empat pilar cetak biru meacare.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/paper... · pengenalan...

16
URGENSI ASOSIASI PROFESI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN NASIONAL Sumardjo (Ketua Perhimpunan Ahli Penyuluhan Pembangunan Indonesia) Guru Besar Fakultas Ekologi Manusia IPB 1) Makalah disampaikan pada Semiloka Prodi Penyuluhan Pembangunan/ Pemberdayaan Masyarakat diselenggarakan di UNS di Hotel Lord In Solo, 29-30 November 2016. Menjelang era pasar bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), telah dirasakan adanya ketimpangan dalam penghargaan terhadap tenaga kerja antara tenaga kerja lokal dengan tenaga kerja asing, yang bekerja di perusahaan-perusahaan besar seperti perkebunan, pertambangan maupun industri. Hal ini sebenarnya ada beberapa penyebab kenapa terjadi perlakukan yang diskriminatif terhadap tenaga bkerja lokal dengan tenaga kerja asing. Keadaan seperti ini bertahan sampai saat ini, karena beberapa alasan berikut. Pertama, tenaga kerja lokal tidak memiliki jaminan kompetensi profesi formal berupa sertifikasi kompetensi profesi seperti halnya yang dimiliki tenaga kerja asing, sehingga tidak ada alasan kuat secara formal untuk mendapat perlakukan sama. Kedua, sebagian kualitas lulusan perguruan tinggi di Indonesia dinilai belum siap untuk bersaing dengan tenaga profesional dari luar (asing), ini disebabkan karena tidak setiap perguruan tinggi memiliki asosiasi program studi yang efektif berfungsi mengawal pengembangan dan mengontrol kualitas pendidikan dan lulusan program studi yang bersangkutan, sehingga sangat tergantung pada akreditasi BAN PT. Sedangkan di masa lalu belum semua program studi sudah terakreditasi oleh BAN PT. Ketiga, fakta menunjukkan bahwa belum banyak atau masih sangat sedikit program pendidikan profesi dan akreditasi kompetensi profesi, karena komitmen dan kesadaran untuk itu pada pihak terkait masih lemah. Kompas (1 Agustus 2016), mengungkapkan bahwa kualitas para sarjana yang dihasilkan dari perguruan tinggi di Indonesia dinilai belum mampu memenuhi tuntutan kualitas sumber daya manusia (SDM), terutama untuk bersaing pada era pasar bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Pemerintah saat ini mulai mendorong pendidikan vokasi, untuk menghasilkan lulusan siap kerja di berbagai industri. Keseriusan pemerintah tercermin dari dicanangkannya paket kebijakan ekonomi XII oleh Presiden pada April 2016 lalu. Dalam paket kebijakan ini, pemerintah menitikberatkan pada percepatan pembangunan infrastruktur, reformasi struktural atau deregulasi, serta, peningkatan kualitas SDM. Pasca-reshuffle Kabinet Kerja pada 27 Juli 2016 lalu, Presiden juga menugaskan para menteri baru untuk fokus pada peningkatan SDM. Hal itu terutama untuk pendidikan vokasi yang menyediakan SDM berkualitas dan siap pakai, agar dapat mengejar ketertinggalan di era MEA. Mengapa dengan MEA? MEA adalah bentuk integrasi ekonomi regional yang bertujuan untuk menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi , yang mana terjadi arus barang, jasa, investasi, dan tenaga terampil yang bebas serta aliran modal yang lebih bebas. MEA ‘Sebuah Proses: (1) Integrasi sektor barang; (2) Integrasi sektor jasa secara bertahap, dan (3) Integrasi investasi dan selanjutnya dikembangkan 4 pilar yaitu liberasasi, fasilitas, perlindungan, promosi investasi (https://www.ekon.go.id/ berita/download/2364/1741/ ). Lebih detil terkait dengan empat pilar ini dapat dilihat pada Gambar 1. 4 Empat Pilar Cetak Biru MEA Pasar Tunggal dan Basis Produksi Regional Kawasan Berdaya- saing Tinggi Kawasan dengan Pembangunan Ekonomi yang Merata Integrasi dengan Perekonomian Dunia Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 https://www.ekon.go.id/berita/download/2364/1741/bahan-ppt-presentasi-untuk-mahasiswa-ipb-1-edit.pptx Gambar 4 Pilar Cetak Biru MEA Kini kita masih harus bekerja keras untuk menyusul ketertinggalan kita dengan negara-negara lain, bahkan sekalipun di level ASEAN. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2. Tahun 2015, Indonesia peringkat 37

Upload: others

Post on 20-Nov-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Empat Pilar Cetak Biru MEAcare.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/Paper... · Pengenalan Penyuluhan yang terasa terjadi pemberdayaan semu. Pada masa Penguatan implementasi penyuluhan

URGENSI ASOSIASI PROFESI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM MENDUKUNG

PEMBANGUNAN NASIONAL

Sumardjo (Ketua Perhimpunan Ahli Penyuluhan Pembangunan Indonesia)

Guru Besar Fakultas Ekologi Manusia IPB

1) Makalah disampaikan pada Semiloka Prodi Penyuluhan Pembangunan/ Pemberdayaan Masyarakat

diselenggarakan di UNS di Hotel Lord In Solo, 29-30 November 2016.

Menjelang era pasar bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), telah dirasakan adanya ketimpangan

dalam penghargaan terhadap tenaga kerja antara tenaga kerja lokal dengan tenaga kerja asing, yang bekerja di

perusahaan-perusahaan besar seperti perkebunan, pertambangan maupun industri. Hal ini sebenarnya ada

beberapa penyebab kenapa terjadi perlakukan yang diskriminatif terhadap tenaga bkerja lokal dengan tenaga

kerja asing. Keadaan seperti ini bertahan sampai saat ini, karena beberapa alasan berikut. Pertama, tenaga kerja

lokal tidak memiliki jaminan kompetensi profesi formal berupa sertifikasi kompetensi profesi seperti halnya

yang dimiliki tenaga kerja asing, sehingga tidak ada alasan kuat secara formal untuk mendapat perlakukan sama.

Kedua, sebagian kualitas lulusan perguruan tinggi di Indonesia dinilai belum siap untuk bersaing dengan tenaga

profesional dari luar (asing), ini disebabkan karena tidak setiap perguruan tinggi memiliki asosiasi program studi

yang efektif berfungsi mengawal pengembangan dan mengontrol kualitas pendidikan dan lulusan program studi

yang bersangkutan, sehingga sangat tergantung pada akreditasi BAN PT. Sedangkan di masa lalu belum semua program studi sudah terakreditasi oleh BAN PT. Ketiga, fakta menunjukkan bahwa belum banyak atau masih

sangat sedikit program pendidikan profesi dan akreditasi kompetensi profesi, karena komitmen dan kesadaran

untuk itu pada pihak terkait masih lemah.

Kompas (1 Agustus 2016), mengungkapkan bahwa kualitas para sarjana yang dihasilkan dari perguruan

tinggi di Indonesia dinilai belum mampu memenuhi tuntutan kualitas sumber daya manusia (SDM), terutama

untuk bersaing pada era pasar bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Pemerintah saat ini mulai

mendorong pendidikan vokasi, untuk menghasilkan lulusan siap kerja di berbagai industri. Keseriusan

pemerintah tercermin dari dicanangkannya paket kebijakan ekonomi XII oleh Presiden pada April 2016 lalu.

Dalam paket kebijakan ini, pemerintah menitikberatkan pada percepatan pembangunan infrastruktur, reformasi

struktural atau deregulasi, serta, peningkatan kualitas SDM. Pasca-reshuffle Kabinet Kerja pada 27 Juli 2016

lalu, Presiden juga menugaskan para menteri baru untuk fokus pada peningkatan SDM. Hal itu terutama untuk pendidikan vokasi yang menyediakan SDM berkualitas dan siap pakai, agar dapat mengejar ketertinggalan di

era MEA.

Mengapa dengan MEA? MEA adalah bentuk integrasi ekonomi regional yang bertujuan untuk

menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi, yang mana terjadi arus barang, jasa,

investasi, dan tenaga terampil yang bebas serta aliran modal yang lebih bebas. MEA ‘Sebuah Proses’: (1)

Integrasi sektor barang; (2) Integrasi sektor jasa secara bertahap, dan (3) Integrasi investasi dan selanjutnya

dikembangkan 4 pilar yaitu liberasasi, fasilitas, perlindungan, promosi investasi (https://www.ekon.go.id/ berita/download/2364/1741/ ). Lebih detil terkait dengan empat pilar ini dapat dilihat pada Gambar 1.

4

Empat Pilar Cetak Biru MEA

Pasar Tunggal danBasis Produksi

Regional

Kawasan Berdaya-saing Tinggi

Kawasan denganPembangunan

Ekonomi yang

Merata

Integrasi denganPerekonomian

Dunia

Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015

https://www.ekon.go.id/berita/download/2364/1741/bahan-ppt-presentasi-untuk-mahasiswa-ipb-1-edit.pptx

Gambar 4 Pilar Cetak Biru MEA

Kini kita masih harus bekerja keras untuk menyusul ketertinggalan kita dengan negara-negara lain,

bahkan sekalipun di level ASEAN. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2. Tahun 2015, Indonesia peringkat 37

Page 2: Empat Pilar Cetak Biru MEAcare.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/Paper... · Pengenalan Penyuluhan yang terasa terjadi pemberdayaan semu. Pada masa Penguatan implementasi penyuluhan

(dari 144 negara) di bawah Singapura (2), Malaysia (18), Thailand (32). Peringkat Indonesia meningkat 1 posisi

dari tahun sebelumnya yaitu di peringkat 38 (https://www.ekon.go.id/berita/download/2364/1741).

