empiema

30
Laporan Kasus Ilmu Penyakit Anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan yang berpengaruh terhadap system respirasi yang menuntut asuhan keperawatan dapat dialami oleh orang pada berbagai tingkat usia. Bila salah satu organ tersebut mengalami ganguan maka akan mengganggu semua sistem tubuh. Empiema masih merupakan masalah dalam bidang penyakit paru karena secara signifikan masih menyebabkan kecacatan dan kematian walaupun sudah ditunjang dengan kemajuan terapi antibiotik dan drainase rongga pleura maupun dengan tindakan operasi dekortikasi. Penyakit tersebut dapat pula disebabkan oleh : a. Trauma pada dada (sekitar 1 – 5 % kasus mendorong ke arah empiema) b. Pecahnya abses dari paru-paru kedalam rongga pleura 1.2 Tujuan Tujuan dalam pembuatan makalah ini secara umum adalah untuk membantu mahasiswa dalam mempelajari tentang aritmia dan asuhan keperawatan aritmia Tujuan khusus: 1. Mengetahui pengertian dari empiema 2. Menngetahui penyebab dari empiema Masagung Wicaksono 07310150 KKS RS DR RM Djoelham Binjai 1

Upload: wahyu-abdullah-faqih

Post on 24-Nov-2015

59 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Laporan Kasus Ilmu Penyakit Anak

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kesehatan yang berpengaruh terhadap system respirasi yang menuntut asuhan keperawatan dapat dialami oleh orang pada berbagai tingkat usia. Bila salah satu organ tersebut mengalami ganguan maka akan mengganggu semua sistem tubuh. Empiema masih merupakan masalah dalam bidang penyakit paru karena secara signifikan masih menyebabkan kecacatan dan kematian walaupun sudah ditunjang dengan kemajuan terapi antibiotik dan drainase rongga pleura maupun dengan tindakan operasi dekortikasi. Penyakit tersebut dapat pula disebabkan oleh :a. Trauma pada dada (sekitar 1 5 % kasus mendorong ke arah empiema)b. Pecahnya abses dari paru-paru kedalam rongga pleura 1.2 Tujuan

Tujuan dalam pembuatan makalah ini secara umum adalah untuk membantu mahasiswa dalam mempelajari tentang aritmia dan asuhan keperawatan aritmiaTujuan khusus:1. Mengetahui pengertian dari empiema2. Menngetahui penyebab dari empiema3. Mengetahui tanda dan gejala dari empiema4. Mengetahui klasifikasi dari empiema5. Mempelajari asuhan keperawatan empiema

1.3 Rumusan Masalah

1) Apa pengertian empiema?2) Apa saja penyebab empiema?3) Apa saja tanda dan gejala yang timbul pada pasien empiema?4) Bagaimana proses perjalanan empiema?5) Dan bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien empiema?

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Emphiema thoraksis adalah penyakit yang ditandai dengan adanya penumpukan cairan terinfeksi atau pus pada kavitas pleural (Brunner and Suddart, 2000). Emphiema thorak juga dapat berarti adanya proses supuratif pada rongga pleura. Empiema adalah terkumpulnya cairan purulen (pus) didalam rongga pleura.Pada awalnya,cairan pleura encer dengan jumlah leukosit rendah,tetapi sering kali menjadi stadium fibropurulen dan akhirnya sampai pada keadaan dimana paru-paru tertutup oleh membran eksudat yang kental.Meskipun empiema sering kali disebabkan oleh komplikasi dari infeksi pulmonal, namun tidak jarang penyakit ini terjadi karena pengobatan yang terlambat. Empiema merupakan salah satu penyakit yang sudah lama ditemukan dan berat. Di India terdapat 5 10% kasus anak dengan empiema toraks. Empiema toraks didefinisikan sebagai suatu infeksi pada ruang pleura yang berhubungan dengan pembentukan cairan yang kental dan purulen baik terlokalisasi atau bebas dalam ruang pleura yang disebabkan karena adanya dead space, media biakan pada cairan pleura dan inokulasi bakteri. Empiema paling banyak ditemukan pada anak usia 2 9 tahun. Empiema adalah akumulasi pus diantara paru dan membran yang menyelimutinya (ruang pleura) yang dapat terjadi bilamana suatu paru terinfeksi. Pus ini berisi sel sel darah putih yang berperan untuk melawan agen infeksi (sel sel polimorfonuklear) dan juga berisi protein darah yang berperan dalam pembekuan (fibrin). Ketika pus terkumpul dalam ruang pleura maka terjadi peningkatan tekanan pada paru sehingga pernapasan menjadi sulit dan terasa nyeri. Seiring dengan berlanjutnya perjalanan penyakit maka fibrin-fibrin tersebut akan memisahkan pleura menjadi kantong kantong (lokulasi). Pembentukan jaringan parut dapat membuat sebagian paru tertarik dan akhirnya mengakibatkan kerusakan yang permanen.

