endoftalmitis
DESCRIPTION
Tinjauan PustakaTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Endoftalmitis merupakan peradangan supuratif di bagian dalam bola mata yang
meliputi uvea, vitreus dan retina dengan aliran eksudat ke dalam kamera okuli anterior dan
kamera okuli posterior. Peradangan supuratif ini juga dapat membentuk abses di dalam badan
kaca. 1
Endoftalmitis di sebabkan oleh bakteri dan jamur. Bakteri dan jamur ini akan masuk
dengan cara eksogen dan endogen. Endoftalmitis eksogen terjadi akibat trauma tembus atau
infeksi sekunder pada tindakan pembedahan yang membuka bola mata. Endoftalmitis endogen
terjadi akibat penyebaran bakteri atau jamur dari fokus infeksi dalam tubuh. Endoftalmitis
merupakan penyakit yang memerlukan perhatian karena bila tidak segera diberikan
pertolongan prognosisnya akan semakin buruk dan dapat mengakibatkan kebutaan. 1
Endoftalmitis merupaka penyakit yang memerlukan perhatian pada tahun terakhir ini
karena dapat memberikan penyulit yang gawat akibat suatu trauma tembus atau akibat
pembedahan mata intra okuler. 1
Melalui penulisan ini diharapkan dapat membantu memberi petunjuk dalam
penatalaksanaan endophtalmitis sehingga kemungkinan untuk penanganan yang tidak tepat
dan bisa berakibat fatal dapat dihindari.
1.2 Batasan Masalah
Clinical Report Session ini membahas mengenai anatomi vitreous humor,
definisi endoftalmitis, epidemiologi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, gejala klinis,
diagnosis, pemeriksaan, dan penatalaksanaan serta prognosis endophtalmitis.
1
1.3 Tujuan Penulisan
Penulisan Clinical Science Session ini bertujuan untuk menambahkan
pengatahuan mengenai endoftalmitis.
1.4 Metode Penulisan
Penulisan Clinical Science Session ini menggunakan metode tinjauan pustaka
dengan mengacu pada berbagai literatur dan kepustakaan berupa buku, jurnal dan internet.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Bola Mata
Endoftalmitis merupakan peradangan berat dalam bola mata, yang biasanya terjadi
akibat infeksi setelah trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis. Berbentuk radang
supuratif di dalam rongga mata dan struktur di dalamnya1.
Bola mata dibungkus oleh 3 lapis jaringan, yaitu1:
1. Sklera, yang merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada mata,
merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan sclera disebut
cornea yang bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata.
2. Jaringan uvea, yang merupakan jaringan vaskular, yang terdiri atas iris, badan siliar dan
koroid. Pada iris didapatkan pupil yang oleh 3 susunan otot dapat mengatur jumlah
sinarmasuk ke dalam bola mata, yaitu otot dapat mengatur jumlah sinar masuk ke dalam
bola mata, yaitu otot dilatatur, sfingter iris dan otot siliar. Badan siliar yang terletak di
belakang iris menghasilkan cairan bilik mata (akuos humor), yang dikeluarkan melalui
trabekulum yang terletak pada pangkal iris di batas kornea dan sklera.
3. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan mempunyai susunan
lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membran neurosensoris yang akan
merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optik dan diteruskan ke otak.
