engembangan masyarakat sebagai pendekatan … · dr. ir. arya hadi dharmawan, m.sc. agr ir. slamet...

200
PENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN (Studi Kasus Pada Industri Geothermal di Kecamatan Kabandungan Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat) NANDANG MULYANA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Upload: lelien

Post on 02-Mar-2019

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

PENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN

PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN (Studi Kasus Pada Industri Geothermal di Kecamatan Kabandungan

Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat)

NANDANG MULYANA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

Page 2: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

ii

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam

tesis yang berjudul :

PENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN

(Studi Kasus Pada Industri Geothermal di Kecamatan Kabandungan Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat)

Adalah benar merupakan karya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua

sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan

dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Februari 2009

Yang menyatakan,

Nandang Mulyana NRP. A155050151

Page 3: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

iii

ABSTRACT

NANDANG MULYANA, Community Development as Rural Development Approach, case study at Geothermal Industry Kabandungan district region of Sukabumi Province of West Java, under supervision of ARYA HADI DHARMAWAN and SLAMET SOEDARSONO.

The existence of Gunung Salak geothermal industry at Kabandungan district, Sukabumi region which established by CHV is expected to give significant contribution especially for the local community welfare and Sukabumi societies in general. As a realization of the corporate social responsibility (CSR) to the local community development welfare, CHV has implemented the community development. In implementing the community development, CHV has limited effect with regard to economic contribution. The objectives of this research is to analyze the implementation of community development program to the local community in project areas, and find out the real contribution of community development program to the local community. The qualitative data method is used in this research. The qualitative data obtained by interviewing the concern parties whose involve in CHV community development program to obtain the factual information and respondent experience based on the information which linked to the research objective. Data analysis was conducted descriptively. Results of the research show that CHV runs the community development program by their own. The company determines community/group which received the assistance, based on community/group requirement. This is one way method, where the company has the authority to run the program and the community is the receiver. The research found the low program coordination and integration, the cooperation between CHV and local government is not running smoothly.. This condition cause the relation between community development and and regional development are relatively in minimum level.

The program tends to strengthen the degree of community depedency without a proper management, CSR is also potential to creat horizontal or vertical conflict.

Keywords: Community Development, local community, Rural development and CHV

Page 4: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

iv

RINGKASAN

NANDANG MULYANA, Pengembangan Masyarakat sebagai pendekatan pengembangan kawasan perdesaan, (Studi kasus pada Industri Geothermal di Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat). Dibimbing oleh ARYA HADI DHARMAWAN sebagai ketua dan SLAMET SOEDARSONO sebagai anggota komisi pembimbing.

Diberlakukannya otonomi daerah sesuai dengan Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, diyakini dapat membawa angin baru untuk kemajuan pembangunan wilayah. Daerah diberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. Daerah juga dituntut untuk mengembangkan serta mengoptimalkan semua potensi wilayah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya dengan tingkat kemandirian yang tinggi. Dalam tiga dekade terakhir telah terjadi proses pergeseran paradigma pembangunan, cara pandang pembangunan yang berorientsi pada laju pertumbuhan ekonomi dengan basis peningkatan investasi dan teknologi luar semata (persepektif materialistik), telah bergeser ke arah pemikiran pembangunan yang menekankan pada kemampuan masyarakat untuk mengontrol keadaan dan lingkungannya. Paradigma baru yang berkembang lebih menekankan kepada proses-proses partisipatif dan kolaboratif (participatory and collaborative) yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteran sosial dan material, termasuk meningkatkan keadilan dalam distribusi pemilikan, pengelolaan dan manfaat pembangunan serta kebebasan dan kemandirian.

Salah satu tantangan pembangunan wilayah yang strategis dalam rangka mengatasi ketidakberdayaan yang selama ini terjadi adalah melalui upaya pemberdayaan masyarakat. Munculnya konsep pemberdayaan masyarakat sebagai paradigma baru dalam proses pembangunan di Indonesia memang cukup beralasan. Ketika realitas pembangunan terfokus pada pertumbuhan ekonomi yang bersumber pada modal dan berpusat pada nilai industri, ternyata nilai-nilai yang sebenarnya hakiki dalam pembangunan seperti kemanusiaan, kemandirian dan prakarsa dalam masyarakat menjadi terabaikan

Kehadiran industri pertambangan disuatu wilayah dapat menjadi peluang bagi pemerintah daerah untuk melakukan percepatan (akselerasi) pembangunan wilayah dimana perusahaan beroperasi ataupun wilayah-wilayah yang terbelakang yang diakibatkan oleh ketimpangan distribusi pembangunan. Keberadaan tambang disuatu wilayah juga secara langsung maupun tidak langsung memberikan kontribusi bagi pengembangan wilayah pada lokasi tersebut. Keberadaan industri panas bumi (geothermal) Gunung Salak di wilayah Desa Kabandungan Kecamatan Kabandungan Kabupaten Sukabumi yang dikelola oleh CHV, diharapkan memberikan kontribusi yang signifikan bagi pengembangan masyarakat sekitar. Sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan (corporate sosial responsibility) terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan perusahaan maka perusahaan melaksanakan program pengembangan masyarakat (community development).

Tujuan kajian ini adalah untuk menganalisis pelaksanaan program pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh industri panas bumi CHV Gunung Salak terhadap masyarakat yang berada di sekitar lokasi perusahaan,

Page 5: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

v

serta menganalisis apakah terdapat kontribusi dari pelaksanaan program pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh industri panas bumi Gunung Salak terhadap pengembangan wilayah.

Dalam penyusunan kajian digunakan metode kualitatif, pemilihan metode kualitatif dalam studi ini dikarenakan temuan-temuan pada studi kualitatif lebih menjawab persoalan sebenarnya daripada sekadar angka-angka. Dalam studi ilmu sosial, terlihat bahwa angka-angka yang diperoleh dalam studi belum cukup menjawab persoalan yang sebenarnya, sangat sulit melihat keadaan yang sebenarnya jika hanya menggunakan kecenderungan angka saja. Hal tersebut dikarenakan adanya faktor-faktor lain yang tidak bisa dinilai melalui angka-angka, seperti faktor budaya dan faktor sosiologis.

Metode dan pendekatan studi yang digunakan untuk pengumpulan data primer adalah wawancara mendalam (indepth interview), terhadap informan kunci (key informan), serta diskusi kelompok bersama parapihak (stakeholders) yang terkait dengan program pengembangan masyarakat CHV serta telaah pustaka. Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah dari berbagai buku, makalah dan laporan terkait.

Hasil kajian pelaksanaan program pengembangan masyarakat CHV menunjukkan bahwa pelaksanaan program pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh pihak oleh CHV antara lain meliputi bidang Pendidikan, kesehatan, pemberdayaan ekonomi lokal, lingkungan, infrastruktur serta komunikasi dan hubungan sosial dengan masyarakat Masyarakat /kelompok penerima program ditentukan sepihak oleh perusahaan berdasarkan pengajuan proposal yang dilakukan oleh kelompok-kelompok dalam masyarakat. Pelaksanaan program pengembangan masyarakat CHV lebih banyak berupa pemberian bantuan-bantuan kepada masyarakat dan belum mampu memberdayakan ekonomi. Pola kerjasama bersifat searah dimana perusahaan sebagai pemilik program dan masyarakat sebagai sasaran program.

Kajian ini juga menemukan bahwa pengoordinasian dan pengintegrasian program masih rendah, kerjasama antara CHV dengan Pemerintah daerah (kecamatan Kabandungan) belum berjalan dengan baik, belum ada kelembagaan yang menjembatani hubungan keduanya. Sehingga keterkaitan program pengembangan masyarakat CHV dengan program pembangunan daerah relatif kecil. Disamping itu program pengembangan masyarakat yang dilaksanakan juga menciptakan ketergantungan masyarakat terhadap perusahaan serta berpotensi menimbulkan konflik vertikal maupun horizontal.

Hasil analisis menunjukan bahwa terdapat kontribusi dari pelaksanaan program pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh industri panas bumi Gunung Salak terhadap pengembangan wilayah, tetapi kontribusi tersebut masih sangat rendah dan belum sesuai dengan harapan, komitmen perusahaan terhadap pengembangan masyarakat masih rendah serta program pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh CHV secara umum masih berorientasi pada kegiatan-kegiatan yang bersifat derma (karitatif).

Kata kunci: Masyarakat lokal , Pengembangan Masyarakat , pengembangan wilayah perdesaan dan CHV.

Page 6: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

vi

@ Hak cipta milik IPB, tahun 2009 Hak cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber. a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya

ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

Page 7: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

vii

PENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN

PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN (Studi Kasus Pada Industri Geothermal di Kecamatan Kabandungan

Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat)

NANDANG MULYANA

Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada Departermen Ekonomi dan Manajemen

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Page 8: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

viii

Judul tesis : Pengembangan Masyarakat Sebagai Pendekatan

Pengembangan Wilayah Perdesaan.

(Studi Kasus pada Industri Geothermal di Kecamatan

Kabandungan Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat)

nama : Nandang Mulyana

Nomor Pokok : A155050151

Program Studi : Ilmu-ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah Pascasarjana Perencanaan Pembangunan Institut Pertanian Bogor Wilayah dan Perdesaan

Dr. Ir. Bambang Juanda, MS Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS

Tanggal Ujian: 4 Pebruari 2009 Tanggal lulus: …………………….2009

Page 9: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

ix

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat

dan karunia-NYA penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini, dengan judul

: “Pelaksanaan Program Pengembangan Masyarakat Pada Industri Panas Bumi

(geothermal) (Studi kasus di kecamatan Kabandungan Kabupaten Sukabumi

Propinsi Jawa Barat)”. Penulisan tesis ini merupakan salah satu syarat

memperoleh gelar Magister Sain pada Program Studi Ilmu-ilmu Perencanaan

Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor (IPB).

Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya atas segala bantuan yang

telah diberikan selama penyusunan tugtesis ini, penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan,M.Sc.Agr. dan Bapak Ir. Slamet

Soedarsono,M.PP. selaku Ketua Dan Anggota Komisi Pembimbing yang

dengan tulus dan ikhlas telah meluangkan waktu dan kesempatan untuk

memberikan memberikan bimbingan dan arahan serta motivasi kepada

penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

2. Bapak Dr.Ir.H. Bambang Juanda. selaku ketua Program Studi Ilmu-ilmu

Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) Sekolah

Pascasarjana Institut Pertanian Bogor atas segala bantuan dan kesempatan

yang diberikan selama mengikuti pendidikan .

3. Prof. Dr.Ir.Khairil A. Notodiputro,MS. Selaku Dekan Sekolah Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor atas kesediaannya menerima penulis untuk

mengikuti pendidikan magister di IPB.

4. Para Dosen Program Studi Ilmu-Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah

dan Perdesaan (PWD) Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor atas

bekal ilmu yang diberikan serta pandangan dan kekeluargaan yang terjalin

selama ini.

5. Bapak Ir. Daden Gunawan,M.Si selaku Camat Kabandungan, Bapak Iwan S.

Azof,Msc,MM. selaku manager PGPA Chevron geothermal salak,Ltd,Bapak

Drs. Willy Ekariono,MS. Selaku manager Salak community affair Serta

Bapak Ir. Asrul Maulana selaku community affair officer atas data-data dan

kesempatan untuk berdiskusi yang telah diberikan.

Page 10: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

x

6. Orangtua tercinta, Ayahanda J.Junaedi dan Ibunda Icoh Holisoh serta Mertua

tercinta ayahanda Abdul Munir dan Ibunda Nurahmi atas do’a yang tak

pernah henti serta dukungan baik moril mapun materil, selama penulis

menjalankan studi.

7. Istriku Lili Suciati,SE atas do’a, kesabaran dan dukungannya serta anakku

tercinta Papang dan Zona yang selalu memberikan semangat setiap saat

dimana do’a dan airmatanya menjadi darah juangku.

8. Keluarga besar Nunung Aswari (Alm.) yang telah memberikan motivasi dan

inspirasi kepada penulis.

9. Rekan-rekan mahasiswa program studi PWD, atas “social capital”,

kebersamaan yang terbina selama ini dalam menuntut ilmu di kampus

tercinta khususnya angkatan 2005 : Teh Rosda Malia (komti ‘05), Mbak

Sherly Gladys Jocom, Albertus Girik Allo, Erenda, Rosa Delima, A.

Syiaruddin Hasby, Laurentius Wisnu Whardana dan M’bak Elfa.

10. Para responden dan narasumber, yang telah meluangkan waktu yang telah

menerima penulis dan memberikan informasi kepada penulis selama

penelitian berlangsung.

11. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang selama

ini telah banyak memberikan bantuan kepada penulis, sehingga dapat

menyelesaikan studi ini.

Akhirnya disadari penulisan tesis ini masih terdapat kekurangan yang

disebabkan oleh keterbatasan penulis. Oleh karena itu, untuk kesempurnaan

kritik dan saran diharapkan dari berbagai pihak. Semoga tesis ini dapat

memberikan sumbangan kepada ilmu pengetahuan, serta bermanfaat untuk.

semua pihak . Amin.

Bogor, Februari 2009

Nandang Mulyana

Page 11: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

xi

RIWAYAT HIDUP

Penulis, Nandang Mulyana, dilahirkan di Sukabumi, Jawa Barat pada

tanggal 2 September 1973 dari ayah Jujun Junaedi dan ibu Icoh Holisoh. Penulis

merupakan putra ke-tiga dari delapan bersaudara.

Pendidikan sekolah dasar ditempuh di SDN Jayanegara Sukabumi dan

tamat pada tahun 1987, pendidikan sekolah menengah pertama ditempuh pada

SMPN Kalapanunggal Sukabumi dan tamat pada tahun 1990 selanjutnya

pendidikan sekolah lanjutan tingkat atas ditempuh pada Sekolah Menengah

Ekonomi Atas Jakarta I di Jakarta Barat dan tamat pada tahun 1993. Pendidikan

sarjana pada Jurusan Akutansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah

Jakarta (UMJ) dan tamat pada tahun 1999 dan pada tahun 2005 penulis

mengikuti pendidikan Magister Sains pada Program Studi Ilmu Perencanaan

Pembangunan Wilayah dan Perdesaan Sekolah pascasarjana Institut Pertanian

Bogor (IPB).

Pada tahun 2000, penulis menikah dengan Lili Suciati, SE dan telah

dikaruniai dua orang putera, yaitu: Muhammad Pandu Aria Pratama (Papang)

serta Muhammad Giri Aria Dwinugraha (Zona).

Page 12: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR ISI ............................................................................................... i

DAFTAR TABEL ........................................................................................ v

DAFTAR MATRIKS ................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ix

I. PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang .................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah............................................................ 5

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................... 9

1.4 Kegunaan Penelitian............................................................ 10

II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 11

2.1 Pengembangan Masyarakat............................................... 11

2.2 Pengembangan Wilayah...................................................... 24

2.3 Konsep Wilayah dan Pembangunan .................................. 31

2.4 Pengembangan Wilayah Berbasis Sumberdaya Alam ....... 35

2.5 Industri Panas Bumi (geothermal) ...................................... 40

2.6 Dampak Industri Pertambangan ........................................ 43

2.7 Hubungan Industri dan Pengembangan Masyarakat........... 45

2.8 Karakteristik Lokal................................................................ 48

2.9 Partisipasi Masyarakat......................................................... 50

2.10 Kelembagaan Lokal............................................................. 55

2.11 Teori Konflik......................................................................... 56

III. METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 59

3.1 Kerangka Pemikiran............................................................ 59

3.2 Hipotesis. ............................................................................ 64

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian............................................... 65

3.4 Pengumpulan Data.............................................................. 65

3.5 Penetapan informan Kunci.................................................. 66

Page 13: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

ii

3.6 Metode Analisis Data........................................................... 67

3.7 Pelaksanaan Program Pengembangan Masyarakat Pada

Industri Panas Bumi Gunung Salak.....................................

67

3.8 Kontribusi Pelaksanaan Program Pengembangan

Masyarakat Industri Panas Bumi Gunung Salak Terhadap

Pengembangan Wilayah.................................................

67

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN ............................... 69

4.1 Geografi dan Administrasi Pemerintahan............................ 69

4.2 Kependudukan.. ................................................................. 72

4.3 Infrastruktur Dasar............................................................... 73

4.4 Sistem Transportasi............................................................. 75

4.5 Sistem Ekonomi. ................................................................. 75

4.6 Sumberdaya Lokal............................................................... 78

4.7 Struktur Komunitas... .......................................................... 79

4.8 Masalah Sosial....................................................................

4.8.1. Kemiskinan..............................................................

4.8.2. Pendidikan..............................................................

4.8.3. Kesehatan...............................................................

4.8.4. MasalahLingkungan................................................

a. Krisis Air.............................................................

b. Bencana Longsor. ..............................................

79

81

82

82

83

83

83

4.9 CHV ................................................................................... 84

4.10 Ikhtisar................................................................................. 85

V. EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN

MASYARAKAT PADA INDUSTRI GEOTHERMAL GUNUNG

SALAK.............................................................................................

87

5.1

5.2

5.3

Program Pengembangan Masyarakat Dalam Bidang

Pendidikan...........................................................................

Program Pengembangan Masyarakat Dalam Bidang

Kesehatan............................................................................

Program pengembangan masyarakat dalam bidang

Pemberdayaan Ekonomi Lokal............................................

96

101

103

Page 14: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

iii

5.4

5.5

5.6

Program Pengembangan Masyarakat Dalam Bidang

Lingkungan..........................................................................

Program Pengembangan Masyarakat Dalam Bidang

Infrastruktur..........................................................................

Program Pengembangan Masyarakat Dalam Bidang

Komunikasi & Hubungan Sosial Masyarakat.......................

108

109

112

5.7 Pelaksanaan Terbaik (Best Practice) Program

Pengembangan Masyarakat………………………………….

114

5.8 Ikhtisar ................................................................................

118

VI. KONTRIBUSI PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN

MASYARAKAT INDUSTRI PANAS BUMI GUNUNG SALAK

TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH...................................

132

6.1 Kontribusi Pelaksanaan Program Pengembangan

Masyarakat Industri Panas Bumi Gunung Salak

Terhadap Pertumbuhan Perekonomian Daerah dan

Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat…………………….

134

6.2 Ketergantungan Masyarakat Terhadap Perusahaan........... 138

6.3 Pengorganisasian dan pengoordinasian program

pengembangan masyarakat dengan program lain...............

140

6.4 Jaringan Kelembagaan Lokal............................................... 142

6.5 Konflik Yang muncul dalam Masyarakat.............................. 144

6.5.1. CHV dengan masyarakat.........................................

6.5.2. CHV dengan Pemerintah Daerah............................

6.5.3. CHVdengan LSM lokal.............................................

6.5.4. Masyarakat dengan Masyarakat..............................

6.5.5. Masyarakat dengan LSM.........................................

6.5.6. LSM dengan LSM.....................................................

6.5.7. Pemerintah daerah dengan LSM.............................

146

148

149

150

151

151

153

6.6 Hubungan Program pengembangan masyarakat dan

pengembangan wilayah lokal...............................................

153

6.7 Analisis badan swasta (profit-maximizing body) dalam

pembangunan wilayah.........................................................

155

6.8 Ikhtisar ................................................................................. 156

Page 15: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

iv

VII. KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 161

7.1 Kesimpulan.......................................................................... 161

7.2 Saran....................................................................................

7.2.1. Ilmu perencanaan pembangunan wilayah dan

perdesaan………………………………………………

7.2.2. Pihak Perusahaan....................................................

7.2.3. Pihak Pemerintah Daerah Sukabumi......................

7.2.4. Pihak Desa dan kecamatan Kabandungan..............

7.2.5. Pihak Masyarakat.....................................................

162

162

163

164

164

164

DAFTAR PUSTAKA ....... ........................................................................... 165

LAMPIRAN ................................................................................................. 169

Page 16: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

v

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Nama-nama Desa Kecamatan Kabandungan.................... 69

Tabel 4.2. Pemerintahan Desa Se-Kecamatan Kabandungan……… 70

Tabel 4.3. Luas Wilayah Menurut Ketinggian Tanah kecamatan

Kabandunga tahun 2005………………………………………

71

Tabel 4.4. Kondisi Tanah di Kecamatan Kabandungan……………….. 71

Tabel 4.5. Jenis Tanah di Kecamatan kecamatan Kabandungan……. 72

Tabel 4.6 Jenis Penggunaan Lahan Di Kecamatan Kabandungan….. 72

Tabel 4.7. Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di Kecamatan

Kabandungan…………………………………………………

73

Tabel 4.8. Kondisi Jalan di Kecamtan Kabandungan (dalam Km)……. 73

Tabel 4.9. Jumlah Jembatan di Kecamatan Kabandungan…………… 74

Tabel 4.10 Jumlah Sekolah di Kecamtan Kabandungan……………… 74

Tabel 4.11. Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Kabandungan... 74

Tabel 4.12. Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan

Kabandungan…………………………………………………

75

Tabel 4.13. Luas Tanah Menurut Jenis Penggunaannya di kecamatan

Kabandungan (dlm Ha)......................................................

76

Tabel 4.14. Produksi Daging Menurut Jenis Ternak Dan Telur Unggas

di kecamatan Kabandungan (Kg).........................................

77

Tabel 4.15. Jumlah Pemeluk Agama di kecamatan Kabandungan…… 79

Tabel 4.16. Rumah Tangga Miskin Penerima BLT di Kecamatan

Kabandungan Tahun 2005/2006…………………………….

80

Tabel 4.17. Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

(PMKS) Menurut Jenisnya di kecamatan Kabandungan…

80

Tabel 4.18. Jumlah Murid Drop Out (DO) Menurut Umur Sekolah…….. 81

Tabel 4.19. Keadaan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar di

kecamatan Kabandungan……………………………………

82

Tabel 4.20. Jumlah SDM Bidang Kesehatan di kecamatan 82

Page 17: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

vi

Kabandungan……………………………………………….…..

Tabel 4.21. Jumlah Kejadian Bencana Alam Menurut Jenisnya……… 83

Tabel 4.22. Jumlah Kerugian Akibat Kejadian Bencana Alam Dan

taksiran Nilai Kerugian.........................................................

83

Tabel 4.23. Luas Lahan Kritis di kecamatan Kabandungan (Ha)……… 84

Tabel 6.1. PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Sukabumi

Menurut sektor usaha tahun 2000-2005 (dalam miliar

rupiah)…………………………………………………………...

135

Tabel 6.2. Rumah Tangga Miskin Penerima BLT di Kecamatan

Kabandungan Tahun 2005/2006…………………………….

136

Tabel 6.3. Jumlah kelompok Tani menurut kelas kelompok................. 143

Page 18: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

vii

DAFTAR MATRIKS

Halaman

Matriks 2.1 Perbedaan Pengembangan Masyarakat Klasik Dan

Kontemporer……………………………………………………

19

Matriks 2.2 Definisi Nomenklatur Kewilayahan………………………… 33

Matriks 5.1 Hubungan Antara Pengembangan Wilayah, Sumberdaya

Alam, Sumberdaya Manusia Dan Teknologi………………

88

Matriks 5.2 Motif Perusahaan dalam Manjalankan Program

Pengembangan Masyarakat………………………………...

90

Matriks 5.3 Time line Pelaksanaan Program Pegembangan

Masyarakat Pada Industri Panas Bumi Gunung Salak….

121

Matriks 5.4 Ikhtisar Analisis Pelaksanaan Program Pegembangan

Masyarakat Pada Industri Panas Bumi Gunung Salak….

123

Matriks 6.1 LSM yang melakukan kegiatan di Kecamatan

Kabandungan…………………………………………………..

143

Matriks 6.2 Potensi Konflik yang Terjadi di Kecamatan Kabandungan. 145

Matriks 6.3 Bentuk konflik dan sumber konflik di Kecamatan

Kabandungan......................................................................

152

Matriks 6.4 Ikhtisar Kontribusi Pelaksanaan Program Pengembangan

Masyarakat Industri Panas Bumi Gunung Salak

Terhadap Pengembangan Wilayah…………………………

158

Page 19: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Hubungan Antara Pengembangan Wilayah, Sumberdaya

Alam, Sumberdaya Manusia Dan Teknologi………………

29

Gambar 2.2. Peta Distribusi Lokasi dan Wilayah Pertambangan Panas

Bumi……………………………………………………………

42

Gambar 3.1 Background……………………………………………………. 64

Page 20: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Peta Wilayah Penelitian …………………………………….………

2 Panduan Wawancara ……………………………………….………

3 Program Tahunan Community Engagement CHV……….………

4 Struktur Organisasi Community Afairs CHV………………………

5 Struktur Organisasi Community Afairs Antam……………………

6 Kronologis Pelaksanaan Program Community Development-

CHV Di Kecamatan Kabandungan Kabupaten Sukabumi...............

7 Glossary………………………………………………………………….

Page 21: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

I. P E N D A H U L U A N

1.1. Latar Belakang

Paradigma baru pembangunan wilayah dengan diberlakukannya otonomi

daerah sesuai dengan Undang-undang nomor 22 tahun 1999 yang telah direvisi

menjadi Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah,

diyakini dapat membawa angin baru untuk kemajuan pembangunan wilayah.

Daerah diberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat menurut prakarsa sendiri

berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perudang-undangan.

Daerah juga dituntut untuk mengembangkan serta mengoptimalkan semua

potensi wilayah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya dengan

tingkat kemandirian yang tinggi.

Otonomi daerah sebenarnya merupakan sebuah peluang bagi daerah

otonom (Kabupaten/Kota) untuk memperbaiki fungsi pemerintah daerah dalam

melaksanakan pembangunan daerah. Sebab otonomi yang mentransfer berbagai

kewenangan akan melahirkan diskresi di tingkat lokal dalam membuat kebijakan

pembangunan daerah yang sesuai aspirasi dan kebutuhan masyarakat di

daerah. Namun peluang tersebut tidak serta merta dapat merubah pola

pembangunan daerah menjadi semakin baik untuk masyarakat daerah.

Komitmen dan konsistensi pemerintah daerah dan kesiapan masyarakat adalah

faktor operasional yang cukup signifikan membuat peluang tersebut terealisasi

secara empirik. Jika komitmen dan konsistensi pemerintah daerah dan kapasitas

masyarakat lokal lemah maka berbagai peluang tersebut cenderung hanya

bersifat retoris yang indah dalam kata-kata dan tidak pernah terwujud dalam

kehdupan nyata. Sebaliknya apabila komitmen dan konsistensi pemerintah

daerah kuat yang terlihat dari adanya keinginan untuk mensejahterakan

masyarakat melalui pembaharuan, baik secara struktural dan kultural serta

internal dan eksternal institusi pemerintah daerah dan kehendak masyarakat

cukup antusias membangun daerahnya maka peluang itu akan menjadi “pintu

masuk” bagi kesejahteraan masyarakat lokal.

Dalam tiga dekade terakhir telah terjadi proses pergeseran paradigma

pembangunan, cara pandang pembangunan yang berorientsi pada laju

pertumbuhan ekonomi dengan basis peningkatan investasi dan teknologi luar

Page 22: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

2

semata (persepektif materialistik), telah bergeser ke arah pemikiran

pembangunan yang menekankan pada kemampuan masyarakat untuk

mengontrol keadaan dan lingkungannya.

Paradigma baru yang berkembang lebih menekankan kepada proses-

proses partisipatif dan kolaboratif (participatory and collaborative) yang ditujukan

untuk meningkatkan kesejahteran sosial dan material, termasuk meningkatkan

keadilan dalam distribusi pemilikan, pengelolaan dan manfaat pembangunan

serta kebebasan dan kemandirian.

Kini telah banyak disadari bahwa pengalaman membangun selama ini

telah banyak menimbulkan dampak masalah pembangunan yang semakin besar

dan kompleks. Semakin melebarnya kesenjangan sosial-ekonomi, degradasi

dan tingkat kerusakan lingkungan yang semakin parah, beban dan

ketergantungan pada utang luar negeri yang semakin berat adalah bukti-bukti

nyata atas kegagalan praksis pembangunan. Realitas-realitas tersebut telah

mendorong perubahan pemikiran dan konsepsi pembangunan wilayah yang

lebih mendorong keterlibatan masyarakat.

Berbagai ciri dari pendekatan pembangunan yang bertumpu pada

komunitas tersebut, secara substansial di arahkan untuk menciptakan

kemandirian dan meningkatkan kemampuan masyarakat, yaitu diharapkan akan

mengurangi tingkat ketergantungan masyarakat pada pemerintah sehingga

kemandirian masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan dapat tercipta

secara kokoh. Di sisi lain, melalui pendekatan pembangunan ini akan menjamin

tumbuhnya self-sustaining capacity masyarakat menuju sustainable

development.

Salah satu tantangan pembangunan wilayah yang strategis dalam rangka

mengatasi ketidakberdayaan yang selama ini terjadi adalah melalui upaya

pemberdayaan masyarakat. Munculnya konsep pemberdayaan masyarakat

sebagai paradigma baru dalam proses pembangunan di Indonesia memang

cukup beralasan. Ketika realitas pembangunan terfokus pada pertumbuhan

ekonomi yang bersumber pada modal dan berpusat pada nilai industri, ternyata

nilai-nilai yang sebenarnya hakiki dalam pembangunan seperti kemanusiaan,

kemandirian dan prakarsa dalam masyarakat menjadi terabaikan. Disaat yang

bersamaan, pendekatan pembangunan lebih bersifat sentralistik yang

mengedepankan perencanaan top down serta keseragaman telah berhasil

melemahkan kemandirian masyarakat.

Page 23: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

3

Hadirnya konsep pemberdayaan masyarakat merupakan respon kritis

terhadap pola pembangunan yang sentralistik dan seragam tersebut. Sebagai

sebuah konsep, pemberdayaan masyarakat sebenarnya berakar pada

paradigma pembangunan yang berorientasi pada manusia (people centered

development). Pengalaman dilapangan menunjukkan bahwa ketidakberdayaan

masyarakat selama ini terjadi hampir di semua sektor kehidupan, di antaranya

masih terbatasnya akses masyarakat terhadap berbagai sumberdaya ekonomi

dan sumberdaya alam. Dalam kasus ini misalnya terbatasnya akses bagi para

petani kecil untuk mendapatkan kredit dan ketiadaan akses bagi masyarakat

untuk memanfaatkan sumberdaya alam disekitarnya karena telah dikuasai oleh

negara atau oleh perusahaan swasta. Ketidakberdayaan secara politik juga

terjadi, banyak produk kebijakan yang dihasilkan oleh lembaga-lembaga politik

tidak pro-poor, karena masyarakat tidak sanggup untuk mempengaruhi

keputusan tersebut. Juga terjadi ketidakberdayaan berprakasrsa, hal ini terjadi

karena tidak dilakukannya pengambilan keputusan secara partisipatif yaitu

prosese-proses yang melibatkan pihak-pihak yang terkena pengaruh/dampak

dari keputusan yang bersangkutan, sehingga masyarakat akhirnya menjadi tidak

mau bepartisipasi karena tidak dilibatkan dalam setiap tahapan prosesnya.

Pemberdayaan masyarakat berarti menghilangkan ketidakberdayaan

tersebut diatas dan memberdayakan masyarakat dengan membuka peluang

yang sebesar-besarnya dalam proses perencanaan pembangunan wilayah,

begitu juga dalam pelaksanaannya dan untuk menumbuhkan keberdayaan mesti

bersandar pada aspirasi dan partisipasi masyarakat.

Dalam pengembangan masyarakat pertisipatif, masyarakat ditempatkan

sebagai subyek pembangunan yang potensial sehingga membentuk motivasi dan

perubahan partisipasi aktif masyarakat. Dengan pengembangan masyarakat

partisipatif yang mengutamakan inner construction masyarakat, diharapkan

masyarakat selanjutnya dapat membentuk dirinya sendiri dan bersikap mandiri

dalam menghadapi setiap persoalan yang muncul.

Kehadiran industri pertambangan disuatu wilayah dapat menjadi peluang

bagi pemerintah daerah untuk melakukan percepatan (akselerasi) pembangunan

wilayah dimana perusahaan beroperasi ataupun wilayah-wilayah yang

terbelakang yang diakibatkan oleh ketimpangan distribusi pembangunan.

Keberadaan tambang disuatu wilayah juga secara langsung maupun tidak

langsung memberikan kontribusi bagi pengembangan wilayah pada lokasi

Page 24: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

4

tersebut. Di beberapa wilayah, sumbangan sektor pertambangan dan migas

terhadap PDRB menempati urutan teratas dan jumlah penyerapan tenaga kerja

sangat besar.

Hubungan pengembangan masyarakat dengan industri juga memberikan

arti penting bagi pemerintah daerah mengingat adanya kecendrungan

peningkatan perkembangan sektor industri merupakan potensi bagi peningkatan

PAD serta peluang untuk melakukan pembangunan wilayah dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam konteks tersebut, pemerintah

daerah tidak hanya dituntut untuk dapat menciptakan iklim bagi kelangsungan

dunia usaha, tetapi juga menciptakan ketentuan hukum yang dapat memayungi

program kemitraan antara pemerintah daerah, industri dan masyarakat.

Menurut Saleng (2004) dalam Hamzah (2005), dampak positif secara

langsung kehadiran perusahaan pertambangan didaerah adalah adanya

kesempatan kerja dan kesempatan usaha baru bagi masyarakat sekitar

sehingga mengurangi pengangguran dan dapat memberikan kontribusi kepada

pembangunan ekonomi, peningkatan kualitas hidup para pekerja maupun

masyarakat disekitarnya. Sehingga dengan meningkatnya pertumbuhan

ekonomi hal ini juga berarti meningkatnya pendapatan masyarakat. Dampak

positif tidak langsung adalah meningkatnya kualitas sumberdaya manusia karena

terbukanya kesempatan untuk melanjutkan pendidikan sebagai dampak dari

meningkatnya pendapatan, meningkatnya arus informasi yang dapat diterima

oleh masyarakat karena adanya interaksi dengan para pendatang.

Dampak negatif secara langsung adalah berupa menurunnya tingkat

kualitas lingkungan hidup karena adanya eksploitasi terhadap sumberdaya alam.

Dampak negatif secara tidak langsung adalah dampak sosial yaitu adanya

pergeseran nilai sosial dalam masyarakat sebagai akibat dari adanya interaksi

dengan masyarakat luar yang lebih modern seperti misalnya masyarakat menjadi

lebih permisif terhadap hal-hal negatif yang dulu sangat dilarang seperti

perjudian, alkoholisme dan pergaulan bebas.

Kehadiran CHV1 diharapkan memberikan kontribusi yang signifikan bagi

pengembangan masyarakat sekitar. Hal ini diperlukan mengingat area

pengelolaan sumberdaya panas bumi berada pada wilayah perdesaan yang

1 Studi ini dlakukan di wilayah kerja perusahaan CHV, perusahaan yang bergerak dalam bidang industri

geothermal di Gunung Salak kecamatan Kabandungan Kabupaten Sukabumi Jawa Barat.

Page 25: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

5

aksesibilitas masyarakatnya rendah karena berada jauh dari pusat

Pemerintahan.

Letak yang jauh ini sering menjadi penyebab minimnya porsi

pembangunan yang diterima masyarakat sehingga tidak hanya menyebabkan

ketertinggalan perkembangan fisik wilayah tetapi juga dapat menciptakan

masyarakat marginal yang sulit untuk berkembang, serta semakin memperbesar

disparitas antara wilayah maju dengan wilayah yang belum maju sehingga dalam

proses pembangunannya menimbulkan ketergantungan terhadap wilayah yang

sudah maju.

Oleh karena itu, suatu rancangan strategi pengembangan masyarakat

yang dilakukan selayaknya adaptif terhadap pembangunan wilayah, sehingga

perlu dibangun secara partisipatif dan berdasarkan inisiataif lokal. Diabaikannya

partisipasi warga dalam mekanisme perencanaan pembangunan, membuat

sebagian besar anggaran digunakan untuk kepentingan pemerintah, sampai

saat ini, alokasi dana yang dikucurkan ke desa masih sangat kecil. Ini

menyebabkan desa-desa sarat dengan berbagai persoalan kesejahteraan dan

pertumbuhan ekonomi yang lamban.

Program pengembangan masyarakat harus disesuaikan dengan

perkembangan kelompok-kelompok dalam masyarakat. Tahapan perkembangan

masyarakat yang berbeda menuntut adanya upaya pendekatan pengembangan

yang berbeda pula. Berkaitan dengan hal tersebut, maka kegiatan

pengembangan masyarakat yang adaptif terhadap pembangunan wilayah dan

mendorong percepatan pembangunan wilayah menjadi penting.

1.2. Perumusan Masalah

Keberadaan industri panas bumi Gunung Salak yang dikelola oleh CHV

akan menimbulkan dampak baik bersifat positif maupun negatif, secara langsung

maupun tidak langsung. Dampak ini dapat terjadi pada aspek lingkungan, tata

ruang, lahan dan tanah, aspek fisik-kimia-biologi maupun aspek sosial-ekonomi

dan budaya.

Pengusahaan pertambangan di wilayah yang relatif terpencil atau wilayah

yang baru dibuka, seringkali masyarakat pendatang jauh lebih maju dan

sejahtera serta memiliki semangat bersaing (competition spirit) yang tinggi

ketimbang masyarakat asli setempat. Perbedaan kesejahteraan dan semangat

Page 26: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

6

bersaing ini pada akhirnya akan menjadi penyebab konflik sosial antara

masyarakat asli dengan masyarakat pendatang. Ketidakadilan akses dan

ketidakmerataan pembagian keuntungan ekonomi wilayah yang diterima oleh

lokalitas berpotensi memicu terjadinya konflik sosial. (Saleng 2004 dalam

Hamzah 2005 ).

Keberadaan perusahaan pengelolaan sumberdaya alam di suatu wilayah

sering tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap pengembangan

masyarakat dan pengembangan wilayah. Padahal dalam Undang-undang nomor

27 Tahun 2003 Tentang Panas Bumi pasal 29 huruf f diamanatkan bahwa

Pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) Panas Bumi wajib melaksanakan

program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat.

Permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam program pengembangan

masyarakat menggambarkan semakin menurunnya tingkat keberdayaan

masyarakat, hal tersebut diakibatkan oleh: (1) semua pihak (stake holders) yang

melakukan program ini lebih memandang masyarakat sebagai obyek. Hal ini

diperlihatkan dengan banyaknya program yang dibuat tidak sesuai kebutuhan

(needs) masyarakat tetapi lebih disesuaikan dengan keinginan (wants) pihak

pembuat program (dalam hal ini perusahaan atau Pemda). (2) Para stakeholders

dalam melaksanakan program-programnya seringkali tidak saling berkoordinasi

sehingga bisa terjadi di satu wilayah banyak dilakukan program pemberdayaan

masyarakat, di wilayah lainnya tidak ada satu program pun yang dilakukan,

sehingga terjadi ketimpangan wilayah, juga sering terjadi program

pengembangan masyarakat yang dijalankan tidak saling mengisi dan saling

menguatkan akibatnya sering terjadi tumpang tindih program baik tempat

pelaksanaan maupun persoalan yang digarapnya, (3) program-program yang

dilakukan lebih bersifat sentralistik, tidak memperhatikan karakteristik wilayah,

akibatnya tidak semua program dapat mencapai tujuannya karena tidak sesuai

dengan kebutuhan masyarakat, (4) banyaknya program pemberdayaan

masyarakat yang dilaksanakan tidak berkesinambungan. Hal tersebut diatas

menjadi masalah, karena persoalan-persoalan pemberdayaan masyarakat

seringkali membutuhkan waktu yang lama dan tidak selalu bisa terlihat hasilnya

secara fisik, sementara disisi lain perusahaan berkeinginan hasil dari

pemberdayaan masyarakat yang mereka jalankan dapat segera dilihat/dirasakan

dalam waktu yang singkat, (5) berbagai kajian atau penelitian telah dilakukan,

Page 27: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

7

namun pada kenyataannya tidak selalu menjadi acuan dalam membuat berbagai

kebijakan yang berhubungan dengan pemberdayaan masyarakat.

Eksistensi keberadaan industri dan interaksinya ditengah masyarakat

membawa perubahan-perubahan, industri mempengaruhi polapikir dan pola

kehidupan masyarakat dan sebaliknya masyarakat sekitar juga mempengaruhi

pola-pola kebijakan manajemen sebuah perusahaan industri. Dalam

perjalanannya, pola hidup bersama yang saling mempengaruhi tersebut juga

menyimpan potensi konflik mengingat masing-masing pihak berangkat dari sisi

kepentingan dan persepsi yang berbeda. Oleh karena itu pola hubungan yang

dibangun oleh industri dengan masyarakat sekitar harus dapat menciptakan

sinergitas, tidak hanya sebagai upaya meredam konflik tetapi yang terpenting

adalah dalam spirit untuk mengembangkan masyarakat dan wilayah.

Dilihat dari perspektif positive social forces, kehadiran CHV dapat

memberikan manfaat tidak hanya terhadap masyarakat yang berada di sekitar

lokasi perusahaan tetapi juga terhadap pembangunan wilayah. Namun

sumberdaya alam yang melimpah tidaklah dengan sendirinya memberikan

kemakmuran bagi warga masyarakat, jika sumberdaya manusia yang ada tidak

mampu memanfaatkan dan mengembangkan teknologi guna memanfaatkan

sumberdaya alam tersebut. Sektor pertambangan memang memberikan

kontribusi yang besar terhadap penerimaan negara, namun kegiatan

pertambangan tersebut belum berpihak pada masyarkat. Hal ini ditandai dengan

besarnya penerimaan yang diterima oleh negara (pusat) melalui royalti dan pajak

yang dibayarkan oleh perusahaan pertambangan, tetapi hanya sedikit sekali dari

jumlah dana yang diterima tersebut dikembalikan lagi kepada daerah

penghasilnya.

Hubungan pengembangan masyarakat dengan insdustri juga

memberikan arti penting bagi pemerintah daerah mengingat adanya

kecendrungan peningkatan perkembangan sektor industri merupakan potensi

peningkatan PAD serta peluang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

dan pembangunan wilayah. Dalam konteks tersebut, pemerintah daerah tidak

hanya dituntut untuk dapat menciptakan iklim bagi kelangsungan dunia usaha,

tetapi juga menciptakan ketentuan hukum yang dapat memayungi program

kemitraan antara pemerintah daerah, industri dan masyarakat sehingga dampak

positif dari keberadaan perusahaan dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar,

Page 28: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

8

diantaranya melalui pesatnya pembangunan wilayah dimana perusahaan

beroperasi.

Jika dilihat dari sisi negative social forces maka keberadaan CHV juga

dapat memberikan dampak yang besar terhadap degradasi dan kerusakan

lingkungan yang terjadi, juga berpotensi untuk tumbuh dan berkembangnya

permasalahan-permasalahan sosial serta degradasi nilai-nilai budaya lokal

masyarakat sekitar lokasi pertambangan.

Dampak negatif secara sosial yaitu adanya pergeseran nilai sosial dalam

masyarakat sebagai akibat dari adanya interaksi dengan masyarakat luar yang

lebih modern seperti misalnya masyarakat menjadi lebih permisif terhadap hal-

hal negatif yang dulu sangat dilarang seperti perjudian, alkoholisme dan

pergaulan bebas.

Keberadaan industri pertambangan disamping memberikan dampak

terhadap degradasi dan kerusakan lingkungan juga berpotensi untuk tumbuh dan

berkembangnya permasalahan-permasalahan sosial serta degradasi nilai-nilai

budaya lokal masyarakat sekitar lokasi pertambangan. Pada umumnya lokasi

industri pertambangan terletak di daerah-daerah terpencil dengan tingkat

pendidikan masyarakat yang sangat rendah dan tidak memiliki keahlian (skill)

tentang industri pertambangan serta jauh dari sentuhan teknologi dan arus

informasi sehingga menyebebkan masyarakat disekitar perusahaan

pertambangan kurang mendapatkan kesempatan untuk berpartisipasi dalam

kegiatan tersebut karena tidak mampu bersaing dengan pekerja-pekerja yang

berasal dari luar daerah yang lebih memiliki kemampuan (skill) dan pengalaman

dalam bidang industri pertambangan. Ketidakmampuan masyarakat lokal untuk

bersaing dengan para pekerja yang berasal dari luar daerah akan menimbulkan

kecemburuan sosial.

Akumulasi dari persoalan-persoalan diatas pada akhirnya akan

menyebabkan terjadinya konflik antara masyarakat dengan perusahaan (beserta

pendatang) yang akan berujung pada resistensi dan penolakan masyarakat

terhadap keberadaan perusahaan pertambangan di wilayah mereka. Untuk

menciptakan perubahan yang konstruktif dan tidak menimbulkan resistensi

masyarakat, diperlukan partisipasi dan inisiatif lokal untuk menciptakan

kesesuaian dengan karakteristik lokal .

Peningkatan partisipasi aktif dan inisiatif lokal diperlukan dalam rangka

mendekatkan masyarakat dengan sumberdaya sosial ekonomi yang menjadi hak

Page 29: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

9

mereka. Masyarakat selayaknya mendapat bagian yang proporsional dari

manfaat yang diperoleh dalam pengelolaan sumberdaya alam mereka oleh piha

lain diluar komunitas, memperoleh akses untuk menggali dan mengembangkan

potensi sosial ekonominya serta mengelola beragam potensi tersebut untuk

berkembang secara mandiri dan berkelanjuan.

Untuk menjembatani ketimpangan-ketimpangan tersebut maka program

pengembangan masyarakat menjadi suatu pilihan untuk meminimalisir dampak

negatif dari kegiatan pertambangan dengan strategi pengembangan masyarakat

yang berorientasikan pada upaya reduksi intensitas dampak, strategi netralisasi

dampak negatif, strategi remediasi atau kuratif (pengobatan).

Salah satu upaya mengatasi dampak negatif tersebut serta untuk

menjembatani ketimpangan-ketimpangan yang terjadi, maka CHV melaksanakan

program pengembangan masyarakat (community development). Program ini

dimaksudkan sebagai upaya pemberdayaan masyarakat yang ditujukan untuk

meningkatkan pendapatan dan keterampilan melalui bantuan teknis,

pendampingan usaha atau bantuan modal dari industri yang bersangkutan.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka didalam

penelitian ini penulis merumuskan dan mengkaji:

1. Bagaimana pelaksanaan program pengembangan masyarakat yang

dilakukan oleh industri panas bumi Gunung Salak?

2. Apakah terdapat kontribusi dari pelaksanaan program pengembangan

masyarakat yang dilakukan oleh industri panas bumi Gunung Salak terhadap

pengembangan wilayah?.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pernyataan diatas, tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis pelaksanaan program pengembangan masyarakat yang

dilakukan oleh industri panas bumi Gunung Salak terhadap masyarakat yang

berada di sekitar lokasi perusahaan.

2. Menganalisis apakah terdapat kontribusi dari pelaksanaan program

pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh industri panas bumi Gunung

Salak terhadap pengembangan wilayah.

Page 30: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

10

1.4. Kegunaan Penelitian

Laporan penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak

yang terkait dalam program pengembangan masyarakat, menjadikan masukan

referensi dalam semua kegiatan-kegiatannya dan sebagai bahan/dasar bagi

kajian lebih lanjut tentang masalah ini.

Page 31: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengembangan masyarakat

Munculnya konsep pengembangan masyarakat (community development)

sebagai paradigma baru dalam proses pembangunan di Indonesia memang

cukup beralasan. Ketika realitas pembangunan terfokus pada pertumbuhan

ekonomi yang besumber pada modal dan berpusat pada nilai industri, ternyata

nilai-nilai yang sebenarnya hakiki dalam pembangunan seperti kemanusiaan,

kemandirian dan prakarsa dalam masyarakat menjadi terabaikan. Di saat yang

bersamaan, pendekatan pembangunan lebih bersifat sentralistik yang

mengedepankan perencanaan top down serta keseragaman telah berhasil

melemahkan kemandirian masyarakat. Hadirnya konsep pemberdayaan

masyarakat merupakan respon kritis terhadap pola pembangunan yang

sentralistik dan seragam tersebut. Sebagai sebuah konsep, pemberdayaan

masyarakat sebenarnya berakar pada paradigma pembangunan yang

berorientasi pada manusi (people centered development). Berbagai ciri dari

pendekatan pembangunan yang bertumpu pada komunitas tersebut, secara

substansial diarahkan untuk menciptakan kemandirian dan meningkatkan

kemampuan masyarakat, yaitu diharapkan akan mengurangi tingkat

ketergantungan masyarakat pada pemerintah sehingga kemandirian masyarakat

dalam pelaksanaan pembangunan dapat tercipta secara kokoh. Disisi lain,

melalui pendekatan pembangunan ini akan menjamin tumbuhnya self sustaining

capacity masyarakat menuju sustainable development.

Menurut TR. Batten dalam Surjadi (1979), seperti dikutip oleh Hamzah

(2005) pengembangan masyarakat merupakan suatu proses dimana anggota-

anggota masyarakat desa pertama-tama mendiskusikan dan menentukan

keinginan mereka, kemudian merencanakan dan mengerjakan bersama untuk

memenuhi keinginan mereka. Sedangkan pengembangan masyarakat menurut

Dunham dalam Rukminto (2001) adalah berbagai upaya yang terorganisir yang

dilakukan guna meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat, terutama melalui

usaha yang kooperatif dan mengembangkan kemandirian dari masyarakat

perdesaan, tetapi hal tersebut dilakukan dengan bantuan teknis dari pemerintah

ataupun lembaga-lembaga sukarela.

Page 32: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

12

Definisi pengembangan masyarakat yang ditetapkan oleh Perserikatan

Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1956, yaitu :

Community development is the processes by which the efforts of the people themselves are united with those of governmental authorities to improve the economic, social and cultural conditions of communities, to integrate these communities into the life of the nation and to enable them to contribute fully to national progress. This complex of processes is thus made up of two essential elements: the participation of the people themselves in efforts to improve their level of living with as much reliance as possible on their own initiative, and the provisions of technical and other service in ways which encourage initative, self-helf and mutual help and make these more effective, it is expressed in programmes designed a wide variety of specific improvements. These programmes are usually concerned with local communities because of the fact that the people living together in a locality have many and varied interests in common. Some of their interests are expressed in functional groups organized to further a more limited range of interests not primarily determined by lokality. (20th Repport to ECOSOC of the UN Administrative Communittee on Coordination, E/ 2931, annex III, New York, October 18th 1956, seperti dikutip oleh J. Bhattacharyya, 1972:4 dalam Taliziduhu Ndraha, 1987 : 72-73).

Berdasarkan definisi tersebut, pengembangan masyarakat merupakan:

(1) suatu proses baik upaya masyarakat yang bersangkutan berdasarkan

prakarsa sendiri maupun kegiatan pemerintah, jadi lebih ditekankan sebagai

suatu proses, metode dan gerakan daripada sebagai program, (2) meliputi dua

komponen utama yaitu : pertama. Partisipasi masyarakat lokal, Kedua, bantuan

dan pelayanan teknis dari pemerintah untuk mengembangkan partisipasi dan

inisiatif tersebut serta (3) bekerja pada tingkat komunitas yang diikat dengan

kepentingan yang sama sedangkan urusan yang bersifat khusus atau

kepentingan kelompok ditangani oleh kelompok fungsional karena bukan

merupakan kepentingan umum komunitas.

Menurut Budimanta (2005) secara umum pengembangan masyarakat

dapat didefinisikan sebagai kegiatan mengembangkan masyarakat yang

diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat untuk mencapai kondisi sosial-

ekonomi-budaya yang lebih baik apabila dibandingkan dengan kegiatan

sebelumnya, sehingga masyarakat ditempat tersebut diharapkan menjadi lebih

mandiri dengan kualitas kehidupan dan kesejahteraan yang lebih baik.

Page 33: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

13

Sedangkan Marzali (2003) mendefinisikan pengembangan masyarakat

sebagai sebuah proses tindakan sosial dimana penduduk sebuah komunitas

mengorganisasikan diri mereka dalam perencanaan dan tindakan, menentukan

kebutuhan dan masalah individu/bersama, membuat rencana individu/kelompok

untuk memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan persoalan, melaksanakan

rencana dengan menyesuaikan diri secara maksimal dengan sumberdaya yang

ada dalam komunitas, dan jika diperlukan menambah sumberdaya ini dengan

jasa dan materi dari badan-badan pemerintah dan non-pemerintah yang berasal

dari luar komunitas.

Lebih lanjut Marzali (2003) mengemukakan bahwa program

pengembangan masyarakat tergantung kepada ditemukannya “felt needs” dari

komunitas tersebut. Ini bukanlah hal yang sederhana karena “felt needs” dari

komunitas secara keseluruhan, belum tentu sama dengan “felt needs” dari

anggota-anggota komunitas secara individu, apalagi dengan pimpinan

komunitas. Selanjutnya “felt needs” dari komunitas belum tentu sama dengan

kepentingan utama komunitas. Gagal dalam menentukan “felt needs” dari

komunitas bisa berakibat kegagalan dari program pengembangan masyarakat.

Terminologi pemberdayaan dipahami oleh sebagian para ahli sebagai

proses stimulus pemberian daya (power atau kekuatan) kepada masyarakat

untuk mampu berbuat lebih dengan mengandalkan potensi dan kekuatannya

sendiri. Menurut Rees dalam Trijono (2001), esensi pemberdayaan adalah

proses perolehan kekuasaan (achieving power) dan segala perubahan sikap,

perilaku dan tindakan politik untuk memperoleh kekuasaan tersebut. Mengacu

pendapat seperti ini maka kita tidak bisa memahami proses pemberdayaan

secara sempurna kalau kita tidak memahami dua elemen penting

pemberdayaan, yaitu kekuasaan (power) dan politik (politics). Kekuasaan disini

adalah kekuasaan dalam arti luas yaitu kapasitas untuk bertindak, untuk mampu

melakukan atau menghasilkan sesuatu. Sedangkan politik merupakan turunan

dari eleman kekuasaan karena dalam setiap upaya memperoleh kekuasaan akan

selalu membutuhkan adanya tindakan politik tertentu. Esensi politik yaitu aktivitas

yang selalu diwarnai kerjasama, konflik, keputusan diantara orang, kelompok

atau organisasi dalam alokasi dan penggunaan sumberdaya ekonomi, nilai dan

ide. Dalam konteks pemberdayaan, politik mendorong masyarakat untuk terlibat

dalam alokasi sumberdaya yang ada baik melalui kerjasama, konflik dan

memutuskannya. Dengan dua elemen ini secara operasional, pemberdayaan

Page 34: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

14

mampu menciptakan kesadaran masyarakat akan masalah yang dihadapi, tahu

modal untuk menyelesaikan masalah, mampu menyusun alternatif pemecahan

masalah serta akurat memilih alternatif terbaik penyelesaian masalah.

Mengacu pada pemikiran tersebut, upaya pemberdayaan menurut

(Sumodiningrat 1996 dalam Hamzah 2005), harus dilakukan melalui 3 (tiga)

pandangan mendasar, yaitu Pertama, menciptakan suasana atau iklim yang

memungkinkan potensi masyarakat berkembang. Titik tolaknya adalah

pengenalan bahwa setiap manusia dan masyarakat memiliki potensi (daya) yang

dapat dikembangkan. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu

dengan mendorong, memberikan motivasi dan meningkatkan kesadaran akan

potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya. Kedua,

memperkuat potensi yang dimiliki masyarakat. Dalam kerangka ini, diperlukan

langkah-langkah lebih positif dan nyata, penyediaan berbagai masukan (input)

serta pembukaan akses kepada berbagai peluang yang akan membuat

masyarakat menjadi berdaya memanfaatkan peluang. Ketiga, memberdayakan

mengandung pula arti melindungi. Artinya proses pemberdayaan harus

mencegah yang lemah menjadi bertambah lemah.