2.2 Etiologi

1. Berasal dari Paru Pneumonia Abses Paru Adanya Fistel pada paru Bronchiektasis TB Infeksi fungidal paru2. Infeksi Diluar Paru Trauma dari tumor Pembedahan otak Thorakocentesis Subdfrenic abces Abses hati karena amuba3. Bakteriologi Staphilococcus Pyogenes.Terjadi pada semua umur, sering pada anak

Staphylococcus adalah kelompok dari bakteri-bakteri, secara akrab dikenal sebagai Staph, yang dapat menyebabkan banyak penyakit-penyakit sebagai akibat dari infeksi beragam jaringan-jaringan tubuh. Bakteri-bakteri Staph dapat menyebabkan penyakit tidak hanya secara langsung oleh infeksi (seperti pada kulit), namun juga secara tidak langsung dengan menghasilkan racun-racun yang bertanggung jawab untuk keracunan makanan dan toxic shock syndrome. Penyakit yang berhubungan dengan Staph dapat mencakup dari ringan dan tidak memerlukan perawatan sampai berat/parah dan berpotensi fatal. Bakteri gram negatif Bakteri anaerobPneumococcus adalah salah satu jenis bakteri yang dapat menyebabkan infeksi serius seperti radang paru-paru (pneumonia),meningitis (radang selaput otak) dan infeksi darah (sepsis).Sebenarnya ada sekitar 90 jenis kuman pneumokokus, tetapi hanya sedikit yang bisa menyebabkan penyakit gawat. Bentuk kumannya bulat-bulat dan memiliki bungkus atau kapsul. Bungkus inilah yang menentukan apakah si kuman akan berbahaya atau tidak.

2.3 Patofisiologi

Infeksi paru dapat menyebabkan terjadinya empiema. Infeksi adalah komplikasi yang paling sering terjadi. Sumber infeksi yang paling jarang termasuk sepsis abdomen, yang mana pertama sekali dapat membentuk abses subfrenik sebelum menyebar ke rongga pleura melalui aliran getah bening. Abses hati yang disebabkan Entamoeba histolytica mungkin juga terlibat dan infeksi pada faring, tulang thoraks atau dinding thoraks dapat menyebar ke pleura, baik secara langsung maupun melalui jaringan mediastinum. Pleura dan rongga pleura dapat menjadi tempat sejumlah gangguan yang dapat menghambat pengembangan paru atau alveolus atau keduanya. Reaksi ini dapat disebabkan oleh penekanan pada paru akibat penimbunan udara, cairan, darah atau nanah dalam rongga pleura. Penimbunan eksudat disebabkan oleh peradangan atau keganasan pleura, dan akibat peningkatan permeabelitas kapiler atau gangguan absorbsi getah bening. Eksudat dan transudat dibedakan dari kadar protein yang dikandungnya dan berat jenis. Transudat mempunyai berat jenis 100x / menit dan RR : > 24 x / menit Penurunan suara napas Kemungkinan ditemukan kulit pucat dan sianosis Kemungkinan ditemukan kesulitan untuk bersuara Kemungkinan ditemukan kelisahang Pemeriksaan rontgen thorax, kemungkinan ditemukan pembesaran jantung

2. Diagnosa Keperawatan

DATA FOKUS PROBLEMETIOLOGI

DS : Pasien mengeluhkan napas pendek Pasien mengeluhkan sesak napas Pasien mengeluh rasa berat di dada yang disertai dengan nyeri Pasien juga mengeluh batukDO :Pemeriksaan fisik : Penurunan fremitus Saat di perkusi terdengar suara pekak Auskultasi terdengar suara napas melemah / menghilang Perubahan gerakan dada. Mengambil posisi tiga titik. Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi. Penurunan ventilasi semenit. Penurunan kapasitas vital. Napas dalam. Peningkatan diameter anterior-posterior. Napas cupping hidung. Ortopnea.\ Fase ekspirasi yang lama. Pernapasan purset-lip. Kecepatan respirasi. Rasio waktu. Penggunaan otot Bantu untuk bernapasKetidakefektifan pola napasSesak napas