Vitreous humour atau badan kaca menempati daerah belakang lensa. Struktur ini
merupakan gel transparan yang terdiri atas air (lebih kurang 99%), sedikit kolagen, dan molekul
asam hialuronat yang sangat terhidrasi. Badan vitreous mengandung sangat sedikit sel yang
menyintesis kolagen dan asam hialuronat. Berfungsi mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari
lensa ke retina. Kebeningan badan vitreous disebabkan tidak terdapatnya pembuluh darah dan
3
sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya kekeruhan badan vitreous akan memudahkan melihat
bagian retina pada pemeriksaan oftamoskopi. 1
Gambar 1 anatomi penampang sagital bola mata
2.2 Definsi
Endophthalmitis adalah adanya peradangan hebat intraokular, terjadi yang diakibatkan
dari bakteri, jamur atau keduanya. Beberapa penulis mendefinisikan sebagai bakteri atau jamur
infeksi pada tubuh dan ruang vitreous mata cairan. Hal ini tidak pernah disebabkan oleh virus
atau parasit infeksi, sebagai agen ini terutama menyebabkan radang retina dan Uvea. 2
2.3 Klasifikasi
Secara umum endoftalmitis diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Endoftalmitis Eksogen
Pada endolftamitis eksogen organisme yang menginfeksi mata berasal dari lingkungan
luar. Endolftamitis eksogen dikategorikan menjadi : endolftalmitis post operasi dan
endolftalmitis post trauma.
- Endoftalmitis Post Operatif
4
Pada endoftalmitis post operasi, bakteri penyebab tersering merupakan flora normal
pada kulit dan konjungtiva.
Endoftalmitis ini sering terjadi setelah operasi-operasi berikut ini : katarak, implantasi
IOL, glaukoma, keratoplasty, eksisi pterigium, pembedahan strabismus paracentesis,
pembedahan vitreus dll. 3
- Endoftalmitis Post Trauma
Endoftalmitis paling sering terjadi setelah trauma mata, yaitu trauma yang
menimbulkan luka robek pada mata.
b. Endoftalmitis Endogen
Pada endoftalmitis endogen, organisme disebarkan melalui aliran darah. Endoftalmitis
endogen beresiko terjadi pada :
Memiliki faktor predisposisi, seperti : diabetes melitus, gagal ginjal, penyakit
jantung rematik, sistemik lupus eritematos, AIDS dll
Invasif Prosedur yang dapat mengakibatkan bakteremia seperti hemodialisis,
pemasangan kateter, total parenteral nutrisi dll
Infeksi pada bagian tubuh lain, seperti: endokarditis, urinary tract infection,
artritis, pyelonefritis, faringitis, pneumoni dll8
Pada endoftalmitis endogen kuman penyebabnya sesuai dengan fokus infeksinya seperti
Streptococcus Sp (endokarditis), Stapylococcus aureus (infeksi kulit) dan Bacillus (invasive
prosedur). Sementara bakteri Gram negatif misalnya Neisseria meningitidis, Neisseria
gonorrhoe, H infuenzae dan bakteri enterik seperti Escherichia colli dan Klebsiella.4
2.4 Etiologi
Penyebab endophthalmitis sangat bervariasi tergantung dari jenis nya.
Endophthalmitis post operasi kronis
Penyebab endophthalmitis post operasi kronis dibagi atas bakteri dan jamur.
Endophthalmitis kronis post operasi akibat jamur disebabkan oleh candida dan aspergilus
namun haruslah di bedakan dari endophthalmitis endogen. Endophthalmitis post operasi kronis
akibat bakteri paling sering disebabkan oleh Propionibacterium acnes. Bakteri lain dengan
tingkat virulensi terbatas seperti Staphylococcus epidermidis dan spesies Corynebacterium,
5
juga bisa bisa menyebabkan infeksi kronik yang mirip. P acnes, bakteri gram-positive anaerob
kommensal, ditemukan di kulit kelopak mata atau konjuctiva orang normal.3
Endoftahmitis post operasi akut
Biasanya disebabkan oleh coagulase negative Staphylococcus, S aureus, Streptococcus
spp, organisme gram negatif.3
Endophthalmitis endogen
Bakteri endogen penyebab endophthalmitis memiliki variasi jenis yang luas, penyebab
tersering dari jenis gram positif diantaranya species Streptococcus (endocarditis),
Staphylococcusa ureas ( infeksi cutaneous), dan species Bacillus (dari penggunaan obat