5

GLOBAL COMPETITIVENESS INDEX (GCI)Sumber: World Economic Forum

• Tahun 2015, Indonesia peringkat 37 (dari 144 negara) di bawah Singapura (2), Malaysia (18), Thailand (32). Peringkat Indonesia meningkat 1 posisi dari tahun sebelumnya yaitu di peringkat 38.

NegaraRank of GCI 2015-2016

Subindex

Basic Requirements

Efficiency EnhancersInnovation and

sophistication Factors

Singapore 2 1 2 11

Malaysia 18 22 22 17

Thailand 32 42 38 48

Indonesia 37 49 46 33

Philippines 47 66 51 47

Vietnam 56 72 70 88

Lao PDR 83 86 106 103

Cambodia 90 93 101 121

Myanmar 131 128 131 134

Brunei - - - -

Posisi Indonesia

https://www.ekon.go.id/berita/download/2364/1741/bahan-ppt-presentasi-untuk-mahasiswa-ipb-1-edit.pptx

Gambar 2. Posisi Indonesia pada Tahun 2015 di antara Negara-negara ASEAN maupun Negara lainnya.

Di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) mengandung konsekuesi pada pembangunan berbagai

sektor, bagi sektor pertanian di Inonesia misalnya berimplikasi pada menguatnya : (1) Pasar tunggal berbasis

produksi ASEAN, (2) Pergerakan bebas barang, jasa, investasi, tk terampil,dan aliran modal di ASEAN, (3)

Tuntutan daya saing, terutama pada komoditas-komoditas: Unggul pada komoditas perkebunan (sawit, coklat,

kopi, karet), hortikultura (sayur dan buah), dan kehutanan (pulp, kertas, kayu), sebaliknya kritis pada pada komoditas padi, kedelai, dan gula (https://www.ekon.go.id/berita/download/2364/1741). Oleh karena itu,

diperlukan Strategi (https://www.ekon.go.id/berita/download/2364/1741): Peningkatan keunggulan komparatif

dan kompetitif. Aspek manusia menjadi sangat penting, namun sering terabaikan dan kurang mendapat

komitmen pada level pucuk pimpinan, baik di Daerah maupun di Pusat. GLOBAL FOOD SECURITY INDEX (GFSI)Sumber: The Economist Intelligence Unit

• Tahun 2015, Indonesia peringkat 74 (dari 109 negara) di bawah Singapura (2), Malaysia (34), Thailand (52), Vietnam (65), dan Filipina (72).

Indonesia Score

https://www.ekon.go.id/berita/download/2364/1741/bahan-ppt-presentasi-untuk-mahasiswa-ipb-1-edit.pptx

Gambar 3 Posisi Indonesia dalam Global Food Security Index

Akibatnya, sejauh ini upaya pembangunan kita terseok-seok tertinggal dan semakin tertinggal bahkan

sekalipun dengan negara tetangga, seperti Vietnam, Malaysia, Thailand dan Singapur, karena kelalaian terhadap

penguatan aspek manusia (human capital), baik petani maupun penyuluh dan pemberdaya petani. Gambaran

secara rinci dapat dilihat pada Gambar 3. Seharusnya disadari bahwa setiap upaya pembangunan membutuhkan penguatan kapasitas aspek manusianya. Setiap upaya penyuluhan Pembangunan/ Pemberdayaan Masyarakat

Page 3: Empat Pilar Cetak Biru MEAcare.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/Paper... · Pengenalan Penyuluhan yang terasa terjadi pemberdayaan semu. Pada masa Penguatan implementasi penyuluhan

membutuhkan kompetensi profesional para pelakunya, yang seharusnya didukung oleh lulusan pendidikan,

pelatihan dan penguatan personil secara sistematis, terprogram dan berkelanjutan. Namun, sangat disayangkan

komitmen terhadap penguatan human capital melalui penguatan sistem penyuluhan ini kurang memadai,

sehingga pembangunan tidak didukung oleh penguatan aspek kapasistas manusianya, untuk lebih siap dan

semakin siap memiliki daya juang, daya saring (pengambilan keputusan), daya saing (proses kerja optimal) dan

daya sanding (bermitra) yang tinggi. Selama kebijakan dan komitmen terkait hal ini tidak diperbaiki maka naif bila berharap pembangunan ini bangkit menuju kedaulat atau kemandirian bangsa, sebaliknya masyarakat

menjadi obyek dan sekerdar target pasar bagi produk-produk impor. Hal ini dapat diindikasikan oleh ketidak

siapan human capital dan social capital dikala pembangunan infrastruktur yang tinggi, maka infrastruktur hanya

akan dinikmati oleh pihak yang kuat untuk menyalurkan produk-produk dan jasa mereka, memenuhi kebutuhan

mereka. Program Studi Penyuluhan Pembangunan/ Pemberdayaan Masyarakat merupakan salah satu progran

studi yang sangat relevan dengan misi penguatan human capital dan social capital ini.

Kini sudah seharusnya kita menyadari peluang dan tantangan sejalan dengan era MEA ini, yaitu: (1)

Peluang pasar yang semakin besar dan luas bagi produk Indonesia, Biaya produksi dan biaya pemasaran

yang semakin rendah, (2) Pilihan konsumen atas jenis/ragam produk yang tersedia di pasar domestik semakin

banyak dengan tingkat harga dan mutu tertentu, (3) Kerjasama dalam menjalankan bisnis semakin terbuka

dengan beraliansi dengan pelaku bisnis di negara anggota ASEAN lainnya, serta (4) Peluang sektor jasa terbuka

di seluruh negara ASEAN untuk rekrutmen dan menjalankan bisnis dan kemampuan profesi

(http://gamacha.info/downlot.php).

Peran Asosiasi Program Studi di Era MEA

Sejak tahun 2011 Pemerintah telah mengembangkan konsep pengembangan Kompetensi Kerja

Nasional Indonesia (KKNI) dengan roadmap yang jelas periode tahun 2003 sampai 2016. Berdasarkan

tatawaktu yang telah dirangcang seperti pada Gambar 4, seharusnya 2016 ini kita sudah siap dengan

kesetaraan dan pengakuan kualifikasi dengan sumberdaya manusia sejajar dengan tenaga kerja asing yang

tahun ini sudah memasuki era MEA. Silahkan dicermati, sejauhmana rancangan tersebut secara konsisten

diwujudkan dan telah terwujud hasil yang diharapkan? Mari kita masing-masing atau bersama-sama

merenungkan hal ini.

2011

Pengembangan KKNI

Kementrian Diknas dan

Kementrian Nakertrans

2010

Studi literatur dan komparasi:

Australia, New Zealand, UK,

Germany, France, Japan,

Thailand, Hongkong,

European Commission of

Higher Education

2009

20032006

UU 20-2003

PP no.31 -2006 –

dasar dari KKNI

Implementasi KKNI, sinkronisasi

antar sektor, pengakuan oleh

berbagai sektor atas kualifikasi KKNI.

2012

2016

Penyetaraan antara kualifikasi

lulusan dengan kualifikasi KKNI,

PPL, Pendidikan multi entry dan

multi exit, Pendidikan sistem

terbuka

SDM asing

SDM Indonesia

Penilaiankesetaraandanpengakuankualifikasi

Gambar 4. Tatakala Pengembangan Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (KKNI) (Sumber: Dirjen Dikti, 2014)

Page 4: Empat Pilar Cetak Biru MEAcare.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/Paper... · Pengenalan Penyuluhan yang terasa terjadi pemberdayaan semu. Pada masa Penguatan implementasi penyuluhan

Lembaga pendidikan tinggi dituntut untuk menjadi pilar yang akuntabel untuk menghasilkan

kompetensi yang sesuai (kompatibel) dengan kebutuhan dunia kerja aktual, di era MEA ini. Harapan bagi

Program Studi Penyuluhan, sebagai mana setiap program studi lainnya di era MEA ini dituntut untuk mampu :

mengemban pendidikan karakter unggul, menjadi penghasil human capital unggul, membuka diri terhadap

perubahan dan berorientasi masa depan (antisipatif), dan mampu menghasilkan tenaga pendidik non formal

(penyuluh/ pemberdaya masyarakat, perekayasa sosial partisipatif) yang tangguh, kreatif, penular kebaikan

untuk mencapai kemuliaan dan martabat kehidupan masyarakat. Agar setiap Prodi Penyuluhan berkembang

menghasilkan harapan tersebut diperlukan asosiasi program studi penyuluhan/ pemberdayaan masyarakat

untuk mengawal kualitas pendidikan, memperjuangkan dan mendukung pengembangan standar pendidikan

bidang penyuluhan pembangunan/ pemberdayaan masyarakat.

Arah Pendidikan Prodi Penyuluhan Pembangunan/ Pemberdayaan Masyarakat

Kini makin kita sadari telah terasa adanya anomali dalam konsep modernisasi yang selama ini telah

menjadi acuan pembangunan di kebanyakan negara-negara berkembang dengan sponsor pendanaan dari

negara maju. Mulai menguat kesadaran pentingnya kearifan lokal sebagai alternatif modernisasi (Sumardjo,

2016). Mengapa terjadi anomali? Karena manusia membuat kekeliruan. Mengabaikan kearifan lokal dan

menggunakan inovasi dari Barat atau negara maju lainnya dengan sefatnya uji coba (trial & error). Hal ini

terjadi karena manusia kurang memahami dirinya sendiri, cenderung selalu melihat keluar.

