endometriosis
TRANSCRIPT
ENDOMETRIOSISDisusun oleh Hartono (078115052)
A. PendahuluanEndometriosis merupakan salah satu penyebab nyeri pelvis (dysmenorrhea, dyspareunia) dan ketidaksuburan pada lebih dari 35% wanita usia produktif, akan tetapi prevalensi nyata untuk penyakit ini tidak diketahui.
Secara umum, diperkirakan 1 dari 10 orang wanita menderita endometriosis. Sekitar 71-87% wanita yang mengalami nyeri pelvis dan sekitar 38% wanita yang mengalami masalah kesuburan didiagnosis endometriosis. Biasanya dialami oleh wanita usia produktif, dengan kemajuan penyembuhan penyakit sangat lambat, bahkan cenderung stabil/tidak mengalami kemajuan dalam upaya penyembuhan. Pada remaja beranjak dewasa, endometriosis yang dialami adalah endometriosis sekunder, namun rasa nyeri yang ditimbulkan jauh lebih hebat dibanding endometriosis primer yang dialami oleh wanita dewasa.
B. PenyebabPenyebab endometriosis tidak diketahui, akan tetapi diduga terkait dengan siklus menstruasi yang tidak teratur, coelomic metaplasia, dan abnormalitas sistem imun.
Meskipun penyebab pasti tidak diketahui, beberapa faktor yang terkait dengan terjadinya endometriosis adalah siklus menstruasi yang tidak teratur, menstruasi yang terlalu lama, abnormalitas saluran genital, kadar estrogen terlalu tinggi, dan tertimbunnya lemak perifer. Namun ada pula endometriosis yang disebabkan karena kelainan genetik.
Turunnya kadar estrogen karena penggunaan obat kontrasepsi oral, menopause, olahraga telah terbukti dapat mengurangi gejala nyeri pada endometriosis.
C. PatofisiologiNyeri yang dialami penderita endometriosis terjadi karena lesi pada ovarium mengenai ujung saraf, sehingga dinding ovarium melepaskan prostaglandin. Bila lesi yang muncul berupa kista/endometriomas, maka akan terjadi dyspareunia. Gejala nyeri muncul terkait dengan pelepasan hormon estrogen dan progesteron sepanjang siklus menstruasi.
D. Penampakan klinisEndometriosis pada hakikatnya adalah asimtomatis, namun pada penderita dapat tampak gejala dysmenorrhea, dyspareunia, nyeri pelvis, gangguan saluran cerna, dysuria, hematuria, nyeri punggung bagian bawah, dan defekasi yang disertai nyeri.
E. TerapiBerdasarkan gejala yang dialami oleh penderita, maka sasaran terapi endometriosis adalah untuk mengurangi/menghilangkan lesi ovarium, mencegah keparahan penyebaran lesi, mengurangi rasa nyeri yang dialami, dan mencegah terjadinya masalah ketidaksuburan.
1. Terapi non-farmakologis (pembedahan)
Tindakan pembedahan pada penderita endometriosis dapat digunakan baik sebagai penegak diagnosis maupun sebagai terapi. Tujuan pembedahan meliputi perusakan implan ovarium, mengangkat lesi, dan mengembalikan struktur pelvis menjadi normal untuk mengatasi masalah ketidaksuburan dan nyeri yang ditimbulkan. Bila penderita tidak menginginkan kesuburan di masa mendatang, maka pilihan pembedahan untuk mengangkat rahim bisa dipertimbangkan.
Teknik pembedahan pada penderita endometriosis adalah laparostomi, karena memiliki kemungkinan komplikasi yang paling rendah. Akan tetapi sekitar 60-100% pasien yang dilaparostomi mengalami nyeri hebat pasca-operasi, dan sekitar lebih 44% pasien kembali mengalami nyeri endometriosis setahun pasca-operasi. Hal ini dapat disebabkan kekurangmampuan untuk melihat letak lesi secara visual dan mengangkatnya hingga tuntas.
2. Terapi farmakologi
a. Obat pilihan utamaObat pilihan utama untuk penderita endometriosis adalah NSAIDs, kontrasepsi oral, atau kombinasi keduanya. Pemilihannya berdasarkan karakteristik pasien misalnya penggunaan kontrasepsi pada pasien, pola timbulnya nyeri, dan kontraindikasi untuk pasien tertentu. Bila pasien memberikan respon positif terhadap terapi, maka perlu diberikan terapi untuk jangka panjang/terus-menerus karena penderita umumnya tidak mengalami kemajuan dalam upaya penyembuhan.