intravena ) sedang untuk bakteri gram negatif paling sering Neisseria meningitidis,
Haemophilus influenzae, and organismse enteric seperti Escherichia coli dan spesies
Klebsiella.3
Endofthamitis endogen akibat jamur disebabkan oleh candida (penyebab terbanyak),
aspergillus dan cocidioides. Endophthalmitis endogen karena jamur juga bisa disebabkan oleh
infeksi Histoplasma capsulatum. Cryptococcus neoformans. Sporothrix schenkii. Dan
Blastomyces dermatitidis namun kejadiannya lebih rendah dibandingkan candida dan
aspergillus.3
Traumatic endophthalmitis
Hampir sama dengan endophthalmitis post operasi, dua pertiga dari bakteri penyebab
traumatic endofthamitis adalah gram positif dan 10-15% adalah gram negatif. Bacillus cereus,
dimana sangat jarang menyebabkan endophthalmitis pada kasus lain, menyebabkan hampir
25% dari semua kasus traumatic endophthalmitis.3
2.5 Klasifikasi 3
6
- Endophthalmitis Post operasi
Akut
kronik
- Endophthalmitis endogen
Bakteri
Jamur
o Endophthalmitis Candida
o Endophthalmitis Aspergillus
o Cryptococcosis
o Coccidioidomycosis
- Traumatic endophthalmitis
2.6 Patofisologi
Pada keadaan normal, blood-ocular barrier dapat melindungi mata dari invasi
mikroorganisme. Pada Endogenous endophthalmits, organisme dapat menembus blood-ocular
barrier dengan invasi langsung (contoh : septic emboli) atau dengan merubah permeabilitas
vaskuler endotel. Destruksi jaringan intraokular mungkin berhubungan dengan invasi langsung
mikroorganisme dan atau dari pelepasan mediator inflamasi karena respon imun.3,5
Endophthalmitis dapat ditemukan adanya nodule putih pada kapsul lensa, iris, retina,
atau koroid. Juga dapat mengenai berbagai tempat diseluruh jaringan mata, dimana yang utama
adalah terbentuknya eksudat purulen pada bola mata. Dapat menyebar ke jaringan lunak dari
mata. Semua prosedur operasi yang mengganggu integritas dari bola mata dapat menyebabkan
Exogenous endophthalmitis (misalnya : operasi katarak, glaukoma, radial keratotomy).3,5
2.7 Manifestasi Klinis
Endophthalmitis post operasi kronik
Propionibacterium acnes sebagai penyebab terbanyak bermanifestasi berupa plak putih
diantara kapsul posterior dan implan IOL. Pasien akan merasakan pandangan yang kabur dan
inflamasi granulamatous yang persisten dimulai sekitar 3-4 bulan setelah pembedahan. Pada
7
kasus yang parah dapat terjadi inflamasi vitreus, dekompensasi kornea hingga neovaskularisasi
iris pada kasus terparah yang tidak mendapat pengobatan.3
Gambar 2. A dan b endophthalmitis krinik post operasi yang disebabkan oleh
propiobacterium acnes. Granulomatous keratic precipitas dan plak putih di selubung kapsul
Endophthalmitis post operasi akut
Sering disertai dengan hypopion, conjunctival vascular congestion, edema kornea,
edema keopak mata. gejala sering berupa nyeri dan visual loss yang nyata.3
Endolphthalmitis endogen
Gambaran dari endolphthalmitis endogen berasal dari penyakit sistemik yang
berlangsung seperti suhu tubuh yang tinggi (lebih dari 101,5‘ F), peningkatan jumlah leukosit
perifer, dan kultur kuman yang positif dari bagian lain (darah, urin, dahak). pasien sering sakit
dan dirawat karena penyakit utama yang mendasari munculnya endophthalmitis endogen.3
Gejala klinis meliputi nyeri akut, fotofobia, dan penglihatan kabur. Pada pemeriksaan
biasanya ditemukan sangat menurunnya ketajaman visual, edema periorbital dan kelopak
mata, dan fibrin di ruang anterior, hipopyon mungkin juga ditemukan. Mungkin ada
peradangan yang signifikan pada vitreous dan sel vitreous. Kadang-kadang, mengenai kedua
8
mata secara bersamaan.Mikroabses kecil di retina atau ruang subretinal dan putih, perdarahan
pada retina (Roth spot) juga dapat dilihat.3
Pasien dengan Endolphthalmitis kandida mungkin hadir dengan penglihatan kabur atau
menurun akibat dari makula chorioretinal atau nyeri yang timbul dari uveitis anterior. yang
mungkin parah. Biasanya. Candida chorioretinitis ditandai dengan multiple. bilateral. putih.