Mengapa kearifan lokal? Anomali tersebut juga dalam penerapan penyuluhan dan penggunaan

Extension Science. Paradigma Westernisasi tidak ternyata serta-merta menyelasikan masalah, kita senantiasa

tertinggal dan terseok dalam mengikuti inovasi yang belum tentu sesuai dengan kondisi kita. Hal ini terjadi

karena paradigma Westernisasi sarat kepentingan pihak tertentu, dan bernuansa dominasi. Kesadaran ada

dan ketiadaan berfungsinya kearifan lokal sebagai suatu kesenjangan menuju solusi atas masalah riil dan

mimpi atau visi yang realistik dengan sumberdaya lokal yang ada dan sangat potensial kompetitif terhadap

pasar yang lebih luas.

Pelajaran sejarah penyuluhan di Indonesia menunjukkan gambaran anomali tersebut. Masa Politik Etik

ditandai dengan menguatnya peran kelembagaan sejak awal dan era kebangkitan bangsa. Masa Pendudukan

Jepang ditandai dengan kesadaran massal dominasi dan terjadinya eksploitasi asing terhadap masyarakat

lokal. Masa Kebangkitan Kembali setelah kemerdekaan RI ditandai dengan menguatnya kesadaran massal

sistem pemerintahan yang mendominasi atau kata lain menindas melalui rekayasa sosial oleh pihak di luar

masyarakat. Hal ini sadari setelah mencermati dampak dominasi dan eksploitasi Hindia Belanda yang

didominasi oleh politik dagang dan para pelaku perdagangan VOC dan Pendudukan Jepang. Masa Pasca

Kemerdekaan terasakan terjadinya dominasi kapitalisme dalam komitmen Penguasa sehingga melemahkan

elemen kelembagaan penyuluhan atau pendidikan non formal bagi masyarakat. Di Masa Pasca Reformasi

ditandai dengan menguatnya kembali kesadaran konstitusional perlunya kembali ke Tujuan Bernegara dan

berbangsa Indonesia, sebagaimana termaktub dalam Mukadimah UUD 1945 alinea ke empat. Dua era terakhir

semakin terasa dominasi pemodal kuat di sektor perdagangan dan industri hampir mirim dengan masa

penguasaan oleh VOC, hanya dengan “baju dan gaya” yang sedikit berbeda namun dengan prinsip sama.

Ketergantungan pada pihak asing menguat melalui dominasi terhadap elite politik Negara dalam kebijakan-

kebijakan Nasional. Keterbatasan waktu dan halaman menyebabkan tidak dapat mengupas detil kasus demi

kasus atas hal ini. Banyak tanda tanya muncul atas kondisi yang tidak wajar namun tidak ada yang berusaha

mengungkapkan, terjadi “aksi bisu” (ingat pandangan Paulo Freire sekitar tahun 1957 di Brasil atas kasus di

Amerika Latin).

Belajar dari Sejarah pola dominasi yang memperdaya masyarakat, dapat dicermati dari masa

Pengenalan Penyuluhan yang terasa terjadi pemberdayaan semu. Pada masa Penguatan implementasi

penyuluhan ternyata terjadi penyimpangan dari Falsafah Penyuluhan, melalui perencanaan yang Top Down

dominan komunikasi pembangunan yang linier dari Pusat ke Daerah. Rekayasa sosial dilakukan oleh pihak di

Page 5: Empat Pilar Cetak Biru MEAcare.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/Paper... · Pengenalan Penyuluhan yang terasa terjadi pemberdayaan semu. Pada masa Penguatan implementasi penyuluhan

luar masyarakat, yang seharusnya dalam penyuluhan/ pemberdayaan masyarakat maka rekayasa sosial oleh

pihak internal masyarakat itu sendiri. Masa awal kembali ke falsafah penyuluhan dilahirkan UU No 16 Tahun

2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K), yang ditandai dengan

menguatnya masa kesadaran profesional penyuluhan baik di tingkat peraturan perundangan maupun di

kalangan akademisi Ilmu Penyuluhan Pembangunan.

Menyadari kondisi sejarah tersebut maka ke depan, seharfusnya bangsa ini di era MEA ini menuju masa

kebangkitan kembali penyuluhan sebagai pilar pembangunan bangsa. Masa ini seharusnya ditandai dengan

pentingnya pendidikan profesi yang efektif menghasilkan kompetensi profesional dan berfungsinya asosiasi

prodi penyuluhan yang senantiasa mengembangkan dan menghasilkan kompetensi profesional serta para

tenaga yang siap sebagai profesional di bidangnya. Berfungsinya asosiasi profesi yang menjadi berfungsinya

keprofesionalan penyuluhan, melalui uji kompetensi dan sertifikasi kompetensi profesi penyuluhan.

Penguatan berfungsinya tenaga p[rofesional di bidang penyuluhan/ pemberdayaan masyarakat

mestinya ditandai dengan memantapkan hubungan praktisi, asosiasi profesi dan pakar penyuluhan, melalui

penyusunan Standart Kompetensi Profesi Penyuluhan/ Pemberdaya Masyarakat. Standar kompetensi inilah

yang seharusnya sebagai salah satu sumber penyusunan learning outcome pendidikan untuk menghasilkan

kompetensi profesi penyuluhan dan tenaga profesional di bidang penyuluhan pembangunan. Hal ini didukung

dengan berfungsinya dam menguatnya Lembaga Sertifikasi Profesi Penyuluhan melalui sertifikasi kompetensi

profesi lulusan pendidikan Penyuluhan. Asosiasi Penyelenggara Pendidikan Penyuluh senantiasa berkomitmen

untuk mengawal kualitas programn studi penyuluhan mewujudkan learning outcome sebagai tenaga

profesional penyuluhan pembangunan yang efektif. Artinya, perlu segera dibentuk asosiasi program studi

penyuluhan pembangunan/ pemberdaya masyarakat untuk menghadapi penguatan human capital di berbagai

sektor pembangunan saat ini dan ke depan, serta ini sudah sangat mendesak karena telah menjadi kebutuhan

riil pembangunan kini dan ke depan.

Reorientasi Profesi Penyuluh Pembangunan/ Pemberdaya Masyarakat dan Program Studi Penyuluhan

Penyuluhan adalah pendidikan, yaitu pendidikan di luar sekolah. Hal ini perlu disadari perlunya makna

pendidikan di luar sekolah yang berada di Undang-undang Sistem Pemdidikan Nasional maupun Undang-

undang Sistem Pendidikan Tinggi. Tenaga Penyuluh adalah tanaga profesional, wajib menguasai kompetensi

profesional. Program Studi Penyuluhan Pembangunan/Pemberdayaan Masyarakat wajib menghasilkan

lulusan yang siap memiliki kompetensi profesional di bidang penyuluhan pembangunan/ pemberdayaan

masusrakat. Asosiasi Program Studi Penyuluhan Pembangunan berkewajiban mengawal pengembangan

kompetensi profesiaonal secara aktual secara terus menerus, berkelanjutan dan upaya menghasilkan lulusan

dengan kompetensi profesional. Kini nama prodi penyuluhan/ pemberdaya masyarakat masih belum

tercantum pada daftar pendidikan tinggi di Kemen ristek Dikti, suatu yang naif memang. Hal ini dapat dilihat

pada Tabel 1. Pada hal program studi tersebut telah ada dan selalu ada sejak tahun 1963an sampai saat ini.

Sebagian besar bahkan telah terakreditasi dengan kualifikasi A atau Unggul. Hal ini seharusnya menjadi

komitmen Asosiasi Program Studi Penyuluhan Pembangunan yang seharusnya telah ada saat ini, namun

sampai saat ini masih belum terbentuk.

Semiloka yang diinisiasi oleh Universitas Negeri Surakarta ini merupakan momentum yang strategis

untuk membangun dan mengembangkan komitmen profesionalitas pendidikan penyuluhan, dengan

membentuk Asosiasi Profesi Penyuluhan/ Pemberdaya Masyarakat. Tidak banyak ilmu sosial yang memiliki

mandat mendidik metoda, teknik dan media rekayasa sosial melalui pendidikan yang partisipatif seperti

program pendidikan ilmu penyuluhan pembangunan/ pemberdaya masyarakat dan ilmu komunikasi

pembangunan.

Alternatif nama asosiasi adalah : (1) Asosiasi Program Studi Penyuluhan Pembangunan, (2) Asosiasi

Program Studi Penyuluhan / Pemberdayaan Masyarakat, (3) Asosiasi Program Studi Perekayasaan Sosial

Page 6: Empat Pilar Cetak Biru MEAcare.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/Paper... · Pengenalan Penyuluhan yang terasa terjadi pemberdayaan semu. Pada masa Penguatan implementasi penyuluhan

Partisipatif, (4) Asosiasi Program Studi Pendidikan luar Sekolah (Pendidikan Non Formal), atau (5) Asosiasi

Program Studi Komunikasi Pembangunan. Mari kita rancang dan perjuangkan eksistensinya di berbagai tingkat

yang relevan, terutama di dunia industri jasa pendidikan penyuluhan dan di Dirjen Pendidikan tinggi sendiri.