DS : Mengungkapkan secara verbal / melaporkan dengan isyarat.DO : Gerakan menghindari nyeri. Posisi menghindari nyeri. Perubahan autonomik dari tonus otot. Perubahan nafsu makan dan makan. Perilaku menjaga atau melindungi.Gangguan rasa nyamanNyeri dada

DS : MualDO : Demam Kulit memerah Frekuensi napas meningkat TakikardiHypertermiInfeksi saluran napas

3. Intervensi

DxTUJUAN DAN KRITERIA HASILINTERVENSI KEPERAWATAN

IntervensiRasional

Ketidakefektifan pola napas dispnea, ansietas, posisi tubuhSetelah dilakan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat: Menunjukkan pola pernapasan efektif, dibuktikan dengan status pernapasan yang tidak berbahaya : ventilasi dan status tanda vital Menunjukkan status pernapasan : ventilasi tidak terganggu Kedalaman inspirasi dan kemudahan bernapas. Ekspansi dada simetris. Tidak adanya penggunaan otot bantu. Bunyi napas tambahan tidak ada. Napas pendek tidak ada.1. Kaji frekuensi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada2. Auskultasi area paru, catat area penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas adventisius, missal krekels mengi.3. Penghisapan sesuai dengan indikasi4. Berikan cairan sedikitnya 2.500 ml/hari, tawarkan air hangat.5. Ajarakan metode batuk efektif dan terkontrol Kolaborasi6. Pemeriksaan sputum pasien di laboratorium1. Takipnea, pernapasan dangkal, dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan. Gerakan dinding dada dan atau cairan paru. Penurunan aliran darah terjadi pada area konsolidasi dengan cairan. Bunyi napas bronchial (normal pada bronkus) dapat terjadi juga pada area konsolidasi.2. Krekels, rongkhi, dan mengi terdengar pada inspirasi dan atau ekspirasi pada respon terhadap pengumpulan cairan, secret kental, dan spasme jalan napas/obstruksi3. Merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada pasien yang tak mampu melakukan karena batuk tak efektif atau penurunan tingkat kesadaran.4. Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan sekret5. Batuk tidak terkontrol akan melelahkan klien.6. Sputum yang di periksa guna untuk mengetahui adanya penyakit lain

Hypertermi infeksi saluran pernapasan.Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat: Pasien akan termoregulasi, dibuktikan dengan suhu kulit dalam rentang normal. Nadi dan pernapasan dalam rentang yang diharapkan. Perubahan warna kulit tidak ada.Mandiri:Pantau suhu minimal 2 jam sekali.Pantau: tekanan darah, nadi, pernapasan. aktifitas kejang, warna kulitKolaborasi :Berikan obat antipiretik sesuai dengan anjuran dan evaluasi keefektifannya.Lakukan tindakan-tindakan untuk mengurangi demam seperti, gunakan matras dingin.Untuk mengidentifikasi kemajuan-kemajuan atau penyimpangan dari sasaran yg diharapkan.Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri, khususnya bila alasan lain untuk perubahan tanda vital telah terlihat.Hal tersebut merupakan tanda berkembangnya komplikasi.Gunakan matras dingin memungkinkan terjadinya pelepasan panas secara konduksi dan evaporasi (penguapan).