well-circumscribed lesions kurang dari 1 mm. Tersebar diseluruh postequatorial fundus dan
terkait dengan inflamasi selular vitreous (Gambar 8-4). Para chorioretinallesions dapat
berhubungan dengan pembuluh darah selubung dan perdarahan intra retina, eksudat vitreous
mungkin memperlihatkan penampilan “string-of-pearls”. Endolfthalmitis endogen aspergillus
menyebabkan nyeri akut dan visual loss.3
Post traumatic endophthalmitis
Gejala pada endophthalmitis yang disebabkan trauma tembus biasanya lebih berat
termasuk penurunan visus yang cepat, sakit mata yang lebih hebat, mata merah dan
pembengkakan kelopak.3
2.8 Diagnosis
Dengan mengetahui gejala subjektif dan gejala objektif yang didapatkan dari
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, maka diagnosis endoftalmitis sudah dapat
ditegakkan. Gejala endoftalmitis dapat diketahui dari gejala subjektif dan objektif yang
didapatkan dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
a. Subjekif
Secara umum, gejala subjektif dari endoftalmitis adalah1,6:
- Fotofobia
- Nyeri pada bola mata
- Penurunan tajam penglihatan
- Nyeri kepala
- Mata terasa bengkak
- Kelopak mata bengkak, merah, kadang sulit untuk dibuka
9
Adanya riwayat tindakan bedah mata, trauma tembus bola mata disertai dengan atau
tanpa adanya penetrasi benda asing perlu diperhatikan karena adanya kemungkinan penyebab
eksogen. Mengenai penyebab endogen maka penderita perlu di anamnesis mengenai ada atau
tidak nya riwayat penyakit sistemik yang dideritanya. Penyakit yang merupakan predisposisi
terjadinya endoftalmitis di antaranya adalah diabetes melitus, AIDS dan SLE yang dapat
dihubungkan dengan imunitas yang rendah. Sedangkan beberapa penyakit infeksi yang dapat
menyebabkan endoftalmitis endogen akibat penyebarannya secara hematogen adalah
meningitis, endokorditis, infeksi saluran kemih, infeksi paru-paru dan pielonefritis.1
b. Objektif
Kelainan fisik yang ditemukan berhubungan dengan struktur bola mata yang terkena
dan derajat infeksi/peradangan7. Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan luar, slit
lamp dan funduskopi kelainan fisik yang dapat ditemukan dapat berupa1:
- Udem Palpebra Superior
- reaksi konjungtiva berupa hiperemis dan kemosis
- Injeksi siliar dan injeksi konjungtiva
- Udem Kornea
- Kornea keruh
- keratik presipitat
- Bilik mata depan keruh
- Hipopion
- Kekeruhan vitreus
- Penurunan refleks fundus dengan gambaran warna yang agak pucat ataupun hilang
sama sekali.
10
Gambar 3. Endoftalmitis
Pada endoftalmitis yang disebabkan jamur, di dalam badan kaca ditemukan masa putih
abu-abu, hipopion ringan, bentuk abses satelit di dalam badan kaca, dengan proyeksi sinar
yang baik1.