Tabel 1. Keberadaan Program Studi Yang Terkait Bidang Penyuluhan & Komunikasi

No. Program Jenjang Permendikbud No. 154/2014

1 Komunikasi S1, S2, S3 √

2 Periklanan D3 √

3 Komunikasi Pembangunan S1, S2, S3 √

4 Komunikasi Massa D3, S2 √

5 Penyuluh Pertanian S1 √

6 Penyuluh Pertanian Lahan Kering D4 √

7 Jurnalistik D3 √

8 Penyiaran D3 √

9 Penyuluhan Kehutanan D4

10 Penyuluhan Perikanan D4

Prof Margono Slamet senior pendidikan penyuluhan dan manajemen mutu terpadu dalam bidang

pendidikan sejak awal 1980an dalam berbagai seminar dan tulisannya, telah menyatakan bahwa Penyuluhan

adalah industri jasa. Ini berarti penyuluhan sebagai industri dituntut untuk memiliki kompetensi rekayasa

(enginer). Dalam hal ini rekayasa sosial dan lebih khusus karena paradigma utama penyuluhan adalah

partisipatif maka rekayasa sosial tersebut bernuansa utama partisipatif, yaitu sejalan dengan asas penyuluhan

yaitu pendidikan, demokratis dan manfaat (tepat guna). Program Studi Penyuluhan Pembangunan juga

membekali lulusannya dengan pendekatan partisipatif dalam merekayasa subyek penyuluhan (masyarakat/

sasaran penyuluhan), metoda dan teknik serta media penyuluhan dalam implementasi rekayasa sosial

tersebut. Implikasi dari kaarakteristik pendidikan penyuluhan ini, penyuluhan dapat masuk dalam kelompok

rumpun profesi keinsinyuran atau Persatuan Insinyur Indonesia (PII). Selanjutnya, keprofesionalan tenaga

penyuluh berasal dari sarjana penyuluhan dapat mengikuti pedoman pendidikan profesi keinsinyuran, karena

hampir semua syaratnya terpenuhi, khususnya untuk Penyuluh Pertanian (pada saat ini setidaknya termasuk di

dalamnya bidang pangan, horti, peternakan dan perkebunan), Perikanan dan Kehutanan.

UU tentang Keinsinyuran, Pasal 5 dinyatakan bahwa : (1) Keinsinyuran mencakup disiplin teknik: A.

Kebumian dan energi; B. Rekayasa sipil dan lingkungan terbangun; C. Industri; D. Konservasi dan pengelolaan

sumber daya alam; E. Pertanian dan hasil pertanian; F. Teknologi kelautan dan perkapalan; dan G. Aeronotika

dan astronotika. (2) Keinsinyuran mencakup bidang: A. Pendidikan dan pelatihan teknik / teknologi; B.

Penelitian, pengembangan, pengkajian, dan komersialisasi; C. Konsultansi, rancang bangun, dan konstruksi;

D. Teknik dan manajemen industri, manufaktur, pengolahan, dan proses produk; E. Ekplorasi dan eksploitasi

sumber daya mineral; F. Penggalian, penanaman, peningkatan, dan pemuliaan sumber daya alami; dan G.

Pembangunan, pembentukan, pengoperasian, dan pemeliharaan aset.

Pada kata-kata yang tercetak tebal tersebut ilmu penyuluhan dapat dikelompokkan dalam pendidikan

profesi keinsinyuran, terutama dalam bidang pertanian, perikanan dan kehutanan, setelah mengikuti program

pendidikan profesi penyuluhan. Kini template program pendidikan profesi penyuluhan telah disusun oleh IPB

dan telah mendapatkan Surat Keputusan Senat Akademik. Namun, masih terkendala dalam penerimaan

mahasiswa, karena dunia industri jasa penyuluhan masih belum menyadari dan belum komitmen untuk

mewujudkan tenaga profesional penyuluhan pembangunan, meski kini telah memasuki era MEA. Pendidikan

Page 7: Empat Pilar Cetak Biru MEAcare.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/Paper... · Pengenalan Penyuluhan yang terasa terjadi pemberdayaan semu. Pada masa Penguatan implementasi penyuluhan

profesi yang diinisiasi oleh DIKTI tersebut dirancang untuk mengantisipasi kebutuhan tenaga profesional di era

MEA. Asosiasi Program Studi Penyuluhan seharusnyalah mengawal dan memperjuangkan komitmen

profesionalitas di era MEA ini, kepada pihak terkait.

Di dalam pengembangan lompetensi kita mengenal beberapa macam upaya pengembangan tenaga

profesional, seperti yang terlihat pada Gambar 5 dan Gambar 6. Pengembangan kompetensi profesional dapat

ditempuh baik melalui pendidikan formal melalui program studi yang terakreditasi oleh lembaga kualifikasi

akreditasi, di sini peran asosiasi program studi berperan strategis dan penting. Pengembangan komptensi juga

dapat terjadi melalui pendidikan non formal seperti penyuluhan dan pelatihan yang kompetensi lulusannya

harus dijamin kompetensinya oleh Lembaga Sertifikas Kopetensi atau Lembaga Sertifikasi Profesi. Ada

pendidikan informal yang jaminan kometensinya melalui Lembaga Kualifikasi Terakreditasi (Purwanto, 2016),

serta ada pula pengembangan ndi industri atau stakeholders lainnya yang penjaminan kompetensinya melalui

Lembaga Sertifikasi Terakreditasi. Pada Gambar 6 didapat dilihat posisi strategis asosiasi program studi adalah

mengawal kualitas pendidikan untuk menghasilkan kompetensi profesi lulusannya.

BadanKualifikasiNasionalIndonesia

(Sumber: Dirjen Dikti, 2014)

Gambar 5 Penyetaraan Kualifikasi Kompetensi antar Sektor melalui Badan Kualifikasi Nasional Indonesia

PENJAMINAN MUTU

ST

PRAKTEK KEINSINYURAN

ORGIR

INT’L

PENCATAT INSINYUR

PERTI

UJI KOMPETENSI

SERTIFIKAT KOMPETENSI INSINYUR

Ir. Asing

(PE)

PKB

PPI

INSINYUR

STRISURAT TANDA

REGISTRASI INSINYUR

Usul STANDAR LAYANAN INSINYUR

ADVOKASI INSINYUR

PENGAWASAN KEWAJIBAN

INSINYUR

PENEGAKAN KODE ETIK

KERJASAMA PT, PII, INDUSTRI danKEMENTERIAN

REGISTRASI INSINYUR ber SKI

AKREDITASI HKK

PENYELENGGARA PKB

PERPANJANGAN STRI

HKK HKK

KERJASAMA INTERNASIONAL (disahkan DII)

DiawasiDEWAN

INSINYUR INDONESIA

TUGAS DARI UU 11/2014 KEINSINYURANAudit KinerjaKeinsinyuran

olehPEMERINTAH

BKMP

BKMP

LSP

PEMBENTUKAN LSP

(Purwanto, 2016)

Gambar 6. Tugas dari UU No 11 Tahun 2014 tentang Keinsinyuran (Sumber: Purwanto, 2016)

Page 8: Empat Pilar Cetak Biru MEAcare.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/Paper... · Pengenalan Penyuluhan yang terasa terjadi pemberdayaan semu. Pada masa Penguatan implementasi penyuluhan

Berhubung Program Profesi Penyuluh Pembangunan sudah dirintis, namun belum ditindaklanjuti

dengan rekrutmen mahasiswa karena adanya kendala sebagaimana telah dituangkan di awal, maka kita dapat

belajar dari pengembangan progran pendidikan keinsinyuran di Indonesia yang telah lebih dahulu

dikembangkan atau setidaknya dirumuskan. Analog dengan Program Profesi Insinyur (PPI) seperti yang tersaji

pada Gambar 7, asosiasi program studi penyuluhan pembangunan dapat merumuskan lebih lanjut bagaimana

mengembangkan program pendidikan penyuluhan di Inonesia, baik itu pendidikan sains, vokasi, profesi

maupun pada jenjang lanjut pascasarjana.

PENDIDIKAN TINGGI TEKNIK NON ST

AKRED A&B

NON SARJANA TEKNIK

PROGRAM PENYETARAAN

STANDAR MENGIKUTI PPI

SERTIFIKAT PROFESI INSINYUR, DICATAT oleh PII

PROGRAM PROFESI INSINYUR 36 SKS

Gelar Profesi INSINYUR

Uji Profesi

Pengalaman bekerja di

Keinsinyuran

Pengalaman bekerja di

Keinsinyuran

PENDIDIKAN TINGGI TEKNIK & TEKNIK TERAPAN

AKRED A&B

S-1

Pengalaman bekerja di Keinsinyuran

PENDIDIKAN TEKNIK NON

FORMAL / INFORMAL

MatrikulasiPengetahuan

dan Kompetensi Dasar

TERAKREDITASI

NON AKREDITASI

PENDIDIKAN TEKNIK

TERAPANAKRED A&B

D-IV

MEKANISME REKOGNISI PEMBELAJARAN LAMPAU

PENDIDIKAN TEKNIK

AKRED C & NON AKRED

1 2 35 6

4

WA

SHIN

GTO

N A

CC

OR

D

PENDIDIKAN TINGGI TEKNIK

AKRED A&B

S-1

(Purwanto, 2016)

Gambar 7 Standar Mengikuti Program Profesi Insinyur (Sumber: Purwanto, 2016)

Dasar penyelenggaraan Program Profesi Insinyur (PPI) adalah (1) Permenristekdikti No. 26/2016 ttg Rekognisi

Pembelajaran Lampau (RPL); (2) Permenristekdikti No. 35/2016 ttg Penyelenggaraan PS Program Profesi

Insinyur (PPI); dan (3) Keputusan Direktur Jenderal Kelembagaan Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan Tinggi No.

