumulatif
Model cox propoportional hazards terhadap harapan hidup dua tahun
memperlihatkan bahwa lebih berat penyakit dan pada lanjut usia memiliki angka
mortalitas lebih tinggi. Jenis terapi tidak memperlihatkan perbedaan statistik yang
bermakna, namun terdapat kecenderungan harapan hidup yang lebih baik pada
7
kelompok kecil pasien yang mendapat transplantasi sumsum tulang dan keci
harapan hiduop pada pasien yang mendapat androgen (tabel 2).
Tabel 2. Faktor berhubungan dengan kematian 2 tahun setelah didiagnosisRasio Hazard Interval kepercayaan
95%Umur (years)2-1415-2425-4445-64≥ 65
Beratnya PenyakitSedangBeratSangat berat
Tahun Diagnosis1990-19991980-1989
TerapiTidak adaTransplantasi Sumsum TulangObat ImmunosupresifAndrogen
1*1,341,223,415,50
1*4,576,31
1*1,68
1*0,470,721,30
0,33-5,370,27-5,510,97-11,911,56-19,02
1,06-19,731,49-26,78
0,95-2,97
0,11-2,121,30-1,780,45-3,72
* Kategori Referensi
Sebanyak 179 kasus yang terdiagnosis pada tahun 1980 sampai 1997, 74
(41,3%) pasien meninggal dalam rentang 2 tahun setelah didiagnosis (36 laki-
laki,48,6%). Rerata usia pasien yang meninggal adalah 63,5 tahun (kisaran 10-
87). Sebanyak 74 pasien yang meninggal, 47 (63,5%) pasien menderita anemia
aplastik yang sangat berat, 24 (32,4%) pasien dengan anemia aplastik berat, dan
tiga (4,1%) pasien dengan anemia aplastik sedang. Angka kasus kematian
keseluruhan pada 2 tahun adalah 41,3% (34,4-48,7), dan tingkat mortalitas adalah
0,95 (0,75-1,19) kasus persatu juta penduduk setiap tahunnya. Hal tersebut juga
meningkat pada faktor usia (tabel3).
8
Tabel 3. Angka Kasus kejadian dan Mortalitas pada 2 tahun setelah diagnosis pada pasien dengan Anemia Aplastik menurut Umur Pasien
Umur(tahun)
JumlahKasus
JumlahKematian
AngkaKasus Kematian(%)a
IK 95%
Angka kematianKeseluruhan(%)b
IK95%
Mortalitas(n/juta penduduk pertahun)
IK95%
2-14
15-24
25-44
45-64
≥65
Total
24
30
23
47
55
179
6
7
4
25
32
74
25
23,3
17,4
53,2
58,2
41,3
(12,0-44,9)(11,8-40,9)(7-37,1)(39,2-66,7)(45-70,3)(34,4-48,7)
8,1
9,5
5,4
33,8
43,2
100
(3,8-16,6)(4,7-18,3)(2,1-13,1)(24-45,1)(32,6-54,6)
0,44
0,52
0,18
1,40
3,10
0,95
(0,16-0,97)(0,21-1,06)(0,05-0,45)(0,91-2,07)(2,12-4,37)(0,75-1,19)
a Angka kasus kematian untuk setiap kategori usia;b Angka kasus kematian dihubungkan dengan jumlah total kematian untuk seluruh kategori usia.
Paparan terhadap Obat-obatan dan faktor lingkungan
Sebanyak 235 kasus dengan paparan obat-obatan, 67 kasus (28,5%) telah
terpapar obat-obatan atau bahan toksik, empat puluh sembilan (20,8%) kasus telah
terpapar dengan obat-obatan yang dilaporkan berkaitan dengan anemia aplastik:
allpurinol (n=9), indometachin (n=9), garam emas (n=9), sulfonamid (n=9),
butazone (n=6), karbamazepin (n=5), ticlopidin (n=4), kloramfenikol (n=3),
penicilamin (n=3), metimazol (n=2), dan clopidogrel (n=2). Kemudian sebanyak
21 (8,9%) kasus telah terpapar bahan toksik: insektisida (n=8), benzene (n=6) dan
bahan pelarut lainnya (n=10).
Diskusi
Peneliti telah melaporkan estimasi kejadian dan harapan hidup pasien
dengan anemia aplastik dengan jumlah populasi pasien yang besar dengan waktu
yang sangat panjang. Kejadian anemia aplastik pada daerah yang diteliti secara
keseluruhan adalah 2,34 juta kasus persatu juta penduduk pertahun, dan angka
mortalitas pada 2 tahun mendekati satu perjuta penduduk pertahun. Hal tersebut
meningkat dengan faktor usia. Angka harapan hidup adalah 73 % pada tiga bulan,
9
57 % pada dua dan lima tahun dan 51% pada usia 15 tahun. Prognosis penyakit ini
lebih baik pada periode 23 tahun penelitian ini. Usia lebih muda dan ringannya
derajat penyakit memiliki prognosis lebih baik bertahan hidup dalam 2 tahun.
Pasien yang mendapat transplantasi sumsum tulang memperlihatkan harapan
hidup selama 2 tahun.
Kejadian anemia aplastik di kota metropolitan Barcelona mirip dengan
populasi pada penelitian daerah lain, seperti IAAAS (yang dilakukan diberbagai
negara Eropa dan Israel), dan penelitian di Prancis, Inggris, dan Brasil. Namun
angka kejadian dilaporkan lebih rendah pada negara-negara Asia dan Cina.
Lamanya penelitian pada umumnya memberikan angka kejadian yang lebih
tinggi. Perbedaan angka kejadian ini harus diinterpretasikan dengan hati-hati
karena dapat menggambarkan varibilitas metodologi dalam penetapan kriteria
kasus dan diagostik, walaupun penelitian-penelitian tersebut dapat berhubungan
dengan beberapa faktor seperti latar belakang genetika, dan paparan berbagai
faktor lingkungan.