Pengembangan masyarakat merupakan suatu strategi dalam paradigma

pembangunan yang berpusat pada rakayat (people centered development) yang

menyadari pentingnya kapasitas masyarakat untuk meningkatkan kemandirian

dan kekuatan internal serta kesanggupan untuk melakukan kontrol internal atas

sumberdaya sosial ekonomi yang dimiliki, “ruh” pengembangan masyarakat

adalah populisme atau popularisme, yaitu menempatkan masyarakat sebagai

bagian terpenting energi pembangunan dengan keseluruhan hak dan kewajiban

serta harkat dan martabatnya.

Sebagai sebuah konsep, pemberdayaan masyarakat sebenarnya berakar

pada paradigma pembangunan yang berorientasi pada manusia (people

centered development) seperti yang telah diungkapkan sebelumnya. Berbagai

ciri dari pendekatan pembangunan yang bertumpu pada komunitas tersebut,

secara substansial diarahkan untuk menciptakan kemandirian dan meningkatkan

kemampuan masyarakat, yaitu diharapkan akan mengurangi tingkat

ketergantungan masyarakat pada pemerintah sehingga kemandirian masyarakat

dalam pelaksanaan pembangunan dapat tercipta secara kokoh. Disisi lain pula,

melalui pendekatan pembangunan ini akan menjamin tumbuhnya self sustaining

capacity masyarakat menuju sustainable development.

Page 35: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

15

Pengembangan masyarakat harus didasarkan atas kekuatan-kekuatan

lokal yang bersumber dari masyarakat sebagai pilar utama dalam upaya

peningkatan taraf hidup masyarakat, sebagaimana dikemukakan oleh (Hellen

Miller dalam Wiryosoemarto 1977 seperti dikutip oleh Khairuddin 2006) bahwa:

“communitiy development is the term used to describe the approach wich many

government have employed to reach their village people and to make more

effective use lokal initiative and energy for increased production and better living

standards”. Menurut UNDP dalam Rustiadi et al. (2005) pembangunan dan

khususnya pembangunan manusia didefinisikan sebagai suatu proses untuk

memperluas pilihan-pilihan bagi penduduk (a process of enlarging people’s

choices). Dalam konsep tersebut penduduk ditempatkan sebagai tujuan akhir

(the ultimate end), bukan alat, cara atau instrumen pembangunan sebagimana

yang dilihat oleh model formasi modal manusia (human capital formation)

sedangkan upaya pembangunan dipandang sebagai sarana untuk mencapai

tujuan itu.

Dalam kaitan dengan karakteristik pengembangan masyarakat, (Glen

dalam Rukminto, 2001) menggambarkan bahwa ada tiga unsur dasar yang

menjadi ciri khas pendekatan pengembangan masyarakat, yaitu :

1. Tujuan dari pendekatan ini adalah memampukan masyarakat untuk

mendefinisikan dan memenuhi kebutuhan mereka, menetapkan rasa

kebersamaan sebagai suatu komunitas berdasarkan ketetanggaan

(neighbourhood) dimana basis ketetanggaan merupakan salah satu bentuk

lokalitas kegiatan.

2. Proses pelaksanaannya melibatkan kreatifitas dan kerjasama masyarakat

ataupun kelompok dalam masyarakat tersebut. Komunitas dilihat sebagai

kelompok masyarakat yang secara potensial kereatif dan kooperatif

merefleksikan idealisme sosial yang positif terhadap upaya-upaya kolaboratif

dan pembentukan identitas komunitas.

3. Praktisi yang menggunakan model intervensi ini pada umumnya

menggunakan pendekatan pengembangan masyarakat yang bersifat

nondirektif, artinya lebih banyak difokuskan pada peran sebagai “pemercepat

perubahan” (enabler), ”pembangkit semangat” (encourager) dan “Pendidik”

(educator). Masyarakat lebih cenderung untuk bertindak sesuai dengan apa

yang mereka pilih, daripada apa yang telah diyakinkan oleh community

worker untuk yang seharusnya mereka lakukan. Tetapi dalam kondisi tertentu

Page 36: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

16

dapat memainkaan peran proaktif, terutama ketika individu ataupun kelompok

tidak memiliki kepercayaan diri untuk mengorganisir suatu kegiatan di

masyarakat.

Dalam pengembangan masyarakat pertisipatif, masyarakat ditempatkan

sebagai subjek pembangunan yang potensial sehingga mendorong

pembentukan motivasi dan perubahan partisipasi aktif masyarakat. Dengan

pengembangan masyarakat partisipatif yang mengutamakan inner construction

masyarakat, diharapkan masyarakat selanjutnya dapat membentuk dirinya

sendiri dan bersikap mandiri dalam menghadapi setiap persoalan yang muncul.

Menurut Rustiadi et al., (2005), Pengembangan lebih menekankan

proses meningkatkan dan memperluas. Dalam pengertian bahwa

pengembangan adalah melakukan sesuatu bukan dari “nol”, atau membuat

sesuatu yang sebelumnya tidak ada, melainkan melakukan sesuatu yang

sebenarnya sudah ada di masyarakat tetapi kualitas dan kuantitasnya

ditingkatkan atau diperluas. Jadi dalam hal pengembangan masyarakat tersirat

pengertian bahwa masyarakat yang dikembangkan sebenarnya sudah memiliki

kapasitas (bukannya tidak memiliki kapasitas sama sekali) namun perlu

ditingkatkan kapasitasnya (capacity building).

Sorotan pemberdayaan juga tidak terlepas dari peran pelaku-pelaku

(aktor) yang terlibat didalamnya. Keberhasilan upaya pemberdayaan sangat

ditentukan oleh peran pelaku-pelaku (aktor) untuk secara sungguh-sungguh

melaksanakan fungsi yang dimiliki dengan dilandasi prinsip kolaboratif. Pelaku-

pelaku dimaksud meliputi dua kelompok yaitu kelompok yang harus

diberdayakan, dalam hal ini adalah masyarakat dan kelompok yang menaruh

kepedulian seperti pemerintah, organisasi sosial masyarakat (LSM), tokoh

agama/ masyarakat serta pers.

Menurut mazhab komunitarianisme pengembangan masyarakat harus

dilaksanakan dengan pendekatan komunitas serta serba kolektivitas dalam

menangani masalah-masalah sosial-ekonomi kemasyarakatan. Mazhab ini

memandang pengembangan masyarakat sebagai suatu gerakan yang dirancang

untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui partisipasi aktif penuh dan

berdasarkan inisiatif lokal. Menurut mazhab ini juga, keterlibatan komunitas

sangat penting dalam menangani masalah-masalah sosial-ekonomi masyarakat,

sehingga keterlibatan masyarakat lokal menjadi suatu keharusan. Peningkatan

partisipasi aktif dan inisiatif lokal diperlukan dalam rangka mendekatkan

Page 37: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

17

masyarakat dengan sumberdaya sosial ekonomi yang menjadi hak mereka.

Masyarakat selayaknya mendapat bagian yang proporsional dari manfaat yang

diperoleh dalam pengelolaan sumberdaya alam mereka oleh pihak lain diluar

komunitas, memperoleh akses untuk menggali dan mengembangkan potensi

sosial ekonominya serta mengelola beragam potensi tersebut untuk berkembang

secara mandiri dan berkelanjuan.

Sedangkan mazhab institusionalisme memandang pendekatan

pengembangan masyarakat harus dilaksanakan melalui pengaturan oleh

kelembagaan dan atau organisasi sosial dalam menangani masalah sosial-

kemasyarakatan. Menurut mazhab ini, pengembangan masyarakat didekati

melalui perubahan kelembagaan (institutional change) dan penataan

kelembagaan sebagai infrastruktur pengembangan wilayah. Menurut

pendekatan ini kelembagaan menjadi kata kunci penting suatu perubahan sosio-

ekonomi regional. Model pendekatan ini melibatkan aktor pembangun (swasta,

masyarakat, dan pemerintah daerah sebagai mediator). Di tingkat masyarakat,

keberhasilan pendekatan ini akan dirasakan oleh masyarakat dalam upaya

mengorganisir diri, meningkatkan proses demokratisasi, meningkatkan peran

serta (partisipatif), serta mendudukkan masyarakat sebagai subyek

pembangunan. Keberhasilan model pendekatan ini akan mampu

"memberdayakan" aset potensi daerah guna mempercepat kemampuan

peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) berkaitan dengan pelaksanaan

Otonomi Daerah.

Oleh karena itu, dalam pengembangan masyarakat bukan hanya sekedar

membantu mengatasi kesulitan yang dihadapi masyarakat khususnya dalam

rangka peningkatan taraf hidupnya, tetapi terpenting adalah sebagai upaya untuk

menciptakan kemandirian masyarakat sehingga mau dan mampu mengatasi

segala permasalahan yang terjadi.

Menurut Ife (2002) terdapat enam dimensi penting dari pengembangan

masyarakat, yaitu:

1. Pengembangan Sosial, berkaitan dengan pemberian akses yang lebih luas

kepada masyarakat untuk menunjang kemandiriannya. Yang berkaitan

dengan program ini adalah seperti pengembangan dan penguatan kelompok-

kelompok swadaya masyarakat, masyarakat adat, komunitas lokal,

organisasi profesi serta peningkatan kepasitas usaha masyarakat yang

berbasiskan sumberdaya setempat (resources based), serta aspek sosial

Page 38: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

18

yang menekankan bagaimana kebutuhan masyarakat dan perusahaan perlu

diakomodasikan dan dikomunikasikan, serta peran apa yang dapat dilakukan

perusahaan untuk membantu kehidupan masyarakat sekitar

2. Pengembangan Ekonomi, mengoptimalkan penggalian,pemanfaatan dan

pengelolaan berbagai potensi ekonomi daerah sesuai dengan kondisi

obyektif daerah. Memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup di daerah,

memperkecil kesenjangan, pertumbuhan dan ketimpangan kesejahteraan

masyarakat, serta menekankan bagaimana perusahaan dapat membantu

kehidupan perekonomian masyarakat sehingga dapat meningkatkan taraf

hidup masyarakat

3. Pengembangan Politik, memberikan peluang kepada masyarakat untuk

berpartisipasi dalam pembuatan keputusan publik, mengembangkan dialog

dan interaksi antara pemimpin dengan masyarakat. pengembangan

masyarakat sebagai upaya merealisasikan dan menumbuhkan kehidupan

demokrasi di masyarakat (grassroot democracy).

4. Pengembangan Budaya, perhatiana yang lebih besar kepada nilai-nilai

budaya dan kemanusiaan, secara keseluruhan akan memperbaiki bukan

hanya kesejahteraan material tetapi juga menghasilkan rasa percaya diri

sebagai individu maupun suatu bangsa.

5. Pengembangan Lingkungan, kelestarian lingkungan yang menekankan

bagaimana perusahaan dan masyarakat memandang masalah lingkungan

sebagai masalah bersama serta merumuskan langkah preventif dan kuratif

yang perlu dilaksanakan bersama-sama.

6. Pengembangan Pribadi/Keagamaan, peningkatan kualitas sumberdaya

manusia masyarakat lokal yang sarat dengan keterbatasan sehingga perlu

diberdayakan dan disiapkan untuk menghadapi masa-masa setelah operasi

perusahaan berakhir, juga pengembangan dari segi spiritualisme

masyarakat.

Lebih lanjut, menurut Ife (2002), pengembangan masyarakat bertujuan

untuk membangun kembali masyarakat dengan menempatkannya sebagai

manusia yang saling berhubungan dan membutuhkan satu sama lain, bukan

saling ketergantungan kepada yang lebih besar sehingga lebih tidak manusiawi,

memiliki keteraturan mengenai kesejahteraan, perekonomian yang luas, birokrasi

serta kemampuan untuk memilih.

Page 39: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

19

Secara historis pengembangan masyarakat dapat dilihat dari periode

pengembangan masyarakat Klasik (1950-1980) serta pengembangan

masyarakat kontemporen (1990-2000), terdapat perbedaan dari kedua periode

ini, diantaranya terletak pada prinsipnya, pendekatan utama, proses, peran aktor

dan basis sosial untuk aktivitasnya. (Matriks.2.1)

Matriks 2.1 Perbedaan Pengembangan Masyarakat Klasik Dan Kontemporer.

Faktor Pembeda

Pengembangan

Masyarakat Klasik

(1950-1980an)

Pengembangan Masyarakat Kontemporer

(>1990)

Prinsip-prinsip Utama

Philantropis/charitatif

(derma)

Populisme/Popularisme

Pendekatan Utama

Assistancy approach Self-help approach

Proses Top-down Bottom-up

Area of Activities

Pembangunan infrastruktur fisik, pemberian bantuan alat, dan pemberian bantuan keuangan (Pendidikan, kesehatan, transportasi, prasarana airbersih, olahraga, peningkatan pendapatan, dan tempat peribadatan)

• Pembangunan infrastruktur fisik, pemberian bantuan alat, dan pemberian bantuan keuangan

(Pendidikan, kesehatan, transportasi, prasarana airbersih, olahraga, peningkatan pendapatan, dan tempat peribadatan)

• Pendampingan dan training

(pertanian dan industri rumah tangga)

• Lingkungan hidup

Peran aktor-aktor

Peran aktor dari luar komunitas sangat dominan

Peran masyarakat lokal lebih dominan

Basis Sosial untuk setiap Aktivitas

Masyarakat yang mempunyai resiko terbesar terhadap dampak yang ditimbulkan

Masyarakat lingkar Perusahaan

(Disarikan dari berbagai sumber: ife,2002; Rustiadi et al ,2002 ;Christenson, James.A dan Robinson,JR, Jerry W. 1989)

Page 40: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

20

Keterlibatan perusahaan dalam program pengembangan masyarakat di

latar belakangi dengan beberapa kepentingan. Setidaknya bisa di identifikasi tiga

motif keterlibatan perusahaan yaitu motif menjaga keamanan fasilitas produksi,

motif mematuhi kesepakatan kontrak kerja dan motif moral untuk memberikan

pelayanan sosial pada masyarakat lokal. Sebagian besar perusahaan ektraksi

berada di daerah pedalaman. Sementara fasilitas produksinya terbentang dalam

area yang sangat luas. Secara fisikal, kontrol terhadap infrastruktur tersebut tidak

mudah. Perusahaan minyak atau gas terletak di daerah terpencil dengan jaringan

pipa yang panjang dan kompleks misalnya, sangat rentan dengan kemungkinan-

kemungkinan dirusak atau disabotase oleh pihak yang merasa dirugikan oleh

keberadaan perusahaan tersebut. Sementara itu banyak kasus menunjukkan

bahwa keberadaan perusahaan-perusahaan tersebut sarat konflik dengan

masyarakat lokal. Baik konflik fisik maupun konflik laten merupakan faktor

potensial untuk terjadinya kerusakan-kerusakan fasilitas produksi.

Tujuan pengembangan masyarakat pada industri pertambangan dan

migas menurut Budimanta (2005) adalah sebagai berikut:

1. Mendukung upaya-upaya yang dilakukan oleh Pemerintah daerah (Pemda)

terutama pada tingkat desa dan masyarakat untuk meningkatkan kondisi

sosial-ekonomi-budaya yang lebih baik disekitar wilayah kegiatan

perusahaan.

2. Memberikan kesempatan bekerja dan berusaha bagi masyarakat.

3. Membantu pemerintah daerah (Pemda) dalam rangka pengentasan

kemiskinan dan pengembangan ekonomi wilayah.

4. Sebagai salah satu strategi untuk mempersiapkan kehidupan komunitas di

sekitar lingkar tambang manakala industri telah berakhir beroperasi (life after

mining).

Di samping itu tujuan pengembangan masyarakat juga untuk meredusir

dan meresolusi konflik yang terjadi antara peusahaan dengan masyarakat.

Konflik tersebut tidak hanya terjadi karena masalah lingkungan hidup saja namun

juga karena masalah kepemilikan tanah. Konflik mengenai masalah ini

merupakan masalah umum yang terjadi pada perusahaan-perusahaan ektaktif.

Sejak tahun 1980an sudah terjadi pertikaian secara sporadis yang disebabkan

oleh masalah tanah misalnya adalah persengketaan yang terjadi antara

masyarakat adat suku Dayak Benuaq dan Tonyoi yang tinggal di daerah

Page 41: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

21

Kalimantan Timur dengan PT. Kelian Equatorial Mining (KEM); suku Dayak

Siang, Murung, dan Bekumpai di propinsi Kalimantan Tengah dengan PT.

Indomuro Kencana (Aurora Gold); masyarakat tradisional Amungme di Papua

Barat dengan PT. Freeport Indonesia dan masyarakat adat di daerah Kabupaten

Pasir, Kalimantan Timur dengan PT. Kideco (Aman 2002).

Pada titik tertentu, kondisi seperti ini menimbulkan penolakan-penolakan

baik yangterjadi pada masyarakat maupun pemerintah daerah terhadap

keberadaan perusahaandan terhadap kegiatan-kegiatan pengembangan

masyarakat. Penolakan-penolakan tersebut terepresentasi dari sinisme,

keengganan untuk terlibat kegiatan-kegiatan pengembangan masyarakat, atau

memprotesnya. Sikap menolak seperti itu merupakan faktor penghambat

terciptanya program yang keberlanjutan. Perusahaan dan masyarakat memiliki

kepentingan berbeda-beda yang satu sama lain bisa saling berseberangan dan

sangat mungkin merugikan pihak yang lain.

Secara philantropis perusahaan seharusnya meredistribusi

keuntungannya setelah mereka memanfaatkan resources di lokasi di mana

masyarakat berada. Apalagi mereka dalam keadaan miskin. Ini adalah kewajiban

moral. Namun motif yang didasarkan pada komitmen moral tersebut masih

sebatas wacana dan belum terlihat nyata.

Menurut Suparlan (2003) model pengembangan masyarakat sebetulnya

adalah bottom up yang dalam pelaksanaan bisa dibantu oleh pemerintah atau

badan-badan non pemerintah, yang dalam hal ini adalah perusahaan tambang.

Dalam perspektif ini pengembangan masyarakat adalah sebuah proses yang

mana anggota-anggota sebuah komunitas mengorganisasikan diri mereka dalam

kelompok atau kumpulan individu yang secara bersama merasakan kebutuhan-

kebutuhan yang harus mereka penuhi dan masalah-masalah yang harus mereka

atasi. Kelompok ini membuat rencana kerja sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan

yang mereka harus penuhi dan masalah-masalah yang harus mereka atasi, dan

berdasarkan atas itu mereka mengorganisasikan diri dalam bentuk kelompok-

kelompok atau perkumpulan-perkumpulan untuk melaksanakannya. Dalam

pelaksanaannya mereka itu tergantung pada sumberdaya yang ada dalam

komunitas, dan bila merasa kurang maka mereka akan meminta bantuan dari

pemerintah atau badan-badan pemerintah.

Lebih lanjut Suparlan (2003) mengatakan bahwa perbedaan antara model

bottom up dan top down adalah, dalam model bottom up, ide perencanaan, dan

Page 42: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

22

pelaksanaan kegiatan berasal dari anggota komunitas itu sendiri dan untuk

kepentingan serta keuntungan mereka bersama. Sedangkan dalam model top

down ide dan perencanaan berasal dari pembuat kebijakan

(pemerintah/perusahaan), keuntungan hanya dapat diraup dan dinikmati oleh

sejumlah orang dan sejumlah orang tersebut biasanya adalah yang tergolong

sebagai tokoh atau yang berkuasa dan yang sudah kaya.

Model top-down approach, menyatakan bahwa dalam mengembangkan

suatu wilayah harus berawal dari penentuan kebijakan yang berasal dari pusat

dengan anggapan bahwa pengembangan wilayah tidak dapat dilakukan secara

serentak melainkan harus memalalui beberapa sektor unggulan (leading sector)

yang kemudian akan menjalar kepada sektor- sektor lainnya dan perekonomian

secara keseluruhan. Proses ini terjadi karena adanya keterkaitan kedepan

(foreward linkages) dan keterkaitan kebelakang (backwared linkages).

Sedangkan konsep bottom-up approach, yang beranggapan, bahwa

pengembangan wilayah harus dimulai dari dalam “wilayah” itu sendiri

(development from below) yang bertujuan untuk menciptakan wilayah otonomi

melalui integrasi berbagai sektor yang terdapat di dalam wilayah tersebut.

Model top down dapat dikatakan sebagai model chariti atau pemberian

hadiah atau sedekah dari yang kaya kepada yang lebih miskin. Perbedaan yang

mendasar dari kedua pendekatan ini adalah terletak pada asal dari ide,

perencanaan dan pelaksanaan kegiatan. Permasalahan dalam paradigma

pembangunan yang menerapkan sistem top-down approach yang telah

berlangsung lama adalah tibulnya sindroma ketergantungan, dampak ini terlihat

antara lain dari ciri-ciri masyarakat lebih senang diberi ‘ikannya’ dibandingkan

dengan ‘kailnya’. Masyarakat lebih senang kalau yang datang ke daerahnya

adalah investor bukan pendamping/fasilitator yang dianggap tidak memiliki uang

untuk mereka. Dalam konteks mentalitas seperti ini masyarakat cenderung

enggan berpartisipasi meski untuk kepentingan sendiri. Mereka kebanyakan

memiliki anggapan bahwa dana-dana yang datang kepada mereka bersifat hibah

sehingga tidak perlu di kembalikan dan dikembangkan. Permasalahan-

permasalahan ini sedikit banyak menggambarkan semakin menurunnya tingkat

keberdayaan masyarakat

Budimanta (2003) mengatakan bahwa untuk komunitas yang berada

dalam lingkar tambang, program pengembangan masyarakat dapat ditekankan

pada tiga aspek dengan perhitungan yang sesuai dengan konteks tertentu

Page 43: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

23

terhadap komunitas asli dan komunitas pendatang. Hal ini sangat menentukan

keberhasilan program pengembangan masyarakat, ketiga aspek tersebut adalah

:

1. Community services, merupakan pelayanan perusahaan untuk memenuhi

kepentingan masyarakat, seperti : pembangunan fasilitas umum antara lain

pembangunan atau peningkatan sarana trasportasi/jalan, sarana kesehatan,

sarana pendidikan, sarana peribadatan, peningkatan/perbaikan sanitasi

lingkungan, pengembangan kualitas pendidikan (penyediaan bantuan guru,

operasional sekolah), kesehatan (bantuan tenaga para medis, obat-obatan

dan penyuluhan peningkatan kualitas sanitasi lingkungan pemukiman),

keagamaan (penyediaan kiai, pendeta maupun penceramah-penceramah

agama) dan lain sebagainya.

2. Community empowering, adalah program-program yang berkaitan dengan

memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat untuk menunjang

kemandiriannya. Yang berkaitan dengan program ini adalah seperti

pengembangan dan penguatan kelompok-kelompok swadaya masyarakat,

masyarakat adat, komunitas lokal, organisasi profesi serta peningkatan

kepasitas usaha masyarakat yang berbasiskan sumberdaya setempat

(resources based).

3. Community relation, yaitu kegiatan-kegiatan yang menyangkut

pengembangan komunikasi dan informasi kepada para pihak yang terkait

seperti konsultasi publik, penyuluhan dan sebagainya.

Pandangan lain melihat pengembangan masyarakat dari sifat

operasionalisasinya di lapangan, yaitu:

1. Advokasi (pendampingan), advokasi merupakan salah satu praktek

operasional pengembangan masyarakat yang bersentuhan dengan kegiatan

politik. Melaului advokasi ini, masyarakat di bantu dan didampingi dalam

memperjuangkan hak-hak mereka. Advokasi dapat dibagi dua: advokasi

kasus (case advocacy) dan advokasi kelas (class advocacy). Apabila

advokasi dilakukan atas nama seorang klien secara individual, maka itu

adalah advokasi kasus. Advokasi kelas terjadi manakala klien yang

diadvokasi bukanlah individu melainkan sekelompok anggota masyarakat.

2. Technical Assistance (bantuan teknis/penyuluhan), dimana terbentuk pola

kolaborasi antara aktor luar dan masyarakat setempat sehingga keputusan

yang diambil merupakan keputusan bersama dan sumberdaya yang dipakai

Page 44: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

24

berasal dari kedua belah pihak, bantuan teknis dapat membantu masyarakat

dalam menggambarkan masalah, kebutuhan dan solusi potensial. Bantuan

teknis dimaksudkan untuk memperkuat kapasitas dari para penerima untuk

meningkatkan kapasitas mereka.

3. Education (pendidikan dan penyadaran), kegiatan yang bersifat pendidikan

dan pelatihan teknis bagi masyarakat dengan maksud agar masyarakat lebih

memiliki kemampuan secara teknis dalam meningkatkan kesejahteraannya.

4. Coercion (pemaksaan), yaitu suatu partisipasi untuk ikut serta dalam suatu

kegiatan yang dianggap dapat memperbaiki harkat hidup masyarakat secara

tidak sukarela tetapi melalui suatu paksaan (mobilisasi).

5. Supervision (pengawasan), pengawasan terhadap terhadap kegiatan

masyarakat dengan maksud untuk untuk memberikan supervisi yang

dibutuhkan oleh masyarakat.

2.2. Pengembangan Wilayah

Salah satu prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam pengembangan

wilayah adalah bahwa setiap wilayah (region) memiliki karakteristik wilayah yang

berbeda-beda, sehingga pendekatan yang dilakukan dalam pengembangan

wilayah harus didasarkan pada karakteristik wilayah masing-masing.

Pengembangan suatu wilayah harus disesuaikan dengan potensi yang

dimiliki oleh wilayah tersebut. Untuk itu perlu diketahui penggerak utama (prime

mover) yang ada di wilayah tersebut. Prime mover adalah suatu potensi yang

dapat dikembangkan menjadi pusat industri besar yang membutukan front-end

invesment yang besar, dan dapat bertahan untuk waktu puluhan tahun. Prime

mover dapat berupa (1) tambang mineral; (2) tambang minyak; (3) tambang gas;

(4) hutan industri; (5) industri perikanan dengan segala penunjangnya; (6)

industri pertanian; (7) pusat industri jasa; (8) pusat pendidikan; dan (9) pusat

penelitian dan pengembangan. Bila suatu wilayah telah memiliki prime mover,

maka pengembangan wilayah dikaitkan dengan aktivitas yang berputar disekitar

prime mover tersebut (Zen 2001 dalam Hamzah 2005).

Paradigma pembangunan yang dianut selama ini berdasarkan keyakinan

atas teori Simon Kusnetz, yang terkenal dengan temuan kurva-U terbalik, bahwa

untuk negara-negara yang berpendapatan rendah, pertumbuhan ekonomi harus

mengorbankan pemerataan atau dengan kata lain harus ada trade-off antara

pertumbuhan dengan pemerataan. Kenyataannya kita memilih industrialisasi

Page 45: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

25

sebagai pemacu pertumbuhan ekonomi (agregat) yang tinggi dengan harapan

terjadi penetesan ke bawah (trickle down effect), tetapi jika strategi investasi

besar (industrilaisasi) dilakukan secara berlebihan, sedangkan proses penetesan

ke bawah (penyebaran pembangunan) ternyata tidak terlaksana maka terjadi

ketidak seimbangan dan ketimpangan.

Dikombinasikan dengan pemikiran para ekonom Keynesian yang

melegitimasi perlunya peran (campur tangan) pemerintah dalam mengatur

perekonomian nasional, maka dalam pelaksanaannya pembangunan banyak

mengalami kegagalan (menyimpang dari tujuan semula) karena terjadi

“misleading policy” yang menyesatkan. Kebijaksanaan pembangunan ekonomi

yang terlalu mengutamakan pertumbuhan, membawa implikasi yang cukup

mendasar, antara lain terjadinya polarisasi pusat-pusat pertumbuhan (growth

pole strategy) baik secara spasial maupun sektoral, pada lokasi atau sektor yang

dianggap mempunyai keunggulan komparatif, bahkan juga terjadi polarisasi

penguasaan aset ekonomi, aset ekonomi hanya dikuasai dan dinikmati oleh

segolongan kecil penduduk yang mempunyai akses terhadap kekuasaan dan

sumberdaya. Kebijakan pembangunan demikian pada ahirnya diikuti dengan

sejumlah eksternalitas (terutama negatif) yang menimbulkan biaya sosial yang

tinggi bahkan tuntutan disintegrasi bangsa, karena terjadi berbagai ketimpangan

(Anwar dan Rustiadi 2000).

Teori pertumbuhan wilayah tidak seimbang (Imbalanced growth) yang

dikemukakn oleh Myrdal, beranggapan bahwa terdapat dua proses yang bekerja

bersama dalam pengembangan wilayah. Yakni backward effect (proses

pengurasan sumberdaya wilayah terbelakang oleh wilayah maju) dan spread

effect yaitu gaya yang ditimbulkan oleh wilayah maju akan mendorong

pengembangan wilayah belakang (hinterland).

Pada wilayah yang belum berkembang, Hirschman dalam Todaro (1989),

mengemukakan bahwa pembangunan tak seimbang adalah pola pembangunan

yang lebih cocok untuk mempercepat proses pembangunan wilayah. Alasan

yang mendasari pembangunan tidak seimbang adalah:1). secara historis

pembangunan ekonomi yang terjadi coraknya tidak seimbang, 2). untuk

mempertnggi efisiensi penggunan sumberdaya yang tersedia, 3). pembangunan

tidak seimbang akan menimbulkan kemacetan (bottle necks) atau gangguan-

Page 46: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

26

gangguan dalam proses pembangunan tetapi akan menjadi pendorong bagi

pembangunan selanjutnya.

Lebih lanjut Hirschman mengatakan bahwa proses pembangunan yang

terjadi antara dua periode waktu teertentu akan tampak bahwa berbagai sektor

kegiatan ekonomi mengalami perkembangan dengan laju berbeda, yang berarti

pula pembangunan berjalan secara tidak seimbang. Perkembangan leading

sector akan merangsang perkembangan sektor lainnya. Pembangunan tidak

seimbang ini juga dianggap lebih sesuai untuk dilaksanakan dinegara atau

wilayah berkembang karena wilayah-daera tersebut juga menghadapi masalah

kekurangan sumberdaya.

Pembangunan wilayah diarahkan utuk mencapai tujuan petumbuhan

ekonomi (growth), pemertaan (equity), dan keberlanjutan (sustainability)

ekosistem. Anwar (1999), mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi

ditentukan sejauh mana sumber-sumber yang langka yang terdiri dari

sumberdaya manusia (human capital), peralatan (manmade capital) dapat

dialokasikan untuk hasil yang maksimum, sehingga dimanfaatkan untuk

kebutuhan manusia dalam meningkatkan kegiatan produktifnya. Semakin tinggi

tingkat sumberdaya manusia yang digambarkan oleh tingkat kemampuan untuk

penguasaan teknologi, maka semakin besar kemampuan untuk memanfaaatkan

sumberdaya alam yang tersedia untuk mencapai pertumbuhan wilayah yang

tinggi.

Penggalian potensi sumberdaya merupakan prioritas utama

meningkatkan pendapatan wilayah sehingga akan meningkatkan kemampuan

wilayah dalam dalam pelaksanaan pembangunan. Adanya peningkatan

pembangunan dapat mempercepat perkembangan suatu wilayah. Menurut

Susanto dan Ismail (2001) dalam Hamzah (2005) dalam era otonomi daerah

sumberdaya alam merupakan modal utama dalam pembangunan dan

peningkatan kesejahteraan masyarakat wilayah disamping modal-modal yang

lain.

Selanjutnya pemberian otonomi yang cukup juga perlu dilakukan karena

seringkali masyarakat yang sebenarnya mempunyai kemampuan untuk

meyelesaikn suatu masalah di tingkat lokal tetapi tidak diberikan kewenangan.

Dalam kondisi ini lebih efisien apabila otonomi yang cukup diberikan kepada

masyarakat untuk mengatasi persoalan-persoalan yang terjadi di komunitas

mereka. Namun pemberian otonomi ini harus dilandaskan pada capacity

Page 47: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

27

building masyarakat yang cukup kuat agar pelaksanaannya bisa menjadi lebih

efektif dan efisien. Karena itu investasi terhadap peningkatan human capital dan

social capital menjadi prasyarat agar pembangunan di tingkat lokal bisa berhasil.

Secara etimologis social capital mempunyai pengertian modal yang

dimiliki oleh masyarakat dalam pemberdayaan masyarakat. Modal ini merupakan

perpaduan antara sesuatu yang bersifat material dan non material. Material

mempunyai makna tentang kepemilikan berkaitan dengan aset-aset finansial

yang dimiliki, sedangkan nonmaterial, modal berwujud adanya mutual trust

(kepercayaan) dan gathering system (sistem kebersamaan) dalam suatu

masyarakat.

Di dalam masyarakat berkembang, modal sosial ini menjadi suatu

alternatif pembangunan masyarakat. Mengingat sebenarnya masyarakat

sangatlah komunal dan mempunyai banyak nilai-nilai yang sebenarnya sangat

mendukung pengembangan dan penguatan modal sosial itu sendiri. Modal sosial

memberikan pencerahan tentang makna kepercayaan, kebersamaan, toleransi

dan partisipasi sebagai pilar penting masyarakat sekaligus pilar bagi demokrasi

dan good governance. Modal sosial hanya dapat dibangun ketika tiap individu

belajar dan mau mempercayai individu lain, sehingga mereka mau membuat

komitmen yang dapat dipertanggung jawabkan untuk mengembangkan bentuk-

bentuk hubungan yang saling menguntungkan (Putnam,1995). Pendekatan

dalam mengembangkan modal sosial perlu menerapkan sosialisasi untuk

membangun jaringan sosial dan memperkuat kohesi sosial. Kohesi sosial akan

terbangun manakala ada trust, dan trust merupakan bentuk modal sosial yang

paling penting yang perlu dibangun sebagai landasan dalam membina kemitraan

antara pemerintah dan masyarakat. Namun, trust pun tidak akan memadai

tanpa diimbangi dengan akuntabilitas dan transparansi, yang memberikan

peluang bagi stakeholders untuk mengawasi atau memverifikasi tindakan atau

keputusan yang dibuat pemerintah. Trust bersifat dinamis karena ia dapat

tumbuh dan sebaliknya dapat hilang manakala mereka yang mendapat mandat

kepercayaan ternyata tidak dapat bertanggung jawab (tidak akuntabel) terhadap

mandat yang telah diberikan.

Menurut Riyadi (2002), pengembangan wilayah harus disesuaikan

dengan kondisi, potensi, dan permasalahan wilayah bersangkutan karena

kondisi sosial ekonomi,budaya dan geografis antara suatu wilayah dengan

wilayah lain sangat berbeda. Dalam pelaksanaan pengembangan wilayah, untuk

Page 48: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

28

menumbuhkan keberdayaan mesti bersandar pada aspirasi dan partisipasi

masyarakat. Oleh karena itu konsep pengembangan masyarakat dapat

digunakan sebagai pendekatan utama dalam pelaksanaan pembangan wilayah.

Salah satu strategi yang dapat dilaksanakan adalah meningkatkan kemitraan

antara pemerintah daerah, perusahaan dan masyarakat dalam penyelenggaraan

pembangunan. Penyelenggaraan pembangunan wilayah tidak semata-mata

menjadi tanggung jawab pemerintah daerah saja, tetapi juga berada di pundak

masyarakat secara keseluruhan. Salah satu wujud rasa tanggung jawab yang

dimaksud adalah sikap mendukung dari warga masyarakat terhadap

penyelenggaraan pembangunan wilayah yang ditunjukan dengan partisipasi aktif

warga masyarakatnya (Nasdian 2002 dalam Supardian 2005).

Dalam pelaksanaannya dilapangan, terdapat masalah-masalah pokok

yang paling mendesak untuk segera ditangani berkaitan dengan pelaksanaan

pembangunan melalui pendekatan pengembangan masyarakat, diantaranya

supremasi hukum yang masih lemah, sistem pemerintahan yang belum efektif,

kualitas sumberdaya manusia yang rendah, potensi sosial ekonomi yang belum

diberdayakan, kapasitas daerah dan pemberdayaan masyarakat yang belum

optimal serta masih terbatasnya akses masyarakat terhadap berbagai sumber

ekonomi.

Dengan demikian, perencanaan pengembangan wilayah perlu didukung

melalui program-program pengembangan yang relevan dengan karakteristik

wilayah. Hal ini berarti bahwa program-program pengambangan wilayah

(Regional development programming) harus dilaksanakan dengan berorientasi

pada kepentingan wilayah dan berdasarkan pada kebutuhan dan aspirasi yang

berkembang dalam rangka pemerataan serta percepatan pembangunan wilayah.

Pengembangan wilayah (regional development), menurut mazhab eco-

sustainability orientasinya harus lebih bersifat jangka panjang (long term)

sehingga kelestarian sumberdaya alam akan lebih terjaga. Konsep

pengembangan wilayah tidak hanya berbicara mengenai perhitungan teknis

ekonomis, tetapi juga menyangkut pengelolaan sumberdaya alam.

Riyadi (2002) menyatakan bahwa pengembangan wilayah merupakan

upaya untuk memacu perkembangan sosial ekonomi, mengurangi kesenjangan

antar wilayah dan menjaga kelestarian lingkungan hidup pada suatu wilayah.

Sedangakan menurut Zen (2001) dalam Hamzah (2005), pengembangan wilayah

merupakan upaya memberdayakan suatu masyarakat yang berada di suatu

Page 49: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

29

wilayah untuk memanfaatakn sumberdaya alam yang terdapat disekeliling

mereka dengan menggunakan teknologi yang relevan dengan kebutuhan, dan

bertujuan meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang bersangkutan. Jadi

pengembangan wilayah tidak lain dari usaha memadukan secara harmonis

sumberdaya alam, sumberdaya Manusia dan teknologi dengan

memperhitungkan daya tampung (carrying capacity) dan daya dukung

lingkungan. Kesemuanya itu disebut memberdayakan masyarakat (gambar 2.1).

Gambar 2.1. Hubungan antara Pengembangan wilayah, sumberdaya alam,

sumberdaya manusia dan teknologi (Zen 2001 dalam Hamzah 2005).

Hal ini sejalan dengan apa yang di sampaiakan oleh Suhandoyo (2002)

dalam Hamzah (2005), bahwa dalam pembangunan suatu wilayah, minimal ada

tiga pilar yang perlu diperhatikan yaitu: Sumberdaya alam,sumberdaya manusia

dan teknologi. Pilar sumberdaya manusia memegang peranan sentral karena

mempunyai peran ganda dalam sebuah proses pembangunan. Pertama, sebagai

obyek pembangunan sumberdaya manusia merupakan sasaran pembangunan

untuk disejahterakan. Kedua, seumberdaya manusia berperan sebagai subyek

(pelaku) pembangunan. Dengan demikian, pembangunan suatu wilayah

Pengemban-gan wilayah

Sumberdaya Manusia

Lingkungan hidup

Lingkungan hidup

Sumberdaya Alam

Teknologi

Lingkungan hidup

Page 50: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

30

sesungguhnya merupakan pembangunan yang berorientasi kepada manusia

(people centre development), dimana sumberdaya manusia dipandang sebagai

sasaran sekaligus pelaku pembangunan.

Adapun tujuan utama pengembangan wilayah menurut Riyadi (2002)

adalah menyerasikan berbagai kepentingan pembangunan sektor dan wilayah,

sehingga pemanfaatan ruang dan sumberdaya alam yang berada di dalamnya

dapat optimal mendukung kegiatan kehidupan masyarakat sesuai dengan tujuan

dan sasaran pembangunan wilayah yang diharapkan. Optimal berarti dapat

dicapai tingkat kemakmuran yang sesuai dan selaras dengan aspek sosial-

budaya dan dalam lingkungan alam yang berkelanjutan.

Dengan demikian arah dan kebijaksanaan pengembangan wilayah pada

prinsipnya mendukung dan memperkuat pembangunan wilayah yang merupakan

bagian integral dari pembangunan nasional (Ary 2001 dalam Wahyudin 2005).

Sedangakan sasaran utama yang banyak dicanangkan oleh pemerintah

daerah maupun pemerintah pusat dalam pengembangan wilayahnya adalah

meningkatkan pertumbuhan produktivitas (productivity growth), memeratakan

distribusi pendapatan (income distribution), memperluas kesempatan berusaha

atau menekan tingkat pengangguran (unemployment rate), serta menjaga

pembangunan agar tetap berjalan secara berkesinambungan (sustainable

development) (Alkadri dan Djajadiningrat, 2002 dalam Wahyudin 2005).

Konsep pengembangan wilayah berbeda dengan konsep pengembangan

sektoral, karena pengembangan wilayah sangat berorientasi pada issue

(permasalahan pokok) wilayah secara saling terkait, sementara pembangunan

sektoral sesuai dengan tugasnya, bertujuan untuk mengembangkan sektor

tertentu tanpa terlalu memperhatikan kaitannya dengan sektor-sektor lain.

Namun dalam orientasinya kedua konsep tersebut salng melengkapi, dimana

pengembangan wilayah tidak mungkin terwujud tanpa adanya pengembangan

sektoral. Sebaliknya, pengembangan tanpa berorientasi pada pengembangan

wilayah akan berujung pada tidak optimalnya sektor itu sendiri. Bahkan dalam

hal ini dapat menciptakan konflik kepentingan antar sektor, yang pada gilirannya

akan terjadi kontra produktif dalam pengembangan wilayah (Riyadi, 2002).

Suatu aspek yang tidak boleh dilupakan dalam usaha pengembangan

wilayah ialah aspek lingkungan hidup. Masalah-masalah lingkungan hidup sudah

pada tingkat desa, kecamatan, kabupaten dan terus ketingkat perkotaan, dalam

kegiatannya pengembangan wilayah (regional development) harus disertai oleh

Page 51: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

31

pengembangan masyarakat. Selain memanfaatkan sumberdaya alam melalui

teknologi, manusianya juga harus dikembangkan.

2.3. Konsep Wilayah dan Pembangunan

Menurut Rustiadi et al.(2005), di Indonesia berbagai konsep nomenklatur

kewilayahan seperti Wilayah, kawasan, wilayah, regional, area, ruang dan istilah-

istilah sejenis, banyak dipergunakan dan saling dapat dipertukarkan

pengertiannya walaupun masing-masing memiliki bobot penekanan pemahaman

yang berbeda-beda. Ketidak konsistenan istilah tersebut kadang menyebabkan

kerancuan pemahaman dan sering membingungkan.

Lebih jauh Rustiadi et al.(2005) menjelaskan, secara teoritik tidak ada

perbedaan nomenklatur antara istilah wilayah, kawasan. Kawasan dan wilayah.

Semuanya secara umum dapat diistilahkan dengan wilayah (region).

Penggunaan istilah kawasan di Indonesia digunakan karena adanya penekanan

fungsional suatu unit wilayah.

Karena itu definisi konsep kawasan adalah adanya karakteristik

hubungan dari fungsi-fungsi dan komoponen-komponen dalam suatu unit

wilayah, sehingga batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek

fungsional. Dengan semikian, setiap kawasan atau sub kawasan memiliki

fungsi-fungsi khusus yang tentunya memerlukan pendekatan program tertentu

sesuai dengan fungsi yang dikembangkan tersebut.

Pengertian wilayah pada dasarnya bukan sekedar areal dengan batas-

batas tertentu, namun suatu areal yang memiliki arti (meaningfull) karena adanya

masalah-masalah didalamnya. (Isard 1975 dalam Rustiadi et al. 2005). Menurut

(Glasson 1990 dalam Rustiadi et al. 2005), wilayah sebagai kesatuan area

geografis yang menggambarkan hubungan ekonomi, administrasi, formulasi dan

implementasi dari pembuatan perencanaan dan kebijakan masyarakat dengan

tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut.

Selanjutnya menurut Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang

penataan ruang, pengertian wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan

geografis beserta segenap unsur yang terkait kepadanya yang batas dan

sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif atau aspek fungsional.

Sedangkan pengertian kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung

dan budidaya. Sementara itu pengertian wilayah walaupun tidak disebutkan

Page 52: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

32

secara eksplisit namun umumnya dipahami sebagai unit wilayah berdasarkan

aspek administratif.

Menurut Budiharsono (2001), wilayah didefinisikan sebagai suatu unit

geografi yang dibatasi oleh kriteria tertentu yang bagian-bagiannya tergantung

secara internal. Selanjutnya dijelaskan bahwa wilayah dapat dibagi menjadi 4

jenis yaitu: (1) wilayah homogen (uniform/homogeneous region), adalah wilayah

yang dipandang dari satu aspek/kriteria mempunyai sifat/ciri-ciri yang relatif sama

misal dari aspek ekonomi struktur produksi dan konsumsi homogen. (2) wilayah

nodal (nodal region), adalah wilayah yang secara fungsional mempunyai

ketergantungan antara pusat (inti) dan wilayah belakangnya (hinterland), (3)

wilayah perencanaan (planning region / programming region), adalah wilayah

yang memperlihatkan koherensi atau kesatuan keputusan-keputusan ekonomi

dan; (4) wilayah administratif (administrative region), adalah wilayah yang batas-

batasnya ditentukan berdasarkan kepentingan administrasi pemerintahan atau

politik, seperti: provinsi, kabupaten, kecamatan, desa/kelurahan dan RT/RW.

Terdapat beberapa perspektif dalam memandang wilayah, pertama,

perspektif spatial-fungsionalisme yang memandang wilayah secara fungsional

berdasarkan fungsi tertentu dari suatu unit wilayah. Dalam hal ini, fungsi bisa

terkait dengan fungsi sosial, ekonomi, budaya maupun politik. Berbeda dengan

wilayah homogen, konsep wilayah fungsional justru menekankan perbedaan dua

komponen-komponen wilayah yang terpisah berdasarkan fungsinya. Kedua,

perspektif Kulturalisme melihat wilayah sebagai teritori yang diatasnya

terbangun komunitas yang membangun konfigurasi budaya. Dalam konteks

perspektif ini tumbuhnya aktivits sosio-ekonomi atau kehidupan secara umum

disebabkan oleh adanya interaksi antara manusia dan sumberdaya alam lokal

sepanjang waktu. Ketiga, Perspektif Pengaturan-Institutionalisme memandang

wilayah sebagai kesatuan kelembagaan pengaturan, legislasi, eksekusi, atau

manajemen pembangunan wilayah.

Berbagai konsep nomenklatur kewilayahan banyak dipergunakan dan

saling dapat dipertukarkan pengertiannya walaupun masing-masing memiliki

bobot penekanan pemahaman yang berbeda-beda (Matriks 2.2).

Page 53: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

33

Matriks 2.2. Definisi Nomenklatur Kewilayahan

KONSEP DEFINISI

WILAYAH

• Menurut Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur yang terkait kepadanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif atau aspek fungsional.

• Menurut Budiharsono (2001), wilayah didefinisikan sebagai suatu unit geografi yang dibatasi oleh kriteria tertentu yang bagian-bagiannya tergantung secara internal.

• Menurut Isard (1975) dalam Rustiadi et al (2005), Pengertian wilayah pada dasarnya bukan sekedar areal dengan batas-batas tertentu, namun suatu areal yang memiliki arti (meaningfull) karena adanya masalah-masalah didalamnya.

• Menurut Glasson (1990) dalam Rustiadi et al (2005),, wilayah sebagai kesatuan area geografis yang menggambarkan hubungan ekonomi, administrasi, formulasi dan implementasi dari pembuatan perencanaan dan kebijakan masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut

KAWASAN Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung dan

budidaya (Undang-undang Nomor 26 tahun 2007)

TERITORIAL Tempat yang dapat berwujud sebagai suatu Negara, Negara bagian , provinsi atau distrik dan perdesaan (Murty, 2000 dalam Rustiadi , et al. 2005)

REGIONAL/DAERAH Umumnya dipahami sebagai unit wilayah berdasarkan aspek administratif.

RUANG/SPASIAL Secara geofisik: Sebagai tempat kehidupan (Biosphere): Tempat Kehidupan Alamiah geosphere (permukaan kulit bumi hingga kedalaman ± 3 m dalam tanah dan ± 200 m dpl) atmosphere (hingga kira-kira 30 m diatas permukaan tanah). Tempat kehidupan yang dibatasi teknologi manusia batas ruang dimana teknologi manusia mampu menjangkau / mengakses / mengeksplorasi batas terbawah geosphere dan batas atmosphere / luar angkasa (Rustiadi, et al, 2005)

sumber: Rustiadi, et al,( 2005), Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 Pembangunan adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan dalam

rangka mengembangkan atau mengadakan perubahan-perubahan kearah

keadaan yang lebih baik. Selanjutnya di jelaskan bahwa teori pembangunan

pada awalnya adalah teori pembangunan ekonomi yang merupakan suatu

Page 54: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

34

rangkaian usaha dan kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan suatu bangsa.

Sejalan dengan perkembangan situasi dan kondisi dunia, teori pembangunan

ekonomi tersebut berkembang kearah pendekatan politik, sosial budaya dan

pendekatan menyeluruh pada setiap aspek kehidupan (holistik). Pembangunan

harus dipandang sebagai suatu proses multi dimensional yang mencakup

berbagai macam perubahan mendasar atas struktur sosial,sikap-sikap

masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap mengejar akselerasi

pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan serta

pengentasan kemiskinan. Jadi pada hakekatnya pembangunan ini harus

mencerminkan perubahan total suatu masyarakat atau penyesuaian sistem

sosial secara keseluruhan tanpa mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan

keinginan individual maupun kelompok-kelompok sosial yang ada didalamnya

untuk bergerak maju suatu kondisi kehidupan yang serba lebih baik secara

material dan spiritual (Todaro, 2000). Selanjutnya dijelaskannya pula bahwa

pembangunan wilayah bertujuan untuk mencapai pertumbuhan perdapatan

perkapita yang cepat, penyediaan dan perluasan kesempatan kerja, pemerataan

pendapatan, memperkecil disparitas kemakmuran antar wilayah/regional serta

mendorong transformasi perekonomian yang seimbang antara sektor pertanaian

dan industri melalui pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia dengan tetap

memperhatikan aspek kelestarianya (sustainable).

Pemerataan pembangunan dalam suatau wilayah menjadi sangat penting

untuk menghindari hal-hal yang dapat menghambat pembangunan.

Pemerataaan pembangunan (equity) bukan berarti identik dengan persamaan

pembangunan (equality), tetapi lebih kearah adanya keseimbangan yang

proporsional antara kemajuan suatu wilayah dengan wilayah lainnya, sesuai

dengan potensi dan kondisi wilayah masing-masing. Potensi suatu wilayah

dalam konteks regional menyangkut tingkat kandungan sumberdaya alam,

kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia sampai kepada letak geografis suatu

wilayah. Sedang kondisi suatu wilayah menyangkut keadaan infrastuktur sampai

kepada jumlah penduduk yang merupakan asset sekaligus tujuan pembangunan

agar tercapai kehidupan yang sejahtera (Hadi,2001).

Penerapan otonomi daerah sudah saatnya untuk mengembangkan

konsep pembangunan yang mampu mengurangi disparitas antara wilayah secara

lebih menyeluruh melalui pembangunan inter-regional yang berimbang hal ini

diperlukan karena perkembangan suatu wilayah sangat terkait dengan wilayah

Page 55: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

35

lainnya. Pembangunan inter-regoional yang berimbang adalah suatu bentuk

sinergi pembangunan antar wilayah dimana interaksi antara wilayah tersebut

adalah dalam hubungan saling memperkuat dan nilai tambah yang terbentuk

dapat terbagi secara adil (Rustiadi et al., 2005)

Menurut Ditjen Bangdes (1999 dalam Supardian 2005), tujuan

pembangunan desa pada umumnnya adalah: (1) meningkatkan taraf hidup

masyarakat dengan segala aspek, baik bersifat fisik maupun mental spiritual, (2)

meningkatkan kemampuan masyarakat dan pemerintah desa/kelurahan dalam

memanfaatkan potensi sumberdaya yang tersedia, (3) menumbuhkan swadaya

gotong royong, kemandirian dan keswasembadaan masyarakat dalam proses

pembangunan di desa sehingga tidak terlalu tergantung kepada pemerintah.

Pembangunan ekonomi perdesaan sebagai bagian dari pembangunan

ekonomi wilayah, tidak dapat dipungkiri telah menghasilkan sesuatu, dalam

bentuk peningkatan taraf hidup sebahagian masyarakat desa, terealisasinya

berbagai prasarana dan sarana yang memperluas pelayanan dasar kepada

masyarakat desa. Meningkatnya taraf hidup atau kesejahteraan masyarakat

ditandai dengan meningkatnya konsumsi sebagai akibat peningkatan

pendapatan dan meningkatnya pendapatan ini sebagi akibat dari meningkatnya

produksi. Proses kesejahteraan tersebut hanya dapat terwujud apabila

memenuhi asumsi-asumsi pembangunan yaitu kesempatan kerja sudah

dimanfaatkan secara penuh (full employment), semua orang mempunyai

kemampuan yang sama (equal productivity) dan setiap pelaku ekonomi bertindak

rasional (rational-efficient)

2.4. Pengembangan Wilayah Berbasis Sumberdaya Alam

Selama lebih dari 30 tahun, kebijakan pengelolaan sumberdaya alam

dilakukan dengan pola yang sentralistik dan cenderung eksploitatif sehingga

menimbulkan berbagai ketidak adilan ditengah masyarakat. Semangat otonomii

daerah membawa visi baru untuk mengubah pola-pola tersebut dan berusaha

menata pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam, mengingat semakin

menipisnya sumberdaya alam di Indonesia.

Sumberdaya alam merupakan modal penting dalam menggerakan roda

pembangunan disuatu daerah, baik dalam konteks negara, provinsi ataupun

kabupaten. Oleh karenanya aspek pemanfaatan sumberdaya alam merupakan

Page 56: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

36

suatu yang sangat strategis dalam menentukan jumlah penerimaan atau tingkat

kontribusi dalam pembentukan modal pembangunan.

Pemanfaatan sumberdaya alam yang dilakukan melalui pembangunan

mempunyai andil yang cuku besar dalam menggerakan roda perekonomian.

dalam menjamin kelangsungan pembangunan, maka pengelolaan sumberdaya

alam perlu dilakukan dengan cermat dengan mempertimbangkan fakor ekologis

dalam rangka mengurangi akibat yang akan merugikan. Pengelolaan

sumberdaya alam dilakukan untuk mencapai derajat keadilan dan kesejahteraan

sosial-ekonomi yang lebih baik (better and sustainable socio-economic standard

of living), serta kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan yang berkelanjutan

(sustainable natural resources and environmental).

Jumlah sumberdaya alam yang semakin menyusut menjadikannya

sebagai barang langka dan menjadi sumber pendapatan daerah yang penting,

oleh karena itu harus dikelola oleh pihak yang berkompeten. Penduduk lokal

dianggap tidak akan berkompeten dalam mengelola sumberdaya alam yang ada

di wilayahnya. Apalagi sumberdaya alam tersebut dianggap sangat penting

sehingga perlu pengaturan dari tingkat pusat, maka wilayah tempat dimana

sumberdaya alam itu berada seringkali terpinggirkan dan tidak mendapat

manfaat dari sumberdaya alam yang melimpah diwilayahnya, hal ini akan

mengakibatkan terjadinya konflik antara masyarakat dengan pengelola

sumberdaya alam tersebut.

