ir. saut hilser sihite, mtp (wakil ketua ii lpjk provinsi

23
Ir. Saut Hilser Sihite, MTP (Wakil Ketua II LPJK Provinsi Jambi) Jambi, 8 Mei 2018

Upload: others

Post on 20-Nov-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Ir. Saut Hilser Sihite, MTP

(Wakil Ketua II LPJK Provinsi Jambi)

Jambi, 8 Mei 2018

POSITIF DAN NEGATIF JASA KONSTRUKSI

Kegiatan Konstruksi merupakan unsur

penting dalam pembangunan, (Sumbangan

terhadap PDRB Provinsi Jambi berkisar antara

6 % – 7 %);

Dampak Kegiatan konstruksi yang tidak

diinginkan antara lain yang menyangkut

aspek keselamatan kerja dan lingkungan;

Untuk kegiatan konstruksi harus dikelola

dengan memperhatikan standar dan ketentuan K3

yang berlaku.

Landasan Hukum 1. Pemerintah telah sejak lama mempertimbangkan

masalah perlindungan tenaga kerja, yaitu melalui UU 14/1969 dan UU 1/1970.

2. Sesuai dengan perkembangan jaman, pada tahun 2003, pemerintah mengeluarkan undang-undang pengganti yaitu UU 13/2003 tentang Ketenagakerjaan.

3. UU ini mencakup perlindungan pekerja, yaitu keselamatan dan kesehatan kerja; upah; kesejahteraan; dan jaminan sosial tenaga kerja.

Peraturan Pelaksanaan1. Permenakertrans RI No 3 Tahun 1978 tentang

Penunjukan dan Wewenang Serta Kewajiban Pegawai Pengawas Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Ahli Keselamatan Kerja.

2. Permenakertrans RI No 1 Tahun 1980 tentang Keselamatan Kerja pada Konstruksi Bangunan.

3. Permenakertrans RI No 2 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.

4. Permenakertrans RI No 1 Tahun 1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja.

5. Permenakertrans RI No 3 Tahun 1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja.

Peraturan Pelaksanaan1. Dasar Hukum: Peraturan Menteri Ketenagakerjaan

No. 1 Tahun 1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi Bangunan.

2. Tujuan perundangan tersebut adalah a. memberi perlindungan K3 bagi tenaga kerja dan orang

lain,

b. menjamin seluruh tahapan konstruksi dapat berlangsung dengan aman dan

c. menjalankan peraturan pelaksanaan Undang-undang keselamatan kerja.

Peraturan PelaksanaanKeputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum RI No 174 Tahun 1986 No 104/KPTS/1986 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi.

Belum Optimal1. Setiap pekerjaan konstruksi bangunan yang akan

dilakukan wajib dilaporkan kepada Direktur atau Pejabat yang ditunjuknya;

2. Pada setiap pekerjaan konstruksi bangunan harus diusahakan pencegahan atau dikurangi terjadinya kecelakaan atau sakit akibat kerja terhadap tenaga kerjanya;

3. Sewaktu pekerjaan dimulai harus segera disusun suatu unit keselamatan dan kesehatan kerja, hal tersebut harus diberitahukan kepada setiap tenaga kerja (meliputi usaha-usaha pencegahan terhadap: kecelakaan, kebakaran, peledakan, penyakit akibat kerja, pertolongan pertama pada kecelakaan dan usaha-usaha penyelamatan)

Belum Optimal Belum optimalnya pengawasan (Pengawasan harus

dilakukan dengan ketat tidak hanya oleh Instansi atau Dinas Tenaga Kerja setempat, tapi juga oleh kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat).

Belum optimalnya Prosedur audit sistem keselamatan kalibrasi peralatan kerja hingga sertifikasi keselamatan dan kesehatan kerja (seharusnya dijalankan denganjauh lebih tegas).

KECELAKAAN KERJA

Data Kecelakaan (BPJS)1. Angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tinggi.

Mengutip data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan, hingga akhir 2015 telah terjadi kecelakaan kerja sebanyak 105.182 kasus;

2. Sepanjang tahun 2016 dan Semester I (Januari-Juni) Tahun 2017, tercatat ada sebanyak 2,728 kasus kecelakaan kerja yang menimpa pekerja di Jasa Konstruksi (Jakon).