2.9 Pemeriksaan Penunjang
Metode kultur merupakan langkah yang sangat diperlukan karena bersifat spesifik
untuk mendeteksi mikroorganisme penyebab. Teknik kultur memerlukan waktu 48 jam – 14
hari. Bahan-bahan yang dikultur diambil dari1,6,8:
o Cairan dari COA dan corpus viterous
Pada endoftalmitis, biasanya terjadi kekeruhan pada corpus viterous. Oleh sebab itu,
bila dengan pemeriksaan oftalmoskop, fundus tidak terlihat, maka dapat dilakukan
pemeriksaan USG mata.
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan apakah ada benda asing dalam bola mata,
menilai densitas dari vitreitis yang terjadi dan mengetahui apakah infeksi telah mencapai
retina1.
11
Pemeriksaan penunjang lainnya dilakukan untuk mengetahui dengan pasti kuman
penyebab endoftalmitis, terutama bila ada penyakit sistemik yang dapat menimbulkan
endoftalmitis, melalui penyebaran secara hematogen. Pemeriksaan penunjang tersebut dapat
berupa1
o Pemeriksaan darah lengkap, LED, kadar nitrogen, urea darah, kreatinin.
o Foto rontgen thoraks
o USG jantung
o Kultur darah, urin, LCS, sputum, tinja
2.10 Diagnosis banding8
a. Panuveitis
b. Tumor intraokuler
c. Panoftalmitis
2.11 Tatalaksana
Terapi Antibiotik9
Terapi antimikroba empiris harus komprehensif dan harus mencakup semua kemungkinan
patogen dalam konteks pengaturan klinis.
Intravitreal antibiotik
Pilihan pertama : Vancomicin 1 mg dalam 0.1 ml + ceftazidine 2.25 mg dalam
0.1ml
Pilihan kedua : Vancomicin 1 mg dalam 0.1ml + amikacin 0.4 mg dalam 0.1 ml
Pilihan ketiga : Vancomicin 1 mg dalam 0.1ml + gentamicin 0.2 mg dalam 0.1
ml
12
Gambar 4. injeksi intravitreal
Gambar 5. alur Follow up intravitreal antibiotik
13
Lanjutkan terapi oral / topikal
Konsul spesialis
Bertambah buruk ( - )Bertambah buruk
24-36 jam pertama setelah injeksi
Injeksi Intravitreal
Pars plana vitrectomy (PPV)
Reflek fundus (+)Reaksi COA
Lanjutkan terapi
Tidak ada perubahan signifikan
Membaik
Ulangi injeksi intravitreal
Antibiotik topikal
Vancomicin (50 mg/ml) atau cefazolin (50 mg/ml), dan
Amikacin (20 mg/ml) atau tobramycin (15mg%)
Antibiotik sistemik (jarang).
Ciprofloxacin intravena 200mg BD selama 2-3hari, diikuti 500mg oral BD selama
6-7 hari, atau
Vancomicin 1gm IV BD dan ceftazidim 2g IV setiap 8 jam
Terapi steroid
• Dexamethasone intravitreal 0.4 mg dalam 0.1 ml
• Dexamethasone 4 mg (1 ml) OD selama 5 – 7 hari
• Steroid sistemik. Terapi harian dengan prednisolone 60 mg diikuti dengan 50 mg,
40 mg, 30 mg, 20 mg, dan 10 mg selama 2 hari.
Terapi suportif
• Siklopegik. Disarankan tetes mata atropin 1% atau bisa juga hematropine 2% 2 –
3 hari sekali.
• Obat – obat antiglaucoma disarankan untuk pasien dengan peningkatan tekanan
intraokular. Acetazolamide (3 x 250 mg) atau Timolol (0.5 %) 2 kali sehari.
