endometriosis revisi[1]

12
PENUGASAN BLOK KETERAMPILAN BELAJAR & TEKNOLOGI INFORMASI ARTIKEL ILMIAH ” ENDOMETRIOSIS ” Disusun oleh: Kurnia Kemala Sari 07711203 FAKULTAS KEDOKTERAN

Upload: arsy-prestica-rosadi

Post on 12-Jan-2016

231 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

iokjk

TRANSCRIPT

Page 1: Endometriosis Revisi[1]

PENUGASAN BLOK KETERAMPILAN BELAJAR & TEKNOLOGI INFORMASI

ARTIKEL ILMIAH

” ENDOMETRIOSIS ”

Disusun oleh:

Kurnia Kemala Sari

07711203

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2007

Page 2: Endometriosis Revisi[1]

ENDOMETRIOSIS

Endometriosis merupakan salah satu penyakit ginekologik yang dewasa ini

paling banyak mendapat perhatian para ahli dinegara-negara maju maupun

dinegara berkembang, telah banyak penelitian yang dilakukan terhadap

endometriosis, namun hingga kini penyebab dan patogenesisnya belum diketahui

juga secara pasti. Namun dalam satu hal para ahli sepakat, bahwa pertumbuhan

endometriosis sangat dipengaruhi oleh hormon steroid, terutama estrogen.

Sebagian ahli sepakat bahwa nyeri pelvik, nyeri haid ataupun infertilitas erat

kaitannya dengan endometriosis. (Mulyana, 2007)

DEFINISI

Endometriosis adalah suatu penyakit di mana bercak-bercak jaringan

endometrium tumbuh di luar rahim, padahal dalam keadaan normal endometrium

hanya ditemukan di dalam lapisan rahim. Biasanya endometriosis terbatas pada

lapisan rongga perut atau permukaan rongga perut. Endometrium yang salah

tempat ini biasanya melekat pada ovarium dan ligamen penyokong rahim. Selain

itu endometrium juga dapat melekat pada lapisan luar usus halus dan usus besar,

ureter(saluran yang menghubungkan ginjal dan kandung kemih), kandung kemih,

vagina, jaringan perut di dalam perut atau lapisan rongga dada. Kadang jaringan

endometrium tumbuh di dalam paru-paru.(www.medicastore.com, 2007)

Endometriosis dipengaruhi oleh hormon estrogen dan progesteron yang

secara periodik mengalami perdarahan dan jaringan sekitarnya mengalami

inflamasi dan perlekatan. Endometriosis pada umumnya terjadi pada usia

reproduksi, walaupun demikian telah ditemukan pula endometriosis pada usia

remaja dan pasca menopause. Yang menarik perhatian adalah bahwa

Page 3: Endometriosis Revisi[1]

endometriosis lebih sering ditemukan pada wanita yang tidak kawin pada umur

muda, dan yang tidak mempunyai banyak anak. Ternyata fungsi ovarium secara

siklis yang terus menerus tanpa diselingi kehamilan, memegang peranan penting

di dalam terjadinya endometriosis. (Mulyana, 2007)

ETIOLOGI

Penyebabnya tidak diketahui secara pasti, namun beberapa ahli

mengemukakan teori berikut:

1. Teori histogenesis menurut Sampson (1927).

Endometriosis terjadi karena darah haid mengalir kembali melalui tuba ke

dalam rongga pelvis. Sudah dibuktikan bahwa dalam darah haid didapati sel-

sel endometrium yang masih hidup. Sel-sel endometrium yang masih hidup ini

kemudiandapat mengadakan implantasi di pelvis.

2. Teori histogenesis menurut Robert Meyer (1919).

Endometriosis terjadi karena rangsangan pada sel-sel epitel berasal dari selom

yang dapat mempertahankan hidupnya di daerah pelvis. (Wikojosastro, 2005)

3. Teori menstruasi retrograd (teori yang bergerak mundur)

Sel-sel endometrium yang dilepaskan pada saat menstruasi bergerak mundur

ke tuba falopii lalu masuk ke dalam perut atau panggul atau perut dan tumbuh

di dalam panggul/perut. (Decherney, 2007)

4. Teori sistem kekebalan

Kelainan sistem kekebalan menyebabkan jaringan menstruasi tumbuh di

daerah selain rahim.