Untuk mengurangi tingkat konflik yang terjadi maka pengelolaan

sumberdaya alam dalam pelaksanaannya harus bermitra dengan masyarakat

lokal. Kemitaraan merupakan upaya bersama untuk memperkuat kamampuan

membangun kemandirian. Pola kemitraan ini muncul sebagai sebuah respon

atas tuntutan kenutuhan atas manajemen pengelolaan sumberdaya alam yang

menuntut lebih demokratis dan lebih mengakui perluasan akses bagi masyarakat

dalam pengelolaan sumberdaya alam. pengelolaan bersama sumberdaya alam

merupakan suatu pendekatan yang menyatukan sistem-sistem pengelolaan pada

tingkat lokal dan negara.

Sundawati dan Trison (2006) menyatakan, berbagai bentuk pengelolaan

bersama dapat merupakan representasi dari berbagai tingkat partisipasi, masing-

masing menyiratkan tingkatan kekuatan yang dimiliki pemerintah, masyarakat,

perusahaan atau pihak terkait lainnya. Dalam merumuskan sebuah konsep

pengelolaan bersama, ada banyak alasan yang dapat diberikan mengapa harus

Page 57: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

37

menyertakan masyarakat karena memungkinkan: 1) merumuskan persolan

bersama lebih efektif, 2) mendapatkan informasi dan pemahaman diluar faktor

ilmiah, 3) merumuskan alternatif penyelesaian masalah yang dapat diterima dan

mempertimbangkan kepentingan semua pihak, 4) membentuk perasaan memiliki

terhadap rencana dan penyelesaian, sehingga memudahkan penerapan, 5)

merumuskan persoalan dengan lebih efektif.

Dalam pengelolaan sumberdaya alam maka kebijakan yang harus

dibangun untuk mengolah dan mengelola sumberdaya alam dan lingkungannya

dengan memperhatikan hak dan kewajiban pada tingkatan individual, komuniti

dan negara atas dasar prinsip keberlanjutan (sustainability). Mengingat

keragaman yang besar dalam hal strategi pengelolaan sumberdaya alam serta

kondisi sosial-budaya komunitas-komunitas penggunanya, maka penetapan

batas-batas wilayah pengelolaan seyogianya memperhatikan kondisi ekologi

setempat dengan melibatkan partisiapasi komuniti pengguna.

Pengelolaan sumberdaya alam oleh pihak luar perlu memperhatikan

kelangsungan hidup masyarakat dan kebudayaan penduduk setempat,

pembagian hasil dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidup yang layak

bagi kemanusiaan serta dapat meningkatkan pembangunan dan pengembangan

wilayah dimana sumberdaya alam itu berada.

Walaupun Sumberdaya alam merupakan modal penting dalam

menggerakan roda pembangunan disuatu daerah, tetapi dalam pelaksanaannya

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kebijakan, ketersediaan informasi

sumberdaya alam yang akurat, tenaga kerja yang berkualitas serta modal dan

manajemen. (Susanto dan Ismail 2001 dalam Hamzah 2005).

Industri pertambangan merupakan industri yang bersifat ekstraktif, padat

modal dan padat teknologi yang didominasi oleh penanaman modal asing (PMA)

dan tergolong kedalam perusahaan-perusahaan Trans National Corporations

(TNCs). Sebagian besar investasi industri pertambangan di Indonesia adalah

penanaman modal asing (PMA).

Pembangunan ekonomi dengan berbasis industri yang bersifat ekstraktif

dan didominasi oleh investasi asing pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya

perubahan aliran baru yang menyangkut arus pendapatan dan manfaat (benefit)

kepada mayarakat lokal, regional dan bahkan sampai kepada tingkat nasional.

Namun kebanyakan proyek industri ekstraktif belum memberikan manfaat yang

Page 58: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

38

sangat besar kepada masyarakat lokal terutama kepada mereka yang tinggal

disekitar proyek tersebut.

Sebagai akibat dari dominannya investasi asing dan kecilnya nilai royalti

yang diterima oleh negara pada sektor ini, menyebabkan keuntungan secara

ekonomi akan terangkat ke negara-negara pemilik saham. dalam hal ini berarti

telah terjadi leakages syndrome, yaitu kebocoran ekonomi lokal berupa

penghisapan rente ekonomi sumberdaya alam ke luar wilayah. Berdasarkan

hasil penelitian Price waterhouse Coopers (PwC) tentang pembelanjaan yang

dilakukan ole 12 perusahaan pertambangan besar di Indonesia sejak 1994-1998,

ternyata hampir 95,3 persen digunakan untuk pembelian lewat impor dan hanya

sekitar 4,7 persen saja yang tinggal di dalam negeri (Jatam 2004 dalam Hamzah

2005).

Berdasarkan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang berasal dari

sumberdaya alam pada tahun 2003 diperkirakan mencapai Rp. 49,5 Triliun atau

sekitar 73,9 persen dari total PNBP. Sumbangan tersebut berasal dari

pendapatan sektor-sektor seperti minyak dan gas bumi (94,1%), pertambangan

umum (2,8%), kehutanan (2,4%) dan lain-lain (0,6%). Berdasarkan angka-angka

tersebut sebenarnya kontribusi sektor pertambangan lebih rendah dari sektor

kehutanan karena kontribusi sektor kehutanan tersebut hanyalah dari nilai guna

langsung yang hanya 5-7% dari seluruh nilai hutan (Kartodihardjo,2004).

Sebagai akibat dari dominannya investasi asing juga dapat menyebabkan

terjadinya dependency syndrome yaitu berupa ketergantungan ekonomi lokal

pada investasi asing yang menyebabkan kemiskinan makin parah akibat

industrialisme.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Todaro (1999) bahwa perusahaan-

perusahaan TNCs senantiasa mencari peluang ekonomi yang paling

menguntungkan, dan mereka tidak bisa diharapkan untuk memberikan perhatian

kepada masalah kemiskinan, ketimpangan pendapatan dan lonjakan

pengangguran.

Pengelolaan sumberdaya alam oleh pihak luar diharapkan dapat

memberikan kontribusi yang signifikan bagi pengembangan masyarakat sekitar.

Hal ini diperlukan mengingat area pengelolaan sumberdaya panas bumi berada

pada wilayah perdesaan yang aksesibilitas masyarakatnya rendah karena

berada jauh dari pusat Pemerintahan. Letak yang jauh ini sering menjadi

penyebab minimnya porsi pembangunan yang diterima masyarakat sehingga

Page 59: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

39

tidak hanya menyebabkan ketertinggalan perkembangan fisik wilayah tetapi juga

dapat menciptakan masyarakat marginal yang sulit untuk berkembang.

Teori yang dikemukakan oleh Christaller (1930) dalam Rustiadi et.al

(2005) merupakan landasan teori yang dapat menjelaskan pembangunan

wilayah dalam hubungannya dengan lokasi industri dan pertumbuhan

perkotaan yang berkaitan dengan pelayanan perkotaan (Urban Services).

Menurut teori christaller, pertumbuhan dari kota bergantung pada

spesialisasinya dalam fungsi pelayanan perkotaan, sedangakan tingkat

permintaan akan pelayanan perkotaan oleh wilayah sekitarnya akan

mementukan kecepatan pertumbuhan kota atau tempat pemusatan tersebut.

Dengan kata lain dikemukakan bahwa pertumbuhan suatu wilayah perkotaan

adalah fungsi dari jumlah penduduk dan tingkat pendapatan wilayah

belakangnya (hinterland), dan laju atau tingkat pertumbuhannya tergantung pada

laju dari peningkatan permintaan wilayah belakang atas barang dan pelayanan

perkotaaan.

Von Thunen (1826) dalam Rustiadi et al. (2005) telah mengembangkan

hubungan antara perbedaan lokasi pada tata ruang (spatial location) dan pola

penggunaan lahan. Menurut Von Thunen, jenis pemanfaatan lahan dipengaruhi

oleh tingkat sewa lahan dan didasarkan pada aksesibilitas relatif.

Weber (1929) dalam Rustiadi et.al (2005), yang pertama kali

mengembangkan teori lokasi, berpendapat bahwa lokasi dari satu perusahaan

tergantung pada rendahnya biaya transportasi dan upah buruh. Tempat dengan

biaya transportasi dan upah buruh yang minimum adalah identik dengan tempat

atau lokasi dengan keuntungan maksimum. Akibatnya, sejak perusahaan

diasumsikan memakasimumkan keuntungan, kriteria pemilihan lokasi

didasarkan pada meminimumkan biaya transportasi dan upah.

Tetapi teori lokasi Weber hanya dapat diterapkan untuk perusahaan yang

tidak berbasis sumberdaya alam. Perusahaan pertambangan atau perusahaan

berbasis sumberdaya alam tidak dapat menerapkan teori weber tersebut, hal ini

dikarenakan sifat dari sumberdaya alam yang diekploitasi tidak dapat

dipindahkan ketempat lain dan hanya dapat di ekstrak di tempat dimana

sumberdaya itu berada. Hal ini menyebabkan perusahaan-perusahaan

pertambangan harus melakukan prosese produksinya di wilayah-wilayah yang

jauh dari pusat pemerintahan yang dianggap sebagai pusat pertumbuhan,

sehingga wilayah tersebut relatif lebih tertinggal dalam hal kualitas sumberdaya

Page 60: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

40

manusia, tingkat kesejahteraan serta dalam ketersediaan infra struktur.

Akibatnya harapan masyarakat lokal dan pemerintah daerah menjadi lebih besar

kepada perusahaan pertambangan untuk mengatasi keterbelakangan dalam

pembangunan.

2.5. Industri Panas Bumi (geothermal)

Menurut Undang-Undang nomor 27 tahun 2003 tentang Panas bumi,

panas bumi adalah sumber energi panas yang terkandung di dalam air

panas,uap air dan batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara

genetik semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem panas bumi dan

untuk pemanfaatannya diperlukan proses penambangan.

Industri panas bumi adalah industri yang bergerak dalam bidang

eksplorasi dan eksploitasi panas bumi melalui pengeboran sumur-sumur

penghasil uap panas yang dapat dimanfaatkan untuk pembangkitan energi listrik

dan berbagai keperluan lainnya. Panas bumi berasal dari magma dalam perut

bumi yang memanasi batuan yang menyelimutinya. Ketika resapan air dari

permukaan bumi bertemu dengan batuan ini akan mengalami pemanasan

membentuk air panas yang mengalir kembali ke permukaan melalui bidang

retakan dan patahan di lapisan batuan kulit bumi. Apabila air panas dapat

muncul kepermukaan bumi dan bebas dari tekanan hidrostatis maka akan

berubah menjadi uap panas dan muncul sebagai geyser, kubangan lumpur

panas atau mata air panas. Air panas yang tidak dapat mengalir ke permukaan

bumi karena terperangkap di dalam cap rock di atas batuan panas membentuk

reservoir yang mengurung air panas dengan temperatur dan tekanan yang

sangat tinggi, maka untuk memperoleh uap panas tersebut dilakukan

pengeboran (drilling).

Potensi energi panas bumi di Indonesia yang mencapai 27 GWe sangat

erat kaitannya dengan posisi Indonesia dalam kerangka tektonik dunia. Ditinjau

dari munculnya panas bumi di permukaan per satuan luas, Indonesia menempati

urutan keempat dunia, bahkan dari segi temperatur yang tinggi, merupakan

kedua terbesar. Sebagian besar energi panas bumi yang telah dimanfaatkan di

seluruh dunia merupakan energi yang diekstrak dari sitem hidrothermal, karena

pemanfaatan dari hot-igneous system dan conduction-dominated system

memerlukan teknologi ekstraksi yang tinggi. Sistem hidrothermal erat kaitannya

dengan sistem vulkanisme dan pembentukan gunung api pada zona batas

Page 61: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

41

lempeng yang aktif di mana terdapat aliran panas (heat flow) yang tinggi.

Indonesia terletak di pertemuan tiga lempeng aktif yang memungkinkan panas

bumi dari kedalaman ditransfer ke permukaan melalui sistem rekahan. Posisi

strategis ini menempatkan Indonesia sebagai negara paling kaya dengan energi

panas bumi sistem hidrothermal yang tersebar di sepanjang busur vulkanik.

Sehingga sebagian besar sumber panas bumi di Indonesia tergolong mempunyai

entalpi tinggi.

Panas bumi merupakan sumber daya energi baru terbarukan yang ramah

lingkungan (clean energy) dibandingkan dengan sumber energi fosil. Dalam

proses eksplorasi dan eksploitasinya tidak membutuhkan lahan permukaan yang

terlalu besar. Energi panas bumi bersifat tidak dapat diekspor, maka sangat

cocok untuk untuk memenuhi kebutuhan energi di dalam negeri. Sampai tahun

2004, sebanyak 252 area panas bumi telah di identifikasi melalui inventarisasi

dan eksplorasi. Sebagian besar dari jumlah area tersebut terletak di lingkungan

vulkanik, sisanya berada di lingkungan batuan sedimen dan metamorf. Dari

jumlah lokasi tersebut mempunyai total potensi sumber daya dan cadangan

panas bumi sebesar sekitar 27.357 MWe. Dari total potensi tersebut hanya 3%

(807 MWe) yang telah dimanfaatkan sebagai energi listrik dan menyumbangkan

sekitar 2% dalam pemakaian energi listrik nasional. (Wahyuningsih 2005).

Gambar 2.2. Peta Distribusi Lokasi dan Wilayah Pertambangan Panas Bumi

(Wahyuningsih,2005).

Sebanyak 252 lokasi panas bumi di Indonesia tersebar mengikuti jalur

pembentukan gunung api yang membentang dari Sumatra, Jawa, Nusa

Page 62: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

42

Tenggara, Sulawesi sampai Maluku (gambar 2.2). Dengan total potensi sekitar

27 GWe, Indonesia merupakan negara dengan potensi energi panas bumi

terbesar di dunia. Sebagai energi terbarukan dan ramah lingkungan, potensi

energi panas bumi yang besar ini perlu ditingkatkan kontribusinya untuk

mencukupi kebutuhan energi domestik yang akan dapat mengurangi

ketergantungan Indonesia terhadap sumber energi fosil yang semakin menipis.

Potensi sebesar ini diharapkan dapat memenuhi target pengembangan panas

bumi untuk membangkitkan energi listrik sebesar 6000 MW di tahun 2020.

Energi panas bumi merupakan sumber energi alternatif yang dapat

diandalkan ditengah kelangkaan energi yang bersumber dari minyak bumi dan

gas alam karena Energi panas bumi memiliki karakteristik antara lain :

1. Dapat terbarukan, artinya energi panas bumi akan tetap ada selama bumi

ada sehingga jumlahnya hampir tak terbatas;

2. Energi yang bersih dan ramah lingkungan karena dengan teknik reinjeksi air

limbah ke dalam perut bumi akan membawa manfaat ganda yaitu selain

untuk menghindari adanya pencemaran air, juga diperlukan untuk mengisi

kembali reservoir air dalam perut bumi.

3. Pada umumnya ladang-ladang panas bumi memunculkan fenomena alam yang sangat unik dan indah sehingga potensial untuk dikembangakan sebagai wilayah tujuan wisata.

Terbatasnya jumlah pasokan energi yang tersedia, mengakibatkan

gencarnya kegiatan eksplorasi sumber-sumber energi baru untuk memenuhi

kebutuhan terhadap energi tersebut, yang dalam prosesnya sering menimbulkan

dampak negatif bagi lingkungan. Hasil penelitian terhadap penggunaan energi

listrtik menunjukan bahwa penggunaan energi mengalami perubahan sebesar

7,3 persen pertahun. Penggunaan energi fosil masih mendominasi yaitu sebesar

95 persen. Sedangkan energi terbarukan (renewable) yaitu panas bumi masih

berkisar 5 persen. Pengelolaan energi selama 25 tahun terakhir menunjukan

tidak adanya peningkatan yang besar pada pangsa energi terbarukan, ini berarti

eksplorasi dan eksploitasi energi terbarukan di Indonesia masih berpotensi besar

untuk dikembangkan dimasa yang akan datang.

Industri panas bumi (geothermal) Gunung Salak di wilayah desa

Kabandungan kecamatan Kabandungan kabupaten Sukabumi dikelola oleh CHV

, CHV merupakan pemegang kontrak proyek panas bumi di Gunung Salak.

Kontrak ini ditandatangani pada tahun 1982 antara Pertamina, PLN dan Unocal

Geothermal Indonesia,Ltd. (UGI). Dari tahun 1983 –1986 dilakukan proses studi

Page 63: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

43

rona awal lingkungan dan pengajuan proposal pembuktian 230 MW ke

Pertamina. Tahun 1989 penyusunan AMDAL dan mengajukan proposal

pengembangan sebesar 110 MW ke Pertamina. Pada tahun 1994, UGI memulai

operasi secara komersial sebesar 110 MW, kemudian pada tahun yang sama

diajukan proposal pengembangan ke Pertamina sebesar 220 MW, sehingga

pada tahun 1997 UGI melakukan operasi secara komersial sebesar 330 MW.

Pada tahun 1998–2002 dilakukanlah renegosiasi kontrak dan akhirnya pada

bulan Juli 2002 kontrak diamandemen dan disetujui oleh para pihak. Kemudian

pada tahun 2002 UGI diakuisisi oleh CHV (Azof.,2002 ).

2.6. Dampak Industri Pertambangan

Setiap kegiatan pembangunan yang dilakukan akan selalu membawa

dampak terhadap masyarakat baik dampak positif maupun negatif. Begitu pula di

bidang pertambangan, dampak-dampak timbul akibat industrialisasi tersebut

berupa dampak sosial,ekonomi maupun lingkungan.

Pengusahaan pertambangan memiliki peran yang strategis dan kontribusi

yang besar terhadap pembangunan di daerah. Sebab dengan pengusahaan

pertambangan didaerah, otomatis akan membentuk komunitas baru dan

pengembangan wilayah sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru di wilayah

kegiatan pengusahaan pertambangan. Pengembangan wilayah yang demikian

akan membawa pengaruh terhadap perekonomian daerah.

Kontribusi perusahaan pertambangan terhadap pembangunan secara

nasional melalui penerimaan negara sangat besar, namun terhadap

pengembangan masyarakat sekitar dan pembangunan wilayah belum maksimal,

program pengembangan masyarakat dan program pembangunan lainnya belum

merupakan jaminan kesejahteraan sosial-ekonomi masyarakat sekitar, terutama

pasca pertambangan, tetapi masi sebatas untuk menghilangkan konflik antara

masyarakat sekitar dengan usaha pertambangan.

Menurut Muhammad (2000) dampak positif dari kegiatan pertambangan

adalah:

1. Memberikan nilai tambah secara nyata kepada pertumbuhan ekonomi

nasional.

2. Meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD)

3. Menampung tenaga kerja, terutama masyarakat sekitar

4. Meningkatkan usaha mikro masyarakat sekitar

Page 64: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

44

5. Meningkatkan kualitas SDM masyarakat sekitar

6. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sekitar,

Sedangka dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan pertambangan adalah:

1. Terjadinya penurunan kualitas lingkungan hidup

2. Penurunan Kualitas hidup masyarakat lokal

3. Meningkatnya kekerasan terhadap perempuan

4. Terjadinya pelanggaran HAM

Saleng (2004) dalam Hamzah (2005) menyatakan bahwa pengusahaan

pertambangan di wilayah yang relatif terpencil atau wilayah yang baru dibuka,

seringkali masyarakat pendatang jauh lebih maju dan sejahtera serta memiliki

semangat bersaing (competition spirit) yang tinggi ketimbang masyarakat asli

setempat. Perbedaan kesejahteraan dan semangat bersaing ini pada akhirnya

akan menjadi penyebab konflik sosial antara masyarakat asli dengan masyarakat

pendatang. Ketidakadilan akses dan ketidakmerataan pembagian keuntungan

ekonomi wilayah yang diterima oleh lokalitas berpotensi memicu terjadinya

konflik sosial.

Keberadaan industri pertambangan disamping memberikan dampak

terhadap degradasi dan kerusakan lingkungan juga berpotensi untuk tumbuh dan

berkembangnya permasalahan-permasalahan sosial serta degradasi nilai-nilai

budaya lokal masyarakat sekitar lokasi pertambangan. Pada umumnya lokasi

industri pertambangan terletak di daerah-daerah terpencil dengan tingkat

pendidikan masyarakat yang sangat rendah dan tidak memiliki keahlian (skill)

tentang industri pertambangan serta jauh dari sentuhan teknologi dan arus

informasi sehingga menyebebkan masyarakat disekitar perusahaan

pertambangan kurang mendapatkan kesempatan untuk berpartisipasi dalam

kegiatan tersebut karena tidak mampu bersaing dengan pekerja-pekerja yang

berasal dari luar daerah yang lebih memiliki kemampuan (skill) dan pengalaman

dalam bidang industri pertambangan. Ketidakmampuan masyarakat lokal untuk

bersaing dengan para pekerja yang berasal dari luar daerah akan menimbulkan

kecemburuan sosial.

Untuk menjembatani ketimpangan-ketimpangan tersebut maka program

pengembangan masyarakat menjadi suatu pilihan untuk meminimalisir dampak

negatif dari kegiatan pertambangan dengan strategi pengembangan masyarakat

yang berorientasikan pada upaya reduksi intensitas dampak, strategi netralisasi

dampak negatif, strategi remediasi atau kuratif (pengobatan).

Page 65: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

45

2.7. Hubungan Industri dan Pengembangan Masyarakat

Menurut Parker (1992) dalam Supardian (2005) dalam arti luas industri

yang berkaitan dengan teknologi, ekonomi, perusahaan dan orang-orang yang

terlibat didalamnya sangat mempengaruhi masyarakat dimana industri itu

berada. Pengaruh tersebut dapat berupa nilai-nilai, pengaruh fisik dan usaha

industrial interest group untuk mempengaruhi masyarakat. Begitu juga dengan

industri panas bumi, kehadiran industri panas bumi dapat menimbulkan

perubahan dalam masyarakat, seperti terjadinya diversifikasi nafkah, perubahan

lingkungan dan peningkatan kualitas sumberdaya masyarakat sekitar.

Sebagai nilai baru, perubahan yang muncul akan beradaptasi dengan

karakteristik lokal yang sejak lama mendasari pola interaksi kehidupan

masyarakat perdesaan yang masih kental. Agar tercipta perubahan yang

konstruktif dan tidak menimbulkan resistensi masyarakat, maka diperlukan

partisipasi dan inisiatif lokal untuk menciptakan kesesuaian dengan karakteristik

lokal hal ini dapat dilakukan melalui progrsm pengembangan masyarakat.

Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan haknya

terhadap sumberdaya alam di era otonomi daerah yang selama ini dikelola oleh

perusahaan, membuat masyarakat menjadi sangat kritis dan reaktif ada hal-hal

kecil pasti dapat menjadi pemicu kereaktifan mereka, karena mereka

mengharapkan sesuatu dari Perusahaan. Sehingga dalam rangka mengamankan

operasi perusahaan dan membina hubungan dengan masyarakat lokal maka

perusahaan mulai menyadari betapa pentingnya memberdayakan masyarakat

sekitar. Banyak perusahaan yang sudah mulai menyadari bahwa tanggung

jawab sosial perusahaan Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan

insentif bukan beban.

Dalam Undang-undang nomor 27 tahun 2003 tentang panas bumi, pasal

29 huruf f dinyatakan bahwa pemegang izin usaha pertambangan (IUP) panas

bumi memiliki kewajiban melaksanakan program pengembangan dan

pemberdayaan masyarakat setempat. UU No.19 Tahun 2003 tentang BUMN.

UU yang mengatur lebih rinci tentang pelaksanaan CSR yang kemudian

dijabarkan lebih jauh oleh Peraturan Menteri Negara BUMN No.4 Tahun 2007

tentang petunjuk pelaksanaan program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL),

yang mengatur mulai dari besaran dana hingga tatacara pelaksanaan CSR.

Page 66: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

46

Seperti kita ketahui, CSR milik BUMN adalah Program Kemitraan dan Bina

Lingkungan (PKBL)

Dalam UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT)

disebutkan bahwa PT yang menjalankan usaha di bidang dan/atau bersangkutan

dengan sumber daya alam wajib menjalankan tanggung jawab sosial dan

lingkungan (Pasal 74 ayat 1). sebagai implementasi dari ketentuan-ketentuan

tersebut diatas, maka industri pertambangan harus melaksanakan program

pengembangan masyarakat.

Selama ini CSR mendapatkan tiga pemaknaan atau labelling yang

berbeda-beda: (1) sebagai corporate image building, yaitu sekedar memperbaiki

citra perusahaan agar seolah-oleh pro-rakyat miskin (pro-poor), (2) sebagai

aksesories perusahaan agar mendapatkan legitimasi sosial lebih kuat di mata

masyarakat luas, (3) benar-benar ingin mewujudkan komitmen sosial dan

pemberdayaan masyarakat lokal, menempatkan CSR sebagai nilai inti dan

menganggap sebagai suatu keharusan bahkan kebutuhan dan menjadikannnya

sebagai modal sosial.

Diperlukan perubahan pendekatan pengelolaan pengembangan

masyarakat yang lebih tanggap terhadap perubahan yang terjadi. Perubahan

pendekatan tersebut didasari oleh tuntutan internal perusahaan (internally driven)

yang pada akhirnya menyadari bahwa tanpa perubahan/inovasi sistem, maka

perusahaan akan terjebak dalam jejaring tuntutan jangka pendek yang sangat

tidak strategis.

Perusahaan memiliki tanggung jawab sosial terhadap lingkungan sosial

sekitar yang dalam pelaksanaannya tidak hanya dimaksudkan untuk membangun

Image positif (image building) perusahaan tetapi juga untuk memberikan manfaat

terbesar baik bagi pengembangan masyarakat lokal maupun peningkatan

kualitas lingkungan sekitarnya.

Mantan Perdana Mentri Thailand, Anand Panyarachun dalam Asian

Forum on Corporate Sosial Responsibility tanggal 18 September 2003 di

Bangkok, mengemukakan bahwa CSR dipandang sebagai suatu keharusan

untuk membangun citra yang baik dan terpercaya bagi perusahaan.

Melaksanakan praktik-praktik yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan

sosial akan meningkatkan nilai pemegang saham dan berdampak pada

peningkatan prestasi keuangan serta menjamin sukses berkelanjutan bagi

perusahaan.

Page 67: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

47

Dalam pelaksanaannya CSR menekankan pada tiga aspek utama, yaitu:

pertama, aspek sosial yang menekankan bagaimana kebutuhan masyarakat dan

perusahaan perlu diakomodasikan dan dikomunikasikan, serta peran apa yang

dapat dilakukan perusahaan untuk membantu kehidupan masyarakat sekitar,

kedua, aspek ekonomi yang menekankan bagaimana perusahaan dapat

membantu kehidupan perekonomian masyarakat sehingga dapat meningkatkan

taraf hidup masyarakat; ketiga, aspek kelestarian lingkungan yang menekankan

bagaimana perusahaan dan masyarakat memandang masalah lingkungan

sebagai masalah bersama serta merumuskan langkah preventif dan kuratif yang

perlu dilaksanakan bersama-sama.

CSR seharusnya dijadikan nilai inti (core value) dalam menjalankan

usaha sebagai bentuk investasi jangka panjang, tidak hanya semata-mata

diartikan sebagai beban biaya perusahaan serta merupakan modal sosial yang

diperlukan oleh perusahaan untuk memperoleh citra positif dan kepercayaan

masyarakat sehingga perusahaan secara politis acceptable karena memperoleh

legitimasi dan izin operasional dari masyarakat. Kelancaran usaha tersebut akan

berimplikasi kepada peningkatan prestasi usaha dari perusahaan yang

bersangkutan.

Kehadiran industri pada suatu wilayah memberikan pengaruh terhadap

masyarakat sekitarnya. Dalam arti luas, industri yang berkaitan dengan teknologi,

ekonomi, perusahaan dan orang-orang yang terlibat di dalamnya telah sangat

mempengaruhi masyarakat. Pegaruh tersebut bisa berupa nilai-nilai, pengaruh

fisik terhadap masyarakat atau usaha industrial interest group untuk

mempengaruhi masyarakat.

Pengaruh industri terhadap masyarakat sekitar menurut Smelser dalam

Schneider (1984), seperti yang dikutip oleh Wahyudin (2005) terdapat dalam

empat proses yang berbeda tapi saling berhubungan, yaitu:

1. Dalam bidang teknologi, masyarakat mengalami perubahan dari penggunaan

teknik-teknik yang sederhana dan tradisional kearah penggunaan teknologi

dan pengetahuan ilmiah;

2. Dalam bidang pertanian, masyarakat sedang beralih dari pertanian untuk

penggunaan (subsisten) kearah produksi hasil pertanian untuk pasaran;

3. Dalam bidang industri, masyarakat sedang mengalami suatu peralihan dari

penggunaan tenaga manusia dan binatang ke industrialisasi yang

sebenarnya. Orang-orang bekerja untuk upah pada mesin-mesin yang yang

Page 68: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

48

menghasilkan barang dagangan yang dijual di kalangan yang

menghasilkannya;

4. Dalam susunan ekologi perkembangan masyarakat bergerak dari

sawah/ladang dan desa ke pemusatan-pemusatan di kota (terjadi urbanisasi).

2.8. Karakteristik Lokal

Karakteristik lokal adalah karakteristik suatu masyarakat desa berupa

nilai-nilai budaya dan norma yang terbentuk sejalan dengan sejarah

perkembangan desa itu sendiri dalam kurun waktu yang cukup panjang.

Pembentukan karakteristik tersebut dipengaruhi oleh prinsip-prinsip yang

mendasari terbentuknya suatu persekutuan masyarakat sehingga membentuk

suatu desa karena hubungan antar manusia dalam persekutuan memerlukan

tatanan nilai dan norma untuk menjaga kelestarian dan kepentingan hidup

bersama mereka. Dalam perkembangannya, nilai-nilai dan norma yang paling

dihargai dalam persekutuan karena dibutuhkan dan mampu menjadi pengikat

dalam masyarakat (As’ari 1993)

Lingkungan alami sebagai lingkungan hidup manusia yang sangat

bervariasi kondisi dan letak geografisnya juga memberi warna kepada watak

penghuninya sehingga memberikan suatu ciri khas yang lain. Mengingat

karakteristik lokal dipengaruhi oleh kondisi ekologi desa, maka karakteristik lokal

suatu desa berbeda dengan desa lainnya, karakteristik masyarakat desa

pegunungan akan berbeda dengan masyarakat desa pantai atau masyarakat

perkotaan.

Dalam lingkungan masyarakat Sunda, sejak lama dikenal nilai-nilai

budaya yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakatnya yang antara lain

diwujudkan dalam falsafah silih asah, silih asih dan silih asuh. Secara harfiah

falsafah tersebut memiliki arti saling berbagi pengetahuan saling mengasihi,

saling menjaga diantara warga masyarakat. Nilai-nilai budaya masyarakat

Sunda yang melekat juga dapat terlihat dalam berbagai ungkapan peribahasa

atau babasan seperti sabilulungan dasar gotong royong (kerjasama yang

harmonis dalam mengerjakan berbagai kegiatan pembangunan/kemasyarakatan

secara bergotong royong), sareundek saigel sabobot sapihanean (musyawarah

dalam memecahkan berbagai masalah kemasyarakatan) dan nulung kanu butuh

nalang kanu susah (membantu yang memerlukan menolong yang kesusahan).

Page 69: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

49

Potensi-potensi lokal yang terdapat dalam karakteristik lokal masyarakat, apabila

dilakukan upaya untuk menggali, membangkitkan dan mengaktualisasikan

potensi tersebut dapat menjadi gagasan-gagasan strategis yang diperlukan

dalam pengembangan masyarakat.

Karakteristik lokal merupakan aspek penting dalam pengembangan

masyarakat, karena dengan mengakomodasi karakteristik lokal sebagai

komponen dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat akan meningkatkan

partisipasi masyarakat dalam kegiatan. Permasalahan dalam partisipasi pada

saat ini bukan lagi merupakan masalah mau atau tidaknya masyarakat

berpartisipasi, melainkan pada sejauh mana masyarakat dapat memperoleh

manfaat bagi perbaikan kehidupan sosial ekonomi mereka melalui partisipasi.

Dari uraian diatas, dapat terlihat bahwa dalam partisipasi masyarakat berlaku

prinsip pertukaran dasar (Basic exchange principles), bahwa semakin banyak

manfaat yang diduga akan diperoleh suatu pihak dari pihak lain melalui kegiatan

tertentu maka semakin kuat pula pihak itu akan terlibat dalam kegiatan tersebut.

Banyak program pemberdayaan yang berhasil dengan mengakomodasi

karakteristik lokal ini, misalnya program pemberdayaan yang diinisiasi oleh

pemerintah yaitu Program Pengembangan Kecamatan (PPK). Program PPK

menerapkan pola-pola gotong royong dan swadaya masyarakat pada tingkat

pelaksaan serta melibatkan partisipasi masyarakat secara penuh pada tahap

perencanaannya. PPK bertujuan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat

melalui bebagai tahapan kegiatan. Menurut data dari MIS-Konsultan

Management Nasional PPK (2006), PPK hingga saat ini telah berhasil

meningkatkan akses ke pasar, fasilitas pendidikan dan kesehatan, dan sumber

air bersih di lebih dari 34.100 desa termiskin (lebih dari separuh jumlah desa) di

Indonesia. Prasarana desa yang di bangun melalui metode PPK terbukti sangat

hemat dalam pembiayaan, rata-rata 56% lebih murah dari pekerjaan sejenis yang

dibangun oleh pemerintah maupun kontraktor. hal ini terjadi karena adanya

partisipasi masyarakat yang besar karena mereka merasa karakterisitik lokal

yang mereka miliki sudah diakomodir oleh program ini.

2.9. Partisipasi Masyarakat

Dalam pengembangan masyarakat, partisipasi memegang peranan yang

sangat penting. Keberhasilan pengembangan masyarakat akan sangat di

pengaruhi oleh tingkat partisipasi masyarakat. Semakin tinggi tingkat partisipasi

Page 70: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

50

masyarakat, maka semakin tinggi keberhasilan program. Pergeseran

pembangunan yang berorientasi produksi menuju pembangunan yang

berorientasi publik, memerlukan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaannya.

Jnanaorta Bhattacharyya (1972) mendefinisikan partisipasi sebagai

pengambilan bagian dalam kegiatan bersama. Partisipasi tersebut terdiri atas

dua macam, yaitu partisipasi antar sesama warga atau anggota suatu

masyarakat perkumpulan yang dinamakan partisipasi horizontal dan partisipasi

yang dilakukan oleh bawahan dengan atasan, antara klien dengan patron atau

antara masyarakat dengan pemerintah dinamakan partisipasi vertikal (seperti

dikutip oleh Taliziduhu Ndaraha, 1987)

Menurut derajat kedalaman ikatan orang-orang yang terlibat, maka

partisipasi dapat ditemukan dalam banyak bentuk. Menurut Bass et al.,1995

dalam Hobley, 1996 seperti yang dikutip oleh Tadjudin (2000), partisipasi yang

diharapkan muncul adalah partisipasi interaktif dan mobilisasi swakarsa atau

kemitraan, pendelegasian kekuasaan, dan pengawasan masyarakat .

Lebih lanjut Tadjudin(2000) menjelaskan, menurut Bass et al.(1995)

dalam Hobley, (1996) ,terdapat beberapa tipologi partisipasi masyarakat

1. Partisipasi Manipulatif, partisipasi masyarakat ditunjukan dengan

penempatan wakil masyarakat dalam suatu lembaga resmi, namun wakil

tersebut tidak dipilih oleh masyarakat itu sendiri dan tidak memiliki

kewenangan yang jelas.

2. Partisipasi Pasif, masyarakat diberitahu tentang hal-hal yang sudah jadi. Ini

merupakan tindakan sepihak dari administrator ata manager proyek tanpa

menghiraukan tanggapan masyarakat yang bersangkutan. sumber informasi

atau pendapat yang dihargai oleh administrator atau manajer proyek adalah

pendapat para Profesional.

3. Partisipasi Konsultatif, masyarakat diminta tanggapan atas suatu hal. Pihak

luar yang merumuskan permasalahan, mengumpulkan informasi, dan

melakukan analisis. Bentuk tersebut tidak melibatkan masyarakat dalam

proses pengambilan keputusan. Dan pihak luar tersebut pada dasarnya tidak

berkompeten untuk ”mewakili” pandangan masyarakat.

4. Partisipasi dengan imbalan Material, masyarakat berpartisipasi dengan cara

memberikan kontribusi sumberdaya yang dimilikinya, misalnya sebgai tenaga

kerja untuk memperoleh imbalan makanan, uang tunai, maupun imbalan

Page 71: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

51

lainnya. Dalam konteks seperti ini, masyarakat tidak memiliki pijakan untk

melanjutkan kegiatan ketika imbalan dihentikan.

5. Partisipasi Fungsional, partisipasi masyarakat dipandang oleh ihak luar

sebagai cara untuk mencapai tujuan proyek, khususnya untuk mengurangi

biaya. Masyarakta membentuk kelompok yang sesuai dengan tujuan proyek

yang telah ditetapkan sebelumnya oleh pihak luar. Masyarakat lokal tetap

sekedar dijadikan sebagai pelayan untuk merealisasikan tujuan-tujuan

eksternal.

6. Partisipasi Interaktif, masyarakat berpartisipasi dalam tahapan analisis,

pengembangan rencana kegiatan, dan dalam pembentukan dan

pemberdayaan institusi lokal dalam hai ini partisipasi dipandang sebagai hak

dan bukan sekedar sebagai cara untuk mencapai tujuan proyek.

7. Mobilisasi Swakarsa, masyarakat mengambil inisiatif secara mandiri untuk

melakukan perubahan sistem. Mereka membangun hubungan konsultatif

dengan lembaga eksternal megenai masalah sumberdaya dan masalah

teknikal yang mereka butuhkan, tetapi memegang kendali menyangkut

pendayagunaan sumberdaya.

Berdasarkan tipologi partisipasi tersebut diatas, maka bentuk partispasi

yang sesuai untuk pengembangan masyarakat di kawasan industri migas adalah

partisipasi mobilisasi swakarsa, karena partisipasi ini adalah bentuk paling ideal.

Tetapi dalam pelaksanaannya harus di padukan dengan tipologi-tipologi

partisipasi lainnya, sesuai dengan kondidi lokal. Mobilisasi swakarsa menuntut

adanya sumberdaya manusia yang cukup ditingkat masyarakat untuk menjadi

agent of change-nya. Sementara kebanyakan perusahaan pertambangan

beroperasi di daerah pedalamam yang kondisi sumberdaya manusia

masyaraktnya masih rendah. Sehingga tipologo-tipolgi tersebut dapat diterapkan

secara bergantian sesuai dengan kondisi lokal.

Definisi partisipasi masyarakat dalam pembangunan sebagaimana

dikemukakan oleh Soetrisno (1995), adalah :

Kerjasama antar rakyat dan pemerintah dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan dan mengembangkan hasil pembangunan. Karena partisipasi merupakan suatu kerjasama maka dalam asumsi ini tidak diasumsikan bahwa sub sistem disubrordinasikan oleh supra sistem, dan sub sistem adalah sesuatu yang pasif dari pembangunan. Sub sistem diasumsikan mempunyai aspirasi, nilai budaya yang perlu diakomodasikan dalam proses perencanaan dan pelaksanaan suatu program pembangunan.

Page 72: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

52

Dalam proses pembangunan, partisipasi berfungsi sebagai masukan dan

keluaran. Sebagai masukan, partisipasi masyarakat dapat berfungsi dalam enam

fase proses pembangunan, yaitu fase penerimaan informasi, fase pemberian

tanggapan terhadap informasi, fase perencanaan pembangunan, fase

pelaksanaan pembangunan, fase penerimaan kembali hasil pembangunan dan

fase penilaian pembangunan. Partisipasi sebagai masukan berfungsi

menumbuhkan kemampuan masyarakat untuk berkembang secara mandiri.

Sedangkan sebagai keluaran, partisipasi dapat digerakkan atau dibangun serta

berfungsi sebagai keluaran proses stimulasi atau motivasi melalui berbagai

upaya atau program pemerintah.

Dilihat dari kedalaman derajat partisipasi yang dipraktekan dalam

pengembangan masyarakat, maka derajat partisipasi dapat digolongakan

menjadi (1) derajat paling rendah yaitu dimana masyarakat memberikan

konsultasi kepada pengembang masyarakat, masyarakat diminta tanggapan atas

suatu hal. Pihak luar yang merumuskan permasalahan, mengumpulkan

informasi, dan melakukan analisis.(2) derajat menengah yaitu dimana

masyarakat ikut-serta menentukan decision making process, masyarakat

berpartisipasi dalam tahapan analisis, pengembangan rencana kegiatan, dan

dalam pembentukan dan pemberdayaan institusi lokal dan, (3) derajat paling

tinggi yaitu dimana masyarakat melakukan self-management atau ikut-

menentukan arah serta mengelola sendiri pengembangan, masyarakat

mengambil inisiatif secara mandiri untuk melakukan perubahan sistem. Mereka

membangun hubungan konsultatif dengan lembaga eksternal megenai masalah

sumberdaya dan masalah teknikal yang mereka butuhkan, tetapi memegang

kendali menyangkut pendayagunaan sumberdaya.

Dari ketiga bentuk kedalaman partisipasi itu yang penting bagi

pengembangan masyarakat di industri migas adalah derajat ke-tiga (paling

tinggi), partisipasi seperti ini akan berkembang pesat jika pemerintah dan LSM

menyediakan kerangka kerja pendukungnya. Untuk menerapkan Self-

management dalam suatu program dibutuhkan proses-proses yang melibatkan

metodologi yang multidisiplin yang membutuhkan proses pembelajaran yang

sistematik dan terstruktur. sebagai kelompok, masyarakat memegang kendali

sepenuhnya atas keputusan-keputusan lokal dan kebijakan tentang

pendayagunaan sumberdaya yang tersedia. Tetapi jika prasyarat yang

diperlukan untuk menerapkan self-management belum tersedia di masyarakat

Page 73: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

53

lokal, maka dapat dipraktekkan konsultatif action, dimana melibatkan pihak luar

dalam merumuskan permasalahan, mengumpulkan informasi dan melakukan

analisis.

Pada dasarnya perbaikan kondisi masyarakat dan upaya menemukan

kebutuhan masyarakat dapat menggerakan partisipasi. Oleh karena itu dalam

perbaikan kondisi dan peningkatan taraf hidup masyarakat agar dapat

menggerakan partisipasi, maka upaya yang dilakukan harus : 1) disesuaikan

dengan kebutuhan masyarakat yang nyata (felt needs); 2) dijadikan stimulasi

terhahap masyarakat yang berfungsi mendorong timbulnya jawaban (response)

yang dikehendaki; 3) dijadikan motivasi terhadap masyarakat yang berfungsi

membangkitkan tingkahlaku (behavior) yang dikehendaki secara berkelanjutan.

Menurut Marzali (2003) bahwa program pengembangan masyarakat

tergantung kepada ditemukannya ”felt needs” dari komunitas tersebut. Ini

bukanlah hal yang sederhana karena ”felt needs” dari komunitas secara

keseluruhan, belum tentu sama dengan ”felt needs” dari anggota-anggota

komunitas secara individu, apalagi dengan pimpinan komunitas. Selanjutnya ”felt

needs” dari komunitas belum tentu sama dengan kepentingan utama komunitas.

Kegagalan dalam menentukan ”felt needs” dari komunitas akan berakibat

terhadap kegagalan program pengembangan masyarakat. Oleh karenanya

penentuan felt needs dalam program pengembangan masyarakt menjadi sangat

penting, karena menentukan keberhasilan dari program.

Dalam upaya menentukan felt needs tersebut , lebih lanjut Marzali (2003)

menjelaskan, terdapat empat perspektif dalam melihat ”felt needs”: (1) Penilaian

agen pembangunan tentang Community needs dari sudut pandang tujuan sang

pengembang itu sendiri, (2) Penilaian agen pembangunan tentang community

needs yang diperoleh dari pemahaman tentang tujuan komunitas itu, (3)

Penilaian komunitas yang diperoleh dari pengertian mereka tentang tujuan agen

pembangunan, (4) Konsepsi komunitas tentang needs.

Dengan dapat di identifikasikannya kebutuhan yang dirasakan oleh

masyarakat melalui program pengembangan masyarakat, akan membuat

masyarakat tergerak untuk ikut berpartisipasi secara sukarela dalam suatu

kegiatan karena dianggapnya dapat memperbaiki harkat hidup masyarakat dan

dirinya sendiri. Terdapat beberapa kondisi yang dapat menyebabkan

masyarakat tergerak untuk berpartisipasi dalam program pengembangan

Page 74: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

54

masyarakat seperti dikemukakan oleh Goldsmith dan Blustain (dalam Taliziduhu

Ndaraha, 1987), adalah :

1. Partisipasi dilakukan melalui organisasi yang sudah dikenal atau yang sudah ada ditengah-tengah masyarakat yang bersangkutan.

2. Partisipasi memberikan manfaat langsung kepada masyarakat yang bersangkutan.

3. Manfaat yang diperoleh melalui partisipasi itu dapat memenuhi kepentingan masyarakat setempat.

4. Dalam proses partisipasi itu terjamin adanya kontrol yang dilakukan oleh masyarakat. Partisipasi masyarakat ternyata berkurang jika mereka tidak atau kurang berperan dalam pengambilan keputusan.

Sedangkan menurut Sumardjo (2001) dalam Hamzah (2005), kata kunci

yang akan mempengaruhi seseorang untuk berpartisipasi dalam suatu program

pembangunan adalah: pertama, adanya kesadaran akan manfaat program bagi

kehidupannya. Manfaat dapat diartikan terpenuhinya kebutuhan ataupun

terbebasnya dari ancaman tertentu; kedua, komunikasi yang efektif diantara

para pelaku yang diharapkan berperan serta dalam program; dan ketiga, adanya

kesukarelaan antara para pelaku dalam berperan serta, semakin besar objek

partisipasi menimbulkan motivasi intrinsik, maka semakin besar derajat

keikutsertaan seseorang dalam program.

Terdapat kaitan yang erat antara partisipasi dan insentif (Soetrisno,1995).

Tanpa suatu insentif maka partisipasi berubah maknanya dari suatu keinginan

manusia untuk ikut secara sukarela dalam suatu kegiatan yang dianggapnya

dapat memperbaiki harkat hidup masyarakat dan dirinya sendiri, menjadi suatu

tindakan paksaan (mobilisasi). Permasalahan dalam partisipasi pada saat ini

bukan lagi merupakan masalah mau atau tidaknya masyarakat berpartisipasi,

melainkan pada sejauh mana masyarakat dapat memperoleh manfaat bagi

perbaikan kehidupan sosial ekonomi mereka melalui partisipasi. Dari uraian

diatas, dapat terlihat bahwa dalam partisipasi masyarakat berlaku prinsip

pertukaran dasar (Basic exchange principles), bahwa semakin banyak manfaat

yang diduga akan diperoleh suatu pihak dari pihak lain melalui kegiatan tertentu

maka semakin kuat pula pihak itu akan terlibat dalam kegiatan tersebut.

2.10. Kelembagaan Lokal

Karsyono (2000) mendefinisikan kelembagaan sebagai “suatu perangkat

aturan yang mengatur atau mengikat dan dipatuhi oleh masyarakat”. Sedangkan

Menurut Rustiadi et al. (2005) Kelembagaan (institution), merupakan kumpulan

aturan main (rules of game) dan organisasi yang berperan penting dalam

Page 75: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

55

mengatur penggunaan/alokasi sumberdaya secara efisien, merata dan

berkelanjutan (sustainable). Lebih lanjut Rustiadi et al menjelaskan Kelembagaan

berbeda dengan sekedar organisasi. Selama ini sering terjadi kesalahpahaman

bahwa kelembagaan diartikan identik atau dicampur-adukkan dengan sistem

organisasi. Dalam konsep ekonomi kelembagaan (institutional economic), maka

organisasi merupakan suatu bagian (unit) pengambil keputusan yang didalamnya

diatur oleh sistem kelembagaan atau aturan main (behavior rule).

Nataatmadja (1993) dalam Hamzah (2005) mejelaskan kelembagaan dan

organisasi tidak bisa dipisahkan, karena organisasi merupakan “perangkat keras”

dan kelembagaan merupakan “perangkat lunaknya”. Demikian pula dengan

pendapat Uphoff (1974), Ia menyatakan bahwa memang antara

kelembagaan/institusi dan organisasi sering membingungkan dan bersifat

interchangeably. Karena ada institusi yang bukan organisasi, organisasi yang

dapat sekaligus dipandang sebagai institusi, dan organisasi yang bukan isntitusi.

Definisi yang dikemukakannya adalah: a). An organization is a structure of roles

formal or informal that are recognized and accepted. b). An institution is a

complex of norms and behaviours that persist over time by serving some socially

valued purposes.

Faktor kelembagaan memegang peranan yang menentukan tingkat

keberhasilan pengembangan masyarakat. Banyak terjadi kasus program

pengembangan masyarakat kurang berhasil karena tidak adanya lembaga

pengelola yang baik. Pembentukan kelembagaan dapat dilakukan dengan dua

cara, yaitu dengan memanfaatkan lembaga yang sudah ada atau membentuk

lembaga yang baru. Hal ini sangat ditentukan oleh dinamika masyarakat itu

sendiri. Pembentukan kelembagaan dilakukan dengan cara memanfaatkan

lembaga yang sudah ada, namun apabila lembaga yang sudah ada tidak dapat

melakukan fungsinya, maka perlu pembentukan lembaga yang baru.

Jaringan kelembagaan lokal perlu dibangun untuk melancarkan

mekanisme kerja dan memfasilitasi munculnya kemitraan dan arus informasi

dinatara lembaga-lembaga yang terkait. Dengan demikian, upaya

pengembangan masyarakat dapat tumbuh denga berbasis pada kapasitas lokal

dan dengan mengaitkannya pada peluang pasar, baik pada tingkat lokal itu

sendiri, regional, nasional maupun ekspor (Sutrisno, Fauzi dan Hariyadi, 2001).

Pengembangan jaringan kelembagaan ini juga akan berkontribusi positif

pada peningkatan kapasitas lokal dalam rangka sinkronisasi pengelolaan

Page 76: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

56

program dan investasi yang ada (baik berupa pogram pemerintah,bantuan-

bantuan LSM, program pengembangan masyarakat perusahaan, dan

sebagainya).

2.11. Teori Konflik

Fisher (2001) mendefinisikan konflik sebagai hubungan antara dua pihak

atau lebih (individu atau kelompok) yang memiliki atau yang merasa memiliki

sasaran-sasaran yang satu sama lain tidak sejalan. Definisi yang sama juga

dikemukakan oleh Fraser and Hipel (1984) dalam Tadjudin (2005) yang

mendefinisikan konflik sebagai situasi dimana dua atau lebih kelompok berselisih

atas isu-isu atau sumberdaya. Selanjutnya dinyatakan bahwa konflik adalah

pertentangan antara banyak kepentingan, nilai, tindakan atau arah serta

merupakan bagian yang menyatu sejak kehidupan ada. Karena itu konflik adalah

sesuatu yang tidak terelakan yang dapat bersifat positif maupun negatif.

Konflik timbul karena ketidakseimbangan antar hubungan-hubungan antar

pribadi hingga tingkat kelompok, organisasi, masyarakat, negara dan semua

bentuk hubungan manusia-sosial, ekonomi dan kekuasaan. Misalnya

kesenjangan status sosial, kurang meratanya kemakmuran dan akses yang tidak

seimbang terhadap sumberdaya, serta kekuasaan yang tidak seimbang yang

kemudian menimbulkan masalah-masalah seperti diskriminasi, pengangguran,

kemiskinan, penindasan, kejahatan (Fisher 2001).

Jika dilihat dari perspektif ekonomi politik maka penyebab utama konflik

dapat ditelusuri dari akar ekonomi dan politik sehingga upaya penyelesaian

konflik harus mempertimbangkan faktor-faktor ekonomi politik, sedangkan jika

dilihat dari pendekatan institusi (Roy 1992), bahwa konflik berkembang antara

institusi birokrasi dan institusi sosial berakar dari kurangnya komunikasi diantara

mereka.

Penyebab utama terjadinya konflik adalah: 1) data, 2) kepentingan, 3)

nilai, 4) hubungan, dan 5) struktur. Konflik akibat data disebabkan oleh

keterbatasan informasi, informasi yang keliru, interpretasi yang berbeda serta

perbedaan pandangan terhadap data. Konflik kepentingan terjadi karena adanya

kepentingan atau kebutuhan yang saling bertentangan atau tidak cocok diantara

pihak-pihak yang bertikai. Konflik nilai terjadi karena adanya penggunaan kriteria

yang berbeda untuk hasil (outcome) dari suatu konflik yang disebabkan oleh

perbedaan ideologi, kepercayaan agama, pandangan hidup dan gaya hidup.

Page 77: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

57

Disamping itu konflik dapat juga terjadi karena adanya hubungan-

hubungan yang tidak harmonis. Konflik ini sebenarnya di anggap tidak perlu

karena biasanya hanya menyangkut emosi yang kuat, komunikasi yang mandeg,

stereotype dan perilaku negatif yang terus berulang. Konflik struktural berkatian

dengan bagaimana sesuatu yang di set-up, batasan peran, kendala waktu dan

ruang serta ketimpangan dalam kekuatan/kekuasaan atau kontrol terhadap

sumberdaya.

Dilihat dari wujudnya, konflik dapat di bedakan kedalam tiga wujud konflik,

yaitu konflik yang bersifat tertutup (latent), mencuat (emerging) dan terbuka

(manifest). Konflik laten dicirikan dengan adanya tekanan-tekanan yang tidak

tampak, tidak sepenuhnya berkembang atau belum terangkat ke puncak-puncak

kutub konflik. Seringkali para pihak yang terlibat tidak menyadari adanya konflik.

Konflik mencuat adalah perselisihan dimana pihak-pihak yang berselisih telah

teridentifikasi, diakui adanya perselisihan, kebanyakan permasalahannya jelas,

tetapi proses penyelesaian masalahnya sendiri belum berkembang. Konflik

terbuka merupakan konflik dimana pihak-pihak terlibat secara aktif dalam

perselisihan yang terjadi, mungkin sudah memulai untuk bernegosiasi, mungkin

pula telah mencapai jalan buntu.

Menurut Johson dan Duinker (1993) dalam Wahyudin (225) konflik adalah

sesuatu yang tidak dapat terelakkan yang dapat bersifat positif maupun negatif.

Namun demikian konflik tersebut dapat juga ditangani secara arif dan bijaksana

denga berbagai strategi tertentu yang saling memuaskan semua pihak sehingga

dapat meningkatkan kinerja kelompok atau pihak yag berkonflik. Fenomena

penyelesaian konflik seperti ini lazim diistilahkan dengan manajemen konflik.

Manajemen konflik adalah sautu penanganan proses pembentukan (kemunculan

konflik yang diarahkan untuk meningkatkan kinerja suatu kelompok masayarakat

atau organisasi.

Dalam prakteknya sering terjadi distorsi terminilogi, misalnya seorang

pemimpin sengaja menimbulkan situasi konflik, dimana sikap anggota

masyarakat terbagi dua, yaitu yang sejalan dengan pemimpin dan yang oposisi.