Operatif
Vitrektomy
Vitrectomy adalah tindakan bedah dalam terapi endophthalmitis. Bedah debridemen
rongga vitreous terinfeksi menghilangkan bakteri, sel-sel inflamasi, dan zat beracun lainnya
untuk memfasilitasi difusi vitreal, untuk menghapus membran vitreous yang dapat
menyebabkan ablasio retina, dan membantu pemulihan penglihatan. Endophthalmitis
vitrectomy Study (EVS) menunjukkan bahwa di mata dengan akut endophthalmitis operasi
postcataract dan lebih baik dari visi persepsi cahaya. Vitrectomy juga memainkan peran
penting dalam pengelolaan endoftalmitis yang tidak responsif terhadap terapi medikamentosa. 10
14
Penatalakasanaan pada endoftalmitis pasca operasi
Pars Plana Vitrectomy dan injection intravitreal dan endocapsular vancomycin adalah
terapi dalam banyak kasus kronis pasca operasi bakteri endophthalmitis, namun ini mungkin
tidak sepenuhnya berhasil dalam pemberantasan infeksi, terutama jika kapsul lensa sudah
terinfeksi. Dalam kasus seperti pemasangan IOL, capsulectomy lengkap, injeksi intravitreal
vankomisin bisa menyembuhkan. Pengobatan endophthalmitis jamur kronis lebih sulit dan
membutuhkan penggunaan agen antijamur intravitreal (amfoterisin dan vorikonazol) dan,
mungkin, agen antijamur sistemik pada kasus yang paling parah. Beberapa operasi mungkin
diperlukan. Peran sistemik terapi dalam bentuk kronis endophthalmitis jamur tidak dapat
dibuktikan.3
Pentalaksanaaan pada endoftalmitis bakteri
Pada endoftalmitis endogen bakteri, darah, kultur cairan tubuh lainnya, dan hasil kultur
mata untuk memastikan diagnosis dan memilih terapi. Antibiotik intravitreal diberikan pada
saat vitrectomy jika belum jelas adakah organisme jamur yang ikut berperan, pengobatan
etiologi jamur dan bakteri adalah vitrectomy. Selain itu, antibiotik intravena kadang-kadang
diperlukan selama beberapa minggu, tergantung pada organisme yang menginfeksi.3
Penatalaksanaan pada endoftalmitis jamur3
Pasien yang memiliki endophthalrnitis jamur endogen, terapi anti jamur sistemik dapat
diberikan selama 6 minggu atau lebih. Pilihan anti mikroba inisial adalah empiris dan dapat
disesuaikan dengan hasil kultur.
Endoftalmitis jamur endogen karena Candida, Aspergillus, dan Coccidiodes dapat
dikelompokkan ke dalam Non-neoplastic Masquerade Syndrome karena pada banyak pasien,
kondisi ini disalah artikan sebagai Uveitis non infeksius dan diobati dengan kortikosteroid saja.
Hal ini biasanya memperburuk perjalanan klinis penyakit. Sehingga diperlukan penyelidikan
lebih lanjut untuk menetapkan diagnosis yang benar. Kondisi ini membutuhkan terapi anti
jamur sistemik dan lokal serta intervensi bedah.
Pengobatan kandidiasis intraokular adalah pemberian agen antifungal intravena dan
intravitreal.
15
2.12 Pencegahan
Untuk pasien yang pernah mengalami riwayat operasi mata seperti operasi katarak,
anda dapat menurunkan resiko infeksi dengan mengikuti seluruh intruksi dokter setelah operasi
dan melakukan pemeriksaan reguler (follow-up) yang teratur.
Untuk mencegah endophthalmitis karena trauma, bisa digunakan pelindung mata saat
bekerja dan pada saat olahraga. Kacamata atau helm dapat membantu melindungi dari debris
industri yang dapat menembus mata.
2.13 Komplikasi
Penyulit endoftalmitis adalah apabila proses peradangan mengenai ketiga lapisan mata
(retina, koroid, dan sclera ) dan badan kaca maka akan dapat mengakibatkan panoftalmitis.1
2.14 Prognosis
Prognosis endophthalmitis bervariasi tergantung pada tingkat keparahan infeksi,
organisme yang terlibat dan jumlah kerusakan mata menopang dari peradangan dan jaringan
parut. Kasus ringan endophthalmitis dapat memiliki hasil visual yang sangat baik. Kasus yang
parah dapat menyebabkan tidak hanya dalam kehilangan penglihatan, tapi akhirnya hilangnya
seluruh mata.