5. Teori genetik

Keluarga tertentu memiliki faktor tertentu yang menyebabkan kepekaan yang

tinggi terhadap endometriosis. (www.medicastore.com, 2007)

Page 4: Endometriosis Revisi[1]

6. Teori metaplastik

Menyatakan bahwa epitel coelom mengalami diferensiasi endometrial yang

dalam analisis terakhir berasal dari endometrium itu sendiri. Teori ini tidak

dapat menjelaskan lesi endometriotik di paru atau kelenjar getah bening.

7. Teori penyebaran vaskular atau limf

Diajukan untuk menjelaskan tertanamnya endometrium di luar panggul atau di

dalam kelenjar getah bening. (Kumar, 2007)

Meskipun terdapat banyak teori, namun dalam satu hal para ahli sepakat

bahwa pertumbuhan endometriosis dipengaruhi oleh hormon steroid terutama

estrogen.

Selain itu, ada sejumlah faktor lain yang diduga dapat memicu timbulnya

penyakit ini. Misalnya polusi udara, tayangan visual yang cepat mematangkan

poros hormon, pola makan yang banyak mengandung residu, dan rendahnya

aktivitas fisik. Karena itu, penting adanya perbaikan lingkungan dan gaya hidup

untuk mencegah endometriosis. (Jacoeb, 2007)

PATOLOGI

Endometriosis sering terjadi di ovarium. Pada ovarium tampak kista-kista

biru kecil sampai kista besar berisi darah tua menyerupai coklat(endometrioma).

Darah tua dapat keluar sedikit demi sedikit karena luka pada dinding kista dan

dapat menyebabkan perlekatan antara permukaan ovarium dengan uterus, sigmoid

dan dinding pelvis. Kista coklat kadang-kadang dapat mengalir dalam jumlah

banyak ke dalam rongga peritoneum karena robekan dinding kista. Tuba pada

endometriosis biasanya normal. (Wikojosastro, 2005)

Page 5: Endometriosis Revisi[1]

MANIFESTASI KLINIS

Gejala-gejala yang sering ditemukan pada penyakit ini adalah:

1. Nyeri perut bawah yang progresif dan dekat paha yang terjadi pada dan

selama haid (dismenorea), penyebab mungkin ada hubungannya dengan

vaskularisasi dan perdarahan pada sarang endometriosis pada waktu sebelum

dan semasa haid.

2. Nyeri ketika melakukan hubungan seksual (dispareunia), disebabkan karena

adanya endometriosis di kavum Douglasi.

3. Nyeri saat defekasi, khususnya pada waktu haid. Disebabkan oleh karena

adanya endometriosis pada dinding rektosigmoid/kandung kencing.

4. Infertilitas, disebabkan jika mobilitas tuba terganggu karena fibrosis dan

perlekatan jaringan di sekitarnya.

Pada pemeriksaan ginekologi, khususnya pada pemeriksaan vagino-rekto-

abdominal, ditemukan pada endometriosis ringan benda-benda padat sebesar butir

beras sampai butir jagung di kavum Douglasi dan pada ligamentum sakrouterinum

dengan uterus dalam retrofleksi dan terfiksasi. (Wikojosastro, 2005)

DIAGNOSIS

Diagnosis biasanya dibuat atas dasar anamnesis dan pemeriksaan fisik,

kemudian dipastikan dengan pemeriksaan laparoskopi. Pemeriksaan laboratorium

pada endometriosis tidak memberi tanda yang khas, hanya apabila ada darah

dalam tinja atau air kencing pada waktu haid dapat menjadi petunjuk adanya

endometriosis pada kandung kencing. Untuk menentukan berat ringan

Page 6: Endometriosis Revisi[1]

endometriosis digunakan klasifikasi dari American Fertility Society.

(Wikojosastro, 2005)

Pada pemeriksaan panggul akan teraba benjolan lunak yang sering kali

ditemukan di dinding belakang vagina atau di daerah ovarium. Pemeriksaan yang

biasa dilakukan:

1. Laparoskopi, merupakan pemeriksaan yang sangat berguna untuk

membedakan endometriosis dari kelainan-kelainan di pelvis.