Yang sejalan diberi insentif dan yang oposisi disingkirkan. Tindakan pemimpin

seperti itu tidak dapat dikatakan sedang menjalankan manajemen konflik,

melainkan hanya sedang menjalakan manajemen kroni. Situasi konflik dapat saja

diciptakan, namun konflik tersebut harus ditangi secara bijaksana agar dapat

Page 78: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

58

meningaktkan kinerja kelompok, dan fenomena ini yang dikategorikan sebagai

manajemen konflik (Anwar, 1999).

Konflik yang terkelola dengan baik dapat mengarahkan keputusan yang

lebih baik, meningkatkan kohesi sosial, merangsang inovasi dan meningkatkan

moral. Selanjutnya Mitchell et al (2000) mengungkapkan bahwa aspek positif

konflik muncul ketika konflik membantu mengindentifikasi sebuah proses

pengelolaan lingkungan dan sumberdaya yang tidak berjalan dengan efektif,

mempertajam gagasan autu informasi yang tidak jelas dan menjelaskan kesalah

pahaman. Tetapi konflik yang tidak terselesaikan juga akan menyebabkan

kesalah pahaman, ketidakpercayaan, serta bias. Konflik akan menjadi buruk

apabila menyebabkan semakin besarnya hambatan-hambatan untuk saling

bekerjasama antar berbagai piahak.

Menurut Fisher (2001) ada lima pendekatan dalam menangani konflik,

masing-masing tahap akan melibatkan tahap selanjutnya. Kelima tahap tersebut

adalah: 1) pencegahan konflik, yakni upaya yang bertujuan untuk mencegah

timbulnya konflik yang lebih keras, 2) penyelesaian konflik, yaitu upaya yang

mengakhiri perilaku kekerasan melalui suatu persetujuan perdamaian, 3)

pengelolaan konflik, yaitu upaya membatasi dan menghindari kekerasan dengan

mendorong perubahan perilaku yang positif bagi pihak-pihak yang terlibat

konflik, 4) resolusi konflik, yaitu upaya menangani sebab-sebab konflik dan

berusaha membangun hubungan baru yang bisa tahan lama di antara kelompok-

kelompok yang bermusuhan, 5) transformasi konflik, yaitu upaya mengatasi

sumber-sumber konflik sosial dan politik yang lebih luas dan berusaha mengubah

kekuatan negatif dari konflik menjadi kekuatan sosial dan politik yang positif.

Page 79: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

59

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

menyatakan bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban

wilayah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-

undangangan. Menurut Rustiadi et al (2004), diberlakukannya otonomi daerah

berimplikasi luas dalam sistem perencanaan pembangunan di wilayah-wilayah

yang mengisyaratkan pentingnya pendekatan pembangunan berbasis

pengembangan wilayah dibanding pendekatan sektoral. Sehingga dalam rangka

pembangunan wilayah maka daaerah harus lebih kreatif menggali dan

mengelola potensi sumberdaya yang dimiliki.

Sumberdaya alam telah berperan dalam pembangunan daerah.

Sumberdaya alam tidak saja dapat meningkatkan PDRB, menyerap tenaga

kerja, melainkan juga telah memberikan jasa lingkungan untuk memenuhi

kebutuhan hidup manusia. Namun dibalik peran besar tersebut, karena faktor

alam maupun ulah manusia baik secara individu, kelompok maupun

kelembagaan, pengelolaan dan pemanfatan sumberdaya alam untuk

pembangunan telah menimbulkan berbagai masalah sosial-ekonomi maupun

lingkungan. Disisi lain Sumberdaya alam yang terkandung merupakan kekayaan

alam yang harus dimanfaatkan untuk kemakmuran rakyat. Menurut Saleng,

perolehan nasional dari sektor pertambangan dapat dikatakan multidimensional,

antara lain mampu menopang program industrialisasi melalului penyediaan

bahan baku industri dalam negeri, menyediakan sumber energi seperti minyak

bumi, gas, batu bara, geothermal, dan meningkatkan penerimaan negara serta

cadangan devisa, membantu peningkatan dan pemerataan pembangunan ke

berbagai wilayah, membuka kesempatan kerja, serta meningkatkan

kesejahteraan dan pendapatan penduduk sekitar lokasi pertambangan.

Pengelolaan sumberdaya alam, disamping menghasilkan Positive Social

Forces seperti yang telah dijelaskan diatas, juga mengahasilkan Negative Social

Forces seperti Penguasaan akses sumberdaya alam yang timpang, konflik

sosial, kebocoran ekonomi sumberdaya alam ke luar lokalitas (Regional

Page 80: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

60

leakages), jurang pendapatan meningkat, kecemburuan sosial meningkat dan

sensitivitas sosial meningkat.

Keberadaan Industri panas bumi (geothermal) yang dikelola oleh CHV di

Gunung Salak Desa Kabandungan kecamatan Kabandungan kabupaten

Sukabumi, harus dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi

pengembangan wilayah dan pengembangan masyarakat sekitar, tetapi

sebagaimana dikemukakan diatas keberadaan industri panas bumi (geothermal)

ini pasti membawa dampak negatif terhadap masyarakat sekitar.

Kehadiran industri dapat memberi peluang kerja bagi masyarakat sekitar

meskipun disadari tidak tidak seluruhnya ditampung dalam sektor tersebut.

Seiring dengan perkembangannya, industri juga dapat menciptakan peluang

usaha baru. Berbagai jenis usaha seperti sewa rumah, berdagang barang

kelontong atau mendirikan rumah makan muncul untuk melayani kebutuhan para

pekerja industri. Dengan demikian, kehadiran industri panas bumi berpotensi

menimbulkan terjadinya diversifikasi nafkah, perubahan lingkungan dan

peningkatan kualitas sumberdaya manusia masyarakat sekitar serta

mempercepat pembangunan dan pengembangan wilayah, dengan adanya

diverifikasi nafkah sebagai dampak dari kehadiran industri, terlihat adanya gejala

semakin berkurangnya ketergantungan masyarakat terhadap sektor pertanian

dan beralih ke sektor jasa dan perdagangan.

Sebagai konsekuensi perubahan aktivitas produksi dalam proses industri

dari yang bersifat padat karya dan berteknologi canggih (advance technology),

membutuhkan kualifikasi pendidikan dan keterampilan teknik yang tinggi pula.

Dengan demikian, berkaitan dengan keunggulan komparatif industri tidak hanya

menyebabkan peningkatan dalam sektor ekonomi dengan lebih terbukanya

kesempatan lapangan kerja, tetapi juga dapat memacu peningkatan kualitas

sumberdaya manusia.

Jika dilihat dari sisi Negative Social Forces maka keberadaan industri

pertambangan memberikan dampak yang besar terhadap degradasi dan

kerusakan lingkungan yang terjadi juga berpotensi untuk tumbuh dan

berkembangnya permasalahan-permasalahan sosial serta degradasi nilai-nilai

budaya lokal masyarakat sekitar lokasi perusahaan.

Pada umumnya lokasi industri pertambangan terletak di daerah-daerah

terpencil dengan tingkat pendidikan masyarakat yang sangat rendah dan tidak

memiliki keahlian (skill) tentang industri pertambangan serta jauh dari sentuhan

Page 81: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

61

teknologi dan arus informasi sehingga menyebabkan masyarakat disekitar

perusahaan pertambangan kurang mendapatkan kesempatan untuk

berpartisipasi dalam kegiatan tersebut karena tidak mampu bersaing dengan

pekerja-pekerja yang berasal dari luar daerah yang lebih memiliki kemampuan

(skill) dan pengalaman dalam bidang industri pertambangan. Ketidakmampuan

masyarakat lokal untuk bersaing dengan para pekerja yang berasal dari luar

daerah akan menimbulkan kecemburuan sosial.

Kecemburuan sosial masyarakat sekitar lokasi pertambangan karena

kurang mendapatkan kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan

pertambangan dan dipicu lagi dengan manajemen perusahaan yang lebih

memilih vendor dari pengusaha luar daerah sehingga keberadaan perusahaan

tidak memberikan multiplier effect bagi pengembangan usaha lokal. Alasan

klasik yang selalu mendasari hal tersebut yaitu masyarakat lokal belum mampu

memenuhi standar kualitas maupun kuantitas yang yang telah ditentukan oleh

perusahaan sehingga usaha masyarakat sekitar menjadi tidak berkembang dan

pada akhirnya perekonomian masyarakat semakin terpuruk.

Akumulasi dari persoalan-persoalan diatas pada akhirnya akan

menyebabkan terjadinya konflik antara masyarakat dengan perusahaan (beserta

pendatang) yang akan berujung pada resistensi dan penolakan masyarakat

terhadap keberadaan perusahaan pertambangan di wilayah mereka. Untuk

menjembatani ketimpangan-ketimpangan yang terjadi dan dalam upaya

peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar maka perusahaan pertambangan

melakukan program pengembangan masyarakat (community development).

Keberadaan tambang disuatu wilayah, secara langsung maupun tidak

langsung memberikan kontribusi bagi pendapatan wilayah. Disamping itu,

kehadiran suatu pertambangan diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat khususnya yang berada disekitar lokasi pertambangan tersebut.

Kesejahteraan di sini tidak hanya di lihat dari kebutuhan hidup secara ekonomi,

tapi juga pengakuan atas hak-hak, perlindungan dan keamanan, serta

keikutsertaan dalam setiap pembicaraan yang menyangkut kepentingan

masyarakat lokal dengan prinsip perspektif kesetaraan dan kolektivitas, dimana

perusahaan dan masyarakat lokal seharusnya “duduk sama rendah, berdiri

samatinggi” karena bagaimanapun masyarakat lokal adalah “pemilik sumberdaya

alam menurut hak asal-usul adat”, dan perusahaan asing/besar mendapatkan

hak karena adanya transaksi dengan pemda atau Pemerintah pusat yang

Page 82: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

62

sebenarnya tidak memiliki hak asal-usul atas sumberdaya alam di tingkat lokal.

Maka missi dari pengembangan masyarakat adalah memberikan jalan agar

kesempatan untuk menikmati hak atas “kue” sumberdaya alam menjadi lebih

adil dan setara.

Oleh karena itu, maka program pengembangan masyarakat yang

dilaksanakan harus merupakan solusi atas ketimpangan, konflik sosial,

ketidakadilan, dan ketidak-berdayaan masyarakat lokal yang timbul sebagai

akibat beroperasinya perusahaan di wilayah itu. Untuk mencapai tujuan tersebut

maka dibutuhkan peran serta (partisipasi) dan inisiatif dari masyarakat dalam

merancang dan melaksanakan sendiri program pengembanga masyarakat yang

sesuai dengan karakteristik lokal dan rencana pengembangan wilayah.

Partisipasi dan inisiatif lokal ini juga berperan penting dalam merespon upaya

penguatan program melalui dukungan teknologi, manajemen, permodalan,

informasi dan penciptaan jejaring (network) yang efektif.

Dengan demikian, strategi pengembangan masyarakat dalam industri

panas bumi dilakukan dengan mengisi dan memperkuat partisipasi dan inisiatif

lokal secara sistematis serta mengurangi ketimpangan yang terjadi. Penguatan

partisipasi dan inisiatif lokal berimplikasi terhadap dua hal: pertama, masyarakat

mau dan mampu merancang dan melaksanakan sendiri program pengembangan

masyarakat yang sesuai dengan kerakteristik lokal sebagai respon atas program

pengembangan masyarkat yang ditawarkan oleh pihak luar komunitas; kedua,

dapat memberikan kontrol atas arah perubahan yang terjadi sebagai dampak dari

operasional industri sehingga terjadinya diversifikasi nafkah, perubahan

lingkungan dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang dalam

kenyataannya memberikan manfaat bagi peningkatan taraf hidup masyarakat,

tetap sejalan dengan karakteristik lokal.

Salah satu pendekatan dalam pengembangan masyarakat adalah

pendekatan menolong diri sendiri (self help) dimana masyarakat menjadi

partisipan aktif dalam proses pembangunan dan agen-agen pembangunan

menjadi fasilitator. Komunitas memegang tanggung jawab dalam hal: 1)

memutuskan apa yang menjadi kebutuhan komunitas, 2) bagaimana memenuhi

kebutuhan itu, dan 3) bagaimana mengerjakannya. Tujuan agen pembangunan

adalah melembagakan pola pengambilan keputusan horizontal dan

implementasinya sedangkan tugas-tugas khusus ditentukan oleh komunitas. Hal

Page 83: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

63

terpenting dari pendekatan ini adalah proses mengantar komunitas pada

kebersamaan.

Melalui pendekatan tersebut, masyarakat difasilitasi untuk merumuskan

dan melaksanakan sendiri program pengembangan masyarakat yang sesuai

sedangkan pihak luar komunitas khususnya dalam analisis ini perusahaan

pengelola industri panas bumi berperan dalam memberikan penguatan terhadap

partisipasi dan inisiatif lokal dalam pelaksanakaan program oleh masyarakat

melalui transformasi teknologi dan informasi, dukungan manajemen, permodalan

dan penciptaan jejaring (network) yang efektif.

Mengingat upaya pengembangan masyarakat perlu dilakukan secara

komprehensif dan dalam perspektif yang holistic, maka kehadiran industri panas

bumi sebagai salah satu potensi penting untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat perlu terus dioptimalkan pemanfaatannya, sehingga dapat sinergis

dengan potensi dan peranan berbagai stakeholder terkait lainnya.

Berdasarkan uraian di atas, backgrond kerangka kajian seperti

digambarakan pada Gambar 3.1. berikut:

Page 84: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

64

Gambar 3.1. Background

3.2. Hipotesis Untuk mengarahkan jalannya penelitian ini, maka diajukan hipotesis

sebagai berikut : “Pelaksanaan program pengembangan masyarakat yang

dilaksanakan CHV, belum memberikan kontribusi yang besar terhadap

pengembangan wilayah di Kecamatan Kabandungan Kabupaten Sukabumi”.

Kehadiran Industri

Geothermal di lokalitas

Menghasilkan Positive Social

Forces � Pertumbuhan Ekonomi dan

Perluasan lapangan kerja

Menghasilkan Negative

Social Forces � Penguasaan akses SDA

yg timpang, konflik sosial, kebocoran ekonomi SDA ke luar lokalitas, jurang pendapatan meningkat, kecemburuan sosial dan

sensitivitas sosial meningkat,

Community Development

Sebagai Solusi Ketimpangan, Konflik sosial,

ketidakadilan, dan ketidakberdayaan masyarakat lokal

Pertanyaannya: 1. Bagaimanakah program

Community Development yang telah di laksanaan ?

2. Apakah terdapat kontribusi dari pelaksanaan program Community Development terhadap pengembangan wilayah?.

Page 85: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

65

3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di wilayah Desa Kabandungan Kecamatan

Kabandungan Kabupaten Sukabumi provinsi Jawa Barat. Waktu pelaksanaan

kajian berlangsung pada bulan Oktober 2007 sampai bulan Maret 2008, dimana

objek yang diteliti adalah penduduk yang berada disekitar kawasan proyek panas

bumi Gungung Salak (yang terkena dampak langsung dari kegiatan perusahaan),

yang umumnya masyarakat yang bermukim di Kecamatan Kabandungan

Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat.

3.4. Pengumpulan Data

Metode dan pendekatan studi yang digunakan adalah metode kualitatif.

Penelitian kualitatif (naturalistic inquiry) adalah prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-

orang dan perilaku yang dapat diamati, dimana data/informasi yang di peroleh

mengandalkan pandangan subyektif para informan kunci.

Pemilihan metode kualitatif dalam studi ini karena temuan-temuan pada

studi kualitatif lebih menjawab persoalan sebenarnya daripada sekadar angka-

angka. Dalam studi ilmu sosial, terlihat bahwa angka-angka yang diperoleh

dalam studi belum cukup menjawab persoalan yang sebenarnya, sangat sulit

melihat keadaan yang sebenarnya jika hanya menggunakan kecenderungan

angka saja. Hal tersebut dikarenakan adanya faktor-faktor lain yang tidak bisa

dinilai melalui angka-angka, seperti faktor budaya dan faktor sosiologis.

Selanjutnya, dipilihnya penelitian kualitatif karena metode kualitatif dapat

memberikan rincian yang lebih kompleks tentang fenomena yang sulit

diungkapkan oleh metode kuantitatif. penelitian kualitatif dimaksud sebagai jenis

penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau

bentuk hitungan lainnya. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan menggunakan

analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih

ditonjolkan dalam penelitian ini.

Metode dan pendekatan studi yang digunakan adalah wawancara

mendalam (indepth interview), diskusi kelompok dan telaah pustaka. Telaah

pustaka dilakukan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang berkaitan

dengan penelitian. Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah dari

berbagai buku, makalah dan laporan terkait.

Sedangkan data primer diperoleh dengan metode sebagai berikut :

Page 86: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

66

1. Wawancara mendalam (in depth interview), wawancara dilakukan untuk

memperoleh pengetahuan tentang makna-makna subjektif yang dipahami

informan yang berkaitan dengan topik yang diteliti . wawancara dilakukan

secara mendalam dengan menggunakan daftar pertanyaan yang fleksibel

tergantng dari jawaban informan yang di wawancarai. Pilihan jawaban tertent

tudak disediakan, tetapi Informan diberikan kebebasan untuk mejawab sesuai

dengan hati, sikap dan pandangan atau pikirannya. Wawancara mendalam

dilakukan untuk memperoleh informasi dengan menggali fakta dan

pengalaman informan kunci (data yang berkaitan dengan tujuan penelitian).

2. Diskusi kelompok, dilakukan untuk menghimpun data yang berkaitan dengan

tujuan penelitian.

3. Pengamatan (observasi) secara langsung di lokasi penelitian terhadap gerak

masyarakat/aktivitas yang dilakukan dalam pelaksanaan Program

pengembangan masyarakat.

4. Studi Dokumentasi dengan mempelajari berbagai dokumen tertulis seperti

profil desa/Kecamatan, data statistik wilayah, laporan kegiatan program

pengembangan masyarakat (dokumen perusahaan).

Data sekunder diperoleh dari studi pustaka maupun data-data yang

diperoleh dari instansi-instansi terkait antara lain Pemda kabupaten Sukabumi,

Kecamatan Kabandungan, Desa Kabandungan serta perusahaan.

3.5. Penetapan Informan Kunci

Informan sebagai sumber data primer adalah informan kunci (key

informan). Jumlah informan kunci (key informan yang diwawancarai sebanyak

26 Orang, dalam penelitian kualitatif subjek penelitian tidak harus representatif

terhadap populasi (penelitian kuantitatif), melainkan representatif terhadap

informasi holistik. Rincian informan kunci yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Ketua Kelompok masyarakat penerima bantuan program pengembangan

masyarakat di Kecamatan Kabandungan 6 Orang

2. Tokoh formal (Camat, Kepala Desa, Ketua BPD) 3 Orang

3. Tokoh Informal (tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda) 6 Orang

4. LSM 5 Orang

5. Pihak Perusahaan 3 Orang

6. Pihak Pemerintah Daerah (Pemda) 2 Orang

Page 87: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

67

3.6. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif, berupa analisis persepsi

key informan mengenai pelaksanaan program pengembangan masyarakat pada

industri panas bumi gunung salak serta kontribusi pelaksanaan program

pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh industri panas bumi gunung

salak terhadap pengembangan wilayah.

Data yang diperoleh selanjutnya diolah dan dianalisis melalui:

1. Reduksi Data, yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul

dan catatan-catatan tertulis dilapangan. Reduksi data merupakan bentuk

analisis untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang

tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga

kesimpulan-kesimpulan akhir dapat diambil.

2. Penyajian Data, yaitu menyusun sekumpulan informasi yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan,

dapat dibentuk matriks, grafik, jaringan maupun bagan.

3. Penarikan kesimpulan dengan menganalisis data sesuai tujuan penelitian.

3.7. Pelaksanaan Program Pengembangan Masyarakat pada Industri Panas

Bumi Gunung Salak

Untuk mengetahui pelaksanaan program pengembangan masyarakat

yang telah dilakukan oleh industri panas di bumi Gunung Salak dilakukan melalui

penelusuran data community development yang telah dilakukan oleh

perusahaan. Berdasarkan informasi kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan,

kemudian dilakukan pengecekan kepada masyarakat sekitar lokasi perusahaan

melalui wawancara ,diskusi dan pengamatan.

3.8. Kontribusi Pelaksanaan Program Pengembangan Masyarakat Yang

Dilakukan Oleh Industri Panas Bumi Gunung Salak Terhadap

Pengembangan Wilayah

Untuk mengetahui kontribusi kegiatan pengembangan masyarakat yang

dilakukan oleh industri panas bumi Gunung Salak terhadap pengembangan

wilayah dilihat melalui kontribusi kegiatan pertambangan terhadap PDRB

kabupaten Sukabumi.

Page 88: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

68

Disamping itu, aspek yang dilihat pada responden adalah peningkatan

tarap hidup masyarakat, kesempatan kerja serta infrastruktur sebagai sarana

aktivitas masyarakat, juga ketergantungan masyarakat terhadap perusahaan

serta konflik yang muncul sebagai dampak kehadiran perusahaan.

Page 89: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

69

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. 1. Geografi dan Administrasi Pemerintahan

Wilayah Kecamatan Kabandungan merupakan kecamatan di wilayah

utara kabupaten Sukabumi dan merupakan wilayah paling utara dari pusat

pemerintahan kabupaten Sukabumi Palabuhan Ratu dengan jarak tempuh dari

Ibu kota Kabupaten ( Palabuhan Ratu ) 74 Km, kondisi alamnya berbukit-bukit

dikelilingi oleh pegunungan diataranya gunung Salak dan gunung Halimun.

Kecamatan Kabandungan mempunyai luas wilayah 13.992,30 ha.

Kecamatan Kabandungan yang semula terdiri dari 5 (lima) desa, seiring

dengan pelaksanaan otonomi daerah serta dengan adanya perkembangan dan

kemajuan daerah dan juga adanya tuntutan aspirasi masyarakat serta dalam

rangka memperpendek rentang kendali (span of control), maka di bentuk desa

baru yaitu desa Cianaga sebagai hasil pemekaran dari desa Mekarjaya.

Disamping itu juga sedang dilakukan proses pembentukan desa Jayanegara

sebagai pemekaran dari Desa Kabandungan tetapi pada saat penelitian ini

dilakukan desa tersebut belum definitif, sehingga sampai saat ini Kecamatan

Kabandungan terdiri dari 6 (enam) desa yaitu: Desa Kabandungan, Desa

Tugubandung, Desa Mekarjaya, Desa Cipeuteuy, Desa Cihamerang dan Desa

Cianaga.

Matriks 4.1. Nama-nama Desa Kecamatan Kabandungan

No. Nama Desa 1 Kabandungan 2 Tugubandung 3 Cipeuteuy 4 Cihamerang 5 Mekarjaya 6 Cianaga

Sumber: Kabupaten Sukabumi dalam angka 2005/2006 (diolah)

Secara geografis batas-batas kecamatan Kabandungan adalah sebagai berikut:

• Sebelah utara dibatasi oleh gunung Kabel dan sungai Cikuluwung (gunung

Salak) dan berbatasan dengan kecamatan Cibungbulang, kecamatan

Pamijahan dan kecamatan Nanggung kabupaten Bogor.

• Sebelah selatan dibatasi oleh gunung Paok dan gunung Halimun serta

berbatasan dengan kecamatan Cikidang dan kecamatan Cisolok kabupaten

Sukabumi..

Page 90: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

70

• Sebelah barat dibatasi oleh sungai Cikaniki dan berbatasan dengan

kecamatan Cisolok kabupaten Sukabumi, kecamatan Malingping kabupaten

Lebak provinsi Banten.

• Sebelah timur dibatasi oleh sungai Cibeureum dan berbatasan dengan

kecamatan Kalapanunggal kabupaten Sukabumi.

Jarak antara antara pemerintahan kecamatan Kabandungan ke pusat

pemerintahan lainnya adalah sebagai berikut:

1. ke pusat pemerintahan kabupaten Sukabumi : 74 KM

2. ke pusat pemerintahan Provinsi Jawa Barat (Bandung) : 145 KM

3. ke pusat pemerintahan pusat (Jakarta) : 125 KM

Berdasarkan data Pemerintahan desa se-kecamatan Kabandungan, di

kecamatan Kabandungan terdapat 30 kedusunan, 30 RW, 174 RT serta 10.574

KK, seperti terlihat dalam Tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2. Pemerintahan Desa Se-Kecamatan Kabandungan

Jumlah No Nama Desa

Kadus RW RT KK 1 Kabandungan 6 6 37 2376 2 Mekarjaya 4 4 18 842 3 Tugubandung 8 8 35 2478 4 Cipeuteuy 4 4 31 2654 5 Cihamerang 4 4 26 2205 6 Cianaga 4 4 27 1019

Jumlah 30 30 174 10574 Sumber: Laporan Bulanan Pada Kantor Kecamatan Kabandungan Oktober 2007

Secara tofografi wilayah kecamatan Kabandungan terletak pada

ketinggian 600-900 Dpl dan suhu berkisar antara 180C – 250C serta kelembaban

sekitar 80%, dengan keaadaan seperti ini wilayah Kabandungan termasuk

bersuhu dingin.

Pembagian wilayah kecamatan Kabandungan berdasarkan tofografi

cukup bervariasi, namun dapt diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu

kategori ketinggian 100-500 meter dpl dimana dari kategori ini seluas 205,68 Ha,

kategori ketinggian 500-1000 meter dpl dimana dari kategori ini seluas 9.915,70

Ha dan kategori ketinggian <1000 meter dpl dimana dari kategori ini seluas

4.453,95 Ha.

Page 91: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

71

Tabel 4.3. Luas Wilayah Menurut Ketinggian Tanah kecamatan Kabandunga tahun 2005

Ketinggian ( meter dpl) Luas wilayah

(ha) 0-25 25-100 100-500 500-1000 >1000

14.675,33 - - 205,68 9.915,70 4.453,95 Sumber: Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Sukabumi 2005/2006

Jika dilihat dari kondisi tanahnya kecamatan Kabandungan dapat

dikategorikan menjadi lima kategori, yaitu kategori datar (0-8%) dimana luas

kategori ini seluas 1.399,3 Ha atau sekitar 10% dari luas wilayah, kategori landai

(8-15%) dimana luas kategori ini seluas 2.798 Ha atau sekitar 20% dari luas

wilayah,kategori agak curam (15-25%) dimana luas kategori ini seluas 5.597 Ha

atau sekitar 40% dari luas wilayah, kategori curam (25-45%) dimana luas

kategori ini seluas 3.918 Ha atau sekitar 28% dari luas wilayah dan kategori

sangat curam (>45%) dimana luas kategori ini seluas 280 Ha atau sekitar 2%

dari luas wilayah.

Tabel 4.4. Kondisi Tanah di Kecamatan Kabandungan

No Kategori Luas (ha) Keterangan 1 Datar (0-8%) 1.399,3 10 % 2 Landai (8-15%) 2.798 20 % 3 Agak Curam (15-25%) 5.597 40 % 4 Curam (25-45%) 3.918 28 % 5 Sangat Curam (>45%) 280 2 %

Sumber: Laporan Bulanan Pada Kantor Kecamatan Kabandungan. Oktober 2007.

Wilayah Kabandungan memiliki jenis tanah latosol dengan tingkat

kesuburan yang baik sehingga sangat cocok untuk lahan pertanian dan

perkebunan.

Matriks 4.2. Jenis Tanah di Kecamatan kecamatan Kabandungan

No Nama Desa Jenis

Tanah Tigkat

Kesuburan Keterangan

1 Kabandungan Latosol Cukup Baik Pertanian/Perkebunan 2 Mekarjaya Latosol Cukup Baik PertaniaPerkebunan 3 Tugubandung Latosol Cukup Baik Pertanian/Perkebunan 4 Cipeuteuy Latosol Cukup Baik Pertanian/Perkebunan 5 Cihamerang Latosol Cukup Baik Pertanian/Perkebunan 6 Cianaga Latosol Cukup Baik Pertanian/Perkebunan

Sumber: Laporan Bulanan Pada Kantor Kecamatan Kabandungan. Oktober 2007

Page 92: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

72

Dominasi pengunaan lahan di kecamatan Kabandungan adalah hutan

yang mencapai 54,94 % dari luas kecamatan Kabandungan. sementara

penggunaan lahan untuk pemukiman hanya mencapai 4,79 % dari luas

kecamatan Kabandungan, seperti terlihat dalam Tabel 4.6 berikut ini:

Tabel 4.6. Jenis Penggunaan Lahan Di Kecamatan Kabandungan (Ha)

Penggunaan Lahan (Ha)

Desa Hutan Sawah Kebun Semak

Belukar Pe-

mukiman Luas

Kabandungan 1.612,14 38,90 1.256,42 177,55 146,37 3.473,66 Tugubandung - 310,69 540,71 445,44 164,94 1.097,74 Cipeuteuy 2.493,34 206,46 443,02 523,40 80,37 3.746,60 Cihamerang 1.796,06 670,36 82,82 419,82 185,23 3.179,90 Mekarjaya 1.777,39 - 0,13 137,32 3,45 1.918,20 Cianaga 9,15 114,52 184,71 81,39 90,27 576,20

Jumlah 7.687,98 1.340,94 2.507,31 1.784,92 670,63 13.992,30 Sumber: RDTR kecamatan Kabandungan 2008 4.2. Kependudukan

Penduduk kecamatan Kabandungan berdasarkan data Laporan Bulanan

Pada Kantor Kecamatan Kabandungan. Bulan Oktober 2008 berjumlah 37.824

jiwa, terdiri atas 18.969 orang laki-laki atau sekitar 50,15% dari jumlah penduduk

dan 18.855 orang Perempuan atau sekitar 49,85% dari jumlah penduduk. Desa

dengan penduduk terbanyak adalah desa Kabandungan dengan jumlah

penduduk 8.487 orang dan desa dengan jumlah penduduk terkecil adalah desa

Mekarjaya yaitu 3.180 Orang.

Laju pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar 0,05% pertahun

dan diproyeksikan jumlah penduduk tahun 2029 berjumlah 61.262 jiwa atau naik

sebesar 62 %, rata-rata kepadatan penduduk adalah 3 jiwa/ha. Denagan

kepadatan terbesar terdapat di Desa Cianaga dan Tugubandung yaitu 8 Jiwa/ha

dan kepadatan penduduk terkecil terdapat di desa Cipeuteuy dan Cihamerang

yaitu 2 jiwa/ha.

Rasio jenis kelamin penduduk kecamatan Kabandungan adalah 1,006.

hal ini memberikan gambaran bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak

dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan, tetapi dengan perbedaan

yang tipis bahkan nyaris seimbang seperti terlihat dalam Tabel 4.7.

Page 93: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

73

Tabel 4.7. Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di Kecamatan Kabandungan

Jumlah Penduduk No Nama Desa

Laki-laki Perempuan Jumlah jiwa Jumlah KK 1 Kabandungan 4.278 4.209 8.487 2.376 2 Mekarjaya 1.524 1.656 3.180 842 3 Tugubandung 4.065 4.061 8.126 2.478 4 Cipeuteuy 3.425 3.351 6.776 1.654 5 Cihamerang 3.184 3.273 6.457 2.205 6 Cianaga 2.493 2.305 4.798 1.019

Jumlah 18.969 18.855 37.824 10.574 Sumber: Laporan Bulanan Pada Kantor Kecamatan Kabandungan. Bulan Oktober 2007

4.3 Infrastruktur Dasar

Sebagian besar jalan yang terdapat di kecamatan Kabandungan

merupakan jalan desa (213 Km) dengan kondisi diaspal 30%, rusak ringan

35.5% serta dalam kondisi rusak berat 34.3% sedangakan jumlah ruas jalan

kabupaten sepanjang 48 Km ,seperti terlihat dalam Tabel 4.8 berikut ini :

Tabel 4.8. Kondisi Jalan di Kecamtan Kabandungan (dalam Km)

Kondisi No Jenis Jalan Panjang

Diaspal RusakRingan Rusak Berat

1 Jalan Kabupaten 48 17 21 10 2 Jalan Desa 213 56 75 71

Sumber: Laporan Bulanan Pada Kantor Kecamatan Kabandungan. Bulan Oktober 2007 (diolah)

Karena wilayah kecamatan Kabandungan terletak di kawasan

pegunungan yang berbukit-bukit, menyebabkan banyaknya aliran sungai yang

memotong ruas jalan, sehingga jumlah jembatan relatif banyak, seperti terlihat

dalam Tabel 4.9.

Tabel 4.9. Jumlah Jembatan di Kecamatan Kabandungan No Nama Desa Jumlah 1 Kabandungan 6 2 Mekarjaya 6 3 Tugubandung 1 4 Cipeuteuy 9 5 Cihamerang 10 6 Cianaga 5

Sumber: Laporan Bulanan Pada Kantor Kecamatan Kabandungan Oktober 2007

Sarana pendidikan di kecamatan Kabandungan cukup memadai mulai

dari Taman Kanak-Kanak (TK/RA), pendidikan tingkat dasar sampai pendidikan

Page 94: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

74

tingkat menengah, SMA negeri baru berdiri tahun 2005 dengan nama SMA

negeri Kabandungan 1. Jumlah sarana pendidikan di kecamatan Kabandungan

seperti terlihat dalam Tabel 4.10 berikut :

Tabel 4.10. Jumlah Sekolah di Kecamatan Kabandungan

Tingkat Sekolah No Nama Desa

TK/RA SD MD SMP MTs SMA MA

1 Kabandungan 1 6 7 1 2 1 2 Mekarjaya 1 4 1 3 Tugubandung 4 10 4 Cipeuteuy 4 6 5 Cihamerang 1 4 7 6 Cianaga 3 4 Jumlah 2 22 38 1 3 1

Sumber: Laporan Bulanan Pada Kantor Kecamatan Kabandungan. Oktober 2007 Sarana kesehatan di kecamatan Kabandungan terdiri atas

Puskesmas,puskesmas pembantu (Pustu) serta pos yandu . Jumlah dan

penyebaran fasilitas kesehatan dikecamatan Kabandungan disajikan dalam

Tabel 4.11.

Tabel 4.11. Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Kabandungan Fasilitas Kesehatan

No. Nama Desa Puskesmas Puskesmas

Pembantu Pos Yandu

1 Kabandungan 1 7 2 Mekarjaya 4 3 Tugubandung 1 8 4 Cipeuteuy 6 5 Cihamerang 1 6 6 Cianaga 5 Jumlah 1 2 36

Sumber: Laporan Bulanan Pada Kantor Kecamatan Kabandungan. Oktober 2007 (diolah)

Rumah sakit belum tersedia di kecamatan Kabandungan,

sehingga jika ada warga masyarakat yang menderita penyakit yang serius harus

dirujuk kerumah sakit, rumah rasikt terdekat adalah rumah sakit umum daerah

(RSUD) Sekarwangi yang berjarak 37 Km.Sedangkan fasilitas tempat ibadah

tersedia dalam jumlah yang memadai dengan jumlah mesjid 54 buah dan

Mushola 54 buah ( Kandepag Kabupaten Sukabumi 2005/2006)

4.4. Sistem Transportasi

Hampir seluruh kawasan telah terhubungkan oleh jaringan jalan

walaupun dengan tingkat kualitas jalan yang bervariasi (seperti terlihat dalam

Page 95: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

75

Tabel 10 diatas). Di kecamatan Kabandungan juga terdapat beberapa trayek

angkutan yang melintas kecamatan Kabandungan, dimana pada umumnya

merupakan trayek lokal yaitu Parungkuda-Cipeuteuy, Parungkuda-Kaladi,

Parungkuda-Nirmala, Parungkuda-Cihamerang.Juga terdapat 2(dua) subterminal

yaitu terminal Kaladi dan Terminal Cipeuteuy.

Dominasi pergerakan masyarakat yang ada di kecamatan Kabandungan

pada umumnya adalah pergerakan internal, kondisi eksisting dilapangan juga

menunjukan telah adanya pembangunan jalan yang menghubungkan Bogor-

Palabuhan Ratu melalui Desa cipeuteuy dan Cianten (kabupaten Bogor) yang

melintasi wilayah Taman nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS).

4.5. Sistem Ekonomi

Kecamatan Kabandungan merupakan Kecamatan pertanian dimana

kebanyakan masyarakatnya bekerja sebagai buruh tani dan Petani. sebagimana

terlihat dalam Tabel 4.12 berikut:

Tabel 4.12. Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Kabandungan

D e s a No Mata

Pencaharian Kaban- dungan

Tugu- bandung

Cipeu- teuy

Ciha- merang

Mekar- jaya Cianaga

Jumlah

1 Petani 1.236 2.418 1.877 1.450 484 2680 10.145 2 Peternak 43 9 14 - - - 86 3 Nelayan - - - - - - -- 4 Buruh Tani 855 3.225 3.656 810 788 3122 12.446 5 Buruh/Swasta 629 - 230 517 176 - 1.552 6 PNS 51 25 23 13 21 6 139 7 Pedagang 167 125 135 194 48 35 704 8 Pengrajin 10 20 17 117 85 10 259 9 Jasa 41 - 179 37 - 20 277

Sumber: Laporan Bulanan Pada Kantor Kecamatan Kabandungan. Oktober 2007 Berdasar Tabel 4.12 terlihat bahwa mata pencaharian dibidang

pertanian mempunyai jumlah terbanyak. Jumlah penduduk yang bekerja di

bidang ini sebanyak 22.691 orang, terdiri dari buruh tani sebanyak 12.446 orang

dan Petani 10.145 orang, kemudian disusul dengan buruh swasta/pegawai

swasta, serta sebagian kecil bermata pencaharaian sebagai peternak,

PNS,Pedagang, Pengrajin dan bidang jasa.

Penduduk yang bekerja sebagai petani pada umumnya bercocok tanam

padi, sayur dan palawija, kegiatan beternak pada umumnya adalah

pengembangbiakan domba., ayam dan ikan. Sedangkan penduduk yang bekerja

sebagai buruh/swasta sebagai mata pencaharian pada umumnya bekerja di

Page 96: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

76

perusahaan/pabrik yang berada disekitar kecamatan Kabandungan atau di luar

daerah dan sebagian kecil bekerja pada perkebunan dan CHV.

Tingginya jumlah penduduk dengan mata pencaharian sebagai buruh tani

disebabkan adanya kepemilkan lahan yang tidak merata di kecamatan

Kabandungan, hal ini terjadi karena sebagian besar wilayah kecamatan

Kabandungan dikuasai oleh Perhutani (tanah kehutanan), tanah negara / PTP

VIII serta tanah perkebunan swasta (PT.Jayanegara dan PT. Intan Hepta),

seperti terlihat dalam Tabel 4.13 berikut:

Tabel 4.13. Luas Tanah Menurut Jenis Penggunaannya di kecamatan Kabandungan (dlm Ha)

Tanah perkebunan Tanah

darat

Tanah pesawahan

Tanah Kehutanan Swasta Negara

/PTP Jumlah

3.441 1.025,3 7.918 400 1.208 13.992,3 Sumber: Laporan Bulanan Pada Kantor Kecamatan Kabandungan. Oktober 2007

(diolah)

Berdasar Tabel 4.13 , maka kepemilikan lahan oleh masyarakat hanya

seluas 4.466,3 Ha atau 32% dari luas wilayah kecamatan Kabandungan

sedangkan selebihnya yaitu sebesar 9.526 Ha atau 68% dikuasai oleh negara

dan perkebunan swasta.

Ketimpangan kepemilikan lahan juga terjadidi tingkat masyarakat, dimana

ada masyarakat yang menguasai tanah pertanian yang luas dan ada juga

masyarakat yang tidak punya lahan pertanian samasekali, sehingga masyarakat

yang tidak punya lahan biasanya menjadi buruh tani pada masyarakat yang

lahannya luas, atau menggarap lahan masyarakat yang lahannya luas dengan

sistem bagi hasil tertentu.

Penduduk yang bekerja sebagai petani pada umumnya bercocok tanam

padi, sayur mayur, pisang, pepaya dan komoditas lainnya. Kegiatan beternak

umumnya adalah pengembang biakan domba, kelinci, ayam dan perikanan

darat, sedangkan penduduk yang bekerja sebagai buruh pada umumnya bekerja

di perusahaan-perusahaan lokal kecil, perkebunan teh Jayanegara dan PTP VIII

serta sebagian kecil pada Proyek CHV. Mata pencaharian lainnya adalah

berdagang dan sebagian kecil PNS serta sisanya adalah sektor-sektor informal

lainnya.

Page 97: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

77

Dalam sistem tata niaga input dan output hasil produksi pertanian, hasil

produksi pertanian biasanya dipasarkan dalam jumlah cukup besar ke pasar

induk Keramat jati di Jakarta atau pasar induk Bogor. Hasil produksi pertanian

pisang kabandungan sudah mempunyai pasar yang baik di Jakarta dan Bogor,

sekitar15 ton setiap hari komoditas ini diangkut ke berbagai pasar di Jakarta dan

Bogor. Tetapi komoditas tersebut di jual sebagai bahan mentah tanpa proses

produksi lebih lanjut, sehingga nilai tambah yang diperoleh sangat kecil sekali.

Hal ini terjadi karena masih rendahnya keterampilan yang dimiliki oleh

Masyarakat untuk mengolah lebih lanjut, serta kurangnya modal baik untuk

pengadaan alat-alat produksi maupun untuk pengadaan bahan baku lainnya.

Dengan kata lain kendala utama dalam pengembangan usaha rakyat di

Kabandungan adalah terbatasnya keterampilan, modal kerja dan operasional

serta Pemasaran hasil produksi.

Kabandungan juga merupakan daerah tujuan investasi untuk peternakan

terutama jenis ayam Broiler, dengan populasi peternakan terbesar adalah Ayam

Pedaging, sebagaimana dalam Tabel 4.14 berikut:

Tabel 4.14. Produksi Daging Menurut Jenis Ternak Dan Telur Unggas di kecamatan Kabandungan (Kg)

Kerbau Kambing/Domba Daging Ayam Telur Ayam 306 68.378 340.517 21.036

Sumber: Dinas Peternakan Kabupaten Sukabumi (Diolah)

sebagian besar peternakan ayam dimiliki oleh pengusaha dari luar

kecamatan Kabandungan yang menyewa lahan atau kandang di kecamatan

Kabandungan, sedangkan penduduk hanya bekerja sebagai buruh atau sering

disebut sebagai “anak kandang” pada peternakan tersebut.

4.6 Sumberdaya Lokal

Seperti terlihat pada Tabel 4.13, kepemilikan lahan oleh masyarakat

hanya seluas 4.466,3 Ha atau 32% dari luas wilayah kecamatan Kabandungan

sedangkan selebihnya yaitu sebesar 9.526 Ha atau 68% dikuasai oleh negara

dan perkebunan swasta.

Kawasan kehutanan merupakan bagian terbesar dari komposisi

penggunaan lahan (56.6%) akan tetapi akses masyarakat terhadap pengelolaan

Page 98: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

78

hutan relatif kecil bahkan tidak dimungkinkan pada kawasan hutan lindung

,hutan konservasi dan taman nasional gunung Halimun-Salak.

Mata pencaharian masyarakat di sektor pertanian yang merupakan mata

pencaharian terbesar menunjukan masih kuatnya hubungan masyarakat dengan

sumberdaya lokal berupa lahan pertanian. Sedangkan dalam dalam sistem

penguasaan sumberdaya agrarian, lahan pertanian yang telah dikuasai secara

turun temurun biasanya diberikan kepada keturunannya melalui proses bagi

waris, sehingga penguasaan lahan oleh orang luar relatif kecil jumlahnya.

Tekanan penduduk terhadap sumberdaya untuk pemukiman relatif kecil

mengingat tingkat kepadatan agraris masih kecil, tetapi untuk pengelolaan

sumberdaya sebagai sumber mata pencaharian karena komposisi lahan terbesar

berupa kawasan hutan dan terdapat sebagian lahan pertanian yang kurang

produktif, untuk mengatasi tekanan penduduk terhadap pengelolaan

sumberdaya, masyarakat berusaha mengurangi ketergantungan terhadap

sumberdaya dengan beralih kepada sektor industri dan jasa dengan bekerja

pada perusahaan yang terdapat di wilayah kecamatan Kabandungan.

Cadangan sumberdaya alam meskipun cukup berlimpah, namun dengan

terdesaknya lahan mereka karena di konversi menjadi lahan pemukiman dan

keperluan lain, menyebabkan terjadinya pergeseran dalam pola lapangan kerja.

Banyak penduduk yang akhirnya menjadi buruh perkebunan, galian batu (galian

C) dan CHV bahkan pergi ke kota untuk menjadi buruh pabrik atau mencari

mata pencaharian lainnya.

4.7. Struktur Komunitas

Pelapisan sosial yang terdapat dalam masyarakat Kabandungan

didasarkan faktor ketokohan kharismatik seseorang, posisi yang sedang dijabat

baik formal maupun informal, tingkat pendidikan dan kekayaan. Penghargaan

yang tinggi terhadp faktor-faktor tersebut, menempatkan orang yang memilikinya

berada pada status sosial yang tinggi dimata masyarakat.

Kultur masyarakat Sunda sangat terlihat dalam komunitas. Hal ini

menjadikan masyarakat di desa-desa kecamatan Kabandungan memilki ciri etnis

yang spesifik. Proses sosialisasi dalam komunitas cenderung tidak ada

hambatan dan dapat berlangsung dengan lancar mengingat sebagian besar

warga komunitas adalah penduduk asli suku Sunda yang masih memiliki garis

Page 99: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

79

kekerabatan, memiliki kesamaan budaya dan telah lama bersosialisasi dan

berinteraksi satu sama lain.

Belum terdapat jejaring sosial komunitas yang telah melembaga dan

berjalan efektif. Organisasi-organisasi yang terbentuk cenderung organisasi

yang bersifat spontanitas dan kebutuhan sesaat. Komunikasi antar warga

biasanya dibangun dalam forum-forum terbatas yang diadakan di kantor desa

atau acara-acara keagamaan di Masjid. Pola-pola hubungan antar warga ini

berkembang secara alamiah.

Kehidupan beragama cukup baik, meskipun tidak mencerminkan

komunitas pesantren yang kental. Sebagian besar penduduk beragama Islam

dengan ciri muslim abangan. Jumlah Pemeluk agama Islam merupakan pemeluk

agama terbesar di Kecamatan Kabandungan dengan prosentase 99,96 %.

Sebagaimana terlihat dalam Tabel 4.15 berikut:

Tabel 4.15. Jumlah Pemeluk Agama di kecamatan Kabandungan

Islam Kristen Hindu Budha Lainnya 36.527 16 - 8 -

Sumber : Kandepag Kabupaten Sukabumi 2005/2006 (Diolah)

4.8. Masalah Sosial

Masalah sosial yang terdapat di kecamatan Kabandungan adalah:

4.8.1. Kemiskinan

Penduduk miskin di Kecamatan Kabandungan masih cukup besar yaitu

mencapai 5.170 keluarga dari 8.467 Rumah tangga yang ada di

Kecamatan Kabandungan atau sekitar 61,06 %, dan merupakan jumlah

prensentase keluarga miskin terbesar se-Kabupaten Sukabumi, seperti

tecantum dalam Tabel 4.16 berikut:

Tabel 4.16. Rumah Tangga Miskin Penerima BLT di Kecamatan Kabandungan Tahun 2005/2006

Rumah Tangga Rumah Tangga Miskin

Persentase Rumah Tangga Miskin ( %)

8.467 5.170 61.06 %

Sumber Data: BPS Kab. Sukabumi 2006 (Diolah)

Jumlah Rumah Tangga miskin penerima BLT (Bantuan Tunai Langsung

Kompensasi BBM) di Kabupaten Sukabumi tercatat sejumlah 228.370 atau

Page 100: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

80

38.70% dari jumlah total rumah tangga di kabupaten Sukabumi.

Persentase rumah tangga miskin terbesar berada di Kecamatan

Kabandungan yaitu sebesar 61.06% dari jumlah rumah tangga yang ada di

Kecamatan tersebut.

Beberapa masalah sosial yang terdapat di kecamatan Kabandungan

sebagiamana terlihat dari Tabel 4.17 berikut:

Tabel 4.17. Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Menurut Jenisnya di kecamatan Kabandungan

A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 A13 A14 32 150 2 - 4 37 325 - 262 - 68 29 - -

Lanjutan Tabel 14

A15 A16 A17 A18 A19 A20 A21 A22 A23 A24 A25 A26 5 7 - 1.646 239 3 2 39 2 - 1 -

Sumber: Kantor Penanggulangan Masalah Sosial Kabupaten Sukabumi (Diolah) Keterangan Tabel : A1 : anak balita terlantar A2 : Anak terlantar A3 : Anak yang menjadi korban tindak kekerasan atau diperlakukan salah A4 : Anak Nakal A5 : Anak Jalanan A6 : Anak Cacat A7 : Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE) A8 : Wanita yang menjadi korban tindak kekerasan atau diperlakukan salah A9 : Lanjut Usia terlantar A10 : Lanjut Usia yang menjadi korban tindak kekerasan atau diperlakukan

salah A11 : Penyandang Cacat A12 : Penyandang cacat bekas penderita penyakit kronis A13 : Tuna Susila A14 : Pengemis A15 : Gelandangan A16 : Eks Narapidana A17 : Korban Penyalahgunaan NAPZA A18 : Keluarga Fakir Miskin A19 : Keluarga Berumah tidak layak huni A20 : Keluarga bermasalah Sosial psikologis A21 : Komunitas adat terpencil A22 : Masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana A23 : Korban bencana Alam A24 : Korban bencana sosial A25 : Pekerja Migran A26 : HIV/AIDS

Dari tabel diatas terlihat bahwa penyandang masalah kesejahteraan sosial

yang terbanyak adalah keuarga fakir miskin diikuti oleh wanita rawan sosial

ekonomi.

Page 101: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

81

4.8.2. Pendidikan

Dominasi tingkat pendidikan masyarakat kecamatan Kabandungan adalah

SD/Sederajat. Dalam rangka menuntaskan wajib belajar 9 tahun, beberapa

upaya telah dilakukan oleh Pemerintah dengan menekan angka siswa putus

sekolah (drop out/DO). Pada tahun ajaran 2005/2006 jumlah siswa drop out

umur 7 -12 tahun di kecamatan Kabandungan adalah 86 Orang dan umur

13-15 tahun 0 orang.

Tabel 4.18. Jumlah Murid Drop Out (DO) Menurut Umur Sekolah

Sumber: Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Sukabumi 2005/2006 (Diolah) Tingginya angka putus sekolah untuk usia 7-12 tahun ini disebabkan

lemahnya kondisi ekonomi keluarga serta masih rendahnya tingkat

kesadaran masyarakan tentang pentingnya pendidikan. Menurut penelitian

yang dilakukan oleh LSM KPP (komunitas Peduli Pendidikan) tahun 2004

rata-rata tingkat melanjutkan murid SD ke SLTP di kecamatan Kabandungan

adalah 36.91% suatu jumlah yang relatif kecil.hal ini berarti hanya 36,91 %

atau kurang dari setengah siswa lulusan SD yang melanjutkan ke tingkat

SLTP. Siswa lulusan SD yang tidak melanjutkan sekolah biasanya pergi ke

kota untuk mencari pekerjaan informal atau tetap tinggal untuk membantu

keluarga.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh KPP tahun 2004 juga ditemukan

bahwa jumlah tenaga kependidikan sekolah dasar di kecamatan

Kabandungan sangat kurang dimana jumlah yang di butuhkan adalah

sebanyak 220 orang tetapi yang tersedia hanya 89 orang, seperti terlihat

dalam Tabel 4.19.

Tabel 4.19. Keadaan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar di kecamatan Kabandungan

Jabatan Jumlah diperlukan Jumlah yang ada

Kepala Sekolah 22 22 Guru Umum 132 46 Guru Agama 22 7 Guru Olahraga 22 4 Penjaga Sekolah 22 10 Jumlah 220 89

Sumber:Profil Pendidikan kecamatan Kabandungan – KPP 2004

Jumlah Mudir Drop Out (DO) KECAMATAN

Umur 7 - 12 Umur 13 - 15 Kabandungan 86 0

Page 102: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

82

4.8.3. Kesehatan

Terbatasnya Jumlah fasilitas dan tenaga bidang kesehatan di kecamatan

Kabandungan, mengakibatkan pelayanan bidang kesehatan menjadi kurang

maksimal. Jumlah fasilitass kesehatan dikecamatan kabandungan terdiri atas

1 puskesmas, 2 puskesmas pembantu (pustu) dan 38 pos yandu

sebagaimana terlihat dalam Tabel 4.11 . Jumlah fasilitas kesehatan tersebut

di layani oleh SDM bidang kesehatan yang terbatas pula seperti terdapat

dalam Tabel 4.20 berikut:

Tabel 4.20. Jumlah SDM Bidang Kesehatan di kecamatan Kabandungan

Jenis Tanaga Medis Jumlah Dokter Ahli Dokter Umum 1 Dokter Gigi Akademi Kesehatan 2 Bidan 3 Perawat 2 Perawat Gigi SPPH 1 SPAG Jumlah 9 Sumber Data: Dinas Kesehata Kabupaten Sukabumi 2005/2006 (Diolah)

4.8.4. Masalah Lingkungan

a. Krisis Air

Mengingat topografi wilayah Kecamatan Kabandungan yang terdiri dari

perbukitan/dataran tinggi sehingga kemungkinkan menggunakan air

tanah dalam menjadi sangat mahal, maka penyediaan air bersih selama

ini sangat bergantung kepada pada mata air dan aliran air dari

gunung/hutan. Pada musim kemarau debit air relatif kecil sehingga tidak

seimbang dengan tuntutan kebutuhan air masyarakat, sedangakan ketika

musim hujan air menjadi banjir, hal ini terjadi karena adanya illegal

logging dan penambangan galian C di beberapa sungai.(sungai Ciawitali,

Cibeureum, Cipanas, Ciherang, Citarik).

b. Bencana Longsor

Pada musim hujan wilayah Kecamatan Kabandungan merupakan daerah

rawan longsor, karena tingkat kemiringan lahan yang relatif tinggi.

Bencana longsor hampir terjadi setiap tahun walaupun tidak selalu

Page 103: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

83

menimbulkan korban jiwa, tetapi kerugian materil dengan rusaknya rumah

penduduk dan prasarana jalan atau kebun cukup meresahkan

Masyarakat. Berikut ini adalah (Tabel 4.21) bencana yang terjadi selama

tahun 2005

Tabel 4.21 Jumlah Kejadian Bencana Alam Menurut Jenisnya

Kecamatan Kebakaran Angin Topan Longsor Kabandungan 3 1 24

Sumber: Kantor Penanggulangan Masalah Sosial Kabupaten Sukabumi tahun 2005 (Diolah)

Tingginya tingkat bencana longsor ini menyebabkan kerugian bagi warga

masyarakat baik kerugian jiwa maupun kerugian materi, seperti terlihat

dalam Tabel 4.22 berikut:

Tabel 4.22. Jumlah Kerugian Akibat Kejadian Bencana Alam Dan taksiran Nilai Kerugan

Kerugian Jiwa Kerugian Material Menderita Meninggal

KK Jiwa Rumah Sawah/

Darat (ha) Taksiran Kerugian (000)

3 11 24 7 15.000 Sumber: Kantor Penanggulangan Masalah Sosial Kabupaten Sukabumi tahun

2005 (Diolah)

Tingginya angka bencana longsor dipicu juga oleh pemanfaatan lahan-

lahan kritis oleh masyarakat tanpa melakukan konservasi terhadap lahan

tersebut, luas lahan kritis di Kecamatan kabandungan seluas 97,38 Ha.