1462/C/KEP/VI/2016 tentang Panduan Penyelenggaraan PS PPI. Secara rinci dapat dilihat pada Gambar 8 dan

9 bagaimana kurikulum pendidikan profesi.

Page 9: Empat Pilar Cetak Biru MEAcare.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/Paper... · Pengenalan Penyuluhan yang terasa terjadi pemberdayaan semu. Pada masa Penguatan implementasi penyuluhan

PROGRAM STUDI PROGRAM PROFESI INSINYUR

ST

ST

ST

ST

ST

ST PS

PS

PS

PS

PS

PS

Ir

Ir

Ir

Ir

Ir

Ir PS

PS

PS

PS

PS

PS

• Kode etik dan etikaprofesi insinyur (2 sks)

• Profesionalisme (2 sks)• Keselamatan, Kesehatan,

dan Keamanan Kerja danLingkungan (2 sks)

• Pemateri pada Seminar, Workshop, Diskusi (2 sks)

•Studi Kasus (4 sks) •Praktek Keinsinyuran (12 SKS):o Filosofi Keinsinyuran di Industrio Arah perkembangan industri dan Statuso Sistem Industri (Engineering)o Permasalahan Keinsinyurano Tugas mengatasi Masalaho Penulisan laporan praktik keinsinyuran

maks30 % >70 %IPM

IPM

IPM

IPM

IPM

IPM

INDUSTRI

(pengembangan dari paparan di Kemristekdiktik kepada 40 Perguruan Tinggi untuk menyelenggarakan PPI)

SYARAT KELULUSAN

Telah lulus seluruh matakuliah pada program studi program profesiinsinyur

Insinyur dengankompetensi

dasarkejuruannya

INSINYUR dengankompetensi dasarKEJURUAN-nya

TUGAS membentuk kompetensi dasarKEJURUANNYA

Pemahaman Body of Knowledge Keinsinyuran (Purwanto, 2016)

Gambar 8 Program Studi Profesi Insinyur minimal di Didik oleh Profesional di tingkat Madya.

Contoh: Rincian Waktu 1 sks Kegiatan Pembelajaran PS-P Reguler

(Acuan: Surat Edaran Dirjen DIKTI:526/E.E3/MI/2014 (Magister))

Prodi Profesi Beban Belajar Sebesar 36 sks dg rincian

a Perkuliahan: 6 sks

1 sks =Tatap Muka Penugasan Terstruktur Belajar Mandiri

50 menit/mg/smt 50 menit/mg/smt 60 menit/mg/smt

b Kerja Praktek: ± 20 sks

1sks = 160 menit/minggu/semester

c Seminar: ± 5-10 sks

1 sks =Tatap muka Belajar mandiri

100 menit/mg/smt 60 menit/mg/smt

e Menulis Laporan: ± 5-10 sks

1sks = 160 menit/minggu/semester

Dasar CP Ketrampilan umum untuk program: Program S2, kemampuan menulis karya ilmiah dalam jurnal nasional terakreditasi dan

pengakuan bertaraf internasional; Program S3, kemampuan menulis karya ilmiah dalam jurnal nasional terakreditasi dan

jurnal internasional terindeks;(Purwanto, 2016)

Gambar 9. Contoh Rincian Waktu Kegiatan Pembelajaran Program Studi Profesi Reguler

Untuk memperoleh tenaga pendidik profesi tingkat madya dapat dilakukan penyetaraan awal, melalui

portofolio para lulusan yang sudah berpengalaman dalam bidang profesi dengan mengikuti skema seperti yang

terasji pada Gambar 10.

Page 10: Empat Pilar Cetak Biru MEAcare.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/Paper... · Pengenalan Penyuluhan yang terasa terjadi pemberdayaan semu. Pada masa Penguatan implementasi penyuluhan

1. DATA AWAL1. Data Pribadi2. Data Pendidikan Formal3. Program Profesi Insinyur

STANDAR PENDATAAN, EVALUASI DAN PENGEMBANGAN

Program Profesi Insinyur

Rekognisi pembelajaran

lampau

Pendidikan Tinggi Teknik

SARJANA TEKNIK (Gelar

Akademis)

DICATAT oleh PII

Gelar Profesi INSINYUR

Pengalaman bekerja di Keinsinyuran

Pendidikan Tinggi Teknik non ST

NON SARJANA TEKNIK

Program PENYETARAANUJI PROFESI

Pengalaman bekerja di Keinsinyuran

2. DATA REKAM JEJAK1. Organisasi2. Penghargaan3. Pendidikan Non Formal /

Pelatihan / Seminar4. Pengalaman Kerja: Periode

Waktu, Nama Organisasi/Kota/ Negara, Posisi, Tugas

5. Pengalaman Mengajar6. Karya Tulis Keinsinyuran7. Makalah dalam Seminar8. Seminar yang diikuti9. Karya Temuan, Inovasi

3. EVALUASI1. Pelaksanaan Kode Etik

Insinyur2. Pelaksanaan Standar

Profesi Insinyur3. Pelaksanaan Standar

Layanan Insinyur4. Pelaksanaan Kewajiban

Insinyur

4. PENGEMBANGAN1. Peningkatan

Kompetensi2. Pemutakhiran

Keinsinyuran3. Keberpihakan

KeinsinyuranNasional

4. Bakti Masyarakat

(Purwanto, 2016)

Gambar 10 Pola Penyetaraan Profesi bagi Pendidik atau Penguji Kompetensi Profesi

Asosiasi Program Studi dapat menjembatani dan mengawal kualitas pendidikan untuk menghasilkan

kompetensi profesi, dan menjadi ajang terbangunnya kerjasama penyelenggaraan pendidikan profesi, seperti

yang terlihat pada skema Gambar 11 (Sumber : Purwanto, 2016). Prosesm pengusulannya dapat dilihat pada

analogi PPI pada Gambar 12.

PT bekerjasama dengan PII atau himpunan keahlian keinsinyuran yang telah terakreditasi oleh PII (PM);

STr

KERJASAMA PENYELENGGARAAN PPI OLEH PT & PII

ST

PPI

INSINYUR

KERJASAMA PT, PII, INDUSTRI danKEMENTERIAN

•Untuk para lulusan Sarjana Teknikatau Sarjana Terapan Teknik yang baru lulus atau belum memilikipengalaman praktik keinsinyuranmencukupi.•Untuk para lulusan Sarjana Sains

dan Sarjana Pendidikan Tekniksetelah memenuhi persyaratanpenyetaraan.

SECARA REGULER

•Untuk para lulusan Sarjana Teknikyang dianggap telah memilikipengalaman praktik keinsinyuran.•Untuk para Sarjana Sains dan

Sarjana Pendidikan Teknik setelahmemenuhi persyaratanpenyetaraan dan pengalaman

praktik keinsinyuran.

SECARA RPL

non

ST

Penguatan DASAR KOMPETENSI INSINYUR sesuai KEJURUANNYA,dengan CAPAIAN:

•Mampu melakukanperencanaan keinsinyurandengan memanfaatkansumberdaya dan melaku-kan evaluasi keinsinyuransecara komprehensifdengan memanfaatkanilmu pengetahuan danteknologi.

•Mampu memecahkanpermasalahan keinsinyuranmelalui pendekatan mono-disiplin dan multidisiplin.

•Mampu melakukan risetdan mengambil keputusankeinsinyuran sesuai etikaprofesi dan standarkeinsinyuran secarastrategis dan akuntabel.

DASAR INOVASI

•Menetapkan standar kompetensi & unit kompetensi;•Menyiapkan standar

PPI untuk Insinyursesuai kejuruannya;•Menyiapkan SDM

Profesional;•Penjaga dan

penjamin mutu;•Bersama PT

menerbitkan & mencatat Sertifikat Profesi Insinyur.