2. Biopsi endometrium

3. USG rahim

4. Barium enema

5. CT scan atau MRI perut (www.medicastore.com, 2007)

6. Sigmoidoskopi dan sitoskopi, dapat memperlihatkan tempat perdarahan pada

waktu haid. (Wikojosastro, 2005)

7. Transvaginal sonography, untuk diagnosis endometrium di ovarium.

8. Rectal endoscopy sonography. (Bazot, 2007)

9. Eksisi pada ovarium yang bengkak diikuti pelepasan hormon GnRH agonis.

(Trover, 2007)

PENGOBATAN

Pengobatan tergantung kepada rencana kehamilan, gejala, beratnya

penyakit, dan umur. Yang diutamakan bahwa terapi untuk endometriosis adalah

pemeriksaan gejala pertama yang muncul untuk memperbaiki diagnosis dan

Page 7: Endometriosis Revisi[1]

untuk menjamin bahwa gejala yang dialami pasien hanya dapat disebabkan oleh

endometriosis.

a. Expectant management

Pengobatan ini dilakukan pada pasien yang tidak memiliki gejala, seperti

wanita mandul dengan endometriosis ringan. Meskipun pada umumnya

endometriosis dipercaya merupakan penyakit yang jumlah penderitanya terus

meningkat, tidak ada bukti bahwa pengobatan pada pasien tanpa gejala akan

mencegah gejala sebelumnya.

b. Analgesic therapy

Pengobatan dengan penghilang rasa nyeri. Obat-obatan ini merupakan

terapi untuk pasien yang merasakan nyeri ringan sebelum menstruasi dari

endometriosis ringan, hasil pemeriksaan panggul normal, dan tidak menginginkan

cepat hamil. (H.Decherney, 2007)

c. Hormonal therapy

Tujuan pengobatan dengan terapi hormon untuk menghindari perdarahan

pada jaringan endometrium. Pengobatan ini dilakukan dengan menggunakan:

1. Pil KB, merupakan pilihan baik untuk mengobati pasien dengan gejala ringan.

2. Progestin, berbagai jenis progestin (medroksiprogesteron asetat, noretisteron

asetat, linestrenol, dll) pernah digunakan sebagai obat tunggal untuk terapi

endometriosis. Dengan mengenal sifat-sifatnya, kita dapat memilih senyawa

mana yang paling sesuai dengan terapi endometriosis dan efek samping apa

yang mungkin terjadi).

3. Danazol, termasuk golongan hormon sintetik maskulin turunan dari androgen.

Efek antigonadotropin Danazol ini terjadi dengan cara menekan FSH dan LH,

sehingga terjadi penghambatan steroidogenesis ovarium. Karena androgen

Page 8: Endometriosis Revisi[1]

membebani fungsi hati, maka Danazol tidak dianjurkan pada penderita

endometriosis dengan penyakit hati, ginjal, dan jantung. (Jacoeb, 2006)

4. GnRH agonis, merupakan zat yang pada mulanya merangsang pelepasan

hormon gonadotropin dari kelenjar hipofisa, tetapi setelah diberikan lebih dari

beberapa minggu akan menekan pelepasan gonadotropin. (Berek, 2002)

REFERENSI:

http://medlinux.blogspot.com/2007/09/endometriosis.html-134 , (diakses 12 Nov 07)

http://www.medicastore.com/med/detail-pyk.php?iddtl=102&idktg=17&UID=20070102142854202.73.125.11-47-k (diakses 12 Nov 07)

http://www.republika.co.id/koran-detail.asp?id=300142&kat-id=123-30k- (diakses 12 Nov 07)

http://humrep.oxfordjournals.org/cgi. No 8 , vol 18, 1686-1692, Agustus 2003. (diakses 13 Nov 07)

http://www.pubmed.org/ by Troyer MR. Differential diagnosis of endometriosis in a young__[Phys Ther_2007]-PubMed result.htm (diakses 13 Nov 07)

http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=201- 40k- .11. (diakses 12 Nov 07)

Wikojosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan, edisi 2 cetakan ke 4. Jakarta: YBP-SP. 316-319

Decherney, Alan H, dkk. 2007. Current Diagnosis Treatment Obstetrics&Gynecology 10th edition. USA : The McGraw-Hill Companies. 716

Kumar, Vinay, dkk. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins, edisi 7 . Jakarta: EGC. 771

Berek, Jonathan S, dkk. 2002. Novak’s Gynecology 13th edition. USA: Lippincott Williams&Wilkins. 955