Tabel 4.23. Luas Lahan Kritis di kecamatan Kabandungan (Ha)

Luas lahan kritis Awal 2005

Luas total Penghijauan

Luas lahan kritis Akhir 2005

97,38 - 97,38 Sumber: Dinas Kehutanan Kabupaten Sukabumi tahun 2005 (Diolah).

4.9. CHV.

Keberadaan CHV, Diawali dengan diketemukannya cadangan panas

bumi di daerah Awi bengkok Gunung Salak oleh perusahaan Amerika

Union,kemudian berubah menjadi Unocal kemudian perusahaan ini diakuisisi

oleh CHV dan berganti nama menjadi CHV geothermal Salak,Ltd (CHV) pada

tahun 2006.

Page 104: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

84

CHV mulai beroperasi sejak tahun 1982, bergerak dalam bidang

eksplorasi dan eksploitasi panas bumi di daerah Awi Bengkok yang merupakan

wilayah vulkanis dalam gugusan Gunung Salak melalui pengeboran sumur-

sumur produksi penghasil uap panas bumi, terdapat 65 sumur bor (35 di

kecamatan pamijahan dan 30 di kecamatan Kabandungan) dengan kedalaman

1.250 meter sampai dengan 3.211 meter.

CHV, merupakan pemegang kontrak proyek panas bumi di Gunung Salak

,Kontrak ini ditandatangani pada tahun 1982 antara Pertamina, PLN dan CHV

Dari tahun 1983 – 1986 dilakukan proses studi rona awal lingkungan dan

pengajuan proposal pembuktian 230 MW ke Pertamina. Tahun 1989 penyusunan

AMDAL dan mengajukan proposal pengembangan sebesar 110 MW ke

Pertamina. Pada tahun 1994, CHV memulai operasi secara komersial sebesar

110 MW, kemudian pada tahun yang sama diajukan proposal pengembangan ke

Pertamina sebesar 220 MW, sehingga pada tahun 1997 CHV melakukan

operasi secara komersial sebesar 330 MW. Pada tahun 1998 – 2002

dilakukanlah renegosiasi kontrak dan akhirnya pada bulan Juli 2002 kontrak

diamandemen dan disetujui oleh para pihak.( Azof;Iwan. S.,2002 ).

CHV melaksanakan program pengembangan masyarakat (community

development) untuk masyarakat di sekitar wilayah operasi gunung Salak antara

lain meliputi bidang Pendidikan, kesehatan, pemberdayaan ekonomi lokal,

lingkungan, infrastruktur serta komunikasi dan hubungan sosial dengan

masyarakat.

4.10. Ikhtisar

Wilayah kecamatan Kabandungan merupakan kecamatan yang secara

lokasi berada di wilayah perbatasan antara Kabupaten Sukabumi dengan

Kabupaten Bogor, secara keruangan potensi yang dimiliki oleh kecamatan

Kabandungan terdiri dari kawasan hutan lindung, perkebunan, pertanian dan

parawisata. kecamatan Kabandungan juga berfungsi sebagai buffer zone

(penyangga) untuk ketersediaan dan resapan air daerah bawahnya. Kecamatan

Kabandungan mempunyai luas wilayah 13.992,30 ha. Dominasi pengunaan

lahan di kecamatan Kabandungan adalah hutan yang mencapai 54,94 % dari

luas kecamatan Kabandungan. sementara penggunaan lahan untuk pemukiman

hanya mencapai 4,79 % dari luas kecamatan Kabandungan.

Page 105: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

85

Penduduk kecamatan Kabandungan 37.824 jiwa, terdiri atas 18.969

orang laki-laki atau sekitar 50,15% dari jumlah penduduk dan 18.855 orang

Perempuan atau sekitar 49,85% dari jumlah penduduk. Laju pertumbuhan

penduduk rata-rata sebesar 0,05% pertahun dan diproyeksikan jumlah penduduk

tahun 2029 berjumlah 61.262 jiwa atau naik sebesar 62 %, rata-rata kepadatan

penduduk adalah 3 jiwa/ha.

Kecamatan Kabandungan merupakan Kecamatan pertanian dimana

kebanyakan masyarakatnya bekerja sebagai buruh tani dan petani. Jumlah

penduduk yang bekerja di bidang ini sebanyak 22.691 orang, terdiri dari buruh

tani sebanyak 12.446 orang dan Petani 10.145 orang, kemudian disusul dengan

buruh swasta/pegawai swasta, serta sebagian kecil bermata pencaharaian

sebagai peternak, PNS,Pedagang, Pengrajin dan bidang jasa. Penduduk yang

bekerja sebagai petani pada umumnya bercocok tanam padi, sayur mayur,

pisang, pepaya dan komoditas lainnya. Kegiatan beternak umumnya adalah

pengembang biakan domba, kelinci, ayam dan perikanan darat. Penduduk miskin

di Kecamatan Kabandungan masih cukup besar yaitu mencapai 5.170 keluarga

dari 8.467 Rumah tangga yang ada di Kecamatan Kabandungan atau sekitar

61,06 %.

Dominasi tingkat pendidikan masyarakat kecamatan Kabandungan

adalah SD/Sederajat. Pada tahun ajaran 2005/2006 jumlah siswa drop out umur

7 -12 tahun di kecamatan Kabandungan adalah 86 Orang Tingginya angka

putus sekolah untuk usia 7-12 tahun ini disebabkan lemahnya kondisi ekonomi

keluarga, rata-rata tingkat melanjutkan murid SD ke SLTP di kecamatan

Kabandungan adalah 36.91%.

CHV merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang eksplorasi dan

eksploitasi panas bumi (geothermal) yang beroperasi di wilayah kecamatan

Kabandungan tepatnya di daerah Awi Bengkok yang merupakan wilayah vulkanis

dalam gugusan Gunung Salak melalui pengeboran sumur-sumur produksi

penghasil uap panas bumi, terdapat 65 sumur bor (35 di kecamatan pamijahan

dan 30 di kecamatan Kabandungan) dengan kedalaman 1.250 meter sampai

dengan 3.211 meter. CHV melaksanakan program pengembangan masyarakat

(community development) untuk masyarakat di sekitar wilayah operasi gunung

Salak baik dalam bentuk fisik maupun nonfisik.

Page 106: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

86

V. EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PEGEMBANGAN

MASYARAKAT PADA INDUSTRI PANAS BUMI GUNUNG

SALAK

Industri panas bumi (geothermal) Gunung Salak di wilayah kecamatan

Kabandungan Kabupaten Sukabumi Jawa Barat yang dikelola oleh CHV telah

beroperasi sejak tahun 1982, bergerak dalam bidang eksplorasi dan eksploitasi

panas bumi di daerah Awi Bengkok yang merupakan wilayah vulkanis dalam

gugusan Gunung Salak melalui pengeboran sumur-sumur produksi penghasil

uap panas bumi, terdapat 65 sumur bor (35 di kecamatan pamijahan dan 30 di

kecamatan Kabandungan) dengan kedalaman 1.250 meter sampai dengan 3.211

meter.

Disamping melaksanakan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi, CHV telah

melaksanakan program pengembangan masyarakat. Program pengembangan

masyarakat yang dilakukan oleh CHV dapat diartikan sebagai wujud dari

internalisasi dari biaya eksternal yang timbul sebagai akibat dari pemanfaatan

sumberdaya. Dalam Undang-undang nomor 27 tahun 2003 tentang panas bumi,

pasal 29 huruf f dinyatakan bahwa pemegang izin usaha pertambangan (IUP)

panas bumi memiliki kewajiban melaksanakan program pengembangan dan

pemberdayaan masyarakat setempat.

Sejalan dengan Undang-undang tersebut dan semangat otonomi daerah,

maka operasionalisasi perusahaan tidak lagi bisa dipisahkan dari lingkungan

dan masyarakat sekitar lokasi perusahaan. Kegiatan pengembangan

masyarakat yang dilakukan oleh perusahaan dimaksudkan agar masyarakat

setempat atau sekitarnya merasakan memperoleh manfaat dari adanya suatu

kegiatan perusahaan.

Hubungan antara CHV sebagai pemegang kontrak proyek panas bumi di

Gunung Salak dengan Masyarakat sekitar mengalami pasang surut, sehingga

model pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh perusahaan pun di

pengaruhi hubungan-hubungan tersebut.

Pelaksanaan program pengembangan masyarakat berdasarkan

hubungan antara CHV dengan Masyarakat dapat dibagi ke dalam dua periode,

dimana masing-masing periode memiliki karakteristik yang berbeda, periode

tersebut yaitu sebelum tahun 2000 dan periode setelah tahun 2000.

Page 107: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

87

Pelaksanaan program pengembangan masyarakat di antara kedua periode

tersebut seperti terlihat dalam Matriks 5.1.

Matriks 5.1. Pelaksanaan Pengembangan Masyarakat Yang Dilakukan Oleh Industri Panas Bumi Di Gunung Salak

Aspek Keterlibatan Masyarakat

Sebelum Tahun 2000 Setelah Tahun 2000

Latar Belakang Program

Perusahaan tidak melakukan kegiatan Pengembangan masyarakat secara khusus,program bantuan yang ada disalurkan melalui Kecamatan atau Desa, itupun setelah diminta oleh pemimpin formal (Kepala Desa dan Camat)

Masyarakat menuntut Perusahaan melalui demonstrasi untuk segera melakukan program pengembangan masyarakat secara sungguh-sungguh.

Proses Perencanaan Program

Masyarakat tidak dilibatkan, keikut sertaan masyarakat diwakili oleh pemimpin formal ( Camat, kepala desa, pejabat-pejabat pemerintah).

Masyarakat mulai dilibatkan walapun dominasi pemimpin formal masih sangat kuat Mulai muncul kelompok-kelompok pemberdayaan.

Proses Pelaksanaan Program

Dilaksanakan sendiri oleh perusahaan (kalaupun bekerjasama dengan pihak lain, pihak tersebut bukan dari masyarakat lokal). Bentuk pelaksanaan program masih bersifat charitatif.

Dilaksanakan oleh CHV bekerjasama dengan Pemerintah,organisasi dan LSM lokal. Partisipasi masyarakat lokal sudah terlihat walaupun belum maksimal.

Proses Pengawasan Program

Tidak ada pengawasan dan evaluasi oleh masyarakat terhadap program yang telah dilaksanakan

Masyarakat ikut mengawasi dan mengevaluasi program yang telah dilaksanakan.

Kepedulian Masyarakat

Masyarkat tidak peduli dengan kegiatan yang dilakukan oleh CHV, selama tidak menyangkut kehidupan mereka. Komunikasi antara perusahaan dengan masyarakat sangat terbatas.

Masyarkat mulai peduli ,mulai muncul LSM, organisai-organisai kepemudaan sehingga muncul pula tokoh-tokoh Pemuda. Mulai timbul pula tuntutan-tuntutan kepada fihak CHV, baik mengenai tenaga kerja, lingkungan maupun program pengembangan masyarakat

Sumber: hasil wawancara

Dalam pelaksanaannya program pengembangan masyarakat yang

dilakukan oleh CHV telah mengalami pergeseran, beberapa program telah

Page 108: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

88

berusaha untuk meningkatkan kapasitas masyarakat lokal, masyarakat mulai di

libatkan walaupun baru diwakili oleh orang – orang tertentu saja, namun secara

umum realisasii program masih berorientasi pada kegiatan-kegiatan yang bersifat

derma berupa pendirian infrastruktur fisik dalam bentuk pembagunan fasilitas

pendidikan, kesehatan, transportasi, prasarana air bersih, olah raga, dan tempat

peribadatan. Pada konteks ini, sulit dibedakan bahwa pembangunan fasilitas

tersebut kadang bukan ditujukan untuk masyarakat lokal namun untuk

perusahaan itu sendiri. Pendirian dan perbaikan fasilitas transportasi berupa

jalan dan jembatan misalnya, pada tingkat tertentu sebenarnya ditujukan untuk

memperlancar dan mempercepat jalannya proses produksi mereka. Dengan

demikian kalaupun fasilitas tersebut juga bermanfaat bagi masyarakat lokal,

maka hal tersebut merupakan externality yang menguntungkan masyarakat lokal.

Penduduk miskin di Kecamatan Kabandungan masih cukup besar yaitu

mencapai 5.170 keluarga dari 8.467 Rumah tangga yang ada di Kecamatan

Kabandungan atau sekitar 61,06 persen dari rumah tangga yang ada di

kecamatan Kabandungan. Jumlah tersebut merupakan jumlah prensentase

keluarga miskin terbesar se-Kabupaten Sukabumi (Data BPS Kabupaten

Sukabumi). Rumah tangga miskin tersebut menyebar di desa-desa yang ada di

kecamatan Kabandungan serta sebagian tinggal di sekitar daerah operasi CHV.

Mereka adalah masyarakat miskin yang masih memerlukan pelayanan-

pelayanan penguatan kapasitas untuk meningkatkan pendapatan, pelayanan

kesehatan, dan pelayanan pendidikan. Mereka merasa berhak mendapatkan

pelayanan-pelayanan itu karena perusahaan sudah mandapatkan banyak

keuntungan secara ekonomis sehingga sudah sewajarnya kalau perusahaan

meredistribusikan sebagaian kepada mereka. Selain itu, masyarakat merupakan

bagian yang rentan terhadap akibat-akibat pencemaran yang mungkin muncul

sehingga wajar kalau mereka mendapatkan kompensasi tersebut.

Realisasi program yang tidak didasarkan pada semangat untuk melayani

masyarakat lokal mengakibatkan perusahaan tidak melibatkan masyarakat dan

pemerintah daerah. Realisasi program cenderung dilakukan secara tertutup dan

didesain oleh perusahaan atau aktor dari luar. Sementara itu pemerintah daerah

mengharapkan program bisa diintegralisasi dengan program-programnya dalam

kerangka pembangunan regional. Di pihak lain masyarakat juga mengharapkan

bahwa program tersebut mampu memberdayakan mereka.

Page 109: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

89

Bertemunya kepentingan-kepentingan itu menimbulkan masalah yang

cukup serius. Motif perusahaan merealisasi program turut menentukan model

realisasi program. Keterlibatan perusahaan dalam program pengembangan

masyarakat dilatar belakangi dengan beberapa kepentingan. Setidaknya bisa

diidentifikasi tiga motif keterlibatan perusahaan yaitu motif menjaga keamanan

fasilitas produksi, motif mematuhi kesepakatan kontrak kerja, dan motif moral

untuk memberikan pelayanan sosial pada masyarakat lokal (Mulyadi.2003).

Jika diklasifikasikan dengan menggunakan motif perusahaan dalam

menjalankan program pengembangan masyarakat, maka program yang

pengembangan masyarakat yang telah dilakukan oleh CHV di kecamatan

Kabandungan masih bermotif keamanan dan motif memenuhi kewajiban

kontrak. Hal ini bisa dilihat dari baru adanya program pengembangan

masyarakat pada tahun 2000, padahal perusahaan sudah beroperasi dari tahun

1978, itupun setelah masyarakat menuntut melalui demonstrasi. Matriks 5.2 di

bawah ini menggambarakan peta motif tersebut

Matriks 5.2. Motif Perusahaan dalam Menjalankan Program Pengembangan Masyarakat

Motif Keamanan

Motif Memenuhi

Kewajiban Kontrak Komitmen Moral

• Program dilakukan setelah ada

tuntutan masyarakat yang diwujudkan melalui demonstrasi (tahun 2000)

• Program tidak dilakukan

setelah kontrak ditandatangani.Kecenderungannya program dilakukan ketika kebebasan masyaraat sipil semakin setelah otonomi daerah.

• Pertanggung jawaban program bukan pada pemerintah daerah dan masyarakat lokal tetapi pada pemerintah pusat.

• Kegiatan yang

dilaksanakan tidak berkelanjutan tetapi lebih bersifat “Project”, dan di blow-up di media masa

Perusahaan meredistribusi keuntungannya setelah mereka memanfaatkan resources di lokasi di mana masyarakat berada

Sumber:diolah dari hasil wawancara, tabel diadapatasi dari Mulyadi. 2003

Semenjak tahun 2000 CHV telah menyisihkan anggaran dari

pendapatannya untuk memberi manfaat bagi masyarakat setempat melalui

Program pengembangan masyarakat. Pelaksanaan program pengembangan

masyarakat ini dilaksanakan di kecamatan Kabandungan, Kalapanunggal dan

kecamatan Pamijahan. Dalam pelaksanaan program pengembangan masyarakat

tersebut CHV melakukannya melalui pola kemitraan dan langsung ke masyarakat

setempat. Secara philantropis perusahaan meredistribusi keuntungannya setelah

Page 110: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

90

mereka memanfaatkan resources di lokasi di mana masyarakat berada. Apalagi

masyarakat sekitar dalam keadaan miskin. Ini adalah kewajiban moral. Namun

motif yang didasarkan pada komitmen moral tersebut masih sebatas wacana dan

belum terlihat nyata.

Keberadaan program pengembangan masyarakat yang dilaksanakan

oleh perusahaan belum efektif mengurangi kemiskinan masyarakat lokal. Hal ini

terjadi karena program yang dilaksanakan direncanakan dengan tidak melibatkan

partisipasi aktif masyarakat. Jika dilihat dari sisi proses penyerapan asiprasi

masyarakatnya, nampak belum tercipta suatu mekanisme yang bersifat terbuka

bagi masyarakat untuk menyalurkan aspirasinya. Dari beberapa kasus yang

ditemukan, sebagian besar menunjukkan bahwa penyerapan aspirasi itu masih

terpusat dan bertumpu pada usulan elit-elit tertentu masyarakat, seperti aparat

Pemerintah dan jajarannya, sebagian tokoh masyarakat serta LSM dan belum

menyerap pada usulan seluruh lapisan masyarakat, Sehingga hasil-hasil

keputusan pembangunan itu sendiri seringkali tidak merepresentasikan aspirasi

masyarakat.

Pendekatan seperti ini tentu saja tidak memberikan kontribusi secara

signifikan bagi peningkatan ekonomi masyarakat. Secara ekonomis masyarakat

tidak mengalami peningkatan pendapatan yang berarti. Secara politis mereka

tidak terberdayakan. Mereka masih terlihat sebagai penerima program pasif.

Mereka tidak memiliki ruangan yang cukup untuk berpartisipasi dalam penentuan

program dan mengelolanya. Mereka belum ditempatkan pada posisi sentral

realisasi program. Hal tersebut menunjukkan bahwa program pengembangan

masyarakat yang dijalankan oleh perusahaan/swasta belum mampu

meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal.

Agar program pengembangan masyarakat yang dijalankan oleh

perusahaan dapat berdampak terhadap masyarakat serta efektif menyelesaikan

persoalan masyarakat lokal termasuk menurunkan kemiskinan, maka program

yang dijalankan harus dirancang dengan memaksimalkan media atau ruang bagi

publik/masyarakat untuk terlibat secara aktif dan terus menerus (partisipasi

masyarakat) dalam proses perumusan kebijakan/program serta harus dirancang

secara sistematis dalam jangka waktu yang panjang dengan kejelasan raihan

yang jelas.

Dilihat dari kedalaman derajat partisipasi yang dipraktekan dalam

pengembangan masyarakat, maka derajat partisipasi dapat digolongakan

Page 111: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

91

menjadi (1) derajat paling rendah yaitu dimana masyarakat memberikan

konsultasi kepada pengembang masyarakat, masyarakat diminta tanggapan atas

suatu hal. Pihak luar yang merumuskan permasalahan, mengumpulkan

informasi, dan melakukan analisis.(2) derajat menengah yaitu dimana

masyarakat ikut-serta menentukan decision making process, masyarakat

berpartisipasi dalam tahapan analisis, pengembangan rencana kegiatan, dan

dalam pembentukan dan pemberdayaan institusi lokal dan, (3) derajat paling

tinggi yaitu dimana masyarakat melakukan self-management atau ikut-

menentukan arah serta mengelola sendiri pengembangan, masyarakat

mengambil inisiatif secara mandiri untuk melakukan perubahan sistem. Mereka

membangun hubungan konsultatif dengan lembaga eksternal megenai masalah

sumberdaya dan masalah teknikal yang mereka butuhkan, tetapi memegang

kendali menyangkut pendayagunaan sumberdaya.

Dari ketiga bentuk kedalaman partisipasi itu yang penting bagi

pengembangan masyarakat di industri migas adalah derajat ke-tiga (paling

tinggi). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kedalaman

derajat partisipasi yang dipraktekan dalam pengembangan masyarakat yang

dilakukan oleh CHV di kecamatan Kabandungan adalah derajat ke-1 (paling

rendah), dimana Pihak luar (baik perguruan tinggi maupun LSM) yang

merumuskan permasalahan, mengumpulkan informasi, dan melakukan analisis.

Pendekatan Program dan motif perusahaan merealisasi program

pengembangan masyarakat tidak terlepas dari substansi program serta

pendekatan yang diadopsi perusahaan dalam merealisasi program. Beberapa

program berusaha meningkatkan kapasitas masyarakat lokal namun secara

umum realisasi program lebih berorientasi pada kegiatan-kegiatan derma berupa

pendirian infrastruktur fisik dalam bentuk pembagunan fasilitas pendidikan,

kesehatan, transportasi, prasarana air bersih, olah raga, dan tempat peribadatan.

Dalam hal ini, kadang yang sulit dibedakan adalah bahwa pembangunan fasilitas

tersebut kadang bukan ditujukan untuk masyarakat lokal namun untuk

perusahaan itu sendiri. Pembangunan fasilitas transportasi berupa jalan

misalnya, pada tingkat tertentu sebenarnya ditujukan untuk mempercepat

jalannya proses produksi. Dengan demikian kalaupun bermanfaat bagi

masyarakat lokal,hal tersebut merupakan ekternalitas positif yang

menguntungkan masyarakat lokal.

Page 112: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

92

CHV mulai merealisasi kegiatan pengembangan masyarakat pada tahun

2000an fakta menunjukkan bahwa mereka merealisasi program-program

tersebut secara lebih intensif pada tahun-tahun setelah dilakukannya otonomi

daerah. Dalam era desentralisasi kekuatan masyarakat lokal menjadi lebih besar.

Kebebasan masyarakat untuk menyalurkan aspirasinya manjadi lebih kuat serta

ruang untuk menyuarakan tuntutan masyarakat pada masalah pencemaran,

masalah tenaga kerja, dan masalah lainnya terhadap perusahaan pun menjadi

lebih luas.

Dalam pengembangan masyarakat, partisipasi memegang peranan yang

sangat penting. Keberhasilan pengembangan masyarakat akan sangat di

pengaruhi oleh tingkat partisipasi masyarakat. Semakin tinggi tingkat partisipasi

masyarakat, maka semakin tinggi keberhasilan program.

Dilihat dari derajat kedalaman ikatan orang-orang yang terlibat, menurut

Tadjudin (2000), partisipasi yang diharapkan muncul adalah partisipasi interaktif

dan mobilisasi swakarsa (Bass et al.,1995 dalam Hobley, 1996) atau kemitraan,

pendelegasian kekuasaan, dan pengawasan masyarakat (Arnstein, 1969 dalam

Fisher, 1995). Lebih lanjut Tadjudin (2000) menjelaskan, menurut Bass et

al.(1995) dalam Hobley, (1996) ,terdapat beberapa tipologi partisipasi

masyarakat:

8. Partisipasi Manipulatif, partisipasi masyarakat ditunjukan dengan

penempatan wakil masyarakat dalam suatu lembaga resmi, namun wakil

tersebut tidak dipilih oleh masyarakat itu sendiri dan tidak memiliki

kewenangan yang jelas.

9. Partisipasi Pasif, masyarakat diberitahu tentang hal-hal yang sudah jadi. Ini

merupakan tindakan sepihak dari administrator ata manager proyek tanpa

menghiraukan tanggapan masyarakat yang bersangkutan. sumber informasi

atau pendapat yang dihargai oleh administrator atau manajer proyek adalah

pendapat para Profesional.

10. Partisipasi Konsultatif, masyarakat diminta tanggapan atas suatu hal. Pihak

luar yang merumuskan permasalahan, mengumpulkan informasi, dan

melakukan analisis. Bentuk tersebut tidak melibatkan masyarakat dalam

proses pengambilan keputusan. Dan pihak luar tersebut pada dasarnya tidak

berkompeten untuk ”mewakili” pandangan masyarakat.

11. Partisipasi dengan imbalan Material, masyarakat berpartisipasi dengan cara

memberikan kontribusi sumberdaya yang dimilikinya, misalnya sebgai tenaga

Page 113: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

93

kerja untuk memperoleh imbalan makanan, uang tunai, maupun imbalan

lainnya. Dalam konteks seperti ini, masyarakat tidak memiliki pijakan untk

melanjutkan kegiatan ketika imbalan dihentikan.

12. Partisipasi Fungsional, partisipasi masyarakat dipandang oleh pihak luar

sebagai cara untuk mencapai tujuan proyek, khususnya untuk mengurangi

biaya. Masyarakta membentuk kelompok yang sesuai dengan tujuan proyek

yang telah ditetapkan sebelumnya oleh pihak luar. Masyarakat lokal tetap

sekedar dijadikan sebagai pelayan untuk merealisasikan tujuan-tujuan

eksternal.

13. Partisipasi Interaktif, masyarakat berpartisipasi dalam tahapan analisis,

pengembangan rencana kegiatan, dan dalam pembentukan dan

pemberdayaan institusi lokal dalam hai ini partisipasi dipandang sebagai hak

dan bukan sekedar sebagai cara untuk mencapai tujuan proyek.

14. Mobilisasi Swakarsa, masyarakat mengambil inisiatif secara mandiri

untuk melakukan perubahan sistem. Mereka membangun hubungan

konsultatif dengan lembaga eksternal megenai masalah sumberdaya dan

masalah teknikal yang mereka butuhkan, tetapi memegang kendali

menyangkut pendayagunaan sumberdaya.

Berdasarkan tipologi partisipasi tersebut diatas, maka bentuk partispasi

yang sesuai untuk pengembangan masyarakat di kawasan industri

pertambangan adalah partisipasi mobilisasi swakarsa, karena partisipasi ini

adalah bentuk paling ideal. Tetapi dalam pelaksanaannya harus di padukan

dengan tipologi-tipologi partisipasi lainnya, sesuai dengan kondisi lokal.

Mobilisasi swakarsa menuntut adanya sumberdaya manusia yang cukup

ditingkat masyarakat untuk menjadi agent of change-nya. Sementara

kebanyakan perusahaan pertambangan beroperasi di daerah pedalamam yang

kondisi sumberdaya manusia masyarakatnya masih rendah. Sehingga tipologi-

tipolgi tersebut dapat diterapkan secara bergantian sesuai dengan kondisi lokal.

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, tipologi partisipasi yang ada dalam

program pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh CHV adalah tipologi

partisipasi manipulatif dan partisipasi pasif, sehingga keterlibatan masyarakat

dalam program pengembangan masyarakat masih kurang.

Secara keseluruhan pelaksanaan program pengembangan masyarakat

yang dilaksanakan oleh CHV belum mendorong berkembangnya inisiatif-inisiatif

Page 114: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

94

lokal untuk pengembangan wilayah perdesaan, hal ini terjadi karena masih

terbatasnya partisipasi masyarakat, program didesain oleh perusahaan dan

kurang melibatkan masyarakat dan pemerintah daerah. Pada tahap realisasinya,

program melibatkan kedua entitas tersebut dengan intensitas yang berbeda.

Sedangkan pada tahapan evaluasi dan pelaporan terlihat bahwa tahapan itu

tidak melibatkan mereka. Akibat yang terjadi adalah bahwa koordinasi dalam

merealisasi program antara perusahaan dan pemerintah daerah (Desa

/Kecamatan) berjalan tidak baik. Idealnya program pengembangan masyarakat

dipraktekan secara integral dengan program pembangunan regional yang

dilakukan oleh pemerintah daerah. Namun kenyataan yang terjadi adalah

program pengembangan masyarakat overlap dengan program pembangunan

regional atau berjalan secara terpisah tanpa ada kerangka kerja yang jelas.

Secara ekonomis ini menimbulkan inefisiensi. Pada sisi yang lain, secara sosial-

politis hal ini akan menimbulkan kebingungan-kebingungan dalam masyarakat

dan mengakibatkan hubungan pemerintah daerah (desa/kecamatan) dengan

perusahaan menjadi kurang baik. Hal yang sama juga terjadi pada tingkatan

masyarakat. Posisi tawar masyarakat relatif rendah. Sebagian besar program

direalisasi tanpa dilakukan need assessment yang melibatkan masyarakat.

Selain mengakibatkan ketidaksesuaian antara program dengan kebutuhan

masyarakat, hal ini juga menimbulkan partisipasi masyarakat pada program CSR

rendah. Padahal, partisipasi merupakan esensi mendasar dalam realisasi

programprogram community development (Ife,1996).

Oleh karena itu diperlukan perubahan kerangka berpikir baik oleh perusahaan,

elit lokal, LSM, dan Pemerintah daerah (desa/kecamatan) untuk meletakkan

kepentingan masyarakat pada posisi sentral realisasi program. Keputusan-

keputusan strategis baik pada aspek substansi maupun pilihan pendekatan harus

didasarkan pada masalah yang dihadapi masyarakat. Pada tingkatan yang lebih

operasional perusahaan, birokrat, LSM, dan Pemerintah daerah (desa

/kecamatan) perlu melibatkan masyarakat dalam setiap aspek dan tahapan

realisasi program. Selain pendekatan seperti ini akan membantu mengarahkan

substansi program sesuai dengan kebutuhan masyarakat, hal ini juga akan

memotifasi partisipasi masyarakat. Kondisi seperti ini dipercaya memberi peluang

yang besar untuk terciptanya pemberdayaan masyarakat lokal serta

pengembangan kawasan perdesaan.

Page 115: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

95

Berdasarkan data pada laporan pelaksanaan program pengembangan

masyarakat (Salak community engagement report) yang dikeluarkan oleh CHV,

Program pengembangan masyarakat yang telah dan sedang dilaksanakan untuk

masyarakat sekitar wilayah operasi gunung Salak antara lain meliputi bidang

Pendidikan, kesehatan, pemberdayaan ekonomi lokal, lingkungan, infrastruktur

serta komunikasi dan hubungan sosial dengan masyarakat. Secara rinci

pelaksanaan program pengembangan masyarakat dalam berbagai bidang

bidang Pendidikan, kesehatan, pemberdayaan ekonomi lokal, lingkungan,

infrastruktur serta komunikasi dan hubungan sosial dengan masyarakat adalah

sebagai berikut:

5.1. Program Pengembangan Masyarakat dalam Bidang Pendidikan

Sebagai wujud nyata komitmen tehadap peningkatan kualitas

sumberdaya manusia, program community develoment CHV dalam bidang

pendidikan antara lain dalam bentuk bantuan beasiswa kepada mahasiswa di

tingkat perguruan tinggi (S-1 dan D-3), beasiswa tersebut disalurkan ke

perguruan tinggi negeri diantaranya Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Institut

Pertanian Bogor (IPB), dan sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Sukabumi.

Karena rendahnya tingkat melanjutkan sekolah SD di kecamatan

Kabandungan, upaya pemberian beasiswa juga telah dilakukan oleh CHV pada

tingkat sekolah dasar,menengah dan tingkat atas, dengan tujuan membantu

menekan angka siswa putus sekolah (drop out) di kecamatan Kabandungan

yang pada tahun ajaran 2005/2006 jumlah siswa drop out umur 7 -12 tahun

sebanyak 86 Orang, jumlah yang cukup signifikan untuk ukuran Sekolah Dasar.

(data Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Sukabumi 2005/2006).

Tingginya angka putus sekolah untuk usia 7-12 tahun ini disebabkan

lemahnya kondisi ekonomi keluarga serta masih rendahnya tingkat kesadaran

masyarakan tentang pentingnya pendidikan. Menurut penelitian yang dilakukan

oleh LSM KPP (komunitas Peduli Pendidikan) tahun 2004, rata-rata tingkat

melanjutkan murid SD ke SLTP di kecamatan Kabandungan adalah 36.91persen

jumlah yang relatif kecil, hal ini berarti hanya 36,91 persen atau kurang dari

setengah siswa lulusan SD yang melanjutkan ke tingkat SLTP. Siswa lulusan

SD yang tidak melanjutkan sekolah biasanya pergi ke kota untuk mencari

pekerjaan informal atau tetap tinggal untuk membantu keluarga, bekerja di sektor

Page 116: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

96

informal atau bahkan menganggur. Untuk membantu mengatasi masalah-

masalah tersebut diatas serta dalam rangka mendukung program dalam

menuntaskan propgram wajib belajar 9 tahun, maka CHV memberikan beasiswa

melalui program pengembangan masyarakat dalam bidang pendidikan.

“Dalam melaksanakan program bidang pendidikan, yang kami lakukan diantaranya; Beasiswa, merupakan bentuk bantuan kepada pelajar atau generasi muda untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi, program ini adalah guna mendukung program pemerintah. Dengan program beasiswa ini diharapkan dapat mengurangi murid-murid yang drop-out di tingkat sekolah dasar, menengah dan atas, dan juga membantu calon sarjana untuk menyelesaikan kuliahnya. Program ini diutamakan untuk masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi kerja CHV.” (WE, Manager Salak Community Affairs CHV, 45 tahun)

Program beasiswa ini di berikan kepada siswa-siswi yang berprestasi

tetapi berasal dari keluarga kurang mampu dan diutamakan bagi masyarakat

yang berada di disekitar lokasi kerja CHV mulai dari jenjang sekolah

dasar,menengah pertama, menengah atas sampai perguruan tinggi. Tetapi

sayangnya kriteria penerima beasiswa tersebut tidak diketahui oleh masyarakat

sekitar sehingga terdapat opini di masyarakat bahwa program tersebut

dilaksanakan secara sembunyi-sembunyi dan tidak transparan serta hanya

ditujukan untuk keluarga karyawan CHV atau orang –orang dan kelompok

tertentu saja. Disamping itu rekrutmen terhadap calon penerima beasiswa serta

nama-nama penerima beasiswa juga tidak pernah di umumkan oleh CHV,

sehingga timbul kecurigaan masyarakat terhadap hal tersebut.

“Program CHV dalam bidang pendidikan hanya ditujukan kepada sekolah atau tokoh tertentu saja, belum menjangkau seluruh masyarakat, kesempatan sangat terbatas kepada orang-orang yang dekat dengan CHV saja. Seperti dulu pernah ada program beasiswa, tetapi jatuhnya kepada orang-orang yang tidak layak dan juga tidak ada kriteria penerima beasiswa yang jelas. Dana beasiswa disimpan direkening kepala dinas pendidikan, sehingga pemberiannya tidak bisa di kontrol oleh masyarakat.” (RHM, tokoh pemuda dan guru swasta, 34 tahun)

Program beasiswa yang dijalankan selama ini cenderung dianggap tidak

transparan karena belum adanya prosedur pemberian beasiswa yang jelas yang

dimiliki oleh CHV. CHV sendiri menyadari bahwa program beasiswa yang di

berikan selama ini belum dapat memuaskan semua pihak karena perusahaan

belum memiliki prosedur yang baku dalam pemberian bantuan beasiswa ini, dan

CHV sedang mempersiapkan prosedur tersebut dimana nantinya program ini

Page 117: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

97

akan diumumkan secara terbuka dan dalam perekrutannya akan bekerjasama

dengan LSM dan dinas terkait.

“ Memang kami selama ini belum mempunyai standar dan prosedur yang baku dalam pemberian beasiswa, itu masih melanjutkan prosedur perusahaan sebelum CHV, tetapi sekarang kami sedang berusaha menyusun sebuah prosedur yang baku dalam pemberian beasiswa, untuk itu kami meminta masukan dari masyarakat dan pemerhati pendidikan.” (WE, Manager Salak Community Affairs CHV, 45 tahun)

Dalam rangka pengembangan SDM warga setempat, CHV juga telah

memberikan kesempatan kepada siswa-siswi SLTA/STM/SMK untuk dapat

magang dan sekaligus praktek di lokasi kerja CHV, Siwa-siswi tersebut diberikan

pelatihan di tempat kerja maupun di luar tempat kerja pada bidang-bidang yang

berhubungan dengan operasi panasbumi, seperti pengelasan, pengoperasian

peralatan,pekerjaan listrik dan instrumentasi serta pekerjaan clerk dan

administrasi. Diharapkan dengan pengenalan lebih awal kepada siswa-siswi

tersebut, dapat memacu mereka untuk belajar lebih jauh mengenai

pengoperasian panas bumi, sehingga nantinya dapat turut berpartisipasi di

industri panas bumi.

“CHV membantu kegiatan-kegiatan,memberi kesempatan untuk berkunjung dan magang kepada sekolah-sekolah yang jauh dari lokasi perusahaan seperti dari kota sukabumi dan jakarta. Sementara kalau sekolah-sekolah lokal sangat sulit memperoleh kesempatan itu.” (YDY, guru swasta, 35 tahun)

Dalam laporan pelaksanaan program pengembangan masyarakat yang

dieluarkan oleh perusahaan disebutkan, bahwa dalam rangka Meningkatkan

ketersediaan SDM pada masyarakat di sekitar wilayah kerja perusahaan,

dilakukan CHV melalui cara-cara yang saling menguntungkan yaitu melalui

program-program pelatihan. Dalam rangka mendukung tercapainya tujuan

perusahaan bagi pembangunan berkelanjutan. Program pelatihan tersebut tidak

saja menyiapkan orang-orang untuk bekerja di CHV, tetapi juga membekali

mereka dengan sejumlah keahlian dan pengalaman yang mampu meningkatkan

nilai jual mereka selaku tenaga kerja di tingkat lokal, regional maupun dunia.

Tetapi Program tersebut dinilai masih kurang cukup oleh masyarakat

sekitar, karena program tersebut masih bersifat project tidak terprogram dengan

baik dan tidak berkesinambungan, sehingga belum berdampak maksimal

Page 118: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

98

terhadap peningkatan dan penciptaan Sumberdaya Manusia lokal. Pelatihan

yang dilakukan selama ini hanya pelatihan-pelatihan yang ditujukan untuk

mendukung program pengembangan masyarakat CHV saja dan dilaksanakan

bersama LSM-LSM dari luar, bukannya pelatihan-pelatihan yang sangat

dibutuhkan oleh masyarakat.

“Kehadiran program Comdev tidak nampak nyata dalam bidang pendidikan dan tidak banyak menciptakan SDM yang handal, program yang ada hanya bersifat kagetan dan tidak terencana dengan baik. Hanya bersifat seperti pemadam kebakaran saja” (FF, Pengusaha lokal, 40 tahun.)

Masyarakat lokal berharap CHV dapat membangun BLK di Kabandungan,

yang dapat dipergunakan sebagai pusat pelatihan secara rutin oleh masyarkat

dalam bidang-bidang yang sangat di butuhkan untuk dapat meningkatkan

kemampuan dan keterampilam agar dapat bersaing dengan pendatang.

“Keinginan masyarakat, chevron itu membangun BLK untuk memberi pelatihan kepada warga sekitar, sehingga bisa meningkatkan keterampilan warga, tetapi keinginan itu tidak pernah di realisasikan dengan berbagai alasan.” (KW,Tokoh Pemuda,44 th)

Sementara menurut CHV, bahwa tidak dibangunnya BLK karena

pembangunan BLK hanya akan menghabiskan budget program pengembangan

masyarakat untuk kecamatan Kabandungan saja, perusahaan menganggap tidak

perlu membangun BLK untuk pelatihan, karena untuk tempat pelatihan dapat

bekerja sama dengan BLK milik pemerintah daerah (dalam hal ini badan diklat

Kabupaten Sukabumi) dan ini akan menghemat biaya, sehingga dana yang di

pergunakan untuk membangun gedung BLK dapat di pakai untuk membiayai

lebih banyak orang yang terlibat dalam pelatihan.

Disamping itu, dengan bekerjasama dengan BLK milik pemerintah

daerah, kurikulum yang akan dilaksanakanpun dapat disesuaikan dengan

kualitas sumberdaya manusia lokal sehingga akan mampu memenuhi kebutuhan

pasr kerja.

Sebagai bagian dari upaya meningkatkan kecerdasan kehidupan

bangsa, bidang pendidikan menjadi fokus program pemberdayaan masyarakat

CHV tahun 2007. Program ini mencakup empat program utama, yaitu pemberian

Page 119: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

99

beasiswa bagi siswa, program pembinaan guru-guru, program perbaikan

infrastruktur sarana pendidikan, seperti gedung sekolah, perpustakaan, buku

bacaan, peralatan sekolah, bantuan komputer dan sarana pendidikan lainnya.

“Dalam melaksanakan program bidang pendidikan, kami juga melaksanakan berbagi kegiatan seperti: • Renovasi sekolah dan bantuan peralatan sekolah

CHV juga membantu dalam merenovasi bangunan sekolah dan juga membantu peralatan penunjang kegiatan belajar dan mengajar di sekolah (seperti furniture, buku, perpustakaan).

• Pemberantasan Buta huruf, membantu masyarakat dalam program membaca dan menulis.

• Program pendidikan lingkungan ke sekolah-sekolah. • Program pengenalan geothermal kepada masyarakat pelajar dan mahasiswa,

program ini disebut “Geothermal Goes to School” • Bekerjasama dengan perguruan tinggi untuk program-program edukasi. (seperti

kontes bahasa Inggris). Dalam melaksanakan program ini diperlukan kerjasama atar berbagai pihak yang terkait dan konsep partisipasi aktif harus bisa dipahami oleh seluruh elemen, sehingga peran serta masing-masing pihak terukur.” (WE, Manager Salak Community Affairs CHV, 45 tahun)

“Di lingkungan kami yang berdekatan dengan CHV, yang kami tau tentang bantuan CHV di bidang pendidikan hanyalah rombak sekolah dasar, itu saja.” (IWR , Kepala Dusun , 33 tahun)

Dalam upaya meningkatkan sarana fisik pendidikan CHV melakukan

pembangunan ruang kelas baru di SMK Nurul Bayan di Kecamatan

Kalapanunggal, membangun 2 ruang kelas di SMP PGRI di Desa Cingenca

Kecamatan Kalapanunggal, membangun 2 ruang kelas di MTS Muhammadiyah

di desa Ciasmara, membangun 1 ruang kelas di SD Jayanegara di desa

Kabandungan kecamatan Kabandungan. Selain itu bantuan material untuk

merenovasi sekolah SDN Cingenca kecamatan Kalapanunggal, TK Mandiri

Cikidang. Memberikan bantuan meubelair (meja dan kursi) kepada SMA

Kabandungan dan SDN Cipeuteuy di kecamatan Kabandungan.

Guna membantu meningkatkan mutu pendidikan, CHV bekerjasama

dengan pemerintah daerah sukabumi dan dinas pendidikan kabupaten Sukabumi

serta LSM, memfasilitasi pelaksanaan lokakarya serta workshop mengenai

kurikulum pendidikan yang diikuti oleh guru-guru se-kabupaten Sukabumi.

Page 120: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

100

Program Comdev di Kabandungan terlalu menitik beratkan pada bidang infrastruktur tetapi tidak semua sarana pendidikan di Kabandungan tersentuh oleh program ini, sementara pelaksanaannya dilapangan tidak transparan dengan masyarakat mengenai anggarannya, sepertinya ada kongkalingkong dari pemberi bantuan dan pelaksana, seharusnya CHV menitikberatkan bantuan kepada murid-murid yang kurang mampu.” (HND Aktivis Karang taruna. 26 tahun)

“Dalam bidang pendidikan CHV telah memberikan beberapa bantuan kepada sekolah, kedepan bantuan tidak hanya berupa fisik bangunan saja, tetapi bantuan lain yang juga dibutuhkan oleh masyarakat, misalnya bantuan transportasi untuk anak-anak SMP/SMA karena jarak sekolah yang jauh. Kebanyakan orang tua tidak mampu menyekolahkan kerena masalah ongkos.” (AC, anggota BPD, 33 tahun)

Program pengembangan masyarakat ini ditujukan untuk mengembangkan

masyarakat sekitar lokasi operasi perusahaan, Program ini dilaksanakan secara

bersama-sama dengan Pemerintah, Masyarakat, LSM serta Perguruan tinggi,

sehingga program ini diharapkan dapat berjalan secara optimal serta

memberikan kontribusi peningkatan kualitas hidup Masyarakat disekitar lokasi

operasi Perusahaan, baik kesejahteraan maupun sumberdaya manusia.

“Dilapangan tidak seperti apa yang seperti yang disebutkan, kenyataannya di lapangan program-program tersebut seperti dirahasiakan. Mohon di perhatikan lembaga pendidikan swasta terutama di kecamatan Kabandungan” (ARDY /YNT Tokoh Pemuda,29 tahun )

Berdasarkan uraian diatas, terlihat bahwa perusahaan telah bereran serta

dalam meningkatkan pendidikan dan keterampilan masyarakat, meskipun di nilai

masih belum maksimal oleh masyarakat serta masih membutuhkan waktu yang

panjang untuk memperoleh hasil, tetapi sebagai sebuah proses upaya-upaya

yang telah dilakukan sudah mengarah pada perbaikan tingkat pendidikan dan

keterampilan masyarakat yang dapat berimplikasi pada peningkatan kualitas

sumberdya manusia di masa yang akan datang.

5.2. Program Pengembangan Masyarakat dalam Bidang Kesehatan

Dalam bidang kesehatan CHV melakukan penyuluhan kesehatan,

penyuluhan gizi dan peningkatan jangkauan sarana kesehatan serta bekerja

sama dengan dinas kesehatan kabupaten Sukabumi menggelar Program Pekan

Imunisasi Nasional (PIN), disamping itu yang telah dilakukan oleh CHV adalah

Page 121: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

101

pengobatan massal, sunatan massal serta bantuan obat-obatan, ribuan warga

dari beberapa daerah terpencil memperoleh bantuan pengobatan ini. Di samping

itu dilakukan juga menyebarkan informasi untuk mencegah HIV/AIDS kepada

generasi muda, bekerja sama dengan Yapeka serta kantor kementrian negara

lingkungan hidup.

“Program yang kami lakukan dalam bidang kesehatan diantaranya adalah Pelayanan Kesehatan Terpadu (Posyandu), CHV juga membantu dalam meningkatakan serta membangun puskesmas dan posyandu guna mendukung program pemerintah dalam menciptakan upaya meningkatkan tingkat kesehatan ibu dan anak, terutama di daerah sekitar operasi perusahaan. Disamping itu kami juga melakukan bakti sosial, kegiatan ini juga dilakukan untuk masyarakat di sekitar lokasi kerja CHV, seperti sunatan massal, vaksinasi/immunisasi “ (WE Manager Salak Community Affairs CHV, 45 tahun)

“Program kesehatan yang dilakukan oleh CHV berjalan dengan baik dan sudah meyentuh kepentingan masyarakat, diantaranya pembangunan pos yandu, makanan tambahan untuk balita serta program pengobatan masal”. (RHM, tokoh pemuda dan guru swasta, 34 tahun)

Program dalam bidang kesehatan yang selama ini dilakukan oleh CHV

dianggap masyarakat masih belum memadai, karena masih bersifat insidentil

dan dilakukan secara seremonial saja. Terbatasnya Jumlah fasilitas dan tenaga

bidang kesehatan di kecamatan Kabandungan, mengakibatkan pelayanan

bidang kesehatan menjadi kurang maksimal. Jumlah fasilitas kesehatan

dikecamatan kabandungan terdiri atas 1 puskesmas, 2 puskesmas pembantu

(pustu) dan 38 pos yandu. sehingga dalam melakukan program pengembangan

masyarakat dalam idang kesehatan ini, masyarakat mengharapkan CHV dapat

membangun sebuah rumah sakit dengan fasilitas lengkap yang dapat

dipergunakan oleh masyarakat, rumah sakit sangat diperlukan oleh masyarakat

Kabandungan, karena rumah sakit yang terdekat jaraknya adalah sekitar 34 KM

(yaitu RSUD Sekarwangi), sehingga CHV tidak lagi melaksanakan program-

program bantuan yang sifatnya bantuan sesaat.

“CHV tidak pernah membuka mata bagaimana sulitnya masyarakat mendapat pelayanan kesehatan, tidak ada dokter,tidak ada bidan dan puskesmas jauh, padahal di gunung salak ada klinik dan ada dokter tiap hari nganggur. Mestinya CHV memperbolehkan masyarakat berobat ke situ atau menyediakan bantuan ambulance untuk membantu kesehatan” (IWR , Kepala Dusun , 33 tahun)

Page 122: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

102

“Sebagai salah saatu perusahaan multinasional yang besar dan beroperasi di daerah yang jauh dari rumah sakit, seharusnya program kesehatan CHV harus sudah dapat membangun rumah sakit yang lengkap untuk masyarakat. Program selama ini hanya bersifat insidentil dan seremonial seperti sunatan masal, pengobatan gratis 1 tahun sekali dan bantuan PMT untuk anak-anak balita, kegiatan tersebut bagus, tetapi belum menyentuh kehidupan masyarakat secara keseluruhan dan belum menjawab kebutuhan masyarakat terhadap sarana kesehatan yang memadai” (DG tokoh formal Kabandungan, 43 th)

Untuk membantu menyediakan air bersih CHV telah melaksanakan

proyek pembangunan pipanisasi bagi warga kampung Tipar desa Mekarjaya

sepanjang 1.020 meter. Penyediaan air bersih layak minum untuk 170 Kepala

keluarga di di kecamatan Kalapanunggal juga membangun 7 unit “pompa setan”

yang ditempatkan di desa-desa di kecamatan Kalapanunggal serta membangun

dam penampungan air di desa Cianten untuk digunakan sebagai irigasi

pertanian dan kebutuhan air lainnya.

Sebagai upaya penyediaan fasililitas kesehatan bagi masyarakat, CHV

bekerja sama dengan LSM setempat telah membangun pos yandu di desa

Kabandungan, bantuan obat-obatan dan peralatan medis kepada Puskesmas di

kecamatan Pamijahan, pembinaan kader-kader posyandu di kampung Babakan

desa Kabandungan, menyediakan program makanan tambahan (PMT) untuk

anak balita bekerjasama dengan puskesmas pembantu, Polindes serta kader

PKK di kecamatan Pamijahan dan alam upaya perbaikan sanitasi masyarakat

telah dibangun fasilitas MCK untuk TK Al mustofa di desa Tugubandung dan 14

unit MCK di desa Purwabakti.

5.3. Program Pengembangan Masyarakat dalam Bidang Pemberdayaan

Ekonomi Lokal

Untuk membantu memberdayakan ekonomi kerakyatan, CHV turut aktif

dalam mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat lokal, terutama masyarakat

petani. CHV membina kelompok-kelompok tani antara lain petani sayur-mayur,

jagung, pepaya. Bantuan yang diberikan antara lain dalam bentuk bibit,pupuk,

penyiapan lahan dan fasilitas pertanian lain seperti bedeng-bedeng tanaman,

“Masyarakat tidak tahu samasekali tentang bantuan CHV dalam bidang kesehatan, karena tidak ada transparansi baik dari CHV maupun dari dinas kesehatan, pelaksanaan program kurang menyentuh masyarakat banyak, hanya segelintir orang saja yang menikmatinya”. (HND Aktivis Karang taruna. 26 tahun)

Page 123: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

103

bangunan tempat diskusi, peralatan pertanian seperti pompa air,

cangkul,parang,alat penyemprot hama dan lain-lain. Kelompok-kelompok tani

tersebut juga mendapat binaan dari Penyuluh pertanian yang diperbantukan

CHV bekerjasama dengan Dinas Pertanian setempat.

CHV juga membantu para kelompok tani di bidang peternakan. Melalui

bantuan ini diharapkan peternak lokal akan mampu memasok kebutuhan

komoditas pertanian di daerahnya sendiri. Bantuan juga diberikan kepada

sejumlah kelompok peternak domba dan itik petelur. Bantuan yang diberikan

berupa penyediaan bibit, pakan dan sarana pemeliharaan seperti kandang,

peralatan seperti mesin inkubasi/penetas telur serta bimbingan teknis. Bantuan-

bantuan tersebut dilaksanakan secara bergulir, artinya setelah satu kelompok

berhasil mandiri, maka bantuan harus diberikan kepada kelompok lain.

Dilapangan beberapa dari program bantuan tersebut tidak sampai kepada

masyarakat sasaran dan hanya dimanfaatkan oleh segelintir Tokoh, kelompok

atau LSM, hal ini terjadi karena adanya kesalahan dalam mengidentifikasi

kelompok-kelompok dalam masyarakat oleh CHV, disisi lain kesalahan juga

berada di pihak masyarakat, karena masih terdapat Tokoh, kelompok atau LSM

yang memanfaatkan bantuan-bantuan dan program dari CHV untuk kepentingan

pribadinya.

“Progrm bantuan CHV itu selalu dimanfaatkan dan disalah gunakan oleh tokoh,LSM untuk kepentingan pribadinya sehingga rakyat tidak merasa terbantu karena bantuan jarang sampai sepenuhnya, terkadang kelompok usaha yang sudah ada dan berjalan tidak mendapat bantuan karena tidak ada yang mengajukan, tetepi kelompok lain yang baru dibentuk dan belum memulai usahanya di bantu karena ada yang bawa LSM atau tokoh tertentu.” (ARDY /YNT) Tokoh Pemuda, 29 th )

“CHV tidak melihat sendiri dan langsung apa yang dibutuhkan oleh masyarakat, bantuan perusahaan yang turun tergantung dari proposal atau permintaan kelompok tertentu saja yang mengatasnamakan masyarakat, dan ini seringkali disalah gunakan.” (IWR , Kepala Dusun , 33 tahun)

Disamping hal tersebut diatas, di masyarakat juga masih terdapat

kelompok-kelompok pemberdayaan yang tidak mau menggulirkan bantuannya ke

kelompok lain, sehingga perguliran menjadi terhenti, atau kalaupun digulirkan,

digulirkan ke saudaranya atau kerabatnya bahkan ada yang menjual bantuan

yang seharusnya digulirkan (kasus bantuan domba bergulir di Kedusunan

Cimanggu, Babakan dan Ciawitali) dan CHV tidak pernah memberikan sanksi

Page 124: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

104

kepada kelompok-kelompok yang melakukannya, hal ini tentunya akan

mengganggu pelaksanaan program di masa yang akan datang.

“Program pemberdayan ekonomi lokal belum berjalan dengan maksimal, karena pihak-pihak yang telibat dan mendapatkan bantuan hanya itu-itu saja dan kelompok-kelompok tertentu saja tidak merata kepada semua masyarakat. Mereka yang menerima tidak mau menggulirkan bantuan yang diperoleh, paling di gulirkan ke saudaranya walaupun bukan anggota kelompok. Contohnya bantuan domba.” (RHM, tokoh pemuda dan guru swasta, 34 tahun)

CHV juga mendukung upaya pengembangan usaha lokal untuk

memajukan pertumbuhan ekonomi setempat dalam rangka meningkatkan mutu

kehidupan dan membuka peluang bagi masyarakat sekitar. Pertumbuhan

ekonomi tempatan sangat penting untuk mencapai pembanguan ekonomi

berkelanjutan. Seiring dengan pertumbuhan dan perluasan-perluasan usaha

lokal, maka akan terjadi lebih banyak pembelanjaan, meningkatkanya

pembelanjaan ini pada akhirnya akan menciptakan pendapatan untuk

mendukung lebih banyak usaha-usaha baru, sehingga terbangun sebuah sistem

ekonomi lokal yang mampu menunjang pertumbuhan berkelanjutan serta

membuka peluang bagi generasi mendatang.