Fungsi penglihatan pada pasien endoftalmitis sangat tergantung pada kecepatan
diagnosis dan tatalaksana. Prognosisnya sangat bervariasi tergantung penyebab. Faktor
prognostik terpenting adalah visus pada saat diagnosis dan agen penyebab.
Prognosis endoftalmitis dan panoftalmitis sangat buruk terutama bila disebabkan jamur
atau parasit.1
Prognosis endoftalmitis endogen secara umum lebih buruk dari eksogen karena jenis
organisme yang menyebabkan endoftalmitis endogen biasanya lebih virulen.8
16
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
1. Endoftalmitis adalah peradangan berat yang terjadi pada seluruh jaringan g mengenai dua
dinding bola mata, yaitu retina dan koroid tanpa melibatkan sklera, dan kapsula tenon.
2. Endoftalmitis dapat diklasfikasikan menjadi endogen dan eksogen.
3. Gejala subjektif antara lain adalah nyeri pada bola mata, penurun tajam penglihatan,nyeri
kepala, mata terasa bengkak kelopak mata merah, bengkak kadang sulit dibuka.
Sedangkan dari pemeriksaan fisik didapatkan udem pada palpebra superior, reaksi
konjungtiva berupa: hiperemis dan kemosis, udem pada kornea.
4. Pemeriksaan penunjang yang penting adalah kultur, Pengobatan pasien endoftalmitis
adalah dengan antibiotik atau antifingi, yang diberikan secepatnya secara intravitreal.
Sedangkan pemberian steroid masih kontroversi walaupun terbukti bermanfaat. Kadang
dapat diberikan pula sikloplegik.
5. Bila dengan pengobatan malah terjadi perburukan, tindakan, vitrektomi harus
dilakukan.
3.2 Saran
Endoftalmitis merupaka penyakit yang memerlukan perhatian pada tahun terakhir ini
karena dapat memberikan penyulit yang gawat akibat suatu trauma tembus atau akibat
pembedahan mata intra okuler. Diharapkan pasien dapat mengenali dan menangani semua
faktor-faktor resikonya yang dapat mencetuskan terjadinya endophthalmitis dan melakukan
pencegahan dengan melakukan follow up setelah operasi dan menggunakan pelindung mata
untuk menghindari trauma pada mata.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, S.H. Mata merah dengan penglihatan turun mendadak..Dalam: Ilmu Penyakit Mata.
Edisi Ketiga. Jakarta, Balai Penerbit FKUI, 2009. hal 3, 9, 175-8.
2. Cooper Ba, Holekamp Nm, Bohigian G, Thompson PA. Case- control study of
endophthalmitis after cataract surgery comparing scleral and corneal wounds. Am J
Ophtalmol 2003; 136: 300-5.
3. Bobrow JC, dkk, 2008. Intraocular Inflammation and Uveitis. Dalam: American Academy of
Ophtalmology. San Francisco,2011. hal 269-273, 355-360
4. Graham, R. 2006. Endopthalmitis Bacterial. http://emedicine.medscape.com/article/1201134-
overview
5. Seal, David. Pleyer, Uwe. Ocular Infection second edition. Informa Healthcare: 2007: 239-
268
6. Vaughan, D.G. Vitreus. Dalam: Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta, Widya Medika, 2002.
hal 182-3.
7. Egan,D. Endophthalmitis. http://emedicine.medscape.com/article/799431-overview
8. http://id.scribd.com/doc/82431865/71285352-REFERAT-ENDOFTALMITIS
9. Gordon Y. Vancomycin prophylaxis and emerging resistance: Are ophtalmologists the
villains. Am J Ophtalmol 2001; 131:3:371-6
10. Gan IM. Intravitreal dexamethasone as adjuvant in the treatment of postoperative
endophthalmitis: a prospective randomized trial. Graefes Arch Clin Exp Ophthalmol.
2005;243(12):1200-5.
18