3. Adapun klaim yang dikeluarkan BPJS Ketenagakerjaan untuk para korban kecelakaan kerja di tahun 2016 sebesar Rp. 41,202,399,050.00 dan pada Januari-Juni 2017 sebesar Rp. 21,031,149,850.00.

Klasifikasi tipe-tipe kecelakaan kerja

1. Terjatuh

2. Terjepit dua benda

3. Terkena arus listrik

4. Tertimpa benda

5. Kecelakaan kendaraan

6. Longsor

Sumber Penyebab Kecelakaan 1. Tidak mengikuti peraturan

2.Tidak menggunakan APD

3. Peralatan rusak

4.Kurangnya rambu-rambu

5.Cuaca buruk

6.APD tidak layak pakai

7.Konstruksi tidak aman

8.Tidak hati-hati

Hasil Penelitian Untuk tipe kecelakaan kerja, Wiradikusumah (2007)

menyebutkan ada dua jenis pekerjaan di sektor konstruksi yang berbahaya, yaitu pekerjaan yang dilaksanakan di ketinggian dan pekerjaan galian. Jenis kecelakaannya berupa jatuh dari ketinggian dan untuk pekerjaan galian berupa tertimbun tanah dan terhirup gas beracun.

Penelitian risiko kecelakaan kerja di proyek pembangunan apartemen yang dilakukan oleh Wicaksono and Singgih (2011) memperlihatkan risiko terbesar adalah material terjatuh dari material yang diangkat, tersengat listrik, tertimpa peralatan, dan jatuh dari ketinggian.

Lemahnya Penerapan Hukum 1. Implementasi kebijakan peraturan yang ada belum

sepenuhnya maksimal, karena walaupun sudah puluhan tahun diterapkan, regulasi tersebut tidak diperbaharui sesuai dengan perkembangan saat ini.

2. Lemahnya penerapan Sanksi K3, Contoh: UU No. I Tahun 1970 pasal 15 tentang Keselamatan Kerja, bahwa sanksi bagi setiap perusahaan yang tidak melaksanakan ketentuan manajemen K3 yang baik, hanya dikenakan denda setinggi-tinggi Rp 100.000 (seratus ribu rupiah) atau kurungan penjara selama-lamanya 3 (tiga) bulan. Denda tersebut sangat tidak sebanding dengan resiko kecelakaan kerja dan nyawa para pekerja;

KONDISI YANG DIHARAPKAN

Untuk menunjang dan mendukung proses

pelaksanaan pekerjaan konstruk:si yang aman,

berkualitas, dan berkelanjutan di suatu

negara, mutlak diperlukan kesiapan tenaga

kerja konstruksi. Karena itulah pengembangan

tenaga kerja konstruksi merupakan satu hal

yang perlu menjadi salah satu fokus kita

bersama. Tenaga kerja konstruksi yang

bersertifikat menguasai salah satu ilmu dari

kompetensi dasar dan diakui dalam bentuk

sertifikat.

Maraknya insiden-insiden kecelakaan kerja yang kerap terjadi belakangan ini merupakan alarm keras bahwa resiko kecelakaan kerja bukanlah hal yang sepele.

K3 sudah sepatutnya menjadi perhatian bersama. Pemerintah harus meningkatkan kebijakan K3 yang lebih baik lagi dengan terus memperbaharui kebijakan-kebijakan yang ada, perusahaan juga sepatutnya bertanggung jawab akan manajemen K3 yang baik,

Para pekerja harus lebih meningkatkan kesadaran diri akan pentingnya hak perlindungan K3 melalui peran serikat pekerja, karena K3 merupakan hak dasar setiap pekerja.

Masalah keselamatan dan kesehatan kerja

pada proyek-proyek konstruksi masih sering

terabaikan.

Kenyataan di lapangan menunjukkan masih

rendahnya tingkat kepatuhan para pelaksana

konstruksi terhadap Pedoman K3 Konstruksi.

penerapan pedoman K3 di lapangan masih

banyak memiliki tantangan, terutama pada

proyek-proyek kecil.

Rekomendasi

Pemerintah juga dapat menambah persyaratan/ penilaian mengenai aspek K3 (penilaian atas SMK3 yang dikembangkan di perusahaan maupun yang spesifik untuk setiap proyek) dalam peraturan pengadaan jasa konstruksi.

TERIMA KASIH