“Partnership Program untuk Small And Medium Enterprises (Usaha Kecil Menengah); merupakan program pengembangan usaha masyarakat. Program ini untuk bekerjasama dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian setempat. Program ini juga termasuk training entrepreneurship, dan penyuluhan dalam pengelolaan usaha. Besar harapan Kami, dengan adanya Program Pengembangan Usaha Masyarakat ini, secara langsung akan mendorong pertumbuhan usaha kecil menengah yang juga merupakan salah satu perhatian Chevron dengan kegiatan penguatan masyarakatnya. Dalam melaksanakan program ini, telah banyak bekerja sama dengan LSM dan lembaga, yang tujuannya untuk penguatan kelembagaan bagi lembaga UKM. Bentuk penguatan ini adalah dukungan bagi lembaga keuangan mikro, baik dari sisi operasional maupun teknis. Kegiatan selanjutnya adalah penyelenggaraan pelatihan bagi para pelaku usaha kecil dan menengah di sekitar wilayah operasional CHV. Kemudian di akhiri dengan pendirian sentra produksi dan distribusi bagi komoditas pertanian dan produk industri kecil masyarakat. Program Pengembangan Usaha Masyarakat diharapkan akan semakin menampakan hasil dan manfaatnya dapat langsung dirasakan oleh masyarakat luas, khususnya para pengusaha kecil dan menengah.Program ini merupakan proses yang berjalan dari waktu ke waktu dengan tingkat kesulitan yang cukup tinggi, namun program harus terus berjalan sesuai dengan kebutuhan.” (WE, Salak Community Affairs Manager CHV, 45 tahun)

Untuk mewujudkan harapan diatas, Perusahaaan memberikan bantuan

bibit dan pupuk kepada kelopok-kelompok tani diantaranya bantuan bibit pepaya

dan pupuk kepada kelompok tani IRMA di kampung Ciawitali desa Kabandungan

dan di Desa Cianten, bantuan bibit pertanian,pupuk dan obat-obatan kepada

Page 125: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

105

kelompok tani KSM Bina sejahtera di desa Palasari Girang, bantuan bibit,pupuk

serta peralatan pertanian untuk kelompok tani Hemapta di desa Pulosari,

budidaya pertanian organik dan pembuatan kompos bekerja sama dengan

kelompok pertanian organik di desa Ciasmara dan Desa Ciasihan. Bantuan juga

diberikan kepada kelompok tani ternak ikan air tawar berupa bantuan bibit ikan

dan pakan serta tenaga instruktur di kampung Cimanggu desa Kabandungan

dan di desa Cibunian serta di desa Purwabakti

Bekerjasama dengan Pemuda Pancasila memberikan bantuan kepada

kelompok pengrajin kayu untuk peningkatan kualitas pembuatan meubelair di

desa tugu bandung serta peningkatan keahlian pemuda bekerja sama dengan

forum pemuda empat desa (FPED) kecamatan Pamijahan.

Dalam rangka membantu meningkatkan keterampilan masyarakat dan

mengurangi pengangguran, CHV bekerjasama dengan balai latihan kerja (BLK)

kabupaten Sukabumi telah memberikan pelatihan keterampilan kepada generasi

muda dengan berbagai keterampilan antara lain montir,menjahit dan pemberian

modal kerja.

“Sebetulnya dulu CHV pernah membantu pemberdayaan ekonomi warga seperti bidang peternakan kambing dan ikan serta warung kelontong di kampung Cimanggu, namun program itu tidak ada kelanjutannya dan selesai begitu saja , tidak ada pertanggungjawabannya” (KW,Tokoh Pemuda,44 th)

“Pemberdayaan ekonomi lokal sudah berjalan tetapi tolong di kontrol minimal 1 bulan 1 kali jangan Cuma nunggu laporan akhir diatas kertas, karena masih banyak di rekayasa hasil kenyataan dan laporan diatas kertas jauh berbeda.” (ES, ketua kelompok penerima bantuan pertanian dan perikanan, 37 tahun)

Untuk memanjukan serta memberikan kesempatan kepada para

pengusaha lokal CHV mengadakan program LBD (Local Business Development)

yaitu suatu program untuk meningkatkan kesempatan berusaha bagi Pengusaha

tempatan dengan memberikan kemudahan-kemudahan tertentu bagi para

pengusaha lokal dengan sayarat-syarat tertentu. Program ini bertujuan untuk

membantu, mendorong dan membina pengusaha kecil dan koperasi tempatan.

Program ini memiliki visi menjadikan perusahaan kecil dan koperasi tempatan

sebagai rekanan yang handal, professional dan mampu bersaing dengan

perusahaan lainnya dalam proses pengadaan barang dan jasa di lingkungan

perusahaan

Page 126: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

106

“Program LBD itu penuh dengan muatan politis dan hanya akal-akalan saja untuk mengkerangkeng pengusaha lokal, karena sebenarnya, tidak ada kemudahan yang dijanjikan itu, kita diperlakukan sama saja dengan perusahaan-perusahaan besar.” (JHN tokoh Pemuda/Ketua LSM 40 tahun)

Walaupun CHV telah menjalankan program pengembangan masyarakat

dalam bidang pemberdayaan ekonomi lokal tetapi dalam pelaksanaannya

program tersebut dianggap masih kurang berdampak terhadap para pengusaha

lokal (local vendor), para pengusaha lokal memandang masih kurangnya

kesempatan bagi pengusaha lokal untuk meningkatkan dan mengembangkan

usaha. Kesempatan usaha yang besar cenderung jatuh kepada perusahaan

besar dari luar daerah seperti dari Jakarta dan Bandung, sementara pengusaha

loakal hanya mendapat kesempatan pekerjaan yang nilainya kecil seperti

memasok material-material alam (batu kali, pasir dan material bangunan) dan

pekerjaan-pekerjaan konstruksi yang tidak membutuhkan keahlian yang terlalu

tinggi. Terlalu timpangnya kesempatan yang diperoleh antara pengusaha lokal

yang kecil dengan pengusaha besar yang pendatang telah menimbulkan

resistensi di kalangan pengusaha lokal terhadap perusahaan.

“Omong kosong, tidak ada pemberdayaan ekonomi lokal, gaji karyawan saja masih dibawah UMK, kesempatan besar lebih banyak di berikan kepada pengusaha besar dari jakarta, pengusaha lokal hanya di beri order-order kecil yang tidak dikerjakan oleh pengusaha besar.” (FF, Pengusaha lokal, 40 tahun.)

“Pemberdayaan ekonomi lokal CHV tidak berjalan, hal ini terlihat dari tidak adanya keterlibatan pengusaha lokal dalam tender-tender yang besar, semuanya perusahaan dari luar, mereka cenderung memberikan tender kecil-kecilan saja kepada pengusaha lokal.” (HND,Aktivis Karang taruna. 26 tahun)

Program pengembangan masyarakat dalam bidang pemberdayaan

ekonomi lokal (melalui usaha pertanian dan peternakan) di beberapa tempat

(Pulosari dan Palasari) telah berhasil menggerakan perekonomian lokal, tetapi

masih dalam wilayah yang sangat kecil (baru para pelaksana program saja). Hal

ini terjadi karena belum meratanya penyebaran program ini, pelaksanaan

program cenderung terpusat di satu atau dua daerah saja. Program tersebut

sebenarnya berpotensi untuk dapat mengembangkan perekonomian lokal, tetapi

harus dilaksanakan secara menyebar dan lebih intensif.

Page 127: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

107

5.4. Program Pengembangan Masyarakat dalam Bidang Lingkungan

Dalam bidang lingkungan CHV berpartisipasi melakukan kegiatan

konservasi bersama masyarkat dan stakeholder yang berada dalam satu

kawasan diantaranya program penanaman kembali hutan (reboisasi) di kawasan

koridor Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS) terletak di Desa

Cipeuteuy, penyediaan bibit pohon untuk penghijauan di 4 desa. CHV juga

berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan pelatihan lingkungan untuk guru-guru dan

pelajar bekerja sama dengan lembaga-lembaga lain. Dalam rangka

meningkatkan kesadaran lingkungan sejak dini, CHV bekerjasama dengan LSM

lokal mengadakan kegiatan pendidikan konservasi di untuk murid-murid sekolah

dasar.

CHV juga bekerja sama dengan PPLH-IPB (Pusat Penelitian Lingkungan

Hidup-Institut Pertanian Bogor) melakukan kegiatan dalam bidang konservasi

kawasan hutan dimana perusahaan beroperasi, serta memantau kualitas air dan

udara.

Kegiatan lingkungan; juga turut Kami lakukan, diantaranya dengan • Melakukan penghijauan bersama multistakeholders di lokasi-lokasi pinggir hutan

Gunung Halimun Salak. • Pendidikan lingkungan ke murid-murid sekolah • Penelitian dan pemantauan flora fauna di lokasi hutan sekitar kerja CHV. (WE, Salak Community Affairs Manager CHV, 45 tahun)

“CHV seharusnya lebih sering melakukan penghijauan, walaupun penghijauan sudah dilakukan, tetapi masih kurang dibanding dengan kerusakan hutan yang dilakukan.” (IWR , Kepala Dusun , 33 tahun)

“Kekurangan air yang terjadi di wilayah kita adalah salah satu dampak dari adanya CHV, dulu musim kemarau 3 bulan air tidak surut sekarang kemarau seminggu sudah tidak ada air, hancrnya sungai-sungai di sini juga dampak tidak langsung dari adanya perusahaan, karena masyarakat mengambil batu-batu sungai untuk dijual ke proyek CHV” (FK Pengusaha/Tokoh Pemuda, 39 tahun)

“Program lingkungan yang dilakukan oleh CHV masih kurang, tidak sebanding dengan kerusakan lingkungan yang diakibatkannya.” (ARDY/YNT) Tokoh Pemuda, 29 tahun )

Page 128: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

108

“Kegiatan pembangunan fasilitas produksi CHV telah menimbulkan kerusakan di daerah kabandungan yaitu dengan adanya galian C untuk penambangan batu dan pasir di sepanjang sungai cipanas,ciawitali dan cibeureum untuk di jual ke CHV. Program reboisasi yang dilakukan oleh CHV hanya seremonial saja, sedangkan efek dari kegiatan pengeboran seperti mengeringnya sumber air tidak pernah tersentuh program.” (HND Karang Aktivis Karang taruna. 26 tahun)

Dalam melaksanakan program pengembangan masyarakat di bidang

lingkungan ini, CHV nampaknya masih melakukannya secara seremonial,

misalnya ketika ada event-event tertentu saja misalnya ketika ada program

penghijauan yang dilakukan pemerintah atau ketika sedang memperingati hari

lingkungan hidup saja. Program reboisasi dan forestasi yang kontinyu dan

terprogram hanya dilakukan dilingkungan kerja perusahaan saja yaitu di wilayah

gunung salak (tempat CHV beropersi). Sementara yang di lakukan diluar wilayah

opersi perusahaan tidak terprogram dengan baik dan tidak dikuti dengan

pemeliharaan yang baik, sehingga banyak kayu yang ditanam mati, sehingga

tidak berdampak kepada lingkungan.

“Yang saya ketahui program lingkungan yang dilaskanakan oleh CHV ada, tetapi kegiatannya tidak bersifat rutin, hanya insidentil aja jika ada hari lingkungan hidup.” (RHM, tokoh pemuda dan guru swasta, 34 tahun)

“Ke depan Kami akan melakukan kegiatan penanaman pohon di fokuskan di sepanjang DAS yang d lingkungan operasi Kami, sehingga program ini akan lebih terarah dan bermanfaat bagi lingkungan.” (WE, Salak Community Affairs Manager CHV, 45 tahun)

5.5. Program Pengembangan Masyarakat dalam Bidang Infrastruktur

Bantuan berupa pembangunan dan renovasi fasilitas umum terus

diberikan oleh CHV dan ini merupakan kebutuhan yang sangat mendesak bagi

masyarakat sekitar lokasi CHV. Bantuan di berikan dalam bentuk pemberian

material/bahan bangunan, aspal dan meminjamkan alat berat. Sementara

pembangunannya dengan melibatkan partisipasi masyarakat. Kegiatan

pembangunan atau renovasi yang dilakukan selalu melibatkan partisipasi aktif

dari seluruh elemen masyarakat. Dengan melibatkan masyarakat langsung,

diharapkan masyarakat setempat merasa memiliki dan menjaga fasilitas yang

dibangun tersebut. Selain dapat merasakan manfaat dari fasilitas yang dibangun

Page 129: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

109

tersebut mereka juga dapat menambah pendapatan keluarga melalui padat

karya.

“Dalam kegiatan infrastruktur; CHV juga turut membantu pemerintah dalam membangun, merenovasi jembatan, jalan, saluran air bersih, MCK, dan public fasilitas lainnya. Diharapkan dengan bantuan ini menjadikan mempermudah akses sehingga nantinya lebih memudahkan dalam peningkatan perekonomian setempat, dan kebijakan perusahaan adalah selalu memberikan bantuan dalam bentuk barang.material (in kind) serta harus ada partisipasi dari masyarakat” (WE, Salak Community Affairs Manager CHV, 45 tahun)

“Bantuan yang diberikan seharusnya tidak hanya material saja, itupun tidak semua material yang dibutuhkan, misalnya untuk pembangunan jalan hanya diberikan bantuan asphalt-nya saja sehingga untuk membeli material lainnya diserahkan kepada masyarakat, sementara masyarakat tidak mempunyai kemampuan untuk itu, untuk makan aja sulit, jadi biasanya asphalt-nya di jual sebagian untuk membeli material lainnya Hal ini akan mengakibatkan rendahnya mutu jalan yang dibangun. Jadi kalau mau membantu jangan setengah-setengah.” (ARDY (YNT) Tokoh Pemuda,29 th )

Program yang telah dilakukan diantaranya partisipasi dalam renovasi

kantor desa, pengaspalan jalan protokol dari parungkuda ke gunung salak,

Pengaspalan jalan desa Pulosari, peningkatan jalan Kabandungan-Cipeuteuy,

Peningkatan jalan Cigoong-Nangerang, pembangunan shelter ojek di desa

Kabandungan, perbaikan pos Polsek Kalapanunggal, perbaikan jalan desa

Kedusunan Babakan, Cimanggu dan Ciawitali, pembangunan jembatan di

Cibeureum dan Cibojong, pembangunan bendungan untuk irigasi pertanian serta

bantuan penyediaan alat-alat berat untuk pekerjaan-pekerjaan yang

membutuhkan alat-alat berat. CHV juga membantu pembuatan serta perbaikan

lapangan sepak bola di tiga kecamatan.

“Dalam melaksanakan program pembangunan infrastruktur koq’ kayaknya lebih banyak diberikan ke daerah yang jauh, sementara daerah yang dekat dengan CHV diabaikan, proposal yang diajukan saja tanggapannya lamban, seperti jalan Cimanggu-Malani yang cuman 1.800 m, padahal ditempat lain yang jauh yaitu di cikidang mereka membangun jalan 6 Km, hotmix lagi.!” (IWR , Kepala Dusun , 33 tahun)

“CHV terlalu mengandalkan Pemda untuk pembangunan, seharusnya mereka punya andil yang besar untuk pembangunan infrastruktur desa kami, seperti yang mereka lakukan di Kamojang.bantuan yang ada juga cuman bantuan aspal curah saja tidak dengan materialnya.” (HND Aktivis Karang taruna. 26 th)

Page 130: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

110

“CHV tidak mau membantu pembangunan sekolah madrasah dan mesjid dengan alasan kebijakan perusahaan melarang, padahal banyak kondisi madrasah banyak yang sudah tidak layak dan membahayakan keselamatan siswa.” (YDY, guru swasta, 35 tahun)

“ Program comdev CHV dalam bidang infrastruktur Apa ya?, secara geografis kami adalah kampung yang paling berdekatan dengan perusahaan akan tetapi kepedulian mereka kepada kami sangat minim, padahal kami dengar di tempat lain yang jauh mereka membangun ini-itu. Contohnya masyarakat sini mengajukan pengaspalan jalan Cimanggu-malani sepanjang 1.800 m aja sampai sekarang tidak ada jawaban, entah kapan!, padahal kalau ada apa-apa kampung kami dulu yang kena,heran Saya!.” (KW,Tokoh Pemuda,44 th)

Program pengembangan masyarakat dalam bidang infrastruktur ini

merupakan program yang menyedot dana terbanyak dari sekian bidang yang

digarap, masyarakat cenderung melihat bantuan yang dibutuhkan harus dalam

bentuk infrastruktur karena memang di kecamatan Kabandungan infrastruktur

masih belum lengkap, tetapi disisi lain perusahaan memandang bahwa

infrastrukur bukanlah hal yang paling utama yang harus dibantu, dalam bidang

pendidikan misalnya, CHV lebih melihat pentingnya membantu “Software”-nya

ketimbang membantu “hardware”-nya artinya lebih membantu peningkatan

kapasitas guru, beasiswa dan hal lain dalam peningkatan kualitas SDM-nya

daripada membangun bangunan sekolahnya.

Disisi lain CHV berharap bahwa sekolah-sekolah yang sudah di bantu

pembangunan sarana fisiknya (bangunan, meubelair atau dalam bentuk lain)

dapat memberikan beasiswa kepada murid yang membutuhkan, hal ini di

mungkinkan karena sekolah yang di bantu tersebut secara tidak langsung sudah

melakukan penghematan dana untuk pembangunan karena pembangunanya di

ambil alih oleh CHV, sehingga dana pembangunan yang ada dapat di gunakan

untuk menambah dana operasional sekolah agar menjadi lebih murah atau di

gunakan untuk beasiswa murid, agar semakin banyak anak yang bisa masuk

sekolah.

Program pengembangan masyarakat dalam bidang infrastruktur adalah

program pengembangan masyarakat yang paling memungkinkan dilaksanakan

oleh CHV, karena disamping banyaknya proposal pembangunan infrastruktur

dari masyarakat juga pembangunan infrastruktur bentuknya konkret, sehingga

lebih cepat dilihat mata dan dapat dijadikan etalase pelaksanaan program

pengembangan masyarakat oleh perusahaan.

Page 131: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

111

5.6. Program Pengembangan Masyarakat dalam Bidang Komunikasi dan

Hubungan Sosial Masyarakat

Dalam rangka melanjutkan komitmen CHV untuk membangun dan

memelihara hubungan konstruktif dan positif dengan masyarakat setempat

khususnya masyarakat yang berada paling dekat dengan wilayah operasi, CHV

menjalin dialog yang berkesinambungan dengan para tokoh setempat. Selain itu

CHV berupaya untuk belajar lebih banyak tentang masyarakat setempat, sejarah

dan keberadaan masyarakat dalam rangka membina dan membangun tatanan

yang lebih baik bagi upaya pemberdayaan masyarakat setempat. Perusahaan

sangat menghormati masyarakat setempat dan budayanya, serta mencoba

berdialog mengenai isu-isu yang menyangkut kepentingan bersama. Dari dialog-

dialog tersebut telah menghasilkan kesepakatan-kesepakatan penting bersama

masyarakat.

“Dalam kegiatan komunikasi, memang sudah dan sedang dilakukan baik formal dan informal. Namun dirasakan perlu ditingkatkan sesuai dengan perkembangan dan kondisi.” (WE, Salak Community Affairs Manager CHV, 45 tahun)

Dalam bidang komunikasi program yang telah dilaksanakan adalah

menjalin komunikasi baik secara formal maupun informal dengan seluruh

komponen masyarakat melalui berbagai macam kegiatan diantaranya safari

Ramadhan dan buka puasa bersama yang dilakukan secara berkeliling dari

mesjid ke mesjid bersama muspika di tiga kecamatan, peyuluhan kesehatan

bekerjasama dengan puskesmas, mengadakan sosialisasi bahaya laten komunis

(balatkom) bekerjasama dengan koramil di kecamatan Kabandungan dan

Kalapanunggal.

“CHV dalam melakukan komunikasi agar lebih terbuka dan dekat dengan masyarakat serta dikenal oleh masyarakat, maka seharusnya mengangkat karyawan dalam bagian Humas dari penduduk lokal agar mengenal daerahnya.” (AR, anggota BPD, 33 tahun)

“Seharusnya dalam hal komunikasi dan hubungan dengan masyarakat, perusahaan melibatkan kepala desa, kepala dusun, RW dan para RT serta tokoh masyarakat karena ini akan menghindarkan konflik antara masyarakat dengan perusahaan, yang terjadi sekarang CHV tidak melibatkan aparat setempat lebih sering menggunakan kelompok-kelompok atau tokoh-tokoh tertentu saja.” (IWR , Kepala Dusun , 33 tahun)

Page 132: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

112

Dalam berkomunikasi dengan masyarakat, CHV menghormati adat-

istiadat yang yang berlaku di sekitar daerah operasi perusahaan. CHV juga

terlibat aktif dalam perayaan peringatan hari kemerdekaan dalam bentuk

partisipasi berupa bantuan alat-alat olah raga, kaos tim, piala bagi pemenang

perlombaan serta mengirimkan karyawan perusahaan untuk mengikuti upacara

peringatan hari kemerdekaan di kecamatan.

“Mungkin dengan orang-orang atau pihak-pihak tertentu bisa terjadi hubungan yang baik, tetapi secara keseluruhan untuk masyarakat biasa sangat susah untuk berkomunikasi dengan CHV, mau masuk aja susah apalagi bertemu.” (KW,Tokoh Pemuda,44 th)

CHV telah berpartisipasi dalam kegitan keagamaan seperti safari

Ramadhan yaitu berkunjung untuk berbuka puasa bersama masyarakat

sekaligus bersilaturahmi di desa-desa terpencil di dekat lokasi perusahaan,

dalam kesempatan inilah terjadi proses dialog,berbagi pengalaman, sosialisasi

program pengembangan masyarakat CHV, rencana kegiatan opersi perusahaan

serta pembicaraan mengenai prioritas pembangunan di desa-desa yang mungkin

dapat di bantu oleh perusahaan.

“Komunikasi dalam arti menyerap aspirasi masyarakat jarang dilakukan oleh CHV, jangankan untuk berkomunikasi dengan masyarakat, untuk akses masyarakat ke CHV saja sangat dibatasi, orang dari humas-nya saja tidak kami kenal apalagi untuk berkomunikasi, sehingga masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat jarang diketahui oleh CHV.” (HND Ketua Karang taruna. 26 tahun)

Olahraga juga digunakan sebagai media untuk berkomunikasi dengan

masyarakat, perusahaan memberikan bantuan alat-alat olahraga dan perbaikan

lapangan dan mensponsori kegiatan pertandingan olahraga di tingkat

kecamatan, klub bola yang memenangkan pertandingan kemudian dikirim untuk

bermain di stadion Lebak Bulus Jakarta untuk melakukan pertandingan

persahabatan dengan karyawan CHV Jakarta sambil berekreasi.

“Komunikasi dan hubungan sosial berjalan kurang baik, komunikasi baru dilakukan jika CHV sedang menghadapi masalah seperti jika mau ada demo dari masyarakat, baru CHV mengadakan komunikasi/pendekatan kepada kelompok-kelompok masyarakat untuk meredam.” (YDY ,guru / ketua LSM S, 30 tahun)

“CHV menutup diri, berkomunikasi kalau sedang ada masalah dengan penduduk saja.” (DF, pengusaha,42 tahun)

Page 133: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

113

“CHV kurang bermasyarakat, lebih banyak tertutup dan hanya orang-orang dekat dan orang-orang tertentu saja yang dapat berkomunikasi dengan perusahaan” (Ust. IR,guru madrasah,33 tahun)

“Komunikasi dengan masyarakat dirasa masih kurang dan jarang, saya sarankan tolong diadakan acara silaturahmi dengan masyarakat minimal 1 tahun sekali dalam acara hari besar Islam ataupun hari besar nasional untk mempererat hubungan dengan masyarakat sekitar.” (ES, ketua kelompok penerima bantuan pertanian dan perikanan, 37 tahun)

5.7. Pelajaran Pelaksanaan Terbaik (Best Practice) Program

Pengembangan Masyarakat

Untuk pelaksanaan terbaik (best practice) program pengembangan

masyarakat, dipilih PT Aneka Tambang, Tbk (PT. Antam,Tbk), dengan alasan

PT. Antam,Tbk di pandang sebagai perusahaan pertambangan yang memiliki

program pengembangan masyarakat yang baik, hal ini di tandai dengan telah

banyaknya penghargaan yang diperoleh oleh perusahaan baik dari dalam negeri

maupun dari luar negeri atas program pengembangan masyarakat yang telah

dilaksanakannya.

PT. Antam,Tbk, sebagai perusahaan pertambangan dan pengolahan

mineral yang terdiversifikasi dan terintegrasi secara vertikal menjadikan CSR

sebagai bagian dari strategi Perusahaan untuk dapat tumbuh secara

berkelanjutan. Sejak tahun 2005, PT. Antam,Tbk telah menerbitkan Laporan

Keberlanjutan (Sustainability Report) dan sejak tahun 2006 PT. Antam,Tbk telah

menggunakan format yang berpedoman pada Sustainability Reporting Guideline

(G3) yang dikeluarkan oleh Global Reporting Initiatives (GRI). Informasi yang

diungkapkan dalam laporan tersebut meliputi semua operasi unit bisnis PT.

Antam,Tbk di Indonesia, termasuk di dalamnya pertambangan nikel, emas, dan

mineral lainnya,manufaktur, perdagangan dan jasa yang terkait dengan kegiatan

usaha pertambangan. Sustainability Report berisi langkah-langkah PT.

Antam,Tbk dalam menempuh jalan keberlanjutannya serta bagaimana

meningkatkan kinerja terbaiknya untuk pilar-pilar ekonomi, lingkungan dan sosial.

Komitmen tinggi dari PT. Antam,Tbk untuk dapat melaksanakan

pengelolaan tambang yang baik dan benar untuk mencapai pertumbuhan yang

Page 134: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

114

berkelanjutan ditunjukkan dengan tingginya komitmen PT. Antam,Tbk untuk

mengelola lingkungan dan sosial.

Komitmen yang tinggi terhadap lingkungan dan sosial itu tercermin dari

struktur organisasi perusahaan dimana pada tahun 2008, PT. Antam,Tbk

melakukan perubahan struktur organisasi untuk menangani hal-hal yang terkait

dengan isu lingkungan dan pasca tambang. Struktur organisasi pengelolaan CSR

disahkan melalui SK Direksi No. 216.K/0251/DAT/2008, Sehingga dengan

demikian maka pelaksanaan pengembangan masyarakat PT. Antam,Tbk dapat

dilaksanakan dengan lebih terorganisir dan berkelanjutan karena adanya

dukungan Perusahaan serta top management yang sangat besar untuk

menwujudkannya.

Tugas dan peran Satuan Kerja Corporate Social Responsibility PT.

Antam,Tbk adalah:

1. Menyusun strategi, kebijakan dan program CSR dan post mining perusahaan

untuk mendukung kelancaran pengelolaan perusahaan dan terciptanya citra

perusahaan yang lebih baik di mata masyarakat;

2. Mengkoordinasi dan melaksanakan program CSR dan post mining (program

kemitraan, bina lingkungan dan pengelolaan program post mining);

3. Mengendalikan dan mengevalusi kegiatan CSR dan post mining

Satuan kerja CSR ini akan mengkoordinasikan implementasi CSR di seluruh unit

bisnis PT. Antam,Tbk.

Sebagai bentuk pelaksanaan prinsip responsibility dalam praktik good

corporate governance (GCG), PT. Antam,Tbk telah menjalankan program-

program CSR. PT. Antam,Tbk telah melaporkan kegiatannya itu dalam Laporan

Berkelanjutan (Sustainability Report) sebagai laporan yang terpisah dari Laporan

Tahunan yang merupakan bentuk keterbukaan.

Secara kelembagaan komitmen tersebut ditunjukkan dengan dibentuknya

Komite Lingkungan dan Pasca Tambang sebagai bagian dari pengawasan yang

dijalankan oleh Dewan Komisaris. Tanggung jawab sosial perusahaan di PT.

Antam,Tbk dilandaskan pada nilai-nilai perusahaan,standar etika, peraturan

perundangan nasional maupun internasional yang berlaku serta diselaraskan

dengan strategi perusahaan. CSR dilakukan dengan identifikasi stakeholder,

implementasi CSR, komunikasi dan kepatuhan atas CSR di PT. Antam,Tbk.

Kegiatan CSR PT. Antam,Tbk terangkum dalam Laporan Keberlanjutan

Page 135: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

115

(Sustainability Report) yang dibuat sebagai bagian dari praktik GCG PT.

Antam,Tbk. Program CSR PT. Antam,Tbk dilakukan pada 4 area yaitu:

1. Nature.

Dalam konsep triple bottom line, nature atau planet merupakan area yang

harus diperhatikan Perusahaan. Seperti dijelaskan di atas, kegiatan utama

PT. Antam,Tbk berhubungan langsung dengan alam sehingga tidak salah jika

PT. Antam,Tbk mempunyai tanggung jawab untuk menjaga dan memelihara

alam dimana Perusahaan beroperasi. Bentuk CSR yang dilakukan PT.

Antam,Tbk pada area ini berhubungan dengan pengelolaan dan

pengendalian limbah, tingkat polusi, konsumsi energi, penggunaan material

yang efisien, pengembalian fungsi lahan bekas tambang (reklamasi)

dandihasilkannya produk yang bermutu dan tidak berbahaya bagi lingkungan.

2. Well being

Karyawan sebagai bagian dari stakeholder Perusahaan merupakan bagian

dari people dalam konsep triple bottom line. Tanggung jawab perusahaan

terhadap karyawannya dilaksanakan dalam bentuk standar yang tinggi pada

kesehatan dan keselamatan kerja, komitmen atas pendapatan pegawai yang

memadai (income toliving cost ratio), kepuasan pegawai, dan kegiatan

bersama keluarga pegawai.

3. Society

Dukungan dari masyarakat sekitar sangat diperlukan bagi

keberadaan,kelangsungan hidup, dan perkembangan perusahaan sehingga

PT. Antam,Tbk sangat berkomitmen untuk memberikan manfaat dan nilai

tambah kepada masyarakat. Bentuk kegiatan yang dilakukan PT. Antam,Tbk

sebagai bentuk tanggung jawab terhadap masyarakat berkaitan dengan

pemberdayaan komunitas lokal, bantuan konsultasi kepada masyarakat dan

community development.

Contoh yang paling penting dari kegiatan ini adalah mendirikan lembaga

pendidikan dimana Infrastrktur,manajemen, sumberdaya manusia, serta

operasionalnya ditangani oleh Yayasan yang di bentuk oleh PT. Antam,Tbk,

sehingga masyarakat mendapat manfaat yang berkelanjutan dari keberadaan

lembaga tersebut. (kebanyakan yang dilakukan oleh perusahaan lain hanya

membantu dalam pembangunan infrastruktur fisik saja, sementara hal-hal

lain diluar itu tidak mendapat perhatian dan dianggap bukan merupakan

Page 136: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

116

tanggung jawab perusahaan, sehingga berdampak kecil terhadap

pengembangan sumberdaya manusia masyarakat sekitar).

4. Economic

Fokus utama dari seluruh kegiatan usaha Perusahaan adalah profit. Inilah

bentuk tanggang jawab ekonomi yang paling esensial terhadap pemegang

saham Perusahaan. Profit pada hakikatnya merupakan tambahan

pendapatan yang dapat digunakan untuk menjamin kelangsungan

Perusahaan. Aktivitas ekonomi berhubungan dengan peningkatan

pendapatan, pengurangan biaya (cost reduction) atau peningkatan efisiensi,

pengembangan produk/pasar baru, dan penyederhanaan proses.

Pendekatan PT. Antam,Tbk terhadap pengelolaan lingkungan tertuang

dalam Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), Lingkungan,

pelayanan kesehatan dan pengembangan masyarakat dimana dalam

melaksanakan kegiatannya, PT. Antam,Tbk akanmemprioritaskan K3,

memperhatikan kelestarian lingkungan, dan ikut serta dalam pengembangan

masyarakat, di dalam konteks pembangunan berkelanjutan. Selain secara

kelembagaan dalam bentuk struktur organisasi, komitmen PT. Antam,Tbk juga

ditunjukkan dengan adanya peningkatan pengeluaran untuk bidang lingkungan

dari tahun ke tahun. Realisasi pengeluaran di bidang lingkungan tahun 2007

meningkat 6 persen dari tahun 2006 menjadi sebesar Rp. 42,6 miliar dan

diperkirakan meningkat menjadi Rp. 57 miliar di tahun 2008. Bentuk-bentuk CSR

dalam lingkungan hidup antara lain sistem manajemen lingkungan yang dicakup

dalam ISO 14001, pencarian sumber energi baru yang lebih efisien dengan

konversi energi dari PLTD menjadi PLTA dan PLTU, resirkulasi air kembali ke

dalam sistem sehingga mengurangi jumlah air yang diambil dari lingkungan,

pengelolaan limbah melalui pemanfaatan kembali atau daur ulang, pemantauan

limbah cair (effluent), emisi, dan limbah padat, perencanaan penutupan dan

kegiatan pasca tambang,pelestarian fauna yang dilindungi (Unit Bisnis

Pertambangan Emas Pongkor).

Jika pelaksanaan Program pengembangan masyarakat yang telah dan

sedang dilaksanakan oleh CHV dibandingkan dengan pelaksanaan terbaik (best

practice) yang dilakukan oleh perusahaan lain (PT. Antam,Tbk), maka terdapat

kelemahan dalam pelaksanaan Program pengembangan masyarakat

dilaksanakan oleh CHV yaitu dalam hal transparansi program dan keberlanjutan

program.

Page 137: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

117

5.8. Ikhtisar

Disamping melaksanaan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi panas bumi

di Gunung Salak, CHV juga telah melaksanakan program pengembangan

masyarakat. Sesuai dengan Undang-undang nomor 27 tahun 2003 tentang

panas bumi, pasal 29 huruf f dinyatakan bahwa pemegang izin usaha

pertambangan (IUP) panas bumi memiliki kewajiban melaksanakan program

pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat.

Program pengembangan masyarakat yang telah dan sedang

dilaksanakan untuk masyarakat sekitar wilayah operasi gunung Salak antara lain

meliputi bidang Pendidikan, kesehatan, pemberdayaan ekonomi lokal,

lingkungan, infrastruktur serta komunikasi dan hubungan sosial dengan

masyarakat. Dalam pelaksanaannya, program pengembangan masyarakat yang

dilakukan oleh CHV telah mengalami pergeseran, beberapa program telah

berusaha untuk meningkatkan kapasitas masyarakat lokal, masyarakat mulai di

libatkan walaupun baru diwakili oleh orang –orang tertentu saja, namun secara

umum realisasi program masih berorientasi pada kegiatan-kegiatan yang bersifat

charity berupa pendirian infrastruktur fisik dalam bentuk pembagunan fasilitas

pendidikan, kesehatan, transportasi, prasarana air bersih, olah raga, dan tempat

peribadatan lainnya.

Program pengembangan masyarakat CHV dalam bidang pendidikan

antara lain dalam bentuk bantuan beasiswa, program beasiswa ini di berikan

kepada siswa-siswi yang berprestasi tetapi berasal dari keluarga kurang mampu

dan diutamakan bagi masyarakat yang berada di disekitar lokasi kerja CHV mulai

dari jenjang sekolah dasar,menengah pertama, menengah atas sampai

perguruan tinggi. Tetapi kriteria penerima beasiswa tersebut tidak diketahui oleh

masyarakat sekitar sehingga terdapat opini di masyarakat bahwa program

tersebut dilaksanakan secara sembunyi-sembunyi dan tidak transparan.

Dalam bidang kesehatan CHV melakukan penyuluhan kesehatan,

penyuluhan gizi dan peningkatan jangkauan sarana kesehatan serta bekerja

sama dengan dinas kesehatan kabupaten Sukabumi menggelar Program Pekan

Imunisasi Nasional (PIN), disamping itu yang telah dilakukan oleh CHV adalah

pengobatan massal, sunatan massal serta bantuan obat-obatan. Di samping itu

dilakukan juga menyebarkan informasi untuk mencegah HIV/AIDS kepada

generasi muda, bekerja sama dengan Yapeka serta kantor kementrian negara

lingkungan hidup. Program dalam bidang kesehatan yang selama ini dilakukan

Page 138: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

118

oleh CHV dianggap masyarakat masih belum memadai, karena masih bersifat

insidentil dan dilakukan secara seremonial saja.

Untuk membantu memberdayakan ekonomi, CHV turut aktif dalam

mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat lokal, CHV membina kelompok-

kelompok tani antara lain petani sayur-mayur, jagung, pepaya. Bantuan yang

diberikan antara lain dalam bentuk bibit,pupuk, penyiapan lahan dan fasilitas

pertanian lain seperti bedeng-bedeng tanaman, bangunan tempat diskusi,

peralatan pertanian seperti pompa air, cangkul,parang,alat penyemprot hama

dan lain-lain. Tetapi di lapangan beberapa dari program bantuan tersebut tidak

sampai kepada masyarakat sasaran dan hanya dimanfaatkan oleh segelintir

Tokoh, kelompok atau LSM, hal ini terjadi karena adanya kesalahan dalam

mengidentifikasi kelompok-kelompok dalam masyarakat oleh CHV, disisi lain

kesalahan juga berada di pihak masyarakat, karena masih terdapat Tokoh,

kelompok atau LSM yang memanfaatkan bantuan-bantuan dan program dari

CHV untuk kepentingan pribadinya.

Dalam bidang lingkungan CHV berpartisipasi melakukan kegiatan

konservasi bersama masyarakat dan stakeholder yang berada dalam satu

kawasan diantaranya program penanaman kembali hutan (reboisasi) di kawasan

koridor Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS), penyediaan bibit

pohon untuk penghijauan di 4 desa. CHV juga berpartisipasi dalam kegiatan-

kegiatan pelatihan lingkungan untuk guru-guru dan pelajar bekerja sama dengan

lembaga-lembaga lain. Tetapi program reboisasi dan forestasi yang kontinyu dan

terprogram hanya dilakukan dilingkungan kerja perusahaan saja yaitu di wilayah

gunung salak (tempat CHV beropersi). Sementara yang di lakukan diluar wilayah

opersi perusahaan tidak terprogram dengan baik dan tidak diikuti dengan

pemeliharaan yang baik, sehingga banyak kayu yang ditanam mati, sehingga

tidak berdampak kepada lingkungan.

Bantuan berupa pembangunan dan renovasi fasilitas umum juga

diberikan oleh CHV bagi masyarakat sekitar lokasi CHV. Bantuan di berikan

dalam bentuk pemberian material/bahan bangunan, aspal dan peminjaman alat

berat. Sementara pembangunannya dengan melibatkan partisipasi masyarakat.

Program pengembangan masyarakat dalam bidang infrastruktur ini merupakan

program yang menyedot dana terbanyak dari sekian bidang yang digarap.

Dalam rangka membangun dan memelihara hubungan konstruktif dan

positif dengan masyarakat setempat khususnya masyarakat yang berada paling

Page 139: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

119

dekat dengan wilayah operasi, CHV menjalin dialog yang dengan para tokoh

setempat tetapi komunikasi dalam arti menyerap aspirasi masyarakat jarang

dilakukan oleh CHV.

Dilihat dari kedalaman derajat partisipasi yang dipraktekkan dalam

pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh CHV di kecamatan

Kabandungan adalah derajat ke-1 (paling rendah), dimana Pihak luar (baik

perguruan tinggi maupun LSM) yang merumuskan permasalahan,

mengumpulkan informasi, dan melakukan analisis, sedangkan masyarakat hanya

sebagai obyek dari pelaksanaan program. Jika dilihat dari derajat kedalaman

ikatan orang-orang yang terlibat dalam program pengembangan masyarakat

yang dilakukan oleh CHV adalah partisipasi manipulatif dan partisipasi pasif.

Jika pelaksanaan Program pengembangan masyarakat yang telah dan

sedang dilaksanakan oleh CHV dibandingkan dengan pelaksanaan terbaik (best

practice) oleh perusahaan lain (PT. Antam,Tbk), maka terdapat kelemahan

antara lain dalam hal transparansi dan keberlanjutan program.

Page 140: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

120

Matriks 5.3. Time line Pelaksanaan Program Pegembangan Masyarakat Pada Industri Panas Bumi Gunung Salak.

No.

Keterangan

2003

2004

2005

2006

2007

1.

Pendekatan pengembangan masyarakat

Karitatif

Karitatif

Karitatif

Karitatif + Pemberdayaan

Karitatif + Pemberdayaan

2. Penekanan program • Infrastruktur • Income

generation

• Infrastruktur • Income

generation

• Infrastruktur • Pemberdayaan

ekonomi • Kesehatan

• Infrastruktur • Pemberdayaan

ekonomi masyarakat

• Infrastruktur • Local Business

Development (untuk local vendor CHV)

• Pembentukan UKM dan LKM

3. Keterlibatan masyarakat dalam program pengembangan masyarakat

Kurang Kurang Kurang Meningkat Meningkat

4. Jumlah dana

Tidak ada data Tidak ada data Rp. 4 Milyar Rp. 8,5 Milyar Rp. 8,9 Milyar (perkiraan)

5. Luas area kegiatan 2 kecamatan (Kabandungan dan Kalapanunggal , Pamijahan belum intensif)

3 kecamatan (Kabandungan, Kalapanunggal dan Pamijahan)

3 kecamatan (Kabandungan, Kalapanunggal dan Pamijahan)

3 kecamatan (Kabandungan, Kalapanunggal dan Pamijahan)

3 kecamatan (Kabandungan, Kalapanunggal dan Pamijahan)

Page 141: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

121

Sumber: Hasil wawancara dan www.jabar.go.id

No.

Keterangan

2003

2004

2005

2006

2007

6.

Pihak yang terlibat

• Perguruan tinggi • Kelompok-

kelompok lokal • LSM Lokal

• Kelompok-

kelompok lokal • LSM Lokal

• INRR • Kelompok-

kelompok lokal • LSM Lokal

• INRR • CI • Perguruan tinggi • Kelompok-

kelompok lokal • Desa dan Muspika • LSM Lokal

• PNM • Perguruan tinggi • Kelompok-

kelompok lokal • LSM Lokal

7. Keberhasilan Program Kurang berhasil Kurang berhasil Kurang berhasil

Kurang berhasil Kurang berhasil

8. Transparansi kegiatan Tidak Transparan Tidak Transparan Tidak Transparan Tidak Transparan Tidak Transparan

9. Driving Force Tuntutan Masyarakat

• Tuntutan Masyarakat

• Perluasan area produksi (expansi) perusanaan

• Tuntutan Masyarakat

• Perluasan area produksi (expansi) perusanaan

• Tuntutan Masyarakat

• Perluasan area produksi (expansi) perusanaan

• Tuntutan Masyarakat

• Perluasan area produksi (expansi) perusanaan

Page 142: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

123

Matriks 5.4. Ikhtisar Analisis Pelaksanaan Program Pegembangan Masyarakat Pada Industri Panas Bumi Gunung Salak.

No. Item Harapan Kenyataan Penjelasan

1

Hakikat Pembangunan

Pengembangan masyarakat merupakan suatu strategi dalam paradigma pembangunan yang berpusat pada rakayat (people centered development) yang menyadari pentingnya kapasitas masyarakat untuk meningkatkan kemandirian dan kekuatan internal serta kesanggupan untuk melakukan kontrol internal atas sumberdaya sosial ekonomi yang dimiliki, “ruh” pengembangan masyarakat adalah populisme atau popularisme, yaitu menempatkan masyarakat sebagai bagian terpenting energi pembangunan dengan keseluruhan hak dan kewajiban serta harkat dan martabatnya. Pengembangkan masyarakat seharusnya diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat untuk mencapai kondisi sosial-ekonomi-budaya yang lebih baik apabila dibandingkan dengan kegiatan sebelumnya,-

Realisasi program masih berorientasi pada kegiatan-kegiatan yang bersifat derma (karitatif) berupa pendirian infrastruktur fisik dalam bentuk pembagunan fasilitas infrastrukur fisik, bantuan belum dilanjutkan dengan tahapan selanjutnya, misalnya dengan bantuan manajemen dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia-nya. Akibatnya masyarakat menganggap bahwa perusahaan harus bertanggung jawab atas apapun permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat sehingga kapasitas civil society menjadi lemah dan pada akhirnya menciptakan ketergantungan (dependency syndrome) masyarakat terhadap perusahaan

Dalam pelaksanaannya, program pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh CHV telah mengalami pergeseran, beberapa program telah berusaha untuk meningkatkan kapasitas masyarakat lokal, masyarakat mulai di libatkan walaupun baru diwakili oleh orang –orang tertentu saja, namun secara umum realisasii program masih berorientasi pada kegiatan-kegiatan yang bersifat derma berupa pendirian infrastruktur fisik dalam bentuk pembagunan fasilitas pendidikan, kesehatan, transportasi, prasarana air bersih, olah raga, dan tempat peribadatan. Pada konteks ini, sulit dibedakan bahwa pembangunan fasilitas tersebut kadang bukan ditujukan untuk masyarakat lokal namun untuk perusahaan itu sendiri. Pendirian dan perbaikan fasilitas transportasi berupa jalan dan jembatan misalnya, pada tingkat tertentu sebenarnya ditujukan untuk memperlancar dan mempercepat jalannya proses produksi mereka. Dengan demikian kalaupun fasilitas tersebut juga bermanfaat bagi masyarakat lokal, maka hal tersebut merupakan externality yang menguntungkan masyarakat lokal

Oleh karena itu, dalam pengembangan masyarakat bukan hanya sekedar membantu mengatasi kesulitan yang dihadapi masyarakat-

Page 143: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

124

No. Item Harapan Kenyataan Penjelasan

sehingga masyarakat ditempat tersebut diharapkan menjadi lebih mandiri dengan kualitas kehidupan dan kesejahteraan yang lebih baik serta menjamin tumbuhnya self sustaining capacity masyarakat menuju sustainable development.

khususnya dalam rangka peningkatan taraf hidupnya, tetapi terpenting adalah sebagai upaya untuk menciptakan kemandirian masyarakat sehingga mau dan mampu mengatasi segala permasalahan yang terjadi.

2 Model Partisipasi Terjadi peningkatan dalam hal partisipasi, dimana masarakat melalui wakilnya (yang representatif) selalu dilibatkan dalam program pengembangan masyarakat mulai dari perencanaan, pelaksanaan serta pengawasannya program dan partisipasi tersebut juga harus secara berkelanjutan untuk semua program. Partisipasi yang diharapkan muncul adalah partisipasi interaktif dan mobilisasi swakarsa atau kemitraan, pendelegasian kekuasaan, dan pengawasan masyarakat ,dengan derajat kedalaman partisipasi yang di praktekan derajat paling tinggi

Realisasi program cenderung dilakukan secara tertutup dan didesain oleh pihak atau aktor dari luar, keterlibatan / partisipasi masyarakat masih kurang. Orang / kelompok yang mewakili masyarakat belum representatif. Dilihat dari derajat kedalaman ikatan orang-orang yang terlibat dalam program pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh CHV adalah partisipasi manipulatif dan partisipasi pasif serta dilihat dari derajat kedalaman partisipasi yang di praktekan dalam tingkat derajat paling rendah.

Dalam pengembangan masyarakat, partisipasi memegang peranan yang sangat penting. Keberhasilan pengembangan masyarakat akan sangat di pengaruhi oleh tingkat partisipasi masyarakat. Semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat, maka semakin tinggi keberhasilan program. Permasalahan dalam partisipasi pada saat ini bukan lagi merupakan masalah mau atau tidaknya masyarakat berpartisipasi, melainkan pada sejauh mana masyarakat dapat memperoleh manfaat bagi perbaikan kehidupan sosial ekonomi mereka melalui partisipasi. Dari uraian diatas, dapat terlihat bahwa dalam partisipasi masyarakat berlaku prinsip pertukaran dasar (Basic exchange principles), bahwa semakin banyak manfaat yang diduga akan diperoleh suatu pihak dari pihak lain melalui kegiatan tertentu maka semakin kuat pula pihak itu akan terlibat dalam kegiatan tersebut. Realisasi program yang dilaksanakan oleh CHV belum didasarkan pada semangat untuk melayani masyarakat lokal sehingga perusahaan belum melibatkan masyarakat dan pemerintah daerah.

Page 144: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

125

No. Item Harapan Kenyataan Penjelasan

Dilihat dari kedalaman derajat partisipasi yang dipraktekan dalam pengembangan masyarakat, maka derajat partisipasi dapat digolongakan menjadi 1. Derajat paling rendah, yaitu dimana

masyarakat memberikan konsultasi kepada pengembang masyarakat, masyarakat diminta tanggapan atas suatu hal. Pihak luar yang merumuskan permasalahan, mengumpulkan informasi, dan melakukan analisis.

2. Derajat menengah yaitu dimana masyarakat ikut-serta menentukan decision making process, masyarakat berpartisipasi dalam tahapan analisis, pengembangan rencana kegiatan, dan dalam pembentukan dan pemberdayaan institusi lokal dan,

3. Derajat paling tinggi yaitu dimana masyarakat melakukan self-management atau ikut-menentukan arah serta mengelola sendiri pengembangan, masyarakat mengambil inisiatif secara mandiri untuk melakukan perubahan sistem. Mereka membangun hubungan konsultatif dengan lembaga eksternal megenai masalah sumberdaya dan masalah teknikal yang mereka butuhkan, tetapi memegang kendali menyangkut pendayagunaan sumberdaya.

Dari ketiga bentuk kedalaman partisipasi itu yang penting bagi pengembangan masyarakat di industri migas adalah derajat ke-tiga (paling tinggi),

Page 145: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

126

No. Item Harapan Kenyataan Penjelasan

Dari kriteria itu maka,yang di praktekan oleh CHV masih dalam tingkat derajat paling rendah. Dilihat dari derajat kedalaman ikatan orang-orang yang terlibat, menurut Bass et al.,(1995) dalam Hobley, (1996) seperti di kutip oleh Tadjudin (2000), partisipasi yang diharapkan muncul adalah partisipasi interaktif dan mobilisasi swakarsa atau kemitraan, pendelegasian kekuasaan, dan pengawasan masyarakat (Arnstein, 1969 dalam Fisher, 1995 dikutip oleh Tadjudin 2000). Lebih lanjut Tadjudin (2000) menjelaskan, menurut Bass et al.(1995) dalam Hobley, (1996) ,terdapat beberapa tipologi partisipasi masyarakat: 1. Partisipasi Manipulatif, partisipasi

masyarakat ditunjukan dengan penempatan wakil masyarakat dalam suatu lembaga resmi, namun wakil tersebut tidak dipilih oleh masyarakat itu sendiri dan tidak memiliki kewenangan yang jelas.

2. Partisipasi Pasif, masyarakat diberitahu tentang hal-hal yang sudah jadi. Ini merupakan tindakan sepihak dari pembuat program tanpa menghiraukan tanggapan masyarakat yang bersangkutan. sumber informasi atau pendapat yang dihargai oleh pembuat program adalah pendapat para Profesional. proses pengambilan keputusan.

Page 146: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

127

No. Item Harapan Kenyataan Penjelasan

3. Partisipasi Konsultatif, masyarakat diminta tanggapan atas suatu hal. Pihak luar yang merumuskan permasalahan, mengumpulkan informasi, dan melakukan analisis. Bentuk tersebut tidak melibatkan masyarakat dalam Dan pihak luar tersebut pada dasarnya tidak berkompeten untuk ”mewakili” pandangan masyarakat.

4. Partisipasi dengan imbalan Material, masyarakat berpartisipasi dengan cara memberikan kontribusi sumberdaya yang dimilikinya, misalnya sebgai tenaga kerja untuk memperoleh imbalan makanan, uang tunai, maupun imbalan lainnya. Dalam konteks seperti ini, masyarakat tidak memiliki pijakan untk melanjutkan kegiatan ketika imbalan dihentikan.

5. Partisipasi Fungsional, partisipas masyarakat dipandang oleh pihak luar sebagai cara untuk mencapai tujuan proyek, khususnya untuk mengurangi biaya. Masyarakta membentuk kelompok yang sesuai dengan tujuan proyek yang telah ditetapkan sebelumnya oleh pihak luar. Masyarakat lokal tetap sekedar dijadikan sebagai pelayan untuk merealisasikan tujuan-tujuan eksternal.

6. Partisipasi Interaktif, masyarakat berpartisipasi dalam tahapan analisis, pengembangan rencana kegiatan, dan dalam pembentukan dan pemberdayaan institusi lokal dalam hai ini partisipasi dipandang sebagai hak dan bukan sekedar sebagai cara untuk mencapai tujuan proyek.

Page 147: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

128

No. Item Harapan Kenyataan Penjelasan

7. Mobilisasi Swakarsa, masyarakat mengambil inisiatif secara mandiri untuk melakukan perubahan sistem. Mereka membangun hubungan konsultatif dengan lembaga eksternal megenai masalah sumberdaya dan

masalah teknikal yang mereka butuhkan, tetapi memegang kendali menyangkut pendayagunaan sumberdaya.Berdasarkan tipologi partisipasi tersebut maka bentuk partispasi yang ada dalam pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh CHV adalah partisipasi manipulatif dan partisipasi pasif. Menurut Tadjudin (2000) bentuk partispasi yang sesuai untuk pengembangan masyarakat di kawasan industri migas adalah partisipasi mobilisasi swakarsa, karena partisipasi ini adalah bentuk paling ideal. Tetapi dalam pelaksanaannya harus di padukan dengan tipologi-tipologi partisipasi lainnya, sesuai dengan kondidi lokal. Mobilisasi swakarsa menuntut adanya sumberdaya manusia yang cukup ditingkat masyarakat untuk menjadi agent of change-nya. Sementara kebanyakan perusahaan pertambangan beroperasi di daerah pedalamam yang kondisi sumberdaya manusia masyaraktnya masih rendah. Sehingga tipologi-tipolgi tersebut dapat diterapkan secara bergantian sesuai dengan kondisi lokal.

3 Komunikasi Komunikasi di lakukan dalam spektrum yang luas, baik dari segi luas cakupan wilayah maupun dari jumlah stakeholder yang terlibat.

Terbatas disekitar Operasi Perusahaan dan dengan orang-orang / kelompok-kelompok terrtentu saja.

Dalam program bidang komunikasi yang telah dilaksanakan oleh CHV adalah menjalin komunikasi baik secara formal maupun informal dengan seluruh komponen masyarakat melalui berbagai macam kegiatan -

Page 148: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

129

No. Item Harapan Kenyataan Penjelasan

Komunikasi yang intensif dilakukan hanya ketika ada gejolak dalam masyarakat (ada tuntutan dari masyarakat).

diantaranya safari Ramadhan dan buka puasa bersama yang dilakukan secara berkeliling dari mesjid ke mesjid bersama muspika di tiga kecamatan Tatapi masyarakat memandang, komunikasi dalam arti menyerap aspirasi masyarakat masih jarang dilakukan oleh CHV, kecuali atas permintaan masyarakat lokal.