(pengembangan dari paparan di Kemristekdiktik kepada 40 Perguruan Tinggi untuk menyelenggarakan PPI)

Siapmembangunkompetensi

Dalam RPermen: yang memiliki pengalamanpraktik keinsinyuran

2 tahun

Dari Bapel PPI

UsulNilai

Tambah

(Purwanto, 2016)

Gambar 11. Pola Kerjasama Penyelenggaraan Pendidikan Profesi Oleh Perguruan Tingg dan Program Profesi

Page 11: Empat Pilar Cetak Biru MEAcare.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/Paper... · Pengenalan Penyuluhan yang terasa terjadi pemberdayaan semu. Pada masa Penguatan implementasi penyuluhan

Pemberian STRI berdasar SIP

Penerbitan Sertifikat IPP setelahmemenuhi syarat lulus (score >600)

Lokakarya Sertifikasi IP danProses Penilaian IP oleh MP LSP

USUL PEMBAGIAN TUGAS KERJASAMA PS PPI-R PT & PII

(pengembangan dari paparan di Kemristekdiktik kepada 40 Perguruan Tinggi untuk menyelenggarakan PPI)

Pemberian Sertifikat Insinyurditandatangani Rektor

Pencatatan Insinyur.Pemberian pedoman Insinyur

Penyusunan KurikulumPelaksanaan kurikulum 24 sks.30 % di kelas70% magang di industri

Memberi masukan kurikulumdan tugas dari tiap kejuruan.Penerbitan IPM yang diperlukanuntuk dosen/instrukturMasukan pedoman mutuMonitoring dan Evaluasi

Menerima ST denganpengalaman kerja keinsinyuran~2 tahun

Memberi masukan penilaianpraktik keinsinyuran denganFormulir Aplikasi PenerimaanPPI-Reguler (score >250)

Menerima Ssi dan SPd Teknik dengan pengalaman kerja keinsinyuran >3 tahun

PERSATUAN INSINYUR INDONESIA

PROGRAM PROFESI

INSINYUR (PPI)REGULER

PENYETARAAN

ST STrnon ST

SERTIFIKAT PROFESI INSINYUR

STRISERTIFIKAT

KOMPETENSI INSINYUR (SKI)

UJI KOMPETENSI

PERGURUAN TINGGI

PENERIMAAN

40KERJASAMA

BK

BK

BK

LSP

REGULER

W/C

(Purwanto, 2016)

Gambar 12. Analogi Pembagian Tugas Kerjasama Program Studi dan Program Profesi

Tujuan kerjasama dalam program studi profesi tersebut adalah bersama-sama menghasilkan: (1)

Kemampuan level 7 KKNI dan sesuai Pedoman Capaian Pembelajaran dari Mandat Menristekdikti; (2)

Kompetensi dasar Insinyur sesuai kejuruannya, dan (3) Kemampuan dasar inovasi dari kerjasama multi disiplin.

Adapun isi kerjasama dapat diikuti pada skema Gambar 13.

ISI KERJASAMA PS PPI PT & PII

PERGURUAN TINGGI40 KERJASAMA

Tujuan bersama-samamenghasilkan:

• Kemampuan level 7 KKNI dan sesuaiPedoman CapaianPembelajaran dariMandatMenristekdikti.

• Kompetensi dasarInsinyur sesuaikejuruannya

• Kemampuan dasarinovasi darikerjasama multi disiplin.

Masukan kurikulumProgram Studi Program Profesi Insinyur•Meliputi: Uraian kewajiban

insinyur sesuai UU 11 /2014

• Kriteria ABET tentangluaran pembelajaran

• Keberpihakan terhadapkepentingan nasional

•Wawasan keinsinyuranglobal

• Profesionalismekeinsinyuran

• Kode etik dan etika profesi• Pemecahan masalah

pendekatan multidisiplin• Inovasi keinsinyuran dan

entrepreneurship

Masukan Materi PerkuliahanProgram Studi Program ProfesiInsinyur sesuai Kejuruannya• Kode etik dan etika profesi

insinyur (2 sks)• Profesionalisme (2 sks)• Keselamatan, Kesehatan, dan

Keamanan Kerja danLingkungan (2 sks)

• Praktek Keinsinyuran (12 SKS):• Filosofi Keinsinyuran di Industri• Arah perkembangan industri dan

Status• Sistem Industri (Engineering)• Permasalahan Keinsinyuran (inovasi)• Tugas mengatasi Masalah• Sumberdaya, engineering tools dan

standard yang digunakan*• Kerjasama pelaksanaan tugas

kelompok multi disiplin *• Penulisan laporan praktik

keinsinyuran (penilaian kompetensi)

• Studi Kasus (4 sks) • Seminar, Workshop, Diskusi

(2 sks)

Menyiapkan instrukturIPM

Pelaksanaan kegiatanP31 untuk memperolehklasifikasi IPM bagi caloninstruktur

Pengukuhan GelarProfesi Insinyur

Bagi para penyandangIP-PII sebelumpenyelenggaraan PPI.

(pengembangan dari paparan di Kemristekdiktik kepada 40 Perguruan Tinggi untuk menyelenggarakan PPI)

Pencatatan Insinyur

Pelaksanaan pencatatanInsinyur yang telahmenyelesaikan PPI

(Purwanto, 2016)

Gambar 13. Isi Kerjasama Pendidikan Profesi antara Asosiasi Program Prodi, Perguruan Tinggi dan PPI

Page 12: Empat Pilar Cetak Biru MEAcare.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/Paper... · Pengenalan Penyuluhan yang terasa terjadi pemberdayaan semu. Pada masa Penguatan implementasi penyuluhan

Masukan kurikulum Program Studi Program Profesi setidaknya mencakup : (1) Uraian kewajiban insinyur

sesuai UU yang berlaku; (2) Kriteria luaran pembelajaran atau learning outcome; (3) Keberpihakan terhadap

kepentingan nasional; (4) Wawasan keprofesian terkait secara global; (5) Karakteristik Profesionalisme; (6)

Kode etik dan etika profesi; (7) Pemecahan masalah pendekatan multidisiplin; (8) Inovasi terkait bidang

keprofesian; dan (9) entrepreneurship. Untuk itu, masukan Materi Perkuliahan Program Studi Program Profesi

sesuai Kejuruannya, mencakup : (1) Kode etik dan etika profesi, (2) Profesionalisme, (3) Keselamatan,

Kesehatan, dan Keamanan Kerja dan Lingkungan, (4) Praktek keprofesionalan, (5) Filosofi Keprofesionalan di

Industri, (6) Arah perkembangan industri dan Status, (7) Sistem Industri sesuai dengan profesi (misal

Engineering), (8) Permasalahan inovasi keprofesian (inovasi), (9) Tugas mengatasi Masalah, (10) Sumberdaya,

engineering tools dan standard yang digunakan*, serta (11) Kerjasama pelaksanaan tugas kelompok multi

disiplin * dan (12) Penulisan laporan praktik keprofesian (penilaian kompetensi), Studi Kasus dan Seminar,

Workshop, Diskusi.

Relevansi Pengembangan Asosiasi Program Studi dengan Era kekinian Masa Pemerintahan 2014-2019 menunjukkan prioritas dalam jalan perubahan menuju Indonesia yang

berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan, maka

dirumuskan sembilan agenda prioritas dlm pemerintahan kedepan. Kesembilan agenda prioritas itu disebut

NAWA CITA. Salah satu nawacita berbunya meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui

peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan dengan program "Indonesia Pintar"; serta peningkatan

kesejahteraan masyarakat dengan program "Indonesia Kerja" dan "Indonesia Sejahtera" dengan mendorong land

reform dan program kepemilikan tanah seluas 9 hektar, program rumah kampung deret atau rumah susun murah

yang disubsidi serta jaminan sosial untuk rakyat di tahun 2019. Walaupun secara eksplisit tidak menunjukkan

penyuluhan dan penguatan kapasitas manusia (human capital), namun menyinggung pentingnya pendidikan dan

pelatihan. Pernyataan dalam nawacita ini pada kenyataannya tampaknya bias pada pendidikan formal, sehingga

bukan merupakan upaya atau komitmen terhadap penguatan kapasitas masyarakat (semoga pemaknaan ini tidak

benar, tetapi kalau benar), maka bangsa Indonesia tidak akan kemana-mana, tidak akan berkembang dan tetap menjadi obyek penderita sejarah. Kita perlu perjuangkan bahwa yang dibuat cerdas bukanlah anak usia sekolah

dengan kartu cerdasnya saja, tetapi adalah justru masyarakat luas yang benar-benar menghadapi dunia

persaingan yang semakin kuat ini.

Terwujudnya jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang

ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan, sampai saat ini belum mendapat momentum, dan kurang

tampak mendapat komitmen dalam pemerintahan saat ini. Mungkin tulisan ini salah menafsirkan makna nawa

cita tersebut, namun bila benar sudah saatnya kita insyaf dan memperbaikinya dengan berbesar hati menerima

masukan dalam pemaknaan nawa cita tersebut dalam pembangunan. Salah satu bukti nyata, fakta terkait dengan

pemaknaan tersebut, di Kemenpora ada program Pemuda Sarjana Penggerak Pembangunan Persedaan, yang

merupakan salah satu program strategis pemberdayaan generasi muda yang bersinergi dengan pemberdayaan

masyarakat perdesaan, pada tahun kedua era Pemerintahan sekarang ini dihapus. Pemberdayaan dianggap sebagai kata bersayap yang tidak terukur, naif memang kalau hal ini salah dimaknai sesuai maksud Nawacita

dan Presiden, namun itulah fakta yang terjadi. Penyuluh kurang mendapat dana operasional yang memadai

bahkan untuk mendukung operasional pemberdayaan masyarakat sekalipun.

Gerakan Revolusi Mental, seharusnyalah dimaknai sebagai gerakan penguatan kapasitas manusia.

Namun, bila pemberdayaan tidak mendapatkan komitmen, maka yangmental yang direvolusi itu apakah bukan

mental manusianya? Pemberdayaan dan Penyuluhan merupakan pilar strategis revolusi mental namun terjadi

salah makna, justru komitmen pemberdayaan manusia semakin menjauh dari realita. Implikasi dari keadaan

seperti ini tidak mustahil masyarakat menjadi pihak yang terpedaya, menjadi obyek sejarah, yang tidak mampu

merubah dirinya sendiri menjadi bermental berdaya dan mandiri. Muara penyuluhan adalah kemandirian

individu, kemandirian kelompok, kemandirian organisasi dan kemandirian masyarakat.