Peneliti tidak perbedaan kejadian anemia aplastik menurut jenis kelamin,
dan peneliti mencatat usia bimodal kejadian. Hal ini sesuai dengan beberapa
penelian berdasarkan populasi. Namun IAAAS melaporkan kejadian yang lebih
tinggi pada perempuan (2,3 perjuta pertahun) dibanding dengan laki-laki (1,7
perjuta pertahun).
Selain itu di Thailand angka kejadian pada laki-laki lebih banyak hampir
dua kali lipat dari perempuan, dan kejadian anemia aplastik terutama pada dewasa
muda; kelompok usia yang paling tinggi adalah 15-24 tahun dan kejadian pada
kelompok umur ini 4 kali lebih tinggi dibandingkan penelitian di Eropa dan Israel.
Etilogi karena lingkungan diduga berperan pada hal ini.
Pada penelitian yang dilakukan peneliti, lebih dari dua pertiga kasus
didiagnosis memiliki penyakit yang berat dan sangat berat. Proporsi ini mirip
dengan yang ditemukan pada penelitian di daerah lain. Proporsi beratnya penyakit
pada waktu terdiagnosis menurun selama periode penelitian, hal ini mungkin
semakin dininya penyakit terdiagnosis.
Kurva harapan hidup pada anemia aplastik berbentuk bifasik, contohnya
mortalitas yang cepat diikuti oleh penurunan yang lebih lambat. Angka harapan
10
hidup turun dari 73% pada 3 bulan sampai 57% pada 2 tahun dan mendatar pada
51% pada 15 tahun. Angka harapan hidup pada beberapa seri memperlihatkan
kurva bifasik yang sama, dengan angka mortalitas tertinggi dalam 6 bulan pertama
setelah didiagnosis. Angka harapan hidup lima tahun disebutkan berkisar 70%
sampai 90% dan mirip dengan pasien yang mendapat transplantasi sumsum tulang
dengan terapi imunosupresif. Pada awal tahun 1930-an pasien anemia aplastik
dianggap pasti akan meninggal. Namun morbiditas dan mortalitas telah menurun
dengan drastis sejak diperkenalkannya transplantasi sumsum tulang dan terapi
imunsupresif. Pada penelitian ini kasus kematian sebanyak 41% pada 2 tahun
setelah didiagnosis, tapi menurun dari 50,5% pada 10 tahun pertama masa
penelitian menjadi 31% pada 10 tahun terakhir.
Prognosis penyakit pasien anemia aplastik berkaitan dengan beberapa
faktor. Selain periode diagnosis, satu-satunya faktor yang diperkirakan yang
memengaruhi harapan hidup adalah faktor usia dan beratnya penyakit. Tingkat
usia harapan hidup pada penelitian ini sesuai dengan data dari International Bone
Marrow Transplantation Registry dan dengan penemuan oleh IAAAS. Tidak
terdapat perbedaan statitik yang bermakna pada angka harapan hidup selama 2
tahun berdasarkan jenis terapi yang didapat. Namun kebanyakan pasien menerima
terapi imunosupresif dan jumlah pasien yang mendapat terapi yang lain hanya
sedikit. Transplantasi sumsum tulang dan imunosupresif memiliki keunggulan dan
kekurangan spesifik tetapi memiliki tingkat harapan hidup yang sama.
Terdapat sepertiga kasus yang terpapar oleh obat-obatan atau bahan toksik
diketahui berhubungan dengan penyakit ini.
Telah dilaporkan tiga penelitian berdasarkan populasi besar tentang
anemia aplastik; IAAAS, penelitian kelompok di Prancis, dan penelitian anemia
aplastik di Thailand. Peneliti menggunakan metode yang sama dengan peneliti
yang di IAAAS dan Thailand. Namun berbeda dengan penelitian sebelumnya
kasus di kumpulkan dan dipantau dengan periode waktu yang lebih lama.
Gambaran angka kejadian dapat diandalkan karena seluruh rumah sakit penting
yang di daerah ini berpartisipasi dan dengan memasukkan seluruh kasus secara
prospektif dengan bantuan hematologis yang langsung menangani kasus ini. Oleh
karena itu tidak mungkin terdapat kesalahan proporsi yang signifikan pada kasus
11
ini. Walaupun metoda diagnostik terus diperbaiki, tingkat kejadian tetap stabil
selama masa penelitian.
Salah satu keterbatasan penelitian adalah peneliti mengumpulkan
informasi pemantuan dari rekam medik pasien. Hasilnya terdapat kehilangan
beberapa informasi ketika rekam medik tidak ditemukan seperti yang terjadi pada
21 pasien (11%).
Kesimpulan, penelitian ini menunjukkan bahwa anemia aplastik
merupakan penyakit yang jarang. Meskipun prognosis penyakit ini telah
meningkat pesat, tingkat mortalitas pada pasien anemia aplastik ini cukup tinggi.
Tingkat kejadian dan harapan hidup mirip dengan penelitian yang dilakukan di
negara Eropa. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kematian pada 2 tahun
setelah diagnosis adalah usia diatas 45 tahun menderita penyakit ini, dan sangat
berat saat terdiagnosis anemia aplastik. Selain itu tingkat kematian pada kasus
anemia aplastik selama tahun 1980-an lebih tinggi dibandingkan kasus-kasus pada
tahun 1990-an. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengeksplorasi peran dari
faktor risiko terhadap prognosis, dan relevansi dari paparan bahan-bahan kimia,
virus dan obata-obatan yang mungkin menjadi faktor penyebab.
12