Nyeri dada trauma jaringanSetelah dilakukan tindakkan keperawatan selam 3x24 jam , diharapkan pasien dapat: Penurunan penampilan peran / hubungan interpersonal. Gangguan kerja, kepuasaan hidup / kemampuan untuk mengendalikan diri. Penurunan konsentrasi. Terganggunya tidur. Penurunan nafsu makan.Mandiri : Karakteristik nyeri, misal tajam, constan, ditusuk. Selidiki perubahan karakter/ lokasi/ intensitas nyeri. Pantau : Suhu setiap 4 jam Hasil pemeriksaan SDP Hasil kultur sputum Berikan tindakan untuk memberikan rasa nyaman Kolaborasi : Berikan analgetik sesuai dengan anjuran untuk mengatasi nyeri pleuritik jika perlu dan evaluasi keefektifannya Konsul pada dokter jika nyeri dan demam tetap ada atau mungkin memburuk. Berikan antibiotik sesuai dengan anjuran dan evaluasi keefektifannya.Nyeri dada, biasanya dada dalam beberapa derajat pada pneumonia seperti pericarditis dan endokarditis. Untuk mengidentifikasi kemajuan-kemajuan atau penyimpangan dari sasaran yg diharapkan. Tindakan tersebut akan meningkatkan relaksasi. Analgesik membantu mengontrol nyeri dengan memblok jalan rangsang nyeri. Nyeri pleuritik yg berat sering kali memerlukan analgetik narkotik untuk mengontrol nyeri lebih efektif. Hal tersebut merupakan tanda berkembagnya komplikasi. Antibiotik diperlukan untuk mengatasi infeksi, efek maksimum dapat dicapai jika kadar obat dalam darah konsisten dan dapat dipertahankan. Interaksi satu obat dgn yg lain dpt mengurangi keefektifan pengobatan

BAB IIIPENUTUP

Empiema adalah suatu efusi pleura eksudat yang disebabkan oleh infeksi langsung pada rongga pleura yang menyebabkan cairan pleura menjadi purulen atau keruh. Pleura dan rongga pleura dapat menjadi tempat sejumlah gangguan yang dapat menghambat pengembangan paru atau alveolus atau keduanya. Pemberian asuhan keperawatan empiema difokuskan pada upaya pencegahan terhadap terjadinya komplikasi yang berlanjut selama proses pemulihan fisik klien. Penentuan diagnosa harus akurat agar pelaksanaan asuhan keperawatan dapat diberikan secara maksimal dan mendapatkan hasil yang diharapkan. Pemberian asuhan keperawatan kepada pasien penderita empiema secara umum bertujuan untuk memperlancar pernapasannya. Oleh karena itu, dibutuhkan kreativitas dan keahlian dalam pemberian asuhan keperawatan dan kolaborasikan dengan tim medis lainnya yang bersangkutan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Empiema. Bahan Kuliah Ilmu Kesehatan Paru. Fakultas Kedokteran UKI, Jakarta. 2010.2. Somantri Irman. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.Jakarta:Salemba Medika3. Behrman rc., et.el. Respiratory disordes. Nelson textbook of pediatrics 17th ediion saunders. 20104. http://www.askep-askeb.cz.cc/2010/01/empiema.html5. Empiema behrma, re md, dkk dalam buku nelson Ilmu Kesehatan Aak vol 3 edisi 15 penerbit EGC. 2000

STATUS PASIENI. Anamnesa Pasien Nama: Ananda Pertiwi Umur : 3 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Agama: IslamAlamat : Jln. Ikan Hiu no 6, Tanah Tinggi, BinjaiBB Masuk : 10 kgTgl Masuk: 22 April 2014Jam Masuk: 17.55 WIB

II. Anamnesa Orang TuaNama Ayah: Andri Nama Ibu: Ida KhairaniUmur : 33 Tahun Umur: 35 Tahun Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan: IRTAgama : Islam Agama: Islam Alamat : Tanah Tinggi

III. Riwayat Kelahiran Tanggal Lahir: 31 Juli 2011Cara Lahir : Secsio CaesariaBB Lahir : 3200 gramTempat Lahir: BatamPenolong : Dokter Spesialis

IV. Riwayat ImunisasiBCG: (+)DPT : (+)Polio: (+)Hepatitis : (+)Campak: (+)

V. Riwayat Perkembangan AnakLahir 0 Bulan: Langsung Menangis 0-3 Bulan : Belajar mengangkat kepala3-6 Bulan : Berusaha meraih benda, Tertawa6-8 Bulan : Dapat tengkurap dan berbalik sendiri9-12 Bulan : Belum bisa berjalan tanpa berpegangan 12-18 Bulan : Mulai berjalan 18-24 Bulan : Mulai berbicara sederhana

VI. Riwayat pemberian ASI 0-4 Bulan: ASI semaunya 4-6 Bulan : ASI semaunya + nasi TIM 6-12 Bulan: ASI semaunya + nasi lembek 12-24 Bulan: PASI + Nasi biasa2-4 Tahun: Nasi biasa + menu keluarga