Efikasi NSAIDs untuk pasien endometriosis belum pernah dievaluasi dalam uji klinik. Akan tetapi efikasinya yang tinggi dalam terapi untuk dysmenorrhea telah terbukti, maka diduga memiliki efikasi yang sama untuk pasien endometriosis.
Pengunaan kontrasepsi oral dapat dipilih karena dapat digunakan untuk jangka panjang dengan efek samping yang tidak begitu signifikan. Contoh :
b. Obat alternatif
Obat alternatif yang dapat digunakan adalah progestin, danazol, dan GnRH-antagonis.
c. c. Obat untuk pasien khusus (remaja beranjak dewasa)
Tujuan terapi endometriosis untuk pasien khusus ini fokus untuk mengatasi nyeri yang ditimbulkan. Terapi yang utama dilakukan adalah terapi farmakologis dibanding non-farmakologis karena terkait kemampuan produktivitas memasuki masa subur wanita. Obat pilihan utama yang diberikan adalah kontrasepsi oral karena kemampuan tubuh yang tinggi untuk mentoleransi efek samping yang mungkin ditimbulkan. Selain itu, penggunaan progestin juga sangat direkomendasi, meskipun penggunaannya untuk jangka panjang dapat mengurangi densitas mineral tulang dan mengganggu profil lipid normal dalam tubuh.
Tabel 1. Terapi farmakologis untuk pasien nyeri pelvis yang disebabkan endometriosis.Golongan obat
& nama generikDosisKeteranganContoh branded
Kontrasepsi oral1 tablet sehariPemberian terus menerus dapat mengurangi dysmenorrheaKontraindikasi untuk pasien dengan riwayat tromboemboli atau umur >35 tahun dan merokokSemua jenis kontrasepsi oral
NSAIDs
Ibuprofen
Naproxen400 mg oral tiap 4-6 jam
250 mg oral tiap 6-8 jamPerlu perhatian khusus pada pasien dengan gangguan saluran nafas, ginjal, dan memiliki riwayat ulser saluran cernaIbufen, Proris
Inflaksen, Naxen
Progestin
MPA
Norethindrone10 mg oral selama 3 bln
15 mg oral 1x sehariMudah ditoleransi dan lebih murah dibanding GnRH-a dan Nadazol
Menghambat kesuburanProvera
-
GnRH-a
Leuprolide
Goserelin
Nafarelin11,25 mg IM tiap 3 bln
3,6 mg SC tiap bulan
200 mcg intranasal 2x sehariMengurangi massa tulang
Perlu terapi ulang
Jangan diberikan untuk pasien beranjak dewasa-
Zoladex
-
Danazol600-800 mg oral tiap hari dosis terbagiEfek samping adrenergik harus diperhatikanAzol, Danocrine
Keterangan :
NSAIDs = Obat antiinflamasi non steroid
MPA = Medroksiprogesteron asetat
GnRH-a = Gonadotropine Releasing Hormone antagonist
IM = intramuskular
SC = subkutan
TERMINOLOGI MEDISCoelomic metaplasia = perubahan jenis sel dewasa pada jaringan di rongga tubuh menjadi bentuk abnormal
Dysmenorrhea = nyeri pada saat menstruasi
Dyspareunia = nyeri pada saat berhubungan badan
Dysuria = nyeri pada saat berkemih
Hematuria = adanya darah dalam urin
Intramuskular = pemberian suntikan ke dalam otot
Laparostomi = pembedahan melalui pinggang/melalui setiap bagian dinding perut
Menopause = berhentinya menstruasi
Pelvis = bagian bawah tubuh yang dibatasi oleh tulang panggul di depan dan tulang ekor di belakang
Subkutan = pemberian suntikan ke bawah kulit
DAFTAR PUSTAKAAnonim, 1996, Kamus Saku Kedokteran Dorland, edisi 25, 241, 352, 353, 356, 496, 565, 590, 662,835,1028, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, 357, 361, 281-282, 317, 291-292, DepKes RI, Jakarta.
Braude, P., and Taylor, A., 2003, ABC of Subfertility, 5, 21, BMJ, USA.
Dipiro, J.T., 2005, Pharmacotherapy : A Pathophysiologic Approach, 6th edition, 1485-1490, The McGraw-Hill Companies, Inc., USA.