Individu yang mandiri ditandai dengan “tiple S”, yaitu memiliki daya saring, daya saing dan daya

sanding (Sumardjo, 2016; 2015; Sumardjo et al., 2014). Daya saring berarti mampu mengakses dan menguasai pengetahuan yang luas dan pilihan-pilihan yang dapat dibuat prioritas dalam mengambil keputusan yang optimal

dalam menjalani kehidupan ini. Daya saing, berarti mampu mengembangkan proses produktif secara optimal

(efektif dan efisien) dan berkualitas. Sedangkan daya sanding, berarti mampu bermitra secara sinergis,

interdependen dan saling memperkuat, saling dapat dipercayai, saling dapat mengandalkan dan diandalkan dan

saling menghidupi dalam suasana saling menguntungkan.

Bila setiap level kualifikasi dapat diraih melalui jalur lain di luar jalur pendidikan formal maka

pendidikan formal harus lebih menunjukkan akuntabilitasnya dalam menghasilkan lulusan sesuai dengan strata

yang diprogramkan. Di sinilah peran asosiasi program studi berkewajiban menjaga dan mengawal kualitas

Page 13: Empat Pilar Cetak Biru MEAcare.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/Paper... · Pengenalan Penyuluhan yang terasa terjadi pemberdayaan semu. Pada masa Penguatan implementasi penyuluhan

pendidikan programn studi. Di Era MEA ini adalah era profesionalitas, dan profesionalitas ini akan terus

berkembang sebagai kebutuhan sejalan dengan semakin terbukanya arus jasa profesional masuk ke Indonesia

sejalan dengan level terbukanya globalisasi. Di sini pentingnya asosiasi program studi penyuluhan/

pemberdayaan masyarakat mengawal berfungsinya asosiasi profesional terkait, ke arah peran-peran asosiasi

profesi berikut (http://robisapoetra.blogspot.co.id/2013/11/peran-organisasi-dan-kode-etik-dalam.html).

Sebuah profesi memperoleh kepercayaan dari masyarakat, karena para professional tersebut memiliki

kesadaran kuat untuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka memberikan jasa keahlian kepada

masyarakat yang memerlukannya. Tanpa etika profesi, sebuah profesi yang terhormat akan jatuh menjadi

sebuah pekerjaan pencarian nafkah biasa (okupasi) yang tidak diwarnai dengan nilai-nilai idealism sehingga

dampaknya tidak-ada respek maupun kepercayaan kepada para professional. Profesionalitas menunjuk pada

kualitas atau sikap pribadi individu terhadap suatu pekerjaan. Dalam profesi digunakan teknik dan prosedur

intelektual yang harus dipelajari secara sengaja sehingga dapat diterapkan untuk orang lain. Professional

menunjuk pada penampilan seseorang yang sesuai dengan seharusnya dan menunjuk pada orang itu sendiri.

Profesionalitas menunjuk pada proses menjadikan seseorang sebagai professional.

Salah satu ciri penting suatu pekerjaan profesional, bahwa pekerjaan itu harus memiliki

organisasi/asosiasi profesi yang melindungi para anggotanya. Organisasi itulah yang nantinya, memberikan

makna atau nilai tambah, atas pekerjaan yang dilakukan itu. Secara definisi, profesi dimaknai sebagai pekerjaan

yang dilakukan untuk mendapatkan nafkah hidup dengan mengandalkan pengetahuan, keahlian dan ketrampilan

tinggi, dan dengan melibatkan komitmen pribadi(moral) yang mendalam. Seluruh komponen itu harus masuk

dan saling terkait, agar mendukung profesionalisme seseorang. Ia harus memiliki pengetahuan secara

konseptual, melalui kegiatan belajar, pengalaman, atau autodidak. Ia pun harus memiliki ketrampilan agar bisa

menjalankan hal-hal yang sifatnya sangat praktis dalam pelaksanaan profesi itu. Hal yang paling penting dari

semua itu adalah komitmen pada Etika atau Moral, agar pekerjaan yang dilakukan itu tidak merugikan

kepentingan umum, bahkan lingkungan hidup.

Setidaknya sebuah organisasi profesi seperti asosiasi profesi memiliki ciri-ciri (Azwar, 1998): (1)

Umumnya untuk satu profesi hanya terdapat satu organisasi profesi yang para anggotanya berasal dari satu

profesi, dalam arti telah menyelesaikan pendidikan dengan dasar ilmu yang sama,; (2) Misi utama organisasi

profesi adalah untuk merumuskan kode etik dan kompetensi profesi serta memperjuangkan otonomi profesi; dan

(3) Kegiatan pokok organisasi profesi adalah menetapkan serta merumuskan standar pelayanan profesi, standar

pendidikan dan pelatihan profesi serta menetapkan kebijakan profesi.

Setidaknya ada empat kebutuhan dasar yang harus dipenuhi sebuah organisasi profesi (Azwar, 1998):

(1) Kredibiliitas, yaitu bahwa masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan system informasi yang dimiliki sebuah profesi, (2) Profesionalisme, yaitu diperlukan individu yang jelas dapat diidentifikasi oleh

pemakai jasa sebuah profesi sebagai profesional di bidangnya, (3) Kualitas jasa, yaitu adanya keyakinan bahwa

semua pelayanan yang diberikan pelaku sebuah profesi memenuhi standar kinerja yang tinggi, dan (4)

(4) Kepercayaan, yaitu bahwa pemakai jasa sebuah profesi harus merasa yakin kerangka standar etika profesi

yang melandasi pemberian jasa tersebut sehingga menimbulkan kepercayaan yang tinggi pada profesi yang

bersangkutan.

Pada dasarnya organisasi profesi memiliki lima fungsi pokok dalam kerangka peningkatan

profesionalisme sebuah profesi, yaitu:

(1) Mengatur keanggotaan organisasi. Organisasi profesi menentukan kebijakan tentang keanggotaan, struktur

organisasi, syarat-syarat keanggotaan sebuah profesi dan kemudahan lebih lanjut lagi menentukan aturan-

aturan yang lebih jelas dalam anggaran.

(2) Membantu anggota untuk dapat terus memperbaharui pengetahuan sesuai perkembangan teknologi. Organisasi profesi melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi anggotanya untuk meningkatkan

pengetahuan sesuai perkembangan dan tuntutan masyarakat yang membutuhkan pelayanan profesi tersebut.

(3) Menentukan standarisasi pelaksanaan sertifikasi profesi bagi anggotanya. Sertifikasi merupakan salah satu

lambang dari sebuah profesionalisme. Dengan kepemilikan sertifikasi yang diakui secara nasional maupun

internasional maka orang akan melihat tingkat profesionalisme yang tinggi dari pemegang sertifikasi

tersebut.

(4) Membuat kebijakan etika profesi yang harus diikuti oleh semua anggota. Etika profesi merupakan aturan

yang diberlakukan untuk seluruh anggota organisasi profesi. Aturan tersebut menyangkut hal-hal yang boleh

dilakukan maupun tidak serta pedoman keprofesionalan yang digariskan bagi sebuah profesi.

Page 14: Empat Pilar Cetak Biru MEAcare.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/Paper... · Pengenalan Penyuluhan yang terasa terjadi pemberdayaan semu. Pada masa Penguatan implementasi penyuluhan

(5) Memberi sanksi bagi anggota yang melanggar etika profesi. Sanksi yang diterapkan bagi pelanggaran kode

etik profesi tentunya mengikat semua anggota. Sanksi bervariasi, tergantung jenis pelanggaran dan bias

bersifat internal organisasi seperti misalnya Black list atau bahkan sampai dikeluarkan dari organisasi

profesi tersebut.

Organisasi profesi memiliki kode etik yang wajib menjadi acuan perilaku anggotanya. Kode etik berasal

dari bahasa yunani, ethos yang artinya ajaran kesusilaan, dengan demikian kode etik adalah system norma, nilai dan aturan professional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik dan apa yang tidak benar

dan tidak baik bagi professional yang menjadi anggota dari sebuah organisasi profesi. Pada dasarnya tujuan

merumuskan kode etik dalam suatu profesi adalah untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi

profesi itu sendiri. Secara umum tujuan mengadakan kode etik adalah sebagai berikut (R. Hermawan S, 1979

dalam http://robisapoetra.blogspot.co.id/2013/11/peran-organisasi-dan-kode-etik-dalam.html): (1) Untuk

menjunjung tinggi martabat profesi, (2) Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya, (3)

Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi, (4) Untuk meningkatkan mutu profesi, (5) Untuk

meningkatkan mutu organisasi profesi. Tujuan kode etik adalah pelaku profesi tersebut dapat menjalankan

tugas dan kewajiban serta memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada pemakai jasa profesi tersebut.

Adanya kode etik akan melindungi perbuatan-perbuatan yang tidak professional. Oleh sebab itu tidak

dapat memupus tanggung jawab moral dan integritas seseorang sebagai personal. Integritas adalah suatu sifat

dasar yang dimiliki seseorang sebagai suatu kebutuhan. dengan pengetahuan dan keahliannya, seorang professional sedikit banyak memegang sebuah “kekuasaan” tetapi bagaimana dengan integritasnya ia tidak

merugikan orang lain atau kelompok lain. Ada tiga prinsip dasar untuk sebuah tanggung jawab moral yang

terkait dengan profesi seseorang, yaitu: (1) Bertanggung jawab untuk setiap kerugian jika itu adalah konsekuensi

dari suatu yang kita lakukan atau jika terjadi dalam rangka intervensi kita terhadap suatu proses, (2)

Bertanggung jawab jika kerugian terjadi karena kelalaian, dan (3) Bertanggung jawab untuk kerugian yang

timbul jika kita mengetahui bahwa ada orang yang melakukan sesuatu yang menimbulkan kerugian dan kita

membiarkan itu terjadi.