VII. Riwayat Bersaudara Os anak pertama dari dua bersaudara

VIII. Anamnesa Penyakit KU: Sesak NapasTelaah: Os datang ke RS DR RM Djoelham Binjai diantar orang tuanya dengan keluhan sesak dirasakan 1 minggu lalu os juga mengeluhkan batuk, demam hilang timbul dan terkadang menggigil. Muntah (-), BAK & BAB (-) Riwayat Opname 2 hari tapi belum ada perbaikan.RPT: (-)RPO: (-)

IX. Pemeriksaan Fisik :Vital Sign Sensorium : Composmentis HR: 104x/iRR: 32x/iT : 36oCBB Masuk : 10 kg

Status Gizi BB: 10 kgUmur : 3 Tahun BBN: 2N + 8 = 14Status Gizi: BBS x 100% = 10 x 100% = 71,4 % BBN 14

Status Generalisata Kepala Rambut: Berwarna Hitam Mata: Refleks Cahaya (+/+), Anemia (-/-), Ikterik (-/-) Hidung : Septum deviasi (-), Sekret (-)Mulut : Mukosa Bibir Pucat (+) Telinga : Serumen (-)

Leher: Pembesaran KGB (-) Thorax:Paru-Paru: I: Simetris P: Stem Fremitus Ka=Ki P: Sonor A: Wheezing (+) Ronkhi (+)Jantung: I: Ictus Cordis tidak terlihat (-) P: Ictus Cordis tidak teraba (-) P: Redup A: BjI=BjII Reguler

Abdomen: I: Soepel (+) P: Peristatik Usus (+) P: Nyeri Tekan (-) A: Tympani

Ekstremitas :Superior: Oedema (-/-) Sianosis (-/-) Ikterik (-/-)Inferior: Oedema (-/-) Sianosis (-/-) Ikterik (-/-)

Genetalia: TDP

Resume :Os datang ke RS DR RM Djoelham Binjai diantar orang tuanya dengan keluhan sesak napas, sesak dirasakan sejak 1 minggu lalu, os juga mengeluh batuk dan mengalami demam hilang timbul dan terkadang menggigil. Muntah (-) BAB&BAK (-)

Diagnosis Banding 1. Bronchopnemonia 2. Pnemonia 3. Asma Bronchial

Diagnosis Sementara : Bronchopnemonia

Anjuran : Darah Rutin LED Widal Foto Thorax

Terapi : O2 2-3 L/i IVFD RL 20gtt/i mikro Inj. Ceftriaxon 1 amp/ amp/ 8 jam Inj. Ranitidin 25 mg/ 8 jam Inj. Dexametason 1 amp/ amp/8 jam Inj. Novalgin 200 ml/ 8 jam Vantoin Nebule 1 amp diencerkan 2 cc NaCl/ 8jam Vantolin Expectorant 3x1 cth 1/2

Follow Up

Tanggal23 April 201424 April 2014

KUSesak Nafas (+)Batuk (+)Sesak Nafas (+)Batuk (+)

Vital Sign HR : 148x/iRR : 52x/iT : 36oCBB : 10kgHR : 140x/iRR : 40x/iT : 36oCBB : 10 kg

Diagnosa Bronchopnemonia + MucositisEmpiema

Terapi Diet MII 02 2-3 L/i IVFD Dextrose 5% NaCl 0,45% 20 gtt/i Mikro Inj Ceftriaxon 500 ml/ 12 jam Inj. Ranitidin 25 ml/ 8 jam Inj. Dexamethason amp/ 8jam Inj. Novalgin 200 mg/ 8jam Vantolin Nebule 1 amp 2,5 ml NaCl 0,9%/ 8 jam Mistatin drop 2x1 ml Kenalog orobase 2x Diet MII 02 2-3 L/i IVFD Dextrose 5% NaCl 0,45% 20 gtt/i Mikro Inj Ceftriaxon 500 ml/ 12 jam Inj. Ranitidin 25 ml/ 8 jam Inj. Dexamethason amp/ 8jam Inj. Novalgin 200 mg/ 8jam Vantolin Nebule 1 amp 2,5 ml NaCl 0,9%/ 8 jam Mistatin drop 2x1 ml Kenalog orobase 2x

Masagung Wicaksono 07310150KKS RS DR RM Djoelham Binjai22