4 Operasionalisasi Program

Perusahaan benar-benar mewujudkan komitmen sosial dan pemberdayaan masrakat lokal, menempatkan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai nilai inti dan menganggap sebagai suatu keharusan bahkan kebutuhan dan menjadikannnya sebagai modal sosial. Perusahaan menyadari bahwa tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) merupakan suatu insentif dan bukan suatu beban.

Perusahaan melaksanakan program pengembangan masyarakat setelah ada dorongan dari masyarakat dan dalam rangka mengamankan operasi perusahaan sehingga belum merupakan prakarsa sendiri dari perusahaan (CHV), perusahaan masih pasif,menunggu usulan program dari masyarakat.

CHV mulai merealisasi kegiatan pengembangan masyarakat pada tahun 2000, fakta menunjukkan bahwa mereka merealisasi program-program tersebut secara lebih intensif pada tahun-tahun setelah dilakukannya otonomi daerah. Dalam era desentralisasi kekuatan masyarakat lokal menjadi lebih besar. Kebebasan mayarakat untuk menyalurkan aspirasinya manjadi lebih kuat serta ruang untuk menyuarakan tuntutan masyarakat pada masalah pencemaran, masalah tenaga kerja, dan masalah lainnya terhadap perusahaan pun menjadi lebih luas. Masyarakat mulai menuntut Perusahaan melalui demonstrasi untuk segera melakukan program Pengembangan masyarakat secara sungguh-sungguh.

5 Tata Kelola Program Pengembangan Masyarakat

Pelaksanaa program pengembangan masyarakat di laksanakan secara transparan mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai pada evaluasi, serta pihak yang terlibat maupun besaran dana yang digunakannya. .

Wakil masyarakat belum dilibatkan dalam perencanaan,pelaksanaan dan pengawasan program pengembangan masyarakat. Keterlibatan masyarakat masih terbatas, yang terlibat hanya kelompok-kelompok / orang-orang tertentu sebagai penerima program

Pengordinasian dan pengintegrasian program dengan program lain masih lemah serta perusahaan masih pasif menunggu usulan program dari masyarakat serta kurang berperan masksimal dalam upaya mengembangkan dan menjaga keberlangsungan usaha. Program pengembangan masyarakat yang dilakukan juga mempunyai pengaruh negatif yaitu terjadinya

Page 149: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

130

No. Item Harapan Kenyataan Penjelasan

Perusahaan menyediakan informasi yang memadai dan akurat yang dapat diakses oleh masyarakat tentang program yang sudah, sedang dan akan dilaksanakan

Program yang dilaksanakan belum transparan dan tidak ada mekanisme evaluasi/audit partisipatoris. Laporan kegiatan program tidak di berikan kepada masyarakat maupun pemerintah lokal (Desa dan Kecamatan) tetapi langsung ke Pemeritah Pusat, sehingga banyak terdapat program yang tumpang tindih dengan program pemerintah.

ketergantungan masyarakat terhadap perusahaan serta terdapatnya kelompok-kelompok dalam masyarakat yang menimbulkan konflik yang melibatkan kelompok-kelompok tersebut. Program community development CHV dalam bidang pendidikan antara lain dalam bentuk bantuan beasiswa, program beasiswa ini di berikan kepada siswa-siswi yang berprestasi tetapi berasal dari keluarga kurang mampu dan diutamakan bagi masyarakat yang berada di disekitar lokasi kerja CHV. Tetapi kriteria penerima beasiswa tersebut tidak diketahui oleh masyarakat sekitar sehingga terdapat opini di masyarakat bahwa program tersebut dilaksanakan secara sembunyi-sembunyi dan tidak transparan serta hanya ditujukan untuk keluarga karyawan CHV atau orang –orang dan kelompok tertentu saja. Program tersebut dinilai masih kurang cukup oleh masyarakat sekitar, karena program tersebut masih bersifat project tidak terprogram dengan baik dan tidak berkesinambungan, sehingga belum berdampak maksimal terhadap peningkatan dan penciptaan Sumberdaya Manusia lokal. Evaluasi dan monitoring terhadap pelaksanaan program pengembangan masyarakat juga belum melibatkan komponen masyarakat, sehingga belum dapat meminimalisir penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan program seperti tidak tepat sasaran serta penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan program.

Page 150: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

131

No. Item Harapan Kenyataan Penjelasan

6

Tekanan Program

Pemberdayaan masyarakat berarti menghilangkan ketidakberdayaan masyarakat dengan membuka peluang yang sebesar-besarnya dalam segala bidang, baik ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan

Program pengembangan masyarakat yang dilaksanakan lebih banyak dalam bidang pembangunan Infrastruktur

Kehaadiran perusahaan akan membawa dampak positif dan negatif baik secara langsung maupun tidak langsung. Dampak ini dapat terjadi pada aspek aspek sosial-ekonomi dan budaya, lingkungan, tata ruang, lahan dan tanah maupun aspek fisik-kimia-biologi. Dalam pelaksanaannya program pengembangan masyarakat menekankan pada tiga aspek utama, yaitu: 1.Aspek sosial,Yang menekankan bagaimana

kebutuhan masyarakat dan perusahaan perlu diakomodasikan dan dikomunikasikan, serta peran apa yang dapat dilakukan perusahaan untuk membantu kehidupan masyarakat sekitar,

2.Aspek ekonomi,yang menekankan bagaimana perusahaan dapat membantu kehidupan perekonomian masyarakat sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat;

3.Aspek kelestarian lingkungan,yang menekankan bagaimana perusahaan dan masyarakat memandang masalah lingkungan sebagai masalah bersama serta merumuskan langkah preventif dan kuratif yang perlu dilaksanakan bersama.

Dalam pelaksanaan program pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh CHV lebih banyak dilakukan pada bidang pembangunan infrastruktur fisik saja. Sehingga bidang-bidang lain kurang mendapatkan perhatian yang besar, hal ini dilakukan CHV dengan alasan sesuai dengan permohonan masyarakat.

Sumber : Hasil Penelitian

Page 151: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

VI. KONTRIBUSI PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN

MASYARAKAT INDUSTRI PANAS BUMI GUNUNG SALAK

TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH

Kontribusi program pengembangan masyarakat terhadap pengembangan

wilayah dapat dikaji dari berbagai aspek antara lain pertumbuhan perekonomian

daerah, peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan

masyarakat. Pengembangan wilayah akan selalu mengarah pada langkah atau

tindakan yang dapat merubah produktivitas daerah melalui penduduk, tenaga

kerja, tingkat pendapatan dan nilai tambah yang diperoleh dari industri.

Perubahan tersebut juga terjadi pada pengembangan dari aspek sosial seperti

peningkatan kualitas prasarana publik, kesejahteraan dan kualitas lingkungan.

Pelaksanaan program pengembangan masyarakat dapat menjadi

penggerak bagi pengembangan wilayah, melalui pelaksanaan program

pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh perusahaan dapat membantu

wilayah untuk berkembang. Program pengembangan masyarakat dalam bidang

infrastrukutur jalan dan jembatan misalnya, akan meningkatkan mobilitas

masyarakat dalam menjual output yang dihasilkan oleh masyarakat sehingga

dapat berdampak terhadap murahnya ongkos yang harus dikeluarkan yang pada

akhirnya dapat meningkatkan keuntungan, meningkatnya keuntungan akan

meningkatkan kesejahteraan dan dengan meningkatnya kesejahteraan akan

meningkatkan daya beli masyarakat. Meningkatnya daya beli masyarakat akan

memicu tumbuhnya produksi yang akan mengakibatkan penyerapan tenaga kerja

dan pada akhirnya akan berdampak terhadap pengembangan ekonomi wilayah.

Melalui program pengembangan masyarakat, perusahaan dapat

melakukan pengembangan dan penguatan kelompok-kelompok swadaya

masyarakat, masyarakat adat, komunitas lokal, organisasi profesi serta

peningkatan kepasitas usaha masyarakat yang berbasiskan sumberdaya

setempat (resources based), serta aspek sosial yang menekankan bagaimana

kebutuhan masyarakat dan perusahaan perlu diakomodasikan dan

dikomunikasikan, serta peran apa yang dapat dilakukan perusahaan untuk

membantu kehidupan masyarakat sekitar.

Page 152: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

133

Disamping itu mengoptimalkan penggalian,pemanfaatan dan pengelolaan

berbagai potensi ekonomi daerah sesuai dengan kondisi obyektif daerah.

Memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup di daerah, memperkecil kesenjangan,

pertumbuhan dan ketimpangan kesejahteraan masyarakat, serta menekankan

bagaimana perusahaan dapat membantu kehidupan perekonomian masyarakat

sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat, memberikan peluang

kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan publik,

mengembangkan dialog dan interaksi antara pemimpin dengan masyarakat.

Pengembangan masyarakat yang dilaksanakan juga dapat

merealisasikan dan menumbuhkan kehidupan demokrasi di masyarakat

(grassroot democracy), pengembangan Lingkungan, kelestarian lingkungan

yang menekankan bagaimana perusahaan dan masyarakat memandang

masalah lingkungan sebagai masalah bersama serta merumuskan langkah

preventif dan kuratif yang perlu dilaksanakan bersama-sama.

Uraian diatas menunjukan bahwa program pengembangan masyarakat

yang dilakukan oleh perusahaan dapat mendorong pengembangan wilayah

dimana perusahaan beroperasi, oleh karena itu, dalam pengembangan

masyarakat bukan hanya sekedar membantu mengatasi kesulitan yang dihadapi

masyarakat, tetapi yang terpenting adalah sebagai upaya untuk menciptakan

kemandirian masyarakat sehingga mau dan mampu mengatasi segala

permasalahan yang terjadi dalam upaya pengembangan wilayah.

Untuk mengetahui kontribusi program pengembangan masyarakat

terhadap pengembangan wilayah, tidak hanya di pandang dari satu aspek tetapi

dapat dilihat dari berbagai aspek antara lain pembangunan daerah,

pembangunan manusia serta kebijakan-kebijakan yang mendukung pelaksanaan

kegiatan industri panas bumi itu sendiri.

Dalam implementasi program pengembangan masyarakat juga dianalisis

mengenai kelemahan dan pengaruh negatif yang timbul dari pelaksanaan

program pengembangan masyarakat seperti adanya kelemahan dalam

pengordinasian dan pengintegrasian program, lemahnya evaluasi dan

pengawasan terhadap program serta munculnya ketergantungan masyarakat

terhadap perusahaan juga adanya potensi konflik yang ditimbulkan.

Page 153: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

134

6.1. Kontribusi Pelaksanaan Program Pengembangan Masyarakat Industri Panas Bumi Gunung Salak Terhadap Pertumbuhan Perekonomian Daerah dan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat

PDRB Kabupaten Sukabumi menunjukan peningkatan dari tahun ke

tahun. Namun PDRB tanpa migas menunjukan peningkatan yang ralatif lebih

tinggi dibandingkan dengan PDRB dengan migas. Hal ini menunjukan bahwa

sektor perekonomian Kabupaten Sukabumi tidak di pengaruhi oleh subsektor

migas.

PDRB atas dasar harga berlaku untuk Kabupaten Sukabumi secara

umum dari tahun 2000 – 2005 meningkat 5.9 trilyun rupiah, pada tahun 2000,

6,8 trilyun rupiah pada tahun 2001, menjadi 7,7 trilyun rupiah pada tahun 2002,

dan melonjak pada tahun 2003 menjadi 8.4 trilyun rupiah serta pada tahun 2004,

menjadi 9,5 trilyun rupiah terakhir tahun 2005, meningkat menjadi 11,3 trilyun

rupiah. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2005 yaitu sebesar 18.95

persen dan terkecil pada tahun 2003 yaitu hanya sebesar 9.09 persen.

Dengan mengelompokan sembilan sektor ekonomi menjadi tiga sektor

yaitu sektor primer, sekunder dan tersier tampak bahwa kelompok sektor primer

yaitu sektor pertanian dan pertambangan dan penggalian masih mendominasi

dalam penciptaan nilai tambah di Kabupaten Sukabumi. Tahun 2005 sumbangan

sektor primer terutama pertanian terhadap PDRB Kabupaten Sukabumi

mencapai 4.687 miliar rupiah atau 41.3 persen dari total PDRB Kabupaten

Sukabumi.

Pada Tabel 6.1 terlihat bahwa struktur perekonomian Kabupaten

Sukabumi menurut kelompok sektor terlihat sektor pertanian mempunyai peranan

yang sangat besar dibandingkan dengan sektor yang lainnya dalam

perekonomian Kabupaten Sukabumi yaitu sebesar 35.98 persen pada tahun

2005. Jika di telaah lebih lanjut di sektor pertanian ini, dari tahun ke tahun

didominasi oleh sub sektor pertanian tanaman pangan yang memiliki peranan

yang sangat besar. Ditinjau dari peran masing-masing sektor ternyata ada empat

sektor yang peranannya kurang dari lima persen yaitu sektor Listrik, gas & air

minum yaitu hanya 1.32 persen; sektor bangunan & konstruksi 3.34 persen;

sektor keuangan, persewaan & jasa perusahaan 3.25 persen; dan sektor

Pertambangan dan Penggalian 3.36 persen.

Page 154: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

135

Tabel 6.1. PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Sukabumi Menurut sektor

usaha tahun 2000-2005 (dalam miliar rupiah)

Sektor

2000

2001

2002

2003

2004

2005

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) I. Primer 2.552,2 2.961.2 3.394.2 3.740.4 4.105.7 4.687.1

1. Pertanian 2.250,2 2.596.3 2.998.6 3.311.6 3.631.5 4.079.3 2. Pertamb & Penggalian 302,5 365.0 395.6 428.8 474.2 607.8

II. Sekunder 1.124,1 1.352.5 1.578.3 1.812.3 2.069.0 2.471.3 3. Industri Pengolahan 989.2 1.193.1 1.393.9 1.521.0 10642.5 1.942.8 4. Listrik, Gas & air bersih 52.6 64.4 72.6 1001.1 130.8 150.1 5. Bangunan 82.3 95.0 111.8 190.2 295.6 378.4

III. Tersier 2.202.9 2.477.4 2.687.2 2.886.8 3.314.4 4.179.4 6. Perdag,Hotel & Rest 1.018.9 1.142.7 1.237.6 1.317.4 1.513.4 1.969.0 7. Pengangk & Kom 311.8 377.3 424.6 470.5 627.8 906.6 8. Keu,perswn & jasa Perh. 212.5 241.5 267.6 292.3 312.2 368.0 9. Jasa-jasa 659.6 715.9 757.4 806.6 860.7 935.8

PDRB 5.879.6 6.791.1 7.659.7 8.439.5 9.488.7 11.337.8 Sumber: PDRB Kabupaten Sukabumi, BPS Kabupaten Sukabumi

Semakin besar presentase suatu sektor dalam PDRB, maka semakin

besar pula pengaruh sektor tersebut di dalam perkembangan ekonomi suatu

daerah. Jadi besarnya persentase sumbangan sektor pertanian jika di

bandingakan dengan sektor lain terhadap PDRB Kabupaten Sukabumi

menandakan bahwa sektor pertanian memegang peranan yang sangat penting

di dalam perkembangan ekonomi Kabupaten Sukabumi dibandingkan dengan

sektor-sektor yang lain. Hal ini juga menunjukan bahwa perekonomian

Kabupaten Sukabumi tidak tergantung pada subsektor migas, sektor migas

hanya berperan kurang dari lima persen saja dalam perekonomian Kabupaten

Sukabumi.

Berdasarkan Tabel 6.1 diatas, jika dilihat dari sumbangan sektor-sektor

perekonomian terhadap PDRB, maka kehadiran industri panas bumi belum

memberikan dampak yang signifikan terhadap perekonomian Kabupaten

Sukabumi, hal ini terlihat dari rendahnya sumbangan sektor ini terhadap PDRB

Kabupaten Sukabumi. Rendahnya sumbangan terhadap PDRB, menyebabkan

rendah pula sumbangan perusahaan terhadap kemajuan perekonomian wilayah.

Hal ini mengindikasikan telah terjadinya leakages syndrome, yaitu kebocoran

ekonomi lokal berupa penghisapan rente ekonomi sumberdaya alam ke luar

wilayah. Aliran arus pendapatan dan manfaat (benefit) terjadi pada tingkat

nasional. Namun belum memberikan manfaat yang sangat besar kepada

masyarakat lokal terutama kepada mereka yang tinggal disekitar proyek

Page 155: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

136

tersebut. Meskipun keberadaan industri geothermal memberikan kesempatan

kerja kepada masyarakat setempat, namun masih dalam jumlah yang relatif

kecil. Hal ini disebabbkan sebagian besar karyawan perusahaan berasal dari

luar daerah Kecamatan Kabandungan.

Oleh karena itu jika dilihat dari sumbangannya terhadap PDRB, maka

kontribusi perusahaan terhadap pengembangan wilayah terutama dalam

pengembangan ekonomi wilayah masih sangat rendah. Program pengembangan

masyarakat yang dilakukan oleh perusahaan pun belum mengarah pada

peningkatan pertumbuhan ekonomi wilayah, hal ini terlihat dari jenis program

pengembangan masyarakat yang dijalankan oleh perusahaan yang didominasi

oleh kegiatan yang masih berbentuk karitatif.

Disamping itu, kehadiran industri panas bumi belum banyak memberikan

perubahan terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat yang berada di sekitar

perusahaan. Hal ini disebabkan karena program pengembangan masyarakat

yang dilakukan oleh perusahaan lebih banyak di tujukan kepada pembangunan

infrastruktur secara fisik, sedangkan sumberdaya manusia sebagai bagian

penting dari kegiatan pembangunan belum mendapatkan porsi yang memadai.

Meskipun perusahaan telah melakukan program pengembangan

masyarakat, namun belum memberikan perubahan terhadap tingkat

kesejahteraan masyarakat di sekitar perusahaan. Ini terlihat dari masih

banyaknya jumlah keluarga miskin di Kecamatan Kabandungan seperti terlihat

dalam tabel berikut:

Tabel 6.2. Rumah Tangga Miskin Penerima BLT di Kecamatan Kabandungan Tahun 2005/2006

Rumah Tangga Rumah Tangga Miskin

Persentase Rumah Tangga Miskin

( persen) 8.467 5.170 61.06 persen

Sumber Data: BPS Kab. Sukabumi 2006 (diolah)

Seperti terlihat dalam Tabel diatas, Penduduk miskin di Kecamatan

Kabandungan masih cukup besar yaitu mencapai 5.170 keluarga dari 8.467

Rumah tangga yang ada di Kecamatan Kabandungan atau sekitar 61,06 persen,

dan merupakan jumlah prensentase keluarga miskin terbesar se-Kabupaten

Sukabumi.

Page 156: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

137

Hal ini mendukung hasil penelitian yang terdahulu yang dilakukan oleh

Saleng (2004) yang menyatakan bahwa kontribusi perusahaan pertambangan

terhadap masyarakat sekitar baik melalui program community development

maupun program pembangunan lainnya belum merupakan jaminan

kesejahteraan sosial–ekonomi mayarakat setempat, tetapi masih sebatas untuk

menghilangkan konflik antara masyarakat sekitar dengan perusahaan.

Penyebab rendahnya pengaruh kehadiran perusahaan terhadap

masyarakat lokal yang berada disekitar perusahaan antara lain karena program

pengembangan masyarakat yang dilakukan perusahaan masih bersifat top-down.

Hal ini tercermin dari bentuk pelaksanaan program pengembangan masyarakat

yang umumnya bersifat proyek dan masyarakat hanya sebagai penerima atau

objek. Selama ini Jenis dan bentuk program Pengembangan masyarakat

ditentukan oleh CHV sehingga masyarakat bersifat sebagai obyek dari

pelaksanaan program. Bentuk kegiatan pengembangan masyarakat seperti ini

lebih dikenal dengan istilah development for community karena berbagai inisiatif,

perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembangunan dilaksanakan oleh aktor

dari luar.

Kegiatan pengembangan masyarakat yang dilakukan perusahaan belum

mampu menyelesaikan permasalahan utama kemiskinan, kesehatan, pendidikan

dan lingkungan yang dihadapi masyarakat lokal. Padahal esensi pengembangan

masyarakat mestinya mampu menyelesaikan masalah tersebut. Disamping itu

program pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh perusahaan belum

sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan hanya menyentuh sebagaian

masyarakat saja, yaitu masyarakat yang berada pada lapisan atas (elite) saja.

Hal ini disebabkan karena perencanaan program belum melibatkan masyarakat,

sehingga aspirasi masyarakat tidak tertampung dalam program-program

tersebut.

Program kemitraan (partnership program) untuk small and medium

enterprises (usaha kecil menengah) yang merupakan program pengembangan

usaha masyarakat dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian setempat,

belum berjalan sesuai dengan harapan, sehingga program tersebut belum

berdampak bagi para pelaku usaha kecil dan menengah di sekitar wilayah

operasional CHV.

Dalam bidang infrastruktur terjadi peningkatan pembangunan sarana

umum yang dibangun atas bantuan dari perusahaan, tetapi hanya sedikit saja

Page 157: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

138

yang dibangun secara langsung oleh perusahaan (kurang dari 10 Bangunan),

selebihya hanya bantuan materialnya saja sehingga kualitas sarana yang di

bangun menjadi di bawah standar.

Berdasarkan uraian diatas, terlihat bahwa kegiatan industri panas bumi di

gunung Salak belum memberikan dampak yang signifikan terhadap

pengembangan wilayah Kecamatan Kabandungan. Hal ini tercermin dari: 1).

Masih rendahnya sumbangan industri panasbumi terhadap PDRB Kabupaten

Sukabumi, 2). Kesejahteraan masyarakat masih rendah, 3). Rendahnya

penyerapan tenaga kerja lokal dan belum meratanya pelaksanaan program

pengembangan masyarakat.

6.2. Ketergantungan Masyarakat Terhadap Perusahaan

Kecamatan Kabandungan yang relatif jauh dari pusat pemerintahan

kabupaten Sukabumi serta relatif sulit dijangkau oleh sarana transportasi dan

komunikasi. Sulitnya medan sering menjadi penyebab minimnya porsi

pembangunan yang diterima masyarakat sehinga tidak hanya menyebabkan

ketertinggalan perkembangan fisik wilayah, tetapi juga menciptakam masyarakat

marginal yang sulit untuk berkembang. Dalam kondisi masyarakat seperti ini,

maka kehadiran industri panas bumi gunung Salak yang dikelola oleh CHV

merupakan potensi penting untuk mempercepat perkembangan masyarakat dan

pembangunan fisik wilayah di tengah keterbatasan kemampuan yang dimiliki

pemerintah daerah melalui pelaksanaan program pengembangan masyarakat.

Tingginya tingkat harapan masyarakat terhadap perusahaan ditandai

dengan besarnya permohonan bantuan kepada perusahaan, baik berupa

bantuan pembangunan dan perbaikan sarana umum maupun bantuan modal

usaha. Pemenuhan terhadap permohonan bantuan tersebut selama ini

dilakukan oleh perusahaan melalui program pengembangan masyarakat yang

mereka laksanakan. Program pengembangan masyarakat yang dilaksanakan

perusahaan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat yang menerima

program,sehingga semakin memperbesar keyakinan masyarakat akan

pentingnya kehadiran perusahaan, tetapi disisi lain semakin mempertegas posisi

antara “pemberi” dan “penerima” bantuan. Sandaran sosio economic security

yang ada pada ikatan-ikatan sosial horizontal berganti ke arah vertikal yaitu

perusahaan. Akibatnya masyarakat menganggap bahwa perusahaan harus

bertanggung jawab atas apapun permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat

Page 158: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

139

sehingga kapasitas civil society menjadi lemah dan pada akhirnya menciptakan

ketergantungan (dependency syndrome) masyarakat terhadap perusahaan.

Ketergantungan masyarakat ini merupakan ekses negatif dari

pelaksanaan program pengembangan masyarakat, karena rendahnya

pemahaman para pelaksana program terhadap program yang dilaksanakan,

atau karena tidak diikutsertakannya masyarakat penerima bantuan dalam

merencanakan kegiatan.

Ketergantungan terhadap perusahaan antara lain terlihat dalam

pendanaan untuk pembangunan sarana infrastruktur seperti pembangunan

mesjid, mushola dan madrasah, perbaikan jalan, jembatan serta peringatan hari

besar agama dan nasional yang pada awalnya dapat dilakukan dari dana yang

bersumber dari swadaya masyarakat dan gotong royong, kini sebagian besar

merupakan bantuan perusahaan. Pada dasarnya selama bantuan-bantuan

tersebut dapat dijadikan sebagai stimulan untuk meningkatkan partisipasi dan

inisiatif lokal merupakan hal yang positif, namun apabila bantuan perusahaan

justru dijadikan pilar utama dalam pengembangan usaha maupun dalam

pembiyaan pembangunan sarana umum sehingga memperkecil partisipasi dan

swadaya masyarakat dan memperbesar ketergantungan terhadap perusahaan

justru menjadi sesuatu yang kontra produktif. Hal ini menyebabkan masyarakat

menjadi tidak mampu untuk mandiri dalam melaksanakan berbagai kegiatan

kemasyarakatan, jika sudah menyangkut kegiatan yang memerlukan dana

secara otomatis yang ada dalam benak para pelaksana adalah mengajukan

proposal permohonan bantuan dana kepada perusahaan tanpa terlebih dahulu

melakukan usaha-usaha sendiri. Masyarakat lebih memilih tidak meneruskan

/tidak jadi membangun jika tidak menerima bantuan dari perusahaan.

Walaupun tujuan dari pelaksanaan pengembangan masyarakat adalah

untuk memberdayakan masyarakat, tetapi dalam pelaksanaannya justru

menumbuhkan ketidak-mandirian masyarakat, hal ini dikarenakan kedua belah

pihak memiliki persepsi yang berbeda tentang program pengembangan

masyarakat, disamping itu tidak terjalinnya komunikasi. Komunikasi mengenai

program yang diusulkan terjadi hanya melalui proposal atau surat menyurat,

sehingga bisa jadi perusahaan merealisasikan program yang di propose-kan

dengan motif untuk keamanan bukan pemberdayaan, sementara pemohon

mengajukan program dengan motif untuk meminta “jatah” sehingga proposal

hanya formalitas untuk menjadi alat agar “jatah” tersebut dapat diterima.

Page 159: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

140

6.3. Pengordinasian Dan Pengintegrasian Program Pengembangan

Masyarakat Dengan Program Lain

Dalam implementasi program pengembangan masyarakat perusahaan

masih bersifat menunggu usulan dari masyarakat, serta masih kurang maksimal

dalam upaya mengembangkan dan menjaga keberlangsungan usaha

masyarakat. Pelaksanaan program pengambangan masyarakat yang

dilaksanakan oleh perusahaan porsinya masih relatif kecil, dan cenderung

tumpang tindih dengan program yang sedang dilaksanakan oleh CHV sendiri

atau dengan program yang di laksanakan pemerintah, misalnya tumpang tindih

antara program pengembangan masyarakat CHV dengan program PNPM

(program nasional pengembangan masyarakat) yang dikelola oleh pemerintah

Kecamatan Kabandungan. Padahal antara kedua program ini dapat di padukan

antara satu dengan yang lain dan dapat saling menopang, karena bidang

garapan dari program ini relatif sama yaitu bidang pendidikan dan kesehatan.

Padahal jika program yang memiliki bidang garapan yang sama itu di padukan

akan meningkatkan efektifitas program serta dapat lebih meningkatkan jumlah

masyarakat yang dapat di bantu, hal ini pernah dilakukan oleh CHV dengan

Pemerintah daerah Kabupaten Sukabumi dalam pelaksanaan program Pekan

Imunisasi Nasional (PIN) tahun 2006, dan berhasil meningkatkan keikutsertaan

masyarakat dalam program ini dan keberhasilannya mencapai 100,8 persen

pada putaran ke–enam, akan tetapi sayang program kolaborasi yang baik ini

tidak diukuti oleh program-program lainnya.

Apabila dikaji pada tingkatan yang lebih makro, program yang dilakukan

terlihat tidak dirancang secara sistematis untuk jangka waktu yang panjang

dengan goal yang jelas. Beberapa program terlihat diimplementasikan secara

parsial, terpisah satu sama lain. Beberapa program pengembangan masyarakat

yang dilakukan CHV, dilaksanakan secara insidentil, menunggu pengajuan

masyarakat tanpa ada kerangka berpikir yang tersusun secara terencana. Pada

kasus yang lain, suatu program terlihat didesain cukup sistematis seperti

program dalam bidang pertanian yang direalisasi oleh CHV misalnya, dalam

prakteknya terlihat belum terintegrasi antara sub-program yang satu dengan

yang lain. Dalam tahapan peningkatan hasil produksi pertanian program tersebut

mampu melakukannya dengan baik. Namun keberhasilan ini tidak diikuti dengan

penyiapan pasar untuk menjual hasil produksi sehingga yang terjadi adalah

ketika terjadi produksi yang besar, pasar lokal tidak mampu menampung hasil

Page 160: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

141

pertanian tersebut. Sementara Perusahaan belum menyiapakan alternatif tempat

penjualan. Akibatnya merugikan petani. Pendekatan seperti ini tentu saja tidak

memberikan kontribusi secara signifikan bagi peningkatan ekonomi rumah

tangga. Secara ekonomis masyarakat tidak mengalami peningkatan pendapatan

yang berarti. Secara politis mereka tidak terberdayakan. Mereka masih terlihat

sebagai penerima program pasif. Mereka tidak memiliki ruangan yang cukup

untuk berpartisipasi dalam penentuan program dan mengelolanya. Mereka belum

ditempatkan pada posisi sentral realisasi program.

Hal tersebut diatas menunjukan masih rendahnya pengoordinasian dan

pengintegrasian pelaksanaan program pengembangan masyarakat dengan

program lain. Padahal pengintegrasian program pengembangan masyarakat

perusahaan dengan program pemerintah akan menghindari inefesiensi dan

inefektif, tidak tepat sasaran atau bertabrakan dengan program lainnya., serta

dapat mengisi kekosongan pembangunan, Sekalipun pada umumnya

pengucuran dana bantuan untuk pembangunan sarana dan prasarana

berdasarkan pengajuan dan permohonan masyarakat, tetapi dengan dana yang

terbatas maka akan sulit bagi perusahaan untuk memenuhi seluruh pengajuan

bantuan dari masyarakat yang tentu jumlahnya akan banyak, untuk menghindari

inefesiensi, tidak tepat sasaran atau bertabrakan dengan program lainnya seperti

tersebut diatas, maka dalam mengalokasikan dana dan memilih program yang

akan dibantu perlu mempertimbangkan rasa keadilan dalam arti siapakah pihak

yang paling membutuhkan dan cakupan manfaat yang akan ditimbulkannya

paling besar serta memperhatikan pula perencanaan makro pembangunan

wilayah agar tidak bertabrakan dengan program lain yang dilaksanakan oleh

pemerintah.

Untuk meningkatkan efektifitas dari program, maka penentuan jenis

kegiatan yang akan dilaksanakan sebagai pilihan program pengembangan

masyarakat oleh perusahaan yang berimplikasi pada peningkatan pendapatan,

alokasi dana untuk peningakatan pendidikan dan keterampilan serta upaya

pengembangan usaha dan penciptaan prospek pasar sebaiknya dilakukan

melalui mekanisme perencanaan yang sistematis dan terpadu dengan

melibatkan berbagai stakeholders yang ada dalam masyarakat sehingga dapat

memadukan potensi dan menciptakan sinergitas.

Hal tersebut diatas perlu dilakukan karena pengembangan masyarakat

bukan hanya tanggung jawab perusahaan saja, melainkan tanggung jawab

Page 161: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

142

bersama stakeholders, maka keterpaduan dengan program-program lain yang

dilaksanakan oleh stakeholders tersebut sangat diperlukan dalam rangka

memberikan penguatan terhadap aktivitas program pengembangan masyarakat

yang dilakukan oleh perusahaan. Dalam pelaksanaannya diperlukan suatu

mekanisme tidak hanya menciptakan keterpaduan proses (mulai dari

perencanaan program, pelaksanaan dan pengawasan serta evaluasi terhadap

program) tetapi juga dapat mengatur dan memberi kesejajaran tempat bagi

stakeholders untuk turut berperan serta dalam program pengembangan

masyarakat, sehingga diperlukan pelembagaan pola hubungan antara

stakeholder terkait (masyarakat,Pemda,Perusahaan serta LSM) baik dalam

perencanaan,pelaksanaan dan evaluasi program. Jika dilihat dari sudut

pengoordinasian dan pengintegrasian program, maka program pengembangan

masyarakat yang dilakukan oleh perusahaan terlihat masih rendah.

Dari hasil pengamatan dilapangan, Pelaksanaan program pengambangan

masyarakat yang dilaksanakan oleh perusahaan belum dapat mengisi

kekosongan pembangunan di wilayah Kecamatan Kabandungan, hal ini terlihat

dari rendahnya pengoordinasian program seperti di jelaskan sebelumnya.

Pelaksanaa program pengembangan masyarakat cenderung terpusat pada

daerah-daerah atau kelompok-kelompok tertentu saja yang di pilih oleh

perusahaan sendiri. Rendahnya tingkat koordinasi dengan pihak pemerintah (

dalam hal ini Kecamatan Kabandungan) mengakibatkan tumpang tindihnya

program yang digarap, dan ada program-program tertentu yang pihak

Kecamatan Kabandungan tidak me-recognize, sehingga pihak Kecamatan

Kabandungan Kabandungan cenderung tidak mendukung program yang sedang

dilaksanakan.

6.4. Jaringan Kelembagaan Lokal

Selain lembaga formal yang sudah ada seperti Pemerintah Desa, BPD,

MUI, PKK, KNPI dan Karang taruna juga terdapat lembaga-lembaga

kemasyarakatan yang di bentuk oleh masyarakat seperti berbagai kelompok

organisasi kepemudaan,remaja mesjid, kelompok pengajian/majlis ta’lim,

,kelompok olah raga, organisai pecinta Alam, organisasi underbow partai politik

dan juga LSM yang dibentuk untuk tujuan mengadvokasi masyarakat dalam

bidang pemberdayaan ekonomi, lingkungan hidup serta pendidikan baik tingkat

desa maupun tingkat Kecamatan. Kelompok tersebut adalah LSM sorak, LSM

Page 162: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

143

Barak, LSM KPP, LSM Forum Guru untuk Lingkungan,LSM P3LH, LSM absolute,

Aspak 213, kelompok-kelompok tersebut memiliki bidang garapan yang berbeda

tetapi ada juga yang memiliki bidang garapan yang sama. Disamping LSM lokal

terdapat juga LSM-LSM dari luar Kecamatan Kabandungan seperti dari Bogor

dan Jakarta yang bekerja di Kecamatan Kabandungan diantaranya Yapeka, CI,

Telapak, Peka dan JK3GS. seperti terlihat dalam Matriks 6.1. berikut

Matriks 6.1. LSM yang melakukan kegiatan di Kecamatan Kabandungan

No Nama LSM Asal LSM Bidang Garapan 1 Absolute Cipeuteuy Lingkungan hidup 2 Aspak 213 Jayanegara Olah Raga 3 Barak Cipanas Tenaga kerja, pemberdayaan

masyarakat 4 CI Indonesia Jakarta Lingkungan dan pendidikan 5 Forum Guru Untuk

Lingkungan Tugubandung Lingkungan dan pendidikan

6 JK3GS Bogor Lingkungan Hidup 7 Komunitas Peduli

Pendidikan (KPP) Kabandungan Pendidikan, lingkungan hidup dan

pengembangan masyarakat 8 P3LH Kabandungan Lingkungan hidup 9 Peka Bogor Pemberdayaan masyarakat 10 Sorak Kabandungan Tenaga kerja, pemberdayaan

masyarakat 11 Yapeka Bogor Pendidikan lingkungan hidup

Sumber : Hasil Wawancara

Disamping itu terdapat juga kelompok-kelompok tani yang tersebar di

desa-desa Kecamatan Kabandungan, sebagaimana terlihat dalam Tabel 6.3

berikut:

Tabel 6.3. Jumlah Kelompok Tani Menurut Kelas Kelompok

Kelas kelompok Pemula Lanjut Madya Utama

Jumlah

Anggota

- 8 - - 8 1.827 Sumber: kantor Penyuluhan Pertanaian Kabupaten Sukabumi

LSM-LSM tersebut melaksanakan program-program pemberdayaan

bekerjasama dengan CHV secara sendiri-sendiri sehingga sering terjadi

persaingan antara LSM-LSM lokal untuk mendapatkan program dari CHV. Hal

ini mengakibatkan pelaksanaan program pengembangan masyarakat yang

dilakukan kurang mendapatkan dukungan dari masyarakat, karena masyarakat

menganggap bahwa apa yang diusulkan oleh LSM-LSM tersebut bukan

merupakan kebutuhan masyarakat.

Page 163: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

144

Oleh karena itu dibutuhkan suatu kelembagaan kolektif yang dapat

menjembatani antara masyarakat dengan perusahaan, sehingga apa yang

menjadi kebutuhan masyarakat dapat tersampaikan dengan jelas. Disamping itu

juga agar perusahaan tidak kesulitan dalam memilih “partner” dalam

pelaksanaan program yang benar-benar merepresentasikan masyarakat dan

diakui oleh masyarakat sebagai wakil dari masyarakat.

6.5. Konflik Yang Muncul Dalam Masyarakat

Pembangunan pada dasarnya merupakan usaha-usaha yang dilakukan

secara sistematis dan terarah dalam melakukan perubahan yang mengarah

kepada perbaikan dalam kehidupan kesejahtraan masyarakat. Tetapi disamping

tujuan untuk melakukan perubahan yang mengarah kepada perbaikan dalam

kehidupan kesejahtraaan masyarakat, usaha-usaha tersebut juga memicu

konflik-konflik, dimana melibatkan pertarungan antara dua pihak kelompok atau

lebih yang menyangkut soal-soal perbedaan nilai, baik soal status, wewenang,

kekuasaan dan perebutan hak-hak akses terhadap sumberdaya yang bersifat

langka. Konflik ini juga dapat terjadi baik secara vertikal maupun horizontal dan

baik dalam sifat konflik terbuka maupun bersifat laten. Tetapi konflik-konflik ini

bisa saja tidak terjadi jika dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengevaluasian

program di laksanakan secara bersama-sama oleh seluruh stakeholder,

sehingga konflik dapat di hindari.

Terdapatnya kelompok-kelompok masyarakat yang berada di Kecamatan

Kabandungan juga membawa konflik-konflik yang melibatkan kelompok-

kelompok, kelompok-kelompok itu secara garis besar dapat dikelompokan

menjadi beberapa kelompok besar yaitu: CHV, Pemerintah Daerah, masyarakat

serta LSM. Isu-isu yang menjadi konflik, seperti terlihat dalam Matriks 6. 2.

Page 164: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

145

Matriks 6. 2. Potensi Konflik yang Terjadi di Kecamatan Kabandungan

CHV

Pemerintah Daerah Masyarakat LSM

CHV

Kurangnya dukungan terhadap program pembangunan regional dan Penyelesaian permasalahan sosial

• Tuntutan pemberdayaan

• Kesempatan kerja

• Pemberdayaan • Lingkungan • Kemiskinan • Kesempatan kerja

Pemerintah Daerah

Kurangnya dukungan terhadap program pembangunan regional dan Penyelesaian permasalahan sosial

Regulasi pemerintah yang di anggap tidak memihak rakyat

Masyarakat

• Tuntutan pemberdayaan

• Kesempatan kerja

ketimpangan dalam akses dan kontrol terhadap sumberdaya air

Keterwakilan masyarakat oleh LSM

LSM

• Pemberdayaan • Lingkungan • Kemiskinan • Kesempatan kerja

Regulasi pemerintah yang di anggap tidak memihak rakyat

Keterwakilan masyarakat oleh LSM

• Persaingan program

• Tumpang tindih program & lokasi pember dayaan

Sumber: Diolah dari hasil Wawancara

Sebagaimana dinyatakan oleh (Dinitto 1987 dan Hill 1996 dalam Pawoko

2008) bahwa stakeholder dalam pelayanan sosial adalah negara, sektor privat,

Lembaga Swadaya Masayarakat (LSM), dan masyarakat, dalam kasus program

CSR keseluruhan entitas tersebut terlibat secara bersama-sama. Apabila diurai

dengan lebih rinci, peta permasalahan yang terjadi dapat di kelompokan dalam

Jalinan simpul-simpul yang menjalin konflik yang relatif rumit. Hal ini karena

stakeholders yang terlibat dalam pelayanan-pelayanan sosial yang dilakukan

cukup kompleks. Sementara mereka memiliki kepentingan berbeda-beda yang

satu sama lain bisa saling berseberangan dan sangat mungkin merugikan pihak

yang lain.

Konflk yang terjadi diantara stakeholder di Kabandungan jika dilihat dari

derajat konflik belum merupakan suatu konflik yang terbuka yang melibatkan

seluruh anggota masyarakat dengan kekerasan fisik dan penghancuran asset

milik pihak yang berkonflik, tetapi masih konflik yang bersifaat laten. Konflik

laten di cirikan dengan adanya tekanan-tekanan yang tidak nampak, tidak

sepenuhnya berkembang atau belum terangkat ke puncak kutub-kutub konflik,

bahkan salaj satu atau kedua pihak belum menyadari adanya konflik.

Konflik yang timbul dalam masyarkat dapat saja sengaja diciptakan oleh

pihak-pihak tertentu yang ingin mengambil manfaat dari bergejolaknya konflik

tersebut. Dengan menyadari bahwa akibat buruk dari merebaknya suatu konflik

Page 165: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

146

yang tidak dapat diselesaikan dengan baik, maka pengelolaan konflik yang

terbaik adalah mencegah munculnya konflik itu.

Dalam kegiatan pengembangan masyarakat, mencegah munculnya

konflik dapat dilakukan dengan menjadikan lembaga, kebijakan, dan programnya

lebih responsif terhadap kepentingan-kepentingan masyarakat, bukan saja

masyarkat yang terlibat langsung, tetapi juga pihak-pihak lainnya yang

diperkirakan mempunyai kepentingan terhadap usaha-usaha pembangunan yang

akan dilaksanakan. Secara lebih rinci permasalahan potensi konflik antar

masyarkat yang terlibat langsung, tetapi juga pihak-pihak lainnya yang

diperkirakan mempunyai kepentingan terhadap usaha-usaha pembangunan yang

akan dilaksanakan. Secara lebih rinci permasalahan potensi konflik antar

stakeholder yang ada di Kecamatan Kabandungan dapat dijelaskan sebagai

berikut:

6.5.1. CHV dengan Masyarakat

Sumber konflik antara masyarakat dengan CHV diantaranya adalah

tuntutan pembangunan sarana (infrastruktur) pedesaan dalam program

pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh CHV yang di rasa masih

kurang oleh masyarakat. Program pengembangan masyarakat yang selama ini

dilaksanakan oleh CHV dianggap masih kurang dan tidak menyentuh kebutuhan-

kebutuhan mendasar dari masyarakat, disamping distribusi bantuan dan

pelaksanaan program yang tidak merata.

Oleh karena itu, dalam pengalokasian bantuan idealnya tidak didasarkan

atas pertimbangan lokalitas area dan kemudahan dalam pemberian bantuan,

tetapi harus berdasarkan pertimbangan yang objektif atas usulan permohonan

masyarakt dengan memperhatikan aspek efesiensi, ketepatan sasaran dan

pemenuhan rasa keadilan dalam arti diberikan kepada yang paling membutuhkan

dan yang dapat memberikan manfaat terbesar bagi masyarakat.

Disamping masalah tersebut diatas, yang menjadi sumber konflik adalah

tuntutan untuk bekerja pada perusahaan, kesempatan kerja bagi masyarakat

dinilai masih kurang serta masalah-masalah lingkungan seperti berkurangnya

sumber air dan pencemaran air yang dianggap oleh masyarakat disebabkan oleh

operasi CHV. Aksi demonstrasi sudah beberapa kali di lakukan oleh masyarakat

terhadap CHV untuk menuntut perhatian yang lebih banyak terhadap hal-hal

tersebut diatas. Tetapi aksi-aksi tersebut berjalan dengan damai dan tidak terjadi

Page 166: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

147

kekerasan dan sebagian dapat diredam oleh CHV dengan melibatkan tokoh-

tokoh masyarakat dengan janji akan memberikan bantuan-bantuan.

Masyarakat juga menilai adanya kecenderungan mark-up terhadap biaya

yang digunakan untuk merealisasi program pengembangan masyarakat.

Masyarakat merasa bahwa realisasi program tidak menggunakan biaya sebesar

seperti yang tertulis pada laporan-laporan yang di keluarkan oleh CHV. Tetapi

menurut hasil wawancara dengan pihak CHV, bahwa perbedaan biaya yang

terjadi antara yang tertulis pada laporan dengan pelaksanaan, bukanlah mark-up,

jumlah biaya yang ditulis dalam laporan adalah biaya yang sebenarnya

dikeluarkan oleh CGS untuk pelaksanaan program pengembangan masyarakat,

tetapi dalam pelaksanaanya pengadaan barang-barang yang dipergunakan

untuk pelaksanaan program tersebut di sediakan oleh vendor sehingga terdapat

pebedaan antara nilai barang yang diterima dengan jumlah uang yang

dikeluarkan oleh CHV, hal ini disebabkan karena adanya margin yang di peroleh

oleh vendor sebagai suplayer.

Konflik yang terjadi antara CHV dengan masyarakat dapat di kelompokan

ke dalam Konflik kepentingan. Menurut Anwar (1998), Konflik Kepentingan,

disebabkan oleh persaingan kepentingan yang dirasakan atau yang secara nyata

memang tidak bersesuai dengan yag diinginkan seseorang atau kelompok.

Konflik kepentingan dapat terjadi ketika satu pihak atau lebih menyakini bahwa

untuk memuaskan kebutuhannya, maka pihak lain diharapkan harus mau

berkorban. Konflik yang berdasarkan kepentingan ini terjadi karena masalah

yang mendasar (karena uang, sumberdaya fisik, waktu, dll), atau menyangkut

masalah tata-cara (sikap dalam menangani masalahnya) atau masalah

psikologis (presepsi atau rasa percaya diri, mempertahankan keadilan, rasa

hormat, dll).

Disamping hal tersebut diatas, penyebab tidak harmonisnya relasi sosial

antara masyarakat dengan perusahaan disebabkan juga oleh beberapa hal

berikut dalam pelaksanaan program pengembangan masyarakat yaitu:1) Dalam

hubungan Masyarakat dengan Perusahaan, masyarakat terus menerus menuntut

apa yang mereka anggap sebagai tanggung jawab sosial perusahaan. Akan

tetapi apa yang disebut sebagai masyarakat hanya merupakan sekumpulan

individu atau kelopmpok yang tidak ada hubungannya dengan keberadaan

Masyarakat. Apa yang mereka tuntut juga seringkali tidak ada hubungannya

dengan kepentingan masyarakat banyak melainkan kepentingan pribadi maupun

Page 167: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

148

kelompok, 2). Perusahaan menerjemahkan tanggung jawab sosial mereka

kedalam bentuk kegiatan-kegiatan yang bersifat reaktif, untuk meredam tuntutan

warga kepada perusahaan, dimana yang disebut warga tersebut tidak lebih dari

individu atau kelompok yang membawa kepentingannya. 3). Perusahaan

melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dirancang oleh kebijakan Perusahaan

sendiri tanpa melakukan komunikasi dan kesepakatan dengan Masyarakat.

6.5.2. CHV dengan Pemerintah Daerah

Konflik yang terjadi antara CHV dengan Pemerintah daerah dalam hal ini

dengan Kecamatan Kabandungan masih bersifat laten artinya konflik ini belum

muncul secara terbuka kepermukaan.

“Kecamatan tidak mau memberikan tanda tangan pada proposal yang di ajukan oleh masyarakat, karena mereka merasa hanya di jadikan sebagai tukang stempel saja” (IW, 53 Tahun, Ketua kelompok Pertanian)

Konflik ini di sebabkan oleh tidak transparannya CHV dalam

melaksanakan program pengembangan masyarakat serta tidak dilibatkannya

pihak Kecamatan dalam perencanaan dan penentuan kelompok-kelompok yang

akan memerima bantuan.

Disamping itu CHV juga tidak pernah melaporkan program-program yang

telah dilaksanakan kepada pihak Kecamatan, sedangkan disisi lain pihak

kecamatan merasa berhak tahu, karena proposal yang diajukan oleh kelompok-

kelompok masyarakat harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Muspika.

Hal ini ditunjukan dengan kenyataan bahwa perusahaan lebih merasa

bertanggung jawab kepada pemerintah pusat dibanding kepada pemerintah

daerah dan masyarakat. Pemerintah daerah tidak mendapatkan laporan tertulis

secara rinci mengenai realisasi program pengembangan masyarakat. Kontrak

kerjasama berlangsung antara pemerintah pusat yang diwakili oleh Badan

Pelaksana Minyak dan Gas (BP Migas) di bawah payung Departemen

Pertambangan dan Energi. Penandatanganan itu tidak melibatkan pemerintah

daerah dan masyarakat walaupun merekalah yang merasakan langsung

konsekuensi-konsekuensi buruk proses ekstraksi yang dilakukan oleh

perusahaan. Untuk menunjukkan bahwa perusahaan sudah melakukan kegiatan-

kegiatan tersebut maka perusahaan menyatakan hal tersebut pada publik

dengan mempropagandakannya lewat media massa

Page 168: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

149

Keadaan yang seperti itu berdampak tidak diakuinya pelaksanaan

program pengembangan masyarakat oleh pemerintah Kecamatan Kabandungan

dan di anggap bukan merupakan bagian dari pembangunan wilayah yang di

laukan oleh pemerintah. Disisi lain CHV membuthkan pengakuan dari

pemerintah daerah terhadap program pengembangan masyarakat yang telah

dilkukannya, sebagai laporan dari pelaksanaan pengembangan masyarakat ke

Pertamina atau pemerintah pusat.

6.5.3. CHV dengan LSM Lokal

Sebenarnya apa yang menjadi sumber konflik antara masyarakat dengan

CHV, juga merupakan sumber konflik bagi CHV dengan LSM Lokal. Tetapi

secara spesifik konflik dengan LSM lebih bersifat terbuka, hal ini bisa dilihat dari

pernyataan-pernyataan LSM tentang kebijakan pengembangan masyarakat yang

sudah dilakukan oleh CHV, dimana sebagaian besar menganggap bahwa CHV

masih kurang peduli. Hal tersebut terepresentasi dari adanya sinisme,

keengganan untuk terlibat kegiatan-kegiatan pengembangan masyarakat, atau

bahkan memprotesnya.

Konflik yang terjadi bisanya bermula dari tidak di penuhinya proposal

yang diajukan oleh LSM kepada CHV, Alokasi dana yang terbatas serta adanya

seleksi dan prioritas terhadap berbagai permohonan bantuan yang diajukan

menyebakan tidak seluruh permohonan dapat dikabulkan. Ketidakpuasan yang

muncul karena adanya penolakan terhadap permohonan yang diajukan dimana

pengharapan yang meningkat menyebabkan terjadinya berbagai reaksi.

Pihak LSM memandang bahwa perusahaan kurang akomodatif, kurang

membuka diri dengan pihak-pihak luar dan cenderung defensif. Hal ini dapat

ditunjukan dari kerapkali pihak perusahaan tidak hadir dalam pertemuan-

pertemuan LSM atau tidak menjawab surat permohonan audiensi dari LSM,

kalaupun pihak perusahaan hadir, wakil perusahaan yang menghadiri tidak

punya wewenang dalam mengambil keputusan di pertemuan. Keadaan tersebut

terepresentasi dari sinisme, keengganan untuk terlibat kegiatan-kegiatan

pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh CHV, atau bahkan

memprotesnya. LSM juga menilai adanya kebijakan perusahaan untuk sengaja

menimbulkan situasi konflik, dimana akhirnya LSM menjadi terbagi dua, yaitu

yang sejalan dengan perusahaan dan yang oposisi. Yang sejalan diberi insentif

dan yang oposisi disingkirkan.

Page 169: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

150

Sementara dari sisi perusahaan, CHV menganggap bahwa konflik yang

terjadi tidak pernah sengaja diciptakan oleh perusahaan, konflik yang ada terjadi

karena kurangnya komunikasi diantara LSM-LSM itu sendiri sehingga saling

mencurigai. Menurut CHV, dalam pelaksanaan program pengembangan

masyarakat, perusahaan lebih menilai bobot serta manfaat program yang

diusulkan oleh LSM ketimbang LSM-nya sendiri.

Jika di kelompokan, maka konflik yang terjadi antara CHV dengan LSM

Lokal dapat di kelompokan ke dalam Konflik kepentingan. Menurut Anwar

(Anwar.1999). ,Konflik struktural, terjadi ketika terdapat ketimpangan untuk

melakukan akses dan kontrol terhadp sumberdaya. Pihak yang berkuasa dan

memiliki wewenang formal untuk menentukan dan menetapkan kebijakan umum,

biasanya memilki peluang dalam menguasai akses dan melakukan kontrol

sepihak terhadap pihak lain. Pada sisi lain, faktor geografis dan sejarah seringkali

menjadi alasan untuk memusatkan kekuasaan serta pengambilan keputusan

yang hanya menguntungkan suatu pihak.

6.5.4. Masyarakat dengan Masyarakat

Konflik yang terjadi antara masyarakat dengan masyarakat disebabkan

oleh ketimpangan untuk melakukan akses dan kontrol terhadap sumberdaya

terutama air. Semakin langkanya sumberdaya air menimbulkan konflik dalam

masyarakat, air yang tadinya tidak menjadi masalah bagi warga masyarakat, kini

menjadi rebutan. Berkurangnya sumber air ini terjadi sebagai akibat maraknya

penebangan liar di sekitar kawasan hutan yang ada di Kecamatan Kabandungan,

kemudian yang dianggap penyebab lainnya oleh sebagain masyarakat adalah

akibat dari beroperasinya CHV di Kecamatan Kabandungan.

Konflik yang terjadi antara masyarakat misalnya konflik antara secagian

penduduk desa Kabandungan dan desa Cipeuteuy yang tanahnya di lalui oleh

aliran sungai buatan yang di bangun oleh kelompok masyarakat dari desa

Tugubandung. Konflik tersebut sebagai akibat dari rusaknya tanah (erosi) milik

warga masyarakat di sepanjang aliran sungai.

Konflik juga terjadi antara masyarakat kedusunan kampung Babakan

dengan masyarakat kedusunan kampung Cimanggu di desa Kabandungan.

Penyebab konfliknya adalah perebutan dalam penggunaan air pada musim

kemarau.

Page 170: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

151

CHV melakukan bantuan pipanisasi air untuk membantu masyarakat di Kedusunan Kampung Babakan dan kedusunan Kampung Cimanggu. Sebelumnya kedua dusun tersebut mempunyai sumber mata air yang berbeda , tetapi karena alasan teknik (untuk mencari gravitasi, agar air mempunyai tekanan yang besar dan dapat mengalir ke sumua tempat di dua kedusunan) maka sumber mata air untuk kedua kedusunan tersebut akhirnya di gabungkan yaitu dengan memakai sumber air yang biasa di pakai oleh kampung Babakan. Tetapi karena sumber mata airnya terbatas, maka pada musim kemarau sering terjadi saling sabotase antara kedua kedusunan ini dengan cara menutup jalur air ke saluran masing-masing kedusunan dengan sampah atau batu agar aliran ke pelaku penutupan menjadi besar. Kondisi ini menimbulkan ketegangan masyarakat antara kedua kedusunan. (Hasil wawancara dengan beberapa Tokoh Masyarakat Babakan dan Cimanggu)

Disamping itu potensi konflik juga muncul karena adanya perbedaan

antara desa yang mendapat alokasi bantuan dari perusahaan dengan porsi yang

lebih besar di banding dengan desa lainnya. Lokasi CHV yang berada di

Kecamatan Kabandungan dengan desa terdekat adalah desa Kabandungan dan

Desa Cipeuteuy serta desa Pulosari di Kecamatan Kalapanunggal mendapat

porsi alokasi bantuan yang lebih besar ketimbang desa-desa lainnya. Kondisi ini

menyebabkan kecemburuan masyarakat desa lainnya.