Kiat Personal Mempersiapkan Diri Menghadapi MEA 2015

Kita ingat hukum alam dalam dunia profesional, bahwa “Barang siapa lupa mempersiapkan diri maka berarti yang bersangkutan mempersiapkan diri untuk menjadi yang terlupakan”. Tampaknya kita harus

memiliki kiat diri untuk menghadapi era MEA yang kini sudah terjadi, baik berupa penguatan hardskill atau

ketrampilan (skill) maupun softskill (attitude). Kiat personal secara umum perlu dikembangkan oleh para

penyuluh/ pemberdaya masyarakat dalam kehidupannya di era MEA ini.

Kini banyak tulisan tentang hal ini misalnya, sekedar sebagai salah satu tulisan yang tampaknya

ditujukan kepada anak mudah oleh penulisnya di internet, berikut dikutip sesuai aslinya dengan mengalami

perubahan bahasa dan makna seperlunya dari tulisan “10 Kiat Mempersiapkan Diri Menghadapi MEA 2015”

(https://www.getscoop.com/ berita/kiat-mempersiapkan-diri-menghadapi-mea/).

Masyarakat Ekonomi ASEAN adalah sebuah kesepakatan antara negara-negara di Asia Tenggara yang

membuka pasar bebas di kawasan ini. Dengan dibukanya pasar bebas oleh Masyarakat Ekonomi ASEAN berarti

akan ada serbuan unsur-unsur asing (dari negara-negara Asia Tenggara) ke negeri kita. Mulai dari investasi,

barang-barang impor, arus jasa, sampai tenaga kerja asing. Kita tidak lagi “bersaing” dengan sesama orang Indonesia, tetapi juga dengan orang asing di dunia kerja. Yang perlu kita siapkan itu adalah menggali dan

mengembangkan hard skill dan soft skill. Dengan kata lain, Skill dan Attitude. Jadi, dari pada kita tersisih dari

“dunia kerja”, lebih baik bekal untuk bersaing di masa depan! Artikel ini adalah kutipan dengan modifikasi

seperlunya, hasil dari wawancara HAI dengan pihak PPM Manajemen.

SKILL

1. Leadership

Orang yang berbakat memimpin selalu dibutuhkan di mana saja. Karena orang-orang seperti ini punya

kecenderungan mengatur dan sangat peduli akan kemajuan kelompoknya.

Tapi, kita bisa mempelajari seni memimpin dengan mulai menjadi ketua pensi, OSIS sampai mungkin kalau di

dunia kuliah menjadi Ketua Senat. Akan ada banyak tanggung jawab yang akan dipikul. Tujuannya jelas

memajukan organisasi dan mengembangkan orang-orang yang kita pimpin. 2. Public Speaking

Bicara di depan orang banyak adalah keterampilan yang nggak dimiliki semua orang. Kita bisa melatihnya

dengan sering menjadi juru bicara pada saat presentasi tugas kelompok di kelas. Di dunia kerja, orang-orang

dengan keterampilan presentasi dan public speaking–lah yang sering jadi andalan.

3. Bahasa Asing

Dapat berbahasa Inggris, lisan dan tulisan sudah bukan nilai plus. Sekarang, malah sudah jadi kewajiban. Malah,

di persaingan MEA 2015, harus lebih dari itu. Selain Inggris, perlu juga kita kuasai bahasa Mandarin, Jerman,

Perancis, dan Spanyol.

Page 15: Empat Pilar Cetak Biru MEAcare.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/Paper... · Pengenalan Penyuluhan yang terasa terjadi pemberdayaan semu. Pada masa Penguatan implementasi penyuluhan

4. Project Management

Hal ini dapat diartikan sebagai pengetahuan untuk merancang sebuah proyek. Yang dirancang adalah waktu,

kekuatan dan kelemahan yang kita punya. Intinya, belajar bekerja secara profesional. Bagaimana kita bekerja

dalam tim dan secara personal.

5. Negosiasi dan Mediasi

Negosiasi dan mediasi itu bisa belajar dari organisasi yang kita ikuti di sekolah, seperti OSIS atau ekstra kurikuler. Negosiasi dengan guru atau pihak sekolah tentang penyelenggaraan pensi, atau jadi mediasi pihak-

pihak yang bertikai dalam tawuran pelajar, bisa menjadi ajang untuk belajar dua hal ini. Di dunia kuliah akan

lebih banyak terpakai. Apalagi di dunia kerja.

6. Networking

Mungkin kita biasa berjaringan (networking) di sekolah ketika kita kenalan sama pelajar dari sekolah lain.

Networking adalah membangun jaringan bermanfaat untuk pengembangan karir kita.

ATTITUDE

7. Rendah Hati

Kata orang, lulusan Indonesia kebanyakan bukan rendah hati, tapi rendah diri. Rendah diri artinya tidak percaya

diri. Tetapi rendah hati itu nggak membanggakan diri atas prestasinya. Sikap rendah hati lahir dari kesadaran

bahwa “masih ada langit, di atas langit”. Kita masih terus harus belajar. Banyak orang hebat, di atas kita. 8. Openness

Pikiran yang terbuka atau open minded sangat berguna ketika kita masuk ke dunia atau lingkungan baru.

Menerima perbedaan pandangan, dan budaya adalah salah satu contohnya. Dalam persaingan kerja, sifat ini

diperlukan untuk memahami masalah-masalah antar personal di kantor atau organisasi. Modal keramahtamahan

orang Indonesia dapat menjadi nilai plus bagi pengembangan sinergi berjaringan.

9. Ingin Tahu dan Kritis

Akibat dari dua sifat ini adalah jadi sering bertanya. Bukan sekedar bertanya-tanya tanpa arah, tetapi bertanya

untuk memperkaya pengetahuan. Rasa ingin tahu yang besar menandakan kita haus akan pengetahuan.

Sementara rasa kritis diperlukan supaya kita tidak cepat puas, dan selalu ingin mencari jawaban yang lebih baik

lagi.

10. Profesionalisme Kata ini sangat banyak maknanya. Beberapa di antaranya tekun, kerja keras dan fokus. Ketiganya berjalan

berbarengan. Tanpa tiga hal itu, ilmu tinggi yang kita miliki dapat menjadi sia-sia. Mengingat orang lain akan

segera melihatnya dari hasil kerja kita. Biasanya, orang yang memiliki ketiga hal ini, bisa menghasilkan sesuatu

yang berkualitas.

Rujukan Penulisan

Azwar, Azrul. 1998. Ciri-ciri organisasi profesi. http://robisapoetra.blogspot.co.id/2013/11/peran-

organisasi-dan-kode-etik-dalam.html Hai, 2016. 10 Kiat Mempersiapkan Diri Menghadapi MEA 2015

https://www.getscoop.com/berita/kiat-mempersiapkan-diri-menghadapi-mea/

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. 2016. Peran

Dan Tantangan Sektor Pertanian Dalam Menghadapi Mea Dalam Perspektif Makroekonomi Dan

Mikroekonomi. https://www.ekon.go.id/berita/download/2364/1741/bahan-ppt-presentasi-untuk-

mahasiswa-ipb-1-edit.pptx

Kompas, 2016. Menghadapi Tantangan Kualitas SDM Siap Pakai di Era MEA. 1 Agustus 2016, pk 21.00

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/08/01/210000526/Menghadapi.Tantangan.Kualitas.SDM.S

iap.Pakai.di.Era.MEA

Purwanto , M Yanuar J. 2016. UU KEINSINYURAN dan Penyelenggaraan Pendidikan Profesi Insinyur (PPI).

BK Teknik Pertanian PII, Anggota MLI-PII. SIL, Fateta, IPB

Sumardjo, 2014. Falsafah, Prinsip-Prinsip Dan Etika Profesi Dalam Penyuluhan. Sekolah Pascasarjana Ilmu Penyuluhan Pembangunan. IPB. Bogor.

Sumardjo, 2014. Social Capital and Social Institution. Departement of Communication and Community

Development Science, Faculty of Human Ecology. Bogor.

Sumardjo, 2015. Indigenus Knowledge/Technology And Local Wisdom. Departement of Communication and

Community Development Science, Faculty of Human Ecology. Bogor.

Sumardjo dan A. Kriswantriyono. (2014). Model Pemberdayaan Masyarakat Perbatasan Menuju Komunitas

Mandiri Nusantara. Buku Pnerbit CARE LPPM IPB. Bogor.

Page 16: Empat Pilar Cetak Biru MEAcare.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/Paper... · Pengenalan Penyuluhan yang terasa terjadi pemberdayaan semu. Pada masa Penguatan implementasi penyuluhan

Sumardjo, Rizal Syarief N., A Kriswantriyono, YP Wulandari. (2015). Model Resolusi Konflik melalui

Pendekatan Kedaulatan Pangan & Pemberdayaan Masyarakat Rawan Konflik di Provinsi Papua. Buku

Penerbit Care LPPM IPB. Bogor

Sumardjo. 2016. Kearifan Lokal Alternatif Menuju Modernisasi dalam Penyuluhan Pembangunan. (Guru Besar

Penyuluhan Pembangunan pada Fakultas Ekologi Manusia IPB). Disajikan dalam Seminar Nasional

Penyuluhan Pembangunan (PAPPI) di Universitas Brawijaya Malang, 29-30 September 2016.