6.5.5. Masyarakat dengan LSM

Konflik yang terjadi antara masyarakat dengan LSM disebabkan oleh

adanya ketidakpuasan masyarakat terhadap LSM-LSM yang meng-atasnamakan

masyarakat untuk meminta pendanaan program kepada CHV, tetapi setelah

bantuan program diturunkan bantuan itu tidak sampai kepada masyarakat.

Hal tersebut menimbulkan protes dari masyarakat, Ini terjadi karena

beberapa LSM menggunakan posisinya untuk mendapatkan keuntungan. Hal ini

tidak mengherankan karena realisasi program pengembangan masyarakat

melibatkan dana yang relatif besar sehingga stakeholder yang terlibat berusaha

mendapatkan keuntungan-keuntungan dari program ini.

6.5.6 LSM dengan LSM

Konflik yang terjadi antara LSM dengan LSM disebabkan oleh adanya

perbedaankepentingan, persaingan baik dalam program maupun lokasi

pelaksanaan program. Pada sisi yang lain LSM, terutama LSM lokal melakukan

dua peranan. Peranan yang pertama adalah mengontrol akibat-akibat buruk yang

ditimbulkan dari proses produksi yang dilakukan perusahaan dan realisasi

program pengembangan masyarakat. Sedangkan peranan yang kedua adalah

menjadi partner perusahaan untuk menjalankan program-program

Page 171: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

152

pengembangan masyarakat, akan tetapi terkadang dua peran ini dilakukan oleh

LSM yang berbeda, dan saling berhadapan sebagai LSM yang pro dan kontra.

LSM yang mengontrol akibat-akibat buruk yang ditimbulkan dari proses produksi

perusahaan biasanya dinggap sebagai LSM yang kontra perusahaan, sedangkan

LSM yang menjadi partner perusahaan untuk menjalankan program-program

pengembangan masyarakat dianggap sebagai LSM yang pro.

Di Kecamatan Kabandungan konflik antar LSM lebih disebabkan oleh

adanya konflik pribadi antara tokoh-tokoh pemuda yang rata-rata menjadi ketua

LSM, sehingga konflik pribadinya mewarnai gerakan LSM yang di pimpinnya.

Jadi secara substansial sebetulnya antara LSM-LSM tersebut tidak saling

bertentangan, tetapi adanya masalah pribadi pemimpin yang di bawa masuk ke

dalam organisasi yang membuat konflik terjadi.

Contoh dari kasus seperti itu misalnya LSM SRK yang pengurusnya

terlibat dalam konflik, dan pengurus yang dianggap bersalah di keluarkan dari

organisasi, kemudian pengurus yang di pecat tersebut dengan dukungan tokoh

pemuda lain yang sebelumnya tidak terakomodir dalam LSM SRK mendirikan

LSM baru yaitu BRK dengan maksud untuk menjegal dan menyaingi LSM yang

memecatnya dengan melaksanakan program yang sama dalam bidang yang

sama. Akhirnya masing-masing LSM berlomba secara tidak sehat (dengan

saling menjatuhkan) serta membuat program untuk mendapatkan dukungan dari

CHV, jika salah satu LSM berhasil, maka LSM lain membuat program tandingan,

kondisi seperti ini akhirnya berujung pada konflik terbuka yang melibatkan

kekerasan fisik. Dilain pihak kondisi ini mendatangkan tudingan dari kalangan

LSM kepada pihak CHV, bahwa pihak CHV telah melakukan politik adu-domba

terhadap LSM-LSM lokal. Bentuk konflik dan sumber konflik yang terjadi antar

LSM di Kecamatan Kabandungan seperti terlihat dalam Matriks 6. 3. berikut

Matriks 6. 3. Bentuk konflik dan sumber konflik di Kecamatan Kabandungan

Pelaku konflik Bentuk konflik Sumber konflik

LSM Barak dengan LSM Sorak

Pemukulan fisik oleh anggota LSM Sorak terhadap anggota LSM Sorak

LSM Barak menganggap LSM Sorak menghalangi program mereka

LSM KPP dengan LSM Sorak

Intimidasi oleh LSM Sorak kepada KPP

LSM Sorak merasa CHV terlalu memperhatikan LSM KPP

Sumber data : Diolah dari hasil wawancara

Page 172: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

153

6.5.7. Pemerintah Daerah dengan LSM

Regulasi pemerintah yang di anggap tidak memihak rakyat menjadi salah

satu penyebab konflik, dalam pengelolaan sumberdaya alam misalnya, LSM

sebagai salah satu kekuatan kontrol sosial memandang kepentingan ekonomi

masyarakat setempat dalam kepentingan konservasi (ekologi) kawasan tidak di

akomodir oleh pemerintah, akhirnya menimbulkan tekanan dan ancaman

terhadap sumberdaya alami kawasan. Kondisi ini terjadi karena tidak ada

partisipasi dari masyarakat serta LSM lokal sebagai akibat dari tersentralisasinya

sistem pengelolaan kawasan di tangan pemerintah (dephut/Perhutani/Pemda).

Kebijakan otonomi daerah juga menjadi salah satu penyebab adanya

konflik antara LSM dengan pemerintah, lahirnya Undang-undang Otonomi

Daerah memberi ruang yang lebih besar kepada pemerintah daerah terutama

pemerintah daerah Kabupaten untuk mengelola sumberdaya alam di

wilayahnya, sehingga terjadi tarik menarik kepentingan antara berbagai pihak

(stakeholders) seperti pemerintah pusat, pemerintah daerah, BTNGH,pihak

swasta, LSM serta Masyarakat.

Dalam bidang pembangunan wilayah, LSM juga menyuarakan

ketimpangan-ketimpangan yang terjadi dalam distribusi pembangunan misalnya

rusaknya kondisi jembatan jalan di Kecamatan Kabandungan, disamping itu juga

melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan progrtam-program yang

dilakukan oleh pemerintah di Kecamatan Kabandungan seperti pelaksanaan

program Program BOS,PNPM, Program BLT dan program pemberdayaan

lainnya. Pengawasan yang dilakukan kadang-kadang membuat institusi yang

melaksanakan program merasa risih dan menolak kehadiran LSM sehingga

berujung konflik.

Disisi lain penolakan Institusi pelaksana program ini juga disebabkan

karena adanya oknum LSM yang ”memeras” mereka dengan memanfaatkan

kesalahan-kesalahan yang ada, sehingga mereka beranggapan bahwa

pengawasan yang dilakukan oleh LSM hanyalah mencari-cari jalan untuk

”memeras” pelaksana program.

6.6. Hubungan Program Pengembangan Masyarakat dan Pengembangan

Wilayah Lokal

Karaktaeristik wilayah Kecamatan Kabandungan jika ditinjau dari aspek

kemajuannya termasuk wilayah yang belum berkembang, hal ini dicirikan oleh

Page 173: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

154

tingkat pertumbuhan yang masih rendah baik secara absolut maupun secara

secara relatif, serta kualitas sumber daya manusia rendah (SD / sederajat),

namun memiliki potensi sumberdaya alam yang belum dikelola atau

dimanfaatkan. Dari jumlah penduduk yang mendiami juga masih rendah dimana

tingkat kepadatan penduduk rata-rata adalah tiga jiwa/ha, selain itu juga wilayah

Kecamatan Kabandungan belum memiliki asksesibilitas yang baik, baik antar

wilayah dalam Kecamatan Kabandungan maupun dengan wilayah lainnya.

Struktur ekonomi wilayah Kecamatan Kabandungan juga masih di dominasi oleh

sektor primer dengan tingkat pendapatan yang rendah seingga belum mampu

membiayai pembangunan secara mandiri.

CHV sebagai salah satu perusahaan yang beroperasi di wilayah

Kecamatan Kabandungan melalui program pengembangan masyarakat yang

dilaksanakannya juga telah memberikan bantuan dalam usaha peningkatan

aksesibilitas yang diperlukan oleh masyarakat yaitu dengan membantu

pengembangan/peningkatan prasarana perhubungan seperti memberikan

bantuan aspal untuk pengaspalan jalan desa, bantuan material untuk

pembangunan MCK serta Sekolah. Tetapi karena bantuan yang diberikan hanya

berupa material saja mengakibatkan kualitas sarana yang dibangun tersebut

tidak sesuai sengan standar sehingga cepat rusak. Berdasarkan hasil

wawancara dengan panitia pelaksana pembangunan, dalam beberapa kasus

panitia menjual sebagian material bantuan dari CHV untuk membeli material lain

yang di perlukan serta untuk membayar upah pekerja, sehingga material yang

terpasang menjadi sangat sedikit dan dipaksakan untuk mencukupi.

Dari uraian diatas, terlihat bahwa sebetulnya sudah ada upaya dari pihak

CHV untuk berperan serta dalam usaha pengembangan wilayah, meskipun

bantuan yang diberikan masih bersifat insidentil dan tidak terprogram.

Kehadiran CHV di Kecamatan Kabandungan belum meberikan

perubahan terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat yang berada di sekitar

perusahaan, hal ini terlihat dari masih terdapatnya daerah kantong-kantong

kemiskinan di selitar lokasi perusahaan, rendanya penyerapan tenaga kerja lokal,

program pengembangan masyarakat belum menyentuh semua lapisan

masyarakat.

Page 174: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

155

6.7. Analisis Badan Swasta (frofit-maximizing body) Dalam Pembangunan Wilayah

Keterlibatan pihak swasta dalam pembangunan merupakan suatu

keharusan, karena badan swasta (frofit-maximizing body) merupakan salah satu

pilar utama pembangunan disamping Pemerintah dan masyarakat, sesuai

dengan konsepsi good governance yaitu State, society dan private sector.

Program Pengembangan masyarakat adalah instrumen swasta untuk memasuki

”wilayah” pembangunan yang selama ini ”wilayah” tersebut menjadi domain

negara/pemerintah.

Pihak swasta harus menyadari tanggungjawab sosial perusahaan

(corporate social Responsibility / CSR) merupakan insentif bukan beban. Oleh

karena itu pihak swasta perlu menjadi stakeholder yang potensial untuk

melakukan kolaborasi dengan pihak pemerintah dan masyarakat dalam

melaksanakan pembangunan wilayah dimana persahaan beroperasi.

Ditengah keterbatasan pembangunan prasarana yang dilakukan oleh

pemerintah daerah, CHV sebagai perusahaan yang beroperasi di wilayah

Kecamatan Kabandungan seharusnya dapat mengisi kekosongan

pembangunan, sehingga dapat berperan serta dalam pengembangan wilayah.

Suatu unit usaha, terlepas dari besar atau kecilnya, maupun jenis dan

bidang usaha yang digelutinya, tidaklah dapat dipisahkan dari pihak yang

berkepentingan (stakeholder) yang lainnya terutama Masyarakat disekitar daerah

Operasi Perusahaan, karena hubungan yang baik dan harmonis antara

Masyarakat sekitar dengan Perusahaan akan sangat berperan terhadap

kelangsungan hidup serta kemajuan Perusahaan.

Hubungan yang baik dan harmonis ini tentu saja tidak dapat diharapkan

akan terjadi dengan sendirinya, tetapi hubungan yang baik dan harmonis ini

harus didorong dan diciptakan oleh para pihak yang berkepentingan. Agar terjadi

hubungan yang harmonis, maka harus diciptakan suatu hubungan timbal balik

yang mempunyai nilai ekonomis dan dilandasi oleh kesetaraan antara

perusahaan dengan Masyarakat sekitar, sehingga semua stakeholder dapat

tumbuh dan berkembang secara bersama-sama.

Suatu Unit usaha dimanapun ia beroperasi harus dapat memberikan

kontribusi kepada pembangunan ekonomi, peningkatan kualitas hidup para

pekerja maupun Masyarakat disekitarnya serta mempunyai kepedulian terhadap

pelestarian alam dan pemeliharaan lingkungan.

Page 175: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

156

Program community development yang dijalankan oleh perusahaan tidak

dengan sendirinya akan diterima atau ditolak oleh masyarakat secara

keseluruhan. Program yang sedang dijalankan tersebut akan mendapat respon

dan tanggapan yang berbeda-beda dari anggota masyarakat sesuai dengan

sikap dan persepsi masing-masing dalam menilai program community

development yang sedang dijalankan oleh perusahaan, apakah sesuai dengan

kebutuhan masayarakat atau tidak.

6.8. Ikhtisar

Struktur perekonomian Kabupaten Sukabumi menurut kelompok sektor

terlihat sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat besar dalam

perekonomian Kabupaten Sukabumi yaitu sebesar 35.98 persen. Sektor

pertanian didominasi oleh sub sektor pertanian tanaman. Sektor yang

peranannya kurang dari lima persen yaitu sektor Listrik, gas & air minum yaitu

hanya 1.32persen; sektor bangunan & konstruksi 3.34 persen; sektor keuangan,

persewaan & jasa perusahaan 3.25 persen; dan sektor Pertambangan dan

Penggalian 3.36 persen.

Semakin besar sumbangan suatu sektor terhadap PDRB, maka semakin

besar pula pengaruh sektor tersebut di dalam perkembangan ekonomi suatu

daerah. Sumbangan sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Sukabumi

sangat besar, sehingga pertanian memegang peranan yang sangat penting di

dalam perkembangan ekonomi Kabupaten Sukabumi dibandingkan dengan

sektor-sektor yang lainnya.

Dilihat dari sumbangan sektor-sektor perekonomian terhadap PDRB,

maka kehadiran industri panas bumi belum memberikan dampak yang besar

terhadap perekonomiam Kabupaten Sukabumi, hal ini terlihat dari rendahnya

sumbangan sektor ini terhadap PDRB Kabupaten Sukabumi. Disamping itu

kehadiran industri geothermal di Kecamatan Kabandungan belum banyak

memberikan perubahan terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat yang berada

di lingkar perusahaan hal ini terlihat dari banyakanya penduduk miskin di

kecamatan Kabandungan (61,06 persen). Meskipun keberadaan industri

geothermal memberikan kesempatan kerja kepada masyarakat setempat,

namun masih dalam jumlah yang relatif kecil, karena sebagaian pekerja dari luar

kecamatan Kabandungan (kurang dari 20 persen).

Page 176: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

157

Kehadiran industri panas bumi belum banyak memberikan perubahan

terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat yang berada di sekitar perusahaan.

Hal ini disebabkan karena program pengembangan masyarakat yang dilakukan

oleh perusahaan lebih banyak di tujukan kepada pembangunan infrastruktur

secara fisik, sedangkan sumberdaya manusia sebagai bagian penting dari

kegiatan pembangunan belum mendapatkan porsi yang memadai.

Tingginya tingkat harapan masyarakat terhadap perusahaan ditandai

dengan besarnya permohonan bantuan kepada perusahaan, masyarakat

menganggap bahwa perusahaan harus bertanggung jawab atas apapun

permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat sehingga pada akhirnya

menciptakan ketergantungan masyarakat terhadap perusahaan. Ketergantungan

masyarakat ini merupakan dampak negatif dari pelaksanaan program

pengembangan masyarakat.

Pelaksanaan program pengambangan masyarakat yang dilaksanakan

oleh perusahaan porsinya masih relatif kecil, dan cenderung tumpang tindih

dengan program yang sedang dilaksanakan oleh CHV sendiri atau dengan

program yang di laksanakan pemerintah. Hal tersebut diatas menunjukan masih

rendahnya pengoordinasian dan pengintegrasian pelaksanaan program

pengembangan masyarakat dengan program lain. Pelaksanaan program

pengembangan masyarakat juga memicu konflik baik vertikal maupun horizontal.

Page 177: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

158

Matriks 6.4. Ikhtisar Kontribusi Pelaksanaan Program Pengembangan Masyarakat Industri Panas Bumi Gunung Salak Terhadap Pengembangan Wilayah

No. Item Harapan Kenyataan Penjelasan

1

Ekonomi lokal

Terjadi pergeseran perekonomi lokal dan diversifikasi nafkah bagi masyarakat lokal serta memperoleh akses untuk menggali dan mengembangkan potensi sosial ekonominya serta mengelola beragam potensi untuk berkembang secara mandiri dan berkelanjuan. Sehingga dapat meningkatkan taraf hidup atau kesejahteraan masyarakat

Hanya beberapa orang/Kelompok yang mendapat keuntungan dari program yang dilaksanakan oleh perusahaan, terutama dalam bidang pertanian dan bantuan bergulir. Pemberian bantuan belum merata, masih terkonsentrasi didaerah-daerah tertentu

Kehadiran industri geothermal di Kecamatan Kabandungan belum menyebabkan terjadinya diversifikasi nafkah dalam masyarakat, secara keseluruhan belum banyak memberikan perubahan terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat yang berada di lingkar perusahaan, hal ini terlihat dari masih banyaknya keluarga miskin yang ada di Kecamatan Kabandungan yaitu sekitar 61,06 persen, dan merupakan jumlah prensentase keluarga miskin terbesar se-Kabupaten Sukabumi. Meskipun keberadaan industri geothermal memberikan kesempatan kerja kepada masyarakat setempat, namun masih dalam jumlah yang relatif kecil. Hal ini disebabkan sebagian besar karyawan perusahaan berasal dari luar daerah Kecamatan Kabandungan. Dalam pelaksanaan program pengembangan masyarakat, terdapat beberapa program bantuan yang tidak sampai kepada masyarakat sasaran, bantuan hanya dimanfaatkan oleh segelintir orang, Tokoh, kelompok atau LSM, hal ini terjadi karena adanya kesalahan dalam mengidentifikasi kelompok-kelompok dalam masyarakat oleh CHV, disisi lain kesalahan juga berada di pihak masyarakat, karena masih terdapat Tokoh, kelompok atau LSM yang memanfaatkan bantuan-bantuan dan program dari CHV untuk kepentingan pribadinya.

Page 178: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

159

2 Pengembangan infrastruktur kawasan

Meningkatnya pembangunan infrastrukutr wilayah sehingga dapat membantu berkembangnya potensi wilayah karena tersedianya infrastruktur yang memadai.

Sulit dibedakan bahwa pembangunan fasilitas infrastruktur kadang bukan ditujukan untuk masyarakat lokal semata namun untuk perusahaan sendiri. Pendirian dan perbaikan infrastrukutur transportasi jalan dan jembatan misalnya, pada tingkat tertentu sebenarnya ditujukan untuk memperlancar dan mempercepat jalannya lalulintas dan proses produksi perusahaan. Dengan demikian kalaupun fasilitas tersebut juga bermanfaat bagi masyarakat lokal, maka hal tersebut merupakan externality yang menguntungkan masyarakat lokal

Kebanyakan Industri yang berhubungan dengan sumberdaya alam terletak di daerah pedalaman (hinterland),Letak yang jauh ini sering menjadi penyebab minimnya porsi pembangunan yang diterima masyarakat sehingga tidak hanya menyebabkan ketertinggalan perkembangan fisik wilayah tetapi juga dapat menciptakan masyarakat marginal yang sulit untuk berkembang, serta semakin memperbesar disparitas antara wilayah maju dengan wilayah yang belum maju sehingga dalam proses pembangunannya menimbulkan ketergantungan terhadap wilayah yang sudah maju. Menurut Riyadi (2002), pengembangan wilayah harus disesuaikan dengan kondisi, potensi, dan permasalahan wilayah bersangkutan karena kondisi sosial ekonomi,budaya dan geografis antara suatu wilayah dengan wilayah lain sangat berbeda. Dalam pelaksanaan pengembangan wilayah, untuk menumbuhkan keberdayaan mesti bersandar pada aspirasi dan partisipasi masyarakat. Oleh karena itu konsep pengembangan masyarakat dapat digunakan sebagai pendekatan utama dalam pelaksanaan pembangunan wilayah. Salah satu strategi yang dapat dilaksanakan adalah meningkatkan kemitraan antara pemerintah daerah, perusahaan dan masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan. Penyelenggaraan pembangunan wilayah tidak semata-mata menjadi tanggung jawab pemerintah daerah saja, tetapi juga berada di pundak masyarakat secara keseluruhan. Salah satu wujud rasa tanggung jawab yang dimaksud adalah sikap mendukung dari warga masyarakat terhadap penyelenggaraan pembangunan wilayah yang ditunjukkan dengan partisipasi aktif warga masyarakatnya dalam pengembangan masyarakat (Nasdian, 2002 dalam Wahyudin 2005).

Page 179: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

160

No. Item Harapan Kenyataan Penjelasan

3 Keberlanjutan usaha ekonomi rakyat dari program pengembangan masyarakat

Berlanjut dan berkembang sesuai dengan kapasitas masyarakat.

Tidak berkelanjutan karena kedua belah pihak tidak amanah (committed) terhadap program yang di laksanakan.

Menurut Ife (2002), pengembangan masyarakat bertujuan untuk membangun kembali masyarakat dengan menempatkannya sebagai manusia yang saling berhubungan dan membutuhkan satu sama lain, bukan saling ketergantungan kepada yang lebih besar sehingga lebih tidak manusiawi, memiliki keteraturan mengenai kesejahteraan, perekonomian yang luas, birokrasi serta kemampuan untuk memilih. Agar program dapat berhasil maka harus ada komitmen baik dari masyarakat mapun perusahaan untuk melaksanakan program tersebut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di temukan baynak program yang dilaksanakan berhenti di tengah jalan atau tidak ada kelanjutannya, hal ini disebabkan diantaranya karena perusahaan menarik kembali komitmennya atau kelompok/orang yang mengelola program tidak amanah.

4 Ekonomi regional

Dapat menyumbang secara Signifikan terhadap perekonomian regional, menyerap tenaga kerja serta meningkatkan kesejahteraan.

Sumbangan terhadap ekonomi regional masih kurang

Kontribusi dari pelaksanaan program pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh industri panas bumi Gunung Salak terhadap pengembangan wilayah masih relatif rendah. Hal ini terlihat dari Struktur perekonomian Kabupaten Sukabumi dimana sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat besar dalam perekonomian kabupaten Sukabumi. Serta rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat hal ini terlihat dari masih banyaknya keluarga miskin yang ada di Kecamatan Kabandungan yang merupakan populasi orang miskin terbesar se Kabupaten Sukabumi dan rendahnya kesempatan kerja untuk masyarakat lokal, karena sebagian besar pekerja berasal dari luar daerah.

Sumber : Hasil Penelitian

Page 180: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

161

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

1. Program pengembangan masyarakat yang dilaksanakan oleh CHV antara

lain meliputi bidang Pendidikan, kesehatan, pemberdayaan ekonomi lokal,

lingkungan, infrastruktur serta komunikasi dan hubungan sosial dengan

masyarakat. Dalam pelaksanaannya, program pengembangan masyarakat

yang dilakukan oleh CHV dapat dibagi ke dalam dua periode, yaitu periode

sebelum tahun 2000 dan periode setelah tahun 2000. Program

pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh CHV telah mengalami

pergeseran, beberapa program telah berusaha untuk meningkatkan

kapasitas masyarakat lokal, masyarakat mulai di libatkan walaupun baru

diwakili oleh orang–orang tertentu saja, namun secara umum realisasi

program masih berorientasi pada kegiatan-kegiatan yang bersifat derma

(karitatif). Hasil analisis menunjukan bahwa pelaksanaan program

pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh CHV belum sesuai dengan

best practice dalam pengembangan masyarakat, komitmen perusahaan

terhadap pengembangan masyarakat masih rendah, Komitmen yang rendah

itu tercermin dari:

a. Struktur organisasi perusahaan, dimana bagian yang bertanggung jawab

terhadap perencanaan dan pelaksanaan program pengembangan

masyarakat hanya setingkat manager.

b. Pelaksanaan program bersifat tidak berkelanjutan, bantuan yang

diberikan kebanyakan berupa pembangunan fisik/infrastruktur.

c. Laporan pelaksanaan program pengembangan yang di buat tidak

transparan, sehingga sulit untuk mengukur peningkatan pelaksanaan

program pengembangan masyarakat dari tahun ketahun.

2. Pelaksanaan program pengembangan masyarakat dapat menjadi penggerak

bagi pengembangan wilayah, melalui pelaksanaan program pengembangan

masyarakat, perusahaan dapat membantu wilayah untuk berkembang.

Terdapat kontribusi dari pelaksanaan program pengembangan masyarakat

yang dilakukan oleh industri panas bumi Gunung Salak terhadap

pengembangan wilayah, tetapi kontribusi tersebut masih sangat rendah dan

belum sesuai dengan harapan, hal ini terjadi karena adanya kendala-kendala

Page 181: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

162

dalam pelaksanaan program (lihat matriks 5.4 dan matriks 6.4). Kontribusi

yang masih rendah terhadap pengembangan wilayah ini terlihat dari Struktur

perekonomian Kabupaten Sukabumi, dimana sektor pertanian mempunyai

peranan yang sangat besar dalam perekonomian di bandingkan dengan

sektor-sektor lainnya. Disamping itu kehadiran industri geothermal di

Kecamatan Kabandungan belum banyak memberikan perubahan terhadap

tingkat kesejahteraan masyarakat yang berada di lingkar perusahaan hal ini

terlihat dari masih banyaknya keluarga miskin yang ada di Kecamatan

Kabandungan yang mencapai 61,06 %, dan merupakan jumlah presentase

keluarga miskin terbesar se-Kabupaten Sukabumi. Meskipun keberadaan

industri geothermal memberikan kesempatan kerja kepada masyarakat

setempat, namun masih dalam jumlah yang kecil (kurang dari 20%),

sebagian besar karyawan perusahaan berasal dari luar daerah.

3. Pengordinasian dan pengintegrasian program dengan program lain masih

lemah serta perusahaan masih pasif menunggu usulan program dari

masyarakat. Program pengembangan masyarakat yang dilakukan juga

mempunyai dampak negatif yaitu terjadinya ketergantungan masyarakat

terhadap perusahaan serta terdapatnya kelompok-kelompok dalam

masyarakat dan menimbulkan konflik yang melibatkan kelompok-kelompok

tersebut.

4. Program pengembangan masyarakat hanya dilakukan di daerah tertentu

saja yang dekat dengan lokasi perusahaan dan pelaksanaannya belum

merata., Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Christaller

(1930) dalam Rustiadi et.al (2005) tentang pembangunan wilayah dalam

hubungannya dengan lokasi industri dan pertumbuhan perkotaan.

7.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, perlu di perhatikan

hal-hal sebagai berikut:

7.2.1. Untuk Pengembangan Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah

Dan Perdesaan

Pelaksanaan program pengembangan masyarakat sangat di pengeruhi

oleh kondisi dari sosial, ekonomi dan budaya masyarakat dimana program

tersebut dijalankan, sehingga dalam pelaksanaan program pengembangan

Page 182: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

163

masyarakat tidak hanya dititik beratkan pada programnya saja tetapi harus ada

komunikasi yang baik dengan masyarakat. Program yang berhasil di suatu

daerah belum tentu berhasil jika di terapkan di tempat lain,sehingga pola

penanganan program pengembangan masyarakat di setiap daerah juga

berbeda-beda.

7.2.2. Pihak Perusahaan

1. Perusahaan harus meningkatkan lagi komitmen-nya terhadap

pengembangan masyarakat dan pengembangan wilayah di mana

perusahaan beroperasi.

2. Dalam pelaksanaan program pengembangan masyarakat, perusahaan harus

melibatkan partisipasi Masyarakat dan stakeholders lain dalam, penyusunan,

pelaksanaan serta pengawasan program, sehingga program yang dijalankan

benar-benar merupakan kebutuhan dan keinginan masyarakat serta untuk

menghindari konflik dan benturan kepentingan.

3. Perlu di bentuk sebuah lembaga yang berfungsi menjembatani kepentingan

perusahaan dan masyarakat dimana di dalamnya terdapat wakil-wakil

masyarakat, LSM, pemerintah serta perusahaan sehingga dapat

menyatukan seluruh potensi yang ada dan juga dapat berfungsi sebagai

media untuk saling berkomunikasi antar stakeholders, agar terdapat

keterpaduan antar stakeholder serta keterpaduan proses mulai dari

identifikasi kebutuhan, perencanaan program, pelaksanaan dan

pengembangan sampai kepada membangun jejaring yang efektif.

4. Perusahaan harus menyelaraskan serta mengintegrasikan program

pengembangan masyarakat yang dilakukannya dengan program-program

pembangunan dilaksanakan di kecamatan Kabandungan, baik yang

dilaksanakan oleh pemerintah maupun oleh lembaga-lembaga lainnya.

Sehingga tidak terjadi tumpang tindih dengan program lainnya, disamping itu

untuk mendapatkan pengakuan dari masyarkat serta pemerintah setempat.

Dalam hal ini perusahaan dapat menggunakan kegiatan musrenbang

(musyawarah perencanaan pembangunan) baik di tingkat desa maupun di

tingkat kecamatan sebagai media untuk mengordinasikan program dan

menjaring aspirasi masyarakat mengenai program-program yang dibutuhkan.

5. Evaluasi dan monitoring terhadap pelaksanaan program pengembangan

masyarakat harus lebih ditingkatkan dengan melibatkan komponen-

Page 183: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

164

komponen masyarakat, sehingga program yang dilaksanakan tepat sasaran

dan berdampak sesuai dengan harapan, serta dapat meminimalisir

penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan program.

7.2.3. Pihak Pemerintah Daerah Sukabumi

1. Menciptakan payung hukum (perda tentang pengembangan masyarakat)

yang dapat memayungi program kemitraan antara pemerintah daerah,

industri dan masyarakat.

2. Melakukan evaluasi dan monitoring terhadap pelaksanaan program

pengembangan masyarakat oleh perusahaan dengan melibatkan

masyarakat, sehingga program yang dilaksanakan berdampak sesuai

dengan harapan, serta selaras dengan program pemerintah dalam

melaksanakan pembangunan wilayah.

7.2.4. Pihak Desa dan Kecamatan Kabandungan

Mensinergikan antara program pembangunan pemerintah dengan

program pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh perusahaan, sehingga

program yang dilaksanakan dapat saling mendukung dan menguatkan.

7.2.5. Pihak Masyarakat

1. Menciptakan iklim yang baik bagi kelangsungan dunia usaha melalui

kerjasama dengan perusahaan dalam usaha peningkatan kesejahteraan

dan pengembangan wilayah.

2. Membentuk sikap mental mandiri dan tangguh untuk menolong diri sendiri

(self help) karena perusahaan bukanlah satu-satunya sumber, upaya

pengembangan masyarakat bukan hanya tanggung jawab perusahaan saja,

melaikan merupakan tanggung jawab bersama. Bertindak amanah

(committed) serta tidak memanfaatkan program-program bantuan untuk

kepentingan pribadi/kelompok dengan mengatasnamakan masyarakat.

3. Bersama stakeholder lain melakukan Evaluasi dan monitoring terhadap

pelaksanaan program pengembangan masyarakat sehingga program yang

dilaksanakan berdampak sesuai dengan harapan, serta dapat meminimalisir

penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan

program.

Page 184: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

165

DAFTAR PUSTAKA

Aman. 2002.Masyarakat Adat dan Pertambangan: Jalan Sesat Menuju

Penyerahan Kedaulatan. Makalah Diskusi Panel Nasional: Memahami

Persepsi Community Development di Sektor Pertambangan dan Migas

Ditinjau dari Perspektif Otonomi Daerah May 14 2002. Yogyakarta,

Azof. Iwan.S. 2002. Program Pengembangan Masyarakat Unocal Geothermal Of

Indonesia,Ltd Di Daerah Gunung Salak. Makalah Diskusi Panel Nasional:

Memahami Persepsi Community Development di Sektor Pertambangan

dan Migas Ditinjau dari Perspektif Otonomi Daerah. , May 14 2002..

Yogyakarta

Anonimous, 2003, Undang-undang RI Nomor 27 Tahun 2003 Tentang Panas

Bumi

Anonimous, 2004, Undang-undang RI Nomor 32 Tahun 2004 Tentang

Pemerintahan Daerah.

Anonimous, 2007, Undang-Undang RI nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan

Ruang

Adi. Isbandi Rukminto. 2001, Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat dan

Intervensi Komunitas: Pengantar pada pemikiran Masyarakat dan

Pendekatan Praktis, Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI

Adisasmita. Rahardjo.H. 2005. Dasar – dasar Ekonomi Wilayah, Yogyakarta:

Graha Ilmu

Anwar. A. 2001. Kerangka Ekonomi Fundamental Dalam Menghadapi Masalah

Pengelolaan Sumberdaya Alam. Makalah Bahan Kuliah Program Studi

Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan Program

Pascasarjana IPB. Bogor.

Anwar A, Rustiadi E. 2001. Pembangunan Tata Ruang Wilayah Pedesaan

Dalam Pembangunan Regional. Bahan Kuliah Perencanaan Sistem

Ekonomi Tata Ruang, Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan

Wilayah dan Pedesaan, Pasca Sarjana IPB. Bogor.

Asy’ari.Sapari Imam. 1993. Sosiologi Kota dan Desa, Surabaya: Usaha

Nasional.

Bungin. Burhan 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis

dan Metodologis ke Arah Penguasaan Metode Aplikasi. Jakarta: Raja

Grafindo.

Page 185: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

166

Chevron Geothermal Salak,Ltd. 2006. Laporan dan Program Community

Development dan Relation Chevron Geothermal Salak,Ltd .2005-2006.

Christenson. James A ,Robinson JR, Jerry W. 1989. Community Development

in Perspective, Ames: Iowa State University Press.

BPS Kabupaten Sukabumi .2006. Sukabumi Dalam Angka.

Budiharsono. S. 2001. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan

Lautan. Jakarta: Pradnya Paramita

Budimanta A. 2003. Prinsip Pengelolaan Community Developoment di Dunia

Pertambangan. Indonesia. Jakarta: Center fot Sustainable Development

(ICSD). Pustaka Sinar Harapan. IKAPI.

Dawkins C.J. 2003. Regional Development Theory: Conseptual Foundations,

Classic Works, and Recent Developments. Journal of Planning Literature.

Vol. 18/2. pp. 131-172. Sage Publications.

Ellis F .2000. Rural Livelihoods and Diversity in Developing Countries. Oxford:

Oxford University Press.

Fisher RJ, Durst PB. Enters T ,M. Victor. 2001. Overview of the issues in

devolution and decentralization of forest management in Asia and the

facific, B angkok: RAP publication.

Haeruman H,Eriyanto. 2001. Kemitraan dalam Pengembangan Ekonomi Lokal,

Bogor :Yayasan Mitra Pengembangan Desa-Kota dan Business Inovation

Centre of Indonesia..

Hamzah, Hasnawati. 2005. Dampak Kegiatan Pertambangan Terhadap

Pengembangan Wilayah: Kasus di Kota Bontang dan Kabupaten Kutai

timur Provinsi Kalimantan Timur. tesis Pasca Sarjana IPB.Bogor.

Hikmat Harry. 2004, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, Bandung: Humaniora

Utama.

Hendrapawoko Kunto. 2008. Perlunya Peningkatan Peran Internal Audit Dalam

Good Corporate Governance (GCG) Melalui Evaluasi Implementasi

Corporate Sosial Responsibility (CSR) di PT. ANTAM Tbk. Makalah

seminar. Tidak dipublikasikan.

Ife Jim. 2002. Community Development: Community Based Alternatives In An

Age Of Globalization, Australia: Pearson Education.

Karsyono, F dan N. Syafaat. 2000. Strategi Pembagunan Pertanian yang

Berorientasi Pemerataan di Tingkat Petani, Sektoral dan Wilayah.

Prosiding Persfektif Pembangunan Pertanian dan Pedesaan Dalam

Page 186: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

167

Otonomi Daerah. , Bogor :Badan Litbang. Departemen Pertanian dan

Kehutanan.

Kartodiharjo H, H Jhamtani. 2006 . Politik Lingkungan Dan Kekuasaan Di

Indonesia. Jakarta.

PT. Equinox Publishing Indonesia. Khairuddin. 2000. Pembangunan

Masyarakat, Yogyakarta: Liberty

Marzali A. 2003. Teknik Identifikasi Kebutuhan dalam Community Development

Indonesia Center for Sustainable Development (ICSD). Jakarta: Pustaka

Sinar Harapan. IKAPI.

Mitchell, B.,B. Setiawan dan D.H. rahmi. 2003. Pengelolaan Sumberdaya Alam

dan Lingkungan. Yogyakarta :Gadjah Mada University Press.

Muhammad. Cholid. 2000. Reformasi Kebijakan Pertambangan Indonesia Suatu

Kebutuhan Mendesak.

Ndraha Taliziduhu. 1987, Pembangunan Masyarakat: Mempersiapkan

Masyarakat Tinggal Landas, Jakarta: Rineka Cipta.

Nugroho, Iwan. dan Dahuri, Rokhmin 1999. Pembangunan Wilayah: Perspektif

Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan. Jakarta: LP3ES.

Parker, SR. et Al. 1992. Sosiologi Industri, Jakarta; Rineka Cipta

Putnam, Robert. 1995. Tuning In, Tuning Out : The Strange Disappearance of

Social Capital in America. Political Studies Vol. 4 No. 28.

Ross. Murray G. 1955. Community Organization. H New York harper and

Brother..

Roy, S.B. 1992. Bilateral Matching Institution: an Illustration in forest

conservation. J. Indian Anthrop. Soc. 27:253-262.

Riyadi dan Bratakusumah ,DS. 2003. Perencanaan Pembangunan Daerah :

Strategi Menggali Potensi dalam Mewujudkan Otonomi Daerah. Jakarta :

PT Gramedia PustakaUtama.

Rukminto, Isbandi. 2001. Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat dan

Intervensi Komunitas: Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis.

Jakarta. Lembaga Penerbitan FE-UI.

Rustiadi, et.al. 2005, Perencanaan dan pengembangan wilayah. Bahan kuliah

tata ruang program studi PWD, Pasca Sarjana IPB. Bogor.

Soesilo, Nining I. 2002, Manajemen Strategik di Sektor Publik (Pendekatan

Praktis) Buku III, Jakarta : Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik

Fakultas Ekonomi UI.

Page 187: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

168

Soetrisno, Loekman.1995, Menuju Masyarakat Partisipatif, Yogyakarta:

Kanisius.

Sundawati, L dan Trison,Soni. 2006. Pengelolaan Sumberdaya Alam Berbasis

Kemitraan Untuk Pembaruan Tata-Kelola Pemerintahan Desa. Bogor :

LPPM-IPB bekerjasama dengan Partnership for Governance Reform in

Indonesia-UNDP.

Sumodiningrat, Gunawan. 1996. Pembangunan Daerah Dan Pemberdayaan

Masyarakat. Jakarta :Bina Rena Pariwara.

Suparlan, P., 2003. Manajemen Konflik dalam pengelolaan Community

Development. Jakarta.Indonesia Center for Sustainable Development

(ICSD). Pustaka Sinar Harapan. IKAPI. Jakarta.

Supardian. 2005,Pengembangan Masyarakat Dalam Industri Geothermal, tesis

Pasca Sarjana IPB.Bogor.

Sutrisno Anas M. Fauzi dan Purwiyanto Hariyadi. 2001. Kelembagaan

kemitraan dalam Pengembangan Ekonomi Lokal. Yayasan Mitra

Pengembangan Desa-Kota dan Business Inovation Centre of Indonesia.

Bunga Rampai.

Tadjudin, Djuhendi, 2000. Manajemen Kolaborasi. Bogor.:Pustaka Latin,

Todaro, Michael P. and Smith,Stephen C.2004, Pembangunan Ekonomi di

Dunia Ketiga,Jakarta; Erlangga.

Trijono, Lambang. 2001: “Strategi Pemberdayaan Komunitas Lokal : Menuju

Kemandirian Daerah”. Dalam Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM Vol 5

No 2 Nopember 2001.

Uphoff, Norman T. and Milton J. Esman. 1974. Local organizaation for rural

development: Analysis Of Asian Experience. Special Series On Rural

Local Government. Ithaca: Cornel University.

Wahyuningsih, Rina,Potensi Dan Wilayah Kerja Pertambangan Panas Bumi di

Indonesia, Kolokium Hasil Lapangan , 2005

Wahyudin, 2005. Strategi Mensinergikan Program-program Pengembangan

Masyarakat dan Pengembangan Wilayah, tesis Pasca Sarjana IPB.Bogor.

www.jabar.go.id (Kominfo-Newsroom). Chevron geothermal Salak digandeng

menggali panas bumi. 28 Juni 2007

Page 188: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

Lampiran 1

Kab.Lebak

Kab. Bogor

Cisolok

Chevron Geothermal Salak,Ltd.

Sukabumi

Kecamatan

PROPINSI JAWA BARAT

Peta Wilayah Penelitian

Page 189: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

170

Lampiran 2. Quesioner untuk responden mengenai Pelaksanaan pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh CHV

Nama : Umur : Instansi : Jabatan : Menurut pendapat anda bagaimanakah pelaksanaan program community development yang telah dilakukan oleh Chevron dalam bidang: 1. Pendidikan 2. Kesehatan 3. Pemberdayaan Ekonomi Lokal 4. Lingkungan

Page 190: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

171

5. Infrastruktur 6. Komunikasi dan hubungan sosial dengan masyarakat

...............................,..................................

..................................................................

Page 191: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

172

Lampiran 3. Program Tahunan Community Engagement CGS

No

CE Group

Judul Program

Deskripsi Program

1 Pendidikan Beasiswa untuk murid

SMA dan Universitas CGS akan membantu beasiswa untuk 10 murid SMA dan 4 mahasiswa universitas, beasiswa akan diberikan sampai mereka lulus sekolah

Banatuan fasilitas sekolah (meja,bangku/ meubelair ,papan tulis dan sebagainya)

CGS akan membantu untuk renovasi 2 SD dan membantu pembangunan 2 ruang kelas baru SMA di dua kecamatan

Kursus bagi pengajar untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan

Membantu persiapan kursus dengan mengundang instruktur professional untuk pembelajaran yang lebih spesifik

Bauku-buku baru untuk perpusatakaan umum

CGS akan membantu untuk memberikan 3.000 buku untuk 3 perpustakaan

Renovasi sekolah/bangunan baru

CGS akan membantu untuk merenovasi 2 SD dan membantu pembangunan 2 kelas baru SMA di 2 Kecamatan

Kontes pidato dalam bahasa Inggris

Untuk meningkatkan pengetahuan yang lebih baik dalam bahasa Inggris. CGS akan membantu melaksanakan kontes pidato dalam bahasa Inggris

2 Kesehatan Pelayanan bantuan kesehatan umum

Program bantuan kesehatan di dua kecamatan yaitu berupa pelayanan pemerikasaan gigi dan opersi kecil

Bantuan fasilitas kesehatan dan obat-obatan untuk masyarakat

Untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan menyediakan peralatan kesehatan dan obat-obatan

Training untuk perawat dan sukarelawan (kader kesehatan)

Untuk mengurangi tingkat kematian ibu dan anak karena pertolongan dukun bayi. Diharapkan dengan training dapat meningkatkan kedewasaan (improve maturity)

Page 192: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

173

Kampanye kesehatan Untuk mengurangi peyekit kulit yang mewabah akibat kondisi lingkungan yang kurang sehat

Renovasi Puskesmas/Posyandu

Beberpa pusat pelayanan kesehatan masyarakatkan kondisinya sudah tidak layak dan memerlukan renovasi

Menyediakan MCK umum

Menyediakan bantuan untuk masyarakat lokal untuk meningkatkan sanitasi lingkungan dan peningkatan kualitas MCK tradisional

3 Pemberdayaan Ekonomi Lokal

Training untuk meningkatkan kemampuan

CGS bekerjasama dengan pusat pelatihan setempat (pemda) mengadakan pelatihan/kursus yang tepat untuk masyarakat yang dibutuhkan oleh pasar

Program pengembangan usaha kecil dan mikro(UKM), lembaga Keuangan mikro (LKM)

Menbantu meningkatkan dan memudahkan produksi dan pemasaran produk yang dihasilkan oleh masyarakat serta akses modal untuk mendukung pengembangan ekonomi masyarakat

Pengembangan kegiatan yang menguntungkan melalui kolaborasi dari berbagai stakeholder (partisipasi aktif)

Untuk mengurangi ketergantungan terhadap CGS serta meningkatkan rasa memiliki masyarakat pada program/proyek yang mereka kerjakan

Lingkungan Reforestasi kawasan sekitar operasi perusahaan

CGS mengimplemntasikan program pengijauan dengan menyediakan bantuan bibit tanaman penghijauan dan keperluan lainnya kepada masyarakat sekitar operasii perusahaan

Menyediakan bibit tanaman untuk mendukung kegiatan reforestasi setempat

Dalam rangka Kepedulian terhadap hutan lindung, CGS menyediakan bantuan bibit tanaman kepada masyarakat setempat dalam rangka mendukung reforestasi

Promosi health,environmental and safety (HES) kepada masyarakat

Mempromosikan dan menyebarkan informasi tentang kesehatan, keselamatan kerja dan lindung lingkungan kepada masyarakat setempat.

Page 193: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

174

Mendukung program forum peduli lingkungan

CGS mendukung program lingkungan melalui program peduli lingkungan

Mendukung program biodiversity

CGS memberikan bantuan untuk mendukung program biodiversity

Infrastruktur Renovasi fasilitas umum Menyediakan bantuan material untuk membangun/merenovasi fasilitas umum

Pembangunan irigasi/saluran air

Bekerjasama dengan masyarakat dalam penyediaan air bersih, pengelolaan sumber air dan pemanfaatannya

Perbaikan jalan Membantu material untuk peningkatan/perbaikan jalan di desa sekitar untuk meningkatkan akses.

Pembuatan/perbaikan jembatan

Membantu material untuk peningkatan/perbaikan jalan di desa sekitar untuk meningkatkan akses.

Bantuan terhadap korban bencana alam

Memberikan bantuan kepada korban bencana alam

Komunikasi Pertemuan formal dan informal

Pertemuan di maksudkan untuk menyampaikan informasi-informasi yana up to date dan untuk meningkatkan hubungan yang baik dengan masyarakat

Kunjungan ke lapangan tempat operasi perusahaan atau ke tempat lain

Untuk mempromosikan serta meningkatkan hubungan yang lebih baik antara perusahaan dengan pihak-pihak lain(pemerintah, perguruan tinggi, masyarakat dan lain-lain)

Pertandingan persahabatan

Meningkatkan persahabatan dan kerja sama dengan masyarakat melalui sarana olah raga

Sumber: Salak Community Engagement Report CVR,Ltd.

Page 194: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

175

Lampiran 4.

Struktur Organisasi Community Affairs CHV

Sumber: Laporan dan Program Community Development dan Relation Chevron

Geothermal Salak,Ltd .2005-2006.

Presiden

GM Operations

Salak Geothermal Manager

Comunity Affairs Manager

Jakarta

Gunung Salak

Page 195: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

176

Lampiran. 5

Struktur organisasi pengelolaan CSR PT. Antam, Tbk

Sumber: Hendrapawoko,2008

Director General Affairs and

Corporate Social Responsibility

Senior Manager Corporate Social

Responsibility

Senior Manager General Affairs and External Relation

ASM Community Development

ASM

Post Mining

ASM

General Affairs

ASM

External Relations

Page 196: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

177

PENGEMBANGAN PROYEK

PERIODE KEGIATAN MASALAH YANG

MUNCUL

PROGRAM CD YANG

DILAKSANAKAN

PIHAK YANG TERLIBAT DAMPAK JUMLAH

DANA MEKANISME PROGRAM

<1979 Eksplorasi

1980-1989 • 1982 Ditandatangani Kontrak antara Pertamina, PLN dan Union

1983 – 1986 Proses studi rona awal lingkungan dan pengajuan proposal pembuktian 230 MW ke Pertamina

• 1989 Penyusunan AMDAL dan mengajukan proposal pengembangan sebesar 110 MW ke Pertamina

• Pencemaran air sungai yang digunakan oleh penduduk untuk usaha perikanan

• Penduduk menuntut ganti rugi

Ganti rugi kepada para pemilk kolam

• Tokoh-tokoh formal • Para pemilik kolam

Masyarakat merasa senang

Kepala desa menghitung jumlah kerugian yang diderita oleh masyarakat, kemudian mengajukan penggantian lepada preusan

1990-1999 • 1994 Unocal memulai operasi secara komersial sebesar 110 MW

Program-program masih bersifat charitatif

Para pemimpin formal (Kepala Desa,Camat)

Memberikan bantuan acara-acara keagamaan dan perayaan hari besar nasional

• 1994 Diajukan proposal pengembangan ke Pertamina sebesar 220 MW

Mulai diadakan program yang mengarah ke pemberdayaan kelompok

Para pemimpin formal (Kepala Desa,Camat), Tokoh Masyarakat serta tokoh Pemuda.

Pembentukan kelompok-kelompok masyarakat, tetapi masih terbatas didaerah-daerah terdekat dengan

Lampiran 6. Kronologis Pelaksanaan Program Community Development CVR Di Kecamatan Kabandungan Kabupaten Sukabumi

Page 197: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

178

lokasi peusahaan • 1997

Unocal geothermal Indonesia,Ltd. (UGI) melakukan operasi secara komersial sebesar 330 MW.

• 1998 Renegosiasi Kontrak

2000-2007 • 2002 kontrak diamandemen dan disetujui oleh para pihak

Muncul tuntutan dari LSM lokal, dengan tuntutan: 1. Perekrutan

tenaga kerja lokal

2. pemberdayaan masyarakat lokal

3. adanya tanggung jawab lingkungan dari Unocal

4. penyediaan fasilitas BLK untuk meningkatkan keterampilan/skill masyarakat lokal

• Pengembangan Usaha pertanian

• Usaha-usaha penghijauan

• Pembangunan dalam bidang infrastruktur (pos yandu, perbaikan jalan dan jembatan)

• Pembetukan kelompok-kelompok pemberdayaan

• Dombanisasi • Bantuan gen-set

untuk para pemulung bangbung(kumbang)

• Pembangunan Lapangan Olah raga

• LSM FORIDA • Tokoh masyarakat • Kelompok tani • Kelompok Pemuda • PPLH-IPB • INRR

• Dengan Munculnya LSM FORIDA, mendorong munculnya LSM-LSM lokal lain yang mengadvokasi masyarakat

• Munculnya kelompok-kelompok kepentingan dalam masyarakat

Masing-masing kelompok mengajukan proposal kegiatan sendiri-sendiri.

• 2005 Muncul kembali tuntutan yang

• Bantuan • Ketua kelompok Belum berdampak

Masing-masing kelompok

Page 198: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

179

Sumber: Hasil wawancara dengan responden

Diakuisisi oleh Chevron Pacific Indonesia (CPI) menjadi Chevron Geohermal Salak,Ltd.

disuarakan oleh LSM lokal mengenai issu-issu seputar: 1. Tenaga Kerja 2. Pemberdayaan

Masyarakat 3. Peningkatan

kesejahteraan dan ekonomi

4. Lingkungan 5. peningkatan

kesempatan berusaha

pembangunan infra struktur

• Bantuan untuk kelompok tani

• LSM • Ketua Pemuda

terhadap peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat

mengajukan proposal kegiatan sendiri-sendiri.

• 2007 Muncul kembali tuntutan yang disuarakan oleh LSM lokal mengenai issu-issu seputar: 1. Tenaga Kerja 2. Pemberdayaan

Masyarakat 3. Peningkatan

kesejahteraan dan ekonomi

4. Pingkungan 5. peningkatan

kesempatan berusaha

• Bantuan pembangunan infra struktur

• Bantuan untuk kelompok tani

• Pembentukan UKM dan LKM

• LSM KPP • KKMD • PNM • CGS

Belum berdampak secara signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat

Diperkirakan Rp. 5 M

Proposal harus disetujui oleh kepala desa dan camat

Page 199: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

180

Lampiran 7

GLOSSARY

AMDAL : Analisis mengenai dampak lingkungan Antam : Aneka Tambang, Tbk Aspak 213 : Asosiasi pemuda antar kedusunan 1, 2 dan 3 (LSM) Barak : Barisan Rakyat Kecamatan Kabandungan (LSM) BBM : Bahan bakar minyak BUMN : Badan usaha milik negara BLK : Balai latihan kerja BLT : Bantuan langsung tunai BOS : Bantuan operasional sekolah BPD : Badan permusyawaratan desa BP Migas : Badan Pelaksana minyak dan gas BPN : Badan pertanahan nasional BPS : Badan pusat statistik 0C : Derajat celcius CGS : Chevron geothermal salak, Ltd. CHV : Chevron geothermal salak, Ltd. CI : Concervation international CSR : Corporate social resposibility Dephut : Departemen kehutanan DO : Drop out dpl : Diatas permukaan laut ECOSOC : Economic social council (UN) GCG : Good corporate governance GRI : Global reporting initiative GWe : Giga watt electric Ha : hektar HAM : Hak azasi manusia HIV/AIDS : Human imuno defeciency virus/acquired imuno defeciency syndrom IUP : Izin usaha penambangan JK3GS : Jaringan kerjasama konservasi kawasan gunung Salak K3 : Kesehatan dan Keselamatan Kerja Kadus : Kepala dusun Kandepag : Kantor departemen agama Kg : Kilogram KM : Kilometer KK : Kepala keluarga KPP : Komunitas peduli pendidikan (LSM) LSM : Lembaga swadaya masyarakat LBD : Local business development MWe : Mega watt electric NAPZA : Narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya PAD : Pendapatan asli daerah PDRB : Product domestic regional brutto Pemda : Pemerintah daerah Perda : Peraturan daerah PIN : Pekan imunisasi nasional

Page 200: ENGEMBANGAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDEKATAN … · Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr Ir. Slamet Soedarsono,M.PP Ketua Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Dekan Sekolah

181

PKBL : Program kemitraan dan bina lingkungan P3LH : Pemuda peduli pelestarian lingkunganhidup (LSM) PLTA : Pembangkit listrik tenaga air PLTD : Pembangkit listrik tenaga diesel PLTU : Pembangkit listrik tenaga uap PMA : Penanaman modal asing PMKS : Penyandang masalah kesejahteraan sosial PMT : Program makanan tambahan PNBP : Penerimaan negara bukan pajak PNPM : Program nasional pemberdayaan masyarakat PNS : Pegawai negeri sipil FPED : Forum pemuda empat desa (LSM) PT : Perseroan terbatas PTP VIII : Perseroan terbatas Perkebunan wilayah 8 (BUMN) Pustu : Pusat kesehatan masyarakat pembantu PwC : Price water house coopers RSUD : Rumah sakit umum daerah RT : Rukun tetangga RW : Rukun warga RT/RW : Rencana tata ruang dan tata wilayah SDM : Sumberdaya manusia Sorak : Solidaritas rakyat kecamatam Kabanungan (LSM) TNCs : Trans national corporations TNGHS : Taman nasional gunung Halimun-Salak UGI : Unocal geothermal of Indonesia,Ltd UN : United nataions UU : Undang-undang :